Persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah - USD Repository

  PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TERHADAP CIRI-CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR SEKOLAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun oleh : Asthi Pawitra Wijayanti NIM : 071114014 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013  

  PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA TAHUN AJARAN 2012/2013 TERHADAP CIRI-CIRI KEPRIBADIAN KONSELOR SEKOLAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S1) Program Studi Bimbingan dan Konseling Disusun oleh : Asthi Pawitra Wijayanti NIM : 071114014 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2013

         

   

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

  Segala Sesuatu ada masanya, Untuk apapun Di Bawah Langit ada Waktunya (Pengkhotbah 3: 1) Ia Membuat Segala Sesuatu Indah pada Waktunya, Bahkan Ia Memberikan Kekekalan dalam Hati Mereka.

   (Pengkhotbah 3: 11)

  Skripsi ini kupersembahkan kepada : ¾ Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dan memberkatiku ¾ Bapak dan Ibu yang selalu mengingatkan ¾ Mba Ika, Mas Apiet, dan Mas Adi yang selalu memotivasi saya ¾ Dosen pembimbing ¾ Thomas Tito Aninditya yang selalu memberikan motivasi dan nasehat ketika saya dalam kondisi apapun.

  

¾ Sahabat-sahabat saya di Depok yang selalu memotivasi saya dalam keadaan

apapun ¾ Sahabat-sahabatku dan teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling

  

ABSTRAK

PERSEPSI SISWA KELAS VIII SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA

TAHUN AJARAN 2012/2013 TERHADAP CIRI-CIRI KEPRIBADIAN

KONSELOR SEKOLAH

  Asthi Pawitra Wijayanti Universitas Sanata Dharma

  Yogyakarta 2013

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 terhadap kepribadian konselor sekolah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif dan dikategorikan sebagai penelitian survei.

  Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun pelajaran 2012/2013 sejumlah 80 siswa yang terdiri dari tiga kelas yaitu, VIIIA 27 siswa, VIIIB 27 siswa, dan VIIIC 26 siswa. Instrumen penelitian yang dipakai adalah kuesioner Persepsi siswa terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah dengan jumlah 43 item. Aspek-aspek ciri-ciri kepribadian konselor sekolah menurut persepsi siswa dalam skala ini adalah mengenali diri sendiri, mampu memahami orang lain, dan memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain. Teknik analisis data yang digunakan adalah PAP tipe I.

  Hasil penelitian berdasarkan tingkat persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta tahun ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah adalah 70% pada kategori sangat tinggi, 26% pada kategori tinggi, 4% pada kategori cukup, 0% pada kategori rendah dan 0% pada kategori sangat rendah. Persentase setiap kategori jawaban dan masing-masing indikator ciri-ciri kepribadian konselor sekolah menurut persepsi siswa memperoleh hasil sebagai berikut: 1). Aspek mengenal diri 92,1% dengan kategori sangat tinggi, 2).

  Aspek memahami orang lain 89,1% dengan kategori tinggi, dan 3). Aspek memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain 91,2% dengan kategori sangat tinggi.

  

ABSTRACT

THE PERCEPTIONS OF THE EIGHTH GRADE STUDENTS AT

SMP BOPKRI 3 YOGYAKARTA IN 2012/2013

ACADEMIC YEAR TOWARDS THE PERSONALITY

CHARACTERISTICS OF SCHOOL COUNSELORS

  By: Asthi Pawitra Wijayanti

  Sanata Dharma University Yogyakarta

  2013 This study aims to obtain the perceptions of the eighth grade students at

  SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2012/2013 academic year towards the school counselors’ personality. This study belongs to descriptive quantitative research and is categorized as survey research.

  The subject is all eighth grade students at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2012/2013 academic year. There were 80 students consisting of three classes, namely, VIIIA (27 students), VIIIB (27 students), and VIIIC 26 students. The research instrument used is a personality traits questionnaire of students’ perceptions on school counselors, consisting of 43 items. The aspects of school counselors’ personality traits perceived by the students in this scale are knowing oneself, being able to understand others, and having good communication skills with others. The technique of data analysis used is PAP type I.

  The results of the perceptions of the eighth grade students at SMP BOPKRI 3 Yogyakarta in 2012/2013 academic year towards the school counselors’ personality show that 70% belongs to very high category, 26% belongs to high category, 4% belongs to moderate categories, 0% belongs to low and very low category. The percentage of each category of the answers and each indicator of personality traits according to the students’ perceptions towards the school counselors can be described as follows: 1). Aspects of knowing oneself (92.1%) with very high category, 2). Aspects of understanding others (89.1%) with high category, and 3). Aspects of having good communication skills with others (91.2%) with very high category.

KATA PENGANTAR

  Puji dan syukur kepada Tuhan yang Maha Esa atas segala rahmat dan berkat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Bimbingan dan Konseling.

  Penulis banyak mendapatkan pengalaman selama proses penyelesaian skripsi ini, baik pengalaman menyenangkan ataupun kurang menyenangkan.

  Semua pengalaman itu merupakan pelajaran yang amat sangat berharga bagi perkembangan diri penulis. Penulis menyadari bahwa seluruh pengalaman yang dialami saat mengerjakan sksipsi ini merupakan penyertaan dan pertolongan yang terindah dari Tuhan

  Skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik berkat bantuan, dukungan, perhatian dan bimbingan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis menghaturkan terima kasih yang sebesar-besarnya, kepada:

  1. Dr. Gendon Barus, M.Si., sebagai Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

  2. Dra. Maria Josepha Retno Priyani, M.Si., sebagai dosen pembimbing yang telah membimbing dan mendampingi dengan penuh kesabaran , memberikan masukan-masukan yang bermanfaat dan memberikan dorongan kepada penulis agar segera menyelesaikan skripsi ini.

