Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga dalam Pembuatan E - KTP T1 312013710 BAB II

(1)

BAB II

KERANGKA TEORITIS, HASIL PENELITIAN dan ANALISIS

A. KERANGKA TEORITIS 1. Kajian Pelayanan Publik

Pelayanan publik yang menjadi fokus disiplin ilmu Administrasi Negara di Indonesia, masih menjadi persoalan yang perlu memperoleh perhatian dan penyelesaian yang komprehensif. Hipotesis seperti itu secara kualitatif misalnya dapat dengan mudah dibuktikan di mana berbagai tuntutan pelayanan publik sebagai tanda ketidakpuasan mereka sehari-hari banyak kita lihat. Harus diakui, bahwa pelayanan yang diberikan oleh pemerintah kepada rakyat terus mengalami pembaruan, baik dari sisi paradigma maupun format pelayanan seiring dengan meningkatnya tuntutan masyarakat dan perubahan di dalam pemerintah itu sendiri. Meskipun demikian, pembaruan dilihat dari dua sisi tersebut belumlah memuaskan, bahkan masyarakat masih diposisikan sebagai pihak yang tidak berdaya dan termarginalisasikan dalam kerangka pelayanan.1

Undang Undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik adalah Undang Undang yang mengatur tentang prinsip-prinsip pemerintahan yang baik yang merupakan efektifitas fungsi-fungsi pemerintahan itu sendiri.

Pelayanan publik telah diatur dalam UU No. 25 tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, menjelaskan :

1


(2)

a. Pelayanan Publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

b. Pelaksanaan pelayanan publik yang selanjutnya disebut Pelaksanan adalah pejabat, pegawai, petugas dan setiap orang yang bekerja di dalam Organisasi Penyelenggara yang bertugas melaksanakan tindakan atau serangkaian tindakan pelayanan publik.

c. Standar pelayanan adalah tolok ukur yang sipergunakan sebagai pedoman penyelenggaraan pelayanan dan acuan penilaian kualitas pelayanan sebagai kewajiban dan janji penyelenggara kepada masyarakat dalam rangka pelayanan yang berkualitas, cepat, mudah, terjangkau dan terukur. d. Sistem informasi pelayanan publik yang selanjutnya disebut Sistem

Informasi adalah rangkaian kegiatan yang meliputi penyimpanan dan pengelolaan informasi serta mekanisme penyampaian informasi dari Penyelenggara kepada masyarakat dan sebaliknya dalam bentuk lisan, tulisan, gambar serta disajikan secara manual ataupun elektronik.

Unit penyelenggara pelayanan publik adalah unit pada kerja instansi pemerintah secara langsung memberi pelayanan kepada penerima pelayanan publik, sedangkan pemberi pelayanan publik adalah pejabat/pegawai instansi pemerintah yang melaksanakan tugas dan fungsi pelayanan publik sesuai dengan peraturan perundang-undangan2. Pelayanan publik adalah pemberian layanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan produk dan tata cara yang telah ditetapkan.

Pengertian Pelayanan Publik adalah segala kegiatan yang dilaksanakan oleh penyelenggara pelayanan publik sebagai upaya pemenuhan kebutuhan penerima pelayanan, dalam pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan3. Peningkatan pelayanan publik yang efisien

2

M oenir, 1992, M anajemen dan Pelayanan Umum di Indonesia,Bumi Aksara, Jakart a 3

M asengi. E. Evi, 2008, M anajemen Pelayanan Publik,Cet akan Pert ama, M aret 2008, Penerbit Rineka M alang.


(3)

dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi dan efektif akan mendukung tercapainya efisiensi pembiayaan, artinya ketika pelayanan umum yang diberikan oleh penyelenggara pelayanan kepada pihak yang dilayani berjalan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya atau mekanisme atau prosedurnya tidak berbelit-belit, akan mengurangi biaya atau beban bagi pihak pemberi pelayanan dan juga penerima pelayanan.

Penyelenggara Pelayanan Publik adalah instansi pemerintah yang terbagi ke dalam unit-unit pelayanan yang secara langsung memberikan pelayanan kepada masyarakat. Ukuran keberhasilan pelayanan akan tergambar pada indeks kepuasan masyarakat yang diterima oleh para penerima pelayanan berdasarkan harapan dan kebutuhan mereka yang sebenarnya. Namun sebenarnya pelayanan publik dapat bekerja sama dengan pihak swasta atau diserahkan kepada swasta apabila memang dipandang lebih efektif dan sepanjang mampu memberikan kepuasan maksimal kepada masyarakat.

Melihat pentingnya sebuah pelayanan publik, maka pelayanan publik harus dipandang sebagai upaya pemenuhan kebutuhan masyarakat dan hak hak dasar masyarakat sebagai Warga Negara, sehingga masyarakat menerima apa yang seharusnya mereka terima, baik pelayanan publik yang diselenggarakan pemerintah maupun penyelenggara swasta dengan berdasarkan peraturan perundangan yang berlaku.

Menurut ahli hukum, dalam sebuah pemerintahan yang baik harus dapat mengidentifikasikan asas – asas umum dalam menjalankan


(4)

pemerintahan. Asas – asas umum pemerintahan yang baik dirinci menjadi tiga belas (13) asas, yaitu4:

1. Asas Kepastian Hukum 2. Asas Keseimbangan

3. Asas Kesamaan dalam mengambil keputusan 4. Asas bertindak cermat

5. Asas motifasi untuk setiap keputusan 6. Asas jangan mencampuradukan kewenangan 7. Asas permainan yang layak

8. Asas Keadilan atau kewajaran

9. Asas menanggapi pengharapan yang wajar

10. Asas meniadakan akibat – akibat suatu keputusan yang batal 11. Asas perlindungan atas pandangan hidup

12. Asas kebijaksanaan 13. Asas penyelenggaraan

Dengan uraian yang sangat lengkap untuk semua asas – asas diatas tentunya setiap undang – undang yang disusun pemerintah akan mengacu pada asas – asas tersebut.

Setiap pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan. Standar pelayanan merupakan ukuran yang harus dimiliki dalam penyelenggaraan pelayanan publik yang wajib ditaati oleh pemberi dan

4

Ridan dan Sudr ajat , 2010, Hukum Administ rasi Negara dan Kebijakan Pelayanan Publik, Dilampiri UU RI No. 25 Tahun 2009 Tent ang Pelayanan Publik, Cet akan 1 Juli 2010, Penerbit Nuansa Bandung.


(5)

penerima pelayanan. Standar pelayanan publik sekurang-kurangnya meliputi:

a. Prosedur Pelayanan

Prosedur pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Prosedur pelayanan harus dibakukan bagi pemberi dan penerima pelayanan publik, termasuk pengaduan sehingga tidak terjadi permasalahan dikemudian hari. Prosedur pelayanan harus ditetapkan melalui standar pelayanan minimal, sehingga pihak penerima pelayanan dapat memahami mekanismenya.

b. Waktu Penyelesaian

Waktu penyelesaian merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan. Semakin cepat waktu penyelesaian pelayanan, maka akan semakin meningkatkan kepercayaan masyarakat akan pelayanan yang diberikan.

c. Produk Pelayanan

Produk pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Hasil pelayanan akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Produk pelayanan harus dipahami secara baik, sehingga memang membutuhkan sosialisasi kepada masyarakat.


(6)

d. Biaya Pelayanan

Biaya pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Biaya pelayanan termasuk rinciannya harus ditentukan secara konsisten dan tidak boleh ada diskriminasi, sebab akan menimbulkan ketidakpercayaan penerima pelayanan kepada pemberi pelayanan. Biaya pelayanan ini harus jelas pada setiap jasa pelayanan yang akan diberikan kepada masyarakat, sehingga tidak menimbulkan kecemasan, khususnya kepada pihak atau masyarakat yang kurang mampu.

e. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Penyediaan sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh penyelenggara pelayanan publik sangat menentukan dan menunjang keberhasilan penyelenggaraan pelayanan.

f.Kompetensi Petugas Pemberi Pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan merupakan salah satu dari standar pelayanan publik. Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku yang dibutuhkan agar pelayanan yang diberikan bermutu.

1.1.1. Dasar Hukum Pelayanan Publik

Pelayanan Publik untuk masyarakat umum menjadi tugas dan kewajiban pemerintah untuk melaksanakan, telah ditegaskan dalam :


(7)

a) Instruksi Presiden Nomor 1 tahun 1995 tentang Perbaikan Peningkatan Mutu Pelayanan Aparatur kepada Masyarakat.

b) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 63/KEP/M.PAN/7/2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

c) Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara Nomor : 26/KEP/M.PAN/2004 tentang Petunjuk Teknis Transparansi dan Akuntabilitas Penyelenggaraan Pelayanan Publik.

Peraturan peraturan Pemerintah ini menjadi dasar hukum pelaksanaan pelayanan publik dan salah satu bentuk pelayanan publik yang dilaksanakan untuk masyarakat, adalah pelayanan publik bidang administrasi kependudukan, seperti pembuatan KTP.

