Efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student

(1)

EFIKASI DIRI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Nesya Fransisca NIM : 081414012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(2)

i

EFIKASI DIRI DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT

TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

Program Studi Pendidikan Matematika

Disusun oleh: Nesya Fransisca NIM : 081414012

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN IPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(3)

SKRIPSI

EFIKASI DIRI DAI{ HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS

VIII

SMP BOPKRI3 YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN SUB POKOK BAHASAI\I SISTEM PERSAMAAN LII\TEAR DUA VARIABEL

DENGAII MODEL PEMBELAJARAN K(X)PBRATIF TIPE STUDENT TEAM ACHTEVEMENT DTVISTON (STAD)

Telah disetujui oleh

%"R

q

sc

LP

tuF

#fftue

ji\

i^ t Lj}i-'

ruryr

a{Ohe*ol

qw*****

*.q,#ffi

zffi,nlntz

ffi#

s

tr"#

a

#";

e-?

ry

u&*

ffi


(4)

VIII SMP BOPKRI3 YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN SUB POKOK BAIIASAI\T SISTEM PERSAMAAN LINMAR DUA VARIABEL

DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STT'DENT TEAM ACHTEVEMENT DIVISION (STAD)

Dipersiapkan dan ditulis oleh: . Nesya Fransisca

MM:

081414012

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

Pada tanggal 4 April 2013

Dan dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Ketua

Sekretaris

Anggota Anggota Anggota

Drs. Aufridus Atmadi, M. Si.

Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd.

Drs. Sukardjono, M.Pd. Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd.

Yogyakarta, 4 April 2013

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma


(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

“Bukan hanya di sekolah Anda harus mendapatkan B+, tetapi dalam kehidupan nyata Anda juga harus B+ (Be positive)” – Hitam Putih

“Just remember one thing, Dream big, Act bigger” – Hitam Putih

“About the money, Gain all you can, Save all you can, Give all you can” – John Rockefeller

“Untuk mendapatkan seorang pengeran, Anda harus bersikap seperti seorang puteri dahulu” – Hitam Putih

“Saatnya berhenti menyemangati orang lain dan mulailah menyemangati diri sendiri”– Hitam Putih

“Ketika Anda kekurangan motivasi & semangat, maka sesempurna apapun yang Anda miliki akan menjadi tidak berarti” – Hitam Putih

“Ada dua tipe manusia : manusia yang berhasil dalam mimpinya & manusia yang

berhenti mewujudkan mimpinya untuk mimpi orang lain” – Hitam Putih

Skripsi ini ku persembahkan untuk: Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria Mama dan alm. Papaku tercinta Saudara-saudaraku terkasih Kak Yuli, Lintang, Kevin dan Marsel Wali orang tuaku Pak Gabriel dan Bu Melda Teman-temanku P.Mat 08…Pitri, Mamie Paul, Ajoex

Teman-temanku Psi 08…Henri, Riena, Nopai Terima kasih untuk segala doa, dukungan dan kasih yang diberikan.


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatalran dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang laiq kecuali yang telah disebutkan dalam kutrpan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.


(7)

vi ABSTRAK

Nesya Fransisca, 081414012. 2013. Efikasi Diri dan Hasil Belajar Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam Pembelajaran Sub Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD). Skripsi. Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan efikasi diri dan hasil belajar siswa serta untuk mengetahui kontribusi antara efikasi diri terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Pelaksanaan penelitian ini berlangsung mulai bulan Oktober-November 2012 dengan subyek penelitian adalah siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif kuantitatif.

Instrumen penelitian yang digunakan terdiri dari: (1) skala psikologi efikasi diri, (2) Tes prestasi siswa yang berbentuk tes kemampuan awal , kuis dan tes hasil belajar, (3) Lembar pengamatan yang terdiri dari lembar keterlaksanaan RPP dan keaktifan siswa. Instrumen yang diuji cobakan adalah Tes Kemampuan Awal dan Skala Psikologi efikasi diri dengan hasil valid dan reliabel. Tes kemampuan awal diperoleh dengan intrepretasi tinggi sedangkan skala psikologi efikasi diri diperoleh dengan intrepretasi sangat tinggi.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa efikasi diri dan keaktifan siswa berkorelasi secara signifikan. Perhitungan diperoleh melalui korelasi jenjang dengan hasil r s hitung lebih besar dari r s tabel yaitu 0,77 > 0,415. Sedangkan untuk

efikasi diri dan hasil belajar diperoleh hasil yang berkorelasi secara signifikan dan linier. Perhitungan diperoleh melalui analisis regresi sederhana dimana

yaitu sehingga H0 ditolak (signifikan)

serta yaitu sehingga H0 diterima

(linier).

Kata kunci : efikasi diri, hasil belajar, keaktifan, Student Team Achievement Division (STAD)


(8)

vii ABSTRACT

NesyaFransisca, 081414012. 2013. Self Efficacy and Study Result of SMP BOPKRI 3 Yogyakarta 8th grade students in the study of Sub Main Topic Linear System Two Variables with Cooperative Type Student Team Achievement Division (STAD) Method. Thesis. Mathematic Education Programme, Mathematic and Science Education Subject, Teaching and Education Faculty of Sanata Dharma University, Yogyakarta.

The purpose of this research is to find out how likely self efficacy and results of student learning as well as to know the contribution of efficacy and the study results up to grade VIII SMP 3 Yogyakarta BOPKRI learning subject in the sub topic of linear equations in two variables with cooperative learning model of Student Team Achievement Division (STAD) method.The implementation of this research was held from the Oktober-November 2012 with respondent is students of class VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. This research used descriptive quantitative research method.

The research instruments used consists of: (1) the psychology of self efficacy scale, (2) student intelegence tests that shaped the ability of beginning test, quiz and the learning result test, (3) observation sheets consisting of RPP aplication sheet and the students activity. The instruments which tested the ability of beginning test and the psychology of self efficacy scale were valid and reliable. Test early abilities acquired r11 = 0,69 with high interpretation of self efficacy

scale while the psychology of self efficacy scale obtained r11 = 0,86 with very

high interpretation.

The research results obtained that self-efficacy and the students activity are significantly correlated. The calculation was obtained through correlation levels with the result r s count greater than r s table i.e. 0,77 > 0,415.While the

self-efficacy and learning results were obtained the linear and significantly correlate result. Computation obtained through simple regression analysis where F count sign

≥ F table sign is 1807,52 ≥ 4,28 so that H0 is rejected (significant) as well as F count line

≤ F table line is 0,024 ≤ 1,6075so that H 0 is accepted (linear).

Keyword : Self-Efficacy, results of student learning, being active, Student Team Achievement Division (STAD)


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH

LINTUK KEPENTINGAN AKADEMI S

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Nesya Fransisca

NIM

:081414012

Demi pengembangan

ilmu

pengetahuan, saya memberikan karya ilmiah ini

kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang berjudul:

*EFIKASI DIzu DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS

VIII

SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA DALAM PEMBELAJARAN SUB POKOK

BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR

DUA

VARIABEL DENGAN

MODEL

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

TIPE

STUDENT

TEAM

ACHIEVEMENT DIVISION (STAD)''

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelola

dalam bentuk

pangkalan

data,

mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya

di

internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta

ijin

dari saya maupun memberikan royalti kepada saya

selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pemyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di Yogyakarta

Pada knggal : 4 April 2013 Yang menyatakan

va Fransisca


(10)

ix

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yesus atas segala kasih dan penyertaan-Nya selama ini sehingga pada akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan dan Ilmu Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Skripsi ini dapat tersusun berkat bantuan, dorongan dan bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

2. Bapak Drs. Aufridus Atmadi, M.Si selaku Ketua Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika.

4. Bapak Drs. Sukardjono, M.P.d selaku dosen pembimbing skripsi yang telah menyediakan waktu, tenaga dan pikiran untuk memberikan bimbingan kepada penulis dengan sabar dan penuh perhatian. Terima kasih atas semua motivasi, saran, kritik dan bimbingan selama penyusunannya.


(11)

x

5. Bapak Dr. M. Andy Rudhito, S.Pd dan Ibu E. Ayunika Permata Sari, S.Pd., M.Sc. selaku dosen penguji yang telah memberikan masukan bagi penulis untuk menyempurnakan skripsi ini.

6. Segenap dosen dan seluruh staf sekretariat Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Sanata Dharma.

7. Bapak Paryadi, S.Pd selaku kepala sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP tersebut.

8. Ibu Adjeng, S.Pd selaku guru mata pelajaran matematika di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang dengan tulus dan sabar ikut serta membantu dan membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Siswa-siswi SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, khususnya kelas VIII atas ketersediaanya terlibat dalam penelitian ini.

10.Mama, Alm. Papa, kak Yuli, adik-adikku : Lintang, Kevin, Marsel, wali orang tuaku : Bpk Gabriel dan Ibu Melda yang selalu memberikan semangat, kasih dan doa yang luar biasa.

11.Pitri, Mamie Paul, Ajoex, Ayu, Tito yang telah berkenan menjadi observer dalam pelaksanaan penelitian ini. Terima kasih atas bantuan dan semangat yang kalian berikan.

12.Teman-temanku psikologi angkatan 08 : Henri, Riena, Nopai yang telah membantu memberikan kritik dan saran dalam pembuatan skripsi ini. 13.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu dan berperan dalam


(12)

Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dalam penulisan skripsi

ini

oleh

karena

itu,

penulis mengharapkan

lffitik

dan

saftm demi penyempurftuumya. Akhirnya" penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi banyak pihak.

