Perilaku Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga

(1)

PERILAKU IBU DALAM MENGATASI KESULITAN MAKAN PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI KELURAHAN

HUTA TONGA-TONGA SIBOLGA

SKRIPSI OLEH

HANNA MARIANA SIMANGUNSONG 111121013

]

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2013


(2)

(3)

PRAKATA

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa dan Maha Kasih atas segala rahmat dan penyertaan-Nya yang diberikan kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “ Perilaku Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga”, Yang merupakan salah satu syarat untuk

menyelesaikan pendidikan di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak dr. Dedy Ardinata, M. Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara .

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku pembantu dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Farida Linda Sari Siregar, S.Kep, Ns, M.Kep selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan pengetahuan, bimbingan, dorongan secara moral,masukan dan arahan yang sangat membanatu sehingga penyusunan skripsi ini dapat selesai.

4. Ibu Reni Asmara Ariga, S.Kp, MARS selaku penguji I dan Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep selaku penguji II dan yang telah memvalidasi instrumen penelitian ini.

5. Seluruh dosen dan staf pengajar serta civitas akademika Fakultas Keperawatan USU yang telah memberikan bimbingan selama perkuliahan.


(4)

6. Suami saya tercinta “ Erwynd T.C Sipahutar, SE” yang dengan panjang sabar dan bijaksana, serta selalu memberikan motivasi yang tiada ternilai dengan kata-kata. 7. Putra dan Putri saya yang tersayang “Kevin Pritz E. Sipahutar dan Beautrix Pritz

D. Sipahutar yang selalu mengerti keadaan mamanya selama menjalani pendidikan.

8. Seluruh keluarga yang mencintai dan menyayangiku yang telah memberikan doa restu dan dukungan di sepanjang kehidupanku dan selama menjalani pendidikan. 9. Kepala Dinas Kesehatan Kota Sibolga M.Yusuf Batubara yang telah memberikan

kesempatan kepada saya untuk melanjutkan pendidikan di Universitas Sumatera Utara.

10.Bapak Ronal Panggabean selaku kepala kelurahan Huta Tonga-tonga yang telah memberikan izin penelitian.

Akhir kata penulis berharap, skripsi ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan di bidang keperawatan dan pihak-pihak yang membutuhkan dan penulis sangat mengharapkan adanya saran yang bersifat membangun untuk perbaikan yang lebih baik dimasa yang akan datang.

Medan, Februari 2013


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ...iii

Daftar Isi ...v

Daftar Tabel ... viii

Daftar Skema ...ix

Abstrak ...x

BAB 1. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Tujuan Penelitian ... 5

1.2.1 Tujuan Umum ... 5

1.2.2 Tujuan Khusus ... 5

1.3 Pernyataan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.4.1 Perawat Komunitas ... 6

1.4.2 Pendidikan Keperawatan ... 6

1.4.3 Penelitian Keperawatan... 6

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA...7

2.1 Konsep Perilaku...7

2.1.1 Pengetahuan ...7

2.1.2 Sikap ...9

2.1.3 Tindakan ...11

2.2 Kesulitan Makan ...12

2.2.1 Pengertian Kesulitan Makan ...12

2.2.2 Penyebab Kesulitan Makan ...13

2.2.3 Dampak Kesulitan Makan ...17

2.2.4 Upaya Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak ...17

2.2.5 Penanganan Kesulitan Makan Pada Anak ...21

2.2.6 Pengaturan Makan Bayi dan Balita ...21

2.3 Balita ...23

2. 3.1 Pengertian Balita ...23

BAB 3 KERANGKA PENELITIAN ...24

3.1 Kerangka konseptual...24

3.2 Defenisi OperasionalVariabel Penelitian ...25


(6)

4.2.2 Sampel Penelitian...27

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian...28

4.4 Pertimbangan Etik ...28

4.5 Instrumen Penelitian ...29

4.5.1 Kuesioner Data Demografi ...29

4.5.2 Kuesioner Perilaku Ibu ...29

4.6 Uji Validitas dan Realibilitas ...30

4.6.1 Uji Validitas ...30

4.6.2 Uji Realibilitas ...30

4.7 Teknik Pengumpulan Data ...31

4.8 Analisa Data ...32

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...35

5.1 Hasil Penelitian ...35

5.1.1 Karakteristik Responden ...35

5.1.2 Pengetahuan Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...36

5.1.3 Sikap Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...37

5.1.4 Tindakan Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...37

5.2 Pembahasan ...38

5.2.1 Pengetahuan Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...38

5.2.2 Sikap Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...40

5.2.3 Tindakan Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia Dibawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ...42

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN ...44

6.1 Kesimpulan ...44

6.2 Saran ...45

DAFTAR PUSTAKA ...46 LAMPIRAN

1. Formulir Persetujuan Menjadi Peserta Penelitian 2. Jadwal Penelitian

3. Taksasi Dana

4. Instrumen Penelitian 5. Hasil Pengelolaan Data 6. Riwayat Hidup


(7)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Defenisi Operasional ... 25 Tabel 5.1. Distribusi frekuensi responden berdasarkan karakteristik data

demografi di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga... 36 Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tingkat

pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia

dibawah lima tahun diKelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ... 36

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun

diKelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ... 37

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentasi responden berdasarkan tingkat tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia

dibawah lima tahun diKelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga ... 38


(8)

DAFTAR SKEMA

Skema 1. Kerangka penelitian Perilaku Ibu Dalam Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak Usia dibawah Lima Tahun diKelurahan Huta Tonga-tonga


(9)

Judul : Perilaku Ibu dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga

Nama : Hanna Mariana Simangunsong

NIM : 111121013

Jurusan : Keperawatan Tahun Akademik : 2011

Abstrak

Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkomsumsi sejumlah makanan yang diperlukan, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulut secara sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pengambilan sampelnya menggunakan teknik total sampling. Besar sampel yang digunakan adalah 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan anak usia dibawah lima tahun. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 68%, 83% ibu memiliki sikap cukup dan 55% ibu memiliki tindakan cukup dalam mengatasi kesulitan makan pada anak dibawah usia lima tahun. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pendidikan kesehatan tentang cara mengatasi kesulitan makan pada anak dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di wilayah yang lebih luas dan dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak balita.


(10)

Judul : Perilaku Ibu dalam Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak Usia di Bawah Lima Tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga

Nama : Hanna Mariana Simangunsong

NIM : 111121013

Jurusan : Keperawatan Tahun Akademik : 2011

Abstrak

Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkomsumsi sejumlah makanan yang diperlukan, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulut secara sukarela. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan pengambilan sampelnya menggunakan teknik total sampling. Besar sampel yang digunakan adalah 60 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan anak usia dibawah lima tahun. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik deskriptif, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden memiliki pengetahuan cukup sebanyak 68%, 83% ibu memiliki sikap cukup dan 55% ibu memiliki tindakan cukup dalam mengatasi kesulitan makan pada anak dibawah usia lima tahun. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan acuan bagi perawat dalam memberikan asuhan keperawatan khususnya pendidikan kesehatan tentang cara mengatasi kesulitan makan pada anak dan peneliti selanjutnya diharapkan dapat melakukan penelitian di wilayah yang lebih luas dan dapat meneliti faktor-faktor yang mempengaruhi kesulitan makan pada anak balita.


(11)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kebutuhan nutrisi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam membantu proses pertumbuhan dan perkembangan pada balita, mengingat manfaat nutrisi dalam tubuh dapat membantu proses pertumbuhan dan perkembangan anak balita, serta mencegah terjadinya berbagai penyakit akibat kurangnya nutrisi dalam tubuh, seperti : kekurangan energi dan protein, anemia, defisiensi yodium, defisiensi seng, defisiensi vitamin A, defisiensi thiamin, defisiensi kalium, dan lain-lain yang dapat menghambat proses perkembangan anak balita. Terpenuhinya kebutuhan nutrisi pada anak balita diharapkan dapat tumbuh dengan cepat sesuai dengan usia tumbuh kembang dan dapat meningkatkan kualitas hidup serta mencegah morbilitas dan mortalitas (Hidayat,2005).

Selain itu kebutuhan nutrisi juga dapat membantu dalam aktifitas sehari-hari karena nutrisi juga sebagai sumber tenaga yang dibutuhkan berbagai organ dalam tubuh, dan juga sebagai sumber zat pembangun dan pengatur dalam tubuh. Sebagai sumber tenaga, nutrisi dapat diperoleh dari karbohidrat sebanyak 50-55%, lemak sebanyak 30-35%, dan protein sebanyak 15%. Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada anak haruslah seimbang diantara zat gizi lain, mengingat banyak sekali yang kita temukan berbagai masalah dalam pemenuhan kebutuhan nutrisi


(12)

mampu untuk makan, padahal yang tidak disukai tersebut mengandung zat yang seimbang, sehingga harapan dalam pemenuhan gizi harus selaras, serasi dan seimbang tidak terlaksana (Hidayat,2005).

