BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA HOTEL BERBINTANG LIMA DI SURABAYA.

(1)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA HOTEL

BERBINTANG LIMA DI SURABAYA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Dalam Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Diajukan Oleh :

WAHYU INDRA MARDIANTO

0511315012/FE/IE

Kepada

FAKULTAS EKONOMI

UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR


(2)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

Dengan mengucapkan Puji Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T, atas berkah dan rahmat-nya penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi ini dengan judul “BEBERAPA FAKTOR YANG

MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA HOTEL BERBINTANG LIMA DI SURABAYA”.

Skripsi ini penulis susun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Studi Pembangunan pada Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada.Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima dari Drs. Ec. Marseto DS. Msi. Selaku Dosen Pembimbing Utama yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.


(3)

Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas

Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas

Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur. 3. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Ketua Jurusan Ilmu Ekonomi

Studi Pembangunan Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak Drs. Ec. Marseto D.S, Msi, selaku Dosen Pembimbing Utama yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berarti bagi penulis.

5. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis dan semua mahasiswa UPN.

6. Bapak dan Ibu tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual. Dan semua keluarga besar serta teman-teman semuanya. Semoga mendapatkan pahala yang besar dari Allah SWT.

Semoga Allah SWT memberikan limpahan berkah, rahmat serta karunianya. Besar harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.


(4)

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis mengharapkan saran dan kritiknya atas penulisan skripsi ini.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Surabaya, Oktober 2009


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR...…... i

DAFTAR ISI ...iv

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR...ix

ABSTRAKSI ...x

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ...1

1.2. Perumusan Masalah ...8

1.3. Tujuan Penelitian ...8

1.4. Manfaat Penelitian ...9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu...10

2.2. Landasan Teori ...16

2.2.1. Pembangunan Ekonomi dan Kesempatan Kerja...16

2.2.1.1. Pengertian Kesempatan Kerja...18

2.2.1.2. Pengertian Tentang Tenaga kerja...19

2.2.1.3. Permintaan Tenaga Kerja...22

2.2.1.4. Penawaran Tenaga kerja ...24

2.2.1.5. Pendekatan Angkatan Kerja dan Penggunaan Tenaga Kerja...26


(6)

2.2.2. Hotel...30

2.2.2.1. Pengertian Hotel...30

2.2.2.2. Fasilitas Usaha Hotel ...31

2.2.2.3. Klasifikasi Usaha Hotel ...32

2.2.2.4. Kegiatan Pemasaran...34

2.2.3. Jumlah Kamar ...34

2.2.3.1. Karakteristik Kamar...34

2.2.3.2. Pelayanan Pemesanan Kamar ...37

2.2.3.3. Tarif Kamar...38

2.2.3.4. Demand dan Supply...39

2.2.3.5. Standar Perlengkapan Kamar Tamu ...40

2.2.4. Tingkat Hunian Kamar ...41

2.2.4.1. Pengertian Tingkat Hunian Kamar ...41

2.2.5. Definisi Wisatawan...43

2.2.5.1. Pengertian Wisatawan...43

2.2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Mancanegara ...45

2.2.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)...46

2.2.6.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ...46

2.2.6.2. Cara Menghitung PDRB ...47

2.3. Kerangka Pikir ...49


(7)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...54

3.2. Teknik Penentuan Sampel ...55

3.3. Teknik Pengumpulan Data...56

3.4. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis ...56

3.4.1. Teknik Analisis ...56

3.4.2. Uji Hipotesis ...60

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1.Diskripsi Objek Penelitian ...64

4.1.1. Kondisi Geografis ...64

4.1.2. Kependudukan ...65

4.2. Diskripsi Hasil Penelitian ...66

4.2.1. Perkembangan Penyerapan tenaga kerja ...67

4.2.2. Perkembangan Jumlah Hotel Bintang Lima ...68

4.2.3. Perkembangan Jumlah Kamar ...70

4.2.4. Perkembangan Tingkat Hunian Kamar ...70

4.2.5. Perkembangan Tingkat Kunjungan Wisatawan Asing ...72

4.2.6. Perkembangan PDRB SUB Sektor Hotel ...73

4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik ...74

4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis ...78

4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan ...80


(8)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan ...93 5.2. Saran ...96

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.

Perkembangan Penyerapan tenaga kerja Tahun 1993-2007 ... 67

Tabel 2.

Perkembangan Jumlah Hotel Bintang Lima Tahun 1993-2007 ... 69

Tabel 3.

Perkembangan Jumlah Kamar Tahun 1993-2007 ... 70

Tabel 4.

Perkembangan Tingkat Hunian Kamar Tahun 1993-2007 ... 71

Tabel 5.

Perkembangan Tingkat Kunjungan Wisatawan Asing Tahun 1993-2007 ... 72

Tabel 6.

Perkembangan PDRB Sub Sektor Hotel Tahun 1993-2007 ... 73

Tabel 7.

Tes Heterokedastisitas dengan Korelasi Rank Spearman Korelasi ... 77

Tabel 8.

Analisis Varian (ANOVA) ... 80

Tabel 9.

Hasil Analisis Variabel Jumlah Hotel Bintang Lima (X1), Jumlah Kamar (X2), Tingkat Hunian Kamar (X3), Tingkat Kunjungan Wisatawan Asing (X4) dan PDRB Sub Sektor Hotel (X5) terhadap Penyerapan tenaga kerja ... 82


(10)

BEBERAPA FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYERAPAN TENAGA KERJA PADA HOTEL BERBINTANG LIMA DI SURABAYA

Oleh : Wahyu Indra

ABSTRAKSI

Industri Pariwisata atau Kunjungan Wisatawan merupakan suatu “motor” devisa Negara untuk meningkatkan perekonomian. Banyaknya Industri Pariwisata yang direalisasikan dalam suatu Negara atau daerah akan mempengaruhi laju pertumbuhan ekonomi suatu Negara atau daerah yang bersangkutan, sedangkan sedikitnya Industri Pariwisata akan menujukan lambannya laju devisa dan pertumbuhan ekonomi. Atas dasar itu, maka dari tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah Jumlah Kamar Hotel , Tingkat Hunian Kamar , Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara dan Produk Domestik Regional Bruto Sektoral Hotel berpengaruh terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

Dalam penelitian ini data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur selama lima belas tahun yaitu dari tahun 1993-2007. Data yang dianalisis menggunakan regresi linier berganda yaitu suatu analisis untuk mengetahui masing-masing dari variable bebas (X) terhadap variable terikat (Y) baik secara simultan maupun secara parsial

Berdasarkan hasil analisis dan pengujian hipotesis diperoleh hasil Fhitung > Ftabel yang berarti secara simultan keempat variabel bebas mempunyai pengaruh yang nyata terhadap Penyerapan Tenaga Kerja.

Pengujian secara parsial diperoleh thitung untuk X1 < ttabel yang berarti variabel X1 tidak berpengaruh terhadap varabel Y. Untuk X2 thitung > ttabel yang berarti variabel X2 berpengaruh terhadap variabel Y. Untuk X3 thitung < Ttabel yang berarti variabel X3 tidak berpengaruh terhadap variabel Y, untuk X4 thitunh > ttabel yang berarti variabel X4 berpengaruh terhadap variabel Y, dan untuk X5 thitunh > ttabel yang berarti variabel X5 berpengaruh terhadap variabel Y.

Untuk meningkatkan Penyerapan Tenaga Kerja hendaknya pemerintah

memberikan kemudahan dalam proses perizinan agar yang tidak rumit agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya sehingga banyak tenaga kerja yang terserap.

NB : Jumlah Hotel, Jumlah Kamar Hotel, Tingkat Hunian Kamar , Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara, Produk Domestik Regional Bruto Sektoral Hotel, dan Penyerapan Tenaga Kerja.


(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pada era sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997 sektor

pariwisata telah banyak mendapatkan perhatian sebagai penunjang devisa non migas terbesar ketiga setelah kayu dan tekstil. Pengembangan kepariwisataan saat ini makin penting, tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa negara, akan tetapi juga dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan, Hal ini terjadi karena dukungan berupa kebijakan pemerintah dibidang pariwisata untuk memacu pertumbuhan dan pengembangan pariwisata yang membuka secara lebar peluang investasi yang terkait dengan kepariwisataan. (Awindiani,2003;1).

Banyak Negara sedang berkembang sejak dekade 1960an mencoba untuk meningkatkan hasil devisanya, dengan jalan membangun industri pariwisata. Industri ini dibangun dengan harapan agar wisatawan luar negeri banyak datang berkunjung dan membelanjakan uangnya selama para wisatawan mancanegara menikmati kunjungan ke Indonesia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya berusaha membangun industri pariwisata, sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang.


(12)

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang

Pada era sebelum krisis ekonomi pada tahun 1997 sektor pariwisata telah banyak mendapatkan perhatian sebagai penunjang devisa non migas terbesar ketiga setelah kayu dan tekstil. Pengembangan kepariwisataan saat ini makin penting, tidak saja dalam rangka meningkatkan penerimaan devisa negara, akan tetapi juga dalam rangka memperluas kesempatan kerja dan pemerataan pendapatan, Hal ini terjadi karena dukungan berupa kebijakan pemerintah dibidang pariwisata untuk memacu pertumbuhan dan pengembangan pariwisata yang membuka secara lebar peluang investasi yang terkait dengan kepariwisataan. (Awindiani,2003;1).

Banyak Negara sedang berkembang sejak dekade 1960an mencoba untuk meningkatkan hasil devisanya, dengan jalan membangun industri pariwisata. Industri ini dibangun dengan harapan agar wisatawan luar negeri banyak datang berkunjung dan membelanjakan uangnya selama para wisatawan mancanegara menikmati kunjungan ke Indonesia. Indonesia sebagai negara yang sedang berkembang dalam tahap pembangunannya berusaha membangun industri pariwisata, sebagai salah satu cara untuk mencapai neraca perdagangan luar negeri yang berimbang.


(13)

Salah satu kebutuhan pokok wisatawan dalam melakukan perjalanan ke suatu daerah atau Negara adalah kebutuhan akan sarana akomodasi yang memadai, untuk itu hotel memegang peranan penting sehingga industri pariwisata berperan besar dalam munculnya bisnis perhotelan. Tiap tahun arus wisatawan mancanegara yang datang ke Indonesia pada umumnya dan Surabaya pada khususnya terus meningkat, begitu pula dengan arus wisatawan domestik. Peningkatan ini lainnya sehingga tidak menimbulkan kesenjangan antara permintaan dan penawaran atas akomodasi tersebut. Bisnis disektor pariwisata khususnya dibidang perhotelan mempunyai andil yang cukup tinggi terhadap pendapatan devisa Negara. Banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Indonesia dan memanfaatkan jasa perhotelan berarti menambah devisa Negara.

Hal tersebut tidak lain dikenakan dinamika dan potensi yang dimiliki oleh sektor pariwisata yang dapat membuat kondisi perekonomian seseorang, suatu daerah, atau bahkan suatu Negara menjadi meningkat. Untuk mendorong pertumbuhan dan perkembangan industri pariwisata di tanah air, Pemerintah telah membuat program-program mengenai promosi wisatawan di Indonesia, untuk mengembangkan kepariwisataan yang ada di indonesia. Untuk mengembangkan kepariwisatan di Indonesia, seiring semakin banyaknya wisatawan yang melakukan perjalanan maka semakin banyak pula Negara berupaya, menjadikan pariwisata sebagai sumber pemasukan utama.


