PEMBINAAN AKHLAK SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

PEMBINAAN AKHLAK

SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh :

POPY INDRIANI

NIM: 114-13-030

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  

PEMBINAAN AKHLAK

SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan (S.Pd)

  

Oleh :

POPY INDRIANI

NIM: 114-13-030

  

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

  IMAM MASARUM, M.Pd Dosen IAIN Salatiga

  Nota Pembimbing

  Lamp. : 4 Eksemplar Hal : Naskah Skripsi Mahasiswi : Popy Indriani

  Kepada: Yth. Dekan FTIK IAIN Salatiga di- Salatiga

  Assalamu’alaikum Wr. Wb.

  Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, maka naskah Skripsi mahasiswi: Nama : Popy Indriani NIM : 114-13-030 Jurusan : S1-Pendidikan Agama Islam Fakultas : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Judul : PEMBINAAN AKHLAK SISWA TUNAGRAHITA PADA

  SMPLB NEGERI SALATIGA dapat diajukan kepada Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqosyah.

  Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan dipergunakan sebagaimana mestinya.

  Wassal amu’alaikum Wr. Wb.

  Salatiga, 20 Maret 2017 Pembimbing, Imam Masarum, M.Pd

KEMENTERIAN AGAMA

  Jalan Lingkar Selatan Km.2 Telepon: (0298) 6031364 Salatiga 50716 Website: tarbiyah.iainsalatiga.ac.id Email:

  SKRIPSI

  

PEMBINAAN AKHLAK

SISWA TUNAGRAHITA PADA SMPLB NEGERI SALATIGA

  disusun oleh

  

POPY INDRIANI

NIM: 114-13-030

  Telah dipertahankan di depan Panitia Penguji Skripsi Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada tanggal 27 Maret 2017 dan telah dinyatakan memenuhi syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan.

  Susunan Panitia Penguji Ketua Penguji : Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd __________________ Sekretaris Penguji : Imam Masarum, M.d __________________ Penguji I : Achmad Maimun, M.Ag __________________ Penguji II : Drs. Abdul Syukur, M.Si __________________

  Salatiga, 3 April 2017 Dekan

  Suwardi, M.Pd NIP. 19670121 199903 1 002

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

  Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : POPY INDRIANI NIM : 114-13-030 Fakultas : Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Jurusan : Pendidikan Agama Islam

  Menyatakan bahwa skripsi yang saya tulis ini benar-benar merupakan hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat ataupun temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dukutip atau dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.

  Salatiga, 20 Maret 2017 Yang menyatakan, POPY INDRIANI

  MOTTO

  “Jadikan diri selalu bermanfaat untuk orang lain” (Popy Indriani)

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini penulis persembahkan kepada: Kedua orang tuaku yang kucintai Anak-anakku yang kubanggakan Dosen dan Karyawan IAIN Salatiga Teman seperjuangan semuanya

KATA PENGANTAR

  Alhamdulillahi Rabbil „Alamin puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyajikan hasilnya dalam bentuk skripsi ini dengan baik. Sholawat serta salam senantiasa kita limpahkan kepada Rasulullah Muhammad SAW yang telah membawa manusia dari zaman jahiliyah menuju jalan yang penuh hidayah dari Allah SWT.

  Skripsi ini dibuat bertujuan untuk memenuhi persyaratan guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:

  1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga yang telah memberikan kesempatan pada penulis untuk menimba ilmu di IAIN Salatiga.

  2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan IAIN Salatiga yang telah memberikan kemudahan dalam proses persetujuan dan perijinan penelitian.

  3. Hj. Siti Rukhayati, M.Ag, selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam yang telah memberikan petunjuk dan izin judul skripsi.

  4. Imam Masarum, M.Pd, selaku Dosen Pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan dan memberi masukan dalam penyusunan skripsi.

  5. Muhlisun, M.Pd, selaku Kepala SMPLB (SLB) Negeri Salatiga yang telah memberikan izin penelitian sekaligus menjadi sumber data.

  6. Eko Puji Widodo, S.Pd.I, selaku Guru PAI SMPLB Negeri Salatiga yang telah berkenan menjadi sumber data dalam penelitian.

  7. Bapak/Ibu Guru SLB Negeri Salatiga yang telah membantu lancarnya proses selama penelitian berlangsung.

  8. Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga yang telah membantu dan berkenan untuk bekerjasama dengan penulis selama penelitian.

  9. Keluarga penulis yang selalu memberikan dukungan dan doa restu atas penyusunan skripsi.

  10. Semua pihak yang terlibat langsung dan tidak langsung atas dukungan dan bantuan dalam penyusunan skripsi ini.

  Penulis berharap semoga amal baik beliau-beliau semua mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan Ridho Allah SWT. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis pada khususnya dan para pembaca pada umumnya.

  Salatiga, 20 Maret 2017 Penulis

  

ABSTRAK

Indriani, Popy, 2017. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri

Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Imam Masarum, M.Pd.

  Kata Kunci: Pembinaan Akhlak dan Siswa Tunagrahita Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui tentang pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga. Siswa tunagrahita memiliki inteligensi di bawah rata-rata sehingga dalam pembinaan akhlaknya memerlukan cara yang khusus dan mendalam.

  Permasalahan dalam penelitian ini adalah 1) bagaimana pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga? 2) metode apa yang diterapkan oleh Guru PAI dalam membina akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga? 3) permasalahan apa yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?

