IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL DALAM SIKAP TOLERANSI BERAGAMA SISWA DI SMP MARDI SUNU SURABAYA.
IMPLEMENTASI PENDIDIKAN ISLAM MULTIKULTURAL
DALAM SIKAP TOLERANSI BERAGAMA SISWA DI
SMP MARDI SUNU SURABAYA
SKRIPSI
Oleh:
Faridhatus Sholihah D01212013
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PROGRAM STUDI JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
(2)
(3)
(4)
(5)
ABSTRAK
Skripsi Ini Berjudul Implementasi Pendidikan Islam Multikultural Dalam Siap Toleransi Beragama Siswa di Smp Mardi Sunu Surabaya, Fokus Penelitian adalah (1) Bagaimana Konsep Pendidikan Islam Multikultural?, (2) Bagaimana implementasi konsep Pendidikan islam Multikultural dalam membentuk sikap toleransi Beragama siswa di SMP Mardi Sunu Surabaya?.
Dalam menjawab permasalahan tersebut skripsi ini merupakan penelitian Kualitatif dengan mengambil latar SMP Mardi Sunu. Dengan mendeskripsikan dan menganalisis secara kritis tentang Implementasi Pendidikan Islam Multikultural Dalam Sikap Toleransi Beragama Siswa Di Smp Mardi Sunu Surabaya. Dalam penelitian ini menupas aspek-aspek sikap toleransi antar siswa yang langsung digambarkan dilapangan dengan mengaitkan pendidikan islam multikultural. Hasil penelitian ini diharapkan akan dapat dipergunakan bahan pertimbangan bagi guru maupun staf sekolah dalam mewujudkan pendidikan islam multikultural dalam sebuah lembaga. Pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi., observasi, wawancara, Analisis data kemudian diambil makna terpenting dan ditarik kesimpulan.
Hasil dari penelitian ini menunjukan tentang penerapan sikap toleransi beragama siswa telah sesuai dengan maksud dan tujuan pendidikan multikultural. Ini berdasarkan pada seluruh kegiatan mulai dari belajar mengajar kegiatan ekstra atau intrakurikuler secara umum sudah diterpakan. Dengan melihat interaksi sosial antar teman sebaya atau guru serta kepada lingkungan sekolah, serta sikap toleransi yang ditanamkan dalam diri siswa juga sudah terlaksana dengan maksimal sebagai bukti ketika sekolah mengadakan kegiatan keagamaan, seluruh siswa saling membantu tanpa memandang agama serta budaya dari setiap masing-masing siswa.
(6)
DAFTAR ISI
Halaman
SAMPUL DALAM ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
ABSTRAK ... vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... viii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 7
E. Penelitian Terdahulu ... 8
F. Definisi Operasional... 9
G. Sistematika Pembahasan ... 11
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Tinjauan tentang Pendidikan Islam ... 13
1. Pengertian Pendidikan ... 13
2. Pengertian Pendidikan Islam ... 19
(7)
1. Pengertian Multikultural ... 22
2. Pendidikan Multikultural ... 24
3. Urgensi Pendidikan Multikultural ... 25
C. Toleransi 1. Pengertian Toleransi ... 26
2. Pandangan Islam Tentang Toleransi ... 28
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan bentuk penelitian ... 32
B. Kehadiran Peneliti sebagai Instrumen ... 34
C. Lokasi penelitian ... 35
D. Sumber data ... 36
E. Teknik pengumpulan data ... 38
F. Analisis data ... 43
G. Prosedur Penelitian ... 45
BAB IV GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. SMP Mardi Sunu... 47
1. Sejarah berdirinya SMP Mardi Sunu Surabaya ... 48
B. Profil Sekolah SMP Mardi Sunu Surabaya ... 48
C.Visi dan misi SMP Mardi Sunu Surabaya ... 49
1. Visi Sekolah ... 49
2. Misi Sekolah ... 49
3. Indiator ... 50
(8)
1. Struktur Organisasi SMP Mardi Sunu Surabaya ... 53
2. Tenaga kependidikan dan kepegawaian SMP Mardi Sunu Surabaya ... 54
3. Daftar Kegiatan SMP Mardi Sunu Surabaya ... 57
4. Kurikulum SMP Mardi Sunu Surabaya ... 58
5. Sarana dan prasarana SMP Mardi Sunu Surabaya ... 59
BAB V ANALISIS DATA A. Analisis Data ... 61
1. Analisis data tentang pendidikan islam multikultural di Smp Mardisunu Surabaya... 61
a. Pendidikan Islam Multikultural di SMP Mardi Sunu Surabaya ... 61
2. Faktor penghambat dalam Pendidikan Islam Multikultural di SMP Mardi Sunu Surabaya ... 68
3. Kegiatan Pendidikan Multikultural di SMP Mardi Sunu Surabaya . 69 B. Analisis data tentang sikap toleransi beragama siswa SMP Mardi Sunu Surabaya ... 79
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan ... 84
B. Saran ... 84
DAFTAR PUSTAKA
(9)
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan negara yang mempunyai masyarakat yang beragam
baik dalam hal suku, keagamaan, bahasa serta budaya, Strategisnya wilayah
indonesia sangat mudah bagi masuk dan berkembangnya agama-agama di
dunia. Sejak abad ke-2 s/d ke 21 masehi indonesia telah mengakui keberadaan
6 agama resmi, yakni Islam, Kristen katolik, kristen protestan, Hindu, Budha
dan Konghucu.1 Dengan adanya keragaman yang ada sesungguhnya dapat
menjadikan kemajuan bangsa, namun dalam hal lain juga dapat berpotensi
memunculkan banyak permasalahan jika tidak dibina serta dikelola dengan
baik. Karena pada dasarnya manusia diciptakan sebagai makhluk sosial yang
mana antara satu dengan yang lain saling membutuhkan. Begitu pula dengan
Pendidikan merupakan hal yang sama pentingnya bagi keberlangsungan hidup
manusia karena dengan adanya pendidikan secara tidak langsung dapat
membentuk manusia-manusia yang berkualitas, pendidikan tidak hanya
dilakukan dalam sekolah dan madrasah namun pendidikan juga dapat
dilakukann diluar sekolah dengan keadaan sekitar tanpa ada batasan.
Di Indonesia umat muslim sebagai pemeluk agama mayoritas, oleh
karena itu dengan adanya pendidikan islam sebagai salah satu pegangan
penting terhadap kehidupan masyarakat dan perlu dioptimalkan sebaik
1
Ali Muhdi dkk, Merevitalisasi Pendidikan Pancasila, (Surabaya: UIN Sunan Ampel Press, 2013), h. 365
(10)
2
mungkin untuk dapat menata keanekaragaman agar bisa menjadikan potensi
kemajuan yang menyeluruh. Keragaman yang ada di indonesia ini bisa
merupakan khazanah yang patut di pelihara dan memberikan nuansa dan
dinamika bangsa namun dalam sisi lain merupakan titik pangkal perselisihan
dan konflik vertikal atau horizontal. 2Untuk mencapai sebuah negara yang
makmur harus dimulai dari hal kecil yaitu memajukan pola pikir serta
mendidik anak-anak yang akan menjadi generasi penerus bangsa dengan
mengenalkan keadaan sekitar masyarakat, sebagaimna Allah berfirman dalam
surat Al-Hujurat ayat 13:
Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laik-laki dan seorang perempuan berbangsa-bangsal dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara disisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha
mengetahui lagi Maha mengenal”.3
2
Zakiyuddin Baidhawy, Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, (Jakarta: Erlangga, 2005), h.21
3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali, (Bandung: Cv
(11)
3
Dengan mengutamakan bahwa lingkungan sosial merupakan faktor yang
penting dalam pertumbuhan dan perkembangan anak.4 Karena dengan
mengenalkan kepada lingkungan sosial secara tidak langsung memberikan
pelajaran kepada anak yang sangat berharga agar dapat dipahami sesungguhnya
kita hidup ini tidak sendirian ada banyak ragam yang harus dipahami dari
kehidupan disekitar kita.
Pendidikan agama dalam hal ini berperan penting. Pendidikan Agama
Islam sangat di butuhkan dalam membentuk sikap kepribadian anak. hasil
proses pembelajaran Pendidikan Agama islam, tidak hanya itu dengan diselipi
pendidikan multikultural sebagai proses pengembangan seluruh potensi
manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitanya sebagai konsekuensi
keragaman budaya etnis, suku aliran (agama).5 Tujuan Pendidikan
Multikultural adalah terbentuknya sikap anak yang melalui perilaku yang baik
atau budi pekerti yang luhur, dalam hal ini yang mana anak dapat menghormati
penganut agama lain dengan memiliki sikap toleransi yang tinggi dalam
hubungan dengan kerukunan antar umat beragama dalam masyarakat hingga
terwujud persatuan bangsa.
Pendidikan merupakan media yang sangat strategis untuk menyemaikan
atau menanamkan nilai-nilai multikultural dan meyakini mampu mencetak
seseorang menjadi apa saja seperti birokrat pejabat ataupun seorang penjahat.
4
Abu Ahmad, Sosiologi Pendidikan, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 2007), h 95 5Syamsul Ma’arif,
(12)
4
Maka kehadiran pendidikan multikultural merupakan kebutuhan yang sangat
mendesak bagi dunia pendidikan negeri ini.
Dalam menanamkan pendidikan Islam multikultural pada usia anak-anak
terutama remaja awal yang mana pada fase ini ada tiga fase yaitu: (1). Fase
Pueral, fase dimna seorang anak laki-laki memisahkan diri dari anak
perempuan. (2) Fase Negatif, yang mana seorang anak sering melamun, sedih
murung (3)Fase Puber,6 banyak perubahan pada jasmaninya ataupun dalam
pemikirannya. berkembang sesuai dengan fase dalam setiap pertumbuhan
usianya. Maka kesadaran beragamapun juga mengalami fase perkembangan.
