ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENER (1)

ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL ( STUDI KASUS PADA BPKD KOTA MEDAN )

SKRIPSI Disusun oleh :

Nama

: SOFIA DORA

NPM

Program Studi

: Akuntansi

FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN

MEDAN 2014

KATA PENGANTAR

Segala puji, hormat dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas berkat dan rahmat serta kasih setiaNya yang telah menyertai dan membimbing penulis dengan memberi kekuatan dan hikmat sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul "ANALISIS KESIAPAN

PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL (STUDI KASUS PADA BPKD KOTA MEDAN )”.

Penulisan skripsi ini dilaksanakan dalam memenuhi salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Pada Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen Medan.

Dalam penyusunan bahkan penyelesaian skripsi ini penulis menyadari telah banyak mendapat dukungan, bimbingan, perhatian dan bantuan, serta petunjuk dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini, penulis juga ingin menyampaikan terima kasih sebesar besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. Jongkers Tampubolon, M.Sc selaku Rektor Universitas HKBP Nommensen.

2. Bapak Dr. Ir. Parulian Simanjuntak, MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas HKBP Nommensen.

3. Bapak Dr. Jadongan Sijabat, SE, M.Si., selaku Ketua Program Studi Akuntansi Universitas HKBP Nommensen dan Dosen Pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan Skripsi .

4. Ibu Audrey M. Siahaan, SE, M.Si, Akt, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi Universitas HKBP Nommensen dan dosen Pembanding 2 yang telah memberikan saran yang membangun bagi penulis.

5. Bapak Amran Manurung, SE, Msi, selaku dosen pembimbing 2 yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing serta mengarahkan penulis dalam penyusunan Skripsi .

6. Kepada teman-teman seperjuangan yang telah banyak memberi dukungan dan telah melewati suka duka bersama penulis dalam menyelesaikan Skripsi Ini.

7. Teristimewa kepada orang tuaku tercinta Hotman Sitorus & Motdiana Tambunan serta kakak dan adikku, Refina sitorus,Polin sitorus, Fitri Sitorus, Kevin Sitorus yang selama ini terus memberikan semangat perhatian dan dukungan doa kepada penulis.

8. Kepada Pemerintah Kota Medan Terutama bagian BPKD dan Balidbang, Terimakasih atas bantuan data yang diberikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan skripsi ini masih jauh dari sempurna, dan keterbatasan pengetahuan dalam pengulasan skripsi oleh karena itu penulis sangat mengharapkan adanya saran dan kritikan yang membangun demi penulisan kedepan. Akhir kata, penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat bagi pembaca.

Medan, Oktober 2014

Sofia Dora

ABSTRAK ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAH BERBASIS AKRUAL (STUDI KASUS PADA BPKD KOTA MEDAN)

Nama

: SOFIA DORA

NPM

: 10510341

Program Studi

: AKUNTANSI

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan Badan Pengelolaan Keuangan Daerah Kota Medan yang diindikasikan dengan Komitmen, SDM, Sarana Prasarana, dan System Informasi, untuk mengetahui kendala dalam implementasi PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berabsis Akrual dan untuk mengetehui model strategis implementasi PP No.71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntasi Pemerintah Berbasis Akrual.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil objek pada BPKD Kantor Walikota Medan yang beralamat di Jl. Kapten Maulana Lubis No.2 Medan. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Metode Analisis data menggunakan analisis deskriptif.

Berdasarkan analisis data maka kesiapan BPKD Kota Medan yang diindikasikan dengan Komitmen, SDM, Sarana Prasarana, dan Sistem Informasi dapat disimpulkan bahwa BPKD Kota Medan dilihat dari parameter integritas adalah kategori sangat siap dan untuk kesiapan SDM adalah siap, kesiapan Sistim Informasi dan Sarana Prasarana adalah kategori sangat siap.

Model strategis akselerasi implementasi PP No 71 Tahun 2010 tentang SAP Berbasis Akrual antara lain : Pengembangan SAP Berbasis Akrual sesuai dengan kebutuhan, Penyusunan Buletin Teknis SAP Berbasis AKrual sesuai dengan kebutuhan Pengembangan SDM dibidang Pemerintahan.

Kata Kunci : SAP Berbasis Akrual , Komitmen, SDM, Sarana Prasarana dan Sistem Informasi.

DAFTAR GAMBAR

4.1 Gambar Struktur Organisasi BPKD Kantor Walikota Medan............................ 38

4.2 Interval Parameter Kesiapan Komitmen ........................................................... 49

4.3 Interval Parameter Kesiapan SDM ................................................................... 51

4.4 Interval Parameter Kesiapan Infrastruktur ....................................................... 53

4.5 Interval Parameter Kesiapan Sistim Informasi .................................................. 55

BAB I PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG Perkembangan Akuntansi Sektor publik yang semakin pesat, hal ini disebabkan karena adanya era reformasi dalam pelaksanaan kebijakan pemerintahan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal yang menitik beratkan pada pemerintah daerah. Dalam salah satu penjelasan di Undang-undang Perbendaharaan Negara disebutkan bahwa SAP ditetapkan dalam suatu peraturan pemerintah yang saat ini diatur dengan PP No. 71 Tahun 2010.

Salah satu ciri pokok dari perubahan tersebut adalah penggunaan basis akuntansi dari basis kas menjadi basis akrual. Akuntansi berbasis kas mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya penerimaan dan pengeluaran kas dan tidak mencatat aset dan kewajiban. Sedangkan basis akrual mengakui dan mencatat transaksi pada saat terjadinya transaksi (baik kas maupun non kas) dan mencatat aset dan kewajiban.

Undang-undang No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara mensyaratkan pemerintah untuk menerapkan sistem akuntansi berbasis akrual paling lambat 5 tahun sejak diterbitkannya Undang-undang tersebut. Kemudian sebagai pedoman pelaksanaannya terbit pula Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan, namun hingga batas waktu yang ditetapkan, pemerintah belum berhasil menerapkan sistem akuntansi yang baru. Hingga terbit Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan untuk mengganti PP No. 24 Tahun 2005. Pada PP No. 71

Tahun 2010 batas waktu penerapan sistem akuntansi akrual secara penuh (full accrual) diundur sampai dengan tahun 2014.

