REPRESENTASI KESALEHAN ANAK DALAM LIRIK LAGU ( Studi Semiotik Representasi Kesalehan Anak Terhadap Lirik Lagu “ Do’a Untuk Ibu ” Oleh Kelompok Musik Band Ungu ).

(1)

REPRESENTASI KESALEHAN ANAK DALAM LIRIK LAGU

(

Studi Semiotik Representasi Kesalehan Anak Terhadap Lirik Lagu “ Do’a Untuk Ibu ” Oleh Kelompok Musik Band Ungu )

SKRIPSI

Disusun oleh :

R. HILMAN YOGI DARMAWAN NPM. 07.430.10.317

YAYASAN KESEJAHTERAAN PENDIDIKAN DAN PERUMAHAN UNIVERSITAS PEMBANGUNAN NASIONAL “VETERAN” JAWA TIMUR

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI


(2)

REPRESENTASI KESALEHAN ANAK DALAM LIRIK LAGU

(Studi Semiotik Representasi Kesalehan Anak Dalam Lirik Lagu “

Do’a Untuk Ibu “ Oleh Kelompok Musik Band Ungu)

Oleh :

R. HILMAN YOGI DARMAWAN N P M : 074 3010 317

Telah dipertahankan dihadapan dan diterima oleh Tim Penguji

Skripsi Jurusan Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur

PEMBIMBING TIM PENGUJI

1. Ketua

Drs. Saifuddin Zuhri, MSi Juwito, S.Sos., M.si NPT. 3 7006 94 0035 1 NPT. 3 6704 95 00361

2. Sekretaris

Drs. Saifuddin Zuhri, Msi NPT. 3 7006 94 0035 1

3. Anggota

Zainal Abidin Achmad, MSi, M.Ed NPT. 3 7305 99 0170 1

Mengetahui,

 

       DEKAN, 


(3)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrohim

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, atas segala berkah, rahmat, karunia dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Representasi Kesalehan Anak Dalam Lirik Lagu ( Studi Semiotik Representasi Kesalehan Anak Terhadap Lirik Lagu “ Do’a Untuk Ibu ” Oleh Kelompok Musik Band Ungu ) “.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna dan masih banyak kekurangannya meskipun penulis sudah berusaha sebaik-baiknya. Hal tersebut karena masih kurangnya ilmu, penulis bersedia menerima saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan dan penyempurnaan skripsi ini.

Penyelesaian skripsi ini dapat terselesaikan berkat dorongan, bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak. Mengingat hal tersebut, maka pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya untuk Bapak Drs. Saifuddin Zuhri, Msi selaku Dosen Pembimbing utama dalam penelitian ini, dan ucapan terima kasih pula kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP, selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur.

2. Ibu Dra. Suparwati, Msi selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.


(4)

3. Bapak Juwito, S. Sos., Msi, selaku Ketua Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik UPN “Veteran” Jawa Timur.

4. Bapak / Ibu Dosen serta staff karyawan Jurusan Ilmu Komnikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Politik yang telah memberi banyak dorongan pada saya. 5. Ibu Asri Sumiarsih dan R. Mochammad Hanafi, S.H sebagai Ayah dan Ibu

tersayang dan tercinta di Dunia.

6. Adik saya tercinta Ayu Andini Riasanti ( Si Kuala Dik’e Sayang Mas’e). 7. My Beibh’s Saidatul Hasanah beserta keluarganya tercinta dan tersayang. 8. Sahabat-sahabat tercinta Rea-Reo , Cimenk Squad, dan Yabaha Community,

beserta teman-teman lainnya yang turut membantu dalam skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa Skripsi ini belum sempurna dan penuh keterbatasan. Dengan harapan bahwa laporan ini dapat berguna untuk teman-teman mahasiswa di Jurusan Ilmu Komunikasi, maka saran dan kritik yang membangun sangatlah dibutuhkan untuk memperbaiki kekurangan yang ada.

Surabaya, 15 Juni 2011 Penulis


(5)

DAFTAR ISI

Halaman

HAL PERSETUJUAN ... i

HAL PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI... iv

LAMPIRAN... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 10

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian ... 11

1.3.1 Tujuan Penelitian ... 11

1.3.2 Manfaat Penelitian ... 11

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Landasan Teori... 12

2.1.1 Musik ... 12

2.1.2 Teori Musik... 12

2.1.3 Definisi Musik... 15

2.1.4 Alat – Alat Musik... 15

2.1.5 Aliran – Aliran Musik ... 16

2.2 Lirik Lagu ... 17

2.3 Representasi... ... 19


(6)

2.6 Do’a Untuk Ibu ... 30

2.7 Kesalehan Anak ... 31

2.8 Semiotika Komunikasi ... 37

2.9 Semiotika Roland Barthes... 39

2.10 Kerangka Berpikir... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian... 54

3.2 Unit Analisis dan Corpus Penelitian ... 55

3.2.1 Unit Analisis ... 55

3.2.2 Corpus Penelitian ... 56

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 57

3.4 Metode Analisis Data ... 57

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian ... 55

4.2 Penyajian Data dan Analisis Data ... 58

4.2.1 Penyajian Data ... 58

4.2.2 Pemaknaan Lirik Lagu “ Do’a Untuk Ibu “ ... 60

4.3 Analisis dan Interpretasi Data ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92 DAFTAR PUSTAKA


(7)

ABSTRAKSI

R. HILMAN YOGI DARMAWAN. REPRESENTASI KESALEHAN ANAK DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiotik Tentang Representasi Kesalehan Anak Dalam Lirik Lagu “Do’a Untuk Ibu” yang dipopulerkan oleh kelompok musik Band Ungu)

Peneliti dalam hal ini mempresentasikan secara cermat pada lirik lagu dengan membahas semua permasalahan dalam lirik lagu yang diciptakan oleh kelompok musik Ungu band yang mengambil tema lagu Doa Untuk Ibu.

Permasalahan dalam penelitian ini adalah bagaimana representasi kesalehan anak dalam lagu Do’a Untuk Ibu oleh Ungu band. Teori yang di pakai dalam lirik lagu ini yaitu teori Semiotika Roland Barthes.

Metode penelitian yang digunakan adalah analisis semiologi yang termasuk penelitian kualitatif, dan dianalisis dengan menggunakan teori peta tanda Roland Barthes, untuk menganalisa berdasarkan penanda, petanda, tanda denotatif.

Berdasarkan hasil analisis terhadap lirik lagu Do’a Untuk, maka dapat disimpulkan bahwa Ibu yang terdapat dalam lagu Do’a Untuk Ibu tersebut adalah seorang sosok Ibu yang selama ini memberikan kasih sayang yang tulus.

Harapan dari sang Ibu hanyalah supaya anaknya tidak melupakan kasih sayang, dan pengorbanan yang sudah dijalani sang Ibu demi anaknya selamanya. Kata Kunci : Representasi Kesalehan Anak Dalam Lirik Lagu “Do’a Untuk Ibu”

yang dipopulerkan oleh kelompok musik Band Ungu. ABSTRACTION

R. HILMAN YOGI DARMAWAN. REPRESENTATION GOOD CHIELD IN THE LYRICS SONG (Studi semiotic about Representation Good Chield In The Lyrics Song “Pray For Mother” to spread by group music Ungu Band)

The one accurate representationed way details to the lyrics dicussed with all problem in to the lyrics by group music Ungu Band.

The problem in this accurate is how representation good chield in to a song “Pray For Mother” by Ungu Band. The theory to maked in to this lyrics song is a theory semiotic Roland Barthez.

Accurate metode used is analysis semiologies the one choice kualitative accurate, and analysed with use theory map proof Roland Barthez, to the anlysis to based on to sign, to proof, denotative sign.

To based on analysis result at a lyrics song Pray For Mother, so will embranced if the Mother the in a song Pray For Mother is anyone the mother figure this long time give a honest love.

Hope’s a mom only everything the kids of her mind not easy to forget a love, and the sacrifice from mom to let it flow dear mother for her children forever.


(8)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Dalam kehidupan manusia terdapat banyak sekali fenomena komunikasi dan sosial didalamnya. Pada fenomena-fenomena tersebut terdapat berbagai macam permasalahan yang dapat diangkat untuk menjadi sebuah penelitian. Dalam hal ini, penulis ingin meneliti sebuah permasalahan atau fenomena yang terjadi dalam masyarakat yang tertuang dalam sebuah lirik lagu.

Musik merupakan salah satu hasil budaya manusia yang menarik budaya manusia yang lain. Dakatakan menarik karena musik memegsng peranan yang sangat banyak diberbagai bidang, seperti jika dilihat dari sisi psikologisnya musik kerap menjadi sarana pemenuhan kebutuhan manusia dalam hasrat akan seni dan berkreasi.