1.2. Ketentuan Tentang e-KTP 1.2.1. Pengertian e-KTP

Kartu Tanda Penduduk elektronik atau electronic-KTP (e-KTP) adalah Kartu Tanda Penduduk (KTP) yang dibuat secara elektronik, dalam artian baik dari segi fisik maupun penggunaannya berfungsi secara komputerisasi. e-KTP ini sengaja diadakan untuk mempermudah pemerintah untuk mengambil data penduduk, karena dengan e-KTP pemerintah bisa langsung melihat data dari KTP elektronik tersebut tanpa harus menunggu daya yang harus disensus terlebih dahulu.

e-KTP atau KTP Elektronik juga mempunyai pengertian dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan / pengendalian baik dari sisi


(8)

administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya (Pasal 13 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan).

Program e-KTP diluncurkan oleh Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia pada bulan Februari 2011 dimana pelaksanannya terbagi dalam dua tahap. Tahap pertama dimulai pada tahun 2011 dan berakhir pada 30 April 2012 yang mencakup 67 juta penduduk di 2348 kecamatan dan 197 kabupaten/kota. Sedangkan tahap kedua mencakup 105 juta penduduk yang tersebar di 300 kabupaten/kota lainnya di Indonesia. Secara keseluruhan, pada akhir 2012, ditargetkan setidaknya 172 juta penduduk sudah memiliki e-KTP.

Secara sederhana, e-KTP berasal dari kata electronic-KTP, atau Kartu Tanda Penduduk Elektronik atau sering disingkat e-KTP. Lebih rincinya, menurut situs resmi e-KTP, KTP elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan/pengendalian baik dari sisi administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada basis data kependudukan nasional.


(9)

Program e-KTP dilatar belakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional atau nasional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Fakta tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang dalam hal-hal tertentu dengan manggandakan KTP-nya. Misalnya dapat digunakan untuk:

a. Menghindari pajak

b. Memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat diseluruh kota c. Mengamankan korupsi atau kejahatan/kriminalitas lainnya

d. Menyembunyikan identitas (seperti teroris) e. Memalsukan dan menggandakan ktp

Sesuai rencana awal, e-KTP dimulai pada bulan Agustus tapi molor sampai akhir September, bahkan dibanyak daerah malah mulai awal November 2011. Alasan pengunduran tersebut adalah soal ketersediaan peralatan untuk scan sidik jari dan retina mata. Namun belum lama ini (Kompas.com) mengutip pernyataan Menteri Dalam Negeri yang meralat bahwa e-KTP akan tuntas pada akhir 2012. Padahal sebelumnya pemerintah yakin bahwa rekam data penduduk untuk e-KTP selesai pada akhir 2011.

1.2.2. Dasar hukum Penerapan e-KTP

Pembuatan KTP diatur dan ditetapkan berdasarkan :

a) Undang Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan


(10)

b) Peraturan Presiden Nomor 26 tahun 2009 tentang Penerapan KTP Berbasis NIK secara Nasional sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden Nomor 35 tahun 2010

c) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 471.130.5-335 tahun 2010 tentang Pembentukan Tim Teknis Penerbitan NIK dan Penerapan KTP berbasis NIK secara Nasional

d) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 6 tahun 2011 tentang Standar dan Spesifikasi Perangkat Lunak dan Blanko KTP Berbasis NIK secara Nasional

e) Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 9 tahun 2011 tentang Pedoman Penerbitan KTP Berbasis NIK secara Nasional

f) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 471.13/2715/MD tanggal 16 Juni 2010 tentang Pemutakhiran Data Kependudukan.

g) Surat Edaran Menteri Dalam Negeri No. 471.13/4141/SJ tanggal 13 Oktober 2010 tentang Penerbitan NIK dan Persiapan Penerapan e-KTP tahun 2011

Jabaran peraturan pemerintah pusat untuk pelaksanaan pembuatan KTP di Kota Salatiga, ditetapkan berdasarkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, yang dijelaskan bahwa :

“Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup. Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam


(11)

penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya.”

1) Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dijelaskan bahwa: "penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK)5. NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup". Nomor NIK yang ada di e-KTP nantinya akan dijadikan dasar dalam penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen identitas lainnya.

2) Peraturan Presiden Nomor 26 Tahun 2009 tentang Penerapan KTP berbasis Nomor Induk Kependudukan6, yang berbunyi:

a. KTP berbasis NIK memuat kode keamanan dan rekaman elektronik sebagai alat verifikasi dan validasi data jati diri penduduk

b. Rekaman elektronik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berisi biodata, tanda tangan, pas foto, dan sidik jari tangan penduduk yang bersangkutan

5

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2006 Tent ang Administ rasi Kependudukan 6

Perat uran Presiden Nomor 26 Tahun 2009 Tent ang Penerapan Kart u Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional


(12)

c. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk disimpan dalam basis data kependudukan

d. Pengambilan seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dilakukan pada saat pengajuan permohonan KTP berbasis NIK, dengan ketentuan : Untuk WNI, dilakukan di kecamatan; dan untuk orang asing yang memiliki izin tinggal tetap dilakukan di instansi pelaksana

e. Rekaman sidik jari tangan penduduk yang dimuat dalam KTP berbasis NIK sebagaimana dimaksud pada ayat (2) berisi sidik jari telunjuk tangan kiri dan jari telunjuk tangan kanan penduduk yang bersangkutan;

f. Rekaman seluruh sidik jari tangan penduduk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diakses oleh pihak-pihak yang berkepentingan sesuai dengan peraturan perundang-undangan g. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara perekaman sidik jari

diatur oleh Peraturan Menteri

1.2.3. Fungsi e-KTP

1. Sebagai identitas jati diri

2. Berlaku nasional, sehingga tidak perlu lagi membuat KTP lokal untuk pengurusan izin, pembukaan rekening Bank, dan sebagainya.

3. Mencegah KTP ganda dan pemalsuan KTP

4. Terciptanya keakuratan data penduduk untuk mendukung program pembangunan.


(13)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa e-KTP sangat perlu untuk dapat menciptakan sistem administrasi kependudukan yang rapi dan teratur dalam rangka mempermudah pemberian pelayanan publik oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat. Pemanfaatan e-KTP diharapkan dapat berjalan lancar karena memiliki fungsi dan kegunaan yang sangat membantu pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan dalam hal pemberian dan pemanfaatan pelayanan publik.

1.2.4. Keunggulan e-KTP

Keunggulan e-KTP juga dapat dilihat dari target jangka pendek pemerintah dalah Pemilu yang akan datang. Dengan e-KTP, kartu pemilihan untuk pemilu sudah tidak ada lagi. Artinya masyarakat cukup memperlihatkan e-KTP mereka masing-masing saat melakukan pemilu. Tentunya, hal ini memberikan penghematan yang luar biasa ke kas negara. Selain itu, e-KTP juga meminimalisir kecurangan dalam pemilu. Karena sudah komputerisasi, tidak ada lagi yang bisa memilih/nyoblos dua kali. Jadi, pemilu bisa lebih jujur, adil, dan bersih.

Berdasarkan pernyataan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi di situs resmi e-KTP, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) yang diterapkan di Indonesia memiliki keunggulan dibandingkan dengan e-KTP yang diterapkan di RRC dan India. e-KTP di Indonesia lebih komprehensif. Di RRC, Kartu identitas elektronik (e-IC) nya tidak dilengkapi dengan biometrik atau rekaman sidik jari. Di sana, e-IC hanya dilengkapi dengan chip yang berisi data perorangan yang terbatas. Sedang


(14)

di India, sistem yang digunakan untuk pengelolaan data kependudukan adalah sistem UID (Unique Identification Data), sedangkan di Indonesia namanya NIK (Nomor Induk Kependudukan). UID diterbitkan melalui pendaftaran pada 68 titik pelayanan, sedangkan program e-KTP di Indonesia dilaksanakan di lebih dari 6.214 kecamatan. Dengan demikian, e-KTP yang diterapkan di Indonesia merupakan gabungan e-ID RRC dan UID India, karena e-KTP dilengkapi dengan biometrik dan chip.

e-KTP juga mempunyai keunggulan dibandingkan dengan KTP biasa/KTP nasional, keunggulan-keunggulan tersebut diantaranya:

1. Identitas jati diri tunggal 2. Tidak dapat dipalsukan 3. Tidak dapat digandakan

4. Dapat dipakai sebagai kartu suara dalam Pemilu atau Pilkada (E-voting)

Selain itu, sidik jari yang direkam dari setiap wajib e-KTP adalah seluruh jari (berjumlah sepuluh), tetapi yang dimasukkan datanya dalam chip hanya dua jari, yaitu jempol dan telunjuk kanan. Sidik jari dipilih sebagai autentikasi untuk e-KTP karena memiliki kelebihan-kelebihan sebagai berikut:

1. Biaya paling murah, lebih ekonomis daripada biometrik yang lain 2. Bentuk dapat dijaga tidak berubah karena gurat-gurat sidik jari akan

kembali ke bentuk semula walaupun kulit tergores


(15)

1.2.5. Kelemahan e-KTP

Mengenai kelemahan, e-KTP ini sangat sensitif. e-KTP terdiri dari tujuh lapis. Di dalamnya ada data diri, tanda tangan, sidik jari, pupil mata, dan masih banyak lagi. Semuanya dalam bentuk elektrik. Jadi, jangan sampai e-KTP diletakkan di bearang-barang elektronik seperti handphone, televisi, kulkas, laptop, dan lainnya. Karena elektromagnetik yang terdapat dalam benda-benda tersebut dalam merusak sistem yang ada di e-KTP. Kekurangan yang lain adalah chip di dalam e-KTP bisa rusak jika kartu tersebut dilaminating bahkan dihekter. Berbeda dengan KTP sebelumnya, untuk mempercantik tampilan, kita bisa melaminating kartu tersebut. Jika beberapa hal tersebut dilakukan, bisa-bisa data diri kita di dalam e-KTP bisa rusak alias error.

