PENGARUH KONSENTRASI INOKULUM Monascus purpureus TERHADAP PRODUKSI PIGMEN PADA SUBSTRAT TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus).

(1)

Pengaruh Konsentrasi Inokulum Monascus purpureus terhadap Produksi

Pigmen pada Substrat Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sains Program Studi Biologi

Jurusan Pendidikan Biologi

Oleh: Hayatun Nufus

0903992

PROGRAM STUDI BIOLOGI JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM


(2)

Pengaruh Konsentrasi Inokulum

Monascus purpureus

terhadap Produksi Pigmen pada Substrat

Tepung Biji Durian (

Durio zibethinus

)

Oleh Hayatun Nufus

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

© Hayatun Nufus 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

November 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

PENGARUH KONSENTRASI INOKULUM Monascus purpureus TERHADAP PRODUKSI PIGMEN PADA SUSBTRAT TEPUNG BIJI DURIAN

(Durio zibethinus)

Oleh : Hayatun Nufus

0903992

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH: Pembimbing I

Dra. Yanti Hamdiyati, M.Si 196611031991012001

Pembimbing II

Kusnadi, M.Si 196805091994031001

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI

Dr. H. Riandi, M.Si 196305011988031002


(4)

Hayatun Nufus, 2013

PENGARUH KONSENTRASI INOKULUM Monascus purpureus TERHADAP PRODUKSI PIGMEN PADA SUBSTRAT TEPUNG BIJI DURIAN (Durio zibethinus)

EFFECT OF Monascus purpureus INOCULUM CONCENTRATION ON THE PRODUCTION OF PIGMENT ON THE SUBSTRATE ON DURIAN SEED FLOUR

(Durio zibethinus)

ABSTRAK

Penggunaan pewarna sintetik makanan memiliki risiko lebih tinggi untuk kesehatan manusia. Oleh karena itu untuk menanggulangi bahaya yang akan ditimbulkan oleh pewarna sintetik maka digunakanlah pewarna alami yang dikenal dengan angkak. Angkak merupakan hasil fermentasi dari kapang jenis Monascus purpureus dengan menggunakan substart yang mengandung pati. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh konsentrasi inokulum M. purpureus terhadap produksi pigmen pada substrat tepung biji durian (Durio zibethinus). Dalam penelitian ini dibuat angkak dari tepung biji durian varietas Perwira, dengan konsentrasi inokulum spora M. purpureus 0%, 5%, 10%, 15% (v/b). Fermentasi kapang M. purpureus pada substrat tepung biji durian selama 14 hari. Hasil analisis dengan uji Mann-Whitney U konsentrasi inokulum spora M. purpureus yang optimum untuk pigmen jingga adalah 5%, pigmen merah 10% dan pigmen kuning 15%. Nilai Absorbansi optimal pada masing-masing pigmen adalah produksi pigmen merah (0,232 Unit Absorbansi/gr substrat), pigmen jingga (0,224 Unit Absorbansi/gr substrat) dan produksi pigmen kuning (0,520 Unit Absorbansi/gr substrat).

Kata Kunci : Monascus purpureus, Konsetrasi inokulum, Tepung biji durian.

ABSTRACT

The used of synthetic food dyes have a high risk for human health. Therefore, to handled some risks that would happened, it was used natural dyes which was known as red yeast rice. Fermented red yeast rice is a type of fungus M. purpureus using substart containing starch. The purpose of study was to determine the effect of inoculum concentration of M. purpureus

on the production of pigment on the substrate seed flour durian (Durio zibethinus). In study of red yeast rice was made from durian seed flour varieties officer , the concentration of inoculum spores M. purpureus 0%, 5%, 10%, 15% (v/b). Monascus purpureuswas fermented on the substrate durian seed flour for 14 days. The results that were analysed by Mann-Whitney testshowed that the optimum inoculum concentration for produced pigment orange was 5%, 10% for red pigment and 15% for yellow pigment. Optimal absorbance value of each pigment is (red pigment) production 0.232 absorbance unit/g substrate, (orange pigment)production 0.224 absorbance unit g substrateand (yellow pigment) production 0.520 absorbance unit/g substrate.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Pertanyaan Penelitian ... 3

D. Batasan Masalah ... 3

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 4

G. Asumsi ... 4

H. Hipotesis ... 5

BAB II FERMENTASI SUBSTRAT TEPUNG BIJI DURIAN OLEH Monascus purpureus UNTUK PRODUKSI PIGMEN MERAH, KUNING, DAN JINGGA A. Angkak ... 6

B. Pigmen Monascus purpureus ... 8

C. Monascus purpureus ... 14

D. Durian Perwira ... 17

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 21

B. Desain Penelitian ... 21


(6)

Hayatun Nufus, 2013

D. Waktu dan Tempat Penelitian ... 24

E. Alat dan Bahan ... 25

F. Prosedur Kerja ... 27

1.Tahap Persiapan ... 27

2.Tahap Pra Penelitian ... 27

3.Tahap Penelitian ... 34

G. Alur Penelitian ……… ... 36

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ... 37

1.Identifikasi Monascus purpureus ... 37

2.Hasil Analisis Kandungan Amilum dan Protein pada Tepung Biji Durian Perwira ... 41

3.Kurva Produksi Spora Monascus purpureus... 41

4.Proses Pembentukan Pigmen Monascus purpureus ... 44

5.Pengaruh Konsentrasi Inokulum Terhadap Pembentukan Pigmen Monascus purpureus ... 46

B. Pembahasan ... 51

1.Pengaruh Konsentrasi Inokulum Terhadap Pembentukan Pigmen Monascus purpureus ... 51

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 54


(7)

LAMPIRAN-LAMPIRAN ... 60

A. Lampiran I (Hasil Pengolahan Data Uji Hayati) ... 60 B. Lampiran II (Hasil Ekstrasi dengan Substrat Tepung Biji Durian) .. 75 C. Lampiran III (Dokumentasi Penelitian) ... 76


(8)

Hayatun Nufus, 2013

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

2.1 Komposisi Kimiawi Angkak 7 2.2 Kandungan Biji Durian 19 3.1 Desain Rancangan Acak Lengkap 22 3.2 Alat Penelitian 25 4.1 Kandungan Pati dan Protein Biji Durian Perwira 41 4.2 Rata-rata Jumlah Spora Monascus purpureus 42 4.3 Rata-rata Produksi Pigmen Merah, Kuning,

Jingga (Unit Absorbansi per Gram Substrat) dari Konsentrasi Inokulum 0%, 5%, 10%, 15%


(9)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Gambaran Fisik Angkak Yang Menghasilkan Pigmen Berwarna Merah

7

2.2 Struktur Molekul Pigmen Yang Dihasilkan Monascus pupureus

9

2.3 Sintesis Pembentukan Pigmen Merah Monascus pupureus 10 2.4 Pembentukan Metabolit Sekunder Pigmen 13 2.5 Monascus pupureus 14 2.6 Gambar Ascomata, Pembentukan Konidia, Kleistotesia,

Spora Dan Konidiofor

16

2.7 Durio zibethinus 17 2.8 Morfologi Dan Biji Durian Perwira 18 3.1 Penempatan Botol Fermentasi 24 3.2 Monascus purpureus Usia Kultur Enam Hari Pada Tabung

Reaksi

28

3.3 Haemocytometer 29 3.4 Kotak Penghitungan Spora Monascus purpureus 30 3.5 Alur Penghitungan Spora Monascus purpureus 30 3.6 Biji Dan Buah Durian Jenis Perwira 31 3.7 Tepung Biji Durian 32 3.8 Diagram Alir Penelitian 36 4.1 (A) Koloni M. purpureus Usia Kultur Empat Hari Pada