(14)

Selain para wisatawan masih banyak lagi anggota masyarakat lainnya yang sering menggunakan jasa perhotelan diantaranya adalah tenaga kerja asing, eksekutif-eksekutif pengusaha, para pelaku bisnis dan sebagainya. Ditengah maraknya persaingan industri pariwisata di tahun 2004, bisnis biro perjalanan (Travel Agent) di Indonesia berulang kali mendapat cobaan yang sangat berat. Bermula dari tragedy 11 September 2001 di Amerika Serikat yang menyebabkan pemerintah Amerika serikat memberikan larangan bepergian (Travel Warning) ke Asia terutama Indonesia. Berlanjut dengan serangkaian aksi pengeboman di kawasan padat turis di Legian dan Renon Bali serta pengeboman di kedutaan besar negara asing dan di depan hotel JW. Marriot. Dunia memang tak senyaman dan sebebas dulu. Demi alasan keamanan, seorang turis harus melewati pemeriksaan yang sangat ketat untuk masuk ke suatu negara, terutama jika negara tersebut menjadi incaran para teroris. Belum pulihnya kondisi pariwisata di Bali karena peristiwa pengeboman, tiba-tiba muncul fenomena baru, yakni virus SARS (Severe

Acute Respiratory Syndrome) yang menyerang saluran pernapasan manusia

yang bisa menyebabkan kematian. Belakangan ini muncul wabah flu burung (Avian Influence) yang sudah melanda beberapa Negara di dunia, seperti Vietnam, Thailand, Jepang, Korea Selatan, Hongkong dan beberapa Negara lainnya. Wabah flu burung ini dipastikan juga akan mempengaruhi industri pariwisata nasional. Apalagi, selama ini banyak wisatawan asing yang datang ke Indonesia berasal dari Negara-negara tersebut. Walau Indonesia sudah


(15)

dinyatakan tidak termasuk wilayah penyebaran virus SARS dan flu burung, orang sudah terlanjur takut untuk bepergian, apalagi hanya sekedar berwisata. (www.Sinarharapan.co.id;2004)

Untuk memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya di bidang akomodasi kepada wisatawan, kiranya perlu direncanakan dengan baik penambahan jumlah kamar hotel dan akomodasi, khususnya tenaga-tenaga profesional di bidang hotel dan kepariwisataan sesuai dengan peningkatan arus wisatawan baik asing maupun domestik yang datang dan menginap di akomodasi. Hal ini untuk meningkakan kepariwisataan Indonesia, pemerintah menggalakan program pariwisata dengan tema “Visit Indonesia Year 2008 Celebrating 100 Years National Awekening”. Sebanyak 100 even pariwisata akan digelar pada seluruh daerah di Indonesia termasuk Surabaya selama tahun 2008. Kesempatan kerja dan jumlah serta kualitas orang yang digunakan dalam pekerjaan mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan. Ini bukan hanya karena tenaga kerja merupakan pelaksanaan pembangunan, akan tetapi juga karena pekerjaan merupakan sumber pendapatan utama bagi masyarakat. Pendapatan ini selanjutnya akan menimbulkan pasar didalam negeri, dan keduanya inilah bersama dengan bantuan pasar luar negeri yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi dan masyarakat terus menerus dalam jangka panjang. Oleh Karenanya perluasan kesempatan kerja harus dijadikan strategi pokok dalam pembangunan. (Suroto, 1992:1993)


(16)

Dalam rangka perluasan kesempatan kerja langkah-langkah pembangunan yang bersifat sektoral meliputi kebijaksaan pembangunan di sektor pertanian, Industri dan Jasa. Salah satu faktor yang sangat memungkinkan untuk dikembangkan dan memiliki potensi menyerap tenaga kerja dan memperluas lapangan usaha adalah sektor pariwisata. Semakin tumbuh dan berkembangnya bisnis pariwisata dan dibanyak daerah jumlah tujuan pariwisata meningkat, maka jumlah hotel semakin bertambah. Dalam bisnis perhotelan ada banyak hal yang dapat ditawarkan kepada tamu, semua yang ditawarkan itu merupakan produk hotel yang ditiap produk memiliki kegiatan operasi tersendiri secara terpisah.

Pembangunan kepariwisataan diarahkan pada pengembangan pariwisata sebagai faktor andalan dan unggulan dalam arti luas yang mampu menjadi salah satu penghasil Pendapatan Daerah, mendorong pertumbuhan ekonomi, memberdayakan ekonomi masyarakat, memperluas lapangan kerja dan kesempatan berusaha karena pariwisata termasuk industri padat karya serta meningkatkan penggunaan dan pemasaran produk nasional dalam rangka meningkatkan kesejahteraan rakyat.( Anonim, 1998;80).

Suatu daerah yang sedang membangun akan timbul masalah yang berhubungan dengan ketenagakerjaan dimana jumlah pelaksanaanya bertambah sementara pencari kerja lama masih belum tertampung yang dimaksud dengan pencari kerja adalah tenaga kerja yang sedang mencari pekerjaan dan terdaftar pada departemen tenaga kerja, termasuk didalamnya


(17)

antara lain pengangguran terbuka, pengangguran tersembunyi maupun tenaga kerja yang sudah bekerja, namun ingin mencari kerja ditempat lain.

Lulusan sarjana juga semakin meningkat dari tahun ke tahun, ini menjelaskan bahwa di daerah Surabaya semakin banyak tenaga kerja sarjana yang dapat dipakai. Lulusan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Menengah Atas (SMA) ataupun lulusan Perguruan Tinggi (PT) juga mempunyai kecenderungan yang sama yaitu meningkat setiap tahun. Adanya pencari kerja yang semakin meningkat akan menimbulkan dampak semakin besarnya angka pengangguran apabila lapangan kerja yang ada tidak mencukupi untuk menampung para pencari pekerja. Jadi dapat disimpulkan bahwa pencari kerja di Surabaya semakin banyak setiap tahun dan kebanyakkan berpendidikan tinggi, tetapi karena lapangan kerja yang tersedia sangat sedikit maka angka pengangguran yang bertambah besar (Anonim, 2000;356).

Jadi kesempatan kerja di kota Surabaya merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak dan tidak dapat ditunda-tunda, mengingat jumlah penduduk dan angkatan kerja yang terus bertambah. Oleh karena itu dalam upaya meningkakan kesejahteraan rakyat dan taraf hidupnya, maka perluasan kesempatan kerja adalah suatu hal yang perlu mendapat perhatian khusus. Ini disebabkan karena terjadinya ketimpangan antara perkembangan angkatan kerja yang berlangsung lebih cepat dibanding dengan laju kesempatan kerja yang tercipta, sehingga menimbulkan masalah baru yaitu pengangguran.


(18)

Penyerapan tenaga kerja pada hotel berbintang lima di Surabaya periode 1992-2006 tampak cukup menggembirakan sesuai harapan pemerintah kota Surabaya. Pada tahun 1992 hingga 1993 penyerapan tenaga kerja pada hotel berbintang lima berhasil menyerap 587 orang. Tahun 1994 sedikit mengalami peningkatan, yakni sebanyak 611 orang, namun mengalami penurunan pada tahun1995 menjadi 570 orang. Pada tahun 1996 mengalami peningkatan yang sangat tajam menjadi 2225 orang. Kemudian pada tahun 1997 hingga 1999 mengalami penurunan tenaga kerja akibat dari kerusuhan Mei 1998 yang mengakibatkan ribuan pekerja di PHK, disini tercatat pada tahun 1997 hingga 2000 hanya mampu menyerap 1806 orang tenaga kerja yang kemudian meningkat 1299 pada tahun 1999 dan 2000. Memasuki tahun 2001 penyerapan tenaga kerja pada hotel berbintang lima mengalami pelonjakan, tercatat mampu menyerap 2252 orang. Tahun 2002 mampu menyerap 2026 orang. Tahun 2003 tenaga yang diserap sedikit mengalami peningkatan yakni 2102 orang. Hingga pada tahun 2004 dan tahun 2005 hotel berbintang lima di Surabaya mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 2107 orang (Anonim,2006).

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diharapkan industri perhotelan mampu mengatasi masalah tenaga kerja yang setidak-tidaknya mengurangi angka pengangguran yang ada di Surabaya, oleh sebab itu penelitian ini mengambil judul “ Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Hotel Berbintang Lima Di Surabaya”.


(19)

1.2 PERUMUSAN MASALAH

Berdasarkan hal tersebut maka dalam penelitian ini dapat dikemukakan suatu permasalahan sebagai berikut:

1. Apakah faktor Jumlah hotel, Jumlah kamar, Tingkat hunian kamar, Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara, dan PDRB sub sektor hotel berpengaruh terhadap penyerapan tenaga kerja pada pada Hotel Berbintang

Lima di Surabaya. 2. Diantara faktor Jumlah hotel, Jumlah kamar, dan Tingkat hunian kamar,

Tingkat kunjungan wisatawan mancanegara, dan PDRB sub sektor hotel, manakah yang paling dominan mempengaruhi penyerapan tenaga kerja pada Hotel Berbintang Lima di Surabaya.

1.3 TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh antara faktor Jumlah hotel, Jumlah kamar,

Tingkat hunian kamar, Tingkat kunjungan Wisatawan mancanegara, dan PDRB sub sektor hotel terhadap penyerapan tenaga kerja pada Hotel Berbintang Lima di Surabaya.

2. Untuk mengetahui faktor manakah yang paling dominan antara faktor Jumlah hotel. Jumlah kamar, dan Tingkat hunian kamar, Tingkat kunjungan


(20)

9

Wisatawan mancanegara, dan PDRB sub sektor hotel terhadap penyerapan tenaga kerja pada Hotel Berbintang Lima di Surabaya.

1.4. MANFAAT PENELITIAN

1. Sebagai bahan pertimbangan, informasi atau referensi bagi penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan ketenagakerjaan di kota Surabaya.

2. Sebagai bahan informasi bagi instansi terkait yang diharapkan dapat

bermanfaat dalam memecahkan masalah ketenagakerjaan di kota Surabaya. 3. Sebagai tambahan pengetahuan dan menambah perbendaharaan perpustakaan


(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada bidang yang sama penelitian tentang peranan sektor perhotelan dalam penyerapan tenaga kerja seperti yang dilakukan penulis telah ada sebelumnya, yaitu penelitian yang telah dilakukan :

a. Tindage (2006) dengan judul penelitian : “Analisis Beberapa Factor

Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Jawa Timur”. Dengan Variabel terikatnya yaitu jumlah tenaga kerja (Y)

dan variabel bebasnya yaitu Investasi (X1), Jumlah Nilai Produksi (X2) dan Jumlah Unit Usaha (X3). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa : secara keseluruhan variabel bebas secara nyata mempengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja pada industri kecil. Secara parsial variabel Investasi (X1) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah tenaga kerja (Y), variabel Jumlah Nilai Produksi (X2) tidak berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja (Y), sedangkan variabel Jumlah Unit Usaha (X3) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah tenaga kerja (Y).