Karena pada kenyataanya bahwa manusia memiliki fitrah keagamaan dan telah
ditegaskan pertama kali dalam islam yaitu agama merupakan fitrah manusia.7
Sebagaimana firman Allah dalam surat Ar-Rum:30
:مورلا(
۰۳
)
“Maka hadapkanlah wajahmu dengan Lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus; tetapi kebanyakan
manusia tidak mengetahui” (QS. Ar-Rum:30).8
Pada usia remaja awal atau usia anak sekolah menengah Pertama, Pada
usia remaja awal ini anak mulai banyak mencari tahu tentang apa yang
6
Agus Sujanto, Psikologi perkembangan, (Surabaya: Aksara Baru, 1988), h.183-185 7
Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1998), h.16 8
(13)
5
menurutnya menarik, namun tidak bisa dipungkiri bahwasanya pada tahap
remaja awal ini sikap emosional, kecemasan anak sangat tinggi, oleh karena itu
pasti sangat berpengaruh dengan kesadaran dengan sikap toleransi dan tingkah
laku. Dengan penerapan pendidikan Islam multikultural diharapkan siswa
dapat bersatu dengan yang lain walupun berbeda budaya atau agama, dengan
begitu sikap toleransi terutama dalam beragama satu sama lain akan terjalin
dengan baik. Dan diharapkan juga agar tercipatanya suasana relegius yang
mana didapat tidak hanya terjadi ketika seseorang melakukan ritual
(beribadah), tetapi juga ketika melakukan aktivitas lain yang didorong oleh
kekuatan supranatural. 9
Seperti halnya dalam sekolah SMP Mardisunu Surabaya yang mana
sekolah ini memiliki visi Terbentuknya siswa yang mandiri dan bertanggung
jawab berdasarkan iman dan taqwa serta mampu berkompetensi ke jenjang
yang lebih tinggi, serta Misi dari SMP Mardisunu Surabaya yaitu
mengoptimalakan nilai-nilai agama yang dianut oleh seluruh warga sekolah,
melaksanakan semata-mata untuk ibadah, mewujudkan kerjasama yang
harmonis antar warga sekolah serta instansi terkait dan masyarakat sekitar
lingkungan sekolah demi terwujudnya tujuan secara khusus. Sehubungan
dengan visi dan misi SMP Mardisunu Surabaya yang mana diharapkan setiap
siswa menjadi individu yang baik serta bertanggung jawab atas semua
tanngung jawab mereka sebagai siswa.
9
(14)
6
Serta dalam Misinya sekolah mengotimalakan nilai-nilai agama yang
dianut oleh setiap siswa karena dalam SMP Mardisunu Surabaya tidak hanya
siswa muslim saja yang melaksanakan pendidikan disitu, namun ada yang lain
seperti Kristen atau agama yang lain. Oleh karena itu dengan adanya visi
tersebut diharapkan siswa memiliki sikap toleransi beragama serta saling
menghormati satu dengan yang lain. sedangkan untuk visi yang mewujudkan
kerjasama antar warga sekolah serta lingkungan sekitar yang pasti tidak hanya
terdiri dari satu kebudayaan namun sudah bercampur, dengan begitu penerapan
pendidikan islam Multikultural sangat berpengaruh penting untuk mengajarkan
siswa akan sikap yang baik terhadap sekitarnya baik sekolah maupun
lingkungan rumahnya. Karena dalam kegiatan pendidikan adanya unsur
pergaulan serta unsur lingkungan yang keduanya tidak bisa dipisahkan namun
dapat dibedakan.10 Dari wacana tersebut akan menarik untuk dikaji sehingga
peneliti mengambil judul Implementasi Pendidikan Islam Multikultural dalam
Sikap Toleransi Beragama Siswa SMP Mardisunu Surabaya
B. Rumusan Masalah
Adapun yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Bagaimana Konsep Pendidikan Islam Multikultural?
2. Bagaimana implementasi konsep Pendidikan islam Multikultural dalam
membentuk sikap toleransi Beragama siswa di SMP Mardisunu Surabaya?
10
(15)
7
C. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah penulis kemukakan diatas,
tujuan penelitian yang hendak dicapai adalah:
1. Untuk mengetahui Konsep Pendidikan islam Multikultural
2. Untuk mengetahui implementasi Pendidikan islam Multikultural dalam
membentuk sikap toleransi siswa Mardisunu Surabaya
D. Manfaat Penelitian
Selain melatih penulis agar lebih tanggap terhadap permasalahan
keagamaan pada umumnya, Karena dari hasil penelitian ini diharapkan dapat
menarik minat peneliti lain, khususnya dikalangan mahasiswa, untuk
mengembangkan penelitian lanjutan tentang masalah yang sama dan
serupa.11Adapun manfaat dari penelitian ini ada dua yaitu secara teoritis dan
praktis:
1. Secara teoritis
a. Dengan mengetahui tentang implementasi pendidikan islam
multikultural dalam sikap toleransi beragama. Maka hasil penelitian ini
diharapkan akan bermanfaat dalam menambah perbendaharaan teoritis
khususnya tentang menerapkan sikap toleransi beragama siswa
b. Dapat menambah kepustakaan sebagai bantuan dan studi banding bagi
mahasiswa di masa mendatang.
11
Cik Hasan Bisyri, Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Skripsi,( Jakarta: Raja
(16)
8
2. Secara praktis
a. Dari hasil penelitian ini diharapkan bisa bermanfaat bagi pengembang
lembaga pendidikan islam khususnya kepada guru PAI sebagai bahan
pertimbangan dalam mengembangkan nilai-nilai Pendidikan Agama
Islam khususnya dalam menerapkan sikap toleransi beragama siswa
b. Dapat dijadikan sebagai tambahan referensi dalam memberikan
bantuan bagi para guru PAI dan Kepala Sekolah untuk
mengoptimalkan progam-progam keislaman dalam menanamkan
perilaku keagamaan siswa.
E. Penelitian Terdahulu
Ditemukan penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan judul
yang dipilih penulis yaitu salah satunya skipsi karya Nurus Sumaniyah,
Mahasiswi UIN Sunan Ampel Surabaya pada tahun 2014 yang berjudul
“Pendidikan Islam multikultural perspektif Nur Syam: Studi tentang
pendidikan Islam multikultural dalam buku tantangan multilkulturalisme
Indonesia” Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui
konsep pendidikan Islam multicultural perspektif Nur Syam serta apa yang
membedakan pendidikan Islam multikultural perspektif Nur Syam dengan
pendidikan Islam Multikultural pada umumnya
Achmad Fasikhu Dihya, NIM. D01209143 Mahasiswi UIN Sunan
(17)
9
“Konsep pendidikan Multikultural menurut H.A.R Tilaar dalam perspektif
pendidikan Islam menurut Ahmad Tafsir”. Tujuan dilakukannya penelitian ini
adalah untuk mengeksplorasi pokok-pokok pemikiran dari H.A.R Tilaar
dalam pandangannya mengenai pendidikan multikultural juga pemikiran
Ahmad Tafsir berkenaan dengan pendidikan Islam.
F. Definisi Operasional
Untuk lebih jelas serta mempermudah pemahaman dan menghindari
kesalah pahaman, maka peneliti akan menegaskan definisi operasional
variabel-variabel penelitian ini sebagai berikut:
1. Implementasi:
Implementasi adalah sebuah penerapan atau pelaksanaan terhadap
sebuah permasalahan guna meneliti permasalahan tersebut secara
mendalam.12 Adapun implementasi yang dimaksud dalam hal ini
adalah pelaksanan pendidikan islam Multikulturlal dalam sikap
toleransi beragama
2. Pendidikan islam
proses bimbingan dari seorang kepada orang lain agar dapat
berkembang secara maksimal. Sesuai dengan ajaran agama islam yang
bersumber dari Al-Qur’an dan al-Sunnah.13
12
Pius A. Partanto, Dahlan al-Barri, Kamus Ilmiah Populer, (Surabaya: Arkola, 1994),
hal. 247 13
(18)
10
3. Multikultural
Multikultural berasal dari kata Multi (Banyak atau lebih dari
satu).14Kultural (berhubungan dengan kebudayaan).
4. Toleransi
Toleransi berarti menghormati dan belajar dari orang lain, menghargai perbedaan, menjembatani kesenjangan di antara kita sehingga tercapai kesamaan sikap.15 Dalam konteks toleransi antarumat beragama, Islam memiliki konsep yang jelas; Tidak ada paksaan dalam
agama. "Bagi kalian agama kalian dan bagi kami agama kami." Itu
adalah contoh populer dari toleransi dalam Islam. Pengertian Toleransi
Toleransi adalah istilah dalam konteks sosial, budaya dan agama yang
berarti sikap dan perbuatan yang melarang adanya diskriminasi
terhadap kelompok-kelompok yang berbeda atau tidak dapat diterima
oleh mayoritas dalam suatu masyarakat. Contohnya adalah toleransi
beragama, dimana penganut mayoritas dalam suatu masyarakat
mengizinkan keberadaan agama-agama lainnya.
5. Beragama
Beragama ialah menganut (memeluk) agama.16 Yang di percayakan
dalam jiwa manusia.
14
Ebta Setiawan, KBBI Offline versi 1.3 freewere,2010-2011 15
Kementrian pendidikan dan Kebudayaan, Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, (Jakarta: KDT, 2014), h.188
16
(19)
11
6. Siswa
Dalam aktivitas pendidikan manapun, siswa atau peserta didik
merupakan sasaran obyek dan sekaligus sebagai Subyek pendidikan.
subjek yang terkait dengan kegiatan belajar mengajar di sekolah.
G. Sistematika Pembahasan
Untuk memudahkan dalam pembahasan ini, maka perlu adanya
penyusunan sistematika pembahasan sebagai berikut :
BAB Satu : Terdiri dari pendahuluan yang berisi gambaran secara
keseluruhan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan manfaat
penelitian, penelitian terdahulu, definisi operasional, dan sistematika
pembahasan.
BAB Dua : Terdiri dari kajian pustaka yang dipaparkan secara logis
tentang pendidikan Islam multikultural dala sikap toleransi beragama.
BAB Tiga : Terdiri dari metodologi penelitian yang berisi tentang Jenis
dan pendekatan penelitian, Kehadiran Peneliti, Lokasi penelitian, Sumber
data, Teknik pengumpulan data, dan Teknik analisis data.
