ANALISIS CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA.
ANALISIS
CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO
DAN
RETURN ON ASSETS
TERHADAP
DIVIDEND PAYOUT
RATIO
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE
DI BURSA EFEK INDONESIA
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
Oleh :
AQEO VETTWO VIRNANDO
0712010045 / EM
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL ”VETERAN”
JAWA TIMUR
2011
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(2)
SKRIPSI
ANALISIS
CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO
DAN
RETURN ON ASSETS
TERHADAP
DIVIDEND PAYOUT
RATIO
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE
DI BURSA EFEK INDONESIA
Yang diajukan
AQEO VETTWO VIRNANDO
0712010045 / EM
disetujui untuk Ujian Lisan oleh
Pembimbing Utama
Dra. Ec. Nuryanti T, MSi Tanggal………
Mengetahui
Wakil Dekan I
Drs. Rahman A. Suwaidi, MS
NIP. 19600330 198603 1001
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(3)
i
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul :
“ANALISIS CASH POSITION, DEBT TO EQUITY RATIO DAN RETURN
ON ASSETS TERHADAP DIVIDEND PAYOUT RATIO PADA
PERUSAHAAN OTOMOTIVE DI BURSA EFEK INDONESIA”
Skripsi ini diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan guna
memperoleh gelar Sarjana Ekonomi Progdi Manajemen pada Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak akan berhasil tanpa adanya
dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini dengan segala
ketulusan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada :
1.
Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas
Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
2.
Bapak Dr. Dhani Ichsanudin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur
3.
Bapak Dr. Muhadjir Anwar, MM, selaku Ketua Jurusan Manajemen Fakultas
Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.
4.
Ibu Dra. Ec. Nuryanti T, MSi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah
memberikan bimbingan dan dorongan kepada peneliti dalam menyelesaikan
skripsi ini.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(4)
ii
“Veteran” Jawa Timur yang telah memberikan banyak pengetahuan selama
masa perkuliahan.
6.
Bapak dan Ibu, yang telah memberikan dukungan, doa dan semangat dan
segalanya.
7.
Semua pihak yang ikut membantu, yang tidak bisa penulis sebutkan
satu-persatu.
Penulis menyadari bahwa apa yang telah disajikan masih banyak
kekurangan, untuk itu kritik dan saran yang membangun dari semua pihak sangat
diharapkan demi kesempurnaan skripsi ini. Akhirnya dengan segala keterbatasan
yang penulis miliki, semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak yang
berkepentingan.
Surabaya, November 2011
Penulis
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(5)
i
KATA PENGANTAR
... i
DAFTAR ISI
... iii
DAFTAR TABEL
... vi
DAFTAR GAMBAR
... vii
ABSTRAKSI
... viii
BAB I PENDAHULUAN
... 1
1.1.
Latar Belakang Masalah ... 1
1.2.
Rumusan Masalah ... 9
1.3.
Tujuan Penelitian ... 10
1.4.
Manfaat Penelitian ... 10
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
... 11
2.1.
Penelitian Terdahulu ... 11
2.2.1.1 Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan... 15
2.2.1.2 Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan... 15
2.2.3. Analisis Rasio ... 21
2.2.4. Kebijakan Dividen... 26
2.2.5. Pengaruh Cash Positioning Terhadap Dividen Payout Ratio ... 28
2.2.6. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap
Dividen Payout Ratio ... 29
2.2.7. Pengaruh Return On Assets Terhadap Dividen Payout Ratio .. 30
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(6)
ii
2.4. Hipotesis ... 31
BAB
III METODE PENELITIAN
3.1
Definisi
Operasional
dan Pengukuran Variabel ...
32
3.2 Populasi Dan Sampel Penelitian ...
33
3.3 Jenis Data dan Sumber Data ...
35
3.4 Teknik Analisis dan Uji Hipotesis ...
36
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Deskripsi Perusahaan ...
42
4.1.1. Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia ...
44
4.2.Deskripsi Variabel
...
52
4.3. Deskripsi Hasil
...
56
4.3.1. Uji Normalitas
...
56
4.3.2. Uji Asumsi Klasik ...
57
4.3.3. Hasil Pengujian Regresi Linier Berganda ...
59
4.3.4. Hasil Pengujian Uji F dan uji t...
61
4.3. Pembahasan
...
62
4.3.1. Pengaruh Cash Position terhadap Dividen Payout Ratio..
63
4.3.2. Pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap
Dividen Payout Ratio...
63
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(7)
iii
Dividen Payout Ratio...
64
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
... 66
5.1. Kesimpulan
... 66
5.2. Saran ... 67
DAFTAR PUSTAKA
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(8)
iv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Data Cash Position Perusahaan Manufaktur ...53
Tabel 4.2. Data Debt to Equity Ratio Perusahaan Manufaktur ...54
Tabel 4.3. Data Return on Assets Perusahaan Manufaktur ...55
Tabel 4.4. Normalitas Data Masing-masing Variabel...56
Tabel 4.5. Data Autokorelasi ...57
Tabel 4.6. Batas-batas daerah Test Durbin Watson ...58
Tabel 4.7 : Hasil Pengujian Multikolinieritas ...59
Tabel 4.8 : Hasil Pengujian Heteroskedastisitas ...60
Tabel 4.9 Koefisien Regresi...61
Tabel 4.10 : Hasil Uji F ...62
Tabel 4.11 : Hasil Uji t...62
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(9)
v
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1. Kerangka Pikir ...31
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(10)
i
RETURN ON ASSETS
TERHADAP
DIVIDEND PAYOUT
RATIO
PADA PERUSAHAAN OTOMOTIVE
DI BURSA EFEK INDONESIA
Aqeo Vettwo Virnando
ABSTRAK
Perbedaan kepentingan antara manajemen dengan pemegang saham
menimbulkan konflik keagenan. Pemegang saham biasanya memilih dewan
direksi yang kemudian mengangkat manajer untuk menjalankan perusahaan.
Karena manajer bekerja untuk pemegang saham, mereka harus menentukan
kebijakan yang dapat meningkatkan nilai kepentingan pemegang saham. Tujuan
utama perusahaan dan sudut pandang manajemen keuangan adalah untuk
memaksimumkan kemakmuran pemegang saham atau stockholder. Tujuan
tersebut sering kali hanya bisa dicapai apabila pemilik modal menyerahkan
pengelolaan perusahaan kepada para profesional (manajerial) dan insiders atau
sering disebut agen, karena pemilik modal memiliki banyak keterbatasan. Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh
Cash Position, Debt to
Equity Ratio,
Return On Assets
terhadap
Dividend Payout Ratio
pada Perusahaan
Otomotive di Bursa Efek Indonesia
Populasi dalam penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari
Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode tahun
2007-2010 yang berjumlah 8 perusahaan. Model yang digunakan dalam penelitian ini
adalah uji regresi linier berganda.
Berdasarkan uji secara simultan untuk variabel Cash Position, Debt to
Equity Ratio, Return on Assets berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio.
Sedangkan untuk variabel Cash Position
secara parsial tidak berpengaruh
terhadap Dividen Payout Ratio, variabel Debt to Equity Ratio
secara parsial tidak
berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio, variabel
Return on Assets
secara
parsial berpengaruh terhadap Dividen Payout Ratio
Keywords :
Cash Position, Debt to Equity Ratio,
Return On Assets
dan
Dividend Payout Ratio
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(11)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Kebijakan deviden menjadi perhatian banyak pihak seperti pemegang saham, kreditor, maupun pihak eksternal lain yang memiliki kepentingan dari informasi yang dikeluarkan perusahaan. Melalui kebijakan ini perusahaan memberikan sebagian dari keuntungan bersih kepada pemegang saham secara tunai (Brigham dan Houston 2001). Keputusan ini merupakan salah satu cara meningkatkan kesejahteraan pemegang saham, khsusnya pemegang saham yang berinvestasi dalam jangka panjang dan bukan pemegang saham yang berorientasi pada capital gain. Berkaitan dengan tujuan tersebut, perusahaan berusaha meningkatkan pembayaran deviden dari tahun ke tahun agar kesejahteraan pemegang saham juga mengalami peningkatan. Tetapi dalam praktiknya sering terjadi hambatan seperti terjadinya profitabilitas, keharusan membayar bunga, atau terbukanya kesempatan investasi yang profitable menyebabkan pihak manajemen membatasi pembayaran deviden. Logika ini disebabkan keuntungan akan dialokasikan pada laba ditahan sebagai sumber dana internal. Kondisi ini menyebabkan harapan pemegang saham terhadap deviden tinggi menjadi pudar. Meskipun demikian, pihak manajemen berusaha menghindari terjadinya pemotongan
1
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(12)
deviden (dividend cut) atau paling tidak membayar deviden secara tetap atau dikenal sebagai dividend sticky.