Medium PDA, (B)Koloni M. purpureus Usia Kultur Lima Hari Pada Medium PDA

38

4.2 Hifa M. purpureus 38 4.3 Spora M. purpureus 39 4.4 Kleistotesia M. purpureus 40 4.5 Aleurokonidia M. purpureus 40 4.6 Kurva Produksi Spora M. purpureus 43


(10)

Hayatun Nufus, 2013

4.7 Produksi Pigmen M. purpureus Pada Substrat Tepung Biji Durian Perwira Pada Hari Ke 7

44

4.8 Produksi Pigmen Merah M. purpureus dengan Panjang Gelombang 500 nm

48

4.9 Produksi Pigmen Kuning M. purpureus dengan Panjang Gelombang 400 nm

48

4.10 Produksi Pigmen Jingga M. purpureus dengan Panjang Gelombang 470 nm


(11)

BAB I

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pemanfaatan mikroorganisme untuk menghasilkan suatu produk melalui fermentasi sudah dilakukan sejak ratusan tahun yang lalu. Awalnya fermentasi banyak digunakan untuk memproduksi makanan dan minuman seperti roti, minuman beralkohol, tape, dan lain-lain. Saat ini, selain untuk memproduksi makanan dan minuman, teknologi fermentasi juga banyak dimanfaatkan untuk menghasilkan senyawa-senyawa yang merupakan metabolit primer maupun sekunder. Senyawa yang dihasilkan tersebut memiliki fungsi yang berbeda-beda salah satunya adalah dapat digunakan sebagai pewarna alami pada makanan. Penggunaan pewarna sintetik makanan memiliki risiko lebih tinggi untuk kesehatan manusia karena ada yang bersifat karsinogenik (Blanc et al. 1994). Oleh karena itu untuk menanggulangi bahaya yang akan ditimbulkan oleh pewarna sintetik maka digunakanlah pewarna alami yang berasal dari kapang jenis

Monascus purpureus yang biasa dikenal dengan nama angkak. Angkak merupakan hasil dari fermentasi dari kapang jenis M. purpureus dengan menggunakan substart yang mengandung pati.

Monascus purpureus merupakan salah satu jenis jamur yang memiliki metabolit sekunder yang dapat menghasilkan pigmen alami yang tidak toksik dan tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh (Fardiaz dan Zakaria, 1996). Monascus purpureus ini memproduksi pigmen dengan cara mengkonversi substrat zat tepung menjadi beberapa metabolit, seperti alkohol, agen antibiotik, antihipertensi, enzim, asam lemak, senyawa aromatik, keton, asam organik, pigmen, dan vitamin (Yongsmith, 1999).

Monascus purpureus menghasilkan 3 kelompok pigmen. Pigmen yang dihasilkan yaitu kelompok pigmen merah (rubropunctamine dan


(12)

2

Hayatun Nufus, 2013

monascorubrin) dan kelompok pigmen kuning (monascoflavin dan

ankaflavin).

Produksi pigmen M. purpureus dipengaruhi oleh konsentrasi inokulum spora M. purpureus. Hal ini didasarkan pada pernyataan Timotius (2004) bahwa konsentrasi inokulum spora M. purpureus akan mempengaruhi produksi pigmen pada angkak. Produksi pigmen yang dihasilkan oleh M. purpureus tidak mengganggu sistem kekebalan tubuh maka pewarna ini dapat digunakan sebagai pewarna alami makanan (natural food colorant), terutama di beberapa negara Asia seperti Cina Selatan. Yaitu digunakan sebagai pewarna makanan pada ikan, keju, anggur merah, dan sosis (Blanc

et al., 1995). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa pigmen angkak memiliki aktivitas sebagai antimikroba, sehingga sangat cocok digunakan sebagai bahan pewarna pada bahan makanan yang mudah terkontaminasi mikroba. Dengan demikian, angkak dapat berperan ganda, yaitu sebagai pewarna dan sekaligus pengawet. Angkak terbukti dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen (penyebab penyakit) dan bakteri perusak berspora, seperti Bacillus cereus dan Bacillus

stearothermophilus (Astawan, 2006). Dalam memproduksi pigmen M.

purpureus ini memerlukan pati sebagai sumber nutrisi dan biji durian memiliki kandungan pati sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai substrat dalam produksi pigmen M. purpureus.

Biji durian (Durio zibethinus Murr) merupakan residu agroindustri

yang biasanya dibuang. Durian, biasanya disebut sebagai “Raja Buah” ,

merupakan buah tropis yang berharga di beberapa negara Asia. Biji sekitar 5-15% dari massa buah total. Bobot total buah durian terdiri dari tiga bagian. Bagian pertama, daging buah sekitar 20-35%, kedua, biji sekitar 5-15%, sisanya berupa bobot kulit yang mencapai 60-75% dari bobot total buah (Untung, 2008). Masyarakat pada dasarnya hanya mengkonsumsi daging buah durian. Hal ini berarti 65-80% bagian durian yang lain yaitu biji dan kulit tidak dikonsumsi. Menurut Brown (1997), dalam 100 gram biji durian segar mengandung kelembaban tinggi (51,5%), karbohidrat


(13)

3

(43,6%) dan protein (2,6%). Biji durian memiliki kandungan pati yang cukup tinggi sehingga berpotensi untuk dimanfaatkan sebagai substrat fermentasi pembuatan angkak. Mengingat pentingnya solusi alternatif untuk menggantikan pewarna sintetis pada makanan, maka dilakukan penlitian dengan judul “Pengaruh Konsentrasi Inokulum Monascus purpureus terhadap Produksi Pigmen pada Substrat Tepung Biji Durian (Durio zibethinus)”.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dari penelitian ini adalah : Bagaimana pengaruh konsentrasi inokulum Monascus purpureus terhadap produksi pigmen pada substrat tepung biji durian (Durio zibethinus)?”

C. Pertanyaan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, dapat dijabarkan beberapa pertanyaan penelitian yaitu sebagia berikut:

1. Apakah perbedaan konsentrasi inokulum spora M. purpureus

berpengaruh signifikan terhadap pigmen yang dihasilkan ?

2. Berapa konsentrasi inokulum M. purpureus optimum yang dapat menghasilkan pigmen merah (rubropunctamine dan

monascorubramine), pigmen jingga (rubropunctatin dan

monascorubrin) dan pigmen kuning (monascoflavin dan ankaflavin) tertinggi ?

D. Batasan Masalah

Batasan masalah dari penelitian ini adalah:

1. Konsentrasi M. purpureus yang digunakan adalah 0%, 5%,10%,15% (v/b).


(14)

4

Hayatun Nufus, 2013

3. Parameter yang diukur pada penelitian ini adalah kadar pigmen merah

(rubropunctamine dan monascorubramine), pigmen jingga

(rubropunctatin dan monascorubrin) dan pigmen kuning

(monascoflavin dan ankaflavin) yang dihasilkan oleh M. purpureus.

E. Tujuan Penelitian

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengetahui perbedaan produksi pigmen merah, kuning dan jingga pada beberapa konsentrasi inokulum M. purpureus (0%,5%,10%, dan 15% v/b) dengan substrat tepung biji durian.

2. Mengetahui konsentrasi inokulum M. purpureus yang optimum untuk menghasilkan pigmen merah, kuning dan jingga.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Menghasilkan produk angkak dengan substrat biji durian.

2. Mengupayakan pemanfaatan limbah produksi olahan biji durian untuk dijadikan bahan lain yang lebih bermanfaat serta bernilai jual tinggi.