Menurut hasil penelitian oleh Soedibyo (2009) di Jakarta, kelompok usia terbanyak mengalami kesulitan makan adalah usia 1 sampai 5 tahun (58%), dengan jenis kelamin terbanyak laki-laki (54%). Kesulitan makan didapatkan pada 50 orang dari 109 orang subjek (45,9%). Gejala klinis esofagitis refluks ditemukan dalam jumlah yang sama (45,9%). Keluhan berupa menghabiskan makanan kurang dari sepertiga porsi (27,5%), menolak makan (24,8%) dan anak rewel, merasa tidak senang atau marah (22,9%), hanya menyukai satu jenis makanan (7,3%), hanya mau minum susu (18,3%), memerlukan waktu > 1 jam untuk makan (19,3%) dan mengemut (15,6%). Keluhan 72% telah dialami lebih dari 6 bulan, 50% memiliki gangguan kenaikan berat badan, 22% rewel, 12% nyeri epigastrium, dan 6% nyeri menelan dan sering muntah.

Menurut hasil penelitian Judawanto (2007), faktor kesulitan makan pada anak inilah yang sering dialami oleh sekitar 25% pada usia anak, jumlah akan meningkat sekitar 40-70% pada bayi prematur atau dengan penyakit kronik. Hal ini pulalah yang sering membuat masalah tersendiri bagi orang tua, bahkan dokter yang merawatnya. Penelitian Judawanto (2007) yang dilakukan di jakarta menyebutkan pada anak prasekolah usia 4-6 tahun, didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%. Sebagian besar 79,2% telah berlangsung lebih dari 3 bulan. Kesulitan makan yang terjadi setiap hari dan berlangsung dalam waktu yang lama sering dianggap sebagai suatu hal yang biasa, sehingga akhirnya


(13)

timbul komplikasi dan gangguan tumbuh kembang lainnya pada anak. Salah satu penyebab keterlambatan penanganan masalah tersebut adalah pemberian vitamin tanpa mencari penyebabnya sehingga kesulitan makan tersebut terjadi berkepanjangan. Akhirnya orang tua berpindah-pindah dokter dan berganti-ganti vitamin tetapi tingkat kesulitan makan anak tidak membaik. Dengan penanganan kesulitan makan pada anak yang optimal diharapkan dapat mencegah komplikasi yang timbul, sehingga dapat meningkatkan kualitas anak Indonesia dalam menghadapi persaingan dimasa yang akan datang. Tumbuh kembang dalam usia anak sangat menentukan kualitas seseorang bila sudah dewasa nanti .

Perkembangan mental anak dapat dilihat dari kemampuannya mengatakan “tidak” terhadap makanan yang ditawarkan. Penolakan itu tentu saja tidak boleh dijadikan alasan oleh para orang tua untuk memulai “perang di meja makan”, karena ketegangan justru akan memicu dan memacu sikap yang lebih defensif. Ada baiknya diadakan kompromi, anak diberikan pilihan satu atau dua macam makanan.

Pada banyak penelitian dilaporkan bahwa pada usia ini kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan selama berminggu-minggu. Orang tua tidak perlu merasa takut, asalkan makanan tersebut dapat memenuhi kebutuhan gizi anak. Sementara itu, orang tua (pengasuh anak) tidak boleh menyerah menawarkan kembali jenis makanan lain setiap kali makan (Arisman, 2002).

Masa balita merupakan masa peralihan dari menyusui ke masa penyapihan yaitu pada saat balita mulai tumbuh dan memiliki kebutuhan yang penting juga


(14)

sukai dan tidak disukai. Pada usia ini anak juga merupakan golongan konsumen pasif yaitu belum dapat mengambil dan memilih makanan sendiri, mereka juga masih sukar diberikan pengertian tentang makanan di samping kemampuan menerima berbagai jenis makanan juga masih terbatas (Maryunani, 2010).

Pada umumnya masalah makan pada anak adalah masalah kesulitan makan. Kesulitan makan adalah ketidakmampuan anak untuk makan dan menolak makanan tertentu (Santoso, 2004). Menurut (Sulistijani,2001) masalah sulit makan pada anak Balita antara lain adalah anak suka bermain dengan makanannnya, porsi makan berlebih, susah makan, dan anak suka jajan.

Masalah sulit makan pada anak merupakan masalah yang sering dikeluhkan oleh banyak ibu-ibu. Banyak ibu-ibu mengeluh anaknya sulit sekali untuk diajak makan, padahal mereka sudah berusaha secara maksimal untuk mengupayakan agar anaknya mau makan (Irianto, 2006).

Perilaku makan telah terbina sejak awal kehidupan, dan ini cukup memberikan pengaruh terhadap pembentukan serta perkembangan kepribadian secara menyeluruh. Kondisi dan peran psikologi anak merupakan salah satu aspek yang memegang peranan penting bagi terlaksananya perilaku makan yang negatif, sehingga anak menjadi sulit makan. Perkembangan perilaku makan merupakan panduan dari sikap seorang ibu, kondisi psikologi anak serta pemberian makan (Irianto, 2006).

Perilaku sulit makan pada anak juga dapat terbentuk oleh emosi dan perlakuan yang diberikan ibunya saat memberikan Air Susu Ibu (ASI), sikap ibu (overproteksi, kecemasan yang berlebihan, menolak kehadiran anak), dan juga


(15)

keadaan psikologis anak di mana anak yang tidak diharapkan tidak menerima belai kasih saat menerima ASI dan tekhnik pemberian makanan yang salah (Irianto,2006).

Dikaitkan dengan kesehatan maka pada usia ini anak amat rentan terhadap berbagai penyakit infeksi terutama apabila kondisinya kurang gizi. Masalah sulit makan pada anak dapat mengakibatkan anak tumbuh dengan berat badan yang tidak ssesuai dengan usianya (Suhardjo,1992)

Berdasarkan uraian di atas dapat diketahui tentang pentingnya mengatasi kesulitan makan pada anak terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak. Atas dasar inilah, kemudian penulis tertarik untuk mengkaji tentang masalah perilaku ibu untuk mengatasi kesulitan makan pada anak usia balita.

1.2 Tujuan Penelitian 1.2.1 Tujuan Umum

Mengidentifikasi perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.

1.2.2 Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita.

2. Mengidentifikasi sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita. 3. Mengidentifikasi tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak


(16)

1.3Pertanyaan Penelitian

Bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga?

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1 Perawat Komunitas

Dapat memberikan masukan informasi bagi perawat komunitas tentang bagaimana perilaku ibu untuk mengatasi kesulitan makan pada anak. Sehingga dapat ditemukan bagaimana tindak lanjut untuk mengatasi permasalahan yang dihadapi anak atau pasien yang menjadi prioritas sasaran pendidikan kesehatan. 1.4.2 Pendidikan Keperawatan

Dapat memberikan informasi kepada tenaga pendidik tentang fenomena yang ada di masyarakat, sehingga dapat membantu dalam menentukan penekanan materi yang akan diberikan pada mahasiswa keperawatan terkait dengan masalah tentang perilaku untuk mengatasi kesulitan makan pada anak.

1.4.3 Penelitian Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat menjadi data dasar untuk penelitian selanjutnya dan sekaligus untuk menambah pengetahuan agar dapat mengetahui perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia balita.


(17)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Perilaku

Perilaku adalah bentuk responden atau reaksi terhadap stimulasi atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti bahwa semestinya stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respon tiap-tiap orang berbeda (Notoatmodjo,2003).

Perilaku manusia berasal dari dorongan yang ada dalam diri manusia, sedang dorongan merupakan usaha untuk memenuhi kebutuhan yang ada dalam diri manusia. Perilaku merupakan perwujudan dari adanya kebutuhan, perilaku dikatakan wajar apabila ada penyesuaian diri yang harus diselaraskan peran manusia sebagai mahkluk individu, sosial, dan kebutuhan (Purwanto,1999).

Perilaku dibagi dalam 3 ranah, meskipun ranah tersebut tidak mempunyai batasan yang jelas dan tegas. Pembatasan ranah ini dilakukan untuk pembatasan pendidikan yaitu: ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotor.

2.1.1 Pengetahuan

Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yaitu penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba.


(18)

Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui pendidikan, pengalaman diri sendiri maupun pengalaman orang lain, media massa dan lingkungan (Notoadmodjo, 2003).

Pengetahuan hanya dapat menjawab pernyataan apa saja, apabila pengetahuan itu mempunyai sasaran yang tertentu mempunyai metode atau pendekatan untuk mengkaji objek tersebut sehingga memperoleh hasil yang ada disusun secara sistematis dan diakui secara universal, maka terbentuklah disiplin ilmu (Notoadmodjo, 2003).

1. Tahu (Know)

Diartikan sebagai pengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Pengetahuan ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehention)

Diartikan sebagai suatu kemampuan atau menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan ada menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus ada menjelaskan dan menyebutkan.

3. Aplikasi (Application)

Diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini ada diartikan sebagai


(19)

aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi lain.

4. Analisa (Analysis)

Suatu kemampuan untuk menggambarkan materi atau suatu objek dalam komponen, tetapi masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini ada dilihat untuk penggunaan kata kerja, seperti menggambarkan, membedakan dan sebagainya.

