THE EFFECTIVENESS IMPLEMENTATION OF JOB SHEET TO ENGINEERING PRACTICAL LEARNING AT SMK MA’ARIF SALAM MAGELANG.
i
EFEKTIVITAS PENERAPAN JOB SHEET
UNTUK PEMBELAJARAN PRAKTIK PEMESINAN
DI SMK MA’ARIF SALAM MAGELANG
TUGAS AKHIR SKRIPSIDiajukan kepada Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Oleh :
WAHYU ISTI NUGROHO NIM 09503241022
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA 2014
(2)
(3)
(4)
(5)
v MOTTO
“Jadikan hari ini lebih baik dari hari kemarin”
“Perjalananan sejauh apapun dimulai dengan satu langkah pertama, tanpa mengambil langkah pertama tersebut perjalanan tidak akan dimulai” “Kehancuran hanya milik orang yang tidak mau berusaha bangkit dari kegagalan, dan keberhasilan adalah milik orang yang mau berusaha pantang
(6)
vi
HALAMAN PERSEMBAHAN
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Tuhan, karya tulis ini kupersembahkan kepada:
Ayah, Ibu dan Adik tercinta, terimakasih atas perhatian dan kasih sayang yang mereka curahkan selama ini, doa yang tiada henti terpanjatkan dan segala pengorbanan yang tak sanggup ku balas
Teman-teman Teknik Mesin angkatan 09’ Universitas Negeri Yogyakarta
(7)
vii
EFEKTIVITAS PENERAPAN JOB SHEET UNTUK PEMBELAJARAN PRAKTIK PEMESINAN
DI SMK MA’ARIF SALAM MAGELANG Oleh
Wahyu Isti Nugroho NIM 09503241022
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1)Hasil belajar siswa pada praktik pemesinan kerja bubut dengan menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik; (2)Hasil belajar siswa pada praktik kerja bubut dengan menerapkan job sheet lama; (3)Perbedaan hasil pembelajaran praktik pemesinan siswa yang menerapkan job sheet lama dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik pemesinan kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang; (4)Efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan pada pembelajaran praktik pemesinan kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang.
Desain penelitian menggunakan penelitian quasi eksperimen dengan rancangan Nonequivalent control group design. Penelitian ini terdapat dua variable yaitu variable bebas berupa penerapan job sheet yang dikembangkan dan variable terikat adalah hasil belajar praktik kerja bubut. Populasi seluruh siswa jurusan mesin kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang yang terbagi dari 3 kelas, sedangkan sampel yang digunakan dalam penelitian berjumlah 2 kelas dengan pembagian kelas XI MA sebagai kelas kontrol dan kelas XI MB sebagai kelas eksperimen. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan tertentu. Teknik pengumpulan data menggunakan hasil penilaian pretest-posttest. Teknik Analisis data menggunakan uji-t.
Hasil penelitian pada kelas yang menerapkan job sheet yang dikembangkan terdapat peningkatan hasil belajar praktik kerja bubut serta terdapat peningkatan dari sikap kerja siswa yang sudah menerapkan prosedur praktik dan prosedur K3. Hasil belajar kelas menggunakan job sheet lama tidak terdapat peningkatan signifikan. Hasil posttest dengan uji-t kelas kontrol dan kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar -38,385 dengan df = 74 pada taraf kesalahan 0,05. Diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf kesalahan sebesar 0,05 berarti ada perbedaan yang signifikan hasil pembelajaran praktik pemesinan siswa menerapkan job sheet lama dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan. Hasil perbandingan uji-t pada skor pretest-posttest kelas kontrol dengan skor pretest-posttest kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar -80,891 dengan df = 37 dan Sig.(2-tailed) = 0.000. Nilai
Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05. Hasil uji-t tersebut menunjukkan bahwa penerapan job sheet yang dikembangkan terbukti efektif sebagai pedoman praktik pemesinan kelas XI di SMK Ma’arif Salam Magelang. Kata kunci: kelas kontrol, kelas eksperimen, job sheet, hasil belajar.
(8)
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkat rahmat dan karunia-Nya, Tugas Akhir Skripsi dalam rangka untuk memenuhi sebagian persyaratan untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan dengan judul “EFEKTIVITAS
PENERAPAN JOB SHEET UNTUK PEMBELAJARAN PRAKTIK
PEMESINAN DI SMK MA’ARIF SALAM MAGELANG” dapat disusun sesuai dengan harapan. Tugas Akhir Skripsi ini dapat diselesaikan tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dengan pihak lain. Berkenaan dengan hal tersebut, penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Drs. Edy Pornomo, M.Pd., Dosen Pembimbing dan Validator instrumen TAS yang telah banyak memberikan saran serta bimbingan sehingga penelitian TAS dapat terlaksana sesuai tujuan.
2. Dr. Wagiran, M.Pd., Ketua Jurusan Pendidikan Teknik Mesin beserta dosen dan staf yang telah memberikan bantuan dan fasilitas selama proses penyusunan pra proposal sampai dengan selesainya TAS ini.
3. Dr. Nuchron, M.Pd., Penguji Utama TAS yang telah memberi banyak saran dalam perbaikan Laporan TAS ini.
4. Tiwan, MT. Sekretaris penguji dan Koordinator skripsi yang telah memberi banyak saran dalam perbaikan Laporan TAS ini.
5. Dr. Moch. Bruri Triyono, Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta yang memberikan persetujuan pelaksanaan Tugas Akhir Skripsi. 6. Drs. Putut Hargiyarto, M.Pd., Pembimbing Akademik yang telah memberi
(9)
ix
7. Sururi, S.Pd., Kepala SMK Ma’arif Salam Magelang yang telah member ijin dan bantuan dalam pelaksanaan penelitian Tugas Akhir Skripsi ini.
8. Para guru dan staf SMK Ma’arif Salam Magelang yang telah memberi bantuan memperlancar pengambilan data selama proses penelitian Tugas Akhir Skripsi ini
9. Semua pihak, secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak dapat disebutkan di sini atas bantuan dan perhatiannya selama penyusunan Tugas Akhir Skripsi ini.
Akhirnya, Semoga segala bantuan yang telah berikan semua pihak di atas menjadi amalan yang bermanfaat dan mendapatkan balasan dari Allah SWT dan Tugas Akhir Skripsi ini menjadi informasi bermanfaat bagi pembaca atau pihak lain yang membutuhkannya.
Yogyakarta, April 2014 Penulis
(10)
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (UU No. 20 Tahun 2003: 1). Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (UU No. 20 Tahun 2003: 3). Pendidikan merupakan sebuah indikator penting untuk mengukur kemajuan sebuah bangsa.
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang mengutamakan pengembangan keterampilan siswa. Lulusan SMK diharapkan memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja profesional sesuai kebutuhan industri. Seperti yang tercantum pada penjelasan Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional pasal 15 bahwa pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang tertentu.
(11)
2
SMK Ma’arif Salam Magelang merupakan salah satu penyelenggara pendidikan formal yang memiliki berbagai program keahlian. Salah satu program keahlian yang tersedia di SMK Ma’arif Salam Magelang adalah program keahlian Teknik Pemesinan. Jurusan Teknik Pemesinan di SMK Ma’arif Salam Magelang berusaha meningkatkan mutu kompetensi lulusannya salah satunya melalui pemberian mata pelajaran praktik pemesinan. Peningkatan mutu belajar mengajar sebenarnya tidak terlepas dari pendekatan dalam belajar-mengajar karena baik-tidaknya hasil belajar-mengajar dapat dilihat dari mutu lulusan, dari produknya, atau proses belajar-mengajar dikatakan berhasil apabila masukan merata, menghasilkan banyak lulusan dan bermutu tinggi, yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta yang memadai (Rusyan dkk, 1989: 1). Dari pernyataan tersebut disimpulkan bahwa kualitas mutu lulusan dipengaruhi oleh mutu proses pembelajaran yang diterapkan.
Berdasarkan hasil observasi selama KKN-PPL dan wawancara dengan guru mata diklat Praktik Pemesinan, bahwa proses pembelajaran praktik pemesinan yang berlangsung mengalami beberapa kendala. Mata diklat Praktik Pemesinan Dasar memiliki muatan materi yang cukup banyak, namun tidak sebanding dengan alokasi waktu yang tersedia. Cara menyampaikan materi pelajaran yang masih konvensional membuat siswa sulit menangkap materi praktik. Siswa cenderung jenuh, sehingga motivasi belajar kurang maksimal. Selain alokasi waktu yang kurang memadai, penyebab lain adalah buruknya kualitas media pembelajaran yang digunakan.
(12)
3
Guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang isi materinya lebih terperinci dan sesuai kompetensi dalam upaya meningkatkan efektivitas peserta didik dalam belajar. Media pembelajaran pada praktik pemesinan yang digunakan guru dalam hal ini adalah berupa job sheet. Penggunaan job sheet diharapkan untuk membantu mempermudah peserta didik dalam melaksanakan praktikum. Penggunaan job sheet diharapkan mampu meningkatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Isi job sheet yang sudah ada di SMK Ma’arif Salam magelang hanya berupa gambar kerja. Siswa hanya berorientasi kepada hasil job praktik namun mengabaikan prosedur kerja yang benar dan aspek keselamatan kerja dalam proses pengerjaan job praktik.
Job sheet yang akan dikembangkan akan lebih lengkap karena berisi tujuan pembelajaran, peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan, langkah kerja, gambar kerja, serta aspek keselamatan kerja. Selain itu aspek keselamatan kerja dan prosedur kerja juga menjadi bagian dari hasil penilaian praktik siswa. Lembar penilaian dikembangkan dengan kriteria penilaian yang jelas. Job sheet praktik pemesinan yang sudah dikembangkan diharapkan dapat membantu peserta didik dalam mempelajari dan memahami prosedur praktik pemesinan dengan benar. Siswa dapat terbiasa bekerja sesuai prosedur kerja dan menerapkan keselamatan kerja sehingga akan meningkatkan kualitas lulusan untuk siap kerja di industri.
Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut diperlukan penelitian yang khususnya berkaitan dengan pembelajaran mata diklat Praktik Pemesinan dengan
(13)
4
mengembangkan media berupa job sheet praktik. Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi sekolah, guru, maupun peserta didik sebagai usaha meningkatkan pembelajaran Praktik Pemesinan, sehingga dapat membantu meningkatkan kualitas pendidikan SMK.
B. Identifikasi Masalah
Dari latar belakang yang telah dikemukakan di atas dapat diidentifikasikan beberapa permasalahan sebagai berikut:
1. Motivasi belajar siswa pada praktik pemesinan masih rendah. 2. Siswa kesulitan menyelesaikan job dengan tepat waktu.
3. Kurangnya media pembelajaran praktik pemesinan dari guru praktik. 4. Belum diterapkannya job sheet yang standar.
5. Job sheet belum mampu meningkatkan peran aktif peserta didik dalam pembelajaran praktik.
6. Pembelajaran praktik siswa cenderung berorientasi pada hasil dengan mengabaikan prosedur kerja dan keselamatan kerja.
7. Pemahaman siswa dalam penerapan prosedur kerja bubut masih kurang.
C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah dikemukakan di atas, peneliti mengemukakan batasan masalah dengan upaya penerapan job sheet yang dikembangkan dengan tujuan meningkatkan efektivitas pembelajaran praktik pemesinan.
(14)
5 D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, identifikasi masalah, dan batasan masalah, maka dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana hasil belajar praktik kerja bubut siswa dengan menerapkan job sheet yang dikembangkan?
2. Bagaimana hasil belajar praktik kerja bubut siswa dengan menerapkan job sheet lama sebagai pedoman praktik?
3. Apakah ada perbedaan yang signifikan dari hasil pembelajaran praktik pemesinan siswa yang menerapkan job sheet lama dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik
pemesinan kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang?
4. Apakah penerapan job sheet yang dikembangkan terbukti efektif diterapkan
pada pembelajaran praktik pemesinan kelas XI SMK Ma’arif Salam
Magelang?
E. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui hasil belajar siswa pada praktik pemesinan kerja bubut dengan menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik.
2. Mengetahui perbedaan hasil pembelajaran praktik pemesinan siswa yang menerapkan job sheet lama dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik pemesinan kelas XI di SMK Ma’arif Salam Magelang.
(15)
6
3. Mengetahui efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan pada pembelajaran praktik pemesinan kelas XI di SMK Ma’arif Salam Magelang.
F. Manfaat Penelitian
Hasil yang diperoleh melalui penelitian ini diharapkan dapat mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Peneliti
Memperoleh pengetahuan dan wawasan dari hasil penelitian. 2. Bagi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)
a. Menambah referensi bagi guru di sekolah tentang cara meningkatkan prestasi belajar peserta didik melalui penggunaan job sheet.
b. Memberikan informasi tentang efektivitas penerapan job sheet pada praktik
pemesinan di SMK Ma’arif Salam Magelang.
c. Memberi tambahan referensi model job sheet yang dapat digunakan sebagai perangkat pembelajaran di SMK
3. Bagi Universitas
Dapat menjadi bahan kajian dan referensi bagi mahasiswa di Universitas Negeri Yogyakarta atau dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.
(16)
7 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teori 1. Definisi Efektivitas
Kata Efektivitas dalam Kamus Besar Bahasa Inggris, yaitu effective yang berarti berhasil, tepat atau manjur. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, efektivitas (keefektifan) artinya keberhasilgunaan, ketepatgunaan. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa suatu kegiatan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dapat diselesaikan pada waktu yang tepat dan mencapai tujuan yang diinginkan.
Proses belajar mengajar di sekolah mempunyai target kompetensi yang harus dikuasai oleh siswa berdasarkan pada kurikulum. Sehingga pembelajaran dapat dikatakan efektif apabila tujuan-tujuan instruksional yang telah ditentukan dalam pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
2. Belajar
Belajar merupakan suatu proses perubahan perilaku atau pribadi seseorang berdasarkan praktek atau pengalaman tertentu (Syaiful Sagala, 2012: 37). Belajar menurut Oemar Hamalik (2001: 29) bahwa, belajar bukan suatu tujuan tetapi merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan. Jadi, merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh. Sedangkan menurut Slameto (2010: 2) bahwa, belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh
(17)
8
suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.
Prinsip belajar menurut Agus Suprijono (2009: 4), terdapat tiga prinsip, yaitu: pertama, prinsip belajar adalah perubahan perilaku. Perubahan perilaku sebagai hasil belajar memiliki ciri-ciri:
a. Sebagai hasil tindakan rasional instrumental yaitu perubahan yang disadari b. Kontinu atau berkesinambungan dengan perilaku lainnya
c. Fungsional atau bermanfaat sebagai bekal hidup d. Positif atau berakumulasi
e. Aktif atau sebagai usaha yang direncanakan dan dilakukan f. Permanen atau tetap
g. Bertujuan dan terarah
h. Mencakup keseluruhan potensi kemanusiaan
Kedua, belajar merupakan proses. Belajar terjadi karena didorong kebutuhan dan tujuan yang ingin dicapai. Belajar adalah proses sistemik yang dinamis, konstruktif dan organik. Belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai komponen belajar. Sehingga dengan belajar, siswa dapat mengetahui hal baru dengan melalui tahapan-tahapan.
Ketiga, belajar merupakan bentuk pengalaman. Pengalaman pada dasarnya adalah hasil interaksi antara peserta didik dengan lingkungannya.
Menurut Slameto (2010: 54), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor ekstern yaitu
(18)
faktor-9
faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana dan berbagai cakupan lain tentang indikator yang berpengaruh.
Menurut beberapa pengertian belajar di atas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah kegiatan yang dilakukan seseorang sebagai proses usaha untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku atau pribadi seseorang berdasarkan pengalaman dan latihan.
3. Pembelajaran Proses Pemesinan
Pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar (UU No. 20 Tahun 2003: 20). Pembelajaran merupakan komunikasi dua arah, mengajar dilakukan oleh guru sebagai pendidik atau instruktur, sedangkan belajar dilakukan oleh siswa untuk menerima ilmu dan pengarahan dari guru atau pendidik. Pembelajaran menurut Agus suprijono (2009: 13) memiliki makna leksikal yang memiliki arti proses, cara, perbuatan mempelajari. Pembelajaran berpusat pada peserta didik dan guru sebagai penyedia fasilitas belajar bagi peserta didiknya untuk mempelajarinya.
Proses pemesinaan adalah bentuk kegiatan proses pembelajaran produktif yang mengajarkan materi kompetensi pemesinan kepada para siswa yang ingin menguasai kompetensi tersebut dengan cara atau metode yang baku dan benar. Kompetensi pemesinan tersebut meliputi kompetensi membubut, mengefrais, mengebor, menggerinda rata dan silinder, menyekrap, menggergaji, mengikir dan lain sebagainya. Kegiatan ini dapat berlangsung jika didukung dengan beberapa
(19)
10
aspek pokok yaitu: aspek fasilitas praktik, bahan praktik, urutan-urutan kegiatan pembelajaran atau rencana pelaksanaan pembelajaran, job sheet/operation sheet/instruction sheet, guru, teknisi, siswa dan aspek-aspek pendukung lainnya.
Nolker (1983: 119) menjelaskan bahwa praktikum adalah suatu kegiatan yang memberikan keanekaragaman peluang untuk melakukan penyelidikan dan percobaan keterampilan. Berdasarkan pandangan ini berarti kegiatan praktikum berorientasi pada tugas-tugas seperti pemasangan dan perawatan alat, pengamatan, perbaikan, serta pengujian hasil pemasangan atau perbaikan, sehingga mereka akan memperoleh wawasan dalam praktik kerja. Melalui praktikum, subjek didik akan memperoleh pengalaman dalam bekerja, serta pengoperasian mesin-mesin yang diperoleh dalam teori dengan bentuk kerja yang sesungguhnya.
Hall (1978: 11) mengemukakan bahwa hubungan teori dengan kenyataan dalam praktik tidak dapat dielakkan atau teori merupakan ketentuan-ketentuan yang dapat dipraktikkan. Dari pernyataan ini dapat diartikan bahwa praktikum merupakan kegiatan untuk mempraktikkan suatu keterampilan yang didukung oleh penguasaan teori. Kemungkinan lain konsep secara teori terlihat sederhana dan baik namun mengalami berbagai kesulitan bila dipraktikkan. Melalui praktikum akan dapat dilihat hubungan antara teori dan dunia empirik. Kegiatan praktik juga akan memberikan pengalaman yang tidak diperoleh dalam teori.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, dapat diambil suatu makna bahwa, pembelajaran proses pemesinan adalah pemberian bekal teori pemesinan kepada siswa sebagai pendukung pelaksanaan praktik pemesinan sehingga siswa dapat
(20)
11
melaksanakan praktik sesuai prosedur yang benar. Pembelajaran praktik pemesinan di SMK Ma’arif Salam berpusat pada guru sebagai sumber penyampaian materi praktik pemesinan. Penyampaian materi untuk persiapan praktik masih kurang karena keterbatasan waktu yang ada harus digunakan untuk pelaksanaan praktik. Pembelajaran yang berpusat pada guru sebagai sumber penyampaian materi dan kurangnya media pembelajaran yang digunakan membuat siswa jenuh karena siswa harus mencatat kembali materi yang disampaikan oleh guru. Pada pelaksanaan praktik siswa masih banyak yang tidak menerapkan prosedur praktik dengan benar seperti menerapkan keselamatan kerja dan menerapkan teori yang sudah diajarkan ke dalam praktik. Oleh karena itu diperlukan media pembelajaran pada pembelajaran praktik pemesinan salah satunya adalah dengan penerapan job sheet.
