EKONOMI KREATIF Rencana Pengembangan PEN

A NG

C B ON I -

LITI M S 5

N EM

EP

NG

PE PE

2 015 -2 019

RENCANA PENGEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN NASIONAL 2015-2019

Ami Fitri Utami Mandra Lazuardi Kitri PT. REPUBLIK SOLUSI

iv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

RENCANA PENGEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN NASIONAL 2015-2019

Tim Studi dan Kementerian Pariwisata Ekonomi Kreatif:

Penasihat Mari Elka Pangestu, Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI Sapta Nirwandar, Wakil Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif RI

Pengarah

Ukus Kuswara, Sekretaris Jenderal Kemenparekraf

I Gde Pitana, Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Cokorda Istri Dewi, Staf Khusus Bidang Program dan Perencanaan

Penanggung Jawab

Raseno Arya, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Kebijakan Ekonomi Kreatif

Tim Studi

Ami Fitri Utami Mandra Lazuardi Kitri

ISBN

978-602-72367-8-3

Desainer

RURU Corps (www.rurucorps.com) Rendi Iken Satriyana Dharma Sari Kusmaranti Subagiyo Farly Putra Pratama

Penerbit

PT. Republik Solusi

Cetakan Pertama, Maret 2015

Hak cipta dilindungi undang-undang Dilarang memperbanyak karya tulis ini dalam bentuk dan dengan cara apapun tanpa ijin tertulis dari penerbit

Terima kasih Kepada Narasumber dan Peserta Focus Group Discussion (FGD)

Prakoso Bhairawa Putera Aldrin Herwany Warsito P.Taruno Kristanto Santosa Mohammad Faisal R. Adjie Wicaksana Ari Juliano Gema Ratna Ariyanti Ronaldiaz Hartantyo Diah Setiari Husodo Siti Dloyana Kusumah Budiana Setiawan Dhani Agung Darmawan Dudi Iskandar Yusmaini Eriawati Genardi Atmadiredja M. Ikhsan Akhirulsyah Nurul Widyaningrum Sunu Widianto Tri Moelyono Ida Suhadi

vi Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

Kata Pengantar

Ekonomi kreatif memiliki potensi besar untuk menjadi salah satu sektor penggerak yang penting untuk mewujudkan Indonesia yang mandiri, maju, adil dan makmur. Ekonomi kreatif adalah ekonomi yang digerakkan oleh sumber daya terbarukan dan tersedia secara berlimpah di Indonesia, dimana kita memiliki sumber daya manusia kreatif dalam jumlah besar, sumber daya alam terbarukan yang berlimpah dan sumber warisan budaya yang unik dan beragam. Ketiganya menjadi kekuatan pendorong pertumbuhan ekonomi kreatif yang berkelanjutan.

Kita, secara bersama-sama telah meletakkan dasar pengembangan ekonomi kreatif yang akan membawa bangsa menuju pembangunan ekonomi yang berkualitas. Kesinambungan upaya pengembangan ekonomi kreatif diperlukan untuk memperkuat ekonomi kreatif sebagai sumber daya saing baru bagi Indonesia dan masyarakat yang berkualitas hidup.

Bagi Indonesia, ekonomi kreatif tidak hanya memberikan kontribusi ekonomi, tetapi juga memajukan aspek-aspek nonekonomi berbangsa dan bernegara. Melalui ekonomi kreatif, kita dapat memajukan citra dan identitas bangsa, mengembangkan sumber daya yang terbarukan dan mempercepat pertumbuhan inovasi dan kreativitas di dalam negeri. Di samping itu ekonomi kreatif juga telah memberikan dampak sosial yang positif, termasuk peningkatan kualitas hidup, pemerataan kesejahteraan dan peningkatan toleransi sosial.

Penelitian dan pengembangan sebagai salah satu dari 15 subsektor di dalam industri kreatif, merupakan kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, memanfaatkan serta mengolah ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mengkonirmasi dan atau merancang dan atau mengembangkan suatu hal (objek penelitian) menjadi hal baru yang lebih baik dan inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan memberikan manfaat ekonomi. Saat ini masih ada masalah-masalah yang menghambat pertumbuhan industri penelitian dan pengembangan di Indonesia, termasuk didalamnya jumlah dan kualitas orang kreatif yang masih belum optimal, ketersediaan sumber daya alam yang belum teridentiikasi dengan baik, keseimbangan perlindungan dan pemanfaatan sumber daya budaya, minimnya ketersediaan pembiayaan bagi orang-orang kreatif yang masih kurang memadai, pemanfaatan pasar yang belum optimal, ketersediaan infrastruktur dan teknologi yang sesuai dan kompetitif serta kelembagaan dan iklim usaha yang belum sempurna.

Dalam upaya melakukan pengembangan industri penelitian dan pengembangan di Indonesia, diperlukan pemetaan terhadap ekosistem penelitian dan pengembangan yang terdiri dari rantai nilai kreatif, pasar, nurturance environment, dan pengarsipan. Aktor yang harus terlibat dalam ekosistem ini tidak terbatas pada model triple helix yaitu intelektual, pemerintah dan bisnis, tetapi harus lebih luas dan melibatkan komunitas kreatif dan masyarakat konsumen karya kreatif. Kita memerlukan quad helix model kolaborasi dan jaringan yang mengaitkan intelektual, pemerintah, bisnis dan komunitas. Keberhasilan ekonomi kreatif di lokasi lain ternyata sangat tergantung kepada pendekatan pengembangan yang menyeluruh dan berkolaborasi dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan.

vii

Buku ini merupakan penyempurnaan dari Cetak Biru Pengembangan Ekonomi Kreatif Indonesia 2025 yang diterbitkan pada tahun 2009. Dalam melakukan penyempurnaan dan pembaruan data dan informasi, telah dilakukan sejumlah Focus Discussion Group (FGD) dengan semua pemangku kepentingan baik pemerintah, pemerintah daerah, intelektual, media, bisnis, orang kreatif, dan komunitas kuliner secara intensif. Hasilnya adalah buku ini, yang menjabarkan secara rinci pemahaman mengenai penelitian dan pengembangan sebagai industri yang dapat mendatangkan nilai ekonomi, serta perencanaan terkait kegiatan penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif.

