Nama jenis nasi di Indonesia : tinjauan struktur frasa dan dasar penamaan.

(1)

ix

ABSTRAK

Vinantya, Mikail Septian Adi. 2015. “Nama Jenis Nasi Di Indonesia: Tinjauan Struktur Frasa Dan Dasar Penamaan”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas mengenai struktur frasa dan dasar penamaan jenis nasi di Indonesia. Nasi berasal dari beras yang dimasak dengan cara ditanak atau dikukus. Nasi merupakan makanan pokok penduduk Indonesia sehingga nasi yang ada di Indonesia beragam jenis dan namanya. Beragam nama nasi ini merupakan sebuah fenomena bahasa yang menarik. Peneliti tertarik meneliti struktur frasa nama nasi dan dasar penamaan nasi di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah : pertama, mendeskripsikan struktur frasa nama jenis nasi di Indonesia. Tujuan yang pertama ini mendeskripsikan pembentukan nama nasi berdasarkan struktur frasa. Kedua, mendeskripsikan dasar penamaan jenis nasi di Indonesia. Penamaan merupakan proses pelambangan sebuah konsep yang mengacu pada referen di luar bahasa.

Data diperoleh dengan metode simak dengan teknik simak bebas cakap hasil perekaman nama nasi di internet, mencatat menu nasi di warung makan, resep masakan dan spanduk. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih dengan teknik sisip digunakan untuk menganalisis struktur frasa nasi dan dasar penamaan jenis nasi. Selain teknik sisip, penelitian ini menggunakan teknik baca markah digunakan untuk menganalisis struktur frasa nasi dan dasar penamaan. Metode padan translasional digunakan untuk menganalisis nama nasi yang terbentuk dari bahasa di luar bahasa yang diteliti.

Hasil penelitian ini ada dua. Pertama, pembentukan struktur frasa nama nasi dibagi menjadi tiga yaitu kata nominal (N) + nominal (N), nominal (N) + verbal (V), dan nominal (N) + Adjektival (A).

Hasil penelitian yang kedua adalah dasar penamaan jenis nama nasi. Dasar penamaan jenis nama nasi dibagi menjadi sepuluh yaitu (i) penamaan berdasarkan warna, (ii) penamaan berdasarkan cara pengolahan, (iii) penamaan berdasarkan lauk, (iv) penamaan berdasarkan sayur, (v) penamaan berdasarkan kemasan, (vi) penamaan berdasarkan porsi, (vii) penamaan berdasarkan asal daerah, dan (viii) penamaan berdasarkan bahasa daerah, (ix) penamaan berdasarkan bentuk, dan (x) penamaan berdasarkan keadaan.


(2)

x

ABSTRACT

Vinantya, Mikail Septian Adi. 2015. “Type names of rice in Indonesia: review structure of phrases and basic naming”. An Undergraduate Thesis. Indonesia Letters Study Program. Indonesia Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This thesis discusses the phrase structure and naming basic types of rice in Indonesia. Rice made from rice cooked by boiled or steamed. Rice is the staple food of Indonesia people, so the rice in Indonesia diverse types and name. Variety of rice name is an interesting language phenomenon. The interesting language phenomenon is the use of the name of the type of rice in Indonesia is endosentrik phrase and basic naming.

Research of the phrase structure and naming the type of rice name has two purposes. First, the structure of the phrase name describing the type of rice in Indonesia. The first objective is to describe the formation of rice name based on the structure of the phrase. Second, the name describes the rice into the basic categories of naming. Naming is a process figuratively a concept that refers to the referents beyond language.

Data obtained by the method see the results of browsing the Internet, noting rice menu at the diner, recipes and a banner containing the name of the rice. Furthermore, the data have been analyzed using methods agih and unified method. Agih method with insertion technique used to analyze the phrase structure of rice. Match translational methods used to analyze the rice that forms the name of the language outside the language studied.

Results of this study is twofold. First, the establishment of rice names phrase structure divided into three: the word nominal (N) + nominal (N), nominal (N) + verbal (V), and nominal (N) + Adjektival (A).

Results of the second study is the basis for naming the type of rice name. Basic naming type the name of rice is divided into ten, namely (i) naming based on color, (ii) naming based processing methods, (iii) the name is based dishes, (iv) naming based on vegetables, (v) the name is based packaging, (vi) the name is based portion, (vii) naming based on regional origin, and (viii) the naming is based on the local language, (ix) naming based on the form, and (x) naming based on the circumstances.


(3)

i

NAMA JENIS NASI DI INDONESIA:

TINJAUAN STRUKTUR FRASA

DAN DASAR PENAMAAN

Tugas Akhir

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Sastra Indonesia

Program Studi Sastra Indonesia

Oleh

Mikail Septian Adi Vinantya NIM : 114114007

PROGRAM STUDI SASTRA INDONESIA

JURUSAN SASTRA INDONESIA FAKULTAS SASTRA

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2015


(4)

(5)

(6)

(7)

(8)

vi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan atas berkat penyertaan-Nya, tugas akhir ini dapat diselesaikan. Perjalanan panjang yang harus penulis syukuri dalam penyelesaian tugas akhir yang dibuat sebagai syarat kelulusan program sarjana. Proses penyusunan tugas akhir ini tidak lepas dari berbagai pihak, baik pihak yang terlibat langsung dalam penelitian ini maupun pihak yang tidak terlibat secara langsung. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terima kasih kepada

1. Drs. Hery Antono, M.Hum. sebagai pembimbing skripsi I, terima kasih atas bantuan dan kesabaran dalam membimbing penulis.

2. Prof. Dr. Praptomo Baryadi Isodarus, M.Hum. sebagai pembimbing skripsi II, terima kasih atas kesabaran dalam membimbing penulis.

3. Para dosen program studi Sastra Indonesia (Drs. Paulus Ari Subagyo, M.Hum, Susilawati Endah Peni Adji, S.S., M.Hum, Drs. Yoseph Yapi Taum, M.hum., Dra. Fransisca Tjandrasih Adji, M.Hum, Drs. Bernardus Rahmanto, M.Hum., Drs. F.X. Santosa, M.S.) terima kasih segala ilmu yang telah diberikan. 4. Staf Sekretariat Fakultas Sastra yang membantu proses kelancaran skripsi ini. 5. Perpustakaan Universitas Sanata Dharma yang telah menyediakan berbagai

buku yang sangat membantu dalam skripsi ini.

6. Bapak Yoseph Siyono dan Ibu Marcia Kiryani atas bantuan dana serta doa sehingga penulis dapat menyelesaikan studi di Universitas Sanata Dharma.


(9)

(10)

viii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Berjalan lebih jauh, menyelam lebih dalam. Jelajah semua warna, bersama!” – Banda Neira

Skripsi ini saya persembahkan untuk : Bapak Yoseph Siyono dan Ibu Marcia Kiryani, Mas Ari, Mba Ria, Mas David,


(11)

ix

ABSTRAK

Vinantya, Mikail Septian Adi. 2015. “Nama Jenis Nasi Di Indonesia: Tinjauan Struktur Frasa Dan Dasar Penamaan”. Skripsi Strata Satu (S1). Program Studi Sastra Indonesia, Jurusan Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma.

Skripsi ini membahas mengenai struktur frasa dan dasar penamaan jenis nasi di Indonesia. Nasi berasal dari beras yang dimasak dengan cara ditanak atau dikukus. Nasi merupakan makanan pokok penduduk Indonesia sehingga nasi yang ada di Indonesia beragam jenis dan namanya. Beragam nama nasi ini merupakan sebuah fenomena bahasa yang menarik. Peneliti tertarik meneliti struktur frasa nama nasi dan dasar penamaan nasi di Indonesia.

Tujuan penelitian ini adalah : pertama, mendeskripsikan struktur frasa nama jenis nasi di Indonesia. Tujuan yang pertama ini mendeskripsikan pembentukan nama nasi berdasarkan struktur frasa. Kedua, mendeskripsikan dasar penamaan jenis nasi di Indonesia. Penamaan merupakan proses pelambangan sebuah konsep yang mengacu pada referen di luar bahasa.

Data diperoleh dengan metode simak dengan teknik simak bebas cakap hasil perekaman nama nasi di internet, mencatat menu nasi di warung makan, resep masakan dan spanduk. Data yang telah terkumpul dianalisis menggunakan metode agih dan metode padan. Metode agih dengan teknik sisip digunakan untuk menganalisis struktur frasa nasi dan dasar penamaan jenis nasi. Selain teknik sisip, penelitian ini menggunakan teknik baca markah digunakan untuk menganalisis struktur frasa nasi dan dasar penamaan. Metode padan translasional digunakan untuk menganalisis nama nasi yang terbentuk dari bahasa di luar bahasa yang diteliti.

Hasil penelitian ini ada dua. Pertama, pembentukan struktur frasa nama nasi dibagi menjadi tiga yaitu kata nominal (N) + nominal (N), nominal (N) + verbal (V), dan nominal (N) + Adjektival (A).

Hasil penelitian yang kedua adalah dasar penamaan jenis nama nasi. Dasar penamaan jenis nama nasi dibagi menjadi sepuluh yaitu (i) penamaan berdasarkan warna, (ii) penamaan berdasarkan cara pengolahan, (iii) penamaan berdasarkan lauk, (iv) penamaan berdasarkan sayur, (v) penamaan berdasarkan kemasan, (vi) penamaan berdasarkan porsi, (vii) penamaan berdasarkan asal daerah, dan (viii) penamaan berdasarkan bahasa daerah, (ix) penamaan berdasarkan bentuk, dan (x) penamaan berdasarkan keadaan.


(12)

x

ABSTRACT

Vinantya, Mikail Septian Adi. 2015. “Type names of rice in Indonesia: review structure of phrases and basic naming”. An Undergraduate Thesis. Indonesia Letters Study Program. Indonesia Letters Department, Faculty of Letters, Sanata Dharma University.

This thesis discusses the phrase structure and naming basic types of rice in Indonesia. Rice made from rice cooked by boiled or steamed. Rice is the staple food of Indonesia people, so the rice in Indonesia diverse types and name. Variety of rice name is an interesting language phenomenon. The interesting language phenomenon is the use of the name of the type of rice in Indonesia is endosentrik phrase and basic naming.

Research of the phrase structure and naming the type of rice name has two purposes. First, the structure of the phrase name describing the type of rice in Indonesia. The first objective is to describe the formation of rice name based on the structure of the phrase. Second, the name describes the rice into the basic categories of naming. Naming is a process figuratively a concept that refers to the referents beyond language.

Data obtained by the method see the results of browsing the Internet, noting rice menu at the diner, recipes and a banner containing the name of the rice. Furthermore, the data have been analyzed using methods agih and unified method. Agih method with insertion technique used to analyze the phrase structure of rice. Match translational methods used to analyze the rice that forms the name of the language outside the language studied.

Results of this study is twofold. First, the establishment of rice names phrase structure divided into three: the word nominal (N) + nominal (N), nominal (N) + verbal (V), and nominal (N) + Adjektival (A).

Results of the second study is the basis for naming the type of rice name. Basic naming type the name of rice is divided into ten, namely (i) naming based on color, (ii) naming based processing methods, (iii) the name is based dishes, (iv) naming based on vegetables, (v) the name is based packaging, (vi) the name is based portion, (vii) naming based on regional origin, and (viii) the naming is based on the local language, (ix) naming based on the form, and (x) naming based on the circumstances.


