MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA.

(1)

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA ( TUTOR SEBAYA) DALAM PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 26 Bandung) SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

Oleh Faisal Qorni NIM 1105767

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL FAKULTAS PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA BANDUNG


(2)

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA (TUTOR SEBAYA) DALAM

PEMBELAJARAN IPS

(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas VIII E SMP Negeri 26 Bandung)

Oleh Faisal Qorni NIM 1105767

Skripsi yang diajukan untuk memenuhi sebagian dari syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Ilmu Pengetahuan Sosial

©Faisal Qorni 2015 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2015

Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhnya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ii

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

(Penelitian Tindakan Kelas Terhadap Siswa Kelas VIII-E SMPN 26 Bandung) Faisal Qorni

1105767 ABSTRAK

Penelitian ini berawal dari keresahan penulis terhadap permasalahan yang terjadi di kelas VIII E SMPN 26 Bandung. Permasalahan ini merupakan temuan dari observasi yang dilakukan pada beberapa kali pertemuan dalam rentang waktu bulan Februari tahun 2015. Permaslahan yang dijumpai adalah masih kurangnya rasa kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini disebabkan karena kurangnya rasa kepercayaan diri, rasa ingin tahu, dan rendahnya kemampuan komunikasi secara verbal. Selain itu guru tidak bisa mengembangkan strategi dan materi pembelajaran yang bisa meningkatkan kepemimpinan sehingga siswa cenderung pasif dan hanya mendengarkan apa yang guru sampaikan saja selama proses pembelajaran berlangsung. Alternatif pemecahan masalah yang penulis pilih adalah dengan menggunakan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya). Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dan kuantitatif dengan metode penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang dilaksanakan dalam tiga siklus dengan enam kali tindakan. Desain penelitian menggunakan model siklus yang dikembangkan oleh Kemmis dan Taggart. Tujuan dari PTK ini salah satunya adalah untuk mengadakan sebuah pengkajian yang dilakukan secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan yang telah dilakukan pada siklus 1, siklus 2, dan siklus 3, hasil penelitian yang diperoleh adalah 1) perencanaan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dilakukan oleh guru dengan sangat baik. Hal ini dapat dilihat dari berbagaai persiapan yang dilakukan diantaranya, guru mempersiapkan RPP yang berorientasi pada siswa, mempersiapkan masalah kepemimpinan yang sesuai dengan materi, serta media pembelajaran yang menarik perhatian siswa. 2) pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang tidak hanya melatih kemampuan intelektual siswa, namun juga melatih siswa untuk dapat percaya diri dan berani dalam mengungkapkan gagasan maupun memberikan solusi alternatif terhadap permasalahan yang diadapi oleh pemimpin, agar siswa bisa timbul jiwa kepemimpinannya. 3) pelaksanaan strategi yang dilakukan siswa yang sebagai tutor yang melatih siswa sebagai pemimpin dalam kegiatan belajar, serta dapat memotivasi siswa lainnya agar dapat mencapai tujuan yang mereka inginkan. 5) kendala yang dihadapi guru secara umum lebih menekankan pada waktu yang dirasa masih kurang dengan cakupan materi yang lebih luas. Namun, guru sudah melakukan upaya dengan melakukan perencanaan dengan baik khususnya dalam mempersiapkan materi dengan masalah kepemimpinan yang sering kita lihat baik yang dekat pada siswa maupun yang dialami oleh negara. 6) peningkatan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS dapat dilihat dari peningkatan pada setiap siklusnya dengan hasil data yang diperoleh pada siklus ke 1, 2, dan 3 yang mengalami peningkatan mulai dari 53%, 78%, dan 80% yang telah mencapai kategori sangat


(5)

baik. Hal ini dapat dilihat dari kepercayaan diri siswa, keberanian dalam memberikan solusi alternatif maupun gagasan-gagasannya, kemampuan mengajar dan memotivasi siswa agar dapat mencapai tujuan yang diinginkan.

Kata kunci: Kepemimpinan dan Strategi Modeling Teman Sebaya (Tutor Sebaya). IMPROVING STUDENTS LEADERSHIP IN SOCIAL STUDIES (IPS)

LEARNING BY USING SAME-AGE TUTOR MODEL (A research on VIII-E students of SMPN 26 Bandung)

Faisal Qorni 1105767 ABSTRACT

This research began with the writer’s fidgetiness of a certain problem occur in VIII-E Students in SMPN 26 Bandung regarding the lack of students’ leadership in learning Social Studies (IPS) caused by their lack of confidence, curiosity and also the lack of verbal communication skills. The problem was found through the observation that was conducted several times in February 2015. Besides, the teachers’ less-developed strategies and material of teaching became some of the factors that caused students’ passive roles in learning process, creating a condition when they only received whatever served in the class. The solution that the writer proposed was to use the strategy of same-age tutor. This research was conducted based on quantitative and qualitative approach along with classroom action research which was done in three cycles with four times of actions. The design of the research used cycle model by Kemmis and Tagart. One of the aims of this PTK was to reevaluate the teaching process in the class to create the better continuity between cycles 1 2 and 3. The results of the research were 1) the method of using same age tutor model was conducted successfully by teachers. This could be seen from the teachers’ preparation: The students’ oriented RPP. 2) The teaching process that didn’t only benefit to improve students’ intellectual ability, but also benefited to improve students’ confidence in expressing their ideas so they sense of leaderships could also be improved. 3) By using the same age tutor model also could trigger students’ sense of leadership in the process of learning, motivating them to be able to reach their goals. 5) The challenges of teachers were mostly about the duration which was felt not yet enough to cover the materials of teaching. However, teachers have already put remarkable efforts by doing some planning and preparation such as materials especially this related to leadership issues in this country. 6) The raise of students’ leadership in Social studies (IPS) could be seen in every improvement of each cycle. Cycles 1, 2 and 3 reached the level of 53%, 78% and 80% which could be said ‘excellent’. This could be indicated in students’ confidence, courage in stating their


(6)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

iv

ideas, their teaching abilities and at the same time it could motivate them to reach their goals.


(7)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN i

ABSTRAK ii

ABSTRACK iii

KATA PENGANTAR iv

UCAPAN TERIMA KASIH v

DAFTAR ISI vi

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR xi

DAFTAR GRAFIK xii

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH 1

B. RUMUSAN MASALAH 3

C. TUJUAN PENELITIAN 4

D. MANFAAT PENELITIAN 4

E. SISTEMATIKA PENULISAN 6

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. KEPEMIMPINAN 7

1. Pengertian Kepemimpinan 7

2. Teori-teori Kepemimpinan 10

3. Gaya Kepemimpinan 13

a. Gaya Kepemimpinan Situasional 14

b. Gaya Kepemimpinan Demokratis 15

4. Sifat-sifat dan Indikator Kepemimpinan 17 B. Strategi Modeling Teman Sebaya (Tutor Sebaya) 20

1. Pengertian Strategi Pembelajaran 20

2. Pengertian Modeling Teman Sebaya (Tutor Sebaya) 21

3. Prosedur Penyelenggaraan Tutor Sebaya 23

a. Menentukan Seorang Tutor 23


(8)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vii

4. Kekurangan dan Kelebihan Tutor Sebaya 26

5. Tutor Sebaya Sebagai Salah Satu Pengembangan Kepemimpinan 27

C. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Sosial 28

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial 28

2. Tujuan Pembelajaran IPS 31

3. Ruang Lingku Mata Pelajaran IPS 32

4. Keterkaitan IPS dengan Kepemimpinan 33

5. Keterkaitan IPS dengan Modeling Teman Sebaya (Tutor Sebaya) 35 BAB III METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Subjek Penelitian 37

B. Metode Penelitian 38

C. Desain Penelitian 39

D. Definisi Istilah 41

E. Instrumen Penelitian 44

F. Uji Validitas Data 54

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 54

1. Teknik Pengumpulan Data 54

2. Teknik Analisis Data 56

BAB IV HASIL PENELITIAN

A. Deskripsi Data Penelitian 61

1. Deskripsi Sekolah Penelitian 61

2. Deskripsi Kelas Penelitian 61

B. Deskripsi Pra Penelitian Tindakan Kelas 62

1. Identifikasi Masalah 62

2. Studi pendahuluan 63

C. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus 63

1. Pelaksaan Pembelajaran Siklus Ke-1 63

a. Perencanaan Tindakan ( Planning) 63

b. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-1 64

1) Tindakan 1 64


(9)

c. Observasi Tindakan (Observe) Siklus ke-1 67 d. Deskripsi Hasil Penilaian Kepemimpinan Siswa dalam Pembelajaran

IPS kelas VIII E Pada Siklus ke-1 82

e. Deskripsi Data Angket Siswa Siklus ke-1 89

f. Refleksi Siklus ke-1 99

2. Pelaksaan Pembelajaran Siklus Ke-2 100

a. Perencanaan Tindakan ( Planning) 100

b. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-2 100

1) Tindakan 1 101

2) Tindakan 2 102

c. Observasi Tindakan (Observe) Siklus ke-2 104 d. Deskripsi Hasil Penilaian Kepemimpinan Siswa dalam Pembelajaran

IPS kelas VIII E Pada Siklus ke-2 119

e. Deskripsi Data Angket Siswa Siklus ke-2 121

f. Refleksi Siklus ke-2 129

3. Pelaksaan Pembelajaran Siklus Ke-3 130

a. Perencanaan Tindakan ( Planning) 130

b. Deskripsi Pelaksanaan Tindakan Siklus ke-3 131

1) Tindakan 1 131

2) Tindakan 2 133

c. Observasi Tindakan (Observe) Siklus ke-3 135 d. Deskripsi Hasil Penilaian Kepemimpinan Siswa dalam Pembelajaran

