EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI PARASETAMOL Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) Program Studi Farmasi
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN
Macaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI
PARASETAMOL
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.)
Program Studi Farmasi
Oleh : Elisa Eka Adrianto
NIM : 078114091
FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
Skripsi
EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN
Macaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI
PARASETAMOL
Yang diajukan oleh :
Elisa Eka Adrianto
NIM : 078114091
telah disetujui oleh
Pembimbing
(Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. )
Tanggal :
HALAMAN PENGESAHAN Pengesahan Skripsi Berjudul EFEK HEPATOPROTEKTIF EKSTRAK METANOL : AIR DAUN Macaranga tanarius (L.) PADA TIKUS JANTAN TERINDUKSI
PARASETAMOL
Oleh : Elisa Eka Adrianto
NIM : 078114091 Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi
Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma pada tanggal :
Mengetahui, Fakultas Farmasi
Universitas Sanata Dharma Dekan
(Ipang Djunarko, M.Sc.,Apt.) Pembimbing : (Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt.) Panitia Penguji :
Tanda tangan 1. Phebe Hendra, M.Si., Ph.D., Apt. ………………..
2. Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. ………………..
HALAMAN PERSEMBAHAN
“I CAN DO EVERYTHING THROUGH HIM GIVES ME STRENGTH”
(Philippians 4:13) “Akhir dari upaya terbaik kita adalah awal dari campur tanganTuhan. Maka bekerjalah sebaik mungkin, lalu bersabarlah seyakin
mungkin.”Kupersembahkan skripsi ini untuk…… Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu menjaga dan memberiku kekuatan Papa Mamaku tercinta, Kedua adikku Vina dan Vani, dan keluarga besarku yang selalu memberiku dukungan dan doa Marco Vincentius penyemangatku
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun Macaranga tanarius L. pada tikus jantan terinduksi parasetamol, tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 28 Januari 2011 Penulis
(Elisa Eka Adrianto)
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
PRAKATA
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih atas berkatnya yang melimpah, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi berjudul “Efek Hepatoprotektif
Ekstrak Metanol:Air Daun Macaranga tanarius L. Pada Tikus Jantan
Terinduksi Parasetamol”dengan baik. Skripsi ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Farmasi (S.Farm.) program studi Farmasi Universitas Sanata Dharma.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam pelaksanaan dan penyusunan skripsi, tidak terlepas dari bantuan dan campur tangan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Tuhan Yang Maha Kasih atas berkat, rahmat dan penyertaan-Nya selama ini.
2. Dekan Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
3. Ibu Phebe Hendra, M.Si., Apt. sebagai Dosen Pembimbing Utama skripsi ini atas segala kesabarannya telah memberikan bimbingan, pengarahan, tuntunan, dukungan dan motivasi selama penelitian dan penyusunan skripsi.
4. Bapak Yosef Wijoyo, M.Si., Apt. sebagai Dosen Penguji skripsi atas bantuan, masukkan dan perhatian kepada penulis demi kemajuan skripsi ini.
5. Bapak Dr. C.J. Soegihardjo, Apt sebagai Dosen Penguji skripsi yang telah
6. Ibu Rini Dwiastuti, M.Si., Apt selaku Pimpinan Laboratorium Farmasi yang telah memberikan ijin penggunaan semua fasilitas laboratorium guna penelitian skripsi ini.
7. Bapak Ign. Y. Kristio Budiasmoro, M.Si. yang telah membimbing dalam determinasi tanaman Macaranga tanarius L.
8. Mas Heru, Mas Parjiman, Mas Kayat, Mas Yuwono dan Pak Timbul yang telah banyak membantu menyediakan fasilitas yang dibutuhkan untuk melakukan penelitian ini.
9. Papa Miming, Mama Ina, Oma, Opa, Vina, Vani, dan Yozh yang telah membantu dari awal sampai akhir penelitian ini, atas doa, dukungan semangat dan perhatiannya.
10. Mikael Marco Vincentius Karyadi sebagai sahabat seperjalanan yang tak pernah selesai, atas doa, kasih sayang, perhatian, bantuan, motivasi dan waktunya.
11. Teman-teman “Tim Macaranga” Andreas Arry Mahendra, Arry Widya Nugraha, Aryanti Prima Andini dan Dina Wulandari, atas kerja sama, bantuan, suka duka, dan perjuangan dalam menyelesaikan penelitian ini sampai akhir.
12. Teman-teman tercinta Sano, Tika, Yesia, Siska, Ina, Paul, Mbak Dewi, dan Fenny atas semangat keceriaan selama penyelesaian skripsi ini. atas kebersamaannya selama kuliah S1 di Fakultas Farmasi Universitas Sanata Dharma ini.
14. Teman-teman KKN-ku Lusi, Nana, Selly, Suster Yusta, Heri dan Andri yang telah memberikan semangat dan kerja sama dalam penyelesaian skripsi ini.
15. Semua pihak yang penulis tidak dapat sebutkan satu persatu yang turut membantu selama penyusunan skripsi ini berlangsung.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, karena itu penulis menerima kritik dan saran yang membangun dan bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan, serta dapat menjadi acuan bagi penelitian- penelitian selanjutnya.
