EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS IX PADA MATA PELAJARAN QUR'AN HADITS DI MTS BUSTANUL ARIFIN MENGANTI GRESIK.

(1)

EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS IX PADA MATA PELAJARAN QUR’AN

HADITS DI MTs BUSTANUL ARIFIN MENGANTI GRESIK

SKRIPSI

Oleh:

KUNI ZAKIYAH NIM. D01212085

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

JANUARI 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

ABSTRAK

Kuni Zakiyah (D01212085), Efektivitas Pengelolaan Kelas Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa Kelas IX Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik. Program Studi Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya.

Keyword: Pengelolaan Kelas, Tingkat Pemahaman Siswa, Qur’an Hadits

Fokus penelitian dalam skripsi ini adalah Bagaimana pengelolaan kelas di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik, Bagaimana tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik dan bagaimana efektivitas pengelolaan kelas terhadap tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik

Pelaksanaan penelitian pada skripsi ini dalam pengumpulan data penulis menggunakan metode penelitian kuantitatif, sedangkan fokus penelitiannya adalah pengelolaan kelas dikelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits serta tingkat pemahaman peserta didik dikelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits.

Pengambilan data untuk variabel X (pengelolaan kelas) menggunakan angket dan untuk variabel Y (tingkat pemahaman siswa) menggunakan nilai ulangan harian siswa. Korelasi pearson yang peneliti gunakan untuk menghitung nilai korelasi serta dilanjutkan dengan regresi linier untuk mengetahui seberapa besar kontribusi yang diberikan variabel X terhadap variabel Y.

Berdasarkan dari hasil analisis data diperoleh bahwa pengelolaan kelas di MTs Bustanul Arifin khususnya di kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits bisa dikatakan baik dengan perolehan rata-rata sebesar 85%. Begitu pula dengan tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits sudah baik dengan perolehan rata-rata sebesar 83%. Dari kedua variabel tersebut diperoleh nilai korelasi sebesar 0,873. Perolehan tersebut dikategorikan sebagai hubungan positif signifikan dengan kategori positif kuat. Pengelolaan kelas dapat memberikan kontribusi atas tingkat pemahaman siswa sebesar 76%. Hal ini berarti kontribusi variabel X terhadap variabel Y tergolong cukup besar.


(6)

DAFTAR ISI

SAMPUL DALAM... i

PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI... ii

PENGESAHAN TIM PENGUJI SKRIPSI ... iii

MOTTO ... iv

PERSEMBAHAN ... v

ABSTRAK ... vii

KATA PENGANTAR... viii

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

PEDOMAN TRANSLITERAS... xvii

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah... 8

C.Tujuan Penelitian... 8

D.Kegunaan Penelitian ... 9

E. Penelitian Terdahulu ... 9

F. Hipotesis Penelitian ... 11

G.Ruang Lingkup Penelitian ... 12


(7)

I. Sistematika Pembahasan ... 15

BAB II LANDASAN TEORI A.Tinjauan Tentang Pengelolaan Kelas ... 17

1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Kelas ... 18

2. Pendekatan Pengelolaan Kelas ... 23

3. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas... 31

4. Konsep Tradisional dan Modern Pengelolaan Kelas... 36

5. Perencanaan Pengelolaan Kelas ... 37

6. Pengelolaan Kelas dalam Perspektif Islam ... 35

B. Tinjauan tenteng Pemahaman Siswa ... 41

1. Pengertian Pemahaman ... 41

2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemahaman ... 47

C. Pengelolaan Kelas Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa Pada Mata Pelajaran Qur’an Hadits ... 56

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A.Jenis Penelitian ... 59

B. Populasi dan Sampel ... 60

C.Jenis dan Sumber Data ... 63

D.Variabel dan Indikator ... 64

E. Metode dan Instrumen Pengumpulan Data ... 66


(8)

BAB IV LAPORAN HASIL PENEITIAN

A.Gambaran Umum Objek Penelitian ... 72

1. Sejarah Berdirinya MTs Bustanul Arifin ... 72

2. Letak Geografis MTs Bustanul Arifin ... 74

3. Visi dan Misi MTs Bustanul Arifin... 74

4. Struktur Organisasi MTs Bustanul Arifin ... 75

5. Keadaan Guru dan Karyawan MTs Bustanul Arifin ... 83

6. Keadaan Siswa MTs Bustanul Arifin... 86

7. Sarana dan Prasarana MTs Bustanul Arifin ... 87

8. Kurikulum MTs Bustanul Arifin ... 89

B. Deskripsi Data ... 89

1. Deskripsi Data Variabel X ... 94

2. Deskripsi Data Variabel Y ... 102

C.Analisis Data ... 108

1. Uji Validitas Data ... 108

2. Uji Reliabilitas Data ... 110

3. Uji Normalitas Data ... 112

4. Korelasi Pearson ... 114

5. Regresi Linier ... 120


(9)

BAB V PENUTUP

A.Kesimpulan ... 124 B. Saran ... 125

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

PERNYATAAN KEABSAHAN BIOGRAFI PENULIS


(10)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan suatu hal yang sangat penting di era globalisasi ini, karena pendidikan merupakan investasi setiap orang untuk masa depannya, selain itu juga merupakan investasi Negara dalam memajukan pendidikan di Indonesia. Pendidikan juga merupakan salah satu upaya untuk menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga dapat menghadapi tantangan dunia yang terus berkembang pesat.

Pada dasarnya arti dari pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan bagi dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.1

Jika pengertian pendidikan dalam arti sempit menyebutkan bahwa pendidikan hanya diterima dari manusia (pendidik) maka pendidikan dalam arti luas mengatakan bahwa pendidikan merupakan segala sesuatu yang diterima oleh seseorang dari berbagai aspek kehidupan, hal ini dimaksudkan

1


(11)

2

pendidikan diperoleh dari alam sekitar, pendidikan diperoleh dari tumbuhan dan lain sebagainya.2

Sama halnya dengan definisi pendidikan pada umumnya, pendidikan Islam juga merupakan usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang (pendidik) kepada orang lain (peserta didik) dalam menyampaikan berbagai inforamsi terkait ajaran Islam agar peserta didik tersebut dapat berkembang secara maksimal sesuai dengan ajaran Islam.3

Pendidikan sangat mempengaruhi kemajuan Negara Indonesia, hal ini telah tercantum dalam pembukaan UUD 1945 pada alinea ke empat sebagai berikut:

“kemudian dari pada itu untuk membentuk suatu pemetintah Negara Inodnesia yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial, maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar negara Indonesia yang terbentuk dalam suatu susuanan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan berdasarkan kepada : Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan serta dengan mewujudkan suatu keadilan

sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

2

Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan Islam, ( Bandung : PT Remaja Rosdakarya, 2013), h.34-35

3


(12)

3

Tujuan pendidikan dalam pembukaan UUD 1945 adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa, maka dari segi Islam tujuan pendidikan lebih di khususkan lagi, Muhammad Athiyah al-Abrasyi merumuskan tujuan pendidikan Islam bahwa pendidikan Islam adalah untuk membentuk akhlak mulia, persiapan untuk mencari rizki, menumbuhkan semangat ilmiah dan menyiapkan profesionalisme subjek didik.4

Lain halnya dengan Muhammad Athiyah al-Abrasyi, Abd ar-Rahman an-Nawawi berpendapat bahwa tujuan pendidikan Islam adalah mengembangkan pikiran manusia dan mengatur tingkah laku serta perasaan mereka berdasarkan Islam yang dalam proses akhirnya bertujuan untuk merealisasikan ketaatan dan penghambaan kepada Allah di dalam kehidupan manusia, baik individu maupun masyarakat.5

Jadi pada dasarnya pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh seorang pendidik dalam menyampaikan berbagai informasi baik itu tentang ajaran Islam maupun ilmu umumnya lainnya demi mengembangkan potensi yang dimiliki peserta didik secara maksimal.

Keberhasilan dari pendidikan sangat dipengaruhi dengan proses pembelajaran. Proses pembalajaran tersebut meliputi tentang bagaimana guru menyampaikan materi kepada siswa supaya siswa dapat memahami materi,

4

Roqib, Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di Sekolah, Keluarga dan Masyarakat, (Yogyakarta : LKiS, 2009), h.28

5


(13)

4

selain itu tentang bagaimana guru dalam mengola kelas dengan baik sehingga pembelajaran dapat berjalan secara efektif kondusif. Jika proses pembelajaran yang dilaksanakan di sekolah maupun diluar sekolah berjalan dengan baik maka pendidikan tersebut akan berlangsung dengan baik. Sehingga guru juga merupakan salah satu hal yang mempengaruhi proses pembelajaran.

Dalam Undang-undang No. 2 Tahun 1989 mengenai sistem pendidikan Nasional mengemukakan bahwa guru adalah pembimbing, pengajar dan pelatih. Dan tugas guru bukan hanya mengajar saja melainkan juga meliputi tugas personal, tugas sosial dan tugas professional.6 Menjadi seorang guru bukan hanya bertugas didalam kelas menyampaikan materi lalu pergi tanpa menanamkan pemahaman kepada siswa. Karena hal seperti itu dapat dilakukan oleh siapa saja. Guru dituntut untuk dapat meningkatkan pemahaman siswa terhadap informasi-informasi yang disampaikan. Pemahaman yang dimaksud bukan hanya sekedar mengerti melainkan siswa dapat mengamalkan dalam kehidupan sehari-harinya.

