Pengaruh multimedia interaktif dalam pembelajaran biologi terhadap retensi siswa: kuasi eksperimen pada konsep sistem ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan

(1)

(Kuasi Eksperimen pa

Diajukan untuk M

PROGR

JURUSAN PEN

FAKULTA

UNIVERSITAS

n pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tange

SKRIPSI

Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh G Pendidikan (S.Pd.)

Oleh

DIMAS GIRI PUTRA

NIM: 109016100036

OGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOG

PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUA

LTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGUR

TAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYA

JAKARTA

1435 H./2014 M.

angerang Selatan)

h Gelar Sarjana

OLOGI

AN ALAM

KEGURUAN


(2)

D

(Kuasi Eksperimen pa

Diajukan Kepada Memenuhi Pe

PRO JURUSAN P

FAKUL UNIVERSITA

DALAM PEMBELAJARAN BIOLOGI TERHADAP RETENSI SISWA

pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tange

SKRIPSI

ada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan (FIT Persyaratan Mencapai Gelar Sarjana Pendidika

Oleh:

DIMAS GIRI PUTRA NIM: 109016100036

Dibawah Bimbingan

OGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI N PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN A

LTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUA ITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATU

JAKARTA 1435 H/2014

angerang Selatan)

FITK) Untuk kan (S.Pd)

GI

N ALAM UAN


(3)

Skripsi berjudul “P PEMBELAJARAN Eksperimen pada K

diajukan kepada Fakul Negeri (UIN) Syarif

109016100036 dan tanggal 7 Oktober 201 memperoleh gelar S Pengetahuan Alam, Pr

Dekan

“PENGARUH MULTIMEDIA INTERAK N BIOLOGI TERHADAP RETENSI S a Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tange

kultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) U arif Hidayatullah Jakarta, oleh Dimas Giri

n telah dinyatakan LULUS dalam ujian m 2014 dihadapan dewan penguji. Karena itu, Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Jurusan P , Program Studi Pendidikan Biologi.

Jakarta, O

Mengetahui,

kan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

Dra. Nurlena, MA., Ph.D NIP. 19591020 198603 2 001

AKTIF DALAM SISWA (Kuasi gerang Selatan)”

Universitas Islam

iri Putra, NIM.

munaqasah pada tu, penulis berhak n Pendidikan Ilmu

a, Oktober 2014


(4)

(5)

i

Dimas Giri Putra, 109016100036. Pengaruh Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Biologi terhadap Retensi Siswa (Kuasi Eksperimen pada Konsep Sistem Ekskresi di SMAN 5 Tangerang Selatan). Skripsi, Program Studi Pendidikan Biologi, Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh multimedia interaktif dalam pembelajaran biologi terhadap retensi siswa. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret–April 2014 di SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan. Metode yang digunakan adalah Quasi Experiment dengan desain Pretest-Posttest Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik Simple Random Sampling. Terdapat 71 siswa yang dilibatkan dalam penelitian ini. Mereka terbagi dalam dua kelompok, yakni kelompok eksperimen (n = 36) dan kelompok kontrol (n = 35). Instrumen penelitian yang digunakan untuk mengukur retensi adalah tes pilihan ganda, sedangkan instrumen penelitian yang digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap penggunaan multimedia interaktif adalah angket. Berdasarkan analisis hasil posttest II (retest) pada kedua kelompok dengan menggunakan uji-t diperoleh hasil thitung> ttabel (6.080 > 1.658), ini menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Tingkat retensi kelompok eksperimen (101.01 %) lebih tinggi dibandingkan kelompok kontrol. Respon siswa menunjukkan bahwa multimedia interaktif dapat meningkatkan retensi siswa. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh multimedia interaktif dalam pembelajaran biologi terhadap retensi siswa.


(6)

ii

Dimas Giri Putra, 109016100036. The Influence of Interactive Multimedia in

Teaching Biology to Students’ Retention (Quasi-Experiments on the Concept of the Excretory System at SMAN 5 South Tangerang). BA Thesis, The Study Program of Biology Education, Department of Natural Sciences Education, Faculty of Tarbiya and Teaching Sciences, Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta.

The aim of this study was to know the influence of interactive multimedia in teaching biology to students’ retention. This study was conducted in March - April 2014 at SMA Negeri 5 South Tangerang. The study method was Quasi Experiment with the Pretest-Posttest Control Group Design. Sampling was taken by using technique of Simple Random Sampling. About 71 students were involved in this study. They were separated in two groups i.e. group of experimental (n = 36) and group of control (n = 35). The instrument of this study that used to measure retention was multiple-choice test, while the instrument of this study that used to know the students’ response to the using of interactive multimedia was questionnaire. Based on the analysis of posttest II (retest) results in the two groups using t-test was obtained that tcount> ttable (6.080 > 1.658), it shown that there is significant distinction between the experimental group and the control group. The retention of experimental group (101.01 %) was higher than control group (90.07 %). Student responses indicate that interactive multimedia can improve student retention. Therefore, it can be concluded that there is influence of interactive multimedia in teaching biology to students’ retention.


(7)

iii

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas pemberian berbagai kenikmatan hidup sehingga penulisan skripsi dapat diselesaikan. Terucap oleh lisan dan berupaya terimplementasi dalam perbuatan sebagai perwujudan beragam nikmat-Nya yang masih dipercayakan pada hamba-hamba-nikmat-Nya. Shalawat teriring salam kepada Baginda Rasulullah SAW pembawa peradaban dari kegelapan menuju cahaya yang terang, salam pun tercurahkan kepada keluarga dan sahabat-sahabat-Nya.

Skripsi merupakan syarat untuk mendapatkan gelar sarjana pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. Penelitian berlangsung selama satu bulan pada tanggal 25 Maret–25 April 2014.

Skripsi berisi tentang hasil penelitian pendidikan yang berjudul “Pengaruh Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Biologi terhadap Retensi Siswa”. Penyelesaian penulisan skripsi memperoleh banyak dukungan dari berbagai pihak, maka ungkapan terima kasih tak lepas kepada:

1. Ibu Dra. Nurlena, MA., Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

2. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam.

3. Ibu Dr. Zulfiani, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Biologi. 4. Bapak Dr. Sujiyo Miranto, M.Pd selaku pembimbing I, terimakasih atas

keikhlasan bapak dalam membimbing.

5. Ibu Baiq Hana Susanti, M.Sc selaku pembimbing II, terimakasih atas keikhlasan ibu dalam membimbing.

6. Dosen Jurusan Pendidikan Ilmu Pengetahuan Alam yang tidak bisa disebutkan satu persatu, terimakasih atas semua ilmu yang telah diberikan.


(8)

iv

8. Ibu Susi Indriyani, M.M selaku guru pamong selama penelitian. Terimakasih atas bimbingannya selama penelitian.

9. Semua guru dan staf karyawan di SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan. Terimakasih atas dukungan dan doanya sehingga penelitian di SMA Negeri 5 Kota Tangerang Selatan dapat berjalan dengan lancar hingga selesai.

10. Bapak Pardjijono dan Ibu Sri Hartini selaku orang tua yang memberikan dorongan secara materi dan moral. Terima kasih atas doa dan dukungan yang diberikan sehingga penulisan skripsi dapat terselesaikan dengan baik.

11. Fithria Aniatuzzahroh selaku penyemangat yang tiada henti untuk mengingatkan supaya penulisan skripsi segera diselesaikan.

12. Semua teman Pendidikan Biologi angkatan 2009. Terima kasih atas doa dan dukungannya, semoga kesuksesan ada pada kita semua (Amin).

13. Serta pihak-pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Dengan keterbatasan yang dimiliki dalam penulisan skripsi ini jauh dari sempurna, meskipun demikian dengan penuh harapan bahwa skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat memberikan tambahan ilmu pengetahuan bagi penulis dan pembaca pada umumnya, serta mendapatkan karunia dari Allah SWT (Amin).

Jakarta, Agustus 2014


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 6

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Rumusan Masalah ... 7

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ... 7

BAB II DESKRIPSI TEORITIS, KERANGKA BERPIKIR, DAN HIPOTESIS PENELITIAN A. Deskripsi Teoritis ... 8

1. Multimedia Interaktif ... 8

a. Pengertian Multimedia Interaktif ... 8

b. Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran ... 10

c. Format Pembelajaran Multimedia Interaktif ... 13

d. Prosedur Pembuatan Pembelajaran Multimedia Interaktif ... 15

e. Manfaat Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran ... 19

f. Macromedia Director MX... 20

2. Retensi... 22

a. Karakteristik Retensi ... 22

b. Peranan Retensi dalam Pembelajaran Biologi ... 26


(10)

vi

C. Hipotesis Penelitian ... 36

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 37

B. Metode dan Desain Penelitian ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Variabel Penelitian ... 39

E. Prosedur Penelitian ... 40

1. Tahap Persiapan Sebelum Penelitian ... 40

2. Tahap Pelaksanaan Penelitian ... 41

3. Tahap Akhir Penelitian ... 41

F. Teknik Pengumpulan Data ... 43

G. Instrumen Penelitian ... 43

1. Program Multimedia Interaktif ... 43

2. Tes Objektif Pilihan Ganda ... 44

3. Angket ... 45

H. Kalibrasi Instrumen ... 46

1. Validitas ... 47

2. Reliabilitas ... 48

3. Tingkat Kesukaran ... 49

4. Daya Beda ... 49

I. Teknik Analisis Data ... 50

1. Uji Retensi ... 51

2. Angket ... 51

3. Uji Prasyarat ... 52

a. Uji Normalitas ... 52

b. Uji Homogenitas ... 53


(11)

vii

A. Hasil Penelitian ... 55

1. Deskripsi DataPretest,Posttest I, danPosttest I(Retest) ... 55

2. Data Retensi ... 56

3. Angket ... 58

B. Pengujian Prasyarat Analisis Data ... 59

1. Uji Normalitas ... 59

2. Uji Homogenitas ... 60

C. Pengujian Hipotesis ... 61

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 62

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 67

B. Saran ... 67

DAFTAR PUSTAKA ... 68


(12)

viii

Tabel 2.1. Prosedur Pembuatan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif .. 16

Tabel 2.2. Prosedur yang digunakan dalam Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 17

Tabel 2.3. Perbandingan antaraDirectordanFlash ... 22

Tabel 2.4. Usaha yang Dilakukan Guru dan Siswa dalam Mengurangi Lupa . 30 Tabel 2.5. SK dan KD Materi Sistem Ekskresi ... 31

Tabel 3.1. Desain Penelitian ... 38

Tabel 3.2. Variabel Penelitian ... 39

Tabel 3.3. Kisi-Kisi Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 45

Tabel 3.4. Kisi-Kisi Instrumen Angket ... 46

Tabel 3.5. Interpretasi Angka Indeks Korelasi “r”Product Moment ... 48

Tabel 3.6. Klasifikasi dan Indeks Tingkat Kesukaran ... 49

Tabel 3.7. Klasifikasi dan Indeks Daya Beda ... 50

Tabel 3.8. Retensi Siswa Berdasarkan Kategori Adaptasi Penguasaan Konsep Depdikbud ... 51

Tabel 4.1. DataPretest,Posttest I, danPosttest II(Retest) Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 55

