PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCT YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010.
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS, DAN
PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCT
YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2006-2010
SKRIPSI
Oleh:
W INA ADISTY PRITASARI 0812010057 / FE / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL `VETERAN`
JAWA TIMUR
(2)
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum wr. wb.
Alhamdulillahirabbilalamin, puja dan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan segala rahmat dan hidayah-Nya, serta shalawat dan salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “ Pengaruh Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis, dan Profitabilitas Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan Automotive and Allied Product yang Go Public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010”
Penulisan skripsi ini dimaksudkan sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Program Studi Manajemen pada Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran“ Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya dukungan dari berbagai pihak, maka pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Sudarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. H. Dhani Ichsanudin Nur, SE,MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
(3)
3. Bapak Dr.Muhadjir Anwar, MM, Selaku Ketua Jurusan Fakultas Ekonomi Manajemen Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4. Ibu Dra. Ec. Nurjanti Takarini, Msi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah memberikan saran, nasehat serta bantuan bimbingan skripsi kepada peneliti sehingga peneliti bisa menyelesaikan tugas skripsi ini dengan baik.
5. Seluruh Dosen dan staff dosen Jurusan Manajemen yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis selama menjadi mahasiswa Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
6. Mama Hanis-ku tercinta serta kakak-kakakku tersayang mbak wenny dan mbak windy, penulis menyampaikan banyak terima kasih atas doa dan dukungan baik secara spiritual maupun materiil yang tidak mungkin penulis uraikan dengan kata-kata.
7. Bapak Rudi dan Bapak Andri selaku pihak BEI dan Arthamex yang telah memberikan data dan arahan selama proses penyusunan skripsi ini.
8. Khiki-ku yang selalu mendampingiku terima kasih atas semua support, doa, waktu, dan pengertiannya yang telah diberikan sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.
9. Teman-teman kampus terima kasih atas semua bantuan dan tambahan ilmu yang telah diberikan.
10.Teman-teman Surabaya Arimanda, Dito, Ferdian, Taji, Bima, dan semua teman-teman kost terima kasih support, dan doa, serta tempat berkeluh kesah.
(4)
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa apa yang telah disusun dalam skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis sangat berharap saran dan kritik membangun dari pembaca dan pihak lain.
Akhir kata, Penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Wassalamu’alaikum wr. wb.
Surabaya, Mei 2012
(5)
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ... i
DAFTAR ISI ... ii
DAFTAR TABEL ... iii
DAFTAR GAMBAR ... iv
DAFTAR LAMPIRAN ... v
ABSTRAKSI BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Perumusan Masalah ... 8
1.3. Tujuan Penelitian ... 8
1.4. Manfaat Penelitian ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Penelitian Terdahulu ... 10
2.2. Landasan Teori ... 14
2.2.1.Pengertian Modal ... 14
2.2.2.Komponen Struktur Modal ... 16
2.2.3. Pengertian dan Teori Struktur Modal ... 20
(6)
2.2.3.2. Teori Struktur Modal ... 21
2.2.4. Pengukuran Struktur Modal ... 24
2.2.5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal ... 24
2.2.5.1. Ukuran Perusahaan ... 24
2.2.5.2. Risiko Bisnis... 27
2.2.5.3. Profitabilitas ... 28
2.2.6. Pengaruh Variabel Independen Terhadap Struktur Modal ... 29
2.2.6.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal . 29 2.2.6.2. Pengaruh Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal ... 31
2.2.6.3. Pengaruh Profitabilitas Terhadap Struktur Modal ... 32
2.3. Kerangka Konseptual... 33
2.4. Hipotesis ... 34
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel ... 35
3.2. Teknik Penentuan Sampel ... 37
3.2.1. Populasi ... 37
3.2.2. Sampel ... 37
3.3. Teknik Pengumpulan Data ... 39
3.3.1. Jenis Data ... 39
3.3.2. Sumber Data ... 39
(7)
3.4. Teknik Analisis Data dan Uji Hipotisis ... 40
3.4.1. Teknik Analisis Data ... 40
3.4.2. Uji Asumsi klasik ... 41
3.4.3. Uji Hipotesis ... 45
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek Penelitian ... 48
4.1.1.Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia ... 48
4.1.2.Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 49
4.1.3.Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 51
4.1.4.Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia (BEI) ... 51
4.1.5.Profil Perusahaan Obyek Penelitian ... 53
4.2.Deskripsi Hasil Penelitian ... 66
4.2.1.Struktur Modal ... 66
4.2.2.Ukuran Perusahaan... 68
4.2.3.Risiko Bisnis ... 69
4.2.4.Profitabilitas ... 71
4.3.Analisis dan Pengujian Hipotesis ... 73
4.3.1.Uji Outlier ... 73
4.3.2.Uji Normalitas... 74
4.3.3.Uji Asumsi Klasik ... 75
(8)
4.3.5.Analisis Regresi Linier Berganda ... 80
4.3.6.Uji t ... 83
4.3.7.Uji F... 84
4.4.Pembahasan ... 84
4.4.1.Pengaruh Ukuran Perusahaan ... 85
4.4.2.Pengaruh Risiko Bisnis ... 85
4.4.3.Pengaruh Profitabilitas ... 87
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1.Kesimpulan ... 88
5.2.Saran... 89 DAFTAR PUSTAKA
(9)
Daftar Tabel
Tabel 1.1 Data struktur modal perusahaan automotive and allied product 2006-2010 .. ... 5
Tabel 4.1 Struktur Modal ( Y ) Perusahaan Automotive and Allied Product tahun 2006-2010... 67
Tabel 4.2 Ukuran Perusahaan ( X1 ) Perusahaan Automotive and Allied Product tahun 2006-2010... 68
Tabel 4.3 Risiko Bisnis ( X2 ) Perusahaan Automotive and Allied Product tahun 2006-2010... 70
Tabel 4.4 Profitabilitas ( X3 ) Perusahaan Automotive and Allied Product yang go public di Bursa Efek Indonesia Tahun 2006-2010 ... 72
Tabel 4.5 Hasil Uji Outlier ... 73
Tabel 4.6 Hasil Uji Normalitas ... 74
Tabel 4.7 Hasil Uji Multikolinieritas ... 75
Tabel 4.8 Hasil Uji Heteroskedasitisitas ... 77
Tabel 4.9 Hasil Uji Autokorelasi ... 79
(10)
Tabel 4.11 Statistik Deskriptif ... 81
Tabel 4.12 Hasil Analisis Regresi Berganda ... 81
Tabel 4.13 Hasil Uji t ... 83
(11)
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Konseptual Gambar 4.1 Statistik d Durbin Watson
(12)
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 : Data ICMD
Lampiran 2 : Tabulasi Data Keuangan
(13)
PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA
PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCT YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA
TAHUN 2006-2010 Oleh :
Wina Adisty Pritasari Abstraksi
Dalam kondisi perekonomian yang sulit seperti saat ini, persaingan di segala sektor usaha semakin ketat, hal ini mendorong setiap perusahaan perlu melakukan berbagai upaya untuk menciptakan keunggulan dalam bersaing, sehingga perusahaan dapat bertahan ditengah-tengah persaingan. Dalam manajemen keuangan, salah satu unsur yang perlu diperhatikan adalah mengenai seberapa besar kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dana yang akan digunakan untuk beroperasi dan mengembangkan usahanya. Modal menjadi salah satu elemen penting dalam perusahaan karena modal sangatlah diperlukan. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya total hutang jangka panjang dibandingkan modal sendiri. Tujuan penelitian ini bertujuan untuk mengetahui yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan Automotive and Allied Product yang go publik di BEI.
Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Automotive and Allied Product yang go publik di BEI. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling yaitu proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel, maka jumlah sampel perusahaan Automotive and Allied Product yang memenuhi kriteria sebanyak 12 perusahaan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari data laporan keuangan periode 2006-2010 yang diambil dari Bursa Efek Indonesia. Sedangkan untuk pengujian data menggunakan analisis regresi linear berganda dengan asumsi klasik menggunakan program SPSS. Hasil penelitian menunjukan bahwa (1) Ukuran Perusahaan mempunyai pengaruh positif tidak signifikan terhadap struktur modal, (2) Risiko Bisnis mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap struktur modal, dan (3) Profitabilitas mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap struktur modal. Kata Kunci : Struktur Modal, Ukuran Perusahaan, Risiko Bisnis,
(14)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Perkembangan teknologi dan globalisasi yang begitu besar dewasa ini menimbulkan persaingan dalam dunia usaha yang sangat kompetitif. Sebagian besar yang dilakukan perusahaan bertujuan untuk memperoleh laba dan meningkatkan nilai perusahaan. Namun, dalam menjalankan usahanya perusahaan memerlukan modal yang merupakan bagian dari keseluruhan dalam perusahaan. Modal menjadi salah satu elemen penting dalam perusahaan karena baik dalam pembukaan bisnis modal sangatlah diperlukan. Oleh karena itu, perusahaan harus menentukan seberapa banyak modal yang diperlukan untuk membiayai bisnisnya. Sumber dana bagi perusahaan dapat diperoleh dari dalam perusahaan yang berasal dari laba ditahan dan depresiasi, serta dana dari luar perusahaan yang berasal dari hutang, yaitu dana yang berasal dari para kreditur dan dana yang berasal dari peserta yang mengambil bagian dalam perusahaan yang akan menjadi modal sendiri (Theresia. T, 2007).
Dalam melakukan kegiatan sehari-hari perusahaan melakukan usahanya agar dapat berkembang dari tahun ke tahun membutuhkan modal. Setiap perkembangan usaha juga akan diikuti dengan meningkatnya akan kebutuhan modal semakin besar. Kenaikan modal tidak selalu diikuti kenaikan rentabilitas, karena kenaikan modal belum dapat menentukan keuntungan atau kerugian penggunaan modal tersebut, ini bisa dilihat dalam rasio yang dihasilkan dari periode ke periode berikutnya, dengan mengetahui perkembangan modal maka apabila terjadi penurunan maka pihak
(15)
management perusahaan dapat bertindak mengambil kebijaksanaan untuk mengetahui permasalahaan yang terjadi pada perusahaan.
Salah satu keputusan yang dihadapi oleh manajer keuangan dalam kaitannya dalam kelangsungan operasi perusahaan adalah keputusan pendanaan dan keputusan struktur modal, yaitu suatu keputusan yang berkaitan dengan komposisi hutang saham preferen dan saham biasa yang harus digunakan perusahaan (Yuke dan Handri, 2005). Manajer harus mampu menghimpun dana yang berssumber dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan secara efisien, dalam arti keputusan pendanaan tersebut merupakan keputusan pendanaan yang mampu meminimalisasikan biaya modal yang ditanggung perusahaan.
