PENERAPAN LESSON STUDY PADA MATERI SUHU

PENERAPAN LESSON STUDY PADA MATERI SUHU DAN KALOR UNTUK MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMAN 5 BANDA ACEH SKRIPSI

Diajukan untuk melengkapi tugas-tugas dan

mengambil syarat-syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

OLEH: RIZQA SITORUS

0906103030006

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIKAN UNIVERSITAS SYIAH KUALA DARUSSALAM – BANDA ACEH 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis sehingga penulis dapat

menyelesaikan penulisan tugas akhir ini dengan judul “Penerapan Lesson Study pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMAN 5

Banda Aceh”. Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi besar Muhammad SAW yang telah membimbing kita ke jalan yang diridhai Allah, keluarga, sahabat, dan siapa saja yang menempuh jalan mereka dengan baik.

Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat yang diperlukan untuk menyelesaikan pendidikan program S-1 Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) Jurusan Fisika Universitas Syiah Kuala. Penulis menyadari bahwa skripsi ini dapar diselesaikan berkat bantuan berbagai pihak dengan keikhlasan dan ketulusan hati. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, penulis menghanturkan terimakasih yang tidak terhingga dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada:

1. Ayahanda M. Yunus Sitorus (Alm) dan Ibunda Mai Munah Damanik serta keluarga tercinta (Nurhana, Budi, Imul, Fatma, Andik, Dani, Adek, Wirda dan Dea) yang tidak pernah lelah mengiringi dengan doa, semangat, perhatian, dan kasih sayang kepada ananda hingga terselesaikannya skripsi ini.

2. Bapak Drs. Abdul Hamid, M.Si selaku Pembimbing I yang sangat banyak meluangkan waktu, bimbingan, petunjuk dan pengarahan sejak awal hingga selesainya skripsi ini.

3. Bapak Drs. Soewarno, M.Si selaku Pembimbing II yang banyak meluangkan waktunya, membimbing dan memberikan arahan sehingga terselesaikan skripsi ini.

4. Bapak Dr. Djufri, M.Si selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Syiah Kuala.

5. Bapak dan Ibu Staf pengajar Program Studi Pen.Fisika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan UNSYIAH atas bekal ilmu pengetahuan yang diberikan selama ini.

6. Kepala Sekolah, Bapak/Ibu staf pengajar, Ibu Cut Mardiana S.Pd dan siswa-siswi di Kelas X-1 SMAN 5 Banda Aceh yang telah membantu terlaksananya penelitian ini hingga selesai.

7. Kepada sahabat-sahabatku (Noza Mardwina, Mutia Fishara, Rahmadani, Ayuning Fathia dan Fitria Silviana), teman-teman seperjuangan di Pendidikan Fisika angkatan 2009 khususnya Reguler B yang telah memberikan motivasi pada saya untuk menyelesaikan penelitian dan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi ini tidak luput dari kekurangan dan ketidak sempurnaan, karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat konstruktif untuk kesempurnaan skripsi ini dimasa yang akan datang. Semoga penulisan ini bermanfaat bagi ilmu pengetahuan. Amin.

Banda Aceh, Mei 2013 Penulis

ii

ABSTRAK

Kata Kunci :Kompetensi Profesional,Uji Kompetensi Guru (UKG), Lesson Study Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan profesionalisme guru dalam peningkatan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Hal ini tentunya berdampak pada peningkatan prestasi belajar siswa yang merupakan tujuan dari penelitian ini. Penelitian ini dilakukan dengan tahapan-tahapan yang berlaku dalam pembelajaran berbasis lesson study. Pelaksanaannya berlangsung 3 siklus disesuaikan dengan alokasi waktu dan pokok bahasan yang dipilih. Tiap siklus terdiri dari plan, do dan see. Adapun lokasi penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Banda Aceh, pelaksanaan penelitian dimulai dari Maret – April 2013. Subyek penelitian ini ialah siswa-siswi kelas X-1 semester genap di SMAN 5 Banda Aceh tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 25 orang dan tekhnik yang digunakan berupa observasi dan tes. Instrumen penelitian ini meliputi: lembar observasi PTK lesson study , lembar observasi aktivitas guru dan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung dan tes multiple choice untuk pre tes dan post tes. Data hasil observasi PTK lesson study dianalisis dengan menggunakan persentase, untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa didalam kelas digunakan deskriptif kualitatif dan untuk mengetahui prestasi belajar siswa melalui penerapan lesson study dapat dianalisis dengan menggunakan peresentase. Setelah dilakukan penelitian maka diperoleh hasil penerapan lesson study pada tahap plan, do dan see meningkat dari siklus I, II dan III. Adapun persentase yang diperoleh pada siklus I,II dan III berada pada rentang 75% - 99,99%. Untuk Keberhasilan dari segi proses dapat dilihat dari adanya perubahan sikap siswa dan guru model dari siklus I,II dan III ke arah yang positif. Hasil belajar siswa selama tiga siklus mengalami peningkatan, baik ketuntasan rata-rata secara individual maupun secara klasikal. Pada siklus I ketuntasan individual dari 21 siswa hanya 13 siswa yang tuntas dan secara klasikal diperoleh 61,9%. Pada siklus II ketuntasan secara individual 15 siswa yang tuntas dan secara klasikal sebesar 71,4% sedangkan pada siklus III secara individual diperoleh 18 siswa yang tuntas dan ketuntasan secara klasikal sebesar 85,7%.

iii

26. Surat Keputusan Penunjukan Dosen Pembimbing ................................... 100

27. Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Akademik Fkip nUnsyiah .......... 101

28. Surat Izin Mengadakan Penelitian dari Dinas Pendidikan Kota Banda Aceh 102

29. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SMAN 5 Banda Aceh 103

viii

DAFTAR GAMBAR DAN DIAGRAM

1. Gambar 2.1 Tahapan lesson study.................................................................. 21

2. Gambar 2.2 Skema PTK Menurut Arikunto ................................................. 25

3. Diagram 4.1.1 Hasil penerapan leson study tahap plan ................................. 35

4. Diagram 4.1.2 Hasil penerapan leson study tahap do .................................... 36

5. Diagram 4.1.3 Hasil penerapan leson study tahap see ................................... 37

6. Diagram 4.1.4 Hasil Belajar Siswa pada Siklus I,II dan III ........................... 43

ix

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Dewasa ini proses pembelajaran di dalam kelas kurang mendapat perhatian dari orang tua dan pemerintah. Yang menjadi patokan adalah hasil UN harus memperoleh nilai yang tinggi dan lulus sesuai standar yang telah ditetapkan. Umumnya untuk sekolah menengah atas, setelah siswa lulus dari SMA kesulitan yang dihadapi siswa ialah memasuki PTN diseluruh Indonesia. Khususnya di provinsi Aceh, tingkat kelulusan yang diperoleh siswa menempati urutan 31 dari 33 provinsi di Indonesia.

