Representasi Altruisme Seorang Presiden Amerika Pada Film 2012 (Studi Semiotika Tentang Altruisme Presiden Amerika pada film 2012).

(1)

Disusun Oleh :

TEDDY DARU MURTI

NPM. 0443010352

Telah disetujui untuk mengikuti ujian skripsi

Menyetujui,

Pembimbing

Drs. Kusnarto, MSi

NIP 1958 080 119 840 210 01

Mengetahui,

DEKAN

Dra. Hj. Suparwati, MSi

NIP. 195 808 011 984 021 001


(2)

i

Ada pepatah yang mengatakan bahwa untuk mencapai suatu tujuan ada seribu satu macam jalan. Segala puji syukur kepada ALLAH swt yang telah memberikan ketabahan dan kesabaran untuk menolong saya dalam rangka menyelesaikan tugas akhir peneliti ini. Hal ini sangat penting karena penelitian akhir ini brguna untuk mengukur tingkat intelektualitas mahasiswa dan mempraktekkan apa yang selama ini mahsiswa pelajari dengan terjun langsung ke lapangan. Segala macam halangan rintangan dalam mengerjakan tugas akhir ini memang banyak sekali. Tapi berkat bantuan dan motivasi dari orang tua, saudara saudara saya mbak terry, mas andrean serta bantuan dari dosen pembimbing saya Drs. Kusanarto, Msi yang selalu sabar dalam membimbing saya,, teman – teman saya, sri nur, arga, cagak, dian,iril yang selalu memberi motivasi saya untuk terus maju menyelesaikan tugas akhir ini tanpa menunda – nundanya lagi. Tidak lupa juga saya haturkan terimakasih sebanyaknya banyaknya kepada bpk Juwito, S.sos.Msi serta bpk Drs Saifuddin,Msi yang secara tidak langsung telah membantu dan membimbing saya dalam rentetan kegiatan untuk menyelesaikan tugas akhir ini. Sekali lagi saya ucapakan terimakasih kepada pihak – pihak yang telah membantu saya dalam menyelesaikan skripsi khususnya pembimbing saya Drs. Kusnarto, Msi. semoga penelitian ini bermanfaat bagi pembacanya sekian terimakasih

Surabaya, juni 2010 Penulis,


(3)

ii

KATA PENGANTAR ………. i

DAFTAR ISI ……….. ii

ABSTRAKSI ……….. iv

BAB 1 : PENDAHULUAN ………...1

1.1 Latar Belakang Masalah ……… 1

1.2 Perumusan Masalah ………... 7

1.3 Tujuan Penelitian ………... 7

1.4 Manfaat Penelitian ………. 7

1.4.1 Manfaat Teoritis ……….. 7

1.4.2 Manfaat Praktis ……… 7

BAB II KAJIAN PUSTAKA ………...9

2.1 Landasan Teori ……….. 9

2.1.1 Film Sebagai komunikasi Massa ………... 9

2.1.2 Film Sebagai Realitas Sosial. ………...10

2.1.3 Representasi ………...10

2.1.4 Semiologi ……….12

2.1.5 Altruisme ……… .13

2.1.6 Kepemimpinan ……… 16

2.1.7 Semiotika ……… 20

2.1.8 Model Semiotika Roland Barthes ……….. 22

2.2 Kerangka Berpikir ………. 37

BAB III METODE PENELITIAN ………....38

3.1 Metode Penelitian ……….. 38


(4)

iii BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Dan Penyajian Data………..44

4.1.1. Gambaran Umum………..44

4.1.2. Penyajian Data………..47

4.1.3 Hasil Analisis Data……….49

Scene 71………...50

Scene 76………...53

Scene 77………...56

Scene 90 (Shot 3)……….58

Scene 90 (Shot 4)……….60

Scene 91………...61

Scene 97………...64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan………66

5.2 Saran………..67 Daftar Pustaka


(5)

iv Amerika pada film 2012)

Penelitian ini merupakan penelitian baru yang objeknya mengenai sebuah film yang mengangkat tema tentang akhir dan awal sebuah dunia, dalam film ini terdapat pemuimpin Negara yang mempunyai jiwa altruisme yang patut menjadi contoh oleh pemimpin – pemimpin masa kini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami ideologi altruisme, ideologi ini layak untuk dikembangkan dan dipraktekkan dalam kepemimpinan, dari film yang banyak menunjukkan sikap altruisme ini peneliti bertujuan untuk mengungkap altruisme dari pemeran presiden

Dalam penelitian kali ini peneliti ingin menelliti tentng sikap altruime yang ada pada sosok presiden amerika yang terdapat pada film 2012 dengan menggunakan metode analisis semiotika Rolland barthes yakni pemaknaan pemaknaan terhadap tanda (sign) yang terdapat film secara Signifikasi Dua tahap (Two Order of Signification). Melalui proses pemaknaan tanda yang terdiri atas signifier (petanda) dan signified (penanda) pada 7 ptongan scene yang pada film 2012 ini

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif dalam pengumpulan Dalam pengumpulan datanya dilakukan dengan cara memutar film 2012 kemudian mencatat setting, shooting, percakapan yang ada dalam film 2012 khususnya yang berkaitan dengan presiden Amerika.Dari penelitian ini.

Dari penelitian ini, peneliti menyimpulkan bahwa seorang pemimpin adalah seorang yang mampu berkorban bagi orang yang dipimpinnya tidak perduli saling kenal atau tidak karena pemimpin adalah orang yang harus mempunyai rasa tanggung jawab yang besar terhadap apa dan siapa yang dipimpinnya. Oleh karena itu jiwa altruisme merupakan salah satu aspek penting di dalam kepemimpinan karena sifatnya yang universal dan sangat bisa diterima oleh semua pihak.


(6)

1 1.1Latar Belakang Masalah

Seperti yang telah diketahui banyak orang bahwa dunia ini tidak serta merta langsung ada dan berwujud, Planet – planet, Matahari, Bahkan Bumi pun itu mengalami proses dalam pembentukannya. Secara teori Planet – planet terbentuk dari pecahan Matahari pada awal mulanya, Matahari yang ketika itu bersuhu sangat panas sekali membuatnya pecah menjadi beberapa bagian termasuk Bumi (Ilmu Pengetahuan Alam karya achmad rasyidin) Bumi pada awalnya sangat panas tetapi melalui proses waktu bertahun – tahun akhirnya bumi yang mulanya panas menjadi dingin dan pada saat itu mulailah bermunculan mahluk hidup.

Beratus – ratus tahun berbagai kehidupan terjadi di Bumi selama itu banyak sekali fenomena – fenomena, Serta dinamika hidup yang ada mulai dari Perdamaian, peperangan, perbedaan pendapat, permasalahan rumah

tangga, hingga kepada masalah pribadi yang terjadi pada tiap manusia. Beberapa orang yakin bahwa dengan terciptanya dunia maka suatu saat

dunia pun pasti akan binasa atau kiamat seperti halnya mahluk hidup di dunia ini tidak ada satupun yang kekal dan abadi, bahwasannya tiap sesuatu itu akan binasa kecuali Allah (Hadits nabi diriwayatkan oleh tirmidzi). Beberapa orang pun sangat yakin akan kedatangan hari kiamat


(7)

bahkan ada beberapa orang dan kelompok yang berani menyimpulkan kapan kiamat akan datang, tentunya dengan perhitungan dan prediksi masing – masing orang dan kelompok itu sendiri.

Tentang adanya teori kiamat, bisa disimak pernyataan Bapa Malachi Martin seorang pendeta yang bekerja dilingkup eselon tertinggi gereja katholik di tahun 1997, bahwa 5 – 10 tahun kedepan sebuah planet akan menghampiri bumi yang menyebabkan banyak manusia binasa Malachi sendiri sering memperhatikan langit untuk melihat tanda – tanda planet X itu datang, dikatakan planet X karena saat muncul di langit bentuknya seperti silang / palang berwarna merah, Beliau mengetahui hal ini semua setelah membaca “Rahasia Ketiga Fatimah”(tinternet/imperiumindonesia.com.htm)

Di Negara Indonesia sendiri muncul berbagai pendapat yang menyatakan tentang perihal kedatangan hari kiamat Mama Laurent seorang wanita biasa tapi mempunyai aura Indigo yang membuatnya bisa melihat sesuatu yang terjadi di masa datang menyatakan bahwa di tahun 2013 akan terjadi semacam bencana yang ditandai dengan gempa bumi yang sangat dahsyat dan dibarengi dengan tabrakan meteor yang menyebabkan rusaknya lapisan tanah disertai dengan perubahan cuaca dan iklim, Mama Laurent juga menambahkan nantinya Bumi akan berubah total layaknya bumi seperti sudah pindah di Cina (dok silet RCTI senin 2 Nov 2009)

Dalam Islam sendiri telah disebutkan bahwa kiamat itu akan segera datang ketika sangkakala telah ditiup dengan sekali tiup dan diangkatlah


(8)

bumi dan gunung – gunung lalu dibenturkan keduanya dengan sekali bentur, maka pada hari itu terjadilah hari kiamat dan terbelahlah langit karena pada hari kiamat langit menjadi lemah, Malaikat – Malaikat pun telah berada di penjuru – penjuru langit dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung Arsy tuhan diatas kepala mereka (Surat Al Haq 13-14)

Begitu dahsyat desas – desus serta fenomena tentang kiamat, Mulai waktu kecil pun manusia selalu diberi tahu akan kedatangan akhir dari sebuah zaman. Yang menjadi pertanyaan manusia sampai saat ini adalah mungkinkah mereka siap jika kiamat sewaktu – waktu datang, apakah mereka bisa menyelamatkan diri dari bencana yang sangat besar itu, bayang – bayang seperti inilah yang membuat orang panik dan cemas.

Masalah ini juga terjadi seperti dalam film 2012, Seorang sutradara asing Rolland Emmeratch telah membuat film yang menceritakan bagaimana kondisi dunia menjelang kehancuran missal atau kiamat, film tersebut berjudul “2012” film yang berdurasi kurang lebih tiga jam ini memang didasari oleh ramalan bangsa Maya tentang kapan datangnya kiamat, menurut bangsa ini kiamat atau bencana besar akan datang jika perhitungan kalender mereka sudah habis yaitu jatuh pada akhir tahun 2012 (internet/imperiumindonesia.blogspot.com.htm). dalam film ini dijelaskan bagaimana kiamat atau bencana itu terjadi mulai dari keadaan individu, keluarga, kelompok sampai pada keadaan suatu Negara, dimana – mana terjadi gempa yang berkelanjutan disusul dengan meluapnya air laut


(9)

yang membanjiri seluruh daratan bahkan gunung Himalaya yang konon katanya merupakan gunung tertinggi di dunia. begitu bagusnya tampilan film ini mulai dari shot sampai editingnya hingga dapat menyihir jutaan orang untuk menonton film ini, dapat dibayangkan baru diputar tiga hari, film yang dibintangi oleh john cussack itu sudah meraup 225 juta dolar Amerika atau 2,1 trilliun.

Mengutip dari Reuters senin (16-11) di Amerika dan Kanada diperoleh penjualan 65 juta tiket yang bernilai Rp 607 milliar lebih, di Indonesia pemutaran film 2012 selalu habis disetiap jam nya walaupun sudah diputarkan 3 studio tapi masih ada saja orang yang belum kebagian tiket untuk menonton film ini, karena sangat lakunya film ini akhirnya MUI ikut ambil tindakan terhadap film tersebut,

Ketua MUI jatim KH. Abdushomad Buchori mengiginkan agar penayangan film 2012 segera ditarik oleh pemerintah, alasan yang dikemukakan oleh MUI dikarenakan film ini menyesatkan, merusak aqidah, serta meresahkan masyarakat. Buchori pun beralasan (Surya 24 November 2009), Tentang kiamat tidak seorang pun mengetahui kapan datangnya, manusia hanya diberitahu tanda – tanda kiamat bukan kapan kiamat akan datang, alasan lain yang tak kalah pentingnya, dikarenakan film ini mereka khawatir banyak masyarakat yang meninggalkan pekerjaanya karena mereka sangat yakin akan kedatangan kiamat pada tahun 2012, waktu yang sangat dekat dengan kehidupan mereka yang mnengakibatkan terganggunya ketertiban nasional,


(10)

Karena hal tersebut maka, pemutaran film 2012 di Indonesia tidak terlalu lama. Setelah peredaran film 2012 ditarik.

