IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 20182019 SKRIPSI
IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG
KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MERLINA FITRIA MUTHOHAROH
NIM. 11114255
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
IMPLEMENTASI QUANTUM LEARNING
DALAM PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
KELAS VIII DI SMP WALISONGO KARANGMALANG
KABUPATEN SRAGEN TAHUN PELAJARAN 2018/2019
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Kewajiban dan Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
MERLINA FITRIA MUTHOHAROH
NIM. 11114255
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
MOTTO
ُعْدُا
“ Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.
” (Q.S. An-Nahl ayat 125)
PERSEMBAHAN
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat serta karunia-Nya, karya skripsi ini penulis persembahkan untuk:
1. Ayah dan Ibuku tersayang, Bp. Mujiyono dan Ibu Muryani yang telah membesarkanku dengan penuh cinta dan kesabaran serta selalu menjadi motivasi dalam setiap langkah hidupku.
2. Kakak kandungku Erliana Fitri Rohaniah, yang telah berpartisipasi membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
3. Dosen pembimbing skripsiku, Ibu Dra. Nur Hasanah, M.Pd., yang selalu memberikan pengarahan serta bimbingan selama proses skripsi ini.
4. Yoga Heriyanto yang selalu sabar menemani dan memberi motivasi dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga sukses untuk kita.
5. Seluruh keluarga besar dan sahabat-sahabatku Rahma, Lilis, SNJ dan teman- temanku kost Alfa-Afa, terima kasih atas segala dukungan dan motivasinya.
6. Kepada semua teman-teman PAI angkatan 2014, semoga sehat selalu dan tetap dalam lindungan-Nya.
KATA PENGANTAR
Assalamu‟alaikum Wr. Wb.Alhamdulillahirabbil „alamin
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat, taufik, hidayah, serta inayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik dan lancar.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada uswah khasanah kita Nabi Agung Muhammad SAW yang kita nantikan syafaatnya di Yaumul Akhir.
Amin.
Dengan penuh rasa syukur penulis panjatkan, akhirnya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Impementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalan g Kabupaten Sragen Tahun Pelajaran 2018/2019” ini dengan baik dan lancat tanpa ada halangan suatu apapun. Skripsi ini disusun guna memenuhi syarat untuk memperoleh gelar sarjana program studi Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Institut Agama Islam Negeri (IAIN). Kami haturkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini.
Adapun pihak-pihak yang telah membantu terselesaikannya skripsi ini adalah:
1. Bapak Dr. H. Rahmat Hariyadi, M.Pd., Rektor IAIN Salatiga.
2. Bapak Suwardi, M.Pd., Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.
3. Ibu Siti Rukhayati, M.Ag., Ketua Progdi PAI IAIN Salatiga.
ABSTRAK
Muthoharoh, Merlina Fitria. 2018. Implementasi Quantum Learning dalam
Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen Tahun
Pelajaran 2018/2019 . Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Program Studi Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd Kata Kunci : Quantum Learning, Pembelajaran Pendidikan Agama Islam. Quantum Learning yaitu model pembelajaran yang bersifat nyama dan
menyenangkan bagi peserta didik. Model Quantum Learning ini dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas ketika digunakan metode ceramah. Selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada gurunya sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif. Berdasarkan latar belakang tersebut penelitian ini dilaksanakan untuk menjawab rumusan masalah berikut: Bagaimana implementasi Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di
SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ?, Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ? Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan pada tanggal 23 Juli 2018 sampai tanggal 16 Agustus 2018 di SMP Walisongo Karangmlang. Prosedur pengumpulan datanya menggunakan metode observasi, wawancara dan dokumentasi. Langkah analisis data dilakukan dengan reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan dan verivikasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang menggunakan model Quantum . Model Quantum Learning ini digunakan karena sangat efektif.
Learning
Langkah-langkah yang digunakan guru pendidikan agama Islam dalam menerapkan Quantum Learning yaitu dengan menggunakan rancangan pembelajaran TANDUR. Faktor pendukung implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang yaitu fasilitas yang sudah memadai, adanya semangat guru dalam mengajar dan siswa memiliki antusias yang tinggi untuk mengikuti proses pembelajaran tersebut. Sedangkan faktor penghambat implementasi pembelajaran Quantum Learning dalam pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu kurangnya alokasi waktu.