Isu dividend cut memberikan pertanda buruk terhadap kinerja perusahaan. Informasi ini akan ditindaklanjuti oleh pihak eksternal sebagai dampak dari kegagalan perusahaan yang pada akhirnya berdampak buruk terhadap performance harga saham. Bila dikaji dari sisi internal, keputusan deviden cut belum tentu dilatarbelakangi oleh penurunan kinerja financial. Jika perusahaan mendapat kesempatan investasi yang menarik, maka tidak salah bila investasi tersebut didanai dari sumber dana internal daripada utang. Konsekuensi dari keputusan ini mengorbankan kpentingan pemegang saham karena gagal menerima return dalam bentuk deviden. Berdasarkan penilaian yang berbeda ini, dalam menetapkan deviden. Perusahaan sebaiknya mempertimbangkan antara deviden saat ini dengan pertumbuhan perusahaan dimasa mendatang sehingga bermuara pada maksimalisasi harga saham
Sebagaimana diketahui bahwa para investor yang menanamkan dananya dalam bentuk saham bertujuan untuk melipat gandakan kekayaan melalui perolehan dividen maupun capital gain ketika terjadi penjualan saham. Jika investor hanya bertujuan membeli saham untuk investasi saja tentunya ia akan mengharapkan pembayaran dividen yang tinggi, akan tetapi bagi mereka yang melakukan tindakan spekulasi ada kecenderungan untuk mengharapkan sejumlah keuntungan dari capital gain. Kondisi demikian itu memerlukan adanya suatu kebijakan dividen yang mampu memberikan dividen yang diharapkan oleh para investor.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(13)
Besarnya dividen yang dibayarkan oleh perusahaan kepada para pemodal sangat bergantung pada kebijakan masing-masing perusahaan. Oleh karenanya kebijakan deviden penting artinya bagi manajer keuangan perusahaan guna memperhatikan berbagai kepentingan seperti kepentingan perusahaan, pemegang saham, masyarakat, dan pemerintah. Untuk menentukan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada stockholders, maka keputusannya diambil melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) dengan berpedoman pada Undang-Undang No. 1/1995 pasal 62 ayat 1 dan 2. Sebagaimana ketentuan yang berlaku bahwa dividen pada dasarnya dibayar dari laba yang diperoleh oleh perusahaan pada tahun berjalan yang merupakan arus kas yang disisihkan untuk pemegang saham, sedangkan laba yang diperoleh pada tahun sebelumnya yang dimasukkan dalam pos “laba ditahan” (retained earning) merupakan salah satu sumber dana yang paling penting untuk membiayai pertumbuhan perusahaan.
Kebijakan dividen pada hakekatnya adalah menentukan berapa bagian keuntungan yang akan dibagikan kepada pemegang saham dan berapa yang ditahan, hal tersebut tercermin adanya dua kepentingan yang perlu dipenuhi perusahaan. Pertama, menyangkut tanggung jawab perusahaan terhadap para pemegang saham dalam bentuk pembagian dividen. Kedua, menyangkut kelangsungan hidup dan perkembangan perusahaan yang dibiayai dari laba ditahan.
Menurut Marlina (2009 : 1) bahwa kebijakan pembayaran dividen mempunyai pengaruh bagi pemegang saham dan perusahaan yang membayar
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(14)
dividen. Para pemegang saham umumnya menginginkan pembagian dividen yang relatif stabil karena hal tersebut akan mengurangi ketidakpastian akan hasil yang diharapkan dari investasi yang mereka lakukan dan juga dapat meningkatkan kepercayaan pemegang saham terhadap perusahaan sehingga nilai saham juga dapat meningkat. Bagi perusahaan, pilihan untuk membagikan laba dalam bentuk deviden akan mengurangi sumber dana internalnya, sebaliknya jika perusahaan menahan labanya dalam bentuk laba ditahan maka kemampuan pembentukan dana internalnya akan semakin besar yang dapat digunakan untuk membiayai aktivitas perusahaan sehingga mengurangi ketergantungan perusahaan terhadap dana eksternal dan sekaligus akan memperkecil resiko perusahaan. Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada Dividend Payout Rationya yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai, artinya besar kecilnya Dividend Payout Ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan.
Kebijakan dividen perusahaan tergambar pada Dividend Payout Rationya yaitu persentase laba yang dibagikan dalam bentuk deviden tunai,artinya besar kecilnya Dividend Payout Ratio akan mempengaruhi keputusan investasi para pemegang saham dan disisi lain berpengaruh pada kondisi keuangan perusahaan. Pertimbangan mengenai Dividend Payout Ratio ini diduga sangat berkaitan dengan kinerja keuangan perusahaan. Bila kinerja keuangan perusahaan bagus maka perusahaan tersebut akan mampu menetapkan besarnya Dividend Payout Ratio sesuai dengan harapan pemegang
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(15)
saham dan tentu saja tanpa mengabaikan kepentingan perusahaan untuk tetap sehat dan tumbuh. Bertitik tolak dari faktor-faktor yang dipertimbangkan oleh manajemen dan kepentingan investor yang didasarkan pada kinerja keuangan maka berdasarkan hasil penelitian sebelumnya dapat diidentifikasi variabel-variabel berpengaruh terhadap pendapatan dividen, antara lain cash position, debt to equity ratio, return on assets.
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen (Riyanto, 2001: 202).
Debt to Equity Ratio (DER) merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan (Sartono 2001: 66). Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen
Return On Assets (ROA) menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return On Assets (ROA) maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak (Sartono, 2001). Perusahaan yang terdaftar di
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(16)
BEI tidak semuanya membagikan dividen kepada para pemegang sahamnya, baik itu dalam bentuk dividen tunai maupun dividen saham. Hal tersebut disebabkan oleh adanya pertimbangan-pertimbangan yang berbeda dalam membuat keputusan kebijakan dan pembayaran dividen dalam setiap perusahaan.
Tabel 1.1 : Deviden Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010 dalam persentase
Nama Perusahaan 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%)
PT. Astra Otoparts 174.76 216.04 213.34 217.39 PT. Astra Internasional 75.38 91.24 132.17 136.88 PT. Gajah Tunggal 194.29 220.85 147.00 253.18 PT. Goodyear Indonesia 222.69 135.24 148.79 90.48 PT. Indospring 98.43 107.05 107.50 127.22 PT. Indo Kordsa 393.43 497.61 219.28 343.74 PT. Hexindo Adiperkasa 111.112 115.24 140.37 155.45 PT. Multistrada Arah Sarana 56.12 132.10 89.37 85.92 Sumber : Bursa Efek Indonesia
Tabel 1.2.Cash Position Data Perusahaan Sektor Otomotive di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010 dalam persentase
Nama Perusahaan 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%)
PT. Astra Otoparts 0.808 0.807 0.928 1.01 PT. Astra Internasional 1.274 0.961 0.955 0.869 PT. Gajah Tunggal 2.028 6.307 0.34 0.91 PT. Goodyear Indonesia 2.961 1.492 0.29 0.75
PT. Indospring 4.112 1.473 0.504 0.651
PT. Indokordsa 8.713 6.461 2.92 1.861
PT. Hexindo Adiperkasa 2.01 2.04 0.33 1.78
PT. Multistrada Arah Sarana 0.031 0.596 26.471 0.079 Sumber : Bursa Efek Indonesia
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(17)
Tabel 1.3. Data Debt to Equity Ratio Data Perusahaan Sektor Otomotive di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010 dalam persentase
Nama Perusahaan 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%)
PT. Astra Otoparts 1.07 1.094 1.19 1.26 PT. Astra Internasional 10.5 10.5 13.4 13.3
PT. Gajah Tunggal 0.86 1.01 1.17 1.03
PT. Goodyear Indonesia 4.23 6.83 17.7 17.4
PT. Indospring 2.8 3.5 5.4 3.03
PT. Indokordsa 1.45 1.32 1.37 0.64
PT. Hexindo Adiperkasa 5.11 5.9 7.3 7.2
PT. Multistrada Arah Sarana 1.02 0.27 0.59 0.58 Sumber : Bursa Efek Indonesia
Tabel 1.4. Data Return on Assets Perusahaan Sektor Otomotive di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2007-2010 dalam persentase
Nama Perusahaan 2007 (%) 2008 (%) 2009 (%) 2010 (%)
PT. Astra Otoparts 0.151 0.201 0.213 0.239 PT. Astra Internasional 0.055 0.038 -0.378 0.34
PT. Gajah Tunggal 0.86 1.01 1.17 1.03
PT. Goodyear Indonesia 0.09 0.142 2.74 0.291
PT. Indospring 0.031 0.125 0.292 0.354
PT. Indokordsa 0.022 0.043 0.094 0.073
PT. Hexindo Adiperkasa 0.16 0.13 0.417 0.245 PT. Multistrada Arah Sarana 0.235 0.023 0.002 0.119 Sumber : Bursa Efek Indonesia
Deviden pada Perusahaan otomotive cenderung mengalami fluktuasi dari tahun ke tahun yang diindikasikan karena ketidakstabilan posisi kas perusahaan tersebut. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen. Misalnya, apabila
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(18)
perusahaan membutuhkan dana yang cukup besar untuk membiayai investasinya atau perusahaan tersebut sedang tumbuh sehingga sebagian besar dananya tertanam dalam aktiva tetap dan modal kerja, maka kemampuannya untuk membayar dividen kas pun sangat terbatas. Jadi, Dividend Payout Ratio merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham adalah suatu free cash flow.
Selain posisi kas penurunan dividen juga diindikasikan Debt to Equity Ratio. Dalam hal ini dapat dilihat jika perusahaan mempunyai Debt to Equity Ratio yang kecil berarti perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melunasi semua kewajibannya, dan sebaliknya jika perusahaan mempunyai Debt to Equity Ratio yang lebih tinggi dibandingkan ketersediaan modal sendiri yang dimiliki berarti perusahaan yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang rendah nutuk memenuhi kewajibannya. Jumlah leverage yang digunakan perusahaan akan berakibat pada besarnya laba bersih yang diperoleh pada periode tertentu, sehingga hal ini akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan dan harga saham (Kartika 2003:7)
Return On Assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return On Assets maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak. Pada Return On Assets tinggi dibayarkan dividen rendah
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(19)
karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. Dengan cara ini sumber dana internal meningkat sehingga perusahaan dapat menunda penggunaan utang atau emisi saham. baru. Sebaliknya bila Return On Assets rendah maka dibayarkan dividen yang tinggi. Hal ini dilakukan karena perusahaan mengalami penurunan profit sehingga untuk menjaga reputasi dimata investor, perusahaan akan membagikan dividen besar. Pada kondisi tertentu profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividen. Hal ini terjadi bila perusahaan yakin memiliki kepastian bahwa earning dimasa mendatang terprediksi secara jelas (Sartono, 2001:54).
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka penulis melakukan penelitian terhadap masalah tersebut dengan mengambil judul “Analisis Cash Position, Debt to Equity Ratio Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio Pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia”
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka masalah yang muncul dapat dirumuskan sebagai benkut:
1. Apakah Cash Position mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia?
2. Apakah Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia? 3. Apakah Return On Assets mempunyai pengaruh terhadap Dividend
Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia?