Penulis

Nesya Fransisca


(13)

xii

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvii


(14)

xiii

BAB. I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 7

C. Pembatasan Masalah ... 8

D. Rumusan Masalah ... 8

E. Tujuan Penelitian ... 9

F. Batasan Istilah ... 10

G. Manfaat Hasil Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Pembelajaran ... 13

2. Model Pembelajaran... 13

3. Pembelajaran Kooperatif ... 13

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division (STAD) ... 20

5. Efikasi Diri ... 24

6. Hasil Belajar Matematika ... 28

7. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) ... 32

B. Kerangka Berpikir ... 38

C. Hipotesis ... 39

BAB III METODOLOGI PENELITIAN... 41


(15)

xiv

B. Tempat dan Waktu Penelitian ... 41

C. Subyek dan Obyek Penelitian ... 42

D. Variabel Penelitian ... 43

E. Instrumen Penelitian... 43

F. Teknik Pengumpulan Data ... 49

G. Validitas dan Relibialitas ... 51

H. Teknik Analisis Data ... 56

BAB IV PELAKSANAAN PENELITIAN, ANALISIS DATA, PEMBAHASAN, KELEBIHAN DAN KEKURANGAN PENELITIAN ... 59

A. Pelaksanaan Penelitian ... 59

B. Penyajian Data ... 68

C. Analisis Data ... 76

D. Kelemahan Penelitian... 99

BAB V PENUTUP ... 100

A. Kesimpulan ... 100

B. Saran ... 101

DAFTAR PUSTAKA ... 103


(16)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran ... 44

Tabel 3.2 Instrumen Pengamatan Keterlaksanaan RPP Pertemuan I ... 45

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Efikasi Diri ... 46

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Keaktifan Siswa ... 47

Tabel 3.5 Kriteria Intrepretasi Tingkat Validitas ... 52

Tabel 3.6 Data Koefisien Validitas Tes Kemampuan Awal ... 52

Tabel 3.7 Data Koefisien Validitas Skala Efikasi Diri ... 53

Tabel 3.8 Kriteria Intrepretasi Tingkat Reliabilitas ... 55

Tabel 3.9 Kriteria Skor Peningkatan ... 58

Tabel 3.10 Kriteria Penghargaan Kelompok ... 58

Tabel 4.1 Data Keterlaksanaan RPP ... 68

Tabel 4.2 Tabel Pemberian Skor ... 69

Tabel 4.3 Tabel Data Skala Efikasi Diri ... 70

Tabel 4.4 Data Keaktifan Kelompok pada Pertemuan II ... 71

Tabel 4.5 Data Keaktifan Lelompok pada Pertemuan III ... 71

Tabel 4.6 Tabel Data Tes Kemampuan Awal (TKA) ... 72

Tabel 4.7 Tabel Data Kuis ... 73

Tabel 4.8 Tabel Data Tes Hasil Belajar (THB)... 74

Tabel 4.9 Tabel Hasil Peningkatan ... 75

Tabel 4.10 Rincian Kriteria Efikasi Diri Siswa ... 80

Tabel 4.11 Keaktifan Kelompok Kelas VIII C ... 82


(17)

xvi

Tabel 4.13 Rincian Keaktifan Individu Siswa Kelas VIII C ... 85

Tabel 4.14 Data Kegiatan Dilakukan Siswa ... 85

Tabel 4.15 Rincian Kriteria Hasil Belajar Siswa ... 86

Tabel 4.16 Peningkatan Kelompok A ... 88

Tabel 4.17 Peningkatan Kelompok B ... 89

Tabel 4.18 Peningkatan Kelompok C ... 89

Tabel 4.19 Peningkatan Kelompok D ... 89

Tabel 4.20 Peningkatan Kelompok E... 89

Tabel 4.21 Peningkatan Kelompok F ... 90

Tabel 4.22 Penghargaan Kelompok ... 90

Tabel 4.23 Korelasi antara Efikasi Diri dan Keaktifan ... 91

Tabel 4.24 Penolong untuk Menghitung Regresi Tunggal ... 93


(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Diagram 4.1 Histogram Efikasi Diri Siswa... 82

Diagram 4.2 Histogram Keaktifan Siswa... 84

Diagram 4.3 Histogram Hasil Belajar Siswa ... 87

Gambar 1 Siswa Mengerjakan Soal Uji Coba... 105

Gambar 2 Siswa Mengerjakan Tes Kemampuan Awal ... 105

Gambar 3 Peneliti Menerangkan Mengenai Penyelesaian SPLDV dengan Metode Substitusi ... 106

Gambar 4 Siswa Mengerjakan LKS 1 secara Berkelompok ... 106

Gambar 5 Siswa Mengerjakan Kuis I secara Individu ... 107

Gambar 6 Peneliti Menerangkan Mengenai Penyelesaian SPLDV dengan Metode Eliminasi ... 107

Gambar 7 Siswa Mengerjakan LKS 2 secara Berkelompok ... 108

Gambar 8 Salah Satu Siswa Mengerjakan Soal LKS 2... 108

Gambar 9 Siswa Mengerjakan Kuis 2 secara Individu ... 109


(19)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN LAMPIRAN A

Lampiran A.1 : Daftar Nama Siswa Uji Coba Tes Kemampuan Awal ... 110

Lampiran A.2 : Daftar Anggota Kelompok Kelas VIII C ... 111

Lampiran A.3 : Ketentuan Dalam Pembelajaran Kooperatif tipe STAD ... 112

Lampiran A.4 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran ... 114

Lampiran A.5 : Kisi-kisi Soal TKA Uji Coba ... 122

Lampiran A.6 : Kisi-kisi Soal TKA Setelah Uji Coba ... 125

Lampiran A.7 : Kisi-kisi Soal Tes Hasil Belajar ... 128

Lampiran A.8 : Blue Print Skala Efikasi Diri Uji Coba ... 130

Lampiran A.9 : Blue Print Efikasi Diri Setelah Uji Coba ... 134

Lampiran A.10 : Soal TKA dan Kunci Jawaban Setelah Uji Coba ... 138

Lampiran A.11 : Soal Tes Hasil Belajar dan Kunci Jawaban ... 143

Lampiran A.12 : Soal Kuis dan Kunci Jawaban ... 146

Lampiran A.13 : Soal Diskusi ... 148

LAMPIRAN B Lampiran B.1 : Lembar Observasi Keaktifan Siswa ... 153

Lampiran B.2 : Lembar Efikasi Diri Uji Coba ... 154

Lampiran B.3 : Lembar Efikasi Diri Setelah Uji Coba ... 157

LAMPIRAN C Lampiran C.1 : Analisis Data Uji Coba TKA & Efikasi Diri ... 159

Lampiran C.2 : Hasil Data Uji Coba TKA & Efikasi Diri ... 168


(20)

xix

Lampiran C.4 : Contoh Hasil Tes Kemampuan Awal ... 188

Lampiran C.5 : Contoh Hasil Tes Hasil Belajar ... 193

Lampiran C.6 : Contoh Hasil Kuis ... 196

Lampiran C.7 : Contoh Hasil Diskusi ... 199

Lampiran C.8 : Contoh Hasil Efikasi Diri ... 214

Lampiran C.9 : Contoh Hasil Observasi Keaktifan Siswa ... 217

Lampiran C.10 : Contoh Hasil Observasi Keterlaksanaan RPP ... 223

LAMPIRAN D Lampiran D.1 : Sertifikat Penghargaan ... 229


(21)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan memegang peranan yang amat penting, khususnya dalam mempersiapkan sumber daya manusia untuk dapat bersaing dengan bangsa lain. Kemajuan suatu bangsa dilihat dari seberapa tinggi pendidikan itu. Semakin tinggi pendidikannya, semakin tinggi pula martabat bangsa tersebut. Pendidikan dilaksanakan bertujuan untuk meningkatkan serta mengembangkan potensi yang dimiliki anak didik sebagaimana yang diungkapkan oleh Moslow, 1962; Rogers, 1982 dalam Anita Lie (2010:5)

bahwa “Tujuan pendidikan adalah meningkatkan kemampuan siswa sampai setinggi yang dia bisa”. Sehingga melalui pendidikan, transformasi ilmu pengetahuan dan teknologi dapat berlangsung secara berkesinambungan dari generasi ke generasi menuju peningkatkan kualitas sumber daya manusia pada suatu bangsa.

Menurut Herman Hudojo (1988:3) dikatakan bahwa matematika merupakan ide-ide atau konsep-konsep abstrak yang tersusun secara hirearkis dan penalarannya deduktif. Perkembangan pesat yang terjadi dalam teknologi modern ini tidak lepas dari perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit. Maka dari itu, matematika perlu diberikan pada peserta didik sejak usia dini guna melatih mereka berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, dan kreatif, serta memiliki


(22)

kemampuan bekerjasama. Hal ini jelas bahwa belajar matematika itu merupakan kegiatan mental yang tinggi dan tidak jarang dianggap oleh siswa sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan sehingga menjadikan banyak siswa kurang termotivasi dalam mempelajarinya. Menurut Zulkardi, 2001 ; IMSTEP-JICA, 1999 menyebutkan bahwa alasan lain penyebab rendahnya kualitas pemahaman siswa terhadap matematika adalah pembelajaran matematika hanya berpusat pada guru atau sumber materi guru yang aktif dalam pembelajaran (text book oriented), sedangkan siswa hanya duduk diam mendengarkan materi dari guru, yang terkadang menimbulkan kebosanan (tidak berminat) pada siswa sehingga berpengaruh pada konsentrasi siswa itu sendiri.

Kemampuan berpikir kritis seseorang dalam suatu bidang studi tidak dapat lepas dari pemahamannya terhadap materi bidang studi tersebut. Menurut Meyers (1986) seseorang tak mungkin dapat berpikir kritis dalam suatu bidang studi tertentu tanpa pengetahuan mengenai isi dan teori bidang studi tersebut. Dengan demikian agar siswa bernalar dengan baik mengenai masalah dalam matematika, maka dia harus memahami matematika dengan baik.

Mengenai matematika, John W. Santrock (2009:110) mengatakan bahwa pada kelas VI sampai dengan kelas VIII, murid mendapatkan manfaat dari program matematika yang meliputi aljabar dan geometri. Murid diharapkan mampu menangani solusi kuantitatif dalam kehidupan nyata mereka karena pada masa tersebut murid memiliki penalaran yang jauh lebih


(23)

kuat ketika mereka belajar aljabar. Meskipun demikian, banyak dari mereka yang mendapatkan nilai baik tetapi tidak dibarengi dengan pemahaman mereka akan materi dalam matematika atau dengan kata lain mereka hanya sekedar menghafal. Pendekatan ni dapat berhasil baik dalam kelas, tetapi akan membatasi kemampuan mereka dalam menggunakan aljabar di kehidupan nyata (Heid, 2002).

