T IPA 1302389 Chapter3

(1)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode dan Desain Penelitian

Penentuan metode penelitian didasarkan pada rumusan masalah serta tujuan penelitian yang ingin dicapai. Metode penelitian yang dipilih dalam penelitian ini adalah metode penelitian eksperimen lemah (weak experiment). Penelitian ini tidak menggunakan kelompok kontrol yang akan menjadi pembanding (Fraenkel, 2011). Penggunaan metode weak experiment dikarenakan pada penelitian ini tidak memungkinkan pencarian kelas yang setara, sehingga hanya menggunakan satu kelas tanpa kelas pembanding. Pada metode penelitian ini, desain dan perlakuannya seperti eksperimen tetapi tidak ada pengontrolan variabel. (Sukmadinata, 2011). Jadi, pada penelitian ini hanya terdapat satu kelas yang mendapat perlakuan, yaitu pembelajaran

levels of Inquiry. Hal ini dilakukan untuk melihat perkembangan penalaran ilmiah dan berpikir kritis siswa selama penelitian dengan berfokus hanya pada satu kelas tersebut, tanpa ada kelas pembanding. Tidak terdapatnya pembanding pada penelelitian ini juga dikarenakan tujuan dari penelitian adalah mengenai penalaran ilmiah dan berpikir kritis bukan berupa penguasaan konsep atau pemahaman konsep yang membutuhkan pembanding pada konsep tertentu.

Desain penelitian yang digunakan adalah One Group Pretes-Posttest Design. Dalam desain ini tidak terdapat kelompok pembanding atau kontrol (Creswell, 1994, hlm 130). Selain itu terdapat pretest sebelum perlakuan agar hasil perlakuan dapat diketahui lebih akurat, karena dapat dibandingkan sebelum dan sesudah diberi perlakuan.


(2)

Desain ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. One Group Pretes-Posttest Design

(Creswell, 2009, hlm 241) Ket :

O1 : pretest atau posttest penalaran ilmiah O2 : pretest atau posttest berpikir kritis

X : perlakuan (pembelajaran levels of inquiry)

B. Lokasi, Populasi dan Sampel Penelitian

Lokasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah salah satu Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Bandung. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengembangan penalaran ilmiah dan keterampilan berpikir kritis siswa SMP pada pembelajaran IPA terpadu dengan menggunakan model levels of inquiry. Oleh karena itu, populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP kelas VII tahun ajaran 2014/2015 di salah satu SMP di kota Bandung. Namun dikarenakan keterbatasan dana, tenaga dan waktu, maka peneliti hanya mengambil sampel dari populasi tersebut. Sampel dari penelitian ini adalah salah satu kelas VII yaitu kelas VII C.

Metode pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

purposive sampling yaitu pengambilan anggota sampel dari populasi yang dilakukan dengan pertimbangan tertentu. Aspek purposive yang dijadikan pertimbangan tersebut adalah kelas ini merupakan salah satu kelas unggulan diantara kelas VII di salah satu SMP yang memiliki 30 siswa. Kelas tersebut sudah terbiasa melakukan pembelajaran berbasis praktikum dan sudah pernah dilakukan inkuiri sehingga lebih mudah untuk menerapkan levels of inquiry dalam pembelajaran.


(3)

C. Keterkaitan Aspek LOI dengan Panalaran Ilmiah dan Berpikir Kritis

Hasil analisis dan sintesis berbagai sumber data yang telah dilakukan oleh peneliti menunjukkan adanya suatu keterkaitan antara aspek levels of inquiry dan penalaran ilmiah serta berpikir kritis. Levels of inquiry dapat melatihkan pengembangan kemampuan intelektual dan berpikir (Wenning, 2011, hlm. 17). Selain itu, levels of inquiry dapat melatihkan intellectual process skills yang dalam setiap tahapan levels of inquiry yang memiliki keterkaitan dengan setiap aspek penalaran ilmiah dan berpikir kritis. Untuk melihat keterkaitan tersebut maka disajikan Tabel 3.1:

Tabel 3.1 Matriks keterkaitan aspek LOI dengan penalaran ilmiah dan berpikir kritis

Levels of inquiry

Deskripsi Kegiatan

Siswa Aspek Penalaran Ilmiah

Aspek Berpikir Kritis Discovery Learning Siswa mengembangkan konsep berdasarkan pengalaman langsung Penalaran konservasi: 1) Melakukan pengamatan, 2) Memahami konsep

Melakukan klarifikasi dasar dari masalah

Interactive Demonstration

Siswa terlibat dalam penjelasan dan pembuatan prediksi

Penalaran Proporsional: 1) Memahami

sistem-sistem fisik kompleks yang mengandung banyak faktor 2) menaksir suatu

populasi yang tidak diketahui

Mengumpulkan informasi dasar

Inquiry Lesson Siswa

mengidentifikasi prinsip-prinsip

Pengontrolan variabel: menetapkan dan mengontrol variabel– variabel tertentu dari satu masalah.