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(20)
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah:
1. Untuk menganalisis pengaruh Cash Position terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia?
2. Untuk menganalisis pengaruh Debt to Equity Ratio terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia? 3. Untuk menganalisis pengaruh Return On Assets terhadap Dividend
Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia?
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian adalah sebagai berikut.
1. Bagi investor dan calon investor penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan untuk pengambilan keputusan dalam proses menjual atau membeli saham.
2. Dapat memberikan kontribusi terhadap akademisi, dosen, dan mahasiswa sebagai tambaban referensi dalam melakukan penelitian sejenis di masa mendatang.
Hak Cipta © milik UPN "Veteran" Jatim :
(21)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Hasil Penelitian Terdahulu
1. Putri dan Nasir, 2006, dengan judul Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang Dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan.
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan apakah terdapat hubungan interdependensi yang signifikan antara kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen serta apakah terdapat hubungan antara variabel eksogen terhadap kepemilikan manajerial, kepemilikan institusional, risiko, kebijakan hutang dan kebijakan dividen Untuk menguji hipotesis penelitian, digunakan model persamaan two stage least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified.
Hasil analisis penelitian ini menunjukkan :
Kepemilikan institusional secara statistik berpengaruh positif signifikan terhadap kepemilikan manajerial pada 0.001. Manajer tidak menginginkan apabila tidak mempunyai hak suara dalam perusahaan yang dikelolanya.
Hasil penelitian menunjukkan kepemilikan manajerial tidak berpengaruh signifikan dan mempunyai arah positif terhadap kepemilikan institusional pada 0.259. Apabila manajer
(22)
meningkatkan sahamnya maka dikhawatirkan perusahaan akan menjadi perusahaan keluarga atau perusahaan pribadi, sehingga keputusan yang dilakukan perusahaan akan lebih menjurus kepada kepentingan oportunistik manajer.
Berdasarkan hasil bahwa kepemilikan manajerial secara statistik tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan pengambilan risiko. Pada saat kekayaan pribadi tidak terdiversifikasi, manajer menuntut insentif tinggi untuk mengimbangi risiko yang diterima. Semakin tinggi tingkat risiko perusahaan, manajer akan mengurangi keterlibatannya dalam kepemilikan untuk mengurangi kemungkinan kehilangan kekayaan pribadi mereka.
Tingginya kepemilikan manajerial semakin memungkinkan tindakan oportunis manajer sehingga meresahkan shareholders. Pengunaan hutang dapat menjadi solusi atas permasalahan ini. Penggunaan hutang akan meningkatkan monitoring dari
bondholders dan membuat shareholders lebih tenang karena
pembiayaan investasi tidak menggunakan dananya sehingga mengurangi risiko dari shareholders. Penjelasan diatas sesuai dengan hasil penelitian ini dimana kepemilikan manajerial secara statistik berpengaruh negatif signifikan terhadap kebijakan hutang pada 0.001.
Berdasarkan hasil pengujian didapatkan bahwa kepemilikan manajerial secara statistik berpengaruh signifikan terhadap
(23)
kebijakan dividen pada 0.010. Hasil ini mengindikasikan bahwa bila manajer memiliki saham perusahaan yang tinggi, maka kekayaannya semakin tidak terdiversifikasi dengan baik, oleh karena itu manajer akan mengharapkan return atas opportunity cost lebih besar yaitu dari pembagian dividen yang lebih tinggi.
2. Nuringsih (2005) dengan judul : Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap
Kebijakan Dividen : Studi 1995-1996 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh : a) Kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden b) Kebijakan utang terhadap kebijakan dividen
c) ROA terhadap kebijakan dividen
d) Ukuran perusahaan terhadap kebijakan dividen.
Penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk menganalisis variable idependent terhadap variable dependen.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya, maka diperoleh kesimpulan bahwa:
1. Variabel managerial ownership tidak membuktikan pengaruh negative terhadap kebijakan dividen. Perilaku manajer mengarah pada dividen yang relative tinggi sebagai return atas kepemilikan saham.
(24)
2. Variabel kebijakan utang membuktikan pengaruh negative dengan kebijakan dividen. Pada tingkat penggunaan utang yang relative besar, perusahaan membayarkan dividen pada presentase yang tidak terlalu tinggi.
3. Variabel ROA membuktikan pengaruh negative dengan kebijakan utang. Pada profitabilitas rendah perusahaan tetap membayarkan dividen.
4. Variabel ukuran perusahaan membuktikan pengaruh positif dengan kebijakan dividen. Perusahaan yang memiliki asset besar cenderung membayar dividen besar.
Berdasarkan penelitian terdahulu diatas terdapat perbedaan dan persamaan penelitian yang akan dilakukan, perbedaannya terdapat pada uji hipotesis yang digunakan. Pada penelitian terdahulu menggunakan model persamaan two stage least square karena kondisi identifikasi menunjukkan over dan exactly identified. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan uji regresi linier berganda untuk menganalisis variable idependent terhadap variable dependen. Selain itu Periode penelitian yang dilakukan, dimana dalam penelitian terdahulu pada tahun 2002-2006 dan tahun 1995-1996. Sedangkan pada penelitian ini menggunakan periode tahun 2006 - 2009. Persamaannya adalah sama – sama membahas mengenai kebijakan dividen.
(25)
2.2. Landasan Teori
2.2.1. Laporan Keuangan dan Pelaporan Keuangan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (2009 : 5), Laporan keuangan adalah suatu penyajian terstruktur dari posisi keuangan dan kinerja keuangan suatu entitas. Tujuan laporan keuangan adalah memberikan informasi mengenai posisi keuangan, kinerja keuangan, dan arus kas entitas yang bermanfaat bagi sebagian besar kalangan pengguna laporan dalam pembuatan keputusan ekonomi. Laporan keuangan juga menunjukkan hasil pertanggungjawaban manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka
Pelaporan keuangan adalah pengkomunikasian informasi keuangan yang tidak terbatas pada full set laporan keuangan formal saja, akan tetapi termasuk juga informasi keuangan lainnya dan informasi non keuangan sebagai berikut : (Baridwan, 2004 :20)
a. Full set laporan keuangan formal. b. Informasi keuangan lainnya
Seperti misalnya prediksi dan ekspektasi keuangan yang diharapkan oleh manajemen pada masa yang akan datang, release berita keuangan baru, dan sumber-sumber aktiva, kewajiban, pendapatan, serta timbulnya biaya atau beban perusahaan.
(26)
c. Informasi non keuangan
Misalnya informasi mengenai dampak terhadap lingkungan sosial (social environment) dari keberadaan perusahaan dan prospek bisnis mengingat kondisi ekonomi pada umumnya.
Perbedaan antara pelaporan keuangan dan laporan keuangan ini timbul dari kegunaan masing-masing. Informasi tertentu akan lebih baik bila disajikan dalam laporan keuangan, tetapi informasi tertentu lainnya akan lebih baik bila dilaporkan dalam laporan lain. Laporan keuangan merupakan unsure utama pelaporan keuangan, karena itu tujuan laporan keuangan akan sama dengan tujuan pelaporan keuangan.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan menyatakan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari proses pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan termasuk skedul dan informasi tambahan ynag berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis sserta pengungkapan pengaruh perubahan harga.
(27)
2.2.2 Karakteristik dan Tujuan Laporan Keuangan
Karakteristik kualitatif merupakan cirri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan berguna bagi pemakai. Terdapat empat karakteristik kualitatif pokok, yaitu : (Standar Akuntansi Keuangan, 2009 : 7 – 10)
1. Dapat dipahami
Kualitas penting informasi yang ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahan untuk segera dapat dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memiliki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas ekonomi dan bisnis. 2. Relevan
Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kenutuhan pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masa depan, menegaskan atau mengoreksi, hasil evaluasi mereka masa lalu. Relevansi informasi dipengaruhi oleh hakikat dan materialitasnya. Informasi dipandang material kalau kelainan untuk mencantumkan atau kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan ekonomi yang diambil atas dasar keuangan.
3. Keandalan
Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable). Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan. Kesalahan material, dan dapat diandalkan pemakainya
(28)
sebagai penyajian yang tulus dan jujur dari yang seharusnya disajikan atau secara wajar daharapkan dapat disajikan.
4. Dapat dibandingkan
Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan posisi dan kinerja keuangan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan kinerja serta perubahan posisi keuangan secara relatif.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan (SAK) menyatakan bahwa tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Sedangkan menurut Baridwan (2004 : 17) laporan keuangan dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya oleh para pemilik perusahaan. Disamping itu laporan keuangan dapat juga digunakan untuk memenuhi tujuan – tujuan lain yaitu sebagai laporan kepada pihak – pihak di luar perusahaan.
(29)
2.2.2.1. Susunan Laporan Keuangan
Menurut Baridwan, (2004:23), laporan keuangan yang utama terdiri atas neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan modal, dan laporan arus kas.
1. Neraca
Neraca adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan posisi keuangan perusahaan pada suatu (tanggal) tertentu. Neraca disebut juga laporan posisi keuangan. Laporan ini dibuat untuk menyajikan informasi keuangan yang dapat dipercaya mengenai aktiva, kewajiban, dan modal perusahaan. Aktiva adalah sumber-sumber ekonomik (economic resources) yang dikuasai oleh perusahaan dan masih memberikan kemanfaatan di masa mendatang. Utang merupakan pengorbanan-pengorbanan ekonomik (economic sacrifices) untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada entitas-entitas lain di masa yang akan datang. Modal pemilik adalah hak residu atas aktiva setelah dikurangi dengan hutang.
2. Laporan Laba Rugi
laporan laba rugi adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan hasil usaha perusahaan dalam rentang waktu tertentu.laporan ini menyajikan pendapatan selama satu periode dan biaya-biaya untuk memperoleh pendapatan tersebut pada periode yang sama. Di laporan laba rugi dilaporkan juga untung (gain) dan rugi (lose).