  3. Para dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membekali banyak ilmu pengetahuan kepada penulis selama kuliah.

  4. Budi, S.Pd, sebagai Guru Bimbingan Konseling SMP Pangudi Luhur Sedayu yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan uji coba instrument penelitian.

  5. Paryadi, S.Pd, sebagai Kepala Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah memberikan ijin dan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian terhadap kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta.

  6. Tri Nurjayanti, S.Pd. dan Bapak Catur Suryo Nugroho S.Psi. Guru Bimbingan dan Konseling SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah membantu penulis dalam pengambilan data di sekolah terhadap siswa kelas VIII.

  7. Para Siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta yang telah berpartisipasi dalam proses pengumpulan data.

  8. Ayahku Drs. R. Mardiyatono dan ibuku Rahayuningsih, S.Pd yang tercinta yang selalu memberikan dukungan, cinta kasihnya, dan doa.

  9. Kakak-kakak ku yang tercinta (Mas Adi, Mba Ika, dan Mas Apiet) yang selalu memberikan motivasi, perhatian, dan doa.

  10. Orang Terkasih, Thomas Tito Aninditya yang selalu memberikan kasih, bantuan, semangat, serta dukungan untuk penulis.

  11. Teman-teman “Celupers” (Amel, Yovie, Cita, Gita, Tovhan, dan Ryan) yang memberikan semangat, motivasi dan doa walaupun dari jarak yang cukup jauh.

  12. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2006 (Mba Yanu, Mba Elda dan Mas Ligan) atas bantuan masukan dan pendapatnya dalam proses pengerjaan skripsi ini.

  13. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling 2007 (Hesti, Chacha, Osha, Jojo, Sr Via, Lusi, Lia,Lisa, Jarot, Kiyat, dan lainnya) atas kebersamaan dan saling berbagi suka dan duka selama duduk di bangku kuliah dan proses pengerjaan skripsi.

  14. Teman-teman Program Studi Bimbingan dan Konseling angkatan 2008 (khususnya untuk osha) terimakasih atas bantuan, motivasi dalam proses pengerjaan skripsi ini.

  15. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberi perhatian, bantuan dan dukungan yang baik secara tidak langsung maupun langsung selama penulisan skripsi ini. Penulis menyadari akan kekurangan dan kelemahan penulis dalam mengerjakan skripsi ini. Penulis mohon maaf apabila dalam skripsi ini terdapat banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan skripsi ini. Terima Kasih. Tuhan memberkati

  Penulis

  DAFTAR ISI

  HALAMAN JUDUL ................................................................................... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ......................................... ii HALAMAN PENGESAHAN ..................................................................... iii HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ......................................... iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ..................................................... vi LEMBARAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA

  ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS .................................... vii ABSTRAK .................................................................................................. viii

  

ABSTRACT .................................................................................................. ix

  KATA PENGANTAR ................................................................................ x DAFTAR ISI ............................................................................................... xiii DAFTAR TABEL ....................................................................................... xvii DAFTAR GRAFIK ..................................................................................... xviii DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xix

  BAB I PENDAHULUAN ................................................................... 1 A. Latar Belakang .............................................................................

  1. Pengertian Masa Remaja........................................................... 11

  1. Kompetensi Konselor Sekolah.................................................. 24

  D. Kompetensi dan Tugas Konselor Sekolah..................................... 24

  3. Ciri-ciri Kepribadian Sekolah...................................................... 19

  2. Pengertian Konselor Sekolah....................................................... 18

  1. Pengertian Ciri-ciri Kepribadian.................................................. 17

  16 C. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah .......................................... 16

  2. Karakteristik Masa Remaja......................................................... 12 3. Tugas Perkembangan Remaja...................................................

  11

  1 B. Rumusan Masalah ..................................................................... 4

  9 B. Karakteristik Remaja.....................................................................

  3. Persepsi Siswa tentang Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah ...................................................................

  2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi............................ 8

  7

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Persepsi....................................................................................... 7 1. Pengertian Persepsi.................................................................

  E. Definisi Operasional........................................................................ 6

  D. Manfaat Hasil Penelitian................................................................. 5

  C. Tujuan Penelitian............................................................................. 4

  2. Tugas Konselor.......................................................................... 27

  BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Jenis Penelitian................................................................................ 30 B. Subyek Penelitian .......................................................................... 31 C. Instrumen Pengumpulan Data........................................................ 31 D. Prosedur Pengumpulan Data............................................................. 33 1. Tahap Persiapan .......................................................................

  33

  2. Tahap Pengumpulan Data.......................................................... 38

  E. Teknik Analisis Data...................................................................... 39

  BAB IV PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian................................................................................ 40 B. Pembahasan..................................................................................... 46 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...................................................................................... 50 B. Saran ............................................................................................... 51 DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 52 LAMPIRAN.............................................................................................. 55

  DAFTAR TABEL

  Tabel 1: Kisi-kisi Kuesioner Ciri-ciri Kepribadian Konselor..................... 32 Tabel 2: Rekapitulasi Hasil Analisis Validitas ...........................................

