Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square pada pembelajaran matematika pokok bahasan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel kelas X SMA

(1)

i

PEMANFAATAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE

THINK PAIR SQUARE

PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA

POKOK BAHASAN MENYELESAIKAN MODEL MATEMATIKA

DARI MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN SISTEM

PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL KELAS X SMA SANTA

MARIA REMBANG TAHUN AJARAN 2013/2014

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh :

Agustina Sandhi Yudha Agusta (091414025)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

2013


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

(7)

vii

ABSTRAK

Agustina Sandhi Yudha Agusta. 2013. Pemanfaatan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Menyelesaikan Model Matematika Dari Masalah Yang Berkaitan Dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Kelas X SMA Santa Maria Rembang Tahun Ajaran 2013/2014. Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square serta mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square siswa kelas X SMA Santa Maria Rembang Tahun Ajaran 2013/2014.

Penelitian ini termasuk penelitian kuantitatif-kualitatif. Subjek penelitian adalah siswa-siswi SMA Santa Maria Rembang kelas X semester I tahun ajaran 2013/2014. Pokok bahasan dalam penelitian ini adalah menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data keaktifan dan hasil belajar siswa. Data tersebut diperoleh dari observasi keaktifan, pre tes, pos tes dan wawancara. Alat ukur untuk hasil belajar siswa adalah dengan menggunakan pre tes yang dilakukan di awal penelitian dan pos tes yang dilakukan di akhir penelitian. Sedangkan untuk keaktifan siswa dengan menggunakan lembar observasi dan lembar wawancara.

Dari hasil analisis dapat disimpulkan: (1) Metode Think Pair Square efektif terhadap keaktifan siswa dan akumulasi persentase keseluruhan siswa mencapai kriteria keaktifan individu siswa sangat tinggi adalah 17,778%, keaktifan tinggi adalah 37,777%, kriteria cukup aktif adalah 43,333%, dan kriteria keaktifannya rendah adalah 1,111%. Hal tersebut menunjukan bahwa siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran dan penggunaan metode Think Pair Square efektif meningkatkan keaktifan siswa. Prosentase keaktifan siswa yang mencapai kriteria keaktifan sangat tinggi adalah 23,809% dan keaktifan tinggi adalah 37,777%. (2) Hasil belajar siswa setelah proses penelitian dalam pembelajaran dengan menggunakan metode Think Pair Square efektif meningkat dari prosentase ketuntasan siswa pada pre tes adalah 30% menjadi 90% pada pos tes.

Kata kunci : Metode Think Pair Square, Keaktifan, Model Matematika, Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dan Hasil belajar


(8)

viii

ABSTRACT

Sandhi Yudha Agusta, Agustina. 2013. The Utilization of Cooperative Learning Methods Think Pair Square Type In Learning Mathematics of Problem Solving Mathematical Model Relating to Two Variable Linear Equation System Grade X of Santa Maria Senior High School Rembang Academic Year 2013/2014 . Thesis . Mathematic Education Study Program. Faculty of Teacher Training and Education. Sanata Dharma University , Yogyakarta .

The purpose of this study was to determine the extent of involvement of the student in the learning process of mathematics by using cooperative learning model Think Pair Square, and know how high the learning outcomes of students in learning mathematics using cooperative learning model Think Pair Square Grade X of Santa Maria Senior High School Rembang academic year 2013/2014 .

This study was quantitative - qualitative research . The subjects were grade X in the first semester students Santa Maria Senior High School Rembang first semester academic year 2013/2014. The essential subject of this research was to solve mathematical models of the problems associated with the system of linear equations of two variables. The data needed of this study was involvement data and student learning outcomes. The data was obtained from the observation, pre-test, post test and interview. Measurement tools for student learning outcomes was conducted a pre-test in the beginning of the study and post tests were conducted at the end of the study. Meanwhile, the involvement of the student was obtained by using observation sheets and questionnaires.

From the data analysis it concluded : ( 1 ) Think Pair Square method was effective for student involvement and accumulation of the overall percentage of students achieving the very high activity of individual students is 17.778 % , 37.777 % is a high active , moderately involvement criterion is 43.333 % , and the criteria for low activeness is 1.111 % . It showed that the students were active in participating in the learning process and the use of effective methods of Think Pair Square increased student involvement. Percentage of active students who achieve very high criteria of activity was 23.809 % and 37.777 % activity was high. ( 2 ) The results of student learning after the research in the learning process by using the Think Pair Square effective method were increasing the percentage of students in the pre-test was 30 % to 90 % on the post test.

Keywords : Think Pair Square Methods , Motivation, Mathematical Model, Two Variable Linear Equation System and learning outcomes


(9)

ix

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat rahmat kasih karuniaNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang berjudul “Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Menyelesaikan Model Matematika Dari Masalah Yang Berkaitan Dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Kelas X SMA Santa Maria Rembang Tahun Ajaran 2013/2014 ” dengan baik dan lancar.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis mendapat nasihat, dukungan, bimbingan, dan motivasi. Oleh sebab itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma

2. Drs. A. Atmadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sanata Dharma

3. Dr. M. Andy Rudhito, S. Pd. selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika Universitas Sanata Dharma

4. Drs. Thomas Sugiarto, M.T. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, memberikan pengarahan kepada penulis dengan sabar dan memberikan nasihat serta saran yang berguna dalam penyusunan skripsi ini sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi.

5. Para dosen dan staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam yang telah memberikan bantuan kepada penulis


(10)

x

6. Dra. F. Martisasiwi selaku Kepala Sekolah SMA Santa Maria Rembang yang telah mengijinkan peneliti untuk melakukan penelitian di sekolah tersebut.

7. Sebastianus Ariest Gunawan, S,Pd. selaku Guru Bidang Studi Matematika SMA Santa Maria Rembang yang telah membantu dalam menentukan jadwal penelitian dan dalam memberikan saran-saran

8. Siswa-siswi kelas X SMA Santa Maria Rembang atas partisipasi dan kerjasamanya selama melaksanakan penelitian

9. Bapak, Ibu, Adik, Pacar dan Sahabat yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, cinta, motivasi, dan semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10.Teman-teman angkatan 2009

11.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu

Penulis berharap semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca dan dapat digunakan sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

Yogyakarta, 20 Oktober 2013 Penulis


(11)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 4

C. Pembatasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 5

E. Batasan Istilah ... 5

F. Tujuan Penelitian ... 7

G. Manfaat Penelitian ... 7

H. Sistematika Penulisan ………... 8

BAB II LANDASAN TEORI ... 10

A. Pengertian Belajar ... 10

B. Pengertian Matematika ... 11

C. Pembelajaran Matematika ... 12

D. Keaktifan dan Hasil Belajar ... 13

1. Keaktifan Siswa ... 13

2. Hasil Belajar ... 15

3. Hasil Belajar Matematika ... 17

E. Pembelajaran Kooperatif ... 18

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(12)

xii

F. Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square ... 23

1. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Square ... 24

a. Keunggulan Model Pembelajaran Think Pair Square…… 24

b. Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Square …… 25

2. Ciri-ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square ... 26

3. Tahap-tahap Model Pembelajaran Think Pair Square ... 26

G. Menyelesaikan Masalah yang Berkaitan Dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel ... 29

H. Kerangka Berpikir ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 36

A. Jenis Penelitian ... 36

B. Subyek Penelitian ... 37

C. Obyek Penelitian ... 37

D. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

E. Variabel Penelitian ... 38

F. Data dan Metode Pengumpulan Data ... 38

G. Instrumen Penelitian ... 40

1. Instrumen Pembelajaran ... 40

2. Instrumen Penelitian ... 41

H. Analisis Data ... 44

1. Keaktifan Siswa ... 44

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa ……….. 50

3. Wawancara ……….. 51

I. Validasi Instrumen ... 51

1. Validitas Butir Soal ... 51

2. Reabilitas Instrumen Penelitian ... 52

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 53

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA, ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 57

A. Pelaksanaan Penelitian ... 57

1. Penyusunan Instrumen ... 57

2. Validitas dan Reabilitas ... 58


(13)

xiii

4. Pelaksanaan Pembelajaran Dengan Metode Think Pair

Square ... 59

5. Pelaksanaan Pos Tes ... 66

6. Wawancara ... 67

B. Tabulasi Data ... 68

1. Data Validitas ... 68

2. Data Reliabilitas ... 68

3. Data Keaktifan ... 68

4. Data Pretes ... 72

5. Data Postes ... 73

6. Data Perbandingan Pre Tes dan Pos Tes ... 74

7. Data Wawancara Siswa ... 75

C. Analisis Data ... 76

1. Analisis Data Validitas ... 76

2. Analisis Data Reliabilitas ... 77

3. Analisis Keaktifan Siswa ... 79

4. Analisis Keaktifan Siswa Secara Kualitatif ... 86

5. Analisis Hasil Belajar ... 88

6. Analisis Jawaban Siswa Secara Kualitatif ... 91

7. Analisis Lembar Kerja Siswa (LKS) ... 93

8. Analisis Data Wawancara ... 103

D. Pembahasan ... 103

1. Keaktifan ... 103

2. Hasil Belajar ... 104

E. Keterbatasan Penelitian ………... 105

BAB V PENUTUP ... 107

A. Kesimpulan ... 107

B. Saran ... 108

DAFTAR PUSTAKA ... 110 LAMPIRAN


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gb 4.1 Suasana Kelas Ketika Peneliti Memberi Penjelasan Kepada