G. Asumsi

1. Salah satu faktor yang mempengaruhi produktivitas M. purpureus

adalah konsentrasi inokulum (Bum-Kyu Lee, 2002 ; Timotius, 2004).

2. Monascus purpureus memproduksi pigmen merah yang bisa

digunakan sebagai pewarna makanan (Babitha et al., 2007)

3. Monascus purpureus diketahui menghasilkan tiga kelompok molekul pigmen, yaitu pigmen kuning, pigmen jingga dan pigmen merah (Pattangul et al., 2007).


(15)

5

H. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

Perbedaan konsentrasi inokulum M. purpureus berpengaruh terhadap produksi pigmen yang dihasilkan pada M. purpureus pada substrat tepung biji durian.


(16)

21

Hayatun Nufus, 2013

BAB III

METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah jenis penelitian eksperimen. Termasuk jenis penelitian ekperimen karena observasi di bawah kondisi buatan (artificial condition), dan kondisi tersebut dibuat dan diatur. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan manipulasi objek penelitian serta adanya kontrol sebagai perbandingan dalam eksperimen (Nazir, 2003:63)

Objek dalam penelitian ini adalah produksi pigmen yang dihasilkan oleh M. purpureus yang dinyatakan dalam satuan Unit Absorbansi per gram substrat. Kontrol dalam penelitian ini yaitu substrat tepung biji durian yang tidak diberikan inokulum spora M. purpureus.

B. Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain Rancangan Acak lengkap (RAL). Pada penelitian terdapat tiga variabel penelitian yaitu variabel bebas, variabel terikat dan variabel kontrol. Variabel bebasnya yaitu konsentrasi inokulum spora M. purpureus. Sedangkan variabel terikatnya yaitu produksi pigmen M. purpureus. Kemudian untuk variabel kontrolnya adalah Jenis substrat, jenis organisme yang digunakan, pH substrat, waktu dan suhu inkubasi.

Penelitian ini terdiri dari 4 perlakuan yaitu inokulum spora M. purpureusdengan konsentrasi 0%, 5%, 10%, 15%. Setiap perlakuan akan dilakukan pengulangan dengan mengikuti rumus (t) (r) – 1 ≥ 20 (Gomez, 1995). Dimana t adalah perlakuan (treatment), sedangkan r adalah pengulangan (replication).


(17)

22

Dengan demikian: (t) (r − 1) ≥ 20 (4) (r − 1) ≥ 20 (r − 1) ≥ 5 r ≥ 6

Berdasarkan perhitungan di atas, maka banyaknya pengulangan yang harus dilakukan adalah minimal enam kali. Maka terdapat 24 unit percobaan. 24 unit percobaan ini diletakkan secara acak, mengikuti aturan bilangan acak yang diperoleh dengan menggunakan pengocokan secara manual.Unit percobaan disusun seperti Tabel 3.1 dan untuk penempatan botol dalam inkubator tersaji dalam Gambar 3.1.

Tabel 3.1. Desain Rancangan Acak Lengkap

91 66 65 9 162 158 105 24 114 112 17 42 31 142 23 150 85 133 27 40 100 68 161 73 52 14 16 8 156 34 26 144 90 148 94 97 13 87 54 25 145 55 113 67 77 63 15 82 110 81 12 20 125 19 123 10 152 136 107 39 121 32 28 1 137 62 108 56 69 99 57 102

72 38 45 103 129 11 134 92 79 75 126 61 50 109 118 37 60 166 131 143 30 153 78 95 43 5 80 46 146 111 44 155 104 76 70 164 117 151 93 101 89 98 160 124 84 21 159 140 53 147 106 59 128 4 7 127 29 41 83 48

2 139 88 74 33 132 122 115 138 71 119 49 141 22 6 58 130 47 154 3 51 36 167 120 135 35 151 168 165 116 86 149 96 18 163 64


(18)

23

Hayatun Nufus, 2013

Keterangan:

1. Konsentrasi inokulum 0% 2. Konsentrasi inokulum 5%

a. Hari ke 1: botol nomor 1-6 a. Hari ke 1: botol nomor 43-48 b. Hari ke 3 : botol nomor 7-12 b. Hari ke 3: botol nomor 49-54 c. Hari ke 5 : botol nomor 13-18 c. Hari ke 5: botol nomor 55-60 d. Hari ke 7 : botol nomor 19-24 d. Hari ke 7: botol nomor 61-66 e. Hari ke 9 : botol nomor 25-30 e. Hari ke 9: botol nomor 67-72 f. Hari ke 11: botol nomor 31-36 f. Hari ke 11:botol nomor 73-78 g. Hari ke 13: botol nomor 37-42 g. Hari ke 13: botol nomor 79-84

3. Konsentrasi inokulum 10% 4. Konsentrasi inokulum 15%

a. Hari ke 1: botol nomor 85-90 a. Hari ke 1 : botol nomor 127-132 b. Hari ke 3: botol nomor 91-96 b. Hari ke 3 : botol nomor 133-138 c. Hari ke 5: botol nomor 97-102 c. Hari ke 5 : botol nomor 139-144 d. Hari ke 7: botol nomor 103-108 d. Hari ke 7 : botol nomor 145-150 e. Hari ke 9: botol nomor 109-114 e. Hari ke 9 : botol nomor 151-156 f. Hari ke 11: botol nomor 115-120 f. Hari ke 11 : botol nomor 157-162 g. Hari ke 13: botol nomor 121-126 g. Hari ke 13 : botol nomor 163-168


(19)

24

Gambar 3.1 Penempatan botol fermentasi (Sumber: Dokumentasi Pribadi )

C. Populasi dan Sampel

Populasi : Seluruh substrat tepung biji durian yang berada dalam botol fermentor.

Sampel : 1 gram substrat tepung biji durian yang diambil dari botol fermentor untuk pengukuran produksi pigmen M. purpureus.

D. Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada bulan Februari 2013 sampai dengan bulan Juli 2013.Serta dilakukan di Laboratorium Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI.


(20)

25

Hayatun Nufus, 2013

E. Alat dan Bahan

Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Alat

Tabel 3.2 Alat Penelitian

No. Alat Spesifikasi Jumlah

1. Autoclave HL36AE 1 unit 2. Jarum inokulasi 3 unit 3. Tabung reaksi Pyrex 10 unit 4. Timbangan digital PT25.221.03.018BF 1 unit 5. Gelas ukur Pyrex, 250 mL 3 unit 6. Vorteks homogenizer PT25.221.03.044BM 1 unit 7. Shaker bath PT25.2221.03004 BM 1 unit 8. Spektrofotometer

PT25-221-03021BF(2/2)

1 unit

9. Alumunium foil 1 pack 10. Plastik tahan panas Ukuran ½ kg 40 lembar 11. Karet gelang 200 unit 13. pH indikator 50 lembar 14. Kain sumbat 60 unit 15. Haemocytometer 1 unit

16. Inkubator 1 unit

17. Erlenmayer Pyrex 500 mL 20 unit 18. Erlenmayer Pyrex 100 mL 25 unit 19. Termometer 0-100˚C 2 unit 20. Wadah plastik 168 unit 21. Mikroskop Listrik Shimadzu BI-71-16126 1 unit


(21)

26

22. Spatula 4 unit

23. Pembakar spirtus 1 unit

24. Korek api 1 kotak

25. Batang pengaduk 1 unit 26. Botol gelas ukuran 1 L 1 unit 27. Papan miring 1 unit 28. Hot plate & magnetic

stireer

PT25.221.03.023 BM (1/2)