Siswa kelas VIII termasuk pada golongan remaja awal yang lebih suka berkelompok dengan teman sebayanya seperti apa yang diungkapkan oleh

Berndt,1979 ; Berndt&Perry, 1990 ; Leventhal, 1994 dalam John W.Santrock (2002:46) , “Pada kelas delapan dan sembilan, konformitas dengan teman -teman sebaya – khususnya dengan standar-standar antisosial mereka –

memuncak.” John W. Santrock (2009:121) juga berpendapat bahwa pada masa sekolah menengah pertama para siswa menjadi semakin mandiri dari orang tua mereka dan ingin menghabiskan lebih banyak waktu dengan teman-teman sebaya. Dengan demikian, guru diharapkan dapat membantu mereka dalam memahami bagaimana aljabar dan geometri berhubungan dengan pendekatan pembelajaran dalam matematika yang erat kaitannya dengan interaksi teman sebaya di kalangan siswa kelas VIII.

John W. Santrock (2009), mengatakan bahwa motivasi di sekolah telah terdorong oleh prespektif kognitif dan penekanan pada pengungkapan proses-proses paling penting yang terlibat dalam prestasi siswa. Motivasi dalam perspektif kognitif memiliki artian bahwa pemikiran siswa mengarahkan motivasi mereka. Hal tersebut menurut Perry, Turner, & Meyer (2006)


(24)

merekomendasikan bahwa siswa harus diberi lebih banyak kesempatan dan tanggung jawab untuk mengendalikan hasil prestasi mereka sendiri. Sehingga guru diharapkan dapat menciptakan lingkungan pembelajaran yang meningkatkan keterlibatan kognitif dan tanggung jawab terhadap diri pribadi siswa dalam proses belajar (Blumenfeld, Krajcik, & Kempler, 2006).Terdapat beberapa proses kognitif dalam memotivasi siswa untuk belajar, salah satunya adalah efikasi diri. Menurut Bandura (1997,2001,2004), efikasi diri adalah sebuah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Efikasi diri adalah keyakinan bahwa “Saya dapat” ;

keputusasaan adalah keyakinan bahwa “Saya tidak dapat” (Maddux, 2002;

Lodewyk & Winne, 2005; Stipek, 2002). Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi cenderung lebih tekun berusaha pada tugas belajar dibandingkan siswa yang memiliki efikasi diri rendah. Sehingga menurut penulis, banyak siswa yang tidak berminat akan matematika bisa disebabkan karena efikasi diri siswa yang rendah. Salah satu cara mengatasinya adalah dengan melaksanakan proses pembelajaran yang berkualitas dengan menggunakan ketepatan pendekatan. Pendekatan ini lah yang perlu dibenahi pada setiap proses pembelajaran matematika.

Salah satu pendekatan yang mungkin dapat digunakan dalam memotivasi para siswa yang kaitannya menggunakan peran teman sebaya adalah metode cooperative learning. Menurut Agus Suprijono (2009:13) pada model cooperative learning guru bukan lagi berperan sebagai satu-satunya nara sumber dalam pembelajaran, melainkan berperan sebagai penyedia


(25)

fasilitas belajar bagi peserta didiknya. Jadi, didalam cooperative learning, terdapat dialog interaktif dan merupakan proses organik dan konstruktif bukan mekanis sehingga suasana pembelajaran berlangsung secara terbuka dan demokratis antara guru dengan siswa dan siswa dengan siswa sehingga lebih memungkinkan pengembangan nilai, sikap, moral dan keterampilan peserta didik . Anita Lie (2010:28) menerangkan bahwa model pembelajaran ini tidak banyak diterapkan di masyarakat Indonesia yang disebabkan beberapa hal salah satunya kekhawatiran akan terjadinya kegaduhan di kelas jika siswa ditempatkan dalam grup. Padahal sesungguhnya model pembelajaran

cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar kelompok , karena dalam cooperative learning terdapat unsur-unsur pokok yang mendasarinya. Unsur-unsur tersebut antara lain saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka,komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.

Menurut Slavin (2005:10), semua metode pembelajaran kooperatif menyumbangkan ide bahwa siswa yang bekerja sama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Terdapat tiga konsep yang berperan penting dalam

cooperative learning, antara lain penghargaan tim, tanggung jawab individual, dan kesempatan sukses yang sama. Salah satu metode cooperative learning

yang ada adalah metode Student Team-Achievement Division (STAD). Menurut Slavin (2005:143), STAD merupakan salah satu metode pembelajaran kooperatif yang paling sederhana , dan merupakan model yang


(26)

paling baik untuk permulaan bagi para guru yang baru menggunakan

cooperative learning di kelas. STAD bertujuan untuk memotivasi siswa supaya dapat saling mendukung dan membantu satu sama lain dalam menguasai kemampuan yang diajarkan oleh guru.

Berdasarkan observasi di SMP BOPKRI 3 Yogyakarta, terlihat guru lebih menekankan latihan-latihan soal pada buku materi saja yang diharapkan mampu memberikan pemahaman yang mendalam bagi siswa, namun yang terjadi siswa terlihat enggan untuk mengerjakannya dan lebih tertarik untuk berbincang-bincang dengan teman sebayanya. Hanya sesaat saja siswa tersebut memperhatikan pengajaran guru, terutama pada saat guru tegas memberikan sangsi pada beberapa siswa yang terlihat tidak memperhatikan. Tetapi hanya sedikit siswa yang terlihat serius dalam pengerjaan soal. Menurut guru matematika yang bersangkutan, kurangnya antusias pada pembelajaran di sekolah (tidak hanya untuk matematika) disebabkan karena raw input nya yang kurang berkualitas. Datang dari keluarga yang kurang mampu ataupun

broken home sehingga para guru harus lebih bersabar dalam menghadapi mereka. Menurut pengakuan beliau, beliau sesekali memberikan materi dengan menggunakan power point, juga pembelajaran di luar kelas hanya sekedar siswa tidak merasa bosan dengan pembelajaran pada biasanya tetapi jarang sekali memberikan tugas kelompok atau pun kuis karena keadaan siswa yang tidak memungkinkan untuk diadakannya tugas kelompok yaitu keadaan siswa yang kurang berminat akan pembelajaran matematika.


(27)

Berdasarkan observasi tersebut peneliti beranggapan bahwa keadaan siswa yang cenderung lebih akrab dengan teman sebayanya dapat dipergunakan dalam meningkatkan kemampuan mereka dalam memahami materi pembelajaran matematika. Karena dengan belajar bersama teman sebaya dapat mendorong siswa untuk lebih bersemangat dalam belajar dan diharapkan mampu menumbuhkan keberanian siswa dalam bertanya, mengemukakan pendapat, bertanggung jawab dan berpikir kritis atas materi matematika yang telah diberikan lebih-lebih dalam kehidupan mereka kedepannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti bermaksud untuk mengadakan penelitian mengenai efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe

Student Team Achievement Division (STAD).

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yaitu kemungkinan :

1. Kurangnya minat siswa dalam pembelajaran matematika.

2. Kurangnya keterlibatan siswa secara aktif di dalam proses pembelajaran

3. Kurangnya interaksi antar siswa berdiskusi dalam tugas kelompok. 4. Guru masih condong menggunakan metode konvensional.


(28)

C. Pembatasan Masalah

Dari sekian banyak masalah yang telah diidentifikasi karena keterbatasan waktu, tenaga, dan biaya, maka penelitian ini dibatasi pada masalah mengenai efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah dan pembatasan masalah di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti yaitu:

1. Bagaimanakah keterlaksanaan model pembelajaran tipe Student Team Achievement Division (STAD)?

2. Bagaimanakah efikasi diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta mengenai pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)?


(29)

4. Bagaimana kontribusi antara efikasi diri terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD)?

5. Bagaimanakah kontribusi antara efikasi diri terhadap keaktifan (keterlaksaan model STAD) pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)?

E. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemungkinan 1. Keterlaksanaan model pembelajaran tipe Student Team Achievement

Division (STAD).

2. Efikasi diri siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

3. Hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).


(30)

4. Kontribusi antara efikasi diri terhadap hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

5. Kontribusi antara efikasi diri terhadap keaktifan (keterlaksanaan model STAD) pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel

F. Batasan Istilah

Istilah operasional yang perlu dibatasi pengertiannya dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Model pembelajaran kooperatif : suatu model kegiatan pembelajaran yang mengutamakan adanya kelompok-kelompok. Setiap siswa yang ada dalam kelompok mempunyai tingkat kemampuan yang berbeda-beda. Dalam pembelajaran kooperatif dikembangkan diskusi dan komunikasi agar siswa saling berbagi kemampuan, dapat berpikir kritis, saling menyampaikan pendapat dan saling membantu dalam belajar.

2. Tipe Student Team Achievement Division (STAD): salah satu metode kooperatif yang paling sederhana dengan membagi siswa dalam beberapa tim belajar yang terdiri dari empat/lima orang. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim untuk memastikan semua anggota tim menguasai pelajaran. Selanjutnya semua siswa mengerjakan kuis secara individu.


(31)

3. Efikasi diri : keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif.

4. Hasil belajar : kemampuan yang diperoleh individu setelah proses belajar berlangsung yang dapat memberikan perubahan tingkah laku baik pengetahuan, pemahaman, sikap dan keterampilan siswa sehingga menjadi lebih baik dari sebelumnya.

G. Manfaat Hasil Penelitian

1. Bagi peneliti:

a. Sebagai pelatihan karya ilmiah.

b. Memberikan bekal atau sumber referensi kepada peneliti saat bekerja kelak menjadi guru.

2. Bagi sekolah:

a. Memberikan gambaran yang lebih jelas kepada pembaca sejauh mana metode kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD)

dapat meningkatkan efikasi diri dan hasil belajar siswa.

b. Memberikan informasi kepada guru maupun calon guru akan pentingnya potensi yang dimiliki siswa dalam proses belajar mengajar yang selanjutnya dapat dikembangkan dikemudian hari.

3. Bagi fakultas:

a. Mampu menjadi salah satu referensi dalam mengembangkan model pembelajaran kooperatif berikutnya.


(32)

12 BAB II

LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

1. Pembelajaran

Menurut KBBI, pembelajaran merupakan proses, cara, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.

