Studi kasus interaksi sosial terhadap lawan jenis pada perempuan dewasa dini dengan pola pengasuhan single parent (tanpa ayah) sejak masa kanak kanak

(1)

Studi Kasus Interaksi Sosial Terhadap Lawan

Jenis Pada Perempuan Dewasa Dini dengan Pola

Pengasuhan Single Parent (Tanpa Ayah) Sejak

Masa Kanak-kanak

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Disusun Oleh :

Handani Gito Imawan Danny – 02 9114 078

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2010


(2)

SKRIPSI SKRIPSI

Studi Kasus Interaksi Sosial Terhadap Lawan Jenis Pada

Perempuan Dewasa Dini Dengan Pola Pengasuhan Single Parent

(Tanpa Ayah) Sejak Masa Kanak-kanak

Studi Kasus Interaksi Sosial Terhadap Lawan Jenis Pada

Perempuan Dewasa Dini Dengan Pola Pengasuhan Single Parent

(Tanpa Ayah) Sejak Masa Kanak-kanak

Oleh Oleh

Handani Gito Imawan Danny Handani Gito Imawan Danny

NIM : 02 9114 078 NIM : 02 9114 078

Telah disetujui oleh : Telah disetujui oleh :

Pembimbing Pembimbing

DR. Christina Siwi Handayani, M.Si. Tanggal, 3 Mei 2010 DR. Christina Siwi Handayani, M.Si. Tanggal, 3 Mei 2010

ii ii


(3)

Studi Kasus Interaksi Sosial Terhadap Lawan Jenis Pada Perempuan Dewasa Dini Dengan Pola Pengasuhan Single Parent (Tanpa Ayah) Sejak

Masa Kanak-kanak

Handani Gito Imawan Danny NIM : 02 9114 078

Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji

pada tanggal dan dinyatakan memenuhi syarat

Susunan Panitia Penguji

Nama Lengkap Tanda Tangan

Ketua : DR. Christina Siwi Handayani, M.Si ……… Sekretaris : V. Didik Suryo H.,S.Psi., M.Si. ……… Anggota : P. Henrietta. PDADS.,S.Psi ………

Yogyakarta,

Fakultas Psikologi

iii

Universitas Sanata Dharma Dekan


(4)

Kupersembahkan karya ini untuk

Yesus Kristus Sang Raja, atas berkat, kasih dan bimbinganNya

Keluargaku dimana aku mendapatkan kasih, cinta, dan perhatian selama ini,

Ong Tjoe Giok, Go Siang Gwan, Go Liang Bing (Semmy Gita Imawan)

Seseorang yang selama ini menjadi inspirasi

dan pemegang keteguhan hatiku, Yenny Agapitasari

Semua teman dan semua orang yang selama ini telah memberikan dinamika

di dalam kehidupanku sampai terciptanya karya ini


(5)

I will praise thee; for I am fearfully and wonderfully made: marvelous

are thy works; and that my soul knoweth right well

Psalms 139:14

And we know that all things work together for good to them that love

God, to them who are the called according to his purpose.

Romans 8:28


(6)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini adalah asli, tidak memuat, menyadur atau merupakan plagiat dari karya orang lain, kecuali yang sudah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka sebagaimana

layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 Mei 2010 Penulis

Handani Gito Imawan Danny


(7)

Studi Kasus Interkasi Sosial Terhadap Lawan Jenis Pada Perempuan Dewasa Dini Dengan Pola Pengasuhan Single Parent (Tanpa Ayah) Sejak

Masa Kanak-kanak Handani Gito Imawan Danny

Abstrak

Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana interaksi sosial terhadap lawan jenis pada seorang wanita dewasa dini yang mengalami pola pengasuhan single parent (tanpa ayah) sejak masa kanak-kanak. Subjek penelitian adalah 1 (satu) orang informan, dimana semua informasi didapat peneliti langsung dari informan. Informan adalah wanita berusia 22 tahun yang ingin menikah tetapi saat ini belum memiliki pacar/berhubungan serius dengan pria. Penelitian ini menggunkan metode studi kasus dengan pengambilan data menggunakan wawancara, observasi dan catatan lapangan. Dari informasi yang didapat kemudian dilakukan verifikasi dengan member checking. Interpretasi yang digunakan adalah interpretasi langsung dimana peneliti langsung memberikan interpretasi atas informasi yang didapatnya. Dari hasil penelitian ini tampak bahwa informan adalah orang yang sangat dekat dengan ayahnya. Kedekatan ini kemudian menjadikan informan merasa sangat kehilangan ayahnya ketika ayahnya meninggal. Sejak ayahnya meninggal informan cenderung menjadi orang yang tertutup. Ketidakhadiran ayah memberi dampak dalam proses perkembangan informan. Dampak ketidakhadiran ayah membuat informan tidak mendapat dorongan untuk membangun hubungan dengan lawan jenis, cenderung tertutup dan enggan membangun hubungan dengan lawan jenis. Keengganan informan untuk membuka diri dan membangun hubungan dengan lawan jenis tampaknya juga dipengaruhi dengan perasaan kehilangan yang sangat ketika ayahnya meninggal dan perasaan dikecewakan ole mantan pacarnya. Faktor rohani membuat informan lebih bisa menerima diri dan kenyataan bahwa ayahnya telah meninggal dan melihat hubungan dengan orang disekitarnya secara lebih baik.

Kata Kunci: wanita dewasa dini, interaksi sosial, peran ayah.


(8)

Case Studies of Social Interaction on Opposite Sex At Adult Female Pattern

Early Parenting Single Parent (Without Father) Since Childhood.

Handani Gito Imawan Danny

Abstract

The study was conducted to understand how social interactions of the opposite sex on an adult woman who experienced early parenting patterns single parent (no father) since childhood. Subjects were 1 (one) of the informant, in which all the researchers obtained information directly from the informant. Informant is a 22-year-old woman who wanted to marry but do not currently have a boyfriend / serious relationship with a man. This research menggunkan case study method to capture data using interviews, observation and field notes. From the information obtained and verified by member checking. Interpretation used is direct interpretation, where researchers directly providing interpretation of the information he gets. From these results it appears that the informant is a person who is very close to his father.This proximity makes the informant then felt very lost his father when his father died. Since his father died informants tended to be those that are closed. A father's absence affect the growth process of informants. Impact of father absence makes the informant did not get the urge to build relationships with the opposite sex, tend to close and are reluctant to build relationships with the opposite sex. The reluctance of informants to open up and build relationships with the opposite sex seems to have also been influenced by feelings of loss that is when his father died and her ex-boyfriend ole feeling disappointed. Spiritual factors make more receptive to self-informants and the fact that his father had died and see the relationship with the people around him better.

Keywords: early womanhood, social interaction, the role of fathers.


(9)

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNUTK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Nama : Handani Gito Imawan Danny NIM : 02 9114 078

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan ijin kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

Studi Kasus Interaksi Sosial Terhadap Lawan Jenis Pada Perempuan Dewasa Dini Dengan Pola Pengasuhan Single Parent (Tanpa Ayah) Sejak

Masa Kanak-kanak.

Beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal 3 Mei 2010 Yang menyatakan

(Handani Gito Imawan Danny)


(10)

KATA PENGANTAR

Sembah syukur kepada Bapa di Surga atas rahmat dan kekuatan yang telah

diberikan kepada penulis sehingga mampu menyelesaikan skripsi ini. Selesainya

penulisan ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu pada

kesempatan ini ijinkanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. DR. Christina Siwi Handayani, M.Si selaku Dekan Faultas Psikologi atas

kesempatan yang telah diberikan selama proses studi, juga selaku dosen

pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan, saran dan

kesabaran selama penulisan skripsi ini.

2. MM. Nimas Eki Suprawapti S.Psi, Psi. Msi selaku dosen pemimbing

akademik, yang banyak memberikan bimbingan, saran dan

nasehat-nasehat setiap semester.

3. V. Didik Suryo H.,S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji skripsi, terima kasih

atas masukan dan pengetahuan baru yang telah diperoleh.

4. P. Henrietta. PDADS.,S.Psi.,M.Si., selaku dosen penguji skripsi, terima

kasih atas masukan dan pengetahuan baru yang telah diperoleh.

5. Segenap dosen Psikologi, terima kasih atas ilmu serta dinamika yang saya

dapat selama kuliah di Psikologi.

6. Karyawan Psikologi, Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie, Mas Doni,

Mas Muji, terima kasih atas bantuannya selama ini, maaf jika selama ini

sering merepotkan.

7. Untuk Keluargaku, papa-mama dan kakaku yang selalu mendukung aku.


(11)

8. Yenny Agapitasari, terima kasih untuk semua.

9. Db, keluarga dan kolega sumber data, terima kasih untuk waktu dan

kesediaannya dalam memberikan informasi yang saya butuhkan.

10.Teman-teman I Love Monday buat dukungan semangatnya sehingga karya

ini bisa terselesaikan.

11.Rekan-rekan dan pimpinan pengajar di TK/SD Mutiara Persada

International School atas dukungan dan masukkannya, secara khusus

terima kasih kepada om Kelik dan Tante Yulis, serta Bu Anas.

12.Rekan-Rekan Masterpiece Production, terima kasih buat support yang

tidak pernah berhenti.

13.Rekan-rekan dan pimpinanan HAGIOS Multimedia, Pdt Samuel Suwondo

beserta keluarga dan seluruh rekan pelayanan, terima kasih buat

kesempatan boleh berkarya bersama.

14.Rekan-rekan dan pimpinan PT. PAN (Peternakan Ayam Nusantara) atas

kesabarannya, kesempatan dan dukungan untuk saya. Secara khusus untuk

drh. Paulus Setiabudi dan Stefan’s Julius SE, terima kasih untuk kesabaran

dan kesempatannya.

15.Semua teman yang sudah membantuku membuat skripsi ini, yang tidak

bisa aku sebutkan satu-persatu, aku rasa berucap terima kasih masih

kurang dibanding apa yang aku dapat dari kalian selama ini.

Penulis

Handani Gito Imawan Danny


(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN... iv

HALAMAN MOTTO... v

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

ABSTRAK... vii

ABSTRACT... viii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN... ix

KATA PENGANTAR... x

DAFTAR ISI... xii

BAB 1 PENDAHULUAN...

A. Latar Belakang Masalah...

B. Rumusan Masalah...

C. Tujuan Penelitian...

D. Manfaat Penelitian...

1. Manfaat Teoritis...

2. Manfaat praktis... 1 1 6 6 6 6 7

BAB 2 LANDASAN TEORI...

A. Perempuan Dewasa Dini...

1. Perkembangan Wanita Dewasa Dini...

2. Interaksi Dengan Lawan Jenis... 8

8

9

13


(13)

B. Peran Ayah...

C. Dinamika Penelitian...

D. Pertanyaan Penelitian... 17

21

22

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN...

A. Jenis Penelitian...

B. Informan Penelitian...

C. Metode Pengumpulan Data...

D. Analisis Data...

E. Verifikasi... 24 24 27 28 30 31

BAB 4 HASIL PENELITIAN...

A. Identitas Informan...

B. Persiapan Penelitian...

C. Hasil Penelitian...

1. Hubungan Infroman Dengan Lawan Jenis...

2. Hubungan Informan Dengan Ayah...

3. Hubungan Informan Dengan Ayah Setelah Ayah meninggal...

4. Hubungan Informan...

a) Internal...

b) Eksternal...

c) Internal dan eksternal...

