PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU (PASIR SALAKSA)SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP : Studi Kuasi- Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya.
PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU
(PASIR SALAKSA) SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
(Studi Kuasi-Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)
TESIS
Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari
Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Pendidikan Geografi
Oleh : YAYU RAHAYU
1101125
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI SEKOLAH PASCASARJANA
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIABANDUNG 2013
(2)
PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU
(PASIR SALAKSA) SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI
TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP
(Studi Kuasi-Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)
Oleh
YAYU RAHAYU, S.Pd IKIP BANDUNG 1995
Sebuah tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan Geografi pada Sekolah Pascasarjana
© Yayu Rahayu, 2013
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA Juli 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.
(3)
HALAMAN PENGESAHAN TESIS
PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU
(PASIR SALAKSA) SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN PELESTARIAN
LINGKUNGAN HIDUP
(Studi Kuasi-Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)
DISETUJUI DAN DISYAHKAN OLEH :
Penguji I Penguji II
Prof.Dr. Awan Mutakin, M.Pd. Prof. Dr.Dede Rohmat, Ir. M.T. NIP 130176976 NIP 19640603 198903 1 001
Pembimbing I Pembimbing II
Prof.Dr.Hj. Enok Maryani, M.S. Prof.Dr. Wanjat Kastolani,M.Pd. NIP 19600121 198503 2 001 NIP 19620512 198703 1 002
Mengetahui,
Ketua Program Studi Pendidikan Geografi SPs UPI Bandung
Prof . Dr. Dede Rohmat, Ir. M.T. NIP 19640603 198903 1 001
(4)
ABSTRAKS
PENGARUH PENGGUNAAN BUKIT SEPULUHRIBU
(PASIR SALAKSA)SEBAGAI SUMBER PEMBELAJARAN GEOGRAFI TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP PEMANFAATAN DAN
PELESTARIAN LINGKUNGAN HIDUP (Studi Kuasi- Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)
Oleh :
Yayu Rahayu (1101125), 2013.
Pembimbing : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. &Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M.Pd. Penelitian ini dilatarbelakangi oleh adanya degradasi lingkungan akibat penambangan Bukit Sepuluhribu di Tasikmalaya yang disebabkan oleh kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya bukit bagi kehidupan. Salah satu upaya yang bisa dilakukan yaitu melalui implementasi pembelajaran dengan menggunakan fenomena Pasir Salaksa sebagai sumber belajar kepada peserta didik di SMAN 6 Tasikmalayasebagai bagian masyarakat perbukitan tersebut. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui pengaruh penggunaan lingkungan (Bukit Sepuluhribu) sebagai sumber belajar terhadap pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup melalui metode Field Trip dan media foto.Penelitian dilakukan kepada peserta didik kelas XI IS dengan sampel penelitian masing-masing 19 orang dari kelas eksperimen dan kontrol yang setara kemampuan akademik dan jenis kelaminnya. Kelas eksperimen diberi perlakuan melalui metode Field Trip, sedangkan kelas kontrol menggunakan foto-foto fenomena bukit. Masing-masing kelas diberi tiga kali perlakuan.
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar di kelas yang menggunakan metode Field Tripdapatmeningkatkan pemahaman konsep rata-rata sebesar 31,73%.Berdasarkan nilai Gain dan prosentase kenaikan skor, didapatkan bahwa peningkatan skor tertinggi diraih oleh peserta didik dengan kemampuan akademik awal rendah. Hal ini menunjukkan dengan menggunakan metode Field Trip, segala potensi yang terdapat pada peserta didik berakademik rendah dapat dioptimalkan. Hal ini juga terjadi pada kelas yang menggunakan media foto dengan peningkatan pemahaman konsep rata-rata sebesar 16,8%.
Hasil penelitian ini merekomendasikan agar guru tidak ragu untuk menggunakan lingkungan sebagai sumber pembelajaran terutama untuk meningkatkan prestasi belajar pada peserta didik berakademik rendah, karena selain dapat meningkatkan pemahaman konsep dan motivasi belajar, juga sebagai upaya menyadarkan mereka untuk memanfaatkan dan melestarikan lingkungannya dengan bijak.
Kata kunci: Lingkungan, sumber belajar, pemahaman, pemanfaatan lingkungan,
(5)
ABSTRACTS
THE INFLUENCE OF USING THE TEN THOUSAND HILLS (PASIR SALAKSA) AS A SOURCE OF GEOGRAPHY LEARNING TOWARD UNDERSTANDING OF
EXPLOITATION AND CONSERVATION OF LIVING SPACE CONCEPT (Study of Quasi Experiment in SMAN 6 Tasikmalaya)
By :
Yayu Rahayu (1101125), 2013
Mentor : Prof. Dr. Hj. Enok Maryani, M.S. &Prof. Dr. Wanjat Kastolani, M. Pd.
The background of this research is by an environment degradation which is caused by activity of mining in The Ten Thousand Hills in Tasikmalaya, and it’s also caused by the less of people’s knowledge to the important of hill for living. One of the ways which can be done is the learning implementation by using the phenomenon of Bukit Salaksa as a learning source to the students in SMAN 6 Tasikmalaya as a part of people in that hill. The aim of this research is for knowing the influence of using environment ( The Ten Thousand Hills) as a learning source toward the understanding of exploitation and conservation of living space concept through Field Trip method and photos. The research done to the student of class IX IS with a sample of each research is 19 students for experiment class and control class which balance with their academic skills and genders. Experiment class uses Field Trip method, while control class uses phenomenon photos of hills. Each class is given three times test.
The experimental results showed that the use of Bukit ten thousand as a source of learning in the classroom using the Field Trip Method can increase understanding of the concept of an average of 31.73%. According to Gain value and the percentage increase in score, it was found that an increase in the highest score achieved by students with low academic skills early. This suggests using Field Trip Method, all potential learners who are at low academic skills can be optimized. It also occurs in a class that uses media images with an improved understanding of the concept of an average of 16.8%.
The result of research’s recomendation is for making the teacher not to doubt for using environment as a learning source,cause beside it can increase concept’s understanding and learning motivation, it is also as an effort for awaring students to exploit and to conservate their environment wisely.
Keyword : environment, learning source, understanding, utilization and conservation of living space.
(6)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
ABSTRAK ... ii
KATA PENGANTAR ... iv
UCAPAN TERIMAKASIH ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 8
D. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 10
A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran Geografi ... 10
B. Lingkungan sebagai Sumber Pembelajaran Geografi ... 13
C. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup ... 16
1.Pengertian Pemahaman Konsep ... 16
2.Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup ... 17
D. Bukit Sepuluhribu dan Pemanfaatannya sebagai Sumber Pemebelajaran Geografi ... 21
1. Bukit Sepuluhribu (The Ten Thousand Hills) ... 21
2. Langkah-langkah Penggunaan Bukit Sepuluhribu E. Kerangka Pikir Penelitian ... 31
F. Hipotesis Penelitian ... 31
BAB III METODE PENELITIAN... 33
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian ... 33
B. Desain Penelitian ... 35
C. Prosedur Penelitian ... 37
D. Definisi Operasional ... 42
1. Lingkungansebagai Sumber Belajar ... 42
2. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup ... 43
(7)
E. Instrumen Penelitian ... 45
1. Soal Tes ... 45
2. Lembar Observasi ... 47
3. Angket ... 47
4. Lembar Kerja Siswa ... 47
F. Proses Pengembangan Instrumen... 47
1.Validitas Butir Soal ... 48
2.Reliabilitas Soal Tes ... 50
3.Tingkat Kesukaran Soal Tes ... 51
4.Daya Pembeda ... 53
5.Kualitas Soal Tes ... 54
G. Pengolahan Data Hasil Pemahaman Konsep ... 56
H. Tehnik Pengumpulan Data ... 59
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 61
A. Deskripsi Lokasi dan Subjek Penelitian ... 61
B. Deskripsi Pelaksanaan dan Hasil Penelitian ... 63
1. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian 2. Lingkungan Hidup ... 68
a. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Kelas Eksperimen ... 69
b. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup di Kelas Kontrol ... 73
c. Perbedaan Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol ... 77
d. Peningkatan Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian lingkungan hidup di kelas penelitian 80
3. Tanggapan Peserta Didik terhadap Penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai Sumber Belajar melalui Metode Field Trip ... 88
4. Kendala-kendala Pembelajaran dengan Menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai Sumber Belajar ... 91
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 92
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI ... 99
A. Kesimpulan ... 99
B. Rekomendasi ... 101
DAFTAR PUSTAKA ... 102
LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 105
(8)
DAFTAR TABEL
Tabel Hal.
3.1. Daftar Nilai Ulangan Harian XI IS Semester 2 TP 2012/2013 34 3.2. Daftar Nama Sampel Penelitian di Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol... 35 3.3. Desain Kuasi Eksperimne (Non-Equivalent Control Group
Design)... 36 3.4. Operasionalisasi Pemahaman Konsep Pemnafaatan dan
Pelestarian Lingkungan Hidup... 44 3.5. Kisi-kisi Soal Tes Obyektif Pemahaman Konsep Pemanfaatan
dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 46 3.6. Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Pemahaman Konsep
Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 49 3.7. Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Pilihan Ganda Soal Pemahaman
Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 51 3.8. Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Pemahaman Konsep
Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 52 3.9. Hasil Uji Daya Beda Instrumen Soal Pemahaman Konsep
Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 53 3.10. Kualitas Soal Tes Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup ... 55 3.11. Kriteria Kategori Gain yang Dinormalisasi ... 57 4.1. Mata Pencaharian Orangtua Peserta Didik Kelas Penelitian... 62 4.2 Hasil Pre Tes dan Post Tes Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup di Kelas Eksperimen... 63 4.3. Uji T Pre TesKelas Eksperimen dan Pre Tes Kelas Kontrol... 66 4.4 Hasil Pre dan Post Tes Pemahaman Konsep
Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 69 4.5 Perbandingan Hasil Pre dan Post Tes Kelas Eksperimen... 70
(9)
4.6. Hasil Uji Homogenitas Data Pre dan Post Tes Kelas Eksperimen 72 4.7. Hasil Uji-t Data Pre dan Post Tes Kelas Eksperimen... 73 4.8. Hasil Pre dan Post Tes Kelas Kontrol... 74 4.9. Perbandingan Hasil Pre dan Post Tes Pemahaman Konsep
Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup... 74 4.10. Hasil Uji Homogenitas Pre dan Post Tes di Kelas Kontrol... 76 4.11. Hasil Post Tes antara Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol... 78 4.12 PerbandinganHasil Post Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol 78 4.13. Hasil Uji-t Data Post Tes Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol.... .. 80 4.14 Peningkatan Pemahaman Konep Pemanfaatan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup di Kelas Eksperimen... ... 81 4.15 Peningkatan Pemahaman Konep Pemanfaatan dan Pelestarian
Lingkungan Hidup di Kelas Eksperimen... ... 84 4.16. Tanggapan Peserta Didik terhadap Penggunaan Bukit Sepuluhribu
(10)
DAFTAR GAMBAR
Gambar Hal.
