KESIAPAN KONTRAKTOR KUALIFIKASI MENENGAH DAN KECIL DI SURAKARTA DALAM MENGHADAPI PERPRES NO. 542010 DAN PERATURAN TERKAIT

KESIAPAN KONTRAKTOR KUALIFIKASI MENENGAH DAN KECIL DI SURAKARTA DALAM MENGHADAPI PERPRES NO. 54/2010 DAN PERATURAN TERKAIT

(The Readiness of Medium and Small Scale Contractors in Surakarta Faciling Presidential Regulation No. 54/2010 and Related Regulations)

SKRIPSI

Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik Pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh : SUGENG LUHUR PAMBUDI

I 1105028

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

2012

commit to user

commit to user

commit to user

MOTTO

“Barang siapa bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan membukakan jalan keluar baginya. Dan barang siapa bertawakal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupkan keperluannya” (Ath Thalaq : 2 – 3)

“Boleh jadi kamu tidak menyenangi sesuatu, padahal itu baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal itu tidak baik bagimu. Allah maha mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (Al-Baqarah : 216)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan karya ini untuk Ibu,Bapak, Adik- adikku dan Keluargaku.

commit to user

ABSTRAK

Sugeng Luhur Pambudi, 2012. “KESIAPAN KONTRAKTOR KUALIFIKASI MENENGAH DAN KECIL DI SURAKARTA DALAM MENGHADAPI PERPRES NO. 54/2010 DAN PERATURAN TERKAIT”.

Skripsi, Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Pengaturan dibidang jasa konstruksi secara nasional mengalami perkembangan sejalan dengan dinamika kondisi global serta kebijakan pembangunan nasional. Pemerintah berusaha menghilangkan keluhan dari sistem tender yang selama ini diterapkan, tentunya untuk menghadirkan kesetaraan dan mempercepat penyerapan anggaran sehingga pembangunan dapat berlangsung lancar dan kesejahteraan bagi masyarakat cepat terwujud. Akhir tahun 2010 Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden RI nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagai pengganti Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, dengan harapan agar terselenggaranya pengadaan barang dan jasa pemerintah yang lebih efisien, terbuka dan kompetitif. Untuk melaksanakan prinsip Good Governance and Clean Government, maka pemerintah harus siap melaksanakan prinsip-prinsip akuntabilitas dan pengelolaan sumber daya secara efisien, serta mewujudkannya dengan tindakan dan peraturan yang baik dan tidak berpihak (independent), serta menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak terkait secara adil, transparan, professional dan akuntabel.

Metode penelitian yang dilakukan terdiri dari studi literatur, penentuan obyek penelitian, pengumpulan data dengan cara menggunakan angket dan wawancara serta analisa data. Objek dari penelitian ini adalah kontraktor swasta nasional di wilayah Surakarta. Metode pengumpulan data dilakukan dengan kuisioner kepada kontraktor. Data dari hasil kuisioner diolah dengan menggunakan program Microsoft Excel untuk kemudian dianalisis. Analisis yang dilakukan meliputi uji validitas dan reliabilitas, analisis distribusi (mean dan frekuensi) serta analisis regresi linier dan analisis T-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kesiapan kontraktor di Surakarta dalam menghadapi Perpres No. 54/2010 menunjukkan bahwa 70,42% kontraktor siap dan 29,58% kontraktor belum siap . Beberapa variabel yang kurang siap yaitu mampu melaksanakan pelelangan dengan sistem e-proc, terdaftar dan teregristrasi dalam portal pengadaan nasional atau LPSE. Kemampuan keuangan, kualifikasi, dan usia kontraktor berpengaruh secara signifikan terhadap tingkat kesiapan menghadapi Perpres. Tingkat kesiapan kontraktor menengah dan kecil terdapat perbedaan yang signifikan serta tingkat kesiapan kontraktor menengah lebih baik daripada kontraktor kecil.

Kata kunci : Peraturan Presiden, Kontraktor, Pengadaan Barang dan Jasa.

commit to user

ABSTRAC

Sugeng Luhur Pambudi, 2012. “THE READINESS OF MEDIUM AND SMALL SCALE CONTRACTORS IN SURAKARTA FACILING PRESIDENTIAL REGULATION NO. 54/2010 AND RELATED

REGULATIONS”. Thesis, Civil Engineering Departement of Engineering Faculty of Sebelas Maret University.

Setting field of construction sevices nationally has developed in line with dynamics of global conditions and national development policies. The government attempted to eliminate complaints from tendering system which has been applied, of course to bring equality and accelerate the absorption of the budget so that development can take place smoothly and quickly realized prosperity for society. Late in 2010 the Government has set a Presidential Regulation No. 54 of 2010 regarding Procurement Government in lieu of Presidential Decree No. 80 of 2003, with the expectation that the implementation of government procurement of goods and services more efficient, open and competitive. To implement the principles of Good Governance and Clean Government, then the government must be prepared to implement the principles of accountability and managing resources efficiently, and make it happen with good acts and regulations and impartial (independent), and ensuring the economic and social interaction between the partiesrelated in a fair, transparent, professional and accountable.

The method consists of research conducted literature studies, determination of the object of research, data collection by using questionnaires and interviews and data analysis. The object of this study is a national private contractors in Surakarta. Methods of data collection conducted by questionnaire to the contractors. Data form the questionnaire results processed using Microsoft Excel program for latter to be analysis. The analysis performed included using validity and reliability, analysis of distribution (mean and frequency) and linear regression analysis and analysis of T-test.

The results showed that the level of preparedness in faciling with contractors in Surakarta Presidential Regulation number 54/2010 indicates that 70,42% the general contractors is ready and 29,58% not yet ready. Some variables that are less prepared is capable of carrying out auctions with e-proc system, and registered regristation in the national procurement portal or LPSE. Financial capability, qualifications, and age of contractors is significantly influence contractors preparedness level of regulation. Readiness level of medium and small contractors there are significant difference and medium contractors readiness level is better than the small contactor.