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL LUAR....................................................................... iHALAMAN BERLOGO................................................................................. ii
HALAMAN SAMPUL DALAM................................................................... iii
PERSETUJUAN PEMBIMBING................................................................. iv
PENGESAHAN KELULUSAN..................................................................... v
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... vi
MOTTO............................................................................................................ vii
PERSEMBAHAN............................................................................................ viii
KATA PENGANTAR..................................................................................... x
ABSTRAK........................................................................................................ xi
DAFTAR ISI.................................................................................................... xii
DAFTAR BAGAN DAN TABEL................................................................. xv
DAFTAR LAMPIRAN................................................................................... xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah........................................................................ 1 B. Fokus Penelitian.................................................................................... 7 C. Tujuan Penelitian................................................................................... 7 D. Manfaat Penelitian................................................................................. 8 E. Penegasan Istilah................................................................................... 9 F. Sistematika Penulisan............................................................................ 10
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. LANDASAN TEORI.......................................................................... 12 1. Quantum Learning....................................................................... 12 a. Pengertian Quantum Learning................................................ 12 b. Prinsip pembelajaran Quantum Learning............................... 15 c. Kerangka perencanaan pembelajaran Quantum Learning..... 19 d. Model Quantum Learning....................................................... 23 e. Manfaat Quantum Learning.................................................... 25 f. Kelebihan dan kelemahan Quantum Learning........................ 26 2. Pendidikan Agama Islam............................................................. 27 a. Pengertian pendidikan agama Islam........................................ 27 b. Tujuan pendidikan agama Islam............................................. 28 c. Fungsi pendidikan agama Islam.............................................. 33 d. Pembelajaran pendidikan agama Islam................................... 35 B. KAJIAN PUSTAKA........................................................................... 37 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian.................................................................................... 42 B.
42 Lokasi dan Waktu Penelitian............................................................
C.
Sumber Data........................................................................................ 43 D.
Prosedur Pengumpulan Data.............................................................. 44 E. Analisis Data....................................................................................... 46 F. Pengecekan Keabsahan Data.............................................................. 49
BAB VI PAPARAN DATA DAN ANALISIS DATA A. Gambaran Umum SMP Walisongo Karangmalang Sragen.............. 50 1. Latar Belakang dan Sejarah Berdirinya SMP.............................
50 2. Identitas Sekolah........................................................................... 53 3.
VISI, MISI dan Tujuan................................................................. 54 4. Struktur Organisasi....................................................................... 57 5. Sarana dan Prasarana.................................................................... 58 6. Data Guru dan Siswa.................................................................... 58 7. Daftar Ekstra Kurikuler................................................................ 61 B. Analisis Data....................................................................................... 62 1.
Implementasi Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Sragen..................................................................
62 2. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Implementasi
Quantum Learning
dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Islam kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Sragen...........................................................................................
67 BAB V PENUTUP A.
Kesimpulan....................................................................................
71 B. Saran..............................................................................................
73 DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Daftar Bagan dan Tabel
Bagan 3.1 Model Analisis Data............................................................. 50Tabel 4.1 Struktur Organisasi................................................................ 59Tabel 4.2 Sarana dan Prasarana............................................................. 60Tabel 4.3 Data Guru Formal.................................................................. 60Tabel 4.4 Data Guru Madin................................................................... 62Tabel 4.5 Data Siswa............................................................................. 62Tabel 4.6 Daftar Ekstra Kurikuler.......................................................... 63Daftar Lampiran 1.
Daftar Riwayat Hidup 2. Surat Pengajuan Dosen Pembimbing 3. Surat Izin Penelitian 4. Surat Keterangan Penelitian 5. Lembar Konsultasi 6. Laporan SKK 7. Catatan Observasi 8. Pedoman Wawancara 9. Transkip Wawancara 10.
RPP 11. Dokumentasi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan bagi kehidupan umat manusia merupakan kebutuhan
mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Tanpa pendidikan sama sekali mustahil suatu kelompok manusia dapat hidup berkembang sejalan dengan aspirasi (cita-cita) untuk maju, sejahtera dan bahagia menurut konsep pandangan hidup mereka.
Kegiatan pendidikan harus memiliki tujuan yang jelas agar bisa mencapai target. Bagi umat muslim, kita harus mempelajari Pendidikan agama Islam. Pendidikan Islam yaitu usaha mengembangkan fitrah manusia dengan ajaran Islam, agar terwujud (tercapai) kehidupan manusia yang makmur dan bahagia. Dari definisi yang cukup singkat ini nampak memberikan penekanan mengenai adanya usaha mengembangkan fitrah manusia, dengan ajaran agama Islam dan terwujudnya kehidupan yang makmur dan bahagia (Abd. Rahman, 2001: 35).
Untuk memajukan kehidupan mereka itulah, maka pendidikan menjadi sarana utama yang perlu dikelola, secara sistematis dan konsisten berdasarkan berbagai pandangan teoritikal dan praktikal sepanjang waktu sesuai dengan lingkungan hidup manusia itu sendiri. Manusia adalah makhluk yang dinamis, dan bercita-cita ingin meraih kehidupan yang sejahtera dan bahagia dalam arti yang luas, baik lahiriah maupun batiniah, duniawi dan ukhrawi. Namun cita-cita demikian tak mungkin dicapai jika manusia itu sendiri tidak berusaha keras meningkatkan kemampuannya seoptimal mungkin melalui proses kependidikan, karena proses kependidikan adalah suatu kegiatan secara bertahap berdasarkan perencanaan yang matang untuk mencapai tujuan atau cita-cita tersebut.
