SIKAP ORANG TUA TERHADAP PEMBERITAAN PENYALAGUNAAN FACEBOOK DI KALANGAN REMAJA DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Orang Tua Terhadap Pemberitaan Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos).

(1)

Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos)

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi sebagai persyaratan memperoleh Gelar Sarjana pada FISIP UPN ”Veteran” Jawa Timur

Oleh :

JUITA PRATIWI MAGDALENA SILALAHI

NPM. 0543010141

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

SURABAYA 2010


(2)

Kalangan Remaja Di Jawa Pos). Nama Mahasiswa : Juita Pratiwi

NPM : 0543010141

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Menyetujui,

Pembimbing Utama

Zainal Abidin A, S.Sos, M.Si NPT. 3 7305 99 0170 1

Tim Penguji: 1.

Ir. Didiek Tranggono, Msi NIP. 19581225 199001 1 00 1 2.

Drs. Saifuddin Zuhri, M.Si NPT. 3 7006 94 0035 1 3.

Zainal Abidin A, S.Sos, M.Si NPT. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui, D E K A N

Dra. EC. Hj. Suparwati, Msi NIP. 195 5071 819 8302 2001


(3)

Telkom Surabaya Terhadap Iklan Corporate PT. Telkom Indonesia, Tbk Versi ”Logo Baru” Di Televisi).

Nama Mahasiswa : Yulita Dian Fransisca

NPM : 0643010155

Program Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Menyetujui,

Pembimbing Utama

Zainal Abidin Achmad, Msi, M.Ed NPT. 997 300 170

Tim Penguji: 1.

Drs. Kusnarto, MSi NIP. 030 230 679 2.

Dra. Dyva Claretta, M.Si NPT. 946 600 025

3.

Zainal Abidin A, S.Sos, M.Si NPT. 997 300 170

Mengetahui,

D E K A N

Dra. EC. Hj. Suparwati, Msi NIP. 030 175 349

KETUA PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

Juwito, S.Sos, M.Si NPT. 956 700 036


(4)

yang selalu memberikan karunia, rahmat serta bimbinganNya dan segala yang indah pada waktunya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul SIKAP ORANG TUA TERHADAP PEMBERITAAN PENYALAHGUNAAN FACEBOOK DI KALANGAN REMAJA DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Orang Tua terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja di Harian Jawa Pos)

Peneliti mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu dalam memberikan petunjuk, koreksi, dan saran yang bersifat membangun pola pikir, daya kritis, dan memperluas ilmu pengetahuan serta wawasan untuk peneliti.

Dalam kesempatan ini peneliti mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah membantu menyusun dan menyelesaikan skripsi ini diantaranya: 1. Jesus Kristus, yang selalu memberikan penyertaan dan bimbingan Nya

kepada peneliti sampai skripsi ini terselesaikan dan membuat semuanya menjadi indah pada waktunya.

2. Dra. EC. Hj. Suparwati, Msi, sebagai Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) UPN “Veteran” Jatim.


(5)

Komunikasi FISIP UPN “Veteran” Jatim.

5. Zainal Abidin Achmad, S.Sos, M.Si.M.Ed selaku Dosen Pembimbing Skripsi. Terima kasih atas segala kontribusi, waktunya membimbing penulis sehingga penulis mampu mengerjakan penelitian dan juga terimakasih atas dorongan semangat dan bimbingan terkait penyusunan Skripsi ini.

6. Ir.Didiek Tranggono, M.Si selaku dosen penguji terimakasih atas segala saran-saranya serta masukan-masukannya sehingga penulis dapat menyelesaikan ujian skripsi ini.

7. Drs. Syaifuddin Zuhri, M.Si selaku dosen penguji mengucapakan banyak terimaksih atasa semua sarannya sehingga penulis dapat meneyelesaikan ujian skripsi ini

8. Papa dan mama tercinta yang turut mendukung saya baik itu semangat dan uang jajan demi kelancaran penulis

9. Adek saya tercinta dan paling nyebelin jojo yang selalu memberi dukungan meskipun jauh di Jakarta tetap memberikan dukungan-dukungannya dan semangat buat saya

10. Icha yang yang dengan sabar mengajari saya sampai akhirnya saya paham betul-betul langkah-langkah yang harus saya ambil dalam proses penelitian ini


(6)

v

Icha ndhut,dhona(sie gatot kaca saya,,hehehehe)dan anak-anak dpr belakang yang selalu menghibur penulis dengan tingkah laku mereka

10.Buat temen-temen angkatan atas,mas bram,mas bro,yang ikut memberikan masukan-masukan dalam proses penelitian yang dilakukan oleh penulis.

Akhir kata, Peneliti menyadari tiada gading yang tak retak, begitupula dengan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, kritik maupun saran selalu peneliti harapkan demi tercapainya skripsi yang baik dan benar. Besar harapan peneliti, semoga Skripsi ini dapat memberikan manfaat sekaligus menambah pengetahuan bagi berbagai pihak. Amin.

Surabaya, Juni 2010


(7)

HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... ix

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiii

ABTRAKSI ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 7

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

1.4 Manfaat Penelitian ... 8

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 9

2.1 Landasan Teori... 9

2.1.1 Surat Kabar Sebagai Media Massa ... 9

2.1.2 Pengertian Berita ... 9

2.1.3 Jenis Berita ... 12

2.1.4 Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa ... 15


(8)

2.1.8 Berita Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja

Di Harian Jawa Pos ... 21

2.3 Teori S-O-R (Stimulus – Organisme – Respons) ... 22

2.4 Kerangka Berfikir ... 24

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

3.1 Metodelogi Penelitian... 28

3.2 Difinisi Operasional ... 28

3.2.1 Sikap... 28

3.2.2 Berita Penyalagunaan Facebook di Harian Jawa Pos ... 31

3.3 Pengukuran Variabel... 32

3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel... 33

3.3.1 Populasi ... 33

3.3.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sample... 34

3.5 Sumber dan Jenis Data ... 34

3.5.1 Sumber Data ... 36

3.5.2 Jenis Data ... 36

3.6 Teknik Pengumpulan Data... 37

3.7 Metode Analisis Data... 38


(9)

viii

4.1.2 Gambaran Umum Surabaya ... 44

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 45

4.2.1 Identitas Respondenn ... 45

4.3 Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan ... 47

4.3.1 Aspek Kognitif ... 47

4.3.2 Aspek Afektif ... 57

4.3.3 Aspek Konatif ... 65

4.4 Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan ... 75

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 78

5.1 Kesimpulan ... 78

5.2 Saran ... 79

DAFTAR PUSTAKA ... 80


(10)

Tabel 4.2. Karakteristik Responden berdasarkan Pendidikan... 46 Tabel 4.3. Karakteristik Responden berdasarkan Jenis Kelamin ... 47 Tabel 4.4. Responden mengetahui isu kaburnya nova dan stevani

Melalui harian jawa pos ... 49 Tabel 4.5. Responden mengetahui dampak negatif facebook bagi remaja

Mellaui pemberitaan harian jawa pos... 50 Tabel 4.6. Responden mengetahui jika korban penyalahgunaan facebook

Adalah remaja melalui pemberitaan jawa pos... 52 Tabel 4.7. Responden mengetahui jika penyalahgunaan facebook

Telah menyebar di kalangan remaja surabaya dan sekitarnya

Melalui pemberitaan di jawa pos ... 53 Tabel 4.8. Responden mengetahui bagaimana pentingnya peran orang tua

Bagi anak mereka sebagai pengguna facebook melalui

Pemberitaan di harianJawa Pos ... 55 Tabel 4.9. Aspek kognitif orang tua di Surabaya terhadap Pemberitaan ... 56 Tabel 4.10. Responden tidak suka dengan tindakan Nova dan Stefany

Yang kabur dari rumah bersama teman facebooknya ... 58 Tabel 4.11. Responden menyatakan setuju dengan tindakan yang dilakukan

Oleh orang tua Nova dan Stefani dengan melaporkan ke

Pihak berwajib ... 59


(11)

Tabel 4.13. Responden setuju dnegan penyebaran berita terkait hilangnya

Remaja akibat pergaulan di facebook ... 62 Tabel 4.14. Responden mendukung harian Jawa Pos yang menyebarluaskan

Kasus remaja yang kabur dari rumah bersama teman

facebooknya ... 63 Tabel 4.15. Aspek Afektif Orang Tua di Surabaya ... 64

Tabel 4.16. Dengan adanya pemberitaan mengenai kasus kaburnya remaja Bersama teman facebooknya responden akan melarang anaknya

Untuk menggunakan facebook ... 67 Tabel 4.17. Dengan adanya pemberitaandi kawa pos mengenai kaburnya

Remaja brsama teman facebooknya, responden akan memantau

Anaknya dalam menggunakan facebook... 68 Tabel 4.18. Responden akan mengajak orang tua lain untuk meminta

Pemerintah mengawasi penggunaan situs facebook pasca

Pemberitaan tersebut ... 70 Tabel 4.19. Responden akan menyaring akun facebook anak mereka

Khususnya dalam hal pertemannan... 71 Tabel 4.20. Responden merasa perlu melakukan tindakan tegas terhadap

putera-puteri mereka tentang adanya dampak buruk facebook

bagi perkembangan mereka ... 72


(12)

(13)

Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berfikir ... 27


(14)

Lampiran 2 Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook di Jawa Pos ... 86

Lampiran 3 Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook di Jawa Pos ... 87

Lampiran 4 Tabulasi Kuesioner... 86

Lampiran 5 Tabulasi Kuesioner Total Skor... 88


(15)

xiv

REMAJA DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Orang Tua Terhadap Pemberitaan Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos)

Tujuan dalam penelitian ini adalah mengetahui sikap orang tua di surabaya terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja Sikap orang tua dapat dilihat dari arah sikapnya, yaitu sikap positif, sikap negatif, atau sikap netral terhadap berita tersebut tersebut.

Teori yang digunakan dalam penelitian ini adalah Stimulus-Organism-Response, Berita, Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa, sikap,

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Populasi penelitian ini adalah pembaca Jawa Pos khususnya para orang tua yang berada di Surabaya yang pernah membaca berita penyalagunaan facebook di klangan remaja pada harian Jawa Pos, dengan asumsi responden mengerti tentang apa yang sedang diteliti yang nantinya akan berpengaruh pada keakuratan data yang dihasilkan. Teknik sampling dalam penelitian ini menggunakan teknik non probability sampling dengan tipe purposive sampling.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara keseluruhan para orang tua di Surabaya memberikan sikap netral terhadap pemberitaan penyalagunaan favebook di kalangan remaja.

Kata kunci : Sikap, Orang Tua, Pemberitaan, Harian Jawa Pos  

                 


(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Keberadaan media massa pada saat ini telah menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan masyarakat sehari-hari,media massa tersebut bisa berupa surat kabar, majalah, televisi, radio dan film. Media massa menyajikan berbagai realitas kehidupan dalam bentuk informasi kepada masyarakat. Munculnya kesadaran tentang arti dan nilai dari informasi membuat masyarakat tidak dapat melepaskan diri dari informasi yang sisajikan oleh media massa. (Sobur, 2004:162)

Media massa merupakan salah satu sarana untuk memenuhi kebutuhan manusia akan informasi. Informasi yang disajikan merupakan suatu peristiwa yang terjadi dalam kehidupan manusia. Oleh karena itu fakta yang akurat dan aktualisasi masyarakat merupakan sebuah perwujudan dari informasi yang seimbang. Setiap media dalam mengelola informasi akan selalu berbeda dalam setiap pengemasannya. Hal ini dikarenakan adanya visi dan misi serta segmentasi yang dibangun oleh media itu sendiri.

Dalam perkembangannya media massa dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu sebagai Pers dalam arti sempit dan dalam arti luas. Pers dalam arti sempit meliputi media cetak. Sementara Pers dalam arti luas meliputi semua media komunikasi baik baik cetak maupun elektronik. Media cetak seperti surat kabar saat ini menjadi bagian yang tak terpisahkan dan merupan media massa


(17)

yang digunakan oleh masyarakat perkotaan selain media elektronik. Oleh karena itu media massa sering digunakan sebagai alat mentransformasikan informasi kearah masyarakat atau mentransformasikan informasi diantara masyarakat itu sendiri.

