ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA D

ANALISIS PENGARUH PENDAPATAN PERKAPITA, DEFISIT ANGGARAN DAN TINGKAT SUKU BUNGA RIIL TERHADAP TABUNGAN NASIONAL DI INDONESIA SKRIPSI

Diajukan Kepada Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Dalam Rangka Memenuhi Sebagai Persyaratan

Untuk Mempeoleh Gelar Sarjana Ekonomi (SE)

Oleh :

Nama :

DEVI VIRLIYANI SUSANTI

NIM :

KONSENTRASI EKONOMI MONETER JURUSAN ILMU EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG-BANTEN

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur saya panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul

“Pengaruh Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Tabungan Nasional di Indonesia ”. Tidak lupa shalawat serta salam semoga

selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, kepada keluarga, sahabat dan kepada seluruh umatnya, hingga akhir akhir zaman. Amin.

Penelitian ini adalah sebuah karya yang mampu Saya buat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan Pendidikan Program Sarjana (S1) di Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Serang-Banten. Semoga karya ini dapat menjadi langkah yang positif dikemudian hari. Meskipun dalam penyajian skripsi menyadari masih belum mendekati kesempurnaan, oleh karena itu, Penulis sangat mengharapkan saran, arahan maupun kritikan yang konstruktif demi penyempurnaan hasil penelitian ini dan memakluminya.

Penulis mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.Penulis menyadari bahwa selama penyusunan skripsi ini tak luput dari berbagai hambatan, namun berk at do’a, bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih secara langsung maupun tidak langsung kepada:

1. Bapak Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd, selaku Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

2. Bapak Dr. H. Fauji Sanusi, Drs. MM selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

3. Bapak Samsul Arifin, S.E, M.SE selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.

4. Bapak Sayifullah S.E, M.Akt, selaku Sekretaris Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Univesitas Sultan Ageng Tirtayasa.

5. Bapak Dr. Indra Suhendra, S.E., M.Si., selaku Dosen Pembimbing I yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

6. Bapak Sugeng Setyadi, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing II yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan arahan, masukan dan dukungan untuk menyelesaikan skripsi dengan baik.

7. Kepada seluruh Dosen Jurusan Ilmu Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sultan Ageng Tirtayasa yang telah sabar memberikan ilmu yang bermanfaat sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan dengan baik.

8. Untuk kedua orangtuaku Boyke Agus S dan Sustriani yang telah membesarkanku dengan penuh kasih sayang, terimakasih untuk do’a dan pengorbanan kalian demi

pendidikanku. Untuk adikku Bobby Dwiki Wahyudi yang selalu memberikan do’a dan dukungan yang tidak pernah hentinya.

9. Kepada sepupu M. Fahreza A yang telah meminjamkan laptop kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

ii

10. Untuk sahabatku tersayang dan sahabat seperjuanganku, Yurika Endah Aprilianti, Tri Irdawati dan Gengges (Yosi Sekar Wulansari, Mustika Amaliya, Farah Raninda dan Siti Ilmiati) yang telah setia menemani, memberikan do’a dan dukungan serta pengalaman tak terlupakan semasa kuliah.

11. Untuk sahabat tempat tinggalku selama aku menyelesaikan tugas akhir Rosiana Vebriyanti dan Any A yang telah memberikan semangat dan dukungan yang tiada henti.

12. Untuk teman-teman UKM Kafe Ide yang telah memberikan semangat pengalaman tak terlupakan semasa kuliah.

13. Kepada teman Kelas C angkatan 2012 yang telah memberikan semangat dan dukungan dalam menyelesaikan skripsi ini.

14. Kepada Laki-laki yang sudah setia memberikan semangat, doa dan dukungan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

15. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu

dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat serta menjadi referensi bagi semua pihak yang membutuhkan.

Serang, 24 Desember 2016 Devi Virliyani Susanti

iii

DAFTAR GRAFIK

Grafik Judul Grafik Halaman

1.1 Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi ................................... 2

1.2 Defisit Anggaran Indonesia ...................................................................... 4

4.1 Perkembangan Tabungan Nasional ........................................................ 64

4.2 Perkembangan Pendapatan Perkapita ...................................................... 66

4.3 Perkembangan Defisit Anggaran ............................................................ 70

4.4 Perkembangan Tingkat Suku Bunga Riil ................................................ 72

viii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Judul Gambar Halaman

2.1 Skema Kerangka Pemikiran ............................................................... 40

2.2 Paradigma Penelitian ......................................................................... 41

4.1 Hasil Uji Jarque-Bera ........................................................................ 80

ix

ABSTRACT

This research aims to determine the macroeconomic conditions that include income per capita, budget deficit, and riil interest rate on the national saving in Indonesia. The data that used in this research is on year data that starts from 1980- 2015. All data in this research be obtained from Bank Indonesia. Error Correction Model (ECM) method used in this research with the help of software eviews 8.0.

Based on the results of the partial test (t test) in the short term indicates that the variable of income per capita had a negative effect and no significant effect on the national saving in Indonesia, then budget deficit and real interest rate variable had a positive effect and no significant on the national saving in Indonesia.

The different result of the partial test (t test) in the long term indicates that the variable of all independent variable had a positive and significant effect on the national saving in Indonesia. Meanwhile, the result of simultaneous test (F test) indicates that the income per capita, budget deficit and real interest rate variable had significant effect on the national saving in Indonesia for in the long term.But in the short term all independent variable had no significant effect on the national saving.

Keywords : Income per capita, Budget Defficit, Real Interest Rate and Error Correction Model (ECM)

xi

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kondisi makroekonomi yang meliputi Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Tabungan Nasional di Indonesia. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data pertahun yang dimulai pada tahun 1980-2015. Seluruh data dalam penelitian ini didapat dari Bank Indonesia.Penelitian ini menggunakan metode uji Error Correction Model (ECM) dengan bantuan software eviews 8.0.

