TUGAS AKHIR DAN WAWAN SETIAWAN.pdf

TUGAS AKHIR STRATEGI PENA ANGANAN KREDIT MACET DALAM PE PEMBIAYAAN MURABAHA AH DI KOPERASI SYARIAH ADIL SEJA JAHTERA RUMBIA LAMPUNG TENGAH

Oleh: WAWAN SETIAWAN NPM. 13111218

Jurusan san Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah yariah Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITU STITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAI AIN) METRO 1438 H/2017 M

STRATEGI PENANGANAN KREDIT MACET DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KOPERASI SYARIAH ADIL SEJAHTERA RUMBIA LAMPUNG TENGAH

Diajukan Untuk memenuhi Tugas dan Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Ahli Madya Perbankan Syariah

Oleh: WAWAN SETIAWAN

NPM. 13111218

Pembimbing I : Drs. H. A. Jamil, M. Sy Pembimbing II

: Imam Mustofa, M.SI

Jurusan : Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah Fakultas : Ekonomi dan Bisnis Islam INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) METRO 1438 H/2017 M

ABSTRAK STRATEGI PENANGANAN KREDIT MACET DALAM PEMBIAYAAN MURABAHAH DI KOPERASI SYARIAH ADIL SEJAHTERA RUMBIA LAMPUNG TENGAH OLEH WAWAN SETIAWAN

Sebagai lembaga keuangan non Bank, Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia berperan dalam memperbaiki dan mengembangkan perekonomian masyarakat, yang diajukan dalam kegiatan utamanya yaitu menghimpun dan menyalurkan dana kepada masyarakat salah satunya ialah pembiayaan. Namun, dalam kaitanya dengan pembiayaan selalu ada permasalahan didalamnya, permasalahan yang sering terjadi ialah kredit macet khususnya pembiayaan murabahah . Kurang teliti dalam menganalisis calon anggota oleh pihak Koperasi menjadi salah satu penyebabnya, sehingga terkadang masih dijumpai cidera janji yang dilakukan oleh anggota yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia. Penelitian ini membahas mengenai strategi penanganan kredit macet dalam pembiayaan murabahah di Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode wawancara dan dokumentasi. Wawancara dilakukan kepada manajer dan Account Officer (AO) Koperasi Syaraiah Adil Sejahtera Rumbia, yang berkaitan dengan strategi penanganan kredit macet pembiayaan murabahah untuk memperoleh data dan keterangan penelitian secara langsung. Dokumentasi diperlukan untuk mendapatkan data-data mengenai profil, struktur organisasi Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia, dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pelaksanaan pembiayaan murabahah. Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan, dan sifatpenelitian ini adalah deskriptif kualitatif.

Berdasarkan penelitian ini, diketahui bahwa strategi penanganan kredit macet pembiayaan murabahah di Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia, telah menjalankannya sesuai aturan dan prosedur yang telah ditetapkan. Yaitu tidak langsung mencabut atau menghakimi anggota yang pembiayaannya bermasalah atau macet, melainkan dengan bijaksana melakukan teguran, pembinaan, dan kunjungan silaturahim.

MOTTO

Dan jika (orang berut rutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangg angguh sampai dia berkelapangan. Dan m n menyedekahkan (sebagian atau semua utang ng) itu, lebih baik bagimu, jika kamu me u mengetahui. (Al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat yat 280)

PERSEMBAHAN

Dengan segenap jiwa dan ketulusan hati, kupersembahkan buah karya ini teruntuk orang-orang yang kucintai yang selalu hadir dan mewarnai hari-hariku

dalam menghadapi kerasnya hidup ini, yang selalu menguatkan saat diri ini mulai lemah. Kupersembahkan bagi mereka yang selalu mendukung dan mendo’akanku di setiap waktu dalam setiap tapak kehidupanku, khususnya untuk:

1. Ayahanda dan Ibunda (Bapak Ngadimin dan Ibu Wijiati) yang tidak pernah lelah untuk mendo’akan dan mendukung baik dalam bentuk moril maupun materil dan selalu mencurahkan kasih sayang, motivasi, perhatian yang tidak terbatas. Semoga Allah subhanahu wa ta’alla selalu mencurahkan kasih sayang kepada mereka.

2. Adikku tersayang Wiwin Elisa Dwi Yani yang selalu mendukung dan mendoakan kakak sulungnya.

3. Siti Maisaroh yang selalu mendukung dan memberikan semangat, sahabat- sahabat yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu serta teman-teman D-III perbankan syariah angkatan 2013.

4. Almamater IAIN Metro tempatku menggali ilmu dan mempertajam intelektual yang kubanggakan.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur peneliti panjatkan kehadirat Allah SWT, atas taufik dan hidayah-Nya. Sholawat serta salam semoga tetap terlimpahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun manusia menuju jalan kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat. Penyusunan Tugas Akhir ini merupakan kajian tentang “Strategi Penanganan Kredit Macet dalam Pembiayaan Murabahah di Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah”.

Sebagai bagian dari persyaratan untuk menyelesaikan pendidikan Diploma Tiga (D-III) Perbankan Syariah, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Metro guna memperoleh Sarjana Amd.Sy.

Dalam penyelesaian Tugas Akhir ini, penulis telah menerima banyak bantuan, bimbingan, dorongan dan semangat dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati peneliti mengucapkan rasa terima kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Hj. Enizar, M.Ag, selaku Rektor IAIN Metro.

2. Ibu Dr. Widhiya Ninsiana, M.Hum selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam IAIN Metro.

3. Ibu Zumaroh, SE.I., ME.Sy, selaku Ketua Jurusan D-III Perbankan Syariah IAIN Metro.

4. Bapak Drs. H. A. Jamil, M.Sy selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Imam Mustofa, M.SI selaku Dosen Pembimbing II yang telah memeberi dukungan, bantuan, perhatian dan bahan masukan yang bersifat membangun bagi kesempurnaan dalam menyususun Tugas Akhir ini.

