PROBLEMATIKA MUAMALAH DI DAERAH PERBATAS

HAMKA SIREGAR

PROBLEMATIKA MUAMALAH DI DAERAH PERBATASAN

INDONESIA-MALAYSIA

Sebuah Kajian Tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam

Editor: Syamsul Kurniawan

Perpustakaan Nasional: Katalog dalam Terbitan Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia: Sebuah Kajian Tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam Hak Cipta dilindungi undang-undang All Right Reserved (c) 2015, Indonesia: Pontianak

Penulis

Hamka Siregar

Editor

Syamsul Kurniawan

Layout

Juliasman

Design Cover

Setia Purwadi

Diterbitkan oleh IAIN Pontianak Press Jalan Letjend. Suprapto No. 19 Telp./Fax. 0561-734170 Pontianak, Kalimantan Barat

Cetakan Pertama, Agustus 2015

Hamka Siregar PROBLEMATIKA MUAMALAH DI DAERAH PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA: SEBUAH KAJIAN TENTANG TINDAKAN HUKUM MASYARAKAT MUSLIM PERBATASAN INDONESIA-MALAYSIA PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

83 halaman: 160mm x 240mm

KATA PENGANTAR

ALHAMDULILLAH, segala puji bagi Allah SWT. Rangkaian kata yang patut diucapkan atas selesainya buku berjudul Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia- Malaysia: Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam. Shalawat dan Salam selalu tercurah kepada revolusioner Islam, Rasulullah, Muhammad SAW.

Daerah perbatasan yang menjadi pintu masuk antar bangsa yang mempertemukan dua negara, Indonesia- Malaysia, seringkali disalahgunakan oleh orang-orang yang berkepentingan. Banyak persoalan kompleks yang ditemukan di sekitar daerah perbatasan dan belum ditemukan penyelesaian solutif.

Oleh karena itu, buku ini mengkaji untuk mengetahui: pertama, apa-apa saja persoalan muamalah yang terjadi di daerah perbatasan; kedua, penyebab terjadinya problematika muamalah di daerah perbatasan; dan ketiga, bagaimana tindakan hukum masyarakat muslim perbatasan terkait problematika yang terjadi di wilayah perbatasan Indonesia- Malaysia.

Buku ini ditulis berangkat dari penelitian yang penulis lakukan di 3 (tiga) daerah perbatasan yaitu Entikong, Jagoi Babang, dan Nanga Badau. Hasil yang didapat adalah masih

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam iii Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam iii

Disadari bahwa dalam buku ini tentu masih terdapat kekurangan, baik dari aspek isi maupun metodologi, dan terlepas dari itu semua, para pembaca diharapkan kontribusinya memberikan masukan dan saran yang konstruktif bagi kesempurnaan buku ini. Terimakasih pada semua pihak yang mendukung dan berjasa hingga terbitnya buku ini. Harapan saya, semoga buku ini banyak manfaatnya. Amin.***

Pontianak, 19 Mei 2015

HAMKA SIREGAR

iv Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR - iii - DAFTAR ISI - v -

BAB I

PENDAHULUAN - 1 -

BAB II PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TENTANG MUAMALAH

DAN KETAATAN TERHADAP PEMIMPIN - 7 - Konsep Muamalah dalam Islam - 8 - Konsep Ketaatan Terhadap Pemimpin (Pemerintah) - 11 -

BAB III DESKRIPSI TENTANG JAGOI BABANG, ENTIKONG, DAN BADAU SERTA PROBLEMATIKA HUKUM

MASYARAKATNYA - 14 - Jagoi Babang - 15 - Badau - 20 - Entikong - 25 -

BAB IV ANALISA HUKUM ISLAM TERHADAP PROBLEMATIKA FIQH YANG TERJADI PADA MASYARAKAT PERBATASAN

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam v

JAGOI BABANG, BADAU DAN ENTIKONG - 29 - Jual Beli Komoditi Ilegal dari Negara Malaysia - 29 - Tenaga Kerja Indonesia (TKI) Ilegal - 39 -

Human Trafficking - 46 - Perkawinan Lintas Negara - 52 -

Kartu Tanda Penduduk (KTP) Ganda - 58 -

BAB V

PENUTUP - 61 - Simpulan - 61 - Saran-saran dan Rekomendasi - 65 -

DAFTAR PUSTAKA - 66 - LAMPIRAN - 71 -

MENGENAL PENULIS - 77 -

vi Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

BAB I PENDAHULUAN

INDONESIA merupakan negara kepulauan dengan garis pantai sekitar 81.900 kilometer. Indonesia memiliki wilayah perbatasan dengan banyak negara baik perbatasan darat (kontinen) maupun laut (maritim).

Batas darat wilayah Republik Indonesia dalam hal ini berbatasan langsung dengan negara-negara Malaysia, Papua Nugini dan Timor Leste. Sedangkan wilayah laut Indonesia berbatasan dengan 10 negara, yaitu India, Malaysia, Singapura, Thailand, Vietnam, Filipina, Republik Palau, Australia, Timor Leste dan Papua Nugini. Wilayah perbatasan laut pada umumnya berupa pulau-pulau terluar yang jumlahnya kurang lebih 92 pulau dan termasuk pulau-pulau kecil. 1

Pada bagian utara, batas darat wilayah Indonesia dengan negara lain meliputi wilayah Kalimantan Barat dan Timur yang berbatasan dengan negara Malaysia (Malaysia Timur). Pada wilayah timur batas darat berbatasan dengan Negara Papua Nugini. Sementara Papua sebagai pembatas wilayah darat dan laut di daerah timur Indonesia. Sebelah selatan batas darat Indonesia berbatasan dengan negara Timor Leste tepatnya di wilayah Nusa Tenggara Timur (NTB), dan batas laut berbatasan dengan negara Australia di Samudra Hindia. Sedangkan di sebelah barat berbatasan

1 Ahmad Ardiyanto, “Wilayah Perbatasan”, dalam http://www. wilayahperbatasan.com, akses internet tanggal 11 Nopember 2014.

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 1 Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 1

Perbatasan menjadi salah satu isu ( discourse) yang selama ini problematis dan terus menjadi problem Indonesia dalam bernegara dan bertentangga, termasuk di Kalimantan Barat. Meskipun daerah perbatasan menjadi garda terdepan hubungan regional antara Indonesia dengan negara tetangga, akan tertapi faktanya daerah perbatasan masih belum terorganisir dengan baik dan terabaikan. Contohnya, pengembangan infrastruktur maupun pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM).

Harapan masyarakat kepada pemerintah dengan dibentuknya kementerian khusus yang menangani daerah perbatasan dan daerah tertinggal juga “jauh panggang dari api”. Secara implementatif, pengembangan dan pembangunan daerah perbatasan boleh dikatakan belum merata dan baik.

