IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB KERAWANAN SOSIAL EKONOMI SERTA HARAPAN PEREMPUAN RAWAN SOSIAL EKONOMI (PRSE) DI DESA CIBOGO, KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT.

(1)

No. Daftar FIP: 020/S/PLS/I/2014

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB

KERAWANAN SOSIAL EKONOMI SERTA HARAPAN

PEREMPUAN RAWAN SOSIAL EKONOMI (PRSE) DI DESA CIBOGO, KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

Oleh: Irma 0901518

JURUSAN PENDIDIKAN LUAR SEKOLAH FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

BANDUNG 2014


(2)

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB

KERAWANAN SOSIAL EKONOMI SERTA HARAPAN

PEREMPUAN RAWAN SOSIAL EKONOMI (PRSE) DI DESA CIBOGO, KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT

Oleh Irma

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Jurusan Pendidikan Luar Sekolah

© Irma 2014

Universitas Pendidikan Indonesia Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

IRMA NIM.0901518

IDENTIFIKASI FAKTOR PENYEBAB

KERAWANAN SOSIAL EKONOMI SERTA HARAPAN

PEREMPUAN RAWAN SOSIAL EKONOMI (PRSE) DI DESA CIBOGO, KECAMATAN LEMBANG, KABUPATEN BANDUNG BARAT

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: PEMBIMBING I

Drs. Nunu Heryanto, M.Si. NIP.19560810 198101 1 001

PEMBIMBING II

Dr. Iip Saripah, M.Pd. NIP.19701210 199802 2 001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Luar Sekolah Fakultas Ilmu Pendidikan

Universitas Pendidikan Indonesia

Drs. Jajat S. Ardiwinata, M.Pd. NIP. 19590826 198603 1 003


(4)

ABSTRAK

Irma. (0901518). Identifikasi Faktor Penyebab Kerawanan Sosial Ekonomi Serta Harapan Perempuan Rawanan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa

Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat yang belum diketahui faktor penyebabnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan dari PRSE di Desa Cibogo.

Penelitian ini menggunakan metode statistik deskriptif dengan teknik penyajian data melalui perhitungan persentase. Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini yaitu melalui angket, observasi, studi literatur dan studi dokumentasi. Adapun sampel penelitian pada penelitian ini adalah sebanyak 55 responden yang di ambil dari jumlah populasi sebanyak 543 PRSE yang ada.

Berdasarkan analisis data dan pembahasan hasil penelitian dapat diketahui bahwa faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada PRSE di Desa Cibogo adalah karena tidak terpenuhinya kebutuhan akan enam dimensi yang ada di masyarakat. Keenam dimensi tersebut, yaitu aspek sosial, aspek ekonomi, aspek politik, aspek budaya, aspek lingkungan, aspek personal/spiritual. Adapun harapan dari PRSE di Desa Cibogo yaitu adanya kegiatan/program yang dapat membantu mereka untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara maksimal.

Bagi pemerintah Desa Cibogo selaku lembaga yang ada di lingkungan masyarakat disarankan agar melakukan pendataan secara berkala berkenaan dengan keberadaan PRSE yang ada di Desa Cibogo dan melakukan pengawasan terhadap PRSE di dalam menerima pelayanan sosial yang ada. Selain itu, pemerintah Desa Cibogo disarankan untuk lebih memfungsikan organisasi desa yang ada dengan memperbanyak atau mengembangkan program-program yang mampu memberdayakan PRSE, seperti pelatihan keterampilan.


(5)

ABSTRACT

Irma. (0901518). Identification Of Factors Cause Socio-Economic Insecurity As Well As The Expectations Of Woman Socio-Economic Insecurity (PRSE)

In Cibogo Village District Lembang Regency of West Bandung

This research was motivated by the socio-economic-prone-women or (PRSE) perempuan rawan sosial ekonomi in Cibogo Village District Lembang Regency of West Bandung which the causes are still unknown. The purpose of this study is to determine the factors that cause social vulnerability, economic and also hopes of PRSE in Cibogo Village.

This study is used a descriptive statistical methods of data presentation techniques by calculating the percentage. Data collection techniques used in this study is through questionnaires, observation, literature study and documentation study. The sample of this study was a total of 55 respondents which were taken from the total population of 543 PRSE.

Based on the data analysis and discussion of the results of this research is that the factors which lead to social unrest economy toward PRSE in cibogo village due to non-fulfilment of the need for the six dimensions that exist in society. Those six dimensions are social, economic, political, cultural aspects, environmental aspects and spiritual or personal aspects. The expectation of PRSE in Cibogo village namely activities/programs that can help them to be able to exploit the natural resources that exist to the maximum.

To cibogo village government as an institution existed in community suggested to collecting the data on a regular basis with regard to the presence of PRSE in the cibogo village and also oversight the PRSE in receiving social services. In addition, the government of cibogo village advised to more enable the organization that exist by extending or developing programs which can empower PRSE, SUCH as skills training.


(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN

PERNYATAAN ... KATA PENGANTAR ... UCAPAN TERIMAKASIH ... ABSTRAK ... DAFTAR ISI ... DAFTAR TABEL ... DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian ... B. Identifikasi dan Perumusan Masalah ... C. Tujuan Penelitian ... D. Manfaat Penelitian ... E. Struktur Organisasi Penulisan ...

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Perencanaan Pendidikan Luar Sekolah

1. Pengertian perencanaan ... 2. Fungsi dan Karakteristik Perencanaan ... 3. Prinsip dan Langkah dalam Perencanaan Program Pendidikan

Luar Sekolah ... B. Identifikasi Masalah dan Kebutuhan ... C. Rawan Sosial Ekonomi ... D. Teori Sosial Ekonomi ... E. Pemberdayaan Perempuan

1. Konsep Pemberdayaan ... 2. Tujuan Pemberdayaan ... 3. Tahapan-tahapan Pemberdayaan ... 4. Pemberdayaan Perempuan Melalui Pendidikan Luar Sekolah ...

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian

1. Lokasi Penelitian ... 2. Subjek Penelitian ... B. Desain Penelitian ... C. Metode Penelitian ... D. Definisi Operasional ... E. Instrumen Penelitian ... F. Proses Pengembangan Instrumen ... G. Teknik Pengumpulan Data ... H. Analisis Data ...

i ii iii v vi viii ix x 1 6 7 7 7 9 10 11 14 17 20 23 25 32 34 38 38 39 40 42 43 43 44 47


(7)

vii

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

1. Kondisi Geografis Desa Cibogo ... 2. Kondisi Demografis desa Cibogo ... 3. Sejarah Singkat Desa Cibogo ... 4. Kondisi Ekonomi Masyarakat Desa Cibogo ... 5. Gambaran Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa Cibogo ... 6. Visi dan Misi Desa Cibogo ... 7. Struktur Organisasi Desa Cibogo ... B. Deskripsi Hasil Penelitian

1. Identitas Responden ... 2. Faktor Penyebab Kerawanan Sosial Ekonomi Pada Perempuan di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Perbedaan Pengalaman Pendidikan Formal ... 3. Harapan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Perbedaan Pengalaman Pendidikan Formal ... C. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Faktor Penyebab Kerawanan Sosial Ekonomi Pada Perempuan di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Perbedaan Pengalaman Pendidikan Formal ... 2. Harapan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Perbedaan Pengalaman Pendidikan Formal ...