BAB Empat: Hasil Penelitian tentang deskripsi SMP MardiSunu
Surabaya yang meliputi latar belakang berdirinya, lokasi, visi, misi, tujuan,
sarana prasarana, keadaan guru dan karyawan, keadaan siswa. faktor
penghambat dan faktor pendukung dalam pelaksanaan pendidikan agama
Kemudian yang meliputi upaya pendidikan islam multikultural dalam
(20)
12
BAB Lima : Menjelaskan laporan hasil penelitian dengan analisis yang
telah diuraikan
(21)
13
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Tinjauan tentang Pendidikan Islam
Pengetahuan terlebih dahulu tentang pendidikan merupakn hal terpenting
sebelum memasuki pembahasan tentang pendidikan islam, karena dengan mengerti
yang dasar akan lebih memudahkan pemahaman selanjutnya.
1. Pengertian Pendidikan
Istilah pendidikan dalam Islam secara umum mengacu kepada kata
Tarbiyah, Ta’dib dan Ta’lim1, kata Tarbiyah kata kerja “Rabba” yang
berarti mendidik, Kata ta’dib berasal dari kata addaba, yuaddibu, ta’diban
yang dapat berarti education (pendidikan), atau kata al-ta’dib berasal dari
kata adab yang berarti beradab, bersopan santun, tata krama, adab, budi
pekerti, akhlak, moral dan etika2. Sedangkan Ta’lim dengan kata kerjanya
allama yang berarti memberi pengetahuan. Dari ketiga kata tersebut yang sering digunakan dalam penggunaan dalam penyelenggaraan pendidikan
islam kata Tarbiyah . Kata ini digunakan sejak zaman Nabi Muhammad
SAW. Dalam Al-Qur’an terdepat pada Q.S Al-Isra’ 24):3
1
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter, (Bandung: Alfabeta, 2013), hal.120
2
Abdul Mujid dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-1, hlm 20 3
Departemen Agama RI, Al-Qur’an Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali, hal.
(22)
14
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil".
Secara konseptual, pendidikan dipahami sebagai kekuatan
kemanusiaan. Ia akan selalu menjadi bagian yang integral dengan diri
manusia. Manusia akan mampu eksis karena adanya pendidikan sebagai
kekuatan yang mendorongnya mampu mengaktualisasikan diri.
Pendidikan yang selama ini sering didengar hanyalah sebuah pembelajaran
tentang pengetahuan penelitian, keterampilan melalui pengajaran yang
terjadi di bawah bimbingan orang lain, bimbingan secara sadar oleh
pendidik kepada terdidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani si
terdidik menuju kepribadian yang lebih baik, yang pada hakikatnya
mengarah pada pembentukan manusia yang ideal.4 namun juga
memungkinkan seseorang belajar secara otodidak, dengan cara mencari
suatu pengetahuan namun tanpa ada yang memberi dampingan.
Tilaar5 menjelaskan pengertian pendidikan dengan melalui dua
pendekatan yaitu pendekatan Reduksioanal dan Holistik – intergratif.
4
Abudin Nata, Filsafat Pendidikan Islam, (Jakarta: Logos Wacana Ilmu, 1997), hal. 101 5
H.A.R Tilaar, Pendidikan , kebudayaan,dan Masyarakat Madani Indonesia :Strategi Reformasi Pendidikan Nasional (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2000) hal:19-25
(23)
15
Pembagian dari pendekatan Reduksional oleh Tilaar dibagi menjadi
beberapa macam, yaitu:
a) Pendekatan Pedagogisme atau Pedagogis , Pendekatan ini bertolak
ukur lebih kepada anak yang akan dibesarkan menjadi manusia yang
dewasa. Oleh karena itu pendekatan ini melahirkan pendidikan yang
terpusat kepada anak (childe centered education) dimana seorang anak
mempunyai suatu kemampuan yang perlu dikembangkan, namun
demikian pendeketan ini terkadang menjadikan seorang anak
seoalah-olah diisolasiakan dalam kehidupan bermasyarakat sehingga
mempunyai kecenderungan melupakan bahwa seorang anak hidup
dalam lingkungan masyarakat tertentu dan mempunyai cita-cita dalam
kehidupannya sendiri.
b) Pendekatan Filosofis, pendekatan ini lebih memperhatikan nilai-nilai
yang dimiliki seorang anak yang akan berkembang menjadi nilai-nilai
seperti orang dewasa. Dalam pendekatan ini pula mengakui bahwa
nilai-nilai yang ada dalam diri anak harus dihormati dalam proses
pendidikan sepertihalnya perkembangan etika dan religi yang terdapat
dalam diri anak tersebut. Tugas pendidikan disini adalah membantu
anak menuju kedewasaan sehingga anak dapat mengambil keputusan
sendiri, dengan begitu anak dianggap telah dewasa. Dengan semua
pencapaian dengan proses itu pendidikan akan berakhir. Pandangan
filosofis mengenai pendidikan banyak segi positif yang terkandung
(24)
16
manusia terhadap kehidupannya serta pendidikan yang dilaluinya.
Namun pandangan ini sudah mulai ditinggalkan karena pada
kenyataannya manusia tidak pernah berhenti untuk memperoleh
sebuah pendidikan yang lain.
c) Pendekatan religius, pendekatan ini pendidikan diartikan sebagai
pembawa peserta didik untuk menjadi manusia yang religius sebagai
makhluk ciptaan tuhan, peserta didik dipersiapkan sesuai harkatnya
yang mana menekankan lebih kepada pendidikan yang dirsiapkan
untuk kehidupan akhirat, maka pendidikan agama yang menjadi acuan
utama dalam proses pendidikan ini.
d) Pendekatan Psikologis, pendekatan ini lebih kedalam mereduksi ilmu
pendidikan sebagai proses belajar mengajar, namun pada
kenyataannya dalam proses pendidikan tidak akan pernah lepas
dengan manajemen pendidikan, pembiayaan pendidikan,
perencanaan, supervisi pendidikan yang harus ditangani secara
profesional. Pendidikan tidak hanya dalam proses belajar mengajar
dalam kurikulum , namun jauh melampui itu karena untuk
mewujudkan visi suatu masyarakat yang juga ingin diwujudkan oleh
generasi penerusnya, atau lebih dikenal dengan kutikulum
tersembunyi (the hidden curriculum).
e) Pendekatan Negativis, Pendekatan ini memandang pendidikan sebagai
suatu hal sederhana dalam hal proses dan terlalu optimis terhadap
(25)
17
anak dari hal negativ. Pandangan ini dianggap tidak realistis karena
pada dasarnya seorang manusia hidup dalam lingkungan masyarakat
pasti ada positif serta negativnya, tidak mungkin seorang peserta didik
diisolasikan dari interaksinya dengan kehidupan masyarakat
disekitarnya yang nyata. Justru dengan mengenalkan hal seperti itu
peserta didik akan mudah untuk mengenal, mengatasi, memecahkan
setiap masalah atau pengaruh negatif dalam lingkungan, sehingga
kepribadian peserta didik akan tumbuh dengan baik dengan mengenal
disekitarnya.
f) Pendekatan Sosiologis, pendekatan ini memandang pendidikan
sebagai proses persiapan peserta didik dalam kehidupan bersama
dalam bermasyarakat bukan kepada kebutuhan individu karena peserta
didik juga merupakan anggota dari masyarakat tersebut.
Lebih lanjut menurut Tilaar menjelaskan tentang rumusan
operasioanal hakikat dari pendidikan tersebut yaitu6:
a) Pendidikan merupakan suatu proses berkesinambungan, proses ini berimplikasi terhadap kehidupan dari peserta didik yang memiliki
kemampuan untuk hidup bermasyarakat yang berupa
dorongan-dorongan, keinginan yg tertanam dalam diri, kemampuan yg dimikili
tersebut harus dikembangkan dan diarahkan sesuai dengan tatacara
atau nilai-bilai yng terdapat dalam masyarakat tersebut. Dalam hal ini
6
(26)
18
berarti suatu pendidikan itu berkesinambungan dan tidak akan
berakhir.
b) Proses pendidikan berarti menumbuhkan eksistensi manusia. Eksistensi manusia berarti suatu keberadaan interaktif. Karena
interaksi ini tidak hanya kepada manusia namung dengan alam atau
dengan Tuhannya. Serta eksistensi yang terdapat dalam diri manusi
tidak akan pernah selesai dan akan terus terjadi sepanjang hayatnya.
Adapun Komponen-komponen yang berupa dorongan, keinginan serta
elan vital hanya untuk menumbuhkembangkan kemampuan.
c) Eksistensi masyarakat yang memasyarakatkan. Pendidikan bukan hanya sebagai proses untuk menjadikan peserta didik itu dalam ruang
lingkup masyarakat, namun proses pendidikan tersebut adalah
masyarakat tersebut.
d) Proses pendidikan dalam proses yang membudaya, inti dari kehidupan bermasyarakat adalah nilai-nilai, yang dilakukan oleh
keseluruhan masyarakat dan keseluruhan proses itulah adalah
kebudayaan.masyarakt tidak hanya memiliki budaya namun juga
berbudaya yg artinya nilai yng dilestarikanmaka akan memunculkan
nilai yang baru, ini akan terus berlanjut selama masih ada kehidupan
bermasyarakat buda itu akan terus berkembang dan sebagai
konsekuensinya maka pendidikanpun akan ikut trus berkembang.
e) Proses bermasyarakat dan membudaya mempunyai dimensi-dimensi waktu dan ruang. Dengan adanya aspek dimensi waktu pendidikan
(27)
19
memiliki aspek historis, kekinian serta visi untuk masa depan. Aspek
historis berarti masyarakat berkembang dalam waktu, yang
menyejarah.