(4)

Levels of inquiry

Deskripsi Kegiatan

Siswa Aspek Penalaran Ilmiah

Aspek Berpikir Kritis

ilmiah dan atau hubungan

Penalaran probabilistik : menggunakan informasi untuk memutuskan

kesimpulan perkembangan ide peluang.

Inquiry Lab Siswa menetapkan hukum empiris berdasarkan

pengukuran variabel

Penalaran korelasional : 1) menentukan kuatnya

hubungan timbal balik antara variabel.

2) mengidentifikasikan apakah terdapat hubungan antara variabel yang ditinjau dengan variabel lainnya. melibatkan pengidentifikasian dan verifikasi hubungan antar variabel. Penalaran kombinatorial: mempertimbangkan seluruh alternative yang mungkin ada pada suatu situasi memecahkan suatu permasalahan

menggunakan seluruh kombinasi/faktor yang mungkin ada kaitannya dengan masalah tersebut.

Melakukan klarifikasi lanjut

Mencapai kesimpulan terbaikss

D. Instrumen Penelitian 1. Jenis-Jenis Instrumen


(5)

Dalam penelitian ini data dijaring/dikumpulkan melalui beberapa instrumen yang telah disiapkan peneliti. Data yang utama adalah instrumen terstandar yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya. Dengan instrumen ini akan diperoleh data kuantitatif mengenai skor siswa. Untuk melengkapi data kuantitatf tersebut agar lebih luas, mendalam dan bermakna, maka peneliti melakukan pengumpulam data kualitatif. Data kualitatif yang dikumpulkan terkait dengan pengembangan penalaran ilmiah dan berpikir kritis siswa dengan dokumentasi pembelajaran dengan rekaman video, serta angket guru dan siswa. Secara ringkas, instrumen penelitian dapat dilihat pada Tabel 3.2.

Tabel 3.2 Instrumen penelitian

No. Data Jenis Data Sumber Data Instrumen

1. Kemampuan Penalaran Ilmiah

Hasil kemampuan penalaran ilmiah

Siswa Modified Lawson’s Classrom

Test of Scientific Reasoning

(Soal Tes terstandar yang memuat kemampuan penalaran ilmiah)

2. Kemampuan Berpikir Kritis

Hasil kemampuan berpikir kritis

Siswa Cornell Critical Thinking Test level X (Soal tes terstandar yang memuat kemampuan berpikir kritis)

3. Respon Guru dan Siswa

Respon guru dan siswa terhadap pembelajaran

levels of inquiry

Guru dan Siswa

Angket respon guru dan siswa

4. Keterlaksanaan pembelajaran

Keterlaksanaan pembelajaran

levels of inquiry

Guru dan siswa

Lembar Observasi

keterlaksanaan pembelajaran 5. Perkembangan

Penalaran Ilmiah dan Berpikir Kritis Dokumentasi selama pembelajaran

Levels of inquiry

Guru dan Siswa

Transkrip video

Hasil Lembar kerja Siswa

Siswa Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa


(6)

Untuk lebih jelasnya, berikut penjelasan mengenai instrumen yang digunakan dalam penelitian:

a. Soal Pilihan Ganda

Dalam penelitian ini, jenis instrumen yang digunakan adalah tes tertulis berupa pilihan ganda. Tes ini terdiri dari soal penalaran ilmiah dan soal keterampilan berpikir kritis. Soal pilihan ganda ini digunakan untuk mengetahui kemampuan penalaran ilmiah dan berpikir kritis siswa sebelum dan sesudah penelitian. Berikut ini penjelasan dari masing-masing instrumen tersebut:

1) Soal penalaran Ilmiah

Instrumen tes yang digunakan untuk mengetahui penalaran ilmiah berupa soal pilihan ganda beralasan. Kemampuan penalaran siswa diukur mengunakan Modified Lawson Classroom Test of Scientific reasoning (MLCTSR). MLCTSR merupakan tes yang dikembangkan berdasarkan tes penalaran ilmiah dari Lawson’s Classroom Test of Scientific Reasoning (LCTSR) tahun 2000. Pada LCTSR terdapat 24 soal pilihan ganda dua tingkat. Peneliti memodifikasinya sesuai dengan konten yang berbasis konsep IPA yaitu gerak yang disesuaikan dengan kerangka penilaian LCTSR. Namun, peneliti hanya membuat 12 soal yang sesuai dengan indikator LCTSR dikarenakan hasil diskusi dengan guru kelas yang melakukan pengajaran dan meminta untuk memangkas 24 soal menjadi 12 soal tanpa menghilangkan aspek penalaran ilmiah yang seharusnya. (Lampiran 2.1). Tes ini dilakukan dua kali yaitu saat pretest dan posttest. Adapun distribusi soal pada setiap aspek yang digunakan berdasarkan hasil pengembangan instrumen dapat dilihat pada Tabel 3.3:

Tabel 3.3 Distribusi Soal pada Setiap Aspek

Aspek Penalaran Ilmiah No. Soal

Conservation of matter and volume 1,2

Proportional reasoning 3,4


(7)

