SIKAP ORANG TUA SIDOARJO TERHADAP PENGGUNAAN FACEBOOK PASCA PEMBERITAAN DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Orang Tua Terhadap Penggunaan facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja Pengguna Facebook di Televisi).

(1)

TELEVISI

(Studi Deskriptif Sikap Orang Tua Di Sidoarjo Terhadap Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja Pengguna Facebook di Televisi)

SKRIPSI

Oleh :

MIKA PRASETYAWAN

0443010290

PROGRAM STUDI

ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN”

JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan karunia serta kenikmatan yang tak terhingga sehingga penulis berkesempatan menimba ilmu hingga jenjang Perguruan Tinggi. Berkat rahmatnya pula dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul: “SIKAP ORANG TUA TERHADAP PENGGUNAAN FACEBOOK PASCA PEMBERITAAN TENTANG KENAKALAN REMAJA PENGGUNA FACEBOOK DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Orang Tua Di Sidoarjo Terhadap Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja Pengguna Facebook di Televisi)” 

Penulis menyadari bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak lepas dari bimbingan dan bantuan berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. R. Teguh Soedarto, MP, Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Ec. Hj. Suparwati, MSi, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

3. Bapak Juwito, S.Sos, MSi, Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

i   


(3)

5. Seluruh staf Dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang telah memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Kedua orang tuaku terutama ibu/mama/mami/mbok yang selalu ngomel tiap hari, serta keluarga yang telah banyak memberikan dan motivasi kepada penulis selama ini.

7. Teman - temanku kuliah yang telah banyak membantu dan menemani selama pembuatan skripsi ini, terutama sibro, ista, serta arek-arek soelastrie yang lainnya.

8. Teman - teman rumah terutama lex, kartolo, tedya, ebenk, yomex, ambon, toloy serta penghuni om hadi united lainnya yang tidak bisa saya sebutkan semuanya.

Akhirnya penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan didalam penulisan skripsi ini, oleh karenanya penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran bagi perbaikan di masa mendatang. Besar harapan penulis, semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca.

Surabaya, Agustus 2010

ii   


(4)

iii   


(5)

Halaman

KATA PENGANTAR ... i

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR GAMBAR... viii

DAFTAR LAMPIRAN... ix

ABSTRAKSI... x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang... 1

1.2. Perumusan Masalah... 8

1.3. Tujuan Penelitian... 9

1.4. Kegunaan Penelitian... 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 10

2.1. Landasan Teori... 10

2.1.1. Komunikasi Massa... 10

2.1.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa... 11

2.1.3. Orang Tua Sebagai Khalayak Aktif... 16

2.1.4. Berita... 18

2.1.5. Pengertian Facebook... 21

2.1.6. Kenakalan Remaja... 22

iii   


(6)

2.1.7. Sikap Orang Tua Terhadap Penggunaan Facebook... 24

2.1.8. S – O – R Theory... 28

2.2. Kerangka Pikir... 29

BAB III METODE PENELITIAN... 33

3.1. Definisi Operasional... 33

3.1.1. Sikap Orang Tua Di Surabaya Terhadap Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan Media Televisi... 34

3.2. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 39

3.2.1. Populasi... 39

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel... 39

3.3. Teknik Pengumpulan Data... 41

3.4. Analisis Data... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN... 43

4.1. Gambaran Umum Obyek Penelitian... 43

4.2. Penyajian Data... 46

4.2.1. Karakteristik Responden... 46

4.3. Rekapitulasi Hasil Penyebaran Kuesioner... 51

4.3.1. Sikap Orang Tua Sidoarjo Aspek Kognitif... 52

4.3.2. Sikap Orang Tua Sidoarjo Aspek Afektif... 58

4.3.3. Sikap Orang Tua Sidoarjo Aspek Konatif... 64

4.4 Rekapitulasi Sikap Secara Umum... 70

iv   


(7)

5.2. Saran... 75

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

v   


(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 4.1. Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin... 47

Tabel 4.2. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia... 47

Tabel 4.3. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan... 48

Tabel 4.4. Frekuensi Responden Dalam Menonton Tayangan Pemberitaan... 49

Tabel 4.5. Karakteristik Responden Berdasarkan Usia Anak Remajanya... 50

Tabel 4.6. Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan Anaknya... 51

Tabel 4.7. Mengetahui Cara Penggunaan dan Pengoperasionalkan Facebook... 52

Tabel 4.8. Mengetahui Manfaat Penggunaan Facebook... 53

Tabel 4.9. Mengetahui Fasilitas Facebook... 54

Tabel 4.10. Mengetahui Prasyarat Untuk Membuat Akun Facebook... 55

Tabel 4.11. Kategori Aspek Kognitif Sikap Orang Tua Sidoarjo Terhadap Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan Di Televisi... 56

Tabel 4.12. Kecenderungan Responden Untuk Menyukai sesuatu Terkait FB... 58

Tabel 4.13. Ketertarikan Responden Untuk Mengetahui Perkembangan Facebook... 59

Tabel 4.14. Responden Merasa Senang Dengan Adanya Fasilitas Dari FB... 60

Tabel 4.15. Kekhawatiran Responden Tentang Penyalahgunaan Facebook... 61

Tabel 4.16. Kategori Aspek Afektif Sikap Orang Tua Sidoarjo Terhadap Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan Di Televisi... 63

Tabel 4.17. Sikap Responden Akan Menjadikan Facebook Untuk Berinteraksi... 64

Tabel 4.18. Sikap Responden Lebih Memperhatikan Perkembangan Facebook... 65

Tabel 4.19. Sikap Responden Melarang Anaknya Menggunakan Facebook... 66

vi   


(9)

Facebook Pasca Pemberitaan Di Televisi... 69

Tabel 4.22. Keseluruhan kategori Sikap Orang Tua Sidoarjo Terhadap Penggunaan

Facebook Pasca Pemberitaan Di Televisi... 70

vii   


(10)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Model Teori S-O-R... 29

Gambar 2.2. Model Kerangka Pemikiran Sikap Orang Tua Sidoarjo Terhadap

Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja

Pengguna Facebook Di Televisi... 32

viii   


(11)

ix   

Lampiran 2. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Aspek Kognitif

Lampiran 3. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Aspek Afektif

Lampiran 4. Rekapitulasi Jawaban Responden Berdasarkan Aspek Konatif

Lampiran 5. Keseluruhan Hasil Jawaban Responden Berdasarkan Aspek Kognitif,


(12)

ABSTRAKSI

MIKA PRASETYAWAN, SIKAP ORANG TUA SIDOARJO TERHADAP PENGGUNAAN FACEBOOK PASCA PEMBERITAAN DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Orang Tua Terhadap Penggunaan facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja Pengguna Facebook di Televisi)

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana sikap orang tua di Sidoarjo terhadap penggunaan facebook pasca pemberitaan tentang kenakalan remaja pengguna facebook di televisi. Diharapkan dengan adanya pemberitaan ini, orang tua dapat memberikan respon positif .

Teori yang digunakan yaitu meliputi teori sikap, pengertian berita dan teori S-O-R, stimulus berupa pesan mengenai pemberitaan “Kenakalan remaja pengguna facebook di televisi”, organisme berupa penerimaan pesan dan respon yaitu berupa sikap Orang tua di Sidoarjo.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode survey dengan analisis tipe deskriptif. Untuk mengetahui sikap, digunakan pengukuran yang dinyatakan oleh total skor pernyataan responden mengenai pemberitaan “Kenakalan remaja pengguna facebook” di televisi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan kuesioner dari populasi sidoarjo yang pernah menonton berita “Kenakalan remaja pengguna facebook” di televisi. Dan terpilih 100 orang dan sampel diperoleh melalui purposive sampling dengan metode analisis data menggunakan distribusi frekuensi.

Hasil penelitian menunjukan bahwa sikap, sikap orang tua Sidoarjo Terhadap penggunaan facebook pasca pemberitaan kenakalan remaja pengguna facebook di televisi. Pada aspek kognitif masuk dalam kategori negatif, pada aspek afektif masuk dalam kategori hasil netral, dan pada aspek konatif masuk dalam kategori negatif.

Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa sikap orang tua Sidoarjo Terhadap penggunaan facebook pasca pemberitaan kenakalan remaja pengguna facebook di televisi adalah netral. Yaitu orang tua di Sidoarjo sebagai responden pada dasarnya khawatir terhadap keamanan anak mereka terkait penggunaan situs jejaring sosial facebook, Namun mereka juga tidak ingin terlalu memaksakan diri untuk melarang anak-anak mereka menggunakan situs jejaring sosial facebook tersebut.

Kata kunci : Sikap, Orang tua Sidoarjo, pemberitaan Kenakalan Remaja Penggunaan Facebook, televisi.


(13)

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Perkembangan dunia informasi saat ini tumbuh dengan pesat, dengan banyak menghasilkan inovasi baru yang diciptakan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin beragam khususnya kebutuhan informasi. Seiring dengan berkembangnya jaman, masyarakat dituntut untuk mengetahui berbagai informasi yang beragam. Informasi sudah menjadi kebutuhan manusia yang esensial untuk mencapai tujuan. Melalui informasi, manusia dapat mengetahui peristiwa yang terjadi disekitarnya, memperluas cakrawala pengetahuannya sekaligus memahami kedudukan serta peranannya dalam masyarakat.

Dalam kehidupan sehari-hari manusia tidak bisa lepas dari kegiatan komunikasi. Kegiatan komunikasi tersebut tidak hanya dilakukan secara tatap muka, namun ada juga yang menggunakan alat bantu untuk menyampaikan pesan. Media massa adalah media komunikasi yang mampu menjangkau khalayak, yang jumlahnya relatif banyak, heterogen, anonim dan terpencar-pencar (Effendy, 2003:62).

Pada era reformasi saat ini, hampir semua lapisan masyarakat Indonesia bertempat tinggal yang terbagi di berbagai wilayah (demografis) yang luas. Tidak hanya di kota, tetapi juga di desa terpencilpun telah tersentuh oleh media massa sehingga dapat dikatakan tidak sedikit anggota masyarakat


(14)

2

yang tidak di terpa oleh media massa. Oleh karena itu, dengan adanya media massa, masyarakat dimanapun berada dapat langsung berhubungan dengan masalah faktual kemasyarakatan, baik di dalam negeri dan di luar negeri.

Dan pada umumnya media massa mempunyai dampak utama yang signifikan. Media memberikan begitu banyak informasi mengenai lingkungan terdekat maupun lingkungan yang lebih jauh, media mempengaruhi kebiasaan konsumsi, media memberikan model dan contoh (positif dan negatif) yang mengarah perkembangan dan perilaku. Media menolong kita untuk berinteraksi secara lebih efektif dengan kelompok sosial dan lingkungan.

Media massa juga bagian yang tidak di pisahkan oleh masyarakat, karena media sangat dibutuhkan oleh masyarakat untuk mendapatkan informasi, sedangkan masyarakat massa sendiri adalah bagian dari bahan pemberitaan. Fakta yang akurat dan aktualisasi masyarakat merupakan sebuah perwujudan dari informasi yang seimbang. Oleh karena itu setiap perspektif media dalam mengolah berita dan informasi akan selalu berbeda dalam kemasannya serta yang paling penting penampilannya. Hal ini bisa dikarenakan visi dan misi serta manajemen perusahaan media itu sendiri berdasarkan segmentasinya. Selain memiliki informasi pendidikan dan hiburan, pers juga alat perjuangan bangsa. Dengan adanya pers, masyarakat dapat mengakses informasi sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan. Pers juga berfungsi sebagai alat kontrol dalam membatasi kekuasaan, memperdayakan yang tertindas dari tindakan anarkis (Suroso, 2001:176).