Dengan hasil yang demikian dapat kita ketahui bahwa hasil belajar siswa tidak bergantung pada nilai kelulusan UN. Akan tetapi bagaimana siswa mampu bersaing dalam dunia pendidikan untuk mendapatkan posisi yang bagus lagi layak di PTN maupun di dunia kerja. Hal tersebut juga menunjukkan rendahnya hasil belajar yang diperoleh siswa selama ini. Rendahnya hasil belajar siswa selama ini menimbulkan pertanyaan bagaimana proses belajar mengajar siswa selama ini.

Tentunya dalam proses belajar mengajar ada dua hal yang saling mempengaruhi proses transfer ilmu. Yakni peserta didik dan pendidik. Pendidik atau guru merupakan komponen utama yang mempengaruhi hasil belajar siswa. Hasil belajar siswa akan lebih baik apabila guru yang mengajarkan sudah profesional. Hal ini karena guru yang profesional merupakan faktor penentu proses pendidikan yang berkualitas

Menurut Oemar Hamalik (2009:27), “Guru profesional merupakan orang yang telah menempuh program pendidikan guru dan memiliki tingkat master serta telah mendapat ijazah negara dan telah berpengalaman dalam mengajar kelas- kelas besar”.

Sedangkan Rusm an (2011:19), “Guru profesional adalah orang yang memiliki kemampuan dan keahlian khusus dalam bidang keguruan, sehingga ia mampu melakukan tugas dan fungsinya sebagai guru dengan kemampuan maksimal. Guru profesional juga merupakan orang yang terdidik dan terlatih dengan baik, serta memiliki pengalaman yang luas di bidangnya”.

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa guru yang profesional merupakan factor penentu proses pendidikan yang berkualitas. Hal ini dikarenakan guru sudah memiliki kompetensi yang diharapkan. Namun ternyata kompetensi profesional guru di Aceh sangatlah rendah. Hal ini dibuktikan dengan sebuah wacana yang diterbitkan oleh Serambi Indonesia pada tanggal 17 Oktober 2012 Ujian Kompetensi Guru (UKG) yang dilaksanakan oleh Kemdiknas (Kementerian Pendidikan Nasional) sebagai bagian dari proses perbaikan mutu guru. Angka ketidaklulusan guru di Aceh dalam ujian UKG menempati posisi tertinggi, yaitu peringkat ke-32 dari 33 propinsi di Indonesia. Konkritnya adalah dari 6.700 guru di seluruh Aceh yang mengikuti UKG gelombang pertama Juli-Agustus 2012, sebanyak 4900 atau 73% guru tidak lulus.

Menurut Mulyasa (2009:188).”UKG bertujuan untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata- rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan dan siapa yang perlu dapat Menurut Mulyasa (2009:188).”UKG bertujuan untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata- rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan dan siapa yang perlu dapat

Dengan melihat rendahnya angka kelulusan guru pada ujian UKG dan tujuan dari UKG tentunya perlu dilakukan perbaikan terhadap profesionalitas guru dalam mengajar, sehingga dihasilkan guru yang berkualitas yang mampu meningkatkan prestasi belajar siswa.

Lesson Study merupakan suatu cara yang dapat menjembatani permasalahan yang dihadapi guru untuk meningkatkan profesionalitasnya dan mampu meningkatkan prestasi belajar siswa. Menurut Putu Ashintya (dalam Cerbin dan Kopp,2006),” lesson study adalah sebuah proses pengembangan kompetensi profesional untuk para guru dan dikembangkan secara sistematis dengan tujuan utama menjadikan proses pembelajaran menjadi lebih baik dan efektif”.

Rusman (2011:380) mengat akan, “Lesson Study merupakan salah satu upaya untuk meningkatkan proses dan hasil pembelajaran yang dilaksanakan secara kolaboratif dan berkelanjutan oleh sekelompok guru. Lesson study juga merupakan salah satu alternatif guna mengatasi masalah praktik pembelajaran yang selama ini dipandang kurang efektif”.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa lesson study merupakan suatu cara yang dapat meningkatkan kompetensi profesional guru, sehingga dengan meningkatnya profesionalitas guru maka guru dapat meningkatkan prestasi belajar siswa.

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, maka penulis tertarik

untuk untuk mengangkat sebuah judul yaitu “Penerapan Lesson Study pada Materi Suhu dan Kalor untuk Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa di SMAN 5 Banda

Aceh”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, maka yang menjadi rumusan masalah adalah:

1. Apakah guru sudah menerapkan pendekatan Lesson Study dengan benar di sekolah?

2. Bagaimanakah aktivitas guru dan siswa di dalam kelas?

3. Bagaimanakah hasil belajar siswa pada materi Suhu dan Kalor melalui penerapan Lesson Study ?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini ialah :

1. Untuk mengetahui apakah guru sudah menerapkan pendekatan Lesson Study dengan benar di sekolah

2. Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa di dalam kelas

3. Untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi Suhu dan Kalor melalui penerapan Lesson Study.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil dari peneliti ini, diharapkan dapat memberikan manfaat yaitu:

1. Bagi penulis sebagai calon guru untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang bagaimana siswa belajar dan guru mengajar.