Film ini sangat berpengaruh besar di dalam kehidupan masyarakat perbedaan – perbedaan pendapat yang ada menjadi sebuah pro dan kontra yang tidak ada habisnya.dari berbagai kalangan (surya 24 November 2009), film ini mempunyai fenomena komunikasi tersendiri yang menyatakan bahwa kita harus bersiap – siap diri sebelum hari yang mengemparkan itu datang, persiapan itu bisa berupa apa saja, Misalnya amal perbuatan kita, Sodaqoh dan doa . (hadits Nabi diriwayatkan oleh Muslim) bahwa jika seseorang telah meninggal maka terputuslah semua amalnya kecuali sodaqoh jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak soleh yang selalu mendoakan orang tuanya.

Di dalam film ini peran seorang pemimpin Negara sangatlah penting karena bencana ini menyangkut nyawa orang banyak, dalam film ini nampak aktor yang berperan sebagai presiden obama sangat berwibawa beliau sama sekali tidak memikirkan dirinya tetapi memikirkan rakyatnya yang sedang tertimpa bencana itu.dari sini peneliti tertarik untuk meneliti sosok pemimpin negara dalam menghadapi bencana yang ada pada film “2012”

Sikap dari peran pemimpin ini yang membuat Peneliti meneliti makna dari penggambaran seorang pemimpin negara yang ada pada film”2012”. Sikap berkorban untuk orang lain dan lebih mementingkan kepentingan orang lain dari pada diri sendriri adalah sikap Altruisme yang


(11)

mempunyai arti bahwa seseorang itu mempunyai jiwa kepedulian dan jiwa menolong yang tinggi hingga seseorang tersebut rela mengorbankan dirinya untuk orang lain.

Ketertarikan peneliti ini didasarkan pada kenyataan bahwa sikap Altruisme ini bersifat universal ada pada tiap Negara, Ras, dan golongan sifat ini merupakan sifat seorang pemimpin yang seyogyanya ada dalam jiwa seorang pemimpin. Negara - Negara di dunia juga di Indonesia selalu membekali generasi – generasi nya untuk mempunyai sikap terpuji dan untuk selalu berbuat baik termasuk mempunyai jiwa Altruisme sejak dini, faktor lingkungan, keluarga, dan pendidikan sangat menentukan perkembangan seorang manusia untuk

Dalam film ini dijelaskan bahwa sikap altruisme sangat kental sekali dalam jiwa seorang pemimpin, seorang presiden yang dituntut untuk bisa menyelamatkan rakyatnya dari bahaya kepunahan massal yang akan terjadi harus berpikir cepat bagimana untuk menyelamatkan rakyatnya ia pun rela mengorbankan diri karena memang hal itu diluar kesanggupannya nilai Altruisme adalah nilai yang luhur yang berarti lebih mengutamakan kepentingan orang lain dari pada kepentingan diri sendiri, idiologi ini merupakan suatu nilai luhur yang dimiliki seorang pemimpin Negara dalam film 2012.

Dalam penelitian ini, Peneliti mengadakan pendekatan semiologi terhadap film “2012” yaitu studi tentang tanda dan segala yang berhubungan denganya, cara berfungsinya, hubungannya dengan tanda –


(12)

tanda lain serta pengiriman dan penerimaannya.

Untuk mengetahui kedalaman makna dari suatu tanda diperlukan pendekatan semiologi Roland Barthes, yakni pemaknaan terhadap tanda (sign) yang terdapat pada film 2012 ini secara signifikasi dua tahap (two order of signification). Melalui proses pemaknaan tanda yang terdiri atas signifier (penanda) dan signified (petanda) pada representasi Altruisme pemimpin Negara dalam film “2012”. Sehingga dalam konteks semiologi dapat diperoleh sebuah pemaknaan yang menyeluruh

1.2Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya maka perumusan masalah dalam penelitian adalah : “Representasi altruisme seorang pemimpin Negara” dalam film 2012”

1.3Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian lni untuk mengetahui bagaimanakah “representasi altruisme seorang pemimpin Negara pada film 2012”

1.4Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah literatur penelitian komunikasi khususnya pada kajian analisis sistem tanda komunikasi mengenai sosok pemimpin dalam film 2012 dengan


(13)

menggunakan pendekatan semiologi khususnya semiologi Roland Barthes

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak penikmat film, serta dapat membantu dalam memahami makna yang ada pada sosok pemimpin pada film 2012.


(14)

9 2.1 Landasan Teori

2.1.1 Film Sebagai Komunikasi Massa

Pengertian film menurut Undang – Undang nomor 8 tahun 1992 tentang perfilman, pasal 1. Film adalah karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang – dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita, video,dan /atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat dipertunjukkan dan atau ditayangkan dengan sistem proyeksi mekanik, elektronik dan atau yang lainnya.

(http:/www.theceli.com/document/produk/1992/uu8-1992.htm)

Film cerita adalah jenis film – film yang mengandung suatu cerita yaitu yang lazim dipertunjukkan di gedung – gedung bioskop dengan para bintang filmnya yang tenar. Film ini di distribusikan sebagai barang perdagangan dan diperuntukkan untuk masyarakat dimana saja. (Onong,2000 : 211). Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang telah menjadi kebiasaan terdahulu, serta menyajikan cerita, peristiwa, musik, drama, lawak dan sajian teknis lainnya kepada masyarakat umum. (McQuail, 1994:13).


(15)

2.1.2 Film Sebagai Realitas Sosial

Film adalah potret dari masyarakat dimana film itu dibuat, film selalu merekam realitas yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat, dan memproyeksikannya kedalam layar (irawanto,1993 : 13 dalam Alex Sobur 2002 : 127)

Film adalah dokumen kehidupan sosial sebuah komunitas. Film mewakili realitas kelompok masyarakat pendukungnya itu. Baik realitas dalam bentuk imajinasi maupun realitas dalam arti sebenarnya. Film menunjukkan pada kita jejak – jejak yang ditinggalkan pada masa lampau, cara menghadapi masa kini dan keinginan manusia terhadap masa yang akan datang. Sehingga dalam perkembanganya film bukan lagi sekedar usaha menampilkan “moving image” (gambar bergerak) namun juga telah diikuti oleh muatan – muatan kepentingan tertentu seperti politik, kapitalisme, hak asasi manusia atau gaya hidup. Film juga sudah dianggap bisa mewakili citra atau identitas komunitas tertentu. Bahkan bisa membentuk komunitas sendiri, karena sifatnya yang universal. Meskipun demikian, film juga bukan tidak menimbulkan dampak negatif.(Victor C Mambor:

http:/situskunci.tripod.com/teks/victor1.htm)

2.1.3 Representasi

Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu Tanda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep – konsep ideologi yang abstrak dalam bentuk – bentuk yang kongkret. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan


(16)

yang tersedia : dialog, tulisan, video,film, fotografi, dsb. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.

Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental, yaitu konsep tentang “sesuatu” yang ada di kepala kita masing – masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua. “bahasa”, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam bahasa yang lazim supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide – ide tentang sesuatu dengan tanda dan simbol – simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem (peta konseptual) kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara “peta konseptual” dengan bahasa atau simbol yang berfungsi mempresentasikan konsep – konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara “sesuatu” peta konseptual dan ‘bahasa / simbol‘ adalah jantung dari produksi makna melalui bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama – sama itulah yang kita namakan representasi.

Konsep representasi bisa berubah – ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Intinya adalah : makna tidak inheren dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi, melalui proses representasi. Itu merupakan hasil dari praktek penandaan. Praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu.


(17)

tanda yang terdapat pada film 2012.

2.1.4 Semiologi

Definisi semiologi yang paling umum adalah tentang tanda (berasal dari bahasa Yunani semeion yang berarti “tanda”). Nama ini diusulkan oleh Ferdinand de Saussure. Nama lain yang juga lazim dipakai untuk menunjukkan ilmu tentang tanda ini adalah semiotika, yang diusulkan oleh Charles Sanders Pierce.

Dengan definisi yang sangat umum seperti itu, maka semiologi menjadi ekspansionis : ilmu apapun akan tercakup di dalamnya, karena pada dasarnya semua ilmu mempelajari tanda-tanda. Umberto Eco mengaitkan semiotika dengan seluruh proses cultural dalam proses komunikasi. Menurutnya, semiotika harus mempertimbangkan teori kode dan teori produksi tanda. Untuk sampai pada definisi yang lebih tepat mengenai fungsi tanda dan model produksi tanda misalnya, secara khusus semiotika harus memperhitungkan arti tanda tipologi tanda (North, 1990:326).

Semiotika dan semiologi pada dasarnya adalah dua istilah untuk satu bidang keilmuan yang sama. Memang, beberapa tokoh mencoba untuk memberikan perbedaan pada dua istilah ini seperti membatasi objek kajian semiologi pada bagian teoritis dan semiotika untuk bagian praktisnya. Namun, Upaya ini tidak mendapatkan landasan yang kuat berdasarkan kepada pemakaian yang sudah umum berlaku.

Sebenarnya, dua istilah ini muncul dari dua kelompok berbeda yang melakukan kajian dan penelitian terhadap satu bidang keilmuan yang sama.


(18)

Semiologi lebih umum digunakan dalam kajian-kajian berbahasa Perancis, sementara semiotika lebih populer digunakan dalam kajian-kajian berbahasa Inggris. Istilah kedua ini, bahkan sekarang merupakan istilah yang paling umum digunakan.

Bisa jadi orang-orang Perancis lebih senang menggunakan istilah semiologi karena penggunaan Saussure terhadapnya, sementara orang-orang Inggris lebih suka menggunakan istilah semiotika karena penggunaan John Lock (1632-1704) terhadap istilah ini pertama kali, yang secara langsung mengambilnya dari bahasa Yunani, semeiotike. Kalangan yang mempelajari literatur Inggris tentu sudah akrab dengan pernyataan Lock dalam kajiannya yang sangat terkenal tentang watak pemahaman bahwa istilah ini berarti madzhab tanda-tanda atau doctrine of signs.

Definisi yang ia berikan terhadap istilah ini adalah aktivitas yang secara khusus meneliti tentang watak tanda-tanda yang digunakan oleh pikiran dalam mencapai pemahaman terhadap sesuatu atau dalam menyampaikan pengetahuannya kepada orang lain. (Essay Concerning Human Understanding. 1689.P.32)

2.1.5 Altruisme

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia al.tru.is.me 1 paham ( sifat) lebih memperhatikan dan mengutamakan kepentingan orang lain (kebalikan dari egoisme); 2antara sikap yang ada pada manusia, yang mungkin bersifat naluri berupa dorongan untuk berbuat jasa kepada manusia lain.


(19)

Altruisme adalah tindakan berkorban untuk mensejahterakan orang lain tanpa menghiraukan balasan sosial maupun materi bagi dirinya sendiri. Dengan pengertian yang lebih sederhana, altruisme dapat disampaikan dengan menolong orang lain..