Berdasarkan hasil uji parsial (Uji t) dalam jangka pendek menunjukan bahwa variabel pendapatan perkapita memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap tabungan nasional di Indonesia, sedangkan variabel defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan terhadap tabungan nasional di Indonesia.

Hasil yang berbeda pada uji parsial (Uji t) dalam jangka panjang menunjukan bahwa semua variabel independen memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap tabungan nasional di Indonesia, Sementara itu, hasil uji simultan (Uji F) menunjukan bahwa variabel pendapatan perkapita, defisit anggaran dan tingkat suku bunga riil berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional di Indonesia dalam jangka panjang. Sedangkan dalam jangka pendek semua variabel independen tidak berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional.

Kata Kunci: Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran, Tingkat Suku Bunga Riil,

Tabungan Nasional dan Error Correction Model (ECM)

xii

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Krisis global telah menimbulkan dampak besar terhadap perekonomian Indonesia. Ancaman krisis ekonomi masih terus membayangi perekonomian Indonesia. Dari sisi lain pun ini mengakibatkan turunnya pendapatan negara akibat turunnya potensi pendapatan dari sektor pajak. Hal ini pun dapat menyulitkan bagi pemerintah Indonesia. Krisis ekonomi yang dialami Indonesia sejak tahun 1997 adalah yang paling parah sepanjang orde baru. Ditandai dengan merosotnya kurs rupiah terhadap dolar yang luar biasa, serta menurunnya pendapatan perkapita bangsa kita yang sangat drastis.

Pembangunan ekonomi merupakan suatu proses kenaikan pendapatan total dan pendapatan perkapita dengan memperhitungkan adanya pertambahan penduduk dan disertai dengan perubahan fundamental dalam struktur ekonomi suatu negara. Pembangunan ekonomi tak dapat lepas dari pertumbuhan ekonomi. Pembangunan ekonomi dengan tujuan meningkatkan pertumbuhan ekonomi dan mensejahterakan penduduk, menjadi tolak ukur kemapanan suatu negara.

Di negara-negara berkembang termasuk di dalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan sumber dana dalam negeri untuk membiayai Di negara-negara berkembang termasuk di dalamnya pertumbuhan ekonomi yang cukup tinggi, memiliki dana yang cukup besar. Tetapi di sisi lain, usaha pengerahan sumber dana dalam negeri untuk membiayai

Grafik (1.1)

Pendapatan Perkapita dan Pertumbuhan Ekonomi

Dilihat dari grafik diatas, pada grafik yang berwarna merah muda menunjukkan keadaan naik turunnya pendapatan perkapita dimulai dari tahun 1990-2013. Grafik menunjukkan pendapatan yang terus menerus naik atau meningkat. Tetapi ada saat krisis di tahun 1997-1998 pendapatan perkapita mengalami penurunan. Kebijakan-kebijakan ekonomi masa orde baru memang telah membuat pertumbuhan ekonomi meningkat pesat, tetapi dengan biaya yang sangat mahal dan fundamental ekonomi yang rapuh. Terjadi krisis rupiah pada pertengahan tahun 1997 yang berkembang menjadi suatu krisis ekonomi yang besar. Krisis moneter yang terjadi sejak Dilihat dari grafik diatas, pada grafik yang berwarna merah muda menunjukkan keadaan naik turunnya pendapatan perkapita dimulai dari tahun 1990-2013. Grafik menunjukkan pendapatan yang terus menerus naik atau meningkat. Tetapi ada saat krisis di tahun 1997-1998 pendapatan perkapita mengalami penurunan. Kebijakan-kebijakan ekonomi masa orde baru memang telah membuat pertumbuhan ekonomi meningkat pesat, tetapi dengan biaya yang sangat mahal dan fundamental ekonomi yang rapuh. Terjadi krisis rupiah pada pertengahan tahun 1997 yang berkembang menjadi suatu krisis ekonomi yang besar. Krisis moneter yang terjadi sejak

Pilihan lain yang masih mungkin untuk menggerakkan perekonomian adalah menjaga kestabilan defisit anggaran. Sumber pembiayaan APBN di Indonesia dapat berasal dari pendapatan negara, baik penerimaan pajak, maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP). Selisih antara pendapatan negara dan anggaran belanja negara adalah tabungan negara. Apabila dana pendapatan lebih besar dari pada belanja maka disebut surplus anggaran atau jika sebaliknya maka disebut defisit anggaran. Sejak tahun 2005 hingga tahun 2014, defisit APBN di Indonesia terus meningkat baik secara nominal maupun rasionya terhadap PDB. Peningkatan defisit APBN juga terihat dari rasionya terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Seperti yang sudah tertuliskan di dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2003, defisit anggaran pemerintah adalah selisih kurang antara pendapatan Negara dan belanja Negara dalam tahun anggaran yang sama. Perhitungan defisit anggaran dilakukan melalui rasio defisit anggaran Negara terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Apabila kita menghitung defisit anggaran Negara sebagai persentase dari PDB, maka akan mendapat gambaran berapa persen suatu Negara menghimpun dana menutup defisit tersebut. Perhatikan Grafik (1.2)

Sumber Data : Kementrian Keuangan

Grafik (1.2)

Defisit Anggaran Indonesia (Triliun Rupiah)

Pada grafik diatas dapat kita lihat perbandingan defisit anggaran dalam triliun rupiah terhadap persentase PDB, yang sangat jelas. Dari tahun 2005 hingga tahun 2014, keadaan defisit anggaran mengalami kenaikan yang cukup fluktuatif terhadap persentase PDB. Pada tahun 2008 terlihat jelas defisit anggaran mencapai 0 triliun rupiah hal ini dikarenakan pada saat itu pun Indonesia mengalami krisis global yang di awali dari chaos nya perekonomian di Negara Amerika Serikat yang mengakibatkan seluruh dunia pun ikut merasakan krisisnya. Tetapi di tahun selanjutnya atau tahun 2009, defisit anggaran di Indonesia mulai kembali normal sebesar -0.8% terhadap PDB atau sekitar -80 triliun rupiah.