Hasilnya, berbagai problematika sosial keagamaan bermunculan. Problematika yang muncul di lapangan bervariasi, mulai dari pendidikan, kesehatan, sosial keagamaan, sengketa perbatasan dengan negara tetangga yang berbatasan langsung dengan wilayah darat maupun wilayah laut Indonesia, serta masalah kesejahteraan masyarakat yang bertempat tinggal di wilayah perbatasan. Begitu juga dalam bidang kesehatan dan pendidikan.

Kokohnya tembok yang dibangun, sigapnya barisan petugas yang dipersenjatai dan rapatnya pagar besi perbatasan ternyata tidak menjadi jaminan tidak adanya pelanggaran peraturan dan ketentuan hukum yang berlaku di kawasan perbatasan Indonesia dan Malaysia. Impor gula ilegal di perbatasan Indonesia-Malaysia adalah contoh yang

2 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia 2 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Selain masalah penyelundupan barang illegal seperti gula, perdagangan manusia berkedok pengiriman tenaga kerja merupakan masalah yang juga sudah berlangsung lama. Namun sampai saat ini belum bisa ditangani secara tuntas. Setiap tahun, angka perdagangan manusia justru mengalami peningkatan. Para TKI tidak hanya datang dari masyarakat setempat yang berpendidikan rendah, tetapi juga dari berbagai daerah terutama dari Pulau Jawa dan Nusa Tenggara Tmur dan Nusa Tenggara Barat.

Kecuali itu, kondisi pendidikan masyarakat di daerah perbatasan yang rendah senyatanya dimanfaatkan oleh oknum tak bertanggung jawab, seperti rekruitmen tenaga kerja, yang selanjutnya dipekerjakan secara ilegal di Malaysia. Hal tersebut seharusnya dapat dicegah jika petugas imigrasi jeli dalam meneliti dokumen-dokumen dan tujuan seseorang melintasi perbatasan. Namun pada kenyataannya, petugas imigrasi “tidak cukup selektif” dalam mendeteksi para calon tenaga kerja sehingga mereka dapat keluar masuk via

perbatasan, meskipun kita tak boleh nafikan kerja petugas imigrasi sudah sangat bagus dalam mengawal dan mengawasi

kasus ini. Kondisi ini menyebabkan munculnya berbagai persoalan yang menimpa para tenaga kerja Indonesia (TKI), dimulai dari penipuan, penempatan kerja yang tidak sesuai dengan perjanjian hingga menjadi korban kekerasan majikan. Hal ini jelas bertentangan dengan UU No, 39 tahun 2004 yang mengatur mengenai penempatan dan perlindungan TKI yang bekerja di luar negeri. Maraknya pengiriman TKI ilegal ke Negara Malaysia, di samping adanya dorongan untuk memperoleh pekerjaan dengan upah yang tinggi, di sisi lain juga dipicu lemahnya koordinasi dari instansi terkait, terutama pada pos pemeriksaan di pintu perbatasan. Sehingga

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 3 Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 3

Dari serentetan permasalah perbatasan Indonesia- Malaysia yang dipaparkan di atas, peneliti merasa tertarik untuk meneliti persoalan-persoalan muamalah seperti perdagangan illegal, masalah tenaga kerja Indonesia, jual beli valas, serta bagaimana tindakan hukum masyarakat muslim di daerah perbatasan tersebut. Hal ini menjadi urgen, karena paling tidak penelitian ini dapat menjadi solusi terutama bagi masyarakat muslim di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia.

Berangkat dari kerangka berpikir (frame of thought) dan latar belakang di atas riset ini dilakukan. Riset ini berfokus pada tindakan hukum masyarakat muslim perbatasan Indonesia-Malaysia dalam kaitannya dengan problematika muamalah di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Fokus riset ini mengkerucut pada pada sebuah pertanyaan riset yaitu, “Bagaimanakah tindakan hukum masyarakat muslim perbatasan Indonesia-Malaysia dalam kaitannya dengan problematika muamalah di daerah perbatasan Indonesia- Malaysia?”.

Untuk menentukan batasan ruang lingkup penelitian ini, maka pertanyaan riset di atas peneliti jabarkan dalam beberapa pertanyaan riset sebagai berikut: pertama, apa saja problematika muamalah di daerah perbatasan Indonesia- Malaysia?; kedua, apa penyebab terjadinya problematika muamalah di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia?; dan ketiga, bagaimanakah tindakan hukum masyarakat muslim dalam kaitannya dengan problematika muamalah di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia?

Riset ini secara akademik bertujuan untuk mendapatkan data dan informasi yang jelas mengenai: pertama, problematika muamalah di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia; kedua, penyebab terjadinya problematika muamalah di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia; ketiga, tindakan hukum masyarakat muslim dalam kaitannya dengan

4 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia 4 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Riset ini diharapkan dapat menggali dan menemukan, menganalisis dan mengevaluasi data secara detail tentang tindakan hukum masyarakat muslim dalam kaitannya dengan problematika muamalah di daerah perbatasan Indonesia- Malaysia. Kemudian, dari hasil riset ini diharapkan dapat menjadi rujukan terutama kaitannya dengan problematika mumalah di wilayah perbatasan antar negara (wilayatul hukmi), dan tentunya memberikan manfaat baik bagi pemerintah dan masyarakat muslim di daerah perbatasan Indonesia-Malaysia. Selanjutnya, hasil riset ini juga diharapkan dapat dijadikan bahan informasi awal untuk kepentingan riset lainnya yang relevan.

Pendekatan yang digunakan dalam riset ini adalah kualitatif sebagai prosedur riset yang menghasilkan data deskriptif berupa kata tertulis atau lisan dari orang-orang

dan perilaku yang diamati. 2 Hal ini dilakukan agar riset ini – terutama dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisa data dan kemudian menarik kesimpulan – menghasilkan data yang valid, reliabel, objektif, dan terdapat pesan-pesan manfaat. Pada riset ini menggunakan metode deskriptif yaitu riset yang menggambarkan tentang karakteristik (ciri-ciri) individu, situasi atau kelompok dengan tujuan untuk menggambarkan gejala sesuatu yang tengah berlangsung pada masyarakat perbatasan terkait praktik muamalah.

Selanjutnya agar riset ini menjadi efektif (tepat guna) dan efisien (hasil guna) maka perlu ditentukan sumber data dengan cara menentukan subjek dan objek riset yang kemudian dijadikan sebagai sumber data primer dan sekunder. Subjek riset ini adalah siapa saja yang bisa memberikan informasi terkait kepentingan riset, di antaranya adalah masyarakat perbatasan Entikong, petugas perbatasan, kepala dinas transmigrasi. Sementara objek riset adalah apa yang menjadi titik perhatian suatu riset. Sedangkan objek

2 Lihat Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT.. Remaja Rosdakarya, 2004, hal. 3

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 5 Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 5

Metode pengumpulan data dalam riset ini adalah, metode observasi, wawancara, angket, dan dokumentasi. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam riset adalah pedoman observasi, pedoman wawancara dan pedoman angket dengan menyiapkan alat pengumpul data berupa buku catatan, kamera, perekam ( tape recorder), dan lain-lain yang dianggap bisa membantu riset.

