EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA PERANCIS.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
ABSTRAK ... ii
UCAPAN TERIMA KASIH ... iii
DAFTAR ISI ... vi
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 3
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
1.5 Asumsi dan Hipotesis ... 6
1.5.1 Asumsi ... 6
1.5.2 Hipotesis ... 7
BAB II TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG UNTUK MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA DALAM KETERAMPILAN MENULIS BAHASA PERANCIS ... 8
(2)
2.1.1 Pendekatan Pembelajaran ... 9
2.1.2 Metode Pembelajaran ... 11
2.1.3 Teknik Pembelajaran ... 13
2.2 Kosakata ... 16
2.2.1 Definisi Kosakata ... 16
2.2.2 Jenis-Jenis Kata Bahasa Perancis ... 17
2.2.3 Penguasaan Kosakata ... 22
2.2.4 Macam-Macam Penguasaan Kosakata ... 23
2.2.5 Manfaat Penguasaan Kosakata ... 24
2.2.6 Tes Penguasaan Kosakata ... 25
2.2.7 Teknik Pembelajaran Kosakata ... 27
2.3 Keterampilan Menulis dalam Bahasa Perancis ... 31
2.3.1 Definisi Menulis ... 31
2.3.2 Standar Kemampuan Menulis Bahasa Perancis ... 32
2.3.3 Penguasaan Kosakata dalam Keterampilan Menulis Bahasa Perancis ... 35
2.4 Teknik Permainan dalam Pembelajaran Kosakata ... 36
2.4.1 Definisi Permainan ... 36
2.4.2 Jenis-Jenis Permainan ... 37
2.4.3 Permainan Mystery Bag ... 39
(3)
BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 43
3.1 Metode dan Desain Penelitian ... 43
3.1.1 Metode Penelitian ... 43
3.1.2 Desain Penelitian ... 44
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian ... 46
3.2.1 Populasi Penelitian ... 46
3.2.2 Sampel Penelitian ... 46
3.3 Lokasi Penelitian ... 47
3.4 Variabel Penelitian ... 47
3.5 Definisi Operasional ... 49
3.6 Instrumen Penelitian ... 53
3.7 Validitas ... 56
3.8 Teknik Pengumpulan Data ... 57
3.9 Prosedur Penelitian ... 62
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67
4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 67
4.2 Deskripsi Data Penelitian ... 73
4.2.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Pretest ... 73
4.2.2 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Posttest ... 74
(4)
4.3.1 Pengolahan Data Penelitian ... 77
4.3.2 Pengujian Hipotesis ... 80
4.4 Analisis Angket ... 81
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 96
5.1 Kesimpulan ... 96
5.2 Saran ... 98
DAFTAR PUSTAKA ... 100 LAMPIRAN
(5)
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan manusia, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasikan diri, alat untuk berintegrasi dan beradaptasi sosial, dan sebagai alat kontrol sosial. Bahasa yang digunakan untuk berkomunikasi sehari-hari oleh masyarakat pada umumnya adalah bahasa ibu yang sudah mereka peroleh sejak mereka mulai tumbuh berkembang. Namun seiring dengan perkembangan jaman, masyarakat tidak hanya menggunakan bahasa ibu sebagai alat berkomunikasi tetapi juga menggunakan bahasa asing.
Bahasa asing akan mudah dipelajari apabila pembelajar bahasa asing tersebut memahami struktur kebahasaannya dan menguasai kosakatanya dengan baik. Namun apabila pembelajar bahasa asing tersebut hanya memahami struktur kebahasaannya saja tanpa diikuti dengan penguasaan kosakata yang memadai, maka kualitas kemampuan bahasa asingnya dinilai rendah dan begitu juga sebaliknya.
Dari penjelasan tersebut terlihat jelas bahwa stuktur bahasa dan kosakata berperan penting dalam menentukan kualitas kemampuan berbahasa asing seseorang. Pembelajar bahasa asing atau siswa pada umumnya hanya menguasai kosakata yang sering digunakan dalam
(6)
2
kehidupan sehari-hari, tak hanya itu mereka mengingat kosakata yang telah dikuasainya dalam kurun waktu yang singkat dan bersifat sementara. Hal tersebut terjadi karena beberapa faktor, salah satunya adalah monotonnya teknik pembelajaran kosakata bahasa asing yang didapatkan para siswa tersebut pada saat pembelajaran, sehingga membuat siswa menjadi jenuh dan mudah lupa.
Proses belajar mengajar dapat disampaikan secara lebih menarik melalui metode pembelajaran yang baik dengan menggunakan teknik permainan sederhana maupun dengan media pembelajaran yang menarik. Oleh karena itu, pengajar dituntut untuk lebih kreatif dalam menyampaikan materi pembelajaran dengan menggunakan teknik dan media yang menarik agar siswa dapat lebih termotivasi dalam belajar.
Teknik permainan merupakan salah satu teknik pembelajaran bahasa yang dapat digunakan oleh pengajar agar siswa tersebut tidak mudah jenuh. Dalam pembelajaran itu sendiri teknik permainan dapat dikelompokkan menjadi beberapa kelompok, yaitu permainan kosakata, permainan mengeja, permainan struktur bahasa, permainan aritmatika, dan sebagainya. Penelitian Puspitasari (2010) yang berjudul “Efektivitas Teknik Permainan Mystery Bag dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang” membuktikan bahwa teknik permainan mystery bag ini efektif membantu siswa dalam menguasai kosakata bahasa Jepang
(7)
3
Teknik permainan Mystery Bag ini termasuk ke dalam teknik permainan kosakata atau yang lebih sering dikenal sebagai Vocabulary
Games. Teknik permainan ini sangatlah sederhana dan mudah untuk
dimainkan. Caranya adalah dengan menebak benda-benda yang berada di dalam sebuah tas tanpa melihat, mencium, dan merasakan. Pemain hanya diperbolehkan meraba benda tersebut.
Berdasarkan sudut pandang tersebut, peneliti merasa tertarik untuk melakukan penelitian mengenai penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis dengan menggunakan teknik permainan Mystery
Bag, sehingga penelitian ini diberi judul “Efektivitas Teknik Permainan
Mystery Bag untuk Meningkatkan Penguasaan Kosakata dalam Keterampilan Menulis Bahasa Perancis (Studi Eksperimen Semu terhadap Siswa Kelas X Sekolah Menengah Atas Sandhy Putra Bandung Tahun Ajaran 2012/2013).”
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Bagaimanakah penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis
bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra sebelum dan sesudah menggunakan teknik permainan Mistery Bag ?
(8)
4
2. Bagaimanakah penerapan teknik permainan Mystery Bag terhadap
upaya peningkatan penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra ?
3. Apakah teknik permainan Mystery Bag efektif untuk meningkatkan
penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis siswa SMA Sandhy Putra ?
4. Apa pendapat siswa SMA Sandhy Putra tentang penggunaan teknik
permainan Mystery Bag terhadap upaya peningkatan penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis ?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Mendeskripsikan tingkat kemampuan penguasaan kosakata dalam
keterampilan menulis bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra sebelum dan sesudah menggunakan teknik permainan Mystery Bag.
2. Mendeskripsikan penerapan teknik permainan Mystery Bag terhadap
upaya peningkatan kemampuan penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra.
3. Menganalisis tingkat efektivitas teknik permainan Mystery Bag untuk
meningkatkan kemampuan penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis siswa SMA Sandhy Putra.
(9)
5
4. Mendeskripsikan pendapat siswa SMA Sandhy Putra tentang
penggunaan teknik permainan Mystery Bag terhadap upaya peningkatan kemampuan kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis.
1.4 Manfaat Penelitian
Dalam setiap penelitian yang dilakukan tentunya memiliki manfaat yang diharapkan dapat berguna bagi seluruh pihak, baik itu bagi peneliti maupun bagi orang lain. Berikut adalah manfaat dari penelitian ini :
1. Pendidik
a. Teknik permainan ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah
satu alternatif dan solusi bagi pengajar untuk membuat suasana kelas menjadi hidup atau tidak monoton sehingga siswa tidak merasa bosan.
b. Teknik permainan ini diharapkan dapat mempermudah pendidik
dalam menyampaikan materi pelajaran.
2. Peserta didik
a. Teknik permainan ini diharapkan dapat mempermudah dan
memotivasi siswa untuk menguasai kosakata dalam keterampilan menulis bahasa Perancis.
3. Peneliti sendiri
a. Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan peneliti
(10)
6
b. Penelitian ini diharapkan dapat membekali peneliti dalam
menyampaikan materi pembelajaran yang baik.
4. Para peneliti lainnya
a. Penelitian ini diharapkan menjadi rujukan atau referensi bagi para
peneliti lainnya.
1.5 Asumsi dan Hipotesis 1.5.1 Asumsi
Asumsi adalah sebuah anggapan dasar. Pernyataan tersebut dipertegas oleh Kamus Bahasa Indonesia online yang beralamatkan
http://kamusbahasaindonesia.org/ yang menyebutkan bahwa “asumsi
adalah dugaan yang diterima sebagai dasar atau landasan berpikir yang
dianggap benar”. Berdasarkan pengertian tersebut, maka asumsi dari
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Teknik pengajaran adalah suatu teknik yang mendatangkan
keuntungan dalam proses belajar mengajar, yaitu membantu pengajar menyampaikan materi pembelajaran, membantu siswa
menguasai kosakata bahasa Perancis dengan cara yang
menyenangkan, dan memotivasi siswa dalam belajar.