Probability Reasoning 7,8

Deductive reasoning 9,10

Hypothetical Deductive Reasoning 11,12

2) Soal keterampilan berpikir kritis

Instrumen tes lainnya yang digunakan adalah soal keterampilan berpikir kritis yang berupa pilihan ganda. Soal keterampilan berfikir kritis ini diadaptasi dari tes standar keterampilan berpikir kritis, yaitu Cornell Critical Thinking Skills Test. Tes standar ini merupakan karya Ennis yang merupakan tokoh acuan utama peneliti mengenai berpikir kritis. Setiap soal dari tes ini menguji aspek-aspek berpikir kritis yaitu kemampuan menginduksi, mengobservasi dan kredibilitas suatu sumber, mendeduksi dan mengidentifikasi asumsi.

Terdapat dua tes standar berpikir kritis yang dibedakan berdasarkan levelnya, yaitu

Cornell critical thinking test level X dan Cornell critical thinking test level Z. Level X diperuntukkan bagi siswa tingkat 4-14, sedangkan level Z diperuntukkan bagi mahasiswa dan umum. Nugraha (2011) menyatakan bahwa informasi tingkat 4-14 merupakan tingkatan pendidikan yang berlaku di Amerika, jika direntangkan dari umur, siswa tingkat 4-14 setara dengan siswa yang berumur 10-20 tahun, seperti yang dikatakan Ennis melalui pesan elektroniknya (email, rhennis@illinois.com): “The average of student in grade 14 is about 20 years.

Berdasarkan informasi tersebut, maka dalam penelitian ini digunakan Cornell critical thinking test level X, mengingat rata-rata umur siswa SMP di Indonesia 13 – 15 tahun. Dan sampel penelitian yang digunakan memiliki rata-rata umur 13 tahun. Tes ini terdiri atas 76 soal dengan rincian pada table 3.4..

Tabel 3.4 Rincian instrumen keterampilan berpikir kritis Cornellcritical thinking test level X


(8)

No. Aspek kemampuan berpikir

kritis yang diuji Nomor Soal Jumlah Soal

1 Induksi 3 – 25, 48, 50 25

2 Deduksi 52 – 65, 67 – 76 24

3 Observasi dan kredibilitas 27 – 50 24

4 Mengidentifikasi asumsi 67 – 76 10

Berdasarkan Tabel 3.4, terdapat soal yang sama untuk mengukur kemampuan yang berbeda, terdapat nomor soal yang tidak ada dengan jumlah soal 76. Namun, sebenarnya yang dijadikan sebagai soal adalah 71 karena nomor soal 1, 2, 26, 51, dan 66 merupakan contoh soal untuk memberikan gambaran kepada subjek tes tentang cara mengisi tes sehingga tidak terdapat penilaian pada soal tersebut.

Instrumen Cornell critical thinking test level X yang asli adalah bahasa Inngris, sehingga perlu dialih bahasakan ke dalam bahasa Indonesia agar dapat digunakan dalam penelitian ini. Oleh karena itu, diperlukan judgment dari ahli untuk menilai keterbacaan soal setelah diterjemahkan. Selain itu pula, peneliti memilih menyesuaikan pengalihbahasaan dengan berdiskusi kepada salah satu dosen di lingkungan UPI yang memiliki instrumen asli Cornellcritical thinking test level X (Lampiran 2.2)

b. Lembar Observasi keterlaksanaan levels of inquiry

Lembar observasi keterlaksanaan ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana keterlaksanaan levels of inquiry yang dilakukan oleh guru dan siswa selama pembelajaran berlangsung. Kegiatan pembelajaran yang diamati mulai dari tahap

discovery learning hingga inquiry lab. Lembar keterlaksanaan levels of inquiry pada penelitian ini menggunakan metode checklist () pada dengan skala Guttman (ya-tidak). Jika kegiatan yang tercantum pada lembar observasi terlaksana dalam penerapan

levels of inquiry maka observer memberikan tanda checklist () pada kolom ya dengan skor satu dan kolom tidak dengan skor nol. (Lampiran 2.7)


(9)

c. Transkrip video penerapan levels of inquiry

Transkrip video pembelajaran merupakan enkripsi dialog-dialog yang terjadi selama proses pembelajaran dengan menggunakan model levels of inquiry yang terekam dengan menggunakan video pembelajaran. Transkrip video ini berisi tentang gambaran interaksi siswa dan guru selama pembelajaran. Melalui transkrip video ini, peneliti dapat mengambil hal penting yang kemudian dapat dianalisis untuk mengetahui kualitas keterlaksanaan levels of inquiry. Selain itu hasil transkrip dapat digunakan untuk mendukung, memperkuat serta mempertajam hasil dan analisis. Tujuan utama adanya trasnkrip video ini adalah mengetahui perkembangan penalaran ilmiah dan berpikir kritis yang diterapkan pada setiap pertemuan, sehingga dapat terlihat jelas aktifitas siswa yang menjadi salah satu indikator adanya perkembangan tersebut.