(30)
Menurut Standar Akuntansi Keuangan No. 1, laporan laba rugi mengandung unsur – unsur sebagai berikut :
a. Penghasilan (income), merupakan kenaikan manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk memasukkan atau menambah aktiva atau penurunan kewajiban yang berasal dari kontribusi penanaman modal.
b. Beban (expense), merupakan penurunan manfaat ekonomi selama periode akuntansi tertentu dalam bentuk arus keluar atau berkurangnya aktiva atau terjadinya kewajiban yang mengakibatkan penurunan ekuitas yang tidak menyangkut pembagian kepada penanaman modal.
3. Laporan Perubahan Modal
Laporan perubahan modal adalah laporan keuangan yang secara sistematis menyajikan informasi mengenai perubahan modal perusahaan akibat operasi perusahaan dan transaksi dengan pemilik pada satu periode akuntansi tertentu. Laporan perubahan modal merupakan pelengkap dari laporan laba rugi.
4. Laporan Arus Kas
Laporan arus (aliran) kas menyajikan secara sistematis informasi tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama satu periode tertentu. Dalam laporan aliran kas, penerimaan, dan pengeluaran kas diklasifikasi menurut kegiatan operasi, kegiatan pendanaan dan kegiatan investasi.
(31)
2.2.3. Analisis Rasio
2.2.3.1. Pengertian Analisis Rasio
Analisa rasio merupakan bentuk cara yang umum digunakan dalam menganalisis laporan finansial. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan (mathematical relationship) antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain dan dengan menggunakan alat analisis berupa rasio ini akan dapat menjelaskan atau memberikan gambaran kepada penganalisis tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan terutama apabila angka rasio tersebut dibandingkan dengan rasio perbandingan digunakan sebagai standar.(Munawir, 2000 : 64)
Menggunakan analisa laporan finansiil dari perusahaan, manajer akan dapat mengetahui keadaan dan perkembangan finansiil dari perusahaan dan akan dapat diketahui hasil-hasil finansiil yang telah dicapai dari waktu lalu dan waktu yang sedang berjalan. Dengan mengetahui kelemahan-kelemahan yang dimilikinya diusahakan agar dapat diperbaiki. Analisa yang dilakukan oleh manajer disebut analisis intern (Riyanto, 2001 : 328)
Analisa intern dilakukan oleh kreditur atau investor. Investor berkepentingan terhadap laporan finansiilnya. Suatu perusahaan dalam rangka penentuan kebijaksanaan penanaman modal. Para kreditur berkepentingan terhadap kemampuan nasabah untuk dapat memenuhi kewajiban finansiil yang harus dipenuhi (Riyanto, 2001 : 328-329)
(32)
2.2.3.2. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Menurut Riyanto (2001 : 331) mengelompokkan rasio finansiil yaitu antara lain :
1) Rasio leverage
Adalah rasio-rasio yang dimaksud untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva perusahaan dibiayai dengan utang.
2) Rasio profitabilitas
Adalah rasio-rasio yang menunjukkan hasil akhir dari sejumlah kebijaksanaan dan keputusan-keputusan.
2.2.3.3. Kegunaan Analisis Rasio
Analisis rasio seperti halnya alat-alat analisis yang lain adalah “future oriented”. Oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada pada periode atau waktu itu dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang bersangkutan. Dengan demikian kegunaan atau manfaat suatu angka rasio sepertinya tergantung kepada kemampuan atau kecerdasan penganalisa dalam menginterprestasikan data yang bersangkutan. (Munawir, 2000 : 64)
(33)
Analisis rasio digunakan oleh tiga kelompok utama (Weston, 2000 : 312-313) Yaitu :
1. Manajer, yang menggunakan rasio-rasio tersebut untuk menganalisis mengendalikan dan memperbaiki operasi perusahaan. 2. Analisa kredit, seperti petugas kredit bank atau analis yang
menetapkan peringkat obligasi (di AS), yang menganalisis rasio untuk menentukan kemampuan suatu perusahaan membayar utangnya.
3. Analisa sekuritas, yaitu analisis saham yang berkepentingan atas efisiensi dan prospek pertumbuhan perusahaan, dan analis obligasi yang berkepentingan atas kemampuan perusahaan untuk membayar bunga dan pokok obligasi serta nilai likuiditas aktiva dalam hal ini kepailitan.
Secara lengkap kegunaan analisis laporan keuangan dikemukaan oleh Harahap (2002 :195-197) sebagai berikut :
a) Dapat memberikan informasi yang lebih luas, lebih dalam daripada yang terdapat dalam laporan keuangan biasa.
b) Dapat menggali informasi yang tidak nampak secara kasat mata (eksplisit) dari suatu laporan keuangan atau yang berada dibalik laporan keuangan (implisit).
c) Dapat mengetahui kesalahan yang terkandung dalam laporan keuangan.
(34)
d) Dapat membongkar hal-hal yang bersifat tidak konsisten dalam hubungannya dengan suatu laporan keuangan baik dikaitkan dengan komponen intern laporan keuangan maupun kaitannya dengan informasi yang diperoleh dari luar perusahaan.
e) Mengetahui sifat-sifat hubungan yang akhirnya dapat melahirkan model-model dan teori-teori yang terdapat di lapangan seperti untuk prediksi, peningkatan (rating)
f) Dapat memberikan informasi yang diinginkan oleh pengambil keputusan.
g) Dapat menentukan peringkat (rating) perusahaan menurut criteria tertentu yang sudah dikenal dalam dunia bisnis.
h) Dapat membandingkan situasi perusahaan dengan perusahaan lain dengan periode sebelumnya atau dengan Standar Industri normal atau Standar ideal.
i) Dapat memahami situasi dan kondisi keuangan yang dialami perusahaan baik posisi keuangan, hasil usaha, struktur keuangan dan sebagainya.
j) Bisa juga memprediksi potensi apa yang mungkin dialami perusahaan dimasa yang akan datang.
Menurut Dahlan (2004 : 266) Analisis rasio menggambarkan hubungan matematis antara suatu jumlah lainnya. Perhitungan yang digunakan dalam analisis rasio ini sebenarnya relatif sederhana, namun
(35)
interprestasi terhadap rasio tersebut merupakan masalah yang cukup komplek. Oleh karena itu, efektifnya rasio keuangan ini sebagai suatu alat analisis, sangat tergantung dari kemampuan dan keahlian analisis menginterprestasikan rasio-rasio yang digunakan. Selanjutnya, analisis rasio keuangan dapat memberikan petunjuk dan gejala-gejala serta informasi keuangan lainnya mengenai keadaan keuangan suatu bank.
2.2.3.4. Keterbatasan Analisis Rasio Keuangan
Menurut Harahap ( 2000 : 298 ), Analisis rasio keuangan memiliki beberapa keterbatasan yang diharuskan untuk diketahui dalam penggunaan dalam perhitungan. Keterbatasan tersebut antara lain :
1. Kesulitan dalam memilih rasio yang tepat yng dapat digunakan untuk kepentingan pemakainya.
2. Keterbatasan yang dimiliki akuntansi atau laporan keuangan juga menjaga keterbatasan teknik seperti :
Bahan perhitungan rasio atau laporan keuangan itu hanya mengandung taksiran dan judgment yang dapat dinilai bias atau subjektif.
Nilai yang terkandung dalam laporan keuangan dari rasio adalah nilai perolehan (cost) bukan harga pasar. Klasifikasi dalam laporan keuangan bisa berdampak
(36)
Metode pencatatan yang tergambar dalam standar akuntansi bias diterapkan berbeda oleh perusahaan yang berbeda.
3. Jika data untuk menghitung rasio tidak tersedia maka akan menimbulkan kesulitan dalam menghitung rasio.
4. Sulit jika ada data yang sesuai tidak sinkron.
5. Jika dua perusahaan dibandingkan bisa saja teknik dan standar akuntansi yang dipakai tidak sama. Oleh karenanya jika dilakukan perbandingan bias terjadi kesalahan.
2.2.4. Kebijakan Dividen
Robert Ang (2001) menyatakan bahwa dividen merupakan nilai pendapatan bersih perusahaan setelah pajak dikurangi dengan laba ditahan (retained earnings) yang ditahan sebagai cadangan bagi perusahaan. Deviden ini untuk dibagikan kepada para pemegang saham sebagai keuntungan dari laba perusahaan. Cadangan yang diambil dari Earning After Tax dilakukan sampai cadangan mencapai minimum dua puluh persen dari modal yang ditempatkan. Modal yang ditempatkan adalah modal yang disetor penuh ditambah dengan modal yang belum disetor sehubungan dengan penerbitan saham baru seperti rights dan warran. Keputusan mengenai jumlah laba yang ditahan dan deviden yang akan dibagikan diputuskan dalam Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS).
Kebijakan deviden berkaitan dengan penentuan pembagian pendapatan (earning) antara penggunaan pendapatan untuk dibayarkan kepada para pemegang
(37)
saham sebagai deviden atau untuk digunakan di dalam perusahaan, yang berarti pendapatan tersebut harus ditahan dalam perusahaan (Riyanto, 2001). Dalam merumuskan kebijakan deviden manajer dihadapkan pada masalah investasi dan memilih paduan utang-modalnya untuk mendanai investasi. Keputusan untuk membayar deviden besar berarti secara simultan memutuskan untuk menahan sedikit laba, jikalau ada; ini nantinya menghasilkan ketergantungan yang lebih besar pada pendanaan modal eksternal. Sebaliknya dengan investasi dan keputusan pendanaan perusahaan, pembayaran deviden yang kecil akan berarti penahanan laba yang tinggi dengan lebih sedikit kebutuhan dana modal yang dihasilkan dari luar. Setiap perusahaan selalu menginginkan adanya pertumbuhan bagi perusahaan tersebut di satu pihak dan juga dapat membayarkan deviden kepada para pemegang saham di lain pihak, tetapi kedua tujuan tersebut selalu bertentangan.