Pers sebagai lembaga kemasyarakatan yang bergerak dibidang pengumpulan dan penyebaran informasi mempunyai misi ikut mencerdaskan masyarakat. Selama melaksanakan tugasnya, pers terkait dengan tata nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat. Untuk itulah, Pers sebagai lembaga kemasyrakatan dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakatnya. (Djuroto, 2002:8)

Ketika dihadapkan pada sebuah berita atau informasi, maka secara tidak langsung akan dapat memunculkan sikap seseorang terhadap berita tersebut. Sikap adalah suatu kecenderungan bertidak, berfikir, berpersepsi, dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, ataupun nilai. Sikap disini bukan perilaku tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bisa berupa orang, situasi informasi, maupun kelompok. (Sobur, 2003:361)

Oleh karena itu pada tanggal 9 februari 2010 Jawa Pos memuat berita tentang hilangnya seorang remaja putri berumur 14 tahun yang bernama Marietta nova Triani sabtu 6 feruari 2010 pada saat sedang berkunjung ke rumah kerabatnya di bumi serpong indah,tangerang selatan. Gadis asal sidoarjo , jawa timur ,itu diduga pergi bersama kenalannya yang bernama ari power dan diduga mereka berkenalan melalui facebook .Kejadian itu sendiri berawal dari ketika


(18)

nova dan kedua orangtuanya menghadiri respsi pernikahan kerabat mereka di serpong.semenjak tiba di serpong nova mulai bertingkah laku aneh “dia sepertinya ingin menemui temannya yang dikenal lewat facebook, yang tinggal di tangerang,”menurut kerabatnya.ayah nova,heri kristiono,menuturkan bahwa sehari sebelum menghilang,putriya terlihat asyik berkirim pesan dengan ari. Kakaknya menuturkan bahwa nova berkenalan lewat facebook dengan seorang laki-laki .katanya mereka mau ketemuan di tanah kusir papar heri ketika dikonfirmasi. Sejak saat itu nova tiba-tiba menghilang,nova diduga membawa tas berisi pakaiannya.keluarganya menduga,ada yang menjemput nova saat keluarga sibuk mengurusi pesta. “sejak pukul 19.00 sudah tidak ada tambah heri.keluarganya akhirnya mencoba meneliti akun facebook nova.dari situ diketahui,bahwa hubungan nova dengan ari memang sudah sangat amat dekat.ari bahkan menuliskan sebagai suami nova .di statusnya ari menuliskan sudah menikah dengan nova.dari facebook itu juga diketahui bahwa ari mengajak nova bertemu,kesempatan tersebut muncul saat nova dan keluarganya ke tangerang pecan lalu.kapolsek serpong ajun komisaris budi hermanto membenarkan adanya laporan tentang orang hilang,bukan penculikan tegasnya,laporan itu diterimanya kemarinn,mereka cumin bawa foto dan meminta untuk disebarkan karena anak mereka hilang itu saja,sejak saat itu personel polsek serpong menyebar foto nova keseluruh tempat umum disekitar kawasan tengerang,”kami pasang mulai di mall,terminal,dan tempat umum lainnya”.


(19)

Dan selanjutnya pada tanggal 11 februari jawa pos kembali memberitakan kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja dan pemberitaan itu sendiri terdapat di rubrik metropolis isi pemberitaan tersebut menyatakan bahwa dunia membawa dampak yang sangat besar bagi reja saat-saat ini,apalagi dunia maya memilik sihir yang sangat kuat dan pengaruh yang buruk bagi para remaja saat ini,dituturkan bahwa remaja putri yang bernama Stefani abelina tiur napitupulu yang biasa dipanggil abel tersebut merupakan anak kedua gadis berumur 15 tahun ini merupakan salah satu remaja yang juga ikut mejadi korban dari situs perteman yaitu facebook,ayah abel ,Binsar M.napitupulu,55,menuturkan terakhir melihat abel pada hari sabtu tanggal 6 februari 2010,saat itu pelajar kelas VII SMPN 22 surabaya pamit pergi ke sebuah acara olahraga tapi hingga keesokan harinya tak kunjung pulang ujar bapak dari empat anak tersebut.

Dan pada keesokan harinya 10 februari 2010 melaporkan peristiwa tersebut ke polda jatim.menurut binsar,kepergian abel kali ini bukan yang pertama.pada tanggal 23 desember 2009,abel juga pernah meninggalkan rumah selama beberapa hari tanpa pamit.”setelah saya lacak ternyata sudah sampai di Jakarta,”ungkap binsar. Dengan bantuan saudara binsar di Jakarta,akhirnya abel ditemukan oleh kepolisian.”lalu saya jemput abel ke Jakarta.saya juga dating ke rumah pemuda yang pergi bersamanya.menurut binsar,pemuda yang bernama januar itu memaki akun(identitas) di facebook dengan nama jeje sii kusud.binsar juga mengatakan memiliki akun facebook menuturkan sering mengecheck akun facebook abel dan sering mengecek status abel dan jeje.saat bertemu di Jakarta abel berjanji tidak akan menghubungi jeje,jelas binsar.ibu abel,yhanti


(20)

sibarani,45,menambahkan,menghilang’nya abel untuk kali kedua diyakini untuk menemui jeje di Jakarta.”saudara sudah saya kontak semua.menurut yahanti,saat meninggalkan rumah,abel mengenakan kaos ungun lengan pendek dan berkerah dipadu dengan jelan jins hitam,saat pergi abel tidak membawa tas besar.dia berangkat mengendarai sepeda motor Honda revo biru dengan nopol W 5223 XB.di salah satu status abel sebelum meninggalkan rumah,tepatnya pada jumat 5 februari 2010,dia menulis,”mama cerewet”dan rapot jelek,mama konser”yhanti sendiri menuturkan memang pernah menasehati anaknya putrid kedua dari antara empat bersaudara itu perihal nilai rapornya,”ada lima pelajaran yang di remidi.saya cumin menasehati tidak sampai ngomel-ngomel.

Dari dua pemberitaan tersebut menutrurkan bahawa Remaja merupakan sosok yang sangat rentan terhadap hal-hal negatif. Mereka senang mencoba-coba atau meniru-niru hal-hal yang dilihatnya. Jika hal-hal yang dilihatnya sesuatu yang negatif, maka akan jadi masalah karena tidak pantas diikuti oleh remaja. Hal ini juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian remaja tersebut dan merusak kejernihan pikiran serta memicu tindakan amoral. Hal tersebut dikarenakan usia remaja yang masih labil.

Tak terkecuali dengan situs jejaring social Facebook, Facebook pun bisa berdampak negatif terhadap remaja. Diantaranya adalah kebohongan identitas yang dicantumkan di Facebook. Di dunia maya, kita bisa menjadin apa saja yang kita inginkan. Bisa artis atlit sepakbola, atau musisi. Namun hal tersebut belum tentu valid, karena bisa jadi hal tersebut hanya direkayasa.


(21)

Dan karena kebohongan identitas inilah banyak sekali remaja yang menjadi korban kejahatan di dunia maya. Usia remaja yang masih labil membuat remaja cenderung gampang terpengaruh dan ikut-ikutan, membuat remaja tersebut menjadi korban penipuan. Dan korban-korban penipuan dari Facebook tersebut sudah banyak di beritakan di media massa.

Keadaan demikian merupakan salah satu dampak kemajuan peradaban manusia atau tekhnologi komunikasi maupun informasi yang sering dinilai tidak permisif. Hal itu sangat memprihatinkan dan meresahkan apabila keadaan tersebut terus berlanjut.

Untuk menyikapi hal ini, diperlukan juga bimbingan dan dukungan dari orangtua. Sebab, orangtua juga harus memantau perkembangan anak remajanya, dan menjaga agar sampai salah pergaulan. Terutama menyikapi fenomena Facebook yang saat ini sedang marak, serta pemberitaan di media massa yang menyebutkan bahwa banyak sekali korban-korban remaja yang disebabkan oleh penipuan identitas di Facebook.

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap fenomena komunikasi yang terjadi di internet melalui situs Facebook ini. Peneliti ingin mengetahui sikap para orangtua tentang adanya penyalahgunaan akun Facebook untuk melakukan kejahatan.

Peneliti memilih pemberitaan penyalahgunaan Facebook sebagai objek penelitian karena Facebook adalah alat komunikasi melalui media internet yang akhir-akhir ini mulai banyak digunakan orang sebagai tempat untuk mencari teman, baik itu teman baru, ataupun teman lama yang bisa terhubung kembali


(22)

ataupun sebagai ajang mencari jodoh bagi mereka yang tdiak mempunyai waktu luang atau lebih. Karena itulah keberadaan Facebook kini akan menajdi gaya hidup baru bagi mereka, dan dapat dipastikan hampir setiap orang akan mempunyai akun di Facebook.

Responden dalam penelitian ini adalah pembaca jawapos yang dikhususkan pada para orangtua yang memiliki anak remaja, yang mana anak tersebut memiliki akun di situs jejaring social Facebook. Peneliti ingin mengetahui sikap orangtua tentang pemberitaan di harian jawa pos tentang penyalahgunaan akun Facebook untuk kejahatan, penculikan, sampai penipuan.

1.2 Perumusan masalah

Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: “ Sikap Orangtua terhadap pemberitaan penyalahgunaan Facebook dikalangan remaja yang terdapat di harian jawa pos ? ”

1.3 Tujuan penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap orangtua terhadap pemberitaan penyalahgunaan dikalangan remaja yangterdapat di harian jawa pos.


(23)

1.4 Kegunaan penelitian

Kegunaan penelitian ini dapat diharapkan dapat memberikan manfaat secara teoritis dan praktis.

1. Kegunaan teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan masukan atau sumbangan dalam kajian ilmu komunikasi khususnya yang berkaitan dengan tingkat pegetahuan orang tua dalam berkomunikasi melalui internet sebagai referensi yang berguna bagi penelitian selanjutnya.

2. Kegunaan praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai masukan yang berkaitan dengan bagaimana sikap para orangtua terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan yang terdapat di harian jawa pos opini pembaca jawa pos yang mengenai penyalahgunaan facebook dikalangan remaja saat ini .


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Surat Kabar sebagai Media Massa

Surat kabar menurut Sutisna (2003 : 289) merupakan salah satu media penyampai pesan yang mempunyai daya jangkau luas dan massal. Surat kabar berfungsi sebagai penyampai berita kepada para pembacanya.

Munculnya media surat kabar dalam kehidupan manusia memang menghadirkan suatu peradaban, khususnya dalam proses komunikasi dan informasi yang bersifat massa. Kata Massa dalam kaitannya dengan Media Massa mempunyai makna : Banyak orang dalam jumlah relatif besar. Heterogen, berada tidak dalam satu tempat. Anonim, tidak saling mengenal, tidak terlembagakan, dan perhatiannya terikat pada satu pesan, yaitu Pesan dari Medium yang sama, memberikan arus balik secara tunda.

2.1.2 Pengertian Berita

Dean M. Lyle Spencer dalam bukunya yang berjudul News Writings, yang kemudian dikutip oleh George Fox Mott (News Survey Journalism), menyatakan bahwa :

“Berita dapat didefinisikan sebagai setiap fakta yang akurat atau suatu ide yang dapat menarik perhatian bagi sejumlah besar pembaca”


(25)

Sedangkan menurut Mitcel. V. Charnley, menyebutkan “Berita adalah laporan yang tepat waktu mengenai fakta atau opini yang memiliki daya tarik atau hal penting atau kedua-duanya bagi masyarakat luas” (Muda, 2003:22)

Dja’far H. Assegaff dalam bukunya Jurnalistik Masa Kini, mendefinisikan berita dalam arti jurnalistik sebagai berikut :

“Berita sebagai laporan tentang fakta atau ide yang termasa dan terpilih oleh staf redaksi suatu harian untuk disiarkan, yang kemudian dapat menarik pembaca. Entah karena luar biasa; karena penting atau akibatnya; karena mencakup segi-segi human interest seperti humor, emosi, dan ketegangan” (Assegaff, 1982 : 24)

Cakupan tersebut dapat dicatat bahwa kata-kata seperti fakta, akurat, ide, tepat waktu, menarik, penting, opini, dan sejumlah pembaca merupakan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian. Dengan demikian disimpulkan bahwa berita adalah suatu fakta, ide, atau opini actual yang menarik dan akurat serta dianggap penting bagi sejumlah besar pembaca, pendengar, penonton. (Muda, 2003 : 22).