d. Rubrik Penilaian Lembar kegiatan siswa (LKS)

Rubrik Penilaian Lembar Kerja Siswa (LKS) digunakan untuk memberi panduan pemberian skor LKS. LKS merupakan lembaran tugas yang harus diselesaikan oleh siswa serta digunakan sebagai panduan bagi siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. LKS berisi tentang gambaran aktivitas siswa dari setiap tahapan levels of inquiry. LKS juga digunakan untuk menilai sejauh mana terlatihkannya aspek dalam penalaran ilmiah dan berpikir kritis selama pembelajaran dengan menggunakan levels of inquiry. Sehingga dapat dikatakan bahwa LKS memiliki dua fungsi yaitu sebagai alat bantu dalam kegiatan pembelajaran dan alat untuk menilai pencapaian penalaran ilmiah dan berpikir kritis siswa. LKS menjadi indikator utama adanya perkembangan penalaran ilmiah, karena LKS mampu memberikan gambaran kemampuan setiap aspek penalaran ilmiah dan berpikir kritis dengan dilatihkannya levels of inqury untuk setiap pertemuan selama penelitian. Rubrik penilaian LKS ini dapat dilihat pada Lampiran 1.4.


(10)

e. Angket respon siswa dan guru

Angket merupakan instrumen yang berisi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Format angket yang digunakan adalah bentuk

pernyataan yang harus dijawab dengan “ya” dan “tidak” disertai dengan alasan jawaban

responden, dalam hal ini yaitu siswa. Dalam penelitian ini, terdapat dua angket yang digunakan yaitu angket respon siswa terhadap pelajaran IPA dan angket respon siswa terhadap model levels of inquiry.

2. Uji Coba Instrumen Penelitian

Dalam penelitian ini, semua soal penalaran illmiah dan berpikir kritis yang digunakan berasal dari tes yang terstandar, sehingga dalam pengadaptasiannya harus diuji terlebih dahulu supaya diperoleh instrumen yang valid dan reliabel. Analisis uji instrumen penelitian mencakup uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda.Uji instrumen penelitian menggunakan anates v4. Arif (2014) menyatakan bahwa anates merupakan program aplikasi yang dikembangkan oleh Karno dan Yusuf mampu menghitung analisis butir soal secara cepat,mudah dan akurat, apalagi aplikasi ini berbahasa indonesia.Anates mampu menampilkan bebrapa fitur dan perhitungan diantaranya: skor data dibobot, reabilitas tes, kelompok atas dan kelompok bawah, daya pembeda, tingkat kesukaran, korelasi skor butir dengan skor total dan kualitas pengecoh.

3. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian

Instrumen yang diuji coba adalah tes penalaran ilmiah. Hasil uji coba tes ini diolah menggunakan anates. Dari 12 soal yang digunakan, bobot skor yang benar adalah 1 dan bobot skor yang salah adalah 0, rata-rata skor siswa adalah 6,00 dengan simpangan baku sebesar 1,89 . Korelasi XY adalah 0.60 dan reliabilitas tes sebesar 0,75. Instrumen yang digunakan untuk mengetahui penalaran ilmiah siswa merupakan


(11)

tes penalaran ilmiah yang dibuat oleh peneliti dengan pokok bahasan gerak lurus yang terdiri dari 12 soal pilihan ganda tingkat dua, merujuk pada soal tes standar scientific reasoning yang dibuat oleh Anton E. Lawson. Modifikasi yang dilakukan oleh peneliti disesuaiakan dengan kurikulum KTSP yang berlaku di lokasi penelitian. Untuk mengetahui kualitas pengukuran penalaran ilmiah, dibutuhkan instrument yang layak baik dari segi validitas maupun reliabilitas. Berdasarkan hasil modifikasi instrument, dapat diketahui bahwa soal yang dibuat oleh peneliti memiliki rentang validitas 0,5< val <1, yaitu 0,60

Instrumen penalaran ilmiah yang digunakan memiliki nilai reliabilitas sebesar 0,75 dengan kategori tinggi . Nilai reliabilitas tersebut kemudian dibandingkan dengan nilai reliabilitas tes terstandar yang memiliki tingkat konsistensi sebesar 0,76. Maka dapat diketahui bahwa instrumen penalaran ilmiah yang dimodifikasi oleh peneliti layak digunakan dalam penelitian untuk mengukur penalaran ilmiah. Analisis hasil uji coba tes penalaran ilmiah ini dapat dilihat secara lengkap pada Lampiran 3.7

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian yang dilakukan mengikuti alur yang dapat dilihat pada diagram alur penelitian (Gambar 3.1). Berdasarkan diagram tersebut, pada dasarnya penelitian ini dilakukan melalui tiga tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, dan tahap akhir.