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).
Proses pembelajaran di dalam dunia pendidikan memiliki andil dalam proses “tercerabutnya” anak-anak dari akar budaya yang melingkupinya. Kondisi ini seharusnya menjadi inspirasi bagi dunia pendidikan untuk melakukan berbagai perubahan dalam proses pembelajaran.
Kinerja pendidikan selalu dilihat dari prestasi siswa, artinya semakin bagus prestasinya, semakin memadai kinerja pendidikan. Namun demikian, prestasi siswa sangat bergantung pada profesionalisme guru, artinya semakin profesional guru, semakin bagus pula prestasi siswa (Fanany, 2013: 11).
Dalam inovasi pembelajaran guru memiliki peran yang amat vital dalam proses pembelajaran di kelas. Gurulah yang memiliki tugas dan tanggung jawab untuk menyusun rencana pembelajaran, melaksanakan kegiatan pembelajaran, mengevaluasi, menganalisis hasil evaluasi, dan melakukan tindak lanjut.
Walau belajar merupakan bagian yang tidak bisa ditawar lagi dalam kehidupan manusia, di sekolah jika seorang siswa tidak memiliki minat terhadap sesuatu pelajaran, maka proses belajarnya tidak dapat berjalan lancar karena mata pelajaran tersebut tidak dapat menarik perhatiannya. Oleh karenanya diperlukan adanya respon untuk menghadapi permasalahan tersebut.
Sesuai dengan pernyataan tersebut, pembelajaran seharusnya dilakukan dengan menggunakan metode-metode dan strategi yang dapat menumbuhkan semangat belajar siswa sehingga proses belajar dapat berjalan dengan lancar serta menghasilkan hasil yang maksimal.
Pendidikan sebagai salah satu sektor yang paling penting dalam pembangunan nasional, dijadikan andalan utama untuk berfungsi semaksimal mungkin dalam upaya meningkatkan kualitas hidup manusia Indonesia, dimana iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa menjadi sumber motivasi kehidupan segala bidang (Fuad, 2013: 2).
Peristiwa pendidikan ditandai dengan adanya interaksi edukatif. Agar interaksi ini dapat berlangsung secara efektif dan efisien dalam mencapai tujuan, maka di samping dibutuhkan pemilihan bahan/materi pendidikan yang tepat, perlu dipilih metode yang tepat pula.
Apabila guru mampu merancang strategi yang tepat, maka ruang kelas dapat menjadi “rumah” tempat siswa tidak hanya terbuka terhadap umpan balik, tetapi juga mencari tempat mereka belajar, mengakui dan mendukung orang lain, tempat mereka mengalami kegembiraan dan kepuasan, memberi dan menerima, belajar dan tumbuh. Menerapkan suatu strategi yang tepat dalam pembelajaran memungkinkan tercapainya efektivitas pembelajaran yang lebih baik. Sebaliknya, pembelajaran akan menjadi masalah bagi siswa, jika siswa merasakan pembelajaran menjadi suatu kegiatan yang membosankan.
Untuk meningkatkan mutu pembelajaran dalam kelas, maka seorang guru harus dapat memilih metode pembelajaran yang menarik.
Dengan metode yang nyaman dan menyenangkan, maka siswa akan mudah menerima materi yang diberikan oleh guru. Selain itu siswa akan lebih aktif saat proses pembelajaran, tidak hanya mendengarkan penjelasan dari guru saja.
Banyak model-model pembelajaran yang menawarkan strategi pembelajaran yang efektif digunakan seperti Cooperative Learning,
Contextual Learning, Quantum Learning, dan Problem Solving. Dari
banyaknya model-model pembelajaran tersebut, peneliti tertarik pada salah satu model pembelajaran untuk diteliti yaitu model Quantum Learning.
Quantum Learning merupakan model pembelajaran yang membiasakan
belajar menyenangkan. Oleh karena itu, penting bagi guru untuk merancang suatu strategi yang dapat membuat pembelajaran itu menyenangkan. Pembelajaran menyenangkan merupakan upaya guru untuk menciptakan suasana menyenangkan dalam pembelajaan, sehingga pembelajaan menjadi lebih efektif ( Darmansyah, 2010:21).
Penerapan model Quantum Learning tersebut diharapkan dapat meningkatkan minat belajar siswa sehingga pada akhirnya siswa dapat meningkatkan hasil belajar ( Huda, 2013: 192).