Dengan adanya pendidikan manusia akan terus menerus berkembang,
tidak hanya berpedoman dengan pendahulu-pendahulu mereka, namun
mampu menemukan hal yang baru dan membentuk nilai yang baru sebagai
hasil dari proses pendidikan. Proses pendidikan akan dijalani manusia
secara terus, dalam agama islam proses pendidikan bagi seorang hamba
dimulai sejak awal menentukan pasangan. Dalam hal belajarpun tidak hanya
menjadi hak dan kewajiban anak usia sekolah akan tetapi belajar merupakan
kewajiban bagi setiap manusi sejak berada dalam kandungan hingga akhir
hayatnya
2. pengertian pendidikan Islam
Pendidikan islam merupakan pendidikan yang dipahami serta
dikembangkan dari ajaran dan nilai-nilai fundamental yang terkandung
dalam sumber dasar-dasarnya yaitu Al-Qur’an dan As-sunnah.7 Konsep
serta teori yang yang terdapat dalam pendidikan islam sebagaiman yang
dibangun serta dipahami dan dikembangkan dari kedua sumber tersebut
mendapatkan perwujudan dan justifikasi secara operasional dalam
pengembangan agama islam. Pendidikan agama memiliki pengertian yang
sangat luas, tidak hanya bersifat mengajar , dalam arti menyampaikan ilmu
pengetahuan tentang agama islam, melainkan sebagai sarana pembinaan
7
(28)
20
mental spiritual yang sesuai ajaran agama. Pendidikan islam secara luas
yang terkandung dalam kata “Tarbiyah” terdapat empat unsur pendekatan
yang terkandung didalamnya. Pertama memelihara dan menjaga fitrah anak
didik menjelang dewasa. kedua, mengembangkan seluruh potensi menuju
kesempurnaan. Ketiga, mengerahkan seluruh fitrah menuju kesempurnaan.
Keempat, melaksanakan pendidikan secara bertahap8.
Dari penjelasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pendidikan
islam merupakan usaha yang dilaksanakan dengan bertahap untuk
mengembangkan, serta memlihara jiwa anak didik yang memiliki potensi
agar menjadi insan kamil yang jasmani, emosional, spiritual, intelektual
serta sosialnya menjadi sempurna sesuai ajaran islam.
Dalam undang-undang No 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 tentang
sistem pendidikan nasional dikemukakan bahwa9:
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara .
8
Novan Ardy Wiyani, Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter, hal 121 9
http://usu.ac.id/public/content/files/sisdiknas.pdf, diakses pada 2 November 2015 , 09.30
(29)
21
Potensi diri merupakan kemampuan, kekuatan, baik yang belum
terwujud maupun yang telah terwujud, yang dimiliki seseorang, tetapi
belum sepenuhnya terlihat atau dipergunakan secara maksimal. Sedangkan
Spiritual keagamaan adalah keyakinan dalam hubungannya dengan Yang
Maha Kuasa dan Maha Pencipta. Sehingga dapan membentuk
Kepribadian keseluruhan individu bereaksi dan berinteraksi dengan
individu lain. Kepribadian paling sering dideskripsikan dalam istilah sifat
yang bisa diukur yang ditunjukkan oleh seseorang. Sedangkan
kecerdasan atau yang biasa dikenal dengan IQ adalah istilah umum yang
digunakan untuk menjelaskan sifat fikiran yang mencakup sejumlah
kemampuan. Akhlak Mulia berarti prilaku, sikap, perbuatan, adab dan sopan
santun.
Berbicara tentang pengertian pendidikan agama Islam, banyak pakar
dalam pendidikan agama islam memberikan rumusan secara berbeda. Hal
ini sesuai dengan rumusan undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional. Dalam penjelasan Undang-Undang Sistem
Pendidikan Nasional mengenai agama dijelaskan bahwa pendidikan agama
dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang
(30)
22
B. Konsep Pendidikan Multikultural
1. Pengertian Multikultural
Multikultural adalah kebudayaan, secara etimologis,
multikulturalisme dibentuk dari kata multi (banyak), kultur (budaya), dan
isme (aliran atau paham)10. Penyatuan setiap konsep para ahli menjadi
hal yang utama dalam hal pendidikan multikultural karena sebagai wujud
penganggkatan atau menyetarakan derajat manusia.. Persamaan derajat di
antara manusia merupakan salah satu hal yang ditekankan dalam Islam
begitu pula dalam multikultural. Tidak ada perbedaan antara satu gologan
dengan golongan lain. Dalam hal ini sudah pasti multikulturalisme
mempunyai peran utama dalam pembangunan sebuah bangsa.
2. Pendidikan multikultural
Indonesia memiliki ciri yang khas sebagai masyarakat yang
memilik kemajemukan. Seperti kita ketahui bahwa indonesia merupakan
negara kepualauan dengan jumlah pulau terbedar didunia, dengan pulau
yang berjumlah sebanyak itu tidak dapat dipungkiri jika masyarakat
indonesian di sebut seperti itu. Maka Seiring dengan perkembangan yang
terjadi dalam dunia pendidikan, pendidikan multikultural berperan
penting didalamnya untuk membentengi peserta didik dari pengucilan
atau pembedaan antara teman sejawat.
Azyumardi Azra mendefinisikan pendidikan multikultural sebagai
pendidikan untuk atau tentang keragaman kebudayaan dalam merespon
10
(31)
23
perubahan demografi dan kultur lingkunagn masyarakat tertentu bahkan
demi secara keseluruhan.11 karena dalam aktivitas pembelajaran
manapun peserta didik merupakan objek utama sebagai sasaran dan
sekaligus sebagai subyek pendidikan serta sebagai pengajar atau guru
ikut andil dalam mempelancar sebuah pengajaran oleh karena itu guru
yang hebat adalah guru yang dapat menghargai peserta didiknya tanpa
melihat status sosial, agama, ras serta budaya mereka.
Menurut Mahfud,12 kata “Pendidikan Multikultural” dapat
digunakan baik dalam tingkat deskriptif dan normatif. Dalam konteks
deskriptif adanya kurikulum dalam pendidikan multikultural
mencangkup Toleransi, pebedaan antar agama serta etno-kultur, HAM,
bahaya diskriminasi, penyelesaian konflik serta mediasi dan subjek
lainnya yang relevan. Sedangkan dalam konteks teoritis, terdapat lima
model pendekatan yang terdapa di negara-negara maju yaitu: pertama,
pendidikan mengenai perbedaan kebudayaan atau multikulturalisme;
kedua, pendidikan yang membahas tentang pemahaman kebudayaan;
ketiga, pendidikan bagi pluralisme kebudayaan; kempat, pendidikan
dwi-budaya; kelima pendidikan multikultural sebagai pengalaman moral
manusia. Sebenarnya inti dari pendidikan multikultural ialah memuliakan
manusia karena manusia pada hakikatnya itu setara, dapat bekerja sama
dan saling menghormati, walaupun terdapat perbedaan budaya, ras, etnis
11
Imron Mashadi, Pendidikan Agama Islam dalam Perspektif Multikultural, (Jakarta: BalaiLitbang Agama, 2009), h 48.
12
(32)
24
agama, jenis, kelamin serta cara sudut pandang dalam menghadapi
berbagai masalah.13 Dengan pengalaman moral yang sangat kental
pendidikan multikultural dapat menyatu dengan baik dikalangan peserta
didik, namun hal yang utama dari berlangsungnya pendidikan
multikultural terpengaruh dari orang tua, yang mena merupakan tolak
ukur yang pertama. Karena dari orang tua perilaku-perilaku sedikit
banyak pasti ada yang menurun.
Dalam pendidikan multikultural seorang peserta didik atau anak
diajarkan ati perbedaan dalam hidup, membangun saling percaya
terhadap lawan atau terhadap orang sekitar hal ini dimulai dari seorang
anak itu lahir, serta pendidikan multikultural itu mengajarakan
bagaimana cara memelihara sikap pengertian antar sesama semisal
ketika ada saudara atau salah satu kawan yang melakukan sebuah
kesalahan tidak serta merta menghakimi langsung namun mendengarkan
alasan-alasan terlebih dahulu kemudian baru memutuskan sikap mana
yang akan diambil.
3. Urgensi Pendidikan Islam Multikultural
Pendidikan Islam multikultural merupakan wujud dari pendidikan
multikultural dalam Islam. Pendidikan Islam multikultural adalah
pendidikan Islam yang berpijak pada multikultural. Pendidikan
multikultural memiliki nilai strategis dalam pendidikan nasional. Tanpa
pendidikan yang difokuskan pada pengembangan perspektif multikultural
13
Murniati Agustian, Pendidikan Multikultural,( Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jayai), hal. 7
(33)
25
dalam kehidupan adalah tidak mungkin untuk menciptakan keberadaan
aneka ragam budaya di masa depan dalam masyarakat Indonesia.
Pentingya pendidikan multikultural ini diakarenakan, banyaknya
perbedaan yang harus dihadapi.
Adanya Agama, suku bangsa dan tradisi, merupakan ikatan yang
terpenting dalam kehidupan siswa Indonesia sebagai suatu bangsa.
Bagaimanapun juga hal itu akan menjadi perusak kekuatan masyarakat
yang harmonis ketika hal itu digunakan sebagai senjata politik atau
fasilitas individu-individu atau kelompok ekonomi. Di dalam kasus ini,
agama terkait pada etnis atau tradisi kehidupan dari sebuah masyarakat.
Masing-masing individu telah menggunakan prinsip agama untuk
menuntun dirinya dalam kehidupan di masyarakat, tetapi tidak berbagi
pengertian dari keyakinan agamanya pada pihak lain. Hal ini hanya dapat
dilakukan melalui pendidikan multikultural untuk mencapai tujuan dan
prinsip siswa dalam menghargai agama. Kepercayaan merupakan unsur
yang penting dalam kehidupan bersama. Dalam masyarakat yang plural
selalu memikirkan resiko terhadap berbagai perbedaan. Munculnya
resiko dari kecurigaan atau ketakutan atau ketidakpercayaan terhadap
yang lain dapat juga timbul ketika tidak ada komunikasi di dalam
masyarakat atau plural.
Pendidikan islam multikultural merupakan kesejukan yang
(34)
26
yang sudah tentu baik untuk seorang peserta didik. Penanaman sikap
yang mencerminkan multikultural sejak dini merupakan hal yang
terpenting karena dapat menimbulkan sikap saling percaya, saling
memahami dan menghargai sesama. Adanya perbedaan serta keunikan
agama, Ras, Budaya merupakan jalan dari pendidikan multikultural yang
harus dilewati, serta untuk menemukan jalan terbaik dari arti sebuah
kehidupan.