Melalui musik manusia sebagai homo valens atau makhluk yang memiliki keinginan untuk menyalurkan identifikasinya terhadap kebudayaan. Bahkan Deva Permana musisi asal Indonesia yang menetap di Sidney, Australia sejak 1995 mengukuhkan komitmennya pada penguatan hubungan kedua negara melalui musik sebagai pembangunan jembatan Budaya, (www.kapanlagi.com tanggal 08/03/2011 pukul 20.00 wib)


(9)

akibat cukup banyaknya para pencipta lagu yang didukung oleh kecanggihan teknologi didunia rekaman. Mereka berkreasi dengan segala kemampuannya dibidang musik, dengan tujuan lagu yang diciptakan banyak digemari oleh khalayak. Musik di Indonesia sangat bermacam-macam, dari pop, dangdut, r&b, keroncong, dan masih banyak lagi, tapi lagu yang banyak digemari oleh khalayak yaitu musik aliran pop. Perekembangan musik di Indonesia sangat cepat, sampai-sampai musik tradisioanal kita dilupakan hanya gara-gara tumbuh dan berkembangnya musik non tradisional atau musik modern. Namun lama-kelamaan mengalami perubahan, dan perubahan ini terjadi karena datangnya bangsa asing ke Indonesia, serta sebagian lainnya disebabkan karena kemajuan zaman yang maikin berkembang pesat. (www.lintasberita tanggal 08/03/ 2011 pukul 20:35 wib)

Musik dapat dikatakan sebagai sebuah medium dalam penyampaian pesan dan merupakan suatu bahasa yang universal, karena dengan alunan bunyi nada musik merupakan ungkapan pikiran, isi hati dan perasaan manusia dalam bentuk suara. Dalam bermusik, manusia menciptakan nada-nada atau bunyi musik yang teratur sehingga menjadi suatu lagu. Pengertian lagu sendiri menurut Ario Kartono adalah “ Bentuk karya seni musik yang merupakan ekspresi (ungkapan pikiran dan perasaan manusia) dalam bentuk rangkaian nada, bisa dalam bentuk teks maupun tanpa teks. “ (Kartono, 2004 : 90). Jadi, dapat dikatakan bahwa lagu adalah proses kegiatan berkomunikasi penyampaian


(10)

ide atau pikiran komunikator (dalam hal ini pencipta lagu) kepada pendengar sebagai komunikannya.

Sebuah lagu merupakan salah satu bagian dari seni juga sebagai suatu kebutuhan dari kehidupan manusia. Oleh karena itu, sebuah lagu seharusnya dinilai tidak hanya sekedar merupakan bunyi-bunyian maupun suara-suara saja, namun lebih menekankan kepada sesuatu yang bernilai tinggi yang dapat memberikan arti lebih.

Sebuah lagu, biasanya terdiri dari tiga komponen yang saling melengkapi dan saling bergantung. Komponen tersebut antara lain terdiri dari paduan alat musik atau instrument, suara atau vocal dari penyanyi dan terakhir adalah lirik lagunya. Instrument dan kekuatan vocal penyanyi adalah sebagai tubuh, sedangkan lirik lagu adalah jiwa atau nyawa yang merupakan penggambaran musik itu sendiri dan mempunyai peranan yang sangat penting.(Logos, 2005:2)

Melalui lagu dan penyanyi yang membawakannya seorang pencipta berusaha menyampaikan sebuah pesan kepada pendengarnya. Dengan lirik lagu tersebut, seorang (pencipta/ penyanyi) berusaha berinteraksi sosial dengan masyarakat yang mendengarkan lirik lagu tersebut. Dengan media lirik lagu, pencipta berusaha menciptakan kesamaan frame of reference dengan pendengarnya sehingga diharapkan para pendengar memiliki perasaan yang sama dalam interpretasi mereka terhadap suatu lagu. (Liliweri, 1994 : 16-17).


(11)

ataupun perasaan dari si pencipta lagu sebagai orang yang mengirim pesan. Konsep ini dapat berupa ungkapan-ungkapan dari perasaan senang, sedih atau marah, juga dapat berupa pendapat atau pujian atau bahkan kritik akan suatu hal. Pesan yang disampaikan oleh seorang pencipta lagu melalui lagunya ini tentu tidak akan berasal dari luar diri si pencipta lagu tersebut, dalam artian bahwa pesan tersebut bersumber dari pola pikirnya serta dari frame of reference dan field of experiencenya. Sedangkan pola pikir maupun frame of reference dan field of experience seseorang itu terbentuk dari hasil interaksinya dengan lingkungan sosial di sekitarnya.

Dari membaca atau menyanyikan suatu lirik lagu yang dibuat oleh seorang pencipta lagu, seseorang dapat melihat tanggapan si pencipta lagu terhadap beberapa hal disekelilingnya. Bila ditelusuri lebih dalam karyanya, dapat dilihat pandangan hidup dan pola pikir si pencipta lagu. Proses penciptaan lirik lagu dapat terjadi berdasarkan pengalaman si pencipta dengan dunia disekitarnya. Dapat pula dari hasil perenungan si pencipta terhadap suatu gejala yang dilihat atau yang dirasakannya. Hasil perenungan itu kemudian di komunikasikan/disampaikan kepada orang lain dengan cara menuangkannya dalam bentuk sistem tanda komunikasi yang merupakan teks berupa lirik lagu, yang merupakan sebuah pesan komunikasi. Dengan mengamati hasil karya lirik lagu, juga dapat diketahui bagaimana pencipta lagu memandang dan mengungkapkan gejala yang ada di masyarakat. Dalam Pengungkapan tersebut


(12)

bersangkutan. Pemaknaan bahasa pada kegiatan pembuatan hasil karya lirik lagu pada sebuah karya seni musik berbeda pada kegiatan yang lain, seperti pada pemakaian sehari-hari. Perbedaan ini terlihat dari kalimat yang dibuat tersebut karena didalamnya mengandung makna yang tersembunyi yang dapat dipersepsikan oleh khalayak sebagai sebuah maksud dari lirik lagu tersebut. Makna pada kata-kata merupakan suatu jalinan asosiasi, pikiran yang berkaitan serta perasaan yang melengkapi konsep yang diterapkan.

Lirik lagu biasanya dibawakan oleh penyanyi yang kemudian menjadi public figure dan disebarkan melalui media massa sehingga khalayak dengan cepat mengenali lagu tersebut. Hal ini secara tidak langsung tentu saja akan berdampak pada sikap afektif, konatif, dan kognitif pendengarnya. Karena lirik lagu dapat mempengaruhi sikap khalayak dan perilaku pendengarnya. Sikap afektif adalah sikap emosional dari individu, sikap konatif adalah berhubungan dengan kebiasaan dan kemauan bertindak, sedangkan sikap konatif adalah aspek intelektual, yang berkaitan dengan apa yang diketahui oleh manusia. (Rahmad, 2001 : 37)

Oleh karena itu, ketika sebuah lirik lagu mulai diaransemen dan diperdengarkan untuk khalayak, lirik lagu mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyalinan, kepercayaan, nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. Sebuah lirik lagu yang notabene kata-kata didalamnya menggunakan media musik untuk menyampaikan kepada public. Jadi bisa


(13)

dikatakan bahwa lirik lagu juga merupakan karya sastra yang diwujudkan dalam media karya seni.

Peneliti dalam hal ini meneliti, mempresentasikan secara cermat pada lirik lagu dengan membahas semua permasalahan dalam lirik lagu. Setiap orang mempunyai pemikiran dan pendapat sendiri ketike mempresentasikan sebuah lirik lagu, hal ini berkaitan dengan pengalaman, latar belakang, dan tingkat kepekaan individu.

Diantara lagu-lagu yang diciptakan oleh seorang pencipta lagu, banyak sekali lagu-lagu yang liriknya bercerita tentang sosok seorang ibu. Diantara lagu yang mengambil objek ibu dalam liriknya terdapat beberapa lagu yang menggambarkan bagaimana peran seorang ibu dalm keluarga maupun peran ibu bagi perkembangan dan pendidikan anaknya serta bagaimana beratnya perjuangan seorang ibu dalm membimbing dan mencapai cita-cita yang diinginkan anaknya. Selain itu juga banyaknya lagu mengenai ibu, ini disebabkan karena ibu dalam keluarga sering kali mempunyai fungsi ganda yaitu sebagai ibu bagi anak-anaknya dan sekaligus pencari nafkah.