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan ... B. Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN-LAMPIRAN ... RIWAYAT HIDUP ...

49 50 54 55 55 56 57 57 59 73 78 99 103 104 105 108 143


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Penelitian

Kemajuan suatu bangsa tidak dapat terlepas dari Sumber Daya Manusia (SDM) yang ada, karena SDM merupakan modal dasar dari pembangunan yang sedang/akan dilakukan. Oleh karena itu, SDM yang berkualitas merupakan kebutuhan yang harus dipenuhi oleh suatu bangsa di dalam melakukan pembangunan.

Upaya peningkatan kualitas/mutu SDM dapat dilakukan melalui berbagai bidang salah satunya yaitu melalui bidang pendidikan, baik yang dilakukan melalui jalur pendidikan formal, nonformal maupun informal. Sebagaimana terdapat dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional (USPN) No 20 Tahun 2003 yang menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasaan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1). Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya (pasal 13). Pendidikan nonformal meliputi pendidikan kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan, pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan keterampilan dan pelatihan kerja, pendidikan kesetaraan, serta pendidikan lain yang ditujukan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik (pasal 26).

Pendidikan nonformal atau Pendidikan Luar Sekolah (PLS) merupakan kegiatan edukatif yang memiliki jangkauan sangat luas, diantaranya menyangkut berbagai aspek kehidupan yang diselenggarakan oleh pemerintah, keluarga dan masyarakat baik yang dilembagakan maupun tidak. Salah satu bentuk penyelenggaraan program PLS yang ada di masyarakat sebagai salah satu upaya dalam mendukung aktivitas perempuan adalah dengan diadakannya program pendidikan pemberdayaan perempuan.

Pemberdayaan merupakan terjemahan dari istilah bahasa inggris yaitu


(9)

2

Rapapport tahun 1984 (Fahrudin, 2005:16) mengartikan empowerment sebagai “suatu cara dimana rakyat, organisasi dan komunitas diarahkan agar dapat berkuasa atas kehidupannya”. Sementara itu, pada tahun 1989 McArdle (Hikmat, 2010:3) mengartikan “pemberdayaan sebagai proses pengambilan keputusan oleh orang-orang yang secara konsekuen melaksanakan keputusan tersebut”. Jadi pemberdayaan dapat dikatakan sebagai suatu cara atau proses dalam menyiapkan mutu SDM dengan tujuan agar SDM yang ada menjadi mandiri dan memiliki jaringan kerja yang lebih luas serta dapat menyesuaikan dengan kondisi zaman saat ini, sehingga dapat berkontribusi terhadap pembangunan.

Perempuan adalah sosok individu yang seringkali dianggap lemah dan tidak berguna oleh sebagian masyarakat. Hal ini terjadi karena pada lingkungan masyarakat tersebut masih melekat budaya yang cenderung lebih mengedepankan kaum laki-laki dan tidak jarang kaum perempuan mendapat hambatan ketika akan melaksanakan aktivitasnya. Pemberdayaan dapat menjadikan perempuan lebih berkembang dengan pengetahuan dan keterampilan yang mereka dapatkan dari kegiatan pemberdayaan perempuan yang mereka ikuti. Selain itu, dengan pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki menjadikan mereka mampu untuk mengatasi setiap masalah yang dihadapi dalam kehidupan.

Pemberdayaan perempuan menurut Depsos RI (Sriwahyuni, 2012:20) yakni: suatu upaya yang dilakukan oleh pemerintah, lembaga setempat maupun masyarakat untuk meningkatkan kesejahteraan sosial perempuan, melalui peningkatan kemampuan fisik, mental, sosial dan ekonomi perempuan dalam

pemenuhan kebutuhan dasar”. Sementara itu dalam Jurnal Penelitian

Kesejahteraan Sosial (2012:183) Setyawati menyatakan bahwa konsep pemberdayaan perempuan pada dasarnya merupakan paradigma baru pembangunan yang lebih mengaksentuasikan sifat people centered, participatory

empowering sustainable. Walaupun pengertiannya berbeda tetapi tetap mempunyai

tujuan yang sama, yaitu untuk membangun daya dengan mendorong, memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki, serta ada upaya mengembangkan ke arah yang lebih baik.


(10)

3

Berdasarkan pengertian di atas dapat diketahui bahwa salah satu tujuan dari program pemberdayaan perempuan adalah agar perempuan dapat terbebas dari kondisi rawan sosial ekonomi yang apabila tidak ditangani secara cepat dan tepat akan berdampak buruk terhadap keberlangsungan hidup mereka.

Penanganan kondisi Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) melalui program pemberdayaan perempuan saat ini banyak berkembang di masyarakat baik itu di daerah perkotaan maupun di daerah pedesaan yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun organisasi sosial yang ada di masyartakat.

Program pemberdayaan bagi Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) dapat berjalan dengan baik jika diselenggarakan berdasarkan pada kebutuhan PRSE dan pemanfaatan potensi lokal yang ada. Karena program yang diselenggarakan berdasarkan pada kebutuhan dan pemanfaatan potensi lokal yang ada dapat berjalan secara sinergis dan terintegrasi, sehingga tidak terjadi tumpang tindih dalam fokus (siapa, dimana, apa dan bagaimana) sasaran program.

Secara ekonomi PRSE berada di bawah garis kemiskinan, sehingga mereka membutuhkan kebijakan/program yang berkaitan dengan penanganan kemiskinan. Namun, kebanyakan dari kebijakan/program anti-kemiskinan yang ada gagal akibat kurangnya pemahaman mengenai kemiskinan itu sendiri.

Menurut Ife dan Tesoriero (2008:410-411) masalah kemiskinan adalah masalah multidimensi dan lintas sektor yang harus ditangani secara komprehensif. Dalam mengembangkan masyarakat banyak dimensi yang harus diperhatikan, dimana diantara dimensi yang ada di masyarakat tersebut saling berhubungan dan terintegrasi. Secara keseluruhan terdapat enam dimensi yang sangat penting, yaitu (1) Pengembangan sosial, (2) Pengembangan ekonomi, (3) Pengembangan politik, (4) Pengembangan budaya, (5) Pengembangan lingkungan, (6) Pengembangan personal/spiritual. Keenam dimensi tersebut tidak selalu berbeda, dan kesemuanya berinteraksi satu dengan yang lainnya dalam bentuk-bentuk yang kompleks. Juga dikemukakan bahwa beberapa dimensi lebih fundamental daripada lainnya; misalnya banyak orang (khususnya orang-orang pribumi) akan beranggapan bahwa pengembangan personal/spiritual merupakan landasan utama semua pengembangan yang lain. Tetapi untuk tujuan penyusunan model pengembangan


(11)

4

masyarakat dan model pemikiran tentang peran pekerja masyarakat, keenam dimensi di atas dipertimbangkan sebagai hal yang sangat penting.