5. Hubungan Dengan Observer...

D. Dinamika Interaksi Penelitian ...

E. Pembahasan... 33 33 36 37 37 43 46 55 57 58 60 63 64 68 xiii


(14)

BAB 5 PENUTUP... A. Kesimpulan... B. Saran... 75 75 76

DAFTAR PUSTAKA... 77

Daftar Lampiran Observasi 1... Observasi 2... Observasi 3... Observasi 4... Observasi 5... Observasi 6... Observasi 7... Observasi 8... Wawancara 1... Wawancara 2... Wawancara 3... Wawancara 4...

Interpretasi Wawancara 1...

Interpretasi Wawancara 2...

Interpretasi Wawancara 3...

Interpretasi Wawancara 4...

Interpretasi Observasi 1...

Interpretasi Observasi 2... 79 81 84 88 91 93 95 98 101 119 131 136 144 151 157 161 167 169 xiv


(15)

Interpretasi Observasi 3...

Interpretasi Observasi 4...

Interpretasi Observasi 5...

Interpretasi Observasi 6...

Interpretasi Observasi 7...

Interpretasi Observasi 8... 172

175

178

180

181

184


(16)

1 BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

“…aku pengen punya cowok itu yang papah dari cowok itu bisa jadi papah buat aku juga…”

Sebuah pernyataan yang muncul dari seorang wanita berusia 22 tahun

yang ingin menikah pada usia 25 tahun tapi sampai saat ini dia belum menjalin

hubungan secara serius (berpacaran) dengan lawan jenisnya. Informan penelitian

diinisialkan Db. Db saat ini berada dalam periode perkembangan dewasa dini. Db

enggan menjalin hubungan serius karena menurutnya lelaki itu sering berbohong.

Keengganannya berpacaran juga karena ingin berkarier untuk membalas kebaikan

ibunya yang selama ini telah membiayai kehidupan keluarga.

Db adalah seorang wanita yang sedang kuliah pasca sarjana akuntansi di

sebuah universitas negeri di Yogyakarta. Dalam kesehariannya Db lebih banyak

bercerita dan berkeluh kesah dengan rekan-rekan wanitanya. Sejak duduk di

bangku sekolah dasar sampai SMU, Db selalu masuk dalam peringkat 5 besar di

sekolahnya (bukan hanya ranking di kelas tetapi seluruh sekolah). Db lulus S1

dengan predikat cumlaude, IPK nya 3,98.

Db pernah mengeluarkan pendapat bahwa sebenarnya dia paling enggan

membuka hatinya kepada lelaki, suatu saat Db pernah berpikir tidak akan menikah


(17)

untuk segera berpacaran, tetapi karena pendirian Db yang enggan untuk serius

maka ibunya pun mengalah dan membebaskan keinginan informan.

Db pernah berpacaran dan tertarik dengan lawan jenisnya, yaitu saat dia

duduk di bangku SMP (dianggapnya cinta monyet) dan ketika SMU. Hubungan

yang dibangun saat duduk di bangku SMU tidak berlanjut karena sang pria

meninggalkan Db dengan alasan tidak cocok. Saat ini bahkan Db tidak lagi

berhubungan dengan ”mantan-nya ” tersebut. Db berinteraksi dengan banyak

orang, dan tidak sedikit juga dia berinteraksi dengan laki-laki. Db ingin menikah

muda tetapi dia enggan menjalin hubungan yang serius dengan lawan jenisnya.

Ketika berinteraksi dengan lawan jenisnya, Db lebih membatasi diri dan

komunikasinya. Db memilih-milih pria dalam pergaulannya.

Dalam kesehariannya Db adalah orang yang aktif dalam kegiatan rohani

(di gereja), tetapi hal ini tidak lalu membawa Db untuk menjalin hubugan yang

mengarah ke pernikahan. Keaktifan Db di geraja lebih banyak menuntutnya untuk

berinteraksi dengan rekan-rekan sesama jenis.

Ayah Db adalah seorang yang bekerja sebagai pedagang makanan keliling.

Ayah Db menderita sakit kangker darah atau biasa disebut leukimia. Sejak

ayahnya meninggal usaha berjualan makanan tersebut dilanjutkan oleh istrinya,

tetapi tidak berlangsung lama karena kemudian ibu Db dipercaya untuk mengelola

sebuah toko alat tulis yang kemudian saat ini berubah menjadi toko perkakas dan

alat teknik. Sebagai seorang perempuan tidaklah mudah tentunya untuk hidup

tanpa dampingan ayah kandungnya. Db kehilangan ayahnya sejak masa kecil,


(18)

lingkungan sekitar tempat orang tersebut hidup. Pada masa kanak-kanak pola

pengasuhan orang tua menjadi salah satu faktor penting yang mempengaruhi

perkembangan mereka. Pengasuhan yang diterima anak akan mempengaruhi

bagaimana mereka bertindak, berpikir dan menanggapi sebuah stimulus.

Pendampingan orang tua sangat berperan penting dalam perkembangan

anak baik secara emosi, kognisi, maupun sosial (www.parents.com). Ayah dan ibu

menjadi dua individu yang bersatu dan bersama-sama mengambil tanggungjawab

penting dalam perkembangan anak. Kita tidak bisa menyalahkan salah satu pihak

(ayah atau ibu saja) ketika terjadi kesalahan atau hambatan dalam perkembangan

anak karena kekeliruan dalam pola pengasuhan anak. Peran ayah dan ibu yang

saling membantu dalam pengasuhan anak memancing peneliti untuk melihat

bagaimana jika seorang anak perempuan diasuh tanpa kehadiaran diri ayahnya.

Faktor ibu dipandang sebagai pihak yang sangat mempengaruhi perkembangan

anak. Salah satu tokoh yang menekankan pentingnya peran ibu dalam

perkembangan anak adalah Bowlby. Bowlby (dalam Dagun, 1989) menekankan

bahwa peran ibu yang hilang dalam masa perkembangan anak dapat menjadikan

munculnya masalah dalam tahap perkembangan berikutnya. Bowlby juga

berpendapat bahwa kehidupan seseorang sangat dipengaruhi oleh peran ibu.

Peneltiti tertarik untuk melihat ketidakhadiran ayah bagi anak perempuan

karena peran orang tua dalam mengasuh anak seharusnya merupakan kesatuan

antara ayah dan ibu. Kedua belah pihak yaitu ayah dan ibu sama-sama mengambil

peran penting dalam pengasuhan anak, sehingga ketika peran ayah tidak mucul


(19)

Peran seorang ayah menjadi fokus penelitian ini, tetapi dalam penelitian

ini lebih melihat hilangnya ayah dalam perkembangan anak. Dengan tidak

hadirnya ayah dalam perkembangan seorang anak tampaknya akan memberikan

dampak tersendiri bagi anak tersebut dikemudian hari. Ayah sebagai kepala rumah

tangga sebenarnya juga adalah pemimpin dan pengayom yang memberi

bimbingan bagi anak-anaknya.

Ketidakhadiran ayah dalam keluarga selama ini banyak dihubungkan

dengan perkembangan sosial dan kognitif pada anak laki-laki. Pengaruh

ketidakhadiran seorang ayah dalam perkembangan anak laki-laki dianggap

sebagai hilangnya sebuah faktor identifikasi bagi si anak tersebut. Ini ditandai

dengan adanya beberapa penelitian yang melihat hubungan ayah dengan anak

laki-lakinya Menurut peneliti seharusnya ketidakhadiran salah seorang dari orang

tua pastilah memberikan dampak bagi anak-anaknya baik laki-laki maupun

perempuan. Sophie Freud (1988) mengatakan bahwa: “..that woman may be

deeply affected by the father they knew as a child” www.findarticles.com/father-daugter relationship, hal ini menunjukan bahwa ayah juga berperan penting dalam perkembangan seorang anak perempuan.

Pada masa perkembangan dewasa dini seorang wanita mulai mendapat

tugas perkembangan untuk mendapatkan suatu pekerjaan, memilih teman hidup,

hidup bersama suami dengan membentuk sebuah keluarga, membina sebuah

rumah tangga, menerima tanggung jawab sebagai bagian dalam sebuah kelompok

sosial (Santrock, 2002). Tugas perkembangan setiap masa mempengaruhi


(20)

perkembangan sebelumnya seorang wanita dewasa dini dalam menyelesaikan

tugas perkembanganya dipengaruhi juga oleh: Efisiensi fisik, kemampuan

motorik, kemampuan mental, model peran, motivasi (Hurlock, 1990). Jika pada

salah satu masa perkembangannya seseorang mengalami hambatan maka akan

ada pengaruh juga pada masa perkembangan yang berikutnya. Tugas-tugas

perkembangan yang tidak terselesaikan biasanya akan menghambat penyelesaian

tugas perkembangan periode berikutnya, tetapi hal ini belum bisa dikatakan

berlaku mutlak karena masih ada faktor lain yang juga ikut mempengaruhi

(Santrock, 2002).

Seseorang dipengaruhi dan mempengaruhi lingkungannya (Ahmadi,

1991), pendapat ini menjadi dasar penelitian yang dibuat tentang hubungan sosial

seseorang. Hubungan sosial atau interaksi sosial menurut Bonner (1991) adalah

hubungan dua individu atau lebih, individu yang satu mempengaruhi, mengubah

atau memperbaiki kelakuan individu yang lain atau sebaliknya. Hubungan saling

mempengaruhi inilah yang membentuk kehidupan seseorang. Pada perkembangan

hidupnya seseorang sangat dipengaruhi oleh dua hal utama yaitu diri sendiri dan

lingkungannya. Diri sendiri dalam hal ini adalah pemikiran pribadi, kehendak

pribadi, dorongan-dorongan pribadi dan pengalaman-pengalaman pribadinya.

Seperti telah dijelaskan tersebut bahwa perkembangan seseorang sangat

dipengaruhi juga oleh periode perkembangan sebelumnya. Sedangkan yang

dimaksud dengan lingkungan adalah keadaan disekitarnya. Bagaimana lingkungan

seseorang akan mempengaruhi sikap dan pola-pola tingkah laku orang tersebut


(21)

Dengan pengertian bahwa perkembangan hidup seseorang sangat

dipengaruhi oleh dirinya sendiri dan lingkungan maka menjadi hal yang menarik

untuk kita melihat interaksi sosial informan pada masa dewasa dini yang

mengalami ketidakhadiran ayah sejak masa kanak-kanak.

B. RUMUSAN MASALAH

Permasalahan dari penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

Bagaimana interaksi sosial terhadap lawan jenis pada perempuan dewasa

dini dengan pola pengasuhan single parent (tanpa ayah) sejak masa kanak-kanak?

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui interaksi sosial terhadap lawan

jenis pada perempuan dewasa dini dengan pola pengasuhan Single Parent (Tanpa

Ayah) sejak masa kanak-kanak

D. MANFAAT PENELITIAN

1. Manfaat penelitian secara teoritis.

Menambah informasi tentang peran ayah dalam perkembangan

seseorang secara kualitatif dalam rangka memperkaya kasanah


(22)

2. Manfaat secara praktis.

a. Bagi peneliti bisa menggambarkan kondisi Db dalam

bergaul dengan lawan jenis. Hasil dari penelitian ini akan

memunculkan sebuah gambaran dinamika psikologi dari

Db tentang hubungannya dengan lawan jenis.

b. Bagi Db sendiri penelitian ini bisa menjadi bahan untuk

kemudian dia belajar menjadi lebih baik dalam membangun

hubungan dengan lawan jenisnya. Dengan mengetahui

dasar munculnya mengapa Db berperilaku tersebut, maka

Db bisa memperbaiki diri. Dengan mengetahui akar

persoalan sebuah masalah maka masalah tersebut bisa

terselesaikan.

c. Bagi masyarakat, mengetahui peran ayah bagi

perkembangan anak khususnya perempuan.

d. Bagi orang tua khususnya para ayah bisa lebih

memperhatikan fungsinya dan memaksimalkan perannya

dalam keluarga bagi perkembangan anak-anak mereka.