C. Toleransi
1. Pengertian Toleransi
Sadar bahwa masyarakat Indonesia terdiri dari beberapa pemeluk
agama dan banyak suku, yang sangat beraneka ragam. Maka, pencarian
bentuk pendidikan alternatif mutlak diperlukan. Suatu bentuk pendidikan
yang dapat menjaga kebudayaan masyarakat untuk generasi berikutnya,
menumbuhkan rasa bersama mengembangkan sikap saling memahami
atau persahabatan yang erat serta menumbuhkan tata nilai walaupun
perbedaan jelas adanya maka dengan pendidikan multikultural akan
menumbuhkan sikap toleransi pada setiap individu siswa, namun perlu
kita ketahui apa itu toleransi. Kata toleransi merupakan bahasa serapan
dari bahasa inggris Tolerance, sementara dalam kamus besar bahasa
indonesia, toleransi berasal dari kata toleran berarti bersifat menghargai,
membolehkan.14
14
(35)
27
Secara bahasa tasamuh juga diartikan toleransi, tenggang rasa
atau saling menghormati terhadap hak atau kepentingan orang lain.
Sedangkan secara istilah tasamuh adalah satu sikap yang senantiasa
saling menghormati dan menghargai sesama manusia.
Toleransi merupakan sebuah sikap yang sangat terpuji. Karena
didalamnya mengandung unsur-unsur persamaan hak dan kewajiban.
Karena masing-masing individu atau kelompok atau bahkan masyarakat
memiliki kepentingan yang berbeda-beda. Dengan mengedepankan sikap
tasamuh, maka akan terjalin hubungan yang positif, nyaman dan damai
antar sesama manusia. Selain kebutuhan yang bersifat fisik, manusia juga
memerlukan kebutuhan yang bersifat rohani. Diantara bentuk kebutuhan
rohani adalah rasa kasih sayang, toleransi, kebersamaan, penghargaan
atas prestasi, pengakuan dan penghormatan dari orang lain. Karena
manusia adalah makhluk sosial, maka manusia tidak akan mampu
bertahan hidup sendirian. Ia akan membutuhkan orang lain dalam situasi
dan kondisi tertentu. Untuk itulah perlunya sikap saling menghargai antar
sesama manusia. Agama Islam secara tegas menyatakan bahwa sikap
tasamuh tidak memandang suku, bangsa, agama dan ras.
Toleransi, merupakan bentuk tertinggi, bahwa kita dapat
mencapai keyakinan. Toleransi dapat menjadi kenyataan ketika kita
(36)
28
mencapai tujuan sebagai manusia Indonesia yang demokratis dan dapat
hidup di Indonesia diperlukan pendidikan multikultural.
Jadi toleransi dapat disimpulkan secara sederhana sebagai sikap
saling menghormati anatar individu serta kelompok yang sangat berbeda
baik dalam Suku, Ras, Agama, Budaya serta adat-istiadatnya.
2. Pandangan Islam Tentang Toleransi
Kehidupan kita tidak akan lepas dengan interaksi dengan sesama,
keragaman manusia sudah tentu menimbulkan banyak perbedaan baik
individu ataupun kelompok. Toleransi dalam pergaulan hidup antar umat
beragama berpangkal dari penghayatan ajaran agama masing-masing.
Demi memelihara kerukunan beragama, sikap toleransi perlu
dikembangkan guna menghindari konflik. Dan biasanya konflik antar
umat beragama muncul disebabkan oleh sikap merasa paling benar (truth
claim) dengan cara mengeliminasi kebenaran dari orang lain. Keragaman
tersebut merupakan sebuah konsekuensi manusia sebagai makhluk sosial
keragaman tersebut diakui dalam islam melalui firman Allah SWT. (Q.S.
Ar-Ruum:22)
(37)
29
“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang mengetahui”.
Ayat diatas meberikan kita arahan bahwasanya keanekaragaman
pada kehidupan manusia itu semata-mata untuk menguji manusia tersebut,
ujian dalam hal kebaikan.
Adapun ayat yang memperkuat keragaaman tersebut untuk
menjalin hubungan yang harminis antar umat manusia, seperti firman
Allah SWT. (Q,S Al-Maidah :105)
“Hai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu; Tiadalah orang yang sesat itu akan memberi mudharat kepadamu apabila kamu telah mendapat petunjukhanya kepada Allah kamu kembali semuanya, Maka Dia akan
menerangkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.”
Dari ayat diatas dijelaskan secara gamblang kepada kita agar selalu
menjalin silaturrahim serta menjalin hubungan erat antar umat beragama
sebagai sikap yang kita tunjukan dalam hal toleransi beragama satu dengan
(38)
30
membahayakan terhadap seseorang yang memegang prinsip teguh agama
islam. Namun demikian, tentu ada batasan-batasan hubungan dengan
nonmuslim, yang utama dalam hal yang menyangkut ritual keagamaan,
seperti halnya kita dilarang mengikuti ritual upacara keagamaan yang
mereka jalankan. Namun penolakan itu dengan cara yang baik serta islami
tanpa harus menyinggung dari gologan mereka. Dari bentuk toleransi
perlu ditegaskan kembali bahwasnya kita bukanlah berarti mengakui
kebenaran agama selain islam, namun hanya mengakui keberadaan agama
lain dalam kehidupan bermasyarakat. Karena sudah ditegaskan dalam Al-Qur’an, Allah SWT berfirman:
“Untukmu agamamu, dan untukkulah, agamaku.".
Toleransi dengan pemahaman yang salah dapat mengakibatkan
mencampuradukkan antara yang hak dan bathil, yakni suatu sikap yang
sangat terlarang dilakukan seorang muslim, seperti halnya nikah antar
agama. Dengan mengetahui batasan-batasan tersebut, tidak akan
merugikan kita sebagai umat islam, dan sudah pasti kerukunan tetap
terjaga antar tetangga maupun dalam jangakauan masyarakat luas dengan
kehidupan yang lebih tenang.
Berdasarkan penjelasan diatas, terlihat jelas bahwa sikap toleransi
(39)
31
sesungguhnya merupakan suatu bentuk kebersamaan membangun kehidupan
masyarakat yang lebih harmonis dengan tidak membeda-bedakan.
(40)
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Dan Bentuk Penelitian
Metode di sini diartikan sebagai suatu cara atau teknis yang akan
dilakukan dalam proses penelitian, sedangkan penelitian itu sendiri
diartikan sebagai upaya dalam bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan
untuk memperoleh fakta-fakta dan prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati
dan sistematis untuk mewujudkan kebenaran.1 Ditinjau dari segi harfiah
metode mempunyai arti cara. Sedangkan kata penelitian penelitian berasal
dari bahasa Inggris "research" (re berarti kembali, dan search berarti
mencari). Dengan demikian research berarti mencari kembali. Jadi, Metode
penelitian merupakan salah satu kegiatan yang digunakan oleh peneliti
untuk memperoleh informasi-informasi atau data-data dengan
sebenar-benarnya. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian kualitatif, yang dimaksud penelitian kulitatif adalah proses
penelitian yang menghasilkan data deduktif berupa kata-kata tertulis atau
lisan dari orang-orang dan prilaku yang diamati.2 Adapun pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan deskriptif. Pendekatan
1
Mardalis, Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, (Jakarta: Bumi Aksara, 1995) cet. Ke-5, h. 24
2
Lexy Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
(41)
33
deskriptif adalah pendekatan pnelitian yang berusaha mendeskripsikan
suatu gejala, peristiwa, kejadian yang terjadi pada saat sekarang.3
Sesuai judul yang dipilih penulis, jenis penelitian ini termasuk
dalam penelitian lapangan (Field Research) yang berbentuk kualitatif
deskriptif analistis dengan pendekatan studi kasus. Sedangkan deskriptif
analistis maksudnya adalah penelitian yang berusaha menggambarkan dan
menginterpretasi objek sesuai dengan apa adanya.4 Penelitian ini termasuk
jenis penelitian yang mengumpulkan data dan informasi dengan bantuan
bermacam - macam materi yang terdapat dalam kepustakaan (buku) atau
jenis penelitian kualitatif, dalam penelitian ini dituntut ketajaman dan
kecermatan mengamati, mencatat suatu proses dan aktivitas yang nampak
dalam realita serta menganalisisnya dalam satu kesatuan makna.5 Karena
dalam hal ini peneliti diharapka lebih mencermati keadaa lapangan yang
sedang terjadi agar mendapatkan informasi secara jelas dan detail.
Penelitian kualitatif berfungsi sebagai menetapkan fokus
penelitian, memilih informan sebagai sumber data, melakukan
pengumpulan data, menilai kualitas data, analisis data menafsirkan data
membuat kesimpulan.6 Dari penjelasan tersebut bahwasanya dalam
3
Nana Sudjana Ibrahim, Penelitian dan Penelitian pendidikan, (Bandung: Sinar Baru,
1989), h. 64 4
Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta : PT
Bumi Aksara, 2008), h.157 5
Moh Kasiram, Metodologi penelitian Kualitatif-kuantitatif, (Malang : UIN-Malang Press, 2008), h.182
6
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitafif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012), h.209
(42)
34
penelitian kualitatif memfokuskan dengan meneliti obyek yang belum
jelas masalah serta sumber datanya, penelitian inipun masih bersifat
sementara sebelum peneliti memasuki obyek penelitian dan menyimpulkan
hasil akhir yang telah didapat.
Adapun penelitian ini dilakukan dengan menggunakan pendekatan
kualitatif, mengingat fokus penelitiannya adalah Penerapan Pendidikan
Islam Multikultural dalam sikap toleransi beragama siswa di SMP
Mardisunu Jln. Pasar kembang No.89-91, Tegalsari Surabaya. Pendekatan
ini merupakan suatu proses pengumpulan data secara sistematis dan
intensif untuk memperoleh pengetahuan tentang bagaimana penerapan
pendidikan islam multikultural dalam Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam Di SMP Mardisunu Surabaya. Jadi dalam penelitian ini, penulis
berusaha memaparkan dan memberi gambaran yang realistis-holistic
tentang peneran pendidikan islam multikultural dalam sikap toleransi
beragama siswa dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam Di SMP
Mardisunu Surabaya..
B. Kehadiran Peneliti Sebagai instrumen
Dalam pendekatan kualitatif seorang peneliti sangat menonjol
kapasitasnya dalam hal mengamati dalam setiap masalah baik menanya
maupun melacak secara seksama. Karena dengan kehadiran seorang dapat
digunakan sebagai alat peka dan dapat bereaksi terhadap segala stimulus
(43)
35
peneliti.7 sebab kehadiran peneliti dalam penelitian ini sebagai instrumen
penelitian.8 Dengan kehadiran peneliti pula pengamatan serta interview
dapat dilaksanakan secara langsung tanpa perantara pada waktu terjun
kelapangan Untuk mengadakan observasi dan wawancara terhadap
siswa-siswi di SMP Mardi Sunu Surabaya maka peneliti dapat melihat secara
langsung fenomena di daerah lapangan.