John W.Santrock (2009:301) juga mengatakan bahwa pembelajaran (learning) dapat didefinisikan sebagai pengaruh yang relatif permanen terhadap perilaku dan pengetahuan, serta keterampilan-keterampilan berpikir yang diperoleh melalui pengalaman.

Menurut Bandura (Alwisol, 2005:366), pembelajaran adalah

observasi modeling yang melibatkan penambahan atau pengurangan tingkah laku yang teramati, menggeneralisir berbagai pengamatan sekaligus yang melibatkan proses kognitif.

Menurut Edward L.Thorndike (B.R. Hergenhahn, 1997), mengungkapkan bahwa pembelajaran adalah trial-and-error (selecting and connecting), incremental (sedikit demi sedikit) bukan insightful (sekaligus dalam satu waktu).

Berdasarkan beberapa pendapat tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa pembelajaran adalah suatu proses atau cara seseorang dalam belajar. Pembelajaran yang terjadi merupakan proses yang dapat dicapai sedikit demi sedikit untuk meraih suatu tujuan.


(33)

2. Model Pembelajaran

Menurut Agus Suprijono (2009:45) mengemukakan bahwa model pembelajaran merupakan landasan praktik pembelajaran hasil penurunan teori psikologi pendidikan dan teori belajar yang dirancang berdasarkan analisis terhadap implementasi kurikulum dan implikasinya pada tingkat operasional kelas.

Arends (Agus Suprijono, 2009:45) juga mengungkapkan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan, termasuk didalamnya tujuan-tujuan, tahap-tahap kegiatan, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Dengan kata lain model pembelajaran dapat didefinisikan sebagai kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan sebagi pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas maupun tutorial.

3. Pembelajaran Kooperatif

a. Definisi pembelajaran kooperatif

Menurut John W.Santrock (2009:61), cooperative learning terjadi ketika siswa-siswa bekerja dalam kelompok-kelompok kecil untuk saling membantu dalam belajar. Menurutnya pembelajaran ini dapat


(34)

menjadi strategi yang efektif untuk meningkatkan prestasi, terutama ketika dua kondisi dipenuhi (Slavin, 1995) yaitu:

1) Penghargaan kelompok dihasilkan.

Bertujuan untuk menumbuhkan minat terbaik anggota-anggota kelompok dalam membantu satu sama lain dalam belajar.

2) Individu-individu diharuskan bertanggung jawab.

Beberapa metode untuk mengevaluasi kontribusi individual seorang siswa, seperti kuis atau laporan individual harus digunakan Johnson & Johnson (2002,2005) berpendapat bahwa ketika kedua aspek tersebut terpenuhi maka pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi diseluruh tingkat yang berbeda dan dalam tugas yang berbeda dan dalam tugas yang berkisar dari keterampilan dasar sampai penyelesaian masalah.

Slavin (2005:8) mengemukakan bahwa dalam cooperative learning

para siswa akan duduk bersama dalam kelompok yang beranggotakan empat atau lima orang untuk menguasai materi yang disampaikan oleh guru. Terdapat tiga konsep penting yang mengikutinya antara lain : 1) Penghargaan bagi tim.

Tim akan mendapatkan pernghargaan jika mereka berhasil melampaui kriteria tertentu yang telah ditetapkan.

2) Tanggung jawab individual.

Kesuksesan tim bergantung pada pembelajaran individual dari semua anggota tim. Tanggung jawab tim difokuskan pada kegiatan


(35)

anggota tim dalam membantu sama lain untuk belajar dan memastikan bahwa tiap orang dalam tim siap untuk mengerjakan kuis/tes individu tanpa bantuan siswa lainnya.

3) Kesempatan sukses yang sama.

Semua siswa memberi kontribusi kepada timnya dengan cara meningkatkan kinerja mereka dari sebelumnya.

Anita Lie (2010:28) mengatakan bahwa cooperative learning

didasari oleh falsafah homo homini socius yang menekankan bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerja sama merupakan kebutuhan yang sangat penting artinya bagi kelangsungan hidup. Menurut beliau, model pembelajaran ini berbeda dengan sekedar belajar kelompok dikarenakan dalam cooperative learning terdapat lima unsur pokok yang mendasarinya (Roger & David Johnson) yaitu:

1) Saling ketergantungan positif.

Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus memiliki tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka.

2) Tanggung jawab perseorangan.

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur yang pertama. Setiap siswa akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik.


(36)

3) Tatap muka.

Kegiatan interaksi ini akan memberikan para pembelajar untuk membentuk sinergi yang menguntungkan semua anggota. Inti sinergi tersebut adalah menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan, dan mengisi kekurangan masing-masing.

4) Komunikasi antar anggota.

Unsur ini menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Keberhasilan kelompok bergantung pada kesediaan para anggotanya untuk saling mendengarkan dan kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka.

5) Evaluasi proses kelompok.

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif.

Berdasarkan definisi dari beberapa tokoh diatas, penulis menarik kesimpulan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada interaksi teman sebaya untuk belajar meraih sukses secara bersama-sama dalam sebuah tim dan kemudian hal ini diharapkan mampu meningkatkan minat dan prestasi siswa di setiap aspek pelajaran.


(37)

b. Tipe-tipe pembelajaran kooperatif

Menurut Slavin (2005:11) terdapat lima prinsip dalam metode PTS (Pembelajaran Tim Siswa), yaitu :

1) Student Team-Achievement Division (STAD)

Para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat - lima orang yang berbeda tingkat kemampuan, jenis kelamin dan latar belakang etniknya. Guru menyampaikan pelajaran, lalu siswa bekerja dalam tim untuk memastikan bahwa semua anggota tim telah menguasai pelajaran. Selanjutnya, mereka mengerjakan kuis secara individu dimana skor kuis tersebut menjadi pembanding dengan rata-rata pencapaian sebelumnya sehingga diperoleh skor kemajuan tim. Tim yang berhasil memenuhi kriteria tertentu akan mendapatkan penghargaan atau sertifikat.

2) Teams Games-Tournament (TGT)

Pada mulanya dikembangkan oleh David DeVries dan Keith Edwards dan merupakan metode pembelajaran pertama dari John Hopkins. TGT memiliki kesamaan dengan dinamika STAD, tetapi menambahkan dimensi kegembiraan yang diperoleh dari penggunaan permainan. Teman satu tim akan saling membantu dalam mempersiapkan diri untuk permainan dengan mempelajari terlebih dahulu materi. Kemudian pada saat permainan berlangsung, mereka dilarang saling membantu.


(38)

3) Jigsaw II

Merupakan adaptasi dari teknik teka-teki Elliot Aronson (1978). Pembagian kelompok mirip dengan STAD atau TGT. Tiap anggota tim ditugaskan secara acak untuk menjadi “ahli” dalam aspek tertentu. Setelah membaca materi, para ahli bertemu dari tim berbeda bertemu untuk mendiskusikan topik yang sedang mereka bahas, lalu mereka kembali ke tim masing-masing untuk mengajarkan topiknya pada teman-teman satu tim. Kemudian siswa diminta untuk mengerjakan kuis secara individu dimana perhitungan skor dan rekognisi didasarkan pada kemajuan yang dicapai seperti pada STAD.

4) Team Accelerated Instruction (TAI)

Slavin, Leavey, & Madden (1986) mengungkapkan bahwa TAI sama dengan STAD atau TGT tetapi dalam TAI menggabungkan pembelajaran kooperatif dengan pengajaran individual. Anggota kelompok bekerja pada unit pelajaran yang berbeda kemudian teman satu tim saling memeriksa hasil kerja masing-masing menggunakan lembar jawaban dan saling membantu dalam menyelesaikan berbagai masalah. Unit tes terakhir dilakukan tanpa bantuan teman satu tim dan skornya dihitung dengan monitor siswa. Tiap minggu guru menjumlahkan angka dari tiap unit yang telah diselesaikan semua anggota tim dan memberikan sertifikat atau penghargaan untuk tim yang berhasil melampaui kriteria skor


(39)

yang didasarkan pada angka tes terakhir yang telah dilakukan, dengan poin ekstra untuk lembar jawaban yang sempurna dan pekerjaan rumah yang telah diselesaikan.

Dalam TAI para siswa belajar pada tingkat kemampuan mereka sendiri jadi apabila mereka tidak memenuhi syarat kemampuan tertentu, mereka dapat memantu dasar yang kuat sebelum melangkah ke tahap berikutnya.

5) Cooperatif Integrated Reading and Composition (CIRC)

Merupakan program komprehensif untuk mengajarkan membaca dan menulis pada sekolah dasar pada tingkat yang lebih tinggi dan juga pada sekolah menengah (Madden, Slavin, & Steven). Para siswa ditugaskan untuk berpasangan untuk belajar dalam serangkaian kegiatan kognitif. Mereka mengikuti serangkaian pengajaran guru, ptaktik tim, pra-penilaian tim, dan kuis. Mereka tidak mengerjakan kuis sampai teman satu timnya menyatakan sudah siap. Kemudian penghargaan diberikan pada tim didasarkan pada kinerja rata-rata dari semua anggota tim dalam semua kegiatan membaca dan menulis.

c. Kelebihan dan kekurangan pembelajaran kooperatif

Menurut John W. Santrock (2009:63), pembelajaran kooperatif memberikan hal positif antara lain adalah interpendensi dan interaksi dengan siswa-siswa lain yang semakin baik, motivasi untuk belajar yang lebih tinggi dan pembelajaran yang lebih baik melalui pengajaran


(40)

materi kepada orang lain. Kekurangan yang mungkin terjadi adalah ada beberapa siswa yang lebih suka bekerja sendiri dikarenakan siswa dengan prestasi rendah akan memperlambat kemajuan siswa-siswa yang berprestasi tinggi. Sehingga guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran kooperatif dalam kelas harus memperhatikan kekurangan ini dan berusaha untuk mengatasinya (King & Behnke, 2005).

4. Pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Division

(STAD)

Dalam STAD, para siswa dibagi dalam tim belajar yang terdiri atas empat orang yang berbeda-beda tingkat kemampuan, jenis kelamin, dan latar belakang etniknya. Menurut Slavin (2005:143), STAD terdiri atas lima komponen utama yaitu:

a. Presentasi kelas

Materi pelajaran pertama-tama diperkenalkan oleh guru melalui presentasi di kelas menggunakan pengajaran langsung. Presentasi ini haruslah berfokus pada unit STAD, hal ini bertujuan untuk memberikan kesadaran para siswa untuk benar-benar memperhatikan selama presentasi kelas karena dengan demikian akan sangat membantu mereka mengerjakan kuis-kuis dimana skor kuis tersebut menentukan skor tim mereka.


(41)

b. Tim

Terdiri dari empat atau lima orang siswa yang mewakili seluruh bagian dari kelas dalam hal kinerja akademik, jenis kelamin, ras dan etnisitas. Tim merupakan figur penting dalam STAD, poin yang ditekankan adalah membuat anggota tim melakukan yang terbaik untuk tim, dan tim pun harus melakukan yang terbaik untuk membantu tiap anggotanya.

c. Kuis

Guru memberikan kuis setelah praktik tim berlaku untuk satu atau dua periode. Kuis ini bersifat individual sehingga tiap siswa memiliki tanggung jawab sendiri-sendiri.

d. Skor kemajuan individual

Tiap siswa dapat memberikan kontribusi poin yang maksimal kepada timnya. Tiap siswa diberikan skor awal yang diperoleh dari kinerja rata-rata para siswa sebelumnya dalam mengerjakan kuis yang sama. Siswa selanjutnya akan mengumpulkan poin untuk tim mereka berdasar tingkat kenaikan skor kuis mereka dibandingkan dengan skor awal mereka.

e. Rekognisi tim

Tim akan mendapatkan sertifikat atau bentuk penghargaan yang lain apabila skor rata-rata mereka mencapai kriteria tertentu. Skor tim dapat juga digunakan untuk menentukan dua puluh persen dari peringkat mereka.


(42)

Langkah-langkah penerapan STAD: a. Persiapan

1) Membuat lembar kegiatan, sebuah lembar jawaban, dan sebuah kuis untuk setiap unit yang direncanakan untuk diajarkan. Tiap unit harus terdiri dari tiga sampai lima instruksi.

2) Membagi para siswa ke dalam tim

Tim-tim STAD mewakili seluruh bagian di dalam kelas. Terdiri perempuan, laki-laki, kaum minoritas, siswa berprestasi tinggi, rendah dan sedang. Tidak dianjurkan siswa untuk memilih timnya sendiri. Atau dapat juga melakukan hal-hal berikut, antara lain memfotokopi lembar rangkuman tim, menyusun peringkat siswa, menentukan jumlah tim, membagikan siswa ke dalam tim, dan kemudian mengisi lembar rangkuman tim.

3) Menentukan skor awal pertama

Skor awal mewakili skor rata-rata siswa pada kuis-kuis sebelumnya. Atau bisa juga menggunakan hasil nilai akhir siswa pada tahun lalu.

4) Membangun tim

Memberi kesempatan kepada anggota tim untuk melakukan sesuatu yang mengasyikkan dan untuk saling mengenal satu sama lain. Misal tim diperbolehkan menciptakan logo tim, banner, lagu atau syair.


(43)

b. Jadwal kegiatan 1) Pengajaran

Dimulai dengan presentasi pelajaran tersebut didalam kelas. Presentasi tersebut haruslah mencakup pembukaan, pengembangan dan pengarahan praktis tiap komponen dari keseluruhan pelajaran, kegiatan-kegiatan tim dan kuisnya yang mencakup latihan dan penilaian yang independen secara berturut-turut.

2) Belajar tim

Waktu : 1-2 periode kelas.

Gagasan utama : para siswa belajar dalam tim mereka.

Materi yang dibutuhkan : dua lembar kegiatan untuk tiap tim, dua lembar jawaban untuk tiap tim.

3) Tes (ujian)

Waktu : ½ - 1 periode kelas. Gagasan utama : kuis individual.

Materi yang dibutuhkan : satu kuis tiap anak. 4) Rekognisi tim

Gagasan utama : menghitung skor kemajuan individual dan skor tim dan memberikan sertifikat atau bentuk penghargaan tim lainnya.

i. Menghitung skor individual dan tim ii. Merekognisi prestasi tim


(44)

iv. Menghitung skor awal v. Mengubah tim

vi. Memberi penilaian 5. Efikasi Diri

Albert Bandura membagi istilah self ke dalam beberapa bagian, antara lain self esteem, self appraisal, self concept, self confidence, self efficacy. Beliau (John W. Santrock ,2009) juga mengungkapkan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan bahwa seseorang dapat menguasai situasi dan memberikan hasil positif. “Persepsi diri sendiri mengenai seberapa bagus diri dapat berfungsi dalam situasi tertentu” (Alwisol, 2005:360). Perubahan tingkah laku seseorang terdapat pada perubahan efikasi dirinya. Hal tersebut dapat dimodifikasi melalui salah satu atau kombinasi dari empat sumber yaitu :

a. Pengalaman perfomansi (mastery experience)

Pengalaman menguasai sesuatu prestasi. Prestasi (masa lalu) yang bagus meningkatkan ekspektasi efikasi, sedangkan kegagalan akan menurunkan efikasi. Mencapai keberhasilan akan memberi dampak efikasi yang berbeda-beda, tergantung proses pencapaiannya. Misalnya semakin sulit tugasnya maka keberhasilan akan membuat efikasi semakin tinggi. Kegagalan akan menurunkan efikasi kalau orang merasa sudah berusaha sebaik mungkin. Dsb.


(45)

b. Pengalaman vikarius

Efikasi akan meningkat ketika mengamati keberhasilan orang lain, sebaliknya efikasi akan menurun jika mengamati orang yang kemampuannya kira-kira sama dengan dirinya ternyata gagal.

c. Persuasi sosial

Dampak dari sumber ini terbatas, tetapi pada kondisi yang tepat persuasi dari orang lain dapat mempengaruhi efikasi diri. Kondisi itu adalah rasa percaya kepada pemberi persuasi, dan sifat realistik dari apa yang dipersuasikan.

d. Keadaan emosi

Keadaan emosi yang mengikuti suatu kegiatan akan mempengaruhi efikasi di bidang kegiatan itu. Emosi yang kuat, takut, cemas, stress, dapat mengurangi efikasi diri. Namun bisa terjadi, peningkatan emosi (yang tidak berlebihan) dapat meningkatkan efikasi diri.

Perubahan tingkah laku akan terjadi jika sumber ekspektasi efikasinya berubah. Pengubahan self-efficacy banyak dipakai untuk memperbaiki kesulitan dan adaptasi tingkah laku orang yang mengalami berbagai masalah behavioral (Alwisol, 2005:362).


(46)

Sumber Cara Induksi

Pengalaman performansi

Participant modeling Meniru model yang berprestasi

Performance desensitization Menghilangkan pengaruh buruk prestasi masa lalu

Performance exposure Menonjolkan keberhasilan yang pernah diraih Self-instructed performance Melatih diri untuk melakukan yang terbaik Pengalaman

vikarius

Live modeling Mengamati model yang nyata

Symbolic modeling Mengamati model simbolik, film, komik, cerita

Persuasi verbal

Suggestion Mempengaruhi dengan kata-kata berdasar

kepercayaan

Exhortation Nasihat, peringatan yang mendesak/memaksa

Self-instruction Memerintah diri sendiri

Interpretive treatment Intrepretasi baru memperbaiki intrepetasi lama yang salah

Pembangkitan emosi

Attribution Mengubah atribusi, penanggung jawab suatu

kejadian emosional Relaxation biofeedback Relaksasi

Symbolic desensitization Menghilangkan sikap emosional dengan modeling simbolik

Symbolic exposure Memunculkan emiosi secara simbolik

Beliau percaya bahwa efikasi diri adalah sebuah faktor yang sangat penting dalam menentukan apakah siswa berprestasi atau tidak. Setiap individu mempunyai efikasi diri yang berbeda-beda pada situasi yang berbeda, tergantung kepada:


(47)

a. Kemampuan yang dituntut oleh situasi yang berbeda itu b. Kehadiran orang lain, khususnya saingan dalam situasi itu

c. Keadaan fisiologis dan emosional; kelelahan, kecemasan, apatis, murung.

Menurut Carol Wade dan Carol Tavris (2007:180), efikasi diri adalah keyakinan seseorang bahwa dirinya mampu meraih hasil yang diinginkan, seperti penguasaan suatu keterampilan baru atau mencapai suatu tujuan. Saat kita memiliki keyakinan maka keyakinan tersebut dapat menciptakan

self-fulfilling prophecy. Self-fulfilling prophecy adalah suatu harapan yang menjadi kenyataan karena orang yang memiliki harapan tersebut cenderung tetap bertahan pada harapan tersebut, dan melakukan tindakan-tindakan yang dapat merealisasikan harapan tersebut. Self-efficacy

didapatkan melalui pengalaman menguasai kemampuan baru, mengatasi rintangan, dan mempelajari hikmah dari kegagalan yang ada. Individu-individu yang memiliki self-efficacy yang kuat adalah individu-individu yang dapat beradaptasi secara cepat pada permasalahan yang mereka hadapi, dan tidak menjadi cemas atau panik menghadapi permasalahan-permasalahan tersebut.

Dale Schunk (1991, 1999, 2001, 2004) berpendapat bahwa efikasi diri mempengaruhi pilihan aktivitas siswa. Siswa dengan efikasi diri rendah pada pembelajaran dapat menghindari banyak tugas belajar khususnya yang menantang. Sedangkan siswa dengan efikasi diri tinggi menghadapi tugas belajar tersebut dengan keinginan besar. Efikasi diri adalah


(48)

keyakinan bahwa “Saya dapat”; keputusasaan adalah keyakinan bahwa “Saya tidak dapat” (Maddux,2002 ; Lodewyk & Winne, 2005; Stipek,

2002 ).