  36 Tabel 3: Kualifikasi Koefisiensi Korelasi ...................................................

  37 Tabel 4: Penggolongan Kualifikasi Berdasarkan PAP Tipe 1 ...................... 40 Tabel 5: Tingkat Persepsi Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta

  Terhadap Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah ......................... 42 Tabel 6: Persentase Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah

  SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 ................. 43

DAFTAR GRAFIK

  Grafik 1: Presentase Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013 Per Aspek .......... 45

  DAFTAR LAMPIRAN

  Lampiran 1 : Data Uji Coba ............................................................................. 55 Lampiran 2 : Hasil Pengolahan SPSS .............................................................. 61 Lampiran 3 : Hasil Perhitungan Reliabilitas.................................................... 65 Lampiran 4 : Tabulasi Data Penelitian ........................................................... 70 Lampiran 5 :Kategori Persepsi Siswa Terhadap Ciri-Ciri Kepribadian

  Konselor Sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013..................................................................... 76

  Lampiran 6 : Perhitungan Aspek-aspek Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah Menurut Persepsi Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun Ajaran 2012/2013........................................ 78

  Lampiran 7 : Kuesioner Penelitian ................................................................. 80 Lampiran 8 : Surat Pengantar Uji Coba Instrumen ........................................ 81 Lampiran 9 : Surat Pengantar Penelitian ........................................................ 82

BAB I PENDAHULUAN Bab ini menyajikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan batasan istilah. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta

  didik yang berlangsung sepanjang hayat. Pendidikan di sekolah memiliki tujuan untuk meningkatkan kualitas peserta didik. Dengan kata lain, siswa bukan hanya dibekali dengan ilmu pengetahuan saja tetapi siswa juga dididik untuk memiliki kepribadian yang mantap dan mandiri. Untuk mencapai tujuan yang maksimal dalam proses pendidikan, dituntut adanya pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Proses bimbingan dan konseling di sekolah memegang peranan yang sangat sentral dalam membentuk kepribadian serta tingkah laku siswa. Pelayanan bimbingan dan konseling diperlukan dan wajib diselenggarakan di sekolah serta dilaksanakan oleh tenaga profesional seperti konselor sekolah.

  Tenaga profesional yang melayani proses bimbingan dan konseling di sekolah dinamakan konselor sekolah. Konselor sekolah sebaiknya memiliki ciri- ciri kepribadian yang dapat mendekatkan mereka kepada siswanya. Hal ini sesuai dengan pernyataan Belkin (dalam Pujosuwarno, 1992:7) bahwa “ciri kepribadian konselor sangat menentukan berhasil atau tidaknya suatu proses konseling, disamping pengetahuan dan ketrampilan-ketrampilan professional”. Ciri-ciri karakteristik konselor sekolah yang baik menurut Belkin (Pujosuwarno ,1992: 8-

  9) diantaranya adalah konfrontasi, tulus, jujur, hangat, empati, polos, hormat, dan positive regard .

  Pada saat Praktek Pengenalan Lapangan berlangsung pada pertengahan tahun 2010, dimana bantuan pelayanan bimbingan dan konseling pada siswa sangat diperlukan, agar siswa lebih berkembang dalam perannya sebagai remaja. Pada saat melakukan PPL, penulis menemukan banyak masalah mengenai proses konseling yang terjadi di sekolah tersebut. Masalah yang terjadi adalah banyak dari para siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta merasa enggan untuk melakukan proses layanan bimbingan dan konseling dengan konselor sekolah mereka dan para siswa tersebut lebih memilih untuk melakukan proses bimbingan dan konseling dengan praktikan PPL. Hal ini menimbulkan banyak pertanyaan dibenak penulis tentang pelayanan bimbingan dan konseling yang ada di sekolah tersebut seperti apa. Banyak faktor yang mempengaruhi suatu proses layanan bimbingan dan konseling bisa berjalan dengan efektif.

  Tidak bisa dipungkiri bahwa pelayanan bimbingan dan konseling membantu siswa untuk melalui proses memahami diri dan bersikap serta bertindak sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan. Para siswa yang sebagian besar adalah remaja, memiliki kebutuhan, karakteristik dan tugas-tugas perkembangan yang harus dipenuhi. Tugas konselor sekolah adalah membantu para siswa untuk memenuhi tugas-tugas perkembangan kebutuhan siswa tersebut.

  Konselor dikatakan efektif dan profesional dalam tugasnya apabila antara lain terdapat ciri-ciri kepribadian tertentu yang dapat menunjang pelaksanaannya proses pelayanan bimbingan. Keadaan ideal yang diharapkan adalah ketika seorang konselor sekolah memiliki ciri-ciri kepribadian yang sesuai dengan persepsi siswa. Jika pelayanan bimbingan tidak sesuai dengan ciri-ciri kepribadian konselor sekolah yang ada, maka proses pelayanan bimbingan tidak akan berlangsung efektif karena siswa juga mengalami kesulitan untuk membuka diri dengan konselor sekolah mereka. Apabila konselor sekolah tidak mampu menunjukkan sikap, sifat dan kemampuan seperti apa yang ada dalam persepsi siswa dalam pemberian layanan bimbingan di kelas dapat menimbulkan pandangan yang negatif dalam diri siswa tentang konselor sekolah.

  Setiap siswa memiliki persepsi yang berbeda berkaitan dengan konselor sekolahnya, termasuk tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolahnya. Dimana ciri-ciri kepribadian tersebut merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi efektif atau tidaknya pelayanan bimbingan tersebut. Untuk mengungkapkan keadaan dibalik persoalan yang ada, perlu upaya untuk melihat pokok [ersoalan yang melatar belakangi keenganan siswa untuk datang kepada konselor sekolahnya.