Job sheet praktik yang dikembangkan di dalamnya terdapat pengetahuan umum untuk menambah keterampilan siswa dalam praktik membubut. Pengetahuan umum yang dimaksut adalah dicantumkan bagaimana cara menghitung parameter pada proses pemesinan seperti menghitung kecepatan putaran mesin bubut, tabel kecepatan potong, geometri pahat dan tabel suaian Pengetahuan umum praktik kerja bubut yang dicantumkan dalam job sheet membantu siswa untuk menerapkan dalam praktik. Job sheet yang dikembangkan terdapat langkah kerja dan lembar penilaian sehingga mendorong siswa supaya aktif untuk belajar mandiri tanpa tergantung kepada guru sebagai sumber penyampaian materi. Penerapan Job sheet yang dikembangkan diharapkan mampu meningkatkan efektivitas pembelajaran praktik pemesinan di SMK.
(21)
12 4. Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Agus Suprijono (2009: 5) adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan saja. Adapun hasil belajar praktik pemesinan ini tidak akan pernah dicapai selama seseorang tidak melakukan praktik kerja mesin di bengkel. Praktik pemesinan dan proses pemesinan akan berhasil dengan baik apabila didasari dan didukung dengan ilmu pengetahuan yang berkaitan pada bidang pemesinan. Dengan didasari ilmu pengetahuan penujang praktik pemesinan akan lebih mudah dan memperlancar pelaksanaan praktik kerja mesin. Ilmu pengetahuan penujang yang dimaksud meliputi: (a) ilmu pengetahuan keteknikan mesin; (b) ilmu pengukuran; (c) pengetahuan bahan dan pengolahan; (d) gambar teknik mesin; (e) pengetahuan tentang tabel konversi dan lain-lain.
5. Media Pembelajaran
Menurut Azhar Arsyad (2009: 3) media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti tengah, perantara atau pengantar. Media apabila secara mendalam adalah manusia, materi, atau kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap. Secara khusus pengertian media dalam proses belajar mengajar lebih cenderung diartikan sebagai alat tulis grafis, fotografis, atau elektronik untuk menangkap, memproses, dan menyusun kembali informasi visual atau verbal.
(22)
13
Menurut Azhar Arsyad (2009: 25-26) manfaat penggunaan media pembelajaran dalam proses pembelajaran di kelas, antara lain:
a. Media pembelajaran dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan meningkatkan proses dan hasil belajar. b. Media pembelajaran dapat meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak
sehingga dapat menimbulkan motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya.
c. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
d. Media pembelajaran dapat memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung dengan guru, masyarakat, dan lingkungannya misalnya melalui karyawisata, kunjungan ke museum atau kebun binatang.
Pemakaian media yang efektif memerlukan perencanaan yang baik. Dalam menentukan media belajar yang akan digunakan, terlebih dahulu kita harus memperhatikan tujuan yang ingin dicapai, kondisi dan keterbatasan yang ada beserta karakteristik media yang media yang akan digunakan. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam pemilihan media menurut Arief Sadiman, dkk (1996: 32) antara lain:
a. Tujuan instruksional yang ingin dicapai. b. Karakteristik siswa.
c. Jenis rangsangan belajar yang diinginkan. d. Ketersediaan sumber setempat.
(23)
14 e. Kesiapan media untuk digunakan. f. Kepraktisan atau ketahanan media.
g. Efektivitas biaya dalam jangka waktu yang panjang.
Karakteristik tiap-tiap media dilihat menurut kemampuan media dalam membangkitkan rangsangan terhadap panca indera kita. Untuk memilih jenis media yang akan digunakan untuk pembelajaran di kelas harus disesuaikan dengan tujuan yang ingin dicapai. Berdasarkan tujuan praktis, menurut Arief Sadiman (2003: 18-80) media pembelajaran dibedakan menjadi 3 kelompok, yaitu:
a. Media Grafis
Media grafis adalah suatu jenis media yang menuangkan pesan yang akan disampaikan ke dalam bentuk simbol-simbol komunikasi verbal. Simbol-simbol tersebut artinya perlu dipahami dengan benar, agar proses penyampaian pengajaran berjalan dengan baik dan benar. Bentuk-bentuk media grafis antara lain: gambar foto, sketsa, diagram, bagan/chart, grafik, kartun, poster, peta, papan flanel, papan bulletin, dan lain-lain.
b. Media Audio
Media audio berkaiatan dengan indera pendengaran. Pesan yang disampaikan melalui media audio dituangkan kedalam lambang-lambang auditif, baik verbal maupun non verbal. Beberapa media yang dapat dikelompokan ke dalam media audio antara lain: radio, alat perekam pita magnetic, alat perekam pita kaset.
(24)
15 c. Media Proyeksi
Media proyeksi diam memiliki kesamaan dengan media grafis, dalam arti dapat menyajikan rangsangan-rangsangan visual. Secara garis besar media proyeksi dikelompokkan menjadi 2 (dua) yaitu: media proyeksi diam, dan media proyeksi gerak. Bahan-bahan grafis banyak digunakan dalam media proyeksi diam, sedangkan media proyeksi gerak pembuatannya memerlukan bahan-bahan grafis sebagai lembar peraga. Dengan menggunakan perangkat komputer (multimedia) rekayasa proyeksi gerak dapat lebih bervariasi.
6. Job sheet
Menurut buku pedoman buku bahan ajar, job sheet dikenal sebagai lembar kegiatan siswa (student work sheet). Pengertian lain juga menyebutkan bahwa job sheet adalah sebuah halaman petunjuk yang digunakan untuk membantu pekerja dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan (Merriam-Webster, 2013). Sedangkan menurut Team MPT TTUC Bandung yang dikutip Ni Desak Made Sri Adnyawati (2004), job sheet disebut juga lembaran kerja yaitu suatu media pendidikan yang dicetak membantu instruktur dalam pengajaran keterampilan, terutama didalam laboratorium (workshop), yang berisi pengarahan dan gambar-gambar tentang bagaimana cara untuk membuat atau menyelesaikan job atau pekerjaan. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa pembuatan job sheet ini harus mempertimbangkan beberapa hal, yaitu: (1) dimulai dari yang sederhana sampai kepada yang sukar, (2) pekerjaan dimulai dari yang menarik perhatian peserta didik, (3) langkah dari pekerjaan tersebut, (4) ruang lingkup persoalan ditekankan pada keterampilan, (5) pekerjaan yang akan sering dilakukan peserta didik lebih
(25)
16
baik diajarkan dahulu, dan (6) peserta didik memerlukan kesempatan latihan secara keseluruhan dari suatu pekerjaan daripada sepotong-potong.
Adapun keuntungan pemakaian job sheet adalah: (1) dapat mengurangi penjelasan yang tidak perlu, (2) memungkinkan mengajar satu kelompok yang mengerjakan tugas berbeda, (3) dapat membangkitkan kepercayaan diri pada peserta didik untuk membentuk kesiapan bekerja, (4) merupakan persiapan yang sangat baik bagi peserta didik untuk bekerja di industri sebab terbiasa membaca persiapan, (5) dapat meningkatkan hasil belajar. Job sheet sebagai media oleh praktikan saat melakukan praktikum yang bertujuan sebagai alat bantu mengajar bagi sekolah dan dipakai oleh peserta didik. Job sheet digunakan praktikan saat mengerjakan kerja praktik agar mempermudah praktikan sebagai panduan dan petunjuk untuk mempermudah pekerjaan sesuai petunjuk yang telah ditentukan.
Menurut job sheet yang telah dibuat ( TIM Penyusun FT UNY 2009), terdapat beberapa bagian-bagian yang saling berhubungan dan memperjelas dalam membuat job sheet diantaranya sebagai berikut:
a. Kompetensi
Kompetensi merupakan kemampuan peserta didik yang dimiliki setelah mendapatkan pembelajaran praktik. Kompetensi sebagai acuan tujuan pembelajaran yang harus dicapai siswa setelah melaksanakan praktik. Sehingga siswa memahami dengan jelas maksud dan tujuan pembelajaran yang dilakukan. b. Alat dan Kelengkapannya
alat merupakan media pendukung untuk proses kegiatan praktik. Tanpa ketersedian alat maka kegiatan praktik sulit dan bahkan tidak bisa dilaksanakan.
(26)
17
Macam peralatan dan kelengkapan praktik tergantung dari jenis kegiatan praktik yang dilaksanakan. Dengan adanya daftar peralatan dan bahan yang dicantumkan pada job sheet dapat membantu siswa menentukan peralatan yang digunakan pada praktik. Sehingga kebutuhan pemilihan alat dan penggunaan alat sesuai fungsi dan prosedurnya.
c. Keselamatan Kerja
Keselamatan kerja merupakan tindakan yang dilakukan serta larangan untuk tidak terjadi hal yang menyebabkan kecelakaan bagi peserta didik maupun kerusakan pada peralatan saat kegiatan praktik berjalan. Dengan adanya prosedur keselamatan kerja pada job sheet sehingga siswa dapat melaksanakan kerja praktik sesuai dengan prosedur keselamatan kerja yang telah ditentukan.
d. Langkah Kerja
Langkah kerja merupakan panduan dalam langkah menjalankan proses praktik berdasarkan pembacaan gambar job sheet. Langkah kerja ini dibuat bertujuan agar peserta didik menjalankan praktik sesuai alur langkah kerja dan menghindari kesalahan proses praktik.
e. Gambar Kerja
Gambar kerja merupakan bagian utama dari job sheet yang menjelaskan bentuk dari benda yang akan dihasilkan pada kegiatan praktik. Gambar kerja dibuat sesuai standar aturan gambar teknik.
f. Lembar Penilaian Praktik
Lembar penilaian praktik digunakan untuk menilai hasil praktik sesuai job yang dikerjakan siswa. Bobot penilaian ini sesuai kriteria penilaian yang ditentukan
(27)
18
oleh guru atau instruktur. Penilaian pada job sheet yang dikembangkan ini terdiri dari tiga kelompok yaitu proses kerja, hasil produk, dan kecepatan waktu pengerjaan.
