Keywords: Education Nutrition, The Finger Puppets Media, Consumption Fruits And Vegetables PENDAHULUAN - PENGARUH EDUKASI GIZI MENGGUNAKAN MEDIA FINGERPUPPETS TERHADAP KONSUMSI BUAH DAN SAYURPADA ANAK KELOMPOK A DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA PONTIAN
PENGARUH EDUKASI GIZI MENGGUNAKAN MEDIA FINGERPUPPETS TERHADAP KONSUMSI BUAH DAN SAYURPADA ANAK KELOMPOK A DI TAMAN KANAK-KANAK NEGERI PEMBINA PONTIANAK BARAT
Cahya Destiyani, Sri Nugroho Jati, Elin B Somantri
PG-PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Email: destiyanicahya78@gmail.com
ABSTRAK
Adapun tujuan penelitian dalam penelitian ini adalah: 1) Perencanaan edukasi gizi menggunakan media finger puppets terhadap konsumsi buah dan sayur pada anak kelompok A Taman Kanak- Kanak Negeri Pembina Pontianak Barat. 2) Pelaksanaan edukasi gizi menggunakan media finger puppets terhadap konsumsi buah dan sayur pada anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Pontianak Barat. 3) Pengaruh edukasi gizi menggunakan media finger puppets terhadap konsumsi buah dan sayur pada anak kelompok A Taman Kanak-Kanak Negeri Pembina Pontianak Barat. Metode penelitian dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan eksperimen. Sumber data dalam penelitian adalah anak kelompok A dengan menggunakan “ Pre- Experimental Design” dengan rancangan penelitian “ One-Group Pretest- Posttest Design”. Teknik pengumpulan data dengan: observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data yang digunakan yaitu perhitungan dengan menggunakan rumus uji t, dapat diketahui rata-rata pre-test dan post-test. Hasil dari penelitian berdasarkan pre-test dan post-test dengan hasil melalui program SPSS dengan hasil t hitung kelompok eksperimen (- 5,036) dan t tabel (2,228) dan α = 0,05, maka t hitung ( -5,036) ≤ 2,228 t tabel maka Ha ditolak dan Ho diterima. Jadi kesimpulannya edukasi gizi menggunakan media finger puppets tidak berpengaruh yang signifikan terhadap konsumsi buah dan sayur pada anak kelompok A di Taman Kanak-kanak Negeri Pembina Pontianak Barat. Kata kunci: Edukasi Gizi, Media Finger Puppets, Konsumsi Buah Dan Sayur
ABSTACT
As for the purpose of this research is 1) Planning education nutrition uses the media finger puppets the consumption of fruits and vegetables on child group A of Pembina Kindergarten West Pontianak. 2) The implementation of the education nutrition using media finger puppets the consumption of fruits and vegetables on child group A of Pembina Kindergarten West Pontianak.
3) The influence of education nutrition using media finger puppets the consumption of fruits and vegetables on child group A Pembina Kindergarten West Pontianak. Research methodology in this research is the method quantitative with experiment. Data sources in research is The child group A by usin g “Pre - Experimental Design” With the design of research “One -Group Pretest-Posttest Design”. Technique data collection by: observation, interviews and documentation. Technique analysis the data used the calculations using formulas test (t). It can be seen the average pre-test and post-test. The result of research based on pre-test and post-test With the results of through the program SPSS, with the result (t) Count group experiment (-5,036) and (t) table (2, 228) and α = 0,05, so t count (-5,036) ≤ 2,228 t table so Ha were rejected and Ho accepted . So in summary education nutrition uses the media the finger puppets do not affect significant to consumption fruits and vegetables on child group A in Pembina Kindergarten West Pontianak. Keywords: Education Nutrition, The Finger Puppets Media, Consumption Fruits And Vegetables
PENDAHULUAN
Perkembangan setiap anak tidak sama karena Masa anak usia dini sering disebut
setiap individu memiliki perkembangan yang dengan istilah “golden age” atau masa emas.
berbeda. Makanan yang bergizi dan seimbang Pada masa ini hampir seluruh potensi anak
serta stimulasi yang intensif sangat mengalami masa peka untuk tumbuh dan
pertumbuhan dan berkembang secara cepat dan hebat.
dibutuhkan
untuk
perkembangan tersebut.
Gizi merupakan zat makanan yang Berdasarkan hasil observasi dan apabila dikonsumsi oleh seseorang dapat
pengamatan di lapangan, ternyata masih mendatangkan sehat. Seseorang dapat
dijumpai di Taman Kanak-Kanak Negeri dikatakan sehat jika memiliki kesehatan baik
Pembina Pontianak Barat kelompok A yang secara fisik (organ tubuh) maupun mental
berjumlah 11 anak ketika waktu istirahat (mental, emosional, sosial dan spiritual)
makan, makanan atau bekal yang dibawa (Soegeng Santoso, 2008: 1.3).
anak-anak sebagian besar bukan sayur dan Konsumsi buah dan sayur anak memang
buah melainkan makanan instan atau siap saji. berhubungan dengan tingkat pengetahuan dan
Dari pemaparan latar belakang di atas motivasi orang tua. Anak-anak sangat
maka peneliti tertarik untuk meneliti lebih tergantung pada orang tua dan guru dalam hal
jauh mengenai: “Pengaruh Edukasi Gizi perilaku makan, termasuk memilih makanan
Menggunakan Media Finger Puppets kesukaan dan keinginan untuk mencoba
Terhadap Konsumsi Buah Dan Sayur Pada makanan baru. Faktor internal yang ada pada
Anak Kelompok A Taman Kanak-Kanak diri anak juga merupakan aspek yang tidak
Negeri Pembina Pontianak Barat Tahun dapat dikesampingkan. Anak-anak memiliki
Ajaran 2014- 2015”.
faktor internal yang berupa kesukaan terhadap rasa manis. Faktor internal tersebut dapat
TINJAUAN PUSTAKA
dirubah dan dibentuk melalui konsumsi buah
A. Edukasi Gizi
dan sayur yang berulang. Konsumsi buah dan
pendidikan gizi sayur yang berulang dapat tercapai jika
Edukasi
atau
merupakan suatu bidang pengetahuan pengetahuan anak tentang pentingnya
yang memungkinkan seseorang memilih konsumsi buah dan sayur baik, buah dan
dan mempertahankan pola makan sayur tersedia dan orang tua memiliki
berdasarkan prinsip-prinsip ilmu gizi motivasi dan pengetahuan tentang pentingnya
(Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti, menyediakan buah dan sayur di rumah.