Key words : Regulation of the President, Contractors, Procurement of Goods and Services.

commit to user

KATA PENGANTAR

ÉOó¡Î0 «!$# Ç`»uH÷q§•9$#

ÉOŠÏm§•9$# Puji syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kepada Allah SWT, atas nikmat, rahmat, dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi dengan judul “Kesiapan

Kontraktor Kualifikasi Menengah dan Kecil di Surakarta Dalam Menghadapi Perpres No. 54/2010 dan Peraturan Terkait” dapat terselesaikan. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang harus ditempuh untuk meraih gelar Sarjana Teknik pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Melalui penyusunan skripsi ini diharapkan dapat menambah wawasan dan pengalaman bagi penyusun sehingga dapat menjadi bekal dikemudian hari. Penyusun menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak mungkin dapat terselesaikan tanpa adanya bantuan, bimbingan, dan pengarahan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Oleh karena itu, penyusun mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ir. Delan Soeharto, MT, selaku Dosen Pembimbing I, yang telah memberikan bimbingan, arahan serta masukan yang sangat berguna bagi penulisan skripsi ini.

2. Ir. Sugiyarto, MT, selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak membantu untuk memberikan masukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Fajar Sri Handayani, ST, MT, selaku Pembimbing Akademis.

4. Tim Penguji Pendadaran pada Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

5. Segenap Pimpinan Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

6. Segenap Pimpinan Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surkarta.

7. Segenap staf pengajar dan staf administrasi Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Universitas Sebelas Maret Surakarta.

commit to user

8. Ibu dan Bapakku tercinta yang telah memberikan kasih sayang, dukungan, bantuan, dan pengorbanan yang tulus ikhlas dan tak terhingga nilainya demi kelancaran kuliah penyusun.

9. Adik-adikku tercinta yang sangat aku sayangi (Agung, Panji dan Wisnu).

10. Ditta Diani Irinsya Putri (mamah), yang telah memberikan rasa sayang,

dukungan, bantuan, dan pengorbanan yang tulus ikhlas.

11. Rekan-rekan Asosiasi Gapeksindo Cabang Surakarta (Bp. Heri Purnomo, Bp. Budhi Setyowoko, Bp. Slamet Riyanto, dll) yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan.

12. Rekan-rekan HPPGP Perumnas Gemolong Permai.

13. Rekan-rekan mahasiswa Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Non Reg angkatan 2005 atas kerjasama selama menempuh studi pada Fakultas Teknik Jurusan Teknik Sipil Universitas Sebelas Maret Surakarta.

14. Semua pihak yang membantu dalam penulisan skripsi ini yang tak dapat penyusun sebutkan satu-persatu.

Penyusun menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna serta mempertimbangkan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan bersifat dinamis sejalan dengan dinamika pemikiran manusia. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penusun harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi semua pihak pada umunya dan bagi mahasiswa pada khususnya.

Surakarta, Januari 2012

Penyusun

commit to user

BAB 5. KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................

75

LAMPIRAN ........................................................................................................

commit to user

DAFTAR NOTASI

∑ = Jumlah k

= Jumlah item n

= Jumlah reponden r

= Koefisien korelasi s

= Standar deviasi S

= Varians α

= Tingkat signifikasi Ḁ̅

= Rata-rata

commit to user

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Penggolongan Klasifikasi dan Kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi ........................................................................

13

Tabel 2.2. Interprestasi Koefisien Korelasi Nilai r ...........................................

28

Tabel 4.1. Nama Perusahaan yang Menjadi Objek Penelitian .........................

43

Tabel 4.2. Frekuensi Kemampuan Keuangan Perusahaan ...............................

44

Tabel 4.3. Frekuensi Kualifikasi Perusahaan ....................................................

45

Tabel 4.4. Frekuensi Usia Perusahaan...............................................................

46

Tabel 4.5. Rekapitulasi Perhitungan Uji Validitas ...........................................

47

Tabel 4.6. Rekapitulasi Perhitungan Uji Reliabilitas Instrumen .....................

48

Tabel 4.7. Rekapitulasi Frekuensi Tingkat Kesiapan Finansial.......................

50 Tabel 4.8. Rekapitulasi Frekuensi Respon Tingkat Kesiapan Sumber Daya Manusia....................................................................................

52 Tabel 4.9. Rekapitulasi Frekuensi Respon Tingkat Kesiapan Inovasi dan Teknologi....................................................................................

54 Tabel 4.10. Rekapitulasi Frekuensi Respon Tingkat Kesiapan Kelengkapan Kualifikasi .........................................................................................

56 Tabel 4.11. Resume Prosentase Terbesar Frekuensi Respon Tingkat Kesiapan Tiap Variabel ....................................................................

57

Tabel 4.12. Frekuensi Respon Semua Variabel ..................................................

59

Tabel 4.13. Frekuensi Respon Kesiapan Kontraktor Kualifikasi Kecil ............

60

Tabel 4.14. Frekuensi Respon Kesiapan Kontraktor Kualifikasi Menengah ....

61

Tabel 4.15. Hasil Analisis Regresi X1 Terhadap Y............................................

63

Tabel 4.16. Ringkasan Uji Signifikasi dan Uji Linieritas Y dan X1 .................

63

Tabel 4.17. Hasil Analisis Regresi X2 Terhadap Y............................................

64

Tabel 4.18. Ringkasan Uji Signifikasi dan Uji Linieritas Y dan X2 .................

65

Tabel 4.19. Hasil Analisis Regresi X3 Terhadap Y............................................

66

Tabel 4.20. Ringkasan Uji Signifikasi dan Uji Linieritas Y dan X3 .................

67

Tabel 4.21. Analisis T-test Kontraktor Kecil dan Kontraktor Menengah .........

68

commit to user

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1. Bagan alir kerangka pikir ............................................................

40

Gambar 3.2. Bagan alir metode penelitian .......................................................

41 Gambar 4.1. Grafik Prosentase Jumlah Kontraktor Jasa Konstruksi Kota Surakarta Tahun 2008.........................................................

42

Gambar 4.2. Grafik Prosentase Kemampuan Keuangan Perusahaan .............

44

Gambar 4.3. Grafik Prosentase Kualifikasi Greed Perusahaan ......................

45

Gambar 4.4. Grafik Prosentase Usia Perusahaan ............................................

46

Gambar 4.5. Grafik Tingkat Kesiapan Finansial .............................................

50

Gambar 4.6. Grafik Tingkat Kesiapan Sumber Daya Manusia ......................

52

Gambar 4.7. Grafik Tingkat Kesiapan Inovasi dan Teknologi .......................

54

Gambar 4.8. Grafik Tingkat Kesiapan Kelengkapan Kualifikasi ...................

56

Gambar 4.9. Grafik Tingkat Kesiapan Semua Aspek .....................................

59

Gambar 4.10. Grafik Tingkat Kesiapan Kontraktor Kecil ................................