  Jenis penelitian ini adalah bersifat kualitatif dengan pendekatan deskriptif. Teknik pengumpulan datanya antara lain yaitu dengan observasi, interview dan dokumentasi.

  Hasil dari penelitian yang penulis lakukan mengarah pada kesimpulan bahwa 1) pembinaan akhlak siswa tunagrahita sama dengan siswa pada umumnya, tetapi untuk siswa tunagrahita memerlukan pembinaan yang lebih intens dengan menggunakan metode yang tepat. 2) Metode tersebut antara lain metode

  

keteladanan, pembiasaan, nasehat dan ganjaran . Kepala Sekolah, Guru dan

  Karyawan sangat berperan dalam usaha membina akhlak siswa tunagrahita. 3) Sedangkan permasalahan yang muncul dalam membina akhlak siswa tunagrahita yaitu karena kekurangan dan kelemahan siswa itu sendiri, kurangnya kerja sama dengan orang tua serta kurangnya guru PAI di SLB Negeri Salatiga.

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .....................................................................................

  6

  12

  12

  10

  10

  9

  9

  9

  9

  7

  7

  6

  HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................ HALAMAN PENGESAHAN KELULUSAN .............................................. PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ..................................................... HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ........................................... KATA PENGANTAR ................................................................................... ABSTRAK ..................................................................................................... DAFTAR ISI .................................................................................................. DAFTAR TABEL .......................................................................................... DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. i ii iii iv v vi viii ix xii xiii

  1

  8. Tahap-tahap Penelitian .................................................

  7. Pengecekan Keabsahan Data ........................................

  6. Analisis Data ................................................................

  5. Prosedur Pengumpulan Data ........................................

  4. Sumber Data .................................................................

  3. Lokasi Penelitian ..........................................................

  2. Kehadiran Peneliti ........................................................

  1. Pendekatan dan Jenis Penelitian ...................................

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah .................................................... B. Rumusan Masalah .............................................................. C. Tujuan Penelitian ............................................................... D. Manfaat Penelitian ............................................................. E. Penegasan Istilah ............................................................... F. Metode Penelitian ..............................................................

  13

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A.

  15 Pembinaan Akhlak ............................................................

  B.

  21 Siswa Tunagrahita SMPLB ..............................................

  1.

  21 Pengertian Siswa Tunagrahita SMPLB ....................

  2.

  24 Karakteristik Tunagrahita .........................................

  3.

  25 Klasifikasi Tunagrahita .............................................

  4.

  27 Faktor-Faktor Penyebab Tunagrahita .......................

  5.

  28 Perkembangan Kognitif Anak Tunagrahita .............

  6. Perkembangan Sosial, Emosi dan Kepribadian Anak Tunagrahita .....................................................

  29 7.

  30 Anak Tunagrahita dalam Pandangan Islam ..............

  C.

  32 Penelitian Sebelumnya yang Relevan ...............................

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN A.

  34 Profil SMPLB Negeri Salatiga ..........................................

  1.

  34 Sejarah dan Identitas Sekolah ......................................

  2.

  35 Visi, Misi dan Tujuan ...................................................

  3.

  37 Kurikulum ....................................................................

  4.

  38 Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan .....................

  5.

  43 Kondisi Siswa ...............................................................

  6.

  44 Kondisi Sarana dan Prasarana ......................................

  B.

  Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga ..................................................................

  47 1.

  47 Kondisi Akhlak Siswa ..................................................

  2. Peran Sekolah dalam Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga ..................

  49 C. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan

  Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga

  51 1.

  52

  3.

  53 Metode Mau’izah (nasehat) ..........................................

  4.

  53 Metode Tsawab (ganjaran) ...........................................

  D.

  Permasalahan yang Muncul dalam Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga .............

  54 1.

  54 Kekurangan dan kelemahan siswa tunagrahita ............

  2. Kurangnya kerjasama dengan orang tua dalam upaya pembinaan akhlak siswa ...............................................

  56 3.

  56 Kurangnya guru agama Islam di SLB Negeri Salatiga

  BAB IV PEMBAHASAN A. Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga ..................................................................

  57 B. Metode yang diterapkan Guru PAI dalam Pembinaan

  Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga

  63 C. Permasalahan yang Muncul dalam Pembinaan Akhlak Siswa Tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga .............

  67 BAB V PENUTUP A.

  70 Kesimpulan ........................................................................

  B.

  73 Saran-saran ........................................................................

  C.

  74 Penutup .............................................................................. DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................

  75 LAMPIRAN-LAMPIRAN

  

DAFTAR TABEL

  Tabel I Kondisi Guru dan Tenaga Kependidikan SLB Negeri Salatiga ....................................................................................

  39 Tabel II Daftar Nama Guru Pengampu Kelas Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga ........................................................................

  42 Tabel III Daftar Siswa Tunagrahita Muslim di SMPLB Negeri Salatiga ....................................................................................

  43 Tabel IV Daftar Gedung dan Ruang SLB Negeri Salatiga ....................

  45 Tabel V Daftar Barang Penunjang Pembelajaran SLB Negeri Salatiga.....................................................................................

  46

DAFTAR LAMPIRAN 1.