2.1 Kerucut Pengalaman Edgar Dale... 12
2.2. Foto Satelit Perbukitan Sepuluhribu... 22
2.3. Diagram Kerangka Pikir Penelitian... 31
(11)
DAFTAR GRAFIK
Grafik Hal.
4.1. Perbandingan Nilai Pre dan Post Tes Pemahaman Konsep
Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan di Kelas eksperimen 64
4.2. Hasil Uji Normalitas Data Pre Tes Kelas Eksperimen... 65
4.3. Hasil Uji Normalitas Data Pre Tes Kelas Kontrol... . 65
4.4. Perbandingan Nilai Pre dan Post Tes Kelas Eksperimen... 70
4.5. Hasil Uji Normalitas Data Post Tes Kelas Eksperimen... 72
4.6. Perbandingan Nilai Pre dan Post Tes di Kelas Kontrol... 74
4.7. Hasil Uji Normalitas Data Post Tes Kelas Kontrol... 76
4.8. Perbandingan Hasil Post Tes Kelas Eksperimen dan Kontrol.... 79
4.9. Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Nilai Gain di Kelas Eksperimen... 82
4.10. Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Prosentase Kenaikan di Kelas Eksperimen... 83
4.11. Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Nilai Gain di Kelas Kontrol... 85
4.12. Peningkatan Pemahaman Konsep Berdasarkan Prosentase Kenaikan di kelas Kontrol... 86
4.13. Perbandingan Nilai Gain Pemahaman Konsep antara Kelas Eksperimen dan kelas Kontrol... 88
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Hal.
A.1 Rancangan Instrumen Penelitian ... 105
A.2 Soal Uji Instrumen ... 106
A.3 Tabulasi Data Hasil Uji Coba Soal ... 113
A.4 Uji Validitas dan Reliabilitas Soal Uji Coba ... 115
A.5 Kisi-kisi Soal Tes Pemahaman Konsep PPLH ... 118
B.1 Silabus ... 126
B.2 RPP untuk Kelas Eksperimen ... 130
B.3 RPP untuk Kelas Kontrol ... 146
C.1 Angket Tanggapan Peserta Didik di Kelas Eksperimen... 166
C.2 Tabulasi Skor Angket ... 168
D.1 Format Observasi Aktivitas Guru di Kelas Eksperimen ... 169
D.2 Format Observasi Aktivitas Guru di Kelas Kontrol ... 172
E.1 Foto Kegiatan Tes Soal Uji Coba... 175
E.2 Foto KBM di Kelas Eksperimen... 176
E.3 Foto KBM di Kelas Kontrol... ... 183
F.1. Tabulasi Data Pre Tes ... 187
F.2 Tabulasi Data Post Tes... 189
G.1 Hasil Homogenitas ... 191
G.2 Hasil Uji Normalitas... 195
G.3. Hasil Uji T (Uji Hipotesis) ... 197
H Jadwal Pelaksanaan Penelitian ... 201
I.1 Surat Izin Penelitian dari SPs UPI... 202
I.2 Surat Keterangan Penelitian dari SMAN 6 Tasikmalaya ... 203
I.3 Surat Pernyataan Penelitian dari SMAN 1 Singaparna ... 204
I.4 Surat Rekomendasi Penelitian dari Lurah Bungursari ... 205
J. Angket Studi Pendahuluan... ... 206
(13)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sejak lahir manusia tinggal, berinteraksi dan memanfaatkan lingkungan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikuasai manusia, maka pemanfaatan lingkungan hidup melebihi daya dukung yang berdampak pada degradasi lingkungan. Hal ini dikemukakan oleh Maryani (2006:12) “...dengan adanya perkembangan manusia secara cepat baik secara jumlah maupun kualitas menyebabkan timbulnya kerusakan-kerusakan ekologi manusia dan mahluk hidup lainnya”. Kerusakan ini terutama terjadi di negara berkembang seperti data yang diberikan oleh World Resources Institute (Setiawan, 2008:9), bahwa antara tahun 1980-1995 negara berkembang kehilangan hutannya seluas 200 juta hektar yang memicu punahnya 85% jenis burung, 83% mamalia, dan 91% tumbuhan. Kerusakan lingkungan juga bisa disebabkan oleh adanya perkembangan industri yang mengeksploitasi persediaan air tanah sehingga berdampak pada menyusutnya persediaan air bersih sebesar 20% di perkotaan. Kemajuan di bidang teknologi transportasi yang menggunakan bahan bakar fosil berdampak pada penambahan kadar CFC di muka bumi yang menimbulkan Global Warming, dimana Global Warming ini telah mencairkan es di Kutub Utara sebesar 20% sejak tahun 1979. Selain itu, berdasarkan hasil deteksi NOAA NASA tanggal 21-30 tahun 2006 terjadi kebocoran lapisan ozon seluas 10,6 juta mil persegi di kutub.
Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam hal jumlah penduduk, teknologi transportasi dan kegiatan industri tak luput dari degradasi lingkungan. World Resource Institute 1997 (Setiawan, 2008 : 15) menyatakan bahwa luas hutan Indonesia berkurang sekitar 72% yang menyebabkan hilangnya beberapa spesies satwa seperti burung sebanyak 104 jenis, 57 jenis mamalia, 27 jenis reptil, 65 jenis ikan air tawar serta 281 jenis
(14)
tumbuhan. Selain itu, penebangan hutan untuk pengambilan kayu, pembakaran hutan untuk dijadikan lahan pertanian dengan pola pertanian yang salah, serta alih fungsi lahan hutan menjadi lahan pertanian palawija dan pemukiman menimbulkan berbagai bencana banjir bandang dan longsor. Beberapa fakta bencana dari laporan Badan Penanggulangan Bencana Nasional (BPBN), yang dilansir dari kalaedoskop bencana tahun 2012 menyatakan bahwa bencana banjir yang melanda sejumlah daerah di Provinsi Banten, Jumat (13/1) hingga Minggu (14/1) diakibatkan oleh pembalakan liar di hutan milik Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), hutan lindung dan hutan masyarakat. Kemudian, banjir bandang yang terjadi di Kabupaten Garut Jawa Barat diduga akibat kerusakan hutan lindung di hulu Sungai Cimanuk. Kerusakan di sana terjadi akibat pembukaan lahan puncak Gunung Gede oleh masyarakat yang mencapai kurang lebih 200 hektar.
Memperhatikan fakta-fakta di atas dapat disimpulkan bahwa bencana alam atau degradasi lingkungan disebabkan oleh dominasi manusia yang mengeksploitasi sumber daya alam tanpa memperhatikan keseimbangan lingkungan. Hal ini diantaranya disebabkan oleh kurangnya pengetahuan mereka dalam memanfaatkan dan memelihara keseimbangan lingkungan hidup dengan benar.
Demikian halnya di Tasikmalaya yang dikenal sebagai Kota Sepuluhribu Bukit (Pasir Salaksa), saat ini jumlah bukitnya mulai berkurang akibat penambangan pasir dan batu. Tahun 2004 menurut penelitian Sya (Malik, 2008:1), dengan menggunakan alat manual jumlah bukit Sepuluhribu di Tasikmalaya berkurang sebesar 5% pertahun sehingga bila awal pembentukan bukit ini berjumlah 3.684 buah menurut Escher 1925, pada tahun 2004 hanya tinggal 3.000 buah saja. Berkurangnya perbukitan ini secara empiris berdampak pada degradasi lingkungan di wilayah ini, diantaranya: berkurangnya vegetasi penutup lahan yang mengakibatkan pada peningkatan suhu, kekurangan air pada musim kemarau akibat daerah resapan air berkurang juga hilangnya keanekaragaman hayati seperti tonggeret,
(15)
mumundingan dan kini-kini. Kerusakan yang sangat dirasakan langsung oleh masyarakat adalah rusaknya prasarana lalulintas akibat hilir mudiknya truk pengangkut pasir dan batu yang membawa beban melebihi kapasitas kemampuan jalan. Semua kerusakan lingkungan di atas sangat berpengaruh terhadap kehidupan masyarakat sekitarnya. Sya (2004) menambahkan bahwa penambangan bukit ini antara lain disebabkan oleh: 1) pertumbuhan penduduk; 2) perencanaan pembangunan yang tidak beraturan; 3) bisnis yang menggiurkan dari hasil penambangan batu / pasir bukit; 4) kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya pelestarian alam.
Memperhatikan salah satu penyebab penambangan Bukit Sepuluhribu yaitu kurangnya pengetahuan masyarakat akan pentingnya fungsi bukit bagi kehidupannya, maka salah satu upaya yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan pemahaman konsep tentang cara memanfaatkan dan melestarikan lingkungan hidup dengan bijak kepada masyarakat. Melalui pemahaman konsep di atas, diharapkan terjadi penyadaran dan dan perubahan perilaku dalam menjaga kualitas lingkungan bukit karena pemahaman konsep dan nilai terhadap lingkungan dapat berpengaruh pada penyadaran dan perubahan perilaku melestarikan lingkungan seperti dikemukakan Setiawan (2008: 21), “Keterampilan dan sikap yang baik terhadap lingkungan memerlukan proses pengenalan nilai dan konsep tentang hubungan manusia dan lingkungan….”. Pengenalan nilai dan konsep tentang hubungan manusia dan lingkungan dapat dilakukan melalui pendidikan tentang lingkungan seperti dikemukakan UNESCO tahun 1983 (Setiawan, 2009 : 3) sebagai berikut: “Environmental education is the process of recognizing values and clarifying concept in order to development skill and attitude necessary to understand and appreciated the interrelatedness among men, his culture, and his biological surroundings”
Pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dapat diberikan di lembaga pendidikan formal kepada peserta didik karena melalui peserta didik diharapkan akan menularkan pengetahuannya kepada masyarakat sekitar sehingga para pemilik bukit tidak akan menjual bukitnya
(16)
kepada pengusaha atau penambang. Melalui peserta didik juga, diharapkan pemerintah setempat selektif dalam memberikan ijin penambangan bahan galian C ini. Selain itu masyarakat diharapkan akan secara sukarela memanfaatkan dan melestarikan bukit-bukit ini dengan bijak.
