Basuki Wibowo S861008007

(1)

commit to user

(Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Mencapai Derajat Magister Program Studi Pendidikan Sejarah

Oleh Basuki Wibowo

S861008007

PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS SEBELAS MARET

SURAKARTA 2012


(2)

commit to user ii

LEMBAR PESETUJUAN

PEMBELAJARAN SEJARAH LISAN

(Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang)

Disusun oleh: Basuki Wibowo

S 861008007

Telah disetujui oleh Tim Pembimbing Dewan Pembimbing:

Pembimbing I Dr. Suyatno Kartodirdjo ………. .…………

Pembimbing II Dra. Sutiyah.,M.Pd.,M.Hum .……… …………. NIP 195907081986012001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah,

Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd NIP 19560303198603 1001


(3)

commit to user iii

PEMBELAJARAN SEJARAH LISAN

(Studi Kasus di Program Studi Pendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang)

Disusun oleh: Basuki Wibowo

S 861008007

Telah disetujui dan disahkan oleh Tim Penguji

Jabatan Nama Tanda Tangan Tanggal

Ketua Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd ___________ ___________ NIP : 19560303198603 1001

Sekretaris Dr. Nunuk Suryani, M.Pd ___________ ___________ NIP : 196611081990032001

Anggota Penguji :

1. Dr. Suyatno Kartodirdjo ___________ ___________

2. Dra. Sutiyah.,M.Pd.,M.Hum ___________ ___________ NIP : 195907081986012001

Surakarta, …….…/Juli/ 2012 Mengetahui, Ketua Program Studi Pendidikan Direktur PPs UNS, Sejarah,

Prof. Dr. Ir Ahmad Yunus, MS Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd NIP. 196107171986011001 NIP. 19560303198603 1001


(4)

commit to user iv PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Basuki Wibowo NIM : S 861008007

Menyatakan dengan sesungguhnya, bahwa tesis berjudul PEMBELAJARAN SEJARAH LISAN (Studi Kasus Di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang) adalah betul-betul karya sendiri. Hal-hal yang bukan karya saya, dalam tesis tersebut diberi tanda citasi dan ditunjukkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti pernyataan sayat tidak benar, maka saya bersedia menerima sanksi akademik berupa pencabutan tesis dan gelar yang saya peroleh dari tesis tersebut.

Surakarta, ... Juli 2012 Yang membuat pernyataan,


(5)

commit to user v MOTTO

Mundur Selangkah Untuk Maju Dua Langkah

Belajar, Berjuang, Bertakwa


(6)

commit to user vi PERSEMBAHAN

Untuk kedua orang tua Gatot Sudarso, Erni Kusmiyati,

Untuk istriku Nc Atma P, terimakasih atas kepercayaan dan kesabaranya

Untuk orang yang telah berjasa dalam hidupku Ichwanto, Sulyati, wandi,alm Mugi Sujud, mas Yoko

dan adik-adiku tercinta Diana Kartikasari, Prana Prabawantio, Putri Sekarwati. Untuk seluruh keluargaku yang selalu memberi support.


(7)

commit to user vii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan bimbingan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini dengan baik. Disadari bahwa penulisan tesis sebagai satu persyaratan untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Program Studi Pendidikan Sejarah Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta ini dapat diselesaikan berkat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setulusya atas bantuan dan bimbingan serta perngorbanan kepada :

1. Prof. Dr. Ravik Karsidi, MS selaku Rektor Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret. 2. Prof. Dr. Ir Ahmad Yunus, MS selaku Direktur Program Pascasarjana

Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah berkenan memberikan kesempatan kepada penulis untuk mengikuti pendidikan pada Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret.

3. Dr. Hermanu Joebagio, M.Pd selaku Ketua Program Studi Pendidikan Sejarah dan Dra. Sariyatun, M.Hum, M.Pd selaku Sekertaris Program Studi Pendidikan Sejarah yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan motivasi untuk menyelesaikan studi di Pascasarjana ini.

4. Dr. Suyatno Kartodirdjo selaku Pembimbing I yang telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini.


(8)

commit to user viii

5. Dra. Sutiyah.,M.Pd.,M.Hum selaku Pembimbing II yang dengan penuh kesabarannya telah memberikan arahan, dorongan, motivasi dan bimbingan yang sangat besar nilainya kepada penulis sampai terselesaikannya tesis ini. 6. Prof. Dr. Samion AR. M.Pd selaku ketua STKIP PGRI Pontianak yang telah

membantu dalam berbagai hal.

7. Segenap civitas akademika Jurusan Sejarah di lingkungan Universitas Negeri Semarang, yang memberikan dukungan penuh pada pelaksanaan penelitian ini 8. Kedua orang tua Gatot Soedarso, Erni Kusmiyati, yang penuh perhatian serta

doa-doanya selalu menjadi semangat dalam penyelesaian tesis menjadi lancar. 9. Teman-teman studi yang saling mendukung dalam suka maupun duka selama

bersama-sama menempuh studi.

10. Sahabat-sahabat di Komunitas Studi mahasiswa UNNES (Eko Wahyu, Bejo, Lutfi, Pendi, Syukur, dan Muhrodi), Taman Baca Ngudi Kawruh (Syaiful Amin dkk), Himpro Sejarah UNNES (Khaharisma dkk), Team Lab Historica Didactica STKIP PGRI PTK, kang Sadiman klaten, dan teman-teman Kost Merah terimakasih atas bantuan dan diskusinya. Terimakasih juga pada sahabat Tsabit azinar Ahmad atas masukan dan referensi-referensinya.

Pada penyusunanya, tesis ini masih sangat banyak kekurangan dan kelemahannya, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun akan penulis terima dengan senang hati.

Surakarta, …Juli 2012 Penulis


(9)

commit to user ix DAFTAR ISI

JUDUL ... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

PENGESAHAN TESIS ... iii

PERNYATAAN ... iv

MOTO ... v

PERSEMBAHAN ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

ABSTRAK ... xv

ABSTRACT ... xvi

BAB I : PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 6

BAB II : KAJIAN TEORI, PENLITIAN YANG RELEVAN DAN KERANGKA BERPIKIR ... 8

A. Kajian Teori ... 8


(10)

commit to user x

2. Sejarah Lisan ... 18

B. Penelitian Yang Relevan ... 24

C. Kerangka Berpikir ... 28

BAB III : METODE PENELITIAN ... 30

A. Lokasi penelitian ... 30

B. Waktu Penelitan ... 30

C. Bentuk Dan Strategi Penelitian ... 31

D. Sumber Data ... 32

E. Teknik Pengumpulan Data ... 33

F. Teknik Cuplikan ... 35

G. Validitas Data ... 36

H. Teknik Analisis Data ... 37

BAB IV : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 41

A. Hasil Penelitian ... 41

1. Deskripsi Latar ... 41

2. Sajian Data ... 48

B. Pokok Temuan ... 79

1. Implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes ... 79

2. Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes ... 79

3. Apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes ... 80


(11)

commit to user xi

C. Pembahasan ... 80

BAB V : SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ... 126

A. Simpulan ... 126

B. Implikasi ... 127

C. Saran ... 128

DAFTAR PUSTAKA ... 130 LAMPIRAN


(12)

commit to user xii DAFTAR TABEL

Tabel 1. Waktu Penelitian ... 31 Table 2. Data Dosen Pendidikan Sejarah ... . 46 Tabel 3. Analisis Kendala dalam Perencanaan Pembelajaran Sejarah LIsan ... . 67


(13)

commit to user xiii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian ... 28 Gambar 2. Komponen Analisis Data Model Interaktif ... 40 Gambar 3. Fungsi Media Pembelajaran Sejarah Lisan ... 100


(14)

commit to user xiv

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman wawancara, observasi, dan analisis dokumen ... 134

Lampiran 2. Daftar Informan ... 137

Lampiran 3.Contoh Silabus, SAP dan kurikulum ... 133

Lampiran 4. Catatan Lapangan ... 140

Lampiran 5. Dokumentasi penelitian ... 164

Lampiran 6. Contoh Tugas Mahasiswa ... 168


(15)

commit to user xv ABSTRAK

Basuki Wibowo, S 861008007. 2012. Pembelajaran Sejarah Lisan (Studi Kasus Di Program Studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang). Tesis Program Pascasarjana Universitas Sebelas Maret Surakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes; (2) Mengetahui kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes; (3) Mengetahui apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes.

Penelitian ini dilakukan di lingkungan Fakultas Ilmu Sosial program studi Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Semarang. Metode penelitian yang digunakan bersifat kualitatif dengan bentuk studi kasus tunggal terpancang. Sumber data terdiri atas narasumber dosen dan mahasiswa, dokumen berupa kurikulum pendidikan sejarah Unnes, Silabus, SAP, Tugas mahasuswa serta tempat dan aktivitas pembelajaran sejarah lisan. Data digali melalui wawancara mendalam, observasi partisipasi pasif. Untuk validitas data dilakukan dengan teknik trianggulasi data, analisis dokumen dan trianggulasi sumber. Analisa data menggunakan model analisis interaktif interaksi antara pengumpulan data dengan tiga komponen analisis (reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan) secara siklus untuk mendapatkan simpulan berdasarkan reduksi dan sajian data.

Hasil penelitian menunjukan bahwa pembelajaran sejarah di program studi pendidikan sejarah: (1) Implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes sudah berjalan sesuai SAP, tetapi belum ada kontrak kuliah secara tertulis, dan penilaian belum ada rublik yang tertulis secara rinci; (2) Mengetahui kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes, antara lain kendala materi, ketakutan mahasiswa, sumber belajar terbatas, dan media penunjang belum lengkap; (3) Mengetahui apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes ada yang menanggapi positif namun ada juga yang menanggapi negatif. Positif ada tambahan pengetahuan, negatif karena tambahan biaya.


(16)

commit to user xvi ABSTRACT

Basuki Wibowo, S 861008007. 2012. Learning History (Case Studies in Educational Studies Program History, State University of Semarang). Thesis Eleven University Graduate Program in Sebelas Maret University of Surakarta.

This study aims to determine (1) Implementation of an oral history teaching in History Education FIS Unnes Prodi, (2) Knowing the obstacles encountered in the teaching of history in the oral history of FIS Unnes Prodi Education, (3) Knowing the appreciation of students towards learning oral history in Educational of History Program Study of FIS Unnes.

The research was conducted in the Faculty of Social Science History Education Course University. The research method is qualitative in the form of case studies of single spikes. Data sources consisted of faculty and student speakers, a document Unnes history curriculum, syllabus, SAP, student tasks and activities as well as places of learning verbally. Data explored through in-depth interviews, observation of passive participation. For the validity of the data was done by using triangulation data, document analysis and triangulation of sources. Analysis of data using an interactive analysis model of interaction between the three components of data collection analysis (data reduction, presentation of data, and drawing conclusions) in the cycle to get a conclusion based on the reduction and presentation of data.

