IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN GERAK DASAR PASING BAWAH PERMAINAN BOLAVOLI DAN KERJASAMA SISWA DALAM MATA PELAJARAN PENDIDIKAN JASMANI DI SMP.

(1)

TESIS

Diajukan untuk memenuhi sebagian syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada Sekolah Pascasarjana

Jurusan Pendidikan Olahraga

Oleh :

SOLIHIN YULIANTO 1004716


(2)

Oleh : Solihin Yulianto

S.Pd. Universitas Pendidikan indonesia, 2003

Sebuah Tesis yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Magister Pendidikan (M.Pd.) pada Program Studi Pendidikan Olahraga

© Solihin Yulianto2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Juli 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Tesis ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian,


(3)

Disetujui dan disahkan oleh pembimbing :

Pembimbing

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP: 196306181688031002

Mengetahui:

Ketua Prodi Pendidikan Olahraga Sekolah Pascasarjana UPI,

Prof. Dr. H. Adang Suherman, M.A NIP: 196306181688031002


(4)

Solihin Yulianto, 2014

ABSTRAK

Tesis ini berjudul “Implementasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Untuk Meningkatkan Keterampilan Gerak Dasar Pasing Bawah Permainan Bolavoli dan Kerjasama Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Jasmani Di SMP”.

Berdasarkan situasi dan kondisi pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah, khususnya pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga bola besar beregu pada materi pasing bawah permainan bolavoli dan kerjasama siswa kelas VII di SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, pembelajaran dirasakan belum berjalan maksimal. Hal ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor, diantaranya (1) kondisi peserta didik, (2) pendidik itu sendiri, dan (3) sarana prasarana.

Data awal menunjukan persentase hasil belajar kelas tujuh dengan jumlah peserta didik 28 siswa diperoleh data 80% siswa memperoleh nilai dibawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) pada aspek keterampilan gerak dasar pasing bawah dan kerjasama pada materi permainan bolavoli, sedangkan KKM untuk materi tersebut adalah 75.

Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian tindakan dari Kemmis dan Mc Taggart (1988). Teknik pengumpulan data yang digunakan untuk mengukur hasil belajar adalah observasi terhadap keterampilan gerak dasar pasing bawah dan kerjasama peserta didik pada pelaksanaan model pembelajaran kooperatif tipe Student Team Achievement Division (STAD) yang telah divalidasi oleh akhli, sedangkan persentase digunakan sebagai teknik analisis data.

Berdasarkan pelaksanaan penelitian tindakan dengan tiga siklus diperoleh data hasil penghitungan bahwa terjadi peningkatan pada siklus pertama sebesar 63%, siklus kedua 39%, dan siklus ketiga 10% peserta didik yang dibawah KKM. Hasil ini menunjukan bahwa implementasi model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing bawah dan kerjasama siswa pada permainan bolavoli dengan optimal.


(5)

ABSTRACT

This thesis entitled "Implementation Type STAD Cooperative Learning Model To Improve Motor Basic Skills of volleyball forearm Pass and pupils Cooperation in Junior High School Physical Education Lesson".

Under the circumstances of sport and physical education lessons in school, in particular the implementation of the game sport learning in the material volleyball forearm pass and cooperation in the seven grade of laboratory junior high school UPI campus Cibiru, perceived learning not running optimally. This can be caused by several factors, including (1) the condition of the students, (2) educators themselves, and (3) infrastructure.

Preliminary data shows the percentage of seventh grade learning outcomes with 28 student enrollment data showed 80% of students received grades below the minimum completeness criteria (KKM) on aspects of basic motor skills and co-operation in volleyball forearm pass material, while the chief engineer for the material is 75.

The research method used is the method of Kemmis and Mc Taggart action research (1988). Data collection techniques used to measure learning outcomes is the observation of basic motor skills and co-operation on students volleyball forearm pass material in the implementation of cooperative learning model Student Team Achievement Division (STAD) which has been validated by the expert, while the percentage used as a data analysis technique.

Based on the implementation of the action research with three cycles of data obtained by the calculation that results in an increase by 63% the first cycle, the second cycle of 39%, and 10% the third cycle students are under the KKM. These results indicate that the implementation of the STAD cooperative learning model to improve basic motor skills and co-operation of students forearm pass on volleyball game optimally.


(6)

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Batasan Masalah ... 10

D. Tujuan Penelitian ... 10

E. Manfaat Penelitian ... 11

F. Variabel Penelitian ... 11

BAB II KAJIAN TEORITIS ... 12

A. Hakikat Pendidikan Jasmani ... 12

B. Kurikulum Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan di SMP ... 16

C. Pengertian Pembelajaran ... 18

D. Model Pembelajaran Kooperatif ... 19

E. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD ... 20

F. Keterampilan Gerak ... 22

G. Permainan dan Olahraga Bola Besar ... 25

H. Keterampilan Kerjasama ... 27


(8)

J. Hipotesis ... 30

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Metode dan Desain Penelitian ... 31

B. Lokasi dan Subjek Penelitian ... 33

C. Definisi Operasional ... 34

D. Prosedur Penelitian ... 35

E. Instrumen Penelitian ... 40

1. Observasi Keterampilan Gerak Dasar Pasing Bawah .. 40

2. Observasi Kerjasama ... 43

3. Observasi Efektivitas Proses Belajar Mengajar ... 45

F. Uji Coba Instrumen ... 48

1. Uji Validitas ... 49

2. Uji Reliabilitas ... 52

3. Uji Intereliabilitas ... 52

G. Pengumpulan Data ... 55

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 58

A. Hasil Penelitian ... 58

1. Deskripsi Penelitian ... 58

2. Deskripsi Hasil Penelitian ... 59

B. Pembahasan ... 77

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 89

A. Kesimpulan ... 89

B. Saran ... 92


(9)

(10)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan merupakan mata pelajaran yang wajib diberikan di sekolah, karena pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP, 2006, hlm. 197) menjelaskan sebagai bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan. Berdasarkan penjelasan BSNP tersebut, dapat memiliki makna bahwa mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah sama posisinya dengan mata pelajaran lain, sama-sama memiliki peranan penting dalam rangka memberikan pengalaman belajar.

Kelebihan mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dengan mata pelajaran lainnya adalah peserta didik diberikan pengalaman untuk terlibat secara langsung dalam berbagai pengalaman belajar melalui aktivitas jasmani, dan olahraga, dan kesehatan sehingga menempatkan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada posisi yang strategis sebagai media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, dan keterampilan motorik, seperti

dijelaskan BSNP (2006, hlm. 198) bahwa “Pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan merupakan media untuk mendorong pertumbuhan fisik, perkembangan psikis, keterampilan motorik, pengetahuan dan penalaran, penghayatan nilai-nilai (sikap-mental-emosional-sportivitas-spiritual-sosial),...” yang bermuara pada pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang. Selanjutnya, sehubungan dengan penghayatan nilai yang terkandung dalam pendidikan jasmani, menurut Mike McNamee (dalam Green & Hardman, 2005, hlm. 1) menyebutkan “can help students to live better lives”, yang dapat berarti

bahwa pendidikan jasmani dapat membantu peserta didik untuk hidup lebih baik dikemudian hari.


(11)

Tujuan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah adalah meningkatkan kompetensi peserta didik, diantaranya kompetensi dasar pada aspek pengembangan sikap dan keterampilan seperti terlihat dalam kompetensi dasar untuk SMP/MTs yang dipublikasikan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) tahun 2013 yaitu menunjukkan kemauan kerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik dalam bentuk permainan dan mempraktikkan modifikasi teknik dasar permainan bola besar dengan menekankan gerak dasar fundamentalnya.

Untuk mewujudkan tujuan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan seperti terlihat dalam kompetensi inti dan kompetensi dasar yang dikeluarkan Kemdikbud tahun 2013 perlu direncanakan secara sungguh-sungguh agar pelaksanaannya di sekolah dapat terlaksana dan tercapai tujuannya.

Keberhasilan pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan di sekolah akan memberikan dampak positif bagi kemajuan pembangunan bangsa Indonesia secara umum, karena syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju adalah pendidikan yang bermutu, seperti hasil riset Komisi nasional Pendidikan jasmani dan olahraga (Komnas Penjasor, 2009, hlm. 54) tentang kompetensi guru pendidikan jasmani dan olahraga di sekolah disebutkan bahwa “Pendidikan yang bermutu merupakan syarat utama untuk mewujudkan kehidupan bangsa yang maju, modern dan sejahtera”. Hal tersebut didasari oleh sejarah perkembangan dan pembangunan bangsa-bangsa yang maju, modern, makmur, dan sejahtera adalah bangsa-bangsa yang memiliki sistem dan praktik pendidikan yang bermutu. Sementara itu, pendidikan yang bermutu sangat tergantung pada keberadaan guru yang bermutu, yakni guru yang profesional.

Untuk meningkatkan mutu pelaksanaan pendidikan jasmani, olahraga, dan kesehatan, pengajarannya telah dilakukan sejak dini, yaitu mulai dari sekolah dasar yang nantinya digunakan sebagai landasan untuk jenjang yang lebih tinggi (Komnas Penjasor, 2009, hlm. 60). Proses pendidikan hendaknya dijadikan


(12)

sebagai suatu proses pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat sebagaimana tertuang dalam Standar Nasional Pendidikan (SNP) No.19 Tahun 2005, pelaksanaan pendidikan jasmani pada usia dini bukan sekedar dijadikan landasan untuk memasuki jenjang yang lebih tinggi, namun dilakukan agar tumbuh kemauan dan berkembangnya potensi dan kreativitas peserta didik yang dibangun dengan memberikan keteladanan.

