ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA DENPASAR.

(1)

i

TESIS

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA

DENPASAR

A.A. NGURAH GEDE MAHESWARA NIM 1191461015

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(2)

ii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA

DENPASAR

Tesis Untuk Memperoleh Gelar Magister Pada Program Magister, Program Studi Ilmu Ekonomi,

Program Pascasarjana Universitas Udayana

A.A. NGURAH GEDE MAHESWARA NIM 1191461015

PROGRAM MAGISTER

PROGRAM STUDI ILMU EKONOMI

PROGRAM PASCA SARJANA

UNIVERSITAS UDAYANA

DENPASAR


(3)

iii

Lembar Pengesahan

TESIS INI TELAH DISETUJUI TANGGAL 18 JULI 2016

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. I Nyoman Djinar Setiawina, SE. MS. Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, Msi NIP. 19530730 198303 1 001 NIP. 19580219 198601 2 001

Mengetahui

Ketua Program Studi Direktur,

Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Program Pascasarjana Universitas Udayana, Universitas Udayana

Prof. Dr. I Nyoman Djinar Setiawina, SE, MS. Prof.Dr.dr.A.A.Raka Sudewi, Sp.S(K) NIP. 19530730 198303 1 001 NIP. 19590215 198510 2 001


(4)

iv

Tesis Ini Telah Diuji Pada Tanggal 15 Mei 2016

Panitia Penguji Tesis Berdasarkan SK Rektor Universitas Udayana

No. 819/UN.14.4/HK/2016 Tanggal: 17 Februari 2016

Ketua : Prof. Dr. I Nyoman Djinar Setiawina, SE., MS Anggota :

1. Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, Msi 2. Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE. MS 3. Dr. I.B. Purbadharmaja, SE, ME 4. Dr. A A I N Marhaeni. SE., MS


(5)

v

SURAT PERNYATAAN BEBAS PLAGIAT

Saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Anak Agung Ngurah Gede Maheswara NIM : 1191461015

Program Studi : Magister Ilmu Ekonomi Universitas Udayana

Judul Tesis : Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di Kota Denpasar

Dengan ini menyatakan bahwa karya ilmiah Tesis ini bebas plagiat. Apabila di kemudian hari terbukti plagiat dalam karya ilmiah ini, maka saya menerima sanksi sesuai peraturan Mendiknas Republik Indonesia No. 17 Tahun 2010 dan Peraturan Perundang-undangan yang berlaku.

Denpasar, Juli 2016 Yang membuat pernyataan,

(Anak Agung Ngurah Gede Maheswara) NIM : 1191461015


(6)

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, karena atas karunia-Nya tesis ini dapat penulis selesaikan tepat pada waktunya. Pada kesempatan yang berbahagia ini, penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada Prof. Dr. dr. Ketut Suastika, Sp.PD.KEMD., sebagai Rektor Universitas Udayana. Ucapan terimakasih juga diberikan kepada Prof. Dr. dr. A.A. Raka Sudewi, Sp.S (K)., sebagai Direktur Program Pascasarjana Universitas Udayana, atas kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menjadi mahasiswa Program Magister pada Program Pascasarjana Universitas Udayana. Terimakasih penulis ucapkan kepada Dr. I Nyoman Mahaendra Yasa, SE.,M.Si., sebagai Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Ucapan terima kasih juga ditujukan kepada Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE, MS, sebagai Ketua Program Studi Magister Ilmu Ekonomi, yang telah memberikan bantuan moral, pikiran, dan semangat selama proses pendidikan dan memberikan arahan serta bimbingan selama penelitian sampai pada penyelesaian tesis ini.

Ucapan terima kasih yang setulus-tulusnya penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Nyoman Djinar Setiawina, SE, MS, selaku Pembimbing I dan Dr. Ida Ayu Nyoman Saskara, SE, Msi selaku Pembimbing II yang telah banyak membimbing, memberikan arahan, motivasi serta dorongan untuk penyelesaian tesis ini. Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada para tim penguji tesis lainnya, yaitu: Prof. Dr. Made Suyana Utama, SE. MS, dan Dr. I.B. Purbadharmaja, SE, ME. Dr. A A I N Marhaeni. SE., MS Telah memberikan masukan, saran, sanggahan, serta koreksi demi penyempurnaan tesis ini.

Ucapan terima kasih yang tulus juga penulis sampaikan kepada seluruh pengelola, dosen, dan pegawai pada Program Studi Magister Ilmu Ekonomi Program Pascasarjana Universitas Udayana, yang telah banyak memberikan bantuan dan layanan selama proses pendidikan sampai pada penyelesaian tesis ini. Rekan-rekan senasib sepenanggungan Angkatan XX, yang tidak henti-hentinya saling memberikan motivasi dan memacu semangat serta doa dalam kebersamaan


(7)

vii

baik suka maupun duka selama menempuh proses pendidikan hingga akhir studi dapat dilalui dengan baik. Kami juga mengucapkan terima kasih yang sebesarnya kepada semua pihak (Bapak/Ibu) para pejabat pada instansi : Dinas Koperasi dan UMKM Kota Denpasar dan BPS Provinsi Bali yang telah membantu penulis dalam memberikan informasi serta data yang berkaitan dengan penelitian ini, dan terima kasih pula penulis sampaikan kepada teman-teman yang telah memberikan semangat dan dorongan.

Akhirnya penulis sampaikan terima kasih yang tidak terhingga kepada Ratu: Drs Anak Agung Ngurah Gede Mahendra dan Ibu: Ir I Gusti Ayu Putri Candra Dewi, adik: Anak Agung Ngurah Gede Mahesmara ST dan Nenek saya: I Gusti Ayu Oka, Ratuwe : Anak Agung Sagung Mayun Suryati SPd dan Anak Agung Ngurah Astawa SH atas doa restunya yang tidak henti-hentinya berdoa, kepada kekasih tercinta I Gusti Agung Ayu Mas Mitha Devi SE, atas dorongan dan pengertiannya yang selama ini telah membantu dan memberikan semangat dalam segala hal, kepada seluruh keluarga besar Puri Anyar Jambe Denpasar khususnya keluarga besar Anak Agung Ngurah Oka (Alm) yang telah ikut memberi dorongan dan semangat, serta terakhir penulis ucapkan terima kasih yang amat sangat.

Pada kesempatan ini pula penulis sampaikan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah membantu secara moral maupun material sehingga tesis ini dapat diselesaikan dengan baik. Semoga Tuhan Yang Maha Esa selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dari awal proses pendidikan hingga penyelesaian tesis ini.

Denpasar, Juli 2016


(8)

viii

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENDAPATAN UKM SEKTOR PERDAGANGAN DI KOTA DENPASAR ABSTRAK

Pembangunan mengandung makna yang luas sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional maupun lokal dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjagan, dan pemberantasan kemiskinan. Pada saat krisis ekonomi, kondisi perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan yang mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar menurun, banyak bank yang dilikuidasi dan banyak perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan. Pada saat yang sama justru sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tetap bertahan ketika krisis ekonomi melanda bahkan mampu memberikan kontribusi yang besar dalam usaha pemulihan keadaan perekonomian. Di Kota Denpasar UKM terus mengalami peningkatan dari tahuin ke tahun dan mampu menyediakan banyak lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Penelitian ini bertujuan: 1) Untuk menganalisis pengaruh upah, jam kerja, modal dan pendidikan terhadap jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar. 2) Untuk menganalisis pengaruh upah, jam kerja, modal, pendidikan, dan jumlah penjualan terhadap pendapatan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar. 3) Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung upah, jam keja, modal, dan pendidikan terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar.Penelitian ini dilakukan dengan metode pengumpulan data wawancara terstruktur dan observasi serta menggunakan teknik analisis statistik deskriftif dan analisis jalur dengan menggunakan program SPSS 16.

Setelah dilakukan analisis hasilnya adalah: 1) Upah, modal, dan jumlah penjualan berpengaruh signifikan secara langsung terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 2) Jam kerja dan pendidikan berpengaruh tidak signifikan secara langsung terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 3) Upah dan modal berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 4) Jam kerja dan pendidikan berpengaruh tidak signifikan secara tidak langsung terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 5) Upah, modal, dan jumlah penjualan berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 6) Jam kerja berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. 7) Pendidikan tidak berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar. Oleh karena itu, untuk dapat menambah kontribusi yang dihasilkan, disarankan sebagai berikut: para pengusaha UKM harus lebih jeli dalam mempromosikan barang dagangannya dengan memanfaatkan teknologi seperti memasarkan produk dagangannya melalui media online, melakukan pelatihan pelatihan tentang produk jualan kepada karyawan untuk meningkatkan SDM karyawan, UKM juga harus meningkatkan upah para pekerja, menambah jam opersional usahanya, menambah modal berdagang, meningkatkan kualitas pendidikan pengusaha maupun karyawan, dan meningkatkan penjualan.


(9)

ix

THE ANALYSIS OF FACTORS AFFECTING THE SMALL AND MEDIUM ENTERPRISE (SME) INCOME IN TRADE SECTOR IN DENPASAR CITY

ABSTRACT

Development has wide meaning as a multidimensional process that includes important changes in the social structure, the public attitudes and both national and local institutions and acceleration of economic growth, gap reduction and eradication of poverty. At the time of economic crisis, Indonesia's economy was experienced a downturn which resulted in the exchange rate on dollar was declined, many banks was liquidated and many large companies was bankrupt. At the same time the sector of Small and Medium Enterprises (SME) still exist when the economic crisis hit even able to make big contribution in the recovery effort of the economy. In Denpasar city the SME continue to increase from year to year and able to provide a lot of job opportunity for the public.

This study aims: 1) To analyze whether there is significant direct effect of wages, working hours capital, education and the number of sales toward income of Small and Medium Enterprise (SME) in trading sector in Denpasar. 2) To analyze the direction of the effect of wages, woring hours, capital, education, and the number of sales toward income in the Small and Medium Enterprise (SME) of trading sector in Denpasar. 3) To analyze whether there is significant indirect effect of wages, working hours, capital and education to income through the number of sales in the Small and Medium Enterprise (SME) of trading sector in Denpasar.This study was conducted by the method of data collection by structured interview and observation by using descriptive statistical analysis techniques and path analysis by using SPSS 16.