The results showed that oral learning in History Education courses: (1) Implementation of an oral history teaching in Educational of History Program Study of FIS Unnes has been running according to SAP, but there is no contract in writing lectures, assessment has been no detailed written rubric, (2 ) Knowing the obstacles encountered in the learning of oral history in Educational of History Program Study of FIS Unnes, among others, material constraints, fear of students, the largest source of materials, media support is not complete, (3) Knowing the appreciation of students towards learning oral history in Educational of History Program Study FIS of Unnes there was a positive response to the knowledge, but there is also a response to negative due to additional costs.


(17)

commit to user

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Paradigma pendidikan sejarah mengalami perkembangan yang pesat setelah reformasi. Salah satu perkembangan tersebut adalah reposisi peran guru sejarah dalam pembelajaran. Guru harus memiliki serangkaian kompetensi sebagai bekal dalam pelaksanaan pendidikan. Dalam Permendiknas No. 16 Tahun 2007 Tentang Standar Kualifikasi Akademik Dan Kompetensi Guru dijelaskan bahwa kompetensi profesional yang harus dimiliki guru sejarah salah satunya adalah “menguasai materi, struktur, konsep, danpola pikir keilmuanyang mendukungmata pelajaran yangdiampu.” Lebih spesifik lagi, kompetensi tersebut dijabarkan dalam beberapa aspek, yakni “(1) Menguasai hakikat struktur keilmuan, ruang lingkup, dan objek Sejarah; (2) Membedakan pendekatan-pendekatan Sejarah; (3) Menguasai materi Sejarah secara luas dan mendalam; dan (4) Menunjukkan manfaat mata pelajaran Sejarah.”

Kompetensi profesional bagi guru sejarah sesuai dengan Permendiknas No. 16 tahun 2007 mempunyai beberapa pemahaman. Pertama, guru sejarah harus mampu memahami hakikat keilmuan sejarah secara mendalam. Kedua, guru sejarah dituntut untuk mampu melakukan penelitian sejarah dan mengembangkan keilmuannya. Ketiga, guru sejarah harus mampu menguasai berbagai materi dan peristiwa sejarah di tingkat nasional dan lokal. Keempat, guru sejarah harus mampu mengambil makna dan nilai-nilai dalam berbagai peristiwa sejarah. Dengan demikian, guru sejarah tidak hanya mampu menguasai materi, tetapi juga


(18)

commit to user

mengembangkannya melalui proses penelitian dan penelusuran sejarah pada tingkat yang lebih mikro di lingkungan sekitar.

Penguasaan terhadap pengembangan materi melalui penelitian sejarah dan penelusuran sumber-sumber lokal untuk memperkuat pemahaman sejarah mikro merupakan tuntutan baru bagi guru sejarah. Hal ini didukung oleh pendapat dari Husband (2011:84) bahwa agar mampu menjadi guru sejarah yang sukses harus mampu memahami informasi kesejarahan, termasuk di dalamnya sejarah-sejarah mikro di lingkungan sekitar siswa. Bhuvan Garg (2007:156-160) menjelaskan bahwa guru harus mampu memandu siswa melakukan penelitian berbasis sejarah lisan. Dengan demikian, guru sejarah juga dituntut untuk mampu memandu siswa dalam melaksanakan penelitian sejarah, termasuk sejarah lisan. Oleh karena itu, kemampuan penelusuran sumber dan pemahaman sejarah mikro melalui sejarah lisan menjadi kompetensi yang harus dimiliki oleh guru sejarah.

Pemahaman terhadap sejarah mikro melalui penelitian dengan pendekatan sejarah lisan merupakan hal penting yang harus dikuasai oleh guru. Kemampuan guru untuk memahami berbagai peristiwa di sekitar lingkungan belajar sangat penting agar pembelajaran menjadi lebih bermakna. Kebermaknaan dalam pembelajaran dapat dilakukan dengan mengaitkan antara materi dengan konteks di sekitar siswa (Burhanudin dan Wahyuni, 2007: 67). Salah satu upaya mengaitkan materi dengan konteks di sekitar siswa adalah dengan menghadirkan peristiwa sejarah di sekitar lingkungan belajar. Salah satu upaya untuk mampu menghadirkan peristiwa-peristiwa sekitar siswa adalah dengan memahami sejarah mikro. Pemahaman terhadap sejarah mikro di sekitar lingkungan belajar siswa


(19)

commit to user

merupakan bekal yang harus dimiliki oleh guru agar mampu melakukan pengaitan antara materi sejarah dalam buku teks dengan konteks sekitar siswa.

Realitas saat ini, pemahaman guru sejarah terhadap sejarah mikro di sekitar lingkungan belajar siswa masih terkendala pada kemampuan teknis yang dimiliki oleh guru. Guru lebih memilih melaksanakan pembelajaran dengan transfer of knowledge melalui kegiatan yang tidak inovatif. Geoffrey Partington yang dikutip Widja (1989: 103) menyatakan bahwa bahwa praktik-praktik pengajaran yang berlaku selama ini sering dicap sebagai pelajaran hapalan yang didominasi oleh situasi “too much chalk and talk and by a lack of involvement of childern in their own learning”, yakni terlalu banyak omongan dan catatan tanpa melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajarannya. Hal ini dimungkinkan terjadi tatkala pembelajaran belum mampu mengaktifkan siswa dalam kegiatan penemuan dan pemecahan masalah kesejarahan di sekitar lingkungan belajarnya. Oleh karena itu pembekalan terhadap kemampuan guru untuk mengeksplorasi sumber-sumber sejarah di sekitar lingkungan belajar sejarah siswa harus dilakukan oleh LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).

Salah satu upaya yang diberikan oleh LPTK untuk membekali calon pendidik sejarah dengan kemampuan untuk mengeksplorasi sumber-sumber sejarah di sekitar lingkungan belajar siswa adalah melalui mata kuliah Sejarah Lisan. Perkuliahan ini dianggap penting karena saat ini banyak kawasan yang belum memiliki dokumen-dokumen tertulis, sehingga menyulitkan proses penelitian sejarah secara dokumentatif. Oleh karena itu, penggalian sumber-sumber alternatif di masyarakat melalui wawancara menjadi pilihan untuk


(20)

commit to user

mendapatkan informasi kesejarahan secara melimpah. Melalui mata kuliah ini diharapkan lulusan mampu mengaplikasikannya dalam praksis pembelajaran dan melakukan pembimbingan bagi siswa untuk mendapatkan informasi kesejarahan di sekitar lingkungan belajarnya.

Kemampuan guru dalam mengeksplorasi ragam sejarah melalui sejarah lisan dibutuhkan untuk memperkuat pembelajaran sejarah. Saat ini pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) terdapat Kompetensi Dasar “Menggunakan prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah”. Pada KD ini siswa diharapkan mampu untuk melaksanakan penelitian sejarah secara sederhana. Salah satu hal yang dapat dikembangkan adalah memberikan bekal pada siswa untuk mampu melakukan wawancara dengan narasumber sebagai dasar penulisan sejarah. Siswa diharapkan mampu menerapkan metode-metode dalam sejarah lisan untuk mendalami peristiwa sejarah di sekitar lingkungan belajarnya. Dengan demikian, guru sebagai pembimbing terlebih dahulu harus mahir dalam melaksanakan penelitian dengan pendekatan sejarah lisan.

Sejarah lisan merupakan salah satu paradigma baru dalam ilmu sejarah. Ia menghadirkan pilihan alternatif tentang bagaimana sejarawan memperoleh sumber-sumber sejarah. Jika selama ini penelitian sejarah lebih cenderung memilih dokumen sebagai sumber, sejarah lisan menawarkan alternatif sumber selain dokumen, yakni subjek-subjek yang memiliki keterkaitan dengan peristiwa sejarah. Sejarah lisan menjadi penting ketika di Indonesia banyak daerah belum memiliki catatan tertulis atau dokumen-dokumen peninggalan sebagai sumber sejarah. Oleh karena itu, ketika peneliti hendak mengkaji unit analisis dalam skala


(21)

commit to user

mikro yang memiliki catatan dan dokumen tertulis yang terbatas, penggunaan sejarah lisan dipilih sebagai alternatif untuk menggali cerita-cerita sejarah yang belum terungkap.

Mata kuliah sejarah lisan telah menjadi bagian dari kurikulum Program Studi Ilmu sejarah pada perguruan tinggi di Indonesia,namum, mata kuliah tersebut masih belum dikembangkan secara luas untuk memberikan bekal bagi calon guru sejarah dalam melakukan kajian terhadap sejarah mikro di sekitar lingkungan kerjanya. Bagi Prodi Pendidikan Sejarah UNNES, mata kuliah Sejarah Lisan baru diberikan pada kurikulum tahun 2008. Hal ini berarti Sejarah Lisan merupakan satu hal yang relatif baru dan masih mencari format yang ideal. Dengan demikian, kemungkinan munculnya permasalahan juga masih terjadi. Oleh karena itu, menarik bagaimana pelaksanaan pembelajaran sejarah lisan bagi mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES untuk mewujudkan pemahaman terhadap sejarah mikro, kendala-kendala dalam pelaksanaannya, dan apresiasi mahasiswa dalam pembelajaran.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah

1. Bagaimana implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES?

2. Bagaimana kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES?


(22)

commit to user

3. Bagaimana apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah di atas, tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Mendeskripsikan implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

2. Mengetahui kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

3. Mengetahui apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis, penelitian ini memberikan satu kajian ilmiah tentang pembelajaran sejarah lisan di Program StudiPendidikan Sejarah Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Semarang. Kajian tentang pembelajaran sejarah lisan di kalangan mahasiswa calon pendidikmasih jarang, sehingga penelitian ini dapat digunakan sebagai perbandingan dan acuan dalam penelitian selanjutnya tentang pembelajaran sejarah lisan bagi calon pendidik.

2. Manfaat Praktis

a. Memberikan masukan tentang pendekatan dalam pembelajaran sejarah lisan bagi mahasiswa calon pendidik.


(23)

commit to user

b. Bagi pihak LPTK dapat digunakan sebagai salah satu pertimbangan dalam menentukan kebijakan dalam pembelajaran sejarah, terutama sejarah lisan.