  Berdasarkan uraian diatas, penulis berminat untuk mengeksplorasi sejauh mana persepsi siswa terhadap kepribadian konselornya melalui penelitian dengan judul “Persepsi Siswa Kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 Terhadap Ciri-Ciri Kepribadian Konselor Sekolah”. Hasil penelitian ini kiranya bisa membantu konselor sekolah untuk bisa menjadikan masukan sejauh mana persepsi siswa berpengaruh terhadap konselor sekolah, agar konselor sekolah memiki kepribadian yang ideal guna menunjang lebih baiknya intensitas pelayanan bimbingan konseling disekolah tersebut supaya pelayan dan layanan bimbingan konseling di sekolah tersebut semakin dari semakin baik. Selain itu hasil penelitian ini kiranya dapat memberikan kontribusi bagi pelaksanaan layanan bimbingan konseling di sekolah agar lebih baik kedepannya sehingga mengimplikasi proses pekayanan bimbingan dan konseling yang berlangsung di sekolah.

  B. Rumusan Masalah

  Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimanakah persepsi siswa kelas VIII SMP 3 BOPKRI Yogyakarta

  Tahun Ajaran 2012/2013 terhadap ciri-ciri kepribadian konselor sekolah?” C.

   Tujuan Penelitian

  Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui persepsi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta Tahun ajaran 2012/2013 terhadap kepribadian konselor sekolah.

  D. Manfaat Hasil Penelitian

  1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini kiranya dapat digunakan bagi para pembaca khususnya mahasiswa bimbingan dan konseling untuk mengembangkan dan memperkaya pengetahuan yang dimiliki menyangkut teori-teori ciri-ciri kepribadian konselor sekolah menurut persepsi siswa sebagai bekal sebagai calon konselor sekolah nantinya.

  2. Manfaat Praktis

  a. Konselor Sekolah Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi konselor sekolah dalam memperbaiki kualitas peningkatan mutu pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah.

  b. Peneliti 1) Memberikan pengalaman belajar dan meneliti khususnya menyangkut tentang ciri-ciri kepribadian konselor yang ideal di mata siswa

  2) Penelitian ini juga bisa menjadi jembatan untuk peneliti sebagai calon konselor, untuk berusaha memiliki ciri-ciri kepribadian ideal tersebut E.

   Batasan Istilah

  Berikut ini dijelaskan arti beberapa istilah yang terkait dalam judul penelitian.

  1. Persepsi Siswa Persepsi adalah pandangan atau tanggapan individu terhadap benda, kejadian, tingkah laku, dan hal-hal lain yang ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Dalam penelitian ini pandangan berarti interpretasi siswa kelas VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta mengenai ciri-ciri kepribadian konselor sekolah.

  2. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah Sifat dan sikap yang melekat pada pribadi konselor sekolah SMP BOPKRI 3 Yogyakarta diambil dari teori Belkin yang terdiri dari tiga aspek yaitu : a) Mengenal diri sendiri, b) Mampu memahami orang lain, dan c) Memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain.

BAB II KAJIAN PUSTAKA Dalam bab ini dibahas teori yang berkaitan dengan masalah penelitian. Topik-topik dalam bab ini yaitu persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian

  konselor sekolah, ciri-ciri kepribadian konselor sekolah, serta kompetensi, peran dan fungsi konselor sekolah.

A. Persepsi Siswa Tentang Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah 1. Pengertian Persepsi

  Istilah persepsi berasal dari bahasa Inggris “perception”, yang diambil dari bahasa Latin “perceptio”, yang berarti menerima atau mengambil. Menurut Leavitt, (Desmita, 2009 : 117), perception dalam pengertian sempit adalah “penglihatan”, yaitu bagaimana cara seseorang melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, perception adalah “pandangan”, yaitu bagaimana seseorang memandang atau ,engartikan sesuatu.

  Desmita (2009:118) menyatakan bahwa persepsi dapat dipahami sebagai suatu proses penggunaan pengetahuan yang telah dimiliki untuk memperoleh dan mengintrepetasi stimulus (rangsangan) yang diterima oleh sistem alat indera manusia. Sedangkan Chaplin (Desmita, 2009 : 117) mengartikan persepsi sebagai suatu proses mengetahui atau mengenali objek dan kejadian objektif dengan bantuan indera. Menurut Desiserato (dalam Rakhmat, 2008:51) Persepsi adalah pengalaman tentang objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan.

  Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa persepsi itu sendiri sebagai suatu proses memahami, menerima, mengorganisasikan dan menginterpretasikan rangsangan melalui panca inderanya. Jadi, pada dasarnya menyangkut hubungan manusia dengan lingkungannya, bagaimana ia mengerti dan menginterpretasikan stimulus yang ada di lingkungannya dengan menggunakan pengetahuan yang dimilikinya.

2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi

  Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks dan ditentukan oleh dinamika yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa, atau bagaimana dia memandang suatu objek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca indera.

  David Krech dan Richard S Crutchfield dalam Rakhmad Jalaludin (2007 ; 51) membagi faktor-faktor yang menemukan persepsi menjadi 2, yaitu faktor fungsional dan faktor struktural.

  a. Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah objek-objek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. b. Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang menimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt adalah bila kita ingin memahami suatu peristiwa. Kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan.

3. Persepsi Siswa tentang Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah

  Persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolah yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pandangan, pendapat dan penghayatan siswa terhadap suatu objek yaitu konselor sekolah, menjadi objek persepsi tersebut adalah ciri-ciri kepribadian konselor sekolah.