(13)

xi

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PENGESAHAN PEMBIMBING... ii

HALAMAN PENGESAHAN PENGUJI... iii

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA………. iv

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA……… v

KATA PENGANTAR………... vi

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN……….. viii

ABSTRAK... ix

ABSTRACT... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang Masalah………. 1

1.2Rumusan Masalah……….. 3

1.3Tujuan Penelitian……… 3

1.4Manfaat Penelitian... 4

1.5Tinjauan Pustaka……… 4

1.6Landasan Teori………... 6

1.7Metode Penelitian... 15


(14)

xii

BAB II STRUKTUR FRASA NAMA NASI

2.1 Pengantar... 20

2.2 Klasifikasi Nama Nasi... 20

2.3 Struktur Frasa Nama Nasi N + N... 26

2.4 Struktur Frasa Nama Nasi N + V... 31

2.5 Struktur Frasa Nama Nasi N + A... 33

BAB III DASAR PENAMAAN JENIS NASI 3.1 Pengantar... 36

3.2 Penamaan Berdasarkan Warna... 36

3.3 Penamaan Berdasarkan Cara Pengolahan... 38

3.4 Penamaan Berdasarkan Lauk... 40

3.5 Penamaan Berdasarkan Sayur... 41

3.6 Penamaan Berdasarkan Kemasan... 43

3.7 Penamaan Berdasarkan Porsi... 44

3.8 Penamaan Berdasarkan Asal Daerah... 45

3.9 Penamaan Berdasarkan Bahasa Daerah... 46

4. Penamaan Berdasarkan Bentuk... 47

4.1 Penamaan Berdasarkan Keadaan... 47

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN 4.1 Kesimpulan... 49


(15)

xiii

4.2 Saran... 51

DAFTAR PUSTAKA... 52

DAFTAR SUMBER DATA... 52

LAMPIRAN... 55


(16)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Nama Nasi yang Sering Digunakan………. . 21

Tabel 2. Nama Nasi yang Baru Dikenal Peneliti………. 23

Tabel 3. Tabel Nama Nasi Inovasi……….. 25

Tabel 4. Struktur Frasa Nama Nasi N + N………. 30

Tabel 5. Struktur Frasa Nama Nasi N + V………. 33

Tabel 6. Struktur Frasa Nama Nasi N + A………. 35

Tabel 7. Struktur Pembentukan Frasa Nasi……… 49


(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Tugas akhir ini mengangkat topik nama jenis nasi di Indonesia : Tinjauan Struktur Frasa dan Penamaan. Nama merupakan sebuah unsur primer. Dalam pemberian nama nasi, seseorang dapat memberikan nama sesuai kehendaknya. Hal itu membuat nama nasi di Indonesia menjadi beragam. Akan tetapi dalam penelitian ini, nama nasi yang diteliti adalah nama nasi yang sudah menjadi istilah di masyarakat. Contohnya adalah nasi putih, nasi telur, dan nasi sup.

Plato berpendapat dalam suatu percakapan yang berjudul “Cratylos” menyatakan bahwa lambang adalah kata di dalam suatu bahasa, sedangkan makna adalah obyek yang dihayati di dunia nyata berupa rujukan, acuan, atau sesuatu yang ditunjuk oleh lambang itu. Oleh karena itu, lambang-lambang atau kata-kata itu tidak lain daripada nama atau label dari yang dilambangkannya, mungkin berupa benda, konsep, aktivitas, atau peristiwa. Menurut Aristoteles (384-322 SM) pun dulu sudah mengatakan bahwa pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa. Penamaan adalah pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada di luar bahasa (Chaer, 1990:43).

Bahasa memiliki fungsi referensial dan fungsi komunikatif. Fungsi referensial disebut juga sebagai fungsi kognitif, denotatif, informatif, dan fungsi representasional. Fungsi ini berkaitan dengan suatu konteks dalam komunisasi. Fungsi referensial adalah fungsi bahasa sebagai alat untuk membicarakan suatu objek atau referensi. Objek tersebut dapat berupa sebuah peristiwa, benda, manusia atau


(18)

apapun yang dijadikan bahan percakapan. Misalnya ketika seseorang ingin bercerita tentang nasi goreng, pembicara tidak perlu menunjukan wujud nasi goreng tersebut karena bahasa dapat mewakilinya. Bahasa dapat menjadi referen atas apa yang dibicarakan tersebut, karena bahasa mempunyai kata-kata yang dapat merujuk pada sesuatu di luar bahasa tersebut. Ketika seseorang menyebut nasi goreng dalam benak pendengar sudah terdapat konsep tentang “nasi goreng” tersebut. Sedangkan fungsi komunikatif adalah penggunaan bahasa untuk penyampaian informasi antara pembicara (penulis) dan pendengar (pembaca). Dalam penelitian ini hanya akan dibahas mengenai fungsi referensial bahasa saja.

Nasi merupakan makanan pokok penduduk di Indonesia. Nasi berasal dari beras yang sudah dimasak dengan cara ditanak atau dikukus (Sugono, 2008:953). Beras berasal dari tanaman padi yang ditanam di sawah. Jenis nasi yang ada di Indonesia adalah nasi putih. Nasi putih selanjutnya diolah lagi menjadi jenis nasi yang berbeda. Olahan nasi putih ini dibuat untuk menciptakan inovasi baru agar tidak bosan. Sehingga sampai saat ini, makanan olah yang menggunakan nasi sangat beragam jenisnya. Hasil pengolahan nasi ini mempengaruhi nama jenis nasi itu sendiri.

Beragamnya nama nasi di Indonesia, peneliti tertarik untuk mengetahui pembentukan struktur frasa nasi yang ada di Indonesia, contohnya :

(1) Nasi punar (2) Nasi pulut


(19)

Pada data (1) dan (2) merupakan frasa yang terdiri dari dua kata. Pembentukan frasa nasi terdiri dari kata nominal yang diikuti kata nominal. Kata yang dicetak miring pada data (1) yaitu punar adalah nama yang berarti nasi kuning. Sama halnya pada data (2) kata yang dicetak miring yaitu pulut adalah nama yang berarti nasi ketan.

Alasan kedua, peneliti tertarik untuk mengetahui jenis penamaan nasi yang ada di Indonesia, contohnya :

(3) Nasi samin

Pada data (3) merupakan nama nasi yang diambil dari cara pengolahannya, yaitu nasi yang dimasak dengan minyak samin.

Dari contoh-contoh di atas, peneliti menemukan permasalahan yang ada dalam nama jenis nasi. Permasalahan itu kemudian peneliti rumuskan dalam rumusan masalah.

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dalam butir 1.1 permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Apa saja struktur frasa nama jenis nasi di Indonesia? 2. Apa saja dasar penamaan jenis nasi di Indonesia?

1.3Tujuan Penelitian


(20)

1. Mendeskripsikan struktur frasa nama jenis nasi di Indonesia. 2. Mendeskripsikan dasar penamaan jenis-jenis nasi di Indonesia.

1.4Manfaat Hasil Penelitian

Ada beberapa manfaat dari penelitian ini, yaitu:

Dalam bidang sintaksis, hasil penelitian ini bermanfaat untuk mendeskripsikan struktur pembentukan jenis nama nasi di Indonesia. Dalam bidang semantik, hasil penelitian ini bermanfaat untuk memaparkan pengelompokan dasar penamaan jenis nama nasi di Indonesia. Hasil penelitian ini diharapkan bisa menambah jenis penamaan di Indonesia, khususnya dalam jenis nama nasi.

Hasil penelitian ini diharapkan dapat mendokumentasikan jenis nama nasi yang ada di Indonesia. Bagi pembaca, hasil penelitian ini juga bermanfaat untuk mengenal jenis nama nasi yang ada di Indonesia.

1.5Tinjauan Pustaka

Penelitian mengenai dasar penamaan jenis nama nasi menurut peneliti belum ada. Akan tetapi penelitian mengenai dasar penamaan sudah pernah ada yang meneliti. Penelitian mengenai penamaan pernah diteliti oleh Wijanarko dalam skripsinya yang berjudul Jenis Nama dan Dasar Penamaan dalam Kolom “Sungguh -Sungguh Terjadi”(SST) di Kedaulatan Rakyat : Sebuah Kajian Awal. (2009). Dalam skripsinya, Wijanarko membahas mengenai nama yang terdapat dalam kolom


(21)

“Sungguh-sungguh Terjadi” (SST) di harian Kedaulatan Rakyat (KR) edisi Minggu, Januari sampai dengan Februari 2008. Dari hasil penelitiannya, Wijanarko menemukan jenis nama menurut maujud yang ditunjuk dan dasar penamaan dalam kolom “Sungguh-Sungguh Terjadi” di Kedaulatan Rakyat. Penelitian menurut maujud yang ditunjuk memberikan penjelasan tentang bagaimana penggunaan nama dalam kalimat atau teks (kolom) sesuai dengan maujudnya, yang terdapat dalam surat kabar harian Kedaulatan Rakyat. Selain itu dalam skripsinya, Wijanarko mendeskripsikan dasar penamaan yang digunakan dalam kolom “Sungguh-Sungguh Terjadi” di Kedaulatan Rakyat.

Topik tentang penamaan pernah juga dibahas oleh Kurnia dalam skripsinya yang berjudul Jenis Penamaan dan Asal-Usul Nama dalam Sepak Bola Pemberitaan Media Massa. (2011). Dalam penelitian Kurnia ditemukan bahwa penamaan sebagai kajian semantik merupakan sebuah fenomena bahasa yang dapat ditemukan pada istilah-istilah dunia sepak bola khususnya dalam pemberitaan media massa. Selain itu, hasil penelitiannya juga mendeskripsikan tentang varian penamaan dalam pesepakbolaan yang sering muncul dalam media massa.

Penelitian mengenai dasar penamaan yang ada cenderung berpusat pada media massa atau surat kabar, seperti penelitian yang dilakukan oleh Wijanarko dan Kurnia. Penelitian yang dilakukan oleh Wijanarko adalah membahas mengenai dasar penamaan yang ada pada kolom sungguh-sungguh terjadi pada harian Kedaulatan Rakyat. Penelitian yang dilakukan oleh Kurnia adalah jenis dasar penamaan dan


(22)

asal-usul penamaan dalam sepak bola. Penelitian ini juga mengenai dasar penamaan namun dalam penelitian ini akan mendeskripsikan struktur frasa dan dasar penamaan jenis nasi yang ada di Indonesia.

1.6Landasan Teori

Dalam landasan teori ini akan dibahas teori tentang (a) struktur frasa dan (b) dasar penamaan. Landasan teori poin (a) dan (b) digunakan sebagai dasar analisis jenis nama nasi di Indonesia.

1.6.1 Struktur Frasa

Frasa adalah satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih yang tidak melampaui batas fungsi (lihat Ramlan, 1983:137). Beberapa contoh, misalnya :

a. akan datang b. perih sekali c. di beranda d. kemarin sore

Dari batasan di atas dapat dikemukakan bahwa frasa mempunyai dua sifat. Pertama, frasa merupakan satuan gramatik yang terdiri dari dua kata atau lebih. Kedua, frasa merupakan satuan yang tidak melebihi batas fungsi,


(23)

maksudnya frasa itu selalu terdapat dalam satu fungsi, adalah dalam subjek, predikat, objek, pelengkap, atau keterangan.

Frasa eksosentrik adalah frasa yang komponen-komponennya tidak mempunyai perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Frasa eksosentris biasanya dibedakan atas frasa eksosentris yang direktif atau disebut frasa preposisional ( komponen pertamanya berupa preposisi, seperti di, ke, dan dari, dan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata, yang biasanya berkategori nomina) dan non direktif (komponen pertamanya berupa artikulus, seperti si dan sang sedangkan komponen keduanya berupa kata atau kelompok kata berkategori nomina, ajektiva, atau verba).