1 unit

29. Oven 1 unit

30. Loyang 1 unit

31. Pisau 1 unit

2. Bahan

No. Bahan Spesifikasi Jumlah

1. Monascus purpureus Kapang 18 isolat

2. Tepung biji durian Serbuk 1680 gram 4. Medium PDA Serbuk 10,4 gram 5. Ethanol 95% Cairan 840 mL 6. Aquades steril Cairan 500 mL 7. KH2PO4 Serbuk 2 gram

8. NH4NO3 Serbuk 5 gram

9. NaCl Serbuk 1 gram

10. MgSO47H2O Serbuk 1 gram


(22)

27

Hayatun Nufus, 2013

F. Prosedur Kerja 1. Tahap Persiapan

a. Pembuatan Medium PDA

Medium yang digunakan untuk menumbuhkan M. purpureusadalah PDA (Potato Dekstrose Agar). Medium dibuat dengan mencampurkan serbuk PDA dengan aquades dengan takaran tertentu. Standar pembuatannya yaitu untuk 1 liter medium PDA, dibutuhkan 39 gram serbuk PDA.Setelah dicampurkan dengan aquades dan diaduk hingga homogen, medium dipanaskan di hot plate dan magnetic stirer hingga mendidih.

b. Sterilisasi

Mempersiapkan alat dan bahan yang diperlukan. Semuanya disterilkan di autoclave pada suhu 1210C selama 15 menit. Setelah selesai, semua alat dan bahan disimpan di tempat yang aman. Alat-alat yang tidak tahan panas disterilkan dengan menggunakan alkohol.

2. Tahap Pra Penelitian

a. Identifikasi Monascus purpureus

Isolat kapang M. purpureus yang diperoleh dari Laboratorium Mikrobiologi ITB selanjutnya dibiakan dalam medium kultur PDA di laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi FPMIPA UPI. Penyimpanan dilakukan di suhu ruang.

Identifikasi M. purpureus dilakuakan melalui pengamatan morfologi secara makroskopis dan mikroskopis. Pengamatan makroskopis dilakuakan dengan mengawati warna miselia dan bentuk koloni M. purpureus. Sedangkan pengamatan mikroskopis dilakukan dengan pembuatan slide culture lalu mengamati bentuk spora, hifa, kleistotesia dan aleurokonidia M. purpureus di bawah


(23)

28

mikroskopdengan perbesaran 400x. Identifikasi mengacu pada Chairoite et al. (2008) dan Pattangul et al. (2007).

b. Pemeliharaan dan Perbanyakan Monascus purpureus

Stok biakan disimpan pada suhu 40C. Sedangkan kapang yang digunakan untuk penelitian dikultur pada inkubator suhu 30-310C. Berikut kultur M. purpureus yang dibiakan dalam tabung reaksi yang disajikan pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Monascus purpureus Usia Kultur Enam Hari pada Tabung Reaksi

(Sumber: Dokumentasi Pribadi )

c. Pembuatan Kurva Produksi Spora Monascus purpureus

Pembuatan kurva produksi spora M. purpureus bertujuan untuk mengetahui jumlah spora yang diproduksi oleh M. purpureus.

Adapun cara yang dilakukan yaitu dengan mengambil koloni M. Purpureus yang tumbuh di cawan Petri menggunakan pelubang gabus berdiameter 0,6 mm. Potongan miselium M. Purpureus dari koloni yang tumbuh pada cawan Petri ini kemudian diinokulasikan


(24)

29

Hayatun Nufus, 2013

pada medium PDA miring dalam tabung reaksi dan diinkubasi pada suhu 30-31oC. Jumlah spora diamati setiapa hari dengan cara memasukkan 9 ml aquades ke dalam PDA miring (Tim QC APH golongan jamur, 2009). Melepaskan spora dengan cara mengeruk secara perlahan suspensi spora dengan menggunakan jarum ose sampel dihomogenkan dengan vortex dan dipindahkan ke dalam tabung reaksi kosong, kemudian diteteskan satu tetes pada bidang hitung haemocytometer, lalu menutupnya dengan gelas penutup, Selanjutnya menghitung spora M. Purpureus di bawah mikroskop. Kemudian dengan perbesaran 400x, hingga didapatkan bidang hitung pada haemocytometer.Spora yang dihitung hanya yang terletak pada kotak hitung (1 + 2 + 3 + 4 + 5) dengan perbesaran 400x. penghitungan spora hanya di daerah bertanda kotak seperti yang tersaji dalam Gambar 3.3.

Gambar 3.3 Haemocytometer

(Sumber: http://toolboxes.flexiblelearning.net.au/)

Dalam daerah yang diberi tanda kotak itu, terdapat 25 persegi seperti Gambar 3.4.dari ke-25 persegi itu, dipilih lima kotak saja untuk dijadikan tempat menghitung spora, yaitu kotak 1, 2, 3, 4, 5.


(25)

30

Gambar 3.4 Kotak Penghitungan Spora M. purpureus

(Sumber: Henderson, 2010)

Setiap kotak 1, 2, 3, 4, 5 memiliki empat kotak kecil. Perhitungan spora mengikuti aturan seperti yang dijelaskan dalam Gambar 3.5.

Gambar 3.5 Alur Penghitungan Spora M. purpureus

(Sumber: http://b110-wiki.dkfz.de/)

Setelah didapatkan jumlah spora M. Purpureus pada kotak hitung 1, 2, 3, 4 dan 5, lalu dihitung jumlah spora/ml pada bidang hitung dengan rumus sebagai berikut:


(26)

31

Hayatun Nufus, 2013

(mm2) t mm dx 103

Keterangan: S: Jumlah spora/ml

X: Jumlah spora yang dihitung (1 + 2 + 3 + 4 + 5) L: Luas kotak hitung (0,04 x 5 = 0,2 mm2)

t: Kedalaman bidang hitung (0,1 mm) d: Faktor pengenceran

103: Volume suspense yang diambil (1 ml = 103 mm3) (Sumber: Modifikasi dari Tim QC APH Golongan jamur)

d. Persiapan Tepung Biji Durian Sebagai Subtrat

Biji durian yang digunakan dalam penelitian ini adalah biji durian yang berasar dari durian lokal dengan jenis perwira yang diperoleh dari penjual durian di daerah Sinampeul Majalengka, Jawa Barat.Seperti yang tersaji dalam Gambar 3.6.

Gambar 3.6 Biji dan Buah Durian Jenis Perwira (Sumber: Dokumentasi Pribadi )

Biji durian dicuci, kemudian merebusnya selama 10 menit dalam air mendidih, ditiriskan, selanjutnya kulit biji durian dikupas. Memotong biji durian dengan ketebalan 1 cm (Srianta, 2012). Selanjutnya ditaburi dengan garam untuk menghilangkan lendir, dicampurkan, selanjutnya diaduk-aduk dibawah air mengalir sampai mengeluarkan busa, kemudian mencuci potongan biji durian dengan air mengalir sampai lendir berkurang dan


(27)

32

ditiriskan, mengoven sampai kering. Menghaluskan hasil pengeringan dengan mesin penggiling dan mengayaknya hingga diperoleh tepung biji durian. Seperti yang tersaji dalam gambar 3.7.