Penanaman konsep tentang pemanfaatan dan pelestarian lingkungan sangat efektif bila diberikan kepada peserta didik di sekolah melalui pembelajaran Geografi, karena konsep interaksi manusia dengan lingkungan serta keterampilan manusia dalam mengelola lingkungan merupakan ruang lingkup pengajaran Geografi. Hal ini dikemukakan Sumaatmadja (1996:13):
Ruang lingkup pengajaran Geografi meliputi: (a) alam lingkungan yang menjadi sumber kehidupan manusia; (b) penyebaran manusia dengan variasi kehidupannya; (c) interaksi keruangan umat manusia dengan alam lingkungan yang memberikan variasi terhadap ciri khas tempat-tempat di permukaan bumi; (d) kesatuan regional yang merupakan perpaduan matra darat, perairan, dan udara;
Selain itu, dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) Geografi pada Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) 2006 disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran Geografi adalah berusaha mengembangkan pemahaman siswa tentang organisasi spatial, masyarakat, tempat-tempat, dan lingkungan pada muka bumi. Siswa didorong untuk memahami proses-proses fisik yang membentuk pola-pola muka bumi, karakteristik dan persebaran spasial dan dimotivasi secara aktif untuk menelaah bahwa kebudayaan dan pengalaman mempengaruhi persepsi manusia tentang tempat dan wilayah dengan demikian diharapkan memiliki kepedulian kepada keadilan sosial, proses demokratis dan kelestarian ekologis yang pada gilirannya dapat mendorong peserta didik untuk meningkatkan kualitas kehidupan di lingkungannya pada masa kini dan masa depan.
Pencapaian tujuan pembelajaran Geografi di atas tidak mudah, apalagi hasil penelitian menunjukkan bahwa Geografi menempati urutan keenam dari mata pelajaran yang disukai peserta didik di SMA/MA (Setiawan, 2008: 4). Hal ini menurut Maryani (2006: 30) disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :
(17)
(1) Pelajaran Geografi seringkali terjebak dalam aspek kognitif tingkat rendah yaitu menghapal nama-nama tempat, sungai dan gunung atau sejumlah fakta lainnya; (2) Sering dikaitkan sebagai ilmu yang hanya membuat peta; (3) Hanya menggambarkan perjalan manusia di permukaan bumi; (4) Proses pembelajaran Geografi sering bersifat verbal, kurang melibatkan fakta-fakta aktual, tidak menggunakan media konkrit dan teknologi mutakhir; (5) kurang aplikabel dalam memecahkan masalah-masalah yang berkembang saat ini.
Kelima faktor di atas menyebabkan pembelajaran Geografi menjadi tidak menarik dan kurang dipahami oleh peserta didik. Salah satu upaya untuk mengatasi masalah ini dengan memberikan pembelajaran yang mengaitkan materi pembelajaran dengan peristiwa atau keadaan yang terjadi di sekeliling peserta didik. Menurut hasil penelitian Dewey tahun 1916 (Ningrum, 2008 : 12 ) Siswa akan belajar dengan baik jika apa yang dipelajarinya terkait dengan apa yang telah diketahui dan dengan kegiatan atau peristiwa yang terjadi di sekelilingnya’. Pembelajaran seperti itu dikenal dengan pembelajaran kontekstual yaitu pembelajaran yang mengaitkan antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dengan mendorong siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai individu, keluarga, masyarakat dan bangsa (Rosalin, 2008:26). Pembelajaran kontekstual merupakan salah satu pendekatan pembelajaran yang disinyalir dapat memberikan pembelajaran bermakna sehingga penguasaan konsep dapat mudah diserap anak, karena pendekatan ini memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut: mengutamakan pengalaman nyata, berpikir tingkat tinggi, berpusat pada siswa, siswa aktif, kritis, dan kreatif, pengetahuan bermakna dalam kehidupan, dekat dengan kehidupan nyata, perubahan perilaku, siswa praktik bukan menghapal, learning bukan teaching, pembentukan manusia, memecahkan masalah, siswa aktif guru mengarahkan, hasil belajar diukur dengan berbagai cara bukan dengan tes (Rosalin, 2008:29).
Memperhatikan definisi dan karakteristk pembelajaran kontekstual di atas, maka permasalahan tidak menariknya pembelajaran Geografi dapat
(18)
diminimalisir melalui pembelajaran kontekstual, karena pembelajaran ini mengutamakan keaktifan siswa serta pemecahan masalah melalui pengalaman langsung dengan melihat fenomena di sekitar peserta didik. Pengalaman langsung dapat memberi pemahaman yang baik akan suatu konsep. Hal ini dikemukakan Suleiman (1981: 13-14).
Tidak seperti pengalaman dengan kata-kata, pengalaman nyata sangat efektif untuk mendapatkan suatu pengertian, karena pengalaman nyata itu mengikutsertakan semua indera dan akal. Pengalaman nyata ini adalah cara yang wajar dan memuaskan dalam proses belajar. Kalau semua orang bisa mendapat pengalaman nyata dan mempunyai kecerdasan yang dapat menyerap pengertian yang menyeluruh dari segala segi tentang semua pengalaman itu, ia akan sanggup mengembangkan pengertian yang sebaik-baiknya tentang semua yang dialaminya itu.
Salah satu jenis proses pembelajaran yang memberikan pengalaman langsung kepada siswa yaitu dengan menggunakan lingkungan sekitar peserta didik sebagai sumber belajar. Keuntungan yang didapat dari penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar menurut Hernawan (1977) sebagai berikut:
Nilai-nilai dan keuntungan yang diperoleh dengan memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar, antara lain:
1. Lingkungan menyediakan berbagai hal yang dapat dipelajari siswa, memperkaya wawasan, tidak terbatas oleh empat dinding kelas, dan kebenarannya lebih akurat;
2. Kegiatan belajar dimungkinkan akan lebih menarik, tidak membosankan dan menumbuhkan antusiasme siswa untuk lebih giat belajar;
3. Belajar akan lebih bermakna (meaningful learing), sebab siswa dihadapkan dengan keadaan yang sebenarnya;
4. Aktivitas siswa akan lebih meningkat dengan meningkatkan berbagai cara, seperti proses mengamati, bertanya atau wawancara, membuktikan sesuatu, menguji fakta dan sebagainya;
5. Dengan memahami dan menghayati aspek-aspek kehidupan yang ada di lingkungannya, dapat dimungkinkan terjadinya proses pembentukan pribadi para siswa, seperti cinta akan lingkungan. Memperhatikan degradasi lingkungan akibat penambangan perbukitan Sepuluhribu yang dihubungkan dengan pembelajaran Geografi yang
(19)
kontekstual untuk memberi pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, maka peneliti akan mencoba menggunakan lingkungan sebagai sumber belajar. Menurut Nasution (1985: 125), “cara memanfaatkan lingkungan sebagai sumber belajar yaitu dengan dua cara: (1) dengan membawa sumber-sumber dari masyarakat ke dalam kelas, dan (2) dengan membawa siswa ke lingkungan”. Berdasarkan hal itu, maka peneliti akan mencoba membandingkan keefektifan penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar dalam menanamkan konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan dengan membawa peserta didik kelas eksperimen langsung ke Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip dan menggunakan foto-foto perubahan lansekap Bukit Sepuluhribu sebagai media pembelajaran di kelas kontrol.
Adapun judul penelitian ini adalah “Pengaruh Penggunaan Bukit Sepuluhribu (Pasir Salaksa) sebagai Sumber Pembelajaran Geografi terhadap Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup ( Studi Kuasi - Eksperimen di SMAN 6 Tasikmalaya)”.
B. Rumusan Masalah
Salah satu upaya mengatasi degradasi lingkungan akibat penambangan Bukit Sepuluhribu yaitu melalui penanaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan menjadikan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar. Penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar dilakukan melalui metode Filed Trip dan media foto Bukit Sepuluhribu. Untuk mengetahui keefektifan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui kedua jenis implementasi pembelajaran di atas terhadap pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, maka rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Apakah ada perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup pada peserta didik di kelas yang
(20)
menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip sebelum dan sesudah perlakuan ?
2. Apakah ada perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup pada peserta didik yang menggunakan media foto Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sebelum dan sesudah perlakuan ?
3. Apakah ada perbedaan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup antara peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip dengan peserta didik yang menggunakan media foto Bukit Sepuluhribu sesudah perlakuan?
4. Bagaimana peningkatan hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup peserta didik di kelas penelitian dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sesudah perlakuan?
5. Bagaimana tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip?
6. Kendala apa saja yang dihadapi guru dalam pembelajaran dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfatan dan pelestarian lingkungan hidup pada peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip sebelum dan sesudah perlakuan.
2. Perbedaan hasil tes pemahaman konsep pemanfatan dan pelestarian lingkungan hidup pada peserta didik di kelas yang menggunakan media
(21)
foto Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sebelum dan sesudah perlakuan.
3. Perbedaan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup antara peserta didik di kelas yang menggunakan Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip dengan peserta didik yang menggunakan media foto Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar sesudah perlakuan.
4. Peningkatan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar di kelas penelitian sesudah perlakuan.
5. Tanggapan peserta didik terhadap pembelajaran dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip sebagai sumber belajar. 6. Kendala yang dihadapi guru dalam pembelajaran dengan menggunakan
Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Peserta didik; dapat meningkatkan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup melalui penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar.
2. Guru Geografi; masukan untuk mencoba memanfaatkan lingkungan sebagai sumber pembelajaran dalam mengajarkan konsep abstrak kepada peserta didik.
3. Sekolah : sebagai masukan dalam menyusun KTSP yang adaptif sehingga hasil pembelajaran lebih aplikatif.
4. Pemerintah Daerah: membantu upaya sosialisasi kepada masyarakat tentang pentingnya Bukit Sepuluhribu bagi kehidupan penduduk di sekitarnya dan diharapkan berdampak pada pembuatan peraturan yang dapat menjaga kelestarian Bukit Sepuluhribu.
(22)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian.
Penelitian dilakukan di SMAN 6 Tasikmalaya, dengan alasan bahwa nilai rata-rata peserta didik yang didapatkan dari daftar nilai guru Geografi kelas XI IS untuk Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM). Hal ini ditunjukkan dengan nilai rata-rata yang didapatkan hanya peserta didik kelas XI IS tersebut hanya 69,53 padahal KKM untuk mata pelajaran Geografi di kelas XI IS yaitu 73.