60

Gambar 4.11. Grafik Tingkat Kesiapan Kontraktor Menengah .......................

61

commit to user

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A : Blanko Kuesioner Lampiran B : Data Perusahaan Lampiran C : Data Hasil Kuesioner, Perhitungan Analisis Statistik Lampiran D : Administrasi Skripsi

commit to user

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Era globalisasi dan AFTA (Asian Free Trade Area) sudah bergulir, kompetisi berbagai bidang di seluruh dunia pun mulai berjalan termasuk tentunya sektor konstruksi. Banyak Negara-negara sudah mempersiapkan sejak awal guna memasuki era tersebut. Dunia industri konstruksi mungkin adalah merupakan salah satu dunia yang paling dinamis dibandingkan dengan dunia industri lainnya, terutama dinegara yang sedang berkembang seperti di Indonesia.Kondisi pasar yang selalu berubah, periode konstruksi yang relatif sangat singkat, serta adanya fluktuasi harga material yang sangat sulit diprediksi membutuhkan suatu kemampuan manajerial yang handal serta pengetahuan yang baik .

Peranan jasa konstruksi semakin meningkat tetapi belum optimal sebagaimana terlihat pada kenyataan bahwa pangsa jasa konstruksi asing di Indonesia masih cukup besar, juga proses pembangunan yang belum efektif dan efisien. Peran industri konstruksi dalam ekonomi juga dapat dilihat dari segi potensi lapangan kerja, kebutuhan material dan dampaknya, peraturan publik yang mendukung ekonomi, dan termasuk dampak perluasan industri konstruksi terhadap ekonomi, distribusi pendapatan bagi masyarakat lapisan bawah. Jalan, bendungan, pekerjaan irigasi, perumahan, sekolah, dan pekerjaan konstruksi lain adalah landasan fisik dimana usaha pengembangan dan peningkatan standar hidup dibentuk. Dimana pada sebagian besar negara berkembang, meningkatkan kapasitas dan kapabilitas konstruksi adalah penting, termasuk meningkatkan efisiensi biaya, waktu, dan

kualitas pekerjaan konstruksi.

commit to user

Sebagai usaha yang menghasilkan produk berupa prasarana dan sarana fisik, industri konstruksi mempunyai peran yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian nasional sehingga perlu diperhatikan berbagai permasalahan yang sering terjadi yang dapat mengakibatkan penurunan kinerja perusahaan jasa konstruksi. Tolak ukur kesuksesan perusahaan dapat dilihat dari kinerja perusahaan yang dihasilkannya. Semakin tinggi kinerja perusahaan tersebut maka akan semakin sukses juga perusahaannya.

Kondisi saat ini menunjukkan berbagai permasalahan yang sering terjadi di sektor konstruksi sehingga mengakibatkan penurunan kinerja jasa konstruksi. Permasalahan-permasalahan yang menimpa industri jasa konstruksi di Indonesia saat ini, antara lain buruknya sikap mental dan perilaku oknum, serta rendahnya kesadaran masyarakat akan manfaat dan pentingnya peran jasa konstruksi bagi kepentingan masyarakat itu sendiri (Alfian Malik, 2007).

Permasalahan lain yang menyangkut jasa konstruksi kemungkinan karena Keppres no. 80 tahun 2003, dimana tidak ada perbedaan antara pengadaan barang dan jasa lain. Juga ada klausul yang menyatakan penawar terendah dalam suatu pelelangan yang harus dimenangkan, demi keuntungan Negara. Karena terendah itu, kemungkinan para pelaku jasa konstruksi melakukan berbagai penyimpangan dalam pelaksanaannya.

Pada bulan Agustus tahun 2010 Pemerintah menerbitkan Peraturan baru, yaitu Peraturan Presiden No. 54 Tahun 2010 dengan arah perubahan menciptakan iklim yang kondusif untuk persaingan sehat, efisiensi belanja Negara, dan mempercepat pelaksanaan APBN atau APBD serta memperkenalkan aturan, sistem, metoda dan prosedur yang lebih sederhana dengan tetap memperhatikan good governance.

Aturan baru yang dikeluarkan tentunya diharapkan pula dapat lebih memberikan angin segar dan juga ketenangan kerja bagi para pelaku jasa konstruksi. Pasalnya, ketenangan dalam melaksanakan pekerjaan bagi pelaku jasa konstruksi, akan memberikan pengaruh cukup besar dalam ikut manunjang roda perekonomian.

commit to user

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah kesiapan kontraktor menengah dan kecil di Surakarta dalam menghadapi Perpres No. 54 Tahun 2010?

2. Bagaimana pengaruh kemampuan keuangan kontraktor, kualifikasi kontraktor dan usia kontraktor terhadap kesiapan kontraktor menghadapi Perpres No. 54 Tahun 2010?

3. Membandingkan kesiapan antara kontraktor kualifikasi menengah dan kualifikasi kecil dalam menghadapi Perpres No. 54 Tahun 2010.

1.3. Batasan Masalah

Untuk membatasi permasalahan agar penelitian terarah dan tidak terlalu meluas, maka dalam penelitian perlu pembatasan masalah sebagai berikut :

1. Penelitian ini hanya membahas permasalahan kontraktor kualifikasi menengah dan kualifikasi kecil untuk klasifikasi bangunan gedung.

2. Jumlah kontraktor yang disurvei adalah kontraktor menengah dan kecil di Kota Surakarta tahun 2011.

3. Aspek yang ditinjau dalam penelitian ini hanya mencangkup :

a. Finansial perusahaan

b. Sumber daya manusia

c. Inovasi dan teknologi perusahaan

d. Kelengkapan kualifikasi perusahaan

commit to user

1.4. Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah telah siap kontraktor menengah dan kecil di Surakarta dalam menghadapi Perpres No. 54 Tahun 2010 dan peraturan terkait.

2. Untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh kemampuan keuangan kontraktor, kualifikasi kontraktor dan usia kontraktor terhadap kesiapan kontraktor dalam menghadapi Perpres No. 54 Tahun 2010.

3. Untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan yang berarti antara kontraktor kualifikasi menengah dan kualifikasi kecil dalam menghadapi Perpres No.

54 Tahun 2010.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang didapatkan dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui posisi kontraktor menengah dan kecil di Surakarta apakah cukup kuat dalam menghadapi Perpes No. 54 Tahun 2010 dan peraturan terkait.