Penerapan SAP berbasis akrual harus dilakukan secara hati-hati dengan persiapan yang matang dan terstruktur terkait dengan peraturan, system informasi, sumber daya manusia (SDM), infrastruktur, dan komitmen. Kesuksesan penerapan SAP berbasis akrual sangat diperlukan sehingga pemerintah dapat menghasilkan laporan keuangan yang lebih transparan dan lebih akuntabel. Untuk mencapai hal ini diperlukan faktor-faktor pendukung yang dapat mempengaruhi kesuksesan tersebut dan kerja sama dari berbagai pihak. Salah satu faktor yang mempengaruhi kesiapan penerapan SAP berbasis akrual adalah kualitas sumber daya manusia (SDM).

Salah satu tantangan yang mempengaruhi keberhasilan penerapan SAP berbasis akrual adalah tersedianya SDM yang kompeten dan andal di bidang akuntansi. Oleh karena itu pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan dan penempatan sumber daya manusia di bidang akuntansi pemerintahan.

Faktor lain yang tidak kalah penting adalah komitmen dari organisasi/instansi dalam hal ini yang berwenang dalam pengambilan keputusan adalah pimpinan organisasi itu sendiri. Dukungan yang kuat dari pimpinan merupakan kunci keberhasilan dari suatu perubahan. Salah satu penyebab kelemahan penyusunan Laporan Keuangan pada beberapa Kementerian/Lembaga adalah lemahnya komitmen pimpinan satuan kerja khususnya BPKD (Badan Pemeriksa Keuangan Daerah) penerima dana Dekonsentrasi/Tugas Pembantuan.

Faktor selanjutanya adalah sarana pendukung berupa teknologi informasi berupa hardware dan software yang memadai dalam pelaksanaan SAP berbasis akrual. Pendukung yang akan membantu BPKD dalam melaksanakan tugas seperti tersedianya computer dan software yang berkaitan dengan kebutuhan dalam penerapan SAP.

Secara yuridis, keluarnya peraturan pemerintah nomor 71 tahun 2010 tentang standar akuntansi pemerintahan (SAP) berbasis akrual mengubah haluan basis akuntansi pemerintahan Indonesia dari kas menuju akrual menjadi akrual penuh. Sesuai kesepakatan pemerintah dan DPR, implementasi basis akrual ini akan dilaksanakan secara bertahap hingga implementasinya penuh di tahun 2015.

Penerapan sistem akuntansi berbasis akrual merupakan proses yang berkesinambungan dan terpadu. Dampak yang dihasilkan dari penerapan system ini tidak dapat dilihat dalam waktu yang singkat. Keberhasilan atau kegagalan penerapan akuntansi berbasis akrual pada pemerintah tidak lepas dari peran satuan kerja dan pengaruh dari faktor-faktor yang ada pada satuan kerja tersebut, mulai dari faktor sumber daya manusia seperti tingkat pendidikan staf, pelatihan yang diberikan, dan latar belakang pendidikan pimpinan, faktor organisasional seperti kualitas teknologi informasi. Dengan adanya pengembangan sistem akuntansi dan pengembangan SDM dalam strategi penerapan SAP berbasis akrual yang di jelaskan diatas sehingga hal itu menarik penulis untuk mengambil judul dalam

bentuk skripsi “ANALISIS KESIAPAN PEMERINTAH DALAM MENERAPKAN STANDAR AKUNTANSI PEMERINTAHAN BERBASIS AKRUAL ( Studi Kasus Pada BPKD Kota Medan )“.

1.2 Rumusan Masalah Adapun yang menjadi rumusan masalahnya adalah yang secara rinci diuraikan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah kesiapan Pemerintah Kota Medan yang diindikasikan dengan Komitmen, SDM, Infrastruktur dan Sistem Informasi dalam menerapkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual?

2. Apakah yang menjadi kendala Bagi Pemerintah Kota Medan dalam implementasi PP No 71 Tahun 2010, tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) Berbasia Akrual?

3. Bagaimanakah model strategis akselerasi Pemerintah Kota Medan dalam implementasi PP No. 71 Tahun 2010 tentang Penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual?

1.3 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitianya adalah:

1. Untuk mengetahui kesiapan Pemerintah Kota Medan yang diindikasikan dengan komitmen, SDM, Infrastruktur dan sistem informasi dalam menerapkan SAP Berbasis Akrual.

2. Untuk mengetahui kendala yang dihadapi Pemerintah Kota Medan dalam implementasi PP No 71 Tahun 2010, tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual.

3. Untuk mengetahui model strategis akselerasi Pemerintah Kota Medan dalam implementasi PP No. 71 Tahun 2010 tentang SAP Berbasis Akrual.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi Peneliti Untuk menambah pengalaman dan pengetahuan tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual khususnya dalam Instansi Pemerintah.

2. Bagi Akademis Sebagai bahan acuan untuk penelitian-penelitian selanjutnya dan diharapkan dapat menambah wawasan kepada akademisi mengenai analisa kesiapan Pemerintah Kota Medan dalam menerapkan SAP berbasis akrual.

3. Bagi Pemerintah Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai sumber informasi dan diharapkan dapat memberikan masukkan terhadap pemerintahan yang akan menggunakan SAP berbasis akrual.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pemerintahan Daerah. Pengertian Pemerintah Daerah Menurut UU NO.22 Tahun 1999 Dalam Abdul Halim adalah: “Pemerintah Daerah adalah Kepala Daerah beserta

perangkat lainnya. Pemerintah daerah yang di maksud di sini adalah badan

eksekutif, sedangkan badan legislativenya dalah DPRD “. 1 Berdasarkan definisi diatas, Jadi terdapat pemisahan yang nyata antara

lembaga legilative dan eksekutif. Menurut UU No.22 Tahun 1999 Tentang Pemerintahan Daerah adalah berisi mengenai perlunya dilaksanakan otonomi daerah, sehingga undang-undang tersebut sering di sebut dengan UU Otonomi daerah yaitu untuk mengatur dan mengurus masyarakatnya menurut kehendak sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat, sesuai dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

2.2 Akuntansi Pemerintahan

Akuntansi Pemerintahan merupakan bagian dari disiplin ilmu akuntansi yang baru brkembang di Indonesia akhir-akhir ini. Perkembangan akuntansi pemerintahan secara umum di seluruh Negara juga sudah berkembang meskipun tidak sepesat perkembangan akuntansi bisnis. Pengertian akuntansi pemerintahan tidak terlepas dari pengertian akuntansi secara umum.