Dalam pelaksanaannya, penggunaan e-KTP terbukti masih memiliki kelemahan. Misalnya tidak tampilnya tanda tangan sipemilik di permukaan KTP. Tidak tampilnya tanda tangan di dalam e-KTP tersebut telah menimbulkan kasus tersendiri bagi sebagian orang. Misalnya ketika melakukan transaksi dengan lembaga perbankan, e-KTP tidak di akui karena tidak adanya tampilan tanda tangan. Ada beberapa kasus pemegang e-KTP tidak bisa bertransaksi dengan pihak bank karena tidak adanya tanda tangan. Tanda tangan yang tercetak dalam chip itu tidak bisa dibaca bank karena tak punya alat (card reader). Akhirnya pihak pemegang e-KTP terpaksa harus meminta rekomendasi dari Kepala Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil untuk meyakinkan bank.


(16)

Mendagri Gamawan Fauzi telah menyampaikan melalui surat edaran resmi nomor: No. 471.13/1826/SJ bahwa e-KTP tidak diperkenankan difotokopi untuk menghindari kesalahan fatal terkait pembacaan menggunakan card reader7.

1.2.6. Syarat dan prosedur pengurusan e-KTP Syarat:

1. Berusia 17 tahun

2. Menunjukkan surat pengantar dari kepala desa/kelurahan

3. Mengisi formulir F1.01 (bagi penduduk yang belum pernah mengisi/belum ada data di sistem informasi administrasi kependudukan) ditanda tangani oleh kepala desa/kelurahan

4. Foto kopi Kartu Keluarga (KK)

Prosedur:

Prosedur pembuatan e-KTP menurut versi pemerintah sangat simpel dan mudah. Secara umum, proses pembuatan e-KTP (menurut situs resmi e-KTP.com) adalah :

a. Penduduk datang ke tempat pelayanan membawa surat panggilan b. Petugas melakukan verifikasi data penduduk dengan database c. Foto (digital)

d. Tanda tangan (pada alat perekam tanda tangan)

e. Perekaman sidik jari (pada alat perekam sidik jari) dan scan retina mata

7


(17)

f. Petugas membubuhkan tanda tangan dan stempel pada surat panggilan yang sekaligus sebagai tanda bukti bahwa penduduk telah melakukan perekaman foto tanda tangan sidik jari

g. Penduduk dipersilahkan pulang untuk menunggu hasil Proses Pencetakan 2 Minggu setelah pembuatan

Namun nyatanya tidaklah semudah dan segampang itu, bahkan harus melalui prosedur yang rumit dan berbelit. Bagi yang belum dapat panggilan dari RT/Kelurahan maka warga tersebut tidak bisa mengurus e-KTP. Jadwal pemanggilan bergilir itu tidak tentu jadwalnya, hal ini akan bermasalah karena ada sebagia warga yang ada agenda keluar kota atau pindah domosili.

1.2.7. Pencapaian

Penerapan KTP Elektronik (e-KTP) merupakan amanat dari Undang-Undang (UU) nomor 23 tahun 2006 dan serangkaian peraturan lainnya seperti peraturan UU nomor 35 tahun 2010 yang menyatakan aturan tata cara dan implementasi teknis dari e-KTP yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip. Program e-KTP di Indonesia telah dimulai semenjak tahun 2009 dengan ditunjuknya empat kota sebagai proyek percontohan e-KTP nasional. Adapun kota tersebut adalah Padang, Makasar, Yogyakarta, dan Denpasar. Ditunjuknya empat kota ini sesuai dengan Surat Dirjen Administrasi Kependudukan Departemen Dalam Negeri nomor 471. 13/ 3350/MD tentang pelaksanaan e-KTP berbasis NIK Nasional di empat kota percontohan tersebut. Sedangkan penerapan e-KTP


(18)

secara nasional baru dimulai pada bulan Februari 2012, meliputi 2348 kecamatan dan 197 kabupaten/kota pada tahun 2011 dan di 3886 di kecamatan dan 300 di kabupaten/kota pada tahun 2012.

E-KTP sangat perlu untuk dapat menciptakan sistem administrasi kependudukan yang rapi dan teratur dalam rangka mempermudah pemberian pelayanan publik oleh pemerintah kepada seluruh masyarakat. Pemanfaatan e-KTP diharapkan dapat berjalan lancar karena memiliki fungsi dan kegunaan yang sangat membantu pemerintah dan masyarakat yang bersangkutan dalam hal pemberian dan pemanfaatan pelayanan publik.

1.2.8. Kelemahan Pelayanan Pembuatan e-KTP

Adapun kelemahan pelayanan pembuatan e-KTP, adalah sebagai berikut : a) Kurang efektifnya pelayanan yang telah diberikan oleh petugas

b) Kurangnya alat dalam pelayanan pembuatan e-KTP c) Kurangnya informasi yang jelas untuk masyarakat d) Listrik hambat pelaksanaan e-KTP

e) Tidak dibayarnya tenaga honorer pembuatan e-KTP

1.2.9. Masalah yang Timbul dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP

Dalam proses implementasi pelayanan e-KTP yang sampai saat ini berjalan, masih dijumpai beberapa permasalahan, yaitu :

a) Terdapat kesalahan data penduduk. b) Aktivasi e-KTP


(19)

d) E-KTP tidak terbaca oleh Card Reader

1.2.10. Pemecahan Masalah dalam Pelayanan Pembuatan e-KTP

Ada tiga unsur yang memegang peranan penting dalam pencapaian target perekaman e-KTP, yaiyu :

a) Konsorsium b) Pemerintah Daerah c) Pemerintah Pusat

Agar ketiga unsur ini dapat mengimplementasikan tugas dan fungsinya, maka sebagian besar merupakan fungsi dari tim supervisi sebagai representasi dan pemegang peran kunci dalam mensukseskan program nasional e-KTP.

Agar tidak ada penyalahgunaan pelayanan e-KTP, seluruh rantai proses pelayanan dan penerbitan e-KTP harus disupervisi secara ketat dan menyeluruh. Untuk itu, tim supervisi perlu memahami alur proses dan mensupervisi agar proses perekaman data penduduk dan pengiriman data hasil perekaman berjalan lancar. Selain itu, perlu secara periodik meriview permasalahan teknik dan nonteknis yang terjasi dan memberikan masukan rekomendasi pemecahan masalah kepada Dinas Kependudkan dan Pencatatan Sipil.

B. HASIL PENELITIAN 1. Profil Dukcapil Kota Salatiga


(20)

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, yang baru saja terbentuk pada awal tahun 2009 dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah No. 10 tahun 2008. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil semula berupa Kantor Kependudukan dan Catatan Sipil yang berdiri pada awal tahun 2005, yang sebelumnya merupakan sub bidang pada Dinas Tenaga Kerja Kependudukan dan Catatan Sipil sejak tahun 2002-2004. Awal tahun 2009 berdiri sendiri menjadi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga merupakan Dinas yang berada di bawah naungan Kementrian Dalam Negeri, yang berpotensi dalam bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil. Dalam proses pelayanan kepada masyarakat yang lebih baik, tentunya Pemerintah berusaha sebaik mungkin untuk menyediakan pelayanan administrasi kependudukan semaksimal mungkin. Sesuai dengan UU no 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan, dijelaskan bahwa Administrasi Kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

b. Visi dan Misi 1) Visi


(21)

Untuk menunjang pelayanan administrasi kependudukan, maka Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga memiliki suatu visi sebagai pedoman pelayanan prima, yaitu :

“Produktif, Dinamis dan Prima dalam Pelayanan”

 Produktif adalah melaksanakan pekerjaan/kegiatan yang sesungguhnya dan aktif untuk segera menyelesaikan.

 Dinamis adalah hasrat atau kemauan seseorang yang selalu ingin maju dan mau berubah untuk menjadi lebih baik.

 Prima dalam pelayanan adalah suatu pelayanan kepada pihak lain (masyarakat, dan yang sejenis) dengan memuaskan dan hasil terbaik.