Kebijakan deviden perusahaan bisa dianggap oleh pemilik sebagai alat monitor. Dengan mengasumsikan bahwa pembayaran deviden mensyaratkan manajemen untuk menerbitkan saham untuk mendanai investasi baru atau memenuhi kebutuhan dana dari hutang, investor baru atau kreditur mungkin tertarik pada perusahaan hanya jika perusahaan memberikan informasi yang meyakinkan bahwa modal atau pinjaman akan digunakan agar menguntungkan. Maka pembayaran deviden secara tak langsung menghasilkan monitor yang lebih ketat pada kegiatan investasi manajemen.
(38)
Penentuan besarnya Devidend akan menentukan besar kecilnya laba yang ditahan. Setiap ada penambahan laba yang ditahan berarti ada penambahan modal sendiri dalam perusahaan dengan biaya murah.
2.2.5. Pengaruh Cash Positioning Terhadap Dividen Payout Ratio
Keputusan suatu perusahaan untuk membagikan dividen serta besarnya dividen yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham sangat tergantung pada posisi kas perusahaan tersebut. Meskipun perusahaan dapat memperoleh laba yang tinggi namun apabila posisi kas menunjukkan keadaan yang tidak begitu baik, perusahaan mungkin tidak dapat membayar dividen.
Posisi kas atau likuiditas dari suatu perusahaan merupakan faktor penting yang harus dipertimbangkan sebelum mengambil keputusan untuk menetapkan besarnya dividen yang akan dibayarkan kepada para pemegang saham. Oleh karena dividen merupakan cash outflow, maka makin kuatnya posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin besar kemampuannya membayar dividen (Marlina, 2009:1).
Jadi, Dividend Payout Ratio merupakan persentase dividen tunai yang dibayarkan dibagi laba tahun berjalan. Dividen merupakan arus kas keluar sehingga semakin kuat posisi kas perusahaan, akan mempengaruhi besarnya kemampuan perusahaan dalam membayar dividen. Kas yang benar-benar tersedia bagi para pemegang saham adalah suatu free cash flow. (Marlina, 2009:1)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Cash Position mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.
(39)
2.2.6. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Dividen Payout Ratio
Debt to Equity Ratio merupakan rasio hutang terhadap modal. Rasio ini mengukur seberapa jauh perusahaan dibiayai oleh hutang, dimana semakin tinggi nilai rasio ini menggambarkan gejala yang kurang baik bagi perusahaan. Peningkatan hutang pada gilirannya akan mempengaruhi besar kecilnya laba bersih yang tersedia bagi para pemegang saham termasuk dividen yang diterima karena kewajiban untuk membayar hutang lebih diutamakan daripada pembagian dividen. (Marlina, 2009:1)
Debt to equity, mencerminkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi semua kewajibannya yang ditunjukkan oleh berapa bagian modal sendiri yang digunakan untuk membayar hutang. Dalam hal ini dapat dilihat jika perusahaan mempunyai Debt to Equity Ratio yang kecil berarti perusahaan mempunyai kemampuan yang tinggi untuk melunasi semua kewajibannya, dan sebaliknya jika perusahaan mempunyai Debt to Equity Ratio yang lebih tinggi dibandingkan ketersediaan modal sendiri yang dimiliki berarti perusahaan yang bersangkutan mempunyai kemampuan yang rendah nutuk memenuhi kewajibannya. Jumlah leverage yang digunakan perusahaan akan berakibat pada besarnya laba bersih yang diperoleh pada periode tertentu, sehingga hal ini akan mempengaruhi kebijakan dividen perusahaan dan harga saham (Kartika 2003:7)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh negatif terhadap Dividend Payout Ratio
(40)
2.2.7. Pengaruh Return On Assets Terhadap Dividen Payout Ratio
Return On Assets menunjukkan kemampuan modal yang diinvestasikan dalam total aktiva untuk menghasilkan laba perusahaan. Semakin tinggi Return On Assets maka kemungkinan pembagian dividen juga semakin banyak. Pada Return On Assets tinggi dibayarkan dividen rendah karena keuntungan digunakan untuk meningkatkan laba ditahan. (Sartono, 2001:54). Dengan cara ini sumber dana internal meningkat sehingga perusahaan dapat menunda penggunaan utang atau emisi saham. baru. Sebaliknya bila Return On Assets rendah maka dibayarkan dividen yang tinggi. Hal ini dilakukan karena perusahaan mengalami penurunan profit sehingga untuk menjaga reputasi dimata investor, perusahaan akan membagikan dividen besar. Pada kondisi tertentu profitabilitas berpengaruh positif terhadap dividen. Hal ini terjadi bila perusahaan yakin memiliki kepastian bahwa earning dimasa mendatang terprediksi secara jelas (Marlina, 2009:1)
Jadi dapat disimpulkan bahwa Return On Assets mempunyai pengaruh positif terhadap Dividend Payout Ratio.
(41)
2.3. Kerangka Konseptual
Gambar 2.1. Kerangka Konseptual
Regresi Liner Berganda
Cash Position (X1)
Debt to Equity Ratio (X2)
Return on Assets (X3)
Dividen Payout Ratio (Y)
(42)
2.4. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang, rumusan masalah dan teori diatas, dapat disimpulkan hipotesis pada penelitian ini adalah :
1. Diduga bahwa Cash Position mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia
2. Diduga bahwa Debt to Equity Ratio mempunyai pengaruh negatif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia
3. Diduga bahwa Return On Assets mempunyai pengaruh positif signifikan terhadap Dividend Payout Ratio pada Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia
(43)
BAB III
METODE PENELITAIN
3.1.Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Definisi operasional variabel-variabel yang akan dibahas dalam penelitian ini adalah :
Variabel Bebas :
a. Cash Position adalah bagian dari laporan keuangan suatu perusahaan yang dihasilkan pada suatu periode akuntansi yang menunjukkan aliran masuk dan keluar barang uang (kas) perusahaan dihitung berdasarkan perbandingan antara saldo kas akhir dengan laba bersih setelah pajak, Skala yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan persen (Marlina 2009:2)
b. Debt to Equity Ratio (DER) adalah pengorbanan manfaat ekonomi yang akan timbul dimasa yang akan datang yang disebabkan oleh kewajiban-kewajiban dari suatu badan usaha yang memberikan jasa kepada badan usaha lain sebagai akibat dari transaksi yang sudah lalu. Rasio ini mengukur seberapa besar perusahaan dibiayai oleh hutang dibanding dengan modal sendiri. Skala yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan persen (Marlina, 2009:2)
(44)
c. Return On Assets (ROA) digunakan sebagai ukuran profitabilitas. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan untuk menciptakan laba per unit asset, berdasarkan perbandingan laba bersih setelah pajak terhadap total aktiva yang dimiliki perusahaan. Skala yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan persen (Marlina, 2009:2)
Variabel Terikat :
Dividend Payout Ratio adalah bagian dari keuntungan yang dibayarkan oleh perusahaan kepada pemegang saham. Dan diukur dengan membandingkan dividen kas per lembar saham terhadap laba yang diperoleh per lembar saham. Skala yang digunakan adalah skala rasio, dengan satuan persen (Marlina, 2009:2)
3.2.Populasi dan Sampel 3.2.1. Populasi
Populasi adalah kelompok subyek atau obyek yang memiliki ciri – ciri atau karakteristik – karakteristik tertentu yang berbeda dengan kelompok subyek atau obyek lain, dan kelompok tersebut akan dikenai generalisasi dari hasil penelitian (Sumarsono, 2004 : 44)
Yang dipergunakan sebagai populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Perusahaan Manufaktur Sektor Otomotive yang go public di Bursa Efek Indonesia periode tahun 2007-2010, yang berjumlah 17.
(45)
3.2.2. Sampel
Sampel adalah bagian dari populasi yang mempunyai ciri dan karakteristik yang sama dengan populasi tersebut. Karena itu sample harus representative dari sebuah populasi (Sumarsono, 2002 : 45).
Pengambilan sampel dengan menggunakan metode purposive sampling yaitu teknik penarikan sampel non probabilitas yang menyeleksi responden – responden berdasarkan criteria atau sifat khusus yang dimiliki oleh sampel sebagai bagian dari populasi. Kriteria yang dimaksud adalah:
1. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007-2010 yang aktif memberikan laporan keuangan pada periode tersebut.
2. Data perusahaan yang dibutuhkan untuk penelitian ini tersedia di Bursa Efek Bursa Efek Indonesia
3. Perusahaan Otomotive di PT. Bursa Efek Indonesia pada periode tahun 2007-2010 yang memberikan dividen
No Perusahaan Jumlah
1 2
Perusahaan yang terdaftar
Perusahaan yang tidak masuk criteria
17 9
Perusahaan yang diambil sebagai sampel 8
Jadi nama-nama perusahaan yang menjadi sampel : 1. PT. Astra Otoparts
2. PT. Astra Internasional 3. PT. Gajah Tunggal Tbk
(46)
4. PT. Goodyear Indonesia 5. PT. Indospring Tbk 6. PT. Indokordsa Tbk 7. PT. Hexindo Adiperkasa 8. PT. Multistrada Arah Sarana
3.3.Teknik Pengumpulan Data 3.3.1. Jenis Data
Data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini bersumber dari data sekunder yang diambil dari laporan tahunan Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia.
3.3.2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan untuk memenuhi keperluan penelitian ini di peroleh dari Perusahaan Otomotive di Bursa Efek Indonesia
3.3.3. Teknik Pengumpulan data
Dalam rangka memperoleh data-data yang diperlukan, maka metode pengumpulan data yang akan digunakan yaitu metode dokumentasi berupa pengumpulan kertas data. Metode dokumentasi adalah cara pengumpulan data yang berkaitan dengan obyek penelitian.
(47)
3.4.Teknik Analisis dan Uji Hipotesis Data 3.4.1. Teknik Analisis Data
Model analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi Linier berganda. Model analisis ini dipilih karena penelitian ini dirancang untuk meneliti pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
Di atas telah dijelaskan bahwa dalam penetilian ini diperlukan teknik analisis yang menggunakan model regresi linier dan pengujian hipotesis menggunakan uji t dengan hipotesis sebagai berikut :
1. Menghitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat berdasarkan laporan keuangan tahunan perusahaan maka dapat dihitung masing–masing variabel bebas dan variabel terikat yang diperlukan untuk analisis.