Selain itu, sekolah tersebut berada pada wilayah Bukit Sepuluhribu yang sedang mengalami perubahan lansekap sehingga sangat cocok bila pembelajaran Geografi dilaksanakan secara kontekstual karena peserta didik akan mudah menghubungkan materi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dengan permasalahan yang terjadi di sekitarnya. Pertimbangan lain yaitu bahwa yang menjadi peserta didik di SMAN 6 Tasikmalaya ini sebagian besar tinggal di wilayah perbukitan Sepuluhribu yang sedang intensif ditambang sehingga dengan penanaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup melalui penggunaan Bukit Sepuluhribu tersebut sebagai sumber belajar diharapkan pembelajaran akan lebih bermakna dan konsep-konsepnya dapat diaplikasikan dalam memanfaatkan dan melestarikan lingkungan hidup di tempat tinggal mereka sehingga degradasi lingkungan di wilayah ini dapat dikendalikan.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh peserta didik SMAN 6 Tasikmalaya kelas XI-IS tahun pembelajaran 2012-2013. Pengambilan populasi ini didasarkan pada keberadaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) tentang pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup ada pada tingkatan kelas ini yaitu Standar Kompetensi (SK) 3. Pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup, yang terbagi menjadi dua Kompetensi Dasar (KD), yaitu KD. 3.1 Mendeskripsikan pemanfaatan
(23)
lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan serta KD 3.2 Menganalisis pelestarian lingkungan hidup dalam kaitannya dengan pembangunan berkelanjutan.
Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas dari empat kelas XI IS yang setara. Kesetaraan dilihat dari kemampuan akademik yang diambil dari rata-rata nilai hasil ulangan pertama pada semester dua (2) yang tercantum dalam daftar nilai guru mata pelajaran Geografi kelas XI IS, jumlah peserta didik serta jenis kelamin.
Data hasil ulangan harian pada semester dua (2) tahun pelajaran 2012/2013 pada daftar nilai mata pelajaran Geografi di SMAN 6 Tasikmalaya dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 3.1
Nilai Ulangan Harian Geografi Kelas XI IS Semester 2 TP 2012/2013
Kelas Jumlah siswa Nilai Rata-rata
Nilai Tertinggi
Nilai Terendah
Kelas penelitian
XI. IS-1 37 66,833 92 48 -
XI. IS-2 38 71,474 90 52 Kontrol
XI. IS-3 39 68,103 88 33 -
XI. IS-4 39 71,692 90 52 Eksperimen
Sumber : Daftar Nilai Geografi Kelas XI
Memperhatikan nilai rata-rata kelas dan nilai tertinggi juga nilai terendah dari data nilai ulangan harian keempat kelas XI-IS di atas, maka dapat diambil dua kelas sampel yang setara dari keempat kelas populasi. Kelas yang dijadikan sampel penelitian yaitu kelas XI IS-2 sebagai kelas kontrol dan kelas XI IS-4 sebagai kelas eksperimen. Penentuan kelas eksperimen dan kelas kontrol dilakukan dengan pengundian. Kemudian dari kedua kelas yang setara ini yang benar-benar dijadikan sampel penelitian adalah peserta didik dengan kesamaan kemampuan akademik berupa nilai ulangan harian terakhir pada semester 2 tahun ajaran 2012/2013 dan jenis kelamin. Hal ini bertujuan untuk mendapatkan hasil eksperimen dengan kontrol yang ketat. Data sampel
(24)
penelitian dari kedua kelas ini berjumlah 19 orang dengan rincian sebagai berikut:
Tabel 3.2.
Daftar Nama Sampel Penelitian di Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
No Nilai Ulangan Harian
Jenis Kelamin
Nama Peserta Didik Kelas Eksperimen
Nama Peserta Didik Kelas Kontrol
1. 90 Pr. Yesi Rismawati Nisa Syayidatul
2. 88 Pr Erna Susiana Eka Pitri Cahyati
3 88 Pr. Yulis Shofari N Pipit Latifah
3. 82 Pr. Resti Fauziah K. Dinda Aditya R.
4. 80 Pr. Yusa Yaumi Elsa Nurfadilah U.
5. 78 Lk. Hemas P. Asep Elgi
6. 74 Pr. Cuningsih Triani Sonia
7. 74 Pr Desi Trisna Dewi Yosi Agustin S.
8. 74 Lk Bani Isya Sidiq Tria Mulyana
9. 72 Pr. Rani Lestari Lediah Yuliani
10. 66 Pr. Yuni Lestari Astri Ervia
11. 64 Lk. Agung Gumelar Encep Aprizal
12. 64 Lk. Yogi Putra Pradana Isman
13. 64 Lk. Regi K. Vocka Senjayatama
14. 64 Lk Agung Gumelar Fahmi
15. 62 Pr. Neng Rini P Sena Primanita
16. 60 Pr. Fauziah K. Finka Asmarani
17. 58 Lk Arif Yuda Sutrisno Reza Angga P.
18. 54 Lk Akus Herdiawan Aldi Trizaldi W.
19. 52 Lk Nur Sugih Didin Bahrudin
Sumber: Daftar Nilai Geografi Kelas XI-IS TP 2012/2013
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dengan jenis Quasi-eksperiment. Desain Kuasi-Eksperimen (Quasi Experimental Design) diambil karena True Experimental Design sulit dilaksanakan untuk penelitian pendidikan sebab walaupun eksperimen ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat sepenuhnya mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.
(25)
Desain Quasi-eksperiment yang digunakan adalah model Non-equivalent Control Group Design. Desain ini hampir sama dengan Pretest-Posttest Control Group Design, hanya pada desain ini kelompok eksperimen maupun kelompok kontrol tidak dipilih secara random. Pemilihan kelompok eksperimental maupun kelompok kontrol berdasarkan kesetaraan kemampuan akademik dari hasil ulangan harian yang terdapat pada daftar nilai guru mata pelajaran Geografi di kelas XI IS, juga dari jumlah peserta didik yang tertera pada daftar nama peserta didik tiap kelas sehingga syarat-syarat untuk menjadi kelas eksperimen dan kelas kontrol dapat dipenuhi.
Desain penelitian ini memiliki dua variable yaitu Variabel Treatmen dan Variabel Hasil. Variabel Treatmen yaitu pembelajaran dengan menggunakan lingkungan (Bukit Sepuluhribu) sebagai sumber belajar baik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Treatmen pada kelas eksperimen penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip, sedangkan pada kelas kontrol berupa pembelajaran dengan menggunakan media foto Bukit Sepuluhribu di kelas. Variabel Hasil dalam penelitian ini berupa hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup sebagai hasil treatmen dengan menganalisis perbedaan nilai hasil pre dan post tes kelas eksperimen dan kelas kontrol, juga membandingkan hasil post tes kedua kelas tersebut. Desain penelitian digambarkan oleh tabel berikut:
Tabel 3.3.
Desain Kuasi Eksperimen (Non-Equivalent Control Group Design) Treatment Group Eksperimen O1 X1 O2 Treatment Group Control O1 X2 O2
Sumber : diadaftasi dari Ruseffendi (1998; 45) Keterangan : O1 = Pre tes
O2 = Pos Tes
X1 = Treatment melalui Field Trip ke Bukit Sepuluhribu X2 = Treament melalui media foto Bukit Sepuluhribu
(26)
C.Prosedur Penelitian
Prosedur dalam penelitian ini melalui beberapa tahapan, yaitu: 1. Studi Pendahuluan
Studi pendahuluan yang dilaksanakan berupa observasi ke lokasi perbukitan Sepuluhribu yang sedang mengalami perubahan lansekap akibat kegiatan penambangan dan dampaknya, analisis Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) pada Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) mata pelajaran Geografi di SMA kelas XI yang sesuai dengan permasalahan lingkungan, serta mengidentifikasi daftar nilai Geografi di SMAN 6 Tasikmalaya. Kemudian menyebarkan angket kepada 60 peserta didik SMA di wilayah perbukitan Sepuluhribu tentang pilihan tempat belajar untuk materi pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup serta alasannya. Hasilnya ternyata 57 peserta didik menginginkan untuk belajar di luar kelas dengan alasan lebih menarik, tidak jenuh serta dapat melihat permasalahan lingkungan secara nyata. Sementara tiga orang memilih di kelas dengan alasan lebih bersih dan terhindar dari pengaruh cuaca (panas dan hujan).
2. Merumuskan Masalah Penelitian
Masalah penelitian dirumuskan dengan memperhatikan degradasi lingkungan akibat penambangan perbukitan Sepuluhribu dan salah satu upaya mengatasinya dikaitkan dengan keberadaan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SMA kelas XI IS serta keinginan peserta didik SMA tentang tempat belajarnya.
3. Studi Literatur
Studi literatur dilakukan untuk mengkaji beberapa penelitian sebelumnya yang serupa. Studi ini juga dilakukan untuk mendapatkan beberapa teori yang berhubungan dengan penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar, beberapa indikator dan pengukuran yang berhubungan dengan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dikaitkan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) di SMA kelas XI. Selanjutnya disusun indikator dan tujuan pembelajaran serta menyusun
(27)
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dan bahan ajar yang berhubungan dengan konsep-konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.
4. Merencanakan Proses Pembelajaran
Proses pembelajaran disusun berdasarkan hasil sharing dengan guru mata pelajaran Geografi (Guru Mitra) di sekolah yang menjadi lokasi penelitian baik proses pembelajaran Outdoor Study melalui metode Field Trip ke perbukitan Sepuluhribu langsung maupun dengan Indoor Study melalui penggunaan media foto Bukit Sepuluhribu yang dituangkan dalam Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
5. Merancang Instrumen
Bersamaan dengan perancangan proses pembelajaran, peneliti membuat beberapa instrumen baik berupa soal tes uji coba ,angket, lembar observasi maupun Lembar Kerja Siswa (LKS). Soal-soal uji coba dibuat untuk mendapatkan soal-soal yang valid dan reliabel yang akan digunakan pada pre tes dan post tes di kelas eksperimen dan kelas kontrol sehingga diketahui perbedaan pemahaman konsep sebelum dan setelah perlakuan. Implementasi indikator pemahaman konsep baik translasi, interpretasi maupun ekstrapolasi disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang telah dioperasionalkan dengan kondisi di perbukitan Sepuluhribu. Soal-soal uji coba ini dibuat dalam bentuk soal objektif Pilihan Ganda (PG) dengan tujuan untuk mendapatkan keobjektifan penskoran. Peneliti juga membuat angket yang berisi beberapa pernyataan yang akan diisi oleh peserta didik pada kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap pembelajaran dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip. Selain itu, peneliti juga membuat Lembar Observasi yang akan dijadikan pedoman peserta didik di kelas eksperimen dalam mengobsevasi Bukit Sepuluhribu, serta Lembar Kerja Siswa (LKS) untuk peserta didik di kelas kontrol dalam menggali konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup melalui foto-foto perubahan lansekap dan aktivitas penduduk di Bukit Sepuluhribu .