2. Sebagai bahan kajian empiris untuk pengembangan ilmu manajemen konstruksi dengan peraturan yang baru.

3. Diharapkan dari penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan bagi para pengusaha jasa konstruksi apa yang perlu diperhatikan guna meningkatkan kinerja perusahaan

commit to user

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka

Sektor konstruksi berpengaruh terhadap hampir seluruh sektor bidang perekonomian, antara lain jalan, bendungan, pekerjaan irigasi, perumahan, sekolah, dan pekerjaan konstruksi lain yang merupakan landasan fisik untuk pengembangan dan peningkatan kapasitas dan kapabilitas konstruksi termasuk meningkatkan efisiensi biaya, waktu, dan kualitas pekerjaan konstruksi ini merupakan faktor yang sangat penting. (Dr.Ir. Sudarto,2011 : 1)

Bisnis di bidang jasa konstruksi merupakan bisnis yang melibatkan beragam sumberdaya, teknologi dan institusi (lingkungan bisnis). Oleh sebab itu, bisnis konstruksi harus dikelola secara terintegrasi, professional dengan berorientasi kepada kepentingan nasional. Sehingga, segala sumber daya yang terpakai dalam bisnis ini dapat menghasilkan produk yang memiliki manfaat dan nilai struktur, nilai teknis, nilai ekonomis dan nilai sosial bagi masyarakat. (Alfian Malik,2009:19)

Proyek konstruksi merupakan suatu kegiatan yang hanya satu kali dilaksanakan dan umumnya berjangka waktu pendek. Dalam rangkaian kegiatan tersebut, terdapat suatu proses yang mengolah sumber daya proyek menjadi suatu hasil kegiatan yang berupa bangunan. Proses yang terjadi dalam rangkaian kegiatan tersebut tentunya melibatkan pihak-pihak yang terkait, baik secara langsung maupun tidak langsung. Hubungan antara pihak-pihak yang terlibat dalam suatu proyek dibedakan atas hubungan fungsional dan hubungan kerja. Dengan banyaknya pihak yang terlibat dalam proyek konstruksi maka potensi terjadinya konflik sangat besar sehingga dapat dikatakan bahwa proyek konstruksi mengandung konflik yang cukup tinggi. (Wulfram Ervianto, 2009 : 11)

commit to user

Sektor konstruksi berperan dalam pembangunan nasional di tiap pelosok wilayah dari Sabang sampai Merauke. Peningkatan kinerja perusahaan konstruksi dan usaha konstruksi dalam bentuk cluster akan menjamin profitabilitas, pertumbuhan, sustainability, produktivitas dan daya saing yang diinginkan untuk pembangunan yang construction driven selanjutnya pada masa mendatang. (Ir.Ismeth S Abidin,PhD, 2010)

2.2. Dasar Teori

2.2.1. Pendahuluan

Pengaturan dibidang jasa konstruksi secara nasional mengalami perkembangan sejalan dengan dinamika kondisi global serta kebijakan pembangunan nasional. Menyikapi akan hal tersebut kiranya semua pihak perlu mempersiapkan diri untuk terus memahami peraturan perundangan yang telah ditetapkan sehingga tidak terjadi kekeliruan terutama dalam pelaksanaan pengadaan barang dan jasa serta pelaksanaan konstruksi termasuk pemeliharaannya. Pemerintah berusaha menghilangkan keluhan dari sistem tender yang selama ini diterapkan, tentunya untuk menghadirkan kesetaraan dan mempercepat penyerapan anggaran sehingga pembangunan dapat berlangsung lancar dan kesejahteraan bagi masyarakat cepat terwujud.

Akhir tahun 2010 Pemerintah telah menetapkan Peraturan Presiden RI nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagai pengganti Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003, dengan harapan agar terselenggaranya pengadaan barang dan jasa pemerintah yang lebih efisien, terbuka dan kompetitif. Untuk melaksanakan prinsip Good Governance and Clean Government, maka pemerintah harus siap melaksanakan prinsip-prinsip akuntabilitas dan pengelolaan sumber daya secara efisien, serta mewujudkannya dengan tindakan dan peraturan yang baik dan tidak berpihak (independent), serta menjamin terjadinya interaksi ekonomi dan sosial antara para pihak terkait secara adil, transparan, professional dan akuntabel. Demikian juga dalam sistem tender proyek-proyek pemerintah.

commit to user

Tata pemerintahan yang baik dan bersih (Good Governance and Clean Government ) adalah seluruh aspek yang terkait dengan kontrol dan pengawasan terhadap kekuasaan yang dimiliki pemerintah dalam menjalankan fungsinya melalui institusi formal dan informal. Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 yang baru ini mengatur tata cara yang lebih sederhana, jelas dan komprehensif, dan sesuai dengan tata kelola yang baik, sehingga dapat menjadi pengaturan yang efektif bagi semua pihak yang terkait dengan pengadaan barang dan jasa pemerintah.

Dengan berlakunya Peraturan Presiden nomor 54 tahun 2010 tentang Pengadaan Barang dan Jasa sejak ditetapkan pada tanggal 6 Agustus 2010, maka Keputusan Presiden nomor 80 tahun 2003 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah sebagaimana telah beberapa kali diubah kini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku sejak tanggal 1 Januari 2011.

2.2.2. Manajemen Proyek Konstruksi

a. Proyek

Kegiatan proyek dapat diartikan sebagai suatu kegiatan sementara yang berlangsung dalam jangka waktu terbatas, dengan alokasi sumber daya tertentu dan dimaksudkan untuk menghasilkan produk atau delivery yang kriteria mutunya telah digariskan dengan jelas (Imam Soeharto,1999:2). Proyek adalah sekumpulan kegiatan terorganisasi yang mengubah sejumlah sumber daya menjadi satu atau lebih produk barang atau jasa bernilai terukur dalam sistem satu siklus, dengan batasan waktu, biaya, dan kualitas yang ditetapkan melalui perjanjian.

commit to user

Karakteristik proyek konstruksi dapat dipandang dalam tiga dimensi, yaitu unik, melibatkan sejumlah sumber daya, dan membutuhkan organisasi. Kemudian proses penyelesaiannya harus berpegang pada tiga kendala (triple constrain) : sesuai spesifikasi yang ditetapkan, sesuai time schedule, dan sesuai biaya yang direncanakan. Ketiganya diselesaikan secara simultan. Ciri-ciri tersebut diatas menyebabkan industri jasa konstruksi berbeda dengan industri lainnya (Ervianto,2005).

b. Jenis Proyek Konstruksi

Proyek konstruksi dapat dibedakan menjadi dua jenis kelompok(Ervianto,2005), yaitu :

1) Bangunan gedung : rumah, kantor, pabrik dan lain-lain. Ciri-ciri dari kelompok bangunan ini adalah :

a) Proyek konstruksi menghasilkan tempat orang bekerja atau tinggal.

b) Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang relatif sempit dan kondisi pondasi umumnya sudah diketahui.

c) Manajemen dibutuhkan, terutama untuk progessing pekerjaan.