(24)

commit to user

8

BAB II

KAJIAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN KERANGKA BERPIKIR

A. Kajian Teori 1. Pembelajaran Sejarah

a. Pengertian Pembelajaran Sejarah

Pembelajaran adalah seperangkat peristiwa (events) yang mempengaruhi si belajar sedemikian rupa sehingga si belajar memperoleh kemudahan (Haryanto, 2003: 2-3). Kata pembelajaran sengaja dipakai sebagai padan dari kata instruction yang berasal dari bahasa Inggris. Kata instruction memiliki pengertian yang lebih luas daripada pengajaran. Jika pengajaran ada dalam konteks guru-murid atau dosen-mahasiswa di kelas (ruang) formal, maka pembelajaran mencakup pula kegiatan belajar mengajar yang tidak dihadiri guru secara fisik. Oleh karena dalam instruction yang ditekankan proses belajar, maka usaha-usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri peserta didik disebut pembelajaran. Pembelajaran juga dapat berarti proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Kosasih Djahiri A. (dalam Isjoni, 2007: 78) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses keterlibatan totalitas diri peserta didik dan kehidupannya atau lingkungannya secara terarah, terkendali ke arah penyempurnaan, pembudayaan, pemberdayaan totalitas diri dan kehidupannya


(25)

commit to user

melalui proses learning to know, learning to belief, learning to do dan to be serta learning to life together.

Menurut Darsono (2000: 26), pembelajaran merupakan kegiatan yang dilakukan secara sadar dan sengaja untuk membantu peserta didik agar memperoleh pengalaman dan dengan pengalaman itu tingkah laku peserta didik bertambah baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku tersebut meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku peserta didik.

Atas dasar pemikiran di atas, pemerintah RI telah merumuskan pengertian dari pembelajaran yang tercantum dalam Undang-Undang nomor 20 tahun 2003 tetang Sistem Pendidikan Nasional, yakni pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Dengan demikian, pembelajaran yang baik adalah pembelajaran yang memberikan kegiatan interaksi yang aktif dari peserta didik dan guru atau pendidik.

Ciri-ciri pembelajaran menurut Edi Suardi (dalam Saiful Bahri Djamarah dan Aswan Zain 2006: 39), meliputi: (1) Pembelajaran memiliki tujuan yakni membentukanak didik dalam sustu perkembangan tertentu.( 2) Ada sustu prosedur (jalannya onteraksi) yang direncanakan, di desain untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. (3) Kegiatan pembelajaran ditandai dengan suatu materi khusus. (4) Ditandai dengan aktifitas anak didik. (5) Dalam kegiatan pembelajaran, guru berperan sebagai pembimbing. (6) Dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan disiplin. (7) Ada batas waktu, (8) Evaluasi.


(26)

commit to user

Berkaitan dengan sejarah, I Gde Widja (1989: 23) menyatakan bahwa pembelajaran sejarah adalah perpaduan antara aktivitas belajar dan mengajar yang di dalamnya mempelajari tentang peristiwa masa lampau yang erat kaitannya dengan masa kini. Selanjutnya Isjoni (2007:13) menyatakan bahwa,

Pembelajaran sejarah memiliki peran fundamental dalam kaitannya dengan guna atau tujuan dari belajar sejarah, melalui pembelajaran sejarah dapat juga dilakukan penilaian moral saat ini sebagai ukuran menilai masa lampau.

Sebagai sebuah sistem, pembelajaran merupakan suatu rangkaian yang merupakan suatu kesatuan. Pembelajaran sebagai sistem merupakan interaksi fungsional antarsubsistem (Ahmad Sugandi dkk., 2004: 20). Pada hakikatnya pembelajaran sebagai sistem merupakan suatu kesatuan berbagai unsur/elemen yang memiliki hubungan fungsional dan berinteraksi secara dinamis untuk mencapai tujuan/fungsi sistem tersebut.

b. Komponen-Komponen Pembelajaran Sejarah

Di dalam proses pembelajaran terdapat komponen-komponen yang menyusun suatu pembelajaran yaitu (1) tujuan, (2) subjek belajar, (3) materi pelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) media pembelajaran, (6) evaluasi, dan (7) penunjang (Ahmad Sugandi dkk., 2004: 28-30). Tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran adalah membantu peserta didik agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman itu, tingkah laku peserta didik bertambah. Tujuan pembelajaran ini mengacu para ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik. Sementara itu subjek belajar mencakup pribadi yang ada dalam proses pembelajaran, yakni peserta didik/mahasiswa dan guru/dosen. Materi merupakan hal/informasi yang diberikan dalam proses pembelajaran. Materi ini telah


(27)

commit to user

disesuaikan dengan kurikulum. Strategi pembelajaran merupakan pola umum dalam mewujudkan proses pembelajaran yang diyakini efektivitasnya untuk mencapai tujuan pembelajaran. Media pembelajaran merupakan alat yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membantu menyampaikan informasi atau pesan pembelajaran. Evaluasi merupakan kegiatan pengendalian, penjaminan dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan. Komponen penunjang dalam pembelajaran antara lain fasilitas-fasilitas yang berfungsi untuk melancarkan dan mempermudah proses pembelajaran.

Sebelum melaksanakan kegiatan pembelajaran guru perlu mengembangkan perencanaan pembelajaran. Dalam kegiatan pembelajaran, pembuatan perencanaan atau desain pembelajaran berfungsi untuk memudahkan serta memberikan efektivitas dalam pembelajaran agar tujuan yang hendak dicapai bisa dengan mudah terlaksana.

Desain pembelajaran atau desain instruksional merupakan keseluruhan proses analisis kebutuhan dan tujuan belajar serta pengembangan teknik mengajar dan materi pengajarannya untuk memenuhi kebutuhan tersebut (Ahmad Sugandi dkk.,2004:46). Dalam kegiatan pembelajaran agar terwujud efektivitas pembelajaran dan agar tujuan bisa dengan mudah tercapai harus ada perencanaan pembelajaran dalam bentuk desain pembelajaran. Desain pembelajaran ini bermanfaat bagi guru karena dapat memberikan gambaran awal tentang rencana pengajaran dalam kelas.


(28)

commit to user

Di dalam prosesnya, desain pembelajaran ini melakukan pendekatan secara sistematis dalam perencanaan dan pengembangan sarana serta alat untuk mencapai kebutuhan dan tujuan pembelajaran. Tujuan penyusunan atau pendesainan desain pembelajaran ini adalah pada dasarnya untuk mempermudah dalam pelaksanaan proses pembelajaran karena terjadi pembelajaran yang terencana dan efektif, sehingga tujuan dari pembelajaran yaitu peserta didik yang cerdas (ranah kognitif), kreatif (ranah psikomotorik) dan memahami norma (afektif) bisa terwujud.

Penyusunan desain pembelajaran harus memperhatikan komponen-komponen dalam pembelajaran meliputi (1) tujuan, (2) subjek belajar, (3) materi pelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) media pembelajaran, (6) evaluasi, serta (7) sarana penunjang seperti fasilitas belajar, buku sumber, pemanfaatan ligkungan dan sebagainya (Ahmad Sugandi dkk., 2004: 28-30).

Desain atau perencanaan pembelajaran dikembangkan oleh para pengembang yaitu guru di sekolah, pengarang, pendidik dan psikolog serta para profesional dalam bidang pendidikan. Tugas para pengembang dan pendesain model pembelajaran adalah menentukan hasil belajar (prestasi peserta didik) yang dapat diamati dan diukur, mengidentifikasi peserta didik yang akan belajar, menulis dan menyelenggarakan kegiatan pembelajaran bagi peserta didik, menentukan media, menentukan situasi dan kondisi (pengenalan kelas), menentukan kriteria seberapa prestasi peserta didik telah dianggap cukup, memilih metode yang tepat, menentukan model tes/evaluasi, mengadakan perbaikan (remidi untuk yang tertinggal) (Haryanto, 2003: 53).


(29)

commit to user c. Tujuan Pembelajaran Sejarah

Beberapa pakar seperti Soedjatmoko (1976:42), Hasan (2007:27), sampai dengan Wineburg (2006:8) telah menekankan tujuan dari pembelajaran sejarah bagi generasi muda. Sebelum mengulas tujuan dari pembelajaran sejarah itu, untuk lebih memahami tujuan dilaksanakannya pendidikan sejarah, patut diketahui pula fungsi atau manfaat dari sejarah itu sendiri. Dengan mengetahui fungsi dan manfaat dari ilmu sejarah itu maka akan dapat dirumuskan pula fungsi dari pembelajaran sejarah dan tujuan yang hendak dicapai.

Sejarah memiliki berberapa manfaat bagi kehidupan manusia pada masa sekarang. Subagyo (2010:52), Wasino (2007:14) menyebutkan bahwa paling tidak ada beberapa guna sejarah bagi manusia yang mempelajarinya, yakni (1) edukatif (untuk pendidikan), (2) instruktif (memberikan pengajaran), (3) inspiratif (memberi ilham), serta (4) rekreatif (memberikan kesenangan).

Sejarah memiliki fungsi edukatif (untuk pendidikan) karena dengan memahami sejarah berarti telah diambil satu manfaat atau hikmah dari terjadinya suatu peristiwa sejarah. Kaitannya antara sejarah dan pendidikan, ada sebuah kalimat bijak tentang peranan sejarah bagi manusia yang berbunyi historia vitae magistra yang bermakna ‘sejarah adalah guru kehidupan’. Makna sejarah sebagai guru kehidupan ini sangat dalam, karena memerlukan pemikiran mengapa sampai sejarah itu digunakan sebagai guru kehidupan. Di sini maksud dari kalimat tersebut adalah bahwa sejarah ini memiliki fungsi pendidikan, yang mengajarkan bagaimana manusia seharusnya itu bertindak dengan melihat peristiwa yang telah terjadi untuk kemudian diambil hikmahnya. Kuntowijoyo (1995:24) menerangkan


(30)

commit to user

bahwa ada beberapa fungsi sejarah kaitannya dengan sarana pendidikan, yaitu sebagai pendidikan moral, penalaran, politik, kebijakan, perubahan, masa depan, dan keindahan.

Fungsi kedua dari sejarah adalah fungsi instruktif. Sejarah sebagai aktivitas manusia pada masa lampau memiliki fungsi untuk memberikan pelajaran mengenai suatu keterampilan atau pengetahuan, misalnya pengetahuan tentang taktik militer, navigasi, teknologi senjata, jurnalistik (Subagyo, 2010:70).

Fungsi berikutnya dari sejarah adalah fungsi inspirasi. Fungsi inspirasi maksudnya adalah bahwa tindakan yang telah dilakukan oleh manusia pada masa lampau mampu memberikan inspirasi atau ilham bagi manusia yang hidup pada masa ini. Tindakan-tindakan kepahlawanan dalam sejarah dapat mengilhami masyarakat pada perjuangan yang sekarang. Contoh dari fungsi sejarah sebagai insrpirasi adalah seperti patriotisme yang terpatri dalam jiwa rakyat Indonesia ketika menghadapi kolonialisme asing, memberi inspirasi bagi bangsa Indonesia pada masa kini untuk terus menerus bekerja keras, rela berkorban, dan menjaga persatuan agar cita-cita dan tujuan Indonesia bisa tercapai.