2) Misi

Misi yang dirumuskan dalam mencapai Visi adalah sebagai berikut :  Mewujudkan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan

Bahwa dalam mewujudkan kebijakan kependudukan diperlukan sistem informasi kependudukan dengan database, sebagaimana diamanatkan dalam Undang Undang Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

 Meningkatkan / mewujudkan pelayanan administrasi

kependudukan kepada masyarakat

Mengandung arti bahwa dalam mewujudkan keserasian dan kebijakan kependudukan perlu menyadarkan masyarakat akan arti pentingnya dokumen kependudukan dan pencatatan sipil.


(22)

Dengan demikian pelayanan kita terhadap masyarakat sangat utama, oleh karena itu, di samping memperbaiki citra kita di mata masyarakat juga tidak kalah pentingnya untuk peningkatan PAD Kota Salatiga.

 Memasyarakatkan akta-akta catatan sipil dan pendaftaran penduduk

Mengandung maksud agar seluruh masyarakat kota salatiga memiliki bukti diri atas peristiwa penting dalam kehidupan sesuai dengan perundang-undangan yang berlaku, sehingga apabila terjadi permasalahan hukum, akta tersebut dapat dijadikan sebagai alat bukti yang sah.

 Meningkatkan sumber daya manusia (SDM) di bidang pelayanan kependudukan dan pencatatan sipil

Mengandung maksud meningkatkan profesionalisme pelayanan di bidang administrasi kependudukan dan pencatatan sipil.

c. Tujuan

Berdasarkan visi dan misi di atas, tujuan yang ingin dicapai adalah:  Untuk memenuhi hak asasi setiap orang di bidang pelayanan

administrasi kependudukan, sehingga dapat memberikan dukungan terhadap pembangunan sistem administrasi kependudukan.

 Untuk meningkatkan kesadaran penduduk akan kewajibannya, berperan serta dalam pelaksanaan administrasi kependudukan.


(23)

 Untuk mendukung perencanaan pembangunan kependudukan secara lokal.

d. Strategi

Untuk mewujudkan tercapainya visi, misi dan tujuan yang diinginkan, maka digunakan strategi sebagai berikut :

 Pembangunan database kependudukan sebagai agenda utama di bidang kependudukan dan pencatatan sipil. Konsep ini dimulai dengan pembangunan Sistem Informasi Kependudukan (SIK) Kota Salatiga pada tahun awal Rencana Lima Tahunan yaitu pada tahun 2009 guna menyiapkan database penduduk sebagai awal dari langkah yang besar yaitu penerapan Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).

 Menyiapkan berbagai kegiatan dalam bidang kependudukan guna mendukung prioritas utama pembangunan database kependudukan. Kegiatan-kegiatan seperti penyuluhan kependudukan, penyiapan blanko dokumen kependudukan, peningkatan kapasitas aparat kependudukan dan pencatatan sipil, peningkatan pelayanan publik dan sebagainya, tentu saja bertujuan untuk peningkatan pelayanan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil, yang pada akhirnya bermuara pada peningkatan kualitas database kependudukan karena segala macam peristiwa kependudukan akan tercatat dalam database melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK).


(24)

e. Kebijakan

Berdasar pada tujuan dan strategi yang telah direncanakan, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga telah menetapkan kebijakan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil sebagai pedoman pelaksanaan tugas pada Tahun Anggaran 2012. Kebijakan-kebijakan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil tersebut diantaranya :

 Penyempurnaan sistem pendaftaran penduduk, pencatatan sipil dan pengelolaan informasi kependudukan melalui Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) sebagaimana diamanatkan Undang Undang Nomor 23 tahun 2006.

 Peningkatan kualitas produk hukum dengan menyusun atau mamperbaharui aturan-aturan di bidang kependudukan dan pencatatan sipil sesuai dengan aturan-aturan baru yang berlaku dan tuntutan dari perkembangan masyarakat.

 Peningkatan koordinasi dengan berbagai pihak, baik koordinasi dalam kebijakan-kebijakan kependudukan dengan dinas/instansi terkait maupun konsultasi perbaikan permasalahan-permasalahan yang dihadapi.

 Peningkatan pelayanan administrasi kependudukan melalui peningkatan kapasitas aparat pelaksana, sosialisasi kebijakan kependudukan dan penyiapan fasilitas pelayanan melalui penyedia blanko dokumen kependudukan.


(25)

f. Tugas, Fungsi dan Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga

1) Susunan Kepegawaian dan Perlengkapan

Susunan Kepegawaian Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga terdiri dari :

Kepala Dinas Sekretariat

Bidang-bidang terdiri dari : a) Bidang Pendaftaran Penduduk b) Bidang Administrasi Kependudukan c) Bidang Pencatatan Sipil

Kelompok Jabatan Fungsional

2) Tugas Pokok dan Fungsi Kepegawaian 1. Kepala Dinas

Tugas pokok :

Membantu Walikota dalam penyelenggaraan Pemerintah Daerah di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

Fungsi :

a. Perumusan kebijakan di bidang Kepndudukan dan Pencatatan Sipil

b. Penetapan kebijakan teknik di bidang Kependudukan dan Pencatatan Sipil sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan oleh Walikota


(26)

c. Pengkoordinasian dan penanggungjawab pelaksanaan kegiatan dinas berdasarkan kebijakan Walikota

d. Perumusan RKA dan DPA sesuai kebutuhan untuk diteliti

e. Penetapan Renstra, Renja dan LAKIP, serta petunjuk operasional kegiatan unit kerja

f. Perumusan pedoman dan petunjuk teknis di bidang kependudukan dan catatan sipil

g. Mengadakan koordinasi dengan satuan kerja perangkat daerah terkait dalam hal penentuan jumlah kartu tanda penduduk (KTP) dan kartu keluarga (KK) yang akan diterbitkan guna kelancaran pelaksanaan tugas

h. Perumusan sistem administrasi kependudukan dan catatan sipil

i. Penyelenggaraan pendaftaran dan pencatatan penduduk baik warga negara indonesia (WNI) maupun orang asing (WNA) sesuai dengan ketentuan yang berlaku

j. Penerbitan akta kelahiran, perkawinan, perceraian, pengakuan dan pengesahan anak, akta kematian serta rekomendasi tentang mutasi penduduk sesuai dengan ketentuan yang berlaku

k. Pembinaan dan pengawasan seluruh kegiatan dinas l. Pembinaan ketatausahaan dinas


(27)

m. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan n. Penyusunan evaluasi dan pelaporan hasil pelaksanaan

kegiatan

o. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai bidang tugas

2. Sekretariat Tugas pokok :

Memberikan pelayanan teknis administratif meliputi pengelolaan urusan keuangan, kepegawaian, umum, perlengkapan, kearsipan, ketatalaksanaan, kehumasan dan penyusunan rencana kegiatan serta mengkoordinasikan kegiatan Dinas.

Fungsi :

a. Penyelenggaraan ketatausahaan dinas

b. Perencanaan anggaran pembiayaan dan pendapatan c. Pengkoordinasian penyusunan rencana kegiatan dan

biaya di lingkungan dinas

d. Pengelolaan administrasi keuangan, kepegawaian, umum dan perencanaan

e. Pelaksanaan pengendalian pembiayaan dan pendapatan f. Penyusunan rencana kegiatan dan laporan serta


(28)

g. Penyajian data dan informasi, hubungan masyarakat, evaluasi serta penyelenggaraan inventarisasi

h. Penyiapan penyusunan naskah peraturan pelaksanaan, keputusan, instruksi dan menghimpun peraturan perundang-undangan di bidang kependudukan dan catatan sipil

i. Pengkoordinasian kegiatan di lingkungan dinas

j. Pengumpulan, pengolahan serta penyajian data statistik kependudukan dan catatan sipil

k. Pengkoordinasian penyusunan prosedur kerja

l. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan m. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas

pelaksanaan kegiatan dinas

n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugas

Bagian sekretariat terdiri dari : a) Sub Bagian Perencanaan

Tugas pokok :

menyiapkan bahan rencana kegiatan, menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan laporan pelaksanaan kegiatan dinas, serta menyajikan data sebagai bahan evaluasi.


(29)

Tugas pokok :

Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan pengendalian pembiayaan, pendapatan dan pengelolaan administrasi keuangan serta menyajikan data sebagai bahan evaluasi.

c) Sub Bagian Umum dan Kepegawaian

Tugas pokok :

Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan pengendalian asministrasi keperluan dinas, pembinaan dan pengurusan kepegawaian dinas serta menyajikan data sebagai bahan evaluasi.

3. Bidang Pendaftaran Penduduk Tugas pokok :

Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan prosedur kerja di bidang pendaftaran penduduk meliputi pendataan penduduk dan perpindahan serta perkembangan penduduk serta melakukan pengendalian, penilaian, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan.

Fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pendaftaran penduduk

b. Penyusunan rencana kegiatan bidang pendaftaran penduduk


(30)

c. Penyelengraan koordinasi dengan satuan kerja dan instansi terkait dalam rangka pendaftaran penduduk d. Pelaksanaan pendaftaran, pencatatan, penelitian

dokumen Kependudukan Warga Negara Indonesia dan Orang Asing

e. Pelaksanaan pengawasan dan pencatatan mutasi penduduk Warga Negara Indonesia dan Orang Asing f. Perumusan bahan petunjuk teknik pemberkasan dan

penelitian berkas penerbitan KK, KTP, Karik, Karip dan KKBT

g. Perumusan program-program aplikasi serta fasilitasi penerbitan KK, KTP, Karik, Karip dan KKBT

h. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola pendaftaran penduduk

i. Penyusunan prosedur kerja bidang

j. Pengaturan, pembinaan dan pengarahan pada bawahan k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas

pelaksanaan kegiatan bidang pendaftaran penduduk l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai

dengan bisang tugas

Bagian Pendaftaran Penduduk terdiri dari : a) Seksi Pendataan Penduduk


(31)

Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan kegiatan di seksi pendataan penduduk, penyedia dan mengolah bahan laporan serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.

b) Seksi Perpindahan dan Perkembangan Penduduk

Tugas pokok :

Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan kegiatan di seksi perpindahan dan perkembangan penduduk, penyedia dan mengolah bahan laporan serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.

4. Bidang Administrasi Kependudukan Tugas pokok :

Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan prosedur kerja di bidang administrasi kependudukan meliputi serta pendataan, penerbitan, pencatatan kependudukan melalukan pengendalian, penilaian, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan.

Fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis bidang administrasi penduduk


(32)

b. Penyusunan rencana kegiatan bidang administrasi penduduk

c. Penyusunan prosedur kerja bidang

d. Pelaksanaan kebijakan pengelolaan informasi administrasi kependudukan

e. Pelaksanaan pengawasan atas pengelolaan informasi administrasi kependudukan

f. Penyelenggaraan koordinasi dengan satuan kerja dan instansi terkait dalam rangka pengelolaan informasi administrasi kependudukan

g. Penyelenggaraan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi pengelolaan informasi administrasi kependudukan

h. Penyelenggaraan pembangunan dan pengembangan jaringan komunikasi dan kependudukan

i. Penyelenggara system informasi administrasi kependudukan (SIAK)

j. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan atas

penyelenggaraan pendaftaran penduduk

k. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola SIAK ditingkat Kecamatan dan Kelurahan


(33)

m. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas

pelaksanaan kegiatan bidang administrasi

kependudukan

n. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugas

Bagian Administrasi Kependudukan terdiri dari : a) Seksi Pengelolaan Sistem Informasi Administrasi

Tugas pokok :

Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan kegiatan di seksi pengelolaan system informasi administrasi, penyedia dan mengolah bahan laporan serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.

b) Seksi Evaluasi dan Pelaporan

Tugas pokok :

Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan kegiatan di seksi evaluasi dan pelaoran, penyedia dan mengolah bahan laporan serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.

5. Bidang Pencatatan Sipil Tugas pokok :


(34)

Menyusun rencana kegiatan dan melaksanakan penyusunan prosedur kerja di bidang pencatatan sipil meliputi Pencatatan, Pendaftaran, Menerbitkan Akta Kelahiran, Akta Kematian, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak, Akta Pengangkatan Anak, Menerbitkan Surat Keterangan Akta serta melakukan pengendalian, penilaian, monitoring dan evaluasi atas pelaksanaan kegiatan.

Fungsi :

a. Perumusan kebijakan teknis bidang pencatatan sipil b. Penyusunan rencana kegiatan bidang pencatatan sipil c. Penyusunan prosedur kerja bidang

d. Penyelenggaraan koordinasi dengan satuan kerja dan instansi terkait dalam penyelenggaraan pengelolaan informasi administrasi kependudukan

e. Penyelenggaraan fasilitasi, sosialisasi, bimbingan teknis, advokasi, supervisi dan konsultasi pelaksanaan pencatatan sipil

f. Penyelenggaraan Pencatatan, Pendaftaran, Penelitian Berkas, Penerbitan Akta Kelahiran, Akta Kematian, Akta Perkawinan, Akta Perceraian, Akta Pengakuan dan Pengesahan Anak, Akta Pengangkatan Anak dan Penerbitan Surat Keterangan Akta


(35)

g. Pemantauan, evaluasi dan pelaporan atas penyelenggaraan pencatatan sipil

h. Penyelenggaraan kegiatan pemeliharaan arsip-arsip akta catatan sipil sebagai dokumen sesuai kebutuhan untuk dipergunakan sewaktu-waktu

i. Penyelenggaraan sosialisasi cara memperoleh akta dan kegunaan akta catatan sipil pada masyarakat pemanfaat sesuai dengan peraturan yang berlaku

j. Pembinaan dan pengembangan SDM pengelola pencatatan sipil ditingkat Kecamatan dan Kelurahan k. Pelaksanaan monitoring, evaluasi dan pelaporan atas

pelaksanaan kegiatan bidang pencatatan sipil

l. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan atasan sesuai dengan bidang tugas

Bagian Pencatatan Sipil terdiri dari : a) Seksi Pelayanan

Tugas pokok :

Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan kegiatan di bidang catatan sipil meliputi pelayanan

penerbitan akta-akta catatan sipil dan

mengadministrasikan penerbitan akta-akta catatan sipil serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.


(36)

b) Seksi Dokumentasi dan Informasi

Tugas pokok :

Menyiapkan bahan rencana kegiatan dan melaksanakan dokumentasi dan informasi meliputi pengumpulan data dan informasi Kependudukan dan Pencatatan Sipil, pelayanan informasi serta menyajikan data yang valid, akurat dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai bahan evaluasi.

c) Sumber Daya di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga

1. SDM untuk mendukung tugas pokok dan fungsi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, dapat diklasifikasikan sebagai berikut :

Tabel 2.1

Klasifikasi berdasarkan tingkat pendidikan Tingkat Pendidikan Jumlah

Pasca Sarjana 4 orang

Sarjana 21 orang

SMA 10 orang

SMP 1 orang

Sumber : Data Primer pada Dukcapil Salatiga

Tabel 2.2

Klasifikasi berdasarkan golongan/ruang

Golongan/ruang Jumlah

IV 3 orang

III 22 orang

II 8 orang


(37)

2. Kesediaan Prasarana dan Sarana

Untuk mendukung kelancaran kegiatan, Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga memili aset berupa :

 Sebuah gedung dinas beserta mebeler  Dua buah mobil dinas

 Lima buah sepeda motor dinas  Lima unit komputer kependudukan

 Satu unit server database SIAK dan delapan unit komputer operasional SIAK

3. Potensi Jumlah Penduduk Kota Salatiga

Jumlah penduduk Salatiga sampai dengan bulan September 2011 mencapai 176.167 jiwa dengan rincian penduduk perempuan 89.369 jiwa dan penduduk laki-laki 86.798 jiwa. Jumlah tersebut tersebar di 4 kecamatan dan 22 kelurahan, yang terdiri dari 199 RW dan 1.452 RT.


(38)

Gambar 2.1

Struktur Organisasi Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga

Sumber: Renstra Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga Tahun 2011-2016

Kepala Dinas

Sekretariat

Sub Bagian Umum dan Kepegawaian Sub Bagian Keuangan

Sub Bagian Perencanaan, Evaluasi dan Pelaporan

Bidang Pencatatan Sipil

Seksi Pelayanan

Seksi Dokumentasi dan Informasi Kelompok Jabatan

Fungsional

Bid. Pengelolaan Data dan Informasi Kependudukan Bidang Pendaftaran

Penduduk

Seksi Program dan Jaringan Komunikasi

Data Seksi Pendataan

Penduduk

Seksi Informasi Administrasi Kependudukan Seksi Perpindahan dan

Perkembangan Penduduk


(39)

g. Penerapan Standart Pelayanan e-KTP di Dukcapil Kota Salatiga

Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga akan mulai menerapkan berlakunya elektronik KTP (e-KTP) mulai September 2011. Salatiga akan menjadi satu dari delapan kota dan kabupaten di Jateng yang menjadi percontohan awal penerapan e-KTP ini. Kepala Dispendukcapil Kota Salatiga, Afif Zufroningdyah, SH., MH., didampingi Kabag Humas, Drs. Prasetiyo Ichtiarto, M.Si., menjelaskan terkait penerapan e-KTP, pihaknya akan segera melakukan sosialisasi. Baik kepada Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang ada di Pemkot Salatiga, Kecamatan, Kelurahan hingga tingkat RT dan RW.