Dengan mengetahui bagaimana dampak hilangnya ayah,

maka dikemudian hari para orang tua bisa lebih

memperhatikan keberadaan ayah dalam perkembangan


(23)

8 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. PEREMPUAN DEWASA DINI

Setiap orang dalam hidupnya pasti melewati periode perkembangan yang

saling terkait satu dengan yang lain. Perhatian peneliti dalam hal ini lebih pada

periode anak-anak dan dewasa dini. Tiap periode perkembangan seseorang selalu

dipengaruhi oleh periode perkembangan sebelumnya dan mempengaruhi periode

perkembangan berikutnya. Salah satu tugas perkembangan wanita dewasa dini

adalah menikah atau membentuk keluarga baru.

Pada masa kanak-kanak Santrock (Santrock, 2002) membagi menjadi dua

masa yaitu masa kanak-kanak awal dan masa kanak-kanak pertengahan hinggga

akhir. Fokus penelitian ini adalah masa kanak-kanak pertengahan hingga akhir

karena Db kehilangan ayahnya saat masih duduk di kelas 3 SD di usia 9 tahun.

Pada masa pertengahan hingga akhir kanak-kanak (berikutnya disingkat

MLC) seseorang akan mengalami perkembangan tubuh yang cukup tenang

sebelum nanti masuk pada masa remaja dimana tubuh berkembang menjadi lebih

cepat. Interaksi orang dewasa bukan orang tua pada masa MLC mulai meningkat,

hal ini membutuhkan orientasi pengendalian dan prestasi yang lebih formal

(Santrock, 2002). Perkembangan kognitif pada masa MLC memungkinkan orang

tua untuk bermusyawarah dengan anak-anak mereka, hal inilah yang

menyebabkan pentingnya sikap saling mengerti antara orang tua dengan


(24)

Pada masa MLC seorang anak juga semakin mengerti arti pentingnya

hubungan dengan teman sebaya. Seorang anak belajar untuk memulai atau

memelihara sebuah hubungan sosial (Santrock, 2002). Persahabatan mulai muncul

pada masa MLC, hal ini menunjukan adanya kemauan untuk berbagi minat,

persoalan, informasi dan rahasia. Persahabatan pada masa kanak-kanak memiliki

beberapa fungsi seperti: kawan, pendorong, dukungan fisik, dukungan ego,

perbandingan sosial dan keakraban secara fisik (Santrock, 2002, Gottman &

Parker, 1987).

Harga diri pada masa MLC mulai terbentuk dalam diri anak-anak,

perasaan berharga dan atau lebih dari orang lain mulai berkembang pada masa ini.

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi pembentukan harga diri seorang anak

dari orang tuanya: ekspresi afeksi, kepedulian orang tua, harmoni keluarga,

pertisipasi dalam kegiatan bersama, kesiapan memberi bantuan secara kompeten

dan terorganisir kepada anak, penetapan peraturan yang jelas dan adil, ketaatan

terhadap aturan, serta pemberian kebebasan dengan batasan yang jelas

(Coopersmith, 1967; Santrock, 2002). Kembali faktor orang tua mengambil peran

yang tidak sedikit dalam perkembangan anak. Orang tua dalam hal ini bukan

hanya faktor ibu saja melainkan kehadiran seorang ayah dalam pengasuhan

anak-anak mereka.

1. Perkembangan Wanita Dewasa Dini

Lepas dari masa kanak-kanak peneliti memberikan gambaran tentang

masa dewasa dini (sebenarnya ada satu periode perkembangan lain


(25)

Pada masa dewasa dini seorang wanita akan menerima tanggung

jawab yang lebih besar dari pada masa kanak-kanak dan remaja.

Relasi atau hubungan dalam masa dewasa dini adalah salah satu hal

yang penting. Hubungan dapat memberikan saat-saat yang hangat

dan penuh harapan namun juga dapat membawa pada saat yang tidak

bisa dilupakan dan tertekan (Santrock, 2002).

Seorang wanita yang memasuki masa dewasa ditandai dua hal yaitu

bisa bertanggungjawab terhadap keuangannya dan membuat

keputusan. Keputusan yang dibuat dalam hal ini terkait dengan

nilai-nilai, karier, hubungan, keluarga, serta gaya hidup. Sebagian besar

perubahan dalam kehidupan seseorang dimulai pada masa dewasa

dini (Santrock, 2002).

“The process of entering into adulthood is more lengthy and complex than has usually been imagined (Santrock, 2002, Levinson, 1978)”

Sikap dan orientasi seksual wanita pada masa dewasa dini mulai

tergambarkan secara lebih jelas dan bertanggunjawab. Keputusan

untuk menyukai sesama jenis (lesbianisme) atau lawan jenis

berkembang semakin pesat pada masa dewasa dini. Seorang wanita

akan mulai memutuskan bagaimana dia akan membina sebuah

hubungan intimnya. Keputusan ini terkait juga dengan

tanggungjawab yang mulai dimilikinya (Santrock, 2002).

Seorang wanita dewasa mulai lebih bisa berpikir secara sistematis


(26)

membuat sebuah hipotesis juga mulai berkembang, sikap optimisme

dan logika yang berlebihan akan berkurang pada masa ini (Keating,

1990; Santrock 2002). Menurut Vief (1986) integrasi baru dari

pikiran seseorang akan terjadi pada masa dewasa dini. Dalam usia

dewasa dini seorang wanita akan sangat dipengaruhi oleh kemauan

dan hati nuraninya, (Kartono, 2006). Kemauan di sini akan membuat

seorang wanita untuk mengarahkan dorongan, impuls dan dirinya

untuk bisa mencapai satu nilai atau tujuan tertentu. Hati nurani

berfungsi sebagai pengendali atas segala tingkah lakunya, sebagai

pengontrol kritis, dan batasan-batasan berdasar norma dan nilai-nilai

yang berlaku. Komitmen dan spesialisasi menjadi bagian terpenting

seseorang agar bisa diterima dalam sebuah masyarakat dan sistem

kerja.

Kemampuan kognitif seseorang akan menjadi sangat baik pada masa

dewasa dini (Santrock, 2002). Secara kognitif seseorang yang berada

pada masa dewasa dini berarti berada pada fase pencapaian prestasi

(achieving stage), yang melibatkan penerapan intelektualitas pada

situasi dengan konsekuensi besar terhadap pencapaian tujuan jangka

panjang. Hal ini biasa diintegrasikan dalam rencana hidup yang

mencakup tujuan masa depan. Penjelasan tentang kognitif tersebut

tidak kemudian menjadikan wanita sama persis dengan pria, dalam

fungsi dan kehidupannya wanita dewasa dini akan lebih cenderung


(27)

Wanita dewasa dini juga lebih bergairah dan penuh vitalitas hidup

(Kartono 2006), hal ini diwujudkan dengan sikapnya yang

cenderung meledak-ledak dan spontan dibandingkn dengan kaum

pria.

Pemilihan karier dan eksplorasi karier banyak terjadi pda masa

dewasa dini. Seseorang akan memilih karier yang dia anggap cocok

untuk dijalaninya, hal ini masih terkait juga dengan peran seorang

dewasa dini untuk bertanggungjawab dalam membuat sebuah

keputusan. Sebelum seseorang memutuskan untuk menetap pada

karier tertentu biasanya orang tersebut akan melakukan eksplorsi dan

perenacanaan terlebih dahulu.

Menurut Kartono (2006) ketika seorang wanita masuk pada masa

dewasa maka bisa diartikan bahwa dia memiliki pertanggung

jawaban penuh terhadap diri sendiri. Dengan munculnya sikap

bertanggung jawab penuh inilah maka seorang wanita kemudian

mulai menyiapkan diri dan merancangkan rencana-rencana pribadi

atas kehidupannya.

Menurut Heymans (Kartono, 2006) perbedaan laki-laki dan wanita

terletak pada sekunderitas (tanggapan-tanggapan yang tidak disadari

dalam waktu lama sehingga menjadi sesuatu yang sekunder),

emosional dan aktifitas dari fungsi kejiwaannya.

Wanita dewasa dini berkembang secara intelektual tetapi dalam


(28)

lebih banyak dipengaruhi oleh faktor perasaan dan emosi. Dalam

membuat keputusan wanita dewasa dini lebih cenderung tegas dan

tidak bimbang hati, ketika dia sudah memilih untuk melakukan

sesuatu maka jarang kemungkinan untuk dia mengubah apa yang

telah diputuskannya.

2. Interaksi Dengan Lawan Jenis

Dalam berinteraksi dengan lawan jenisnya, wanita dewasa dini

banyak dipengaruhi oleh emosi, wanita dewasa dini lebih mudah

untuk segera memihak daripada berada pada sisi netral. Sikap

memihak ini jugalah yang kemudian mendorong wanita dewasa dini

lebih mudah berempati dan menjalin hubungan.

Wanita dewasa dini menurut Kartono (2006) lebih bersifat

hetero-sentris dan lebih sosial. Karena sifat dan ketertarikan akan dunia luar dirinya inilah yang mendorong wanita dewasa dini untuk menikah,

berminat pada kehidupan suami dan anak-anaknya. Menurut Kartono

(2006) sikap lebih sosial ini jugalah yang membuat wanita

menyerahkan kehidupannya secara total pada lingkungan, bahkan

tidak jarang sikap ini membuat tragedy dalam kehidupan wanita itu

sendiri. Sikap lebih sosial ini juga mendorong wanita dewasa dini

untuk berias, berdandan dan mengaktifitaskan dirinya keluar.


(29)

Dorongan wanita untuk mempercantik diri berkembang lebih pesat

pada fase dewasa dini. Dorongan mempercantik diri ini adalah khas

bagi wanita dan secara primer tertuju pada lawan jenisnya. Sikap

berusaha menarik perhatian lawan jenis pada masa dewasa dini

adalah sesuatu yang dianggap normal bagi wanita (Kartono, 2006).

Kesiapan seorang wanita masuk masa dewasa dini ditandai dengan

pencapaian kematangan biologis dan psikis. Ketika memasuki masa

dewasa dini, seorang wanita akan semakin serius dengan

perasaan-perasaan heteroseksualnya.

Ketertarikan terhadap lawan jenis pada wanita sudah dimulai sejak

masa remaja tetapi ketertarikan pada masa dewasa dini ini menjadi

berbeda dengan ketika dia berada di masa remaja. Saat masa remaja

seorang perempuan belum memiliki standart tertentu bagi

pasangannya, lebih hanya meletakkan standart itu pada penampilan.

Sedangkan pada wanita dewasa dini mereka sudah mulai menetapkan

standart, mulai dari masalah ekonomi, fisik, edukasi, status sosial,

dan pertimbangan-pertimbangan lainnya.

Interaksi ketertarikan dengan lawan jenis ini kemudian biasa kita

mengerti sebagai fase pencarian jodoh. Dalam mencari jodoh

seorang wanita akan mempertimbangakn beberapa faktor terkait

dengan dirinya sendiri dan nilai-nilai yang dianutnya. Sebagian

wanita akan menentukan standart tertentu bagi jodohnya, ada juga


(30)

dilakukan oleh seorang wanita dewasa dini untuk mendapatkan

jodohnya. Menikah adalah suatu kebutuhan dalam masa dewasa dini

bagi seorang wanita tetapi tidak kemudian menjadikan wanita asal

dalam memilih dan menentukan jodohnya. Dengan kesadaran bahwa

jodoh dan menikah adalah suatu kebutuhan maka seorang wanita

dewasa dini menjadi lebih menetapkan standart baginya.