Fungsi keempat dari sejarah adalah fungsi rekreatif, maksudnya adalah bahwa sejarah dapat memberikan kesenangan lain kepada generasi sekarang. Sejarah membawa manusia kepada nostalgia dan kisah-kisah yang dramatis, indah, dan sebagainya. Dengan sejarah kita seolah-olah berpariwisata ke negeri-negeri jauh, menyaksikan peristiwa-peristiwa penting yang terjadi dalam suasana yang berlainan dengan suasana kita pada masa sekarang.


(31)

commit to user

Dari keempat fungsi atau guna sejarah seperti yang telah dijelaskan di atas, ada beberapa fungsi atau guna lain dari sejarah yang merupakan turunan dari keempat fungsi atau guna sejarah tersebut. Fungsi tersebut antara lain adalah sebagai sarana untuk menumbuhkan semangat nasionalisme dan partiotisme, sampai pada fungsi untuk memprediksi masa depan melalui refleksi terhadap peristiwa yang telah terjadi pada masa lampau.

Oleh karena sejarah memiliki guna yang strategis, sebagaimana dinyatakan Collingwood (1980:254) “bahwa mengenal diri sendiri berarti mengenal apa yang kita mampu lakukan; dan karena tidak seorangpun mengetahui apa yang bisa dia perbuat sampai dia mencobanya, maka satu-satunya kunci untuk mengetahui apa yang bisa diperbuat seseorang adalah apa yang telah dia perbuat (maksdunya adalah dari sejarah masa lampaunya.” Dengan demikian berarti menurut Collingwood kegunaan sejarah bagi manusia adalah untuk mengenal dirinya sendiri. Hal senada juga diungkapkan oleh Wineburg (2006:8) bahwa “sejarah memiliki potensi untuk menjadikan kita manusia yang berperikemanusiaan, hal yang tidak dapat dilakukan oleh mata pelajaran lain dalam kurikulum sekolah.”

Kaitannya dengan upaya untuk mengenali dirinya sendiri, pendidikan sejarah berarti mengajarkan kepada manusia satu langkah menuju kesadaran. Kesadaran sejarah merupakan satu kondisi kejiwaan yang menunjukkan tingkat penghayatan pada makna dan hakikat sejarah bagi masa kini dan masa yang akan datang, serta menjadi dasar bagi berfungsinya makna sejarah dalam proses pendidikan (Widja, 1989:103). Lebih lanjut lagi Soedjatmoko menyatakan tentang kesadaran sejarah sebagai berikut


(32)

commit to user

Suatu orientasi intelektual, suatu sikap jiwa yang perlu untuk memahami secara tepat paham kepribadian nasional. Kesadaran sejarah ini membimbing manusia kepada pengertian mengenai diri sendiri sebagai bangsa, kepada self understanding of nation, kepada sangkan paran suatu bangsa, kepada persoalan what we are, why we are what we are. (Soedjatmoko, 1973:12-13)

Manfaat mempelajari sejarah menurut Tamburaka (1999: 25) ada 3 hal yaitu (1) Untuk memperoleh pengalaman peristiwa sejarah di masa lampau baik dari sisi positif maupun negatif untuk dijadikan hikmah agar kesalahan yang pernah terjadi tidak terulang kembali; (2) Untuk mengetahui hukum sejarah yang berlaku agar menjadi pembelajaran bagi generasi selanjutnya dalam mengatasi persoalan masa kini dan masa yang datang; dan (3) Menumbuhkan sikap kedewasaan berpikir, memiliki cara pandang lebih luas untuk bertindak lebih arif bijaksana dalam mengambil keputusan. Generasi muda menjadi tumpuan bangsa dalam mengembangkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia untuk mengembangkan pengertian dan penghargaan tentang warisan dan tradisi sejarah yang telah ada sebagai proses pembelajaran dan pemahaman sejarah bangsanya (Isjoni, 2009: 35).

Selain pandangan di atas, tujuan dari pendidikan sejarah seperti dikemukakan oleh Said Hamid Hasan adalah ditinjau dari mana pendidikan sejarah itu dimaknai. Menurut Hasan (2007:27), ada beberapa pemaknaan terhadap pendidikan sejarah itu. Secara tradisional pendidikan sejarah dimaknai sebagai upaya unuk mentransfer kemegahan bangsa di masa lampau kepada generasi muda. Dengan posisi yang demikian maka pendidikan sejarah adalah wahana bagi pewarisan nilai-nilai keunggulan bangsa. Melalui posisi ini


(33)

commit to user

pendidikan sejarah ditujukan untuk membangun kebanggaan bangsa dan pelestarian keunggulan tersebut.

Makna kedua pendidikan sejarah berkenaan dengan upaya memperkenalkan peserta didik terhadap disiplin ilmu sejarah. Oleh karena itu kualitas seperti berpikir kronologis, pemahaman sejarah, kemampuan analisis dan penafsiran sejarah, kemampuan penelitian sejarah, kemampuan analisis isu dan pengambilan keputusan (historical issues-analysis and decision making) menjadi tujuan penting dalam pendidikan sejarah. Historical issues-analysis and decision

making menurut NCHS dalam Curriculum Standards for Social Studies:

Expectations of Excellence seperti dikutip oleh Hasan (2007:28) adalah kemampuan menganalisis dan menentukan apakah tindakan sejarah yang dilakukan oleh para pelaku sejarah tersebut merupakan keputusan yang baik dan mengapa dianggap sebagai keputusan yang baik.

Posisi lain dalam pendidikan sejarah seperti diungkapkan Hasan (2007:32) adalah bahwa pendidikan sejarah dalam kurikulum pendidikan dasar haruslah mempersiapkan peserta didik untuk hidup di masyarakat. Oleh karena itu posisi disiplin ilmu sejarah sebagai sumber materi untuk mengembangkan berbagai kemampuan yang diperlukan peserta didik.

Nilai praktis dan pragmatis dalam pembelajaran sejarah telah mengajarkan bahwa pelajaran sejarah bukan hanya rentetan peristiwa yang kering tetapi merupakan sebuah wacana intelektual yang kritis dan rasional. Hal ini mendorong pembelajaran sejarah perlu ditekankan pada tiga tahapan yaitu: (1) Memupuk kesadaran atas lingkungan sosial, rasa keakraban (sense of intimacy); (2)


(34)

commit to user

Memperkenalkan peserta didik pada makna dari dimensi waktu kehidupan (sense of actuality) dan (3) Rasa hayat sejarah (sense of history). Hal ini mendorong pemahaman bahwa pembelajaran sejarah tidak hanya didominasi perkembangan sejarah politik tetapi juga mempelajari aspek sejarah sosial budaya yang dapat menumbuhkan kreatifitas sejarah lokal (Isjoni, 2007: 43). Pembelajaran sejarah dapat menumbuhkan peserta didik untuk belajar dan problem oriented yang merangsang peserta didik untuk mengenali, mengkaji peristiwa sejarah secara utuh dengan jalan mengumpulkan, mengorganisir dan mengklasifikasikan data yang luas tersebut dalam suatu rekonstruksi dan rekstrukturisasi pengetahuan sejarah (Hariyono, 2005:35).

Berbagai tujuan yang yang telah dipaparkan oleh para ahli kaitannya dengan tujuan mempelajari sejarah, maka dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya sejarah bertujuan untuk mengembangkan kemampuan dan potensi yang dimiliki oleh peserta didik dengan mengacu pada pemahaman terhadap peristiwa-peristiwa yang terjadi pada masa lampau sehingga dalam diri peserta didik terwujud satu kesadaran sejarah.

2. Sejarah Lisan

a. Pengertian Sejarah Lisan

Sejarah lisan merupakan sebuah kajian dan metode untuk mendapatkan informasi kesejarahan yang berasal dari individu-individu, kelmopok masyarakat, peristiwa dan berbagai aktivitas keseharian dengan menggunakan wawancara.Munslow (2006: 197) menjelaskan bahwa sejarah lisan secara sederhana dipahami sebagai “the practice of interviewing eyewitnesses to past


(35)

commit to user

events”, yakni sebuah upaya untuk mewawancarai saksi dari peristiwa di masa lalu.

Pendapat lain dikemukakan oleh Roper (2005: 992) yang menyatakan bahwa “sejarah lisan adalah rekaman dan interpretasi dari ucapan pengakuan dari seseorang tentang kehidupan di masa lampau”. Pengertian tersebut menunjukkan bahwa sejarah lisan tidak hanya sebagai metode, tetapi sebagai sumber sejarah itu sendiri. Pendapat Roper sejalan dengan Miller (2006: 698) yang menyatakan bahwa “oral history refers to verbatim recordings of narratives”, sejarah lisan berarti rekaman cerita secara harfiah.

Lebih spesifik Sommer dan Quinlan (2009: 1) menyatakan bahwa

Oral history is primary-source material created in an interview setting with a witness to or a participant in an event or a way of life for the purpose of preserving the information and making it available to others. (Sejarah lisan adalah sumber primer yang didapakan dari wawancara dengan saksi ataupun pelaku dari peristiwa atau dari pandangan hidup seseorang,yangbertujuan untuk menyimpan informasi dan menghadirkannya ke khalayak)

Sejarah lisan berbeda dengan tradisi lisan. Dalam masyarakat yang belum mengenal tulisan yang dimaksud dengan tradisi sejarah adalah dalam bentuk mempertahankan adat istiadat, petuah leluhur dan tradisi yang berkembang di masyarakat. Cara mereka mengembangkan tradisi sejarah adalah dengan mewariskannya secara lisan melelui ingatan kolektif anggota masyarakatnya. Jejak Sejarah Dalam Foklore (Mitos, Legenda, Dongeng, Lagu Rakyat dan Upacara Adat).