Tabel 4.2. Data Retensi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 57

Tabel 4.3. Kondisi Retensi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 57

Tabel 4.4. Data Angket Kelompok Eksperimen ... 58

Tabel 4.5. Hasil Uji Normalitas DataPretest,Posttest I, dan Posttest II(Retest) ... 59

Tabel 4.6. Hasil Uji Homogenitas DataPretest,Posttest I, dan Posttest II(Retest) ... 60


(13)

ix

Gambar 2.1. Interaktivitas Sebagai Pusat Aplikasi Multimedia ... 9

Gambar 2.2. Alur Pembuatan Multimedia Pembelajaran Interaktif ... 17

Gambar 2.3. Tampilandefault Directordalam Sistem OperasiWindows ... 20

Gambar 2.4. Proses Mengingat ... 25

Gambar 2.5. Peristiwa “Keluar” dan “Lupa”... 29


(14)

x

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 74

Lampiran 2 Soal Uji Coba Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 99

Lampiran 3 Kunci Jawaban Soal Uji Coba Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 110

Lampiran 4 Hasil Validitas Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 111

Lampiran 5 Hasil Reliabilitas Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 113

Lampiran 6 Hasil Tingkat Kesukaran Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 114

Lampiran 7 Hasil Daya Beda Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 115

Lampiran 8 Rekapitulasi Hasil Uji Coba Instrumen Tes Objektif Pilihan Ganda ... 116

Lampiran 9 SoalPretest,Posttest I, danPosttest II(Retest) ... 118

Lampiran 10 Agenda Pembuatan Multimedia Interaktif ... 125

Lampiran 11 Flow ChartProgram Multimedia Interaktif ... 127

Lampiran 12 Storyboard Program Multimedia Interaktif ... 128

Lampiran 13 Tampilan Program Multimedia Interaktif ... 133

Lampiran 14 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Multimedia Interaktif ... 136

Lampiran 15 Lembar Validasi Multimedia Interaktif untuk Ahli Materi ... 139

Lampiran 16 Lembar Validasi Multimedia Interaktif untuk Ahli Media ... 145

Lampiran 17 Lembar Validasi Multimedia Interaktif untuk Guru ... 150

Lampiran 18 Rekapitulasi Penilaian Multimedia Interaktif ... 156

Lampiran 19 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Eksperimen ... 160

Lampiran 20 Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Kelompok Kontrol ... 182

Lampiran 21 Rekapitulasi Nilai Kelompok Eksperimen ... 201

Lampiran 22 Rekapitulasi Nilai Kelompok Kontrol ... 204


(15)

xi

Lampiran 27 Pengujian NormalitasPosttest II(Retest)

Kelompok Eksperimen ... 211

Lampiran 28 Pengujian NormalitasPosttest II(Retest) Kelompok Kontrol ... 212

Lampiran 29 Pengujian HomogenitasPretest ... 213

Lampiran 30 Pengujian HomogenitasPosttest I... 214

Lampiran 31 Pengujian HomogenitasPosttest II(Retest) ... 215

Lampiran 32 Pengujian HipotesisPretest ... 216

Lampiran 33 Pengujian HipotesisPosttest I ... 217

Lampiran 34 Pengujian HipotesisPosttest II(Retest) ... 218

Lampiran 35 Angket Respon Siswa terhadap Penggunaan Multimedia Interaktif ... 219

Lampiran 36 Penghitungan Butir Angket ... 221


(16)

1 A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan nasional telah menempatkan diri di dalam kehidupan

berbangsa dan bermasyarakat sejak terbentuknya Republik Proklamasi.1

Pendidikan dapat menjadi ruang bagi negara untuk membangun sumber daya manusia yang diperlukan dalam pembangunan serta bagi setiap peserta didik agar dapat mengembangkan diri sesuai dengan potensi yang dimiliki.2 Hal ini merupakan suatu bentuk pencapaian cita-cita bangsa Indonesia seperti yang diamanatkan dalam

pembukaan UUD 1945, ialah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sebagaimana tertuang dalam pasal 3 UU RI tentang sistem pendidikan nasional No. 20 tahun 2003 mengenai fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang berbunyi:

“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung

jawab”.3

Pelaksanaan pendidikan sebagian besar terjadi di sekolah melalui proses pembelajaran. Guru bertindak sebagai pengajar yang sedang mengajar dan siswa sebagai pelajar yang sedang belajar. Sehingga, dapat dikatakan bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi kemajuan suatu pendidikan bergantung dari apa yang dilakukan guru dalam proses pembelajaran di kelas.

1

H. A. R. Tilaar, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2010), Cet. III, h. 64.

2

Agung Setiawan, Sutarto, dan Indrawati, Metode Praktikum dalam Pembelajaran Pengantar Fisika SMA: Studi pada Konsep Besaran dan Satuan Tahun Ajaran 2012-2013,Jurnal Pembelajaran Fisika Vol. 1 No. 3, 2012, h. 285.

3

UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003), (Jakarta: Sinar Grafika, 2011), Cet. IV, h. 7.


(17)

Guru merupakan komponen yang sangat strategis bagi sebuah sistem pendidikan sebagai ujung tombak dalam pencapaian tujuan.4 Seorang guru mempunyai peran untuk mengelola seluruh proses pembelajaran dengan menciptakan kondisi-kondisi belajar yang memungkinkan setiap siswa dapat belajar secara aktif, efektif dan efisien. Dalam pengelolaan ini, guru perlu memiliki inovasi-inovasi agar mampu mengatasi permasalahan yang ada dalam pembelajaran.

Belajar adalah kegiatan yang berproses dan merupakan unsur yang sangat fundamental dalam penyelenggaraan setiap jenis dan jenjang pendidikan. Artinya, proses belajar yang dialami siswa sangat mempengaruhi berhasil atau gagalnya

pencapaian tujuan pendidikan itu.5 Adanya perencanaan pengajaran dapat

mempermudah pencapaian suatu tujuan pendidikan yang diharapkan. Sebagai guru yang baik dan profesional akan selalu mempersiapkan perencanaan secara matang, mengingat manfaatnya yang dapat mempengaruhi proses belajar siswa.

Biologi merupakan bagian dari ilmu sains yang memiliki dua dimensi yang bersifat mendasar, yakni dimensi produk dan dimensi proses. Biologi sebagai dimensi produk merupakan sumber fakta, sumber teori, sumber prinsip, dan sumber konsep. Sedangkan biologi sebagai dimensi proses mengandung keterampilan, nilai, dan sikap yang harus dimiliki seseorang atau siswa untuk

mendapatkan dan mengembangkan pengetahuan biologi.6 Biologi mempunyai

kesamaan dengan cabang atau disiplin lainnya dalam ilmu sains, yaitu mempelajari gejala alam, dan merupakan sekumpulan konsep-prinsip teori sebagai produk sains dan cara kerja atau metode ilmiah sebagai proses sains. Biologi memiliki cabang ilmu yang beragam, seperti zoologi, mikrobiologi, histologi, morfologi, fisiologi, dan sebagainya.

Pada satuan pendidikan SMA/MA, Biologi merupakan salah satu mata pelajaran wajib yang harus dipelajari oleh siswa kelas X serta siswa kelas XI IPA

4

Sujarwo, Peranan Guru dalam Pemberdayaan Siswa,Jurnal Dinamika Pendidikan No. 1 Th. XVII, 2010, h. 2.

5

Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XV, h. 87.

6

Nur Efendi, Pendekatan Pengajaran Reciprocal Teaching Berpotensi Meningkatkan Ketuntasan Hasil Belajar Biologi Siswa SMA,Jurnal PEDAGOGIA Vol. 2 No. 1, 2013, h. 85.


(18)

dan XII IPA. Sebagian siswa menganggap pembelajaran biologi sebagai pembelajaran yang sulit dan membosankan karena dipelajari dengan cara menghafal materi. Hal tersebut menjadikan materi pelajaran tidak dapat diingat dengan baik, sehingga berpengaruh pada pencapaian nilai siswa yang cenderung rendah.7 Dari pernyataan tersebut dapat diketahui bahwa semakin tinggi daya ingat (retensi) yang dimiliki siswa maka akan semakin tinggi pula hasil belajar siswa yang diperoleh.

Menurut O’Day, tanpa adanya pembelajaran ulang kebanyakan siswa akan

mengingat mendekati 25% dari informasi yang didapat dalam jangka waktu satu minggu dan mendekati 21% apabila dalam jangka waktu 2 sampai 4 minggu.8 Kemudian Ebinghaus dalam Sulistyoningsih dkk. menyebutkan bahwa dapat terjadi pengurangan retensi dengan cepat setelah interval waktu tertentu dan lupa atau berkurangnya retensi ini dapat terjadi beberapa jam pertama setelah proses belajar berlangsung.9 Dengan kata lain retensi akan terus mengalami penurunan seiring berjalannya waktu, bahkan telah disebutkan bahwa dalam beberapa jam pertama setelah proses pembelajaran, siswa akan mengalami lupa. Maka sebisa mungkin retensi harus dipertahankan dengan adanya pengulangan-pengulangan materi.

Rahman dalam Sri Hartati dkk. menyatakan bahwa retensi merupakan salah satu indikator bermutunya hasil belajar. Proses pembelajaran akan berlangsung lancar bila siswa memiliki retensi yang baik. Namun, ketika terdapat siswa yang mempunyai retensi rendah maka akan muncul masalah karena proses pembelajaran menjadi lamban sehingga tidak tercapainya target yang sebelumnya

7

Muhammad Abdul Halim, Sri Wiyanti, dan Rin Widya Agustin,Keefektifan Teknik Mnemonic untuk Meningkatkan Memori Jangka Panjang dalam Pembelajaran Biologi pada Siswa Kelas VIII SMP Al-Islam 1 Surakarta, h. 1, (http://candrajiwa.psikologi.fk.uns.ac.id/index.php/candrajiwa/article/download/ 26/16).

8 Danton H. O’Day, The Value of Animations in Biology Teaching: A Study of L ong-Term Memory Retention,Journal of CBE-Life Sciences Education Vol. 6, 2007, h. 221.

9

Panca Agus Sulistyoningsih, Imam Suyanto, dan Triyono,Pengaruh Rehearsal dan Interferensi terhadap Retensi pada Belajar Matematika Siswa Kelas IV Sekolah Dasar di Kecamatan Puring Tahun Ajaran 2010/2011, h. 1-2, (http://jurnal.fkip.uns.ac.id/index.php/pgsdkebumen/article/download/635/322).


(19)

sudah ditentukan.10 Meningkatkan kemampuan retensi bukanlah usaha yang mudah untuk diraih. Selain melakukan berbagai inovasi pada penerapan model pembelajaran di kelas, diperlukan pula inovasi-inovasi pada penggunaan media pembelajaran.

Media merupakan alat bantu guru dalam memberikan pembelajaran. Media pembelajaran mampu memberikan pengalaman konkret, motivasi belajar, serta mempertinggi daya serap dan retensi belajar siswa. Media tidak hanya sebagai alat bantu, tetapi juga berfungsi sebagai penyalur pesan atau informasi belajar.11 Media pembelajaran memiliki beberapa macam bentuk, salah satu bentuk media pembelajaran adalah multimedia interaktif.