Salah satu sekolah yang telah menerapkan Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam adalah SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen. Hal ini dilakukan sebagai tindak lanjut terhadap kendala-kendala pembelajaran yang sering terjadi di dalam kelas ketika digunakan metode ceramah (konvensional). Selama pembelajaran Pendidikan Agama Islam berlangsung masih berpusat kepada gurunya sedangkan siswanya masih menjadi pendengar yang pasif, ditambah lagi dengan suasana di dalam kelas cenderung formal sehingga minat belajar siswa menjadi rendah. Apabila kebiasaan ini terus dilakukan, maka akan merugikan siswa itu sendiri. Banyak faktor yang menyebabkan siswa melakukan hal tersebut, diantaranya yaitu siswa tidak suka dengan gurunya, siswa tidak suka dengan mata pelajaran tertentu khususnya pendidikan agama islam atau bisa juga siswa tidak suka dengan cara mengajar guru tersebut, karena saat poses pelajaran guru masih dominan menggunakan metode ceramah. Dari faktor tersebut membuat siswa kurang termotivasi dan secara tidak langsung berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.
Hal inilah yang menjadikan ketertarikan penulis untuk meneliti dan mendeskripsikan sejauh mana keberhasilan Quantum Learning yang diterapkan dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
Dengan digunakannya Quantum Learning ini menjadikan pembelajaran Pendidikan Agama Islam yang sebelumnya cenderung menggunakan metode ceramah diubah menjadi pembelajaran yang menarik siswa untuk selalu mengkaji pelajaran tersebut. Walaupun tidak dipungkiri metode ceramah masih digunakan tetapi dalam penerapannya model ini dikombinasikan dengan metode dan strategi yang bervariasi sehingga dapat menaikkan semangat belajar siswa. Selain itu, dengan belajar menggunakan Quantum Learning akan didapatkan berbagai manfaat contohnya yaitu siswa tidak akan merasa bosan, siswa akan lebih aktif di kelas dan dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Banyak dari uraian latar belakang diatas, maka perlu kiranya diadakan suatu penelitian pendidikan. Dalam hal ini peneliti ingin mengangkat suatu topik yang sesuai dengan kondisi yang dihadapi saat ini, oleh karena itu peneliti dapat merumuskan judul
“Implementasi
Quantum Learning dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam
Kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen
Tahun Pelajaran 2018/2019”.
B. Fokus Penelitian
Dari latar belakang di atas, maka yang menjadi fokus penelitian ini yaitu:
1. Bagaimana implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ? 2. Apa faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum
Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas
VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen ? C.
Tujuan Penelitian 1. Tujuan Objektif a.
Untuk mengetahui proses implementasi Quantum Learning dalam pelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
b.
Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat implementasi Quantum Learning dalam pembelajaran Pendidikan Agama Islam siswa kelas VIII di SMP Walisongo Karangmalang Kabupaten Sragen.
2. Tujuan Subjektif
Untuk menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan wawasan bagi penulis dibidang pendidikan agama Islam dan guna memenuhi persyaratan akademis untuk memperoleh gelar S1 dalam bidang Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat berguna baik yang bersifat teoritis maupun praktis, antara lain adalah:
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi guru dalam mengembangkan ilmu pengetahuan di bidang pendidikan agama Islam, khususnya dalam memilih metode tentang sistem pembelajaran.
2. Manfaat praktis a.
Manfaat bagi institusi pendidikan Sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil kebijakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran.
b.
Manfaat bagi guru Membantu mengatasi permasalahan pembelajaran yang dihadapi oleh guru, memperkaya metode pembelajaran, dan keterampilan pembelajaran yang dapat digunakan untuk meningkatkan motivasi belajar siswa.
c.
Manfaat bagi siswa Pembelajaran dengan quantum learning dapat dijadikan pedoman untuk menumbuhkan motivasi belajar dan memberi suasana yang nyaman dan menyenangkan bagi siswa khususnya mata pelajaran Pendidikan Agama Islam.
d.
Manfaat bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat dalam mengembangkan kemampuan menulis.
e.
Manfaat bagi peneliti yang akan datang Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan Quantum Learning.
E. Penegasan Istilah
Penegasan judul ini dimaksud untuk menghindari adanya interprestasi lain yang dapat menimbulkan kesalahpahaman dalam memahaminya. Adapun pengertian istilah judul tersebut adalah sebagai berikut:
1. Implementasi
Implementasi adalah suatu proses penerapan ide, konsep, kebijakan, atau inovasi dalam suatu tindakan praktis sehingga memberikan dampak, baik berupa perubahan pengetahuan, keterampilan mauun nilai, dan sikap (Kunandar, 2011: 233).
2. Quantum Learning adalah seperangkat metode dan falsafah belajar
Quantum Learning
yang terbukti efektif di sekolah dan bisnis bekerja untuk semua tipe orang, dan segala usia (Bobbi, 2016: 14).
3. Pembelajaran Pembelajaran adalah segala upaya atau kegiatan yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri siswa. Tujuan dari pembelajaran adalah membelajarkan siswa (Sobry, 2007: 50).