Pelaku ekonomi yang mengadaptasi pandangan teori Ricardian Equivalence akan mengantisipasi kenaikan pajak di masa mendatang dengan menurunkan konsumsi, sehingga tabungan meningkat. Berdasarkan asumsi tersebut, teori Ricardian Equivalence berpandangan bahwa tabungan nasional yang menurun diakibatkan anggaran defisit pemerintah akan tertutupi ( full- offset ) oleh peningkatan tabungan swasta yang didasari oleh antisipasi pelaku ekonomi terhadap ekspektasi meningkatnya pengenaan pajak di masa depan oleh pemerintah untuk membiayai pembelian kembali surat utang yang akan jatuh tempo.

Di sisi lain pentingnya menjaga kestabilan defisit anggaran yang menjadi pengkhawatiran pemerintah tingkat suku bunga riil ikut menjadi tolak ukur. Tingkat suku bunga riil pun menjadi instrument penting untuk menjaga kestabilan nilai rupiah. Dalam proses pembangunan di masa sekarang untuk mencukupi modal yang dibutuhkan pemerintah demi menjadikan Indonesia ke Negara yang lebih baik lagi di mata dunia, tingkat suku bunga riil menjadi alternatif lainnya. Tingkat bunga yang tinggi akan semakin mendorong seseorang untuk menabung dan mengorbankan konsumsi sekarang untuk dimanfaatkan bagi konsumsi di masa yang akan datang.

Tingginya minat masyarakat untuk menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga, hal ini menunjukkan bahwa pada saat tingkat bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah Tingginya minat masyarakat untuk menabung dipengaruhi oleh tingkat bunga, hal ini menunjukkan bahwa pada saat tingkat bunga tinggi, masyarakat lebih tertarik untuk mengorbankan konsumsi sekarang guna menambah

Dilihat dari posisi tabungan dan jumlah rekening pada Bank Umum di Indonesia periode 2000 s/d 2015, dapat dilihat bahwa perkembangan tabungan mengalami perkembangan yang signifikan. Pada awal tahun 2000 jumlah rekening berada di posisi 65.041 dan diposisi 152.388 (miliar rupiah). Hal ini terus berlanjut sampai jumlah rekening mengalami kenaikan yaitu ditahun 2004 dan 2005, jumlah rekening berada diangka 70.391 dan 73.789. Tetapi di tahun 2005 posisi tabungan di Bank umum ini mengalami penurunan di bandingkan tahun 2004 yaitu sekitar 275.689 dari posisi 292.609. Dibandingkan tahun sebelumnya jumlah rekening ditahun 2006 pun mengalami penurunan sebesar 67.200 dan kembali mengalami kenaikan di tahun selanjutnya. Dapat disimpulkan perkembangan jumlah rekening dan posisi tabungan dalam Bank Umum mengalami pertumbuhan yang fluktuatif dari tahun 2000 s/d 2015, dapat dilihat dalam tabel 1.1.

Tabel 1.1

Posisi Tabungan pada Bank Umum (miliar rupiah) Tahun

Jumlah Rekening (000)

Posisi Tabungan

152.388.- 2001

170.782.- 2002

191.176.- 2003

241.366,- 2004

292.609.- 2005

275.689.- 2006

Lanjutan Tabel 1.1 Tahun

Jumlah Rekening (000)

Posisi Tabungan

1.324.733.- Sumber : Bank Indonesia

Dalam teori Harrod dan Domar, tabungan sangat berpengaruh bagi pertumbuhan ekonomi suatu negara. Bila suatu negara ingin tumbuh dengan cepat, maka jumlah tabungan harus ditingkatkan dan nilai ICOR ( Increamental Capital Output Ratio ) harus diperkecil. Tabungan yang merupakan sumber dana bagi pembangunan dapat berasal dari dalam negeri ataupun dari luar negeri. Namun pada umumnya di negara sedang berkembang tingkat tabungan dalam negeri adalah relatif rendah.

Tabungan nasional ( national saving ) dapat di definisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu negara yang sedang berkembang, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman dari luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari luar negeri (X-M).

Tabungan nasional selain digunakan untuk membiayai dan menjadi modal bagi pembangunan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi di negara yang sedang berkembang, tabungan nasional juga digunakan untuk membiayai investasi domestik. Didalam pembiayaan investasi domestik, biasa saja terjadi saving investment gap dimana terjadinya ketidakseimbangan tabungan domestik. Jika ketidakseimbangan terjadi dalam bentuk tabungan lebih kecil dari investasi, maka bantuan luar negeri merupakan salah satu cara untuk menutup celah tersebut dalam rangka mencapai laju pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan.

Tabungan menurut pandangan ekonomi klasik, merupakan fungsi dari tingkat bunga. Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan diatas dapat terlihat bahwa variabel-variabel tersebut mempunyai peranan yang penting terhadap tingkat tabungan nasional. Selain itu, uraian diatas dapat mengidentifikasi apakah variabel independen di atas didalam pertumbuhan tabungan nasional di Indonesia sehingga kedepan Indonesia dapat menjadi Negara yang mandiri dalam melakukan pembangunan. Dan dapat berdiri sendiri tanpa harus selalu mengandalkan pinjaman atau pun investor dari Negara tetangga lainnya. Dengan demikian, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul

“Pengaruh Pendapatan Perkapita, Defisit Anggaran, dan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Tabungan Nasional di Indonesia”.

1.2 Rumusan Masalah

Sesuai dengan uraian diatas maka rumusan masalah permasalahan yang menjadi objek analisis penelitian yaitu:

1. Apakah terdapat pengaruh variabel Pendapatan Perkapita, Defisit anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil secara parsial terhadap Tabungan Nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek ?

2. Apakah terdapat pengaruh variabel Pendapatan perkapita,Defisit anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil secara simultan terhadap Tabungan Nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan perkapita, Defisit anggaran, dan Tingkat Suku Bunga Riil secara parsial terhadap Tabungan Nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek.