Siswa ... 61 Gb 4.2 Suasana Siswa yang Sedang Memperhatikan Teman yang Sedang

Presentasi ... 63 Gb 4.3 Suasana Siswa Mempresentasikan Jawaban ... 65


(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif ……….. 21

Tabel 2.2 Tahap-tahap Model Pembelajaran Think Pair Square ………. 26

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pre Tes ……… 43

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Siswa ……….. 44

Tabel 3.3 Lembar Observasi Keaktifan Siswa ……….. 45

Tabel 3.4 Teknis Analisis Data ………. 49

Tabel 3.5 Penskoran Keaktifan Siswa ………... 49

Tabel 3.6 Kriteria Aktivitas Siswa ……… 50

Tabel 3.7 Kriteria Uji Korelasi ……….. 52

Tabel 3.8 Interprestasi Reabilitas ……….. 53

Tabel 4.1 Urutan Kegiatan Pelaksanaan ……….. 57

Tabel 4.2 Hasil Uji Validitas Soal ………. 68

Tabel 4.3 Interpretasi Reabilitas ……… 68

Tabel 4.4 Data Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Pertama ……….. 69

Tabel 4.5 Data Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Kedua ……… 69

Tabel 4.6 Data Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Ketiga ……… 70

Tabel 4.7 Data Keaktifan Kelompok Pertemuan Pertama ………. 71

Tabel 4.8 Data Keaktifan Kelompok Pertemuan Kedua ……… 72

Tabel 4.9 Data Keaktifan Kelompok Pertemuan Ketiga ………... 72

Tabel 4.10 Hasil Pre Tes ………. 72

Tabel 4.11 Hasil Pos Tes ………. 73

Tabel 4.12 Data Hasil Perbandingan Pre Tes dan Pos Tes ……….. 74

Tabel 4.13 Hasil Perhitungan Validitas Butir Soal ……….. 77

Tabel 4.14 Hasil Analisis Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Pertama ……... 80

Tabel 4.15 Hasil Analisis Keaktifan Kelompok Pertemuan Pertama …………. 81

Tabel 4.16 Hasil Analisis Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Kedua ………. 82

Tabel 4.17 Hasil Analisis Keaktifan Kelompok Pertemuan Kedua ……… 83

Tabel 4.18 Hasil Analisis Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Ketiga ………. 84

Tabel 4.19 Hasil Analisis Keaktifan Kelompok Pertemuan Ketiga ……… 85

Tabel 4.20 Hasil Analisis Keaktifan Individu Siswa Seluruh Pertemuan …….. 85

Tabel 4.21 Hasil Analisis Keaktifan Kelompok Seluruh Pertemuan ………….. 86

Tabel 4.22 Keaktifan Siswa Selama Proses Pembelajaran ……….. 86

Tabel 4.23 Kriteria Hasil Pre Tes ……… 89

Tabel 4.24 Kriteria Hasil Pos Tes ………... 90

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(16)

xvi

Tabel 4.27 Analisis Soal Pre Tes dan Pos Tes ……… 91

Tabel 4.28 Analisis Lembar Kerja Siswa 1 ………. 94

Tabel 4.29 Analisis Lembar Kerja Siswa 2 ………. 97


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN A Halaman

A.1 RPP Pertemuan Pertama ………... 112

A.2 RPP Pertemuan Kedua ...……….. 115

A.3 RPP Pertemuan Ketiga ………...………. 118

A.4 LKS Pertemuan Pertama ……….. 121

A.5 LKS Pertemuan Kedua ...………. 122

A.6 LKS Pertemuan Ketiga …...………. 123

A.7 Jawaban LKS Pertemuan Pertama ……….. 124

A.8 Jawaban LKS Pertemuan Kedua …...………... 129

A.9 Jawaban LKS Pertemuan Ketiga ...……….. 132

A.10 Kriteria Penskoran Pre Tes ………... 135

A.11 Soal Pre Tes ………... 137

A.12 Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian Pre Tes ... 142

A.13 Soal Pos Tes ………. 151

A.14 Kunci Jawaban dan Rubrik Penilaian Pos Tes ... 156

A.15 Lembar Observasi Keaktifan Individu Siswa …………. 164

A.16 Lembar Observasi Keaktifan Kelompok ………. 165

A.17 Lembar Wawancara ………... 167

A.18 Uji Validitas dan Reabilitas ………... 168

A.19 Kelompok Belajar Siswa ………... 185

LAMPIRAN B B.1 Lembar Observasi Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Pertama .………. …………. 186

B.2 Lembar Observasi Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Kedua ……….…………. 189

B.3 Lembar Observasi Keaktifan Individu Siswa Pertemuan Ketiga ……….…………. 192

B.4 Lembar Observasi Keaktifan Kelompok Pertemuan Pertama ………...………... 195

B.5 Lembar Observasi Keaktifan Kelompok Pertemuan Kedua ...………...………... 198

B.6 Lembar Observasi Keaktifan Kelompok Pertemuan Ketiga ...………...………... 201

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(18)

xviii

B.7 Contoh Jawaban LKS 1 ……….. 204

B.8 Contoh Jawaban LKS 2 ……….. 210

B.9 Contoh Jawaban LKS 3 ……….. 213

B.10 Contoh Jawaban Pre Tes ………. 218

B.11 Contoh Jawaban Pos Tes ………. 230

LAMPIRAN C C.1 Surat Ijin Penelitian ………... 242


(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan sengaja, teratur dan berencana dengan maksud mengubah atau mengembangkan perilaku yang diinginkan. Sekolah sebagai lembaga formal merupakan sarana dalam rangka pencapaian tujuan pendidikan tersebut. Melalui sekolah, siswa belajar berbagai macam hal. (Wahyuningsih : 2004)

Matematika merupakan pelajaran yang sering dianggap sebagai pelajaran yang membosankan dan kebanyakan siswa beranggapan bahwa pelajaran matematika adalah pelajaran yang sulit dipahami. Hal ini terlihat dari nilai matematika mereka tidak dapat memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). Berdasarkan pengalaman belajar selama 3 tahun dan pengamatan dari peneliti hal ini juga yang dialami oleh siswa SMA Santa Maria Rembang yang ditunjukkan oleh sikap siswa yang sebagian besar kurang antusias ketika pelajaran berlangsung, rendahnya respon umpan balik siswa terhadap penjelasan guru serta pemusatan perhatian tehadap pelajaran yang kurang dan sebagian besar siswa pasif. Mereka tidak berani mengungkapkan apa yang sudah mereka pahami atau apa yang belum mereka ketahui. Konsep-konsep mereka benar atau salah pun sulit diketahui oleh guru meskipun guru telah berusaha menjelaskan materi dengan semaksimal mungkin.


(20)

Secara geografis SMA Santa Maria Rembang terletak di pusat kota Rembang. Akan tetapi keberadaan sekolah swasta di kota kecil seperti Rembang sering terabaikan bahkan banyak siswa yang lebih memilih sekolah negeri daripada sekolah swasta dengan alasan kualitasnya yang lebih baik dan biaya sekolahnya lebih rendah daripada sekolah swasta. Jumlah siswa di SMA Santa Maria pun tidak sebanyak siswa di sekolah negeri. Dengan demikian input siswa lulusan SMP yang memilih bersekolah di SMA Santa Maria di kota Rembang pun bisa dikatakan kurang. Berbagai macam cara digunakan baik oleh sekolah maupun guru-guru dengan harapan dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar terutama pada mata pelajaran matematika. Namun demikian ternyata hasilnya belum optimal, ini ditunjukkan dengan ketuntasan belajar yang masih rendah. Hal ini bisa dilihat dari data nilai tes pada materi Sistem Persamaan Linier Dua Variabel tahun akademik 2012/2013 yang menunjukan hampir 75% siswa tidak memenuhi nilai kriteria ketuntasan (KKM) sehingga guru harus melalukan remidi. Hasil pengamatan lainnya adalah minat siswa terhadap pelajaran matematika bisa dikatakan kurang hal ini bisa dilihat dari antusias dan perhatiaan siswa di dalam kelas yang kadang masih asik mengobrol dengan teman sebangku dan beranggapan bahwa matematika merupakan pelajaran hafalan. Hal ini juga dipengaruhi kemampuan siswa juga bisa dikatakan kurang.

Untuk mengatasi kurang aktifnya siswa dan mengupayakan meningkatkan hasil belajar matematika dalam pembelajaran matematika peneliti perlu mengadakan suatu usaha meningkatan keaktifan dan hasil belajar siswa dengan memberi variasi model pembelajaran yang bersifat Cooperative Learning yang


(21)

3

melibatkan siswa secara langsung dan akan berdampak pada meningkatkan aktivitas dan tanggung jawab siswa. Dan salah satu tipe Cooperative Learning yang dipilih peneliti adalah tipe Think Pair Square.

Peneliti memilih model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square pada materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel karena Think Pair Square memberikan kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide dalam memecahkan masalah sistem persamaan linier dua variabel dan memberikan suatu pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan cara menjawabnya. Akhirnya jika permasalahan yang diajukan tidak memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang lebih menyeluruh. Model pemelajaran kooperatif tipe Think Pair Square merupakan modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933.

Berdasarkan uraian di atas, upaya meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa pada kelas X SMA Santa Maria Rembang akan dilakukan penelitian yang berjudul “Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Square Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Menyelesaikan Model Matematika Dari Masalah Yang Berkaitan Dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel Kelas X SMA Santa Maria Rembang Tahun Ajaran 2013/2014.”


(22)

B. Identifikasi Masalah

Permasalahan yang selama ini dihadapi adalah:

1. Banyak siswa yang kurang aktif mengikuti pelajaran.

2. Dominasi guru dalam setiap pembelajaran matematika berlangsung sehingga siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru dan peran siswa dalam pembelajaran kurang.

3. Para siswa kesulitan dalam memahami soal-soal mengenai memodelkan dan menyelesaikan model matematika yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel.