Salah satu prototype guru adalah guru yang professional, definisi guru profesional adalah kemampuan seorang guru untuk melaksanakan tugas pokoknya sebagai seorang pendidik dan pengajar yang meliputi kemampuan dalam merencanakan, menjalankan, dan mengevaluasi hasil pembelajaran. Prinsipnya adalah setiap guru harus dilatih secara periodik di dalam

6

Piet. A. Sahertian, Profil Pendidik Profesional,(Yogyakarta : ANDI OFFSET, 1994), h.8


(14)

5

menjalankan tugasnya. Apabila jumlah guru sangat banyak, maka seorang kepala sekolah bisa meminta wakilnya atau guru senior untuk membantu melakukan supervisi.7

Arti sederhana dari kata professional adalah menjadi sosok yang ahli dalam bidangnya. Karena apabila suatu pekerjaan tersebut dilakukan sesuai dengan ahlinya maka pekerjaan tersebut akan membuahkan hasil yang maksimal.8 Begitupun juga dengan guru yang professional, jika seorang guru telah ahli dalam bidangnya dengan cara menguasai materi secara mendalam maka proses pembelajaran tersebut akan berjalan dengan optimal. Tetapi bukan hanya perihal guru mengusai materi, guru professional merupakan guru yang dapat menghadapi berbagai masalah dan menyelesaikan masalah yang terjadi didalam kelas dengan baik. Oleh karena itu erat kaitannya antara guru professional dengan guru yang pandai mengola kelas.

Menejemen kelas atau mengola kelas merupakan segala usaha yang dilakukan untuk menciptakan suasana belajar mengajar yang efektif, menyenangkan, serta dapat memotivasi siswa untuk belajar dengan baik sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini guru bertugas untuk menciptakan, memperbaiki dan memlihara sistem atau organisasi kelas yang baik. Selain itu agar guru dapat menciptakan iklim pembelajaran yang

7

Lihat dihttp://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/definisi-guru-profesional.html. diakses pada 3 April 2015

8

Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, (Jogjakarta : DIVA Press, 2011), h.102


(15)

6

kondusif pengelolaan kelas juga dimaksudkan agar guru siap dalam menghadapi serta menyelesaikan masalah yang mungkin akan terjadi.9

Beberapa hal jika guru dikatakan berhasil dalam mengola kelas adalah apabila dalam proses belajar mengajar berlangsung siswa tidak merasa bosan dan menjenuhkan melainkan siswa senang dan enjoy dalam mengikuti pelajaran tersebut. Keadaan fisik kelas lah yang akan mempengaruhi motivasi belajar siswa, apabila kelas dalam keadaan rapih dan bersih maka siswa akan merasa nyaman selama mengikuti pelajaran. Selain dari segi fisik, hal yang tak kalah pentingnya bagi guru dalam mengola kelas adalah strategi dan metode yang dipilih yang sesuai dengan materi pelajaran serta media yang digunakan.

Seringkali metode yang digunakan oleh guru Agama terutama pada mata pelajaran Qur’an Hadits adalah metode drill dan menghafal. Dari beberapa analisa terkait hal itu, siswa sering merasa bosan mengikuti pelajaran Agama karena metode yang digunakan tidak bervariasi atau bisa dikatakan monoton. Siswa yang bosan dalam mengikuti pelajaran maka dia tidak akan fokus menerima materi tersebut dan sudah dapat dipastikan materi itu hanya menjadi angan dan akan hilang ketika mata pelajaran selesai diajarkan.

9


(16)

7

Apabila guru mampu mengola kelas dengan baik maka proses belajar mengajar pun akan berjalan dengan baik, suasana belajar jadi lebih efektif, menyenangkan dan kondusif sehingga siswa dapat mengikuti pelajaran dengan asyik dan siswa akan lebih mudah untuk menerima, mamahami dan menerapkan materi pelajaran tersebut. Oleh karena itu guru diwajibkan untuk menguasai tentang bagaimana mengola kelas dengan baik, terutama guru agama yang seringkali dianggap sebagai guru yang membosankan ketika sedang mengajar.

Dari informasi yang penulis dapatkan bahwa peserta didik MTs Butanul Arifin khususnya pada kelas IX sangat senang mengikuti pelajaran agama terlebih pada mata pelajaran Qur’an Hadits. Menurut mereka, guru yang mengajar pelajaran tersebut mampu membuat peserta didik menjadi semangat dan terus termotivasi dalam belajar.

Dari uraian diatas penulis tertarik dan termotivasi untuk melakukan penelitian tentang hubungan mengola kelas secara efektif dengan tingkat pemahaman siswa yang tertuang dalam judul “EFEKTIVITAS PENGELOLAAN KELAS TERHADAP TINGKAT PEMAHAMAN SISWA KELAS IX PADA MATA PELAJARAN QUR’AN HADITS DI MTs BUSTANUL ARIFIN MENGANTI GRESIK”.


(17)

8

B. Rumusan Masalah

Dari paparan latar belakang diatas, dapat ditentukan beberapa rumusan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengelolaan kelas di kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik ?

2. Bagaimana tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik ?

3. Bagaimana efektifitas pengelolaan kelas terhadap tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik ?

C. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas maka dapat diambil beberapa tujuan dari penelitian ini sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui pengelolaan kelas di kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik

2. Untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik


(18)

9

3. Untuk mengetahui efektifitas pengelolaan kelas terhadap tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik

D. Kegunaan Penelitian

1. Memberikan masukan kepada pihak sekolah dan guru-guru khususnya guru Qur’an hadits, guru-guru lainnya serta para calon guru tentang pentingnya manajemen kelas dengan baik.

2. Memberikan pemahaman dan pengetahuan tentang manajemen kelas serta memperkaya wawasan dan keilmuan tentang manajemen kelas khususnya bagi penulis dan umumnya bagi para pembaca.

3. Memperkaya wawasan dan keilmuan pada bidang mata pelajaran pendidikan agama Islam khususnya pada mata pelajaran Qur’an Hadits.

E. Penelitian Terdahulu

Dari penelitian terdahulu yang relevan dan terkait dengan penelitian ini, peneliti mengambil penelitian yang dilakukan Mohamad Amirudi yang berjudul “Implementasi Pengelolan Kelas Efektif dalam Meningkatkan Mutu Pembelajaran di MA Unggulan Amanatul Ummah Surabaya”.

Rumusan masalah dalam penelitian tersebut adalah (1) Bagaimana pengelolaan kelas efektif di MA Unggulan Pondok Pesantren Amanatul


(19)

10

Ummah Siwalan Kerto Surabaya, (2) Bagaimana upaya meningkatkan mutu pembelajaran di MA Unggulan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Siwalan Kerto Surabaya, (3) Bagaimana implementasi pengelolaan kelas efektif dalam upaya meningkatkan mutu pembelajaran di MA Unggulan Pondok Pesantren Amanatul Ummah Siwalan Kerto Surabaya.

Dalam menjawab rumusan masalah tersebut peneliti dalam penelitian terdahulu menggunakan pendeketan kualitatif dengan menggunakan metode penelitian deskriptif. Peneliti memperoleh data dengan cara observasi, wawancara, dokumentasi serta melalui pengamatan secara langsung dengan ikut serta dalam proses pembelajaran. Meneliti bagimana guru dalam mengola kelas dengan baik sehingga bisa menghasilkan peserta didik yang pandai, cerdas serta dapat mengamalkan hasil belajar yang telah diperoleh.

Hasil dari penelitian tersebut mengenai pengelolaan kelas yang ada di MA Unggulan Amanatul Ummah sudah sangat bagus dan dapat meningkatkan mutu pembelajaran yang ada. Hal itu terbukti dengan pengamatan yang penulis lakukan bahwa dalam pembelajaran yang dilaksanakan siswa cukup antusias dalam mengikutinya, penanganan siswa, kondisi yang menyenangkan, aktifnya siswa dalam mengikuti proses pembelajaran, serta kreatifitas guru dalam menciptakan konisi yang optimal dalam pembelajaran. Serta terbukti dengan prestasi yang diraih oleh para


(20)

11

siswanya, dan lulusannya yang masuk dalam perguruan tinggi negeri. Tentuanya itu adalah hasil dari sebuah proses pembelajaran yang berkualitas.

Adapun persamaan mendasar penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah tentang pengelolaan kelas yang baik. Jika dalam penelitian terdahulu pengelolaan kelas dikaitkan dengan mutu pembelajaran, lain halnya dengan penelitian ini yang mengaitkan pengelolaan kelas dengan tingkat pemahaman siswa khususnya pada mata pelajaran Qur’an Hadits. Perbedaan yang mencolok antara penelitian ini dengan penelitian terdahulu adalah dari pendekatan penelitian yang digunakan. Penelitian terdahulu menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode penelitian deskriptif sedangkan penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yang menggunakan statistika dalam menentukan hasil dari penelitian.

F. Hipotesis Penelitian

Hipotesis secara bahasa (etimologi) berasal dari bahasa Yunani, “hipo” artinya di bawah, “tesa” artinya kebenaran. Jadi hipotesis yang dimaksud adalah suatu kesimpulan yang masih kurang atau kesimpulan yang masih belum sempurna sehingga perlu adanya penyempurnaan dengan melakukan serta membuktikan kebenaran hipotesis tersebut melalui suatu penelitian dilapangan.10

10


(21)

12

Dalam merumuskan hipotesis terdapat dua macam hipotesis yang harus dirumusakan yaitu hipotesis Nihil (Ho) yaitu hipotesis yang kemungkinan besar untuk ditolak dan Hipotesis Alternatif (Ha) yaitu hipotesis yang kemungkinan besar diterima. Dengan demikian, penulis merumuskan hipotesis sebagai berikut:

Hipotesis Nihil (Ho): Pengelolaan kelas yang baik tidak akan meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi Qur’an hadits

Hipotesis Alternatif (Ha): Pengelolaan kelas yang baik sangat

mempengaruhi tingkat pemahaman siswa terhadap materi Qur’an Hadits.