Adapun tahapan riset ini yaitu: pertama, pra riset yang terdiri dari memilih topik kajian dan instrumentasi riset; kedua, riset yang mana dilakukan setelah proposal riset disetujui dan telah mendapat izin riset; dan ketiga, riset akhir berupa pengolahan data melalui reduksi data, display data dan analisa data riset. Analisis data dalam riset ini adalah; data collection, data reduction, data display, dan conclution. Selainnya dalam riset ini juga dilakukan pengecekan keabsahan data. Keabsahan data dalam riset ilmiah memang mutlak diperlukan untuk mengetahui keabsahan data pada riset. Untuk itu langkah-langkah untuk menjaga keabsahan data dalam riset ini adalah; memperpanjang masa observasi, pengamatan yang terus menerus, triangulasi, membincangkan dengan orang lain dalam bentuk diskusi-diskusi terbatas ( focus group discussion) dan membercheck.***

6 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

BAB II PERSPEKTIF HUKUM ISLAM TENTANG MUAMALAH DAN KETAATAN TERHADAP PEMIMPIN

SEJAUH penelusuran riset, yang dilakukan, hingga saat ini belum ada riset yang secara khusus dan detail mengenai tindakan hukum masyarakat Islam di daerah perbatasan Indonesia Malaysia. Namun demikian, terdapat beberapa riset lain seputar perbatasan Indonesia Malaysia, yang diuraikan di bawahini.

Pertama, Mas’ud Said (2011) dan risetnya yang berjudul “Kajian Model Internalisasi Ideologi Kebangsaan di Daerah Perbatasan”. Dalam hasil data, fakta, investigasi dan kunjungan riset yang ia lakukan di lapangan, terdapat fenomena bahwa internalisasi ideologi kebangsaan sangat penting untuk dilakukan secara sengaja, terstruktur dari pusat dengan organisasi yang kuat rapi dan memiliki mandat penuh. Bentuk dan pola itu bisa berupa penguatan forum- forum warga perbatasan dan kendaraan sosial yang di dalamnya ada tokoh masyarakat dan pejabat yang berwenang mengurusi daerah perbatasan.

Kedua, Zaenuddin Hudi Prasojo (2013) dalam risetnya yang berjudul “Dinamika Masyarakat Lokal di Perbatasan”. Dalam riset tersebut diuraikan bahwa letak wilayah perbatasan yang sangat jauh dari Kota Pontianak sebagai

ibukota Provinsi Kalimantan Barat, dan secara geografis lebih dekat dengan Negara tetangga Malaysia, tidak membuat surut

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 7 Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 7

umum fuqaha mengklasifikasikan hukum Islam menjadi dua kelompok besar, yaitu ibadah dan muamalah. Ibadah digambarkan sebagai “hubungan intim” manusia dengan Allah yang direalisasikan melalui ritus yang telah ditetapkan dan diharamkan berkreasi, utamanya dalam ibadah mahdhah. Sementara muamalah lebih menitik-beratkan pada kerjasama antar sesama manusia serta dihalalkan berkreasi guna mewujudkan kesalehan sosial. Pada praktiknya ibadah tidak terlalu mengalami persoalan mendasar, sebab secara

Seperti dimafhumi,

secara

substansi realisasinya sudah diatur secara qath’i dan jelaskan oleh Nabi Muhammad Saw dan berlaku sepanjang zaman.

Sementara pada muamalah, al-Quran hanya menyinggung realisasinya secara global (dhanni). Penjelasan dan praktik yang dilakukan oleh Nabi Muhammad Saw sendiri, tentu dibatasi oleh ruang dan waktu. Padahal praktik bermuamalah ini terus mengalami perkembangan, dengan demikian, muamalah memiliki kompleksitas persoalan ditengah

keragaman kultur dan geografi yang berbeda.

Konsep Muamalah Dalam Islam

Secara kebahasaan (etimology), muamalah berasal dari kata aamala-yuaamilu-muamalatan. Maknanya adalah saling berbuat dan saling mengamalkan. Muamalah juga

8 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia 8 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Dimyati, mendefinisikan ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا

yaitu menghasilkan hal-hal yang bersifat duniawi, ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا ( supaya menjadi sebab sukses di akhirat. Sedangkan Yusuf ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا )

( Musa, berpendapat bahwa muamalah adalah peraturan- ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا

( ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا ) bermasyarakat untuk menjaga kepentingan manusia.

peraturan Allah, yang harus diikuti dan diaati dalam hidup

( ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا )

Dari dua definisi tersebut di atas, dalam perspektif

( ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا hukum Islam dapat dikemukakan bahwa muamalah yang )

( ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا )

dimaksud dalam buku ini adalah prinsip-prinsip atau

تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا ketentuan-ketentuan yang mengatur hubungan antara )

( sesama manusia atau antara manusia dengan alam sekitarnya تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا

( yang disandarkan pada nilai-nilai Ilahiyah. ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا )

Selanjutnya, Abdul Wahhab Khalaf membagi hukum ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا

( ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا )

ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا

Islam di bidang muamalah ini menjadi tujuh bagian: pertama,

ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا

ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا

hukum keluarga ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا ( ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا ) , yaitu hukum

( ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا )

ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا ( ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا )

, yaitu hukum Islam yang mengatur ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا ) ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا ) (

yang berhubungan dengan masalah keluarga; kedua, hukum

ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا

perdata (

( ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا ( )

kepentingan manusia yang berhubungan dengan segala

( ( macam transaksi keperdataan dan keuangan, seperti jual ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا ) ( ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا ( ) ) ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا (

beli, sewa menyewa dan sebagainya; ketiga, hukum pidana ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا

ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا ) ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا

ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا )

ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا )

, yaitu hukum Islam yang berhubungan ( ( نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ )

( ( ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا ) ) )

ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا

dengan segala bentuk pelanggaran dan sanksinya; keempat, ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا

ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا )

نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ

( ( hukum acara perdata dan pidana تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا ) ( تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا ( )

, yaitu hukum Islam yang berhubungan dengan tata cara ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا  ( ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا ) ( ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا ) ) ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا

 bagaimana suatu hukum dan keadilan itu dapat ditegakkan

( ( ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا ) )

ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا

تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا ( ) ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا )

( تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا )

ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣا نﺎﻓ ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣﺆﻳ نا ﻻا ﻩﺮﻛو ﺐﺣا ﺎﻤﻴﻓ ﺔﻋﺎﻄﻟاو ﻊﻤﺴﻟا ﻢﻠﺴﳌا ءﺮﳌا ﻰﻠﻋ

bila terjadi pelanggaran, baik di bidang perdata maupun (

ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣا نﺎﻓ ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣﺆﻳ نا ﻻا ﻩﺮﻛو ﺐﺣا ﺎﻤﻴﻓ ﺔﻋﺎﻄﻟاو ﻊﻤﺴﻟا ﻢﻠﺴﳌا ءﺮﳌا ﻰﻠﻋ ( )

pidana; kelima, hukum tata negara dan perundang-undangan

( ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا

ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا

ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا (

ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا ) ) , yaitu hukum Islam yang mengatur tentang ( ) ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا ) ﺔﻋﺎﻃ ﻻو ﻊﲰ ﻼﻓ ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا

pokok-pokok pemerintahan, ketatanegaraan dan perundang- ﺔﻋﺎﻃ ﻻو ﻊﲰ ﻼﻓ

undangan; keenam, hukum antar negara ( (

( ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا ) )

ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا ( ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا )

ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا

ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا

 ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا  yaitu hukum Islam yang mengatur hubungan satu negara       

      dengan negara yang lain, baik di waktu damai maupun di  

ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا  ) ) ( ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا )

waktu perang; ketujuh, hukum ekonomi dan keuangan ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ ( نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ )

         ( )  ( نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ 

 )          ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا   ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا

نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim 

 (

Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 9

  )  نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ      )    نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ   

ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا ( ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا ( ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا ) ) , yaitu hukum Islam yang mengatur

tentang sumber-sumber kekayaan dan keuangan, tanggung

( jawab sosial orang kaya terhadap orang miskin dan tanggung ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا

jawab sosial negara/pemerintah terhadap rakyat yang lemah.

( ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا ) karena harus beradaptasi dengan perkembangan zaman dan ( نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ )

Muamalah dalam hal ini memang cukup kompleks,

mempunyai corak hubungan kemasyarakatan. Oleh sebab

( تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا itu, Islam memberikan aturan yang bersifat “longgar” dan ) 

“dinamis”, karena tidak dapat dipungkiri bahwa kemajuan

ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا ) seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣا نﺎﻓ ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣﺆﻳ نا ﻻا ﻩﺮﻛو ﺐﺣا ﺎﻤﻴﻓ ﺔﻋﺎﻄﻟاو ﻊﻤﺴﻟا ﻢﻠﺴﳌا ءﺮﳌا ﻰﻠﻋ ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا

budaya dan peradaban manusia senantiasa berkembang

( teknologi. Dengan demikian, manusia terdorong untuk lebih ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا

( aktif, kreatif dan produktif dalam ikhtiar-ikhtiar muamalah. ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا )

( ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا rangkaian kaidah ) ushul fiqh: (  ﺔﻴﻧﺪﳌا مﺎﻜﺣﻻا  )       

Hal ini didukung oleh ushuliyun yang goreskan dalam

           ( نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ ) boleh dilaksanakan, kecuali jika ada dalil yang

Artinya: “Pada dasarnya, segala bentuk muamalah

( تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا mengharamkannya.” )

ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا Muamalah yang bersifat dinamis tersebut, tentunya dalam rangka untuk mendukung keleluasaan umat Islam

ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣا نﺎﻓ ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣﺆﻳ نا ﻻا ﻩﺮﻛو ﺐﺣا ﺎﻤﻴﻓ ﺔﻋﺎﻄﻟاو ﻊﻤﺴﻟا ﻢﻠﺴﳌا ءﺮﳌا ﻰﻠﻋ ( ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا ) ushuliyun, Syaltut yang mengemukakan bahwa prinsip Islam            

khususnya dalam meraih kesejahteraan hidup. Selaras dengan

( dalam bidang muamalah adalah terpenuhinya maslahah, ) ﺔﻋﺎﻃ ﻻو ﻊﲰ ﻼﻓ

aturan yang melindungi dan hak-hak serta meningkatnya ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا

taraf hidup. Dengan demikian menurut Syaltut, syari’at Islam         dengan tegas melegalisasi segala bentuk aktivitas muamalah    ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا    

( نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻو نﻮﻤﻠﻈﺗ ﻻ نَﻼْﻄ�ﺒْﻟا ﻰَﻠَﻋ �ﻞْﻴ�ﻟﱠﺪﻟا َمْﻮ�ﻘَـﻳ ﱠﱴَﺣ �ﺔﱠﺤّ�ﺼﻟَا �ﺔَﻠَﻣﺎَﻌ�ﳌْاَو �دْﻮ�ﻘ�ﻌْﻟا �ﰲ �ﻞْﺻَْﻻا ) . Selanjutnya Syaltut menegaskan    bahwa agar kebebasan dalam muamalah tidak menimbulkan        

yang baru, selama hal itu tidak ada praktik eksploitasi

mudhorot, syari’at Islam juga menetapkan prinsip keadilan (al-‘adalah).

    Dalam prinsip muamalah, keadilan juga merupakan         

sesuatu yang harus diperjuangkan dan ditegakkan dalam

10 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia 10 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

dan tatanan kehidupan dunia pun mengalami goncangan. Itu ﺮﺧﻶﻟ ﺎﺒﺒﺳ نﻮﻜﻴﻟ يوﺎﻴﻧﺪﻟا ﻞﻴﺼﺤﺘﻟا

( ﺔﻴﺼﺨﺸﻟا لاﻮﺣﻷا مﺎﻜﺣا pada dasarnya diperbolehkan, akan ditentang dan dilarang )

berarti bahwa kreativitas dan inovasi dalam muamalah yang

jika menimbulkan ketidak-adilan (zhulm).

Dengan prinsip-prinsip tersebut, seorang muslim

dapat mengukur aktivitas muamalah-nya, apakah ia terjebak

( dalam lingkaran al-muamalah al-muharromat atau tidak. ﺔﻴﺋﺎﻨﳉا مﺎﻜﺣﻻا

Oleh karena itu, jika terdapat persoalan muamalah yang tidak dikemukakan secara jelas dan tegas, baik dalam al-Quran

( تﺎﻌﻓاﺮﳌا مﺎﻜﺣﻻا maupun al-Sunnah, maka ijtihad merupakan solusi alternatif )

( ﺔﻳرﻮﺘﺳﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا ummah). ) ( Konsep Ketaatan Terhadap Pemimpin (Pemerintah) ﺔﻴﻟوﺪﻟا مﺎﻜﺣﻻا )

dalam rangka menuju kemaslahatan umat (maslahat al-

Islam adalah agama samawi yang tidak hanya mengatur

( umatnya untuk taat dan tunduk pada aturan Allah dan ﺔﻴﻟﺎﳌاو ﺔﻳدﺎﺼﺘﻗﻻا مﺎﻜﺣﻻا

Rasulnya saja, namun Islam juga mengatur dan mewajibkan )

kepada setiap pemeluknya untuk taat dan tunduk pada ulil

amri (pemerintah), baik berupa hal-hal yang terkait dengan ﻪﳝﺮﲢ ﻰﻠﻋ ﻞﻴﻟﺪﻟا لﺪﻳ نا ﻻا ﺔﺣﺎﺑﻻا تﻼﻣﺎﻌﳌا ﰲ ﻞﺻﻻا

masalah keadilan, maupun tindakan dan konsekuensi atas

hal-hal yang bersifat zalim.