Frasa endosentrik adalah frasa yang salah satu unsurnya atau komponennya memiliki perilaku sintaksis yang sama dengan keseluruhannya. Artinya, salah satu komponennya dapat menggantikan kedudukan keseluruhannya. Frasa ini disebut juga frasa modifikatif karena komponen keduanya, yaitu komponen yang bukan inti atau hulu (Inggris: head) mengubah atau membatasi makna komponen inti atau hulunya itu. Selain itu disebut juga frasa subordinatif karena salah satu komponennya, yaitu yang merupakan inti frasa berlaku sebagai komponen atasan, sedangkan komponen lainnya, yaitu komponen yang membatasi, berlaku sebagai komponen bawahan.


(24)

Dilihat dari kategori intinya dibedakan adanya frasa nominal (frasa endosentrik yang intinya berupa nomina atau pronomina maka frasa ini dapat menggantikan kedudukan kata nominal sebagai pengisi salah satu fungsi sintaksis), frasa verbal (frasa endosentrik yang intinya berupa kata verba, maka dapat menggantikan kedudukan kata verbal dalam sintaksis), frasa ajektifa (frasa edosentrik yang intinya berupa kata ajektiv), frasa numeralia (frase endosentrik yang intinya berupa kata numeral).

1.6.2 Dasar Penamaan

Penamaan adalah sebuah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada suatu referen yang berada diluar bahasa. Bahasa adalah suatu sistem lambang bunyi yang bersifat arbitrer. Maksudnya, antara suatu satuan bahasa, sebagai lambang, misalnya kata, dengan sesuatu benda atau hal yang dilambangkannya bersifat sewenang-wenang tidak ada hubungan wajib di antara keduanya. Pemberian nama adalah soal konvensi atau perjanjian belaka di antara sesama anggota suatu masyarakat bahasa. Penamaan adalah proses pelambangan suatu konsep untuk mengacu kepada sesuatu referen yang berada di luar bahasa. Penamaan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia berarti proses, cara, perbuatan menamakan. Sementara oleh Kridalaksana diartikan (1993), sebagai proses pencarian lambang bahasa untuk menggambarkan objek konsep, proses, dan sebagainya; biasanya dengan


(25)

memanfaatkan perbendaharaan yang ada; antara lain dengan perubahan-perubahan makna yang mungkin atau dengan penciptaan kata atau kelompok kata. Berikut merupakan jenis-jenis penamaan

1.6.2.1 Peniruan Bunyi

Dalam bahasa Indonesia ada sejumlah kata yang terbentuk sebagai hasil peniruan bunyi. Maksudnya nama-nama benda atau hal tersebut dibentuk berdasarkan bunyi dari benda tersebut atau suara yang ditimbulkan oleh benda tersebut (Chaer, 1990:44), misalnya.

a. seekor kucing biasa dipanggil dengan nama meong, hal tersebut terjadi karena suara kucing bila didengar berbunyi “meong -meong”.

b. Ada penjual es krim “dung-dung”. Nama dung-dung ini berasal dari suara yang dihasilkan kenong kecil yang dipukul oleh penjual sehingga dikenal oleh pembeli sebagai es krim dung-dung.

Kata-kata yang dibentuk berdasarkan tiruan bunyi ini disebut kata peniru bunyi atau onomatope.

1.6.2.2 Penyebutan Bagian

Dalam bidang kesusastraan ada istilah pars pro toto yaitu gaya bahasa yang menyebutkan bagian dari suatu benda atau hal, padahal yang dimaksud adalah keseluruhannya (Chaer, 1990:45), misalnya :


(26)

a. Parto baru saja membeli 500 ekor ayam.

b. Setiap akhir bulan, Soekarno pergi meninggalkan dompetku

kata yang dicetak miring di atas merupakan penyebutan sebagian yang sebenarnya adalah keseluruhan.

Kebalikan dari pars prototo adalah gaya retorika yang disebut totem proparte yaitu menyebut keseluruhan untuk sebagian, misalnya.

a. anggota TNI disebut baju hijau karena ciri warna pakaian TNI adalah hijau.

b. mahasiswa Sanata Dharma memenangkan medali emas di lomba debat nasional.

1.6.2.3 Penyebutan Sifat Khas

Hampir sama dengan pars prototo yang dibicarakan di atas adalah penanaman sesuatu benda berdasarkan sifat khas yang ada pada benda itu. Di sini terjadi perkembangan yaitu berupa ciri makna yang disebut dengan kata sifat itu mendesak kata bendanya karena sifatnya yang amat menonjol itu; sehingga akhirnya, kata sifat itulah yang menjadi nama bendanya (Chaer, 1990:46), misalnya :

a. Umpamanya, orang yang sangat kikir lazim disebut si kikir atau si bakhil. b. Anak yang tidak dapat tumbuh menjadi besar, tetap saja kecil, disebut si

kerdil.


(27)

d. Orang yang kepalanya botak disebut si botak.

1.6.2.4 Penemu dan Pembuat

Banyak nama benda dalam kosakata bahasa Indonesia yang dibuat berdasarkan nama penemunya, nama pabrik pembuatnya, atau nama dalam peristiwa sejarah. Nama-nama benda yang demikian disebut dengan istilah appelativa (Chaer, 1990:47). Nama benda yang berasal dari nama orang, antara lain :

.a. Mujahir atau mujair yaitu sejenis ikan laut tawar yang mula-mula ditemukan dan diternakan oleh seorang yang bernama mujair di Kediri, Jawa Timur.

c. Volt nama satuan kekuatan aliran listrik yang diturunkan dari nama penciptanya yaitu Volta (1745-1787) seorang sarjana fisika dari Italia. Selanjutnya dalam dunia ilmu pengetahuan kita kenal juga nama dalil , kaidah, atau aturan yang didasarkan pada nama ahli yang membuatnya. Misalnya, dalil arkhimides, hukum kepler, hukum var der Tunk, dan sebagainya.

Nama orang atau nama pabrik dan merek dagang kemudian menjadi nama benda hasil produksi seperti aspirin obat sakit kepala, ciba obat sakit perut, miwon bumbu masak dan sebagainya.

Dari peristiwa sejarah banyak kita dapati nama orang atau nama kejadian menjadi kata umum. Misalnya kata boikot, bayangkara, laksamana,


(28)

dan sebagainya. Kata Lloyd seperti yang terdapat pada nama persahaan pelayaran seperti Djakarta Lloyd dan Rotterdamse Lloyd diturunkan dari nama seorang pengusaha warung kopi di kota London pada abad XVII, yaitu Edward Lloyd. Warung kopi itu banyak dikunjungi oleh para pelaut dan makelar perkapalan. Maka itulah namanya dipakai sebagai atribut perusahaan pelayaran yang searti dengan kata kompeni atau perserikatan, khususnya perserikatan pelayaran.

1.6.2.5 Tempat Asal

Sejumlah nama benda dapat ditelusuri berasal dari nama tempat asal benda tersebut. Misalnya kata magnet berasal dari nama tempat Magnesia; kata kenari, yaitu nama sejenis burung, berasal dari nama Pulau Kenari di Afrika dan sebagainya (Chaer, 1990:49).

Banyak juga nama piagam atau prasasti yang disebut berdasarkan nama tempat penemuannya seperti :

a. Piagam kota kapur, prasasti. b. Kedudukan Bukit.

c. Piagam Telaga Batu. d. Piagam Jakarta.

Selain itu banyak juga kata kerja yang dbentuk dari nama tempat misalnya : a. Didigulkan yang berarti dibuang ke Digul di Irian Jaya.


(29)

b. Dinusakambangankan yang berarti dibawa atau dipenjarakan di Pulau Nusa Kambangan.

1.6.2.6 Bahan

Ada sejumlah benda yang namanya diambil dari nama pokok benda itu. Misalnya, karung yang dibuat dari goni yaitu sejenis serta tumbuh-tumbuhan yang dalam bahasa latinnyaCorchorus capsularis, disebut jyga goni atau guni. Jadi, kalau dikatakan membeli beras dua goni, maksudnya membeli beras dua karung (Chaer, 1990:49).

Contoh lain, kaca adalah nama bahan. Lalu bahan-bahan lain yang dibuat dari kaca disebut juga kaca seperti kaca mata, kaca jendela, kaca spion, dan kaca mobil. Begitu juga bambu runcing adalah nama senjata yang digunakan rakyat indonesia dalam perang kemerdekaan dulu. Bambu runcing dibuat dari bambu yang ujungnya diruncingi sampai tajam. Maka disini nama bahan itu, yaitu bambu, menjadi nama alat senjata itu.

1.6.2.7 Keserupaan

Dalam praktik berbahasa banyak kata yang digunakan secara metaforis. Artinya kata itu digunakan dalam suatu ujaran yang maknanya dipersamakan atau diperbandingkan dengan makna leksikal dari kata itu. Misalnya kata kaki ada frase kaki meja, kaki gunung, dan kaki kursi. Disini kata kaki mempunyai kesamaan makna dengan salah satu ciri makna dari kata


(30)

kaki itu yaitu, “alat penopang berdirinya tubuh” pada frase kaki meja dan kaki kursi, dan ciri “terletak pada bagian bawah” pada frase kaki gunung (Chaer, 1990:50).

Dalam pemakaian bahasa sekarang banyak nama benda yang dibuat berdasarkan kesamaan sifat atau ciri dari makna leksikal dari kata itu. Misalnya kata raja frase raja kumis, raja minyak, raja kayu lapis, raja jalanan, raja dangdut dan raja bandel.raja adalah orang yang paling berkuasa atau yang paling tingi kedudukannya di negaranya. Maka raja kumis diartikan sebagai “orang yang memiliki kumis paling hebat”.

Sifat metaforis dari kata itu tampaknya sudah luntur karena kata-kata itu telah menjadi istilah umum dalam pemakaian bahasa sehari-hari.

1.6.2.8 Pemendekan

Dalam perkembangan bahasan terakhir ini banyak kata-kata dalam bahasa Indonesia yang terbentuk sebagai hasil penggabungan unsur-unsur huruf awal atau suku kata dari beberapa kata yang digabungkan menjadi satu. Kata-kata yang tebentuk sebagai hasil penyingkatan ini lazim disebut akronim. Kata-kata yang berupa akronim ini kita dapati hampir dalam semua bidang kegiatan (Chaer, 1990:51), Misalnya :

a. ABRI yang berasal dari Angkatan Bersenjata Republik Indonesia b. KONI yang berasal dari Komite Olahraga Nasional Indonesia c. Rudal berasal dari peluru kendali


(31)

d. Lemhanas berasal dari lembaga pertahanan naisonal.

Suatu gejala yang bersifat humor dan tidak perlu ditanggapi secara serius dewasa ini adalah adanya dikalangan remaja di kota-kota besar (terutama Jakarta) untuk memberi kepanjangan atau menafsirkan lain dari akronim atau singkatan itu. Misalnya, ASMI yang ditafsirkan sebagai kependekan dari Akademi Santapan Manajer Indonesia (padahal sebenarnya Akademi Sekertaris Manajemen Indonesia), Tekab ditafsirkan sebagai kependekan dari tekanan batin (padahal sebenarnya team khusus anti banditisme). Malah banyak pula kata biasa yang diperlukan sebagai akronim dan diberi tafsiran yang bukan-bukan, seperti benci yang ditafsirkan sebagai benar-benar cinta; apik yang ditafsirkan sebagai kependekan dari agak pikun; pilot yang ditafsirkan sebagai kpendekan dari papi kolot, dan sebagainya.