2004: 142). Dari pernyataan di atas dapat Gisi Sari Bestari dan Adriyan Pramono
disimpulkan bahwa edukasi atau (2014: 919) menyatakan, “edukasi gizi
pendidikan gizi yaitu suatu potensi yang menggunakan media Finger Puppets atau
dimiliki seseorang dalam memilih zat sering disebut sebagai bentuk Entertainment
makanan yang akan dikonsumsi. Dengan Education (EE). Entertainment Education
adanya pendidikan gizi, seorang individu merupakan salah satu metode peningkatan
dapat memahami zat gizi pada makanan konsumsi buah dan sayur anak yang banyak
yang telah dikonsumsinya. dikembangkan di Eropa. Metode ini selain
1. Edukasi Gizi Anak diketahui secara efektif dapat meningkatkan
Gizi merupakan salah satu aspek pengetahuan dan kesukaan anak terhadap
penting dalam buah dan sayur, juga memungkinkan interaksi
yang
sangat
pertumbuhan dan perkembangan anak langsung antara orang tua atau guru dengan
usia dini. Pemenuhan gizi cukup pada anak melalui kegiatan mendengar aktif cerita.
anak usia dini dapat mempengaruhi Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti
perkembangan mental, termasuk (2014: 142) menyatakan, “edukasi gizi atau
kecerdasan anak. Kesehatan dan gizi pendidikan gizi merupakan suatu bidang
penting untuk pengetahuan yang memungkinkan seseorang
anak sangatlah
diperhatikan sejak dari kandungan memilih dan mempertahankan pola makan
hingga lahir. Hal ini dikarenakan, berdasarkan prinsip- prinsip ilmu gizi”.
dan gizi sangat Edukasi gizi perlu diberikan kepada anak
kesehatan
mempengaruhi pertumbuhan dan untuk mengarah kepada pembiasaan dan cara
perkembangan anak. Anak yang makan yang lebih baik dan sebagai sarana
mendapatkan gizi yang seimbang serta mempengaruhi perilaku anak, sehingga dapat
makanan yang sehat, akan tumbuh menerapkan pengetahuan gizi
menjadi manusia yang berkualitas, kebiasaan makan sehari-hari.
dalam
begitu pula sebaliknya.
Edukasi gizi perlu diberikan kepada dapat diterima anak, dan memiliki anak untuk mengarahkan kepada
nilai bagi anak sehingga anak dapat pembiasaan dan cara makan yang
perubahan atau lebih baik. Maksudnya adalah sebagai
menerima
dari guru. sarana mempengaruhi perilaku anak,
pengetahuan
Pengetahuan dan praktek lebih sehingga
dilakukan sehingga pengetahuan gizi dalam kebiasaan
membawa perubahan pada anak makan sehari-hari. Soegeng Santoso
yaitu dalam sikapnya. Hal ini perlu dan Anne Lies Ranti (2004: 143)
dilakukan secara hati-hati sehingga menyatakan bahwa, “keb iasaan makan
anak tidak merasa ditekan atau seseorang
melakukannya dan pengalamannya
menolak untuk mengikuti apa yang Sebagian besar kebiasaan makan
masa
lampau”.
menjadi tujuan pengajaran. ditentukan oleh kebiasaan makannya
Masalahnya adalah bila ada sewaktu kanak-kanak, selebihnya
pengetahuan dan adalah
perbedaan
pandangan mengenai makanan pendidikan, media masa, bacaan,
antara pihak sekolah dengan orang pengalaman dalam bermasyarakat di
tua. Dalam hal seperti ini, guru lain tempat. Kebiasaan makan ini
memahami kondisi berasal dari pengalaman seorang anak
perlu
setempat dan karena diberikan makan oleh ibu atau
masyarakat
melakukan pendekatan sehingga anggota
keluarganya. Kebiasaan pengetahuan yang diajarkan kepada makan ini berkembang menjadi sikap,
anak dapat diterima dan tidak perasaan suka maupun rasa puas
menimbulkan kebingunan pada terhadap makanan tertentu. Terjadinya
anak.
interaksi sosial dan emosional
3. Tujuan Edukasi Gizi menimbulkan perilaku makan orang
Soegeng Santoso (2008: 7.19) tesebut.
menyatakan,
“edukasi gizi
2. Pendekatan Edukasi Gizi
suatu bidang Soegeng Santoso (2008: 7.12)
merupakan
pengetahuan yang memungkinkan menyatakan bahwa edukasi gizi
memilih dan dilakukan dalam lingkup makro
seseorang
mempertahankan pola makan dan mikro. Makro yaitu masyarakat
berdasarkan prinsip-prinsip ilmu luas, sedangkan mikro adalah
gizi”. Perlu ditambahkan bahwa keluarga atau kelompok anggota
harus diperhatikan aplikasi praktis masyarakat. Pendekatan juga dapat
pelaksanaan dengan dibagi atas pendekatan individu
atau
pengertian makanan yang bergizi, dan pendekatan kelompok. Untuk
biaya makan, dan pengolahan serta pendidikan gizi di TK dilakukan
kepercayaan, faktor pendekatan kelompok, tapi juga
sikap,
kebudayaan dan emosi yang ada memperhatikan kondisi individu
pada seseorang berkatan dengan yang memiliki keadaan yang
makanan..
berbeda sehingga memerlukan Dari tujuan pendidikan gizi perhatian
tesebut, dapat diambil kesimpulan pengetahuan dapat dilakukan guru
khusus.
Pemberian
bahwa anak pada dasarnya perlu melalui pengajaran di sekolah,
pengetahuan, yaitu melalui materi pengajaran
diberikan
mempraktekkannya dan dibina yang sesuai untuk anak TK.
sikapnya mengenai makan dan Santoso dan Anne Lies Ranti
makanan yang baik. (2004:
menyatakan,
pembinaan sikap adalah dengan
B. Media Finger Puppets
memberikan pengertian yang jelas,
1. Pengertian media 1. Pengertian media
Sharon E. Smaldino, Deborah L.
Adapun
puppets menurut Usep Kustiawan (2011:7) menyatakan bahwa media,
(2012: 56) sebagai berikut: bentuk jamak dari perantara (medium),
1) Mengembangkan bahasa anak, merupakan
2) Mempertinggi keterampilan Berasal dari bahasa Latin medium
sarana
komunikasi.
dan kreatifitas anak (“antara”), istilah ini merujuk pada
3) Mengembangkan aspek apa saja yang membawa informasi
moral/menanamkan nilai-nilai antara sebuah sumber dan sebuah
kehidupan anak penerima. Enam kategori dasar media
4) Melatih daya fantasi adalah teks, audio, visual, video,
5) Melatih keterampilan jari perekayasa (manipulative) (benda-
jemari tangan benda), dan orang-orang. Sedangkan
c. Bahan-bahan yang Diperlukan Ibrahik (dalam Usep Kustiawan,
Dalam Pembuatan Finger Puppets 2012:2)
Ada beberapa bahan yang pembelajaran adalah segala sesuatu
menyatakan
“media
diperlukan dalam pembuatan yang digunakan untuk menyalurkan
finger puppets , bahan yang pesan (bahan pembelajaran) sehingga
tersebut sebagai dapat merangsang perhatian, minat,
diperlukan
berikut:
pikiran dan perasaan siswa dalam
1) Kain warna warni (velt atau kegiatan belajar untuk mencapai
jenis kain lainnya yang tidak tujuan pembelajaran tertentu”.