IPS Kelas VIII E Pada Siklus ke-3 150

e. Deskripsi Data Angket Siswa Siklus ke-3 152

f. Refleksi Siklus ke-3 159

D. Deskripsi Hasil Wawancara 159

1. Deskripsi Hasil Wawancara Guru Mitra 159

E. Analisis Hasil Pengolahan Data Penelitian Meningkatkan Kepemimpinan Siswa

dalam Pembelajaran IPS Melalui Modeling Teman Sebaya (Tutor Sebaya) 162 1. Perencanaan pembelajaran IPS untuk menumbuhkan kepemimpinan siswa


(10)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ix

2. Pelaksanaan pembelajaran meningkatkan kepemimpinan siswa dalam

Pembelajaran IPS melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) 169 3. Pelaksanaan kegiatan penerapan strategi tutor sebaya oleh siswa meningkatkan

kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS 178 4. Kendala dan solusi dalam meningkatkan kepemimpinan siswa dalam

Pembelajaran IPS melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) 183 5. Peningkatan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS melalui strategi

modeling teman sebaya (tutor sebaya) 185

a. Deskripsi data hasil observasi kegiatan pembelajaran 185 b. Deskripsi hasil analisis kepemimpinan siswa dala pembelajara IPS melalui

strategi tutor sebaya pada kegiatan pembelajaran 191 c. Deskripsi data hasil penilaian kepemimpinan siswa dalam pembelajaran

IPS melalui strategi tutor sebaya secara individu 194

d. Pembahasan hasil penelitian 195

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 199

B. Saran 201

DAFTAR PUSTAKA 203

LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP


(11)

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab ini peneliti memaparkan mengenai perihal latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

A. Latar Belakang Masalah

Penelitian ini berangkat dari hasil observasi awal serta pengalaman mengajar selama kurang lebih 8 pertemuan di kelas VIII E SMPN 26 Bandung, siswa kurang memiliki rasa kepemimpinan hal ini terlihat ketika proses pembelajaran berlangsung yaitu:

1. Kurangnya rasa percaya diri siswa dalam kelompok belajar, hal ini terbukti pada saat pembelajaran siswa cenderung enggan untuk menjadi ketua kelompok dalam kelompoknya masing-masing;

2. Kurangnya rasa ingin tahu terhadap pembelajaran IPS siswa cenderung pasif;

3. Rendahnya kemampuan komunikasi secara verbal;

4. Sekalipun metode pembelajaran dilakukan dengan cara berdiskusi namun hal tersebut kurang efektif karena guru kurang mampu mengorganisasikan kemampuan siswa yang memiliki kemampuan akedemik diatas rata-rata siswa lainnya untuk disebar kedalam masing-masing kelompok. Sehingga kelas hanya didominasi oleh segelintir siswa.

Sikap kepemimpinan sangat penting dalam dunia pendidikan hal ini

dikarenakan siswa sebagai “Agent Of Change” harus dapat memberikan

perubahan di dalam masyarakat. Pendidikan merupakan salah satu sumber kebudayaan yang harus terus digali dan dikembangkan dan hal ini akan sangat optimal jika para siswanya mempunyai jiwa kepemimpinan yang kuat serta berkarakter karena dengan sikap seperti itu siswa akan terus mempunyai sikap tidak mudah putus asa, berfikir kritis, mampu mengungkapkan pendapat dalam proses pembelajaran.


(12)

2

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut Kartono (2010, hlm. 33-34) “pemimpin itu harus disiapkan, dididik, dan dibentuk, tidak terlahir begitu saja. Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan pendidikan, serta didorong oleh kemauan

sendiri”. Maka dari itu peran pendidikan sangat penting untuk membangun

kepemimpinan siswa. Pemimpin mampu mengantisipasi perubahan yang tiba-tiba, dapat mengoreksi kelemahan-kelemahan, dan mampu membawa organisasi kepada sasaran dalam jangka waktu yang sudah ditetapkan, didunia modern dan kehidupan demokratis di negara-negara demokrasi menstimilir setiap individu berpartisipasi aktif dalam semua kegiatan berorganisasi dan aktifitas hidup, dan ikut memikul tanggung jawab sosial yang lebih besar, Setiap orang dapat memikirkan, menerapkan dan menilai kembali kontribusi sosial masing-masing dalam kehidupan bersama.

Menurut Edgar Wesley (dalam sapriya 2008, hlm. 3) “the social studies

are the sciencies simple for pedagogical purpose”. Makna dari definisi tersebut IPS adalah ilmu-ilmu sosial yang disederhanakan untuk tujuan pendidikan tentunya memiliki porsi yang begitu besar peranannya dalam hal ini. hal tersebut terumuskan jelas didalam tujuan pembelajaran IPS sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya;

2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah dan keterampilan dalam kehidupan sosial; 3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan

kemanusiaan;

4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk baik di tingkat lokal, nasional maupun global.

Walaupun pada prinsipnya urusan sikap dan moral merupakan tanggung jawab seluruh mata pelajaran, akan tetapi mata pelajaran IPS memiliki porsi serta peranan yang cukup besar dalam hal meningkatkan kesadaran siswa terhadap nilai-nilai sosial maupun karakter kepemimpinan yang sangat dibutuhkan sebagai salah satu upaya mempersiapkan siswa mengikuti perkembangan zaman.


(13)

Strategi pembelajaran yang berkembang dilapangan cenderung masih berorientasi kepada guru, hal ini tentunya menyebabkan kurangnya kemampuan siswa untuk belajar secara mandiri dan kurang rasa percaya diri siswa untuk mengemukakan pendapat secara langsung maupun dalam menyampaikan gagasanya.

Ada beberapa strategi pembelajaran yang beroriemtasi kepada siswa serta diharapkan menciptakan lingkungan belajar siswa secara aktif, yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran modeling teman sebaya (tutor sebaya). Menurut Arikunto (1986, hlm. 77) bahwa tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas. Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus dimiliki siswa yaitu siswa yang dipilih nilai prestasi belajarnya lebih besar atau sama dengan delapan, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta kemamapuan memotivasi siswa dalam belajar.

Modeling teman sebaya (tutor sebaya) memberikan kesempatan kepada siswa untuk mampu meningkatkan kepemimpinan, hal ini dikerenakan didalam prosedur pelakasanaan pembelajaranya diawali dengan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami bahan pelajaran yang dipelajarinya. Seorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru, untuk membantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap kawan sekelas.

Dari harapan dan kenyataan diatas peneliti ingin mencoba membahas dan

meneliti melalui judul “Meningkatkan Kepemimpinan Siswa Melalui Strategi

Modeling Teman Sebaya Dalam Pembelajaran IPS ”.

B. Rumusan Masalah

Sesuai dengan latar belakang penelitian diatas, identifikasi permasalahan

penelitian adalah “Bagaimana Meningkatkan Kepemimpinan Siswa Melalui Strategi Modeling Teman Sebaya Dalam Pembelajaran IPS?”.

Secara operasional, perumusan masalah pokok penelitian dirumuskan dalam bentuk sub masalah penelitian, yaitu:


(14)

4

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1. Bagaimana perencanaan pembelajaran IPS untuk meningkatkan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya dalam pembelajaran IPS dikelas VIII E SMPN 26 Bandung?

2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran untuk meningkatkan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya dalam pembelajaran IPS dikelas VIII E SMPN 26 Bandung?

3. Bagaimana Kendala dan solusi dalam meningkatkan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya dalam pembelajaran IPS dikelas VIII E SMPN 26 Bandung?

4. Apakah terdapat peningkatan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dikelas VIII E SMPN 26 Bandung? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh jawaban dari permasalahan yang dikemukakan diatas, maka tujuan secara umum dari penelitian ini adalah: menguji apakah dengan menggunakan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dalam meningkatkan kepemimpinan siswa di SMPN 26 Bandung kelas VIII E. Adapun tujuan penelitian yang dijabarkan secara khusus sebagai berikut:

1. Mengembangkan perencanaan pembelajaran IPS untuk meningkatkan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) di kelas VIII E SMPN 26 Bandung;

2. Mempraktekan pembelajaran untuk meningkatkan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) di kelas VIII E SMPN 26 Bandung;

3. Memecahkan kendala dan solusi dalam meningkatkan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) di kelas VIII E SMPN 26 Bandung;

4. Menganalisis peningkatan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) di kelas VIII E SMPN 26 Bandung;

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis


(15)

pengembangan teori-teori pembelajaran IPS, khususnya yang menyangkut model dan strategi pembelajaran.

2. Manfaat praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1) Bagi peneliti

a. Menambah khasanah baru dalam pembelajaran IPS dengan menggunakan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dan lebih termotivasi dalam menerapkan metode pembelajaran yang lebih bervariatif untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menarik sehingga peserta didik tidak bosan.

b. Dapat memberikan solusi untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran IPS.

c. Memberikan manfaat dalam memperbaiki sistem pembelajaran IPS 2) Bagi siswa

a. Dengan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dapat meningkatkan interaksi siswa dalam kelompok, meningkatkan kemampuan menyampaikan pendapat dalam forum diskusi, berlatih berpikir kritis, meningkatkan rasa kepemimpinan siswa untuk hidup dan berkomunikasi, bergilir, respek, dan sensitif terhadap hak orang lain dan berbagi ide serta pengalaman dengan orang lain.

b. Meningkatkan Kepemimpinan Siswa Melalui Strategi Modeling Teman Sebaya Dalam Pembelajaran IPS.

c. Meningkatkan antusias siswa dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas.

3) Bagi guru

a. Untuk memberikan gambaran pembelajaran IPS dengan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dan dapat menjadikan pertimbangan untuk menerapkan pembelajaran ini sebagai salah satu alternatif dalam perbaikan proses belajar mengajar sebagai upaya meningkatkan kepemimpinan pada siswa.