Dari pengertian di atas, sejarah lisan dapat dipahami dalam dua hal sekaligus, yakni sebagai proses dan hasil. Sebagai proses, sejarah lisan merupakan


(36)

commit to user

serangkaian cara mendapatkan informasi dari pernyataan yang terucap untuk menggambarkan kondisi dari kehidupan seseorang dan menyediakan bahan untuk melakukan rekonstruksi sejarah, serta menganalisis perubahan sosial (Roper, 2005: 993). Sebagai hasil, sejarah lisan merupakan rekaman cerita masa lalu dari saksi atau pelaku sejarah.

b. Tujuan dan Manfaat Sejarah Lisan

Sejarah lisan menjadi suatu metode mengalami perkembangan.Metode ini kembali dilihat oleh para ahli terutama di Amerika Serikat pada abad ke-20. Penggunaan sejarah lisan mulai diperhatikan kembali oleh para sejarawan karena adanya kekhawatiran orang-orang yang masih hidup dan menyaksikan peristiwa akan meninggal, sedangkan mereka sendiri tidak membuat catatancatatan tertulis. Memori yang dimiliki oleh para saksi peristiwa tersebut merupakan sumber informasi yang berharga.Sejarah lisan dalam pelaksanaannya sebagai suatu metode yang modern dilakukan di Amerika Serikat pada tahun 1930-an. Para ahli pada saat itu menggunakan penelitian dengan metode lisan untuk melihat kenangan bekas para budak hitam.Penelitian yang dilakukan para ahli ini kemudian mengalami perkembangan.Sumber lisan yang dikumpulkan, tidak hanya dari orang-orang besar saja atau para tokoh, tetapi orang-orang kecil pun mereka wawancarai bahkan orang-orang yang buta huruf.Orang-orang ini sangat sulit mewariskan sumber-sumber tertulis.

Miller (2006: 698) menjelaskan bahwa sejarah lisan bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang orang biasa dan tentang segala aspek kehidupan yang secara eksplisit tidak terdapat dalam dokumen tertulis.Sementara itu Roper


(37)

commit to user

(2005: 993) menyatakan bahwa sejarah lisan bertujuan untuk memberikan deskripsi yang mendetail tentang kehidupan individu serta menyediakan sarana untuk melakukan rekonstruksi sejarah dan menganalisis perubahan-perubahan sosial.

Perks dan Thomson (2003:ix) menjelaskan bahwa “oral history is predicated on an active human relationship between historians and their sources, which can transform the practice of history in several ways”. Pengertian tersebut memberikan pemahaman bahwa sejarah lisan bertujuan sebagai satu alat untuk transformasi sosial masyarakat.lebih lanjut lagi dijelaskan bahwa

In certain projects a primary aim has been the empowerment of individuals or social groups through the process of remembering and reinterpreting the past, with an emphasis on the value of process as much as historical product. (Park dan Thomson, 2003: ix)

(tujuan utama dari kegiatan sejarah lisan adalah memberikan pemberdayaan kepada individu atau kelompok sosial tertentu melalui proses mengingatkan dan menafsirkan kembali masa lalu, dengan cara menemukan nilai-nilai dari sebuah proses sebagai produk sejarah)

Tujuan sejarah lisan sebagai media pemberdayaan sejalan dengan pendapat dari Munslow (2006: 197).Ia menyatakan bahwa sejarah lisan makin meneguhkan posisi sejarawan sebagai penengah dalam satu situasi. Hal ini dilakukan dengan melakukan penulisan dari perspektif yang berimbang.Sejarah tidak hanya milik orang besar dan para penemang, tetapi juga miliki individu-individu yang terlupakan.Dengan demikian, sejarah lisan bertujuan dalam memberikan alternatif yang beragam dari sebuah cerita sejarah.

Ada beberapa manfaat dalam penggunaan sejarah lisan. Kuntowijoyo (2003: 27) menjelaskan bahwa penggunaan sejarah lisan akan mengatasi kelangkaan dokumen. Hal ini karena banyak peristiwa yang tidak tertangkap oleh


(38)

commit to user

dokumen. Dokumen hanya menjadi saksi dari kejadian-kejadian penting menurut kepentingan pembuat dokumen dan zamannya, tetapi tidak melestarikan kejadian-kejadian individual dan yang unik yang dialami oleh seseorang atau segolongan .

Manfaat penggunaan sejarah lisan selain sebagai metode adalah untuk sumber sejarah.Kegiatan sejarah lisan sebagai usaha menyediakan sumber bagi peneliti sejarah dilakukan dengan menyediakan rekaman wawancara dari para saksi atau pelaku sejarah.Selain itu dijelaskan pula oleh Kuntowijoyo (2003: 29-30) bahwa sejarah lisan memberikan kemungkinan yang hampir tak terbatas untuk menggali sejarah dari pelakunya.Sejarah lisan juga dapat mencapai pelaku-pelaku sejarah yang tidak disebutkan dalam dokumen.Kemudian, sejarah lisan memungkinkan perluasan masalah sejarah, karena sejarah tidak lagi dibatasi oleh keberadaan dokumen tertulis.

Sommer dan Quinlan (2009:3) menjelaskan bahwa sejarah lisan menyediakan lebih banyak informasi daripada dokumen.Sejarah lisan menyediakan banyak meungkinan untuk melihat masa lalu, sehingga makin menghidupkan sejarah.Ia menggambarkan bahwa pelaku sejarah adalah seseorang yang nyata dengan berbagai perspektifnya yang beragam. Dengan demikian, sejarah lisan membantu memerikan pemahaman bagaimana cerita sejarah terjadidan mengeksplorasi banyak sisi dari sebuah cerita.Oleh karena itu, sejarah lisan makin meperkaya makna dalam sebuah cerita sejarah dan membantu generasi sekarang menafsirkan masa lalu secara lebih konkret.

Banyak manfaat lain yang diambil dari sejarah lisan. Manfaat tersebut adalah (1) sejarah lisan membantu mendokumentasikan peristiwa pada


(39)

commit to user

masyarakat tertentu; (2) sejarah lisan membantu mengakomodasi gagasan orang yang tersisihkan, (3) sejarah lisan menyediakan berbagai suara dan wacana; (3) sejarah lisan dapat digunakan dalam pembelajaran dalam kelas bagi siswa untuk melakukan penelitian sejarah; (4) sejarah lisan dapat menumbuhkan kembali kenangan dan kebersamaan dalam masyarakat (Sommer dan Quinlan, 2009: 3-5). c. Sumber Sejarah Lisan

Sejarah lisan memiliki beberapa sumber sebagai sarana penyusunan cerita sejarah.Vansina (1985: 12) menyatakan bahwa sumber-sumber yang digunakan oleh sejarawan lisan adalah pengalaman-pengalaman yang masih diingat (reminiscences), rumor (hearsay), atau kesaksian individu atas peristiwa dan situasi di masa lalu semasa hidupnya.Dengan demikain secara umum sumber yang digunakan adalah pengalaman seseorang, termasuk di dalamnya surat-surat, buku harian, pengakuan-pengakuan, dan ingatan (Miller, 2006: 698).

Pengakuan lisan dari seseorang sebagai pengalaman individualnya merupakan salah satu sumber yang tertua dan paling sering digunakan sebagai bukti sejarah.Dalam pengertian ini, penelitian sejarah pada masyarakat yang belum mengetahui tulisan dapat menggunakan sejarah lisan untuk menggali informasi-informasi kesejarahan.

Pengakuan personal secara lisan merupakan sumber utama bagi peneliti sejarah lisan.Peneliti sejarah lisan menggunakan wawancara untuk mendapatkan informasi. Di masa sekarang peneliti banyak menggunakan alat perekam untuk mempermudah proses penelitian. Dalam praktiknya, rekaman ini kemudian ditranskripsikan untuk mempermudah proses analisis data (Miller, 2006: 698).


(40)

commit to user

Unsur yang penting dalam sejarah lisan adalah pewawamcara (yang melakukan wawancara) dan pengkisah (yang diwawancarai). Baik pengkisah maupun pewawancara adalah manusia yang memiliki sifat-sifat yang khas, sehinggan hasil wawancara ditentukan oleh sifat-sifat dari pewawancara maupun oleh pengkisah. Karena itulah dalam mencari data diperlukan pendekatan yang khusus (Lapian, 1985:2).

Wawancara merupakan suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan komunikasi dengan sumber data. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung. Wawancara sejarah lisan adalah pengalaman pengkisah itu sendiri. Hal ini akan berbeda dengan tradisi lisan, dimana pengkisah itu mendapat informasi dari neneknya ataupun dari generasi yang lebih tua. Jadi dalam penulisan sejarah lisan yang diwawancarai adalah pengalaman sendiri (Lapian, 1985:7).

Struktur wawancara dapat dibedakan dalam dua bagian. Pertama, wawancara yang memfokuskan topik.Kedua, pendekatan pengalaman hidup (life History) yang menempatkan sejarah kehidupan seseorang dalam konteks sosial dan sejarah (Kwa Chong Guan, 2000: 86).

Wawancara sejarah lisan bukan sekadar kisah yang menampilkan kenangan tentang masa lampau. Dengan dorongan, atau kehadiran pewawancara, kisah bisa menjadi reflektif dan interpretatif. Metodologi pengalaman hidup itu memungkinkan dilakukan perekaman pengalaman subyektif dari orang-orang yang diwawancarai, bagaimana mereka melihat identitas mereka sendiri(Kwa Chong Guan, 2000: 96).


(41)

commit to user

Metode sejarah lisan adalah suatu metode pengumpulan data atau bahan guna penulisansejarah yang dilakukan sejarawan melalui wawancara terhadap para pelaku sejarah yangingin diteliti. Di Indonesia metode wawancara dalam penulisan sejarah mulaidikembangkan dengan diawali adanya proyek sejarah lisan yang ditangani oleh BadanArsip Nasional.Berkembangnya metode wawancara dalam penulisan sejarah di Indonesiadilatarbelakangi oleh sulitnya menemukan jejak masa lampau berupa dokumen yangsezaman serta makin berkembangnya perhatian studi sejarah yangmengarah ke subyek masyarakat berupa orng kecil dalam peristiwa kecil yang biasanya tidak meninggalkan jejak berupa dokumen.Wawancara adalah kegiatan melakukan tanya jawab dengan narasumber untuk mendapatkan keterangan tertentu. Wawacara merupakan teknik pengumpulan data yangamat penting dalam penelitian survey selain teknik utama berupa Observasi. Oleh karenaitu, dalam penelitian survei, teknik wawancara merupakan pembantu utama dari metode obserfasi.

B. Penelitian yang Relevan

Damasus Agung Marwilistya. 2010. Pembelajaran Sejarah Melalui Metode Pemberian Tugas Pendokumentasian Cerita Rakyat, Studi Kasus Di SMA Pangudi Luhur Giriwoyo. Tesis : Surakarta : Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010. Penelitian ini mengacu pada proses pembelajaran tentang cerita rakyat yang sudah mulai terkikis oleh perkembangan jaman. Cerita rakyat ini menjadi salah satu Kompetensi Dasar (KD) dalam KTSP untuk memberikan pemahaman jejak sejarah dalam sejarah lisan (folklore, mitologi, dongeng dan legenda). Rumusan penelitian ini adalah (1)


(42)

commit to user

Bagaimana kesesuaian pembelajaran tentang cerita rakyat dengan di KTSP; (2) Bagaimana relevansi cerita rakyat untuk pembelajaran sejarah; dan (3) Mengapa metode pemberian tugas pendokumentasian cerita rakyat dipilih guru dalam pembelajaran sejarah. Adapun tujuan penelitian ini adalah (1) Mengetahui pembelajaran tentang cerita rakyat yang sesuai dengan KTSP; (2) Mengetahui bagaimana guru memanfaatkan cerita rakyat yang relevan sebagai sumber pembelajaran sejarah; dan (3) Mengetahui mengapa metode pemberian tugas dipilih untuk mengenalkan jejak sejarah dalam tradisi sejarah lisan (folklore, mitologi, dongeng dan legenda).

