KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PEREMPUAN YANG BEKERJA Skripsi Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  

KEPUASAN PERNIKAHAN

PADA PEREMPUAN YANG BEKERJA

Skripsi

  

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

  

Oleh :

Yohana Natalia Tryastuti A.K NIM : 049114041

  

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2009

  

E E D D

Untuk

   Papa dan Mama

yang telah memberikan motto hidup yang luar biasa :

“Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk

memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri;

tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.”

  

(2 Kor. 3:5)

E E D D

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

  

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya susun ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.

  Yogyakarta, April 2009 Penulis, Yohana Natalia

  

ABSTRAK

KEPUASAN PERNIKAHAN

PADA PEREMPUAN YANG BEKERJA

Yohana Natalia

Fakultas Psikologi

  

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2009

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kepuasan pernikahan pada

perempuan yang bekerja. Kepuasan pernikahan adalah suatu penilaian emosional,

baik positif maupun negatif, terhadap pernikahan yang dipengaruhi oleh cara

pasangan merasakan dan mengevaluasi satu sama lain berdasarkan kejadian atau

kondisi dalam pernikahan tersebut.

  Kepuasan pernikahan diperoleh dari hasil penilaian positif terhadap

delapan area pernikahan, yaitu afeksi, tingkat kepercayaan, tingkat kesetaraan,

komunikasi,kehidupan seksual, kehidupan sosial, finansial dan tempat tinggal.

  Subjek dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang berstatus perempuan

menikah, bekerja di luar rumah, dan berusia 21-45 tahun. Metode pengumpulan

data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk skala, yaitu Skala Kepuasan

Pernikahan. Koefisien reliabilitas dari skala ini baik dengan nilai 0,9550.

  Hasil yang diperoleh dari data yang diolah dengan uji mean adalah mean

empirik 111,34 yang lebih besar dari pada mean teoritik 100 ( μ empirik > μ teoritik ) dan

berdasarkan uji one sample t-test diperoleh p = 0,004 (p < 0,05). Hal ini berarti

bahwa subjek penelitian memiliki kepuasan pernikahan yang memuaskan.

  Berdasarkan hasil penelitian, terlihat bahwa afeksi memperoleh mean yang

paling besar dengan total mean empirik 14,50 yang lebih besar dari mean teoritik

12,5 serta p = 0,001 (p < 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa berdasarkan hasil

perbandingan mean, subjek penelitian merasakan kepuasan pernikahan yang

paling kuat pada area afeksi.

  Sedangkan yang memiliki perolehan mean paling kecil adalah kehidupan

sosial dengan total mean empirik 13,40 yang lebih besar dari mean teoritik 12,5

dan perolehan p = 0,091 (p > 0,05). Hal ini menunjukkan bahwa subjek penelitian

mengalami kepuasan pernikahan yang paling lemah dalam bidang kehidupan

sosial.

  Kata kunci : kepuasan pernikahan, perempuan bekerja, penilaian emosional

  

ABSTRACT

MARITAL SATISFACTION IN WORKING WOMEN

Yohana Natalia

Psychology Faculty

  

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2009

This research aimed to know the marital satisfaction in women whose

working in public sector. Marital satisfaction were either positive and negative

emotional judgment toward marriage, based on the evaluation of condition or

occurrence within.

  Marital satisfaction were gained by making positive emotional judgment

toward eight areas of marriage, which were affection, belief, equality,

communication, sexual activities, social activities, financia, and home-living.

  The whole research subject were 50 married women, working on public

sector, and about 21-45 in age. The methods of data collection were obtained by

applying scales, the Marital Satisfaction Scales. The scales itself was reliable with

the reliability’s score were 0,9550.

  The research result that processed by mean test shown that empirical mean

111,34 larger than theoritical mean 100 ( μ > μ ) and based on one

  empirical theoritical

  

sample t-test, it shown that p = 0,004 (p < 0,05). It means that subject felt

satisfaction in their marriage.

  Based on the result, it shown that affection had maximum mean score,

with empirical mean 14,50 larger than theoritical mean 12,5 and p = 0,001 (p <

0,05). Based on the means comparation, it means that affection had the strogest

marital satisfaction from others.