(28)
6. Uji Coba Soal
Soal-soal uji coba dalam bentuk pilihan ganda yang telah disusun sebanyak 40 buah soal kemudian diujicobakan di sekolah lain sehingga kerahasiaan soal dapat dijamin. Uji coba soal dilaksanakan di SMA Negeri 1 Singaparna kelas XI IS-1, dengan pertimbangan sekolah ini masih berada pada wilayah perbukitan Sepuluhribu. Pengambilan XI.IS-1 didasarkan karena jadwal Geografi di kelas XI IS-1 SMA tersebut sama dengan jadwal Geografi di kelas eksperimen dan kelas kontrol lokasi penelitian.
Uji coba soal bertujuan untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda tiap butir soal yang akan dijadikan alat ukur pemahaman konsep di kelas penelitian sehingga akan didapatkan soal-soal yang reliabel dan valid. Setelah diujicobakan, hasilnya kemudian diolah dengan menggunakan program Exel dan Statistical Program for Social Science (SPSS) versi 16.0.
7. Melakukan Tes Awal (Pre-tes)
Pre Tes atau tes awal dilakukan untuk mendapatkan gambaran pemahaman awal peserta didik pada kelas eksperimen maupun kelas kontrol tentang konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup sebelum mendapatkan perlakuan .
8. Melaksanakan Perlakuan
Treatment atau perlakuan dilakukan pada kelas penelitian baik kelas eksperimen maupun kelas kontrol. Perlakuan untuk kelas eksperimen dan kontrol masing-masing dilakukan sebanyak tiga kali. Pada kelas eksperimen, guru melaksanakan Outdoor Study dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode Field Trip sedangkan pada kelas kontrol melakukan Indoor-Study dengan menggunakan foto-foto perubahan lansekap dan aktivitas penduduk di Bukit Sepuluhribu sebagai media pembelajaran.
9. Observasi
Observasi dilakukan oleh peserta didik dan observer. Peserta didik mengobservasi Bukit Sepuluhribu sesuai dengan panduan lembar observasi
(29)
yang dibuat oleh guru. Sementara observasi yang dilakukan observer selama kegiatan pembelajaran ditujukan untuk mengetahui kendala-kendala yang dihadapi guru selama pembelajaran dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar baik melalui metode Field Trip di kelas eksperimen maupun penggunaan foto-foto Bukit Sepuluhribu di kelas kontrol .
10. Melakukan Tes Akhir
Tes akhir atau post test dilakukan untuk mengetahui besaran perbedaan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di masing-masing kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan, juga mengetahui ada tidaknya perbedaan pemahaman konsep antara kelas eksperimen dengan kelas kontrol setelah perlakuan yang berbeda.
11. Membagikan angket kepada peserta didik di kelas eksperimen untuk mengetahui tanggapan mereka terhadap pembelajaran dengan menggunakan bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar Geografi melalui metode Field Trip.
12. Menganalisis data yang terkumpul, baik hasil tes, hasil observasi maupun angket.
(30)
Prosedur pelaksanaan penelitian tadi digambarkan dengan diagram berikut ini:
.
Gambar 3.1 Diagram Prosedur Penelitian
Studi Pendahuluan
Perumusan masalah
Studi Literatur
Rencana Proses Pembelajaran Rencana Instrumen
Uji coba
Tes awal
Proses Pembelajaran dengan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar melalui metode
Field Trip (kelas eksperimen)
Proses pembelajaran dengan media foto Bukit Sepuluhribu (kelas kontrol)
Tes akhir
Observasi Observasi
Analisis Data
(31)
D.Definisi Operasional
Penelitian ini memiliki dua variabel yang perlu didefinisikan secara operasional sehingga diperoleh kesamaaan persepsi dan memudahkan pengukuran, yaitu:
1. Lingkungan sebagai Sumber Belajar
Undang-Undang No.32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup mendefinisikan lingkungan hidup sebagai “Kesatuan ruang dengan semua benda, daya, keadaan, dan makhluk hidup yang termasuk di dalamnya manusia dan perilakunya yang mempengaruhi kelangsungan perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lainnya.”
Sumber belajar menurut Rohani (1997: 102) adalah “segala macam sumber yang ada di luar diri siswa yang keberadaannya memudahkan terjadinya proses belajar”. Lingkungan sebagai sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada di luar peserta didik baik berupa benda mati maupun benda hidup yang digunakan oleh guru dan peserta didik yang memudahkan terjadinya proses belajar untuk tercapainya tujuan pembelajaran.
Lingkungan yang dijadikan sumber belajar dalam penelitian ini adalah lingkungan alam berupa Bukit Sepuluhribu yang berada di sekitar SMA Negeri 6 Tasikmalaya dengan lansekap yang berbeda yaitu bukit yang masih lestari, bukit yang sedang ditambang dan bukit yang sudah direboisasi.
Bukit yang masih lestari sangat cocok untuk memberikan gambaran dampak positif dari pelestarian bukit bagi kondisi lingkungan di sekitarnya serta daya dukungnya bagi mahluk hidup di dalam dan sekitarnya.
Bukit yang sedang ditambang untuk memberikan contoh ril dampak negatif dari pemanfaatan bukit yang kurang bijak.
Sementara bukit yang sudah direboisasi sangat penting untuk memberikan contoh ril kepada peserta didik tentang cara merehabilitasi bukit yang sudah ditambang , baik jenis kayu, cara serta dampak positif yang ditimbulkannya.
(32)
2. Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Pemahaman merupakan kemampuan menangkap makna dari suatu informasi. Menurut Anderson (Sudjana 2005), pemahaman dibagi menjadi tiga aspek yaitu translasi, interpretasi, dan ekstrapolasi, sehingga pemahaman konsep dalam penelitian ini diartikan sebagai kemampuan siswa dalam translasi, interpretasi dan ekstrapolasi terhadap konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup yang diukur dengan pelaksanaan tes pemahaman konsep tersebut, baik sebelum maupun sesudah perlakuan.
Adapun konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup yang disajikan dalam penelitian ini dengan memanfaatkan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar meliputi: 1) Definisi: lingkungan hidup, daya dukung lingkungan, pemanfaatan lingkungan hidup, pelestarian lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan; 2) Komponen lingkungan hidup; 3) Faktor-faktor yang mempengaruhi daya dukung lingkungan: 4) Prinsip-prinsip pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup; 5) Contoh penerapan prinsip-prinsip pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup serta bentuk pembangunan berkelanjutan, 6) Bentuk-bentuk kerusakan lingkungan, 7) ciri-ciri daya dukung lingkungan; 8) Dampak positif dan negatif dari pemanfaatan lingkungan hidup; 9) Contoh upaya pemanfaatan / pelestarian lingkungan hidup yang bijaksana; dan 10) Alasan perlunya pembangunan berkelanjutan.
Operasionalisasi pemanfaatan Bukit Sepuluhribu sebagai sumber belajar dalam pengukuran pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dipaparkan dalam tabel 3.4 berikut:
(33)
Tabel 3.4.
Operasionalisasi Penggunaan Bukit Sepuluhribu sebagai Sumber Belajar pada Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Pemahaman Konsep
Dimensi Indikator
Translasi : - mendefinisikan - merinci -mengidentifikasi -menjelaskan kembali
a. Mendefinisikan lingkungan bukit, daya dukung bukit, pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.
b. Merinci tiga jenis lingkungan dalam lingkungan hidup manusia.
c. Merinci prinsip-prinsip pemanfaatan lingkungan hidup
d. Mengidentifikasi komponen budaya, biotik dan abiotik yang terdapat dalam lingkungan bukit. e. Mengidentifikasi bentuk kerusakan lingkungan
bukit.
f. Menjelaskan dengan kata-kata sendiri daya dukung lingkungan bukit bagi manusia. Interpretasi:
-menafsirkan ciri -membedakan/
menggolongkan -memberi contoh
-menyimpulkan
a. Menafsirkan ciri-ciri daya dukung lingkungan. b. Membedakan prinsip-prinsip pemanfaatan
lingkungan hidup.
c. Memberi contoh penerapan prinsip pemanfaatan lingkungan hidup pada lingkungan bukit.
d. Membedakan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup.
e. Memberi contoh penerapan prinsip-prinsip pemanfaatan dan pelestarian lingkungan bukit. f. Memberi contoh pemanfaatan dan pelestarian
bukit yang bijaksana.
g. Memberi contoh bentuk pembangunan berkelanjutan di lingkungan bukit.
h. Menyimpulkan penyebab utama degradasi lingkungan bukit.
i. Menginterpretasi makna pembangunan berkelanjutan. Ekstrapolasi: -memprediksi -memberi Solusi - menjelaskan pengaruh /hubungan
a. Memprediksi dampak negatif dari eksploitasi/penambangan bukit.
b. Memperkirakan dampak positif dari pelestarian bukit
c. Memberi solusi rehabilitasi / pelestarian lingkungan bukit yang bijak.
(34)
sebab akibat) d. Menjelaskan alasan perlunya pembangunan berkelanjutan
E.Instrumen Penelitian
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Soal Tes
Webster’s Collegiate (Arikunto, 1995:29) menyatakan bahwa “Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensia, kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok”. Tes dalam penelitian ini bertujuan untuk melihat kemampuan pemahaman peserta didik terhadap konsep-konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup.
Untuk mendapatkan nilai pre tes dan post tes, peneliti membuat 40 soal pilihan ganda sesuai sumber belajar yang telah dioperasionalkan ke dalam standar kompetensi, kompetensi dasar dan indikator pada konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup. Soal-soal tersebut sebelumnya diujicobakan pada peserta didiki SMA lain untuk mengetahui validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda. Uji validitas dan reliabilitas menggunakan SPSS versi 16.0 for windows, sementara untuk tingkat kesukaran dan daya pembeda menggunakan program exel.
Penjabaran indikator pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dalam soal pilihan ganda yang digunakan dlam pre dan post tes ditunjukkan oleh tabel 3.5.