Bangsa Indonesia memegang teguh altruisme dalam semboyan-semboyan seperti “dahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi”, “gotong royong”, “musyawarah untuk mufakat”. Dalam setiap ajaran agama manapun juga ditekankan tentang altruisme, dimana kita harus saling menolong, saling mengasihi. Namun, pada zaman sekarang ini yang altruisme yang begitu penting dan dapat menjadi dasar untuk membentuk suatu negara menjadi lebih baik sudah terkikis. Masyarakat mulai melupakan dan meninggalkan nilai tersebut.

Altruisme berasal dari Bahasa Perancis yaitu autrui yang artinya “orang lain” turunan dari kata latin Alter. Secara epistimologis, altruisme berarti :

1. Loving others as oneself.

2. Behaviour that promotes the survival chances of others at a cost to ones own .

3. Self sacrifice for the benefit of others. 1

Istilah altruisme diciptakan oleh Auguste Comte-Penggagas filsafat positivisme. Dalam karyanya, Catechsme positiviste. Comte mengatakan bahwa setiap individu memiliki kehendak moral untuk melayani kepentingan orang lain atau melakukan kebaikan kemanusiaan tertinggi (“greater good” of humanity) Kehendak hidup untuk sesama merupakan bentuk pasti moralitas manusia, yang memberi arah suci dalam wujud naluri melayani, yang menjadi sumber


(20)

kebahagiaan dan karya. Sebagai sebuah doktrin etis, altruisme berarti melayani orang lain dengan menempatkan kepentingan orang lain di atas kepentingannya sendiri.

Altruisme merupakan kehendak pengorbanan kepentingan pribadi. Tindakan ini seringkali disebut sebagai peniadaan diri atau pengosongan diri. Altruisme termasuk sebuah dorongan untuk berkorban demi sebuah nilai yang lebih tinggi, entah bersifat manusiawi atau ketuhanan. Tindakan altruisnme dapat berupa loyalitas. Kehendak altruis berfokus pada motivasi untuk menolong sesama atau niat melakukan sesuatu tanpa pamrih.

Altruisme adalah perbuatan mengutamakan orang lain dibanding diri sendiri. Perbuatan ini merupakan sifat murni dalam banyak budaya, dan merupakan inti dalam banyak agama. Dalam budaya Inggris, konsep ini sering memperihalkan sebagai peraturan keemasan etika. Dharma Buddhisme, ia dianggap sebagai sifat asas bagi fitrah manusia. Perilaku altruistik tidak hanya berhenti pada perbuatan itu sendiri. Sikap dan perilaku ini akan menjadi salah satu indikasi dari moralitas altruistik. Moralitas altruistik tidak sekedar mengandung kemurahan hati atau belas kasihan.

Dalam era globalisasi seperti sekarang ini, memang muncul paradoks dalam relasi antar manusia. Di satu pihak, persaingan atau kompetisi begitu kuat dipacu oleh pemimpin-pemimpin politik dan bisnis. Namun di pihak lain, muncul orang-orang yang merelakan dirinya, menempuh bahaya dan resiko untuk kepentingan orang lain. Ketika terjadi bencana yang begitu besar, kita menyaksikan dengan penuh haru kesedihan banyak orang menyediakan diri


(21)

menolong sesama tanpa pamrih. Kita sering menjadi malu sebagai bangsa, solidaritas dari mereka yang sering kita anggap sebagai manusia individualistik dan egoistik justru memperlihatkan praktek hidup altruistik . Sebenarnya tindakan altruistik masih sangat banyak kita temukan pada para pengabdi kemanusiaan yang tulus dan ikhlas membantu sesamanya : para dokter, guru, pekerja sosial, agamawan dan lain-lain golongan manusia yang menjalankan tugas dan profesinya tanpa pamrih.

2.1.6 Kepemimpinan

Dari akar kata “pimpin” kita mengenal kata “pemimpin” dan “kepemimpinan”. Dalam Ensiklopedia Umum, halaman 549 kata “kepemimpinan” ditafsirkan sebagai hubungan yang erat antara seorang dan sekelompok manusia karena adanya kepentingan bersama : hubungan itu ditandai oleh tingkah laku yang tertuju dan terbimbing dari manusia yang seorang itu. Manusia atau orang ini biasa disebut yang memimpin atau pemimpin, sedangkan kelompok manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.

Dalam Webster’s New World Dictionary of The American Language/ kata leadership adalah the position of guidance of leader atau “the ability to lead”, dan kata leader adalah “a person or thing that leader” directhing, commanding, or guiding head, as a group or activity”.

Dalam buku psikologi antara lain dikatakan bahwa “leadership is a relation of an individual to a group, established in the interests of


(22)

achieving, some end”. Bayangkan bahwa jumlah kelompok itu banyak, begitu juga jumlah tujuan itu banyak dan cara mencapainya pula. Dalam buku Foundation of Psychology itu dinyatakan bahwa seorang pemimpin itu “must share the values, attitudes and interest of the group. This psychological similarity is necessary for the identification of the followers with the leader”. Syarat kedua, adalah bahwa kualitas pemimpin itu lebih tinggi dari para pengikutnya, akan tetapi tetap bersikap komunikatif dengan yang dipimpinnya.

Berbicara tentang kepemimpinan tidak lepas dari gaya kepemimpinan yang ada, ada tiga macam gaya kepemimpinan (Josep D Vito, 1997) yang antara lain’:

1. Pemimpin lepas - kendali.

Pemimpin lepas kendali tidak berinisiatif untuk mengarahkan atau menyarankan alternatif tindakan. Akan tetapi, pemimpin ini lebih mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan sendiri pekerjaannya, bahkan termasuk pula mengijinkan untuk melakukan kesalahan. Pemimpin semacam ini menolak setiap wewenang yang diberikan. Pemimpin lepas – kendali hanya menjawab pertanyaan dan memberikan informasi yang relevan jika diminta secara khusus. Pemimpin ini hanya sedikit memberikan pemantapan kepada kelompok. Pada saat yang sama, pemimpin ini tidak akan menghukum anggotannya, sehingga ia pun tidak terancam.


(23)

2. Pemimpin Demokratis.

Pemimpin demokratis memberikan pengarahan, tetapi mengijinkan kelompok untuk mengembangkan dan melaksanakan cara yang dikehendaki para anggotanya. Para anggota kelompok didorong untuk menentukan sasaran dan prosedur. Pemimpin demokratis merangsang timbulnya rangsangan sendiri dan aktualisasi – diri pada para anggota kelompok. Tidak seperti pemimpin lepas – kendali, pemimpin demokratis memberikan pemantapan kepada para anggotanya dan berkontribusi memberikan saran untuk pengarahan dan alternatif tindakan. Bagaimana pun juga, pemimpin semacam ini selalu memperkenankan kelompok untuk membuat keputusannya sendirii

3. Pemimpin Otoriter

Pemimpin otoriter merupakan kebalikan dari pemimpin lepas – kendali. Pemimpin semacam ini menentukan kebijakan kelompok atau membuat keputusan tanpa berkomunikasi atau memastikan persetujuan dari para anggotanya. Pemimpin bersifat impersonal. Komunikasi. Mengalir dari pemimpin ke pemimpin, tetapi jarang mengalir dari anggota ke anggota. Pemimpin otoriter berusaha untuk meminimumkan komunikasi antar kelompok, sehingga membuat peran pemimpin menjadi lebih penting.

Pemimpin otoriter mengasumsikan tanggung jawab terbesar bagi perkembangan kelompok dan menginginkan tidak adanya campur tangan dari para anggota. Orang ini mengharapkan kelompok dapat menerima


(24)

keputusannya. Pemimpin ini sering memuaskan kebutuhan psikologis para anggotanya. Ia memberi imbalan dan menghukum kelompok seperti orang tua kepada anaknya. Dan seperti halnya orang tua, pemimpin ini memusatkan tanggung jawab pada dirinya sendiri.

Menjadi pemimpin tidaklah mudah, banyak persyaratan untuk dapat mencapai kesana. Seorang pemimpin pastilah mempunyai banyak kelebihan dibandingkan dengan yang dipimpinnya. Dipilihnya dia oleh karena banyak kemampuan yang dimilikinya, sehingga yang dipimpinnya akan merasa semakin percaya, nyaman dan terlindungi oleh pimpinannya yang mampu membawa ke arah lebih baik.

Sebagian besar manusia memahami pemimpin adalah sebagai suatu individu atau sebagai sosok manusia. Hal ini terbukti dengan beberapa definisi yang saya peroleh mengatakan bahwa pemimpin adalah seorang atau suatu individu. Ada bebrapa definisi yang berkaitan dengan seorang pemimpin antara lain sebagai berikut: Henry Pratt Faiechild dalam kartini kartono (1994:33). Pemimpin dalam pengertian ialah seorang yang dengan jalan memprakarsai tingkah laku sosial dengan mengatur, mengarahkan, mengorganisir atau mengontrol usaha/ upaya orang lain atau melalui prestise, kekuasaan dan posisi. Dalam pengertian yang terbatas, pemimpin ialah seseorang yang memimpin, membimbing dengan bantuan kualitas – kualitas persuasifnya dan akseptansi/ penerimaan secara sukarela oleh para pengikutnya.


(25)

Pemimpin adalah seseorang yang memiliki kemampuan memimpin, artinya mempunyai kemampuan untuk mempengaruhi orang lain atau kelompok tanpa mengindahkan bentuk alasannya.

Kartini Kartono (1994:33). Pemimpin adalah seorang pribadi yang memiliki kecakapan dan kelebihan, khususnya kelebihan dan kecakapan di satu bidang, sehingga dia mampu untuk mempengaruhi orang – orang lain untuk bersama – sama melakukan aktivitas – aktivitas tertentu, demi pencapaian satu atau beberapa tujuan.

Rossalyn Carter “Seorang pemimpin bisa membawa yang mereka pimpin ke tempat yang ingin mereka tuju”. Seorang pemimpin yang luar biasa membawa para pendukung ke tempat yang mungkin tidak ingin mereka tuju, tetapi yang harus mereka tuju.

Jhon Gage, “ Leader are a guide, a conductor, a commander”. (pemimpin itu ialah pemandu,penunjuk, penuntun, komandan)

Dari sekian banyak definisi pemimpin disitu dikatakan bahwa pemimpin adalah seseorang atau individu. Kecuali satu – satunya menurut Jhon Gage Alle yang mengatakan bahwa pemimpin bukanlah seseorang atau individu melainkan “Leader…a guide, a conductor, a commander” (pemimpin itu ialah pemandu, penunjuk, penuntun, komandan)

2.1.7. Semiotika

Secara etimologis, istilah Semiotik berasal dari kata yunani Semeion yang berarti “tanda”. Tanda itu sendiri didefinisikan sebagai sesuatu yang atas dasar


(26)

konvensi sosial yang terbangun sebelumnya, dapat dianggap mewakili sesuatu yang lain (eco, 1979 : 16 dalam Alex Sobur 2002:95)

Secara epistemologis, semiotik dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu yang mempelajari sederetan luas objek – objek, peristiwa – peristiwa, seluruh kebudayaan sebagi tanda ( eco,1976 : dalam Alex Sobur 2002 : 95 ). Pengertian yang lain dikemukakan Van zoest yang mengartikan semiotik sebagai ilmu tanda (sign) dan segala yang berhubungan dengannya : cara berfungsinya, hubungannya dengan kata lain, pengirimannya, dan penerimanya oleh mereka yang mempergunakannya”.

Semiotik yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda – tanda (the study of sign) pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode – kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang identitas – identitas tertentu sebagai tanda – tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Scholes, 1982 : ix Budiman,2004 : 3).

Di dalam sejarah perkembangan semiotika, berasal dari dua induk yang memiliki dua tradisi yang berdiri. Pertama, Charles Sanders Pierce, seorang filsuf Amerika yang hidup di peralihan abad yang lalu (1839 - 1914). Sebagai seorang filsuf dan ahli logika, pierce berkehendak untuk menyelidiki apa dan bagaimana proses bernalar manusia. Teori Pierce tentang tanda dilandasi oleh tujuan besar ini. (Budiman, 2005 : 33).