2. Menguasai kosakata dengan baik akan meningkatkan kemampuan
(11)
7
1.5.2 Hipotesis
Hipotesis adalah dugaan sementara yang perlu diketahui kebenarannya, di mana dugaan itu dapat terbukti benar maupun salah. Pengertian tersebut diperkuat dengan adanya penjelasan yang dipaparkan
dalam situs http://lenterakecil.com/pengertian-hipotesis-dalam-penelitian/,
bahwa “hipotesis adalah suatu dugaan yang perlu diketahui kebenarannya,
yang berarti dugaan itu mungkin benar dan mungkin salah”. Berdasarkan
penjelasan tersebut, maka hipotesis dari penelitian ini yaitu, teknik permainan Mystery Bag efektif digunakan dalam pembelajaran kosakata, khususnya keterampilan menulis bahasa Perancis dan dapat memotivasi serta memudahkan siswa dalam menguasai kosakata bahasa Perancis.
(12)
BAB II
EFEKTIVITAS TEKNIK PERMAINAN MYSTERY BAG DALAM MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA PERANCIS
2.1 Pembelajaran Bahasa
2.1.1 Definisi Pembelajaran
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dalam diri seseorang baik tingkah laku dalam berpikir, bersikap, maupun berbuat melalui sebuah interaksi antara individu dan lingkungan di mana individu tersebut tinggal. Witherington (1952) dalam buku Kurikulum dan Pembelajaran karya Tim Pengembang MKDP Kurikulum dan
Pembelajaran menyebutkan bahwa „Belajar merupakan perubahan dalam
kepribadian yang dimanifestasikan sebagai suatu pola-pola respon yang berupa keterampilan, sikap, kebiasaan, kecakapan, atau pemahaman (2006
: 92)‟. Sedangkan definisi belajar yang ditemukan dalam buku Strategi
Pembelajaran Bahasa karya Iskandarwassid dan Suhendar (2008)
menyebutkan bahwa “Belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku melalui interaksi antara individu dan lingkungan di mana ia hidup”.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan beberapa hal yang berhubungan dengan pengertian belajar adalah sebagai berikut :
1. Belajar merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan yang
(13)
2. Belajar merupakan sebuah interaksi dengan lingkungan sekitar yang membawa perubahan terhadap setiap individu.
3. Dalam belajar terjadi perubahan tingkah laku yang menyangkut
kepribadian individu ke arah yang positif dan bersifat cenderung permanen.
4. Terdapatnya aspek-aspek yang mendukung peranan kepribadian
setiap individu dalam proses belajar, yaitu motivasi, emosional, sikap, pola pikir, cara bertindak, dan sebagainya.
5. Dapat terjadi tanpa guru, tanpa kegiatan mengajar dan
pembelajaran.
Mengajar adalah proses menyampaikan informasi yang bertujuan untuk mendidik dengan dilatarbelakangi oleh ilmu pengetahuan dan pengalaman hidup. Sanusi (1998) dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa karya Iskandarwassid dan Suhendar (2008) menyebutkan bahwa :
mengajar diartikan sebagai proses mendidik atau membelajarkan peserta didik yang diasumsikan mempunyai beberapa fungsi, antara lain membantu menumbuhkan dan mentransformasikan nilai-nilai positif
sambil memberdayakan serta mengembangkan potensi-potensi
kepribadian peserta didik.
2.1.2 Bahasa
Bahasa merupakan alat komunikasi yang berperan penting dalam kehidupan manusia, selain itu bahasa juga berfungsi sebagai alat untuk mengidentifikasikan diri, alat untuk integrasi dan adaptasi sosial, dan
(14)
sebagai alat kontrol sosial. Menurut sumber internet yang beralamatkan http://organisasi.org/definisi-pengertian-bahasa-ragam-dan-fungsi-bahasa-pelajaran-bahasa-indonesia mengatakan bahwa
“Bahasa adalah suatu sistem dari lambang bunyi arbiter (tidak ada hubungan antara lambang bunyi dengan bendanya) yang dihasilkan oleh alat ucap manusia dan dipakai oleh masyarakat untuk berkomunikasi, kerja
sama, dan identifikasi diri”.
Bahasa memiliki banyak fungsi, yaitu bahasa berfungsi sebagai ekspresi, informasi, eksplorasi, persuasi, dan penghibur. Dari fungsi-fungsi tersebut dapat dilihat betapa pentingya keberadaan sebuah bahasa dalam kehidupan sehari-hari. Bahasa sendiri dibedakan menjadi 2 macam, yaitu bahasa ibu atau bahasa asli dan bahasa asing. Bahasa ibu merupakan bahasa yang didapatkan sejak seseorang dilahirkan dan pada saat mulai tumbuh berkembang. Sedangkan bahasa asing merupakan bahasa yang dipelajari serta dikuasai oleh seseorang selain bahasa ibu. Pemerolehan bahasa asing atau bahasa kedua ini biasanya didapatkan dengan secara tidak sengaja atau karena suatu kebutuhan. Dalam proses pembelajaran bahasa itu sendiri terdapat unsur yang saling menunjang, yaitu keterampilan dan komponen.
2.1.3 Keterampilan Berbahasa
Dalam pembelajaran bahasa terdapat 4 aspek keterampilan berbahasa, yaitu keterampilan menulis, membaca, mendengarkan dan berbicara. Pembelajaran bahasa asing terutama bahasa Perancis pun memiliki aspek keterampilan berbahasa. Dalam bahasa Perancis, menulis
(15)
dikenal dengan istilah production écrite, membaca dikenal dengan istilah
compréhension écrite, mendengarkan dikenal dengan istilah
compréhension orale, dan berbicara dikenal dengan production orale.
Aspek keterampilan membaca merupakan keterampilan untuk memahami informasi yang diungkapkan oleh penulis melalui tulisan. Aspek keterampilan menulis merupakan keterampilan mengekspresikan gagasan pikiran ke dalam sebuah tulisan. Keterampilan ini tergolong ke dalam keterampilan aktif, karena siswa atau penulis dituntut aktif dalam menyampaikan informasi atau gagasan pikiran yang ingin disampaikan kepada pembaca.
Aspek keterampilan mendengar (menyimak) merupakan
keterampilan untuk memahami informasi yang disampaikan oleh pembicara melalui ucapan atau bunyi. Aspek keterampilan berbicara merupakan keterampilan yang mengekspresikan pikiran atau ide memalui ucapan atau bunyi.
2.1.4 Komponen Berbahasa
Pada dasarnya komponen bahasa terdiri dari tiga komponen, yaitu tatabahasa atau disebut Grammaire dalam bahasa Perancis, kosakata atau disebut Vocabulaire dalam bahasa Perancis, dan pelafalan atau disebut
Pronounciation dalam bahasa Perancis.
Tatabahasa (Gramaire) merupakan suatu pola dan aturan yang harus diikuti dalam pembelajaran sebuah bahasa. Seseorang akan
(16)
dikatakan mahir dalam berbahasa jika orang tersebut memahami dan mengikuti tatabahasa yang berlaku pada bahasa tersebut.
Kosakata (Vocabulaire) merupakan himpunan kata yang dimiliki atau diketahui oleh seseorang. Dalam tatabahasa, kelas kata dibagi menjadi beberapa kategori, yaitu kata benda, kata kerja, kata sifat, kata keterangan, kata ganti, kata bilangan, dan kata tugas.
Pelafalan (Pronounciation) merupakan cara pengucapan kata dalam suatu bahasa. Dalam pelafalan ini pengguna bahasa mempelajari mengenai intonasi dan penekanan ucapan pada suku kata bahasa tertentu.
2.2 Pendekatan dan Metode Pembelajaran Bahasa 2.2.1 Pendekatan Pembelajaran Bahasa
Pendekatan pembelajaran adalah cara umum dalam memandang permasalahan atau kajian yang terjadi di dalam proses pembelajaran.
Iskandarwassid dan Sunendar menyebutkan bahwa “Pendekatan
merupakan sikap atau pandangan tentang sesuatu, yang biasanya
merupakan asumsi atau seperangkat asumsi yang saling berkaitan”
(Iskandarwassid dan Sunendar, 2008 : 40). Pendekatan pembelajaran terdiri dari berbagai jenis, berikut jenis-jenis pendekatan pembelajaran.
1. Pendekatan Formal
Dalam pembelajaran bahasa pendekatan formal merupakan pendekatan tradisional. Pembelajaran yang dilakukan oleh pendekatan ini mengandalkan pengalaman pengajar atau tokoh pendidik dilingkungan
(17)
sekitar, karena pendekatan ini cenderung mengikuti cara-cara yang telah biasa dilakukan pada sebelum-sebelumnya. Maka dari itu, pendekatan ini tidak memiliki latar belakang yang teoretis. Menurut Semi (1993) dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa, pembelajaran pada umumnya dimulai dengan rumusan teoretis yang kemudian diaplikasikan dengan contoh-contoh pemakaiannya dan dengan jalan menjabarkannya. Pendekatan ini
cenderung menyampaikan informasi mengenai bahasa tanpa
memperhatikan kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, pendekatana ini pun dikenal sebagai pendekatan informatif.
Pendekatan formal biasanya diterapkan ke dalam dua metode, yaitu metode terjemahan dan metode membaca.
2. Pendekatan Fungsional
Pendekatan fungsional cenderung menyarankan mempelajari bahasa dengan terjun langsung ke masyarakat untuk melakukan komunikasi. Tujuan dari pendekatan ini adalah membiarkan para pembelajar bahasa merasakan fungsi dari bahasa dan memahami tatabahasa itu sendiri. Pendekatan ini memunculkan metode pembelajar bahasa seperti metode langsung, metode audiolingual, metode linguistik, metode intensif dan metode pembatasan.