(16)

6

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Mengembangkan dan meningkatkan profesinya sebagai guru profesional dalam meningkatkan pembelajaran IPS dengan mengunakan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya).

c. Meningkatkan kualitas pembelajaran IPS dengan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya).

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan dalam penyusunan skripsi ini akan dipaparkan melalui penjelasan berikut.

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini peneliti memaparkan mengenai perihal latar belakang masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika penulisan.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai pemaparan konsep-konsep dan teori-teori pendukung penelitian ini. Konsep dan teori yang dipaparkan yaitu tentang strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dalam rangka meningkatkan kepemimpinan siswa. Kajian pustaka yamg diambil dari berbagai literature, mulai dari buku, skripsi, tesis, disertasi, jurnal, artikel, dan pustaka-pustaka lain yang dapat dipertanggung jawabkan kebenaran dan akurasimya

BAB III METODE PENELITIAN

Bab ini memaparkan tahap-tahap penelitian yang dilakukan peneliti dalam upaya menyelesaikan penelitiannya. Tahap yang dijelaskan pada bab ini yaitu dimulai dari metode penelitian yang digunakan, tahap persiapan, prosedur pelaksanaan, analisis data yang mencangkup sumber data, teknik pengumpulan data dan alat pengumpulan data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini membahas mengenai hasil penelitian yang didasarkan pada data, fakta, dan informasi yang dikolaborasikan dengan berbagai literatur yang ada.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN


(17)

saran yang akan diajukan oleh peneliti kepada peneliti lainnya agar tidak mengulangi kesalahan peneliti sebelumnya.


(18)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

37 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini penulis akan menjelaskan mengenai metode yang digunakan dalam penelitian. Metode yang digunakan disesuaikan dengan permasalahan yang ditemui di kelas VIII-E SMPN 26 Bandung. Adapun dasar dari pemilihan metode ini adalah untuk menjawab masalah yang ada, sehingga tujuan dari penelitian ini adalah untuk menjawab masalah yang ada, sehingga tujuan dari penelitian dapat tercapai dengan baik. Selain itu, pemilihan metode yang tepat akan membantu penulis sebagi pedoman dalam pelaksanaan penelitian berjalan dengan baik dan sesuai dengan harapan.

A. Lokasi dan Subjek Penelitian

Penelitian dilakukan di SMPN 26 Bandung, jalan Sarimanah blok 23 Sarijadi, (022) 2012277 Bandung 40164. Pemilihan sekolah tersebut menjadi objek penelitian dikarenakan penulis merasa sangat cocok dengan adanya dukungan dari pihak sekolah, baik tenaga pendidiknya maupun dari segi sarana prasarana yang dimiliki oleh sekolah.

Pada observasi awal dan pada saat melakukan Program Latihan Profesi (PPL) yang difasilitasi oleh Universitas Pendidikan Indonesia, penulis melakukan observasi dan praktik mengajar selama enam bulan dibeberapa kelas, hal ini dijadikan sebagai pertimbangan untuk pemilihan kelas yang akan dijadikan subjek penelitian dan penulis menentukan kelas VIII E sebagai subjek penelitian. Pemilihan kelas tersebut sebagai subjek penelitian tidak terlepas dari kondisi peserta didik yang memiliki permasalahan yang menonjol, sehingga guru berkeinginan untuk dapat memperbaiki permasalahan tersebut.

Dalam hal ini diperlukan untuk pengembangan khususnya dalam meningkatkan kepemimpinan siswa dalam kelompok. Situasi yang muncul mencerminkan kurangnya kemampuan siswa untuk dapat meningkatkan jiwa kepemimpinannya dalam kegiatan belajar kelompok. Indikatornya adalah, siswa


(19)

Faisal Qorni, 2015

cenderung pasif saat pembelajaran dan kurangnya percaya diri siswa untuk menjadi ketua kelompok dalam kegiatan belajar. Penulis ingin mengubah sebuah anggapan bahwa IPS merupakan mata pelajaran yang bersifat hapalan serta membosankan, sehingga siswa mampu memecahkan permasalahan yang dihadapinya dengan baik.

B. Metode Penelitian

Melihat permasalahan yang akan diteliti terkait dengan proses pembelajaran dikelas VIII-E SMPN 26 Bandung, sehingga penulis memilih metode PTK (Penelitian Tindakan Kelas) sebagai metode yang digunakan untuk memecahkan masalah. Pada dasarnya penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan penelitian yang mengkombinasikan prosedur penelitian dengan tindakan substantif, suatu tindakan yang dilakukan dalam disiplin inkuiri, atau suatu usaha seseorang untuk memahami apa yang sedang terjadi, sambil terlibat dalam sebuah proses perbaikan dan perubahan.

Menurut Kemmis (dalam Wiriaatmadja, 2012, hlm. 12) menjelaskan bahwa penelitian tindakan adalah sebuah bentuk inkuiri reflektif yang dilakukan secara kemitraan mengenai situasi sosial tertentu untuk meningkatkan rasionalitas dan keadilan dari a) kegiatan praktek sosial atau pendidikan mereka b) pemahaman mereka mengenai kegiatan-kegiatan praktek pendidikan ini, dan c) situasi yang memungkinkan terlaksananya kegiatan praktek ini.

PTK bukan sekedar mengajar, PTK mempunyai makna sadar dan kritis terhadap mengajar, dan menggunakan kesadaran kritis terhadap dirinya sendiri untuk bersiap terhadap proses perubahan dan perbaikan proses pembelajaran. PTK mendorong guru untuk berani bertindak dan berpikir kritis dalam mengembangkan teori dan rasional bagi mereka sendiri, dan bertanggung jawab mengenai pelaksanaan tugasnya secara profesional. Sehingga dalam hal ini PTK sangat diperlukan untuk memperbaiki proses pembelajaran sehingga tercipta suasana pembelajaran yang lebih kondusif.

Pada proses penelitian peserta didik akan dilibatkan secara aktif, adapun langkah yang dilakukan dalam penelitian dirumuskan bersama dengan kolaborator


(20)

39

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

agar proses penelitian berjalan secara objektif. Secara umum penelitian tindakan kelas bertujuan untuk:

1. Memperbaiki dan meningkatkan kondisi-kondisi serta kualitas pembelajaran.

2. Meningkatkan layanan profesional dalam konteks pembelajaran, khususnya layanan kepada peserta didik sehingga tercipta layanan prima. 3. Memberikan kesempatan kepada guru berimprovisasi dalam melakukan

tindakan pembelajaran yang direncanakan secara tepat waktu dan sasarannya.

4. Memberikan kesempatan kepada guru mengadakan pengkajian secara bertahap terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukannya sehingga tercipta perbaikan yang berkesinambungan.

5. Membiasakan guru mengembangkan sikap ilmiah, terbuka, jujur dalam pembelajaran.

Melalui PTK, guru akan lebih banyak memperoleh pengalaman tentang praktik pembelajaran secara efektif, dan bukan ditujukan untuk memperoleh ilmu baru dari penelitian tindakan yang dilakukannya. Selain memiliki tujuan yang terarah, PTK sangat bermanfaat dalam meningkatkan pemahaman guru terhadap pembelajaran yang menjadi tugas utamanya. Manfaat penelitian tindakan kelas antara lain dapat mengembangkan dan melakukan inovasi pembelajaran sehingga pembelajaran yang dilakukan senantiasa tampak baru dikalangan peserta didik, serta Meningkatkan profesionalisme guru melalui upaya penelitian yang dilakukannya, sehingga pemahaman guru senantiasa meningkat, baik berkaitan dengan metode maupun isi pembelajaran.

C. Desain Penelitian

Ada beberapa ahli yang mengemukakan mengenai model penelitian tindakan dengan bagan yang berbeda. Tiap-tiap model penelitian mempunya kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu; perencanaan, pelaksanaan, pengamatan


(21)

Faisal Qorni, 2015

dan refleksi. Adapun model yang digunakan oleh peneliti untuk melengkapi proses penelitian ini adalah model spiral dari Kemmis dan Taggart (1988). Model tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 3.1

Model penelitian tindakan kelas Kemmis dan Taggart

Dalam pelaksanaan penelitian yang menggunakan model spiral dari Kemmis dan Tagart tersebut, dapat dijelaskan langkah-langkah yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a) Perencanaan (Plan) Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan. Penelitian tindakan yang ideal sebetulnya dilakukan secara berpasangan antara pihak yang melakukan tindakan dan pihak yang


(22)

41

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mengamati proses jalannya tindakan. Istilah untuk cara ini adalah penelitian kolaborasi. Dalam tahap menyusun rancangan tindakan (planning) ini peneliti menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu mendapat perhatian khusus untuk diamati, kemudian membuat sebuah instrumen pengamatan untuk membantu peneliti merekam fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. b) Tindakan (act) Tahap ke 2 dari penelitian tindakan kelas ini adalah

pelaksanaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Hal yang perlu diingat dalam tahap ini adalah bahwa pelaksana guru harus ingat dan berusaha menaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak di buat-buat.

c) Pengamatan (observing) Pada tahapan ini peneliti melakukan kegiatan pengamatan terhadap pelaksanaan tindakan yang sedang dilakukan. Kegiatan pengamatan dan pelaksanaan tindakan berlangsung dalam waktu yang sama. Oleh karena itu, baik guru maupun peneliti melalukan pengamatan balik terhadap apa yang terjadi ketika tindakan berlangsung. Peneliti juga dapat mencatat sedikit demi sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaikan siklus selanjutnya.

d) Refleksi (reflecting) Tahap selanjutnya adalah kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan. Kegiatan refleksi ini sangat tepat dilakukan ketika guru pelaksana sudah selesai melakukan tindakan, kemudian berhadapan dengan peneliti untuk mendiskusikan implementasi rancangan tindakan. Jika penelitian tindakan dilakukan melalui beberapa siklus, maka dalam refleksi terakhir peneliti menyampaikan rencana yang disarankan kepada peneliti lain apabila dia menghentikan kegiatannya, atau kepada diri sendiri apabila akan melanjutkan dalam kesempatan lain. catatan-catatan penting yang dibuat sebaiknya rinci sehingga siapa pun yang akan melaksanakan dalam kesempatan lain tidak akan menjumpai kesulitan.