Yogyakarta, 28 Januari 2011 Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………..... i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……………………………. ii HALAMAN PENGESAHAN……………………………………………..... iii HALAMAN PERSEMBAHAN…………………………………………….. iv PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……………………………………. v LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA …….. vi
ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS.......................................... vii PRAKATA………………………………………………………………….... viii DAFTAR ISI………………………………………………………………..... x DAFTAR TABEL…………………………………………………………..... xiv DAFTAR GAMBAR........................................................................................ xvi DAFTAR LAMPIRAN……………………………………………………..... xviii
INTISARI…………………………………………………………………..... xx
ABSTRACT ………………………………………………………………....... xxi
BAB I. PENGANTAR…………………………………………….................. 1 A. Latar Belakang…………………………………………..……………….... 1
1. Perumusan masalah.......…………………………………......……….... 3
2. Keaslian penelitian…………………………………………….......…… 4
3. Manfaat penelitian…………………………………………………..…. 5
BAB II. PENELAHAAN PUSTAKA.............................................................. 6 A. Anatomi dan Fisiologi Hati.............................................................................6 B. Kerusakan Hati................................................................................................9 C. Hepatotoksin....................................................................................................12 D. Parasetamol.................................................................................................... 13 E. Metode Uji Hepatotoksisitas........................................................................... 15 F. Macaranga tanarius (L.)................................................................................. 17
1. Taksonomi................................................................................................. 17
2. Nama Daerah............................................................................................. 18
3. Morfologi................................................................................................... 18
4. Kandungan kimia...................................................................................... 18
5. Khasiat dan kegunaan............................................................................... 19
6. Ekologi penyebaran dan budidaya............................................................. 21
G. Metode Penyarian........................................................................................... 21
H. Landasan Teori............................................................................................... 22 K. Hipotesis ....................................................................................................... 25
BAB III. METODE PENELITIAN..................................................................... 26 A. Jenis dan Rancangan Penelitian..................................................................... 26 B. Variabel dan Definisi Operasional.................................................................. 26
1. Variabel………..……………………………………………..................26
D. Alat atau Instrumen Penelitian........................................................................30
E. Tata Cara Penelitian .......................................................................................31
F. Tata Cara Analisis Hasil .................................................................................37
BAB IV . HASIL DAN PEMBAHASAN ..........................................................38 A. Hasil Determinasi Tanaman………...............................................................38 B. Hasil Penimbangan Bobot Ekstrak Metanol-Air Daun M. tanarius..............39 C. Uji Pendahuluan……….................................................................................40
1. Penentuan dosis hepatotoksik parasetamol………………………………40
2. Penentuan waktu kehepatotoksikan parasetamol mencapai maksimal…...40
3. Penetapan lama pemejanan ekstrak metanol-air daun M. tanarius……….43
4. Penetapan dosis ekstrak metanol-air daun M. tanarius …………………..44
D. Perbandingan Aktivitas ALT-AST-serum tiap kelompok...............................45
1. Kontrol hepatotoksin Parasetamol dosis 2,5 g/kgBB.................................48
2. Kontrol negatif CMC Na 1% dosis 3,84 g/Kg BB.....................................50
3. Kontrol ekstrak daun M. tanarius dosis 3,84 g/kg BB..............................51
4. Efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426; 1,280; dan 3,840 g/kgBB pada tikus jantan terinduksi parasetamol...........52
E. Rangkuman Pembahasan...................................................................................63
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN............................................................…65 A. Kesimpulan....................................................................................................…65
LAMPIRAN...........................................................................................................70 BIOGRAFI PENULIS...........................................................................................106
DAFTAR TABEL
Tabel I Aktivitas ALT-AST serum sel hati tikus setelah pemberian parasetamol dosis 2,5 g/kgBB pada selang waktu 24, 48, dan 72 jam...................................................................41
Tabel II Purata ± SE aktivitas ALT-serum tikus jantan setelah pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 2,5 g/kgBB................................................................................45
Tabel III. Purata ± SE aktivitas AST-serum tikus jantan setelah pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 2,5g/kgBB............................................................46
Tabel IV. Efektif Dosis Tengah Hepatoprotektif (ED ) ...................................60
50 Tabel V. Data aktivitas ALT-serum pada tikus jantan terinduksi parasetamol
setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius selama 6 hari......................................................................................................79 Tabel VI. Data aktivitas AST-serum pada tikus jantan terinduksi parasetamol setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius selama 6 hari.......................................................................................................92
Tabel VIII. Rangkuman signifikansi hasil uji Anova oneway (Post Hoc) AST-serum tikus setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun M.