  DOKUMENTASI 2. SURAT PERMOHONAN IZIN PENELITIAN 3. SURAT KETERANGAN PENELITIAN 4. DAFTAR RIWAYAT HIDUP 5. LEMBAR KONSULTASI SKRIPSI 6. NOTA PEMBIMBING SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN H. Latar Belakang Masalah Akhlak menempati posisi yang sangat penting dalam Islam. Islam

  mengajarkan untuk hidup dengan akhlak yang mulia dalam keadaan bagaimanapun juga. Seperti akhlak yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad SAW yang diutus Allah SWT untuk menyempurnakan akhlak. Beliau mempunyai akhlak yang agung atau paling baik, sebagaimana dalam Al- Quran surat Al-Qalam ayat 4:

  Artinya: Dan sesungguhnya kamu benar-benar berbudi pekerti yang agung.

  ” (QS. al-Qalam (68): 4).

  Akhlak dalam agama Islam tidak dapat disamakan dengan pengertian etika. Etika hanya didefinisikan sebagai arti sopan santun antar sesama manusia dan hanya berkaitan dengan tingkah laku lahiriyah. Akhlak memiliki makna yang luas, meliputi berbagai aspek. Aspek akhlak mulai dari akhlak terhadap Allah SWT hingga kepada sesama makhluk.

  Akhlak terhadap Allah SWT merupakan bentuk ketaatan dan bersikap terhadap Tuhannya. Sedangkan akhlak terhadap sesama makhluk merupakan sikap terhadap sesama manusia, terhadap hewan, tumbuhan dan semua ciptaan Allah SWT baik yang bernyawa maupun tidak bernyawa.

  Dalam kehidupan sehari-hari, baik mulai dari diri sendiri, dalam keluarga, masyarakat, sekolah dan bersosialisasi dengan siapapun pasti tidak terlepas dari akhlak. Kegagalan pembinaan akhlak akan menimbulkan masalah yang sangat besar.

  Sudah menjadi kewajiban guru untuk selalu membina siswanya agar berakhlak mulia. Hal ini sebagaimana tercantum dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa tujuan Pendidikan Nasional adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

  Seringkali guru beranggapan bahwa tugas mereka hanyalah mengajar yang tujuannya sekedar mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswanya.

  Kadang mereka lupa bahwa guru itu “digugu dan ditiru”. Ini bermakna bahwa tugas seorang guru bukanlah hanya mengajar saja, tetapi mendidik siswa menjadi lebih baik, baik dari segi akademis maupun nonakademis. Guru sebagai suri tauladan bagi siswanya dalam segala hal, terutama guru pada sekolah luar biasa yang siswanya berkebutuhan khusus. Guru benar-benar berperan sebagai panutan bagi siswanya.

  Salah satu sekolah yang menangani anak berkebutuhan khusus yaitu Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri Salatiga. Sekolah tersebut terdiri dari beberapa jenjang yaitu Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB), Sekolah Menengah Pertama Luar Biasa (SMPLB) dan Sekolah Menengah Atas (SMALB). Tiap jenjang memberikan layanan pendidikan pada siswa dengan berbagai macam ketunaan, antara lain tunanetra, tuna rungu wicara, tunagrahita, tunadaksa, tunalaras, hiperaktif, autis, dan lain-lain.

  Sebagaimana jenjang yang lain, SMPLB Negeri Salatiga juga memberikan layanan pendidikan kepada siswa berkebutuhan khusus dengan berbagai macam ketunaan. Masing-masing ketunaan mempunyai karakteristik yang berbeda-beda, sehingga dalam pembelajaran para siswa dikelompokkan ke dalam satu rombongan belajar sesuai dengan ketunaan yang disandang.

  Pembelajaran di SMPLB tentunya tidaklah sama dengan pembelajaran di SMP reguler pada umumnya. Pada sekolah reguler, siswa tidak mempunyai hambatan secara fisik maupun intelegensi, sehingga pembelajaran berjalan normal. Sedangkan di SMPLB Negeri Salatiga, semua siswa sebagai penyandang ketunaan yang artinya masing-masing mempunyai hambatan baik dari segi intelegensi, fisik, sosial maupun emosional. Oleh karena itu, pembelajaran di SMPLB Negeri Salatiga membutuhkan pelayanan yang khusus dan mendalam.

  Karena adanya hambatan-hambatan pada siswanya, maka pembelajaran di SMPLB Negeri Salatiga tidak hanya tentang akademis saja, minat, pembinaan agama, dan lain-lain. Hal ini sesuai dengan visi SMPLB/SLB

  Negeri Salatiga yaitu “Mendidik siswa mandiri, berkemampuan optimal dan berakhlak mulia”.

  Sesuai dengan visi tersebut maka sekolah mempunyai program dalam rangka mewujudkan siswa yang berakhlak mulia yaitu dengan pembinaan akhlak. Pembinaan akhlak diberikan kepada semua siswa baik yang beragama Islam maupun lainnya. Namun dalam hal ini penulis hanya meneliti tentang pembinaan akhlak pada siswa muslim SMPLB khususnya siswa tunagrahita.

  Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Siswa tunagrahita yang mempunyai keterbatasan intelegensi dan sosial tersebut tentunya menjadi tantangan tersendiri bagi guru agama, guru kelas maupun pihak sekolah dalam membina akhlak mereka.