Biaya modal yang timbul dari pendanaan tersebut merupakan konsekuensi yang secara langsung timbul dari keputusan yang diambil manajer. Ketika manajer menggunakan hutang, jelas biaya yang timbul sebesar bunga yang dibebankan oleh kreditur. Sedangkan jika manajer menggunakan dana internal atau dari modal sendiri maka akan timbul opportunity cost dari dana atau modal sendiri yang digunakan. Keputusan pendanaan yang dilakukan secara tidak cermat akan menimbulkan biaya tetap dalam bentuk biaya modal yang tinggi, yang selanjutnya dapat berakibat pada rendahnya profitabilitas perusahaan.
Pada prinsipnya, setiap perusahaan membutuhkan dana. Pemenuhan dana tersebut dapat berasal dari sumber intern perusahaan ataupun sumber ekstern perusahaan. Namun pada umumnya perusahaan cenderung untuk menggunakan modal sendiri sebagai modal permanen, sedangkan modal asing hanya digunakan sebagai pelengkap saja apabila dana yang dibutuhkan kurang mencukupi. Penggunaan modal sendiri akan
(16)
menjadi tanggungan terhadap keseluruhan resiko perusahaan dan merupakan jaminan bagi para kreditur. Sedangkan modal asing adalah modal yang berasal dari kreditur dan merupakan hutang bagi perusahaan yang bersangkutan. Oleh karena itu, diperlukan adanya kebijaksanaan dalam menentukan apakah kebutuhan dana perusahaan akan dibelanjai oleh modal sendiri atau dengan modal asing.
Menurut Prabansari & Kusuma (2005) Keputusan struktur modal yang diambil oleh manajer tersebut tidak saja berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan, tetapi juga berpengaruh terhadap risiko keuangan yang dihadapi perusahaan. Risiko keuangan tersebut meliputi kemungkinan ketidakmampuan perusahaan untuk membayar kewajiban-kewajibannya dan kemungkinan tidak tercapainya laba yang ditargetkan perusahaan.
Apabila perusahaan menggunakan modal dari hutang maka ketergantungan perusahaan terhadap pihak luar sangatlah besar, sedangkan apabila menggunakan sumber modal dari mengeluarkan saham baru, maka akan membutuhkan biaya yang sangat mahal. Oleh karena itu, seorang manajer keuangan harus berhati-hati dalam menentukan struktur modal perusahaannya, karena struktur modal berakibat secara langsung terhadap biaya modal (cost of capital), keputusan capital budgeting dan harga pasar. Weston dan Brigham (1997 : 103).
Masalah struktur modal merupakan masalah penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal perusahaan akan mempunyai efek yang langsung terhadap posisi finansial perusahaan. Suatu perusahaan yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai hutang yang sangat besar akan memberikan beban yang berat kepada perusahaan yang bersangkutan.
(17)
Dalam hal ini perusahaan harus mengetahui terlebih dahulu biaya yang dibutuhkan untuk memperoleh dana tersebut (cost of capital). Dengan demikian dalam mempertimbangkan kebijakan struktur modal tersebut ada satu permasalahan yang sering timbul, yakni seberapa besar modal sendiri dan seberapa besar modal pinjaman yang harus digunakan oleh perusahaan.
Struktur modal perusahaan merupakan perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri, maka seorang manajer keuangan dalam menentukan sumber modal yang digunakan oleh perusahaan harus mempertimbangkan biaya yang timbul dari sumber modal yang digunakan. Masalah struktur modal merupakan masalah yang sangat penting bagi setiap perusahaan karena naik turunnya struktur modal ditandai dengan besarnya hutang jangka panjang dibandingkan modal sendiri.
Penelitian ini mengambil sampel perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia, karena terdapat suatu permasalahan yang sedang dihadapi oleh perusahaan otomotif yang go publik di BEI. Permasalahan tersebut adalah tingginya tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan-perusahaan otomotif yang go publik di Bursa Efek Indonesia. Hal ini mencerminkan bahwa ketergantungan para perusahaan otomotif di Indonesia yang go publik di BEI terhadap pihak luar sangatlah besar. Jika keadaan ini terus bertahan dan tidak segera dibenahi maka akan membahayakan bagi kelangsungan hidup perusahaan tersebut. Dengan adanya tingkat hutang yang dimiliki oleh perusahaan tersebut akan semakin tinggi risiko yang dimiliki, sehingga akan membuat menurunnya nilai perusahaan di mata para investor. Hal ini dapat dilihat dari data perusahaan industri otomotif sebagai berikut:
(18)
Tabel 1.1 Data struktur modal perusahaan automotive and allied product (2006-2010)
No Nama Perusahaan Struktur Modal
2006 2007 2008 2009 2010 1 PT.Astra internasional Tbk 51,07 37,71 40,14 33,26 34,56 2 PT.Astra Otoparts Tbk 17,67 14,85 11,97 8,78 5,98 3 PT .Gajah Tunggal Tbk 182,35 188,98 302,71 182,47 121,8 4 PT.Goodyear Indonesia Tbk 10,57 12,37 143,62 65,42 30,57 5 PT.Hexindo Adiperkasa Tbk 46,03 30,94 11,22 5,27 4,7 6 PT Indo Kordsa Tbk 35,29 31,22 3,38 3,46 9,62 7
PT.Indomobil Sukses Internasional
Tbk 814,95 775,7 583,63 315,43 169,14 8 PT.Indospring Tbk 261,09 238,74 160,17 78,91 57,58 9 PT. Intraco Penta Tbk 100,81 79,36 103,16 54,36 79,69 10 PT.Multi Prima Sejahtera Tbk 3,47 3,22 3,54 3,49 3,55 11 PT.Multristrada Arah Sarana Tbk 55 18,86 31,55 15,11 25,57 12 PT.Nipres Tbk 43,36 36,73 21,76 13,82 9,4 13 PT. Polychem Indonesia Tbk 182,49 162,9 139,28 122,01 92,39 14 PT. Prima Alloy Steel Tbk 48,27 41,11 62,51 284,75 131,1 15 PT.Selamat Sempurna Tbk 7,11 8,03 6,74 7,23 37,4 16 PT.Tunas Ridean Tbk 123,88 114,28 108,68 14,98 16,53 17 PT.United Tractor Tbk 55,65 34,49 33,87 23,31 22,41 Sumber : Indonesia Capital Market Directory 2006-2010 (data diolah penulis)
Dari data di atas dapat diketahui permasalahan yang ada, yaitu jumlah struktur modal mengalami fluktuasi, ada yang mengalami penurunan dan peningkatan pada struktur modal tersebut selama 5 tahun.
Berdasarkan data diatas, perlu dilihat atau diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal, yang akan membantu perusahaan dalam menentukan struktur modal yang optimal. Dengan adanya struktur modal yang optimal, maka
(19)
perusahaan akan mampu untuk menciptakan perimbangan antara penggunaan hutang dan modal sendiri.
Berdasarkan penjelasan di atas, tampak bahwa keputusan struktur modal merupakan keputusan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup perusahaan. Banyak faktor yang mempengaruhi keputusan manajer dalam menentukan struktur modal perusahaan. Menurut ( Bringham dan Houston, 2001 : 6 ) dalam Wibowo ( 2007 ), faktor-faktor resiko bisnis, posisi pajak, fleksibilitas keuangan, dan konservatisme atau agresivitas management merupakaan faktor-faktor yang menentukan keputusan struktur modal khususnya pada struktur modal yang ditargetkan secara lebih umum. Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap keputusan struktur modal, stabilitas penjualan, struktur aktiva, leverage operasi, tingkat pertumbuhan, profitabilitas pajak, pengendalian, sikap manajemen, sikap pemberi pinjaman, kondisi pasar, kondisi internal perusahaan, dan fleksibilitas keuangan ( Bringham dan Houston, 2001 : 39 ).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal pada suatu perusahaan, menurut Weston dan Brigham (2005: 475), menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal adalah tingkat pertumbuhan, penjualan, struktur aktiva, sikap manajermen, sikap kreditur, pajak, profitabilitas, kondisi pasar dan kondisi internal.
Menurut penelitian yang dilakukan Simanjuntak (2001) menyebutkan bahwa faktor-faktor yang dianggap mempengaruhi struktur modal adalah size, profit, asset, risk, nondebt, dan cahflow. Pada penelitian Nasrudin (2004) faktor-faktor yang
(20)
mempengaruhi struktur modal adalah ukuran perusahaan, pertumbuhan, profitabilitas, risiko, dan kesempatan investasi.
Penelitian yang dilakukan oleh Ghosh et. al.(2000) terhadap faktor-faktor penentu struktur modal pada 500 perusahaan manufaktur di AS menunjukkan bahwa variabel-variabel growth of assets, fixed asset ratio, R&D expenditure berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu yang pernah dilakukan seperti telah dijelaskan, maka beberapa faktor yang akan dikaji pengaruhnya terhadap struktur modal dalam penelitian ini adalah: ukuran perusahaan (size), risiko bisnis (business risk), pertumbuhan aktiva (growth of assets), profitabilitas (profitability), dan struktur kepemilikan (ownership structure). Dari beberapa pendapat dan peneliti tersebut diatas, peneliti menyimpulkan bahwa terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi struktur modal yang berkenaan dengan masalah pendanaan. Dimana faktor-faktor tersebut antara lain ukuran perusahaan, resiko bisnis, growth, strtuktur aktiva, profitabilitas, dan kondisi pasar.
Dari beberapa faktor tersebut peneliti mencoba meringkas dan memilih faktor-faktor yang dianggap dominan dalam mempengaruhi kebijakan penentuan struktur modal. Faktor-faktor yang akan diangkat dalam penelitian ini dalam rangka meneliti pengaruh struktur modal terhadap faktor-faktor tersebut anatara lain ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan profitabilitas.
Secara ringkas dapat disimpulkan, bagaimana pengaruh ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan profitabilitas terhadap struktur modal, di mana akan membantu perusahaan dalam menentukan bagaimana sebaiknya pemenuhan dana harus dilakukan oleh
(21)
perusahaan tersebut. Permasalahan dalam penelitian ini sangat menarik peneliti untuk melakukan penelitian dengan mengambil judul:
“PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, RISIKO BISNIS, DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN AUTOMOTIVE AND ALLIED PRODUCT YANG GO PUBLIC DI BURSA EFEK INDONESIA TAHUN 2006-2010”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut:
1. Apakah variabel ukuran perusahaan berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan Automotif And Allied produck yang go public di Bursa efek Indonesia?
2. Apakah variabel risiko bisnis berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan Automotif And Allied produck yang go public di Bursa efek Indonesia?