Ketika memasuki masa dewasa dini maka seorang wanita sebenarnya

sedang diharapkan untuk bisa menerima tanggung jawab sebagai

pengurus rumah tangga (Hurlock, 1991). Pernikahan menurut

Santrock (2002) adalah salah satu tahap dalam siklus kehidupan

seseorang. ketika seorang dewasa dini tidak menikah mereka sering

dianggap tidak bertanggungjawab, impotensi, frigid, mementingkan

diri sendiri dan tidak matang. Persoalan yang sering dihadapi jika

seseorang tidak menikah adalah hubungan intim dengan orang

dewasa dini lain yang bermasalah, menghadapi kesepian, kesulitan

menempatkan diri dalam masyarakat yang menikah. Hal-hal inilah

yang kemudian mendorong seseorang untuk menikah, dan

menjadikan pernikahan sebagai salah satu tugas dalam

perkembangan dewasa dini.

Mencintai adalah salah satu dasar ketika seorang wanita dewasa dini

menentukan pilihannya. Bagi sebagian wanita mencintai adalah

sesuatu yang mutlak ketika dia menentukan pilihannya, tidak hanya


(31)

dijelaskan di atasa bahwa wanita dewasa dini memiliki naluri dalam

membuat keputusan, cinta yang berkembang dalam diri wanita

dewasa dini juga banyak dipengaruhi oleh naluri-nalurinya.

Berbeda dengan pria, wanita dewasa dini lebih senang melihat segala

sesuatu yang ada di luar dirinya, fokus dari apa yang dia lakukan

cenderung berupa usaha untuk menyenangkan orang lain bahkan

menarik perhatian lawan jenisnya.

Dalam berinteraksi dengan lawan jenis, wanita dewasa dini

terkadang mengalami kesulitan karena keminimalan kemampuannya

dalam mengatasi masalah orang dewasa. Interaksi dengan orang lain

yang semakin complex membuat sebagian wanita dewasa dini

merasa sulit mengatasinya.

Tugas utama dalam masa dewasa dini adalah menentukan pekerjaan

yang tepat dan membina hubungan rumah tangga. Bagi wanita dua

tugas ini adalah bukan hal yang mudah untuk dilakukan , interaksi

yang dibangun dengan lawan jenis (sesama dewasa dini) banyak

mengarah untuk penyesuaian diri terhadap tugas perkembangan ini.

Tidak jarang bagi wanita dewasa dini ketika berinteraksi dengan

lawan jenis adalah upayanya untuk keluar dari masalah yang dia


(32)

B. PERAN AYAH

Ayah merupakan seorang pemimpin dalam sebuah keluarga, dalam

kebudayaan Timur fungsi ayah masih menjadi pokok dalam sebuah keluarga yang

utuh. Selama ini pengasuhan seorang anak banyak dibebankan pada ibu, ayah

lebih dipandang sebagai pribadi yang bekerja untuk mencukupi kebutuhan

keluarganya. Fungsi pengasuh dan pemberi nafkah terkadang dilimpahkan kepada

satu orang saja seperti dalam kejadian single parent. Single parent atau orang tua

tunggal adalah jika seorang ayah atau ibu saja yang menjalankan tugas ganda

sebagai orang tua bagi anak-anaknya dalam sebuah keluarga (Ahmadi, 1991).

Ketidakhadiran ayah atau ibu bisa dikarenakan perceraian ataupun meningal

dunia.

Dalam penelitian ini, peneliti menitik beratkan ketidakhadiran ayah dalam

perkembangan anak. Hilangnya ayah terkadang dianggap dapat digantikan dengan

ibu yang berperan ganda, tetapi kenyataan sering berkata lain. Ada juga peran

ayah yang tidak sepenuhnya bisa diambil alih dalam sebuah keluarga oleh ibu.

Mungkin sebagai pencari nafkah dan pengasuh peran tersebut dapat diambil alih,

tetapi keberadaan seorang ayah secara fisik bagi anak-anaknya tampaknya tidak

atau sangat sulit digantikan oleh ibu. Dagun (1989) mengatakan bahwa Peran

ayah ternyata tidak kalah pentingnya dengan peran ibu dalam mengasuh anak. Peran ayah selama ini tampak dikesampingkan karena intensitas pertemuan

banyak menjadi fokus utama dalam sebuah pengasuhan. Bisa jadi hal tersebut


(33)

pertemuan. Waktu yang digunakan ayah untuk bergaul dan mengasuh anaknya

sedikit, tetapi ketika ayah dan anak bertemu justru di situlah sang ayah

memberikan kasih dan perhatian secara lebih. Ketika ayah berjumpa dan bermain

dengan anaknya justu di situlah anak merasa bebas, aman, diperhatikan dan

dihargai. Pengasuhan bukan hanya berbicara masalah berapa banyak waktu yang

dihabiskan tetapi apa dan bagaimana pengasuhan itu. Kehadiran fisik ayah dalam

hal ini tetap menjadi bagian penting dalam perkembangan kepribadian dan

seseorang.

Ayah yang selama ini dalam kebudayaan Timur dianggap sebagai

pemimpin dan pengayom sebenarnya secara langsung maupun tidak berdampak

pada diri seorang anak. Ketika seorang anak dekat dengan ayahnya ia cenderung

untuk menjadi lebih percaya diri dalam berekspresi karena perasaan aman yang

muncul ketika ia bersama dengan ayah. Pemberian dukungan emosi semacam ini

sebenarnya sudah dilakukan ayah sejak dia menjadi calon ayah, yaitu saat

mendampingi isterinya akan melahirkan. Ini merupkan beberapa contoh pengaruh

hadirnya ayah dalam masa perkembangan seseorang secara emosi (Dagun, 1989).

Peran ayah dalam perkembangan seorang anak tidak hanya berpengaruh

secara emosi, tetapi juga secara fisik. Sebagai contoh adalah kualitas sperma dari

ayah pada masa pembuahan. Ciri fisik dari sang ayah akan diturunkan kepada

anak-anaknya melalui proses pembuahan ini. Keserupaan antara ayah dan anak

secara fisik sering kita jumpai dalam kehidupan keseharian kita. Ciri fisik dari

orang tua atau ayah yang diturunkan kepada anaknya merupakan contoh dari


(34)

Selain emosi dan fisik, kehadiran seorang ayah juga mempengaruhi

perkembangan sosial anaknya. Dengan hadirnya orang tua secara utuh bisa

membantu anak dalam menentukan lingkungan pergaulannya. Perhatian yang

diberikan seorang ayah secara khusus bisa membuat anak mengerti bagaimana

dan dengan siapa dia harus bergaul. Kembali pada rasa aman yang diberikan oleh

ayah ketika berinteraksi dengan anaknya, rasa aman ini akan mendorong

seseorang untuk bisa berekspresi di lingkungannya sehingga anak tampak

menjadi orang yang mudah bergaul dan bersosialisasi (Ahmadi, 1991).

Menurut Ahmadi (1991) sebuah keluarga yang utuh akan memberikan

banyak perhatian dan rasa aman kepada anak-anak mereka, hal ini akan lalu

mempengaruhi bagaimana perkembangan seseorang. Keluarga yang utuh bukan

hanya kehadiran secara fisik dari ayah, tetapi juga harus disertai dengan kehadiran

secara psikis bagi keluarga tersebut. Perhatian orang tua merupakan hal yang

memegang peran dalam perkembangan anak. Setiap bagian dari sebuah keluarga

harus memberikan perhatian dan menjalankan tugasnya dalam keluarga untuk

bisa bersama-sama membentuk sebuah keluargaa yang baik. Tidaklah benar jika

seorang ayah hanya bekerja dan mencari uang saja untuk memenuhi kebutuhan

keluarganya, tetapi ayah juga harus ikut serta dalam memperhatikan anak-anak.

Menjadi orang yang memeberi keputusan dan pertimbangan bagi anak juga

merupakan peran penting dari ayah dalam keluarga.

Misched (1958) meneliti bahwa ketidakhadiran ayah menyebabkan anak


(35)

dilakukan di India. Ketidak hadiran dalam penelitian ini tidak hanya sebatas ayah

hilang secara fisik saja tetapi juga ketika ayah tidak ikut dalam mengasuh anak.

Penelitian lain yang dilakukan oleh Hoffman (1971), ia meneliti tentang

moral dua kelompok anak dimana salah satu kelompok hidup tanpa ayah sejak

kecil. Hasilnya anak yang berasal dari kelompok tanpa ayah menunjukkan skor

rendah dalam sikap dan nilai moral mereka serta kurang konsisten terhadap

peraturan yang berlaku. Selain itu hasil penelitian ini juga mengungkap bahwa

perkembangan kognitif anak yang hidup tanpa ayah cenderung lebih rendah.

Tingginya perhatian seorang ayah sebenarnya menjadi model bagi anak dalam hal

ketekunan, motivasi berprestasi, contoh keberhasilan, dan kemampuan

menyelesaikan masalah (Dagun, 1989).

Pemberian motivasi dapat membantu anak untuk melakukan atau

terdorong melakukan sesuatu untuk berkembang secara lebih lagi. Motivasi

sebenarnya merupakan salah satu perwujudan kasih sayang seseorang untuk

mendorong bertindak atau berlaku lebih baik (Marybeth, dalam Dagun, 1989).

Sehingga ketidakhadiran ayah sebagai pemberi motivasi bisa menyebabkan

kegagalan pada soerang anak.

Pemberian perhatian ayah kepada ibu sebenarnya berpengaruh secara

tidak langsung terhadap intelektual dari si anak (Ahmadi, 1991). Selain dorongan

tidak langsung, kehadiran ayah juga bisa menjadi dorongan langsung bagi putri

mereka, seorang ayah bisa memberikan dorongan yang lebih besar kepada putri

mereka dibandingkan dengan ibunya. Dorongan dan perhatian yang diberikan


(36)

menanggapi masalah, bersikap lemah lembut, semangat, dan perlindungan

daripada menuntut bagaimana melakukan sebuah pekerjaan (Nicholson, 1985).

Pada anak putri ayah cenderung memberikan dorongan untuk “bersikap baik”.

Sebagai contoh kita bisa menemukan dalam keseharian bahwa seorang anak

laki-laki sejak kecil dituntut untuk berhasil di masa depannya sedangkan anak

perempuan kurang dituntut mengenai keberhasilan karier. Tidak adanya atau

kurangnya tuntutan keberhailan dari ayah terhadap putrinya tidak berarti tidak

ada tuntutan atau harapan, ayah cenderung menekankan pada keberhasilan

seorang putrinya dalam sikap-sikap. Dengan tuntutan yang berbeda inilah maka

pembentukan dan perhatian ayah juga berbeda.

Kehadiran seorang ayah menjadi perlu bagi perkembangan putrinya

karena dengan demikian seorang ayah bisa ikut mengarahkan dan mendidik

putrinya untuk bersikap lemah lembut, bersemangat, bersikap halus dalam

menanggapi masalah, dan menjadi mampu bergaul dan memikat lawan jenis.

Grimm-Wassil (1994) dalam penelitiannya menemukan bahwa anak perempuan

tanpa ayah; memiliki ketakutan untuk membangun hubungan dengan lawan jenis,

memiliki pandangan yang cenderung lebih positif kepada ayahnya, dan merasa

bahwa kehilangan ayah adalah hal yang paling menyedihkan.