2. Meregresikan variabel bebas dengan variabel terikat
Untuk menganalisis permasalahan digunakan regresi linier berganda dengan persamaan sebagai berikut :
Y = 0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + ei ... (Sudrajat, 2001:112) Keterangan :
Y = Dividend Payout Ratio X1 = Cash Position
X2 = Debt to Equity Ratio X3 = Return On Assets 0 = Konstanta
1,...,3 = Koefisien regresi
(48)
3.4.1.1. Uji Normalitas
Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah suatu data mengikuti sebaran normal atau tidak. Untuk mengetahui apakah data tersebut mengikuti sebaran normal dapat dilakukan dengan berbagai metode diantaranya adalah metode Kolmogorov Smirnov dan metode Shapiro Wilk, dengan mempergunakan program SPSS 10.0 (Sumarsono, 2002 : 40).
Pedoman dalam mengambil keputusan apakah sebuah distribusi data mengikuti distribusi normal adalah :
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih kecil dari 5%, maka distribusi adalah tidak normal.
Jika nilai signifikansi (nilai probabilitasnya) lebih besar dari 5%, maka distribusi adalah normal.
3.4.1.2 Uji Asumsi Klasik
Pada uji asumsi klasik persamaan regresi harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka persamaan regresi harus memenuhi ketiga asumsi klasik ini :
1. Tidak boleh ada heteroskedasitas 2. Tidak boleh ada autokorelasi 3. Tidak boleh ada multikolinieritas
(49)
Apabila salah satu dari ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persaman regresi yang regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE, sehingga pengambilan keputusan malalui uji F dan uji t menjadi bias.
1. Heteroskedastisitas
Heteroskedastisitas dalam analisis regresi untuk mendapatkan hasil yang baik, salah satu asumsi yang harus dipenuhi adalah homogenitas varians yang ditimbulkan oleh koefisien pengganggu (e). Perhitungan ada tidaknya gejala heteroskedastisitas dapat dilakukan dengan cara menentukan formulasi regresi linier berganda dengan menggunakan residual sebagai indikator terikat (Algifary, 2000 : 87). Uji heterokedastisitas menggunakan bantuan program SPSS 12.0
2. Autokorelasi
Autokorelasi dapat didefinikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)”(Gurajati, 1999:201). Jadi dalam model regresi linier diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Yobservasi–Yprediksi) pada waktu ke-6 (et) tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya (et-1). Karena sampel yang digunakan orang maka tidak menggunakan uji Autokorelasi.
(50)
3. Multikolinieritas
Multikolinieritas berarti bahwa adanya hubungan linier yang “sempurna” atau pasti diantaranya beberapa atau semua variabel yang yang ada. Hubungan antara variabel bebas yang dikatakan memiliki nilai multikolinieritas jika memiliki nilai VIF (Variance Inflation Factor) lebih besar daripada 10 (Gujarati, 1995 : 157).
3.5. Uji Hipotesis Uji F
Untuk menguji cocok atau tidaknya model regresi linier berganda yang dihasilkan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji F dengan rumus sebagai berikut :
2
2 1 ) 1 ( hitung F R k k n R
(Sudjana, 1992:108)
Keterangan:
Fhitung : F hasil perhitungan
R2 : Koefisien determinasi k : Jumlah variabel independen
n : Jumlah sampel
a. Ho : b1 = b2 = b3 = 0 ; model regresi linier berganda yang dihasilkan tidak cocok untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
(51)
H1 : b1 b2 b3 0 ; model regresi linier berganda yang dihasilkan cocok untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Nilai Kritis dalam distribusi F dengan tingkat signifikan () 5% = 0,05 c. Kriteria pengujian yang dipakai dalam uji F adalah :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak Uji t
Untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat digunakan uji t dengan rumus sebagai berikut :
thitung = ) (bi se
bi
(Sudjana, 1992 :111).
Keterangan :
t hitung : t hasil perhitungan bi : koefisien regresi se : standar error
a. Ho : bi = 0 ; tidak terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
Hi : bi 0 ; terdapat pengaruh yang signifikan variabel bebas terhadap variabel terikat.
b. Tingkat signifikan 5% = 0,05 c. Kriteria pengujian :
1. Jika nilai probabilitas < 0,05, maka Ho ditolak dan Hi diterima 2. Jika nilai probabilitas ≥ 0,05, maka Ho diterima dan Hi ditolak
(52)
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1.
Deskripsi Obyek Penelitian
4.1.1.
Gambaran Umum Bursa Efek Indonesia
Perkembangan Bursa di Indonesia dimulai dari pendirian Badan
Pelaksana Pasar Modal (Bapepam) sebagai pengelola Bursa pada tahun
1977. Pada saat itu merupakan masa paling sulit bagi Bapepam untuk
memperkenalkan dan mengembangkan Bursa di Indonesia. Dengan usaha
yang begitu besar baik dari tenaga SDM maupun dari dana yang dikeluarkan
oleh Pemerintah melalui Bapepam, untuk pengembangan Bursa di Indonesia
nilainya cukup besar yang tidak mungkin dilakukan oleh pihak swasta/SRO
seperti dewasa ini.
Pengembangan Bursa membutuhkan waktu kurang lebih 15 tahun
untuk dapat menghasilkan 162 emiten. Baru setelah Bapepam berhasil
mengembangkan Bursa di Indonesia dan Bursa sudah menjadi kebutuhan
masyarakat Indonesia khususnya emiten dan investor, kemudian Bursa
diswastanisasikan (tahun 1992).
Dalam perjalanan penswastanisasian Bursa, untuk mendorong
percepatan pencatatan emiten dan perdagangan saham di Indonesia
khususnya di wilayah timur, Pemerintah melalui Bapepam mempelopori
pendirian BES pada tahun 1989. BES merupakan Bursa swasta pertama kali
(53)
dengan pendirian BEJ pada tanggal 13 Juli 1992. Pendirian BEJ adalah
seiring dengan penswastanisasian Bursa Efek Indonesia. Pada tahun 1992,
Pemerintah mengalihkan peran Bapepam sebagai penyelenggara Bursa
kepada BEJ melalui swastanisasi Bursa. Selanjutnya, pada tahun 1993
Pemerintah melalui Perserikatan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE)
mendirikan Bursa Paralel Indonesia (BPI) untuk mengakomodasi transaksi
di luar Bursa (
over the counter
). Perkembangan berikutnya, pada tahun 1995
BPI digabungkan dengan BES dan setelah penggabungan BES telah mampu
mengembangkan fasilitas pencatatan dan perdagangan bagi perusahaan
menengah kecil serta obligasi/ surat utang.
Setelah Bursa Efek Indonesia diswastanisasikan menjadi BEJ dan BPI
digabungkan dengan BES, perkembangan percepatan emiten saham, emiten
obligasi mengalami kenaikan. Namun, lima tahun terakhir (sejak 2002
hingga sekarang) emiten saham dan obligasi mengalami perlambatan, dan di
bidang instrumen lainnya seperti derivatif dapat dikatakan belum mengalami
kemajuan berarti. Kondisi ini mendorong perlunya perhatian Pemerintah,
dalam hal ini Bapepam dan LK, SRO, dan pelaku pasar, untuk melakukan
sesuatu yang strategis untuk mencapai percepatan pertumbuhan jumlah
emiten saham dan obligasi serta perkembangan produk-produk yang dapat
diperdagangakan di Bursa. Salah satu pendekatan yang direncanakan oleh
Pemerintah sebagaimana dituangkan dalam
Master Plan
Pasar Modal
(54)
tercapai. Bursa Efek Indonesia (BEI) didirikan oleh pemerintah Indonesia
pada tanggal 1 Desember 2007 yang merupakan penggabungan antara Bursa
Efek Jakarta (BEJ) dan Bursa Efek Surabaya (BES).
4.1.2.
Visi dan Misi PT. Bursa Efek Indonesia
a.
Visi
Visi Bursa Efek Indonesia tidak terlepas dari latar belakang
dilakukannya penggabungan BES-BEJ sebagaimana dituangkan
dalam
Master Plan
Pasar Modal 2006 - 2009 yaitu adanya suatu
keinginan untuk memiliki suatu Bursa yang kuat, bernilai, kredibel,
kompetitif dan berdaya saing global. Bertitik tolak pada keinginan
tersebut, maka visi Bursa Efek Indonesia dapat dinyatakan:
“
To be a Strong, Valuable, Credible and World Wide Competitive
Bourse
”.
b.
Misi
Dalam usaha mencapai visi tersebut, Bursa Efek Indonesia perlu
menetapkan misi yang harus diemban setidaknya mencakup hal-hal
sebagai berikut:
1.
to produce variety of sellable high standard capital market
product
.
2.
to provide high technology infrastructures
.
3.
to meet customer satisfaction priority
.
(55)
6.
to create high competencies and favorable choice for human
resource
.
Adanya dari Deskripsi penelitian untuk meneliti Obyek perusahaan Manufaktur
bergerak di bidang Otomotiv dalam Bursa Efek Indonesia
Sebagai berikut ;
a)
PT Astra Otoparts Tbk
PT Astra Otoparts Tbk (“Perseroan”) didirikan dengan Akta
Notaris No. 50 tanggal 20 September 1991 dari Rukmasanti Hardjasatya,
S.H., notaris di Jakarta, dengan nama PT Federal Adiwiraserasi. Akta
pendirian ini disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No. C2-1326.HT.01.01.TH.92 tanggal 11 Februari 1992
serta diumumkan dalam Berita Negara No. 39 Tambahan No. 2208 tanggal
15 Mei 1992. Anggaran Dasar Perseroan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan Akta Notaris No. 68 tanggal 27 Mei 2008 dari
Imas Fatimah, S.H., sehubungan dengan perubahan mengikuti
Undang-Undang Perseroan Terbatas No. 40 Tahun 2007. Perubahan anggaran dasar
ini telah memperoleh persetujuan dari Menteri Hukum dan Hak Asasi
Manusia dalam Surat Keputusan No. AHU-46481.AH.01.02. tanggal 31
Juli 2008 dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia
No. 39 Tambahan No. 13154 tanggal 15 Mei 2009.