“Sosialisasi pertama kami laksanakan di ruang sidang II Kompleks Balai Kota, Selasa (14/6/2011) dan setelah itu ditingkat kelurahan,”jelas Arif. Sosialisasi tersebut akan meningkatkan pengetahuan mengenai e-KTP dan nantinya dapat ikut menyebarluaskan di lingkungan masing-masing. Saat ini pihaknya tengah melatih tenaga operator yang nantinya akan melayani pembuatan e-KTP, khususnya yang ada di Kecamatan. Untuk memenuhi kebutuhan listrik dan peralatannya, pihaknya mengajukan anggaran Rp 490 juta pada APBD 2011 perubahan. Prasetiyo menambahkan, sosialisasi itu merupakan bagian dari pelaksanaan Undang Undang No. 23/2006 tentang Administrasi Kependududkan.


(40)

Menurut Prasetiyo, e-KTP memiliki manfaat menutup peluang adanya KTP ganda dan KTP Palsu, serta demi terwujudnya database kependudukan yang akurat. “E-KTP di Salatiga akan berlaku efektif mulai tahun 2012 mendatang,” tandasnya8.

Rekam data Kartu Tanda Penduduk Elektronik (e-KTP) di Kota Salatiga sampai 24 Maret 2012, sudah mencapai angka 97%. Kota Salatiga memiliki 111.846 potensi wajib e-KTP. Dari jumlah tersebut yang sudah melakukan rekam data 107.992 orang. Ditargetkan semua warga melakukan rekam data e-KTP sebelum akhir April 2012.

Sekretaris Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga, Arief Wijayanto, menjelaskan, capaian 97% tersebut boleh dibilang bagus. Dia mengatakan, untuk menyelesaikan 3& kekurangan target rekam data tersebut, pihaknya akan menyisir masing-masing kecamatan. “Kami sosialisasi ke semua wajib e-KTP yang belum melakukan rekam data. Kami juga akan jemput bola bagi warga yang tidak memungkinkan datang ke Kecamatan sesuai dengan undangan9.”

Proyek e-KTP dilatarbelakangi oleh sistem pembuatan KTP konvensional di Indonesia yang memungkinkan seseorang dapat memiliki lebih dari satu KTP. Hal ini disebabkan belum adanya basis data terpadu yang menghimpun data penduduk dari seluruh Indonesia. Faktor tersebut memberi peluang penduduk yang ingin berbuat curang

8

Waw ancara dengan Kepala Dispendukcapil Kot a Salat iga, Afif Zufroningdyah, SH., M H., didampingi Kabag Humas, Drs. Praset iyo Icht iart o, M .Si.

9

Waw ancara dengan Sekret aris Dinas Kependudukan dan Cat at an Sipil Kot a Salat iga, Arief Wijayant o


(41)

terhadap Negara dengan menduplikasi KTP nya. Beberapa diantaranya digunakan untuk hal – hal tersebut :

i. menghindari pajak

ii. memudahkan pembuatan paspor yang tidak dapat dibuat diseluruh kota

iii. mengamankan korupsi iv. menyembunyikan identitas.

Program pemerintah pusat yang akan memberlakukan e–KTP pada awal tahun 2012 pada kenyataannya mengalami banyak kendala sehingga program pelaksanaan tersebut mengalami kemunduran yang disebabkan hasil cetak e–KTP dari pusat baru terdistribusi sebagian dan juga dalam pelaksanaan perekaman mengalami banyak kendala.

Kendala perekamanan yang terjadi di lapangan membuat perintah dalam mencetak hasil juga terlambat. Untuk kota Salatiga sampai tanggal 28 Maret 2012 masih melaksanakan rekam data e–KTP bagi warga yang belum dapat undangan melaksanakan rekam ataupun yang mengalami kendala dalam proses rekam yang pertama dan telah ditargetkan oleh pemerintah kota Salatiga pada akhir 2012 perekaman data e-KTP dapat dituntaskan 100 %.

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga menyerahkan e-KTP kepada warga kota Salatiga di halaman kantor Dispendukcapil kota Salatiga. Penyerahan dilakukan secara simbolis kepada walikota Salatiga Yulianto. Pendistribusian e-KTP delakukan


(42)

secara bertahap. Warga dapat mengambil e-KTP dengan membawa undangan dan KTP reguler yang masih berlaku di tiap masing-masing kecamatan. Menurut kepala Dispendukcapil Kota Salatiga, Afif Zufroningdyah, pendistribusian e-KTP terpaksa dilakukan secara bertahap, karena hasil cetakan yang dikirim dari pusat pun bertahap. Pengirimannya pun secara acak hingga merepotkan dalam teknis pembagiannya.

Menurut data dari Disdukcapil pada bulan Juli 2012 pihak kota Salatiga telah menyelesaikan rekam data 97 % dan kartu e–KTP yang tercetak baru sekitar 60 % dan juga yang terdistribusi. Hasil dari pelaksanaan program e–KTP menurut rekap data dari Dukcapil Kota Salatiga dari jumlah penduduk Kota Salatiga yang wajib rekap data E-KTP adalah 14.794 dengan pendistribusian dari Departemen Dalam Negeri pusat ke Kota Salatiga adalah 110.169 keping kartu e–KTP, dimana yang sudah menjadi kepingan e–KTP sebanyak 103.512 dan yang belum menjadi kartu e-KTP atau belum tercetak sebanyak 6.657. E-KTP atau KTP elektronik adalah dokumen kependudukan yang memuat sistem keamanan atau pengendalian baik dari sisi administrasi maupun teknologi informasi yang berbasis pada database kependudukan nasional.

Penduduk hanya diperbolehkan memiliki satu KTP yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup.


(43)

Autentifikasi Kartu Identitas (e ID) biasanya menggunakan biometrik atau validasi sistem melalui pengenalan karakteristik fisik atau tingkah laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan dengan cara ini, antara lain sidik jari, retina mata, DNA, bentuk muka dan bentuk gigi. Pada e-KTP yg digunakan adalah sidik jari.

E-KTP masih banyak yang menumpuk di ruang pelayanan baik di Kecamatan maupun di Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga. Hal ini disebabkan karena masih banyaknya penduduk yang belum mengambil e-KTP karena berbagai alasan kepentingan pribadi.

Dalam melaksanakan pelayanan publik yang berkaitan dengan pelayanan e-KTP di kantor Dukcapil Kota Salatiga berpatokan pada beberapa peraturan yang telah diterbitkan yaitu :

 UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.  Keppres No. 67 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda

Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional;  Perpres No. 26 Tahun 2009 tentang Perubahan atas Keppres No. 67 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional

 Perpres No. 67 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Keppres No. 67 Tahun 2009 tentang Penerapan Kartu Tanda Penduduk Berbasis Nomor Induk Kependudukan secara Nasional.


(44)

C. ANALISIS

1. Implementasi Pelayanan Publik dalam Pembuatan e-KTP

Menurut Poewadarminta (1990:327), implementasi berarti pelaksana atau penerapan. Kemudian J.A.M. Maarse mengatakan bahwa implementasi merupakan suatu upaya mencapai tujuan tujuan tertentu dengan sarana sarana tertentu dan dalam urutan waktu tertentu.

Adapula pendapat dari Charles O. Jones, bahwa implementasi atau penerapan adalah suatu kegiatan yang dimaksudkan untuk mengoperasikan sebuah program.

Selanjutnya oleh George C. Edward, ada beberapa faktor yang mempengaruhi implementasi, yaitu faktor komunikasi, faktor sumber daya, faktor sikap dan faktor struktur birokrasi.

Berdasarkan faktor–faktor tersebut, maka dapat digambarkan Implementasi Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga dalam Pembuatan E-KTP :

2. Faktor Komunikasi

Faktor komunikasi yaitu suatu proses penyampaian informasi dari pejabat atau instansi tertentu yang secara hierarkis berkedudukan lebih tinggi, kepada pejabat atau instansi tertentu untuk melaksanakan kegiatan sesuai dengan informasi yang diberikan yang dilihat dari aspek transmisi atau pengiriman berita, aspek kejelasan dan konsistensi.


(45)

3. Faktor Sumber Daya

Sumber daya yaitu sarana yang digunakan dalam implementasi, hal ini dilihat dari aspek staff/personil, informasi dan fasilitas.

Sumber daya dari aparat yang melayani masih belum sepenuhnya baik karena seharusnya sebagai aparat yang melayani taat sepenuhnya kepada Prosedur Tetap yang telah ada, namun kenyataannya masih menunda-nunda penyelesaian pembuatan e-KTP.

4. Faktor Sikap

Yaitu sikap dari para pelaksana dalam melayani masyarakat, dilihat dari aspek pembagian tugas dan aspek insentif.

Sikap yang ditunjukkan oleh petugas masih menunjukkan sikap selalu minta dihormati dan bukannya melayani masyarakat yang membutuhkan, sehingga kebutuhan pelayanan masyarakat akan KTP banyak sekali memakan waktu lama.

5. Faktor Struktur Birokrasi

Yaitu tatanan organisasi yang mengatur tentang pedoman kerja dan penjabaran wilayah tanggung jawab bagi pelaksana, dan dilihat dari aspek prosedur standar operasi dan pembagian wilayah tanggung jawab.