2. Bagi guru untuk mengetahui kemampuan dalam praktik mengajar dan membina hubungan sosial dengan guru lain.

3. Bagi siswa untuk meningkatkan prestasi belajar fisika di sekolah.

4. Bagi sekolah untuk meningkatkan kualitas guru sehingga memiliki guru yang terampil dan profesional.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Adapun yang menjadi ruang lingkup penelitian ini ialah hanya pada materi Suhu dan Kalor diterapkan pendekatan Lesson study.

1.6 Definisi Operasional

Untuk menghindari kekeliruan dan kesalapahaman dalam penafsiran tentang istilah-istilah yang digunakan dalam proposal ini, maka ada baiknya penulis menjelaskan pengertiannya. Adapun istilah yang perlu dijelaskan adalah sebagai berikut:

1. Penerapan adalah implementasi yang dilakukan dalam jangka waktu yang panjang dan erat kaitannya dengan pengambilan keputusan (Kamus Besar Bahasa Indonesia).

2. Lesson Study adalah strategi untuk meningkatkan mutu pembelajaran melalui pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan prinsip-prinsip kolegialitas dan mutual learning. (PHKI,2010 : 14)

3. Materi Suhu dan Kalor adalah bahan ajar mengenai derajat panas dan dinginnya suatu benda serta energy yang berpindah karena adanya perbedaan temperatur.

4. Meningkatkan prestasi belajar siswa adalah suatu upaya yang dilakukan untuk menaikkan atau mempertinggi nilai siswa sehingga diperoleh hasil yang memuaskan yang ditampakkan dalam bentuk peningkatan kualitas dan kuantitas tingkah laku seperti peningkatan kecakapan,pengetahuan,sikap dll.

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Pengertian Kompetensi Guru

Istilah kompetensi guru mempunyai banyak makna, menurut Mc. Load (dalam Usman, 2006:14), “Kompetensi merupakan perilaku yang rasional untuk mencapai tujuan yang dipersyaratkan sesuai dengan kondisi yang diharapkan. Sedangkan yang dimaksud dengan kompetensi guru (teacher competency)merupakan kemampuan seorang guru dalam melaksanakan kewajiban secara bertanggung jawab dan layak”.

Dalam UUD RI Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, dijelaskan bahwa,“Kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan, dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya”.

Sementara itu Mulyasa (2009:26) menyatakan bahwa : Kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh

melalui pendidikan, kompetensi guru menunjukkan kepada performan dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dikatakan rasional karena mempunyai arah dan tujuan, sedangkan performance merupakan perilaku nyata dalam arti tidak hanya dapat diamati tetapi mencakup sesuatu yang tidak kasat mata.

Berdasarkan penjelasan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kompetensi guru merupakan kemampuan guru dalam melaksanakan tugasnya sebagai guru yang dicerminkan dalam perbuatan sehingga dicapai tujuan pendidikan.

Adapun fungsi dan tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam Undang- Undang No.20 Tahun 2003 pasal 3 sebagai berikut: Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dalam

membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Agar tujuan pendidikan tercapai, harus dimulai dengan lingkungan belajar yang kondusif dan efektif, maka guru harus melengkapi dan meningkatkan kompetensinya. Di antara kriteria-kriteria kompetensi guru yang harus dimiliki meliputi:

1. Kompetensi kognitif, yaitu kompetensi yang berkaitan dengan intelektual.

2. Kompetensi afektif, yaitu kompetensi atau kemampuan bidang sikap, menghargai pekerjaan dan sikap dalam menghargai hal-hal yang berkenaan dengan tugas dan profesinya.

3. Kompetensi psikomotorik, yaitu kemampuan guru dalam berbagai keterampilan atau berperilaku.

2.2 Jenis-jenis Kompetensi

Adapun jenis-jenis kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yang profesional mencakup empat aspek yaitu:

2.2.1 Kompetensi Pedagogik

Menurut Rusman (2011:22), “Kompetensi pedagogik adalah kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang

dimilikinya”. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus mampu mengelola kegiatan pembelajaran, mulai dari merencanakan, melaksanakan, dan mengevaluasi kegiatan pembelajaran. Guru harus menguasai manajemen kurikulum, mulai dari merencanakan perangkat kurikulum, melaksanakan kurikulum dan mengevaluasi kurikulum, serta memiliki pemahaman tentang psikologi pendidikan, terutama terhadap kebutuhan dan perkembangan.

2.2.2 Kompetensi Kepribadian

Menurut Rusman (2011:22), “Kompetensi kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi teladan bagi

peserta didik, dan berakhlak mulia”. (SNP, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir a). Artinya guru harus memiliki sikap kepribadian yang mantap, sehingga mampu menjadi sumber inspirasi bagi siswa. Dengan kata lain guru harus memiliki kepribadian yang patut diteladani.

2.2.2 Kompetensi Profesional

Menurut Rusman (2011:23),”Kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan”. (Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat

3 butir a). Artinya guru harus memiliki pengetahuan yang luas berkenaan dengan bidang studi atau subjek matter yang akan diajarkan serta penguasaan dididaktik metodik dalam arti memiliki pengetahuan konsep teoritis, mampu memilih model, strategi dan metode yang tepat serta mampu menerapkannya dalam kegiatan pembelajaran.

2.2.4 Kompetensi Sosial

Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. (Mulyasa, 2009 :174)

2.3 Kompetensi Profesional

Telah dijelaskan sebelumnya, bahwa kompetensi profesional adalah kemampuan guru dalam menguasai materi sehingga mampu menyampaikan pembelajaran sesuai yang diharapkan siswa. Adapun kompetensi profesional yang akan dijelaskan disini ialah bagaimana kriteria yang harus dimiliki oleh seorang guru

untuk mencapai kompetensi profesional. Kompetensi profesional, yaitu kemampuan yang harus dimiliki guru dalam

proses pembelajaran. Guru mempunyai tugas untuk mengarahkan kegiatan belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran, untuk itu guru dituntut mampu menyampaikan bahan pelajaran. Guru harus selalu memperbaharui dan menguasai materi pelajaran yang disajikan. Persiapan diri tentang materi diusahakan dengan jalan mencari informasi melalui berbagai sumber seperti membaca buku-buku terbaru, mengakses internet, selalu mengikuti perkembangan dan kemajuan terakhir tentang materi yang disajikan.