  In the other side, social activities had the minimum mean score, with

empirical mean 13,40 larger than theoritical mean 12,5 and p = 0,091 (p > 0,05).

Based on the means comparation, it means that social activities had the weakest

satisfaction from others.

  Key word : marital satisfaction, working women, emotional judgment

  

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Y ang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Yohana Natalia Tryastuti Agus Kurniasari

  Nomor mahasiswa : 049114041 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “KEPUASAN PERNIKAHAN PADA PEREMPUAN YANG BEKERJA” beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal : 10 Juni 2009 Yang menyatakan, (Yohana Natalia TAK)

KATA PENGANTAR

  Puji syukur kepada Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria atas segala

berkah dan karunia-Nya yang melimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Kepuasan Pernikahan Pada Perempuan Yang Bekerja” ini.

Penulis merasa tidak akan dapat menyelesaikan skripsi ini dan melewati setiap

hambatan dan tantangan yang dialami selama proses penulisan tanpa kemurahan

dan penyertaan-Nya.

  Dalam menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini, penulis

mendapatkan banyak bantuan dan dorongan dari berbagai pihak yang senantiasa

meluangkan waktu dan pikirannya, yang telah memberikan saran, nasehat,

bimbingan, tenaga, dukungan materi, dan dukungan moril. Pada kesempatan ini

penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, S.Psi., M.Si selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yoygakarta.

  2. Ibu Dra. Lusia Pratidarmanastiti, M.S selaku dosen pembimbing akademik dan sekaligus dosen pembimbing skripsi penulis. Terima kasih untuk segala bimbingannya, Bu…

  3. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Fakultas Psikologi Sanata Dharma Yogyakarta yang telah membantu dan mengajarkan banyak hal kepada penulis.

  

4. Karyawan-karyawan Universitas Sanata Dharma, khususnya karyawan di

sekretariat, ruang baca dan laboratorium Fakultas Psikologi yang telah banyak memberikan sumbangan ilmu dan tenaga.

  

5. Papa dan mama tersayang, makasih buat dukungannya ya… Semoga papa

dan mama bisa tenang, karena semua anak-anaknya udah lulus ☺ Love u so much….

  

6. Mas Eko ‘ndut’ , Mas Kris ‘miaw’, dan Mbak Retno ‘nguik’… yang udah

sering mencerewetiku untuk mengerjakan skripsi ini (hehehehe…. Thx yah… Can’t make it without y’all ☺ )

  

7. Teman-temanku Hetty, Frenky, Galih (selesaiin tuh skripsimu, nak..), Aji

(smangat ya Ji..), mbak Sari, Nana (kapan maju, Na? hehehe…) dan Ronald yang udah membantu dalam mengerjakan skripsi ini. Makasih buat masukan dan sarannya ya… Buat Het, makasih udah mengijinkanku menjajah kos dan merepotkanmu ☺

8. My best friends ever: Pitra, Dhinta, Novie, Maya, Mia, dan Ajeng. Thanks

  for being my friend in ups and downs, love you gals..! Buat Ajeng, thanx buat advise dan semangatnya ya buw… ☺

  

9. Semua teman-teman Psikologi Sadhar yang selalu bertanya, “piye

skripsimu?” dan “kapan lulus, Yo?” ☺ Thanks buat pelecut semangatnya yah… 10. For my someone special, Nico, thanks for everything you gave to me.

  Love u…

  

11. Teman-teman ROKAT SMAGA ’01, thanks buat dukungannya. Kapan

yang mau ngumpul lagi nih? Miss u all… Dominus vobiscum…!

12. Dan semua pihak yang telah memberikan dukungan yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih sangat jauh dari

kesempurnaan. Namun demikian, penulis berharap karya ini dapat bermanfaat

bagi semua yang membacanya dan semoga berarti bagi perkembangan ilmu

pengetahuan.