  Berbicara tentang persepsi siswa tentang ciri-ciri kepribadian konselor sekolah tentunya akan mempunyai cukup banyak arti yang berbeda-beda.

  Anggapan mengenai persepsi yang berbeda-beda biasanya dikarenakan faktor pengalaman pribadi dan pengalaman orang lain yang dilihat langsung ketika berhadapan langsung dengan orang lain.

  Setiap siswa tentu memiliki persepsi yang berbeda-beda mengenai ciri-ciri kepribadian konselor sekolah. Perbedaan persepsi ini terjadi karena setiap siswa memiliki kemampuan yang berbeda satu sama lain dalam pengalamannya di sekolah terhadap konselornya. Oleh karena itu muncul berbagai konsep mengenai ciri-ciri kepribadian konselor sekolahnya, baik itu konsep yang positif maupun konsep yang negatif tergantung dari siswa yang bersangkutan dalam menilai konselor di sekolahnya.

  Winkel (2007,204) mengemukakan tentang kenyataan persepsi negatif terhadap konselor sekolah, antara lain : a. Siswa tidak memahami hakikat pelayanan bimbingan,

  b. Siswa enggan memandang konselor sebagai satpam sekolah,

  c. Siswa enggan menghadap konselor karena mengira akan dimarahi, lebih-lebih bila dipanggil, d. Siswa takut menghadapi konselor karena khawatir akan kena sindiran teman “sudah berpenyakit stres”, e. Siswa kurang percaya terhadap konselor dalam menghadapi soal- soal yang bersifat pribadi, siswa takut rahasianya akan dibocorkan.

  Untuk menjadi seorang konselor sekolah setidaknya memiliki ciri- ciri kepribadian tertentu yang dapat mendukung pencapaian tujuan kerja sebagai konselor sekolah. Kepribadian yang dimiliki seorang konselor sekolah hendaknya sederhana, jujur, bijaksana, berpikir sehat baik itu jasmani maupun rohani, mampu berkomunikasi dengan siapa saja, mempunyai rasa terpanggil terhadap pekerjaannya atau mempunyai minat pada profesi Bimbingan dan Konseling, mudah menyesuaikan diri, memiliki perhatian terhadap anak didiknya. perlu diingat bahwa kepribadian seseorang bukan dibawa dari lahir sehingga kepribadian setiap orang dapat dikembangkan melalui sosialisasinya.

B. Karakteristik Remaja 1. Pengertian Masa Remaja

  Menurut Santrock (2007:20) masa remaja merupakan periode transisi perkembangan antara masa kanak-kanak dengan masa dewasa, yang melibatkan perubahan-perubahan biologis, kognitif, dan sosioemosional. Sedangkan Feist dan Feist (2010:303) berpendapat bahwa masa remaja masuk dalam periode dari pubertas hingga masa dewasa awal, dimana masa remaja merupakan salah satu tahapan perkembangan yang paling krusial karena di akhir periode ini, seseorang harus sudah mendapatkan rasa ego identitas yang tetap. Walaupun ego identitas tidak dimulai maupun diakhiri dimasa remaja, krisis antara identitas dan kebingungan identitas mencapai puncaknya selama tahapan ini. Dari krisis identitas timbul kesetiaan, kekuatan dasar masa remaja.

  Santrock (2007:20) membedakan masa remaja menjadi periode awal dan periode akhir. Masa Remaja awal (early adolenscence) kurang lebih berlangsung di masa sekolah menengah pertama atau sekolah menengah akhir dan perubahan pubertal terbesar terjadi di masa ini. Sedangkan masa remaja akhir (late adolenscence) kurang lebih terjadi pada pertengahan dasawarsa yang kedua dari kehidupan. Berdasarkan pendapat tersebut, maka siswa kelas

  VIII SMP BOPKRI 3 Yogyakarta termasuk dalam periode masa remaja awal.

2. Karakteristik Masa Remaja

  Desmita (2009: 36-37) menjelaskan sejumlah karakteristik yang menonjol pada anak usia SMP ini, yaitu:

  a. Terjadinya ketidakseimbangan proporsi tinggi dan berat badan.

  b. Mulai timbulnya ciri-ciri seks sekunder.

  c. Kecenderungan ambivalensi, antara keinginan menyendiri dengan keinginan bergaul, serta keinginan untuk bebas dari dominasi dengan kebutuhan bimbingan dan bantuan dari orang tua.

  d. Senang membandingkan kaedah-kaedah, nilai-nilai etika atau norma dengan kenyataan yang terjadi dalam kehidupan orang dewasa.

  e. Mulai mempertanyakan secara skeptis mengenai eksistensi dan sifat kemurahan dan keadilan Tuhan.

  f. Reaksi dan ekspresi emosi masih labil.

  g. Mulai mengembangkan standar dan harapan terhadap perilaku diri sendiri yang sesuai dengan dunia sosial.

  h. Kecenderungan minat dan pilihan karier relatif sudah lebih jelas. Setiap tahap perkembangan pada manusia berbeda satu dengan yang lain dan mempunyai ciri atau karakteristik tersendiri. Begitu juga pada masa remaja mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan periode sebelum dan sesudahnya.

  Hurlock (1992: 207-209) menjelaskan ciri-ciri masa remaja sebagai berikut: a. Masa remaja sebagai periode yang sangat penting

  Masa remaja merupakan periode yang sangat penting karena mempunyai akibat yang langsung dan berjangka panjang terhadap sikap dan perilaku seseorang.

  b. Masa remaja sebagai periode peralihan Periode peralihan tidak berarti terputus dari apa yang terjadi sebelumnya, melainkan sebuah peralihan dari satu tahap berikutnya.

