PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT NARAPIDANA DI RUTAN KELAS II B KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

  PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT NARAPIDANA DI RUTAN KELAS II B KOTA SALATIGA TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Sri Wulan NIM. 111 13 134 JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ( PAI ) FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA

  

MOTTO

Jadikanlah dirimu sebagai lautan yang luas, apapun

kejadian itu harus di terima dengan tawakal dan

dengan iman yang tebal

##

  

( Saat membuat keputusan sulit, akan sangat

bermakna untuk tahu bahwa ada orang yang

bersama kita dalam kondisi apapun )

  PERSEMBAHAN

  Skripsi ini di persembahkan kepada : 1.

  Mama terimakasih atas limpahan doa dan kasih sayang yang tak terhingga dan selalu memberikan yang terbaik.

  2. Alm.bapak dan Alm. Abah (bapak tiri) terimaksih limpahan kasih sayang semasa hidupnya dan memberikan rasa rindu yang berarti.

  3. Mas Nino dan adekku April yang sangat aku cintai dan sayangi terimakasih yang selalu mendukung dan nasehatnya yang menjadi jembatan perjalanan hidupku.

  4. Keluarga besar Brayat Wongso Kromo (Mbah Bawon, Mbah Manut, mbah girah, mbah manisem, mbah Pon, Mbah paring, mbah karijan) yang selalu memberikan dukungan berupa materi maupun non materi.

  5. Om dan tante dari keluarga besar Brayat Wongso Kromo yang selalu memberikan perhatian dan nasehatnya.

  6. Bu Yahya (Dokter Klinik Kampus) terimaksih telah sabar membimbing dan memberikan motivasi untuk segera menyelesasikan segala persoalan hidup.

  7. Keluarga besar Panti Asuhan Putri Aisyiyah Kota Salatiga yang telah memberikan kesempatan untuk menjadi anggota keluarga di panti, terimakasih ilmu, nasehat dan perhatiannya

  8. Immawan Nurul Fazri. terimaksih yang selalu sabar mendengarkan celoteh-celoteh.Terimakasih nasehat-nasehat supaya menjadi Immawati tangguh dan segera menyelesaikan skripsi ini dengan penuh semangat.

  9. Sahabat yang awal jumpa masuk kuliah Immawati azkia, terimaksih telah sabar mendampingi dan banyak membantu sampai skripsi selesai.

  10. Terimakasin Keluarga besar IMM Kota Salatiga yang telah memberikan banyak ilmu yang tak mungkin saya dapatkan dibangku perkuliahan. Bangga Jadi kader IMM Kota Salatiga 11. Terimakasih keluarga besar PD IPM Kota Salatiga. BANGGA JADI KADER IPM.

  12. Terimaksih keluarga besar Asrama IMMawati Kauman yang telah bersedia menampung saya untuk mengerjakan skripsi sampai akhir.

  13. Makasih banget buat Immawati Rahil, Immawati Yayah, Immawati Ummah dan Immwati Afifah yang menemani saat penelitian di Rumah tahanan

  14. Makasih untuk semua para kawan IMM dan lainnya yang telah mengantar dan jemput saat penelitian, bimbingan dll, yang membantu sampai skripsi selesai.

  15. Yang tak terlupakan saya ucapkan banyak terimakasih kepada Immawati Tia, Immawati Rifka, Immawati Nadia, Immawan

  Sauqi, Immawan Shaleh, Immawati Hajar dan Immawati Gita. Semoga kebaikan kalian dibalas oleh Allah dengan balasan yang terbaik.

16. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

  Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih kurang dari sempurna. Oleh karena itu penulis mengharap kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi kesempurnaan tugas-tugas penulis selanjutnya. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi pembaca dan dunia pendidikan pada umumnya.

  Amin Ya Robbal „alamin.

KATA PENGANTAR

  Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan manusia dari air yang hina kemudian memuliakannya dengan akal dan ilmu pengetahuan lalu mengangkatnya sebagai pemimpin yang terhormat dan dihormati.

  Solawat dan salam semoga selalu diberikan kepada junjungan kita, Nabi Muhammad saw, yang telah memberikan keteladan paling sempurna tentang bagaimana seharusnya meniti kehidupan: dengan segala ketulusan ibadah, kesungguhan dalam usaha, dan pengorbanan dalam perjuangan. Salam dan doa semoga terlimpah juga kepada keluarganya, para sahabat, dan para`pengikutnya yang setia hingga akhir zaman.

  Skripsi dengan judul “PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT NARAPIDANA DI RUTAN KELAS IIB KOTA SALATIGA” ini diajukan untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Institut Agama Islam Negeri ( IAIN) Salatiga.

  Penulis menyadari dalam mengerjakan skripsi ini banyak bimbingan, bantuan dan arahan dari berbagai pihak. Oleh kesempatan itu penulis menyampaikan terimakasih yang sebesar

  • – besarnya kepada : 1.

  Rektor IAIN Salatiga, Bapak Dr.Rahmat Haryadi,M.Pd 2. Ketua Jurusan PAI IAIN Salatiga,Ibu Siti Rukhayati,M.Ag.

  3. Bapak Dr.H.Sa‟adi,M.Ag selaku pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pemikiran selama proses bimbingan , sehingga dapat terselesaikannya skripsi ini.

  4. Segenap dosen dan karyawan Institut Agama Islam Negeri Salatiga, yang dengan sengaja maupun tidak disengaja turut mempelancar proses penyusunan skripsi ini.

  5. Terimakasih kepada Bapak Ruwiyanto yang telang menjadi pendamping pelenilitian di Rumah tahanan Salatiga.

  6. Segenap keluarga besar dan sahabat–sahabat terbaik yang dikirim Allah untuk selalu mendampingiku.

  Tiada balasan bagi kita kebaikan kalian itu sendiri. Semoga apa yang pernah penulis dapatkan dari kalian menjadi manfaat dan barokah bagi kita semua. Amiiin. Skripsi ini belum sempurna maka, kritik dan saran yang memabngun kami harapkan dan semoga skripsi ini bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

  

ABSTRAK

  Wulan, Sri,2017 Pengaruh Intensitas Pembinaan Mental Terhadap Kepribadian

  Sehat Narapidana Di Rutan Kelas IIB Kota Salatiga. Skripsi, Jurusan

  Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan Institut Agama Islam Negeri Salatiga.