After analyzing the result shows: 1) Wages, capital, and total sales have significant effect directly toward the SME income in trade sector in Denpasar city. 2) Working hours and education have not significant effect directly toward the SME income of trade sector in Denpasar city. 3) Wages and capital have significant effect toward the income indirectly through SME total sales of trading sector in Denpasar city. 4) Working hours and education have not significant effect indirectly toward the income through SME total sales of trading sector in Denpasar city. 5) Wages, capital, and total sales have positive and significant effect toward the SME income of trade sector in Denpasar city. 6) working hours have positive effect but have not significant toward the SME income of trade sector in Denpasar. 7) Education have not positive effect but it have no significant toward the SME income of trade sector in Denpasar city. Therefore, in order to be able to add to contribution will be recommended as follows: the entrepreneur of SME must be more charming in promote their merchandise by utilize technology such as market their products via online media, to conduct training on product sales for employees to improve employees resource, SME also have to increase worker wages, to increase operational office hours, to increase capital, to improve the quality of education of employers and employees, and to increase sales


(10)

x DAFTAR ISI

Halaman

JUDUL ... i

PERSYARATAN GELAR ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

PENETAPAN PANITIA PENGUJI ... iv

SURAT PERNYATAAN ... v

UCAPAN TERIMAKASIH ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR GAMBAR ... xiv

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... ... 1

1.2 Rumusan Masalah... ... 11

1.3 Tujuan Penelitian... ... 12

1.4 Kegunaan Penelitian... 12

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

2.1. Konsep dan Definisi ... 14

2.1.1. Pengertian Upah ... 14

2.1.2. Upah Minimum ... 15

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah ... 15

2.1.4. Teori Jam Kerja ... 17

2.1.5. Teori Alokasi Waktu ... 17

2.1.6. Pengertian Modal ... 21

2.1.7. Teori Pendapatan ... 24

2.1.8. Konsep Usaha Kecil dan Menengah (UKM) ... 28


(11)

xi

2.1.10.Pendidikan ... 31

2.1.11.Teori Penjualan ... 33

2.1.12.Teori Penawaran... 35

2.1.13.Teori Permintaan ... 36

2.1.14.Teori Produksi ... 38

2.2. Teori yang Relevan ... 40

2.3. Keaslian Penelitian ... 44

BAB III KERANGKA BERPIKIR KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 47

3.1. Kerangka Berfikir Penelitian ... 47

3.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 50

3.2. Hipotesis Penelitian ... 54

BAB IV METODE PENELITIAN ... 56

4.1 Rancangan Penelitian ... 56

4.2 Lokasi Penelitian ... 57

4.3 Identifikasi Variabel ... 57

4.4 Definisi Operasional... 57

4.5 Jenis dan Sumber Data ... 58

4.6 Populasi, Sampel dan Metode Penentuan Sampel ... 59

4.7 Metode Pengumpulan Data ... 62

4.8 Teknik Analisis Data ... 63

4.8.1 Statistik Deskriptif ... 63

4.8.2 Analisis Jalur (Path Analysis) ... 63

BAB V DATA DAN PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 72

5.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 72

5.1.1 Kondisi Geografis Kota Denpasar ... 72

5.1.2 Gambaran Umum UKM di Kota Denpasar ... 73

5.2 Deskripsi Data Hasil Penelitian ... 75

5.2.1 Umur Responden ... 75

5.2.2 Upah ... 76

5.2.3 Jam Kerja ... 77


(12)

xii

5.2.5 Pendidikan ... 79

5.2.6 Jumlah Penjualan ... 79

5.2.7 Pendapatan ... 80

5.3 Analisis Jalur ... 81

5.3.1 Pengaruh langsung variabel upah, jam kerja, modal dan pendidikan terhadap pendapatan UKM melalui jumlah pejualan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 83

5.3.2 Pengaruh langsung variabel upah, jam kerja, modal, pendidikan dan jumlah penjualan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 85

5.3.3 Koefisien Jalur ... 87

5.3.4 Evaluasi Terhadap Model ... 90

5.3.5 Uji Sobel ... 91

5.3.6 Perhitungan pengaruh langsung, pengaruh tidak langsung dan pengaruh total variabel upah, jam kerja, modal, pendidikan, dan jumlah penjualan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di kota denpasar ... 97

5.3.7 PengujianTerhadap Variabel Mediasi ... 99

5.4 Pembahasan Hasil Penelitian ... 100

5.4.1 Pengaruh upah, jam kerja, modal, pendidikan dan jumlah penjualan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 100

5.4.2 Pengaruh upah terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 101

5.4.3 Pengaruh jam kerja terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 102

5.4.4 Pengaruh modal terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 104


(13)

xiii

5.4.5 Pengaruh pendidikan terhadap pendapatan UKM

sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 106

5.4.6 Pengaruh jumlah penjualan terhadap pendapatan UKM sektor perdagangan di Kota Denpasar ... 107

5.5 Keterbatasan Penelitian ... 108

BAB VI SIMPULAN DAN SARAN... 109

6.1 Simpulan ... 109

6.2 Saran ... 110

DAFTAR PUSTAKA ... 111


(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

No. Tabel Halaman

3.1 Model Kerangka Berfikir Pada Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di

Kota Denpasar ... 50 3.2 Model Kerangka Konsep Pada Penelitian Analisis Faktor-Faktor

Yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di

Kota Denpasar ... 51 4.1 Diagram Jalur Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang

Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di Kota

Denpasar ... 69 5.1 Pengaruh Upah (X1), Jam Kerja (X2), Modal (X3), Pendidikan (X4)

dan Jumlah Penjualan (Y1) Terhadap Pendapatan UKM (Y2)

Sektor Perdagangan di Kota Denpasar ... 89 5.2 Uji Sobel Pengaruh Tidak Langsung Variabel Upah Melalui

penjualan Terhadap Variabel Pendapatan ... 92 5.3 Uji Sobel Pengaruh Tidak Langsung Variabel Jam Kerja Melalui

penjualan Terhadap Variabel Pendapatan ... 93 5.4 Uji Sobel Pengaruh Tidak Langsung Variabel Modal Melalui

penjualan Terhadap Variabel Pendapatan ... 95 5.5 Uji Sobel Pengaruh Tidak Langsung Variabel Pendidikan Melalui


(15)

xv

DAFTAR TABEL

No. Tabel Halaman

1.1 Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Sektor perdagangan Hotel dan

Restoran (Juta Rupiah), 2010-2014 ... 6

1.2 Peningkatan Jumlah UKM Menurut Sektor Usaha dan Penyerapan

Tenaga Kerja di Kota Denpasar Tahun 2010-2014 ... 7

1.3 Jumlah UKM Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di Kota

Denpasar Tahun 2014... 8

2.1 Kriteria Usaha Kecil dan Menengah Menurut UU Digolongkan

Berdasarkan Aset dan Omset Yang Dimiliki Sebuah Usaha Tahun 2014 ... 30

4.1 Jumlah UKM Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di Kota

Denpasar Tahun 2014... 60

4.2 Jumlah UKM dan Sampel Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di

Kota Denpasar Tahun 2014... 62

5.1 Luas Lahan Di Kota Denpasar Dirinci Per Kecamatan ... 72

5.2 Jumlah Penduduk Kota Denpasar ... 73

5.3 Peningkatan Jumlah UKM Menurut Sektor Usaha di Kota Denpasar

Tahun 2010-2014 ... 74 5.4 Jumlah UKM Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2014... 75 5.5 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar

Berdasarkan Umur, 2015 ... 76 5.6 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar

Berdasarkan Upah, 2015 ... 77 5.7 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar

Berdasarkan Jam Kerja, 2015 ... 78 5.8 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar

Berdasarkan Modal, 2015 ... 78 5.9 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar


(16)

xvi

5.10 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar

Berdasarkan Jumlah Penjualan, 2015 ... 80 5.11 Distribusi Responden UKM Sektor Perdagangan Kota Denpasar

Berdasarkan Pendapatan, 2015... 81 5.12 Klasifikasi Variabel dan Persamaan Model Jalur ... 83 5.13 Persamaan Regresi Linier Model 1 : Pengaruh Langsung

Variabel Upah, Jam Kerja, Modal, dan Pendidikan Terhadap Pendapatan UKM Melalui Jumlah Penjualan UKM Sektor

Perdagangan di Kota Denpasar ... 84 5.14 Persamaan Regresi Linier Model 2 : Pengaruh Langsung

Variabel Upah, Jam Kerja, Modal, Pendidikan dan Jumlah Penjualan Terhadap Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di

Kota Denpasar ... 86 5.15 Ringkasan Koefisien Jalur ... 88 5.16 Hasil Analisis Uji Sobel ... 91 5.17 Perhitungan Pengaruh Langsung, Pengaruh Tidak Langsung dan


(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

No. Lampiran Halaman

1. Kuesioner Penelitian Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Pendapatan UKM Sektor Perdagangan di Kota Denpasar ... 120 2. Tabulasi Data Kuesioner ... 123 3. Hasil Olah Data Program SPSS ... 130


(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan nasional menempatkan manusia sebagai titik sentral sehingga mempunyai ciri-ciri dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat Pembangunan mengandung makna yang luas sebagai suatu proses multidimensi yang mencakup perubahan-perubahan penting dalam struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan lembaga-lembaga nasional maupun lokal dan juga akselerasi pertumbuhan ekonomi, pengurangan kesenjagan, dan pemberantasan kemiskinan (Todaro, 2000). Tujuan pembangunan nasional untuk mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan berbangsa diselenggarakan oleh masyarakat dan pemerintah. Tujuan pembangunan tersebut harus diperjuangkan mengingat selama ini pembangunan diidentikkan dengan industrialisasi sehingga sering kali kurang memerhatikan aspek pemerataan.

Pembangunan di berbagai sektor yang pada intinya mengarah pada perluasan kesempatan kerja tidak selamanya mampu menyerap seluruh tenaga kerja yang jumlahnya semakin bertambah besar. Perwujudan tujuan masyarakat yang adil makmur dapat berupa penciptaan lapangan kerja, pemerataan dan peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi dan mewujudkan stabilitas nasional. Juga perlu adanya jaminan bagi para penganggur,


(19)

2

orang-orang kehilangan pekerjaan harus beralih ke sektor informal atau pertanian. Perwujudan tersebut sempat terhambat dengan adanya krisis ekonomi yang melanda Indonesia pada pertengahan tahun 1997. Pada saat krisis ekonomi, kondisi perekonomian Indonesia mengalami keterpurukan yang mengakibatkan nilai tukar rupiah terhadap dolar menurun, banyak bank-bank yang dilikuidasi dan banyak perusahaan-perusahaan besar mengalami kebangkrutan.