(15)

Pers mempunyai dua arti pengertian, yakni dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti sempit adalah media massa cetak seperti surat kabar, majalah, dan sebagainya. Sedangkan pers dalam arti luas meliputi media massa elektronik antara lain siaran radio dan siaran televisi (Effendy, 2000:90). Pers sering di sebut sebagai pilar keempat demokrasi, pembentukan opini publik yang bisa menyuburkan gagasan beragam untuk membentuk masyarakat yang plural dan bersikap toleran, tetapi ia juga menjadi sarana penyebaran kebencian dan mempertajam perbedaan (Suwontoro, 2001:128).

Untuk itu pers haruslah bisa menjadi alat penekanan kontrol sosial dan pemeliharaan tertib masyarakat yang merupakan salah satu kekuatan media (Nunandar, 2003:38). Secara fisik kehidupan pers di Indonesia menunjukan kemajuan yang luar biasa. Peningkatan jumlah perusahaan pers di Indonesia penerbitan media cetak maupun media elektronika.

Media elektronik seperti televisi ini telah menjadi bagian tak terpisahkan dan merupakan media massa yang digunakan oleh masyarakat perkotaan selain media elektronik. Oleh karena itu maka media massa elektronik sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi kearah masyarakat atau mentransformasikan informasi diantara masyarakat itu sendiri.

Sebuah elektronik televisi tanpa adanya berita yang faktual mungkin akan ditinggalkan oleh masyarakat dan berpaling ke media massa lainnya (Koesworo, Viko 1994:72). Pengaruh dari pemberitaan media massa terhadap khalayak, umumnya dapat menambah pengetahuan dan memberikan


(16)

4

informasi, diharapkan masyarakat atau khalayak mendapatkan acuan atau pedoman dalam mengambil keputusan dan dapat mempengaruhi perubahan perasaan, pandangan, persepsi (Mar’at dalam Effendy 1993:92).

Beragam berita ada di televisi dari ekonomi, politik, sosial, budaya hingga kriminalitas (seperti perampokan, pembunuhan, penculikan, pelecehan, seksual atau pemerkosaan, penganiayaan dan lain sebagainya) baik di dalam maupun luar negeri. Steven M. Chaffe (Rakhmat, 2002:218) mengatakan bahwa dalam melihat efek media massa, dapat dilihat dari jenis perubahan yang terjadi pada diri khalayak komunikasi massa (penerima informasi) seperti perubahan perasaan dan perubahan perilaku. Dengan istilah lain, perubahan kognitif, afektif dan behavioral.

Salah satu syarat berita adalah sebuah berita harus memiliki unsur aktualitas, dimana berita harus mengandung sesuatu yang terbaru dan termassa. Karena khalayak akan lebih menaruh perhatiannya dan tertarik pada berita maupun informasi yang sedang hangat di beritakan oleh media massa. Bagi khalayak, kasus maupun berita yang sedang hangat di beritakan oleh media massa akan menarik untuk diikuti secara kontiyu, sehingga khalayak dapat menentukan perubahan perasaan sesuai dengan ingatan mereka yang masih segar mengenai pemberitaan sebuah kasus atau informasi yang terjadi dan diberitakan oleh media massa.

Awal tahun 2010 ada salah satu kasus yang ramai diberitakan di media massa khususnya televisi yaitu, pada bulan Februari 2010 adanya pemberitaan mengenai “kenakalan para remaja penggunaan situs jejaring sosial facebook”,


(17)

pada era globalisasi saat ini teknologi komunikasi telah berkembang dengan pesat, banyak media dan sarana untuk berkomunikasi yang telah ditemukan. Salah satu wujud penemuan teknologi komunikasi yang paling canggih adalah internet. Melalui internet, manusia dapat berhubungan dengan siapa saja untuk berbagi informasi selama terkoneksi dalam jaringan.

Pada liputan 6, Jakarta: Diva Erin, gadis 12 tahun yang pergi bersama lelaki teman di Facebooknya pada Ahad lalu, akhirnya pulang kembali ke rumahnya pada Rabu (17/2). Mereka kabur setelah berkenalan lewat Facebook. Fenomena kaburnya anak di bawah umur, setelah berkenalan lewat Facebook yang terjadi akhir-akhir ini, patut dijadikan pembelajaran bagi orangtua. Orangtua harus lebih perhatian terhadap anaknya. Bergaul di dunia maya tentu tidak dilarang asal tetap bijak agar kelak tidak jadi mimpi buruk.(IDS/YUS).(http://video.liputan6.com/videodetail/201002/264168/Pergi .Bersama.Teman.di.Facebook.Gadis.Kembal). Kemudian di Samarinda, Kasus penculikan terkait perkenalan melalui situs jejaring sosial kembali terjadi. Seorang siswi sekolah menengah atas di Samarinda, Kalimantan Timur, diculik mahasiswa yang dikenalnya melalui Facebook. Tak hanya itu, ia juga sempat dipaksa berhubungan badan layaknya suami-istri. dan satu lagi korban, Kasus anak hilang juga terjadi di Jambi. Muhammad Rysan Gahputra Perdana nekat meninggalkan rumah setelah berkenalan dengan seorang wanita dewasa bernama Stepanie Wustardjo lewat Facebook. Rysan sudah hilang selama dua pecan.(WIL/ANS).(http://video.liputan6.com/videodetail/201002/264646/Sis wi.SMA.Diculik.dan.Diperkosa.Teman.Facebook)


(18)

6

Dan MetroTV Selasa, 9 Februari 2010 11:32 wib, Jakarta, Febriari alias Ari, tersangka pembawa lari MNT, gadis di bawah umur dari Bumi Serpong Damai (BSD) mengaku sudah tiga kali menggagahi korban. Kini, korban MNT atau Nova sedang menjalani visum et repertum (VER) untuk memperkuat pengakuan tersangka. "Saat ini korban sedang diambil VER di RSCM," kata Kepala Divisi Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli(http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/02 /09/99418/Nova-Dikenal-Periang). Kasus orang hilang setelah berkenalan dengan seseorang melalui situs jejaring pertemanan, Facebook, kembali terjadi. Kali ini Tri Nurhayati, seorang gadis berusia 20 tahun asal Krajan, Desa Pancosari, Kecamatan Srandakan, Bantul. Ia menghilang sejak sepekan silam. Budi Harjo, ayahanda Tri, tak henti-hentinya menangis. Bahkan bapak empat anak ini histeris. Menurut Budi, ia dan keluarga terus mencari keberadaan Tri. Kasus ini pun sudah dilaporkan ke kepolisian. (http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/02/14/9 9723/Lagi-Seorang-Gadis-Diduga-Dilarikan-Teman-Fesbuk).

Tidak hanya di media elektronik saja yang memberitakan kenakalan para remaja penggunaan situs jejaring sosial facebook. Pada media cetak pun juga memberikan informasi pemberitaan tentang kenakalan para remaja pengguna facebook, seperti pada surat kabar Kompas edisi selasa 9 Februari 2010, Tangerang, Kompas - Marieta Nova Triani (14) menghilang dari rumah keluarganya di Bumi Serpong Damai. Siswa salah satu SMP di Surabaya itu diduga dibawa pergi teman lelaki yang dikenalnya melalui Facebook.


(19)

(http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/09/03484386/gadis.remaja.hilang. misterius..). Dan mahasiswi pun bisa terperangkap bujuk rayu teman yang dikenal lewat situs jejaring sosial Facebook, mahasiswi berusia 19 tahun yang berkuliah di Akademi Kebidanan (Akbid) Bakti Asih Purwakarta. Dan edisi Kamis 18 Februari 2010, Gara-gara memaki pelatih drumband di Facebook, seorang bernama Mohammad Wahyu Muharom mahasiswa fakultas hukum di salah satu perguruan tinggi di Jember terancam hukuman 4 tahun di penjara.

Pemberitaan tentang kenakalan para remaja penggunaan situs jejaring sosial Facebook yang intens dimuat di berbagai media massa dapat mempengaruhi perubahan sikap dari khalayak. Terbentuknya sikap dalam diri masing-masing khalayak berbeda-beda, karena tiap orang memiliki referensi dan pengalaman yang berbeda.

Berdasarkan konteks diatas, peneliti menempatkan media elektronik sebagai saluran informasi berita yang mempunyai peranan penting. Media elektronik dalam hal ini adalah televisi, dapat menjadi sebuah instrument untuk mempengaruhi keadaan masyarakat. Sesuatu yang sebenarnya tidak berarti melalui penciptaan berbagai data-data yang disajikan oleh media elektronik, sekalipun data tersebut hanya merupakan rekaan imajiner dari sang penulis berita atau sumber berita. Hal seperti ini sering terjadi di tengah-tengah masyarakat yang masih kuat dihinggapi budaya isu dan intrik, dimana berita di anggap sebagai kenyataan dan kebenaran.

Dan peneliti tertarik untuk melakukan sebuah penelitian yang bertujuan untuk mengetahui bagaimana sikap orang tua terhadap penggunaan


(20)

8

facebook pasca pemberitaan dari media elektronik televisi tersebut tentang kenakalan para remaja penggunaan facebook di Sidoarjo. Pemberitaan di media elektronik tersebut memiliki beberapa tujuan yaitu untuk memberikan informasi kepada masyarakat tentang kejahatan ataupun tindakan kriminalitas yang marak terjadi di sekitar kita.

Berkaitan dengan sikap, sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap yang dimaksud adalah bagaimana sikap orang tua setelah menonton pemberitaan di media elektronik televisi (Metro TV, TvOne, Liputan6 SCTV, dll), alasan peneliti menggunakan media televisi karena mempunyai daya tarik yang disebabkan adanya unsur kata-kata, musik, sound effect dan memiliki unsur visual berupa gambar. (Effendy, 2000:177)

Responden dalam penelitian ini adalah para orang tua Sidoarjo. Karena salah satu korban yang banyak disiarkan di media massa adalah dari sidoarjo. Serta para orang tua juga memiliki kebutuhan informasi sebagai penambah wawasan pengetahuan untuk mendidik anaknya, kebutuhan tersebut diperoleh dengan menggunakan media massa.

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Bagaimana sikap orang


(21)

tua di Sidoarjo terhadap penggunaan facebook pasca pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook di televisi”.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Bagaimana sikap orang tua terhadap penggunaan facebook khususnya orang tua yang memiliki anak pengguna facebook itu sendiri.

1.4. Kegunaan Penelitian

Peneliti ini diharapkan memiliki beberapa kegunaan diantaranya : 1. Kegunaan Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan untuk menambah referensi kepustakaan bagi Universitas Pembangunan Nasional terutama mengenai penelitian yang berkaitan dengan komunikasi massa khususnya pengaruh media massa terhadap khalayak.

2. Kegunaan Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca untuk lebih membuka wawasan tentang berbagai tayangan pemberitaan bertema penculikan, pelecehan dan kriminalitas lainnya yang ada di televisi.