bertiras)
2. Finger Puppets
2) Gunting
a. Pengertian Finger Puppets
3) Jarum
Emi Risna (dalam Oki Yosastra,
4) Benang
Yosfan Azwandi dan Ahmad
5) Manik-manik kecil Sopandi, 2013: 673) menyatakan,
d. Cara Pembuatan Finger Puppets “ finger puppets atau boneka jari
Di bawah ini disebutkan beberapa adalah moskot mungil yang di
teknik pembuatan finger puppets, pasang pada jari untuk dimainkan
teknik penbuatan tersebut sebagai saat mendongeng atau bercerita”.
berikut:
Dapat disimpulkan bahwa, Finger
1) Narasi cerita puppets merupakan boneka yang
2) Kain dibentuk sesuai dengan terbuat dari bahan flanel kemudian
figur cerita (buah pisang, apel, dibentuk pola sesuai yang
jeruk, jambu biji serta sayur diinginkan,
bayam, sawi, kangkung dan sedemikian rupa sehingga dapat
boneka
dibuat
mentimun) dimasukkan ke dalam jari-jari
3) Kain dipotong sesuai ukuran tangan sehingga dapat dimainkan.
yang diinginkan Finger puppets akan sangat
4) Boneka dijahit dengan jahitan menyenangkan
biasa menggunangan tangan perhatian anak dalam operasi
dan
menarik
5) Penyelesaian, boneka diberi edukasi gizi. Penggunaan finger
mata menggunakan manik- puppets diperkirakan cocok untuk
manik.
mengajar anak dalam operasi
e. Cara Bermain Finger Puppets konsumsi buah dan sayur, karena
Ada beberapa cara bermain finger menggunakan
puppets , cara bermain tersebut dipasangkan
jari-jari
yang
sebagai berikut: berbentuk buah dan sayur.
finger
puppets
1) Sebagai pendahuluan, guru
b. Fungsi Finger Pupperts menyebutkan judul cerita untuk menarik minat anak.
2) Guru memasang finger puppets dengan konsumsi zat gizi untuk anak. di jari tangannya
Seorang anak juga dapat mengalami mengenalkannya.
serta
defisiensi zat gizi yang berakibat pada
3) Guru menggerakkan boneka berbagai aspek fisik maupun mental. jari dengan menggerakkan jari
2. Masalah Konsumsi pada Anak ketika tokoh cerita sedang
Masalah konsumsi pada anak pada dialog.
umumnya adalah masalah kesulitan
4) Guru memberi kesempatan makan. Hal ini penting diperhatikan kepada anak untuk mengikuti
karena dapat menghambat tumbuh jalannya
kembang optimal pada anak. mendengarkan dialog atau
cerita
dengan
Kesulitan makan adalah ketidak komentar.
mampuan untuk makan dan menolak
5) Guru menjawab pertanyaan makanan tertentu. Tujuan memberi dan menanggapi komentar
makan pada anak adalah untuk anak agar lebih menghayati
memenuhi kebutuhan gizi yang cukup cerita.
dalam
kelangsungan hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah sakit,
C. Konsumsi Buah Dan Sayur
untuk aktifitas, pertumbuhan dan
1. Pengertian Konsumsi Buah dan Sayur perkembangan. Salah satu kesulitan Sunita
makan anak adalah psikologik. berpendapat
Mengatasi Kesulitan makanan oleh masyarakat atau oleh
Konsumsi Anak
keluarga bergantung pada jumlah dan Akibat dari kesulitan makan jelas jenis pangan yang dibeli, pemasaran,
akan berpengaruh terhadap keadaan distribusi dalam keluarga, dan
gizi seorang anak. Karena itu kebiasaan makan secara perorangan.
diusahakan upaya untuk mengatasi Untuk menjamin kebutuhan gizi anak
kesulitan makan.
usia dini dengan mutu gizi yang baik, Soegeng Santoso dan Anne Lies maka makanan yang biasa dikonsumsi
Ranti (2004: 101) mengidentifikasi anak usia dini harus mengandung zat
secara garis besar dan ada dua upaya tenaga, zat pembangunan, dan zat
yang dapat dilakukan, yaitu: Upaya pengaturan.
dietik dan Upaya psikologik. Juliani (2014:11) menyatakan,
4. Bahan Makanan, Zat Gizi, dan “Sayur adalah bagian dari tumbuhan
Penyusunan Makan yang dapat berupa daun-daun,
Makanan yang dikonsumsi, umumnya polongan-polongan dan sebagainya
terdiri atas satu atau beberapa jenis dapat
bahan makanan. Setiap bahan dibutuhkan tubuh dimana komponen
makanan terdiri atas beberapa zat dari sayuran itu saling membutuhkan
makanan atau zat gizi yang disebut satu sama lainnya. Perilaku makan
nutrien.
Zat gizi merupakan satuan-satuan mengkonsumsi
sehat merupakan
perilaku
yang menyusun bahan makanan. kelompok
beberapa
variasi
Sedangkan bahan makanan adalah direkomendasikan yaitu karbohidrat,
makanan
yang
sesuatu yang dibeli, dimasak, dan buah dan sayur, protein, lemak,
disajikan sebagai hidangan untuk berlaku secara universal, Ogen (dalam
Hidangan yang Juliani, 2014: 11).
dikonsumsi.
dikonsumsi bukan hanya terdiri dari Konsumsi makanan yang bergizi
satu hidangan, tetapi dapat lebih dari setiap hari berperan besar untuk
satu yang bila dihidangkan bersama kehidupan anak. Untuk memenuhi
haruslah merupakan kombinasi yang dengan baik dan cukup, ternyata ada
melengkapi kebutuhan beberapa masalah yang berkaitan
saling
manusia.
5. Sayuran Dan Buah-Buahan Yang penelitian. Untuk itu penggunaan Digunakan Untuk Penelitian
metode harus sesuai dengan tujuan Di dalam penelitian ini peneliti
penelitian. Sugiyono (2013:3) “secara memilih sayur bayam, sayur sawi,
umum metode penelitian diartikan sayur kangkung dan sayur mentimun
ilmiah untuk serta buah apel, buah pisang, buah
sebagai
cara
mendapatkan data dengan tujuan dan jeruk dan buah jambu biji. Pemilihan
kegunaan tertentu. sayuran dan buah-buahan berdasarkan
Metode kuantitatif yang digunakan pertimbangan dari hasil observasi
dalam penelitian ini adalah metode awal yang dilakukan peneliti.
eksperimen. Menurut Sugiyono (2013:
D. Kerangka Pemikiran
107) metode penelitian eksperimen Hal-hal yang harus diperhatikan
adalah metode penelitian yang sebelum dilaksanakannya penelitian ini,
digunakan untuk mencari pengaruh harus memperhatikan tujuan yang hendak
perlakuan tertentu tehadap orang lain dicapai pada saat penelitian. Tujuan-
dalam kondisi yang terkendali. tujuan tersebut terjawab sesuai dengan
Dalam penelitian eksperimen ada rumusan masalah pada saat observasi
(treatment), dengan dilakukan. Penggunakan media finger
perlakuan
demikian metode eksperimen dapat puppets dalam edukasi gizi pada anak
diartikan sebagai metode penelitian kelompok A di Taman Kanak-kanak
yang digunakan untuk mencari Negeri Pembina
pengaruh perlakuan tertentu terhadap berpengaruh terhadap konsumsi buah dan
Pontianak
Barat
yang lain dalam kondisi yang sayur atau sebaliknya. Kemudian
terkendalikan (Sugiyono, 2013:72). pengaruh penggunaan media finger
2. Bentuk Penelitian
puppets dalam edukasi gizi yang Dalam penelitian eksperimen ada dilakukan
beberapa bentuk penelitian. Bentuk pertimbangan peneliti untuk melakukan
penelitian eksperimen yang digunakan dan menerapkan penelitian menggunakan
adalah eksperimen Pre-experimental media finger puppets tersebut.