5. Sintesis (Synthesis)

Menunjukkan suatu kemampuan atau meletakkan atau menghubungkan bagian- bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru, dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian ini berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria yang telah ada. Pengukuran pengetahuan ada dilakukan dengan wawancara atau angket yang ingin diukur dari subjek peneliti atau responden.

2.1.2 Sikap

Sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak, berekspresi sesuai dengan sikap objek. Sikap mempunyai segi motifasi dan segi-segi perasaan, sikap ada bersifat positif dan negatif, dalam sikap positif tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu sedangkan


(20)

sikap negatif cenderung untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu dalam kehidupan masyarakat (Purwanto, 1999).

Sikap adalah merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup untuk seseorang terhadap suatu stimulus atau objek, manifestasi sikap tidak ada langsung dilihat, tetapi hanya bisa ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus dalam kehidupan sehari-hari.

Selain bersifat positif, sikap memiliki tingkat kedalaman yang berbeda-beda (sangat benci, agak benci, dst.). Sikap itu tidaklah sama dengan perilaku dan perilaku tidaklah selalu mencerminkan sikap seseorang, sebab sering sekali terjadi bahwa seseorang memperlihatkan tindakan yang bertentangan dengan sikapnya, sikap seseorang dapat berubah dengan diperolehnya tambahan informasi tentang objek tersebut melalui persuasi serta tekanan dari kelompok sosialnya (Notoatmodjo,2003).

Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok yaitu:

1. Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek. 2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek. 3. Kecenderungan untuk bertindak.

Sikap ini terdiri dari 4 tingkatan yaitu: a. Menerima (Receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).


(21)

b. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap, karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah berarti orang menerima ide tersebut.

c. Menghargai (Valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah. d. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dipilihnya dengan resiko merupakan sikap yang paling tinggi. Pengukuran sikap ada dilakukan secara langsung dengan mengatakan pendapat atau pernyataan responden terhadap suatu objek (Notoadmojo,2003).

2.1.3 Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (over behavior), untuk terbentuknya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan antara lain adalah fasilitas, disamping fasilitas juga diperlukan faktor pendukung (support) dari pihak lain. Tingkat-tingkat praktek tindakan:

1. Persepsi, mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin, dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek pada tingkat ini.


(22)

3. Mekanisme, apabila seseorang telah melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan maka dia sudah mencapai tingkat ini.

4. Adaptasi adalah suatu praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik, artinya sudah dimodifikasikannya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.2 Kesulitan Makan

2.2.1 Pengertian Kesulitan Makan

Makan merupakan kegiatan rutin sehari-hari yang jika dilihat sepintas tampaknya sangat sederhana, namun sebenarnya makan merupakan salah satu kegiatan biologis yang kompleks, melibatkan berbagai faktor fisik, psikologis dan lingkungan. Selain sebagai upaya pemenuhan kebutuhan terhadap nutrien, makan juga memiliki fungsi psikologis dan sosial/edukasi yang dapat memberikan kepuasan bagi anak itu sendiri maupun bagi pemberinya. Kesulitan makan merupakan ketidakmampuan anak untuk mengkomsumsi sejumlah makanan yang diperlukan, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulut secara sukarela.

Masalah kesulitan makan sering dihadapi baik oleh para orangtua, dokter atau petugas kesehatan yang lain. Sekitar 25% sampai 40 % anak dilaporkan mengalami kesulitan makan. Penelitian terhadap anak prasekolah usia 4-6 tahun di jakarta didapatkan prevalensi kesulitan makan sebesar 33,6%, 44,5% diantaranya menderita malnutrisi ringan – sedang serta 79% telah berlangsung lebih dari 3 bulan. Penelitian di Belgia menemukan 17% anak yang dirujuk dengan kesulitan


(23)

makan yang parah ditemukan mengalami esofagitis refluks tanpa disertai penyakit lain. Penyebab kesulitan makan secara garis besar dibedakan oleh faktor organik, nutrisi, dan psikologis (Soedibyo,2007).

Jika anak menunjukkan gangguan yang berhubungan dengan makan atau pemberian makan akan segera mengundang kekhawatiran ibu.

Keluhan yang biasa disampaikan berbagai macam, diantaranya : a. Penerimaan makanan yang tidak/kurang memuaskan.

b. Makan tidak mau ditelan.

c. Makan terlalu sedikit atau tidak nafsu makan. d. Penolakan atau melawan pada waktu makan. e. Kebiasaan makan makanan yang aneh/siap saji. f. Hanya mau makan jenis makanan tertentu saja. g. Cepat bosan terhadap makanan yang disajikan. h. Keterlambatan dalam tingkat keterampilan makan. 2.2.2 Penyebab Kesulitan Makan

Kesulitan makan dapat terjadi pada semua kelompok usia anak, tetapi jenis kesulitan makan dan penyebabnya berlainan, juga mengenai derajat dan lamanya. Penyebab kesulitan makan mungkin karena disebabkan oleh satu penyakit atau kelainan tertentu, tetapi bisa juga beberapa macam penyakit atau faktor bersama-sama.


(24)

Faktor yang merupakan penyebab kesulitan makan dapat dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:

A. Faktor nutrisi

Berdasarkan kemampuan untuk mengkonsumsi makanan, memilih jenis makanan dan menentukan jumlah makanan, anak-anak dapat dikelompokkan : 1. Konsumer pasif : pada bayi berusia 0-1 tahun

Pada bayi umumnya kesulitan makan karena faktor mekanis berkaitan

dengan keterampilan makan biasanya disebabkan oleh cacat atau kelainan bawaan pada mulut dan kelainan neuro motorik. Selain itu dapat juga oleh kekurangan pembinaan / pendidikan makan antara lain:

a. Manajemen pemberian ASI yang kurang benar.

b. Usia saat pemberian makanan tambahan yang kurang tepat, terlalu dini atau lambat.

c. Jadwal pemberian makan yang terlalu ketat. d. Cara pemberian makan yang kurang tepat.

2. Konsumer semi pasif/semi aktif : anak balita usia 1-5 tahun.

Kesulitan makan pada anak balita berupa berkurangnya nafsu makan makin meningkat berkaitan dengan makin meningkatnya interaksi dengan lingkungan, mereka lebih mudah terkena penyakit terutama penyakit infeksi baik yang akut maupun yang menahun, infestasi cacing dan sebagainya.


(25)

3. Konsumer aktif : anak sekolah dan remaja 6-18 tahun.

Pada usia ini berkurangnya nafsu makan disamping karena sakit juga oleh karena faktor lain misalnya waktu / kesempatan untuk makan karena kesibukan belajar atau bermain dan faktor kejiwaan.

Kesulitan makan karena faktor kejiwaan biasanya pada anak gadis usia sekitar 10-12 tahun sesuai dengan awal masa remaja. Kesulitan makan mungkin mereka lakukan dengan segaja untuk mengurangi berat badan untuk mencapai penampilan tertentu yang diabaikan. Sebaliknya mungkin terjadi nafsu makan yang berlebihan yang mengakibatkan kelebihan berat yang berlanjut menjadi obesitas. B. Faktor penyakit/kelainan organik.

Berbagai unsur yang terlibat dalam makan yaitu alat pencernaan makanan dari rongga mulut, bibir, gigi geligi, langit-langit, lidah, tenggorokan, sistem saraf, sistem hormonal, dan enzim-enzim. Maka dari itu bila terdapat kelainan atau penyakit pada unsur organik tersebut pada umumnya akan disertai dengan gangguan atau kesulitan makan, untuk praktisnya dikelompokkan menjadi:

a. Kelainan / penyakit gigi geligi dan unsur lain dalam rongga mulut. b. Kelainan / penyakit pada bagian lain saluran cerna.

c. Penyakit infeksi pada umumnya.

a) akut : infeksi saluran pernafasan. b) kronis : tubercolosis paru, malaria. d. Penyakit /kelainan non infeksi.


(26)

b) Penyakit neuromauskuler : cerebral palsy. c) Penyakit keganasan : tumor willems. d) Penyakit hematologi : anemia, leukemia.

e) Penyakit metabolik/endokrin : diabetes mellitus. f) Penyakit kardiovaskuler.

C. Faktor gangguan/kelainan psikologis.

a. Dasar teori motivasi dengan lingkaran motivasinya.

Suatu kehendak/keinginan atau kemauan karena ada kebutuhan atau kekurangan yang menimbulkan ketidakseimbangan. Orang membutuhkan makanan selanjutnya muncul perasaan lapar karena di dalam tubuh ada kekurangan zat makanan. Atau sebaliknya seseorang yang didalam tubuhnya sudah cukup makanan yang baru atau belum lama dimakan, maka tubuh belum membutuhkan makanan dan tidak timbul keinginan makan.

Hal ini sering tidak disadari oleh para ibu atau pengasuh anak, yang memberikan makanan tidak pada saat yang tepat, apalagi dengan tindakan pemaksaan, ditambah dengan kualitas makanan yang tidak enak, misalnya terlalu asin atau pedas dan dengan cara menyuapi yang terlalu keras, memaksa anak untuk membuka mulut dengan sendok. Hal ini semua menyebabkan kegiatan makan merupakan kegiatan yang tidak menyenangkan.

b. Pemaksaan untuk memakan atau menelan jenis makanan tertentu yang kebetulan tidak disukai. Hal ini perlu pendekatan yang tepat dalam melatih anak mau memakan makanan yang mungkin tidak disukai.


