Evaluasi pola pengobatan dan ketaatan dengan home visit pada pasien hipertensi di Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta periode Februari- Maret 2010 - USD Repository

  EVALUASI POLA PENGOBATAN DAN KETAATAN DENGAN HOME VISIT PADA PASIEN HIPERTENSI DI POLI LANSIA PUSKESMAS GONDOKUSUMAN I YOGYAKARTA

PERIODE FEBRUARI – MARET 2010  

SKRIPSI

  

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S. Farm.)

Program Studi Ilmu Farmasi

  Oleh: C.A.Rosita Indah Aprianti NIM : 068114170

FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

  Persembahanku…

Karena perintah itu pelita,

dan ajaran itu cahaya,

dan teguran yang mendidik itu jalan kehidupan…

( Amsal 6:23 )

  

Dan apa saja yang kamu minta dalam doa

dengan penuh kepercayaan,

kamu akan menerimanya…

( Matius 21:22 )

  

Tidak ada sesuatu pun yang layak dipersembahkan bagi Yesus Kristus,

selain iman dan kepercayaan. Namun aku percaya Dia selalu mendampingi,

kulakukan semua tindakanku dengan senantiasa mengucap “Dalam Nama Yesus”

maka niscaya, semua akan menjadi berkat…

  

Kupersembahkan karya ini kepada:

Bapak Mukasi, Mamah Wiwik, dan Bunda Yayuk untuk bimbingan dan

dukungan serta doa yang selalu kurasakan…

  

Krisna Purna dengan cinta dan kesabaran, memberi warna dan makna hidup…

  

PRAKATA

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat, rahmat, dan karunia-

Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsinya yang berjudul “EVALUASI

  

POLA PENGOBATAN DAN KETAATAN DENGAN HOME VISIT PADA

PASIEN HIPERTENSI DI POLI LANSIA PUSKESMAS GONDOKUSUMAN

  

I YOGYAKARTA PERIODE FEBRUARI – MARET 2010”. Skripsi ini disusun

guna memenuhi syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm) di Fakultas

Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah

memberikan dukungan, kritik, dan saran demi terselesaikannya skripsi ini, khususnya

kepada :

  

1. Bapa di surga atas semua berkat dan penyertaanNya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

  

2. Bapak dan Mamah (alm.), terimakasih atas cinta, motivasi, dukungan dan doa

yang tak henti- hentinya mengalir kepada penulis.

  

3. Kepala Puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta, Bapak drs. Andalusi Slamet,

yang telah memberikan ijin pagi penulis untuk melakukan penelitian di Puskesmas Gondokusuman I.

  

4. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, ibu Rita

Suhadi, M.Si., Apt.

  

5. Maria Wisnu Donowati, M.Si., Apt selaku dosen pembimbing yang telah

banyak meluangkan waktu, tenaga, serta memberikan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu Rita Suhadi, M.Si., Apt. dan dr. Fenty, Sp.PK selaku dosen penguji atas kritik, saran, arahan dan waktunya.

  

7. Dosen- dosen di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma yang tidak hanya

memberikan bekal ilmu kepada penulis tetapi juga mengajarkan penulis untuk menjadi pribadi yang lebih humanis.

  

8. Kepala Bagian Tata Usaha Puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta, Bapak

SPJ. Susilo, S.Sos., yang telah banyak membantu penulis dalam mengurus perijinan penelitian ini. Ibu Alma dari bagian pendaftaran dan rekam medis, atas kemurahan hatinya dalam membantu penulis mengambil data di bagian rekam medis.

9. dr. Rossa, dr. Ade dan dr. Ambar dari Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I

yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk berdiskusi dan membantu kelancaran peneliti dalam pengambilan data.

  

10. Segenap staf sekretariat Fakultas Farmasi (Cak Narto, Mas Dwi, Pak Mukminin)

atas bantuannya dalam mempermudah dan memperlancar prosedur administrasi bagi penulis.

  

11. Keluarga besar Menur 11 Baciro (Bunda Yayuk, Tante Yanti, Tante Penny, Tante Enny, Om Joko, Om Bernhard, Om Rene, Om Komang, Maya, Riko, Atta, diajarkan. Terima kasih pula untuk dukungan dan doa yang senantiasa diberikan kepada penulis.

  

12. Krisna Purna Ratmara, terima kasih untuk cinta dan kebersamaannya sejak

Desember 2008. Dukungan, banyak bantuan, perhatian, motivasi dan doa selalu penulis peroleh selama ini. Terima kasih sudah mau menjadi bagian penting dalam hidup penulis. Semoga kebersamaan ini bisa terjalin selamanya.

  

13. Sahabatku Citra Dewanti dan Maria Fea Yessy, terimakasih atas persahabatan

yang sudah terjalin selama 7 tahun ini, terimakasih atas suka, duka, tawa, dan tangis yang boleh kita lalui bersama. Dan tidak lupa pula, terimakasih karena mau menjadi tempat berbagi dan berdiskusi kala penulis menemui kesulitan, baik pada saat masih menjalani masa perkuliahan, hingga penyusunan skripsi ini.

14. Sahabatku Dewi Susanti dan Nugraheni Tanti, terima kasih atas bantuannya selama ini kepada penulis, untuk diskusi dan masukannya hingga saat ini.

  

15. Sahabat- sahabatku yang lain : Giri Wardhana, Citra Puspitasari, Roberta

Kristina Sulistyawati, Laksita Devi Saraswati. Terimakasih untuk persahabatan, motivasi, dan semangat yang senantiasa menyala dalam persahabatan kita.