Sebuah berita menjadi menarik untuk dibaca, didengar, atau ditonton, jika berita tersebut memiliki nilai atau bobot yang berbeda antara satu dan yang lainnya. Nilai berita tersebut sangat tergantung pada pertimbangan seperti berikut (Muda, 2003 : 29-39)

1. Timeliness

Timeliness berarti waktu yang tepat, artinya memiliki berita yang akan disajikan harus sesuai dengan waktu yang dibutuhkan oleh masyarakat pembaca atau pemirsa.


(26)

2. Proximity

Proximity artinya kedekatan. Kedekatan disini maknanya sangat bervariasi yakni dapat berarti dekat dilihat dari segi lokasi, pertalian, ras, profesi, kepercayaan, kebudayaan, maupun kepentingan terkait yang lainnya.

3. Prominence

Prominence artinya adalah orang yang terkemuka. Semakin seseorang itu terkenal maka akan semakin menjadi bahan yang menarik pula.

4. Consequence

Consequence artinya konsekuensi atau akibat. Pengertiannya yaitu, segala tindakan atau kebijakan, peraturan, perundangan dan lain-lain yang dapat berakibat merugikan atau menyenangkan orang banyak merupakan bahan berita yang menarik.

5. Conflict

Conflict (konflik) memiliki nilai berita yang sangat tinggi karena konflik adalah bagian dalam kehidupan. Di sisi lain berita adalah sangat berhubungan dengan peristiwa kehidupan.

6. Development

Development (pembangunan) merupakan materi berita yang cukup menarik apabila reporter yang bersangkutan mampu mengulasnya dengan baik.

7. Weather

Weather (cuaca) di Indonesia atau di negara-negara yang berada di sepanjang garis khatulistiwa memang tidak banyak terganggu.


(27)

8. Sport

Berita olah raga sudah lama daya tariknya. 9. Human Interest

Kisah-kisah yang dapat membangkitkan emosi manusia seperti lucu, sedih, dramatis, aneh, dan ironis merupakan peristiwa dari segi human interest.

2.1.3 Jenis Berita

Berita pada umumnya dapat dikategorikan menjadi tiga bagian yaitu hard news (berita berat), soft news (berita ringan), dan investigative report (laporan penyelidikan). Ketiga kategori tersebut akan dapat mewadahi apa yang telah diuraikan diatas tentang cara memilih materi berita. Penbedaan terhadap tiga kategori tersebut didasarkan pada jenis peristiwa dan cara penggalian data. (Muda, 2005 : 40-42).

1. Hard News

Hard News adalah berita tentang peristiwa yang dianggap penting masyarakat baik sebagai individu, kelompok, maupun organisasi. Berita tersebut misalnya tentang diberlakukannya suatu kebijakan baru pemerintah. Ini tentu saja akan menyangkut hajat orang banyak sehingga orang ingin mengetahuinya. Karena itu harus segera diberitakan.

Reporter yang pandai bahkan seringkali menginformasikan berita tersebut lebih awal sebelum kebijakan tersebut diturunkan. Tentu dengan mengetengahkan sumber-sumber yang dapat meyakinkan pemirsa. Misalnya tentang adanya isu pergantian pejabat atau adanya kenaikan harga. Hard news


(28)

juga termasuk kejadian international, keadaan masyarakat, masalah ekonomi, kriminal, kerusakan lingkungan, maupun berita tentang berita ilmu pengetahuan.

2. Soft News

Soft News sering juga disebut dengan feature yaitu berita yang tidak terikat dengan aktualitas namun memiliki daya tarik bagi pembacanya. Berita-berita semacam ini seringkali lebih menitik beratkan pada hal-hal yang dapat menakjubkan atau mengherankan pembaca. Ia juga dapat menimbulkan kekhawatiran bahkan ketakutan atau mungkin juga menimbulkan simpati. Obyeknya bisa manusia, hewan, benda, tempat, atau apa saja yang dapat menarik perhatian pemirsa. Misalnya tentang lahirnya hewan langka di kebun binatang, anjing menggigit majikannya, atau masyarakat kecil mendapatkan lotere milyaran rupiah.

Bagi surat kabar, berita ringan ini sangat diperlukan dalam setiap penyajian bulletin berita. Hal ini karena berita ringan juga dapat berfungsi sebagai selingan diantara berita-berita berat yang diberitakan pada awal sajian. Secara psikologis, pembaca yang mendapatkan sajian berita berat dari awal hingga akhir akan merasa tegang terus karena itu perlu interval. Iklan di dalam berita juga sesungguhnya juga punya fungsi yang sama selain fungsi promosi produk.


(29)

3. Investigative Report

Investigative Report disebut juga laporan penyelidikan, investigasi adalah jenis berita yang eksklusif. Datanya tidak bisa diperoleh di permukaan, tetapi harus dilakukan berdasarkan penyelidikan. Sehingga penyajian berita seperti ini membutuhkan waktu yang lama dan tentu akan menghabiskan energi reporternya.

Berita penyelidikan ini sangat menarik karena cara mengungkapkannya pun tidak mudah. Seseorang reporter untuk dapat melakukan tugas ini harus memiliki banyak sumber orang-orang dalam mendapatkan jaminan untuk tidak terekspos karena keselamatan diri mereka.

Berita penyelidikan untuk media televisi akan lebih sulit dilakukan dibandingkan dengan berita yang sama untuk media cetak. Televisi membutuhkan gambar bahkan wajah orang yang diwawancarai. Namun teknologi elektronika kini memungkinkan untuk dapat mengaburkan wajah orang yang akan diwawancarai agar dapat terhindar dari kemungkinan bahaya atas apa yang ia sampaikan dalam wawancara televisi.

2.1.4 Pembaca Sebagai Khalayak Media Massa

Khalayak surat kabar sangat heterogen, karena semuanya hendak dijangkau, kecuali anak-anak. Sekitar 98 pembaca surat kabar selalu membaca berita di halaman pertama, namun hanya 58 persen yang juga membaca


(30)

artikel-artikel lainnya. Namun topik berita biasanya lebih penting daripada nomor halaman, karena yang dicari tiap pembaca juga berlainan.

Usia, pendidikan, jenis kelamin, dan status sosio-ekonomi merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi apa yang hendak dibaca, demikian hasil penellitian Wilbur Schramm dan David Manning. Secara umum, pembaca muda menyukai artikel-artikel hiburan, sedangkan mereka yang lebih berumur menyukai informasi dan masalah-masalah umum. Pembaca dewasa lebih banyak membaca berita ketimbang pembaca muda yang lebih tertarik dengan gambar-gambar atau fotonya saja. Mereka yang berpendidikan cenderung mencari informasi, sedangkan yang kurang berpendidikan lebih suka dengan artikel-artikel hiburan.

Jumlah surat kabar yang dibaca juga berbanding lurus dengan tingkat pendidikan. Pembaca pria biasanya lebih serius menyimak berita ketimbang pembaca wanita. Mereka yang status sosio-ekonominya lebih tinggi cenderung lebih banyak membaca berita, artikel olahraga, dan masalah-masalah sosial. Meskipun demikian, mereka sama senangnya menyimak gambar dan foto seperti kalangan yang statusnya lebih rendah.

2.1.5 Pengertian Sikap

Sikap adalah suatu kecenderungan untuk memberikan reaksi yang menyenangkan, tidak menyenangkan atau netral terhadap suatu obyek atau sebuah kumpulan objek.sikap relative menetap, berbagai studi menunjukkan bahwa sikap


(31)

kelompok cenderung dipertahankan dan jarang mengalami perubahan. (Rakhmat, 2002:39).

Dapat dipahami bahwa setiap manusia dilingkupi dengan masalah-masalah yang mengharuskan untuk memiliki sikap. Sikap dikatakan sebagai respon yang akan timbul bila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki timbulnya reaksi individu. Respon yang timbul terjadi sangat evaluatif berarti bentuk respon yang dinyatakan sebagai sikap itu didasari oleh proses evaluasi dalam diri individu yang memberi kesimpulan nilai terhadap stimulus dalam bentuk baik atau buruk, positif atau negative, menyenangkan atau tidak menyenangkan, suka atau tidak suka, yang kemudian mengkristal sebagai potensi reaksi terhadap objek sikap. (Rakhmat, 2001:40)

Sikap terbentuk dengan adanya pengalaman dan melalui proses belajar. Dengan adanya pendapat seperti ini maka mempunyai dampak terapan, yaitu bahwa berdasarkan pendapat tersebut bisa disusun berbagai upaya (pendidikan, komunikasi dan lain sebagainya) untuk mengubah sikap seseorang. (Rakhmat, 2001:42)

Pada hakekatnya sikap adalah merupakan suatu interelasi dari berbagai komponen, dimana komponen-komponen tersebut ada tiga (3), yakni :

1. Komponen Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya. Dari pengetahuan ini kemudian akan terbentuk suatu keyakinan tertentu tentang objek sikap tersebut.


(32)

2. Komponen Afektif

Yaitu yang berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang. Jadi, sifatnya evaluatif yang berhubungan erat dengan nilai-nilai kebudayaan atau system nilai yang dimilikinya.

3. Komponen Konatif

Yaitu merupakan kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang berhubungan dengan objek sikapnya. (Mar’at dalam Dayakisni, 2003:96)

Apabila dikaitkan dengan tujuan komunikasi yang terpenting adalah bagaimana cara agar suatu pesan (isi atau contents) yang disampaikan oleh komunikator tersebut mampu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan. Adapun dampak yang ditimbulkan tersebut dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yaitu :

a. Dampak kognitif adalah dampak yang timbul pada komunikan yang menyebabkan seseorang menjadi tahu. Disini pesan yang disampaikan komunikatorditujukan kepada pikiran si komunikan. Dengan kata lain tujuan komunikator hanyalah berkisar pada upaya mengubah pikiran dari komunikan, apa yang diketahui, dipahami atau dipersepsi oleh komunikan tersebut.

b. Dampak Afektif adalah dampak yang timbul bila ada perubahan pada apa yang disarankan, disenangi atau dibenci khalayak. Disini tujuan komunikator bukan hanya sekedar komunikan tahu tetapi juga tergerak hatinya.


(33)

c. Dampak Konatif (behavioral), merupakn dampak yang merujuk pada perilaku nyata yang dapat diamati, meliputi pola-pola tindakan, kegiatan atau kebiasaan berperilaku. (Rakmat, 2005:219)

Adapun tolak ukur terjadinya pengaruh terhadap sikap seseorang dapat diketahui melalui respon ataupun tanggapan yang dapat dibagi dalam tiga jenis, yaitu : (a) respon positif, jika seseorang menyatakan setuju ; (b) respon negative, jika seseorang menyatakan tidak setuju ; (c) respon netral, jika seseorang tidak memberikan pendapatnya tentang suatu objek. (Effendy, 1993:6-7)

Berdasarkan uraian diatas maka dapat dijelaskan bahwa akan terjadi perubahan sikap komunikan apabila komunikasi yang dilakukan antara komunikator dengan komunikan mempunyai efek, apabila komunikasi dilakukan antara komunikator dengan komunikan “gagal” maka tidak akan terjadi perubahan sikap pada komunikan. Dalam penelitian ini menunjukkan kecenderungan sikap positif, netral, atau negative dengan melihat jumlah skor yakni sangat tidak setujun (STS), tidak setuju (TS), setuju (S) dan sangat setuju (SS). Dengan demikian dapat dipertegas bahwa untuk mengetahui sikap komunikan dapat diketahui melalui efek komunikasi.