BAB IV PENUTUP

A. Kesimpulan................................................................................ 67

B. Saran ......................................................................................... 67

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN DAFTAR RIWAYAT HIDUP DAFTAR LAMPIRAN

1. Surat Bimbingan Tugas Akhir

2. Surat Izin Research

3. Surat Tugas

4. Surat Keterangan Izin Research

5. Surat Keterangan Bebas Pustaka

6. Kartu Konsultasi Bimbingan

7. Outline

8. Alat Pengumpul Data

9. Daftar Riwayat Hidup

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Lembaga keuangan mempunyai peranan penting dalam kehidupan sebuah negara, apalagi negara yang sedang berkembang seperti Indonesia. Lembaga keuangan adalah sebuah perusahaan keuangan yang kegiatan

utamanya melakukan kegiatan ekonomi financial. 1 Tugas dan fungsi lembaga keuangan ialah sebagai lembaga yang menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat secara efektif dan efisien. Sebagai lembaga perantara antara pihak yang kelebihan dana dan yang membutuhkan dana lembaga keuangan diharapkan dapat memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.

Lembaga keuangan dalam hal ini ialah koperasi syariah mempunyai tugas dan Fungsi sosial, Konsep koperasi syariah mengharuskan memberikan pelayanan sosial baik kepada anggota yang membutuhkannya maupun kepada masyarakat dhu’afa. Kepada anggota yang membutuhkan pinjaman darurat (emergency loan) dapat diberikan pinjaman dengan kebijakan hanya mengembalikan pokoknya saja (Al Qard) tanpa adanya margin, yang sumber

dananya berasal dari modal maupun laba yang dihimpun. 2

1 Daniatu Lisanti, Moch Dzulkirom, Topowijono, “Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada Lembaga Keuangan Syariah ”, (Malang : Jurnal Administrasi Bisnis

(JAB), 2015), Vol. 1, No. 1, hal. 1. 2 Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktek, (Tanggerang : Pustaka

Aufa Media, 2012), h. 14

Koperasi syariah adalah usaha ekonomi yang terorganisir secara mantap, demokratis, otonom partisipatif, dan berwatak sosial yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip yang mengusung etika moral dengan memperhatikan halal atau haramnya sebuah usaha yang dijalankanya

sebagaimana diajarkan dalam Agama Islam. 2 Dengan demikian koperasi syariah adalah suatu kegiatan usaha yang kegiatan operasionalnya

menggunakan prinsip syariah yang bertujuan mensejahterakan para anggotanya maupun masyarakat. Sebagai lembaga keuangan non bank, koperasi syariah berperan dalam memperbaiki dan mengembangkan perekonoian masyarakat, yang diajukan dalam kegiatan utamanya yaitu penghimpunan dan penyaluran dana kepada masyarakat. Namun dalam kaitanya dengan pembiayaan selalu ada permasalahan didalamnya. Permasalahan yang sering terjadi ialah kredit macet, untuk mengantisipasi

terjadinya kredit macet diperlukan beberapa langkah diantaranya adalah : 3

a. Penilian atau analisis terhadap permohonan kredit

b. Pemantauan penggunaan kredit

c. Jaminan kredit Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah sebagai Koperasi Jasa Keuangan Syari’ah (KJKS) ikut berpartisipasi dalam mewujudkan perkembangan usaha-usaha kecil mikro. Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah adalah koperasi yang kegiatan usahanya

3 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), h. 224 3 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), h. 224

Dari beberapa pembiayaan yang dijalankan oleh Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia penulis fokus terhadap pembiayaan murabahah . Pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli barang dengan harga jual sebesar biaya perolehan ditambah keuntungan yang disepakati dan penjual

harus mengungkapkan biaya perolehan barang tersebut kepada pembeli. 4

Pembiayaan murabahah ini sangat mudah dan umum digunakan di lembaga keuangan syariah, meskipun mudah diterapkan bukan berarti tidak ada resiko atau masalah dalam pemakaian pembiayaan tersebut, salah satunya yaitu kredit macet. Untuk proses pemberian pembiayaan di Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia telah terjadi perikatan anatara pihak koperasi dan anggota, dimana angota wajib memenuhui kewajibannya terhadap pihak Koperasi. Namun dalam kenyataannya banyak anggota yang dengan sengaja memberikan itikad tidak baik seperti meninggalkan kewajibannya, anngota dengan sengaja meninggalkan kewajibannya mengakibatkan pembiayaan macet dan berpotensi merugikan pihak Koperasi.

Pembiayaan murabahah yang diberikan oleh Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia masih ada yang mengalami kemacetan, berdasarkan data yang diperoleh sebanyak 3,6% mengalami kemacetan. Hal ini disebabkan karena anggota beritidad tidak baik dalam mengembalikan kewajibannya. Untuk itu perlu ada upaya-upaya yang harus di lakukan untuk mengantisipasi

4 Rizal Yaya, Aji Erlangga Martawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syaria’ah Teori dan Praktek Kontemporer, (Jakarta : Salemba Empat, 2009), h. 180

kredit macet tersebut. Upaya yang dilakukan oleh Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah, untuk mengantisipasi kredit macet adalah memaksimalkan analisis 5 C sebelum memberikan pembiayaan yaitu meliputi, Character, Capacity, Capital, Condition, Collateral. tidak hanya itu sebelum malakukan penyelesaian kredit macet melalui jalur hukum, Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia Lapung Tengah terlebh dahulu melakukan penyelesaian melalui pendekatan terhadap anggota yang mengalami kemacetan sebagai langkah pertama, yaitu silaturahmi kepada nasabah dan menanyakan kenapa bisa terjadi kreedit macet apakah ada masalah keluarga sehigga tidak mampu membayarnya atau terkendala masalah perekonomian yang menurun, pihak koperasi memperpanjang jangka waktu pembayaran, nasabah diminta untuk membayar pinjaman pokok dan

tidak dengan marginnya. 5

Namun sepandai apapun analisis dan antisipasi pembiayaan yang dilakuklan oleh Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah, kemungkinan pembiayaan tersebut macet masih ada. Hal ini disebabkan dari pihak Koperasi dalam menganalisis kurang teliti, sehingga terkadang masih dijumpai cidera janji yang di lakukan oleh pihak anggota yang tidak melaksanakan kewajibannya terhadap Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah sehingga mengalami kemacetan.

“Sebelum melakukan transaksi pembiayaan selalu membuat kesepakatan yang disetujui oleh kedua belah pihak, dan kesepakatan tersebut

5 Wawancara kepada Davit sebagai Account officer (AO) pada tanggal 25 November 2016 5 Wawancara kepada Davit sebagai Account officer (AO) pada tanggal 25 November 2016

telah terikat oleh perjanjian dan hukum yang telah dibuat bersama”. 6 Mengingat masih adanya persoalan kredit macet dalam pembiayaan

murabahah khususnya di Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah, maka perlu dikaji lebih jauh mengenai “strategi penanganan kredit macet dalam pembiayaan murabahah di Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah”.

B. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka penulis mengemukakan pertanyaan penelitian dalam tugas akhir ini yaitu bagaimana strategi penanganan kredit macet dalam pembiayaan murabahah di Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah ?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui strategi penanganan kredit macet dalam pembiayaan Murabahah di Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah.

6 Subekti, Hukum Perjanjian, Cet. VI, (Jakarta : Intermasa, 1996), h. 17

2. Manfaat Penelitian

Manfaat yang dapat di peroleh dari penelitian ini yaitu :

a. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat dan menambah pengetahuan dalam dunia pendidikan, khususnya di bidang perbankan Syari’ah.

b. Secara praktisi, yaitu sebagai bahan referensi bagi pihak Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah untuk menyelesaikan kredit macet dalam akad murabahah.

D. Metodologi Penelitian

Metode penelitian pada dasarnya adalah cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. 7 Metode penelitian digunakan

sebagai pemandu dalam menentukan langkah-langkah pelaksanaan penelitian.

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Penelitian yang penulis laksanakan adalah penelitian lapangan yaitu suatu penelitian yang dilakukan secara intensif, terperinci, dan mendalam terhadap suatu objek tertentu dengan mempelajarinya sebagai

suatu kasus. 8 Penelitian lapangan adalah penelitian mendalam mengenai unit sosial tertentu yang hasilnya merupakan gambaran yang lengkap dan

terorganisasi baik mengenai unit tersebut. Tujuannya untuk mempelajari

7 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatil dan R&B, (Jakarta : CV ALFABETA, 2009), h. 6

8 Handari Hawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 1995) h. 72 8 Handari Hawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gadjah Mada University press, 1995) h. 72

Sedangkan sifat penelitian ini adalah penelitian deskriptif. Penelitian deskriptif adalah metode penelitian yang bertujuan untuk menggambarkan secara utuh dan mendalam tentang realitas sosial dan berbagai fenomena yang terjadi di masyarakat yang menjadi subjek penelitian sehingga tergambarkan ciri, karakter, sifat, dan model dari

fenomena tersebut. 10

2. Sumber Data

Dalam penelitian ini penulis menggunakan dua jenis sumber data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Sumber Data Primer Sumber Data primer adalah sumber data yang langsung

memberi data kepada peneliti. 11 Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah manajer, Account officer, dan anggota

Koperasi Syari’ah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah yang bersangkutan dengan masalah yang penulis teliti.

2. Sumber Data Sekunder Sumber Data sekunder adalah sumber data yang diperoleh dari buku-buku, dokumen-dokumen, yang dapat memperkaya data

9 Sumadi Suryabrata,Metodelogi Penelitiaan,( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2011), h. 80

10 Zuhairi dkk, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah, (Jakarta : PT RajaGrafindo Persada, 2016), h. 23

11 Beni Ahmad Saebani, Manajemen Penelitian, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2013), h. 82 11 Beni Ahmad Saebani, Manajemen Penelitian, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2013), h. 82

adalah buku-buku yang terkait dengan strategi dan penanganan kredit macet, dan dokumen-dokumen terkait dengan permasalahan yang sedang diteliti.

3. Teknik Pengumpulan Data

a. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti

dan responden. 13 Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan tatap muka, sehingga gerak dam mimik responden

merupakan pola media yang melengkapi kata-kata secara verbal. Artinya wawancara merupakan teknik pengumpulan data melalui proses tanya jawab lisan secara langsung. Peneliti melakukan wawancara dengan pihak-pihak yang terkait yaitu manajer, Account officer serta anggota Koperasi Syariah Adil Sejahtera Rumbia Lampung Tengah.

b. Dokumentasi Dokumentasi merupakan cara yang digunakan untuk mengumpulkan data berupa data tertulis yang mengandung keterangan dan penjelasan serta pemikiran tentang fenomena yang

masih aktual dan sesuai dengan masalah penelitian. 14 Dari dokumen-

12 Ibid. h. 22 13 W. Gulo, Metodologi Penelitian, (Jakarta : PT Grasindo, 2002), h. 119

14 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.152 14 Muhammad, Metodologi Penelitian Ekonomi Islam Pendekatan Kuantitatif, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2008), h.152

E. Sistematika Pembahasan

Penyusunan tugas akhir ini akan disajikan dalam sistematika pembahasan yang terdiri dari empat bab, yaitu :

1. BAB I Pendahuluan Pada bab ini memuat penjelasan yang bersifat umum yaitu mengenai latar belakang masalah, pertanyaan penelitian, tujuan dan manfaat penelitian. Selain itu pada bab ini juga dibahas mengenai metode penelitian yang digunakan dan sistematika pembahasan.

2. BAB II Landasan Teori Pada bab ini membahas mengenai tinjauan secara teoritis mengenai informasi dari variabel-variabel yang diteliti, yang nantinya dijadikan sebagai landasan dari penulis serta sebagai alat perbandingan dengan kejadian yang ada di lapangan, pembahasan dalam bab ini berupa pengertian murabahah, dasar hukum murabahah, rukun dan syarat murabahah , ketentuan murabahah di lembaga keuangan syraiah, skema pembiayaan murabahah, tujuan pembiayaan murabahah, pengertian kredit macet, faktor penyebab kredit macet, pencegahan kredit macet, 2. BAB II Landasan Teori Pada bab ini membahas mengenai tinjauan secara teoritis mengenai informasi dari variabel-variabel yang diteliti, yang nantinya dijadikan sebagai landasan dari penulis serta sebagai alat perbandingan dengan kejadian yang ada di lapangan, pembahasan dalam bab ini berupa pengertian murabahah, dasar hukum murabahah, rukun dan syarat murabahah , ketentuan murabahah di lembaga keuangan syraiah, skema pembiayaan murabahah, tujuan pembiayaan murabahah, pengertian kredit macet, faktor penyebab kredit macet, pencegahan kredit macet,

3. BAB III Pembahasan Pada bab ini akan memaparkan analis dengan penjelasan deskriptif kualitatif.

4. BAB IV PENUTUP Pada bab ini memuat kesimpulan, keterbatasan penelitian dan saran dari data yang telah diteliti.

BAB II LANDASAN TEORI

A. Konsep Dasar Murabahah

1. Pengertian Murabahah

Salah satu skim fiqih yang paling popular digunakan oleh perbankan syari’ah adalah skim jual-beli murabahah . Transaksi murabahah ini lazim dilakukan oleh Rosulullah Saw. dan para sahabatnya.