1 Halim, Akuntansi Keuangan Daerah: Salemba Empat, Jakarta, 2008, hal 4.

Akuntansi di definisikan sebagai aktivitas pemberian jasa untuk mrnyediakan informasi keuangan kepada para pengguna dalam rangka pengambilan keputusan.

Menurut Bahtiar Arif, Muchlis,dan Iskandar, Akuntansi Pemerintahan dapat di definisikan menjadi:

Suatu aktivitas pemberian jasa untuk menyediakan informasi keuangan

proses pencatatan, pengklasifikasian, pengikhtisaran, suatu transaksi keuangan

pemerintah

berdasarkan

pemerintah serta penafsiran atas informasi keuangan tersebut. 2

Jenis yang di catat di dalam akuntansi pemerintahan adalah transaksi keuangan pemerintah yang sebagian akan memiliki karakteristik tersendiri yang membedakannya dengan transaksi dalam akuntansi bisnis.

2.3 Perkembangan Akuntansi Pada Pemerintahan Daerah

Perkembangan akuntansi di tingkat pemerintah daerah telah dilakukan melalui Sistem Akuntansi dan Pengendalian Anggaran sejak tahun 1986. Dalam akuntansi pemerintahan data akuntansi di gunakan untuk memberikan informasi mengenai transaksi ekonomi dan keuangan pemerintahan kepada pihak eksekutif, legislatif, yudikatif dan masyarakat.

Penerapan akuntansi pada pemerintahan sebelum dilakukan reformasi pengelolaan keuangan Negara, telah menerapkan sistem pencatatan single entry.

2 Arif, Muchlis, dan Iskandar, Akuntansi Pemerintahan : Salemba Empat, Jakarta, 2002,

Menurut Abdul Halim (2004) tentang system pencatatan single entry sering di sebut juga dengan system tata buku tunggal atau tata buku, yaitu:

Dalam system ini, pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang berakibat bertambahnya kas akan di catat pada sisi penerimaan dan transaksi yang berakibat

berkurangnya kas akan di catat pada sisi pengeluara. 3

Sistem pencatatan single entry atau tata buku ini memiliki beberapa kelebihan, yaitu sederhana dan mudah di pahami. Dan kelemahanya adalah kurang bagus untuk pelaporan dan sulit untuk menemukan kesalahan pembukuan yang terjadi dan sulit di control.

2.4 Standar Akuntansi Pemerintahan

Sesuai dengan Undang-undang Nomor 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara, SAP ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Setiap entitas pelaporan pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib menerapkan SAP. Selain itu, diharapkan adanya upaya pengharmonisan berbagai peraturan baik di pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dengan SAP.

Menurut PP No.24 Tahun 2005 Standar Akuntansi Pemerintahan Adalah:

Prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan laporan keuangan pemerintah. Dengan demikian SAP merupakan persyaratan yang mempunyai kekuatan hukum dalam

upaya meningkatkan kualitas laporan keuangan di Indonesia. 4

3 Ibid, hal 43. 4 Peraturan Pemerintah (PP) No. 24 Tahun 2005 Tentang Akuntansi Pemerintahan,

Salemba Empat, Jakarta, 2005, Pengantar -3

Menurut PP No. 24 Tahun 2005 Tentang SAP, Ruang Lingkup SAP di sajikan sebagai berikut:

1. SAP diterapkan di lingkup pemerintahan, yaitu pemerintah pusat,daerah dan satuan organisasi di lingkup pemerintah pusat/daerah, jika menurut peaturan perundang-undangan satuan organisasi dimaksud wajib menyajikan laporan keuangan.

2. Keterbatasab dari penerapan SAP akan dinyatakan secara ekslisit

pada setiap standar yang di terbitkan. 5

2.5 Basis Akuntansi Pemerintahan

Menurut PP No. 24 Tahun 2005, Basis akuntansi yang di gunakan dalam laporan keuangan pemerintah adalah basis kas untuk pengakuan pendapatan, belanja, dan pembiayaan dalam Lapran Realisasi Anggaran dan basis akrual untuk pengakuan asset, kewajiban, dan ekuitas dalam neraca.

Menurut Partono 2001: 16 dalam Abdul Halim, Basis/ dasar akuntansi atau system pencatatan adalah: “ Himpunan dari standar-standar akuntansi

yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan peristiwa

lainnya harus diakui untuk tujuan pelaporan keuangan”. 6 Basis-basis tersebut baerkaitan dengan penetapan waktu (timing) atas

pengukuran yang dilakukan, terlepas dari sifat pengukuran tersebut. Berbagai basis/dasar akuntansi atau system pencatatan tersebut antara lain adalah basis kas, basis akrual,basis kas modifikasi, dan basis akrual modifikasi.

a. Basis Akuntansi Kas Menurut PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual.

5 Ibid, Pengantar -5 6 Ibid, hal 48

“Basis kas adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat kas atau setara kas di

terima atau di bayar”. 7

b. Basis Akuntansi Akrual Menurut PP No. 71 Tahun 2010, Tentang Standar Akuntnasi

Pemerintah Berbasis Akrual. “Basis akrual adalah basis akuntansi

yang mengakui pengaruh transaksi dan peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa itu terjadi, tanpa memperhatikan saat

kas atau setara kas di terima atau di bayar”. 8

c. Basis Kas Modifikasian Menurut butir (12) dan dan (13) Lampiran XXIX (tentang Kebijakan Akuntansi) Kepmendagri Nomor 29 Tahun 2002 dalam Abdul Halim 2008 disebutkan bahwa: (12) Basis/ dasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar kas dengan dasar akrual. (13) Transaksi penerimaan atau pengeluaran kas di bukukan ( dicatat atau di jurnal) pada saat uang di terima atau di bayar (dasar kas).

d. Basis Akrual Modifikasian Basis akrual modifikasian mencatat transaksi dengan menggunakan basis kas untuk transaksi-transaksi tertentu dan menggunakan basis akrual untuk sebagian besar transaksi.

7 PP No.71 Tahun 2010, Tentang SAP Berbasis Akrual,Salemba 4, Jakarta, 2010, 8 Ibid, Lampiran I.02 PSAP 0I-3

2.6 Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Kas Menuju Akrual (PP No.24 Tahun 2005).