Multimedia interaktif merupakan penggabungan media teks, gambar, video, animasi, dan suara yang dapat disajikan secara bersamaan sehingga dapat menghasilkan interaktivitas pengguna yang dapat menimbulkan rangsangan (stimulus) berbagai indera sehingga pengguna dapat menerima dan mengolah informasi yang kemudian dipertahankan dalam ingatannya.12 Pelibatan berbagai indera yang dimaksud yakni tidak hanya audiotori dan visual, tetapi juga kinestetik. Artinya selain melihat dan mendengar, siswa dirangsang untuk aktif dalam pembelajaran dengan cara berinteraksi dengan multimedia interaktif yang disediakan. Pelibatan berbagai indera tersebut bertujuan untuk dapat menerima dan mengolah informasi yang kemudian dipertahankan dalam ingatannya.

Multimedia interaktif terbagi atas beberapa model. Menurut Rusman dalam Nandi, multimedia interaktif terdiri dari empat model, antara lain drill,

tutorial, simulation, dan games. Keempat model tersebut memiliki karakteristik

masing-masing. Model multimedia interaktif drill memberikan pengalaman yang

lebih konkret melalui penyediaan latihan-latihan soal; model multimedia interaktif

tutorial berisikan kumpulan materi pelajaran; model multimedia interaktif

10

Sri Hartati, Kurnia Ningsih, dan Syamswisna, Model Pembelajaran STAD dan GI terhadap Retensi Siswa di MAN, h. 2, (http://jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/download/454/491).

11 Andoyo Sastromiharjo, “Media dan Sumber Pembelajaran”,

Makalah disampaikan pada Pendidikan dan Pelatihan Profesi Guru Sekolah Menengah Pertama, 2008, h. 3-4.

12

Elang Krisnadi, Membangun Konstruksi Pengetahuan Siswa dalam Pembelajaran Matematika melalui Pemanfaatan Program Multimedia Interaktif (PMI), h. 3, (http://www.pustaka.ut.ac.id/dev25/pdfprosiding2/fmipa201147.pdf).


(20)

simulationmemberikan pengalaman secara nyata melalui penciptaan tiruan-tiruan;

dan model multimedia interaktif games memberikan fasilitas belajar yang

menyediakan tantangan yang menyenangkan bagi siswa.13 Pada penelitian ini, model multimedia interaktif yang akan digunakan merupakan gabungan dari keempat model tersebut. Tujuannya adalah multimedia interaktif selain menyajikan berupa tutorial konsep biologi yang di dalamnya memuat berbagai simulasi, juga terdapat kumpulan soal-soal sebagai pengukuran setiap indikator, serta menyediakan fasilitas permainan sebagai penambah motivasi belajar.

Pembuatan multimedia interaktif menggunakan software Macromedia

Director. Pemilihan software ini didasarkan pada produk yang akan dihasilkan supaya bisa dijalankan tanpa memakai player khusus. Software ini pun dapat digunakan tanpa harus menggunakan komputer berkemampuan tinggi.

Salah satu materi dalam mata pelajaran biologi yang dibahas di kelas XI SMA IPA Semester 2 adalah mengenai sistem ekskresi. Kurangnya penggunaan media pembelajaran berbasis multimedia mengakibatkan siswa merasa kesulitan dalam memahami materi sistem ekskresi yang bersifat abstrak seperti organ ekskresi dan mekanisme ekskresi.14 Konsep tersebut dinilai abstrak karena siswa tidak dapat mengamatinya secara langsung, sehingga siswa harus membayangkan sendiri dalam sistem kognitifnya. Kondisi yang demikian siswa membutuhkan media yang dapat menyimulasikan konsep sistem ekskresi untuk mempermudah siswa dalam mengolah informasi dan menyimpannya pada sistem penyimpanan.

Berdasarkan uraian-uraian di atas yang telah dikemukakan terkait dengan permasalahan masih rendahnya retensi siswa pada materi pelajaran biologi

ditingkat SMA, maka perlu dilakukan suatu penelitian dengan judul “Pengaruh

Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Biologi terhadap RetensiSiswa”.

13

Nandi, Penggunaan Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran Geografi di Persekolahan,Jurnal “GEA” Jurusan Pendidikan Geografi Vol. 6 No. 1, 2006, h. 5-7.

14

Juwita Ayu Laksmi, Nursasi Handayani, Endang Suarsini, Pengembangan Media Pembelajaran Berbasis Multimedia pada Mata Pelajaran Biologi Materi Sistem Ekskresi Kelas XI SMA Brawijaya Smart School Malang, h. 1, (http://jurnal-online.um.ac.id/article/do/detail-article/1/33/1089).


(21)

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat diidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Guru masih mengemas pembelajaran biologi dengan cara menghafal materi.

2. Retensi siswa dalam pembelajaran biologi masih tergolong rendah. 3. Konsep mengenai sistem kerja tubuh manusia dinilai abstrak.

4. Perlu adanya inovasi dalam pembelajaran melalui penggunaan multimedia

interaktif.

C. Pembatasan Masalah

Agar permasalahan yang dikaji tidak melebar dan lebih terarah, maka dalam penelitian ini dibatasi pada aspek-aspek sebagai berikut:

1. Konsep biologi yang akan disampaikan adalah sistem ekskresi. Karena,

konsep ini mengandung unsur abstrak dan penggunaan multimedia interaktif sesuai pada konsep ini.

2. Multimedia interaktif yang digunakan dalam penelitian ini adalah media

pembelajaran berupa program yang dibuat dengan menggunakan software

Macromedia Director. Pemilihan software ini didasarkan pada hasil ekstensi

file executable (*exe), yang artinya program multimedia interaktif dapat

dijalankan di semua komputer tanpa harus menggunakanplayerkhusus.

3. Pengukuran retensi siswa dilakukan dengan menggunakan tes objektif pilihan

ganda yang diberikan 3 minggu setelah posttest I. Tes objektif pilihan ganda dipilih sebagai pengukur retensi, karena tes tersebut sangat representatif dalam pengukuran memori hasil belajar dan pemilihan rentang waktu 3 minggu merupakan pengembangan dari batas minimal pelaksanaan tes retensi yang dilakukan 1 minggu setelah akhir pembelajaran.

4. Penelitian dilakukan pada siswa kelas XI IPA 1 dan XI IPA 2, semester 2 tahun ajaran 2013/2014 sesuai dengan hasil penentuan sampel.


(22)

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan, maka penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah terdapat pengaruh multimedia interaktif dalam pembelajaran biologi terhadap retensisiswa?”

E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui informasi mengenai pengaruh multimedia interaktif dalam pembelajaran biologi terhadap retensi siswa melalui hasil belajar yang diperoleh, serta respon siswa mengenai pembelajaran dengan menggunakan multimedia interaktif.

Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi berbagai pihak, antara lain:

1. Bagi siswa, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bantuan

dalam peningkatan retensi siswa terhadap materi serta memberikan pengalaman terkait dengan penggunaan multimedia interaktif.

2. Bagi guru, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai rekomendasi dalam strategi pembelajaran di kelas dengan multimedia interaktif.

3. Bagi peneliti dan pihak lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai khasanah kepustakaan serta menjadi rujukan penelitian selanjutnya.


(23)

8 A. Deskripsi Teoritis

1. Multimedia Interaktif

a. Pengertian Multimedia Interaktif

Secara etimologis multimedia berasal dari bahasa Latin, yaitu diambil dari kata multi yang berarti banyak; bermacam-macam dan medium yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu.1 Sedangkan secara istilah, Vaughan dalam Wijaya dkk. berpendapat bahwa multimedia adalah kombinasi dari teks, grafik, suara, animasi, dan video yang disampaikan menggunakan komputer atau alat elektronik lainnya. Kemudian Rada dalam Wijaya dkk. menjelaskan bahwa multimedia merujuk pada perpaduan atau

sinkronisasi aliran media.2 Sementara itu menurut Najjar dalam Sajidan

multimedia adalah kombinasi tampilan berbagai media yang berbeda seperti teks, grafik, bunyi, dan video (animasi) untuk menyampaikan pesan informasi.3 Dari pendapat beberapa ahli yang telah dikemukakan terdapat kata kunci mengenai multimedia, yaitu adanya perpaduan antara berbagai unsur media, seperti teks,

gambar, grafik, sound, animasi, dan video yang digunakan untuk menyampaikan

informasi kepada orang lain.

Multimedia hanyalah pengalaman satu arah, bukan dari dua arah. Artinya, pengguna hanya dapat mengerti informasi yang disampaikan, tetapi tidak dapat mengontrolnya. Kemudian muncul multimedia interaktif sebagai bentuk evolusi

1

Yoga Permana Wijaya, Parsaoran S., dan Dedi Rohendi, Efektivitas Pembelajaran Multimedia Interaktif Berbasis Konteks terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran TIK, h. 2, (http://yogapermanawijaya.files.wordpress.com/2012/05/efektivitas-pembelajaran-multimedia-interaktif-berbasis-konteks-terhadap-hasil-belajar-siswa-pada-mata-pelajar.pdf).

2 Ibid. 3

Sajidan, Peningkatan Hasil Pembelajaran Medan Listrik Menggunakan Multimedia Interaktif di SMAN Surakarta, 2012, h. 10, (http://jurnal.pdii.lipi.go.id/ admin/jurnal/1208915.pdf).


(24)

6

7

4

5

6


(25)

b. Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran

Hakikat multimedia interaktif dalam pembelajaran adalah penggabungan media teks, grafik, gambar, suara, video, dan animasi yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (pengetahuan, keterampilan, dan sikap), serta dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian, dan kemauan yang belajar sehingga secara sengaja proses belajar terjadi, bertujuan, dan terkendali.8 Bentuk-bentuk media tersebut digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkret. Pengajaran menggunakan media tidak hanya sekadar menggunakan kata-kata (verbal). Sehingga, hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa.9 Melalui komponen-komponen yang terdapat di dalam multimedia interaktif, guru mampu memberikan pengalaman yang bersifat konkret kepada siswa. Hal-hal yang bersifat abstrak dapat dikonversi menjadi informasi konkret. Pengalaman belajar yang diperoleh siswa pun akan lebih berarti dengan adanya multimedia interaktif. Karena, pembelajaran yang dilakukan oleh guru tidak hanya berupa informasi yang disampaikan dengan kata-kata (verbal).

Hackbart dalam Soenarto memberikan definisi bahwa multimedia interaktif dalam pembelajaran sebagai suatu program pembelajaran yang melingkupi berbagai sumber yang terintegrasi dari bermacam-macam unsur media dalam program komputer. Program tersebut secara sengaja dirancang dalam bagian-bagian dan secara terstruktur memberi peluang untuk terjadinya interaktivitas antara pengembang program multimedia interaktif dengan para penggunanya secara fleksibel, sehingga terjadi proses belajar.10 Munir dalam Waryanto menjelaskan bahwa komputer menjadi populer sebagai media pengajaran karena komputer memilki keistimewaan yang tidak dimilki oleh media

8

Sajidan,loc. cit. 9

Mohammad Noor Faizin, Penggunaan Model Pembelajaran Interaktif (MMI) pada Konsep Listrik Dinamis untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Memperbaiki Sikap Belajar Siswa, 2012, h. 38, (http://file.upi.edu/

Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/194704171973032-MULIATI_PURWASASMITA/35_PENGGUNAAN_MODEL_PEMBELAJARAN_MULTIME DIA_INTERAKTIF_(MMI).pdf).