Pada saat yang sama justru sektor Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang tetap bertahan ketika krisis ekonomi melanda bahkan mampu memberikan kontribusi yang besar dalam usaha pemulihan keadaan perekonomian. Kuatnya daya tahan Usaha Kecil dan Menengah ini karena didukung oleh konsistensi mereka dalam memproduksi barang maupun jasa yang mereka perdagangkan dan kemampuan mereka dalam menciptakan lapangan perkerjaan dan memberi upah pada karyawannya. Potensi UKM ini dipandang sebagai senjata ampuh untuk mendongkrak pertumbuhan ekonomi masyarakat. Selain membawa dampak langsung, UKM juga dipandang sebagai salah satu upaya pembangunan ekonomi daerah yang berkelanjutan dan ramah lingkungan jika dibandingkan dengan sektor ekstratif seperti pertambangan skala besar. Usaha kecil menengah terbukti mampu menampung 99,45 persen dari total tenaga kerja atau 73,24 juta tenaga kerja (Marimbo, 2008).

Sektor UKM harus diperjuangkan keberlangsunganya karena UKM dapat menyediakan lapangan pekerjaan bagi masyarakat pencari kerja, karena jumlah penduduk indonesia yang sangat besar berbanding terbalik dengan ketersediaan lapangan pekerjaan yang sangat minim. Apalagi di jaman teknologi modern saat


(20)

3

ini dimana banyaknya usaha yang dapat dibuka hanya bermodalkan promosi melalui internet saja, sehingga dapat mempermudah para produsen untuk mempromosikan barangnya kepada konsumen, jadi pentingnya pengetahuan para pengusaha UKM terhadap pentingya peran teknologi agar dapat bersaing di pasar global.

Tahun 2015 Indonesia akan menghadapi pasar AFTA (Asean Free Trade Area). Indonesia masih belum siap dengan adanya AFTA. Berkaca dari hal tersebut pelu adanya langkah-langkah antisipasi dalam menghadapi AFTA. Salah satunya dengan mencitakan perusahaan yng kreatif dan inovatif serta mapu bersaing dengan pihak asing dalam hal ini adalah UKM. Dimana UKM disini harus terus diberi kelonggaran serta kemudahan dalam berproduksi sehingga bisa tetap eksis dalam menghadapi AFTA.

UKM tersebar diseluruh daerah, desa dan kota, dan meliputi hampir seluruh jenis lapangan usaha yang ada. Ketangguhan UKM sebagai salah satu pilar yang dapat menopang perekonomian bangsa telah terbukti, karena sektor ini mampu bertahan hidup dan bersaing di tengah krisis ekonomi. Menurut Diah dalam (Panjaitan, 2009) keunggulan usaha mikro ini, dibuktikan pasca kerusuhan Mei 1998, mereka mampu bertahan sampai sekarang sebagai penyelamat perekonomian nasional. Sementara bidang usaha lain justru tiarap dan porak-poranda.Usaha kecil mikro merupakan jenis usaha yang menyerap banyak tenaga kerja dan memiliki daya tahan dan fleksibilitas yang lebih baik dalam menghadapi dinamika kehidupan ekonomi suatu negara. Perkembangan usaha kecil mikro terus meningkat. Secara sektoral, sekitar 60 persen dari total usaha kecil mikro


(21)

4

adalah usaha yang bergerak dibidang pertanian, peternakan, kehutanan dan perikanan, kemudian sekitar 23 persen bergerak di sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sekitar 7 persen bergerak dibidang industri pengolahan dan komunikasi dan sisanya tersebar di sektor pertambangan dan penggalian, jasa keuangan, bangunan, listrik, gas dan air bersih. Mengingat pentingnya peranan sektor usaha kecil mikro, khususnya dalam penyerapan tenaga kerja dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, maka sudah sewajarnya sektor ini mendapat perhatian untuk lebih dikembangkan sehingga benar benar bisa menjadi penyangga utama perekonomian nasional.

Menurut Andang dalam (Wiwin, 2010) proses pemulihan ekonomi di Indonesia, UKM memiliki peranan yang sangat strategis dan penting yang dapat ditinjau dari berbagai aspek. Pertama, jumlah industrinya yang besar dan terdapat dalam setiap sektor ekonomi. Kedua, potensinya yang besar dalam penyerapan tenaga kerja. Setiap unit investasi pada sektor UKM dapat menciptakan lebih banyak kesempatan bila dibandingkan dengan investasi yang sama pada usaha besar. Ketiga, kontribusi UKM dalam pembentukan PDRB cukup signifikan yakni sebesar 54,22 persen dari total PDRB dan sumbangan UKM terhadap ekspor sebesar 70 persen. Sektor UKM dapat dipandang sebagai katup penyelamat dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan tenaga kerja.

Industri di Indonesia secara kuantitatif, 80 persen dikuasai oleh industri kecil dan menengah yang pada umumnya dijalankan oleh masyarakat kecil. Peranan UKM sangat penting bagi perkembangan ekonomi lokal, karena sesuai


(22)

5

dengan tujuan pembangunan lokal yaitu membuka lapangan kerja bagi masyarakat, selain itu industri kecil juga menggunakan sumber daya yang ada dan dapat memenuhi kebutuhan pasar lokal (Rejekiningsih, 2004: Saputra, 2010).

Peranan UKM dalam penyerapan tenaga kerja pada tahun 2013, Menurut kementerian koperasi dan UKM, jumlah UKM di Indonesia kini mencapai 55,2 juta unit atau 99,98 persen dari total unit usaha indonesia bahkan sektor ini telah menyerap 101,72 juta orang tenaga kerja atau 97,3 persen sedangkan usaha besar hanya mampu menyerap 4,38 juta orang atau 1,2 persen dari total tenaga kerja indonesia yaitu 110,80 juta orang. Deputi pemasaran dan jaringa usaha kementerian koperasi dan UKM mengatakan sektor UKM telah terbukti menopang perekonomian nasional, menyediakan lapangan pekerjaan dan menekan angka kemiskinanserta meningkatkan kesejahteraan rakyat. Tinggi kemampuan UKM dalam menciptakan kesempatan kerja dibandingkan usaha besar mengindikasikan bahwa UKM memiliki potensi yang cukup besar untuk dikembangkan dan dapat berfungsi sebagai katub pengaman permasalahan tenaga kerja (pengangguran).

UKM memainkan peran penting dalam menyerap tenaga kerja, meningkatkan jumlah unit usaha dan mendukung pendapatan rumah tangga. Selain itu UKM juga memberikan kontribusi terhadap Pendapatan Domestik Regional Bruto (PDRB) (Tambunan, 2008). UKM telah memberikan sumbangan yang cukup besar terhadap perekonomian Kota Denpasar. Dimana UKM merupakan bagian dari lapangan usaha perdagangan, hotel dan restoran. Hal


(23)

6

tersebut dapat dilihat pada Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kota Denpasar pada Tabel 1.1

Tabel 1.1

Produk Domestik Regional Bruto Atas Dasar Harga Konstan 2000 Menurut Lapangan Usaha Sektor Perdagangan, Hotel dan

Restoran (Juta Rupiah), 2010-2014

Lapangan Usaha 2010 2011 2012 2013 2014

Perdagangan, Hotel &

Restoran 2.195.132,92 2.409.328,50 2.615.213,66 2.809.328,50 3.015.213,66 Produk

Domestik Regional Bruto

5.710.412,32 6.097.167,27 6.535.171,36 6.937.186,12 7.355.991,56

Sumber: BPS Provinsi Bali, 2015

Tabel 1.1, PDRB Kota Denpasar menunjukkan bahwa sektor perdagangan hotel dan restoran menjadi penyumbang tertinggi terhadap PDRB provinsi Bali. Dimana dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan. Itu menunjukan bahwa sektor perdagangan, hotel dan restoran menjadi leading sektor dalam perkembangan PDRB provinsi Bali. Sektor perdagangan, hotel, dan restoran tiap tahunnya mengalami pertumbuhan yang sangat baik. Sektor ini diharapkan menjadi penunjang sektor-sektor lainnya.

Tahun demi tahun sektor UKM terus mengalami peningkatan karena didukung oleh konsistensi mereka dalam memproduksi barang maupun jasa yang mereka perdagangkan dan kemampuan mereka dalam menciptakan lapangan perkerjaan dan memberi upah pada karyawannya. Usaha kecil dan menengah (UKM) di kota Denpasar dibagi menjadi 4 sektor usaha yaitu UKM yang bergerak


(24)

7

pada sektor pertanian, sektor non pertanian, sektor perdagangan, sektor aneka usaha. Pada kota Denpasar dari tahun 2009 sampai tahun 2013, sektor usaha perdagangan mempunyai jumlah tertinggi. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.2 disajikan peningkatan jumlah UKM di kota Denpasar menurut sektor usaha.

Tabel 1.2

Peningkatan Jumlah UKM Menurut Sektor Usaha dan Penyerapan Tenaga Kerja di Kota Denpasar Tahun 2010-2014

Tahun Sektor Usaha Total Penyera

pan Tenaga Kerja (%) Industri Pertanian Industri Non Pertanian

Perdagangan Aneka Usaha dan Jasa

2010 958 965 7062 1925 10910 1,5 2011 971 670 7801 2073 11515 1,5 2012 984 682 7805 2074 11545 1,5 2013 991 690 7811 2083 11575 1,6 2014 998 698 7820 2095 11580 1,6

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar 2015

Tabel 1.2 menunjukkan bahwa jumlah UKM dari tahun 2010-2014 terus mengalami peningkatan. Terlihat bahwa UKM sektor perdagangan menjadi sektor dengan jumlah terbanyak dan dari tahun ke tahun terus mengalami peningkatan dibandingkan sektor lainnya. Melihat jumlah UKM sektor perdagangan begitu besar dan terus mengalami peningkatan setiap tahunnya, maka UKM tersebut memiliki potensi yang besar untuk dikembangkan. Jika dibina dengan baik maka sektor ini akan menjanjikan dengan meningkatkan pendapatan UKM itu sendiri


(25)

8

dan dapat membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran.

