Perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.

(1)

REMAJA AKHIR

Bernadeta Vivi Ayu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir. Status Identitas terdiri dari status identity diffusion, moratorium, foreclosure, dan achievement. Subjek penelitian terdiri dari 199 mahasiswa dan pelajar SMA yang berusia 17-21 tahun pengumpulan data dengan menggunakan metode quota sampling. Pengumpulan data berbentuk skala. Skala penelitian ini terdiri dari skala identitas diri dan skala dukungan sosial teman sebaya. Koefisien reliabilitas pada identitas diri dari yang tinggi hingga terendah adalah identity foreclosure 0,682, identity diffusion 0,656, identity achievement 0,564, dan identity moratorium 0,458. Pada skala dukungan sosial teman sebaya sebesar 0,909. Analisis data menggunakan One Way Anova menghasilkan sig sebesar 0,777 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.

Kata Kunci : remaja akhir, status identitas diri, dukungan sosial teman sebaya.


(2)

Bernadeta Vivi Ayu

ABSTRACT

This research was aimed to know the differences peer’s social support on eachstages self identity status achievement in late adolescence. Self identity consisted of status identity achievement, moratorium, diffusion, and foreclosure. The subjects consisted of 199 adolescence university students and senior high school students age 17-21 the method was quota sampling. Instruments are scale of self identity scale and peer social support. Reliability coefficient from the scale of self identity from the highest to the lowest was identity foreclosure 0,682, identity diffusion 0,656, identity achievement 0,564, and identity moratorium 0,458. On the peer social support, the scale was 0,909. Analytical process of this research data was done with one way anova which produce 0,777 (p > 0,05) probability value or Sig. This Result pointed that there was no difference peer’s social support on eachstages self identity status achievement in late adolescence.


(3)

PERBEDAAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA

ANTAR TAHAP PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI

PADA REMAJA AKHIR

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh : B. Vivi Ayu Dwi S

NIM : 119114091

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA


(4)

(5)

(6)

iv

HALAMAN MOTTO

Berbahagialah orang yang bertahan dalam percobaan, sebab

apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang

dijanjikan Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia.

(Yakobus 1.12)

Sebab Aku ini mengetahui rancangan-rancangan apa yang ada

pada-Ku mengenai kamu, demikianlah Firman Tuhan, yaitu

rancangan damai sejahtera dan bukan rancangan kecelakaan,

untuk memberikan kepadamu hari depan yang penuh harapan.

(Yer 29:11)

To get a success, your courage must be greater

than your fear.

The formulas of a success are a hard work and never give

up.”


(7)

v

Karya ini penulis persembahkan untuk

Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas Berkat dan

MukjizatNYA yang Luar Biasaaa

Bapak Y. Sukamto dan Ibu M.Sri Warni

Mas Budi Fernando Pakpahan dan Mbak Nines Resiska

Keponakanku yang ganteng dan cantik

Bonifasius Arlanata Mora Pakpahan dan Michaela Ruth

Hermion Pakpahan

Seseorang yang spesial Mas Aquino Armando Adentya

Sahabat-sahabatku yang sudah menjadi temat bertanya dan


(8)

(9)

vii

PERBEDAAN DUKUNGAN SOSIAL TEMAN SEBAYA

ANTAR TAHAP PENCAPAIAN STATUS IDENTITAS DIRI

PADA REMAJA AKHIR

Bernadeta Vivi Ayu

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir. Status Identitas terdiri dari status identity diffusion, moratorium, foreclosure, dan achievement. Subjek penelitian terdiri dari 199 mahasiswa dan pelajar SMA yang berusia 17-21 tahun pengumpulan data dengan menggunakan metode quota sampling. Pengumpulan data berbentuk skala. Skala penelitian ini terdiri dari skala identitas diri dan skala dukungan sosial teman sebaya. Koefisien reliabilitas pada identitas diri dari yang tinggi hingga terendah adalah identity foreclosure 0,682, identity diffusion 0,656, identity achievement 0,564, dan identity moratorium 0,458. Pada skala dukungan sosial teman sebaya sebesar 0,909. Analisis data menggunakan One Way Anova menghasilkan sig sebesar 0,777 (p > 0,05). Hasil tersebut menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir. Kata Kunci : remaja akhir, status identitas diri, dukungan sosial teman


(10)

viii

THE DIFFERENCES OF PEER

’S

SOCIAL SUPPORT ON

EACH STAGES SELF IDENTITY STATUS ACHIEVEMENT

IN LATE ADOLESCENCE

Bernadeta Vivi Ayu

ABSTRACT

This research was aimed to know the differences peer’s social support on

eachstages self identity status achievement in late adolescence. Self identity consisted of status identity achievement, moratorium, diffusion, and foreclosure. The subjects consisted of 199 adolescence university students and senior high school students age 17-21 the method was quota sampling. Instruments are scale of self identity scale and peer social support. Reliability coefficient from the scale of self identity from the highest to the lowest was identity foreclosure 0,682, identity diffusion 0,656, identity achievement 0,564, and identity moratorium 0,458. On the peer social support, the scale was 0,909. Analytical process of this research data was done with one way anova which produce 0,777 (p > 0,05) probability value or Sig. This Result pointed that there was no difference peer’s social support on eachstages self identity status achievement in late adolescence. Keywords : late adolescence, self identity status, peer social support


(11)

(12)

x

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria yang telah memberikan segala rahmat dan berkat sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dari awal hingga akhir sebagai syarat kelulusan dari fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

Selama penulisan skripsi ini, penulis menyadari bahwa banyak pihak-pihak yang berperan penting dalam membantu, membimbing dan memberi dukungan dalam penyelesaian penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, izinkanlah penulis dengan kerendahan hati berterimakasih sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang menjadi tempat bersandar, berkeluh kesah, dan memohon kekuatan selama proses penulisan skripsi.

2. Bapak Dr. T. Priyo Widiyanto, M.Si, Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Bapak Paulus Eddy Suhartanto, M.Si, Kaprodi Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

4. Ibu Debri Debri Pristinella, M.Si, Dosen pembimbing akademik.

5. Ibu Sylvia Carolina MYM., S. Psi., M.Si, dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar memberikan perhatian, dukungan, bimbingan, kritik, dan saran yang bermanfaat dalam proses penulisan skripsi.

6. Seluruh dosen dan staf Fakultas Psikologi yang telah membantu dan membimbing penulis selama menjalani studi di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.

7. Segenap staf Fakultas Psikologi, Mas Gandung, Ibu Nanik, Pak Gie. 8. Lab. Fakultas Psikologi yang menjadi tempat belajar banyak hal, tempat

berkarya, dan belajar arti kehidupan yang keras dan butuh perjuangan. Terimakasih Mas Muji dan Mas Doni.

9.

Kedua Orang tua yang penulis sayangi dan hormati Y.Sukamto dan M.Sri Warni. Terimakasih atas doa, bimbingan, semangat, dan dukungan yang


(13)

(14)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat ... 7

1. Manfaat Teoritis ... 7


(15)

xiii

BAB II LANDASAN TEORI ... 1

A. Dukungan Sosial Teman Sebaya ... 8

1.Dukungan Sosial ... 8

2.Komponen Dukungan Sosial ... 9

3.Jenis Dukungan Sosial ... 10

4.Sumber Dukungan Sosial ... 11

5.Teman Sebaya ... 12

6.Dukungan Sosial Teman Sebaya ... 13

B. Identitas Diri ... 14

1.Status Identitas Diri ... 17

2.Pencapaian Status Identitas Diri ... 17

C. Remaja ... 18

1.Definisi Remaja ... 18

2.Hakekat Perkembangan Remaja ... 20

3.Tugas Perkembangan Remaja ... 23

D. Perbedaan Dukungan Sosial Teman Sebaya Antar Tahap Pencapaian Status Identitas Diri Pada Remaja Akhir ... 24

E. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Jensi Penelitian ... 28

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 28

C. Definisi Variabel Penelitian... 29

D. Subjek Penelitian………...30


(16)

xiv

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 35

1. Validitas ... 35

2. Reliabilitas ... 35

3. Seleksi Aitem ... 36

G. Teknik Analisis Data ... 38

1. Uji Asumsi ... 38

2. Uji Hipotesis ... 39

H. Persiapan Penelitian ... 40

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN ... 41

A. Pelaksanaan Penelitian ... 41

1.Pelaksanaan Penelitian... 41

2.Data Demografi ... 41

B. Analisis Data ... 42

1.Deskripsi Data Penelitian ... 42

2. Uji Asumsi Penelitian... 47

a.Uji Normalitas ... 47

b. Uji Homogenitas ... 47

C. Pembahasan ... 49

BAB V KESIMPULAN dan SARAN ... 53

A. Kesimpulan ... 53

B. Saran ... 53

C. Keterbatasan Penelitian ... 54


(17)

xv

DAFTAR TABEL ... xvi LAMPIRAN ... xvii


(18)

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Status Identitas, Eksxplorasi, Komitmen ... 16

Tabel 2. Skor Item Untuk Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya ... 32

Tabel 3. Blue Print Dan Sebaran Skala Dukungan Sosial Sebelum Uji Coba ... 32

Tabel 4. Sebaran Item Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebelum Uji Coba ... 33

Tabel 5.Skor Item Untuk Skala Identitas Diri ... 34

Tabel 6. Blue Print dan Rancangan Skala Status Identitas Diri Sebelum Uji Coba ... 34

Tabel 7. Sebaran Item Skala Identitas Diri ... 35

Tabel 8. Aitem- aitem Skala Status Identitas Diri Setelah Uji Coba ... 37

Tabel 9. Aitem-aitem Dukungan Sosial Teman Sebaya Setelah Uji Coba ... 38

Tabel 10. Deskripsi Jenis Kelamin Subjek ... 42

Tabel 11. Deskripsi Usia Subjek ... 42

Tabel 12. Deskrispsi Pendidikan Subjek ... 42

Tabel 13. Deskripsi Status Identitas Subjek ... 43

Tabel 14. Deskripsi Tingkat Dukungan Sosial Teman Sebaya ... 43

Tabel 15. Data Dukungan Sosial Teman Sebaya Subjek berdasarkan Status Identitas ... 44

Tabel 16. Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity Diffusion ... 45


(19)

xvii

Tabel 17. Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada

Status Identity Foreclosure ... 45

Tabel 18. Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity Moratorium ... 46

Tabel 19. Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity Achievement ... 46

Tabel 20. Hasil uji Normalitas Kolmogorov –Smirnov test ... 47

Tabel 21. Hasil Penghitungan Uji Homogenitas ... 48


(20)

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Skala Penelitian ... 62 Lampiran 2 : Reliabilitas Variabel ... 75 Lampiran 3 : Hasil Penelitian ... 90


(21)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Masa remaja adalah masa transisi dari kanak-kanak menuju dewasa (Passer dan Smith, 2008). Karakteristik perkembangan masa remaja adalah perkembangan transisional yang kuat seperti terjadinya pubertas, perubahan fisik, peningkatan kemampuan kognitif, dan perubahan ekspektasi sosial. Masa remaja dipengaruhi kelompok teman sebaya yang sangat kuat, hal ini disebabkan remaja lebih banyak menghabiskan waktu diluar rumah bersama teman-temannya (Hotland, 2002).