4. Hasil belajar siswa dalam materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel rendah.

5. Metode pembelajaran yang digunakan guru masih konvensional. Siswa jarang diajak untuk menyelesaikan materi secara berkelompok.

C. Pembatasan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan pada penjelasan sebelumnya, penulis menentukan beberapa pembatasan masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah tersebut adalah sebagai berikut:

1. Materi yang diteliti dalam penelitian ini adalah menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel yang didasari pada pembelajaran yang kontekstual

2. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa kelas X SMA Santa Maria Rembang Tahun Ajaran 2013/2014


(23)

5

3. Penelitian ini hanya membahas mengenai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square dalam upaya meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, peneliti menemukan 2 rumusan masalah yaitu: 1. Sejauh mana tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran

matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square?

2. Seberapa tinggi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square?

E. Batasan Istilah

Istilah-istilah dalam rumusan pertanyaan, didefinisikan sebagai berikut:

1. Model Pembelajaran Kooperatif dalam penelitian ini adalah strategi pembelajaran yang menekankan pada proses kerjasama dalam suatu kelompok siswa untuk mempelajari suatu materi yang spesifik sampai tuntas. Kerjasama disini dimaksudkan setiap anggota kelompok harus saling bantu satu sama lain. Oleh karena itu setiap anggota kelompok harus memiliki tanggung jawab penuh terhadap kelompoknya.

2. Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square dalam penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif yang digunakan untuk meningkankan kemampuan berpikir, berkomunikasi, dan mendorong siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain. Dalam pembelajaran

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(24)

kooperatif tipe Think Pair Square membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empat orang.

3. Topik Sistem Persamaan Linier Dua Variabel dalam penelitian ini adalah konsep awal dalam menghitung dan menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel yang didasarkan pada masalah yang kontekstual.

4. Keaktifan siswa dalam penelitian ini adalah kegiatan-kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses belajar yang terkait dengan aktifitas fisik, mental maupun psikis. Misalnya berdiskusi, bertanya, mengemukakan pendapat, menjawab pertanyaan, bertanya, dll

5. Hasil belajar dalam penelitian ini adalah suatu hasil nyata yang dicapai oleh siswa dalam usaha setelah terjadinya proses pembelajaran yang ditunjukkan dengan nilai tes yang diberikan oleh guru setiap selesai memberikan materi pelajaran pada suatu pokok bahasan.

Pemanfaatan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square Pada Pembelajaran Matematika Pokok Bahasan Menyelesaikan Masalah Yang Berkaitan Dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel kelas X SMA Santa Maria Rembang Tahun Ajaran 2013/1014 adalah sebuah upaya dengan menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square sebagai usaha untuk meningkatkan keaktifan siswa dan hasil belajar matematika siswa pada materi menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel.


(25)

7

F. Tujuan Penelitian

Tujuan yang ingin dicapai penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat keaktifan siswa dalam proses pembelajaran matematika dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square.

2. Untuk mengetahui seberapa tinggi hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran matematika menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square.

G. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Bagi Siswa

a. Membuat siswa lebih terlibat dalam proses pembelajaran dan aktifittas siswa lebih meningkat

b. Memberikan nuansa rekreatif dan suasana baru dalam proses pembelajaran

c. Melatih siswa lebih kreatif dan inovatif dalam pembelajaran 2. Bagi Guru

a. Dapat memberi sumbangan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran matematika

b. Sebagai infomasi bagi guru matematika mengenai pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square


(26)

3. Bagi Sekolah

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan kualitas sekolah khususnya pada mata pelajaran matematika.

4. Bagi Peneliti

Penelitian ini menambah pengetahuan peneliti terutama dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran dengan metode tertentu serta diharapkan menjadi referensi ilmiah.

H. Sistematika Penulisan

1. Bagian Awal Skripsi

Pada bagian awal penulisan skripsi memuat beberapa halaman yang terdiri dari halaman judul, halaman persetujuan, halaman pengesahan, halaman persembahan, lembar pernyataan keaslian karya, lembar pernyataan kepentingan akademik, abstrak, kata pengantar, daftar isi, daftar gambar, daftar tabel, daftar lampiran.

2. Bagian Isi

Bagian isi memuat lima bab, yaitu sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, batasan istilah, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.


(27)

9

BAB II LANDASAN TEORI

Bab ini berisi tentang teori-teori yang melandasi penelitian ini yaitu pembelajaran matematika, keakttifan, hasil belajar, pembelajaran kooperatif, pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Squarre, materi pembelajaran, dan kerangka berpikir. BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memuat aspek-aspek metodologi penelitian yang mencakup jenis penelitian, subyek dan obyek penelitian, tempat dan waktu penelitian, bentuk data penelitian, metode pengumpulan data, instrumen, perencanaan penelitian.

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, TABULASI DATA,

ANALISIS DATA, DAN PEMBAHASAN HASIL

PENELITIAN

Bab ini memuat hasil dari penelitian yang mencakup proses penelitian, data hasil penelitian dan analisis data hasil penelitian.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

3. Bagian Akhir Skripsi

Pada bagian akhir penulisan skripsi memuat daftar pustaka dan lampiran-lampiran.


(28)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Pengertian Belajar

Belajar adalah sebuah proses perubahan di dalam kepribadian manusia dan perubahan tersebut ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti kecakapan, pengetahuan, sikap, kebiasaan, pemahaman, keterampilan, daya pikir, dan kemampuan-kemampuan yang lain.

Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, keterampilan, kebiasaan, kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang dikatakan belajar bila diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku itu memang dapat diamati dan berlaku dalam waktu relatif lama dan disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan menjadi mampu mengerjakan. (Herman Hudojo, 1988: 1)

Dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku, pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan nilai-sikap yang tidak


(29)

11

disebabkan oleh pembawaan, kematangan, dan keadaan sesaat seseorang, namun terjadi sebagai hasil latihan dalam interaksi dengan lingkungan.

B. Pengertian Matematika

Dibandingkan dengan ilmu pengetahuan lain matematika mempunyai karakteristik sendiri. Matematika berhubungan dengan ide-ide atau konsep-konsep yang abstrak yang penalarannya bersifat deduktif, namun banyak orang yang menyebutkan bahwa matematika itu adalah ilmu hitung. Matematika memiliki bahasa dan aturan yang terdefinisi dengan baik, penalaran yang jelas dan sistematis, dan struktur atau keterkaitan antar konsep yang kuat

Matematika adalah ilmu yang memiliki keterkaitan antara pengalaman belajar siswa sebelumnya dengan konsep yang akan diajarkan. Dalam matematika setiap konsep berkaitan dengan konsep yang lain , dan suatu konsep menjadi prasarat bagi konsep yang lain. Oleh karena itu siswa harus lebih banyak diberi kesempatan untuk melakukan keterkaitan tersebut.

Secara singkat dikatakan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersususun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Hal yang demikian ini tentu saja membawa akibat kepada bagaimana terjadinya proses belajar matematika itu. (Herman Hudojo, 1988: 3)


(30)

C. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika terdiri dari dua kata yaitu pembelajaran dan matematika. Pembelajaran adalah upaya menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, potensi, minat, bakat dan kebutuhan peserta didik yang beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik (Amin Suyitno, 2004 : 2).

Ciri utama matematika adalah penalaran deduktif yaitu kebenaran suatu konsep atau pernyataan yang diperoleh sebagai akibat logis dari kebenaran sebelumnya. Namun demikian, dalam pembelajaran pemahaman konsep sering diawali secara induktif melalui pengalaman peristiwa nyata. Proses induktif-deduktif dapat digunakan untuk mempelajari konsep matematika. selama mempelajari matematika di kelas, aplikasi hasil rumus atau sifat yang diperoleh dari penalaran deduktif maupun induktif sering ditemukan meskipun tidak secara formal hal ini disebut dengan belajar bernalar.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses yang diselenggarakan oleh guru untuk membelajarkan siswa guna memperoleh ilmu pengetahuan dan keterampilan matematika. Suatu proses pembelajaran yang dimaksud adalah suatu kegiatan yang dilakukan guru untuk menciptakan situasi agar siswa belajar dengan menggunakan model pembelajaran.


(31)

13

Tujuan pembelajaran matematika itu sendiri adalah terbentuknya kemampuan bernalar pada diri siswa yang tercermin melalui kemampuan berpikir kritis, logis, sistematis, dan memiliki sifat obyektif, jujur, disiplin dalam memecahkan suatu permasalahan baik dalam bidang matematika, bidang lain, maupundalam kehidupan sehari-hari.

Jadi apabila seorang guru memahami dengan baik matematika maka seorang guru matematika akan mampu menggunakan matematika untuk membawa peserta didik atau siswanya agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Sebaliknya, apabila pemahaman guru terhadap matematika kurang baik dapat dipastikan bahwa penggunaan matematika juga tidak akan maksimal seperti yang diharapkan. Selain itu, matematika cukup dikenal dengan mata pelajaran yang sulit, keabstrakan objek-objek matematika perlu diupayakan agar dapat diwujudkan secara lebih konkret agar lebih mudah dipahami oleh peserta didik atau siswa. Inilah yang seharusnya menjadi perhatian guru matematika, dan diharapkan dapat menjadi pendorong untuk lebih kreatif dalam merencanakan proses pembelajaran.