1.6.2.9 Penamaan Baru

Dewasa ini banyak kata atau istilah baru yang dibentuk untuk menggantikan kata atau istilah lama yang sudah ada. Kata-kata atau istilah-istilah lama yang sudah ada itu perlu diganti dengan kata-kata baru atau sebutan baru, karena dianggap kurang tepat, tidak irasional, kurang halus, atau kurang ilmiah (Chaer, 1990:52), misalnya :

a. Kata seperti onderdil dianggap tidak bersifat irasional maka diganti dengan suku cadang.


(32)

b. Kata seperti pemecatan diganti dengan pemutusan hubungan kerja.

1.7 Metode Penelitian

Penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap, yakni (i) pengumpulan data, (ii) analisis data, (iii) penyajian hasil analisis data. Berikut ini akan diuraikan masing-masing tahap dalam penelitian ini.

1.7.1 Metode dan Teknik Pengumpulan Data

Objek penelitian ini adalah struktur frasa dan dasar penamaan. Data penelitian adalah jenis nama nasi di Indonesia. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode simak. Metode simak adalah adalah metode pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara mengamati dan menyimak langsung penggunaan bahasa. Peneliti menyimak langsung hasil browsing di internet, mencatat menu nasi di warung makan, resep masakan, spanduk-spanduk, dan peneliti sebagai penutur. Teknik yang digunakan dalam tahap pengumpulan data adalah teknik simak bebas cakap dengan mengamati dan mencatat data berupa frasa nasi yang ada di Indonesia. Data yang sudah terkumpul diklasifikasikan berdasarkan kategori dan jenisnya.

1.7.2 Metode dan Teknik Analisis Data

Langkah kedua adalah analisis data. Setelah data terklasifikasikan, kemudian dianalisis dengan menggunakan metode agih dan metode padan.


(33)

Metode agih adalah metode analisis yang alat penentunya ada di dalam dan merupakan bagian dari bahasa yang diteliti. Metode padan adalah metode yang alat penentunya berada di luar, terlepas, dan tidak menjadi bagian dari bahasa yang bersangkutan atau diteliti (Sudaryanto, 1993:13; 1993:15). Teknik yang dipakai dalam metode agih ini adalah teknik lanjutan yaitu teknik sisip dan teknik baca markah. Contoh teknik sisip dapat dilihat pada data berikut.

(4) Nasi sarden

(4a) Kemarin ayah membeli kue bukan nasi juga bukan sarden Contoh pada data (4a) di atas untuk membuktikan bahwa kata nasi dan sarden adalah kata golongan nominal. Sehingga pembentukan struktur nasi sarden adalah kata nominal + nominal.

Teknik baca markah adalah teknik analisis data dengan cara “membaca pemarkah” dalam suatu konstruksi. Pemarkah itu adalah alat seperti imbuhan, kata penghubung, kata depan, dan artikel yang menyatakan ciri ketatabahasaan atau fungsi kata atau konstruksi (lih. Kridalaksana, 2001:161). Contoh teknik baca markah dapat dilihat pada data berikut.

(5) Nasi beriani

Contoh pada data (5) kata yang dicetak miring merupakan nama yang tergolong dalam kata nominal. Nama itu merujuk pada nasi yang dimasak bersama dengan daging atau ayam, sayuran, dan bumbu (Sugono, 2008:953).


(34)

Metode padan translasional adalah metode padan yang alat penentunya berasal dari bahasa lain. Bahasa lain yang dimaksud adalah bahasa di luar bahasa yang diteliti (Kesuma, 2007:49). Contoh penerapan metode padan dapat dilihat pada data berikut.

(6) Nasi gandul

Pada data (6) kata yang dicetak miring merupakan bahasa jawa yang berarti bergantung-gantung.

1.7.3 Metode Penyajian Hasil Analisis

Setelah tahap analisis data, tahap selanjutnya adalah tahap penyajian hasil analisis data. Analisis data dalam penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal. Hasil penelitian ini disajikan dengan menggunakan metode formal, yaitu memanfaatkan tanda, tulisan, dan sejenisnya.

1.8 Sistematika Penyajian

Laporan hasil penelitian ini disusun dalam tiga bab. Bab I adalah pendahuluan yang berisi tentang latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat hasil penelitian, tinjauan pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematis penelitian. Latar belakang masalah memaparkan pernyataan tentang objek penelitian ini beserta alasan-alasannya. Rumusan masalah berisi paparan


(35)

masalah-masalah yang berkenaan dengan objek penelitian ini. Tujuan penelitian mendeskripsikan jawaban atas masalah yang terdapat pada penelitian ini. Manfaat hasil penelitian menjelaskan manfaat yang dapat diambil dari hasil penelitian. Tinjauan pustaka mengemukakan tentang hasil kajian pustaka yang pernah mengkaji tentang dasar penamaan. Landasan teori menyampaikan teori yang digunakan sebagai landasan penelitian ini. Metode penelitian memuat teknik pengumpulan data, teknik analisis data, dan teknik penyampaian hasil analisis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini. Sistematis penyajian menguraikan urutan hasil penelitian dalam skripsi ini.

Bab II berisi pembahasan tentang pembentukan struktur frasa nama jenis-jenis nasi di Indonesia. Bab III mendeskripsikan pengelompokan dasar penamaan jenis-jenis nasi. Bab IV berisi mengenai kesimpulan dan saran.


(36)

BAB II

STRUKTUR FRASA NAMA JENIS NASI

2.1 Pengantar

Bab II akan membahas mengenai struktur frasa nama nasi di Indonesia. Pembentukan nama nasi dilihat dari struktur frasanya. Contoh frasa dapat dilihat pada data berikut

Nasi sarden

data diatas menunjukan frasa yang terdiri dari dua kata yaitu kata nasi dan sarden. Kedua kata ini memiliki kedudukannya sendiri. Kata nasi merupakan unsur pusat dan kata sarden merupakan atribut. Dari contoh frasa nasi sarden, diketahui bahwa frasa nama nasi yang ada di Indonesia merupakan frasa endosentrik.

2.2 Klasifikasi Nama Nasi

Frasa nasi yang telah terkumpul selanjutnya diklasifikasikan ke dalam tiga tabel. Ketiga tabel tersebut adalah tabel nama nasi yang sering digunakan, tabel nama nasi yang baru dikenal peneliti, dan tabel nama nasi inovasi.


(37)

Tabel 1. Nama Nasi yang Sering Digunakan

No. Nama nasi yang sering digunakan 1 Nasi goreng

2 Nasi sayur 3 Nasi telur 4 Nasi pindang 5 Nasi ayam 6 Nasi tempe 7 Nasi uduk 8 Nasi jinggo 9 Nasi soto 10 Nasi rawon 11 Nasi sarden 12 Nasi gudeg 13 Nasi tumpeng 14 Nasi kebuli 15 Nasi padang 16 Nasi rames


(38)

17 Nasi jamblang 18 Nasi liwet 19 Nasi samin 20 Nasi langgi 21 Nasi aking 22 Nasi campur 23 Nasi tim 24 Nasi timbel 25 Nasi megono 26 Nasi pecel 27 Nasi putih 28 Nasi kuning

Tabel di atas menunjukan nama nasi yang lazim digunakan dalam masyarakat. Lazim karena nama nasi dalam tabel ini, baik peneliti maupun masyarakat sudah biasa menggunakannya.


(39)

Tabel 2. Nama Nasi yang Baru Dikenal Peneliti

No. Nama nasi yang baru diketahui peneliti 1 Nasi lemak

2 Nasi lemang 3 Nasi jamur 4 Nasi gandul 5 Nasi detus 6 Nasi grombyang 7 Nasi jaha

8 Nasi punar 9 Nasi pulut 10 Nasi kerak 11 Nasi beriani 12 Nasi tungkus 13 Nasi golong 14 Nasi tepeng 15 Nasi kapau 16 Nasi sega


(40)

17 Nasi bakepor 18 Nasi kerak 19 Nasi lengko 20 Nasi anjing 21 Nasi ulam 22 Nasi hitam 23 Nasi lengat

Tabel di atas merupakan nama nasi yang tergolong baru dikenal oleh peneliti. Nama nasi yang terdaftar ini sebenarnya sudah ada, akan tetapi penggunaannya yang jarang di masyarakat menjadi asing terdengar.


(41)

Tabel 3. Tabel Nama Nasi Inovasi

No. Nama nasi inovasi 1 Nasi pelangi

2 Nasi hijau 3 Nasi panggang 4 Nasi bakar 5 Nasi rebus 6 Nasi ungu 7 Nasi merah 8 Nasi macan 9 Nasi bungkus 10 Nasi kotak

Pada tabel ini terdapat nama nasi yang berasal dari pengembangan nama nasi yang pernah ada sebelumnya. Pengembangan ini membuat nama nasi menjadi berbeda dan menambah varian menu nasi yang ada di Indonesia.

Dalam pencarian data tentang nama nasi ini, peneliti mendapatkan penemuan struktur frasa nama nasi. Penemuan tentang struktur frasa itu antara lain struktur frasa nama nasi nominal (N) + nominal (N), struktur frasa nama nasi nominal (N) + verbal (V), dan struktur frasa nama nasi nominal (N) + Adjektival (A).


(42)

2.3. Struktur Frasa Nama Nasi Nominal (N) + Nominal (N)

Frasa ini terdiri dari kata nominal sebagai unsur pusat, diikuti dengan kata atau frasa nominal sebagai atribut. Jadi semua unsurnya berupa kata atau frasa nominal (lihat Ramlan, 1982:129). Pada struktur nama nasi (N) + (N), ditemukan lima macam struktur nama nasi yang berbeda. Kelima macam struktur nama nasi tersebut adalah :

2.3.1 Tipe Nasi Telur

Tipe dalam nasi telur ini adalah frasa jenis nasi yang atributnya punya kedudukan sama dengan unsur pusat. Hal itu dapat dilihat pada contoh (7) berikut :

(7) Nasi telur

Kata nasi dan telur pada contoh (7) masing-masing berjenis kata nominal. Hal itu dapat dibuktikan kedua kata itu dapat diperluas dengan kata bukan. Seperti terlihat pada kalimat (7a) berikut :

(7a) Adik membeli bubur bukan nasi juga bukan telur di pasar.

Pada tataran frase kata golongan nominal (N) tidak dapat dinegatifkan dengan kata tidak. Pada tataran frase kata golongan (N) dapat diikuti kata itu. Pada tataran frase kata golongan (N) dapat didahului kata yang menyatakan jumlah baik itu satuan maupun bukan satuan. (Ramlan, 1982 : 113). Hal itu dapat dilihat pada (7b) berikut


(43)

(7b) *Adik membeli bubur tidak nasi juga tidak telur di pasar. Data lain yang diperoleh dan berstruktur tipe nasi telur adalah : (8) Nasi lemak

(9) Nasi sarden (10) Nasi ayam (11) Nasi tempe (12) Nasi sayur (13) Nasi soto (14) Nasi pindang (15) Nasi jamur (16) Nasi gudeg (17) Nasi rawon (18) Nasi kucing (19) Nasi anjing (20) Nasi kunyit

2.3.2 Tipe Nasi Beriani

Pada tipe nasi beriani, baik unsur pusat ataupun atribut adalah kata nominal. Perbedaan tipe nasi beriani dengan tipe nasi telur terletak pada


(44)

atributnya. Pada tipe nasi telur, atributnya sudah jelas kata nominal. Pada tipe nasi beriani, atributnya yaitu kata beriani merupakan nama yang merujuk pada nasi yang dimasak bersama dengan daging atau ayam, sayuran, dan bumbu (Sugono, 2008:953) jadi, atribut kata beriani sendiri sudah mengandung arti kata nasi.