  Pembimbing: Dr. Sa‟adi, M.Ag.

  Kata Kunci : Pembinaan Mental , Kepribadian Sehat.

  Penelitian ini membahas Pengarus Intensitas Pembinaan Mental Agama Terhadap Kepribadian Sehat Narapidan di Rutan Kelas IIB Salatiga Tahun 2017. Fokus penelitian yang dikaji : 1. Kondisi mental narapidan di Rutan; 2.Usaha pembinaan mental terhadap tingkat kepribadian sehat narapidana di Rutan kelas

  IIB Salatiga.

  Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan angket. Subjek penelitian sebanyak 30 responden, menggunakan teknik populasi, sempel dan dokumentasi. Pengumpulan data menggunakan instrumen kuesioner untuk menjaring data X dan Y.

  Data penelitian yang terkumpul dianalisis dengan menggunakan teknik random sampling. Penguji hipotesis penelitian menggunakan analisis korelasi. Dari penelitian yang dianalisis bahwa ada pengaruh intensitas pembinaan mental terhadap kepribadian sehat narapidana. Hal itu terbukti dengan hasil penghitungan pada taraf signifikan 5% N= 30 dan pada taraf signifikan 1% adalah 0,463. Dengan ini dapat diketahui bahwa dapat signifikan 5% dan 1% terdapat hubungan positif.

  DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL ............................................................................i PERSETUJUAN PEMBIMBING ...........................................................ii PENGESAHAN KELULUSAN .............................................................iii DEKLARASI ..........................................................................................iv MOTTO ...................................................................................................v PERSEMBAHAN ..................................................................................vi KATA PENGANTAR ............................................................................ix ABSTRAKSI ......................................................................................... xi DAFTAR ISI .........................................................................................xii DAFTAR TABEL ..................................................................................xv

  BAB I: PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah..........................................................1 B. Rumusan Masalah ...................................................................2 C. Tujuan Penelitian ....................................................................2 D. Hipotesis Penelitian .................................................................3 E. Manfaat Penelitian ..................................................................3 F. Definisi Operasional ................................................................4 G. Metode Penelitian ...................................................................7 H. Sistematika Penulisan ...........................................................11

  BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Pembinaan mental Narapidana 1. Pengertian Pembinaan Mental Narapidana....................................13 2. Tujuan Pembinaan Mental Narapidana..........................................14 3. Rumah Tahanan Negara................................................................16 B. Kepribadian Sehat 1. Pengertian Kepribadian Sehat........................................................16 2. Kepribadian Sehat Dalam Agama Islam.......................................21 BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara......................................24 B. Pembinaan Mental Narapidana di Rutan Kelas IIB Kota Salatiga..............................................................................................30 C. Penyajian Data .................................................................................32 BAB IV ANALISIS DATA A. Analisis Pertama .............................................................................42 B. Analisis Kedua................................................................................45 C. PEMBAHASAN.............................................................................48

  BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ...................................................................................49 B. Saran ..............................................................................................50 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN

  DAFTAR TABEL Tabel I Data Sarana dan Prasarana di Rutan Salatiga Tabel II Daftar Nama Responden Tabel III Jawaban Angket Intensitas Pembinaan Mental Narapidana Tabel IV Jawaban Angket Kepribadian Sehat Tabel V Frekuensi dan Prosentase Intensitas Pembinaan Mental Narapidana Table VI Frekuensi dan Prosentase Kepribadian Sehat Tabel VII Pembantu Analisis Product Moment

  BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Mental adalah kondisi jiwa yang terpantul dalam perilaku seseorang terhadap berbagai situasi. Keadaan mental seseorang sangat rentan terhadap kondisi dan situasi yang sedang dihadapinya. Maka, pembinaan mental sangat penting untuk semua orang, bahkan pembinaan mental harus dilakukan sejak dalam kandungan walaupun secara tidak langsung. Pembinaan mental idealnya di mulai dari dalam keluarga (Anggraini,2013:2). Karena keluarga merupakan pembinaan pertama bagi seseorang sejak orang itu lahir. Dalam keluarga pembinaan mental agama telah dilakukan dengan baik, maka seseorang akan mampu bersikap dan berperilaku dengan baik pula dalam lingkungannya.

  Pembinaan mental merupakan komponen yang sangat penting dalam kerangka pembinaan, karena yang menentukan berhasil atau tidaknya suatu pembinaan tentu haruslah ada tenaga Pembina (Rohaniawan), Pembina yang dimaksudkan dalam hal ini adalah rohaniawan yang bertugas diseksiBintal itu sendiri (Buku RUTAN Kelas IIB Salatiga)

  Pembinaan mental berfungsi untuk memberi bekal bagi narapidana agar kelak setelah bebas menjalani masa pidana menjadi orang yang lebih baik, maka pihak Rumah Tahanan Negara kelas

  IIB Kota Salatiga menyelenggarakan program pembinaan bagi narapidan, yang meliputi pembinaan kemandirian dan pembinaan kepribadian. Pembinaan kemandirian meliputi pembinaan keterampilan dan pembinaan fisik, sedangkan untuk pembinaan kepribadian meliputi pembinaan kesadaran beragama dan pembinaan intelektual.

  Manusia adalah makhluk yang berkepribadian, dan kepribadian tersebut memberinya ciri khusus yang membedakanya dari manusia lainnya (Sumarna, 2014: 10).Tanpa memiliki kepribadian, manusia tidak akan memiliki identitas diri, tidak arah dan tujuan hidup, dan tidak akan bisa memaknai eksistensinya di dunia ini.

  Setiap manusia memiliki watak yang berbeda atau sikap kepribadian yang merupakan salah satu ciri khas yang dimilki seseorang untuk membedakan dirinya dengan orang lain. Kepribadian yang sehat merupakan karakter pribadi seseorang yang mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22).