Dengan demikian, masalah-masalah yang masih menghambat pengembangan industri penelitian dan pengembangan selama ini dapat diatasi sehingga dalam kurun waktu lima tahun mendatang, serta mencapai kegiatan penelitian dan pengembangan terkait industri kreatif yang berbudaya inovatif, berdaya saing dan terintegrasi secara berkelanjutan untuk memberi kontribusi ekonomi dan berperan dalam peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia

Salam Kreatif

Mari Elka Pangestu Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif

viii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

3.2.2 Kebijakan Terkait Hak Kekayaan Intelektual 59

3.3 Struktur Pasar Penelitian dan Pengembangan 60

3.4 Daya Saing Penelitian dan Pengembangan 61

3.5 Potensi dan Permasalahan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan 64

BAB 4 RENCANA PENGEMBANGAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN INDUSTRI KREATIF INDONESIA 71

4.1 Arahan Strategis Pengembangan Ekonomi Kreatif 2015—2019 72

4.2 Visi, Misi, dan Tujuan Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Industri Kreatif 73

4.2.1 Visi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif

4.2.2 Misi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 76

4.2.3 Tujuan Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Industri Kreatif 76

4.3 Sasaran dan Indikasi Strategis Pencapaian Pengembangan Penelitian dan Pengembangan

Industri Kreatif 78

4.4 Arah Kebijakan Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 82

4.4.1 Arah Kebijakan Penciptaan Sumber Daya Manusia Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Yang Memiliki Inovasi Serta Daya Saing. 82

4.4.2 Arah Kebijakan Perlindungan, Pengembangan dan Pemanfaatan Sumber Daya Budaya Bagi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif di Indonesia Secara Berkelanjutan 83

4.4.3 Arah Kebijakan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Yang Inovatif,

Berdaya Saing, dan Terintegrasi Secara Berkelanjutan 83

4.4.4 Arah Kebijakan Penciptaan Pembiayaan Bagi Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai, Mudah Diakses dan Kompetitif 83

4.4.5 Arah Kebijakan Penciptaan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai dengan Kebutuhan Pasar 83

4.4.6 Arah Kebijakan Penciptaan Kelembagaan yang Kondusif yang Mendukung Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang-Bidang dalam Industri Kreatif di Indonesia 84

4.4.7 Arah Kebijakan Infrastruktur dan Teknologi Yang Tepat Guna Serta Mudah Diakses untuk Mendukung Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang dalam Industri Kreatif 84

4.5 Strategi dan Rencana Aksi Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 84

4.5.1 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Pendidikan yang Mendukung Penciptaan Orang Kreatif (Peneliti dan Perekayasa) Terkait Bidang Industri Kreatif. 84

x Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

4.5.2 Peningkatan Kualitas dan Kuantitas Orang Kreatif (Peneliti dan Perekayasa) Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif 86

4.5.3 Penciptaan Pusat Pengetahuan Sumber Daya Alam Dan Budaya Lokal Yang Akurat Dan Terpercaya Serta Dapat Diakses Secara Mudah Dan Cepat. 86

4.5.4 Peningkatan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Dalam Industri Kreatif yang Inovatif, Berdaya Saing dan Terintegrasi Secara Berkelanjutan ................................................................................................. 87

4.5.5 Peningkatan Keragaman dan Kualitas Hasil Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif

4.5.6 Peningkatan Apresiasi Kepada Orang Kreatif (Peneliti & Perekayasa) dalam Bidang Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif Indonesia Baik di dalam dan Luar Negeri 88

4.5.7 Peningkatan Ketersediaan Pembiayaan Bagi Seluruh Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif yang Aksesibel, Transparan dan Memiliki Skema Pembiayaan yang Baik (Besaran yang

Sesuai, Sistem Tidak Rumit) 89

4.5.8 Peningkatan Jumlah Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif Yang Sesuai dengan Kebutuhan Pasar 89

4.5.9 Penciptaan Regulasi Yang Mendukung Penciptaan Iklim yang Kondusif Bagi Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait dengan Bidang Bidang dalam Industri Kreatif Indonesia 90

4.5.10 Peningkatan Partisipasi Aktif dan Kolaborasi Pemangku Kepentingan dalam Pengembangan Kegiatan Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang-Bidang dalam Industri Kreatif Secara Berkualitas dan Berkelanjutan 90

4.5.11 Peningkatan Ketersediaan Teknologi Tepat Guna yang Mudah Diakses oleh Para Orang Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif. 91

4.5.12 Peningkatan Ketersediaan Infrastruktur yang Memadai yang Dibutuhkan Oleh Para Orang Kreatif di Bidang Penelitian dan Pengembangan Terkait Bidang Bidang dalam Industri Kreatif 91

BAB 5 PENUTUP 93

5.1 Kesimpulan 94

5.2 Saran 96

LAMPIRAN 99

xi

Daftar Gambar

Gambar 1‑1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penelitian dan Pengembangan dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019 7

Gambar 1‑2 Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 16

Gambar 2‑1 Peta Ekosistem Penelitian dan Pengembangan 21 Gambar 2‑2 Peta Kreasi 24

Gambar 2‑3 Peta Implementasi Rancangan 29 Gambar 2‑4 Potret Paten di Indonesia 32 Gambar 2‑5 Peta Diseminasi 33 Gambar 2‑6 Peta Pasar ( Market) 36 Gambar 2‑7 Peta Industri Penelitian dan Pengembangan 40 Gambar 2‑8 Peta Model Bisnis Penelitian dan Pengembangan 45

Gambar 3‑1 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Produk Domestik Bruto 51

Gambar 3‑2 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Tenaga Kerja 53 Gambar 3‑3 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Aktivitas Perusahaan 54 Gambar 3‑4 Kondisi Penelitian dan Pengembangan Indonesia Berbasis Konsumsi Rumah

Tangga 56 Gambar 3‑5 Diagram Daya Saing Penelitian dan Pengembangan 61

xii Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

Daftar Tabel

Tabel 2‑1 Skema Ruang Lingkup Industri Subsektor Penelitian dan Pengembangan 44

Tabel 3‑1 Kontribusi Ekonomi Subsektor Penelitian dan Pengembangan 2010-2013 50 Tabel 3‑2 Potensi dan Permasalahan Penelitian dan Pengembangan Indonesia 65

Tabel 4‑1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran Pengembangan Penelitian dan Pengembangan Industri Kreatif 2015-2019 74

xiii

Ringkasan Eksekutif

Penelitian dan pengembangan seringkali dipahami secara luas sebagai bagian dari kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan untuk memecahkan suatu permasalahan, menjawab suatu pertanyaan, hingga mendeteksi hal-hal yang belum terungkap secara keilmuan. Namun, di dalam ekonomi kreatif, kegiatan penelitian dan pengembangan tidak hanya dianggap sebagai salah satu payung yang dapat mengembangkan industri di dalamnya melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan, namun juga dianggap sebagai salah satu subsektor dalam industri kreatif. Pemahaman penelitian dan pengembangan sebagai dua fungsi ini tentu akan memberikan paradigma yang berbeda dari sisi konsep ruang lingkup hingga rencana pengembangan di dalamnya. Oleh sebab itu, dalam bagian ini penting untuk dijelaskan mengenai apa sebetulnya yang berbeda dari kegiatan penelitian dan pengembangan, baik dari sisi keilmuan dengan mempertimbangkan pegangan baku yang sudah ada (undang-undang dan deinisi konsep menurut penelitian terdahulu), maupun dari sisi ekonomi kreatif yang menganggap kegiatan ini sebagai salah satu subsektor dalam industrinya.