(34)

2.1.6. Pengertian Orang TuaTerhadap PenyalahGunaan Facebook Di Kalangan Remaja

Menurut kamus besar bahasa indonesia,oranga tua adalah Komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu dan merupakan hasil dari ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Orang memiliki tanggung jawab untuk mendidik dan mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk memncapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk saiap dalam kehidupan bermasyarakat.

Sedangkan pengertian orang tua diatas tidak lepas dari pengertian keluarga, karena orang tua merupakan bagian keluarga besar yang sebagian besar telah tergantikan oleh keluarga inti yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak.

Secara tradisional, keluarga diartikan sebagai dua atau lebih orang yang dihubungkan dengan pertalian darah, perkawinan atau adopsi (hukum) yang memiliki tempat tinggal bersama. Sedang Morgan dalam Sitorus(1988;45) menyatakan bahwa keluarga merupakan suatu grup sosial primer yang didasarkan pada ikatan perkawinan (hubungan suami-istri) dan ikatan kekerabatan (hubungan antar generasi, orang tua – anak) sekaligus. Namun secara dinamis individu yang membentuk sebuah keluarga dapat digambarkan sebagai anggota dari grup masyarakat yang paling dasar yang tinggal bersama dan berinteraksi untuk memenuhi kebutuhan individu maupun antar individu mereka.


(35)

2.1.7 Situs Facebook

Facebook adalah situs web jaringan sosial yang diluncurkan pada 4 Februari 2004 dan didirikan oleh Mark Zuckerberg, seorang lulusan Harvard dan mantan murid Ardsley High School. Keanggotaannya pada awalnya dibatasi untuk siswa dari Harvard College. Dalam dua bulan selanjutnya, keanggotaannya diperluas ke sekolah lain di wilayah Boston (Boston College, Boston University, MIT, Tufts), Rochester, Stanford, NYU, Northwestern, dan semua sekolah yang termasuk dalam Ivy League. Banyak perguruan tinggi lain yang selanjutnya ditambahkan berturut-turut dalam kurun waktu satu tahun setelah peluncurannya. Akhirnya, orang-orang yang memiliki alamat surat-e suatu universitas (seperti .edu, .ac.uk, dll) dari seluruh dunia dapat juga bergabung dengan situs ini.

Selanjutnya dikembangkan pula jaringan untuk sekolah-sekolah tingkat atas dan beberapa perusahaan besar. Sejak 11 September 2006, orang dengan dengan alamat surat apa pun dapat mendaftar di Facebook. Pengguna dapat memilih untuk bergabung dengan satu atau lebih jaringan yang tersedia, seperti berdasarkan sekolah tingkat atas, tempat kerja, atau wilayah geografis.

Hingga Juli 2007, situs ini memiliki jumlah pengguna terdaftar paling besar di antara situs-situs yang berfokus pada sekolah dengan lebih dari 34 juta anggota aktif yang dimilikinya dari seluruh dunia. Dari September 2006 hingga September 2007, peringkatnya naik dari posisi ke-60 ke posisi ke-7 situs paling banyak dikunjungi, dan merupakan situs nomor satu untuk foto di Amerika Serika, mengungguli situs publik lain seperti Flickr, dengan 8,5 juta foto dimuat setiap harinya.


(36)

2.1.8 Berita Penyalahgunaan Facebook Dikalangan Remaja di Jawa Pos Dalam pemberitaan surat kabar harian Jawa Pos yang berjudul“lagi facebook makan korban” dan “hilang bersama teman facebook” baiknya para orangtua ikut berusaha memperhatikan anak-anak mereka terutama para remaja yang memiliki akun facebook,baiknya orangtua memperhatikan dengan siapa-siapa saja anak-anak mereka berteman,dan apa saja aktifasi mereka dalam akun facebook tersebut,sehingga nantinya para orangtua tidak merasa kecolongan apabila anak-anak mereka beteman dengan orang-orang yang mungkin saja baru mereka kenal dalam situs jejaringan facebook tersebut.

Dan disini nantinya para orangtua diharapkan dapat member pengertian pada anak-anak meraka,agar lebih berhati-hati dalam menerima permintaan teman,dan agar meraka tidak mudah percaya begitu saja dengan orang-orang yang baru saja mereka kenal,apalagi dalam situs jejajringan facebook,dan juga para orangtua juga nantinya dapat menemani anak-anak mereka pada saat mereka membuka akun dari jejaringan facebook tersebut,sehingga dengan demikian oarangtua juga dapat memantau anak-anak merak,dan diharapkan tidak terjadi lagi hal-hal yang tidak diinginkan,apalagi bisa dibilang para remaja adalah sosok yang apaling rentan menerima segala sesuatu yang baru apalagi itu melalui dunia maya,seperti saat-saat ini.

Pada penelitian ini, peneliti hanya akan mengkaji sejauh mana sikap para orangtua di Surabaya terhadap pemberitaan di harian jawa pos yang pada kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja. Dapat ditarik sebuah indicator penelitian dalam sikap orangtua di Surabaya terhadap pemberitaan media cetak


(37)

tentang kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja yaitu sikap terhadap pemberitaan tersebut,antara lain sikap berdasarkan manfaat yang diperoleh individu dan sikap berdasarkan pemberitaan tersebut .

Orangtua di Surabaya sebagai khalayak yang membaca pemberitaan cetak pada kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja akan meperhatikan mencoba mengerti dan dapat menerima isi pesan sehingga memunculkan respon.hal ini membuktikan bahwa pemberitaan cetak pada kasus penyalahgunaan facebook dikalangan remaja dapat memberikan suatu sikap bagi orangtua sebagai khalayak yang membaca pemberitaan tersebut.

2.1.9 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus-Organism-Response ini berasal dari kajian psikologi. Teori masuk ke dalam salah satu teori komunikasi sebab objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama, yaitu intinya meliputi komponen sikap, opini, perilaku, dan konasi. (Effendy, 1993 : 253).

Menurut teori ini, efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus tertentu, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi khalayak. Selain itu, teori ini menjelaskan mengenai pengaruh yang terjadi pada pihak penerima sebagai akibat dari proses komunikasi. (McQuail, 1991 : 234).


(38)

Dampak atau pengaruh yang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. Dengan demikian, besar kecilnya pengaruh serta dalam bentuk apa pengaruh itu terjadi, tergantung pada isi dan penyajian stimulus tersebut. Unsur-unsur dalam model ini adalah :

1. Pesan (stimulus/message). Merupakan rangsangan yang disampaikan komunikator kepada komunikannya. Pesan yang disampaikan tersebut dapat berupa tanda atau lambing.

2. Komunikan (organism).

3. Efek (response). Merupakan dampak yang muncul akibat dari proses komunikasi. Efek dari perubahan sikap adalah kognitif, afektif, dan konatif. (Effendy, 1993 : 254).

Mengutip pendapat dari Hovland, Janis, dan Kelley yang menyatakan bahwa dalam menelaah opini yang baru, ada 3 variabel penting, yaitu :

1. Perhatian 2. Pengertian 3. Penerimaan

Teori S-O-R dapat digambarkan sebagai berikut :

RESPONSE ORGANISM :

PERHATIAN PENGERTIAN PENERIMAAN  STIMULUS

Gambar 2.1


(39)

Gambar di atas menunjukkan hubungan teori ini dengan penelitian, dimana rangsangan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan berupa berita yang disajikan dengan tema Penyalagunaan Facebook di kalangan remaja, kemudian mendapat perhatian, pengertian, dan penerimaan dari masyarakat yaitu orang tua di Surabaya. Setelah itu timbul respon dari masyarakat berupa sikap.

2.2 Kerangka Berpikir

Facebook merupakan satu dari beberapa situs pertemanan dengan ide social networking untuk menjalin sosialisasi di dunia maya. Facebook adalah situs jejaring social dimana orang yang minim tekhnologinya pun bisa bergabung dengan mudah. Facebook merupakan salah satu layanan jaringan social internet yang gratis, dimana pengguna dapat membentuk jaringan dengan mengundang teman. Orang-orang di seluruh dunia tengah gandrung dengan mesin ajaib ini.

Dengan melihat data di Alexa, Facebook adalag mesin jejaring social nomor satu. Sementara, untuk keseluruhan situs dunia, Facebook menempati ranking ke 5 setelah Yahoo, Google, YouTube, dan Windows Live. Data ComScore Mei 2008 menyebutkan, situs web ini dikunjungi 123,9 juta orang. Namun baru saja beberpaa hari berlalu di tahun 2009, Facebook sudah berhasil mencatat sejarah baru dengan mencatatkan adanya 150 juta pengguna aktif.

Inilah zaman baru, zaman yang merevolusi cara orang berkomunikasi dan berjejaring. Tekhnologi telah menisbikan ruang dan waktu dan batas social. Komunikasi terjalin sedemikian intens dalam kesunyian, tanpa kata-kata. Tidak ada suara. Keriuhan komunikasi jutaan orang di dunia berlangsung riuh dalam


(40)

aneka symbol. Kalaupun ada keriuhan itu terjadi hanya di dalam benak mereka yang termangu di depan komputer. Zaman yang aneh, karena kode-kode berupa huruf dan angkamampu mencipta realitas lain di dunia maya. Realitas baru ini terepresentasikan sedemikian utuhnya meski hanya berupa symbol, mulai dari sekedar mengirim secangkir kopi, memeluk dan mencium mesra. Meski hanya berupa kode interaktivitas ini mampu membuat enzim kimiawi pembawa emosi di dalam tubuh kita bergejolak juga. Bdi dunia maya itu terbit rasa senang, sedih,

bahagia, cemburu, kesal, dan lain sebagainya. (http://tekno.kompas..com/read/xml/2008/11/12/17403822/i/love.facebook.epide

mi.skizofrenia.)

Dengan adanya facebook yang saat ini muncul banyak sekali remaja yang menjadi korban kejahatan di dunia maya,apalagi remaja merupakan sosok yang sangat rentan dengan hal-hal negative.para remaja ini cenderung mencoba-coba atau meniru-niru hal-hal yang dilihatnya,apalagi jika hal-hal yang dilihatnya adalah sesuatu yang negative maka akan menjadi suatu masalah karena hal tersbut sangat tidak pantas diikuti oleh para remaja.hal ini juga dapat mempengaruhi perkembangan kepribadian para remaja dan dapat merusak kejernihan pikiran yang mengakibatkan timbulnya tindakan amoral.hal tersebut dikarenakan usia remaja yang masih sangat labil.

Dengan adanya pemberitaan tentang hilangnya remaja putri karena penyalahgunaan facebook sehingga memperkuat bahw facebook juga dapat menimbulkan tindakan negative jika tidak ada kontrol yang baik khusunya dari pihak oarangtua kepada anaknya.


(41)

Sehingga inti dari penelitan ini adalah dapat mempengaruhi tindakan, sikap dan perilaku orangtua dalam mengontrol anaknya. Yang tadinya sosialisasi hanya dilakukan langsung secara tatap muka, kini bergeser dengan menggunakan sarana teknologi yaitu dengan situs pertemanan Facebook ini. Boleh dikata, saat ini siapa sich yang tidak punya account di Facebook ? tetapi apakah semua pengguna, remaja di Surabaya dapat mengerti dengan baik untuk apa fitur – fitur yang terdapat dalam Facebook tersebut, sesuai dengan fungsi Facebook sebagai sarana komunikasi dan situs pertemanan yang sedang booming saat ini ? ataukah para remaja itu hanya sekedar mengikuti trend saja ?