  Setiap manusia didunia ini pasti memerlukan orang lain, oleh karena itu terjadi sosialisasi antar sesama manusia tersebut, yang mana berfungsi sebagai sarana kedekatan antar sesama.

  Berdasarkan uarian di atas, penulis mencoba menuangkan dalam suatu penelitian dengan menyusun sebuah judul : PENGARUH INTENSITAS PEMBINAAN MENTAL AGAMA TERHADAP KEPRIBADIAN SEHAT NARAPIDANA DI RUTAN KELAS IIB KOTA SALATIGA. B.

  Rumusan Masalah Berdasarkan uraian dalam latar belakang masalah diatas, rumusan masalah dalam penelitian :

  1. Bagaiman Inensitas pembinaan mental agama terhadap narapidana di RUTAN Kelas IIB Kota Salatiga? 2. Bagaimana tingkat kepribadian sehat terhadap narapidana?.

  3. Adakah pengaruh usaha pembinaan mental agama terhadap tingkat kepribadian sehat narapidana di RUTAN Kelas IIB kota Salatiga? C.

  Tujuan Penelitian Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui usaha pembinaan mental terhadap narapidana di RUTAN Kelas IIB Kota Salatiga.

  2. Untuk mengetahui sejauh mana tingkat kepribadian sehat terhadap narapidana

  3. Untuk mengeahui pengaruh usaha pembinaan mental terhadap kepribadian sehat narapidana.

  D.

  Hipotesis Penelitian Hipotesis adalah jawaban sementara yang hendak diuji kebenarannya

  (Darmawan, 2013: 22).Atau jawaban bersifat sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai bukti melalui data yang terkumpul (Arikunto, 2010: 110). E.

  Manfaat Penelitia Dalam ini terdapat dua manfaat yang penulis paparkan : 1. Secara teoritis

  Hasil penilitian diharapakan memperoleh temuan baru di bidang pembinaan mental khususnya dapat memperbaiki kepribadian supaya lebih sehat.

2. Secara Praktis a.

  Bagi Narapidana: Pembinaan mental di harapkan dapat mengarahkan narapidana mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan tanpa kehilangan identitas b. Bagi Lembaga: dapat digunakan sebagai bahan evaluasi terhadap pola pembinaan yang selama ini telah dilakukan dan juga sebagai acuan untuk perkembangan pembinaan dimasa yang akan datang.

  F.

  Definisi Operasinal Untuk memberikan pemahaman dan menjaga agar tidak terjadi kesalah pahaman tentang judul skripsi ini maka diperlukan penegasan istilah. Adapun penegasan istilah yang dimaksud antara lain : 1.

  Intensitas Pembinaan mental Intensitas menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti

  “Keadaan,tindakan,intensitasnya,kuatnya,hebatnya,bergeloranya,dan sebagaimana”(Depdiknas, 2002: 438)

  Pembinaan mental adalah usaha atau kegiatan yang berdayaguna dan berhasil pada batin seseorang ( Daradjat, 1982: 11). Tujuan pembinaan adalah untuk memperoleh “Kesehatan mental“. Kesehatan mental merupakan suatu kondisi batin yang senantiasa berada dalam keadaan tenang, aman dan tentram, dan upaya untuk menemukan ketenangan batin dapat dilakukan antara lain melalui penyesuaian diri secarare signasi (penyerahan diri sepenuhnya kepada Tuhan).

  Maka untuk mengukur intensitas pembinaan mental narapidana memerlukan Indikator sebagai berikut : a.

  Kepribadian b.

  Kemandirian c. Kegiatan Kedisiplinan.

  2. Narapidana Orang yang telah terbukti melakukan tindak pidana dan kemudian oleh pengadilan dijatuhi hukum dan pidana (Gunakarya, 1988: 8).

  Selanjutnya dalam UU No.12 Tahun 1995 Pasal 1 ayat (6) dijelaskan bahwa Terpidana adalah seseorang yang dipidana berdasarkan putusan pengadilan yang telah memporelah kekuatan hukum tetap.

  3. RumahTahanan Negara Rumah Tahanan Negara Merupakan suatu tempat bagi penampungan dan pembinaan narapidana yang karena perbuatannya yang sifatnya belum ada putusan yang tetap dari pengadilan.

  Berdasarkan pasal 38 ayat (1). Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983 Tentang Pelaksanaan KUHAP, Menteri dapat menetapkan Lapas tertentu sebagai Rutan. Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang Penetapan Lembaga Pemasyarakatan Tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara, Lapas dapat beralih fungsi menjadi Rutan, dan begitu pula sebaliknya.

4. Kepribadian Sehat

  Kepribadian merupakan kesatuan yang komplek, yang terdiri dari aspek psikis, seperti : intelegensi, sifat, sikap, minat, cita-cita, dst. Serta aspek fisik, seperti : bentuk tubuh, kesehatan jasmani, kesehatan mental, dst.(Kuntjojo, 2009: 4).

  Kepribadian manusia bersifat khas. Setiap orang memiliki ciri-ciri kepribadian tersendiri. Secara umum kepribadian manusia di pisahkan dalam dua kelompok, yaitu : kepribadian sehat dan kepribadian tidak sehat.

  Kepribadian yang sehat merupakan karakter pribadi seseorang yang mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22). Dalam hal ini, seseorang tersebut selalu berfikir dan berperilaku positif.

  Untuk mengetahui ukuran kepribadian sehat perlu indikator sebagai berikut : a.

  Kemauan untuk menilai diri sendiri dan bersikap realistik b. Bersedia menerima tanggung jawab c.

  Bereaksi secara rasional atas prestasi maupun kesuksesan hidup yang dihadapinya.

  d.

  Bersikap dan berperilaku mandiri dalam cara berfikir, bertindak maupun mengambil keputusan e.

  Mampu mengontrol emosi f. Mampu merumus tujuan-tujuan yang ingin diraih di setiap aktivitas hidup (Sumarna, 2014: 23).