Pada masa remaja terjadi pergerakan melepaskan diri dari ikatan orang tua untuk menemukan jati dirinya, proses memisahkan diri ini diikuti dengan proses mencari dan bergabung dengan teman–teman sebaya karena merasa senasib. Perasaan senasib inilah yang memuat individu bergabung dalam kelompok dan menaati norma yang ada dalam kelompok, walaupun norma dalam kelompok bertentangan dengan norma yang baik (Monks dkk, 2002).

Kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, pemahaman, simpati, panduan moral, tempat bereksperimen, dan setting untuk mendapatkan otonomi ataupun independensi dari orang tua Buhrmester (dalam Papalia, 2008). Hubungan yang akrab antara remaja dan kelompok


(22)

teman sebaya menjadi salah satu syarat adanya dukungan sosial yang remaja terima dari kelompok teman sebaya.

Remaja perlu memiliki teman sebaya untuk mendapatkan dukungan sosial mereka. Dengan penerimaan baik dari teman sebaya, remaja mencoba berbagai hal baru, mengubah kebiasaan-kebiasaan hidup, dan saling mendukung satu sama lain (Cairns dan Neckerman, 1988). Remaja berusaha untuk diterima oleh suatu kelompok, tetapi hal tersebut tidaklah mudah.

Kelompok remaja memiliki tuntutan yang harus dipenuhi oleh setiap remaja (Zebua dan Nurdjayadi, 2001). Remaja bersedia melakukan berbagai perilaku agar mendapat pengakuan dari kelompok. Remaja bersedia melakukan apapun agar dapat diterima sebagai anggota kelompok. Pengucilan membuat remaja mengalami stress, frustasi, dan kesedihan (Santrock, 2003). Kelompok teman sebaya lebih memberikan pengaruh dari pada keluarga terhadap sikap, pembicaraan, minat, penampilan dan perilaku bagi remaja.

Dukungan sosial adalah interaksi antara manusia yang melibatkan rasa sosial, emosional, instrumental, maupun pertukaran sumber daya (Bernal dkk, 2003). Dukungan sosial berasal dari berbagai sumber, termasuk kelompok teman sebaya atau peer group. Cowie dan Wallace (2000) mengatakan dukungan sosial peer group adalah dukungan sosial antara teman sebaya. Teman sebaya (peers) adalah anak-anak yang


(23)

memiliki tingkat usia dan kematangan yang kurang lebih sama`dengan individu seusianya (Santrock, 2002).

Dukungan sosial teman sebaya mengurangi tingkat stress, depresi, dan gangguan kesehatan mental (Gottlieb, 1985 dan Zimet dkk, 1988). Dukungan sosial membuat individu merasa dicintai, dihargai,dan menjadi bagian dalam kelompok (Rook dalam Huurre, 2000). Hilman (2002) mengatakan dukungan sosial teman sebaya terjadi dalam interaksi sehari-hari pada diri remaja, misalnya melalui hubungan akrab yang dijalin remaja bersama teman sebayanya melalui suatu perkumpulan di kehidupan sosialnya dan lingkungan sekolah (La Greca dan Prinstein, 1999). Opini dan nasehat yang di berikan teman sebaya membantu remaja melihat dan membandingkan diri sendiri dengan orang lain, sehingga remaja memiliki beberapa alternatif pilihan dalam menentukan kehidupan di masa depan.

Masalah yang dihadapi oleh remaja terkait dengan tugas perkembangan yaitu menjelaskan siapa dirinya dan apa perannya dalam masyarakat (Hurlock dalam Novita, 2012 dan Feldaman, 1996). Menurut Meeus dan Dekowi (1999) pada remaja di Belanda menyatakan jika dukungan dari teman sebaya memberikan pengaruh yang positif terhadap pengembangan identitas diri.

Remaja yang memiliki sahabat memberikan pengaruh terhadap explorasi dan komitmen, kedua hal tersebut membantu remaja dalam pembentukan identitas (Marcia, 1980). Krisis atau explorasi adalah suatu


(24)

aktivitas bertanya dan memperhitungkan berbagai macam variasi identitas sebelum membuat keputusan tentang nilai-nilai, keyakinan, dan tujuan yang ingin dicapai. Komitmen adalah sikap membuat pilihan identitas yang sebenarnya dan terlibat dalam kegiatan yang berhubungan dengan pilihan tersebut (Pinquart dan Jens, 2013).

Identitas diri (Erikson, 1989) adalah kesadaran individu dalam menempatkan dan memberikan arti pada diri, agar menjadi sebuah kesatuan diri yang utuh dan berkesinambungan. Hal tersebut membuat remaja memiliki keinginan untuk menjadi pribadi yang berarti dan mendapatkan pengakuan dari lingkungan masyarakat (Erikson dalam Waterman, 1982). Sebelum mencapai identitas diri, remaja mengalami sebuah krisis identitas.

Remaja yang gagal mengatasi krisis identitas diriselama masa dewasa mengalami kekaburan tentang peran diri dalam lingkungan sosial ataupun masyarakat, sehingga membuat remaja tidak mengetahui konsep diri (Erikson, 1998). Krisis identitas yang dialami remaja mengahsilkan status identitas (Honess dan Yardley, 2005), status identitas adalah cara yang digunakan remaja dalam memilih peran dan nilai-nilai yang dapat menjelaskan identitas individu (Cobb, 2007). Status identitas yang dimiliki individu dapat dilihat ketika individu berada pada masa remaja akhir (Honess dan Yardley, 2005), usia remaja akhir adalah usia saat munculnya krisis dan komitmen yang semakin kuat pada domain identitas diri (Marcia, 1993).


(25)

Marcia (dalam Rice, 1996) mengatakan jika individu yang sudah melalui masa krisis dan menetapkan komitmen dalam hidupnya, individu tersebut sudah mencapai identitas dirinya (achieved identity). Remaja yang sudah mencapai identitas diri dapat dilihat dari komitmen yang dibuat oleh remaja. Marcia (Bergh dan Erling, 2005) membedakan status identitas menjadi empat kategori yaitu Identity Achievement, Moratorium, Foreclosure, dan Diffusion.

Keempat status identitas diri, pencapaian identitas (identity achievement) adalah status identitas yang utama. Status identitas selanjutnya adalah identity moratotium, foreclosure, dan diffusion (Ohnishi, 2001). Identity achievement merupakan status identitas yang SUDAH mengalami masa krisis dan komitmen, selain itu memberikan banyak implikasi pada fungsi sosial dan representasi diri (Erikson dalam Kumru dan Thompson, 2003). Constantinople (1969) menemukan peningkatan dalam pencapaian status identitas diri terjadi selama empat tahun kuliah, peningkatan identitas dimuali dari remaja awal (12 tahun) sampai remaja akhir (18-21 tahun).

Identity Diffusion artinya remaja belum melakukan eksplorasi, membuat komitmen, dan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi. Identity Foreclosure, remaja belum melakukan eksplorasi akan tetapi sudah membuat komitmen, dan mendapatkan dukungan sosial yang tinggi. Identity Moratorium, remaja melakukan eksplorasi, komitmen belum jelas dan mendapatkan dukungan sosial yang rendah. Identity Achievement,


(26)

remaja sudah melakukan eksplorasi, membuat komitmen yang jelas, dan mendapatkan dukungan sosial yang rendah.

Hasil penelitian menemukan masa sekolah menengah atas hingga beberapa tahun terakhir masa kuliah, jumlah individu yang digolongkan ke dalam identity achievement meningkat. Sementara jumlah individu yang digolongkan ke dalam identity diffusion menurun, dalam domain religius dan politik jumlah mahasiswa yang tergolong identity achievement lebih sedikit beberapa diantaranya memperlihatkan karakteristik Identity Foreclosure dan Diffusion (Waterman dalam Santrock, 2007).

Pencapaian status identitas diri seorang remaja penting untuk menetapkan langkah yang kuat dalam menjalani masa remaja agar menjadi individu yang bertanggung jawab dan memiliki karakter kuat (Purwanti, 2013). Erikson (Chen dan Yao, 2009) mengatakan remaja dengan identitas diri kuat memiliki kesehatan mental yang positif.

B. Rumusan Masalah

Apakah terdapat perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.


(27)

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai informasi untuk psikologi perkembangan.

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai informasi bagi remaja dalam memahami dukungan sosial teman sebaya pada pencapaian status identitas diri.


(28)

8

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Dukungan Sosial Teman Sebaya 1. Dukungan Sosial

Remaja dengan dukungan sosial merasa diperhatikan, bernilai, dicintai, dan mendapat dorongan ketika memiliki masalah. Dukungan sosial berasal dari keluarga, teman, dan orang terdekatketika remaja membutuhkan bantuan (Zimet, Dahlem, Zimet dan Farley, 1988).