Adapun salah satu penyebab kegagalan program penanganan kemiskinan menurut Sutrisno dalam seri ringkasan hasil penelitian edisi 2005 Depsos RI (2005:5) yaitu disebabkan oleh program penanganan kemiskinan yang masih menggunakan pendekatan teknokratis yang bersifat top-down, sehingga kondisi tersebut menyebabkan masyarakat desa bersifat pasif dan tergantung pada pemerintah karena beranggapan bahwa pemerintah adalah penyedia, perencana dan pelaksana pembangunan. Permasalahan lain adalah kegiatan pemberdayaan yang ditujukan kepada masyarakat belum berorientasi pada kebutuhan masyarakat miskin, kegiatan pemberdayaan belum sepenuhnya memanfaatkan sumber-sumber yang ada di daerah setempat, masyarakat kurang merasa memiliki program-program yang dilaksanakan dan keterbatasan tingkat pendidikan/pengetahuan warga masyarakat sehingga mempengaruhi terhadap wawasan masyarakat dalam menerima perubahan dalam segala hal.

Berdasarkan pernyataan di atas dapat dipahami bahwa sebelum dilaksanakannya program pemberdayaan terhadap PRSE terlebih dahulu harus dilakukan suatu identifikasi faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta apa saja yang menjadi harapan mereka, sehingga program yang akan diselenggarakan pada saat pelaksanaannya dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.

Meninjau data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Kementrian Sosial RI tahun 2011 yang menyatakan bahwa jumlah PRSE yang ada di Indonesia telah mencapai 8,96% atau sekitar 10,73 juta jiwa, dimana persentasi PRSE yang ada di daerah perkotaan mencapai 5,90% dari jumlah penduduk perempuannya sedangkan untuk PRSE yang berada di daerah perdesaan mencapai 12,03% dari jumlah penduduk perempuan yang ada. Berdasarkan data tersebut dapat dikatahui bahwa jumlah PRSE yang berada di daerah perdesaan lebih banyak di bandingkan dengan jumlah PRSE yang berada di daerah perkotaan. Oleh karena itu, PRSE memerlukan penanganan yang cepat dan tepat agar tidak terjadi peningkatan


(12)

5

jumlah PRSE dari waktu ke waktunya terutama PRSE yang berada di daerah perdesaan.

Salah satu perdesaan dengan persentase PRSE yang cukup tinggi adalah Desa Cibogo yang berada di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat, yakni sebesar 14,08% atau lebih tinggi 2,05% dari jumlah rata-rata PRSE di wilayah perdesaan yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut adalah sebanyak 543 perempuan dari 3.856 jumlah perempuan dewasa yang ada di Desa Cibogo.

Keberadaan PRSE di Desa Cibogo belum diketahui secara jelas dan pasti faktor penyebabnya. Hal ini berdasarkan data yang terdapat pada pemerintahan Desa Cibogo yang tidak menyebutkan faktor penyebab kerawanan sosial ekonomi pada waganya tersebut. Akantetapi, berdasarkan data yang diperoleh dari lapangan dapat diketahui bahwa PRSE yang ada di Desa Cibogo lebih dari setengahnya atau sebesar 60% bekerja untuk membantu perekonomian keluarga, sedangkan sebesar 40% atau kurang dari setengahnya memilih untuk tidak bekerja dan dari 60% jumlah PRSE yang bekerja, 42,1% diantaranya adalah bekerja sebagai buruh dan 17,9% lainnya bekerja sebagai pedagang. Sedangkan, jika dilihat dari status perkawinannya sebanyak 94 PRSE atau sebesar 17,3% PRSE yang ada di Desa Cibogo berstatus janda, baik itu karena perceraian maupun karena suami meninggal dunia. Selain itu, dari 3.023 jumlah kepala keluarga yang ada di Desa Cibogo 137 atau sebesar 25,2% diantaranya adalah perempuan dan dari 3.023 jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Cibogo kondisi tingkat kesejahteraan keluarganya adalah sebagai berikut:

1. Jumlah keluarga prasejahtera = 1.048 keluarga 2. Jumlah keluarga sejahtera 1 = 545 keluarga 3. Jumlah keluarga sejahtera 2 = 1.229 keluarga 4. Jumlah keluarga sejahtera 3 = 147 keluarga 5. Jumlah keluarga sejahtera 3 plus = 54 keluarga

Berdasarkan latar belakang di atas peneliti tertarik untuk mengkaji faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan dari Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) yang ada di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.


(13)

6

B. Identifikasi dan Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian di atas teridentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:

1. Persentase PRSE yang ada di Indonesia berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) dalam Kementrian Sosial Republik Indonesia (RI) tahun 2011 telah mencapai 8,96 persen atau sekitar 10,73 juta jiwa. PRSE yang berada di daerah perkotaan mencapai 5,90% dari jumlah penduduk perempuan yang ada di Indonesia, sedangkan untuk PRSE yang berada di daerah perdesaan mencapai 12,03% dari jumlah penduduk perempuan yang ada di Indonesia. 2. PRSE yang berada di Desa Cibogo mencapai 14,08% atau lebih tinggi 2,05%

dari jumlah rata-rata PRSE di wilayah perdesaan yang ada di Indonesia. Jumlah tersebut adalah sebanyak 543 perempuan dari 3.856 jumlah perempuan dewasa yang ada di Desa Cibogo.

3. Dari 543 perempuan yang tergolong ke dalam PRSE, 137 diantaranya berperan sebagai kepala keluarga dan jika dilihat dari status perkawinannya 94 PRSE yang berada di Desa Cibogo berstatus janda, baik itu karena perceraian maupun karena suami meninggal dunia.

4. Masih terdapat keluarga yang berada pada kondisi prasejahtera, yaitu sebanyak 1.048 keluarga dari 3.023 jumlah kepala keluarga yang berada di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung.

5. Belum diketahui faktor penyebab terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan dari Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) yang ada di Desa Cibogo.

Berdasarkan latar belakang dan hasil identifikasi yang telah dipaparkan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini diuraikan dalam bentuk pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Apa faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa Cibogo berdasarkan perbedaan pengalaman pendidikan formal?