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teori 2.1.1. Komunikasi Massa

Informasi pada jaman modern sekarang ini mudah di dapatkan melalui penggunaan media massa melakukan komunikasi dengan khalayaknya dengan cara memberikan informasi yang serentak, ini di kenal dengan komunikasi massa. Komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa modern, yang meliputi surat kabar yang mempunyai sikulasi yang luas, siaran radio dan televisi yang ditujukan kepada umum, dan film yang dipertunjukan di gedung bioskop (Effendy, 2003:79). Komunikasi massa menyebarkan informasi, gagasan dan sikap kepada komunikan yang beragam dalam jumlah yang banyak dengan menggunakan media.

Ahli komunikasi yang lain mendefinisikan komunikasi massa dengan memperinci karakteristiknya. Gebner menyebutkan bahwa komunikasi massa adalah produksi dan distribusi dan yang berlandaskan teknologi dan lembaga dari arus pesan yang kontinu serta paling luas dimiliki orang dalam masyarakat industri. Walaupun definisi dari komunikasi beragam, dapat disimpulkan menjadi satu arti yaitu penyebaran pesan dengan menggunakan media yang ditujukan kepada massa yang abstrak yakni sejumlah orang yang tidak tampak oleh penyampaian pesan (Effendy, 2003:50). Dalam komunikasi massa juga terdapat karakteristik komunikasi massa, yaitu:


(23)

a. Komunikasi massa bersifat umum, dimana pesan komunikasi yang disampaikan melalui media massa adalah terbuka untuk semua orang. b. Komunikan bersifat heterogen, dimana komunikannya adalah sejumlah

orang yang disatukan oleh suatu minat yang sama yang mempunyai bentuk tingkah laku yang sama dan terbuka bagi pengaktifan tujuan yang sama, walaupun demikian orang-orang yang tersangkut tadi tidak saling mengenal, berinteraksi secara terbatas dan tidak terorganisir.

c. Media massa menimbulkan kesepakatan, yang dimaksudkan adalah keserempakan kontak dengan sejumlah besar penduduk dalam jarak yang jauh dari komunikatornya, dan penduduk tersebut satu sama lain dalam keadaan terpisah.

d. Hubungan komunikator dengan komunikan bersifat nonpribadi, yaitu komunikan yang anonim dicapai oleh orang-orang yang dikenal hanya dalam perannya yang bersifat umum sebagai komunikatornya. (Effendy, 2003:81-83)

2.1.2. Televisi Sebagai Media Komunikasi Massa

Televisi terdiri dari istilah tele yang berarti jauh dan visi yang berarti penglihatan. Jadi televisi adalah perpaduan antara unsur radio (broadcast) dan unsur-unsur film (moving picture). Televisi mempunyai daya tarik yang disebabkan adanya unsur kata-kata, music, sound effect dan memiliki unsur visual berupa gambar. (Effendy, 2000:177)


(24)

12 

 

Menurut Sastro (1992:23) menyatakan bahwa dari beberapa media massa yang ada, televisi merupakan media massa elektronik yang paling akhir kehadirannya. Meskipun demikian televisi dinilai sebagai media massa yang paling efektif saat ini dan banyak menarik simpatik kalangan masyarakat luas karena perkembangan teknologinya begitu cepat. Hal ini disebabkan oleh sifat audio visualnya yang tidak lain penanyangannya mempunyai jangkauan yang relatif tidak terbatas dengan model audio visual yang memiliki siaran televisi sangat komunikatif dalam memberikan pesannya karena itulah televisi sangat bermanfaat sebagai upaya pembentukan sikap, perilaku, dan sekaligus perubahan pola berpikir, pengaruh televisi lebih kuat dibandingkan dengan radio dan surat kabar. Hal ini terjadi karena kekuatan audio visual televisi yang menyentuh segi-segi kejiwaan.

Sedangkan Kuswandi (1996:21-23) berpendapat bahwa munculnya media televisi dalam kehidupan manusia, memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi setiap media massa jelas melarikan satu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukan bahwa media tersebut menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Daya tarik media televisi sedemikian besar sehingga pola dan kehidupan manusia sebelum muncul televisi, berubah total sama sekali. Pada intinya media televisi telah menjadi cerminan budaya tontonan bagi pemirsa dalam era informasi dan komunikasi yangh semakin berkembang pesat. Kehadiran televisi menembus ruang dan jarak geografis pemirsa.


(25)

Televisi sebagai media yang dapat dilihat (visible) dan dapat didengar (audible) yang membedakan dengan media elektronik lain seperti radio, televisi mempunyai sifat-sifat langsung, simultan, intim, dan nyata (Mulyana, 1997:169). Keunggulan inilah yang menyebabkan televisi mempunyai kapasitas lebih sebagai media komunikasi massa yang berfungsi untuk memberikan hiburan, pendidikan, dan informasi kepada masyarakat.

Adapun sifat-sifat yang dimiliki televisi sabagai berikut :

1. Langsung

Televisi bersifat langsung, sehingga suatu pesan yang akan disampaikan kepada penonton tidak mengalami proses yang berbelit-belit seperti halnya dengan menggunakan bahan tercetak. Suatu berita dapat disampaikan kepada publik dengan cepat, bahkan pada saat peristiwa tersebut sedang berlangsung.

2. Tidak mengenal jarak

Televisi tidak mengenal jarak dan rintangan. Peristiwa disuatu kota dinegara yang satu dapat ditonton dengan baik dinegara lain, tanpa mengenal rintangan berupa laut, gunung ataupun jurang.

3. Memiliki daya tarik yang kuat

Televisi mempunyai daya tarik yang kuat disebabkan unsur-unsur kata, musik, sound serta unsure visual berupa gambar.

Televisi merupakan bagian dari media massa yang memiliki fungsi-fungsi tertentu seperti diatas. Peranan media massa dalam kehidupan manusia menurut Liliweri (1991:42) dapat dirumuskan sebagai berikut :


(26)

14 

 

1. Media massa memberikan informasi dan membantu kita untuk mengetahui secara jelas tentang dunia sekelilingnya dan kemudian menyimpannya dalam ingatan kita.

2. Media massa membantu kita untuk menyusun agenda, menyusun jadwal sehari-hari.

3. Media massa membantu dan berhubungan dengan berbagai kelompok masyarakat lain di luar masyarakat kita.

4. Media massa membantu mensosialkan pribadi manusia.

5. Media massa digunakan untuk membujuk khalayak yang mencari keuntungan dari pesan-pesan yang diterimanya.

6. Media massa juga dikenal sebagai media hiburan, sebagaian media melakukan fungsi sebagai media yang memberikan hiburan bagi khalayak.

Munculnya media televisi dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu pendapat khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa jelas melahirkan suatu efek sosial yang bermuatan perubahan nilai-nilai sosial dan budaya manusia. Kemampuan televisi dalam menarik perhatian massa menunjukkan bahwa media tersebut telah menguasai jarak secara geografis dan sosiologis. Pemirsa dapat menikmati gambar dan suara yang nyata atas suatu kejadian dibelahan bumi ini. Media televisi mempunyai kekuatan untuk menguasai jarak dan ruang karena teknologi televisi telah menggunakan elektromagnetik, kabel dan fiber yang dipancarkan (transmisi) melalui satelit, sehingga sasaran yang dicapai untuk menjangkau massa cukup besar. (Kuswandi, 1996:21)


(27)

Televisi juga berperan sebagai kontrol sosial, karena idealisme yang melekat pada pers dijabarkan dalam pelaksanaan fungsinya, selain menyiarkan informasi yang objektif dan edukatif, menghibur, melakukan kontrol sosial yang konstruktif dengan menyalurkan segala aspirasi masyarakat, serta mempengaruhi masyarakat dengan melakukan komunikasi dan peran positif dari masyarakat itu sendiri (Effendy, 1994:149).

Menurut (Rakhmadi, 1990:70), Pers dapat juga berperan sebagai agen perubahan sosial yang mempunyai beberapa tugas sebagai berikut:

a. Pers dapat memperluas cakrawala pandangan.

b. Pers dapat memusatkan khalayak dengan pesan-pesan yang ditulisnya. c. Pers mampu menumbuhkan aspirasi.

d. Pers mampu menciptakan suasana membangun.

Selain mempunyai peran, pers juga mempunyai fungsi. Menurut (Sumadinia, 2005:32-35) dalam Jurnalistik Indonesia menunjukan 5 fungsi dari pers yaitu:

1. Fungsi informasi, sebagai sarana untuk menyampaikan informasi secepatnya kepada masyarakat yang seluas-luasnya yang aktual, akurat, faktual, dan bermanfaat.

2. Fungsi edukasi, maksudnya disini informasi yang disebar luaskan pers hendaknya dalam kerangka mendidik. Dalam istilah sekarang pers harus mau dan mampu memerankan dirinya sebagai guru.


(28)

16 

 

3. Fungsi hiburan, pers harus mampu memerankan dirinya sebagai wahana hiburan yang menyenangkan sekaligus menyehatkan bagi semua lapisan masyarakat.

4. Fungsi kontrol sosial atau koreksi, pers mengemban fungsi sebagai pengawas pemerintah dan masyarakat. Pers akan senantiasa menyalahkan ketika melihat penyimpangan dan ketidak adilan.

5. Fungsi mediasi, dengan fungsi mediasi pers mampu menjadi fasilitator atau mediator menhubungkan tempat yang satu dengan yang lain, peristiwa satu dengan peristiwa yang lain, atau orang yang satu dengan orang yang lain.

Kontrol sosial menurut J.S Roucek dalam pengendalian sosial (1987:2) adalah sekelompok proses yang direncanakan atau tidak, yang mana individu diajarkan atau dipaksa untuk menerima cara-cara dan nilai kehidupan kelompok.

2.1.3. Orang Tua Sebagai Khalayak Aktif

Televisi sebagai alat komunikasi memiliki ciri khas yakni berkemampuan untuk memikat khalayak secara serempak (simultaneous) dan serentak (instantaneous) (Effendy, 1993:313). Maka dalam hal ini khalayak media massa merupakan komponen yang paling banyak meminta perhatian, karena jumlahnya yang banyak serta sifatnya yang heterogen dan anonim, sedangkan mereka (penonton) harus dapat menerima setiap pesan secara indrawi dan secara rohani. Yang dimaksudkan indrawi disini ialah diterimanya


(29)

suatu pesan yang jelas bagi indera mata, sedangkan yang dimaksud dengan rohani ialah sebagai terjemahan dari bahasa asing “accepted”, yaitu diterimanya suatu pesan yang sesuai dengan kerangka referensinya (frame of refence), paduan dari usia, agama, pendidikan, kebudayaan dan nilai-nilai kehidupan lainnya, kerangka refensi tertentu menimbulkan kepentingan dan minat (interest) tertentu (Effendy, 1993:315).

Konsep masyarakat setelah menonton / melihat informasi-informasi atau berita di media massa jelas menentukan seberapa jauh media massa tersebut dalam hal ini adalah media elektronik (Televisi) itu mempunyai dampak yang menyentuh aspek kepribadian pemirsa secara emosional, intelektual maupun sosial. Setiap proses komunikasi selalu ditujukan kepada pihak tertentu sebagai penerima pesan yang disampaikan komunikator.

Masyarakat disini adalah mereka yang menjadi pemirsa dari media massa elektronik (televisi) dimana pemirsa tersebut bersifat luas, heterogen, dan anonim dalam sosiologi komunikasi massa.

Orang tua di kota Sidoarjo, orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari.