  G.

  Metode Penelitian 1.

  Pendekatan dan jenis Penelitian a.

  Pendekatan penelitian Dalam penelitian ini penulis menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif.

  b.

  Rancangan Penelitian Rancangan penelitian ini merupakan penelitian studi kasus. Pada penelitian studi kasus adalah penelitian yang menggali fenomena

  (kasus) dari suatu masa tertentu dan aktivitas, serta mengumpulkan detail informasi dengan menggunakan berbagai prosedur pengumpulan data selama kasus itu terjadi (Afifudin dan Saebani, 2009: 87) 2. LokasiPenelitian

  Lokasi penelitian dilaksanakan di RumahTahanan Negara kelas IIB Kota Salatiga.

  3. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalsasi yang terdiri dari atas : objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari kemudian diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2010: 81). Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah semua narapidana Muslim di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kota Salatiga.

  Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiono, 2010: 62). Sampel yang diambil oleh populasi harus representatif. Berdasarkan jumlah subjeknya dapat diambil antara 10- 15% atau 20-25%. Jadi peneliti menggunakan 25% dari 133 responden adalah 33 responden yang mengikuti pembinaan mental.

  4. Metode Pengumpulan data Teknik Pengumpulan data yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah : a.

  Metode Observasi Metode ini diartikan sebagai pengamatan dan pencatatan yang sistematis terhadap gejala-gejala yang diteliti (Arikunto, 2010: 54).

  Metode ini dipergunakan untuk memperoleh data seperti situasi RUTAN Kelas IIB Kota Salatiga. b.

  Metode Angket Angket atau kuesioner adalah sejumlah pertanyaan tertulis untuk memperoleh informasi dari responden dalam arti laporan tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui (Arikunto, 2010: 124). Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data dengan cara memberikan seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada responden untuk dijawabnya (Sugiyono, 2010: 1999).

  Dalam penelitian ini item-item angket diambil dari indikator- indikator dari variabel X dan Y.

  c.

  Metode Dokumentasi Teknik pengumpulan data dengan dokumentasi adalah pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen

  • – dokumen (Arikunto, 2010: 73). Dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data mengenai situasi umum lokasi penelitian. Dokumentasi kegiatan penelitian dan dokumentasi pendukung lainnya, sebagai penguat seluruh informasi yang didokumentasikan adalah semua aktifitas yang berhubungan dengan pembinaan mental kepribadian. Dengan dokumentasi maka data yang kita peroleh akan lebih yakin dan terbukti kebenarannya. Metode ini berfungsi untuk mendapatkan data-data yang diperoleh dilapangan, adapun dalam data yang dilakukan untuk keperluan dokumentasi meliputi pelaksanaan pembinaan mental
kepribadian serta foto-foto saat kegiatan di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kota Salatiga.

5. Instrument Penelitian

  Instrumen adalah “alat untuk fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data“ (Arikunto, 2010: 135). Instrumen yang diperlukan dalam penelitian ini adalah lembar angket yang digunakan untuk mengetahui intensitas pembinaan mental terhadap kepribadian narapidana ( X ) dan kepribadian sehat ( Y ). Angket dirancang dalam 25 pertanyaan di tujukan kepada Narapidana.

  a.

  Merupakan angket tertutup dimana peneliti telah menyediakan jawabanya dalam emapat jawabanya itu selalu, sering, jarang, atau tidak pernah. Dengan demikian, peneliti menggunakan skala richter dengan skor untuk masing-masing jawaban positif :

  1.

  :skor 4 sangat setuju/ selalu

  2.

  :skor 3 setuju/ sering

  3.

  :skor 2 tidak setuju/ kadang-kadang

  4.

  : skor 1 sangat tidak setuju/ tidak pernah Adapun penelitian instrument ( angket) yang peneliti buat, mengacu pada variable-variabel di bawah ini :

  Variabel pengaruh (X): variable pengaruh dalam penelitian ini adalah Kondisi mental narapidana di Rumah Tahanan

  Variabel pengaruh (y): variable terhadap dalam penelitian ini adalah usaha pembinaan mental narapidana di Rumah Tahanan Negara kelas IIB Kota Salatiga.

  Variabel Pengaruh (xy): Variabel terdapat dalam penelitian ini adalah Pengaruh usaha pembinaan mental Narapidana di Rumah Tahanan Negara Kela IIB Kota Salatiga.

6. Analisis Data

  Dalam menganalisis peneliti melakukan dua langkahan alisis, yaitu: a. Analisi Pendahuluan Analisis ini dilakukan untuk mengetahui kepribadian narapidana.

  1) Pembinaan Mental Narapidana

  2) Kepribadian Sehat

  3) Pembinaan mental dengan menggunakan rumus :

  P = F : N X 100% Keterangan : P :Presentase F :Frekuensi N :Jumlah responden (Hadi, 2004: 300) b. Analisis Lanjutan

  Dalam analisis ini penulis bermaksud untuk mengetahaui hubungan antara pembinaan mental terhadap kepribadian narapidana di RumahTahanan Negara Kelas IIB di Kota Salatiga tahun 2017. Teknik Analisis yang penulis gunakan adalah teknik korelasi product

  moment dengan rumus :

  Keterangan: rxy : Koefisien korelasi antara X dan Y

  XY : Produk dari X kali Y

  2 :

  X Variabel skor 1 Y : Variabel skor 2 N : Jumlah sampel yang diteliti H. Sistematika Penulisan

  Dalam penulisan skripsi ini, penulis menyusun sistematikanya sebagai berikut : Bab I, sebelum memasuki inti permasalahan yang dibahas bab- bab selanjutnya dapat skripsi ini, maka penulis terlebih dahulu mengemukakan latar belakang masalah, kemudian untuk mengetahui sejauh mana penelitian ini dibuat, dapat dilihat dalam perumusan masalah dan tujuan penelitian serta manfaat hasil penelitian, untuk menghindari pemahaman yang salah dalam judul skripsi ini maka penulis menjelaskan pada definisi operasional dan untuk memudahkan dalam memahami isi skripsi ini, maka penulis tampilkan metode yang dipakai dan sistematika penulisan skripsi.