10

Sunaryo Soenarto, Multimedia Pembelajaran, 2012, h. 2-3, (http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/MULTIMEDIA%20PEMBELAJARAN-23Mei2011.pdf).


(26)

pengajaran lain sebelum adanya komputer. Berikut adalah keistimewaan komputer sebagai media:11

1) Hubungan interaktif, yaitu komputer mampu mewujudkan hubungan antara

stimulusdanresfons,menumbuhkan inspirasi dan meningkatkan minat.

2) Pengulangan, yaitu komputer memberikan fasilitas bagi pengguna untuk

dapat mengulang materi atau bahan pelajaran yang diperlukan, memperkuat proses pembelajaran dan memperbaiki ingatan, serta memiliki kebebasan dalam memilih materi atau bahan pelajaran.

3) Umpan balik dan peneguhan, yaitu media komputer membantu pelajar

memperoleh umpan balik (feedback) terhadap pelajaran secara leluasa dan dapat memacu motivasi pelajar dengan peneguhan positif yang diberi apabila pelajar memberikan jawaban.

4) Simulasi dan uji coba, yaitu media komputer dapat mensimulasikan atau menguji coba penyajian bahan pelajaran yang rumit dan teliti.

Komputer dibutuhkan untuk menjalankan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran karena program multimedia interaktif adalah bersifat digital. Adanya keempat keunggulan komputer tersebut mewujudkan pengalaman belajar siswa untuk dapat berinteraksi dengan program multimedia interaktif. Bayangkan jika tidak terdapat komputer, maka multimedia interaktif tidak dapat dijalankan.

Sebagai sebuah produk multimedia, multimedia interaktif memiliki lebih dari satu kompenen media. Multimedia pembelajaran interaktif terbentuk dari enam komponen yang saling melengkapi untuk memberikan manfaat bagi

penggunanya. Keenam kompenen antara lain:12

1) Suara (Sound)

Dalam teknologi multimedia, sound cardmempunyai peranan yang sangat

penting dalam pembuatan suatu aplikasi multimedia. Penggunaan sound card

dalam komputer dapat mengolah data suara dalam bentuk analog untuk diubah ke

11 Nur Hadi Waryanto, “Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran”,

Makalah disampaikan pada Kegiatan Diklat Guru SMK Muhammadiyah 3 Klaten, 15 dan 21 Mei 2008, h. 3.

12


(27)

dalam bentuk digital yang disimpan ke dalam file bertipe data suara seperti WAV, MIDI, MP3, dan sebagainya. Sumber suara dapat diperoleh dengan peralatan sepertimicrophone,Open-Reel Videotape,audio cassette, CD,video cassette, dan instrumen MIDI.

2) Gambar (Image)

Gambar dapat dipresentasikan ke dalam dua tipe dasar, yaitu bitmap dan vektor. Perbedaan dari kedua format ini adalah file bitmap berisikan informasi warna RGB dalam setiap pixelnya. Sedangkan pada vektor tidak berisikan informasi RGB. Para pengembang program multimedia banyak menggunakan tipe bitmap karena memiliki keanekaragaman warna walaupun sebernarnya tipe ini memerlukan ukuran file besar dan gambar akan pecah jika dilakukan pembesaran. Sumber gambar dapat diperoleh dengan peralatan scanner, camera still, dan sebagainya.

3) Animasi (Animation)

Animasi adalah perubahan dari gambar satu ke gambar berikutnya sehingga dapat membentuk suatu gerakan tertentu. Animasi menunjukkan sebuah seni dari gambar grafik yang menirukan gerakan dan juga berisikan penyamaan

suara. Data berupa animasi dapat dibuat dengan software seperti Flash

Macromedia,Swift 3D,Swish,Adobe After Effect, dan sebagainya.

4) Video

Video merupakan elemen yang menjadi syarat untuk dihadirkan sebagai kelengkapan dalam sebuah aplikasi multimedia. Pemasukan data video analog akan dimasukkan ke dalam sebuah komputer dengan adanya sebuah card

tambahan yang bernama video card. Sumber video dapat diperoleh dengan


(28)

5) Teks (Text)

Teks merupakan bagian dari multimedia yang tidak boleh ditinggalkan. Teks dapat membantu melengkapi informasi yang dibutuhkan oleh user yang tidak dapat disampaikan hanya dengan menggunakan tampilan-tampilan gambar yang menarik. Sehingga penyampaian informasi dilakukan dengan menggunakan teks.

6) Interaktivitas

Klasifikasi interaktif dalam lingkup multimedia pembelajaran bukan terletak pada sistemhardware, tapi lebih mengacu pada karakteristik belajar siswa dalam merespon stimulus yang ditampilkan layar monitor komputer. Kualitas interaksi siswa dengan komputer sangat ditentukan oleh kecanggihan program komputer.

Keenam komponen atau elemen multimedia interaktif memiliki kedudukan yang sama. Setiap komponen akan saling mendukung komponen yang lain. Salah satu contohnya, jika ada suatu proses yang sulit dibayangkan oleh siswa, maka komponen animasi akan berperan. Namun, jika informasi yang diperlukan harus

menggunakan suara, maka komponensoundyang akan berperan.

c. Format Pembelajaran Multimedia Interaktif

Terdapat beberapa bentuk atau format interaksi pembelajaran yang dapat diaplikasikan dalam merancang sebuah multimedia pembelajaran interaktif. Setiap bentuk atau format multimedia interaktif memiliki karakteristik yang berbeda. Format sajian pembelajaran multimedia interaktif dapat dikategorikan ke dalam lima kelompok sebagai berikut:13

13


(29)

1) Tutorial

Format sajian semacam ini multimedia interaktif bekerja layaknya guru atau instruktur. Informasi yang berisi suatu konep disajikan dengan teks, gambar, baik diam atau bergerak dan grafik. Pada bagian akhir biasanya akan diberikan serangkaian pertanyaan yang merupakan tes untuk mengukur tingkat pemahaman pengguna atas konsep atau materi yang disampaikan.

2) DrilldanPractice

Format ini dimaksudkan untuk melatih pengguna sehingga mempunyai kemahiran di dalam suatu konsep yang sedang dipelajari. Program ini menyediakan serangkaian soal atau pertanyaan yang biasanya ditampilkan secara acak, sehingga setiap kali digunakan maka soal yang tampil akan selalu berbeda, atau paling tidak dalam kombinasi yang berbeda. Program ini juga dilengkapi pembahasan yang membantu siswa untuk menemukan langkah-langkah penyelesaian soal. Pada bagian akhir, pengguna dapat melihat skor akhir yang

dicapai, sebagai indikator untuk mengukur tingkat keberhasilan dalam

memecahkan soal-soal yang diajukan.

3) Simulasi

Format ini mencoba menyamai proses dinamis yang terjadi di dunia nyata. Siswa akan memperoleh pengalaman yang lebih nyata daripada tanpa multimedia. Misalnya, simulasi pesawat yang akan jatuh atau menabrak, perusahaan yang akan bangkrut, terjadinya malapetaka nuklir, dan seterusnya.

4) Percobaan atau Eksperimen

Format program ini mirip dengan format simulasi, namun lebih spesifik pada kegiatan-kegiatan yang bersifat eksperimen, seperti kegiatan praktikum di laboratorium IPA. Program menyediakan serangkaian peralatan dan bahan, kemudian penguna dapat melakukan percobaan sesuai dengan petunjuk.


(30)

Diharapkan pada akhirnya pengguna dapat menjelaskan suatu konsep atau fenomena tertentu berdasarkan eksperimen yang mereka lakukan.

5) Permainan

Format ini berisi permainan yang mengacu pada proses pembelajaran. Siswa yang malas belajar menjadi ada ketertarikan untuk mencoba, karena pembelajaran dikemas dalam bentuk permainan. Dengan demikian pengguna tidak merasa bahwa sebenarnya sedang melakukan proses belajar.

Kelima format sajian multimedia pembelajaran interaktif di atas bukan hal yang mustahil jika digabungkan menjadi satu program. Tentu akan lebih memberikan manfaat kepada siswa, karena konten yang disajikan lebih lengkap. Seorang guru seharusnya memiliki kelimanya atau paling tidak satu sebagai alat bantu dalam proses pembelajaran. Apabila guru belum dapat membuat sendiri, program seperti ini telah tersebar di dunia maya dan mudah untuk didownload. Hal yang paling utama dalam kelima sajian tersebut adalah adanya kemudahan dalam pengoperasiannya oleh siswa. Aneh jika program yang dibuat sempurna tetapi siswa tidak dapat menggunakannya dan menjadi malas untuk menggunakannya.

d. Prosedur Pembuatan Pembelajaran Multimedia Interaktif

Krigsman dalam Lisana menjelaskan tiga fase dalam pembuatan aplikasi multimedia, yaitu fase definisi, fase spesifikasi, dan fase implementasi. Fase definisi merupakan pemilihan projek. Selanjutnya fase spesifikasi adalah pembuatan rancangan multimedia. Fase yang terakhir, yaitu fase implementasi yaitu pengolahan komponen multimedia yang telah dipilih dan dirancang.14 Seperti halnya dalam sebuah prosedur, tahapan pertama adalah mempersiapkan segala sesuatu yang akan digunakan dan diakhiri dengan pengolahan rancangan yang telah dibuat sebelumnya.

14


(31)

Prosedur pembuatan multimedia pembelajaran interaktif, dapat pula mengikuti tahapan pada tabel berikut:15

Tabel 2.1. Prosedur Pembuatan Model Pembelajaran Multimedia Interaktif

No Tahap Penjelasan

1 Analisis Kebutuhan

Program yang dibuat harus sesuai dengan spesifikasi keilmuan dan ketepatan metodologi pembelajaran dengan substansi materi dan kompetensi yang diharapkan.

2 Identifikasi Materi

Identifikasi mencakup tujuan pembelajaran umum dan khusus, pokok materi, pokok bahasan, dan subpokok bahasan, sarana, dan waktu yang dibutuhkan untuk pembelajaran.

3

Menentukan Format Pembelajaran Multimedia Interaktif

Memilih format sesuai kebutuhan siswa, antara format pembelajaran multimedia interaktif drill dan practice, tutorial, simulasi, percobaan atau eksperimen, atau permainan.

4 DesainFlow Chart

Penggambaran menyeluruh mengenai alur program dari start hingga finish yang dibuat dengan simbol-simbol tertentu.

5 PenulisanStory Board

Sebagai bentuk pengembangan dari desain flow chart dan upaya dokumentasi program secara tertulis.

6 Pengumpulan Bahan Grafis

Mempersiapkan bahan grafis seperti foto, ilustrasi gambar, rekayasa foto, dan sebagainya sesuai yang direncanakan dalamstory board.