Job sheet lama yang digunakan selama ini merupakan job sheet yang hanya terdapat kumpulan gambar kerja yang digunakan untuk job praktik. Pembelajaran praktik menggunakan job sheet lama kurang efektif karena setiap persiapan praktik, guru harus menjelaskan proses pelaksanaan praktik yang membutuhkan waktu cukup lama. Job sheet lama tidak terdapat lembar penilaian sehingga siswa tidak mengetahui apa saja yang menjadi penilaian praktik.
Berdasarkan kekurangan pada job sheet yang sudah ada, maka peneliti mengembangkan job sheet untuk melengkapi job sheet yang sudah ada.
Job sheet yang akan dikembangkan lebih lengkap karena berisi tujuan pembelajaran, peralatan dan perlengkapan yang akan digunakan, langkah kerja, gambar kerja, serta aspek keselamatan kerja. Selain itu aspek keselamatan kerja dan prosedur kerja juga menjadi bagian dari hasil penilaian praktik siswa supaya siswa bekerja sesuai prosedur dan penerapan K3. Job sheet praktik pemesinan yang sudah dikembangkan diharapkan dapat membantu peserta didik dalam belajar mandiri dan mempermudah guru dalam memberi penjelasan materi praktik yang akan diajarkan.
7. Kerja bubut
Mesin bubut (turning machine) adalah suatu jenis mesin perkakas yang dalam proses kerjanya bergerak memutar benda kerja dan menggunakan mata pahat (tools) sebagai alat untuk menyayat benda kerja. Mesin bubut merupakan
(28)
19
salah satu mesin proses produksi yang dipakai untuk membentuk benda kerja yang berbentuk silindris. Pada prosesnya benda kerja terlebih dahulu dipasang pada benda chuck (pencekam) yang terpasang pada spindel mesin, kemudian spindel dan benda kerja diputar dengan kecepatan sesuai perhitungan. Alat potong (pahat) yang dipakai untuk membentuk benda kerja akan disayatkan pada benda kerja yang berputar. Dalam kecepatan putar sesuai perhitungan, alat potong akan mudah memotong benda kerja sehingga benda kerja mudah dibentuk sesuai keinginan (Wirawan Sumbodo, 2009: 224).
Proses bubut adalah proses pemesinan untuk menghasilkan bagian-bagian mesin berbentuk silindris yang dikerjakan dengan menggunakan mesin bubut. Bentuk dasarnya dapat didefinisikan sebagai proses pemesinan permukaan luar benda silindris atau bubut rata : dengan benda kerja yang berputar, dengan satu pahat bermata potong tunggal (with a single-point cutting tool), dengan gerakan pahat sejajar terhadap sumbu benda kerja pada jarak tertentu sehingga akan membuang permukaan luar benda kerja (Widarto, 2009: 143).
Tiga parameter utama pada setiap proses bubut adalah kecepatan putar spindel (speed), gerak makan (feed) dan kedalaman potong (depth of cut). Faktor yang lain seperti bahan benda kerja dan jenis pahat sebenarnya juga memiliki pengaruh yang cukup besar, tetapi tiga parameter di atas adalah bagian yang bisa diatur oleh operator langsung pada mesin bubut.
a. Kecepatan putar n (speed) selalu dihubungkan dengan spindel (sumbu utama) dan benda kerja. Karena kecepatan putar diekspresikan sebagai putaran per menit (revolutions per minute, rpm), hal ini menggambarkan kecepatan
(29)
20
putarannya. Akan tetapi yang diutamakan dalam proses bubut adalah kecepatan potong (cutting speed atau V) atau kecepatan benda kerja dilalui oleh pahat/ keliling benda kerja. Secara sederhana kecepatan potong dapat digambarkan sebagai keliling benda kerja dikalikan dengan kecepatan putar atau :
V = �.�.�
1000 (Widarto, 2009: 143)
dimana :
V = kecepatan potong; m/menit d = diameter benda kerja; mm
n = putaran benda kerja; putaran/menit
Dengan demikian kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja. Selain kecepatan potong ditentukan oleh diameter benda kerja faktor bahan benda kerja dan bahan pahat sangat menentukan harga kecepatan potong. Pada dasarnya pada waktu proses bubut kecepatan potong ditentukan berdasarkan bahan benda kerja dan pahat. Harga kecepatan potong sudah tertentu, misalnya untuk benda kerja Mild Steel dengan pahat dari HSS, kecepatan potongnya antara 20 sampai 30 m/menit.
Tabel 1. Rekomendasi kecepatan potong pahat HSS
KECEPATAN POTONG PENGGUNAAN PAHAT HSS
Material
Pembubutan dan Pengeboran
Penguliran Pekerjaan Kasar Pekerjaan
Penyelesaian
m/min ft/min m/min ft/min m/min ft/min
Baja Mesin 27 90 30 100 11 35
Baja Perkakas 21 70 27 90 9 30
Besi Tuang 18 60 24 80 8 25
Perunggu 27 90 30 100 8 25
(30)
21
b. Gerak makan, f (feed) , adalah jarak yang ditempuh oleh pahat setiap benda kerja berputar satu kali, sehingga satuan f adalah mm/putaran. Gerak makan ditentukan berdasarkan kekuatan mesin, material benda kerja, material pahat, bentuk pahat, dan terutama kehalusan permukaan yang diinginkan. Gerak makan biasanya ditentukan dalam hubungannya dengan kedalaman potong a. Gerak makan tersebut berharga sekitar 1/3 sampai 1/20 a, atau sesuai dengan kehaluasan permukaan yang dikehendaki.
c. Kedalaman potong a (depth of cut), adalah tebal bagian benda kerja yang dibuang dari benda kerja, atau jarak antara permukaan yang dipotong terhadap permukaan yang belum terpotong. Ketika pahat memotong sedalam a , maka diameter benda kerja akan berkurung 2a, karena bagian permukaan benda kerja yang dipotong ada di dua sisi, akibat dari benda kerja yang berputar. Seperti mesin bubut “MARO.5VA” apabila pahat digerakan 1mm pada skala eretan melintang maupun eretan atas, maka diameter benda kerja berkurang 2mm. Tetapi ada mesin bubut yang apabila pahat digerakan 1mm pada skala eretan melintang maupun eretan atas, maka diameter benda kerja berkurang 1mm.
Untuk mengetahui masing-masing karakter gerakan kedalaman potong dari mesin bubut, hal tersebut dapat diketahui dari simbol yang terdapat pada skala eretan masing-masing mesin bubut. Apabila terdapat simbol (Ø) seperti pada gambar 1. maka jika pahat digerakan 1mm pada skala eretan melintang maupun eretan atas diameter benda kerja berkurang 1mm. Apabila hanya terdapat
(31)
22
simbol ( ) seperti gambar 2. maka jika pahat digerakan 1 mm pada skala eretan melintang maupun eretan atas diameter benda kerja berkurang 2 mm.
Gambar 1. Gambar 2.
Selain dari ketiga faktor tesebut ada beberapa perencanaan dan perhitungan yang harus diperhatikan dalam proses bubut, yaitu:
a. Kecepatan pemakanan
Rumus mencari Kecepatan pemakanan :
��=�.� Dimana :
vf = kecepatan makan (mm/menit)
f = gerak makan (mm/put).
n = putaran poros utama (benda kerja) (rpm).
b. Waktu pemakanan
Rumus mencari waktu pemakanan :
�ℎ= �
�� (menit)
Dimana :
th = waktu kerja mesin (menit)
L = panjang benda kerja total (mm) vf = kecepatan makan (mm/menit)
(32)
23
Beberapa proses pemesinan yang dapat dilakukan di mesin bubut antara lain: pembubutan champer (chamfering), pembubutan alur (parting-off), pembubutan ulir (threading), pembubutan lubang (boring), pembuatan lubang (drilling), pembuatan kartel (knurling), bubut dalam (internal turning), pembuatan tirus (tapering). Proses tersebut dilakukan di mesin bubut dengan bantuan peralatan bantu agar proses pemesinan bisa dilakukan.
B. Penelitian yang Relevan
Beberapa penelitian yang telah dilakukan terkait penerapan job sheet dalam proses pembelajaran diantaranya:
1. Penelitian berjudul “ Penggunaan Job sheet Interaktif Dalam Praktikum Analisis Rangkaian Listrik dan Elektronika” yang dilakukan oleh Fitri Nopitasari dan Wawan Purnama pada tahun 2012, menyimpulkan bahwa berdasarkan hasil perhitungan koefisien korelasi dan koefisien determinasi, respon siswa dalam menggunakan job sheet interaktif memiliki pengaruh positif terhadap tingkat penguasaan siswa dalam melaksanakan parktikum dengan taraf sedang/cukup.
2. Penelitian berjudul “ Pengaruh Penggunaan Job sheet Terhadap Prestasi Belajar Peserta Didik Pada Mata Diklat Praktik Las Dasar Di SMK Negeri 2 Klaten ” yang dilakukan oleh I Gusti Bagus Mahendra Destiyanto pada tahun 2012, menyimpulkan bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar peserta didik yang menggunakan media job sheet lebih baik bila dengan yang tidak menggunakan media job sheet pada mata diklat praktik Las Dasar.
(33)
24
3. Penelitian berjudul “Penerapan Job Sheet Berbasis Assesment Checklist Mata Pelajaran Praktik Kerja Bangku Untuk Meningkatkan Motivasi Kelas X SMK Muhammadiyah Prambanan” yang dilakukan oleh Muhammad Samkhan pada tahun 2013, menyimpulkan bahwa penerapan job sheet assesment checklist dapat meningkatkan motivasi dan keaktifan siswa serta siswa lebih teliti dalam pengerjaan benda kerja selam proses pembelajaran praktik kerja bangku.