Bandura dkk (2001), Ewart (1995), Maddux (1995), Stajkovic dan Luthans (1998) dalam Carol Wade dan Carol Tavris (2007:180) self-efficacy memiliki dampak yang positif pada berbagai aspek kehidupan seseorang ; seberapa baik ia dalam mengerjakan suatu tugas, tingkat pendidikan yang ia capai, seberapa keras ia akan berusaha dalam mencapai tujuannya, jenis karir yang ia pilih, kemampuannya dalam memecahkan masalah yang rumit, motivasinya dalam mencapai tujuan politis dan sosial, kebiasaan hidup sehat, dan bahkan peluang kesembuhan dari serangan jantung.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa efikasi diri merupakan suatu keyakinan dalam diri seseorang yang disertai perubahan tingkah laku yang dapat menentukan seberapa besar keberhasilan yang dapat dicapai orang tersebut.

6. Hasil Belajar Matematika a. Pengertian Belajar

Menurut KBBI, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.

Menurut Suyono dan Hariyanto (2011:9) dikatakan bahwa belajar adalah suatu aktivitas atau proses untuk memperoleh pengetahuan,


(49)

meningkatkan keterampilan, memperbaiki perilaku, sikap dan mengokohkan kepribadian.

Didalam buku yang ditulis oleh Agus Suprijono (2009:2), diungkapkan beberapa definisi belajar dari beberapa pakar pendidikan antara lain :

1) Gagne

Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang melalui aktivitas. Perubahan disposisi tersebut bukan diperoleh langsung dari proses pertumbuhan secara alamiah.

2) Travers

Belajar adalah proses menghasilkan penyesuaian tingkah laku. 3) Cronbach

Belajar adalah perubahan perilaku sebagai hasil dari pengalaman. 4) Harold Spears

Belajar adalah mengamati, membaca, meniru, mencoba sesuatu, mendengar dan mengikuti arah tertentu.

5) Geoch

Belajar adalah perubahan performance sebagai hasil latihan. 6) Morgan

Belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.


(50)

Berdasarkan beberapa pendapat dari tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa belajar merupakan proses seseorang untuk memperoleh pengetahuan, memperbaiki kekurangan, dan meningkatkan potensi positif dalam dirinya.

b. Pengertian Hasil Belajar

Agus Suprijono (2009:5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan.

Menurut pemikiran Gagne, hasil belajar berupa:

1) Informasi verbal : kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan ataupun tertulis.

2) Keterampilan intelektual : kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Kemampuan melakukan aktivitas kognitif bersifat khas.

3) Strategi kognitif : kecakapan menyalurkan dan mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Meliputi penggunaan konsep dan kaidah dalam memecahkan masalah.

4) Keterampilan motorik : kemampuan melakukan serangkaian gerak jasmani dalam urusan koordinasi sehingga terwujud otomatisme gerak jasmani.

5) Sikap : kemampuan menerima atau menolak objek berdasarkan penilaian terhadap objek tersebut. Merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai sebagai standar perilaku.


(51)

Bloom mengungkapkan bahwa hasil belajar mencakup kemampuan kognitif (knowledge, comprehension, application, analysis, syinthesis, evaluation), afektif (receiving, responding, valuing, organization, characterization), dan psikomotorik (initiatory, pre-routine, rountinized, keterampilan produktif, teknik, fisik, sosial, manajerial, dan intelektual).

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar merupakan segala sesuatu yang positif dan timbul akibat proses belajar.

c. Pengertian Matematika

Menurut Herman Hudojo (1988:2), matematika adalah teori logika deduktif yang berkenaan dengan hubungan-hubungan yang bebas dari isi materialnya hal-hal yang ditelaah.

W. W. Sawyer mengatakan bahwa matematika adalah klasifikasi studi dari semua kemungkinan pola yang mencakup hampir semua jenis keteraturan yang dapat dimengerti pikiran kita.

Berdasarkan pendapat dari beberapa tokoh di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa matematika berkenaan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungannya yang diatur secara logik sehingga matematika berkaitan dengan konsep-konsep abstrak (gagasan dan hubungan antara gagasan-gagasan tidak perlu dikaitkan dengan obyek empirik/fisik) yang tersusun secara hierarkis dan penalarannya deduktif.


(52)

d. Hasil Belajar Matematika

Berdasarkan beberapa pengertian dari hasil belajar dan matematika di atas, penulis mengambil kesimpulan bahwa hasil belajar matematika adalah segala sesuatu yang positif dan timbul sebagai akibat proses belajar pada mata pelajaran matematika dan dalam hal ini dibatasi pada aspek kognitif saja. Segala sesuatu yang positif mencakup pada kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia belajar matematika, antara lain kemampuan pada aspek kognitif, afektif dan psikomotorik terhadap materi matematika.

7. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV)

Persamaan adalah kalimat matematika yang memuat tanda “ = ”

Penyelesaian adalah suatu konstanta yang apabila disubstitusikan mengubah kalimat terbuka menjadi kalimat yang bernilai benar.

Sifat persamaan : kedua ruas boleh ditambah atau dikurang bilangan yang sama, kedua ruas boleh dikali atau dibagi bilangan yang sama asalkan bukan 0.

a. Persamaan linear satu variabel (PLSV)

Bentuk umum persamaan satu variabel adalah , dengan dinamakan variabel, dinamakan koefisien dari dan dinamakan konstanta.

1) Jika kedua ruas dikalikan maka sehingga { } 2) Jika maka


(53)

Contoh :

1) Persamaan dan merupakan PSLV karena hanya memiliki satu variabel, yaitu x dan memenuhi bentuk

.

2) Misalnya, Andika membeli 2 kaleng minuman ringan seharga Rp7000,00. Dapatkah kamu menentukan harga satu kaleng minuman ringan tersebut jika kedua kaleng minuman harganya sama?

Jawab : Jika harga satu kaleng dimisalkan maka harga 2 kaleng minuman ringan dapat ditulis dalam bentuk PLSV, yaitu

. Pada bentuk tersebut, dinamakan variabel, bilangan 2

dinamakan koefisien dari , dan -7000 dinamakn konstanta. Persamaan mempunyai penyelesaian . Nilai dinamakan penyelesaian dari . b. Persamaan linear dua variabel (PLDV)

Bentuk umum PLDV adalah dengan bilangan real dan dan dinamakan variabel, dinamakan koefisien dari dinamakan koefisien dari dan dinamakan konstanta. Oleh karena merupakan persamaan linear maka grafik persamaan pada diagram cartesius akan berbentuk garis lurus. Selain itu, oleh karena penyelesaian PLDV terdiri atas penyelesaian untuk nilai dan juga penyelesaian untuk nilai , maka


(54)

penyelesaian PLDV akan berbentuk himpunan penyelesaian, yaitu

| .

c. Sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV) 1) Pengertian SPLDV

Misalkan terdapat dua bentuk PLDV, yaitu dan

. Karena variabel dan dari dua bentuk PLDV

sama, maka terdapat hubungan pada kedua PLDV tersebut. Hubungan itu dinamakan sistem. Oleh karena itu sistem tersebut dinamakan sistem persamaan linear dua variabel (SPLDV).

Bentuk umum SPLDV:

Dengan merupakan bilangan real.

Contoh : Pada pagi hari ibu membeli beberapa buah-buahan di toko buah langganannya untuk persediaan makanan di rumah. Ibu membeli 2 kg pir dan 1 kg apel kemudian ia membayarnya dengan uang Rp50.000,00 dan mendapatkan kembalian Rp15.000,00. Sepulang dari kantor, ayah juga membawa beberapa buah-buahan yang terdiri dari 1 kg pir dan 2 kg apel seharga Rp40.000,00 yang ia beli di toko yang sama. Kemudian ibu bertanya pada ayah harga 1 kg apel dan 1 kg pir di toko tersebut, tetapi ternyata ayah tidak bisa menjawab dan akhirnya mereka kebingungan. Anak mereka yang bernama Anna mendengarnya dan membantu menyelesaikan


(55)

masalah tersebut. Anna berkata bahwa kasus tersebut merupakan sistem persamaan linear dua variabel dan dapat diselesaikan dengan beberapa cara yaitu grafik, substitusi dan eliminasi.

1) Jika maka terdapat satu penyelesaian (dua garis berpotongan)

2) Jika maka (dua garis sejajar)

3) Jika maka (dua garis berhimpit) 2) Penyelesaian SPLDV

Terdapat tiga metode untuk mencari himpunan penyelesaian suatu SPLDV antara lain:

a) Metode Grafik

Langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV menggunakan metode grafik:

i. Gambarlah seluruh grafik PLDV yang terdapat pada SPLDV tersebut pada koordinat Cartesius yang sama. ii. Tentukan titik potong grafik-grafik PLDV tersebut. iii. Titik potong tersebut merupakan penyelesaian SPLDV

yang kamu cari. b) Metode Substitusi

Metode substitusi hanya menggunakan prinsip-prinsip aljabar dan tidak memerlukan gambar. Substitusi berarti penggantian.


(56)

Maknanya, salah satu variabel diganti dengan variabel yang lain untuk mendapatkan PLSV.

Langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV menggunakan metode substitusi:

i. Perhatikan persamaan . Jika , maka nyatakanlah dalam sehingga diperoleh . ii. Substitusikan pada persamaan kedua sehingga

diperoleh PLSV yang berbentuk . iii. Selesaikan PLSV tersebut untuk mendapatkan nilai . iv. Substitusikan nilai yang diperoleh pada persamaan

untuk mendapatkan nilai .

c) Metode Eliminasi

Eliminasi berarti penghapusan. Dengan demikian cara penyelesaian SPLDV adalah dengan menghapus salah satu variabel dari PLDV tersebut.

Langkah-langkah untuk menyelesaikan SPLDV menggunakan metode eliminasi:

i. Melakukan eliminasi variabel

x

x


(57)

ii. Melakukan eliminasi variabel

x

x

Untuk mempersingkatkan perhitungan dapat digunakan penggabungan metode eliminasi dan metode substitusi. Mula-mula carilah nilai salah satu variabel dengan menggunakan metode eliminasi, kemudian gunakan nilai variabel tersebut untuk mendapatkan nilai variabel lain dengan menggunakan metode substitusi.