Sarason (dalam Kuntjoro, 2002) menyebutkan bahwa dukungan sosial adalah suatu keberadaan, kesediaan, dan kepedulian orang lain yang menyayangi diri kita. Sarason juga berpendapat bahwa dukungan sosial mencakup dua hal, yaitu :

a. Jumlah dukungan sosial yang tersedia, yaitu persepsi individu terhadap sejumlah orang yang dapat diandalkan saat individu membutuhkan bantuan.

b. Tingkat kepuasan akan dukungan sosial yang diterima, berkaitan dengan persepsi individu jika kebutuhan terpenuhi.

Menurut Sarafino (2008) dukungan sosial merupakan suatu kesenangan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang dirasakan individu dari individu lain. Cohen dan Wills (dalam Maslihah, 2011) mendefinisikan dukungan sosial sebagai pertolongan yang didapatkan seseorang dari interaksi dengan orang lain. Dukungan sosial timbul


(29)

karena persepsi bahwa beberapa orang membantu ketika timbul masalah, sehingga menaikkan perasaan positif dan harga diri. Pemberian dan penerimaan dukungan sosial terkait dengan persepsi tentang ketersediaan (availability) dan ketepatan (adequency) dukungan sosial bagi seseorang (Valeria, 2014). Dengan demikian, dukungan sosial tidak hanya diartikan sebagai pemberian bantuan akan tetapi juga melibatkan persepsi dalam menerima bantuan.

2. Komponen Dukungan Sosial

Weiss (Cutrona dkk, 1994) membagi dukungan sosial ke dalam enam bagian yang berasal dari hubungan antar individu dengan individu lain, yaitu: guidance, reliable alliance, attachment, reassurance of worth, social integration, dan opportunity to provide nurturance.

1) Reliable alliance, yakni pengetahuan yang individu miliki bahwa individu dapat mengandalkan bantuan orang lain. Individu yang menerima bantuan merasa tenang.

2) Guidance (bimbingan), yakni dukungan sosial yang berupa nasehat dan informasi dari sumber yang dapat dipercaya.

3) Reassurance of worth, yakni dukungan yang berbentuk pengakuan dan pengahargaan terhadap kemampuan dan kualitas individu. Dukungan ini akan membuat individu merasa dirinya diterima dan di hargai oleh orang lain.


(30)

4) Attachment, yakni dukungan yang berupa pengekspresian dari kasih sayang yang diterima individu dari orang lain. Dukungan ini membuat individu merasa aman, kedekatan dan intimacy adalah bentuk dari dukungan attachment .

5) Social Integration, dukungan ini adalah dukungan yang berbentuk kesamaan minat, perhatian, dan rasa memiliki dalam suatu kelompok.

6) Opportunity to provide nurturance, dukungan ini berupa perasaan individu bahwa individu dibutuhkan orang lain.

Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa komponen dukungan sosial terdiri dari guidance, reliable alliance, attachment ,reassurance of worth, social integration, dan opportunity to provide nurturance.

3. Jenis Dukungan Sosial

Cohen dan Wills (dalam Sarafino, 1994) membedakan lima jenis dukungan sosial antara lain:

a. Dukungan emosional, dukungan yang mencakup empati dan kepedulian. Dukungan ini dapat dilihat dari perhatian yang diberikan orang lain, dukungan ini memberikan rasa nyaman, dan perasaan dicintai.

b. Dukungan penghargaan, dukungan ini terjadi melalui penghargaan individu pada orang lain.


(31)

c. Dukungan instrumental, pada komponen ini dukungan yang diberikan berupa bantuan langsung yaitu jasa, uang, tempat, dan waktu.

d. Dukungan informatif, dukungan yang diberikan berupa pemberian nasehat, petunjuk, saran, informasi, dan umpan balik pada orang lain.

e. Dukungan jaringan sosial, pada aspek ini dukungan terlihat dari perasaan keanggotaan dalam suatu kelompok, saling berbagi kesenangan dan beraktivitas sosial bersama.

Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan jika dukungan sosial teman sebaya terdiri dari dukungan emosional, penghargaan, informasi, dan instrumental.

4. Sumber Dukungan Sosial

Sumber dukungan sosial dapat individu peroleh dari lingkungan sekitar, akan tetapi sumber dukungan sosial tersebut dapat memberikan efek positif bagi penerimanya. Dengan adanya pemahaman tersebut, seseorang akan tahu kepada siapa individu memberikan dukungan sosial yang sesuai dengan situasi dan keinginannya.

Goetlieb (1983) menyebutkan ada dua jenis hubungan dukungan sosial, yaitu

a. Hubungan profesional, yakni dukungan yang bersumber dari orang-orang yang memiliki keahlian di bidang tertentu. Misalnya konselor, psikiater, psikolog, dokter, dan pengacara.


(32)

b. Hubungan non profesional, yakni dukungan yang bersumber dari orang-orang terdekat seperti teman, keluarga dan orang tua.

5. Teman Sebaya

Teman sebaya (peers) adalah anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama (Santrok, 2003). Moorish (Sihotang, 2009) mengatakan kelompok teman sebaya adalah kelompok yang terdiri dari beberapa individu dan memiliki persamaan, persamaan yang utama adalah usia dan status sosialnya. Pada masa remaja, seseorang melepaskan diri dari ketergantungan pada orang tua. Remaja melakukan proses sosialisasi dengan dunia yang lebih luas seperti teman sebaya.

Teman sebaya memberikan pengaruh yang kuat terhadap kehidupan remaja, sehingga dapat menggantikan peran orang tua. Furman dan Buhrmester (dalam Santrock, 2003) remaja lebih mengandalkan teman sebaya dari pada orang tua dalam memenuhi kebutuhan kebersamaan, harga diri dan keakraban. Maka dari itu, remaja menghabiskan waktu lebih banyak bersama dengan teman sebayanya.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan kelompok teman sebaya adalah sekumpulan individu yang memiliki persamaan usia, status sosial, dan mengenal satu dengan yang lain. Kehadiran teman sebaya


(33)

menggantikan peran orang tua dalam memenuhi kebutuhan seperti kebersamaan, harga diri, dan keakraban.

6. Dukungan Sosial Teman Sebaya

Dukungan sosial dari teman sebaya dapat memberikan pengaruh terhadap perkembangan remaja dan memahami diri untuk mencapai identitas diri yang jelas (Coates, 1985 ; Dubow, 1991 ; Slavin dan Rainer, 1990). Menurut hasil penelitian menemukan jika komposisi jaringan sosial berubah sesuai dengan perkembangan usia anak, jika anak yang berusia lebih dari 10 tahun akan lebih banyak mendapatkan dukungan dari teman sebaya (Degirmanciogiu, 1998 dan Levitt, 1993).

Cohen, Kay, Wills (Sarafino, 1994) dukungan sosial teman sebaya adalah bantuan dari teman sebaya yang individu rasakan berupa dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan informatif, dukungan jaringan sosial dan dukungan penghargaan.

Dukungan sosial teman sebaya adalah bantuan yang diberikan individu dengan individu yang lain, bantuan yang diberikan dapat berupa materi ataupun non materi. Taylor (2009) mendefinisikan dukungan sosial adalah informasi yang diberikan orang yang dicintai dalam bentuk perhatian.

Dari pendapat diatas dapat disimpulkan dukungan sosial teman sebaya adalah dukungan atau bantuan berupa materi atau non materi yang diberikan oleh teman sebaya kepada individu lain, sehingga inidvidu yang mendapat bantuan merasa dicintai dan dihargai.


(34)

Dukungan yang diterima oleh individu berupa dukungan emosional, instrumental, informatif, jaringan sosial,dan penghargaan.

B. Identitas Diri

1. Status Identitas Diri

Marcia (Santrock, 2003) status identitas digunakan untuk mendeskripsikan posisi seseorang dalam perkembangan identitas diri. Status identitas diri adalah cara yang digunakan remaja dalam memilih peran dan nilai-nilai yang dapat menjelaskan identitas individu (Cobb, 2007). Marcia (1983) mengidentifikasikan bahwa eksplorasi dan komitmen adalah dua dimensi dasar dalam mendefinisikan status individu dalam mencapai identitas diri.

Menurut Marcia (dalam Papalia, Olds dan Feldman, 2009) terdapat empat status identitas, yaitu :

a. Penyebaran Identitas (identity diffusion)

Status identitas yang ditandai dengan ketiadaan komitmen dan kurangnya pertimbangan serius terhadap berbagai alternatif. Selain itu, remaja tidak mampu membuat keputusan mengenai pekerjaan dan ideologi (Santrock, 2003).

Ciri-ciri individu yang berada pada status identity diffusionadalah tidak menjadi dirinya sendiri, dan menjadi apa saja yang di inginkan oleh orang lain (Kroger dan Marcia, 2011).


(35)

b. Penundaan Identitas (identity foreclosure)

Remaja tidak menghabiskan waktu untuk mempertimbangkan berbagai alternatif (yang tidak pernah berada dalam krisis) dan berkomitmen dalam menjalani rencana orang lain untuk hidupnya sendiri.

Status ini terjadi ketika orang tua menyerahkan komitmen pada remaja, orang tua menerapkan pola asuh otoriter sehingga remaja tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi diri, pekerjaan, dan ideologi (Santrock, 2003).

Orang-orang yang mencapai identity foreclosure memiliki kerapuhan, kesulitan dalam mempertimbangkan alternatif, menjaga sikap untuk membela diri dan mampu menolak informasi yang salah (Kroger dan Marcia, 2011).

c. Penundaan Identitas (identity moratorium)

Status identitas yang digambarkan Marcia yaitu saat seseorang mempertimbangkan berbagai alternatif (dalam krisis) dan akan menjalankan komitmen.

Ciri-ciri individu yang mencapai status identitas ini adalah melibatkan orang lain dalam masalah yang sedang dihadapi, melupakan hal-hal yang sensitif, dan memiliki banyak masalah (Kroger dan Marcia, 2011).


(36)

d. Pencapaian identitas (identity achievement)

Status yang digambarkan Marcia dengan adanya komitmen dalam menjalani berbagai pilihan yang dibuat setelah memalui masa krisis, dan mulai mengeksplorasi pilihan-pilihan.

Ciri-ciri individu yang mencapai status identitas ini adalah solid, mementingkan kehidupan masa depan, fleksibel dalam berbagai hal, dan tidak mudah terpengaruh oleh tekanan (Kroger dan Marcia, 2011).