(27)

c. Anak dalam kondisi tertentu, misalnya anak dalam keadaan demam, mual atau muntah dan dalam keadaan ini anak dipaksa untuk makan.

d. Suasana keluarga, khususnya sikap dan cara mendidik serta pola interaksi antara orang tua dan anak yang menciptakan suasana emosi yang tidak baik. Tidak tertutup kemungkinan sikap menolak makan sebagai sikap protes terhadap perlakuan orang tua, misalnya cara menyuapi yang terlalu keras, pemaksaan untuk belajar dan sebagainya.

2.2.3 Dampak Kesulitan Makan

Pada kesulitan makan yang sederhana misalnya karena sakit yang akut biasanya menunjukkan dampak yang berarti pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Pada kesulitan makan yang berat dan berlangsung lama akan berdampak pada kesehatan dan tumbuh kembang anak. Gejala yang timbul tergantung dari jenis dan jumlah zat gizi yang kurang. Bila anak hanya tidak menyukai makanan tertentu misalnya buah atau sayur akan terjadi defisiensi vitamin A. Bila hanya mau minum susu saja akan terjadi anemi defisiensi besi. Bila kekurangan kalori dan protein akan terjadi kekurangan energi protein (KEP).

2.2.4 Upaya Mengatasi Kesulitan Makan Pada Anak

Menurut Irianto (2007) anak-anak sering mengalami kesulitan atau tidak mau makan meskipun orang tua sudah menyiapkan makanan terbaik. Hal tersebut dapat diatasi dengan berbagai upaya, antara lain:

a. Porsi kecil


(28)

b. Beri pujian

Apabila anak mampu menghabiskan porsi makannya, berilah pujian sehingga menyenangkan hati anak.

c. Biarkan anak mengambil porsinya sendiri

Berikan kebebasan kepada anak untuk mengambil makanannya sendiri sebab anak akan merasa dihormati dan bertanggung jawab terhadap habisnya makanan tersebut.

d. Beri makan saat lapar

Apabila hendak menyajikan jenis makanan baru yang belum dikenal anak, sebaiknya diberikan pada saat anak lapar.

e. Hindari rasa bersalah

Apabila anak memecahkan peralatan makan, jangan dimarahi. Untuk itu, gunakan peralatan yang terbuat dari plastik.

f. Sajikan hanya makanan yang terbaik

Berikan makanan yang padat kalori seperti daging, ikan, selai kacang, keju, pisang, kacang-kacangan.

g. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan

Biarkan anak makan sambil bermain-main atau apa saja yang disukainya. h. Kurangi Hal-hal yang dapat mengalihkan perhatian

Telivisi sering mengganggu perhatian anak pada waktu makan meskipun anak tidak sungguh-sungguh menonton. Demikian juga halnya kehadiran kakak atau anak lain juga menyebabkan anak kurang perhatian pada makanannya.


(29)

i. Biarkan anak makan lambat

Anak yang baru belajar makan biasanya sangat lambat menyelesaikan tugas makannya. Untuk itu, sebaiknya biarkan ia makan dengan caranya sendiri. Luangkan waktu menemaninya.

j. Mengganti suasana

Agar anak tidak bosan, berupayalah mengganti suasana makan, misalnya bagi anak yang biasa makan di meja makan dapat divariasi dengan makan di teras, minuman yang biasanya diminum langsung dari cangkir diganti dengan memakai sedotan, makan yang biasanya hanya menggunakan tangan dapat menggunakan sendok.

k. Biarkan anak memilih makanannya sendiri

Berikan alternatif makanan yang dapat dipilih anak, boleh saja mengajak anak untuk mengkonsumsi makanan seperti yang dimakan anggota keluarga lainnya, tetapi jangan sekali-kali memaksanya.

l. Bersikap cerdik

Agar kebutuhan anak akan zat-zat gizi dapat terpenuhi, orang tua harus cerdik dalam menyediakan menu makanan terutama untuk balita. Sayuran dan buah-buahan dalam bentuk aslinya terkadang tidak disukai anak. Untuk itu, anda bisa menyajikan dalam bentuk makanan campuran, misalnya dibuat jus atau masakan dengan sayuran yang dihaluskan.


(30)

m.Turuti keinginan anak

Pada umumnya anak menolak makanan campuran dalam satu piring, misalnya nasi, sayur dan lauk jadi satu. Turuti keinginan anak dengan menyajikan berbagai jenis makanan yang terpisah.

n. Jangan memaksa rapi

Anak lebih menyukai makan dengan caranya sendiri yang terkadang menjadi berantakan. Untuk itu, diperlukan toleransi orang tua untuk tidak memaksa anak makan dengan rapi sebab dengan cara tersebut anak akan lebih banyak menghabiskan makananya.

o. Mau menerima jawaban tidak

Apabila anak mengatakan “Sudah Kenyang” dan tidak mau makan lagi, jangan paksa untuk makan mesti hanya satu suap lagi.

p. Bersabar

Selera makan anak cepat berubah sehingga jenis makanan yang kemarin digemari, sekarang bisa saja dihindari. Untuk itu, dituntut kesabaran dari orang tua.

q. Memberi hadiah

Jika anak dijanjikan akan diberi hadiah jika dapat menghabiskan makanannya, ini dapat memberi motivasi kepada anak untuk menghabiskan makanannya.


(31)

2.2.5 Penanganan Kesulitan Makan pada Anak

Beberapa langkah yang harus dilakukan pada penatalaksanaan kesulitan makan pada anak adalah:

1. Pastikan apakah betul anak mengalami kesulitan makan, kemudian cari penyebab kesulitan makanan pada anak

2. Identifikasi adakah komplikasi yang terjadi 3. Pemberian pengobatan terhadap penyebab

4. Bila penyebab gangguan saluran cerna (seperti alergi, intoleransi atau celiac), hindari makanan tertentu yang menjadi penyebab gangguan.

Gangguan fungsi pencernaan kronis pada anak merupakan salah satu penyebab paling penting dalam kesulitan makan.

Menurut Judawanto (2007), gangguan fungsi saluran cerna kronis yang terjadi seperti alergi makanan, intoleransi makanan, dan sebagainya. Reaksi simpang makanan tersebut tampaknya sebagai penyebab utama gangguan-gangguan tersebut. Hal ini bisa dilihat dengan timbulnya permasalahan kesulitan makan ini terbanyak saat usia diatas 6 bulan ketika mulai dikenalkannya variasi makanan tambahan baru.

2.2.6 Pengaturan Makan Bayi dan Balita A.Tujuan Pengaturan Makan Bayi dan Balita

Pengaturan makan untuk bayi dan balita berbeda dengan pengaturan pada orang dewasa karena pada masa ini bayi dan anak balita masih dalam tahap pertumbuhan dan perkembangan.


(32)

Terdapat 2 tujuan pengaturan makan untuk bayi dan balita, yaitu:

a. Memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan hidup, yaitu untuk pemeliharaan dan/atau pemulihan serta peningkatan kesehatan, pertumbuhan dan perkembangan fisik dan psikomotor, serta melakukan aktifitas fisik. b. Untuk mendidik kebiasaan makan yang baik, menyukai dan menentukan

makanan yang dibutuhkan.

Menurut Titi dalam Mayurnani (2010) menguraikan tujuan pengaturan makan atau tujuan upaya gizi pada bayi dan balita ada 3 yaitu:

1. Tujuan fisiologis:

Memberikan kalori dan zat-zat gizi yang dibutuhkan bayi dan balita untuk bergerak, tumbuh dan berkembang.

2. Tujuan psikologis:

Memberikan kepuasan kepada bayi dan balita menikmati makanan yang diberikan.

3. Tujuan edukatif:

- Mendidik keterampilan mengkonsumsi makanan.

- Membina kebiasaan waktu makan/jadwal makan (sarapan, makan siang dan makan sore/malam).

- Membina selera terhadap makanan yang baik, khususnya yang merupakan selera dan kebiasaan keluarga.