Dalam pelaksanaan pengembangan potensi dan kreativitas peserta didik, guru senantiasa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan pembelajaran. Permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran dapat diidentifikasikan atas beberapa aspek seperti; (1) aspek peserta didik, (2) aspek pendidik itu sendiri, dan (3) sarana prasarana atau media pembelajaran. Pertama, pada aspek peserta didik permasalahan yang muncul dapat dilihat berdasarkan gejalanya, Suherman (2009, hlm. 71) menyebutkan bahwa beberapa gejala tersebut dapat diamati dari kurangnya perhatian siswa terhadap penjelasan gurunya, seperti siswa sibuk dengan urusannya masing-masing, tidak mengikuti petunjuk guru, tidak mendengarkan guru, melalaikan perintah guru, tidak mau belajar, dan lain sebagainya. Kurangnya perhatian siswa tersebut telah mengakibatkan proses pengembangan potensi maupun kreativitas peserta didik menjadi terhambat dan tujuan pembelajaran tidak tercapai secara maksimal oleh peserta didik. Kedua, pada aspek pendidik atau guru dirasakan memiliki kualitas yang rendah seperti disebutkan dalam hasil riset Komnas Penjasor (2009), sedangkan pusat kurikulum (2007) dalam naskah akademik disebutkan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan dalam pelaksanaannya kurang mengembangkan pendekatan, gaya, metode, model serta strategi pembelajaran. Ketiga, pada aspek sarana dan prasarana, pusat kurikulum (2007) mengungkapkan bahwa alat dan sumber belajar kurang mendukung dan tidak sesuai dengan tuntutan Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD).


(13)

Masalah yang dirasakan peneliti sebagai guru pendidikan jasmani di SMP Lab UPI Kampus cibiru adalah kondisi sesuai yang diharapkan pada pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga beregu bola besar. Pada pelaksanaannya, kegiatan pembelajaran sering ditemukan perilaku-perilaku yang kurang sesuai, seperti sikap dan perilaku siswa yang suka saling merendahkan satu sama lain, kurang menghargai temannya, dan perilaku-perilaku lain yang mencerminkan tidak terjalinnya sikap dan perilaku kerjasama pada waktu kegiatan belajar sehingga menghambat pada pencapaian potensi peserta didik perihal keterampilan gerak dasar pada materi pasing bawah permainan bolavoli.

Dalam salinan lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk SMP/MTs dijelaskan kompetensi-kompetensi yang menjadi tujuan pendidikan yaitu, (1) kompetensi sikap seperti siritual dan sosial, (2) pengetahuan seperti faktual, konseptual, dan prosedural, dan (3) keterampilan seperti kemampuan pikir dan tindak yang efektif. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat dikatakan bahwa lulusan SMP harus memenuhi kriteria mengenai kualifikasi kemampuan lulusan yang mencakup sikap (afektif), pengetahuan (kognitif), dan keterampilan (psikomotor). Oleh karena itu, sudah sepantasnyalah guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran disekolah memperhatikan ketiga ranah tersebut, begitu pula dengan penilaiannya, Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan disebutkan bahwa penilaian hasil belajar peserta didik mencakup kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dilakukan secara berimbang sehingga dapat digunakan untuk menentukan posisi relatif setiap peserta didik terhadap standar yang telah ditetapkan.

Pendidikan jasmani, olahraga dan kesehatan memegang peranan penting terhadap pertumbuhan dan perkembangan peserta didik, Hardy, A, Colin & Mawer, M (1999, hlm. 95) menjelaskan bahwa :


(14)

physical education has an important role to play in promoting the development of pupils’ personal and social skills through the encouragement of ‘an ability to work co-operatively with others by being a member of a team or group.

Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa perkembangan peserta didik dalam perihal keterampilan sosial dapat dikembangkan dengan memberikan dorongan kepada peserta didik untuk bekerja bersama-sama dengan menjadi anggota pada sebuah tim atau kelompok. Akan tetapi, kemampuan bekerjasama bukan sekedar siswa belajar atau bekerja bersama-sama, belajar atau bekerja bersama-sama dilakukan karena terdapat tujuan. Pada pelaksanaannya, belajar atau bekerja bersama-sama untuk mencapai suatu tujuan sering terkendala oleh efektivitas dan efisiensi sehingga tujuan tidak tercapai secara optimal atau maksimal. Tujuan dapat dicapai dengan maksimal apabila para pelaku kerjasama mengetahui indikator dari kerjasama, sehingga suatu tujuan dapat dicapai secara maksimal.

Berhubungan dengan permasalahan dalam pembelajaran di SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, terlihat bahwa terjadi ketimpangan dalam proses pembelajaran pada aspek afektif yaitu sikap dan perilaku kerjasama yang mempengaruhi terhadap perkembangan dan peningkatan penguasaan keterampilan gerak dasar pada pasing bawah permainan bolavoli. Data menunjukan persentase kriteria ketuntasan minimal (KKM) peserta didik untuk hasil belajar keterampilan gerak dasar pasing bawah pada permainan bolavoli adalah 71% dibawah KKM dengan rata-rata nilai 62, dan untuk aspek kerjasama diperoleh data 89% siswa dibawah KKM dengan rata-rata nilai 59 dari kriteia ketuntasan minimal yaitu 75. Perolehan data tersebut merupakan masalah besar dalam pembelajaran yang kalau tidak segera diatasi dapat mempengaruhi efektivitas proses dan hasil pembelajaran pendidikan jasmani secara keseluruhan yang berdampak pada perkembangan potensi peserta didik.

Sehubungan dengan masalah tersebut, Direktorat Pembinaan SMP (2013, hlm. 10) menjelaskan bahwa untuk mengatasi permasalahan-permasalahan dalam


(15)

pembelajaran, guru dapat mengembangkan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sesuai kebutuhan proses pembelajaran, dan proses pembelajaran dapat dikembangkan dengan melaksanakan berbagai strategi dan model.

Model pembelajaran kooperatif telah diakui para akhli dapat mengatasi permasalahan-permasalahan dalam pembelajaran yang berhubungan dengan permasalahan sikap sosial, Hardy (1999, hlm. 96) menyebutkan bahwa penelitian

dalam pembelajaran kooperatif seluruhnya menyebutkan positif, “research on cooperative learning is ‘overwhelmingly positive’. Kemudian Lickona (1991, hlm. 187) menyebutkan bahwa “Cooperative Learning improves academic achievement, self-esteem, and attitude toward school”. Strachan & MacCauley (dalam Hardy, A, Colin & Mawer, M. 1999 hlm. 96) menggunakan pembelajaran kooperatif pada kelas tujuh dan delapan untuk melakukan kaji ulang bahan-bahan pembelajaran, merancang strategi permainan, dan kegiatan refleksi setelah permainan.

Pelaksanaan pembelajaran kooperatif menggambarkan bagaimana siswa dapat belajar dengan bekerjasama dalam team, Rink (1993, hlm. 176) mendeskripsikan

pembelajaran kooperatif sebagai “groups of learners” dapat diartikan sebagai pembelajaran grup. Selanjutnya dijelaskan, grup belajar dalam menyelesaikan tugas belajar atau proyek untuk diselesaikan secara team. Rink (1993, hlm. 176)

menjelaskan, “in cooperative learning, groups of learners are assigned a learning task or project to complete as a team”.

Sesuai dengan permasalahan yang ditemukan dalam pembelajaran seperti yang telah dikemukakan di atas, perlu dilakukan perbaikan-perbaikan berhubungan dengan pelaksanaan pembelajaran dalam hal ini pembelajaran kooperatif untuk meningkatkan kerjasama siswa dalam kerangka memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas, karena pada umumnya seorang guru mengharapkan situasi dan kondisi yang ideal. Sehubungan dengan hal tersebut, Suherman (2009, hlm. 72) menyebutkan “ lingkungan belajar yang


(16)

diharapkan para guru pada umumnya adalah lingkungan belajar yang didalamnya siswa belajar dengan sungguh-sungguh, saling menghargai dan saling mendukung

untuk belajar, sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai lebih ideal”.

Berdasarkan observasi dan pengalaman peneliti sebagai guru penjas, diketahui bahwa faktor penyebab pelaksanaan pembelajaran kooperatif sebagai salah satu model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar dan kerjasama siswa dirasakan belum optimal dilaksanakan. Kemampuan peserta didik masih dirasakan rendah perihal peningkatan hasil belajar keterampilan dan perkembangan aspek sosial seperti kerjasama dalam belajar sehingga perlu dikembangkan berdasarkan fenomena yang terjadi di kelas atau di lapangan yang selanjutnya dilakukan perbaikan secara berkelanjutan sampai masalah dirasakan sudah terselesaikan.

Proses belajar mengajar menggunakan model pembelajaran kooperatif bertujuan untuk mengembangkan kemampuan peserta didik bagaimana belajar dilakukan bersama-sama dengan tetap saling menghargai terhadap segala perbedaan diantara peserta didik. Model ini berkembang berdasarkan pandangan bahwa ketika dewasa kelak mereka akan dihadapkan pada suatu situasi dan kondisi yang mengharuskan mereka dapat bekerja dengan orang lain, dan menghargai segala perbedaan dalam lingkungan masyarakat yang beragam yang dapat mengantarkan mereka pada produktivitas dan kehidupan yang menyenangkan, Rink (1993, hlm. 176) menjelaskan

... adults in today’s society need to be able appreciate diversity and work with others in a very diverse society to lead productive and happy lives. Cooperative learning has the potential to increase student learning, as well as to contribute to social and affective development.

Oleh karena itu, berdasarkana potensinya dalam meningkatkan pembelajaran siswa yang berkontribusi terhadap keterampilan motorik dan aspek sosial seperti kerjasama, model ini dianggap tepat dilaksanakan mengingat situasi dan kondisi masyarakat saat ini pada umumnya, dan khususnya adalah peserta didik SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru.


(17)

Sehubungan dengan permasalahan-permasalahan yang kerap terjadi dalam kegiatan pembelajaran, diperlukan suatu pemecahan permasalahan sebagai suatu sikap profesionalisme guru dalam melaksanakan pendidikan yang berkualitas dan bermutu, dan peningkatan kualitas pendidikan di sekolah dapat ditempuh melalui berbagai upaya, Muslich (2009, hlm. 4) menyebutkan upaya tersebut dapat dilakukan melalui pembenahan isi kurikulum, peningkatan kualitas pembelajaran dan penilaian hasil belajar siswa, penyediaan bahan ajar yang memadai, penyediaan sarana belajar, dan peningkatan kompetensi guru. Dan, ternyata upaya peningkatan kualitas pembelajaran melalui peningkatan kualitas pendidik ini hanya bisa dilakukan setelah diadakan penelitian tindakan kelas (PTK) oleh guru yang bersangkutan. Sukidin dkk (2010, hlm. 14) menjelaskan “ dalam PTK, guru

dapat meneliti sendiri praktik pembelajaran yang ia lakukan di kelas”.