Tabel 1

Status Identitas, Ekxplorasi, Komitmen

Keempat status identitas diatas bukan merupakan suatu tahapan yang harus dilalui oleh remaja, seorang remaja tidak harus mencapai identity diffusion lalu mencapai identity foreclosure atau seorang remaja tidak harus mengalami urutan diffusion, foreclosure, moratorium, dan achievment. Remaja dapat mengubah status identitasnya dari satu identitas ke identitas lainnya, banyak individu yang sudah dewasa awal masih berada dalam status identitas foreclosure atau diffusion (Kroger dalam Papalia, 2008) yang sudah dewasa awal masih berada dalam status identitas foreclosure atau diffusion (Kroger dalam Papalia, 2008).

Faktor

Status Identitas

Diffusion Foreclosure Moratorium Achievement Explorasi Tidak Ada Tidak Ada Ada Ada


(37)

2. Pencapaian Status Identitas Diri

Marcia (Ginanjar dan Yunita, 2002) pencapaian identitas diri adalah seseorang yang sudah mencapai identitas diri yang matang dan dapat dilihat dari adanya komitmen yang telah dibuat. Proses pencapaian identitas diawali dengan eksplorasi yang dimulai pada masa remaja, pada tahap perkembangan selanjutnya remaja sudah memiliki suatu komitmen yang menandakan dimilikinya suatu status identitas tertentu. Seringkali diantara masa eksplorasi dan pembentukan komitmen terjadi peristiwa yang tidak diharapkan, sehingga seseorang harus meneruskan kembali apa yang sudah dibentuknya.

Pencapaian status identitas diri adalah sebuah proses seorang remaja yang mengembangkan suatu identitas personal yang unik dan dapat membedakan diri sendiri dengan orang lain (Josselson dalam Agnes, 2008). Pencapaian status identitas diri merupakan suatu hal yang penting, hal ini disebabkan seseorang yang sudah mencapai identitas diri dapat mengetahui siapa dirinya dan ingin menjadi apa di masa depan (Agnes, 2008).

Menurut Adams (Waterman,2007) dalam Eomeis (Extended Objective Measure of Ego Identity Status) menyebutkan terdapat 2 hal yang mencakup identitas yaitu identitas intrapersonal dan ideologis. Identitas ideologis terdiri dari pekerjaan, agama, politik, nilai-nilai gaya hidup (berhubungan dengan pandangan gaya hidup seseorang),


(38)

dan identitas personal terdiri dari pertemanan, pacaran, peran gender, dan rekreasi. Peneliti hanya mencakup 3 domain yaitu agama, nilai-nilai gaya hidup, dan pertemanan. Hal ini terkait dengan tugas perkembangan pada diri remaja.

C. Remaja

1. Definisi Remaja

Penggolongan remaja menurut Thornburg (dalam Dariyo, 2004) terbagi kedalah tiga tahap yaitu remaja awal (usia 13-14 tahun), remaja tengah (usia 15-17 tahun), dan remaja akhir (usia 17-21 tahun). Pada masa remaja awal, umumnya individu berada di bangku Sekolah Menengah Pertama. Remaja tengah, berada di jenjang sekolah tingkat kedua atau SMA dan remaja akhir berada dalam jenjang pendidikan sekolah menengah atas hingga lulus SMA sampai perguruan tinggi.

Pada masa remaja, kelompok teman sebaya memiliki peran yang penting dalam perkembangan remaja baik secara emosional maupun secara sosial. Buhrmester (Papalia, 2008) mengatakan kelompok teman sebaya merupakan sumber afeksi, simpati, pemahaman panduan moral, tempat bereksperimen, dan setting untuk mendapatkan otonomi dan independensi dari orang tua. Piaget (Ali, 2009) remaja adalah usia individu yang terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa, anak tidak merasa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua melainkan merasa sama atau paling tidak sejajar.


(39)

Istilah adolescent atau remaja berasal dari bahasa Latin adolescere yang berarti “ tumbuh” atau “tumbuh menjadi dewasa”. Dalam budaya Amerika, periode remaja dipandang sebagai masa

Strom dan Stress”, frustasi, penderitaan, konflik, krisis penyesuaian, mimpi, melamun tentang cinta, dan perasaan teralinesasi (tersisihkan) dari kehidupan sosial budaya orang dewasa (Lustin Pikunas, dalam Yusuf, 2011).

Remaja (adolescent) diartikan sebagai perubahan perkembangan antara masa anak-anak dan masa dewasa yang mengakibatkan perubahan fisik, kognitif, dan psikososial (Papalia, 2014). Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan jika remaja sudah tidak termasuk golongan anank-anak, akan tetapi belum dapat diterima secara penuh untuk memasuki golongan dewasa. Masa remaja merupakan segmen kehidupan yang penting dalam siklus perkembangan individu, dan merupakan masa transisi yang diarahkan kepada perkembangan masa dewasa yang sehat.

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan remaja adalah suatu perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang ditandai dengan perkembangan fungsi seksual, proses berfikir abstrak dan kemandirian dengan batasan usia antara 12-21 tahun. Peneliti mengambil subjek penelitian dengan rentang usia 17-21 tahun atau yang disebut dengan masa remaja akhir.


(40)

2. Hakekat Perkembangan Remaja

Perkembangan (development) adalah suatu pola pergerakan dan perubahan yang dimulai pada waktu konsepsi dan berlanjut sepanjang siklus kehidupan pada remaja. Perkembangan yang dialami mencakup pertumbuhan, walaupun juga mencakup penurunan.

Proses dari perkembangan yang terjadi pada remaja meliputi proses perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional. Proses perubahan tersebut adalah

a. Proses Biologis

Proses biologis (biological processes) mencakup perubahan-perubahan yang melibatkan fisik individu tersebut. Gen yang orang tua wariskan pada anak, seperti perkembangan otak, pertambahan tinggi badan, berat badan, keterampilan motorik, dan perubahan hormonal. Perubahan tersebut merefleksikan proses perkembangan biologis dalam proses perkembangan remaja. Pada masa remaja akhir, proporsi tubuh individu mencapai proporsi tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya.

Dalam perkembangan seksualitas remaja ditandai dengan dua ciri, yaitu ciri-ciri seks primer dan ciri-ciri seks sekunder. Ciri-ciri seks primer pada remaja pria ditandai dengan pertumbuhan testis, setelah testis tumbuh, penis mulai


(41)

bertambah panjang, pembuluh mani dan kelenjar prostat semakin membesar. Matangnya organ-organ seks tersebut,

memungkinkan remaja pria mengalami “mimpi basah”. Pada remaja wanita, kematangan organ-organ seksnya ditandai dengan tumbuhnya rahim, vagina, dan ovarium. Pada masa inilah, untuk pertama kalinya remaja wanita mengalami

“menarche”, peristiwa “ menarche” diikuti oleh menstruasi yang terjadi dalam interval yang tidak beraturan.

Ciri-ciri seks sekunder pada masa remaja pria adalah tumbuh rambut pubik atau bulu kapok disekitar kemaluan atau ketiak, terjadi perubahan suara, tumbuh kumis, dan tumbuh jakun. Sedangkan pada wanita tumbuh rambut pubik atau bulu kapok disekitar kemaluan dan ketiak, bertambah besar buah dada, dan bertambah besarnya pinggul (Yusuf, 2011).

b. Proses Kognitif

Proses kognitif (cognitive processes) meliputi perubahan dalam pikiran, inteligensi dan bahasa individu. Perubahan tersebut dapat terlihat dari aktifitas menghafal rumus matematika, menghafal materi perkuliahan, dan membayangkan kehidupan kedepan.

Menurut Piaget masa remaja sudah mencapai tahap oprasi formal, remaja sudah dapat berpikir logis tentang berbagai gagasan yang abstrak. Proses pertumbuhan otak mencapai


(42)

kesempurnaan, dan berat otak sudah menyamai orang dewasa (Yusuf, 2011).

c. Proses Sosial-Emosional

Proses sosial-emosional (socio-emotional processes) meliputi perubahan hubungan individu dengan manusa lain, hal ini juga berkaitan dengan emosi, keperibadian, dan peran dari konteks sosial perkembangan. Masa remaja merupakan puncak emosionalitas, yaitu perkembangan emosi yang tinggi.

Pertumbuhan fisik terutama organ-organ seksual mempengaruhi berkembangannya emosi atau perasaan dan dorongan-dorongan baru yang dialami sebelumnya, misalnya perasaan cinta, rindu, dan keinginan untuk berkenalan dengan lawan jenis. Pada usia remaja awal, perkembangan emosinya menunjukkan sifat yang sensitif dan reaktif yang sangat kuat terhadap berbagai peristiwa atau situasi sosial,emosinya bersifat negatif dan temperamental, sedangkan remaja akhir sudah mampu mengendalikan emosinya.

Pada masa remaja perkembangan sosial ditandai dengan berkembangnya “social cognition”, yaitu kemampuan untuk memahami orang lain. Pemahaman ini mendorong remaja untuk menjalin hubungan sosial yang lebih akrab dengan teman sebaya, baik melalui jalinan persahabatan atau percintaan. Pada


(43)

kecenderungan untuk menyerah atau mengikuti opini, pendapat, nilai, kebiasaan, kegemaran (hobby) atau keinginan orang lain (teman sebaya) (Yusuf, 2011).

3. Tugas Perkembangan Remaja

Menurut Havinghurst (Mukhtar dkk, 2001) mengatakan terdapat 10 perkembangan yang harus dilalui oleh remaja, yaitu:

a. Mencapai hubungan yang lebih dewasa dengan teman sebaya, baik laki-laki maupun perempuan.

b. Mencapai peran jenis kelamin sebagai laki-laki atau perempuan.

c. Menerima keadaan jasmaninya dan menggunakan dengan efektif.

d. Mencapai kemandirian secara emosional dari rasa ketergantungan pada orang tua maupun orang dewasa lainnya. e. Mencapai kemandirian secara ekonomi pada masa yang akan

datang.

f. Memilih dan mempersiapkan diri untuk menjalankan pekerjaan tertentu.

g. Menyiapkan kesiapan diri untuk menghadapi pernikahan dan keluarga.

h. Mengembangkan keterampilan dan konsep intelektual sebagai warga masyarakat.