Jika (Ho) terbukti setelah diuji maka (Ho) diterima dan (Ha) ditolak. Namun sebaliknya jika (Ha) terbukti setalah diuji maka (Ha) diterima dan (Ho) ditolak.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan di atas. Peneliti memberikan ruang lingkup/batasan masalah dengan fungsi sebagai penyempit obyek yang akan diteliti agar fokus dalam penelitian ini tidak melebar luas. Dalam hal ini yang menjadi tolak ukur dalam pembatasan masalah adalah tentang pengelolaan kelas yang meliputi bagaimana guru dalam mengkondisikan kelas dengan baik serta bagaimana guru dalam menggunakan metode dan media yang mendukung proses belajar mengajar


(22)

13

sehingga siswa mendapatkan pemahaman yang sempurna terhadap materi yang diajarkan.

H. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah suatu definisi mengenai variabel yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel penelitian yang dapat diamati.11 Untuk lebih jelas dan mempermudah pemahaman serta untuk menghindari kesalahapahaman maka peneliti menegaskan definisi operasional variabel-variabel penelitian sebagai berikut :

1. Definisi variabel X

Variabel X pada judul penelitian adalah Pengelolaan Kelas didefinisikan sebagai berikut :

Pengelolaan : dalam kamus besar bahasa Indonesia, pengelolaan

berasal dari kata “kelola” yang artinya mengendalikan,

menyelenggarakan mengurus dan menjalankan. Sedangkan “pengelolaan” adalah proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.12

11

Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Ibid, h.74 12

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Lihat di http://kbbi.web.id . diakses pada tanggal 10 Juli 2015


(23)

14

Kelas : ruang tempat belajar di sekolah atau kelompok masyarakat berdasarkan pendidikan, penghasilan, kekuasaan.13

Pengelolaan Kelas : sekumpulan perilaku kompleks yang digunakan guru untuk menciptakan dan memelihara kondisi kelas sehingga siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efisien.14

Jadi yang dimaksud dengan Pengelolaan Kelas adalah suatu usaha yang dilakukan guru dalam mengkondisikan kelas dengan baik pada saat pembelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik.

2. Definisi variabel Y

Variabel Y pada judul penelitian ini adalah Tingkat Pemahaman Siswa didefinisikan sebagai berikut :

Tingkat : tinggi rendah martabat (kedudukan, jabatan, kemajuan, peradaban, dsb); pangkat; derajat; taraf; kelas.15

13

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Lihat di http://kbbi.web.id . diakses pada tanggal 10 Juli 2015

14

Suyanto dan Asep Jihad, Menjadi Guru Profesioanal, Kualifikasi dan Kualitas Guru di Era Global, (Jakarta : Erlangga, 2013), h. 102

15

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta : Balai Pustaka, 2005), Ed Ke-3, h. 1197


(24)

15

Pemahaman : berasal dari kata Paham yang artinya pengetahuan banyak. Sedangakan Pemahaman adalah proses, cara, perbuatan, memahami atau memahamkan.16

Siswa : murid / orang yang sedang belajar

Jadi untuk definisi dari variabel Y yang tentang Tingkat Pemahaman Siswa adalah taraf yang dimiliki oleh peserta didik dalam memahami suatu pelajaran, dan fokus penelitian ini pada mata pelajaran Qur’an Hadits.

I. Sistematika Pembahasan

Dalam sistematika pembahasan penelitian ini, peneliti membagi menjadi lima bab dengan rincian sebagai berikut :

Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, penelitian terdahulu, hipotesis masalah, ruang lingkup masalah, definisi operasional dan sistematika pembahasan.

Bab II Landasan Teori, menguraikan tentang A. pengelolaan kelas dalam proses pembelajaran, pengajaran yang efektif, menjadi guru yang professional. B. tinjauan pembelajaran siswa dari segi pemahaman, agar

16


(25)

16

tercapainya indikator pemahaman siswa. C. tinjauan tentang pengelolaan kelas terhadap tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran qur’an hadits

Bab III Metodologi Penelitian, menguraikan tentang jenis dan sumber data, identifikasi variabel, populasi dan sampel, instrumen penelitian, teknik pengumpulan data dan teknik analisis data.

Bab IV Laporan Penelitian, menguraikan tentang paparan hasil penelitian terdiri dari paparan data, temuan penelitian dan pembahasan.

Bab V Penutup, menguraikan tentang kesimpulan dan saran-saran berkaitan dengan hasil penelitian dari penulis sebagai sumbangan penelitian.


(26)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Tentang Pengelolaan Kelas

Pendidik memegang peran yang sangat penting dalam keberhasilan proses belajar mengajar. Ada banyak indikator yang menunjukkan pendidik tersebut berhasil dalam mengajarnya, di antara indikator tersebut yaitu seorang pendidik harus menguasai materi atau bahan pembelajaran yang akan disampaikan kepada peserta didik, memiliki kemampuan berinteraktisi yang baik dengan peserta didik, mampu memilih dan menggunakan metode, startegi dan media yang sesuai dengan materi yang diajarkan, mampu mendesain pembelajaran dengan baik, selain itu pendidik mampu menciptakan atmosfer “suasana” kelas yang mendukung kegiatan belajar mengajar.

Mengajar merupakan usaha yang dilakukan oleh pendidik dalam mengorganisasi lingkungan belajar sehingga menciptakan kondisi yang menyenangkan serta untuk memotivasi peserta didik agar lebih bersemangat dalam mengikuti pembelajaran. Oleh karenanya kegiatan pembelajaran yang


(27)

18

sangat penting adalah terletak pada kearifan dalam mengorganisasi lingkungan.17

Proses pembelajaran yang baik akan meminimalkan kemungkinan terjadinya kegagalan dalam pembelajaran. Oleh karenanya, sangat penting bagi pendidik memiliki kemampuan dalam mengola kelas dengan baik, menciptakan suasana kelas yang harmonis sehingga pembelajaran berjalan dengan optimal. Beberapa indikator tersebut adalah ciri dari guru yang mampu menguasai kelas atau mengola kelas dengan baik sehingga keberhasilan dalam belajar mengajar tercapai.

1. Pengertian dan Tujuan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas terdiri dari dua suka kata, yaitu pengelolaan dan kelas. Jika dilihat dalam kamus besar bahasa Indonesia pengelolaan merupakan proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.18

Pengertian kelas dalam arti bahasa adalah ruang tempat belajar di sekolah atau juga bisa diartikan sebagai sekelompok masyarakat berdasarkan pendidikan, penghasilan, kekuasaan, dsb.19

17

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : PT Bumi Aksara, 2014), h.48 18

Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Ed Ke-3, h.534 19


(28)

19

Menurut Arikunto, kelas tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertian yang lebih spesifik seperti yang telah dikenal dalam dunia pendidikan, kelas merupakan sekumpulan siswa yang menerima mata pelajaran yang sama dari seorang pendidik yang sama dan dalam waktu yang sama pula.20

Pengelolaan kelas adalah kemampuan guru dalam menciptakan suasana belajar yang optimal serta dapat mengatasi berbagai masalah yang timbul dalam kelas selama proses belajar mengajar. Berbagai upaya dalam menciptakan suasana belajar yang optimal antara lain dengan menata ruangan/fisik kelas dengan baik, penataan kursi dan bangku peserta didik serta berbagai sarana dan prasarana yang ada didalam kelas, selain mengola fisik kelas pendidik juga harus mengola sistem pembelajaran yang baik agar peserta didik mampu menerima materi yang disampaikan pendidik secara maksimal dengan lebih nyaman, menyenangkan dan dinamis di dalam kelas.21

Pengelolaan kelas menurut Ahmad Rohani adalah merujuk kepada kegiatan-kegiatan yang menciptakan dan mempertahankan kondisi optimal bagi terjadinya proses belajar (pembinaan “raport”, penghentian tingkah laku peserta didik yang menyelewengkan perhatian kelas, pemberian ganjaran bagi ketetapan waktu

20

Badrudin, Manajemen Peserta Didik, (Jakarta : PT Indeks, 2014), h.96 21

Abuddin Nata, Perspektif Islam tentang Startegi Pembelajaran, (Jakarta : Kencana Prenadamedia Group, 2014), h.339-340


(29)

20

penyelesaian tugas oleh penetapan norma kelompok yang produktif dan sebagainya).22

Menurut Sudarwan Danim manajemen kelas atau pengelolaan kelas dapat didefinisikan sebagai berikut :

a. Pengelolaan kelas adalah seni atau parksis (praktik dan startegi) kerja yaitu pendidik bekerja secara individu, dengan atau melalui orang lain untuk mengoptimalkan sumber daya kelas bagi penciptaan proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Yang dimaksud dengan sumber daya kelas adalah instrument, proses pembelajaran sebagai inti dan hasil belajar sebagai muaranya

b. Pengelolaan kelas merupakan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang dilakukan oleh pendidik, baik individu maupun dengan orang lain untuk mengoptimalkan proses pembelajaran. Kata perencanaan pembelajaran dan unsur-unsur penunjangnya. Pelaksanaan bermakna proses pembelajaran sedangkan evaluasi bermakna evaluasi pembelajaran yang terdiri dari dua jenis yaitu evaluasi proses dan evaluasi hasil pembelajaran

c. Pengelolaan kelas merupakan proses perencanaan, pengorganisasian, penggerakan dan pengawasan yang dilakukan oleh pendidik baik individu maupun dengan orang lain untuk mencapai tujuan