  Artinya, apa yang terjadi sebelumnya akan meninggalkan bekasnya sehingga mempengaruhi pola perilaku dan sikap yang baru. Pada masa remaja, remaja bukan lagi anak kecil tetapi juga bukan orang dewasa, oleh karena itu remaja harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan dan harus mempelajari pola perilaku dan sikap yang baru untuk menggantikan perilaku dan sikap yang sudah ditinggalkan.

  c. Masa remaja sebagai periode perubahan Masa remaja sebagai masa perubahan, dimana terjadi perubahan fisik, psikis dan perilaku yang berlangsung pesat. Secara umum ada empat perubahan yaitu:

  1) Fungsi emosi yang semakin intensif, yang bergantung pada tingkat perubahan fisik dan psikis yang terjadi.

  2) Perubahan tubuh dan peran yang diharapkan oleh kelompok sosial sehingga menimbulkan masalah baru.

  3) Berubahnya minat pada pola perilaku sehingga nilai-nilai berubah.

  4) Bersikap ambivalen terhadap setiap perubahan. Remaja menuntut kebebasan tetapi takut bertanggung jawab akan akibat tingkah lakunya.

  d. Masa remaja sebagai usia bermasalah Masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh laki-laki maupun perempuan. Hal ini disebabkan karena sepanjang masa kanak-kanak, masalah yang dialami anak-anak sebagian diselesaikan oleh orang tua dan guru, sehingga kebanyakan remaja tidak berpengalaman dalam mengatasi masalahnya. Penyebab lainnya adalah karena para remaja merasa dirinya sudah mandiri, sehingga mereka ingin mengatasi masalahnya sendiri dan cenderung menolak bantuan orang tua dan guru-guru.

  e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas Pada tahun-tahun awal masa remaja, penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting bagi anak laki-laki dan perempuan.

  Tetapi lambat laun mereka mulai mendambakan identitas dirinya sendiri dan berani berbeda dengan teman-temannya dalam banyak segi hidupnya. f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan ketakutan Masa remaja disebut sebagai usia yang menakutkan karena adanya anggapan negatif mengenai remaja, yaitu remaja adalah anak-anak yang tidak rapi, anak-anak yang tidak dapat dipercaya dan cenderung berperilaku merusak.

  g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik Masa remaja disebut sebagai masa yang tidak realistik karena remaja memandang diri dan orang lain menurut keinginannya sendiri dan bukan sebagaimana adanya.

  h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa Masa remaja merupakan ambang masa dewasa, hal ini ditandai dengan cara berpakaian, bertindak dan berperilaku seperti orang dewasa pada umumnya.

3. Tugas Perkembangan Remaja

  Menurut Havighurst (Hurlock,1992:10) tugas-tugas perkembangan remaja terdiri dari: a. Mencapai suatu hubungan yang baru dan lebih matang antara lawan jenis yang seusia.

  b. Dapat menjalankan peran sosial maskulin dan feminin.

  c. Menerima keadaan fisik dirinya sendiri dan menggunakan tubuhnya secara lebih efektif.

  d. Mengharapkan dan mencapai perilaku sosial yang bertanggung jawab. e. Mencapai kemandirian emosional dari orang tua dan orang-orang dewasa lainnya.

  f. Mempersiapkan karir ekonomi g. Mempersiapkan perkawinan dan keluarga.

  h. Memperoleh perangkat nilai dan sistem etis sebagai pegangan utnuk berperilkau dan mengembangkan ideologi.

  Dari uraian diatas telah jelas bahwa remaja perlu mengetahui dan memahami perannya, agar dapat melaksanakan tugas perkembangan yang dibebankan kepadanya dengan baik. Keberhasilan dalam melaksanakan tugas perkembangan pada masa remaja menunjukan bahwa remaja dapat menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungan sehingga remaja merasa bahagia apabila berhasil melaksanakan tugas perkembangannya. Remaja juga dapat mengalami kegagalan dalam menjalankan tugas perkembangannya. Kegagalan ini bisa membuat remaja merasa kecewa, putus asa dan tidak berguna.

  Ketika remaja melaksanakan tugas perkembangannya mereka juga harus tetap mendapatkan bimbingan dari orang tua dan orang dewasa lainnya. Orang yang paling tepat dalam mendampingi siswa dalam tugas perkembangannya di sekolah adalah konselor sekolah. Agar program pelayanan bimbingan dapat berjalan dengan baik, seorang konselor sekolah harus memahami karakteristik keremajaan siswa-siswinya.

C. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah 1. Pengertian Ciri-ciri Kepribadian

  Ciri-ciri dapat diartikan sebagai suatu tanda atau sifat yang khas untuk membedakan sesuatu hal yang khusus dari hal yang lainnya. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2007:215)

  Istilah atau kata “kepribadian” (personality) berasal dari dari bahasa Latin yaitu persona, mengacu pada topeng yang dipakai oleh aktor romawi dalam pertunjukan roman Yunani. Menurut Feist & Feist (2010: 03-04) Ketika psikolog menggunakan istilah “kepribadian”, mereka mengacu pada sesuatu yang lebih dari sekedar peran yang dimainkan seseorang. Para teoritikus kepribadian tidak setuju dengan definisi tunggal kepribadian, mereka menyusun teori yang unik dan vital karena mereka memiliki pandangan yang berbeda mengenai sifat dasar manusia, dan karena masing- masing dari mereka melihat kepribadian dari sudut pandang pribadi.