Design dengan mengambil one-group pretest-posttest design. Dikatakan
E. Hipotesis Penelitian
Pre-experimental Design karena Berdasarkan kerangka berpikir, maka
belum merupakan dirumuskanlah hipotesis sebagai langkah
design
ini
eksperimen sungguh-sungguh, karena pemecahan masalah. Hipotesis dalam
masih terdapat variabel luar yang ikut penelitian ini dapat dirumusakan sebagai
berpengaruh terhadap bentuknya berikut:
variabel dependen. Pada desain ini
a. Hipotesis Alternatif ( Ha) terdapat pre-test, sebelum diberi Edukasi gizi menggunakan media
perlakuan. Dengan demikian hasil finger puppets berpengaruh terhadap
perlakuan dapat diketahui lebih akurat, konsumsi buah dan sayur pada anak.
karena dapat membandingkan dengan
b. Hipotesis Nol (Ho) keadaan sebelum diberi perlakuan. Edukasi gizi menggunakan media
Rancangan dalam penelitian ini yang finger puppets tidak berpengaruh
adalah penelitian terhadap konsumsi buah dan sayur
digunakan
eksperimen dengan menggunakan pada anak.
model one-group pretest-posttest design .
METODE PENELITIAN
Untuk keperluan pengumpulan data
A. Metode dan Bentuk Penelitian
tentang proses hasil yang dicapai,
1. Metode Penelitian dipergunakan untuk pengamatan Metode penelitian pada dasarnya
dan dokumentasi. merupakan cara yang digunakan untuk
observasi ,
Penelitian kuantitatif merupakan suatu memecahkan masalah dalam proses
metode penelitian yang berdasarkan metode penelitian yang berdasarkan
dikategorikan mulai membaik. Hal ini berbagai ilmu pengetahuan dan
dan
dikembangkan
edukasi gizi teknilogi baru serta dalam bentuk
dikarenakan
adanya
menggunakan media finger puppetsterdapat angka-angka satistik untuk analisisnya
pengaruh konsumsi buah dan sayurakan tetapi (Sugiyono, 2013:13).
dapat dikatakan tidak berpengaruh dari hasil signifikan terhadap minat anak dalam
HASIL DAN PEMBAHASAN
mengkonsumsi buah dan sayur. Hasil edukasi Berdasarkan hasil penelitian, data pre-
gizi menggunakan media finger puppets yang test dan post-test maka dapat dilakukan
dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan perhitungan dengan uji-t melalui program
adalah t hitung adalah -5,036 dengan tingkat SPSS 17 dengan hasil edukasi gizi
sig. (2-tailed) = 0,001 sehingga nilai t tabel= menggunakan media finger puppets yang
2,228 pada taraf signifikasi (α = 0,05), dengan dilakukan sebelum dan sesudah perlakuan t
hasil tersebut berarti tidak ada pengaruh hitung adalah -5,036 dengan tingkat sig. (2-
edukasi gizi menggunakan media finger tailed)= 0,001 sehingga nilai t tabel= 2,228
puppets terhadap konsumsi buah dan sayur pada taraf signifikasi (α = 0,05), karena t -
pada anak. Karena t hitung ≤ t tabel. hitung ≤t -tabel. Jadi kesimpulan yang dapat
Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan diambil dari nilai tersebut yaitu tidak ada
antara sebelum dan sesudah perlakuan. pengaruh edukasi gizi menggunakan media
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka finger puppets terhadap konsumsi buah dan
peneliti ingin memberikan beberapa saran, sayur anak. Dapat dikatakan demikian, karena
yaitu sebagai berikut: Jika penggunaan media berdasarkan sumber yang didapat apabila t
finger puppets perlu sering dilakukan agar hitung > t tabel maka hasilnya adalah terdapat
anak lebih tertarik dan bersemangat dalam pengaruh sedangkan apabila t hitung < t tabel
belajar serta dapat mengurangi rasa jenuh dan maka hasilnya adalah tidak berpengaruh yang
sebagai guru harus lebih kreatif dalam signifikan.
menggunakan media pembelajaran, karena Berdasarkan
dengan menggunakan media pembelajaran penelitian di atas sudah jelas bahwa t hitung
rumusan
hipotesis
anak akan termotivasi dalam belajar. lebih kecil dari pada t tabel karena jika t hitung < t tabel maka Ha dapat “ditolak”
sedangkan H 0 “diterima”, ini berarti tidak ada
DAFTAR PUSTAKA
pengaruh edukasi gizi menggunakan media Gisi Sari Bestari dan Adriyan Pramono. finger puppets terhadap konsumsi buah dan
(2014). Pengaruh Edukasi Gizi sayur pada anak kelompok A di Taman
Menggunakan Media Buku Cerita
Kanak-kanak Negeri Pembina Pontianak
Bergambar Terhadap Konsumsi
Barat. Buah dan Sayur. Journal of Nutrition Dapat dikatakan demikian karena diuji
College , Vol. 3 No. 4 (919-924). secara statistik dan berdasarkan hasil skoring
http://ejournal-
data observasi pre-test dan post-test bahwa s1.undip.ac.id/index.php/jnc . pada dasarnya ada pengaruh yang terjadi
Juliani. (2014). Pengaruh Peers Modelling dengan edukasi gizi menggunakan media
Terhadap Peningkatan Konsumsi
finger puppets terhadap konsumsi buah dan Sayur Pada Anak Usia 4-5 Tahun. sayur pada anak tetapi hasinya tidak cukup
Universitas signifikan secara uji analisis statistik.
Pontianak:
Muhammadiyah Pontianak. Oki Yosastra; YosfanAzwandidan Ahmad
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil pengamatan dan
Permainan Boneka Jari Untuk
tindakan yang telah dilakukan pada penelitian
Meningkatkan
Kemampuan
ini, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai
Pengurangan Bilangan Bulat Bagi
berikut: Edukasi gizi menggunakan media Anak Tunagrahita. E-JUPEKhu Vol. fingerpuppets terhadap konsumsi buah dan
2 No. 3 (671-681).
Sharon. E Smaldino; Deborah. L Lowther dan James.
D Russell (2011).