C. Kerangka Pikir
Pelajaran praktik bubut bertujuan agar siswa mampu memiliki pengetahuan dan keterampilan di bidang kerja bubut sehingga menjadi bekal kemampuan ketika siswa akan menghadapi dunia kerja. Kenyataan di lapangan siswa tidak menerapkan dasar teori praktik pemesinan yang sudah diajarkan untuk diterapkan dalam praktik sehingga siswa kurang memahami prosedur kerja. Selain itu, penerapan keselamatan kerja yang menjadi hal yang sangat penting dalam praktik justru diabaikan. Kegiatan pembelajaran praktik pemesinan kurang efektif karena guru harus memberi penjelasan membutuhkan waktu lama sebelum dilakukan praktik. pembelajara yang berpusat pada guru dan kurangnya media pembelajaran yang digunakan guru membuat siswa bosan dan malas.
Peneliti berupaya melakukan penelitian dengan tujuan meningkatkan hasil belajar siswa dalam praktik kerja bubut. Upaya peningkatan hasil belajar meliputi hasil praktik siswa dan peningkatan dari membentuk sikap kerja yang baik dengan menggunakan media job sheet ini. Diharapkan dengan penggunaan media job sheet yang dikembangkan ini siswa lebih dapat memahami dan menerapkan prosedur kerja yang benar serta mengutamakan penerapan keselamatan dan
(34)
25
kesehatan kerja (K3) yang benar dalam praktik. Penerapan job sheet yang dikembangkan diharapkan dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri. Job sheet yang dikembangkan akan meningkatkan efektivitas dari tujuan dibuatnya job sheet yaitu: 1) dapat mengurangi penjelasan yang tidak perlu; 2) memungkinkan mengajar satu kelompok yang mengerjakan tugas berbeda; 3) dapat membangkitkan kepercayaan diri pada peserta didik untuk membentuk kesiapan bekerja; 4) merupakan persiapan yang sangat baik bagi peserta didik untuk bekerja di industri sebab terbiasa membaca persiapan; 5) dapat meningkatkan hasil belajar.
Keberhasilan penerapan job sheet dapat dilihat dari peningkatan kemampuan siswa dalam melaksanakan praktik serta membentuk sikap kerja yang baik melalui pengukuran lembar observasi sikap kerja. Pengambilan data dilaksanakan dua kali yaitu tes awal (pretest) dan tes akhir (posttest) setelah siswa mendapat perlakuan mengerjakan beberapa job praktik. Penerapan job sheet dikatakan efektif apabila hasil belajar siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol.
D. Hipotesis
Berdasarkan hasil kajian teori dan kerangka berpikir, maka dirumuskan hipotesis. Menurut Sukardi (2003: 42) hipotesis penelitian adalah jawaban sementara terhadap rumusan masalah atau research question. Walaupun hal ini tidak mutlak, hipotesis penelitian pada umumnya sama banyaknya dengan jumlah rumusan masalah yang ditetapkan dalam rencana penelitian. Yang penting adalah
(35)
26
bahwa dengan dirumuskannya hipotesis penelitian, rumusan masalah yang direncanakan dapat dicakup dalam penelitian yang hendak dilakukan.
Menurut Sugiyono (2010: 96) hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.
Penelitian ini merumuskan hipotesis dengan rincian sebagai berikut: 1. Hipotesis nol (Ho)
a. Tidak ada perbedaan hasil praktik yang signifikan antara siswa yang menerapkan job sheet praktik lama dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan.
b. Job sheet yang dikembangkan terbukti tidak efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan pada siswa kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang.
2. Hipotesis Alternatif (Ha)
a. Ada perbedaan hasil praktik yang signifikan antara siswa yang menerapkan job sheet praktik lama dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan.
b. Job sheet yang dikembangkan terbukti efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan pada siswa kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang.
(36)
27 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan metode penelitian Quasi Experiment jenis Nonequivalent control group design. Quasi Experiment yaitu metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendali. Bentuk desain eksperimen ini merupakan pengembangan dari True experimental design, yang sulit dilaksanakan. Desain ini mempunyai kelompok kontrol, tetapi tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan eksperimen. Walaupun demikian, desain ini lebih baik dari pada rancangan Pre-Experimental Design. Quasi Experiment Design, digunakan karena pada kenyataannya sulit mendapatkan kelompok kontrol yang digunakan untuk penelitian (Sugiyono, 2010: 114).
Tabel 2. Nonequivalent Control Group Design Pretest Treatment Posttest
O1 Xa O2
O3 Xb O4
Keterangan:
O1= Pretest kelompok eksperimen O2= Posttest kelompok eksperimen O3= Pretest kelompok kontrol O4= Posttest kelompok kontrol
Xa = Perlakuan penerapan job sheet yang dikembangkan (kelas eksperimen) Xb= Perlakuan penerapan job sheet lama (kelas kontrol)
(37)
28
Dilakukan penelitian untuk mencari efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada mata diklat Praktik Pemesinan pada siswa kelas XI program keahlian Teknik Mesin SMK Ma’arif Salam Magelang. Desain penelitian ini dipilih dua kelompok siswa. Satu kelompok tersebut melaksanakan pembelajaran praktik menggunakan job sheet yang lama sebagai kelas kontrol sedangkan kelompok yang lain menerapkan job sheet yang telah dikembangkan sebagai kelas eksperimen (Sugiyono, 2010:116).
B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian pada dasarnya adalah suatu atribut atau sifat atau nilai dari orang, obyek, atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan ditarik kesimpulannya. Pada penelitian ini terdapat dua macam variable penelitian yaitu: variabel bebas (independent variable), variabel terikat (dependent variable).
1. Variabel Bebas
Variabel bebas adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau timbulnya variable terikat. Variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan job sheet pada proses pembelajaran praktik pemesinan pada kelas eksperimen.
2. Variabel Terikat
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah hasil belajar praktik kerja bubut siswa.
(38)
29 C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Jadi populasi bukan hanya orang, tetapi juga obyek dan benda-benda alam yang lain. Populasi juga bukan sekedar jumlah yang ada pada obyek/subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh karakteristik/sifat yang dimiliki oleh subyek atau obyek yang diteliti itu (Sugiyono, 2010:117). Populasi dalam penelitian ini meliputi siswa kelas XI jurusan Teknik Pemesinan SMK Ma’arif Salam Magelang. Populasi Penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.
Tabel 3. Populasi Penelitian Jurusan Pemesinan Kelas Rombongan
Belajar Kelas
Jumlah Siswa Tiap
Kelas
Jumlah
XI M 3
XI MA 38
116 siswa
XI MB 38
XI MC 40
2. Sampel Penelitian
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari semua yang ada pada populasi, karena keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Apa yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representatif (mewakili) (Sugiyono, 2010: 118).
(39)
30
Teknik yang digunakan dalam menentukan sampel penelitian ini yaitu menggunakan teknik sampling purposive dimana pada penentuan sampelnya menggunakan pertimbangan tertentu. Sampel pada penelitian ini diambil pada kelas XI, karena dianggap sangat tepat. Hal ini dikarenakan pada siswa kelas X masih tahap peralihan dari SMP ke SMK dan untuk kelas XII sedang mempersiapkan uji kompotensi. Sehingga sampel diambil kelas XI. Dalam penelitian ini diambil sampel berupa dua kelas dengan jumlah siswa yang sama, yaitu pada kelas XI MA sebagai kelas kontrol dan kelas XI MB sebagai kelas eksperimen. Sampel yang digunakan terdapat pada tabel 4 berikut ini:
Tabel 4. Sampel Penelitian
No Kelas Jumlah Siswa Keterangan
1 XI MA 38 Kelas Kontrol
2 XI MB 38 Kelas Eksperimen
Jumlah Sampel 76
D. Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat penelitian di SMK Ma’arif Salam Magelang yang beralamat di Jl. Citrogaten Salam, Magelang. Penelitian ini rencananya akan dilaksanakan pada bulan November sampai Januari 2014.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjannya mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti cermat, lengkap dan sistematis sehingga lebih mudah diolah (Suharsimi
(40)
31
A, 2010: 137). Menurut Sugiyono (2010:174), pada dasarnya terdapat dua macam instrumen, yaitu instrumen yang berbentuk tes untuk mengukur prestasi belajar dan instrumen non-tes untuk mengukur sikap dan perilaku.
Instrumen yang digunakan sebagai pengumpul data pada penelitan ini adalah instrumen tes dan non-tes. Instrumen tes yang digunakan adalah berupa hasil penilaian praktik pemesinan. Instrumen non-tes yang digunakan berupa lembar observasi untuk mengukur sikap dan perilaku siswa dalam praktik. Kisi-kisi instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Kisi-Kisi Instrumen Lembar Observasi Sikap Kerja Siswa
Kompetensi
Dasar Indikator Butir Soal
Pengoperasian Mesin Bubut
Mengidentifikasi mesin/alat bantu yang
digunakan 8, 9, 10
Mengidentifikasi Urutan Pengerjaan 1, 2, 3, 7 Identifikasi parameter pemesinan 4, 5, 6 Perawatan mesin dan Prosedur Keselamatan
Kerja 13, 14, 15,16
Periksa Kesesuaian Komponen dengan Spesifikasi
Menggunakan alat ukur untuk memeriksa
komponen 11,12
Sebelum melakukan pengumpulan data penelitian serta pemberian perlakuan terhadap siswa, terlebih dulu dilakukan pengujian terhadap instrumen penelitian. Uji coba instrumen dilakukan dengan menerapkan instrumen kepada siswa yang bukan merupakan sampel penelitian, yaitu siswa kelas XI MC SMK Ma’arif Salam Magelang. Data diperoleh dari siswa kelas XI MC kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya. Masing-masing uji instrumen diuraikan sebagai berikut.
(41)
32 1. Validitas dan Reliabilitas Instrumen
Dalam penelitian diperlukan instrumen-instrumen penelitian yang telah memenuhi persyaratan tertentu. Persyaratan yang harus dipenuhi oleh suatu instrumen penelitian minimal ada dua macam yaitu validitas dan reliabilitas (Nana Syaodih S, 2011: 228).
a. Validitas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Pada penelitian ini dilakukan uji validitas logis maupun uji validitas empiris. Validitas logis didasarkan pada pertimbangan dari para pakar atau ahli (expert judgment). Selain itu, dilakukan uji validitas empiris pada setiap butir soal melalui kegiatan uji coba (try out) pada siswa kelas XI yang bukan merupakan sampel penelitian, yaitu kelas XI MC. Metode yang digunakan pada uji validitas instrumen lembar observasi sikap kerja adalah metode
Pearson’s Product Moment Correlation. Rumus yang digunakan dalam uji
validitas adalah sebagai berikut (Suharsimi A, 2010:213).