  Selama penulis mengadakan observasi, secara umum siswa tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga sudah mempunyai akhlak yang baik, sebagai contoh siswa memberi salam dan berjabat tangan dengan guru, berdoa sebelum dan sesudah belajar, sholat dhuhur berjamaah, dan lain sebagainya.

  Namun demikian penulis juga masih menemukan ada beberapa siswa yang masih acuh dengan teman dan gurunya, masih datang terlambat sehingga tidak berdoa sebelum belajar, belum mau sholat dhuhur berjamaah, serta ada siswa yang ketahuan merokok, dan lain-lain. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi guru-guru di SMPLB Negeri Salatiga terutama guru Pendidikan Agama Islam.

  Karena keterbatasan kemampuan intelektual siswa tunagrahita, maka pembelajaran dalam Pendidikan Agama Islam di SMPLB Negeri Salatiga tidak hanya menerapkan pembelajaran secara teoritis, tetapi lebih kepada pembelajaran praktis. Pembelajaran praktis yang dimaksud yaitu pembelajaran dalam membentuk akhlak siswa secara langsung. Disini guru PAI berperan sebagai tauladan akhlak yang baik bagi siswanya. Namun karena siswa tunagrahita mempunyai keterbatasan dalam intelektual dan sosialnya, sehingga masih ada juga siswa yang belum bisa belajar menerapkan akhlak yang baik.

  Dalam pembelajaran PAI semua siswa seharusnya memenuhi nilai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang telah ditetapkan. Sesuai dengan informasi dari Bapak Eko Puji Widodo, S.Pd.I untuk KKM mata pelajaran PAI pada SMPLB Negeri Salatiga yaitu 75. Hasil UTS Semester I Tahun 2016/2017 menunjukkan bahwa ada sebagian siswa belum memenuhi KKM, yang artinya materi-materi PAI belum sepenuhnya diserap dengan baik oleh siswa termasuk di dalamnya materi tentang akhlak. Hal ini merupakan tantangan dan tanggung jawab bagi sekolah khususnya guru PAI.

  Berdasarkan uraian di atas bahwa pembinaan akhlak pada siswa tunagrahita mempunyai kesulitan dan tantangan tersendiri, maka penulis tertarik untuk mengangkat judul skrisi tentang bagaimana PEMBINAAN

I. Rumusan Masalah

  Sehubungan dengan latar belakang di atas, penulis mengidentifikasi masalah-masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri

  Salatiga? 2. Metode apa yang diterapkan guru PAI dalam membina akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?

  3. Permasalahan apa yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga?

  J. Tujuan Penelitian

  Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk: 1. Mengetahui pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri

  Salatiga 2. Mengetahui metode yang diterapkan guru PAI dalam membina akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga

  3. Mengetahui permasalahan yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa pada SMPLB Negeri Salatiga

  K. Manfaat Penelitian

  Adapun manfaat yang diharapkan pada penelitian ini adalah: 1. Secara Teoritis

  Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dan khasanah keilmuan dalam dunia pendidikan, terutama pendidikan agama Islam.

  Disamping itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kalangan akademisi yang akan mengadakan penelitian tentang pembinaan akhlak di sekolah berkebutuhan khusus.

2. Secara Praktis

  Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat: a. memberikan informasi tentang akhlak siswa tunagrahita di SMPLB

  Negeri Salatiga b. menjadi sumbangan pemikiran alternatif dalam pembinaan akhlak di

  SMPLB Negeri Salatiga c. menjadi masukan bagi pendidik di sekolah luar biasa dalam pembinaan akhlak siswanya secara umum.

  L. Penegasan Istilah

  Untuk menghindari kesalahpahaman pengertian dalamjudul skripsi ini, maka penulis perlu memberikan penegasan terhadap istilah yang digunakan dalam judul di atas, antara lain sebagai berikut:

  1. Pembinaan Akhlak Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yang lebih baik (Depdiknas, 2007: 152). Sedangkan akhlak menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia merupakan budi pekerti, kelakuan (Depdiknas, 2007: 20).

  2. Siswa Tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa asing digunakan istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental detective, dan lain-lain (Somantri, 2006: 103).

  Berdasarkan teori di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud siswa tunagrahita adalah siswa yang memiliki problema belajar yang disebabkan adanya hambatan perkembangan intelegensi, mental, emosi, sosial dan fisik. Karena adanya hambatan tersebut, maka siswa tunagrahita membutuhkan layanan pendidikan secara khusus seperti sekolah luar biasa yang mencakup jenjang SDLB, SMPLB dan SMALB.

  Sebagaimana SLB pada umumnya, SLB Negeri Salatiga juga melayani siswa berkebutuhan khusus tunagrahita dari jenjang SDLB, SMPLB maupun SMALB. Namun pada penelitian ini, peneliti fokus pada siswa tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga.

  M. Metode Penelitian 9.

  Pendekatan dan Jenis Penelitian Dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian kualitatif. Sebagaimana pendapat Moleong bahwa penelitian kualitatif merupakan suatu prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2009: 3). Sedangkan pendekatan yang digunakan adalah pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini bertujuan menggambarkan secara sistematis mengenai fakta-fakta yang ditemukan di lapangan bersifat verbal, kalimat, fenomena-fenomena dan tidak berupa angka-angka. Dalam hal ini yang akan diteliti adalah pembinaan akhlak pada anak tunagrahita.