Instructional Technology and Media for
Learning: Teknologi Pembelajaran dan Media untuk
Belajar. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
Soegeng Santoso dan Anne Lies Ranti. (2004). Kesehatan dan Gizi. Jakarta: PT Asdi Mahasatya.
Soegeng Santoso. (2008). Kesehatan dan
Gizi. Jakarta: Universitas Terbuka.
Sugiyono. (2013). Metode Penelitian Pendidikan:
Pendekatan
Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Suharsimi Arikunto. (2010). Prosedur Penelitian
Suatu
Pendekatan
Praktik. Jakarta: PT Rineka Cipta. Sunita Almatsier. (2013). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama.
Usep Kustiawan. (2012). Sumber dan Media Pembelajaran Anak Usia Dini. Malang: Universitas Negeri Malang.
ANALISIS PEMBINAAN KEPALA PAUD TERHADAP DISIPLIN GURU DALAM PEMBELAJARAN DI PAUD CITRA KARTINI PONTIANAK KOTA
Ely Afrianti, Muntaha, Diana
PG-PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak Email: afrianthy@gmail.com
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mendapatkan informasi secara jelas dan objektif mengenai: 1) Pembinaan yang dilakukan Kepala PAUD terhadap disiplin guru dalam perencanaan pembelajaran di PAUD Citra Kartini Pontianak Kota. 2) Pembinaan yang dilakukan Kepala PAUD terhadap disiplin guru dalam pelaksanaan pembelajaran di PAUD Citra Kartini Pontianak Kota, 3) Pembinaan yang dilakukan Kepala PAUD terhadap disiplin guru dalam evaluasi pembelajaran di PAUD Citra Kartini Pontianak Kota. 4) Teknik pembinaan yang digunakan Kepala PAUD terhadap disiplin guru dalam pembelajaran di PAUD Citra Kartini Pontianak Kota. Penelitian ini menggunakan metode penelitian diskriptif dengan pendekatan kualitatif. Dari hasil penelitian ini, pembinaan Kepala PAUD terhadap disiplin guru dalam perencanaan pembelajaran, pembinaan Kepala PAUD yang merupakan salah satu persiapan menyusun Rencana Kegiatan Harian (RKH) guru dalam melaksanakan pembelajaran yang meningkatkan sikap professional guru yang sesuai dengan Standar Isi Permen 58, program semesteran dan Rencana Kegiatan Mingguan (RKM) kegiatan belajar mengajar atau proses pembelajaran yang laksanakan sesuai dengan Rencana Kegiatan Harian (RKH) yang di paparkan, pembinaan kepala PAUD evaluasi pembelajaran menentukan keberhasilan guru dengan teknik diskusi dan mengadakan tanya jawab antara Kepala PAUD dan guru. Kata Kunci: Pembinaan Kepala PAUD, disiplin guru dalam pembelajaran.
ABSTRACT
The purpose of this study was to obtain information clearly and objectively about: 1) The guidance that the Head of ECD to discipline teachers in lesson planning in early childhood Citra Kartini Pontianak City. 2) The guidance that the ECD Head teacher discipline in the implementation of learning in early childhood Citra Kartini Pontianak City, 3) The guidance that the Head of ECD to discipline teachers in the evaluation of learning in early childhood Citra Kartini Pontianak City. 4) techniques used coaching Head of ECD to discipline teachers in early childhood Citra Kartini Pontianak City. This study uses a descriptive study with qualitative approach. From these results, coaching Head of ECD to discipline teachers in lesson planning, coaching Head of ECD which is one of preparation to draft the Daily Activities (RKH) teachers in implementing the learning that enhance the professional attitude of teachers in accordance with the Content Standard Candy 58, the program quarterly and Weekly activity plan (RKM) learning and teaching or learning process is carried out according to plan daily activities (RKH) which describe, head coaching early childhood learning evaluation determines the success of teachers with techniques of discussion and held a question and answer session between the head of ECD and teachers. Keywords: Head Coaching early childhood, teacher discipline in learning.
LATAR BELAKANG
Dalam dunia pendidikan, persoalan yang di kenaan dengan guru dan jabatan guru senantiasa menjadi salah satu pokok pembahasan yang mendapat tempat tersendiri
di tengah-tengah ilmu pendidikan yang begitu luas dan kompleks. Sehubungan dengan kemajuan pendidikan dan kebutuhan guru yang semakin meningkat, baik dalam mutu maupun
jumlahnya,
maka program maka program
dalam mengelola KBM dalam Kepala PAUD memegang peranan
pembelajarkan anak didik” . dalam menentukan pencapaian pendidikan
2. Pengertian Kepala PAUD
yang brelangsung di PAUD nya. Untuk itu, Menurut Wahjosumidjo (2011: 81) upaya yang dapat di lakukan oleh kepala
Kepala PAUD atau TK adalah PAUD dalam hubungan dengan guru adalah
“Seseorang yang diberi tanggung jawab menanamkan
untuk memimpin PAUD atau TK”. pembelajaran.
Pembinaan Kepala
Sebagai orang yang bertanggung
PAUD
jawab terhadap
proses
pelaksanaan
Wahjosumidjo (2011: 203) pendidikan di lembaga PAUD, maka Kepala
menyatakan bahwa “Kepala PAUD PAUD harus
berupaya menanamkan mempunyai kewajiban untuk selalu
kedisiplinan pada guru terutama kedisiplinan mengadakan pembinaan dalam arti guru dalam pembelajaran.
berusaha agar pengelolaan, penilaian, Kedisiplinan
guru
dalam
pengawasan, dan melaksanakan pembelajaran di PAUD secara
bimbingan,
pendidikan dapat keseluruhan masih terdapat kesalahan dalam
pengembangan
dilaksanakan dengan baik”. pelaksanaan pembelajaran ada guru yang
A. Hakikat Guru PAUD
melaksanakan pembelajaran tidak sesuai
1. Pengertian Guru PAUD
dengan RKH yang telah di susun sehingga Pendidikan bagi anak usia dini tujuan pembelajarannya tidak tercapai dengan pada jalur pendidikan formal yang baik. menyelenggarakan program pendidikan Dari uraian di atas, bahwa peran bagi anak usia nol sampai enam tahun Kepala PAUD memiliki kewenangan
(Isjoni: 2009).
mengelola pendidikan dan pembelajaran di
2. Karakteristik Guru PAUD
PAUD yang dipimpinnya dan berperan
(2009: 10) sebagai pembina disiplin guru dalam
Sujionc
perencanaan dan
mengidentifikasikan karakteristik guru mengevaluasi pembelajaran. Hal inilah yang
pelaksanaan
dan
PAUD sebagai:
kemudian menarik perhatian peneliti untuk
a. Orang yang memiliki kharisma atau meneliti sejauh mana pembinaan yang telah
wibawa sehingga perlu untuk ditiru dilakukan oleh kepala PAUD dalam
dan diteladani.
membina disiplin guru PAUD Citra Kartini
b. Orang dewasa yang secara sadar Pontianak Kota.
bertanggung
jawab dalam
mendidik,
mengajar dan
TINJAUAN PUSTAKA
membimbing anak.