(23)

Faisal Qorni, 2015

Untuk menghindari kemungkinan terjadi kesalah pahaman terhadap istilah-istilah yang dipergunakan dalam judul penelitian ini maka perlu kiranya penulis menyampaikan tafsiran yang jelas terhadap istilah-istilah yang digunakan. Secara konsep istilah-istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Kepemimpinan

Kepemimpinan dalam penelitian ini adalah keberanian siswa untuk menjadi ketua kelompok dalam pembelajaran baik itu untuk memengaruhi siswa lainnya ataupun untuk dirinya sendiri supaya siswa dapat mencapai tujuan dan keinginan mereka untuk mendapatkan nilai yang maksimal. Berdasarkan permasalahan yang ada didalam kelas siswa dilatih agar mampu meningkatkan keterampilan kepemimpinannya dalam mencapai tujuan secara maksimal.

Robbins (2003, hlm. 163) mengatakan bahwa Kepemimpinan adalah kemampuan mempengaruhi suatu kelompok ke arah pencapaian (tujuan). Pendapat ini memandang semua anggota kelompok atau organisasi sebagai satu kesatuan, sehingga kepemimpinan diberi makna sebagai kemampuan mempengaruhi semua anggota kelompok atau organisasi agar bersedia melakukan kegiatan maupun bekerja untuk mencapai tujuan kelompok atau organisasi.

Sejalan dengan penjelasan diatas Rivai (2004, hlm. 2) bahwa kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi dalam menentukan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk mencapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Berdasarkan pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan merupakan seni mempengaruhi atau memotivasi suatu orang maupun kelompok (organisasi) untuk bersedia melakukan kegiatan demi tercapainya tujuan bersama-sama.

Menurut Ordway Tead dan George R. Terry (dalam kartono, hlm. 43-49) indikator atau sifat yang harus dimiliki setiap pemimpin, yaitu:

a. Antusiasme (enthusiasm; semangat, kegairahan, kegembiraan yang besar). Pekerjaan yang dilakukan dan tujuan yang akan dicapai itu harus sehat, berarti, bernilai, memberikan sukses dan menimbulkan semangat serta esprit


(24)

43

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

de cops. Semua ini membangkitkan antusiasme, optimisme, dan semangat

besar pada pribadi pemimpin maupun para anggota kelompok.

b. Ketegasan dalam mengambil keputusan (decisiveness). Pemimpin yang berhaasil itu pasti dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat, sebagai hasil dari kearifan dan pengalamannya. Selanjutnya dia mampu meyakinkan para anggotanya akan kebenaran keputusannya. Ia berusaha agar para pengikutnya bersedia mendukung kebijakan yang telah diambilnya. Dia harus menampilkan ketetapan hati dan tanggung jawab, agar ia selalu dipatuhi oleh bawahanya.

c. Kecerdasan (intelligence). Kecerdasan yang perlu dimiliki oleh setiap pemimpin itu merupakan kemampuan untuk melihat dan memahami dengan baik, mengerti sebab dan akibat kejadian menemukan hal-hal yang krusial dan cepat menemukan cara penyelesaiannya dalam waktu singkat. Maka orang yang cerdas akan mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi dalam waktu yang jauh lebih pendek dan dengan cara yang lebih efektif daripada orang yang kurang cerdas.

d. Kepercayaan (faith). Keberhasilan pemimpin itu pada umumnya selalu didukung oleh kepercayaan anak buahnya. Yaitu kepercayaan bahwa para anggota pasti dipimpin dengan baik, dipengaruhi secara positif, dan diarahkan pada sasaran-sasaran yang benar. Ada kepercayaan bahwa pemimpin bersama-sama dengan anggota-anggota kelompoknya secara bersama-sama rela berjuang untuk mencapai tujuan yang bernilai.

e. Kejujuran. Pemimpin yang baik itu harus memiliki kejujuran yang tinggi yaitu jujur pada diri sendiri dan pada ornag lain (terutama bawahanya). Dia selalu menepati janji, tidak selingkuh atau munafik, dapat dipercaya dan berlaku adil terhadap semua orang.

f. Keterampilan brkomunikasi. Pemimpin diharapkan mahir menulis dan berbicara; mudah menangkap maksud orang lain, cepat menangkap esensi pertanyaan orang luar dan mudah memahami maksud para anggotanya. Juga pandai mengkoordinasikan macam-macam sumber tenaga manusia, dan


(25)

Faisal Qorni, 2015

mahir mengintegrasikan berbagai opierta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.

g. Kemampuan mengajar. Pemimpin yang baik itu diharapkan juga menjadi guru yang baik. Mengajar adalah membawa siswa (orang yang belajar) secara sistematis dan intensional pada sasaran-sasaran tertentu, guna mengembangkan pengetahuan, keterampilan atau kemahiran teknis tertentu, dan menambah pengalaman mereka. Yang dituju ialah agar para pengikunya bisa mandiri, mau memberikan loyalitas dan partisipasinya.

2. Modeling teman sebaya (tutor sebaya).

Menurut Benard (1990, hlm. 82) bahwa tutor sebaya merupakan salah satu strategi pembelajaran dimana seorang siswa yang berkompeten dengan diberikan pelatihan minimal dan bimbingan guru, membantu satu atau lebih siswa ditingkat kelas yang sama dalam belajar mengenai keterampilan atau konsep.

Pengertian diatas senada dengan yang dikemukakan oleh Arikunto (1992, hlm. 77) bahwa tutor sebaya adalah seseorang atau beberapa orang siswa yang ditunjuk oleh guru sebagai pembantu guru dalam melakukan bimbingan terhadap teman sekelas. Untuk menentukan seorang tutor ada beberapa kriteria yang harus dimiliki oleh seorang siswa yaitu siswa yang dipilih memiliki nilai prestasi belajar yang lebih baik, dapat memberikan bimbingan dan penjelasan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam belajar dan memiliki kesabaran serta kemampuan memotivasi siswa dalam belajar. Tutor sebaya dipilih karena kebanyakan siswa lebih muda menerima bantuan atau pengajaran dari teman-temanya dari pada menerima bantuan atau pengajaran dari gurunya, meskipun guru sudah memiliki metode mengajar yang lebih sesuai bagi siswa-siswanya.Siswa tersebut lebih memilih bertanya dan meminta bantuan kepada teman-temanya sendiri.

E. Instrumen Penelitian

Salah satu kegiatan dalam penelitian adalah mengumpulkan data. Data didalam penelitian merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan satu sama lain, maka dari itu data dalam sebuah penelitian merupakan hal yang mutlak


(26)

45

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ada. Oleh karena itu, untuk mengumpulkan data dilapangan peneliti harus merumuskan alat pengumpul data sesuai dengan masalah yang diteliti atau instrumen penelitian. Adapun dalam penelitian ini, digunakan beberapa instrumen penelitian untuk mengumpulkan data dilapangan. Instrumen penelitian yang digunakan antara lain:

1. Pedoman Observasi

Pedoman observasi merupakan alat penilai yang banyak digunakan oleh peneliti untuk mengetahui atau mengukur tingkah laku individual atau proses terjadinya suatu kegiatan yang diamati. Pedoman observasi ini diperlukan agar peneliti dapat langsung mencatat hal-hal yang diamati secara langsung.

2. Pedoman Wawancara

Pedoman Wawancara ialah alat penelitian yang digunakan untuk mengetahui pendapat yang di sampaikan oleh narasumber sehingga wawancara digunakan untuk mengungkapkan data yang diungkapkan secara lisan oleh sumbernya. Tujuan dari wawancara ini adalah untuk memperoleh informasi yang semaksimal mungkin dari responden.

3. Lembar Tes

Lembar tes merupakan alat pengumpul data yang digunakan untuk mengetahui serta mengukur tingkat pemahaman peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

4. Catatan Lapangan

Catatan lapangan digunakan untuk mengetahui hal-hal yang ditemukan peneliti selama kegiatan atau proses pembelajaran berlangsung. Catatan lapangan ini merupakan alat yang sangat penting dalam penelitian kualitatif yang dicatat oleh penelitidalam sebuah penelitian etnografi dilapangan. Catatan tersebut dapat bersifat deskriptif (sesuai yang diamati) atau reflektif (mengandung penafsiran peneliti)

5. Lembar Angket

Menurut Suherman (2003, hlm. 56) angket adalah sebuah daftar pertanyaan atau peryataan yang harus dijawab oleh orang yang akan dievaluasi


(27)

Faisal Qorni, 2015

(responden), angket berfungsi sebagai pengumpul data. Data tersebut dapat berupa keadaan atau data diri, pengalaman, pengetahuan, sikap, pendapat, mengenai suatu hal. Angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran pendidikan IPS dengan strategi modeling sebaya (tutor sebaya). 6. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi digunakan untuk pengumpulan informasi yang digunakan dalam penelitian ini sebagai sumber data yang berkaitan dengan kondisi yang ada dalam kelas pada saat pembelajaran berlangsung dan penelitian tindakan kelas dilaksanakan.

Instrumen-instrumen tersebut dikembangkan oleh peneliti bedasarkan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat dan sesuai dengan indikator yang ada.