Kegiatan memperbaiki dan meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas biasa disebut dengan penelitian kaji tindak (Action Research). Maksum (2012, hlm. 88)

menyebutkan “ Penelitian kaji tindak, yang pada tataran tertentu juga sering

disebut penelitian tindakan kelas (PTK), adalah proses penelitian bersiklus yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di kelas secara berkelanjutan. Artinya guru sendiri yang melakukan penelitian melalui PBM-nya (involvement & improvement)”. Oleh karena itu, penelitian dilakukan seputar penyempurnaan

rancangan atau perencanaan pembelajaran dengan mengembangkan alternatif tindakan untuk memperbaiki keadaan.

Penyempurnaan rancangan atau perencanaan pembelajaran perlu dilakukan agar pelaksanaan model yang digunakan dalam proses pembelajaran dapat berjalan sebagaimana fungsi dan potensi yang dimiliki model tersebut, agar tujuan, program, praksis, dan hasilnya tidak banyak menyimpang dari yang diinginkan dan dicita-citakan semula, sehingga relevan bagi kehidupan peserta didik di masa depan. Karenanya, pendidikan hendaknya disiapkan benar-benar sebagai wahana untuk mempersiapkan generasi yang akan datang agar lebih


(18)

berkualitas dan lebih baik dari generasi kini. Tanpa adanya penyempurnaan yang dilakukan secara sistematis melalui kegiatan refleksi, Suwirta (2003, hlm. 3) menjelaskan “…pendidikan hanya merupakan proses mekanis yang hampa makna dan pada gilirannya tidak prospektif dan tidak relevan bagi kehidupan di masa

depan”.

Pelaksanaan pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di sekolah bukan semata-mata pengajaran yang berorientasi pada penguasaan keterampilan oleh peserta didik dalam kecabangan olahraga tertentu seperti masih banyak diparaktekan oleh guru-guru penjas di Indonesia, Komnas Penjasor (2009, hlm.

44) menyebutkan “...mutu proses belajar mengajar pendidikan jasmani perlu ditingkatkan agar praktik pendidikan jasmani yang benar-benar sebagai wahana pendidikan dapat diwujudkan.

Sesuai dengan perkembangan jaman saat ini yang ditandai dengan semakin meningkatnya ilmu pengetahuan, dan teknologi informasi, komunikasi, dan transportasi yang disebut dengan era globalisasi, suatu masyarakat dituntut untuk dapat menyesuaikan diri. Berhubungan dengan hal tersebut pemerintah RI (2010, hlm. 22) dalam kebijakan nasional pembangunan karakter bangsa menyebutkan

“globalisasi dapat membawa perubahan terhadap pola berpikir dan bertindak masyarakat serta bangsa Indonesia, terutama masyarakat kalangan generasi muda yang cenderung mudah terpengaruh oleh nilai-nilai dan budaya luar yang tidak sesuai dengan kepribadian dan karakter bangsa Indonesia”.

Perkembangan jaman tersebut telah menggiring terjadinya perubahan paradigma pembelajaran seperti pergeseran tata cara penyelenggaraan kegiatan pendidikan dan pembelajaran dari pribadi menuju pembelajaran berbasis tim, dijelaskan oleh BSNP (2010, hlm. 49) bahwa “Jika dahulu proses pembelajaran lebih bersifat personal atau berbasiskan masing-masing individu, maka yang harus dikembangkan saat ini adalah model pembelajaran yang


(19)

Tugas utama guru adalah untuk memastikan bahwa melalui mekanisme pembelajaran yang dikembangkan, setiap individu dapat mengembangkan seluruh potensi diri yang dimilikinya untuk menjadi manusia pembelajar yang berhasil. Untuk menghasilkan pembelajar yang berhasil tidaklah mudah. Maksum (2012, hlm. 89) menyebutkan “Dalam kehidupan sehari-hari di sekolah maupun didalam kelas, guru tidak akan lepas dari permasalahan yang timbul dalam proses pembelajaran. Masalah yang muncul bisa sederhana, tapi juga bisa komplek yang merupakan masalah yang dihadapi para siswa, ataupun yang secara umum dialami

oleh setiap guru”. Melalui penelitian tindakan kelas, Muslich (2009, hlm. 6) menyebutkan masalah-masalah pendidikan dan pembelajaran dapat dikaji, ditingkatkan, dan dituntaskan sehingga proses pendidikan dan pembelajaran yang inovatif dan hasil belajar yang optimal dapat diwujudkan secara sistematis.

B. Rumusan Masalah

Dalam latar belakang masalah dapat diidentifikasi bahwa pelaksanaan pembelajaran permainan dan olahraga beregu bola besar di SMP Laboratorium UPI Kampus Cibiru belum dilaksanakan secara maksimal. Permasalahan tersebut dapat dikategorikan pada masalah peserta didik, sarana prasarana dan tidak menutup kemungkinan adalah kurang pengembangan pendekatan atau model dalam pembelajaran sebagai strategi meningkatkan proses dan hasil belajar peserta didik, sehingga sarana prasarana atau media dalam pembelajaran tidak maksimal digunakan pendidik sebagai alat bantu agar peserta didik lebih aktif dalam melakukan aktivitas pembelajaran.

Berdasarkan identifikasi tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan secara

umum adalah “Apakah penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar dan kerjasama pada siswa kelas VII SMP Lab UPI Kampus Cibiru?”. Sedangkan secara khusus rumusan masalah penelitian disajikan sebagai berikut :


(20)

1. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap penguasaan keterampilan gerak dasar pasing bawah dalam permainan bola voli?

2. Bagaimana pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe STAD terhadap peningkatan kerjasama peserta didik?

C. Batasan Masalah

Untuk memfokuskan masalah yang diteliti, maka penelitian ini dibatasi pada : 1. Model yang digunakan adalah model pembelajaran Kooperatif (Cooperative

Learning) dengan menggunakan tipe Student Team-Achievement Division (STAD).

2. Penerapan model hanya dibatasi pada mata pelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan kelas VII SMP Lab UPI Kampus Cibiru Bandung. 3. Materi Penjas yang dipilih dalam penelitian ini adalah permainan bola voli 4. Titik fokus penelitian adalah peningkatan kemampuan penguasaan teknik

dasar pasing bawah dan keterampilan sosial seperti kerjasama peserta didik dalam belajar dan berlatih.

D. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan model pembelajaran kooperatif yang efektif untuk meningkatkan keterampilan teknik dasar pasing dan kerjasama peserta didik. Sedangkan tujuan khusus penelitian disajikan sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui sejauh mana peningkatan penguasaan teknik dasar peserta didik.

2. Untuk mengetahui sejauh mana internalisasi nilai-nilai keterampilan sosial peserta didik dalam belajar dan berlatih.


(21)

3. Untuk mengetahui sejauh mana pemahaman, pengetahuan dan keterampilan peserta didik hubungannya dengan implementasi model kooperatif tipe STAD dalam pembelajaran terhadap peningkatan penguasaan teknik dasar dan kerjasama peserta didik.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian ini secara umum adalah sebagai bahan masukan bagi berbagai pihak yang berkepentingan dalam pendidikan, pembinaan, dan pelaksanaan model pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan di seklah menengah pertama menggunakan model pembelajaran kooperatif. Sedangkan manfaat lainnya disajikan sebagai berikut: 1. Manfaat Teoritis

Memberikan informasi dan referensi bagi para peneliti yang hendak melakukan penelitian dengan masalah-masalah yang berhubungan dengan proses pembelajaran pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan pada umumnya, dan khususnya dalam materi permainan dan olahraga beregu bola besar sebagai alat pendidikan di sekolah menengah pertama. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan kajian dan rujukan dalam bidang pelaksanaan model pembelajaran yang dapat dimanfaatkan sebagai masukan dan referensi tambahan oleh para praktisi pendidikan khususnya oleh para guru pendidikan jasmani olahraga dan kesehatan, dan umumnya adalah lembaga-lembaga pendidikan formal maupun informal seperti sekolah dalam meningkatkan keterampilan teknik dasar dan kerjasama peserta didik, serta para peneliti yang tertarik dalam bidang dan kajian yang sama.


(22)

Mengetahui efektivitas model pembelajaran kooperatif tipe STAD dalam meningkatkan keterampilan gerak dasar pasing dan kerjasama peserta didik melalui permainan dan olahraga beregu bola besar pada siswa sekolah menengah pertama.

F. Variabel Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan metode penelitian tindakan kelas (classroom research). Berdasarkan metode penelitian dan rumusan masalahnya, maka penelitian ini memiliki tiga variabel yang dibagi atas satu variable bebas (X) yaitu model pembelajaraan kooperatif (Cooperative Learning) tipe STAD, dan dua variable terikat yaitu keterampilan gerak dasar (Y1) dan

kerjasama siswa (Y2).

Gambar. 1

Variabel Penelitian Tindakan

Keterangan : X = Model Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) Y1 = Keterampilan gerak dasar

Y2 = Kerjasama siswa

Y2 X


(23)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian 1. Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam melakukan penelitiannya yaitu menggunakan penelitian kaji tindak (action research) atau biasa disebut dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah proses penelitian bersiklus yang bertujuan untuk memperbaiki kualitas pembelajaran di dalam kelas secara berkelanjutan, Maksum (2012, hlm. 88).

Penelitian ini dilaksanakan di kelas VII.A SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, dengan jumlah siswa 28 siswa, terdiri dari 15 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Siswa kelas VII digunakan sebagai tempat penelitian diasumsikan bahwa mereka belum memiliki keterampilan teknik dasar passing dalam permainan bola voli serta pemahaman yang cukup tentang kerjasama.

Penelitian ini rencana berlangsung selama tiga minggu, dimulai pada akhir Oktober dan berakhir pada bulan November minggu kedua. Penelitian dibagi kedalam beberapa siklus tentang pelaksanaan model pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD sampai diperoleh hasil maksimal perihal peningkatan keterampilan teknik dasar passing dalam permainan bola voli dan kerjasama siswa.

2. Desain Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas sebagai salah satu penelitian untuk mengatasi suatu permasalahan yang terdapat di dalam kelas. Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah desain PTK model Kemmis and Mc


(24)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak Taggart (dalam Hopkins, 2008, hlm. 51). Berikut ini bentuk desain PTK model Kemmis and Mc Taggart.

Gambar 3.1.