(14)

7

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan pertanyaan penelitian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk menggambarkan tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada PRSE di Desa Cibogo berdasarkan perbedaan pengalaman pendidikan formal.

2. Untuk menggambarkan tentang harapan dari PRSE di Desa Cibogo berdasarkan perbedaan pengalaman pendidikan formal.

D. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dan masukan yang berarti bagi pihak-pihak berikut:

1. Secara konseptual penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi untuk kepentingan teori dan pengembangan keilmuan Pendidikan Luar Sekolah (PLS) yang berkaitan dengan pemberdayaan perempuan dalam program PLS.

2. Secara praktis hasil penelitian mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dapat digunakan sebagai acuan oleh pihak yang akan menyelenggarakan program pemberdayaan perempuan baik itu di dalam maupun di luar Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

3. Bagi peneliti dan pembaca diharapkan dapat memberikan pengetahuan dan gambaran yang lebih jelas tentang faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

E. Struktur Organisasi Penulisan

Untuk mempermudah dalam pembahasan dan penyusunan selanjutnya, maka berikut ini adalah sistematika yang digunakan dalam penulisan karya ilmiah ini:


(15)

8

BAB I berisi: Pendahuluan yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi

dan perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penulisan.

BAB II berisi: Kajian pustaka mengenai beberapa konsep yang berhubungan

dengan judul dan permasalahan penelitian.

BAB III berisi: Metodologi penelitian yang membahas mengenai lokasi dan

subjek populasi/sampel penelitian, desain penelitian, metode penelitian, definisi operasional, instrumen penelitian, proses pengembangan instrumen, teknik pengumpulan data dan analisis data.

BAB IV berisi: Hasil penelitian dan pembahasan yang di dalamnya menjabarkan

profil lokasi penelitian, deskripsi hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE di Desa Cibogo berdasarkan perbedaan pengalaman pendidikan formal.

BAB V berisi: Simpulan dan saran yang membahas mengenai simpulan hasil

penelitian dan saran yang direkomendasikan kepada pihak-pihak tertentu.

Daftar Pustaka Lampiran


(16)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Populasi/Sampel Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian mengenai faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE ini dilakukan di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Desa Cibogo dijadikan sebagai lokasi penelitian pada kajian ini karena di Desa Cibogo masih terdapat Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) yang belum diketahui secara jelas dan pasti faktor yang menjadi penyebabnya.

2. Subjek Penelitian

Populasi dan sampel merupakan objek ataupun subjek yang hendak dijadikan sebagai sumber data pada suatu penelitian. Oleh karena itu, suatu penelitian harus memiliki populasi dan sampel.

a. Populasi

Sugiyono (2013:117) mengemukakan bahwa “populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas: obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya”. Sedangkan menurut pendapat Sudjana (2005:161) “populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif ataupun kualitatif, daripada karakteristik tertentu mengenai sekumpulan obyek yang lengkap dan jelas”. Adapun populasi pada penelitian ini adalah Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat dengan jumlah 543 orang.

b. Sampel

Arikunto (2006:131) mengemukakan bahwa “sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti”. Pendapat tersebut semakin menguatkan pendapat Sudjana (2005:161) bahwa “sampel adalah sebagian yang diambil dari populasi dengan menggunakan cara-cara tertentu”.


(17)

39

Teknik pengambilan sampel (sampling) yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik simple random sampling. Dikatakan simple (sederhana) karena pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Oleh karena itu, simple random sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang memberikan peluang yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel (Sugiyono, 120:2013).

Berkenaan dengan besarnya sampel Arikunto (2006:134) memberikan pedoman dalam penarikan sampel, yaitu :

Untuk sekedar ancer-ancer, maka apabila subjeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelitian populasi. Tetapi, jika jumlah subjeknya besar, dapat diambil antara 10% - 15% atau 20% – 25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari:

a. Kemampuan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.

b. Sempit luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek, karena hal ini menyangkut banyak sedikitnya data

c. Besar kecilnya risiko yang ditanggung oleh peneliti. Untuk penelitian yang risikonya besar, tentu saja jika sampel besar, hasilnya akan lebih baik.

Berdasarkan pada pernyataan di atas, maka peneliti menarik sampel sebesar 10% dari jumlah populasi yang ada sehingga diperoleh jumlah sampel sebagai berikut : 10% x 543 = 55 orang.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian merupakan tahapan yang dilaksanakan oleh peneliti dalam menjawab pertanyaan penelitian. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan oleh peneliti di dalam menjawab pertanyaan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan

Perencanaan merupakan tahapan awal yang dilakukan untuk menentukan langkah-langkah yang harus ditempuh dalam suatu penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berlangsung secara sistematis. Pada tahap perencanaan peneliti melakukan pemilihan masalah, karena tanpa adanya masalah mustahil penelitian dapat dilakukan. Proses pencarian masalah diawali dengan melakukan studi pendahuluan ke lapangan yang berlokasi di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang,


(18)

40

jadikan sebuah penelitian dapat diteliti. Setelah melakukan studi pendahuluan peneliti menemukan adanya fakta yang menarik untuk diteliti, dimana fakta-fakta tersebut peneliti sisipkan pada hasil identifikasi masalah yang ada dalam BAB I. Dari hasil identifikasi masalah yang terdapat di lapangan, peneliti tertarik untuk mengetahui faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE yang ada di Desa Cibogo.

Sesuai dengan masalah di atas, maka langkah selanjutnya peniliti melakukan studi kepustakan melalui buku, jurnal dan media internet sebagai bahan dalam merancang sebuah proposal penelitian yang diajukan kepada dosen pembimbing agar mendapat persetujuan. Setelah mendapatkan persetujuan dari dosen pembimbing, peneliti membuat surat perizinan untuk pihak-pihak yang terkait dengan penelitian ini. Selain itu, peneliti menyiapkan peralatan yang digunakan pada saat penelitian diantaranya; kuesioner/angket, alat perekam, dan buku catatan. Hal tersebut disiapkan untuk memperlancar ketika melakukan penelitian.

2. Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan adalah tahap penggalian data dan informasi secara mendalam dari pihak-pihak yang terkait, diantaranya dengan melakukan observasi secara langsung dan melakukan penyebaran angket kepada subjek penelitian (responden). Angket yang dibuat oleh peneliti berisi pertanyaan-pertanyaan yang disesuaikan dengan tujuan dan pertanyaan penelitian yang telah disetujui oleh dosen pembimbing.

3. Tahap Pelaporan

Tahap pelaporan ini dimulai dengan menganalisis data yang telah terkumpul dan selanjutnya dituangkan menjadi sebuah laporan penelitian yang disebut skripsi.

C. Metode Penelitian

Metode penelitian adalah cara-cara terarah dan konsisten yang digunakan untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan yang memiliki tujuan. Menurut Sugiyono (2013:3) “metode penelitian diartikan sebagai cara ilmiah untuk


(19)

41

mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.