(30)

18 

 

2.1.4. Berita

Berita dalam bahasa inggris adalah News yang kalau diberi kepanjangan bisa berarti “Nourth (utara), East (timur), West (barat), South (selatan)”. Mungkin bisa diasumsikan bahwa berita itu bisa diperoleh dan disebarkan atau dikabarkan kesegala penjuru mata angin (Koesworo, 1994:74)

Terdapat banyak rumusan atau definisi mengenai berita, namun yang pertama dan paling sederhana diingat adalah bahwa berita itu adalah sesuatu yang luar kebiasaan. Atau berita itu harus sesuatu yang tidak seperti biasanya. Kondisi seperti ini sejalan dengan keinginan atau hasrat manusia untuk tertarik pada sesuatu yang tidak biasa. Bukan pada hal-hal yang rutin. Sementara isi dari berita itu bervariasi, baik mengenai ekonomi, politik, sosial budaya, olah raga, kriminalitas dan lain sebagainya (Koesworo, 1994:75)

Dari sekian banyak definisi berita yang dapat di baca dalam berbagai buku atau berkala, dapat di ketengahkan definisi berita adalah yang dapat dinilai sebagai “paling penting”. Definisi tersebut dikemukakan oleh Prof. Mitchell V. Chamly dalam bukunya Reporting, yang berbunyi sebagai berikut:

“News is the timely report of facts or opinion of either interest or importance, or both, to a condisiderable nimber of people. (berita adalah laporan tercepat mengenai fakta atau opini yang mengandung hal yang menarik minat atau penting, atau keduanya, bagi sejumlah besar penduduk) (Effendy, 1993:66-67)”.

Sehubungan dengan itu, seorang penulis jurnalistik kenamaan bernama Frank Luther Mott dalam bukunya, News Survey of Journalism, menyatakan bahwa paling sedikit ada delapan (8) konsep berita sebagai berikut:


(31)

a. Berita sebagai laporan tercepat

Konsep ini menitik beratkan pada segi Newsness (baru terjadinya) sebagai faktor yang terpenting dari sebuah berita. Akan tetapi dengan adanya radio dan televisi yang juga menyiarkan berita, faktor timeliness ini menjadi relatif.

b. Berita sebagai rekaman

Berita yang tercetak dalam surat kabar merupakan bahan dokumentasi. c. Berita sebagai fakta obyektif

Sebuah berita harus aktual dan obyektif. Tetapi nilai obyektif untuk suatu fakta merupakan hal yang membingungkan karena tidaklah mungkin ada obyektivitas yang mutlak. Bagi para wartawan, berita obyektif ialah laporan mengenai suatu fakta yang diamatnya tanpa pandangan berat sebelah (bias). Ini berarti laporan yang jujur.

d. Berita sebagai Interpretasi

Dalam suatu situasi yang kompleks yang menyangkut bidang politik, ekonomi, dan ilmu pengetahuan, suatu fakta perlu dijelaskan agar pembaca mengerti. Mengenai sebab-sebabnya, latar belakangnya, akibatnya, situasinya, dan hubungannya dengan hal-hal lain untuk menggali dan menyajikannya diperlulan kepandaian dan kejujuran. Tetapi bahayanya dalam interpretive reporting seperti itu ialah timbulnya faktor prasangka terhadap suatu soal atau seseorang.

e. Berita unsur subyektif, yakni bahwa sesuatu yang mengejutkan dan menggetarkan dan mengharukan bagi pembaca yang satu akan berlainan


(32)

20 

 

dengan yang lain. Biasanya dari pemberitaan yang serius mengenai kejadian-kejadian penting seperti bencana atau perang dan yang lain lebih ringan seperti skandal.

f. Berita sebagai minat insani

Disini menariknya berita bukan karena pentingnya peristiwa yang dilaporkan, tetapi karena sifatnya menyentuh perasaan insani, menimbulkan perasaan iba, terharu, gembira, prihatin, dan sebagainya. g. Berita sebagai ramalan

Wartawan cenderung untuk menaruh perhatian kepada masa depan dari pada masa kini dan masa lalu. Sebabnya ialah karena minat pembaca terutama terletak pada masa depan. Pada umumnya kita harapkan dari berita, di samping yang merupakan informasi mengenai kejadian ini, juga ramalan yang masuk akal (intelligent forecast) mengenai masa depan. h. Berita sebagai gambar

Gambar-gambar yang disajikan dalam halaman surat kabar jumlahnya semakin banyak. Ilustrasi halaman surat kabar, selain sifatnya semata-mata hiburan seperti comicstrips, juga mengandung nilai berita. Banyak kejadian yang dilaporkan dalam bentuk gambar yang sering kali lebih efektif dari pada kalau diterangkan dengan kata-kata (Effendy, 1993:68-69).


(33)

2.1.5. Pengertian “Facebook”

Facebook adalah situs jejaring sosial yang dapat menggabungkan jaringan yang diorganisir oleh tempat kerja, kota, sekolah, dan daerah, serta saling berinteraksi dan berhubungan dengan orang lain yang merujuk kepada suatu komunitas.

Facebook ini sebenarnya dibuat sebagai jaringan pertemanan terbatas pada kalangan kampus pembuatnya, yakni Mark Zuckerberg. Mahasiswa Harvard University tersebut kala itu mencoba membuat satu program yang bisa menghubungkan teman-teman satu kampusnya. Karena itulah, nama situs yang digagas oleh Mark adalah Facebook. Pada akhir sekitar tahun 2004, Mark yang memang hobi mengotak-atik program pembuatan website berhasil menulis kode orisinil Facebook dari kamar asramanya. Mark pun mengolah Facebook dengan berbagai fitur tambahan. Dan sepertinya kelebihan fitur inilah yang membuat Facebook makin digemari. ada 9.373 aplikasi yang terbagi dalam 22 kategori yang bisa dipakai untuk menyemarakkan halaman Facebook, mulai chat, game, pesan instan, sampai urusan politik dan berbagai hal lainnya. hal ini yang membuat orang makin nyaman dengan Facebook untuk mencari teman. Sejak kemunculan Facebook tahun 2004 silam, anggota terus berkembang pesat. Situs itu tercatat sudah di kunjungi 60 juta orang. Dengan berbagai keunggulan dan jumlah peminat yang luar biasa, Facebook menjadi barang dagangan yang sangat laku.


(34)

22 

 

2.1.6. Pengertian Kenakalan Remaja

Dalam kehidupan para remaja sering kali diselingi hal hal yang negatif dalam rangka penyesuaian dengan lingkungan sekitar baik lingkungan dengan teman temannya di sekolah maupun lingkungan pada saat dia di rumah. Hal-hal tersebut dapat berbentuk positif hingga negatif yang sering kita sebut dengan kenakalan remaja. Kenakalan remaja itu sendiri merupakan perbuatan pelanggaran norma-norma baik norma hukum maupun norma sosial. Sedangkan Pengertian kenakalan remaja adalah :

1. Semua perbuatan yang dari orang dewasa merupakan suatu kejahatan bagi anak-anak merupakan kenakalan jadi semua yang dilarang oleh hukum pidana, seperti mencuri, menganiaya dan sebagainya.

2. Semua perbuatan penyelewengan dari norma kelompok tertentu untuk menimbulkan keonaran dalam masyarakat.

3. Semua perbuatan yang menunjukkan kebutuhan perlindungan bagi sosial.

Adapun gejala-gejala yang dapat memperlihatkan hal-hal yang mengarah kepada kenakalan remaja :

1. Anak-anak yang tidak disukai oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menyendiri. Anak yang demikian akan dapat menyebabkan kegoncangan emosi.

2. Anak-anak yang sering menghindarkan diri dari tanggung jawab di rumah atau di sekolah. Menghindarkan diri dari tanggung jawab biasanya karena


(35)

anak tidak menyukai pekerjaan yang ditugaskan pada mereka sehingga mereka menjauhkan diri dari padanya dan mencari kesibukan-kesibukan lain yang tidak terbimbing.

3. Anak-anak yang sering mengeluh dalam arti bahwa mereka mengalami masalah yang oleh dia sendiri tidak sanggup mencari permasalahannya. Anak seperti ini sering terbawa kepada kegoncangan emosi.

4. Anak-anak yang mengalami phobia dan gelisah dalam melewati batas yang berbeda dengan ketakutan anal-anak normal.

5. Anak-anak yang suka berbohong.

6. Anak-anak yang suka menyakiti atau mengganggu teman-temannya di sekolah atau di rumah.

7. Anak-anak yang menyangka bahwa semua guru mereka bersikap tidak baik terhadap mereka dan sengaja menghambat mereka.

8. Anak-anak yang tidak sanggup memusatkan perhatian.

Dengan sedikit pengertian kenalan remaja diatas membuat kita akan lebih mengerti akan sikap dan perilaku remaja kita apakah baik baik saja ataukah sudah mengarah pada suatu kenakalan remaja. (http://psikonseling.com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html)


(36)

24 

 

2.1.7. Sikap Orang Tua terhadap penggunaan facebook

Dalam penelitian ini, sikap pemirsa berita di televisi yang dimaksud adalah sikap dari dari para orang tua yang ada di Sidoarjo pasca pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook yang ada di media massa khususnya televisi.

Pengertian sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung di pertahankan atau jarang mengalami perubahan (Rakhmat, 2002:39)

Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskannya untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluatif dalam diri individu yang memberikan kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk positif atau negatif, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap (Rakhmat, 2001:40)

Sikap dibentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terpaan yaitu


(37)

bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi, dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang (Rakhmat, 2001:42)

Pada hakekatnya sikap adalah interaksi dari komponen-komponen. Sikap akan timbul jika ada stimulus yang diterima oleh organisme yang kemudian membentuk tiga komponen yang mempengaruhi objek sikap itu, antara lain :

1. Komponen Kognitif

Yaitu efek yang tersusun dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang atau tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau sistem nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya.

(Djalaludin Rakmat, 2003:119).

Dilihat dari dampak yang akan timbul, dalam hal ini sikap adalah suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut akan menyebabkan dampak yang berbeda-beda pula. Jika dihubungkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana suatu pesan (isi atau


(38)

26 

 

content) yang disampaikan oleh komunikator sebagi sumber pesan dan komunikan sebagai penerima pesan.

Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon atau tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu (a) sikap positif, jika seseorang menyatakan setuju, (b) sikap negatif, jika seseorang menyatakan tidak setuju, (c) sikap netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek. (Effendy, 1993:6-7)

Dalam penelitian ini sikap yang di maksud :

a. Respon positif, menyatakan tidak melarang anaknya untuk menggunakan situs jejaring sosial facebook.

b. Respon negatif, menyatakan melarang anaknya untuk menggunakan situs jejaring sosial facebook.

c. Respon netral, menyatakan tidak melarang anaknya untuk menggunakan situs jejaring sosial facebook, namun juga khawatir akan dampak buruk akibat penggunaan situs jejaring sosial facebook.

Sebagai contoh dari ketiga komponen di atas (komponen kognitif, afektif, behavioral) yaitu, pada saat khalayak atau masyarakat melihat berita kenakalan remaja penggunaan facebook dengan gambar atau foto dari korban baik di televisi maupun di media cetak, dan menarik perhatian banyak orang. Berita tersebut dapat menimbulkan berbagai jenis efek. Jika seorang pembaca hanya tertarik untuk melihat saja dan kemudian menjadi tahu, maka dampaknya hanya berkadar kognitif saja. Apabila ia merasa iba atas penderitaan korban penculikan dan pelecehan, berita tersebut menimbulkan


(39)

dampak afektif. Tetapi, kalau si pembaca ikut merasakan sama dengan apa yang dirasakan dan dialami kepada korban pelecehan, kemudian ia berubah pikiran atau lebih protektif dalam membatasi pergaulan si anak, maka berita tersebut menimbulkan dampak behavioral.