tanarius
..................................................................................................98 Tabel IX. Dosis, log dosis, % efek hepatoprotektif dan ED pada masing- masing
50
kelompok perlakuan................................................................................103 Tabel X. Hasil rendemen ekstrak metanol-air daun M. tanarius............................105 Tabel XI. Bobot pengeringan ekstrak metanol-air daun M. tanarius.....................105
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Struktur mikroskopik hati…....................................................................8 Gambar 2. Struktur Parasetamol..............................................................................13 Gambar 3. Struktur kandungan senyawa daun M. tanarius.....................................20 Gambar 4. Mekanisme toksik parasetamol...............................................................23 Gambar 5 Prediksi perpindahan elektron ikatan
α-β unsaturated
pada macarangiosida A...........................................................................25 Gambar 6. Diagram batang rata-rata aktivitas ALT-serum sel hati tikus setelah pemberian parasetamol dosis 2,5 g/kgBB pada selang waktu 24,
48, dan 72 jam. .......................................................................................41 Gambar 7. Diagram batang rata-rata aktivitas AST-serum sel hati tikus setelah pemberian parasetamol dosis 2,5 g/kgBB pada selang waktu 24,
48, dan 72 jam. .......................................................................................42 Gambar 8. Diagram batang rata-rata aktivitas ALT-serum sel hati tikus setelah pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius 1 x sehari selama 6 hari yang diberikan secara per oral berturut-turut terinduksi parasetamol dosis 2,5 g/kgBB...............................................................47
Gambar 9. Diagram batang rata-rata aktivitas AST-serum sel hati tikus setelah pemberian ekstrak metanol-air daun M. tanarius 1 x sehari
Gambar 10. Persamaan garis ED ekstrak metanol-air daun M. tanarius.................61
50 Gambar 11. Prediksi perpindahan elektron ikatan α-β unsaturated pada
macarangiosida A...................................................................................63
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Foto daun M. tanarius...........................................................................70 Lampiran 2. Foto ekstrak metanol-air daun M. tanarius......................................... 70 Lampiran 3. Foto larutan ekstrak metanol-air daun M. tanarius.............................. 70 Lampiran 4. Surat Determinasi Tanaman M. tanarius............................................ 71 Lampiran 5. Hasil uji anova waktu pencuplikan darah............................................. 72 Lampiran 6. Hasil data aktivitas ALT-serum pada tikus jantan terinduksi parasetamol setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun
M. tanarius
selama 6 hari......................................................................78 Lampiran 7. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov, ANOVA oneway, Uji Kruskall Wallis dan Uji Mann Whitney ALT-serum tikus jantan setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius selama 6 hari..............................79
Lampiran 8. Hasil data aktivitas AST-serum pada tikus jantan terinduksi parasetamol setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun
M. tanarius selama 6 hari.......................................................................92
Lampiran 9. Hasil Uji Kolmogorov Smirnov, ANOVA oneway AST-serum tikus jantan setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun M. tanarius selama 6 hari..........................................................................................93
Lampiran 10. Rangkuman Hasil Uji Statistik Kolmogorov Smirnov, ANOVA
tikus jantan setelah praperlakuan ekstrak metanol-air daun
M. tanarius ..........................................................................................97
Lampiran 11. Rangkuman Hasil Uji Statistik Kolmogorov Smirnov dan ANOVA
oneway AST-serum tikus jantan setelah praperlakuan ekstrak
metanol-air daun M. tanarius.................................................................98 Lampiran 12. Perhitungan penetapan peringkat dosis ekstrak metanol daun
Macaranga tanarius (L.) kelompok perlakuan......................................99
Lampiran 13. Perhitungan konversi dosis untuk manusia.........................................100 Lampiran 14. Perhitungan efek hepatoprotektif.......................................................101 Lampiran 15. Perhitungan efektif dosis tengah (ED
50 ) hepatoprotektif ekstrak
metanol-air daun Macaranga tanarius (L.) pada tikus jantan terinduksi parasetamol. .....................................................................103
INTISARI
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi tentang efek ekstrak metanol-air daun M. tanarius untuk menurunkan aktivitas ALT-AST serum sehingga dapat digunakan sebagai hepatoprotektor, serta mendapatkan besar dosis efektifnya.
Penelitian ini bersifat eksperimental murni dengan rancangan acak lengkap pola searah. Penelitian ini menggunakan tikus jantan galur Wistar, umur 2-3 bulan, dan berat ± 150-250 gram. Tikus dibagi secara acak ke dalam enam kelompok perlakuan. Kelompok I (kontrol hepatotoksin) diberi parasetamol 2,5 g/kg BB. Kelompok II (kontrol negatif) diberi CMC Na 1% 3,840 g/kg BB. Kelompok III (kontrol ekstrak daun M. tanarius 3,840 g/kg BB. Kelompok IV-VI (perlakuan) diberi ekstrak metanol-air daun M. tanarius dosis 0,426 g/kg BB; 1,280 g/kg BB; dan 3,840 g/kg BB secara oral sekali sehari selama 6 hari berturut-turut kemudian pada hari ke- 7 semua kelompok perlakuan diberi suspensi parasetamol dosis 2,5 g/kg BB secara oral. Empat puluh delapan jam sesudahnya, darah diambil dari sinus orbitalis mata untuk ditetapkan aktivitas ALT-AST serumnya. Data ALT-AST serum yang didapat dianalisis dengan uji Kolmogorov-Smirnov untuk melihat distribusi datanya, dilanjutkan analisis dengan Kruskal Wallis untuk mengetahui perbedaan aktivitas ALT-AST serum antar kelompok. Kemudian dilanjutkan uji dengan Mann Whitney untuk melihat perbedaan tiap kelompok. Dosis efektif hepatoprotektif (ED ) dihitung
50 dengan analisis regresi linier.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak metanol-air daun M. tanarius mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol pada dosis 0,426 g/kg BB; 1,280 g/kg BB; dan 3,840 g/kg BB dengan memberikan efek hepatoprotektif berturut-turut sebesar 39,5%; 69,2%; dan 90,7%. Nilai ED ekstrak
50 metanol-air daun M. tanarius adalah 0,629 g/kg BB.