Sedangkan dalam penelitian kualitatif, peneliti sebagai human
instrument dan dengan tehnik pengumpulan data participant observation
(observasi berperan serta) dan in depth interview (wawancara mendalam),
maka peneliti harus berinteraksi dengan sumberdata. Dengan demikian
peneliti kualitatif harus mengenal betul orang yang memberikan data.
Sedangkan dalam penelitian ini peneliti hadir untuk menentukan data yang
diperlukan dalam hubungannya dengan Pendidikan Islam Multikultural
dalam sikap toleransi Beragama siswa di SMP Mardisunu Surabaya,
dimana dalam penelitian ini peneliti menentukan hari penelitian untuk
dapat terlibat langsung dalam proses penerapan Pendidikan Islam
Multikultural dalam sikap toleransi beragama.
C. Lokasi Penelitian
SMP Mardisunu. yang berada dibawah naungan Yayasan
Mardisunu yang terletak di Jl. Pasar Kembang No. 89-91, Desa/kel :
Wonorejo, Kecamatan: Tegalsari, Surabaya sengaja dipilih oleh Peneliti
7
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitafif Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012),h. 224
8
(44)
36
karena lembaga ini termasuk salah satu lembaga pendidikan yang dalam
pembelajarannya terdapat berbagai jenis agama dan percampuran budaya
pada peserta didiknya.
D. Sumber Data Yang Diperoleh
Data adalah segala informasi mengenai variabel yang akan diteliti.
Data dalam penelitian ini berupa data kualitatif yang dipahami sebagai
data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara langsung.
Sumber data adalah subyek dari mana data pusat dapat diperoleh. Dalam
penelitian untuk melengkapi semua data-data, maka dibutuhkan data
primer dana data sekunder sebagai data yang dapat mendukung dalam
penelitian yang dilakukan ini.
Sumber data dalam penelitian ini dibedakan menjadi dua, yakni
sumber data primer dan sumber data sekunder, adapun sumber primer
adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul
data.9 yang mana peneliti gunakan adalah beberapa informan, data
langsung dari SMP Mardisunu. Dalam penelitian ini yang menjadi sumber
data primer adalah :
a) Kepala Madrasah SMP Mardisunu Surabaya
b) Guru Pengajar Bidang Studi Pendidikan Agama Islam
c) Siswa SMP Mardisunu Surabaya
Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber
tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat
9
(45)
37
orang lain atau lewat dokumen.10yang biasanya berupa data dokumentasi.
Data tersebut digunakan sebagai penunjang dalam penelitian. Adapun
sumber data sekunder seperti dokumen-dokumen yang berhubungan
dengan sekolah yang diteliti yakni :
1) Profil Madrasah SMP Mardisunu Surabaya
2) Letak Geografis SMP Mardisunu Surabaya
3) Sejarah Berdirinya SMP Mardisunu Surabaya
4) Struktur Organisasi SMP Mardisunu Surabaya
5) Data Guru Dan Karyawan SMP Mardisunu Surabaya
6) Data peserta didik di SMP Mardisunu Surabaya
Berdasarkan pada sumber data yang dihasilkan dalam penelitian
kualitatif, adapun jenis data dibagi dalam kata-kata dan tindakan, sumber
data tertulis dan foto. Berikut ini penjelasannya :
1. Perkataan dan Tindakan
Perkataan dan tindakan orang-orang yang diamati atau
diwawancarai merupakan sumber data utama. Sumber data utama dicatat
melalui catatan tertulis atau melalui perekaman video/audio tapes,
pengambilan foto, atau film. Dalam penelitian ini yang termasuk sumber
data kata-kata adalah hasil wawancara atau interview dengan Kepala
sekolah, waka Kurikulum, dan sumber lain yang relevan.
10
(46)
38
2. Data tertulis
Jika ditinjau dari segi sumber data, bahan tambahan yang berasal
dari sumber tertulis dapat dibagi atas sumber buku dan majalah ilmiah,
sumber dari arsip, dokumen pribadi, dan dokumen resmi sekolah.
3. Data Foto
Saat ini foto sudah lebih banyak dipakai sebagai alat untuk penelitian
kualitatif karena dapat dipakai dalam berbagai keperluan. Foto
menghasilkan data deskriptif yang cukup berharga dan sering digunakan
untuk menelaah segi-segi subjektif dan hasilnya sering dianalisis secara
induktif.
Di Dalam penelitian ini, sumber data foto berupa foto yang berkaitan
dengan penerapan penerapan pendidikan islam multikultural dalam sikap
toleransi beragama siswa di SMP Mardisunu Surabaya.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam teknik pengumpulan data yang dibutuhkan dalam
pembahasan laporan ini, penulis menggunakan beberapa metode atau
teknik pengumpulan data sebagai berikut:
a. Observasi
Dalam teknik pengumpulan data ini dengan menggunakan
teknik observasi, Observasi adalah pengamatan dan pencatatan secara
(47)
39
dilakukan ditempat obyek tersebut atau ditempat peristiwa.11 peneliti
dapat langsung belajar tentang masalah serta prilaku dan makna prilaku
yang akan ditelitinya. Observasi ini disebut observasi langsung.
Sedangkan observasi tidak langsung adalah pengamatan sebuah
peristiwa tidak pada saat kejadian, misalnya dengan melalui film,
rangkaian slide, atau rangkaian foto.12 Inti dari observasi ialah adanya
prilaku yang tampak dan adanya tujuan yang ingin dicapai secara
maksimal13Obyek penelitian dalam penelitian kualitatif Menurut
Spradly dinamakan situasi sosial yang terdiri dari tiga komponen yaitu,
place (tempat), actor (pelaku), dan activities (aktivitas).14
Adapun observasi yang peneliti lakukan diantaranya adalah:
1) Upaya yang dilakukan dalam menerapkan sikap toleransi beragama
siswa SMP Mardisunu Surabaya
2) Keadaan sikap toleransi beragama siswa SMP Mardisunu Surabaya
3) Peran pendidikan islam multicultural dalam sikap toleransi siswa
SMP Mardisunu Surabaya
4) Kondisi sekolah di SMP Mardisunu Surabaya
11
Drs. Amirul Hadi Dan Drs. H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung : Cv Pustaka Setia, 1998), H.129
12Ibid…. h 129 13
Haris Herdiansyah, Metode penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), 131
14
(48)
40
b. Interview (Wawancara)
Interview atau Wawancara adalah merupakan pertemuan dua
orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga
dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik. Sedangkan dilihat dari
sudut pandang 15 Secara difinitif interview adalah mengumpulkan
informasi secara verbal atau mengemukakan sejumlah pertanyaan lisan
yang dijawab secara lisan pula dan juga bertatap muka secara langsung
antara pencari informasi (interviewer) dengan sumber informasi
(interviewee). 16 Wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk
menemukan permasalahan yang harus diteliti. Di dalam penelitian
kualitatif, teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi dan
wawancara. Dalam prakteknya kedua metode tersebut dapat digunakan
secara bersama-sama, artinya sambil wawancara juga melakukan
observasi atau sebaliknya.
Dalam penelitian ini teknik wawancara yang digunakan oleh
peneliti disini adalah teknik wawancara bebas (tak berstruktur) dan
wawancara mendalam. Wawancara tak berstruktur yaitu teknik
wawancara bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman
wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk
pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya
15
Sugiyono, Metode penelitian Kuantitafif Kualitatif dan R&D, hal. 231 16
Drs. Amirul Hadi Dan Drs. H. Haryono, Metodologi Penelitian Pendidikan, (Bandung :
(49)
41
berupa garis-garis besar permasalahan yang akan ditanyakan. Dengan
teknik ini penulis dapat mengumpulkan data dengan cara menanyai
secara langsung kepada responden untuk mendapatkan data-data yang
dasar atau bisa lebih mendalam. Dalam wawancara tak berstruktur,
peneliti belum mengetahui secara pasti data apa yang akan diperoleh,
sehingga peneliti lebih banyak mendengarkan pada apa yang
diceritakan oleh responden.
Adapun tahapan-tahapan interview akan digunakan peneliti
untuk memperoleh data tentang :
a. Bagaimana Implementasi Pendidikan Islam Multikultural di SMP
Mardisunu Surabaya
b. Bagaimana sikap toleransi peserta didik dengan teman sebaya yang
berlain agama maupun budaya
c. Apa saja faktor pendukung serta penghambat Pendidikan Islam
Multikultural SMP Mardisunu Surabaya
Dalam penelitian ini responden yang akan menjadi sumber data
adalah :
a. Kepala Sekolah SMP Mardisunu Surabaya
b. Waka Sarana Dan Prasarana SMP Mardisunu Surabaya
c. Guru Pendidikan Agama Islam SMP Mardisunu Surabaya
(50)
42
Berdasarkan analisis terhadap setiap jawaban dari
responden tersebut, maka peneliti dapat mengajukan berbagai
pertanyaan berikutnya yang lebih terarah pada suatu tujuan.
c. Dokumentasi
Adapun pengertian dokumentasi adalah mencari data-data
dengan hal-hal yang berupa transkip, catatan, surat kabar, majalah,
prasasti, agenda, notulen rapat dan sebagainya.17 Menurut Sugiono,
Dokumentasi merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu.
Dokumen ada yang berbentuk tulisan misalnya catatan harian, sejarah
kehidupan (life histories), cerita, biografi, peraturan, kebijakan.
Dokumen ada yang berbentuk gambar, misalnya foto, gambar hidup,
sketsa dan lain-lain.
Teknik pengumpulan data dengan dokumen ini juga digunakan
untuk penelitian kualitatif yang mana dengan menggunakan dokument
bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya yang telah dicapai
diharapkan peneliti bisa mendapatkan informasi tambahan. Seperti
halnya untuk mendapatkan data perkembangan sekolah, jumlah guru
dan murid, administrasi sekolah, fasilitas, progam-progam keislaman,
dan sikap.