  Bab II, penulis menjabarkan kajian pustaka tentang pengaruh Intensitas Pembinaan Mental Terhadap Kepribadian Sehat Narapidana di RUTAN Kelas IIB Kota Salatiga. Bab III, membahas tentang gambaran umum Intensitas Pembinaan Mental Terhadap kepribadianSehat Narapidana

BAB II KAJIAN PUSTAKA A.Pembinaan Mental Narapidana

1. Pengertian Pembinaan Mental Narapidana

  Menurut PP No. 31 Tahun 1999 ayat 1, pembinaan adalah suatu kegiatan untuk meningkatkan kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa, intelektual, sikap dan perilaku, profesional, kesehatan jasmani dan rohani narapidana dan anak didik pemasyarakatan. Jadi, pembinaan dapat dipahami sebagai suatu kegiatan membangun yang dilakukan secara berdaya guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik terhadap warga binaan pemasyarakatan yang bertujuan agar warga binaan menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dianggap berguna serta berperan aktif bagi pembangunan bangsa dan negara.

  Zakiyah Daradjat (1975: 59) mengemukakan bahwa mental sering digunakan sebagai ganti dari kata personality ( kepribadian) yang berarti bahwa mental adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, dan perasaan dalam keseluruhan dan kebulatanya akan menetukan corak tingkah laku, cara menghadapi suatu hal yang menekan perasaan mengecewakan, menggembirakan, dan sebagainya.

  Menurut Undang-undang RI Nomor 12 Tahun 1995 pasal 2 tentang pemasyarakatan, narapidana adalah terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaanya di Lembaga Pemasyarakatan. Narapidana merupakan orang yang memiliki cacat hukum karena telah melanggar norma-norma hukum yang berlaku. Adapun hukuman yang diterima adalah berupa kurungan atau penjara. Hukuman yang diberikan bukan semata-mata untuk mengasingkan agar tidak melakukan kejahatan lagi. Akan, selama dipenjara diberikan pembinaan dengan baik.

  Pada penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa pembinaan mental narapidana adalah suatu usaha membangun atau memperbaharui unsur- unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap, dan perasaan menjadi lebih baik sehingga semua itu dapat ditampilkan dalam bentuk tingkah laku yang wajar.

2. Tujuan Pembinaan Mental Narapidana

  Menurut Pasal 20 UU No. 12 Tahun 1995 tujuan pembinaan narapidan adalah membentuk narapidana agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahanya, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat aktif berperan dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai

  Pembinaan mental narapidana dilakukan secara terus menerus sejak narapidana masuk ke dalam rumah tahanan. Dalam pembinaan narapidana dikembangkan keadaan jasmani, rohani, serta kemasyarakatanya dan dibutuhkan pula elemen-elemen yang berkaitan untuk mendukung keberhasilan dalam pembinaan. Elemen-elemen tersebut adalah lembaga- lembaga yang berkaitan dengan pengembangan semua segi kehidupan narapidana dan tenaga-tenaga pembina yang cukup cakap dan penuh dengan rasa pengabdian (Priyanto, 2006: 106).

  Menurut Pasal 3 Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan pembimbingan narapidana menyatakan bahwa program pembinaan dan pembimbingan meliputi kegiatan pembinaan dan pembimbingan kepribadian serta kemandirian yang meliputi hal-hal yang berkaitan dengan: a.

  Ketaqwaan kepada tuhan Yang Maha Esa b. kesadaran berbangsa dan bernegara c. intelektual d. sikap dan tingkah laku e. kesehatan jasmani dan rohani f. kesdaran hukum g. reintregrasi sehat dengan masyarakat h. ketrampilan kerja.

3. Rumah Tahanan Negara

  Berdasarkan pasal 38 ayat (1). Penjelasan PP No. 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHP, Menteri dapat menetapkan lapas tertentu sebagai RUTAN. Kemudian, dengan adanya Surat Keputusan Menteri Kehakiman No. M.04.UM.01.06 Tahun 1983 tentang penetapan Lembaga Pemasyarakatan tertentu sebagai Rumah Tahanan Negara, lapas beralih fungsi menjadi RUTAN, dan begitu sebaliknya.

  Menurut keputusan mentri kehakiman nomor: M.02-PK.04.10 Tahun 1990 tentang Pembinaan Narapidana / Tahanan menyatakan bahwa : Rumah Tahanan Negara adalah unit ditahan selama proses penyelididkan, penuntutan, dan pemeriksaan disidang pengadilan.

B. Kepribadian Sehat

  1. Pengertian kepribadian sehat Kata personality dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Yunani- kuno prosopon atau persona yang artinya “ topeng" yang biasa dipakai artis dalam teater. Jadi, konsep awal dari pengertian personality (pada masyarakat awam) adalah tingkah laku yang ditampakkan pada lingkungan sosial, kesan mengenai diri yang diinginkan agar dapat ditangkap oleh lingkungan sosial (Alwisol, 2009: 7). Menurut GW. Allport personality adalah suatu organisasi yang dinamis dari sistem psikofisiss individu yang menentukan tingkah laku dan pemikiran individu secara khas (Koswara, 1991: 11).

  Kepribadian yang sehat merupakn karakter pribadi seseorang yang mempunyai nilai positif (Sumarna, 2014: 22). Dalam hal ini, seseorang tersebut selalu berfikir dan berperilaku positif. Kepribadian sehat merupakan proses yang berlangsung terus-menerus dalam kehidupan manusia, sehingga kualitasnya dapat menurun atau naik. Hal inilah yang akan mempengaruhi kondisi kesehatan mental individu.

  Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwasanya kepribadian yang sehat berarti juga kepribadian yang matang, dan kepribadian yang matang berarti kepribadian yang dewasa. Kedewasaan itu sendiri mempunyai berbagai arti.