2. Untuk mengetahui pengaruh Pendapatan perkapita, Defisit anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil secara simultan terhadap Tabungan Nasional di Indonesia dalam jangka panjang dan jangka pendek.

1.4 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat, baik bersifat akademisi maupun praktis sebagai berikut :

a. Bagi Akademisi

1. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran hubungan Pendapatan perkapita, Defisit anggaran dan Tingkat Suku Bunga Riil terhadap Tabungan Nasional di Indonesia.

2. Penelitian ini diharapkan dapat dipakai sebagai bahan informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya.

b. Bagi Praktis Sebagai masukan atau sebagai bahan kajian untuk melakukan penelitian selanjutnya atau sebagai bahan pembanding dalam membuat keputusan oleh lembaga yang berwenang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Tabungan

2.1.1.1 Teori Tabungan Nasional

Tabungan nasional ( national saving ) dapat didefinisikan sebagai pendapatan total dalam perekonomian yang tersisa setelah dipakai untuk pengeluaran pemerintah dan konsumsi. Dalam suatu Negara, investasi domestik dapat dibiayai oleh tabungan nasional dan pinjaman luar negeri. Total dana yang tersedia untuk membiayai investasi (I) sama dengan tabungan nasional (S+(T-G)) ditambah dengan pinjaman dari luar negeri (X-M) dan secaara matematis dapat dirumuskan :

I = S + (T-G) + (X-M) (2.1) Namun untuk mengurangi ketergantungan suatu Negara terhadap bantuan dari pihak lain, tabungan nasional diutamakan sebagai sumber pembiayaan investasi domestik. Secara garis besar, tabungan nasional di ciptakan oleh tiga pelaku, yaitu pemerintah, perusahaan, dan rumah tangga.

Tabungan pemerintah merupakan selisih antara realisasi penerimaan dengan pengeluaran pemerintah. Tabungan perusahaan merupakan kelebihan pendapatan (laba) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Sementara itu, Tabungan pemerintah merupakan selisih antara realisasi penerimaan dengan pengeluaran pemerintah. Tabungan perusahaan merupakan kelebihan pendapatan (laba) yang tidak dibagikan kepada pemegang saham yang besarnya dapat diketahui dari laporan keuangan perusahaan. Sementara itu,

Tabungan swasta adalah S = (Y-T)-C dan tabungan pemerintah adalah (T-G), maka tabungan nasional adalah S = (Y-T) – C + (T-G)

(2.2) =Y –C–G

(2.3) Keterangan : S

= tabungan nasional Y-T = pendapatan disposibel masyarakat dan swasta

C = konsumsi T

= penerimaan pemerintah dari pajak dan Non pajak

G = pengeluaran pemerintah Jika T-G bernilai positif, maka pemerintah akan mengalami budget

surplus , dan sektor ini akan ditambahkan pada sektor swasta untuk menambah sumber pembiayaan investasi. Namun jika T-G bernilai negatif berarti pemerintah mengalami budget deficit , dan pemerintah harus meminjam dana dari pihak lain (Mulyadi, 2009).

2.1.1.2 Tabungan Nasional 2.1.1.2.1 Pengertian

Menurut Undang-undang Perbankan Nomor.10 tahun 1998 tabungan adalah simpanan yang penarikanya hanya dapat dilakukan menurut syarat- syarat tertentu yang telah disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek, bilyet giro atau alat lainnya yang dipersamakan dengan itu (Kasmir,2002:84). Pengertian penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati maksudnya adalah untuk dapat menarik uang yang disimpan di rekening tabungan antar satu bank dengan bank yang lainnya berbeda, tergantung dari bank yang mengeluarkannya. Hal ini sesuai dengan perjanjian sebelumnya yang telah dibuat oleh bank. Syarat-syarat yang dimaksud antara lain ialah:

1. Penarikan hanya dapat dilakukan dengan mendatangi kantor bank atau alat yang disediakan untuk keperluan tersebut dan tidak dapat dilakukan dengan menggunakan cek, bilyet giro dan surat perintah pembayaran lainnya yang sejenis.

2. Penarikan tidak boleh melebihi jumlah tertentu sehingga menyebabkan saldo tabungan lebih kecil dari saldo minimum, kecuali penabung tidak akan melanjutkan tabungannya.

Simorangkir (2004:11) menyatakan bahwa tabungan adalah simpanan pihak ketiga kepada bank yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat yang ditentukan antara bank dan nasabah.

Menurut Kunarjo (2003:320) tabungan adalah jumlah yang disisihkan seorang individu dari pendapatanya untuk tujuan investasi. Atau menurut teori ekonomi, pendapatan yang tidak dikonsumsi. Biasanya, semakin tinggi pertumbuhan ekonomi dan semakin makmur suatu Negara, semakin tinggi pula tingkat tabungan masyarakatnya. Sukirno (2004:103) menyatakan bahwa tabungan merupakan pendapatan rumah tangga yang disimpan dilembaga keuangan dan tidak digunakan untuk membeli barang.

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan dengan syarat tertentu yang telah disepakati, dan tidak menggunakan cek atau bilyet giro atau alat lain yang dapat dipersamakan oleh hal itu. Cara penarikan rekening tabungan ini biasanya menggunakan cash card atau kartu ATM, dan debt card (Sri Susilo, 2000:64).

Triandaru dan Budisantoso (2006:98) menambahkan tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka, namun masih kalah fleksibel apabila dibandingkan dengan rekening giro. Sebagai konsekuensinya, besarnya bunga yang diberikan atas saldo tabungan ini pun berada di tengah- tengah antara giro dan deposito. Ditinjau dari sisi bank, penghimpunan dana Triandaru dan Budisantoso (2006:98) menambahkan tabungan dapat ditarik dengan cara-cara dan dalam waktu yang relatif lebih fleksibel dibandingkan dengan deposito berjangka, namun masih kalah fleksibel apabila dibandingkan dengan rekening giro. Sebagai konsekuensinya, besarnya bunga yang diberikan atas saldo tabungan ini pun berada di tengah- tengah antara giro dan deposito. Ditinjau dari sisi bank, penghimpunan dana

Menurut Statistik Ekonomi Keuangan Indonesia (2011) tabungan adalah simpanan pada bank umum dan BPR dalam rupiah milik pihak ketiga, yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat-syarat tertentu yang disepakati tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau alat yang dapat dipersamakan dengan itu.