The ‘action research spiral’ (Kemmis and McTaggart 1988)

Model yang dikemukakan Kemmis and Mc Taggart pada hakekatnya berupa untaian-untaian dengan satu perangkat terdiri dari empat komponen, yaitu ;

Refl

ec

t

PLAN

AC

T

Observe

Refl

ec

t

AC

T

Observe

Revised Plan


(25)

perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Keempat komponen yang berupa untaian tersebut dipandang sebagai satu siklus. Oleh karena itu, pengertian siklus dalam penelitian ini adalah suatu putaran kegiatan yang terdiri dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.

Adapun langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini adalah : 1. Memilih kelas untuk dilakukan penelitian tindakan.

2. Melaksanakan uji coba tindakan. 3. Melakukan uji validitas dan reliabilitas.

4. Melaksanakan Tindakan (model kooperatif tipe STAD). 5. Melakukan analisis dan pengolahan data.

6. Membuat kesimpulan atau laporan

B. Lokasi dan Subjek Penelitian 1. Lokasi Penelitian

Lokasi dalam penelitian ini adalah Sekolah Menengah Pertama Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru tempat penulis mengajar. Sekolah tempat penulis mengajar merupakan sekolah tingkatan pertama yang digunakan universitas sebagai tempat atau laboratorium untuk mengkaji dan menerapkan berbagai temuan atau praktik kependidikan. SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru terletak di jalan raya cibiru Km 15, Kelurahan Cibiru Wetan, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung.

Lokasi sekolah ini sangat strategis karena berada dilingkungan Universitas Pendidikan Indonesia Kampus Cibiru yang memiliki fasilitas lapangan yang cukup memadai untuk melakukan permainan maupun olahraga outdoor. SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru dikelilingi oleh banyak komplek perumahan, sehingga peserta didik banyak berasal dari daerah setempat dengan


(26)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak latar belakang yang heterogen seperti ekonomi keluarga, dan kedaerahan yang menjadikan kondisi peserta didik lebih unik dengan yang lain.

2. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah peserta didik kelas VII SMP Laboratorium-Percontohan UPI Kampus Cibiru, Kecamatan Cileunyi, Kabupaten Bandung, yang berjumlah 28 orang terdiri dari 18 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan. Alasannya, berdasarkan analisis guru penjasnya perolehan prestasi belajar permainan dan olahraga beregu bolavoli pada siswa dalam pembelajaran penjasorkes masih kurang.

Siswa kelas VII masuk pada kategori usia 12 tahun, dijelaskan Wall and Murray (1994:35) bahwa peserta didik pada usia 10-12 tahun dalam perihal perkembangan fisik memiliki karakteristik perkembangan yang cepat dalam kekuatan dan kontrol terhadap otot-otot besar dan kecilnya. Sedangkan pada perkembangan sosial, sebuah kelompok berdasarkan gender dan usia yang relatif sama sudah mulai dapat membangun nilai-nilai untuk menghasilkan keputusan yang dibuat bersama-sama. Sehubungan dengan pernyataan tersebut, Metzler (1999, hlm. 27) menyebutkan karakteristik peserta didik pada usia 11-14 tahun pada tahapan kognitif bahwa “able to transform previous knowledge and

experience into new structures”, yang berarti bahwa mereka mampu

mentransformasikan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya ke dalam struktur yang baru.

C. Definisi Operasional

Definisi operasional dari variabel-variabel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(27)

1. Model Pembelajaran

Model pembelajaran menurut Joyce & Weil (dalam Metzler, 1999, hlm. 12) disebutkan sebagai “a plan or pattern that can be used to shape curriculums

(long-term courses of studies), to design instructional materials, and to guide instruction in the classroom and other settings”. Dalam pernyataan tersebut mengandung arti bahwa model pembelajaran merupakan sebuah rencana yang dapat digunakan untuk mengarahkan kurikulum pada program tujuan jangka panjang, merancang bahan ajar yang akan dilaksanakan, dan membimbing proses pembelajaran di dalam kelas maupun diluar kelas.

2. Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD

Pembelajaran kooperatif tipe student team and achievement division atau

dikenal pula sebagai ‘STAD’ merupakan model pembelajaran kooperatif dengan

menempatkan siswa dalam kelompok non-kompetitif, Suherman (2009, hlm. 23). Sedangkan Lang, R, Hellmut & Evans, N, David (2006, hlm. 422) menyebutkan pembelajaran STAD sama dengan TGT, maksudnya adalah mengelompokan siswa dalam tim yang heterogen dan berusaha menyelesaikan suatu tugas pembelajaran dengan cara bekerjasama untuk mencapai tujuan kelompok. Lebih lanjut Slavin (dalam Jolliffe, 2007, hlm. 48) menjelaskan student-team achivement division dalam pembelajaran sebagai berikut

The teacher presents the lesson, and then pupils work in teams to ensure that all members have mastered the objective. Pupils then take individual tests on the material, and scores are averaged for teams and compared with past scores, with teams rewarded for meeting certain criteria.

Penjelasan Slavin tersebut secara singkat dapat diartikan bahwa dalam STAD pembelajaran yang dibuat oleh guru dilaksanakan oleh peserta didik dalam kelompok, dan kelompok tersebut harus memahami capaian tujuan pembelajaran.


(28)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak 3. Keterampilan Gerak

Keterampilan dijelaskan oleh Ma’mun dan Yudha (1999/2000, hlm. 47)

sebagai derajat keberhasilan yang konsisten dalam mencapai suatu tujuan dengan efisien dan efektif. Sedangkan keterampilan gerak dijelaskan Schmidt & Wrisberg (2000, hlm. :6) sebagai kualitas gerak yang ditampilkan pelaku, “a skill for which the primary determinant of success is the quality of the movement that the performer produces”.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar passing dan kerjasama peserta didik dalam permainan bola voli. Proses pelaksanaan tindakan dilaksanakan secara bertahap sampai suatu permasalahan dalam pembelajaran dapat ditemukan alternatif tindakan sehingga tujuan dalam pembelajaran dapat tercapai maksimal, yang berarti bahwa penelitian yang dilakukan dikatakan berhasil. Prosedur tindakan dimulai dari (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) pengamatan dan evaluasi, serta (4) analisis dan refleksi. Adapun prosedur dan rencana penelitian tindakan, peneliti mengacu pada model Suhardjono (2009, hlm. 70-72) yang telah disesuaikan dengan kajian peneliti seperti terlihat pada tabel 3.1

Tabel. 3.1

Prosedur Penelitian Tindakan Kelas

Siklus I Perencanaan  Merencanakan pembelajaran yang akan diterapkan dalam PBM


(29)

 Mengembangkan skenario pembelajaran  Mengembangkan format evaluasi

 Mengembangkan format observasi pembelajaran Tindakan  Menerapkan tindakan mengacu pada skenario

pembelajaran

Pengamatan  Melakukan observasi dengan menggunakan format observasi

 Menilai hasil tindakan sesuai dengan format evaluasi dalam perencanaan pembelajaran

Refleksi Melakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan yang meliputi efektivitas model dalam pembelajaran, jumlah dan waktu dari setiap macam tindakan.

Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi, untuk digunakan pada siklus berikutnya Evaluasi tindakan I

Siklus II Perencanaan Identifikasi masalah dan penetapan alternatif pemecahan masalah

Pengembangan program tindakan II Tindakan Pelaksanaan program tindakan II Pengamatan Pengumpulan data tindakan II Refleksi Evaluasi Tindakan II

Siklus-siklus berikutnya

Kesimpulan, saran, dan rekomendasi


(30)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak Rencana Kegiatan Penelitian Tindakan

No. Rencana Kegiatan

Bulan / Minggu ke-

Maret April

2 3 4 1 2 3

1 Persiapan

 Menyusun konsep pelaksanaan  Menyusun Instrumen

 Menyepakati jadwal / izin penelitian

2 Pelaksanaan

 Menyiapkan kelas dan alat  Melaksanakan Tindakan Siklus I  Melaksanakan Tindakan Siklus II  Melaksanakan Tindakan Siklus III 3 Pengolahan dan analisis data

4 Penyusunan Laporan

Adapun rincian kegiatan pada setiap tahapannya adalah sebagai berikut :

1. Perencanaan Tindakan

Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan ini pertama-tama peneliti melakukan observasi terhadap kondisi dan situasi pembelajaran penjas di sekolah pada kelas VII, kemudian memilih tema yang dianggap sulit diterapkan, dan belum dapat memberikan hasil maksimal terhadap peningkatan prestasi belajar


(31)

peserta didik berdasarkan pengamalaman mengajar sebelumnya yang kemudian dilanjutkan dengan :

a) Membuat skenario pembelajaran. Sehubungan penelitian yang dilakukan peneliti adalah pelaksanaan model pembelajaran kooperatif, maka skenario pembelajaran yang digunakan adalah skenario dengan pendekatan model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) menggunakan konsep kerangka dasar dan operasional yang dikembangkan oleh Suherman (2010), dapat dilihat pada lampiran 1 tentang tindakan awal penelitian.

b) Membuat lembar observasi untuk melihat efektivitas pembelajaran penjas dengan model pembelajaran kooperatif menggunakan pendekatan keterampilan mengajar yang efektif diterapkan pada pembelajaran kooperatif dalam Metzler (2000, hlm. 239-241).

c) Mendesain alat evaluasi untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam aspek; (1) Afektif : kemampuan kerjasama siswa, dan (2) Psikomotor: kemampuan siswa melakukan teknik dasar passing dalam permainan bola voli, ( instrumen penelitian halaman 40-42).

2. Pelaksanaan Tindakan

Setelah tahap perencanaan selesai dirancang kemudian dilaksanakan tindakan, yaitu pelaksanaan kegiatan pembelajaran sesuai dengan karakteristik model pembelajaran yang digunakan, yaitu model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD), dengan ciri-ciri skenario pembelajaran seperti dijelaskan oleh Metzler (2000, hlm. 236) yang pada dasarnya menyebutkan bahwa siswa belajar dalam kelompok non kompetitif dengan tugas dan waktu tertentu yang kemudian dilakukan penilaian, kemudian peserta didik diberikan kesempatan


(32)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak kedua untuk melakukan perbaikan terhadap tugas atau performa untuk meningkatkan perolehan skor kelompok. Lebih rinci, Suherman (2009, hlm. 23) menjelaskannya dalam garis besar langkah model pembelajaran STAD sebagai berikut:

a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran

b) Guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, masing-masing terdiri dari 5-8 orang

c) Guru menyampaikan dan menjelaskan permasalahan yang ingin dipecahkan oleh masing-masing team

d) Guru memberi kesempatan kepada semua team untuk bekerjasama melaksanakan tugas dan menunjukan hasil terbaiknya melalui suatu test dan dicatat hasilnya

e) Guru melakukan diskusi dan penjelasan tentang berbagai alternative meningkatkan skor kelompok

f) Guru memberi kesempatan kedua kepada semua team untuk bekerjasama berlatih meningkatkan skor dilanjutkan dengan pengetesan ulang untuk mengetahui peningkatannya

g) Guru memberikan penilaian keberhasilan team berdasarkan skor perolehan tes kedua dikurangi skor perolehan kesatu

h) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.