  

16. Teman- teman FKK 06 khususnya kelas C : Helen, Yustin, Cik KD, Yensi, Atik,

Lita, Ayem, Mbak Rian, Maya, Della, Ricky Paijo, Jeffry, Felix, Adi, dll serta teman- teman angkatan 2006 : Yenny, Irene Anindyajati, Yacob Adi, dll yang tidak dapat penulis sebutkan satu- persatu, terimakasih telah menjadi bagian

  KKN Alternatif XXXII Kelurahan Bener yang senantiasa memberikan dukungan kepada penulis.

  17. Kakak angkatan, Stephanie Gunawan, Yuanita Rostiana Subastian, Andreas Donny, Imel, Sekar Chandra Dewi, Feri Dian Sanubari, Akursius Ronny, Donald

Tandiose. Terimakasih telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu dan

berdiskusi dengan penulis. Adik angkatan, Diana Novitasari, Prastika Hapsari,

Maria Silvia, terima kasih atas bantuan dan informasi yang selalu diberikan pada penulis.

  18. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna sehingga

penulis mengharapkan masukan dan kritik yang membangun demi skripsi yang lebih baik. Akhir kata, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

  

Yogyakarta,

  22 Mei 2010 Penulis C.A.Rosita Indah A.

  

INTISARI

Tekanan darah tinggi atau lebih dikenal dengan hipertensi bukanlah

merupakan suatu penyakit, melainkan suatu faktor resiko penting yang dapat

mengarah pada terjadinya komplikasi kardiovaskular. Seseorang dikatakan

menderita hipertensi apabila mengalami kondisi dimana tekanan darah meningkat

dari yang seharusnya yaitu sistolik 120 mmHg dan diastolik 80 mmHg, sehingga

untuk mencapai manfaat klinis dilakukan penurunan tekanan darah dengan terapi

yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi pola pengobatan hipertensi,

serta memantau ketaatan pasien dalam menggunakan obat antihipertensi yang

diberikan pada pasien hipertensi geriatrik di Puskesmas Gondokusuman I periode

Februari – Maret 2010.

  Penelitian ini merupakan jenis penelitian non eksperimental dengan rancangan

deskriptif evaluatif yang bersifat prospektif. Kriteria inklusi subyek penelitian

meliputi terdiagnosa hipertensi, berusia diatas 60 tahun, dan sudah berobat ke

Puskesmas Gondokusuman I minimal 4 kali berturut-turut.

  Jumlah pasien yang dianalisis sebanyak 17 pasien. Karakteristik jenis kelamin

yang paling banyak ditemukan adalah wanita (82%), berusia antara 60-69 tahun

(53%), dan pasien dengan hipertensi tanpa penyakit penyerta (41,18%). Terdapat 18

golongan obat yang digunakan oleh pasien dengan penggunaan terbesar yakni

analgesik-antipiretik non-narkotik (88,23%). Pada penggunaan obat antihipertensi,

ditemukan 3 golongan antihipertensi dengan golongan terbanyak yang digunakan

yaitu diuretik dan ACE inhibitor masing-masing pada 11 pasien (64,70%), dan

kombinasi 2 jenis antihipertensi (70,59%). Pada evaluasi ketaatan pasien, ditemukan

5 pasien yang tidak taat (29%).

  Kata kunci : hipertensi, antihipertensi, puskesmas, ketaatan pasien

  

ABSTRACT

High blood pressure well known as hypertension is not a disease, but an

important risk factor that can lead into the occurrence of cardiovascular

complications. A patient diagnosed suffering hypertension if the blood pressure

increasing from the normal blood pressure, which is 120 mmHg for systolic and 80

mmHg for diastolic, so that the right therapy has to be done in order to reach the goal

blood pressure. The aim of this research is to evaluate the pattern of hypertension

treatment and also to monitor the geriatric patients’ compliance on using the anti-

hypertension drugs that given to them by Puskesmas Gondokusuman I on February –

March 2010 period.

  This was a non-experimental research with descriptive evaluative design and

also prospective design. The inclusion criteria for subjects were hypertension

diagnosed, age above 60 years old, and having treatment in Puskesmas

Gondokusuman I at least 4 times in a row.

  Total amount of patients that were analyzed is 17 patients. The largest amount

characteristics of patients’ gender is female (82%), with age ranging from 60-69

years old (53%), and patients with no compelling indication (41,18%). There were 18

classes of drugs which most used by patients was analgesic-antipiretic non-narcotics

(88,23%). On the anti-hypertension use, 3 classes of anti-hypertension were found,

with the largest class used were diuretic and ACE inhibitor on 11 patients (64,70%),

respectively. For combination therapy, the most is 2 kinds of anti-hypertensions

(70,59%). On the patients’ compliance evaluation, the incompliance were found on 5

patients (29%).