  10. Kehadiran Peneliti Peneliti hadir secara langsung di lokasi penelitian untuk memperoleh data-data yang dibutuhkan dalam penelitian. Peneliti ikut berperan serta menjadi pengamat dan mengikuti secara pasif kegiatan pembinaan akhlak siswa tunagrahita selama penelitian berlangsung.

  11. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Negeri

  Salatiga yang beralamat di Jalan Hasanudin Gang Cakra, Banjaran, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan Sidomukti, Kota Salatiga. Di sekolah ini terdapat beberapa jenjang, yaitu: Sekolah Dasar Luar Biasa (SDLB),

  Menengah Atas Luar Biasa (SMALB). Adapun yang akan menjadi obyek penelitian ini hanya pada jenjang SMPLB.

  12. Sumber Data Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan beberapa sumber data untuk memperkuat penelitian. Sumber data yang dikumpulkan melalui penelitian ini dikelompokkan menjadi 2 yaitu: a.

  Sumber data manusia Sumber data ini berasal dari informan, yaitu orang-orang yang terlibat langsung dalam pembinaan akhlak. Dalam penelitian ini ada beberapa informan yaitu kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga.

  b.

  Sumber data bukan manusia Sumber data ini bersumber dari dokumen dan bahan-bahan lain yang dapat mendukung penelitian ini.

  13. Prosedur Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah: a.

  Observasi Observasi atau pengamatan adalah pencatatan sistemik terencana fenomena yang diselidiki (Sutrisno, 1995: 227). Metode ini digunakan untuk memperoleh data yang sebenarnya dengan pengamatan penulis.

  Melalui observasi ini diharapkan penulis memperoleh data yang konkret tentang kondisi akhlak siswa, strategi guru PAI dan peran sekolah dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita di SMPLB Negeri Salatiga.

  b.

  Wawancara Wawancara atau interview merupakan percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara yang memberikan jawaban atas pertanyaan tersebut (Moleong, 2009: 186).

  Penulis menggunakan metode wawancara untuk memperoleh data yang lebih detail. Pelaksanaan wawancara dengan cara bebas terpimpin, yaitu memberi kebebasan kepada pihak terwawancara tetapi pewawancara mengarahkan secara langsung pokok permasalahannya sehingga diperoleh data yang lebih jelas dan detail. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui kondisi SLB Negeri Salatiga secara umum dan pembinaan akhlak siswa tunagrahita jenjang SMPLB secara mendalam. Adapun yang menjadi narasumber atau pihak terwawancara yaitu kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas.

  c.

  Dokumentasi Metode dokumentasi adalah mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, dan sebagainya (Arikunto, 2006: 67). Dokumentasi digunakan untuk

  Metode ini penulis gunakan untuk memperoleh data mengenai profil SLB Negeri Salatiga, keadaan guru, keadaan peserta didik, jadwal pelajaran, bukti kegiatan pembinaan akhlak, dan lain-lain.

  14. Analisis Data Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh, penulis selanjutnya akan melakukan analisis dan pembahasan secara deskriptif.

  Data yang diperoleh disusun sedemikian rupa kemudian dikaji dan dikupas secara runtut.

  Penulis menggunakan teknik deskriptif kualitatif analisis non statistikal karena data yang diperoleh merupakan data kualitatif. Yang dimaksud dengan analisis deskriptif kualitatif adalah suatu analisis yang pengolahan datanya dibandingkan dengan suatu standar atau kriteria yang telah dibuat peneliti (Arikunto, 2006: 239). Peneliti menguraikan secara menyeluruh dan cermat tentang pembinaan akhlak pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga.

  Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dimana data yang dikumpulkan melalui observasi, wawancara dan dokumentasi, maka dilakukan pengelompokkan data dan pengurangan yang tidak penting. Setelah itu penulis melakukan analisis penarikan kesimpulan tentang pembinaan pada siswa tunagrahita SMPLB Negeri Salatiga.

  15. Pengecekan Keabsahan Data Untuk mengecek keabsahan data yang diperoleh, peneliti metode. Validasi sumber data meliputi kepala sekolah, guru PAI dan guru kelas, sedangkan validasi metode meliputi observasi, wawancara dan dokumentasi.

16. Tahap-tahap Penelitian a.

  Penelitian Pendahuluan Penulis mengkaji buku-buku yang berkaitan dengan pembinaan akhlak pada anak tunagrahita, kemudian membuat kerangka atau bahan untuk memulai penelitian.

  b.

  Penelitian Desain Setelah mengetahui banyak hal tentang pembinaan akhlak pada anak tunagrahita, kemudian penulis melakukan observasi dan wawancara secara langsung ke obyek penelitian untuk mengetahui bagaimana pembinaan akhlak pada siswa tunagrahita.

  c.

  Penelitian Sebenarnya Penulis mengkaji antara informasi yang didapat dalam buku- buku mengenai pembinaan akhlak pada anak tunagrahita dengan data yang diperoleh di lapangan secara langsung.

  N. Sistematika Penulisan

  Untuk mempermudah dalam pengkajian dan pemahaman terhadap skripsi ini, penulis menyusun dengan menggunakan uraian yang sistematis.