D. Keaktifan dan Hasil Belajar

1. Keaktifan Siswa

Dalam proses belajar mengajar terjadi aktivitas guru dan siswa. Hal ini yang memotivasi siswa untuk cenderung aktif dalam belajar. Keaktifan siswa dalam belajar merupakan persoalan penting yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(32)

harus dipahami dan dikembangkan setiap guru dalam proses pembelajaran. Sehingga keaktifan siswa perlu digali dari potensi-potensinya yang mereka aktualisasikan melalui aktivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Trinandita dalam http://ipotes.wordpress.com (2008) menyatakan bahwa, “Hal yang paling mendasar yang dituntut dalam proses pembelajaran adalah keaktifan siswa”. Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran akan menyebabkan interaksi yang tinggi antara guru dengan siswa maupun dengan siswa itu sendiri.

Beberapa jenis aktivitas belajar menurut Dierich (Oemar Hamalik, 2004: 172) adalah

a. Kegiatan – kegiatan visual. Kegiatan ini meliputi membaca, melihat, mengamati, mendemonstrasikan, dan pameran.

b. Kegiatan-kegiatan lisan. Kegiatan ini meliputi mengemukakan pendapat, wawancara, bertanya, diskusi, dan interupsi.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan. Kegiatan ini meliputi mendengarkan pelajaran, mendengarkan diskusi-kelompok.

d. Kegiatan-kegiatan menulis. Kegiatan ini meliputi menulis cerita, mengerjakan tes, dan menulis karangan.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar. Kegiatan ini meliputi menggambar grafik, diagram peta, dan pola.

f. Kegiatan-kegiatan metrik. Kegiatan ini meliputi melakukan percobaan, memilih alat-alat, dan membuat model.


(33)

15

g. Kegiatan-kegiatan mental. Kegiatan ini meliputi mengingat, merenungkan, dan memecahkan masalah.

h. Kegiatan-kegiatan emosional. Kegiatan ini meliputi minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain.

Keaktifan belajar siswa merupakan unsur terpenting bagi keberhasilan proses pembelajaran dengan model Think Pair Square yang mengutamakan keaktifan belajar siswa di kelas, keaktifan siswa dalam berinteraksi dengan guru dan siswa, dan kemandirian siswa dalam belajar matematika. Keaktifan siswa dalam model pembelajaran Think Pair Square meliputi keaktifan siswa dalam berfikir, bertanya, mengemukakan pendapat, menjelaskan, bertanya, merespon pendapat, dan mengerjakan latihan.

2. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Nana Sudjana, 2004: 22). Sedangkan menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil belajar mengajar, yaitu keterampilan dan kebiasaan, pengetahuan dan pengarahan, dan sikap dan cita-cita (Nana Sudjana, 2004: 22). Dari pendapat tersebut, dapat dikatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(34)

guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.

Belajar adalah suatu perubahan perilaku, akibat interaksi dengan lingkungannya. Perubahan perilaku dalam proses belajar terjadi akibat dari interaksi dengan lingkungan. Interaksi biasanya berlangsung secara sengaja. Dengan demikian belajar dikatakan berhasil apabila terjadi perubahan dalam diri individu. Sebaliknya apabila terjadi perubahan dalam diri individu maka belajar tidak dikatakan berhasil. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan kualitas pengajaran. Kualitas pengajaran yang dimaksud adalah professional yang dimiliki oleh guru. Artinya kemampuan dasar guru baik di bidang kognitif (intelektual), bidang sikap (afektif), dan bidang perilaku (psikomotorik). Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor yaitu kemampuan personal (internal) dan faktor dari luar diri siswa yakni lingkungan dari dalam individu siswa itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan, hasil belajar adalah sesuatu yang dicapai atau diperoleh siswa berkat adanya usaha atau pikiran yang mana hal tersebut dinyatakan dalam bentuk penguasaan, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga nampak pada diri individu penggunaan penilaian terhadap sikap, pengetahuan, dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai aspek kehidupan sehingga Nampak pada diri individu perubahan tingkah laku secara kuantitatif.


(35)

17

3. Hasil Belajar Matematika

Tujuan pendidikan yang ingin dicapai (Oemar Hamalik, 2001:115) dapat dikategorikan menjadi tiga bidang yakni bidang kognitif (pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan evaluasi), bidang afektif (berhubungan dengan penerimaan, partisipasi, penilaian, organisasi dan pembentukan pola hidup) dan bidang psikomotorik (kemampuan / keterampilan, bertindak / berprilaku) ketiganya tidak berdiri sendiri namun merupakan suatu kesatuan yang utuh bahkan membentuk hubungan yang hierarki. Hasil belajar siswa adalah suatu yang terjadi akibat mengikuti proses belajar.

Cara menilai hasil belajar matematika biasanya menggunakan tes. Maksud tes yang utama adalah mengukur hasil belajar yang dicapai oleh seseorang yang belajar matematika. Disamping itu tes juga dipergunakan untuk menentukan seberapa jauh pemahaman materi yang telah dipelajari. Karena itu tes dapat digunakan sebagai penilaian diagnostik, formatif, sumatif dan penentuan tingkat pencapaian. (Herman Hudojo, 1988: 144)

Berdasarkan pengertian hasil belajar yang telah diuraikan dapat dibuat kesimpulan bahwa hasil belajar matematika merupakan kemampuan yang diperoleh siswa dalam mengikuti pelajaran matematika yang mengakibatkan perubahan dalam diri siswa berupa penguasaan dan kecakapan baru yang ditunjukan dengan hasil yang berupa nilai. George Polya (1975) mengartikan pemecahan masalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(36)

sebagai usaha mencari jalan keluar dari suatu kesulitan guna mencapai suatu tujuan yang tidak begitu segera dapat dicapai. George Polya dalam bukunya yang berjudul “ How To Solve It” (1975) menyarankan metode heuristic sebagai berikut:

a) Memahami Masalah.

Apa yang diketahui? Apa yang ditanyakan? Apa syarat-syaratnya. b) Memecahkan Srategi.

Carilah hubungan antara yang diketahui dengan yang tidak diketahui. Apakah hal ini pernah anda ketahui.

c) Melaksanakan strategi itu.

Periksa langkah demi langkah. Apakah anda tahu bahwa setiap langkah benar? Apakah anda dapat membuktikan bahwa itu benar? d) Periksa kembali hasil penyelesaian masalah.

Dapatkah anda memeriksa hasil? Dapatkah anda menggunakan hasil metode untuk masalah anda yang lain.

E. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif merujuk pada berbagai macam metode pengajaran dimana para siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu satu sama lain dalam mempelajari materi pelajaran. Siswa diharapkan dapat saling membantu, saling mendiskusikan dan berargumentasi, untuk mengasah pengetahuan yang mereka kuasai. (Slavin, R.E. 2005:4)


(37)

19

Pengertian lain pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran dengan menggunakan model pengelompokan/tim kecil, yaitu antara empat sampai enam orang yang mempunyai latar belakang kemampuan akademik, jenis kelamin, ras, atau suku yang berbeda (heterogen). Sistem penilaian dilakukan terhadap kelompok. Setiap kelompok akan memperoleh penghargaan, jika kelompok mampu menunjukkan prestasi yang dipersyaratkan. Dengan demikian, setiap anggota kelompok akan mempunyai ketergantungan positif. Ketergantungan semacam itulah yang selanjutnya akan memunculkan tanggung jawab individu terhadap kelompok dan keterampilan interpersonal dari setiap anggota kelompok. Setiap individu akan saling membantu, mereka akan mempunyai motivasi untuk keberhasilan kelompok, sehingga setiap individu akan memiliki kesempatan yang sama untuk memberikan kontribusi demi keberhasilan kelompok.

Dari pendapat tersebut, jelas bahwa pembelajaran kooperatif menekankan peserta didik pada perilaku bersama. Dalam bekerja sama yang bertujuan untuk saling membantu satu sama lain, menghormati pendapat orang lain, dan selalu bekerja sama untuk menambah pengetahuannya.

Adapun ciri-ciri dari pembelajaran kooperatif menurut Sugiyanto dalam http://wytr33.wordpress.com (2009:40) yaitu:


(38)

1. Saling ketergantungan positif

Dalam pembelajaran kooperatif, guru menciptakan suasana yang mendorong siswa agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud dengan saling ketergantungan positif.

2. Interaksi tatap muka

Dalam pembelajaran kooperatif, interaksi tatap muka akan memaksa siswa saling tatap muka dalam kelompok, sehingga mereka dapat berdialog. Dialog tidak hanya dilakukan dengan guru saja. Interaksi ini, sangat penting karena siswa merasa lebih mudah belajar dari sesamanya.

3. Akuntanbilitas individual

Pembelajaran kooperatif menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok namun penilaian yang ditujukan adalah untuk mengetahui penguasaan siswa terhadap materi pelajaran secara individual. Hasil penilaian secara individual tersebut disampaikan oleh guru kepada kelompok agar semua anggota kelompok mengetahui siapa anggota kelompok yang memerlukan bantuan dan siapa yang dapat memberikan bantuan. Nilai kelompok didasarkan atas rata-rata hasil belajar semua anggotanya, oleh karena itu tiap anggota kelompok harus bekerjasama demi kemajuan kelompok. Penilaian kelompok yang didasarkan atas rata-rata penguasaan semua anggota kelompok


(39)

21

secara individual ini yang dimaksudkan dengan akuntabilitas individual.

4. Keterampilan menjalin hubungan antar pribadi

Dalam bekerjasama dalam kelompok, sangatlah dibutuhkan sikap sopan terhadap teman, mengkritik ide dan bukan mengkritik teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjaga hubungan antar pribadi. Siswa yang tidak dapat menjalin hubungan antar pribadi akan memperoleh teguran dari guru dan dari sesama siswa atau sesama anggota kelompok.

Tabel 2.1. Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif menurut Trianto dalam http://anggitaata.wordpress.com

Fase Tingkah Laku Guru

Fase 1

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa

Guru menyampaikan semua tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi

siswa belajar.