  Keywords: hypertension, anti-hypertension, puskesmas, patients’ compliance

  DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. iii

HALAMAN PENGESAHAN ............................................................................. iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ......................................................................... v

LEMBAR PENYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI……………………..vi

PRAKATA .......................................................................................................... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ............................................................. xi

  

INTISARI ............................................................................................................ xii

ABSTRACT .......................................................................................................... xiii

DAFTAR ISI ....................................................................................................... xiv

DAFTAR TABEL ............................................................................................... xviii

DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xix

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... xx

  BAB I PENGANTAR ........................................................................................ 1 A. Latar Belakang ............................................................................................... 1

  

1. Perumusan masalah .................................................................................... 3

  

2. Keaslian penelitian ..................................................................................... 4

  

3. Manfaat penelitian ...................................................................................... 5

  B. Tujuan Penelitian ............................................................................................ 5

  

2. Tujuan khusus ............................................................................................. 6

  

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA.................................................................. 7

A. Geriatri ........................................................................................................... 7

B. Tekanan Darah ............................................................................................... 8

C. Hipertensi ...................................................................................................... 8

  

1. Epidemiologi .............................................................................................. 9

  

2. Patofisiologi................................................................................................ 9

  3. Etiologi ....................................................................................................... 10

  4. Klasifikasi ................................................................................................... 11

  5. Tanda dan Gejala Klinis ............................................................................. 12

  6. Diagnosis dan Pemeriksaan ........................................................................ 13

  7. Pedoman Pengobatan ................................................................................. 14

  8. Penatalaksanaan .......................................................................................... 16

  a. Diuretik Tiazid........ ............................................................................... 16

  b. Beta-blocker ........ .................................................................................. 17

  c. Angiotensin Converting Enzyme inhibitor ............................................. 18

  d. Antagonis Angiotensin II........ ............................................................... 19

  e. Calcium Channel Blocker ...................................................................... 19

  

D. Puskesmas ...................................................................................................... 20

  

E. Keterangan Empiris ........................................................................................ 21

  

BAB III METODE PENELITIAN .................................................................. 22

A. Jenis dan Rancangan Penelitian ..................................................................... 22

B. Definisi Operasional ....................................................................................... 22

C. Subyek Penelitian ........................................................................................... 24

D. Bahan Penelitian ............................................................................................. 24

E. Lokasi Penelitian ............................................................................................ 24

F. Tata Cara Pengumpulan Data ......................................................................... 24

  1.Analisis situasi dan penentuan masalah ...................................................... 25

  2. Tahap pengambilan data ............................................................................. 25

  3.Tahap penyelesaian data .............................................................................. 26

  

G. Tata Cara Analisis Hasil ................................................................................. 27

  

1. Karakteristik Pasien .................................................................................... 27

  

2. Profil Penggunaan Obat .............................................................................. 27

  

3. Evaluasi Drug Therapy Problem ................................................................ 27

  

H. Kesulitan Penelitian ....................................................................................... 28

  

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .......................................................... 29

A. Karakteristik Pasien........................................................................................ 29

  1. Berdasarkan jenis kelamin .......................................................................... 29

  3. Berdasarkan kelompok usia ........................................................................ 31

  4. Berdasarkan penyakit penyerta dan komplikasi ......................................... 32

  

B. Profil Penggunaan Obat .................................................................................. 34

  b. Kombinasi Obat Antihipertensi .................................................................. 35

  c. Obat Non Antihipertensi ............................................................................. 37

  

C. Evaluasi DTPs Kategori Ketaatan Pasien....................................................... 38

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ............................................................ 43

A. Kesimpulan .................................................................................................... 43

B. Saran ............................................................................................................... 44

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 45

BIOGRAFI PENULIS ........................................................................................ 69

  DAFTAR TABEL

Tabel I. Klasifikasi Hipertensi Menurut JNC VII ...................................... 12

Tabel II. Klasifikasi Hipertensi Menurut WHO ........................................... 12

Tabel III. Persentase Penyakit Penyerta dan Komplikasi .............................. 32

Tabel IV. Golongan dan Jenis Obat Antihipertensi ....................................... 34

Tabel V. Jenis dan Jumlah Kombinasi Obat Antihipertensi ......................... 36

Tabel VI. Jenis dan Persentase Obat Non Hipertensi .................................... 37

  DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC VII ................ 15

Gambar 2. Persentase Karakteristik Pasien Berdasarkan Jenis Kelamin ........... 30

Gambar 3. Persentase Karakteristik Pasien Berdasarkan Usia .......................... 31

Gambar 4. Persentase Jumlah Pasien Berdasarkan Ketaatan .............................. 39

Gambar 5. Rata-rata Tekanan Darah Pasien Pada Home Visit .......................... 40

Gambar 6. Rata-rata Tekanan Darah Pasien Pada Pemeriksaan Puskesmas ...... 41

  

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Evaluasi Pola Pengobatan Hipertensi dengan Metode SOAP ........ 46

Lampiran 2. Pedoman Dasar Penatalaksanaan Hipertensi Dengan Penyakit Penyerta

Berat Menurut JNC VII ..................................................................... 63 Lampiran 3. Surat Izin dari Dinas Perizinan ...................................................... 64 Lampiran 4. Surat Izin dari Dinas Kesehatan Kodya ......................................... 65 Lampiran 5. Surat Berhenti Penelitian ............................................................... 66 Lampiran 6. Biografi Penulis ............................................................................. 67

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Hipertensi (tekanan darah tinggi) bukanlah merupakan suatu penyakit,

  melainkan suatu faktor resiko penting yang dapat mengarah pada terjadinya komplikasi kardiovaskular. Menurut Walker (2003) seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila mengalami kondisi dimana tekanan darah meningkat dari yang seharusnya yaitu sistolik 120 mmHg dan diastolik 80 mmHg, sehingga untuk mencapai manfaat klinis dilakukan penurunan tekanan darah dengan terapi yang tepat. Penyakit ini menjadi tantangan tersendiri bagi sebagian besar masyarakat dunia termasuk Indonesia, karena berbagai perubahan yang terjadi di lingkungan yang secara tidak langsung mempengaruhi gaya hidup. Secara akumulatif hal ini menimbulkan dampak yang tidak baik bagi kesehatan, karena secara statistik jumlah penderita hipertensi terus meningkat dari waktu ke waktu (Anindya, 2009).