. Teori S-O-R singkatan dari Stimulus-Organism-Response. Stimulus sendiri berate pesan diantara dua unsure komunikasi yaitu komunikator dan komunikan. Komunikator memberikan pesan berupa tanda, lambang, dan gambar kepada komunikan. Organism berarti diri komunikan sebagai penerima pesan atau informasi dari komunikator. Setelah komunikan memperhatikan tanda, lambang maupun gambar. Kemudian komunikan merespon dengan cara memperhatikan dan memahami pesan yang disampaikan. Selanjutnya Response diartikan efek sebagai akhir dalam proses komunikasi. Keberhasilan dalam proses komunikasi adalah menimbulkan perubahan konatif, afektif, dan kognitif pada diri komunikan. Dampak atau pengaruhyang terjadi merupakan suatu reaksi tertentu dari rangsangan tertentu. (Sendjaja, 1999:71) Dan definisi dari efek kognisi tersebut adalah perubahan pengetahuan.


(42)

Organism : Perhatian, Pengertian,

Penerimaan

Response : Sikap Orang Tua  Positif

 Netral  Negatif

Stimulus : Pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan

remaja

Gambar 2.2


(43)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metodelogi Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif kuantitatif. Adapun pengertian dari penelitian deskriptif adalah penelitian yang hanya memaparkan situasi atau peristiwa (Rakhmat, 2002: 24). Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta ataupun karakteristik populasi tertentu secara faktual dan cermat (Rakhmat, 2002: 22). Penelitian ini menggunakan data kuantitatif yaitu data yang kongkrit (tangible) dan terukur (Ruslan, 2003: 28).

3.2 Definisi Operasional 3.2.1 Sikap

Sikap yang dimaksud peneliti dalam penelitian ini adalah sikap orangtua terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja di harian jawa pos yang diukur dengan mengenakan aspek sikap yang meliputi kognitif, afektif serta konatif. Aspek sikap kognitif yaitu pengetahuan orangtua tentang pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja atau sejauh mana orangtua mengerti informasi tentang pemberitaan tersebut. Pada aspek afektif yaitu mengetahui bagaimana perasaan orangtua tentang adanya pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja apakah senang atau tidak senang. Sedangkan aspek konatif adalah sejauh mana orangtua mau memanfaatkan


(44)

tentang adanya pemberitaan tersebut. Pengukuran adalah dengan menggunakan tingkat sangat setuju, setuju, tidak setuju, serta sangat tidak setuju. Untuk selanjutny dianalisis untuk mengetahui sikap orang tua dalam tiap aspek sikap.

Nilai untuk masing-masing jawaban adalah: a. Sangat Setuju (SS) = 4

b. Setuju (S) = 3

c. Tidak Setuju (TS) = 2 d. Sangat Tidak Setuju (STS) = 1

Untuk pilihan jawaban “Netral” sengaja tidak dicantumkan dalam kuesioner, responden di arahkan untuk tidak menjawab “Netral” dengan alasan: 1. Jawaban ini memiliki arti ganda, bias diartikan belum dapat memberikan

jawaban, netral atau ragu-ragu. Kategori jawaban yang memiliki arti ganda ini tidak diharapkan dalam instrumen.

2. Jawaban “Netral” menimbulakan kecenderungan untuk menjawab “Netral”, terutama bagi mereka yang ragu-ragu akan kecenderungan jawabannya.

3. Jawaban “Netral” akan menghilangkan banyak data penelitian, sehingga mengurangi banyak informasi yang dapat dijaring dari responden (Hadi, 2000: 20).

Berdasarkan jumlah skor jawaban yang diterima dari masing-masing pertanyaan, maka selanjutnya diberikan batasan-batasan dalam menentukan lebar interval dari sikap yang diukur dari tiap aspek sikap yang terbentuk apakah positif, netral atau negatif, selanjutnya dari penilaian 3 aspek tersebut dapat ditentukan sikap orang tua yang terbentuk apakah itu positif, netral atau negatif. Jika aspek


(45)

yang terbentuk positif maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap positif, Jika aspek yang terbentuk netral maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap netral, dan Jika aspek yang terbentuk negatif dalam artian tidak mendukung maka sikap yang terbentuk menyatakan sikap negatif. Untuk mengetahui tingkatan tersebut dengan menggunakan rumus :

Skor Jawaban Tertinggi – Skor Jawaban terendah Jenjang yang diinginkan

Range = 60 – 15 3 = 45 = 15

3

SS = 4 x 15 = 60 (nilai tertinggi) S = 3 x 15 = 45

TS = 2 x 15 = 30

STS = 1 x 15 = 15(nilai terendah)

Jadi penentuan kategorinya adalah :

1. sikap negatif = 15 – 30 (terendah) 2. sikap netral = 31 – 45 (sedang) 3. sikap positif = 46 – 60 (tertinggi)


(46)

Kemudian apabila skor dan tingkat interval dari tiap-tiap kategori diketahui, maka hasil yang diperoleh akan diinterpretasikan dan di analisis.

Sikap orangtua terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja yang terdapat di harian Jawa Pos dikategorikan ke dalam tiga (3) kategori positif, kategori negatif, dan kategori netral. Dikatakan positif jika oarangtua banyak yang memanfaatkan adanya pemberitaan tersebut, sementara dikatakan negatif jika oarangtua tidak memanfaatkan adanya pemberitaan dan dikatakan netral jika orangtua masih tidak konsisten dengan adanya pemberitaan penyalahgunaan facebook.

3.2.2 Berita penyalahgunaan facebook di harian jawa pos

Berita penyalahgunaan facebook dikalangan remaja adalah sebuah berita yang bertujuan memberikan suatu informasi kepada pembaca jawa pos khususnya orangtua bahwa sebenarnya orangtua perlu mewaspadai putra-putri mereka dalam memngunakan situs pertemanan seperti facebook,hal ini juga dapat menjadi peringatan kepada orangtua agar selalu memberikan nasehat-nasehat kepada putra-putri mereka bahawa,dalam menggunakan facebook mereka perlu mengetahui bagaimana batasan-batasan dalam menjalin pertemanan di facebook, kita sendiri tidak juga sepenuhnya menyalahkan situs jejaringan fecebook yang saat-saat ini sedang marak dikalangan remaja, apalagi situs-situs seperti itu bagi para remaja menrupakan suatu hal baru dan patut untuk diikuti perkembangannya,disini orangtua juga diharapkan dapat megikuti perkembangan yang sedang berlangsung.


(47)

Sehingga nantinya apabila ada hal-hal yang tidak diinginkan oarangtua dapat dengan sigap mengantisipasi terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan,dan nantinya orangtua dapat mengikuti perkembangan yang ada dan dapat membimbing putra-putri mereka yang masih remaja dalam menerima setiap informasi yang ada, karena remaja adalah merupakan sosok yang labil dan cenderung mereka ingin ikut-ikutan dan akhirnya apabila mereka tidak menyaring dengan baik setiap informasi yang masuk kedalam kehiudupan para remaja.

3.3 Pengukura Variabel

Variabel adalah konstruk yang sifat-sifatnya dalam bentuk skala (Rakhmat, 1999: 12). Dalam definisi operasional variabel ini akan dijelaskan variabel-variabel yang akan diamati yang menjadi obyek pengamatan dan penelitian dengan keterkaitan kesimpulan yang dikehendaki. Oleh karena itu variabel sikap orang tua terhadap pemberitaan penyalagunaan facebook di kalangan remaja di jawa pos diukur dengan indikator-indikator sebagai berikut: 1. Komponen kognitif berkaitan dengan keyakinan atau kepercayaan orangtua

mengenai pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja .Pengetahuan seseorang didasarkan pada tingkat pendidikan. Jika tingkat pendidikan seseorang tinggi maka seseorang akan mudah untuk memahami suatu informasi. Pengetahuan ini kemudian akan memberikan keyakinan tertentu dalam diri individu terhadap objek sikap. Pengetahuan disini tentang pemberitaan adanya pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja yang diberitakan di harian jawa pos.


(48)

2. Komponen afektif dibentuk oleh perasaan terhadap objek. Komponen ini berkaitan dengan aspek emosional dari orangtua di Surabaya tentang pemberitaan penyalahgunaan facebook dikalangan remaja. Misalnya, seperti perasaan suka atau tidak suka terhadap pemberitaan tersebut.

3. Komponen konatif berkaitan dengan kecenderungan orangtua memberikan respon positif, netral, atau negative tentang pemberitaan penyalahgunaan facebook yang ada di harian jawa pos . Pada aspek ini seseorang berperilaku sesuai dengan keinginannya sendiri. Jika pemberitan ini memberi dampak positif maka orangtua akan memanfaatkan adanya pemberitaan ini. Jika respon yang diterima positif maka oarangtua mendukung serta memanfaatkan pemberitaan tersebut. Namun, bila orangtua bersikap negatif maka kecenderungannya akan mengkritik adanya pemberitaan tersebut. Sedangkan sikap netral akan muncul jika orangtua benar-benar memanfaatkan adanya pelayanan tersebut.

3.4 Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 3.4.1 Populasi

Populasi adalah generalisasi yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulan (Sugiono, 2003: 257). Dengan demikian populasi merupakan keseluruhan atas objek penelitian yang akan diteliti.

Populasi dalam penelitian ini adalah pembaca surat kabar Jawa Pos yang terkhusus orangtua yang tinggal di Surabaya (memiliki kartu identitas atau


(49)

menetap sementara di Surabaya) . Adapun jumlah populasi dari jumlah pembaca Jawa Pos di Kota Surabaya berjumlah 248.228 (sumber : bagian sirkulasi dan pemasaran Jawa Pos 2009). Alasan mengapa peneliti mengambil Surabaya sebagai lokasi dalam penelitian ini adalah karena program tersebut dilakukan di Kota Surabaya.

Dipilihnya pembaca Jawa Pos yang tertuju pada orangtua adalah karena peneliti ingin mengetahui sejauh mana opini pembaca khususnya orang tua yang mempunyai anak berusia remaja, yang terkait dengan pemberitaan penyalagunaan facebook pada remaja yang sedang marak terjadi belakangan waktu ini, dan menjadi pembicaan banyak orang dan masuk dalam pemberitaan publik.

3.4.2 Sampel dan Teknik Penarikan Sampel

Teknik penarikan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik. Purposive sampling yaitu teknik pententuan sampel dengan pertimbangan tertentu.( Sugiono , 2003:61). Dengan Kriteria :

a. membaca pemberitaan penyalahgunaan Facebook di kalangan remaja di harian jawa pos.

Dengan pernah membaca pemberitaan penyalahgunaan Facebook dikalangan remaja berarti para orangtua mengetahui setiap detailnya pemberitaannya. b. Berlangganaan Harian Jawa Pos minimal 6 bulan

Dengan berlangganan minimal 6 bulan diharapkan pelanggan dapat mengikuti perkembangan berita yang ada secara berkala.


(50)

c. Bertempat tinggal di wilayah Surabaya

d. Berdasarkan uraian di atas maka sampel yang diteliti dalam penelitian adalah keseluruhan pembaca (khusunya orangtua) harian jawa pos di Surabaya.

Untuk menentukan jumlah keseluruhan dari penduduk Surabaya yang membaca media cetak Jawa Pos, maka untuk mencapai tinggkat signifikan yang sama dilakukan perhitungan proposisi dari populasi yang ada, dengan presisi ± 10 % dengan tingkat kepercayaan 90% menurut rumus Yamane (Rakhmat, 2007 : 82) Maka sampel dari penelitian dapat diketahui dengan rumus Yamane, yaitu:

n = N Nd² + 1 Keterangan :

n = jumlah sampel N = jumlah populasi

d = derajat ketelitian 0,1 ; tingkat kepercayaan 90% (Rakhmat, 2007;82)

Menurut bagian sirkulasi dan pemasaran data pembaca Jawa Pos sejumlah 284.228 orang. (sumber : database Jawa Pos tahun 2009 baik pelanggan maupun pembeli eceran (90.558)) Dalam penelitian ini digunakan presisi 10% dan tingkat kepercayaan 90%, sehingga jumlah responden dalam penelitian ini adalah :


(51)

n = N Nd² + 1 = 284.228

284.228(0,1)² +1 = 99.9 = 100 responden

3.5 Sumber dan Jenis Data 3.5.1 Sumber Data

Sumber data dari penelitian ini adalah sumber data primer dan sumber data sekunder. Data primer yaitu data yang langsung diperoleh dari sumber data pertama yang dilokasi penelitian atau objek penelitian (kuesioner). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh oleh sumber kedua atau sumber sekunder dari data yang kita butuhkan (literatur) (Bungin, 2004 :122).