3. Pengamatan atau Observasi

Pengamatan atau observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan, jadi keduanya berlangsung pada waktu yang sama. Pada tahapan ini guru bertindak sebagai peneliti, berhubungan dengan hal itu Suhardjono (2009,


(33)

hlm. 78) menyebutkan peneliti atau guru apabila ia bertindak sebagai peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama pelaksanaan tindakan berlangsung. Oleh karena itu, dalam kegiatan pengumpulan data, guru sebagai peneliti menggunakan format observasi dan penilaian yang telah disusun.

Adapun format observasi yang digunakan dalam penelitian yang dilakukan memiliki tujuan yang berbeda, (1) format observasi digunakan untuk melihat efektivitas proses pembelajaran melalui PTK untuk kepentingan refleksi, dan (2) format observasi yang digunakan sebagai instrumen penilaian untuk mengetahui hasil belajar peserta didik dalam melakukan gerak dasar pasing bawah, dan format observasi untuk menilai kemampuan kerjasama peserta didik dalam pembelajaran..

Hasil observasi yang telah dilakukan dalam pelaksanaan tindakan kelas pada dasarnya adalah data penelitian tindakan. Data tersebut dapat digunakan sebagai landasan untuk melakukan refleksi, sehingga peneliti dapat merekonstruksi dengan cermat tindakan terkait. Oleh karena itu, pengumpulan data dalam observasi tidak hanya untuk keperluan hipotesis, melainkan juga sebagai alat untuk membukukan amatan dan menjebatani antara momen-momen tindakan dan refleksi dalam setiap siklus penelitian tindakan, Muslich (2009, hlm. 90).

4. Analisis dan Refleksi

Tahapan refleksi merupakan tahapan pengkajian tindakan yang dilakukan secara menyeluruh mulai dari perencanaan, pelaksanaan tindakan, sampai pada pengamatan. Berdasarkan data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya.

Refleksi dalam PTK mencakup analisis, sintesis, dan penilaian terhadap pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah pada proses


(34)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi, Hopkins (dalam Suhardjono, 2009, hlm. 81) Demikian tahapan demi tahapan kegiatan terus berulang sehingga membentuk siklus kesatu, siklus kedua, siklus ketiga dan seterusnya sampai suatu permasalahan dianggap selesai.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian tersebut terdiri dari : 1. Observasi Keterampilan Gerak Dasar Pasing Bawah

a. Petunjuk Pelaksanaan

Tes keterampilan gerak dasar pasing bawah dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tes pasing bawah (lihat gambar 3.2), dengan cara mengamati sikap awal, pelaksanaan, dan sikap akhir gerak pasing bawah yang dilakukan siswa.

Untuk mempermudah pengamatan pada setiap tahapan pelaksanaan keterampilan gerak dasar pasing bawah dirumuskan indikator seperti dapat dilihat pada tabel 3.3.

Tabel 3.3.

Indikator Keterampilan Gerak Dasar Pasing Bawah

Australian Curriculum Council (2009)

Gerak Dasar Indikator

Sikap Awal

- Pandangan mata ke arah datangnya bola - Tubuh berdiri kangkang dan lutut ditekuk - Badan sedikit condong kedepan


(35)

- Bola divoli dari bawah,

- Badan condong ke depan dengan lutut ditekuk

Sikap Akhir

- Lengan mengayun keatas mengikuti gerakan setelah perkenaan dengan bola

- Tungkai diluruskan seiring dengan ayunan lengan ketika perkenaan dengan bola dan gerakan ikutannya.

- pandangan mata tertuju pada lepasnya bola dan lutut ditekuk

b. Format observasi gerak dasar keterampilan pasing bawah dalam permainan bola voli.

Observasi Gerak Dasar Pasing Bawah

No Nama Siswa

(1) (2) (3)

Skor

Nilai Akhir Sikap Awal Pelaksanaan Sikap

Akhir

1 2 3

1. A

2. B

3. C

Dst

Jumlah Skor Maksimal = 9

c. Rubrik keterampilan gerak dasar pasing bawah

Gerak Dasar Mekanisme Penskoran


(36)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

Gerak Dasar Mekanisme Penskoran

a) Pandangan mata ke arah datangnya bola b) Tubuh berdiri kangkang dan lutut ditekuk c) Badan sedikit condong kedepan

 Berikan angka 2 jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar

 Berikan angka 1 jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar

2) Pelaksanaan Gerak

 Berikan angka 3 jika :

a) Kedua lengan lurus dan dirapatkan b) Perkenaan setinggi bahu

c) Badan condong kedepan dengan lutut ditekuk  Berikan angka 2 jika : hanya dua kriteria

dilakukan secara benar

 Berikan angka 1 jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar

3) Sikap Akhir

 Berikan angka 3 jika :

a) Lengan mengayun keatas mengikuti gerakan setelah perkenaan dengan bola

b) Tungkai diluruskan seiring dengan ayunan lengan ketika perkenaan dengan bola dan gerakan ikutannya.

c) pandangan mata tertuju pada lepasnya bola dan lutut ditekuk

 Berikan angka 2 jika : hanya dua kriteria yang dilakukan secara benar


(37)

Gerak Dasar Mekanisme Penskoran

 Berikan angka 1 jika : hanya satu kriteria yang dilakukan secara benar

2. Observasi Kerjasama

Kerjasama peserta didik diobservasi selama proses belajar mengajar. Untuk mempermudah pelaksanaan observasi, terlebih dahulu dirumuskan indikator-indikator yang akan diobservasi dalam kerjasama seperti pada tabel 3.4.

Tabel 3.4.

Aspek Kerjasama yang diobservasi

Aspek Kerjasama Butir-butir

1) Membantu Teman

 Memberikan petunjuk

 Mengoreksi kesalahanyang dilakukan teman  Mendorong teman dalam belajar

2) Menghargai Teman  Toleran terhadap perbedaan

 Menerima saran atau ide orang lain 3) Berpartisipasi Aktif

 Menjaga lingkungan belajar/latihan tetap kondusif

 Berusaha keras menampilkan performa terbaik

a. Petunjuk Pelaksanaan

Pada waktu proses belajar peserta didik berlangsung, observer mengamati perilaku siswa selama melakukan aktivitas tugas gerak yang diberikan oleh guru.


(38)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak Observasi atau pengamatan dilakukan secara bergantian terhadap setiap kelompok belajar dengan waktu pengamatan setiap kelompoknya dilakukan selama 1 menit.

b. Format Observasi Kerjasama

No Nama

Siswa

Aspek yang dinilai

Skor Nilai

(1) (2) (3)

Membantu Teman

Menghargai teman

Berpartisipasi aktif

1 2 3 1 2 3 1 2 3

1. A

2. B

3. C

dst. Skor Maksimal = 9

Skor = (1)+(2)+(3), Nilai = Perolehan skor dikali 100 dibagi skor maksimal

c. Rubrik Kerjasama

Aspek Kriteria Makna/Arti

1) Membantu Teman yang belum bisa

3 Dilakukan

2 Kadang-kadang

1 Tidak dilakukan

2) Menghargai teman

3 Dilakukan

2 Kadang-kadang

1 Tidak dilakukan

3) Berpartisipasi Aktif

3 Dilakukan

2 Kadang-kadang


(39)

3. Observasi efektivitas proses belajar mengajar

Untuk mengetahui apakah proses belajar mengajar efektiv atau tidak, perlu dilakukan observasi terhadap efektivitas proses belajar mengajar. Untuk keperluan tersebut peneliti mengacu pada efektivitas mengajar pendidikan jasmani menurut ahli, Smith, 1983; Brophy & Good, 1986; Rosenshill & Stevens, 1986; Evertsin, (dalam Suherman, 2009, hlm. 55) yang telah dimodifikasi peneliti untuk kepentingan perolehan data. Data temuan hasil penelitian para ahli tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3.5.

Temuan-temuan melalui penelitian tentang efektivitas mengajar menurut para ahli

(Smith, 1983; Brophy & Good, 1986; Rosenshill & Stevens, 1986; Evertsin, 1989)

Aspek-aspek temuan para ahli Indikator

1) Waktu, kesempatan belajar, dan materi yang diberikan

 Guru selalu memfokuskan

pembelajaran agar siswa

mempelajari bahan pelajaran yang menjadi tujuan belajarnya

 Guru mengalokasikan waktu

sebanyak-banyaknya untuk

pencapaian tujuan pembelajaran dengan belajar secara aktif


(40)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

Aspek-aspek temuan para ahli Indikator

kepada siswa yang secara jelas dapat diobservasi

3) Pengelolaan kelas dan keterlibatan siswa (student engagement)

 Guru melaksanakan rutinitas PBM  Guru memberikan motivasi positif

4) Tugas belajar yang “meaningful”

dan tingkat keberhasilan yang tinggi

 Tugas gerak cukup memberikan tantangan kepada siswa

5) Kelancaran dan momentum

 Guru menjaga kondusifitas

pembelajaran

 Aktivitas belajar disusun secara bertahap

6) Mengajar secara aktif

 Guru tidak ketergantungan pada media pembelajaran

 Demontrasi dilakukan secara singkat

 Guru melakukan pengecekan

terhadap pemahaman siswa

mengenai latihan yang dilakukan

7) Pengawasan yang aktif

 Siswa terlihat mengerti dan tidak banyak melakukan kesalahan

 Siswa diberi kesempatan berlatih secara independen

 Guru memantau kemajuan belajar siswa


(41)

a. Petunjuk Pelaksanaan

Observasi efektivitas proses belajar mengajar dilakukan oleh salah seorang observer selama kegiatan belajar mengajar berlangsung. Pengamatan dilakukan oleh observer dengan mengacu kepada format observasi yang dibuat peneliti.