Berdasarkan uraian diatas maka dapat di jelaskan bahwa akan terjadi perubahan sikap komunikan setelah mereka diterpa pesan (berita-berita) yang disampaikan oleh komunikator, sehingga dasar landasan teori yang dipakai bukan pada pengaruh (efek atau dampak) komunikan, tetapi pada bentuk sikap komunikan setelah diterpa berita-berita di media massa khususnya televisi. Dasar landasan teori tentang efek komunikasi untuk memperjelas terjadinya perubahan sikap komunikan. Jadi, jika komunikasi yang dilakukan antara komunikator dan komunikan mempunyai efek, maka terjadi perubahan sikap komunikan, sebaliknya jika komunikasi yang dilakukan “gagal” maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dengan demikian, dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui dari efek komunikasi.

Orang tua merupakan orang yang lebih tua atau orang yang dituakan. Namun umumnya di masyarakat pengertian orang tua itu adalah orang yang telah melahirkan kita yaitu Ibu dan Bapak. Ibu dan bapak selain telah melahirkan kita ke dunia ini, ibu dan bapak juga yang mengasuh dan yang telah membimbing anaknya dengan cara memberikan contoh yang baik dalam menjalani kehidupan sehari-hari, selain itu orang tua juga telah memperkenalkan anaknya kedalam hal-hal yang terdapat di dunia ini dan


(40)

28 

 

menjawab secara jelas tentang sesuatu yang tidak dimengerti oleh anak. Maka pengetahuan yang pertama diterima oleh anak adalah dari orang tuanya. Karena orang tua adalah pusat kehidupan rohani si anak dan sebagai penyebab berkenalnya dengan alam luar. Jadi, orangtua atau ibu dan bapak memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anak.

Sesungguhnya sejak lahir anak dalam keadaan suci dan telah membawa fitrah beragama, maka orang tuanyalah yang merupakan sumber untuk mengembang fitrah beragama bagi kehidupan anak dimasa depan. Sebab cara pergaulan, aqidah dan tabiat adalah warisan orang tua yang kuat untuk menentukan subur tidaknya arah pendidikan terhadap anak.

(http://makalahdanskripsi.com/2009/01/peran-orangtua-dalam-upaya-pencegahan.html).

2.1.8. S-O-R Theory

Pada penelitian ini, yang dipelajari adalah melihat bagaimana pasca pemberitaan di media elektronik televisi tentang kenakalan remaja penggunaan situs jejaring sosial facebook yang berujung melakukan tindak kriminal (seperti: pelecehan, penculikan dll) di media massa terhadap sikap orang tua. Oleh karena itu, teori yang menunjang dalam penelitian ini adalah teori stimulus-organism-respons (S-O-R). Menurut teori S-O-R, respons merupakan reaksi tertentu terhadap stimulus (rangsangan) tertentu. Sehingga seseorang dapat menduga adanya hubungan erat antara isi pernyataan (pesan) yang ditimbulkan dan reaksi dari audience atau masyarakat.


(41)

Menurut stimulus respon ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Jadi unsur-unsur dalam model ini adalah pesan (stimulus), komunikan (organism), efek (respons). Effendy (1993:254)

Teori S – O – R digambarkan sebagai berikut :

 

Stimulus 

Organisme: 

‐Perhatian 

‐Pengertian 

‐Penerimaan

Respons : 

‐ Positif 

‐ Negatif 

‐Netral 

Gambar 2.1. Teori S – O – R (Effendy, 1993:255)

Berkaitan dengan penelitian ini, sesuai dengan gambar di atas, diharapkan stimulus berupa isi tentang kenakalan remaja penggunaan facebook (pelecehan dan penculikan, dll) yang ada di media massa dan menerpa para orang tua, serta mampu menarik perhatian orang tua. Pada tahap berikutnya, orang tua mengerti, memahami, dan kemudian menerima pesan berita tersebut. Penerimaan oleh orang tua ini akan menimbulkan perubahan sikap pada orang tua di dalam memahami isi pesan yang terkandung pada pasca pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook dan berujung melakukan tindak kriminalitas seperti: pelecehan, penulikan dll.


(42)

30 

 

2.2. Kerangka Berfikir

Dalam penelitian ini, yang akan diteliti adalah sikap para orang tua di Sidoarjo pasca pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan situs jejaring sosial facebook yang ada di media massa khususnya televisi. Adapun kerangka berfikirnya adalah sebagai berikut :

Televisi merupakan salah satu media elektronik yang dapat menyajikan informasi yang bervariasi, sehingga berperan dalam menyajikan informasi aktual kepada masyarakat luas. Oleh karena itu informasi yang disajikan bersifat objektif dan mencerminkan masyarakat.

Berita-berita yang bertujuan menginformasikan kepada khalayak atau masyarakat luas tentang kejadian-kejadian yang sedang terjadi. Jadi dengan demikian masyarakat atau khalayak yang awal mulanya tidak tahu menjadi tahu. Dengan banyaknya pemberitaan tentang kenakalan para remaja penggunaan situs jejaring sosial facebook (seperti: pelecehan, penculikan, dll) pada televisi, “Gara-gara memaki pelatih drumband di Facebook, seorang bernama Mohammad Wahyu Muharom mahasiswa fakultas hukum di salah satu perguruan tinggi di Jember terancam hukuman 4 tahun di penjara. Komunikator melalui media elektronik televisi mengharapkan pesan yang di sampaikan mendapat respon dari komunikan (masyarakat, para orang tua yang menonton pemberitaan tentang kenakalan para remaja penggunaan facebook seperti: pelecehan, penculikan dll tersebut di surat kabar).


(43)

Teori S-O-R (Stimulus, Organism, Respons). Stimulus sendiri berarti pesan diantara dua unsur komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organisme berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memberikan tanda, lambang, maupun gambar, kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang di sampaikan. Selanjutnya respons diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi yang menimbulkan perubahan kognitif, afektif, dan konatif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu (Rahmat, 2005:35).

Menurut teori ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Selain itu teori menjelaskan tentang pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari ilmu komunikasi.


(44)

32 

 

Untuk memperjelas batasan-batasan konsep pemikiran yang digunakan pada penelitian ini, maka digambarkan suatu bagan kerangka berfikir sebagai berikut:

Organism: Orang tua Sidoarjo terhadap penggunaan facebook

Stimulus: Pasca pemberitaan kenakalan remaja penggunaan facebook di televisi

Respons: Sikap orang tua Sidoarjo terhadap penggunaan facebook pasca pemberitaan tentang kenakalan para remaja penggunaan facebook di televisi. a. Positif

b. Negatif c. Netral

Gambar 2.2. Bagan kerangka berfikir penelitian tentang sikap orang tua Sidoarjo terhadap penggunaan facebook pasca pemberitaan tentang kenakalan para remaja pengguna facebook di televisi.


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional

Pengertian variabel adalah sebuah konsep dalam bentuk kongkret atau konsep operasional yang acuannya lebih nyata dan secara relatif akan lebih mudah diidentifikasikan dan diobservasi serta dengan mudah untuk diklarifikasikan (Bungin, 2001:77).

Definisi operasional variabel dilakukan dengan melakukan operasionalisasi konsep yaitu dengan mengubah konsep variabel maka konsep tersebut akan lebih mudah untuk diteliti secara empiris. Dalam konteks definisi operasional variabel akan menjelaskan variabel-variabel yang akan diamati dan menjadi obyek penelitian. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif yang bertujuan untuk menggambarkan, meringkaskan kondisi, berbagai situasi atau berbagai variabel yang timbul pada orang tua yang menjadi obyek penelitian itu, kemudian menarik kepermukaan sebagai suatu ciri atau gambaran tentang kondisi, situasi ataupun variabel tertentu (Bungin, 2001:48).

Penelitian ini dikonsentrasikan untuk mengetahui bagaimana sikap orang tua di Sidoarjo terhadap penggunaan facebook pasca pemberitaan di televisi. Untuk dapat lebih mudah pengukurannya, maka dapat dioperasionalkan sebagai berikut :


(46)

34 

 

3.1.1. Sikap Orang Tua Di Sidoarjo Terhadap Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan Di Televisi.

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu objek atau sebuah kumpulan objek. Sikap relatif menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap kelompok cenderung di pertahankan atau jarang mengalami perubahan (Rakhmat, 2002:39).

Sikap orang tua di Sidoarjo setelah menonton tayangan pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook merupakan bentuk kecenderungan berfikir, merasa, dan bertindak menghadapi objek, situasi berupa pemberitaan tersebut di media elektronik televisi (Liputan6 SCTV, Trans TV, TvOne dll).

Sikap orang tua di Sidoarjo dapat dibedakan dalam 3 hal yaitu:

1. Komponen kognitif yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang mengenai objek sikap dalam hal ini sikap orang tua di Surabaya terhadap remaja penggunaan facebook pasca pemberitaan di televisi, yaitu:

a. Mengetahui cara penggunaan atau mengoperasionalkan facebook. b. Mengetahui manfaat dari penggunaan facebook.

c. Mengetahui fasilitas yang ada dalam facebook.

d. Mengetahui prasyarat yang digunakan untuk membuat facebook.

 


(47)

2. Komponen afektif yaitu berhubungan dengan perasaan seperti khawatir, ketakutan, dan kecemasan seseorang mengenai objek sikap dalam hal ini adalah sikap para orang tua Surabaya terhadap remaja pengguna facebook pada pemberitaan media elektronik, yaitu:

a. Merasa cenderung menyukai sesuatu yang terkait dengan facebook. b. Merasa tertarik untuk mengetahui perkembangan teknologi internet

seperti situs jejaring sosial facebook.

c. Merasa tertarik untuk mengikuti fasilitas-fasilitas facebook.

d. Merasa khawatir tentang penyalahgunaan facebook pasca pemberitaan di televisi.

3. Komponen konatif yaitu kecenderungan perubahan perilaku setelah orang tua menonton pemberitaan kenakalan remaja pengguna facebook. a. Menjadikan facebook sebagai interaksi dengan orang lain.

b. Anda lebih memperhatikan perkembangan facebook.

c. Dengan pemberitaan, anda melarang anak anda untuk menggunakan facebook.

d. Anda jadi lebih mengikuti perkembangan teknologi internet terkait situs jejaring sosial Facebook yang lain seperti, Twitter, Friendster, YM.

Untuk mengetahui sikap orang tua Sidoarjo terhadap remaja penggunaan facebook pasca pemberitaan media massa diukur dengan alternatif jawaban pilihan yang dinyatakan dalam pernyataan untuk mengukur komponen kognitif, afektif, dan konatif dinyatakan dalam jumlah skor, yaitu:

 


(48)

36 

 

Sangat Setuju (SS) = Skor 4

Setuju (S) = Skor 3

Tidak Setuju (TS) = Skor 2 Sangat Tidak Setuju (STS) = Skor 1

Pilihan jawaban hanya di golongkan menjadi 4 kategori jawaban dengan meniadakan jawaban “ragu-ragu” (Undecided), alasannya menurut Hadi (1986:20) adalah sebagai berikut:

1. Kategori undecided memiliki arti ganda, bias diartikan belum bisa memberikan jawaban netral dan ragu-ragu. Kategori jawaban ang memiliki arti ganda instrument.