3) Menyelesaikan soal cerita

Langkah-langkah untuk menyelesaikan soal cerita yang berhubungan dengan SPLDV:

SOAL KALIMAT

MATEMATIKA (SPLDV)

HASIL

 METODE

GRAFIK

 METODE

SUBSTITUSI

 METODE

ELIMINASI Diubah dalam bentuk

diperoleh

Uji kembali kebenaran

hasil yang diperoleh Selesaikan


(58)

B. KERANGKA BERPIKIR

Seseorang akan lebih mudah mempelajari sesuatu bila belajar itu didasari kepada apa yang telah diketahui orang itu. Matematika merupakan ide atau konsep abstrak yang tersusun secara hirarkis dan penalarannya deduktif. Sehingga untuk mempelajari suatu materi matematika yang baru, pengalaman belajar yang lalu akan mempengaruhi terjadinya proses belajar materi matematika tersebut. Pernyataan tersebut memberikan tantangan tersendiri bagi para pengajar untuk memberikan fasilitas belajar terbaik supaya tercipta proses belajar matematika yang kondusif untuk memberikan hasil belajar terbaik bagi siswa-siswanya.

Motivasi para pengajar dan peserta didik mempengaruhi hasil belajar yang akan dicapai. Salah satu faktor terpenting dalam proses kognitif yang melibatkan motivasi adalah efikasi diri. Efikasi diri merupakan keyakinan seseorang yang menentukan seberapa besar keberhasilan yang akan ia capai kelak. Siswa yang memiliki efikasi diri tinggi akan lebih tekun berusaha pada tugas belajar dibandingkan dengan siswa dengan efikasi rendah. Pengajar perlu mendorong siswa untuk menjadi termotivasi secara intrinsik (melakukan sesuatu demi hal itu sendiri). Secara serupa, pengajar harus menciptakan lingkungan pembelajaran yang meningkatkan keterlibatan kognitif dan tanggung jawab terhadap diri sendiri pada siswa di dalam proses belajar. Kemampuan untuk mentransfer materi pelajaran adalah salah satu aspek dari efikasi diri pengajaran, tetapi efikasi diri pengajaran juga meliputi keyakinan bahwa seseorang dapat memelihara kelas yang tertib dan merupakan tempat


(59)

yang menyenangkan untuk belajar. Dengan demikian suatu pendekatan pembelajaran yang berkualitas sangatlah dibutuhkan demi tercapainya hasil belajar yang berkualitas.

Salah satu pendekatan yang dapat dipergunakan oleh pengajar adalah model pembelajaran kooperatif. Pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang menitik beratkan pada interaksi teman sebaya untuk belajar meraih sukses secara bersama-sama dalam sebuah tim. Salah satu model pembelajaran kooperatif yang dapat digunakan adalah tipe Student Team Achievement Division (STAD). Di sini, siswa diajarkan untuk tidak hanya bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri tetapi juga pada kelompoknya. Model ini sangatlah menarik untuk diterapkan karena merupakan gabungan antara dua hal yaitu belajar dengan kemampuan diri sendiri dan belajar pada masing-masing anggota kelompok sehingga siswa mendapatkan kesempatan untuk dapat saling bertukar pengetahuan yang dimiliki untuk menyelesaikan masalah. Jadi dengan memilih model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) diharapkan guru dapat mengetahui seberapa besar efikasi diri dan hasil belajar siswa.

C. HIPOTESIS

Hipotesis dalam penelitian ini adalah jika efikasi diri tinggi maka hasil belajar siswa meningkat pada saat dikenai model pembelajaran kooperatif tipe


(60)

siswa, jika efikasi diri meningkat maka keaktifan siswa (terkait pada model STAD) juga ikut meningkat.


(61)

41 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilaksanakan adalah penilitian deskriptif kuantitatif. Penelitian deskriptif merupakan penelitian yang bertujuan untuk menjelaskan atau mendiskriptifkan suatu keadaan, peristiwa, objek apakah orang, atau segala sesuatu yang terkait dengan variabel-variabel yang bisa dijelaskan dengan angka maupun kata-kata (Punaji Setyosari, 2010:33). Dalam penelitian deskriptif, peneliti menggunakan strategi kuantitatif untuk mengumpulkan data (misal berupa skor) atau informasi yang berkaitan dengan pendidikan. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus sehingga tidak dapat digeneralisasikan karena sistem pengambilan datanya tidak sampling.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Tempat untuk penelitian ini adalah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta. Berdasarkan observasi dan wawancara, sekolah tersebut memiliki profil sebagai berikut :

a) Kondisi akademik adalah rata-rata menengah kebawah. b) Berkemampuan ekonomi menengah ke bawah.


(62)

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada semester gasal tahun ajaran 2012/2013 dimulai pada Oktober 2012 sampai dengan November 2012.

C. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII C SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

Berdasarkan observasi dan wawancara dari guru, profil kelas tersebut adalah sebagai berikut:

a) Kemampuan akademik mereka tentang matematika tergolong menengah dan masih lebih banyak siswa yang berminat akan matematika daripada kelas lain.

b) Keadaan ekonominya tergolong menengah kebawah.

c) Interaksi teman sebaya diantara mereka cukup akrab dan bisa serius dalam menerima pelajaran daripada kelas lain.

2. Obyek Penelitian

Obyek penelitian ini adalah efikasi diri dan hasil belajar siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division


(63)

D. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Variabel Bebas

Variabel bebas (variabel penyebab, independent variabel “X”) adalah variabel yang mempengaruhi (Arikunto, 2002:97). Variabel independen dalam penelitian ini adalah efikasi diri dan keaktifan (terkait dengan model STAD) dalam pembelajaran matematika pada sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel.

2. Variabel Terikat

Variabel terikat (variabel tidak bebas, tergantung “Y”) merupakan variabel akibat (Arikunto, 2002:97). Variabel terikat dalam penelitian ini yaitu hasil belajar.

E. Instrumen Penelitian

Pada penelitian ini ada dua macam instrumen yang digunakan yaitu: 1. Instrumen Pembelajaran

Instrumen pembelajaran yang digunakan dalam penelitian berupa Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang akan dilaksanakan empat kali pertemuan dengan masing-masing alokasi waktu 2x40 menit, Lembar Kerja Siswa (LKS) dan kuis. Penyusunan instrumen tersebut mengacu pada pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).


(64)

Tabel 3.1 Rencana Pembelajaran

Pertemuan ke- Materi yang akan diajarkan

I

-Pelaksanaan Tes Kemampuan Awal (TKA) dengan sumber materi persamaan linear satu variabel (PLSV). -Penjelasan singkat mengenai metode kooperatif tipe STAD.

II

-Memahami pengertian dan perbedaan PLDV dan SPLDV

-Mengenal metode penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode substitusi

III -Mengenal metode penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode eliminasi

IV

-Pelaksanaan Tes Hasil Belajar (THB) dengan sumber materi penyelesaian SPLDV dengan menggunakan metode subtitusi dan eliminasi.

2. Instrumen Pengumpulan Data a. Non Tes

1) Keterlaksanaan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Lembar keterlaksanaan RPP digunakan untuk mengamati keterlaksanaan jalannya penerapan model kooperatif tipe STAD. Lembar tersebut berisi tentang langkah-langkah pembelajaran yang disesuaikan dengan RPP yang telah disusun peneliti dan diisi oleh tiga observer. Observer bertugas untuk mengamati jalannya pembelajaran kemudian memberikan tanda cek (√) di kolom “ya” jika terlaksana, dan

“tidak” jika tidak terlaksana. Berikut salah satu contoh


(65)

Tabel 3.2 Instrumen Pengamatan Keterlaksanaan RPP pertemuan ke-I

No Kegiatan Pembelajaran Ya Tidak

1. Pembukaaan

Guru mengucap salam dan mengabsen siswa. 2. Kegiatan Inti

Eksplorasi

-Guru mengajak siswa untuk menumbuhkan sikap jujur, mandiri dan tanggung jawab dalam pengerjaan soal tes kemampuan awal. Elaborasi

-Guru memberikan soal tes kemampuan awal kepada siswa untuk dikerjakan secara individu.

Konfirmasi

-Guru memberikan peneguhan kesimpulan dan siswa diharapkan dapat memperhatikan dengan baik.

3. Penutup

-Setelah siswa selesai mengerjakan soal tes kemampuan awal, guru memberikan pengantar tentang prosedur pelaksanaan metode kooperatif tipe STAD yang akan dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya.

-Guru memberikan tugas kepada siswa untuk belajar dirumah tentang sistem persamaan linear dua variabel.

-Guru mengucap salam penutup.

2) Skala efikasi diri.

Menurut teori Bandura, efikasi diri merupakan faktor paling penting dalam penentu kesuksesan prestasi seseorang. Sehingga seseorang yang memiliki efikasi diri tinggi dapat terlihat dari tingkah lakunya dalam meraih sukses. Efikasi diri tidak cukup ditentukan melalui pengamatan saja, dikarenakan efikasi diri seseorang cakupannya lebih dalam dan menjurus pada konsep diri seseorang (Drs. Saifuddin Azwar, MA, 2003:5). Sehingga penilaian efikasi diri dilakukan dengan menggunakan skala psikologi.


(66)

Skala psikologi efikasi diri terdiri dari 20 soal yang akan dikerjakan oleh masing-masing peserta didik dengan alokasi waktu kurang lebih 20 menit. Berikut aspek-aspek efikasi diri berdasarkan indikator-indikator efikasi diri yang dapat diukur:

Tabel 3.3 Kisi-kisi instrumen efikasi diri

No Aspek Indikator Perilaku Jumlah

Soal 1. Aspek keyakinan diri merupakan

kemampuan untuk menilai diri sendiri secara positif dalam hal potensi yang dimiliki untuk melakukan suatu tugas, kendala, atau tuntutan sosial.

-Merasa mampu untuk melakukan tugas yang diemban dengan baik.

-Menganggap kesulitan dalam tugas pembelajaran adalah cobaan yang bisa ia lalui.

-Merasa mampu menghadapi kendala yang terjadi dengan baik.

-Memiliki keyakinan bahwa ia mampu meraih hasil yang ia harapkan dari sesuatu yang ia harapkan untuk diri sendiri dan orang lain.

15

2. Aspek Afeksi

Merupakan kemampuan untuk

mengelola dan mengekpresikan isyarat atau gejolak mental, termasuk perasaan, emosi, maupun suasana hati.

-Menghindari mengatakan, memikirkan hal-hal yang bermotif kegagalan. -Merasa tidak ada gunanya meratapi nasib hidup yang hanya akan membuat sedih.