2) Bangunan sipil : jalan, jembatan, bendungan, dan infrastruktur lainnya. Ciri- ciri dari kelompok ini adalah :

a) Proyek konstruksi dilaksanakan untuk mengendalikan alam agar berguna bagi kepentingan manusia.

b) Pekerjaan dilaksanakan pada lokasi yang luas atau panjang dan kondisi

pondasi sangat berbeda satu sama lain dalam suatu proyek.

c) Manajemen dibutuhkan untuk memecahkan permasalahan. Kedua kelompok bangunan tersebut sebenarnya saling tumpang tindih, tetapi pada

umumnya direncanakan dan dilaksanakan oleh disiplin ilmu perencana dan pelaksana yang berbeda.

commit to user

c. Pengadaan Barang dan Jasa

Proses pengadaan perusahaan jasa konstruksi diatur dalam Perpres yang berlaku terutama yang digunakan di lingkungan proyek pemerintah. Prinsip dasar pelelangan adalah :

1) Efisien, berarti pengadaan barang/jasa harus diusahakan dengan menggunakan dana dan daya yang terbatas untuk mencapai sasaran yang ditetapkan

dalam

waktu

sesingkat-singkatnya dan dapat dipertanggungjawabkan.

2) Efektif, berarti pengadaan barang/jasa harus sesuai dengan kebutuhan yang telah ditetapkan dan dapat memberikan manfaat yang sebesar- besarnya sesuai sasaran yang ditetapkan.

3) Terbuka dan Bersaing, berarti pengadaan barang/jasa harus terbuka bagi penyedia barang/jasa yang memenuhi persyaratan dan dilakukan melalui persaingan yang sehat diantara penyedia barang/jasa yang setara dan memenuhi syarat atau kriteria tertentu berdasarkan ketentuan dan prosedur yang jelas dan transparan.

4) Transparan, berarti semua ketentuan dan informasi mengenai pengadaan barang/jasa, termasuk syarat teknis administrasi pengadaan, tata cara evaluasi, hasil evaluasi, penetapan calon penyedia barang/jasa, sifatnya terbuka bagi peserta penyedia barang/jasa yang berminat serta bagi masyarakat luas pada umumnya.

5) Adil tidak diskriminatif, berarti memberikan perlakuan yang sama bagi semua calon penyedia barang/jasa dan tidak mengarah untuk memberi keuntungan kepada pihak tertentu dengan cara dan atau alasan apapun.

6) Akuntabel, berarti harus mencapai sasaran baik fisik, keuangan maupun manfaat bagi kelancaran pelaksanan tugas umum pemerintahan dan pelayanan masyarakat sesuai prinsip-prinsip serta ketentuan yang berlaku dalam pengadaan barang/jasa.

commit to user

Menurut Perpres No. 54 Tahun 2010, pengadaan barang atau jasa pemerintah meliputi pengadaan :

1) Barang, yaitu benda dalam berbagai bentuk dan uraian, yang meliputi bahan baku, barang setengah jadi, barang jadi atau peralatan, yang spesifikasinya ditetapkan oleh pengguna barang.

2) Pekerjaan konstruksi, yaitu seluruh pekerjaan yang berhubungan dengan pelaksanaan konstruksi bangunan atau pembuatan wujud fisik lainnya.

3) Jasa konsultasi, yaitu jasa layanan profesional yang membutuhkan keahlian tertentu diberbagai bidang keilmuan yang mengutamakan adanya olah pikir (brainware)

4) Jasa lainnya, yaitu jasa yang membutuhkan kemampuan tertentu yang mengutamakan keterampilan (skillware) dalam suatu sistem tata kelola yang telah dikenal luas di dunia usaha untuk menyelesaikan suatu pekerjaan atau segala pekerjaan dan atau penyedia jasa selain jasa konsultasi, pelaksanaan pekerjaan konstruksi dan pengadaan barang.

Pelaksanaan pengadaan barang dan jasa menurut Perpres No. 54 Tahun 2010 dilakukan melalui :

1) Swakelola, yaitu pelaksanaan pekerjaan yang direncanakan, dikerjakan dan diawasi sendiri dengan menggunakan tenaga sendiri, alat sendiri atau upah borongan tenaga.

2) Pemilihan penyedia barang atau jasa, yaitu pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan dengan pemilihan penyedia barang atau jasa dengan metode dan tata cara yang telah ditentukan.

commit to user

d. Penyedia Barang dan Jasa

Penyedia barang atau jasa adalah badan usaha atau orang perseorangan yang menyediakan barang atau pekerjaan konstruksi atau jasa konsultasi atau jasa lainnya. Menurut Perpres No. 54 tahun 2010 penyedia barang atau jasa dalam pelaksanaan pengadaan barang atau jasa wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut :

1) Memenuhi ketentuan peraturan perundang-undangan untuk menjalankan kegiatan atau usaha.

2) Memiliki keahlian, pengalaman, kemampuan teknis dan manajerial untuk menyediakan barang atau jasa.

3) Memperoleh paling kurang satu pekerjaan sebagai penyedia barang atau jasa dalam kurun waktu empat tahun terakhir baik dilingkungan pemerintah maupun swasta, termasuk pengalaman sub kontrak kecuali bagi penyedia barang atau jasa yang baru berdiri kurang dari tiga tahun.

4) Memiliki sumber daya manusia, modal, peralatan dan fasilitas lain yang diperlukan dalam pengadaan barang atau jasa.

5) Dalam hal penyedia barang atau jasa akan melakukan kemitraan harus mempunyai perjanjian kerja sama operasi atau kemitraan yang memuat persentase kemitraan dan perusahaan yang mewakili kemitraan tersebut.