Gambar 3.7 Tepung Biji Durian (Sumber: Dokumentasi Pribadi)

e. Persiapan Medium Fermentasi

Substrat yang digunakan sebanyak 10 gram tepung biji durian. Kemudian dimasukan ke dalam botol fermentasi.kemudian diautoklaf pada 1210C selama 15 menit. Lalu didinginkan sampai suhu kamar.Kemudian ditambahkan 4 ml larutan nutrisi yang mengandung (dalam gr/L): 2 g KH2PO4, 5 gr NH4NO3, 1 gr NaCl,

dan 1 gr MgSO4.7H2O. dilarutkan dengan aquades, ditambahkan

ke dalam subkultur lalu kelembaban substrat ini diatur hingga di mencapai 65% dengan menambahkan sejumlah aquades dan tingkat keasaman sebesar pH 6,5. Setelah semua proses telah selesai lalu botol fermentasi tersebut di tutup dengan alumunium foil. Kemudian di autoclave pada 1210C selama 20 menit dan dinginkan sampai suhu kamar (Babitha et al., 2007)


(28)

33

Hayatun Nufus, 2013

f. Persiapan Inokulum Spora Monascus purpureus

Inokulum spora M. purpureus dibuat dengan cara mengikis koloni M. purpureusdari permukaan PDA yang berusia 6 hari dengan menggunakan 10 ml aquades steril. Kegiatan ini dilakukan secara aseptik. Lalu suspensi spora yang telah dibuat kemudian divorteks hingga homogen dan dihitung jumlah sporanya menggunakan haemocytometer. Untuk mendapatkan banyaknya suspensi spora yang diinokulasikan maka digunakan rumus sebagai berikut.

Keterangan :

x

: Banyaknya suspensi spora yang digunakan n : Konsentrasi yang digunakan

10 : 10 gram substrat yang digunakan

Untuk konsentrasi inokulum 0% substrat tepung biji durian tidak diinokulasikan dengan suspensi spora M. purpureus. Untuk konsentrasi 5% (v/b), substrat tepung biji durian sebanyak 10 gram diinokulasikan dengan 0,5 ml suspensi spora. Untuk konsentrasi 10% (v/b), substrat tepung biji durian sebanyak 10 gram diinokulasikan dengan 1 ml suspensi spora. Kemudian untuk konsentrasi 15% (v/b), substrat tepung biji durian sebanyak 10 gram diinokulasikan dengan 1,5 ml suspensi spora (Babitha, 2007).

g. Analisis Kandungan Amilum, Protein Tepung Biji Durian Verietas Sinampeul

Analisis kandungan amilum (pati) dilakukan di Laboratorium Teknologi Industri Pangan UNPAD dengan menggunakan metode


(29)

34

tepung biji durian dilakukan di Laboratorium Teknologi Pangan UNPAS dengan menggunakan metode Kjeldahl.

3. Tahap Penelitian

a. Fermentasi Substrat dengan Kapang Monascus purpureus

Medium fermentasi yang telah disterilkan tadi dibiarkan hingga suhunya turun hingga ke suhu ruangan. Lalu diinokulasikan dengan suspensi spora kapang M. Purpureus yang jumlah sporanya 106 spora/mL dengan konsentrasi inokulum yang terdiri dari 0%, 5%, 10%, 15% (v/b). Botol fermentasi ditutup dengan alumunium foil steril agar tidak terjadi kontaminasi. Fermentasi akan dilakukan pada suhu 30-32˚C selama 14 hari dalam kondisi statis (Carvalho,2007).

b. Sampling Pengambilan Substrat

Sampling pengambilan substrat tepung biji durian yang telah difermentasi oleh Monascus purpureus diambil mulai hari ke-1 hingga hari ke-14 (Carvalho,2007).

c. Penghitungan Absorbansi Pigmen M. purpureus

Penghitungan asorbansi pigmen merah dilakukan dengan cara mengambil 1 gram sampel yang telah difermentasi dan dikeringkan. Lalu ditambahkan dengan 5 ml ethanol 90%, lalu dishaker dengan kecepatan 200 rpm selama 1 jam. Setelah itu, pisahkan larutan hasil campuran ethanol dan sampel dengan memasukannya ke dalam tabung 1,5 ml, kemudian disentrifuge selama 15 menit dengan kecepatan 10.000 rpm. Supernatan lalu dimasukkan ke dalam tabung cuvet dan diukur dengan menggunakan alat spektrofotometer pada panjang gelombang 500 nm (pigmen merah), 400 nm (pigmen kuning) dan 470 nm (pigmen


(30)

35

Hayatun Nufus, 2013

jingga). Spektrofotometer terlebih dahulu dikalibrasi menggunakan ethanol 95% sebagai blanko (Pattanagul, 2007).

d. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian ini berupa nilai absorbansi pigmen M. purpureus pada panjang gelombang 500 nm (pigmen merah), 400 nm (pigmen kuning) dan 470 nm (pigmen jingga). Data yang diperoleh dianalisis menggunakan program SPSS versi 16.0 for window. Setelah dilakukan uji normalitas ( Skewness-Kurtosis) dan homogenitas (Levene test), didapatkan hasil bahwa data produksi pigmen M. purpureus pada angkak tepung biji durian berdistribusi normal tetapi tidak homogen, oleh karena itu dilakukan analisis data secara non-parametrik menggunakan uji


(31)

36

G. Alur Penelitian

Alur penelitian yang dilakukan yaitu sebagai berikut:

Gambar 3.8 Diagram alir penelitian

Tahap Persiapan

a. Pembuatan medium PDA b. Sterilisasi

Tahap Pra Penelitian

a. Identifikasi Monascus purpureus

b. Pemeliharaan dan perbanyakan Monascus purpureus

c. Pembuatan kurva produksi spora Monascus purpureus

d. Persiapan tepung biji durian sebagai substrat e. Persiapan medium fermentasi

f. Persiapan inokulum spora Monascus purpureus

Tahap Penelitian

a. Fermentasi substrat dengan kapang Monascus purpureus

b. Penghitungan absorbansi pigmen Monascus purpureus

Analisis Data dan Penarikan Kesimpulan


(32)

54

Hayatun Nufus, 2013

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, perbedaan konsentrasi inokulum spora

Monascus purpureus untuk produksi pigmen merah dan jingga M.

purpureus tidak berpengaruh signifikan, sedangkan untuk perbedaan konsentrasi inokulum spora M. purpureus berpengaruh signifikan terhadap produksi pigmen kuning M. purpureus pada substrat tepung biji durian. Semakin meningkat konsentrasi inokulum spora M. purpureus maka semakin meningkat pula produksi pigmen M. purpureus pada substrat tepung biji durian, tetapi tidak selamanya demikian, karena M. purpureus

memiliki konsentrasi inokulum optimum untuk tumbuh dan memproduksi pigmen merah, kuning, jingga.

Konsentrasi inokulum M. purpureus paling optimum untuk produksi pigmen merah M. purpureus pada substrat tepung biji durian adalah pada konsentrasi inokulum 10%, sedangkan konsentrasi inokulum M. purpureus

paling optimum untuk produksi pigmen jingga adalah pada konsentrasi 5% dan konsentrasi inokulum M. purpureus paling optimum untuk produksi pigmen kuning adalah 15%.

B. Saran

Untuk penelitian yang sama dengan hasil yang lebih baik di masa yang akan datang, sebaiknya diharapkan pigmen M. purpureus bisa diekstrak menjadi produk murni. Selain itu pula diperlukannya pengujian kandungan amilopektin yang terdapat dalam tepung biji durian sehingga dapat meningkatkan produksi pigmen M. purpureus.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Haemocytometer. [online]. Tersedia:http://toolboxes.flexiblelearning.net.au/demosites/series4/412/lab oratory/studynotes/SNHaemo.htm [22 September 2013].