Penelitian dilaksanakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) Pangudi Luhur Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri. Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif bersifat naturalistic mengarah pada studi kasus tunggal terpancang (embedded case study research. Sumber data meliputi informan atau nara sumber yang terdiri dari (1) Wakil Kepala Sekolah bidang kurikulum, guru mata pelajaran sejarah dan peserta didik kelas X SMA Pangudi Luhur Giriwoyo; (2) Proses pembelajaran dan aktivitas belajar mengajar; dan (3) Dokumen dan arsip seperti VCD, buku paket sejarah dan buku-buku penunjang lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi langsung dan content analysis. Validitas data penelitian menggunakan teknik trianggulasi sumber (data) dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis interaktif dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi).


(43)

commit to user

Hasil penelitian menjelaskan bahwa cerita rakyat menjadi bagian dari pembelajaran dalam kurikulum KTSP khususnya pada mata pelajaran sejarah. Ada 4 materi pembelajaran tentang cerita rakyat yang dijabarkan dalam 6 kali pertemuan di kelas (6 x 45 menit). Relevansi pembelajaran cerita rakyat dengan pembelajaran sejarah terlihat pada pendokumentasian jejak-jejak sejarah yang masih menjadi tradisi lisan di Giriwoyo. Langkah-langkah metode pemberian tugas menjadi pilihan guru berhasil mendokumentasikan cerita rakyat yang tersebar luas sebagai tradisi sejarah lisan dalam bentuk laporan tertulis. Kesimpulan penelitian ini menyebutkan bahwa ada kesesuaian pembelajaran cerita rakyat dengan KTSP. Terdapat relevansi materi cerita rakyat dengan pembelajaran sejarah. Guru menerapkan metode pemberian tugas untuk mendokumentasikan pembelajaran sejarah tentang cerita rakyat tersebut.

Renold Hasan, 2012. Pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran Sejarah Kebudayaan Indonesia di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo Tesis : Surakarta : Program Studi Pendidikan Sejarah, Program Pascasarjana, Universitas Sebelas Maret, Juli 2010. Penelitian ini dilakukan terhadap dosen, mahasiswa, sejarahwan dan masyarakat di Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui bagaimana pemanfaatan benda cagar budaya Kota Gorontalo sebagai sumber belajar sejarah dalam menunjang pembelajaran sejarah kebudayaan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo. (2) Mengetahui bagaimana pemahaman mahasiswa Pendidikan Sejarah


(44)

commit to user

Universitas Negeri Gorontalo terhadap peninggalan benda cagar budaya yang ada di Kota Gorontalo.

Penelitian dilaksanakan di Jurusan Pendidikan Sejarah Universitas Negeri Gorontalo, jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif deskriptif bersifat naturalistic mengarah pada studi kasus tunggal terpancang (embedded case study research). Sumber data meliputi informan atau nara sumber yang terdiri dari (1) ketua jurusan pendidikan sejarah, dosen, mahasiswa, sejarahwan gorontalo dan masyarakat; (2) Proses pembelajaran dan aktivitas perkuliahan; dan (3) Dokumen dan arsip seperti VCD, buku sejarah dan buku-buku penunjang lainnya. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam, observasi langsung dan content analysis. Validitas data penelitian menggunakan teknik trianggulasi sumber (data) dan trianggulasi metode. Sedangkan teknik analisis yang digunakan adalah analisis interaktif dengan 3 komponen yaitu reduksi data, sajian data, dan penarikan kesimpulan (verifikasi).

Hasil dari penelitian ini menjelaskan: (1) Keberadaan cagar budaya di gorontalo memiliki beberapa jenis cagar budaya yaitu situs, bangunan dan lingkungan cagar budaya. (2) Mahasiswa mampu mengetahui dan memahami nilai histories yang terkandung dalam masing-masing cagar budaya di gorontalo.(3) Keragaman dan keberadaan cagar budaya yang tersebar di sebagian besar wilayah gorontalo dapat dimanfaatkan mahasiswa sebagai sumber belajar. Pemanfaatan ini mendorong mahasiswa dapat memahami dan menumbuhkan sikap pelestarian akan fungsi dan peranan cagar budaya sebagai pendukung identitas suatu kota.


(45)

commit to user

Penelitian ini menyadari akan arti penting benda cagar budaya dalam berbagai bidang, tetapi belum banyak kepedulian yang besar dari pihak terkait. Dalam hal ini pemerintah, departemen/institusi dan dunia pendidikan perlu untuk merancang sikap pelestarian untuk mempertahankan keberadaan cagar budaya. Penelitian berusaha mengupas benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah yang memiliki fungsi, nilai dan manfaat bagi mahasiswa.

Penelitian ini relevan karena sama-sama menggunakan Mahasiswa sebagai obyek yang diteliti. Perbedaanya terletak pada penelitian ini mengarah pemanfaatan benda cagar budaya sebagai sumber belajar sejarah, sedangkan penelitian yang akan diteliti pada pembelajaran sejarah.

C. Kerangka Berpikir

Gambar 1. Kerangka Berpikir Penelitian

Tuntutan Atas Kemampuan Meneliti

Bagi mahasiswa

Pembelajaran Sejarah Lisan

Kendala-Kendala Pembelajaran

Perencanaan Pembelajaran

Pelaksanaan Pembelajaran

Hasil Belajar Mahasiswa

Apresiasi Mahasiswa dalam Pembelajaran Eksplorasi Peristiwa Sejarah di Lingkungan


(46)

commit to user

Kemampuan meneliti di kalangan mahasiswa calon pendidik sejarah merupakan tuntutan untuk menjadi guru sejarah yang profesional. Hal ini sejalan agar guru mampu mengeksplorasi berbagai peristiwa sejarah di sekitar lingkungan kerjanya sebagai bahan diskusi dalam kelas sejarah.Tujuannya adalah agar pembelajaran lebih bermakna.Salah satu komponen yang harus dikuasai bagi mahasiswa sebagai calon pendidik adalah melakukan penelitian dengan sejarah lisan.Upaya untuk membekali mahasiswa memahami sejarah mikro melalui penelitian sejarah lisan adalah melalui pembelajaran.Namun demikian, implementasi pembelajaran sejarah lisan mengalamibebagai kendala yang mempengaruhi pencapaian tujuan. Selain itu, implementasi pembelajaran sejarah lisan juga memberikan dampak terhadap pandangan dan apresiasi mahasiswa yang berpengaruh terhadap pencapaian tujuan pembelajaran sejarah lisan.


(47)

commit to user

31 BAB III

METODE PENELITIAN A.Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Program Studi Pendidikan Sejarah, Jurusan Sejarah, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang. Prodi Pendidikan Sejarah Unnes sebagai lokasi penelitian dipilih karena kurikulumnya memberikan kesempatan bagi calon guru untuk mempelajari sejarah lisan sebagai salah satu mata kuliah. Mata kuliah ini merupakan mata kuliah wajib bagi mahasiswa calon guru sebagai bekal untuk melakukan penelusuran tradisi dan sumber sejarah di lingkungan sekitar.Perkuliahan ini memberikan seperangkat pengetahuan yang baru bagi mahasiswa untuk melakukan penelitian nirdokumen tulis, sehingga merupakan satu paradigma baru bagi mahasiswa. Oleh karena itu, kajian tentang bagaimana penerapan sejarah lisan di Prodi Pendikan Sejarah FIS UNNESmenjadi hal yang menarik untuk diulas.

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama dua belas bulan sejak Agustus 2011 sampai Juli 2012. Penelitian dilakukan mulai penyusunan proposal penelitian, pengumpulan data, analisis data, dan penyusunan laporan. Pada tahap pengumpulan data termasuk observasi awal dan pengurusan perizinan.

B.Bentuk dan Strategi Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat, penelitian ini mendeskripsikan secara rinci dan mendalam tentang implementasi pembelajaran


(48)

commit to user

sejarah lisan untuk mewujudkan pemahaman mahasiswa terhadap sejarah mikro di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. Selain itu penelitian ini juga bertujuan menganalisis kendala-kedala dan apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan. Dengan demikian, penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif-kualitatif.

Jenis penelitian ini mampu mengangkat berbagai informasi kualitatif secara lengkap dan mendalam untuk menjelaskan mengenai proses mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi (Sutopo, 2006: 139). Penelitian ini merupakan penelitian dasar karena bertujuan untuk memahami mengenai suatu masalah yang mengarah pada manfaat teoretik, tidak pada manfaat praktis (Sutopo, 2006: 135-136).

Penelitian ini menggunakan studi kasus terpancang (embedded research), yakni meneliti tentang implementasi pembelajaran sejarah lokal di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. Studi kasus yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus tunggal, karena meneliti satu program studi saja di Jurusan Sejarah Universitas Negeri Semarang.

C.Sumber Data 1. Informan

Informan merupakan seseorang yang diwawancarai untuk didapatkan keterangan dan data untuk keperluan informasi (Koentjaraningrat, 1997: 130). Informan dalam penelitian ini adalah dosen sejarah pengampu mata kuliah Sejarah Lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES dan mahasiswa Prodi Pendidikan Sejarah angkatan 2009. Mahasiswa dipilih untuk mengetahui apresiasi mereka


(49)

commit to user

tentang implementasi pembelajaran sejarah lisan. Dosen dipilih untuk mengetahui data tentang aktivitas pembelajaran, serta kendala-kendala yang dihadapi. Informan dalam penelitian ini adalah Prof. Dr. Wasino, M.Hum., Nina Witasari, S.S., M.Hum., dan Mukhamad Shokheh, S.Pd., M.A. Informan dari mahasiswa dipilih untuk mengetahui aktivitas pembelajaran sejarah lisan serta apresiasinya terhadap pembelajaran sejarah lisan. Dari data yang didapatkan dari dosen dan mahasiswa dibandingkan untuk mengetahui tingkat kepercayaan (validitas) data yang diperoleh.