Kata kunci : Macaranga tanarius (L.), ekstrak metanol-air, hepatoprotektif,
parasetamol
ABSTRACT
The research has purpose to get information about the effect of water- methanol extract M. tanarius leaf for reducing activity of ALT-AST serum so that it can be used as hepatoprotector and estimated quantity of effective dose.
The research was pure experimental with direct sampling design. The research used Wistar male rats, age 2-3 months and the weight ± 150-250 grams. Rats can be divided into six treatment groups. First group (hepatotoxin control) given paracetamol 2.5 g/kg BW. Second group (negative control) given CMC Na 1% 3.840 g/kg BW. Third group (extract control M. tanarius leaf) 3.840 g/kg BW. Fourth-sixth group (treatment) given water-methanol extract M. tanarius leaf dose 0.426 g/kg BW; 1.280 g/kg BW; and 3.840 g/kg BW orally once a day for six days and then in the seventh day all treatment groups were given suspention of paracetamol dose 2.5 g/kg BW orally. After 48 hours, blood taken from sinus orbitalis eyes for measuring ALT- AST serum activity. Data ALT-AST serum that got and analyzed with Kolmogorov-
Smirnov test to see the distribution the data and continue to the Kruskal Wallis to
know the different ALT-AST serum among the groups. Then it was continued the test with Mann Whitney test to see the difference among the groups. Hepatoprotective effective dose (ED 50 ) was calculated by linier regresion analysis.
The result of this research showed that water-methanol extract M. tanarius leaf has hepatoprotective effect on male rat induced by paracetamol at dose 0.426 g/kg BW; 1.280 g/kg BW; and 3.840 g/kg BW and give hepatoprotective effects 39.5%, 69.2%, and 90.7%. Hepatoprotective effective dose (ED ) as of the water-
50 methanol extract M. tanarius leaf was 0,629 g/kg BW.
Keyword: Macaranga tanarius (L.), methanolic extract, hepatoprotective,
paracetamolBAB I PENGANTAR A. Latar Belakang Faktor-faktor penyebab kerusakan pada hati adalah karena induksi oleh obat
atau racun seperti alkohol, infeksi viral dan reaksi imunologi (Williamson, David, dan Fred, 1996). Kerusakan hati yang disebabkan oleh induksi obat menjadi hal yang sangat penting untuk diteliti karena jumlah keracunan hati pada pasien yang menderita penyakit kuning diperkirakan 2% disebabkan oleh induksi obat dan 3-10% diantaranya mempengaruhi hati. Penelitian yang dilakukan pada tahun 1960-1970 memberikan gambaran bahwa obat atau toksikan menyebabkan kira-kira 10% dari seluruh kasus hepatitis atau kira-kira 20-30% dari kasus penyakit hati akut. Beberapa penelitian terbaru melaporkan bahwa 15-40% kasus penyakit hati akut diperantarai oleh obat-obatan (Cadman, 2000). Obat-obatan untuk mengatasi kerusakan hati masih jarang ditemukan di Indonesia. Maka dari itu, dalam penelitian ini akan dicari alternatif terapi pengobatan dari sumber daya alam.
Tanaman macaranga adalah salah satu tanaman yang tersebar di daerah Asia Tenggara, Afrika, Madagaskar, Australia dan daerah sekitar Pasifik. Di daerah Malaysia akar tanaman ini dimanfaatkan sebagai dekok yang khasiatnya sebagai antitusif dan antipiretik (Lim, Lim, dan Yule, 2009). Beberapa penelitian sudah
tanarius (L.) Berdasarkan penelitian Matsunami, Takamori, Shinzato, Aramoto,
Kondo, Otsuka (2006), tanaman Macaranga tanarius (L.) mempunyai aktivitas sebagai antioksidan yang sangat bermanfaat untuk kesehatan, yaitu macarangiosida A-D, dan malofenol B yang didapat dari isolasi ekstrak metanol daun Macaranga
tanarius (L.) yang mana mempunyai aktivitas penangkapan terhadap DPPH.
Penelitian Matsunami, Otsuka, Kondo, Shinzato, Kawahata, Yamaguchi, dkk (2009) yang terbaru melaporkan hasil isolasi daun Macaranga tanarius (L.) menghasilkan kandungan lignin glukosida yang memiliki aktivitas penangkapan DPPH oleh antioksidan. Hasil penelitian Phommart, Sutthivaiyakit, Chimnoi, Ruchirawat dan Sutthivaiyakit (2005) menyebutkan bahwa ada kandungan senyawa antioksidan dalam daun Macaranga tanarius (L.) yang terbukti dapat menghambat radikal DPPH yaitu tanariflavanon C dan tanariflavanon D, nymphaeol A, nymphaeol B, nymphaeol C.