  Di Indonesia sendiri, telah dilakukan survei faktor resiko penyakit kardiovaskular yang dilakukan oleh proyek WHO yang bertempat di Jakarta.

  Hingga tahun 2000, secara umum ditemukan prevalensi hipertensi pada pasien dengan usia lebih dari 50 tahun berkisar 15%-20% (Anonim, 2008). Karena itu, penanganan hipertensi perlu diberi perhatian lebih untuk mencegah morbiditas dan mortalitas terkait dengan peningkatan tekanan darah (Anindya, 2009). dilakukan penelitian dengan kajian hipertensi di puskesmas ini. Angka harapan hidup dari masyarakat di daerah Gondokusuman cukup tinggi.

  Berdasarkan penjelasan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai pola pengobatan hipertensi pada pasien geriatrik yang berobat di Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I. Dengan demikian diusulkan penelitian yang berjudul Evaluasi Pola Pengobatan Hipertensi Pada Pasien Geriatri Di Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta Periode Februari – Maret 2010. Penelitian ini bersifat prospektif dengan menggunakan data rekam medik pasien. Dari data rekam medik tersebut dapat dievaluasi penggunaan obat-obat antihipertensi dalam penatalaksanaan hipertensi, khususnya pasien geriatri dan diharapkan dapat membantu meningkatkan kualitas layanan Puskesmas Gondokusuman I kepada pasien untuk mendapatkan outcome terapi yang optimal serta untuk mendukung pelaksanaan patient safety saat ini. Kemudian dalam penelitian ini pula, data pasien yang diperoleh dari rekam medis akan ditindaklanjuti dengan homevisit selama 1 bulan (4x) yaitu Februari – Maret, untuk mengevaluasi menggunakan DTPs kategori ketaatan pasien, yang mempengaruhi efektivitas terapi yang dijalani oleh pasien. Kondisi akhir pasien selama masa penelitian ini dapat dilihat dari respon dengan pengukuran tekanan darah pada saat homevisit dilakukan.

  Alasan dipilihnya kelompok usia geriatrik adalah karena seiring meningkatnya populasi lanjut usia, perlu antisipasi pada peningkatan jumlah pasien usia lanjut yang memerlukan bantuan dan perawatan medis. Golongan usia berbagai kondisi yang memudahkan terjadinya penyakit antara lain proses degenerasi, penurunan daya tahan tubuh, pengaruh kebiasaan hidup seperti merokok, gangguan nutrisi, serta akibat adanya komplikasi-komplikasi berbagai penyakit. Timbulnya penyakit biasanya tidak hanya satu macam akan tetapi muncul berbagai penyakit, menyebabkan usia lanjut memerlukan bantuan, perawatan dan obat-obatan untuk proses penyembuhan atau sekedar mempertahankan agar penyakitnya tidak bertambah parah. Hal ini dapat mengakibatkan orang usia lanjut menggunakan banyak obat. Diperkirakan hingga tahun 2010 ini, populasi lansia di Indonesia mencapai 19.936.895 jiwa atau 8,48% dari total penduduk (Anonim, 2008). Karena itulah penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasi pola pengobatan, salah satunya dengan menggunakan DTPs kategori ketaatan pasien.

  Perumusan Masalah

  Permasalahan yang akan diteliti antara lain :

  1. Seperti apa karakteristik pasien geriatrik dengan hipertensi pada Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I periode Februari – Maret 2010? (berdasarkan jenis kelamin pasien, umur, penyakit penyerta, dan komplikasi)

  2. Seperti apa profil penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatrik di Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I?

  3. Seperti apakah evaluasi pola pengobatan hipertensi pada geriatri di Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I dengan DTPs kategori ketaatan pasien?

B. Keaslian Penelitian

  Berdasarkan informasi yang diperoleh penulis, penelitian mengenai Evaluasi Pola Pengobatan Hipertensi Pada Pasien Geriatrik Di Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I Yogyakarta Periode Februari – Maret 2010 belum pernah dilakukan. Penelitian terkait dengan masalah pola pengobatan hipertensi pada geriatrik yang pernah dilakukan oleh peneliti lain adalah sebagai berikut :

  1. Pola Penggunaan Obat Antihipertensi Pada Pasien Rawat Jalan Di Rumah Sakit Panti Nugroho Yogyakarta Periode Januari – Juni 2000 oleh Yohana Yanuar Limbawati, 2001

  2. Gambaran Peresepan Untuk Pasien Geriatri Penderita Hipertensi Di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Dr.Sardjito Yogyakarta Periode September – November 2003 oleh Nugraheni Yusinta Dewi, 2003

  3. Evaluasi Peresepan Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta: Pola Peresepan, Ketepatan Indikasi, Ketepatan Obat, Dan Ketepatan Pasien oleh Ajeng Mahanani, 2004

  4. Pola Pemberian Obat Antihipertensi Pada Pasien Hipertensi Di Puskesmas Pakualaman Yogyakarta Periode Januari – Juni 2002 oleh Heni Ismawati, 2006

  Perbedaan penelitian- penelitian di atas dengan penelitian yang akan dilakukan oleh penulis adalah terletak pada obyek, lokasi, dan waktu penelitian.