Maka, berdasarkan pemahaman tersebut diperlukan sebuah kesepakatan deinisi dari subsektor penelitian dan pengembangan yang sesuai dengan konsep ekonomi kreatif. Untuk mencapai pemahaman tersebut maka dilakukan beberapa metode dimulai dari pemetaan atas kondisi ideal, serta pemahaman mengenai kondisi aktual di Indonesia. Dari hasil pemetaan inilah kemudian akan didapatkan suatu gambaran mengenai kebutuhan dari untuk mengembangkan penelitian dan pengembangan baik sebagai subsektor industri maupun sebagai kegiatan yang dapat menunjang perkembangan industri kreatif, hal ini tentu dilakukan dengan mempertimbangkan aspek potensi (kekuatan dan peluang) serta permasalahan (tantangan, kelemahan, ancaman dan hambatan) yang ada. Berbicara mengenai pemetaan, maka yang dihasilkan adalah suatu ekosistem yang menggambarkan hubungan saling ketergantungan antara setiap peran di dalam proses penciptaan nilai kreatif dan antara peran-peran tersebut dengan lingkungan sekitar yang mendukung terciptanya nilai kreatif.

Lebih lanjut lagi, peranan ekonomi kreatif bagi Indonesia sudah semestinya mampu diukur secara kuantitatif sebagai indikator yang bersifat nyata. Hal ini dilakukan untuk memberikan gambaran riil mengenai keberadaan ekonomi kreatif yang mampu memberikan manfaat dan mempunya potensi untuk ikut serta dalam memajukan Indonesia. Bentuk nyata dari kontribusi ini dapat diukur dari nilai ekonomi yang dihasilkan oleh seluruh subsektor pada ekonomi kreatif termasuk usaha-usaha yang ada dalam subsektor penelitian dan pengembangan.Perhitungan kontribusi ini ditinjau dari empat basis, yaitu Produk Domestik Bruto (PDB), ketenagakerjaan, aktivitas perusahaan, dan konsumsi rumah tangga yang dihimpun berdasarkan perhitungan yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS).

Selanjutnya, sebagai bentuk analisa atas keadaan aktual yang ada disusunlah visi, misi, tujuan dan sasaran strategis yang merupakan kerangka strategis pengembangan kegiatan penelitian dan pengembangan yang difokuskan pada industri kreatif pada periode 2015-2019.

xiv Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

“ xv

. il

I G A H of N 9

AA K S

A gt P in

nn

la re p

ua o

,y n

la op

il t kl in

A 1 5 0 uf 2 o in F a m

C N 0 E A K EN G S R TEK I M 2 -

“ A U 2 K N BA E K T A J 0 U

e If y nj B

N E S IA

R DO UI N

MEN U 2 MEN U 2

BAB 1

Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia

BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 1

1.1 Definisi dan Ruang Lingkup Penelitian dan Pengembangan

Pemahaman mengenai kegiatan penelitian dan pengembangan seringkali bersifat luas dan menjadi bagian dari kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Kegiatan ini berperan untuk untuk memecahkan permasalahan, menjawab pertanyaan, hingga mendeteksi hal-hal yang belum terungkap secara keilmuan. Namun, hal ini sedikit berbeda jika mempertimbangkan kegiatan penelitian dan pengembangan dalam konteks ekonomi kreatif. Di dalam ekonomi kreatif, kegiatan penelitian dan pengembangan tidak hanya dianggap sebagai salah satu payung yang dapat mengembangkan industri melalui pemanfaatan ilmu pengetahuan, namun juga dianggap sebagai salah satu subsektor. Pemahaman penelitian dan pengembangan sebagai dua fungsi ini akan memberikan paradigma yang berbeda dari sisi konsep ruang lingkup hingga rencana pengembangan. Oleh sebab itu, penting untuk dijelaskan mengenai perbedaan deinisi kegiatan penelitian dan pengembangan dari sisi keilmuan dengan mempertimbangkan pegangan baku yang sudah ada (berdasarkan undang-undang dan deinisi konsep menurut penelitian terdahulu), maupun dari sisi ekonomi kreatif yang menganggap kegiatan ini sebagai salah satu subsektor.

1.1.1 Definisi Penelitian dan Pengembangan

Kegiatan penelitian dan pengembangan telah memiliki deinisi tersendiri berdasarkan Undang- Undang Nomor 18 Tahun 2012 mengenai Sistem Nasional Penelitian, Pengembangan, dan Penerapan IPTEK. Namun, perlu dikaji kembali deinisi kegiatan penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2012, deinisi dari kata penelitian dan pengembangan, yaitu:

Penelitian adalah kegiatan yang dilakukan menurut kaidah dan metode ilmiah secara sistematis untuk memperoleh informasi, data, dan keterangan yang berkaitan dengan pemahaman dan pembuktian kebenaran atau ketidakbenaran suatu asumsi dan atau hipotesis di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi serta menarik kesimpulan ilmiah bagi keperluan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Pengembangan adalah kegiatan ilmu pengetahuan dan teknologi yang bertujuan memanfaatkan kaidah dan teori ilmu pengetahuan yang telah terbukti kebenarannya untuk meningkatkan fungsi, manfaat, dan aplikasi ilmu pengetahuan dan teknologi yang telah ada, atau menghasilkan teknologi baru.

Dari deinisi tersebut diketahui bahwa suatu kegiatan penelitian dan pengembangan terkait erat dengan pemanfaatan ilmu pengetahuan. Namun, deinisi tersebut tidak menjelaskan penelitian dan pengembangan sebagai suatu subsektor industri dalam ekonomi kreatif.

2 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

Deinisi tersebut hanya menjelaskan suatu kegiatan sistematis pemanfaatan ilmu pengetahuan tanpa memperjelas status proit atau nirlabanya. Oleh karena itu, harus dibuat suatu deinisi dan ruang lingkup tersendiri untuk membedakan subsektor penelitian dan pengembangan di dalam ekonomi kreatif dengan kegiatan penelitian dan pengembangan secara umum.