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan variabel penyerapan tenaga kerja sebagai variabel


(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Hasil Penelitian Terdahulu

Pada bidang yang sama penelitian tentang peranan sektor perhotelan dalam penyerapan tenaga kerja seperti yang dilakukan penulis telah ada sebelumnya, yaitu penelitian yang telah dilakukan :

a. Tindage (2006) dengan judul penelitian : “Analisis Beberapa Factor Yang

Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Jawa Timur”. Dengan Variabel terikatnya yaitu jumlah tenaga kerja (Y) dan

variabel bebasnya yaitu Investasi (X1), Jumlah Nilai Produksi (X2) dan Jumlah Unit Usaha (X3). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa : secara keseluruhan variabel bebas secara nyata mempengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja pada industri kecil. Secara parsial variabel Investasi (X1) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah tenaga kerja (Y), variabel Jumlah Nilai Produksi (X2) tidak berpengaruh terhadap jumlah tenaga kerja (Y), sedangkan variabel Jumlah Unit Usaha (X3) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah tenaga kerja (Y).

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan variabel penyerapan tenaga kerja sebagai variabel


(23)

terikat dan analisis data sama-sama menggunakan analisis regresi linier berganda. Perbedaan penelitian terdahulu menggunakan variabel bebas jumlah unit usaha, upah pegawai dan nilai tambah produksi, sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel jumlah hotel, jumlah kamar, tingkat hunian kamar, tingkat kunjungan wisatawan mancanegara, dan PDRB sub sektor hotel serta obyek penelitianya juga berbeda.

b. Supriyadi (2005) dengan judul penelitian : “Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Penyerapan tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Surabaya”. Dengan variabel terikatnya yaitu jumlah tenaga kerja (Y) dan

variabel bebasnya yaitu Jumlah pengusaha kecil (X1), Nilai produksi (X2), Investasi pada industri kecil (X3), dan Inflasi (X4). Uji statistik yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian diperoleh bahwa : secara keseluruhan variabel bebas secara nyata mempengaruhi jumlah penyerapan tenaga kerja pada industri kecil. Secara parsial variabel jumlah pengusaha kecil (X1) mempunyai pengaruh yang nyata terhadap jumlah tenaga kerja (Y),variabel Nilai Produksi (X2), berpengaruh negatif terhadap jumlah tenaga kerja (Y), variabel Investasi pada industri kecil (X3) mempunyai pengaruh nyata terhadap jumlah tenaga kerja (Y), dan variabel Inflasi (X4) tidak ada pengaruh terhadap jumlah tenaga kerja (Y).

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan variabel penyerapan tenaga kerja sebagai variabel


(24)

terikat dan analisis data sama-sama menggunakan analisis regresi linier berganda. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah variabel bebasnya berbeda.

c. Damayanti (2004) dengan judul penelitian, “Analisis Beberapa Faktor

Yang Mempengaruhi Penyerapan tenaga Kerja pada Hotel Berbintang Lima Di Indonesia”. Dengan variabel terikatnya yaitu tenaga kerja (Y) dan

variabel bebasnya adalah jumlah hotel (X1), jumlah kamar (X2), tingkat hunian kamar (X3). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh secara nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Secara parsial variabel jumlah hotel (X1) berpengaruh terhadap tenaga kerja, variabel jumlah kamar (X2), variabel tingkat hunian kamar (X3). Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan variabel penyerapan tenaga kerja sebagai variabel terikat dan analisis data sama-sama menggunakan analisis regresi linier berganda. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah obyek penelitiannya yang berbeda.

d. Setyowati (2003) dengan judul penelitian, “ Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Hotel Berbintang Di Surabaya”. Dengan variabel terikatnya adalah tenaga kerja(Y) dan variabel

bebasnya adalah Jumlah Tamu (X1), Jumlah Kamar (X2), Tingkat Hunian Kamar (X3), dan Restoran (X4). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan


(25)

bahwa adanya pengaruh secara nyata antara variabel bebas dengan variabel terikat. Secara parsial variabel Jumlah Hotel (X1) berpengaruh terhadap Tenaga Kerja, Variabel Jumlah Kamar (X2), Variabel Tingkat Hunian Kamar (X3), Variabel Restoran (X4). Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah sama-sama menggunakan variabel penyerapan tenaga kerja sebagai variabel terikat dan analisis data sama-sama menggunakan analisis regresi linier berganda. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah variabel bebasnya yang berbeda.

e. Setiawan (2002) dengan judul penelitian, “ Analisis Beberapa

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Hotel Berbintang Di Indonesia”. Variabel bebas yang digunakan adalah Jumlah

Kamar (X1), Jumlah Hotel (X2), dan Okupansi (X3). Sedangkan variabel terikatnya adalah tenaga kerja (Y). Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya pengaruh secara nyata variabel bebas dengan variabel terikat. Secara parsial variabel Jumlah Kamar (X1) tidak berpengaruh secara nyata terhadap tenaga kerja, variabel Jumlah Hotel (X2) berpengaruh secara nyata terhadap tenaga kerja, dan variabel Okupansi (X3) berpengaruh secara nyata terhadap tenaga kerja.

Persamaan penelitian sekarang dengan penelitian terdahulu adalah analisis sama-sama menggunakan analisis regresi linier berganda dan variabel yang dibahas Jumlah Kamar dan jumlah Hotel. Perbedannya adalah penelitian


(26)

terdahulu menggunakan obyek penelitian pada hotel berbintang lima di Indonesia, sedangkan penelitian sekarang menggunakan obyek penelitian hotel berbintang lima di Surabaya.

f. Jurnal Sumarto,(2003), “Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Tamu

Menginap Di Hotel (Studi Kasus Tamu Hotel N©S Surabaya)” ,

Berdasarkan hasil pengujian secara simultan variable bebas dalam penelitian ini yaitu Harga Kamar (X1), Harga makanan dan Minuman (X2), Fasilitas Luar Kamar (X3), Fasilitas Dalam kamar (X4), Layanan Room Boy (X5), Layanan Check-in (X6), dan Layanan Restoran (X8) di Hotel N©S Surabaya, yang merupakan variable yang signifikan adalah Faktor Harga, faktor Fasilitas dan Faktor Layanan yang menjadi pertimbangan signifikan bagi tamu untuk menginap di Hotel N©S Surabaya. Jadi perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada variabel, tahun penelitian, dan alat ukur uji analisis. Penelitian terdahulu menggunakan variabel (X1), Harga makanan dan Minuman (X2), Fasilitas Luar Kamar (X3), Fasilitas Dalam kamar (X4), Layanan Room Boy (X5), Layanan

Check-in (X6), dan Layanan Restoran (X8), sedangkan penelitian sekarang

menggunakan variabel Jumlah Hotel (X1), Jumlah Kamar (X2), Tingkat Hunian Kamar (X3) , Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara(X4), dan PDRB Sub Sektor Hotel(X5), tahun penelitian terdahulu selama 1 tahun (2003), sedangkan tahun penelitian sekarang selama 15 tahun (1992-2006), penelitian terdahulu menggunakan alat uji analisis SEM (Structural


(27)

Equation Modeling), dan penelitian sekarang menggunakan alat uji analisis

regresi linier berganda. Sedangkan Persamaan penelitian sekarang dan penelitian terdahulu adalah menggunakan obyek penelitian hotel dan lokasi obyek penelitian di kota Surabaya.

g. Jurnal Munari (2001), “Beberapa faktor Yang Mempengaruhi

TingkatPenjualan Kamar/Hunian Pada Hotel Berbintang 3 Di Jawa Timur”

, Berdasarkan hasil pengujian secara simultan variable bebas dalam penelitian ini yaitu Nilai Tarif Kamar Rata-rata (X1), Fasilitas Hotel (X2), Pelayanan Hotel (X3) Kenyamanan Hotel (X4), Lokasi Hotel (X5) dan yang merupakan variabel yang signifikan adalah Variabel Kenyamanan Hotel (X4) sebagai pedoman pengelola hotel didalam meningkatkan penjualan kamar/hunian kamar. Jadi perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang terletak pada variabel, tahun penelitian, obyek penelitian. Penelitian terdahulu menggunakan variabel Nilai Tarif Kamar Rata-rata (X1), Fasilitas Hotel (X2), Pelayanan Hotel (X3) Kenyamanan Hotel (X4), Lokasi Hotel (X5), sedangkan penelitian sekarang menggunakan variabel Jumlah Hotel (X1), Jumlah Kamar (X2), Tingkat Hunian Kamar (X3) , Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara(X4), dan PDRB Sub Sektor Hotel(X5), tahun penelitian terdahulu selama 1 tahun (2001), sedangkan tahun penelitian sekarang selama 15 tahun (1992-2006) dan obyek penelitian terdahulu di Jawa Timur dan penelitian sekarang di kota Surabaya. Sedangkan Persamaan penelitian sekarang dan penelitian


(28)

terdahulu adalah sama-sama menggunakan menggunakan alat uji analisis regresi linier berganda dan sama-sama menggunakan obyek penelitian hotel.

2.2. Landasan Teori

2.2.1. Pembangunan Ekonomi dan Kesempatan Kerja

Masalah pembangunan ekonomi di negara – negara sedang berkembang merupakan masalah yang tidak pernah terselesaikan. Di negara yang sedang berkembang, masalah penduduk sangat serius, kepadatan penduduk relatif tinggi serta pertumbuhan relatif cepat.

Oleh karena itu, para ahli pembangunan dan para perencana pembangunan dari dulu hingga sekarang telah mencoba untuk mengemukakan teori – teori dan konsep pembangunan, namun hingga kini masih terasa bahwa teori – teori dan konsep pembangunan yang muncul tampak masih mencari format dan sedang dalam proses pengujian secara empiris. Dan barangkali memang tak ada rumus standar atau model sederhana yang mampu menjawab segala macam tantangan pembangunan yang muncul.

Sementara itu Djoyohadikusumo (1997 : 39), mengatakan bahwa

pembangunan ekonomi ialah usaha memperbesar pendapatan perkapita dan menaikkan produktivitas perkapita dengan jalan menambah peralatan modal dan menambah skill.

Dalam pembangunan ekonomi penduduk mempunyai dua peranan. Pertama dari segi permintaan dan yang kedua dari segi penawaran. Dari segi


(29)

permintaan penduduk bertindak sebagai konsumen, sementara dari segi penawaran bertindak sebagai produsen.

Sebagai konsumen penduduk harus dapat merasakan dan menikmati hasil pembangunan secara adil dan merata. Sementara sebagai produsen penduduk harus dapat dibina dan diarahkan secara tepat baik dan segi kualitas ataupun kuantitasnya. Jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal dasar bagi pembangunan yang potensial (Djoyohadikusumo, 1997 : 202).

Tambahan jumlah penduduk akan menambah potensi masyarakat untuk menghasilkan atau berproduksi sekaligus juga merupakan sumber permintaan baru. Menurut Djoyohadikusumo (1997 : 203), apabila penduduk bertambah dengan sendirinya luas pasar akan bertambah pula. Dan akhimya, pertambahan penduduk dapat menciptakan dorongan untuk mengembangkan teknologi. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa jumlah penduduk yang besar tersebut harus diiringi dengan peningkatan kualitas penduduk sehingga penduduk dapat dikembangkan sebagai tenaga kerja yang berkualitas dan berketrampilan.

Jadi pembangunan sumber daya manusia harus dilaksanakan secara menyeluruh, terarah dan terpadu di berbagai bidang yang mencakup terutama kesehatan, perbaikan gizi, pendidikan dan latihan kerja serta penyediaan lapangan kerja. Dengan demikian dapat ditingkatkan kualitas manusia serta


(30)

pendayagunaan jumlah penduduk yang besar sebagai salah satu modal dasar pembangunan.