  Adapun sistematikan dalam skripsi ini sebagai berikut:

  BAB I PENDAHULUAN Dalam bab ini berisi latar belakang masalah, fokus penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi

  BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini berisi tentang pengertian dan teori tentang pembinaan akhlak dan siswa tunagrahita SMPLB serta penelitian sebelumnya yang relevan

  BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN Dalam bab ini memaparkan profil SMPLB Negeri Salatiga, temuan dalam pembinaan akhlak, metode yang diterapkan guru PAI serta permasalahan yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga

  BAB IV PEMBAHASAN Dalam bab ini membahas tentang pembinaan akhlak siswa tunagrahita, metode yang diterapkan guru PAI serta permasalahan yang muncul dalam pembinaan akhlak siswa tunagrahita pada SMPLB Negeri Salatiga.

  BAB V PENUTUP Dalam bab ini penulis menyajikan tentang kesimpulan, saran-saran dan penutup.

BAB II KAJIAN PUSTAKA O. Pembinaan Akhlak Pembinaan merupakan bagian dari pendidikan yang di dalam

  pelaksanaannya mencakup pengembangan sikap, kemampuan dan kecakapan secara praktis. Pembinaan bertujuan untuk membantu individu dalam rangka menemukan dan mengembangkan kemampuannya untuk memperoleh hasil yang lebih baik sehingga mampu mewujudkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat.

  Dari segi bahasa (etimologi), kata akhlak (bahasa Arab) adalah bentuk jamak dari khulk. Menurut kamus Al-Munjid di dalam buku Pengantar Studi Akhlak (Asmaran, 2002: 1), khulk berarti budi pekerti, perangai tingkah laku atau tabiat.

  Menurut Imam Al-Ghazali, al-khuluq (akhlak) merupakan suatu sifat yang terpatri dalam jiwa, yang darinya terlahir perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa memikirkan dan merenung terlebih dahulu (Mahmud, 2004: 28). Jika sifat yang tertanam itu darinya terlahir perbuatan-perbuatan baik dan terpuji maka sifat tersebut dinamakan akhlak yang baik. Sedangkan jika yang terlahir adalah perbuatan-perbuatan buruk, maka sifat tersebut dinamakan dengan akhlak yang buruk.

  Al-khuluq adalah suatu sifat jiwa dan gambaran batinnya. terwujud hanya dengan keindahan dua mata, dengan tanpa hidung, mulut dan lainnya. Sebaliknya, semua unsur tadi harus indah sehingga terwujud keindahan lahir manusia. Demikian juga dalam batin manusia ada empat rukun yang harus terpenuhi sehingga terwujudlah keindahan khuluq (akhlak).

  Jika keempat rukun itu terpenuhi, indah dan bersesuaian, maka terpenuhilah keindahan akhlak itu. Menurut Imam Al-Ghazali di dalam buku Akhlak Mulia (Mahmud, 2004: 28) keempat rukun agar terwujud keindahan akhlak yaitu:

  1. Kekuatan ilmu Keindahan dan kebaikannya adalah dengan membentuknya hingga menjadi mudahmengetahui perbedaan antara jujur dan dusta dalam ucapan, antara kebenaran dan kebatilan dalam berakidah, dan antara keindahan dan keburukan dalam perbuatan.

  2. Kekuatan marah Keindahannya adalah jika pengeluaran marah itu dan penahannya sesuai dengan tuntunan hikmah.

  3. Kekuatan syahwat Keindahan dan kebaikannya adalah jika ia berada di bawah perintah hikmah, yaitu perintah akal dan syariat. Hal ini digambarkan dengan sifat iffah yaitu menjaga kesucian diri.

  4. Kekuatan keadilan Kekuatan keadilan adalah kekuatan dalam mengendalikan syahwat

  Siapa yang dapat mewujudkan keseimbangan unsur-unsur tersebut, ia pun menjadi sosok yang berakhlak baik secara mutlak. Sementara orang yang hanya dapat mewujudkan sebagian unsur tersebut, maka ia menjadi orang yang berakhlak baik jika dilihat pada segi yang baik itu saja. Dengan demikian, pokok-pokok utama keutamaan akhlak menurut Al-Ghazali (Mahmud, 2004: 31) adalah empat sifat yaitu: hikmah,keberanian, iffah, dan keadilan.

  Hikmah adalah kondisi jiwa yang dengannya seseorang dapat mengetahui yang benar dan yang salah, dalam seluruh perbuatan yang dilakukan. Keberanian adalah kondisi kekuatan kemarahan yang tunduk kepada akal, dalam maju dan mundurnya. Iffah atau kesucian diri adalah melatih kekuatan syahwat dengan kendali akal dan syariat. Sedangkan keadilan adalah kondisi jiwa dan kekuatannya yang memimpin kemarahan dan syahwat, dan membimbingnya untuk berjalan sesuai dengan tuntutan hikmah, juga memegang kendalinya dalam melepas dan menahannya sesuai dengan tuntutan kebaikan.

  At-Tahanawi mengartikan akhlak sebagai keseluruhannya kebiasaan, sifat alami, agama dan harga diri (Mahmud, 2004: 34). Beliau membagi akhlak atas tiga hal, yaitu: keutamaan, kehinaan dan selain keduanya. Keutamaan merupakan dasar bagi apa yang sempurna. Kehinaan merupakan dasar bagi apa yang kurang. Sedangkan selain keduanya merupakan dasar bagi selain kedua hal tersebut (keutamaan dan kehinaan).