Salah satu pencipta lagu/kelompok musik band yang sangat dikenal oleh masyarakat dan banyak sekali lirik-lirik dalam lagunya yang mempunyai makna tersembunyi adalah Ungu band. Seperti sudah diketahui oleh khalayak bahwa kelompok musik Ungu band merupakan salah satu kelompok musik band yang lagu-lagunya banyak bertemakan tentang cinta. Selain lagu-lagu bertemakan


(14)

band yang mengambil tema lagu tentang sosok seorang ibu yaitu lagu Do’a Untuk Ibu dalam album 1000 Kisah Satu Hati. Dengan lagu inilah kelompok musik Ungu band membuat lagu Do’a Untuk Ibu agar khalayak bisa meresapi makna dalam lagu tersebut. Album 1000 Kisah Satu Hati sudah berkembang di public, dan banyak digemari oleh khalayak.

Lirik lagu Do’a Untuk Ibu dalam album 1000 Kisah Satu Hati ini memang cukup sederhana, namun demikian lirik dalam lagu Do’a Untuk Ibu tersebut memiliki kandungan makna yang tersembunyi, sehingga khalayak kurang bisa memahami makna yang sebenarnya dalam lirik Lagu tersebut, karena sedikit menggunakan kata-kata yang mengandung kata kiasan atau makna yang bukan sebenarnya. Lirik lagu Do’a Untuk Ibu mempunyai makna tersembunyi, sehingga tidak mudah dipersepsikan oleh khalayak, makna sesungguhnya dari lirik lagu tersebut. Dalam album 1000 Kisah Satu Hati, diantara beberapa lagu ada satu lagu yang intinya menceritakan tentang sebuah kasih sayang Ibu kepada anaknya yang benar-benar tulus dari hati seorang Ibu, dan tanpa mengharapkan balasan sedikitpun dari anaknya jika kelak suatu saat nanti anaknya tersebut mencapai cita-citanya. Harapan dari sang Ibu hanyalah supaya anaknya tidak melupakan kasih sayang, dan pengorbanan yang sudah dijalani sang Ibu demi anaknya yang sangat dicintainya.

Lagu Do’a Untuk Ibu ini pun buat terkemas dalam musik minimalis. Balutan string dan orkestra yang kental dengan nuansa cello dengan bantuan


(15)

Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai sebagai sarana untuk sosialisasi dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. Menurut pendapat Soerjono Soekamto, suatu lirik lagu dapat menggambarkan suatu realitas sosial yang terjadi di dalam masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan tentang adanya suatu hubungan sesame jenis juga disebut homoseksual. Yang dalam budaya timur hubungan ini masih dianggap tabu oleh masyarakatnya. Tetapi mau tidak mau kaum homoseksual memang telah hadir ditengah-tengah masyarakat yang tidak segan menunjukkan identitas mereka.

Riffat hasan dalam Mufidah (2003 : 44) akar ketidakadilan antara laki-laki dan perempuan adalah pandangan teologi tradisional yang menyudutkan perempuan. Karena itu, ia berusaha membongkar tradisi itu dan menggantikannya dengan teologi feminis, misalnya mengkritisi istilah-istilah khusus dalm Al-Qur’an yang sering dimaknai diskriminatif terhadap perempuan.

Toshihiko Isutzu dalm Mufidah mengkaji secara mendalam tentang konsep etis dalam Al-Qur’an dan berkesimpulan bahwa Al-Qur’an tidak membatasi secara mutlak terhadap aktifitas perempuan dan menjadi ukuran


(16)

Menurut Putnam Tong (1993 : 330-332), feminisme global berbeda dengan feminisme multicultural karena feminisme global berfokus pada hasil opresif dari kebijakan dan praktek colonial dan nasionalisme, bagaimana pemerintah besar dan bisnis besar membagi dunia ke dalam apa yang disebut sebagai dunia pertama dan apa yang disebut sebagai dunia ketiga, sependapat dengan feminis multicultural bahwa definisi feminisme harus diperluas untuk mencakup segala sesuatu yang mengopresi perempuan, baik yang berdasarkan ras atau kelas, atau hasil dari imperialisme atau kolonialisme, feminisme global menekankan bahwa “opresi terhadap perempuan di satu bagian dunia yang lain, dan bahwa tidak akan ada perempuan yang bebas hingga semua kondisi opresi terhadap perempuan dihancurkan dimanapun juga.” Berkomitmen terhadap tugas untuk meluruskan kesalahpahaman dan membangun aliansi antara perempuan dunia ketiga dan dunia kesatu, feminisme global bertekad untuk memperluas cakupan pemikiran feminisme.

Selain beberapa hal diatas, keterkaitan peneliti tentang lirik lagu ini adalah peniliti tertarik menguauk makna lagu ini, disebabkan lagu tersebut salah satu lagu yang mendorong diri seseorang untuk lebih mencurahkan kasih sayang kepada seorang Ibu, karena Surga ada ditelapak kaki Ibu.

Oleh karena itu untuk mengerti dan memahami lirik-lirik lagu tersebut secara utuh dan untuk mengetahui apa sebenarnya makna yang terkandung dalam lirik lagu tersebut, serta untuk dapat merepresentasikan sosok Ibu dalam


(17)

tersebut terdapat makna-makna tersembunyi yang harus dikupas untuk bisa dengan mudah bisa dimengerti oleh khalayak, maka perlu dilakukan sebuah analisis dengan menggunakan semiotik terhadap lagu tersebut.

Berdasarkan permasalahan dari beberapa fenomena yang telah diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk mengkaji lirik lagu “ Do’a Untuk Ibu ” yang dibawakan oleh kelompok musik Ungu band, sehingga penelitian ini berupaya lebih menitikberatkan pada representasi feminisme dalam lirik lagu “ Do’a Untuk Ibu “ pada album “ 1000 Kisah Satu Hati “ oleh Ungu band.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan di atas, maka yang terjadi permasalahan dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana representasi feminisme dalam lirik lagu “ Do’a Untuk Ibu “ yang dipopulerkan oleh kelompok musik Ungu band pada album 1000 Kisah Satu Hati.

1.3 Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Representasi Feminisme dalam lirik lagu “ Do’a Untuk Ibu “ yang dipopulerkan oleh kelompok musik Ungu band.


(18)

11

1.3.2 Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah literature penelitian ilmu komunikasi khususnya pada kajian system tanda komunikasi berupa lirik lagu dengan pendekatan semiotik.

2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi khalayak pendengar lirik lagu dan dapat membantu dalam memahami tanda yang ada dalam lirik lagu “ Do’a Untuk Ibu “ dari kelompok musik Ungu band.


(19)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori 2.1.1 Musik

Sistem tanda musik adalah oditif namun untuk mencapai pendengarnya, pengubah musik mempersembahkan kreasinya dengan perantara pemain musik dalam bentuk system tanda perantara tertulis. Bagi semiotikus musik, adanya tanda-tanda perantara musik yang dicatat dalam partitur orkestra. Hal ini sangat memudahkan dalam menganalisis karya musik sebagai teks. Itulah sebabnya mengapa penelitian musik terarah dan sintaksis.

Meski demikian semiotik tidak dapat hidup hanya dengan sintaksis. Tidak ada semiotika tanpa semantic. Jadi, juga tidak ada semiotika musik tanpa semantik musik, bisa dikatakan harus senantiasa membuktikan hak kehadirannya. (Van Zoest,1993 : 120-121).

2.1.2 Teori Musik

Teori musik merupakan cabang ilmu yang menjelaskan unsur- unsur musik. Cabang ilmu ini mencakup pengembangan dan penerapan metode untuk menganalisis maupun mengubah musik, dan keterkaitan antara notasi musik dan pembawaan musik. Hal-hal yang harus dipelajari dalam teori musik mencakup misalnya : Suara, Nada, Ritme, Notasi, Melodi, dan


(20)

a) Suara

Teori musik menjelaskan bagaimana suara dinotasikan atau dituliskan dan bagaimana suara tersebut ditangkap dalam benak pendengarnya. Dalam musik, gelombang suara biasanya dibahas tidak dalam panjang gelombangnya maupun periodenya, melainkan dalam frekuensinya. Aspek-aspek dasar suara dalam musik biasanya dijelaskan dalam tala (inggris : pitch, yaitu tinggi nada), durasi (berapa lama suara nada), intensitas, dan timbre (warna bunyi).

b) Nada

Suara dapat dibagi-bagi ke dalam nada yang memiliki tinggi nada atau tala tertentu menurut frekuensinya ataupun menurut jarak relatif tinggi nada tersebut terhadap tinggi nada patokan. Perbedaan tala antara dua nada disebut sebagai interval. Nada dapat diatur dalam tangga nada yang berbeda-beda. Tangga nada yang paling lazim adalah tangga nada mayor, tangga nada minor, dan tangga nada pentatonik. Nada dasar suatu karya musik menentukan frekuensi tiap nada dalam karya tersebut. Nada dalam teori musik diatonis barat diidentifikasikan menjadi 12 nada yang masing-masing diberi nama yaitu nada C,D,E,F,G,A dan B. Serta nada-nada kromatis yaitu Cis/Des, Dis/Es, Fis/Ges, Gis/As, dan Ais/Bes.

c) Ritme

Ritme adalah pengaturan bunyi dalam waktu. Birama merupakan pembagian kelompok ketukan dalam waktu. Tanda birama menunjukkan jumlah ketukan dalam birama dan not mana yang dihitung dan dianggap


(21)

sebagai satu ketukan. Nada-nada tertentu dapat diaksentuasi dengan pemberian tekanan (dan pembedaan durasi).

d) Notasi

Notasi musik merupakan penggambaran tertulis atas musik. Dalam notasi balok, tinggi nada digambarkan secara vertical, sedangkan waktu (ritme) digambarkan secara horizontal. Kedua unsur tersebut membentuk paranada, disamping petunjuk-petunjuk nada dasar, tempo, dinamika, dan sebagainya.

e) Melodi

Melodi adalah serangkaian nada dalam waktu. Rangkaian tersebut dapat dibunyikan sendirian, yaitu tanpa iringan, atau dapat merupakan bagian dari rangkaian akord dalam waktu (biasanya merupakan rangkaian nada tertinggi dalam akord-akord tersebut).