6) Memiliki kemampuan pada bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha mikro, usaha kecil, dan koperasi kecil serta kemampuan pada sub bidang pekerjaan yang sesuai untuk usaha non kecil.

7) Khusus untuk pengadaan pekerjaan konstruksi dan jasa lainnya harus memperhitungkan sisa kemampuan paket.

8) Tidak dalam pengawasan pengadilan, tidak pailit, kegiatan usahanya tidak sedang dihentikan dan atau direksi yang bertindak untuk dan atas nama perusahaan tidak sedang dalam menjalani sanksi pidana, yang dibuktikan dengan surat pernyataan yang ditandatangani penyedia barang atau jasa.

commit to user

9) Sebagai wajib pajak sudah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) dan telah memenuhi kewajiban perpajakan tahun terakhir (SPT Tahunan) serta memiliki laporan bulanan PPh pasal 21, PPh pasal 23 (bila ada transaksi), PPh pasal 25 atau pasal 29 dan PPN (bagi pengusaha kena pajak) paling kurang tiga bulan terakhir dalam tahun berjalan.

10) Secara hukum mempunyai kapasitas untuk mengikatkan diri pada kontrak.

11) Tidak masuk dalam daftar hitam

12) Memiliki alamat tetap dan jelas serta dapat dijangkau dengan jasa pengiriman.

13) Menandatangani Pakta Integritas. Menurut Peraturan Menteri Pekerjaan Umum nomor : 08/PRT/M/2011 tentang

Pembagian Subklasifikasi dan Subkualifikasi Usaha Jasa Konstruksi menjelaskan bahwa klasifikasi adalah bagian kegiatan regristrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut bidang dan sub bidang usaha atau penggolongan profesi keterampilan dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut dan atau keterampilan tertentu dan atau kefungsian dan atau keahlian masing-masing, sedangkan kualifikasi adalah bagian kegiatan regristrasi untuk menetapkan penggolongan usaha di bidang jasa konstruksi menurut tingkat atau kedalaman kompensasi dan kemampuan usaha, atau penggolongan profesi dan keahlian kerja orang perseorangan di bidang jasa konstruksi menurut tingkat atau kedalaman kompetensi dan kemampuan profesi dan keahlian. Dalam penggolongan berdasarkan klasifikasi dan kualifikasi kontraktor terdiri dari orang perseorangan, kualifikasi usaha kecil, kualifikasi usaha menengah dan kualifikasi usaha besar. Sebagai penyesuaian peraturan lama dikeluarkan Surat Edaran Menteri Pekerjaan Umum No : 16/SE/M/2010 Perihal Persyaratan Kualifikasi Usaha dan Nilai Paket Pekerjaan, usaha jasa pelaksanaan pekerjaan konstruksi untuk Gred 2 sampai dengan Gred 4 termasuk usaha kecil, sedangkan Gred 5 sampai dengan Gred 7 termasuk Usaha Non Kecil. Penggolongan Kualifikasi sesuai dengan Permen PU No. 08/PRT/M/2011 ditabelkan sebagai berikut :

commit to user

Tabel 2.1. Penggolongan klasifikasi dan kualifikasi Jasa Pelaksana Konstruksi

Penyesuaian dengan Peraturan Lama (Permen PU No. 08/PRT/M/2011)

1. Orang Perseorangan

Gred 1

2. Usaha Kecil

3. Usaha Menengah

4. Usaha Besar

B1 Gred 6

B2 Gred 7

Keterangan : P

: Mampu mengerjakan proyek dengan resiko kecil, teknologi sederhana dan biaya kecil sampai dengan Rp. 300 juta.

K1 : Mampu mengerjakan proyek dengan resiko kecil, teknologi sederhana dan biaya sampai dengan Rp. 1 milyar.

K2 : Mampu mengerjakan proyek dengan resiko kecil, teknologi sederhana dan biaya sampai dengan Rp. 1,75 milyar.

K3 : Mampu mengerjakan proyek dengan resiko kecil, teknologi madya dan biaya sampai dengan Rp. 2,5 milyar.

M1 : Mampu mengerjakan proyek dengan resiko sedang, teknologi madya dan biaya sampai dengan Rp. 10 milyar.

M2 : Mampu mengerjakan proyek dengan resiko sedang, teknologi madya dan biaya sampai dengan Rp. 50 milyar.

B1 : Mampu mengerjakan proyek dengan resiko tinggi, teknologi tinggi dan biaya sampai dengan Rp. 250 milyar.

B2 : Mampu mengerjakan proyek dengan resiko tinggi, teknologi tinggi dan biaya sampai dengan tidak terbatas.

commit to user

2.2.3. Kesiapan Kontraktor Menghadapi Perpres No. 54 Tahun 2010

Persaingan yang semakin ketat dalam proses pengadaan barang dan jasa pemerintah mengharuskan peserta pengadaan membekali diri dengan pengetahuan dan aturan main sebagamana ditetapkan dalam Peraturan Presiden RI Nomor 54 Tahun 2010 tentang Pengadaaan Barang dan Jasa Pemerintah. Salah satu hal yang membedakan dengan peraturan perundang-undangan sebelumnya adalah adanya tata cara pengadaan yang diuraikan dalam dua dokumen pengadaan (standard bidding document ) yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Perpres No. 54 Tahun 2010. Pengetahuan peserta pengadaan tentang seluk beluk pengadaan juga merupakan hal penting yang sering kali luput dari perhatian (Nurachmad;2011).

Masih banyak perusahaan jasa pelaksana konstruksi di Indonesia yang sudah professional, bahkan mampu bersaing dengan perusahaan asing. Tetapi, ketika mengikuti lelang mereka justru kalah bersaing dengan perusahaan lain yang tidak professional. Dan menjadi ironi ketika profesionalisme itu tidak menjamin untuk memenangkan sebuah kompetisi. Bukankah pemenang lelang sangat ditentukan oleh kelengkapan dan keabsahan administrasi, teknis serta harga yang kompetitif dan responsive. Padahal kelengkapan dan keabsahan administrasi, teknis dan biaya yang kompetitif lahir dari sebuah profesionalisme. Itu sebabnya mengapa semua pelaku bisnis jasa konstruksi perlu digiring ke arah yang lebih professional, agar stigma kolusi, korupsi dan nepotisme pelaku bisnis ini bisa dihilangkan.