(44)

i. Menginginkan dan melakukan tindakantindakan yang secara sosial bertanggung jawab.

j. Memilih seperangkat system tata nilai dan tata krama yang menuntun perilakunya.

D. Perbedaan Dukungan Sosial Teman Sebaya Berdasarkan Pencapaian Identitas Diri pada Remaja Akhir

Masa remaja adalah masa transisi untuk menjauh dari orang tua dan mendekati teman sebaya untuk memperoleh dukungan sosial (Slavin dan Berndt, 1990). Sumber dukungan emosional yang utama pada remaja adalah teman sebaya, remaja merasa nyaman dengan bersama orang yang melewati perubahan dan perkembangan yang sama (Jackie dalam Papalia, 2011). Peran orang tua akan sedikit berkurang ketika remaja memilih untuk mengembangkan diri dengan teman sebaya, teman sebaya memiliki peran sebagai media dalam menunjukkan sesuatu yang benar atau pun salah.

Menurut Hall dan Lindzey (1985) dengan bersama teman sebaya remaja merasakan kehadiran seseorang yang mengerti dan memahami dirinya, sehingga remaja menaruh kepercayaan yang besar pada teman. Rogacion (1982) menegaskan remaja lebih senang ketika membicarakan suatu masalah atau hal-hal tertentu bersama dengan teman sebaya. Cowie dan Wallace (2000) mengatakan bahwa dukungan sosial peer group merupakan dukungan sosial yang bersumber dari teman sebaya, mereka secara spontan menawarkan bantuan kepada orang lain.


(45)

Dukungan sosial yang berasal dari teman sebaya dapat membuat remaja memiliki kesempatan untuk melakukan berbagai hal yang belum pernah remaja lakukan, remaja belajar untuk mengambil peran baru dalam kehidupannya (Tarakanita, 2001). Remaja yang mampu menjalankan peran sosial di masyarakat adalah remaja yang sudah berhasil membentuk identitas diri. Marcia (Papalia, 2009) membangun teori identitas terukur melalui metode wawancara dan menemukan empat tipe status identitas, yaitu identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, dan identity achievement. Perbedaan keempat status identitas tersebut terletak pada ada tidaknya eksplorasi dan komitmen.

Eksplorasi dan komitmen merupakan tolak ukur dalam menempatkan individu ke masing-masing status identitas diri. Identity diffusion menunjukkan tidak adanya komitmen dan eksplorasi, identity foreclosure menunjukkan adanya komitmen tanpa melalui eksplorasi, identity moratorium menunjukkan adanya eksplorasi akan tetapi belum memiliki komitmen, dan identity achievement menunjukkan adanya eksplorasi dan sudah memiliki komitmen.

Dukungan sosial teman sebaya dapat mempengaruhi pencapaian status identitas moratorium atau achievement (Marcia, 1966). Teman sebaya menawarkan alternatif sudut pandang dan pengalaman baru untuk mendorong eksplorasi. Teman sebaya dapat memberikan dampak pada pencapaian identitas diffusion atau foreclosure. Misalnya, individu yang mencapai status foreclosure akan lebih memilih teman yang memiliki


(46)

toleransi terhadap keberagaman dan mencerminkan nilai –nilai yang mirip dengan diri sendiri (Bosma dan Kunnen, 2001).

Remaja yang berada pada status identity diffusion mendapat dukungan sosial yang tinggi. Mereka tidak menjadi dirinya sendiri, menjadi apa saja yang diinginkan oleh orang lain, dan tidak mampu membuat keputusan mengenai pekerjaan dan ideologi sehingga remaja dengan status identity foreclosure mendapat dukungan sosial yang tinggi. Remaja pada status identitas ini tidak memiliki kesempatan untuk mengeksplorasi diri, mengalami kerapuhan, kesulitan dalam mempertimbangkan alternatif dan menolak informasi yang salah. Remaja yang berada dalam identity moratorium merupakan remaja yang melibatkan orang lain dalam masalah yang sedang dihadapi, sering melupakan hal-hal yang sensitif, memiliki banyak masalah dengan demikian remaja yang mencapai status identity moratorium mendapatkan dukungan sosial yang tinggi. Remaja yang berada dalam status identity achievement merupakan remaja yang sangat solid, mementingkan kehidupan masa depan, fleksibel, dan tidak mudah terpengaruh oleh tekanan. Remaja tersebut mendapat dukungan sosial teman sebaya yang rendah.

Remaja yang mencapai status identitas tertentu memperlihatkan dukungan sosial teman sebaya yang diterimanya tinggi atau rendah, hal ini dikarenakan seseorang yang sudah menapai status identitas tertentu memperoleh informasi untuk membandikan diri dengan orang lain.


(47)

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat mengetahui adanya perbedaan dukungan sosial teman sebaya dilihat berdasarkan pencapaian status identitas diri.

E. Hipotesis

Berdasarkan uraian di atas penulis mengajukan hipotesis atau jawaban sementara bahwa: terdapat perbedaandukungan sosial teman sebaya pada tahap pencapaian status identitas diri pada remaja.

Identity Diffusion

Identity Foreclosure

Identity Moratorium

Identity Achievment

Dukungan sosial rendah

Dukungan sosial tinggi

Dukungan sosial tinggi

Dukungan sosial tinggi


(48)

28

BAB III

METODE PENELITIAN

A.JenisPenelitian

Penelitian ini menggunakan metode komparatif yaitu suatu analisis untuk mengetahui perbedaan antara dua kelompok atau lebih

(Siregar,2015). Pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan dukungan sosial

teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Variabel penelitian adalah : 1. Variabel Terikat (Y)

Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau disebabkan oleh variabel lain (Hasan, 2004). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Dukungan Sosial Teman Sebaya.

2. Variabel Bebas (X)

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi penyebab bagi variabel lain (Hasan, 2004). Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Status identitas Diri.


(49)

C. Definisi Variabel Penelitian

Batasan atau definisi operasional dari variabel-variabel penelitian adalah sebagai berikut :

1. Dukungan Sosial Teman Sebaya

Dalam penelitian ini dukungan sosial teman sebaya diukur dengan menggunakan skala dukungan sosial teman sebaya yang disusun oleh Weiss (Cutrona dkk, 1994). Semakin tinggi skor total dari skala dukungan sosial teman sebaya maka semakin tinggi pula dukungan sosial yang diterima oleh remaja dan begitu juga sebaliknya.

2. Identitas Diri

Dalam penelitian ini identitas diri diukur dengan menggunakan skala identitas diri yang disusun berdasarkan teori James Marcia (dalam Papalia dkk, 2009). Dengan empat jenis status identitas yaitu identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, identity achievment (Adams dalam Waterman, 2007).

Penempatan masing-masing subjek ke dalam empat status identitas yakni identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, identity achievment adalah dengan mengolah Z score. Z score berguna untuk membandingkan posisi seseorang dengan orang lain dalam suatu kelompok (Santoso, 2010).


(50)

Z = (X-M)/SD

Keterangan : Z = Z Score X= Skor subjek

M=Mean kelompok subjek SD=Standar Deviasi Kelompok

Pertama, memisahkan aitem berdasarkan status identitas berdasarkan delapan domain identitas diri (Adams dalam Waterman, 2007). Kedua, menghitung Z score pada setiap remaja akhir berdasarkan masing-masing status identitas diri (James Marcia dalam Papalia dkk, 2009). Ketiga, membandingkan hasil Z score dari keempat status identitas untuk masing-masing remaja akhir. Kelima, mengkategorikan remaja akhir pada status yang memiliki nilai Z score paling tinggi. Setelah pengkategorian subjek ke masing-masing status identitas, kemudian dilihat perbedaan dukungan sosial teman sebaya menggunakan uji Brown-Forsythe dan Welch.

D. Subjek Penelitian

1. Metode Pengumpulan Sampel

Sampel merupakan sumber data yang penting untuk mendukung penelitian, adapun teknik pengambilan sampel dengan cara non random sampling yang artinya tidak semua populasi memiliki kesempatan untuk digunakan sebagai sampel. Pangambilan sampel penelitian menggunakan metode pengambilan sampel kuota (quota


(51)

sample), yaitu peneliti menentukan jumlah sampel, (Crocker dan Algina dalam Azwar, 2012) memberikan saran jumlah sampel sebesar 200 orang sebagai jumlah sampel yang sudah cukup memadai. Selanjutnya data dikumpulkan dengan cara menghubungi sujek penelitian tanpa menghiraukan asal sampel (Taniredja dan Mustadifah, 2011).

Subjek penelitian adalah 199 remaja laki-laki dan perempuan berusia 17-21 tahun. Pada masa remaja seseorang akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman sebaya dari pada orang tua (Grotevant dan Cooper, 1986), sehingga remaja mendapatkan dukungan sosial teman sebaya sebagai pengganti dukungan dari orang tua.

E. Alat Pengumpulan Data

1. Alat Pengumpulan Data

Alat pengumpulan data adalah skala sebagai berikut : a. Dukungan Sosial Teman Sebaya

Skala ini disusun peneliti berdasarkan teori Weiss (Cutrona dkk, 1994) yang membagi dukungan sosial ke dalam enam bagian dari hubungan antar individu, yaitu : guidance, reliable alliance, attachment, reassurance of worth, social integration, dan opportunity to provide nurturance.

Skala dukungan sosial teman sebaya berisi dua pernyataan favorable dan unfavorable. Subjek dihadapkan pada beberapa


(52)

pernyataan dan diminta memilih satu pernyataan yang sesuai dengan keadaan diri subjek. Terdapat empat pilihan respon jawaban dalam pernyataan favorable yaitu SS (Sangat Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak setuju) = 2, dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 1. Untuk pernyataan unfavorable empat pilihan respon jawaban yaitu SS (Sangat Setuju) = 1, S (Setuju) = 2, TS (Tidak setuju) = 3, dan STS (Sangat Tidak Setuju) = 4. Pada skala ini tidak disediakan pilihan respon jawaban N (netral), agar subjek memilih respon sesuai dengan dirinya.