  Pada umumnya, dewasa berarti tumbuh atau besar, sesuai dengan umur seseorang. Ia mampu memenuhi keperluan-keperluan yang wajar pada umur itu dan mampu memenuhi tuntutan masyarakat, ia dapat memecahkan dengan tepat dan benar secara moril.

  Secara lebih rinci, Dahler (1983) mengemukakan pandangannya tentang tanda-tanda kepribadian orang yang sehat, di antaranya:

  1.Kepercayaan mendalam pada diri sendiri dan orang lain.

  2.Tidak ragu-ragu, tidak malu, tetapi berani.

  3 Inisiatif berkembang dan tidak selalu merasa dirinya bersalah atau berdosa.

  4.Tidak merasa minder, tetapi mempunyai semangat kerja.

  5.Bersikap jujur terhadap diri sendiri.

  6.Mampu berdedikasi-penyerahan diri sendiri.

  7.Senang kontak dengan sesama.

  8.Integritas, yakni:

  a. Mempunyai kontinuitas dalam hidupnya, masa lampau tak sangkal, dan dengan gairah memandang masa depan, b.Kesanggupan untuk memperjuangkan nilai-nilai hidup yang nyata, bukan seorang penjual diri, oportunis, pengkhianat, c. Berani memimpin/bertanggungjawab, berani menanggung resiko, mempunyai jiwa kepemimpinan, hidupnya sebagai tantangan (Sobur, 2000: 355-356)

  Allport lebih optimis mengenai kodrat manusia daripada pandangan dari Freud. Ia memperlihatkan suatu keharuan yang luar biasa terhadap manusia. Pengalaman-pengalaman pribadinya kelak tercemin dalam pandangan-pandangan teoritisnya tentang kodrat kepribadian manusia.

  Kodrat manusia yang diutarakan Allport adalah positif, penuh harapan dan menyanjung-nyajung. Allport tidak percaya bahwa orang-orang yang matang dan sehat dikontrol dan dikuasai oleh kekuatan-kekuatan tak sadar- kekuatan-kekuatan yang tidak dapat dilihat dan dipengaruhi. Ia percaya bahwa kekuatan-kekuatan tak sadar itu merupakan pengaruh-pengaruh yang penting pada tingkah laku orang dewasa yang neuritis. Orang-orang yang neuritis terikat atau terjalin erat pada pengalaman-pengalaman masa kanak- kanak (Koswara, 1991: 40) .

  Menurut Alport ( Koswara, 1991: 40-50) perkembangan proparium sebagai dasar perkembangan kepribadian yang sehat proparium berkembang dari masa bayi sampai masa remaja melalui tujuh tingkat diri. Proparium merupakan suatu syarat munculnya kepribadian yang sehat. 7 tingkat tersebut adalah: 1.

  Perluasan perasaan diri.

  Ketika diri berkembang, maka diri itu meluas menjangkau banyak orang dan benda. Mula-mula diri berpusat pada individu.

  Kemudian ketika pengalaman bertumbuh maka diri bertambah luas meliputi nilai-nilai dan cita-cita yang abstrak.

2. Hubungan diri yang hangat dengan orang-orang lain

  Mampu memperlihatkan keintiman (cinta) terhadap orang tua, anak, partner, teman akrab. Hasil dari kapasitas keintiman adalah suatu perluasan diri, yang kapasitas untuk perasaan terharu . Orang yang sehat mental memiliki kapsitas untuk memahami kapasitas untuk memahami kesakitan-kesakitan, penderitaan- penderitaan, ketakutan-ketakutan, kegagalan-kegagalan yang merupakan ciri kehidupan manusia.

  3. Keamanan emosional Kepribadian sehat juga mampu menerima emosi-emosi manusia, sehingga emosi-emosi ini tidak menggangu aktivitas- aktivitas antar pribadi.

  4. Persepsi realistis Orang-orang yang sehat memandang dunia mereka secara objektif. Orang-orang yang sehat tidak perlu percaya bahwa orang- orang lain atau situasi-situasi semuanya jahat atau baik menurut suatu prasangka pribadi terhadap realitas. Mereka menerima realitas sebagaimana adanya.

  5. Keterampilan–keterampilan dan tugas–tugas Keberhasilan dalam pekerjaan menunjukkan perkembangan keterampilan-keterampilan dan bakat-bakat tertentu suatu tingkatan kemampuan. Menggunakan keterampilan itu secara ikhlas, antusias, melibatkan dan menempatkan diri sepenuhnya terhadap pekerjaan kita.

  6. Pemahaman diri.

  Orang yang memiliki suatu pemahaman diri yang tinggi tidak mungkin memproyeksikan kualitas pribadinya yang negatif kepada orang lain. Orang yang matang akan menjadi hakim yang saksama terhadap orang orang lain, dan dapat diterima dengan lebih baik oleh orang lain.

  7. Filsafat hidup yang mempersatukan .

  Allport ( Koswara, 1991 : 49) menekankan bahwa nilai-nilai adalah sangat penting bagi perkembangan suatu filsafat hidup yang mempersatukan. Individu dapat memilih yang berhubungan dengan dirinya sendiri atau mungkin nilai itu luas dan dimiliki oleh banyak orang. Orang yang sehat melihat ke depan, didorong oleh tujuan dan rencana jangka panjang. Ia memiliki perasaan akan tujuan, perasaan akan tugas untuk bekerja sampai tuntas sebagai batu sendi kehidupannya. Allport ( Koswara, 1991: 50) menyebut dorongan- dorongan tersebut sebagai keterarahan (directness). Keterarahan itu membimbing semua segi kehidupan seseorang menuju suatu atau serangkaian tujuan, serta memberikan alasan untuk hidup. Kita membutuhkan tarikan yang tetap dari tujuan yang bermakna. Tanpa itu mungkin kita mengalami masalah kepribadian. Kerangka dari tujuan-tujuan itu adalah nilai, yang bersama dengan tujuan sangat penting dalam rangka mengembangkan filsafat hidup. Memiliki nilai-nilai yang kuat merupakan salah satu ciri orang matang. Orang-orang neurotis tidak memiliki nilai atau memiliki nilai yang terpecah-pecah dan bersifat sementara, yang tidak cukup kuat untuk mempersatukan semua segi kehidupan (koswara, 1991:50).