Peneliti menggunakan metode ini untuk memperoleh data-data
dalam bentuk dokumentasi tentang jumlah guru dan siswa di SMP
Mardisunu Surabaya, data inventaris, dan data struktur organisasi
17
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, ... h.148.
(51)
43
SMP Mardisunu Surabaya. Data yang dihasilkan diharapkan mampu
menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan Implementasi
pendidikan Islam Multikultural dalam sikap toleransi beragama siswa.
F. Analisis Data
Analisis data adalah proses mencari data secara sitematis data yang
didapat dari wawancana, catatan lapangan, dan bahan-bahan yang lainnya
Sehingga dapat sengan mudah dipahami serta dapan diinformasikan
temuannya kepada orang lain.18 Teknik analisis yang peneliti gunakan
dalam penelitiannya antara lain:
a. Data Reduction (Reduksi Data)
proses pemilihan pemusatan perhatian pada penyederhanaan,
pengabstrakan, tranformasi data kasar yang muncul dari catatan lapangan.
Data yang diperoleh dari lapangan ditulis dalam bentuk uraian atau
laporan terinci, Oleh karena data yang diperoleh dilapangan jumlahnya
cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Dengan
demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang
lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan
data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan.
b. Data Display ( Penyajian Data)
menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun disusun secara
logis dan sistematis dan memberikan kemungkinan ketika dibaca akan
18
(52)
44
mudah dipahami Dalam penelitan kualitatif, penyajian data dapat
dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori,
flowchart dan sejenisnya.
c. Verification (Kesimpulan)
Tahapan ini merupakan tahap akhir pada analisis yang bersifat
umum menjadi khusus. Dalam hal ini akan dijawab permasalah yang ada
pada penelitian, sehingga sesuai pula dengan tujuan penelitian yaitu
mencari permasalahan pada pendidikan islam multikultural dalam sikap
toeransi bergama siswa.
Sedangkan untuk teknik analisis data dalam penelitian kualitatif
bersifat induktif dan berkelanjutan yang tujuan akhirnya menghasilkan
pengertian-pengertian, konsep-konsep dan pembangunan suatu teori
baru.19 Peneliti terjun ke lapangan, mempelajari suatu proses atau
penemuan yang terjadi secara alami, mencatat, menganalisis,
menafsirkan dan melaporkan serta menarik kesimpulan-kesimpulan dari
proses tersebut. Lain halnya, teknik analisis data dalam penelitian
kualitatif juga bersifat deskriptif, yaitu penelitian yang dilakukan dengan
menggambarkan data yang diperoleh dengan kata-kata atau kalimat
yang dipisahkan untuk kategori sehingga diperoleh suatu kesimpulan
yang dapat dengan mudah untuk dipahami.
19
Jonathan Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, (Yogyakarta : Graha
(53)
45
G. Prosedur Penelitian
1. Sebelum Di lapangan
a. Menyusun rancangan penelitian
Dalam tahap ini peneliti membuat latar belakang masalah penelitian
dan alasan pelaksanaan penelitian.
b. Menentukan lapangan penelitian
Pada tahap ini peneliti memilih lokasi penelitian yang sesuai dengan
judul yang peneliti ambil
c. Mengurus perizinan
Setelah mendapatkan lokasi penelitian, peneliti mengurus izin yang
telah disetujui oleh Dekan Fakultas Tarbiyah.
d. Menjajagi dan menilai keadaan lapangan
Pada tahap ini peneliti mulai berinteraksi dengan fenomena yang ada di
lapangan dan mempelajari keadaan lapangan yang akan diteliti.
e. Menyiapkan perlengkapan penelitian
Untuk menunjang kevalidan pengumpulan data, maka peneliti
menyiapkan alat pengumpul data seperti foto dan tape recorder.
f. Persoalan etika penelitian
Selama berinteraksi dengan orang-orang dilapangan, peneliti tetap
berusaha menjaga etika dalam proses pengumpulan data sesuai kode
(54)
46
2. Ketika Di Lapangan
a. Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Memahami latar penelitian adalah hal yang harus diperhatikan agar apa
yang ingin dicari peneliti di lapangan sesuai dengan keadaan yang
terjadi di lapangan.
b. Memasuki lapangan
Setelah semuanya siap, maka peneliti memulai memasuki dan
berinteraksi dengan lapangan guna mencari data yang dibutuhkan
untuk penyusunan skripsi.
c. Berperan serta sambil mengumpulkan data
Sebagai instrument penelitian, peneliti bukan hanya sebagai perencana,
tetapi peneliti juga berperan serta dan berinteraksi langsung dengan
keadaan di lapangan.
d. Mengidentifikasi data
Data yang sudah terkumpul dari hasil wawancara (interviu) dan
observasi (pengamatan) di identifikasikan agar memudahkan peneliti
dalam menganalisa sesuai dengan tujuan yang diinginkan.
3. Tahap Akhir Penelitian
a. Menyajikan data dalam bentuk deskripsi
(55)
47
BAB IV
GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN
A. SMP MARDISUNU
1. Sejarah berdirinya SMP Mardisunu
SMP Mardisunu merupakan lembaga pendidikan yang berada di
bawah naungan Yayasan Lembaga Pendidikan Mardisunu, SMP
Mardisunu berdiri sejak tahun 1977 yang beralamat Jl. Pasar Kembang No
89-91, Kelurahan Wonorejo, Kecamatan Tegalsari, Surabaya.1 Pendirian
Smp Mardisunu melalui surat keputusan Kanwil DepDikBud Propinsi
Jawa Timur No.1124/PP/PMU/7702/77, Tanggal 16 Maret 1977.
Sedangkan untuk surat keterangan izin operasional sekolah dari Dinas
Pendidikan Kota Surabaya No. 422/2265/436.6.4/2013, Tanggal 08 Maret
2013.2
Pada tahun Pada Tahun Pelajaran 2015/2016 SMP Mardisunu
Surabaya memiliki siswa yang terdiri atas:
a. Kelas VII Sebanyak 2 kelas dengan jumlah siswa 84
1) Ruang A, Laki-laki= 25, perempuan 17
2) Ruang B, Laki-laki = 24, Perempuan 18
b. Kelas VIII Sebanyak 2 Kelas dengan jumlah siswa 84
1) Ruang A, Laki-laki = 19, perempuan 23
1
Wawancara Kepala sekolah ibu Jawirotun Nikmah di ruang kepala sekolah SMP Mardisunu Surabaya tanggal 16 Desember 2015 jam 14:36
2
Dokumentasi SMP Mardisunu
(56)
48
2) Ruang B, Laki-laki = 16 perempuan 26
c. Kelas IX Sebanyak 2 kelas dengan jumlah siswa 83
1) Ruang A, Laki-laki = 23 perempuan 19
2) Ruang B, Laki-laki = 18 perempuan 23.
B. POFIL SMP MARDISUNU SURABAYA
1. Nomor Statistik Sekolah :20456003198
2. NPSN :20532513
3. Nama Sekolah: SMP Mardisunu
4. Alamat: Jalan: Jl Pasar Kembang No 89-91
Kelurahan: Wonorejo
Kecamatan:Tegalsari
Kode Pos:60263
Telepon: (031) 5454301
Email: www.smpmardisunusby.@gmail.com
5. Gedung dan Tanah: Milik Sendiri
6. Sekolah dibuka tahun: 1977
7. Bentuk Sekolah:Biasa/ Konvesional
8. Status Sekolah: Swasta
Ter-Akreditasi A
SK Tanggal : 27 Oktober 2015
(57)
49
10. SK/Izin Operasional Sekolah: Dari Dinas Pendidikan Kota
Surabaya, No. 422/ 2265 / 436.6.4/2013, Tanggal 08 Maret 2013
11.SK/ Izin Pendirian Sekolah: Dari Kanwil DepDikBud Provinsi
Jawa Timur, No. 1124/PP/PMU/7702/77. Tanggal 16 Maret 1977
C. Visi, Misi dan Indikator SMP Maedisunu Surabaya
1. Visi Sekolah
Terbentuknya siswa yang mandiri dan bertanggung jawab
berdasarkan iman dan takwa, sertamampu berkompetensi kejenjang
pendidikan yang lebih tinggi,3
2. Misi Sekolah
Misi SMP Mardisunu Surabaya adalah:
1) Mengoptimalkan nilai-nilai agama yang dianut oleh seluruh
warga sekolah.
2) Melaksanakan tugas semata-mata untuk beribadah.
3) Melaksanakan kegiatan pembelajaran yang efektif dan berakar
pada kedisplinan dari semua komponen sekoah.
4) Melaksanakan kegiatan ekstra kurikuler yang dapat menambah
sportifitas, dan kemandirian pada diri siswa.
5) Mewujudkan kerja sama yang harmonis antar warga sekolah,
dengan komite sekolah serta instansi terkait danmasyarakat
sekitar lingkungan sekolah demi terwujudnya tujuan secara utuh
3
(58)
50
3. Indikator
Sebagai indikator dari visi dan misi tersebut adalah:
1) Unggul dalam prestasi akademik
2) Unggul dalam kegiatan non akademik
3) Unggul dalam kegiatan keagamaan
4) Unggul dalam kegiatan seni dan olahraga.
D. Kondisi Obyektif SMP Mardisunu
SMP Mardisunu berdiri di atas tanah seluas 1657 m² yang terletak di
jalan Pasar kembang No 89-91 Surabaya meliputi tanah yang sudah dipagar
permanen 1400 m, sedangkan tanah yang belum dipagar permanen 257 m, di
atasnya didirikan bangunan seluas 826 m². Sisanya untuk halaman 220 m²,
dan lapangan olah raga 586 m². Serta lain-lain 25 m².
1. Struktur Organisasi SMP Mardisunu Surabaya
Organisai bukanlah hanya sekedar wadah dari suatu kegiatan
namun juga berfungsi menata, mengatur dan menjadi jembatan
untuk meraih segala visi, misi, dan tujuan dari organisasi tersebut.