Di sisi lain, kedua, terdapat pula tradisi semiotika yang dibangun berdasarkan teori kebahasan Ferdinand De Saussure (1857 - 1913), sebagai seorang sarjana linguistik di perancis.


(27)

Sebuah ilmu mengkaji tanda – tanda di dalam masyarakat dapat dibayangkan, ia akan menjadi bagian psikologi sosial dan, sebagai konsekuensinya, psikologi general, ia akan saya beri nama semiologi (dari bahasa yunani semeion / tanda). Semiologi akan menunjukkan hal – hal apa yang membentuk tanda – tanda, kaidah – kaidah apa yang mengendalikannya. (Saussure, 1986 : 16 dalam Budiman, 2005 :35).

2.1.8. Model Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes adalah salah satu tokoh semiotika komunikasi yang menganut aliran semiotika komunikasi struktrualisme Ferdinand De Saussure lebih menekankan pada linguistik.

Menurut Shldosvsky “ karya seni adalah karya – karya yang diciptakan melalui teknik – teknik khas yang dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi karya yang seartistik mungkin” (Budiman, 2003 : 11).

Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang sangat berkembang menyediakan metode dan peristilahan dasar yang dipakai oleh seorang semiotikus dalam mempelajari semua sistem tanda sosial lainnya. Semiologi adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari pemaknaan secara terpisah dari kandungannya (Kurniawan,2001 :156). Di dalam semiologi seseorang diberikan “kebebasan” di dalam memaknai sebuah tanda.

Roland Barthes mendasari kajian – kajian Barthes terhadap objek – objek kenyataan/ unsur kebudayaan yang sering ditelitinya. Cakupan kajian kebudayaan Barthes sangat luas. Kajian itu meliputi Kesusastraan, perfilman, busana dan


(28)

berbagai fenomena kebudayaan lainnya. Sebuah garmen,sebuah mobil, sebuah film, sekeping musik, sebuah judul kepala surat kabar, ini semua memang nampaknya objek – objek heterogen.

Menurut Barthes (Kurniawan 2001 : 89), analisis naratif struktural secara metodologis berasal dari perkembangan awal atas apa yang disebut linguistik struktural sebagaimana pada perkembangan akhirnya dikenal semiologi teks atau semiotika. Jadi, secara sederhana analisis naratif struktural dapat disebut juga sebagai semiologi teks karena memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama, yakni mencoba memahami makna suatu karya dengan menyusun kembali makna – makna yang tersebar dengan suatu cara tertentu.

Signifier (penanda) adalah bunyi yang bermakna atau coretan yang bermakna (aspek material), yakni apa yang dikatakan dan apa yang ditulis atau dibaca. Signified (petanda) adalah gambaran mental, yakni pikiran atau konsep (aspek mental) dari bahasa(Kurniawan, 2001 “ 30).

Pada setiap terbitannya Roland Barthes membahas “Mythology of the month” (mitologi bulan ini), sebagaian besar dengan menunjukkan bagaimana aspek denotatif tanda – tanda dalam budaya pop menyingkirkan konotasi yang pada dasarnya adalah “mitos – mitos’ yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.

Salah satu area penting yang dirambah Barthes dalam studinya tentang tanda adalah peran pembaca. Konotasi walaupun merupakan sifat asli tanda,membutuhkan keaktifan pembaca agar dapat berfungsi. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sistem pemaknaan tataran kedua,


(29)

yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. (gambar bagan) 2.1

(Gambar 2.1) Peta Tanda Barthes

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat yang bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material. Hanya jika anda mengenal tanda “sign”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin. Jadi dalam konteks Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaanya (Shobur, 2003 :68-69).

Salah satu konsep Barthes dalam (Lelomali,2006:30) adalah foto seorang prajurit berkulit hitam sedang memberi hormat pada bendera

1.Signifier (penanda)

2.Signifed (petanda) 3.Denotatif sign (tanda denotative)

4. CONOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)

5. CONOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 6. CONOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

1.Signifier (penanda)

2.Signifed (petanda) 3.Denotatif sign (tanda denotative)

4. CONOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)

5. CONOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 6. CONOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)


(30)

(GAMBAR 2.2)

Barthes menambahkan untuk menjelaskan makna dari gambar lebih jauh, second – order signification (konotasi) harus muncul dari pengalaman yang dipunyai dan memiliki asosiasi (konotasi) yang telah dipelajari untuk memasangkan makna dengan tanda

Bagaimanapun juga konotasi tidak bisa lepas dari kultur dimana kita tinggal dan diantara tanda – tanda yang beroperasi sebagai system yang beroperasi sebagai system interpretasi tanda ini membawa pada aspek yang dirujuk Barthes sebagai mitos. Di bawah mitos ini, tanda menjadi penanda tatanan kedua (second order signifier). Petandanya adalah perancis sebagai Negara besar, dimana semua anak negerinya, tanpa membedakan warna kulit, mengabdikan diri kepada Perancis

Di dalam mitos juga terdapat pola tiga dimensi penanda, petanda, dan tanda, namun sebagai suatu sistem yang unik, mitos dibangun oleh suatu rantai

1. Penanda 2. Petanda 3. Tanda Mitos Langue (Code) I. PENANDA II. PETANDA

III. TANDA

Langue (Code)

1. Foto prajurit berkulit hitam memberi hormat pada bendera Perancis 2. Prajurit berkulit hitam memberi hormat pada bendera Perancis Mitos 3. Tanda

1. PRAJURIT BERKULIT HITAM MEMBERI HORMAT PADA BENDERA PERANCIS

II. KENEGARAAN PERANCIS YANG BESAR, SEMUA ANAK BERADA DALAM KESETARAAN III. TANDA


(31)

pemaknaan yang telah ada sebelumnya atau, dengan kata lain, mitos juga adalah suatu sistem pemaknaan tataran kedua. Di dalam mitos pula sebuah petanda dapat memiliki beberapa penanda.

Alasan dan pertimbangan Barthes menempatkan ideologi dengan mitos, karena baik dalam mitos maupun ideologi, hubungan antara penanda konotatif dan penanda denotatif terjadi secara termotivasi. Ideologi ada selama kebudayaan ada, dan itulah sebabnya Barthes berbicara tentang konotasi sebagai suatu ekspresi budaya. Kebudayaan, mewujudkan dirinya di dalam teks – teks dan demikian ideologi pun mewujudkan dirinya melalui berbagai kode yang merembes masuk kedalam teks dalam bentuk penanda penanda penting, seperti tokoh, latar, sudut pandang, dan lain – lain (Shobur, 2003 : 70 - 71).

Semiologi Roland Barthes, jelas sangat terkait dengan struktrualisme adalah usaha untuk menunjukkan bagaimana makna literatur bergantung pada kode – kode yang diproduksi oleh wacana – wacana yang mendahului dari sebuah budaya. Secara luas kode – kode budaya ini terlihat jelas bila kita mengkaji mitos – mitos yang tersebar dalam kehidupan keseharian.

Mitos menurut Barthes adalah sebuah sistem komunikasi yang dengan demikian merupakan sebuah pesan. Mitos kemudian tak mungkin dapat menjadi sebuah obyek, sebuah konsep, atau sebuah ide karena mitos adalah sebuah mode penindasan yakni sebuah bentuk.

Mitos sebagai bentuk tidak dibatasi oleh obyek – obyek pesannya, tetapi dengan cara apa mitos menuturkan pesan itu. Dengan demikian ada batas – batas formal dari mitos,tetapi dengan caraapa mitos menuturkan pesan itu. dengan


(32)

demikian ada batas – batas formal dari mitos, tetapi tidak ada batasan yang “substansial “.sejarah manusia mengkonversikan realitas ke dalam tuturan (speech) dan manusia sendirilah yang menentukan hidup dan matinya bahasa mistis. Kuno atau tidak, mitologi hanya dapat memiliki sebuah landasan sejarah, yakni tipe tuturan yang terpilih dari sejarah dan dia tidak mungkin dapat berkembang :dari hakikat” benda – benda (Kurniawan,2001 : 183 - 184).

Di mata Barthes, suatu karya atau teks merupakan sebentuk konstruksi belaka. Bila hendak menemukan maknanya, maka yang dilakukan adalah rekonstruksi dari bahan – bahan yang tersedia, yang tidak lain adalah teks itu sendiri. Sebagai sebuah proyek rekonstruksi, maka pertama – tama teks tersebut dipenggal – penggal terlebih dahulu menjadi beberapa “leksia” atau satuan bacaan tertentu. Leksia ini dapat berupa kata, beberapa kalimat, sebuah paragraph, atau beberapa paragraph.

Dengan memenggal teks itu maka penggarang tidak lagi jadi perhatian. Teks bukan lagi menjdi milik penggarang, tetapi menjadi milik pembaca dan bagaimana pembaca memproduksi makna itu.

Produksi makna dari pembaca itu sendiri akan menghasilkan kejamakan. Tugas para semiolog atau pembaca kemudian adalah menunjukkan sebanyak mungkin makna yang dihasilkan. Barthes menyebut proses ini sebagai semiolog yang memasuki “dapur makna” (Kurniawan, 2001 93-94).

Cara kerja Barthes sebagai upaya untuk mengeksplisitkan kode – kode narasi yang berlaku dalam suatu naskah realitas. Barthes berpendapat bahwa


(33)

Terangkai dalam kode rasionalisasi, suatu proses yang mirip dengan yang terlihat dalam retorika tentang tanda mode.

Lima Kode yang ditinjau Barthes adalah : 1. Kode Hermenutik atau kode teka – teki.

Berkisar pada harapan untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang mincul dalam tes. Kode teka – teki merupakan unsur struktur yang utama dalam narasi tradisional didalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka – teki dan penyelesaian di dalam cerita.

2.Kode Semik atau kode konotatif

Kode semik atau kode konotatif lebih menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembaca, pembaca menyusun tema suatu teks dengan melihat konotasi kata atau frase tertentu dalam teks dapat dikelompokkan dengan konotasi kata atau frase yang mirip. Jika melihat suatu kumpulan satuan konotasi, kita akan menemukan tema di dalam cerita. Jika sejumlah konotasi melekat pada suatu nama tertentu, akan dapat mengenali suatu tokoh dengan atribut tertentu. Perlu dicatat bahwa Barthes menggangap denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling akhir.

3. Kode simbolik

Merupakan suatu pengkodean fiksi yang paling struktural, atau tepatnya menurut konsep Barthes, pasca struktural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik dalam taraf bunyi menjadi fenom dalam proses produksi wicara, maupun pada taraf


(34)

oposisi psikoseksua yang melalui proses. Dalam suatu teks verbal, perlawanan yang bersifat simbolik seperti ini dapat dikodekan melalui istilah – istilah retoris seperti antitetis, yang merupakan hal yang istimewa dalam sistem simbol Barthes

4. Kode paretik atau kode tindakan

Kode Paretik atau kode tindakan dianggapnya sebagai perlengkapan utama teks yang dibaca orang artinya antara lain, artinya semua teks yang bersifat naratif. Kita mengenal kode tindakan atau peristiwa karena dapat memahaminya. Pada kebanyakan fiksi selalu mengharap lakuan di “isi” sampai lakuan utama menjadi perlengkapan utama suatu teks.

5. Kode Gnomik atau Kode Kultural

Kode ini merupakan acuan teks benda – benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme tradisional didefinisi oleh acuan ke apa yang telah diketahui. Rumusan suatu budaya atau sub budaya adalah hal – hal kecil yang telah dikodifikasi yang diatasnya para penulis bertumpu. (Sobur, 2003:65-6).