3. Pendekatan Integral
Pendekatan integral menyebutkan bahwa pengajaran bahasa merupakan sesuatu yang bersifat multidimensional, di mana banyak faktor yang harus dipertimbangkan dalam pembelajaran. Pembelajaran harus
(18)
bersifat fleksibel dan menggunakan metode yang terbuka, misalnya : metode eksperimen dan metode kerja lapangan.
4. Pendekatan Sosiolinguistik
Pendekatan Sosiolinguistik mempelajari hubungan masyarakat dengan bahasa. Pendekatan sosiolinguistik menyebutkan bahwa bahasa merupakan sebuah identas kelompok dan sebagai alat komunikasi. Bahasa memiliki sitem yang bervariasi, yang mana setiap ragam tersebut memiliki peranan, fungsi dan kawasan pemakaian yang tertentu.
5. Pendekatan Psikologi
Pendekatan psikologi ini merupakan pendekatan pembelajaran yang berkaitan dengan mengamati kepribadian, kebiasaan belajar dari siswa dan respon siswa terhadap pembelajaran. Dengan mengamati tingkah laku siswa, pengajar dapat memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh siswa tersebut agar penyampaian informasi dalam proses pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
6. Pendekatan Psikolinguistik
Pendekatan psikolinguistik inimerupakan pendekatan yang
mempelajari latar belakang kemampuan siswa dalam berbahasa. Pendekatan ini menganggap bahwa keberhasilan belajar siswa ditentukan oleh faktor eksternal.
(19)
Pendekatan ini menyebutkan bahwa segala tingkah laku ataupun kegiatan siswa dalam pembelajaran merupakan respon terhadap adanya stimulus yang diserapnya.
8. Pendekatan Pengelolaan Kelas
Pendekatan pengelolaan kelas ini terdiri dari berbagai macam pendekatan, yaitu pendekatan otoriter, pendekatan permisif, pendekatan pengubahan perilaku, dan pendekatan iklim sosio-emosional. Setiap pendekatan tersebut memiliki tujuan yang sama, yaitu menciptakan
suasana kelas yang kondusif dengan cara menciptakan dan
mempertahankan ketertiban kelas, memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan sesuatu, serta menjaga hubungan yang baik antara pengajar dan siswa.
9. Pendekatan Komunikatif
Pendekatan komunikatif ini merupakan pendekatan yang sering digunakan dalam pembelajaran bahasa. Pendekatan komunikatif merupakan pendekatan pembelajaran yang dilandasi oleh teori komunikasi dan fungsi bahasa yang bertujuan mengembangkan kemampuan komunikatif dan meningkatkan kemampuan keterampilan berbahasa siswa.
2.2.2 Metode Pembelajaran Bahasa
Menurut KBBI (1995) dalam buku Strategi Pembelajaran Bahasa metode adalah cara kerja yang bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang ditentukan (Iskandarwassid dan
(20)
Sunendar, 2008:56). Metode pembelajaran terdiri dari berbagai macam, yaitu :
1. Metode Terjemahan
Metode terjemahan tatabahasa biasa dikenal dengan metode tradisional. Metode ini berkembang sekitar akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20. Prinsip dari metode ini adalah siswa dituntut untuk mampu menerjemahkan bahasa ibu ke bahasa sasaran, begitu juga sebaliknya. Ciri-ciri dari metode ini adalah :
1) Kaidah tatabahasa dan kosakata dipelajari dengan seksama.
2) Tatabahasa diajarkan secara deduktif.
3) Cara penerjemahan diterangkan secara terperinci.
4) Hanya fokus pada 2 keterampilan berbahasa, yaitu membaca
dan menulis.
5) Tujuan pembelajarannya adalah untuk mengalihkan bahasa
ibu ke dalam bahasa sasaran, begitu juga sebaliknya.
6) Bahasa ibu dan bahasa sasaran dibandingkan secara konstan.
7) Pemahaman kaidah dan bahan bacaan diuji melalui
terjemahan.
2. Metode Langsung
Metode langsung ini lebih menekankan pada bahasa lisan dan memperhatikan ucapan. Metode ini sudah mulai mengurangi metode terjemahan. Ciri-ciri dari metode ini adalah :
(21)
2) Menggunakan kosakata sehari-hari dan kalimat wacana yang sederhana.
3) Keterampilan berkomunikasi secara tanya-jawab dilakukan
secara intensif.
4) Aspek berbicara dan menyimak mendapatkan perhatian yang
baik.
5) Ketepatan ucapan dan tatabahasa sangat diperhatikan dan
diutamakan.
3. Metode Audiolingual
Metode audio-lingual ini berfokus pada lafal kata dan pelatihan pola kalimat yang dilakukan secara berulang-ulang secara intensif. Ciri-ciri dari metode ini adalah :
1) Pemisahan keterampilan bahasa-menyimak, berbicara,
membaca, menulis, dan pengulangan audiolingual secara grafik.
2) Penggunaan “dialog” sebagai sarana utama penyajian bahasa.
3) Penekanan pada teknik praktik tertentu.
4) Pemantapan teori linguistik dan teori psikologis sebagai dasar
bagi metode pengajaran bahasa.
5) Penggunaan laboratorium bahasa.
4. Metode Pembelajaran Bahasa Masyarakat
Metode pembelajaran bahasa masyarakat merupakan metode yang memberikan penekanan ranah afektif ke dalam pembelajaran kognitif.
(22)
Dalam hal ini, siswa mendapatkan perhatian dan bimbingan bimbingan agar siswa dapat mencapai tujuan yang diinginkan.
5. Metode Responsi Fisik Total
Dalam proses pembelajaran dengan menggunakan metode ini, pengajar diwajibkan untuk dapat berperan sebagai pengarah dari setiap tingkah laku siswa. Siswa harus menyimak pengajar dengan baik agar dapat mengikuti proses pembelajaran dengan baik.
6. Metode Cara Diam (Silent Way)
Metode cara diam atau yang lebih sering dikenal dengan silent way adalah salah satu metode pembelajaran bahasa yang merupakan bagian dari pendekatan pedagogi. Metode ini menerangkan bahwa aspek kognitif cenderung lebih dominan daripada aspek affektif dalam membantu keberhasilan mempelajari bahasa, frase, dan kalimat. Pada metode ini pengajar dituntut untuk lebih diam dan membiarkan siswa menjadi lebih aktif, mandiri dan lebih peka terhadap suasana pembelajaran. Stevick dalam buku Pengajaran Pemerolehan Bahasa menyebutkan ciri-ciri utama dari metode ini adalah :
1) Mengajar haruslah merupakan bawahan (atau subordinasi)
belajar.
2) Belajar bukanlah secara primer yang merupakan tiruan atau
latihan.
3) Dalam belaajr, pikiran memperlengakapi dirinya dengan
(23)
yang disengaja, menunda keputusan, dan memperbaiki kesimpulan.
4) Dalam pelaksanaannya, pikiran menarik atau mengambil
segala sesuatu yang sudah pernah diperolehnya, terutama pengalaman dalam belajar bahasa ibu atau bahasa asli.
5) Jika aktivitas guru merupakan bawahan atau subordinasi bagi
pembelajar, maka guru harus berhenti mencoba mencampuri dan mengalihkan kegitan tersebut.
7. Metode Sugestopedia
Metode sugestopedia ini dapat membantu siswa dalam
berkonsentrasi dalam memahami tatabahasa dan kosakata yang dipelajari. Suasana belajar mengajar yang menyenangkan, menyejukkan, dan nyaman dapat memberikan sugesti kepada para siswa, misalnya dengan mendekorasi ruang kelas dengan semenarik mungkin, tempat duduk yang nyaman, ruangan yang bersih, dan sebagainya.
2.3 Teknik dan Media Pembelajaran Bahasa 2.3.1 Teknik Pembelajaran Bahasa
Secara umum pengertian teknik adalah suatu cara, sistem, langkah untuk mengerjakan dan menyelesaikan sesuatu. Sedangkan teknik pembelajaran adalah suatu cara sistematis yang digunakan dalam proses
belajar mengajar yang bertujuan membantu pengajar dalam
(24)
diberikan. Pernyataan tersebut diperkuat dengan sebuah pernyataan yang
terdapat dalam situs internet yang berlamatkan
http://sditalihsan.sch.id/?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=57 yang
menyebutkan bahwa “teknik pembelajaran adalah cara kongkret yang
dipakai saat proses pembelajaran berlangsung”. Dalam penggunaan teknik
pembelajaran, guru dapat menggunakan berbagai macam teknik dalam satu metode yang sama. Teknik itu sendiri terdiri dari berbagai macam bentuk, berikut adalah macam-macam bentuk teknik pembelajaran.
1. Teknik Diskusi
Teknik diskusi ini melibatkan banyak orang, minimal dilakukan 2 orang karena teknik ini membutuhkan kerjasama dan komunikasi. Teknik ini menciptakan suasana yang aktif diantara para siswa. Jika teknik ini diterapkan di dalam kelas, pengajar harus bekerja ekstra mengatur jalannya teknik diskusi ini.
2. Teknik Sumbang Saran atau Percambahan (Brainstroming)
Teknik sumbang saran ini menghidupkan komunikasi antara pengajar dan siswa. Pengajar harus aktif melontarkan permasalahan dari materi yang diberikannnya, yang mana masalah tersebut harus dijawab atau ditanggapi oleh siswa sehingga masalah tersebut berkembang dan menjadi masalah baru.