3. Apakah variabel profitabilitas berpengaruh terhadap struktur modal pada perusahaan Automotif And Allied produck yang go public di Bursa efek Indonesia?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap struktur modal pada perusahaan automotive and allied product yang go public di BEI.
(22)
2. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh risiko binis terhadap struktur modal pada perusahaan automotive and allied product yang go public di BEI.
3. Untuk mengetahui dan menguji pengaruh profitabilitas terhadap struktur modal pada perusahaan automotive and allied product yang go public di BEI.
1.4. Manfaat Penelitian 1. Bagi Perusahaan
Sebagai bahan pertimbangan untuk memutuskan faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi struktur modal sehingga dapat dijadikan dasar bagi perusahaan dalam pengambilan keputusan selanjutnya.
2. Bagi Mahasiswa dan Peneliti Lain
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai bahan pengetahuan bagi ilmu pengetahuan pada umunya, khususnya tentang pengetahuan struktur modal, dan hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wawasan dan gambaran sebagai referensi bagi peneliti lain yang ingin melakukan pengembangan penelitian dalam bidang yang sama di masa mendatang.
3. Bagi UPN “Veteran” Jawa Timur
Hasil penelitian dapat menjadi tambahan pembendaharaan perpustakaan,sehingga dapat menjadi perbandingan bagi mahasiswa dalam menyusun penelitian ilmiah.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian-penelitian terdahulu
Menurut Harjanti dan Tendelilin (2007) dengan judul “Pengaruh Firm size, Tangible assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk Pada Struktur Modal Perusahaan Manufaktur di Indonesia”. Hasil penelitian yang diperoleh adalah firm size berhubungan positif dan signifikan terhadap leverage perusahaan, tangible assets tidak berpengaruh terhadap leverage perusahaan namun ada kecenderungan hubungan negatif antara tangible assets dengan leverage perusahaan, tidak ditemukan bukti bahwa growth opportunity berpengaruh terhadap leverage perusahaan, profitability berhubungan negatif dan signifikan dengan leverage perusahaan, dan tidak ditemukan pula bukti bahwa business risk berpengaruh terhadap leverage perusahaan. Sampel yang digunakan adalah metode purposive sampling dengan tipe judgment sampling. Sedangkan model yang digunakan dalam penelitian ini adalah struktural equation modeling (SEM), model ini terdiri dari dua bagian, yaitu meansurement model dan structural model.
Menurut Endang Sri Utami (2009), penelitian dengan judul “ Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur”. Permasalahan yang dikemukakan ialah, apakah ukuran perusahaan, Risiko Bisnis, profitabilitas, tingkat pertumbuhan, dan struktur aktiva berpengaruh signifikan terhadap struktur modal. Sampel yang digunakan adalah metode purposive random sampling dan pengujian dilakukan dengan menggunakan metode regresi linier berganda. Pada penelitian jurnal
(24)
tersebut diperoleh dari hasil analisis maka dapat disimpulkan hanya struktur aktiva dan profitabilitas yang berpengaruh signifikan terhadap struktur modal, sedangkan ukuran perusahaan, risiko bisnis dan tingkat perumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal.
Menurut Supanvanji, J. (2006) dalam Harjanti dan Tandelilin bertujuan untuk menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif signifikan baik terhadap hutang jangka panjang maupun hutang jangka pendek, penelitian dilakukan terhadap 292 perusahaan Asia dan 130 perusahaan multinasional yang berinvestasi di Asia selama tahun 1991-1996. Variabel-variabel yang digunakan sebagai variabel bebas dalam penelitian ini meliputi: profitabilitas, ukuran perusahaan, dan resiko bisnis. Hasil penelitian menunjukkan profitabilitas berhubungan negatif signifikan terhadap leverage. Untuk perusahaan multinasional yang beroperasi di Asia, dalam penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan berhubungan positif signifikan terhadap leverage, profitabilitas perusahaan berhubungan negatif signifikan terhadap leverage, serta hubungan positif signifikan antara resiko bisnis dan leverage.
Menurut Setiawan (2006), yang meneliti “faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal dalam persspektif packing order theory studi pada industri makanan dan minuman di BEJ” dimana populasi dalam penelitian ini adalah semua industri makanan dan minuman yang terdaftar di BEJ priode 1999-2004. Dengan menggunakan purposive sampling maka sampel yang digunakan berjumalah 11 perusahaan. Model analisis yang digunakan adalah metode regresi linier berganda. Penelitian ini melibatkan satu variabel terikat (Y) dan lima variabel bebas (X). Variabel bebas tersebut adalah profitabilitas, ukuran perusahaan, resiko bisnis, dan
(25)
growth opportunity, sedangkan variabel terikatnya adalah struktur modal. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas dan likuiditas mempunyai pengaruh negative signifikan terhadap struktur modal, sedangkan growth opportunity mempunyai pengaruh positif signifikan. Sementara itu, ukuran perusahaan dan resiko bisnis tidak berpengaruh signifikan terhadap struktur modal.
Menurut penelitiuan Prabansari dan Kusuma (2005), yang meneliti “Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal perusahaan manufaktur go public di Bursa Efek Jakarta”. Dimana metode penentuan anggota sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode random sampling. Metode analisis data yang digunakan adalah Analisis Regresi Linier Berganda. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa ukuran perusahaan, pertumbuhan aktiva, profitabilitas, dan struktur kepemilikan berpengaruh positif, sementara resiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan secara signifikan.
Adrianto dan Wibowo (2007) melakukan pengujian teori pecking order pada perusahaan non keuangan yang tergabung dalam indeks LQ45 di bursa efek Jakarta selama periode 2001-2005 terdapat tiga model yang di gunakan dalam penelitian ini, variabel terikat dalam penelitian ini adalah perubahan rasio total hutang jangka panjang dengan nilai total aktiva, variabel bebas pada model pertama terdiri dari perubahan struktur aktiva. Perubahan nilai pasar aktiva dengan nilai buku aktiva perusahaan sebagai proksi peluang pertumbuhan, perubahan logaritma natural dari penjualan sebagai proksi ukuran perusahaan perubahan laba operasi dibagi dengan nilai buku aktiva sebagai proksi profitabilitas. Pada model regresi kedua, defisit pendanaan internal melengkapi variabel yang terdapat pada model regresi yang
(26)
pertama pada model ketiga, rasio total hutang jangka panjang dengan total aktiva pada tahun sebelumnya di tambahkan pada model regresi yang ke dua. Pada model pertama, struktur aktiva berpengaruh positif terhadap struktur modal, peluang pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, profitibilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Pada model ke dua, struktur aktiva dan peluang pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal. Sementara ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal, defisit pendanaan berpengaruh positif terhadap struktur modal. Pada model ke tiga, struktur aktiva dan peluang pertumbuhan tidak berpengaruh terhadap struktur modal, ukuran perusahaan berpengaruh positif terhadap struktur modal, profitibilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal, defisit pendanaan internal berpengaruh positif terhadap struktur modal, sementara rasio utang jangka panjang terhadap total aktiva pada periode sebelumnya berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Menurut Rakhmawati (2008), melakukan penelitian dengan judul “Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta” menggunakan 18 perusahaan dengan tahun penelitian 2001 sampai dengan 2005, yang menjadi pokok masalah dalam penelitian tersebut adalah apakah terdapat pengaruh profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, dan pajak terhadap struktur modal pada perusahaan otomotif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas, struktur aktiva, pertumbuhan penjualan, ukuran perusahaan, dan pajak terhadap struktur modal berpengaruh positif secara simultan terhadap struktur modal. Secara parsial hanya
(27)
ukuran perusahaan yang berpengaruh positif terhadap struktur modal sedangkan variabel lain tidak terbukti berpengaruh secara signifikan.
Perbedaan dengan penelitian ini bahwa variabel bebas yang digunakan adalah ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan profitabilitas. Dan berbeda dalam jenis perusahaan yang digunakan, dimana dalam penelitian ini studi perusahaan yang digunakan adalah perusahaan Automotif and Allied product yang go public di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006-2010.
2.2. Landasan Teori
2.2.1.Pengertian Modal
Setiap perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya pasti membutuhkan modal atau dana, tersedianya modal yang menandai bagi perusahaan akan mendorong kelancaran usahanya. Hal ini berarti bahwa kebutuhan modal bagi setiap perusahaan sangatlah penting, karena suatu modal merupakan salah satu faktor dalam produksinya. Dan apabila suatu perusahaan tidak didukung oleh tersedianya faktor-faktor produksi modal, maka perusahaan tidak akan berjalan dengan lancar.
Menurut Munawir (2002), modal merupakan hak atau bagian yang dimiliki oleh pemilik perusahaan. Yang ditunjukkan pos modal (modal saham), surplus dan laba ditahan atau kelebihan nilai aktiva yang dimiliki perusahaan terhadap hutang-hutangnya. Modal adalah dana yang digunakan untuk membiayai pengadaan aktiva dan operasi perusahaan. Modal terdiri dari dua yaitu, modal aktif adalah modal yang tertera di sebelah debet dari neraca yang dapat dibagi dalam bentuk aktiva lancar dan aktiva tetap serta nilai dari modal aktif ini akan berubah-ubah dalam jangka waktu pendek maupun panjang. Sedangkan modal pasif adalah modal yang tertera di
(28)
sebelah kredit neraca yang menggambarkan cara bagaimana perusahaan memperoleh dana yang diperlukan untuk membiayai modal aktifnya serta nilai modal pasif ini dalam jangka waktu tertentu.
Beberapa pengertian modal lainnya seperti yang dikutip Riyanto (2001: 18) yaitu menurut Schwiedland memberikan pengertian modal dalam artian yang luas, dimana modal itu meliputi baik modal dalam bentuk uang, maupun dalam bentuk barang misalnya mesin, barang-barang dagangan dan lain sebagainya. Lain halnya ditekankan oleh Bekker yang mengartikan modal adalah baik yang berupa barang-barang konkret yang masih ada dalam rumah tangga perusahaan terdapat pada neraca sebelah debet, maupun berupa daya beli atau nilai tukar dari barang-barang tersebut yang tercatat di sebelah kredit.
Dari beberapa pengertian modal di atas, maka dapat disimpulkan bahwa modal adalah suatu kekayaan yang ditekankan pada nilai, daya beli, atau kekuasaan memakai atau menggunakan, berada di neraca sebelah kredit dan diinvestasikan dalam barang-barang modal yang berada di neraca sebelah debet serta digunakan untuk menghasilkan kekayaan selanjutnya.