Tabel 3.1

Kisi-kisi Instrumen Penelitian Rumusan

masalah Indikator Pertanyaan pengumpulan Teknik

data 1. Bagaimana

perencanaan pembelajara n IPS untuk meningkatka n kepemimpin an siswa melalui strategi modeling teman sebaya dalam pembelajara n IPS dikelas VIII E SMPN 26 Bandung?

Langkah-langkah pembelajaran yang dilakukan oleh guru dalam menuyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) untuk pengembangan strategi pembelajaran modeling teman sebaya (tutor sebaya)

1. Merumuskan tujuan pembelajaran sesuai dengan SK dan KD 2. Menentukan metode

pembelajaran yang relevan dengan tujuan pembelajaran yang hendak dicapai 3. Menentukan

langkah-langkah pembelajaran secara rinci dan berorientasi kepada peserta didik

4. Memilih dengan tepat bahan sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan peserta didik Observasi Observasi Observasi Observasi


(28)

47

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bahan pengajaran yang dipilih sesuai dengan SK/KD 6. Menentukan alokasi

pengunaan waktu belajar mengajar secara lengkap dan terperinci

7. Menentukan cara pengorganisasian peserta didik agar terlibat secara aktif dalam KBM 8. Menentukan media

pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran 9. Menentukan sumber

pengajaran sesuai dengan tujuan pembelajaran 10.Mencantumkan

bermacam-macam bentuk dan prosedur penilaian sesuai dengan tujuan pembelajaran 11.Membuat alat

penilaian hasil belajar sesuai dengan tujuan pembelajaran.

Observasi Observasi

Observasi

Observasi

Observasi

Observasi


(29)

Faisal Qorni, 2015 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajara n untuk meningkatka n kepemimpin an siswa melalui strategi modeling teman sebaya dalam pembelajara n IPS dikelas VIII E SMPN 26 Bandung? 1. Guru memiliki kompetensi pedagogik dalam melaksanaka n pembelajaran di kelas 2. Pembelajaran IPS menuntut siswa untuk memiliki keterampilan kepemimpina n melalui modeling teman sebaya

1. Guru membuka

pelajaran dengan baik.

2. Melakukan apersepsi

terkait masalah sosial yang

berhubungan dengan materi yang akan disampaikan.

3. Guru melakukan

motivasi kepada peserta didik untuk aktif dalam pembelajaran 4. Guru mengkondisikan kelas sebelum pelajaran dimulai

5. Guru menjelaskan

materi dengan baik yang dapat

dimengerti oleh siswa

6. Guru mampu

mengelola kelas dengan baik

7. Guru menguasai

bahan ajar dengan seksama dan mengedentifikasi bagian-bagian yang sulit dari isi bahan ajar kemudian menyusun strategi untuk membantu siswa menghadapi kesulitan agar bisa mempelajari bagian yang sulit.

8. Guru menyajikan

bahan ajar tambahan seperti variasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi


(30)

49

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

contoh-contoh penyelesaian soal atau LKS 9. Guru mengidentifikasi siswa yang menghadapi kesulitan dalam memahami bahan ajar yang diberikan dan sulit dipahami serta melaksanakan tutorial dengan menggunakan bahan dan langkah-langkah yang telah disiapkan.

10. Guru melakukan

tanya jawab untuk meyakinkan bahwa siswa tersebut telah mengatasi kesulitan belajarnya dan memahami materi yang sedang dipelajari dan memberikan tugas mandiri.

11. Guru membimbing

siswa untuk mempresentasikan hasil kerjanya. (diskusi kelompok) 12. Guru dapat

memanfaatkan waktu dengan baik sesuai situasi yang direncanakan.

13. Guru bersama

peserta didik memberikan

kesimpulan terhadap materi yang

diberikan

14. Guru memberikan

Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi Observasi


(31)

Faisal Qorni, 2015

kesempatan kepada siswa untuk

menanyakan hal-hal yang belum

dipahami

15. Tutor mampu

memberikan motivasi belajar yang baik kepada anggota

kelomponya. 16. Tutor dapat

menceritakan pengalaman terbaiknya untuk memotivasi anggota kelompoknya.

17. Tutor mampu

melihat dan

memahami masalah yang dialami para anggotannya.

18. Tutor mampu

memberikan penjalasan lebih lanjut terkait materi yang sudah

diberikan oleh guru dengan jelas kepada anggota

kelompoknya.

19. Tutor mampu

memahami pertanyaan yang diajuklan oleh anggota kelompoknya.

20. Tutor memiliki sikap dapat dipercaya oleh anggota

kelompoknya.

21. Tutor mampu

mengintegrasikan berbagai opini serta

Observasi Observasi

Observasi

Observasi


(32)

51

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

aliran yang berbeda -beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.

22. Antusiasme

(enthusiasm)

a. Siswa memiliki

semangat dalam belajar.

b. Siswa terlibat aktif selama proses

pembelajaran berlangsung

c. Siswa memiliki

sikap optimis untuk menjadi pribadi seorang pemimpin.

23. Ketegasan dalam

mengambil keputusan

(decisiveness).

a. Siswa dapat mengambil keputusan secara tepat, tegas dan cepat

b. Siswa mampu

bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya.

24. Kecerdasan

(intelligence)

a. siswa mampu

dengan mudah memahami materi yang disampaikan oleh guru maupun oleh tutornya.

b. Siswa mampu

memecahkan

Observasi

Observasi


(33)

Faisal Qorni, 2015

masalah yang dihadapinya

c. Siswa mampu

memberikan solusi alternatif pemecahan masalah yang beragam

25. Kejujuran

(rectitude)

a. Siswa memiliki

sikap jujur dalam setiap

tindakannya.

b. Siswa memiliki

sikap dapat dipercaya oleh teman-temannya.

c. Siswa mampu

menepati janji untuk

mengumpulkan tugas tepat waktu

26. Kepercayaan (faith)

a. Siswa dapat menumbuhkan rasa saling percaya terhadap temannya.

b. Siswa mampu

memberikan pengaruh yang positif selama proses

pembelajaran berlangsung

c. Siswa mampu

bekerja sama selama kegiatan diskusi

berlangsung guna mendapat nilai yang baik.

27. Keterampilan

Observasi

Observasi


(34)

53

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu berkomunikasi

a. Siswa memiliki

rasa percaya diri dalam

mengemukakan pendapat maupun argumentasi secara lisan.

b. Siswa memiliki

rasa percaya diri dalam

mengajukan pertanyaan.

c. Siswa mampu

mengintegrasikan berbagai opini serta aliran yang berbeda-beda untuk mencapai kerukunan dan keseimbangan.

28. Kemampuan

mengajar (teach

ability)

a. Siswa mampu

menambah pengetahuan baru bagi teman -temannya.

b. Siswa mampu

memberikan contoh perilaku yang baik bagi teman-temanya.

29. Guru memberikan

tugas kepada peserta didik untuk

dikerjakan baik disekolah maupun dirumah secara individu maupun kelompok.


(35)

Faisal Qorni, 2015 pembelajaran dengan salam 3. Bagaimana Kendala dan solusi dalam meningkatk an kepemimpi nan siswa melalui strategi modeling teman sebaya dalam pembelajar an IPS dikelas VIII E SMPN 26 Bandung?

1. Guru kurang

mengenal strategi pembelajaran modeling teman sebaya (tutor sebaya) 1. Metode pembelajaran apa yang sering ibu terapkan dalam pembelajaran didalam kelas?

2. Bagaimana kondisi

atau situasi kelas pada saat

pembelajaran

melalui metode yang diterapkan ibu didalam kelas?

3. Apakah ibu pernah

menggunakan strategi pembelajaran modeling teman sebaya (tutor sebaya) didalam kelas dan bagaimana ibu mengembangkan strategi tersebut?

4. Bagaimana menurut

ibu kelebihan dari strategi pembelajaran modeling teman sebaya (tutor sebaya)? Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara Wawancara


(36)

55

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

5. Bagaimana menurut

ibu kekurangan dari strategi

pembelajaran modeling teman sebaya (tutor sebaya)?

6. Apa solusi yang ibu

berikan untuk mengatasi kendala dalam menerapkan stategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) 4. Apakah terdapat peningkata n kepemimpi nan siswa melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dikelas VIII E SMPN 26 Bandung? 1. Peningkatan keterampilan kepemimpina n siswa melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya)

7. Bagaimana menurut

ibu mengenai penerapan strategi pembelajaran modeling teman sebaya (tutor sebaya) didalam kelas?

8. Apakah melalui

strategi pembelajaran modeling teman sebaya (tutor sebaya) dapat meningkatkan kepemimpinan siswa?

Wawancara

Wawancara

F. Uji Validitas Data

Menurut Hopkins (dalam Wiriaatmadja 2012, hlm.168) untuk menguji derajat keterpercayaan atau derajat kebenaran penelitian, ada beberapa bentuk validasi yang dapat dilakukan dalam penelitian tindakan kelas, yaitu :

a. Member Chek dilakukan untuk meninjau kembali keterangan-keterangan atau


(37)

Faisal Qorni, 2015

narasumber tentang kebenaran data penelitian. Dalam kegiatan ini peneliti menginformasikan penemuan yang diperoleh baik kepada guru, maupun siswa pada setiap akhir kegiatan pembelajaran.

b. Triangulasi yaitu kegiatan untuk memeriksa kebenaran hipotesis, konstruk

atau analisis yang diperoleh peneliti dengan menggunakan sumber lain yakni dengan membandingkan kebenaran data dengan sumber lain atau hasil peneliti lain.

c. Audit Trail dilakukan dengan cara mendiskusikan kebenaran data beserta

prosedur pengumpulannya dengan guru untuk memperoleh data dengan validasi yang tinggi.

d. Expert Opinion dilakukan dengan cara pengecekan data terakhir terhadap

kesahihan temuan peneliti kepada pakar profesional. Dalam kegiatan ini peneliti mengkonsultasikan temuan-temuannya kepada pembimbing sehingga validasi data temuan yang dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya.