Struktur birokrasi untuk pelayanan publik pembuatan e-KTP prosesnya sangat panjang, mulai dari RT/RW ke Kelurahan lalu Kecamatan dan seterusnya ke Dinas Kependudukan dan Pencatatan


(46)

Sipil, sehingga proses untuk penyelesaian pembuatan e-KTP memakan waktu cukup lama.

Karena sudah ada standar operasional prosedur yang berlaku, maka pelayanan dilakukan berdasarkan standar operasional prosedur.

2. Hambatan yang dihadapi Dukcapil Kota Salatiga dalam pelayanan e KTP

Faktor penghambat dalam menerapkan standar pelayanan yang dialami oleh bagian pelayanan e-KTP di Kantor Dukcapil Kota Salatiga adalah sebagai berikut:

1. Faktor Masyarakat

Rendahnya pengamatan eksternal dari masyarakat. Hal ini disebabkan karena dua hal, yaitu : pertama masyarakat belum terbiasa mengenai peraturan pelayanan publik sehingga masih merasa tabu dengan sistem tersebut. Kedua, masyarakat mengetahui mengenai peraturan pelayanan publik akan tetapi tidak memberikan masukan kepada pihak Kantor Dukcapil Kota Salatiga.

2. Faktor Sarana dan Prasarana

Ada sejumlah kendala dalam perekaman data e-KTP di Salatiga, misalnya perangkat lunak yaitu perangkat komputer, server data, perekam mata dan sidik jari yang terbatas. Idealnya agar bisa lancar, minimal ada tiga unit perangkat itu. Saat ini di setiap kecamatan hanya memiliki dua unit saja. Sering terjadi komputer mati karena terlalu panas, sehingga pengambilan data agak


(47)

tersendat. Selain itu, listrik juga sering padam dan ruangan tidak ada AC10. Jarak antara proses rekaman data dan pendistribusian pemerintah pusat kepada pemerintah Kota Salatiga yang cukup lama, menyebabkan banyaknya perubahan data konten e-KTP yang diterima penduduk.

3. Faktor Undang Undang

a) Berkaitan dengan permasalahan pertama, belum ada petunjuk dari pemerintah pusat perihal pergantian e-KTP yang mengalami perubahan data tersebut. Perlu diinformasikan, telah dikirim 1.502 keping e-KTP yang harus direvisi kepada Kementrian Dalam Negeri tapi belum mendapat tanggapan sampai sekarang. b) Menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

471.13/1826/SJ tentang pemanfaatan e-KTP dengan menggunakan Card Reader dimana point ketiga disebutkan “ larangan unit kerja/ badan usaha atau nama lain yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat, masih

memfotocopy, menstapler dan perlakuan lainnya yang merusak fisik e-KTP, akan dberikan sanksi sesuai perundang – undangan yang berlaku, karena sangat merugikan masyarakat khususnya pemilik e-KTP. Larangan menfotocopy masih simpang siur, baik bagi pelaksana pelayanan publik maupun masyarakat selaku pemilik e-KTP.

10


(48)

c) Persiapan pelayanan e-KTP regular khususnya untuk SOP dan SPP belum dapat dipersiapkan secara masimal karena masih menunggu Juknis dari Pusat.

3. Bidang Administrasi Kependudukan

Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, bagian yang melayani pembuatan e-KTP adalah bidang Administrasi Kependudukan, yang merupakan salah satu tugas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka melayani masyarakat umum, yang meliputi tugas dan fungsi, mendaftarkan dan menerbitkan KTP, Kartu Keluarga, serta berbagai Akta Catatan Sipil maupun pencatatan Mutasi dan pengelolaan Data Penduduk.

Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependududkan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian dan perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat keterangan kependudukan lain yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.


(49)

Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

Prosedur Administrasi Kependudukan berdasarkan UU No. 24 Tahun 2013 adalah :

a. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan.

b. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan / atau surat Keterangan Kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

c. Masa berlaku e-KTP yang semula 5 tahun diubah menjadi berlaku seumur hidup sepanjang tidak ada perubahan elemen data dalam e-KTP, antara perubahan status, perubahan nama, perubahan alamat, penambahan gelar, perubahan jenis kelamin, baik yang sudah diterbitkan maupun yang akan diterbitkan.

d. Pencetakan dokumen/personalisasi e-KTP yang selama ini dilaksanakan terpusat di Jakarta, tahun 2014 dan seterusnya diserahkan kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota, sesuai dengan amanat pasal 8 ayat 1 huruf C UU Nomor 24 Tahun 2013.


(50)

e. Larangan untuk tidak dipungut biaya (gratis), semula hanya utnuk penerbitan e-KTP, diubah menjadi gratis untuk penerbitan semua dokumen kependudukan, sepanjang diurus tepat waktu, sesuai dengan UU No. 24 tahun 2013 dan Peraturan Daerah No. 2 tahun 2014 tanggal 22 April tahun 2014 yaitu dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupiah)

f. Kartu Tanda Penduduk elektronik, selanjutnya di singkat e-KTP selanjutnya dilengkapi dengan cip yang menjadi identitas penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

g. Dalam e-KTP rusak atau hilang pemilik wajib lapor kepada Instansi Pelaksana melalui Camat atau Lurah/Kepala Desa paling lambat 14 hari dan melengkapi :

 Surat kehilangan dari polsek setempat

 Surat pernyataan penyebab terjadinya rusak atau hilang

h. Setiap orang yang memerintahkan dan / atau memfasilitasi dan atau memanipulasi data kependudukan dan atau elemen data penduduk sebagaimana dimaksud pasal 77 di pidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah).


(51)

ALUR PROSES PELAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (e-KTP) SECARA UMUM

Prosedur Penerbitan E-KTP

PEM OHON RT

LURAH/ KADES RW

CAM AT

KADISPENDUK & CAPIL

Petugas Operator melakukan verifikasi data penduduk dan perekaman pas photo, tanda tangan, sidik jari dan iris mata penduduk di tempat pelayanan e-KTP. Kemudian data dikirim secara

online ke Data Center.

Data yang dikirim dari tempat Pelayanan e-KTP melalui pemancar

diterima dan disimpan dalam database AFIS.

Selanjutnya dilakukan proses identifikasi ketunggalan jati diri seseorang melalui mesin dan atau

manual.

Berdasarkan data tunggal dilakukan personalisasi (pencetakan dokumen

e-KTP dengan memasukkan biodata, pas photo, sidik jari dan

tanda tangan)di Kelurahan.

e-KTP yang sudah dipersonalisasi disampaikan ke Kecamatan.

Disampaikan kepada Penduduk Wajib KTP (undangan) Verifikasi dan Aktifasi di

Kecamatan masing-masing

Identifikasi tunggal Identifikasi ganda


(52)

Strategi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan adalah melalui pemutakhiran database kependudukan; meningkatkan kualitas database kependudukan Kab/Kota, Provinsi dan Pusat melalui pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan SIAK secara online dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat; percepatan penguatan regulasi di daerah melalui Perda penyelenggaraan administrasi kependudukan serta diikuti dengan penegakan hukum (Law Enforcement) bagi pelanggaran administrasi kependudukan; penerapan awal KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip; pemberian NIK kepada setiap penduduk paling lambat tahun 2011; menerapkan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip (e-KTP) paling lambat tahun 2012; melakukan kerjasama antara Kemendagri dengan BPPT, Lembaga Sandi Negara, ITB dan APTIKOM untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga teknis.

Penerapan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip memiliki dasar hukum yang menjadi payung dalam pelaksanaannya. Pasal-pasal yang berkaitan dengan e-KTP (Perpres No. 26 tahun 2009) adalah pasal 2 bahwa standart dan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak dan blanko e-KTP diatur dengan Peraturan Menteri (jo Permendagri No. 38 tahun 2009); pasal 6 ayat 1 bahwa e-KTP memuat kode keamanan (sidik jari) dan rekaman elektronik (chip); pasal 10 bahwa penerapan e-KTP paling lambat akhir tahun 2011.


(1)

tersendat. Selain itu, listrik juga sering padam dan ruangan tidak ada AC10. Jarak antara proses rekaman data dan pendistribusian pemerintah pusat kepada pemerintah Kota Salatiga yang cukup lama, menyebabkan banyaknya perubahan data konten e-KTP yang diterima penduduk.

3. Faktor Undang Undang

a) Berkaitan dengan permasalahan pertama, belum ada petunjuk dari pemerintah pusat perihal pergantian e-KTP yang mengalami perubahan data tersebut. Perlu diinformasikan, telah dikirim 1.502 keping e-KTP yang harus direvisi kepada Kementrian Dalam Negeri tapi belum mendapat tanggapan sampai sekarang. b) Menindaklanjuti Surat Edaran Menteri Dalam Negeri Nomor

471.13/1826/SJ tentang pemanfaatan e-KTP dengan

menggunakan Card Reader dimana point ketiga disebutkan “ larangan unit kerja/ badan usaha atau nama lain yang

memberikan pelayanan kepada masyarakat, masih

memfotocopy, menstapler dan perlakuan lainnya yang merusak fisik e-KTP, akan dberikan sanksi sesuai perundang – undangan yang berlaku, karena sangat merugikan masyarakat khususnya pemilik e-KTP. Larangan menfotocopy masih simpang siur, baik bagi pelaksana pelayanan publik maupun masyarakat selaku pemilik e-KTP.