Observer memberikan tanda checklist (√) pada aspek-aspek pengamatan yang

terdapat dalam format observasi.

b. Format observasi efektivitas proses belajar mengajar

No Kategori

Efektivitas PBM

Kebutuhan Perbaikan Tidak

Efektif

Kurang

Efektif Efektif

1. Waktu, kesempatan belajar, dan

materi yang diberikan √

2. Harapan dan aturan √

3.

Pengelolaan kelas dan

keterlibatan siswa (student engagement)

4.

Tugas belajar yang “meaningful”

dan tingkat keberhasilan yang tinggi

5. Kelancaran dan momentum √

6. Mengajar secara aktif √


(42)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak c. Rubrik efektivitas proses belajar mengajar

Kategori Efektivitas Mengajar Kriteria Skor

1) Waktu, kesempatan belajar, dan materi yang diberikan

Tidak Efektif 1

Kurang Efektif 2

Efektif 3

2) Harapan dan aturan

Tidak Efektif 1

Kurang Efektif 2

Efektif 3

3) Pengelolaan kelas dan keterlibatan siswa (student engagement)

Tidak Efektif 1

Kurang Efektif 2

Efektif 3

4) Tugas belajar yang “meaningful” dan

tingkat keberhasilan yang tinggi

Tidak Efektif 1

Kurang Efektif 2

Efektif 3

5) Kelancaran dan momentum

Tidak Efektif 1

Kurang Efektif 2

Efektif 3

6) Mengajar secara aktif

Tidak Efektif 1

Kurang Efektif 2

Efektif 3

7) Pengawasan yang aktif

Tidak Efektif 1

Kurang Efektif 2

Efektif 3


(43)

Sebelum instrumen yang telah disusun digunakan, maka instrumen diujicobakan dengan tujuan untuk mengetahui sejauhmana tingkat validitas, reliabilitas dan objektivitas dari alat ukur yang akan digunakan dalam penelitian.

Instrumen dikatakan memenuhi persyaratan sebagai alat pengumpul data apabila instrumen tersebut valid dan reliabel. Untuk memperoleh informasi tentang validitas terutama validitas isi (content validity), terlebih dahulu dilakukan konsultasi dengan ahli untuk mendapatkan saran dalam penyusunan instrumen agar isi tes dengan isi materi memiliki kesesuaian dalam setiap instrumen yang digunakan.

Untuk memperoleh vailidtas isi, sebuah instrumen harus terjadi kesesuaian antara isi tes dengan isi materi. Oleh karena itu sering kali digunakan sebuah perencanaan dalam pembuatan tes dengan membuat kisi-kisi sederhana.

1. Uji Validitas

Uji validitas instrumen yang dilakukan dalam penelitian ini adalah uji validitas isi. Validitas isi dilakukan melalui pembuatan kisi-kisi pada setiap variabel yang akan dinilai.

Berikut adalah kisi-kisi untuk observasi keterampilan gerak dasar pasing bawah, kerjasama siswa, dan efektivitas proses belajar mengajar untuk memperoleh validitas isi.

Tabel 3.6.


(44)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

Materi Sub Materi Indikator Item Observasi

Bola Voli

(keterampilan) Pass Bawah

Sikap Awal

 Pandangan kearah bola  Lutut ditekuk

 Badan condong kedepan

Pelaksanaan

 Kedua lengan lurus dan dirapatkan

 Perkenaan setinggi bahu  Badan condong kedepan

dengan lutut ditekuk

Sikap Akhir

 Badan kembali condong  Lutut ditekuk

 Pandangan kearah bola Tabel 3.7.

Kisi-kisi observasi kerjasama peserta didik

Materi Sub Materi Indikator Item Observasi

Bola Voli (pengetahuan dan

keterampilan)

Pass Bawah

Membantu teman : apakah siswa berusaha memberikan petunjuk atau kesalahan yang dilakukan temannya

Aktivitas membantu teman; memberikan petunjuk atau arahan dalam kapasitas pemahaman siswa Menghargai teman :

apakah siswa melakukan latihan dengan

sungguh- Usaha siswa mempraktikan pasing bawah terbaiknya


(45)

Materi Sub Materi Indikator Item Observasi

sungguh  Menerima saran

atau petunjuk teman

Berpartisipasi aktif : apakah siswa

berpartisipasi dengan aktif

 Siswa aktif

melakukan latihan pasing bawah  Usaha siswa untuk

dapat melakukan keterampilan pasing bawah dengan sungguh-sungguh

Tabel 3.8.

Kisi-kisi Efektivitas Proses Belajar Mengajar

Aspek-aspek Efektivitas PBM Indikator

1) Waktu, kesempatan belajar, dan materi yang diberikan

 Guru selalu memfokuskan

pembelajaran agar siswa mempelajari bahan pelajaran yang menjadi tujuan belajarnya

 Guru mengalokasikan waktu sebanyak-banyaknya untuk pencapaian tujuan pembelajaran dengan belajar secara aktif


(46)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

Aspek-aspek Efektivitas PBM Indikator

2) Harapan dan aturan

 Guru mengkomunikasikan harapan kepada siswa yang secara jelas dapat diobservasi

3) Pengelolaan kelas dan keterlibatan siswa (student engagement)

 Guru melaksanakan rutinitas PBM  Guru memberikan motivasi positif 4) Tugas belajar yang

“meaningful” dan tingkat

keberhasilan yang tinggi

 Tugas gerak cukup memberikan tantangan kepada siswa

5) Kelancaran dan momentum

 Guru menjaga kondusifitas pembelajaran

 Aktivitas belajar disusun secara bertahap

6) Mengajar secara aktif

 Guru tidak ketergantungan pada media pembelajaran

 Demontrasi dilakukan secara singkat  Guru melakukan pengecekan terhadap

pemahaman siswa mengenai latihan yang dilakukan

7) Pengawasan yang aktif

 Siswa terlihat mengerti dan tidak banyak melakukan kesalahan  Siswa diberi kesempatan berlatih

secara independen

 Guru memantau kemajuan belajar siswa


(47)

Setelah menyusun kisi-kisi adalah melakukan konsultasi dengan ahli, kemudian dilakukan perbaikan instrumen yang akan digunakan supaya bisa memenuhi tuntutan valididtas isi.

Sedangkan uji validitas tes pasing bawah tidak dilakukan karena tes tersebut telah baku dan diakui validitasnya, Strand & Wilson (1993, hlm. 143).

2. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas untuk tes pasing bawah telah diketahui sebelumnya melalui perhitungan korelasi antar kelas diketahui koefisiensi reliabilitas untuk pasing bawah adalah 73, Strand & Wilson (1993, hlm. 143).

Sedangkan untuk uji reliabilitas efektivitas pembelajaran digunakan analisis

menggunakan Cronbac’s Alpha seperti terlihat pada tabel.

Tabel. 3.9.

Uji Reliabilitas Instrumen Efektivitas Pembelajaran

Case Processing Summary

N %

Cases Valid 7 100,0

Excluded

a 0 ,0

Total 7 100,0

a. Listwise deletion based on all variables in the procedure.

Berdasarkan hasil tabel diatas terlihat nilai Cronbac’s Alpha 1 atau 100% artinya instrument reliabel.


(48)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

3. Uji Intereliabilitas

Untuk melihat apakah suatu tes dikatakan objektif atau memiliki intereliabilitas dilakukan uji coba instrumen dengan menggunakan penilaian oleh beberapa penilai, sedangkan instrumen yang diuji intereliabilitasnya dalam penelitian ini yaitu : a) instrumen keterampilan gerak dasar pasing bawah, dan b) instrumen kerjasama.

Instrumen dikatakan memiliki intereliabilitas atau objektif jika penilai yang satu dengan yang lain memberikan angka yang relatif sama, maka tes tersebut dianggap objektif.

Pelaksanaan penilaian dapat dilakukan dengan cara dua orang individu (tester) diminta melakukan penilaian terhadap seluruh peserta tes (testee), kemudian hasil penilaian tester dikorelasikan. Semakin tinggi koefisien korelasi, semakin objektif suatu tes.

Hasil uji objektivitas dapat diketahui apakah setiap item test memiliki objektivitas dengan cara uji korelasi menggunakan SPSS, yaitu menghitung nilai r dan menghitung nilai signifikansi. Adapun aturan signifikansi adalah terima Ho jika signifikansi lebih besar dari 0,05. Dengan hipotesis sebagai berikut :

Ho : tidak terdapat korelasi antara penilai 1 dengan penilai 2 H1 : terdapat korelasi antara penilai 1 dengan penilai 2

Sedangkan klasifikasi untuk menginterpretasikan besarnya koefisien korelasi adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.10

Klasifikasi Koefisien Korelasi (Suherman, 2003, hlm. 113)


(49)

Koefisiensi Intereliabilitas Interpretasi Intereliabilitas

0,90 ≤ rxy ≤1,00 Sangat tinggi (sangat baik)

0,70 ≤ rxy ≤0,90 Tinggi (Baik)

0,40 ≤ rxy ≤ 0,70 Sedang (Cukup)

0,20 ≤ rxy ≤ 0,40 Rendah (Kurang)

0,00 ≤ rxy ≤ 0,20 Sangat rendah

Rxy ≤ 0,00 Tidak Valid

a) Uji Intereliabilitas Gerak Dasar Pasing Bawah

Uji Intereliabilitas terhadap gerak dasar pasing bawah dengan menggunakan uji korelasi antara penilai 1 dan penilai 2 dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.11.

Uji Intereliabilitas Gerak Dasar Pasing Bawah

Correlations

gerakdasar1 gerakdasar2

Kendall's tau_b gerakdasar1 Correlation

Coefficient 1,000 ,751

**

Sig. (2-tailed) . ,000

N 28 28

gerakdasar2 Correlation

Coefficient ,751

**


(50)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 28 28

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel diatas diketahui bahwa koefisien korelasi adalah 0,751 yang berarti memiliki tingkat korelasi yang tinggi (baik), dan memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti penilaian observer pertama dan kedua memiliki korelasi atau hubungan yang signifikan.

b) Uji Intereliabilitas Kerjasama

Uji Intereliabilitas terhadap kerjasama siswa dengan menggunakan uji korelasi antara penilai 1 dan penilai 2 dengan menggunakan SPSS adalah sebagai berikut :

Tabel. 3.12.

Uji Intereliabilitas Kerjasama Siswa

Correlations

Kerjasama1 Kerjasama2

Kendall's tau_b Kerjasama1 Correlation

Coefficient 1,000 ,670

**

Sig. (2-tailed) . ,000


(51)

Kerjasama2 Correlation

Coefficient ,670

**

1,000

Sig. (2-tailed) ,000 .