Fase 2

Menyampaikan informasi

Guru menyajikan informasi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

Fase 3

Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok kooperatif

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan transisi secara efisien.

Fase 4

Membimbing kelompok bekerja dan

belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Fase 5

Evaluasi

Guru mengavaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya.

Fase 6

Memberikan penghargaan

Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(40)

Pembelajaran kooperatif memiliki keuntungan antara lain : 1. Meningkatkan kepekaan dan kesetiakawanan sosial;

2. Memungkinkan para siswa saling belajar mengenai sikap, keterampilan, informasi, dan perilaku sosial;

3. Memudahkan siswa melakukan penyesuaian sosial;

4. Memungkinkan terbentuk dan berkembangnya nilai-nilai sosial dan komitmen;

5. Menghilangkan sifat mementingkan diri sendiri atau egois; 6. Meningkatkan rasa saling percaya kepada sesama manusia 7. Meningkatkan kemampuan memandang masalah dan

situasi dari berbagai perspektif;

8. Meningkatkan kesediaan menggunakan ide orang lain yang dirasakan lebih baik.

Beberapa metode pembelajaran kooperatif (Slavin, R.E. :2005), antara lain Metode STAD (Students Teams Achievement Divisions), Metode Jigsaw, Metode GI (Group Investigation), Metode structural TGT (Teams Game Tournamen), dan Metode NHT (Numbers Heads Together).

Keberhasilan pada pembelajaran kooperatif tergantung dari keberhasilan masing-masing individu dalam kelompok, dimana keberhasilan tersebut sangat berarti untuk mencapai suatu tujuan yang positif dalam belajar kelompok.


(41)

23

F. Pembelajaran Kooperatif tipe Think Pair Square

Model pemelajaran kooperatif tipe Think Pair Square dalam http://maz-vicarious.blogspot.com merupakan modifikasi dari model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Share dan dikembangkan oleh Spencer Kangan pada tahun 1933. Think Pair Square memberikan kesempatan kepada siswa mendiskusikan ide-ide mereka dan memberikan suatu pengertian bagi mereka untuk melihat cara lain dalam menyelesaikan masalah. Jika sepasang siswa tidak dapat menyelesaikan permasalahan tersebut, maka sepasang siswa yang lain dapat menjelaskan cara menjawabnya. Akhirnya, jika permasalahan yang diajukan tidak memiliki suatu jawaban benar, maka dua pasang dapat mengkombinasikan hasil mereka dan membentuk suatu jawaban yang lebih menyeluruh.

Kesempatan yang diberikan dalam pembelajaran Think Pair Square merupakan pemberian waktu kepada siswa untuk memikirkan jawaban mereka masing-masing, kemudian memasangkan dengan seorang teman untuk mendiskusikannya. Akhirnya meminta siswa bergabung dengan kelompok lain. Inilah yang merupakan letak perbedaan Think Pair Square dengan pendekatan Think Pair Share yaitu proses pengelompokannya pada Think Pair Share adalah proses pengelompokannnya terjadi satu kali sedangkan pada Think Pair Square. Proses pengelompokannya terjadi dua kali yaitu adanya penggabungan dua kelompok menjadi satu kelompok.


(42)

Model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square digunakan untuk meningkankan kemampuan berpikir, berkomunikasi, dan mendorong siswa untuk berbagi informasi dengan siswa lain. Dalam pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square membagi siswa ke dalam kelompok secara heterogen yang terdiri dari empat orang.

1. Keunggulan dan Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair

Square

a.) Keunggulan Model Pembelajaran Think Pair Square

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square memiliki keunggulan dan kekurangan. Keunggulan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square adalah:

a. Optimalisasi partisipisasi siswa dalam kegiatan pembelajaran dan memberi kesempatan kepada siswa untuk dikenali dan menunjukkan partisipasi mereka kepada siswa lain.

b. Siswa dapat meningkatkan motivasi dan mendapatkan rancangan untuk berpikir, sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuannya dalam menguji ide dan pemahamannya sendiri.

c. Siswa akan lebih banyak berdiskusi, baik pada saat berpasangan, dalam kelompok berempat, maupun dalam diskusi kelas, sehingga akan lebih banyak ide yang dikeluarkan siswa dan akan lebih mudah dalam merekonstruksi pengetahuannya.


(43)

25

d. Setiap siswa mendapatkan kesempatan untuk berdiskusi dengan siswa yang lebih pintar ataupun dengan siswa yang lebih lemah. e. Dalam kelompok berempat, guru lebih mudah membagi siswa

untuk berpasangan.

f. Dominasi guru dalam pembelajaran semakin berkurang. Guru hanya berperan sebagai fasilitator dan motivator bagi siswa untuk berusaha mengerjakan tugas dengan baik.

b.) Kelemahan Model Pembelajaran Think Pair Square

Selain beberapa keunggulan di atas, pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square juga memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan model pembelajaran kooperatif tipeThink Pair Square diantaranya sebagai berikut.

a. Guru harus pandai mengatur waktu sehingga setiap tahapan dapat dilalui.

b. Guru harus dapat mensosialisasikan setiap tahapan berlangsung lebih baik.

c. Memungkinkan terjadinya kesulitan pengambilan kesimpulan saat siswa berdiskusi mengenai suatu pokok materi.


(44)

2. Ciri-Ciri Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square

Pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square memiliki empat tahapan yang merupakan ciri dari pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square yaitu sebagai berikut:

a. Guru membagi siswa dalam kelompok berempat dan memberi tugas kepada semua kelompok.

b. Setiap siswa memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri. c. Siswa berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan

berdiskusi dengan pasangannya.

d. Kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Setiap siswa mempunyai kesempatan untuk membagi hasil kerja kepada kelompok berempat.

3. Tahap-Tahap Model Pembelajaran Think Pair Square

Tahap-tahap pembelajaran model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.2 Tahap-tahap Model Pembelajaran Think Pair Square

Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran

Tahap 1

Pendahuluan

- Guru menjelaskan aturan main dan batasan waktu tiap kegiatan, memotivasi siswa terlibat pada aktivitas pemecahan masalah.

- Guru membagi kelompok yang terdiri dari empat orang - Guru menentukan pasangan diskusi siswa.

- Guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai oleh siswa.

Tahap 2

Think

- Guru menggali pengetahuan awal siswa.

- Guru memberikan Lembar Kerja Siswa (LKS) kepada seluruh siswa.


(45)

27

Tahap 3

Pair

- Siswa berdiskusi dengan pasangan mengenai jawaban tugas yang dikerjakan secara individu.

Tahap 4

Square

- Kedua pasangan bertemu dalam satu kelompok untuk berdiskusi mengenai permasalahan yang sama.

Tahap 5

Diskusi kelas

- Beberapa kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan jawaban LKS.

Tahap 6

Penghargaan - Siswa dinilai secara individu dan kelompok

Penjelasan dari setiap langkah tersebut adalah sebagai berikut: 1) Tahap Pendahuluan

Awal pembelajaran dimulai dengan penggalian apersepsi sekaligus memotivasi siswa agar terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah. Pada tahap ini, guru juga menjelaskan aturan main serta menginformasikan batasan waktu untuk setiap tahap kegiatan. Kemudian guru membagi kelompok secara heterogen dan menentukan pasangan diskusi.

2) Think (Berpikir secara individu)

Pada tahap think, siswa diminta untuk berpikir secara mandiri mengenai pertanyaan atau masalah yang diajukan dapat juga dalam bentuk LKS. Pada tahapan ini, siswa menuliskan jawaban mereka, hal ini karena guru tidak dapat memantau semua jawaban siswa sehingga melalui catatan tersebut guru dapat mengetahui jawaban yang harus diperbaiki atau diluruskan di akhir pembelajaran.

Kelebihan dari tahap ini adalah adanya waktu berpikir yang memberikan kesempayan kepada siswa untuk berpikir mengenai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(46)

jawaban mereka sendiri sebelum pertanyaan tersebut dijawab oleh siswa lain. Selain itu, guru dapat mengurangi masalah dari adanya siswa yang mengobrol, karena tiap siswa memiliki tugas untuk dikerjakan sendiri.

3) Pair (Berpasangan)

Langkah selanjutnya adalah siswa berpasangan dengan

teman yang sudah ditentukan oleh guru, sehingga dapat saling bertukar pikiran. Setiap siswa saling berdiskusi mengenai jawaban mereka sebelumnya, sehingg mereka menyepakati jawaban yang akan dijadikan bahan diskusi kelompok.

4) Square (Berbagi jawaban dengan pasangan lain dalam satu

kelompok)

Dalam tahap ini, setiap pasangan berbagi hasil pemikiran mereka dengan pasangan lain dalam satu kelompok. Pasangan yang belum menyelesaikan permasalahannya diharapkan dapat menjadi lebih memahami pemecahan masalah yang diberikan berdasarkan penjelasan pasangan lain dalam kelompoknya.

5) Diskusi Kelas

Beberapa kelompok tampil di depan kelas untuk mempresentasikan hasil jawaban LKS. Pada saat ini terjadi diskusi kelas.


(47)

29

6) Tahap Penghargaan Kelompok

Penghargaan kelompok diberikan melalui dua cara. Yang pertama, diberikan di setiap pertemuan, yaitu di akhir pertemuan. Siswa dinilai secara individu dan kelompok. Penilaian dilihat melalui aktivitas selama pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square.

Cara kedua, penghargaan diberikan secara akumulasi pada pertemuan ketiga. Penghargaan diberikan kepada kelompok yang memiliki nilai paling besar. Nilai kelompok diperoleh dari selisih nilai ketika siswa mengerjakan LKS secara individual (fase think) dan secara berdiskusi (fase pair dan fase square).