Penerapan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual ini dilaksanakan sesuai dengan jangka waktu sebagaimana tercantum dalam lampiran II. Selanjutnya, setiap entitas pelaporan, baik pada pemerintah pusat maupun pemerintah daerah wajib melaksanakan SAP Berbasis Akrual. Walaupun entitas pelaporan untuk semnetara masih di perkenankan menerapkan SAP Berbasis Kas Menuju Akrual.

Laporan Keuangan yang di hasilkan dari penerapan SAP Berbasis Akrual dimaksudkan untuk memberi manfaat lebih baik bagi para pemangku kepentingan, baik para pengguna maupun pemeriksa laporan keuangan pemerintah dibandingkan dengan biaya yang dikeluarkan.

2.7 Komponen Laporan Keuangan menurut PP No. 24 tahun 2005

PP No. 24 tahun 2005 tentang standar akuntansi pemerintahan merupakan pedoman dalam menyusun laporan keuangan yang digunakan sampai saat ini. Basis akuntansi yang digunakan dalam SAP ini adalah basis kas menuju akrual (cash toward accrual), dimana penggunaan basis kas untuk pengakuan pendapatan,belanja,transfer, dan pembiayaan serta basis akrual untuk pengakuan aset, kewajiban, dan ekuitas dana. Menurut PP No.

24 Tahun 2005 Komponen Laporan Keuangan Pokok tediri dari :

1. Laporan Realisai Anggaran

2. Neraca

3. Laporan Arus Kas

4. 9 Catatan atas Laporan Keuangan.

9 Ibid, KK-8

2.8 Komponen Laporan Keuangan dalam PP No. 71 tahun 2010.

Tabel 2.1 Perbedaan komponen laporan keuangan antara PP 24/2005 dengan PP 71/2010.

PP. No. 24 Tahun 2005

PP. No. 71 Tahun 2010

Komponen Laporan Keuangan Pokok: Komponen Laporan Keuangan Pokok :

1. Neraca

Laporan Anggaran :

2. Laporan Realisasi Anggaran

1. Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

3. Laporan Arus Kas

2. Laporan Perubahan Saldo Anggaran

4. Catatan Atas Laporan Keuangan

Lebih (SAL)

Laporan yang bersifat optional :

Laporan Finansial :

1. Laporan Kinerja Keuangan (LKK)

1. Neraca

2. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

2. Laporan Operasional (LO)

3. Laporan Arus Kas (LAK)

4. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)

5. Catatan Atas Laporan Keuangan. Sumber : PP No. 71 Tahun 2010.

2.9 Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual (PP No. 71 tahun 2010)

Menurut PP No.71 Tahun 2010 pengertian SAP Berbasis Akrual adalah :

SAP yang mengakui pendapatan, beban, asset, utang, dan ekuitas dalam pelaporan financial berbasis akrual, serta mengakui pendapatn belanja, dan pembiayaan dalam pelaporan pelaksanaan anggaran berdasarkan basis yang

di tetapkan dalam APBN/APBD. 10

10 PP No. 71 Tahun 2010 Tentang Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis

Penyusunan SAP Berbasis Akrual dilakukan oleh KSAP melalui proses baku penyusunan yang merupakan pertanggungjawaban professional KSAP yang secara lengkap terdapat dalam lampiran III. Proses Baku Penyusunan SAP Berbasis Akrual meliputi tahap-tahap sebagai berikut :

a. Identifikasi Topik untuk Dikembangkan Menjadi Standar Merupakan proses pengidentifikasian topic-topik akuntansi dan pelaporan keuangan yang memerlukan pengaturan dalam bentuk pertanyaan standar akuntansi pemerintahan.

b. Pembentukan Kelompok Kerja (Pokja) di dalam KSAP KSAP dapat membentuk pokja yang bertugas membahas topic- topik yang telah di setujui.

c. Riset Terbatas oleh Kelompok Kerja Untuk pembahasan suatu topic, kelompok kerja melakukan riset terbatas terhadap literature-literatur, standar akuntansi yang berlaku di berbagai Negara, praktik-praktik akuntansi yang sehat(best practices), peraturan-peraturan dan sumber-sumber lainnya yang berkaitan dengan topic yang akan di bahas.

d. Penulisan Draf SAP oleh Kelompok Kerja Berdasarkan hasil riset terbatas dan acuan lainnya, Pokja menyusun draf SAP. Draf yang telah di susun selanjutnya dibahas oleh Pokja.

e. Pembahasan Draf oleh Komite Kerja.

Draf yang telah di susun oleh pokja di bahas oleh anggota Komite Kerja. Pembahasan diutamakan pada substansi dan implikasi penerapan standar.

f. Pemngambilan Keputusan Draf untuk Dipublikasikan Komite kerja berkonsultasi dengan Komite Konsultatif untuk Pengambilan keputusan peluncuran draf publikasian SAP.

g. Peluncuran Draf SAP (Exposure Draft) KSAP melakukan peluncuran draf SAP dengan mengirimkan draf SAP kepada stakeholders, antara lain masyarakat, legislative, lembaga pemeriksa, dan instansi terkait lainnya untuk memperoleh tanggapan.

h. Dengar Pendapat Publik Terbatas (Limited Public Hearing) dan Dengar Pendapat Publik (Public Hearings). Dengar pendapat dilakukan dua tahap yaitu dengar pendapat public terbatas dan dengar pendapat public. Dengar pendapat public terbatas dilakukan dengan mengundang pihak-pihak dari kalangan akademis, praktis, pemerhati akuntansi pemerintahan, dan masyarakat yang berkepentingan terhadap SAP untuk memperoleh tanggapan dan masukan dalam rangka penyempurnaan draf publikasian. Dengar pendapat public merupakan proses dengar pendapat dengan masyarakat yang berkepentingan terhadap SAP.

i. Pembahasan Tanggapan dan Masukan terhadap Draf SAP

KSAP melakukan pembahasan atas tanggapan/masukanyang di peroleh dari dengar pendapat terbatas,dengar pendapat public dan masukan lainnya dari berbagai pihak untuk menyempurnakan draf SAP. j. Finansial Standar Dalam rangka financial draf SAP, KSAP memperhatikan pertimbangan dari BPK. Disamping itu tahap ini merupakan tahap akhir penyempurnaan substansi, konsistensi, koherensi maupun bahasa