N 28 28

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel diatas diketahui bahwa koefisien korelasi adalah 0,670 yang berarti memiliki tingkat korelasi yang sedang (cukup), dan memiliki nilai signifikansi 0,000 yang berarti penilaian observer pertama dan kedua memiliki korelasi atau hubungan yang signifikan.

G. Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan untuk menggambarkan segala perubahan yang terjadi, Supardi (2009, hlm. 127). Seperti perubahan yang terjadi pada penelitian tindakan yang dilakukan peneliti, pengumpulan data dilakukan untuk melihat perubahan atau efek dari suatu intervensi (action).

Adapun pengumpulan data yang dilakukan yaitu berupa data kuantitatif hasil observasi yang diperoleh setiap pertemuan atau siklus tentang :

1. Data hasil tes pasing bawah.

2. Data hasil observasi keterampilan gerak dasar pasing bawah 3. Data hasil observasi terhadap kerjasama peserta didik, dan

4. Data hasil observasi terhadap efektivitas proses kegiatan belajar mengajar.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data merupakan salah satu langkah penting dalam rangka memperoleh temuan-temuan hasil penelitian. Hal itu disebabkan, data


(52)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak akan menuntun penulis ke arah temuan ilmiah bila diolah dan dianalisis dengan teknik-teknik yang tepat.

1. Teknik pengumpulan data kualitatif diperlukan langkah-langkah harus ditempuh.

a. Menyeleksi data

Setelah semua data terkumpul, maka selanjutnya dilakukan pemilihan data berdasarkan siklus dan jenis data seperti data keterampilan gerak dasar perminan bola voli dan kerjasama siswa, untuk selanjutnya merekapnya dengan menggunakan tabel sebagai berikut :

Tabel 3.13.

Format Rekapitulasi Data

No Nama Siswa

Siklus I Siklus II Siklus III

Obse rva si Ke rja sa m a Obse rva si Ge ra k Da sa r Obse rva si Ke rja sa m a Obse rva si Ge ra k Da sa r Obse rva si Ke rja sa m a Obse rva si Ge ra k Da sa r

1. A

2. B

3. Dst

b. Mengklasifikasi data

Data yang sudah diseleksi untuk selanjutnya dikelompokkan berdasarkan tahapan siklus (I, II, III) jenis data psikomotor seperti observasi keterampilan gerak dasar mempasing bola, tes pasing bawah, observasi kerjasama siswa dan observasi efektivitas proses belajar mengajar. Tujuannya adalah memudahkan


(53)

pengolahan data dan pengambilan keputusan berdasarkan persentase yang dijadikan pegangan.

c. Menstabulasi data

Setelah diklasifikasi berdasarkan siklus dan jenis data, selanjutnya dilakukan tabulasi data ke dalam bentuk tabel dengan tujuan untuk mengetahui frekuensi masing-masing alterenatif jawaban yang satu dengan yang lain, di samping itu bertujuan memberikan kemudahan dalam membaca data.

d. Menafsirkan dan menginterpretasikan data

Setelah data diolah selanjutnya adalah menafsirkan data. Digunakan rumus perhitungan persentasi sebagai berikut (Maulana, 2002)

P = x 100% P = persentase kriteria f = Frekuensi tindakan n = Banyak responden

Dari hasil perhitungan yang telah diperoleh selanjutnya diinterperstasikan ke dalam 4 tingkatan. Menurut Arikunto, S, (1992, hlm. 207) kriteria interpretasinya adalah sebagai berikut:

1. Kriteria baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 76% - 100% 2. Kriteria cukup, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara 56 % - 75% 3. Kriteria kurang baik, yaitu apabila nilai yang diperoleh anak antara

40%-55%.


(54)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Umum

Berdasarkan hasil kajian teoritis terhadap variabel dependent dan variabel independent, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan umum sebagai berikut : Pertama: Model pembelajaran kooperatif tipe student team achievement division (STAD) dapat diterapkan pada permainan beregu bola besar seperti permainan bolavoli. Para ahli telah menjelaskan bahwa yang menjadi tujuan pembelajaran pendidikan jasmani di sekolah berpusat pada seluruh kompetensi anak seperti psikomotor, afektif dan kognitif. Perkembangan psikomotor peserta didik seperti dapat memperagakan berbagai gerak tubuh berdasarkan kesadaran ruang dengan efisien, sedangkan pada aspek afektif peserta didik adalah dapat memperagakan hubungan sosial yang positif diantara peserta didik dan kerjasama dengan yang lain dalam rangka menyelesaikan berbagai macam tugas gerak.

Model pembelajaran kooperatif STAD menekankan pada pembelajaran dengan cara memberikan kesempatan kepada seluruh peserta didik untuk berbagi tanggung jawab dan kepemimpinan dengan menggunakan keterampilan berkolaborasi untuk mencapai tujuan kelompok. Pada pelaksanaan proses pembelajarannya, peserta didik dituntut untuk memperagakan keterampilan-keterampilan sosial dan pada tahap akhir pembelajaran, penilaian dapat dilakukan oleh anggota tim itu sendiri berdasarkan kinerja atau penampilan suatu keterampilan yang pada akhirnya akan diperoleh skor, baik skor perorangan dan skor kelompok, maupun kombinasi dari keduanya.

Dalam model pembelajaran kooperatif tipe STAD, siswa belajar dan menilai hasil belajar berdasarkan keputusan kelompok. Berdasarkan struktur tersebut akan


(55)

meningkatkan pemahaman secara mendalam terhadap bentuk-bentuk kesalahan maupun keberhasilan dalam melakukan tugas yang diberikan, dan sekaligus membentuk suatu kegiatan refleksi peserta didik terhadap proses-proses belajar yang telah dilakukan.

Kedua: keterampilan gerak dasar pasing bawah peserta didik dapat meningkat dengan memodifikasi permainan bolavoli. Teori akhli telah telah menegaskan bahwa perkembangan keterampilan gerak merupakan salah satu tujuan mata pelajaran pendidikan jasmani. Keterampilan ini, dikombinasikan dengan konsep gerakan, memberikan dasar bagi kebermaknaan partisipasi dan sukses dalam aktivitas fisik. Keterampilan gerak dasar dalam melakukan pasing bawah merupakan keterampilan manipulatif. Keterampilan manipulatih dijelaskan oleh akhli sebagai pola-pola gerakan yang diarahkan pada tujuan yang digunakan untuk mendorong dan menerima objek.

Merencanakan pengalaman pendidikan jasmani yang diarahkan pada keterampilan dan kaya konsep gerakan memungkinkan siswa untuk mengalami pembelajaran yang berkualitas dalam pendidikan jasmani. Para akhli menyebutkan konsep gerakan termasuk didalamnya adalah kesadaran tubuh, kesadaran spasial, dan kesadaran usaha. Konsep ini merupakan struktur untuk belajar dalam pendidikan jasmani, dan struktur tersebut mengatur kinerja keterampilan motorik dalam semua aktivitas fisik. Penggunaan yang efisien dan efektif dari konsep gerakan memungkinkan siswa untuk menggunakan keterampilan motorik dalam berbagai cara serta situasi dan kondisi yang berbeda.

Dengan mempelajari keterampilan gerak dasar dapat membentuk pemahaman peserta didik tentang hubungan sebab akibat. Berdasarkan hubungan sebab akibat tersebut akan terbentuk motivasi belajar untuk dapat melakukan suatu keterampilan gerak yang efektif dan efisien. Uraian tersebut merujuk kepada keterampilan atau performa yang terampil. Ketika seorang pemain mampu


(56)

menempatkan objek secara akurat, hal tersebut menunjukan kepada kualitas efektivitas. Kemudian, ketika pemain itu melakukannya dengan cara yang benar sesuai dengan tuntutan teknik, hal itu menunjukan adanya kualitas efisien.

Pembelajaran keterampilan gerak bertujuan agar anak dapat menguasai keterampilan dalam berbagai cabang olahraga. Tujuan utama dalam mengajarkan pendidikan jasmani adalah pengembangan keterampilan gerak, sehingga anak dapat dan mau berpartisipasi dalam kegiatan olahraga bahkan kelak disepanjang hidupnya. Selanjutnya, akhli menjelaskan bahwa pembelajaran permainan menuntut pengembangan tahapan permainan. Pentingnya aspek tahapan permainan ini, muncul dari studi bagaimana keterampilan digunakan dalam permainan. Setiap tahapan pengajaran harus melibatkan perpindahan dari latihan yang secara bertahap, lalu meningkat kesulitannya ke kondisi seperti permainan sesungguhnya. Salah satu tahapan tersebut yaitu memusatkan perhatian pada kemampuan siswa untuk mengontrol benda (objek) atau tubuhnya. Siswa pemula dihadapkan dengan masalah ketidaktahuan, tentang apa yang akan terjadi, misalnya ketika mereka memvoli. Tingkat kemampuan mengontrol benda sangat penting untuk dikuasai pada tahapan pembelajaran permainan tetapi kemampuan mengontrol benda dibutuhkan pengalaman-pengalaman melalui latihan, yang berarti bahwa kemampuan mengontrol benda tidak terbentuk secara instant. Perkembangan keterampilan dalam satu tahap, melibatkan pemberian pengalaman dalam memvoli bola. Pengalaman demikian pertama-tama diberikan dalam kondisi yang paling mudah dan bertahap pengontrolannya. Tahapan yang meningkat dilakukan sehingga mengarahkan anak ketingkat penguasaan dan pengontrolan yang meningkat terhadap bola dengan mengubah kondisinya.

Ketiga: kerjasama peserta didik dapat ditingkatkan dalam pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran. Ahli menegaskan bahwa permainan yang disajikan dalam proses pembelajaran dapat diciptakan sedemikian rupa untuk


(57)

berbagai macam tujuan yang berguna dalam tujuan pendidikan, salah satunya adalah kerjasama. Kerjasama peserta didik dapat ditingkatkan dengan mendesain pembelajaran. Pembelajaran dirancang agar peserta didik melakukan aktivitas yang dapat dilakukan bersama-sama. Bentuk aktivitas dapat diberikan berupapemberian tugas belajar atau proyek yang harus dikerjakan oleh tim. Pemberian tugas belajar atau proyek tersebut dilanjutkan dengan menilai hasil belajar atau proyek tersebut baik penilaian kinerja tim, maupun penilaian secara individual untuk mengetahui seberapa baik mereka telah menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan termasuk cara di mana mereka bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan seperti yang telah disajikan, maka kesimpulan umum dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar dan kerjasama peserta didik kelas VII SMP Lab UPI Kampus Cibiru pada materi pasing bawah permainan bolavoli?”