Melodi terbentuk dari sebuah rangkaian nada secara horisontal. Unit terkecil dari melodi adalah motif. Motif adalah tiga nada atau lebih yang memiliki maksud atau makna musikal. Gabungan dari Motif adalah Semi Frase, dan gabungan dari Semi Frase adalah Frase (Kalimat). Sebuah melodi yang paling umum biasanya terdiri dari dua Semi Frase yaitu kalimat tanya (Antisiden) dan kalimat jawab (Konsekuen).

f) Harmoni

Harmoni secara umum dapat dikatakan sebagai kejadian dua atau lebih nada dengan tinggi berbeda dibunyikan bersamaan, walaupun harmoni juga


(22)

arpeggio). Harmoni yang terdiri dari tiga atau lebih nada yang dibunyikan bersamaan biasanya disebut akord.

(http://www.id.wikipedia.org/wiki/teorimusik)

2.1.3 Definisi Musik

Musik adalah bunyi yang diterima oleh individu dan berbeda-beda berdasarkan sejarah, lokasi, budaya dan selera seseorang. Definisi sejati tentang musik juga bermacam-macam :

a. Bunyi yang dianggap enak oleh pendengarnya.

b. Segala bunyi yang dihasilkan secara sengaja oleh seseorang atau kumpulan dan disajikan sebagai musik.

2.1.4 Alat – Alat Musik

Alat-alat musik di Indonesia sangat bermacam-macam, diantaranya yaitu alat musik tradisional :

a. Alat musik petik : Gitar, kecapi, sasando, banjo, ukulele, mandolin harpa, gambus.

b. Alat musik gesek : Biola, rebab, cello.

c. Alat musik ketuk : Organ, piano, harpsichord.

d. Alat musik tiup : Seruling, terompet, trombone, harmonica, pianika, recorder sopran.

e. Alat musik pukul : Tomborin, jidor, rebana, gamelan. f. Alat musik modern: Gitar listrik, organ, akordeon, drum.


(23)

2.1.5 Aliran – Aliran Musik

Berikut adalah daftar aliran/genre utama dalam musik. Masing-masing genre terbagi lagi menjadi beberapa sub-genre. Pengkategorian musik seperti ini, meskipun terkadang merupakan hal yang subjektif, namun merupakan salah satu yang dipelajari dan ditetapkan oleh para ahli musik dunia.

Dalam beberapa dasawarsa terakhir, dunia musik mengalami banyak perkembangan. Banyak jenis musik baru yang lahir dan berkembang. Contohnya musik triphop yang merupakan perpaduan antara beat-beat elektronik dengan musik pop yang ringan dan enak didengar. Contoh musisi yang mengusang jenis musik ini adalah Frou Frou, Sneaker Pimps, dan Lamb. Ada juga hip-hop rock yang diusung oleh Linkin Park. Belum lagi dance rock dan neo wave rock yang kini sedang in. banyak kelompok musik baru yang berkibar dengan jenis musik ini, antara lain Franz Ferdinand, Bloc Party, The Killers, The Bravery dan masih banyak lagi. Bahkan sekarang banyak pula grup musik yang mengusung lagu berbahasa daerah dengan irama musik rock, jazz, dan blues. Grup musik yang membawa aliran baru ini di Indonesia sudah cukup banyak salah satunya adalah Funk de Java yang mengusung lagu berbahasa Jawa dalam musik rock.

Berikut macam-macam aliran musik : a. Musik klasik.

b. Musik rakyat/musik tradisional.


(24)

d. Blues. e. Jazz. f. Country. g. Rock.

h. Musik popular. i. Musik dunia.

Sejatinya, musik adalah bagian dari kultur, hidup, dan ekspresi diri dalam berkesenian yang patut dikedepankan. Jadi, tak keliru pula jika menyebut bahasa musik adalah bahasa universal. Ya, lepas dari soal selera atas jenisnya, musik tidaklah mengenal batas. Tua-muda, lelaki-perempuan, kaya-miskin, pejabat atau rakyat, orang kantoran atau mereka yang mencari nafkah di pinggir jalan, semua bersentuhan dengan musik. Yang membedakan hanya soal selera dan peran. Ada yang menyukai irama lembut, keras, dan cepat, melankolis, menghanyutkkan, atau yang enak dipakai berjingkrak, bergoyang badan sambil menggeleng-gelengkan kepala. Ada yang menciptakan, memainkan, membisniskan, atau sebatas penikmat.

2.2 Lirik Lagu

Lirik lagu dalam musik dapat menjadi sarana atau media komunikasi untuk mencerminkan realitas sosial yang beredar dalam masyarakat. Lirik lagu dapat dipakai sebagai sarana untuk sosialisai dan pelestarian terhadap suatu sikap atau nilai. Oleh karena itu, ketika sebuah lirik diaransir dan diperdengarkan kepada khalayak mempunyai tanggung jawab yang besar


(25)

atas tersebar luasnya sebuah keyakinan nilai-nilai bahkan prasangka tertentu. (Setyaningsih,2003 : 7-8).

Suatu lirik lagu dapat menggambarkan suatu realitas sosial yang terjadi di masyarakat. Termasuk realitas sosial yang menggambarkan tentang adanya suatu hubungan sesama jenis yang juga disebut homoseksual. Yang dalam budaya timur hubungan ini masih dianggap tabu oleh masyarakatnya. Tetapi mau tidak mau kaum homoseksual memang telah hadir ditengah-tengah masyarakat yang tidak segan menunjukkan identitas mereka.

Sejalan dengan pendapat Soerjono Soekamto dalm Rachmawati ( 2001 : 1), yang menyatakan :

“musik berkaitan erat dengan setting sosial kemasyarakatan tempat dia berada. Musik merupakan gejala khas yang dihasilkan akibat adanya interaksi sosial, dimana dalam interaksi tersebut manusia menggunakan bahasa sebagai mediumnya. Disinilah kedudukan lirik sangat berperan, sehingga dengan demikian musik tidak hanya bukti suara belaka karena yang menyangkut perilaku manusia sebagai individu maupun kelompok sosial dalam wadah bahasa atau lirik sebagai penunjangnya.”

Berdasarkan kutipan diatas, sebuah lirik lagu dapat berkaitan serta pula dengan situasi sosial dan isu-isu sosial yang sedang berlangsung di dalam masyarakat.

Lirik lagu merupakan salah satu beragam karya seni yang ada, juga pada dasarnya sama dengan puisi. Puisi tergolong sebagai seni kata. Oleh


(26)

karena itu lirik digolongkan sebagai seni kata sebab mediumnya adalah kata dalam bahasa. (James Jerret dikutip oleh Herwindo, 2006 : 11).

Lirik merupakan bentuk ekspresi atau pesan seorang seniman (pencipta atau pengarang). Ekspresi seniman adalah kompleksitas dari maksud tertentu. (Herwindo, 2006 : 11).

Lirik lagu pop pada umumnya memiliki kecenderungan sama yaitu ekspresi yang timbul dari perasaan dasar seperti tesebut di atas terutama tentang pesona cinta dan asmara. Kenyataannya memang hal itu bisa diterima bahkan digandrungi oleh masyarakat.

2.3 Representasi

Representasi adalah konsep yang mempunyai beberapa pengertian. Representasi adalah proses sosial cari representasi. Dan juga merupakan produk dari proses sosial “representing”. Representasi menunjuk baik pada proses maupun produk dari pemaknaan suatu benda. Representasi juga bisa berarti proses perubahan konsep-konsep ideology yang abstrak dalam bentuk-bentuk yang konkret. Jadi, pandangan hidup pandangan hidup kita tentang perempuan, anak-anak atau laki-laki misalnya akan dengan mudah terlihat dari cara kita memberi hadiah ulang tahun kepada teman-teman kita yang laki-laki, perempuan, maupun anak-anak. Representasi adalah konsep yang digunakan dalam proses sosial pemaknaan melalui sistem penandaan yang tersedia : dialog, tulisan, video, film, dan sebagainya. Secara ringkas, representasi adalah produksi makna melalui bahasa.