22


(30)

21

pembelajaran yang efektif dan efisien dengan cara memanfatkan segala sumber daya yang ada.23

Salman Rusydie mendefinisikan pengelolaan kelas yang tak jauh beda dari tokoh-tokoh diatas, menurutnya pengelolaan kelas merupakan usaha yang dilakukan secara sadar untuk mengatur agar proses belajar mengajar dapat berjalan secara sistematis. Usaha tersebut mengarah pada persiapan materi yang akan diajarkan, persiapan berbagai sarana dan prasarana atau alat peraga jika ada, pengaturan fisik kelas (ruang belajar), mewujudkan situasi dan kondisi belajar yang nyaman sehingga tidak membosankan bagi peserta didik dan pengaturan waktu yang baik serta terus mengontrol jalannya pembelajaran dari awal hingga akhir dengan baik sehingga tujuan kurikulum dapat tercapai.24

Sedangkan pengelolaan kelas menurut Mulyasa yang dikutip oleh Martinis Yamin dan Maisah dalam bukunya “Manajemen Pembelajaran

Kelas” mengatakan bahwa pengelolaan kelas merupakan keterampilan pendidik dalam menciptakan iklim/suasana pembelajaran yang kondusif dan efektif serta kemampuan dalam mengendalikannya jika terjadi gangguan dalam pembelajaran.25

23

Badrudin, Manajemen Peserta Didik, ibid, h.96-97 24

Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, ibid, h.29 25

Martinis Yamin dan Maisah, Manajemen Pembelajaran Kelas, (Jakarta : Gaung Persada, 2009), h.34


(31)

22

Ada beberapa indikator dalam menentukan keberhasilan mengelola kelas, Menurut Edmund, Emmer dan Caroly Evertson yang dikutip oleh Sri Esti Wuryani Djiwandono, bahwa indikator keberhasilan dari pengelolaan kelas adalah sebagai berikut :

1. Tingkah laku guru yang dapat menghasilkan prestasi siswa yang tinggi karena keterlibatan siswa dikelas

2. Tingkah laku siswa yang tidak banyak menganggu kegiatan guru dan siswa lain

3. Menggunakan waktu belajar yang efisien.26

Jadi dapat disimpulkan bahwa pengelolaan kelas adalah suatu kegiatan terencana yang dilakukan oleh pendidik dalam mengola kelas dengan menggunakan sumber daya yang ada. Baik dari segi fisik kelas maupun material. Dari segi fisik misalnya dalam mengola bangku serta sarana dan prasana yang ada, sedangkan dari segi material terdiri dari kemampuan pendidik dalam berinteraksi dengan peserta didik, kemampuan pendidik dalam menggunakan metode serta strategi yang tepat dan kemampuan pendidik dalam menggunakan media yang sesuai. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah dengan mengola kelas dengan

26

Sri Esti Wuryani Djiwandono, Psikologi Pendidikan, (Jakarta : PT. Gramedia, 2006), h.264


(32)

23

baik pendidik dapat dengan mudah mengatasi berbagai masalah yang muncul selama proses pembelajaran.

Semua hal tersebut dimaksudkan untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif sehingga peserta didik menjadi lebih nyaman dan menyenangkan selama proses belajar mengajar serta peserta didik dapat mengoptimalkan kemampuan yang dimiliki dengan begitu tujuan pendidikan akan tercapai dengan maksimal.

2. Pendekatan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah masalah yang berdiri sendiri, melaikan ada beberapa faktor yang mempengaruhinya. Permasalahan yang timbul dari peserta didik merupakan faktor utama yang terkait langsung dengan pengelolaan kelas. Oleh karenanya ada beberapa pendekatan yang dapat diaplikasikan didalam mengola kelas yang sesuai dengan masalah-masalah yang terjadi. Karena pada intinya pendekatan tersebut ditujukan untuk meningkatkan kegairahan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar baik secara individual maupun secara berkelompok. Pendekatan tersebut antara lain27:

27


(33)

24

a. Pendekatan konseling

Kedisiplinan peserta didik menjadi fokus utama dalam pengelolaan kelas dan menjadi faktor yang sangat mempengaruhi kelancaran proses belajar mengajar. Peserta didik yang mempunyai masalah dan yang sering melakukan penyimpangan harus mendapat perhatian utama dan penanganan khusus daripada peserta didik yang lainnya.

Dalam hal ini pendidik harus aktif dalam melakukan pengawasan terhadap peserta didik. Pendekatan konseling ini menempatkan pendidik untuk selalu berupaya dalam mengenali masalah yang dimiliki oleh setiap peserta didik sekaligus mampu memberikan solusi untuk memecahkan masalahnya. Selain itu pendidik harus mampu membantu peserta didik untuk mengenali diri mereka sendiri sehingga peserta didik mampu mengembangkan potensi yang ada di dalam dirinya.28

Dengan begitu apabila pendidik menguasai dalam pendekatan konseling ini maka proses belajar mengajar dikelas akan berjalan lancar sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

28


(34)

25

b. Pendekatan perubahan tingkah laku

Pendekatan perubahan tingkah laku dalam pengelolaan kelas dimaksudkan merubah tingkah laku peserta didik dari yang kurang baik menjadi lebih baik. Agar pengelolaan kelas dapat tercapai dengan baik, berjalan dengan efektif, maka pendidik harus melakukan pendekatan perubahan tingkah laku.

Peran pendidik dalam pendekatan ini adalah mengembangkan tingkah laku yang baik dari peserta didik dan mencegah tingkah laku yang kurang baik dari peserta didik. Dalam hal ini pendidik berupaya merubah tingkah laku peserta didik misalnya dengan memberikan reward kepada peserta didik. Ada dua macam reward dalam dunia pendidikan, yaitu:

1) Reward Positif

Reward positif diberikan kepada peserta didik yang berprestasi, peserta didik yang bertingkah laku baik dan peserta didik yang menampilkan sikap positif ketika dalam proses belajar mengajar.

Reward positif bisa dengan memberikan pujian didepan teman-temannya atau juga dengan cara memberikan nilai tambahan kepada peserta didik tersebut.


(35)

26

2) Reward Negatif

Pada umumnya peserta didik yang menyimpang akan diberikan hukuman/punishment, tetapi memberikan hukuman pada dasarnya tidak diperbolehkan dalam proses pebelajaran dengan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan. Maka untuk menangani peserta didik yang bermasalah atau yang menyimpang, pendidik dapat memberikanya reward negatif.

Reward negatif bisa berupa pengurangan nilai atau juga dengan memberikan tugas tambahan untuk peserta didik yang bersangkutan. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik jera dan tidak akan mengulangi perbuatan menyimpang sehingga secara perlahan masalah tentang tingkah laku peserta didik yang menyimpang atau kurang baik akan berubah menjadi baik.

c. Pendekatan kekuasaan

Pengelolaan kelas dapat diartikan sebagai proses mengontrol tingkah laku peserta didik didalam proses pembelajaran. Menciptakan dan mempertahankan kondisi kelas secara kondusif merupakan peran yang sangat penting bagi pendidik. Pendidik memiliki kekuasaan untuk memerintah peserta didik agar tetap disiplin dan mentaati aturan/norma yang telah disepakati bersama


(36)

27

antara pendidik dan peserta didik. Pendidik melakukan pendekatan tersebut melalui kekuasaan dalam bentuk norma yang telah disepakati tersebut.

Dengan demikian, fungsi pendidik sebagai individu yang berkuasa didalam kelas perlu dipahami dan diterapkan dengan baik, agar peserta didik dapat mencapai tujuan belajar dan pembelajaran dengan baik.29

d. Pendekatan ancaman

Ancaman juga dapat dijadikan salah satu pendekatan yang perlu dilakukan pendidik untuk menertibkan peserta didik, memenejemen kelas dengan baik. Namun perlu ditekankan lagi bahwa pendekatakan ancaman ini hanya boleh dilakukan ketika kelas sudah tidak bisa diatur lagi dan ketika sudah mencoba menggunakan pendekatan lain tetapi suasana kelas masih gaduh dan tidak bisa dikendalikan.30

Pelaksanaan dari pendekatan ancama ini seperti melarang untuk melakukan sesuatu, mengejek, menyindir dan memaksa peserta

29

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas , Classroom Management,

(Bandung : Alfabeta, 2014), h.12 30


(37)

28

didik.31 Namun yang harus diingat bahwa memberi ancaman kepada peserta didik harus dalam koridor kewajaran dan diusahakan tidak melukai perasaan peserta didik. Apabila ancaman yang dilakukan pendidik sangat berlebihan, seperti mengejek didapan kelas sehingga semua peserta didik yang lainnya mengerti atau membanding-bandingkan, memukul ataupun memaksa yang keterlaluan maka bisa jadi hal itu akan melukai perasaaan siswa. Hal ini ditakutkan siswa menjadi tidak bersemangat lagi mengikuti pelajaran karena rasa malu ataupun rasa dendam kepada pendidik yang telah memberikan ancaman dan mereka bertindak semakin represif didalam kelas.32

Pada dasarnya pendekatan ancaman ini termasuk pendekatan yang tidak popular dan sudah seharusnya ditinggal. Karena dianggap melanggar hak asasi manusia. Di era modern ini, paradigma baru dalam dunia pendidikan terkait pengelolaan kelas sudah menghendaki pendekatan yang bersifat keadilan, demokratis, manusiawi dan egaliter. Oleh karenanya pendekatan ancaman sebaiknya ditinggalkan dan hanya boleh digunakan ketika kelas benar-benar tidak dapat dikendalikan.33

31

Badrudin, Manajemen Peserta Didik, Ibid, h.101 32

Salman Rusydie, Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas, Ibid, h.50 33


(38)

29

e. Pendekatan kebebasan

Lain halnya dengan pendekatan kekuasaan dan pendekatan ancaman, pendekatan kebebasan merupakan suatu pendekatan dimana guru mengupayakan terciptanya kebebasan untuk peserta didik dalam mengerjakan sesuatu kapan saja dan dimana saja.