Kota Denpasar secara geografis terbagi dalam 4 cakupan wilayah kecamatan yakni diantaranya wilayah Kecamatan Denpasar timur, wilayah Kecamatan Denpasar barat, wilayah Kecamatan Denpasar selatan dan wilayah kecamatan Denpasar Utara. Pada Tabel 1.3 disajikan jumlah UKM diseluruh kecamatan yang ada di Kota Denpasar.

Tabel 1.3

Jumlah UKM Sektor Perdagangan Menurut Kecamatan di Kota Denpasar Tahun 2014

No Kecamatan Jumlah UKM Sektor Perdagangan 1 Denpasar Selatan 2346

2 Denpasar Timur 2128

3 Denpasar Barat 1812

4 Denpasar Utara 1534

Total 7820

Sumber: Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar 2015

Tabel 1.3 menyajikan jumlah UKM di Kota Denpasar unit UKM, dimanajumlah UKM tertinggi ada di Denpasar selatan dan yang terendah ada di Denpasar Utara, total keseluruhan UKM di kota Denpasar berjumlah 7820 unit. Tingkat upah merupakan pemberian penghargaan kepada tenaga kerja dalam suatu kegiatan produksi yang pada dasarnya adalah imbalan atau balas jasa dari para produsen kepada tenaga kerja atas prestasinya dalam kegiatan produksi. Sistem pengupahan haruslah adil dan kompetitif agar pekerja termotivasi dan bisa


(26)

9

meningkatkan kesejahteraannya. Pendapatan UKM juga dipengaruhi oleh besar kecilnya tingkat upah yang didapat oleh para pekerja. Tingkat upah juga berpengaruh positif terhadap tingkat pendapatan UKM yang memiliki beberapa arti yaitu semakin besar tingkat upah yang didapat para pekerja itu dikarenakan tingkat produktivitas perusahaan mengalami peningkatan dalam memproduksi barang dagangannya dan pendapatan yang diterima perusahaan mengalami peningkatan, sehingga pengusaha ingin memberikan sebuah bentuk penghargaan untuk para pekerja atas prestasi yang dibuatnya dalam bentuk peningkatan upah. Dan juga peningkatan upah diberikan agar para pekerja lebih bersemangat dalam bekerja. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Prabawatma (2007) yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat upah itu dikarenakan meningkatnya produktivitas perusahaan dalam berproduksi, sehingga pendapatan perusahaan pun semakin meningkat.

Waktu yang dimiliki seseorang dapat dialokasikan untuk waktu luang dan untuk bekerja. Seseorang yang menghargai waktu luang, akan bersedia mengorbankannya jika memperoleh pendapatan lebih banyak. Seseorang yang menghargai pendapatan akan bersedia mengorbankan waktu luangnya untuk bekerja. Curahan jam kerja adalah jerih payah yang dilaksanakan seseorang untuk mencapai suatu tujuan yang bersifat ekonomi (Hermanto, 2009). jam kerja memiliki pengaruh positif terhadap pendapatan pekerja. teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Anik (2003) yang menyatakan bahwa semakin tinggi jam kerja yang digunakan, maka semakin tinggi pula pendapatan pekerja yang akan diperoleh. Angka koefisien regresinya sebesar 1265,363, ini berarti


(27)

10

setiap kenaikan 1 jam, maka pendapatan pekerja genteng akan naik sebesar Rp. 1.265,363.

Modal berpengaruh positif terhadap penjualan dalam suatu industri. Dimana semakin besar modal usaha sebuah pedagang, maka semakin besar pula pendapatannya, karena semakin banyaknya stok barang yang dapat dibeli oleh pedagang akibat dari besarnya modal dagang. Penelitian yang dilakukan Supriadi dan Puspitasari (2012) bahwa setiap kenaikan modal 1 rupiah, maka penjualan akan meningkat sebesar 1854 rupiah. Modal yang dimiliki suatu UKM akan mempengaruhi pendapatan UKM tersebut. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Yustinus (2001) yang menyatakan bahwa setiap penambahan modal sebesar Rp 1.000,00 maka akan terjadi peningkatan sebesar Rp 30,00 pada pendapatan.

Pendidikan berpengaruh positif terhadap pendapatan sebuah usaha, dimana semakin tinggi pendidikan seorang pedagang maka semakin besar juga pendapatannya, Sesuai dengan teori human capital dalam Simanjuntak (1998) yang menyatakan bahwa seseorang dapat meningkatkan pendapatannya melalui peningkatan pendidikan, karena pendidikan tidak saja menambah pengetahuan akan tetapi juga meningkatkan keterampilan bekerja, dimana setiap penambahan 1 tahun sekolah berarti di satu pihak menunda pendapatan selama satu tahun dalam mengikuti sekolah tersebut. Dengan demikian, pendidikan dipandang sebagai investasi yang imbalannya dapat diperoleh beberapa tahun kemudian dalam bentuk pertambahan hasil kerja. Teori ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Noor Fitria (2014) yang menyatakan bahwa variabel tingkat pendidikan


(28)

11

memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel pendapatan dengan nilai signifikansi (probabilitas) sebesar 0,007. Dan memiliki nilai koefisien sebesar 0,069 dan bertanda positif yangmenyatakan bahwa meningkatnya satu tahun pendidikan pedagang tape singkong yang berdagang di Jln. Soekarno Hatta, Kota Probolinggo maka dapat meningkatkan pendapatan sebesar 69 ribu rupiah atau dapat dijelaskan bahwa peningkatan tingkat pendidikan akan meningkatkan pendapatan pedagang tape singkong di Jln. Soekarno Hatta, Kota Probolinggo.

Jumlah penjualan berpengaruh positif terhadap pendapatan sebuah usaha. Dimana semakin tinngi jumlah penjualan semakin tinggi pula pendapatan dagang, karena semakin banyak barang yang dapat dijual maka semakin banyak pula uang yang didapat sehingga pendapatan semakin tinggi. Teori ini didukung oleh Penelitian yang dilakukan oleh Safitri (2011) yang menyatakan bahwa setiap penambahan jumlah penjualan maka terjadi peningkatan pada pendapatan.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka dapat ditarik rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Bagaimana pengaruh upah, jam kerja, modal dan pendidikan terhadap jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar?

2) Bagaimana pengaruh upah, jam kerja, modal, pendidikan dan jumlah penjualan terhadap pendapatan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar?


(29)

12

3) Apakah upah, jam kerja, modal, dan pendidikan berpengaruh signifikan secara tidak langsung terhadap pendapatan UKM melalui jumlah penjualan UKM pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar?

1.3 Tujuan Penulisan

Sesuai dengan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) Untuk menganalisis pengaruh upah, jam kerja, modal dan pendidikan terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar.

2) Untuk menganalisis pengaruh upah, jam kerja, modal, pendidikan, dan jumlah penjualan terhadap pendapatan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar.

3) Untuk menganalisis ada atau tidaknya pengaruh signifikan secara tidak langsung upah, jam keja, modal, dan pendidikan terhadap pendapatan melalui jumlah penjualan pada Usaha Kecil dan Menengah (UKM) sektor perdagangan di Kota Denpasar.

1.4 Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan yang diperoleh dari penelitian ini dapat dibedakan menjadi kegunaan teoritis dan praktis.

1) Manfaat Teoritis

Diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat serta memperkaya ragam penelitian dan mampu menambah pengetahuan dan wawasan khususnya bagi pengembangan ilmu pendidikan dan menjadi referensi sehingga dapat


(30)

13

membandingkan teori-teori dengan kenyataan dilapangan khususnya tentang masalah Usaha Kecil dan Menengah.

2) Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan informasi kepada pemerintah dan pihak yang berkepentingan dalam mengambil kebijakan yang berkaitan dengan peningkatan pendapatan masyarakat khususnya UKM.


(31)

(32)

14 BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Konsep dan Definisi

2.1.1 Teori Upah

Menurut pasal 1 ayat 30 undang-undang 13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan (Maimun, 2004), upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi pekerja kepada pekerja atau buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesempatan atau peraturan perundangan yang berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.

Berdasarkan definisi di atas, dapat dikatakan bahwa:

1) Upah adalah hak pekerja atau buruh sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi kerja atas suatu pekerjaan dan jasa yang telah dilakukan.

2) Upah yang telah diterima oleh pekerja atau buruh harus dinyatakan dengan uang.

3) Upah yang dibayarkan sesuai dengan perjanjian kerja, kesepakatan, atau peraturan perundang-undangan.

4) Tunjagan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya merupakan komponen dari upah


(33)

15

2.1.2 Upah Minimum

Pemerintah menetapkan upah minimum berdasarkan kebutuhan hidup layak dan dengan memperhatikan produktivitas dan pertumbuhan ekonomi. Upah minimum terbagi atas:

1) Upah minimum berdasarkan wilayah provinsi atau kabupaten kota. Besar upah ini tiap wilayah provinsi atau kabupaten atau kota tidak sama, tergantung nilai kebutuhan hidup minimum (KHM) di daerah yang bersangkutan. Setiap kabupaten atau kota tidak boleh menetapkan upah minimum dibawah upah minimum di provinsi yang bersangkutan.

2) Upah minimum berdasarkan sektor atau sub sector pada wilayah provinsi atau kabupaten atau kota

Menurut peraturan Menteri Tenaga Kerja No. 01/MEN/1989 pada pasal 1 huruf (a) tentang pengertian upah minimum (Maimun, 2004) disebutkan bahwa upah minimum adalah upah pokok ditambah tunjangan tetap. Komposisi upah pokok serendah-rendahnya 75 persen dari upah minimum.

2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Upah

Heidjerachman Ranupanjodo dan Suad Husnan (1990), mengemukakan faktor penting yang mempengaruhi tinggi rendahnya tingkat upah adalah:

1) Penawaran dan Pemintaan tenaga kerja

Untuk pekerjaan yang membutuhkan ketrampilan tinggi dan jumlah tenaga kerjanya langka, maka upah cenderung tinggi. Sedangkan untuk jabatan-jabatan yang mempunyai penawaran yang melimpah, upah cenderung turun. Sehubungan dengan tenaga kerja permintaan adalah hubungan antara tingkat


(34)

16

upah (yang ditilik dari perspektif seorang majikan adalah harga tenaga kerja) (Don Bellante dan Mark Jacson, 1983).