10


(2)

c) Persiapan pelayanan e-KTP regular khususnya untuk SOP dan SPP belum dapat dipersiapkan secara masimal karena masih menunggu Juknis dari Pusat.

3. Bidang Administrasi Kependudukan

Di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Salatiga, bagian yang melayani pembuatan e-KTP adalah bidang Administrasi Kependudukan, yang merupakan salah satu tugas pelayanan publik yang dilaksanakan oleh pemerintah dalam rangka melayani masyarakat umum, yang meliputi tugas dan fungsi, mendaftarkan dan menerbitkan KTP, Kartu Keluarga, serta berbagai Akta Catatan Sipil maupun pencatatan Mutasi dan pengelolaan Data Penduduk.

Administrasi kependudukan adalah rangkaian kegiatan penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependudukan melalui pendaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasilnya untuk pelayanan publik dan pembangunan sektor lain.

Setiap penduduk wajib melaporkan peristiwa kependududkan dan peristiwa penting yang dialaminya kepada instansi pelaksana. Sebab, setiap kejadian/peristiwa penting yang dialami (seperti kelahiran, kematian dan perkawinan) akan membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga (KK), Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan atau surat keterangan kependudukan lain yang meliputi pindah datang, perubahan alamat, atau status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.


(3)

Dokumen kependudukan adalah dokumen resmi yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana yang mempunyai kekuatan hukum sebagai alat bukti autentik yang dihasilkan dari pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil.

Prosedur Administrasi Kependudukan berdasarkan UU No. 24 Tahun 2013 adalah :

a. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata penduduk, pencatatan atas pelaporan peristiwa kependudukan dan pendataan penduduk rentan Administrasi Kependudukan.

b. Peristiwa Kependudukan adalah kejadian yang dialami penduduk yang harus dilaporkan karena membawa akibat terhadap penerbitan atau perubahan Kartu Keluarga, Kartu Tanda Penduduk dan / atau surat Keterangan Kependudukan lainnya meliputi pindah datang, perubahan alamat serta status tinggal terbatas menjadi tinggal tetap.

c. Masa berlaku e-KTP yang semula 5 tahun diubah menjadi berlaku seumur hidup sepanjang tidak ada perubahan elemen data dalam e-KTP, antara perubahan status, perubahan nama, perubahan alamat, penambahan gelar, perubahan jenis kelamin, baik yang sudah diterbitkan maupun yang akan diterbitkan.

d. Pencetakan dokumen/personalisasi e-KTP yang selama ini dilaksanakan terpusat di Jakarta, tahun 2014 dan seterusnya diserahkan kepada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kabupaten/Kota, sesuai dengan amanat pasal 8 ayat 1 huruf C UU Nomor 24 Tahun 2013.


(4)

e. Larangan untuk tidak dipungut biaya (gratis), semula hanya utnuk penerbitan e-KTP, diubah menjadi gratis untuk penerbitan semua dokumen kependudukan, sepanjang diurus tepat waktu, sesuai dengan UU No. 24 tahun 2013 dan Peraturan Daerah No. 2 tahun 2014 tanggal 22 April tahun 2014 yaitu dikenakan sanksi administrasi sebesar Rp 50.000,- (lima puluh ribu rupiah)

f. Kartu Tanda Penduduk elektronik, selanjutnya di singkat e-KTP selanjutnya dilengkapi dengan cip yang menjadi identitas penduduk sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh Instansi Pelaksana adalah Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

g. Dalam e-KTP rusak atau hilang pemilik wajib lapor kepada Instansi Pelaksana melalui Camat atau Lurah/Kepala Desa paling lambat 14 hari dan melengkapi :

 Surat kehilangan dari polsek setempat

 Surat pernyataan penyebab terjadinya rusak atau hilang

h. Setiap orang yang memerintahkan dan / atau memfasilitasi dan atau memanipulasi data kependudukan dan atau elemen data penduduk sebagaimana dimaksud pasal 77 di pidana dengan pidana penjara paling lama 6 (enam) tahun dan atau denda paling banyak Rp 75.000.000,- (tujuh puluh lima juta rupiah).


(5)

ALUR PROSES PELAYANAN KARTU TANDA PENDUDUK (e-KTP) SECARA UMUM

Prosedur Penerbitan E-KTP

PEM OHON RT

LURAH/ KADES RW

CAM AT

KADISPENDUK & CAPIL

Petugas Operator melakukan verifikasi data penduduk dan perekaman pas photo, tanda tangan, sidik jari dan iris mata penduduk di tempat pelayanan e-KTP. Kemudian data dikirim secara

online ke Data Center.

Data yang dikirim dari tempat Pelayanan e-KTP melalui pemancar

diterima dan disimpan dalam database AFIS.

Selanjutnya dilakukan proses identifikasi ketunggalan jati diri seseorang melalui mesin dan atau

manual.

Berdasarkan data tunggal dilakukan personalisasi (pencetakan dokumen

e-KTP dengan memasukkan biodata, pas photo, sidik jari dan

tanda tangan)di Kelurahan.

e-KTP yang sudah dipersonalisasi disampaikan ke Kecamatan.

Disampaikan kepada Penduduk Wajib KTP (undangan) Verifikasi dan Aktifasi di

Kecamatan masing-masing

Identifikasi tunggal Identifikasi ganda


(6)

Strategi yang dilakukan dalam rangka mewujudkan tertib administrasi kependudukan adalah melalui pemutakhiran database kependudukan; meningkatkan kualitas database kependudukan Kab/Kota, Provinsi dan Pusat melalui pelayanan pendaftaran penduduk dan pencatatan sipil dengan menggunakan SIAK secara online dari Kabupaten/Kota ke Provinsi dan Pusat; percepatan penguatan regulasi di daerah melalui Perda penyelenggaraan administrasi kependudukan serta diikuti dengan penegakan hukum (Law Enforcement) bagi pelanggaran administrasi kependudukan; penerapan awal KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip; pemberian NIK kepada setiap penduduk paling lambat tahun 2011; menerapkan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip (e-KTP) paling lambat tahun 2012; melakukan kerjasama antara Kemendagri dengan BPPT, Lembaga Sandi Negara, ITB dan APTIKOM untuk mengantisipasi kebutuhan tenaga teknis.

Penerapan KTP berbasis NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan sidik jari dan chip memiliki dasar hukum yang menjadi payung dalam pelaksanaannya. Pasal-pasal yang berkaitan dengan e-KTP (Perpres No. 26 tahun 2009) adalah pasal 2 bahwa standart dan spesifikasi perangkat keras dan perangkat lunak dan blanko e-KTP diatur dengan Peraturan Menteri (jo Permendagri No. 38 tahun 2009); pasal 6 ayat 1 bahwa e-KTP memuat kode keamanan (sidik jari) dan rekaman elektronik (chip); pasal 10 bahwa penerapan e-KTP paling lambat akhir tahun 2011.


Dokumen yang terkait

Impelementasi Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) Dalam Proses Pelayanan Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

14 154 126

OPTIMALISASI PELAYANAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN AKTE KELAHIRAN DI DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN MOJOKERTO

7 34 39

PELAYANAN PUBLIK DALAM PEMBUATAN KARTU TANDA PENDUDUK (KTP) DI KOTA MALANG(Studi di Kantor Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Malang)

5 100 34

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga dalam Pembuatan E - KTP T1 312013710 BAB I

0 0 18

Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Implementasi Pelayanan Publik pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Salatiga dalam Pembuatan E - KTP

0 0 13

T1__BAB II Institutional Repository | Satya Wacana Christian University: Peran Dinas Kesehatan Kota Salatiga dalam Melakukan Pengawasan terhadap Peredaran Vaksin T1 BAB II

0 0 49

ANALISIS KEPERCAYAAN SEBAGAI VARIABEL MODERATING PADA PENGARUH KUALITAS PELAYANAN TERHADAP KEPUASAN PUBLIK DALAM PENGURUSAN E-KTP PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KABUPATEN KERINCI

0 0 14

BAB II DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL KOTA MEDAN A. Sejarah singkat Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan - Pengendalian Internal Upah dan Gaji pada Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil Kota Medan

0 1 17

STRATEGI PENINGKATAN PELAYANAN PEMBUATAN E-KTP OLEH DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL KOTA SURABAYA Repository - UNAIR REPOSITORY

0 0 8

PELAYANAN PUBLIK PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN BREBES (STUDY TERHADAP PENGURUSAN E-KTP DI KABUPATEN BREBES) HALAMAN JUDUL - PELAYANAN PUBLIK PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN CATATAN SIPIL DI KABUPATEN BREBES (STUDY TERHADAP PENGURUSAN

1 1 8