  Akhlak yang agung bagi para shalihin menurut At-Tahanawi di dalam buku Akhlak Mulia (Mahmud, 2004: 34) adalah berpaling dari dua semesta, dan menghadap hanya kepada Allah SWT semata secara total. Akhlak yang agung bagi Nabi Muhammad SAW adalah yang disinyalir dalam firman Allah SWT, (QS Al-Qalam: 4)

  “Dan sesungguhnya kamu benar-benar

berbudi pekerti yang agung”. Akhlak Rasulullah SAW adalah Al-Quran,

  yang bertindak sesuai dengan petunjuk Al-Quran dan telah tertanam kuat dalam diri, sehingga beliau dalam menjalaninya tanpa kesulitan.

  Akhlak merupakan menangnya keinginan dari beberapa keinginan manusia dengan langsung berturut-turut (Ahmad Amin, 1991: 62). Orang yang baik ialah orang yang menguasai keinginan baik dengan langsung berturut-turut dan begitu juga sebaliknya orang yang jahat atau tidak baik.

  Menurut definisi para ulama, akhlak adalah suatu sifat yang tertanam dalam diri dengan kuat yang melahirkan perbuatan-perbuatan dengan mudah, tanpa diawali berfikir panjang, merenung dan memaksakan diri (Mahmud, 2004: 34). Sedangkan sifat-sifat yang tidak tertanam kuat dalam diri, seperti kemarahan seseorang yang asalnya pemaaf, maka itu bukan akhlak. Demikian juga sifat kuat yang justru melahirkan perbuatan-perbuatan kejiwaan dengan sulit dan berpikir panjang, seperti orang bakhil yang berusaha menjadi dermawan ketika ingin dipandang orang, maka itu tidak dinamakan akhlak.

  Dari definisi-definisi akhlak di atas dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan sifat yang telah meresap dalam jiwa dan menjadi kepribadian dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa memerlukan pemikiran yang dalam. Jika kondisi tersebut timbul kelakuan yang baik dan terpuji menurut pandangan syariat dan akal pikiran, maka ia dinamakan akhlak mulia.

  Sebaliknya apabila yang lahir kelakuan yang buruk maka disebutlah akhlak yang tercela.

  Ukuran akhlak yang baik/mulia adalah jika ia sesuai dengan syariat Allah, berhak mendapatkan ridho-Nya dan dalam memegang akhlak yang baik ini selalu memperhatikan pribadi, keluarga, dan masyarakat sehingga di dalamnya terdapat kebaikan dunia dan akhirat. Secara sederhana yang menjadi dasar akhlak mulia adalah pendidikan dan latihan atau pembinaan untuk selalu berbuat baik.

  Adapun sifat-sifat pokok dari nilai akhlak dalam Islam (Asmaran, 2002: 128) dapat disebutkan sebagai berikut: 1.

  Akhlak Rabbani Akhlak rabbani merupakan ajaran akhlak dalam Islam bersumber dari wahyu Ilahi yang termaktub di dalam Al-Quran maupun Sunnah

  Rasul. Sifat rabbani ini menyangkut dengan tujuan Islam yaitu untuk memperoleh kebahagiaan hidup di dunia kini dan di akhirat nanti, dalam hubungan manusia dengan Tuhan, dengan dirinya sendiri, orang lain maupun alam sekitar. Akhlak rabbanilah yang mampu menghindari kekacauan nilai moralitas dalam hidup manusia.

  2. Akhlak Manusiawi Akhlak manusiawi yang dimaksud adalah bahwa ajaran akhlak dalam Islam sejalan dengan dan memenuhi tuntutan fitrah manusia.

  Kerinduan jiwa manusia kepada kebaikan akan terpenuhi dengan mengikuti ajaran akhlak dalam Islam. Ketetapan akal tentang kebaikan akan bertemu dengan ajaran kebaikan dalam akhlak Islam. Ajaran akhlak dalam Islam diperuntukkan bagi manusia yang merindukan kebahagiaan dalam arti yang hakiki, bukan kebahagiaan semu. Allah yang menciptakan manusia dengan fitrahnya. Manusia dibimbing dengan akhlak Islam agar dapat hidup sesuai dengan tuntutan fitrahnya.

  3. Akhlak Universal Akhlak universal yang dimaksud adalah ajaran akhlak dalam Islam sesuai dengan kemanusiaan yang universal dan mencakup segala aspek hidup manusia. Manusia diciptakan Allah SWT berkedudukan sebagai individu, makhluk sosial dan yang mendiami serta memperoleh sarana kehidupannya dari alam lingkungannya. Dengan demikian ajaran akhlak dalam Islam memberikan pedoman tentang bagaimana seharusnya manusia hidup dan berkehidupan dengan diri pribadinya sendiri, berhadapan dengan masyarakatnya, berhadapan dengan alam lingkungannya dan lebih-lebih berhadapan dengan Allah SWT.

  4. Akhlak Keseimbangan Yang dimaksud dengan akhlak keseimbangan adalah bahwa ajaran manusia sebagai malaikat yang hanya menitikberatkan segi kebaikannya dan yang mengkhayalkannya sebagai hewan yang menitikberatkan pada sifat keburukannya saja.

  Akhlak Islam memenuhi tuntutan kebutuhan hidup manusia, jasmani dan rohani secara seimbang, memenuhi tuntutan hidup bahagia di dunia dan akhirat secara seimbang pula. Memenuhi kebutuhan pribadi juga harus seimbang dengan memenuhi kewajiban terhadap masyarakat.

