JUAL BELI ROTI RIJEKAN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Pasar Kebakkramat) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
JUAL BELI ROTI RIJEKAN MENURUT PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Pasar Kebakkramat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Erza Hari Aziz
NIM : 21414057
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
JUAL BELI ROTI RIJEKAN MENURUT PERSPEKTIF
HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Pasar Kebakkramat)
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
guna Memperoleh Gelar Sarjana dalam Hukum Islam
Oleh:
Erza Hari Aziz
NIM : 21414057
PROGRAM STUDI HUKUM EKONOMI SYARIAH
FAKULTAS SYARI’AH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SALATIGA
2018
NOTA PEMBIMBING
Lamp : 4 (empat) eksemplar Hal : Pengajuan Naskah Skripsi Kepada Yth.
Dekan Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga Di Salatiga
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Disampaikan dengan hormat, setelah dilaksanakan bimbingan, arahan dan koreksi, maka naskah skripsi mahasiswa: Nama : Erza Hari Aziz NIM : 21414057
Judul : JUAL BELI ROTI RIJEKAN MENURUT
PERSPEKTIF HUKUM IALAM (Studi Kasus di Pasar Kebakkramat)
dapat diajukan kepada Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga untuk diujikan dalam sidang munaqasyah. Demikian nota pembimbing ini dibuat, untuk menjadi perhatian dan digunakan sebagimana mestinya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Salatiga, 21 Agustus 2018 Pembimbing, Heni Satar Nurhaida, SH.,M.Si NIP. 197011271999032001
KEMENTERIAN AGAMA
PENGESAHAN
ul:
JUAL BELI ROTI RIJEKAN MENURUT
PERSPEKTIF HUKUM ISLAM
(Studi Kasus di Pasar Kebakkrmat)
Oleh: Erza Hari Aziz
NIM : 21414057 telah dipertahankan di depan sidang munaqasyah skripsi Fakultas Syari‟ah, Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga, pada hari Selasa, tanggal 21 Agustus 2018, dan telah dinyatakan memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar sarjana dalam hukum Islam
Dewan Sidang Munaqasyah Ketua Sidang : Dr. H. Muh Irfan Helmy, M.A ..........................................
Sekretaris Sidang : Heni Satar Nurhaida, SH., M.S ..........................................
Penguji I : Drs. Machfudz, M.Ag .......................................... Penguji II : Luthiana Zahriani, SH., MH ..........................................
Salatiga, 21 Agustus 2018 Dekan Fakultas Syari‟ah Dr. Siti Zumrotun, M.Ag.
NIP.19670115 199803 2 002
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SALATIGA FAKULTAS SYARI’AH
PERNYATAAN KEASLIAN
Yang bertanda tangan di bawah ini: Nama : Erza Hari Aziz NIM : 21414057 Jurusan
: Hukum Ekonomi Syari‟ah Fakultas
: Syari‟ah Judul Skripsi : JUAL BELI ROTI RIJEKAN MENURUT PRESFEKTIF
HUKUM ISLAM (Studi Kasus di Pasar Kebakkramat)
menyatakan bahwa skripsi ini benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan jiplakan dari karya tulis orang lain. Pendapat atau temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip dan dirujuk berdasarkan kode etik ilmiah.
Salatiga, 21 Agustus 2018 Yang menyatakan Erza Hari Aziz NIM: 21414057
MOTO
Kesuksesan hanya dapat diraih dengan segala upaya dan usaha yang
disertai dengan doa, karena sesungguhnya nasib seseorang manusia tidak akan berubah dengan sendirinya tanpa berusaha.
(Umar bin Khattab)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penulis persembahkan untuk: 1.
Allah SWT Yang telah memberikan nikmat dan karuninya di dunia ini.
2. Kedua orang tuaku Ibu Titik Hariati dan Bapak Ahmad Jirjis tercinta, yang telah mendoakan dan member kasih sayang serta pengorbanan selama ini.
3. Kakakku Soni Hariadi yang telah mendoakan agar selalu semangat dalam menuntut ilmu untuk menjalani kehidupan di dunia ini.
4. Keluarga besar yang tidak hentinya memberikan dukungan dan doa kepadaku.
5. Temanku Rif‟at Maulidi yang selalu menemaniku dan menyemangati tiada henti.
6. Teman-teman Rasan-rasan Squad terima kasih kalian memberikan warna dalam hidupku.
7. Teman-teman HES 2014 terimakasih untuk 4 tahun ini, kaliam memberikan semangat dan pengalaman yang tidak terlupakan.
8. Untuk semua orang yang disekitarku yang tidak bisa kusebutkan satu persatu, terimakasih atas doa kalian.
KATA PENGANTAR
Rasa syukur yang dalam penulis sampaikan ke hadirat Allah SWT, karena berkat rahmat- Nya Skripsi ini dapat penulis selesaikansesuai dengan yang diharapakan. Penulis juga beryukur atas rizki dan kesehatan yang telah diberikan oleh- Nya sehingga penulis dapat menyusun Skripsi ini.
Sholawat dan salam semoga tercurahkan untuk Nabi, Kekasih, Spirit Perubahan, Rasulullah Muhammad SAW bserta segenap keluarga dan para sahabat- sahabatnya.
Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Strata Satu Fakultas Syariah Jurusan Hukum Ekonomi Syariah, dengan
Judul JUAL BELI ROTI RIJEKAN MENURUT PERSPEKTIF HUKUM
ISLAM (Studi Kasus di Pasar Kebakkramat). Penulis mengakui bahwa dalam
menyusun Skripsi ini tidak dapat diselesaikan tanpa adanya bantuan dari beberapa pihak. Karena itulah penulis mengucapkan penghargaan yang setinggi- tingginya, ungkapan terima kasih kadang tak bisa mewakili kata- kata, namun perlu kiranya penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. BapakDr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.