Jasa pelaksana konstruksi adalah bisnis yang memiliki ketergantungan terhadap ketersediaan modal. Modal diperlukan untuk membiayai seluruh aktivitas bisnis, baik dalam bentuk biaya langsung seperti untuk pengadaan bahan, upah tenaga kerja, pengadaan peralatan, pajak-pajak dan pengeluaran lain yang berkaitan langsung dengan pelaksanaan pekerjaan konstruksi. Disamping itu, modal diperlukan pula untuk biaya-biaya tidak langsung yaitu biaya yang diperlukan untuk kegiatan yang tidak secara langsung berhubungan dengan pelaksanaan pekerjaan dilapangan (Alfian Malik, 2009).

commit to user

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu kunci bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan dengan mengintegrasikan manajemen sumber daya manusia dan strategi bisnis. Peningkatan kompetensi dalam perusahaan khususnya sumber daya manusia adalah elemen utama untuk mencapai kesuksesan perusahaan dan keterlibatan sumber daya manusia dalam pengembangan dan pelaksanaan strategi bisnis akan menciptakan efektifitas organisasi dalam industri (A.Karami et.al,2004).

Penunjang kesuksesan sebuah proyek, perusahaan perlu melakukan inovasi dan teknologi baru. Teknologi baru adalah suatu produk dan proses yang sebelumnya tidak digunakan dalam operasinya. Mitropoulus dan Tatum (2000) mendefinisikan teknologi proses sebagai teknologi yang digunakan oleh kontraktor dalam perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian operasi konstruksi (Sudarto, 2011).

Menurut Chung (1987), kebijakan pemerintah, undang-undang, serta campur tangan pemerintah merupakan masalah yang mempengaruhi kesuksesan perusahaan sebagai salah satu dari faktor eksternal. Secara tidak langsung pemerintah memengaruhi industri konstruksi dengan membentuk peraturan mengenai perijinan, kode, upah minimum, perpajakan, aturan impor dan pemakaian tenaga asing, dan sistem finansial konstruksi (Sudarto,2011).

Pada hakekatnya berbagai peraturan atau kebijakan baru dari pemerintah terkait dengan pembinaan dan pengembangan jasa konstruksi nasional bertujuan untuk meningkatkan kinerja jasa konstruksi sekaligus meningkatkan peran masyarakat jasa konstruksi secara proporsional sehingga ke depan memiliki daya saing di pasar lokal, nasional dan internasional.

commit to user

a. Latar Belakang Perubahan Perpres No. 54 Tahun 2010

Adapun latar belakang perubahan di dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 (Prabowo dkk, 2011) adalah :

1. Efisiensi belanja Negara dan persaingan sehat melalui pengadaan barang atau jasa pemerintah belum sepenuhnya terwujud.

2. Sistem pengadaan barang atau jasa pemerintah belum mampu mendorong percepatan pelaksanaan belanja barang dan belanja modal dalam APBN atau APBD.

3. Sistem pengadaan barang atau jasa pemerintah belum mampu mendorong terjadinya inovasi, tumbuh suburnya ekonomi kreatif serta kemandirian industri dalam negeri.

4. Masih adanya multi tafsir serta hal-hal yang belum jelas dalam Keppres No. 80 Tahun 2003.

5. Perlunya memperkenalkan aturan, sistem, metoda dan prosedur yang lebih sederhana, namun tetap menjaga koridor good governance serta masih menjamin terjadinya persaingan yang sehat dan efisiensi.

6. Perlunya mendorong terwujudnya reward dan punishment yang lebih baik dalam sistem pengadaan barang atau jasa pemerintah.

b. Arah Perubahan Perpres No. 54 Tahun 2010

Adapun arah perubahan dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 (Prabowo dkk, 2011) adalah :

1. Menciptakan iklim yang kondusif untuk persaingan sehat, efisiensi belanja Negara dan mempercepat pelaksanaan APBN atau APBD.

2. Memperkenalkan aturan, sistem, metoda dan prosedur yang lebih sederhana dengan tetap memperhatikan good governance.

3. Memperjelas konsep swakelola.

4. Memperjelas klasifikasi aturan.

5. Mendorong terjadinya inovasi, tumbuh suburnya ekonomi kreatif serta kemandirian industri.

6. Memperkenalkan sistem reward dan Punishment yang lebih adil

commit to user

c. Perbedaan Pokok Perpres No. 54 Tahun 2010 dengan Keppres No. 80 Tahun 2003

Beberapa perbedaan pokok Perpres No. 54 Tahun 2010 dengan Keppres No. 80 Tahun 2003 (Prabowo dkk, 2011) adalah :

1. Jenis Pengadaan Dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 jenis pengadaan berupa barang, jasa pemborongan, jasa konsultasi dan jasa lainnya. Sedangkan dalam Perpres No.

54 Tahun 2010 jenis pengadaan menjadi barang, pekerjaan konstruksi, jasa konsultasi, dan jasa lainnya.

2. Pelaksanaan E-Procurement Dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 setiap pengumuman ataupun pendaftaran harus melaksanakan sistem E-Procurement di website masing-masing instansi ataupun di portal pengadaan nasional, hal ini untuk lebih cepat, murah, transparan dan bebas premanisme atau mafia. Sedangkan dalam Keppres No.

80 Tahun 2003 pengumuman menggunakan media massa dan belum diatur secara jelas.

3. Delegasi Kewenangan dan Tanggung Jawab Dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 belum diatur secara jelas. Sedangkan dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 telah diatur yaitu Pengguna Anggaran adalah Penanggungjawab utama pengadaan, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) bertanggungjawab atas subtansi pengadaan, Unit Layanan Pengadaan (ULP) bertanggung jawab atas pelaksanaan lelang.

4. Keberpihakan pada Usaha Kecil Pada Perpres No. 54 Tahun 2010 untuk paket pekerjaan usaha kecil naik dari Rp. 1 milyar ke Rp. 2,5 milyar. Kemampuan dasar (KD) untuk pekerjaan konstruksi meningkat dari 2 NPt (nilai pengalaman tertinggi) menjadi 3 NPt. Untuk tahun perhitungan NPt naik dari 7 tahun menjadi 10 tahun.

commit to user

5. Penyederhanaan Pelaksanaan Pengadaan Dalam Perpres No. 54 Tahun 2010 untuk pelelangan atau seleksi sederhana meningkat dari Rp. 100 juta menjadi sampai dengan Rp. 200 juta.