Adapun organisasi dalam SMP Mardisunu Surabaya adalah
sebagai berikut :
Ketua Yayasan : Soeswandi, Bec
Kepala Sekolah : Drs. Jawirotun Nikmah
Waka Kurikulum : Dra. Nanik Rahayu
(59)
51
Waka Humas : Abdus Salam, S.Pd. S.Psi
Badan Konseling : Soesilo, BA
Adapun mengenai bagan struktur organisasi SMP Mardisunu
(60)
52
Bagan 4.1
Struktur Organisasi SMP Mardisunu Surabaya
Dinas Pendidikan Kota
Yayasan Mardisunu
Komite sekolah kepala sekolah Peran Serta
Masyarakat
UNIT IPA
Unit Perpustakaan
Bendahara Kurikulum
Kesiswaan
Humas
Sarana Prasarana
Konseling
Walikelas
Siswa
G U R U G
U R U
(61)
53
2. Tenaga kependidikan dan kepegawaian SMP Mardisunu
Surabaya
Dari sisi tenaga pendidik dan kependidikan Smp Mardi Surabaya
memiliki tenaga pendidik yang profesional dan dapat
dipertanggung jawabkan keilmuannya karena hal yang tidak dapat
ditinggalkan dalam proses belajar mengajar adalah antara guru,
karyawan dan peserta didik, merupakan faktor yang amat penting
dalam dunia pendidikan. Adapun kondisi obyektif SMP Mardisunu
adalah sebagai berikut:4
a. Keadaan Peserta didik
Tabel 4.1 Data Kelas
No Kelas Ruang
Jenis Kelamin Jml
Data Agama
L p Islam Katolik Kristen
1 VII A 25 17 42
77
-
2 B 24 18 42 - 7
3 VIII A 19 23 42 80 -
4 B 16 26 42 - 4
5 IX A 23 19 42 80 -
6 B 18 23 41 - 3
Jumlah 251
4
(62)
54
b. Keadaan Guru dan Karyawan
Tabel 4.2
Data Pegawai Smp Mardisinu PENDIDIK
No Nama Gol Jabatan Pendidikan Tugas
Mengajar
Jam/ Minggu
1 Dra. J. Nikmah IVB Kepala
Sekolah
S1 Kepsek 36
2 Soesilo, BA BPNS SARMUD 36
3 Drs. H. Karnopo BPNS Guru S1 Agama
Islam
18
4 Dra. Nanik Rahayu IVB Guru S1 MTK 33
5 Sri Pudji A, BA IIIC Guru S1 PPKN 32
6 Agus Sri W, S.Pd BPNS Guru S1 BIOLOGI 10
7 Dra.Farida A BPNS Guru S1 FISIKA 12
8 Sutrisno, S.Pd BPNS Guru S1 PENJAS 12
9 Nur Arifin BPNS Guru S1 EKONOMI 22
10 Endang J, S.Pd BPNS Guru S1 B.
INGGRIS 8
11 Drs.Purnomo BPNS Guru S1 IPS 20
12 Bambang Tri S, Spd BPNS Guru S1 B.DAERA
H
12
13 Abdus Salam, S.Pd IIIB Guru S1 MTK 12
14 Erna Sulistiyowati, S.Pd BPNS Guru S1 B.IND 25
15 Karina Trisnawati BPNS Guru S1 APA 9
16 Agus Rahmadi, S.Pd BPNS Guru S1 B.INGGRIS 24
17 Asmani, S.Pak BPNS Guru S1 AGAMA
KRISTEN 12
18 Dra. Siti Umiati BPNS Guru S1 B.IND 20
19 Bobby Indra Wiyanto BPNS Guru SMU PRAMUK
A
12
20 Wahyu Putra Prasetyo BPNS Guru S1 EKTRA OR 3
21 Risky Ari Satria BPNS Guru SMK EKTRA
FUTSAL 2
22 Rr. Utari Dyah Ayunda BPNS Guru SMK EKSTRA
TARI
3
23 Putut Trihono BPNS Guru S1 EKSTRA
MUSIK
(1)
83
“sholat asyar dilakukan disekolah untuk melatih kebersamaan karena jika tidak pasti dirumah sudah telat sholatnya karena
takut keduluan sholat magrib”14
Dengan penanaman pendidikan multikultural di sekolah-sekolah akan menjadi satu langkah awal untuk pelatihan pembiasaan diri dan penyadaran bagi generasi muda untuk menerima perbedaan budaya, agama, ras, etnis dan kebutuhan di antara sesama dan mau hidup bersama secara damai. terutama untuk generasi muda yang saat ini banyak konflik-konflik yang bermunculan karena masalah sepele bisa berujung pertikaian.
14
Wawancara Guru PAI Karnopo di Bp SMP Mardisunu Surabaya tanggal 15 Desember 2015 pukul14:10
(2)
84
BAB VI PENUTUP A. Kesimpulan
1. Konsep pendidikan multikultural meliputi tidak ada perbedaan antara satu gologan dengan golongan lain. Multikulturalisme sendiri merupakan sebuah ideologi dan alat untuk masuk mengangkat derajat kemanusiaanya,
Oleh karena itu dengan berpegangan kepada konsep pendidikan multikultural kemudian digabung dengan pembelajaran pendidikan agama islam akan menyempurnakan setiap unsur-unsur yang ada dalam setiap pembelajaran. Karena Persamaan derajat di antara manusia merupakan salah satu hal yang ditekankan dalam Islam begitu pula dalam multikultural persamaan derajat sangat dijunjung tinggi.
2. Penerapan sikap toleransi beragama di sekolah SMP Mardi Sunu sudah sesuai konsep yang ada dalam pendidikan multikultural yang mana toleransi beragama sangat tinggi. Dengan ditunjukan setiap ada kegiatan keagamaan mereka selalu bersama-saman membantu serta saling menghargai .Dengan menerapkan toleransi seperti ini maka kehidupan dalam lingkungan sekolah akan terasa aman terutama dalam hal agama, karena pada usia pertumbuhan remaja awal sangat terjadi dan rentan terhadap konflik.
(3)
85
B. SARAN
Penulis memberikan beberapa solusi untuk faktor penghambat penerapan pendidikan islam dalam sikap toleransi beragama di SMP Mardisunu Surabaya, sebagai berikut:
1. Anak-anak yang tidak peduli kepada pelajaran, Guru sebagai instrument terpenting dalam menuju keberhasilan pemeblajaran dengan menggunakan metode yang lebih berfariasi agar siswa tidak jenuh dan lebih tertantang. Dengan mengembangan kurikulum dan peneran pendidikan multikultural.
2. Untuk mengatasi masalah yang ada penulis menyarankan untuk mengembangkan beberapa hal, yiatu:
a. Pendidikan Agama Islam & Kristen b. Pendidikan kewarganegaraan
c. Kurikulum pendidikan multikultural.
3. Untuk ketertiban murid yang tidak begitu peduli dengan pelajaran diharapkan guru memberi batas waktu izin keluar kelas agar siswa tetap kembali ke dalam kelas ketika pembelajaran.
(4)
DAFRAT PUSTAKA
Abuddin , Nata. 1998. Metodologi Studi Islam, Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Agustian, Murniati.2015.Pendidikan Multikultural,Jakarta: Universitas Katolik Indonesia Atma Jayai
Ahmad ,Abu. 2007. Sosiologi Pendidikan, Jakarta: PT Rineka Cipta.
Aziz, Abd. 2009. Filsafat Pendidikan Islam, Yogyakarta: Teras,
Baidhawy, Zakiyuddin , 2005 Pendidikan Agama Berwawasan Multikultural, Jakarta: Erlangga
Bisyri, Cik Hasan 2001. Penuntun Penyusunan Rencana Penelitian Skripsi,
Jakarta: Raja Grafindo.
Darajat ,Zakiyah , dkk.2006. .Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: PT Bumi Aksara,
Departemen Agama R. 200. .Al-Qur’an Terjemah Al-Jumanatul ‘Ali, Bandung: Cv Jumanatul‘Ali Art.
Haryono, Drs. Amirul Hadi Dan Drs. H. 1998. Metodologi Penelitian Pendidikan, Bandung : Cv Pustaka Setia.
Herdiansyah, Haris .2012. Metode penelitian Kualitatif untuk ilmu-ilmu sosial
Jakarta: Salemba Humanika.
(5)
http://usu.ac.id/public/content/files/sisdiknas.pdf, diakses pada 2 November 2015 , 09.30
Ibrahim Nana Sudjana, 1989.Penelitian dan Penelitian pendidikan, Bandung: Sinar Baru
Kasiram, Moh 2008 . Metodologi penelitian Kualitatif-kuantitatif, Malang : UIN-Malang Press,
Kasiram, Moh 2008. Metodologi penelitian Kualitatif-kuantitatif, Malang : UIN-Malang Press.
Kementrian pendidikan dan Kebudayaan. 2014. Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti, Jakarta: KDT.
Lexy Moleong, 1999. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja Rosdakarya,
Mahfud, Choirul 2006. Pendidikan Multikultural, Yogyakarta: Pustaka Pelajar,
Mardalis, 1995. Metode Penelitian: Suatu Pendekatan Proposal, Jakarta: Bumi Aksara,
Muhaimin. 2004. Paradigma Pendidikan Islam Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Muhdi ,Ali dkk,.2001. Merevitalisasi Pendidikan Pancasila, Surabaya: UIN Sunan Ampel Press
Mujid , Abdul dan Jusuf Mudzhakir, Ilmu Pendidikan Islam, cet. Ke-1
(6)
Nata,Abudin.1997. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
Partanto, Pius A., Dahlan al-Barri, 1994 Kamus Ilmiah Populer, Surabaya: Arkola,
Sarwono , Jonathan, 2006 . Metode Penelitian Kuantitatif & Kualitatif, Yogyakarta : Graha Ilmu.
Setiawan, Ebta. 2010-2011. KBBI Offline versi 1.3 freewere,
Sugiyono, 2012. Metode penelitian Kuantitafif Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sujanto, Agus. 1988. Psikologi perkembangan, Surabaya: Aksara Baru.
Sukardi, 2008Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, Jakarta : PT Bumi Aksara,.
Syamsul ,Ma’arif. 2007. Revitalisasi Pendidikan Islam, Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tilaar, H.A.R 2000. Pendidikan , kebudayaan,dan Masyarakat Madani Indonesia
:Strategi Reformasi Pendidikan Nasional Bandung: Remaja Rosdakarya
Wiyani , Novan Ardy. 2013. Pendidikan Agama Islam Berbasis Karakter,