B. Syarat untuk Makanan pada Bayi dan Balita

Menurut Maryunani (2010), syarat-syarat untuk makanan bayi dan balita, yaitu:


(33)

a. Memenuhi kecukupan energi dan semua zat gizi sesuai dengan umur.

b. Susunan hidangan disesuaikan dengan pola menu seimbang, bahan makanan yang tersedia setempat, kebiasaan makan dan selera terhadap makanan.

c. Bentuk dan porsi makanan disesuaikan dengan daya terima, toleransi dan keadaan faal bayi/balita.

d. Memperhatikan kebersihan perorangan dan lingkungan. 2.3 Balita

2.3.1 Pengertian Balita

Anak balita merupakan singkatan dari anak “di bawah lima tahun”. Periode ini terdiri atas usia anak 1 sampai 3 tahun yang disebut dengan toddler dan prasekolah, yaitu antara 3 sampai 6 tahun. Toddler menunjukkan perkembangan motorik yang lebih lanjut dan anak menunjukkan kemampuan aktifitas lebih banyak bergerak, mengembangkan rasa ingin tahu, dan eksplorasi terhadap benda yang ada di sekelilingnya. Dengan demikian, bahaya atau resiko terjadi kecelakaan harus diwaspadai pada periode toddler. Orang tua perlu mendapatkan bimbingan antisipasi terhadap kemungkinan terjadinya bahaya atau ancaman kecelakaan tersebut. Kemampuan interaksi sosial lebih luas terutama pada anak prasekolah dan mempersiapkan diri untuk memasuki dunia sekolah dan perkembangan konsep diri telah dimulai pada periode ini. Pada usia prasekolah, perkembangan fisik lebih lambat dan relatif menetap. Sistem tubuh harusnya sudah matang dan sudah terlatih dengan toileting. Keterampilan motorik, seperti berjalan, berlari, melompat menjadi semakin lues, tetapi otot dan tulang belum


(34)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dalam penelitian ini menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati atau diukur malalui penelitian yang akan dilakukan. Pada skema kerangka konseptual dapat dilihat bahwa sampel dalam penelitian akan mengidentifikasi Perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita.

Perilaku Ibu dalam mengatasi

kesulitan makan pada anak balita: - Baik Pengetahuan - Cukup Sikap - Kurang Tindakan


(35)

3.2 Defenisi Operasional Variabel Penelitian Tabel 3.1. Tabel Defenisi Operasional Variabel

No. Variabel Defenisi

Operasional

Alat ukur Hasil ukur Skala 1. Pengetahuan

ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui oleh ibu tentang cara mengatasi kesulitan makan balita, meliputi: pengertian, penyebab, penanganan dan pengaturan makan pada anak balita.

Kuesioner : sebanyak 10 pertanyaan, dengan pilihan jawaban : Benar =1 Salah = 0

1 = Baik (7-10) 2 = Cukup (4-6) 3 =Kurang (0-3)

Ordinal

2. Sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita.

Sikap adalah respon emosional ibu dalam mengatasi kesulitan makan anak balita. Kuesioner : sebanyak 10 pertanyaan, dengan pilihan jawaban : Sangat Setuju (SS) = 3 Setuju (S)= 2 Tidak Setuju(TS) =1 1= Baik (21-30) 2= Cukup (11-20) 3= Kurang (1-10) Ordinal


(36)

3. Tindakan ibu dalam

mengatasi kesulitan makan pada anak balita.

Tindakan adalah suatu perbuatan yang dilakukan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita.

Kuesioner: sebanyak 10 pertanyaan, dengan pilihan Jawaban: Ya = 1 Tidak = 0

1 = Baik (7-10) 2 = Cukup (4-6) 3 = Kurang

(0-3)

Ordinal


(37)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

4.1 Desain Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah desain deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. 4.2 Populasi dan Sampel

4.2.1 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah setiap subjek yang memenuhi kriteria yang telah ditetapkan (Nursalam, 2003). Populasi penelitian adalah ibu yang memiliki anak balita yang ada di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Berdasarkan data yang didapat dari Kantor Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga, total populasi ibu yang mempunyai anak usia dibawah lima tahun (Balita) yaitu sebanyak 60 orang .

4.2.2 Sampel Penelitian

Pada penelitian ini pengambilan sampel yang dilakukan dengan teknik total sampling. Pada cara ini peneliti mengambil keseluruhan populasi untuk dijadikan sampel sehingga didapatkan jumlah sampel sebanyak 60 responden. Hal ini disebabkan oleh jumlah populasi yang kurang dari 100 maka lebih baik diambil semua (Arikunto,2002).


(38)

4.3 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga, dengan pertimbangan bahwa di kelurahan tersebut banyak terdapat ibu yang memiliki anak Balita dan juga lokasi tersebut lebih mudah dijangkau oleh peneliti sehingga proses pengambilan data dan pelaksanaan penelitian menjadi lebih efisien. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada bulan September sampai Oktober 2012.

4.4 Pertimbangan Etik

Penelitian ini dilakukan setelah mendapat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU dan izin dari Kepala Kelurahan Huta Tonga-Tonga Sibolga. Dalam penelitian ini, ada beberapa pertimbangan etik yang harus diperhatikan, yaitu hak kebebasan dan kerahasiaan menjadi respon, serta bebas dari rasa sakit baik secara fisik maupun tekanan psikologis. Penelitian memberi penjelasan kepada calon responden tentang tujuan penelitian dan prosedur pelaksanaan penelitian. Peneliti menyertakan langsung lembar persetujuan penelitian kepada calon responden, apabila calon responden bersedia dijadikan sebagai objek penelitian, maka responden terlebih dahulu harus menandatangani lembar persetujuan. Jika calon responden tidak bersedia atau menolak untuk dijadikan sebagai objek penelitian, maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati haknya. Untuk menjaga kerahasiaan catatan mengenai responden, maka peneliti tidak mencantumkan nama responden pada lembar pengumpulan data (kuesioner) yang diisi oleh responden, lembar tersebut hanya diberi nomor kode tertentu. Data yang


(39)

diperoleh dari responden hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan kerahasiaan informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. 4.5Instrumen Penelitian

Untuk memperoleh informasi dari responden, peneliti menggunakan alat pengumpulan data berupa kuesioner. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk kuesioner yang dimodifikasi oleh peneliti dengan mengacu kepada tinjauan pustaka. Instrumen peneliti terdiri dari dua bagian yaitu kuesioner data demografi dan kuesioner data ibu yang meliputi pengetahuan,sikap dan tindakan.

4.5.1 Kuesioner Data Demografi

Kuesioner data demografi yang meliputi usia ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu dan penghasilan perbulan.

4.5.2 Kuesioner Perilaku Ibu

Bagian instrumen ini berisi pernyataan yang bertujuan untuk mengidentifikasi prilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita. Bagian ini terdiri dari 30 pertanyaan yang meliputi pengetahuan sebanyak 10 (sepuluh) pernyataan terdiri dari pilihan jawaban Benar bernilai 1, Salah bernilai 0 , sikap sebanyak 10 (sepuluh) pernyataan terdiri dari pilihan jawaban Sangat Setuju diberi nilai 3 Setuju bernilai 2, Tidak Setuju bernilai 1 dan tindakan sebanyak 10 (sepuluh) pernyataan yang terdiri dari pilihan jawaban Ya bernilai 1 dan Tidak bernilai 0.


(40)

Validitas menyatakan apa yang seharusnya diukur (Setiadi, 2007). Prinsip validitas adalah pengukuran atau pengamatan yang berarti prinsip keandalan instrumen dalam mengumpulkan data dan instrumen harus dapat mengukur apa yang seharusnya diukur (Nursalam, 2009). Untuk mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur, instrumen pengumpulan data harus memiliki kemampuan untuk mengukur apa yang harus diukur (Dempsey, 2002). Validitas yang dipakai pada instrumen penelitian ini adalah validitas isi. Untuk menguji validitas isi yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka. Selanjutnya dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut (Setiadi, 2007). Pada penelitian ini, kuesioner divalidasi oleh dosen dari Departemen Anak di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan yaitu, Ibu Nur Asnah Sitohang, S.Kep, Ns, M.Kep dan telah dinyatakan valid dengan CVI 0,86.

4.6.2 Uji Reliabilitas

Tes reliabilitas merupakan indeks yang menjalani sejauh mana suatu alat pengukuran dapat dipercaya atau dapat diandalkan. Hal ini berarti sejauh mana alat tersebut tetap konsisten bila dilakukan beberapa kali dengan menggunakan alat ukur yang sama (Notoadmojo, 2005). Uji reliabilitas dilakukan kepada 20 orang responden yang ada di Dinas Kesehatan Sibolga yang memenuhi kriteria sampel, kemudian peneliti menilai responnya. Instrumen yang diuji yaitu kuesioner pengetahuan (10 pertanyaan), sikap (10 pertanyaan) dan tindakan (10 pertanyaan). Kuesioner tersebut diuji reliabilitasnya dengan menggunakan uji reliabilitas internal dimana menganalisis datanya dari satu kali hasil tes. Penilaian pada kuesioner dengan menggunakan komputerisasi dengan analisis Cronbach’s


(41)

Alpha karena kuesioner tersebut menggunakan skor dalam rentangan tertentu (Arikunto, 2010). Instrumen dikatakan reliabel apabila nilai reliabilitas lebih dari 0,70 (Polit & Hungler, 1995). Berdasarkan uji reliabilitas yang telah dilakukan diperoleh hasilnya, reliabel untuk kuesioner pengetahuan 0,760 dan reliabel untuk kuesioner sikap sebesar 0,715 dan reliabel untuk kuesioner tindakan sebesar 0,707.

4.7 Teknik Pengumpulan Data

Pada tahap awal penelitian mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada institusi pendidikan (Fakultas Keperawatan USU), kemudian permohonan izin yang diperoleh dikirim ke tempat penelitian. Setelah mendapat izin peneliti melaksanakan pengumpulan data penelitian.