2.1.2 Pendapatan Perkapita

2.1.2.1 Pengertian

Tujuan akhir pembangunan dan kebijakan yang ingin dicapai oleh suatu Negara adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat. Secara sederhana kebijaksanaan tersebut bertujuan meningkatkan pendapatan masyarakat, dalam istilah ilmu ekonomi disebut sebagai pendapatan nasional. Kesejahteraan masyarakat dapat pula diukur dengan cara membagi pendapatan nasional dengan jumlah penduduk yang ada. Hasil bagi ini disebut sebagai pendapatan perkapita atau pendapatan tiap orang. Semakin tinggi pendapatan perkapita sebuah Negara tertentu semakin tinggi pula kesejahteraan masyarakatnya dan sebaliknya (Ausri, 2007:41 dalam (Sofyan, 2011)).

Sukirno (2004:28) menyatakan bahwa pendapatan nasional adalah nilai barang-barang dan jasa-jasa yang dihasilkan sesuatu Negara dalam suatu tahun tertentu. Pendapatan nasional pada harga-harga berlaku adalah pendapatan Negara yang dihitung menurut harga-harga pada tahun yang produksi nasionalnya dihitung.

Sedangkan pendapatan perkapita adalah pendapatan rata-rata penduduk suatu Negara pada suatu periode tertentu, yang biasanya satu tahun. Pendapatan perkapita bisa juga diartikan sebagai jumlah dari nilai barang dan jasa rata-rata yang tersedia bagi penduduk suatu Negara pada suatu periode tertentu. Pendapatan perkapita diperoleh dari pendapatan nasional pada tahun tertentu dibagi dengan jumlah penduduk suatu Negara pada tahun tersebut. (Sukirno, 2004:423).

Santosa dan Hamdani (2007:68) menyatakan bahwa ukuran kesejahteraan penduduk suatu Negara biasanya juga didasarkan atas besarnya jumlah pendapatan perkapita. Pendapatan perkapita merupakan bentuk rata- rata yang diperoleh dari pembagian jumlah produk nasional bruto oleh jumlah keseluruhan penduduk. Semakin besar nilai pendapatan perkapita, di asumsikan bahwa anggota masyarakat suatu negara makin sejahtera dan pembangunan perekonomian dinilai makin berhasil.

Sukirno (2004:424) menyatakan bahwa salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan perhitungannya adalah pendapatan Sukirno (2004:424) menyatakan bahwa salah satu komponen dari pendapatan nasional yang selalu dilakukan perhitungannya adalah pendapatan

formula berikut:

(a). PDB Per kapita =

(b). PNB Per kapita =

Produk nasional atau pendapatan nasional adalah istilah yang menerangkan tentang nilai barang-barang dan jasa-jasa yang diproduksikan sesuatu Negara dalam suatu tahun tertentu. Dalam konsep yang lebih spesifik pengertian produk nasional atau pendapatan nasional dibedakan kepada dua pengertian: Produk Nasional Bruto (PNB) dan Produk Domestik Bruto (PDB). Produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-faktor produksi milik warga Negara sesuatu Negara dinamakan Produk Nasional Bruto, sedangkan Produk Domestik Bruto adalah produk nasional yang diwujudkan oleh faktor-

faktor produksi didalam negeri (milik warga Negara dan orang asing).

Pendapatan nasional riil atau menurut harga tetap adalah pendapatan nasional yang dihitung pada harga-harga di sesuatu tahun tertentu yang berbeda dengan tahun dimana produksi nasionalnya dihitung. Pendapatan nasional potensial adalah pendapatan nasional yang diciptakan apabila Pendapatan nasional riil atau menurut harga tetap adalah pendapatan nasional yang dihitung pada harga-harga di sesuatu tahun tertentu yang berbeda dengan tahun dimana produksi nasionalnya dihitung. Pendapatan nasional potensial adalah pendapatan nasional yang diciptakan apabila

2.1.3 Defisit Anggaran

Defisit anggaran secara teori ekonomi makro dapat kita pahami melalui perokonomian tertutup. Dimana dalam perekonomian tertutup dengan adanya tindakan fiskal pemerintah, pendapatan nasional terdiri dari Pendapatan Nasional (Y), Pengeluaran Konsumsi (C), Investasi(I), Pengeluaran Pemerintah (G) (Froyen, 1995).

(2.6) Dari Pendapatan Nasional ini, oleh penerima pendapatan sebagian dipergunakan untuk membayar pajak (Tx) kepada pemerintah. Akan tetapi sebaliknya pemerintah juga memberikan uang kepada orang-orang tertentu atau lembaga-lembaga tertentu tanpa mengharapkan adanya balas jasa seecara langsung yang disebut transfer pemerintah (Tr). Pendapatan setelah diperhitungkannya penerimaan transfer dari pemerintah dan pajak yang harus diserahkan kepada pemerintah inilah yang disebut ”disposible income”, yaitu pendapatan yang sudah siap dipakai untuk konsumsi dan untuk saving. Anggaran belanja pemerintah dikatakan dalam keadaan defisit yaitu apabila Tx < G+ Tr atau dalam keadaan surplus jika Tx > G + Tr .