Namun, pendekatakan ini dinilai dapat menganggu kewibawaan pendidik dan memberikan kesempatan kepada pendidik untuk meninggalkan kedisiplinan. Pendekatan ini didasarkan pada sebuah asumsi bahwa pembelajaran dapat diartikan sebagai suatu proses yang membantu peserta didk agar merasa bebas untuk mengejarakan apapun kapan saja dan dimana saja.34

f. Pendekatan resep

Pendekatan ini dilakukan dengan cara membuat daftar yang dapat menggambarkan segala sesuatu yang boleh atau tidak boleh dilakukan oleh pendidik dalam mereaksi semua masalah atau situasi yang terjadi didalam kelas. Tugas pendidik disini adalah mengikuti petunjuk sesuai dengan yang tertulis dalam resep.35

34

Ibid., h.344 35

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas , Classroom Management,


(39)

30

g. Pendekatan disiplin diri

Bukan hanya pendidik yang dapat menentukan atau menilai peserta didik, melainkan peserta didik juga harus mampu membangun kepercayaan pada dirinya sendiri, mampu menciptakan disiplin diri untuk dapat menilai dan mengubah tingkah lakunya. Pendekatan ini memandang bahwa pengelolaan kelasberfungsi sebagai kecakapan peserta didik untuk membangun dan memelihara hubungan pekerjaan pendidik dengan peserta didik.

h. Pendekatan sosioemosional

Pendekatan ini berupaya untuk menciptakan iklim sosioemosional yang positif dalam kelas. Hubungan sosioemosial yang dimaksud adalah hubungan yang baik antara pendidik dengan peserta didik serta antara peserta didik dengan peserta didik lainnya.

i. Pendekatan proses kelompok

Pendekatan proses kelompok merupakan suatu upaya yang dilakukan pendidik dalam mengelompokkan peserta didik ke dalam beberapa kelompok dengan berbagai pertimbangan demi menciptakan suasana kelas yang bergairah dan aktif bagi setiap peserta didik.


(40)

31

j. Pendekatan pluralistik

Pendekatan ini merupakan suatu pendekatan yang memberikan kebebasan kepada pendidik untuk memilih serta menggunakan berbagai pendekatan lainnya yang sesuai dengan suasana yang dihadapi demi terciptanya iklim pembelajaran yang kondusif dan terarah.

3. Prinsip-Prinsip Pengelolaan Kelas

Mengola kelas bukanlah suatu hal yang dapat dengan mudah dan ringan dilakukan. Secara umum ada dua faktor masalah yang dapat timbul dalam kelas, yaitu faktor internal peserta didik dan faktor eksternal peserta didik.

Faktor internal yang ditimbulkan dari peserta didik kerap sekali berhubungan dengan masalah emosi, pikiran dan perilaku. Kepribadian dari peserta didik yang berbeda-beda dengan ciri khas yang berbeda-beda pula baik dari segi biologis, intelektual maupun psikologi. Hal ini membutuhkan penanganan yang ekstra dan harus dikelola dengan arif, bijaksana dan dewasa. Sedangkan faktor eksternal yang timbul dari peserta didik terkait dengan masalah suasana lingkungan belajar,


(41)

32

penempatan siswa, pengelompokan siswa, jumlah siswa dalam kelas dan lain sebagainya.36

Ada konsep fisik dan konsep sosial didalam kelas, pendidik harus mampu mengola kedua aspek tersebut agar proses pembelajaran berjalan dengan baik secara efektif. Dalam konteks ini, pendidik bertugas menciptakan, memperbaiki dan memelihara sistem atau organisasi kelas. Karena itu, kondisi kelas merupakan hal yang sangat penting dalam keberhasilan proses pembelajaran dan supaya tujuan dari pengelolaan kelas itu tercapai, yaitu memotivasi serta merangsang peserta didik agar aktif dalam pembelajaran.37

Sehubungan dengan hal tersebut maka dalam pengelolaan kelas terdapat beberapa prinsip yang harus dilaksanakan demi kelancaran dan keberhasilan serta untuk memperkecil timbulnya masalah atau gangguan dalam mengola kelas. Prinsip-prinsip tersebut antara lain38:

a. Prinsip kehangatan dan antusias.

Misalnya dengan cara mendekati peserta didik dan menanyakan persoalan yang mungkin di alami oleh peserta didik maka disitu pendidik harus mampu memberikan solusi atas

36

Ibid., h.349-350 37

Badrudin, Manajemen Peserta Didik, Ibid, h.109 38


(42)

33

persoalan yang dialami oleh peserta didik. Dalam hal ini pendidik bukan hanya menjadi pendidik tetapi juga sebagai konsultan bagi peserta didiknya.

b. Menciptakan berbagai tantangan

Pada umumnya peserta didik sangat tertarik dengan suatu tantangan. Memulai pelajaran dengan memberikan beberapa tantangan kepada peserta didik akan membangkitkan motivasi yang sangat tinggi dan dapat menumbuhkan antusiasme siswa belajar.

Memberi tantangan kepada peserta didik di awal pembelajaran itu dapat digunakan untuk memancing perhatian peserta didik, selain itu juga akan dapat membangkitkan semangat belajar meraka. Sehingga menimbulkan perasaan tertantang pada peserta didik yang dapat mengunggah rasa antusiasme peserta didik untuk berfikir lebih lagi dari biasanya dan dapat lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Selain itu hal ini memungkinkan seorang pendidik akan selalu bersemangat dan terus belajar dalam mengatasi berbagai hal yang dapat mengurangi kemungkinan terjadinya perilaku yang


(43)

34

menyimpang. Ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh pendidik dalam memberikan tantangan, antara lain39:

1) Melakukan evaluasi

Mengadakan evaluasi secara sederhana setiap selesai meyampaikan materi pembelajaran. Selain itu bisa dengan mengadakan evaluasi di awal pelajaran dengan melontarkan beberapa pertanyaan yang terkait pengetahuan secara umum sesuai dengan materi yang akan disampaikan.

Dalam memberikan evaluasi pendidik dapat menyampaikannya melalui permainan, msalnya dengan mengadakan kuis atau cerdas cermat agar peserta didik tidak bosan apabila selalu dalam proses pembelajaran yang formal.

2) Mengaitkan dengan dunia luar

Belajar akan terasa sangat membosanan apabila hanya terpaku pada materi yang ada di buku saja. Peserta didik juga sangat membutuhkan pengaplikasian secara langsung, oleh karena itu sebaiknya pendidik harus pandai dalam mengaitkan materi pelajaarannya dengan memberikan contoh dalam dunia nyata.

39


(44)

35

Hal ini dimaksudkan agar peserta didik bukan hanya paham secara tersirat saja tetapi juga paham dalam pengaplikasian secara riil. Dan ini merupakan tantangan yang sulit bagi pendidik untuk selalu menguhubungkan materi ajarnya dengan kejadian dikehidupan sehari-hari.

3) Menggunakan metode yang variatif

Penggunaan metode, pendekatan, teknik, gaya, media dan alat pengajaran yang bervariasi yang dapat meningkatkan motivasi belajar dan menghilangkan kejenuhan

c. Penggunaan cara dan perbuatan yang fleksibel, luwes dan menyenangkan. Keadaan ini diharapkan dapat menghilangkan berbagai masalah yang mungkin terjadi

d. Mengupayakan hal-hal yang positif bagi peserta didik dan menghindari sejauh mungkin kesalahan yang dapat memancing peserta didik untuk bersikap negatif kepada pendidik

e. Mengedepankan sikap teladan dihadapan peserta didik dengan tujuan agar peserta didik dapat lebih patuh dan hormat bukan karena rasa takut melainkan karena rasa bangga peserta didik kepada pendidik. Selain itu agar peserta didik dapat mencontoh hal yang positif dari pendidik.


(45)

36

4. Konsep Tradisional dan Modern Pengelolaan Kelas

Konsep pengelolaa kelas secara tradisional didefinisikan sebagai segala upaya yang dilakukan oleh pendidik untuk menciptakan suasana kelas yang tertib dan disiplin. Definisi ini mengarah kepada pengelolaan kelas yang otoriter, dimana sentral dalam kelas hanyalah pendidik. Pola pembelajaran hanya ada ditangan pendidik.