2. Kesimpulan Khusus

Selanjutnya setelah menganalisis dan interpretasi data, dapat ditarik kesimpulan secara khusus sebagai berikut :

a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan keterampilan gerak dasar pasing bawah dalam permainan bola voli.

b. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kerjasama peserta didik.

Hasil temuan tersebut didasarkan pada hasil analisis data diperoleh melalui persentase hasil belajar peserta didik pada setiap siklus. Berdasarkan perolehan selisih skor rata-rata pada setiap tindakan siklus terjadi peningkatan hasil belajar.


(1)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

berbagai macam tujuan yang berguna dalam tujuan pendidikan, salah satunya adalah kerjasama. Kerjasama peserta didik dapat ditingkatkan dengan mendesain pembelajaran. Pembelajaran dirancang agar peserta didik melakukan aktivitas yang dapat dilakukan bersama-sama. Bentuk aktivitas dapat diberikan berupapemberian tugas belajar atau proyek yang harus dikerjakan oleh tim. Pemberian tugas belajar atau proyek tersebut dilanjutkan dengan menilai hasil belajar atau proyek tersebut baik penilaian kinerja tim, maupun penilaian secara individual untuk mengetahui seberapa baik mereka telah menyelesaikan suatu pekerjaan atau tugas yang diberikan termasuk cara di mana mereka bekerja sama untuk menyelesaikan tugas.

Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan seperti yang telah disajikan, maka kesimpulan umum dari penelitian ini dapat dikatakan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif dalam mata pelajaran pendidikan jasmani dapat meningkatkan keterampilan gerak dasar dan kerjasama peserta didik kelas VII SMP Lab UPI Kampus Cibiru pada materi pasing bawah permainan bolavoli?”

2. Kesimpulan Khusus

Selanjutnya setelah menganalisis dan interpretasi data, dapat ditarik kesimpulan secara khusus sebagai berikut :

a. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh secara signifikan terhadap penguasaan keterampilan gerak dasar pasing bawah dalam permainan bola voli.

b. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh secara signifikan terhadap peningkatan kerjasama peserta didik.

Hasil temuan tersebut didasarkan pada hasil analisis data diperoleh melalui persentase hasil belajar peserta didik pada setiap siklus. Berdasarkan perolehan selisih skor rata-rata pada setiap tindakan siklus terjadi peningkatan hasil belajar.


(2)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

Peningkatan belajar tersebut diperoleh melalui perbaikan-perbaikan dalam setiap proses tindakan berdasarkan permasalahan dalam pembelajaran.

Data tersebut ternyata ada kesesuaian dengan teori bahwa penelitian tindakan merupakan bagian dari penelitian masalah praktis yang memiliki tujuan utama untuk memperbaiki kualitas proses dan hasil pembelajaran.

B. Saran

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat menggugah para pemegang kebijakan masalah praktis dalam pembelajaran terutama para guru mata pelajaran pendidikan jasmani disekolah, sehingga dapat dijadikan sebagai bahan masukan dalam meningkatkan kualitas proses maupun hasil belajar peserta didik.

2. Membiasakan para guru pendidikan jasmani di sekolah untuk senantiasa peka terhadap berbagai macam permasalahan yang berhubungan dengan pembelajaran yang berpengaruh terhadap perolehan prestasi belajar peserta didik.

3. Bagi yang berminat melakukan penelitian lebih lanjut terkait dengan permasalahan yang muncul dalam penelitian ini terutama masalah peningkatan hasil belajar pasing bawah dalam permainan bolavoli yang dilakukan secara tradisional yaitu tes pasing bawah menggunakan NCSU tentang Forearm Pass Test pada model pembelajaran kooperatif tidak terjadi peningkatan yang signifikan.

4. Diharapkan hasil penelitian ini direkomendasikan untuk memperoleh hasil belajar siswa secara komprehensif dalam pembelajaran pendidikan jasmani. Model pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat dijadikan sebagai model pembelajaran untuk meningkatkan keterampilan gerak dasar pada materi permainan dan olahraga beregu bola besar dan


(3)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

keterampilan sosial peserta didik disekolah, khususnya di sekolah menengah pertama (SMP).


(4)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., Suhardjono, dan Supardi. (2009). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara.

BSNP. (2006). Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP.

BSNP. (2007). Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007 Tentang Standar Proses Untuk Satuan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: BSNP.

BSNP. (2010). Paradigma Pendidikan Nasional Abad XXI. Jakarta: BSNP.

Dyson, B. dkk. (2004). Tactical Games, and Cooperative Learning. Theoretical and Pedagogical Considerations. National Association for kinesiology and Physical Eduvation in Higher Education. Hlm. 232-234.

Gillies, R. dan Ashman, A. (2005). The Social And Intellectual Outcomes Of Learning In Groups. London: Taylor and Francis Library.

Goverment of Western Australian, (2009). Supports Material For Practical Examinations. Volleyball. Western Australian: Curriculum Council. Green, K. and Hardman, K. (2005). Physical Education:Essential Issues.

London: SAGE Publications.

Grineski, S. (1996). Cooperative Learning in Physical Education. United States: Human Kinetics.

Hardy, A. Colin & Mawer, M. (1999). Learning and Teaching in Physical Education. Philadelphia. Falmer Press.

Hopkins, D. (2008). A Teacher’s Guide To Classroom Research. England: Open University Press.


(5)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

Jolliffe, W. (2007). Cooperative Learning In The Classroom. Putting it into Practice. Britain: Paul Chapman Publishing.

Kagan, S. (2009). Cooperative Learning. San Clemente: Kagan Publishing www.KaganOnline.com.

Kemendikbud RI. (2010). Penilaian Kompetensi Sikap. Jakarta: Kemendikbud RI. Kemendikbud. (2013). Aktualisasi Kurikulum 2013. Pembelajaran, Pendampingan, dan Penilaian Kurikulum 2013. Direktorat Pembinaan SMP. Jakarta.

Komnas Penjasor. (2009). Menuju Pendidikan Jasmani Dan Olahraga Berbasis Riset. Jakarta. Kementerian Negara Pemuda Dan Olahraga Republik Indonesia.

Maksum, A. (2012). Metodologi Penelitian Dalam Olahraga. Surabaya: Unesa University Press.

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia (2013) Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar Dan Menengah. Jakarta: Mendikbud.

Menteri Pendidikan Dan Kebudayaan Republik Indonesia. (2013). Salinan Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan. Jakarta: Mendikbud.

Metzler, W. (2000). Instructional Models for Physical Education. Massachusetts: Allyn & Bacon.

Mimbar Pendidikan (2003). Upi Press.

Muslich, M. (2009). Melaksanakan PTK. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Pemerintah Republik Indonesia (2005) Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005Tentang Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Pemerintah RI.


(6)

Solihin Yulianto, 2014

iImplementasi model pembelajaran kooperatif tipe stad untuk meningkatkan keterampilan gerak

Universitas Pendidikan Indonesia (2013). Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Bandung: UPI

Rapoport. Esta M (2009). ADHD And Social Skills. A Step-By-Step Guide For Teachers And Parents. New York: Rowman & Littlefield Education. Riduwan. (2010). Metode & Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:

Alfabeta.

Rink, Judith. (1993). Teaching Physical Education for Learning. USA: Mosby-Year Book, Inc.

Stanislaus. (2009). Pedoman Analisis Data dengan SPSS. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Strachan, K. (1996). Cooperative Learning In A Secondary School Physical Education Program. Montreal, Canada: Department of Physical Education McGill University.

Strand, B.N. & Wilson, R. (1993). Assessing Sport Skills. United States: Human Kinetics Publisher.

Suherman, A. (2001). Asesmen Belajar Dalam Pendidikan Jasmani. Evaluasi Alternatif Untuk Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Olahraga.

Suherman, A. (2009). Model Pembelajaran Pendidikan Jasmani. Bandung: FPOK UPI.

Suherman, A. (2009). Revitalisasi Pengajaran Dalam Pendidikan Jasmani. Bandung: CV Bintang WarliArtika.

Sukidin, Basrowi, Suranto. (2010). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Insan Cendikia.

Yudiana, Y., dan Subroto, T. (2010). Modul Bermain Bola Voli. Bandung: FPOK.UPI.


Dokumen yang terkait

Perbandingan antara model pembelajaran cooperative learning tipe stad dengan pembelajaran konvensional dalam rangka meningkatkan hasil belajar PAI (eksperimen kelas XI SMA Negeri 3 Tangerang)

2 14 159

Upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran kooperatif tipe Stad (Student Teams Achievement Division) pada pembelajaran IPS kelas IV MI Miftahul Khair Tangerang

0 13 0

PENGARUH PENDEKATAN PEMBELAJARAN DRILL DAN BERMAIN TERHADAP KETERAMPILAN GERAK DASAR PERMAINAN BOLAVOLI

1 21 72

IMPLEMENTASI PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI METODE PEMBELAJARAN KOOPERATIF (STAD) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MATA PELAJARAN EKONOMI KOMPETENSI DASAR

1 10 193

pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe jigsaw terhadap tingkat pemahaman siswa tentang materi zakat pada mata pelajaran pendidikan agama islam (Penelitian Quasi Eksperimen di Kelas VIII SMP Sulthan Bogor Tahun Ajaran 2015/2016)

1 10 154

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STUDENT TEAM ACHIEVEMENT DIVISION (STAD) TERHADAP KERJASAMA DAN KETERAMPILAN TEKNIK DASAR DALAM PEMBELAJARAN PERMAINAN HOKI DI SMAN 26 BANDUNG.

0 0 10

PENELITIAN TINDAKAN KELAS DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DAN CD TUTORIAL UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN DASAR-DASAR GAMBAR TEKNIK.

0 2 32

APLIKASI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING BAWAH BOLAVOLI PADA SISWA KELAS VII A SMP NEGERI 1 NGEMPLAK KABUPATEN BOYOLALI TAHUN PELAJARAN 2012/2013.

0 0 15

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Mata Pelajaran TIK

0 0 2

View of PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN KONEMATIKA GERAK

0 1 9