7 Pengumpulan Bahan Animasi

Pengumpulan bahan animasi sebagai pesan yang membutuhkan unsur gerak dan membuat tampilan lebih menarik.

8 Pemrograman

Menggabungkan materi-materi yang dibutuhkan dalam story board untuk dihasilkan program pembelajaran multimedia interaktif.

9 Finishing, Mastering Menyempurnakan program yang telah selesai sehingga tidak ada kesalahan sedikit pun.

10 Uji Coba

Tujuan uji coba untuk mengetahui keterbacaan visual; apakah pesannya jelas, animasi tidak terlalu mencolok dan mengganggu, tulisannya jelas atau tidak; kualitas suara; dan sebagainya.

11 Revisi Produk Akhir Apabila dalam uji coba terdapat kesalahan, dilakukan revisi agar program dapat berjalan dengan sempurna.

Kesebelas prosedur merupakan rangkaian yang tidak boleh terlewatkan dan harus dilakukan secara berurutan. Sebagai contoh, bagaimana mungkin dapat

15

Deni Darmawan,Teknologi Pembelajaran, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. I, h. 41-44.


(32)

Tahapan Deskripsi

1:Assemble the content Mengumpulkan dan mengatur konten media yang akan digunakan

2:Digisting media Mengubah konten media yang berupa analog menjadi format digital

3:Editing the media files Memodifikasi dan mengedit konten media menggunakan aplikasi pembantu

4:Author the application Mensinkronisasikan konten media dan memberi fasilitas interaktif

5:Incorporating interactivity Membuat navigasi yang mudah digunakan dan fungsi interaktif

6:Deliviring the application Mengemas hasil aplikasi sehingga dapat digunakan oleh pengguna

17

16


(33)

Prosedur atau tahapan-tahapan pada intinya dilakukan untuk menciptakan multimedia pembelajaran interaktif yang dapat digunakan oleh guru sebagai alat bantu dalam pembelajaran. Jika guru atau penbuat multimedia pembelajaran interaktif tidak melakukanstep-stepdengan benar, maka banyak terjadi kesalahan pada program yang sudah dibuat. Program yang gagal tidak akan dapat dipakai sebagai alat bantu guru.

Suatu multimedia interaktif yang dikembangkan harus memenuhi kriteria. Thorn dalam Hasrul mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif, anatara lain:18

1) Kriteria penilaian pertama adalah kemudahan navigasi. Sebuah multimedia interaktif harus dirancang sesederhana mungkin sehingga siswa/mahasiswa dapat mempelajarinya tanpa harus memiliki pengetahuan yang kompleks tentang media.

2) Kriteria kedua adalah kandungan kognisi. Artinya, terdapat kandungan

pengetahuan yang jelas.

3) Kriteria ketiga adalah presentasi informasi, yang digunakan untuk menilai isi dan program multimedia interaktif itu sendiri.

4) Kriteria keempat adalah integrasi media, dimana media harus

mengintegrasikan aspek pengetahuan dan keterampilan.

5) Kriteria kelima adalah artistik dan estetika. Program harus mempunyai tampilan yang menarik dan estetika yang baik untuk menarik minat belajar. 6) Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan, dengan

kata lain program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh peserta belajar.

Selain melakukan prosedur secara berurutan dan tuntas, perlu diperhatikan pula kriteria-kriteria yang harus dimiliki multimedia interaktif. Telah disebutkan bahwa kriteria pertama adalah multimedia interaktif harus mudah dioperasikan

18

Hasrul, Langkah-langkah Pengembangan Pembelajaran Multimedia Interaktif,Jurnal MEDTEK Vol. 2 No.1, 2010, h. 2.


(34)

oleh pengguna. Karena sebagus apapun multimedia interaktif dibuat, apabila pengguna sulit mengoperasikan maka akan menjadi tidak berguna. Dengan demikian untuk membuat multimedia interaktif, harus memenuhi-memenuhi kriteria-kriteria tersebut.

e. Manfaat Multimedia Interaktif dalam Pembelajaran

Salah satu hal yang menjajikan dari teknologi multimedia adalah

mengandung Virtual Reality (VR). Keuntungan dari VR membawa siswa ke

dalam pembelajaran yang lebih nyata.19 Konsep-konsep yang dianggap siswa abstrak, menjadi lebih konkret dan mudah untuk dipahami.

Philips dalam hasrul mengemukakan kekuatan dasar multimedia interaktif sebagai pemanfaatan teknologi dalam proses pembelajaran, yaitu:20

1) Mixed media, artinya dengan menerapkan teknologi multimedia, berbagai media konvensional yang ada dapat diintegrasikan ke dalam satu jenis media interkatif , seperti media teks (papan tulis), audio, video, yang jika dipisahkan akan membutuhkan lebh banyak media.

2) User control, artinya teknologi multimedia interaktif, memungkinkan pengguna untuk menjelajahi materi ajar, sesuai dengan kemampuan dan latar belakang pengetahuan yang dimilikinya, disamping itu menjadikan pengguna lebih berulang-ulang.

3) Simulasi dan visualisasi, artinya teknologi animasi, simulasi dan visualisasi komputer, pengguna akan mendapatkan infromasi yang lebih nyata dari informasi yang bersifat abstrak. Dalam beberapa kurikulum dibutuhkan pemahaman yang kompleks, abstrak, proses dinamis dan mikroskopis, sehingga dengan simulasi dan visualisasi peserta didik akan dapat mengembangkan mental model dalam aspek kognitifnya.

4) Gaya belajar yang berbeda, artinya multimedia interaktif mempunyai potensi

untuk mengakomodasi pengguna dengan gaya belajar yang berbeda-beda.

19

James L. Mohler, Using Interactive Multimedia Technologies to Improve Student Understanding of Spatially-Dependent ngineering Concepts, 2012, h. 295, (http://www.tech.purdue.edu/cg/).

20


(35)

22

23

21

22


(36)

Hal pertama yang dilakukan untuk menggunakan Director adalah

memasang software ini ke dalam PC/komputer. Namun, PC/komputer yang

digunakan harus memenuhi kriteria agar Director dapat berjalan dengan baik. Berikut adalah kriteria yang harus dipenuhi dalam pemasangan Director pada sistem operasiWindows:24

1) Prosesor yang dibutuhkan Pentium 233 MHz

2) Sistem operasi Windows yang bisa digunakan antara lain Windows 95, 98, 2000, XP,atauNT 4.0dan diatasnya

3) RAM yang diperlukan pada Windows 95 dan 98 adalah 32 MB (lebih

direkomendasi 64 MB), sedangkan pada Windows NT, XP, dan 2000 adalah 64 MB (lebih direkomendasi 128 MB)

4) Kapasitas penyimpanan yang harus disediakan sebesar 40 MB

Sebagai software pembuat multimedia, Director memiliki saingan.

Saingan yang dimaksud adalah software Flash. Namun, Director lebih cocok untuk pengerjaan multimedia offline dengan media CD/DVD yang di dalamnya banyak data gambar, audio, dan video.25Berikut adalah tabel perbandingan antara

DirectordanFlash:

24

DOEACC Centre, Syllabus & Curriculum for Certificate Course In Director, h. 3, (http://www.doeacccalicut.ac.in/Certification/Syllabus/director.pdf).

25

Hendi Hendratman dan Robby, The Magic of Macromedia Director, (Bandung: INFORMATIKA, 2011), Cet. I, h. 544-545.


(37)

Tabel 2.3. Perbandingan antaraDirectordanFlash26

Indikator Flash MX 2004 Director MX 2004

Jenis Image Vector Bitmap

Distribusi Web & CD CD

Video *.FLV, *SWF *.MPG, *.MOV, *.AVI

Bahasa Pemrograman Action Script Lingo

Jumlah Undo 1000 1

Timeline Multiple 1

Audio Dikonversi Sesuai Asli

Keyframe Rumit & Repot Mudah & Sederhana

Ukuran file Kecil Besar

3D Tidak Mendukung Mendukung

Plugin - Xtras

Kebutuhan RAM Besar Kecil

Kerja Processor Tinggi Kecil

Kerja VGA Tinggi Kecil

Director bisa dijadikan pencetak educational products yang menjadi alat bantu dalam proses pembelajaran. Kemampuannya untuk menggabungkan media audio, gambar, teks, video, dan animasi diperlukan dalam menciptakan alat bantu guru yang sangat berguna. Ditambah lagi Director mampu memberi fasilitas interaktif bagi para penggunanya, sehingga terjadi komunikasi dua arah antara program multimedia interaktif dengan pengguna.

2. Retensi

a. Karakteristik Retensi

Memori yang biasanya diartikan sebagai ingatan (retensi) adalah fungsi

mental yang menangkap informasi dari stimulus. Memori juga merupakanstorage

system, yakni sistem penyimpanan informasi dan pengetahuan yang terdapat di dalam otak manusia.27 Memori terletak di otak bagian depan, yaitu pada limbic system yang sangat penting dalam proses memori, karena bagian ini terdapat

serebral penting, yaitu amigdala dan hippocampus. Amigdala penting dalam

pemrosesan memori emosional sedangkan hippocampus berperan dalam

26

Ibid., h. 545. 27


(38)

pembentukan memori pembelajaran spasial dan deklaratif.28 Dengan kata lain retensi merupakan salah satu dari fungsi otak. Selain sebagai suatu sistem penyimpanan, retensi juga terkait dalam penangkapan informasi dari rangsangan yang muncul.

Mengingat berarti perbuatan jiwa yang menjadikan terkumpulnya pesan yang pernah dialami pada waktu yang telah lewat. Perbuatan mengingat ini meliputi kemampuan meresapkan stimulus dalam indranya, kemampuan menyimpan materi yang telah di-cam-kan, dan kemampuan mereproduksinya.29 Sehingga seseorang dapat dikatakan mengingat dengan baik apabila mampu menyerap stimulus yang akan disimpan sampai informasi dikeluarkan kembali.

Pada psikologi kognitif, memori terbagi menjadi 3 sistem penyimpanan, yaitusensory memory,short-term memory, dan long-term memory. Berikut adalah penjelasannya:30

1) Sensory Memory

Memori sensorik mempertahankan salinan dari apa yang dilihat atau didengar (visual dan pendengaran). Memori sensorik hanya berlangsung selama beberapa detik. Namun memiliki kapasitas yang tidak terbatas.

2) Short-Term Memory

Memori jangka pendek adalah proses penyimpanan kelanjutan dari memori sensorik apabila terdapat informasi yang diperhatikan. Memori ini memiliki tugas layaknya RAM dalam sebuah komputer, yaitu menyediakan ruang kerja untuk penghitungan singkat dan kemudian meneruskan ke bagian lain dari sistem penyimpanan atau membuangnya.

28

Burhan Fanani, Trik Dahsyat Membuat Ingatan Setajam Silet dengan Metode Laci Pikiran, (Yogyakarta: Mantra Books, 2013), Cet. I, h. 51-52.

29

Makmun Khairani,Psikologi Belajar, (Yogyakarta: Aswaja Pressindo, 2014), Cet. II, h. 163.

30

Lake Washington Institute of Technology,Tips for Improving Memory Techniques, h. 1, (http://selkirk.ca/sites/default/files/Learning/Selkirk-College-Learning-Success-Memory-Techniques-Workshop.pdf).