Konsep ini dibangun dengan asumsi bahwa kelas yang disiplin adalah kelas yang patuh secara kepada pendidik, peserta didik harus datang tepat waktu, tempat duduk peserta didik ditentukan oleh pendidik, peserta didik tidak diperkenankan untuk melirik ke arah kiri dan kanan, tidak ada suaru sedikitpun kecuali pendidik yang menerangkan, pendidik menghukum peserta didik didepan teman-temannya apabila melakukan penyimpangan. Hal-hal seperti itu dianggap indikator suksesnya kegiatan pembelajaran.40

Ketika pendidik melakukan usaha seperti contoh diatas maka yang ada peserta didik akan merasa tertekan mengikuti pelajaran dikelas, peserta didik akan merasa tidak nyaman dan merasa bosan jika berlama-lama berada didalam kelas dan akibat yang lebih fatal dari itu adalah peserta didik kehilangan motivasi belajar karena sikap pendidik yang

40


(46)

37

otoriter. Maka jelas hal itu bukan termasuk pengelolaan kelas yang efektif.

Lain halnya dengan konsep pengelolaan kelas secara modern. Pengeolaan kelas dalam konsep modern dipandang sebagai proses mengorganisasikan atau memanfaatkan segala sumber daya dikelas demi terciptanya proses pembelajaran yang efektif dan efisien. Mengorganisasi segala sumber daya dimaksudkan agar pendidik mampu memecahkan berbagai masalah yang menjadi kendala didalam kelas sekaligus menciptakan suasana kelas yang kondusif secara berkesinambungan.41

Selain mengorganisasi sumber daya, satu hal yang tak kalah pentingnya adalah pendidik harus mampu memahami karakter peserta didik sehingga dengan mudah pendidik dapat menentukan gaya belajar yang sesuai. Peserta didik akan merasa enjoy dan nyaman ketika pendidik mampu menggunakan metode dan strategi pembelajaran yang sesuai, dengan begitu kelas akan menjadi kondusif dan proses pembelajaran akan berjalan sesuai dengan apa yang telah direncanakan.

5. Perencanaan Pengelolaan Kelas

Pengelolaan kelas bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan, oleh karena itu pengelolaan kelas membutuhkan perencanaan yang baik

41


(47)

38

sebelum masuk kedalam kelas dan pengorganisasian yang baik ketika dalam proses pembelajaran. Pendidik harus berupaya menjadi “perencana” kelas yang baik. Ketertiban dan kedisiplinan dalam kelas membutuhkan perencanaan yang optimal. Perencanaan harus dipikirkan secara matang agar ketika didalam kelas pendidik mampu mengajar dengan baik, mengola kelas dengan efektif dan dengan mudah menghadapi beragam masalah yang timbul. Ada beberapa hal yang penting dalam perencanaan, sebagai berikut42:

a. Menyiapkan silabus dan RPP

b. Mengenalisis karakter peserta didik yang akan mengikuti pelajaran

c. Mengukur tingkat kemamuan peserta didik pada taraf sebelumnya

d. Menyiapkan materi yang akan diajarkan

e. Menentukan model pembelajaran serta merencanakan metode pembelajaran yang sesuai dengan materi ajar

f. Menentukan alat dan media pembelajaran yang akan digunakan

g. Menentukan tempat dan waktu pembelajaran

h. Menentukan sumber belajar yang dapat digunakan

42


(48)

39

i. Menentukan alat evaluasi yang diperlukan

6. Pengelolaan Kelas dalam Perspektif Islam

Al-Qur’an merupakan pedoman hidup yang paling utama bagi manusia untuk mengontrol tingkah lakunya agar sesuai dengan syariat Islam.43 Sedangkan as-Sunnah merupakan pedoman yang kedua bagi umat muslim yang berisi tentang penjabaran al-Qur’an secara lebih rinci. Segala sesuatu telah tercatat dalam kedua pedoman tersebut, dari hal yang biasa sampai pada suatu hal yang sangat rumit. Segala sesuatunya telah tercantum didalamnya.

Allah swt menciptakan langit, bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, bukit, tumbuh-tumbuhan, manusia dan berbagai makhluk lainnya yang sangat beragam. Segala ciptaanNya memiliki fungsi masing-masing dan fungsi bersebut sangat selaras, harmoni, tertib dan terkendali. Hal ini menunjukkan bahwa Allah swt adalah Yang Maha Pengelola seluruh jagad raya ini dengan sangat sempurna, karena sempurna adalah milik Allah.44

Kesempurnaan Allah dalam mengola jagad raya ini telah tercantum dalam surah al-Mulk sebagai berikut:

43

Abdul Majid bin Aziz Al-Zindani, Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah tentang IPTEK,

(Jakarta : Gema Insani Press, 1997), h.202 44


(49)

40















Artinya :

(1) Maha suci Allah yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu, (2) Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun, (3) Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Tuhan yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang. Maka lihatlah berulang-ulang, Adakah kamu Lihat sesuatu yang tidak seimbang?” (QS. Al-Mulk, 67 : 1-3)

Dalam ayat ini telah dijelaskan bahwa Allah telah memberikan gambaran kepada umatNya untuk mengola segala sesuatu dengan baik dan seimbang serta dapat menciptakan suatu manfaat untuk orang lain. Selain itu, Nabi Muhammad memberikan contoh cara mengola segala sesuatu yang baik, misalnya mengola masyarakat madinah dan mekkah


(50)

41

dari semula dalam keadaan kacau dan menyekutukan Allah menjadi masyarakat yang tertib, aman dan damai.45

Dari beberapa contoh diatas hendaklah dapat menjadikan inspirasi untuk mengola segala sesuatu dengan baik. Begitupun dengan pendidik yang mengola kelas untuk menciptakan suasana kelas yang kondusif, efektif dan efisien agar tujuan pembelajaran menurut Negara dan Islam dapat tercapai dengan maksimal.

B. Tinjauan Tentang Pemahaman Peserta Didik

1. Pengertian Pemahaman

Pemahaman berasal dari kata paham yang artinya pandai dan mengerti benar tentang suatu hal. Dalam kamus besar bahasa Indonesia dijelaskan bahwa pemahaman merupakan proses, cara, perbuatan memahami atau memahamkan.46

Dalam arti lain dijelaskan bahwa pemahaman merupakan suatu kemampuan yang dimiliki oleh seseorang dalam memahami suatu informasi atau ilmu pengetahuan yang telah dipelajari. Kemampuan

45

Ibid., h.351-352 46

Kamus Besar Bahasa Indonesia. Lihat di http://kbbi.web.id . diakses pada tanggal 10 Juli 2015


(51)

42

tersebut dinyatakan dalam menguraikan, menyimpulkan dan dapat membuat inti pokok bahasan tersebut dengan bahasa sendiri.47

Benyamin S Bloom dkk mengemukakan bahwa sasaran pendidikan dengan sebutan “taxonomi of education objectif” dimana dalam kelompok ini beliau membedakan menjadi tiga ranah atau daerah sasaran pendidikan, yaitu ranah kognitif, ranah afektif dan ranah psikomotorik.48

Sasaran pendidikan pada ranah kognitif terletak pada kemampuan peserta didik dalam memahami informasi yang diterima dari pendidik. Paparan perilaku yang dapat ditampilkan adalah dalam memahami makna, menyatakan data dengan kata sendiri, menerjemahkan, manafsirkan dan mengeksprapolasi. Contoh kegiatan dari pembelajaran yang dapat diukur/dinilai dari ranah kognitif ini adalah ketika peserta diidk mampu menjelaskan atau menafsirkan makna dari suatu scenario atau pernyataan tertentu, menyarankan perlakuan, reaksi atau pemecahan masalah tertentu serta memberikan contoh atau metafora.49

47

Oemar Hamalik, Kurikulum dan Pembelajaran, (Jakarta : Bumi Aksara, 2010), cet. Ke-10, h. 80

48

Mutaqim, Psikologi Pendidikan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2008), h.36 49

Suyono dan Hariyanto, Belajar dan Pembelajaran, (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2012), h.169


(52)

43

Berikut akan lebih dijelaskan lagi tentang tingkat pemahaman peserta didik yang meliputi tiga unsur50, sebagai berikut :

1. Menerjemahkan

Kemampuan menerjemahkan materi verbal dan memahami pernyataan-pernyataan non literal atau kesanggupan memahami makna yang terkandung dalam materi yang didapatkan.

Misalnya pada mata pelajaran Qur’an tentang materi fenomena

alam yang terkandung dalam QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah, peserta didik dikatakan paham dalam tahap ini adalah ketika ia mampu menerjemahkan makna fenomena alam yang terkandung dalam QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah tanpa melihat buku, dan sesuai dengan pemahaman yang didapatnya dari proses belajar mengajar.

2. Menafsirkan

Kemampuan untuk menangkap pikiran dari suatu karya dan menafsirkan berbagai tipe data sosial, dapat menghubungkan dua konsep yang berbeda, dapat membedakan materi yang pokok dan yang bukan materi pokok seperti dapat memberikan contoh dalam

50

Syafrudin Nurdin dan M. Basyiruddin Usman, Guru Profesional & Implementasi Kurikulum, (Jakarta : Ciputat Pers, 2002), h.105-106


(53)

44

kehidupan sehari-hari yang sesuai dengan materi yang telah diajarkan.

Misalnya peserta didik mampu menafsirkan ayat Al-Qur’an serta dapat memberikan contoh yang sesuai dengan kandungan surah yang ditelitinya.

3. Mengekstrapolasi

Kemampuan untuk mengungkapkan di balik pesan tertulis dalam suatu keterangan atau lisan, kesanggupan melihat dibalik yang tertulis, tersurat dan tersurat, meramalkan sesuatu atau memperluas wawasan.