2.2.1.1. Pengertian Kesempatan Kerja

Kesempatan kerja mengandung suatu pengertian adanya waktu yang tersedia dan beberapa orang yang di tampung untuk melaksanakan aktivitas yang dinamakan bekerja pada suatu instansi atau perusahaan. Kesempatan kerja ini akan dapat terwujud dalam menampung semua tenaga kerja yang ada apabila tersedia “Lapangan Kerja” yang cukup memadai sehingga memungkinkan dilaksanakannya bentuk aktivitas yang dinamakan bekerja tersebut.

Lapangan usaha sebagai sebagai bidang kegiatan dan perusahaan tempat seseorang bekerja atau pernah bekerja. Lapangan usaha ini dibagi dalam sepuluh sektor, (Anonim, 1995:32)

a. Pertanian, kehutanan, perburuhan dan perikanan b. Pertambangan dan penggalian

c. Industri pengolahan d. Listrik, gas, dan air e. Bangunan

f. Perdagangan, rumah makan dan hotel g. Angkutan, pergudangan dan komunikasi


(31)

i. Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan j. Kegiatan atau yang tidak belum jelas.

Meskipun lapangan kerja yang ada di Indonesia telah banyak dan terbagi dalam beberapa golongan atau sektor, namun banyak angkatan kerja yang masih belum banyak tertampung. Hal ini disebabkan. pertambahan angkatan tidak seimbang dengan lapangan usaha yang ada. Jadi dapat disimpulkan bahwa masalah pokok dalam pembangunan ekonomi adalah memaksimumkan penciptaan lapangan kerja produktif secara berkelanjutuan.

2.2.1.2. Pengertian Tentang Tenaga Kerja

Tenaga kerja merupakan faktor produksi yang penting peranannya dalam proses produksi, karena didalam menghasilkan man power suatu barang atau jasa manusialah yang menggerakkan sumber-sumber lain atau faktor-faktor produksi lain dalam menghasilkan barang atau jasa.

Di Indonesia, pengertian tenaga kerja atau mulai sering dipergunakan. Tenaga kerja mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, yang sedang mencari pekerjaan dan yang melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir (pencari kerja) bersekolah dan mengurus rumah tangga, walaupun tidak bekerja, mereka dianggap secara fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja.


(32)

Secara praktis pengertian tenaga kerja dan bukan tenaga kerja dibedakan hanya oleh batas umur. India misalnya, menggunakan batasan umur 14 sampai 60 tahun. Sedangkan orang yang berumur 14 tahun atau diatas 60 tahun digolongkan sebagai bukan tenaga kerja. Tujuan dan pemilihan batas umur adalah supaya definisi yang diberikan sedapat mungkin menggambarkan kenyataan yang sebenarnya. Tiap negara memilih batas umur yang berbeda karena situasi tenaga kerja dimasing - masing negara juga berbeda. (Simanjuntak, 2001:2).

Di Indonesia sendiri, dipilih batas umur minimum 10 tahun dan tanpa adanya batas umur maksimum. Jadi tenaga kerja didefinisikan penduduk yang berumur 10 tahun atau lebih. Pemilihan sepuluh tahun sebagai batas umur minimum di dasarkan kenyataan bahwa pada umur tersebut sudah banyak penduduk yang berumur muda yang sudah bekerja atau mencari pekerjaan, yang umumnya terjadi di desa-desa dan pada sektor informal di perkotaan. Di Indonesia tidak mempunyai batas umur maksimum, dikarenakan negara kita belum mempunyai jaminan sosial nasional, akibatnya hanya sebagian kecil penduduk yang menerima tunjangan dihari tuanya, yakni pegawai negeri dan sebagian kecil pegawai perusahaan swasta. Namun pendapatan itu tidak seluruhnya dapat mencukupi kebutuhan sehari-hari.

Tenaga kerja pada negara-negara yang baru berkembang sebagian besar tidak terlatih dan tidak berpendidikan, sekalipun demikian menurut pengalaman yang diperoleh, tenaga kerja pada negara-negara demikian dapat


(33)

menyesuaikan diri dengan teknik yang agak kompleks. Seorang insiyur efisiensi dan sebuah perusahaan besar di Jakarta memberikan laporan bahwa efisiensi rata-rata perjam kerja, pekerja Indonesia tidak banyak berbeda dengan standar Eropa. Untuk pekerjaan-pekerjaan tertentu misalnya mengepak atau membungkus dengan tangan.

Kekurangan tenaga kerja yang berpendidikan kini merupakan penghalang utama dalam setiap rencana pembangunan, dan sebab utama adalah tingkat pendidikan rendah dan rakyat keseluruhan. (Winardi, 1993:99-100).

Tenaga kerja adalah mereka yang bersedia dan sanggup bekerja baik yang bekerja untuk diri sendiri. Para anggota keluarga yang tidak menerima bayaran upah berbentuk uang serta mereka yang bekerja untuk gaji dan upah. Golongan tenaga kerja juga meliputi mereka yang menganggur, namun sesungguhnya mereka mampu dan bersedia untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak adanya kesempatan kerja. (Anonim, 1995: 9).

Proses-proses sosial ekonomi yang menimbulkan masalah lapangan kerja membutuhkan waktu lama untuk mengubahnya. Oleh karena itu perlu ada usaha-usaha yang taat asas bukan saja dalam satu repelita tetapi beberapa repelita. Dalam kaitan ini maka amatilah penting bahwa dalam GBHN (Garis-Garis Besar Haluan Negara) 1988-1993 sasaran-sasaran yang ingin di usahakan selama pelaksanaan repelita V satu sama lain saling mendukung,


(34)

masalah lapangan kerja dapat diselesaikan secara mendasar. (Djoyohadikusumo, 1997:516).

2.2.1.3. Permintaan Tenaga Kerja

Proses terjadinya penempatan atau hubungan kerja melalui penyediaan dan permintaan tenaga kerja dinamakan pasar tenaga kerja. Seseorang dalam pasar kerja berarti dia menawarkan jasanya untuk produksi. Apakah dia sedang bekerja atau mencari pekerjaan.

Menurut Suroto (1992 : 21), Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhannya yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalannya. Jadi dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat, atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.

Pengusaha perlu memperkirakan tambahan hasil (output) yang

diperoleh pengusaha sehubungan dengan penambahan seorang karyawan. Tambahan hasil tersebut dinamakan tambahan hasil marjinal atau physical

product dan karyawan (MPPL). pengusaha menghitung jumlah uang yang akan diperoleh pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut. Jumlah uang ini dinamakan penerimaan marjinal atau marginal revenue, yaitu nilai dan MPPL tadi. Jadi marginal revenue sama dengan nilai dan MPPL, yaitu

besarnya MPPL dikalikan dengan harganya per unit (P). (Simanjuntak, 2001:89).


(35)

Gambar 2.1. Fungsi Permintaan Terhadap Tenaga Kerja

gantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, hal.9

= W1. Nilai ini lebih besar daripada tingkat Sumber : Simanjuntak, 2001, Pen

0. Penerbit LPFE UI, Jakarta.

Garis DD melukiskan besarnya nilai hasil marjinal karyawan (value marginal physical product of labour atau VMPPL) untuk setiap tingkat

penempatan. Bila jumlah karyawan yang dipekerjakan sebanyak OA = 100 orang, maka nilai hasil kerja orang yang ke-100 dinamakan VMPPL - nya dan

besarnya sama dengan MPPL x P

upah yang sedang berlaku (W).

Pengusaha dapat terus menambah laba perusahaan dengan mempekerjakan orang hingga ON. Di titik N pengusaha mencapai laba maksimum dan nilai MPPL x P sama dengan upah yang dibayarkan kepada


(36)

OB) akan mengurangi keuntungan pengusaha. Pengusaha membayar upah dalam tingkat yang berlaku (W), padahal nilai hasil marjinal yang diperolehnya hanya sebesar W2 yang lebih kecil daripada W. Penambahan

karyawan yang lebih besar daripada ON dapat dilaksanakan hanya bila pengusaha yang bersangkutan dapat membayar upah di bawah W dan atau bila

at produktivitas masing-masing faktor dan efisiensi di tiap-tiap perusahaan.

.1.4 cnaw

ganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah pengusaha mampu menaikkan harga jual barang.

Gambar 2.1 melukiskan fungsi perrnintaan dan satu perusahaan terhadap karyawan. Fungsi ini dapat berbeda untuk setiap perusahaan, tergantung dan tingk

2.2 . P aran Tenaga Kerja

Menurut Suroto (1992 : 22), persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan faktor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan faktor upah. Dalam hal mi pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu, atau menawarkan tena

setiap waktunya.

Misalkan jumlah tenaga kerja yang memenuhi syarat kemampuan yang ada dalam masyarakat seluruhnya berjumlah 650 orang, jika upahnya cukup tinggi semuanya bersedia memenuhi permintaan perusahaan untuk


(37)

bekerja padanya. Namun karena upah yang disanggupi oleh perusahaan lebih rendah dan yang diharapkan, maka yang bersedia menerima pekerjaan, atau yang bersedia menawarkan tenaganya hanyalah 550 orang saja. Dari uraian diatas menjadi jelas, bahwa persediaan tenaga kerja merupakan penawaran

Gambar 2.2. Kerja Untuk Suatu

Negara (mencakup beberapa daerah)

potensial.

Penawaran Dan Permintaan Tenaga

Sumber : Simanjuntak, 2001, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia, l. 106. Penerbit LPFE UI, Jakarta.

ha

Penawaran tenaga kerja untuk suatu daerah adalah perjumlahan penawaran dan seluruh keluarga yang ada di daerah tersebut (Sn). Demikian juga permintaan akan tenaga kerja dan suatu perusahaan merupakan fungsi


(38)

tingkat upah yang berlaku. Jumlah permintaan akan tenaga kerja di suatu daerah tertentu, adalah perjumlahan permintaan dan seluruh pengusaha yang ada di daerah tersebut (Dn). Jumlah penawaran (Sn) dan permintaan (Dn) di daerah yang bersangkutan kembali menentukan tingkat upah dan jumlah

enemp

n baik oleh keluarga maupun oleh pengusaha di daerah yang

tiap-tiap daerah atau dan seluruh perusahaan yang ada di negara tersebut.

p atan untuk waktu-waktu berikutnya.

Perpotongan antara penawaran (Sn) dan permintaan (Dn) disebut titik ekuilibrium, menentukan besarnya penempatan atau jumlah orang yang bekerja (Ln) dan tingkat upah yang berlaku (Wn) yang kemudian dipakai sebagai patoka

bersangkutan.

Sn dan Dn pada gambar 2.2 dapat dipandang sebagai penawaran dan permintaan untuk negara. Penawaran tenaga kerja untuk negara dapat dipandang sebagai perjumlahan penawaran dan tiap-tiap daerah dalam negara itu atau perjumlahan penawaran dan seluruh keluarga yang ada di negara tersebut. Permintaan untuk suatu negara dapat dipandang sebagai jumlah permintaan dan

2.2.1.5. Pendekatan Angkatan Kerja dan Penggunaan Tenaga Kerja

Pendekatan angkatan kerja hanya membedakan antara bekerja dan menganggur. Padahal dikalangan yang tergolong bekerja masih terdapat.