D. Manfaat Penelitian

  Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi bagi tenaga kesehatan maupun peneliti mengenai penggunaan obat-obat antihipertensi pada pasien geriatrik penderita hipertensi di Puskesmas Gondokusuman I. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi dasar bagi penelitian selanjutnya.

  Penelitian ini diharapkan pula dapat menjadi masukan dan pertimbangan bagi Dinas Kesehatan Kotamadya Yogyakarta dalam membuat kebijakan- kebijakan di bidang kesehatan di masa mendatang, khususnya dalam penatalaksanaan pasien geriatrik dengan hipertensi.

E. Tujuan Penelitian

  1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pola pengobatan hipertensi pada pasien geriatrik di Puskesmas Gondokusuman I

  Yogyakarta periode Februari – Maret 2010 sehingga dapat dilakukan penatalaksanaan yang tepat untuk membantu mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat.

  2. Tujuan Khusus

  a. Mengetahui karakteristik pasien geriatrik dengan hipertensi periode tahun Februari – Maret 2010 (berdasarkan jenis kelamin pasien, umur, penyakit penyerta, dan komplikasi) b. Mengetahui profil penggunaan obat antihipertensi pada pasien geriatrik dengan hipertensi di Puskesmas Gondokusuman I periode Februari – Maret 2010

  c. Mengevaluasi pola pengobatan hipertensi pada pasien geriatrik yang berobat di Poli Lansia Puskesmas Gondokusuman I dengan

  DTPs kategori ketaatan pasien

BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Geriatri Menua adalah suatu proses menghilangkan secara perlahan-lahan

  kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti diri dengan mempertahankan struktur fungsi normalnya, sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (Martono, 2004). Berdasarkan data USA Bureau of The Sensus yang pernah melakukan sensus di Indonesia tahun 2000, jumlah lanjut usia sebesar 7,28% dari jumlah populasi dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah usia lanjut usia di Indonesia pun akan meningkat sebesar 11,34% (Anonim, 2008).

  Usia lanjut menurut WHO adalah seseorang dengan usia 65 tahun atau lebih, sedangkan menurut Departemen Kesehatan Republik Indonesia adalah seseorang yang berusia lebih dari 60 tahun. Faktor fisiologik dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Semakin lanjut usia seseorang, maka kemungkinan terjadinya penurunan fungsional anatomi akan semakin besar. Penurunan fungsional anatomi tersebut menyebabkan lebih mudah timbulnya penyakit pada organ tersebut.

  Selain itu faktor psikologis juga dapat mempengaruhi kesehatan lansia. Masalah psikologis yang dialami oleh golongan lansia adalah mengenai sikap mereka sendiri terhadap proses menua yang terjadi, seperti kemunduran badaniah. Dengan bertambahnya usia, kecepatan bergerak dan daya pikir akan menurun sehingga golongan lansia ini seringkali dianggap terlalu lamban. Selain itu, pada wanita

B. Tekanan Darah

  Selama ventrikel kiri berkontraksi yang menunjukkan sistol, darah terpompa menuju saluran vaskuler supaya menghasilkan peningkatan yang tajam pada tekanan darah. Relaksasi ventrikel kiri terjadi pada saat diastol, dan tekanan darah menurun pada saat darah mengalir kembali ke bilik kanan jantung dari sistem venus. Inilah yang disebut dengan tekanan distolik. Pada saat mengukur tekanan darah (sebagai contoh 120/76 mmHg), angka pada numerator menunjukkan tekanan darah sistol dan denominator menunjukkan tekanan darah diastol. Tekanan darah memiliki ritme yang dapat diprediksi meskipun terjadi fluktuasi setiap harinya. Tekanan darah mencapai titik terendah pada malam hari, meningkat tajam di pagi hari hingga kemudian puncaknya berada di tengah hari (Kimble, 2005).

C. Hipertensi 1. Epidemiologi

  Diperkirakan pada 50 juta populasi penduduk Amerika, 30% diantaranya memiliki tekanan darah yang tinggi ( ≥140/90 mmHg), berdasarkan hasil survei yang dilakukan National Health and Nutrition Examination sepanjang tahun

  1999–2000. Bedasarkan hasil survei tersebut prevalensi hipertensi pada pria sebesar 30,1% dan pada wanita 27,1%. Dari data tersebut tampak peningkatan yang signifikan pada wanita dari tahun 1988 – 2000, sedangkan prevalensi hipertensi pada pria cenderung tetap (Dipiro, 2005).

  Tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia, dan hipertensi merupakan penyakit yang sangat umum ditemukan pada orang tua.

  Resiko seumur hidup yang ditimbulkan oleh berkembangnya hipertensi pada orang di usia > 55 tahun dengan normotensive mencapai 90%. Sebagian besar pasien memiliki tekanan darah pada taraf prehipertensi, sebelum akhirnya terdiagnosa hipertensi, dan sebagian besar diagnosa hipertensi terjadi pada dekade ketiga dan kelima usia seseorang. Sebelum mencapai usia 55 tahun, kejadian hipertensi lebih banyak terjadi pada pria daripada wanita. Sedangkan dari usia 55 hingga 74 tahun, jumlah wanita mengalami hipertensi lebih banyak daripada pria, bertambahnya usia diiringi dengan meningkatnya prevalensi dilihat dari perbedaan jenis kelamin (

  ≥75 tahun). Pada populasi lansia (usia ≥60 tahun), prevalensi hipertensi pada tahun 2000 diperkirakan mencapai 65,4% (Dipiro, 2005).