Pada buku Pengembangan Industri Kreatif yang disusun pada 2008 oleh Departemen Perdagangan, dinyatakan bahwa subsektor penelitian dan pengembangan dalam industri kreatif merupakan:

Kegiatan kreatif yang terkait dengan usaha inovatif yang menawarkan penemuan ilmu dan teknologi dan penerapan ilmu dan pengetahuan tersebut untuk perbaikan produk dan kreasi produk baru, proses baru, material baru, alat baru, metode baru, dan teknologi baru yang dapat memenuhi kebutuhan pasar.

Berdasarkan deinisi tersebut dapat dilihat bahwa kegiatan penelitian dan pengembangan dalam ekonomi kreatif memiliki dua poin utama yang membedakannya dengan kegiatan penelitian dan pengembangan pada umumnya. Dua poin utama tersebut adalah inovasi dan penerapan ilmu pengetahuan untuk memenuhi kebutuhan pasar. Kedua poin utama ini juga muncul sebagai inti dari kegiatan penelitian dan pengembangan dalam ekonomi kreatif berdasarkan forum diskusi grup yang telah dilaksanakan oleh Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif.

Usaha melakukan inovasi yang didasari dengan penelitian dan pengembangan untuk memenuhi kebutuhan pasar dan bertujuan mendatangkan proit atau keuntungan bagi si peneliti atau perekayasa. Dalam konteks ini, jenis-jenis kegiatan penelitian dan pengembangan yang termasuk dalam ekonomi kreatif adalah kegiatan yang bertujuan untuk menghasilkan keuntungan, artinya hasil penelitian tidak hanya didiseminasikan secara cuma-cuma tetapi juga secara komersial. Berdasarkan pertimbangan tersebut maka jenis penelitian yang sifatnya nirlaba, seperti jenis penelitian yang murni untuk keilmuan, kebijakan, investasi, atau penelitian yang dilakukan oleh lembaga penelitian nirlaba milik pemerintah maupun nonpemerintah tidak termasuk dalam konteks penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif. Mengacu pada penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan penelitian dan pengembangan sebagai subsektor dalam ekonomi kreatif adalah

Kegiatan sistematis untuk mengumpulkan, memanfaatkan serta mengolah ilmu pengetahuan dengan tujuan untuk mengkonfirmasi dan/atau merancang dan/atau mengembangkan suatu hal (obyek penelitian) menjadi hal baru yang lebih baik dan inovatif yang dapat memenuhi kebutuhan pasar dan memberikan keuntungan

Sumber: Focus Group Discussion Subsektor Animasi, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Mei—Juni 2014

BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 3

Frasa ‘kegiatan sistematis’ merupakan salah satu kata kunci atau karakteristik dalam kegiatan penelitian dan pengembangan. Makna frasa ini adalah kegiatan yang dilakukan dengan proses yang teratur dan menggunakan metode yang runtut untuk menghasilkan tujuan yang diinginkan. Selain itu, frasa ‘hal baru yang lebih baik dan inovatif ’ juga menjadi karakteristik di dalam penelitian dan pengembangan, yang berarti menghasilkan suatu inovasi berupa perbaikan, peningkatan kualitas, peningkatan atau penambahan fungsi dan hal baik lainnya yang meningkatkan nilai suatu produk. Pada akhirnya, kegiatan sistematis dalam membentuk hal baru yang lebih baik dan inovatif tersebut diharapkan akan mampu memberikan nilai tambah bagi peneliti atau perekayasa yang dijelaskan dalam frasa ‘memberikan manfaat ekonomi’.

1.1.2 Ruang Lingkup Pengembangan Penelitian dan Pengembangan

Berdasarkan laporan National Science Foundation (NSF) Amerika Serikat tahun 2010, kegiatan penelitian dan pengembangan pada umumnya terbagi ke dalam tiga bagian besar yaitu penelitian dasar, penelitian terapan, dan kegiatan pengembangan . Sejalan dengan hal ini, John Howkins— pakar ekonomi kreatif, menyatakan bahwa secara garis besar memang terdapat tiga jenis kegiatan penelitian, yaitu penelitian dasar ( basic ‘blue sky’ research), penelitian terapan (applied research), dan pengembangan ( development).

Penelitian dasar merupakan kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mengumpulkan pemahaman lebih mendalam mengenai suatu hal tanpa adanya rencana penerapan spesiik atas hasil penelitian. Penelitian terapan merupakan suatu kegiatan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan pengetahuan untuk kemudian digunakan pada kebutuhan tertentu yang spesiik. Pengembangan (development) merupakan penggunaan sistematis atas pengetahuan yang didapatkan dari penelitian untuk kemudian menghasilkan hal yang lebih berguna (termasuk sistem, metode, perancangan, pengembangan purwarupa, dan proses).

Penelitian dan pengembangan meliputi cakupan aktivitas yang luas, mulai dari penelitian fundamental pada ranah fisik, kehidupan, serta ilmu sosial; penelitian yang mengemukakan isu-isu kritis seperti perubahan iklim, efesiensi energi, dan kesehatan; hingga kegiatan pengembangan atas teknologi serbaguna dan barang jasa yang baru

Sumber: NSF Science and Engineering Indicators (2010)

4 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

The National Science Foundation Sumber: nsf.gov

The National Science Foundation

he National Science Foundation (NSF) merupakan lembaga federal yang dibentuk oleh Kongres Amerika Serikat pada tahun 1950 dengan tujuan untuk mendorong kemajuan ilmu pengetahuan demi keunggulan kesehatan, kesejahteraan, kemakmuran, keamanan, dan pertahanan nasional Amerika Serikat.

Lembaga ini kemudian menjadi lembaga pembiayaan untuk lebih dari 24% penelitian dasar yang dilakukan oleh universitas dan lembaga pendidikan lainnya di Amerika Serikat. Uniknya, tidak seperti lembaga penelitian lain yang merekrut peneliti dan menjalankan kegiatan laboratoriumnya secara mandiri, NSF justru mencoba mencapai tujuannya dengan memberikan dukungan berupa pembiayaan pada para ilmuwan, insinyur, pengajar, dan pelajar melalui institusi asal mereka sendiri.

Sejalan dengan perkembangan waktu, setiap tahunnya NSF memberikan dukungan terhadap 200.000 ilmuwan, insinyur, pengajar, dan pelajar di berbagai universitas, hingga laboratorium di seluruh wilayah di Amerika Serikat dan dunia.