Salah satu senyawa yang dapat digunakan sebagai senyawa model yang dapat menimbulkan kerusakan pada hati adalah parasetamol. Umumnya, parasetamol aman jika diberikan pada dosis terapetik, yaitu 1-4 g per hari, tetapi jika diberikan pada dosis yang berlebih akan menyebabkan hepatotoksik (Forrest, 2006). Ketoksikan parasetamol akan terjadi pada manusia normal pada dosis sebesar 15 g (Madan, 1977). Akibat overdosis, parasetamol akan menghasilkan metabolit yang dapat mengakibatkan kerusakan sel hati, yaitu N-acetyl, p-benzoquinone imine (NAPQI)
Bentuk sediaan yang digunakan pada penelitian ini yaitu ekstrak. Hal ini berdasar pada penelitian Matsunami dkk (2006) bahwa senyawa antioksidan yang dapat diperoleh dari daun Macaranga tanarius (L.) adalah dari hasil isolasi ekstrak metanol yang bersifat polar. Oleh karena itu, dengan penggunaan pelarut penyari metanol-air, diharapkan dapat diperoleh senyawa antioksidan. Keberadaan antioksidan dari macaranga yang diharapkan dapat mencegah terjadinya oksidasi parasetamol menjadi metabolitnya (NAPQI). Eksplorasi terhadap tanaman M.
tanarius di Indonesia masih belum banyak dilakukan. Oleh karena itu penelitian efek
hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus jantan terinduksi parasetamol menarik untuk diteliti.
1. Perumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut :
a. Apakah ekstrak metanol-air daun M. tanarius mempunyai efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol dengan cara menurunkan aktivitas Alanine Aminotransferase (ALT) serum dan Aspartate Transaminase (AST) serum? b. Berapa besar ED ekstrak metanol-air daun M. tanarius untuk menimbulkan efek
50
hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol?
2. Keaslian penelitian
Sejauh pengamatan penulis, penelitian tentang efek hepatoprotektif jangka panjang ekstrak metanol-air daun tanaman M. tanarius pada tikus jantan terinduksi parasetamol belum pernah dilakukan sebelumnya. Penelitian yang telah dilakukan oleh Matsunami dkk (2006,2009) , M. tanarius mengandung senyawa glukosida yang dinamai macarangiosida A-C dan malofenol B, yang diisolasi dari ekstrak metanol daun M. tanarius. Senyawa tersebut menunjukkan aktivitas penangkapan radikal terhadap DPPH.
Phommart, dkk (2005) melaporkan dari daun M. tanarius ditemukan 3 kandungan senyawa baru yaitu tanarifuranonol, tanariflavanon C, dan tanariflavanon D bersama dengan 7 kandungan yang telah diketahui yaitu
nymphaeol
A, nymphaeol B, nymphaeol C, tanariflavanon B, blumenol A (vomifoliol), blumenol B (7,8 dihydrovomifoliol dan annuionon).
Penelitian terkait pengujian daun M. tanarius melaporkan kandungan ekstrak metanol M. tanarius berupa corilagin mallotinic acid, chebulagic acid dan novel
ellagitannin (macatannin A) mempunyai aktivitas menghambat
α-glukosidase (Puteri dan Kawabata, 2010).
Ekstrak n-heksan dari daun M. tanarius dilaporkan mengandung nymphaeol dan tanariflavanon sebagai antioksidan terhadap uji DPPH serta nymphaeol B
Selain itu telah dilakukan penelitian oleh James, Mayeux, dan Hinson (2003) yaitu mengenai analisis terhadap dosis hepatotoksik dari parasetamol pada subyek uji mencit.
3. Manfaat penelitian
a. Manfaat teoritis Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan tambahan ilmu pengetahuan baik kefarmasian ataupun di bidang obat herbal.
b. Manfaat praktis Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan penggunaan tanaman M.
tanarius oleh masyarakat khususnya sebagai alternatif pengobatan bagi para penderita penyakit hati.
B. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui:
1. Untuk mengetahui efek hepatoprotektif ekstrak metanol-air daun M. tanarius pada tikus jantan terinduksi parasetamol dengan cara menurunkan aktivitas ALT-AST serum.
2. Untuk mengetahui besar ED
50
ekstrak metanol-air daun M. tanarius untuk menimbulkan efek hepatoprotektif pada tikus jantan terinduksi parasetamol.
BAB II PENELAAHAN PUSTAKA A. Anatomi dan Fisiologi Hati Hati adalah organ lunak lentur yang dicetak oleh struktur sekitarnya dan
merupakan kelenjar terbesar dalam tubuh, berat rata-rata sekitar 1.500 gram atau 2% berat badan orang dewasa normal. Hati memiliki permukaan superior yang cembung dan terletak di bawah kubah kanan diafragma dan sebagian kubah kiri. Bagian bawah hati berbentuk cekung dan merupakan atap dari ginjal kanan, lambung, pankreas dan usus (Price dan Wilson, 2005). Kedua pembuluh darah ini akan bertemu di hati, dan darah yang dibawa akan keluar melalui vena sentralis menuju vena hepatika dan akhirnya sampai di vena kava inferior (Lingappa, 1995).