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perseroan, ruang
(56)
dalam bidang industri logam, plastik dan suku cadang kendaraan bermotor
b)
PT. Astra Internasional
PT Astra International Tbk ("Perusahaan") didirikan pada
tahun 1957 sebagai PT Astra International Incorporated. Pada tahun 1990,
perusahaan berubah nama menjadi PT Astra International Tbk. Perusahaan
terletak di Jln. Gaya Motor Raya No 8, Sunter II, Jakarta. Ruang lingkup
kegiatan perusahaan sebagaimana ditetapkan dalam Anggaran Dasar
adalah untuk terlibat dalam perdagangan umum, industri, pertambangan,
transportasi, pertanian, konstruksi dan konsultasi layanan. Kegiatan utama
anak perusahaan adalah perakitan dan distribusi mobil, sepeda motor dan
suku cadang terkait, penjualan dan penyewaan alat berat, pertambangan
dan layanan terkait, pengembangan perkebunan, jasa keuangan,
infrastruktur, dan teknologi informasi
c)
PT. Gajah Tunggal
PT. Gajah Tunggal Tbk (Perusahaan) didirikan berdasarkan
akta notaris No. 54 tanggal 24 Agustus 1951 dari Raden Meester
Soewandi, SH, notaris di Jakarta. Akta pendirian ini disahkan oleh Menteri
Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.
J.A.5/69/23 tanggal 29 Mei 1952 serta diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 63 tanggal 5 Agustus 1952, Tambahan No. 884.
Anggaran Dasar Perusahaan telah disesuaikan dengan Undang-Undang
(57)
Magister, notaris di Jakarta dan telah memperoleh persetujuan dari Menteri
Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia dengan Surat
Keputusannya No. C-06556.HT.01.04-TH.2007 tanggal 13 Desember
2007.
Perusahaan berdomisili di Jakarta dengan pabrik berlokasi di
Tangerang dan Serang. Kantor pusat Perusahaan beralamat di Wisma
Hayam Wuruk, Lantai 10 Jl. Hayam Wuruk 8, Jakarta.
d)
PT. Goodyear Indonesia
PT Goodyear Indonesia Tbk (“Perusahaan”) semula didirikan
dengan nama “NV The Goodyear Tire & Rubber Company Limited” pada
tanggal 26 Januari 1917 berdasarkan Akta Notaris Benjamin ter Kuile No.
199, yang kemudian berubah nama menjadi “PT Goodyear Indonesia”
berdasarkan Akta Notaris Eliza Pondaag No. 73 tanggal 31 Oktober 1977
yang telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
Surat Keputusan No. Y.A.5/250/7 tanggal 25 Juli 1978.
Perusahaan bergerak dalam bidang industri ban untuk
kendaraan bermotor dan pesawat terbang serta komponen lain yang terkait,
penyaluran dan ekspor ban.
Perusahaan mulai beroperasi dalam bidang usaha perdagangan
ban pada tahun 1917. Pabrik Perusahaan dibangun pada tahun 1935 di
Bogor sebagai pabrik ban pertama di Indonesia. Kantor pusat Perusahaan
(58)
6.150.000 lembar sahamnya dengan nilai nominal sebesar Rp 1.000
(Rupiah penuh) per lembar saham kepada masyarakat melalui Bursa Efek
Jakarta (“BEJ”), efektif mulai 1 Desember 2007 menjadi Bursa Efek
Indonesia
e)
PT. Indospring
PT INDOSPRING Tbk. (Perusahaan) berkedudukan di Gresik,
didirikan berdasarkan Akta Notaris No.10 tanggal 5 Mei 1978 dari Notaris
Stefanus Sindunatha, SH dengan status Penanaman Modal Dalam Negeri
(PMDN). Akta pendirian tersebut diatas telah diubah oleh Notaris yang
sama melalui Akta Perubahan No. 148 tanggal 25 Oktober 1978 tentang
perubahan anggaran dasarnya, dan telah disahkan dengan Keputusan
Menteri Kehakiman Republik Indonesia No. YA.5/324/1 tanggal 14
Desember 1979 kemudian dimuat dalam Tambahan Berita Negara
Republik Indonesia No. 71 tanggal 2 September 1980, Lembaran Negara
No. 674/1980 serta telah didaftarkan di Pengadilan Negeri Gresik, tanggal
11 Maret 1980. Anggaran Perusahaan mengalami beberapa kali perubahan,
dan terakhir berdasarkan pada Akta Notaris No 50 tanggal 17 April 1997
oleh Notaris Wachid Hasyim, SH., mengenai pengesahan tambahan modal
saham Perusahaan. Perubahan ini telah disetujui oleh Menteri Kehakiman
dan Hak Asasi Manusia dalam Surat Keputusan C2-3537HT.01.04.Th.97
(59)
oleh Notaris Dyah Ambarwaty Setyoso, S.H., Perusahaan melakukan
perubahan anggaran dasar Perseroan untuk disesuaikan dengan
Undang-undang No 40 tahun 2007. Berdasarkan pada pasal 3 Anggaran Dasar
Perusahaan, ruang lingkup dari aktivitas Perusahaan bergerak dalam
bidang industri spare parts kendaraan bermotor khususnya pegas, yang
berupa leaf spring (pegas daun) dan coil spring (pegas spiral) beralamat di
Jalan Mayjend Sungkono No. 10, Segoromadu, Gresik 61123, Jawa Timur.
Perusahaan mulai berproduksi secara komersial pada tahun 1979.
f)
PT. Indo Kordsa Tbk
PT. Indo Kordsa Tbk (Perusahaan) didirikan dalam rangka
Undang-Undang Penanaman Modal Dalam Negeri No. 6 tahun 1968 jo.
Undang-Undang No. 12 tahun 1970 berdasarkan akta No. 83 tanggal 8 Juli
1981 dari Ridwan Suselo, S.H., notaris di Jakarta, yang diubah melalui
akta notaris No. 288 tanggal 27 November 1981 dan No. 261 tanggal 28
Januari 1982 dari notaris yang sama. Akta-akta pendirian ini disahkan oleh
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat Keputusannya No.
Y.A.5/88/3 tanggal 2 Maret 1982 serta diumumkan dalam Berita Negara
Republik Indonesia No. 50 tanggal 22 Juni 1982, Tambahan No. 771.
Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali perubahan,
terakhir dengan Akta Notaris No. 22 tanggal 10 Desember 2010 dari
Amrul Partomuan Pohan S.H., notaris di Jakarta sehubungan dengan
(60)
surat keputusan No. AHU-AH.01.10-00258 tanggal 4 Januari 2011
Perseroan berdomisili di Indonesia dengan kantor pusat dan
pabrik berlokasi di Jl. Pahlawan, Desa Karang Asem Timur, Citeureup,
Bogor
Sesuai dengan pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang
lingkup kegiatan Perusahaan meliputi bidang manufaktur dan pemasaran
ban, filamen yarn (serai-serat nylon, polyester, rayon), benang nylon untuk
ban dan bahan baku polyester (purified terepthalic acid). Perusahaan mulai
berproduksi secara komersial pada 1 April 1987. Hasil produksi
Perusahaan dipasarkan di dalam dan di luar negeri, ke Asia dan Timur
Tengah. Jumlah karyawan Perusahaan dan anak perusahaan rata-rata 1.769
karyawan untuk tahun 2010 dan 1.470 karyawan untuk tahun 2009.
g)
PT Hexindo Adiperkasa Tbk (“Perusahaan”)
Didirikan di Indonesia berdasarkan Akta Notaris Mohamad
Ali, S.H., No. 37 tanggal 28 November 1988. Akta Pendirian ini telah
disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam Surat
Keputusan No. C2-4389.HT.01.01.TH.89 tanggal 12 Mei 1989, serta
diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia No. 54 Tambahan
No. 1251 tanggal 7 Juli 1989. Anggaran Dasar Perusahaan telah
mengalami beberapa kali perubahan, dengan perubahan terakhir
sebagaimana dinyatakan dalam Akta Notaris Robert Purba, S.H., No. 159
(61)
1 Januari sampai dengan tanggal 31 Desember menjadi dari tanggal 1
April sampai dengan tanggal 31 Maret. Perubahan Anggaran Dasar
tersebut telah disetujui oleh Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Republik Indonesia melalui surat No. AHU- 55157 AH.01.02 tanggal 25
Agustus 2008.
Sesuai dengan Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, kegiatan
usaha Perusahaan adalah perdagangan dan persewaan alat berat serta
pelayanan purna jual. Saat ini, Perusahaan bertindak selaku distributor
alatalat berat jenis tertentu dan suku cadang dari merek Hitachi, John
Deere dan Krupp. Perusahaan berkedudukan di Jakarta yang berlokasi di
Kawasan Industri Pulo Gadung, Jalan Pulo Kambing II Kav. I-II No. 33,
Jakarta 13930. Pada tanggal 31 Maret 2010, Perusahaan memiliki 11
cabang, 2 sub cabang, 9 kantor perwakilan dan 10 kantor proyek yang
tersebar di seluruh Indonesia.
h)
PT. Multistrada Arah Sarana
PT Multistrada Arah Sarana Tbk (“Perusahaan”) didirikan di
Republik Indonesia pada tanggal 20 Juni 1988 dengan nama PT Oroban
Perkasa dalam rangka Undangundang Penanaman Modal Dalam Negeri
No. 6 tahun 1968, yang diubah dengan Undang-undang No. 12 tahun
1970, berdasarkan Akta Notaris Lukman Kirana, S.H., No. 63. Akta
pendirian disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam
(62)
Tambahan No. 1877 tanggal 22 Mei 1990. Anggaran Dasar Perusahaan
telah mengalami beberapa kali perubahan, yang terakhir melalui Akta
Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 21, tanggal 21 Februari 2011,
mengenai perluasan bidang usaha sehingga mencakup pengusahaan dan
pengelolaan Hutan Tanaman Industri serta pengangkatan anggota direksi.