6

3. Aspek Motivasional

Merupakan keinginan untuk

melakukan suatu tugas, kendala, maupun tuntutan sosial dalam rangka pencapaian hasil yang maksimal.

-Lebih menonjolkan kisah-kisah keberhasilan dirinya ketimbang kegagalan.

-Mampu melihat gambaran sisi kehidupan secara positive thinking. -Menganggap kegagalan dalam prestasi sebagai motivasi untuk lebih maju. -Merasa kesuksesan orang lain sebagai cambuk untuk membuat dirinya lebih berprestasi.

-Mampu melihat saran dan kritik dari orang sekitar sebagai pendukungnya dalam meraih sukses.


(67)

4. Aspek Seleksi

Kemampuan untuk memilah situasi

sosial yang dihadapi dan

menyesuaikan diri dengan situasi tersebut secara tepat.

-Bersemangat dalam menghadapi tugas yang dirasakan cukup berat.

-Jika menghadapi tugas yang sulit cenderung memikirkan cara-cara untuk meraih kesuksesan.

7

3) Keaktifan (terkait keterlaksanaan model STAD)

Keterlaksanaan model pembelajaran tersebut dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam melakukan diskusi kelompok dengan teman sebayanya. Lembar keaktifan digunakan untuk mencatat setiap perilaku aktif yang dilakukan siswa saat diskusi kelompok pada proses pembelajaran tersebut. Pengamatan dilakukan oleh tiga observer dengan memberikan tanda turus setiap 10 menit pada kolom yang tersedia pada masing-masing kelompok. Adapun aspek-aspek keaktifan berdasarkan indikator-indikator yang dapat diukur adalah sebagai berikut:

Tabel 3.4 Kisi-kisi instrumen keaktifan siswa

No Aspek Indikator

A Bertanya 1. Siswa mengajukan pertanyaan pada anggota kelompok.

2. Siswa mengajukan pertanyaan pada guru atau pembimbing. B Menjawab atau menanggapi 1. Siswa menjawab pertanyaaan dari guru/ kelompok.

2. Siswa memberikan kritik/ saran kepada kelompok atau guru atas pembahasan pelajaran yang keliru.

C Perhatian Siswa mencatat hal-hal penting yang diajarkan oleh

guru/pembimbing.

Contoh lembar observasi keaktifan siswa terdapat pada


(68)

b. Tes

Tes tertulis ini sebagai intrumen pengumpulan data keterlaksanaan pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division

(STAD): 1) Kuis

Kuis diberikan kepada siswa di akhir pembelajaran di tiap sesi dimana hal ini bertujuan untuk melihat sampai dimana pemahaman siswa akan materi, juga sebagai pedoman peneliti dalam menentukan penghargaan kelompok sesuai peningkatan kemampuan mereka. Kuis ini terdiri dari dua soal uraian yang disusun sendiri oleh peneliti. Berikut salah satu contoh pada kuis 1 dan kuis 2 :

a) Kuis 1

Tentukan himpunan penyelesaian SPLDV berikut dengan metode substitusi (skor total 10)

b) Kuis 2

Tentukan himpunan penyelesaian SPLDV berikut dengan metode eliminasi (skor total 10)


(69)

2) Tes kemampuan awal

Diberikan kepada siswa untuk mengetahui tolok ukur pemahaman para siswa sebelum dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Tes ini juga digunakan dalam membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang diperuntukkan dalam penerapan model pembelajaran tersebut. Adapun kisi-kisi soal Tes Kemampuan Awal (TKA) terdapat pada Lampiran A.5.

3) Tes hasil belajar

Untuk mengetahui peningkatan belajar siswa setelah dikenai model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) maka peneliti mengadakan tes hasil belajar siswa yang berupa soal-soal sesuai dengan indikator dan kisi-kisi yang telah ditentukan peneliti. Adapun kisi-kisi soal Tes Hasil Belajar (THB) terdapat pada Lampiran

A.6.

F. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini akan digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:

1. Observasi atau pengamatan

Keterlaksanaan RPP diperoleh melalui pencatatan yang dilakukan oleh observer dengan memberikan tanda cek (√) pada kolom yang


(70)

tersedia. Kolom “Ya” untuk kegiatan yang terlaksana dan kolom “Tidak” untuk kegiatan yang tidak terlaksana.

Sedangkan untuk hasil pengamatan keaktifan diperoleh observer dengan memberikan turus setiap 10 menit pada tiap kelompok.

2. Data kuis, efikasi diri, tes kemampuan awal dan tes hasil belajar

Kuis diberikan kepada siswa di akhir pembelajaran di tiap sesi dimana hal ini bertujuan untuk melihat sampai dimana pemahaman mereka akan materi juga sebagai pedoman peneliti dalam menentukan penghargaan kelompok sesuai peningkatan kemampuan siswa.

Efikasi diri diberikan dalam bentuk kuisioner yang diisi secara pribadi oleh para siswa. Hal ini bertujuan untuk melihat seberapa besar efikasi diri mereka dalam mempelajari matematika.

Tes Kemampuan Awal diberikan kepada siswa untuk mengetahui tolok ukur pemahaman para siswa sebelum dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD dan juga sebagai acuan dalam pemberian penghargaan tim serta digunakan dalam membagi siswa menjadi kelompok heterogen yang diperuntukkan dalam penerapan model pembelajaran kooperatif tipe STAD.

Tes Hasil Belajar digunakan untuk mengetahui peningkatan belajar siswa setelah dikenai model pembelajaran kooperatif tipe STAD sesuai dengan indikator dan kisi-kisi yang telah ditentukan peneliti.


(71)

G. Validitas dan Reliabilitas

Dalam penyusunan instrumen di atas, peneliti berkonsultasi kepada guru dan dosen pembimbing penelitian terkait dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD). Validitas yang digunakan adalah validitas isi yaitu suatu validitas yang menunjukkan sampai dimana isi suatu tes atau alat pengukur mencerminkan hal-hal yang mau diukur atau diteskan (Masidjo, 1995). Validitas ini diperoleh melalui pertimbangan pakar (expert judgement). Setelah instrumen tersebut disetujui oleh guru dan dosen pembimbing, peneliti terlebih dahulu melakukan uji coba di kelas VIII A dan kelas VIII B untuk mengukur validitas butir dan relibialitas instrumen. Instrumen yang diuji cobakan adalah tes kemampuan awal dan skala psikologi efikasi diri. Tes hasil belajar tidak dapat dilakukan uji coba karena terbatasnya waktu yang diberikan oleh guru pembimbing. Uji coba tes kemampuan awal dilakukan pada 6 November 2012 pada pk 11.40 - 13.00 di kelas VIII B dan dihadiri seluruh siswa yaitu 25 siswa, kemudian untuk skala efikasi diri diuji cobakan pada 7 November 2012 pada pk 08.10 – 08.40 di kelas VIII A dan dihadiri seluruh siswa yaitu 28 siswa. Tes kemampuan awal terdiri dari 12 soal dan untuk skala efikasi diri terdiri dari 40 soal, berikut data uji coba ke dua instrumen tersebut:

1. Validitas

Rumus korelasi product moment pearson yaitu:

∑ ∑ ∑


(72)

Keterangan :

: koefisien korelasi antara variabel X dan Y, dua variabel yang

dikorelasikan.

: besarnya sampel : skor item nomor : skor total.

Suatu kesepakatan umum menyatakan bahwa koefisien validitas dapat dianggap memuaskan apabila melebihi rxy = 0,30 (Drs. Saiffudin

Azwar, MA, 2001:179)

Tabel 3.5 Kriteria Intrepretasi Tingkat Validitas (Sumarna, 2006:59)

Koefisien Korelasi Intrepretasi

0,800 - 1,000 Sangat tinggi

0,600 - 0,800 Tinggi

0,400 - 0,600 Cukup

0,200 - 0,400 Rendah

0,000 - 0,200 Sangat rendah

Berikut data analisis terhadap siswa kelas VIII B.

Tabel 3.6 Data Koefisien Validitas Tes Kemampuan Awal No Item Keterangan Kualifikasi

1a. 0,37 VALID CUKUP

1b 0,48 VALID CUKUP

2a. 0,11 TIDAK VALID DIBUANG

2b. 0,64 VALID TINGGI

3a. 0,53 VALID CUKUP

3b. 0,66 VALID TINGGI

4. 0,38 VALID CUKUP

5 0,57 VALID TINGGI

6 0,57 VALID TINGGI

7. 0,89 VALID SANGAT TINGGI

8. 0,2 TIDAK VALID DIPERBAIKI


(1)

(2)

229

Lampiran D.1


(3)

(4)

231


(5)

(6)

233


Dokumen yang terkait

EKSPERIMENTASI MODEL PEMBELAJARAN BERDASARKAN MASALAH PADA SUB POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DITINJAU DARI AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS X SMK SE

1 22 182

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI Perbandingan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Strategi Guided Discovery Dan Strategi Pembelajara

0 1 15

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL MELALUI STRATEGI GUIDED Perbandingan Hasil Belajar Matematika Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel Melalui Strategi Guided Discovery Dan Stra

0 2 13

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF Peningkatan Motivasi Dan Komunikasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (PTK PadaSisw

0 1 17

PENINGKATAN MOTIVASI DAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF Peningkatan Motivasi Dan Komunikasi Belajar Matematika Melalui Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad Pada Pokok Bahasan Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (PTK PadaSisw

0 2 13

EKSPERIMENTASI PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI MODEL ELABORASI DITINJAU DARI KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (Siswa Kelas VIII MTs N I Gondangrejo).

0 1 7

UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN BERFIKIR KRITIS SISWA MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (PTK Pembelajaran Matematika di Kelas VIII SMP N 1Wonosari).

0 0 10

Efikasi diri dan hasil belajar matematika siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta dalam pembelajaran sub pokok bahasan sistem persamaan linear dua variabel dengan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD).

0 0 256

Keefektifan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe group investigation dalam pembelajaran matematika pada materi sistem persamaan linear dua variabel terhadap hasil belajar dan keaktifan siswa di kelas X

0 11 215

PERBEDAAN PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF- KOLABORATIF DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABELTERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA KELAS VIII SMP PGRI 1 PURI MOJOKERTO

0 0 25