1. Tahap Perencanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap perencanaan antara lain:

a. Studi pendahuluan, berupa studi literatur terhadap jurnal nasional dan internasional, serta laporan penelitian mengenai model levels of inquiry, penalarn ilmiah dan berpikir kritis, menganalisis kurikulum KTSP pelajaran IPA tahun ajaran 2014/2015, dan materi pelajaran IPA SMP kelas VII.


(12)

c. Menghubungi pihak sekolah untuk perijinan akan diadakannya penelitian di sekolah tersebut.

d. Menghubungi guru IPA.

e. Mengadakan observasi ke sekolah dan berkonsultasi dengan guru mata pelajaran IPA kelas VII mengenai keadaan siswa, hasil belajar IPA siswa, materi pelajaran yang akan diteliti, waktu penelitian dan subjek yang akan digunakan untuk penelitian.

f. Melakukan diskusi dengan guru IPA mengenai jenis penelitian yang dilakukan yaitu deskriptif kuantitatif, dimana guru kelas langsung yang akan mengajarkan

levels of inquiry sebelum perlakuan sehingga tidak ada perlakuan dari peneliti. g. Menyusun perangkat pembelaran untuk tiap kali pertemuan, untuk perlakuan. h. Membuat dan menyusun instrumen penelitian (menerjemahkan instrumen berpikir

kritis, memodifikasi instrumen panalaran ilmiah dan, lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran LOI, angket, wawancara, format trasnkrip dokumentasi pembelajaran, RPP dan LKS. .

i. Mengkonsultasikan instrumen dengan pembimbing.

j. Melakukan diskusi mengenai keabsahan instrumen berpikir kritis kepada pengguna hak pakai instrumen tersebut, kemudian diperiksa kesesuain pengalih bahasaannya oleh ahli bahasa.

k. Melakukan uji coba instrumen penelitian

l. Menganalisis hasil uji coba instrument tes penelitian (analisis validitas, realiabilitas).

m. Meminta izin kepada sekolah sehubungan dengan penelitian yang diadakan. n. Menghubungi guru dan berdiskusi dengan guru secara lebih lanjut untuk sebelum

melakukan pembelajaran model levels of inquiry di kelas.

o. Melakukan observasi pada pembelajaran levels of inquiry selama tiga kali pertemuan oleh guru kelasnya sebelum melakukan perlakuan.


(13)

2. Tahap Pelaksanaan

Beberapa kegiatan yang dilakukan pada tahap pelaksanaan antara lain:

a. Melakukan Pretest di kelas pada pertemuan pertama (3x40 menit) untuk mengetahui kemampuan awal yang dimiliki siswa. Pretest dilaksanakan pada hari selasa, tanggal 14 April 2015.

b. Mengambil data penelitian pada pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan oleh guru kelas dengan topik gerak. Kelas VII C yang menjadi sampel penelitian

memiliki jadwal pelajaran IPA pada hari selasa dan jum’at. Perlakuan pertama pada hari jumat, 17 April 2015. Pembentukan kelompok di laksanakan oleh guru secara acak dan siswa dibentuk menjadi lima kelompok. Selama perlakuan, observasi dilakukan oleh lima orang, yaitu satu orang sebagai peneliti itu sendiri untuk mengamati aktivitas siswa selama kegiatan pembelajaran dan mengamati keterlaksanaan penggunakan model levels of inquiry dan keempat orang lainnya mengamati aktivitas siswa untuk setiap kelompok. Jadi setiap kelompok diamati oleh seorang observer. Selama pelaksanaan pembelajaran, peneliti menilai setiap kegiatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran, dari segi keterlaksanaan model levels of inquiry, aktivitas dan sikap siswa yang diobservasi dengan menggunakan rekaman video dan rubrik LKS dari masing-masing siswa diobservasi untuk mengetahui pengembangan penalaran dan berpikir ilmiah dari setiap pertemuan. Peneliti benar-benar mengobservasi dan menggambarkan semua proses yang terjadi dari perlakuan awal sampai perlakuan akhir.

c. Melakukan Posttest di kelas untuk mengetahui pengembangan penalaran ilmiah dan berpikir kritis siswa, yaitu pada hari Selasa 12 Mei 2015. Dihari yang sama dilakukan wawancara dan memberikan angket respon siswa terhadap proses pembelajaran levels of inquiry.

3. Tahap Akhir


(14)

Novia, 2016

PENGEMBANGAN PENALARAN ILMIAH DAN KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMP PADA PEMBELAJARAN IPA TERPADU DENGAN MENGGUNAKAN MODEL LEVELS OF INQUIRY Universitas

a. Mengumpulkan data hasil penelitian berupa hasil pretest dan posttest, hasil penilaian keterlaksanaan kegiatan guru dan siswa, LKS, transkrip video dan hasil wawancara.

b. Mengolah dan analisis data hasil penelitian. c. Membahas hasil temuan penelitian.

d. Menarik kesimpulan dan memberikan rekomendasi berdasarkan hasil penelitian mengenai aspek-aspek yang kurang memadai.