2. Patofisiologi

  Tekanan darah adalah hasil dari curah jantung dan resistensi perifer. Jika curah jantung mengalami kenaikan dan resistensi pembuluh darah perifer sama maka tekanan darah akan meningkat. Resistensi perifer dipengaruhi oleh viskositas darah, diameter pembuluh darah, dan elastisitas pembuluh darah.

  Viskositas darah yang semakin meningkat membutuhkan tekanan darah yang semakin tinggi pula agar darah dapat melewati pembuluh darah. Tekanan darah yang tinggi juga diperlukan untuk mendorong darah melewati pembuluh darah yang mengalami penyempitan (Setiawati dan Bustami, 1999).

  Untuk dapat memahami penanganan yang tepat pada hipertensi dan penggunaan obat antihipertensi dalam terapi, maka kita harus memperdalam pemahaman tentang tekanan darah arterial beserta regulasinya. Berbagai macam faktor yang mempengaruhi tekanan darah memiliki andil dalam perkembangan hipertensi (Dipiro, 2005).

3. Etiologi

  Hipertensi merupakan penyakit kardiovaskular yang paling banyak ditemukan, setidaknya pada 43 juta orang dewasa di Amerika Serikat memiliki tekanan sistol/diastol di atas 140/90 mmHg. Peningkatan tekanan arterial menyebabkan terjadinya perubahan patologis pada vaskularisasi dan memicu terjadinya hipertropi di ventrikel kiri jantung. Hipertensi merupakan penyebab utama terjadinya stroke, yang nantinya mengarah pada terjadinya penyakit jantung koroner, dapat juga disertai dengan infark miokard dan jantung yang berhenti berdetak secara mendadak, sehingga mengarah pada kegagalan jantung, insufisiensi renal dan memicu terjadinya aneurisme di aorta (Goodman & Gilman, 2001).

  Hipertensi merupakan kondisi medis yang heterogen. Pada sebagian besar pasien, hipertensi merupakan akibat dari etiologi patofisiologi yang tidak diketahui (hipertensi esensial ataupun primer). Hipertensi semacam ini tidak dapat disembuhkan, namun dapat dikontrol. Tidak banyak pasien yang mengetahui penyebab spesifik dari hipertensi yang terjadi, yaitu hipertensi sekunder (Dipiro, 2005).

4. Klasifikasi

  Di Indonesia sendiri berdasarkan konsensus yang dihasilkan pada Pertemuan Ilmiah Nasional Pertama Perhimpunan Hipertensi Indonesia pada tanggal 13-14 Januari 2007 belum dapat membuat klasifikasi hipertensi sendiri untuk orang Indonesia. Hal ini dikarenakan data penelitian hipertensi di Indonesia berskala nasional sangat jarang. Karena itu para pakar hipertensi di Indonesia sepakat untuk menggunakan klasifikasi WHO dan JNC VII sebagai klasifikasi hipertensi yang digunakan di Indonesia.

  Mengingat kemudahan cara pengukuran tekanan darah dan karakteristik penduduk Indonesia berbeda dengan penduduk lainnya maka sudah seharusnya Indonesia memiliki klasifikasi hipertensi sendiri.

  Tabel I. Klasifikasi Hipertensi menurut Joint National Committee VII Kategori Sistol (mmHg) Dan/atau Diastole (mmHg)

  Normal <120 Dan <80 Pre hipertensi 120-139 Atau 80-89

  Hipertensi tahap 1 140-159 Atau 90-99 Hipertensi tahap 2 Atau

  ≥ 160 ≥ 100 Tekanan darah dapat meningkat sesuai usia akibat penurunan fungsi organ tubuh. Tekanan darah pada orang muda (di bawah 18 tahun) sebaiknya tidak melebihi 130/80 mmHg dan sampai usia 60 tahun 150 mmHg, sedangkan pada usia lanjut di atas 65 tahun, 160/95 mmHg (Tan dan Rahardja, 2002).

  Tabel II. Klasifikasi Hipertensi menurut WHO Kategori Sistol (mmHg) Diastol (mmHg)

  Optimal < 120 <

  80 Normal < 130 <

  85 Sub grup : perbatasan 140-149 90-94 Tingkat 2 (hipertensi

  160-179 100-109 sedang) Tingkat 3 (hipertensi

  ≥ 180 ≥ 110 berat) Hipertensi sistol terisolasi < 90

  ≥ 140 Sub grup : perbatasan 140-149 < 90

5. Tanda dan Gejala Klinis

  Meningkatnya tekanan darah seringkali merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi essensial. Kadang-kadang hipertensi essensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala-gejala seperti sakit kepala, mimisan, pusing, migrain sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi essensial. Karena itu hipertensi di Indonesia saat ini dikenal sebagai the silent disease, terutama pada masyarakat modern (Anonim, 2007).

  Pada survei hipertensi di Indonesia tercatat gejala-gejala sebagai berikut: pusing, mudah marah, telinga berdengung, mimisan (jarangan), sukar tidur, sesak nafas, rasa berat di tengkuk, mudah lelah, dan mata berkunang-kunang. Gejala akibat komplikasi hipertensi yang pernah dijumpai adalah: gangguan penglihatan, gangguan saraf, gagal jantung, gangguan fungsi ginjal, gangguan serebral (otak), yang mengakibatkan kejang dan pendarahan pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga koma. Sebelum bertambah parah dan terjadi komplikasi serius seperti gagal ginjal, serangan jantung, stroke, lakukan pencegahan dan pengendalian hipertensi dengan

  Beberapa kasus hipertensi erat kaitannya dengan gaya hidup tidak sehat. seperti kurang olah raga, stress, minum-minuman, beralkohol, merokok, dan kurang istirahat. Kebiasaan makan juga perlu diwaspadai. Pembatasan asupan natrium (komponen utama garam), sangat disarankan karena terbukti baik untuk kesehatan penderita hipertensi (Anonim, 2007).