Pengumpulan data dengan cara peneliti melakukan pendataan jumlah ibu yang mempunyai anak balita yang ada di kelurahan tersebut. Selanjutnya peneliti mendatangi alamat-alamat tersebut, peneliti menjelaskan pada calon responden tentang waktu, tujuan, manfaat dan proses kuesioner. Kemudian calon responden diminta kesediannya untuk menandatangani surat persetujuan (informed consent), selanjutnya responden diminta untuk mengisi kuesioner yang diberikan oleh peneliti dan diberikan kesempatan untuk bertanya jika ada yang tidak dimengerti.

Setelah semua responden mengisi kuesioner tersebut, kemudian peneliti memeriksa kelengkapan data, sehingga jika ada data yang kurang lengkap segera dapat dilengkapi, selanjutnya seluruh data dikumpulkan untuk


(42)

4.8 Analisa Data

Data yang telah terkumpulkan diolah dengan cara sebagai berikut:

1. Editing yaitu memeriksa kembali semua kuesioner yang telah diisi oleh responden, dengan maksud untuk memeriksa apakah setiap kuesioner telah diisi sesuai petunjuk.

2. Coding yaitu memberi kode tertentu pada kuesioner yang telah diajukan untuk mempermudah sewaktu mengadakan tabulasi dan analisa data. 3. Tabulating yaitu untuk mempermudah analisa data, pengolahan dan

pengambilan kesimpulan maka hasil pengumpulan data dimasukkan kedalam tabel distribusi frekuensi dan presentase.

4. Presentasi Data yaitu setelah data dikumpulkan dan selanjutnya data diolah. Pengolahan data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentase (%).

Untuk mengkategorikan hasil variabel penelitian digunakan rumus statistik menurut Sudjana (2005). Pada variabel pengetahuan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 10 dan nilai terendah adalah 0.

P= Rentang kelas/Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 10 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas (baik, cukup, kurang). Maka didapatkan panjang kelas sebesar 3. Dengan menggunakan P= 3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (balita) dikategorikan atas interval sebagai berikut :


(43)

0 – 3 = Pengetahuan kurang 4 – 6 = Pengetahuan cukup 7 – 10 = Pengetahuan baik

Untuk variabel sikap nilai tertinggi yang diperoleh adalah 30 dan terendah adalah 1. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) :

P = Rentang kelas/Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 20 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas 3, maka didapatkan panjang kelas sebesar 8. Dengan menggunakan P=8 dan 1 sebagai batas interval pertama, maka sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan anak usia dabawah lima tahun (balita) dikategorikan atas interval sebagai berikut :

21 – 30 = Sikap baik 11 – 20 = Sikap cukup 1 - 10 = Sikap kurang

Dan variabel tindakan nilai tertinggi yang diperoleh adalah 10 dan terendah adalah 1. Berdasarkan rumus statistik menurut Sudjana (2005) :

P = Rentang kelas/Banyak kelas

Dimana P merupakan panjang kelas dengan rentang sebesar 10 (selisih nilai tertinggi dan nilai terendah) dan banyak kelas sebanyak 3 kelas (baik, cukup, kurang). Maka didapatkan panjang kelas sebesar 3. Dengan menggunakan P= 3 dan nilai terendah 0 sebagai batas bawah kelas interval pertama, maka tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun


(44)

0 – 3 = Tindakan kurang 4 – 6 = Tindakan cukup 7 – 10 = Tindakan baik

Maka statistik yang digunakan untuk analisa data pada penelitian ini adalah statistik deskriptif yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari suatu variabel yang bertujuan untuk mendeskriptifkan suatu hasil penelitian (Polit & Hungler, 1995). Data disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan persentasi.


(45)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Dalam bab ini akan diuraikan tentang hasil penelitian mengenai perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga, yang diperoleh melalui proses pengumpulan data yang dilakukan sejak bulan September sampai Oktober 2012 di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Penyajian data hasil penelitian meliputi pengetahuan, sikap dan tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita).

5.1.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden mencakup umur, pendidikan, pekerjaan dan penghasilan keluarga. Dari 60 responden yang terkumpul sebagian besar ibu berusia 28 – 34 tahun sebanyak 39 orang (65%), berpendidikan SLTA sebanyak 34 orang (56,7%) dan memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga (50%), dengan penghasilan keluarga setiap bulannya antara Rp. 700.000 sampai Rp. 1.200.000 (56,7%). Untuk lebih jelasnya tentang karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.


(46)

Tabel 5.1.Distribusi Frekuensi berdasarkan Karakteristik data demografi di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. (n=60)

Karakteristik Responden Frekuensi (n) Persentase (%) Umur

22 – 27 28 – 34 >35 Pendidikan SD SLTP SLTA Akademi/Perguruan Tinggi Pekerjaan

Pegawai Negeri/ TNI/ Polri Ibu Rumah Tangga

Swasta Lain-lain

Penghasilan Keluarga Kurang dari Rp 600.000 Rp 700.000 – Rp 1.200.000 Diatas Rp 1.300.000

17 39 4 5 9 34 12 10 30 16 4 16 34 10 28,3 65 6,7 8,3 15 56,7 20 16,7 50 26,7 6,7 26,7 56,7 16,7

5.1.2 Pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga

Hasil penelitian pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga, menunjukkan mayoritas responden berpengetahuan cukup (68,3%) . Hasil penilaian tentang pengetahuan dapat dilihat pada tabel 5.2. berikut ini:


(47)

Tabel 5.2. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tingkat pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga (n=60)

Pengetahuan Ibu f (%)

Baik 19 31,7

Cukup 41 68,3

Jumlah 60 100

5.1.3 Sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga

Hasil penelitian sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) menunjukkan mayoritas responden memiliki sikap cukup (83,3%). Hasil penelitian sikap responden dapat dilihat pada tabel 5.3 berikut ini:

Tabel 5.3. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga (n=60)

Sikap Ibu f (%)

Baik 10 16,7

Cukup 50 83,3

Jumlah 60 100

5.1.4 Tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.

Hasil Penilaian tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun dikelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga, menunjukkan mayoritas responden memiliki tindakan cukup (55%).


(48)

Tabel 5.4. Distribusi frekuensi dan persentase responden berdasarkan tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga (n=60).

Tindakan Ibu f (%)

Baik 26 43,3

Cukup Kurang

33 1

55 1,7

Jumlah 60 100

5.2 Pembahasan

Dalam penelitian ini dijabarkan hasil peenelitian tentang perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.

5.2.1 Pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, bahwa ibu yang mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga mempunyai pengetahuan cukup sebesar 68,3%.

Pengetahuan dapat dipengaruhi oleh usia dan tingkat pendidikan ibu. Dilihat dari usia, responden lebih dominan pada rentang usia 28 – 34 tahun, rentang usia seperti ini termasuk kedalam masa dewasa dini. Masa dewasa dini adalah usia 18– 40 tahun. Pada masa dewasa dini dikenal dengan masa kreatif dimana individu memiliki kemampuan mental untuk mempelajari dan menyesuaikan diri pada situasi baru, seperti mengingat hal-hal yang pernah dipelajari, penalaran analogis, berfikir kreatif serta belum terjadi penurunan daya ingat (Hurlock,1999). Dilihat dari tingkat pendidikan, responden lebih banyak berpendidikan SLTA 34


(49)

orang atau 56,7 %, Akademi/perguruan tinggi 12 orang atau 20 %, SLTP 9 orang atau 15 % dan SD 5 orang atau 8,3 %.

Namun bila dilihat secara rinci dari masing-masing pertanyaan masih ada beberapa pertanyaan dimana tingkat ketidaktauan ibu tentang bila anak yang hanya mau minum susu,maka akan terjadi anemia defisiensi besi sebanyak 70% menjawab salah dan 30% menjawab benar. Hal ini disebabkan banyak para ibu membuat pilihan untuk lebih memilihi memberikan susu bila anak mereka tidak mau makan. Menurut Jonathon (2012), susu memang memenuhi kebutuhan vitamin D yang baik bagi tulang dan gigi. Tetapi bila dikomsumsi terlalu berlebihan, susu akan memberikan efek buruk bagi darah, berdasarkan penelitian yang dilakukannya pada 3800 anak dikanada, dia menemukan fenomena berkurangnya kadar zat besi dalam darah pada anak yang mengkomsumsi susu yang berlebihan.

Untuk pernyataan tentang pengertian dari kesulitan makan didapatkan 41,7% responden menjawab salah dan 58,3% menjawab benar, dimana banyak ibu beranggapan bahwa kesulitan makan itu hanya ketidak mau anak mengkomsumsi makanan tertentu saja, Contohnya anak tidak mau mengkomsumsi ikan, sayur ataupun buah-buahan. Sedangkan menurut Soedibyo (2009) Kesulitan makan merupakan ketidak mampuan anak untuk mengkonsumsi sejumlah makanan yang diperlukan anak, secara alamiah dan wajar, yaitu dengan menggunakan mulutnya. Pengetahuan ibu sangat penting peranannya dalam merawat dan mengasuh anak. Peran dipengaruhi oleh banyak hal. Termasuk dalam hal ini


(50)

dapat menjadi faktor-faktor yang mempengaruhi peran ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak salah satunya adalah pengetahuan. Pengetahuan merupakan hasil dari tahu dan ini terjadi setelah orang yang melakukan penginderaan terhadap suatu objek. Ibu sangat membutuhkan pengetahuan yang cukup untuk mengetahui perannya. Peran dalam hal ini yaitu untuk mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Notoadmojo 2003).