Dalam menyampaikan pembelajaran, guru mempunyai peranan dan tugas sebagai sumber materi yang tidak pernah kering dalam mengelola proses pembelajaran. Kegiatan mengajarnya harus disambut oleh siswa sebagai suatu seni pengelolaan proses pembelajaran yang diperoleh melalui latihan, pengalaman dan kemauan belajar yang tidak pernah putus.

Untuk melaksanakan proses pembelajaran keaktifan siswa harus selalu diciptakan dan berjalan terus dengan dengan menggunakan metode dan strategi mengajar yang tepat. Guru menciptakan suasana yang dapat mendorong siswa untuk bertanya, mengamati, mengadakan eksperimen, serta menemukan fakta dan konsep yang benar, oleh karena itu guru harus melakukan kegiatan pembelajaran menggunakan multimedia, sehingga terjadi suasana belajar sambil bekerja, belejar sambil mendengar dan belajar sambil bermain. Oleh karena itu, dalam pelaksanaan

proses pembelajaran, guru harus memerhatikan prinsip-prinsip-prinsip pembelajaran sebagai ilmu keguruan. Misalnya bagaimana menerapkan prinsip apersepsi, perhatian, kerja kelompok, korelasi dan prinsip-prinsip lainnya.

Dalam hal evaluasi, secara teori dan praktik, guru harus melaksanakan sesuai dengan tujuan yang ingin diukurnya. Jenis tes yang digunakan untuk mengukur hasil belajar harus benar dan tepat. Diharapkan pula guru dapat menyusun item secara benar, lebih jauh agar tes yang digunakan harus dapat memotivasi siswa belajar.

Menurut Rusman (2011:57), Adapun kriteria kompetensi profesional guru adalah sebagai berikut: (1) Menguasai materi, struktur, konsep dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang dipegang, (2) Menguasi Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar mata pelajaran/ bidang pengembangan yang dipegang, (3) Mengembangkan materi pelajaran yang dipegang secara kreatif, (4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif, (5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri

Lebih lanjut Mulyasa (2009:136) secara lebih khusus menerangkan hal-hal yang perlu dipahami oleh seorang guru untuk memiliki kompetensi profesional adalah sebagai berikut: (1) Mengembangkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, (2) Menguasai materi standar, (3) Memahami Standar Nasional Pendidikan, (4) Mengembangkan, (5) Mengelola program pembelajaran, (6) Mengelola kelas, (7) Menggunakan media dan sumber pembelajaran, (8) Menguasai landasan-landasan

kependidikan, (9) Memahami dan melaksanakan pengembangan peserta didik, (10) Memahami dan menyelenggarakan administrasi sekolah, (11) Memahami penelitian dalam pembelajaran, (12) Menampilkan keteladanan dan kepemimpinan dalam pembelajaran, (13) Mengembangkan teori dan konsep dasar kependidikan, dan (14) Memahami dan melaksanakan konsep pembelajaran individual.

Memahami uraian di atas, tampak bahwa kompetensi profesional merupakan kompetensi yang harus dikuasai guru dalam kaitannya dengan pelaksanaan tugas utamanya mengajar. Sementara itu, dalam Standar Nasional Pendidikan, penjelasan pasal 28 ayat 3 butir c, dikemukakan bahwa yang dimaksud dengan kompetensi profesional adalah kemampuan penguasaan materi pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalan Standar Nasional Pendidikan

2.4 Uji Kompetensi dalam Sertifikasi Guru

Standar kompetensi dan sertifikasi guru merupakan salah satu pekerjaan yang harus dilakukan pemerintah terkait amanat Undang-Undangan Guru dan Dosen (UUGD). Melalui standar sertifikasi, diharapkan dapat dipilah dan dipilih guru-guru profesional yang berhak menerima tunjangan profesi. Menurut Mulyasa (2009:191),”Uji kompetensi baik secara teoritis maupun praktis memiliki manfaat yang sangat penting, terutama dalam meningkatkan kualitas pendidikan melalui peningkatan kualitas guru”.

Lebih lanjut Mulyasa (2009:192) meneragkan beberapa manfaat Uji

kompetensi ialah sebagai berikut:

1. Sebagai alat untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru Untuk mengembangkan standar kemampuan profesional guru. Berdasarkan hasil uji dapat diketahui kemampuan rata-rata para guru, aspek mana yang perlu ditingkatkan dan siapa yang perlu dapat pembinaan secara kontinu, serta siapa yang telah mencapai standar kemampuan minimal

2. Merupakan alat seleksi penerimaan guru Untuk tidak membedakan jenjang guru yang satu dengan guru yang lain berdasarkan latar belakangya perlu dilaksanakan uji kompetensi yang digunakan sebagai alat seleksi, penerimaan guru baru dapat dilakukan secara profesional, tidak didasarkan atas suka – tidak suka, atau alas an subjektif lain, yang bermuara pada kolusi, korupsi dan Nepotisme, tetapi berdasarkan standar kompetensi yang objektif, dan berlaku secara umum untuk semua calon guru.

3. Untuk pengelompokan guru Dalam hal ini, guru-guru dapat dikelompokkan berdasarkan hasil uji kompetensi, misalnya kelompok tinggi, kelompok sedang dan kelompok kurang. Untuk kelompok kurang harus mendapat perhatian dan pembinaan agar dapat meningkatkan kompetensinya.

4. Sebagai bahan acuan dalam pengembangan kurikulum Secara khusus keberhasilan lembaga pendidikan dalam mempersiapkan calon guru ditentukan oleh berbagai komponen dalam lembaga tersebut, antara lain kurikulum. Oleh karena itu, kurikulum lembaga pendidikan yang mempersiapkan calon guru harus dikembangkan berdasarkan kompetensi guru.

5. Merupakan alat pembinaan guru Dengan adanya syarat yang menjadi criteria calon guru, maka akan terdapat pedoman bagi para administrator dalam memilih, menseleksidan menempatkan guru sesuai dengan karateristik dan kondisi, serta jenjang sekolah.