3.5.2 Jenis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua jenis data yang dapat diperoleh, antara lain:

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung dari obyek penelitian (Ruslan, 2003: 29). Data ini diperoleh dari kuesioner dengan pertanyaan tertutup. Kuesioner adalah pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan tertulis untuk dijawab


(52)

(Sugiyono, 2003: 135). Peneliti telah menyediakan pilihan jawaban dengan skala Likert untuk dipilih oleh responden.

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data dalam bentuk yang sudah jadi (tersedia) melalui publikasi dan informasi yang dikeluarkan di berbagai organisasi atau perusahaan (Ruslan, 2003: 29). Data sekunder diperoleh dari sumber-sumber lain selain sumber data primer untuk mendukung keakuratan data. Data sekunder diperoleh melalui observasi, wawancara (interview), buku-buku teks, majalah, dan internet yang mendukung obyek penelitian.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

Metode teknik pengumpulan data yang akan dilakukan peneliti adalah metode kuesioner yang berbentuk rangkaian atau kumpulan pertanyaan, kemudian pertanyaan yang disusun secara sistematis dalam sebuah daftar pertanyaan, kemudian dikirim kepada responden untuk diisi (Bungin, 2004: 130). Dalam penyebaran kuisioner kepada responden, responden terkait didampingi oleh peneliti. Selain itu, peneliti akan melakukan metode wawancara dan observasi untuk mendukung data-data penelitian. Adapun instrument penelitian yang dibutuhkan adalah:

1. Kuesioner

Berupa daftar pertanyaan tertutup yang disebarkan kepada responden guna mendapatkan data akurat berkaitan dengan informasi kebutuhan peneliti di lapangan.


(53)

o o

N F

P 100

3.7 Metode Analisis Data

Metode analisis data dilakukan dengan menggunakan tabel frekuensi data yang telah diklasifikasikan dan dihitung untuk ditampilkan dalam persentase. Yaitu presentase masing-masing data yang menggambarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan penyebaran kuisioner yang diisi oleh responden.

Data yang diperoleh dari hasil kuisioner selanjutnya akan diolah untuk mendeskripsikan. Pengolahan data yang diperoleh dari hasil kuisioner terdiri dari mengedit, mengkode dan memasukkan data tersebut dalam tabulasi data untuk selanjutnya dianalisis secara deskriptif untuk setiap pertanyaan yang diajukan. Data yang didapat dianalisis secara kuantitatif dengan menggunakan rumus :

Keterangan :

P = Persentase Responden F = Frekuensi Responden N = Jumlah Responden

Dengan menggunakan rumus tersebut maka diperoleh persentase yang diinginkan peneliti dengan kategori tertentu. Hasil perhitungan selanjutnya akan disajikan dalam tabel yang disebut tabulasi agar mudah dibaca dan diinterpretasikan


(54)

39  

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

4.1.1 Sejarah Berdirinya Surat Kabar Jawa Pos

Surat kabar Jawa Pos pertama kali diterbitkan pada tanggal 1 Juli 1949 oleh perusahaan bernama PT. Jawa Pos Concern Ltd. berlokasi di Jalan Kembang Jepun 166-169. Pendirinya seorang warga negara Indonesia keturunan, kelahiran Bangka, bernama The Chung Shen (Soeseno Tedjo). Sebagai perintis berdirinya Jawa Pos, Soeseno Tedjo mulanya bekerja di kantor film Surabaya. Soeseno Tedjo bertugas untuk menghubungi surat kabar agar pemuatan iklan filmnya lancar dan dari situ, ia mengetahui bahwa memiliki surat kabar ternyata menguntungkan, maka pada tanggal 1 Juli 1949 surat kabar dengan nama Jawa Pos didirikan. Surat kabar saat itu dikenal sebagai harian Melayu Tionghoa dengan pimpinan redaksi pertama yang bernama Goh Tjing Hok.

Sejak tahun 1951 pemimpin redaksinya adalah Thio Oen Sik. Keduanya dikenal sebagai orang-orang Republikan yang tak pernah goyang. Pada saat itu The Chung Shen dikenal sebagai raja Koran karena memiliki tiga buah surat kabar yang diterbitkan dengan tiga bahasa berbeda. Surat kabar yang berbahasa Indonesia bernama Jawa Post, yang berbahasa Tionghoa bernama Huo Chiau Shin Wan sedangkan De Vrije Pers adalah terbitan bahasa Belanda.


(55)

Pada tahun 1962 harian Van Vrije Pers dilarang terbit berkenaan dengan peristiwa Trikora untuk merebut kembali Irian Jaya dari tangan Belanda. Sebagai gantinya diterbitkan surat kabar berbahasa Inggris dengan nama Indonesia Daily News pada tahun 1981 terpaksa beerhenti karena minimnya iklan. Sedangkan meletusnya G 30 S/PKI pada tahun 1965 menyebabkan pelarangan terbit pada harian Huo Chiau Shin Wan. Maka pada tahun 1981 hanya Jawa Pos yang tetap bertahan untuk terbit dengan oplah yang sangat minim dan memprihatinkan hanya 10.000 eksemplar.

Pada awal terbitnya Jawa Pos memiliki cirri utama terbit pada pagi hari dengan menampilkan berita-berita umum. Terbitan Jawa Pos pertama kali dicetak di percetakan Aqil di Jalan Kiai Haji Mas Mansyur Surabaya dengan oplah 1000 eksemplar. Sejak 1 April 1954 Jawa Pos dicetak di percetakan De Virje Pers di Jalan Kaliasin 52 Surabaya dan selanjutnya dari tahun ke tahun oplahnya mengalami peningkatan.

Tercatat pada tahun 1954-1957 dengan oplah sebesar 4000 eksemplar dan mulai tahun 1958-1964 oplahnya mencapai 10.000 eksemplar. Karena perubahan ejaan pada tahun 1958 Jawa Pos berganti menjadi Djawa Pos dan mulai tahun 1961 berubah menjadi Jawa Pos. Pada periode tahun 1971-1981 oplah tercatat pada 10.000 eksemplar, namun pada tahun1982 terjadi penurunan oplah ke 6.700 eksemplar dengan jumlah pendistribusian 2.000 eksemplar pada kota Surabaya dan sisanya pada kota lain. Penurunan tersebut terjadi karena sistem manajemen yang semakin kacau, tiadanya penerus yang mengelola usaha tersebut serta kemajuan teknologi percetakan yang tidak terkejar. The Chung Shen alias


(56)

Soeseno Tedjo sebagai pemilik perusahaan mnerima tawaran untuk menjual mayoritas dari sahamnya pada PT. Grafiti Pers (penerbit TEMPO) pada tanggal 1 April 1982, pada tanggal itu juga Dahlan Iskan ditunjuk sebagai Pimpinan Utama dan Pimred oleh Dirut PT. Grafiti Pers, Eric Samola, SH untuk membenahi kondisi PT. Jawa Pos Concern Ltd. Hanya dengan waktu dua tahun oplah Jawa Pos mencapai 250.000 eksemplar, dan sejak itulah perkembangan Jawa Pos semakin menakjubkan dan menjadi surat kabar terbesar yang terbit di Surabaya. Pada tahun 1999 oplahnya meningkat lagi menjadi 320.000 eksemplar.

Pada tanggal 29 Mei 1985 sesuai dengan Akta Notaris Lim Shien Hwa, SH No. 8 Pasal 4 menyatakan nama PT. Jawa Pos Concern Ltd. diganti dengan nama PT. Jawa Pos dan sesuai dengan surat Menpen No.I/Per 1/Menpen/84 mengenai SIUPP, khususnya pemilikan saham maka 20 persen dari saham harus dimiliki karyawan untuk menciptakan rasa saling memiliki.

Melejitnya oplah Jawa Pos ini, tidak lepas dari perjuangan dan kepopuleran Jawa Pos mengubah budaya masyarakat Surabaya, pada khususnya dan masyarakat Jawa Timur pada umumnya. Waktu itu budaya masyarakat membaca Koran adalah sore hari. Koran terbesar yang terbit di Surabaya sore hari. Ketika Jawa Pos mempelopori terbit pagi, banyak warga yang menertawai “Koran kok pagi” banyak diantaranya menolak. Banyak agen dan loper yang menolak. Manajemen memutar otak kalau tidak ada loper dan agen, lewat apa Koran ini dipasarkan?. Akhirnya ditemukan cara lain: istri-istri atau keluarga wartawan diminta menjadi agen atau loper Koran termasuk istri Dahlan Iskan sendiri, sebab kendala utama adalah pemasaran. Kedua, gaji wartawan kala itu


(57)

masih kecil, dengan cara ini keluarga Jawa Pos akan menambah pendapatan. Ketiga, memberikan kebanggaan kepada keluarga karyawan Koran Jawa Pos atau usaha suaminya dan kelak di kemudia hari beberapa istri atau keluarga wartawan ini menjadi agen besar Koran Jawa Pos.

Perjuangan dan kepeloporan ini ternyata membuahkan hasil termasuk perubahan mendasar di keredaksian. Warga Surabaya utamanya lebih memilih Koran Jawa Pos dan pada tahun 1985 oplah Jawa Pos telah menembus angka 250.000 eksemplar per hari. Sampai dengan tahun 1985, harian Jawa Pos terbit 16 halaman setiap harinya dan ditambah suplemen Ronce setiap hari Senin, Rabu, Sabtu.

Pada perkembangan selanjutnya, untuk memenangkan persaingan atas ketatnya kompetisi antara lembaga media maka Jawa Pos melakukan berbagai terobosan, diantaranya terbit 24 halaman setiap harinya. Dengan terbit 24 halaman ini, harian Jawa Pos terbagi dalam tiga sesi.

Salah satu hal yang benar-benar membuat kelompok Jawa Pos menjadi sebuah kelompok media yang sangat besar adalah adanya JPNN (Jawa Pos News Networking). JPNN ini dibentuk sebagai salah satu sarana untuk menampung berita dari seluruh daerah di Indonesia dan untuk keperluan sumber berita berbagai media cetak yang berada dalam satu naungan dengan kelompok Jawa Pos, sehingga berita luar daerah tidak perlu mengerjakan layoutnya di Surabaya dan mengirimkan ke JPNN. Ketika media online sedang berkembang, Jawa Pos juga tidak mau ketinggalan ikut berpartisipasi dengan www.Jawa Pos.co.id.


(58)

Ketika dalam waktu singkat Jawa Pos mampu menembus oplah di atas 100.000 eksemplar yang semula dianggap sebagai mimpi, akhirnya Jawa Pos “bermimpi” lagi dengan ambisi menembus oplah 1 juta eksemplar. Berbagai upaya dilakukan baik dengan redaksi pemasaran maupun lainnya untuk menembus angka itu ternyata sulit. Jawa Pos tetap bertahan dengan oplah 400.000 eksemplar. Manajemen lantas memutar otak agar sumber daya dan dana yang dimiliki tetap optimal. Lalu muncullah ide ekspansi yakni membuat koran di daerah-daerah di Indonesia. Ide tersebut muncul dari Dahlan Iskan usai studi di Amerika dan negara maju lainnya dimana setiap kota mempunyai satu koran. Ia berasumsi bahwa di kota-kota besar di Indonesia bisa didirikan satu koran dan ini dilakukan. Dikirimlah orang-orang terbaik Jawa Pos untuk mendirikan koran di berbagai daerah di Indonesia. Ada yang menghidupkan usaha koran yang mau gulung tikar atau tinggal SIUPPnya saja. Ada yang kerja sama dan banyak diantaranya yang didirikan Jawa Pos.