  Yogyakarta, April 2009 Penulis Yohana Natalia

  DAFTAR ISI Halaman HALAMAN JUDUL ................................................................................................... i

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ……………………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………………. iii HALAMAN PERSEMBAHAN …………………………………………………….. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……………………………………………. v ABSTRAK ................................................................................................................... vi ABSTRACT ................................................................................................................ vii PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ………………. viii KATA PENGANTAR ................................................................................................. ix DAFTAR ISI ............................................................................................................... xii DAFTAR TABEL ....................................................................................................... xv DAFTAR LAMPIRAN …………………………………………………………….. xvii

  BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 A. Latar Belakang Masalah ............................................................................ 1

B. Rumusan Masalah ...................................................................................... 10

C. Tujuan Penelitian ....................................................................................... 10

D. Manfaat Penelitian ..................................................................................... 10

BAB II LANDASAN TEORI ...................................................................................... 11 A. Perempuan Bekerja ………………….......................................................... 11

  1. Definisi Bekerja …………................................................................... 11

  2. Perempuan Bekerja …………….......................................................... 13

  B. Kepuasan ………………………………………………………………… 16

  1. Definisi Kepuasan ……………………………………………………. 16

  2. Indikator Kepuasan …………………………………………………. 17

  C. Pernikahan ……………............................................................................. 19

  1. Definisi Pernikahan ……………................................................... 19

  2. Model Pernikahan ……………………......................................... 20

  3. Peran Perempuan Dalam Pernikahan ……………….................... 22

  D. Kepuasan Pernikahan pada Perempuan yang Bekerja ……….................. 25

  1. Definisi Kepuasan Pernikahan ………………………………….. 25

  2. Faktor Pendukung Kepuasan Pernikahan ……………………….. 26

  3. Indikator Kepuasan Pernikahan …………………………………. 27

  E. Bagan Penelitian ………………………………………………………… 31

  

BAB III METODE PENELITIAN ……….................................................................. 32

A. Jenis Penelitian .......................................................................................... 32 B. Definisi Operasional Kepuasan Pernikahan ...................................

  33 C. Subjek Penelitian ......................................................................................

  35 D. Metode dan Teknik Pengumpulan Data .................................................... 36

  E. Pelaksanaan Uji Coba Penelitian ............................................................... 39

  F. Teknik Analisis Data …………………………………………………….. 44

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ............................................ 46

A. Pelaksanaan Penelitian .............................................................................. 46 B. Deskripsi Subjek Penelitian ...................................................................... 47

  C. Hasil Penelitian ……................................................................................. 49

  1. Uji Normalitas ………......................................................................... 49

  2. Deskripsi Data Penelitian .................................................................... 49

  3. Uji One Sample T-Test ........................................................................ 50

  4. Area – Area Kepuasan Pernikahan …………………………………

  50 D. Pembahasan ............................................................................................... 60

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 68

A. Kesimpulan ................................................................................................ 68 B. Saran .......................................................................................................... 68

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 70

LAMPIRAN .................................................................................................................

  DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Blue Print Skala Kepuasan Pernikahan Perempuan Bekerja ........... 38

  Tabel 2 Distribusi Item Pra Uji Coba ……………………………………… 39 Tabel 3 Hasil Korelasi Item Total Pada Skala Kepuasan Pernikahan .......... 42 Tabel 4 Distribusi Item Pada Skala Kepuasan Pernikahan Yang Sahih dan Gugur ………………………………………………………… 42 Tabel 5 Distribusi Item Skala Kepuasan Pernikahan Setelah Uji Coba …… 43 Table 6 Gambaran Subjek Penelitian ……………………………............... 47 Tabel 7 Hasil Uji Normalitas ……………………………………………… 49 Tabel 8 Deskripsi Statistik ……………………………............................... 49 Tabel 9 One Sample T-Test ………............................................................. 50 Tabel 10 Deskripsi Statistik Area Afeksi Kepuasan Pernikahan …………

  51 Tabel 11 One Sample T-test Area Afeksi Kepuasan Pernikahan ................ 51 Tabel 12 Deskripsi Statistik Area Tingkat Kepercayaan Kepuasan Pernikahan ...................................................................... 52 Tabel 13 One Sample T-test Area Tingkat Kepercayaan Kepuasan Pernikahan ……………………………………………………….. 52 Tabel 14 Deskripsi Statistik Area Tingkat Kesetaraan Kepuasan Pernikahan ……………………………………………………….. 53 Tabel 15 One Sample T-test Area Tingkat Kesetaraan Kepuasan Pernikahan ……………………………………………………….. 53