6. Fleksibel dalam Mengahadapi Bencana dan Keadaan Darurat Ketentuan tentang bencana diperlonggar termasuk antisipasi sebelum bencana datang menerjang. Dalam menghadapi bencana dan keadaan darurat dapat dilakukan Penunjukan Langsung.

7. Pengadaan Secara Swakelola Selain memperluas pekerjaan baru yang dapat dilaksanakan secara swakelola, Perpres No. 54 Tahun 2010 juga memberikan batasan yang jelas kepada pelaksanaan swakelola yang dilaksanakan oleh kelompok masyarakat khususnya untuk pekerjaan konstruksi.

2.2.4. Beberapa Aspek Kesiapan Kontraktor Menghadapi Perpres No. 54 Tahun 2010

Beberapa Aspek yang perlu dipersiapkan oleh kontraktor dalam menghadapi Perpres No. 54 Tahun 2010 yaitu aspek finansial, aspek sumber daya manusia, aspek inovasi dan teknologi, aspek kelengkapan kualifikasi.

a. Finansial

Masalah finansial sering kali menjadi penyebab kegagalan suatu kontraktor di dalam penyelesaian proyeknya. Ketidaklancaran cash flow di lapangan dapat menyebabkan sangat menurunnya produktifitas team lapangan walaupun dipimpin oleh seorang project manager yang sangat berpengalaman sekali. Masalah cash flow disamping karena adanya mismanagement di intern kontraktor sendiri juga sering kali dipengaruhi oleh faktor ekstern seperti kenaikan harga bahan bangunan yang sangat berbeda jauh dengan harga pada saat penawaran (Aryanto Yunus,2011).

commit to user

Lembaga keuangan seperti bank komersial sangat berperan dalam mendukung pelaksanaan pengadaan barang atau jasa pemerintah dan sebaliknya, pihak-pihak pembangunan adalah mitra komersial bagi pihak lembaga keuangan. Disisi lain kebijakan perbankan yang masih saja sulit memberikan dukungan atau kucuran kredit masih banyak dikeluhkan oleh para kontraktor (Alfian Malik,2009).

Untuk keperluan pembiayaan pekerjaan pihak kontraktor tentu saja harus memiliki cukup modal sebagai modal kerja. Modal kerja dapat bersumber dari hutang dan atau kekayaan sendiri. Kemampuan modal untuk melaksanakan pekerjaan perlu dibuktikan dengan surat dukungan keuangan dari bank yang nilainya tidak kurang dari 10% dari nilai kontrak ini sesuai dengan Perpres No. 54 Tahun 2010 (Alfian Malik,2009).

Pada Perpres No. 54 Tahun 2010 untuk pengadaan nilai paket pekerjaan untuk usaha kecil naik dari nilai sampai dengan Rp. 1 milyar menjadi sampai dengan Rp.2,5 milyar. Serta pada jaminan pelaksanaan yang harus diserahkan oleh kontraktor menjadi lebih tinggi yaitu untuk penawaran dibawah 80% dari Harga Perkiraan Sendiri (HPS) nilai jaminan pelaksanaan sebesar 5% dari nilai HPS yang dulu di dalam Keppres No. 80 Tahun 2003 untuk penawaran dibawah 80% HPS nilai jaminan pelaksanaan 5% dikali 80% HPS.

b. Sumber Daya Manusia

Manajemen sumber daya manusia merupakan salah satu kunci bagi perusahaan untuk memenangkan persaingan dengan mengintegrasikan manajemen sumber daya manusia dan strategi bisnis. Peningkatan dalam perusahaan khususnya sumber daya manusia adalah elemen utama untuk mencapai kesuksesan perusahaan dan keterlibatan sumber daya manusia dalam mengembangkan dan pelaksanaan strategi bisnis akan menciptakan efektivitas organisasi dalam industri (A. Karami et.al,2004).

Penetapan personel baik sebagai penanggung jawab perusahaan maupun penanggung jawab pekerjaan dilapangan dimaksudkan untuk menghindari adanya tumpang tindih personel inti antara satu perusahaan dengan perusahaan lain, serta untuk menjaga profesionalisme badan usaha. Tenaga ahli perusahaan harus

commit to user

memiliki sertifikat keahlian (SKA) sebagai bukti pengakuan kompetensi dan kemampuan profesi keahlian seseorang menurut disiplin ilmu, fungsi dan keahlian tertentu. Tenaga terampil bidang jasa konstruksi pada perusahaan harus memiliki sertifikat keterampilan kerja (SKT-K) sebagai bukti pengakuan kompetensi dan kemampuan profesi keterampilan kerja seseorang menurut disiplin ilmu, fungsi dan keahlian tertentu (Alfian Malik,2011).

Sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 4 Tahun 2010 tentang Perubahan atas Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun 2000 tentang Usaha dan Peran Masyarakat Jasa Konstruksi dimana sebuah perusahaan jasa konstruksi harus memiliki personel penanggungjawab yang bersertifikat SKA maupun SKT-K. Pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 07/PRT/M/2011 tentang Standard dan Pedoman Pengadaan Pekerjaan Konstruksi dan Jasa Konsultasi dimana pada pelelangan pemerintah jasa konstruksi minimal harus mempunyai penanggungjawab proyek dilapangan yang bersertifikat SKA dan dua orang untuk pelaksana dilapangan yang bersertifikat SKT-K (Alfian Malik,2011).

Dengan suatu perencanaan penempatan serta dukungan personel yang berpengalaman, maka sumber daya manusia ini akan dapat ditransformasikan kepada suatu aktifitas fisik untuk kepentingan baik pemilik proyek maupun untuk perusahaan (Aryanto Yunus,2011).

c. Inovasi dan Teknologi

Untuk kesuksesan proyek dalam perusahaan diperlukan teknologi baru. Teknologi baru adalah suatu produk dan proses yang sebelumnya tidak digunakan dalam operasinya. Inovasi adalah mencari, mengenal dan menerapkan teknologi baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan (Laborde and Sanvindo,1994). Ada 3 jenis inovasi (Bremer and Kok,2000), yaitu :

1. Inovasi dalam bidang teknologi informasi

2. Inovasi dalam peralatan dan perlengkapan

3. Inovasi dalam bentuk baru dari kerjasama

commit to user

Sedangkan menurut (Hitt et al.,1998) aspek-aspek dalam teknolgi dan inovasi, antara lain :

1. Inovasi produk

2. Aplikasi pengetahuan

3. Fokus pada privat dan pemerintah yang didukung oleh riset dan pengembangan