Misalnya pendidik memberikan tugas kepada peserta didik untuk membaca materi yang akan dipelajari minggu depan. Kemudian setelah membaca pendidik meminta peserta didik untuk memaparkan hasil membacanya dimuka kelas.

Selain tiga tingkatan pemahaman diatas, Paul D. Dierich menyatakan bahwa keaktifan peserta didik dalam belajar atau memahami sesuatu dapat diklasifikasikan dalam tabel berikut ini:


(54)

45

Tabel 2.1

Klasifikasi Keaktifan Belajar Peserta Didik Klasifikasi

keaktifan

Karakter

Visual Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamti orang lain bekerja atau bermain.

Lisan Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menguhubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara, diskusi dan interupsi.

Mendengarkan Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permainan, mendengarkan radio.

Menulis Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisikan angket.

Menggambar Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola.

Metrik Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun. Mental Merenungkan, mengingatkan, memecahkan

masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan serta membuat keputusan.


(55)

46

Emosional Minat, membedakan, berani, tenag dan lain-lain, kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain. Sumber : Euis Karwati dan Donni Juni Priansa (2014 : 153)

Indikator keberhasilan sebagai tolak ukur dalam mengetahui pemahaman siswa adalah51:

1. Daya serap terhadap pelajaran yang diajarkan mencapai prestasi tinggi baik secara individu maupun kelompok

2. Penilaian yang digariskan dalam tujuan pengajaran/ kompetensi dasar telah dicapai oleh siswa baik secara individu maupun kelompok

Adanya format daya serap siswa dan prosentase keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan pembelajaran maka dapat diketahui pemahaman atau keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan guru dan siswa. Suatu pembelajaran dikatakan berhasil apabila tujuan pembelajaran dapat dicapai secara maksimal.

Dapat diambil kesimpulan bahwa keberhasilan peserta didik dalam memahami sesuatu dapat dilihat melalui bagaimana cara menjelaskan dan menguraikan kembali materi yang telah disampainkan oleh pendidik dengan menggunakan bahasanya sendiri. Misalnya dalam mata pelajaran

51


(56)

47

al-Qur’an Hadits pada materi fenomena alam yang terkandung dalam QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah (berlomba-lomba dalam kebaikan), jika peserta didik dapat menjelaskan pengertian dari fenomena alam yang terkandung dalam QS. al-Qari’ah dan al-Zalzalah, dapat memberikan contoh terkait materi tersebut dan dapat menyimpulkan/meringkas materi dengan bahasa sendiri, maka peserta didik dapat dikatakan sudah memahami materi yang telah diajarkan oleh pendidik.

2. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pemahaman

Dalam proses belajar mengajar tidak selalu berjalan seperti apa yang diinginkan. Ada kalanya proses itu lancar dan ada kalanya pula terhambat oleh sesuatu yang mempengaruhinya. Jika pembelajaran berlangsung kondusif maka tingkat pemahaman siswa akan meningkat, begitu sebaliknya, apabila pembelajaran yang berlangsung tidak karuan maka peserta didik akan kesulitan dalam menerima materi pelajaran. Berikut beberapa faktor yang dapat mempengaruhi pembelajaran yang terangkum dalam tabel berkut52:

52

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas , Classroom Management,


(57)

48

Tabel 2.2

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pembelajaran Ragam Faktor Dan Elemennya

Internal Eksternal

1. Aspek Fisiologis a. Tonus jasmani b. Mata dan telinga 2. Aspek Psikologis

a. Kecerdasan (intelegensi) b. Sikap

c. Minat d. Bakat e. Motivasi

1. Lingkungan Sosial a. Keluarga b. Guru dan staf c. Masyarakat d. Teman

2. Lingkungan Nonsosial a. Rumah

b. Sekolah c. Peralatan d. Alam Sumber : Euis Karwati dan Donni Juni Priansa (2014 : 156)

Berikut penjelasan secara rinci mengenai faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar serta pemahaman peserta didik :

a. Faktor internal

Faktor internal dibagi menjadi dua aspek, yaitu aspek fisiologis dan aspek psikologis.


(58)

49

1) Aspek fisiologis merupakan aspek yang sangat berpengaruh pada keberhasilan pembelajaran, sangat berpengaruh terhadap kemampuan peserta didik dalam belajar serta memahami suatu materi. Aspek fisiologis ini termasuk kesehatan dan cacat tubuh.53

2) Aspek psikologis merupakan faktor bawaan atau juga yang diperoleh dari kebiasaan peserta didik. Beberapa aspeknya adalah:

a) Kecerdasan (intelegensi)

Kecerdasan dapat diartikan sebagai kemampuan berfikir yang bersifat abstrak. Dapat juga diartikan sebagai kemampuan yang dimiliki oleh individu untuk berperilaku sesuai dengan tujuannya, berfikir rasioanal dan berhubungan dengan lingkungannya secara efektif.54

Sudah sangat jelas bahwa kecerdasan yang baik, kecerdasan yang tinggi merupakan faktor yang sangat penting bagi peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar. Kecerdasan (intelegensi) pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang

53

Anissatul Mufarrohah, Strategi Belajar Mengajar, (Yogyakarta : Teras, 2009), cet Ke-1, h.31

54

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa, Manajemen Kelas , Classroom Management,


(59)

50

tepat. Jadi, kecerdasan sebenarnya bukan hanya pada persoalan otak melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya.55

Menurut William Stern mengemukakan batasan tentang kecerdasan sebagai suatu kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuannya.56

b) Sikap

Sikap merupakan suatu tanggapan / reaksi seseorang terhadap segala hal, baik itu sikap suka maupun tidak suka, ataupun acuh tak acuh. Sikap seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor pengetahuan, kebiasaan dan keyakinan.57

c) Bakat

Bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Setiap orang memiliki bakat dalam arti berpotensi

55

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta : Raja Grasindo Persada, 2002), h. 133 56

Syaifurahman dan Tri Ujiati, Manajemen dalam Pembelajaran, (Jakarta : PT Indeks, 2013), h.165

57


(60)

51

untuk mencapai prestasi sampai tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing.58

Bakat juga dapat diartikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki oleh seseorang terhadap bidang khusus, yaitu khusus dalam bidang tertentu maupun kemampuan tertentu.59

d) Minat

Minat merupakan suatu kecenderungan untuk selalu memperhatikan dan mengingat sesuatu secara terus-menerus. Minat ini erat kaitannya dengan perasaan, terutama perasaan senang. Dapat dikatakan bahwa minat itu terjadi karena perasaan senang pada sesuatu. Minat peserta didik juga sangat berpengaruh tergahadap pembelajaran. Jika peserta didik berminat terhadap suatu mata pelajaran maka dia pasti akan senang untuk mengikuti pelajaran tersebut tanpa rasa beban.60

e) Motivasi

Motivasi adalah segala sesuatu yang mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.61 Dalam pengertian lain mengatakan bahwa motivasi adalah proses memberi

58

Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, Ibid, h.135 59

Nana Syaodih.S, Landasan Psikologi Proses Pendidikan, (Bandung. Remaja Rosdakarya, 2005), h.101

60

Hamdani, Strategi Belajar Mengajar, (Bandung : Pustaka Setia, 2011), h.140 - 141 61


(61)

52

semangat, arah dan kegigihan perolaku. Artinya, perilaku yang termotivasi adalah perilaku yang penuh energy, terarah dan bertahan lama. Motivasi peserta didik dikelas berkaitan dengan alasan di balik perilaku siswa.62

Dalam perkembangannya, motivasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berasal dari diri peserta didik itu sendiri, motivasinya dalam belajar yang membuat peserta didik tersebut semangat atau bahkan malas dalam mengikuti pembelajaran.

Sedangkan motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang bersumber dari luar diri peserta didik, seperti dari guru, orang tua, maupun dari teman-temannya.63

b. Faktor eksternal

Faktor eksternal terdiri dari dua macam, yaitu dari lingkungan sosial dan lingkungan nonsosial. Adapun dari lingkungan sosial meliputi beberapa aspek, aspek keluarga, guru dan staf, masyarakat dan teman. Sedangkan dari lingkungan nonsosial meliputi aspek rumah, sekolah, peralatan dan juga alam. Berikut penjelasannya :

62

Syaifurahman dan Tri Ujiati, (Jakarta : PT Indeks, 2013), h.167 63


(62)

53

1) Lingkungan sosial

a) Keluarga

Lingkungan keluarga merupakan lingkungan pendidikan paling utama bagi setiap individu. Keluarga merupakan lingkungan yang sangat kecil, tetapi hal tersebut memberikan dampak yang sangat besar dalam perkembangan pendidikan anak.