  Tabel 16 Deskripsi Statistik Area Komunikasi Kepuasan

Pernikahan ……………………………………………………….. 54

Tabel 17 One Sample T-test Area Komunikasi Kepuasan

Pernikahan ………………………………………………………. 54

Tabel 18 Deskripsi Statistik Area Kehidupan Seksual Kepuasan

Pernikahan ……………………………………………………….. 55

Tabel 19 One Sample T-test Area Kehidupan Seksual Kepuasan

Pernikahan ……………………………………………………….. 55

Tabel 20 Deskripsi Statistik Area Kehidupan Sosial Kepuasan

Pernikahan ………………………………………………………. 56

Tabel 21 One Sample T-test Area Kehidupan Sosial Kepuasan

Pernikahan ………………………………………………………. 56

Tabel 22 Deskripsi Statistik Area Pendapatan Kepuasan Pernikahan …..

  57 Tabel 23 One Sample T-test Area Pendapatan Kepuasan Pernikahan …..

  57 Tabel 24 Deskripsi Statistik Area Tempat Tinggal Kepuasan Pernikahan ………………………………………………………

  58 Tabel 25 One Sample T-test Area Tempat Tinggal Kepuasan Pernikahan ………………………………………………………

  58 Tabel 26 Hasil Deskripsi Statistik dan One Sample T-test pada tiap Area Pernikahan .………………………………………….

  59

DAFTAR LAMPIRAN

  

A. Skala Try Out ……………………………………………………… 73

  

B. Hasil Try Out ……………………………………………………… 77

  

C. Hasil Try Out Terpakai …………………………………………….. 85

  1. Reliabilitas …………………………………………………… 89

  2. Statistik Deskriptif …………………………………………… 92

  3. One Sample T-Test …………………………………………… 92

  4. Non-Parametrik Tes ………………………………………….. 93

  5. Statistik Deskriptif per Area …………………………………. 94

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Pernikahan merupakan suatu fase kehidupan yang akan dan sudah

  dilalui oleh sebagian besar manusia. Dalam pernikahan, dua orang individu dari dua keluarga bersatu untuk membentuk satu sistem keluarga baru (Santrock, 2004). Dengan sistem keluarga yang baru tersebut, pasangan diharapkan untuk bertanggungjawab terhadap diri mereka sendiri, memiliki anak-anak, mendidik dan membesarkan mereka hingga mereka siap untuk mandiri. Senada dengan itu, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan (2005), menyatakan

bahwa definisi perkawinan adalah ikatan lahir batin antara seorang laki-

laki dengan seorang perempuan sebagai suami isteri dengan tujuan membentuk keluarga (rumah tangga) yang bahagia dan kekal berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa.

  Setiap individu yang menikah selalu berharap untuk dapat memiliki pernikahan yang bahagia dan langgeng. Kebahagiaan dan kelanggengan dalam pernikahan tersebut merupakan suatu hal yang harus diusahakan dan dapat dirasakan oleh kedua belah pihak. Kehidupan pernikahan yang bahagia seringkali diasosiasikan dengan kepuasan yang diperoleh dari kehidupan pernikahan tersebut. Sebuah pernikahan dapat dikatakan

  2

pasangannya dan kepuasan itu dirasakan dari waktu ke waktu

(Prabasmoro, 2006). Marano pada tahun 1990 (dalam Attwater & Duffy,

1999), menyebutkan empat faktor yang menunjang terciptanya hubungan

pernikahan jangka panjang dan kepuasan pernikahan, yaitu pertama,

kerjasama dalam pemecahan masalah; kedua, adanya pengalaman

menyenangkan yang dialami bersama; ketiga, adalah kualitas dari

komunikasi yang terjalin sebelum pernikahan; keempat, adalah adanya

affective affirmation , suatu bentuk komunikasi cinta, penerimaan sikap dan

kebiasaan dari pasangan. Pada suatu survei mengenai pasangan suami istri

di tahun 1978, Reedy, Birren, dan Schaie (dalam Prabandari, 1989)

menemukan bahwa faktor penting yang menentukan kepuasan pernikahan

pada istri dari berbagai tingkatan usia adalah keamanan emosi (emotional

security ) dan keintiman, sedangkan faktor yang menentukan kepuasan

pernikahan pada suami adalah kesetiaan dan tanggung jawab (komitmen)

terhadap masa depan pernikahan. Suami dan istri memegang peranan dan

tanggung jawab yang berbeda dalam pernikahan. Perbedaan ini membuat

kedua belah pihak mempunyai pandangan yang berbeda tentang

pernikahan itu sendiri.