Cara kedua dipilih karena melalui selisih nilai LKS pada tahap think dengan tahap berdiskusi (pair dan square) memerlukan waktu lama, sehingga penilaian tidak mungkin dilakukan selama proses pembelajaran. Maka penilaian dilakukan di luar jam pelajaran.

G. Menyelesaikan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan

linier dua variabel

Salah satu indikator dalam kompetensi dasar menyelesaikan sistem persamaan linier dua variabel adalah membuat dan menyelesaikan model matematika dari masalah sehari-hari yang melibatkan sistem persamaan linier dua variabel. (Rokhyati, 2010)


(48)

a) Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV)

Persamaan yang berbentuk + + = 0 , dengan a dan b

semuanya tidak nol dan a, b, c R dinamakan Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV). Persamaan ini adalah kalimat terbuka dengan x dan y sebagai variabel (peubah), a dan b sebagai koefisien dan c sebagai konstanta.

b) Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

 Definisi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) Perhatikan dua persamaan linear dua variabel dibawah ini :

+ = ....(1) + = ....(2)

Dinamakan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam bentuk baku dengan a, b, p dan q sebagai koefisien ; c dan r sebagai konstanta; serta x dan y sebagai variabel (peubah).

Dari uraian di atas, terlihat perbedaan bahwa Persamaan Linear Dua Variabel (PLDV) memiliki sebuah persamaan linear dua variabel, sedangkan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) memiliki dua atau lebih persamaan linear dua variabel yang merupakan satu kesatuan. Dari dua atau lebih persamaan linear dua variabel tersebut, terdapat nilai x dan y yang membuat kedua persamaan bernilai benar pada saat yang bersamaan. Nilai x dan y yang diperoleh dari kedua persamaan linear dua variabel


(49)

31

disebut nilai penyelesaian atau akar-akar sistem persamaan linear dua variabel.

 Menentukan Akar Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Menyelesaikan Sistem persamaan linear dua variabel sama artinya dengan menentukan pasangan berurutan (x,y) yang memenuhi Sistem persamaan linear dua variabel tersebut. Untuk menentukan akar sistem persamaan linear dua variable dapat menggunakan beberapa metode, yaitu : Metode grafik, Metode Eliminasi, Metode Substitusi, Metode Gabungan Eliminasi dan Substitusi.

 Penerapan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dalam Kehidupan Nyata

Untuk menyelesaikan masalah sehari-hari atau realita yang memerlukan penggunaan matematika, maka langkah pertama adalah menyusun model matematika dari soal cerita. Data yang terdapat dalam soal cerita tersebut diterjemahkan dalam suatu persamaan linear dua variabel. Kemudian langkah kedua menyelesaikan sistem persamaan linear dua variabel untuk mencari akar dari sistem persamaan linear dua variabel tersebut.

Langkah-langkah menentukan penyelesaian persamaan-persamaan dari model matematika dari masalah yang berkaitan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(50)

dengan sistem persamaan linier dua variabel: (Sartono Wirodikromo : 2007)

1) Identifikasi masalah.

2) Menggunakan huruf untuk mengganti harga barang,banyak benda,atau yang lain

3) Menuliskan persamaan

4) Memecahkan dengan mencari nilai-nilai dari huruf tersebut 5) Memeriksa kebenaran dari hasil perhitungan

Contoh:

Selisih dua bilangan adalah 20 dan dua kali bilangan pertama ditambah tiga kali bilangan kedua adalah 100. Tentukan nilai kedua bilangan itu!

Jawab:

1) Identifikasi masalah

Selisih dua bilangan adalah 20

Dua kali bilangan pertama ditambah di tambah tiga kali bilangan kedua adalah 100.

2) Menggunakan huruf untuk mengganti harga barang,banyak benda,atau yang lain

Misal: bilangan I = a bilangan II = b 3) Menuliskan persamaan


(51)

33

2a+3b = 100 4) Memecahkan persamaan

a = 20+b

2(20+b)+3b = 100 40+2b+3b = 100 5b = 60 b = 12 a = 20 + 12 = 32

Himpunan penyelesaian = {(32,12)} 5) Memeriksa kebenaran dari hasil perhitungan

a - b = 20 32 - 12 = 20 20=20 (benar) 2a + 3b = 100 2.(32)+ 3.(12) = 100

64 +36=100

100 = 100 (benar)

H. Kerangka Berpikir

Tingkat keberhasilan proses dan hasil belajar mengajar sangat dipengaruhi oleh seberapa besar keterlibatan dan keaktifan siswa. Keterlibatan dan keaktifan siswa berpengaruh untuk mengetahui seberapa besar tingkat penguasaan siswa tentang materi yang diajarkan sehingga dapat berdampak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(52)

terhadap hasil belajar siswa. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam menyelenggarakan kegiatan pembelajaran khususnya pada pembelajaran matematika sehingga perlu adanya perubahan dalam dalam model pembelajaran untuk meningkatkan tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa dalam belajar matematika. Caranya adalah dengan menjadikan semua siswa saling membantu dan mendukung dalam proses pembelajaran agar menguasai materi yang diajarkan, semua siswa dalam satu kelas harus benar-benar siap dalam proses pembelajaran agar dapat menciptakan suatu proses pembelajaran yang baik dan menyenangkan.

Tahap pertama dari penelitian ini adalah mencari tahu sejauh mana pemahaman siswa dalam memahami konsep memodelkan dan menyelesaikan model matematika dari soal yang berkaitan dengan sistem persamaaan linier dua variabel dengan menggunakan pre tes. Setelah memberikan pre tes pada siswa, peneliti memberikan treatment pada proses pembelajaran. Dalam penelitian ini, digunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square pada pokok bahasan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel yang melibatkan peran aktif siswa dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran siswa diasumsikan sudah memahami masalah menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel karena pada jenjang SMP siswa sudah mendapatkan materi sistem persamaan linier dua variabel. Siswa diajak untuk aktif mencari solusi dari masalah yang diberikan menggunakan metode Think Pair Square, namun untuk mengetahui


(53)

35

pencapaian pemahaman mereka secara individu, dilakukan penilaian diakhir pelajaran sebagai pertanggungjawaban siswa setelah mengikuti pembelajaran tersebut. Jadi, tidak semata – siswa hanya belajar bersama teman kelompok, mengerjakan soal, presentasi dan selesai. Pada akhir pembelajaran, peneliti melakkan pos tes yang digunakan untuk melihat sejauh mana metode Think Pair Square ini berpengaruh pada keaktifan dan hasil belajar siswa.

Diharapkan dengan metode Think Pair Square ini siswa dapat lebih merasa senang, termotivasi dan lebih leluasa untuk mau berpendapat dengan teman dan bertanggung jawab dengan yang dilakukan, paham dengan materi yang dipelajari, serta dapat meningkatkan hasil belajar mereka. Dengan adanya peran aktif siswa maka akan membantu mengoptimalkan pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar.


(54)

36 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif-kualitatif dimana dalam penelitian ini data yang diperoleh dalam bentuk angka untuk melihat hasil belajar siswa dan juga peneliti memperoleh hasil peningkatan keaktifan menggunakan metode kooperatif tipe Think Pair Square dalam kelas. Pendekatan kuantitatif menekankan analisisnya pada data-data numerical (angka) yang diolah dengan metode statistika. Sedangkan pendekatan kualitatif lebih menekankan analisisnya pada proses penyimpulan deduktif dan induktif serta pada analisis terhadap dinamika hubungan antarfenomena yang diamati, dengan menggunakan logika ilmiah. (Saifuddin Azwar, 2012 : 11)

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperoleh gambaran secara mendalam tentang “Pemanfaatan Metode Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Square Pada Pembelajaran Matematika Pokok bahasan Menyelesaikan Model Matematika dari Masalah Yang Berkaitan Dengan Sistem Persamaan Linier Dua Variabel kelas X SMA Santa Maria Rembang tahun ajaran 2013/2014”.


(55)

37

B. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa siswi SMA Santa Maria Rembang kelas X yang berjumlah 30 siswa. SMA Santa Maria Rembang yang bernaung di bawah Yayasan Yohanes Gabriel Surabaya yang beralamat di Jl. Kombes Pol. M. Duryat 14-16/B:16-17 Surabaya ini dipilih karena peneliti dulu bersekolah di SMA ini sehingga sudah ada relasi yang baik dengan sebagian besar tenaga pengajar di SMA Santa Maria Rembang. Sebagian besar siswa siswi SMA Santa Maria Rembang ini berasal dari kecamatan Rembang dan kecamatan Lasem. Dalam penelitian ini, peneliti berperan sebagai guru.

C. Obyek Penelitian

Adapun obyek penelitiannya yaitu penggunaan metode Think Pair Square dalam pembelajaran matematika pada pokok bahasan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel terhadap keakifan dan hasil belajar siswa kelas X SMA Sana Maria Rembang tahun ajaran 2013/2014.

D. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMA Santa Maria Rembang pada tahun ajaran 2013/2014.


(56)

2. Waktu Penelitian

Kegiatan penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan September tahun 2013.

E. Variabel Penelitian

Variabel adalah suatu faktor, sifat, atau kondisi yang memiliki variasi nilai yang dapat diukur. Berikut adalah variabel-variabel yang terkandung dalam penelitian ini :

1. Variabel Bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah proses pembelajaran kepada siswa dengan pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square di dalam kelas.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah tingkat keaktifan dan hasil belajar siswa terhadap pokok bahasan menyelesaikan model matematika dari maslah yang berkaitan dengan system persamaan linier dua variabel.