=
N
−
(
)(
)
N
2−
(
2)} {
�
2−
(
2)}
Keterangan:Y : Jumlah Seluruh Sektor Y X : Jumlah Seluruh Sektor X
XY : Jumlah Hasil Perkalian Antara Sektor X dan Sektor Y N : Jumlah Kasus
(42)
33
Pada pengujian ini, pengambilan keputusan juga berdasarkan hal-hal berikut.
1) Jika rxy positif dan rxy > rtabel, maka butir tersebut valid.
2) Jika rxy hasil tidak positif dan rxy < rtabel, maka butir tersebut tidak valid.
Hasil uji validitas menunjukkan koefisien korelasi pada seluruh butir tes berkisar antara 0,317 sampai dengan 0,598. Hasil uji validitas selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 120. Hasil uji validitas dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 6. Hasil Uji Validitas No
Butir rxy rtabel Keterangan
1 0,506 0,312 Valid
2 0,468 0,312 Valid
3 0,368 0,312 Valid
4 0,613 0,312 Valid
5 0,348 0,312 Valid
6 0,340 0,312 Valid
7 0,357 0,312 Valid
8 0,431 0,312 Valid
9 0,598 0,312 Valid
10 0,456 0,312 Valid
11 0,351 0,312 Valid
12 0,402 0,312 Valid
13 0,348 0,312 Valid
14 0,468 0,312 Vaid
15 0,431 0,312 Valid
16 0,431 0,312 Valid
Hasil uji validitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa tidak terdapat butir yang tidak valid. hal ini ditunjukkan dengan nilai rxy positif dan lebih besar dari rtabel atau 0,312. Dengan demikian, seluruh butir soal dinyatakan valid dan
(43)
34 b. Reliabilitas
Reliabilitas sama dengan konsistensi atau keajekan. Suatu instrumen penelitian dikatakan mempunyai nilai reliabilitas yang tinggi, apabila tes yang dibuat mempunyai hasil yang konsisten dalam mengukur yang hendak diukur (Sukardi, 2003: 127).
Pengujian reliabilitas terhadap butir-butir pertanyaan dari soal tes dilakukan untuk mengukur keandalan atau konsistensi dari soal tes. Uji reliabilitas dilakukan dengan metode KR-20 Pemilihan metode ini didasarkan pada soal tes yang berjumlah genap. Uji reliabilitas ini diukur dengan rumus KR-20 sebagaimana berikut (Suharsimi Arikunto, 2010:231).
11
=
�
� −
1
�
�−�
�Keterangan:
r11 : reliabilitas instrumen
k : banyaknya butir soal atau butir pertanyaan Vt : variansi total
p : proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir q : proporsi subjek yang menjawab salah pada suatu butir
Dari hasil pengujian diperoleh nilai r11. Nilai ini kemudian diandingkan
dengan nilai rtabel. Apabila nilai r11 lebih besar daripada rtabel, maka butir soal dapat
dikatakan reliabel. Sebaliknya, apabilai nilai r11 lebih kecil dari rtabel, maka butir
soal dapat dikatakan tidak reliabel. Hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada lampiran 4 halaman 121. Untuk lebih jelasnya mengenai hasil uji reliabilitas dapat dilihat pada tabel 7 halaman 34 berikut.
(44)
35 Tabel 7. Hasil Uji Reliabilitas
Soal Koefisien r11 rtabel Keterangan
Butir Soal 0,710 0,312 reliabel
Hasil uji reliabilitas pada tabel di atas menunjukkan bahwa seluruh butir soal adalah reliabel dengan nilai r11 lebih besar daripada rtabel. Dengan demikian,
instrumen dapat digunakan dalam pengumupulan data penelitian.
F. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat dua hal utama yang mempengaruhi kualitas data hasil penelitian, yaitu: kualitas instrumen penelitian dan kualitas pengumpulan data. Kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data (Sugiyono, 2010: 193).
Teknik pengumpulan data pada penelitian ini menggunakan tes dan dokumentasi. Tes bertujuan untuk memperoleh data hasil keterampilan siswa dalam praktik pemesinan. Tes dilakukan sebanyak dua kali yaitu pretest dan posttest dengan job yang sama. Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah dilakukan. Dalam penelitian ini dokumentasi berupa gambar, nilai, hasil observasi, dan surat-surat pada waktu pelaksanaan penelitian. Pengambilan dokumentasi pada penelitian ini untuk menunjang hasil data yang diambil. Teknik pengumpulan data penelitian ini dilakukan tiga tahap yaitu pelaksanaan pretest, pelaksanaan pemberian perlakuan yang berbeda dari kelas kontrol dan kelas eksperimen, dan pelaksaan posttest.
(45)
36
Prestes merupakan tes awal praktik membubut yang dilakukan oleh peneliti kepada kelas kontrol dan kelas eksperimen pada waktu yang berlainan. Pada pembelajaran ini, antara kelas kontrol dan kelas eksperimen melaksanakan pembelajaran praktik mengerjakan job pretest yaitu job membubut suaian poros dan lubang berpedoman job sheet lama. Hasil pretest diperoleh dari penilaian hasil praktik mengerjakan job membubut suaian poros dan lubang menggunakan kriteria penilaian pada job sheet yang dikembangkan pada kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Pelaksaan pretest ini peneliti sebagai pengamat untuk melakukan pengisian lembar pengamatan sikap kerja. Peneliti mendampingi guru yang memberi penilain hasil job praktik menggunakan lembar penilaian yang terdapat pada job sheet yang dikembangkan. Hasil pretest digunakan sebagai pedoman bahwa kelas kontrol dan kelas eksperimen mempunyai kemampuan yang sama sebelum diberi perlakuan (treatment), sehingga keberhasilan metode pembelajaran yang diterapkan dapat digunakan sebagai kesimpulan yang tepat.
Pada tahap kedua adalah pelaksanaan pemberian perlakuan pada salah satu kelompok. Perlakuan diberikan pada kelas eksperimen yaitu dengan menerapkan pembelajaran praktik menggunakan pedoman job sheet yang dikembangkan oleh peneliti. Job sheet diberikan kepada siswa sebelum pelaksanaan praktik mengerjakan job posttest. Siswa diberi kesempatan untuk memahami job sheet yang diberikan. Peneliti memberikan penjelasan bagaimana menerapkan job sheet dan memberi kesempatan siswa untuk bertanya berkaitan dengan job sheet dan prosedur pembelajaran praktik sesuai pedoman job sheet yang akan dilaksanakan pada pertemuan berikutnya. Setiap awal kegiatan praktik, peneliti memberikan
(46)
37
pengarahan dan penjelasan ulang kepada siswa tentang job sheet yang sudah dipelajari untuk memastikan tidak ada siswa yang kesulitan atau mengalami kebingungan pada pelaksanaan praktik. Setiap pelaksanaan praktik, peneliti melakukan pengamatan proses kerja siswa dan mendampingi guru dalam memberi penilaian menggunakan kriteria penilaian pada job sheet yang dikembangkan Pelaksanaan pembelajaran pada kelas kontrol dilakukan seperti biasa dimana pelaksanaan pembelajaran masih menerapkan job sheet yang lama. Pada tahap pemberian perlakuan ini siswa mengerjakan: job 1 (membubut poros bertingkat); job 2 (membubut dalam); job 3 (membuat ulir luar metris); job 4 ( membuat penggores).
Setelah dilakukan tahap pemberian perlakuan dengan mengerjakan job 1 sampai job 4 maka dilakukan pelaksanaan posttest untuk menguji dan mengetahui kemampuan akhir siswa kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Pelaksanaan posttest ini siswa mengerjakan job posttest yaitu job yang sama digunakan pada pelaksanaan pretest. Hasil praktik job posttest dan hasil pengamatan digunakan sebagai data posttest untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa kelas kontrol dan kelas eksperimen setelah diberi perlakuan berbeda. Hasil pengukuran kelas eksperimen dan kelas kontrol digunakan sebagai data penelitian yang akan dianalisis lebih lanjut.
G. Teknik Analisis Data
Teknis analisis data dalam penelitian kuantitatif menggunakan statistik. Terdapat dua macam statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian, yaitu statistik deskriptif dan statistik inferensial. Statistik inferensial
(47)
38
meliputi statistik parametris dan statistik nonparametris (Sugiyono, 2007: 207). Penggunaan statistik parametris dan nonparametris tergantung pada asumsi dan jenis data yang akan dianalisis. Statistik parametris memerlukan terpenuhi banyak asumsi. Asumsi yang utama adalah data yang akan dianalisis harus berdistribusi normal. Selanjutnya dalam penggunaan salah satu test mengharuskan data dua kelompok atau lebih yang diuji harus homogen, dalam regresi harus terpenuhi asumsi linieritas (Sugiono, 2010: 211). Menurut Duwi Priyatno (2011: 103), statistik non parametrik merupakan analisis yang tidak menggunakan parameter-parameter tertentu dan tidak mensyaratkan data berdistribusi normal. Penggunaan kedua statistik tersebut juga tergantung pada jenis data yang dianalisis. Statistik parametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data interval dan rasio, sedangkan statistik nonparametris kebanyakan digunakan untuk menganalisis data nominal, ordinal.
Penentuan jenis statistik tersebut berguna untuk menentukan metode analisis yang digunakan sebagai uji hipotesis. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis statistik parametris pada program Statistikal Product and Service Solution (SPSS) versi 20 seperti independent samples t test, paired samples t test, one way ANOVA, korelasi pearson, regresi linier dll. Metode analisis yang digunakan untuk menguji hipotesis nonparameteris pada program SPSS versi 20 seperti two related samples test, two independent samples test, dan K independent samples test.