  2. Kepribadian sehat dalam agama Islam Agama berasal dari Bahasa Sansekerta yang artinya tidak acau, diambil dari du a suku kata “a” berarti tidak ada dan “gama” berarti kacau, secara lengkapnya agama ialah peraturan yang mengatur manusia agar tidak kacau (Dadang Kahmad, 2000: 21).

  Manusia mengingkari agama karena ada faktor-faktor tertentu yang disebabkan oleh kepribadian maupun lingkungan masing-masing. Apabila agama tidak masuk dalam pembinaan pribadinya, maka pengetahuan agama yang dicapainya kemudian merupakan ilmu pengetahuan yang tidak ikut mengendalikan tingkah laku dan sikapnya dalam hidup.

  Agama berfungsi untuk memelihara integritas manusia dalam membina hubungan dengan Tuhan dengan sesama manusia dan dengan alam yang mengitarinya. Dengan kata lain, agama pada dasarnya berfungsi sebagai alat penguur untuk terwujudnya integritas hidup manusia dalam hubungan dengan Tuhan dan hubungan dengan alam yang mengitarinya ( Famularsih dan Billah,2014: 94)

  Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kepribadian sehat individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak akan mencapai atau memiliki pribadi yang sehat tanpa agama.

  Agama Islam sebagai terapi dalam kepribadian sehat atau kesehatan mental, didalam islam ditunjukan dengan jelas dalam QS an Nahl ayat 97 :

                     

  Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam Keadaan beriman, Maka Sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan Sesungguhnya akan Kami beri Balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan ( Al Qur‟an Karim Al Hafidz Cordoba, 2016: 278).

  Dari ayat di atas ditekankan bahwa laki-laki dan perempuan dalam Islam mendapat pahala yang sama dan bahwa amal saleh harus disertai Iman. Keimanan dapat menghasilkan ketenangan jiwa yang merupakan salah satu indikasi mental yang sehat.

  Suatu tindakan atau sikap adalah hasil dari kerja sama segala fungsi- fungsi jiwa, yang tercakup di dalamnya pengertian, perasaan dan kebiasaan. Jadi bukan pengertian saja. Demikian pulalah halnya dengan agama, ia akan menjadi pengendali moral, apabila ia dimengerti, dirasakan dan dibiasakan ( rationil, emotionil, dan dipraktekkan) ( Zakiah Daradjat, 1975: 60-61).

  Kondisi mental sangat menentukan dalam hidup ini. Hanya orang yang sehat mentalnya saja yang dapat merasa bahagia, mampu berguna dan sanggup menghadapi kesukaran atau rintangan dalam hidup.

  Kepribadian sehat itu sebaiknya dibina sejak kecil agar pertumbuhan berjalan wajar dan tidak terganggu. Terkadang manusia bernasib tidak baik, terlahir dan dibesarkan oleh orangtua yang kurang mengerti dan memberikan kesempatan untuk berkepribadian yang sehat.

  Agama mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap kesehatan mental individu. Dengan demikian dapatlah dikatakan bahwa individu tidak akan mencapai atau memiliki mental yang sehat tanpa agama. Dalam melakukan perawatan jiwa maka harus memperhatikan aspek agama seseorang tersebut.

  BAB III LAPORAN PENELITIAN A. Gambaran Umum Rumah Tahanan Negara 1. Sejarah Singkat Lembaga Rumah Tahanan Negara (Rutan) kelas IIB Kota Salatiga, berada

  di tengah kota Salatiga Jawa Tengah yang berhawa sejuk dan dikenal sebagai kota pelajar yang memiliki beberapa Perguruan Tinggi ternama dengan mahasiswa berasal dari seluruh pelosok Indonesia.

  Secara fisik, bangunan Rutan Salatiga merupakan peninggalan dari pemerintah kolonial Hindia Belanda yang ketika itu bangunan tersebut juga sebagai penjara di jaman penjajahan pemerintah kolonial dan baru sekali dilaksanakan renovasi dan penambahan lantai pada tahun 1995 (Buku Profil Rumah tahanan Kelas IIB Salatiga).

2. Visi, Misi, Tujuan, Sasaran dan Motto a.

  Visi Memulihkan kesatuan hubungan hidup, kehidupan dan penghidupan tahanan/napi sebagai individu, anggota masyarakat dan makhluk Tuhan Yang Maha Esa dalam Rangka membangun manusia Indonesia yang mandiri. b.

  Misi 1).Mengemban melaksanakan perawatan tahanan, pembinaan terhadap narapidana dalam kerangka penegakkan hukum, pencegahan dan penanggulangan kejahatan serta pemajuan dan perlindungan hak asasi manusia mewujudkan tertib.

  2).Mengembangkan kerjasama dengan mengoptimalkan keterlibatan stakeholder 3). Melaksanakan tugas pokok dan fungsi pemasyarakatan secara konsisten dengan mengedepankan penghormatan terhadap

  Hukum dan Hak Asasi Manusia yang Adil dan Beradab 4). Mengembangkan kompetensi dan potensi sumber daya petugas secara konsisten dan berkesinambungan ( Buku Profil Rumah tahanan Kelas IIB Salatiga).

  c.

  Tujuan 1).Membetuk narapidan agar menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulangi tindak pidana sehingga dapat diterima kembali oleh lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan dan dapat hidup secara wajar sebagai warga negara yang baik dan bertanggung jawab.

  2). Memberikan jaminan perlindungan hak asasi manusia tahanan yang ditahan Rutan Salatiga dalam rangka memperlancar proses penyelidikan dan bertanggung jawab. 3).Memberikan jaminan perlindungan hak asasi tahanan/pihak- pihak yang berperkara serta keselamatan dan keamanan serta kelancaran dalam proses penyelidikan, penuntutan, dan pemeriksaan di sidang pengadilan ( Buku Profil Rumah tahanan Kelas IIB Salatiga).

  d.