2.2.2.Komponen Struktur Modal
Struktur modal suatu perusahaan secara umum terdiri atas beberapa komponen (Riyanto, 2002: 238) yaitu :
1. Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang jangka waktunya adalah panjang umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk
(29)
keperluan tersebut meliputi jumlah yang besar. Komponen-komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:
a) Hutang hipotik (mortgage)
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan aktiva tidak bergerak (tanah dan bangunan).
b) Obligasi (bond)
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukkan pengakun bahwa perusahaan meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil dari penyusutan aktiva tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut dan dari keuntungan.
Modal asing hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin lama jangka waktu semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang tersebut akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan yang mendayagunakan sumber dana yang bersasal dari asing atau hutang jangka panjang tersebut. Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar pada waktu yang sudah ditetapkan tanpa memperhatikan kodisi finansial perusahaan pada saat itu dan harus sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkam sebelumnya, dengan demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunga, maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan jaminannya. Oleh karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunganya akan mengakibatkan perusahaan
(30)
kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya sebagian atau keseluruhan modal yang ditanamkan dalam perusahaan, begitu pula sebaliknya para kreditur dapat kehilangan kontrol sebagian atau keseluruhan dana pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang ditranamkan dalam perusahaan selaku dihadapkan pada risiko kerugian.
Struktur Modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai saham dan laba ditahan. Pengguanaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap dan besarnya penggunaan modal asing ini menurunkan leverage keuangan yang digunakan perusahaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan semakin besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali hutang jangka panjang beserta bunga pada jatuh tempo. Bagi kreditur hal ini berarti bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan dalam perusahaan untuk dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar.
1. Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang tertanam dalam perusahaan dalm jangka waktu tertentu lamanya. Modal sendiri berasal dari sumber intern maupun extern, sumber intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan. Komponen modal sendiri terdiri dari:
(31)
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perseroan Terbatas (PT), dimana modal saham terdiri dari:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap menanggung segala risijo sebesar dana yang ditanamkan.
2) Saham Preferen (Preferred Stock)
Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.
b. Laba Ditahan
Laba ditahan adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai dividen. Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahaan uang dipertaruhkan untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko-risiko kerugian lainnya. Modal sendiri ini tidak memerlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu pembayaran kembali modal sendiri,. Oleh karena itu, tiap-tiap perusahaan
(32)
harus mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan hidup perusahaan.
Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan dan dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup dan melindungi perusahaan dari risiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan sumber dana yang paling tepat untuk diinvestasikan pada aktiva tetap yang bersifat permanen dan investasi-investasi yang menghadapi risiko kerugian yang relative kecil, karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan apapun merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas kelangsungan hidup perusahaan.
2.2.3.Pengertian dan Teori Struktur Modal
2.2.3.1. Pengertian Struktur Modal
Dalam pembahasan mengenai struktur modal maka yang menjadi perhatian utama adalah penggunaan modal berdasarkan jenisnya, karena persoalan struktur modal adalah persoalan penentuan komposisi antara modal asing yang berupa hutang jangka panjang dan modal sendiri. Akan tetapi struktur modal mempunyai hubungan dengan struktur finansial. Hal ini disebabkan struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan.
Menurut Horne dan Wachowicz (2007: 232), struktur modal adalah bauran (atau proporsi) pendanaan permanen jangka panjang perusahaan yang diwakili oleh hutang, saham preferen dan saham biasa.
Menurut Harjanti (2007), struktur modal merupakan pilihan pendanaan perusahaan antara hutang dan ekuitas.
(33)
Menurut Sawir (2005: 10), struktur modal adalah pendanaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen dan modal pemegang saham.
Menurut Mardiyanto (2009), struktur modal didefinisikan sebagai komposisi dan proposi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan.
Menurut Rodoni dan Ali (2010), struktur modal adalah proposi dalam menentukan pemenuhan kebutuhan belanja perusahaan dimana dana yang diperoleh menggunakan kombinasi atau paduan sumber yang berasal dari dana jangka panjang yang terdiri dari dua sumber utama yakni yang berasal dari dalam dan luar perusahaan.
Menurut Margaretha (2005: 119) bahwa struktur keuangan menggambarkan susunan keseluruhan kredit neraca yang terdiri atas hutang jangka pendek, hutang jangka panjang dan modal sendiri, jika hutang sesungguhnya (realisasi) berada dibawah target, pinjaman perlu ditambah.
Dengan demikian dapat ditarik suatu kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan struktur modal adalah bagian dari struktur keuangan dimana mencerminkan perimbangan hutang jangka menengah dengan modal sendiri.
2.2.3.2. Teori Struktur Modal
a. Agency Theory
Menurut Arifin (2005: 80), Model pertama yang sering disingkat dengan Trade Off model saja, berasumsi bahwa struktur modal suatu perusahaan ditentukan dengan pertimbangan manfaat pengurangan pajak ketika hutang meningkat di satu
(34)
sisi dan meningkatnya agency cost ketika hutang meningkat pada sisi yang lain. Ketika pengurangan pajak masih lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan agency cost maka perusahaan masih bisa meningkatkan hutangnya dan peningkatan hutang harus dihentikan ketika pengurangan pajak atas tambahan hutang tersebut sudah lebih rendah dibandingkan dengan peningkatan agency cost.
b. Asymmetric Information dan Signaling Theory
Isyarat atau signal menurut Brigham dan Houston (2000: 36) adalah suatu tindakan yang diambil manajemen memandang prospek perusahaan. Dalam Brigham dan Houston (2000: 36), perusahaan dengan prospek yang menguntungkan akan mencoba menghindari penjualan dan mengusahakan setiap modal baru yang diperlukan dengan cara lain-lain, termasuk penggunaan hutang yang melebihi target struktur modal yang normal. Perusahaan dengan prospek yang kurang menguntungkan akan cenderung untuk menjual sahamnya. Pengumuman emisi saham oleh suatu perusahaan umumnya merupakan suatu sinyal bahwa manajemen memandang prospek perusahaan tersebut suram. Apabila suatu perusahaan menawarkan penjualan saham baru, lebih sering dari biasanya, maka harga sahamnya akan menurun, karena menerbitkan saham baru berarti memberikan isyarat yang negative yang kemudian dapat menekan harga saham sekalipun prospek perusahaan cerah.
Asymetric information atau ketidaksamaan informasi menurut Brigham dan Houston (2000: 35) adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki
(35)
investor. Asymetri informasi ini terjadi berdasarkan ide bahwa manajer yang memiliki informasi bagus tentang perusahaan dan akan berusaha menyampaikan informasi tersebut kepada investor luar agar harga saham perusahaan meningkat.
c. Packing Order Theory
Teori ini dikenalkan pertama kali oleh Donaldson pada tahun 1961, pengamatannya terhadap perilaku struktur modal di Amerika Serikat menunjukkan bahwa perusahaan yang mempunyai keuntungan tinggi adalah perusahaan yang cenderung menggunakan hutang lebih rendah. Sedangkan penanaman pecking order theory dilakukan oleh Myers (1984), berdasarkan asumsi tentang perilaku keuangan perusahaan secara singkat teori ini menyatakan bahwa:
a) Perusahaan lebih menyukai sumber dana internal dibandingkan dengan sumber dana eksternal
b) Perusahaan menyesuaikan target pembayaran dividen dengan peluang investasi
c) Kebijakan dividen bersifat sticky, fluktuasi profitabilitas dan peluang investasi bedampak pada aliran kas internal bisa lebih besar atau lebih kecil dari pengeluaran investasi
d) Bila dana eksternal dibutuhkan, perusahaan memilih sumber dana dari hutang karena dipandang lebih aman dari ekuitas. Ekuitas merupakan pilihan terakhir sebagai sumber dana untuk memenuhi kebutuhan investasi.
(36)
Mengacu pecking order theory, perusahaan lebih memilih menggunakan dana internalnya sebagai alternative awal untuk memenuhi kebutuhan investasi, hal ini untuk mereduksi masalah dan biaya yang menyertai pendanaan eksternal, yaitu adanya berbagai perjanjian dengan kreditur yang dapat membatasi keputusan pendanaan perusahaan di masa mendatang, serta adanya kecenderungan harga saham lama turun ketika perusahaan melakukan emisi saham baru.
Kusumawati (2004: 27) kerangka pemikiran pecking order yang memandang perusahaan lebih menyukai sumber dana internal dibandingkan dengan sumber dana eksternal, dan lebih menyukai hutang dibanding ekuitas.
2.2.4.Pengukuran Struktur Modal
Struktur modal dapat diukur berdasarkan pada pengertian yang dikemukakan oleh para ahli. Menurut Riyanto (2001), struktur modal adalah pembelanjaan permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri. Sedangkan menurut Weston dan Copelan (2002: 3), struktur modal atau kapitalisasi modal merupakan pembiayaan permanen yang terdiri dari hutang jangka panjang, saham preferen, dan modal pemegang saham.
Sesuai dengan definisi yang diuraikan di atas, maka pengukuran struktur modal pada penelitian ini dapat dihitung dengan menggunakan rasio antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri.
(37)
2.2.5.Faktor-Faktor yang mempengaruhi Struktur Modal
2.2.5.1. Ukuran Perusahaan
Ukuran perusahaan menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditujukan pada total aktiva, jumlah penjualan, rata-rata penjualan dan rata-rata total aktiva (Sujianto, 2001: 129). Ukuran aktiva yaitu rata-rata penjualan bersih untuk tahun yang bersangkutan samapai beberapa tahun (Brigham dan Houston, 2001: 117-119). Dalam hal ini penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap, maka akan diperoleh pendapatan sebelum pajak, sebaliknya jika penjualan lebih kecil dari variabel dan biaya tetap maka perusahaan akan menderita kerugian. Keadaan yang dikehendaki oleh perusahaan adalah perolehan laba bersih sesudah pajak karena akan menambah modal sendiri. Laba bersih akan diperoleh jika jumlah penjualan lebih besar daripada biaya variabel dan biaya tetap. Agar laba bersih yang diperoleh sesuai yang dikehendaki maka piuhak management akan melakukan perencanaan seksama, serta dilakukan pengendalian yang tepat, guna mencapai jumlah penjualan yang dikehendaki. Manfaat pengendalian manajemen adalah untuk menjamin bahwa organisasi telah melakukan strategi usahanya dengan efektif dan efisien. Dari aspek finansial dapat dilihat dari perencanaan dan realisai yang diukur dalam satuan rupiah, dalam sisi perencanaan penjualan direfleksikan dalam bentuk target yang diharapkan dapat direalisasi perusahaan.