 Artinya: “Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah

ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣا نﺎﻓ ﺔﻴﺼﻌﲟ ﺮﻣﺆﻳ نا ﻻا ﻩﺮﻛو ﺐﺣا ﺎﻤﻴﻓ ﺔﻋﺎﻄﻟاو ﻊﻤﺴﻟا ﻢﻠﺴﳌا ءﺮﳌا ﻰﻠﻋ antara kalian” (QS. An-Nisa`: 59). ﺔﻋﺎﻃ ﻻو ﻊﲰ ﻼﻓ

dan taatilah Rasul (Nya), dan ulil amri (penguasa) di

Dari Ibnu Umar ra. dari Nabi Muhammad Saw, bahwa

       Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim  

Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 11 Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 11

Artinya: “Wajib atas setiap muslim untuk mendengar dan taat

  (kepada penguasa), baik pada sesuatu yang dia suka       

atau benci. Akan tetapi jika dia diperintahkan untuk

 bermaksiat, maka tidak ada kewajiban baginya untuk

mendengar dan taat.” (HR. Al-Bukhari No. 7144 dan 

Muslim No. 1839).

Dari kedua sumber tersebut dapat dipahami bahwa

kebijakan dan peraturan pemerintah seyogyanya harus tetap           dilaksanakan selama tidak bertentangan dengan semangat  

kemaslahatan dan wahyu. Sebaliknya, jika kebijakan dan

peraturan pemerintah ternyata bertentangan atau tidak      

sejalan dengan kemaslahatan umat dan semangat wahyu,

maka kebijakan dan peraturan tersebut tidak boleh diikuti.

Di tengah arus muamalah yang semakin kencang, نَﻼْﻄ�ﺒْﻟا ﻰَﻠَﻋ �ﻞْﻴ�ﻟﱠﺪﻟا َمْﻮ�ﻘَـﻳ ﱠﱴَﺣ �ﺔﱠﺤّ�ﺼﻟَا �ﺔَﻠَﻣﺎَﻌ�ﳌْاَو �دْﻮ�ﻘ�ﻌْﻟا �ﰲ �ﻞْﺻَْﻻا

gelombang persoalan muamalah pasti semakin dahsyat. Tuntunan sekaligus jawaban atas segenap persoalan tersebut adalah sebuah keniscayaan. Oleh sebab itu, selain dari pada produk hukum Islam yang dihasilkan tidak secara detil mengatur dan menjawab berbagai persoalan kehidupan umat, hukum Islam juga memiliki keterbatasan daya jangkau dalam wilayah atau Negara yang tidak berdasarkan azaz keislaman. Jika fenomena tersebut dihadapi dan dijawab hanya secara parsial oleh hukum Islam, kemungkinan besar hukum Islam akan out of date dan tidak responsif menghadapi problematika muamalah dikalangan umat.

Pemerintah dalam hal ini, tentu memegang peranan penting dalam mengatasi hal ini dengan menerbitkan peraturan, perundang-undangan atau kebijakan yang mengikat dan menjadi pedoman dalam merespon lajunya perkembangan dibidang muamalah. Itu artinya, di bidang muamalah, pemerintah bisa menetapkan suatu hukum yang secara tegas tidak diatur oleh nash, tetapi berdasarkan

12 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia 12 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Undang-undang Kepabeanan penting untuk ditegaskan dalam menghadapi pasar bebas muamalah lintas Negara. Pemberlakuan Undang-undang tersebut tidak hanya untuk menjamin kelancaran lalu-lintas muamalah antar Negara tetapi juga dapat digunakan untuk ricek keluar-masuknya berbagai jenis ma’qud alaihi (barang dagangan). Hal ini dianggap penting, karena selain menjamin legalisasi produk dan keterjaminan produk melalui pengawasan melekat, juga menjadi pendapatan ( income) bagi negara melalui bea masuk arus barang dan jasa yang dapat terus meningkat.***

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 13

BAB III DESKRIPSI TENTANG JAGOI BABANG, ENTIKONG, DAN BADAU SERTA PROBLEMATIKA HUKUM MASYARAKATNYA

BAB ini berisi paparan tentang kondisi objektif di lapangan/ lokasi di mana riset ini dilakukan. Secara spesifik bab ini

memaparkan informasi tentang keadaan geografis dan demografis di wilayah perbatasan, dalam konteks ini Jagoi Babang, Entikong, dan Badau. Hal ini sangat penting, mengingat riset ini dilakukan sebagai ikhtiar dalam rangka menggali dan menemukan permasalahan-permasalahan yang terjadi pada masyarakat perbatasan terutama masalah mumalah atau yang terkait dengan hukum Islam pada masyarakat perbatasan. Paparan tentang kondisi objektif di lapangan/ lokasi di mana riset ini dilakukan penting dilakukan, karena lingkungan inilah yang seringkali mempunyai pengaruh besar dalam

membentuk kerangka pikir masyarakat dan kebiasaannya. 1 Secara umum, wilayah perbatasan yang dijadikan sampel dalam riset ini meliputi tiga lokasi, yaitu: Kecamatan Jagoi Babang (Kabupaten Bengkayang), Kecamatan Entikong (Kabupaten Sanggau) dan Kecamatan Badau (Kabupaten Sanggau).

Selanjutnya bab ini juga berisi paparan tentang fakta tentang problematika hukum Islam yang muncul dalam masyarakat perbatasan di tiga wilayah perbatasan tersebut Kecamatan Jagoi Babang, Kecamatan Entikong, Kecamatan

1 Gasthoul Bothoul, 1998, Teori-teori Filsafat IbnKhaldun, terj, Yudian W. Asmin (Jakarta: Titian Ilahi Press) hlm. 39-43.

14 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Badau). Adapun data-data dan fakta dari penelitian tersebut, diperoleh melalui observasi dan dokumentasi dari instansi yang berwenang, seperti data-data yang diperoleh dari data kabupaten, data kecamatan dan BPS serta wawancara dengan informan yang terlibat langsung dalam riset ini.

Jagoi Babang

Jagoi Babang adalah salah satu wilayah perbatasan antar Kalimantan Barat dengan negara tetangga Malaysia. Sebagai salah satu kecamatan di Kabupaten Bengkayang, Kalimantan Barat, Indonesia, Jagoi Babang menjadi pintu masuk resmi lintas batas antar Negara. Tepatnya menjadi pintu perbatasan Kalimantan Barat, Indonesia dan Sarawak, Malaysia.