Tabel 2

Skor Item Untuk Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya

Respon Skor

Favorable Unfavorable

SS (Sangat Setuju) 4 1

S (Setuju) 3 2

TS (Tidak Setuju) 2 3 STS (Sangat Tidak Setuju) 1 4

Tabel 3

Blue Print Dan Sebaran Skala Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebelum Uji Coba

No Aspek Dukungan Sosial Jenis Item Jumlah

Item Bobot Favorable Unfavorable

1. Reliable alliance 5 5 10 16,67%

2. Guidance 5 5 10 16,67%

3. Reassurance of

worth 5 5 10 16,67%

4. Attachment 5 5 10 16,67% 5. Social

integration 5 5 10 16,67%

6.

Opportunity to provide

nurturance

5 5 10 16,67%


(53)

Tabel 4

Sebaran Item Dukungan Sosial Teman Sebaya Sebelum Uji Coba

No Aspek Favorable Unfavorable Jumlah

1. Reliable alliance 6,7,17,14,28 4,*9,*22,33,18 10

2. Guidance 21,23,27,46,57 19,20,31,38,39 10

3. Reassurance of

worth 15,*32,35,43,*55 10,24,*49,51,*58 10

4. Attachment 41,*42,45,50,59 53,48,52,54,37 10

5. Social

integration 25,*30,36,*56,29 60,5,26,34,40 10

6.

Opportunity to provide

nurturance

2,*8,*12,*16,44 1,3,11,13,47 10

Jumlah 60

*aitem-aitem yang gugur setelah uji coba

b. Skala status identitas

Skala ini dibuat oleh peneliti berdasarkan teori James Marcia tentang status identitas diri yang terdiri dari identity diffusion, identity foreclosure, identity moratorium, identity achievment (Papalia, Olds, Feldman, 2009). Pada masing-masing pilihan jawaban dapat menunjukkan keempat status identitas diri yang diungkap.

Skala status identitas diri berisi pernyataan mengenai status identitas diri yang terdiri dari ketiga domain identitas diri yaitu agama, filosofi gaya hidup, dan pertemanan. Skala identitas diri berisi satu pernyataan yaitu favorable. Peneliti tidak menyediakan pernyataan unfavorable karena dapat mengarahkan subjek pada satu status identitas tertentu. Subjek dihadapkan pada beberapa pernyataan yang memiliki empat pilihan respon jawaban, subjek


(54)

diminta untuk memilih respon jawaban yang sesuai dengan diri subjek.

Skala ini terdiri dari empat pilihan respon jawaban, subjek diminta memilih respon jawaban yang sesuai dengan diri subjek. Empat pilihan respon jawaban yang disediakan yaitu SS (Sangat Setuju) = 4, S (Setuju) = 3, TS (Tidak setuju) = 2, dan STS ( Sangat Tidak Setuju) = 1.

Tabel 5

Skor Item Untuk Skala Identitas Diri

Respon Skor

Favorable

SS (Sangat Setuju) 4

S (Setuju) 3

TS (Tidak Setuju) 2

STS (Sangat Tidak Setuju) 1

Tabel 6

Blue Print dan Rancangan Skala Status Identitas Diri Sebelum Uji Coba

No Domain Jenis Item Jumlah

item Bobot

Favorable

1. Agama 20 20 33,3 %

2. Filosofi Gaya Hidup 20 20 33,3 %

3. Pertemanan 20 20 33,3 %


(55)

Tabel 7

Sebaran Item Skala Identitas Diri

*aitem-aitem yang gugur setelah uji coba

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

1. Validitas

Validitas penelitian adalah validitas isi, yaitu pengujian isi skala dengan analisis rasional atau professional judgment. Validitas isi yaitu melihat sejauhmana aitem-aitem dalam skala mencakup keseluruhan kawasan isi objek yang hendak diukur (Azwar, 2009). Pengujian validitas dilakukan oleh professional judgmen yaitu dosen pembimbing.

2. Reliabilitas

Salah satu ciri instrumen ukur yang berkualitas baik adalah reliabel, yaitu mampu menghasilkan skor yang cermat dengan eror pengukuran yang kecil (Azwar, 2013). Reliabilitas dinyatakan oleh koefisien reliabilitas ( ) yang berada dalam rentang angka 0 sampai

Nomer Aitem Status

Identitas Agama Pertemanan Gaya Hidup Jumlah

Identity

Diffusion *1,*3,21,23,59 *17,*22,29,42,60 *4,*6,9,15,37 15 Identity

Foreclosure 14,16,*31,*45,55 11,36,*50,52,57 28,32,*34,56,58 15 Identity

Moratorium *10,*12,27,35,41 *25,*44,46,48,54 *20,24,30,39,53 15 Identity

Achievement 5,7,19,*47,*51 *2,8,*33,38,40 *13,18,26,43,49 15


(56)

1,00, koefisien reliabilitas dikatakan tinggi apabila mendekati angka 1,00. Apabila koefisien reliabilitas mendekati angka 0 berarti semakin rendahnya reliabilitas (Azwar, 2013).

Pengujian reliabilitas pada penelitian ini menggunakan koefisien reliabilitas Alpha-Cronbach, dengan bantuan SPSS 22 for windows. Dari hasil penghitungan didapatkan hasil koefisien reliabilitas skala dukungan sosial teman sebaya adalah 0,909

Pada pengujian skala status identitas didapatkan koefisien Alpha-Cronbach adalah sebagai berikut

1. Identity Diffusion : 0,656untuk 9 item 2. Identity Foreclosure : 0,682 untuk 11 item 3. Identity Moratorium : 0,458 untuk 10 item 4. Identity Achievment :0,564 untuk 10 item 3. Seleksi item

Seleksi item dilakukan untuk mengkoreksi apakah item-item yang ditulis pada kenyataannya sudah berfungsi dengan baik untuk mengukur suatu atribut (Azwar, 1999). Apabila terdapat aitem yang tidak sesuai dengan syarat, maka tidak dapat disertakan dalam skala penelitian. Seleksi item dilakukan dengan cara memilih item berdasarkan koefisien korelasi item total.

a. Dukungan Sosial Teman Sebaya

Kriteria pemilihan aitem berdasarkan korelasi item total menggunakan batasan rix ≥ 0,30, semua aitem yang mencapai


(57)

koefisien korelasi minimal 0,30 daya pembedanya dianggap memuaskan. Peneliti menggunakan daya diskriminasi 0,30.

Pada hasil uji coba skala dukungan sosial teman sebaya menunjukkan dari 60 aitem yang diujikan terdapat 58 aitem yang baik dan 12 aitem yang kurang baik. Besarnya koefisien korelasi aitem total berkisar antara -0,131 – 0,789. Berikut adalah daftar spesifikasi aitem skala dukungan sosial teman sebaya setelah diuji cobakan :

Tabel 8

Aitem-aitem Dukungan Sosial Teman Sebaya Setelah Uji Coba

No Aspek Nomer Aitem Jumlah

1 Reliable alliance F 4,8,34,48,44

8 UF 13,45,27

2 Reassurance of worth F 1,15,22,47,36

10 UF 20,24,41,16,12

3 Social integration F 37,2,10

6 UF 9,33,25

4 Guidance F 6,17,23,21

9 UF 18,43,31,26,30

5 Attachment F 7,38,32

8 UF 35,28,5,29,42

6 Opportunity to provide nurturance

F 40,46

7 UF 39,19,11,14,13

TOTAL 48

b. Skala Status Identitas

Peneliti menggunakan daya diskriminasi 0,25 untuk memperoleh jumlah aitem yang diinginkan. Menurut (Azwar, 2013) apabila jumlah aitem yang lolos ternyata masih tidak mencukupi jumlah yang diinginkan, maka dapat dipertimbangkan untuk


(58)

menurunkan batas kriteria dari 0,30 menjadi 0,25 sehingga jumlah aitem yang diinginkan dapat tercapai.

Penghitungan koefisien korelasi aitem total menggunakan bantuan SPSS 20 for windows, uji coba dalam penelitian melibatkan 50 subjek remaja akhir untuk skala identitas diri. Hasil dari pengukuran menunjukkan bahwa dari 60 aitem yang diujikan terdapat 30 aitem baik dan 30 aitem yang tidak baik. Besarnya koefisien korelasi aitem total berkisar antara –0,007 - 0,668. Berikut adalah daftar spesifikasi aitem skala identitas diri setelah diuji cobakan :

Tabel 9

Aitem- aitem Skala Status Identitas Diri Setelah Uji Coba

G. Teknis Analisis Data

1. Uji Asumsi

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengecek apakah data penelitian yang didapatkan berasal dari populasi yang sebarannya

Nomer Aitem Status

Identitas Agama Pertemanan Gaya Hidup Jumlah

Identity

Diffusion 5,9,36 23,37,39 22,24,26 9 Identity

Foreclosure 31,14,33 25,30,20,11 29,32,27,16 11 Identity

Moratorium 3,17,1 13,18,28 12,34,40,15 10 Identity

Achievement 5,35,21 7,10,2 6,38,8,4 10


(59)

normal (Santoso, 2010). Apabila taraf signifikansinya p > 0,05 maka dapat disimpulkan jika data memiliki sebaran data yang normal, akan tetapi jika p < 0,05 maka sebaran datanya tidak normal. Peneliti menguji normalitas data dengan menggunakan uji one-sample kolmogorov-smirnov test (Santoso, 2010), pengujian dilakukan dengan bantuan SPSS versi 22 for Windows.

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah objek yang diteliti mempunyai varian yang sama (Siregar, 2014.), jika p > 0,05 maka varian tersebut homogen atau sama (Santoso, 2010). Uji homogenitas ini dilakukan dengan bantuan SPSS versi 22for Windows, melalui Levene’s Test for Equality of Variance.

2. Uji Hipotesis

Pengujian hipotesis dalam penelitian ini dilakukan dengan Anova, yaitu salah satu uji komparatif digunakan untuk menguji perbedaan data lebih dari dua kelompok (Suyantoro, 2014). Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Anova Satu Jalur melalui program SPSS versi 22 for Windows. Pengujian dilakukan dengan melihat taraf signifikansi, hipotesis diterima bila memiliki taraf signifikansi p < 0,05 yang artinya ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.