Keadaan keluarga mulai dari hubungannya dengan orangtua, kakak atau adik, juga sangat mempengaruhi mood peserta didik dalam mnegikuti pelajaran. Oleh karenanya adanya rasa aman, damai, nyaman dan tentram dalam keluarga akan membuat seseorang itu terdorong untuk belajar secara lebih aktif, karena itu dapat menambah motivasi belajar bagi peserta didik.64

b) Guru dan staf

Selain lingkungan keluarga, lingkungan sekolah juga sangat menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar. Seluruh warga sekolah khususnya para guru dan staf-staf di sekolah

64


(63)

54

haruslah mendukung bagi setiap peserta didik dalam mengikuti proses pembelajaran.

c) Masyarakat

Masyarakat tempat tinggal bagi peserta didik akan menentukan sikap dan kecenderungan peserta didik dalam melakukan sesuatu. Karena pada dasarnya setiap intividu akan menyontoh banyak sedikitnya tentang perilaku masyarakat sekitar. Masyarakat yang aman, nyaman dan menyenangkan juga sangat mempengaruhi tingkat pemahaman siswa dalam belajar.

d) Teman

Teman yang baik akan memberikan dampak yang baik, dan begitupun sebaliknya teman yang kurang baik akan berdampak kurang baik pula. Apabila teman-teman yang disekitarnya rajin belajar maka ia akan mengikuti, dan begitupun sebaliknya. Menurut kartono yang dikutip Hamdani mengatakan bahwa apabila anak-anak sebayanya adalah anak


(64)

55

yang rajin belajar maka anak tersebut akan terangsang untuk mengikuti jejak mereka.65

2) Lingkungan nonsosial

a) Sekolah

Gedung sekolah yang mendukung, ruangan kelas yang luas serta kelas lain yang menunjang untuk materi yang memerlukan praktek dan lain sebagainya juga sangatlah mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam belajar di sekolah.

b) Peralatan

Alat-alat belajar, media yang digunakan dalam pembelajaran merupakan faktor penunjang dalam memudahkan kegiatan belajar mengajar dikelas.

c) Alam

Alam sangat mempengaruhi keberhasilan peserta didik dalam mengikuti belajar mengajar. Suasana yang dingin, sejuk serta menyenangkan akan menambah semangat belajar peserta didik. Suhu dan udara dalam lingkungan kelas harus

65


(65)

56

diperhatikan. Agar hasil belajar memuaskan. Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan maksimal.66

C. Pengelolaan Kelas Terhadap Tingkat Pemahaman Siswa Pada Mata

Pelajaran Qur’an Hadits

Guru yang profesional adalah guru yang memiliki kompetensi yang dipersyaratkan untuk melakukan tugas pendidikan dan pembelajaran. Dengan kata lain guru harus memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruannya, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal.

Salah satu keterampilan yang harus dimiliki oleh setiap guru adalah keterampilan dalam mengola kelas. Dimana guru tersebut diharusnya dapat mengola kelasnya dengan baik, dengan menciptakan suasana belajar yang nyaman dan menyenangkan sehingga dapat membangkitkan semangat peserta didik dalam menuntut ilmu agar tujuan pembelajaran bisa tercapai secara maksimal.

Dalam hal ini peneliti lebih memfokuskan pada tingkat pemahaman peserta didik terhadap suatu mata pelajaran yang dilakukan di kelas khususnya pada mata pelajaran Qur’an Hadits yang setidaknya sudah menerapkan pengelolaan kelas dalam setiap kompetensi dasarnya (KD) guna

66

Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta, CV Rineka Cipta, 2002), h.143-144


(1)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

124

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan diatas mengenai pengelolaan kelas terhadap tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Pengelolaan kelas di MTs Bustanul Arifin khususnya di kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits menunjukkan nilai mean sebesar 84,89 dari 63 responden, dengan nilai maksimum 95 dan nilai minimum 75, dan median sebesar 85 dan standar deviasi 4,1. Dengan demikian dari hasil penyebaran angket untuk variabel X pada penelitian ini (pengelolaan kelas) di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik diperoleh rata-rata sebesar 85%. Hal ini berarti pengelolaan kelas di MTs Bustanul Arifin tergolong baik.

2. Tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin yang diambil dari nilai ulangan harian menunjukkan nilai maksimum sebesar 90, nilai minimum 75, mean 82,79, median 83 dan standar deviasi sebesar 3,9. Dengan demikian tingkat pemahaman siswa di kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits


(2)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

125

mencapai nilai rata-rata sebesar 83%. Hal ini berarti tingkat pemahaman siswa pada mata pelajaran Qur’an Hadits tergolong baik.

3. Terdapat korelasi yang positif antara variabel X (pengelolaan kelas) dengan variabel Y (tingkat pemahaman siswa), dengan memperoleh nilai koefisien korelasi sebesar 0,873. Dengan perolehan nilai tersebut hubugan kedua variabel dikategorikan sebagai hubungan positif signifikan dengan kategori kuat. Hubungan yang positif tersebut dinyatakan dengan adanya kontribusi variabel X (Pengelolaan Kelas) terhadap variabel Y (Tingkat Pemahaman Siswa) melalui koefisien determinasi. Dari perhitungan koefisien determinasinya adalah 76%. Hal ini berarti bahwa pengelolaan kelas hanya dapat memberikan kontribusi atas tingkat pemahaman siswa sebesar 76%.

Jadi dengan demikian dari hasil yang telah diteliti, bahwa pengelolaan kelas terbukti memiliki efektivitas yang kuat terhadap tingkat pemahaman siswa kelas IX pada mata pelajaran Qur’an Hadits di MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian, ada beberapa hal yang penulis ingin sarankan, yaitu :


(3)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

126

1. Untuk siswa-siswi MTs Bustanul Arifin, khususnya untuk kelas IX agar lebih ditingkatkan lagi belajarnya, selain agar nilai belajar naik juga pemahaman terhadap materi yang diajarkan oleh pendidik hendaknya lebih dipahami lagi dan sebisa mungkin untuk dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Terus belajar, belajar dan belajar.

2. Untuk pendidik MTs Bustanul Arifin, khususnya pendidik mata pelajaran Qur’an Hadits, hendaknya lebih diperhatikan lagi bagaimana mengelola kelas dengan baik serta dapat menerapkan secara maksimal ketika mengajar.

3. Untuk kepala sekolah MTs Bustanul Arifin sebagai pemimpin di madrasah, hendaknya secara intensif memberikan motivai dan bimbingan kepada pendidik untuk selalu lebih meningkatkan lagi dalam mengola kelas dengan efektif.


(4)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

DAFTAR PUSTAKA

Achmad Salamun, Ketua Yayasan MTs Bustanul Arifin Menganti Gresik, wawancara pribadi, Gresik, 18 November 2015.

Agus Irianto. 2015. Statistik Konsep Dasar, Aplikasi dan Pengembangannya. Jakarta: Kencana, 2015. Ed Ke-4

Al-Zindani, Abdul Majid bin Aziz. 1997. Mukjizat Al-Qur’an dan As-Sunnah

tentang IPTEK. Jakarta : Gema Insani Press

Arikunto, Suharsimi. 1993. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta

Azwar, Saifuddin. 2003. Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar Badrudin. 2014. Manajemen Peserta Didik. Jakarta : PT Indeks

Bungin, Burhan. 2005. Metode Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana

Djamarah, Syaiful Bahri Djamarah. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta

Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: CV Rineka Cipta Djiwandono, Sri Esti Wuryani. 2006. Psikologi Pendidikan. Jakarta: PT.

Gramedia

Euis Karwati dan Donni Juni Priansa. 2014. Manajemen Kelas , Classroom

Management. Bandung: Alfabeta

Hamalik, Oemar Hamalik. 2010. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Bumi Aksara. cet. Ke-10

Hamalik, Oemar. 2014. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung: Pustaka Setia

Hasbullah. 2005. Dasar-Dasar Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Kamus Besar Bahasa Indonesia. Lihat di http://kbbi.web.id . diakses pada tanggal

10 Juli 2015


(5)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Misbahuddin dan Iqbal Hasan. 2013. Analisis Data Penelitian Dengan Statistik, Ed ke-2, Cet.2. Jakarta: PT Bumi Aksara

Mufarrohah, Anissatul. 2009. Strategi Belajar Mengajar. Yogyakarta: Teras. cet Ke-1

Mutaqim.2008. Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Nata, Abuddin. 2014. Perspektif Islam tentang Startegi Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenadamedia Group

Nurdin, Syafrudin dan M. Basyiruddin Usman. 2002. Guru Profesional &

Implementasi Kurikulum. Jakarta: Ciputat Pers

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Karya

Pusat Bahasa. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka. Ed Ke-3

Rohani, Ahmad. 2004. Pengelolaan Pengajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta

Roqib. 2009. Ilmu Pendidikan Islam: Pengembangan Pendidikan Integratif di

Sekolah, Keluarga dan Masyarakat. Yogyakarta: LKiS

Rusydie, Salman. 2011. Prinsip-Prinsip Manajemen Kelas. Jogjakarta: DIVA Press

S. Syaodih, Nana. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya

Sabri, Alisuf. 1996. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya

Sahertian, Piet. A. 1994. Profil Pendidik Profesional. Yogyakarta: ANDI OFFSET

Simbolon, Hotman. 2009. Statistika. Yogyakarta: Graha Ilmu

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pers Sugiono. 2010. Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta. cet Ke-17 Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Adminitrasi. Bandung: Alfabeta Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta Suryabrata, Sumadi. 1995. Metodologi Penelitian. Jakarta: Raja Grafindo


(6)

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Suyanto dan Asep Jihad. 2013. Menjadi Guru Profesioanal, Kualifikasi dan

Kualitas Guru di Era Global. Jakarta: Erlangga

Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya

Syah, Muhibbin. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta : Raja Grasindo Persada

Syaifurahman dan Tri Ujiati. 2013. Manajemen dalam Pembelajaran. Jakarta: PT Indeks

Tafsir, Ahmad. 2013. Ilmu Pendidikan Islam. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Turmudi, Sri Harini.___ . Metode Statistika. Malang: UIN – MALANG PRESS Yamin, Martinis dan Maisah. 2009. Manajemen Pembelajaran Kelas. Jakarta :

Gaung Persada

http://www.informasi-pendidikan.com/2013/07/definisi-guru-profesional. html. diakses pada 3 April 2015