  6. Diagnosis/Pemeriksaan

  Hal yang paling mendasar adalah terapi yang tepat diawali dengan diagnosis yang tepat (Melmon & Morelli, 1992). Hipertensi didiagnosis berdasarkan keterulangannya (repeated), penetapan reprodusibilitas kenaikan tekanan darah (reproducible). Diagnosis biasanya berupa prediksi awal bagi pasien, jarang sekali disebutkan penyebab terjadinya hipertensi. Suatu penelitian mengindikasikan resiko kerusakan pada ginjal, jantung dan otak dipicu oleh meningkatnya tekanan darah. Bahkan pada kasus mild hypertension (tekanan darah

  ≥140/90 mmHg) pada usia muda ataupun dewasa dapat meningkatkan kemungkinan kerusakan organ (Katzung, 2001).

  Yang perlu diperhatikan adalah diagnosa hipertensi tergantung pada penetapan tekanan darah, bukan dari keluhan maupun gejala yang dirasakan oleh pasien. Karena pada sebagaian besar kasus, hipertensi tidak menunjukkan gejala apapun (asimptomatis), bahkan hingga kerusakan organ telah terjadi (Katzung, 2001).

  7. Pedoman Pengobatan

  Terapi dengan antihipertensi yang efektif hampir sepenuhnya berhasil yang biasanya disebabkan oleh hipertensi. Uji klinik terdahulu menyarankan penurunan tekanan darah diastolik hingga mencapai 85 mmHg dengan harapan memperoleh manfaat terapi yang lebih baik daripada penurunan tekanan diastolik menjadi 90 mm Hg, terutama pada pasien dengan diabetes (Hansson, 1998)

  Berdasarkan informasi terbaru dari NICE (2006), beta-blocker tidak lagi direkomendasikan sebagai terapi lini pertama pada semua pasien. Beta-blocker kurang efektif mengurangi kejadian kardiovaskular mayor, terutama stroke, dibanding antihipertensi lainnya. Beta-blocker juga kurang efektif dibanding ACEi atau Calcium Channel Blocker (CCB) dihidropiridin untuk mengurangi risiko diabetes, terutama pada pasien yang mendapat duretik tiazid. Jika pasien yang menggunakan beta-blocker memerlukan antihipertensi lain, maka pilihan yang lebih dianjurkan diberikan adalah ACEi atau CCB, daripada tiazid. Berikut adalah pedoman penatalaksanaan hipertensi yang disusun oleh panitia JNC VII.

  Gambar 1. Algoritma Penatalaksanaan Hipertensi Menurut JNC VII

  (Chobanian, 2003) Pedoman dari NICE (2006) yang baru mengemukakan bahwa diuretik tiazid atau CCB dihidropiridin merupakan terapi lini pertama untuk pasien lanjut usia. Namun harus diperhatikan fungsi ginjal selama terapi dengan tiazid karena pasien lanjut usia lebih beresiko mengalami gangguan ginjal. Pasien yang berusia lebih dari 80 tahun dapat diberi terapi seperti pasien berusia > 55 tahun.

8. Penatalaksanaan

  Golongan obat antihipertensi yang banyak digunakan adalah diuretik tiazid (misal bendroflumetiazid), beta-blocker (misal propanolol, atenolol), Angiotensin

  

Converting Enzymes (ACE) Inhibitor (misal captopril, enalapril), Antagonis

Angiotensin

  II (misal candesartan, losartan), Calcium Channel Blocker (CCB, misal amlodipin, nifedipin) dan alpha-blocker (misal misal doksasozin).

  a. Diuretik Tiazid Diuretik tiazid adalah diuretik dengan potensi menengah yang menurunkan tekanan darah dengan cara menghambat reabsorpsi sodium pada daerah awal tubulus distal ginjal, meningkatkan ekskresi sodium dan volume urin. Tiazid juga mempunyai efek vasodilatasi langsung pada arteriol, sehingga dapat mempertahankan efek antihipertensi lebih lama. Tiazid diabsorpsi baik pada pemberian oral, terdistribusi luas dan dimetabolisme di hati.

  Efek diurteik tiazid terjadi dalam waktu 1 -1 2 jam setelah pemberian dan bertahan sampai 12 – 24 jam, sehingga obat ini cukup diberikan sekali sehari.

  Efek antihipertensi terjadi pada dosis rendah dan peningkatan dosis tidak memberikan manfaat pada tekanan darah, walaupun diuresis meningkat pada dosis tinggi.

  b.

   Beta-blocker Beta-blocker memblok beta-adrenoseptor. Reseptor ini diklasifikasikan

  menjadi reseptor beta-1 dan beta-2. Reseptor beta-1 terutama terdapat pada jantung sedangkan reseptor beta-2 banyak ditemukan di paru-paru, pembuluh sedangkan reseptor beta-1 juga dapat dijumpai di ginjal. Reseptor beta juga dapat ditemukan di otak.