Metode yang digunakan untuk menganalisa dan mengkaji masalah pada penelitian ini adalah metode deskriptif. Metode deskriptif adalah metode yang digunakan dalam suatu penelitian untuk menggambarkan kejadian atau peristiwa yang sedang berlangsung. Hal ini sejalan dengan pendapat Nazir (2005:54) yang menyatakan bahwa:

Metode deskriptif adalah suatu metode dalam meneliti status sekelompok pemikiran, ataupun suatu kelas peristiwa pada masa sekarang. Tujuan dari penelitian deskriptif ini adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistemati, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki.

Adapun metode deskriptif yang digunakan pada penelitian kuantitatif dikenal dengan sebutan statistik deskriptif. Statistik deskriptif menurut Sugiyono (2013:207-208) adalah statistik yang digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penyajian data yang termasuk ke dalam statistik deskriptif menurut Sugiyono adalah penyajian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram, perhitungan modus, median, mean (pengukuran tendensi sentral), perhitungan desil, persentil, perhitungan penyebaran data melalui perhitungan rata-rata dan standar deviasi, perhitungan persentase. Adapun teknik penyajian data pada penelitian ini adalah melalui perhitungan persentase.

Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan dari penelitian ini tidak bermaksud untuk merusak situasi dan kondisi objek penelitian, akan tetapi mencoba mempelajari suatu kondisi mengenai faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat. Penelitian ini dilakukan agar program pemberdayaan yang nantinya akan diselenggarakan dapat terlaksana dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan sasaran, sehingga berdampak positif terhadap kehidupan sasaran.

Berdasarkan pertimbangan rumusan masalah penelitian yang ingin diungkap, diharapkan dengan menggunakan metode ini peneliti dapat


(20)

42

kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

D. Definisi Operasional

Agar tidak terjadi perbedaan pemahaman tentang istilah-istilah yang digunakan sehingga dapat bekerja lebih terarah, maka terdapat beberapa istilah yang perlu didefinisikan secara operasional, yaitu:

1. Menurut Kamus Bahasa Indonesia (KBI) rawan berarti keadaan berbahaya, gawat, genting, menderita (kerugian, kekurangan, dsb). Sedangkan kerawanan adalah keadaan; perihal rawan. Pada pembahasan ini, peneliti mengkaji faktor penyebab terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE). Menurut ife (2008:410-411) untuk tujuan penyusunan model pengembangan masyarakat dan model pemikiran tentang peran pekerja masyarakat, jika dilihat secara keseluruhan maka terdapat enam dimensi yang dipertimbangkan sebagai hal yang sangat penting. Keenam dimensi tersebut yaitu: pengembangan sosial, pengembangan ekonomi, pengembangan politik, pengembangan budaya, pengembangan lingkungan dan pengembangan personal/spiritual. Oleh karena itu, pada pembahasan ini faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada PRSE di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat dilihat berdasarkan keenam dimensi tersebut, kemudian dikaji berdasarkan perbedaan pengalaman pendidikan formal yang di tempuh oleh PRSE.

2. Sudjana (2001:175) memberikan makna kebutuhan sebagai sesuatu yang harus dipenuhi, “sesuatu” tersebut termasuk keinginan, kehendak, harapan, atau keadaan. Oleh karena itu, harapan merupakan bagian dari kebutuhan individu yang harus dipenuhi. Adapun harapan pada penelitian ini ditinjau berdasarkan faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) yang ada di Desa Cibogo.

3. Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) berdasarkan Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia Nomor 08 Tahun 2012 adalah seorang perempuan dewasa menikah, belum menikah atau janda dan tidak mempunyai


(21)

43

penghasilan cukup untuk dapat memenuhi kebutuhan pokok sehari-hari. Dalam pembahasan ini Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) adalah seseorang dengan keterbatasan dalam memenuhi kebutuhan hidup yang disebabkan oleh berbagai faktor, sehingga dengan keterbatasan tersebut menjadikannya tidak berdaya.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian merupakan alat yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dibutuhkan. Instrumen yang digunakan dalam mengidentifikasi faktor penyebab kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE di Desa Cibogo pada penelitian ini adalah angket atau kuesioner. Hal tersebut sejalan dengan Sugiyono (2013:305) yang menyatakan bahwa “instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner”.

Adanya angket diharapkan dapat memudahkan proses pengumpulan dan analisis data. Selain itu, penggunaan angket dalam penelitian ini adalah agar lebih praktis, hemat waktu, tenaga, dan hemat biaya. Pada penelitian ini angket diberikan kepada Perempuan Rawan Sosial Ekonomi (PRSE) yang ada di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

F. Proses Pengembangan Instrumen

Pada proses pengembangan instrumen dalam penelitian ini, ada beberapa tahapan yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:

1. Penyusunan Kisi-kisi Penelitian

Kisi-kisi penelitian dibuat secara sistematis sesuai dengan pertanyaan yang ada pada perumusan masalah. Kisi-kisi dijabarkan ke dalam beberapa aspek berdasarkan indikator dan sub indikator yang ada, agar memudahkan dalam pembuatan alat pengumpul data. Pada kisi-kisi penelitian faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat terdiri dari beberapa kolom, yaitu kolom pertanyaan penelitian, kolom aspek yang diteliti, kolom


(22)

44

indikator, kolom sub indikator, kolom sumber data, kolom teknik pengumpulan data dan kolom item.

2. Penyusunan Angket

Kisi-kisi yang telah dibuat dijadikan sebagai pedoman dalam menyusun item pertanyaan, kemudian dikembangkan menjadi pertanyaan penelitian dalam bentuk angket. Adapun langkah-langkah dalam penyusunan angket dalam penelitian ini adalah:

a. Membuat daftar pertanyaan dengan singkat, jelas dan sederhana. b. Membuat alternatif jawaban

c. Membuat petunjuk pengisian angket d. Membuat surat pengantar angket

Pertanyaan yang dibuat berjumlah 68 item, dimana seluruh item diambil berdasarkan pada indikator yang telah dituangkan ke dalam kisi-kisi instrumen.

3. Perbanyakan Angket

Angket yang telah disetujui oleh dosen pembimbing kemudian diperbanyak oleh peneliti sesuai dengan jumlah responden yang telah ditentukan sebelumnya.

4. Penyebaran Angket

Angket yang telah diperbanyak kemudian disebarkan untuk diisi oleh responden agar peneliti mendapatkan jawaban sesuai dengan indikator yang telah ditentukan sebelumnya.