2. Ibu Dra. Siti Zumrotun, M.Ag, selaku Dekan Fakultas Syari‟ah 3.
IAIN Salatiga.
4. Ibu Evi Ariyani, SH., MH, selaku Ketua Jurusan Hukum Ekonomi 5.
Syari‟ah IAIN Salatiga.
6. Ibu Lutfiana Zahriani, M.H, selaku Kepala Lab. Fakultas Syari‟ah IAIN Salatiga.
7. Ibu Heni Satar Nurhaida, SH., M.Si, selaku Dosen Pembimbing 8. yang selalu memberikan saran, pengarahan, dan masukan sehingga 9. skripsi dapat selesai dengan maksimal sesuai yang diharapkan.
10. Bapak Farkhani, SH., M.H, selaku pembimbing akademik.
11. Bapak Mariman Kepala Pasar Kebakkramat.
12. Kepada Penjual Roti Rijekan di Pasar Kebakkramat yang sudah memberikan informasi.
13. Teman- teman Jurusan Hukum Ekonomi Syariah angkatan 2014 IAIN Salatiga, yang selalu mendukung penulis dalam menuntut ilmu.
Semoga Allah SWT membalas semua amal kebaikan mereka dengan balasan yang lebih dari yang mereka berikan dan senantiasa mendapatkan maghfiroh, dilingkupi rahmat dan cita- Nya. Amin.
Akhirnya, peneliti berharap semoga Skripsi ini bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.
Salatiga, September 2016 Penulis
ABSTRAK
Aziz, Erza Hari. 2018. Jual Beli Roti Rijekan Dalam Perspektif Hukum Islam (Studi Kasus di Pasar Kebakkramat). Skripsi Fakultas Syari‟ah. Jurusan Hukum Ekonomi Syari‟ah. Institute Agama Islam Negeri Salatiga.
Pembimbing : Heni Satar Nurhaida. S.H., M.SI.
Kata Kunci: Jual Beli, Rijectkan, Hukum Islam
Dalam suatu kegiatan bisnis, banyak masalah yang kadang-kadang muncul begitu saja. sehingga tidak jarang menimbulkan kecurangan dalam suatu usaha. Di Pasar Kebakkramat yaitu adanya penjualan Roti Rijekan misalnya, makanan tersebut sudah popular di kalangan pembeli terutama oleh pedagang di Pasar kebakkramat dan dijual belikan kembali di Pasar tradisional dengan setengah harga normalnya. Membuat peneliti tertarik untuk meneliti faktor apa saja yang menjadi penyebab maraknya penjualan roti rijekan di Pasar Kebakkrmat. Bagaimana tinjauan hukum islam terhadap jual beli roti rijekan, tujuan peneliti untuk mengetahui faktor penyebab maraknya penjualan roti rijekan di Pasar Kebakkrmat untuk mengetahui tinjauan hukum islam terhadap praktik jual beli roti rijekan untuk mengetahui sejauh mana peran pemkot kesehatan daerah Kebakkrmat dalam menangani masalah jual beli roti rijekan. Pada penelitian ini peneliti menggunakan jenis penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian langsung yang dapat berupa interview dan data- data yang dibutuhkan. Peneliti juga menggunakan pendekatan yuridis sosiologi yaitu pendekatan penelitian yang mengkaji persepsi dan perilaku hukum orang (masyarakat dan badan hukum) dan masyarakat serta efektivitas berlakunya hukum positif yang ada di Indonesia, Dan bersifat deskriptif analisis yaitu pendekatan yang mentelaah tentang kehidupan masyarakat.
Dalam praktik jual beli roti rijekan yang ada di Pasar kebakkramat peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa, faktor yang mempengaruhi maraknya jual beli roti rijekan di Pasar kebakkramat karangannyar secara ekonomi dan sosial karena harganya yang terjangkau, rasanya yang enak, mudah didapat, jika dilihat dari jual beli yang dilakukan penjual dan pembeli tidak ada masalah, karena kedua belah pihak sama-sama ridho. Namun jika dilihat dari objek yang di perjualbelikan roti rijekan atau roti yang sudah kadaluarsa maka di khawatirkan berdampak negatif terhadap kesehatan konsumen, maka jual beli termasuk bentuk jual beli yang fasid.
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Prnggunaa Tempat di Pasar Kebakkrmat ...................................... 55Tabel 1.2 Prnggunaa Tempat di Pasar Kebakkrmat .... 56 Error! Bookmark not defined.Tabel 1.3 Prnggunaa Tempat di Pasar Kebakkrmat ...................................... 57Tabel 1.4 Prnggunaa Tempat di Pasar Kebakkrmat ...................................... 63Tabel 1.5 Prnggunaa Tempat di Pasar Kebakkrmat ...................................... 65Tabel 2.1 Struktur Organisasi .......................................................................... 65Tabel 3.1 Harga Roti Rijekan .......................................................................... 71Tabel 4.1 Pembeli Roti Rijekan ....................................................................... 73DAFTAR LAMPIRAN 1.
Wawancara Dengan Penjual Roti Rijekan 2. Wawancara Dengan Pembeli Roti Rijekan 3. Wawancara Dengan Kepala Pasar Kebakkrmat 4. Foto Lapak Penjual Roti Rijekan 5. Foto Kantor Pasar Kebakkrmat 6. Surat Nota Pembimbing 7. Surat Izin Penelitian Penjual Roti Rijekan di Pasar Kebakkrmat 8. Daftar Nilai SKK 9. Lembar Konsultasi Skripsi 10.
Daftar Riwayat Hidup
DAFTAR ISI
G.
H.
LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam suatu kegiatan bisnis, banyak masalah yang kadang-kadang
muncul begitu saja. Persaingan dalam kegiatan usaha senafas dengan kegiatan usaha itu sendiri. Pada prinsipnya, setiap orang berhak menjual atau membeli barang atau jasa apa saja, dengan siapa, berapa banyak serta bagaimana cara produksi, inilah apa yang disebut dengan ekonomi pasar.
Sejalan dengan itu, perilaku dan struktur pasar terkadang tidak dapat diprediksi, sehingga tidak jarang menimbulkan kecurangan dalam suatu usaha.
Salah satu bentuk kejahatan bisnis yang dilakukan oleh sebagian pengusaha yang tidak bertanggung jawab adalah memproduksi, mengedarkan, menawarkan produk-produk yang berbahaya bagi kesehatan manusia (konsumen). Ulah para pengusaha yang hanya mementingkan keuntungannya tanpa memperhatikan akibat bagi konsumen tersebut telah menelan banyak korban. Persaingan global yang terjadi membuat produsen menghalalkan segala cara untuk meraup keuntungan. Akibatnya, berbagai cara dilakukan untuk mengelabui konsumen. (Apriolem, 2013:1)
Sejak manusia hidup bergaul di dunia tumbuhlah suatu masalah yang harus dipecahkan bersama-sama, setiap manusia memenuhi kebutuhan hidup masing masing, karena kebutuhan seseorang tidak mungkin dapat dipenuhi oleh diri sendiri.
Bahwa manusia adalah mahkluk bergaul, istilah itu menggambarkan bagaiman eratnya hubungan antara seseorang manusia dengan manusia lainnya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.
Salah satu bentuk hubungan antara sesama manusia (muamalah) kegiatan ekonomi yaitu kegiatan jual beli. Dalam kehidupa sehari-hari manusia tidak mungkin lepas dari kegiatan (bermuamalah) yaitu kegiatan jual beli, jual beli merupakan suatu bagian dari muamalah yang biasa dialami oleh manusia sebagai sarana berkomunikasi dalam hal ekonomi. Dari pelaksanaan jual beli itu maka apa yang dibutuhkan manusia dapat diperoleh, bahkan dengan jual beli itu pula manusia dapat memperoleh keuntungan yang akhirnya dapat meningkatkan taraf hidup perekonomian mereka.
Jual beli merupakan sebuah transaksi dilakukan oleh kedua belah pihak, yaitu penjual dan pembeli dalam hal pemindahan hak pemilikan suatu benda yang didahului dengan akad dan penyerahan sejumlah uang yang telah ditentukan, menurut Sayyid Sabiq, jual beli adalah penukaran harta atas dasr saling rela dan memindahkan hak milik dengan ganti yang diperbolehkan oleh syar‟i. Pada hakikatnya semua kegiatan bermuamalah dalam Islam di perbolehkan asalkan tidak bertentang an dengan syara‟.
Ibnu Qudamah menyatakan bahwa kaum muslim telah sepakat tentang diperbolehkan jual beli karena mengandung hikmah yang mendasar, yakni setiap orang pasti mempunyai ketergantungan terhadap sesuatu yang dimiliki orang lain (rekannya). Padahal, orang lain tidak akan memberikan sesuatu yang dibutuhkan tanpa adanya kompesasi. Dengan disya ri‟atkan jual, beli, setiap orang dapat meraih tujuannya dan memenuhi kebutuhannya. (Lestari, 2015:2)
Manusia pada dasarnya mempunyai kebutuhan. Manusia dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya selalu berusaha mencari yang terbaik. Sebagai makhluk sosial, dalam usaha pemenuhan kebutuhan hidupnya manusia memerlukan pihak lain. Dan seseorang tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhan hidupnya sendiri.
Islam memandang jual beli merupakan sarana tolong menolong antar sesama manusia. Orang yang sedang melakukan transaksi jual beli tidak dilihat sebagai orang yang sedang mencari keuntungan semata, akan tetapi juga dipandang sebagai orang yang sedang membantu saudaranya.
Bagi penjual, ia sedang memenuhi kebutuhan barang yang dibutuhkan pembeli. Sedangkan bagi pembeli, ia sedang memenuhi kebutuhan akan keuntungan yang sedang dicari oleh penjual.
Dasar hukum jual beli terdapat pada al- Qur‟an Surat Al-Baqarah ayat 198. Allah SWT berfirman :
Artinya:
“Bukanlah dosa bagimu untuk mencari karunia (rezeki hasil perniagaan) dari Tuhanmu.Maka apabila kamu telah bertolak dari ´Arafat, berdzikirlah kepada Allah di Masy´arilharam.Dan berdzikirlah (dengan menyebut) Allah sebagaimana.
Secara klasik orang selalu mengatakan bahwa memakan atau meminum sesuatu berarti memasukkan sesuatu ke dalam tubuh melalui rongga mulut guna memenuhi zat-zat yang diperlukan oleh badan. Pada zaman sekarang, pemenuhan keperluan tubuh dalam bentuk makanan atau minuman tidak hanya melalui rongga mulut, tetapi dapat pula dilakukan dengan jalan menyuntikkannya ke dalam tubuh.
Selain kebutuhan pangan yang pokok yang dikonsumsi sehari-hari, ada juga makanan sampingan yang dibuat oleh beberapa pengusaha makanan. Di zaman yang modern sekarang ini pengolahan makanan sudah menggunakan mesin-mesin canggih sehingga produksi barang tidak memakan waktu. Para pelaku usaha di bidang makanan di antaranya ada yang mengolah makanan dengan cara yang sederhana atau bisnis makanan rumahan ada juga yang memproduksi dengan skala besar seperti pabrik, produsen tersebut ada yang memproduksi makanan yang tidak tahan lama atau cepat basi dan ada juga makanan yang bertahan lama sampai waktu yang telah ditentukan.