5.2.2 Sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.

Hasil penelitian diperoleh bahwa 83,3% menunjukkan sikap cukup pada ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun, sebanyak 16,7% memiliki sikap baik pada ibu yang mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun. Sikap baik dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) perlu ditingkatkan karena akan berpengaruh terhadap perubahan perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) sehingga kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun dapat teratasi.

Berdasarkan pernyataan tentang saya akan membiasakan anggota keluarga saya untuk makan bersama, sebanyak 65% responden tidak setuju dengan pernyataan tersebut. Hal ini dipengaruhi karena responden kebanyakan melakukan kebiasaan makan sendiri dikeluarga mereka. Sedangkan menurut Sulistijani (2001) Upayakan suasana makan menyenangkan, sebaiknya waktu makan disesuaikan dengan waktu makan keluarga karena anak menjadi semangat untuk menghabiskan makanannya dengan makan bersama keluarganya (orang tua).


(51)

Hasil penelitian pada pernyataan saya akan memuji anak saya jika dia dapat menghabiskan porsi makanannya didapatkan 58% menjawab tidak setuju, setuju 28% dan sangat setuju 13%. Menurut Santoso (2004) Berikan pujian apabila anak melakukan cara makan dengan baik serta dapat menghabiskan makanannya. Gunakan alat makan yang menarik, disukai oleh anak, dan sesuai dengan kondisi anak sehingga memudahkan anak untuk menggunakannya pada saat makan.

Pada pernyataan jika anak susah makan, maka saya akan membujuknya, sebesar 50% responden tidak setuju bahwa jika anak susah makan, maka saya akan membujuk dengan lembut. Hal ini kemungkinan besar responden menganggap jika anak dibujuk untuk makan akan menyebabkan anak menjadi manja dan membuang-buang waktu saja. Sementara menurut Sulistijani (2001) Jangan memaksa anak untuk menghabiskan makanan, orangtua/pengasuh harus membujuk, tenang dan sabar pada saat memberikan makan anak serta ciptakan suasana makan yang menyenangkan dan bersih bagi sianak.

Bila dikaitkan dengan teori Green (1980) dalam Azwar (2005) tingkat pengetahuan merupakan faktor predisposisi dalam memperoleh sikap yang baik. Karena settiap individu memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, dan banyak mendapat pengalaman akan pengetahuan. Dalam hasil penelitian ini menunjukkan tingkat pengetahuan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun sebesar 68% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup dalam hasil ini sangat berkaitan dengan sikap yang cukup pula yang dimiliki ibu sebesar 83%.


(52)

5.2.3 Tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.

Hasil penelitian tentang tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga mempunyai tindakan cukup sebesar 55%, tindakan merupakan aturan yang dilakukan dalam melakukan /mengadakan aturan-aturan untuk mengatasi sesuatu atau perbuatan adanya hubungan erat antara sikap dan tindakan didukung oleh pengertian sikap yang menyatakan bahwa sikap merupakan kecendrungan untuk bertindak (Notoadmojo,2003). Pekerjan juga sangat berpengaruh terhadap tindakan dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun(Balita) dimana 50% responden adalah ibu rumah tangga dan penghasilan keluarga sekitar Rp.700.000-Rp.1.200.000 sebesar 57%.

Pada pernyataan saya memberikan jenis makanan baru yang belum dikenal anak saya pada saat dia lapar didapatkan 50% responden menjawab tidak dan 50% responden menjawab ya. Menurut Pratiwi (2009) Dengan jenis makanan yang berbeda, semakin bertambah usia ia harus mengkomsumsi makanan yang berbeda rasa, tekstur, bentuk dan warna. Perbedaan jenis makanan membuat Balita belajar beradaptasi dengan makanan, sehingga mencegah terjadinya pilih-pilih makanan. Atau kebanyakan anak hanya mau makan satu jenis makanan saja selama berminggu-minggu. Sementara itu orang tua tidak boleh menyerah untuk menawarkan kembali jenis makanan lain setiap kali makan.

Pada pernyataan saya memberikan kebebasan kepada anak saya untuk mengambil makanannya sendiri sebanyak 47% responden menjawab tidak dan


(53)

53% menjawab ya. Menurut Irianto (2006) Dengan memberikan kebebasan kepada anak dalam hal mengambil makanannya sendiri dapat menyebabkan anak akan merasa dihormati dan bertanggung jawab terhadap habisnya makanan tersebut.

Dan pernyataan saya memberikan hadiah apabila anak saya mau menghabiskan makanannya ditemukan sebanyak 42% responden menjawab tidak dan 58% menjawab ya. Menurut Irianto (2006) jangan sesekali memberikan upah atau hadiah kepada anak bila si anak sedang makan atau dapat menghabiskan makanannya. Hal ini dapat mempengaruhi perkembangan sianak dikemudian hari. Jadi jika ada hadiah berupa buah-buahan atau makanan lainnya maka sebaiknya diletakkan didekat hidangan dan sebelum makan anak diingatkan untuk memakannya nanti setelah selesai makan.

Pada pernyataan saya memberi makan dalam porsi secukupnya (tidak langsung banyak sekaligus) sebanyak 38% menjawab tidak dan 62% menjawab ya. Menurut Sulistijani (2001) secara umum faktor yang perlu diperhatikan dalam pengaturan makanan pada anak-anak yang mengalami kesulitan makan, dimana makanan yang diberikan mengandung zat-zat gizi dalam kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan sesuai dengan umur anak, frekuensi pemberian makan sebaiknya sering, tapi dalm porsi sedikit setiap kali diberikan sampai terpenuhi semua kebutuhannya selama sehari. Makanan yang disajikan haruslah mudah dibuat/praktis, menarik, hangat dan segar sehingga disukai oleh anak-anak.


(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga diketahui bahwa responden memiliki pengetahuan cukup dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) 68 % (n=41) dan responden yang memiliki pengetahuan baik 32 % (n=19) .

Hasil analisa data menunjukkan bahwa sikap ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga menunjukkan bahwa sebagian besar responden 83% (n=50) memiliki sikap cukup dan 17 % (n=10) memiliki sikap yang baik dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita).

Hasil analisa data menunjukkan bahwa tindakan ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga menunjukkan bahwa sebagian besar responden 55% (n=33) memiliki tindakan cukup dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun, 43% (n=26) memiliki tindakan yang baik dan 2% (n=1) memiliki tindakan yang kurang dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun (Balita) di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.

6.2 Saran

a. Bagi praktek keperawatan

Hasil penelitian ini sebaiknya digunakan sebagai acuan bagi perawat komunitas dalam memberikan pendidikan kesehatan dan pemantauan pemberian


(55)

makanan bagi anak Balita dalam menjalani perawatan mengatasi kesulitan makan anak dibawah lima tahun.

b. Bagi pendidikan keperawatan

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi tambahan informasi bagi mahasiswa keperawatan agar dapat saling berbagi pengetahuan dan pengalaman dalam peningkatan mutu pelayanan dan meningkatkan pendidikan keperawatan dalam mengatasi kesulitan makan anak dibawah lima tahun (Balita).

c. Bagi peneliti keperawatan

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak usia dibawah lima tahun(Balita) didapatkan pengetahuan cukup sebesar 68,3%, sikap cukup sebesar 83,3% dan tindakan cukup sebesar 55%. Maka untuk penelitian selanjutnya diharapkan dapat melengkapi penelitian ini dengan mencari faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak Balita serta melakukan observasi terhadap anak yang mengalami kesulitan makan.


(56)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2005). Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

. (2006). Prosedur Penelitian. Jakarta. Rineka Cipta. Arisman, (2002). Gizi dalam Daur Kehidupan, Edisi 2. Jakarta: Penerbit Buku

Kedokteran.

Ambarwati, (2011). Ilmu Gizi dan Kesehatan Reproduksi. Surabaya. Cakrawala Ilmu.

Azwar, S. (2006). Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta: Pustaka Belajar.

Budiarto, Eko. 2001. Biostatistika untuk Kedokteran dan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Dahlan, Muhammad Sopiyudin. (2008). Statistik untuk Kedokteran dan Kesehatan: Deskriptif, Bivariat, dan Multivariat, Dilengkapi Aplikasi dengan Menggunakan SPSS. Jakarta: Salemba Medika.

Dempsey & Dempsey. (2002). Riset Keperawatan Buku Ajar dan Latihan, Edisi 4. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. A. (2007). Riset Keperawatan dan Teknik Penulisan Ilmiah, Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika.

Hurlock, BE.(1999). Psikologi Perkembangan. Edisi ke-5. Jakarta : Erlangga Irianto, Djoko Pekik. (2007). Panduan Gizi Lengkap Keluarga Dan

Olahragawan. Yogyakarta: Penerbit Andi.