C. DINAMIKA PENELITIAN

Penelitian ini mencoba melihat bagaimana interaksi sosial seorang wanita


(37)

usia anak-anak. Interaksi sosial yang dilihat oleh peneliti adalah interaksi

informan dengan lawan jenisnya, bagaimana informan berinteraksi. Dengan

wawancara dan observasi peneliti berusaha mendapatkan informasi mengenai

proses hubungan yang dibangun informan dengan lawan jenis. Informasi yang

didapat itu kemudian digunakan sebagai dasar untuk menggambarkan bagaimana

penyesuaian diri informan dengan lawan jenis dengan tidak hadirnya ayah sejak

masa kanak-kanak.

Peneliti menggunakan metode studi kasus dalam penelitian ini karena

metode ini mengamati informan secara mendalam dan menyeluruh, peneliti tidak

harus terpaku pada batasan tertentu dalam mengumpulkan informasi. Setiap

informasi yang didapat bisa memberikan tambahan gambaran tentang informan.

D. PERTANYAAN PENELITIAN

Dalam penelitan ini peneliti menggunakan wawancara dan observasi

sebagai cara untuk mendapatkan informasi dari Db. Dalam sesi wawancara

peneliti mengajukan pertanyaan berikut:

1. Bagaimana hubungan informan dengan teman-teman (lawan jenis)?

2. Bagaimana hubungan informan tentang ayahnya?

3. Bagaimana hubungan informan dengan keluarganya setelah

kehilangan ayah?

4. Apa arti hubungan bagi informan (bagaimana proses penyesuaian


(38)

Pertanyaan yang diajukan oleh peneliti mengacu pada empat poin utama tersebut,

tetapi dalam proses wawancara tidak menutup kemungkinan untuk mengadakan

perubahan yang dirasa perlu oleh peneliti. Selain dengan wawancara peneliti

mendapatkan informasi dari observasi yang dilakukan. Observasi diturunkan dari

bahasa latin melihat atau mengamati. Istilah ini dimaksudkan untuk mengamati

secara akurat, mencatat fenomena yang muncul dan mempertimbangkan

hubungan antar aspek dalam fenomena tersebut (Poerwandari, 2005). Observasi

ini bertujuan melihat langsung interaksi Db dengan lawan jenisnya sebagai cek


(39)

24 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. JENIS PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif yaitu sebuah penelitian yang

mempelajari dan menggali sebuah fenomena pada kondisi aslinya dengan

perubahan seminimal mungkin atau tanpa perubahan sama sekali (Creswell,

1998). Beberapa keistimewaan penelitian kualitatif adalah (Asmadi, 2004):

1. Berseting Alamiah Sebagi Sumber Data.

Perilaku manusia secara significant dipengaruhi oleh setting

lingkungannya sehingga untuk mempelajari sebuah perilaku akan

menjadi lebih baik jika dilakukan dengan setting alamiahnya tanpa

atau dengan sangat sedikit perubahan. Dengan pendekatan kualitatif

dimungkinkan peneliti mendapat data berdasar setting alamiahnya.

2. Peneliti Adalah Instumen Penting.

Peneliti bisa secara luwes melakukan perubahan di lapangan sesuai

setting lingkungan dimana data tersebut diambil. Dengan hadirnya

peneliti sebagai instrument penelitian memungkinkan dia untuk

berhubungan langsung dengan informan sehingga dapat memahami


(40)

3. Menitik Beratkan Pada Proses

Penelitian kualitatif lebih menitik beratkan pada proses dan bukan

saja hasil akhir. Setiap bagian dalam penelitian kualitatif adalah

penelitian itu sendiri, peneliti tidak hanya berfokus pada apa yang

diberikan oleh informan sebagai bahan penelitian tetapi juga pada

apa yang ditemukan oleh peneliti sendiri saat proses pengambilan

informasi.

4. Analisa Induktif.

Analisa yang dilakukan cenderung dilakukan secara induktif, ide dari

hasil sebuah penelitian tidak terlebih dahulu diduga oleh peneliti.

Peneliti kualitatif tidak membuat dugaan terhadap suatu kejadian

atau kasus tetapi mengambil informasi berdasar pertanyaan yang

muncul dari peneliti itu sendiri. Dari hasil yang didapat inilah

kemudian peneliti menggambarkan apa yang ditemukannya sebagai

sebuah fakta lapangan.

5. Tidak Menguji Dugaan

Penelitian kualitatif tidak menguji sebuah dugaan tetapi melihat

bagaiman sebuah kejadian tersebut terjadi atau berkembang.

Metode penelitian yang dilakukan dalam adalah studi kasus (Case Study).

Studi kasus adalah pemahaman sebuah kejadian khusus yang hadir dalam konteks

yang terbatasi (Poerwandari, 2005). Keistimewaan dari studi kasus adalah

keterikatan kasus yang diangkat untuk menjadi bahan penelitian memiliki


(41)

ini oleh Smith (Merriam, 1998; Asmadi, 2004) disebut sebagai faktor istimewa

yang membedakan studi kasus dengan penelitian kualitatif lainnya. Dengan

pendekatan studi kasus seorang peneliti memungkinkan untuk mendapat

pemahaman utuh dan terintegrasi mengenai hubungan berbagai fakta terkait

(Poerwandari, 2005). Metode studi kasus merupakan strategi yang lebih cocok

bila digunakan pada pokok pertanyaan yang berkenaan dengan How atau Why,

bila peneliti hanya mampu sedikit mengontrol serta konteks penelitiannya berada

pada situasi nyata (Yin, 2002).

Kamus Psikologi (Kartono dan Gulo, 2000) menyebutkan 2 (dua)

pengertian tentang Studi kasus (Case Study) pertama studi kasus merupakan

suatu penelitian (penyelidikan) intensif, mencakup semua informasi relevan

terhadap seorang atau beberapa orang biasanya berkenaan dengan satu gejala

psikologis tunggal. Kedua studi kasus merupakan informasi-informasi historis

atau biografis tentang seorang individu, seringkali mencakup pengalamannya

dalam terapi.

Studi kasus terjadi ketika peneliti melakukan eksplorasi thd entitas atau

fenomena tunggal (the case) yg dibatasi oleh waktu, aktivitas dan pengumpulan

detail informasi dg menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama

waktu tsb. (Cresswel, 2009). K. Yin mengatakan bahwa rasional untuk kasus

tunggal adalah bilamana desain studi kasus tunggal bisa dibenarkan dalam

kondisi-kondisi, kasus tersebut merupakan suatu peristiwa yang unik dan


(42)

kasus tunggal yang dipilih adalah desain studi kasus tunggal holistik yaitu jika

hanya dalam satu kasus yang diteliti hanya menganalisis sebuah persoalan pokok

dimana tidak bisa diindentifikasikan kedalam sub-sub lainnya.

Menurut Mooney (2008), studi kasus yang digunakan adalah studi kasus

tunggal, single level analysis. Studi kasus ini menyoroti perilaku individu dengan

satu masalah utama, karena dalam penelitian ini yang diteliti adalah perilaku

interaksi informan dengan lawan jenis.

B. INFORMAN PENELITIAN

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan satu sumber atau disebut

informan. Informan adalah seorang wanita dewasa dini berusia 22 tahun yang

hidup dengan pola pengasuhan single parent tanpa ayah sejak masa kanak-kanak.

Ayah informan meninggal ketika informan berusia 9 tahun karena sakit leukemia.

Informan memiliki satu orang kakak laki-laki yang usianya 3 tahun lebih tua dari

dia dan adik laku-laki yang usianya 3 tahun lebih muda. Sejak papanya

meninggal, mama informan tidak menikah lagi dan mengurus anak-anaknya


(43)

C. METODE PENGUMPULAN DATA

Dalam penelitian studi kasus seorang peneliti harus memiliki protokol

penelitian untuk kontrol jalur penelitiannya dan mengingatkan kembali kepada

peneliti hal-hal apa saja yang harus digalinya. Pengumpulan data lapangan yang

dilakukan dalam metode studi kasus berdasar pada data nyata yang diperoleh

peneliti dalam penelitiannya. Tugas dalam pengumpulan data meliputi (Yin

,1994):

1. Membuka Akses.

Peneliti memperoleh akses kepada informan, membangun raport

dengan informan untuk bisa mengali informasi lebih mendalam lagi.

Peneliti sudha mengenal informan beberapa tahun sebelum penelitian

ini dialakuakn. Perkenalan itu terjadi di gereja ketika peneliti dan

informan bertugas bersama dalam aktifitas gereja.

2. Mempersiapkan Materi.

Memiliki materi untuk mendapatkan data lapangan, peralatan perlu

dipersiapkan untuk mendokumentasikan semua data yang didapat di

lapangan. Peneliti mempersiapkan alat perekam suara, buku-buku

catatan dan kamera untuk melakukan wawancara dan observasi

kepada informan.

3. Membuat Jadwal.

Peneliti membuat jadwal secara jelas untuk melakukan pengambilan


(44)

ini kemudian peneliti beriakan dan sesuaikan dengan kegiatan

informan.

4. Membuat Pedoman.

Membuat pedoman umum yang digunakan sebagai dasar wawancara

dan panduan observasi untuk memperoleh data atau informasi dari

informan penelitian seperti apa yang dibutuhkan dalam penelitian ini.

Pedoman wawancara dan observasi ini dibuat peneliti berdasar

pertanyaan utama dalam penelitian ini. Dari hasil wawancara dan

observasi kemudian peneliti melihat apakah ada hal-hal lain yang

perlu digali lebih dalam lagi.

5. Membuat Laporan.

Setelah data yang diharapkan terpenuhi kemudian peneliti membuat

laporan penelitain dalam bentuk skripsi. Setelah data yang didapat

peneliti dirasa cukup kemudian peneliti menyusunya dalam bentuk

laporan yang didiskusikan terlebih dahulu dengan dosen

pembimbing.

Untuk mengumpulkan data peneliti menggunakan teknik interview

(wawancara) yaitu percakapan atau tanya jawab yang diarahkan untuk mencapai

tujuan tertentu, untuk mengeksplorasi suatu hal karena kemungkinan tidak dapat

digunakan dengan metode lain (Poerwandari, 2005). Type wawancara yang

digunakan adalah wawancara dengan pedoman umum, yaitu pedoman yang


(45)

pertanyaan eksplisit (Patton, 1990; Poerwandari, 2005). Pedoman yang sangat

umum tersebut hanya digunakan sebagai checklist bagi peneliti untuk memastikan

hal-hal yang ingin digalinya secara lebih mendalam lagi. Dengan pedoman umum

ini memungkinkan peneliti untuk mengeksplorasi hal-hal lain yang ditemukan di

lapangan dan dirasa terkait dengan penelitiannya.

Peneliti juga menggunakan metode observasi atau pengamatan lapangan

yaitu sebuah kegiatan pengamatan secara akurat untuk mencatat setiap kejadian

yang muncul dan mempertimbangkan hubungan antar kejadian yang muncul

tersebut (Poerwandari, 2005). Observasi dalam penelitian ini bertujuan untuk

mendapatkan deskripsi setting secara jelas dan alami, mengamati aktivitas

informan dari kacamata peneliti langsung yang terkait dengan hal-hal

penelitiannya, mengamati orang-orang yang mungkin terkait dengan penelitian,

untuk kemudian mengambil makna dari kejadian-kejadian tersebut.