5. Tahap Pengambilan Angket (Pengumpulan Angket)

Langkah terakhir adalah mengumpulkan atau mengambil angket yang telah diisi oleh responden. Peneliti menghitung jumlah angket yang telah diisi oleh responden apakah jumlahnya sesuai dengan jumlah angket pada saat disebarkan oleh peneliti kepada responden atau tidak.

G. Teknik Pengumpulan Data

Salah satu tujuan dilaksanakannya penelitian secara langsung ke lapangan adalah untuk mendapatkan data, karena data yang dikumpulkan dalam penelitian merupakan sumber yang dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan yang telah


(23)

45

dirumuskan. Selain itu, data yang diperoleh dapat dijadikan sebagai landasan dalam mengambil kesimpulan. Oleh karena itu, data yang dikumpulkan haruslah data yang tepat.

Beberapa teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Observasi Langsung

Teknik pengumpulan data melalui observasi digunakan jika penelitian berkenaan dengan perilaku manusia, proses kerja, gejala-gejala alam dan bila responden yang diamati tidak terlalu besar.

Observasi termasuk ke dalam salah satu teknik pengumpulan data yang memiliki ciri-ciri spesifik jika dibandingkan dengan teknik-teknik yang lainnya, yaitu pada teknik observasi langsung subjek penelitiannya tidak terbatas pada orang, tetapi juga obyek-obyek lainnya seperti obyek alam ataupun semacamnya. Menurut Nazir (2005:175) “pengumpulan data dengan observasi langsung atau dengan pengamatan langsung adalah cara pengambilan data dengan menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan tersebut”.

Sedangkan menurut Hadi (Sugiyono, 2013:203) mengemukakan bahwa, “observasi merupakan suatu proses yang kompleks, suatu proses yang tersusun dari pelbagai proses biologis dan psikhologis. Dua di antara yang terpenting adalah proses-proses pengamatan dan ingatan.”

Observasi langsung dilakukan untuk meninjau lebih dekat dan memfokuskan penelitian sesuai dengan tujuan penelitian yang akan dilakukan. Hal ini dimaksudkan agar peneliti jauh lebih mengetahui tentang faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kerawanan sosial ekonomi serta harapan PRSE di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

2. Kuesioner (Angket)

Menurut Sugiyono (2013:199) “kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya”.


(24)

46

Adanya angket diharapkan dapat memudahkan proses pengumpulan dan analisis data. Selain itu, penggunaan angket dalam penelitian ini adalah agar lebih praktis, hemat waktu, tenaga, dan hemat biaya. Pada penelitian ini angket diberikan kepada PRSE yang ada di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat.

3. Studi Literatur

Studi literatur digunakan untuk mengungkap konsep dan teori para ahli yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti. Selain itu, studi literatur digunakan untuk mencari, menegaskan, melengkapi dan menganalisis data yang didapatkan dari lapangan.

Penggunaan teknik ini dilakukan dengan mempelajari beberapa sumber bacaan, seperti buku-buku dan hasil penelitian terdahulu ataupun browsing menggunakan internet yang sesuai dengan permasalahan penelitian sehingga dapat menunjang proses penelitian.

4. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan proses pengumpulan data/informasi berupa catatan peristiwa yang sudah berlalu yang berbentuk tulisan, gambar, atau

karya-karya monumental dari seseorang.

Menurut Arikunto (2006:231) metode dokumentasi tidak kalah penting dari metode-metode lain, yaitu mencari data dan mengenal hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, lengger, agenda, dan sebagainya. Dibandingkan dengan metode lain, maka metode ini agak tidak begitu sulit, dalam arti apabila ada kekeliruan sumber datanya masih tetap, belum berubah. Dengan metode dokumentasi yang diamati bukan benda hidup tetapi benda mati.

Oleh karena itu, studi dokumentasi merupakan proses pengumpulan dokumen-dokumen baik dari lembaga maupun yang terdapat di lapangan. Hal ini, selain sebagai bahan pertimbangan bagi penulis juga sebagai bukti dari penelitian yang dilakukan oleh peneliti.


(25)

47

H. Analisis Data

Setelah data didapatkan dari lapangan maka tugas peneliti ialah menganalisis data dengan tujuan mengambil hal-hal yang penting dalam menjawab rumusan masalah.

Analisis data merupakan proses menyusun data secara sistematis berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi langsung dan penyebaran angket. Data yang telah didapatkan kemudian dianalisis dan dibuat simpulan, sehingga mudah dipahami oleh peneliti maupun orang lain.

Untuk mempermudah proses pengolahan data, penulis melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut:

1. Seleksi data, yaitu peneliti memilih data yang telah terkumpul dengan maksud untuk memperoleh data yang sesuai dengan tujuan penelitian.

2. Klasifikasi data, yaitu data yang telah diseleksi dikelompokan berdasarkan kategori tertentu sesuai dengan pertanyaan penelitian, sehingga pengolahannya dapat dengan mudah dilaksanakan.

3. Tabulasi data, yaitu kegiatan mentabulasikan data dengan maksud mengetahui frekuensi dari setiap alternatif jawaban yang satu dengan yang lainnya.

4. Analisa penafsiran data, yaitu kegiatan untuk menganalisa dan menafsirkan data hasil penelitian.

Data yang telah terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik analisis data statistik deskriptif yaitu persentase dengan berbagai tafsiran. Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam menganalisis data pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Membuat tabel yang terdiri dari beberapa kolom, yaitu: kolom alternatif jawaban, kolom frekuensi dan kolom persentase.

2. Membuat frekuensi yang diobservasi (f) dengan cara menjumlahkan tally dari setiap alternatif jawaban.

3. Mencari frekuensi keseluruhan (n) dengan cara menjumlahkan frekuensi yang diobservasi dari setiap alternatif jawaban.


(26)

48

Keterangan :

P = Persentase jawaban

f = Jumlah frekuensi jawaban yang diberikan n = Jumlah Responden yang menjawab pertanyaan 100 % = Bilangan konstanta/tetap

Setelah data diolah dengan menggunakan rumus di atas, untuk memudahkan dalam menafsirkan data yang telah diperoleh maka peneliti menggunakan kriteria perhitungan persentase jawaban sebagai berikut :

0 % = Tak Seorangpun memberikan jawaban 1 % - 24 % = Hanya sebagian kecil

25 % - 49 % = Kurang dari setengahnya 50 % = Setengahnya

51 % - 74 % = Lebih dari setengahnya 75 % - 99 % = Sebagian besar

100 % = Seluruhnya (Arikunto, 2002:115)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap jawaban yang diperoleh dari angket yang telah disebarkan kepada responden dapat diketahui persentasenya dan akan lebih mempermudah peneliti di dalam menafsirkan data hasil penelitian. Adapun penafsiran persentasenya dianalisis dan dideskripsikan berdasarkan pada teori dan konsep yang berkenaan dengan penelitian ini.