  Kepuasan pernikahan itu sendiri memiliki definisi sebagai kualitas

hubungan suami dan istri berdasarkan hasil evaluasi yang dilakukan oleh

suami atau istri terhadap pasangannya dan juga terhadap kejadian yang

terjadi dalam pernikahan (Eipstein & Baucom, 2002). Kepuasan

  3

oleh pasangan menikah (Kurdek dalam Baron & Byrne, 2005). Hal ini

terlihat ketika pasangan menikah menilai atau mengevaluasi berbagai

kejadian yang dialaminya dalam kehidupan pernikahannya. Pasangan

suami-istri dapat melihat kondisi atau kejadian saat ini dan kemudian

mengevaluasinya. Apabila kejadian tersebut dilihat sebagai sesuatu yang

menyenangkan, maka pasangan akan merasakan emosi atau afek yang

positif, sehingga kejadian tersebut dapat menjadi nilai tambah bagi

pernikahan mereka (Aron dalam Baron & Byrne, 2005). Namun bila

sebaliknya, maka kejadian tersebut dapat menjadi ganjalan bagi hubungan

pernikahan. Semakin banyak kejadian yang dirasakan memberi emosi atau

afek yang positif, maka hubungan pernikahan tersebut akan semakin

memuaskan bagi pasangan suami istri (Kurdek dalam Baron & Byrne,

2005).

  Dalam pernikahan, perempuan memegang peranan yang penting. Hal

ini berkaitan dengan lima peran perempuan dalam suatu pernikahan

menurut Kartono (1992), yaitu sebagai istri, sebagai partner seksual suami,

sebagai pengatur kehidupan rumah tangga, sebagai ibu yang merawat dan

mendidik anak, serta sebagai makhluk sosial yang aktif dalam lingkungan.

Kelima peran tersebut membuat sosok perempuan menjadi penting dalam

pernikahan, karena perempuan menjadi orang yang bertanggungjawab atas

kehidupan keluarga (Prabasmoro, 2006). Pada dasarnya laki-laki juga

memiliki tanggungjawab yang sama terhadap kehidupan keluarga, namun

  4

ruang publik, maka beban tanggungjawab yang dimiliki laki-laki

terkadang diserahkan kepada perempuan, yang lebih banyak

menghabiskan waktu di lingkungan domestik (Kasiyan, 2008;

Prabasmoro, 2006). Tanggungjawab tersebut misalnya berkaitan dengan

pendidikan anak, pembelanjaan keluarga, atau lain sebagainya. Banyaknya

tanggungjawab yang dimiliki oleh perempuan ini membuat peran

perempuan menjadi sangat penting dan dapat memberikan dua pengaruh

dalam pernikahan. Yang pertama, apabila perempuan merasa nyaman

dengan tanggungjawab yang diembannya, maka perempuan akan

melaksanakannya dengan nyaman dan sepenuh hati, sehingga dapat

menimbulkan perasaan senang. Sedangkan yang kedua, apabila perempuan

merasa tidak nyaman dengan tanggungjawab yang dimiliki, maka dalam

pelaksanaannya dapat menimbulkan perasaan tidak senang karena didasari oleh perasaan terpaksa.

  

Ketika perempuan merasakan banyak emosi positif atau kepuasan

dalam pernikahannya, maka perempuan akan merasa lebih bahagia, lebih

mampu mengekspresikan emosi atau kasih sayang, memunculkan sikap

positif terhadap pasangan dan keluarga, serta meningkatkan afeksi atau

keintiman pada pasangan dan keluarga (Waldinger et all, 2004). Dengan demikian akan terbentuk suatu hubungan yang hangat dan harmonis antara

perempuan dengan suami dan anak-anaknya. Sebaliknya apabila

perempuan merasakan ketidakpuasan dalam pernikahannya, maka

  5 keluarganya. Selain itu, perempuan juga akan lebih mudah menunjukkan

emosi-emosi negatif dan mudah merasa tertekan, depresi serta tidak

bahagia. Bila keadaan ini berlangsung terus menerus, maka hal ini akan mempengaruhi kualitas intimasi atau afeksi dengan pasangan dan keluarga

(Sastriyani, 2008). Akibatnya, kondisi dalam keluarga juga dapat

terganggu dan menciptakan suasana keluarga yang tidak harmonis.