Jika ditilik secara seksama, di sebelah timur Jagoi Babang langsung berbatasan langsung dengan Kota Sarawak, Malaysia. Sementara sebelah utara Kecamatan Jagoi Babang berbatasan dengan Lundu, Sarawak Malaysia, Sebelah selatan berbatasan dengan kecamatan Seluas dan kecamatan Siding, dan sebelah timur berbatasan dengan Serikin, Sarawak Malaysia.

Secara administratif pemerintahan kabupaten Bengkayang telah banyak memekarkan kecamatan dan desa. Pemerintah Kabupaten Bengkayang telah memiliki

17 Kecamatan dan 122 desa definitif. Dari 17 Kecamatan tersebut yang termasuk wilayah Kecamatan perbatasan ada

tiga (3) yaitu: Kecamatan Jagoi Babang, Kecamatan Siding dan Kecamatan Seluas sebagai wilayah penyangga bagi kedua wilayah perbatasan. 2

Dari 17 kecamatan yang ada, Kecamatan Jagoi Babang termasuk yang paling luas dan termasuk kecamatan dengan jarak tempuh dari kota dan kabupaten terjauh ketiga setelah Kecamatan Siding dan Kecamatan Sungai Raya. Saat ini Jagoi

Babang terdiri dari 6 desa yakni Gersik, Semunying Jaya, Jagoi, Sekida, Kumba, dan Sinar Baru. Dari sejumlah desa ini, Sinar

Baru merupakan desa terjauh dari Kantor Pemerintahan Kecamatan Jagoi Babang. Sedangkan desa terdekat adalah

2 Lebih lanjut lihat Kabupaten Bengkayang Dalam Angka 2013.

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 15

Desa Jagoi yang berada di pusat kecamatan. 3 Secara geografis letak Jagoi Babang berada pada

garis lintang 1°15’16”LU-1°30’00”LU dan garis bujur pada 109° 34’ 35” BT - 109° 59’ 27” B. Jagoi Babang merupakan

kecamatan terluas di Kabupaten Bengkayang, yakni sebesar 655,00 km² atau sekitar 12,14% dari luas Bengkayang. Dari sejumlah desa yang ada di Jagoi Babang, desa yang terbesar adalah Desa Sinar Baru yang luasnya 250 km². Sedangkan

desa yang terkecil yaitu Desa Jagoi yang luasnya 21,69 km². Secara demografis, penduduk di Kecamatan Jagoi Babang pada tahun 2013 adalah sebanyak 8.836 jiwa, yang terdiri dari 4.876 jiwa laki-laki, dan 3.960 jiwa perempuan. Kepadataan

penduduk Kecamatan Jagoi Babang termasuk terendah kedua setelah Kecamatan Siding di Bengkayang, yakni 13 jiwa per kilometer persegi. Namun dilihat dari aspek laju pertumbuhan penduduk, Kecamatan Jagoi Babang termasuk cepat, yaitu 3,31% per 2000-2010. 4

Penduduk muslim di Kecamatan Jagoi Babangsaat ini telah memiliki 8 buah masjid dan 1 buah surau. Sedangkan tempat ibadah penduduk beragama Katolik terdapat 6 buah gereja, dan yang beragama Protestan memiliki 6 buah gereja. 5

Berdasarkan komposisi jumlah tempat ibadah tersebut, terlihat dengan jelas bahwa agama Islam dan Kristen memiliki penganut jauh lebih besar dibandingkan agama lainnya.

Sebagaimana umumnya daerah-daerah perbatasan di Indonesia, tak terkecuali perbatasan di Jagoi Babang juga mengalami ketertinggalan dalam banyak aspek, terutama pembangunan dan kemakmuran. Ketertinggalan tidak hanya menjadi kenyataan pahit bagi masyarakat setempat, tetapi juga “dipaksa” menghadapi problematika diniyah dan sosial yang sulit ditanggulangi. Di samping kondisi wilayah yang sangat terpencil, Infrastruktur jalan yang tidak memadai menjadi potret buram kehidupan warga masyarakat perbatasan Jagoi Babang.

3 Lihat http://www.wilayahperbatasan.com, di akses tanggal 1 November 2014.

4 Kabupaten Bengkayang Dalam Angka 2013 5 Kabupaten Bengkayang Dalam Angka 2013

16 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Dengan kondisi yang demikian rumit ini warga masyarakat Jagoi Babang tentu menghadapi banyak persoalan hidup. Taraf hidup yang tidak layak berimplikasi pada akses pekerjaan yang tidak memadai dan sekaligus membuka ruang

berfikir yang “nakal” pada kebijakan pemerintah. Misalnya, wilayah Jagoi Babang yang menjadi lintas-batas antar Negara Indonesia dan Malaysia dimanfaatkan oleh masyarakat setempat atau masyarakat luar Jagoi Babang untuk menjadi

lajur alternatif perdagangan ilegal baik berupa barang maupun orang ( human trafficking).

Jual-beli lintas batas antar warga negara Indonesia dan Malaysia di Jagoi Babang memang boleh dilakukan dengan bersandar pada perjanjian Pemufakatan Lintas Batas Border Crossing Arrangement atau Overland Border Trade

yang ditandatangani di Jakarta 26 Mei 1967. 6 Dalam ketentuan tersebut secara sharih disebutkan bahwa:

penduduk yang bertempat tinggal di dalam lintas batas kedua negara diperbolehkan melakukan perdagangan dengan nilai

nilai perdagangan lintas batas di darat sebesar 600 RM (Rp. 2.125.800.)/bulan/PLB atau di laut sebesar 600 RM/sekali pelayaran/PLB. Dengan catatan, warga perbatasan dibekali dengan Kartu Identitas Lintas Batas, untuk keperluan berbelanja antar daerah perbatasan tersebut sehingga mereka tidak dikenakan bea. Namun faktanya, ketentuan peraturan tersebut kemudian dimanfaatkan warga masyarakat dan

6 Selain Border Crossing Arrangement, Pemerintah Indonesia dan Malaysia pada tanggal 16 Oktober 1973 juga menyepakati Agreement on Travel

Facilities for Sea Border Trade between the Government Republic of Indonesia and Malaysia (Perjanjian mengenai Fasilitas Perjalanan untuk Perdagangan Lintas

Batas antara Republik Indonesia dan Malaysia). BTA tahun 1970 telah mengatur beberapa hal prinsip; diantaranya pengertian perdagangan lintas batas, pelaku lintas batas serta jenis dan nilai barang/produk. Perdagangan lintas batas ini sendiri dapat berupa perdagangan lintas batas darat, yaitu perdagangan yang dilakukan melalui daratan antar kawasan perbatasan darat kedua negara; Dan perdagangan lintas batas laut, yang diartikan sebagai perdagangan yang dilakukan melalui kawasan perbatasan laut dari kedua negara. Adapun pelaku lintas batas adalah orang (penduduk) yang berdiam (bertempat tinggal) didalam kawasan perbatasan kedua negara, dan memiliki paspor yang dikeluarkan masing-masing negara maupun pos lintas batas yang dikeluarkan berdasarkan ketentuan BCA,

yang terakhir adalah BCA Tahun 2006, sedangkan saat disepakatinya BTA Tahun 1970 rujukannya adalah BCA Tahun 1967.