4. Pendidikan agama Islam Pendidikan agama Islam adalah bimbingan jasmani dan rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju kepada terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran Islam (Abd. Rahman, 2001: 34).
F. Sistematika Penulisan
Sebagai gambaran umum dalam skripsi ini, penulis akan paparkan sekilas tentang sistematika penulisan dalam skripsi ini dengan menggunakan system sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN Pada bab ini berisi tentang: Latar Belakang Masalah, Fokus Penelitian, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, dan Sistematika Penulisan. BAB II : KAJIAN PUSTAKA Pada bab ini berisi tentang: Landasan Teori ( Telaah teoretik terhadap pokok permasalahan/ variabel penelitian) dan Kajian Pustaka (Kajian penelitian terdahulu).
BAB III : METODE PENELITIAN Pada bab ini berisi tentang: Jenis Penelitian, Lokasi dan Waktu Penelitian, Sumber Data, Prosedur Pengumpulan Data, Analisis Data, dan Pengecekan Keabsahan Data. BAB IV : PAPARAN DAN ANALISIS Pada bab ini berisi tentang Paparan Data dan Analisis Data. BAB V : PENUTUP, terdiri dari: Kesimpulan dan Saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Landasan Teori 1. Quantum Learning a. Pengertian Quantum Learning Quantum didefinisikan
sebagai “interaksi-interaksi yang mengubah energi menjadi cahaya”. Semua kehidupan adalah energi. Rumus yang terkenal dalam fisika kuantum adalah Massa kali kecepatan cahaya kuadrat sama dengan energi. Mungkin anda sudah pernah melihat persamaan ini ditulis sebagai E=mc². Tubuh kita secara fisik adalah meraih sebanyak mungkin cahaya; interaksi, hubungan,inspirasi agar menghasilkan energi cahaya (Bobbi DePorter, 2016: 16). merupakan salah satu cara
Quantum Learning
membelajarkan siswa yang digagas oleh Potter. Melalui Quantum
Learning siswa akan diajak belajar dalam suasana yang lebih
nyaman dan menyenangkan, sehingga siswa akan lebih bebas dalam belajarnya (Jaidun dan Keysar, 2014: 2). adalah seperangkat metode dan falsafah
Quantum Learning
belajar yang telah terbukti efektif di sekolah untuk semua tipe orang, dan segala usia. Quantum learning berakar dari upaya Dr.
Georgi Lozanov, seorang pendidik berkebangsaan Bulgaria yang bereksperimen dengan apa yang disebutnya sebagai
“suggestology” atau “suggestopedia”. Prinsipnya adalah bahwa
sugesti dapat dan pasti mempengaruhi hasil situasi belajar, dan setiap detail apa pun memberikan sugesti positif ataupun negatif.
Beberapa teknik yang digunakannya untuk memberikan sugesti positif adalah mendudukkan murid secara nyaman, memasang musik latar di dalam kelas, meningkatkan partisipasi individu, menggunakan poster-poster untuk memberi kesan besar sambil menonjolkan informasi, dan menyediakan guru-guru yang terlatih baik dalam seni pengajaran sugestif.
Istilah lain yang hampir dapat dipertukarkan dengan
suggestology adalah “pemercepatan belajar (accelerated learning).
Pemercepatan belajar didefinisikan sebagai “memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal,dan dibarengi kege mbiraan”. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang secara sekilas tampak tidak mempunyai persamaan: huburan, permainan, warna, cara berfikir positif, kebugaran fisik, dan kesehatan emosional. Namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman bekerja yang efektif.
Quantum learning mencakup aspek-aspek penting dalam
program neurolinguistik (NLP), yaitu suatu penelitian tentang bagaimana otak mengatur informasi. Program ini meneliti hubungan antara bahasa dan perilaku dan dapat digunakan untuk menciptakan jalinan pengertian antara siswa dan guru. Para pendidik den gan pengetahuan NLP mengetahui bagaimana menggunakan bahasa yang positif untuk meningkatkan tindakan- tindakan positif faktor penting untuk merangsang fungsi otak yang paling efektif. Semua ini dapat pula menunjukkan dan menciptakan gaya belajar terbaik dari setiap orang, dan menciptakan “pegangan” dari saat-saat keberhasilan yang meyakinkan ( Bobbi DePorter, 2016: 14).
Dalam quantum learning menggabungkan sugestologi, teknik pemercepatan belajar, dan NLP dengan teori, keyakinan, dan metode kami sendiri. Termasuk di antaranya konsep-konsep kunci dari berbagai teori dan strategi belajar yang lain, seperti:
1) Teori otak kanan atau kiri
2) Teori otak triune (3 in 1)
3) Pilihan modalitas (visual, auditorial, dan kinestetik)
4) Teori kecerdasan ganda
5) Pendidikan holistik (menyeluruh)
6) Belajar berdasarkan pengalaman
7) Belajar dengan simbol (Metaphoric learning)
8) Simulasi atau permainan
Maksud dari ke delapan kunci strategi quantum learning adalah menggabungkan kegiatan secara seimbang antara bekerja dan bermain, dengan kecepatan yang mengesankan dan dibarengi dengan kegiatan yang menggembirakan. Serta efektif digunakan oleh semua umur ( Bobbi DePorter, 2016: 16).