Uji hipotesis dengan metode independent samples t test digunakan untuk mengetahui perbedaan rata-rata dua sampel yang berbeda. Uji hipotesis dengan
(48)
39
metode paired sample t test digunakan untuk mengetahui perbandingan dua rata-rata sampel yang berpasangan. Uji ini dilakukan pada subyek yang diuji untuk situasi sebelum dan sesudah proses atau mendapat perlakuan sehingga tepat untuk menguji efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik. Metode one way ANOVA digunakan untuk menguji perbandingan tiga atau lebih rata-rata kelompok sampel yang independen. Uji hipotesis metode two related samples test atau uji wilcoxon digunakan sebagai alternatif dari uji paired samples t test jika data tidak berdistribusi normal. Metode two independent samples test atau uji Mann Whitney sebagai alternatif dari uji independent samples t test jika data tidak berdistribusi normal. Metode K independent samples test atau uji Kruskal Wallis sebagai alternatif dari uji one way ANOVA jika data tidak berdistribusi normal.
Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan menggunakan analisis deskriptif. Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar siswa yang menerapkan job sheet lama dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik dan untuk menguji efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan dalam meningkatkan hasil belajar praktik pemesinan. Pelaksanaan analisis ini yaitu, langkah pertama adalah mendeskripsikan data, kemudian uji persyaratan analisis yang terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas untuk menentukan metode yang digunakan sebagai uji hipotesis, uji hipotesis.
Penelitian ini menggunakan 2 sampel sehingga untuk pengujian hipotesis dilakukan dengan metode independent sample t test untuk menguji perbedaan
(49)
40
hasil belajar antara siswa yang tidak menerapkan job sheet dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik. Metode paired sample t test digunakan untuk menguji efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik pemesinan. Apabila pada uji persyaratan analisis data ternyata data tidak berdistribusi normal, maka digunakan metode two related samples test atau uji wilcoxon sebagai alternatif metode paired sample t test dan metode two independent samples test atau uji Mann Whitney sebagai alternatif dari uji independent samples t test.
1. Deskripsi Data
Teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa yang tidak menerapkan job sheet dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan adalah dengan teknik statistik deskriptif. Data dideskripsikan sesuai dengan masing-masing variabel. Dalam penelitian hanya menjelaskan satu variabel yaitu hasil belajar yang kemudian diuraikan menjadi variabel sebelum dilakukan perlakuan dan variabel setelah dilakukan perlakuan. Tahap ini menggunakan statistik deskriptif yaitu dengan menghitung harga mean (Me), median (Md), modus (Mo), standar deviasi atau simpangan baku (Sd).
a. Mean (Me)
Mean merupakan teknik penjelasan kelompok berdasarkan atas nilai rata-rata dari kelompok tersebut. Rata-rata-rata (mean) ini didapat dengan menjumlahkan data seluruh individu dalam kelompok itu, kemudian dibagi dengan jumlah individu yang ada pada kelompok tersebut.
(50)
41 Me dapat dirumuskan sebagai berikut:
Dimana:
Me = Mean (rata-rata) Ʃ = Epsilon (baca jumlah) Xi = Nilai x ke i sampai ke n n = Jumlah individu
(Sugiyono, 2012: 49)
b. Median (Md)
Median adalah nilai tengah dari kelompok data yang telah disusun urutannya dari yang terkecil sampai yang terbesar, atau sebaliknya dari yang terbesar sampai yang terkecil.
Dimana: Md = Median
b = Batas bawah dimana median akan terletak n = Banyak data/Jumlah sampel.
p = Panjang kelas interval
F = Jumlah semua frekuensi sebelum kelas median f = Frekeunsi kelas median
(Sugiyono, 2012: 53).
f F n p b d
M 2 )
1 (
Me =
i X n(51)
42 c. Modus (Mo)
Modus merupakan teknik penjelasan kelompok yang didasarkan atas nilai yang sedang populer atau yang sering banyak muncul dalam kelompok tersebut. Mo dihitung dengan rumus:
Dimana: Mo = Modus
b = Batas kelas interval dengan frekuensi terbanyak p = Panjang kelas interval
b1 = Frekuensi pada kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval
terdekat sebelumnya
b2 = Frekuensi kelas modus dikurangi frekuensi kelas interval berikutnya
(Sugiyono, 2012: 52). d. Simpangan Baku (S)
s=
f
i(
xi-
X)
2(
� −
1)
Keterangan:S = simpangan baku atau standart deviasi n = Jumlah data
fi = frekuensi
xi-X = simpangan (Sugiyono, 2012: 57)
2. Uji Persyaratan Analisis
Teknik analisis data dengan uji-t harus memenuhi persyaratan uji normalitas dan uji homogenitas. Uji-t, uji normalitas, uji homogentis tersebut dibantu dengan menggunakan program Statistikal Product and Service Solution
2 1 1 b b b p b o M
(52)
43
(SPSS) versi 20. Berikut dijabarkan beberapa teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini.
a. Uji Normalitas
Uji normalitas ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang terjaring dari masing-masing variabel berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas ini menggunakan metode Kolmogorov Smirov (uji K-S). Untuk menentukan normalitas dari data yang diuji cukup dengan membaca nilai Asymp. Sig. (2-tailed). Pengambilan keputusan dari hasil uji normalitas sebagai berikut:
1) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) > 0,05 dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi normal.
2) Jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) < 0,05 dapat disimpulkan bahwa data berasal dari populasi yang berdistribusi tidak normal.
b. Uji Homogenitas Varian
Uji homogenitas varian ini berfungsi untuk mengetahui seragam tidaknya variansi pada masing-masing sampel kelas yang diambil. Untuk mengetahui hasil uji homogenitas dari data cukup dengan membaca nilai Sig (signifikansi). Pengambilan keputusan dari hasil uji homogenitas varian sebagai berikut:
1) Jika nilai signifikansi > 0,05 dapat disimpulkan bahwa varian sama secara signifikan (homogen)
2) Jika nilai signifikansi < 0,05 dapat disimpulkan bahwa varian berbeda secara signifikan (tidak homogen)
(53)
44 3. Uji Hipotesis
Uji hipotesis menggunakan metode independent samples t tests untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang tidak menerapkan job sheet dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik. Untuk menguji efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik dapat digunakan metode paired samples t test pada program SPSS versi 20. Adapun hipotesis dengan rincian sebagai berikut:
a. Hipotesis nol (Ho)
1) Tidak ada perbedaan hasil praktik yang signifikan antara siswa yang tidak menerapkan job sheet praktik dengan siswa yang menerapkan job sheet praktik.
2) Job sheet yang dikembangkan terbukti tidak efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan pada siswa kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang.
2) Hipotesis Alternatif (Ha)
1) Ada perbedaan hasil praktik yang signifikan antara siswa yang tidak menerapkan job sheet praktik dengan siswa yang menerapkan job sheet praktik.
2) Job sheet yang dikembangkan terbukti efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan pada siswa kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang.
(54)
45
Dasar pengambilan keputusan dengan membaca nilai Sig. (2-tailed) yang terdapat pada output olah data SPSS versi 20, dengan aturan (Duwi Priyatno, 2012:43) :
a. Sig. (2-tailed) > 0.05, maka Ho diterima.
1) Berarti tidak ada perbedaan hasil praktik yang signifikan antara siswa yang tidak menerapkan job sheet praktik dengan siswa yang menerapkan job sheet praktik.
2) Job sheet yang dikembangkan terbukti tidak efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan pada siswa kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang.
b. Sig. (2-tailed) < 0.05, maka Ho ditolak.
1) Berarti ada perbedaan hasil praktik yang signifikan antara siswa yang tidak menerapkan job sheet praktik dengan siswa yang menerapkan job sheet praktik.
2) Job sheet yang dikembangkan terbukti efektif untuk diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan pada siswa kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang.
Perhitungan di atas digunakan untuk mengetahui perbedaan hasil belajar praktik kerja bubut siswa pada mata diklat praktik pemesinan antara siswa yang menggunakan job sheet lama dengan siswa yang menerapkan job sheet yang dikembangkan. Selanjutnya data tersebut untuk mengetahui efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan sebagai pedomana praktik.
(55)
46 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan job sheet yang dikembangkan untuk pembelajaran praktik pemesinan. Perbedaan dilihat
dari hasil pembelajaran praktik pemesinan siswa kelas XI di SMK Ma’arif Salam
Magelang Tahun ajaran 2013/2014. Subyek penelitian ini adalah 76 siswa dari dua kelas XI Jurusan Teknik Mesin, yaitu kelas XI MA sebagai kelas kontrol dan Kelas XI MB sebagai kelas eksperimen yang menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman pembelajaran praktik pemesinan. Data dalam penelitian ini meliputi data skor pretest dan skor Posttest hasil praktik pemesinan dari kelas kontrol maupun kelas eksperimen. Data dalam penelitian ini juga disertai hasil observasi sikap kerja siswa dalam pelaksanaan praktik pemesinan. Sehingga dapat diketahui hasil nilai praktik dan sikap kerja siswa dari penerapan job sheet yang dikembangkan dalam penelitian ini
1) Deskripsi Data Hasil Penelitian
Deskripsi data berfungsi untuk menggambarkan data yang telah diperoleh dari sumber data di lapangan. Data yang sudah diperoleh, disajikan dalam bentuk tabel, harga mean, modus, median, simpangan baku atau standar deviasi, nilai tertinggi dan nilai terendah. Data tersebut kemudian dianalisis guna menjawab hipotesis. Berikut uraian dari hasil analisis data dan pembahasan hasil penelitian.