Murabahah adalah akad jual beli barang dengan menyertakan harga perolehan dan keuntungan (margin) yang disepakati oleh penjual

dan pembeli. 1 Murabahah adalah akad jual beli barang pada harga asal dengan

tambahan keuntungan yang disepakati. 2 Jadi, pembiayaan murabahah adalah jual beli barang dengan

menyertakan harga perolehan dan keuntungan yang disepakati oleh penjual dan pembeli. Dengan demikian pihak koperasi diwajibkan menjelaskan terkait harga beli dan tambahan keuntungan yang diinginkan kepada nasabah.

1 Adiwarman A. Karim, Bank Islam Analisis Fiqh dan Keuangan, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2004), h. 113

2 Muhammad Syafi’i Antonio, Bank Syariah dari Teori ke Praktek, (Jakarta : Gema Insani, 2001), h. 101

Murabahah dapat dilakukan dengan pesanan atau tanpa pesanan. Dalam murabahah berdasarkan pesanan, koperasi melakukan pembelian barang setelah ada pesanan dari nasabah, misalnya seorang ingin membeli barang tertentu dengan spesifikasi tertentu, sedangkan barang tersebut belum ada pada saat pemesanan, maka penjual akan mencari dan membeli barang yang sesuai dengan spesifikasinya, kemudian

menjualnya kepada pemesannya. 3 Artinya koperasi tidak meminjamkan uang kepada nasabah untuk membeli komoditas tertentu, melainkan

pihak koperasi yang berkewajiban menyediakan atau membelikan pesanan nasabah kepada pihak ketiga, dan baru kemudian dijual kembali kepada nasabah dengan harga yang telah disepakati kedua belah pihak.

Murabahah berbeda dengan jual beli biasa (musawamah)dimana dalam jual beli musawamah terdapat proses tawar-menawar antar penjual dan pembeli untuk menentukan harga jual, dimana penjual tidak

menyebutkan harga beli dan keuntungan yang diinginkan. 4 Berbeda dengan murabahah harga beli dan margin yang diinginkan, harus

dijelaskan kepada pembeli. Menurut pandangan ulama fiqh, murabahah merupakan bentuk jual beli yang diperbolehkan. Murabahah mencerminkan transaksi jual beli dimana harga jual merupakan akumulasi dari biaya-biaya yang telah dikeluarkan untuk mendatangkan objek transaksi (harga pokok pembelian) dengan tambahan keuntungan tertentu yang diinginkan

3 Adiwarman, A. Karim, Bank Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 115 4 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari’ah, (Jakarta : Paramadina, 2004), h. 119 3 Adiwarman, A. Karim, Bank Islam, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2014), h. 115 4 Abdullah Saeed, Menyoal Bank Syari’ah, (Jakarta : Paramadina, 2004), h. 119

2. Dasar Hukum Murabahah

a. Al-Qur’an

Surat an-nisa ayat 29

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama-suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah

adalah Maha Penyayang kepadamu. 5 (QS. An-Nisa’ [4]: 29).

b. Hadist

Hadist Riwayat Ibnu Majah

5 . QS. An-Nisa’ (4): 29.

Diriwayatkan dari Shuhaib r.a. bahwa Nabi SAW bersabda: “Ada tiga hal yang di dalamnya terdapat keberkahan; perdagangan dengan bayaran bertempo, al-qiradh dan mencampur gandung bur dengan gandum sya’ir untuk makanan di rumah, bukan untuk

dijual 6 .” (HR. Ibnu Majah dengan sanad yang dhaif).

Hadis riwayat Abu Daud dan An-Nasa’i

Diriwayatkan dari Amr bin Syarid dari ayahnya, ia berkata: “Rasulullah SAW bersabda: “Orang yang mengundur-undur pembayaran hutang padahal ia mampu membayarnya boleh dilanggar kehormatanya dan diberi hukuman.” (HR. Abu Dawud dan An-Nasa’i). Al-Bukhari menyebutkan dengan sanad mu’allaq

dan disahihkan oleh Ibnu Hibban. 7

3. Rukun dan Syarat Murabahah

a. Rukun murabahah Rukun transaksi murabahah antara lain :

1) Pembeli (nasabah) dan penjual (bank syariah)

2) Objek akad murabahah yang didalamnya terkandung barang dan harga

6 Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani, Bulughul Maraam Min Jam’I Adillatil Ahkaam, diterjemahkan oleh Abu Ihsan Al-Atsari, Terjemah Bulughul Maram, Edisi Revisi, (Solo: At-

Tibyan, 2006), Cet. 1, h. 415 7 Ibid, h. 393

3) Ijab dan kabul berupa pernyataan kehendak masing-masing pihak, baik dalam bentuk ucapan maupun perbuatan. 8

b. Syarat Murabahah

1) Pihak yang berakat

a) Cakap hukum

b) Sukarela (ridha), tidak dalam keadaan dipaksa/ terpaksa/

dibawah tekanan

2) Objek yang diperjual belikan

a) Tidak termasuk yang diharamkan/ dilarang

b) Bermanfaat

c) Penyerahannya dari prnjual ke pembeli dapat dilakukan

d) Merupakan hak milik penuh pihak yang berakat

e) Sesuai spesifikasinya yang diterima pembeli dan diserahkan

penjual

3) Akad/sighat

a) Harus jelas dan disebutkan secara spesifik dengan siapa

berakad

b) Antara ijab qabul (serah terima) harus selaras baik dari spesifikasi barang maupun harga yang disepakati

c) Tidak mengandung klausul yang menggantungkan keabsahan transaksi pada hal/ kejadian yang akan datang

8 Rizal Yahya,dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer, (Jakarta : Salemba Empat, 2009), h. 180-181 8 Rizal Yahya,dkk, Akuntansi Perbankan Syariah Teori dan Praktek Kontemporer, (Jakarta : Salemba Empat, 2009), h. 180-181

saya kembali. 9

4. Ketentuan Murabahah di Lembaga Keuangan Syariah

Bank-bank Islam mengambil murabahah untuk memberikan pembiayaan jangka pendek kepada klienya untuk membeli barang secara tunai. Murabahah, sebagaimana digunakan dalam perbankan Islam, ditemukan terutama berdasarkan dua unsur yaitu harga membeli dan biaya yang terkait, dan kesepakatan berdasarkan mark-up (keuntungan). Dalam kontrak murabahah pembeli mengetahui semua biaya yang semestinya dan mengetahui harga pokok barang dan keuntungan yang diartikan sebagai prosentase harga keseluruhan dan ditambah biaya- biayanya, subyek penjualan adalah barang atau komoditas, subyek penjualan hendaknya dimiliki oleh penjual dan mampu mengirimkannya kepada pembeli, dan pembayaran yang ditunda. Murabahah , sebagaimana diyakini disini diterapkan pada setiap pembiayaan dimana ada komoditas yang dapat diidentifikasikan untuk dijual. Bank-bank Islam pada umumnya menggunakan murabahah sebagai metode utama

pembiayaan, yang hampir 75% dari asetnya. 10

9 Nurul Huda dan Mohamad Heykal. Lembaga Keuangan Islam, (Jakarta : Kencana Prenada Media Group, 2010), h. 46

10 Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2004. 139

Ketentuan umum murabahah dalam bank syariah :

1) Bank dan nasabah harus melakukan akad murabahah yang bebas riba.