Sampai dengan tanggal 25 Februari 2011, perubahan-perubahan Anggaran
Dasar tersebut masih dalam proses untuk mendapatkan persetujuan dari
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia Sebagaimana dinyatakan dalam
Pasal 3 Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perusahaan
adalah: Menjalankan usaha di bidang industri ban yang mencakup usaha
pembuatan ban untuk semua jenis kendaraan bermotor. Saat ini
Perusahaan bergerak dalam bidang industri pembuatan ban luar kendaraan
bermotor. Menjalankan kegiatan usaha di bidang pengusahaan dan
pengelolaaan Hutan Tanaman Industri melalui anak perusahaan Perseroan
yang meliputi usaha-usaha penanaman, pemeliharaan, pemungutan,
pengolahan/industry dan pemasaran yang meliputi antara lain :
Acasia/Akasia, Sengon, Meranti, Jati, Gmelina Arborea, Pinus,
Tengkawang, Sungkai, Karet
4.2.
Deskripsi Variabel
Berikut ini adalah penjelasan variabel-variabel penelitian, yang
meliputi : Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets dan Dividen
(63)
Tahun 2007-2010
Perusahaan
2007 2008 2009 2010
PT. Astra Internasional
2.805633 3.06237 3.420027
3.144423
PT. Astra Otoparts
6.152634 5.121149 5.615485 7.297136
PT. Gajah Tunggal
0.489675 0.589209 0.450416 0.300074
PT. Goodyear Indonesia
0.866813 0.644169 0.558566 0.319259
PT. Hexindo Adiperkasa
0.673272 0.073188 0.312862 0.452673
PT. Indospring
2.047096 2.813863 1.426873 1.219807
PT. Selamat Sempurna
2.515096 4.782473 4.301941 4.252927
PT. Tunas Ridean
0.222513 0.435732 0.337068 0.603473
Sumber : Bursa Efek Indonesia
Berdasarkan tabel 4.1. diatas dapat diketahui bahwa untuk Cash
Position Perusahaan Otomotive pada tahun 2008 yang tertinggi diperoleh
PT. Astra Otoparts sebesar 7.297136, sedangkan yang terendah adalah PT.
Gajah Tunggal sebesar 0.300074. Hal ini menunjukkan bahwa saldo akhir
kas yang dimiiki PT. Astra Otoparts sangat tinggi sedangkan laba setelah
pajaknya rendah yaitu 768,265, kondisi ini yang menyebabkan PT. Astra
Otoparts memiliki cash position tertinggi, demikian sebaliknya pada PT.
Gajah Tunggal yang memiliki cash position terendah, memiliki saldo akhir
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Setelah mengetahui permasalahan, meneliti dan membahas hasil penelitian tentang pengaruh Cash Position, Debt to Equity Ratio, Return on Assets berpengaruh signifikan terhadap Dividen Payout Ratio maka dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Cash Position memberikan kontribusi terhadap Dividen Payout Ratio hal ini menunjukkan bahwa Cash Position pada perusahaan otomotif mengindikasikan pergerakan yang bagus, karena makin kuat posisi kas atau likuiditas perusahaan berarti makin kuat pula kemampuannya membayar dividen.
2. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Debt to Equity Ratio memberikan kontribusi terhadap Dividen Payout Ratio hal ini menunjukkan bahwa pada perusahaan manufaktur tingkat penggunaan utangnya rendah, perusahaan mengalokasikan dividen tinggi sehingga sebagian besar keuntungan digunakan untuk kesejahteraan pemegang saham.
3. Berdasarkan hasil pengujian diatas variabel Return on Assets tidak memberikan kontribusi terhadap Dividen Payout Ratio hal ini menunjukkan bahwa pembagian dividen pada perusahaan manufaktur tidak didasarkan pada Return on Assets. Perusahaan yang memiliki
(2)
ukuran besar akan lebih mudah memasuki pasar modal sehingga, dengan kesempatan ini perusahaan membayar dividen besar kepada pemegang saham.
5.2. Saran
Berdasarkan uraian diatas maka dapat dikemukakan beberapa saran yang kiranya dapat dijadikan bahan bagi perusahaan, investor dan peneliti selanjutnya dalam menentukan kebijaksanaan dimasa yang akan datang.
1. Faktor faktor yang mempengaruhi dividen payout ratio pada penelitian ini hanya terbatas pada informasi-informasi internal masing-masing perusahaan yang berdasarkan laporan keuangan perusahaan. Oleh karena itu, disarankan agar penelitian selanjutnya juga menggunakan informasi eksternal perusahan yang menyangkut kondisi makro ekonomi seperti Gross Domestic Product (GDP), tingkat inflasi, suku bunga, nilai tukar dan lain lain.
2. Untuk menjaga loyalitas pemegang saham terhadap perusahan sebaiknya posisi kas dan kemampuan untuk memperoleh laba dapat dipertahankan dan ditingkatkan agar kemampuan perusahaan dalam membayar dividen tetap terjaga dan tentu saja tanpa mengabaikan pengendalian terhadap resiko perusahan berupa peningkatan pemakaian dana internal dan otomatis juga terjadi peningkatan kepemilikan dari pemegang saham.
(3)
3. Pemberdayaan hutang secara optimal dan dengan pembiyaan hutang yang efisien akan memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kemampuan perusahan dalam membayar dividen.
4. Diharapkan penelitian selanjutnya dapat mengembangkan faktor lain dalam menguji Dividen Payout Ratio sehingga penelitian dapat digeneralisasikan.
(4)
DAFTAR PUSTAKA
Ang, Robbert , 2001, Buku Pintar : Pasar Modal Indonesia, Mediasoft Indonesia. Baridwan, Zaki, 2004, Intermediate Accounting, Penerbit BPFE, Yogyakarta Brigham, Eugene dan Houston, Joel F., 2001. Manajemen Keuangan. Alih
Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Jakarta: Erlangga.
Chen, Chang, Carl dan Steiner, Thomas L. 2000. Managerial Ownership and Agency Conflict : A Nonlinier Simultaneous Equation Analysis of Managerial Ownership, Risk Taking, Debt Policy, and Dividend Policy. The Financial Review. Vol 34, hal 119-136
Dahlan, Siamat ; 2004, Manajemen Lembaga Keuangan, Jakarta. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indinesia.
Ghozali,Imam. 2001. Analisis Multivariate Dengan Program SPSS. Badan Penerbit Universitas Diponegoro:Semarang
Harahap, Syafri Sofyan,2000. Menuju Perumusan Teori Akuntansi. Jakarta:Quantum.
______________, 2002, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Penerbit PT. Raja Garindo Persada, Jakarta.
Jensen, Michael, C., et,al. 1992. Simultaneous Determination of Insider Ownership, Debt and Dividend Policies. Journal of Quantitative Analysis,247-263
Kasmir, 2003. Manajemen Perbankan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Lumbantoruan, Sophar. 2004. Akuntansi Pajak. Gramedia. Jakarta.
Marlina, Lisa, 2009, Analisis Pengaruh Cash Position, Debt To Equity Ratio, Dan Return On Assets Terhadap Dividend Payout Ratio, Jurnal Manajemen Bisnis, Volume 2, Nomor 1.
Munawir, S,. 2000. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta : Liberty.
Putri, Firmantyas, Imanda dan Nasir, Mohammad, 2006, dengan judul Analisis Persamaan Simultan Kepemilikan Manajerial, Kepemilikan Institusional, Risiko, Kebijakan Hutang Dan Kebijakan Dividen Dalam Perspektif Teori Keagenan, Jurnal Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. 2006
(5)
Nasir. Mohammad, 2006, Metodologi Penelitian, Jakarta; Ghalia Indonesia. Nuringsih, Kartika, 2003 , “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Di
Bursa Efek Indonesia”. Jurnal Bisnis Dan Ekonomi, Maret 2003
_______________, 2005, “Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen : Studi 1995-1996, Jurnal Bisnis dan Ekonomi, Agustus 2005
Parthington. 1989. Dividend Policy: Case Study Australian Capital Market. Journal of Finance: 155-176.
Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Penerbit BPFE, Yogyakarta.
________________, 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE. Riyanto, Bambang. 2000. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Standar Akuntansi Keuangan, 2007. Kerangka Dasar Penyusunan Penyajian Laporan Keuangan.Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia.
Santoso Singgih, 2001, SPSS Statistik Parametik, Komputindo, Jakarta.
Sartono, Agus. 2001. Manajemen Keuangan ”Teori dan Aplikasi”. Edisi Keempat. Yogyakarta: BPFE.
Scott Jr., 1999. Basic Financial Management, Prentice Hall, Inc. 8th edition. Sudarsi, Sri 2000. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Dividen Payout
Ratio pada Industri Perbankan yang Listed di Bursa Efek Jakarta (BEJ). Jurnal bisnis dan ekonomi.
Sudjana, 1992, Metode Statistika, Edisi Revisi, Cetakan Keenam, Bandung,Tarsito.
Sudrajat, 2001, Modul Teori Akuntansi, Cetakan Ketiga, Bandung,Alfabeta. Sumarsono, 2002, Metodologi Penelitian, Edisi Pertama, Fakultas Ekonomi, UPN
”Veteran” Jawa Timur.
_________, 2004, Metodologi Penelitian, Edisi Revisi, Fakultas Ekonomi, UPN ”Veteran” Jawa Timur.
(6)
Weston, Jeston, Fred, 2000, Manajemen Keuangan, Jilid I Terjemahan, Penerbit Erlangga, Jakarta.
Wuryaningsih, Diah, Laxmianti, 2004. Pengujian Pengaruh Capital Structure pada DebtPolicy (Studi Empiris Pada Perusahaan Manufaktur di Indonesia).JURNAL BENEFIT. Vol.8, No. 2, Hal 139-150