(39)

masalah besar dalam bentuk setengah menganggur yang kentara maupun tidak kentara. Pendekatan penggunaan tenaga kerja mencoba mengungkapkan masalah yang dihadapi oleh terutama mereka yang setengah menganggur. Angka setengah menganggur yang kentara misalnya dapat dianggap sebagai petunjuk tambahan kesempatan yang diperlukan untuk penganggur terbuka. Dalam hal ini memang masih perlu diselidiki lebih lanjut berupa permintaan efektif di kalangan setengah penganggur kentara tersebut. Karena sebagian

eka

cukup bermanfaat

atau kurang diperhatikan dalam analisa tradisional. (Simanjuntak, 2001:18).

mer . mungkin menghendaki kerja tak penuh (part time).

Informasi mengenai jumlah tenaga kerja yang mempunyai produktifitas rendah merupakan petunjuk akan kebutuhan latihan, perbaikan dalam cara-cara penempatan orang dalam pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya, dan atau perbaikan organisasi serta penyediaan sarana penunjang lainnya. Demikian juga informasi mengenai tingkat pendapatan dapat memberikan petunjuk mengenai cara-cara pemerataan pendapatan. Walaupun jumlah setengah penganggur berdasarkan produktivitas kerja dan penghasilan rendah tersebut belum dapat di hitung secara tepat, namun perhitungan kasar bahkan informasi yang sifatnya yang relatif dan kualitatif

untuk memberikan arah kebijaksanaan yang akan di ambil.

Adanya perbedaan jumlah jam kerja, usaha kerja, kualitas kerja dan tingkat pendapatan seperti diuraikan diatas tidak


(40)

Gambar 2.3. Komposisi Penduduk Dan Tenaga Kerja

mber: Duma

ekerjaan namun untuk ment

punyai pekerjaan, tidak mempunyai pekerjaan dan yang mencari pekerjaan.

Penduduk

Su iry, 1997, Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Bandung.

Yang termasuk angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai p

se ara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaan.

Jadi dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang mem

Tenaga Kerja Bukan

Tenaga kerja

Sekolah Angkatan

Kerja

Bukan Angkatan Kerja

Mengurus Rumah Tangga

Tidak Kentara

Penerima Pendapatan Bekerja

Penuh

Bekerja

Kentara

Set ngah e Pengangguran Menganggur


(41)

2.2.1.6. Penciptaan Lapangan Kerja dan Pariwisata

Untuk pekerjaan musiman pariwisata merupakan sumber pokok dan pekerjaan dan tingkat regional. Akan tetapi jumlah dan jenis pekerjaannya bermacam-macam dan berbeda antara daerah dan tergantung pada struktur

nya 55.042 orang yang bekerja di

kan pengaruh terhadap penciptaan kerja di dalarn ekonomi industri pariwisata, khususnya.

Meskipun sektor hotel dan akomodasi terlihat padat karya, paling tidak apabila dibandingkan dengan sektor industri skala besar dan sedang, sumbangan nyatanya terhadap kesempatan kerja pada tahun 1985 sangatlah rendah. Keseluruhannya hanya berjumlah 87.516 orang yang bekerja di semua kelas hotel. Dan jumlah tersebut ha

hotel-hotel berbintang. (Spillane, 1995:52)

Melihat lebih kecilnya jumlah tenaga kerja yang diserap oleh sektor hotel berbintang, maka dapat disimpulkan setiap pertumbuhan sektor ini, yang disebabkan oleh pertumbuhan baik wisata domestik maupun orang asing, tidak banyak memberi

keseluruhannya.

Rasio lapangan kerja terhadap jumlah wisatawan mancanegara adalah 0,42, apabila dianggap bahwa pengeluaran wisatawan mancanegara pada tahun 1988 sebesar tahun 1980 dalam nilai riil rupiah, maka kesempatan kerja sebagai akibat kunjungan 1,25 juta wisatawan mancanegara pada tahun 1988


(42)

akan melebihi jumlah 500000. ini merupakan sumbangan yang tidak berarti dalam usaha menciptakan lapangan kerja baru bagi 11,9 juta selama repelita V. (Spi

utama kebijaksanaan kesemp tan kerja dalam repelita V. (Spillane, 1995:54).

2.2.2.1. Penger

ajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa ad

ging Industry bahwa,

tamu yang menginap sebagian besar adalah untuk urusan bisnis dan turis. llane, 1995:53)

Peran penting sektor pariwisata pada repelita V, dalam penciptaan lapangan kerja tidak hanya dalam arti kuantitatif akan tetapi juga dalam arti kualitas lapangan kerja yang bersedia. Sektor perhotelan (dan sangat mungkin juga lain-lain komponen indutri pariwisata) adalah sektor yang sesuai bagi penyediaan lapangan kerja swasta yang menantang bagi lulusan sekolah menengah dan tinggi, yang akan merupakan tugas

a

2.2.2. Hotel

tian Hotel :

Hotel adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman, dan fasilitas kamar untuk tidur kepada orang-orang yang sedang melakukuan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang w

anya perjanjian khusus.

Selanjutnya dijelaskan oleh United State Lod yang utama hotel terbagi menjadi tiga (3) jenis yaitu :


(43)

b. Residential Hotel , adalah hotel yang pada dasarnya merupakan

rumah-rumah berbentuk apartemen dengan kamar-kamarnya dan disewakan secara bulanan atau tahunan.

c. Resort Hotel , adalah hotel yang pada umumnya berlokasi ditempat

wisata, dan menyediakan tempat-tempat rekreasi dan juga ruang serta fasilitas konfrensi untuk tamu-tamunya.

Sedangkan arti dari akomodasi adalah wahana untuk menyediakan pelayanan jasa penginapan yang dapat dilengkapi dengan pelayanan makan dan minum serta jasa lainnya. (Sulastyono 1999:5-7).

2.2.2.2. Fasilitas Usaha Hotel :

Hotel merupakan bagian yang integral dari usaha pariwisata yang menurut Keputusan Menparpostel disebutkan sebagai suatu usaha akomodasi yang dikomersilkan dengan menyediakan fasilitas-fasilitas sebagai berikut :

1) Kamar Tidur

2) Makanan dan Minuman

3) Pelayanan-pelayanan peninjang lain seperti : a) Tempat-tempat rekreasi

b) Fasilitas Olah raga

c) Fasilitas doby (laundry),dsb.

Hotel merupakan usaha jasa pelayanan yang cukup rumit pengelolannya, dengan menyediakan berbagai fasilitas yang dapat dipergunakan oleh para tamu selama 24 jam (untuk hotel bintang 4 dan 5).


(44)

Disamping itu, usaha perhotelan juga dapat menunjang kegiatan para usahawan yang sedang melakukan perjalanan usaha, ataupun para wisatawan pada waktu melakukan perjalanan untuk mengunjungi daerah-daerah tujuan wisata, dan membutuhkan tempat untuk menginap, makandan minum,serta hiburan. (Sulastyono 1999:11)

2.2.2.3. Klasifikasi Usaha Hotel :

Untuk dapat memberikan informasi kepada para tamu yang akan menginap dihotel tentang standar fasilitas yang dimiliki oleh masing-masing jenis dan tipe hotel maka bisa menggolongkan suatu hotel dengan penggolongan hotel. Penggolongan hotel tersebut ditandai dengan bintang,yang disusun mulai dari hotel berbintang 1 sampai dengan yang tertinggi adalah hotel dengan bintang 5.

Secara garis besar kriteria yang digunakan untuk penggolongan hotel tersebut didasarkan pada unsur-unsur persyaratan sebagai berikut :

a. Phisik :

1. Besar/kecilnya hotel atau banyak/sedikitnya jumlah kamar tamu ;

a. Hotel Kecil, hotel dengan 25 kamar atau kurang.

b. Hotel Sedang, hotel yang memiliki lebih dari 25 dan kurang dari 100 kamar.

c. Hotel Menengah, hotel dengan jumlah kamar lebih 100 dan kurang dari 300 kamar.


(45)

d. Hotel Besar, hotel yang memiliki lebih dari 300 kamar. 2. Kualitas, lokasi dan lingkungan bangunan.

3. Fasilitas yang tersedia untuk tamu, seperti ruang penerima tamu, dapur, toilet, dan telepon umum.

4. Perlengkapan yang tersedia, baik bagi karyawan, tamu, maupun pengelola hotel.

5. Kualitas Bangunan yang dimaksud adalah kualitas bahan-bahan bangunan yang dipergunakan, seperti kualitas lantai, dinding, termasuk juga tingkat kekedapan terhadap api, dan kualitas kekedapan suara yang datang dari dalam atau luar hotel.

6. Tata letak ruang, dan ukuran ruang. b. Operasional/manajemen :

1. Struktur organisasi dengan uraian tugas dan manual kerja secara tertulis bagi masing-masing jabatan yang tercantum dalam organisasi.

2. Tenaga kerja, spesialisasi dan tingkat pendidikan karyawan disesuaikan dengan persyaratan peraturan penggolongan hotel. c. Pelayanan :

1. Keramah tamahan, sopan dan mengenakan pakaian seragam


(46)

2. Pelayanan diberikan mengacu pada kebutuhan-kebutuhan dan keinginan tamu.

3. Untuk hotel bintang 4 dan 5, pelayanan dibuka 24

jam.(Sulastyono 1999;11-13)

2.2.2.4. Kegiatan Pemasaran

Kegiatan Pemasaran yang berhasil terdiri dari kegiatan utama yakni kegiatan untuk mengembangkan produk atau kegiatan untuk mempromosikan produk itu. Akomodasi yang berhasil biasanya sudah mengembangkan suatu produk yang di inginkan dalam arti fasilitas dan pelayanan. Biasanya hanya sedikit perhatian yang dicurahkan oleh pemilik akomodasi terhadap kegiatan promosi dan penjualan.

Meskipun kenyataanya tanggung jawab untuk menjual kamar-kamar hotel atau jenis akomodasi lainnya, namun hal ini kerap kali tidak di lakukan kecuali hotel-hotel besar. Apabila suatu kegiatan promosi dilakukan untuk sebuah hotel yang kecil, namun upaya penjualan biasanya di arahkan hanya para pengunjung yang sudah tiba di daerah wisata itu. (Wahab, 1998,335)

2.2.3. Jumlah Kamar

2.2.3.1. Karakteristik Kamar :

Tujuan dari setiap usaha perhotelan adalah mencari keuntungan dengan menyewakan fasilitas dan atau menjual pelayanan kepada para


(47)

tamunya, dan berdasarkan pada pengertian hotel yang telah dijelaskan sebelumnya, maka dalam menjalankan usahanya selalu melakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Penyewaan Kamar :

Kegiatan utama dari suatu usaha hotel adalah menyewakan kamar kepada tamu. Untuk bisa memberikan kepuasan kepada tamu, keadaan kamar yang disewakan harus berada dalam keadaan bersih, nyaman, menarik, dan aman (terbebas dari berbagai kemungkinan terjadinya kecelakaan, pencurian, dan penyakit).

Jenis-jenis kamar hotel pada dasarnya bisa dibedakan atas :

a. Single Room : Kamar untuk satu orang yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran

single untuk satu orang.

b. Twin Room : Kamar untuk dua orang yang

dilengkapi dengan dua buah tempat tidur masing-masing berukuran single.

c. Double Room : Kamar yang dilengkapi dengan satu buah tempat tidur berukuran Double (untuk dua orang).

d. Double-Double : Kamar untuk empat orang yang

dilengkapi dengan dua kamar tamu,dan dengan tempat tidur berukuran Double (untuk dua orang).


(48)

Adapun fasilitas standar yang terdapat pada masing-masing jenis kamar tersebut adalah sebagai berikut :

1. Kamar mandi private (bathroom). 2. Tempat tidur.

3. Ruang tidur.

4.Almari pakaian (cupboard). 5. Radio dan Televisi.