Sumber: www.nsf.gov

Dari ketiga jenis kegiatan penelitian ini, sebagian besar penelitian terapan dan kegiatan pengembangan berorientasi pada bisnis atau berorientasi pada perolehan manfaat ekonomi, sementara kegiatan penelitian dasar biasanya lebih banyak berfokus pada kontribusi terhadap bidang keilmuan dan

bebas dari sisi komersial 1 . Inilah sebabnya dunia bisnis akan lebih tertarik untuk menyoroti penelitian terapan dan pengembangan. Selain berdasarkan jenis kegiatannya, ruang lingkup penelitian dan pengembangan juga mempertimbangkan sisi bidang keilmuannya yang dapat dibedakan menjadi bidang keilmuan Ilmu Pengetahuan Alam, Ilmu Teknologi Rekayasa,

Ilmu Pengetahuan Sosial, dan Humaniora. 2 Wujud hasil penelitian dan pengembangan yang

(1) John Howkins, The Creative Economy… how people make money from ideas (Penguin, 2013). (2) www.lipi.go.id diakses pada 19 Juli 2014 pukul 16.30

BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 5 BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 5

Menurut LIPI, penelitian berdasarkan bidang keilmuan dapat diperinci menjadi bidang-bidang keilmuan lainnya yang lebih detil:

1. Ilmu pengetahuan alam dan ilmu teknologi rekayasa, dapat dibedakan menjadi:

a. Bidang keilmuan ilmu pengetahuan alam, di antaranya adalah matematika, ilmu alam, astronomi, geologi, dan lain-lain.

b. Bidang keilmuan teknologi rekayasa, di antaranya adalah ilmu teknik dan teknologi hingga ilmu medis atau kesehatan, bioteknologi, dan cabang ilmu lainnya. Bidang keilmuan pengetahuan alam dan teknologi ini beririsan dengan industri-industri yang berbasis teknologi secara luas, misalnya industri farmasi, bahan kimia, teknologi informasi, otomotif, pertanian, dan industri lainnya.

2. Ilmu pengetahuan sosial dan humaniora, terdiri dari:

a. Bidang keilmuan sosial, di antaranya adalah ekonomi, psikologi, ilsafat, sejarah, sosiologi, ilmu hukum, dan lain-lain;

b. Bidang keilmuan humaniora, di antaranya adalah sastra, bahasa, dan seni. Pada kegiatan penelitian dan pengembangan sosial dan humaniora terdapat beberapa industri yang terkait, misalnya industri seni, literatur, riset pasar, dan periklanan. Selain itu, banyak juga industri yang terkait dengan bidang teknologi yang didukung oleh kegiatan penelitian dan pengembangan bidang keilmuan sosial dan humaniora. Salah satu contohnya adalah perusahaan manufaktur makanan olahan ( Fast Moving Consumer Goods–FMCG) di Indonesia yang sering kali menggunakan jasa penelitian pasar dan merupakan kegiatan penelitian sosial untuk melihat preferensi pasar.

Kegiatan penelitian dan pengembangan juga dapat dibedakan berdasarkan bentuk kegiatannya:

1. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang bebasis desain penelitian dan

pengembangan, yaitu kegiatan penelitian dan pengembangan yang murni kreasi dari peneliti atau perekayasa tanpa adanya permintaan pihak lain untuk melakukan kegiatan tersebut;

2. Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan berdasarkan permintaan

atau kebutuhan, yaitu kegiatan yang dilakukan atas permintaan dari pihak lain diluar peneliti atau perekayasa.

Dalam konteks ini, walaupun kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan berdasarkan permintaan pihak lain, peneliti atau perekayasa tetap memiliki kewajiban dan tanggung jawab penuh dalam menjaga kemandirian metode dan hasil. Adanya dua bentuk kegiatan ini akan memengaruhi cara peneliti dan perekayasa mendapatkan pemasukan inansial.

Gambar 1-1 mengilustrasikan ruang lingkup subsektor penelitian dan pengembangan di Indonesia. Sebagai upaya untuk melakukan pengembangan secara optimal, pada periode 2015-2019 pengembangan subsektor penelitian dan pengembangan Indonesia akan memfokuskan diri terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan yang berbentuk penelitian terapan dan pengembangan. Hal ini didasari oleh pertimbangan bahwa kegiatan penelitian terapan dan pengembangan dapat menciptakan nilai tambah bagi objek penelitian dan memberikan manfaat ekonomis bagi pelaku penelitian dan pengembangan (peneliti dan perekayasa). Kegiatan penelitian dan pengembangan

6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019 6 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

Gambar 1 - 1 Ruang Lingkup dan Fokus Pengembangan Penelitian dan Pengembangan dalam Ekonomi Kreatif 2015-2019

1.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan

1.2.1 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Dunia

Kegiatan penelitian dan pengembangan tidak terlepas dari berkembangnya ilmu pengetahuan secara luas. Kegiatan ini dimulai pada masa sebelum masehi dan terlihat pada berbagai macam karya atau penemuan. Jika ditelusuri, karya-karya tersebut merupakan contoh hasil kegiatan penelitian dan pengembangan, meskipun pada masa itu belum dikenal istilah penelitian dan pengembangan.

Perkembangan ancient science atau era keilmuan masa kuno didominasi oleh para ilsuf Yunani dengan karya-karyanya dalam bidang astronomi, obat-obatan, dan arsitektur. Socrates, Plato, Aristotle, dan Phytagoras merupakan tokoh ilsuf klasik serta ilmuwan bidang astronomi dan matematika Yunani pada masa itu. Banyak karya dalam bidang astronomi, teknologi, dan pengobatan yang juga dihasilkan di Mesir dan Babilonia. Pada 1600 SM ditemukan buku pengobatan ala Mesir, Edwin Smith Papyrus, yang di dalamnya terkandung beberapa metode penelitian, dimulai dari pemeriksaan atau deteksi, diagnosa, dan solusi masalah. Ketiga tahap metode ini menunjukan suatu contoh kegiatan sistematis. Masa ini dapat dikatakan sebagai awal munculnya keingintahuan lebih manusia terhadap fenomena alam yang terjadi secara rasional, meskipun kebanyakan penelitian pada masa ini dijalankan dengan metode empiris yang menggunakan asumsi-asumsi berdasarkan pengalaman.

BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 7

(Kiri) Phytagoras, (Kanan) Patung Phytagoras di pelabuhan Phytagrio Sumber: (kiri) agazsantiago.blogspot.com, (kanan) samos-beaches.com

Phytagoras Phytagoras (570 – 495 SM) adalah salah seorang ilsuf Yunani serta ilmuwan matematika pada masa sebelum masehi. Phytagoras sering disebut-sebut sebagai ilmuwan matematika yang hebat dengan “Teori Phytagoras” atau “Phytagorean heorem“.

Pada abad pertengahan, selain untuk menemukan inovasi, kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan untuk mendapatkan metode keilmuan yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini ditandai dengan dunia penelitian dan pengembangan yang diwarnai oleh hasil-hasil penelitian yang dilakukan melalui metode eksperimental induktif. Metode ini merupakan suatu pergeseran karena penelitian pada masa kuno kebanyakan dilakukan melalui metode empiris.