F. Data dan Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan untuk dianalisis dalam penelitian ini adalah :

1. Data hasil belajar siswa diperoleh dari hasil evaluasi dengan menggunakan tes yang telah disiapkan.

2. Data mengenai aktivitas siswa diperoleh dengan menggunakan metode observasi. Dalam hal ini aktivitas siswa sewaktu proses belajar mengajar


(57)

39

menggunakan Metode Kooperatif tipe Think Pair Square dalam mempelajari materi pangkat pecahan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode observasi keaktifan, metode tes dan wawancara.

1. Metode Observasi Keaktifan

Metode observasi keaktifan pada penelitian ini untuk mengamati keaktifan siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dan guna mengetahui interaksi antara guru dan siswa.

2. Metode Tes

Tes yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini adalah pre tes dan pos tes. Pre tes diberikan pada siswa sebelum proses pembelajaran dilaksanakan. Tes ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa dalam memahami materi menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel. Dengan pre tes tersebut peneliti dapat mengetahui sejauh mana pengetahuan, yang ditandai dengan nilai yang ketuntasan nilai yang mencapai KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal.

Pos tes diberikan pada siswa setelah proses pembelajaran dengan metode Think Pair Square dilaksanakan. Tujuan diberikannya tes ini adalah untuk mengetahui sejauh mana penggunaan metode Think Paire Square dapat membantu meningkatkan hasil belajar siswa.


(58)

3. Metode Wawancara

Wawancara adalah alat pengumpul informasi dengan cara mengajukan sejumlah pertanyaan secara lisan untuk dijawab secara lisan pula. Wawancara dilakukan oleh beberapa siswa guna mengetahui tentang pembelajaran matematika dengan metode Think Pair Square. Metode ini digunakan untuk mendukung data yang digunakan untuk melihat hasil pemanfaatan penggunaan metode Think Pair Square terhadap keaktifan siswa.

G. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini digolongkan menjadi 2 kelompok yaitu instrumen pembelajaran dan instrumen penelitian.

1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini yaitu Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan Lembar Kerja Siswa (LKS).

a. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

Peneliti menggunakan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ini sebagai acuan dalam melaksanakan proses pembelajaran. Peneliti menyusunnya RPP ini sesuai dengan tahap-tahap model pembelajaran Think Pair Square yaitu tahap Think (berpikir), Pair (berpasangan), Square (berbagi jawaban dengan pasangan lain dalam satu kelompok) agar proses pembelajaran tersebut dapat


(59)

41

membantu siswa meningkatkan hasil belajar siswa secara optimal dan sesusai dengan tahap-tahap metode Think Pair Square.

(Lampiran A.1 – A.3.) b. Lembar Kerja Siswa (LKS)

Instrumen pembelajaran lain yang digunakan adalah Lembar Kerja Siswa (LKS). Lembar Kerja Siswa (LKS) ini berguna untuk menunjang proses pembelajaran menggunakan metode Think Pair Square. Pada LKS diberikan langkah-langkah kerja untuk menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel, kemudian siswa diminta mengisi pertanyaan yang ada pada LKS untuk mendapatkan kesimpulan terkait materi tersebut.

(Lampiran A.7 – A.9)

2. Instrumen Penelitian

a. Observasi Keaktifan

Obsevasi ini dilakukan untuk melihat keaktifan individu siswa maupun kelompok dalam mengikuti pelajaran. Alat yang digunakan untuk observasi keaktifan siswa berupa lembar observasi keaktifan. Lembar observasi atau yang biasa disebut dengan lembar pengamatan digunakan untuk mencatat aktifitas siswa dikelas pada saat kegiatan belajar mengajar. Lembar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(60)

observasi ini diisi selama observasi berlangsung. Adapun aspek keaktifan yang harus diamati: (Lampiran A.15 dan Lampiran A.16) 1) Perhatian siswa terhadap guru

2) Siswa aktif bertanya:

 Siswa bertanya kepada guru  Siswa bertanya kepada teman 3) Siswa aktif menjawab pertanyaan

 Siswa menjawab pertanyaan guru  Siswa menjawab pertanyaan teman 4) Siswa aktif mengerjakan tugas

5) Siswa aktif berdiskusi  Diskusi kelas

 Siswa mau memberi ide atau gagasan  Siswa mau memberi tanggapan  Diskusi kelompok

 Siswa mau memberi ide atau gagasan  Siswa mau memberi tanggapan

Metode observasi keaktifan pada penelitian ini dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square berlangsung. Tujuannya adalah untuk mengamati keaktifan siswa selama berlangsungnya proses belajar mengajar dan mengetahui interaksi antara guru dan siswa.


(61)

43

b. Pre Tes dan Pos Tes

Tes ini digunakan untuk mengevalusi pemahaman siswa. Dalam penelitian ini tes yang digunakan berupa tes matematika uraian sebanyak 8 soal. Soal dibuat oleh peneliti, namun tidak menutup kemungkinan mengadopsi dari berbagai sumber. Tes

yang digunakan untuk mengevaluasi pemahaman siswa adalah pre tes dan pos tes. (Lampiran A.11 dan A.13)

Tabel 3.1 Kisi-kisi Pre Tes

No Standar kompetensi

Kompetensi

Dasar Indikator

Target Pencapaian dan Nomor Soal

Jumlah Soal Pengetahuan Pemahaman

Aplikasi dan analisis 1 Memecah kan masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dan pertidaksa maan satu variabel Menyelesaik an model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier  Membuat model matematika dari masalah sehari-hari yang berkaitan dengan SPLDV  (#1, #2)

(#3, #4, #5) 5

2  Menyelesaika

n model matematika dari masalah yang berkaitan dengan SPLDV dan penafsirannya 

(#6, #7, #8) 3

Banyak soal 2 6 8

c. Wawancara

Wawancara dilakukan terhadap beberapa siswa yang telah mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode Think Pair Square. Wawancara ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(62)

metode Think Pair Square dapat meningkatkan hasil belajar dan keaktifan siswa. (Lampiran A.17)

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Wawancara Siswa

Pokok-pokok wawancara No.

pertanyaan

Perasaan dan pemahaman siswa setelah mengikuti pembelajaran

dengan menggunakan metode Think Pair Square 1 Pendapat siswa tentang keterlibatan dirinya sendiri dalam pelajaran

matematika dengan menggunakan metode Think Pair Square 2,3,4 Pendapat siswa tentang keterlibatan teman sekelompoknya dalam

pelajaran matematika dengan menggunakan metode Think Pair Square

5,6,7 Kendala yang dialami ketika mengukuti pelajaran matematika

dengan menggunakan metode Think Pair Square 8 Pendapat siswa tentang ketertarikannya dalam pembelajaran

matematika dengan metode Think Pair Square 9 Wawancara dalam penelitian ini ditujukan kepada siswa kelas X. Wawancara ini dilakukan untuk mengkonfirmasi jawaban siswa setelah mengerjakan pos tes kepada siswa yang mengalami peningkatan nilai maupun yang tidak setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan metode pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square.

H. Analisis Data

Pada bagian ini akan dijelaskan data-data yang didapat selama proses penelitian dan cara peneliti mengolah data yang diperoleh untuk menjawab permasalahan yang terdapat dalam penelitian ini.

1. Keaktifan Siswa

Aktivitas siswa dilihat melalui pengamatan di saat observasi dan disaat peneliti melakukan penelitian. Analisis data aktivitas belajar


(63)

45

siswa mendeskripsikan bagaimana keterlibatan atau keaktifan siswa dalam pembelajaran yang dilakukan dengan menggunakan metode kooperatif tipe Think Pair Square. Perhitungan menggunakan metode likert , berikut adalah tabel keaktifan siswa :

Tabel 3.3 Lembar Observasi Keaktifan Siswa

No Aspek yang diamati Skor

A Siswa memperhatikan guru dan teman menjelaskan 1 2 3 B Siswa bertanya kepada guru 1 2 3 C Siswa bertanya kepada teman mengenai materi 1 2 3 D Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 1 2 3 E Siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh teman 1 2 3 F Siswa mengerjakan tugas didepan kelas ketika 1 2 3 G Siswa mengeluarkan ide atau gagasan pada saat diskusi

kelompok

1 2 3 H Siswa mengeluarkan ide atau gagasan pada saat diskusi kelas 1 2 3 I Siswa mengerjakan hasil pekerjaannya didepan kelas 1 2 3 J Siswa memberi tanggapan pada saat diskusi kelas 1 2 3 K Siswa memberi tangapan pada saat diskusi kelompok 1 2 3 Berdasarkan skala skor tersebut, skor tiap aspek-aspek keaktifan siswa yang diamati sebagai berikut:

A) Keterlibatan siswa dalam memperhatikan guru dan teman menjelaskan

1) Serius memperhatikan, tidak bermain Hp, tidak mengobrol hal lain dengan teman sebelah, diberi skor 3

2) Tidak selalu memperhatikan, melihat HP, mengobrol dengan teman sebelah, diberi skor 2

3) Tidak memperhatikan, selalu bermain HP, selalu mengobrol dengan teman sebelah, diberi skor 1


(64)

B) Keterlibatan siswa bertanya kepada guru

1) Siswa yang intensitas bertanya kepada guru pada saat diskusi kelas ataupun kelompok ≥ 3 kali, diberi skor 3

2) Siswa yang intesitas bertanya kepada guru pada saat diskusi kelas ataupun diskusi kelompok 1-2 kali, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah bertanya sama sekali diberi skor 1

C) Keterlibatan siswa bertanya kepada teman tentang materi yang dibahas ketika diskusi kelompok