Y=C+I+G

2.1.3.1 Pengertian Defisit Anggaran 2.1.3.1.1 Teori Keynesian

Pandangan Keynes berbeda dari standar paradigma neoklasik dalam dua hal yang mendasar. Pertama, memungkinkan bahwa beberapa sumber daya ekonomi unemployment . Kedua, itu mengandaikan adanya sejumlah besar myopic atau liquidity constrained dari individu. Asumsi kedua ini menjamin bahwa konsumsi agregat sangat sensitif terhadap perubahan pendapatan disposable . Dalam model Keynesian sederhana, peningkatan defisit anggaran sebesar $1 menyebabkan peningkatan output secara berkebalikan dengan Marginal Propensity to Save (MPS). Dalam standar analisis ekonomi moneter IS-LM, peningkatan output akan meningkatkan permintaan uang. Jika Money Supply adalah tetap (defisit dibiayai obligasi), suku bunga akan naik, dan investasi swasta jatuh. Hal ini pada gilirannya akan mengurangi output dan sebagian keseimbangan efek multiplier Keynes (Bernheim, 1989).

Menurut kaum Keynesian, defisit anggaran akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, dan konsumsi pada giliran berikutnya. Defisit anggaran yang dibiayai utang, yang berarti beban pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi dan sisi permintaaan secara keseluruhan. Jika Menurut kaum Keynesian, defisit anggaran akan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan, dan konsumsi pada giliran berikutnya. Defisit anggaran yang dibiayai utang, yang berarti beban pajak pada masa sekarang relatif menjadi lebih ringan, akan menyebabkan peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan. Peningkatan pendapatan yang siap dibelanjakan akan meningkatkan konsumsi dan sisi permintaaan secara keseluruhan. Jika

Tapi perlu menjadi catatan bahwa asumsi Keynes yang menyebutkan bahwa perekonomian akan terus berproduksi sebanyak yang diminta ( supply adalah infinitely elastic ) terjadi pada masa depresi pada waktu itu, bukan pada kondisi normal. Indonesia sendiri mengalami krisis yang diawali dengan krisis moneter yang melanda sejak awal pertengahan tahun 1997 dan berubah menjadi krisis ekonomi.

2.1.3.1.2 Teori Neoklasik

Bernhein, (1989) menyebutkan bahwa model neoklasik standar memiliki tiga fitur utama. Pertama, konsumsi setiap individu ditentukan sebagai solusi untuk masalah optimasi antar waktu, di mana borrowing dan lending diperbolehkan pada tingkat bunga pasar. Kedua, individu memiliki rentang hidup yang terbatas . Setiap konsumen termasuk dalam kelompok Bernhein, (1989) menyebutkan bahwa model neoklasik standar memiliki tiga fitur utama. Pertama, konsumsi setiap individu ditentukan sebagai solusi untuk masalah optimasi antar waktu, di mana borrowing dan lending diperbolehkan pada tingkat bunga pasar. Kedua, individu memiliki rentang hidup yang terbatas . Setiap konsumen termasuk dalam kelompok

Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi sepanjang waktu hidupnya. Defisit anggaran akan meningkatkan tingkat konsumsi dalam jangka panjang dengan cara membebankan pajak untuk generasi berikutnya. Jika seluruh sumber daya secara penuh dapat digunakan, maka peningkatan konsumsi akan menurunkan tingkat tabungan dan suku bunga akan meningkat. Teori ini menyimpulkan bahwa dalam kondisi full employment, defisit anggaran yang permanen akan menyebabkan investasi swasta tergusur. Defisit anggaran pemerintah dengan menurunkan tarif pajak akan meningkatkan suku bunga dan menurunkan investasi swasta. Akibatnya pertumbuhan ekonomi akan turun ( crowding-out ). Secara umum kaum klasik berpendapat bahwa defisit anggaran akan merugikan perekonomian.

Menurut Keynes Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat mendorong investasi melalui peningkatan peningkatkan Agregat Demand (permintaan Agregat). Keynes berpendapat peningkatan permintaan agregat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan investasi dan selanjutnya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Keynes hal ini dikarenakan Menurut Keynes Kebijakan fiskal yang ekspansif dinilai dapat mendorong investasi melalui peningkatan peningkatkan Agregat Demand (permintaan Agregat). Keynes berpendapat peningkatan permintaan agregat sangat dibutuhkan untuk meningkatkan investasi dan selanjutnya akan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi. Menurut Keynes hal ini dikarenakan

Sebaliknya, Kebijakan fiskal ekspansif menurut Neo Klasik defisit anggaran pemerintah dapat merugikan perekonomian. Neo Klasik menganggap kebijakan ekspansif tersebut justru akan dapat medesak investasi keluar karena defisit anggaran yang meningkat. Defisit anggaran pemerintah dengan menurunkan tarif pajak akan meningkatkan suku bunga dan menurunkan investasi, akibatnya pertumbuhan ekonomi akan turun ( crowding-out ). Menurut Neo Klasik kebijakan ekspansif akan cenderung menyebabkan inflasi, sehingga dapat menaikkan suku bunga. Dengan naiknya suku bunga tersebut maka menghambat investasi, sehingga menghambat pertumbuhan ekonomi.

Dari data dan fakta tentang defisit anggaran yang terus meningkat tersebut dikhawatirkan terjadi crowding out effect sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya oleh teori aliran teori Neo-Klasik. Oleh karena itu dalam penelitan ini ingin melihat batasan sejauh teori dari Keynes ( crowding- in ) apakah masih berlaku dalam keadaan perekonomian di Indonesia. Ataukah teori dari teori Neo-Klasik ( crowding-out ) yang berlaku. Penelitian ini melihat Dari data dan fakta tentang defisit anggaran yang terus meningkat tersebut dikhawatirkan terjadi crowding out effect sebagaimana yang telah disampaikan sebelumnya oleh teori aliran teori Neo-Klasik. Oleh karena itu dalam penelitan ini ingin melihat batasan sejauh teori dari Keynes ( crowding- in ) apakah masih berlaku dalam keadaan perekonomian di Indonesia. Ataukah teori dari teori Neo-Klasik ( crowding-out ) yang berlaku. Penelitian ini melihat

2.1.4 Tingkat Suku Bunga Riil

2.1.4.1 Pengertian Tingkat Suku Bunga

Dalam dunia perbankan, suku bunga itu sendiri ditentukan oleh dua kekuatan yaitu penawaran tabungan dan permintaan investasi modal (terutama dari sektor bisnis). Bunga pada dasarnya berperan sebagai pendorong utama agar masyarakat bersedia menabung. Jumlah tabungan akan ditentukan oleh tinggi rendahnya tingkat bunga. Semakin tinggi tingkat bunga akan semakin tinggi pula minat masyarakat untuk menabung. Sebaliknya, tinggi rendahnya penawaran dana investasi ditentukan oleh tinggi rendahnya suku bunga tabungan masyarakat (Sofyan, 2011).