Penggunaan metode pembelajaran Quantum Learning diharapkan mengubah situasi pembelajaran yang menegangkan menjadi lebih menyenangkan sehingga peserta didik lebih mudah mencapai kompetensi yang diharapkan. Pembelajaran Quantum
Learning menciptakan ruang kelas yang didalamnya peserta didik
akan menjadi lebih aktif dan bukan hanya menjadi pengamat yang pasif (Sri Wahyu dan Irfan, 2015: 3).
Dengan menerapkan Quantum Learning, maka dalam mengusahakan pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa dan meningkatkan kualitas pembelajaran dapat tercapai. Selain itu juga dapat memperbaiki penerapan kurikulum saat ini dan meningkatkan pemahaman serta menciptakan suasana belajar yang kondusif (Jaidun dan Keysar, 2014: 2).
b. Prinsip Pembelajaran Quantum Learning
Prinsip pembelajaran kuantum yaitu: 1)
Prinsip Utama Bawalah dunia mereka (siswa) ke dalam dunia kita (guru), dan antarkan dunia kita (guru) ke dalam dunia mereka (siswa).
Prinsip ini menuntut agar guru dapat memasuki dunia siswa sebagai langkah pertama. Memasuki terlebih dahulu dunia mereka berarti akan memberi izin untuk memimpin, menuntun, dan memudahkan perjalanan mereka menuju kesadaran dan ilmu pengetahuan yang lebih luas.
Dengan mengaitkan apa yang diajarkan oleh guru dengan sebuah peristiwa, pikiran atau perasaan yang didapatkan dari kehidupan rumah, sosial, atletik, musik, seni, rekreasi atau akademis mereka. Setelah kaitan itu terbentuk, dengan mudah dunia siswa dibawa ke dunia guru atau pengajar (Muhammad Fthurrohman, 2017: 180).
Guru juga dapat dapat memanfaatkan pengalaman- pengalaman siswa sebagai titik tolaknya. Dengan cara inilah guru akan mudah membelajarkan siswa baik dalam bentuk memimpin, mendampingi, dan memudahkan siswa menuju ilmu yang lebih luas (Sugiyanto, 2010: 79). 2)
Prinsip Dasar Dalam pembelajaran kuantum juga berlaku prinsip bahwa proses pembelajaran merupakan permainan orchestra simfoni.
Muhammad Fathurrohman (2017: 180) menyebutkan dalam bukunya bahwa prinsip-prinsip quantum learning ada lima, yaitu sebagai berikut: a) Segalanya berbicara.
Segalanya dari lingkungan kelas hingga bahasa tubuh, dari kertas yang dibagikan hingga rancangan pelajaran, semuanya mengirim pesan tentang belajar.
b) Segalanya bertujuan.
Semua yang terjadi dalam pengubahan kita, mempunyai tujuan. Oleh karena itu, Kathy Wagone membuat istilah yang memotivasi: “Tetapkanlah sasaran tersebut agar bisa berprestasi setiap harinya”.
c) Pengalaman sebelum pemberian nama.
Otak kita berkembang pesat dengan adanya rangsangan kompleks, yang akan menggerakkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, proses yang paling baik terjadi ketika siswa telah mendapatkan informasi sebelum memperoleh kesimpulan dari apa yang mereka pelajari.
d) Akui setiap usaha.
Belajar mengandung risiko. Belajar berarti keluar dari kenyamanan. Pada saat siswa mengambil langkah ini, mereka patut mendapatkan pengakuan atas kecakapan dan kepercayaan diri mereka. Seperti kata Noelle C. Nelson bahwa pujin atau penghargaan kepada seseorang atas karyanya memunculkan suatu energi yang membangkitkan emosi positif.
e) Jika layak dipelajari, layak pula dirayakan.
Perayaan adalah sarapan para pelajar juara. Perayaan memberikan umpan balik mengenai kemajuan dan meningkatkan minat dalam belajar. Sehubungan dengan itu, Dryden berpesan bahwa ingatlah selalu untuk merayakan setiap keberhasilan.
3) Pembelajaran harus berdampak bagi terbentuknya keunggulan.
Ada tujuh kunci keunggulan dalam pembelajaran kuantum (Sugiyanto, 2010: 81).