Salah seorang ilmuwan yang mengkombinasikan berbagai metode penelitian dan pengembangan adalah Ibn al-Haytham. Ibn al-Haytham menulis sebuah buku berjudul Book of Optics tentang usahanya dalam mengombinasikan metode observasi, eksperimen, dan argumen. Dari hasil penelitiannya dengan menggunakan metode yang lebih objektif, metodologis, dan rasional, Ibn al-Haytham kemudian dapat membuktikan bahwa teori yang ditemukan oleh Aristotle di mana suatu objek memancarkan partikel pada mata adalah salah. Selain itu, pada 1619, Rene Descrates mulai menulis suatu risalah terkait dengan cara berpikir ilosois dan ilmiah yang kemudian diselesaikan pada 1637 dengan judul Discourse on Method dan Meditations pada 1641

Usaha-usaha untuk memperkuat metodologi penelitian secara keilmuan kemudian dilakukan kembali oleh Isaac Newton. Hasil kerjanya menjadi dasar bagi banyak ilosoi alam sepanjang abad ke-18 dan ke-19. Pada masa ini, Eropa juga mengalami pertumbuhan ekonomi disertai inovasi dalam proses produksi yang ditandai dengan penemuan kincir angin, jam mekanik, minuman distilasi (alkohol), hingga astrolable–alat yang dapat digunakan untuk memprediksi posisi matahari, bulan planet, bintang, hingga meramalkan horoskop.

8 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

“Liber ethicorum des Henricus de Alemannia, single sheet. Scena: Henricus de Alemannia con i suoi studenti”—

Suasana Perkuliahan di Abad ke-14. Sumber: upload.wikimedia.org Lukisan: Laurentius de Voltolina

Middle Ages Menurut sejarah Eropa, masa abad pertengahan jatuh pada abad ke-5 hingga ke-15 yang ditandai oleh runtuhnya Kerajaan Roma pada masa itu. Salah satu tonggak dalam masa ini adalah perkembangan teknologi serta peningkatan aktivitas intelektual. Hal ini mulai terjadi di tengah masa abad pertengahan yang ditandai dengan peningkatan inovasi dalam bidang pertanian, munculnya scholasticism yang merupakan metode dalam berpikir kritis, dan mulai dibentuknya universitas.

Abad ke-18 dan ke-19 juga disebut sebagai masa pencerahan, ditandai dengan adanya pergeseran pemikiran yang lebih menitikberatkan pada keilmuan dan rasionalitas. James Watt menemukan mesin uap pada tahun 1765 dan Giussepe Antonio Anastassio Volta menemukan baterai kimia atau chemical battery pada tahun 1800-an. Kemunculan temuan-temuan mutakhir seperti inilah yang kemudian memberikan perubahan bagi dunia dan mengantarkan manusia pada masa industrialisasi.

BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 9

Iron and Coal –Lukisan yang Mengilustrasi Masa Revolusi Industri Sumber: en.wikipedia.org Lukisan: William Bell Scott

10 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

Pekerja di Masa Revolusi Industri. (Foto: Huington-post) Sumber: thefederalist.com

Masa industrialisasi merupakan masa revolusi dengan proses manufaktur yang mulai berubah akibat dorongan dari berbagai inovasi yang ditemukan pada periode tersebut. Pada masa ini, perubahan proses produksi ditandai dengan perubahan penggunaan tenaga manusia yang digantikan oleh mesin sehingga kapasitas produksi meningkat secara tajam. Pada masa industrialisasi terdapat tiga tonggak perkembangan teknologi, yaitu perkembangan teknologi tekstil (contohnya mekanisasi alat pintal), teknologi tenaga uap (seperti mesin uap), serta teknologi pembuatan besi dan baja (penggunaan batubara sebagai substitusi penggunaan arang) yang ketiganya dapat mendorong produktivitas manufaktur saat itu.

(Kiri)James Watt, ( Kanan) Mesin Uap Sumber: (kiri) ichef.bbci.co.uk, (kanan) upload.wikimedia.org

BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 11

James Watt

James Watt (1736-1819) adalah seorang inventor dan insinyur dalam bidang permesinan yang hasil penemuannya (mesin uap yang lebih eisien) telah mengantarkan dunia pada era revolusi industri. Watt mulai tertarik untuk meneliti mesin uap pada tahun 1764 saat ia sedang membetulkan mesin uap ciptaan homas Newcomen. Terdapat berbagai penyempurnaan yang Watt lakukan pada mesin uap versi sebelumnya, diantaranya penambahan ruang terpisah yang diperkokoh pada mesin uap di tahun 1769 serta pembuatan isolasi pemisah pada tahun 1782. Penyempurnaan inilah yang kemudian membuat hasil temuan Watt dapat mencuri perhatian industri.

Seiring dengan berjalannya waktu, mulai muncul kesadaran dari perusahaan besar bahwa aktivitas penelitian dan pengembangan yang melahirkan inovasi dapat memberikan pengetahuan bagi

perusahaan serta membantu keadaan bisnis dan masyarakat menjadi lebih baik 3 . Pada 1890-an, GE (General Electric) membentuk suatu departemen resmi bernama Calculating Department yang kemudian disupervisi oleh ilmuwan dalam bidang matematika bernama Charles Steinmetz untuk melaksanakan analisis eisiensi atas gejala yang ditemukan di lapangan.

Sejalan dengan perkembangan industri penelitian dan pengembangan, pada abad ke-19 banyak muncul institusi publik di Amerika Serikat yang mengedepankan kegiatan penelitian dan pengembangan. Sebagai contoh, pembentukan USDA (he United States Department of Agriculture) pada 1862 awalnya didasari oleh kesadaran pemerintah untuk mengatur sumber ekonomi utama saat itu, yaitu agrikultur. Pembentukan USDA merupakan suatu bentuk institusionalisasi program-program penelitian dan pengembangan bidang agrikultur yang meliputi teknik, pengembangan varietas baru, dan pemberantasan hama. Saat itu, USDA tidak hanya melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan sendiri, tetapi juga berkolaborasi dengan universitas milik pemerintah dalam bidang agrikultur. Selain USDA, fokus Pemerintah Amerika Serikat pada masa itu juga berlanjut ke kegiatan penelitian dan pengembangan sektor pertambangan. Tanggung jawab penelitian dan pengembangan serta pengelolaan sektor ini diserahkan kepada United States Geological Survey dan he Bureau of Mines.