Anonim. (2103). Caunting Cell with Haemoctometer. [online]. Tersedia:

http://b110-wiki.dkfz.de/signaling/wiki/display/rnaiwiki/Counting+cells+with+haemo cytometer+(Neubauer+chamber [22 September 2013].

Afif, Muhammad. (2007). Pembuatan Jenang dengan Tepung Biji Durian (Durio zibethinus Murr). Universitas Negeri Semarang.

Astawan, M., (2006). Angkak turunkan kolesterol. Rabu, 23 Januari 2008 | 22:23 WIB, h_p://www.kompas.com/read/xml/2008/01/23/22230124/, download 23 Januari 2008.

Ayu, E. D. (2010). Karakteristik Kimia dan Sensori Tempe dengan Variasi Bahan Baku Kedelai/Beras dan Penambahan Angkak serta Variasi Lama Fermentasi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Babitha, S., Soccol, C.R. and Pandey, A. (2007). Solid-state fermentation for the

production of Monascus pigments from jackfruit seed. Bioresource Technology 98(8): 1554-1560.

Blanc PJ. (1994). Pigments of Monascus. J Food Sci 59:862-865.

Blanc P.J., Loret M.O., and Goma G., (1995). Production of citrinin by various species of Monascus, Biotech Letters., 17(3): 291-294.

Bum-Kyu Lee, Hai Yan Pio and J.Wook. (2002). Production of Red Pigmen by solid-state culture. Biotechnol. Bioprocess Eng.University, Yongin 447-728. Korea.

Brown. Michael J. (1997). Durio - A Bibliographic Review (R.K. Arora, V. Ramanatha Rao and A.N. Rao, Editors). IPGRI office for South Asia, New Delhi.

Carels M, Shepherd. (1977). The Effect of Different Nitrogen Sources on Pigment Production and Sporulation of Monascuspurpureus with regard to Quality and Quantity.J FoodSci. 45:567-569.


(34)

56

Hayatun Nufus, 2013

Carvalho, J.C., Oishi, B.O., Woiciechowski, A.L., Pandey, A., Babitha, S. and Soccol, C.R. (2007). Effect of substrates on the production of Monascus biopigments by solid-state fermentation and pigment extraction using different solvents. Indian Journal of Biotechnology 6: 194-199.

Chairote, Em-on., Griangsak., Hataichanok., Saisamorn. (2008). The presence and the content of Monacolins in Red Yeast rice prepared from Thai glutinous rice. World J Microbiol Biotechnol 24:3039–3047

Chen MH, Johns MR. (1993). Effect of pH and Nitrogen Source on Pigment Production by Monascus purpureus. Applied Microbiology and Biotechnology Journal. 40:132-138.

Djaeni, M.A. Prasetyaningrum. (2010). Kelayakan Biji Durian Sebagai Bahan Pangan Alternatif : Aspek Nutrisi Dan Tekno Ekonomi. Riptek, Vol.4, No.I1, Tahun 2010, Hal.: 37 – 45. Semarang.

Elfrandho,Edo.(2011). Mikroorganisme Yang Berperan Dalam Pembuatan Angka k. Agriwacana. Jakarta.

Fardiaz. S. (1989). Analisis Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Fardiaz, S., D.B. Fauzi, dan F. Zakaria. (1996). Toksisitas dan imunogenisitas pigmen angkak yang diproduksi dari kapang Monascus purpureus pada substrat limbah cair tapioka. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 1 (2): 34-38.

Gomez, AA dan Kwanchai A. Gomez. (1995). Prosedur Statistik untuk Pnelitian Pertanian (Edisi Kedua), Terjemahan Endang Sjamsuddin dan Justika S. Baharsjah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Hajjaj H., Blanc P. J., Groussac E., Goma G., Uribelarrea J. L., and Loubiere P. (1999b), Improvement ofred pigments/citrinin production ratio as a function of environmental conditions by Monascus ruber. Bio-technol. Bioeng. 64, 497-501.

Hawksworth, D.L.,.Pitt, J. (1983). A New Taxonomy for Monascus Species based on Cultural and Microscopical Characters. Aust.J. Bot,. 31,51-61.

Henderson, Janice. (2010). THE NEUBAUER IMPROVED HAEMOCYTOMETER 1. [online]. Tersedia:

http://www.kirkhousetrust.org/Docs/28-29_neubauer_improved_haemocytometer.pdf. Diakses [10 September 2013].


(35)

57

Hesseltine, C., (1965). A millennium of fungi, food and fermentation. Mycologia 57, 149–197.

Ingold, CT.(1984). The Biology of Fungi. 5thed.London:Hutchinson.

Johns MR, Stuart DM. (1991). Production of Pigments by Monascus purpureus in Solid Culture. J. Ind. Microbiol. 8(1): 23-28.

Juzlova, P., Martinkova.,Kren,V. (1996). Secondary Metabolites of The Fungus

Monascus purpureus: a Review. Journal of Industrial Mikrobiology 16, 163-170.

Li C, Zhu Y, Wang Y, Zhu, J., Chang, J. & Kritchevsky, D.. (1998) Monascus purpureus fermented rice (red yeast rice): A natural food product that lowers blood cholesterol in animal models of hypercholesterolemia. Nutr Res 1998;18:71-81.

Lin, T.F., 1973. Isolation and Culture Conditions of Monascus sp for the Production of Pigment in a Submerged Culture. Journal of fermentation Technology 51: 136-142.

Maimun, Mochamad Sobich. (2010). Pigmen Angkak Merah yang Menyehatkan

.http://sobichmaimun.blogspot.com/.Diakses pada tanggal 16 Desember 2012. Manuel. (2012). Monascus purpureus. [online]. Tersedia:

http://curiosidadesdelamicrobiologia.blogspot.com/2012/05/monascus-purpureus-lovastatina-y-arroz.html [21 September 2013].

Maulana, asep. (2013). Durian Perwira. [online]. Tersedia: http://mekarsitrun.com/durian-perwira/ [21 September 2013]

Mitrajanty K. D., (1994). Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia Terhadap Mutu Pigmen Angkak Serta Stabilitasnya Selama penyimpanan Dalam Beberapa Jenis Kemasan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Palo, M.A. (1960). A study on angkak and its production. The Philippines Journal of Science 89: 1-22.

Pattanagul, P., Pimthong, R., Phianmongkhol, A., dan Leksawasdi, N. (2007). Review of Angkak (Monascus purpureus). Dalam Journal Science Chiang Mai [online], Vol. 34, No. 3, hal. 319-328. Tersedia : http://www.science.cmu.ac.th/journalscience/343_7_ReviewPatcha.pdf


(36)

58

Hayatun Nufus, 2013

Phelps, R.A., Shenstone, F.S., Kemmerer,A.R., and Evans,R.J. (1965). A Review of Cyclopropenoid Compounds:biological effects of some derivaties. Poultr. Sci. 44:358.

Pitt, J,I.,dan Hocking, A.D. (2009). Fungi and Food Spollage. Third Edition. New York: Springer.

Purba, Elida, (2009), “Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi Jalar (Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan

Acid Fungal Amilase dan Glukoamilase”, Universitas Lampung,

Lampung.

Purwanto, Agus. (2011). Produksi Angkak Oleh Monascus purpureus dengan Menggunakan Beberapa Varietas Padi yang Berbeda Tingkat Kepulenannya. Widya Warta No. 01 Tahun XXXV / Januari 2011. ISSN 0854-1981

Risnoyatiningsih, Sri. (2011). Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia Vol.5, N0.2, April 2011.

Rukmana, Rahmat. (2001). Durian Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

Santoso, G.S.B. (1985). Produksi pewarna alami angkak dengan media fermentasi beras sosoh. Media Teknologi dan Pangan 11 (2): 34-38.