G. Teknik Pengumpulan dan Analisis Data 1. Teknik pengumpulan data

a. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpul data yang dilakukan dengan mengamati langsung mengenai permasalahan yang yang diamati dan mencatatkan apa yang terjadi di lapangan. Untuk memaksimalkan hasil observasi, biasanya peneliti akan menggunakan alat bantu yang sesuai dengan kondisi lapangan. Diantara alat bantu tersebut seperti, buku catatan dan chek list yang berisi objek yang perlu diamati.

b. Catatan lapangan

Catatan lapangan dalam suatu penelitian dilkukan pada saat peneliti berada pada tahap pengumpulan data. Catatan lapangan ini dibutuhkan oleh peneliti untuk mengetahui hal-hal yang diamati dalam kegiatan penelitian yang telah dicatat pada saat melakukan penelitian. Catatan lapangan yang peneliti gunakan dalam penelitian ini yaitu catatan yang dibuat langsung pada saat penelitian


(38)

57

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sedang dilaksanakan yang dicatat dalam catatan lapangan ini adalah deskripsi kegiatan yang terjadi pada saat sedang melakukan penelitian beserta komentar terhadap kejadian yang sedang berlangsung. Catatan ini disusun secara sistematis berdasarkan urutan waktu dan kejadian yang diamati.

c. Wawancara

Wawancara menurut Dezim (dalam Wiriiatmadja, 2012, hlm. 117) wawancara adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara verbal kepada orang-orang yang dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal yang dipandang perlu. Untuk memperkuat data yang diperoleh dalam penelitian kali ini, penulis akan mewawancarai guru IPS dan peserta didik kelas VIII E yang menjadi subjek pada penelitian kali ini.

d. Tes

Dalam kegiatan pengumpulan data tes sangat diperlukan pada penelitian ini. Tes digunakan peneliti untuk memperoleh data mengenai tingkat keberhasilan peserta didik terhadap materi yang diberikan. Tes yang dilakukan pada penelitian kali ini berupa tes tertulis berkaitan dengan materi yang diajarkan. Melalui tes ini peneliti dapat mengetahui sejauh mana ketercapaian peserta didik terhadap kegiatan pembelajaran yang dilakukan.

e. Angket

Pengertian metode angket menurut Arikunto (2006, hlm. 151) adalah pernyataan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadi atau hal-hal yang ia ketahui. Sedangkan menurut Sugiyono (2011, hlm. 199) angket atau kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau peryataan tertulis kepada responden untuk dijawab.

Angket digunakan oleh peneliti bertujuan untuk mengetahui sejauh mana strategi yang diterapkan berhasil secara langsung dari pendapat siswa. Angket juga ditunjukan untuk melihat perkembangan perhitungan kepemimpinan siswa yang dilihat dari opsi atau jawaban dalam angket yang dipilih siswa. Angket yang digunakan ditiap tindakan adalah angket yang sama. Hal ini ditunjukan untuk


(39)

Faisal Qorni, 2015

menghasilkan data yang dapat diperbandingkan dan untuk mengetahui perkembangannya.

f. Dokumentasi

Teknik pengumpulan data lainnya dalam penelitian ini adalah dokumentasi. Dokumentasi yang dimaksud dalam penelitian ini bukan hanya berupa foto-foto saja, melainkan berupa dokumen tertulis yang dibutuhkan oleh peneliti. Salah satu contoh dokumentasi yang digunakan penulis yaitu, dokumen hasil belajar peserta didik, dokumen resmi dari pihak-pihak yang terkait dan sebagainya yang dibutuhkan dalam kegiatan penelitian ini serta dokumentasi berupa foto-foto saat proses pembelajaran berlangsung. Teknik dokumentasi ini digunakan untuk melengkapi teknik pengumpulan data lainnya dalam penelitian ini. Dokumen ini dapat memberikan gambaran mengenai kesesuaian dengan data yang diperoleh.

2. Teknik Analisis Data

Menurut Sugiyono (2011, hlm. 89) analisi data adalah:

“Proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, observasi, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun dalam pola memilih mana yang penting dan mana yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami diri sendiri dan orang lain. Analisis data kualitatif bersifat induktif, yaitu analisi data berdasarkan data yang diperoleh selanjutnya dikembangkan hipotensis”.

Pada penelitian ini, data yang akan dianalisis mulai dari data yang dihasilkan pada tahap orientasi sampai pada tahap berakhirnya seluruh program tindakan sesuai dengan permasalahan dan tujuan penelitian. Analisis ini akan dilakukan pada setiap siklus penelitian tindakan kelas guna untuk menilai tiap tindakan yang diterapkan yang berakhir pada tindakan memutuskan perencanaan dalam pelaksanaan siklus berikutnya. Teknik analisi data. Menurut Miles & Huberman (dalam Basrowi & Suwandi, 2008, hlm. 20) terdiri dari dua teknik


(40)

59

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

yaitu teknik analisis data kualitatif dan teknik analisis kuantitatif. teknik-teknik tersebut akan dipaparkan sebagai berikut.

a. Teknik analisis data kuantitatif

Analisis data kuantitatif dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui aspek kepemimpinan siswa terhadap kelompok maupun individu yang dilihat dari hasil angket yang telah diisi siswa, analisis hasil observasi aktivitas guru, serta analisis hasil observasi aktivitas siswa baik dalam pengerjaan tugas-tugas dan penilaian aktivitas siswa yang berdasarkan pengamatan observer. Kemudian, data hasil analisis tersebut dilakukan proses kaji perbandingan antara hasil pengisian angket oleh siswa dan lembar observasi siswa Dibawah ini adalah pemaparan prosedur perhitungan analisis data kuantitatif berdasarkan bentuk instrumennya. a) Menganalisis angket

Angket digunakan peneliti untuk mengumpulkan data khususnya mengenai ketercapaian indikator-indikator penerapan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya). Selebihnya turut juga digunakan untuk mengetahui perkembangan kepemimpinan siswa. Pemaparan data kuantitatif dalam penelitian ini merupakan hasil dari perhitungan statistik yang sederhana yakni menampilkan peningkatan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya dari pelaksanaan siklus pertama sampai hasil dari siklus terakhir. Proses penganalisasian data kuntitatif hasil penelitian dilakukan dengan mengikuti prosedur-prosedur pengolahan data sebagai berikut:

a. Menghitung penandaan check-list pada setiap jawaban angket yang diisi oleh siswa.

b. Menghitung presentase jawaban siswa dalam angket untuk setiap jawaban yang diberikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut Subjana (2001, hlm. 19)


(41)

Faisal Qorni, 2015

P = F X 100%

N

P = frekuensi jawaban seluruh siswa

F = frekuensi jawaban N = frekuensi responden

c. Rentang klasifikasi pengisian peryataan-peryataan dalam angket penilaian kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya dalam proses pembelajaran IPS adalah sebagai berikut.

SS = Sangat Setuju S = Setuju

KS = Kurang Setuju TS = Tidak Setuju

b)Hasil observasi aktivitas guru berdasarkan pengamatan observer

Analisis data aktivitas guru berdasarkan pengamatan observer dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut.

Presentase aktivitas guru = Perolehan skor x 100 Seluruhan aktivitas

Setelah dihitung kemudian hasilnya diklasifikasi sesuai dengan klasifikasi, klasifikasi tersebut sebagai berikut (Komalasari, 2011, hlm. 156).

Tabel 3.2

Klasifikasi pembobotan aktivitas guru

Kategori Rentang Nilai

Kurang 0-1

Cukup 2-2,4

Baik 2,5-3,2

Sangat Baik 3,3-4

Sumber: diolah oleh peneliti

b. Teknik analisis data kualitatif

Suatu penelitian tentunya akan menghasilkan sebuah data, karena syarat penting dalam sebuah penelitian adalah data. Data yang baik adalah data yang


(42)

61

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dapat diukur agar mampu memudahkan melihat hasil dari sebuah penelitian. Analisis data yang diperoleh dalam sebuah penelitian dapat memecahkan masalah penelitian dan mencapai tujuan akhir penulisan. Data yang diperoleh dalam penelitian ini dianalisis menggunakan analisis data kualitatif. Pada dasarnya analisis data kualitatif dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data. Analisis data tersebut terdiri atas beberapa komponen kegiatan yang saling terkait satu sama lain yaitu:

a) Reduksi data

Reduksi data merupakan proses pemilihan, perumusan perhatian, dan penyederhanaan serta pengubahan bentuk data mentah yang ditemukan peneliti dilapangan. Proses reduksi data ini dilakukan mulai dari penelitain awal hingga akhir. Dalam proses ini dilakukan penajaman, pemfokusan, penyisihan data yang kurang bermakna dan menatanya sedemikian rupa sehingga kesimpulan akhir dapat ditarik dan diverifikasi. Setelah penulis mendapatkan kebenaran dari data yang diperoleh kemudian akan di cek ulang dengan informan lain yang lebih memahami dari data tersebut.

b) Penyajian data

Proses penyajian data merupakan kumpulan informasi yang tersusun sehingga memungkinkan penulis untuk menarik kesimpulan dan pengambilan tindakan. Dalam penelitian kualitatif penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Penyajian data yang sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif secara rinci dan mendalam. Dalam tahapan ini juga penulis melakukan penyajian data yang disusun secara sistematis agar lebih mudah untuk dipahami berdasarkan data yang diperoleh sehingga akan membentuk suatu bagian yang utuh.

c) Kesimpulan dan verifikasi

Penarikan kesimpulan dalam tahapan ini merupakan salah satu bagian yang utuh dari kegiatan anlisis data kualitatif. Kegiatan ini dimaksudkan untuk mencari hubungan, persamaan, atau perbedaan. Penarikan kesimpulan dilakukan


(43)

Faisal Qorni, 2015

dengan jalan membandingkan kesesuaian pernyataan dari subjek penelitian dengan makna yang terkandung bersama konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut. Sedangkan verifikasi data dimaksudkan agar penilaian tentang keseuaian data dengan maksud yang terkandung dalam konsep-konsep dasar dalam penelitian tersebut lebih tepat dan objektif.