2) Barang yang diperjualbelikan tidak diharamkan oleh syariat Islam.

3) Bank membiayai sebagian atau seluruh harga pembelian barang yang telah disepakati kualifikasinya.

4) Bank membeli barang yang diperlukan nasabah atas nama bank sendiri, dan pembelian ini harus sah dan bebas riba. 11

5) Bank harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan

pembelian, misalnya pembelian dilakukan secara utang.

6) Bank kemudian menjual barang tersebut kepada nasabah (pemesan) dengan harga jual senilai dengan harga beli plus keuntungannya. Dalam kaitan ini bank harus memberi tahu secara jujur harga pokok barang kepada nasabah berikut biaya yang diperlukan.

7) Nasabah membayar harga barang yang telah disepakati tersebut pada jangka waktu tertentu yang telah disepakati.

8) Untuk mencegah atau penyalahgunan atau kerusakan akad tersebut, pihak bank dapat mengadakan perjanjian khusus dengan nasabah.

11 Zainudin Ali, Hukum Perbankan Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2008), h. 246-248

9) Jika bank hendak mewakilkan kepada nasabah untuk membeli barang dari pihak ketiga, akad jual beli murabahah dilakukan

setelah barang secara prinsip, menjadi milik bank. 12

5. Skema Pembiayaan Murabahah

Pembiayaan murabahah , sekurang-kurangnya terdapat dua pihakyang melakukan transaksi jual beli, yaitu bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli barang. Dimana alur transaksi murabahah seperti terdapat pada Gambar 1.1 dibawah ini :

a . Negosiasi dan persyaratan

b.Akad jaul beli

Bank Nasabah Syariah

f. Bayar

c. Beli barang e.Terima barang dan

d. Kirim barang

Gambar 1.1

12 Muhammad, Sistem dan Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta : UII Press, 2000), h. 104

Keterangan :

a. Bank syariah dan nasabah melakukian negosiasi tentang rencana transaksijual beli yang akan dilaksanakan. Poin negosiasi meliputi jenis barang yang akan dibeli, kualitas barang, dan harga jual.

b. Bank syariah melaukan akad jual beli dengan nasabah, dimana bank syariah sebagai penjual dan nasabah sebagai pembeli. Dalam akad jual beli ini, ditetapkan barang yang menjadi objek jual beli yang telah dipilih oleh nasabah, dan harga jual barang.

c. Atas dasar akad yang dilaksanakan antara bank syariah dan nasabah, maka bank syariah membeli barang dari supplier/penjual. Pembelian yang dulakukan oleh bank syariah ini sesuai dengan keinginan nasabah yang telah tertuang dalam akad.

d. Sipplier mengirimkan barang kepada nasabah atas perintah bank syariah.

e. Nasabah menerima barang dari supplier dan menerima dokumen kepemilikan barang tersebut.

f. Setelah menerima barang dan dokumen, maka nasabah melakukan pembayaran. Pembayaran yang lazim dilakukan oleh nasabah ialah

dengan cara angsuran. 13

13 Ismail, Perbankan Syariah, (Jakarta : Kencana, 2011), h. 140

6. Tujuan Pembiayaan Murabahah

Murabahah mempunyai tujuan antara lain :

a. Bagi koperasi, untuk mencari pembiayaan. Maksudnya adalah dalam operasional lembaga keuangan syariah, motif pemenuhan pengadaan asset atau modal kerja merupakan alasan utama yang mendorong datang ke bank, pada gilirannya pembiayaan yang diberikan akan membantu memperlancar arus kas (cash flow) yang bersangkutan

b. Koperasi mendapat keuntungan dari margin murabahah

c. Koperasi memiliki pengalaman untuk produk tertentu dengan transaksi murabahah. Artinya, satu pihak yang berkontrak (pemesan pembelian) meminta pihak lain (pembeli) untuk membeli sebuah asset

d. Memberikan pendanaan untuk nasabah yang membutuhkan

e. 14 Menjadi alternatif jual beli tanpa riba.

B. Kredit Macet

1. Pengertian Kredit Macet

Kreditdalam bahasa latin disebut “credere”yang artinya percaya. Maksudnya si pemberi kredit percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian. Sedangkan bagi si penerima kredit berartimenerima kepercayaan, sehinga

14 Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah, (Yogyakarta : UII Press, 2009), h. 148 14 Muhammad, Model-model Akad Pembiayaan di Bank Syari’ah, (Yogyakarta : UII Press, 2009), h. 148

Dalam Pasal 1 butir 11 UU No. 10 Tahun 1998 dirumuskan bahwa kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam-meminjam antara bank atau pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian

bunga. 16 Dapat disimpulkan bahwa kredit merupakan kepercayaan yang

diberikan kepada bank (meminjamkan) terhadapnasabah (peminjam) dengan ketentuan akan mengembalikan kewajibannya sesuai dengan waktu yang telah disepakati.

Kredit macet merupakan kesulitan nasabah dalam menyelesaiakan kewajiban-kewajibannya terhadap bank, baik dalam bentuk pembayaran kembali pokoknya, pembayaran bunga, maupun pembayaran ongkos-

ongkos bank yang menjadi beban debitur yang bersangkutan. 17

Kredit macet adalah suatu keadaan dimana nasabah sudah tidak sanggup membayar sebagian atau seluruh kewajibannya kepada bank

seperti yang telah diperjanjikan. 18

15 Kasmir, Dasar-dasar Perbankan, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2014), h. 112 16 Hermansyah, Hukum Perbankan Nasional Indonesia ,(Jakarta : Kencana Prenada Media

Group, 2011), h. 57 17 Ascarya, Akad,dan Produk Bank Syariah, (Jakarta : Rajawali Pers, 2006), h. 157

18 Mudrajad Kuncoro dan Suhardjono, Pengendalian Kredit Macet, (Bandung : Alfabeta, 2002), h. 462

Berdasarkan pendapat diatas dapat disimpulkan bahawa kredit macet adalah kesulitan nasabah (debitur) dalam mengembalikan kewajiban-kewajibannya kepada kreditur seperti yang telah disepakati di awal perjanjian.