2. Tersedianya jawaban di tengah, menimbulkan multi interpretable. Hal ini tidak diharapkan dalam kecenderungan menjawab ke tengah (Central Tendency), terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

3. Disediakan jawaban di tengah akan menghilangkan banyaknya data penelitian, sehingga mengurangi banyaknya informasi yang dapat dijaring responden.

Maka selanjutnya jawaban responden terkait dengan sikap responden, jenjang yang di inginkan adalah 3, dengan pengukuran lebar interval sebagai berikut:

Interval = Nilai tertinggi – Nilai terendah Jenjang yang diinginkan

 


(49)

Keterangan:

Interval : Batasan dari tiap tingkatan.

Nilai tertinggi : Perkalian antara skor jawaban tertinggi dengan jumlah nilai item pertanyaan.

Nilai terendah : Perkalian antara skor jawaban terendah dengan jumlah nilai item pertanyaan.

Jenjang : 3 (tiga)

Jadi perhitungan dan pengkategoriannya sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 1 x 4 = 4

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 4 x 4 = 16

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut:

 

Jenjang yang diinginkan Range = = Skor tertinggi - Skor terendah

= 16 - 4 3 

= 4

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif, Afektif, Konatif Negatif = 4 - 7 2. Aspek Kognitif, Afektif, Konatif Netral = 8 - 11 3. Aspek Kognitif, Afektif, Konatif Positif = 12 – 16


(50)

38 

 

Jadi perhitungan dan pengkategoriannya untuk total skor keseleruhan aspek kognitif, afektif, konatif sebagai berikut: diperoleh data bahwa skor tertinggi adalah 48 dan skor terendah adalah 12. Perolehan dari perhitungan tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dengan menjumlahkan skor tertinggi dari aspek kognitif, aspek afektif dan aspek konatif, yaitu: 16 + 16 + 16 = 48.

2. Skor terendah diperoleh dengan menjumlahkan skor terendah dari aspek kognitif, afektif dan konatif, yaitu 4 + 4 + 4 = 12.

Maka perhitungan interval kelasnya adalah sebagai berikut :

 

Range = = Skor tertinggi - Skor terendah Jenjang yang diinginkan

= 16 - 4 3 

= 4

Jadi pengkategoriannya adalah :

1. Kategori Negatif jika skor yang diperoleh = 12 - 24 2. Kategori Netral jika skor yang diperoleh = 25 - 36 3. Kategori Positif jika skor yang diperoleh = 37 – 48

 


(51)

3.2. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.2.1. Populasi

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek / subyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2003:55).

Populasi dalam penelitian ini adalah di Sidoarjo yang mencapai 1.801.187 jiwa (Sumber BPS 2008). Alasan peneliti mengambil orang tua di Sidoarjo sebagai sampel karena salah satu korban yang banyak disiarkan di media massa adalah dari sidoarjo, Dan beberapa orang tua di Sidoarjo juga bereaksi atas kenakalan yang dilakukan oleh para remaja di facebook, terkait korban penggunaan facebook berasal dari Sidoarjo.

3.2.2. Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Dalam penelitian ini menggunakan Non Probability Sampling adalah teknik yang tidak memberi peluang / kesempatan sama bagi setiap unsur anggota populasi untuk dipilih menjadi sampel (Sugiyono, 2003:60). Teknik penarikan sampel yang dipergunakan adalah teknik Purposive Sampling yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.

kriteria yang digunakan untuk menyaring populasi adalah: 1. Orang tua Sidoarjo yang berusia 40 – 55 tahun.

2. Pernah menonton tayangan berita di televisi tentang pemberitaan kenakalan remaja penggunaan facebook.

 


(52)

40 

 

3. Orang tua yang memiliki anak remaja yang berusia 13 – 22 tahun. 4. Anak remaja pengguna facebook.

Untuk menentukan jumlah sampel akan ditentukan dengan menggunakan rumus Yamane (Rakhmat, 1995:82) sebagai berikut:

n = N Nd2 + 1 Keterangan :

N = Ukuran Populasi n = Ukuran Sampel

d = Presisi (derajat ketelitian) 1 = Angka Konstan

Dalam penelitian ini derajat presisi yang digunakan adalah 10% Maka :

n = N Nd2 + 1 n = 1.801.187 1.801.187(0,12) + 1 n = 1.801.187

18.012,87 n = 99,99 = 100 orang

maka responden dalam penelitian ini adalah 100 orang.

 


(53)

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan sumber-sumber, yaitu:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang dikumpulkan langsung dari responden. Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari penyebaran kuisioner.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang tidak dapat langsung diperoleh dari lapangan. Data sekunder dikumpulkan melalui sumber-sumber informasi kedua, seperti perpustakaan, pusat pengelolaan data, pusat penelitian, dan lain sebagainya. Data sekunder ini akan digunakan sebagai data penunjang untuk melakukan analisis.

3.4. Analisis Data

Data yang telah dikumpulkan dalam penelitian ini, kemudian dimasukkan ke dalam tabulasi data yang selanjutnya dimasukkan ke dalam tabel frekuensi. Berdasarkan tabel frekuensi tersebut, data kemudian di analisis secara deskriptif, sehingga didapatkan suatu hasil penelitian yang sesuai degan tujua analisis. Dalam penelitian ini data yang akan di olah dengan tahap-tahap:

a. Editing atau seleksi angket, yaitu data yang digunakan untuk mencapai hasil analisa yang baik. Data yang salah disisihkan atau tidak digunakan, sehingga data yang diperoleh adalah data yang valid.

 


(54)

42 

 

 

   

b. Coding yaitu pemberian tanda atau kode agar mudah memberikan jawaban.

c. Tabulating yaitu menggolongkan data dalam tabel, data-data yang ada dapat dihubungkan dengan pengurangan terhadap variabel-variabel yang ada (Rahmat, 2002:134)

Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus:

Keterangan:

P = Presentase Responden F = Frekuensi Responden N = Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh presentase yang di inginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel agar mudah di baca dan diinterpretasikan, maka proses ini disebut tabulasi.


(55)

4.1 Gambaran Umum Tentang Pemberitaan Kenakalan Remaja Penggunaan Facebook

Awal tahun 2010 ada salah satu kasus yang ramai diberitakan di media massa khususnya televisi yaitu, pada bulan Februari 2010 adanya pemberitaan mengenai “kenakalan para remaja penggunaan situs jejaring sosial facebook”, pada era globalisasi saat ini teknologi komunikasi telah berkembang dengan pesat, banyak media dan sarana untuk berkomunikasi yang telah ditemukan. Salah satu wujud penemuan teknologi komunikasi yang paling canggih adalah internet. Melalui internet, manusia dapat berhubungan dengan siapa saja untuk berbagi informasi selama terkoneksi dalam jaringan.

Pada liputan 6, Jakarta: Diva Erin, gadis 12 tahun yang pergi bersama lelaki teman di Facebooknya pada Ahad lalu, akhirnya pulang kembali ke rumahnya pada Rabu (17/2). Mereka kabur setelah berkenalan lewat Facebook. Fenomena kaburnya anak di bawah umur, setelah berkenalan lewat Facebook yang terjadi akhir-akhir ini, patut dijadikan pembelajaran bagi orangtua. Orangtua harus lebih perhatian terhadap anaknya. Bergaul di dunia maya tentu tidak dilarang asal tetap bijak agar kelak tidak jadi mimpi buruk.(IDS/YUS).(http://video.liputan6.com/videodetail/201002/264168/Pergi.Be rsama.Teman.di.Facebook.Gadis.Kembal). Kemudian di Samarinda, Kasus penculikan terkait perkenalan melalui situs jejaring sosial kembali terjadi.


(56)

44

Seorang siswi sekolah menengah atas di Samarinda, Kalimantan Timur, diculik mahasiswa yang dikenalnya melalui Facebook. Tak hanya itu, ia juga sempat dipaksa berhubungan badan layaknya suami-istri. dan satu lagi korban, Kasus anak hilang juga terjadi di Jambi. Muhammad Rysan Gahputra Perdana nekat meninggalkan rumah setelah berkenalan dengan seorang wanita dewasa bernama Stepanie Wustardjo lewat Facebook. Rysan sudah hilang selama dua pecan.(WIL/ANS).(http://video.liputan6.com/videodetail/201002/264646/Siswi.S MA.Diculik.dan.Diperkosa.Teman.Facebook)

Dan MetroTV Selasa, 9 Februari 2010 11:32 wib, Jakarta, Febriari alias Ari, tersangka pembawa lari MNT, gadis di bawah umur dari Bumi Serpong Damai (BSD) mengaku sudah tiga kali menggagahi korban. Kini, korban MNT atau Nova sedang menjalani visum et repertum (VER) untuk memperkuat pengakuan tersangka. "Saat ini korban sedang diambil VER di RSCM," kata Kepala Divisi Humas Polda Metro Jaya Komisaris Besar Boy Rafli(http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/02/09/ 99418/Nova-Dikenal-Periang). Kasus orang hilang setelah berkenalan dengan seseorang melalui situs jejaring pertemanan, Facebook, kembali terjadi. Kali ini Tri Nurhayati, seorang gadis berusia 20 tahun asal Krajan, Desa Pancosari, Kecamatan Srandakan, Bantul. Ia menghilang sejak sepekan silam. Budi Harjo, ayahanda Tri, tak henti-hentinya menangis. Bahkan bapak empat anak ini histeris. Menurut Budi, ia dan keluarga terus mencari keberadaan Tri. Kasus ini pun sudah


(57)

(http://www.metrotvnews.com/index.php/metromain/newsvideo/2010/02/14/9972 3/Lagi-Seorang-Gadis-Diduga-Dilarikan-Teman-Fesbuk).

Tidak hanya di media elektronik saja yang memberitakan kenakalan para remaja penggunaan situs jejaring sosial facebook. Pada media cetak pun juga memberikan informasi pemberitaan tentang kenakalan para remaja pengguna facebook, seperti pada surat kabar Kompas edisi selasa 9 Februari 2010, Tangerang, Kompas - Marieta Nova Triani (14) menghilang dari rumah keluarganya di Bumi Serpong Damai. Siswa salah satu SMP di Surabaya itu diduga dibawa pergi teman lelaki yang dikenalnya melalui Facebook. (http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/09/03484386/gadis.remaja.hilang.mis terius..). Dan mahasiswi pun bisa terperangkap bujuk rayu teman yang dikenal lewat situs jejaring sosial Facebook, mahasiswi berusia 19 tahun yang berkuliah di Akademi Kebidanan (Akbid) Bakti Asih Purwakarta. Dan edisi Kamis 18 Februari 2010, Gara-gara memaki pelatih drumband di Facebook, seorang bernama Mohammad Wahyu Muharom mahasiswa fakultas hukum di salah satu perguruan tinggi di Jember terancam hukuman 4 tahun di penjara.