(35)
Tabel 3.5
Kisi-kisi Soal Tes Objektif Pemahaman Konsep Pemanfaatan Pelestarian Lingkungan Hidup
Variabel Dimensi Indikator No
Soal
Pemaha-man Konsep
Translasi - Menjelaskan pengertian lingkungan hidup - Merinci jenis lingkungan
- Mengidentifikasi komponen budaya, biotik dan abiotic dalam lingkungan hidup.
-Mengidentifikasi faktor geografis dan sosial budaya yang mempengaruhi daya dukung lingkungan
-Menjelaskan pengertian daya dukung lingkungan dengan kata-kata sendiri.
-Mengidentifikasi ciri-ciri adanya daya dukung lingkungan.
-Mendefinisikan pemanfaatan lingkungan hidup -mengidentifikasi bentuk kerusakan di
lingkungan bukit.
-Menjelaskan pengertian pelestarian lingkungan hidup 1, 2 3,4,5 8,9 6 7 11 16, 20
Interpretasi -Memberi contoh cara memanfaatakan lingkungan yang bijak
- Membedakan azas-azas pemanfaatan lingkungan hidup yang benar.
-Memberi contoh penerapan azas-azas pemanfaatan lingkungan hidup.
- Memberi contoh penerapan prinsip-prinsip pelestarian lingkungan hidup
-Menginterpretasi pembangunan berwawasan lingkungan
-Memberi contoh bentuk pembangunan berwawasan lingkungan 12 13,14 15 22 23 25
Ekstrapolasi - Memprediksi dampak negatif dari penambangan bukit.
-Menyimpulkan penyebab kerusakan lingkungan bukit
-Memprediksi dampak positif dari pelestarian bukit.
-Menjelaskan alasan perlunya pembangunan berkelanjutan
17,18
19
21
(36)
2. Lembar Observasi
Lembar observasi yang digunakan yaitu lembar observasi yang diisi peserta didik dan lembar observasi yang diisi oleh observer.
Lembar observasi yang diisi oleh peserta didik berupa lembar pengamatan yang akan diisi oleh peserta didik pada saat proses pembelajaran di kelas eksperimen dengan menggunakan Bukit Sepuluhribu melalui metode Field Trip untuk menggali beberapa konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup. Lembar observasi kedua berupa lembar pengamatan yang diisi oleh observer untuk mengetahui kendala dalam proses pembelajaran di kelas eksperimen serta aktivitas peserta didik di kelas kontrol yang menggunakan foto-foto perubahan lansekap dan aktivitas penduduk di Bukit Sepuluhribu.
3. Angket
Instrumen ini digunakan untuk mengetahui tanggapan peserta didik di kelas eksperimen terhadap pembelajaran dengan menggunakan metode Field Trip. Setiap peserta didik diminta menanggapi pernyataan-pernyataan dengan menceklist (v) salah satu alternatif jawaban pada lembar angket dengan pilihan sebagai berikut: Sangat Setuju (SS), Setuju (S), Kurang Setuju (KS), Tidak Setuju (TS) dan Sangat Tidak Setuju (STS). Masing-masing jawaban diberi skor secara kuantitatif sebagai berikut: SS=5, S=4, KS=3, TS=2 dan STS=1.
4. Lembar Kerja Siswa
Lembar Kerja Siswa (LKS) dibuat untuk digunakan di kelas kontrol sebagai panduan menggali konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ditetapkan melalui foto-foto perubahan lansekap dan aktivitas penduduk di Bukit Sepuluhribu, dalam LKS ini ada beberapa pertanyaan atau isian yang harus diselesaikan peserta didik dengan diskusi dalam kelompoknya.
.
(37)
Instrumen untuk mengetahui pemahaman peserta didik tentang pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup berupa soal tes. Setelah pre dan post tes dilakukan, skor pre dan post tes diolah melalui beberapa pengujian sehingga diperoleh beberapa informasi untuk pengambilan kesimpulan.
Pengujian untuk butir soal tes digunakan uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda yang secara rinci pengembangan instrumen ini dipaparkan sebagai berikut:
1. Validitas Butir Soal
Menurut Arikunto (2006: 168), validitas butir soal merupakan ukuran yang menunjukkan tingkat kevalidan atau kesahihan butir soal. Soal yang valid adalah soal yang dapat mengukur apa yang seharusnya diukur.
Uji validitas soal pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup dilakukan dengan menghitung koefisien korelasi dari tiap item yang terkoreksi dengan menggunakan software SPSS 16,0 for window. Adapun interpretasi dari koefisien korelasinya adalah sebagai berikut:
>0,4 = Butir soal sangat baik 0,3 - 0,39 = Butir soal baik
0,2 - 0,29 = Butir soal harus direvisi/ diperbaiki < 0,19 = Butir soal jelek / jangan digunakan
Validitas butir soal hasil uji coba instrumen soal pilihan ganda dari tiap peserta didik SMAN 1 Singaparna kelas XI.IS-1 ditampilkan pada tabel 3.6. Soal yang validitasnya baik/sangat baik memiliki nilai Cronbach Alpha di atas 0,3, sehingga soal-soal yang jelek tidak dipakai. Hal ini dapat dilakukan karena soal-soal yang valid dan reliabel masih mewakili indikator/ tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan, karena sebelumnya, soal-soal yang dibuat berupa soal-soal kloning dimana tiap indikator atau tujuan pembelajaran memiliki beberapa soal yang setara sehingga ketika salah satu soal dikategorikan jelek dan dibuang, maka masih tersedia soal yang dapat mewakili indikator/ tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
(38)
Tabel 3.6.
Hasil Uji Validitas Instrumen Soal Uji Coba Item
Soal
Scale Mean if Item Deleted Scale Variance if Item Deleted Corrected Item-Total Correlation Cronbach's Alpha if Item
Deleted
Interpretasi Keterangan
VAR01 21.0000 44.625 .575 .841 SSangat baik dipakai
VAR02 21.1515 49.258 -.220 .860 Jelek -
VAR03 21.3030 46.218 .219 .849 Direvisi
VAR04 21.3939 45.684 .306 .847 Baik dipakai
VAR05 21.5455 45.318 .423 .844 Sangat baik dipakai
VAR06 21.2121 46.547 .173 .850 Jelek -
VAR07 21.0000 45.875 .345 .846 Baik dipakai
VAR08 21.0606 45.621 .353 .845 Baik dipakai
VAR09 21.0303 46.530 .213 .849 Direvisii -
VAR10 21.1515 45.883 .282 .847 Direvisi -
VAR11 21.1212 44.735 .472 .842 Sangat Baik dipakai
VAR12 21.5152 45.508 .372 .845 Baik dipakai
VAR13 21.3939 45.309 .364 .845 Baik dipakai
VAR14 21.0606 45.059 .448 .843 Sangat Baik dipakai
VAR15 21.2121 46.360 .201 .849 Direvisi -
VAR16 21.2121 44.985 .408 .844 Sangat Baik dipakai
VAR17 20.9091 46.210 .369 .846 Baik dipakai
VAR18 20.8788 46.172 .435 .845 Sangat Baik dipakai
VAR19 21.4242 48.689 -.138 .858 Sangat Jelek -
VAR20 21.6364 45.489 .481 .843 Sangat Baik dipakai
VAR21 21.6364 47.989 -.027 .853 Sangat Jelek -
VAR22 21.4242 45.314 .370 .845 Baik dipakai
VAR23 21.5455 45.318 .423 .844 Sangat Baik dipakai
VAR24 21.4545 43.443 .683 .837 Sangat Baik dipakai
VAR25 21.0606 45.246 .416 .844 Sangat Baik dipakai
VAR26 21.1212 44.422 .522 .841 Sangat Baik dipakai
VAR27 21.0000 44.625 .575 .841 Sangat Baik dipakai
VAR28 21.0606 45.121 .438 .843 Sangat Baik dipakai
VAR29 21.0606 45.246 .416 .844 Sangat Baik dipakai
VAR30 20.9697 47.093 .137 .850 Sangat Jelek -
VAR31 21.3333 46.542 .172 .850 Sangat Jelek -
VAR32 21.5152 47.133 .104 .851 Jelek -
VAR33 21.1212 45.985 .273 .847 Direvisi -
VAR34 21.6970 45.655 .569 .843 Sangat Baik dipakai
VAR35 21.2727 45.142 .379 .845 Baik dipakai
VAR36 21.0303 47.468 .055 .852 Sangat Jelek -
(39)
VAR38 21.3636 45.864 .275 .847 Jelek -
VAR39 21.3939 43.621 .628 .838 Sangat Baik dipakai
VAR40 21.3939 44.496 .490 .842 Sangat Baik dipakai
Sumber : Pengolahan data primer, 2013
Berdasarkan hasil uji validitas soal pilihan ganda pada tabel di atas, dari 40 soal yang diujicobakan, terdapat 26 soal yang valid untuk dijadikan alat ukur pemahaman konsep pada kelas eksperimen dan kelas kontrol, akan tetapi untuk mempermudah penghitungan skor atau nilai, peneliti menggurangi soal satu buah sehingga berjumlah 25 butir soal yang mewakili dimensi translasi, interpretasi dan ektrapolasi juga mewakili indikator yang telah ditetapkan. Soal-soal ini yang dijadikan sebagai alat/ instrumen untuk mengukup pemahaman konsep peserta didik di kelas penelitian baik pada waktu pre tes maupun post tes.
2. Reliabilitas Soal Tes
Perangkat tes yang baik merupakan perangkat yang menghasilkan skor yang tidak berubah-ubah atau ajeg dalam arti memiliki taraf kepercayaan yang tinggi dan memberikan hasil yang tetap. Koefisien reliabilitas soal tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup diketahui melalui nilai cronbach’s alpha yang dihitung menggunakan SPSS 16.0.
Kriteria yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabel tidaknya soal, yaitu kriteria dari Guilford 1956 (Rosnenty, 2010: 72) sebagai berikut:
>0,20 = sangat tidak reliabel 0,20 - <0,40 = tidak reliabel 0,40 - <0,70 = cukup reliabel 0,70 - <0,90 = reliable 0,90 - < 1,00 = sangat reliabel 1,00 = sangat sempurna
Setelah dilakukan pengolahan data melalui SPSS, nilai cronbach’s Alpha nya terdapat pada tabel berikut:
(40)
Tabel 3.7.