Srianta. (2012). Study on durian seed as a new substrate for angkak production. International Food Research Journal 19 (3): 941-945.

Subhadrabandhu, S., J.M.P. Schneemann and E.W.M Verheij. (1991). Durio zibethinus Murray. dalam Veheiij, E.W.M., dan R.E. Coronel, R.E. (eds), Plant Resources of South-east Asia. No. 2, Edible Fruits and Nuts, PUDOC, Wageningen, pp. 157-161

Sugiono. (2011). Pengaruh Variasi Kadar Amilum Biji Durian (Durio Zibethinus,

Murr) Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Tablet Parasetamol. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2. Suwanto A. (1985). Produksi Angkak sebagai Zat Pewarna Makanan. Media

Teknoldan Pangan 1(2):8-14.

Steinkrauus KH. (1983). Handbook of Indigenous Fermented Foods. New York. Marcel Dekker.


(37)

59

Tim QC APH Golongan Jamur. (2009). Modul Quality Control (QC) APH

Golongan Jamur. Surabaya: Balai Besar Pembenihan dan proteksi

Tanamna Perkebunan (BPPTP).

Timotius. (2004). Produksi Pigmen Angkak oleh Monascus. Dalam Jurnal Teknologi dan Industri Pangan [online]. Vol.15, No.1, hal.79-86. Tersedia: http://journal.ipb.ac.id/handle/123456789/29844.

Untung, Onny. (2008). Durian Untuk Kebun Komersial dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yongsmith, B., (1999). Fermentative microbiology of vitamins and pigments, 1st Edn., Kasetsart University Press, Bangkok.

Wattimena, J. (Eds) (1994). Mikrobiologi Umum (Edisi Enam). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Went, F. A. F. C. (1895). Monascus purpureus, le champignon de l'ang-quac. Une nouvelle Thelebolee. Ann. Sci. Nut., Bot., Ser. 8, 1, 1-18.

Winarno dan S. Fardiaz. (1993).Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Bogor: Angkasa Bandung.

Winarti, Sri dan Yudi Purnomo. (2006). Olahan Biji Buah. Trubus Agrisarana, Surabaya.

Wong, H.-C, and Chien, C.-Y. (1986). Ultrastuctural studies of the conidial anamorphs of Monascus. Mycologia. 78 (4) : 593-599.

Wong HC and Koehler P (1981) Production and isolation of an antibiotic from Monascus purpureus and its relationship to pigment production. J. Food Sci., 46: 589-592.


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data, perbedaan konsentrasi inokulum spora Monascus purpureus untuk produksi pigmen merah dan jingga M. purpureus tidak berpengaruh signifikan, sedangkan untuk perbedaan konsentrasi inokulum spora M. purpureus berpengaruh signifikan terhadap produksi pigmen kuning M. purpureus pada substrat tepung biji durian. Semakin meningkat konsentrasi inokulum spora M. purpureus maka semakin meningkat pula produksi pigmen M. purpureus pada substrat tepung biji durian, tetapi tidak selamanya demikian, karena M. purpureus memiliki konsentrasi inokulum optimum untuk tumbuh dan memproduksi pigmen merah, kuning, jingga.

Konsentrasi inokulum M. purpureus paling optimum untuk produksi pigmen merah M. purpureus pada substrat tepung biji durian adalah pada konsentrasi inokulum 10%, sedangkan konsentrasi inokulum M. purpureus paling optimum untuk produksi pigmen jingga adalah pada konsentrasi 5% dan konsentrasi inokulum M. purpureus paling optimum untuk produksi pigmen kuning adalah 15%.

B. Saran

Untuk penelitian yang sama dengan hasil yang lebih baik di masa yang akan datang, sebaiknya diharapkan pigmen M. purpureus bisa diekstrak menjadi produk murni. Selain itu pula diperlukannya pengujian kandungan amilopektin yang terdapat dalam tepung biji durian sehingga dapat meningkatkan produksi pigmen M. purpureus.


(2)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. (2013). Haemocytometer. [online].

Tersedia:http://toolboxes.flexiblelearning.net.au/demosites/series4/412/lab oratory/studynotes/SNHaemo.htm [22 September 2013].

Anonim. (2103). Caunting Cell with Haemoctometer. [online]. Tersedia:

http://b110-wiki.dkfz.de/signaling/wiki/display/rnaiwiki/Counting+cells+with+haemo cytometer+(Neubauer+chamber [22 September 2013].

Afif, Muhammad. (2007). Pembuatan Jenang dengan Tepung Biji Durian (Durio zibethinus Murr). Universitas Negeri Semarang.

Astawan, M., (2006). Angkak turunkan kolesterol. Rabu, 23 Januari 2008 | 22:23 WIB, h_p://www.kompas.com/read/xml/2008/01/23/22230124/, download 23 Januari 2008.

Ayu, E. D. (2010). Karakteristik Kimia dan Sensori Tempe dengan Variasi Bahan Baku Kedelai/Beras dan Penambahan Angkak serta Variasi Lama Fermentasi. Fakultas Pertanian. Universitas Sebelas Maret. Surakarta Babitha, S., Soccol, C.R. and Pandey, A. (2007). Solid-state fermentation for the

production of Monascus pigments from jackfruit seed. Bioresource Technology 98(8): 1554-1560.

Blanc PJ. (1994). Pigments of Monascus. J Food Sci 59:862-865.

Blanc P.J., Loret M.O., and Goma G., (1995). Production of citrinin by various species of Monascus, Biotech Letters., 17(3): 291-294.

Bum-Kyu Lee, Hai Yan Pio and J.Wook. (2002). Production of Red Pigmen by solid-state culture. Biotechnol. Bioprocess Eng.University, Yongin 447-728. Korea.

Brown. Michael J. (1997). Durio - A Bibliographic Review (R.K. Arora, V. Ramanatha Rao and A.N. Rao, Editors). IPGRI office for South Asia, New Delhi.

Carels M, Shepherd. (1977). The Effect of Different Nitrogen Sources on Pigment Production and Sporulation of Monascus purpureus with regard to Quality and Quantity.J FoodSci. 45:567-569.


(3)

56

Carvalho, J.C., Oishi, B.O., Woiciechowski, A.L., Pandey, A., Babitha, S. and Soccol, C.R. (2007). Effect of substrates on the production of Monascus biopigments by solid-state fermentation and pigment extraction using different solvents. Indian Journal of Biotechnology 6: 194-199.

Chairote, Em-on., Griangsak., Hataichanok., Saisamorn. (2008). The presence and the content of Monacolins in Red Yeast rice prepared from Thai glutinous rice. World J Microbiol Biotechnol 24:3039–3047

Chen MH, Johns MR. (1993). Effect of pH and Nitrogen Source on Pigment Production by Monascus purpureus. Applied Microbiology and Biotechnology Journal. 40:132-138.

Djaeni, M.A. Prasetyaningrum. (2010). Kelayakan Biji Durian Sebagai Bahan Pangan Alternatif : Aspek Nutrisi Dan Tekno Ekonomi. Riptek, Vol.4, No.I1, Tahun 2010, Hal.: 37 – 45. Semarang.

Elfrandho,Edo.(2011). Mikroorganisme Yang Berperan Dalam Pembuatan Angka k. Agriwacana. Jakarta.

Fardiaz. S. (1989). Analisis Mikrobiologi Pangan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi IPB. Bogor.

Fardiaz, S., D.B. Fauzi, dan F. Zakaria. (1996). Toksisitas dan imunogenisitas pigmen angkak yang diproduksi dari kapang Monascus purpureus pada substrat limbah cair tapioka. Buletin Teknologi dan Industri Pangan 1 (2): 34-38.