Salah satu alasan mengapa nasabah menyimpan dana yang dimilikinya adalah dengan harapan mendapatkan bunga. Sedangkan bagi bank, bunga merupakan hal yang penting dalam penarikan tabungan dan penyaluran kreditnya. Bunga bagi bank bisa menjadi biaya yang harus dibayar kepada penabung, tetapi dilain pihak bunga dapat juga merupakan pendapatan bank yang diterima dari debitur karena kredit yang diberikan oleh bank (Marieskha, 2009).

Kasmir (2010:131) menyatakan bahwa suku bunga dapat diartikan sebagai balas jasa yang diberikan oleh bank yang berdasarkan prinsip konvensional kepada nasabah yang membeli atau menjual produknya. Bunga juga dapat diartikan sebagai harga yang harus dibayar kepada nasabah (yang memiliki simpanan) dengan yang harus dibayar oleh nasabah kepada bank (nasabah yang memperoleh pinjaman).

Menurut Fabozzi (1999:204) suku bunga adalah harga yang dibayar “peminjam (debitur)” kepada “pihak yang meminjamkannya (kreditur)” untuk

pemakaian sumber daya selama interval waktu tertentu. Jumlah pinjaman yang diberikan disebut principal dan harga yang di bayar biasanya di ekspresikan sebagai persentase dari principal per unit waktu (umumnya setahun).

Kunarjo (2003:143) menyatakan bahwa suku bunga adalah harga yang harus dibayar dari setiap dolar yang di pinjam per tahun, dinyatakan baik dalam pertandingan (misalnya 0,06) atau dalam persentase (misalnya 6 persen).

Menurut Sunariyah (2004:80) suku bunga adalah harga dari pinjaman. Suku bunga dapat dinyatakan sebagai persentase uang pokok per unit waktu. Bunga merupakan suatu ukuran harga sumber daya yang digunakan oleh debitur dan harus di bayarkan kepada kreditur.

Suku bunga adalah jumlah bunga yang di bayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang di pinjamkan. Modal dialokasikan di antara para peminjam dengan tingkat bunga, perusahaan dengan peluang investasi yang paling menguntungkan akan bersedia dan mampu untuk membayar sebagian besar modal, sehingga perusahaan tersebut cenderung menariknya dari perusahaan-perusahaan yang tidak efisien atau dari perusahaan yang produknya sedang tidak di butuhkan (Brigham dan Houston, 2006:168).

Menurut Karl, 2001:506 pada tingkat suku bunga yang tinggi, makin tinggi pula biaya untuk menabung uang. Hal ini bisa di artikan ketika suku bunga meningkat, masyarakat akan mengambil keuntungan yang lebih tinggi dari yang di tanamkannya.

Samuelson (2001:190) menyatakan bahwa bunga adalah pembayaran yang dilakukan untuk pengguna uang. Suku bunga adalah jumlah bunga yang di bayarkan per unit waktu yang disebut sebagai persentase dari jumlah yang di pinjamkan. Dengan kata lain, orang harus membayar kesempatan untuk meminjam uang. Biaya peminjaman uang, diukur dalam dolar pertahun per dolar yang dipinjam adalah suku bunga.

2.1.4.2 Teori Tingkat Suku Bunga

a. Pendapat Kaum Klasik Mengenai Tingkat Suku Bunga Menurut teori Klasik tabungan merupakan fungsi dari tingkat suku bunga dimana pergerakan tingkat bunga pada perekonomian akan mempengaruhi jumlah tabungan yang terjadi. Berarti keinginan masyarakat menabung sangat tergantung pada tingkat bunga.

Semakin tinggi tingkat bunga, semakin besar keinginan masyarakat untuk menabung atau masyarakat terdorong untuk mengorbankan pengeluarannya guna menambah tabungan. Jadi tingkat suku bunga menurut kaum Klasik adalah balas jasa yang diterima seseorang karena menabung atau hadiah yang diterima seseorang karena menunda konsumsinya.

b. Pendapat Keynes Mengenai Tingkat Suku Bunga Keynes menyatakan bahwa tingkat bunga adalah tingkat balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut tidak menimbun uang atau balas jasa yang diterima seseorang karena orang tersebut mengorbankan Liquidity preferencenya . Makin besar liquidity preference seseorang makin besar keinginan seseorang tersebut untuk menahan uang tunai, maka makin besar tingkat suku bunga yang diterima orang tersebut bila dia meminjamkan uang tersebut kepada orang lain.

Pendapat Keynes ini berbeda dengan pendapat aliran Klasik, dimana tingkat suku bunga menurut Klasik adalah premi yang diterima karena menunda konsumsinya pada masa yang akan datang.

Permintaan uang mempunyai hubungan yang negatif dengan tingkat suku bunga. Hubungan negatif antara permintaan uang dengan tingkat suku bunga ini dapat diterangkan oleh Keynes. Keynes mengatakan bahwa masyarakat mempunyai pendapat tentang adanya suku bunga nominal ( natural rate ).

Bila tingkat bunga turun dari tingkat bunga normal, dalam masyarakat ada suatu keyakinan bahwa suku bunga akan naik di masa yang akan datang. Bila masyarakat memegang obligasi (surat berharga) pada saat suku bunga naik (harga obligasi akan mengalami penurunan) pemilik obligasi akan mengalami kerugian ( capital loss ).