Hasil Uji Reliabilitas Instrumen Soal Pilihan Ganda
Soal Pemahaman Konsep Pemanfaatan Dan Pelestaran Lingkungan Hidup
Sumber: Pengolahan data primer, 2013
3. Tingkat Kesukaran Soal Tes
Tingkat kesukaran soal tes dapat diketahui melalui uji tingkat kesukaran. Uji ini dilakukan agar soal tidak didominasi oleh soal mudah atau sukar saja, sehingga soal yang diberikan kepada peserta didik seimbang. Melalui uji tingkat kesukaran, akan diketahui indeks kesukaran atau difficulty index (Arikunto,1991:210).
Rumus tingkat kesukaran soal menurut menurut Nitko (BSNP, 2009 : 9)
adalah
:
∑
Keterangan:
∑
Kriteria tingkat kesukaran biasanya dibedakan menjadi 3 kategori yaitu : 0,00 ≤ TK ≤ 0,30 = sukar
0,30 ≤ TK ≤ 0,70 = sedang 0,70 ≤ TK ≤ 1,00 = Mudah
Reliability Statistics
Cronbach's Alpha N of Items Keterangan
(41)
Hasil perhitungan uji tingkat kesukaran instrument soal pilihan ganda yang digunakan pada saat ujicoba soal berdasarkan rumus di atas disajikan dalam tabel 3.8.
Tabel 3.8.
Hasil Uji Tingkat Kesukaran Instrumen Soal Pilihan Ganda Nomor Soal Tingkat Kesukaran Kategori
1 0,788 Mudah
2 0,638 Sedang
3 0,485 Sedang
4 0,394 Sedang
5 0.242 Sukar
6 0.576 Sedang
7 0.788 Mudah
8 0.667 Sedang
9 0.758 Mudah
10 0.636 Sedang
11 0.667 Sedang
12 0.273 Sukar
13 0.394 Sedang
14 0.727 Mudah
15 0.576 Sedang
16 0.576 Sedang
17 0.879 Mudah
18 0.909 Mudah
19 0.364 Sedang
20 0.152 Sukar
21 0.152 Sukar
22 0.364 Sedang
23 0.242 Sukar
24 0.273 Sukar
25 0.667 Sedang
26 0.667 Sedang
27 0.576 Sedang
28 0.727 Mudah
29 0.727 Mudah
30 0.818 Mudah
31 0.455 Sedang
32 0.273 Sukar
33 0.667 Sedang
34 0.091 Sukar
35 0.515 Sedang
(42)
37 0.515 Sedang
38 0.424 Sedang
39 0.394 Sedang
40 0.394 Sedang
Sumber: Pengolahan data primer, 2013.
4. Daya Pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan suatu butir soal dapat membedakan antara peserta didik yang telah menguasai materi yang ditanyakan dan peserta didik yang kurang atau belum menguasai materi yang ditanyakan (Depdiknas, 2008).
Untuk mengetahui daya pembeda soal, rumus yang digunakan sebagai berikut :
Adapun kriteria kategori daya pembeda adalah sebagai berikut: 0,00 < D < 0,20 = Jelek
0,20 < D < 0,40 = Cukup 0,40 < D < 0,70 = Baik
0,70 < D < 1,00 = Baik sekali ( Arikunto, 2006: 213)
Hasil perhitungan uji daya beda instrument soal pilihan ganda dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Tabel 3.9.
Hasil Uji Daya Pembeda Instrumen Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Nomor Soal Daya beda Kategori
1 0.412 baik
2 -0.022 sangat rendah
3 0.151 rendah
4 0.206 cukup
5 0.257 cukup
6 -0.026 sangat rendah
7 0.169 rendah
8 0.412 baik
9 0.349 cukup
(43)
11 0.404 baik
12 0.320 cukup
13 0.449 baik
14 0.287 cukup
15 0.338 cukup
16 0.338 cukup
Tabel 3.9 lanjutan
Nomor Soal Daya beda Kategori
17 0.412 baik
18 0.257 cukup
19 -0.342 Sangat rendah
20 0.210 cukup
21 0.070 rendah
22 0.265 cukup
23 0.257 cukup
24 0.566 baik
25 0.408 baik
26 0.526 baik
27 0.412 baik
28 0.287 cukup
29 0.408 baik
30 0.110 rendah
31 0.210 cukup
32 0.077 rendah
33 0.162 rendah
34 0.412 baik
35 0.577 baik
36 -0.136 Sangat rendah
37 0.210 cukup
38 0.268 cukup
39 0.691 baik
40 0.327 cukup
Sumber: Pengolahan Data, 2013.
Soal hasil ujicoba yang jumlahnya 40 buah tersebut, setelah hasilnya diolah melalui uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya beda, maka diperoleh 25 soal yang valid dan reliabel dengan tingkat kesukaran proporsional serta daya bedanya memenuhi syarat instrumen soal yang baik.,
(44)
sehingga dapat digunakan untuk mengukur pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup di kelas eksperimen dan kelas kontrol baik pre maupun post tes. Deskripsi kualitas ke-25 soal tersebut dipaparkan pada tabel 3.10 berikut.
Tabel 3.10
Deskripsi Kualitas Soal Tes Pemahaman Konsep Pemanfaatan dan Pelestarian Lingkungan Hidup
Nomor Soal
Validitas Tingkat Kesukaran Daya Pembeda Uji
coba
Uji konsep
1 1 Sangat baik Mudah Baik
4 2 Baik Sedang Cukup
5 3 Sangat baik Sukar Cukup
8 4 Baik Sedang Baik
11 5 Sangat baik Sedang Baik
12 6 Baik Sukar Cukup
13 7 Baik Sedang Baik
14 8 SangatBaik Mudah Cukup
16 9 Sangat baik Sedang Cukup
17 10 Baik Mudah Baik
18 11 Sangat baik Mudah Cukup
20 12 Sangat baik Sukar Cukup
22 13 Baik Sedang Cukup
23 14 Sangat baik Sukar Cukup
24 15 Sangat baik Sukar Baik
25 16 Sangat baik Sedang Baik
26 17 Sangat Baik Sedang Baik
27 18 Sangat baik Sedang Baik
28 19 Sangat baik Mudah Cukup
29 20 Sangat baik Mudah Baik
34 21 Sangat baik Sukar Baik
35 22 Baik Sedang Baik
37 23 Baik Sedang Cukup
39 24 Sangat baik Sedang Baik
40 25 Sangat baik Sedang Cukup
Sumber : Hasil pengolahan data primer, 2013
Data pada tabel 3.10 menunjukkan bahwa dari 40 soal pilihan ganda yang diujicobakan, diambil 25 soal yang validitas soalnya baik dan sangat baik.
(45)
Tingkat kesukaran soal untuk menguji konsep persebarannya proporsional dimana soal mudah berjumlah enam buah (24%), soal sedang 13 buah (52%) dan soal sukar enam buah (24%). Selain itu, daya pembeda dari tiap soal yang valid berkategori cukup dan baik. Kesimpulannya, ke-25 soal untuk mengukur pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk soal pre dan post tes di kelas penelitian.
G. Pengolahan Data Hasil Tes Pemahaman Konsep
Data primer hasil tes pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup berupa skor hasil pre tes sebelum mendapatkan perlakuan maupun skor hasil post tes setelah perlakuan kemudian dianalisis dengan membandingkan skor awal dan skor akhir, sehingga diketahui perbedaan dan peningkatannya. Perbedaan antara hasil pre dan post tes, dideskripsikan dan dianalisis dengan statistika deskriptif melalui SPSS 16,0, grafik perbandingan dengan exel, dan signifikasi perbedaan melalui uji t dimana sebelumnya data-data pre dan post tes diuji normalitas dan validitasnya melalui software minitab 16. Sementara untuk mengetahui peningkatan nilai setelah perlakuanmenggunakan nilai Gain dan prosentase kenaikan untuk setiap sampel penelitian yang telah mewakili populasi. Prosentase kenaikan didapatkan dari selisih antara pre dan post tes dibagi nilai pre tes menggunakan exel. Sementara nilai gain dihitung dengan menggunakan rumus faktor g (N-gain) dimana selisih antara pre dan post tes dibagi selisih antara nilai
maksimum yang dicapai di kelas penelitian dengan nilai pre tes setiap sampel. Rumus nilai Gaintadi dikembangkan oleh Hake tahun 1999 (Samsudin, 2008: 88) sebagai berikut:
g = S post – S pre S maks-S pre Keterangan : S post = skor tes akhir S pre = skor tes awal S maks = skor maksimum
Untuk menentukan besarnya peningkatan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup setelah perlakuan di kelas penelitian, maka
(46)
dibuat lima kategori peningkatan pemahaman konsep yang didasarkan pada hasil penelitian sebagai berikut:
Tabel 3.11
. Kriteria Kategori Gain yang Dinormalisasi
g
Kriteria1 > 0,8 0,6 < 0,8 0,4 < 0,6 0,2 < 0,4
g < 0,2
Sangat tinggi Tinggi Cukup/sedang
Rendah Sangat rendah
Penilaian kemampuan pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup peserta didik di kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah perlakuan dalam penelitian ini diukur dengan memberi skor 4 untuk tiap jawaban soal pilihan ganda yang benar sehingga skor total ideal yang akan didapatkan100 karena jumlah soalnya sebanyak 25 buah.
Untuk mengetahui pemahaman konsep pemanfaatan dan pelestarian lingkungan hidup secara mendalam setelah perlakuan baik pada peserta didik di kelas eksperimen maupun di kelas kontrol seyogyanya diukur dari penjumlahan hasil tes hasil pembelajaran yang berupa skor tes objektif pilihan ganda maupun skor proses pembelajaran berupa skor hasil observasi / LKS dan presentasi tiap kelompok. Namun, mengingat penskorannya sangat heterogen maka uji normalitas, uji homogenitas dan uji hipotesis penelitian hanya dilakukan pada data hasil tes obyektif soal pilihan ganda saja.
1. Uji Normalitas
Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui persebaran kemampuan akademik peserta didik secara normal pada kelas eksperimen dan kelas
(47)
kontrol. Data dalam penelitian ini diolah dengan menggunakan Software Minitab versi 16.
Uji normalitas dengan menggunakan Tes of Normality Kolmogorav- Smirnov pada minitab 16 menghasilkan dua jenis keluaran yaitu grafik persebaran skor juga kotak yang berisi mean, standar deviasi, jumlah data dan P- value. Kedua keluaran ini memiliki makna sebagai berikut:
a. Data berdistribusi normal, bila titik-titik merah pada grafik tersebar mengikuti garis biru.
b. Jika P-value lebih besar daripada taraf signifikansi uji yang telah ditentukan ( α = 0,05) maka sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal. c. Jika P-value lebih kecil daripada taraf signifikansi uji yang telah ditentukan
( α = 0,05) maka sampel bukan berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2. Uji Homogenitas
Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah variansi- variansi sampel yang digunakan homogen atau tidak. Pada penelitian ini uji homogenitas variansi populasi dilakukan dengan menggunakan Software Minitab 16.0.