Untuk makanan yang cepat basi yang penulis sering jumpai di Pasar tradisional biasanya dibungkus dengan cara sederhana menggunakan plastik tanpa dikemas dengan rapi. Sedangkan makanan yang bisa bertahan lama umumya dibungkus dengan kemasan yang rapi dan steril agar makanan yang di dalamnya tidak berubah dan biasanya mengandung bahan pengawet. Untuk makanan yang menggunakan kemasan seharusnya diperlukan pendaftaran makanan yang sudah diatur oleh pemerintah yang terkait dengan masalah tersebut.Pendaftaran diselenggarakan dalam rangka melindungi masyarakat terhadap makanan yang tidak memenuhi syarat kesehatan dan untuk lebih menjamin keamanan dan mutu makanan yang beredar.
Di Pasar Kebakkramat sendiri jual beli makanan merupakan hal yang pokok atau wajib yang nantinya akan dikonsumsi oleh konsumen.
Pada dasarnya konsumen tidak mengetahui bahwa makanan tersebut asal- usulnya seperti apa dari mulai produksi, pengolahan sampai dengan di tangan konsumen atau ada oknum-oknum penjual nakal yang tidak jujur dalam menjual makanannya serta tidak bertanggung jawab. (Haqi, 2017:16-22)
Dari permasalahan tersebut penulis menemukan kasus di Pasar Kebakkramat yaitu adanya penjualan Roti Rijekan misalnya, makanan tersebut sudah popular di kalangan pembeli terutama oleh pedagang di Pasar kebakkramat dan dijual belikan kembali di Pasar tradisional dengan setengah harga normalnya. Pada dasarnya dalam bertransaksi jual beli haruslah jujur dan tidak merugikan salah satu pihak, permasalahan seperti semacam itu yang dirugikan disini adalah konsumen itu sendiri.
Dari permasalahan diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul ” Jual Beli Roti Rijekan Menurut Perspektif
Hukum Islam (Studi Kasus di Pasar Kebakkramat)”
B. Rumusan Masalah
Dengan pemaparan penulis dari latar belakang diatas maka penulis membatasi rumusan masalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi maraknya Jual beli roti rijekan di Pasar Kebakkramat?
2. Bagaimana tinjauan Hukum Islam terhadap jual beli roti rijekan di Pasar Kebakkramat? C.
Tujuan Penelitian
Adapun dalam melakukan penelitian ini penulis memiliki tujuan sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi maraknya Jual beli roti rijekan di Kasar Kebakkramat?
2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap jual beli roti rijekan di Pasar kebakkramat.
D. Manfaat Penelitian 1.
Manfaat Teoritis a.
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis, sekurang-kurangnya dapat berguna sebagai sumbangan pemikiran bagi dunia perekonomian.
b.
Menambah bahan pustaka bagi Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga
2. Manfaat praktis Bagi Penulis a.
Menambah wawasan penulis mengenai wacana jual beli yang sesuai dengan syariat Islam.
b.
Agar konsumen selektif dalam membeli produk makanan yang baik untuk dikonsumsi.
E. Penegasan Istilah
Untuk menghindari kesalah fahaman arti dan maksud dari penulisan penelitian ini, maka penulis megaskan istilah-istilah judul sebagai berikut:
1. Jual beli adalah pertukaran antara benda dengan uang atau benda lain.
(Mahjuddin,1991:35) 2. Rijekan berasal dari kata Reject yang artinya dalam kamus bahasa indonesia memiliki arti tolak, dan di dalam online shop reject memiliki pengertian sebaga i „barang tidak dalam kondisi baik, ada cacat atau rusak. ( Kamus Besar Bahasa Indonesia, Online) 3. Hukum Islam adalah hukum yang diturunkan oleh Allah kepada manusia untuk menjamin terwujudnya kemaslahatan bagi manusia itu sendiri, baik didunia maupun diakhirat kelak. (Koto, 2012:2) F.
Tinjaun Pustaka
Tinjauan pustaka ini bertujuan untuk mengetahui validasi penelitian yang telah dibuat.Penelitian terdahulu dapat menjadi suatu pijakan penulis agar penelitiannya berbeda dengan yang terdahulu. Adapun beberapa penelitian yang telah dilakukan adalah 1.
Sebuah skripsi yang dibuat oleh Durrotul Isnaeni Haqi mahasiswa
IAIN Purwokerto dalam makalahnya yang berjudul “Tinjauan Hukum
Islam Terhadap Praktik Jual Beli Makanan Yang Belum Memiliki Nomer Pendaftaran”. Tahun 2017, Rumusan masalahnya adalah bagaimana praktik jual beli makanan kemasan yang belum memiliki nomor pendaftaran di pasar cilongok. Dan bagaimana tinjauan hukum islamtentang jual beli makanan kemasan yang belum memiliki nomor pendaftaran di pasar cilongok.
Dalam skripsi tersebut membahas tentang Jual beli makanan yang menggunakan tinjauan hukum islam yang berdasarkan nomer pendaftaran.
2. Sebuah skripsi yang dibuat oleh Dewi Lestari mahasiwa STAIN yang berjudul “Jual Beli Makanan di Rumah Makan Cahaya Putra Selatan 2
Ponorog ”.Tahun 2015,Rumusan masalah yang pertama bagaimana tinjauan hukum islam terhadap akad jual beli makanan di rumah makan cahaya putra selatan 2 ponorogo. yang kedua bagaiman a tinjauan hukum islam terhadap penentuan harga pada jual beli makanan di rumah makan cahaya putra selatan 2 ponorogo.