(27)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Faktor Penyebab Kerawanan Sosial Ekonomi Pada Perempuan di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Perbedaan Pengalaman Pendidikan Formal

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang merujuk pada enam dimensi yang ada di masyarakat maka dapat disimpulkan bahwa persentase tertinggi yang menjadi faktor penyebab terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada PRSE yang ada di Desa Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat adalah dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh oleh PRSE, dimana lebih dari setengahnya atau sebesar 74,5% PRSE yang ada di Desa Cibogo merupakan lulusan SD/Sederajat. Pendidikan yang rendah menyebabkan mereka berada pada kondisi di bawah garis kemiskinan dan hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan mereka di dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti kebutuhan akan perumahan, kesehatan, perawatan dan kebutuhan pokok sehari-hari. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh menjadikan mereka mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan akan enam aspek yang ada di masyarakat.

2. Harapan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Perbedaan Pengalaman Pendidikan Formal

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang merujuk pada enam dimensi yang ada di masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa persentase tertinggi yang menjadi harapan PRSE yang ada di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat adalah harapan akan adanya kegiatan/program yang dapat membantu mereka untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara maksimal, dimana lebih dari setengahnya atau sebesar (76,4%) PRSE yang mengharapkan hal demikian.


(28)

104

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka saran yang dapat peneliti rekomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Desa Cibogo

Sebagai lembaga yang ada di lingkungan masyarakat, pemerintah Desa Cibogo disarankan untuk lebih memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya terutama perempuan. Salah satunya yaitu dengan melakukan pendataan secara berkala berkenaan dengan keberadaan PRSE yang ada di Desa Cibogo dan melakukan pengawasan terhadap PRSE di dalam menerima pelayanan sosial yang ada. Selain itu, pemerintah Desa Cibogo disarankan untuk lebih memfungsikan organisasi desa yang ada dengan memperbanyak atau mengembangkan program-program yang mampu memberdayakan PRSE, seperti pelatihan keterampilan.

2. Bagi Praktisi PLS

Bagi praktisi PLS disarankan untuk menyelenggarakan program/kegiatan yang mampu membantu masyarakat khususnya kaum perempuan, sehingga mereka dapat terhindar dari kondisi rawan sosial ekonomi, seperti mengadakan pelatihan kewirausahaan, pemberian motivasi dalam berwirausaha atau pelatihan kerajinan tangan sehingga PRSE dapat lebih produktif dengan keterampilan yang dimilikinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan penelitian ini akan tetapi dengan kondisi dan karakteristik masyarakat yang berbeda, baik itu dari aspek sosial, aspek ekonomi, aspek budaya, aspek politik, aspek lingkungan ataupun aspek personal/spiritualnya. Selain itu, untuk peneliti selanjutnya disarankan menggunakan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan yang digunakan oleh peneliti saat ini. Jika pada penelitian ini digunakan pendekatan statistik deskriptif, maka untuk peneliti selanjutnya disarankan menggunakan pendekatan statistik parametrik atau nonparametrik.


(29)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Anggota IKAPI. (2009). Undang-Undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan

Nasional. Bandung: Fokusmedia.

Anwar. (2007). Manakemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rhineka Cipta.

---. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

B2P3KS. (2 juni 2012). Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta. B2P3KS.

Danim, S. (2004). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas Kelompok. Jakarta: Rhineka Cipta.

Depsos RI BP2SP3KS. (2005). Masalah Sosial di Indonesia Kondisi dan Sosial. Jakarta. BP2SP3KS Depsos RI.

Fahrudin, A (2005). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas

Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Hikmat, H. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).

Ife, J. Tesoriero, F. (2008). Community Development. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mardikanto, T dan Soebiato, P. (2012). Pemberdayaan Masyarakat dalam

Perspektif Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta.

Marzuki, Saleh. (2010). Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan

Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung. Rosda Karya.

Nazir. Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia.

Setyawati. (4 Desember 2012). Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta. B2P3KS.


(30)

106

Sudjana, Djudju. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Serta Asas. Bandung.

Falah Production.

---. (2010). Manajemen Program Pendidikan. Bandung. Falah Production. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung. Tarsito.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Utsman. dkk. (2010). Model-model Pemberdayaan Masyarakat Desa di Provinsi

Jawa Tengah. Semarang: Widya Karya. Sumber Selain Jurnal dan Buku

Kementrian Sosial RI. (2012). Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Kemensos.

Kementrian Sosial RI. (2011). Profil Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Indonesia 2011. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial

Kementrian Sosial Republik Indonesia Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik RI.

Sumber dari Internet

Balitbang Kemenhan RI. (2002). Kerawanan Sosial Dan Strategi Penanggulangannya. Balitbang Kemhan RI. [Online]. Tersedia: http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/kerawanan-sosial-dan-strategi-penanggulangannya. [13 Oktober 2012].

Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. (2009). Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). [Online]. Tersedia: http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=u. [13 Oktober 2012].


(31)

107

Sriwahyuni, Novi. (2012). “Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan

Perempuan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga”.


(1)

48

Keterangan :

P = Persentase jawaban

f = Jumlah frekuensi jawaban yang diberikan n = Jumlah Responden yang menjawab pertanyaan 100 % = Bilangan konstanta/tetap

Setelah data diolah dengan menggunakan rumus di atas, untuk memudahkan dalam menafsirkan data yang telah diperoleh maka peneliti menggunakan kriteria perhitungan persentase jawaban sebagai berikut :

0 % = Tak Seorangpun memberikan jawaban 1 % - 24 % = Hanya sebagian kecil

25 % - 49 % = Kurang dari setengahnya 50 % = Setengahnya

51 % - 74 % = Lebih dari setengahnya 75 % - 99 % = Sebagian besar

100 % = Seluruhnya (Arikunto, 2002:115)

Berdasarkan perhitungan di atas, maka setiap jawaban yang diperoleh dari angket yang telah disebarkan kepada responden dapat diketahui persentasenya dan akan lebih mempermudah peneliti di dalam menafsirkan data hasil penelitian. Adapun penafsiran persentasenya dianalisis dan dideskripsikan berdasarkan pada teori dan konsep yang berkenaan dengan penelitian ini.


(2)

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

1. Faktor Penyebab Kerawanan Sosial Ekonomi Pada Perempuan di Desa

Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Perbedaan Pengalaman Pendidikan Formal

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang merujuk pada enam dimensi yang ada di masyarakat maka dapat disimpulkan bahwa persentase tertinggi yang menjadi faktor penyebab terjadinya kerawanan sosial ekonomi pada PRSE yang ada di Desa Cibogo Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat adalah dikarenakan rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh oleh PRSE, dimana lebih dari setengahnya atau sebesar 74,5% PRSE yang ada di Desa Cibogo merupakan lulusan SD/Sederajat. Pendidikan yang rendah menyebabkan mereka berada pada kondisi di bawah garis kemiskinan dan hal tersebut berpengaruh terhadap kemampuan mereka di dalam memenuhi kebutuhan hidup, seperti kebutuhan akan perumahan, kesehatan, perawatan dan kebutuhan pokok sehari-hari. Selain itu, rendahnya tingkat pendidikan yang ditempuh menjadikan mereka mengalami kesulitan di dalam memenuhi kebutuhan akan enam aspek yang ada di masyarakat.