(27)

Menurut Stuart Hall (1997), representasi adalah salah satu praktek penting yang memproduksi kebudayaan. Kebudayaan merupakan konsep yang sangat luas, kebudayaan menyangkut ‘pengalaman berbagi’. Seseorang dikatakan berasal dari kebudayaan yang sama, membagi kode-kode kebudayaan yang sama, berbicara dalam ‘bahasa’ yang sama, dan saling berbagi konsep-konsep yang sama. Bahasa adalah medium yang menjadi perantara kita dalam memaknai sesuatu, memproduksi dan mengubah makna. Bahasa mampu melakukan semua ini karena ia beroperasi sebagai sistem representasi. Lewat bahsa (simbol-simbol dan tanda tertulis, lisan, atau gambar) kita mengungkapkan pikiran, konsep, dan ide-ide kita tentang sesuatu. Makna sesuatu hal sangat tergantung dari cara kita ‘mempresentasikannya’. Dengan mengamati kata-kata yang kita gunakan dan imej-imej yang kita gunakan dalam mempresentasikan sesuatu bisa terlihat jelas nilai-nilai yang kita berikan pada se-suatu tersebut.

Untuk menjelaskan bagaimana representasi makna lewat bahasa bekerja, kita bisa memakai tiga teori representasi yang dipakai sebagai usaha untuk menjawab pertanyaan; darimana suatu makna berasal? Atau bagaimana kita membedakan antara makna yang sebenarnya dari sesuatu atau suatu imej dari sesuatu? Yang pertama adalah pendekatan reflektif. Disini bahasa berfungsi sebagai cermin, yang merefleksikan makna yang sebenarnya dari segala sesuatu yang ada di dunia. Kedua adalah pendekatan intensional, dimana kita menggunakan bahasa untuk mengkomunikasikan sesuatu sesuai dengan cara pandang kita terhadap sesuatu. Sedangkan yang


(28)

ketiga adalah pendekatan konstruksionis. Dalam pendekatan ini kita percaya bahwa kita mengkonstruksi makna lewat bahasa yang kita pakai.

Menurut Stuart Hall, ada dua proses representasi. Pertama, representasi mental. Yaitu konsep tentang ‘sesuatu’ yang ada di kepala kita masing-masing (peta konseptual). Representasi mental ini masih berbentuk sesuatu yang abstrak. Kedua, ‘bahasa’, yang berperan penting dalam proses konstruksi makna. Konsep abstrak yang ada dalam kepala kita harus diterjemahkan dalam ‘bahasa’ yang lazim, supaya kita dapat menghubungkan konsep dan ide-ide kita tentang sesuatu dengan tanda dan simbol-simbol tertentu.

Proses pertama memungkinkan kita untuk memaknai dunia dengan mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara sesuatu dengan sistem ‘peta konseptual’ kita. Dalam proses kedua, kita mengkonstruksi seperangkat rantai korespondensi antara ‘peta konseptual’ dengan bahasa atau simbol yang berfungsi mempresentasikan konsep-konsep kita tentang sesuatu. Relasi antara ‘sesuatu’, ‘peta konseptual’, dan ‘bahasa/simbol’ adalah jantung dari produksi makna lewat bahasa. Proses yang menghubungkan ketiga elemen ini secara bersama-sama itulah yang kita namakan : representasi.

Konsep representasi bisa berubah-ubah. Selalu ada pemaknaan baru dan pandangan baru dalam konsep representasi yang sudah pernah ada. Karena makna sendiri juga tidak pernah tetap, ia selalu berada dalam proses negoisasi dan disesuaikan dengan situasi yang baru. Intinya adalah : makna


(29)

tidak inheren dalam sesuatu di dunia ini, ia selalu dikonstruksikan, diproduksi, lewat proses representasi. Ia adalah hasil dari praktek penandaan. Praktek yang membuat sesuatu hal bermakna sesuatu.

(www.kunci.or.id/esai/nws/04/representasi.htm)

Melalui representasi, maka makna (meaning) dapat berfungsi dan pada akhirnya diungkap. Representasi disampaikan melalui tanda-tanda (signs). Tanda-tanda (signs) tersebut seperti bunyi, kata-kata, tulisan, ekspresi, sikap, pakaian dan sebagainya merupakan bagian dari dunia material kita (Hall, 1997). Tanda-tanda tersebut merupakan media yang membawa makna-makna tertentu dan mempresentasikan “meaning” tertentu yang ingin disampaikan kepada dan oleh pikiran kita. Melalui tanda-tanda tersebut, kita dapat mempresentasikan pikiran, perasaan dan tindakan kita. Pembacaan tanda-tanda tersebut tentu saja dapat dipahami dalam konteks sosial tertentu.

Representasi berasumsi bahwa praktik pemaknaan berbentuk menjelaskan atau menguraikan objek atau praktik lain di dunia nyata. Bagaimana dunia dikonstruksikan dan direpresentasi secara sosial kepada dan oleh individu. Mengharuskan adanya exploitasi pembentukkan makna tekstual. Serta menghendaki penyelidikan tentang cara dihasilakannya makna pada beragam konteks. Representasi memiliki materialitas tertentu, yang melekat pada bunyi, prasasti, objek, citra, buku, majalah, dan dipahami dalam konteks tertentu. (Bartker, Chris, 2000 : 9)


(30)

Piliang dalam bukunya “hipersemiotika” menyatakan bahwa representasi adalah tindakan menghadirkan dan mempresentasikan sesuatu lewat sesuatu yang lain diluar dirinya, biasanya berupa tanda atau symbol. (Piliang, 2003 : 21).

2.4 Ibu

Perempuan dalam struktur fisik mempunyai ciri seksual tertentu yang paling utama adalah bahwa perempuan mengalami haid, menagndung, dan melahirkan anak. Karena adanya faktor fisik inilah pada akhirnya seorang perempuan akan menjadi seorang ibu bagi anak-anaknya.

Di dalam suatu keluarga masing-masing anggota keluarga mempunyai peran masing-masing. Peran-peran dalam keluarga ini terdir dari bapak, ibu, dan anak-anak.

Salah satu peran dari anggota keluarga adalah ibu. Ibu merupakan sebutan bagi perempuan yang telah melahirkan seorang anak. (Goode, 2004 : 139). Peran ibu merupakan peran salah satu dari peran seorang perempuan dalm kehidupan. Ibu dalam suatu keluarga seperti halnya seorang bapak mempunyai tugas membesarkan, mendidik seorang anak. Dibandingkan dengan tugas seorang bapak, tugas seorang Ibu dalam suatu keluarga dipandang lebih berat. Pandangan ini disebabkan karena adanya peran ganda seorang Ibu dalam suatu keluarga. (Goode, 2004 : 14).

Peran ganda yang dimaksud adalah adanya peran Ibu sebagai pencari nafkah dan juga sebagai orang tua. Dalam hubungan dengan pendidikan


(31)

dalam keluarga, Ibu dipandang sebagai guru pertama. (Sarwano, 2001 : 15). Ibu adalah sosok yang berinteraksi dan berhubungan dengan seorang anak setelah seorang anak lahir ke dunia. Kata-kata pertama kali bahkan kebiasaan-kebiasaan atau tingkah laku yang dilakukan oleh seorang anak adalah cerminan dari ajaran seorang ibu.

Seorang Ibu dalam hubungan dengan seorang anak mempunyai jalinan emosional yang lebih erat dibandingkan anggota keluarga lainnya. Hal ini disebabkan karena ibu adalah orang yang mengandung dan melahirkannya. (Sarwono, 2001 : 75).

Dari uraian tentang ibu diatas jelaslah bahwa ibu adalah sebutan peran bagi perempuan yang sudah melahirkan. Ibu adalah sosok guru pertama bagi anak-anak yang dilahirkannya. Ibu mempunyai jalinan emosional dan ikatan batin yang sangat kuat dengan anak-anaknya.

Dalam suatu keluarga pendekatan Ibu terhadap seluruh anggota keluarganya termasuk kepada anak-anaknya lebih bersifat emosional. Ibu jauh lebih sabar dan menahan diri jika dibandingkan dengan seorang bapak. Dalam memberi petunjuk atau mengajar anak-anaknya seringkali seorang ibu dinilai cerewet dan banyak aturan oleh anak-anaknya. Karena sifat Ibu selalu memperlihatkan rasa kasih dan sayang kepada anak-anaknya, baik secara langsung maupun tidak langsung. Tidak jarang anak-anak menggunakan kelemahan Ibu. Hal ini kadang terwujud dari tingkah laku Ibu yang menunjukkan keragu-raguan atas putusan atau tindakan yang telah diambilnya berkenaan dengan tingkah laku atau perbuatan anak yang salah


(32)

atau kurang benar. Itulah sebabnya kadang-kadang yang menyebabkan kurang berwibawanya seorang Ibu di mata anak-anaknya.