Secara garis besar, tahapan prosedur penelitian ini dapat dilihat secara lebih ringkas pada Gambar 3.2.

Merumuskan pelaksanaan model levels of inquiry

Validasi, Uji coba dan Revisi Instrumen

Pre-test Studi Pendahuluan

Kajian Standar Isi mata pelajaran IPA

SMP

Studi Penalaran Ilmiah dan berpikir

kritis

Studi Model levels of inquiry

Analisis Konsep dan Bahan Ajar

Analisis Indikator penalaran ilmiah dan

berpikir kritis

Analisis Kegiatan model

levels of inquiry

Perlakuan

 Observasi Penalaran ilmiah dan berpikir kritis

 Observasi Aktivitas guru RPP, LKS

Tes Standar

Observasi,Unjuk Kerja dan


(15)

F. Analisis Data

Data – data yang telah dikumpulkan dan kemudian diolah untuk diinterpretasikan agar menjadi informasi yang penting untuk penelitian ini diantaranya adalah : data nilai tes (penalaran ilmiah dan berpikir kritis siswa), data hasil observasi keterlaksanaan model levels of inquiry, data angket siswa, data hasil wawancara dan transkrip video pembelajaran. Data-data tersebut diolah dengan teknik yang berbeda-beda, berikut penjelasannya:

1. Data Skor Tes

Terdapat dua jenis tes, yaitu skor penalaran ilmiah dan berpikir kritis siswa. Berikut pengolahan terhadap masing-masing data:

a. Pengolahan data hasil tes penalaran ilmiah

Data hasil tes penalaran ilmiah diolah untuk mendapatkan informasi tentang: 1) Keadaan awal penalaran ilmiah sebelum implementasi model levels of inquiry dan

keadaan akhir setelah implementasi model levels of inquiry.

2) Peningkatan penalaran ilmiah.

3) Gambaran perkembangan penalaran ilmiah setiap sub pertemuan yang akan dibagi menjadi 3, yaitu perkembangan penalaran ilmiah secara keseluruhan, setiap aspek penalaran ilmiah, dan penalaran ilmiah sub materi pokok.

Rekaman setiap siswa setiap

pertemuan


(16)

Untuk mendapatkan informasi di atas, akan dipaparkan proses pengolahan data sebagai berikut:

1) Memberi skor pretest dan posttest

Sebelum dilakukan pengolahan data, semua jawaban pretest dan posttest

diperiksa dan di beri skor terlebih dahulu. Penskoran dilakukan dengan metode

Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu (+1) dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol (0). Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar.

Untuk penentuan pola jawaban siswa, pemberian skor pada tes penalaran ilmiah berdasarkan penskoran tes yang dibuat oleh Lawson yaitu dengan cara the pair-scoring schema. Pada penskoran ini jika siswa menjawab benar antara konten dan alasan diberikan skor 1. Pemberian skor tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mampu menjawab benar antara konten dan alasan, maka siswa dianggap mampu menyelesaikan soal dengan baik. Jika terdapat kesalahan pada jawaban yang diberikan baik pada konten ataupun alasan maka diberikan skor 0 dan siswa dianggap belum mampu untuk menyelesaikan masalah.Berdasarkan penskoran yang digunakan, maka jawaban siswa dapat membentuk pola. Terdapat empat pola yang ada, yaitu pola 1,1; 1,0; 0,1 dan 0,0.

2) Menghitung skor gain

Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Secara matematis dituliskan sebagi berikut :

G = Sf – Si . . . . (3.1) Keterangan :

G = gain

Sf = skor tes akhir


(17)

3) Menghitung gain normal (N-gain)

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh, secara matematis dituliskan sebagai berikut:

% 100

   

pre maks

pre post

S S

S S

g . . . ( 3.2)

dengan :

Spost : Skor tes akhir Spre : Skor tes awal Smaks : Skor maksimum

Tabel 3.5Kriteria Tingkat N-gain

Tingkat N-gain Kriteria

g > 0,70 0,30% ≤ g ≤ 0,70%

g < 0,30%

Tinggi Sedang Rendah

b. Pengolahan data hasil tes berpikir kritis siswa

Data hasil tes keterampilan berpikir kritis akan diolah untuk mengetahui tiga informasi, yaitu: 1). profil keterampilan berpikir kritis siswa, 2) profil keterampilan berpikir kritis setiap aspek, 3) Perkembangan keterampilan berpikir kritis. Sebelum melakukan ketiga pengolahan data tersebut, hasil tes di beri penskoran terlebih dahulu.