2. Harapan Perempuan Rawan Sosial Ekonomi di Desa Cibogo, Kecamatan

Lembang, Kabupaten Bandung Barat Berdasarkan Perbedaan

Pengalaman Pendidikan Formal

Berdasarkan pembahasan dan hasil penelitian yang merujuk pada enam dimensi yang ada di masyarakat, maka dapat disimpulkan bahwa persentase tertinggi yang menjadi harapan PRSE yang ada di Desa Cibogo, Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat adalah harapan akan adanya kegiatan/program yang dapat membantu mereka untuk dapat memanfaatkan sumber daya alam yang ada secara maksimal, dimana lebih dari setengahnya atau sebesar (76,4%) PRSE yang mengharapkan hal demikian.


(3)

104

B. Saran

Berdasarkan simpulan yang telah dipaparkan di atas, maka saran yang dapat peneliti rekomendasikan adalah sebagai berikut:

1. Bagi Pemerintah Desa Cibogo

Sebagai lembaga yang ada di lingkungan masyarakat, pemerintah Desa Cibogo disarankan untuk lebih memperhatikan kondisi sosial ekonomi masyarakatnya terutama perempuan. Salah satunya yaitu dengan melakukan pendataan secara berkala berkenaan dengan keberadaan PRSE yang ada di Desa Cibogo dan melakukan pengawasan terhadap PRSE di dalam menerima pelayanan sosial yang ada. Selain itu, pemerintah Desa Cibogo disarankan untuk lebih memfungsikan organisasi desa yang ada dengan memperbanyak atau mengembangkan program-program yang mampu memberdayakan PRSE, seperti pelatihan keterampilan.

2. Bagi Praktisi PLS

Bagi praktisi PLS disarankan untuk menyelenggarakan program/kegiatan yang mampu membantu masyarakat khususnya kaum perempuan, sehingga mereka dapat terhindar dari kondisi rawan sosial ekonomi, seperti mengadakan pelatihan kewirausahaan, pemberian motivasi dalam berwirausaha atau pelatihan kerajinan tangan sehingga PRSE dapat lebih produktif dengan keterampilan yang dimilikinya.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk mengkaji permasalahan yang sama dengan penelitian ini akan tetapi dengan kondisi dan karakteristik masyarakat yang berbeda, baik itu dari aspek sosial, aspek ekonomi, aspek budaya, aspek politik, aspek lingkungan ataupun aspek personal/spiritualnya. Selain itu, untuk peneliti selanjutnya disarankan menggunakan pendekatan yang berbeda dengan pendekatan yang digunakan oleh peneliti saat ini. Jika pada penelitian ini digunakan pendekatan statistik deskriptif, maka untuk peneliti selanjutnya disarankan menggunakan pendekatan statistik parametrik atau nonparametrik.


(4)

DAFTAR PUSTAKA Sumber Buku:

Anggota IKAPI. (2009). Undang-Undang SISDIKNAS Sistem Pendidikan

Nasional. Bandung: Fokusmedia.

Anwar. (2007). Manakemen Pemberdayaan Perempuan. Bandung: Alfabeta Arikunto, S. (2002). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

Rhineka Cipta.

---. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rhineka Cipta.

B2P3KS. (2 juni 2012). Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta. B2P3KS.

Danim, S. (2004). Motivasi kepemimpinan dan efektivitas Kelompok. Jakarta: Rhineka Cipta.

Depsos RI BP2SP3KS. (2005). Masalah Sosial di Indonesia Kondisi dan Sosial. Jakarta. BP2SP3KS Depsos RI.

Fahrudin, A (2005). Pemberdayaan Partisipasi dan Penguatan Kapasitas

Masyarakat. Bandung: Humaniora.

Hikmat, H. (2010). Strategi Pemberdayaan Masyarakat. Bandung: Humaniora Utama Press (HUP).

Ife, J. Tesoriero, F. (2008). Community Development. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Mardikanto, T dan Soebiato, P. (2012). Pemberdayaan Masyarakat dalam

Perspektif Kebijakan Publik. Bandung:Alfabeta.

Marzuki, Saleh. (2010). Pendidikan Nonformal Dimensi dalam Keaksaraan

Fungsional, Pelatihan, dan Andragogi. Bandung. Rosda Karya.

Nazir. Moh. (2005). Metode Penelitian. Bogor. Ghalia Indonesia.

Setyawati. (4 Desember 2012). Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial. Yogyakarta. B2P3KS.


(5)

106

Sudjana, Djudju. (2001). Pendidikan Luar Sekolah: Wawasan, Sejarah

Perkembangan, Falsafah dan Teori Pendukung Serta Asas. Bandung.

Falah Production.

---. (2010). Manajemen Program Pendidikan. Bandung. Falah Production. Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung. Tarsito.

Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif

Kualitatif, dan R & D. Bandung: Alfabeta.

Suharto, Edi (2005). Membangun Masyarakat Memberdayakan Rakyat. Bandung: Refika Aditama.

Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2008). Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.

Universitas Pendidikan Indonesia. (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI.

Utsman. dkk. (2010). Model-model Pemberdayaan Masyarakat Desa di Provinsi

Jawa Tengah. Semarang: Widya Karya. Sumber Selain Jurnal dan Buku

Kementrian Sosial RI. (2012). Pedoman Pendataan dan Pengelolaan Data

Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial dan Potensi dan Sumber Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Kemensos.

Kementrian Sosial RI. (2011). Profil Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial

Indonesia 2011. Jakarta: Pusat Data dan Informasi Kesejahteraan Sosial

Kementrian Sosial Republik Indonesia Bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik RI.

Sumber dari Internet

Balitbang Kemenhan RI. (2002). Kerawanan Sosial Dan Strategi

Penanggulangannya. Balitbang Kemhan RI. [Online]. Tersedia:

http://www.balitbang.kemhan.go.id/?q=content/kerawanan-sosial-dan-strategi-penanggulangannya. [13 Oktober 2012].

Glosarium Penyelenggaraan Kesejahteraan Sosial. (2009). Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS). [Online]. Tersedia: http://www.kemsos.go.id/modules.php?name=glosariumkesos&letter=u. [13 Oktober 2012].


(6)

107

Sriwahyuni, Novi. (2012). “Pemanfaatan Hasil Program Pemberdayaan

Perempuan untuk Meningkatkan Kesejahteraan Keluarga”.