2) Organisasi Buruh

Ada tidaknya organisasi buruh serta lemah kuatnya organisasi buruh akan ikut mempengaruhi terbentuknya tingkat upah

3) Kemampuan Untuk Membayar

Meskipun mungkin serikat buruh menuntut upah yang tinggi, tetapi pada akhirnya realisai pemberian upah tergantung juga kepada kemampuan membayar dari perusahaan

4) Produktivitas

Upah sebenarnya merupakan imbalan atas jasa atau prestasi kerja. Semakin tinggi prestasi kerja karyawan seharusnya besar pula tingkat upah yang akan diterima. Prestasi ini biasanya dinyatakan dengan produktivitas

5) Biaya hidup

Faktor lain yang perlu dipertimbangkan adalah biaya hidup di kota-kota besar, Dimana biaya hidup tinggi upah cenderung juga tinggi, bagaimanapun

nampaknya biaya hidup merupakan „batas penerimaan upah dari karyawan.

6) Pemerintah

Pemerintah dengan peraturan-peraturannya mempengaruhi tinggi rendahnya upah. Peraturan tentang upah minimum merupakan batas bawah dari tingkat upah.


(35)

17

2.1.4 Teori Jam Kerja

Bekerja diartikan melakukan suatu kegiatan untuk menghasilkan atau membantu menghasilkan barang atau jasa dengan maksud untuk memperoleh penghasilan berupa uang atau barang, dalam kurun waktu (time reference) tertentu (Mantra, 2003). Menurut BPS (2006), bekerja adalah melakukan kegiatan atau suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam (berturut-turut tanpa terputus) dalam seminggu yang lalu. Secara umum jam kerja merupakan jumlah waktu kerja dari seluruh pekerjaan selama seminggu yang lalu. Sehingga dapat diasumsikan bahwa semakin banyak jam kerja yang digunakan berarti pekerjaan yang dilakukan semakin produktif. Setiap penambahan waktu operasi akan makin membuka peluang bagi bagi bertambahnya omzet penjualan.Istilah produktivitas (productivity) mengacu kepada kuantitas barang dan jasa yang bisa dihasilkan seorang pekerja per-jam kerja (Mankiw, 2001). Jam kerja pedagang pasar tradisional sangat bervariasi. Di daerah pedesaan, khususnya pulau Jawa, pedagang pasar beroperasi menurut hari pasaran Jawa seperti Kliwon, Pahing, dan seterusnya (Chandler, 1985 dan Alexander 1987). Kesediaan tenaga kerja untuk bekerja dengan jam kerja panjang atau pendek adalah merupakan keputusan individu (Nicholson, 1998).

2.1.5 Teori Alokasi Waktu

Menurut Simanjuntak (2001) waktu adalah bahan mentah dari hidup. Penggunaan waktu dapat dilakukan dengan tiga cara. Pertama, dapat melaksanakan pekerjaan pasar, yaitu menjual waktu di pasar tenaga kerja untuk


(36)

18

memperoleh pendapatan. Bila seseorang menawarkan tenaga kerja maka biasanya menyerahkan kembali waktu kepada pemberi kerja untuk mendapatkan upah.

Kedua, seseorang dapat melakukan pekerjaan non pasar, yaitu menggunakan waktu memproduksi barang dan jasa sendiri. Pekerjaan non pasar meliputi waktu yang digunakan seseorang untuk mencuci pakaian, memasak dan lain sebagainya. Hal ini juga mencakup waktu yang digunakan untuk memperoleh keterampilan dan pendidikan dalam rangka meningkatkan produktivitas seseorang. Ketiga, seseorang dapat mengubah waktu langsung menjadi waktu luang yaitu waktu yang digunakan untuk aktivitas non kerja. Seseorang dapat membuat waktu yang dimilikinya menjadi waktu untuk bekerja jika dia merasa pendapatan yang diperolehnya saat ini kurang mencukupi baginya, tetapi dia juga dapat memanfaatkan waktu tersebut menjadi waktu luang jika dia merasa pendapatan yang dia peroleh cukup baginya.

Salah satu cara untuk memanfaatkan waktu ialah dengan cara melakukan aktivitas-aktivitas di waktu senggang yang menyenangkan. Cara umum lainnya adalah dengan bekerja. Menurut Ehrenberg dan Smith dalam bukunya Simanjuntak (2001) pengalokasian waktu untuk bekerja atau untuk waktu luang dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu :

1) Biaya kesempatan (opportunity cost) disini akan dilihat seseorang yang mengalokasikan waktunya untuk bekerja maka dia perlu waktu untuk tidak bekerja. Dimana harga dari waktu luang yang mereka miliki tergantung dari besarnya tingkat upah yang diterima. Bila penghasilan meningkat dengan


(37)

19

biaya kesempatan waktu luang konstan maka seseorang akan menginginkan untuk menghabiskan lebih banyak waktu luang.

2) Tingkat kesejahteraan seseorang. Kesejahteraan seseorang dapat dilihat dari jumlah tabungannya di bank, investasi finansial, dan harta benda fisik lainnya. Keahlian dari pekerja itu sendiri dapat diperhitungkan sebagai sesuatu yang dapat dihargakan. Bila seseorang pekerja memiliki banyak tabungan yang dapat dihargakan maka cenderung untuk lebih meningkatkan waktu luang dibandingkan waktu kerja.

3) Seperangkat pilihan dari seseorang. Pilihan-pilihan tersebut biasanya ditentukan sendiri dan tidak secara seketika. Seseorang memutuskan untuk mempergunakan waktunya lebih banyak untuk bekerja atau lebih banyak waktu luang tergantung pada pilihan-pilihan yang tersedia.

Seseorang akan mengalokasikan waktu untuk dua pilihan yaitu bekerja di pasar kerja untuk memperoleh pendapatan dengan harapan bila pendapatan mereka meningkat dapat meningkatkan kesejahteraan (welfare) mereka sendiri dan keluarga atau tidak bekerja (menikmati waktu luang) seseorang yang bekerja akan dihadapkan pada cara mengoptimalkan waktu luang untuk bekerja dan menikmati waktu luang sebaik-baiknya sehingga dapat memperoleh utilitas (kepuasan maksimum). Untuk menghitung upah riil seseorang maka diturunkan rumus sebagai berikut :

Y = w x h... (1)

Dengan jam kerja per hari = 24 jam dikurangi leisure (waktu senggang) per hari , yaitu :


(38)

20

H = 24 – T... (2) Sehingga utilitas maksimum : U (Y,T) menjadi U (wH, 24-H)

Keterangan : Y = Upah riil w = Tingkat upah H = Lama bekerja T = Waktu senggang U = Utilitas

Tingkat utilitas (kepuasan maksimum) seseorang akan bertambah bila (1) barang bertambah sedangkan waktu senggang (leisure) tetap, (2) waktu senggang bertambah dengan jumlah barang yang dikonsumsi tidak berubah, (3) jumlah barang yang dikonsumsi dan waktu senggang sama-sama berubah (Layard dan Walters, 1987).

Terlihat bahwa hubungan antara tingkat upah dan waktu kerja secara mikro yakni lamanya kerja untuk pekerjaan publik (pekerjaan yang mengasilkan uang) akan dipengaruhi oleh tingkat upah yang sedang berlaku bagi suatu pekerjaan. Ada dua akibat yang bisa ditimbulkan oleh adanya kenaikan tingkat upah yaitu : 1) Substitution effect, apabila upah adalah harga dari waktu luang menjadi mahal

sehingga menyebabkan mereka mengkonsumsi waktu luang semakin sedikit dan akan memperpanjang jam kerjanya di sektor publik.

2) Income effect, bila tingkat upah naik maka pendapatan atau kesejahteraan pekerja akan semakin lebih banyak termasuk beli waktu luang akibatnya mereka akan bekerja lebih singkat dan menikmati waktu luang lebih banyak.


(39)

21

Pengaruh meningkatnya tingkat upah terhadap jumlah jam kerja di sektor publk akan sangat tergantung dari kekuatan relatif antara substitution dan income effect. Sedangkan bila income effect yang lebih dominan pengaruhnya maka pekerja akan mengurangi jam kerjanya. Pengamatan menunjukkan bahwa hasil akhir dari dua akibat tersebut tergantung dari kekuatan batas tinggi rendahnya tingkat upah yang sedang berlaku.

2.1.6 Pengertian Modal

Setiap perusahaan dalam menjalankan aktivitas atau operasinya sehari-hari selalu membutuhkan modal kerja (working capital). Modal kerja ini misalnya digunakan untuk membayar upah buruh, gaji pegawai, membeli bahan mentah, membayar persekot dan pengeluaran-pengeluaran lainnya gunanya untuk membiayai operasi perusahaan.

Riyanto (2001), mengemukakan 3 (tiga) konsep pengertian modal kerja yaitu:

1) Konsep Kuantitatif

Konsep ini menitik-beratkan pada kuantitas dana yang tertanam dalam unsur-unsur aktiva lancar, aktiva ini merupakan aktiva sekali berputar kembali dalam bentuk semula atau dana yang tertanam dalam aktiva akan dapat bebas lagi dalam jangka pendek. Jadi menurut konsep ini adalah keseluruhan jumlah aktiva lancar. Dalam pengertian ini modal kerja sering disebut modal kerja bruto atau gross working capital.


(40)

22

2) Konsep kulitatif

Pada pengertian ini konsep modal kerja dikaitkan dengan besarnya jumlah hutang lancar atau hutang yang segera harus dibayar. Jadi modal kerja menurut konsep ini adalah sebagian aktiva lancar yang benar-benar dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya, yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar diatas hutang lancarnya.

3) Konsep Fungsional

Konsep ini menitik-beratkan pada fungsidana dalam menghasilkan pedapatan. Setiap dana yang digunakan dalam perusahaan adalah dimaksudkan menghasilkan pendapatan. Aktiva lancar sebagian merupakan unsur modal kerja, walaupun tidak seluruhnya.

Menurut Riyanto (2001) modal kerja digolongkan menjadi 2 yaitu: a) Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)

Modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran usaha. Permanent Working Capital ini dapat dibedakan menjadi 2 yaitu:

1. Modal Kerja Primer (Primary Working Capital)

Yaitu jumlah modal kerja minimum yang harus ada dalam perusahaan untuk menjamin kontinuitas usahanya.


(41)

23

Yaitu jumlah modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi yang normal.

b) Modal Kerja Variabel (Variable Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah sesuai dengan keadaan, dan modal kerja ini dibedakan menjadi 3 yaitu:

1. Modal Kerja Musiman (Seasonal Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi musim.

2. Modal Kerja Siklus (Cyclical Working Capital)

Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena fluktuasi konjungtur .