1) Memberi skor pretest dan posttest

a) Penskoran tes menggunakan rumus R-W/2

Penskoran tes mengikuti rumus R – W/2, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan R.H.Ennis (2005) dalam buku manual mengenai tes standar yang dipakai


(18)

dalam penelitian ini: The recommended formula, which includes a correction for guessing, is RW/2 (rights minus ½ wrongs), count up the right answers, count up the wrong answer, take half the number of wrong answer and subtract it from the number of right answer.

b) Profil keterampilan berpikir siswa

Profil keterampilan berpikir kritis merupakan informasi mengenai keadaan keterampilan berpikir kritis siswa. Untuk mengetahui tinggi, sedang, rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, tergantung dari hasil evaluasi yang diperoleh dari siswa, hal ini sesuai pula dengan apa yang dikatakan R H.Ennis bahwa: The terms, expert, good, middle, and less, depends for their application on the situation and human being’s judgment as well as the scores. And there are no absolute standards. I could impose mine, but suggest instead that you take the test and see what you get. Expert and good are evaluative terms.

. Jadi, untuk mengetahui tinggi, sedang, rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, akan dilihat posisi siswa dalam kelompoknya yaitu

dengan cara:

a) Menjumlah skor semua siswa : skor = jawaban benar – (jawaban salah/2) b) Mencari nilai rata-rata/ dan simpangan baku/simpangan baku

c) Menentukan batas-batas kelompok, seperti pada Tabel 3.5 (Arikunto, 2005)

Tabel 3.6 Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis

Persentase Kemampuan

Skor ≤ Rata-rata – SD Rendah

Rata-rata –SD < Skor ≤ Rata-rata + SD Sedang

Skor > Rata-rata +SD Tinggi


(19)

X : Mean Variabel X SD : Simpangan baku

2) menghitung skor gain

Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :

G = Sf – Si . . . .(3.3) Keterangan :

G = gain

Sf = skor tes akhir

Si = skor tes awal

2. Data Observasi

Data observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi keterlaksanaan model levels of inquiry. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung keterlasanaan model levels of inquiry ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah checklist yang diisi oleh observer pada lembar keterlaksanaan model levels of inquiry

b.Menghitung persentase ketrelaksanaan model levels of inquiry pada setiap tahapannya, dengan menggunakan persamaan:

% � � �� = ℎ ℎ � � � � × % . . . .(3.5)

c. Menginterpretasikan keterlaksanaan model levels of inquiry yang ada pada setiap tahapannya dengan kriteria sebagai berikut:


(20)

% Kategori Keterlaksanaan Model Interpretasi

KM = 0 Tidak satupun kegiatan terlaksana

0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

25 < KM 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana

75 < KM <100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Lestari, 2014)

3. Data Wawancara

Pengolahan data wawancra dilakukan dengan melihat jawaban guru yang menjadi responden mengenai pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan dan kemudian dideskripsikan untuk mengetahui konsdisi siswa, sekolah, dan pembelajaran yang dilakukan. Data wawancara ini berupa rangkuman hasil wawancara.

4. Data Angket

Pengolahan data angket dilakukan dengan mengklasifikasikan tanggapan siswa

yang menjadi responden yaitu jawaban “ya” dan “tidak”. Jawaban tersebut dibuat

dalam bentuk persentase. Angket ini diberikan untuk mengetahui gambaran tanggapan siswa mengenai pembelajaran IPA dan model levels of inquiry. Persamaan untuk menghitung persentase tersebut yaitu:


(21)

(1)

Untuk mendapatkan informasi di atas, akan dipaparkan proses pengolahan data sebagai berikut:

1) Memberi skor pretest dan posttest

Sebelum dilakukan pengolahan data, semua jawaban pretest dan posttest

diperiksa dan di beri skor terlebih dahulu. Penskoran dilakukan dengan metode

Rights Only, yaitu jawaban benar diberi skor satu (+1) dan jawaban salah atau butir soal yang tidak dijawab diberi skor nol (0). Skor setiap siswa ditentukan dengan menghitung jumlah jawaban yang benar.

Untuk penentuan pola jawaban siswa, pemberian skor pada tes penalaran ilmiah berdasarkan penskoran tes yang dibuat oleh Lawson yaitu dengan cara the pair-scoring schema. Pada penskoran ini jika siswa menjawab benar antara konten dan alasan diberikan skor 1. Pemberian skor tersebut menunjukkan bahwa siswa yang mampu menjawab benar antara konten dan alasan, maka siswa dianggap mampu menyelesaikan soal dengan baik. Jika terdapat kesalahan pada jawaban yang diberikan baik pada konten ataupun alasan maka diberikan skor 0 dan siswa dianggap belum mampu untuk menyelesaikan masalah.Berdasarkan penskoran yang digunakan, maka jawaban siswa dapat membentuk pola. Terdapat empat pola yang ada, yaitu pola 1,1; 1,0; 0,1 dan 0,0.