Judarwanto,W. (2004). Mengatasi Kesulitan Makan pada Anak. Jakarta: Puspa Swara

Mutiara, Citra. (2007). htpp// Kesulitan Makan Pada Anak/co.id.html

Maryunani, Anik. 2010. Ilmu Kesehatan dalam Kebidanan. Jakarta: CV. Trans Info Media.


(57)

Nurasalam, (2009). Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika.

Notoatmodjo, Soekidjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku. Jakarta: Rineka Cipta. .(2010). Metodologi Penelitian Kesehatan.Jakarta:

Rineka Cipta.

. (2003). Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku. Jakarta : Rineka Cipta.

Polit&Hungler. (1995). Nursing Research: Principles and Methods. Philadelphia: Lippincot.

Potter, Perry. (2009). Fundamental Keperawatan, Edisi 7. Jakarta: Salemba Medika.

Purwanto, Heri. (1998). Pengantar Perilaku Manusia untuk Keperawatan. Jakarta: EGC.

Pratiwi.( 2009). Menu sehat untuk Balita. Jakarta: Puspa Swara

Santoso, Ranti.( 2002). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya. Setiadi. (2007). Konsep dan Penulisan Riset Keperawatan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Sediaoetomo, D.A. (2006). Ilmu Gizi. Jakarta: Dian Rakyat.

Soedibyo, Supardi.(2009). http///Kesulitan Makan pada Pasien/co.id.html. Soekirman. (2000). Ilmu Gizi dan Aplikasinya untuk keluarga dan Masyarakat.

Direktorat dan Kebudayaan.

Sudjana. (2005). Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Suhardjo. (2004). Pemberian makanan pada bayi dan Balita. Yokyakarta: Kanisius

Sulistijani, Herlianty. (2001). Menjaga Kesehatan Bayi dan Balita. Jakarta. Puspa Swara.


(58)

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI PESERTA PENELITIAN PERILAKU IBU DALAM MENGATASI KESULITAN MAKAN

PADA ANAK USIA DI BAWAH LIMA TAHUN (BALITA) DI KELURAHAN HUTA TONGA-TONGA SIBOLGA

Oleh :

HANNA MARIANA SIMANGUNSONG

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui bagaimana perilaku ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita di Kelurahan Huta Tonga-tonga Sibolga.

Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain.

Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Tanda tangan :

Tanggal :


(59)

Kuesioner Penelitian 1. Data Demografi

Petunjuk pengisian:

a. Semua pertanyaan harus diberi jawaban.

b. Isilah pertanyaan dengan memberi tanda check list (√ ).

c. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda.

d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan tanda ( √ ) pada tempat yang disediakan sesuai dengan keadaan yang sebenarnya.

1. Usia Ibu : 22 - 27 tahun 28 – 34 tahun > 35 tahun 2. Pendidikan Ibu : SD SLTA

SLTP Akademi/Perguruan Tinggi

3. Pekerjaan Ibu : Pegawai Negeri Sipil/TNI/POLRI Ibu Rumah Tangga

Swasta

Lain-lain 5. Penghasilan Perbulan : < Rp. 600.000


(60)

5. Kuesioner Perilaku Ibu

Petunjuk pengisian :

a. Semua pertanyaan harus dijawab.

b. Isilah pertanyaan dengan memberi tanda check list (√ ).

c. Setiap pertanyaan dijawab dengan satu jawaban yang sesuai menurut anda.

d. Bila ada yang kurang dimengerti dapat ditanyakan pada peneliti. A. Pengetahuan Ibu

1. Kesulitan makan adalah :

a. Ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi makanan yang diperlukan. b. Ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi ikan.

c. Ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi sayur-sayuran. d. Ketidakmampuan anak untuk mengkonsumsi buah-buahan. 2. Penyebab kesulitan makan pada anak balita adalah :

a. Faktor kejiwaan.

b. Berkurangnya nafsu makan. c. Kesibukan belajar.

d. Tidak lapar.

3. Bila anak hanya tidak menyukai buah dan sayur, maka akan terjadi kekurangan vitamin :

a. A c. C b. B d. D


(61)

4. Bila anak yang hanya mau minum susu, maka akan terjadi : a. Kegemukan

b. Kurang darah c. Kurang gizi. d. Cacingan.

5. Upaya ibu dalam mengatasi kesulitan makan pada anak balita adalah : a. Memaksa anak jika anak tidak mau makan.

b. Memarahi anak jika makanan tidak dihabiskan. c. Mengancam anak jika memilih-milih makanan. d. Memberi pujian jika mampu menghabiskan makanan. 6. Tujuan pengaturan makan untuk balita adalah :

a. Untuk memberikan zat gizi yang cukup bagi kebutuhan anak b. Membuat anak kenyang saja

c. Untuk memenuhi kebutuhan makan sehari-hari d. Agar anak tidak rewel

7. Syarat untuk makanan balita : a. Porsi makan harus banyak

b. Memenuhi kecukupan energy dan semua zat gizi sesuai umur c. Cukup dengan makan nasi dan kerupuk saja

d. Menu makanan yang disajikan jenisnya sama setiap hari 8. Makanan yang disajikan untuk anak sebaiknya harus :


(62)

b. Dicampurkan dalam satu piring c. Makanan berbentuk keras dan pedas d. Diberikan dalam tempat terpisah-pisah

9. Upaya ibu dalam memberikan sayur dan buah kepada anak : a. Dipaksa biar anak mau memakan sayur dan buah

b. Diperkenalkan hanya pada satu sayur dan buah itu saja c. Sayur dan buah disajikan dalam bentuk jus atau dihaluskan d. Sebaiknya diberikan kadang – kadang saja

10. Usia yang paling tepat dalam pemberian makan pada anak balita adalah : a. Dimulai dari usia 1 bulan

b. Dimulai dari usia 3 bulan c. Setelah usia 6 bulan d. Sejak bayi lahir

B. Sikap Ibu

Keterangan : SS = bila pernyataan sangat setuju S = bila pernyataan setuju

TS = bila pernyataan tidak setuju

No Pernyataan SS S TS

1. Jika anak susah makan, maka saya akan membujuk dengan lembut.


(63)

porsi makanan yang sudah saya tentukan.

3. Jika anak saya tidak mau makan, saya akan mengancam tidak boleh main dengan temannya. 4. Saya akan membiasakan anggota keluarga saya untuk

makan bersama.

5. Saya akan memuji anak saya jika dia dapat menghabiskan porsi makanannya

6. Jika anak saya tidak mau makan, saya tidak akan memaksanya karena jika dia lapar dia akan memintanya sendiri.

7. Jika anak saya tidak mau makan, maka saya akan mencubitnya.

8. Saya akan memberikan jajanan bila anak saya tidak mau makan.

9. Saya akan menyuapi anak saya makan sampai porsi makanannya habis.

10. Saya akan memberi hadiah jika makanan anak saya habis.

C. Tindakan Ibu Keterangan : Ya Tidak


(64)

No. Pernyataan Ya Tidak 1. Saya memberi makan dalam porsi secukupnya (tidak

langsung banyak sekaligus).

2. Saya memberikan pujian kepada anak saya jika dia dapat menghabiskan makanannya.

3. Saya memberikan kebebasan kepada anak saya untuk mengambil makanannya sendiri.

4. Saya memberikan jenis makanan baru yang belum dikenal anak saya pada saat dia lapar.

5. Saya memberi makan anak saya sambil bermain. 6. Saya menyajikan buah-buahan dalam bentuk jus. 7. Saya membiarkan anak saya makan sendiri walau

berantakan.

8. Saya memberikan hadiah apabila anak saya mau menghabiskan makanannya.

9. Saya memberikan makanan yang terbaik pada anak saya, seperti daging, ikan. Sayur dan buah. 10. Saya menyajikan makanan dalam bentuk yang

menarik sehingga anak saya tidak bosan.


(65)

(66)

(67)

(68)

(69)

(70)

(71)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hanna Mariana Simangunsong

Tempat / Tanggal Lahir : Sei Bamban/ 04 September 1981

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Keristen Protestan

Alamat : Jln Pdt.Yohannes Pasaribu no.6 Sibolga

Riwayat Pendidikan :

1. 1987 – 1993 : SD negeri Tebing Tinggi

2. 1993 – 1996 : SLTP Swasta Katolik Bagansiapi-api Riau 3. 1996 – 1999 : SPK Swasta HKBP Balige

4. 1999 – 2002 : Akademi Keperawatan Darmo Medan 5. 2011 – sekarang : Fakultas Keperawatan USU Medan


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Hanna Mariana Simangunsong

Tempat / Tanggal Lahir : Sei Bamban/ 04 September 1981

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Keristen Protestan

Alamat : Jln Pdt.Yohannes Pasaribu no.6 Sibolga

Riwayat Pendidikan :

1. 1987 – 1993 : SD negeri Tebing Tinggi

2. 1993 – 1996 : SLTP Swasta Katolik Bagansiapi-api Riau 3. 1996 – 1999 : SPK Swasta HKBP Balige

4. 1999 – 2002 : Akademi Keperawatan Darmo Medan 5. 2011 – sekarang : Fakultas Keperawatan USU Medan