Untuk memperkuat analisis data kualitatif, penulis melakukan perhitungan secara sederhana yaitu, dengan menggunakan rata-rata (presentase) seperti yang dituliskan oleh Komalasari (2011, hlm. 156) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Presentase aktivitas = Perolehan skor x 100 Seluruhan aktivitas

Kemudian untuk keperluan mengklasifikasikan meningkatkan kepemimpinan siswa melalui strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dan penerapan strategi modeling teman sebaya oleh siswa, maka penulis mengelompokan kedalam empat kategori yaitu sangat baik, cukup dan kurang dengan skala presentase rentang skor sebagai berikut:

Tabel 3.3 Presentase aktivitas Observasi

Kategori Skor presentase

Kurang 0 - 33,3 %

Cukup 33,4 % - 66,6 %

Baik 68,9 % - 78,9%

Sangat Baik 79,9 % - 100%

Sumber: diolah oleh peneliti

Selanjutnya pada tabel dibawah ini adalah hasil penilaian siswa yang sudah dipresentasikan.

Tabel 3.4 Presentase hasil nilai siswa

Kategori Skor presentase

Kurang 0 - 33,3 %

Cukup 33,4 % - 66,6 %


(44)

63

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sangat Baik 76,9 % - 100%


(45)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Dalam bab ini akan menyampaikan hasil akhir dari penelitian yang telah dilakukan serta saran yang diajukan oleh penulis kepada pihak-pihak yang terkait dalam penelitian ini. Berdasarkan hasil pengamatan dari pelaksanaan kegiatan pembelajaran di kelas VIII E SMPN 26 Bandung yang telah dilakukan pada siklus 1, 2, dan siklus 3 mengenai “Meningkatkan Kepemimpinan Siswa dalam Pembelajaran IPS melalui Strategi Modeling Teman Sebaya (Tutor Sebaya)” penulis mengambil kesimpulan secara umum dan khusus.

A.Kesimpulan

Kesimpulan yang didapatkan berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan bahwa melalui penerapan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) dapat meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini disebabkan karena pada penerapan strategi tutor sebaya dengan melakukan bimbingan kepada siswa yang kurang semangat untuk mengikuti pembelajaran IPS agar siswa yang diberikan bimbingan tersebut dapat meningkatkan kepemimpinannya dengan cara menyajikan permasalahan yang berkaitan dengan kepemimpinan agar siswa mampu memberikan gagasan maupun solusi alternatif dalam memecahkan masalah tersebut serta siswa semakin bersamngat dalam mengikuti pembelajaran IPS. Adapun kesimpulan secara khusus dapat penulis kemukakan sebagai berikut

1. Perencanaan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan strategi modeling teman sebaya (tutor sebaya) untuk meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS yang telah dilaksanakan dengan sangat baik. Guru melakukan perencanaan sebelum kegiatan pembelajaran dilakukan. Hal ini bertujuan agar kegiatan pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan apa yang dibuat dalam rencana pembelajaran yang sudah dibuat sebelumnya. Selain menyiapkan RPP yang berorientasi pada siswa (student centered), guru juga mempersiapkan materi dengan menentukan masalah yang berkatan dengan


(46)

200

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

kepemimpinan terkait materi yang akan dibahas dan mempersiapkan perencanaan media pembelajaran yang menarik dengan tujuan agar siswa termotivasi dalam kegiatan pembelajaran. Sebagai peneliti, guru juga mempersiapkan lember observasi guru dan siswa catatan lapangan, lembar wawancara guru, angket siswa serta studi dokumentasi yang akan digunakan untuk penelitian.

2. Pelaksanaan kegiatan pembelajaran untuk meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS melalui tutor sebaya yang dilakukan oleh guru sudah dilaksanakan dengan baik pada setiap siklusnya. Kegiatan pembelajaran ini dilaksanakan melalui tiga tahap yaitu, kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup. Pada kegiatan pelaksanaan ini guru berusaha untuk mengembangkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS dan memberikan motivasi agar siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran dengan memberikan skor berbintang sebagai apresiasi kepada siswa yang aktif didalam kelas serta guru menggunakan media visual maupun audio visual untuk menarik perhatian siswa. Kegiatan yang dilakukan untuk meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS adalah dengan memberikan tes uraian yang bersifat kontekstual terkait masalah kepemimpinan yang harus dipecahkan atau dicarikan solusi alternatifnya oleh siswa maupun berupa tugas yang di sajikan berupa bentuk mading dan power

point disertai gambar yang berkaitan dengan masalahnya. Guru juga

memeberikan kesempatan kepada siswa untuk mempresentasikan gagasanya didepan kelas.

3. Kendala dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS yang dilakukan oleh guru secara umum lebih menekankan pada waktu dengan cakupan materi yang cukup luas. Selain itu, kendala lain yang dihadapi adalah kegiatan pembelajaran menggunakan strategi tutor sebaya dengan menggunakan masalah kepemimpinan/pemimpin negara yang dikembangkan sesuai dengan


(47)

SK/KD ini sebelumnya belum pernah dilakukan oleh guru sehingga siswa perlu beradaptasi. Hal ini terlihat

4. pada siklus pertama, peserta didik masih terlihat kebingungan untuk menuangkan hasil analisis mereka terhadap suatu permasalahan yang disajikan oleh guru. Namun, dalam kegiatan refleksi yang dilakukan oleh penulis bersama guru mitra selalu mengupayakan perbaikan serta mencari solusi atas kendala-kendala tersebut. Hal ini dilakukan agar pada pembelajaran berikutnya dapat lebih baik lagi. Beberapa upaya yang dilakukan oleh guru adalah membuat rencana pelaksanaan dengan lebih matang sehingga ketika proses pembelajaran berlangsung agar siswa mampu memahami apa yang disampaikan oleh guru. Selain itu guru juga berupaya untuk mengembangkan media pembelajaran maupun dalam memberikan tugas yang dikemas semenarik mungkin dan mengangkat masalah-masalah kepemimpinan yang ada di Indonesia yang sangat beragram maupun permasalahan kepemimpinan yang dekat dengan lingkungan siswa dan melatih siswa menjadi pemecah masalah yang baik maupun memberikan solusi alternatif yang bermanfaat bagi semua orang termasuk untuk diri sendiri dengan begitu pembelajaran IPS dapat lebih bernilai, bermakna dan kaya akan manfaat bagi siswa.

5. Pelaksanaan pembelajaran menggunakan strategi tutor sebaya ini mampu meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS. Hal ini terlihat pada peningkatan presentase yang di peroleh pada setiap siklunya terlebih pada siklus kedua dan ketiga. Siswa terlihat sangat percaya dari dan berani mengungkapkan gagasan-gagasanya yang mereka miliki. Hasil penilaian yang dilakukan oleh guru juga menunjukan adanya peningkatan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS berdasarkan hasil tes maupun pemberian tugas-tugas yang dilakukan diakhir pembelajaran pada siklus ke 1, 2, dan siklus ke 3.


(48)

202

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik dilapangan maupun secara teoritis, maka penulis sampaikan saran-saran kepada berbagai pihak terkait maupun kepada yang akan melaksanakan penelitian sejenis untuk dijadikan sebagai bahan rekomendasi yakni sebagai berikut.

1. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat mendukung serta memfasilitasi kegiatan pembelajaran khususnya dengan menggunakan penerapan strategi tutor sebaya karena terbukti mampu meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajar IPS. Selain itu, pembelajaran dengan strategi ini berorientasi pada siswa sehingga siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran. Siswa juga dituntut untuk peka dalam masalah yang dihadapi oleh pemimpin agar siswa mampu memecahkan dan memberikan solusi alternatif dalam masalah tersebut. Hal ini tentunya memberikan dampak positif untuk mempersiapkan siswa menjadi sosok pemimpin yang sangat bijak sana dan pemimpin yang berkualitas.

2. Bagi pendidik yang ingin menerapkan strategi tutor sebaya agar dapat lebih kreatif dalam memilih masalah kepemimpinan yang saat ini sedang hangat sereta lebih beragram dengan tujuan untuk menarik rasa percaya diri siswa dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan serta profesionalitas guru dalam melaksanakan kegitan pembelajaran.

3. Bagi siswa, pengembangan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS harus lebih ditingkatkan lagi dengan cara percaya diri serta berani mempengaruhi siswa lain agar dapat mencapai tujuan dan keinginan yang baik serta dapat mengukapkan gagasan-gagasannya dalam memeberikan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah kepemimpinan. Sehingga pembelajaran IPS akan menyenangkan dan tidak terpaku pada buku bacaan (buku paket yang ada) serta melatih siswa untuk mampu menjadi seorang pemimpin yang bijaksana baik dalam kelas maupun diluar sekolah.


(49)

4. Bagi peneliti, bagi peneliti selanjutnya, upaya untuk meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS melalui strategi tutor sebaya dapat dikembangkan lagi pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan strategi-stategi yang lain dan tentunya dengan menggunakan hasil penelitian ini sebagai rekomendasi untuk perbaikan saat akan melakukan penelitian selanjutnya.