2.10 Strategi Implementasi Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No. 71 tahun 2010) Tabel 2.2 Strategi Penerapan SAP Berbasis Akrual secara Bertahap TAHUN KEGIATAN

a. Penerbitan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual

b. Mengembangkan Framework Akuntansi Berbasis Akrual

c. Sosialisasi SAP Berbasis Akrual

a. Penyiapan aturan pelaksanaan dan kebijakan akuntansi

b. Pengembangan Sistem Akuntansi dan TI bagian pertama (proses bisnis dan detail requirement)

c. Pengembangan kapasitas SDM

a. Pengembangan Sistem Akuntansi dan TI (lanjutan)

b. Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)

a. Ploting beberapa KL dan BUN

b. Review, Evaluasi dan Konsolidasi seluruh LK

c. Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)

a. Pararel Run dan Konsolidasi seluruh

b. Review, Evaluasi dan Konsolidasi seluruh LK

c. Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan)

a. Implementasi penuh

b. Pengembangan kapasitas SDM (lanjutan) 2015

a. LKPP CTA, dilengkapi Informasi Pendapatan dan Belanja secara Akrual

b. Rollout SPAN dan Piloting SAKTI

c. Penyiapan kebijakan dan peraturan akuntansi berbasis akrual

d. Sosialisasi dan training reformasi akuntansi akrual untuk BPK, DPR, DPD, BAKN dan end user

e. Monitoring dan evaluasi persiapan implementasi akuntansi berbasis akrual

Sumber : KSAP, Sosialisasi PP Nomor 71 Tahun 2010 tentang SAP. Jakarta, 14 Desember 2010, dalam Riris Setiawati Kusuma (2013).

2.11 Komitmen

Menurut Robbins dan judge (2007). PERILAKU ORGANISASI http://teorionline.wordpress.com/2010/02/04/komitmen-organisasi/

Komitmen adalah: “ Sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk

mempertahankan keangotaannya dalam organisasi 11 “.

Komitmen terhadap organisasi artinya lebih dari sekedar keanggotaan formal, karena meliputi sikap menyukai organisasi dan kesediaan untuk mengusahakan tingkat upaya yang tinggi bagi kepentingan organisasi demi pencapaian tujuan. Dari beberapa definisi yang diuraikan di atas dapat disimpulkan bahwa komitmen merupakan suatu ikatan psikologis karyawan pada organisasi ditandai dengan adanya:

1. Kepercayaan dan penerimaan yang kuat terhadap tujuan dan nilai-nilai organisasi

2. Kemauan untuk mengusahakan tercapainya kepentingan organisasi

3. Keinginan yang kuat untuk mempertahankan kedudukan sebagai anggota organisasi.

2.12 Sumber Daya Manusia

Menurut Robert L Mathis dan John H Jakson, Peran Sumber Daya Manusia

11 Robbins SP, Judge, Perilaku Organisasi : Salemba Empat, Jakarta, 2007

Peran dari Sumber Daya Manusia adalah untuk meyakinkan organisasi dan manajer dan tenaga kerja mengetahui peraturan dan manajemen sumber daya manusia mengurangi kemungkinan

tuntutan hukum dan mematuhi peraturan. 12

Peran organisasi Sumber Daya Manusia telah tumbuh dan lebih strategis disebabkan penggunaan orang dalam sebuah organisasi dapat menyediakan keunggulam komparatif, baik domestic maupun internasional. Peran strategis Sumber Daya Manusia menekankan bahwa orang-orang di organisasi adalah sumber daya yang penting dan juga investasi perusahaan yang besar.

2.13 Infrastruktur

Menurut Muhammad Fakhturozi (2012). Infrastruktur, Permasalahan, dan solusinya: Sekre Hati. http://hati.unit.itb.ac.id/?p=440

Infrastruktur adalah segala struktur yang berwujud fisik yang digunakan untuk menopang keberjalanannya kegiatan masyarakat sehingga dapat menekan inefisiensi dari aktivitas masyarakat dan

meningkatkan pertumbuhan ekonomi . 13

Infrastruktur juga mengacu pada sistem fisik yang menyediakan transportasi, air, bangunan, dan fasilitas publik lain yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia secara ekonomi dan sosial. Infrastruktur dibuat sesuai permintaan se efisien mungkin yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat luas.

12 Mathis, dan Jackson, Manajemen Sumber Daya Manusia : Salemba Empat, Jakarta, 2001, hal 22.

13 Fakhturozi , Infrastruktur, Permasalahan dan solusinya: Sekre HATI,

2.14 Sistem Informasi.

Sistem merupakan sekelompok unsure yang harus berhubungan agar tujuan dapat di capai. Sebuah system pada dasarnya adalah sekelompok unsure atau komponen yang erat berhubungan (interrelate) satu sama lain dan berfungsi secara bersama-sama untuk mencapai tujuan tertentu.

Menurut Kertahadi (dalam fatta, 2007) Sitim Informasi adalah suatu alat untuk menyajikan informasi sedemikian rupa sehingga bermanfaat bagi penerimanya. Tujuanya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan,pengorganisasian, pengendalian kegiatan operasi suatu perusahaan yang menyajikan sinergi organisasi pada proses.

2.15 Penelitian Terdahulu

Ada beberapa penelitian mengenai Penerapan SAP Berbasis Akrual. Penulis mengambil penelitian terdahulu dari penelitian Riris Setiawati Kusuma yang berjudul “Analisis Kesiapan Pemerintah dalam menerapkan Standar Akuntnasi Pemerintah Berbasis Akrual” (Studi Kasus Pada Pemerintah Kabupaten Jember) tahun 2013.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kesiapan Pemda Kabupaten Jember yang diindikasikan dengan komitmen, SDM, sarana prasarana dan system informasi; untuk mengetahui kendala dalam implementasi PP No 71 Tahun 2010, tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) dan untuk mengetahui model strategis akselerasi implementasi PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP).

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian dekriptif kualitatif. Penelitian ini dilakukan dengan mengambil objek pada Pemerintahan Daerah Kabupaten Jember. Jenis data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Metode analisis data menggunakan analisi dekriptif. Berdasarkan analisis data sebelumnya maka kesiapan Pemda Kabupaten Jember yang diindikasikan dengan komitmen, SDM, sarana prasarana dan system informasi dapat disimpulkan bahwa Pemerintah Daerah Kabupaten Jember dilihat dari parameter integritas adalah kategori siap dan untuk kesiapan SDM, kesiapan sistem informasi dan sarana prasarana adalah kategori cukup siap. Kendala dalam implementasi PP No 71 Tahun 2010, tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) antara lain, sampai saat ini penyusunan LKPD masih dilakukan secara manual (excel) belum ada perangkat lunak khusus, jumlah SDM pelaksana secara kuantitas masih belum cukup, kurangnya Bintek atau pelatihan, kurangnya sosialisasi, sarana dan prasarana sudah ada namun masih belum mencukupi.