(60)

H. Persiapan Penelitian

Sebelum melakukan penelitian, peneliti melakukan uji coba terhadap alat ukur. Peneliti melakukan uji coba untuk melihat validitas dan reliabilitas dari alat ukur penelitian. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur, yaitu skala identitas diri (skala A) dan skala dukungan sosial teman sebaya (skala B). Skala identitas diri terdiri dari 60 aitem dan skala dukungan sosial teman sebaya terdiri dari 60 aitem.

Uji coba alat ukur dilakukan pada tanggal 18 dan 19 November 2015, di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Subjek uji coba alat ukur sebanyak 60 mahasiswa universitas sanata dharma yogyakarta. Pengisian skala dilakukan langsung oleh masing-masing subjek yang berada di lingkungan kampus, skala yang sudah selesai diisi langsung dikumpulkan kembali kepada peneliti.


(61)

41

BAB IV

HASIL dan PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan penelitian 1. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian di lakukan pada tanggal 8-10 Desember 2015, 12 dan 14 Januari 2016 di lingkungan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dengan subjek mahasiswa dari berbagai fakultas sejumlah 140 dan di SMAN 1 Pakem dengan subjek pelajar kelas XI yang berjumlah 59 pelajar.

Pengambilan data (penyebaran skala), menggunakan dua cara. Pertama peneliti menyebarkan skala di Universitas Sanata Dharma dengan cara membagikan skala kepada mahasiswa yang peneliti temui, dan di SMAN 1 Pakem pada masing-masing kelas dengan waktu kurang lebih tiga puluh menit (satu jam pelajaran).

2. Data Demografi

Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah remaja dengan rentang usia 17-21 tahun, terdiri dari pelajar SMA dan mahasiswa berjumlah 199 subjek. Subjek penelitian terdiri dari perempuan berjumlah 96 dan laki-laki berjumlah 103 yang terdiri dari S1 143 dan SMA 56, data demografi subjek dapat dilihat pada tabel di bawah ini


(62)

Tabel 10

Deskripsi Jenis Kelamin Subjek

Jenis Kelamin Jumlah Presentase (%) Perempuan 96 48,2%

Laki-laki 103 51,8%

Total 199 100%

Tabel 11

Deskripsi Usia Subjek

Usia Jumlah Presentase (%) 17 64 32,2 % 18 25 12,6 % 19 47 23,6 % 20 40 20,1 % 21 23 11,6 % Total 199 100,0 %

Tabel 12

Deskrispsi Pendidikan Subjek

Pendidikan Jumlah Presentase (%) S1 143 71,9 % SMA 56 28,1 % Total 199 100,0 %

B. Analisis Data

1. Deskripsi Data Penelitian

a. Data subjek penelitian berdasarkan Status Identitas Diri Menurut James Marcia

Penempatan subjek kedalam masing-masing status identitas diri dilihat berdasarkan nilai Z score yang paling tinggi, dengan dasar bahwa status identitas diri tidak stabil hingga akhir kehidupan (Santrock, 2007), artinya ketika remaja mencapai salah satu dari keempat status identitas diri, bukan berarti status identitas diri selamanya dimiliki oleh remaja akan tetapi dapat berubah


(63)

menjadi status identitas yang lain (Novilia, 2012). Dari hasil penghitungan maka diperoleh hasil sebagai berikut

Tabel 13

Deskripsi Status Identitas Subjek

Status Identitas Frekuensi Presentase (%) Identity diffusion 27 13,6 % Identity foreclosure 74 37,2 % Identity moratorium 40 20,1 % Identity achievment 58 29,1 %

Total 199 100%

Subjek penelitian berjumlah 199 orang yang merupakan mahasiswa Universitas Sanata Dharma dan Siswa SMA Kelas XII. Dari tabel di atas dapat dilihat subjek yang masuk dalam status Identity diffusion berjumlah 27 orang (13,6%), identity foreclosure berjumlah 74 orang (37,2%), identity moratorium berjumlah 40 orang (20,1%), dan identity achievment berjumlah 58 orang (29,1%).

b. Deskripsi Tingkat Dukungan Sosial Teman Sebaya Subjek

Tabel 14

Deskripsi tingkat dukungan sosial teman sebaya

Variabel

Min Maks Mean

H E H E H E Std. Dev Dukungan

Sosial 48 119 192 160 120 137,93 8,3

2

Berdasarkan data di atas dapat disimpulkan bahwa skor rata atau mean empirik subjek lebih besar daripada skor rata-rata atau mean hipotetik subjek. Hasil tersebut menunjukkan


(64)

bahwa subjek memiliki tingkat dukungan sosial teman sebaya yang tinggi dengan skor (137,93 > 120).

c. Dukungan Sosial Teman Sebaya Subjek berdasarkan Status Identitas

Tabel 15

Data Dukungan Sosial Teman Sebaya Subjek berdasarkan Status Identitas

Status

Identitas N Mean

Std.Deviatio

n Min Max Diffusion 27 138,78 10,13 121 160 Foreclosure 74 138,27 7,51 120 156 Moratorium 40 138,05 7,66 121 158 Achievement 58 137,02 8,94 119 157 Total 199 137,93 8,32 119 160

Dukungan sosial teman sebaya subjek berdasarkan status identitas didapatkan nilai rata-rata (mean) sebesar 137,93. Skor minimum yaitu 119 dan skor maxsimum yaitu 159. Berdasarkan nilai rata-rata (mean) dari skala dukungan sosial teman sebaya dan kategori status identitas pada masing-masing subjek, dapat disimpulkan bahwa dukungan sosial teman sebaya dari yang paling tinggi hingga yang paling rendah berdasarkan status identititas adalah diffusion (138,78), foreclosure (138,27), moratorium (138,05) dan achievement (137,02).


(65)

d. Analisis Deskriptif Pada Masing-masing Status Identitas

Tabel 16

Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity

Diffusion

Domain N

Mean Hipotetik Empirik Agama 27 7,5 7,67 Teman 27 7,5 5,52 Gaya Hidup 27 7,5 6,11

Hasil analisis deskriptif tiga domain status identity diffusion menunjukkan mean terbesar pada domain agama dengan skor 7,67.

Tabel 17

Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity

Foreclosure

Domain N

Mean

Hipotetik Empirik Agama 74 7.5 9,43 Teman 74 7.5 9,79 Gaya Hidup 74 7.5 11,29

Hasil analisis deskriptif tiga domain pada status identity foreclosure menunjukkan jika mean terbesar pada domain gaya hidup dengan skor 11,29.


(66)

Tabel 18

Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity

Moratorium

Domain N

Mean Hipotetik Empirik Agama 40 7.5 9,40 Teman 40 7.5 7,40 Gaya Hidup 40 7.5 8,80

Selanjutnya, hasil analisis deskriptif dari tiga domain pada status identity morarotium berdasarkan nilai mean empirik yang terbesar adalah pada domain agama yaitu sebesar 9,40.

Tabel 19

Hasil Analisis Deskriptif Tiap Domain Pada Status Identity

Achievment

Domain N

Mean Hipotetik Empirik Agama 58 7.5 9,29 Teman 58 7.5 10,00 Gaya Hidup 58 7.5 10,20

Hasil analisis deskriptif yang terakhir terhadap tiga domain dalam status identity achievement yang memiliki nilai mean empirik tertinggi adalah domain gaya hidup dengan skor 10,20.


(67)

2. Uji Asumsi Penelitian

Uji asumsi dilakukan untuk mendapatkan kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian (Santoso, 2010), pada penelitian ini uji asumsi dilakukan melalui uji normalitas dan homogenitas.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan uji one-sample Kolmogorov-Smirnov Test dengan bantuan SPSS versi 22 for Windows, hasil dari uji normalitas status identitas melalui Kolmogorov –Smirnov Test menunjukkan nilai dari Asymp.Sig.(2-tailed) atau nilai probabilitas sebesar 0,200 (p = 0,200) sehingga distribusi skor variabel status identitas dinyatakan normal karena p > 0,05.

Tabel 20

Hasil uji Normalitas kolmogorov Smirnovtest

Variabel KS-test

Asymp. Sig.

(2-tailed) Sebaran Status Identitas Diri 0,055 0,200 Normal

Dukungan Sosial

Teman Sebaya 0,056 0,200 Normal

b. Uji Homogenitas

Uji homogenitas dilakukan dengan bantuan SPSS versi 22 for Windows, melalui Levene’s Test for Equality of Variance. Jika p > 0,05 (Santoso, 2010) maka varian tersebut homogen atau


(68)

sama. Pada penelitian ini menunjukkan hasil nilai Sig (nilai p) sebesar 0,406, dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan varian karena p > 0,05.

Tabel 21

Hasil Penghitungan Uji Homogenitas

Levene

Statistic df1 df2 Sig.

2,073 3 195 ,105

c. Uji Hipotesis

Hipotesis alternatif (Hi) dalam penelitian ini adalah ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir. Remaja yang mencapai status identitas diffusion, foreclosure, dan moratorium mendapatkan dukungan sosial teman sebaya yang tinggi, sedangkan remaja yang mencapai status identitas diri achievment mendapatkan dukungan sosial yang rendah. Uji hipotesis dilakukan dengan menggunakan Anova Satu jalur melalui program SPSS versi 22 for Windows, pengujian dilakukan dengan melihat nilai dari Signifikansi (Sig), hipotesis diterima bila memiliki taraf signifikansi p < 0,05.


(69)

Tabel 22

Hasil Uji Anova Satu Jalur (Oneway)

Sum of

Squares Df

Mean

Square F Sig. Between

Groups 76,871 3 25,624 ,367 ,777 Within

Groups 13626,144 195 69,878 Total 13703,015 198

Hasil dari penghitungan Anova Satu Jalur didapatkan nilai sig sebesar 0,777 (p > 0,05), hal tersebut mengartikan jika hipotesis ditolak atau dengan kata lain tidak ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.

C. Pembahasan

Hasil penelitian menunjukkan signifikansi (Sig) sebesar 0,777, maka hipotesis nol (Ho) diterima artinya tidak ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.