Pendekatan Semiologi Dalam Film

Menurut John Fiske, dalam bukunya Cultural and Comunication Studies, disebutkan bahwa terdapat dua perspektif dalam mempelajari ilmu komunikasi. Perspektif yang pertama melihat komunikasi sebagai transisi pesan. Sedangkan perspektif yang kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan pertukaran makna. Bagi perspektif yang kedua melihat komunikasi sebagai produksi dan


(35)

pertukaran makna. Bagi perspektif yang kedua, studi komunikasi adalah studi tentang teks dan kebudayaan. Metode studinya yang utama adalah semiologi (ilmu tentang tanda dan makna, Fiske, 2006:9).

Perspektif produksi dan petukaran makna memfokuskan bahasanya pada bagaimana sebuah pesan ataupun teks berinteraksi dengan orang – orang disekitarnya untuk dapat menghasilkan sebuah makna. Hal ini berhubungan dengan peranan teks tersebut dalam budaya kita. Perspektif ini seringkali menimbulkan kegagalan berkomunikasi karena pemahaman yang berbeda antar pengirim pesan dan penerima pesan. Meskipun demikian, yang ingin dicapai adalah signifikasinya dan bukan kejelasan sebuah pesan disampaikan. Untuk itulah pendekatan yang berasal dari perspektif tentang teks dan budaya ini dinamakan pendekatan semiologi.

Definisi semiologi yang umum adalah studi mengenai tanda – tanda (Chandler, 2002: www.aber.ac.uk) studi ini tidak hanya mengarah pada “tanda”dalam kehidupan sehari – hari, tetapi juga tujuan dibuatnya tanda – tanda tersebut. Bentuk – bentuk tanda disini antara lain berupa kata – kata, images, suara, gesture, dan objek. Bila kita mempelajari tanda tidak bisa memisahkan tanda yang satu dengan tanda yang lain membentuk suatu sistem, dan kemudian disebut sistem tanda. Lebih sederhananya semiologi mempelajari bagaimana sistem tanda membentuk sebuah makna. Menurut John Fiske dan John Hartlye, konsentrasi semologi adalah pada hubungan yang timbul antara sebuah tanda dan makna yang dikandungnya. Juga bagaimana tanda – tanda tersebut dikomunikasikan dalam kode – kode. (Chandler, 2002: www.aber.ac.uk).


(36)

Film merupakan bidang kajian yang amat relevan bagi analisis struktural atau semiologi. Seperti dikemukakan (Van Zoest 1993:109 dalam Sobur, 2004:128) Film dengan tanda semata – mata. Tanda – tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Berbeda dengan fotografi statis, rangkaian gambar dalam film menciptakan imaji dan sistem penandaan. Karena itu, menurut Van Zoest, bersamaan dengan tanda – tanda ikonis, yakni tanda – tanda yang menggambarkan sesuatu (Van Zoest, 1993 : 109 dalam Sobur, 2004:128). Memang ciri gambar – gambar film adalah persamaannya dengan realitas yang ditunjuknya. Gambar – gambar yang dinamis dalam film merupakn ikonis bagi realitas yang dinotasikan.

Film umumnya dibangun dengan banyak tanda. Tanda – tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik dalam upaya mencapai efek yang digunakan. Yang paling penting dalam film adalah gambar dan suara, kata yang diucapkan (ditambah dengan suara – suara lain yang serentak mengiringi gambar – gambar) dan musik film. Sistem semiologi yang lebih penting dalam film adalah digunakannya tanda – tanda ikonis, yakni tanda – tanda yang menggambarkan sesuatu (Sobur, 2004:128).

Menurut Fiske dalam bukunya berjudul Television Cultural, analisis semiotik pada sinema atau film layar lebar (wide screen) disetarakan dengan analisis film yang ditayangkan di televisi. Fiske mengkategorikan sign pada film ke dalam dua kategori, yakni kode – kode representasi (reprensentational codes). Kode – kode tersebut bekerja dalam sebuah struktur hirarki yang kompleks. (Fiske, 1990:40 dalam Mawardhani, 2006:39). Analisis yang dilakukan pada film


(37)

2012 ini dapat terbagi menjadi beberap level, yaitu : 1. Level Realitas (reality)

Pada level ini, realitas dapat berupa penampilan, pakaian dan make-up yang digunakan oleh pemain, lingkungan, perilaku, ucapan, gesture, ekspresi, suara, dan sebagainya yang dipahami sebagai kode budaya yang ditangkap secara elektronik melalui kode – kode teknis (http://www.questia.com). Kode - kode sosial yang merupakan realitas yang akan diteliti dalam penelitian ini, dapat berupa :

a. penampilan, kostum dan make up yang digunakan oleh pemain dalam film “2012”. Dalam penelitian ini pemeran yang menjadi pemimpin Negara menjadi objek penelitian. Bagaimana pakaian dan tata rias yang digunakan, serta apakah kostum dan make up yang ditampilkan tersebut memberikan signifikasi tertentu menurut kode sosial dan kultural.

b. Lingkungan atau setting, yang ditampilkan dari seorang pemimpin tersebut, bagaimana simbol – simbol yang ditonjolkan serta fungsi dan makna didalamnya.

c. Dialog, berupa apa saja makna dari kalimat – kalimat yang diucapkan dalam dialog.

2. Level Representasi (representation)

Level representasi meliputi kerja kamera, pencahayaan, editing, musik, dan suara, yang ditransmisikan sebagai kode – kode representasi yang bersifat konvensional. Bentuk – bentuk representasi dapat berupa cerita, karakter, action, dialog, setting, casting dan sebagainya (http://www.questia.com). Level


(38)

representasi meliputi :

1) Teknik Kamera : Jarak dan sudut pengambilan

a. Long Shot : Pengambilan yang menunjukkan semua bagian dari objek, menekankan pada background. Shot ini biasanya dipakai dalam tema – tema sosial yang memperlihatkan banyak orang dalam shot yang lebih lama dan lingkungannya dari pada individu sebagai fokusnya.

b. Establishing Shot: Biasanya digunakan untuk membuka suatu adegan. c. Medium Shot : Menunjukan subjek atau aktornya dan lingkungannya

dalam ruang yang sama. Biasanya digunakan untuk memperlihatkan kehadiran dua atau tiga aktor secara dekat.

d. Close Up : Menunjukan sedikit dari scene, seperti karakter wajah dalam detail sehingga memenuh layar, dan mengaburkan objek dengan konteksnya. Pengambilan ini memfokuskan pada perasaan dan reaksi dari seseorang, dan kadang kala digunakan dalam percakapan untuk menunjukkan emosi seseorang.

e. View Point : Jarak dan sudut nyata darimana kamera memandang dan merekam objek.

f. Point of view : Sebuah pengambilan kamera yang mendekatkan posisinya pada pandangan seseorang yang ada, yang sedang memperlihatkan aksi lain.

g. Selective focus : Memberikan efek dengan menggunakan peralatan optikal untuk mengurangi ketajaman dari image atau bagian lainnya. Lainnya : Wide angle shot, title shot, angle shot, and two shot.


(39)

2) Manipulasi Waktu

Macamnya Sceen time, subjective times, compressed time, long take, simultaneous time, show motion, replay, flash back, flash forward,

overlapping action, universal time, ambiguous time.

3) Teknik Kamera : Perpindahan

a. Zoom : Perpindahan tanpa memindahkan kamera hanya lensa difokuskan untuk mendekati objek. Biasanya untuk memberikan kejutan kepada penonton.

b. Following pan : Kamera berputar untuk mengikuti perpindahan objek. Kecepatan perpindahan terhadap objek menghasilkan mood tertentu yang menunjukkan hubungan penonton dengan subjeknya.

c. Tracking (dollying) : Perpindahan kamera secara pelan maju atau menjauhi objek (berbeda dengan zoom). Kecepatan tracking mempengaruhi perasan penonton. Jika dengan cepat (utamanya tracing in) menunjukkan ketertarikan, demikian sebaliknya. Lainnya :Surfaying pan, tilt ( naik turunnya kamera), crab (perpindahan kamera ke kiri atau ke kanan)

4) Teknik Editing

a. Cut : Perubahan secara tiba – tiba dari suatu pengambilan sudut pandang atau lokasi lainnya. Ada bermacam – macam cut yang


(40)

mempunyai efek untuk merubah scene, mempersingkat waktu, memperbanyak point of view, atau membentuk kesan terhadap image atau ide.

b. Jump cut : Untuk membuat suatu adegan yang dramatis

c. Motived cut : Bertujuan untuk membuat penonton segera ingin melihat adegan selanjutnya yang tidak ditampilkan sebelumnya.

5) Penggunaan Suara

a. Comentar voice – over narration : Biasanya digunakan untuk memperkenalkan bagian orang tertentu dari suatu program, menambah informasi yang tidak ada dalam gambar, untuk menginterpretasikan kesan pada penonton dari suatu sudut pandang, menghubungkan bagian atau sequences dan program secara bersamaan.

b. Sound effect : Untuk memberikan tambahan ilusi pada suatu kejadian. c. Musik : Untuk mempertahankan kesan dari suatu fase untuk mengiringi

suatu adegan, warna emosional pada musik turut mendukung keadaan emosional suatu adegan.

6) Pencahayaan : Macamnya soft and hard lighting, dan backlighting

Cahaya menjadi unsur media visual, karena cahayalah informasi bisa dilihat. Cahaya ini pada mulanya hanya merupakan unsur teknis yang membuat benda bisa dilihat. Mak penyajian film juga, pada mulanya, disebut sebagai “painting withlight”, melukis dengan cahaya. Namun dalam perkembangannya bertutur dengan gambar, ternyata fungsinya


(41)

berkembang semakin banyak. Yakni mampu menjadi informasi waktu, menunjang mood atau atmosfir set dan bisa menunjang dramatik adegan. (Biran, 2006:43).

7) Grafis

Macamnya teks, diagram dan animasi.

8) Gaya bercerita

Macamnya Subjective treatment, objective treatment, parallel development, invisible editing, mise-en-scene, montage, talk to camera,

and tone.

9) Segi dan format lainnya

Macamnnya shot, series, serial, talking heads, vox pop, dan interiextuality.

10) Mise – En – Scene

Kode – kode Mise – en – scene ialah alat – alat yang dipergunakan oleh pembuat film untuk merubah dan menyesuaikan pembacaan shot yang akan kita lakukan. Mise – en – scene juga digunakan untuk mengungkapkan makna melalui suatu hubungan antar adegan yang terlihat dengan suatu adegan lain.

Namun dalam penelitian ini peneliti tidak akan membahas lebih lanjut pada suara dan penataan musik yang ada pada level representasi, karena


(42)

keduanya dianggap tidak memiliki kaitan langsung terhadap pembahasan representasi altruisme dalam film 2012.

3. Level Ideologi

Level ideologi dimana pengorganisasian kode – kode tersebut terdapat dalam suatu kesatuan (coherence) dan penerimaan social (social acceptability) seperti kelas, patriarki, ras, feminisme, maskulinitas, matrealisme kapitalisme, individualisme, liberalisme, status, dan lainnya berkaitan dengan permasalahan yang akan dibahas dalam penelitian ini, peneliti hanya akan memakai simbol – simbol yang ditampilkan dalam film dalam film 2012.

Beberapa ideology yang ada dan masih bertahan banyak sekali antara lain,: 1. Liberalisme yang mempunyai beberapa pokok pemikiran, tentang liberalisme berpusat pada kebebasan individu, ideology ini berkembang sesuai dengan perkembangan sebuah Negara dan bisa dibatasi dengan adanya undang – undang Negara, landasan pemikirannya adalah menusia pada hakikatnya adalah baik dan berbudi-pekerti, tanpa harus diadakannya pola-pola pengaturan yang ketat dan bersifat memaksa terhadapnya.