6. Meja rias/tulis (dressing table).

7. Rak untuk menyimpan koper (luggage rack). 8. Asbak, Korek api, handuk, alat tulis (stationeries).

Jenis-jenis kamar menurut fasilitas yang tersedia adalah berbeda dari satu hotel dengan hotel yang lainnya, hal tersebut karena harga kamar selalu dikaitkan dengan kelengkapan fasilitas kamar,maka makin mahal pula harganya. Adapun contoh jenis kamar menurut fasilitasnya, antara lain ;

Standart Room, Superior, Moderate, Suite Room, Executive Suite Room, dan Penhouse.

2. Penjualan makanan dan minuman

3. Penyediaan pelayanan-pelayanan penunjang lain yang bersifat komersial. (Sulastyono 1999:25-26)


(49)

2.2.3.2. Pelayanan Pemesanan Kamar :

Pelayanan pemesanan kamar dilakukan oleh bagian pemesanan kamar, bagian tersebut merupakan bagian yang pertama dihubungi oleh tamu sebelum tamu tersebut datang menginap di hotel. Memesan kamar lebih dulu sering dilakukan oleh tamu yang akan menginap untuk memastikan apakah kamar yang dikehendaki oleh tamu masih tersedia atau tidak. Adapun ruang lingkup kegiatan operasional bagian pemesanan kamar meliputi :

a. Melayani seluruh pemesanan kamar hotel dari berbagai sumber dan cara pemesanan.

b. Melaksanakan proses pekejaan pemesanan kamar termasuk

memberikan konfirmasi kamar.

c. Mengarsipkan pesanan kamar sesuai dengan tanggal, bulan

kedatangan tamu.

d. Melakukan pengecekan situasi jumlah dan jenis kamar yang terjual dan yang belum terjual. (Sulastyono 1999: 64)

Untuk meyakinkan agar tamu bisa mendapatkan kamar, maka biasanya tamu tersebut terlebih dahulu ke hotel dimana tamu akan menginap. Pemesanan kamar dapat dilakukuan oleh tamu beberapa hari atau bahkan beberapa minggu sebelumnya. Pada mulanya pemesanan kamar banyak dilakukan oleh tamunya sendiri yang menghubungi secara langsung ke hotel yang dikehendaki dengan melalui telepon, surat, faksimili, ataupun melalui


(50)

e-mail. Cara lain dapat juga dilakukan melalui biro-biro perjalanan (Travel

Agent) (Wahab 1998:333).

2.2.3.3. Tarif Kamar :

Kategori tarif kamar minimum (minimum room rate) biasanya adalah untuk kamar standar/ekonomi, sedangkan tarif kamar maksimum (maksimum

room rate) biasanya untuk jenis kamar deluxe atau suite. Setiap kategori

kamar mempunyai tarif normal (normal rate), yang mana tarif normal biasanya ditentukan oleh manajemen hotel. Tarif spesial (special Rate) biasanya diberikan kepada tamu rombongan (group) dan tamu-tamu tertentu dengan tujuan promosi atau untuk memelihara tingkat huni kamar pada periode waktu-waktu tertentu rendah. Beberapa contoh tarif kamar special, antara lain:

1) Tarif kamar yang diberikan pada perusahaan-perusahaan besar disebut juga corporate atau Commerce rate.

2) Untuk mempromosikan hotel, tarif kamar special juga diberikan kepada group leaders, meeting planners, tour operator dan setiap tamu yang potensial dapat mendatangkan keuntungan bagi hotel.

3) Tarif kamar juga diberikan pada travel agent.


(51)

5) Perencanaan paket (Package plans) dimana tarif kamar sudah termasuk makan, transportasi, tips, dll. Adalah merupakan bagian dari total pelayanan. (Sulastyono 1999:106).

2.2.3.4. Demand dan Supply

Bila permintaan (demand) atas produk melebihi penawaran (supply), keadaan ini dapat disebut a defict exist. Artinya persediaan barang kurang dari yang diperlukan pelanggan. Sebaliknya kalau persediaan lebih besar dari permintaan, keadaan ini disebut sebagai a surplus exist, atau terjadi kelebihan persediaan.

Dalam bisnis perhotelan, terjadinya a room surplus exist kalau jumlah kamar yang tersedia pada hotel lebih banyak dari banyaknya tamu yang menginap. Contoh, ada 4 kawasan wisata memiliki 500 kamar. Penjualan tiap tahun sebanyak 146.000 kamar permintaan rata-rata terhadap kamar tiap tahun adalah:

RATA-RATA PERMINTAAN = 146.000 : 365 = 400 KAMAR.

Dari perhitungan diatas dapat dikethaui bahwa rata-rata kamar terjual tiap hari sebanyak 400 kamar. Karena itu, setiap hari terjadi kelebihan kamar sebanyak 100 kamar yang tidak terisi atau tidak terjual.

Karena itu, perlu diusahakan agar tamu lebih banyak datang dan menginap pada hotel-hotel yang ada di kawasan wisata tersebut. Salah satu


(52)

caranya adalah dengan meningkatkan sales promotion yang lebih efektif, sehingga tamu tertarik berkunjung ke kawasan wisata itu

(Yoeti 2001: 118-119).

2.2.3.5. Standar Perlengkapan Kamar Tamu :

Perlengkapan kamar tamu untuk setiap hotel tentu tidaklah sama, hal ini tergantung dari jenis hotel dan kemampuan setiap hotel. Namun demikian, sekalipun perlengkapan kamar tamu di setiap hotel adalah berlainan, tetapi untuk setiap jenis kamar yang sama dalam satu hotel, diusahakan memiliki standar fasilitas yang sama.

Dengan demikian seorang tamu harus menetapkan hotel yang akan di tempati untuk memiliki standar dengan menetapkan keseragaman jenis, jumlah, dan cara penempatan perlengkapan yang akan disediakan di setiap kamar. Dengan memiliki standar, maka pelaksanaan pembersihan dan penataan kamar serta pengawasan terhadap jumlah ataupun jenis perlengkapan, dapat dilakukan dengan cepat dan mudah. Pada dasarnya, penataan perlengkapan kamar tamu berlaku untuk setiap jenis kamar, baik kamar yang terisi (occupied), kamar kosong (vacant) maupun kamar yang tamunya telah meninggalkan kamar (check out).

Penataan perlengkapan kamar dilakukan pada waktu pembersihan kamar, dan pengawasannya dilaksanakan oleh pengawas kamar (room


(53)

supervisor) pada waktu pemeriksaan kamar (inspection). (Sulastyono

1999:239).

2.2.4. Tingkat Hunian Kamar

2.2.4.1. Pengertian Tingkat Hunian Kamar

Tingkat hunian kamar juga dipengaruhi oleh perilaku konsumen itu sendiri, seorang konsumen atau tamu akan menginap kembali di hotel yang sama jika ia memperoleh kepuasan atas jasa pelayanan dan produk hotel tersebut. Secara otomatis mi akan menaikkan tingkat hunian kamar hotel. Pada dasarnya kebutuhan konsumen terbagi menjadi dua kebutuhan pokok yaitu:

a. Kebutuhan fisik, misalnya makan, minum tidur dan lain-lain.

b. Kebutuhan Psikologi, misalnya ketenangan, kenyamanan, keramahan keindahan dan lain-lain.

Penghunian kamar hotel oleh tamu itu dihitung dengan tingkat

penghunian kamar atau room occupancy rate, yaitu presentase kamar yang laku per malam (roomnight) dan seluruh kamar malam untuk jangka waktu tetentu. Biasanya diambil jangka waktu satu tahun. Untuk hotel dengan seratus kamar, misalnya, jumlah kamar permalam yang tersedia seluruhnya ialah 365 x 100 = 36.500 kamar/malam. Kalau dikatakan tingkat penghunian ataü occupancy rate-nya 60%, maka ini berarti bahwa selama setahun itu


(54)

terjual 60%. dan 36.500 kamar/malam atau 2190 kamar/malam. Jadi rata-rata setiap hari terjual 2190 kamar/malam 365 = 60 kamar/malam ini berdasarkan perhitungan single occupancy, artinya setiap kamar dihuni oleh seorang. Kalau sekamar dihuni dua orang (double occupancy) jumlah kamar/malam yang terjual adalah 30.

Pada tingkat penghunian tertentu, misalnya 55%, terjadilah ‘titik impas’ (break oven point) dalam pengusahaan hotel, artinya dalam tingkat penghunian itu hotel tidak rugi dan tidak untung. Keuntungan baru terjadi pada tingkat penghunian yang lebih tinggi. Untuk hotel kelas bawah keuntungan sudah dapat bisa di raih dengan tingkat penghunian di bawah 50%. untuk hotel berbintang, keuntungan itu baru dapat di raih pada tingkat penghunian yang lebih tinggi. misal pada sangkut-pautnya dengan kebijaksanaan penentuan tarif hotel yang mempengaruhi jumlah dan kelas wisatawan yang menggunakan jasa di hotel. Akan tetapi, indikasi penghunian hotel berdasarkan kamar/malam yang terjual itu kelihatannya akan menjadi tidak tetap dengan adanya kecenderungan untuk menjual kamar sesering mungkin, tidak hanya sekali dalam dua puluh empat jam. (Soekadijo, 1997:101).

Sebagian besar tamu manca negara yang datang ke Indonesia tinggal di hotel, yaitu 62,10% sementara yang tinggal di rumah teman relatif kecil yaitu 3,03% dan total tamu manca negara. Sedangkan tamu manca negara yang tinggal dengan akomodasi lainnya adalah 10,54%. Tidak terdapat


(55)

perubahan yang berarti bila dibandingkan dengan tahun sebelumnya, tingkat penghunian hotel merupakan yang terbesar yaitu 86,95%, tinggal ditempat teman 3,03% dan di perusahaan akomodasi lainnya 13,07%. (Yoeti, 1996:190).

2.2.5. Definisi Wisatawan 2.2.5.1. PengertianWisatawan

Orang yang datang berkunjung pada tempat atau Negara biasanya disebut sebagai pengujung yang terdiri dari banyak orang dengan berbagai macam motivasi kunjungan, termasuk di dalamnya wisatawan. Jadi tidak semua pengunjung adalah wisatawan

Menurut F.W. Ogilive, wisatawan adalah semua orang yang

memenuhi syarat, yaitu yang pertama bahwa mereka meninggalkan rumah kediamannya untuk jangka waktu kurang dari satu tahun, kedua bahwa sementara mereka bepergian mereka mengeluarkan uang ditempat yang mereka kunjungi tanpa dengan maksud mencari nafkah ditempat tersebut. (Sihite, 2000; 49). juga, kecuali mengusahakan sesuatu pekerjaan yang dibayar oleh Negara yang dikunjunginya (Yoeti, 1982;123)

Melihat sifat perjalanan dan ruang lingkup dimana perjalanan wisata itu dilakukan, maka jenis wisatawan dapat diklasifikasikan sebagai berikut :


(56)

1. Wisatawan asing (Foreign Tourist) : Orang asing yang melakukan perjalanan wisata yang dating memasuki suatu negara lain yang bukan merupakan negaranya dimana biasa mereka tinggal.

2. Wisatawan Domestik (Domestic Foreign Tourist): Orang yang berdiam atau bertempat tinggal pada suatu negara yang melakukan perjalanan wisata diwilayah negara dimana ia tinggal.