(39)

3) Long-Term Memory

Memori jangka panjang merupakan suatu proses penyimpanan informasi yang relatif permanen. Informasi disimpan karena dianggap berarti dan penting.

Berdasarkan penjelasan di atas, ketiga sistem penyimpanan memiliki perbedaan. Perbedaan dapat dilihat dari kapasitas penyimpanan, lamanya informasi yang disimpan, dan fungsinya. Waktu penyimpanan terlama adalah memori jangka panjang. Kapasitas terbesar adalah memori sensorik. Sementara itu memori jangka pendek memiliki karakteristik serta fungsi yang mirip dengan bagian RAM pada komputer.

Tulving dalam Ghasani dan Bhinnety memaparkan konsep memori menjadi tiga hal yaitu memori episodik, memori semantik, dan memori prosedural. Memori episodik menyimpan informasi dari suatu kejadian pada masa tertentu. Memori semantik menyimpan pengatuhuan yang lebih umum. Semantara

memori prosedural menyimpan pengetahuan untuk melakukan suatu hal.31

Dengan demikian seseorang akan menyimpan informasi berupa peristiwa baik masa lalu atau pun sekarang ke dalam memori episodik. Lalu informasi tentang cara melakukan sesuatu seperti cara menggunakan sepeda motor akan tersimpan di dalam memori prosedural. Sedangkan seseorang akan menyimpan informasi dari pengetahuan yang lebih umum ke dalam memori semantik seperti kode yang memiliki arti.

Suharman dalam Halim dkk. mengungkapkan bahwa pengukuran memori jangka panjang dapat dilakukan dengan menggunakan tes, seperti tes recall, tes rekognisi, tes pengetahuan konseptual, leksikal, perseptual, dan tes pengetahuan prosedural. Dari keenam tersebut, tes rekognisi sangat representatif untuk digunakan dalam pengukuran memori hasil belajar dalam pendidikan.32Penelitian yang dilakukan oleh Nazriati dan Fajaroh tes retensi diberikan kepada siswa

31

Alfa Ghasani dan Magda Bhinnety E, Efektivitas Aroma Peppermint untuk Meningkatkan Performansi Memori Jangka Pendek pada Mahasiswa, h. 3-4, (http://lib.ugm.ac.id/digitasi/upload/2671_MU.11090017.pdf).

32


(40)

36

33

34

35


(41)

oleh memori sensorik. Apabila informasi tidak diperhatikan, maka akan terlupakan. Namun, jika informasi diperhatikan akan ditransfer ke dalam memori jangka pendek. Di dalam memori jangka pendek, tanpa adanya pengulangan informasi akan terlupakan. Informasi yang dapat dipertahankan melalui proses pengkodean dan elaborasi berpindah ke dalam memori jangka panjang. Informasi dapat diakses dengan mentransfer kembali ke memori jangka pendek untuk dikeluarkan sebagai respon.

b. Peranan Retensi dalam Pembelajaran Biologi

Retensi erat hubungannya dengan belajar. James Dese dalam Rahman memberikan pernyataan bahwa jika tidak ada retensi, maka proses belajar siswa tidak berlangsung dengan baik dan sebaliknya jika tidak belajar maka tidak akan ada retensi.37 Selain itu hasil belajar yang baik erat kaitannya dengan daya ingat (retensi) siswa terhadap materi yang dipelajari.38 Siswa akan lebih mudah mencapai hasil belajar tinggi jika memiliki retensi tinggi pula.

Dalam mempelajari ilmu sains biologi, banyak materi yang perlu dipahami dan diingat. Materi tersebut meliputi konsep konkret dan abstrak. Aspek retensi sangatlah diperlukan dalam hal ini.39 Sehingga retensi menjadi bagian dari proses belajar biologi sebagai bentuk pencapaian hasil belajar biologi yang diharapkan guru maupun siswa.

Secara neurobiologi pada proses belajar dan ingatan terdapat empat prinsip dasar, antara lain ingatan mempunyai beberapa tahap dan selalu berubah, ingatan jangka panjang akan terjadi perubahan fisik pada otak, jejak ingatan disebarkan di seluruh sistem saraf, dan hipokampus dan lobus temporalis kelihatannya

37

Taufik Rahman,Peranan Pertanyaan terhadap kekuatan Retensi dalam Pembelajaran Sains pada Siswa SMU, h. 1, (http://educare.e-fkipunla.net/index.php/option.com).

38

Linda Tri Antika, Aloysius Duran Corebima, dan Susriyati Mahanal,Perbandingan Keterampilan Metakognitif, Hasil Belajar Biologi, dan Retensi antara Siswa Berkemampuan Akademik Tinggi dan Rendah Kelas X SMA di Malang Melalui Strategi Problem Based Learning

(PBL), h. 2,

(http://jurnal-online.um.ac.id/data/artikel/artikel6C3A340136224B7A657A3B5423A5514E.pdf). 39


(42)

mempunyai fungsi yang unik dalam proses ingatan manusia.40 Mengingat tidak sama dengan menghafal. Kemampuan mengingat yang baik adalah hal yang penting dimiliki oleh setiap individu. Terdapat banyak manfaat bagi pembelajaran formal maupun non formal yang diperoleh dengan dukungan daya ingat yang baik, antara lain:41

1) Memudahkan individu untuk memahami materi baru melalui proses

memadukan materi lama.

2) Melakukan kerja dengan efisien.

3) Membantu membentuk pola belajar keseharian yang efektif.

4) Membantu menyuplai informasi yang akan disampaikan kepada individu lain.

5) Mendukung berjalannya proses pemunculan ide kreatif dan manfaat lainnya yang bisa dirasakan baik disadari ataupun tidak.

6) Mengendalikan emosi, dan lain sebagainya.

Retensi menduduki posisi penting dalam pembelajaran biologi. Hasil belajar yang diharapkan lebih mudah tercapai dengan retensi yang baik. Retensi merupakan salah satu pendukung tujuan pembelajaran yang dibuat oleh guru akan mudah diraih.

c. Lupa dalam Belajar

Terdapat hal-hal yang kadang-kadang atau justru sering tidak dapat diingat kembali. Kondisi yang demikian dapat dikatakan bahwa terdapat hal-hal yang dilupakan.42 Lupa adalah peristiwa hilangnya informasi yang telah disimpan di

40

Isakandar Japardi, Learning and Memory, 2012, h. 2, (http://library.usu.ac.id/download/fk/bedah-isakandar%20japardi18.pdf).

41

Yovan P. Putra dan Bayu Issetyadi,Lejitkan Memori 1000%, (Jakarta: PT Elex Media Komputindo, 2010), Cet. I, h. 15-16.

42

Lailatul Fitriyah dan Mohammad Jauhar, Pengantar Psikologi Umum, (Jakarta: Prestasi Pustaka, 2014), Cet. I, h. 145.


(43)

dalam ingatan jangka panjang.43 Berikut terdapat beberapa teori mengenai lupa, antara lain:44

1) Decay Theory, yaitu teori yang beranggapan bahwa memori seseorang mengalami proses aus atau penurunan kapasitas seiring dengan berlalunya waktu.

2) Interference Theory, yaitu teori yang mengatakan bahwa informasi yang sudah tersimpan dalam memori jangka panjang bisa saja sulit untuk dipanggil karena terganggu oleh informasi lainnya yang lebih akhir masuk.

3) Retrieval Failure, yaitu teori yang menjelaskan bahwa seseorang mengalami kegagalan mengingat karena tidak ada petunjuk yang memadai untuk mengingat kembali kejadian-kejadian yang telah berlalu.

4) Motivated Forgetting Theory, yaitu teori yang menjelaskan bahwa hal-hal yang menyakitkan atau cenderung tidak menyenangkan akan ditekan atau tidak diperbolehkan muncul dalam kesadaran manusia.

5) CREB, yaitu teori yang menjelaskan mengenai protein bernama CREB yang

dapat menghambat pembentukan ingatan jangka panjang.

6) Gangguan Fisiologis, yaitu teori yang menjelaskan bahwa lupa dapat terjadi karena adanya ketidakseimbangan faktor biokimiawi otak.

Keenam teori di atas adalah teori mengenai alasan-alasan yang menyebabkan seseorang mengalami peristiwa lupa. Salah satunya, lupa bisa terjadi karena sistem penyimpanan sudah mengalami proses aus. Selain itu, ternyata lupa bisa terjadi karena memang disengaja untuk tidak ingin mengingat kembali informasi yang dimaksud.

43

Tri Suminar, Tinjauan Filsafati Ontologi, Epistemologi dan Aksiologi Manajemen Pembelajaran Berbasis Teori Sibernetik, h. 11, (http://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/edukasi/article/download/961/898).

44

Afin Murtie, Melatih Otak Anti Lupa dengan Metode Laci Pikiran, (Yogyakarta: Media Pressindo, 2013), Cet. I, h. 94-98.


(44)

46

47

45 46


(45)

informasi di dalam sistem memori juga akan mengganggu seseorang memanggil kembali informasi yang diinginkan.

Penyebab melemahnya daya ingat tidak hanya tergantung pada pendidikan, lingkungan belajar, dan lingkungan fisik, tetapi juga pada faktor lain yang dapat mempengaruhi hidupnya (misalnya kehilangan orang yang dicintai). Selain itu, terdapat faktor-faktor lain seperti genetik keturunan, tidur, depresi, penyakit tiroid, diabetes, alkohol dan obat-obatan, dan kurangnya vitamin B12.48 Faktor-faktor tersebut harus segera dihindari agar daya ingat tidak berkurang. Misalnya, tetap menjaga waktu tidur agar fungsi ingatan dapat bekerja secara maksimal.

Lupa dalam belajar dapat dikurangi dengan melakukan usaha-usaha tertentu. Usaha yang dilakukan tidak hanya pada guru, tetapi siswa juga memiliki peran. Berikut adalah tabel usaha yang harus dilakukan guru dan siswa dalam pembelajaran jika dilihat dari fase konsentrasi, fase pengolahan, dan fase menggali dan fase prestasi:49

Tabel 2.4. Usaha yang Dilakukan Guru dan Siswa dalam Mengurangi Lupa Fase

Pembelajaran Usaha Guru Usaha Siswa

Fase konsentrasi

Guru harus mengarahkan perhatian siswa, supaya aneka unsur pokok dalam materi pelajaran benar-benar diperhatikan.

Siswa harus memberikan perhatian khusus pada unsur-unsur yang relevan.

Fase Pengolahan

Guru harus membantu siswa untuk mencernakan materi pelajaran dengan sebaik-baiknya.

Siswa harus mengolah materi dengan baik dan segera.

Fase menggali dan Fase prestasi

Guru dapat membantu dengan memberikan pertanyaan terarah, supaya siswa berhasil dalam menggali informasi dari ingatannya.

Siswa harus menggunakan kunci yang tepat untuk membuka ingatannya.