Kemudian bagaimana para orang tua menyikapi pemberitaan diatas. Facebook merupakan situs jaringan sosial di dunia maya yang paling popular, khususnya dikalangan remaja. Akan tetapi dibalik manfaat positifnya tidak sedikit pula pihak yang memanfaatkan situs jaringan sosial ini untuk tindakan yang tidak dibenarkan. Pemberitaan tersebut tentunya akan mempengaruhi sikap orang tua terkait penggunaan facebook, apakah itu positif, negatif atau netral.


(58)

46

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data

Pada bab ini akan disajikan dan diuraikan temuan-temuan yang diperoleh dari pengumpulan data penelitian. Pada penelitian ini ditetapkan 100 orang sebagai sampel. Sejumlah kuesioner disebarkan secara acak kemudian dipilih yang memenuhi syarat untuk dijadikan responden sampai jumlah yang telah ditetapkan.

Responden dalam penelitian ini adalah orang tua di Sidoarjo yang pernah menonton dan mengetahui pemberitaan tentang kenakalan para remaja yang menggunakan facebook di televisi. Metode Analisis data dalam penelitian ini menggunakan tabel frekuensi yang digunakan untuk menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara berdasarkan penyebaran kuesioner yang diisi oleh responden.

4.2.1 Karakteristik Responden

Dari penelitian yang dilakukan, diperoleh data 100 orang responden orang tua di Sidoarjo meliputi jenis kelamin, usia dan pendidikan responden.

4.2.1.1.Jenis Kelamin Responden

Jumlah responden dalam penelitian ini adalah 100 orang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Untuk mengetahui prosentasi jenis kelamin dapat dilihat dari tabel 4.1


(59)

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

NO Jenis Kelamin F %

1 Perempuan 62 62

2 Laki-laki 38 38

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner Indentitas Responden no 2.

Dari hasil tabel 4.1 diketahui bahwa jenis kelamin dari responden sebagaian besar adalah perempuan, yaitu sebanyak 62 orang, sedangkan responden laki-laki sebanyak 38 orang. Karena jenis kelamin responden juga berpengaruh dalam menentukan jawaban atas pertanyaan yang ada pada kuisioner.

4.2.1.2.Usia Responden

Berdasarkan hasil kuesioner yang dapat diketahui bahwasannya dari 100 responden yang menonton pemberitaan tentang penggunaan facebook di Televisi mempunyai jenjang usia 40 – 55 tahun. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia

NO Usia Responden F %

1 40 – 45 tahun 33 33

2 46 – 50 tahun 48 48

3 51– 55 tahun 19 19

Jumlah 100 100


(60)

48

Dari hasil tabel 4.2 dapat diketahui bahwa responden yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 100 responden dengan diklasifikasikan menurut usia. Bahwa responden yang berusia 40 sampai dengan 45 tahun sebanyak 33 orang atau sebesar 33% dari keseluruhan jumlah responden. Responden yang berusia 46 sampai dengan 50 tahun sebanyak 48 orang atau sebesar 48% dari total keseluruhan responden. Sedangkan sisanya responden yang berusia 51 sampai dengan 55 tahun berjumlah 19 orang atau sebesar 19% dari total keseluruhan jumlah responden.

4.2.1.3.Tingkat Pendidikan Responden

Berdasarkan tabel 4.3 dibawah ini menjelaskan tentang identitas responden mengenai pendidikan terakhir yang disandang oleh responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan F %

1 SD 0 0

2 SLTP 0 0

3 SLTA 68 68

4 PERGURUAN TINGGI 32 32

Jumlah 100 100

Sumber : Kuisioner Indentitas Responden no 4.

Pada tabel Nomor 4.3 menjelaskan bahwa responden yang pendidikannya sampai dengan SLTA sebanyak 68 orang atau sebesar 68% dari keseluruhan jumlah responden. Responden yang pendidikannya sampai dengan Perguruan


(61)

Tinggi sebanyak 32 orang atau sebesar 32% dari total keseleruhan jumlah responden.

4.2.1.4.Frekuensi Menonton Tayangan Pemberitaan Kenakalan Remaja Penggunaan Facebook di Televisi.

Frekuensi Orang Tua Sidoarjo dalam menonton pemberitaan pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook di stasiun televisi ini terbagi menjadi tiga kategori karena untuk mempermudahkan responden dalam menjawab pertanyaan tentang berapa kali dalam sebulan mereka menonton pemberitaan ini. Dari tabel ini dapat diketahui frekuensi responden dalam menonton pemberitaan pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook di stasiun televisi.

Tabel 4.4

Frekuensi Menonton Tayangan Pemberitaan Kenakalan Remaja Penggunaan Facebook di Televisi

No Frekuensi Menonton F %

1 1 - 10 kali 16 16

2 11 - 20 kali 51 51

3 21 - 30 kali 33 33

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner pertanyaan No. II.3

Berdasarkan tabel 4.4di atas dapat diketahui bahwa jumlah terbesar yaitu sebanyak 51 responden atau sebesar 51% mengaku frekuensi menonton pemberitaan pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook di stasiun televisi adalah antara 11 sampai 20 kali dalam sebulan. Kemudian sebanyak 33 responden atau sebesar 33% mengaku menonton pemberitaan


(62)

50

tentang kenakalan remaja penggunaan facebook di stasiun televisi yaitu antara 11 sampai 20 kali dalam sebulan. Dan sebanyak 16 responden atau sebesar 16% mengaku menonton pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook di stasiun televisi antara 21 – 30 kali dalam sebulan. Hal ini menunjukkan bahwa cukup besar prosentase orang tua Sidoarjo yang menyaksikan pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook di stasiun televisi.

4.2.1.5.Usia Anak Remaja Responden

Berdasarkan tabel 4.5dibawah ini menjelaskan tentang identitas usia anak remaja responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.5

Karakteristik Berdasarkan Usia Anak Remaja Responden

NO Usia Anak Remaja F %

1 13 – 17 tahun 76 76

2 18 – 22 tahun 24 24

Jumlah 100 100

Sumber : kuesioner pertanyaan No. II.5.

Dari hasil tabel 4.5 dapat diketahui bahwa responden yang diperoleh dalam penelitian ini adalah 100 responden dengan diklasifikasikan menurut usia. Anak remaja responden

Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa usia anak remaja responden yg berusia 13 tahun sampai dengan 17 tahun berjumlah 76 orang atau sebesar 76% dari keseluruhan jumlah responden. Usia anak remaja responden yang berusia 18 sampai dengan 22 tahun sebanyak 24 orang atau sebesar 24% dari total keseluruhan responden.


(63)

4.2.1.6.Tingkat Pendidikan Anak Remaja Responden

Berdasarkan tabel 4.6 dibawah ini menjelaskan tentang identitas responden mengenai pendidikan terakhir yang disandang oleh anak remaja responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.6

Karakteristik Anak Remaja Responden Berdasarkan Pendidikan

No Pendidikan F %

1 SLTP 33 33

2 SLTA 43 43

3 PERGURUAN TINGGI 24 24

Jumlah 100 100

Sumber : kuesioner pertanyaan No. II.6

Pada tabel Nomor 4.6 menjelaskan bahwa anak remaja responden yang pendidikannya sampai dengan SLTP sebanyak 33 orang atau sebesar 33%. Anak remaja responden yang pendidikannya sampai dengan SLTA sebanyak 43 orang atau sebesar 43% dari keseluruhan jumlah responden. Anak remaja responden yang pendidikannya sampai dengan Perguruan Tinggi sebanyak 24 orang atau sebesar 24% dari total keseleruhan jumlah responden.

4.3. Sikap Orang Tua Tentang Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja Pengguna Facebook di Televisi.

Untuk mengetahui sikap orang tua di Sidoarjo tentang pemberitaan kenakalan remaja penggunaan facebook di stasiun televisi, maka dilakukan penyebaran kuesioner dengan pertanyaan-pertanyaan yang jawabannya bisa memberikan gambaran sejauh mana orang tua di Sidoarjo dalam menanggapi


(64)

52

pemberitaan tentang kenakalan remaja penggunaan facebook di stasiun televisi. Sikap orang tua ini terdiri dari aspek kognitif, afektif, dan konatif yang akan dijelaskan dalam sub bab berikut.

4.3.1. Aspek Kognitif

Yaitu Aspek yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut. Aspek kognitif dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, pemahaman orang tua tentang pemberitaan kenakalan remaja penggunaan facebook di media massa baik televisi maupun media cetak sehingga dapat membentuk sebuah keyakinan tersendiri. Berdasarkan hasil jawaban kuesioner pada komponen kognitif, maka dapat diperoleh jawaban responden yang dapat dijabarkan dalam tabel berikut :

4.3.1.1.Mengetahui Cara Penggunaan Atau Mengoperasionalkan Facebook Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap 100 responden, orang tua sebagai responden tentang cara penggunaan atau mengoperasionalkan facebook, dapat diketahui pada tabel 4.7

Tabel 4.7

Responden Mengetahui Cara Penggunaan Atau Mengoperasionalkan Facebook

Sumber : Kuesioner No III.A.1

No Keterangan F %

1 Sangat Setuju 8 8

2 Setuju 16 16

3 Tidak Setuju 53 53

4 Sangat Tidak Setuju 23 23


(65)

Dari tabel 4.8 diketahui bahwa secara umum, kebanyakan responden memberikan pernyataan tidak setuju. Responden sebesar 53 orang atau sebesar 53% menyatakan tidak setuju. Responden sebesar 23 orang atau sebesar 23% menyatakan sangat tidak setuju. Responden sebanyak 16 orang atau sebesar 16% menyatakan setuju. Dan responden sebanyak 8 orang atau sebesar 8% menyatakan sangat setuju Hal ini menunjukkan bahwa mereka tidak mengetahui cara penggunaan atau mengoperasionalkan facebook karena responden merasa tidak memiliki banyak waktu atau waktu luang untuk menggunakan situs facebook. Akan tetapi responden lain mengatakan bahwa mengikuti perkembangan zaman itu sebuah keharusan sehingga orang tua perlu tahu cara mengoperasionalkan facebook setidaknya dalam rangka mengontrol anak remaja mereka.

4.3.1.2.Mengetahui Manfaat Dari Penggunaan Facebook

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap 100 responden, orang tua sebagai responden tentang manfaat dari penggunaan facebook, dapat diketahui pada tabel 4.8

Tabel 4.8

Responden Mengetahui Tentang Manfaat Dari Penggunaan Facebook

Sumber : Kuesioner No III.A.2

No Keterangan F %

1 Sangat Setuju 9 9

2 Setuju 23 23

3 Tidak Setuju 44 44

4 Sangat Tidak Setuju 24 24


(66)

54

Dari tabel 48 diketahui bahwa secara umum, kebanyakan responden memberikan pernyataan tidak setuju. Responden sebesar 44 orang atau sebesar 44% menyatakan tidak setuju. Responden sebesar 24 orang atau sebesar 24% menyatakan sangat tidak setuju. Responden sebanyak 23 orang atau sebesar 23% menyatakan setuju. Dan responden sebanyak 9 orang atau sebesar 9% menyatakan sangat setuju Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui tentang manfaat dari penggunaan facebook. Seperti yang dijabarkan pada data sebelumnya, yakni wajar ketika responden tidak mengetahui manfaat facebook karena kebanyakan dari mereka tidak dapat mengoperasionalkan jaringan sosial tersebut. Tetapi sebagian kecil responden dalam penelitian dapat mengoperasionalkan facebook sehingga mereka pun mengetahui manfaat facebook.