  Stimulasi reseptor beta pada otak dan perifer akan memacu pelepasan neurotransmitter yang meningkatkan aktivitas sistem saraf simpatis. Stimulator reseptor beta-1 pada nodus sino-atrial dan miokardiak meningkatkan pacu jantung dan kekuatan kontraksi. Stimulasi reseptor beta pada ginjal akan menyebabkan pelepasan rennin, meningkatkan aktivitas sistem rennin-angiotensin-aldosteron. Efek akhirnya adalah peningkatan cardiac output, peningkatan tahanan perifer dan peningkatan sodium yang diperantarai aldosteron dan retensi air.

  Terapi menggunakan beta-blocker akan mengantagonis semua efek tersebut sehingga terjadilah penurunan tekanan darah. Beta-blocker yang selektif (dikenal juga sebagai cardioselective beta-blocker) misalnya bisoprolol, bekerja pada reseptor beta-1, tetapi tidak spesifik untuk reseptor beta-1 saja. Oleh karena itu penggunaannya pada pasien dengan riwayat asma dan bronkospasme harus hati-hati. Beta-blocker yang non-selektif (misal propanolol) memblok reseptor beta-1 dan beta-2.

  Beta-blocker yang mempunyai aktivitas agonis parsial (dikenal sebagai

  aktivitas simpatomimetik intrinsik) misalnya acebutolol, bekerja sebagai stimulan beta pada saat aktivitas adrenergik minimal (misal pada saat tidur) tetapi akan memblok aktivitas beta saat adrenergik meningkat (misal saat berolah raga). Hal ini menguntungkan karena mengurangi bradikardi pada siang hari. Beberapa beta-

  

blocker misalnya labetolol dan carvedilol, juga memblok efek adrenoseptor-alfa perifer. Obat lain, misal caliprolol, mempunyai efek agonis beta-2 atau vasodilator.

  Beta-blocker diekskresikan lewat hati atau ginjal, tergantung sifat

  kelarutan obat dalam air atau lipid. Obat-obat yang diekskresikan melalui hati biasanya harus diberikan beberapa kali dalam sehari sedangkan yang diekskresikan melalui ginjal biasanya mempunyai waktu paruh yang lebih lama sehingga dapat diberikan sekali dalam sehari. Beta-blocker tidak boleh dihentikan mendadak melainkan harus secara bertahap, terutama pada pasien dengan angina, karena dapat terjadi fenomena rebound.

  c. Angiotensin Converting Enzyme (ACE) Inhibitor

  Angiotensin converting enzymes inhibitor (ACEi) menghambat secara

  kompetitif pembentukan angiotensin II dari prekursor angiotensin I yang inaktif, yang terdapat pada darah, pembuluh darah, ginjal, jantung, kelenjar adrenal dan otak. Angiotensin merupakan vasokonstriktor yang kuat yang memacu pelepasan aldosteron dan aktivitas simpatis sentral dan perifer. Penghambatan pembentukan angiotensin II ini akan menurunkan tekanan darah. Jika sistem angiotensin-renin- aldosteron teraktivasi, misal pada keadaan penurunan sodium, atau pada terapi diuretic, efek antihipertensi ACEi akan lebih besar.

  ACE juga bertanggungjawab terhadap degradasi kini, termasuk bradikinin,yang mempunyai efek vasodilatasi. Penghambatan degradasi ini akan menghasilkan efek antihipertensi yang lebih kuat.

Dokumen yang terkait

Evaluasi pengobatan pasien diabetes melitus dengan komplikasi ulkus/gangren di instalansi rawat inap Rumah Sakit Bethesda Yogyakarta periode Juli-Desember 2005 - USD Repository

0 0 159

Evaluasi penatalaksanaan terapi pasien diabetes mellitus komplikasi hipertensi rawat inap periode 2005 Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta - USD Repository

0 0 115

Evaluasi pengobatan pada pasien tuberkulosis paru yang gagal konversi di balai pengobatan penyakit paru-paru (Bp4) Yogyakarta tahun 2006-2008 - USD Repository

0 0 96

Evaluasi drug related problems (DPRs) pada pasien diabetes melitus tipe 2 komplikasi hipertensi di rumah sakit umum DR. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2007-2008 - USD Repository

0 1 107

Pengaruh faktor-faktor risiko terhadap ketaatan pengobatan pada pasien tuberkulosis rawat jalan di Balai Pengobatan Penyakit Paru-paru Kebumen periode Oktober 2008-Maret 2009 - USD Repository

0 0 127

Evaluasi drug related problems pasien hipertensi pada chronic kidney disease stage V di RSUP. DR. Sardjito Yogyakarta periode 2006-2008 - USD Repository

0 1 104

Pengaruh pemberian alat bantu ketaatan dan informasi saat home visit pada perilaku pasien ISPA Puskesmas Kalibawang periode Juni-Juli 2010 : kajian terhadap antibiotik - USD Repository

0 0 123

Evaluasi pengobatan pasien stroke rawat inap di Unit Stroke RSUP Banyumas Januari-April 2010 - USD Repository

0 0 128

Pengaruh jumlah pemberian obat terhadap ketaatan minum obat pasien rawat jalan di Poli Geriatri RSUP DR Sardjito Yogyakarta periode Februari-Maret 2010 - USD Repository

0 1 93

Evaluasi drug related problems pada pengobatan pasien hipertensi dengan komplikasi stroke di Instalasi Rawat Inap Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta periode Juli 2008- Juni 2009 - USD Repository

0 0 137