(25)
Teknik inquiry ini menuntun siswa untuk mandiri karena teknik ini membiarkan siswa mencari jawaban sendiri, sumber belajar sendiri, dan belajar bersama dengan teman-temannya untuk menyelesaikan tugasnya.
4. Teknik Simulasi
Teknik simulasi ini membuat para siswa aktif dalam berperan sesuai yang dikehendaki oleh siswa tersebut. Biasanya bentuk teknik pembelajaran ini berupa sosiodrama, psikodrama, permainan simulasi, dan bermain peran.
5. Teknik Ceramah
Teknik ceramah ini merupakan teknik tradisional. Teknik ini secara tidak langsung mengandung unsur paksaan, karena siswa harus memperhatikan, mendengarkan, dan mencatat apa yang diterangkan oleh pengajar tanpa berkomentar. Teknik ini dapat dipadupadankan dengan teknik tanya jawab atau dialog sehingga teknik ini menjadi hidup.
6. Teknik Permainan
Teknik permainan merupakan teknik yang paling menyenangkan sehingga dapat menghidupkan suasana kelas. Teknik ini dapat memberikan kesan yang tersendiri sehingga dapat memotivasi para siswa. Dalam pembelajaran bahasa teknik permainan dibagi menjadi beberapa bagian, yaitu permainan kosakata, permainan tatabahasa, permainan mengeja dan sebagainya.
(26)
Dalam penggunaan teknik ini, siswa mengerjakan tugas atau menyelesaikan masalah dengan cara bersama-sama. Pengajar membagi
siswa ke dalam beberapa kelompok, biasanya terdiri dari 3 – 10 siswa
tergantung dari tugas yang akan diberikan.
8. Teknik Kerja Lapangan
Teknik pembelajaran kerja lapangan ini membawa siswa ke luar sekolah untuk mengadakan observasi dengan terjun langsung ke lapangan. Selain itu, siswa juga berpartisipasi ke dalam dunia kerja sehingga siswa dapat menghayati dan dapat beradaptasi dengan lingkungan sekitar.
9. Teknik Eksperimen
Teknik pembelajaran membuat aktif para siswa dengan cara melakukan percobaan mengenai suatu hal, kemudian siswa mengamati proses yang tejadi dan membuat laporannya.
2.3.2 Media Pembelajaran
Secara umum media adalah sebuah perantara atau pengantar pesan. Media pembelajaran merupakan sarana yang digunakan pada proses belajar mengajar yang dapat membantu merangsang daya pikir, perhatian, motivasi, dan emosi siswa dalam belajar. Media pembelajaran terdiri dari beberapa jenis, yaitu media grafis, media tiga dimensi, dan media proyeksi.
(27)
Menurut Webster dalam buku media pengajaran menyebutkan
bahwa “Graphics merupakan seni atau ilmu menggambar, terutama
penggambaran mekanik (sudjana dan Rivai,2010:27)”. Di lihat dari
definisinya media grafis merupakan sebuah media pengajaran yang berupa sketsa, grafik, poster, bagan, kartun, diagram, dan komik.
Media grafis berupa bagan terdiri dari berbagai macam, yaitu bagan pohon, bagan alir, bagan arus, dan bagan tabel. Sedangkan media grafis berupa grafik terdiri dari grafik garis, grafik batang, grafik lingkaran, grafik wilayah, dan grafik gambar.
Media grafis berupa sketsa, kartun, poster, dan komik memiliki persamaan, yaitu sama-sama menggunakan gambar di dalamnya.
2. Media Tiga Dimensi
Menurut Sudjana dan Rivai model media tiga dimensi dibagi menjadi enam kategori, yaitu model padat, model penampang, model susun, model kerja, mock-up dan diorama. Model padat dapat berupa boneka, patung, alat tulis, anatomi tubuh, globe, dan sebagainya.
Model penampang bersifat menampakkan susunan dari sebuah objek, seperti anatomi tubuh yang dapat dilihat susunan bagiannya ataupun penggambaran lapisan bumi yang biasa digunakan pada pelajaran ilmu bumi atau geografi. Model susun ini hampir mirip dengan model penampang hanya saja kita dapat melepaskan
(28)
bagian-bagian yang tersusun pada objek tersebut, seperti anatomi tubuh, mesin, pompa, dan sebagainya.
Model kerja merupakan sebuah tiruan sistem kerja dari suatu objek, seperti sistem perputaran tata surya, neraca, katrol, alat ukur yang biasa digunakan dalam bidang ilmu pasti, microscope, dan sebagainya. Mock-up merupakan penyederhanaan dari suatu objek yang berfungsi sebagai simulasi, seperti jaringan listrik, sistem telepon, sistem peredaran darah, dan sebagainya. Diorama adalah sebuah objek tiga dimensi yang bertujuan menggambarkan keindahan suatu objek, seperti lukisan tiga dimensi, maket, dan sebagainya.
3. Media Proyeksi
Media proyeksi terdiri dari slide, film stripe, film, penggunaan OHP dan sebagainya.
4. Media Audio
Pengertian media audio untuk pembelajaran menurut Sudjana
dan Rivai adalah “sebagai bahan yang mengandung pesan dalam
bentuk auditif (pita suara atau piringan suara), yang dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan siswa, sehingga terjadi
proses belajar-mengajar (Sudjana dan Rivai, 2010:129)”. Alat yang
biasanya digunakan dalam media audio adalah radio, DVD, CD, kaset, piringan hitam, dan lain sebagainya.
(29)
Dilihat dari definisi dan alat yang digunakan, media audio ini berfungsi untuk melatih keterampilan mendengar atau menyimak. Kecakapan-kacakapan yang bisa dicapai siswa dengan menggunakan media audio ini, di antaranya :
1) Kecakapan dalam memusatkan perhatian siswa.
2) Kecakapan dalam mengikuti suatu pengarahan yang
didengarkan oleh siswa.
3) Kecakapan dalam menganalisis suatu permasalah yang
didengarkan oleh siswa.
4) Kecakapan siswa dalam memisahkan kata-kata atau
informasi yang relevan dengan yang tidak relevan.
5) Kecakapan dalam mengingat dan mengungkapkan
kembali mengenai informasi yang didengarkan oleh siswa.
6) Kecakapan dalam memperoleh arti dari suatu konteks.
2.4 Permainan Mystery Bag 2.4.1 Definisi Permainan
Berdasarkan situs online yang beralamatkan
http://id.wikipedia.org/wiki/Permainan menjelaskan bahwa permainan merupakan sebuah aktivitas rekreasi dengan tujuan bersenang-senang, mengisi waktu luang, atau berolahraga ringan. Adapun definisi lainnya
(30)
http://www.artikata.com/arti-371318-permainan.html menyatakan bahwa permainan adalah sesuatu yang digunakan untuk bermain, barang ata sesuatu yang dipermainkan.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa permainan merupakan suatu kegiatan yang menyenangkan dan membuat orang menjadi rileks. Tujuan penggunaan permainan dalam proses pembelajaran adalah meringankan daya pikir siswa dalam mencerna materi atau bahan ajar yang disampaikan. Tak hanya itu tujuan penggunaan permainan dalam proses belajara mengajar adalah memotivasi siswa untuk mempelajari pelajaran tersebut.
2.4.2 Cara Penggunaan Permainan Mystery Bag
Permainan Mystery Bag merupakan sebuah permainan yang dapat diterapkan pada proses pembelajaran bahasa. Permainan ini tergolong ke dalam teknik permainan kosakata. Permainan ini peneliti temukan pada buku yang berjudul be smart and fun with english games karya Ayu Rini,
youtube dan skripsi karya Rianny seorang mahasiswa bahasa Jepang.
Permainan mystery bag adalah sebuah permainan individu yang diperuntukkan untuk tingkat dasar. Permainan ini membutuhkan sebuah tas dan benda-benda yang akan dimasukkan kedalam tas tersebut.
Cara menggunakan permainan ini adalah semua pemain mengelilingi pemimpin permainan tersebut. Kemudian pemimpin permainan tersebut duduk di tengah lingkaran dengan membawa sebuah tas yang berisi aneka benda di dalamnya. Sebelumnya, Para pemain tidak mengetahui
(31)
benda-benda apa saja yang disembunyikan di dalam tas tersebut. Namun, perlu dicatat, pemimpin sebaiknya memasukkan benda-benda yang sudah dikenal oleh semua pemain. Kemudian para pemain secara bergilir maju ke depan mendekati pemimpin permainan. Pemain 1 memasukkan tangannya ke dalam tas dan mengambil sebuah benda, tapi benda itu tetap dipegang dalam kantong. Lalu pemain meraba benda tersebut dengan tangannya. Setelah merasa yakin akan jawabannya maka pemain 1 akan menyebutkan nama benda tersebut. Jika jawaban dari pemain 1 benar maka pemain masih diperbolehkan main namun jika salah pemain 1 akan dikeluarkan dari permainan.
2.4.3 Kekurangan dan Kelebihan Permainan Mystery Bag
Kelebihan dari permainan ini adalah sederhana, mudah dilakukan dan menggunakan alat peraga yang sederhana. Tak hanya itu permainan ini pun memotivasi siswa dalam belajar dan dengan adanya permainan ini suasana pembelajaran menjdai tidak monoton. Namun kekurangan dari permainan ini adalah tidak dapat menggunakan semua benda sebagai objek permainan, karena tas yang dipergunakan adalah tas kecil atau berukuran sedang sehingga benda besar seperti papan tulis tidak dapat dimasukkkan ke dalam tas tersebut.