3. Wisatawan Dalam Negeri (Domestic Tourist): Seseorang warga suatu negara yang melakukan perjalanan dalam batas wilayah negaranya sendiri tanpa melewati perbatasan negaranya.

4. Indegenous Tourist: Warga Negara suatu Negara tertentu yang karena

tugasnya atau jabatannya berada di luar negeri, pulang kenegara asalnya dan melakukan perjalanan wisata di wilayah negaranya sendiri.

5. Transit Tourist: Wisatawan yang sedang melakukan perjalanan wisata ke

suatu Negara tertentu yang menumpang kapal laut, udara dan kereta api yang terpaksa mampir atau singgah pada suatu pelabuhan airport / station (Yoeti, 1982;132)

Dengan banyaknya kunjungan wisatawan mancanegara otomatis uang yang dibelanjakan oleh wisatawan akan meningkatkan pemasukan daerah.


(57)

2.2.5.2. Faktor Yang Mempengaruhi Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Jumlah kunjungan wisatawan dipengaruhi oleh beberapa faktor yang antara lain ;

1. Faktor hukum dan perundang-undangan

Faktor-faktor ini mempersiapkan semua peraturan yang menyangkut pasar-pasar wisata yang sangat diperlukan untuk menetapkan kemungkinan pemanfaatan pasar-pasar wisata itu, misal seandainya pada suatu Negara tertentu peraturan yang ketat dalam membatasi warga negaranya bepergian ke luar negeri karena alasan kesulitan ekonomi dalam Negara, jelas Negara itu bukan menjadi suatu pasar sumber wisatawan yang baik dan karena itu, tentu akan sia-sia menyediakan anggaran promosi wisata ke negara itu.

2. Faktor politik

Situasi politik sangat berperan dsatawan akan menuru secara drastis ke dalam daerah atau tujuan wisata dalam pariwisata, selain jumlah arus wisatawan yang terjadi krisis politik atau peperangan, juga negara-negara sumber wisatawan akan terkena akibatnya. Tambahan pula juga negara-negara sumber wisatawan dengan negara kunjungan akan membawa dampak positif terhadap peningkatan arus wisatawan antara kedua negara itu.


(58)

3. Faktor Teknologi

Kemudahan-kemudahan pencapaian yang baik ke suatu daerah kunjungan dan tersedianya bermacam-macam sarana angkutan akan sangat mempengaruhi pengembangan arus wisatawan. Otomatisasi bidang informasi misal dan sarana komputer akan membawa dampak yang berguna dalam menyebarkan informasi untuk meningkatkan minat berwisata dan merangsang peningkatan dan kedatangan wisatawan.

4. Faktor Budaya

Diantara kekuatan-kekuatan yang sangat efektif memberi bentuk arus wisatawan yaitu faktor pendidikan, adat istiadat, dan ilmu pengetahuan mengenai bidang-bidang lain dunia ini, dengan begitu pantaslah kalau kita katakan bahwa kegiatan perjalanan wisata lebih terasa dikalangan masyarakat berbudaya dan berpendidikan (Wahab, 1989;58).

2.2.6. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

2.2.6.1. Pengertian Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)

Menurut BPS, PDRB adalah total nilai produk barang dan jasa yang diproduksi di suatu wilayah (regional) tertentu dalam waktu tertentu biasanya 1 tahun.

PDRB yang dirinci menurut lapangan usaha merupakan jumlah nilai produk barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh seluruh unit produksi


(59)

dalam suatu propinsi dalam jangka waktu tertentu. Pada penyajian atas dasar harga berlaku, semua agregat dinilai atas dasar harga pada tahun yang bersangkutan baik pada saat menilai produksi dan biaya antara maupun komponen nilai tambah dan komponen pengeluaran PDRB.

PDRB dapat diartikan satu persatu yaitu sebagai berikut, dinamai produk oleh karena yang dijumlahkan adalah nilai tambah produk yang berbentuk barang dan jasa. Dinamai domestik oleh karena produk yang dihitung itu adalah yang dihasilkan dalam batas-batas suatu negara. Dinamai regional oleh karena produk itu dihasilkan di wilayah tertentu di suatu negara. Dinamai bruto oleh karena didalamnya termasuk sejumlah penyusutan barang-barang modal yang digunakan untuk berproduksi (Partadiredja, 1985:45).

Sedangkan definisi PDRB menurut lapangan usaha Hotel adalah Sub sector ini mencakup semua hotel baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Output dihitung dengan cara mengalikan jumlah malam tamu dan tarifnya, sedangkan persentase nilai tambah diperoleh dari survey khusus pendapatan nasional. Nilai tambah atas dasar harga berlaku dan atas dasar harga konstan 2000 dihitung berdasarkan perkalian antara persentase nilai tambah dengan outputnya (BPS, 2000: )

2.2.6.2. Cara Menghitung PDRB

Produk Domestik Regional Bruto dapat diukur atau dihitung dengan tiga macam pendekatan, yaitu:


(60)

1. Pendekatan produksi

Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah nilai barang dan jasa akhir yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu 1 tahun. Unit produksi tersebut dibedakan menjadi 11 sektor, yaitu:

a. Pertanian

b. Pertambangan dan penggalian c. Industri pengolahan

d. Listrik, gas dan air minum e. Bangunan

f. Perdagangan

g. Pengangkutan dan komunikasi h. Bank dan lembaga keuangan lainnya i. Sewa rumah

j. Pemerintahan k. Jasa-jasa

2. Pendekatan pendapatan

Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah balas jasa yang diterima oleh faktor-faktor produksi yang turut serta dalam proses produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu 1 tahun. Balas jasa produksi


(61)

yang dimaksud meliputi upah dan gaji, sewa tanah, bunga modal dan keuntungan.

3. Pendekatan pengeluaran

a. Menurut pendekatan ini, PDRB adalah jumlah seluruh komponen

permintaan akhir, meliputi: Pengeluaran konsumsi rumah tangga dan lembaga swasta yang tidak mencari keuntungan

b. Pembentukan modal tetap domestik bruto dan perubahan stok c. Pengeluaran konsumsi pemerintah

d. Ekspor netto (yaitu ekspor dikurangi impor) dalam jangka waktu 1 tahun (Dumairy, 1997:38).

Dari beberapa penjelasan diatas tentang pengertian Produk Domestik Regional Bruto, maka dapat disimpulkan sebagai berikut yaitu total nilai produksi barang dan jasa yang dihasilkan oleh suatu wilayah regional terentu dan dalam waktu tertentu.

2.3. Kerangka Pikir

Perusahaan-perusahaan yang dapat dikelompokkan dalam industri

pariwisata, yaitu: Travel agent, perusahaan pengangkutan, akomodasi perhotelan, bar dan restioran, souvenirshop dan perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan, seperti postcard, kantor pos, money changer, dan sebagainya.


(62)

Diantara perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata, akomodasi perhotelan khususnya hotel berbintang merupakan komponen utama yang besar peranannya baik dalam perkembangan kepariwisataan, perluasan lapangan usaha maupun dalam penyerapan tenaga kerja. (Yoeti, 1996:147)

Dalam membantu pertumbuhan dan perkembangan perhotelan sehingga para pengusaha dapat meningkatkan sarana, jumlah dan fasilitas hotel lebih lanjut, maka pemerintah mengeluarkan beberapa kebijaksanaan yaitu dengan memberikan pelbagai fasilitas (PMA, PMDN, kredit bank dan sebagainya), sehingga dengan perangsang-perangsang seperti itu kemungkinan besar akan terjadi investasi yang sedemikian besar yang pada akhirnya dapat merehabilitasi dan meningkatkan hotel-hotel tersebut. Dengan adanya pembangunan hotel tersebut dan fasilitasnya diharapkan kebutuhan akan tenaga kerja akan meningkat yang berarti jumlah tenaga kerja yang terserap akan bertambah (Spillane, 1987:101).

Begitu pula dengan jumlah kamar dihotel meningkat, yang disebabkan adanya perluasan lapangan kerja maka akan dapat meningkatkan kesempatan kerja pada hotel berbintang, sehingga permintaan kebutuhan akan tenaga kerja akan meningkat yang pada akhirnya jumlah tenaga kerja yang terserap akan meningkat.

Adanya fasilitas dan pelayanan yang memuaskan hanya ada di hotel berbintang, Semakin banyak jumlah bintangnya maka persyaratan, fasilitas,


(63)

dan pelayanannya semakin lengkap. Hal ini menjadi alasan mengapa wisatawan asing yang datang ke Indonesia merupakan salah satu faktor yang mengakibatkan meningkatnya tingkat hunian kamar, khususnya pada hotel berbintang. Termasuk adanya pelayanan yang diberikan oleh tenaga kerja operasional yang terlatih,sehingga kenyamanana bisa dirasakan oleh wisatawan yang datang, yang pada akhirnya dapat menambah kesempatan kerja pada hotel berbintang.(Soekardijo, 1997:89)

Begitu juga apabila dalam upaya meningkatkan jumlah wisatawan

mancanegara ke daerah-daerah wisata, kegiatan promosi harus lebih ditingkatkan dan bersamaan dengan itu pula pelayanan di bidang jasa wisata perlu ditingkatkan. Sehingga diharapkan Wisatawan Mancanegara merasa nyaman dan betah berada di daerah wisata dan akan kembali lagi untuk menikmati wisatanya di lain waktu. Yang perlu diusahakan adalah bagaimana agar lebih banyak wisatawan yang datang dan yang paling penting ialah kesempatan kerja pada hotel berbintang lima, sehingga penyerapan tenaga kerja bisa meningkat (Yoeti, 1996:226)

PDRB yang mengalami peningkatan cenderung akan mempengaruhi

produktivitas tenaga kerja. Dengan naiknya produktivitas tenaga kerja maka akan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat sehingga permitaan barang dan jasa akan mengalami kenaikan. Hal ini akan mempengaruhi peningkatan jumlah tenaga kerja (Mankiw, 2000;19).


(64)

Gambar 2.4. Paradigma

Kesempatan Kerja Jumlah Hotel

Berbintang Lima (X1)

Jumlah Kamar (X2)

Tingkat Hunian Kamar (X3)

Perluasan Lapangan Kerja

Tenaga Kerja Operasional

Penyerapan Tenaga

Kerja ( Y )

Pelayanan Hotel Tingakat Kunjungan

Wisatawan

Mancanegara (X4)

2.4. Hipotesis Produktivitas Kerja Sektor

Perhotelan PDRB Sub Sektor Hotel

(X5)

Sumber: Peneliti


(65)

53

Berdasarkan landasan teori yang ada dan dihubungkan dengan

permasalahan yang ada, maka hipotesis yang diajukan oleh penulis adalah:

1. ”Diduga ada pengaruh antara faktor Jumlah Hotel, Jumlah Kamar, Tingkat Hunian Kamar, Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara, dan PDRB sub sektor hotel terhadap penyerapan tenaga kerja pada hotel berbintang lima di Surabaya”.

2. ”Diduga Jumlah Hotel merupakan variabel yang berpengaruh paling dominan terhadap penyerapan tenaga kerja pada hotel berbintang lima di Surabaya”.


(66)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel

Definisi operasional adalah pernyataan tentang batasan dan penjelasan secara operasional terhadap variabel yang diamati. Definisi operasional dalam hal ini dimaksudkan untuk menjelaskan atau menerangkan variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian berdasarkan teori-teori yang ada, maupun pengalaman-pengalaman empiris.