Peneliti juga menggunakan metode catatan lapangan untuk mendapat

informasi tambahan dari informan. Dalam catatan lapangan ini peneliti mencatat

informasi apa saja yang disampaikan oleh informan secara nonverbal. Informasi

ini meliputi tingkah laku, nada bicara, emosi yang muncul dan hal-hal lain yang

mungkin ditemukan oleh peneliti selama proses wawancara dan observasi.

D. ANALISIS DATA

Setelah peneliti memperoleh data yang dibutuhkan, maka langkah


(46)

dilalui dalam proses analisis data yaitu Direct Interpretation yaitu peneliti

menggambarkan makna langsung dari data yang diperolehnya, kemudian peneliti

melakukan Pattern yaitu peneliti memunculkan pola dan mengkaitkan pola-pola

tersebut dan terakhir peneliti melakukan Naturalistic Generalization yaitu

mengembangkan generalisasi hasil analisis data yang didapat (Stake, 1995).

Berdasar hasil analisis data ini kemudian peneliti memaparkan hasil penelitiannya

dalam bentuk deskripsi tentang kasus dan setting atau latar belakangnya.

E. VERIFIKASI

Verifikasi terkait dengan bagaimana mengembangkan prosedur yang

reliabel dan valid dalam mengumpulkan data. Hal ini bertujuan untuk menentukan

akurasi, mendiskusikan transfersibilitasnya dan kemungkinan untuk dilakukan

penelitian lanjutan. Pada penelitian kualitaitf penggunaan kata generalisasi lebih

bisa terwakili dengan transfersibilitas yaitu sejauh mana sebuah penelitian

hasilnya dapat diaplikasikan pada kelompok lain (Poerwandari, 2005; Marshal

dan Rossman, 1995).

Konsep dalam melakukan verifikasi dapat dilakukan dengan beberapa

cara. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan trianggulasi dan member

checking. Trianggulasi adalah pengambilan sumber-sumber data dengan cara yang berbeda untuk mendapat kejelasan mengenai hal yang diinginkan oleh peneliti

sebagai informasi penelitian (Poerwandari, 2005). Menurut Marshall dan


(47)

dengan cara yang berbeda dapat mengelaborasi sebuah penelitian dan

memperkaya data yang diperlukan dalam penelitian tersebut. Trianggulasi yang

dilakukan dalam penelitian ini adalah trianggulasi metode, yaitu menggunakan

metode yang berbeda untuk mendapatkan sebuah data (Poerwandari, 2005; Patton,

1990). Peneliti menggunakan metode wawancara, observasi dan catatan lapangan

dengan tiga metode ini peneliti berharap bisa melihat interaksi informan dengan

lawan jenisnya.

Untuk verifikasi peneliti juga menggunakan metode member checking

yaitu peneliti meminta informan memeriksa ulang semua kata-kata yang

diucapkannya yang telah ditulis ulang oleh peneliti dan mengecek hasil


(48)

33 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. IDENTITAS INFORMAN

Nama samaran informan adalah Db, insial dari nama lengkap informan.

Db lahir 20 September 1984 di Jogjakarta. Db kehilangan ayahnya ketika dia

duduk di bangku kelas 3 SD (9 tahun) karena menderita sakit leukimia, saat itu Db

bersekolah di SD Pangudi Luhur. Di sekolah Db terkenal sebagai anak yang

pandai, selalu mendapat ranking di kelasnya. Setelah ayahnya meninggal Db dan

keluarganya sempat pindah rumah untuk beberapa waktu maksudnya agar Db dan

keluarga mendapat suasana yang baru. Setelah ayahnya meninggal Db berangkat

sekolah seorang diri terkadang menggunakan angkutan kota dan terkadang

menggunakan sepeda. Setelah lulus SD, Db melanjutkan sekolahnya di SMP

Pangudi Luhur I, nilai yang didapat Db di sekolah selama SMP juga baik dan

selalu menduduki ranking yang baik. Di SMP Db berangkat sekolah

menggunakan sepeda bersama dengan beberapa teman yang rumahnya saling

berdekatan. Setelah lulus SMP, Db melanjutkan sekolah di SMUN 3 Jogja

kemudian melanjutkan pendidikannya di STIE YKPN dan Strata 2 di fakultas

Ekonomi UGM. Dalam masa pendidikannya nilai yang didapat Db termasuk

tinggi.

Di campus Db tidak ambil bagian dalam kegiatan organisasi, aktifitas


(49)

bendahara divisi remaja saat dia masih duduk di bangku SMU, kemudian

dipercaya untuk membantu bendahara divisi pemuda saat Db kuliah di STIE

YKPN. Setelah masa jabatan sebagai bendahara selesai Db kemudian dipercaya

untuk menjadi koordinator team tari dan sekertaris divisi Praise and Worship.

Sejak kecil keluarga Db banyak membawa Db untuk beraktifitas di gereja. Ketika

papanya masih hidup, Db sering diantar ke sekolah minggu dan

persekutuan-persekutuan doa. Db memiliki teman di gereja dan di lingkungan luar gereja, Db

lebih banyak bergaul secara terbuka dengan teman-teman perempuan. Di gereja

bidang pelayanan Db adalah penari, walaupun Db sebagai bendahara dan

sekertaris divisi tetapi interaksi Db lebih banyak dengan rekan-rekan penari.

Db adalah anak ke dua putri tunggal dari tiga bersaudara. Selisih usia Db

dengan kakaknya 3 tahun, Db dengan adiknya 3 tahun. Kakak Db juga termasuk

orang yang cerdas, ketika SD mereka sekolah di sekolahan yang sama sendangkan

ketika SMP kakaknya sekolah di SMPN 5 dan melanjutkan ke SMU DeBritto

kemudian kuliah di fakultas Teknik Elektro UGM. Ketika papanya meninggal

kakak Db masih duduk di kelas 6 SD. Sejak papanya meninggal, kakak Db

banyak membantu mamanya untuk menyelesaikan tugas di rumah. Untuk

pekerjaan yang menghasilkan uang kakak Db baru menjalankannya saat kuliah,

sebagai asisten dosen. Ketika duduk di bangku SMU, Db terkadang juga diantar

sekolah oleh kakaknya jika waktunya bersamaan sedangkan ketika waktu mereka

tidak bersamaan Db berangkat ke sekolah dengan angkutan kota. Kakak Db juga


(50)

Setelah lulus dari kuliahnya kakak Db langsung pindah ke Jakarta untuk bekerja

sepenuh waktu. Kakak Db pulang ke Jogja, sekitar 1-2 kali dalam satu tahun.

Adik Db dalah seorang laki-laki, sekolah di SD Pangudi Luhur kemudian

melanjutkan sekolah di SMPN 5, SMU DeBritto dan kuliah di fakultas Teknik

Informatika UKDW. Db dan saudaranya ketika kuliah mendapat beasiswa penuh.

Hal ini tentu meringankan pembiayaan dari ibu Db sebagai single parent. Db

merasa lebih sering berselisih paham dengan adiknya karena mereka sama-sama

orang yang keras. Mereka berpegang teguh dengan pemikiran dan ide

masing-masing. Dengan kakaknya Db jarang bertengkar karena menurutnya sang kakak

lebih banyak membimbing dan mengalah ketika berbeda pendapat dengan Db.

Adik Db juga aktif dalam kegiatan gereja sebagai pemain musik dan pengurus

divisi pemuda dan remaja. Adik Db tertarik pada hal-hal yang terkait dengan

komputer.

Mama Db adalah orang yang keras dalam bekerja, menyadari akan

kebutuhan hidup untuk keluarganya mama Db bekerja seharian untuk mencukupi

kebutuhan setelah suaminya meninggal. Sejak suaminya meninggal mama Db

tidak menikah lagi, dia memilih untuk membesarkan anaknya seorang diri. Dalam

masalah keuangan keluarga Db banyak dibantu oleh kakak dari mamanya,

walaupun bantuan itu tidak berupa pemberian uang secara langsung. Toko yang

saat ini dipercayakan untuk dikelola oleh mama Db adalah milik kakaknya. Dari

hasil toko ini Db dan keluarganya mendapat bagian tersendiri dalam bentuk

pembagian keuntungan. Melihat hal inilah maka Db banyak membantu mamanya


(51)

pemimpin yang tegas dan keras. Setiap apa yang diperintahkan harus segera

dikerjakan tepat seperti yang dia mau. Mama Db aktif dalam kegiatan rohani

sebagai anggota koor, tetapi sejak dipercaya mengelola toko kemudian dia

mengurangi aktifitas di gereja karena waktunya banyak tersita untuk bekerja.

Dalam berinterksi dengan mamanya Db berusaha untuk menuruti yang

deperintahkan tetapi tidak jarang juga Db menolaknya terlebih ketika Db merasa

bahwa yang diperintahkan mamanya tidak nyaman bagi dia.

B. PERSIAPAN PENELITIAN

Persiapan penelitian ini dilakukan oleh peneliti untuk mempersiapkan

informan penelitian dan hal-hal yang dibutuhkan untuk memperlancar proses

penelitian:

1. Membangun raport dengan informan. Ini dilakukan untuk

memunculkan rasa nyaman dala diri informan sehingga bisa

memeberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti.

2. Menjelaskan maksud dan latar belakang tujuan penelitian ini kepada

informan. Dengan informan mengetahui tujuan penelitian ini maka

diharapkan informan lebih dapat bersikap kooperatif dengan peneliti.

3. Membuat pertanyaan umum sebagai panduan dalam pengambilan

informasi dari informan. Panduan ini berupa pertanyaan wawancara

yang bersifat sangat umum dan dikembangakn berdasar kebutuhan


(52)

4. Pengambilan informasi seijin informan. Sebelum melakukan

wawancara dan observasi peneliti terlebih dahulu meminta ijin

kepada informan agar informan merasa nyaman selama proses

wawancara dan observasi berlangsung. Peneliti juga memberikan

informasi singkat mengenai apa yang akan dilakukan selama proses

pengambilan informasi dari informan.

5. Dalam proses verifikasi peneliti memberikan kembali catatan

verbatim hasil wawancara kepada informan dengan maksud agar

informan mengetahui bahwa informasi yang didapat peneliti sebagai

dasar penelitian ini adalah benar-benar dari apa yang diberikan oleh

informan.

C. HASIL PENELITIAN

1. Hubungan Informan Dengan Lawan Jenis

Informan memiliki hubungan dengan lawan jenisnya, dia

membaginya dalam beberapa kategori yaitu sebagai teman biasa,

sahabat, teman dekat dan sebagai pacar. Menurut informan sahabat

lebih dari teman biasa karena lebih banyak masalah pribadi yang bisa

dibagikan dengan sahabat. Menurutnya teman dekat adalah lawan

jenis yang bergaul dekat tetapi tidak setulus sahabat ”ada maunya”,

sedangkan pacar adalah interaksi paling dekat dan mendalam


(53)

Informan pernah berpacaran dengan seorang pria saat dia masih

menempuh pendidikan S1 nya, sebenarnya informan sudah lama

tertarik dengan pria ini yaitu sejak informan duduk di bangku SMU.

Rasa tertarik informan ini ternyata hanya dibalas dengan perasaan

sebagai sahabat oleh sang pria.

“Pernah, menurutku 1 kali. (pacaran)” wawancara 1, 168

Dianggap sebagai sahabat ternyata menyakitkan bagi informan,

diapun sempat merasa kecewa dan berusaha melupakan si pria itu.

Setelah sekian waktu kemudian pria tadi menghampiri informan dan

menyatakan isi hatinya bahwa sebenarnya selama ini dia juga tertarik

kepada informan. setelah sang pria menyatakan isi hatinya kemudian

informan menerima dia karena menurut informan dalam diri pria ini

dia menemukan figure yang dia cari selama ini, selain itu informan

juga merasa inilah kesempatan baginya untuk berpacaran dengan

orang yang selama ini dia sukai.