2. Faktor Penyebab Kredit Macet

Nasabah-nasabah yang memperoleh kredit dari bank tidak seluruhnya dapat mengembalikannya dengan baik tepat pada waktu yang disepakati. Pada kenyataannya selalu ada sebagian nasabah yang karena suatu sebab tidak dapat mengembalikan kredit kepada bank yang telah meminjaminya. Akibat nasabah tidak dapat membayar lunas utangnya,maka menjadikan perjalanan kredit terhenti atau macet.Untuk jelasnya Supramono (1995) mendefiniskan kredit macet adalah suatu keadaan dimana seorang nasabah tidak mampu membayar lunas kredit bank tepat pada waktunya.

Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya kredit macet diantaranya sebagai berikut:

a. 19 Faktor internal Faktor internal koperasi syariah adalah penyumbang terbesar dalam

menumbuhkan pembiayaan bermasalah. Pembiayaan bermasalah dapat diminimalisir melalui pemahaman petugas pembiayaan secara benar dan dilengkapi dengan prosedur kerja yang menjadi

19 Nur Syansudin, Koperasi Syariah Teori dan Praktek, (Tanggerang : Pustaka Aufa Media, 2012), h. 212 19 Nur Syansudin, Koperasi Syariah Teori dan Praktek, (Tanggerang : Pustaka Aufa Media, 2012), h. 212

1) Kurang baiknya pemahaman atas bisnis nasabah

2) Kurang dilakukan evaluasi keuangan nasabah

3) Kesalahan seting fasilitas pembiayaan

4) Perhitungan modal kerja tidak didasarkan kepada bisnis usaha nasabah

5) Proyeksi penjualan terlalu optimis

6) Proyeksi penjualan tidak memperhitungkan kebiasaaan bisnis dan kurang memeprhitungkan aspek competitor

7) Aspek jaminan tidak memperhitungkan aspek marketable

8) Lemahnya supervise dan monitoring

9) Terjaninya erosi mental, kodisi ini dipengaruhi oleh timbale balik antara nassabah dengan pejabat bank sehingga mengakibatkan proses pemberian pembiayaan tidak didasarkan pada praktek perbankanyang sehat.

b. Faktor eksternal Faktor eksternal yaitu faktor yang berada diluar kekuasaan manajemen perusaha, diantaranya :

1) Nasabah menyalahgunakan kredit yang diperolehnya. Setiap kredit yang diperoleh nasabah telah diperjanjikan tujuan pemakaiannya, sehingga nasabah harus mengguanakan kredit

20 Trisadini P. Usanti, Abd.Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta : PT BumiAksara, 2013), h. 102 20 Trisadini P. Usanti, Abd.Shomad, Transaksi Bank Syariah, (Jakarta : PT BumiAksara, 2013), h. 102

2) Nasabah kurang mampu mengelola usahanya. Hal ini dapat terjadi karena nasabah kurang menguasai bidang usahanya yang diberi kredit, akibatnya usaha yang dibiayai dengan kredit tidak dapat berjalan dengan baik.

3) Nasabah beritikad tidak baik. Ada sebagian nasabah mungkin jumlahnya tidak banyak yang sengaja dengan segala daya upaya mendapatkan kredit, tetapi setelah kredit diterima untuk kepentingan yang tidak dapat dipertanggung jawabkan. Karena nasabah sejak awal tidak berniat mengembalikan kredit, walaupun dengan resiko apapun. Biasanya sebelum jatuh tempo kreditnya, nasabah sudah melarikan diri untuk

menghindari tanggung jawab. 21

4) Bencana alam Faktor bencana alam merupakan indikator kegagalan yang sulit diprediksikan, gempa bumi, banjir dan tsunami merupakan salah satu penyebab terjadinaya pembiayaan macet, antisipasi

21 http://pustakabakul.blogspot.co.id/2013/07/penyebab-kredit-macet.html, diunduh pada 15 September 2016 21 http://pustakabakul.blogspot.co.id/2013/07/penyebab-kredit-macet.html, diunduh pada 15 September 2016

5) Kebijakan pemerintah Kebijakan pemerintah terkadang pempengaruhi pula terjadinya pembiayaan bermasalah salah satu contohnya, kebijakan impor beras dari luar negeri menyebabkan turunya harga beras dipasaran sementara biaya produksi pertanian menjadi tidak sebanding dengan harga jual produksinya, jika pembiayaan yang diperoleh dari pembiayaan maka sudah dapat dipastikan akan terjadi kemacetan pengembalian.

6) Huru hara/demonstrasi Iklim demokrasi di indonesia tidak hanya memberikan nilai- nilai positif bernegara, akan tetapi iklim ini juga membawa

dampak negatif. 22

7) Kendala musim Iklim indonesia yang saat ini terjadi tidak menentu, kendati hanya memiliki dua iklim yaitu musim panas dan musim hujan, seorang petugass pembiayaan juka memberikan pembiayaan kepada anggota koperasi syariah yang berproesi sebagai pedagang es pada saat musim penghujan maka sudah

22 Nur Syansudin, Koperasi Syariah Teori dan Praktek, (Tanggerang : Pustaka Aufa Media, 2012), h.217 22 Nur Syansudin, Koperasi Syariah Teori dan Praktek, (Tanggerang : Pustaka Aufa Media, 2012), h.217

3. Pencegahan Kredit Macet

Setiap kredit yang disalurkan oleh koperasi pasti mengandung resiko, karena adanya keterbatasan kemampuan manausia dalam memprediksi masa yang akan datang. Apalagi dalam situasi dan kondisi lingkungan yang cepat berubah dan penuh ketidakpastian seperti sekarang ini. Beberapa hal penting yang harus dilakukan oleh koperasi dalam menekan atau mengurangi seminimal mungkin kredit macet atau bermasalah adalah :

a. Penilian atau analisis terhadap permohonan kredit Setiap permohonan kredit yang diajukan oleh calon debitur, tentu harus dilakukan penilaian secara seksama oleh pejabat koperasi. Terlebih untuk pemberian kredit jangka panjang, seperti kredit investasi misalnya. Mengingat semakin lama jangka waktu kredit maka semakintinggi tingkat ketidakpastianya, sehingga semakin besar pula resiko yang dihadapi koperasi. Dalam penilaian kredit,

ada prinsip-prinsip yang harus diperhatikan yaitu prinsip 5C yaitu : 24

1) Character Penilaian watak debitur terutama mengenai i’tikat baik, kejujuran, sifat dan kepribadian. Hal ini dapat dilihat dari

23 Fathurahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h. 73

24 Edi Wibowo, DKK, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 79 24 Edi Wibowo, DKK, Mengapa Memilih Bank Syariah, (Bogor : Ghalia Indonesia, 2005), h. 79

2) Capacity Kemampuan nasabah dalam mengembalikan pinjaman pokok beserta marginya.