Demi menjawab kebutuhan akan kegiatan penelitian dan pengembangan bagi sektor bisnis dan pemerintahan, kegiatan penelitian dan pengembangan mulai tumbuh sebagai industri tersendiri. Sebagai contoh, pada akhir abad ke-19, salah satu perusahaan di Boston bernama he Arthur D. Little Company of Boston sudah menyediakan jasa analisis kimia kepada perusahaan yang tidak mampu mengerjakan pekerjaan laboratoriumnya sendiri. Selain itu, pada 1923, AC Nielsen (kini Nielsen Holdings N.V.) berdiri sebagai perusahaan riset pasar pertama di dunia.

Berbeda dengan Amerika Serikat, pada 1900-an Republik Rakyat Tiongkok justru belum memiliki teknologi dan ilmu modern. Akhirnya, pada awal abad ke-21 Republik Rakyat Tiongkok dapat

mengejar ketertinggalannya di bidang teknologi. 4 Hal ini juga ditandai dengan menduduki posisi kedua sebagai negara yang berinvestasi di bidang penelitian dan pengembangan tertinggi pada 2011, dibawah Amerika Serikat. 5

(3) Usselman, W. S, Research and development in the United States since 1900: an interpretive history (New Haven: Yale University, 2013) (4) www.china.org diakses pada 19 juli 2014 pukul 13.25. (5) World Intelectual Property Organization, World Intelectual Property Organization, Brands-Reputation and Image in the Global Marketplaca (WIIPO Publication: 2013).

12 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

Jika Amerika Serikat mengawali lembaga penelitian milik pemerintahnya dengan pembentukan USDA hingga NSF, Republik Rakyat Tiongkok pertama kali membentuk he Chinese Academy of Sciences (CAS) pada 1949. Setelah menghadapi goncangan atas revolusi budaya, politik, ekonomi, serta perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi selama 10 tahun, Republik Rakyat Tiongkok mengalami masa perbaikan. Pada masa perbaikan inilah pemerintah Republik Rakyat Tiongkok mengatur kembali agenda pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi negaranya. Pada 2001, pemerintah Republik Rakyat Tiongkok memutuskan untuk memfokuskan kegiatan pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologinya untuk memperkuat industri tradisional, mendorong penelitian berteknologi tinggi, memperkuat penelitian dasar, memperdalam sistem ilmu pengetahuan dan teknologi, dan membentuk suatu sistem inovasi. Keseriusan pemerintah dalam bidang pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi inilah yang membuat Republik Rakyat Tiongkok saat ini memiliki hasil-hasil penelitian kelas dunia. 6

Kegiatan penelitian dan pengembangan saat ini dianggap sebagai keharusan untuk meningkatkan kemajuan dan kesinambungan bisnis perusahaan. Hal ini ditandai dengan semakin tingginya nilai investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan global terhadap kegiatan penelitian dan pengembangan. Sebagai contoh, pada 2012 Volkswagen mengeluarkan dana hingga lebih dari sembilan miliar Euro dan Samsung Electronics menghabiskan lebih dari delapan miliar Euro untuk kegiatan penelitian dan pengembangan. Selain itu, kegiatan penelitian dan pengembangan semakin tidak berbatas dari segi jangka waktu, biaya, hingga ruang lingkup keilmuannya. Hal ini disebabkan oleh kemajuan teknologi dan pergeseran nilai-nilai sosial yang terjadi di masyarakat. Banyaknya media diseminasi penelitian seperti konferensi, jurnal, dan komunitas memberikan kesempatan bagi peneliti dan perekayasa untuk mengembangkan topik penelitian dan menyebarkan hasil penelitiannya. Cepatnya proses pertukaran informasi inilah yang kemudian merangsang ragam penelitian baru yang lebih inovatif dan lebih unik.

1.2.2 Sejarah dan Perkembangan Penelitian dan Pengembangan Indonesia

Kegiatan ilmiah di Indonesia dimulai pada abad ke-16 oleh Jacob Bontius yang mempelajari lora 7 . Namun, sejarah perkembangan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia ditunjukkan oleh hadirnya lembaga-lembaga penelitian milik negara yang kemudian mendominasi kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia hingga saat ini.

Kegiatan penelitian dan pengembangan yang dilakukan pemerintah diawali dengan pembentukan OPIPA (Organisasi untuk Penyelidikan Ilmu Pengetahuan Alam) pada 1948. Pada masa ini, ketertarikan pemerintah akan kegiatan penelitian dan pengembangan diawali dengan mengeksplorasi kekayaan alam. Ketertarikan ini kemudian berkembang ke bidang penelitian radioaktif pada 1954 dengan pembentukan BATAN (Badan Tenaga Atom Nasional) untuk memanfaatkan tenaga atom dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Selanjutnya, OPIPA diubah namanya menjadi Majelis Ilmu Pengetahuan Indonesia (MIPI) pada 1956 dan kemudian diubah kembali namanya menjadi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada 1967. Fungsi dari LIPI adalah melaksanakan tugas pemerintah di bidang ilmu pengetahuan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(6) www.china.org diakses pada 19 juli 2014 pukul 13.25. (7) www.nsf.gov/about/history/ diakses pada 19 Juli 2014 pukul 16.30

BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 13

Lembaga pemerintahan lain yang terbentuk pada periode 1948—1967 adalah LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional). LAPAN dibentuk pada 1963 untuk melembagakan penyelenggaraan program-program kedirgantaraan nasional. Pembentukan LAPAN menunjukan bahwa pada 1960-an Indonesia mulai berkonsentrasi pada kegiatan penelitian dan pengembangan bidang penerbangan. Hal ini juga ditandai dengan munculnya peneliti terkemuka Indonesia yaitu B.J. Habibie. B.J. Habibie memfokuskan kegiatan penelitiannya dalam bidang teknologi pesawat terbang hingga tahun 1990-an. Kemunculan B.J. Habibie kemudian semakin memengaruhi kemajuan kegiatan penelitian dan pengembangan di Indonesia dengan pengangkatannya sebagai Kepala BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) yang dibentuk pada 1974.

Habibie Prof.DR(HC).Ing.Dr.Sc.Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie atau B.J. Habibie merupakan salah satu ilmuwan terkemuka di Indonesia dalam bidang penerapan ilmu pengetahuan teknologi. Menghabiskan masa pendidikan sarjana hingga doktoralnya di Jerman, Habibie kemudian bekerja di MBB-Hamburg (Messerschmitt- Bölkow-Blohm) hingga kemudian dipercaya untuk menjabat sebagai vice president. Selama masa kerjanya di MBB, Habibie banya k memberikan sumbangsih berupa hasil penelitian berbentuk teori-teori yang berkaitan dengan ilmu pengetahuan di bidang thermodinamika, aerodinamika, dan konstruksi. Beberapa teori yang terkenal diantaranya adalah “Habibie

B.J. Habibie

Factor”, “Habibie Theorem”, dan “Habibie Sumber: penangmonthly.com Method”.