“Soalnya dari aku sudah seneng sama dia lama, dan dulu menurutku dia orang yang aku cari, figure yang aku harapkan tu ada di dia semua, walaupun cuma permukaan. Maksudnya aku ngga ngeliat kedalamannya seperti apa. Bagiku susah sih waktu itu buat nemuin cowok yang kayak dia.” Wawancara 1, 178

Dalam berpacaran informan juga mengalami gesekan dan perbedaan

pendapat. Setelah dua bulan mereka berpacaran secara jarak jauh,

mereka mengakhiri hubungannya karena adanya permasalah


(54)

Figure pria yang selama ini dia cintai dan sayangi ternyata harus

putus karena masalah keluarga, informan menjadi kecewa, menutup

hatinya untuk pria dan memutuskan untuk berfokus pada masalah

kuliahnya.

”Banyak faktor…masalah keluarga” wawancara 1,242 ”Ngga ada (faktor lain)” wawancara 1, 243

“Waktu aku putus sih aku sempet kepikiran, ah ya udah aku ngga mau mikirin cowok dulu aku pengennya kuliah, itu yang pertama. Yang kedua bagiku untuk membuka hati sama cowok juga susah.” Wawancara 1, 303

Sejak dia putus informan belum lagi memikirkan untuk berpacaran,

hatinya masih ragu akankah dia kembali menjalin hubungan serius

dengan pria atau tidak. Harapan dari informan adalah dia bisa

menemukan pria yang cocok sesuai figure yang dia harapkan dan

bisa selalu ada ketika dibutuhkan oleh informan.

Selain pacar infroman juga pernah memiliki teman dekat seorang

pria, tetapi setelah tahu bahwa informan berpacaran kemudian

hubungan dengan teman dekat ini menjauh. Informan menganggap

bahwa teman dekat hubungannya tidak setulus sahabat karena ada

harapan tersendiri dari salah satu pihak.

Selain pacar informan menganggap ada juga teman yang dekat dan

bisa berbagi secara tulus, dia menyebutnya sebagai sahabat. Dalam

berinteraksi dengan lawan jenis informan juga memiliki sahabat


(55)

harus bisa memberi dukung dan support, menerima apa adanya, bisa

mendengarkan dan memberi masukan yang membangun.

Interaksi informan dengan lawan jenis terjadi dalam beberapa aspek

kehidupannya seperti gereja, campus dan tempat kerja.

Di gereja informan memiliki sahabat pria. Menurut informan

kesamaan prinsip dasar mereka menjadikan dirinya lebih mudah

untuk terbuka dan berbicara masalah yang dalam. Bagi informan

seorang sahabat adalah tempat dimana dia bisa bercerita hingga

masalah yang terdalam yaitu keluarga. Dengan teman di gerejanya

informan merasa leih bisa terbuka, interaksi saling mendukung,

saling membangun, dan saling memberi support dirasa informan

lebih bisa dilakukan karena prinsip dasar kehidupan mereka yang

sama.

“Kalo menurutku belum bisa karena beda agama, ya mungkin yang terutama itu. Soalnya menurutku kalo aku sudah nyebut dia sahabat berarti yang paling dalem aku bisa cerita ke dia. Paling dalem kadang menyangkut perinsip hidup, pandangan hidup, tujuan hidup. Nah kalo udah beda, susah buat ngomongin.” Wawancara 1, 118

Di luar gereja informan juga berinteraksi dengan pria, salah satunya

adalah di campus. Di campus informan memandang pria

sebagaimana pria pada umumnya. Interaksi yang dilakukan lebih

besifat umum, seerti berbicara masalah tugas campus, pengalaman

kerja dan hal-hal yang terkait perkliahan dan pekerjaan.

Sejak S1 sebenarnya informan merasa kurang tertarik dengan


(56)

hanyalah kuliah, mengerjakan tugas lalu pulang. Ketika harus

bergaul dengan rekan pria di campusnya informan tampak kurang

nyaman dan cenderung menutup diri. Informan bahkan menolak

untuk diajak dalam acara-acara yang dia tahu di sana akan banyak

bertemu dengan teman-teman pria dari campusnya. Bahkan dalam

relasinya dengan lawan jenis di campus informan terkesan acuh dan

tidak peduli, hal ini dimunculkan dengan tidak ingatnya informan

akan nama teman sekalasnya maupun sikap dan ekspresinya ketika

berbicara dengan lawan jenis dari campus. Interaksi informan dengan

lawan jenis di campus bisa dikatakan minim.

”Kalau sama temen cowok, bagiku mereka enak buat tukar pikiran untuk masalah diskusi-diskusi. Terus buat ngobrol sebentar, ngga bisa sih aku terbuka cerita sama cowok, ngobrolnya seputar hal umum aja. Mungkin masalah tugas dan pengalaman seputar kegiatan kampus atau pengalaman kerjanya, kan mereka kebanyakan udah lebih tua dari aku dan lebih banyak

pengalamannya, itukan aku belum tahu, jadi dari cerita mereka tentang pengalamannya itu aku bisa belajar lebih lagi.”

wawancara 2, 39-50

Di tempat kerjanya di sebuah toko perkakas, informan bekerja di

bagian keuangan membantu mamanya yang adalah kepala cabang

Jogja dan Solo. Hubungan informan dengan rekan kerja yang pria

berbeda dengan yang wanita. Dengan karyawan pria informan lebih

banyak berinteraksi sebatas pekerjaan. Pemberian tugas dan teguran

dilakukan informan kepada karyawannya sesuai dengan tanggung

jawab dan tugas informan di toko tersebut. Informan memiliki


(57)

pria di tokonya. Informan menilai bahwa karyawan pria di tokonya

tidak menghargai wanita. Informan menilai dari cara mereka

bercanda seolah-olah kurang menghargai wanita. Informan juga

merasa bahwa dirinya diremehkan oleh karyawan toko karena

dirinya perempuan, sikap meremehkan ini informan terima dalam

bentuk tegurannya salam hal pekerjaan tidak didengarkan dengan

baik sehingga terjadi kesalahan yang berulang.

“Kalau di tempat kerja mungkin aku mandang laki mungkin sempet rada negatif, soalnya karena tingkah lakunya sama bercandanya menurutku kurang begus…kurang menghargai cewek.” Wawancara 2,4-7

“Setelah Ts keluar, Db duduk di mejanya dan sedikit mengeluh karena kinerja beberapa karyawan menurutnya tidak bagus dan cenderung meremehkan, Db beranggapan bahwa apakah karena dirinya perempuan maka bisa diremehkan.” Observasi 8, 51-55 Informan menilai bahwa karyawan wanita sebenarnya lebih baik dari

pria, karyawan wanita dianggap lebih bisa dipercaya dan

bertanggung jawab. Di lingkungan pekerjaan informan adalah orang

yang tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain jika penjelasan

itu dianggapnya sebagai suatu pembelaan saja. Ketika disibukkan

dengan tanggung jawab dan pekerjaannya informan tidak mau

terganggu dengan apa yang bukan menjadi tanggung jawabnya.

Penilaian negatif informan terhadap karyawan pria di tempatnya

bekerja membuat informan tidak bertegur sapa dengan mereka, dan

memilih langsung pulang ketika jam pulang ataupun langsung masuk


(58)

Secara umum informan sulit terbuka, enggan bergaul dengan pria

dan memiliki perasaan tidak nyaman ketika harus berintearksi

dengan sekelompok pria. Menurut informan pria itu seharusnya bisa

melindungi tetapi pada kenyataannya informan tidak melihat fakta

itu. Sejak kecil sebenarnya informan tidak percaya kepada pria

ditambah lagi dengan kenyataan bahwa informan tidak menemukan

figure pria yang tepat dalam kehidupannya. Pengalaman penculikan

yang dilakukan oleh tukang becak terhadap informan juga

membentuk penguatan akan penilaiannya bahwa pria itu tidak bisa

dipercaya.

2. Hubungan Informan Dengan Ayah

Informan melihat bahwa papanya adalah figure pria bagi dia. Dimata

informan papanya adalah orang yang sabar. Papa informan jarang

sekali memarahi dia, walaupun sekali waktu jika informan bersalah

papanya juga tetap memarahi dia.

Sejak kecil informan merasa dekat dengan papanya, informan merasa

papanya lebih sering membela dia daripada kakak dan adiknya.

Ketika meminta sesuatu informan papa informan cenderung

menuruti permintaannya. Selain itu ketika papanya ada di rumah dan

tidak lelah informan sering bermain bersama papanya, entah itu

bermain boneka kertas ataupun bermain ijak-injakan kaki. Papa


(59)

gereja dan persekutuan doa. Kebersamaan dengan papanya membuat

informan semakin merasa dekat. Sikap sabar, dekat, pembelaan,

menuruti permintaan, mengantar dan kebersamaan ini membuat

informan semakin yakin bahwa papanya sangat sayang dengan

dirinya.

”pokoke papaku mbelani banget aku.” Wawancara 3, 107

”pokoke dulu itu papaku sayang benget nek sama aku.” Wawancara 3, 110

”pokoke sayang banget.” Wawancara 3, 118

”ya mungkin sayang ya, tapi kalo ke aku tu keliatane lebih sayang lagi.” Wawancara 3, 137

Ada pengalaman-pengalaman lain yang menguatkan pemikiran

informan bahwa papanya sangat sayang dan dekat dengan dia.

Pertama adalah ketika informan diculik olek tukang becak yang tidak

dikenalnya. Setibanya di rumah, sambutan yang berbeda dirasakan

oleh informan. Mamanya marah karena informan mau ikut dengan

orang yang tidak dikenal sedangkan papanya memluk, menangis dan

berdoa dengan dia, ditambah lagi dengan informasi yang didapat

bahwa sebelum informan pulang papanya smepat panik di sekolah

karena mencari informan. Sikap penerimaan dari papanya ini

diartikan oleh informan sebagai perwujudan rasa sayang papanya

kepada dia. Juga setelah di rumah, informan menceritakan bahwa

semalaman itu papanya menyempatkan diri untuk terus bersama


(1)

Observasi 7

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

Db datang beribadah bersama adiknya. Setiba di gereja Db langsung naik menuju balkon untuk mengikuti ibadah. An adik Db memilih duduk di bangku bawah bersama dengan teman-temannya yang lain. Db duduk bersama dengan Sc di sisi kanan, Sc saat itu sudah terlebih dahulu datang. Sekali Db meminta permen kepada Sc. Tidak ada orang lain yang duduk di belakang Db dan Sc. Db duduk di kursi paling tepi di deretnya, di sebelah Sc ada Li (perempuan) adik Sc yang juga ikut tergabung dalam team tari. Di depan Db ada suami isteri yang duduk bersama dengan seorang anaknya yang masih balita. Selama ibadah berlangsung Db dan Sc tidak terlalu banyak berbicara, termasuk saat firman disampaikan. Setelah ibadah selesai Db terlibat perbincangan dengan Sc mengenai team tari, mereka berbincang tentang pergantian kepengurusan yang sebentar lagi akan berakhir. Li hanya mendengarkan pembicaraan tersebut sambil menunggu Sc. Sebagian besar jemaat yang duduk di balkon telah turun sehinga Db, Sc dan Li memutuskan untuk turun. Saat bertemu dengan observer Db, Sc, dan Li berjabatan tangan sambil bertanya kabar observer. Db tidak banyak berbicara hanya menanyakan tentang perkembangan penelitian ini dengan Db sebagai informannya. Saat tiba di lantai dasar Db bertemu dengan seorang Hrd (laki-laki). Hrd dulu adalah teman dekat Db yang usianya jauh lebih muda dari Db (5-6 tahun lebih muda). Hrd juga teman baik observer. Db berjabat tangan dengan Hrd kemudian bertanya tentang kuliah Hrd dan sedikit kesibukan Hrd saat ini. Hrd saat itu tampak terburu-buru sehingga segera berpamitan dengan Db dan beberap teman lain. Db bertemu dengan beberpa orang, Sm dan ibu (pendeta)-Db berjabat tangan, Jm dan ibu (diaken)-Db berjabat tangan, Els (hamba Tuhan, laki-laki), Db berjabat tangan, Yh (hamba Tuhan, laki-laki), Db berjabat tangan, Fs (hamba Tuhan, wanita), Db berjabat tangan, Rth (hamba Tuhan, wanita), Db berjabat tangan dan beberpa orang lain. Tiba-tiba Db segera menuju tempat parkir sambil memanggil