3) Capital Tingkat financial atau modal yang dimiliki oleh debitur sendiri, biasanya dilihat dari pendapatan nasabah perbulan dikurangi dengan pengeluarannya.

4) Collateral Nilai barang yang digunakan oleh debitur sepadan dengan jumlah pembiayaan yang diberikan oleh koperasi. Nilai jaminan diharapkan lebih besar dari jumlah pembiayaan, dimungkinkan jika nilai jamainan mengalami penurunan, pihak koperasi tidak dirugikan.

5) Condition Bank harus melihat kondisi kondisi ekonomi secara umum serta

kondisi pada sektor usaha si pemilik kredit. 25

b. Pemantauan penggunaan kredit Setelah koperasi memutuskan untuk memberikan kredit kepada debiturnya, bukan berarti bahwa tugas koperasi sebagai perantara keuangan selesai sampai disitu, melainkan itulah awal mula tugas

25 Jumingan, Analisis Laporan Keuangan, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2011), h. 224

koperasi yang sesungguhnya dalam penyaluran kredit. Koperasi harus selalu senantiasa memantau kredit yang telah dikeluarkanya, apakah debitur benar-benar menggunakan kreditnya sesuai dengan permohonan semula, atau digunakan untuk keperluan lain, bagaimana perkembangan dan prospek usaha debitur, bagaimana keadaan perekonomian nasional secara keseluruhan, kondusif atau tidak bagi perkembangan usah debitur, hal-hal tersebut perlu dilakukan dalam rangka mengantisipasi kemungkinan tersendat atau macetnya kredit yang telah disalurkan koperasi.

c. Jaminan kredit Jaminan pembiayaan atau jaminan kredit adalah hak dan kekuasaan atas barang jaminan yang diserahkan oleh debitur kepada lembaga keuangan guna menjamin pelunasan utangnya apabila pembiayaan yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai waktu yang

diperjanjikan 26 dalam perjanjian pembiayaan. Jaminan kredit (kollateral) atau agunan sebenarnya tidaklah mutlak sifatnya, tetapi

perlu, guna mengantisipasi kemungkinan tidak tertagihnya kredit yang disalurkan koperasi. Disamping status dan kondisi jaminan, yang tidak kalah penting untuk diperhatikan oleh koperasi adalah dalam cara pengikatannya. Pengikatan jaminan kredit ini harus sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini berkaitan

26 Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008), h. 663 26 Veithzal Rivai, Islamic Financial Management, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2008), h. 663

4. Strategi Penanganan Kredit Macet

a. Pengertian Strategi

Strategi berasal dari kata yunani ”strategos” yang berarti jenderal. Strategi secara harfiah seni para jenderal. 27 Menurut Alfred Chandler,

strategi ialah penetapan sasaran dan tujuan jangka panjang suatu perusahaan dan arah tindakan serta alokasi sumber daya yang diperlukan untuk mencapai sasaran dan tujuan itu. 28 Sama halnya yang diuraikan oleh Buzzel dan Gale, srtategi adalah kebijakan dan keputusan kunci yang digunakan oleh manajemen, yang memiliki dampak besar pada kinerja keuangan. Kebijakan dan keputusan ini biasanya melibatkan komitmen sumber daya yang penting dan tidak dapat diganti dengan mudah. 29 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat diketahui bahwa strategi merupakan tindakan dan komitmen atas pemahaman-pemahaman dan sumber daya ke arah pencapaian tujuan menyeluruh. Dalam kaitanya dengan kredit macet, strategi merupakan tindakan atau upaya untuk menyusun target untuk mencapai suatu tujuan dalam mengatasi kesulitan.

27 Amin Widjaja Tunggal, Manajemen Suatu Pengantar, (Jakarta : PT Renika Cipta, 2002), h. 159

28 Pandji Anoraga, Manajemen Bisnis, ( Jakarta : Renika Cipta, 2009), h. 339 29 Ibid,

h. 339 h. 339

Kaitannya dengan kredit macet, strategi merupakan tindakan atau upaya menyusun target untuk mencapai suatu tujuan dalam mengatasi kesulitan.Penanganan kredit macet adalah suatu langkah penyelesaian kredit macet melalui perundingan kembali antara koperasi sebagai kreditur dan nasabah peminjam sebagai debitur. Mengenai penyelamatan kredit macet, sebelum diselesaian melaui lembaga

hukum adalah melalui alternatif penanganan sebagai berikut : 30

1) Penjadwalan kembali(Rescheduling) Yaitu perubahan jadwal pembayaran kewajiban nasabah atau jangka waktunya.

2) Persyaratan kembali(Recondititioning) Yaitu perubahan sebagian atau seluruh persyaratan pembiayaan, antara lain perubahan jadwal pembayaran, jumlah angsuran, jangka waktu dan pemberian potongan sepanjang tidak menambah sisa kewajiban nasabah yang harus dibayarkan kepada bank.

3) Penataan kembali (Restructuring) Yaitu berubahan persyaratan pembiayaan tidak terbatas pada rescheduling atau recondititioning, antara lain meliputi :

a) Penambahan dana fasilitas pembiayaan bank

b) Konversi akad pembiayaan

30 Fathurahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syaria, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h. 83 30 Fathurahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syaria, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h. 83

d) Konversi pembiayaan menjadi penyertaan modal sementara pada perusahaan nasabah.