  Walaupun tidak ada definisi tunggal yang bisa diterima oleh semua teoritikus kepribadian, menurut Feist & Feist (2010:04-05) dapat dikatakan bahwa:

  “Kepribadian adalah pola sifat dan karakteristik tertentu, yang relatif permanen dan memberikan, baik konsistensi maupun individualitas pada perilaku seseorang. Sifat (trait) merupakan faktor penyebab adanya perbedaan antarindividual dalam perilaku, konsistensi perilaku dari waktu ke waktu, dan stabilitas perilaku dalam berbagai situasi. Jadi masing-masing orang mempunyai kepribadian yang berbeda, walaupun memiliki kesamaan dalam beberapa hal dengan orang lain. Karakteristik (characteristic) merupakan kualitas tertentu yang dimiliki seseorang termasuk di dalamnya beberapa karakter seperti temperamen, fisik, dan kecerdasan.”

  Winkel dan Hastuti (2007:183) berpendapat bahwa ciri-ciri kepribadian dapat diartikan sebagai “semua sifat yang melekat pada diri pribadi seseorang dan semua sikap yang diambil dalam menunaikan tugas-tugasnya”.

  Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri kepribadian adalah segala sesuatu yang berkaitan dengan tingkah laku, sifat dan perilaku individu yang dapat membedakannya dengan orang lain.

2. Pengertian Konselor Sekolah

  Konselor sekolah merupakan petugas profesional, artinya secara formal telah disiapkan dan dididik secara khusus untuk menguasai seperangkat kompetensi yang diperlukan bagi pekerjaan bimbingan dan konseling. Menurut Winkel dan Hastuti (2007 : 167-168) konselor sekolah adalah seorang tenaga profesional yang memperoleh pendidikan khusus di perguruan tinggi dan mencurahkan seluruh waktunya pada pelayanan bimbingan.

  Sukardi (1985 : 19) mengatakan bahwa konselor sekolah adalah merupakan petugas profesional, artinya secara formal mereka telah disiapkan oleh lembaga atau institusi pendidikan yang berwenang. Jadi dapat dikatakan bahwa seorang konselor di sekolah memang telah disiapkan untuk menjadi tenaga-tenaga profesional dalam pengetahuan, pengalaman, dan kualitas pribadinya dalam pelayanan bimbingan dan konseling.

  Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konselor sekolah merupakan seorang konselor sekolah yang profesional yang telah menempuh pendidikan khusus di Perguruan tinggi, berpendidikan profesi konselor dan mencurahkan waktunya pada layanan bimbingan konseling di sekolah.

3. Ciri-ciri Kepribadian Konselor Sekolah

  Dalam kehidupannya sehari-hari dan melaksanakan tugasnya di sekolah seorang konselor sekolah hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang baik agar pelaksanaan dan pelayanan bimbingan berjalan dengan lancar dan tidak mengundang persepsi yang negatif bagi perannya di sekolah. Ciri-ciri kepribadian konselor sekolah terlihat dari sifat dan sikap yang tampak dalam keseharian dan cara kerjanya dalam melakukan pelayanan bimbingan, bersikap ramah, memiliki sopan santun dalam beretiket, mampu menyimpan rahasia konseli dengan baik, dan tidak memiliki sifat munafik dalam kesehariannya.

  Seorang konselor sekolah di dalam menjalankan tugas-tugasnya harus mampu melakukan peranan yang berbeda-beda dari situasi ke situasi yang lainnya. Pada situasi tertentu terkadang konselor harus berperan sebagai seorang teman dan pada situasi yang berikutnya berperan sebagai pendengar yang baik atau sebagai pengobar/pembangkit semangat, atau peranan-peranan lain yang dituntut oleh klien dalam proses konseling. Kualitas-kualitas dan nilai-nilai pribadi merupakan alas yang mendasari segala sesuatu yang lain. Ketrampilan dan teknik-teknik yang dimiliki konselor adalah penting namun hal ini saja tidak mencukupi

  Siswohardjono (1991;193-198) menyatakan bahwa kualitas atau kepribadian konselor ditentukan oleh berbagai hal, diantaranya : a. Sifat, sikap kebiasaan yang dimiliki dan keserasian semua itu dalam komposisi pribadi seseorang. Pernyataannya dapat kita amati dalam tingkah laku dan tanggapan-tanggapan yang diberikan terhadap rangsang yang dihadapinya, misalnya peramah, penyabar, penuh pemahaman, dan sebagainya.

  b. Ditentukan oleh sifat yang menonjol yang dimiliki seseorang. Orang yang mengikuti pendapat ini akan melukiskan pribadi seseorang dengan satu sifat atau sikap yang menonjol yang dimiliki orang yang dilukiskan itu, berbeda dengan mereka yang mengikuti pendapat pertama, yang dalam melukiskan pribadi akan menyebutkan sejumlah atribut : ia penyabar, pendiam dan dapat dipercaya.

  c. Memantapkan pribadi, kemasakan pribadi dapat juga dipakai sebagai kriteria; misalnya seseorang dikatakan “tak berpribadi”, “ia berpribadi dewasa”.

  d. Kesehatan pribadi; pribadi yang sehat akan berfungsi secara penuh. Ia hidup berdamai dengan diri sendiri dan dengan lingkungannya. Ia tidak labil, artinya tidak mudah diombang-ambingkan oleh pengalaman yang kurang menyenangkan.