Tujuh kunci tersebut yaitu:
a) Menerapkan hidup dalam integritas
Dalam pembelajaran, bersikaplah apa adanya, tulus, dan menyeluruh yang lahir ketika nilai-nilai dan perilaku menyatu. Hal ini dapat meningkatkan motivasi belajar.
b) Mengakui bahwa kegagalan dapat membawa kesuksesan
Dalam pembelajaran, harus dimengerti dan diakui bahwa kesalahan atau kegagalan dapat memberikan informasi tentang belajar lebih lanjut sehingga dapat mencapai keberhasilan.
c) Berbicara dengan niat baik
Dalam pembelajaran, perlu dikembangkan keterampilan berbicara dalam arti positif dan bertanggung jawab atas komunikasi yang jujur dan berlangsung. Niat baik dalam berbicara dapat meningkatkan rasa percaya diri dan motivasi belajar siswa.
d) Menegaskan komitmen
Dalam pembelajaran, baik guru maupun siswa harus mengikuti visi misi tanpa ragu-ragu dan tetap pada jalur yang telah ditetapkan.
e) Menjadi pemilik Dalam pembelajaran, harus ada tanggung jawab.
Tanpa tanggung jawab tidak mungkin terjadi pembelajaran yang bermakna dan bermutu.
f) Fleksibel dalam pembelajaran
Siswa, lebih-lebih guru, harus pandai-pandai membaca dan bila diperlukan mengubah lingkungan dan suasana.
g) Pentingnya keseimbangan
Dalam pembelajaran, pertahankan jiwa, tubuh, emosi, dan semangat dalam satu kesatuan dan kesejajaran agar proses dan hasil belajar efektif dan optimal.
c. Kerangka Perencanaan Pembelajaran Quantum Learning
Kerangka perencanaan pembelajaran kuantum dikenal dengan singkatan “TANDUR”. Menurut Muhammad Fathurrohman (2017: 181) TANDUR merupakan singkatan dari enam fase pengajaran yang meliputi Tumbuhkan, Alami, Namai, Demonstrasikan, Ulangi, dan Rayakan.
1) T (Tumbuhkan).
Tumbuhkan dalam hal ini mengacu pada fase menumbuhkan minat dengan memuaskan “Apakah Manfaatnya Bagiku” (AMBAK), dan manfaatnya dalam kehidupan mereka dengan proses yang semenarik mungkin. Tumbuhkan disini berperan sangat penting karena fase inilah siswa diajak pergi dari dunianya menuju dunia kita sebagai pengajar, dan kita antarkan dunia kita ke dalam dunia mereka, tanpa ada rasa keterpaksaan. Kita sebagai pengajar pada fase ini dituntut untuk bisa menyiapkan sebuah kejadian menarik yang dapat mengundang minat siswa untuk membukamata mereka dan menyerahkan segenap perhatian mereka kepada kita. 2) A (Alami).
Dimaksudkan untuk memberikan pengalaman belajar langsung kepada siswa. Pengalaman belajar ini haruslah dapat mencakup segenap gaya belajarr siswa. Ketika siswa diberi pengalaman belajar secara langsung, mereka akan terus dapat mengingatnya karena sistem belajar seperti inilah yang dapat masuk ke dalam sistem Long Term Memori (memori jangka panjang) mereka. Model pengajaran langung juga memberikan kesempatan siswa belajar dengan mengamati secara selektif, mengingat, dan menirukan apa yang dimodelkan gurunya. 3) N (Namai).
Di sini dimaksudkan untuk menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, dan strategi sebagai penanda. Kadang, ketika siswa hanya diberikan penjelasan materi secara
intengible tanpa dijelaskan dan diterangkan materi apa yang
mereka dapat, mereka menjadi bungung dan merasa tidak belajar. Bagian inilah yang digunakan untuk menghindari kejadian tersebut. Catatan-catatan tentang cara pemilu ditulis di papan tulis dapat digunakan untuk melaksanakan fase Namai.
Beri mereka pengertian tentang fase-fase pemilu tadi. Beri mereka pengertian tentang penggunaannya, beri mereka contoh yang banyak tentang aplikasinya. 4) D (Demonstrasikan).
Adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk menunjukkan bahwa mereka tahu. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan mereka kesempatan untuk mempraktikkan apa yang telah mereka terima. Fase ini memiliki peranan yang dominan dan penting dalam pembelajaran. Semakin banyak kita memberikan kesempatan melakukan (demonstrasi) kepada siswa, semakin paham pula mereka terhadap materi yang kita berikan.
5) U (Ulangi).
Dilakukan dengan cara me-review secara umum terhadap proses belajar di kelas. Tidak ada salahnya mengulang lagi secara umum terhadap apa yang telah kita terangkan. Sebab, bisa jadi ada bbeberapa hal yang dari materi kita yang tidak atau masih belum dipahami oleh siswa. Setelah semua siswa mendapatkan giliran untuk mempraktikkan materi, tiba gilirannya bagi kita untuk menutup pelajaran. Sebelum menutup pelajaran, yakinkanlah diri kita bahwa semua siswa bisa dan paham terhadap materi tersebut, yaitu dengan melakukan review materi.