4) Penurunan suku bunga Penurunan suku bunga dimaksudkan agar lebih meringankan beban nasabah. Sebagai contoh jika suku bunga pertahun mencapai 20% diturunkan menjadi 18%. Hal ini tergantung dengan pertimbangan oleh yang bersangkutan, penurunan suku bunga akan mempengaruhi jumlah angsuran yang semakin mengecil, sehingga diharapkan dapat

membantu meringankan nasabah. 31

5) Pembebasan bunga Pembebasan suku bunga diberikan kepada nasabah dengan pertimbangan nasabah sudah akan mampu lagi membayar kredit tersebut. Akan tetapi nasabah tetap mempunyai kewajiban untuk membayar pokok pinjamannya sampai lunas.

6) Penyitaan jaminan Penyitaan jaminan merupakan langkah terakhir apabila nasabah sudah benar-benar tidak mempunyai itikad baik ataupun sudah tidak

mampu lagi untuk membayar semua hutang-hutangnya. 32

31 Kasmir, Dasar-Dasar Perbankan, (Jakarta : RajaGrafindo Persada, 2014). h.150 32 Ibid,

h. 151

Selain daripada itu usaha penyelesaian kredit macet dapat dilakukan berdasarkan kondisi hubungan nasabah dengan debitur diantara adalah sebagai berikut :

1) Penyelesaian pembiayaan dimana pihak debitur masih kooperatif, sehingga usaha penyelesaian dilakukan secara kerjasama antara debitur dan bank, yang dalam hal ini disebut sebagai penyelesaian secara damai, atau penyelesaian secara persuasif.

2) Penyelesaian pembiayaan dimana pihak debitur tidak kooperatif lagi, sehingga usaha penyelesaian dilakukkan secara paksaan dengan melandaskan kepada hak-hak yang dimiliki oleh bank. Dalam hal ini

penyelesaian tersebut disebut penyelesaian secara paksa. 33 Dalam hal kredit macet pihak bank perlu melakukan penyelamatan,

sehingga tidak akan menimbulkan kerugian. Penyelamatan dapat berupa memberikan keringanan angsuran untuk ktredit yang mengalami musibah atau melakukan penyitaan bagi kredit yang sengaja lalai untuk membayar.

33 Fathurahman Djamil, Penyelesaian Pembiayaan Bermasalah di Bank Syariah, (Jakarta : Sinar Grafika, 2012), h.95

C. Koperasi Syariah

1. Pengertian Koperasi Syariah

Koperasi syariah adalah usaha ekonomi yang terorganisir secara mantap, demokratis, otonom partisipatif, dan berwatak sosial yang operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip yang mengusung etika moral dengan memperhatikan halal atau haramnya sebuah usaha yang

dijalankannya sebagaimana diajarkan dalam Agama Islam. 34 Koperasi Jasa Keuangan Syariah (KJKS) adalah koperasi yang

kegiatan usahanya bergerak dibidang pembiayan, investasi, dan simpanan sesuai dengan pola syariah yang berdiri untuk meningkatkan kesejahteraan para anggota pada khususnya dan pada umumnya untuk

masyarakat. 35 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa koperasi syariah adalah suatu kegiatan usaha yang kegiatan operasionalnya

menggunakan prinsip syariah yang bertujuan mensejahterakan para anggotanya maupun masyarakat.

2. Peran dan Fungsi Koperasi Syariah

Koperasi konvensional lebih mengutamakan mencari keuntungan untuk kesejahteraan anggotanya, baik dengan cara tunai atau membungakan uang yang ada pada anggota. Sedangkan, dalam koperasi syariah hal ini tidak dibenarkan, karena setiap transaksi (tasharruf) didasarkan atas penggunaan yang efektif apakah untuk pembiayaan atau

34 Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktik, ( Tanggerang : Pustaka Aufa Media, 2012) h. 4

35 Daniatu Lisanti, Moch Dzulkirom, Topowijono, “Upaya Penanganan Pembiayaan Murabahah Bermasalah pada Lembaga Keuangan Syariah ”,(Malang : Jurnal Administrasi Bisnis

(JAB), 2015), Vol. 1, No. 1, h. 2.

kebutuhan sehari-hari. Berdasarkan peran dan fungsinya maka, koperasi syariah memiliki fungsi sebagai : 36

a. Sebagai manajer investasi Manajer investasi yang dimaksud adalah, koperasi syariah dapat memainkan perananya sebagai agen atau sebagai penghubung bagi para pemilik dana. Koperasi syariah akan menyalurkan kepada calon atau anggota yang berhak mendapatkan dana atau juga bisa kepada calon atau anggota yang sudah ditunjuk oleh pemilik dana. Umumnya, apabila pemilihan calon penerima dana (anggota atau calon anggota) didasarkan pada ketentuan yang diinginkan oleh pemilik dana, maka koperasi syariah hanya mendapatkan pendapatan atas jasa agenya.

b. Sebagai investor Peran sebagai investor (shahibul mall) bagi koperasi syariah adalah juka sumber dana yang diperoleh dari anggota maupun pinjaman dari pihak lain yang kemudian dikelola secara profesional dan efektif tanpa persyaratan khusus dari pemilik dana, dan koperasi syariah memiliki hak untuk terbuka dikelolanya berdasarkan program- progaram yang dimilikinya.

c. Fungsi sosial Konsep koperasi syariah mengharuskan memberikan pelayanan sosial baik kepada anggota yang membutuhkanya maupun kepada

36 Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktek, (Tanggerang : Pustaka Aufa Media, 2012), h. 13 36 Nur Syamsudin Buchori, Koperasi Syariah Teori dan Praktek, (Tanggerang : Pustaka Aufa Media, 2012), h. 13

3. Produk dan Jasa-Jasa Koperasi Syariah

Produk dan jasa koperasi syariah dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 37

a. Penghimpun dana

1) Simpanan pokok Simpanan pokok merupakan simpanan modal awal anggota yang disetorkan dimana besar simpanan pokok tersebut sama dan tidak boleh dibedakan antara anggota

2) Simpanan wajib Simpanan wajib masuk dalam kategori modal awal koperasi syariah sebagaimana simpanan pokok dimana besar kewajibanya diputuskan berdasarkan hasil musyawarah (syuro) angota serta penyetoranya dilakukan secara kontinu setiap bulanya sampai seseorang dinyatakan keluar dari keanggotaan koperasi syariah.

37 Ibid, h. 17

3) Simpanan sukarela Simapanan sukarela adalah simpanan anggota yang merupakan bentuk investasi dari anggota atau calon anggota yang memiliki kelebihan dana kemudian menyimpanya di koperasi syariah.