Berhasil di satu kota dilakukan, di kota lain gagal, mencoba lagi di kota lain dan April 2001 anak perusahaan Jawa Pos sudah mencapai 99 grup. Koran-koran yang dahulu menjadi anak perusahaan Jawa Pos kini juga mendirikan koran-koran, majalah, atau tabloid-tabloid yang menjadi cucu dari Jawa Pos.

Kini hampir di seluruh propinsi di Indonesia terdapat Jawa Pos Group kecuali di Aceh dan NTT. Bisnisnya tidak hanya koran namun juga percetakan, pabrik kertas, real estate, hotel, bursa sampai travel agen ini semua berada ditangan Dahlan Iskan.


(59)

Dicetak diatas 360.000 eksemplar setiap hari, Jawa Pos kini menduduki peringkat kedua dalam urutan sepuluh koran besar di Indonesia. Basis pemasaran terkuat berada di Jawa Timur, menyusul berkembang di Kalimantan, Sulawesi, NTB, NTT, hingga Papua. Dengan orientasi segmentasi menengah atas, Untuk meningkatkan kualitas layanan pembaca, Jawa Pos melakukan cetak jarak jauh dengan sistem cetak jarak jauh (SCJJ) di Bali, Banyuwangi, Nganjuk, Solo, Jakarta, Balikpapan, Banjarmasin, dan dipersiapkan di beberapa kota lain di Indonesia. Jawa Pos mulai diminati warga Indonesia yang tinggal di Malaysia dan Arab Saudi. Kini Jawa Pos terbit 48 halaman.

1. Koran 1 (Bagian utama) memuat liputan-liputan utama mengenai peristiwa nasional maupun internasional.

2. Koran 2 (Olah raga / sportivo) memuat berita seputar olah raga.

3. Koran 3 (Metropolis) memuat berita-berita tentang daerah Surabaya dan seputar Jawa Timur.

4.1.2 Gambaran Umum Surabaya

Kota Surabaya adalah ibukota provinsi Jawa Timur, Indonesia. Surabaya merupakan kota terbesar kedua di Indonesia setelah Jakarta. Dan sudah tentu menjadi sasaran dari perkembangan teknologi yang semakin cepat. Selain itu, Surabaya adalah lokasi dimana surat kabar harian Jawa Pos melakukan aktivitas produksi kemediaannya.

Yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah masyarakat Surabaya, khususnya orang tua yang berusia 35 – 60 tahun dan berlangganan


(60)

harian Jawa Pos minimal 6 bulan. Pada usia tersebut orang tua mempunyai anak beranjak remaja yang memunculkan tingkat kekhawatiran bagi mereka sebagai orang tua.

4.2. Penyajian Data dan Analisis Data 4.2.1 Identitas Responden

Data yang ada pada bagian ini adalah data-data yang diperoleh berdasarkan karakteristik responden yang meliputi usia, tingkat pendidikan terakhir dan status responden. Data ini diperlukan untuk dapat menjelaskan secara umum responden yang ada selengkapnya tertera pada tabel-tabel berikut ini :

1. Usia Responden

Berdasarkan hasil kuesioner, maka dapat diketahui bahwasannya usia dari 100 responden dalam penelitian ini berkisar antara 35 tahun sampai dengan 60 tahun. Uintuk lebih jelasnya disajikan dalam table berikut..

Tabel 4.1

Karakteristik Responden Berdasarkan Usia (n = 100)

NO USIA RESPONDEN F %

1 35 – 40 tahun 44 44

2 41 – 47 tahun 29 29

3 48 – 54 tahun 25 25

4 55 – 60 2 2

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.1

Dari hasil tabel 4.1 dapat dilihat bahwa responden yang diperoleh oleh peneliti berjumlah 100 responden dengan usia yang berbeda-beda. Pada tabel di atas dapat diketahui bahwa rata-rata responden dalam penelitian yang merupakan


(61)

orang tua di Surabaya. Antara lain pada tabel 1 menjelaskan bahwa responden yang berusia 35 – 40 sebanyak 40 orang sampai dengan 41 - 47 tahun sebanyak 27 orang atau 24% dari keseluruhan jumlah responden. Responden yang berusia 48 - dengan 54 tahun sebanyak 25 orang atau 30% dari total keseluruhan responden. Sedangkan sisanya responden yang berusia 54 sampai dengan 60 tahun berjumlah 8 orang atau 8% dari total keseluruhan jumlah responden.

2. Pendidikan Terakhir Responden

Berdasarkan tabel 4.2 dibawah ini menjelaskan tentang identitas responden mengenai pendidikan terakhir yang disandang oleh responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.2

Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan (n = 100)

NO PENDIDIKAN F %

1 SD 0 0

2 SMP / Sederajat 0 0

3 SMA / Sederajat 25 25

5 Sarjana/Pasca sarjana 75 75

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.2

Dari hasil tabel 4.2 diketahui bahwa sebesar 75% responden memiliki pendidikan terakhir Sarjana/Pasca sarjana, 25% ressponden memilii pendidikan SMA (Sekolah Menengah Atas), sedangkan 0% responden pendidikannya terakhirnya SMP (Sekolah Menengah Pertama) dan sisanya sebesar 0% mempunyai pendidikan terakhir SD (Sekolah Dasar).


(62)

3. Jenis Kelamin Responden

Identitas responden berikutnya adalah mengenai jenis kelamin responden, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 4.3

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin (n = 100)

NO JENIS KELAMIN F %

1 Laki-laki 44 44

2 Perempuan 56 56

JUMLAH 100 100

Sumber : kuesioner I.3

Dari hasil tabel 4.3 diatas menunjukkan bahwa sebagian besar responden y dalam penelitian ini mempunyai jenis kelamin perempuan, yaitu sebanyak 56% responden . Sedangkan selebihnya dari responden dalam penelitian ini adalah berjenis kelamin laki - laki, yakni 44% responden.

4.3. Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook Pada Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos

Berikut ini adalah data yang menunjukkan tentang sikap responden yaitu Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook pada kalangan remaja di Surabaya di Harian Jawa Pos. Adapun sikap orang tua di Surabaya mengenai penyalahgunaan facebook pada kalangan remaja di media cetak yang dalam hal ini objeknya adalah harian Jawa Pos sebagai penyalur informasi dapat diukur dari beberapa indikator sebagai berikut :

4.3.1 Aspek Kognitif

Yaitu komponen yang tersusun atas dasar pengetahuan atau informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya.dari pengetahuan ini kemudian


(63)

akan terbentuk suatu kayakinan tertentu tentang objek sikap tersebut. Aspek kognitif dalam penelitian ini meliputi pengetahuan, pemahaman orang tua di Surabaya tentang pemberitaan penyalahgunaan facebook yang terjadi pada kalangan remaja melalui harian Jawa Pos sehingga dapat membentuk sebuah keyakinan tersendiri. Hal ini diukur dengan 5 pertanyaan yang telah disusun oleh peneliti dan kemudian diajukan agar responden yaitu dalam bentuk kuisioner dengan beberapa kategori. Kemudian pada masing-masing kategori diberikan skor dari yang tertinggi ke yang terendah secara berurutan. Diperoleh data, bahwa skor tertinggi adalah 20 dan skor terendah adalah 5. Perolehan dari perhitungan tersebut serta pengkategoriannya adalah sebagai berikut :

1. Skor tertinggi diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban tertinggi responden, yaitu 4 x 5 = 20

2. Skor terendah diperoleh dari banyaknya pertanyaan dikalikan dengan skor jawaban terendah, yaitu 1 x 5 = 5

Maka perhitungan interval skornya adalah sebagai berikut :

Range = Skor tertinggi - Skor terendah Jenjang yang diinginkan

3 = 20 - 5 = 5

Jadi penentuan kategorinya adalah sebagai berikut : 1. Aspek Kognitif Negatif = 5 - 10

2. Aspek Kognitif Netral = 11 - 15 3. Aspek Kognitif Positif = 16 - 20


(64)

Dengan demikian jika dimasukkan kedalam tabel frekuensi dapat dilihat seperti tabel-tabel dibawah ini :

1. Pengetahuan responden terhadap berita tentang kaburnya nova dan Stefani bersama teman facebooknya.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner dapat diketahui bahwa 100 responden mengetahui berita kaburnya Nova dan Stevani melalui pemberitaan di harian Jawa Pos. Untuk mengetahui Aspek kognitif para responden mengenai pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.4:

Tabel 4.4

Responden Mengetahui Isu kaburnya Nova dan Stevani melalui di harian Jawa Pos (n = 100)

No Sikap kognitif Jumlah %

1 Sangat Setuju 64 64

2 Setuju 32 32

3 Tidak Setuju 3 3

4 Sangat Tidak Setuju 1 1

Total 100 100

Sumber : Kuesioner II.1

Dari hasil tabel 4.4 diatas dapat diketahui bahwa dari 100 orang responden sebesar 64% responden menyatakan sangat setuju, 32% responden menyatakan setuju, 3% menyatakan tidak setuju dan sisanya 1% menyatakan sangat tidak setuju. Dari data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden sangat setuju mereka mengetahui berita mengenai isu kaburnya Nova dan Stevani melalui pemberitaan di harian Jawa Pos, yakni 64% responden. Hal ini mencerminkan bahwa sebagian besar dari orangtua di Surabaya mengetahui berita isu kaburnya Nova dan Stevani,sedangkan sebanyak 32% responden menyatakan setuju dalam hali ini mengapa respondern menyatakan setuju karena memang mereka [pernah


(65)

membaca pemberitaan yang dimana didalam pemberitaan tersebut ada remaja putri yang kabur bersama teman facebooknya,lalu sebanyak 3% responden menyatakan tidak setuju karena responden tidak hanya mengetahui pemberitaan tersebut melalui harian jawa pos tetapi mengetahui melalui media lain yaitu media televisi,dan kemudian sebanyak 1% responden menyatakan sangat tidak setuju karena mereka juga mengetahui pemberitaan tersebut dari media-media lain seperti media online.

2. Dengan adanya pemberitaan di jawa pos responden megetahui tentang dampak negative facebook bagi remaja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner pada 100 orang responden, dapat diketahui frekuensi jawaban mengenai pernyataan responden bahwa melalui pemberitaan harian Jawa Pos mereka mengetahui dampak negatif facebook bagi remaja. Untuk mengetahui Aspek kognitif para responden mengenai pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5

Responden mengetahui dampak negatif facebook bagi remaja melalui pemberitaan harian Jawa Pos (n = 100)

No Sikap kognitif Jumlah %

1 Sangat Setuju 66 66

2 Setuju 29 29

3 Tidak Setuju 4 4

4 Sangat Tidak Setuju 1 1

Total 100 100

Sumber : Kuesioner II.2

Dari hasil tabel 4.6 diatas dapat diketahui bahwa dari 100 responden, sebesar 66% responden sangat setuju, 29% responden menyatakan setuju, 4% responden menyatakan tidak setuju dan sisanya 1% responden menyatakan sangat


(66)

tidak setuju. Dari data tersebut dapat dilihat sebesar 66% bahwa mayoritas responden sangat setuju jika mereka mengetahui informasi dampak negatif facebook melalui pemberitaan di Jawa Pos. Disini responden yang juga berperan sebagi orang tua beranggapan bahwa mereka setuju bahwa fecebook senidri membawa dampak yang negatif bagi putra-putri mereka apalagi sebagian responden beranggapan bahwa remaja disini tidak memahami betul kegunaan facebook itu sendiri mereka cenderung ingin ikut-ikutan,sehingga remaja sendiri justru tidak bisa memposisikan bahwa facebook merupakan situs jejaringan sosial bukan sebagai situs yang disalahgunakan sebagai ajang mencari teman-teman sebanyak-banyaknya meskipun mereka sendiri tidak mengenal satu sama lain dan hal ini justru dimanfaatkan oleh orang-orang yang iseng yang dan hal ini yang kemudian membawa dampak negatif bagi para remaja. Sedangkan 29% responden menyatakan setuju melalui pemberitaan yang dituliskan oleh harian jawa pos responden menjadi tau dampak-dampak negatif facebook bagi para remaja,lalu sebesar 4% responden menyatakan tidak setuju karena mereka beranggapan bahwa facebook itu sendiri tidak hanya mengakibatkan dampak negatif tetapi bisa juga memebrikan dampak yang positif,sedangkan ada juga menyatakan sangat tidak setuju yaitu sebesar 1% mengetahui hal tersebut melalui media lainnya, misalnya televisi, internet serta media cetak selain Jawa Pos.