6) R (Rayakan).
Adalah pengakuan terhadap hasil kerja siswa di kelas dalam hal perolehan keterampilan dan ilmu pengetahuan. Rayakan dapat dilakukan dalam bentuk pujian, memberikan hadiah atau tepuk tangan. Pujian sangat penting keberadaannya dalam proses belajar mengajar. Dr. Sylvia Rimm menyebutkan bahwa pujian merupakan komunikator nilai-nilai orang dewasa efektif dan menjadi alat yang amat penting bagi orangtua (guru) untuk membimbing anak-anak (siswa). Kesenangan orangtua yang dinyatakan merupakan motivasi awal yang paling kuat.
Meskipun demikian, terlalu banyak pujian juga tidak baik bagi mereka. Sebab ketika hal ini terjadi, mereka akan belajar untuk selalu tergantung dan mengharapkan perundingan untuk segala kegiatan mereka. Pujian dapat pula dilakukan kepada siswa meskipun mereka melakukan kegagalan. Pujian ini dapat diartikan sebagai sebuah penguatan kepada siswa untuk mempertahankan mental mereka agar tidak jatuh (down). Hal ini harus kita ingat sebagai seorang pengajar dan pendidik adalah bahwa kegagalan itu bukanlah suatu aib atau hal yang memalukan (Muhammad Fathurrohman, 2017: 183).
d. Model Quantum Learning
Adapun model Quantum Learning menurut Muhammad Fathurrohman (2017: 184) yaitu terdiri atas dua tahap. Tahap pertama disebut konteks dan tahap kedua adalah isi.
1) Tahap Pertama (Konteks)
Tahap pertama atau konteks, yaitu tahap persiapan sebelum terjadinya interaksi di dalam kelas. Berhubungan dengan konteks, ada empat aspek yang harus dipersiapkan sebagai berikut: a)
Suasana, termasuk di dalamnya keadaan kelas, bahasa yang dipilih, cara menjalin rasa simpati dengan siswa, dan sikap terhadap sekolah dan belajar. b) Landasan, yaitu kerangka kerja: tujuan, keyakinan, kesepakatan, prosedur, dan aturan bersama yang menjadi pedoman untuk bekerja dalam komunitas belajar.
c) Lingkungan, yaitu cara menata ruang kelas, pencahayaan, warna, pengaturan meja kursi, tanaman, dan semua hal yang mendukung proses belajar.
d) Rancangan, yaitu penciptaan terarah unsur-unsur penting yang menimbulkan minat siswa, mendalami makna, dan memperbaiki proses tukar-menukar informasi.
2) Tahap Kedua (Isi)
Tahap kedua (isi) merupakan tahap pelaksanaan interaksi belajar yang meliputi hal-hal berikut: a)
Presentasi, yaitu penyajian pelajaran dengan berdasarkan prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga siswa mereka dapat mengetahui banyak hal dari apa yang dipelajari. Tahap ini juga diistilahkan pemberian petunjuk, yang bermodalkan dengan penampilan, bunyi, dan rasa berbeda.
b) Fasilitas, yaitu proses untuk memadukan setiap bakat-bakat siswa dengan kurikulum yang dipelajari. Dengan kata lain, bagian ini menekankan bagaimana keahlian seorang pengajar sebagai pemberi petunjuk, langkah-langkah apa yang akan ditempuh untuk mengakomodasi karakter siswa. c) Keterampilan Belajar, yaitu bagian yang mengajarkan bagaimana trik-trik dalam belajar yang tentu berdasarkan pada prinsip-prinsip Quantum Learning sehingga para siswa memahami banyak hal, meskipun dalam waktu yang singkat.
d) Keterampilan Hidup, bagian ini mengajarkan bagaimana berkomunikasi dengan efektif dengan orang lain sehingga terbina kebersamaan dalam hidup. Keterampilan hidup diistilahkan juga keterampilan sosial.
Berdasarkan tujuan dari proses belajar mengajar, dapat diambil sebuah kesimpulan bahwa untuk dapat mendapatkan wawasan yang luas, pembentukan sikap, dan memberikan keterampilan konsep Quantum Learning inilah langkah atau strategi yang komprehensif untuk meraih.
e. Manfaat Quantum Learning
Manfaat quantum learning adalah meningkatkan peran sebagai pelajar yang memikul tanggung jawab pada diri sendiri sehingga dapat meningkatkan kualitas hidup dengan belajar sedapat mungkin dari setiap situasi dan memanfaatkannya untuk diri sendiri dan orang-orang yang didekatnya. Menurut De Porter dn Hernacki (2016:13) dengan belajar menggunakan quantum