  

Pada dasarnya, kepuasan ataupun ketidakpuasan yang terjadi dalam

pernikahan pasti dialami oleh semua perempuan yang menikah. Hal ini disebabkan masing-masing individu memiliki cara dan standar evaluasi

yang berbeda dalam pernikahannya (Eipstein & Baucom, 2002).

  Perbedaan cara dan standar pengevaluasian tersebut dapat pula berkaitan dengan kondisi perempuan saat ini, yaitu ketika mulai banyak perempuan

yang bekerja guna mencari nafkah bagi keluarga (Kasiyan, 2008;

Prabasmoro, 2006).

  

Bagi perempuan menikah yang tidak bekerja, kepuasan pernikahan

diperoleh dengan menjalankan perannya sebagai istri dan ibu dengan

sebaik-baiknya (Sastroadmodjo, 2006). Dengan menjalankan tugas dan perannya dengan baik, para perempuan menyadari bahwa suami mereka menjadi lebih bahagia dan tidak merasa terbebani. Oleh karena itu, para

perempuan merasakan emosi yang positif berkaitan dengan

pernikahannya. Namun, dapat pula terjadi perempuan menikah yang tidak

bekerja merasakan ketidakpuasan dalam pernikahan mereka.

  6

dilakukan setiap hari oleh perempuan. Pekerjaan rumah tangga yang

menuntut rutinitas membuat perempuan merasa jenuh dan bosan

(Brannon, 1996). Selain itu, perempuan juga merasa dikekang dalam

sebuah pernikahan karena mereka hanya mengurus dan berada disekitar

rumah saja. Perasaan-perasaan ini akan membuat perempuan merasa

tertekan dan tidak bahagia (Brannon, 1996). Akibatnya perempuan akan

merasakan emosi negatif terhadap pernikahannya, yang kemudian

diasosiasikan sebagai ketidakpuasan pernikahan.

  Di lain pihak, perempuan menikah yang sudah bekerja juga mengalami

hal yang sama. Mereka dapat merasakan baik kepuasan maupun

ketidakpuasan dalam pernikahan. Selain karena adanya emosi positif yang

dirasakan, perempuan menikah yang bekerja juga mendapatkan kepuasan

pernikahannya melalui pekerjaan yang digelutinya (Brannon, 1996).

Dengan bekerja, perempuan mendapatkan pemenuhan akan harga diri,

penerimaan diri, status sosial dan materi (Lemme, 1995). Adanya

pemenuhan terhadap kebutuhan-kebutuhan tersebut membuat perempuan

merasa lebih bahagia, karena ia tidak lagi harus bergantung sepenuhnya

pada suami. Selain itu, kondisi yang menyenangkan di tempat kerja juga

dapat terbawa hingga di dalam keluarga (Lemme, 1995). Rasa bahagia

yang diperoleh di tempat kerja dan di dalam keluarga membuat perempuan

merasakan cukup banyak emosi positif dalam dirinya sehingga ia juga

dapat memandang pernikahannya dengan lebih baik. Hal inilah yang

  7

kemudian membuat perempuan menikah yang bekerja merasakan

kepuasan pernikahan.

  

Perempuan menikah yang bekerja juga bisa merasakan ketidakpuasan

dalam pernikahan mereka. Biasanya hal ini berkaitan dengan adanya

tuntutan bagi perempuan untuk menyeimbangkan antara pekerjaan dan

keluarga (Prabasmoro, 2006). Dengan adanya tuntutan tersebut,

perempuan diwajibkan untuk mengerjakan tugas-tugas rumah tangga

meskipun mereka juga telah bekerja di luar rumah (Kasiyan, 2008). Hal ini

membuat perempuan bekerja tiga kali lebih banyak daripada laki-laki

(Prabasmoro, 2006; Thompson & Walker dalam Brannon, 1996).