(67)

3. Dari pemberitaan di Jawa Pos responden menjadi tau bahwa korban penyalahgunaan facebook kebanyakan para remaja.

Berdasarkan data yang diperoleh dari penyebaran kuesioner pada 100 responden, dapat diketahui frekuensi jawaban responden mengenai pernyataan bahwa responden mengetahui bahwa korban penyalahgunaan facebook adalah remaja melalui berita di harian Jawa Pos. Untuk mengetahui Aspek kognitif para responden mengenai pertanyaan ini, dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6

Responden mengetahui jika korban penyalahgunaan facebook adalah remaja melalui pemberitaan di harian Jawa Pos (n = 100)

No Sikap kognitif Jumlah %

1 Sangat Setuju 38 38

2 Setuju 48 48

3 Tidak Setuju 13 13

4 Sangat Tidak Setuju 1 1

Total 100 100

Sumber : Kuesioner II.3

Dari hasil tabel 4.6 diatas bahwa dapat diketahui dari 100 responden, sebesar 33% menyatakan sangat setuju, 48% menyatakan setuju, 13% responden menyatakan tidak setuju dan sisanya 1% responden menyatakan sangat tidak setuju. Data tersebut menunjukkan bahwa mayoritas responden setuju yaitu sebesar 48% responden mengetahui informasi bahwa korban penyalahgunaan facebook adalah remaja dengan membaca berita di harian Jawa Pos. Sedangkan sebesar 38% responden menyatakan sangat setuju bahwa melalui dua pemberitaan yang diterbitkan oleh harian jawa pos bahwa memang korban facebook itu sendiri kerap menerpa para remaja,apalagi mereka para remaja yang masih cenderung labil,lalu sebesar 13% respon den menyatakan tidak setuju dikarenakan bahwa responden juga pernah mengetahui bahwa korban facebook tidak hanya menimpa


(1)

76  

Kemudian untuk mengetahui jumlah dan prosentase responden yang mempunyai kategori sikap positif, netral dan negatif dapat dilihat pada tabel 4.22 berikut ini.

Tabel 4.22

Sikap Orang Tua di Surabaya Terhadap Pemberitaan Penyalahgunaan Facebook pada Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos (n=100)

NO Keterangan Jumlah %

1 Positif 13 13

2 Netral 82 82

3 Negatif 5 5

Total 100 100

Sumber : Kuesioner no 1-15

Dari tabel 4.22 diatas menunjukkan bahwa 13% responden mempunyai sikap positif, 82% responden mempunyai sikap netral dan 5% responden mempunyai sikap negatif. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden ato hampir keseluruhan responden yakni sebanyak 82% memiliki sikap yang netral terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook pada kalangan remaja di harian Jawa Pos. Dimana mereka tidak setuju dengan dampak negatif yang disebabkan pergaulan di facebook yang sering terjadi pada kalangan remaja, namun di sisi lain mereka merasa facebook merupakan jaringan sosial yang banyak memberikan manfaat positif bagi penggunanya.

Pada dasarnya setiap orang tua tidak memnginginkan anaknya terjerumus pada hal yang negatif. Misalnya sebuah pergaulan yang salah melalui dunia maya yang dapat membahayakan anak mereka. Hal tersebut memunculkan kekhawatiran yang dapat menghantui setiap orang tua. Tetapi sebenarnya banyak pula manfaat positif yang bisa didapatkan dari situs jaringan sosial, misalnya dengan menambah banyak teman, mengekspresikan diri dan lain sebagainya.


(2)

77  

Hanya saja setiap orang tua harus memberikan pengertian dan pemahaman terhadap anak mereka terkait dengan situs jaringan sosial di internet, khususnya facebook sehingga anak mereka terhindar dari korban pergaulan negatif dunia maya.


(3)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan hasil dari penelitian ini adalah sebagai berikut. Hasil penelitian diketahui bahwa sikap orang tua di Surabaya terhadap pemberitaan penalahgunaan facebook pada kalangan remaja di harian Jawa Pos adalah netral yang dimaksud dari kesimpulan ini adalah bahwa rata-rata sebagian responden menyatakan bahwa bersikap tidak mendukung atupun tidak menerima terhadap adanya pemberitaan penyalahgunann facebook dikalangan remaja yang terdapat di harian jawa pos. Kenyataan ini dapat terjadi disebabkan responden mempunyai aspek kognitif yaitu pengetahuan yang positif mengenai pemberitaan dampak negative pergaulan di Facebook, pengetahuan ini didapat ketika responden membaca pemberitaan di Jawa Pos. Setelah mempunyai pengetahuan (kognitif) yang positif mengenai pemberitaan tersebut tahap selanjutnya meningkat pada pada emosi ataupun penilaian (afektif) responden, karena pengetahuan tentang penyalahgunaan facebook yang positif maka muncullah perasaan menyukai terhadap pemberitaan mengenai kaburnya remaja akibat pergaulan di facebook.

Namun ketika meningkat pada kecenderungan bertindak (konatif) maka sebagian besar responden mempunyai konatif yang negatif. Kenyataan ini dapat terjadi mengingat kecenderungan bertindak tidak hanya dipengaruhi oleh faktor internal tetapi juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti lingkungan, orang


(4)

79

yang dianggap penting dan kebudayaan. Semakin kompleks situasinya dan semakin banyak faktor yang menjadi pertimbangan dalam bertindak maka semakin sulit memprediksikan perilaku. (Azwar,1997:19)

Secara keseluruhan hasil dalam penelitian ini mengenai sikap orang tua terhadap pemberitaan penyalahgunaan facebook pada kalangan remaja di harian Jawa Pos adalah Netral. Dimana mereka tidak setuju dengan dampak negatif yang disebabkan pergaulan di facebook yang sering terjadi pada kalangan remaja, namun di sisi lain mereka merasa facebook merupakan jaringan sosial yang banyak memberikan manfaat positif bagi penggunanya.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka saran yang dapat disampaikan ada yaitu :

1. Dalam sebuah penyajian berita yang kontroversial, informasi seharusnya berimbang (cover bothsite), jadi tidak lebih menonjolkan pada satu sisi saja melainkan kedua sisi.

2. Audiense sebagai khalayak yang seharusnya lebih kritis dalam menerima pemberitaan. Yaitu mengetahui dan memahami serta memilah berita yang provokatif.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Buku

Abdullah, Aceng, 2001.Press Relation, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Assegaf Djafar, 1991.Jurnalistik Masa Kini, Jakarta : PT. Ghalia Indonesia

Budyatna, Muhammad, 2005.Jurnalistik : Teori dan Praktik, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Bungin, Burhan, 2006.Metodologi Penelitian Kuantitatif, Jakarta : Kencana Dariyo, Agoes, 2004.Psikologi Perkembangan Remaja, Bogor : Ghalia Indonesia Djuroto, Totok, 2002.Menulis Artikel dan Karya Ilmiah, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Effendy, Onong Uchjana, 2003.Ilmu, Teori & Filsafat Komunikasi, Bandung : PT. Citra Aditya Bakti

Eriyanto, 2005. Analisis Framing, Yogyakarta : LKIS

Kasali R, 1992. Manajemen Periklanan, Jakarta : PAU,Fakultas Ekonomi UI Kriyantono, Rachmat, 2006.Teknik Praktis Riset Komunikasi, Jakarta : Kencana Kurnia, Septiawan Santana, 2005.Jurnalisme Sastra, Jakarta : PT Gramedia

Pustaka Utama

Masri Singarimbun, Soffian Effendi, 1995.Metode Penelitian Survai, LP3ES, Jakarta : 166-168

McQuail, Denis,2000.Mass Communication Theory ; 4th Edition, London : Sage Publication


(6)

Rachmadi, 1990. Perbandingan Sistem Pers, Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Rakhmat, Jallaludin, 1999.Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : CV. Remaja

Rosdakarya

__________________, 2003. Psikologi Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

__________________, 2007.Metode Penelitian Komunikasi, Bandung : PT Remaja Rosdakarya

Sastropoetro, R.A Santoso, 1990. Pendapat Publik, Pendapat Umum, Pendapat Khalayak Dalam Komunikasi Sosial, Bandung : PT Remaja Rosdakarya Siregar, 1999. Komunikasi Untuk Martabat Manusia, Jakarta : Pustaka Sinar

Harapan

Soerjono, Sukanto. Sosiologi Suatu Pengantar, Jakarta : Raja Grafindo Winarso, 2005. Sosiologi Komunikasi Massa, Jakarta : Prestasi Pustaka

NON BUKU

http://bwnbiz/item/multiply.com/journal27/PUBLICOPINION

http://www.romeltea.com/2009/05/14/media-massa-makna-karakter-jenis-dan-fungsi

http://sutisna.com/pendidikan/media-massa-3/1 http://www.surabaya.co.id/instansi/index


Dokumen yang terkait

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN “SURABAYA CANTIK GREEN AND CLEAN” (Studi Deskriptif Tentang Sikap Masyarakat Surabaya Terhadap Pemberitaan “Surabaya Cantik Green And Clean” di Harian Jawa Pos).

0 0 99

SIKAP MASYARAKAT SURABAYA TENTANG PEMBERITAAN POLIGAMI DI JAWA POS (Studi Deskriptif Sikap Masyarakat Surabaya Tentang Pemberitaan Poligami Di Jawa Pos).

0 0 105

SIKAP KELOMPOK SUPORTER SEPAK BOLA DI SURABAYA TERHADAP PEMBERITAAN PADA HARIAN UMUM JAWA POS.

0 0 99

SIKAP PEMBACA TENTANG PEMBERITAAN CIPTAKAN KAMPUNG AMAN DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Harian Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman).

0 1 134

SIKAP PEMBACA TERHADAP PEMBERITAAN TABUNG ELPIJI RAWAN BOCOR PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Terhadap Elpiji Rawan Bocor Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos Di Surabaya).

0 0 121

SIKAP ORANG TUA SIDOARJO TERHADAP PENGGUNAAN FACEBOOK PASCA PEMBERITAAN DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Orang Tua Terhadap Penggunaan facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja Pengguna Facebook di Televisi).

0 0 89

SIKAP ORANG TUA SIDOARJO TERHADAP PENGGUNAAN FACEBOOK PASCA PEMBERITAAN DI TELEVISI (Studi Deskriptif Sikap Orang Tua Terhadap Penggunaan facebook Pasca Pemberitaan Tentang Kenakalan Remaja Pengguna Facebook di Televisi)

0 0 21

SIKAP PEMBACA TENTANG PEMBERITAAN CIPTAKAN KAMPUNG AMAN DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Harian Jawa Pos Tentang Pemberitaan Ciptakan Kampung Aman)

0 0 27

SIKAP PEMBACA TERHADAP PEMBERITAAN TABUNG ELPIJI RAWAN BOCOR PADA HARIAN SURAT KABAR JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Pembaca Terhadap Elpiji Rawan Bocor Pada Harian Surat Kabar Jawa Pos Di Surabaya)

0 0 33

SIKAP ORANG TUA TERHADAP PEMBERITAANPENYALAGUNAAN FACEBOOK DI KALANGAN REMAJA DI HARIAN JAWA POS (Studi Deskriptif Kuantitatif Tentang Sikap Orang Tua Terhadap Pemberitaan Penyalagunaan Facebook di Kalangan Remaja di Harian Jawa Pos)

0 0 23