Dalam berbagai masalah yang dihadapinya, anak-anak senantiasa menyampaikan keluhannya atau curhatan hatinya kepada Ibu secara lebih terus terang dibandingkan kepada ayahnya. Anak-anak cenderung manja pada Ibu mereka. Mereka lebih senang dan lebih terbuka kepada Ibu mereka. Mereka tidak segan-segan bercerita bahkan membuka suatu rahasia pribadi mereka sendiri kepada Ibu dan tidak jarang anak-anak bersenda gurau dengan Ibu mereka. (Diah, 1998 : 48).

Sebagai perempuan seorang Ibu dalam kehidupan rumah tangga mempunyai peran sebagai Ibu rumah tangga yang tugas pokoknya adalah mengurus rumah tangga, sehingga dalam urusan mencari nafkah seorang Ibu atau perempuan bersifat membantu saja, dimana secara umum Ibu mempunyai fungsi sebagai pengasuh dan pendidik anak-anaknya. (Millia, 1998 : 49).

Dari uraian diatas kiranya sudah menunjukkan bahwa peranan Ibu dalam keluarga khususnya pada anak-anaknya adalah besar sekali. Sejak dilahirkan, peranan seorang Ibu tampak nyata sekali, sehingga dapay dikatakan bahwa pada awal proses sosialisasi, seorang Ibu mempunyai peranan yang besar sekali, lebih besar dari pada peran seorang ayah khususnya dalam hal urusan keluarga. Secara psikologis, antara seorang Ibu dan seorang anak terjadi hubungan emosional. Ada tali jiwa yang terbuhul utuh dan tak bisa diceraiberaikan. Sentuhan kasih sayang seorang Ibu dapat


(33)

meredakan tangisan anak. Kesakitan anak merupakan derita seorang Ibu. Senyum seorang anak merupakan kebahagiaan seoarang Ibu. Kelelehan yang mendera karena setiap hari harus mengurus anak-anaknya tidak dirasakan, karena ingin memberikan layanan yang terbaik untuk anak dan keluarganya.

Bagi seorang Ibu, satu jika dalam perpisahan raga, jauh dimata dekat dihati. Dalam keterpisahan itu selalu ada kerinduan seorang Ibu kepada anaknya dan tak akan pernah terobati sebelum dipertemukan.

Hubungan darah antara Ibu dan anak serta anggota keluarga lainnya dapat melahirkan pendidikan yang bersifat kodrati, karenanya secara naluriah, meskipun mendidik anak merupakan suatu kewajiban, tetapi setiap Ibu merasa terpanggil untuk mendidik anaknya dengan cara mereka sendiri. (Djamarah, 2004 : 56).

2.5 Kelembutan dan Sifat – Sifat Ibu

Ibu merupakan orang yang melahirkan kita, Ibu adalah guru pertama kita, Ibu adalah pelindung kita. Kata-kata di atas merupakan gambaran peran Ibu bagi anak-anaknya dalam keluarga. (Goode, 2004 : 76).

Ibu orang yang pertama kali melahirkan setiap amnesia di dunia ini. Hamper selama sembilan bulan seorang Ibu mengandung anaknya dalam rahimnya. Selama mengandung anaknya seorang Ibu mempunyai beban dan tugas berat untuk merawat anak dalam kandungannya. Memberikan asupan gizi yang cukup bagi janin dalam rahimnya. Selama mengandung pula


(34)

seorang Ibu tak henti-hentinya berdo’a, agar anak yang dilahirkannya dalm kondisi yang sehat dan baik.

Dalam masa-masa menjelang melahirkan dan selama proses kelahirannya seorang Ibu mengalami perjuangan yang sangat berat karena dalam proses kelahiran seorang anak, nyawa Ibu yang menjadi taruhannya. (Wijaya, 2001 : 45).

Setelah lahirnya anak, tugas seorang Ibu tidak cukup sampai disitu. Ibu harus mengasuh anak yang dilahirkannya dengan kelembutan. Kelahiran seorang anak merupakan awal dari proses awal pendidikan anak-anaknya di dunia. Seorang Ibu dalam proses pendidikan seorang anak dikatakan sebagai guru pertama. (Goode, 2004 : 78). Pertama kali bahasa yang dikenal oleh seorang anak adalah bahasa Ibu. Selama seorang anak dalam pengasuhan, seorang Ibu hampir setiap hari bersama dengan anaknya, sehingga apa yang disampaikan oleh seorang Ibu akan dikenal dan ditangkap oleh anak.

Seiring dengan bertambahnya usia seorang anak bahkan mencapai usia remaja, seorang Ibu masih mempunyai tugas yaitu mempersiapkan seorang anak untuk mencapai keinginannya di masa depan. Tidak jarang demi tercapai keinginan seorang anak, seorang Ibu harus berjuang keras membantu mencapai keinginan anaknya dengan memberikan pendidikan yang cukup, bahkan seorang Ibu rela mengorbankan dirinya demi tercapai keinginan anak. Meski seorang anak telah menikah, seorang Ibu tetap mempunyai peran yang besar bagi anak. Ikatan batin seorang Ibu lebih kuat dibandingkan seorang bapak kepada anak, sehingga seringkali seorang Ibu


(35)

mempunyai firasat tertentu apabila sesuatu terjadi pada anaknya. Meski jauh seorang Ibu tetap berdo’a bagi anak-anaknya.

Memang tidak ada manusia yang sempurna selain Rasulullah SAW. Namun orang tua harus berusaha memiliki sifat-sifat terpuji agar bisa dijadikan teladan bagi anak-anaknya. Semakin baik sifat-sifat orang tua sebagai pendidik, semaikin dekat tingkat keberhasilannya dalam mendidik anak.

Menurut Asri Mulyani peran ibu sangat dominan untuk menghantarkan terciptanya generasi yang shaleh/shalehah. Hal - hal bisa mendukung suksesnya peran/ sifat-sifat yang diemban para ibu sebagai berikut :

1) Penyayang : Sifat penyayang sangat dibutuhkan sebagai penghangat suasana. Kita semua akan betah berada di antara orang yang penyayang. Hati yang begitu lembut memancarkan rasa “care” pada anak sehingga anak akan tumbuh baik fisik ataupun mentalnya secara optimal.

2) Sabar : Kita semua mengetahui bahwa jam kerja seorang istri dan ibu adalah 24 jam. Coba bayangkan sewaktu kita memiliki bayi. Pada malam hari, dimana banyak orang terlelap kita tetap saja berjaga sewaktu-waktu jika si bayi menangis, entah haus, ngompol atau malah buang air besar.baban berat ini akan sukses dilalui kalau si ibu mempunyai sifat sabar.

3) Mau Berkorban : Ada istilah “segalak-galaknya harimau tidak akan memakan anak kandungnya sendiri”. Jiwa mau berkorban wajib dimiliki para


(36)

ibu, karena sangat mungkin kepentingan ibu harus tersisihkan setelah punya anak.

4) Disiplin : Disiplin disini lebih menitik beratkan pada kemandirian anak sejak dini. Anak yang dididik mandiri sejak dini, akan mampu menolong dirinya sendiri. Selain akan timbul rasa percaya diri juga tidak akan merepotkan orang tua.

5) Tegas : Tegas disini mengharuskanibu bersikap konsisten terhadapaturan, mana yang boleh dilakukan dan mana yang tidak. Demi suksesnya aturan dalam keluarga maka ayah dan ibu harus kompak sehingga anak tidak bingung dalam bersikap.

6) Cerdas : Seorang ibu wajib cerdas dalam menyikapi dan memecahkan masalah. Segala sesuatu di dunia ini selalu berkembang dan berubah. Semua membutuhkan ilmu dan hanya orang cerdaslah yang tetap mau belajar dan menambah wawasannya.

7) Bijaksana : Kenapa harus bijaksana? Karena diluar peraturan yang ada mungkin masih ada sesuatu yang harus dipecahkan dan membutihkan kebijaksanaan

8) Tawakal : Tawakal mengandung arti berusaha seoptimal mungkin, hasil akhirnya diserahkan kepada Alloh SWT. Kiranya sifat ini sangat penting dimiliki oleh para ibu. (http://asri.bloggergarut.or.id/2010/01/sifat‐penunjang‐ suksesnya‐peran‐ibu.jsp Asri Mulyani ).