Hati memiliki dua lobus utama yaitu kanan dan kiri. Lobus kanan dibagi menjadi segmen anterior dan posterior oleh fisura segmentalis kanan yang tidak terlihat dari luar. Lobus kiri dibagi menjadi segmen medial dan lateral oleh ligamentum falsiformis yang terlihat dari luar. Setiap lobus hati terbagi menjadi struktur-struktur yang disebut sebagai lobulus, yang merupakan unit mikroskopis dan fungsional organ. Setiap lobulus merupakan badan heksagonal yang terdiri atas lempeng-lempeng sel hati berbentuk kubus, tersusun radial mengelilingi vena sentralis yang mengalirkan darah dari lobulus (Price dan Wilson, 2005). Hati manusia millimeter dan berdiameter 0,8 sampai 2 milimeter (Guyton dan Hall, 1996). Diantara lempengan sel hati terdapat kapiler-kapiler yang disebut sebagai sinusoid, yang merupakan cabang vena porta dan arteria hepatika. Tidak seperti kapiler lain, sinusoid dibatasi oleh sel fagositik atau sel Kupffer. Sel Kupffer merupakan sistem monosit- makrofag, dan fungsi utamanya adalah menelan bakteri dan benda asing lain dalam darah. Sejumlah 50% dari semua makrofag dalam hati adalah sel Kupffer ; sehingga hati merupakan salah satu organ penting dalam pertahanan melawan invasi bakteri dan agen toksik (Price dan Wilson, 2005). Sel Kupffer merupakan bagian penting dari sistem retikuloendotelial tubuh. Darah dipasok melalui vena porta dan arteri hepatika, dan disalurkan melalui vena sentral dan kemudian vena hepatika ke dalam vena kava.
Saluran empedu mulai sebagai kanalikuli yang kecil sekali yang dibentuk oleh sel parenkim yang berdekatan. Kanalikuli bersatu menjadi duktula, saluran empedu interlobular, dan saluran hati yang lebih besar. Saluran hati utama menghubungkan duktus kistik dari kandung empedu dan membentuk saluran empedu biasa, yang mengalir ke dalam duodenum (Lu, 1995). Skema struktur hati dapat dilihat pada gambar 1.
Gambar 1. Struktur mikroskopik hati (Chandrasoma dan Taylor, 1995)
Hati memiliki dua sumber suplai darah dari saluran cerna limpa melalui vena porta hepatika, dan dari aorta melalui arteria hepatika. Sekitar sepertiga darah yang masuk adalah darah arteria dan duapertiganya adalah darah vena dari vena porta. Volume total darah yang melewati hati setiap menitnya adalah 1.500 ml dan dialirkan melalui vena hepatika kanan dan kiri, yang selanjutnya bermuara pada vena kava inferior (Price dan Wilson, 2005).
Hati mempunyai bermacam-macam fungsi dengan 3 fungsi utama dalam tubuh yaitu untuk sintesis, ekskresi dan metabolisme (Chandrasoma dan Taylor, 1995). Fungsi utama hati adalah membentuk dan mengekskresi empedu; saluran empedu mengangkut empedu sedangkan kandung empedu menyimpan dan mengeluarkan empedu ke dalam usus halus sesuai kebutuhan (Price dan Wilson, 2005).
Fungsi metabolisme hati yang lain adalah metabolisme lemak ; penimbunan vitamin, besi dan tembaga; konjugasi dan ekskresi steroid adrenal dan gonad, serta detoksifikasi sejumlah zat endogen dan eksogen. Fungsi detoksifikasi sangat penting dan dilakukan oleh enzim hati melalui oksidasi, reduksi, hidrolisis, atau konjugasi zat-zat yang dapat berbahaya, dan mengubahnya menjadi zat yang secara fisiologis tidak aktif (Price dan Wilson, 2005). Untuk menjalankan fungsi tersebut, hati dilengkapi dengan sistem vaskuler hepatika, sistem retikuloendotelial, sistem saluran empedu, dan sistem parenkim hepatika (Guyton, 1983). Sistem vaskuler hepatika memungkinkan hati sebagai tempat utama metabolisme (biotransformasi) obat induk menjadi metabolitnya (Donatus, 1992).
Hati yang normal mempunyai kapasitas cadangan yang besar untuk melakukan fungsinya. Dalam keadaan normal, 80% bagian dari hati dapat dihentikan aktivitasnya tanpa harus mengurangi fungsinya (Chandrasoma dan Taylor, 1995).
B. Kerusakan Hati
Risiko klinis yang paling parah dari penyakit hati disebabkan oleh kegagalan hati. Hal ini dapat terjadi secara tiba-tiba dan menjadi kerusakan hati yang paling fungsi cadangan yang sangat besar, kegagalan hati hanya terjadi ketika ada penyakit hati yang menyerang hingga 80% organ (Chandrasoma dan Taylor, 1995).
Kerusakan hati karena obat atau senyawa kimia dibagi menjadi dua, yaitu kerusakan hati akut dan kerusakan hati kronis (Zimmerman,1978).
a. Kerusakan hati akut Kerusakan hati akut umumnya disebabkan oleh sel nekrosis masif akut yang dikarenakan adanya hepatitis viral dan toksisitas obat. Kerusakan hati akut digolongkan oleh : (1) penyakit kuning, (2) hipoglikemia, (3) luka yang cenderung disebabkan oleh penyebaran koagulasi intravaskular dan kerusakan sintesis faktor penggumpalan darah dalam hati, (4) elektrolit dan gangguan asam-basa (hipokalemia paling berbahaya), (5) peradangan hati, (6) sindrom hepatorenal, dan (7) peningkatan enzim serum (LDH, AST, ALT) (Chandrasoma dan Taylor, 1995).
b. Kerusakan hati kronis Kerusakan hati kronis biasanya disebabkan oleh sirosis, dimana terjadi pertambahan sel nekrosis hati, fibrosis, dan regenerasi nodular (Chandrasoma dan
Taylor, 1995).