2. Aktivitas Pembelajaran

Aktivitas pembelajaran merupakan sumber data yang digunakan untuk mendapatkan informasi tentang implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. Aktivitas pembelajaran digunakan untuk mengetahui bagaimana pembelajaran sejarah lisan dilihat dari aspek strategi pembelajaran, media yang digunakan, sistem evaluasi, interaksi dosen dan mahasiswa, dan apresiasi mahasiswa pada saat pembelajaran. Pada struktur kurikulum 2008, mata kuliah Sejarah Lisan diajarkan pada semester gasal. Secara khusus aktivitas pembelajaran yang diteliti adalah aktivitas pembelajaran dalam kelas, sesuai dengan jadwal dan alokasi waktu yang ditetapkan.

3. Dokumen

Dokumen menjadi sumber data untuk mengetahui implementasi pembelajaran sejarah lisan untuk mewujudkan pemahaman mahasiswa terhadap sejarah mikro di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES. Dokumen yang digunakan meliputi perangkat pembelajaran dosen, seperti silabus, Satuan Acara


(50)

commit to user

Perkuliahan (SAP), tugas yang disusun oleh mahasiawa, serta proses penilaiandosen. Dokumen digunakan untuk mengetahui implementasi pembelajaran sejarah lisan pada aspek perencanaan, penyusunan tujuan, pelaksanaan pembelajaran, serta sistem penilaian.

D.Teknik Pengumpulan Data 1. Wawancara Mendalam

Wawancara bukan hanya sekadar percakapan seseorang dengan orang lain, melainkan juga upaya untuk pengumpulan data yang dibutuhkan dalam sebuah observasi atau penelitian.Wawancara yang digunakan dalam penelitian ini merupakan wawancara mendalam (in depth interview). Patton (dalam Sutopo, 2006: 228) menjelaskan bahwa wawancara ini bersifat lentur dan terbuka, tidak berstruktur ketat, tidak berada pada suasana formal, dan bisa dilakukan berulang pada informan yang sama. Wawancara mendalam dilakukan untuk mengetahui pendapat dosen tentang pembelajaran sejarah lisan. Selain itu, wawancara juga dilakukan terhadap mahasiswa yang telah mengikuti pembelajaran sejarah lisan untuk mengetahui apresiasi mereka terhadap pembelajaran sejarah lisan.

2. Observasi Langsung

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang meliputi kegiatan pemusatan perhatian secara langsung terhadap sesuatu objek dengan menggunakan seluruh alat indra (Suharsimi Arikunto, 2002: 133). Pada penelitian ini, digunakan observasi langsung untuk mengetahui aktivitas pembelajaran yang dilakukan serta implementasi pembelajaran sejarah lisan untuk mewujudkan pemahaman terhadap sejarah mikro bagi mahasiswa. Observasi yang dilakukan


(51)

commit to user

dalam penelitian ini adalah observasi secara langsung dan termasuk dalam observasi berperan pasif. Peneliti mengamati secara langsung aktivitas pembelajaran di dalam kelas untuk mengetahui implementasi pembelajaran sejarah lisan. Hal-hal yang menjadi objek pengamatan antara lain; tindakan yang dilakukan dosen, kata-kata yang diucapkan, materi pembelajaran, metode yang digunakan, serta aktivitas mahasiswa pada saat pembelajaran, meliputi tingkah laku mahasiswa, cara mahasiswa dalam mengungkapkan pendapat, keaktifan dalam diskusi, dan sebagainya.

3. Kajian Dokumen

Kajian dokumen digunakan peneliti untuk mengumpulkan dan menyelidiki data tertulis dalam pembelajaran, seperti perangkat perencanaan pembelajaran, catatan-catatan insidental pada saat pembelajaran, jurnal mengajar dosen, serta data tentang penilaian pembelajaran. Pada penelitian ini, peneliti melakukan content analysis terhadap perangkat pembelajaran yang digunakan dosen dalam perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran. Teknik ini digunakan untuk mengetahui implementasi sejarah lisan dalam silabus dan SAP yang telah dibuat oleh dosen berkaitan dengan pembelajaran sejarah lisan. Teknik ini digunakan pula sebagai data pembanding untuk data yang telah diperoleh dari observasi dan wawancara terhadap dosen dan mahasiswa tentang implementasi pembelajaran sejarah lisan.

E.Teknik Cuplikan

Pada penelitian ini, teknik cuplikan menggunakan purposive sampling. Artinya, sumber data dipilih melalui seleksi berdasarkan pertimbangan dan tujuan


(52)

commit to user

tertentu. H.B Sutopo (2006) menjelaskan bahwa dalam purposive sampling, peneliti memilih informannya berdasarkan posisi dengan akses tertentu yang dianggap memiliki informasi berdasarkan permasalahan secara mendalam. Perguruan tinggi dan dosen yang dijadikan sasaran penelitian terlebih dahulu dipilih berdasarkan karakteristiknya sesuai dengan kebutuhan dan kemantapan peneliti dalam perolehan data.

Dari semua dosen yang mengajar di program studi pendidikan sejarah, yang diambil 2 orang saja yang mengajar sejarah lisan. Mahasiswa yang diambiladalah mahasiswa yang dipilih karena mahasiswa tersebut pintar dan mewakili kelasnya. Dari tugas mahasiswa diambil dengan kriteria identitas narasumber lengkap, kurang lengkap dan tidak mau disebut nama. Penelitian ini digunakan pula cuplikan waktu (time sampling) untuk melihat aktivitas pembelajaran sejarah lisan. Hal ini karena perkuliahan sejarah lisan tidak diajarkan sepanjang tahun, tetapi hanya pada saat semester gasal.

F. Validitas Data

Validitas data sangat penting dalam proses pemaparan hasil penelitian, pembahasan, dan penarikan simpulan. Dengan adanya validitas data, maka analisis dan penarikan simpulan telah dilandasi oleh kebenaran, karena berasal dari data yang telah teruji kebenarannya.

Pengujian validitas data dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik trianggulasi. Lexy J. Moleong (2000) menjelaskan bahwa teknik trianggulasi adalah teknik pemeriksaan validitas data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data


(53)

commit to user

itu. Dengan demikian, trianggulasi merupakan sebuah pandangan yang bersifat multiperspektif. Patton (dalam Sutopo, 2006:92) menyatakan ada empat macam teknik trianggulasi, yakni (1) trianggulasi data, (2) trianggulasi peneliti, (3) trianggulasi metodologis, dan (4) trianggulasi teoretis.

Trianggulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah trianggulasi data. Melalui trianggulasi data, peneliti menggunakan beberapa sumber data yang berbeda untuk mengetahui kebenaran suatu permasalahan. Dalam pengumpulan data, peneliti menggunakan beragam sumber data yang berbeda-beda (Sutopo, 2006:93). Data diambil dari beberapa sumber, seperti dosen, mahasiswa, dan perangkat perencanaan (silabus dan SAP). Peneliti menggunakan sumber dari dosen, mahasiswa, aktivitas pembelajaran, dan perangkat pengajaran untuk mengetahui implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS UNNES.

Selain menggunakan trianggulasi data, digunakan pula trianggulasi metode. Di dalam trianggulasi metode, peneliti mengumpulkan data sejenis tetapi dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang berbeda (Sutopo, 2006:95). Artinya untuk mengamati satu sumber data digunakan beberapa metode, seperti untuk mengetahui kendala-kendala pembelajaran, digunakan metode wawancara, observasi, dan studi dokumen. Wawancara digunakan untuk mengetahui kendala dari dosen, observasi untuk mengamati kendala dalam praksis pembelajaran. Perbedaan trianggulasi metode dengan trianggulasi data adalah tentang bagaimana cara data itu didapatkan. Melalui


(54)

commit to user

trianggulasi metode dari satu sumber, peneliti mencoba untuk mengambil data dengan berbagai macam metode.

Di dalam proses trianggulasi, informasi-informasi yang diperoleh dari data dan metode yang berbeda dibandingkan satu sama lain sebagai upaya konfirmasi. Data yang diperoleh dinyatakan valid atau terpercaya ketika hasil konfirmasi dari data yang berbeda dan melalui metode yang beragam menunjukkan keterangan yang sama.

G.Teknik Analisis

Pada penelitian kualitatif, analisis data bersifat induktif, artinya penarikan simpulan yang bersifat umum dibangun dari data yang diperoleh di lapangan. H.B. Sutopo (2006) menjelaskan bahwa dalam prosesnya, analisis penelitian kualitatif dilakukan dalam tiga macam kegiatan, yakni (1) Analisis dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data, (2) Analisis dilakukan dalam bentuk interaktif, sehingga perlu adanya perbandingan dari berbagai sumber data untuk memahami persamaan dan perbedaannya, dan (3) Analisis bersifat siklus, artinya proses penelitian dapat dilakukan secara berulang sampai dibangun suatu simpulan yang dianggap mantap. Dengan demikian, analisis data dalam penelitian kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang, dan terus-menerus (Miles dan Huberman, 1992:20).

Analisis yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan analisis model interaktif. Analisis interaktif terdiri atas tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu: reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan/verifikasi (Miles dan Huberman, 1992:16).


(55)

commit to user

Matthew B. Miles dan A. Michael Huberman (1992: 16) menjelaskan bahwa reduksi data diartikan sebagai “proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan”. Setelah data dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan analisis dokumen, dilakukanlah reduksi data. Reduksi data dalam penelitian ini terdiri atas beberapa langkah, yaitu (1) Menajamkan analisis, (2) Menggolongkan atau pengkategorisasian, (3) Mengarahkan, (4) Membuang yang tidak perlu dan (5) Mengorganisasikan data sehingga simpulan-simpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Miles dan Huberman, 1992:16-17). Data yang dikumpulkan dipilih dan dipilah berdasarkan rumusan masalahnya, kemudian dilakukan seleksi untuk dapat mendeskripsikan rumusan masalah.

Setelah reduksi data, langkah berikutnya dalam analisis interaktif adalah penyajian data. Penyajian data yang paling sering digunakan dalam penelitian kualitatif adalah dalam bentuk teks naratif, yang merupakan rangkaian kalimat yang disusun secara logis dan sistematis, sehingga mampu menyajikan permasalahan dengan fleksibel, tidak “kering”, dan kaya data.Pada penelitian ini data tidak hanya disajikan secara naratif, tetapi juga melalui berbagai matriks, grafik, jaringan, dan bagan. Penyajian data dalam penelitian kualitatif dirancang guna menggabungkan informasi yang tersusun dalam suatu bentuk yang padu dan mudah diraih, sehingga peneliti dapat melihat apa yang sedang terjadi. Dengan demikian, peneliti lebih mudah dalam menarik simpulan (Miles dan Huberman, 1992:18).