(37)

2.6 Do’a Untuk Ibu

Sesungguhnya jasa orang tua kita tidak terhitung banyaknya. Ibu kita mengandung selama 9 bulan kemudian melahirkan kita dengan resiko nyawa melayang. Ketika masih bayi tak berdaya, mereka beri kita minum dan makanan. Ketika kita buang air, tanpa jijik mereka membersihkan kita dengan penuh cinta. Kita diberi pakaian dan juga pendidikan.

Seorang Ibu sabar menghadapi kemarahan kita, rengekan, kenakalan, bahkan mungkin ketika masih kecil/balita pernah memukul beliau. Ibu tetap mencintai kita. Jadi jika kita merasa kesal dengan beliau, apalagi jika beliau begitu tua sehingga kelakuannya kembali seperti anak-anak, ingatlah kesabaran beliau dulu ketika menghadapi kita. Bagi yang sudah memiliki anak pasti sudah paham kerewelan anak-anak yang butuh kesabaran yang sangat dari seorang Ibu.

Adakah kita mampu membalasnya? Bahkan seandainya Ibu kita tidak berdaya sehingga untuk buang air, kita yang membersihkannya, itu tidak akan sama. Seorang Ibu membersihkan kita dengan penuh cinta dan harapan agar kita selamat dan panjang umur. Sementara si anak ketika melakukan hal yang sama mungkin akan merengut dan bertanya kapan “ujian” itu berakhir. Begitulah seperti kata pepatah, “Kasih anak sepanjang badan, Kasih Ibu sepanjang jalan”. Tidak bisa dibandingkan.


(38)

Oleh karena itu sebagaianak yang berbakti hendaknya kita senantiasa berdo’a untuk Ibu/bapak kita. Diantara doa-doa untuk orang tua yang tercantum dalam Al-Qur’an salah satunya berikut :

Robbighfir lii wa li waalidayya warhumhumaa kamaa robbayanii shogiiroo

Artinya : “ Ya Tuhanku! Ampunilah aku, Ibu dan Bapakku dan kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil.” Mudah-mudahan kita bisa mengambil manfaat dari ilmu yang kita dapat dengan mengamalkannya setiap hari. Amin ya robbal alamin. (http://media-islam.or.id/2008/03/06doa-untuk-ibu-bapak-orang-tua).

2.7 Kesalehan Anak

Setiap orang pasti menginginkan anak - anknya menjadi anak yang saleh, berperangai terpuji dalam setiap pelakunya dan taat dalam beribadah. Namun, pada zaman sekarang jarang orang tua yang memperhatikan hal tersebut. Kebanyakan orang tua sekarang sibuk dengan pekerjaannya tanpa peduli dengan anak- anaknya. Para orang tua merasa yang terpenting sudah memasukan anak ke sekolah itu sudah baik. Padahal anak - anak usia dini itu masih sangat butuh bimbingan orang tuanya terutama dalam pendidikan agama. Oleh karena itu orang tua wajib dalam membimbing anak - anaknya menjadi putra – putrid yang saleh dan taat pada agamanya. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam membangun kesalehan anak, diantaranya yang saya ambil bersumber dari Sarpani, S.Psi dan Mustafa Al-


(39)

Adaway dalam bukunya yang berjudul Fiqih Pendidikan Anak sebagai berikut :

1. Melatih Anak Sejak Dini Untuk Taat Beribadah

Sejak kecil, anak harus dilatih agar terbiasa beribadah, berbuat baik, dan menjauhi kemungkaran. Rasululah Saw bersabda : Perintahkanlah anak kalian untuk shalat ketika berusia tujuh tahun! Pukullah mereka apabila tidak melaksanakan sholat ketika berusia sepuluh tahun, dan pisahkanlah mereka di tempat tidur. Begitulah yang harus dilakukan para orang tua terhadap anak - anak mereka, sekalipun mereka masih belum baligh.

2. Tidak Membebani Anak Diluar Kemampuannya

Sudah sanatullah apabila kemampuan anak lebih rendah dibanding orang dewasa. Oleh sebab itu orang tua harus memperhatikan kemampuan akal sang buah hati, tidak semua perilaku anak harus ditegur. Memang ada perilaku yang harus ditegur secara tegas namun penuh kasih dan sayang sehingga tidak menimbulkan trauma pada diri sang anak.

3. Memberi Semangat Untuk Berbuat Baik

Memberi semangat pada anak dengan cara memberikan pujian yang dapat membangun kepercayaan diri yang baik pada diri sang buah hati, memberikannya hadiah meskipun dalam bentuk apapun sebagai apresiasi


(40)

atas apa yang telah buah hati usahakan. Semua hal ini mempunyai pengaruh besar atas perkembangannya.

4. Mencintai Anak Secara Adil Dan Obyektif

Nabi Saw memerintahkan kepada para orang tua untuk adil dalam memberikan hadiah kepada semua anak. Meskipun jumhur ulama berpendapat perintah untuk adil dalam memberikan hadiah hanya anjuran saja. Beberapa ulama ada yang mewajibkan.

5. Memberikan Permainan

Anak boleh bermain dengan permainan yang dibolehkan, anak dianjurkan bermain dengan mainan yang berguna untuk perkembangan otak dan tubuhnya. Diantara permainan itu adalah latihan memanah, berenang, dan naik kuda, jangan sampai anak bermain yang dapat mengganggu orang lain dan pada waktu shalat.

6. Anak Tidak Harus Di Pukul

Setiap kondisi tidak dapat disikapi dengan sikap yang sama, begitu juga dengan perilaku anak yang harus dibenahi. Apakah perilaku ini tergolong perilaku yang jelek atau tidak? Apakah si anak sadar bahwa perilaku yang dia lakukan bisa membawa dosa dan bahay atau tidak? Yang jelas dalam permasalahan ini kita harus mengacu pada sabda Nabi Saw


(41)

kelembutan adalah hiasan segala sesuatu. Jika dihilangkan sesuatu itu akan menjadi buruk.

7. Mengajarkan AL-Qur’an dan as Sunnah

AL-Qur’an dan as Sunnah merupakan ilmu yang paling utama dan amalan yang paling mampu mendekatkan seorang hamba kepada Rabbnya. Ada keutamaan dan pahala yang besar dalam mempelajari ilmu tersebut. Demikianlah yang dianjurkan Allah SWT dan Rasulnya. Ajarkan sang buah hati secara intensif namun efektif.

8. Wibawa Orang Tua

Dirumah , oarng tua harus punya wibawa agar ucapannya diperhatikan dan ditaati. Suami atau ayah adalah pemimpin rumah tangga dan akan dimintai pertanggungjawaban. Begitu juga dengan istri atau Ibu ia merupakan pemimpin rumah tangga dan akan dimintai pertanggungjawaban. Wibawa dapat diraih melalui berbagai cara diantaranya dengan menjunjung sikap saling menghormati dan menegakkan hukum – hukum Allah SWT diantara suami dan istri. Atau bisa juga dengan cara mengajarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah Rasulullah Saw kepada sang buah hati. Khususnya yang berkaitan dengan hak-hak orangtua. Jelaskanlah dengan baik apa hak bapak dan apa hak seorang Ibu. jelaskan kepada mereka bahwa taat kepada kedua orang tua dalam kebaikkan merupakan bentuk ketaatan kepada Allah SWT.


(42)

Selain Itu, hendaknya sebagai orang tua sampaikan kepada sang buah hati tentang keagungan seorang Ibu.

Sebagai seorang tua harus bertakwa kepada Allah SWT baik dikala sepi maupun ramai sesering mungkin mendoakan sang buah hati dengan harapan – harapan yang bisa membahagiakan segala pihak. Jangan sekali- sekali mendoakan hal yang tidak baik untuk anak, karena bisa saja doa yang anda berdua ucapkan bertepatan dengan waktu dikabulkannya doa. Bisa saja anak jatuh sakit karena doa yang kita ucapkan. Jangan sering memekik, mengumpat, da mencela supaya anak anda tidak meniru perilaku tidak baik tersebut. Jangan memperlihatkan perbedaan pendapat di hadapan anak- anak, misalnya seorang Ibu memerintahkan anak- anak untuk melakukan sesuatu, namun seorang ayah memerintahkan hal yang sebaliknya, hingga akhirnya anak- anaknya menjadi kebingungan. Sebaiknya sebagai orang tua harus menyatukan pendapat dibawah acuan Al-Qur’an dan As-Sunnah, dan bersatulah demi kebaikkan anak di dunia dan di akhirat.

9. Etika di Hadapan Orang Yang Lebih Tua

Etika yang sesuai dengan islam adalah hal yang sangat terpenting, baik itu kakak sendiri maupun orang lain yang lebih tua. Beritahukanlah hak- hak orang yang lebih tua usianya harus dihormati.