Adapun variabel-variabel yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah sebagai. berikut:

1. Penyerapan Tenaga Kerja

Adalah banyaknya tenaga kerja yang dapat di serap oleh sektor perhotelan di Surabaya, pengukuran variabel yang di gunakan adalah satuan (orang) pertahun.

2. Jumlah Hotel

Adalah jumlah hotel di Surabaya yang merupakan hotel yang banyak dikunjungi oleh pengunjung antara tahun 1992-2006. Pengukuran variabel menggunakan satuan (unit) pertahun.


(67)

3. Jumlah Kamar di Hotel

Adalah banyaknya kapasitas kamar yang tersedia pada hotel yang dapat dimanfaatkan fasilitasnya apabila wisatawan itu menginap di hotel tersebut, pengukuran variabel menggunakan satuan (unit) pertahun.

4. Tingkat Hunian Kamar

Adalah jumlah kamar hotel berbintang lima yang laku per malam dan seluruh kamar/malam untuk jangka waktu tertentu. Biasanya diambil jangka waktu satu tahun. Pengukuran variabel menggunakan satuan prosen (%) pertahun.

5. Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara

Adalah orang yang melakukan kegiatan rekreasi atau kunjungan wisata ke Surabaya dimana wisatawan ini terdiri dari wisatawan luar negeri. Pengukuran variabel menggunakan satuan orang (jiwa) pertahun.

6. PDRB sub sektor Hotel

Adalah Sub sektor ini mencakup semua hotel di kota Surabaya baik berbintang maupun tidak berbintang serta berbagai jenis penginapan lainnya. Pengukuran variabel menggunakan satuan juta rupiah (Rp) pertahun.

3.2. Teknik Penentuan Sampel

Sampel yang diamati dalam penelitian ini mencangkup wilayah Indonesia khususnya pada hotel berbintang lima. Sifat data yang di gunakan


(68)

adalah data berkala (time series) yaitu data tahunan selama 15 tahun yang diambil antara tahun 1992 sampai tahun 2006.

3.3. Teknik Pengumpulan Data

Prosedur pengumpulan data dalam penelitian mi dilakukan dengan cara sebagai berikut:

1. Data Sekunder

Data yang diperoleh dan buku atau literatur pada instansi yang bukan pemilik data.

2. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu data yang diperoleh dan Dinas Pariwisata Jawa Timur dan Badan Pusat Statistik.

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara studi kepustakaan, yaitu dilakukan dengan memanfaatkan sarana kepustakaan untuk mendapatkan literatur-literatur yang sesuai dengan permasalahan dan materi pembahasan penelitian ini.

3.4. Teknik Analisis dan Uji Hipotesis 3.4.1. Teknik Analisis

Adapun dalam penelitian ini digunakan model persamaan regresi linier berganda untuk mengetahui pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dengan persamaan sebagai berikut:


(69)

Y = β0 + 1X1 + 2X2 + 3X3 + β4X4 + β5X5 + e…………

(Sugiyono,2002:211)

Di mana :

Y = Penyerapan Tenaga Kerja

X1 = Jumlah Hotel

X2 = Jumlah Kamar

X3 = Tingkat hunian Kamar

X4 = Tingkat Kunjungan Wisatawan Mancanegara

X5 = PDRB sub sektor Hotel

 = Konstanta V

12β3β4β5 = Koefisien regresi

e = Standart error

Persamaan regresi linier berganda harus bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), artinya pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t tidak boleh bias. Untuk menghasilkan keputusan yang BLUE maka harus dipenuhi diantaranya tiga asumsi dasar. Tiga asumsi dasar yang tidak boleh dilanggar oleh regresi linier berganda yaitu:

1. Tidak ada Autokorelasi 2. Tidak ada Multikolinier


(70)

Jika satu dan ketiga asumsi dasar tersebut dilanggar, maka persamaan regresi yang diperoleh tidak lagi bersifat BLUE (Best Linier Unbiased Estimator), sehingga pengambilan keputusan melalui uji F dan uji t menjadi bias.

1. Autokorelasi

Autokorelasi dapat didefinisikan sebagai “korelasi antara data observasi yang diurutkan berdasarkan urut waktu (data time series) atau data yang diambil pada waktu tertentu (data cross-sectional)” (Gujarati, 1995 201). Jadi dalam model regresi linear diasumsikan tidak terdapat gejala autokorelasi. Artinya nilai residual (Y observasi - Y prediksi) pada waktu ke-t tidak boleh ada hubungan dengan nilai residual periode sebelumnya (et-1). Identifikasi ada atau tidaknya gejala autokorelasi dapat dilakukan dengan kurva di bawah ini.


(1)

perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 2,272 > t tabel = 2,262, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial Tingkat Kunjungan Wisatawan Asing (X4) berpengaruh secara nyata terhadap Penyerapan tenaga kerja (Y). Hal ini disebabakan karena adanya kegiatan promosi dan pelayanan di bidang jasa wisata, selain itu keyamanan akan keamanan di daerah yang dikunjungi oleh wisatawan tersebut sehingga wisatawan mancanegara merasa nyaman dan betah berada di daerah wisata dan akan kembali lagi untuk menikmati wisatanya di lain waktu,sehingga banyak terjadi kesempatan penyerapan tenaga kerja di bidang pariwisata.

6. Pengujian secara parsial atau individu Tingkat PDRB Sub Sektor Hotel (X5) terhadap Penyerapan tenaga kerja (Y). Diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t hitung = 2,986 > t tabel = 2,262, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5 % sehingga secara parsial PDRB Sub Sektor Hotel (X5) berpengaruh secara nyata positif terhadap Penyerapan tenaga kerja (Y). Hal ini disebabakan karena PDRB mengalami peningkatan akan mempengaruhi tenaga kerja, dengan naiknya produktifitas tenaga kerja maka akan meningkatkan kemampuan daya beli masyarakat sehingga permintaan barang dan jasa akan mengalami kenaikan, hal ini akan mempengaruhi jumlah peningkatan tenaga kerja.


(2)

Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas, maka berikut ini diketahui beberapa saran sebagai bahan pertimbangan sebagai berikut :

1. Pemerintah membuat kebijakaan ketenagakerjaan mengenai system kontrak agar tenaga kerja lebih bermotifasi untuk meningkatan produktivitasnya.

2. Pemerintah daerah maupun pemerintah pusat dapat memberikan proses perizinan agar yang tidak rumit agar lebih banyak lagi Investor maupun pengusaha untuk menanamkan modalnya sehingga banyak tenaga kerja yang terserap.


(3)

(4)

DAFTAR PUSTAKA

Anonim, 1995, Surabaya Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Timur, Surabaya _______, 1998, Surabaya Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Timur, Surabaya _______, 2000, Pariwisata Jawa Timur Dalam Angka, Dinas Pariwisata Propinsi

Jawa Timur, Surabaya.

_______, 2000, Surabaya Dalam Angka, BPS Propinsi Jawa Timur, Surabaya Awindiani, Yeni, 2003, Pengaruh Segmentasi, Targeting, Dan Positioning

Terhadap Peningkatan Kunjungan Tamu Hotel JW Marriot Surabaya,

Universitas Wijaya Putra, Surabaya.

Djoyohadikusomo, Sumitro, 1997, Pengantar Ilmu Ekonomi, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

Domodar, Gujarati, 1995, Basic Econometrics, Third collection, Mc Graw Hill, New York.

Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Mankiw, Gregory, N, 2000, Teori Makro Ekonomi, Edisi Keempat, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Partadiredja, Ace. 1985. Pengantar Ekonomika, Penerbit BPFE UGM, Yogyakarta. Pendit, S. Nyoman, 1990,Ilmu Pariwisata, sebuah pengantar perdana, Cetakan

ke-Empat,PT.Pradnya Paramita,Jakarta.

_______________, 2002, Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana, PT Pradnya Paramita Jakarta.

Sihite, Richard, 2000, Tourism Industry (Kepariwisataan), SIC Surabaya. Simanjuntak, J. Panyaman, 2001, Pengantar Ekonomi Sumber Daya Manusia,

Penerbit LPFE UI, Jakarta.

Soekadijo, 1997, Anatomi Pariwisata, Memahami Pariwisata sebagai Sistem


(5)

Spillane James, 1987, Ekonomi Pariwisata Sejarah dan Prospeknya, Kanisius, Yogyakarta.

____________, 1995, Pariwisata Indonesia, Siasat Indonesia dan Kebudayaan, Cetakan satu, Penerbit Kanisius dan Lembaga Studio Realita, Jakarta.

Sudjana, 1992, Teknik analisis regresi dan korelasi, Edisi Pertama, Penerbit Tarsito Bandung.

Sugiyono, 2002 , Metode Penelitian Basis, Penerbit C.V Alfabeta Bandung.

Sukirno, Sadono 1985, Pengantar Teori Ekonomi Indonesia Makro, Penerbit Bina Graha, Jakarta.

Sulastyono, Agus, 1999, Manajemen Penyelenggaraan Hotel, Edisi Pertama, Penerbit Alfabeta Bandung.

Supranto, J., 1989, Metode Peramalan Kuantitatif Untuk Perencanaan, Edisi III, Penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

Suroto,1992, Strategi pembangunan dan Perencanaan Kesempatan Kerja, penerbit PT. Gramedia, Jakarta.

Wahab, Salah, 1989, Pemasaran Pariwisata, Frans Gomang, PT. Pradnya Paramita Jakarta.

___________, 1998, Pemasaran Pariwisata, Cetakan ke dua, Penerbit PT. Pradnya Paramita, Jakarta.

Winardi, 1993, Pengantar Ekonomi Pembangunan, Edisi ke tiga, Penerbit Tarsito, Bandung.

Www.Sinarharapan.co.id

Yoeti, Oka. A, 1982, Komersialisasi Seni Budaya Dalam Pariwisata, Cetakan Kesepuluh, Penerbit Angkasa Bandung.

_____________, 1996, Pemasaran Pariwisata Terpadu, Cetakan Pertama, Penerbit Tarsito Bandung.


(6)

Jurnal:

Munari, 2001, Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Penjualan

Kamar/Hunian Pada Hotel Berbintang 3 Di Jawa Timur, Jurnal Penelitian Ilmu

Ekonomi, Vol 1 No 1 April 2001, Hal 18-23.

Sumarto, 2003, Faktor-Faktor Yang Dipertimbangkan Tamu Menginap Di Hotel

(Studi Kasus Tamu Hotel N©S Surabaya), Jurnal Penelitian Ilmu Ekonomi, Vol 3

No 1 April 2003, Hal 20-27.

Skripsi:

Damayanti, Nita, 2004, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Hotel Berbintang Lima Di Indonesia,

Skripsi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Setiawan, Agung, Mochammad, 2002, Analisis Beberapa Faktor Yang

Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja Pada Hotel Berbintang Di Indonesia, Skripsi FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Setyowati, Shalinda, Citra, 2003, Analisis Beberapa Faktor Yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja Pada Hotel Berbintang Di Surabaya, Skripsi

FE-UPN “Veteran” Jawa Timur, Surabaya.

Supriyadi, Hery, 2005, Beberapa faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga

Kerja Pada Industri Kecil Di Kota Surabaya, Skripsi FE-UPN “Veteran”

Jawa Timur, Surabaya.

Tindage, Isman, 2006, Analisis Beberapa faktor Yang Mempengaruhi Penyerapan

Tenaga Kerja Pada Industri Kecil Di Jawa Timur, Skripsi FE-UPN