(56)
47 a. Hasil Pretest
Pretest dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan awal kelas kontrol dan kelas eksperimen sebelum diberi perlakuan. Pelaksanaan pretest dalam penelitian ini yaitu kelas kontrol dan kelas eksperimen menerapkan job sheet lama sebagai pedoman pembelajaran praktik pemesinan. Hasil pretest diperoleh dari penilaian siswa mengerjakan job pretest (suaian poros dan lubang) menggunakan kriteria penilaian pada job sheet yang dikembangkan. Penelitian ini juga disertai hasil observasi sikap kerja siswa dalam pelaksanaan praktik pemesinan. Sehingga dapat diketahui hasil nilai praktik dan sikap kerja siswa dari penerapan job sheet yang dikembangkan dalam penelitian ini. Berikut uraian data hasil pretest praktik pemesinan masing-masing kelas.
1) Kelas Kontrol
Data nilai pretest pada kelas kontrol ini diperoleh nilai tertinggi sebesar 71 dan nilai terendah sebesar 67 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 68,87. Modus sebesar 69 dan median sebesar 69 serta standar deviasi sebesar 1,212. Perhitungan distribusi data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 133. Rangkuman distribusi frekuensi hasil nilai pretest pada kelas kontrol (XI MA) dapat dilihat pada tabel 8.
Tabel 8. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pada Kelas Kontrol No Skor Frekuensi
1 67 6
2 68 8
3 69 13
4 70 7
5 71 4
(57)
48
Berdasarkan data pada tabel 8 dapat digambarkan melalui histogram berikut.
Histogram 1. Hasil Pretest Praktik Pemesinan Kelas Kontrol
Hasil pengamatan proses kerja siswa dilakukan saat pembelajaran praktik berlangsung dan dicatat pada lembar pengamatan. Hasil pengamatan proses kerja siswa selengkapnya dapat dilihat pada lampiran 10. Rangkuman hasil pengamatan proses kerja kelas kontrol mengerjakan praktik job pretest dapat dilihat tabel 9. Tabel 9. Distribusi Frekuensi Skor Proses Kerja Job Pretest Pada Kelas Kontrol
No Skor (1-16) Jumlah siswa Persentase
1 12 6 15,8 %
2 13 28 73,7 %
3 14 4 10,5 %
Jumlah 38 100,0 %
Berdasarkan tabel 9 diketahui bahwa siswa yang mendapat skor 12 sebanyak 6 siswa, sedangkan siswa yang mendapat skor 13 sebanyak 28 siswa, dan yang mendapat skor 14 sebanyak 4 siswa.
0 2 4 6 8 10 12 14
67 68 69 70 71
F r e k u e n s i
(58)
49 2) Kelas Eksperimen
Data nilai pretest pada kelas kontrol ini diperoleh nilai tertinggi sebesar 71 dan nilai terendah sebesar 67 dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 69,08. Modus sebesar 69 dan median sebesar 69 serta standar deviasi sebesar 1,217. Perhitungan distribusi data secara lengkap dapat dilihat pada lampiran 11 halaman 133. Rangkuman distribusi frekuensi hasil nilai pretest pada kelas eksperimen (XI MB) dapat dilihat pada tabel 10.
Tabel 10. Distribusi Frekuensi Skor Pretest Pada Kelas Eksperimen No Skor Frekuensi
1 67 4
2 68 9
3 69 10
4 70 10
5 71 5
TOTAL 38
Berdasarkan data pada tabel 10 dapat digambarkan melalui histogram berikut.
Histogram 2. Hasil Pretest Praktik Pemesinan Kelas Eksperimen
0 2 4 6 8 10
67 68 69 70 71
F r e k u e n s i
(1)
69
2. Efektivitas Penerapan Job sheet Pada Pembelajaran Praktik Pemesinan Kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang
Efektivitas penerapan job sheet pada pembelajaran praktik pemesinan kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang dapat diketahui setelah mendapat perlakuan yaitu dengan diterapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik. Skor posttest kelas eksperimen yang mendapat perlakuan yaitu diterapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik mengalami peningkatan sebesar 11,00 yang diperoleh dari selisih skor posttest sebesar 80,08 dan skor pretest sebesar 69,08. Peningkatan Skor posttest kelas kontrol sebagai kelas yang menerapkan job sheet lama sebagai pedoman praktik sebesar 0,29 yang diperoleh dari selisih skor posttest sebesar 69,16 dan skor pretest sebesar 68,87.
Peningkatan skor pretest dan posttest yang tidak signifikan pada kelompok kontrol membuktikan bahwa pembelajaran praktik menggunakan job sheet lama tidak memberi hasil yang maksimal kepada siswa. Siswa hanya berorientasi pada hasil praktik tetapi tidak menerapkan prosedur kerja dan teori pendukung yang diajarkan saat praktik. Oleh karena itu sangat diperlukan suatu alat maupun media pembelajaran yang dapat membantu dan meningkatkan efektivitas pembelajaran praktik pemesinan di SMK Ma’arif Salam Magelang ini. Alat atau media yang digunakan dalam hal ini adalah job sheet praktik yang dikembangkan sebagai pedoman praktik untuk siswa.
Analisis uji-t data pretest dan posttest hasil praktik pemesinan kelompok eksperimen diperoleh thitung sebesar -80,891 dengan df = 37 dan Sig. (2-tailed) = 0,000. Nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf signifikansi 0,05 atau (0,000 < 0,05). Hasil uji-t tersebut menunjukan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan
(2)
70
pada kelas eksperimen antara sebelum dan sesudah diterapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik. Perbedaan tersebut menunjukkan bahwa
job sheet yang dikembangkan terbukti efektif digunakan dalam pembelajaran
(3)
71 BAB V
SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.
1. Hasil belajar praktik kerja bubut siswa dengan menerapkan job sheet yang dikembangkan pada kelas eksperimen memberi dampak positif. Siswa mengalami peningkatan hasil praktik yang signifikan. job sheet yang dikembangkan dalam penelitian ini mampu mendorong siswa untuk melaksanakan prosedur kerja dengan benar, siswa mulai menerapkan teori yang sudah diajarkan pada pembelajaran praktik seperti bagaimana menentukan putaran mesin bubut, bagaimana melakukan perawatan dan penggunaan mesin dan alat bantu yang benar. Siswa dapat menerapkan K3 seperti menggunakan kaca mata dan masker ketika menggerinda pahat dan mengoperasikan mesin bubut.
2. Hasil belajar praktik kerja bubut siswa dengan menerapkan job sheet lama pada kelas kontrol mengamalami peningkatan tetapi kurang signifikan. Pada pelaksanaan praktik sebagian siswa tidak menerapkan prosedur kerja dengan benar. Sebagian siswa tidak menerapkan perhitungan menentukan kecepatan putar mesin bubut sehingga pada saat melakukan proses pembuatan lubang benda kerja, banyak alat potong dan center drill yang rusak atau patah. Siswa tidak menerapkan prosedur K3 seperti menggunakan kaca mata dan masker ketika menggerinda pahat dan mengoperasikan mesin bubut.
(4)
72
3. Terdapat perbedaan yang signifikan terhadap hasil pembelajaran praktik pemesinan antara siswa kelas XI MA SMK Ma’arif Salam Magelang yang menerapkan job sheet praktik lama dan siswa kelas XI MB SMK Ma’arif Salam Magelang yang menerapkan job sheet yang dikembangkan sebagai pedoman praktik pemesinan. Perbedaan terbukti dari hasil analisis uji-t pada skor posttest antara kelas kontrol dengan kelas eksperimen dimana pengujian analsis menggunakan bantuan program SPSS versi 20. Dari perhitungan diperoleh thitung sebesar (-38,385) dengan df=74 pada taraf kesalahan 0,05 atau (5%). Selain itu, diperoleh nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Nilai Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf kesalahan sebesar 0,05 atau (0,000 < 0,05).
4. Penerapan job sheet yang dikembangkan terbukti efektif diterapkan dalam pembelajaran praktik pemesinan pada kelas XI SMK Ma’arif Salam Magelang. Efektivitas penerapan job sheet ini terbukti dari hasil perbandingan skor pretest dan posttest kelas kontrol dengan skor pretest dan posttest kelas eksperimen. Hasil perbandingan menggunakan uji-t dengan bantuan program SPSS versi 20. Hasil perhitungan skor pretest dan posttest kelas eksperimen diperoleh thitung sebesar -80,891 dengan df=37 dan Sig. (2-tailed) sebesar 0,000. Harga Sig. (2-tailed) lebih kecil dari taraf kesalahan sebesar 0,05 atau (0,000<0,05). Hasil uji-t tersebut menunjukan bahwa penerapan job sheet
(5)
73 B. Implikasi
Berdasarkan simpulan dari penelitian ini, dapat dijelaskan bahwa pembelajaran praktik siswa dengan menerapkan job sheet praktik yang dikembangkan terbukti lebih efektif dari job sheet lama. Jadi, dalam meningkatkan hasil belajar praktik, guru perlu menggunakan media pembelajaran yang lebih menarik minat belajar siswa. Salah satu media pembelajaran pada pembelajaran praktik pemesinan yang digunakan adalah job sheet.
C. Keterbatasan Penelitian
Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan, antara lain adalah:
1. Penelitian ini masih terbatas pada pembelajaran praktik pemesinan di SMK Ma’arif Salam Magelang.
2. Penerapan Job sheet yang dikembangkan ini terbatas pada praktik pemesinan kerja bubut, perlu diterapkan pada praktik pemesinan lain yang bisa digunakan untuk membantu meningkatkan hasil belajar praktik siswa.
D. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, beberapa saran yang digunakan sebagai usaha untuk meningkatkan kualitas pembelajaran praktik pemesinan adalah sebagai berikut.
1. Pelaksanaan praktik pemesinan sebaiknya menerapkan job sheet yang standar sebagai pedoman praktik supaya siswa dapat melaksanakan praktik sesuai prosedur dengan baik.
2. Job sheet untuk pembelajaran di sekolah sebaiknya mampu menjelaskan
(6)
74
dan mendorong kesadaran siswa tentang pentingnya keselamatan dan kesehatan kerja (K3).
3. Pentingnya K3 harus selalu diterapkan pada saat praktikum.
4. Job sheet untuk pembelajaran di sekolah sebaiknya terdapat pedoman dan langkah kerja untuk praktik supaya job sheet dapat digunakan siswa untuk belajar secara mandiri.