Perusahaan pada pertumbuhan yang tinggi akan selalu membutuhkan modal yang semakin besar. Demikian juga sebaliknya, perusahaan pada pertumbuhan penjualan yang rendah, kebutuhan terhadap modal juga semakin kecil, maka konsep tingkat pertumbuahn penjualan tersebut memiliki hubungan
(38)
yang positif tetapi implikasi tersebut akan memberikan efek yang berbeda terhadap struktur modal yaitu dalam penentuan jenis modal yang digunakan. Pada perusahaan yang besar dimana saham akan tersebar luas, setiap perluasan modal saham akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap hilangnya atau tergesernya pengendalian dari pihak yang dominan terhadap pihak yang bersangkutan (Riyanto, 2001: 299-300). Sebaliknya perusahaan yang kecil dimana saham tersebut berada di lingkungan perusahaan yang kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan kontrol pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka perusahaan yang besar akan lebih berani mengeluarkan saham baru dalam memenuhi kebutuhan untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibanding dengan perusahaan yang kecil.
Perusahaan dengan ukuran yang lebih besar memiliki akses untuk mendapatkan sumber pendanaan dari berbagai sumber, sehingga untuk mendapatkan pinjaman dari kreditur akan lebih mudah karena perusahaan dengan ukuran besar memiliki profitabilitas lebih besar untuk memenangkan persaingan dalam industri, sebaliknya perusahaan dengan skala kecil akan lebih menghadapi ketidakpastian, karena perusahaan kecil lebih cepat bereaksi terhadap perubahan yang mendadak. Oleh karena itu, memungkinkan perusahaan besar tingkat leverage akan lebih besar daripada perusahaan yang berukuran kecil.
Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa basar kecilnya ukuran perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal dengan didasarkan pada kenyataan bahwa semakin besar suatu perusahaan akan mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi, sehingga perusahaan tersebut akan lebih berani
(39)
mengeluarkan saham baru dan cenderung untuk menggunakan jumlah pinjaman juga semakin besar.
Dalam penelitian ini ukuran perusahaan di-proxy dengan nilai logaritma natural dari total asset, mengacu pada penelitian Kartini dan Tulus (2008).
Secara sistematik dirumuskan sebagai berikut: Size = Ln (Total Aktiva) 2.2.5.2. Risiko bisnis
Berdasarkan pengertian resiko menurut Brigham dan Houston (2000: 178), risiko didefinisikan sebagai peluang atau kemungkinan terjadinya beberapa peristiwa yang tidak menguntungkan. Risiko bisnis adalah ketidakpastian yang melekat dalam proyeksi tingkat pengembalian aktiva masa depan yang dihadapi oleh perusahaan dalam menjalani kegiatan bisnisnya.
Kebijakan mengenai struktur modal melibatkan trade off antara risiko dan tingkat pengembalian, penambahan hutang memperbesar risiko perusahaan tetapi sekaligus juga memperbesar tingkat pengembalian yang diharapkan. Risiko yang semakin tinggi akibatnya memperbesar hutang cenderung menurunkan harga saham, tetapi meningkatnya pengembalian yang diharapkan akan menaikkan harga saham tersebut (Weston dan Brigham).
Menurut pecking order theory, perusahaan dengan cash flow yang sangat fluktuatif akan menyadari bahwa penggunaan hutang yang penuh resiko akan kurang menguntungkan dibanding dengan ekuitas, sehingga perusahaan dipaksa untuk menggunakan ekuitas untuk memenuhi pendanaan perusahaan guna
(40)
menghindari financial distress (Zou & Xiaou, 2006) dalam setiawan (2006). Oleh karena itu, menurut pecking order theory, risiko bisnis perusahaan berpengaruh negatif terhadap struktur modal.
Dalam penelitian ini, variabel risiko bisnis yang digunakan adalah Return On Equity (ROE). Return On Equity merupakan suatu pengukuran dari penghasilan (income) yang tersedia bagi para pemilik perusahaan (baik pemegang saham biasa maupun pemegang saham preferen) atas modal yang diinvestasikan di dalam perusahaan. Semakin tinggi return atau penghasilan yang diperoleh semakin baik kedudukan pemilik perusahaan (Syamsuddin,2009: 65).
Risiko bisnis dapat diukur dengan deviasi standar dari Return on Equity (ROE), mengacu pada penelitian Utami (2009).
Secara sistematik dirumuskan sebagai berikut:
x
100%S =
2.2.5.3. Profitabilitas
Profitabilitas dari sudut manajemen menyangkut efektivitas manajemen dalam menggunakan total aktiva seperti yang tercatat dalam neraca. Efektivitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dengan berbagai cara terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Menurut Brigham dan Houston (2006: 43), perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan hutang yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan melakukan sebagian besar pendanaan secara internal.
(41)
Dalam penelitian ini, variabel profitabilitas yang digunakan adalah Net Profit Margin. Net Profit Margin merupakan rasio antara laba bersih yaitu penjualan sesudah dikurangi dengan seluruh expenses termasuk pajak dibandingkan dengan penjualan. Semakin tinggi NPM, semakin baik operasi suatu perusahaan. Suatu NPM dikatakan baik akan sangat tergantung dari jenis industri perusahaan itu berusaha (Syamsuddin: 2009: 62).
Secara sistematik dirumuskan sebagai berikut:
x 100%
2.2.6.Pengaruh Variabel Independen Terhadap Struktur Modal (Variabel
Dependen)
2.2.6.1. Pengaruh Ukuran Perusahaan terhadap Struktur Modal
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimilki perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini maksudnya adalah logaritma dari total aktiva perusahaan pada satu periode tahun tertentu. Suatu perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas dan setiap perluasan modal saham hanya akan mempunyai pengaruh yang kecil terhadap kemungkinan hilangnya atau tergesernya pengawasan dari pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Sebaliknya, perusahaan yang kecil di mana sahamnya hanya tersebar di lingkungan kecil, penambahan jumlah saham akan mempunyai pengaruh yang besar terhadap kemungkinan hilangnya pengawasan pihak dominan terhadap perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian, maka pada perusahaan yang besar di mana sahamnya tersebar sangat luas akan lebih berani mengeluarkan
(42)
saham baru dalam memenuhi kebutuhannya untuk membiayai pertumbuhan penjualan dibandingkan dengan perusahaan yang kecil (Riyanto,1995:299).
Menurut Suwardjono (2002:71) bahwa aktiva merupakan kekayaan atau sumber ekonomi yang dikuasai perusahaan yang digunakan oleh perusahaan untuk mencapai tujuan. Besar kecilnya kekayaan yang dimiliki dapat mempengaruhi kemampuan perusahaan dalam menjalankan operasinya pada berbagai situasi dan kondisi yang di hadapi.
Perusahaan yang besar biasanya lebih berani dalam memiliki hutang yang tinggi dan mempunyai intensif untuk memiliki proyek yang lebih beresiko daripada yang aman. Ini karena perusahaan dengan kewajiban hutang tetap menikmati sisi baik, tetapi di sisi buruknya perusahaan tidak sepenuhnya bisa membayar kembali hutangnya jika hasil investasi buruk. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mempunyai hubungan yang positif terhadap struktur modal.
Besar kecilnya perusahaan akan berpengaruh terhadap struktur modal, semakin besar perusahaan maka akan semakin besar pula kesempatan melakukan investasi dan memperoleh akses ke sumber dana (Ariyanto, 2002) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006). Chen dan Hammes (2003) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mengatakan bahwa perusahaan besar mempunyai akses yang lebih baik ke capital market dibandingkan perusahaan kecil demikian pula perusahaan besar akan mempunyai lower cost of borrowing dibandingkan dengan perusahaan kecil. Penelitian Pandey (2001) dalam Titik Indrawati dan Suhendro (2006) mendapatkan hasil bahwa ukuran perusahaan berpengaruh positif yang signifikan terhadap struktur modal.
(43)
2.2.6.2. Pengaruh Risiko Bisnis terhadap Struktur Modal
Menurut Myers (1996) dalam Saidi (2004), mengatakan bahwa perusahaan lebih menyukai penggunaan pendanaan dari modal internal, yakni dana yang berasal dari aliran kas, laba ditahan, dan depresiasi.
Lukas (2003: 225) berpendapat bahwa risiko bisnis adalah ketidakpastian pada perkiraan pendapatan operasi perusahaan di masa mendatang. Risiko bisnis mewakili tingkat risiko dari operasi-operasi perusahaan yang tidak menggunakan hutang.
Menurut Lukas (2003: 273) perusahaan yang memiliki risiko bisnis tinggi cenderung kurang dapat menggunakan hutang yang besar.
Menurut Nugroho (2009) dan Hidayati (2010) yang menyatakan bahwa risiko bisnis berpengaruh negatif terhadap struktur modal. Hal ini dikarenakan semakin besar risiko bisnis yang dihadapi suatu perusahaan maka struktur modal perusahaan menjadi kecil dikarenakan manajer yang tidak berani menanggung risiko (risk aversion) dan lebih menyukai menggunakan dana internal perusahaan daripada pinjaman dari pihak luar. Ketidakpastian dalam lingkungan bisnis menjadikan manajer lebih waspada dalam keputusan pendanaan eksternal.
Risiko bisnis mempunyai hubungan yang negatif terhadap struktur modal perusahaan. Semakin tinggi risiko maka semakin rendah hutang perusahaan dalam struktur modal perusahaan, sebaliknya semakin rendah risiko maka semaskin tinggi hutang perusahaan dalam struktur modal perusahaan. Setiawan (2006: 318).
(44)
2.2.6.3. Pengaruh Profitabilitas terhadap Struktur Modal
Pada umumnya profitabilitas dilihat dari angka laba, hal demikian berarti dari jangka pendek. Sedangkan untuk jangka panjang yang dipertimbangkan adalah net profit margin. Profitabilitas dilihat dari sudut manajemen menyangkut efektifitas manajemen dalam menggunakan total aktiva seperti yang tercatat dalam neraca. Efektifitas dinilai dengan menghubungkan laba bersih yang didefinisikan dengan berbagai cara terhadap aktiva yang digunakan untuk menghasilkan laba.
Menurut Lukas (2003: 274), pada umumnya perusahaan yang memiliki tingkat keuntungan tinggi menggunakan hutang yang relatif kecil karena tingkat keuntungan yang tinggi memungkinkan mereka untuk memperoleh sebagian besar pendanaan dari laba ditahan. Perusahaan dengan tingkat pengembalian yang tinggi atas investasi menggunakan hutang yang relatif kecil. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan untuk membiayai sebagian besar kebutuhan pendanaan.
Menurut Brighsm dan Houston (2006: 43), perusahaan-perusahaan yang memiliki tingkat pengembalian atas investasi yang sangat tinggi menggunakan hutang yang relatif sedikit. Tingkat pengembalian yang tinggi memungkinkan melakukan sebagian besar pendanaan secara internal.