A. Pembinaan Kepala PAUD
c. Orang yang memiliki kemapuan
1. Pengertian Pembinaan
merancang program pembelajaran Berdasarkan pedoman pembinaan
seta mampu menata dan mengelola yang
(1995/1996: 5) dijelaskan bahwa
d. Suatu jabatan atau profesi yang “Pembinaan merupakan usaha yang
memerlukan keahlian khusus diberikan bantuan pada guru untuk
3. Tugas Dan Tanggung Jawab Guru
memperluas
Herman (1998: 5) memberikan meningkatkan
pengetahuan,
pengertian bahwa “Mengajar adalah menumbuhkan sikap professional
keterampilan
dan
suatu kegiatan dimana pengajar suatu kegiatan dimana pengajar
d. Mengkoordinasikan kegiatan pengalaman yang dimiliki anak.
operasional; dan
4. Langkah-Langkah
Pembelajaran
e. Melakukan penilaian.
yang Dilakukan oleh Guru
2. Tanggung Jawab Kepala PAUD
Trianto (2013: 63), dalam rencana
Sebagai Pembina Disiplin
pembelajaran ada empat hal yang Menurut Wahjosumidjo (2011: perlu di perhatikan sebagai berikut (1)
204) tanggung jawab Kepala PAUD menetukan tujuan, (2) menentukan
sebagi Pembina disiplin meliputi materi atau media, (3) meyusun
penilaian, bimbingan, skenario atau KBM, (4) menetukan
pengolaan,
pengawasan dan pengembangan. evaluasi.
Pembinaan Pembelajaran
B. Kedisiplinan
Guru
Dalam
D. Langkah-Langkah
Kedisiplinan Guru Dalam Pembelajaran
1. Pengertian Disiplin
1. Pembinaan Kedisiplinan Guru dalam
Menurut Maulana (2003: 72) Merencanakan Pembelajaran
adalah “ketaatan pada peraturan”. Pembelajaran pada anak usia dini Sedangkan Hasibun (2000: 190)
pada hakikatnya adalah pengembangan mengartikan
kurikulum secara kongkret berupa “Kesadaran dan kesediaan seseorang
disiplin
sebagai
seperangkat rencana yang berisi mentaati semua peraturan dan norma-
sejumlah pengalaman belajar melalui norma yang berlaku”.
bermain yang diberikan pada anak usia dini berdasarkan potensi dan tugas
\ perkembangan yang harus dikuasainya
2. Pengertian Kedisiplinan Guru Dalam
dalam rangka mencapai kompetensi
Pembelajaran
yang dimiliki oleh anak (Sujiono, 2011: Jihad dan Haris (2008:11)
mengatakan “Pembelajaran
pada
2. Pembinaan
kedisiplinan Guru
hakikatnya merupakan
proses
Dalam Melaksanakan Pembelajaran
komunikasi antara murid dengan guru Pandangan mengenai konsep
serta antara murid dengan murid dalam
terus menerus rangka perubahan sikap”.
pembelajaran
mengalami
perubahan dan
C. Tugas dan Tanggung Jawab Kapala
perkembangan sesuai dengan IPTEK.
perkembangan tersebut,dapat kita amati berdasarkan
Tanda-tanda
PAUD Sebagai Pembina Disiplin
1. Tugas Kepala PAUD Sebagai
pengertian-pengertian. Menurut
Pembina Disiplin
Wahjosumidjo (2011: 206). Menurut Wahjosumidjo (2011:
3. Pembinaan
Kedisiplinan Guru
130) Tugas Kepala PAUD sebagai
Dalam Mengevaluasi Pembelajaran
pembinaan disiplin adalah sebagai Evaluasi pembelajaran menurut
berikut: Wanger (1992: 92) perkembangan yang
a. Merencankan dan mengendalikan dilaksanakan pada pendidikan anak usia kegiatan;
dini pada umumnya diperlukan untuk
b. Pengambilan keputusan; mengukur kemampuan anak dan
c. Memecahkan
mengukur ketercapaian program yang dihadapi;
masalah
yang
telah dilaksanakan.
METODE PENELITIAN
menyesuaikan dengan Metode penelitian yang di gunakan
(RKM)
kegiatan sekolah yang sesuai dengan dalam penelitian ini adalah penelitian
pembelajaran, melakukan tanya jawab diskriptif,
pendekatan yang digunakan kepada anak pada akhir pembelajaran. dalam penelitian ini adalah pendekatan
1. Pembinaan yang dilakukan kepala
kualitatif. Teknik dan alat pengumpul data ”.
PAUD terhadap disiplin guru dalam
(Sugiyono, 2011: 308). Untuk keperluan
perencanaan pembelajaran di PAUD
pengumpulan data tentang pembinaan Kepala
Citra Kartini Pontianak Kota
PAUD terhadap disiplin guru dalam Perencanaan yang dilakukan oleh pembelajaran di PAUD Citra Kartini guru mencangkup Kompotensi Dasar
Pontianak Kota
dipergunakan
teknik
pengamatan (observasi), wawancara dan indikator yang akan di capai. dokumentasi. Adapun alat sebagai alat 2. Pembinaan yang di lakukan Kepala
pengumpul data dalam penelitian ini: Panduan
PAUD terhadap disiplin guru dalam
observasi/pengamatan, panduan wawancara
pelaksanaan
pembelajaran di
mendalam dan dokumentasi. Analisis data
PAUD Citra Kartini Pontianak
dalam penelitian kualitatif ini yaitu
Kota
menggunakan analisis Menuru Miles dan Pembinaan Kepala PAUD dalam Humberman (dalam Sugiyono, 2011: 337)
pelaksanaan pembelajaran yang telah di “Analisis data dari tiga langkah data kualitatif
terapkan oleh Kepala PAUD harus di yaitu reduksi data, penyajian data dan
laksanakan sebagai mana mesti dengan penarikan kesimpulan. Teknik pemeriksaan
pembinaan ini semua terarah terutama keabsahan data menggunakan (Trianggulasi
penyusunan RKH yang dan Member Check).
dalam
sebelumnya kurang sesaui dengan kegiatan belajar mengajar atau proses
HASIL DAN PEMBAHASAN
pembelajaran yang laksanakan tidak
1. Pembinaan Kepala PAUD
sesuai dengan RKH yang di paparkan Berdasarkan data yang diperoleh
3. Pembinaan yang dilakukan Kepala
di lapangan, pembinaan yang terjadi di
PAUD terhadap disiplin guru dalam
PAUD Citra Kartini Pontianak Kota
mengevaluasi
pembelajaran di
adalah pembinaan yang mendorong
PAUD Citra Kartini Pontianak
guru untuk ikut aktif dalam berbagai
Kota.