3. Modal Kerja Darurat (Emergency Working Capital)

Yaitu modal kerja yang besarnya berubah-ubah karena adanya keadaan darurat yang tidak diketahui sebelumnya (misalnya ada pemogokan buruh, bencana alam).

Modal merupakan kemampuan ekonomis dari suatu masyarakat atau suatu kegiatan dalam memenuhi kebutuhan masyarakat dan menutupi biaya – biaya yang terjadi selama proses produksi. Menurut Todaro (1994), akumulasi modal merupakan bagian dari pendapatan nasional atau pengeluaran (expenditure) yang digunakan untuk memproduksi baik barang modal maupun barang untuk konsumsi dalam waktu tertentu. Akumulasi modal dapat terjadi apabila sebagian dari pendapatan ditabung dan diinvestasikan kembali dengan tujuan memperbesar output dan pendapatan dikemudian hari. Beda halnya dengan Jhinggen (1994) ia


(42)

24

berpendapat bahwa modal berarti persediaan faktor produksi yang secara fisik dapat direproduksi. Apabila stok modal naik dalam batas waktu tertentu, hal ini disebut akumulasi modal.

2.1.7 Teori Pendapatan

Pendapatan merupakan unsur yang sangat penting dalam sebuah usaha perdagangan, karena dalam melakukan suatu usaha tentu ingin mengetahui nilai atau jumlah pendapatan yang diperoleh selama melakukan usaha tersebut (Paula, 2005). Dalam arti ekonomi, pendapatan merupakan balas jasa atas penggunaan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh sektor rumah tangga dan sektor perusahaan yang dapat berupa gaji/upah, sewa, bunga serta keuntungan/profit (Sukirno, 2000).

Menurut Munandar (2006), pengertian pendapatan adalah suatu pertambahan asset yang mengakibatkan bertambahnya owners equity, tetapi bukan karena pertambahan modal baru dari pemiliknya dan bukan pula merupakan pertambahan asset yang disebabkan karena bertambahnya liabilities. Pendapatan sangat berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan, semakin besar pendapatan yang diperoleh maka semakin besar kemapuan perusahaan untuk membiayai segala pengeluaran dan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan oleh perusahaan.

Kondisi seseorang dapat diukur dengan menggunakan konsep pendapatan yang menunjukkan jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu (Samuelson dan Nordhaus, 2002). Definisi


(43)

25

lain dari pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil pekerjaan dan biasanya pendapatan seseorang dihitung setiap tahun atau setiap bulan. Dengan demikian pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat. Pendapatan keluarga berupa jumlah keseluruhan pendapatan dan kekayaan keluarga, dipakai untuk membagi keluarga dalam tiga kelompok pendapatan, yaitu: pendapatan rendah, pendapatan menengah dan pendapatan tinggi. Pembagian di atas berkaitan dengan, status, pendidikan dan keterampilan serta jenis pekerja seseorang namun sifatnya sangat relatif.

Sebagaimana pendapat di atas, bahwa pendapatan merupakan gambaran terhadap posisi ekonomi keluarga dalam masyarakat, oleh karenanya setiap orang yang bergelut dalam suatu jenis pekerjaan tertentu termasuk pekerjaan di sektor informal atau perdagangan, berupaya untuk selalu meningkatkan pendapatan dari hasil usahanya yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya dan sedapat mungkin pendapatan yang diperoleh dapat meningkatkan taraf hidup keluarganya.

Menurut Sukirno (2002), pendapatan dapat dihitung melalui tiga cara yaitu :

1) Cara Pengeluaran. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai pengeluaran/perbelanjaan ke atas barang-barang dan jasa.

2) Cara Produksi. Cara ini pendapatan dihitung dengan menjumlahkan nilai barang dan jasa yang dihasilkan.


(44)

26

3) Cara Pendapatan. Dalam penghitungan ini pendapatan diperoleh dengan cara menjumlahkan seluruh pendapatan yang diterima.

Pendapatan adalah penerimaan bersih seseorang, baik berupa uang kontan maupun natura. Pendapatan atau juga disebut juga income dari seorang warga masyarakat adalah hasil penjualannya dari faktor-faktor produksi yang dimilikinya pada sektor produksi. Dan sektor produksi ini membeli faktor-faktor produksi tersebut untuk digunakan sebagai input proses produksi dengan harga yang berlaku di pasar faktor produksi. Harga faktor produksi di pasar (seperti halnya juga untuk barang-barang di pasar barang) ditentukan oleh tarik menarik, antara penawaran dan permintaan.

Secara garis besar pendapatan digolongkan menjadi tiga golongan (Suparmoko, 2000), yaitu:

1) Gaji dan Upah. Imbalan yang diperoleh setelah orang tersebut melakukan pekerjaan untuk orang lain yang diberikan dalam waktu satu hari, satu minggu maupun satu bulan.

2) Pendapatan dari Usaha Sendiri. Merupakan nilai total dari hasil produksi yang dikurangi dengan biaya-biaya yang dibayar dan usaha ini merupakan usaha milik sendiri atau keluarga dan tenaga kerja berasal dari anggota keluarga sendiri, nilai sewa kapital milik sendiri dan semua biaya ini biasanya tidak diperhitungkan.

3) Pendapatan dari Usaha Lain. Pendapatan yang diperoleh tanpa mencurahkan tenaga kerja, dan ini biasanya merupakan pendapatan sampingan antara lain:


(45)

27

1.) Pendapatan dari hasil menyewakan aset yang dimiliki seperti rumah, 2.) Ternak dan barang lain, 3.) Bunga dari uang, 4.) Sumbangan dari pihak lain, 5.) Pendapatan dari pensiun, 6.) Dan lain-lain.

Menurut Tohar (2003) pendapatan perseorangan adalah jumlah pendapatan yang diterima setiap orang dalam masyarakat yang sebelum dikurangi transfer payment. Transfer Payment yaitu pendapatan yang tidak berdasarkan balas jasa dalam proses produksi dalam tahun yang bersangkutan. Pendapatan dibedakan menjadi:

1) Pendapatan asli yaitu pendapatan yang diterima oleh setiap orang yang langsung ikut serta dalam produksi barang.

2) Pendapatan turunan (sekunder) yaitu pendapatan dari golongan penduduk lainnya yang tidak langsung ikut serta dalam produksi barang seperti dokter, ahli hukum dan pegawai negeri.

Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dibedakan menjadi:

1) Pendapatan kotor yaitu pendapatan yang diperoleh sebelum dikurangi pengeluaran dan biaya–biaya.

2) Pendapatan bersih yaitu pendapatan yang diperoleh sesudah dikurangi pengeluaran dan biaya-biaya.

Sedangkan pendapatan menurut bentuknya dibedakan menjadi:

1) Pendapatan berupa uang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa, sumber utamanya berupa gaji,


(46)

28

upah, bangunan, pendapatan bersih dari usaha sendiri dan pendapatan dari penjualan seperti: hasil sewa, jaminan sosial, premi asuransi.

2) Pendapatan berupa barang adalah segala penghasilan yang sifatnya reguler dan biasanya tidak berbentuk balas jasa dan diterima dalam bentuk barang. Menurut Yudhohusodo dalam Ariyani (2006) tingkat pendapatan seseorang dapat digolongkan dalam 4 golongan yaitu:

1) Golongan yang berpenghasilan rendah (low income group) yaitu pendapatan rata-rata dari Rp.150.000 perbulan.

2) Golongan berpenghasilan sedang (Moderate income group) yaitu pendapatan rata-rata Rp.150.000 – Rp.450.000 perbulan.

3) Golongan berpenghasilan menengah (midle income group) yaitu pendapatan rata-rata yang diterima Rp.450.000 – Rp.900.000 perbulan.

4) Golongan yang berpenghasilan tinggi (high income group) yaitu rata-rata pendapatan lebih dari Rp.900.000.

2.1.8 Konsep Usaha Kecil dan Menengah (UKM)

Menurut Dinas Koperasi dan UKM Kota Denpasar, UKM dibagi menjadi empat karakter sesuai sektor usahanya:

1) UKM sektor pertanian adalah UKM yang berasal dari bahan bakunya produk pertanian dalam arti luas (Pertanian, perikanan, peternakan, kelautan, kehutanan). Contoh: Mebel, furniture, lukisan, kain, baju.

2) UKM sektor non pertanian adalah UKM yang bukan berasal dari pertanian atau bahan yang tidak dapat diperbaharui. Contoh: bahan tambang, cincin, mineral, emas, besi.


(47)

29

3) UKM sektor perdagangan adalah UKM yang tidak memproduksi barang dagangannya tetapi membeli dari produsen kemudian menjual kembali ke konsumen. Contoh: segala macam toko yang tidak memproduksi tetapi menjual saja dan dijual kembali.

4) UKM sektor aneka usaha dan jasa adalah UKM yang menjual jasa atau keahlian. Contoh: tukang jahit, salon, tukang pijat.

Sedangkan yang dimaksud dengan Usaha Mikro Kecil Menengah yang telah diatur dalam payung hukum berdasarkan undang-undang Nomor 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UKM) ada beberapa kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan pengertian dan kriteria usaha mikro kecil dan menengah. Pengertian-pengertian UKM tersebut adalah:

1) Usaha Kecil

Kriteria kelompok usaha kecil adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam undang-undang ini.

2) Usaha Menengah

Kriteria kelompok usaha menengah adalah usaha produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan yang dimiliki, dikuasai, menjadi bagian, baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau besar dengan jumlah


(48)

30

kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini.