Semakin tinggi tingkat pengembalian yang dimiliki oleh perusahaan, maka akan semakin rendah struktur modal yang dimiliki oleh perusahaan. Sehingga profitabilitas mempunyai hubungan yang negatif dengan struktur modal.
Menurut Wibowo (2007), menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modalperusahaan. Sedangkan menurut Badhuri (2002), dan Majumdat (1999) dalam Prabansari dan Kusuma (2005) menyatakan bahwa
(45)
profitabilitas berpengaruh negatif terhadap struktur modal perusahaan. Sehingga semakin tinggi keuntungan yang diperoleh perusahaan berarti semakin rendah kebutuhan dana eksternal (hutang), sehingga semakin rendah pula struktur modalnya.
2.3. Kerangka Konseptual
Adapun kerangka konseptual ini dapat diperlihatkan pada gambar 2.1. : Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
2.4. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan mengacu pada landasan teori yang telah dikemukakan sebelumnya, maka hipotesis penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
1. Diduga variabel ukuran perusahaan mempunyai pengaruh positif terhadap struktur modal pada perusahaan automotive and allied product pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
Ukuran Perusahaan
(X1) Risiko Bisnis
(X2)
Profitabilitas (X3)
Struktur Modal (Y)
(46)
2. Diduga variabel risiko bisnis mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal pada perusahaan automotive and allied product pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
3. Diduga variabel profitabilitas mempunyai pengaruh negatif terhadap struktur modal pada peerusahaan automotive and allied product pada Bursa Efek Indonesia (BEI).
(47)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional dalam variabel ini adalah segala sesuatu yang dapat digunakan menjadi obyek penelitian berdasarkan atas sifat-sifat atau hal-hal yang dapat didefinisikan dan dapat diamati atau diobservasi. Variabel-variabel yang dipakai dalam penelitian menggunakan satuan ukuran prosentase dan satuan ukuran rupiah.
Adapun definisi operasional variabel yang akan dipakai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
a) Variabel Terikat ( variabel dependen )
1. Struktur Modal ( Y )
Teori struktur modal menjelaskan apakah ada pengaruh perubahan struktur modal pada nilai perusahaan kalau keputusan invesatsi dan kebijakan dividen dipegang konstan, menurut (Suad dan Husnan, 1996: 229). Struktur modal adalah perbandingan antara hutang jangka panjang dengan modal sendiri (Riyanto, 2001).
(48)
b) Variabel Bebas (variabel independen) 1) Ukuran Perusahaan ( X1 )
Ukuran perusahaan merupakan ukuran atau besarnya asset yang dimiliki perusahaan. Ukuran perusahaan dalam penelitian ini merupakan cerminan besar kecilnya perusahaan yang nampak dalam nilai total aktiva perusahaan pada neraca akhir tahun, yang diukur dengan len (Ln) dari total aktiva (Sujoko dan Ugy Soebiantoro, 2007: 45)
Size = Ln (Total Aktiva) 2) Risiko Bisnis ( X2 )
Risiko Bisnis adalah suatu ketidakpastian yang dihadapi perusahaan dalam menjalankan kegiatan bisnisnya, dengan kata lain risiko yang timbul akibat perusahaan tidak menggunakan hutang. Risiko bisnis dapat diukur dengan deviasi standar dari Return on Equity (ROE). (Utami, 2008).
x 100% S =
3) Profitabilitas ( X3 )
Profitabilitas adalah tingkat keuntungan bersih yang berhasil diperoleh perusahaan dalam menjalankan operasionalnya. Variabel profitabilitas dapat diukur dengan menggunakan nilai rata-rata dari rasio laba bersih terhadap total aktiva. Rasio yang digunakan adalah Net Profit Margin (NPM). Di mana Net Profit Margin merupakan rasio yang menujukkan keuntungan netto dari setiap penjualan. (Utami, 2008).
(49)
x 100
3.2.Teknik Penentuan Sampel
3.2.1.Populasi
Populasi merupakan wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan keemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2008: 117). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan automotive and allied product yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2006-2010 dan yang menghasilkan laba selama 5 tahun berturut-turut dan memiliki kelengkapan data berupa laporan keuangan selama 5 tahun berturut-turut dengan jumlah populasi sebanyak 12 perusahaan.
3.2.2.Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2008: 118). Teknik yang digunakan dalam penentuan sampel adalah teknik simple random sampling yaitu proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberikan kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel.
Menentukan jumlah atau ukuran sampel dengan perhitungan menggunakan rumus Slovin (dalam Riduw an, 2005: 65), adalah sebagai berikut:
di mana: n = ukuran sampel N = ukuran pupolasi
(50)
= 11,6 12
Dari perhitungan menggunakan rumus Slovin, maka diperoleh sebanyak 12 perusahaan yang memenuhi kriteria sebagai sampel, antara lain:
1.
PT Astra International Tbk.2.
PT Astra Otoparts Tbk.3.
PT Goodyear Indonesia Tbk.4.
PT Hexindo Adiperkasa Tbk.5.
PT Indo Kordsa Tbk.6.
PT Indospring Tbk.7.
PT Intraco Penta Tbk.8.
PT Multistrada Arah Sarana Tbk.9.
PT Nipress Tbk.10.
PT Selamat Sempurna Tbk.11.
PT Tunas Ridean Tbk.12.
PT United Tractor Tbk.3.3.Teknik Pengumpulan Data
3.3.1.Jenis Data
Data merupakan faktor yang penting dalam penyusunan ini adalah jenis data sekunder, yaitu data berupa laporan keuangan perusahaan yang terdapat pada Bursa
(51)
Efek Indonesia mulai tahun 2006-2010. Laporan keuangan yang digunakan terdiri dari laporan neraca konsolidasi dan laporan laba rugi masing-masing perusahaan automotive and allied product.
3.3.2.Sumber Data
Sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) yaitu berupa data ICMD (Indonesian Capital Market Directory) mulai tahun 2006 sampai dengan tahun 2010.
3.3.3.Pengumpulan Data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.
Teknik pengumpulan data yang digunakan selama penelitian sebagai berikut : 1. Studi Lapangan
Studi lapangan ini dimaksudkan untuk mendapatkan data sekunder yang diperlukan. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dalam penyusunan penelitian ini yaitu Bursa Efek Indonesia. 2. Studi Kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mempelajari buku-buku literatur dan catatan yang berhubungan dengan penelitian ini.
3. Dokumenter
Yaitu suatu cara yang digunakan dalam pengumpulan data atau informasi yang digunakan dengan cara mempelajari dokumen-dokumen perusahaan yang telah ada dan berkaitan dengan penelitian.
(52)
3.4.Teknik Analisis Data dan Uji Hipotesis 3.4.1.Teknik Analisis Data
Teknik analisis data adalah merupakan suatu metode yang digunakan untuk memproses hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan.
Dalam penelitian ini teknik analisis yang digunakan adalah melakukan:
Analisis Regresi Linier Berganda.
Teknik analisis ini digunakan untuk mencari persamaan regresi atau pengaruh antara Ukuran Perusahaan (X1), Risiko Bisnis (X2), Profitabilitas (X3) terhadap Struktur Modal (Y). Adapun rumus yang dipakai yaitu:
= e
Dimana :
= Struktur modal perusahaan = Konstanta
, , = Koefisien regresi dari variabel bebas = Ukuran perusahaan
= Risiko bisnis perusahaan = Profitabilitas perusahaan e = standard error
Berdasarkan model yang terbentuk akan dapat diketahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak terhadap struktur modal, sehingga dapat disimpulkan apakah hipotesis penelitian ini diterima atau ditolak.
(53)
3.4.2.Uji Asumsi Klasik
Persamaan regresi tersebut di atas harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji t tidak boleh bias, untuk memastikan bahwa modal yang diperoleh benar-benar memenuhi asumsi dasar dalam analisis regresi yang meliputi asumsi, tidak terjadi autokorelasi, tidak terjadi multikolinearitas, dan tidak terjadi heteroskedastisitas.
Menurut Sumodiningrat (2002: 115) sifat blue dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Best : Pentingnya sifat ini bila diterapkan uji signifikan baku terhadap dan
ß.
2. Linier : Sifat ini dibutuhkan untuk memudahkan dalam penaksiran
3. Unbiased : Nilai jumlah sampel sangat besar penaksir parameter diperoleh dari sampel besar kira-kira lebih mendekati nilai parameter sebenarnya. 4. Estimate : e diharapkan sekecil mungkin.
Yang diasumsikan tidak terjadi pengaruh antara variabel bebas atau regresi bersifat BLUE (Best, Linier, Unbiased, Estimator) artinya koefisien regresi pada persamaan tersebut betul-betul linier dan tidak bias atau tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan persamaan, seperti:
a. Autokorelasi
Autokorelasi merupakan korelasi antara anggota dalam data runtut waktu (time series) atau antara space untuk data cross section. Adanya gejala autokorelasi menggambarkan varians populasinya dan hasil regresi tidak dapat digunakan untuk menaksir nilai variabel dependen pada nilai variabel independen tertentu.
(54)
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linier ada korelasi antara koefisien pengganggu pada periode t dengan kesalahan pada periode t-1 (sebelumnya). Identifikasi ada tidaknya gejala autokorelasi dapat dilihat dari tabel Durbin Watson test dengan jumlah variabel bebas (k) dan jumlah data (n) sehingga dL dan dU dapat diperoleh distribusi daerah keputusan ada atau tidaknya korelasi. Keberadaan autokorelasi dapat dites dengan menghitung nilai Durbin Watson (d tes), dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Gujarati,2000: 201-215):
Keterangan :
d = nilai Durbin Watson et = residual pada waktu ke t
et-1 = residual pada waktu ke t-1 (satu periode sebelumnya) N = banyaknya data
b. Multikolinearitas
Fenomena adanya korelasi yang sempurna antara satu variabel bebas dengan variabel bebas lain. Adanya multikolineritas menyebabkan standar error cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antar variabel dan standar error menjadi sangat sensitif terhadap perubahan data (Gujarati,2000: 157).
(55)
Dari diagnosis atau dugaan adanya multikolineritas tersebut maka perlu adanya pembuktian atau identifikasi secara statistik ada atau tidaknya gejala multikolinearitas, ada beberapa metode deteksi:
a) Koefisien determinasi tinggi (R2), misalnya antara 0,7 dan 1. Dan uji parsial tidak satupun yang signifikan.
b) Membandingkan tolerance yang didapat dari perhitungan regresi berganda, apabila nilai tolerance < α maka terjadi multikolineritas.
c) Dengan cara menghitung VIF (Variance Inflation Factor). VIF menyatakan tingkat “pembengkakan” varians, apabila nilai VIF > 10 hal ini berarti terdapat multikolinearitas.