2. Komunisme, yang mempunyai pokok pemikiran penghapusan kelas – kelas dalam masyarakat serta menolak segala bentuk pemerintahan yang telah lampau baik yang tegas dan yang tidak. Suatu Negara yang menganut ideology ini harus mempunyai system pemerintahan yang otoriter,

3. Sosialisme, mempunyai inti pemikiran kehidupan kolektif,kebersamaan dan gotong – royong, dan filsafatnya adan ya kesederajatan dan pemerataan bagi tiap orang dalam suatu Negara,ideology ini mempunyai landasan pemikiran bahwa


(43)

masyarakat dan juga Negara adalah suatu pola kehidupan bersama – sama dan tidak bisa hidup sendir – sendiri, dengan adanya kerja sama maka ideology ini memandang kehidupan akan lebih baik. Masih banyak lagi ideology yang ada antara lain ideology Marxisme, Komunis, Fasisme, Feminisme, Konservatisme, Kapitalisme. Diantara sekian banyak ideology, Altruisme yang ada pada film ini termasuk dalam kategori ideology sosialis, karena altruisme yang bermakna lebih mendahulukan kepentingan orang lain dari pada diri sendiri, mempunyai arti sama dengan pemikiran sosialis, yang ingin hidup bersama dengan saling gotong – royong, maka dari itu film ini mengandung ideology sosialisme 2.2 Kerangka Berpikir

Film dibangun dengan tanda semata – mata. Tanda itu termasuk berbagai sistem tanda yang bekerja sama dengan baik untuk mencapai efek yang diharapkan. Fenomena tentang kiamat ini sangat menarik untuk dikaji mengingat mayoritas penduduk Indonesia mempercayai akan hari kiamat,

Dalam film “2012” tokoh pemimpin disini khususnya presiden Amerika adalah sosok pemimpin yang sangat menghargai nyawa orang lain, dia sendiri mengorbankan dirinya utnuk menyelamatkan warga yang belum sempat mengungsi. Disini muncul altruisme seorang pemimpin yang selalu mengedepankan kepentingan umum dari pada kepentingan pribadi .

Penelitian ini akan menggunakan analisis semiotik yang dikemukakan oleh Barthes yang terdiri atas lima kode, yaitu kode hermeneutik (kode teka – teki),

kode semik (makna konatif), kode simbolik, kode proaretik (logika tindakan), dan


(44)

39 3.1 Metode penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif kualitatif, penelitian ini menginterpretasikan penggambaran seorang tokoh presiden dalam film 2012, film 2012 merupakan film yang sangat fenomenal dan sempat mengundang pro dan kontra. Melalui pemeran presiden Amerika, harus diketahui terlebih dahulu tanda – tanda yang terdapat di dalamnya, adapun digunakannya metode penelitian kualitatif karena metode ini akan lebih mudah menyesuaikan bila dalam penelitian ini ditemukan kenyataan yang bermakna ganda, kemudian metode kualitatif lebih peka dan dapat menyesuaikan dengan banyak pengaruh terhadap pola – pola nilai yang dihadapi (Moleong,1995:5) dalam menganalisis data, peneliti menggunaka metode semiologi.

Semiologi adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda (Subur, 2004:15). Dengan menggunakan metode semiotik, peneliti berusaha menggali realitas yang didapatkan melalui interpretasi simbol – simbol dan tanda – tanda yang ditampilkan sepanjang film, selanjutnya dipilih beberapa scene yang akan menjadi corpus dalam penelitian ini. diteruskan dengan mengkaji scene – scene tersebut dengan kode - kode dari film dan sinema sesuai dengan teori jhon fiske yang kemudian secara khusus peneliti menggunakan metode penelitian analisis semiologi yang dikemukakan Roland Barthes, untuk menginterpretasikan atau memaknai altruisme dalam film 2012 melalui pemeran presiden


(45)

.

3.2. Kerangka Konseptual 3.2.1 Corpus

Di dalam penelitian kualitatif diperlukan adanya suatu pembahasan masalah yang disebut corpus. Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembanganya oleh analisis kesemenaan. Corpus haruslah cukup luas untuk memberi harapan yang beralasan bahwa unsur – unsur akan memelihara sebuah system kemiripan perbedaan yang lengkap. Corpus juga bersifat sehomogen mungkin, baik homogen pada taraf waktu (singkroni). (Kurniawan, 2000:70).

Corpus dalam penelitian ini adalah tokoh presiden Amerika dalam fim 2012, yang ditonton dalam versi dvd, dipilihnya pemeran presiden Amerika ini, dikarenakan presiden Amerika dalam film ini memiliki jiwa altruisme yang sangat bagus di mata masyarakat nya. idiologi altruisme inilah yang menjadikan peneliti tertartik untuk meneliti bagaimanakah altruisme yang dimiliki sosok presiden dalam fim 2012 ini, sampai digambarkan dalam film ini dia rela mengorbankan dirinya untuk berusaha menyelamatkan rakyat Amerika walaupun usahanya itu sia – sia belaka nantinya karena bencana yang terlalu besar diluar kemampuannya untuk mengatasi hal itu.

3.2.2 Unit Analisis

Unit analisis pada penelitian ini adalah sebanyak 157 scene menjadi 7 scene yang ada dalam film dari pembagian level analisis oleh John Fiske, yang terdapat pada pemeran presiden sebagai gambaran pemimpin yang mempunyai jiwa


(46)

altruisme yang sangat kuat yang kemudian diinterpretasikan menggunakan semiologi yang dikemukakan oleh Rolland Barthes, dengan mengidentifikasi lima kode, yaitu kode hermeneutik (kode teka - teki), kode semik (makna konatif), kode simbolik, kode proanetik (logika tindakan), dan kode gnomic atau kode kultural. Untuk mengetahui bagaimana pemaknaan altruisme dalam film tersebut.

3.3. Teknik pengumpulan data

Pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan cara dokumentasi dan mengamati secara seksama film 2012 secara langsung dan utuh dalam sebuah dvd dan melakukan studi kepustakaan untuk melengkapi data – data dan bahan yang dapat dijadikan referensi, yang dilanjutkan dengan mengcapture berdasarkan shot / perpindahan pengambilan gambar dalam film tersebut.

Data yang terkumpul tersebut disebut data primer dan selanjutnya dianalisis berdasarkan semiologi Roland Barthes. Data dari penelitian ini kemudian digunakan untuk mengetahui bagaimana makna altruisme yang ada pada seorang pemimpin Negara dalam film 2012

3.4. Metode analisis data

Analisis data didalam penelitian ini akan dilakukan berdasarkan sign atau sistem tanda yang tampak pada pemeran presiden Amerika yang memerankan pemimpin dengan jiwa altruisme yang kuat dalam film 2012 yang akan dianalisis dengan menggunakan model semiologi yang dikemukakan oleh Barthes yang selalu


(47)

terfokus kepada mitos atau ideology, dalam film ini mitos atau ideology yang diteliti adalah sikap Altruisme seorang pemimpin Negara yang sifatnya universal dan ada pada tiap Negara walaupun dengan istilah yang berbeda. Melalui pemeran presiden Amerika ini, peneliti juga akan mencari dan memaknai simbol –simbol yang bisa menjawab pertanyaan peneliti dengan menggunakan kerangka analisis semiologi pada film yang dikemukakan oleh John Fiske. Analisis ini dibagi menjadi level realitas (reality), dan level representasi (representation).

Pada level realitas, di analisis beberapa kode – kode sosial yang merupakan realitas, dapat berupa:

Dialog / diam (dialogue / silence) Yang meliputi :

a. Bahasa yang digunakan resmi atau tidak resmi Karakter yang berbeda mempengaruhi bahasa yang digunakan

b. Kalimat – kalimat yang diucapkan dalam dialog apakah memiliki arti tertentu (kiasan)

c. Apakah terdapat karakter terterntu yang tampak dalam diam

Selain itu menurut Fiske dalam level realitas juga dianalisis beberapa kode – kode sosial yang merupakan realitas secara persis dapat didefinisikan dalam medium melalui ekspresi seperti warna kulit, pakaian,ekspresi wajah, perilaku, dsb.

d. Pada level representasi (representation), yang akan diamati meliputi kerja kamera yaitu Long Shot, Medium Shot, dan Close Up, pada teknik editing yang digunakan untuk memilih scene yang ada hubungannya dengan representasi


(48)

yaitu 157 scene menjadi 7 Scene dan percakapan untuk mengetahui karakter dari presiden Amerika yang ditransmisikan sebagai kode – kode representasi.


(49)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek dan penyajian data 4.1.1. Gambaran Umum

Film 2012 merupakan film fiksi akhir dari sebuah peradaban dunia diproduksi oleh Columbia pictures yang dirilis mulai bulan juli 2008 di los angeles dan selesai pada januari 2009. sekenario film ini dibuat oleh sutradara Rolland Emmerich yang juga sempat menyutradarai film Independence Day, serta The Day After Tomorrow.

Banyak artis Hollywood yang membintangi film ini antara lain : Jhon Cussack sebagai Jackson curtis seorang penulis buku ilmiah yang bekerja sampingan sebagai supir limousine, Amanda Peet sebagai Kate mantan istri Jakcson, Thomas McCharty sebagai Gordon seorang dokter plastik dan pacar Kate yang sekarang , Chiwetel Ejiofor sebagai penasehat ilmiah presiden , Zlatko buric sebagai yuri karpov seorang milyuner dari Rusia, Woody Harrelson sebagai seseorang yang memprerdiksikan akhir dari dunia yang dianggap gila oleh orang lain, Oliver platt sebagai carl Anheuser sebagai staff kepresidenan, Danny Glover sebagai presiden Amerika.

Film ini terinspirasi ole ide peristiwa hari kiamat global yang bersamaan dengan akhir putaran kalender hitungan panjang suku maya sekitar 21 Desember, film ini berawal dari Dr Adrian seorang ahli geologi yang menerima kabar dari temannya di India bahwa lapisan bumi sudah rusak dan tidak kuat lagi untuk


(50)

menahan radiasi dari sinar matahari yang akan menyebabkan rusaknya lapisan tanah dan temannya tersebut memprediksikan dalam waktu dekat akan terjadi bencana alam dahsyat yang menguncang bumi diakibatkan keadaan bumi yang seperti ini , Adrian pun akhirnya menyampaikan hal ini kepada atasannya sehingga sampai kabar ini kepada presiden .

sempat ada perdebatan kapan harus mengumumkan hal ini kepada rakytnya, akan tetapi sebagai presiden yang bijak beliau memutuskan untuk tidak memberitahukannya dulu karena akan mengakibtkan keresahan massal untuk rakyatnya.Namun pada akhirnya presiden juga mengumumkan akhir dari dunia dalam sebuah media tv, dikarenakan Los Angeles serta California mengalami bencana yang akhirnya patung Liberty pun juga ikut tenggelam.

film ini bertempat di Los Angeles pada mulanya tetapi kemudian berpindah ke Vancouver pada Agustus 2008 dikarenakan tempat yang lebih mendukung untuk pembuatan film ini. Setting dari film ini sangat bagus, dalam film ini diperlihatkan bagaimana bumi bisa luluh lantak dengan magma, gunung – gunung pun, meletus dimana – mana terjadi gempa sehingga daratan sudah banyak yang tenggelam. Ada lagi patung Liberty yang menjulang tinggi tersebut dengan mudahnya tenggelam , serta kapal USS Jhon F Kennedy yang sangat besar itu tidak berdaya menghadapi ombak Tsunami yang tiba – tiba datang dan menghancurkan gedung putih. Seketika itu pula berbagai kebudayaan dan simbolnya hancur kecuali ka`bah karena Rolland sutradara film 2012 ini tidak mau apabila fatwa dikeluarkan untuknya.