Berdasarkan kategori BPS (Badan Pusat Statistik), usaha kecil identik dengan industri kecil dan industri rumah tangga. BPS mengklasifikasikan industri berdasarkan jumlah pekerjanya, yaitu: (1) industri rumah tangga dengan pekerja 1-4 orang; (2) industri kecil dengan pekerja 5-19 orang; (3) industri menengah dengan pekerja 20-99 orang; (4) industri besar dengan pekerja 100 orang atau lebih. Berikut adalah kriteria Usaha Mikro Kecil dan Menengah seperti terlihat pada Tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1

Kriteria Usaha Mikro, Kecil Dan Menengah Menurut UU Digolongkan Berdasarkan Jumlah Aset dan Omset Yang Dimiliki Sebuah Usaha Tahun

2014

No Usaha

Aset (Rupiah) Omset (Rupiah) Jumlah Tenaga Kerja 1 Usaha Mikro Maks 50 juta Maks 300 juta 1-4 orang 2 Usaha Kecil > 50 juta – 500 juta > 300 juta – 2,5 milliar 5-19 orang 3 Usaha Menengah > 500 juta – 10 milliar > 2,5 milliar – 50 milliar 20-99 orang

Sumber: BPS Provinsi Bali 2015

2.1.9 Konsep Sektor Usaha Perdagangan

Perdagangan atau perniagaan pada umumnya adalah pekerjaan membeli barang dari suatu tempat dan suatu waktu dengan menjual barang tersebut di tempat dan waktu lainnya untuk memeperoleh keuntungan. Adapun pengertian dari perdagangan adalah suatu usaha menjual suatu barang dari hasil sebuah produksi untuk memperoleh keuntungan dari selisih harga jual dengan biaya


(49)

31

produksi yang terpakai. Perekonomian dunia telah mengalami perubahan yang sangat drastis dalam dua setengah abad ini, didalam berbagai corak kegiatan perekonomian tersebut kegiatan ekonomi tidak lagi ditunjukkan untuk memenuhi kebutuhan sendiri, akan tetapi juga dilakukan untuk memenuhi keinginan-keinginan yang terwujud di pasar, disamping itu unit produksi telah sanggup menyumbangkan teknik produksi yang modern sehingga mereka dapat menyediakan barang-barang yang dibutuhkan masyarakat dalam jumlah yang sangat besar (Sukirno, 1994).

2.1.10 Pendidikan

Pendidikan adalah pionir dalam pembangunan masa depan suatu bangsa. Jika dunia pendidikan suatu bangsa berada dalam kondisi yangh memprihatikan, maka kehancuran kehancuran bangsa tersebut tinggal menunggu waktu. Sebab, pendidikan menyangkut pembangunan karakter dan sekaligus mempertahankan jati diri manusia suatu bangsa. Sehingga, setiap bangsa yang ingin maju maka pembangunan dunia pendidikan selalu menjadi prioritas utama.

Menurut Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan berkenaan dengan pengembangan pengetahuan serta keahlian dan ketrampilan dari manusia maupun tenaga kerja dalam proses pembangunan.


(50)

32

Berhubung dengan kontribusinya yang sangat besar dalam pembangunan ekonomi, maka pendidikan dikatakan sebagai modal manusia (human capital), dan pengeluaran terhadap pendidikan penduduk disebut sebagai investasi dalam modal manusia (investment on human capital).

Umumnya terdapat tiga jenis pendidikan yang ditempuh oleh seseorang, yaitu: (1) pendidikan formal, (2) pendidikan non formal, (3) pendidikan informal, pengertian dari masing-masing jenis pendidikan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Pendidikan formal merupakan pendidikan yang diselenggarakan di sekolah-sekolah. Biasanya yang terlibat adalah penduduk usia muda yang masih belum bekerja, atau yang sedang meningkatkan pengetahuan dan keahliannya. Pendidikan formal ini dapat dikembangkan secara berkelanjutan, baik di dalam, maupun di luar sekolah.

2) Pendidikan non formal dapatr dipandang sebagai program pendidikan yang terorganisasi yang dilangsungkan di luar sekolah. Seringkali para pesertanya adalah orang-orang dewasa. Biasanya waktu untuk menempuh pendidikan non formal ini lebih pendek, difokuskan pada bagian program (pendidikan) yang lebih sempit, dan lebih terkait dengan pengetahuan aplikasi daripada yang terdapat pada program pendidikan formal.

3) Pendidikan informal merupakan pendidikan yang berlangsung di luar kerangka lembaga pendidikan formal maupun di luar program pendidikan Yang terorganisasi. Dalam hubungan ini orang-orang mempelajari berbagai hal penting di rumah,di tempat kerja, dan di lingkungan


(51)

33

masyarakat. Pendidikan informal seringkali dikatakan sebagai pendidikan seumur hidup, yang berlangsung selama hayat dikandung badan.

Banyak orang miskin yang mengalami kebodohan bahkan secara sistematis. Karena itu, menjadi penting untuk memahami bahwa kemiskinan bisa mengakibatkan kebodohan, dan kebodohan jelas identik dengan kemiskinan. Untuk memutus rantai sebab akibat diatas, ada satu unsur kunci yaitu pendidikan. Pendidikan dalam konteks kemiskinan bukan hanya dilihat dari sisi orang tua saja (ayah dan ibu). Lebih dari itu, harus diperhatikan pulapendidikan bagi anak-anak dari keluarga miskin tersebut. Anak dari keluarga miskin haruslah mendapatkan pendidikan yang memadai, anak-anak ini akan mendapatkan kesempatan yang lebih baik untuk keluar dari status miskin di masa depan (Anderson,2012). Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Mankiw dan Weil (1992) yaitu apabila investasi pendidikan dilakukan secara merata, termasuk pada masyarakat yang berpenghasilan rendah maka kemiskinan akan berkurang.

2.1.11 Teori Penjualan

Penjualan adalah suatu usaha yang terpadu untuk mengembangkan rencana- rencana strategis yang diarahkan pada usaha pemuasan kebutuhan dan keinginan pembeli guna mendapatkan penjualan yang menghasilkan laba (Marwan A, 1986). Penjualan merupakan sumber hidup suatu perusahaan, karena dari perusahaan dapat diperoleh laba serta suatu usaha memikat konsumen yang diusahakan untuk mengetahui daya tarik mereka sehingga dapat mengetahui hasil produk yang dihasilkan. Menurut Winardi (1982), penjualan adalah suatu transfer hak atas benda-benda. Dari penjelasan tersebut dalam memindahkan atau


(52)

34

mentransfer barang dan jasa diperlukan orang-orang yang bekerja di bidang penjualan seperti pelaksanaan dagang, agen, wakil pelayanan, dan wakil pemasaran. Menurut Martin, S dan Colleran, G (2006) Penjualan jika diidentifikasi dari Perusahaannya dibedakan menjadi beberapa jenis:

1. Penjualan lansung yaitu penjualan dengan mengambil barang dari supplier dan langsung dikirim ke customer.

2. Penjualan stok gudang yaitu penjualan barang dari stok yang telah tersedia di gudang.

Konsep Penjualan (The selling concept) adalah bahwa konsumen tidak akan membeli banyak produk, kecuali jika produsen mengupayakan promosi dan penjualan yang agresif (Sumarni, 1987), jadi dalam konsep ini terkandung dasar pemikiran seperti :

1) Tugas utama produsen adalah mencapai volume penjualan yang setinggi-tingginya.

2) Konsumen harus didorong untuk membeli dengan berbagai cara peningkatan penjualan.

3) Konsumen mungkin akan melakukan pembelian lagi dan kalaupun tidak, masih ada konsumen yang lain.

Menurut Sukirno (2005) hasil penjualan adalah pendapatan yang diterima oleh para penjual dari pembayaran terhadap barang yang dibeli oleh para


(53)

35

konsumen. Tingkat penjualan sangat tergantung pada tinggi rendahnya jumlah barang yang laku terjual (unit) dan tingkat harga yang ditentukan. Tingkat penjualan juga mempengaruhi tingkat keuntungan dari suatu usaha atau dalam aktivityas penjualan. Penjualan (sale) adalah pendapatan yang diterima dari pertukaran barang atau jasa dan dicatat untuk satu periode akuntansi tertentu, baik berdsarkan kas (sebagaimana diterima) atau berdasarkan akrual sebagaimana diperoleh, (Tina Castanea, 2009).

2.1.12 Teori Penawaran

Dalam ilmu ekonomi, penawaran (supply) diartikan sejumlah barang, produk atau komoditi yang tersedia dalam pasar yang siap untuk di jual kepada konsumen yang membutuhkannya. Penawaran juga dapat diartikan sebagai sejumlah barang (goods), jasa (service) atau komoditi yang tersedia di pasar dengan harga tertentu pada waktu tertentu. Diantara pakar ekonomi ada pula yang mengartikan penawaran sebagai sejumlah barang ekonomi yang tersedia di pasar dengan maksud untuk dijual dengan harga tertentu. Penawaran dapat juga diartikan bermacam-macam barang atau produk yang ditawarkan untuk dijual dengan bermacam-macam harga di pasar.

Berikut adalah pernyataan yang diberikan oleh Alexander Hamilton Institute: Yang dimaksud dengan penawaran (supply) adalah sejumlah produk yang ditawarkan untuk dijual dengan beberapa kemungkinan harga. Berbeda dengan batasan yang diberikan oleh ”Businessterms” yang member pernyataan sebagai berikut: Dimata mereka semakin tinggi harga untuk suatu produk,


(54)

36

semakin banyak jumlah barang yang ditawarkan untuk di jual di pasar dan sebaliknya bila harga barang itu turun, maka semaki sedikit barang untuk di jual di pasar, karena produsen enggan memproduksi lebih banyak karena sedikitnya pembeli. (Oka A. Yoeti, 2008).

Hukum penawaran dalam pengertian ekonomi menyatakan bahwa terdapat suatu hubungan langsung antara harga suatu barang atau jasa dan kuantitas barang atau jasa yang ditawarkan produsen, jika hal-hal lainnya tetap sama atau tidak tidak terjadi perubahan (ceteris paribus). Adapun alas an di belakang hukum ini adalah bahwa jika harga dari suatu barang atau jasa naik, sedangkan harga-harga lainnya tetap sama maka para produsen cenderung untuk menghasilkan barang dan jasa dalam jumlah (quantity) jauh lebih besar dari barang atau jasa itu.

2.1.12 Teori Permintaan

Pengertian permintaan dalam ilmu ekonomi yang umum diartikan sebagai: Keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang diperlukan atau diinginkan. (Oka A. Yoeti, 2008). Atau dengan kata lain yang dimaksud dengan permintaan adalah sejumlah produk barang atau jasa yang merupakan barang-barang ekonomi yang akan dibeli konsumen dengan haraga tertentu dalam suatu waktu atau periode tertentu dan dalam jumlah tertentu.

Demand seperti ini lebih tepat disebut sebagai permintaan pasar (market demand), dimana tersedia barang tertentu dengan harga yang tertentu pula (Oka A. Yoeti, 2008).