4.3.1.3.Mengetahui Fasilitas Yang Ada Dalam Facebook

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap 100 responden, orang tua sebagai responden tentang fasilitas yang ada dalam facebook, dapat diketahui pada tabel 4.9

Tabel 4.9

Responden Mengetahui Fasilitas Yang Ada Dalam Facebook

Sumber : Kuesioner No III.A.3

No Keterangan F %

1 Sangat Setuju 8 8

2 Setuju 14 14

3 Tidak Setuju 55 55

4 Sangat Tidak Setuju 23 23


(67)

Dari tabel 4.9 diketahui bahwa secara umum, kebanyakan responden memberikan pernyataan tidak setuju. Responden sebesar 55 orang atau sebesar 55% menyatakan tidak setuju. Responden sebesar 23 orang atau sebesar 23% menyatakan sangat tidak setuju. Responden sebanyak 14 orang atau sebesar 14% menyatakan setuju. Dan responden sebanyak 8 orang atau sebesar 8% menyatakan sangat setuju Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden tidak mengetahui fasilitas yang tersedia dalam situs jaringan sosial, facebook. Masih terkait dengan data yang sebelumnya, kenyataan ini disebabkan oleh kebanyakan responden yang tidak dapat mengoperasionalkan facebook. Namun sebagian responden lain yang dapat mengoperasionalkan situs jaringan sosial tersebut mengetahui fasilitas yang tersedia di facebook. Misalnya kirim pesan,chatting, update status dan sebagainya.

4.3.1.4.Mengetahui Prasyarat Untuk Membuat Akun Facebook

Untuk mengetahui berapa jumlah dan prosentase dari sikap 100 responden, orang tua sebagai responden tentang prasyarat untuk membuat akun facebook, dapat diketahui pada tabel 4.10

Tabel 4.10

Responden Mengetahui Prasyarat Untuk Membuat Akun Facebook

Sumber : Kuesioner No III.A.4

No Keterangan F %

1 Sangat Setuju 7 7

2 Setuju 15 15

3 Tidak Setuju 56 56

4 Sangat Tidak Setuju 22 22


(1)

Kemudian untuk mengetahui jumlah dan prosentase responden yang mempunyai kategori sikap positif, netral dan negatif dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut ini:

Tabel 4.22

Sikap Orang Tua di Sidoarjo Terhadap Penggunaan Facebook Pasca Pemberitaan di Televisi

NO Keterangan Jumlah %

1 Positif 5 5

2 Netral 65 65

3 Negatif 30 30

Total 100 100

Sumber : Data yang diolah pada lampiran

Hasil diatas menunjukkan sikap sebagian besar orang tua terhadap kenakalan remaja penggunaan facebook yang diberitakan oleh media massa adalah Netral, yaitu 65 %. Sedangkan pada kategori Negatif terdapat 30% responden dan yang tergolong positif hanya 5% responden. Hal ini menunjukkan pada dasarnya orang tua khawatir terhadap keamanan anak mereka terkait penggunaan situs jaringan sosial yang berdampak negatif, khususnya facebook. Namun mereka juga tidak ingin terlalu memaksakan diri untuk melarang anak-anak mereka bergaul di jaringan sosial tersebut.

Kenyataan ini mencerminkan bahwa orang tua khawatir akan efek negatif dari pergaulan remaja di situs jejaring facebook. Terlebih lagi ketika muncul banyak isu negatif yang terjadi akibat pergaulan di dunia maya tersebut. Akan tetapi disisi lain mereka tidak menginginkan anak mereka menjadi nakal atau lebih berani melawan orang tua karena mereka para orang tua menyadari bahwa di usia remaja seseorang mempunyai keingintahuan yang sangat besar terhadap


(2)

73 sesuatu yang ada di sekitarnya. Dan cukup bijak ketika orang tua memberikan ruang lebih besar kepada anak remajanya dalam mengembangkan pribadinya asalkan tetap di jalur yang positif.

Selain itu, hampir semua orang tua mempunyai tingkat pengetahuan yang rendah mengenai situs jejaring sosial facebook. Seperti kegunaan, manfaat serta fasilitas – fasilitas didalam facebook itu sendiri yang didapatkan oleh seseorang sebagai pengguna facebook ataupun dari media massa. Dan hampir semua para orang tua juga memang tidak memiliki waktu untuk mengetahui lebih jelas apa itu facebook.

Tetapi bagi sebagian kecil orang tua juga menyadari manfaat yang diberikan oleh facebook itu sendiri, seperti memanfaatkan facebook untuk mempromosikan usahanya / beriklan.


(3)

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Hasil penelitian diketahui bahwa sikap orang tua di Sidoarjo terkait berita kenakalan remaja penggunaan facebook adalah Netral. Kenyataan ini dapat terjadi disebabkan responden yang dalam penelitian ini adalah orang tua tidak terlalu memahami serta mengikuti perkembangan teknologi, khususnya di bidang jaringan sosial. Sehingga ketika muncul pemberitaan negatif mengenai situs jaringan sosial, khususnya facebook oleh berbagai media massa mereka menjadi khawatir akan keamanan anak mereka sebagai pengguna facebook. Tetapi di sisi lain mereka juga tidak ingin membatasi ruang gerak anak remajanya dalam bersosialisasi di situs jaringan sosial tersebut.

Kenyataan ini dapat terjadi mengingat kecenderungan bertindak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti lingkungan, orang yang dianggap penting dan kebudayaan. Semakin kompleks situasinya dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulit memprediksikan perilaku (Azwar,1997:19).

Pemberitaan mengenai isu kenakalan remaja penggunaan facebook di media massa sedikit banyak mempengaruhi sikap orang tua. Ketika pemberitaan negatif mengenai kenakalan remaja dalam situs facebook mulai ramai diberitakan maka wajar ketika orang tua merasa cemas akan pergaulan


(4)

75   

anak mereka di situs jaringan sosial yang saat ini sedang menjadi trend dikalangan remaja. Tetapi para orang tua hanya dapat mengawasi anak mereka dengan cara mereka masing – masing tanpa harus membatasi atau bahkan melarang anak mereka untuk mengakses facebook. Karena mereka menyadari apabila terlalu keras pun terhadap anak akan sangat berpengaruh pada perkembangan psikologis remaja.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat disampaikan ada yaitu :

1. Dalam sebuah penyajian berita, maka informasi yang disampaikan seharusnya berimbang (cover bothsite), jadi tidak lebih menonjolkan pada satu sisi saja melainkan kedua sisi.

2. Audiense sebagai khalayak yang seharusnya lebih kritis dalam menerima pemberitaan. Yaitu mengetahui dan memahami serta memilah berita yang provokatif.


(5)

   

DAFTAR PUSTAKA

a. Buku

Assegaff Djafar, 1991, Jurnalistik Masa Kini, PT. Ghalia Indonesia, Jakarta Badan Pusat Statistik Kota Surabaya, 2008, Surabaya Dalam Angka, CV.

Nugroho & Co, Surabaya

Effendy, Onong Uchana, 1996, Ilmu, Teori dan Filsafat komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia Vol VI / November, Jurnal, 2001, Pers Indonesia Era Transisi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Koesworo, Margantoro dan Ronnie, 1994, Dibalik Tugas Kuli Tinta, Sebelas Maret University Press dan Yayasan Pustaka Nusa Tama, Yogyakarta. Kuswandi, Wawan, 1996, Komunikasi Massa (Sebuah Analisis Isi Media

Televisi), PT. Rhineka Cipta, Jakarta.

Liliweri, Alo, 1992, Dasar-dasar Komunikasi Periklanan, PT. Citra Aditya Bakti, Bandung.

Mulyana, Deddy, 1997, Bercinta Dengan TV, Ilusi, Impresi, Sebuah Kotak Ajaib, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Mulyana, Deddy, 2001, Ilmu Komunikasi: Suatu Pengantar, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rakmat, Jalaluddin, 2001, Metode Penelitian Komunikasi, Cetakan Kesembilan, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

Rakmat, Jalaluddin, 2003, Psikologi Komunikasi, PT. Remaja Rosdakarya, Bandung.

   


(6)

   

 

Rachmat, Krisyanto, 2006, Teknik Praktis, Riset Komunikasi, PT. Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Sastro, Darmanto. S, 1992, Televisi Sebagai Media Hiburan atau Pendidikan, Penerbit Duta Wacana Universty Press.

b. Non Buku

http://makalahdanskripsi.com/2009/01/peran-orangtua-dalam-upaya-pencegahan.html

http://www.damandiri.or.id/file/ulfahmariaugmbab2.pdf

http://psikonseling. com/2010/02/pengertian-kenakalan-remaja.html

http://jabodetabek.tvone.co.id/berita/view/32848/2010/02/09/buktikan_persetubuh an_nova_jalani_visum/

http://www.liputan6.tv/main/read/0/l954016/0

http://cetak.kompas.com/read/xml/2010/02/09/03484386/gadis.remaja.hilang.mist erius..


Dokumen yang terkait

PENDAHULUAN PENGARUH TERPAAN MEDIA TERHADAP PERSEPSI PENGGUNA FACEBOOK (Studi Kuantitatif Deskriptif Pemberitaan Kasus Kriminalitas tentang Penyalahgunaan Facebook di Televisi terhadap Persepsi Pengguna Facebook).

0 7 33

PENUTUP PENGARUH TERPAAN MEDIA TERHADAP PERSEPSI PENGGUNA FACEBOOK (Studi Kuantitatif Deskriptif Pemberitaan Kasus Kriminalitas tentang Penyalahgunaan Facebook di Televisi terhadap Persepsi Pengguna Facebook).

0 5 33

SIKAP ORANG TUA TERHADAP PEMBERITAAN PENYALAGUNAAN FACEBOOK DI KALANGAN REMAJA DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Orang Tua Terhadap Pemberitaan Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos).

0 0 96

SIKAP REMAJA SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN KONTEN MULTIMEDIA DI TELEVISI (Study Deskriptif Sikap Remaja Pengguna Internet Terhadap Pemberitaan Rancangan Peraturan Menteri Konten Multimedia di Televisi).

0 1 83

SIKAP NASABAH PASCA PEMBERITAAN PEMBOBOLAN ATM DI TELEVISI TERHADAP PENGGUNAAN ATM DI SURABAYA (Studi Deskriptif Sikap Nasabah Pasca Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi Terhadap Penggunaan Kartu ATM di Surabaya).

1 2 83

Persepsi Remaja Dan Orang Tua Terhadap Penggunaan Facebook - Ubaya Repository

0 0 1

Tinjauan Sosiologi Terhadap Kenakalan Re

0 0 13

SIKAP NASABAH PASCA PEMBERITAAN PEMBOBOLAN ATM DI TELEVISI TERHADAP PENGGUNAAN ATM DI SURABAYA (Studi Deskriptif Sikap Nasabah Pasca Pemberitaan Pembobolan ATM di Televisi Terhadap Penggunaan Kartu ATM di Surabaya)

0 0 21

SIKAP ORANG TUA SIDOARJO TERHADAP PENGGUNAAN FACEBOOK PASCA PEMBERITAAN DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Orang Tua Terhadap Penggunaan facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja Pengguna Facebook di Televisi)

0 0 21

SIKAP ORANG TUA TERHADAP PEMBERITAANPENYALAGUNAAN FACEBOOK DI KALANGAN REMAJA DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Orang Tua Terhadap Pemberitaan Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos)

0 0 23