6. Mendorong kegiatan hasil belajar Uji kompetensi guru akan mendorong terciptanya kegiatan dan hasil belajar yang optimal, karena guru yang teruji kompetensinya akan senantiasa menyesuaikan nkompetensinya dengan perkembangan kebutuhan dan pembelajaran.

2.5 Prestasi Belajar Fisika

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia (2001: 895) prestasi diartikan sebagai yang telah dicapai (telah dilakukan, dikerjakan dan sebagainya). Menurut Arifin (2009: 3), prestasi berarti hasil usaha. Dalam hubungannya dengan usaha belajar, prestasi berarti hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan kegiatan belajar pada kurun waktu tertentu. Prestasi belajar siswa mampu memperlihatkan

perubahan-perubahan dalam bidang pengetahuan/pengalaman dalam bidang ketrampilan, nilai dan sikap.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa prestasi merupakan hasil usaha yang telah dicapai oleh seseorang sedang prestasi belajar adalah hasil yang dapat dicapai oleh seseorang setelah melakukan kegiatan belajar dalam kurun waktu tertentu.

Seorang siswa yang telah melakukan kegiatan belajar fisika, dapat diukur prestasinya setelah melakukan kegiatan belajar tersebut dengan menggunakan suatu alat evaluasi. Jadi prestasi belajar fisika merupakan hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah mempelajari fisika dalam kurun waktu tertentu dan diukur dengan menggunakan alat evaluasi (tes).

Adapun factor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa yakni :

1. Faktor Guru Peningkatan mutu pendidikan ditentukan oleh kesiapan sumber daya manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. Gunawan (1998:15) mengemukakan bahwa,”Guru merupakan perencana, pelaksana sekaligus sebagai evaluator pembelajaran di kelas, maka peserta didik merupakan subjek yang terlibat langsung

dalam proses untuk mencapai tujuan pendidikan”. Hal ini sesuai dengan yang tertuang dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan

Nasional bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban (1) menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan, kreatif, dinamis, dan dialogis, (2) mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu pendidikan

dan (3) memberi teladan dan menjaga nama baik lembaga, profesi, dan kedudukan sesuai dengan kepercayaan yang diberikan kepadanya.

2. Faktor Siswa Dalam hal pendidikan, faktor siswa atau peserta didik merupakan hal yang sangat penting diperhatikan. Seringkali faktor penghambat prestasi siswa terletak pada siswa. Sebagai obyek utama dalam pendidikan terutama dalam proses belajarmengajar, siswa memegang peran yang sangat dominan. Djamarah (2000:58)

menyatakan, “Setiap anak memiliki intelegensi yang berlainan. Sebab semuanya dipengaruhi faktor lingkungan dalam bentuk pengalaman yang anak perolehsela

hidupnya”. Hal ini bisaterjadi apabila siswa juga dilibatkan dalam proses inovasi pendidikan,walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari padaperubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan,sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama yangharus dilaksanakan dengan konsekuen.

3. Faktor Kurikulum Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program

pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Pasal 1 butir 19 Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menjelaskan bahwa kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan

pengajaran dan

perangkatnya merupakan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman menyelenggarakan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu.Olehkarena itukurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkandalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaaninovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama denganunsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpamengikuti program-program yang ada di dalamya, maka inovasi pendidikantidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri.

4. Faktor Fasilitas atau Sarana dan Prasarana Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Menurut Purwanto (2006:105), “Sekolah yang cukup memiliki alat-alat dan perlengkapan yang diperlukan untuk belajara ditambah dengan cara mengajar yang baik dari guru-gurunyaakan mempermudah dan mempercepat belajar anak”. Fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembahruan pendidikan. Oleh karena itu, jika dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja, laboraturium dansebagainya.

5. Faktor Lingkungan Dalam menerapkan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan pembaharuan pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Menurut Salmeto (2003:70) mengatakan bahwa,”Kegiatan siswa dalam masyarakat dapat menguntungkan

terhadap perkembangan pribadinya. Karena jika siswa ambil bagian dalam kegiatan masyarakat misalnya berorganisasi, kegiatan sosialkeagamaan dan lain-lain, maka akan tumbuh sikap keberanian, kebijaksanaan dan jiwa kepemimpinan dalam diri anak tersebut. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.

2.6 Pengertian Lesson Study

Dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia, pada tahun 2005 pemerintah dan DPR RI telah mengesahkan undang-undang RI Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Undang-undang tersebut menuntut penyesuaian penyelenggaraan pendidikan dan pembinaan guru, agar guru menjadi profesional.

Untuk itu, pemerintah melakukan usaha-usaha peningkatan mutu pendidikan melalui pelatihan-pelatihan dengan alokasi dana yang tidak sedikit. Namun disayangkan, usaha pemerintah ini kurang memberikan dampak yang signifikan terhadap peningkatan mutu pendidikan. Dalam hal ini Hendayana (2006 : 9) mengomentari :

Sedikitnya ada dua hal yang menyebabkan pelatihan guru belum berdampak pada peningkatan mutu pendidikan, yakni sebagai berikut : Pertama, pelatihan tidak berbasis pada permasalahan nyata didalam kelas. Materi pelatihan yang sama disampaikan kepada guru tanpa mengenal daerah asal. Padahal kondisi sekolah disuatu daerah belum tentu sama dengan sekolah di daerah lain. Kedua, hasil penelitian hanya menjadi pengetahuan saja, tidak diterapkan pada pembelajaran di kelas, atau kalaupun diterapkan hanya sekali, dua kali dan selanjutnya kembali seperti dulu lagi, back to basic.

Untuk itu harus ditemukan solusi untuk mengatasi terhadap peningkatan mutu pendidikan yang dilaksanakan secara berulang-ulang dan perlahan-lahan. Solusi untuk permasalahan diatas ialah denagan menerapkan pendekatan Lesson Study dalam proses belajar mengajar.

Menurut Rusman (2011:383),”Lesson study merupakan salah satu upaya pembinaan untuk meningkatkan proses pembelajaran yang dilakukan oleh sekelompok guru secara kolaboratif dan berkesinambungan, dalam merencanakan, melaksanakan, mengobservasi, dan melaporkan hasil refleksi kegiatan pembelajarannya”.