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 17 Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 17

Sampai sekarang, di pasar-pasar tradisional di Jagoi Babang mudah sekali mendapatkan barang-barang Malaysia semisal gula, susu, beras, sosis dan bahkan gas. Celakanya barang-barang tersebut masuk secara “gelap” ke wilayah perbatasan Indonesia. “Gelap”, maksudnya selain komuditi perdagangan tersebut melampaui ketentuan yang dibolehkan, masuk ke wilayah perbatasan juga tanpa bea masuk sebagaimana diatur dalam UU kepabeanan nomor 17

tahun 2006 perubahan dari UU 10 tahun 1995. Distribusi pangan yang tidak merata oleh pemerintah

Indonesia dimanfaatkan oleh warga masyarakat perbatasan Jagoi Babang dan para cukong (spekulan) untuk mendatangkan berbagai produk perdagangan dari negeri tetangga. Ironisnya barang-barang perdagangan tersebut masuk dalam partai besar tanpa bea dan distribusi perdagangannya sampai

keseluruh wilayah Kalimantan Barat. Menurut AN 7 seorang pengojek gula dari Kabupaten terdekat Bengkayang membeli gula di Jagoi Babang untuk dijual kembali kepada Pengecer/ toko. AN menegaskan bahwa jual beli gula, beras, susu dan sosis bahkan gas dari Malaysia sudah biasa dan para petugas kepabeanan juga aparat penegak hukum lainnya tidak melarangnya. 8 AN tidak hanya sendirian dalam mengojek gula tetapi juga teman-temannya yang lain. Menurut AN jika berangkat membeli gula keperbatasan ia bersama rekan-

rekannya sekitar 7-8 sepeda motor yang sudah dimodifikasi.

7 Nama disamarkan untuk tujuan-tujuan etis. 8 Menurut AN gula, susu, beras, sosis, dan gas diperjualbelikan bebas

di Jagoi Babang, dan bahkan penampungan barang-barang tersebut sangat besar. ManurutAN gudang penampungan di Jagoi Babang diketahui oleh petugas kepabanan dan aparat penegak hukum tetapi tetap saja gudang penampungan tersebut beroprasi. Untuk kegudang penampungan tersebut memang tidak semua orang bisa mengakses sebab dijaga oleh preman. Tetapi untuk para pengojek bebas untuk membeli barang yang dibutuhkan ke pihak gudang penampungan. Untuk kelancaran manurut AN Kepada petugas kepabeanan dan keamanan AN “setor” Rp. 10,000,- setiap kali dan disetiappos-pos keamanan pada saat berangkat menuju gudang (Wawancara tanggal 12 oktober 2014).

18 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Selain AN, TWK juga menegaskan bahwa jika gula sudah banyak, maka para pengojek juga akan membawa barang dagangan yang lain seperti beras, susu, sosis dan gas. Komoditas tersebut menurut para pengojek memang menjadi bagian kebutuhan harian masyarakat. selain stok barang legal dari pemerintah Indonesia terbatas dan bahkan langka, harganya juga sangat mahal. Sementara barang-barang yang masuk dari negeri tetangga sangat banyak dan harganya jauh lebih murah sehingga barang dagangan tersebut laris-manis. Meski demikian mereka sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah melanggar peraturan pemerintah, tetapi mereka merasa tidak berdaya dengan kondisi yang ada.

Selain persoalan barang-barang illegal, problematika yang dialami warga perbatasan Jagoi Babang juga berupa pernikahan warga perbatasan yang terjadi antara warga Negara Indonesia warga Negara Malaysia. Pada persoalan pernikahan, kependudukan sebagai syarat administrasi pernikahan juga menjadi persoalan. Pernikahan yang terjadi pada FTM warga Negara Indonesia dengan RNT bin Khairani warga Negara Malaysia. Pernikahan tersebut menurut keterangan orang tua FTM dilakukan di desanya. Syarat yang dibawa oleh mempelai pria hanya berupa surat keterangan yang dikeluarkan oleh pemerintah Malaysia setingkat kelurahan yang menyatakan bahwa mempelai pria betul warga Negara Malaysia dan belum menikah. Surat tersebut

menurut orang tua FTM tak lagi diverifikasi dan langsung diterima sebagai syarat administrasi pernikahan.

Masyarakat perbatasan Jagoi Babang tidak tahu aturan yang benar soal pernikahan antara warga Negara, maka ia mengikuti saja kebiasaan yang ada. Dan celakanya setelah kedua mempeleai menikah lebih dari 3 tahun dan tinggal di perbatasan, mempelai laki-laki meminta izin untuk pulang ke kampung halamannya. Setelah di izinkan ternyata sampai sekarang tidak pernah kembali. Menurut keterangan orang tua FTM, mereka juga tidak tahu harus mencari kemana sebab pihak keluarga dan bahkan sang istri juga tidak mengetahui tempat tinggal suami di Malaysia.

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 19

Problematika lain di bidang hukum adalah persoalan identitas kependudukan. Warga perbatasan Jagoi Babang ada yang memiliki identitas kependudukan ganda. Indentitas tersebut menunjukkan bahwa warga tersebut selain sebagai penduduk asli Indonesia, juga tercatat sebagai penduduk asli Malaysia. Dengan demikian, warga masyarakat tersebut bebas keluar masuk lintas batas Negara. Hal ini adalah persoalan yang serius dan harus segera ditertibkan. Tidak hanya berkait dengan persoalan lemahnya administrasi kependudukan tetapi juga berkaitan dengan kedaulatan Negara dan nasionalisme. Membiarkannya berarti mendukung pelanggaran yang terjadi dimasyarakat dan kalau diikuti oleh banyak warga Negara, maka hal tersebut selain berpotensi mengikis rasa persatuan dan kesatuan dalam naungan NKRI, kewibawaan Negara juga turut dipertaruhkan.

Sekian banyak problematika yang dialami oleh warga perbatasan Jagoi Babang seakan sepi penyelesaian. Seperti persoalan perdagangan lintas batas yang abai terhadap peraturan dan hukum tidak ditegakkan. Kiranya, jika dibiarkan secara terus-menerus, dikhawatirkan rasa nasionalisme warga Negara di perbatasan lama kelamaan akan terkikis dan pudar bersama waktu.