  Sasaran Sasaran perawatan dan pembinaan tahanan/napi di Rutan

  Salatiga adalah meningkatkan kualitas yang sebelumnya/awalanya sebagian atau seluruhnya dalam kondisi kurang, aspek tersebut meliputi antara lain :

  1). Kualitas ketaqwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa 2). kualitas intelektual 3). kualitas sikap perilaku 4). Kualitas profesionalisme/keterampilan 5). Kesehatan jasmani dan rohani e. Motto

  BERKARYA ( Bersih, Kreatif, Yakin ). Maksud dari semboyan tersebut adalah : 1). Bersih dalam fikiran, tindakan dan perkataan 2). Kreatif dalam usaha

  3). Yakin pasti bisa ( Buku Profil Rumah tahanan Kelas IIB Salatiga).

3. Struktural Organisasi 4.

  Lamdasan Operasional a.

  Undang-undang No. 8 Tahun 1981 tentang KUHP.

  b.

  Undang-undang No.12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan c. Undang-undang No. 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia ( HAM ).

  KEPALA RUTAN Hero Sulistiyono, Bc, IP, SH,M.Si. NIP. 19690116 199303 1001 PETUGAS TATA USAHA KA. KP RUTAN KUMRODJI, SH

  NIP. 197209221994031001

KASUB SIE PELTAH

DWI MURDANTO, SH

NIP. 196201051985031001

  KASUB SIE AGUS WIJAYANTO, SH NIP. 197801152000031001 Sumber diambil dari buku profil Rutan Kelas IIB

  Salatiga d.

  Undang-undang No. 43 Tahun 1999tentang pokok-pokok kepegawaian e.

  Peraturan Pemerintah RI. No. 27 Tahun 1983 tentang pelaksanaan KUHAP f. Peraturan pemenrintah RI No.31 Tahun 1999 tentang pembinaan dan Pembimbing Warga Binaan Pemasyarakatan.

  g.

  Peraturan Pemerintah RI No. 32 Tahun 1999 tentang syarat dan tata cara pelaksanaan Hak Binaan Pemasyarakatan.

  h.

  Peraturan pemerintah RI No. 59 tahun 1999 tentang kerja sama penyelenggaraan pembinaan dan pembimbingan warga binaan pemasyarakatan i. Peraturan Pemeintah RI No. 58 Tahun 1999 tentang syarat-syarat dan tata cara pelaksanaan, wewenang, tugas, dan tanggung jawab perawatn tahanan. j.

  Keputusan mentreri kehakiman RI No. M.01.KP.09.05 Tahun 1991 tentang penetapan uraian jabatan di lingkungan departemen kehakiman RI. k.

  Keputusan menteri kehakiman RI NO. M.UM.06.05 Tahun 1996 tentang penerbitan pola bindalmin Departemen Kehakiman RI ( Buku Profil Rutan Kelas IIB Salatiga).

5. Data Eksistensi RUTAN Salatiga a.

  Demografi Nama UPT :RUMAH TAHANAN NEGARA

  SALATIGA Tahun Berdiri : 1945 Kapasitas : 100 Orang Alamat Lengkap : Jl. Yos Sudarso No. 2 Salatiga Kode Pos : Salatiga 50713 Phone : 0289-325601 Fax : 0289-328296 Email

  b.

  Struktur Bangunan Luas Tanah : 2.400m2 Luas Bangunan : 1.169m2 Jumlah Blok : 3 Blok ( blok muka, blok belakang dan wanita ) c.

  Data Saran dan Prasarna di RUTAN Salatiga Tabel I

  No Fasilitas Ada/tidak Keterangan

  1. Ruamah Dinas Baik √

  2. Ruang Aula Baik √

  3. Ruang Ka. Rutan √

  10 Gereja √

  Pembinaan mental yangn dilakukan di Rumah tahanan kelas IIB Kota Salatiga meliputi beberapa kegiatan yang bermanfaat selama berada di Rumah Tahanan dan juga membangun kepribadian agar dapat diterima

   Pembinaan Mental Narapidana di Rutan Kelas IIB Kota Salatiga

  Baik B.

  14 Ruang Kunjungan √

  Baik

  13 Ruang Penjagaan √

  Baik

  12 Gudang √

  Baik

  11 Mushola √

  Baik

  Baik

  Baik

  9 Ruang Dapur √

  Baik

  8 Ruang Operasi √

Dokumen yang terkait

PEMBINAAN KEAGAMAAN DALAM KONSEP SAPTA MARGA DI LINGKUNGAN TNI YONIF 411 KOSTRAD SALATIGA TAHUN 2014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM SISWA TUNARUNGU DI SMPLB WANTU WIRAWAN SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

0 0 187

PERANAN WALI KALAYAN DALAM MENUMBUHKEMBANGKAN KEPRIBADIAN ANAK DI PANTI ASUHAN DARUL HADLANAH NU BLOTONGAN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 127

PERSEPSI HIJABERS TENTANG PENDIDIKAN KARAKTER DI KOMUNITAS HIJABERS KOTA SALATIGA TAHUN 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 132

MEDIASI PERCERAIAN DI PENGADILAN AGAMA SALATIGA TAHUN 2012-2013 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum Islam

0 0 88

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM PADA SISWA PENYANDANG AUTIS DI SMPLB NEGERI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20132014 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 3 127

PENGARUH KEHIDUPAN KOS TERHADAP SIKAP KEBERAGAMAAN MAHASISWA IAIN SALATIGA TAHUN 2016 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd.)

0 0 118

PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IAIN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

0 0 130

PEMBINAAN AKHLAK ANAK PADA ORANGTUA PEKERJA PABRIK DI DUSUN NGUMPUL DESA KEDUNGUMPUL KECAMATAN KANDANGAN KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN 2017 SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

0 0 93

MODEL PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM BAGI PENYANDANG TUNARUNGU SISWA KELAS B SMPLB NEGERI SALATIGA 2017 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan S.Pd

0 0 153