Akibat kerusakan hati akut dapat diikuti dengan mengamati perubahan sebagai berikut : (1) pengurangan sintesis albumin, yang menimbulkan rendahnya tingkat serum albumin, edema, dan efusi, (2) pengurangan tingkat protrombin dan faktor VII, IX, dan X yang dihasilkan saat terjadi luka, (3) hipertensi portal (4) peradangan hati (5) sindrom hepatorenal (6) perubahan endokrin yang disebabkan oleh gangguan metabolisme beberapa hormon. Akumulasi estrogen karena gynecomastia, testicular atrophy, dan lesi vaskular yang terbentuk oleh dilatasi sekelompok pembuluh darah kecil di dalam kulit. Kerusakan metabolisme aldosteron dikarenakan sodium dan retensi air dan dapat berkontribusi menjadi edema. Kerusakan metabolisme dari hormon antidiuretik dapat berkontribusi pada ketidaknormalan tingkat serum ADH pada kasus tertentu disebabkan oleh hyponatremia. (7) Fetor hepaticus
Diduga disebabkan oleh defisiensi katabolisme metionin (Chandrasoma dan Taylor, 1995).
C. Hepatotoksin
Hepatotoksin merupakan zat yang mempunyai efek toksik pada hati dengan dosis berlebih atau diberikan dalam jangka waktu lama sehingga dapat menimbulkan kerusakan hepar akut, subkronik, maupun kronik (Zimmerman,1978).
Obat atau senyawa kimia yang dapat menyebabkan kerusakan hati dapat dibedakan menjadi dua, yaitu : 1. hepatotoksin teramalkan (intrinsik)
Merupakan obat atau senyawa kimia yang pada dasarnya mempunyai sifat toksik terhadap sel hati. Contoh hepatotoksin teramalkan yang dapat menimbulkan kerusakan nekrosis hepatoseluler adalah racun jamur (Amanita phalloides), aflatoksin, karbontetraklorida, kloroform, parasetamol, dan lain sebagainya (Chandrasoma dan Taylor, 1995). Prosesnya dikenal sebagai toksisitas-intrinsik, dan aksinya dapat terjadi secara langsung atau tidak langsung. Secara langsung, maksudnya obat induk atau bentuk metabolitnya langsung berikatan dengan komponen membran sel dan merusak sel hati beserta seluruh organelnya, seperti ditunjukkan oleh CCl
4 dan parasetamol. Secara tidak langsung, maksudnya obat
induk atau bentuk metabolitnya dalam menimbulkan luka hepatik dengan cara mengganggu jalur metabolik-khas (misalnya tetrasiklin), atau mengganggu jalur ekskresi hepatik (misalnya rifampisin) (Donatus,1992). Kerusakan yang ditimbulkan bergantung dosis dan dapat dicobakan pada hewan uji dan menyebabkan lesi yang mirip manusia (Zimmerman,1978).
2. hepatotoksin tak teramalkan (idiosinkratik) Senyawa yang termasuk golongan ini yaitu senyawa yang mempunyai sifat tidak toksik pada hati, akan tetapi dapat menyebabkan penyakit hati pada individu yang hipersensitif terhadap senyawa tersebut yang diperantarai oleh mekanisme alergi (misalnya sulfonamid, halotan) atau karena keabnormalan metabolik menuju penumpukan metabolit toksik (misalnya iproniazid, isoniazid) (Zimmerman, 1978; Donatus, 1992). Kerusakan hati yang ditimbulkan oleh hepatotoksin golongan ini tidak dapat diperkirakan dan tidak tergantung pada dosis (Donatus, 1992).
D. Parasetamol
Gambar 2 . Struktur Parasetamol (Anonim,1979)
Parasetamol atau N-asetil-p-aminofenol (gambar 2) merupakan derivat para amino fenol yang memiliki khasiat sebagai analgesik-antipiretik. Parasetamol merupakan serbuk hablur, putih, tidak berbau dan rasanya sedikit pahit (Anonim, 1979).
Parasetamol memiliki efek analgesik-antipiretik. Mekanisme aksi parasetamol tidak jelas. Parasetamol merupakan inhibitor siklooksigenase lemah pada jaringan perifer (Katzung dan Trevor, 1995).
Parasetamol sejumlah 10-15 g (20-30 tablet) dapat menyebabkan nekrosis hepatoselular berat dan kadang-kadang nekrosis tubuli ginjal. Kadar dalam darah antara 4-10 jam setelah minum obat, yang mencapai 300 µg/ml dapat menyebabkan kerusakan hati (Wenas,1999). Gejala dini kerusakan hati meliputi mual, muntah, diare dan nyeri abdomen (Katzung, 1989).