5. Akhlak Realistik

  Akhlak realistik dimaksud adalah bahwa ajaran akhlak dalam Islam memperhatikan kenyataan manusia. Meskipun sebagai makhluk yang mulia dan mempunyai kelebihan dari makhluk-makhluk lainnya, manusia mempunyai kelemahan-kelemahan, memiliki berbagai macam kecenderungan manusiawi dan berbagai macam kebutuhan material dan spiritual. Termasuk realistiknya akhlak Islam adalah bahwa keadaan luar biasa yang dihadapi manusia dalam hidupnya diperhatikan. Hal yang dalam keadaan biasa dilarang, diberikan pengecualian jika keadaan memaksa.

  P. Siswa Tunagrahita SMPLB 8.

  Pengertian Siswa Tunagrahita SMPLB Menurut Wikipedia siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar, menengah pertama dan menengah atas. Siswa diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.

  Dalam penelitian ini, siswa yang dimaksud adalah peserta didik yang belajar di jenjang sekolah menengah pertama yang melayani anak berkebutuhan khusus yang disebut dengan SMPLB. Sesuai dengan subyek penelitian, maka siswa yang dipilih peneliti yaitu siswa pada SMPLB Negeri Salatiga. Sekolah tersebut melayani siswa dengan berbagai ketunaan, antara lain: tunanetra, tuna rungu wicara, tunagrahita, tunadaksa dan lain sebagainya.

  Di dunia pendidikan luar biasa atau pendidikan khusus anak yang mengalami gangguan kecerdasan disebut juga dengan anak tunagrahita.

  Istilah-istilah untuk menyebut anak tunagrahita yaitu mental illness,

  

mental retardation, mental retarded, mental deficiency, mentally

defective, gangguan intelektual serta terbelakang mental (Tin Suharmini,

  2009: 41). Anak tunagrahita biasanya mengalami keterlambatan dalam belajar yang disebabkan karena kemampuan mereka berada di bawah rata-rata kecerdasan anak normal.

  Menurut Sutjihati Somantri (2007: 103) anak tunagrahita merupakan anak dengan kondisi kecerdasannya jauh di bawah rata-rata interaksi sosial. Anak tunagrahita atau dikenal terbelakang mental karena keterbatasan kecerdasannya mengakibatkan dirinya sukar untuk mengikuti program pendidikan di sekolah biasa secara klasikal, sehingga mereka perlu layanan pendidikan secara khusus disesuaikan dengan kondisi anak tersebut.

  Menurut Abdurrachman yang dikutip oleh Rahmad Rizani, dkk (2012:06) kata lain dari tunagrahita adalah retardasi mental (mental

  

retardation ). Secara harfiah kata tuna adalah merugi, sedangkan grahita

  adalah pikiran. Ciri utama dari anak tunagrahita adalah lemah dalam berpikir atau bernalar. Kurangnya kemampuan anak dalam berpikir dan bernalar mengakibatkan kemampuan belajar dan adaptasi sosial berada di bawah rata-rata.

  Menurut pendapat Munzayanah dalam artikel pendidikan

  

diakses 4 Desember 2016) anak tunagrahita adalah anak yang

  mengalami gangguan atau hambatan dalam perkembangan daya pikir serta seluruh kepribadianya sehingga dia tidak mampu hidup di masyarakat atas kemampuan sendiri meskipun dengan cara yang sederhana.

  Berdasarkan definisi-definisi tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa siswa tunagrahita SMPLB yaitu anak yang belajar pada jenjang sekolah menengah pertama luar biasa yang mengalami gangguan atau sehingga dapat mengakibatkan kurang mampunya dalam menyesuaikan diri dalam kehidupan di masyarakat. Siswa tunagrahita perlu ditangani oleh lembaga pendidikan khusus atau tenaga-tenaga yang memiliki keahlian khusus di lembaga umum guna dapat memberikan pelayanan secara khusus dan optimal.

Dokumen yang terkait

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 187

HUBUNGAN AKTIVITAS TADARUS AL-QURAN DENGAN AKHLAK SISWA MTS NEGERI WONOSEGORO TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 92

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 3 127

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN HUMANIS DI SMP ALTERNATIF QARYAH THAYYIBAH SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 132

PENDIDIKAN AKHLAK ANAK DALAM BUKU CARA NABI MENDIDIK ANAK KARYA MUHAMMAD IBNU ABDUL HAFIDH SUWAID SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 79

NILAI-NILAI SPIRITUAL DALAM NOVEL SYAHADAT CINTA KARYA TAUFIQURRAHMAN AL-AZIZY SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 3 168

PEMBELAJARAN AL-QURAN PADA SISWA TUNARUNGU DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PEMBELAJARAN 20162017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 115

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENYANDANG TUNARUNGU SISWA KELAS B SMPLB NEGERI SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd

0 0 153

EFEKTIVITAS FULL DAY SCHOOL DALAM PEMBENTUKAN AKHLAK SISWA DI SD INTEGRAL HIDAYATULLAH SALATIGA SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 0 124

KONSEP PENDIDIKAN AKHLAK DALAM KITAB WASHOYA AL ABA’ LIL ABNAA’ KARYA MUHAMMAD SYAKIR AL-ISKANDARI SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

0 2 102