(50)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

203 DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1992). Pengelolaan Kelas dan Siswa. jakarta: Rajawali. Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Ahamadi, A. & N.U (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Renika Cita.

Benard, B. (1990) A Case For Peers. Portland, OR: Northwest Regional Educational Laboratory. ED 327 755

Coulter and Robbins. (2002). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks kelompok Gramedia.

Djamara. (2006). “Strategi Belajar Mengajar”. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Effendi, Ridwan., dkk. (2009). “Pengembangan Pendidikan IPS SD”. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hersey, Paul dan Kenneth H. Blanchard. (1982) “Manejemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Edisi Keempat. ahli

bahasa Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Ischak dan Warji. (1987). Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Kartono, Kartini. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Refika Aditama.

Miftah Thoha. (2009). Perilaku organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.


(1)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagai bahan rekomendasi dengan mempertimbangkan hasil temuan baik dilapangan maupun secara teoritis, maka penulis sampaikan saran-saran kepada berbagai pihak terkait maupun kepada yang akan melaksanakan penelitian sejenis untuk dijadikan sebagai bahan rekomendasi yakni sebagai berikut.

1. Bagi pihak sekolah diharapkan dapat mendukung serta memfasilitasi kegiatan pembelajaran khususnya dengan menggunakan penerapan strategi tutor sebaya karena terbukti mampu meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajar IPS. Selain itu, pembelajaran dengan strategi ini berorientasi pada siswa sehingga siswa terlibat aktif selama proses pembelajaran. Siswa juga dituntut untuk peka dalam masalah yang dihadapi oleh pemimpin agar siswa mampu memecahkan dan memberikan solusi alternatif dalam masalah tersebut. Hal ini tentunya memberikan dampak positif untuk mempersiapkan siswa menjadi sosok pemimpin yang sangat bijak sana dan pemimpin yang berkualitas.

2. Bagi pendidik yang ingin menerapkan strategi tutor sebaya agar dapat lebih kreatif dalam memilih masalah kepemimpinan yang saat ini sedang hangat sereta lebih beragram dengan tujuan untuk menarik rasa percaya diri siswa dalam kegiatan pembelajaran yang akan dilakukan. Sehingga dapat meningkatkan kemampuan serta profesionalitas guru dalam melaksanakan kegitan pembelajaran.

3. Bagi siswa, pengembangan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS harus lebih ditingkatkan lagi dengan cara percaya diri serta berani mempengaruhi siswa lain agar dapat mencapai tujuan dan keinginan yang baik serta dapat mengukapkan gagasan-gagasannya dalam memeberikan solusi alternatif untuk menyelesaikan masalah kepemimpinan. Sehingga pembelajaran IPS akan menyenangkan dan tidak terpaku pada buku bacaan (buku paket yang ada) serta melatih siswa untuk mampu menjadi seorang pemimpin yang bijaksana baik dalam kelas maupun diluar sekolah.


(2)

203

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

4. Bagi peneliti, bagi peneliti selanjutnya, upaya untuk meningkatkan kepemimpinan siswa dalam pembelajaran IPS melalui strategi tutor sebaya dapat dikembangkan lagi pada penelitian selanjutnya dengan menggunakan strategi-stategi yang lain dan tentunya dengan menggunakan hasil penelitian ini sebagai rekomendasi untuk perbaikan saat akan melakukan penelitian selanjutnya.


(3)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

203

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S. (1992). Pengelolaan Kelas dan Siswa. jakarta: Rajawali. Arikunto, S. (2010). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara Ahamadi, A. & N.U (2003). Ilmu Pendidikan. Jakarta: PT. Renika Cita.

Benard, B. (1990) A Case For Peers. Portland, OR: Northwest Regional Educational Laboratory. ED 327 755

Coulter and Robbins. (2002). Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Indeks kelompok Gramedia.

Djamara. (2006). “Strategi Belajar Mengajar”. Bandung: PT Remaja Rosda Karya.

Effendi, Ridwan., dkk. (2009). “Pengembangan Pendidikan IPS SD”. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Hamalik, O. (2009). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara

Hersey, Paul dan Kenneth H. Blanchard. (1982) “Manejemen Perilaku Organisasi: Pendayagunaan Sumber Daya Manusia Edisi Keempat. ahli bahasa Agus Dharma. Jakarta: Erlangga.

Ischak dan Warji. (1987). Program Remedial dalam Proses Belajar Mengajar. Kartono, Kartini. (2010). Pemimpin dan Kepemimpinan. Jakarta: PT.Raja

Grafindo Persada.

Komalasari, K. (2011). Pembelajaran Kontekstual. Bandung: PT. Refika Aditama.

Miftah Thoha. (2009). Perilaku organisasi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta: Rajawali Pers.


(4)

204

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Robbins P. Stephen. (2003). Essentials of Organizational Behavior. New Jersey: Prentice-Hall, Inc.

Rivai, Veithzal. (2004). Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta : Raja Grafindo Persada.

Rivai. V. dan Mulyadi. D. (2009). Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi. Jakarta: Rajawali Pers.

Siagian, S. P. (1986). Administrasi Pembangunan. Gunung Agung, Jakarta.

Silberman, L. Melvin. 101 Strategi Pembelajaran Aktif. Terjemahan oleh Sarjuli, Ammar Adzfar, Sutrisno, dkk. (2009). Yogyakarta: Pustaka Insan Madani Sapriya, dkk. (2008). “Konsep Dasar IPS”. Bandung: Laboratorium PKN UPI. Sapriya. (2012). “Pendidikan IPS”. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Sanjaya W. (2010). “Strategi Pembelajaran”. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sarwono, W.S. (2005). “Psikologi sosial: Psikologi Kelompok dan Psikologi

Terapan”. Jakarta: PT Balai Pustaka Pers.

Sentot Imam Wahjono. (2010), Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. Suherman dkk. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontenporer I.

Bandung: UPI

Sugiyono, (2011). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabet

Suparno. P. (2007). Metodologo Pembelajaran Fisika; Konstruktivistik dan Menyenangkan. Yogyakarta. Universitas Santa Dharma.


(5)

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Suryo. M. dan Amin. M. (1982). Pengajaran Remedial. Jakarta: Depdikbud P2BSPG.

Wiriaatmadja, Rochiati. (2012). Metode Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Wirawan, Dr. (2014). Kepemimpinan. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada. Winardi. (1990). Kepemimpinan Dalam Manajemen. PT. Rineka Cipta, Jakarta . Amizatul dan Rusijono 2010 [online].

Tersedia: http://zaifbio.wordpress.com/2013/09/13/metode-tutor-sebaya/ JAF, Stoner. 1978. [online]

Tersedia : http://diecahyouinyogya.blog.com/2011/06/06/adi/

Andiyanto. W. (2011) Pengaruh Motivasi Kerja dan Kepemimpinan Terhadap Kinerja Pegawai pada Badan Keluarga Berencana dan Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Manggarai-Flores Nusatenggara Timur. Skripsi Universitas Diponegoro, Semarang.

Haryanti, R. (2008) Efektivitas Metode Pembelajaran Tutor Sebaya untuk Meningkatkan Hasil Belajar Biologi Pada Siswa Kelas XI Sma Negeri 1 Karangdowo Klaten Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi.

Antonius Novan S. N. (2007). Model Pembelajaran Tutor Sebaya dengan Memanfaatkan LKS dan Alat Peraga Papan Berpaku Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar dan Aktivitas Belajar Matematika pada Pokok Bahasan Simetri Lipat dan Pencerminan Bagi Peserta didik Kelas V SD Rejosari 03 Semarang. Skripsi. Universitas Negeri Semarang, Semarang. Satriyaningsih. (2009). Efektifitas Metode Pembelajaran Tutor Sebaya untuk


(6)

206

Faisal Qorni, 2015

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Siswa Kelas VII SMP Bhinneka Karya Klego Boyolali Tahun Ajaran 2008/2009. Skripsi. Universitas Muhammdiyah Surakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh Dukungan Guru dan Teman Sebaya terhadap Akseptabilitas dan Pemanfaatan Pusat Informasi dan Konseling Remaja (PIK Remaja) di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Kota Tanjung Balai

3 72 174

Hubungan Iklan Rokok, Uang Saku Dan Teman Sebaya Terhadap Perilaku Merokok Pada Siswa Sma Negeri 2 Medan Tahun 2014

1 49 218

Hubungan Peran Teman Sebaya Dengan Kecemasan Remaja Putri Pada Masa Pubertas Dalam Menghadapi Perubahan Fisik Di Smp Swasta Betania Medan

10 93 92

Pengaruh Paparan Media Internet dan Teman Sebaya terhadap Perilaku Seks Bebas Pada Remaja SMA XYZ Tahun 2012

6 96 167

Pengaruh Interaksi Sosial Teman Sebaya Terhadap Hasil Belajar IPS Siswa Kelas VIII MTs Al-Mursyidiyyah Pamulang

3 51 144

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui Strategi Pembelajaran Questions Student Have Pada Siswa Kelas VIII G SMP Muhammadiyah 5 Surakarta

0 1 16

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN Peningkatan Keaktifan Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ips Melalui Strategi Pembelajaran Questions Student Have Pada Siswa Kelas VIII G SMP Muhammadiyah 5 Surakart

0 2 12

EFEKTIVITAS BIMBINGAN TEMAN SEBAYA DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL SISWA.

1 2 159

MENINGKATKAN KEPEMIMPINAN SISWA DALAM PEMBELAJARAN IPS MELALUI STRATEGI MODELING TEMAN SEBAYA - repository UPI S IPS 1105767 Title

0 0 3

PENGARUH STATUS SOSIAL EKONOMI DAN TEMAN SEBAYA TERHADAP HASIL BELAJAR IPS SISWA

0 1 13