Gomez, AA dan Kwanchai A. Gomez. (1995). Prosedur Statistik untuk Pnelitian Pertanian (Edisi Kedua), Terjemahan Endang Sjamsuddin dan Justika S. Baharsjah. Jakarta: Universitas Indonesia (UI-Press).

Hajjaj H., Blanc P. J., Groussac E., Goma G., Uribelarrea J. L., and Loubiere P. (1999b), Improvement ofred pigments/citrinin production ratio as a function of environmental conditions by Monascus ruber. Bio-technol. Bioeng. 64, 497-501.

Hawksworth, D.L.,.Pitt, J. (1983). A New Taxonomy for Monascus Species based on Cultural and Microscopical Characters. Aust.J. Bot,. 31,51-61.

Henderson, Janice. (2010). THE NEUBAUER IMPROVED

HAEMOCYTOMETER 1. [online]. Tersedia:

http://www.kirkhousetrust.org/Docs/28-29_neubauer_improved_haemocytometer.pdf. Diakses [10 September 2013].


(4)

Hesseltine, C., (1965). A millennium of fungi, food and fermentation. Mycologia 57, 149–197.

Ingold, CT.(1984). The Biology of Fungi. 5thed.London:Hutchinson.

Johns MR, Stuart DM. (1991). Production of Pigments by Monascus purpureus in Solid Culture. J. Ind. Microbiol. 8(1): 23-28.

Juzlova, P., Martinkova.,Kren,V. (1996). Secondary Metabolites of The Fungus Monascus purpureus: a Review. Journal of Industrial Mikrobiology 16, 163-170.

Li C, Zhu Y, Wang Y, Zhu, J., Chang, J. & Kritchevsky, D.. (1998) Monascus purpureus fermented rice (red yeast rice): A natural food product that lowers blood cholesterol in animal models of hypercholesterolemia. Nutr Res 1998;18:71-81.

Lin, T.F., 1973. Isolation and Culture Conditions of Monascus sp for the Production of Pigment in a Submerged Culture. Journal of fermentation Technology 51: 136-142.

Maimun, Mochamad Sobich. (2010). Pigmen Angkak Merah yang Menyehatkan .http://sobichmaimun.blogspot.com/.Diakses pada tanggal 16 Desember 2012. Manuel. (2012). Monascus purpureus. [online]. Tersedia:

http://curiosidadesdelamicrobiologia.blogspot.com/2012/05/monascus-purpureus-lovastatina-y-arroz.html [21 September 2013].

Maulana, asep. (2013). Durian Perwira. [online]. Tersedia: http://mekarsitrun.com/durian-perwira/ [21 September 2013]

Mitrajanty K. D., (1994). Pengaruh Faktor Fisik dan Kimia Terhadap Mutu Pigmen Angkak Serta Stabilitasnya Selama penyimpanan Dalam Beberapa Jenis Kemasan. Fakultas Teknologi Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Nazir, M. (2003). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia.

Palo, M.A. (1960). A study on angkak and its production. The Philippines Journal of Science 89: 1-22.

Pattanagul, P., Pimthong, R., Phianmongkhol, A., dan Leksawasdi, N. (2007). Review of Angkak (Monascus purpureus). Dalam Journal Science Chiang Mai [online], Vol. 34, No. 3, hal. 319-328. Tersedia : http://www.science.cmu.ac.th/journalscience/343_7_ReviewPatcha.pdf


(5)

58

Phelps, R.A., Shenstone, F.S., Kemmerer,A.R., and Evans,R.J. (1965). A Review of Cyclopropenoid Compounds: biological effects of some derivaties. Poultr. Sci. 44:358.

Pitt, J,I.,dan Hocking, A.D. (2009). Fungi and Food Spollage. Third Edition. New York: Springer.

Purba, Elida, (2009), “Hidrolisis Pati Ubi Kayu (Manihot Esculenta) dan Pati Ubi Jalar (Impomonea batatas) menjadi Glukosa secara Cold Process dengan Acid Fungal Amilase dan Glukoamilase”, Universitas Lampung, Lampung.

Purwanto, Agus. (2011). Produksi Angkak Oleh Monascus purpureus dengan Menggunakan Beberapa Varietas Padi yang Berbeda Tingkat Kepulenannya. Widya Warta No. 01 Tahun XXXV / Januari 2011. ISSN 0854-1981

Risnoyatiningsih, Sri. (2011). Hidrolisis Pati Ubi Jalar Kuning Menjadi Glukosa Secara Enzimatis. Jurnal Teknik Kimia Vol.5, N0.2, April 2011.

Rukmana, Rahmat. (2001). Durian Budidaya dan Pascapanen. Kanisius, Yogyakarta.

Santoso, G.S.B. (1985). Produksi pewarna alami angkak dengan media fermentasi beras sosoh. Media Teknologi dan Pangan 11 (2): 34-38.

Srianta. (2012). Study on durian seed as a new substrate for angkak production. International Food Research Journal 19 (3): 941-945.

Subhadrabandhu, S., J.M.P. Schneemann and E.W.M Verheij. (1991). Durio zibethinus Murray. dalam Veheiij, E.W.M., dan R.E. Coronel, R.E. (eds), Plant Resources of South-east Asia. No. 2, Edible Fruits and Nuts, PUDOC, Wageningen, pp. 157-161

Sugiono. (2011). Pengaruh Variasi Kadar Amilum Biji Durian (Durio Zibethinus, Murr) Sebagai Bahan Pengikat Terhadap Sifat Fisik Dan Kimia Tablet Parasetamol. Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi ke-2. Suwanto A. (1985). Produksi Angkak sebagai Zat Pewarna Makanan. Media

Teknol dan Pangan 1(2):8-14.

Steinkrauus KH. (1983). Handbook of Indigenous Fermented Foods. New York. Marcel Dekker.


(6)

Tim QC APH Golongan Jamur. (2009). Modul Quality Control (QC) APH

Golongan Jamur. Surabaya: Balai Besar Pembenihan dan proteksi

Tanamna Perkebunan (BPPTP).

Timotius. (2004). Produksi Pigmen Angkak oleh Monascus. Dalam Jurnal Teknologi dan Industri Pangan [online]. Vol.15, No.1, hal.79-86. Tersedia: http://journal.ipb.ac.id/handle/123456789/29844.

Untung, Onny. (2008). Durian Untuk Kebun Komersial dan Hobi. Penebar Swadaya. Jakarta.

Yongsmith, B., (1999). Fermentative microbiology of vitamins and pigments, 1st Edn., Kasetsart University Press, Bangkok.

Wattimena, J. (Eds) (1994). Mikrobiologi Umum (Edisi Enam). Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Went, F. A. F. C. (1895). Monascus purpureus, le champignon de l'ang-quac. Une nouvelle Thelebolee. Ann. Sci. Nut., Bot., Ser. 8, 1, 1-18.

Winarno dan S. Fardiaz. (1993).Biofermentasi dan Biosintesa Protein. Bogor: Angkasa Bandung.

Winarti, Sri dan Yudi Purnomo. (2006). Olahan Biji Buah. Trubus Agrisarana, Surabaya.

Wong, H.-C, and Chien, C.-Y. (1986). Ultrastuctural studies of the conidial anamorphs of Monascus. Mycologia. 78 (4) : 593-599.

Wong HC and Koehler P (1981) Production and isolation of an antibiotic from Monascus purpureus and its relationship to pigment production. J. Food Sci., 46: 589-592.