Walau dapat berdiri sendiri, atribut ini tetap membutuhkan unsur pusat. Hal itu bertujuan agar frasa dalam tipe nasi beriani mudah dipahami oleh orang awam.

Selain nasi beriani ada beberapa data lain yang serupa, yaitu : (21) Nasi uduk

(22) Nasi tungkus (23) Nasi grombyang (24) Nasi gandul (25) Nasi tumpeng (26) Nasi golong (27) Nasi jaha (28) Nasi punar (29) Nasi pulut (30) Nasi timbel


(45)

2.3.3 Tipe Nasi Padang

Atribut kata nominal yang termasuk ke dalam tipe nasi padang merujuk ke nama tempat atau daerah. Sehingga unsur pusat mengandung pengertian bahwa nasi berasal dari daerah tertentu. Hal itu dapat dilihat pada penjelasan (31a) berikut :

(31a) Nasi khas daerah Padang

Pada penjelasan (31a), menerangkan bahwa nasi yang berasal dari daerah Padang, Sumatera Barat. Selain nasi Padang, terdapat juga data serupa yaitu :

(32) Nasi Jamblang (33) Nasi Kapau

2.3.4 Tipe Nasi Bungkus

Pada tipe nasi bungkus, atributnya juga berupa kata nominal. Kata nominal pada tipe nasi bungkus menunjuk bahwa nasi dikemas dengan kertas atau kardus. Berikut data lain yang terdaftar dalam tipe nasi bungkus :

(34) Nasi kotak (35) Nasi dus


(46)

2.3.5 Tipe Nasi Detus

Pada tipe nasi detus, atributnya juga berupa kata nominal. Kata nominal pada tipe nasi detus menunjuk keadaan nasi yang teksturnya agak keras. Berikut ini data lain yang termasuk dalam tipe nasi detus :

(36) Nasi aking (37) Nasi kerak

Tabel 4. Struktur Frasa Nama Nasi N + N

Nama Nasi Tipe Nasi Telur Tipe Nasi Beriani Tipe Nasi Padang Tipe Nasi Bungkus Tipe Nasi Detus

Nasi tempe 

Nasi ayam 

Nasi sarden 

Nasi jamur 

Nasi gudeg 

Nasi sayur 

Nasi soto 

Nasi rawon 

Nasi lemak 

Nasi kucing 

Nasi anjing 

Nasi pindang 

Nasi kebuli 

Nasi jaha 


(47)

Nasi pulut 

Nasi tungkus 

Nasi tumpeng 

Nasi beriani 

Nasi timbel 

Nasi uduk 

Nasi padang 

Nasi jamblang 

Nasi kapau 

Nasi bungkus 

Nasi kotak 

Nasi dus 

Nasi detus 

Nasi aking 

Nasi kerak 

2.4. Struktur Frasa Nama Nasi Nominal (N) + Verbal (V)

N diikuti V, maksudnya terdiri dari kata atau frasa nominal sebagai unsur pusat, diikuti dengan kata atau frasa verbal sebagai atribut. Pada tataran frase kata golongan (V) dapat dinegatifkan dengan kata tidak (lihat Ramlan, 1982 : 130). Struktur frasa nama nasi (N) + (V) dibagi menjadi dua. Hal itu dapat dilihat pada penjelasan berikut :


(48)

2.4.1 Tipe Nasi Goreng

Frasa nasi yang termasuk ke dalam tipe nasi goreng dapat menerangkan UP dengan jelas bila atribut mendapat imbuhan, contohnya :

(38) Nasi goreng

Hal itu dapat dibuktikan dengan contoh (38a) berikut : (38a) Ibu tidak menggoreng nasi hari ini.

Data lain yang diperoleh dan berstruktur tipe nasi goreng adalah (39) Nasi bakar

(40) Nasi liwet (41) Nasi Panggang

2.4.2 Tipe Nasi Golong

Tipe nasi golong adalah kelompok frasa nasi yang termasuk kata golongan verbal namun memiliki ciri khusus. Ciri khusus terlihat dari atribut yang mengikuti unsur pusat, contohnya :

(42) Nasi golong

Pada data (42) kata yang dicetak miring merupakan atribut yang termasuk kata golongan verbal. Kata yang dicetak miring menjelaskan bahwa nasi yang dibentuk sekepalan tangan (Sugono, 2008:953). Data lain yang berstruktur tipe nasi golong adalah

(43) Nasi campur (44) Nasi rames


(49)

(45) Nasi tim

Tabel 5. Struktur Frasa Nama Nasi N + V

Nama Nasi Tipe Nasi Goreng Tipe Nasi Golong

Nasi panggang 

Nasi liwet 

Nasi bakar 

Nasi campur 

Nasi rames 

Nasi tim 

2.5. Struktur Frasa Nama Nasi Nominal (N) + Adjektival (A)

N diikuti A, maksudnya adalah frasa itu terdiri dari kata atau frasa nominal sebagai unsur pusat, diikuti kata atau frasa adjektival sebagai atribut. Berikut ini adalah nama-nama nasi yang terdiri dari unsur nominal (N) + adjektival (A) :

2.5.1 Tipe Nasi Putih

Tipe nasi putih termasuk kata adjektival yang menerangkan sifat UP dari segi warna. Hal itu dapat dilihat pada contoh (46a) berikut :

(46a) Nasi yang berwarna putih

Atribut putih memberikan penjelasan pada UP bahwa kata nasi tersebut memiliki warna putih. Selain nasi putih, data lain yang serupa adalah :


(50)

(47) Nasi merah (48) Nasi kuning (49) Nasi hijau (50) Nasi ungu (51) Nasi pelangi

2.5.2 Tipe nasi gurih

Pada tipe nasi gurih, atributnya berfungsi menerangkan UP dari teksturnya. Akan tetapi bila dibuktikan dengan perluas, frasa tipe nasi gurih menjadi sedikit tidak jelas. Hal itu dapat dilihat pada contoh (52) berikut :

(52) Ayah sedang membuat nasi gurih di warung

Penjelasan nasi gurih bisa dilihat pada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Menurut KBBI, nasi gurih adalah nasi yang dimasak dengan santan dan bumbu. Sehingga nasi tersebut memiliki rasa yang gurih. Selain nasi gurih, ada data yang serupa yaitu :

(53) Nasi sega (54) Nasi aking


(51)

Tabel 6. Struktur Frasa Nama Nasi N + A

Nama Nasi Tipe Nasi Putih Tipe Nasi Gurih

Nasi putih 

Nasi merah 

Nasi kuning 

Nasi hijau 

Nasi ungu 

Nasi pelangi 

Nasi gurih 

Nasi sega 


(52)

BAB III

DASAR PENAMAAN JENIS NASI

3.1 Pengantar

Keberagaman nama nasi tidak lepas dari dasar penamaan. Dasar penamaan bertujuan untuk memberi identitas bagi konsep yang ditunjuk. Beragamnya nama jenis nasi ini peneliti kelompokan dalam penamaan nasi berdasarkan beberapa kategori.

3.2 Penamaan Berdasarkan Warna

Nama jenis nasi terdiri dari unsur pusat yang diikuti oleh atribut. Atribut berfungsi sebagai penjelas bagi unsur pusat. Pada nama nasi putih, atributnya adalah kata putih. Kata putih memberi penjelasan warna bagi unsur pusat yaitu kata nasi. Penamaan nasi berdasarkan warna dibagi menjadi dua. Pertama, kelompok nama nasi berdasarkan asal warna beras. Kedua, kelompok nama nasi berdasarkan adanya campuran warna.

3.2.1 Asal Warna Beras

Ada nama jenis nasi yang berasal dari asal warna beras. Pada halaman berikut ini terdapat tiga nama jenis nasi yang termasuk dalam nama jenis nasi berdasarkan asal warna beras.


(53)

(55) Nasi putih (56) Nasi merah (57) Nasi hitam

Dasar penamaan pada data (55), (56), dan (57) menunjuk pada asal warna beras. Pembentukan nama tersebut dapat dilihat pada data (55a) berikut : (55a) Nasi yang berasal dari beras putih

3.2.1 Adanya Campuran Warna

Pada kelompok ini, warna pada nama jenis nasi berasal dari nasi putih yang diberi campuran warna. Berikut nama jenis nasi berdasarkan adanya campuran warna :

(58) Nasi hijau (59) Nasi kuning (60) Nasi ungu (61) Nasi pelangi

Dasar penamaan pada data (58), (59), (60), dan (61) menunjuk bahwa nama nasi tersebut berasal dari nasi putih yang diberi campuran warna. Penjelasan kategori adanya campuran warna dapat dilihat pada contoh (58a) berikut : (58a) Nasi putih yang dimasak dengan rebusan air berwarna hijau


(54)

3.3 Penamaan Berdasarkan Cara Pengolahan

Nasi bisa diolah dengan beberapa cara. Dari cara pengolahan tersebut, peneliti menemukan dan mengelompokkan nama nasi yang tercipta dari cara pengolahannya. Salah satu contoh adalah nama nasi bakar. Nama nasi bakar memiliki atribut yaitu kata bakar. Kata bakar memberi penjelasan cara pengolahan bagi unsur pusat yaitu kata nasi. Penamaan nasi berdasarkan cara pengolahan dibagi menjadi tiga. Pertama, penamaan berdasarkan cara pengolahan pertama kali. Kedua, penamaan berdasarkan cara pengolahan yang kedua. Terakhir, penamaan berdasarkan cara pengolahan yang dimasak bersama bumbu tertentu.

3.3.1 Pengolahan Yang Pertama

Pada pengolahan yang pertama ini adalah nama nasi yang diolah dari beras hingga menjadi nasi. Cara pengolahan yang pertama ini selanjutnya menjadi nama nasi. Berikut jenis nama nasi yang termasuk dalam pengolahan yang pertama :

(62) Nasi liwet

(63) Nasi tim (steam atau kukus)

Kata yang dicetak miring pada data (62) merupakan bahasa jawa. Sehingga dasar penamaan pada data (62) merupakan gabungan antara bahasa Indonesia dengan bahasa jawa. Kata liwet dalam bahasa Indonesia memiliki arti


(55)

dimasak. Sedangkan pada data (63) merupakan serapan dari bahasa Inggris yaitu steam.

3.3.2 Pengolahan Yang Kedua

Kategori pada pengolahan yang kedua ini merupakan tahap selanjutnya dari pengolahan yang pertama. Pada kategori ini, nama nasi berubah sesuai dengan tahap pengolahan yang kedua. Berikut nama nasi yang termasuk dalam pengolahan yang kedua :

(64) Nasi bakar (65) Nasi goreng (66) Nasi rebus

Dasar penamaan pada data (64), (65), dan (66) berasal dari hasil pengolahan yang kedua. Penjelasan dasar penamaan pada kategori ini dapat dilihat pada (64a) berikut :

(64a) Nasi yang selanjutnya diolah dengan cara dibakar

3.3.3 Pengolahan Yang Dimasak Bersama Dengan Bumbu Tertentu

Kategori yang ketiga ini berbeda dengan dua kategori sebelumnya dalam penamaan berdasarkan cara pengolahan. Pada kategori ini, nama nasi berasal dari cara pengolahan nasi yang matang dimasak kembali dengan


(56)

bumbu tertentu hingga tercampur menjadi satu. Berikut nama nasi yang termasuk dalam kategori ini :

(67) Nasi beriani (68) Nasi lemak (69) Nasi bekepor (70) Nasi langgi

Pada data (67), (68), (69), dan (70) kata yang dicetak miring merupakan nama nasi yang berasal dari pengolahan nasi yang dicampur dengan bumbu tertentu.