(32)
2.5 Hasil Temuan Penelitian Terdahulu
Teknik permainan mystery bag ini sebelumnya sudah pernah diteliti oleh mahasiswi jurusan bahasa Jepang yang bernama Puspitasari (2010)
yang berjudul “Efektivitas Teknik Permainan Mistery Bag dalam Meningkatkan Penguasaan Kosakata Bahasa Jepang”. Peneliti tersebut melakukan eksperimen murni dengan menggunakan kelas kontrol dan kelas ekperimen dari kelompok yang berbeda. Hasil penelitian tersebut menyebutkan bahwa permainan mystery bag mempermudah siswa dalam mempelajari kosakata bahasa Jepang.
(33)
67
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini, peneliti mencoba menganalisis data dari hasil penelitian yang telah dilakukan di SMA Sandhy Putra pada siswa kelas X tahun ajaran 2012/2013. Data tersebut berupa pretest (tes awal) dan
posttest (tes akhir) mengenai penguasaan kosakata bahasa Perancis yang
bertemakan lingkungan sekolah, serta data hasil angket yang diberikan guna mengetahui pendapat siswa tentang penggunaan teknik permainan
Mystery Bag dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis. Berikut ini
penjelasan pelaksanaan penelitian, hasil analisis data pretest, posttest, dan angket penelitian tersebut.
4.1 Tahap Pelaksanaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian eksperimen semu ini dilakukan secara bertahap, mulai dari tahap pretest, perlakuan dan terakhir tahap posttest.
1. Pretest (tes awal)
Pretest dilaksanakan sebanyak satu kali, yakni pada tanggal 13
Oktober 2012 dengan memberikan 20 soal berbentuk isian singkat.
Pretest ini dilakukan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
penguasaan kosakata sebelum diberikan treatment yaitu penggunaan teknik permainan mystery bag.
(34)
68
2. Treatment (Perlakuan)
Treatment atau perlakuan dilaksanakan pada pertemuan
selanjutnya, yakni tanggal 20 Oktober 2012 dalam satu kali pertemuan dengan alokasi waktu 1x50 menit (±1 jam pelajaran). Peneliti memberikan perlakuan berupa penerapan teknik permainan Mystery
Bag dalam proses pembelajaran kosakata bahasa Perancis. Adapun
langkah-langkahnya sebagai berikut :
a. Siswa menyaksikan dan mengamati tayangan berupa video
mengenai Les Fournitures Scolaires yang sesuai dengan pokok bahasan yang diberikan.
b. Siswa mengamati bentuk tulisan dan cara pelafalannya dalam
bahasa Perancis.
c. Siswa mempraktekkan hasil pengamatannya dengan cara
melafalkan kembali kosakata yang terdapat didalam video tersebut.
d. Siswa melakukan teknik permainan Mystery Bag guna
memperdalam pengingatan dan pemahamannya terhadap kosakata bahasa Perancis yang telah diberikan.
Dalam pelaksanaannya, peneliti menayangkan video mengenai Les
Fournitures Scolaires yang bertemakan lingkungan sekolah yang
berfungsi sebagai alat bantu pengajaran. Sementara itu siswa memperhatikan dengan seksama tulisan, pelafalan, serta gambar yang
(35)
69
mengucapkan kembali kosakata bahasa Perancis yang terdapat pada video tersebut.
Setelah peneliti memberikan bahan ajar kepada siswa, selanjutnya peneliti menerapkan teknik permainan Mystery Bag guna membantu siswa dalam mengingat materi yang diberikan dari segi penulisan, pengucapan, dan arti dari kosakata tersebut. Adapun langkah-langkah teknik permainan Mystery Bag tersebut sebagai berikut :
a. peneliti mempersiapkan benda dan tas yang akan dipergunakan
dalam permainan Mystery Bag;
b. mengkondisikan siswa dengan membentuk sebuah kelompok yang
masing-masing kelompok terdiri dari 5 siswa;
c. peneliti menjelaskan cara penggunaan teknik permainan Mystery
Bag kepada siswa;
d. peneliti menghampiri kelompok pertama, kemudian
masing-masing siswa dari kelompok tersebut memasukkan tangannya ke dalam tas untuk meraba benda tersebut,
e. masing-masing siswa diberikan kesempatan 30 detik untuk meraba
benda di dalam tas;
f. kemudian siswa mengingat dan menuliskan kata benda yang telah
diraba pada lembar kerja, dan kegiatan ini pun diterapkan pada kelompok selanjutnya;
g. hasil kerja dari masing-masing kelompok tersebut ditulis ulang di
(36)
70
Adapun foto yang menggambarkan proses berlangsungnya kegiatan teknik permainan Mystery Bag sebagai berikut :
Gambar 4.1
Penjelasan Teknik Permainan Mystery Bag
Gambar 4.2
(37)
71
Gambar 4.3
Penerapan Teknik Permainan Mystery Bag
Gambar 4.4
Penerapan Teknik Permainan Mystery Bag
Peneliti juga memberikan lembar observasi kepada observator guna mengetahui tanggapan siswa terhadap teknik permainan Mystery
(38)
72
Bag. Dari hasil lembar observasi tersebut diketahui bahwa siswa
antusias terhadap teknik permainan Mystery Bag dan respons yang diberikan pun dinilai posistif. Siswa pun fokus menyimak dan memperhatikan instruksi permainan yang diberikan oleh peneliti sehingga siswa mengerti dan tidak mengalami kesulitan dalam memainkan permainan tersebut. Dalam penerapannya siswa terlihat senang dan menyukai teknik permainan Mystery Bag sehingga siswa termotivasi untuk meningkatkan penguasaan kosakata dalam keterampilan menulis.
3. Posttest (tes akhir)
Posttest dilaksanakan pada waktu yang bersamaan dengan
pelaksanaan pemberian treatment, yaitu tanggal 20 Oktober 2012. Bentuk dan materi tes sama seperti pada saat pretest yakni berbentuk isian singkat, tetapi dengan soal tes yang berbeda. Posttest ini dilakukan untuk mengukur penguasaan kosakata siswa setelah diberikan treatment berupa teknik permainan Mystery Bag. Selain itu, peneliti juga memberikan angket guna mengetahui pendapat siswa mengenai penelitian yang peneliti lakukan.
(39)
73
4.2 Deskripsi Data Penelitian
4.2.1 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Pretest
Data pertama yang diperoleh oleh peneliti merupakan data hasil kegiatan pretest yang telah dilakukan. Dari hasil pretest tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan penguasaan kosakata bahasa Perancis siswa sebelum menggunakan teknik permainan Mystery Bag. Berikut adalah paparan nilai yang didapatkan dari pretest (tes awal).
Tabel 4.1
Data Nilai Pretest (Tes Awal)
No Responden Nilai Pretest
1. 001 7
2. 002 4,5
3. 003 6,5
4. 004 6,5
5. 005 7,5
6. 006 7,5
7. 007 6,5
8. 008 5
9. 009 4,5
10. 010 8,5
11. 011 7,5
12. 012 7
13. 013 6,5
14. 014 6
15. 015 7,5
16. 016 7,5
17. 017 3
18. 018 6
19. 019 6,5
(40)
74
Dari data tabel di atas terlihat bahwa hasil yang dicapai para siswa dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis sebelum menggunakan teknik permainan mystery bag terhitung rendah. Hal tersebut dapat dilihat dari banyak siswa yang mendapatkan nilai di bawah 7. Nilai terkecil yang didapatkan oleh siswa adalah 3 dan niai terbesar yang didapatkan siswa adalah 8,5.
4.2.2 Deskripsi dan Analisis Data Penelitian Hasil Posttest
Data kedua yang diperoleh oleh peneliti berasal dari hasil kegiatan
posttest. Dari hasil tersebut dapat diketahui tingkat kemampuan
penguasaan kosakata siswa setelah menggunakan teknik permainan
mystery bag. Berikut adalah paparan nilai yang didapatkan dari hasil posttest (tes akhir).
Tabel 4.2
Data Nilai Posttest (Tes Akhir) No Responden Nilai Posttest
1. 001 7,5
2. 002 5,5
3. 003 8,5
4. 004 6,5
5. 005 8
6. 006 7
7. 007 7,5
8. 008 7
9. 009 6,5
10. 010 9
11. 011 8,5
(41)
75
Dari data tabel di atas menunjukkan adanya peningkatan hasil nilai
posttest siswa dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis dengan
menggunakan teknik permainan Mystery Bag. Hal tersebut terlihat dari nilai siswa yang mengalami peningkatan yang signifikan jika dibandingkan dengan hasil nilai pretest. Tabel di atas menunjukkan banyak siswa yang mendapatkan nilai di atas 7. Nilai terkecil yang didapatkan siswa adalah 5,5 dan nilai terbesar adalah 9.
4.2.3 Distribusi Data Penelitian Hasil Pretest dan Posttest
Setelah hasil pretest dan posttest diketahui, peneliti akan melakukan distribusi data guna mendapatkan selisih atau gain (d) dari kedua hasil tes tersebut. Berikut adalah tabel distribusi hasil nilai pretest dan posttest.