Uji homogenitas dengan menggunakan F Test dan Lavene’s Test pada minitab 16 menghasilkan dua jenis keluaran yaitu berupa dua boxsplot dan data hasil perhitungan F test juga Lavene’s Test.
Kedua keluaran ini memiliki makna sebagai berikut:
a. Boxsplot-boxsplot menunjukkan variansi skor sampel. Grup dengan skor tinggi akan berada pada posisi sebelah kanan boxspot untuk grup sampel dengan skor rendah.
b. Jika nilai F test dan Lavene’s Test lebih besar daripada taraf signifikansi uji yang telah ditentukan ( α = 0,05) maka sampel berasal dari pupulasi yang homogen.
(1)
konsep yang diajarkan; b) adanya kesadaran untuk memanfaatkan dan melestarikan lingkungan dengan bijak; c)adanya kesadaran untuk mensosialisasikan konsep yang mereka pahami kepada masyarakat sekitar seingga masyarakat dapat memanfaatkan dan melestarikan lingkungan dengan bijak.
6. Kendala yang dihadapi pada saat implementasi pembelajaran melalui metode field trip antara lain: a) kurangnya pembimbing untuk tiap lokasi obyek observasi; b) kurangnya percaya diri peserta didik saat mengisi lembar observasi yang disebabkan pembelajaran dengan metode field trip baru bagi mereka; c) Cuaca yang panas menyebabkan konsentrasi peserta didik kurang fokus; d) Waktu observasi selama 45 menit untuk tiap pertemuan kurang memadai, hal ini terbukti dari masih adanya kelompok yang mengumpulkan lembar observasi tidak sesuai waktu yang ditentukan atau terlambat; e) pembahasan materi pembelajaran di kelas dengan metode yang sama menyebabkan tidak seluruh peserta didik mengikutinya dengan penuh perhatian; f) materi presentasi yang sama menyebabkan kelompok lain kurang menanggapi dan kurang perhatian.
Kelebihan-kelebihan pembelajaran dengan menggunakan lingkungan (Bukit Sepuluhribu) sebagai sumber belajar antara lain: a) guru terbantu dalam menanamkan konsep abstrak kepada peserta didik karena ada obyek riil yang bisa diamati dan mempermudah penguasaan konsep oleh peserta didik; b) Pesrta didik aktif mengikuti proses pembelajaran sampai akhir; c) Suasana pembelajaran lebih menyenangkan karena anak tidak merasa bosan dan termotivasi untuk mengikuti pembelajaran sampai selesai; d) berbagai domain kemampuan peserta didik tereksplore, baik kognitif, afektif maupun psikomotor.
(2)
B. Rekomendasi
Beberapa rekomendasi yang dapat diberikan sebagai hasil penelitian ini, yaitu:
1. Mengingat penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar mendapat tanggapan yang positif dari peserta didik, maka penggunaan lingkungan sebagai sumber belajar dapat diimplementasikan untuk kompetensi dasar mata pelajaran Geografi lainnya yang sesuai, juga pada mata pelajaran lain.
2. Perlunya dibentuk dan diaktifkan kembali Team teaching sehingga peserta didik memiliki pembimbing belajar dengan memadai terutama untuk pembelajaran di luar kelas.
3. Perlunya variasi metode pada saat pembahasan di kelas tentang hasil observasi sehingga anak tidak akan merasa bosan.
4. Penayangan kembali lokasi-lokasi observasi pada layar di kelas melalui proyektor masih tetap diperlukan untuk menutupi kekurangperhatian peserta didik di lapangan yang disebabkan kesalahan tehnis atau faktor cuaca.
5. Metode Field Trip sebaiknya dilakukan oleh guru dalam meningkatkan pemahaman konsep bagi peserta didik dengan kemampuan akademik rendah tapi pembahasan hasil Field Trip harus dilakukan dengan metode pembelajaran yang bervariasi, tentu saja penggunaan metode ini disesuaikan dengan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) mata pelajaran masing-masing.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto,S.(2006). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta : Rineka Cipta.
__________. (1995).Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakrta: PT. Bumi Aksara Azwar, S. (1987) Tes Prestasi. Yogjakarta: Liberty.
BNSP. (2007). Standar Proses untuk Satuan Pendidikan Dasar Menengah . Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Daryanto. (2008). Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta. Emzir, (2008). Metodologi Penelitian Pendidikan, Jakarta: Raja Grafindo.
Hendriyani, Y. (2005). Memanfaatkan Lingkungan sebagai Sumber Belajar. Bandung: IPA UPI Bandung.
Hernawan (1998). Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber Belajar, Materi
Pokok Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Depdikbud UT.
Hadi, S. (2004). Metodologi Research. Jilid 4. Yogyakarta: Andi.
Jauhar, M. (2011) Implementasi PAIKEM dari Behavioristik sampai
Konstruktivistik. Jakarta: Pustaka Karya.
Kemenkumham. (2009). Undang-Undang tentang Pengelolaan Lingkungan
Hidup, kemenkumham RI.
Kusnendi. (2008). Model-Model Persamaan Struktural, Satu dan Multi Group
Sampel dengan Lisrel, Bandung: Alfabeta.
Malik, Y..Konservasi Lahan Perbukitn Sepuluhribu (The Ten Thousand Hills)
untuk Lansekap Hutan Kota dalam menunjang Ruang Terbuka Hijau (RTH) di kota Tasikmalaya. Bandung: Pendidikan Geografi UPI.
Maryani, E.(2006). Geografi dalam Perspektif Keilmuan dan Pendidikan di
Persekolahan. Dimuat dalam buku Ilmu Pendidikan karyaMoh. Ali.
__________, (2009). Kompilasi Pendidikan Geografi dalam Konteks IPS. Bandung : IPS SPs UPI.
Musfiqon, HM.(2012). Pengembangan Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta: Prestasi Pustaka.
(4)
Nasution,S. (1985). Berbagai Pendekatan dalam Proses Belajar dan Mengajar. Jakarta: Bina Aksara
Ningrum, E.(2004). Kompetensi Guru Mendayagunakan Lingkungan dalam
Pembelajaran IPS, Bandung: Jurnal PIPS, No. 23 Hal 39, Media
Komunikasi Antar FPIPS UPI, FKIP Universitas/STKIP Se-Indonesia. __________(2008). Pengembangan Strategi Pembelajaran Geografi Berorientasi
Pemahaman Konsep Kebencanaan .Makalah pada Pertemuan Tahunan
Ikatan Geograf Indonesia (PIT IGI), Padang.
Pasya, GK (2000). Lingkungan sebagai Sumber Belajar. Jurnal PIPS No.16. Hal 28. Media KomunikasiAntar FPIPS UPI, FKIP Universitas/STKIP Se-Indonesia.
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, (1997). Kamus Besar Bahasa
Indonesia, Jakarta : Balai Pustaka.
Puslitbang,Depdiknas.(2003). Kurikulum 2004 Standar Kompetensi Mata
Pelajaran Geografi Sekolah Menengah Atas dan Madrasah Aliyah,
Jakarta: Depdiknas
Rosalin, E. (2008). Gagasan Merancang Pembelajaran Kontekstual. Bandung: Karsa Mandiri Persada.
Rosnenty, R..(2010). Pengaruh Pemanfaatan Lingkungan sebagai Sumber
Belajar IPS terhadap Penguasaan Konsep dan Kepedulian Lingkungan pada Peserta Didik Sekolah Dasar. Prodi IPS, UPI Bandung.
Ruseffendi, H.E.T. (1998). Statistika Dasar Untuk Penelitian Pendidikan. Bandung : CV. Andira
Sadiman, A.S. (2004).,Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan dan
Pemanfaatannya. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Samsudin, A.(2008) Penggunaan Model Pembelajaran Multi Media Interaktif
(MMI) Optika Geometri untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa. Bandung: Tesis SPs UPI: Tidak
diterbitkan
Sudjana,N.(2005). Penilaian Hasil Proses Belajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya Offset.
Suharto.K. (2003). Teknologi Pembelajaran (Pendekatan Sistem, Konsepsi dan Model, SAP, Evaluasi, Sumber Belajar dan Media). Surabaya: Surabaya Intelectual Club.
(5)
Suherman,E (1990). Petunjuk Praktis untuk Melaksanakan Evaluasi Pendidikan . Bandung: Wijayakusuma.
Supriya, dkk (2003). Strategi Pembelajaran IPS, Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Setiawan, I.(2008).Isu-Isu Lingkungan Global, Hand-Out Perkuliahan Geografi, UPI Bandung.
_________(2009). Hakekat Pembelajaran Geografi, Hand-out perkuliahan Geografi, UPI Bandung
Slameto, (1996).Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya, Jakarta: Bina Aksara.
Sugiyono. (2006). Statistika Untuk Penelitian. Bandung: CV. Alfabeta _______. (2009). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung :CV. Alfabeta
Sumaatmadja, N.(1996) . Studi Geografi Suatu Pendekatan dan Analisa
Keruangan. Bandung: Alumni.
_____________ .(1997). Metodologi Pengajaran Geografi. Jakarta: Bumi Aksara
Sya, A.( 2004). Bukit Sepuluhribu Tasikmalaya,Tasikmalaya: CV Gajah Poleng. UPI.(2012). Pedoman Penulisan KaryaIlmiah. Bandung. UniversitasPendidikan
Indonesia.
Waluya, B.(2008). Bahan Ajar Media Pembelajaran.UPI Bandung.
Winataputera, U.S. (1991) Materi Pokok Perencanaan Pengajaran Modul1-6, Ditjen Binbaga Isalam dan Universitas Terbuka, Jakarta.
Yani, A. (2009). Media Pembelajaran untuk Pendidikan Lingkunga nHidup.PLPG Rayon UPI.
Yulaelawati, E. (2004). Kurikulum dan Pembalajaran: Filosofi, Teori Dan
Aplikasi.Bandung: Pakar Raya.
Sumber internet:
http://www.pewarta-indonesia.com/berita/daerah/3070-upaya-pelestarian-bukit-sepuluh-ribu-di-tasikmalaya.html (diunduh 6 Maret 2013)
(6)
Mairing,J.P.Analisisi Data Mengguna Minitab tersedia pada jackson mairing.wordpress.com ( diunduh 23 Mei 2013)