Menurut IMSTEP (Indonesia Mathematics and Science Teacher Education Project-JICA), Lesson Study dilakukan dengan tiga tahapan yakni : perencanaaan, pelaksanaaan dan refleksi berkelanjutan. Dengan kata lain, lesson Study merupakan

suatu cara peningkatan mutu pendidikan yang tidak pernah berakhir (continuous improvement ). Untuk keterangan lebih lanjut perhatikan skema kegiatan Lesson Study berikut :

PLAN DO (Perencanaan)

(Pelaksanaan)

SEE (Refleksi)

Gambar 2.1 Tahapan lesson study (Sumber : IMSTEP,JICA,2006) Keterangan lebih lanjut mengenai skema diatas dijelaskan oleh Rusman (2011:395) sebagai berikut:

1. Tahap Perencanaan Tahap ini bertujuan untuk merancang pembelajaran yang dapat membelajarkan siswa, bagaimana supaya siswa berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran. Perencanaannya dilakukan secara bersama. Perencanaan diawali dari analisis permasalahan yang dihadapi dalam pembelajaran dapat berupa materi bidang studi, konsep, fasilitas dan tentang metode pembelajaran yang tepat agar pembelajaran lebih efektif dan efesien.

Selanjutnya, guru secara bersama bersama-sama mencari solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, yang dituangkan dalam rancangan pembelajaran atau

Lesson plan, teaching materials berupa media pembelajaran dan lembar kerja siswa serta metode evaluasi.

2. Tahap Pelaksanaan Tahap pelaksanaan pembelajaran ini untuk menerapkan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dirumuskan. Dalam perencanaan telah disepakati siapa guru yang akan mengimplementasikan pembelajaran dan sekolah yang akan menjadi tuan rumah. Langkah ini bertujuan untuk menguji coba efektivitas model pembelajaran yang telah dirancang.

Guru-guru lain dari sekolah bersangkutan atau dari sekolah lain bertindak sebagai pengamat (observer). Juga dosen-dosen atau mahasiswa melakukan pengamatan dalam pembelajaran tersebut. Kepala sekolah juga ikut terlibat dan memandu kegiatan ini.

Sebelum pembelajaran dimulai, sebaiknya dilakukan briefing kepada para pengamat untuk menginformasikan kegiatan pembelajaran yang yang direncanakan oleh seorang guru dan mengingat bahwa selama pembelajaran berlangsung pengamat tidak menganggu kegiatan pembelajaran, tetapi mengamati aktivitas siswa selama pembelajaran.fokus pengamatan ditunjukkan pada interaksi siswa dengan siswa, siswa dengan bahan ajar, siswa dengan guru dan siswa dengan lingkungan .

3. Tahap Refleksi Setelah selesai pembelajaran langsung dilakukan diskusi antara guru dan pengamat yang dipandu oleh kepala sekolah atau personel yang ditunjuk untuk membahas pembelajaran. Guru mengawali diskusi dengan menyampaikan kesan- kesan dalam melaksanakan pembelajaran. Selanjutnya, pengamat diminta menyampaikan komentar dan lesson learnt dari pembelajaran, terutama berkenaan dengan aktivitas siswa. Tentunya kritik dan saran untuk guru disampaikan secara bijak demi perbaikan pembelajaran. Sebaliknya, guru harus menerima masukan dari pengamat untuk perbaikan pembelajaran berikutnya. Berdasarkan masukan dari diskusi ini dapat dirancang kembali perbaikan pembelajaran berikutnya.

2.8 Manfaat Lesson Study

Adapun manfaat dilaksanakannya lesson study dalam proses belajar mengajar tentunya memiliki dampak yang besar bagi proses pembelajaran yang dilakukan guru. Adapaun manfaat lesson study menuru Putu dkk (2008 : 17) ialah : (1) Lesson study memicu munculnya motivasi untuk mengembangkan diri (2) Lesson study melatih pendidik “melihat” peserta didik (3) Lesson study menjadikan penelitan sebagai bagian integral pendidkan (4) Lesson study membantu penyebaran inovasi dan Pendekatan baru (5) Lesson study mendapatkan para pendidik pada posisi terhotmat.

Sedangkan menurut Rusman (2011 :410) manfaat Lesson study ialah: (1) Guru dapat mendokumentasikan kemajuan kerjanya (2) Guru dapat memperoleh feed back

dari anggota/komunitas lainnya (3) Guru dapat memubliskan dan menyebarluaskan hasil akhir dari lesson study yang telah dilakukannya.

2.9 Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Zainal (2008:3),” Penelitian tindakan kelas adalah, ”penelitian yang dilakukan oleh guru dikelasnya sendiri melalui refleksi diri dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sehingga hasil belajar siswa meningkat ”.

PTK adalah suatu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki atau meningkatkan praktik- praktik pembelajaran dikelas profesional (Suyanto, 1997:3).

Untuk itu dapat disimpulkan bahwa PTK ialah proses perenungan atas tindakan selama proses belajar mengajar kemudian diperbaiki dengan meneliti penyebab ataupun masalah yang terjadi di lapangan.

Adapun karateristik PTK adalah sebagai berikut: (1) Penelitian berawal dari kerisauan guru akan kinerjanya, (2) Metode utama adalah refleksi diri, bersifat agak longgar tetapi mengikuti kaidah-kaidah penelitian, (3) Fokus penelitian berupa kegiatan pembelajaran, (4) Tujuannya memperbaiki pembelajaran.

Penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas. Ada beberapa orang ahli yang menekuni penelitian tindakan ini. Ahli yang pertamakali menciptakan model penelitian tindakan ialah Kurt Lewin. Model yang dikembangkan oleh Kurt Lewin didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian tindakan terdiri dari empat komponen

pokok yang juga menunjukkan langkah yaitu (1) Perencanaaan atau planning, (2) Tindakan atau acting, (3) Pengamatan atau observing dan (4) Refleksi atau Reflecting.