Model strategis akselerasi implementasi PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP) antara lain Pengembangan SAP Berbasis Akrual sesuai dengan kebutuhan, penyusunan Buletin Teknis SAP Berbasis Akrual sesuai dengan kebutuhan, Pengembangan SDM di Bidang Akuntansi Pemerintahan. Kata kunci: kesiapan, komitmen, SDM, sarana prasarana dan sistem informasi.

Sedangkan pada penelitian ini penulis mengambil judul “Analisis Kesiapan Pemerintah dalam menerapkan Standar Akuntansi Berbasis Akrual Pada

Pemerintah Kota Medan. Meneliti dengan tujuan untuk memeberi gambaran dan mengetahui sejauh mana kesiapan Pemerintah Kota Medan Dalam Menerapkan Standar Akuntansi Berbasis Akrual, mengetahui kendala dalam implementasi PP No 71 Tahun 2010, tentang Standar Akuntansi Pemerintah (SAP), serta mengetahui model strategis akselerasi implementasi PP No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), yang ada ada pada bab sebelumnya.

Pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan survei kuesioner dan Wawancara, Kuesioner disampaikan kepada 30 responden yang ada dalam setiap bagian BPKD, yang memahami atau yang terlibat dalam penerapan SAP Berbasis Akrual. Sedangkan wawancara di berikan kepada Kepala setiap bagian yang ada dalam BPKD. Kemudian data kuesioner yang dikumpulkan akan diolah menggunakan Program SPSS 19.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Objek Penelitian

Objek penelitian adalah tempat dimana penelitian akan dilakukan. Dalam penelitian ini peneliti melakukan atau mengambil objek penelitian pada Kantor Walikota Medan yang beralamat di Jl.Kapten Maulana Lubis No. 2 Medan .

3.2 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah deskriptif kualitatif, dengan maksud untuk menggambarkan suatu fenomena atau kondisi tertentu. Menurut Nur Indrianto, Bambang Supomo Penelitian Deskriptif adalah: “

Merupakan penelitian terhadap masalah-masalah berupa fakta-fakta saat ini

dari suatu populasi”. 14 Dalam penelitian ini diharapkan fenomena tentang kesiapan Pemerintah

Daerah dalam implementasi SAP Berbasis Akrual dan kendala-kendala yang dihadapi di pemerintah dapat dideskripsikan secara gamblang yang kemudian dianalisis dan diinterprestasikan dalam menarik suatu kesimpulan.

3.3. Sumber Data

Sumber data yang yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

a. Data Primer Menurut Jadongan Sijabat: “ Data Primer merupakan

data penelitian yang di peroleh secara langsung dari sumber asli

(tidak melalui media perantara)”. 15

14 Indrianto dan Supomo, Metode Penelitian Bisnis : BPFE, Yogyakarta, 2002, hal 26.

15 Jadongan Sijabat, Metodologi Penelitian Akuntansi : Universitas HKBP

Data primer yang diperoleh adalah data yang belum di olah atau data hasil kuisioner yang di isi oleh responden, yang terlibat dalam penerapan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual, dan hasil wawancara berupa Tanya Jawab maupun diskusi dengan pihak-pihak yang terkait.

b. Data Sekunder

Menurut Jadongan Sijabat : “ Data Skunder merupakan sumber data

penelitian yang di peroleh melalui media perantara (diperoleh dan di catat

oleh pihak lain)”. 16 Data skunder umumnya merupakan bukti, catatan, atau laporan historis

yang telah tersusun dalam arsip (data dokumentasi) yang di publikasikan dan yang tidak di publikasikan yang diperoleh dari perusahaan seperti sejarah ringkas dan struktur organisasi pada Pemerintah Kota Medan.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan teknik atau cara yang dilakukan untuk mengumpulkan data. Teknik pengumpulan atau pengambilan data yang digunakan dalam dalam penelitian ini adalah melalui metode kuesioner dan wawancara.

1. Kuesioner. Menuru Nur indrianto, Bambang Supomo Kuesioner merupakan : “

Pengumpulan data penelitian pada kondisi tertentu kemungkinan tidak

memerlukan kehadiran peneliti ”. 17

16 Ibid, hal 60 17 Ibid, hal 154

Pertanyaan peneliti dan jawaban responden dapat dikemukakan secara tertulis melalui suatu kuisioner. Teknik ini memberikan tanggung jawab kepada responden untuk membaca dan menjawab pertanyaan.

2. Wawancara Menurut Indrianto,Bambang Supomo Wawancara adalah :

Merupakan teknik pengumpulan data dalam metode survey yang menggunakan pertanyaan secara lisan kepada subyek penelitian. Teknik wawancara dilakukan jika peneliti memerlukan komunikasai

atau hubungan dengan responden. 18

Wawancara itu digunakan untuk mengungkapkan data atau menambah informasi tentang Penerapan SAP Berbasis Akrual di Pemerintah Kota Medan, apakah sudah sesuai dengan PP No 71 Tentang SAP Berbasis Akrual.

3.5 Populasi dan Sampel Penelitian

Yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah Pegawai Yang ada di bagian BPKD Sebanyak 96 orang. Teknik penarikan sampel yang di gunakan adalah purposive sampling. Kriteria pengambilan sampel adalah pegawai yang ada di dalam Setiap bagian BPKD sebanyak 30 responden, yaitu di bagian Sekretariat, Bidang Anggaran, Bidang Perbendaharaan, dan Bidang Akuntansi Pelaporan, karena bagian tersebut yang bertanggung jawab dan yang mengerti dalam penerapan SAP berbasis akrual.

18 Ibid , hal 152

Tabel 3.1 Jumlah Responden

Adapun yang menjadi responden adalah: NO BPKD( Badan Pengelola Keuangan Daerah)

Jumlah Orang

1 Sekretriat

2 Bidang Anggaran

3 Bidang Perbendaharaan

4 Bidang Akuntansi Pelaporan

Jumlah

Jadi jumlah responden ada 30 orang. Karena 30 telah memenuhi kriteria tertentu. Kuesioner akan di beri kepada responden dan akan diterima kembali pada waktu yang disepakati.