(56)

commit to user

Kegiatan analisis yang ketiga adalah menarik simpulan dan verifikasi. Langkah awal dalam penarikan simpulan dan verifikasi dimulai dari penarikan simpulan sementara. Penarikan simpulan hasil penelitian diartikan sebagai penguraian hasil penelitian melalui teori yang dikembangkan. Dari hasil temuan ini kemudian dilakukan penarikan simpulan teoretik (Miles dan Huberman, 1992:131). Kemudian simpulan perlu diverifikasi agar cukup mantap dan dapat dipertanggungjawabkan. Oleh karena itu, perlu dilakukan tinjauan ulang pada catatan di lapangan atau simpulan dapat ditinjau sebagai makna yang muncul dari data yang harus diuji kebenarannya, kekokohan, dan kecocokannya. Namun demikian, jika simpulan masih belum mantap, maka peneliti dapat melakukan proses pengambilan data dan verifikasi, sebagai landasan penarikan simpulan akhir. Ketiga alur dalam analisis data kualitatif apabila digambarkan adalah sebagai berikut.

Gambar 2. Komponen-Komponen Analisis Data Model Interaktif (Miles dan Huberman, 1992:20)


(57)

commit to user

41 BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian

1. Deskripsi latar

a. Gambaran Umum Lokasi Penelitian.

Universitas Negeri Semarang (UNNES) adalah perguruan tinggi negeri di Kota Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Perguruan tinggi ini terletak di Sekaran, Gunungpati, daerah dataran tinggi di bagian selatan Kota Semarang. UNNES adalah perguruan tinggi negeri yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional untuk melaksanakan pendidikan akademik dan profesional dalam sejumlah disiplin ilmu, teknologi, olah raga, seni, dan budaya.

Universitas Negeri Semarang berada di Kota Semarang yang merupakan pusat politik dan aktivitas masyarakat di Jawa Tengah memiliki sarana-sarana yang menunjang pelaksanaan pendidikan mulai pendidikan dasar, pendidikan menengah, maupun pendidikan tinggi. Selain Universitas Negeri Semarang di Kota Semarang terdapat dua perguruan tinggi yang mengelola jurusan sejarah, yakni Universitas Diponegoro, dan Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Veteran Semarang.Universitas Negeri Semarang dan IKIP Veteran Semarang merupakan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang memiliki program pendidikan bagi calon tenaga kependidikan sejarah.

Di Kota Semarang terdapat museum yang dapat digunakan sebagai sarana penunjang pembelajaran sejarah, yakni Museum Jawa Tengah Ronggowarsito, Museum Mandala Bhakti, serta Museum Masjid Agung. Selain itu ada pula


(1)

commit to user

dimiliki oleh guru agar mampu melakukan pengaitan antara materi sejarah dalam buku teks dengan konteks sekitar siswa.

Mengingatpentingnya sejarah mikro dalam pembelajaran sejarah disekolah-sekolah, maka diharapkan LPTK (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan) memberi pembekalan terhadap guru untuk memiliki kemampuan mengeksplorasi sumber-sumber sejarah di sekitar lingkungan belajar sejarah siswa. LPTK harus membekali calon pendidik sejarah dengan kemampuan untuk mengeksplorasi sumber-sumber sejarah di sekitar lingkungan belajar siswa adalah melalui mata kuliah Sejarah Lisan. Perkuliahan ini dianggap penting karena saat ini banyak kawasan yang belum memiliki dokumen-dokumen tertulis, sehingga menyulitkan proses penelitian sejarah secara dokumentatif. Oleh karena itu, penggalian sumber-sumber alternatif di masyarakat melalui wawancara menjadi pilihan untuk mendapatkan informasi kesejarahan secara melimpah.

Melalui mata kuliah sejarah lisan maka diharapkan lulusan mampu mengaplikasikannya dalam praksis pembelajaran dan melakukan pembimbingan bagi siswa untuk mendapatkan informasi kesejarahan di sekitar lingkungan belajarnya. Hal ini sesuai dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) pada Kompetensi Dasar “Menggunakan prinsip-prinsip dasar penelitian sejarah”. Pada KD ini siswa diharapkan mampu untuk melaksanakan penelitian sejarah secara sederhana. Salah satu hal yang dapat dikembangkan adalah memberikan bekal pada siswa untuk mampu melakukan wawancara dengan narasumber sebagai dasar penulisan sejarah. Siswa diharapkan mampu menerapkan


(2)

metode-perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

123

metode dalam sejarah lisan untuk mendalami peristiwa sejarah di sekitar lingkungan belajarnya.


(3)

commit to user

126 BAB V

SIMPULAN, IMPLIKASI, SARAN

A. Simpulan

Pendidikan sejarah mempunyai fungsi yang sangat penting dalam membentuk kepribadian bangsa, kualitas manusia dan masyarakat Indonesia umumnya. Tujuan pendidikan sejarah adalah pelestarian nilai-nilai masa lalu untuk kebaikan masa sekarang dan masa yang akan datang. Belum ditulisnya peristiwa-peristiwa sejarah akibat kurangnya data secara tertulis membuat banyaknya peristiwa sejarah yang belum dikenal oleh masyarakat. Untuk itu perlu dilakukan penelitian terhadap sumber sejarah melalui penelitian sejarah lisan,Penelitian sejarah lisan merupakan penelitian sejarah untuk mengumpulkan bahan-bahan melalui wawancara dengan pelaku atau saksi sejarah mengenai suatu masalah yang sedang diteliti oleh pewawancara. Melihat hal itu maka program studi pendidikan sejarah UNNES menjadikan mata kuliah sejarah lisan sebagai mata kuliah yang wajib di tempuh oleh mahasiswa.

Implementasi pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes sudah berjalan sesuai SAP, tetapi belum ada kontrak kuliah secara tertulis, dan penilaian belum ada rublik yang tertulis secara rinci. Implementasi pembelajaran sejarah lisan di program studi pendidikan sejarah Universitas Negeri Semarang belum optimal, hal ini di sebabkan masih banyaknya kendala-kendala. Kendala itu tampak pada beberapa aspek mulai dari aspek perencanaan, pelaksanaan dan faktor penunjang.Kendala-kendala yang ditemui dalam pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes, antara lain


(4)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

127

kendala materi, ketakutan mahasiswa, sumber belajar terbatas, dan media penunjang belum lengkap. Kendala materi terletak pada banyaknya materi yang harus disampaikan sementara alokasi waktunya sedikit, selain itu sulitnya akses untuk memperoleh buku sumber juga menjadikan mata kuliah ini banyak mengalami kendala. Kendala lain yang dihadapi oleh mahasiswa adalah pada saat mereka melakukan penelitian lapangan, mahasiswa tidak didampingi oleh dosen sehingga kalau mengalami kesulitan dilapangan mahasiswa mengalami kebingungan.

Apresiasi mahasiswa terhadap pembelajaran sejarah lisan di Prodi Pendidikan Sejarah FIS Unnes bisa dilihat dari berbagai aspek, antara lain (1) tujuan, (2) subjek belajar, (3) materi pelajaran, (4) strategi pembelajaran, (5) media pembelajaran, (6) evaluasi, serta (7) sarana penunjang seperti fasilitas belajar, buku sumber, pemanfaatan ligkungan dan sebagainya (Ahmad Sugandi dkk., 2004: 28-30). Mahasiswa memberikan apresiasi terhadap pembelajaran sejarah lisan ada yang menanggapi positif namun ada juga yang menanggapi negatif. Mahasiswa yang menanggapi positif mengatakan bahwa dengan adanya mata kuliah sejarah lisan maka ada tambahan pengetahuan, sedangkan yang menanggapi dengan negatif memberi alasan bahwa akan menambahan biaya.

Pembelajaran sejarah lisan memiliki potensi untuk dapat menarik minat mahasiswa, karena sejarah lisan sangat berguna ketika mereka mengajar. Ada potensi yang dimiliki dalam pembelajaran sejarah lisan mendorong apresiasi yang baik di kalangan mahasiswa. Apresiasi itu tampak dari rasa ingin tahu mahasiswa dan adanya respon yang baikm dari mahasiswa dalam penugasan yang dibuat oleh


(5)

commit to user

dosen. Akan tetapi apresiasi mahasiswa masih apresiasi sebatas pada saat pelajaran saja. Ada sebagian mahasiswa yang hanya menganggap sejarah lisan sebagai mata kuliah pelengkap, sehingga posisinya dinomorduakan.

B. Implikasi

Kendala dalam pembelajaran sejarah lisan merupakan faktor-faktor yang menghambat pembelajaran sejarah lisan. Dengan demikian permasalahan untuk mengatasi kendala dalam pembelajaran sejarah lisan menjadi satu faktor yang mendesak. Permasalahan terbatasnya alokasi waktu, kurangnya sumber, media, dan lemahnya metode menjadi satu permasalahan yang mendesak dan harus segera diselesaikan jika tidak ingin adanya kegagalan pencapaian tujuan pembelajaran sejarah lisan. Upaya tersebut membutuhkan peran secara aktif dari semua pihak agar kendala-kendala tersebut secara efektif dapat dituntaskan. Di satu sisi, pihak Universitas sebagai pihak yang memegang kendali kebijakan memiliki tanggung jawab untuk memberikan apresiasi terhadap perkembangan dan dimnamika yang ada dalam pembelajaran sejarah lisan. Dosen pengampu mata kuliah sejarah lisan harus memiliki komitmen yang kuat agar kendala pembelajaran dapat teratasi.

C. Saran

1. Perlu adanya sosialisasi, seminar, dan workshop tentang sejarah lisan pada pada dosen pendidikan sejarah

2. Perlu adanya kebijakan yang mendukung pelaksanaan pembelajaran sejarah lisan baik itu dari pihak jurusan sejarah maupun dari pihak Unibversitas Negeri Semarang.


(6)

perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id

commit to user

129

3. Perlu adanya komitmen yang kuat dan peningkatan kreativitas bagi dosen untuk menunjang pelaksanaan pembelajaran sejarah lisan.

4. Dosen perlu memperbaiki penyusunan rencana pembelajaransejarah lisan. 5. Dosen perlu meng-up date informasi kesejarahan terbaru, memanfaatkan

media dan fasilitas yang tersedia dengan optimal serta metode pembelajaran yang variatif.

6. Dosen perlu mengembangkan sistem penilaian dalam pembelajaran sejarah lisan.

7. Perlu adanya strategi bagi dosen untuk mengatasi kendala waktu dalam pembelajaran sejarah lisan, yakni dengan penekanan belajar mandiri dikalangan mahasiswa, serta saling mengaitkan antar satu KD dengan KD lainnya.

8. Bagi MSI dan pihak terkait lainnya perlu melakukan tindakan agar sejarah lisan menjadi mata kuliah di semua LPTK yang memiliki jurusan sejarah 9. Bagi pihak LPTK(Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan)yang

membuka jurusan pendidikan sejarah perlu di pertimbangan memasukan mata kuliah sejarah lisan dalam kurikulum.