3.4 Penamaan Berdasarkan Lauk

Pada umumnya, nasi dihidangkan bersama dengan lauk. Lauk yang disajikan ada beragam pilihan tergantung warung makan yang menjualnya. Lauk yang beragam ini kemudian penulis kelompokan ke dalam penamaan nasi berdasarkan lauk. Penamaan berdasarkan lauk dibagi menjadi dua. Pertama, kelompok nama nasi berdasarkan satu jenis lauk. Kedua, kelompok nama nasi berdasarkan lebih dari satu lauk.

3.4.1 Satu Jenis Lauk

Pada kategori ini, nama nasi terbentuk dari nama lauk yang menemani nasi. Berikut nama nasi yang termasuk dalam kategori satu jenis lauk :


(57)

(72) Nasi telur (73) Nasi ayam (74) Nasi sarden

Data (71), (72), (73), dan (74) merupakan jenis nasi dengan satu lauk. Penjelasan dasar penamaan pada kategori ini dapat dilihat pada (75a) berikut : (75) Nasi yang disajikan dengan lauk tempe

3.4.2 Lebih dari Satu Jenis Lauk

Pada kategori ini, penamaan nasi berasal dari banyaknya lauk yang disajikan dalam satu porsi nasi. Berikut nama nasi yang termasuk dalam kategori lebih dari satu jenis lauk :

(76) Nasi rames (77) Nasi campur

Kata yang dicetak miring pada data (76) dan (77) merupakan nama yang menjelaskan bahwa nasi yang disajikan terdiri dari berbagai macam lauk.

3.5 Penamaan Berdasarkan Sayur

Nasi juga lazim disajikan bersama dengan sayuran. Sayur adalah daun-daunan (seperti sawi), tumbuh-tumbuhan (taoge), polong atau bijian (kapri, buncis) dan sebagainya yang dapat dimasak; masakan yang berkuah (seperti gulai, sup). Ada


(58)

beberapa jenis sayuran yang biasa disajikan. Penamaan berdasarkan sayur dibagi menjadi dua. Pertama, kelompok nama nasi berdasarkan penyajian dengan kuah. Kedua, kelompok nama nasi berdasarkan penyajian tanpa kuah.

3.5.1 Penyajian Dengan Kuah

Nama nasi yang termasuk dalam kategori penyajian dengan kuah merupakan nama nasi yang tercipta karena adanya kuah (air kaldu) pada penyajiannya. Berikut nama nasi yang termasuk dalam kategori penyajian dengan kuah :

(78) Nasi soto (79) Nasi gudeg (80) Nasi sop (81) Nasi pindang (82) Nasi rawon

Dasar penamaan pada data di atas dapat dijelaskan pada data (78a) berikut : (78a) Nasi yang disajikan dengan soto


(59)

3.5.2 Penyajian Tanpa Kuah

Nama nasi pada dasar penamaan ini merupakan nama nasi yang terbentuk dari penyajian dengan sayur yang tidak diberi kuah (air kaldu). Berikut nama nasi yang termasuk dalam penyajian tanpa kuah :

(83) Nasi jamur (84) Nasi pecel (85) Nasi tepeng

3.6 Penamaan Berdasarkan Kemasan

Untuk berbagai keperluan, nasi terkadang dikemas ke dalam wadah. Kegunaan wadah ini adalah nasi lebih mudah dibawa dan lebih praktis. Penamaan berdasarkan kemasan dibagi menjadi dua. Pertama, kelompok nama nasi menggunakan kemasan daun pisang. Kedua, kelompok nama nasi menggunakan kemasan dari kertas.

3.6.1 Kemasan Daun Pisang

Nama nasi pada dasar penamaan ini terbentuk dari nasi yang dikemas dengan daun pisang. Berikut nama nasi yang termasuk dalam kemasan daun pisang :


(60)

Pada data (86) kata yang dicetak miring merupakan nama nasi yang dibungkus dengan daun pisang.

3.6.2 Kemasan dari Kertas

Nama nasi pada dasar penamaan ini terbentuk dari nasi yang dikemas menggunakan kertas. Berikut nama nasi yang termasuk dalam kemasan dari kertas :

(87) Nasi kotak (88) Nasi bungkus

Pada data (87) dan (88) nama nasi terbentuk dari kemasan nasi yang terbuat dari kertas yang berbentuk kotak (87) dan bungkusan (88).

3.7 Penamaan Berdasarkan Porsi

Nama nasi juga dapat terbentuk dari ukuran porsinya. Peneliti mendapatkan nama jenis nasi berdasarkan ukuran porsi dengan nama yang unik. Unik karena nama nasi ini tidak merujuk langsung kepada konsep melainkan lewat perbandingan ukuran hewan, contohnya dapat dilihat pada data berikut :

(89) Nasi kucing (90) Nasi macan


(61)

Pada data (89) dan (90) kata yang dicetak miring menunjuk pada ukuran nasi. Penjelasannya dapat dilihat pada (89a) dan (90a) berikut :

(89a) Kata kucing pada nasi kucing bukan nasi yang disajikan bersama dengan daging kucing, melainkan porsi nasi yang disajikan sedikit seperti memberi makan kucing. Selain itu nasi kucing disajikan dengan tambahan ikan teri kesukaan kucing.

(90a) Kata macan pada nasi macan bukan nasi yang disajikan bersama dengan daging macan, melainkan porsi nasi yang disajikan lebih besar dibanding nasi kucing.

3.8 Penamaan Berdasarkan Asal Daerah

Daerah asal tempat nasi pertama kali muncul dapat dijadikan nama nasi itu sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti menemukan tiga nama jenis nasi berdasarkan asal daerah.

(91) Nasi Padang (92) Nasi Kapau (93) Nasi Jamblang

Ketiga data di atas merupakan penamaan berdasarkan asal daerah, dapat dijelaskan melalui data (91a) berikut :


(62)

3.9 Penamaan Berdasarkan Bahasa Daerah

Nama nasi tidak hanya berasal dari bahasa Indonesia tetapi ada yang berasal dari bahasa daerah. Hal itu disebabkan di Indonesia terdapat banyak suku dan ras dengan kekhasan bahasanya masing-masing.

(94) Nasi jinggo (95) Nasi grombyang (96) Nasi gandul (97) Nasi megono

Dasar penamaan mengenai nama nasi di atas dapat dilihat pada penjelasan berikut : (94a) Merupakan bahasa Hokkien, jeng go yang berarti seribu lima ratus. Sebelum

krisis moneter tahun 1997, nasi jinggo ini memang dijual Rp 1.500,00 per porsi.

(95a) Merupakan bahasa Jawa: grombyang-grombyang yang berarti bergoyang-goyang.

(96a) Merupakan bahasa Jawa yang berarti menggantung atau bergantung.

(97a) Merupakan bahasa Jawa yaitu kata mergo yang artinya sebab dan ono yang artinya ada.


(63)

4. Penamaan Berdasarkan Bentuk

Penyajian nasi tidak semata-mata hanya diletakan di atas piring begitu saja. Penamaan berdasarkan bentuk ini mendeskripsikan bahwa nasi dibentuk secara khusus. Nasi yang dibentuk ini memiliki maksud dan tujuan khusus. Berikut nama nasi yang termasuk dalam penamaan berdasarkan bentuk :

(98) Nasi tumpeng (99) Nasi golong

Kata yang dicetak miring pada data (98) dan (99) menjelaskan nama nasi yang dibentuk, berikut penjelasannya :

(98a) nasi yang dihidangkan dalam bentuk seperti kerucut. (99a) nasi yang dikepal dan dibulat-bulatkan.

4.1 Penamaan Berdasarkan Keadaan

Di Indonesia, nasi tidak hanya disajikan dengan keadaan yang lembut atau matang. Ada juga nasi yang dibuat setengah matang bahkan sengaja dikeringkan. Berikut nama nasi yang termasuk dalam penamaan berdasarkan keadaan :

(100) Nasi aking (101) Nasi detus (102) Nasi kerak

Kata yang dicetak miring pada data (100), (101), dan (102) menunjuk pada nama nasi yang keadaannya berbeda dengan nasi matang, berikut penjelasannya :


(64)

(100a) Sisa-sisa nasi yang tak termakan yang dibersihkan dan dikeringkan pada waktu terik matahari.

(101a) Nasi setengah masak (kalau dikunyah berbunyi “tus-tus”). (102a) Nasi yang berasal dari kerak.


(65)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian berupa data catat dan simak, dapat dipahami bahwa jenis nasi yang ada di Indonesia adalah frasa. Hal itu disebabkan pembentukan frasa nasi terdiri dari unsur pusat (UP) + atribut. Unsur pusat pada penelitian ini adalah kata nasi sedangkan untuk atribut, peneliti mendapatkan tiga jenis atribut yang mengikuti unsur pusat. Tiga jenis atribut tersebut adalah kata nominal (N), kata verbal (V), dan kata adjektival (A) sehingga terdapat tiga jenis pembentukan frasa nasi. Pembentukan tiga jenis frasa nasi dapat dilihat pada tabel 1.7 berikut :

Tabel 7. Struktur Pembentukan Frasa Nasi

Struktur Pembentukan Frasa Nasi Tipe-Tipe

Nominal + Nominal

Tipe nasi telor Tipe nasi beriani Tipe nasi padang Tipe nasi bungkus Tipe nasi detus


(66)

Nominal + Verbal

Tipe nasi goreng Tipe nasi golong

Nominal + Adjektival

Tipe nasi putih Tipe nasi gurih

Selain pembentukan frasa jenis nasi, nama nasi diklasifikasikan juga ke dalam beberapa dasar penamaan. Peneliti menemukan sepuluh dasar penamaan jenis nama nasi di Indonesia. Sepuluh kategori dasar penamaan jenis nasi dapat dilihat pada tabel 1.8 berikut :

Tabel 8. Dasar Penamaan Jenis Nasi

No. Dasar Penamaan Jenis Nasi 1 Penamaan berdasarkan warna

2 Penamaan berdasarkan cara pengolahan 3 Penamaan berdasarkan lauk

4 Penamaan berdasarkan sayur 5 Penamaan berdasarkan kemasan 6 Penamaan berdasarkan porsi 7 Penamaan berdasarkan asal daerah 8 Penamaan berdasarkan bahasa daerah


(67)

9 Penamaan berdasarkan bentuk 10 Penamaan berdasarkan keadaan

4.2. Saran

Dalam penelitian ini hanya mencakup frasa jenis nama nasi yang terdiri dari dua kata. Sementara itu, jenis nama nasi yang terdiri lebih dari dua kata juga ada di Indonesia namun belum ada dalam penelitian ini. Oleh karena itu peneliti menyarankan bagi para peneliti selanjutnya jika ingin mengembangkan penelitian ini dapat menambahkan frasa jenis nasi yang terdiri lebih dari dua kata sehingga semakin banyak data tentang jenis nasi yang dapat dipelajari dan diteliti.


(68)

DAFTAR PUSTAKA

Chaer, Abdul. 1990. Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta Kesuma, Tri Mastoyo Jati. 2007. Pengantar (Metode) Penelitian Bahasa.

Yogyakarta: Caravastibooks

Kurnia, Carol. 2011. “Jenis Penamaan dan Asal-Usul Nama dalam Sepak Bola Pemberitaan Media Massa”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Kridalaksana, Harimurti. 1993. “Sintaksis Fungsional: Sebuah Sintesis” dalam Prosiding Pertemuan Ilmiah Masyarakat Linguistik. Buku I. Jakarta: Masyarakat Linguistik Indonesia.