Badau

Secara administratif Kecamatan Badau 9 merupakan salah satu dari 23 Kecamatan yang masuk dalam wilayah Kabupaten Kapuas Hulu atau yang biasa dikenal dengan Bumi Uncak Kapuas. Kecamatan ini secara astronomis berada pada

00 50’30” - 10 01’00” lu dan 1110 47’30” - 1120 04’30” bt. Kecamatan ini berbatasan dengan Negara Malaysia di sebelah utara, Kecamatan Suhaid di sebelah selatan, Kecamatan

9 Kata “Badau” berasal dari kata “Bedau”. Menurut bahasa suku Dayan Iban, kata “Bedau” bermakna “belum”. Secara historis, saat itu Badau masih

berupa jalan setapak menuju Lubuk Antu Malaysia. Di jalan setapak itu menjadi tempat berhenti atau beristirahat bagi orang yang akanbepergian ke Lubuk Antu Malaysia. Ditempat inilah orang yang beristirahat sering bertanya, apakah sudah sampai Malaysia atau belum? Karena memang belum sampai, maka orang menyebut “bedau” yang lama kelamaan berubah aksen menjadi “Badau” yang artinya belum sampai ke Malaysia.

20 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia

Empanang di sebelah barat, serta Kecamatan Batang Lupar di sebelah timur.

Jarak tempuh Kecamatan Badau dengan Negara Malaysia, mencapai +10 km. Sedangkan jarak Badau dengan Putussibau sebagai ibu kota Kabupaten Kapuas Hulu mencapai +171 km. Bahkan dengan Kota Pontianak sebagai ibu kota Provinsi Kalimantan Barat jarak tempuhnya mencapai 100 kali lipat dari pada jarak Badau ke Malaysia.

Kecamatan Badau memiliki luas wilayah 573,49 km 2 , setara dengan 2,35% dari keseluruhan luas Kabupaten Kapuas Hulu yang mencapai 29.842 km 2 . Kecamatan Badau dibagi menjadi sembilan desa yaitu Pulau Majang, Semuntik, Kekurak, Janting, Seriang, Badau, Sebindang, Tinting Seligi, Tajum dengan ibukota kecamatan terletak di Badau. Dari Sembilan desa yang terdapat di Kecamatan Badau, Desa Tinting Seligi merupakan desa yang paling luas diantara desa

lainnya dengan luas sebesar 118,61 km 2 , sedangkan desa yang memiliki luas paling kecil adalah desa Seriang dengan

luas 63,65 km 2 . 10 Jumlah penduduk Kecamatan Badau pada tahun

2013 sejumlah 6.544 jiwa dengan komposisi penduduk didominasi oleh laki-laki yang terdiri dari 3.434 laki-laki dan

3.110 perempuan. Penduduk di Kecamatan Badau tersebar di sembilan desa, jumlah penduduk terbesar di desa Badau yakni 2.670 jiwa yang terdiri dari 1.471 laki-laki dan 1.199

perempuan. Sedangkan jumlah penduduk terkecil adalah desa Semuntik yakni 233 jiwa, yang terdiri dari 116 laki- laki dan 117 perempuan. Dengan luas wilayah 573,49 km2 dan jumlah penduduk hanya 6.544 jiwa, berarti kepadatan

penduduk kecamatan Badau sebesar 11, artinya setiap 1 km 2 di Kecamatan Badau terdapat terdapat 11 jiwa penduduk. Desa yang paling padat adalah desa Badau, yaitu 39,80 jiwa

per km 2 , sedangkan yang terendah adalah desa Tinting Seligi

yaitu 2,99 jiwa per km 2 . 11

Sebagai sebuah daerah yang berada di wilayah

10 Data Pokok 2013 Kabupaten Kapuas Hulu. 11 Data Pokok 2013 Kabupaten Kapuas Hulu

Sebuah Kajian tentang Tindakan Hukum Masyarakat Muslim Perbatasan Indonesia-Malaysia Perspektif Hukum Islam 21

Kalimantan Barat, suku Dayak dan Melayu 12 merupakan suku yang mayoritas mendiami daerah Badau. Selain itu juga

terdapat suku pendatang lain yang mendiami wilayah Badau, seperti suku Batak, Bugis, Minangkabau dan Jawa. Suku terbesar yang menghuni kawasan Badau adalah Dayak Iban dan Melayu. Berdasarkan statistik, dari jumlah penduduk 6.544 jiwa di kecamatan tersebut, suku DayakIban mencapai kurang lebih 60% dari jumlah penduduk, sementara suku

Melayupresentasenya sebanyak 31%, dan suku-suku lainnya seperti Kantuk, Jawa, dan Minang hanya 9%.

Penduduk Kecamatan Badau yang paling dominan beragama Islam, yaitu 3.153 jiwa, sedangkan agama Katolik

dianut oleh 2.927 jiwa, 462 jiwa beragama Protestan dan 2 orang jiwa memeluk agama Budha. Penduduk muslim di

Kecamatan Badau Saat ini telah memiliki 3 buah masjid dan 7 buah surau. Sedangkan tempat ibadah penduduk beragama Kristen terdapat 13 buah gereja. Berdasarkan komposisi penduduk menurut agama yang dianut tersebut, terlihat dengan jelas bahwa agama Islam dan Katolik memiliki penganut jauh lebih besar dibangkan agama lainnya.

Sebagai daerah yang terdekat dengan negara tetangga, problematika yang dihadapi masyarakat Badau yang berhubungan dengan amaliyah diniyah yang hablunminannas maupun hablunminAllah yang mempunyai relevansi dengan penelitian ini sangat beragam. Permasalahan-permasalahan yang muncul bukan hanya permasalahan klasik yang selalu terjadi di daerah perbatasan pada umumnya seperti soal pendidikan dan kesehatan. Problematika yang paling kompleks terjadi di daerah perbatasan, khususnya kecamatan Nanga Badau, yaitu soal jual beli dan adanya identitas ganda.

Jarak yang sangat dekat antara kecamatan Nanga Badau dengan Distrik Lubok Antu, Serawak, Malaysia membuat

12 Dari data sekunder RPJMD Kabupaten Kapuas Hulu, 2011-2015, dapat diketahui ada dua kelompok suku terbesar di Kabupaten Kapuas Hulu, yakni

Dayak dan Melayu. Kedua suku ini memiliki karakteristik masing-masing. Suku Dayak adalah kelompok terbesar, dimana terdapat puluhan kelompok Dayak dengan bahasa, budaya, dan tradisi yang berbeda satu sama lain. Di antaranya Suku DayakBukat, Kantu’, Tamambaloh, Taman, Iban, Kayan, Suhaid, Punan, Surak, Kalis, Suaga dan lain-lain.

22 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia 22 Problematika Muamalah di Daerah Perbatasan Indonesia-Malaysia