Dalam skripsi tersebut membahas mengenai Jual Beli namun menggunakan tinjaun hukum islam berdasarkan akadnya.
3. Sebuah skripsi yang dibuat oleh Sevila Apriolem mahasiswa UIN yang berjudul “Perleksanaan Perlindungan Hukum Bagi Konsumen
Terhadap Makanan Dalam Kemasan yang Telah Kadaluarsa di Kota Pekanbaru
” (Studi Kasus Kel. Sukaramai Kec.Pekan Baru Kota).Tahun 2013, Rumusan masalah yang pertama Apa bentuk perlindungan hukum bagi konsumen terhadap makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa. yang ke dua Bagaimana tanggung jawab pelaku usaha dan penyelesaian hukumnya jika terjadi perselisihan antara konsumen dan pelaku usaha terhadap makanan dalam kemasan yang telahkadaluwarsa.yang ketiga Bagaimana kasus- kasus yang terjadi dilapangan terhadap makanan dalam kemasan yang telah kadaluwarsa, apakah penanganannya sudah terlaksana dengan baik oleh pihak-pihak penegak hukum terhadap pelaku usaha yang nakal.
Dalam skripsi tersebut membahas mengenai Jual Beli namun menggunakan tinjauan hukum islamterhadap Jual Beli Roti Rijekan.
Dari ketiga penelitian yang telah dilakukan berbeda dengan penelitian yang lain untuk itu penulis ingin meneliti mengapa Jual Beli Roti Rijekan masih berlangsung saat ini dan bagaimana Prespektif Hukum Islam.
G. Metode Penelitian
Untuk memperoleh data yang akurat dan lengkap, penelitian yang digunakan adalah:
1. Jenis dan Pendekatan a.
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian lapangan
(Field Research), yaitu penelitian langsung yang dapat berupa interview dan data-data yang dibutuhkan dalam penulisan skripsi ini.
Menurut Nigel Bevan dan Tomer Sharon (2009) studi lapangan (Field study) adalah metode pembelajaran melalui pengumpulan data secara langsung dengan pengamatan, wawancara, mencatat, atau mengajukan pertanyaan-pertanyaan.
Pada proses berlnagsung pembelajar berada langsung di lapangan.(makalah, Online) b.
Pendekatan Dalam penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan yuridis sosiologi yaitu pendekatan penelitian yang mengkaji persepsi dan perilaku hukum orang (masyarakat dan badan hukum) dan masyarakat serta efektivitas berlakunya hukum positif yang ada di Indonesia (Utsman,2004:66). Dan bersifat deskriptif analisis yaitu pendekatan yang mentelaah tentang kehidupan masyarakat (Moleong, 2004:6). Dalam penelitian ini menggambarkan praktek jual beli roti rijekan yang masih marak sampai sekarang di Pasar Kebakkramat Karangannyar.
2. Jenis Data a.
Data Primer Sumber Data primer, atau data tangan pertama adalah data yang diperoleh langsung dari subjek penelitian dengan mengenakan alat pengukuran atau alat pengambilan data langsung pada subyek sebagai sumber informasi yang dicari. (Azwar, 1998:91)
Data yang diperoleh dari responden melaluikuesioner, kelompok focus, dan panel, atau juga data hasil dari wawancara peneliti dengan nara sumber. (Surjaweni, 2014:73) b. Data Sekunder
Sumber Data sekunder, atau data tangan kedua adalah data yang diperoleh lewat pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subjek penelitiannya. Data sekunder biasanya berwujud data dokumentasi atau data laporan yang tersedia.
(Azwar, 1998:91) Atau biasa yang disebut sumber data ke-2 adalah data yang diperoleh dari pihak lain, tidak langsung diperoleh oleh peneliti dari subyek penelitiannya.
3. Metode Pengumpulan Data Prosedur pengumpulan data adalah proses untuk menghimpun data yang diperhatikan, relevan serta akan memberikan gambaran dari aspek yang akan diteliti di lapangan.
Teknik pengumpulan data yang penulis gunakan adalah sebagai berikut a.
Observasi Observasi adalah suatu kegiatan mendapatkan informasi yang diperlukan untuk menyajikan gambar riil suatu peristiwa atau kejadian untuk menjawab pertanyaan penelitian, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk mengevaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut, (Sujarweni, 2014: 32).Penelitian menggunakan observasi langsung di Pasar Kebakkramat.
b.
Wawancara Proses memperoleh penjelasan untuk mengumpulkan informasi dengan menggunakan cara tanya jawab bisa sambil bertatap muka ataupun tanpa tatap muka yaitu melalui media telekomunikasi antara pewawancara dengan orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman, (Sujarweni, 2014: 31). Wawancara ini dilakukan dengan acuan catatan pokok masalah yang akan dinyatakan.
Sasaran wawancara adalah penjual, pembeli roti rijekan dan dinas di pemkot guna mendapatkan info mengenai kondisi riil di Pasar Kebakkramat dalam menjualkan prodak di masyarakat.
c.
Dokumentasi Merupakan metode pengumpulan data kualitatif sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi,
(Sujarweni, 2014: 33).Metode ini digunakkan sbagaisalah satu pelengkap data.
4. Metode Analisa Data
Menurut Mujiarahardjo Analisis data adalah sebuah kegiatan untuk mengatur, mengurutkan, mengelompokkan, memberi kode atau tanda, dan mengkategorikannya sehingga diperoleh suatu temuan berdasarkan focus masalah yang ingin dijawab.
Berdasarkan penelitian ini analisa yang digunakan, menggunakan analisis Kualitatif merupakan jenis penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistic atau cara-cara lain dari kuantifikasi ( pengukuran), (Sujarweni, 2014: 39) H.
Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah pemahaman isi penelitian ini, maka sistematika pembahasannya dibagi menjadi lima bab. Adapun perinciannya sebagai berikut yaitu: Bab Pertama: Pendahuluan yang berisi uraian tentang Latar Belakang
Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Tinjauan Pustaka, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian. Bab Kedua: Kajian pustaka yang berisi tentang Tinjauan umum Akad atau Perjanjian, Khiyar,Jual Beli, Kadaluarsa.
Bab Ketiga: Paparan Data dan Temuan Penelitian tentang deskripsi lokasi penelitian, paparan data mengenai praktek Jual Beli Roti Rijekan di Pasar Kebakkramat. Bab Keempat: Pembahasan berisi tentang analisis terhadap praktek Jual
Beli Roti Rijekan dipasar kebakkramat dari Tinjauan Hukum Islam.
Bab Kelima: Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran-saran.
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Akad atau Perjanjian 1. Pengertian Akad atau Perjanjian Akad adalah
„aqad dalam istilah Bahasa berarti ikatan dan tali
pengikat.Sehingga akad diterjemahkan sebagai penghubungan antara dua perkataan, masuk juga dalam janji dan sumpah, karena sumpah menguatkan niat berjanji untuk melaksanakan isi sumpah atau meninggalkannya. (Azzam, 2010: 15)
Pengertian akad sebagaimana dikemukakan oleh Hendi Suhendi adalah pada dasarnya dititiberatkan pada kesepakatan antara dua belah pihak yang ditandai dengan ijab qabul. Dengan demikian ijab qabul adalah suatu perbuatan atau pernyataan untuk menunjukkan suatu keridhaan dalam berakad yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, sehingga terhindar atau keluar dari suatu ikatan yang tidak berdasarkan syara‟. Karena itu, dalam islam tidak semua bentuk kesepakatan atau perjanjian dapat dikategorikan sebagai akad, terutama kesepakatan yang tidak didasarkan pada keridhaan dalam
syari‟ah islam. (Huda, 2011:27)
Menurut kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313 perjanjian adalah, suatu perbuatan dengan mana satu orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa, perjanjian merupakan suatu perbuatan yang dilakukan oleh dua pihak atau lebih untuk mendapatkan suatu kesepakatan/persetujuan baik secara lisan maupun tertulis. (Murda, 2016:19)
2. Rukun-Rukun Akad atau Perjanjian
Terdapat perbedaan pendapat di kalangan Fuqaha berkenaan dengan rukun akad. Menurut jumhur fuqaha rukun akad terdiri dari atas a.
„Aqid yaitu orang yang berakad (bersepakat). Pihak yang melakukan akad ini dapat terdiri dua orang atau lebih. Pihak yang berakad dalam transaksi jual beli di pasar biasanya terdiri dari dua orang yaitu pihak penjual dan pembeli. Dalam hal warisan, misalnya ahli waris bersepakat untuk memberikan sesuatu kepada pihak lain, maka pihak yang diberi tersebut boleh jadi terdiri dari beberapa orang. (Huda, 2011:28) b. Ma‟qud „alaih ialah benda-benda yang menjadi objek akad, seperti benda-benda yang dijual dalam akad jual beli, dalam akad hibah (pemberian), dalam akad gadai, utang yang dijamin seseorang dalam akad kafalah. Menurut pendapat Zuhaily (1989:173-181 Juz IV), objek transaksi harus memenuhi ketentuan sebagai berikut.
1) Objek transaksi harus ada ketika akad atau transaksi sedang dilakukan. Tidak dibolehkan melakukan transaksi terhadap objek yang belum jelas dan tidak ada waktu akad, karena hal ini akan menimbulkan masalah saat serah terima.
2) Objek transaksi merupakan barang yang diperbolehkan syariah untuk ditransaksikan (mal mutaqawwin) dan dimiliki penuh oleh pemiliknya. Tidak boleh bertransaksi atas bangkai, darah, babi dan lainnya. Begitu pula barang yang yang belum berada dalam gegaman pemiliknya, seperti ikan masih dalam laut, burung dalam angkasa.
3) Obyek akad atau transaksi bisa diserah terimakan saat terjadinya akad atau dimungkinkan dikemudian hari.
Walaupum barang itu ada dan dimiliki akid, namun tidak bisa diserah terimakan, maka akad itu akan batal.
4) Adanya kejelasan tentang obyek transaksi. Dalam arti barang tersebut diketahui secara detail oleh kedua belah pihak, hal ini untuk menghindari terjadinya perselisihan dikemudian hari. Objek transaksi tidak bersifat tidak diketahui (majhul) dan mengandung unsure gharar.
5) Objek transaksi harus suci, tidak terkena najis dan bukan barang najis, syarat ini diajukan oleh
ulama‟ selain Mazhab
Hanafiyah. (Nawawi, 2012:23) c.
Subtansi akad (Maudhu‟ al-„aqad) yaitu tujuan pokok dalam melakukan akad. Seseorang ketika melakukan akad, biasanya mempunyai tujuan yang berbeda-beda. Karena itu, berbeda dalam bentuk akadnya, maka berbeda pula tujuannya. Dalam akad jual ijab-qabul beli, tujuan pokoknya adalah memindahkan barang dari pihak penjual ke pihak pembeli dengan disertai gantinya (berupa uang atau barang). Demikian juga dalam akad hibah tujuan pokoknya adalah memindahkan barang dari pihak pemberi kepada pihak yang diberi tanpa ada pengganti dan masih banyak contoh lainnya.
d.