. 2001. Kamus Linguistik. Jakarta: PT Gramedia

Ramlan, M. 1983. Ilmu Bahasa Indonesia: Sintaksis. Yogyakarta: C.V. Karyono Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitian

Wahana Kebudayaan secara Linguistis. Yogyakarta: Duta Wacana University Press

Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka

Wijanarko, Diyan. 2009. “Jenis Nama dan Dasar Penamaan dalam Kolom “Sungguh -Sungguh Terjadi”(SST) di Kedaulatan Rakyat: Sebuah Kajian Awal”. Skripsi pada Program Studi Sastra Indonesia, Fakultas Sastra, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Sumber Data

Angkringan Pakde Jalan Pringgodhani, Sleman, Yogyakarta Burjo Pamungkas Jalan Pringwulung, Sleman, Yogyakarta

Warung makan NAGA (nasi gandul) Jalan Kaliurang km. 5, Yogyakarta Warung makan TEXAS Gang Pertolongan, Sleman Yogyakarta

jurnal.untan.ac.id/index.php/jpdpb/article/viewFile/4629/4706

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/26859/7/Cover.pdf diunduh pada tanggal 22 Oktober 2014


(69)

http://repository.ipb.ac.id/bitstream/handle/123456789/3751/F06rad_abstract.pdf;jses sionid=671EAA5B8BABCAAF7B2BF5BA91509332?sequence=1 diunduh pada tanggal 22 Oktober 2014

http://d-wawan.blogspot.com/2013/05/pengertian-dan-jenis-frasa-bahasa.html diunduh tanggal 15 Maret 2015

(id.m.wikipedia.org/wiki/nasi) / 26 Mei 2015 / 22.43 WIB

(berassehatorganik.wordpress.com/article/apa-itu-beras-merah/) / 26 Mei 2015 / 22.48 WIB

(id.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_kuning) / 26 Mei 2015 / 22.55 WIB

(fahmi-artcolection.blogspot.com/2014/05/resep-nasi-ubi-ungu.html?m=1) / 26 Mei 2015 / 23.00 WIB

(www.lezat.com/resep-masakan-lezat/resep-nasi-pelangi) / 26 Mei 2015 / 23.11 WIB (www.sajiansedap.com/recipe/detail/) / 26 Mei 2015 / 23.23 WIB

(id.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_tim) / 26 Mei 2015 / 23.45 WIB (en.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_bakar) / 26 Mei 2015 / 23.16 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_goreng) / 26 Mei 2015 / 23.20 WIB (radit.url.ph/2013/12/nasi-godog) / 11 Juni 2015 / 19.22 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/Biryani) / 10 Juni 2015 / 16.22 WIB (id.m.wikipedia.org/Nasi_lemak) / 10 Juni 2015 / 14.53 WIB

(www.yukmakan.com/review/members/) / 11 Juni 2015 / 14.22 WIB (kulinerbee.blogspot.com/2013/10) / 10 Juni 2015 / 16.25 WIB (www.resepnasional.com) / 10 Juni 2015 / 17.00 WIB

(id.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_campur) / 10 Juni 2015 / 17.07 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/soto_ayam) / 10 Juni 2015 / 15.55 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/Gudeg) / 10 Juni 2015 / 16.11 WIB (www.bacaresepdulu.com) / 10 Juni 2015 / 17.34 WIB


(70)

(id.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_pindang) / 10 Juni 2015 / 17.32 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/Pecel) / 10 Juni 2015 / 17.20 WIB

(makanantradisionalmaknyus.blogspot.com) / 10 Juni 2015 / 17.15 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_bungkus) / 11 Juni 2015 / 19.45 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_kucing) / 13 Juni 2015 / 22.35 WIB (makanjogja.com/Sego-macan-nasi-bakar) / 13 Juni 2015 / 22.00 WIB (id.m.wikipedia.org/Masakan_padang) / 12 Juni 2015 / 20.00 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/Nasi_kapau) / 12 Juni 2015 / 20.17 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/Sega_jamblang) / 12 Juni 2015 / 20.25 WIB (wikipedia.org/wiki/Nasi_goreng) / 11 Juni 2015 / 13.00 WIB

(kulinr.blogspot.com/2012/08/nasi-goreng-gila) / 11 Juni 2015 / 13.10 WIB (id.m.wikipedia.org/wiki/tumpeng) / 14 Juni 2015 / 03.32 WIB


(71)

LAMPIRAN

A. Penamaan Berdasarkan Warna

(1)Nasi putih

Nasi putih merupakan nasi yang sering dijumpai di Indonesia. Nasi putih berasal dari beras putih yang ditanak.

(2)Nasi merah

Nasi merah berasal dari beras merah atau brown rice yang ditanak. Beras merah tidak digiling atau setengah digiling sehingga kulit arinya tidak terkupas seutuhnya. Beras merah mempunyai rasa sedikit seperti kacang dan lebih kenyal dari beras putih.

(3)Nasi hijau

Nasi hijau adalah nasi putih yang diberi pewarna alami. Pewarna alami ini berasal dari sayur-sayuran hijau seperti bayam, sawi, dan daun pandan. Proses pemberian warna terlebih dulu dengan merebus sayur yang diberi garam secukupnya. Tahap selanjutnya, memasukkan beras ke dalam rebusan sayur lalu aduk rata. Tahap terakhir, kukus di atas api sedang selama 30 menit.

(4)Nasi kuning

Nasi kuning adalah makanan khas Indonesia. Makanan ini terbuat dari beras yang dimasak bersama dengan kunyit, santan, dan rempah-rempah. Warna kuning berasal dari salah satu bumbu nasi kuning yaitu kunyit.

(5)Nasi ungu

Nasi ungu adalah nasi putih yang diberi pewarna alami. Pewarna alami ini berasal dari ubi ungu. Proses pemberian warna terlebih dulu dengan merebus ubi


(72)

ungu yang diberi garam secukupnya. Tahap selanjutnya, memasukkan beras ke dalam rebusan sayur lalu aduk rata. Tahap terakhir, kukus di atas api sedang selama 30 sampai 40 menit.

(6)Nasi pelangi

Nasi pelangi berasal dari nasi putih yang diberi perasan sari-sari tumbuhan. Perasan sari-sari tumbuhan itu adalah wortel untuk warna oranye, angkak untuk warna merah, pandan untuk warna hijau, kunyit untuk warna kuning, ubi ungu untuk warna ungu, dan bunga telang untuk warna biru. Proses mencampur nasi putih sampai mengukus dilakukan sebanyak enam kali. Setelah semua proses selesai kemudian nasi disusun berdasarkan warna.

B. Penamaan Berdasarkan Cara Pengolahan

(1)Nasi liwet

Nasi liwet adalah sajian nasi lengkap asal kota Solo. Untuk membuat nasi liwet, rebus beras, daun salam, serai, garam, dan santan sampai mendidih. Masak sampai matang sambil sesekali di aduk. Angkat dan aduk sampai pulen.

(2)Nasi tim

Nasi tim adalah hidangan Tionghoa Indonesia berupa nasi dan ayam berbumbu gurih yang dikukus. Istilah bahasa Indonesia “tim” berasal dari bahasa Inggris “steam” yang berarti dikukus. Cara pembuatan nasi tim, pertama memasukkan bahan-bahan (daging ayam tanpa tulang, jamur, dan telur ayam rebus yang telah dibumbui) ke dalam mangkuk logam. Kedua, mangkuk logam kemudian diisi nasi hingga padat, kemudian diletakkan di dalam panic pengukus, dan dikukus hingga matang.


(73)

(3)Nasi bakar

Nasi bakar adalah nasi putih yang dibumbui dengan rempah-rempah dan dibungkus daun pisang lalu kedua ujung daun pisang ditusuk oleh lidi kecil. Nasi putih yang telah dibungkus kemudian dibakar di atas api. Daun pisang yang dibakar akan menghasilkan aroma yang khas pada nasi.

(4)Nasi goreng

\ Nasi goreng adalah sebuah makanan berupa nasi yang digoreng dan diaduk dalam minyak goreng atau margarin, biasanya ditambah kecap manis, bawang merah, bawang putih, asam jawa, lada dan bumbu lainnya. Nasi goreng juga dikenal sebagai masakan nasional Indonesia, karena nasi goreng tidak mengenal batasan kelas sosial. Siapa pun bisa menikmati nasi goreng yang ada di kaki lima hingga restoran.

(5)Nasi rebus

Nasi godog atau orang luar Jawa bilang nasi rebus ini adalah kuliner khas daerah Magelang. Hidangan ini biasanya dijual malam hari di warung nasi goreng pinggir jalan. Dibuat dari nasi, kaldu ayam, telur, mie basah, daging ayam, daun sawi, irisan tomat, dan timun. Memasak nasi rebus tidak menggunakan kompor melainkan menggunakan arang.

(6)Nasi beriani

Nama hidangan ini berasal dari bahasa Parsi, berya(n) yang berarti goreng atau panggang. Hidangan berupa nasi (biasanya dari beras basmati) yang dimasak bersama rempah-rempah, sayuran, atau daging. Beriani dibuat dari beras yang sudah direbus di panci terpisah. Setelah beras setengah matang, beras dicampur dengan bahan lain, ditutup rapat dalam panci, dan dimasak hingga matang.


(74)

(7)Nasi lemak

Nasi lemak adalah nasi yang dimasak dengan menggunakan santan kelapa untuk memberikan cita rasa gurih. Kadangkala daun pandan dimasukkan ketika nasi lemak dimasak untuk menambah aromanya. Istilah lemak dalam bahasa Melayu atau lamak dalam bahasa Minangkabau merujuk kepada rasa dan tekstur gurih berminyak yang dihasilkan santan kelapa yang melepaskan kandungan lemak nabatinya ke dalam nasi yang tengah ditanak.

(8)Nasi bekepor

Nasi bekepor adalah nasi liwet dengan campuran minyak sayur, rempah-rempah, dan potongan ikan asin. Nasi bekepor berasal dari Samarinda, Kalimantan Timur.

(9)Nasi langgi

Nasi langgi berasal dari Solo. Nasi langgi adalah olahan nasi dengan bahan rempah beserta santan dan asam jawa. Cara membuat nasi langgi, mula-mula aduk rata beras bersama dengan santan encer, daun salam, lengkuas, serai, dan semua bahan bumbu halus hingga semua bahan tercampur rata dan meresap. Selanjutnya, kukus adonan beras tadi dengan menggunakan dandang atau alat pengukus lainnya. Masak beras tersebut hingga matang. Terakhir, jika nasi sudah matang letakkan nasi diatas piring saji kemudian hidangkan bersama dengan bahan-bahan lalu sajikan.

C. Penamaan Berdasarkan Lauk


(75)

Nasi tempe adalah nasi putih yang disajikan bersama dengan lauk tempe. Lauk tempe disajikan dengan berbagai cara, ada tempe goreng, sambal goreng tempe, dan kering tempe.

(2)Nasi telur

Nasi telur adalah nasi putih yang disajikan bersama dengan lauk telur. lauk telur disajikan dengan berbagai cara, ada telur mata sapi, telur dadar, dan orak-arik.

(3)Nasi ayam

Nasi ayam adalah nasi putih yang disajikan bersama dengan lauk ayam. Lauk ayam disajikan dengan berbagai cara, ada ayam goreng, ayam bakar, dan Fried Chicken.