48

Khairani,Op. cit., h. 163-165. 49


(46)

Lupa merupakan lawan dari retensi. Terkadang atau bahkan justru sering siswa mengalami hal lupa dalam proses pembelajaran. Lupa dapat disebabkan banyak faktor, dan faktor keturunan bisa menjadi penyebabnya. Nutrisi juga bisa menjadi faktor melemahnya daya ingat. Namun, terdapat pula kiat-kiat untuk mengurangi lupa dan dapat meningkatkan retensi. Guru harus dapat menjauhkan siswa dari hal lupa. Walaupun demikian, siswa juga diharapkan melakukan usaha supaya informasi dapat terus diingat.

3. Kajian Materi Sistem Ekskresi

Sistem ekskresi merupakan salah satu materi yang harus disampaikan untuk siswa SMA kelas XI IPA. Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) tahun 2006 penjelasannya dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 2.5. SK dan KD Materi Sistem Ekskresi

Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

3. Menjelaskan struktur dan fungsi organ manusia dan hewan tertentu, kelainan dan/atau penyakit yang mungkin terjadi serta im-plikasinya pada salingtemas

3. 5. Menjelaskan keterkaitan antara struktur, fungsi, dan proses serta kelainan/penyakit yang dapat terjadi pada sistem ekskresi pada manusia dan hewan (misalnya pada ikan dan serangga)

Ekskresi adalah proses pembebasan sisa-sisa metabolisme dari dalam tubuh. Alat ekskresi manusia adalah ginjal,hati, paru-paru, dan kulit. Organ ekskresi yang utama adalah ginjal dan organ ekskresi terbesar adalah hati.

Kulit atau integument mengekskresikan keringat. Keringat manusia terdiri dari air, garam-garaman, terutama garam dapur (NaCl), sisa metabolisme sel, urea, serta asam. Kulit (integumen) terdiri dari dua bagian, yaitu epidermis dan dermis. Selain sebagai alat pengeluran, kulit juga berfungsi sebagai pengatur suhu tubuh, tempat penyimpanan cadangan makanan berupa lemak, pelindung untuk mengurangi hilangnya air dalam tubuh, melindungi tubuh dari gesekan,


(47)

penyinaran, panas, zat-zat kimia, dan kuman-kuman. Penyakit pada organ kulit antara lain, jerawat, panu, edema, dsb.

Selain sebagai organ respirasi, paru-paru juga berfungsi sebagai organ ekskresi. Paru-paru mengeluarkan karbondioksida dan uap air sebagai sisa metabolisme dibawa oleh darah dan dikeluarkan secara difusi di alveolus. Gangguan pada paru-paru antara lain asma, difteri, bronkitis, sinusitis, tonsilitis, dsb.

Hati (hepar) mengekskresikan kurang lebih ½ liter empedu setiap hari. Empedu berupa cairan kehijauan berasa pahit dengan pH sekitar 7-7,6; mengandung kolesterol, garam mineral, garam empedu, serta pigmen (zat warna empedu) yang disebut bilirubin dan biliverdin. Empedu yang dihasilkan oleh hati disimpan dalam kantong empedu (vesika felea) dan dikeluarkan ke usus halus untuk membantu sistem pencernaan. Salah satu penyakit yang menyerang hati disebut penyakit kuning.

Organ ekskresi utama pada manusia adalah ginjal. Manusia memiliki sepasang ginjal dengan panjang 11-12 cm yang terletak di bagian belakang rongga perut. Masing-masing ginjal memiliki saluran ureter, yang membawa kemih atau urin menuju kantong kemih (vesika urinaria). Pada pembentukan urin terdapat tiga proses utama, yaitu filtrasi, reabsorpsi, dan augmentasi. Kelainan pada organ ginjal antara lain nefritis, albuminuria, diabetes mellitus, batu ginjal, diabetes inspius, dsb.

Alat ekskresi pada ikan berupa sepasang ginjal mesonefros yang terikat di sisi dorsal rongga tubuh. Mekanisme ekskresi pada ikan yang hidup di air tawar berbeda dengan mekanisme ikan yang hidup di air laut. Salah satunya, cairan tubuh ikan air tawar bersifat hiperosmotik dibandingkan ikan air laut.

Insekta mempunyai alat ekskresi yang disebut pembuluh Malphigi. Pembuluh Malphigi melekat pada ujung anterior usus belakang. Zat-zat sisa metabolisme diserap oeh pembuluh Malphigi bagian ujung distal. Dari bagian ini, cairan masuk ke bagian proksimal pembuluh Malphigi dan membentuk kristal asam urat yang kemudian masuk ke usus belakang yang akhirnya keluar bersama feses.


(48)

4. Hasil Penelitian yang Relevan

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya peneliti mendapatkan data bahwa terdapat beberapa penelitian tersebut yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

Penelitian yang berjudul “Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik pada Konsep Sistem Saraf)”. Hasil penelitian menyimpulkanbahwa pembelajaran

dengan menggunakan teknologi multimedia interaktif individual dan

pembelajaran menggunakan teknologi multimedia interaktif klasikal, dapat meningkatkan pemahaman dan retensi siswa pada konsep sistem saraf. Bahkan, Kedua pembelajaran mampu membuat siswa termotivasi mempelajari kembali konsep sistem saraf walaupun pembelajaran telah selesai. Hal ini terbukti dari hasil retensi yang lebih dari 100%. Pembelajaran dengan teknologi multimedia interaktif secara individual mampu membuat siswa mandiri dan aktif dalam belajar, tidak demikian halnya untuk kelas klasikal ketika belajar di kelas karena pembelajaran didominasi oleh guru.50

Penelitian lain yang berjudul “Kontribusi Wacana Multimedia terhadap Pemahaman dan Retensi Siswa (Studi Kasus pada Pembelajaran Hereditas di Kelas 3 Mts Cimahi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan multimedia dalam pembelajaran memberikan kontribusi yang positif pada retensi. Keunggulan multimedia dalam imagery tools dan penyedia iklim afektif untuk pembelajaran, membuat siswa mampu lebih lama menyimpan abstraksi konsep dalam struktur kognitifnya. Multimedia yang berperan sebagai tutor mengurangi peran pengajar sebanyak 59,62%. Berkurangnya peran pengajar ini berkontribusi negatif terhadap pemahaman siswa, sehingga jumlah siswa yang tuntas belajar pada kelompok multimedia lebih sedikit (65,38%) dari pada kelompok non

50

Fransisca Tailouw dan Wawan Setiawan, Meningkatkan Pemahaman dan Retensi Siswa melalui Pembelajaran Berbasis Teknologi Multimedia Interaktif (Studi Empirik pada Konsep Sistem Saraf),Jurnal Pendidikan Teknologi Informasi dan Komunikasi Vol. 1 No. 2, 2008, h. 25.


(49)

multimedia (80,77%). Peran komputer multimedia sebagai tutor hanya dipahami oleh 57,69% siswa, sedangkan sisanya masih membutuhkan pengajar sebagai tutor.51

Fransisca S. Tapilouw dalam “Analisis pembelajaran biologi berbasis multi media interaktif (MMI)pada berbagai jenjang pendidikan”. Hasil penelitian

meyimpulkan pembelajaran dengan MMI ataupun PBK interaktif di satu sisi memang sangat baik untuk diterapkan, namun pemahaman konsep tidak selalu meningkat secara nyata karena terdapat banyak faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil tes retensi umumnya tergolong tinggi (>80%) menunjukkan bahwa MMI dapat meningkatkan kemandirian belajar siswa melalui pengulangan dan simulasi proses yang terdapat dalam program MMI maupun PBK interaktif.52

Berdasarkan penelitian-penelitian diatas dapat dikatakan bahwa retensi siswa dapat meningkat dengan adanya multimedia interaktif pembelajaran. Selain itu, kemasan pembelajaran dengan multimedia interaktif menarik bagi siswa dan mampu menumbuhkan rasa keinginan untuk memepelajarinya lagi. Namun, tidak semua siswa dapat belajar secara mandiri, sehingga peran guru masih sangat diperlukan dalam mengajar.

B. Kerangka Berpikir

Siswa sering mengalami kesulitan dalam memahami konsep biologi. Saat mereka ingin belajar secara mandiri melalui buku pelajaran, siswa menjadi malas karena didalam buku dipenuhi materi yang padat dan sering muncul konsep abstrak. Di kelas pun, tidak semua guru dapat memberikan pembelajaran yang bermakna. Alhasil, siswa tidak memperoleh pengetahuan mengingat proses

51

Yanti Herlanti, Nuryani Y. Rustaman, dan Wawan Setiawan, Kontribusi Wacana Multimedia terhadap Pemahaman dan Retensi Siswa (Studi Kasus pada Pembelajaran Hereditas di Kelas 3 Mts Cimahi,Jurnal Pendidikan IPA: METAMORFOSA Vol. 2 No. 1, 2007, h. 10.

52

Fransisca S. Tailouw,Analisis pembelajaran biologi berbasis multi media interaktif (MMI) pada berbagai jenjang pendidikan, 2012, h. 11


(50)

belajar yang tidak berhasil. Jika hal ini terus dibiarkan lama-kelamaan akan mempengaruhi hasil belajar biologi siswa.

Profesionalitas guru perlu diperhatikan dalam kasus semacam ini. Seharusnya muncul inovasi-inovasi yang dilakukan guru dalam memperbaiki kegagalan belajar siswa. Inovasi tidak hanya sekedar pada model pembelajaran, tetapi media pun menjadi hal yang harus dipikirkan demi mewujudkan proses belajar siswa yang berkualitas unggul.

Bila dicari hubungan sebab-akibat, proses penyampaian informasi guru yang bermakna akan menciptakan keberhasilan belajar siswa. Kemudian bila tercipta keberhasilan belajar siswa, maka siswa akan mudah mengetahui dan memahami konsep sekalipun pada konsep yang abstrak. Dan jika siswa sudah memahami konsep dengan baik, maka apapun konsepnya akan tersimpan dalam memori. Jika dilanjutkan lagi, memori siswa yang penuh akan pengetahuan memudahkan siswa dalam mengerjakan soal dan pada akhirnya akan memperoleh hasil belajar yang memuaskan.

Proses penyampaian informasi inilah yang harus selalu guru perhatikan dalam setiap kegiatan mengajar. Karena, bisa berdampak pada prestasi siswa. Media pembelajaran merupakan salah satu solusi yang dapat dilakukan. Terlebih jika media pembelajaran berbentuk multimedia interaktif, dengan catatan bahwa pengoperasian programnya tidak menyulitkan siswa yang akan belajar.

Konsep biologi yang berkaitan dengan sistem kerja tubuh khususnya pada materi sistem ekskresi mencakup konsep abstrak dan cukup padat. Multimedia interaktif dapat sangat membantu siswa dalam mengatasi kesulitan tersebut. Siswa pun dengan leluasa dapat memilih menu yang disuguhkan dalam program dan belajar pun menjadi sangat menyenangkan. Diharapkan dengan kemasan sumber belajar yang menyenangkan seperti itu dapat menumbuhkan rasa ketagihan dalam diri siswa, sehingga program terus dibuka yang mengakibatkan daya ingat pun menjadi meningkat.


(51)

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian teoritis dan kerangka pikir, maka dapat dirumuskan

hipotesis penelitian yaitu “terdapat pengaruh multimedia interaktif dalam pembelajaran biologi terhadap retensi siswa”.