Untuk menghindari kerugian ini, tindakan yang dilakukan adalah dengan menjual obligasinya, dengan sendirinya akan mendapat uang kas dan uang kas ini yang dipegang pada saat suku bunga naik. Hubungan inilah yang disebut motif spekulasi permintaan uang kas, karena masyarakat akan melakukan sepkulasi tentang obligasi dimasa yang akan datang.

Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang kas karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas (sesuai dengan tingkat bunga yang diperoleh Tanggapan Keynes yang kedua adalah berhubungan dengan ongkos (harga) memegang uang kas karena makin tinggi tingkat bunga makin besar ongkos memegang uang kas (sesuai dengan tingkat bunga yang diperoleh

c. Teori Bunga Moneter dan Teori Bunga Riil Dalam teori Klasik suku bunga keseimbangan adalah satu-satunya suku bunga yang terjadi karena tingkat suku bunga tersebut tergantung skedul permintaan investasi dan tabungan full employment , maka suku bunga keseimbangan dianggap sebagai fenomena riil yang tergantung pada produktivitas investasi dan kebiasan menabung masyarakat.

Pandangan Klasik ini bertentangan dengan Keynes yang menyatakan bahwa suku bunga merupakan fenomena moneter yang ditentukan perpotongan antara skedul permintaan uang dan jumlah uang yang beredar.

2.2 Penelitian Terdahulu

Budi Mulyadi (2009) dengan penelitiannya yang berjudul Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi Tabungan Nasional di Indonesia. Peneliti mengkaji tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tabungan nasional di Indonesia menggunakan metode analisis Ordinary Least Square (OLS). Data sebagai variabel-variabel independen penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi, defisit anggaran belanja pemerintah, ekspor neto, pertumbuhan pendapatan perkapita dan pertumbuhan penduduk.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa seluruh variabel independen tersebut secara simultan berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional Indonesia. Sementara secara individual variabel pertumbuhan ekonomi Indonesia, pertumbuhan pendapatan perkapita, dan pertumbuhan penduduk berpengaruh signifikan terhadap tabungan nasional. Dua variabel lainnya yaitu defisit anggaran belanja pemerintah dan ekspor neto tidak signifikan mempengaruhi tabungan nasional. Terakhir, memperhatikan nilai elastisitas dan tingkat signifikansi masing-masing variabel independen, pertumbuhan penduduk mempunyai peranan terbesar terhadap tabungan nasional di Indonesia.

Friska Julianti (2013), yang berjudul Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai tukar, dan BI rate terhadap Tabungan Mudharabah pada perbankan syariah.

Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Regresi Linier Berganda yaitu Ordinary Least Square (OLS).

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel inflasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah . Variabel nilai tukar (kurs) tidak mempunyai pengaruh terhadap tabungan mudharabah . Sedangkan variabel BI Rate berpengaruh negatif dan signifikan terhadap tabungan mudharabah .

Muhammad Sofyan (2011) tentang Analsis Pengaruh Pendapatan Perkapita, Tingkat suku bunga, Jumlah uang beredar (M2), dan Inflasi terhadap Jumlah tabungan di Indonesia.

Penelitian ini menggunakan metode Error Corection Model (ECM). Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa variabel pendapatan perkapita, tingkat suku bunga dan inflasi berpengaruh signifikan terhadap Jumlah tabungan di Indonesia pada jangka pendek. Sedangkan pada jangka panjang hanya variabel jumlah uang beredar yang berpengaruh terhadap jumlah tabungan di Indonesia.

Ahmad Hidayah Dalimunthe, Mumi Daulay, Irsyad Lubis, dan Iskandar Syarif menganalisis tentang Analisis Determinan yang mempengaruhi Tabungan di Indonesia selama kurun waktu 1985-2004. Adapun variabel bebas dari penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi (GDP), suku bunga (R), pendapatan perkapita (Ypc), dan pengeluaran Ahmad Hidayah Dalimunthe, Mumi Daulay, Irsyad Lubis, dan Iskandar Syarif menganalisis tentang Analisis Determinan yang mempengaruhi Tabungan di Indonesia selama kurun waktu 1985-2004. Adapun variabel bebas dari penelitian ini adalah pertumbuhan ekonomi (GDP), suku bunga (R), pendapatan perkapita (Ypc), dan pengeluaran

Menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS) dengan menggunakan alat analisis untuk membantu mengolah data adalah dengan program Eviews versi 4.1.1

Berdasarkan hasil estimasi menunjukkan bahwa variabel suku bunga (R), mempunyai pengaruh yang positif terhadap total tabungan, namun secara statistik pengaruh variabel R ini tidak signifikan. Variabel pertumbuhan ekonomi (GDP) berpengaruh positif dan signifikan. Variabel pengeluaran pemerintah (G) memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan dan variabel pendapatan perkapita (Ypc) berpengaruh positif, namun secara statistik tidak signifikan.

Muhammad Fhiris Balada Billah (2009), penelitian yang diangkat peneliti berjudul Analisis faktor-faktor yang memengaruhi besarnya tabungan pada Bank Umum di Kabupaten Jember. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat bunga tabungan, pendapatan perkapita masyarakat dan tingkat inflasi terhadap jumlah Bank Umum di Kabupaten Jember periode tahun 1999-2007. Metode yang digunakan untuk menganalisis data adalah metode analisi regresi linier berganda.

Hasil pengukuran dengan metode regresi linier bergadanda secara serentak menunjukkan bahwa variabel tingkat tabungan, pendapatan perkapita Hasil pengukuran dengan metode regresi linier bergadanda secara serentak menunjukkan bahwa variabel tingkat tabungan, pendapatan perkapita

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, hanya pendapatan perkapita masyarakat yang mempunyai pengaruh terhadap jumlah tabungan pada Bank Umum di Kabupaten Jember, sedangkan variabel bebas lainnya (tingkat bunga tabungan dan inflasi) tidak mempunyai pengaruh terhadap jumlah tabungan pada Bank Umum di Kabupaten Jember.