3.6 Definisi Operasional Variabel

1. Komitmen

Komitmen merupakan janji, prinsip, atau rasa percaya diri seseorang untuk melakukan suatu tindakan dalam menjalankan tugas dan semangat kerja menuju perubahan ke arah yang lebih baik. Dengan memiliki komitmen utama untuk tugas dalam dengan baik hendaknya menjunjung azas, visi dan misi pemakaian SAP berbasis akrual. Instrumen dalam variabel ini adalah 12 pertanyaan yang sebelumnya telah di gunakan pada penelitian terdahulu Riris Setiawati Kusuma (2013).

Parameter Komitmen/Integritas meliputi indicator kesiapan komitmen untuk tugas,kedisiplinan dan tanggung jawab, keberanian dalam bersikap, Parameter Komitmen/Integritas meliputi indicator kesiapan komitmen untuk tugas,kedisiplinan dan tanggung jawab, keberanian dalam bersikap,

2. Sumber Daya Manusia

Sumber daya manusia adalah semua manusia yang terlibat dalam pembuatan laporan keuangan daerah. Penyiapan dan penyusunan laporan keuangan tersebut memerlukan SDM yang menguasai akuntansi pemerintahan. Pada saat ini kebutuhan tersebut sangat terasa, apalagi menjelang penerapan akuntansi pemerintahan berbasis akrual. Untuk itu, pemerintah pusat dan daerah perlu secara serius menyusun perencanaan SDM di bidang akuntansi pemerintahan.

Instrumen dalam variabel ini teridiri dari 13 pertanyaan yang di ambil dari penelitian Riris Setiawati Kusuma (2013). Indikator sumber daya manusia yang di gunakan adalah memiliki integritas, membutuhkan perhatian dan penghargaan, dukungan lingkungan kerja, kesempatan, lingkungan yang nyaman, kemauan bekerja keras, membutuhkan promsi prestasi kerja, loyalitas dan kemampuan. Variabel ini menggunakan 5 point skala likert.

3.Infrastruktur “Infrastruktur adalah pendukung utama penerapan sistem akuntansi Pemerintah berbasis akrual yang diukur dengan aset fisik yang penting

dalam kelancaran penerapan SAP berbasis akrual”. 19 (Grigg 2000, dalam

19 Grigg (2000), Riris Setiawati Kusuma, Analisisa Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan

Riris Setiawati Kusuma (2013), skripsi, Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan SAP Berbasis Akrual).

Instrumen dalam penelitian ini terdiri dari 6 pertanyaan yang harus di jawab oleh responden. Indikator dalam variabel infrastruktur adalah kemauan dalam menyiapkan sarana ruangan, dukungan sarana perangkat lunak, dukungan sarana basis data pendukung, dukungan sarana administrasi, dukungan anggaran, dukungan sumber daya manusia yang berkualitas.Variabel ini di ukur dengan menggunakan 5 point skala likert.

4. Sistem informasi.

Menurut Mukhtar (2002: 4) dalam Riris Setiawati Kusuma (2013) skripsi, Analisis Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan SAP Berbasis Akrual.

Sistem informasi adalah sistem pengendalian intern yang memadai untuk memberikan keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan

aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan

perundangundangan. 20

Adapun tujuannya adalah untuk menyajikan informasi guna pengambilan keputusan pada perencanaan,pengorganisasian,pengendalian kegiatan operasi suatu perusahaan yang menyajikan sinergi organisasi pada proses. Instrumen dalam variabel ini terdiri dari 6 pertanyaan yang harus di jawab oleh responden. Indikator dalam variabel sistim informasi adalah kesiapan mempunyai platform pelaksanaan jangka menengah dan panjang, pelaksanaan kegiatan dalam bidang keuangan, dukungan oleh informasi manajemen secara cermat dan tepat, dukungan system dalam perangkat lunak, pelatihan peningkatan kualitas

20 Mukhtar (2002), Riris Setiawati Kusuma, Analisisa Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan SAP Berbasis Akrual, 20013, skripsi, hal 42 20 Mukhtar (2002), Riris Setiawati Kusuma, Analisisa Kesiapan Pemerintah Dalam Menerapkan SAP Berbasis Akrual, 20013, skripsi, hal 42

3.7 Skala Pengukuran

Skala adalah perangkat ukur yang digunakan untuk mengetahui intensitas, arah atau tingkat dalam sebuah variabel yang berada pada tingkat pengukuran ordinal.Penelitian ini menggunakan skala likert yaitu pengukuran yang memungkinkan responden untuk merangking seberapa kuat mereka siap atau tidak siap terhadap pernyataan-pernyataan tertentu. Menurut Nur Indrianto, Bambang Supomo “ Skala Likert merupakan metode

yang mengukur sikap dengan menyatakan setuju atau ketidaksetujuan-nya

terhadap subyek, obyek atau kejadian tertentu”. 21 Skala yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala likert, Peneliti

mengadopsi kuisioner dari penelitian KEMENDAGRI (2012) dalam Riris Setiawati Kusuma 20013.

Tabel 3.3. Alternatif Jawaban Responden Jawaban

Nilai

Sangat Siap (SS)

5 Siap (S)

4 Cukup Siap (CS)

3 Tidak Siap (TS)

2 Sangat Tidak Siap (STS)

21 Metode Penelitian Bisnis, Op Cit, hal 104

Dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis interval yaitu metode nilai tertinggi-nilai terendah, dengan rumus:

Keterangan : P

= Panjang Kelas Rentang

= Data Tertinggi dikurang dengan data terendah Banyak kelas = Jumlah Alternatif Jawaban Responden

3.8 Metode Analisis Data

3.8.1 Uji Instrumen Data

3.8.1.1 Uji Validitas Menurut Drs.Moh. Pabundu Tika, M.M, Uji Validitas adalah kebenaran dan

keabsahan instrument penelitian yang digunakan. Setiap penelitian selalu dipertanyakan mengenai validitas alat yang digunakan. Suatu alat pengukur dikatakan valid jika alat itu dipakai untuk mengukur sesuai dengan

kegunaanya. 22

Uji validitas bertujuan untuk mengetahui sejauh mana validitas data diperoleh dari penyebaran kuisioner dan dapat dilakukan dengan menghitung korelasi antar masing-masing pertanyaan ataupun pernyataan dengan skor total pengamatan.