  

Banyaknya pekerjaan yang menumpuk di pundak perempuan membuat

mereka merasa kesal, kelelahan dan jenuh. Perasaan negatif yang

dirasakan perempuan ini kemudian akan membuat perempuan merasa

tidak bahagia dengan pernikahan yang dijalaninya, yang kemudian

dimaknai sebagai ketidakpuasan pernikahan.

  

Berdasarkan uraian di atas diketahui bahwa perempuan menikah yang

bekerja maupun tidak bekerja dapat merasakan kepuasan dan

ketidakpuasan dalam pernikahan. Meskipun demikian, kepuasan

pernikahan pada perempuan menikah yang bekerja memiliki keunikan

tersendiri. Hal ini disebabkan karena perempuan menikah yang bekerja

memiliki masalah yang lebih kompleks dalam pernikahannya, yaitu

perempuan harus dapat menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarga

  8

sebelumnya terlihat bahwa perempuan menikah yang bekerja biasanya

merasakan ketidakpuasan dalam pernikahannya. Hal ini tercermin dalam

penelitian Thompson & Walker (dalam Brannon, 1996). Dalam

penelitiannya, mereka menemukan bahwa perempuan yang mengalami

beban ganda merasakan ketidakpuasan terhadap pernikahan yang mereka

jalani. Hal ini disebabkan karena perempuan merasa bahwa mereka

mengerjakan lebih banyak tugas dari laki-laki, dan terkadang masih sering

dipersalahkan apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan dalam keluarga

(Brannon, 1996). Misalnya saja bila anak-anak gagal dalam ujian, maka

perempuan akan dituding telah melalaikan tugasnya sebagai ibu.

  Meskipun demikian, ada juga penelitian yang menemukan bahwa

perempuan menikah yang bekerja mengalami kepuasan dalam

pernikahannya. Waldinger et all (2004) dalam penelitiannya menemukan

bahwa perempuan menikah yang bekerja merasakan kepuasan pernikahan

selama pasangan suami istri dapat mengungkapkan kasih sayang satu sama

lain. Meskipun perempuan mengerjakan lebih banyak tugas dari laki-laki

yang menuntut banyak rutinitas, namun tampaknya selama perempuan

mendapatkan keamanan emosi dan intimasi dari pasangannya, maka

perempuan akan tetap merasakan kepuasan pernikahan.

  

Berdasarkan uraian di atas, dapat dilihat bahwa perbedaan mendasar

yang dimiliki oleh perempuan menikah yang bekerja dan perempuan

menikah yang tidak bekerja adalah jumlah waktu yang dimiliki untuk

  9

dimiliki perempuan dengan suami menghasilkan affective affirmation atau

komunikasi cinta antara istri dengan suami yang akan berpengaruh positif

bagi kepuasan pernikahan (Marano dalam Attwater & Duffy, 1999).

  

Artinya, semakin tinggi affective affirmation, maka semakin tinggi

kepuasan yang dirasakan oleh suami atau istri. Begitu pula sebaliknya,

semakin rendah affective affirmation, maka kepuasan yang dirasakan juga

semakin rendah. Pada perempuan menikah yang tidak bekerja, mereka

menghabiskan sebagian besar waktunya berada di rumah untuk mengurus

suami dan anak-anak (Prabasmoro, 2006). Hal ini membuat perempuan

memiliki komunikasi cinta yang baik dengan suami, sehingga berpengaruh

positif pada kepuasan pernikahannya. Namun pada perempuan menikah

yang bekerja, mereka hanya memiliki sedikit waktu untuk bersama dengan

suami dan anak-anak karena harus mengalokasikan waktu yang cukup

banyak untuk bekerja (Lemme, 1995). Dengan berkurangnya waktu untuk

bersama keluarga yang dialami oleh perempuan bekerja, ada kemungkinan

terjadi penurunan komunikasi cinta yang terjalin antara suami dan istri,

yang kemudian akan membuat keduanya merasakan kekecewaan dan

ketidakbahagiaan, sehingga pada akhirnya tentu saja dapat berujung pada

menurunnya kepuasan dalam pernikahan. Hal inilah yang membuat

peneliti tertarik untuk mengetahui seperti apakah kepuasan pernikahan

yang dirasakan oleh perempuan yang bekerja.