13. 013 6,5
14. 014 6
15. 015 8,5
16. 016 8,5
17. 017 6
18. 018 6,5
19. 019 8
(42)
76
Tabel 4.3
Distribusi Data Penelitian Hasil Pretest dan Posttest
No Responden Pretest Posttest Gain (d)
(Posttest – Pretest)
1. 001 7 7,5 0,5
2. 002 4,5 5,5 1
3. 003 6,5 8,5 2
4. 004 6,5 6,5 0
5. 005 7,5 8 0,5
6. 006 7,5 7 -0,5
7. 007 6,5 7,5 1
8. 008 5 7 2
9. 009 4,5 6,5 2
10. 010 8,5 9 0,5
11. 011 7,5 8,5 1
12. 012 7 8,5 1,5
13. 013 6,5 6,5 0
14. 014 6 6 0
15. 015 7,5 8,5 1
16. 016 7,5 8,5 1
17. 017 3 6 3
18. 018 6 6,5 0,5
19. 019 6,5 8 1,5
20. 020 6 8 2
N = 20 ∑ = 127,5 ∑ = 148 ∑�= 20,5
Dari tabel di atas dapat diketahui jumlah yang didapat dari setiap variabel, baik variabel x (pretest) maupun variabel y (posttest), serta jumlah gain (d) yaitu selisih yang didapatkan dari kedua variabel tersebut.
Jumlah variabel x (∑ ) adalah 127,5, jumlah variabel y (∑ ) adalah 148,
(43)
77
4.3 Pembahasan Hasil Penelitian
Pada bagian ini, data yang telah diperoleh peneliti akan diolah untuk menghasilkan suatu kesimpulan mengenai perbedaan atau selisih yang terjadi di antara variabel x (pretest) maupun variabel y (posttest), yang mana kesimpulan tersebut berfungsi untuk mengetahui tingkat efektifitas yang diteliti oleh peneliti.
4.3.1 Pengolahan Data Penelitian
Pengolahan data dimulai dari perhitungan nilai rata-rata (mean) dari setiap variabel yang kemudian dilanjutkan dengan perhitungan taraf signifikasi antara kedua variabel tersebut. Berikut adalah paparan yang dijelaskan secara rinci.
1) Nilai rata-rata pretest (T1)
= ∑ = , = 6,375
2) Nilai rata-rata posttest (T2)
= ∑ = = 7,4
Dari hasil nilai rata-rata (mean) pada setiap variabel tersebut menunjukkan bahwa kenaikan nilai dari selisih mean antara pretest dan
posttest adalah sebesar 1,025 poin.
3) Analisis taraf signifikasi antara nilai rata-rata (mean) pretest dan nilai
(44)
78
Analisis taraf signifikasi dilakukan guna mengetahui apakah terdapat perbedaan yang signifikan antara mean pretest dan
posttest. Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut.
�
=
�∑��
( − )
Langkah pertama adalah mencari mean deviasi (��), rumus
yang digunakan adalah :
�= ∑ � = , = 1,025
Langkah berikutnya adalah mencari jumlah kuadrat deviasi (∑ d2).
Berikut adalah penjelasan yang dituangkan ke dalam tabel.
Tabel 4.4
Kuadrat Deviasi (∑ d2)
No Responden Gain (d) �� =� − � d2
1. 001 0,5 0,525 0,275625
2. 002 1 -0,025 0.000625
3. 003 2 0,975 0,950625
4. 004 0 -1,025 1,050625
5. 005 0,5 -0,525 0,275625
6. 006 -0,5 -1,525 2,325625
7. 007 1 -0,025 0,000625
8. 008 2 0,975 0,950625
9. 009 2 0,975 0,950625
10. 010 0,5 -0,525 0,275625
11. 011 1 -0,025 0,000625
12. 012 1,5 0,475 0,225625
(45)
79
Maka, nilai thitung adalah
�
=
�∑��
( − )
�
=
,, ( − )
�
=
,,
�
=
,,
= 5,204906003
~
5,21
Hasil perhitungan di atas merupakan upaya untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan atau tidak di antara kedua nilai rata-rata pretest
dan posttest. Untuk mengetahui terjadinya perbedaan tersebut, nilai thitung
yang telah didapatkan tersebut dibandingkan dengan daftar nilai ttabel.
Kemudian dianalisis dengan menggunakan kriteria hipotesa untuk
membuktikan keberhasilan. Apabila hasil hipotesis menunjukkan thitung >
ttabel, maka penelitian ini dikatakan berhasil.
Taraf signifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah taraf signifikasi 5%. Setelah diketahui derajat kebebasan (d.b.), dengan
14. 014 0 -1,025 1,050625
15. 015 1 -0,025 0,000625
16. 016 1 -0,025 0,000625
17. 017 3 1,975 3,900625
18. 018 0,5 -0,525 0,275625
19. 019 1,5 0,475 0,225625
20. 020 2 0,975 0,950625
(46)
80
d.b. = N-1
= 20-1 = 19
Maka, taraf signifikasi 5% dengan derajat kebebasan 19
menghasilkan ttabel sebesar 2,09. Nilai thitung di dalam penelitian ini adalah
5,21 yang berarti nilai thitung lebih besar dari ttabel. Hal tersebut
menunjukkan bahwa terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest
dengan posttest yang signifikan dengan perbedaan yang terjadi antara thitung
dengan ttabel sebesar 3,12.
4.3.2 Pengujian Hipotesis
Terdapat beberapa kriteria yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dari penelitian ini, yaitu :
a. Hipotesis kerja (Hk) apabila thitung > ttabel, artinya adalah Hipotesis
nol (H0) ditolak dan Hipotesis kerja (Hk) diterima. Dengan kata
lain, terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest dengan nilai rata-rata posttest.
b. Hipotesis nol (H0) apabila thitung < ttabel, artinya adalah Hipotesis nol
(H0) diterima dan Hipotesis kerja (Hk) ditolak. Dengan kata lain,
tidak terdapat perbedaan antara nilai rata-rata pretest dengan nilai rata-rata posttest.
(47)
81
Berdasarkan perhitungan data pada bagian sebelumnya, peneliti
memperoleh thitung sebesar 5,21. Taraf signifikasi yang digunakan adalah
5% dengan derajat kebebasan (d.b.) sebesar 19, maka diperoleh ttabel
sebesar 2,09. Dari pernyataan tersebut dapat dilihat bahwa thitung > ttabel :
5,21 > 2,09. Hal tersebut menyebutkan bahwa Hipotesis kerja (Hk)
diterima dan Hipotesis nol (H0) ditolak.
4.4 Analisis Angket
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan angket guna mengetahui respon siswa terhadap penggunaan teknik permainan Mystery Bag dalam kemampuan penguasaan kosakata bahasa Perancis siswa. Proses analisis angket penelitian ini merujuk pada kisi-kisi atau kategori yang digunakan peneliti. Berikut penjelasan secara terperinci.
Tabel 4.5
Ketertarikan terhadap Bahasa Perancis Pertanyaan : 1. Saya menyukai bahasa Perancis
Jawaban F %
SS 2 10
S 11 55
R 6 30
TS 1 5
STS 0 0
(48)
82
Dari paparan tabel di atas, dapat diketahui bahwa banyak siswa yang menyukai bahasa Perancis. Hal terlihat dari banyaknya siswa yang menyetujui (65%) pernyataan jika mereka menyukai bahasa Perancis. Hanya sebagaian kecil saja yang menjawab ragu (30%) dan tidak setuju (5%).
Tabel 4.6
Pendapat Siswa terhadap Bahasa Perancis
Pertanyaan : 2. Bahasa Perancis mudah ditemui di berbagai sumber (film, lagu, buku, dsb)
Jawaban F %
SS 1 5
S 6 30
R 7 35
TS 6 30
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menunjukkan bahwa bahasa Perancis mudah ditemui di berbagai sumber, seperti di dalam film, lagu, buku, dan sebagainya. Hal tersebut terlihat dari banyaknya siswa yang menjawab setuju (35%), namun sebagian siswa lainnya meragukan (35%) pernyataan tersebut. Kemudian sisnya (30%) menjawab tidak setuju jika bahasa Perancis itu mudah ditemui di berbagai sumber.
(49)
83
Tabel 4.7
Pendapat Siswa terhadap Bahasa Perancis
T
Tabel di atas menunjukkan bahwa bahasa Perancis bukan bahasa yang mudah untuk dipelajari, terlihat dari banyaknya siswa yang meragukan (45%) bahkan cenderung tidak setuju (40%) jika bahasa Perancis dikatakan sebagai bahasa yang mudah untuk dipelajari. Hanya 10% siswa yang setuju bahwa bahasa Perancis mudah untuk dipelajari.
Tabel 4.8
Kemampuan Bahasa Perancis Siswa
Pertanyaan : 4. Saya dapat berbahasa Perancis secara tertulis
Jawaban F %
SS 2 10
S 6 30
R 8 40
TS 4 20
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan bahasa Perancis Pertanyaan : 3. Bahasa Perancis merupakan bahasa yang mudah untuk
dipelajari
Jawaban F %
SS 0 0
S 2 10
R 9 45
TS 8 40
STS 0 0
Abstain 1 5
(50)
84
berbahasa Perancis secara tertulis dan sebagian siswa lainnya (40%) ragu akan kemampuan yang dimilikinya. Kemudian 20% siswa tidak dapat berbahasa Perancis.
Tabel 4.9
Kemampuan Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 5. Saya dapat berbahasa Perancis secara lisan
Jawaban F %
SS 0 0
S 4 20
R 12 60
TS 4 20
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menunjukkan tingkat kemampuan bahasa Perancis yang dimiliki oleh para siswa secara lisan. Sebanyak 60% siswa ragu jika mereka mampu berbahasa Perancis secara lisan. Kemudian 20% siswa dapat berbahasa Perancis secara lisan dan 20% lainnya menyebutkan tidak dapat berbahasa Perancis secara lisan. Namun berdasarkan pengamatan peneliti ketika berada di kelas, para siswa cenderung pandai berbahasa Perancis secara lisan daripada secara tertulis, terbukti dari cara mereka menjawab pertanyaan yang dilontarkan oleh peneliti.