Pada dosis terapi, parasetamol tidak bersifat toksik. Pada pemakaian over dosis, parasetamol bersifat hepatotoksik. Mekanisme toksik parasetamol memerlukan proses oksidasi dan melalui reaksi fase I (Katzung dan Trevor, 1995). Parasetamol dimetabolisme dengan cara konjugasi oleh glukoronida dan komponen sulfat yang kemudian akan diekskresi dalam urine. Sebagian kecil (5-10%) dioksidasi oleh enzim oksidasi membentuk metabolit reaktif, yaitu N-acetyl-p-benzoquinoneimine (NAPQI) (Forrest, 2006). Pada kondisi overdosis akut parasetamol, persediaan sulfat tidak memadai untuk mengkonjugasi seluruh parasetamol sehingga lebih banyak parasetamol yang dimetabolisme oleh sitokrom P450, dengan demikian jumlah memadai. Kemudian NAPQI bereaksi dengan gugus sulfidril lain yang terdapat dalam hepatoselular seperti sitosol, dinding sel, dan retikulum endoplasma. Hal ini mengakibatkan nekrosis sentrilobuler hepatic (DiPiro dkk, 2005).
E. Metode Uji Hepatotoksisitas
Studi tentang senyawa-senyawa yang dapat menyebabkan efek toksik pada hati dapat dilakukan secara invivo maupun invitro. Model invivo dapat menunjukkan bahwa senyawa eksogen secara nyata menimbulkan kerugian pada hati berdasarkan pada tanda-tanda fisiologi yang terjadi. Model invitro menjelaskan mekanisme kerusakan yang terjadi.
Zimmerman (1978) mengemukakan beberapa parameter yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kerusakan hati antara lain : (1) uji enzim serum ; (2) pemeriksaan asam amino dan protein; (3) perubahan penyusun kimia dalam hati; (4) uji ekskretori hati; dan (5) analisis histologi.
1. Uji enzim serum Pengukuran enzim serum (atau plasma) dilakukan untuk mendeteksi ketoksikan pada hati yang kemudian didukung dengan analisis histologi.
Apabila terjadi kerusakan hati, enzim akan dilepaskan ke dalam darah dari sitosol dan organela subsel, seperti mitokondria, lisosom, dan nukleus (Zimmerman, 1978).
Enzim-enzim transaminase adalah contoh yang paling utama kelompok enzim hati yang level serumnya berubah selama gangguan hepatoseluler. Transaminase terdiri atas glutamate piruvat transaminase (GPT) dan glutamat oksaloasetat transaminase (GOT). Sebagian besar GOT terdapat di hati dan otot rangka, serta tersebar ke seluruh jaringan. Meskipun enzim GPT terdapat pula pada beberapa bagian jaringan, konsentrasi terbesarnya pada semua spesies adalah di hati sehingga GPT merupakan petunjuk yang lebih spesifik terhadap nekrosis hati daripada GOT. Pada keadaan nekrosis, sel hati akan dipecah sehingga enzim GPT yang terdapat di dalam sel hati keluar dan masuk ke dalam aliran darah. Peningkatannya bisa mencapai 10- 100 kali lipat dari harga normal (Zimmerman,1978).
2. Pemeriksaan asam amino dan protein Pemeriksaan asam amino dan protein penting dilakukan karena metabolisme asam amino di hati membentuk ammonia dan ureum terjadi secara lebih lambat dan meningkatkan kadar globulin (Zimmerman, 1978).
3. Perubahan penyusun kimia dalam hati Perubahan penyusun kimia dalam hati menjelaskan mekanisme kerusakan hati. Pengukuran jumlah lemak di dalam hati mempunyai hubungan yang dekat dengan terjadinya steatosis (Zimmerman, 1978).
4. Uji ekskretori hati Kemampuan hati untuk mensintesis urea, kolesterol, plasma protein, dan mempertahankan kadar glukosa darah serta asam amino merupakan sebagian contoh fungsi hati. Adanya ketidaknormalan dari beberapa fungsi hati tersebut dapat menunjukkan terjadinya kerusakan hati. Perubahan kecepatan metabolisme obat yang terjadi di hati dapat dijadikan parameter hepatotoksisitas (Zimmerman, 1978).
F. Macaranga tanarius (L.)
Tanaman Macaranga tanarius (L.)
1. Taksonomi
Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Divisio : Spermatophyta
Classis : Magnoliopsida Sub-classis : Rosidae Ordo : Euphorbiales Familia : Euphorbiaceae Genus : Macaranga Spesies : Macaranga tanarius (L.) (Anonim, 2008).
2. Nama daerah Tutup ancur (Jawa), mapu (Batak), mara (Sunda) (Anonim, 2010).
3. Morfologi Merupakan pohon kecil sampai sedang, berdaun hijau memiliki ketinggian 4- 5 meter dengan dahan agak besar. Daun berseling, agak membundar, dengan stipula besar yang luruh. Perbungaan bermalai di ketiak, bunga ditutupi oleh daun gagang. Buah kapsul berkokus 2, ada kelenjar kekuningan di luarnya.
Biji membulat, menggelembur. Jenis ini juga mengandung tanin yang cukup untuk menyamak jala dan kulit (Anonim, 2010).
4. Kandungan kimia Dalam penelitian kandungan kimia daun M. tanarius yang sudah dilakukan dilaporkan bahwa terdapat empat kandungan senyawa didalam daun M.
tanarius
megastigman glukosida dinamai macarangiosida, bersama dengan malofenol B, lauroside E, methyl brevifolin carboxylate, dan hyperin dan
2 megastigman glukosida, dinamai macarangiosida E dan F, bersama dengan 15 komponen lain yang telah diketahui dilaporkan terdapat pada daun M.