  Seorang konselor sekolah harus menyiapkan diri menjadi pribadi yang utuh, terbuka, sportif dan tulus yang tidak semata-mata melaksanakan tugasnya hanya berdasarkan aturan kerja ynag telah ipersiapkan terlebih dahulu. Winkel dan Hastuti (2007: 187) mengemukakan bahwa kualitas kepribadian konselor sekolah “lebih penting dari penguasaan teori, aneka metode dan teknik, meskipun hal-hal itu tidak dapat diabadikan”. Winkel juga mengatakan bahwa konselor sekolah yang tidak memiliki kepribadian yang baik, akan mengalami hambatan yang serius dalam pekerjaannya.

  Seorang konselor yang profesional hendaknya memiliki ciri-ciri kepribadian yang berkualitas seperti yang dijelaskan oleh Belkin (Winkel dan Hastuti, 2007:184-186). Ciri-ciri tersebut antara lain :

  a. Konselor sekolah atau konselor sekolah mampu mengenali diri sendiri. Hal ini ditandai dengan : 1) Merasa aman dengan diri sendiri artinya mempunyai rasa percaya diri, rasa harga diri, tidak merasa cemas dan gelisah dengan diri sendiri. 2) Percaya pada orang lain berarti mampu memberikan sesuatu dari kepribadian orang lain.

  3) Memiliki keteguhan hati berarti berani untuk memberikan pelayanan bimbingan, dan mengambil resiko tidak selalu mendapat tanggapan yang positif atau mendapatkan balas jasa dalam bentuk dikagumi serta dihargai.

  b. Konselor Sekolah mampu memahami orang lain. Kualitas ini menuntut keterbukaan hati dan kebebasan dari cara berpikir yang kaku menurut keyakinan/ pandangan pribadi. 1) Keterbukaan hati berarti tidak mengambil sikap mengadili orang lain, meskipun dapat menilai tindakan dan perbuatan orang menurut norma-norma moralitas yang obyektif. Keterbukaan hati seorang konselor memungkinkan untuk menjadi peka terhadap pikiran dan perasaan orang lain.

  2) Konselor Sekolah hendaknya memiliki kemampuan untuk berempati, yaitu mampu mendalami pikiran dan menghayati perasaan orang lain seolah-olah konselor sekolah sekolah pada saat ini menjadi orang lain tersebut, tanpa terbawa-bawa sendiri oleh semua itu dan kehilangan kesadaran akan pikiran serta perasaan pada diri sendiri.

  c. Konselor sekolah memiliki kemampuan komunikasi dengan orang lain. Hal ini dapat ditandai dengan : 1) Konselor sekolah bertindak sejati dan berhati tulus, artinya berkata-kata dan berbuat tanpa memakai topeng atau bersandiwara, sungguh terlibat tanpa berpura-pura. 2) Bebas dari kecenderungan untuk menguasai orang lain, artinya konselor secara sadar tidak memaksakan kehendaknya sendiri atas orang lain dan memaksa orang lain ke cara berpikir dan bertindak tertentu.

  3) Mampu mendengarkan dengan baik artinya berusaha menangkap apa yang sebenarnya diungkapkan oleh orang lain, menggali makna yang terkandung dalam ungkapan orang lain. Selain itu menurut Prayitno (Sukardi, 1985:30-32), seorang konselor sekolah hendaknya memperhatikan sembilan hal yang berkaitan dengan kriteria kepribadian seorang konselor sekolah, sebagai berikut: a. Seorang konselor harus berperangai yang wajar dan dapat dicontoh.

  b. Konselor harus memiliki emosi yang stabil, tenang dan memberikan kesejukan batin demi terwujudnya suasana bimbingan yang baik.

  c. Konselor dituntut mandiri untuk membantu klien agar mandiri.

  d. Konselor hendaknya berbobot sebagai orang yang layak dimintai bantuan.

  e. Penampilan konselor hendaknya menampakkan integritas/ keterpaduan kepribadiannya, yaitu dewasa, matang, dan emosinya yang stabil.

  f. Seorang konselor hendaknya mampu mawas: mawas terhadap diri sendiri, mawas terhadap lingkungannya, dan mawas terhadap pribadi orang yang dibimbingnya. Dengan demikian konselor akan menjadi orang yang arif dan bijaksana.

  g. Konselor juga perlu bersikap berani, yaitu berani memasuki usaha bimbingan dengan menampilkan pribadi tanpa topeng tertentu, berani mengisi usaha bimbingan dengan teknik dan materi dengan segala resikonya.

  h. Pembimbing perlu memiliki inteligensi yang cukup tinggi sehingga mampu memikirkan dan mengelola suasana untuk mengubah tingkah laku terbimbing. Inteligensi yang tinggi memungkinkan pembimbing untuk menalar dengan baik. i. Pembimbing yang dapat menalar dengan baik akan dapat memunculkan gagasan yang bermanfaat. Dari pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa seorang yang sungguh- sungguh ingin menjadi konselor sekolah yang efektif harus bisa menerima tanggung jawab dan mampu menempatkan dirinya sendiri pada situasi yang mengandung resiko, baik pribadi, perasaan, menyangkut hubungan dengan orang lain dan jabatan. Kualitas pribadi dan nilai seorang konselor sekolah sangat menentukan apa yang terjadi di dalam proses bimbingan dan konseling. Pelayanan bimbingan dan proses konseling di sekolah akan lebih efektif apabila konselor sekolah memiliki kemampuan profesional dalam bidangnya.