1) Siswa yang intensitas bertanya kepada teman pada saat diskusi kelompok (diskusi intern maupun presentasi) ≥ 3kali, diberi skor 3 2) Siswa yang intensitas bertanya kepada teman pada saat diskusi kelompok (diskusi intern maupun presentasi) 1-2 kali,diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah bertanya kepada teman mengenai materi pada saat diskusi kelompok (intern maupun presentasi), diberi skor 1

D) Keterlibatan siswa menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru 1) Siswa yang intensitas menjawab pertanyaan guru ≥ 3kali, diberi

skor 3

2) Siswa yang intensitas menjawab pertanyaan guru 1-2 kali, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah menjawab pertanyaan guru, diberi skor 1


(65)

47

E) Keterlibatan siswa menjawab pertanyaan teman saat diskusi kelompok (diskusi intern atau presentasi)

1) Siswa yang intensitas menjawab pertanyaan teman ≥ 3kali, diberi skor 3

2) Siswa yang intensitas menjawab pertanyaan teman 1-2 kali, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah menjawab pertanyaan teman, diberi skor 1

F) Keterlibatan siswa mengerjakan tugas didepan kelas ketika

1) Siswa yang intensitas mengerjakan tugas didepan kelas ≥ 3kali, diberi skor 3

2) Siswa yang intensitas mengerjakan tugas didepan kelas 1-2 kali, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah mengerjakan tugas didepan kelas, diberi skor 1

G) Keterlibatan siswa mengeluarkan ide atau gagasan pada saat diskusi kelompok

1) Siswa yang intensitas mengeluarkan ide atau gagasan pada saat diskusi kelompok ≥ 3kali, diberi skor 3

2) Siswa yang intensitas mengeluarkan ide atau gagasan pada saat diskusi kelompok 1-2, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah mengeluarakan ide atau gagasan pada saat diskusi kelompok, diberi skor 1


(66)

H) Keterlibatan siswa mengeluarkan ide atau gagasan pada saat diskusi kelas

1) Siswa yang intensitas mengeluarkan ide atau gagasan pada saat diskusi kelas ≥ 3kali, diberi skor 3

2) Siswa yang intensitas mengeluarkan ide atau gagasan pada saat diskusi kelas 1-2, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah mengeluarakan ide atau gagasan pada saat diskusi kelas, diberi skor 1

I) Keterlibatan siswa memberi tanggapan pada saat diskusi kelompok 1) Siswa yang intensitas memberi tanggapan pada saat diskusi

kelas ≥ 3kali, diberi skor 3

2) Siswa yang intensitas memberi tanggapan pada saat diskusi kelas 1-2, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah memberi tanggapan pada saat diskusi kelas, diberi skor 1

J) Keterlibatan siswa memberi tanggapan pada saat diskusi kelas

1) Siswa yang intensitas memberi tanggapan pada saat diskusi kelas ≥ 3kali, diberi skor 3

2) Siswa yang intensitas memberi tanggapan pada saat diskusi kelas 1-2, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah memberi tanggapan pada saat diskusi kelas, diberi skor 1


(67)

49

K) Keterlibatan siswa memberi tanggapan pada saat diskusi kelompok 1) Siswa yang intensitas memberi tanggapan pada saat diskusi

kelompok ≥ 3kali, diberi skor 3

2) Siswa yang intensitas memberi tanggapan pada saat diskusi kelompok 1-2, diberi skor 2

3) Siswa yang tidak pernah memberi tanggapan pada saat diskusi kelompok, diberi skor 1

Dalam menganalisis kegiatan siswa dikelas pada saat proses pembelajaran dengan menggunakan metode Think Pair Square berlangsung, peneliti menggunakan metode likert. Berikut tabel analisis keaktifan siswa:

Tabel 3.4 Teknis Analisis Data

Nama Anggota Kelompok

Aspek Keaktifan

Presentase

A B C D E F G H I J K

Jumlah

Sehingga dapat disimpulkan kelompok mana yang mendapat skor rendah, sedang dan tinggi. Untuk mengetahui keaktifan siswa di dalam kelompok dilakukan penskoran dengan skala 1-3, dengan keterangan sebagai berikut: (menurut Linkert)

Tabel 3.5 Penskoran Keaktifan Siswa

Skala Kriteria Skor

1 Tidak Baik 1

2 Cukup Baik 2

3 Baik 3


(68)

Tabel 3.6 Kriteria Aktivitas siswa

Presentase keaktifan (%) Kriteria Aktivitas

81 – 100 Sangat Tinggi ( ST) 61 – 80 Tinggi ( TI )

41- 60 Cukup ( C) 21- 40 Rendah ( RD )

≤ 20 Sangat Rendah ( SR )

2. Analisis Data Hasil Belajar Siswa

Analisis hasil belajar diambil dari hasil pretes dan postes. Ketidaktuntasan hasil belajar siswa dilihat dari KKM sekolah yaitu 65. Mencari nilai siswa, sebagai berikut:

Nilai akhir = �� � � �� 100 �

Dengan mengambil nilai rata-ratanya, dengan melakukan perhitungan sebagai berikut:

X =

Keterangan:

X = Mean atau rata-rata

= Jumlah nilai semua siswa N = Jumlah siswa

Mencari persentase kelulusan berdasarkan jumlah siswa lulus: Persentase ketuntasan kelas = � � ℎ � � ���


(69)

51

3. Wawancara

Hasil wawancara akan dianalisis secara deskriptif. Wawancara berfungsi sebagai instrument untuk menggali informasi dari subyek dalam mengevaluasi dan merefleksikan kegiatan yang telah berlangsung.

I. Validasi Instrumen

1. Validitas Butir Soal

Validitas butir soal dilakukan setelah penulis melakukan uji coba terhadap instrument penelitian. Hasil uji coba akan dianalisi dengan menggunakan korelasi product moment dengan angka kasar sebagai berikut:

� = � −

� �

Dengan:

� = koefisien korelasi antara variabel X dan Y

� = besarnya sampel

= skor item nomor …

= skor total

= perkalian antara X dan Y

= jumlah perkalian antara X dan Y = jumlah skor item soal

= jumlah skor total


(70)

Tabel 3.7 Kriteria Uji Korelasi

Koefisien Korelasi Interpretasi 0,800 <� ≤1,00 Sangat tinggi

0,600 <� ≤0,800 Tinggi

0,400 <� ≤0,600 Cukup

0,200 <� ≤0,400 Rendah

0,0 <� ≤0,200 Sangat Rendah

Penafsiran harga koefisien dilakukan dengan membandingkan harga hasil � perhitungan dengan � yang ada dalam tabel harga kritik product momen sehingga dapat diketahui signifikansi tidak korelasi tersebut. Apabila � hitung lebih besar atau sama dengan � tabel berarti korelasi signifikan, artinya instrument tes tes valid. Sebaliknya, bila � hitung lebih kecil dari � tabel berarti korelasi tidak signifikan, sehingga instrumen tidak valid.

2. Reabilitas Instrumen Penelitian

Rumus yang digunakan adalah rumus Alpa sebagai berikut:

�11 =

(� −1) 1−

��2

��2

Keterangan:

�11 = reliabilitas tes keseluruhan

� = jumlah item dalam soal

��2 = varians total

��2 = varians item …


(71)

53

�2

=

2 � 2

�2

=

2 2

� , di mana N = banyak peserta tes

Interprestasi terhadap nilai �11 yang diperoleh dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 3.8 Interprestasi Reabilitas

Besarnya nilai r Interprestasi

0.800 – 1.00 Sangat tinggi 0.600 – 0.799 Tinggi 0.400 – 0.599 Cukup 0.200 – 0.399 Rendah < 0.200 Sangat rendah

J. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

Dalam melaksanakan penelitian di SMA Santa Maria Rembang, peneliti mempunyai langkah-langkah dalam melaksanakan penelitian, yaitu:

1. Tahap Persiapan Penelitian

Dalam tahap persiapan ini, peneliti melakukan berbagai persiapan antara lain:

a. Menghubungi pihak yang terkait, yakni Kepala Sekolah SMA Santa Maria Rembang untuk meminta ijin melaksanakan penelitian di sekolah tersebut serta menetapkan subyek penelitian yaitu siswa kelas X semester 1 SMA Santa Maria Rembang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(1)

Lampiran B.11 / 238

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(2)

Lampiran B.11 / 239


(3)

Lampiran B.11 / 240

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(4)

Lampiran B.11 / 241


(5)

Lampiran C.1 / 242

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI


(6)

Lampiran C.2 / 243


Dokumen yang terkait

Penerapan model pembelajaran cooperative teknik think pair square (Tps) dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih kelas VIII H di Mts pembangunan uin Jakarta

0 15 161

Pembelajaran PS Ekonomi Pokok Bahasan Pasar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think Pair Share

0 5 90

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMK SE

1 22 182

PENERAPAN PENDEKATAN KONSTRUKTIVISME DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SQUARE.

0 2 20

Pemanfaatan model pembelajaran kooperatif tipe Think Pair Square pada pembelajaran matematika pokok bahasan menyelesaikan model matematika dari masalah yang berkaitan dengan sistem persamaan linier dua variabel kelas X SMA Santa Maria Rembang tahun ajaran

0 0 263

Efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

0 12 254

Pembelajaran PS-Ekonomi Pokok Bahasan Pasar dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Think-Pair-Share.

0 0 1

STUDI KOMPARASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI MINAT BELAJAR MATEMATIKA SISWA.

0 0 21

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM SOLVING DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN DAN PERTIDAKSAMAAN LINEAR SATU VARIABEL DITINJAU DARI MINAT BELAJAR SISWA

0 0 19

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF- KOLABORATIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABELTERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 PURI MOJOKERTO

0 0 25