(51)
85
Tabel 4.10
Pengalaman dan Pendapat Siswa mengenai Kosakata Bahasa Perancis Pertanyaan : 6. Kosakata bahasa Perancis mudah untuk dimengerti,
dipahami dan diingat
Jawaban F %
SS 0 0
S 5 25
R 9 45
TS 6 30
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap kosakata bahasa Perancis. Dari hasil jajak pendapat, banyak siswa yang ragu (45%) bahkan cenderung menyetujui (30%) bahwa kosakata bahasa Perancis itu sulit untuk dimengerti, dipahami, dan diingat. Sedangkan siswa lainnya (25%) setuju jika bahasa Perancis mudah untuk dimengerti, dipahami, dan diingat.
Tabel 4.11
Penunjang Belajar Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 7. Saya memiliki buku pelajaran bahasa Perancis
Jawaban F %
SS 5 25
S 9 45
R 0 0
TS 3 15
STS 0 0
Abstain 3 15
(52)
86
Tabel di atas menjelaskan mengenai alat penunjang belajar yang dimiliki oleh siswa berupa buku pelajaran. Dari hasil angket tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa (70%) memiliki buku pelajaran bahasa Perancis dan hanya sebagaian kecil siswa (15%) yang tidak memiliki buku pelajaran bahasa Perancis.
Tabel 4.12
Penunjang Belajar Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 8. Saya memiliki kamus bahasa Perancis
Jawaban F %
SS 0 0
S 4 20
R 4 20
TS 12 60
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menunjukkan mengenai alat penunjang belajar yang dimiliki oleh siswa berupa kamus bahasa Perancis. Dari hasil angket tersebut diketahui bahwa sebagian besar siswa (60%) tidak memiliki kamus bahasa Perancis dan hanya sebagaian kecil siswa (20%) yang tidak memiliki kamus bahasa Perancis. Kemudian sekitar 20% siswa meragukan jika mereka memiliki kamus bahasa Perancis.
(53)
87
Tabel 4.13
Ketertarikan Belajar Kosakata Bahasa Perancis Pertanyaan : 9. Saya rajin belajar bahasa Perancis untuk menambah
kosakata
Jawaban F %
SS 2 10
S 2 10
R 14 70
TS 2 10
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menunjukkan mengenai ketertarikan belajar kosakata bahasa Perancis siswa. Dari hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sebagian besar siswa (70%) ragu jika mereka rajin belajar untuk memperkaya kosakata. Hanya sekitar 20% siswa yang rajin belajar untuk menambah kosakata. Kemudian sisanya sebesar 10% siswa tidak rajin belajar untuk menambah kosakata.
Tabel 4.14
Ketertarikan Belajar Kosakata Bahasa Perancis
Pertanyaan : 10. Saya rajin melatih kemampuan kosakata bahasa Perancis yang saya miliki
Jawaban F %
SS 2 10
S 5 25
R 9 45
TS 4 20
STS 0 0
(54)
88
Tabel di atas menunjukkan mengenai ketertarikan belajar kosakata bahasa Perancis siswa. Dari hasil tabel di atas dapat dijelaskan bahwa sekitar 35% siswa rajin melatih kemampuan kosakata bahasa Perancis mereka dan sekitar 20% siswa tidak rajin melatih kemampuan kosakata bahasa Perancis siswa. Kemudian sebagian besar siswa (45%) ragu jika mereka rajin melatih kemampuan kosakata bahasa Perancis yang mereka miliki.
Tabel 4.15
Kemampuan Bahasa Perancis Siswa Pertanyaan : 11. Saya kaya akan kosakata bahasa Perancis
Jawaban F %
SS 0 0
S 0 0
R 11 55
TS 8 40
STS 1 5
Total 20 100
Tabel di atas menjelaskan mengenai kemampuan kosakata bahasa Perancis yang dimiliki oleh siswa. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa (55%) meragukan kemampuan kosakata yang dimiliki oleh mereka dan sisanya sekitar 45% siswa tidak kaya akan kosakata bahasa Perancis.
(55)
89
Tabel 4.16
Pendapat Siswa mengenai Kegiatan Belajar Bahasa Perancis di Kelas Pertanyaan : 12. Belajar bahasa Perancis sangat membosankan
Jawaban F %
SS 0 0
S 1 5
R 6 30
TS 11 55
STS 2 10
Total 20 100
Tabel di atas menunjukkan pendapat siswa mengenai kegiatan belajar bahasa Perancis pada saat di kelas. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa (65%) berpendapat bahwa kegiatan belajar bahasa Perancis yang mereka lakukan pada saat di kelas itu menyenangkan dan sisanya sekitar 35% siswa berpendapat jika kegiatan belajar bahasa Perancis yang mereka lakukan itu membosankan.
Tabel 4.17
Pendapat Siswa mengenai Kegiatan Belajar Bahasa Perancis di Kelas Pertanyaan : 13. Sejauh ini, belajar bahasa Perancis di dalam kelas terlalu monoton
Jawaban F %
SS 0 0
S 5 25
R 10 50
TS 5 25
STS 0 0
Total 20 100
(56)
90
diketahui bahwa sebagian besar siswa (50%) meragukan jika pelajaran bahasa Perancis yang mereka dapatkan di kelas bersifat monoton. Kemudian sisanya 25% siswa tidak berpendapat bahwa pelajaran bahasa Perancis yang mereka dapatkan itu bersifat monoton dan 25% siswa lainnya berpendapat bahwa pelajaran bahasa Perancis yang mereka dapatkan itu bersifat monoton.
Tabel 4.18
Pengetahuan Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 14. Sebelumnya saya tidak mengetahui teknik permainan Mystery Bag
Jawaban F %
SS 4 20
S 9 45
R 6 30
TS 1 5
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menjelaskan mengenai pengetahuan siswa terhadap teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa sebagian besar siswa (65%) sebelumnya tidak mengetahui teknik permainan Mystery Bag dan sebagian kecil siswa (5%) sebelumnya sudah mengetahui teknik permainan Mystery Bag. Kemudian sisanya sekitar 30% siswa ragu jika mereka sebelumnya tidak mengetahui teknik permainan
(57)
91
Tabel 4.19
Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 15. Teknik permainan Mystery Bag sangat menarik dan menyenangkan
Jawaban F %
SS 5 25
S 10 50
R 5 25
TS 0 0
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menunjukkan mengenai pengalaman siswa terhadap teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa (75%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery
Bag itu sangat menarik dan menyenangkan dan sebagian kecil siswa (25%)
ragu jika teknik permainan Mystery Bag itu sangat menarik dan menyenangkan.
Tabel 4.20
Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 16. Teknik permainan Mystery Bag membuat saya mudah memahami kosakata bahasa Perancis
Jawaban F %
SS 4 20
S 11 55
R 5 25
TS 0 0
STS 0 0
Total 20 100
(58)
92
sebagian besar siswa (75%) menyebutkan bahwa teknik permainan
Mystery Bag itu memudahkan mereka untuk memahami pelajaran kosakata
bahasa Perancis yang diberikan dan sebagian kecil siswa (25%) ragu jika teknik permainan Mystery Bag itu dapat memudahkan mereka dalam memahami pelajaran kosakata bahasa Perancis yang diberikan.
Tabel 4.21
Pengalaman Siswa terhadap Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 17. Teknik permainan Mystery Bag memudahkan saya dalam mengingat kosakata bahasa Perancis
Jawaban F %
SS 3 15
S 16 80
R 1 5
TS 0 0
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menunjukkan mengenai pengalaman siswa terhadap teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa (95%) menyebutkan bahwa teknik permainan
Mystery Bag itu memudahkan mereka dalam mengingat kosakata bahasa
Perancis yang diberikan dan hanya sebagian kecil siswa (5%) ragu jika teknik permainan Mystery Bag itu dapat memudahkan mereka dalam mengingat kosakata bahasa Perancis yang diberikan.
(59)
93
Tabel 4.22
Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag Pertanyaan : 18. Teknik permainan Mystery Bag sangat mudah dilakukan
Jawaban F %
SS 4 20
S 13 65
R 2 10
TS 0 0
STS 0 0
Abstain 1 5
Total 20 100
Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa (85%) berpendapat jika teknik permainan Mystery Bag itu sangat mudah untuk dilakukan dan sebagian kecil siswa (10%) ragu jika teknik permainan Mystery Bag itu mudah untuk dilakukan. Kemudian sisanya sekitar 5% siswa tidak menjawab pertanyaan angket yang telah diberikan.
Tabel 4.23
Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 19. Teknik permainan Mystery Bag bermanfaat bagi pembelajaran kosakata bahasa Perancis
Jawaban F %
SS 5 25
S 14 70
R 1 5
TS 0 0
STS 0 0
(60)
94
Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa terhadap teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa sebagian besar siswa (95%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag itu bermanfaat bagi pembelajaran kosakata bahasa Perancis dan hanya sebagian kecil siswa (5%) yang ragu jika teknik permainan Mystery Bag itu bermanfaat bagi pembelajaran kosakata bahasa Perancis.