Shighat al-„aqd yang terdiri dari ijab dan qabul. Pengertiannya
ijab adalah permulaan penjelasan yang keluar dari salah
seorang yang berakad sebagai gambaran kehendaknya dalam mengadakan akad. Sedangkan qabul adalah perkataan yang keluar dari dari pihak yang lain, yang diucapkan setelah adanya
ijab . Adapun pengertian pada sekarang ini dapat dipahami
sebagai bentuk bertukarnya sesuatu dengan yang lain, sehingga sekarang ini berlangsungnya ijab-qabul dalam transaksi jual beli tidak harus berhadapan (bertemu langsung), misalnya berlangganan majalah, pembeli menerima barang beliannya tersebut dari petugas pos (jasa kurir). (Huda, 2011:29)
3. Syarat-Syarat Akad atau Perjanjian
Setiap pembentuk akad mempunyai syarat yang ditentukan
syara‟ yang wajib disempurnakan, syarat-syarat terjadinya aka ada
dua macam: a.
Syarat-syarat yang bersifat umum, yaitu syarat-syarat yang wajib sempurna wujudnya dalam berbagai akad.
b.
Syarat-syarat yang bersifat khusus, yaitu syarat-syarat yang wujudnya wajub ada dalam sebagai akad, syarat khusus ini juga di sebut sebagai idhafi (tambahan) yang harus ada disamping syarat-syarat yang umum, seperti syarat adanya saksi dalam pernikahan. Syarat-syarat umum yang harus dipenuhi dalam berbagai macam akad : 1)
Kedua orang yang melakukan akad cakap bertindak (ahli), maka akad orang tidak cakap (orang gila, orang yang berada dibawah pengampuan (mahjur) karena boros dan lainnya) akadnya tidak sah.
2) Yang dijadikan obyek akad dapat menerima hukumnya.
3) Akad itu diizinkan oleh syara‟, dilakukan oleh orang yang mempunyai hak melakukannya, walaupun dia bukan aqid yang memiliki barang.
4) Akad bukan jenis akad yang dilarang, seperti jual beli mulasamah.
5) Akad dapat memberikan faedah, maka tidaklah sah apabila akad rahn dianggap sebagai amanah.
6) Ijab harus berjalan terus, maka ijab tidak sah apbila ijab
tersebut dicabut (dibatalkan) sebelum adanya qabul. 7)
Ijab dan qabul harus bersambung, jika seseorang melakukan ijab dan berpisah sebelum terjadinya qabul, maka ijab yang demikian dianggap tidak sah (batal). (Huda, 2011:32)
Sedangkan Menurut KUHP pasal 1320 untuk sahnya suatu perjanjian diperlukan empat syarat : 1)
Sepakat mereka mengikatkan dirinya. Maksudnya ialah sepakatnya para pihak yang mengikatkan diri, artinya kedua belah pihak dalam suatu perjanjian harus mempunyai kemauan yang bebas untuk mengikatkan diri, dan kemauan itu harus dinyatakan dengan tegas atau secara diam. Dengan demikian, suatu perjanjian itu tidak sah apabila dibuat atau didasarkan kepada kepaksaan, penipuan atau kekhilafan. 2)
Kesepakatan untuk membuat suatu perikatan maksudnya adalah adanya kecakapan untuk membuat suatu perjanjian.
Menurut hukum, kecakapan termasuk kewenangan untuk melakukan tindakan hukum pada umumnya, dan menurut hukum setiap orang adalah cakap untuk membuat perjanjian kecuali orang-orang yang menurut undang- undang dinyatakan tidak cakap. Adapun orang-orang yang tidak cakap untuk membuat perjanjian adalah orang -orang yang belum dewasa, orang yang dibawah pengampuan. 3)
Suatu hal yang tertentu yaitu, harus suatu hal atau suatu barang yang cukup jelas atau tertentu yakni paling sedikit ditentukan jenisnya dalam suatu perjanjian dan hanya dapat diperdagangkan saja yang dapat menjadi pokok suatu perjanjian. 4)
Suatu sebab yang halal, perjanjian tidak boleh bertentangan dengan undang-undang, ketentuan umum, moral dan kesuliaan.(Muda, 2016:21) 4.
Macam-Macam Akad
Menurut Suhedi (2008:50-51) dan Syafei (2001:66-70), macam-macam akad dibedakan sebagai berikut.
a.
Akad tanpa syarat („aqad munjiz), yaitu akad yang dilaksanakan langsung pada waktu selesainya akad tanpa memberikan batasan. Pernyataan akad yang diikuti dengan pelaksanaan akad ialah pernyataan yang tidak disetai dengan syarat-syarat dan tidak ditentukan waktu pelaksanaan setelah adanya akad.
b.
Akad bersyarat (ghairu munjiz) atau „aqad mu‟alaq, yaitu akad yang di dalam pelaksanaannya terdapat syarat-syarat yang telah telah ditentukan dalam akad, misalnya, penentuan penyerahan barang-barang yang akan diakadkan setelah adanya pembayaran. „Aqad ghairu munjiz dibedakan menjadi tiga macam sebagai berikut.
1) Syarat ketergantungan atau ta‟liq syarat: menentukan hasil suatu urusan dengan urusan yang lain, yakni akad terjadi dengan urusan yang lain, jika urusan yang lain tidak terjadi atau tidak ada maka akad pun tidak ada, seperti perkataan seseoranng: “jika orang yang beruntung kepada anda pergi saya menjamin utangnya”. Orang akan menanggung utang (kafil) menyangkut kesanggupan untuk melunasi utang pada saat orang itu pergi.
Ta‟liq ini memerlukan dua
ungkapan: ungkapan pertama, mengharuskan adanya syarat, seperti kata jika dan kalau yang dinamakan ungkapan syarat. Adapun ungkapan kedua, dinamakan jaza atau balasan.