  10 B. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana kepuasan pernikahan pada perempuan yang bekerja?”

  C. TUJUAN PENELITIAN Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kepuasan pernikahan pada perempuan yang bekerja.

  D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan beberapa manfaat, yaitu:

  

1. Manfaat teoritis, yaitu dengan penelitian ini diharapkan dapat menambah

dan memperkaya pengetahuan, khususnya bidang perkembangan dan sosial, terutama dalam kaitannya dengan keluarga. Melalui penelitian ini diharapkan dapat mengungkap tingkat kepuasan pernikahan pada perempuan yang bekerja.

  

2. Manfaat praktis, yaitu hasil penelitian ini dapat dijadikan suatu dasar bagi

para praktisi yang bekerja dalam bidang yang berhubungan dengan konseling perkawinan, dalam menyelesaikan konflik atau masalah dalam

pernikahan, terutama yang berkaitan dengan ketidakpuasan pernikahan.

BAB II DASAR TEORI A. PEREMPUAN BEKERJA

1. Definisi Bekerja

  Bekerja telah dilakukan oleh manusia sejak zaman purba hingga saat ini. Kerja itu sendiri telah mengalami revolusi dan perubahan berkali-kali hingga mencapai sistem kerja yang kita anut sekarang. Bekerja dimulai dengan cara yang sangat primitif oleh manusia purba, yang kemudian berubah menjadi lebih terorganisir lewat adanya revolusi pertanian. Revolusi industri yang terjadi pada abad 18 mengubah sistem yang dianut oleh revolusi pertanian. Semua hal yang dikerjakan secara manual kini mulai dikerjakan dengan menggunakan alat-alat produksi yang memadai dan manajemen yang lebih terarah (Narulita dalam Sastriyani, 2008).

  Bekerja sendiri memiliki definisi yang beragam. Auerbach dalam Sastriyani (2008) menyatakan bahwa bekerja berkaitan dengan perilaku manusia yang umumnya memiliki tujuan, membutuhkan motivasi dan keahlian, membutuhkan kedisiplinan, kemauan dan waktu yang berkesinambungan, terstruktur dengan tugas dan waktu, memiliki dimensi sosial dan kerjasama tim, mencakup beberapa kombinasi kemampuan fisik dan psikis, serta dibayar oleh orang lain.

  12 Mubarak dalam Rakhmat (2001) secara global mengungkapkan

bahwa kerja adalah segala kegiatan ekonomis yang dimaksudkan untuk

memperoleh upah, baik berupa kerja fisik material atau kerja

intelektual. Selain itu, kerja juga dipandang sebagai aktivitas dasar dan

bagian essensial dalam kehidupan manusia (Kartono dalam Sastriyani,

2008). Kerja memberikan status dan mengikat satu individu dengan

lainnya. Senada dengan itu, Santrock (2004) menyatakan bahwa

identitas individu masa kini dilihat dari kerjanya. Kerja telah

membentuk kehidupan individu dengan berbagai cara dan bentuknya.

Dengan bekerja individu mampu meningkatkan sisi finansial,

mendapatkan tempat tinggal, mendapatkan watu luang yang berharga,

persahabatan dan sebagai sarana menyalurkan emosi mereka.

  

Menurut Statt (1994), yang disebut dengan bekerja adalah kegiatan

ekonomis yang memiliki tiga ciri utama yaitu: a.

  Memiliki durasi waktu tertentu.

  Waktu bekerja yang normal berkisar antara 8 – 10 jam per

hari atau 40 – 50 jam per minggu, di luar waktu lembur.

  b.

  Memiliki tempat kerja tertentu.

  Secara global, yang dianggap sebagai tempat bekerja adalah sektor publik atau kantor (office), yaitu tempat di luar rumah.

  Pekerjaan yang dilakukan di sekitar rumah akan dianggap

sebagai pekerjaan domestik, meskipun mendapatkan upah.

  13 c.

  Mendapatkan upah atau bayaran.