Untuk mendeteksi adanya multikolinearitas dapat dilakukan dengan menghitung VIF (Variance Inflation Factor) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
VIF = var ( c. Heteroskedastisitas
Homoskedastisitas (varian sama) merupakan fenomena di mana pada nilai variabel independen tertentu masing-masing kesalahan (ei) mempunyai nilai varian yang sama sebesar , jika model yang diperoleh ternyata tidak memenuhi asumsi atau fenomena tersebut maka dalam model tersebut terjadi heteroskedastisitas. Heteroskedastisitas ini mengakibatkan nilai estimator (koefisien regresi) dari model tersebut tidak efisien meskipun estimator tersebut tidak bias dan konsisten.
(56)
Pengujian terhadap adanya fenomena heteroskedastisitas dilakukan dengan menggunakan Spearman’s Rank Correlation Test. Pengujian adanya fenomena heteroskedastisitas ini akan didasarkan pada hipotesis berikut ini (Gujarati,1995: 188):
= 1- 6
Keterangan :di = perbedaan dalam rank residual dengan variabel bebas ke 1 N = banyaknya data
Menurut Gujarati (1995:177), mendeteksi adanya heteroskedastisitas adalah sebagai berikut :
a. Nilai probabilitas > 0.05 berarti bebas dari heteroskedastisitas b. Nilai probabilitas < 0.08 berarti terkena heteroskedastisitas 3.4.3.Uji Hipotesis
Langkah-langkah yang dilakukan dalam mengolah dan menganalisis data dengan teknik analisis regresi sederhana ini adalah sebagai berikut:
1. Uji t
Pada tahapan ini dilakukan pengujian terhadap masing-masing variabel bebas yang terdapat dalam modal mempunyai pengaruh yang signifikan atau tidak mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat, sehingga dapat disimpulkan hipotesis yang kedua dapat diterima atau ditolak.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji t hitung adalah: a. Memformulasikan hipotesis
(57)
Formulasi hipotesis yang akan dibuktikan adalah: Ho : = 0
Artinya tidak ada pengaruh yang signifikan antara Ukuran perusahaan (X1), Risiko bisnis (X2), dan Profitabilitas (X3) secara parsial terhadap Struktur modal (Y).
Ho : 0
Artinya ada pengaruh yang signifikan antara Ukuran perusahaan (X1), Risiko bisnis (X2), dan Profitabilitas (X3) secara parsial terhadap Struktur modal (Y).
b. Menetapkan tingkat signifikan atau tingkat kepercayaan ( ), yaitu sebesar 5%, dengan derajat bebas = (n-k), dimana n : jumlah data dan k : jumlah variabel bebas.
c. Kriteria pengukuran Ho diterima & Hi ditolak jika signifikansi ≤ 5%, dan Ho ditolak & Hi diterima jika signifikansi ≥ 5%.
d. Mengambil kesimpulan berdasarkan kriteria pengujian di atas.
2. Uji F
Uji F digunakan untuk mengetahui kecocokan model variabel ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan profitabilitas terhadap struktur modal.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam uji F-hitung adalah: a. Formulasi hipotesis
Ho : = = 0, berarti faktor-faktor ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan profitabilitas, secara
(58)
bersama-sama tidak mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
Ho : 0, berarti faktor-faktor ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan profitabilitas, secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap struktur modal.
b. Menetapkan tingkat signifikan atau tingkat kepercayaan ( α ) yaitu sebesar 5%, dengan derajat bebas = (n-k), di mana n : jumlah pengamatan dan k : jumlah variabel.
c. Kriteria pengujian Ho diterima & Hi ditolak jika signifikansi ≤ 5%, dan Ho ditolak & Hi diterima jika signifikansi ≥ 5%.
(59)
BAB IV PEMBAHASAN
4.1.Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1. Sejarah Singkat Pasar Modal Indonesia
Sejarah pasar modal di Indonesia mengungkapkan bahwa di Indonesia pernah dibentuk suatu Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek yaitu pada tanggal 11 Januari 1925 atau tiga belas tahun setelah dibentuknya perserikatan yang sama di kota Jakarta (1912). Kemudian pada tahun 1927 dibentuk bursa-bursa efek di tiga kota besar di Indonesia yaitu di Jakarta, Semarang, Surabaya.
Pada masa revolusi kemerdekaan kegiatan perdagangan di bursa-bursa efek tersebut praktis terhenti karena situasi politik saat itu. Setelah proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia tepatnya tahun 1951, pemerintah memberlakukan Undang-Undang Darurat No.13 Tahun 1951 yang kemudian disahkan sebagai Undang-Undang. Yaitu Undang-Undang No.15 Tahun 1952 tentang Bursa Efek.
Pasar Modal di Indonesia dari Tahun 1977 sampai Tahun 1987 kurang memberikan hasil seperti yang diharapkan meskipun pemerintah telah memberikan fasilitas kepada perusahaan-perusahaan yang menarik dana dari pasar modal. Tersendat-sendatnya perkembangan pasar modal selama ini disebabkan oleh beberapa hal antara lain mengenai prosedur emisi saham dan obligasi yang terlalu ketat. Adanya batasan fluktuasi
(60)
harga saham dan saham campur tangan pemerintah dalam penetapan harga saham pada pasar perdana.
Untuk mengatasi permasalahan yang menghambat perkembangan pasar modal tersebut di atas,pemerintah mengeluarkan serangkaian deregulasi yang berkaitan dengan perkembangan pasar modal yaitu Paket Kebijakan Desember 1987 (Pakto 1988), Paket Kebijakan Desember 1988 (Pakdes 1988).
4.1.2. Sejarah Singkat PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Pada tanggal 13 Juli 1992, Bursa Efek Indonesia diswastakan dan mulai menjalankan pasar saham di Indonesia , sebuah awal pertumbuhan baru setelah terhenti sejak didirikan pada awal abad ke – 19. Pada tahun 1912, dengan bantuan Kolonial Belanda, Bursa Efek pertama di Indonesia didirikan Batavia, pusat pemerintah colonial Belanda yang dikenal sebagai Jakarta saat ini.
Bursa Batavia sempat ditutup selama Perang Dunia pertama dan kemudian dibuka lagi pada tahun 1952. Selain Bursa Batavia, pemerintah colonial juga mengkeuangkan bursa paralel di Surabaya dan Semarang. Namun kegiatan Bursa saham ini dihentikan lagi ketika terjadi pendudukan oleh tentara Jepang di Batavia.
Pada tahun 1952, tujuh tahun setelah Indonesia memproklamirkan kemerdekaan , bursa saham dibuka lagi di Jakarta dengan memperdagangkan saham dan obligasi yang Dunia. Kegiatan bursa saham
(61)
kemudian berhenti lagi ketika pemerintah meluncurkan program nasionalisme pada tahun 1956.
Sebelum tahun 1977, bursa saham dibuka kembali dan ditangani oleh Badan Pelaksanaan Pasar Modal (BAPEPAM), institusi baru di bawah Departemen Keuangan. Kegiatan perdagangan dan kapitalisasi pasar sahampun mulai meningkat seiring dengan perkembangan pasar financial dan sector swasta.Puncak perkembangannya pada tahun 1990. Pada tahun 1991, bursa saham diswastanisasi menjadi PT. Bursa Efek Jakarta ini mengakibatkan beralihnya fungsi BAPEPAM menjadi Badan Pengawas Pasar Modal ( BAPEPAM).
Tahun 1955 adalah tahun Bursa Efek Indonesia memasuki babak baru. Pada tanggal 22 Mei 1995 Bursa Efek Indonesia meluncurkan Jakarta Automated Trading System(JATS), sebuah system perdagangan otomotisasi yang menggantikan system perdagangan manual. System baru ini ndapat memfasilitasi perdagangan saham dengan frekuensi yang lebih besar dan lebih menjamin kegiatan pasar yang fair dan transparan dibanding system perdagangan manual.
Pada Juli 2000, Bursa Efek Indonesia menerapkan perdagangan tanpa warkat ( Scripless Trading ) dengan tujuan untuk meningkatkan likuiditas pasar dan menghindari peristiwa saham hilang dan pemalsuan saham dan juga untuk mempercepat proses penyelesaian transaksi.
(62)
Pada tahun 2002, Bursa Efek Indonesia mulai menerapkan perdagangan jarak jauh ( Remote Trading) sebagai upaya meningkatkan akses pasar, efisiensi pasar, kecepatan dan frekuensi perdagangan.
4.1.3. Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia ( BEI ) a. Visi
Bursa Efek Indonesia menjadi bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia. Bursa yang kompetitif adalah Bursa yang memiliki kinerja baik sehingga mampu bersaing dengan bursa-bursa lain di tingkat Internasional , serta dapat menciptakan suatu perdagangan yang wajar , teratur dan efisiensi.
b. Misi
Menjadikan Bursa Efek Indonesia sebagai penggerak utama pertumbuhan ekonomi nasional serta menjadi gerbang investasi bagi investor local maupun asing. Menjadi Lembaga bursa yang berwibawa, trasparan , memiliki integritas yang tinggi serta sebagia institusi yan dinamais dan tanggap terhadap perubahan pasar dan teknologi dengan tetap memperhatikan perlindungan investor.
4.1.4. Struktur Organisasi Bursa Efek Indonesia ( BEI )
Dalam menjalankan kegiatan usaha , Bursa Efek Indonesia tunduk pada peraturan perundang-undang yang berlaku dibidang pasar modal. Pembinaan dan pengawasan terhadap Bursa Efek Indonesia dilakukan oleh Badan pelaksana Pasar Modal (BAPEPAM). Kekuasaan tertinggi di PT.Bursa Efek Indonesia sesuai anggaran dasar perusahaan terletak pada
(63)
Rapat Umum Pemegang Saham. Dalam struktur organisasi PT.Bursa Efek Indonesia juga terdapat Dewan Komisaris , yang bertugas dan berfungsi melakukan pengawasan terhadap kelancaran jalannya perseroan.
PT. Bursa Efek Indonesia mempunyai direksi sebanyak 4 orang yaitu satu orang Direktur tang membawahi beberapa divisi operasional. Dalam menjalankan tugasnya Direktur Utama dibantu oleh tiga komite yang terdiri dari Komite Perdagangan dan Penyelesaian Transaksi Efek, Komite Pencatatan dan Komite Disiplin Anggota Bursa.
Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2 : Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia
(64)
4.1.5. Profil Perusahaan Obyek Penelitian
1. PT. Astra International Tbk
PT Astra Internasional Tbk (Persero) didirikan pada tahun 1957 dengan nama PT Astra Internasional Incorporated. Pada tahun 1990, perseroan itu mengubah namanya menjadi PT Astra Internasional Tbk. Dengan berdomosili di Jakarta, Indonesia, dengan kantor pusat di Jl. Gaya Motor Raya No.8, Sunter II, Jakarta.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang lingkup kegiatan perseroan adalah perdagangan umum, perindustrian, jasa pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, dan jasa konsultasi. Ruang lingkup kegiatan utama anak perusahaan meliputi perakitan dan penyaluran mobil, sepeda motor berikut suku cadangnya, penjualan dan penyewaan alat-alat berat, pertambangan dan jasa terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan dan teknologi informasi.
2. PT. Astra Otoparts Tbk
PT Astra Otoparts Tbk (“Perusahaan”) didirikan dengan akta notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya, S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusan No. C2- 1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992 serta diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal 15 Mei
(65)
1992. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 68 tanggal 27 Mei 2008 dari Imas Fatimah, S.H., sehubungan dengan perubahan mengikuti Undang- Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Perubahan anggaran dasar ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU- 46481.01.02. tanggal 31 Juli 2008. Sampai dengan tanggal laporan ini, Akta Notaris tersebut masih dalam proses pengumuman di Le mbaran Berita Negara.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan terutama bergerak dalam perdagangan suku cadang kendaraan bermotor baik lokal maupun ekspor dan menjalankan usaha dalam bidang industri logam, suku cadang kendaraan bermotor dan industri plastik.
Perusahaan memulai kegiatan komersialnya pada tahun 1991. Saat ini kegiatan pemasaran Perusahaan meliputi dalam dan luar negeri termasuk Asia, Timur Tengah dan Afrika, dan memiliki divisi perdagangan yang beroperasi di Singapura dan anak perusahaan di Australia.
Perusahaan tergabung dalam kelompok usaha Astra Grup. Pabrik Perusahaan berlokasi di Jakarta dan Bogor dan kantor pusatnya beralamat di Jalan Raya Pegangsaan Dua Km. 2,2, Kelapa Gading, Jakarta.
(1)
ini perusahaan akan lebih mengutamakan menggunakan dana internal berupa laba ditahan untuk membiayai kebutuhan pendanaannya.
5.2. Saran
Berdasarkan penelitian yang dilakukan maupun kesimpulan dari hasil penelitian yang diperoleh dapat diajukamn beberapa saran sebagai berikut:
a. Bagi Perusahaan
Ukuran perusahaan tidak dapat dijadikan tolak ukur utama untuk penggunaan dana eksternal. Dikarenakan total asset yang dimiliki perusahaan sudah mencukupi untuk pendanaan perusahaan. Perusahaan juga harus memperhatikan tingkat keuntungan, supaya profit perusahaan tetap tinggi dan bisa digunakan untuk pendanaan yang diperlukan perusahaan. Jika pendapatan perusahaan tidak stabil maka profit perusahaan juga akan berfluktuasi, mengingat risiko yang dihadapi bisa saja tinggi, maka perusahaan harus benar-benar memperhatikan faktor-faktor tersebut di atas.
b. Bagi Investor
Dapat mempertimbangkan faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal sebelum melakukan investasi atau menyalurkan dana pinjaman, di samping itu dalam memberikan dana pinjaman sebaiknya mempertimbangkan kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajiban finansialnya, terutama pada ukuran perusahaan, risiko bisnis, dan profitabilitas yang dimilki perusahaan. Hal ini untuk
(2)
mengetahui baik buruknya struktur modal perusahaan yang akan mempunyai efek langsung terhadap posisi finansial perusahaan.
c. Peneliti selanjutnya
Diharapkan kepada peneliti selanjutnya dapat melanjutkan penelitian ini dengan topik yang sama dengan memperbanyak jumlah sampel, periode pengamatan penelitian yang lebih lama dan obyek penelitian yang lebih luas serta teknik analisis yang berbeda sehingga akan memperoleh hasil yang lebih baik.
(3)
DAFTAR PUSTAKA
Adrianto dan B. Wibowo, 2007. “Pengujian Teori Pecking Order pada Perusahaan-perusahaan Non Keuangan LQ45 Periode 2001-2005”. Manajemen Usahawan Indonesia. XXXVI (12): 43-53
Arifin, Zaenal. 2005. Teori Keuangan dan Pasar Modal. Penerbit Bionisia Yogyakarta
Atmaja, Lukas Setia. 2003. Manajemen Keuangan. Edisi Revisi. Penerbit ANDI: Yogyakarta
Badhuri, Saumitra N. (2002). “Determinants of Corporate Borrowing: Some Evidence from the Indian Corporate Structure”. Journal of Economics and Finance. Summer, 26, 2, p. 200
Brigham, Eugene. F dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan (Terjemahan). Edisi Kesepuluh. Buku Dua Penerbit Salemba Emapat
2001. Manajemen Keuangan (Terjemahan). Edisi Delapan. Jakarta
Cryer & Miller. 1994. Statistics for Business Data Analysis and Modeling, International Thomson Publishing. California.
Ghosh, Arvin, Francis Cai and Wenhui Li. 2000. "The Determinants of Capital Structure".
American Business Review. 18, 2, p. 129
Gujarati, Damodar. 1995. Ekonometrika Dasar. terjemahan Sumarno Zain. Penerbit Erlangga. Jakarta
Harjanti, T. Theresia. & Eduardus Tandelilin. 2007. Pengaruh Firm Size, Tangible Assets, Growth Opportunity, Profitability, dan Business Risk pada struktur modal perusahaan manufaktur di Indonesia: studi kasus di BEJ Jurnal Ekonomi & Bisnis. No 1, hlm 1-10
Indrawati, Titik dan Soehendro. 2006. “Determinasi Capital Structure pada Perusahaan Manufaktur di Bursa Efek Jakarta Periode 2000-2004”. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia. vol. 3, no. 1, p. 77-105
(4)
Kartini; Arianto, Tulus. 2008. Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Pertumbuhan Aktiva dan Ukuran Perusahaan Terhadap Struktur Modal pada Perusahaan Manufaktur. Jurnal Keuangan dan Perbankan. Vol. 12, No 1, Januari: 11-21 Khrisnan, V. Sivarama and R. Charles Moyer. (1996). “Determinants of Capital
Structure: An Empirical Analysis of Firms in Industrialized Countries” (Terjemahan). Managerial Finance. 22, 2, p. 39
Margaretha, Farah. 2005, Teori dan Aplikasi Manajemen Keuangan Investasi dan Sumber Dana Jangka Panjan. Penerbit Grasindo Jakarta
Mc. Cue, Michael J. and Yasar A. Ozcan. (1992). “Determinants of Capital Structure” (Terjemahan). Journal of Healthcare Management. 37, 3, p. 333 Nasrudin. 2004. “Faktor-Faktor yang Menentukan Struktur Modal: Studi Empirik
pada Perusahaan Industri Farmasi di Bursa Efek Jakarta”. Jurnal Akuntansi dan Investasi. 5 (1): 47-62
Nugroho, M. Taufan. 2009. “Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Struktur Modal Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di bursa Efek Indonesia ( periode 2005-2007 )”
Hidayati, Nuril. 2010, “Pengaruh Struktur Kepemilikan, Profitabilitas, Ukuran Perusahaan, Pertumbuhan Aktiva, dan Risiko Bisnis Terhadap Struktur Modal Pada Perusahaan yang masuk Dalam Kelompok Jakarta Islamic Indeks Masa tahun 2005-2007”
Prabansari, Yuke & Handri Kusuma. 2005. Faktor-faktor yang mempengaruhi struktur modal pada perusahaan manufaktur go public yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Majalah Sinergi. Edisi Khusus On Finance, hlm 1-15 Rakhmawati, Mira Ceria. 2008. Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi
Struktur Modal pada Perusahaan Otomotif yang Terdaftar di Bursa Efek Jakarta. Skripsi, (dipublikasikan)
Riduwan. 2005. Belajar Mudah Penelitian Untuk Guru, Karyawan dan Peneliti Pemula. Bandung : Alfabeta.
Riyanto, Bambang. 1995. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Penerbit BPFE. Yogyakarta
2001. Dasar-dasar Manajemen Keuangan. Edisi Kelima. Yayasan Badan Penerbit Gajah Mada. Yogyakarta
Sawir Agnes. 2005. Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Edisi ketiga ,Penerbit PT Gramedia Jakarta
(5)
Santoso, Singgih. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametrik, Cetakan Kedua, PT Elex media Computindo, Jakarta
Setiawan, Rahmat. 2006. Faktor-faktor yang mempengaruhi Struktur Modal dalam perspective Pecking Order Theory studi pada industri Makanan dan Minuman di Bursa efek Jakarta. Majalah Ekonomi. Thn XVI, No 3, hlm. 318-333
Simanjutak, Michael. 2001. Analisis Faktor Determinan dalam Kebijakan Struktur Modal Perusahaan. Thesis, Fakultas Ekonomi, UI
Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV Alfabeta
Sujianto, Agus Eko. 2001. Analisis Variabel-Variabel Yang Mempengaruhi Struktur Keuangan pada Perusahaan Manufaktur yang Go Public di Bursa Efek Jakarta. Jurnal Ekonomi dan Manajemen. Vol.2, No.2, Desember 2001, Hal.135-138
Sujoko, dan Ugy Soebiantoro. 2007. Pengaruh Kepemilikan Saham, Leverage, Faktor Intern dan Faktor Ekstern Terhadap Nilai Perusahaan. Jurnal Ekonomi Manajemen dan Kewirausahaan Petra. Vol. 9, No 1, Maret, Hal. 41-48
Sumarsono. 2004. Metode penelitian Akuntansi. Edisi Dua. Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta
Syamsuddin, Lukman. 2009. Manajemen Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT Grafindo Persada
Utami, Endang Sri. 2009. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Struktur Modal Perusahaan Manufaktur. Jurnal Ekonomi Akuntansi. Vol.7, No.1, Desember 2009, Hal 39-47
Weston, Fred dan Thomas E. Copeland. 2002. Manajemen Keuangan (Terjemahan). Penerbit Erlangga: Jakarta
2005. Dasar-dasar Manajemen Keuangan (Terjemahan). Penerbit Erlangga. Jakarta
Sumber internet:
http://repository.upi.edu/operator/upload/s_c0751_033634_chapter3.pdf http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/11101/1/09E00597.pdf
(6)
http://eprints.undip.ac.id/26377/
http://eprints.undip.ac.id/24463/1/File_Skripsi__Full_Text_.pdf http://etd.eprints.ums.ac.id/5861/