Dunia penelitian dan pengembangan Indonesia secara perlahan mulai berkembang dan tidak hanya dilakukan oleh lembaga pemerintah, tetapi juga dilakukan oleh akademisi, individu mandiri, hingga usaha-usaha penelitian nonpemerintah, baik yang beriorientasi proit maupun nirlaba. Sebagai contoh, pada 1971 terbentuk Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial (LP3ES) serta AKATIGA. Keduanya merupakan lembaga penelitian nirlaba nonpemerintah. Di sisi lain, perusahaan penelitian yang bersifat proit pun mulai muncul pada era ini seperti perusahaan riset pasar, baik yang bersifat lokal maupun multinasional.

Pada era 2000-an, perkembangan dunia penelitian dan pengembangan di Indonesia ditandai dengan munculnya beberapa peneliti nasional yang kayanya memengaruhi dunia. Salah satunya adalah Warsito P. Taruno yang menemukan Electrical Capacitance Volume Tomography (ECVT), serta Khoirul Anwar yang menemukan dan memiliki paten teknologi 4G berbasis Orthogonal Frequency Division Multiplexing (OFDM) . Selain itu, tokoh lain dari Indonesia adalah Nelson Tansu yang pada usia muda sudah mendapatkan gelar profesor di Amerika Serikat dan hingga 2011 tercatat memiliki lebih dari 220 publikasi. Kemunculan para peneliti dan perekayasa individu ini menunjukan bahwa para peneliti Indonesia mulai bisa diperhitungkan karyanya secara global.

14 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

Warsito P. Taruno Sumber : c-techlabs.com

Warsito P. Taruno Dr. Warsito P. Taruno, direktur perusahaan riset dan pengembangan CTECH Labs Edwar Technology, lahir di Karanganyar, 15 Mei 1967. Warsito lebih banyak dikenal sebagai peneliti dalam bidang teknologi tomograi yang merupakan suatu teknologi untuk memindai berbagai macam objek, mulai dari tubuh manusia hingga perut bumi. Salah satu temuan besarnya adalah tomograi volumetric 4D berbasiskan ECVT. Tidak tanggung-tanggung, hasil temuannya yang berkaitan dengan teknologi tersebut tidak hanya dapat menghiasi berbagai macam konferensi ternama di dunia, tetapi juga telah dipatenkan di Amerika Serikat pada lembaga paten internasional di tahun 2006. Teknologi ini juga telah digunakan oleh lembaga sekelas NASA dan banyak perusahaan asing dalam bidang perminyakan seperti Shell dan Conoco Phillips. Saat ini Warsito mengembangkan suatu perusahaan dalam bidang penelitian dan pengembangan teknologi dengan nama Ctech Labs (Center for Tomography Research Laboratory) Edwar Technology yang dibentuk bersama rekannya semasa mengenyam jenjang doktoral di Jepang.

Perkembangan penelitian dan pengembangan di Indonesia memang terhitung lambat, namun terdapat banyak peluang bagi para peneliti untuk menggiatkan kegiatan penelitian dan pengembangannya. Dengan munculnya lembaga-lembaga intermediator serta inkubator pada era 2000-an, semakin terbuka kesempatan bagi para peneliti dan perekayasa untuk berkolaborasi, baik dari sisi konten penelitian hingga pembiayaan. Kesempatan-kesempatan inilah yang juga memengaruhi kemunculan para peneliti individu muda yang kegiatan penelitiannya sangat beragam. Dimulai dari pemanfaatan kekayaan alam lokal untuk menjadi produk yang memiliki semangat kekinian, hingga pemanfaatan teknologi tepat guna. Saat ini, peluang untuk melakukan kegiatan penelitian dan pengembangan tidak lagi terpaku pada pemerintah dan lembaga penelitian besar, namun sudah dapat dilakukan oleh peneliti dan perekayasa secara mandiri.

BAB 1: Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia 15

Gambar 1 - 2 Perkembangan Penelitian dan Pengembangan di Indonesia

16 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

18 Ekonomi Kreatif: Rencana Pengembangan Penelitian Dan Pengembangan Nasional 2015-2019

BAB 2

Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia

BAB 2: Ekosistem dan Ruang Lingkup Industri Penelitian dan Pengembangan Indonesia 19

2.1 Ekosistem Penelitian dan Pengembangan

2.1.1 Definisi Ekosistem Penelitian dan Pengembangan

Untuk mendapatkan pemahaman secara menyeluruh mengenai subsektor penelitian dan pengembangan, diperlukan suatu pemetaan yang merupakan hasil elaborasi antara kondisi ideal yang diharapkan untuk terjadi–berdasarkan best practices yang telah berjalan di negara yang memiliki keunggulan dalam penelitian dan pengembangan–dengan kondisi aktual dari subsektor penelitian dan pengembangan di Indonesia. Untuk menjawab hal ini, disusunlah suatu pemetaan ekosistem yang menunjukkan hubungan keterkaitan antarperan di dalam proses penciptaan nilai kreatif setiap kegiatan di dalam subsektor penelitian dan pengembangan.

Pada dasarnya peta ekosistem subsektor penelitian dan pengembangan akan terbagi ke dalam empat komponen utama yang akan menggambarkan siapa saja pihak yang terlibat dan kegiatan apa saja yang terjadi di dalamnya. Keempat komponen tersebut adalah:

1. Rantai Nilai Kreatif ( Creative Value Chain);

2. Lingkungan Pengembangan ( Nurturance Environment);

3. Pasar –Konsumen, Khalayak, dan Customer (Market);

4. Pengarsipan ( Archiving).

A. RANTAI NILAI KREATIF (CREATIVE VALUE CHAIN) Rantai nilai kreatif merupakan suatu rangkaian proses penciptaan nilai kreatif, yang di dalamnya terdapat suatu transaksi sosial, budaya, dan ekonomi. Di dalam rantai nilai kreatif akan ditunjukkan bagaimana suatu kegiatan penelitian dan pengembangan dilakukan –dimulai dari pencarian ide penelitian, penyusunan kerangka rencana penelitian, proses penelitian lapangan, hingga tahap penyampaian seperti diseminasi dan produksi secara komersial. Oleh karena itu, rantai nilai kreatif subsektor penelitian dan pengembangan terbagi ke dalam empat tahap, yaitu: tahap kreasi; tahap implementasi rancangan; tahap diseminasi; dan tahap produksi komersial.