Tabel 4.24
Pendapat Siswa mengenai Teknik Permainan Mystery Bag
Pertanyaan : 20. Teknik permainan Mystery Bag dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis
Jawaban F %
SS 4 20
S 14 70
R 2 10
TS 0 0
STS 0 0
Total 20 100
Tabel di atas menjelaskan mengenai pendapat siswa mengenai teknik permainan Mystery Bag. Dari tabel di atas dapat diketahui jika sebagian besar siswa (90%) berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag itu dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis dan hanya sebagian kecil siswa (10%) yang ragu jika teknik permainan Mystery Bag itu dibutuhkan dalam pembelajaran kosakata bahasa Perancis
Berdasarkan hasil keseluruhan angket yang terkumpul dapat disimpulkan para siswa pada dasarnya menyukai pelajaran bahasa Perancis. Hal tersebut membuat mereka rajin untuk melatih kosakata yang
(61)
95
mereka miliki. Tidak hanya itu, menurut mereka belajar bahasa Perancis itu tidak membosankan terutama jika menggunakan teknik permainan
Mystery Bag. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang
berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag ini sangat menarik, menyenangkan dan mudah untuk digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Perancis. Pernyataan tersebut juga didukung dari hasil lembar observasi yang menunjukkan nilai positif terhadap teknik permainan Mystery Bag.
(62)
100
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Atar, Semi N. (1989). Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : Angkasa.
Badudu, Js. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Bescerelle. (1990). La Grammaire pour Tous. Paris : HATIER
Chauvet et al. (2008). Référentiel pour le Cadre Européen Commun. Paris : CLE International
Depdikbud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Dubois, Jean dan Rène Lagane. (1973). Comment Apprendre Le Vocabulaire
Niveau 3. Paris : Larouse.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : PT. Rosdakarya.
Ghazali, Syukur. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan
Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Jakarta : PT. Retika Aditama.
Hidayat. (1986). Pengertian efektivitas. [Online]. Tersedia :
(63)
101
Hardhono, Sartinah. (1988). Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing. Jakarta : Depdikbud.
Irfan. (2010). Pengaruh Permainan Tonda-Tonda Roba terhadap Pengajaran
Kosakata Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak
diterbitkan.
Sugono, D. et al. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. (1996). Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, Gorys. (1998). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Novarita, Paulina. (2009). Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran Bahasa Perancis Siswa SMA Plus Pariwisata. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Nurgiantoro, Burhan. (1995). Penilaian dalam Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE.
Parera, J. D. (1993). Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
(64)
102
Poerwadarmita, W. J. S. (1996). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rey, Alain. (2006). Le Robert Micro. Paris : Le robert.
Rini, Ayu. (2010). Be Smart and Fun with English Games. Jakarta : Kesaint Blanc.
Saksono, Budi. (1984). Pengertian efektivitas. [Online]. Tersedia :
http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ [12
Desember 2011]
Setiadi,Riswanda. (2010). Analisis dan Interpretasi Data Melalui Pendekatan
Kuantitatif dan Kulitatif. Bandung.
Setiyadi, Ag. Bambang. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa
Asing : Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soedjito dan Saryono. (2011). Kosakata Bahasa Indonesia. Malang : Aditya Media Publishing.
Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
Sugiono. (2009). Variabel Penelitian. [Online]. Tersedia :
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/07/mengenal-variabel-penelitian/ [12 Desember 2011].
(65)
103
Suharto, G. (1988). Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Bahasa : Suatu
Pengatar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat
Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Susilana, Rudi, dkk. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP UPI.
Tagliante, Christine. (2006). TDC l’evaluation. Paris : CLE International.
Tagliante, Christine. (2005). L’evaluation et le Cadre Européen Commun. Paris :
CLE International.
Tarigan, Henry Guntur. (1989). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Jakarta : Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (2011). Pengajaran Kosakata. Bandung : Angkasa.
Wardhany, Saraswati. (2002). Des Jeux pour Apprendre. Jurnal Pengajaran Bahasa, Budaya, Sastra Perancis. Cadence, Edisi Desember. Bandung.
(66)
104
Widianti, Susi. (2006). Startegi Belajar Siswa sebagai upaya Peningkatan
Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing. Fokus, Jurnal Pendidikan Bahasa
Asing No. 6 April 2006. Hal. 16-24. Bandung : FPBS.
http://www.artikata.com/arti-353701-teknik.html
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/07/mengenal-variabel-penelitian/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata
http://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
http://id.wikipedia.org/wiki/Permainan
http://members.tripod.com/bobezani/teknik.html
http://nanoazza.wordpress.com/2008/07/03/pembelajaran-kosakata-bahasa-arab/
http://yupyonline.blogspot.com/2012/03/pengertian-instrumen-penelitian.html
(1)
mereka miliki. Tidak hanya itu, menurut mereka belajar bahasa Perancis itu tidak membosankan terutama jika menggunakan teknik permainan Mystery Bag. Hal tersebut dapat dilihat dari banyaknya siswa yang berpendapat bahwa teknik permainan Mystery Bag ini sangat menarik, menyenangkan dan mudah untuk digunakan dalam pembelajaran keterampilan menulis bahasa Perancis. Pernyataan tersebut juga didukung dari hasil lembar observasi yang menunjukkan nilai positif terhadap teknik permainan Mystery Bag.
(2)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta : PT. Asdi Mahasatya.
Atar, Semi N. (1989). Rancangan Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia. Bandung : Angkasa.
Badudu, Js. (1996). Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Kedua. Jakarta : Pustaka Sinar Harapan.
Bescerelle. (1990). La Grammaire pour Tous. Paris : HATIER
Chauvet et al. (2008). Référentiel pour le Cadre Européen Commun. Paris : CLE International
Depdikbud. (1999). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Dubois, Jean dan Rène Lagane. (1973). Comment Apprendre Le Vocabulaire Niveau 3. Paris : Larouse.
Iskandarwassid dan Dadang Sunendar. (2008). Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung : PT. Rosdakarya.
Ghazali, Syukur. (2010). Pembelajaran Keterampilan Berbahasa dengan Pendekatan Komunikatif-Interaktif. Jakarta : PT. Retika Aditama.
(3)
Hardhono, Sartinah. (1988). Psikologi Belajar Mengajar Bahasa Asing. Jakarta : Depdikbud.
Irfan. (2010). Pengaruh Permainan Tonda-Tonda Roba terhadap Pengajaran Kosakata Bahasa Jepang. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Sugono, D. et al. (2005). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka.
Keraf, Gorys. (1996). Kosakata Bahasa Indonesia. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Keraf, Gorys. (1998). Diksi dan Gaya Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Novarita, Paulina. (2009). Efektivitas Penggunaan Metode Bermain Peran dalam Pembelajaran Bahasa Perancis Siswa SMA Plus Pariwisata. Skripsi pada FPBS UPI Bandung : tidak diterbitkan.
Nurgiantoro, Burhan. (1995). Penilaian dalam Bahasa dan Sastra. Yogyakarta : BPFE.
Parera, J. D. (1993). Leksikon Istilah Pembelajaran Bahasa. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
(4)
Poerwadarmita, W. J. S. (1996). Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
Rey, Alain. (2006). Le Robert Micro. Paris : Le robert.
Rini, Ayu. (2010). Be Smart and Fun with English Games. Jakarta : Kesaint Blanc.
Saksono, Budi. (1984). Pengertian efektivitas. [Online]. Tersedia : http://dansite.wordpress.com/2009/03/28/pengertian-efektifitas/ [12 Desember 2011]
Setiadi,Riswanda. (2010). Analisis dan Interpretasi Data Melalui Pendekatan Kuantitatif dan Kulitatif. Bandung.
Setiyadi, Ag. Bambang. (2006). Metode Penelitian untuk Pengajaran Bahasa Asing : Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Soedjito dan Saryono. (2011). Kosakata Bahasa Indonesia. Malang : Aditya Media Publishing.
Sudjana, Nana. (2005). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.
Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung : Alfabeta.
(5)
Suharto, G. (1988). Metodologi Penelitian dalam Pendidikan Bahasa : Suatu Pengatar. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
Susilana, Rudi, dkk. (2006). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung : Jurusan Kutekpen FIP UPI.
Tagliante, Christine. (2006). TDC l’evaluation. Paris : CLE International.
Tagliante, Christine. (2005). L’evaluation et le Cadre Européen Commun. Paris : CLE International.
Tarigan, Henry Guntur. (1989). Pengajaran Kompetensi Bahasa. Jakarta : Depdikbud.
Tarigan, Henry Guntur. (2008). Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (2009). Metodologi Pengajaran Bahasa. Bandung : Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. (2011). Pengajaran Kosakata. Bandung : Angkasa.
Wardhany, Saraswati. (2002). Des Jeux pour Apprendre. Jurnal Pengajaran Bahasa, Budaya, Sastra Perancis. Cadence, Edisi Desember. Bandung.
(6)
Widianti, Susi. (2006). Startegi Belajar Siswa sebagai upaya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Bahasa Asing. Fokus, Jurnal Pendidikan Bahasa Asing No. 6 April 2006. Hal. 16-24. Bandung : FPBS.
http://www.artikata.com/arti-353701-teknik.html
http://edukasi.kompasiana.com/2010/11/07/mengenal-variabel-penelitian/
http://id.wikipedia.org/wiki/Kata
http://id.wikipedia.org/wiki/Kosakata
http://id.wikipedia.org/wiki/Pembelajaran
http://id.wikipedia.org/wiki/Permainan
http://members.tripod.com/bobezani/teknik.html
http://nanoazza.wordpress.com/2008/07/03/pembelajaran-kosakata-bahasa-arab/
http://yupyonline.blogspot.com/2012/03/pengertian-instrumen-penelitian.html