Hubungan antara empat komponen tersebut menunjukkan sebuah siklus atau kegiatan berulang. “Siklus” inilah yang sebetulnya menjadi salah satu cirri utama dari penelitian tindakan, yaitu bahwa penelitian tindakan harus dilaksanakan dalam bentuk siklus, bukan hanya satu kali intervensi saja.

Menurut Arikunto (2009:16) Secara garis besar penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.2: Skema PTK Menurut Arikunto dkk

Model Kurt Lewin yang terdiri dari empat komponen tersebut kemudian dikembangkan oleh Kemmis dan Mc Taggart. Kedua ahli ini memandang komponen sebagai langkah dalam siklus. Sehingga mereka menyatukan dua komponen yang ke-

2 dan ke-3, yaitu tindakan (acting) dan pengamatan (Observing) sebagai satu

kesatuan. Hasil pengamatan ini kemudian dijadikan dasar sebagai langkah berikutnya, yaitu refleksi mencermati apa yang telah terjadi.

Dari terselesaikannya refleksi lalu disusun sebuah modifikasi yang diaktualisasikan dalam bentuk rangkaian tindakan dan pengamatan lagi, begitu seterusnya. Jangka waktu dan siklus sangat bergantung konteks dan setting permasalahan, bisa jadi dalam bilangan hari atau minggu, tetapi dapat juga dalam hitungan semester atau bahkan tahun.

Keunggulan penelitian ini ialah karena guru diikutsertakan dalam penelitian sebagai subjek yang melakukan tindakan , yang diamati sekaligus diminta untuk merefleksikan hasil pengalaman selama melakukan tindakan, tentu lama kelamaan akan terjadi perubahan dalam diri merekasuatu kebiasaan untuk mengevaluasi diri.

Adapun tujuan penelitian tindakan kelas menurut Grundy dan Kemmis (dalam sanjaya 2009:30) tujuan penelitian tindakan kelas meliputi tiga hal, yakni peningkatan praktik, pengembangan profesional dan peningkatan situasi tempat praktik berlangsung.

Lebih lanjut Zainal (2008:7) menerangkan manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut : (1) Membantu guru memperbaiki pembelajaran, (2) Membantu guru berkembang secara profesional, (3) Meningkatkan ras percaya diri guru, (4) Memungkinkan guru secara aktif mengambangkan pengetahuan dan keterampilan.

PTK memerlukan berbagai kondisi agar dapat berlangsung dengan baik. Kondisi tersebut antara lain dukungan dari personel di sekolah; iklim yang terbuka

27

yang memberikan kebebasan kepada guru untuk berinovasi, berdiskusi berkolaborasi, dan saling percaya antara guru dengan siswa.

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMAN 5 Banda Aceh yang beralamat di Jalan Hamzah Fansuri, No.3, Kopelma Darussalam. Pengambilan data dilaksanakan mulai tanggal 28 maret 2013 sampai 11 april 2013 di kelas X-1 semester genap tahun ajaran 2012/2013. Penelitian ini mengambil pokok bahasan suhu dan kalor. Penentuan waktu penelitian mengacu pada kalender akademik sekolah karena PTK memerlukan beberapa siklus yang membutuhkan proses pembelajaran yang efektif di kelas.

3.2 Subjek dan Objek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah siswa-siswi kelas X-1 semester genap di SMA Negeri 5 Banda Aceh tahun ajaran 2012/2013 dengan jumlah siswa 25 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas X-1 melalui penerapan lesson study pada pokok bahasan Suhu dan Kalor

3.3 Metode Pengumpulan Data

Langkah-langkah yang harus disiapkan peneliti sebelum melakukan penelitian terlebih dahulu melakukan persiapan sebagai berikut :

3.3.1 Tahap Perencanaan

a. Merencanakan jumlah siklus tindakan yang akan dilaksanakan yaitu sebanyak 3 siklus/tatap muka.

b. Menentukan peserta lesson study yang terdiri dari 7 peserta.

c. Menentukan dua orang pengamat untuk mengamati lesson study dan 4 pengamat untuk mengamati aktivitas guru dan siswa.

d. Membuat absen kehadiran peserta lesson study.

e. Menentukan kelas penelitian, yaitu kelas X-1.

f. Menentukan materi yaitu pokok bahasan suhu dan kalor.

g. Menentukan guru model.

h. Menyusun lembar pengamatan PTK lesson study tahap plan (perencanaan).

i. Menyusun lembar pengamatan PTK lesson study tahap do (pelaksanaan) j. Menyusun lembar pengamatan PTK lesson study tahap see (Refleksi) k. Menentukan jadwal pelaksaanaan setiap tahapan lesson study. l. Menyusun RPP sesuai dengan materi suhu dan kalor yang dibagi menjadi 3 kali

pertemuan serta membuat soal pretes dan postes m. Menyusun instrumen pengamatan aktivitas guru dan siswa saat proses belajar mengajar berlangsung. n. Menyusun alat evaluasi berupa tes objektif.

3.3.2 Tahap Pelaksanaan

Sebelum melakukan tatap muka, terlebih dahulu dilakukan observasi lapangan. Observasi ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan belajar yang dihadapi siswa. Untuk mengatahui permasalahan belajar yang dialami siswa, peneliti

terlebih dulu melakukan observasi terhadap proses belajar. Permasalahan yang diperoleh dari hasil penelitian selanjutnya didiskusikan bersama dengan tim lesson study . Diskusi ini bertujuan untuk memecahkan permasalahan yang di hadapi siswa dalam proses belajar melalui lesson study .

Setelah dilakukan observasi peneliti melakukan tatap muka dengan memberikan pre tes untuk menguji kemampuan awal siswa. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar (KBM) untuk setiap kali pertemuan mengikuti siklus penelitan tindakan kelas yaitu : perencanaan – tindakan – observasi – refleksi.