22 Pabundu Tika, Metodologi Riset Bisnis, Bumi Aksara, Jakarta, 2006, hal 65.

3.8.1.2. Uji Reabilitas (Keandalan)

Menurut Elvis F Purba, Parulian Simanjuntak Keandalan (Reabilitas)

“merupakan Suatu alat ukur dikatakan andal (reabel) apabila alat ukur

tersebut benar-benar menghasilkan ukuran yang tepat”. 23 Keandalan sebuah alat ukur (test) adalah derajat yang menunjukkan

sampai mana sebuah alat ukur mengukur secara konsisten apa yang diukur. Sebuah alat ukur yang digunakan untuk mengukur dan hasilnya konsisten maka tes tersebut dikatakan memiliki keandalan. Pengujian keandalan alat pengukuran dalam penelitian ini menggunakan reliabilitas dan menggunakan metode alpha (α). Metode alpha yang digunakan adalah metode Cronbanch. Menurut Yarnest (2003; 68) dalam Riris Setiawati Kusuma (2013) “ instrumen dapat dikatakan handal (reliabel) bila memiliki koefisien reliabilitas diatas 0,6”.

3.8.2 Analisis Deskriptif Kualitatif

Teknik yang di pakai dalam menganalisis data adalah analisis kualitatif dengan menggunakan pendekatan deskriptif. Menurut Indrianto dan Supomo Metode deskriptif merupakan penelitian terhadap masalah-maslah yang berupa fakta saat ini dari suatu populasi.

Penelitian ini menggunakan deskripsi analisis, metode analisis untuk mengumpulkan, menganalisis dan menginterpretasikan data untuk memberikan penjelasan lengkap mengenai penelitian. Metode ini untuk memaparkan sesuatu dengan cara mendiskripsikan, mencatat, menganalisi, dan menginterpretasikan kondisi yang saat ini trjadi. Metode analisis deskriptif sesuai dengan hakikatnya

23 Elvis Purba, Parulian Simanjuntak, Metode Penelitian, Universitas HKBP Nommensen, 23 Elvis Purba, Parulian Simanjuntak, Metode Penelitian, Universitas HKBP Nommensen,

Adapun langkah-langkah analisis deskriptif antara lain:

a. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema, dan Pola Jawaban Pada tahapan ini dibutuhkan pengertian yang mendalam terhadap data,perhatian yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa yang ingin di gali. Berdasarkan hasil kuesioner, peneliti melakukan pengelompokan atau distribusi tentang karakteristik responden seperti umur, jenis kelamin, pendidikan dan jabatan. Selanjutnya juga dilakukan pengelompokan jawaban responden kesiapanpenerapan SAP berbasis akrual.

b. Mencari Alternatif Penjelasan Bagi Data Setelah kaitan antara kategori dan pola data dengan asumsi terwujud, peneliti masuk ke dalam tahap pejelasan. Berdasarkan hasil jawaban kuisioner dan wawancara maka pada tahap ini akan dijelaskan dengan alternatif lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

c. Menulis Hasil Penelitian Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian c. Menulis Hasil Penelitian Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Pemerintah Kota Medan

4.1.1 Sejarah Singkat Pemerintah Kota Medan

Pemerintah Kota Medan berdiri berdasarkan UU Darurat No. 8 Tahun 1956 tentang Pembentukan Daerah Otonomi Kota-Kota dalam lingkungan Daerah Propinsi Sumatera Utara. Pemerintah Kota Medan beraktivitas untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan dan infrastruktur.

Sebagai salah satu daerah otonom berstatus Kota di Propinsi Sumatera Utara, Kedudukan, fungsi dan peranan Kota Medan cukup penting dan strategis secara regional. Bahkan sebagai Ibukota Propinsi Sumatera Utara, Kota Medan sering digunakan sebagai barometer dalam pembangunan dan penyelenggaraan pemerintah daerah.

Pelaksanaan pembangunan kota, khususnya setelah melalui fase kritis (2002-2004)

memiliki kinerja yang menggembirakan, berdasarkan indikatorindikator yang dapat diamati, keluaran, hasil, manfaat dan dampak pembangunan kota pada periode tersebut, cenderung cukup berarti, bahkan dapat dianggap efektif dan efisien, meningkatkan kesejahteraan warga kota.

4.1.2 Visi dan Misi Kantor Walikota Medan

a. Visi

Secara umum arah dan agenda pembangunan kota mengacu kepada visi:

a. Jangka Panjang (Visi 2025): Perda Nomor 8 Tahun 2009 Kota Medan yang maju, sejahtera, religious dan berwawasan lingkungan (Indikasi: Income perkapita Rp 72 Juta / Tahun).

b. Jangka Menengah (Visi 2015): Kota Medan menjadi Kota Metropolitan yang berdaya saing, nyaman, peduli dan sejahtera.

c. Jangka Pendek (Tahun 2011): Mendorong pertumbuhan ekonomi daerah ya 39ng semakin dinamis dan berkualitas guna menciptakan kesempatan kerja yang luas, mengurangi kemiskinan, meningkatkan mutu pelayanan public dan kesejahteraan masyarakat (Indikasi: Income perkapita menjadi Rp 41,3 Juta dari Rp 36 Juta Tahun 2010).

b. Misi

Untuk mewujudkan visi tersebut diperlukan beberapa misi yang merupakan titik konsentrasi kegiatan yang sekaligus menjadi pedoman dalam melaksanakan tugas-pemerintah. Adapun Misi yang akan diwujudkan Pemerintah Kota Medan Tahun 2013 yaitu melaksanakan percepatan dan perluasan pembangunan kota terutama pada 6 (enam) aspek dasar, yaitu:

a. Pelayanan pendidikan baik akses, kualitas maupun manajemen pendidikan yang semakin baik, sehingga dapat menciptakan lulusan yang unggul.

b. Perbaikan infrastruktur, utamanya perbaikan jalan kota, jalan lingkungan, taman kota dan drainase serta penataan pasar tradisional secara simultan.

c. Pelayanan kesehatan, baik akses, mutu maupun manajemen kesehatan yang semakin baik.

d. Peningkatan pelayanan administrasi public terutama pelayanan KTP/KK/Akte kelahiran dan perizinan usaha.

e. Peningkatan Disiplin Pegawai Negeri Sipil (PNS) untuk meningkatkan kapasitas dan prestasi kerjanya, sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing-masing.