(52)

37 A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 5 Tangerang Selatan, yang terletak di Komplek Perum Puri Bintaro Hijau Blok F IV, Kecamatan Pondok Aren, Kota Tangerang Selatan pada bulan Maret – April 2014 semester genap tahun ajaran 2013/2014.

B. Metode dan Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode quasi

experimental, yaitu metode eksperimen, akan tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen.1

Pretest,posttest I, dan posttest II(retest) dilakukan supaya dapat diketahui perbedaan antara kelompok kontrol dengan kelompok eksperimen. Sebelum pembelajaran dimulai, siswa mengerjakan pretest yang memiliki tujuan untuk melihat sejauh mana pengetahuan awal siswa tentang materi yang akan diberikan. Kemudian dilakukan posttest I setelah proses belajar mengajar topik sistem ekskresi berakhir yang bertujuan untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa setelah pembelajaran. Sedangkan untuk mengetahui daya ingat (retensi) siswa terhadap materi yang telah diberikan, dilakukan posttest II (retest) setelah 3 minggu pembelajaran berhenti atau setelah melaksanakanposttest I.

Desain penelitian yang digunakan adalah Pretest-Posttest Control Group Design2, yang telah dimodifikasi dengan pola sebagai berikut:

1

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D), (Bandung: CV ALFABETA, 2011), Cet. XIII, h. 114.

2


(53)

Tabel 3.1. Desain Penelitian

Kelas Pretest Perlakuan Posttest I

3 minggu

Posttest II (Retest)

E O1 X O2 O5

K O3 O4 O6

Keterangan:

E : kelompok eksperimen

K : kelompok kontrol

O1O3 : pretestpada kedua kelompok dengan soal yang sama

X : pendayagunaan multimedia interaktif

O2O4 : posttest Ipada kedua kelompok dengan soal yang sama

O5O6 : posttest II (retest) pada kedua kelompok dengan soal yang sama

(dilakukan 3 minggu setelah posttest I tanpa pemberitahuan

terlebih dahulu)

Berdasarkan desain penelitian di atas, digunakan dua kelompok dalam penelitian, yaitu kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Kedua kelompok tersebut dalam proses belajar mengajar menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang sama. Perbedaannya, kelompok kontrol tanpa adanya penggunaan multimedia interaktif, sedangkan kelompok eksperimen dengan penggunaan multimedia interaktif. Pada kelompok kontrol menggunakan media pembelajaran animasi dan video yang dikemas dalamslide powerpoint.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek/subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya.3 Populasi target dalam penelitian ini meliputi seluruh siswa SMA Negeri 5 Tangerang Selatan, semester genap

3

Sugiyono,Statistika untuk Penelitian, (Bandung: CV ALFABETA, 2010), Cet. XVII, h. 61.


(54)

tahun ajaran 2013/2014. Sedangkan populasi terjangkaunya yaitu seluruh siswa SMA Negeri 5 Kota kelas XI, semester genap tahun ajaran 2013/2014.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh

populasi.4 Sampel penelitian dalam penelitian ini sebanyak dua kelompok yang

diambil dari populasi terjangkau. Satu kelompok sebagai kelompok kontrol, yaitu kelas XI IPA 2 yang terdiri dari 35 siswa dan satu kelompok lagi sebagai kelompok eksperimen, yaitu kelas XI IPA 1 yang terdiri dari 36 siswa. Teknik

pengambilan sampel yang diterapkan adalah simple random sampling, yaitu

pengambilan anggota sampel dari populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi.5 Sehingga peneliti memberi hak yang sama kepada setiap subjek untuk memperoleh kesempatan menjadi anggota sampel. Oleh karena itu, peneliti terlepas dari perasaan ingin mengistimewakan satu atau beberapa subjek untuk dijadikan anggota sampel.

D. Variabel Penelitian

Terdapat 2 variabel yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:

1. Variabel bebas (independent variable) adalah penggunaan multimedia

interaktif, disimbolkan dengan X.

2. Variabel terikat (dependent variable) adalah retensi siswa dalam

pembelajaran biologi, disimbolkan dengan Y.

Tabel 3.2. Variabel Penelitian

Variabel Definisi Operasional

Multimedia Interaktif (X)

Multimedia interaktif dalam penelitian ini merupakan aplikasi yang diberi namasistemekskresi.exepada materi sistem ekskresi.

Retensi Siswa (Y)

Retensi siswa dalam penelitian diartikan sebagai tingkat kemampuan mengingat materi pelajaran yang diukur melalui pengulangan tes hasil belajar (posttest II/retest) pada waktu 3 minggu setelah posttest I dilakukan.

4

Ibid., h. 62. 5


(1)

160

8 Adanya interaktivitas di dalam program memudahkan mengingat informasi yang disajikan. 9 Saya merasa bosan ketika menggunakan program ini.

10 Saya malas membuka kembali program multimedia interaktif.

11 Program multimedia interaktif dapat menjadi sarana belajar biologi dimanapun siswa berada.

12

Apabila program ini digunakan untuk materi/pokok bahasan yang lain saya akan dengan senang hati menggunakannya.

13 Penggunaan program ini tidak efektif dalam meningkatkan retensi (daya ingat) siswa.

14 Dalam menjalankan program ini, saya sering menemui kesalahan sehingga program berhenti.

15

Penggunaan program ini dapat meningkatkan retensi (daya ingat) pada pokok bahasan/materi yang sedang dipelajari.


(2)

PENGHITUNGAN BUTIR ANGKET

No Pernyataan Jawaban Keterangan

1

Saya mudah menggunakan program ini dan dapat langsung saya gunakan.

Ya 36

36× 100% = 100% Tidak 0

36× 100% = 0%

2

Program multimedia interaktif berisikan seluruh informasi terkait topik pembelajaran yang dibahas.

Ya 30

36× 100% = 83.33% Tidak 6

36× 100% = 16.67%

3 Informasi yang disajikan menggunakan kalimat yang jelas.

Ya 35

36× 100% = 97.22% Tidak 1

36× 100% = 2.78%

4

Di dalam program ini terdapat kuis dan games untuk melatih daya ingat terhadap konsep yang saya pelajari di tampilan materi.

Ya 33

36× 100% = 91.67% Tidak 3

36× 100% = 8.33%

5

Adanya skoring dalam soal latihan dapat mengukur sejauh mana saya mengingat konsep materi yang diberikan.

Ya 32

36× 100% = 88.89% Tidak 4

36× 100% = 11.11%

6

Gambar, animasi, dan video dalam program ini dapat membantu mengingat informasi yang disajikan.

Ya 36

36× 100% = 100% Tidak 0

36× 100% = 0%

7

Menurut saya, program ini didesain interaktif yaitu saya bebas menggunakan program ini sesuai keinginan.

Ya 34

36× 100% = 94.44% Tidak 2

36× 100% = 5.56%


(3)

222

8

Adanya interaktivitas di dalam program memudahkan mengingat informasi yang disajikan.

Ya 36

36× 100% = 100% Tidak 0

36× 100% = 0%

9 Saya merasa senang ketika menggunakan program ini.

Ya 36

36× 100% = 100% Tidak 0

36× 100% = 0%

10 Saya sering membuka kembali program multimedia interaktif.

Ya 34

36× 100% = 94.44% Tidak 2

36× 100% = 5.56%

11

Program multimedia interaktif dapat menjadi sarana belajar biologi dimanapun siswa berada.

Ya 33

36× 100% = 91.67% Tidak 3

36× 100% = 8.33%

12

Apabila program ini digunakan untuk materi/pokok bahasan yang lain saya akan dengan senang hati menggunakannya.

Ya 36

36× 100% = 100% Tidak 0

36× 100% = 0%

13

Penggunaan program ini efektif dalam meningkatkan retensi (daya ingat) siswa.

Ya 36

36× 100% = 100% Tidak 0

36× 100% = 0%

14

Dalam menjalankan program ini, komponen multimedia interaktif berjalan dengan baik.

Ya 29

36× 100% = 80.56% Tidak 7

36× 100% = 19.44%

15

Penggunaan program ini dapat meningkatkan retensi (daya ingat) pada pokok bahasan/materi yang sedang dipelajari.

Ya 36

36× 100% = 100% Tidak 0


(4)

Berdasarkan penghitungan setiap butir pernyataan, maka diperoleh persentase setiap indikator sebagai berikut:

No. Indikator % Jawaban

1 Kejelasan topik pembelajaran. 83.33% 2 Kesesuaian bahasa dengan tingkat berpikir siswa. 97.22%

3 Kemudahan penggunaan. 100%

4

Kemampuan komponen multimedia interaktif untuk meningkatkan retensi siswa pada materi sistem ekskresi.

96.76%

5 Dukungan multimedia interaktif bagi kemandirian

belajar siswa. 93.10%

6 Keteraturan desain aplikasi pembelajaran. 98.15% 7 Komponen aplikasi pembelajaran berjalan dengan

lancar. 80.56%


(5)

224

FOTO PENELITIAN

Ruang Kelas Kelompok Eksperimen

Pembelajaran pada Kelompok Eksperimen Lampiran 37


(6)

Ruang Kelas Kelompok Kontrol


Dokumen yang terkait

PENGARUH PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF FLASH FLIP BOOK TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA PADA KONSEP SISTEM PERNAPASAN (Kuasi Eksperimen di SMA Negeri 1 Pebayuran)

9 35 221

Pengaruh pendekatan keterampilan proses sains terhadap hasil belajar biologi siswa (kuasi eksperimen di SMAN 4 Kota Tangerang Selatan

9 160 169

Pengaruh model pembelajaran aktif menggunakan Mind Map Terhadap hasil belajar biologi pada konsep keanekaragaman hayati(Eksperimen di SMAN 8 Tangerang Selatan)

2 28 157

The Efectiveness of learning reading through collaborative leraning: apre-experimental study of the second grade students of SMAN 8 South Tangerang

0 4 71

Pengaruh penggunaan cd ineraktif dalam model pembelajaran langsung terhadap hasil belajar IPA: kuasi eksperimen di SMP Negeri 5 Tangerang.

0 3 252

Pengaruh pembelajaran model advance organizer terhadap hasil belajar biologi siswa pada konsep protista : Eksperimen di SMAN 9 Kota Tangerang

0 30 225

“Pengaruh Penggunaan Media Presentasi Pada Strategi Pembelajaran Aktif Crossword Puzzle Terhadap Retensi Siswa Pada Konsep Struktur dan Fungsi Jaringan Hewan di SMAN 87 Jakarta

0 8 246

Pengaruh strategi belajar metakognitif terhadap hasil belajar siswa pada konsep sistem pencernaan pada manusia : Kuasi eksperimen di SMAN 8 Tangerang Selatan

0 21 234

PENGARUH STRATEGI PEMBELAJARAN TERHADAP HASIL BELAJAR BIOLOGI, KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS, DAN RETENSI SISWA SISTEM EKSKRESI DI SMP SWASTA MARKUS MEDAN.

0 3 22

PENGEMBANGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF BERBASIS INKUIRI TERBIMBING MELALUI ANIMASI FLASH PADA POKOK BAHASAN SISTEM EKSKRESI SMAN 1 ANDONG.

0 0 1