Inf ke gereja dengan adiknya (1)

Inf duduk dengan rekan pelayanan di gereja (5-7)

Inf berfokus pada ibadah (13-15)

Inf tampak antusias berbicara tentang tanggung

jawabnya (16-19)

Inf berinteraksi dengan teman pria di gerejanya

(29-36)

Inf berinteraksi dengan banyak orang di gerejanya,

mereka berjabat tangan selesai ibadah (36-43)


(2)

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

nama Vn (wanita). Di dekat sebuah mobil merah Db berbincang dengan Vn, mereka tampak berbicara tentang sesuatu yang serius tetapi sesekali juga mereka tertawa. Observer bertanya kepada Sc tentang apa yang dibicarakan Db dengan Vn. Sc menjelaskan bahwa mereka sedang berbicara masalah seminar praise and worship di Solo yang rencananya beberapa orang dari team tari akan berangkat ke seminar itu yang pendaftarannya dilakukan secara kolektif melalui Vn. Db kembali berjalan menuju Sc sambil tersenyum dan mengacungkan dua ibu jarinya, Sc tertawa melihat aksi Db. Tiba-tiba An memanggil Db dan mengajaknya untuk segera pulang. Db menghampiri An dan mengambil helmnya, sesaat mereka berbicara lalu Db menghampiri observer dan bertanya bisakah observer mengantar Li pulang sehingga Db bisa pergi sebentar dengan Sc karena ada hal yang perlu mereka bicarakan, sedangkan An segera pulang karena sudah lapar dan harus mengerjakan beberapa tugas kampus. Observer menyanggupi untuk mengantar Li pulang. Sc mendengar kesepakatan Db dengan observer kemudian dia menghampiri Li. Db tampak berdiri sendiri sambil menunggu Sc, Db meminta maaf karena telah merepotkan observer. Sc menghampiri Db dan menjelaskan bahwa Li tidak mau, dia lebih memilih untuk menunggu Sc dan pulang bersamanya. Db dan Sc terdiam sesaat lalu mereka memutuskan untuk berbicara secara cepat di gereja saja. Sc dan Db berjalan menuju perpustakaan dan berbincang di sana tentang regenerasi team tari. Li datang menghampiri observer dan bertanya di mana Sc, kamudian Li menuju perpustakaan untuk menghampiri Sc. Li masuk perpusatakaan dan duduk di sebuah kursi sambil membaca sebuah buku sambil berbincang dengan penjaga perpustakaan. Db dan Sc duduk di lantai dan tampak berbicang secara serius. Selang 45 menit (20:05) Db, Sc, Li dan seorang penjaga perpustakaan keluar dari perpustakaan itu karena memang sudah waktunya tutup (20:00). Db dan Sc berjalan menghampiri motor Sc sambil tetap tampak berbicara serius. Li mengajak Sc untuk pulang dan perbincangan Sc dengan Db pun

inf berbicara dengan teman lain yang juga wanita tentang rencana seminar

(44-54)

Inf diajak pulang oleh adiknya, tetapi inf menolak

karena ada keperluan lain (57-59)

Inf berbincang dengan observer untuk meminta

bantuan (60-63)

Inf tempak serius berbicara tentang tanggung jawabnya


(3)

91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104

segera diakhiri. Db kemudian berjalan menghampiri observer dan meminta untuk diatarkan pulang. Saat Sc dan Li lewat Db memanggil Sc sambil memberi kode bahwa dia akan meneleponnya setelah tiba di rumah. Db dan observer pulang dengan berboncengan sepeda motor, Db kembali meminta maaf karena telah merepotkan observer. Dalam perjalanan pulang Db tidak banyak berbicara. Sekali dia berkata agar observer membantu team tari dalam doa untuk masalah regenerasi, sekali Db bertanya tentang perkembangan penelitian observer. Setiba di rumah Db langsung membuka pintu dan mengucapkan terima kasih kepada observer.

Inf berinteraksi dengan observer meminta tolong diatarkan pulang (91-99)


(4)

Observasi 8

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44

Di tempat kerja Db tampak sedang duduk santai karena observasi dilakukan saat jam makan siang. Db duduk dengan Mr yang sedang makan. Di toko Db, jam makan siang dilakukan secara bergantian mulai dari pukul 12:30-13:30. Saat Db dan Mr menawarkan makan siang kepada observer. Sambl sesekali tersenyum Mr berkata bahwa makan siang kali ini cukup enak, tidak seperti biasanya macam dan porsi lauk juga lebih banyak. Db hanya duduk di meja makan bersama dengan Mr tetapi tidak makan, di depan Db hanya ada sebuah dus roti dan sebuah susu kemasan. Db dan Mr berbincang santai tentang seorang karyawan baru yang perilakunya terkesan konyol dan mengundang tawa bagi orang lain. Selesai makan Mr bercerita tentang hubungannya dengan pacarnya saat ini yang sudah berencana menikah pertengahan tahun depan. Db diam mendengarkan sambil tersenyum. Kurang lebih pukul 12:25 Mr turun dan kembali bekerja di meja kasir sementara itu Db kembali ke ruangannya. Di ruangan itu ada sebuah laptop yang tertutup dan beberapa buku tentang perpajakan di sampingnya di letakkan di meja kerja Db. Db mempersilahkan observer masuk karena kesibukan Db tidak terlalu banyak hari itu, malahan Db menyalakan laptopnya dan memilih untuk bermain game. Seorang karyawan datang untuk menyerahkan surat-surat pembelian dan uang. Db menerimanya lalu membacanya sebentar dan memerintahkan karyawan tadi untuk mengirimkan barang ke tempat tujuan setelah makan siang. Db memberi karyawan tersebut sejumlah uang untuk membeli bensin. Setelah Db membaca ulang surat tadi kemudian Db mengangkat telepon dan memanggil Ts. Saat Ts datang Db menanyakan beberapa keanehan di surat tersebut, Ts memberi penjelasan tetapi Db menolak penjelasan Ts karena dianggapnya itu adalah sebuah pembelaan atas kesalahannya. Kesalahan yang dibuat Ts menurut Db akan menyulitkan pelaporan pajak nanti. Db mengatakan bahwa dia merasa telah berulang kali menjelaskan tentang masalah tersebut karena

Inf berinteraksi dengan teman kerja wanitanya (1-3)

Inf berinteraksi dengan observer dengan menawarkan makan siang

(5-10)

Inf berinteraksi dengan teman kerja wanitanya

(13-20)

Ketika pekerjaan tidak terlalu banyak inf sedikit santai di

toko (25-28)

Inf berinteraksi profesional dengan karyawan pria di

toko (28-34) Inf memberi perintah di toko

sesuai dengan tanggung jawabnya (31-34)

Inf tidak mau mendengarkan penjelasan orang lain yang

dianggapnya hanya membela diri (38-47)


(5)

45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90

menurutnya kesalahan ini bukanlah yang pertama kali dilakukan Ts. Ts hanya terdiam mendengar apa yang dikatakan Db. Db kemudian menyuruh Ts memperbaiki proses pembelian tadi dan menyuruhnya agar Rc(karyawan laki-laki yang tadi menghantarkan surat) menunda pengiriman barang. Setelah Ts keluar, Db duduk di mejanya dan sedikit mengeluh karena kinerja beberapa karyawan menurutnya tidak bagus dan cenderung meremehkan, Db beranggapan bahwa apakah karena dirinya perempuan maka bisa diremehkan. Db kemudian kembali bermain game di laptopnya. Db sesekali menawarkan minuman dan atau makanan jika observer lapar. Saat Db bermain game HPnya berbunyi, kemudian Db mengangkatnya, ternyata itu adalah dari seorang saudara Db di Jakarta (Bbg, Om dari Db). Db menjelaskan tentang kondisi toko dan gambaran singkat tentang perkembangan toko satu minggu ini. Db juga melaporkan tentang kinerja karyawan yang dinilainya tidak terlalu bagus, dan meminta tambahan atau pertukaran karyawan tetapi dengan karyawan yang wanita karena menurunya karyawan wanita lebih mudah diatur dan lebih bertanggung jawab. Menurutnya karyawan laki-laki lebih pantas dijadiakn pekerja keras saja. Bbg telepon sekitar 10 menit. Db kemudian kembali bermain game di laptopnya. Sekitar pukul 13:40 mama dari Db datang kemudian menyapa observer dan Db. Mama Db baru saja datang dari bank dan mengeluhkan kondisi jalanan yang macet dan panas. Db melaporkan kesalahan Ts dan bilang bahwa Bbg tadi meneleponnya. Mama Db meninggalkan sebuah dus berisi roti di meja kerja Db dan mempersilahkan observer untuk makan kemudian pergi keluar menuju ruangannya. Db keluar menyusul dan memberikan sejumlah uang kepada mamanya. Saat kembali keruangannya Db berpamitan kepada observer karena merasa lelah dan mau pulang. Setelah membereskan mejanya, bersama dengan observer Db berpamitan kepada mamanya dan turun. Di bawah Db bertemu dengan beberapa karyawan laki-laki yang sedang bekerja tanpa menegur sapa Db langsung keluar, di meja kasir Db berpamitan dengan Mr. Saat di

Inf memberi perintah di toko sesuai dengan tanggung

jawabnya (47-51)

inf mengeluh dengan kinerja karyawan yang menurutnya meremehkan dirnya karena

dia perempuan (51-55) inf berinteraksi ringan dengan observer dengan menawarkan minum (57)

Inf menjalankan fungsinya di toko sesuai dengan tanggung jawabnya (61-64)

Inf menilai karyawan wanita lebih baik (64-71)

Inf berinteraksi dengan mamanya di kantor (77-83)

Inf beinteraksi dengan observer dengan berpamitan

pulang (83-87) Inf langsung pulang tanpa

menegur sapa karyawan pria (87-90)


(6)

91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102

motor, Db melihat Ts kemudian kembali mengingatkan agar memperhatikan jika ada orang yang memberi penjelasan tentang sesuatu hal apalagi jika Ts tidak kompeten di bidang tersebut. Db segera berpamitan dengan observer dan pulang. Di lampu merah observer bertemu dengan Db dan sempat menanyakan kenapa harus menggunakan masker wajah dan menutup kaca helm. Db menjawab agar tidak diganggu cowok-cowok usil sambil tertawa kecil lalu membunyikan klakson dan memacu kendaraannya.

Inf memberi perintah di toko sesuai dengan tanggung

jawabnya (91-95)

Inf berinteraksi ringan dengan bercanda (97-101)