kegiatan sekolah antara lain dalam penyusunan rencana kegiatan harian
Guru melaksanakan tanya jawab (RKH) yang berpodoman dari silabus,
tentang apa yang di pelajari program semesteran, rencana kegiatan
memberikan kesempatan kepada anak mingguan. Adapun pembinaan Kepala
untuk menjawab kegiatan evaluasi ini
2. Disiplin Kerja
Guru
dalam
di lakukan di akhir pembelajaran Tanya
Pembelajaran
jawab antara guru dan anak. Berdasarkan data yang di peroleh
4. Teknik pembinaan yang digunakan
di lapangan disiplin kerja guru dalam
kepala PAUD terhadap disiplin guru
pembelajaran guru menyiapkan bahan
dalam pembelajaran di PAUD Citra
yang akan di gunakan untuk
Kartini Pontianak Kota
menyusun rencana kegiatan harian (RKH) berupa silabus, program
Teknik pembinaan yang di semesteran, program tahunan, permen
lakukan dalam pembelajaran teknik
58 dan rencana kegiatan mingguan penilaian dalam pembelajaran dengan 58 dan rencana kegiatan mingguan penilaian dalam pembelajaran dengan
kesimpulan peneliti yang telah uraikan rmendorong dan memotivasi guru agar
di atas, maka dalam usaha untuk lebih
kedisiplinan guru pembelajaran yang telah mendapatkan
analisis pembinaan Kepala PAUD pengaran
disiplin guru dalam perencanaan
pembelajaran di PAUD Citra Kartini pelaksanaan
pembelajaran,
dan
Pontianak Kota diajukan sejumlah evaluasi pembelajaran.
saran yaitu:
KESIMPULAN DAN SARAN
Kepala PAUD dapat menjadi Berdasarkan penelitian yang telah
panutan dalam pembinaan guru dilaksanakan dan hasil yang diperoleh, maka
melalui gugus sekolah sangat secara umum peneliti dapat menyimpulkan
dibutuhkan sebagai wadah dalam hasil penelitian ini sebagai berikut:
membantu
guru-guru untuk
1. Pembinaan kepala PAUD terhadap
bermacam-macam disiplin guru dalam perencanaan
mendapatkan
mengenai proses pembelajaran, pembinaan Kepala
pengetahuan
pembelajaran.
PAUD yang merupakan salah satu Guru Kelas mengoptimalkan persiapan guru dalam melaksanakan
kegiatan belajar mengajar harus sesuai pembelajaran yang meningkatkan
dengan RKH yang telah dibuat tidak sikap professional guru penyusunan
lupa akan menggunakan media RKH yang sesuai dengan Standar Isi
pembelajaran yang lebih bervariasi Permen 58, program semesteran dan
dari segi bentuk maupun warna agar RKM.
anak tidak bosan tekahir tidak lupanya
2. Pembinaan kepala PAUD terhadap mengevaluasi diakhir pembelajaran. disiplin guru dalam pelaksanaan
Peneliti berikutnya dapat pembelajaran, kesesuaian dengan
melakukan penelitian yang serupa kegiatan belajar mengajar atau proses
namun dalam materi dan pendekatan pembelajaran yang laksanakan sesuai
yang berbeda.
dengan rencana kegiatan harian (RKH) yang di paparkan. Menentukan DAFTAR PUSTAKA
keberhasilan guru dalam pelaksanaan Herman. (1998). Metodologi Research,
pembelajaran. Yogyakarta: Fak. Pisikologi UGM.
3. Pembinaan kepala PAUD terhadap Hasibuan,S.P (2000). Manajemen Sumber
Daya Manusia. Jakarta: Bumi Aksara. pembelajaran,
disiplin guru
Isjoni. (2009). Penilaian Hasil Proses keberhasilan guru dalam melaksakan
Belajar Mengajar. Bandung: Remaja pembelajaran dari tahap perencanaan,
Rosdekarya.
pelaksanaan dan kegiatan akhir atau
Jihad, Haris. (2008). Belajar Dan
evaluasi pembelajaran. Pembelajaran I. Jakarta: Pusat
4. Teknik pembinaan yang digunakan
Penerbitan UT.
kepala PAUD terhadap disiplin guru
Mulana. (2003). Instructional Design
dalam pembelajaran, teknik diskusi Theories And Models. London: LEA. dan mengadakan tanya jawab antara
Kepala PAUD dan guru.
Sujiono. (2002). Proses Belejar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: Pusat Penerbit UT.
Administrasi. Bandung: Alfabeta. Trianto. (2013). Paradikma Pendidikan Demokratis. Jakarta: Kencana. Wahjosamidjo
(2011). Kepemimpinan
Kepala Sekolah: Tinjauan Teoritik Dan
Jakarta: Rajawali Press. Wanger. (1992). Principles Of Instructional Design. Orlando: Holt, Rinchart, And Winston.
Permasalahanya.
UPAYA GURU MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS MELALUI METODE DEMONTRASI DALAM KEGIATAN SENI MENGGAMBAR PADA ANAK USIA 5-6 TAHUN DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM TERPADU KHULAFAUR RASYIDIN KECAMATAN SUNGAI RAYA KABUPATEN KUBU RAYA
Juraida, Mawardi, Muntaha
PG-PAUD FKIP Universitas Muhammadiyah Pontianak
Email: juraidaida@yahoo.co.id
ABSTRAK
Penelitian ini dilatar belakangi belum optimalnya kreativitas seni menggambar anak di Taman Kanak-kanak Khulafaur Rasyidin Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, yang ditandai dengan kurang kegiatan menggambar anak dan koordinasi mata anak yang kurang fokus dalam mengikuti kegiatan pembelajaran. Salah satu penyebab permasalahan tersebut adalah guru belum mengoptimalkan perkembangan motorik halus anak dengan kegiatan yang berbeda, hal ini disebabkan guru lebih memfokuskan perkembangan motorik halus dengan kegiatan menebalkan huruf saja. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kegiatan menggambar anak di Taman Kanak- kanak Khulafaur Rasyidin Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu Raya, untuk keperluan tersebut peneliti melakukan penelitian tindakan kelas melalui pembelajaran dengan menggunakan kegiatan menggambar. Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan metode deskriptif melalui jenis penelitian kualitatif, yang dilaksanakan dalam empat tahapan yaitu: 1) perencanaan, 2) tindakan, 3) pengamatan, 4) refleksi. Penelitian ini terdiri dari tiga siklus dengan masing-masing dua kali pertemuan pada setiap siklus. Tekhnik pengumpulan data yang dilakukan melalui observasi, pada tahap pengamatan oleh observer. Tekhnik pengolahan data menggunakan perhitungan persentase pada siklus I sampai dengan siklus III menggunkan indikator keberhasilan di katakan berhasil apabila mencapai 75% secara klasikal. Berdasarkan hasil penelitian pada kemampuan motorik halus anak dalam kegiatan meniru membuat garis tegak, datar, miring dan lengkung, mewarnai gambar rumah menggunakan krayon menggambar bentuk-bentuk geometri dan setelah diberikan pembelajaran dengan kegiatan menggamba dari tindakan siklus I sampai dengan tindakan siklus III mengalami peningkatan. Kata kunci: Motorik Halus, Seni Menggambar, Demonstrasi
PENDAHULUAN
adanya kematangan kontrol motorik. Meningkatkan kretivitas anak sangat
Kontrol motorik tidak akan optimal tanpa perlu dilakukan dengan melalui metode
adanya kebugaran tubuh. Kebugaran tubuh demontrasi sangat penting karena dapat seni
tidak akan tercapai tanpa latihan fisik ” . menggambar anak karena dapat aspek
Fokus penelitian adalah: (1) Bagaimana perkembangan anak terutama perkembangan
perencanaan metode demontrasi dalam motorik halus anak. Perlu diketahui bahwa
meningkatkan kemampuan motorok halus perkembangan motorik halus sangat penting
melalui metode demontrasi dalam kegiatan bagi perkembangan kepribadian anak,
seni menggambar pada anak usia 5-6 tahun karena motorik halus ini adalah modal dasar
di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu anak untuk menulis dan melakukan aktivitas
Khulafaur Rasyidin Kecamatan Sungai Raya tangan
Kabupaten Kubu Raya? (2) Bagaimana menyatakan
lainnya. Samsudin
pelaksanaan metode demontrasi dalam perkembangan dari kematangan dan
bahwa,
“ lahirnya
meningkat kreativitas seni menggambar pengendalian gerak tubuh terdapat hubungan
pada anak usia 5-6 tahun di Taman Kanak- yang saling mempengaruhi antara kebugaran
kanak Islam Terpadu Khulafaur Rasyidin tubuh kemampuan motorik dan kontrol
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu motorik. kemampuan
Raya? (3) Apakah melalui metode prasekolah tidak akan berkembang tanpa
motorik anak
demontrasi dapat meningkatkan kreativitas demontrasi dapat meningkatkan kreativitas
METODE
di Taman Kanak-kanak Islam Terpadu Penelitian ini menggunakan metode Khulafaur Rasyidin Kecamatan Sungai Raya
deskriptif, dengan kelas yang di gunakan Kabupaten Kubu Raya?