2) Menghitung skor gain

Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Secara matematis dituliskan sebagi berikut :

G = Sf– Si . . . . (3.1) Keterangan :

G = gain

Sf = skor tes akhir


(2)

3) Menghitung gain normal (N-gain)

Gain yang dinormalisasi merupakan perbandingan antara skor gain yang diperoleh siswa dengan skor gain maksimum yang dapat diperoleh, secara matematis dituliskan sebagai berikut:

% 100     pre maks pre post S S S S

g . . . ( 3.2)

dengan :

Spost : Skor tes akhir

Spre : Skor tes awal

Smaks : Skor maksimum

Tabel 3.5 Kriteria Tingkat N-gain Tingkat N-gain Kriteria

g > 0,70 0,30% ≤ g ≤ 0,70%

g < 0,30%

Tinggi Sedang Rendah

b. Pengolahan data hasil tes berpikir kritis siswa

Data hasil tes keterampilan berpikir kritis akan diolah untuk mengetahui tiga informasi, yaitu: 1). profil keterampilan berpikir kritis siswa, 2) profil keterampilan berpikir kritis setiap aspek, 3) Perkembangan keterampilan berpikir kritis. Sebelum melakukan ketiga pengolahan data tersebut, hasil tes di beri penskoran terlebih dahulu.

1) Memberi skor pretest dan posttest

a) Penskoran tes menggunakan rumus R-W/2

Penskoran tes mengikuti rumus R – W/2, hal ini sesuai dengan apa yang dikatakan R.H.Ennis (2005) dalam buku manual mengenai tes standar yang dipakai


(3)

dalam penelitian ini: The recommended formula, which includes a correction for guessing, is RW/2 (rights minus ½ wrongs), count up the right answers, count up the wrong answer, take half the number of wrong answer and subtract it from the number of right answer.

b) Profil keterampilan berpikir siswa

Profil keterampilan berpikir kritis merupakan informasi mengenai keadaan keterampilan berpikir kritis siswa. Untuk mengetahui tinggi, sedang, rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, tergantung dari hasil evaluasi yang diperoleh dari siswa, hal ini sesuai pula dengan apa yang dikatakan R H.Ennis bahwa: The terms, expert, good, middle, and less, depends for their application on the

situation and human being’s judgment as well as the scores. And there are no absolute

standards. I could impose mine, but suggest instead that you take the test and see what you get. Expert and good are evaluative terms.

. Jadi, untuk mengetahui tinggi, sedang, rendahnya tingkat kemampuan berpikir kritis siswa, akan dilihat posisi siswa dalam kelompoknya yaitu

dengan cara:

a) Menjumlah skor semua siswa : skor = jawaban benar – (jawaban salah/2) b) Mencari nilai rata-rata/ dan simpangan baku/simpangan baku

c) Menentukan batas-batas kelompok, seperti pada Tabel 3.5 (Arikunto, 2005)

Tabel 3.6 Kriteria Kemampuan Berpikir Kritis

Persentase Kemampuan

Skor ≤ Rata-rata – SD Rendah

Rata-rata –SD < Skor ≤ Rata-rata + SD Sedang

Skor > Rata-rata +SD Tinggi


(4)

X : Mean Variabel X SD : Simpangan baku

2) menghitung skor gain

Skor gain diperoleh dari selisih skor tes awal dan tes akhir. Secara matematis dituliskan sebagai berikut :

G = Sf– Si . . . .(3.3) Keterangan :

G = gain

Sf = skor tes akhir

Si = skor tes awal

2. Data Observasi

Data observasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah observasi keterlaksanaan model levels of inquiry. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menghitung keterlasanaan model levels of inquiry ini diantaranya adalah sebagai berikut:

a. Menghitung jumlah checklist yang diisi oleh observer pada lembar keterlaksanaan model levels of inquiry

b.Menghitung persentase ketrelaksanaan model levels of inquiry pada setiap tahapannya, dengan menggunakan persamaan:

% � � �� = ℎ ℎ � � � � × % . . . .(3.5)

c. Menginterpretasikan keterlaksanaan model levels of inquiry yang ada pada setiap tahapannya dengan kriteria sebagai berikut:


(5)

% Kategori Keterlaksanaan Model Interpretasi

KM = 0 Tidak satupun kegiatan terlaksana

0 < KM < 25 Sebagian kecil kegiatan terlaksana

25 < KM 50 Hampir setengah kegiatan terlaksana

KM = 50 Setengah kegiatan terlaksana

50 < KM < 75 Sebagian besar kegiatan terlaksana 75 < KM <100 Hampir seluruh kegiatan terlaksana

KM = 100 Seluruh kegiatan terlaksana

(Lestari, 2014)

3. Data Wawancara

Pengolahan data wawancra dilakukan dengan melihat jawaban guru yang menjadi responden mengenai pertanyaan-pertanyaan yang telah diberikan dan kemudian dideskripsikan untuk mengetahui konsdisi siswa, sekolah, dan pembelajaran yang dilakukan. Data wawancara ini berupa rangkuman hasil wawancara.

4. Data Angket

Pengolahan data angket dilakukan dengan mengklasifikasikan tanggapan siswa

yang menjadi responden yaitu jawaban “ya” dan “tidak”. Jawaban tersebut dibuat

dalam bentuk persentase. Angket ini diberikan untuk mengetahui gambaran tanggapan siswa mengenai pembelajaran IPA dan model levels of inquiry. Persamaan untuk menghitung persentase tersebut yaitu:


(6)