Tidak adanya perbedaan tingkat dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri disebabkan remaja pada saat ini merupakan generasi yang tumbuh dan berkembang dalam lingkungan kemajuan teknologi dan komunikasi (Mawardah dan Adiyanti, 2014). Menurut survei yang dilakukan menemukan bahwa 97% remaja menggunakan internet paling tidak satu kali dalam seminggu (Raskauskas dan Stolz, 2007), maka dari itu internet menjadi media favorit kaum muda


(70)

dan dapat mempengaruhi pencapaian status identitas diri (Fadhal dan Nurhajati, 2012). Tidak adanya dukungan sosial dalam pencapaian status identitas diri di sebabkan media menjadi aspek lain dalam kehidupan remaja, media menjadi pengganti dukungan teman sebaya dan pengalaman pribadi (Hall dalam Fadhal dan Nurhajati, 2012) yang dapat memberikan pengaruh terhadap terbentuknya identitas diri yang jelas.

Proses pencapaian status identitas diri dapat dilakukan dengan interaksi terhadap lingkungan. Lingkungan yang dimaksud bukan hanya mencakup keluarga, teman sebaya, sekolah ataupun masyarakat yang ada dilingkungan sekitar, akan tetapi mencakup penggunaan teknologi (internet) yang dapat mendukung pencapaian identitas (Maharani, 2012). Identitas diri yang ditampilkan didunia offline misalnya pada lingkungan kantor atau sekolah seringkali dibatasi oleh norma-norma sosial (Brenman dan Pettit dalam Maharani, 2012). Apabila remaja melakukan penyimpangan norma sosial, remaja mendapatkan hukuman yang menjadikan remaja menutup diri (Bargh, McKenna dan Fitzsimons, 2002). Sebaliknya apabila di dunia online, individu yang menutup diri akan membuka dirinya yang sebenarnya (Zhao, Grasmuck dalam Martini, 2008). Dengan adanya perkembangan internet yang pesat maka dapat menimbulkan lingkungan teknologi yang dapat menjadi media dalam pembentukan identitas (Bargh, McKenna dan Fitzsimons, 2002).


(71)

Hasil analisis deskriptif pada masing-masing status identitas diri dalam melihat domain yang memiliki nilai mean empirik tertinggi pada masing-masing status identitas menunjukkan hasil pada domain filosofi gaya hidup memiliki nilai mean tertinggi pada dua status identitas diri yaitu Identity Achievment dan Identity Foreclosure. Ketika remaja menjadi bagian dalam suatu kelompok sebaya, maka identitas diri remaja akan mulai terbentuk (Thornburg, 1982). Hal ini disebabkan kelompok teman sebaya merupakan referensi utama pada diri remaja dalam melakukan persepsi dan sikap yang berkaitan dengan filosofi gaya hidup (Papalia dan Olds, 2001).

Ketiga domain pada status Identity Moratorium dan Diffusion domain agama memiliki nilai mean tertinggi pada diri subjek. Pada masa remaja akhir, remaja sudah mulai stabil dan memiliki pemikiran yang matang dalam hal agama. Perkembangan kognitif yang dialami membuat remaja mentransformasikan keyakinan yang dianutnya (Yusuf dalam Novilia, 2012). Remaja mulai bertanya akan kebenaran agama yang diyakininya (Desmita, 2007), hal tersebutlah yang menyebabkan domain agama pada status Identity Moratorium dan Diffusion memiliki nilai mean yang tinggi.

Mean empirik tingkat dukungan sosial teman sebaya subjek sebesar 137,93 lebih besar dari skor rata-rata atau mean hipotetik yaitu 120. Dari hasil ini menunjukkan bahwa subjek memiliki dukungan sosial yang tinggi walaupun tidak ada perbedaan secara signifikan dengan


(72)

pencapaian status identitas diri. Tingginya dukungan sosial teman sebaya disebabkan karena usia subjek penelitian ini adalah berkisar antara 17-22 tahun, subjek yang diambil merupakan remaja akhir yang masih aktif berada di lingkungan sekolah.


(73)

53

BAB V

KESIMPULAN dan SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir. Hal tersebut dilihat dari hasil signifikansi sebesar 0,777, maka hipotesis nol (Ho) diterima yang artinya tidak ada perbedaan dukungan sosial teman sebaya antar tahap pencapaian status identitas diri pada remaja akhir.

B. Saran

1. Bagi Remaja

Remaja diharapkan mampu mencapai status identitas diri sebagai tugas perkembangan yang harus diselesaikan oleh diri sendiri tanpa tergantung pada dukungan sosial teman sebaya, dukungan teman sebaya tidak menjamin individu mampu mencapai status identitas diri karena pencapaian status identitas diri dipengaruhi oleh berbagai faktor.


(74)

2. Bagi Peneliti Selanjutnya

Untuk peneliti selanjutnya agar memasukkan domain lain dalam identitas diri yang belum dimasukkan dalam penelitian, selain itu melakukan penelitian dengan subjek yang nerbeda misalnya remaja awal atau remaja tengah. Peneliti selanjutnya hendaknya juga lebih memperhatikan rentang usia subjek, misalnya siswa kelas 1 SMA sampai mahasiswa perguruan tinggi semester 8.

C. Keterbatasan Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti menyadari terdapat keterbatasan dalam penelitian. Keterbatasan penelitian adalah hanya memasukkan 3 domain yaitu agama, nilai-nilai gaya hidup, dan pertemanan dari 8 domain identitas diri yaitu pekerjaan, agama, politik, nilai-nilai gaya hidup, pertemanan, pacaran, peran gender, dan rekreasi. Selain itu, penelitian ini kurang memiliki rentang usia subjek penelitian.


(75)

55

DAFTAR PUSTAKA

Agnes, Y. (2008). Pencapaian Identitas Diri Pada Remaja yang Memiliki Ibu Tiri. Skripsi. Universitas Indonesia, Jakarta.

Ahmadi, A. (1991). Psikologi Belajar. Jakarta : PT. Rineka Cipta.

Ali,M & Asrori,M. (2009). Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik). Jakarta : Bumi Aksara.

Azwar, S. (1999). Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

. (2009). Reliabilitas dan Validitas Edisi ke 3.Yogyakarta : Pustaka Pelajar Offset.

. (2011). Sikap dan Perilaku dalam : Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. (2nd) Ed. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

. (2012). Metode Penelitian. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

. (2013). Penyusunan Skala Psikologi Edisi 2. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Bargh, J. A., Mc Kenna, K.Y dan Fitzsimons, G, M. (2002). Can You See The Real Me? Activation and Expression of The “True Self” on The Internet. Journal of Social Issues,33-48.

Bergh, S., & Erling, A. (2005). Adolescent Identity Formation : A Swedish study of identity status using the EOM-EIS-II. Adolescence, 377-96. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/16114599

Bernal, G., Molina, M. M. M., dan Rio, M. R. S. (2003). Development of a Brief Scale for Social Support : Reliability and Validity in Puerto Rico. International Journal of Clinical and Health Psychology, 3, 251-264.


(1)

Status identitas foreclosure

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

fore_agama 74 9,4324 1,41500 ,16449

fore_teman 74 9,7973 1,80547 ,20988

fore_gayahidup 74 11,2973 1,76519 ,20520

One-Sample Test

Test Value = 0

t Df

Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper fore_agama 57,343 73 ,000 9,43243 9,1046 9,7603 fore_teman 46,680 73 ,000 9,79730 9,3790 10,2156 fore_gayahidup 55,055 73 ,000 11,29730 10,8883 11,7063

Status identitas Moratorium

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

Mor_Agama 40 9,4000 1,23621 ,19546

Mor_Teman 40 7,4000 1,70670 ,26985

Mor_GH 40 8,8000 1,80028 ,28465

One-Sample Test

Test Value = 0

t Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper Mor_Agama 48,091 39 ,000 9,40000 9,0046 9,7954 Mor_Teman 27,422 39 ,000 7,40000 6,8542 7,9458 Mor_GH 30,915 39 ,000 8,80000 8,2242 9,3758


(2)

Status identitas Achievment

One-Sample Statistics

N Mean Std. Deviation Std. Error Mean

aCH_Agama 58 9,2931 1,24264 ,16317

aCH_Teman 58 10,0000 1,10818 ,14551

aCH_GH 58 10,2069 2,07541 ,27251

One-Sample Test

Test Value = 0

t Df Sig. (2-tailed)

Mean Difference

95% Confidence Interval of the Difference

Lower Upper

aCH_Agama 56,955 57 ,000 9,29310 8,9664 9,6198

aCH_Teman 68,723 57 ,000 10,00000 9,7086 10,2914

aCH_GH 37,455 57 ,000 10,20690 9,6612 10,7526

Deskripsi Status Identitas Subjek

Status_iden

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid Diffusion 27 13,6 13,6 13,6

Foreclosure 74 37,2 37,2 50,8

Moratorium 40 20,1 20,1 70,9

Achievment 58 29,1 29,1 100,0


(3)

90

LAMPIRAN 3

HASIL PENELITIAN

Analisis Uji Normalitas

Analisis Uji Homogenitas


(4)

UJI NORMALITAS Dukungan Sosial Teman Sebaya

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Total_DS 199 137,9296 8,31908 119,00 160,00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Total_DS

N 199

Normal Parametersa,b Mean 137,9296

Std. Deviation 8,31908

Most Extreme Differences Absolute ,056

Positive ,046

Negative -,056

Test Statistic ,056

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.

d. This is a lower bound of the true significance.

UJI NORMALITAS Status Identitas Diri

Descriptive Statistics

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum Total_I 199 106,2261 10,60894 81,00 140,00

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Total_I

N 199

Normal Parametersa,b Mean 106,2261

Std. Deviation 10,60894

Most Extreme Differences Absolute ,055

Positive ,055

Negative -,045

Test Statistic ,055

Asymp. Sig. (2-tailed) ,200c,d

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

c. Lilliefors Significance Correction.


(5)

Hasil Uji ANOVA dan Homogenitas

Test of Homogeneity of Variances

Total_DS

Levene Statistic df1 df2 Sig.

2,073 3 195 ,105

ANOVA

Total_DS

Sum of Squares Df Mean Square F Sig. Between Groups 76,871 3 25,624 ,367 ,777 Within Groups 13626,144 195 69,878


(6)