(51)

dalam dan luar negeri tercengang,deg – degan , serta was – was membayangkan bagaimana kalau memang hari akhir itu akan terjadi

Dalam film ini kita juga dapat melihat banyak sekali fenomena – fenomena yang terjadi, antara lain fenomena tentang benar dan tidaknya tentang ramalan suku Maya, fenomena apakah benar memang ada pergeseran tanah di bumi yang semakin lama semakin lemah ?, bagaimanakah keadaan manusia pada saat menghadapi sebuah bencana besar, ada yang mementingkan diri sendiri tetapi ada juga yang masih memikirkan nasib orang lain. fenomena yang terjadi ini memang biasa terjadi disaat bencana besar datang.

Dari beberapa pemeran film, Jackson memang seseorang yang tidak memikirkan dirinya sendiri dia berusaha menyelamatkan dirinya dan keluargannya. Jiwa Altruisme (rela berkorban demi orang lain ) Jakson memang bagus tidak hanya memikirkan diri sendiri, tetapi dalam penelitian ini, peneliti lebih tertarik dengan jiwa altruisme yang dimiliki oleh presiden Amerika. Beliau rela tidak ikut naik pesawat bersama dengan anggota gedung putih lainnya untuk menemani detik detik terakhir bersama rakyatnya berbeda dengan Jackson yang hanya memikirkan orang terdekatnya.presiden Amerika ini sampai rela mengorbankan dirinya untuk rakyatnya walaupun dia belum mengenal rakyatnya satu persatu.

Film ini bagi kebanyakan umat islam sangatlah berpengaruh bagi keyakinan mereka, apalagi di Indonesia yang merupakan penduduk beragama islam terbanyak di dunia,maka dari itu film ini sempat dicekal karena dikhawatirkan akan merusak aqidah serta keyakinan mereka, karena umat islam


(52)

meyakini bahwa hari akhir hanya tuhan yang tahu bukan berdasarkan dari ramalan orang, suku, maupun dari ramalan yang lain .

4.1.2 Penyajian Data

film 2012 sebuah karya film yang fenomenal yang memperlihatkan tentang akhir sebuah peradaban dunia dan hancurnya symbol – symbol kebudayaan yang ada selama ini. film ini bercerita tentang sebuah keluarga yang harus menyelamatkan diri dari bencana yang terjadi namun belum disadari oleh mereka, dan juga bercerita tentang keadaan pemerintahan sebuah Negara dalam persiapan untuk menghadapi bencana. Dari film ini dapat diambil suatu nilai Altruisme yang muncul dari sikap seorang pemimpin Negara yang rela berkorban untuk rakyatnya. Disaat bencana tiba dia masih sempat ingin menolong untukmencari ayah dari seorang anak yang hilang, disamping itu masih meluangkan waktu untuk menenggok beberapa korban bencana yang ada di akhir hayatnya pemimpin ini hanya pasrah dengan bencana yang merenggut nyawanya itu

Tokoh Presiden

Tokoh presiden dalam film ini diperankan oleh Danny Glover yang berperan sebagai presiden Amerika perannya disini sangat lah bijak, karismatik, dan juga berjiwa Altruisme tinggi, sebagai seorang pemimpin Negara beliau merasa mempunyai tanggung jawab yang besar terhadap rakyat yang dipimpinnya.sebgai orang tua, tokoh presiden ini juga menunjukkan sikap sabar terhadap putri semata wayangnya, walaupun sebagai orang tua single parent. Dalam berkeluarga,presiden


(53)

tergolong sukses putrinya tumbuh besar dan sudah bisa bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri, dan disaat memimpin Negara pun, presiden juga sudah menunjukkan jiwa besar dengan menemani rakyatnya pada saat – saat terakhir ajal menjemput mereka dikarenakan bencana yang terjadi, walaupun beliau mumpunyai kesempatan untuk dapat meloloskan diri namun beliau tidak melakukannya, karena rasa tanggung jawab yang tinggi terhadap rakyatnya. Dibawah ini dapat dilihat tabel leksia dalam film 2012 seperti yang tertera berikut ini :

Scene Leksia Kode Gambar

1 seorang ilmuwan lebih berharga daripada 20 politikus tua.

Hermeneutic

2 dengar ayah sayang, apakah kau mengerti tekanan yang ayah rasakan,

Hermeneutic

3 Aku berharap bisa

memberitahu kalian semua lebih awal,


(54)

4 Ada apa ? hermeneutic

5 Aku akan temukan ayahnya Semantik

6

“Siapa yang bisa membantu

aku dengan orang hilang ?

Proaretik

7 Aku pulang Dorothy Semantik

4.1.3 Hasil Analis Data


(55)

yang ada pada film 2012 yang erat kaitannya dengan Altruisme seorang pemimpin Negara, dalam film ini peneliti mengambil 7 scene dalam film 2012 yang memuat Altruisme pemimpin sebuah Negara yang akan dianalisis menggunakan semiotika Rolland barthes.

SCENE 71

Dialog :

Presiden, : apa kau pernah bertemu dengan istriku Dorothy..? Adrian , : saya belum pernah mendapat kehormatan untuk itu pak.

Presiden, : kau tahu malam sebelum meninggal, dia memegang tanganku dan berkata, kau harusnya punya pilihan, tiap orang juga harusnya punya kesempatan untuk menyelamatkan diri, dan aku akan menjadi presiden Amerika yang terakhir, apa kau tahu bagaimana perasaan itu nak..?

Adrian,: tidak ada satu orang pun yang bisa menyelamatkan negeri ini pak,dan saya pikir kita bisa menyelamatkan diri sekarang


(56)

Adrian, : tidak tanpa anda pak

Presiden, : dengarakan aku nak..! ada kata yang pas untukmu, seorang ilmuwan lebih berharga daripada 20 politikus tua.

Analisis :

71.1 Pada Level Realitas

Analisis pada level realitas terlihat presiden menggenakan setelan jas lengkap dengan sepatu dan dasi, yang menandakan ia seseorang dengan status social tinggi dan merupakan orang penting, tidak memakai baju santai melainkan resmi juga menandakan ia masih bertugas atau bekerja sesuai dengan bidangnya,

setting tempatnya adalah sebuah gereja yang disitu belum waktunya beribadah mempunyai makna bahwa presiden adalah seorang yang religius ingin mencari ketenangan yang menjadikan dirinya mempunyai jiwa altruisme .sebelum perbincangan terjadi disitu presiden ingin berdoa dan memohon sesuatu kepada tuhannya menunjukkan bahwa ia sama sekali bukan orang sombong,menyadari bahwa ia mempunyai kelemahan dan menyakini bahwa tuhan lah yang sanggup menolongnya.

Dari dialog yang ada pada scene 4.2 mempunyai makna bahwa presiden adalah sosok pemimpin rendah hati, tidak menyombongkan diri, berjiwa demokratis. Tidak mau menjerumuskan rakyatnya. Ia pun merupakan presiden yang berpendirian teguh .

71.2 Pada Level Representasi


(57)

sedang berbincang dalam satu tempat hal ini ditujukan untuk memperlihatkan ekspresi presiden yang sangat menghargai rakyatnya, menggambarkan pemimpin sebagai seorang guru yang selalu mengarahkan dan membimbing

71.3 Leksia

Dari gambar dan dialog diatas dapat dilihat bahwa presiden adalah sosok pemimpin yang bijak, leksia yang mengandung Altruisme di dalamnya pada kata – kata mpresiden. : (seorang ilmuwan lebih berharga daripada 20 politikus.) Kata – kata ini merupakan jenis leksia hermeneutic karena kata – kata ini mengandung sebuah teka – teki mengapa hanya seorang ilmuwan bisa lebih berharga dari 20 orang politkus yang sudah jelas akan mempunyai tanggung jawab besar terhadap Negara..? apakah leksia ini erat kaitannya dengan bencana 2012 ? atau kah leksia ini berlaku pada umumnya.? Leksia ini mempunyai teka – teki yang sangat dalam. Kalau ditelaah lagi leksia ini mempunyai arti bahwa dalam bencana ini seorang ilmuwan bisa sangat berharga karena informasi yang ia peroleh bisa jadi lebih berharga dari puluhan politikus.


(58)

Dialog :

Putri, : ayah dimana…?

Presiden, : kau tak akan pergi jika aku memberitahumu.. Putri, : tapi ayah bilang akan ikut berangkat..

Presiden : dengar ayah sayang, apakah kau mengerti tekanan yang ayah rasakan, disaat mengetahui bahwa putrinya selamat sedangkan banyak orang lain yang tidak, hal terbaik yang bisa dilakukan saat ini adalah memberitahu rakyat paling tidak dengan ini keluarga bisa saling mengucap perpisahan, seorang ibu bisa memberi perlindungan kepada anaknya, dan seorang ayah bisa meminta maaf pada putrinya.

Analisis :

76.1 Pada Level Realitas

Dalam scene diatas dapat kita lihat bahwa presiden menggenakan setelan jas dan dasi sangat rapi yang menunjukkan bahwa ia memang termasuk dari


(59)

kalangan atas dengan status sosial yang tinggi, ditambahkan dengan

setting yang ada pada saat itu adalah belakang kantor presiden di gedung putih yang merupakan pusat pemerintahan negara Amerika sampai saat ini. Dua hal ini sangat menandakan bahwa ia merupakan orang yang penting dan berwibawa,

adapun pada dialog diatas, menunjukkan bahwa presiden merupakan seorang pemimpin yang berjiwa besar seorang yang penuh dedikasi dan bertanggung jawab dengan apapun yang sudah menjadi tanggung jawabnya sebagai seorang pemimpin.tekanan yang ia rasakan sangat besar disaat mengetahui bahwa putrinya bisa selamat dari bencana ,ia pun bisa selamat tetapi ia memilih untuk mengorbankan diri dengan menemani rakyatnya dalam bencana 2012, karena merasa bertanggung jawab dengan rakyat yang dipimpinnya hal ini menunjukkan bahwa ia adalah seorang presiden dan pemimpin yang pantas, walaupun ia tidak bisa mengatasi akan suatu hal ia lebih memilih untuk terus berjuang sampai titk darah penghabisan

76.2 Level Representasi

Scene ini diambil secara close up untuk menunjukkan kekuatan ekspresi dari pemimpin ini disaat ia harus rela kehilanggan putrinya karena tanggung jawab terhadap rakyatnya. Dengan pengambilan gambar seperti ini dapat dilihat ekspresi yang diperlihatkan oleh presiden ini adalah ekspresi seseorang yang terjepit oleh keadaan, ekspresi seseorang yang mempunyai masalah besar, kehilangan sesuatu yang berharga namun tetap tegar untuk menghadapi semua permasalahan yang sedang terjadi.


(60)

76.3 Leksia

Dari gambar dan dialog diatas dapat dianalisis adanya sikap altruisme yang besar dalam diri presiden, leksia yang terdapat dalam scene ini yaitu dialog terakhir presiden kepada anaknya : ( dengar ayah sayang, apakah kau mengerti tekanan yang ayah rasakan,.)

Leksia ini merupakan jenis leksia Hermeneutic karena mengandung teka teki tentang beban yang dirasakan pemimpin ini, belaiau tidak bisa menanggung beban motal yang akan ditanggungnya seandainya ia lebih memilih menyelamatkan diri daripada berusaha untuk menyelamatkan rakyatnya yang akan menghadapi bencana itu, dalam diri presiden di film ini menolak untuk pergi bersama putrinya menyelamatkan diri ia lebih memilih untuk menemani rakyatnya walaupun sampai akhir hayatnya karena memang ia merasa bertangungjawab untuk mengayomi seluruh rakyatnya baik yang kenal ataupun yang tidak


(61)

SCENE 77

(Presiden memberikan maklumat di sebuah media)

Rakyatku Amerika, seperti yang kita ketahui, gempa telah menghancurkan Negara kita, juga menghancurkan dunia. Aku berharap bisa memberitahu kalian semua lebih awal, kita bisa menghadapi kehancuran yang akan segera datang, hari ini kita semua bukan orang asing, kita adalah satu keluarga tidur dalam kegelapan bersama, kita merupakan Negara yang terdiri dari banyak keyakinan tapi aku yakin kata – kata ini bisa merefleksikan semangat keyakinan kita.