Pada siklus I ditahap Perencanaan Peneliti meminta guru dan mahasiswa untuk menjadi peserta lesson study. Dalam tahap ini akan ditentukan peserta yang akan menjadi guru model, observer PTK lesson study pada setiap tahap plan-do-see, observer selama proses pembelajaran berlangsung dan dihasilkan RPP yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi di lapangan. Ditahap Pelaksanaan tindakan, Guru model yang telah ditunjuk pada tahap perencanaan maju untuk melakukan skenario pembelajaran sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Peserta lesson study yang lain diminta melaksanakan tugasnya sesuai kesepakatan yang telah dibuat pada tahap perencanaan. Pada tahap refleksi moderator yang telah ditunjuk pada tahap perencanaan membuka diskusi atas hasil pengamatan yang telah dilakukan selama proses pembelajaran di kelas berlangsung. Notulen menyiapkan catatan yang harus diperbaiki untuk kegiatan belajar maupun kegiatan lesson study.

Pada siklus ke-II dan ke-III setiap peserta lesson study melakukan hal yang sama berturut turut. Setiap siklus tentunya memiliki kekurangan dan kelebihan, untuk itu kekurangan yang ada pada siklus sebelumnya diperbaiki untuk siklus selanjutnya.

3.3.3 Tahap Refleksi

Pada tahap ini moderator yang telah ditunjuk membuka diskusi untuk melakukan kegiatan refleksi. Kegiatan refleksi dilaksanakan setelah selesai pembelajaran. Hal ini dimaksudkan agar setiap kejadian yang diamati dan dijadikan bukti pada saat mengajukan pendapat atau saran terjaga akurasinya kerena setiap orang dipastikan masih bisa mengingat dengan baik rangkaian aktivitas yang dilakukan dikelas.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi :

3.4.1 Tes tertulis

Tes tertulis yang digunakan ialah tes yang berbentuk objektif dengan lima pilihan yaitu a,b,c,d dan e. Tes ini diberikan pada saat pre test dan post test. Hal ini dimaksudkan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan setelah diterapkan lesson study pada proses pembelajaran.

3.4.2 Lembar observasi PTK Lesson Study.

Untuk mengetahui penerapan lesson study digunakan observasi terstruktur. Menurut Sugiyono (2010:205),”Observasi terstruktur ialah observasi yang telah dirancang secara sistematis, tentang apa yang akan diamati, kapan dan dimana tempatnya”. Lembar observasi digunakan untuk mengetahui seberapa jauh penerapan lesson study dilakukan oleh para guru.

3.4.3 Lembar Observasi Aktivitas Guru dan Siswa.

Untuk mengetahui aktivitas guru dan siswa didalam kelas digunakan observasi tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2010:205),”Observasi tidak terstruktur ialah observasi yang tidak disiapkan secara sistematis tentang apa yang akan diobservasi. Oleh karena itu peneliti dapat melakukan pengamatan bebas, mencatat apa saja yang menarik, melakukan analisis dan kemudian dibuat kesimpulan”.

3.5 Teknik Analisis Data

Setelah semua data penelitian terkumpul, maka data yang diperoleh dari penelitian dijumlahkan atau dikelompokkan sesuai dengan bentuk instrumen yang akan digunakan, kemudian dilakukan analisis data. Adapun teknik analisis data masing-masing instrumen sebagai berikut :

3.5.1 Pengukuran penerapan lesson study

Untuk mengetahui apakah guru sudah menerapkan pendekatan lesson study dengan benar di sekolah dapat diukur dengan menggunakan persentase.

Keterangan: P= Persentase yang dicari

f = Frekuensi jawaban yang dilaksanakan N= Jumlah soal (Soedijono,2005:43)

Dokumen yang terkait

PENGARUH PEMBERIAN SEDUHAN BIJI PEPAYA (Carica Papaya L) TERHADAP PENURUNAN BERAT BADAN PADA TIKUS PUTIH JANTAN (Rattus norvegicus strain wistar) YANG DIBERI DIET TINGGI LEMAK

23 199 21

KEPEKAAN ESCHERICHIA COLI UROPATOGENIK TERHADAP ANTIBIOTIK PADA PASIEN INFEKSI SALURAN KEMIH DI RSU Dr. SAIFUL ANWAR MALANG (PERIODE JANUARI-DESEMBER 2008)

2 106 1

FREKUENSI KEMUNCULAN TOKOH KARAKTER ANTAGONIS DAN PROTAGONIS PADA SINETRON (Analisis Isi Pada Sinetron Munajah Cinta di RCTI dan Sinetron Cinta Fitri di SCTV)

27 310 2

MANAJEMEN PEMROGRAMAN PADA STASIUN RADIO SWASTA (Studi Deskriptif Program Acara Garus di Radio VIS FM Banyuwangi)

29 282 2

ANALISIS PROSPEKTIF SEBAGAI ALAT PERENCANAAN LABA PADA PT MUSTIKA RATU Tbk

273 1263 22

PENERIMAAN ATLET SILAT TENTANG ADEGAN PENCAK SILAT INDONESIA PADA FILM THE RAID REDEMPTION (STUDI RESEPSI PADA IKATAN PENCAK SILAT INDONESIA MALANG)

43 322 21

KONSTRUKSI MEDIA TENTANG KETERLIBATAN POLITISI PARTAI DEMOKRAT ANAS URBANINGRUM PADA KASUS KORUPSI PROYEK PEMBANGUNAN KOMPLEK OLAHRAGA DI BUKIT HAMBALANG (Analisis Wacana Koran Harian Pagi Surya edisi 9-12, 16, 18 dan 23 Februari 2013 )

64 565 20

PENERAPAN MEDIA LITERASI DI KALANGAN JURNALIS KAMPUS (Studi pada Jurnalis Unit Aktivitas Pers Kampus Mahasiswa (UKPM) Kavling 10, Koran Bestari, dan Unit Kegitan Pers Mahasiswa (UKPM) Civitas)

105 442 24

PEMAKNAAN BERITA PERKEMBANGAN KOMODITI BERJANGKA PADA PROGRAM ACARA KABAR PASAR DI TV ONE (Analisis Resepsi Pada Karyawan PT Victory International Futures Malang)

18 209 45

STRATEGI KOMUNIKASI POLITIK PARTAI POLITIK PADA PEMILIHAN KEPALA DAERAH TAHUN 2012 DI KOTA BATU (Studi Kasus Tim Pemenangan Pemilu Eddy Rumpoko-Punjul Santoso)

119 459 25