(4)Nasi sarden

Nasi sarden adalah nasi putih yang disajikan bersama dengan lauk ikan sarden. Lauk ikan sarden yang biasa disajikan adalah ikan sarden yang berasal dari kaleng.

(5)Nasi rames

Nasi rames adalah nasi putih yang dicampur dengan berbagai macam lauk misalnya telur dadar yang diiris, tempe orek, bihun, ayam suwir dan lain sebagainya. Nasi rames ini dapat dilengkapi dengan sambal, kerupuk, dan juga bawang goreng sehingga membuat makanan yang satu ini menjadi lebih nikmat lagi.

(6)Nasi campur

Nasi campur adalah masakan khas Indonesia. Makanan ini terdiri dari nasi putih yang dihidangkan dengan bermacam-macam lauk-pauk. Lauk yang digunakan


(76)

adalah sambal goreng, abon, serundeng, tahu goreng, ikan goreng, telur, dan lain-lain.Tergantung dari warung atau rumah makan yang menyajikannya nasi campur dapat memiliki variasi tersendiri.

D. Penamaan Berdasarkan Sayur

(1)Nasi soto

Soto adalah makanan khas Indonesia yang berupa sejenis sup dengan kuah yang berwarna kekuningan. Warna kuning ini disebabkan oleh kunyit yang digunakan sebagai bumbu. Terkadang soto juga disajikan dengan lontong atau nasi putih. Selain itu soto ayam juga sering dihidangkan dengan sambal, kerupuk, dan koya.

(2)Nasi gudeg

Makanan khas Yogyakarta dan Jawa Tengah yang terbuat dari nangka muda yang dimasak dengan santan. Perlu waktu berjam-jam untuk membuat masakan ini. Warna cokelat biasanya dihasilkan oleh daun jati yang dimasak bersamaan. Gudeg dimakan dengan nasi putih dan disajikan dengan kuah santan kental (areh), ayam kampong, telur, tahu, dan sambal goreng krecek.

(3)Nasi sop

Sayur sop adalah salah satu jenis hidangan yang begitu kaya akan jenis sayuran. Kaya warna, kaya rasa, dan pastinya juga kaya akan gizi. Selain kaya akan berbagai jenis sayuran, sayur sop semakin sehat lagi untuk dikonsumsi karena tidak menggunakan santan dalam resepnya. Jika tidak ingin menyantapnya dengan nasi putih, anda bisa menambahkan kentang dan macaroni.


(1)

Nasi pindang adalah masakan yang berupa nasi dan daging disajikan dengan kuah pindang dan daun melinjo atau daun so. Nasi pindang merupakan makanan khas Kabupaten Kudus. Nasi pindang biasanya disajikan tiap masyarakat Kudus mempunyai hajatan atau pesta. Namun seiring perkembangan zaman, nasi pindang sudah dijual dimana-mana dari restoran hingga warung kaki lima pinggir jalan. Nasi pindang di Kudus aslinyan menggunakan daging kerbau karena di Kudus ada larangan memakan daging sapi. Namun sekarang biasanya nasi pindang disajikan dengan daging sapi atau ayam.

(5) Nasi rawon

Nasi rawon adalah menu berupa sup daging dengan bumbu khas karena mengandung kluwek. Daging untuk rawon umumnya adalah daging sapi yang dipotong kecil-kecil. Bumbu supnya sangat khas Indonesia yaitu campuran bawang merah, bawang putih, laos, ketumbar, serai, kunir, Lombok, kluwek, garam, serta minyak nabati. Semua bahan ini (kecuali serai dan lengkuas) dihaluskan, lalu ditumis saampai harum.

(6) Nasi jamur

Nasi jamur adalah salah satu jajanan yang sudah sangat popular di kalangan mahasiswa atau pelajar di Kota Surabaya. Nasi jamur adalah nasi putih yang dikepal mirip onigiri, dan diisi dengan tumisan jamur dengan pilihan rasa original dan spicy.

(7) Nasi pecel

Pecel adalah makanan yang menggunakan bumbu sambal kacang sebagai bahan utamanya yang dicampur dengan aneka sayuran. Sayuran yang dihidangkan antara lain kacang panjang, taoge, mentimun, daun singkong, dan daun kemangi.


(2)

(8) Nasi tepeng

Nasi tepeng adalah makanan tradisional khas Gianyar, Bali. Rasanya pedas dan berempah karena dimasak dengan basa genep, yaitu campuran lengkap rempah-rempah (spices and herbs). Nasi tepeng disajikan dengan sayuran seperti kacang panjang, kacang merah, nangka muda, terong, daun kelor, dan kelapa parut.

E. Penamaan Berdasarkan Kemasan

(1)Nasi tungkus

Nasi tungkus adalah nasi yang dibungkus dengan daun pisang dan sebagainya.

(2)Nasi kotak

Nasi kotak adalah nasi yang dikemas di dalam wadah kotak (biasanya dari kertas karton). Kelebihan mengemas nasi dalam wadah kotak adalah tata letak nasi, lauk, serta sayur lebih rapi. Karena di dalam wadah kotak terdapat plastik yang dicetak untuk tempat nasi, lauk, serta sayur.

(3)Nasi bungkus

Nasi bungkus adalah nasi putih beserta lauk untuk satu orang yang dibungkus daun pisang beralas kertas, agar bisa dibawa dan dimakan di tempat lain. Kertas pembungkusnya terbuat dari kertas khusus (kertas kraft dengan lapisan plastik). Nasi bungkus biasa dilengkapi dengan sendok plastik sekali pakai.

F. Penamaan Berdasarkan Porsi

(1)Nasi kucing

Nasi kucing adalah makanan yang berasal dari Yogyakarta, Semarang, dan Solo. Porsi nasi kucing yaitu sedikit, biasanya ditambah sambal, ikan, dan tempe lalu


(3)

dibungkus daun pisang. Kata nasi kucing berarti nasi untuk kucing, karena porsinya yang kecil. Kata tersebut berasal dari kebiasaan masyarakat Jawa yang memelihara kucing dan memberikan makanan untuk peliharaannya dengan porsi kecil.

(2)Nasi macan

Ukuran sego macan tiga kali lebih besar dari nasi kucing pada umumnya. Sego macan disajikan bersama beberapa lauk pendamping seperti oseng-oseng jagung muda, bihun, dan sambal teri. Sebelum disajikan, sego macan yang dibungkus dengan daun pisang dibakar terlebih dahulu.

G. Penamaan Berdasarkan Asal Daerah

(1) Nasi Padang

Masakan Padang adalah nama yang digunakan untuk menyebut segala jenis masakan yang berasal dari kawasan Minangkabau, provinsi Sumatera Barat. Semua jenis masakan ini lebih popular dengan sebutan masakan Padang. Meskipun seesungguhnya berbagai resep masakan Sumatera Barat mayoritas tidak berasal dari kota Padang, misalnya kota Bukittinggi, Solok, Padang Pariaman, Payakumbuh, dan sebagainya.

(2) Nasi Kapau

Nasi Kapau adalah nasi ramas khas nagari Kapau, Sumatera Barat. Terdiri dari nasi, sambal, dan lauk pauk khas Kapau seperti gulai sayur nangka (cubadak), gulai tunjang (urat kaki kerbau atau sapi), gulai cangcang (tulang dan daging


(4)

kerbau), gulai babek (babat), atu paruik kabau. Nasi Kapau standar selalu dilengkapi gulai nangka ciri khas nasi Kapau.

(3) Nasi Jamblang

Sega Jamblang atau dalam bahasa Indonesia berarti nasi Jamblang adalah makanan khas dari Cirebon, Jawa Barat. Nama Jamblang berasal dari nama daerah di sebelah barat kota Cirebon tempat asal pedagang makanan tersebut. Ciri khas makanan ini adalah penggunaan daun jati sebagai bungkus nasi. Penyajian makanannya pun bersifat prasmanan.

H. Penamaan Berdasarkan Bahasa Daerah

(1)Nasi jinggo

Nasi jinggo atau nasi jenggo merupakan makanan khas Bali berupa nasi putih yang disajikan dalam bungkus daun pisang dengan lauk pauk dan sambal. Nasinya disajikan seukuran kepalan tangan saja dan lauk pauknya biasanya adalah sambal goreng tempe, serundeng dan ayam suwir. Asal mula kata jinggo berasal dari bahasa Hokkien, jeng go yang berarti seribu lima ratus. Sebelum krisis moneter tahun 1997, nasi jinggo ini memang dijual Rp 1.500,00 per porsi.

(2)Nasi grombyang

Nasi grombyang adalah sejenis nasi campur yang merupakan makanan khas dari masyarakat Pemalang, Jawa Tengah. Nama makanan ini berasal dari bentuk penyajiannya, yaitu antara isi dan kuah lebih banyak kuahnya sehingga kelihatan bergoyang-goyang (bahasa Jawa: grombyang-grombyang, artinya "bergoyang-goyang").

(3)Nasi gandul

Nasi gandul yaitu makanan sejenis nasi pindang hanya saja dalam penyajianya dipakai daun pisang untuk alasnya. Nasi gandul adalah makanan khas Pati, Jawa


(5)

Tengah, Indonesia. Nasi gandul bisa disajikan dengan lauk pauk yang berbeda. Bisa bergedel, tempe, lidah sapi, usus sapi, daging sapi, paru sapi, hati sapi, dll, kemudian diberi tambahan bumbu kecap manis-pedas. Asal kata gandul berasal dari nama pemberian dari pembeli. Penjual nasi gandul menjajakan nasinya dengan menggunakan pikulan yang berisi kuali di satu sisi dan bakul nasi serta peralatan di sisi lain. Pikulan ini kemudian digotong sehingga membuat tampak naik-turun bergelantung.

I. Penamaan Berdasarkan Bentuk

(1) Nasi tumpeng

Tumpeng adalah cara penyajian nasi beserta lauk-pauk ke dalam bentuk kerucut. Olahan nasi yang dipakai umumnya berupa nasi kuning, meskipun kerap juga digunakan nasi putih biasa atau nasi uduk. Cara penyajian nasi ini biasanya dibuat pada saat kenduri atau perayaan suatu kejadian penting.

(2) Nasi golong

Nasi yang dikepal dan dibulat-bulatkan.

J. Penamaan Berdasarkan Keadaan

(1) Nasi aking

Nasi aking adalah makanan yang berasal dari sisa-sisa nasi yang tak termakan yang dibersihkan dan dikeringkan di terik matahari.

(2) Nasi detus

Nasi detus adalah nasi yang dimasak setengah matang. Ketika dimakan akan


(6)

.

(3) Nasi kerak

Nasi yang berasal dari kerak.

BIOGRAFI

Mikail Septian Adi Vinantya lahir di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur pada tanggal 8 September 1993. Panggilan akrabnya adalah Ave yang merupakan singkatan dari nama lengkapnya, Adi Vinantya. Ave merupakan putra keempat dari empat bersaudara. Ayahnya bernama Yoseph Siyono dan ibunya bernama Marcia Kiryani. Masa pendidikan Ave dari TK hingga SMP di Ignatius Slamet Riyadi Jakarta Timur. Memasuki masa SMA, dia hijrah ke SMA Sedes Sapientiae Bedono, Ambarawa, Jawa Tengah. Setelah lulus SMA, Ave melanjutkan pendidikannya di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta mengambil jurusan Sastra Indonesia. Di Sastra Indonesia, Ave pernah tergabung dalam HMPS Sastra Indonesia tahun 2012. Selain itu dia juga turut menyumbang puisi dalam buku kumpulan puisi berjudul Cinta Sepucuk Pinang.