(55)

37

Keinginan seseorang (konsumen) terhadap barang-barang tertentu yang diperlukan atau diinginkan. Namun dalam praktik, pengertian permintaan seperti ini menunjukkan adanya permintaan atas sejumlah barang dan jasa yang diikuti dengan kemampuan membeli (purchasing power). Karena bila keinginan (wants) diikuti dengan kekuatan untuk melakukan pembelian (purchasing power), maka keinginan (wants) akan berubah menjadi permintaan, jadi:

DEMAND = WANTS + PURCHASING POWER

Permintaan (demand) sebagai suatu konsep mengandung pengertian bahwa permintaan berlaku terhadap tiga variabel ang saling mempengaruhi, yaitu: kualitas produk barang atau jasa (product quality), harga (price), manfaat produk barang atau jasa tersebut (product benefit) yang sangat mempengaruhi konsumen dalam melakukan pembelian kebutuhannya. Dalam ilmu ekonomi, hukum permintaan mengatakan bahwa terjadi pengaruh timbal balik antara barang yang diminta dengan harga, jika factor lain tidak mengalami perubahan (cetris paribus) Dalam hal ini, hokum permintaan mengatakan: ”Bila harga suatu barang dan jasa naik, sedangkan harga barang-barang dan jasa lainnya tetap sama, maka konsumen cenderung melakukan subtitusi, menggantikan barang atau jasa yang harganya naik dengan brang yang lain (yang mempunyai fungsi sama) yang harganya relative lebih murah.

Terbentur pada kenyataan-kenyataan yang ada dan akhirnya menimbulkan pertanyaan seputar perilaku konsumen akan munculnya „ketidak logisan‟ konsumen dalam memenuhi kebutuhannya tersebut membuat para pakar ekonomi


(56)

38

pariwisata melakukan studi yang mengupayakan munculnya keseimbangan antara permintaan dan penawaran terkait perilaku konsumen tersebut, atau dalam istilah ekonomi disebut pendekatan “consumer market approach”. (Oka A. Yoeti, 2008).

Penelitian tentang permintaan ini sebenarnya merupakan suatu perkembangan baru, dimana pada mulanya para ahli ekonomi dulunya hanya memperhatikan faktor penawaran (supply) saja, kini juga mempelajari faktor sisi permintaan (demand) untuk menjawab „ketidak logisan‟ dari perilaku konsumen yang ada. Dari uraian di atas, kita dapat simpulkan bahwa ternyata permintaan (demand) dapat ditinjau dari dari dua sisi, yaitu: Sisi ekonomis yang menyangkut gejala-gejala permintaan dalam hubungannya dengan keseluruhan faktor-faktor ekonomi, dan sisi psikologis yang meninjau persoalan ini dari sisi manusia sebagai konsumen dalam menentukan pilihannya untuk membeli sesuatu barang yang dibutuhkan.

2.1.14 Teori Produksi

Menurut Joesron dan Fathorozzi (2003) produksi adalah berkaitan dengan bagaimana sumber daya (input) digunakan untuk menghasilkan produk (output) dan merupakan hasil akhir dari proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa input. Nilai poduksi yaitu jumlah barang atau jasa yang dihasilkan suatu usaha dalam 1 periode yang dikalikan dengan harga jual produk-produk tersebut dengan menggunakan faktor-faktor produk-produksi yang tersedia (Moiseeva, 2009). Di dalam menganalisis teori produksi , dikenal dengan 2 cara yaitu:


(57)

39

1) Produksi jangka pendek yaitu bila sebagian faktor produksi jumlahnya tetap dan yang lainnya berubah contoh: jumlah modal tetap sedangkan tenaga kerja berubah.

2) Produksi jangka panjang yaitu bila semua faktor produksi dapat berubah dan ditambah sesuai kebutuhan.

Menurut Catur Sugiyanto (2002) faktor produksi dikelompokkan menjadi sumber daya manusia (termasuk tenaga kerja), kemampuan manajerial

(enterpreneurship), modal (capital), dan tanah. Mankiw (2002) menyatakan bahwa dua faktor forduksi yang paling penting adalah tenaga kerja dan modal. Sedangkan faktor-faktor produksi menurut Soekartawi (2003) adalah:

1) Tenaga kerja, merupakan faktor produksi yang penting dan perlu diperhatikan dalam proses produksi dalam jumlah yang cukup, bukan hanya dilihat dari tersedianya tenaga kerja tetapi juga kualitas dan macam tenaga kerja perlu diperhitungkan.

2) Modal, faktor produksi modal dibedakan menjadi 2 macam yaitu modal tetap dan modal tidak tetap, perbedaan ini terlihat dari ciri-ciri yang dimiliki oleh modal tersebut. Modal tetap adalah biaya yang dilakukan dalam proses produksi dan tidak habis dalam sekali proses produksi. Modal tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam proses produksi dan habis dalam waktu satu kali proses produksi.

3) Manajemen, terdiri dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, serta evaluasi dalam suatu proses produksi. Dalam prakteknya, faktor manajemen


(1)

pengusaha adalah modal usaha, upah tenaga kerja, pengalaman usaha, jam kerja, bakat pengusaha, lokasi usaha, pendidikan, laba, jumlah tenaga kerja dan jumlah penjualan.

Pada usaha UKM ada beberapa faktor yang mempengaruhi peningkatan produksi yang pada akhirnya akan mempengaruhi tingkat pendapatan yang akan diterima oleh sektor UKM. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi tingkat pendapatan adalah : Upah, Jam kerja, Modal usaha, Pendidikan dan Jumlah Penjualan.

1) Upah

Menurut Maimun (2004), upah adalah hak pekerja atau buruh yang diterima dan dinyatakan dalam bentuk uang sebagai imbalan dari pengusaha atau pemberi pekerja kepada pekerja atau buruh, yang ditetapkan dan dibayarkan menurut suatu perjanjian kerja, kesempatan atau peraturan perundangan yang berlaku, termasuk tunjangan bagi pekerja atau buruh dan keluarganya atas suatu pekerjaan atau jasa yang telah dilakukan.

2) Jam Kerja

Menurut BPS (2006), bekerja adalah melakukan kegiatan atau suatu pekerjaan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan atau keuntungan paling sedikit selama satu jam (berturut-turut tanpa terputus) dalam seminggu yang lalu. Secara umum jam kerja merupakan jumlah waktu kerja dari seluruh pekerjaan selama seminggu yang lalu.


(2)

3) Modal

Menurut Indriyo Gitosudarmo (2002) Modal kerja merupakan kekayaan atau aktiva yang diperlukan oleh perusahaan untuk menyelenggarakan kegiatan sehari-hari yang selalu berputar dalam periode tertentu. Sedangkan menurut Ahmad (1997) modal kerja pada hakekatnya merupakan jumlah yang terus menerus ada dalam menopang usaha perusahaan. Modal kerja yang ada harus dapat atau mampu membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan sehari-hari, karena dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan disamping memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi secara ekonomis atau efisien dan perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.

4) Pendidikan

Menurut UU SISDIKNAS No. 20 (2003), indikator tingkat pendidikan terdiri dari jenjang pendidikan dan kesesuaian jurusan. Jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai, dan kemampuan yang dikembangkan, terdiri dari: a. Pendidikan dasar : Jenjang pendidikan awal selama 9 (sembilan) tahun

pertama masa sekolah anak-anak melandasi jenjang pendidikan menengah. b. Pendidikan menengah : Jenjang pendidikan lanjutan pendidikan dasar.

c. Pendidikan tinggi : Jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang mencakup program sarjana, magister, doktor, dan spesialis yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.


(3)

5) Jumlah Penjualan

Penjualan menurut Soemarso, S.R.(2004) Jumlah yang dibebankan kepada pembeli untuk barang dagang yang diserahkan merupakan pendapatan perusahaan yang bersangkutan. Untuk perusahaan dagang akun yang akan digunakan untuk mencatat penjualan barang dagang disebut penjualan.

2.3 Keaslian Penelitian

Hasil penelitian terdahulu sangat penting sebagai bahan perbandingan dan referensi dalam suatu penulisan. Adapun studi empirik terdahulu yang mendukung terhadap penelitian yang akan dilakukan disajikan sebagai berikut: Penelitian yang dilakukan oleh Anik (2003) dengan judul “Analisis Faktor-Faktor Yang mempengaruhi Pendapatan Pekerja Pada Usaha Kerajinan Genteng di Kabupaten Sukoharjo”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi pendapatan pekerja pada usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo. Penelitian ini mengambil sampel 60 pekerja. Hasil dari penelitian ini adalah faktor jam kerja memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo. Variabel pengalaman kerja memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo. Variabel jumlah tanggungan keluarga memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo. Dan variabel jenis pekerjaan memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap pendapatan pekerja usaha kerajinan genteng di kabupaten sukoharjo.


(4)

Penelitian yang dilakukan oleh Yustinus (2001) dengan judul “ Faktor -Faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan Pedagang Kaki Lima”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor modal dan lokasi yang mempengaruhi pendapatan pedagang kaki lima dan untuk mengkaji faktor yang paling berpengaruh terhadap pendapatan pedagang kaki lima. Penelitian ini mengambil sampel 50 pedagang kaki lima. Hasil dari penelitian ini adalah variabel modal memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima dan variabel lokasi memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang kaki lima.

Penelitian yang dilakukan oleh Lilin (2013) dengan judul “Analisis Faktor– Faktor Yang Mempengaruhi Volume Penjualan Pada Industri Kecil Genteng Di Kecamatan Jaten Kabupaten Karanganyar ”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi volume penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar. Penelitian ini mengambil sampel 100 industri kecil genteng. Hasil dari penelitian ini adalah variabel usia memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar, variabel jenjang pendidikan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar, variabel pengalaman usaha memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar, variabel upah karyawan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri kecil genteng di


(5)

kecamatan jaten kabupaten karanganyar dan variabel jumlah karyawan memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar. Sedangkan variabel pengalaman usaha memiliki pengaruh yang negatif dan signifikan terhadap volume penjualan pada industri kecil genteng di kecamatan jaten kabupaten karanganyar.

Penelitian tesis ini berjudul : “Analisis Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pendapatan UKM Sektor Perdagangan Di Kota Denpasar”, memiliki persamaan dengan penelitian terdahulu terkait dengan Upah, jam kerja dan modal. Namun demikian penelitian ini memiliki perbedaan dengan penelitian sebelumnya terkait dengan variabel pendidikan, dan jumlah penjualan apakah berpengaruh signifikan terhadap tingkat pendapatan UKM di Kota Denpasar.


(6)