masalah dalam Perkembangan motorik anak usia dini sama
untuk
memecahkan
penelitian ini. Dengan menggunakan metode pentingnya dengan aspek perkembangan
ini diharapkan menurut Sugiono (2012: 207) yang lain. Apabila anak tidak mampu
deskriptif merupakan melakukan gerakan fisik dengan baik akan
menjelaskan,
dengan cara menumbuhkan rasa tidak percaya diri dan
menganalisis
data
mendeskripsikan atau menggambarkan data konsep diri negatif dalam melakukan
yang terkumpul sebagai mana adanya tanpa gerakan fisik. Zulkifli menjelaskan (dalam
bermaksud membuat kesimpulan yang Samsudin, 2008:11) bahwa yang dimaksud
berlaku untuk umum atau generalisasi dengan motorik adalah “segala sesuatu yang
Bentuk penelitian yang digunakan adalah ada hubungannya dengan gerakan-gerakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Classroom tubuh”. Lebih lanjut dijelaskannya bahwa
Penelitian ini dalam perkembangan motorik terdapat tiga
Action
Research.
menggunakan pendekatan kualitatif karena unsur yang menentukan, yaitu otot, saraf,
penelitian ini bersifat deskriptif. Tujuan dan otak. Ketiga unsur ini melaksanakan
metode deskriptif adalah untuk memberikan masing-masing perannya secara interaksi
gambaran secara sistematis, actual, dan positif, artinya unsur yang satu saling
akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat, serta berkaitan, saling menunjang,
hubungan antara fenomena yang diteliti. melengkapi dengan unsur lainya untuk
saling
Kelas (PTK) mencapai kondisi motorik yang lebih
Penelitian
Tindakan
merupakan suatu kegiatan yang dilakukan sempurna.
oleh guru atau bersama-sama dengan orang (2010:118) me nyatakan bahwa,“Motorik
Selanjutnya
Fakhruddin
lain (kolaborasi) yang bertujuan untuk halus adalah meningkatkan pengoordinasian
memperbaiki atau meningkatkan mutu gerak tubuh yang melibatkan kelompok otot
proses pembelajaran di kelasnya. dan saraf yang lebih kecil. Kelompok otot
Menurut Arikunto (2009: 3) mengatakan, dan saraf inilah yang nantinya mampu
penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan mengembangkan gerak motorik halus,
suatu pencermatan terhadap kegiatan balajar misal, merobek, menggambar dan menulis ”.
berupa sebuah kelas secara bersama Menurut Pekerti ( 2008: 9.7) “Seni adalah
Subjek penelitian adalah orang yang diambil pengendalian motorik halus serta motorik
sebagai sumber data sesungguhnya dalam kasar menjadi sangat penting di kuasai oleh
penelitian ini. Adapun subjek penelitian ini anak. Proses pendidikan seni rupa sangat
terdiri atas: (1) Guru kelompok B Taman membutuhkan kemampuan dalam gerak
Kanak-kanak Islam Terpadu Khulafaur ditunjang dengan sensitivitas/kepekaan
Kecamatan Sungai Raya indriaw”. Selanjutnya Pekerti (2008: 9.22)
Rasyidin
Kabupaten Kubu Raya yang berjumlah 2 menjelaskan “Gambar adalah bentuk
orang. (2) Anak kelompok B usia 5-6 tahun ekspresi seni yang umumnya paling awal
Taman Kanak-kanak Islam Terpadu dikenal oleh anak- anak”. Lestari (2010: 93)
Khulafaur Rasyidin Kecamatan Sungai Raya demonstrasi adalah strategi pembelajaran
Kabupaten Kubu Raya yang berjumlah 14 yang
orang terdiri dari 4 orang perempuan dan 10 memperhatikan bagaimana proses terjadinya
orang anak laki-laki.
atau cara berkerjanya sesuatu, dan bagaiman Tempat penelian di Taman Kanak-kanak tugas-tugas di laksanakan. Isjoni (2009:91)
Khulafaur Rasyidin “Demonstrasi
Islam
Terpadu
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu mengerjakan, dan menjelaskan. Jadi dalam
berarti
menunjukkan,
Raya terletak di Jalan Sukarno Hatta, demonstrasi
Kelurahan Arang Limbung. menjelaskan
Teknik pengumpulan data yang digunakan sesuatu”.
cara-cara
mengerjakan
dalam penelitian ini adalah: (1). Observasi. Observasi yang digunakan adalah observasi dalam penelitian ini adalah: (1). Observasi. Observasi yang digunakan adalah observasi
anak melalui metode demontrasi pada anak maksud untuk memperoleh data yang
usia 5-6 tahun di Taman Kanak-kanak berkenaan dengan kegiatan pembelajaran
Khulafaur Rasyidin menggambar
Islam
Kerpadu
Kecamatan Sungai Raya Kabupaten Kubu dilakukan tindakan. (3). Dokumentasi.
Raya. Pengamatan ini dilakukan oleh Sedangkan alat pengumpul data yaitu: (1)
peneliti dan dibantu oleh guru dan pedoman observasi alat yang digunakan
menggunakan alat observasi yang telah lembaran pedoman observasi dan kamera,