2) Ungkapan atau ta‟yid syarat. Penemuan hukum dalam tasharruf, ucapan sebenarnya tidak jadi lazim (wajib)
tasharruf dalam keadaan mutlak, yaitu syarat pada suatu
akad atau tasharruf yang hanya berupa ucapan saja. Sebab, pada hakekatnya, tidak ada atau tidak mesti dilakukan.
Contoh
ta‟yid, seperti orang menjual barang dengan syarat
ongkos pengangkutan ditanggung oleh penjual. Penjual berjanji akan memenuhi syarat tersebut, yang mutlak tidak mengharuskan ongkos angkutan dipikul oleh penjual.
3) Syarat penyadaran atau idhafah, yaitu menyadarkan pada suatu masa yang akan datang (idhafafi mustaqbal), melambatkan hukum tasharruf qauli ke masa yang akan datang.
c.
„Aqad Mudhaf, yaitu akad yang dalam pelaksanaanya terdapat syarat-syarat mengenai penanggulan pelaksanaan akad, pernyataan yang pelaksanaannya ditangguhkan hingga waktu yang ditentukan. Perkataan ini sah dilakukan pada waktu, akad tetapi belum mempunyai akibat hukum sebelum waktu yang telah ditentukan tiba.(Nawawi, 2012:26)
5. Akad dan Konsekuensi Hukumnya
Dalam pembahasan sebelumnya telah dijelaskan mengenai rukun-rukun akad, dimana rukun-rukun akad tersebut harus memenuhi sejumlah persyaratn. Secara garis besar persyaratan rukun akad dapat dikelompokkan menjadi empat macam: a.
Syarat in‟iqad yaitu persnyaratan yang berkenaan dengan berlangsung atau tidak berlangsungnya akad, persyaratan ini mutlak harus dipenuhi bagi keberadaan akad. Karena itu jika persyaratan ini tidak terpenuhi makan akibatnya akad menjadi batal (gagal). Persyaratan yang termasuk katagori ini adalah persyaratan akad yang bersifat umum berlaku pada setiap unsure akad (sebagaimana yang telah dijelaskan dalam sub bab sebelumnya).
b.
Syarat shihah (sah) adalah syarat yang ditetapkan oleh syara‟
yang berkenaan dengan ada atau tidaknya akibat hukum.Apabila syarat ini tidak terpenuhi maka akadnya menjadi rusak (fasad).Contoh persyaratan jenis ini, dalam hal jual beli yang sangat popular dalam madhab Hanafi adalah keharusan terhindarnya akad dari enam perkara yaitu jihalah (tidak transparan), ikrah, tauqid (batas waktu tertentu). Dharar dan
syarat fasid.
c.
Syarat nafadh adalah persyaratan yang ditetapkan oleh syara‟ berkenaan dengan berlaku atau tidak berlakunya sebuah akad.
Jika persyaratan ini tidak terpenuhi akadnya menjadi mauqud (ditangguhkan). Syarat nafadh ada dua: pertama, milik atau wilayah, artinya orang-orang yang melakukan akad benar-benar sebagai pemilik barang atau dia mempunyai otoritas atau obyek akad. Kedua, obyek akad harus terbebas dari hak-hak pihak ketiga.
d.
Syarat luzum yaitu persyaratan yaitu persyaratan yang ditetapkan oleh „syara berkenaan dengan kepastian sebuah akad, karena akad sendiri adalah sebuah ilzam (kepastian). Jika sebuah akad belum dapat dipastikan berlakunya seperti masih ada unsur-unsur tertentu yang menimbulkan hak khiyar, maka akad seperti ini dalam kondisi ghair luzum (tidak pasti), sebab masing-masing pihak masih mempunyai hak untuk tetap melangsungkan atau membatalkan akadnya.(Huda, 2011:39)
6. Berakhirnya Akad
Berakhirnya akad dapat disebabkan karena fasakh, kematian atau karena tidak adanya pihak lain dalam hal akad mauquf.
a.
Berakhirnya akad karena fasakh. Hal-hal yang menyebabkan timbulnya faskhnya akad adalah sebagai berikut: 1)
Fasakh karena akadnya fasid (rusak), yaitu jika sesuatu akad berlangsung secara fasid, seperti akad pada
bai‟ al- mu‟aqqad atau bai‟ al-majhul. Maka akad harus di fasakh
oleh para pihak yang yang berakad atau keputusan para hakim.
2) Fasakh karena khiyar. Pihak yang mempunyai wewenang khiyar berhak melakukan fasakh terhadap akad jika menghendaki, kecuali dalam kasus khiyar „aib setelah penyerahan barang.
3) Fasakh berdasarkan iqalah, yaitu terjadinya fasakh akad karena adanya kesepakatan kedua belah pihak.
4) Fasakh karena tidak ada realisasi. Fasakh ini hanya terjadi pada khiyar naqd, misalnya karena rusaknya obyek akad sebelum penyerahan.
5) Fasakh karena jatuh tempo atau karena tujuan akad telah terealisasi. Jika batas waktu yang ditetapkan dalam akad telah berakhir, atau tujuan akad telah terealisasi, maka akad dengan sendirinya menjadi fasakh (berakhir).
b.
Berakhirnya akad karena kematian. Kematian menjadi penyebab berakhirnya sejumlah akad, meskipun para ulama berbeda pendapat tentang masalah ini.
c.
Berakhirnya akad karena tidak adanya izin pihak lain. akad akan berakhir apabila pihak yang mempunyai wewenang tidak mengizinkannya atau meninggal dunia sebelum dia memberikan izin. (Huda, 2011:47)
B. Khiyardalam Jual Beli 1.
Pengertian Khiyar Khiyar adalah hak yang yang diberikan kepada pihak-pihak
yang melakukan transaksi untuk meneruskan atau membatalkannya. (Saleh, 2008:386)