Analisis :

77.1 Pada level realitas

pada scene diatas terlihat bahwa presiden sedang berada di ruang kerjanya yang sedang memberikan maklumat kepada warganya nampak mimik dari


(62)

pemimpin ini memperlihatkan ketenanggan dalam berbicara walaupun bencana 2012 sedang terjadi merupakan tanda seorang presiden yang bijak sesuai dengan pakaian yang dipakainnya setelan jas lengkap menunjukkan kewibawaannya sebagai seorang presiden yang disegani rakyat terbukti dengan banyaknya rakyat Amerika dalam film itu yang menyimak maklumat presiden itu.

77.2 Pada level representasi

Scene ini diambil secara long shot untuk menunjukkan orang – orang di sekeliling presiden itu ada dan mendengarkan segala apa yang di sampaikan olehnya, dalam gambar diatas terlihat bahwa orang – orang tengah menyaksikan presden sedang menyampaikan kabar kehancuran dunia, dengan pengambilan gambar secara long shot , maka presiden dan orang – orang yang ada di sekitarnya akan terlihat.

77.3 Leksia

Dalam dialog diatas yang merupakan leksia adalah pada kata (Aku berharap bisa memberitahu kalian semua lebih awal,) ini adalah leksia hermeneutic karena mengandung teka – teki mengapa baru saat bencana datang kabar itu di beritahukan, mengapa bukan satu atau dua bulan sebelumnya, hal itu dikarenakan presiden tidak ingin mmbuat seluruh rakyatnya gelisah, karena presiden melihat bagaimanapun juga dengan adanya kejadian ini Negara belum tentu bisa menyelamatkan semua warganya.


(63)

SCENE 90 (shot 3 )

Dialog

Presiden, : Ada apa ?

Nenek, : Dia tidak bisa temukan ayahnya

Analisis

90.1 Pada Level Realitas

Analisis pada level realitas ini adalah presiden yang berpenampilan apa adanya namun tetap terlihat berwibawa, berarti ia bisa menempatkan diri dimana saja dan dapat terbuka dengan siapa saja pendek kata pemimpin dalam film 2012 ini seorang pemimpin yang merakyat. Dari dialog diatas pun menunjukkan kepedulian presiden terhadap rakyatnya yang selalu mengutamakan rakyatnya. Perduli terhadap mereka beserta dengan semua keluh kesah mereka. Pemimpin seperti ini yang selalu diinginkan rakyat bukan pemimpin yang selalu mementingkan kepentingan pribadi atau golongan


(64)

90.2 Pada Level Representasi

scene ini diambil secara medium shot, pengambilan gambar seperti ini dimaksudkan untuk menampilkan dialog dua orang presiden dan seorang nenek dengan medium shot ini pembuat film ingin menunjukkan mimic presiden yang mempunyai kepedulian dan jiwa altruisme yang tinggi terhadap rakyatnya. Walaupun kesedihan menerpa dalam diri presiden karena harus berpisah dengan putrinya, namun tidak di tampakkan sama sekali, jiwa altruisme yang ada dalam diri presiden ini membuatnya tegar menghadapi apapun.

90.3 Leksia

Leksia yang terdapat pada scene diatas (Ada apa ?) termasuk leksia hermeneutic karena merupakan suatu bentuk pertanyaan yang menimbulkan teka – teki jawaban yang akan di sampaikan oleh seorang nenek. Disini presiden dalam film 2012 menunjukkan kepeduliannya walaupun terhadap seorang nenek yang sedang mengendong anak kecil. Sikap altruisme disini sangat terlihat sebagai seorang pemimpin.rasa kepedulian dan jiwa altruisme ini memang sangat diperlukan sebagai seorang pemimpin yang selalu mengayomi dan melindungi rakyatnya. Seorang pemimpin harus membela rakyat, pro rakyat dan tidak seharusnya hanya mementingkan kepentingan pribadinya saja, melainkan harus mendahulukan kepentingan orang lain terlebih dulu.


(65)

SCENE 90 (shot 4)

Aku akan temukan ayahnya

Analisis. :

90.1 Pada level Realitas

Analisis pada level realitas ini adalah presiden yang berpenampilan apa adanya namun tetap terlihat berwibawa, berarti ia bisa menempatkan diri dimana saja dan dapat terbuka dengan siapa saja pendek kata pemimpin dalam film 2012 ini seorang pemimpin yang merakyat. Adapun dialog yang diucapkan presiden mengandung arti bahwa seorang pemimpin tidak hanya cukup dengan janji dan keperdulian saja melainkan harus diakhiri dengan tindakan, dari sini presiden memperlihatkan altruisme yang dimilikinya sangat tinggi ia sendiri yang bertindak untuk mencari ayah sang anak tanpa campur tangan pembantu pembantunya.


(1)

91.2 Pada Level Representasi

dalam scene ini diambil long shot untuk menjelaskan hiruk pikuk kota yang sedang berantakan karena dilanda bencana,bannyak orang yang bingung berlarian kemana – mana, juga untuk menjelaskan bahwa presiden telah bersusah payah untuk mencari ayah dari seorang anak yang hilang. Disini nampak altruisme seorang pemimpin Negara yang rendah hati dan mempunyai jiwa social tinggi 91.3 Leksia

Pada gambar dan dialog diatas nampak bahwa presiden sedang berusaha mencari orang yang hilang, leksia diatas (Siapa yang bisa membantu aku dengan orang hilang) adalah bentuk dari leksia proaretik karena sesuai dengan urutan cerita yang sebelumnya bahwa presiden akan mencari ayah dari seorang anak kecil yang hilang disaat bencana 2012 datang. Pada scene ini dapat dilihat presiden sedang bertanya kepada orang – orang yang ada, yang menangggapi pertanyaan nya adalah seorang petugas dinas kesehatan, akan tetapi petugas itu juga terkesan semaunya sendiri karena tidak tahu yang bertanya adalah seorang presiden. Dan setelah tahu yang bertanya adalah presiden semua pekerjaanya ditinggal dan hanya memperhatikan presiden. Tetapi presiden tidak marah dan mau mengerti dengan kesibukan seorang dinas kesehatan itu. Berarti presiden ini tidak gila hormat maupun jabatan yang ada hanya ia ingin mengabdi kepada rakyatnya yang dipimpinnya dari sini altruisme presiden terlihat.


(2)

SCENE 97

Aku pulang Dorothy Analisis :

97.1 Pada Level Realitas

dalam scene diatas nampak presiden tengah bangun dari kerumunan orang – orang yang sudah tewas karena gempa yang terjadi, pakaian jas dan mantel yang dikenakannya pun nampak kotor karena tertimpa debu dan salju hal ini menunjukkan kebesaran hati presiden yang rela menemani rakyatnya menghadapi bencana hingga akhir hayatnya. Dari dialog yang ada nampak nya presiden sudah mengalami kerinduan yang dalam terhadap istrinya Dorothy yang telah meninggal mendahuluinya. scene ini adalah scene terakhir presiden disaat presiden menghadapi akhir hayatnya tertimpa sebuah ombak besar yang membawa kapal perang USS Kennedy sampai ke daratan.

97.2 Pada Level Representasi

Scene ini diambil secara close up untuk menunjukkan kekuatan ekspresi presiden disaat presiden menghadapi akhir hayatnya. Ekspresi presiden yang ditunjukkan adalah ekspresi sedih bercampur bahagia karena berpikir dengan


(3)

kematiannya ia akan bertemu lagi dengan mendiang istrinya yang telah lama meninggal; mendahuluinya.

97.3 Leksia

leksia dalam scene diatas adalah (Aku pulang Dorothy) adalah leksia semantik, karena konotasi pulang adalah dirinya akan berakhir tewas akibat bencana yang datang Dorothy adalah istrinyua yang sudah lama meninggal, kata – kata terakhir yang terucap dengan memanggil Dorothy menunjukkan kerinduan yang mendalam pemimpin ini kepada istrinya dalam film 2012


(4)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Setelah mengulas, mengkaji serta menganalis lebih dalam mengenai Altruisme seorang pemimpin dalam film 2012 yang disutradarai oleh Rolland Emmerich, dan hubungannya dengan budaya kepemimpnan yang ada di Indonesia, maka peneliti menarik kesimpulan dari representasi data tersebut bahwa :

Dengan adanya film yang mengandung unsur Altruisme khususnya film 2012, maka diharapkan kepada khalayak penikmat film dapat menyelami makna ideologi altruisme dari seorang pemimpin yang sesungguhnya, bahwa menjadi pemimpin tidaklah mudah, seorang pemimpin adalah seseorang yang mempunyai jiwa altruisme yang bagus yang selalu pro dengan rakyat.

Bukanlah seorang yang selalu mementingkan kepentingan pribadinya saja dan kepentingan golongan seperti yang terjadi selama ini khususnya di Indonesia,

Hal ini bisa terjadi karena berbagai hal antara lain angka kelahiran yang terus meningkat sehingga persaingan hidup semakin ketat, gaya hidup yang sudah berubah dari masyarakat yang lebih senang dengan kehidupan hedonisme,kebutuhan hidup yang semakin lama semakin mahal, sampai pengaruh dari era globalisasi yang terjadi dewasa ini.. Peneliti menyimpulkan bahwa unsur ideology altruisme yang ada pada film ini sifatnya sangat universal ada pada tiap Negara dan ras hanya istilahnya saja yang berbeda. Idiologi ini adalah suatu idiologi yang baik dan dipandang sebagai suatu nilai yang luhur khususnya dalam


(5)

menjalankan kepemimpinan. 5.2 . Saran

1. Film 2012 ini adalah film fiksi yang mempunyai banyak makna, salah satu makna yang dianalisis peneliti adalah nilai Altruisme, yaitu suatu nilai mulia yang berarti lebih mementingkan kepentingan orang lain dari kepentingan diri sendiri. nilai altruisme di Indonesia sudah mulai luntur diharapkan dengan adanya film seperti film 2012 ini membuka kembali pikiran para pemimpin untuk lebih menata tujuan dan motivasi mereka dalam memimpin rakyat agar rakyat dapat juga merasakan kemakmuran dan kemudahan dalam menghadapi berbagai bidang di Indonesia. Pemimpin seyogyanya mempunyai jiwa altruisme hal ini sepatutnya menjadi suatu penilaian tersendiri di dalam menyeleksi calon pemimpin.


(6)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU :

Joseph A. Devito 1997 Komunikasi Antar Manusia, Jakarta

Kurniawan. 2001. Semiologi Roland Barthes, Yayasan Indonesia:Magelang Moleong, Riffat, 2003 m Tafsir Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung.

Sobur, Alex, 2004. Analisis Teks Media Suatu Pengantar. PT Remaja Rosda Karya Bandung.

Budiman, Kris, 2006. Semiotika Visual. Pustaka Pelajar : Jogjakarta.

Fiske. Jhon, 2006 Cultural and Communication Studies. Suatu Pengantar Paling Konfrehensif. Jalasutra : Yogyakarta.

.

NON BUKU

/imperiumindonesia.com.htm doksilet RCTI senin 2 Nov 2009 Alquranul karim

Republika 17 November 2009 http;//wikipedia/berita/kiamat.com surya 24 November 2009

http:/www.theceli.com/document/produk/1992/uu81992- http:/situskunci.tripod.com/teks/victor1.htm)