(43)

10. Pisahlah Tempat Tidur Anak - Anak Anda

Rasulallah Saw memerintahkan kepada kita untuk memisahkan tempat tidur anak- anak, khususnya mereka yang sudah mencapai usia remaja dan hamper baligh, Rasulullah Saw bersabda : “Perintahkanlah anak kalian shalat ketika berusia tujuh tahun, dan pukullah mereka agar shalat pada usia 10 tahun dan pisahkanlah tempat tidur mereka. Memisahkan tempat tidur anak- anak adalah yang terpenting selain Rasulullah memerintahkan demikian, juga karena dikhawatirkan muncul perilaku- perilaku asusila di antara anak- anak. Tidak menutup kemungkinan ketika anak- anak berada disatu tempat tidur tubuh mereka dan aurat mereka terbuka sehingga muncul pikiran- pikiran yang negatif.

11. Mendorong Anak Untuk Memilih Teman Yang Baik

Orang tua harus mendorong anaknya untuk memilih teman dan sahabat yang bisa membawa manfaat baik di dunia maupun di akhirat, dengan menjadikan orang- orang saleh sebagai teman serta menjauhi teman- teman yang tidak baik. Selain itu, juga harus senantiasa mengawasi anak dan mencari tahu siapa teman- temannya. Sebab, tidak sedikit teman yang mengajak pada kemungkaran dan kerusakkan, dan menghiasi perbuatan- perbuatan yang tidak baik menjadi seolah- olah baik. Pastikanlah teman- teman dari anak- anak kita adalah orang – orang yang baik dan saleh serta berasal dari keluarga baik- baik. Berusahalah menghargai teman- teman anak kita, agar kita mudah untuk mengarahkan mereka.


(44)

12. Mencarikan Guru Yang Saleh

Mengajari anak- anak semampu kita. Menitipkan anak pada pengajar- pengajar terpercaya yang bertakwa pada Allah AWT.

2.8 Semiotika Komunikasi

Semiotika adalah ilmu atau metode analisis untuk mengkaji suatu tanda. Tanda itu sendiri adalah perangkat-perangkat yang kita pakai dalam upaya mencari jalan didunia ini ditengah-tengah masyarakat dalam hidup bersama manusia. Semiotika atau dalam istilah Barthes semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memakai hal (things). Memaknai (to sinify) berarti tidak dapat dicampur adukan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek-objek tidak hanya membawa informasi, tetapi juga termasuk dalam hal mana objek-objek itu hendak berkomunikasi. (Kurniawan, 2004 : 15).

Semiotika berasal dari bahasa yunani, semeion yang berarti tanda atau seme yang berarti penafsir tanda. Jika diterapkan dalam tanda-tanda bahasa, maka huruf,kata. Kalimat tidak memiliki arti pada dirinya sendiri. Tanda-tanda itu hanya mengemban arti (significant) dalam kaitannya dengan pembacanya. Pembaca itulah yang menghubungkan tanda dengan apa yang ditandakan (signifie). Sebuah teks baik itu lagu, musik, surat cinta, cerpen, puisi, komiki, kartun semua hal itu mungkin terjadi “tanda” dapat dilihat dari


(45)

aktifitas penanda: yaitu suatu proses signifikasi yang menggunakan tanda yang menghubungkan objek dan interpretasi.

Suatu tanda menandakan sesuatu selain dirinya sendiri dan makna adalah hubungan antara suatu objek atau idea dan suatu tanda (Little John, 1996) menurut Pines dengan tanda-tanda kita mencoba menafsirkan keteraturan di tengah-tengah dunia yang centang-perenang ini, setidaknya agar kita sedikit punya pegangan. Menurut Hjelmslev, mendefinisikan tanda sebagai “suatu keterhubungan antara wahana ekspresi dan wahana isi”. (Sobur, 2004 : 15-16).

Semiotika modern mempunyai dua orang Bapak yaitu Charles Sanders Pierce (1839-1914) dan Ferdinand de Saussure (1857-1913). Terdapat perbedaan antara Pierce dan Saussure antara lain; Pierce adalah ahli filsafat dan ahli logika, sedangkan Saussure adalah tokoh cikal bakal linguistic umum. (Sobur, 2004 : 110).

Kehadiran pragmatisme Pierce dan Strukturalisme Saussure dalam kancah perbincangan filsafat bahasa mempertegas adanya studi tanda dengan ilmu yang mereka sebut semiologi (Saussure) dan semiotika (Pierce). Secara prinsip tidak ada perbedaan mendasar tentang dua nama ilmu tentang tanda tersebut. Kalaupun ada, perbedaan itu hanya mengacu pada orientasinya. Penggunaaan semiologi menunjuk pengaruh kubu Saussure (salah satunya Roland Barthes), sedangkan penggunaan semiotika mengacu pada kubu Pierce. (Kurniawan, 2001 : 51).


(46)

Semiologi menitik beratkan dirinya pada studi tentang tanda dan segala yang bekaitan dengannya. Kubu Pierce cenderung meneruskan tradisi skolastik yang mengarah pada inferensi (pemikiran logis) dan kubu Saussure menekankan dari Pierce Amerika. Dengan kata lain, sebenarnya kedua ilmu itu dapat sama-sama dipakai. Semiotik menurut Eco (1979), pada prinsipnya adalah disiplin ilmu yang mengkaji segala sesuatu yang dapat digunakan untuk mendustai. Mengelabuhi atau mengecoh.

Semiotika menaruh perhstian pada apapun yang dapat dinyatakan sebagai tanda. Sebuah tanda adalah semua hal yang dapat diambil sebagai penanda yang mempunyai arti penting untuk menggantikan sesuatu yang lain. Sesuatu yang lain tersebut tidak perlu harus ada, atau tanda itu secara nyata ada di suatu tempat pada suatu waktu tertentu. Dengan begitu, semiotika pada prinsipnya adalah sebuah disiplin yang mempelajari apapun yang bisa digunakan untuk menyatakan suatu kebohongan. Jika sesuatu tersebut tidak dapat digunakan untuk mengatakan sesuatu kebohongan, sebaliknya tidak bisa digunakan untuk menyatakan kebenaran…(Berger dalam Sobur, 2004 : 18).

2.9 Semiotika Roland Barthes

Roland Barthes adalah salah satu tokoh semiologi komunikasi yang menganut aliran strukturalis yang getol mempraktikan model linguistic dan semiologi Saussurean. Ia juga intelektual dan kritikus sastra Perancis yang ternama; ekspones penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Barthes berpendapat bahasa adalah sebuah sisitem tanda yang mencerminkan


(47)

asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu. Ia mengajukan pendapat ini dalam Writing Degree Zero (1953; terj. Inggris 1977) dan Critical Essays (1964; terj Inggris 1972). (Sobur, 2004 : 63).

Menurut Shklovsky “Karya-karya yang diciptakan melalui tekhnik-tekhnik khas yang dirancang sedemikian rupa sehingga menjadi karya seartistik mungkin”. (Budiman, 2003 : 11).

Sedangkan pendekatan karya strukturalis memberikan perhatian terhadap kode-kode yang digunakan untuk menyusun makna. Strukturalisme merupakan suatu pendekatan yang secara khusus memperhatikan struktur karya sastra atau seni. Fenomena kesastraan dan estetika didekati sebagai sistem tanda-tanda. (Budiman, 2003 : 111).

Linguistik merupakan ilmu tentang bahasa yang sangat berkembang menyediakan metode dan peristilahan dasar yang dipakai oleh seorang semiologi dalam mempelajari semua sistem tanda sosial lainnya. Semiologis adalah ilmu tentang bentuk, sebab ia mempelajari bahasa secara terpisah dari kandungannya. Didalam semiologi seseorang diberikan “kebebasan” didalam memaknai sebuah tanda. (Kurniawan, 2001 : 15).

Barthes tertarik terhadap kenyataan bahwa kalimat yang sama, bisa saja menyampaikan makna yang berbeda pada orang yang berbeda situasinya. Dengan kata lain, Barthes memperhatikan makna sebagai proses negoisasi antara pembaca dengan penulis melalui teks. Tanda-tanda yang terdapat dalam teks berinteraksi dengan pengalaman personal dan cultural penggunaanya dan juga secara konversi dengan apa yang diharapkan dan dialami oleh penggunanya. (Fiske, 2006 : 17).


(48)

Barthes berpendapat bahwa bahasa adalah sebuah sistem tanda yang mencerminkan asumsi-asumsi dari suatu masyarakat tertentu dalam waktu tertentu (Sobur, 2004 : 63). Dalam pengkajian tekstual, Barthes menggunakan analisis naratif structural yang dikembangkannya. Analisis naratif struktural secara metodologis berasal dari perkembangan akhirnya dikenal sebagai semiologi teks atau semiotika. Jadi secara sederhana analisis naratif struktural dapat juga disebut sebagai semiologi teks karena memfokuskan diri pada naskah. Intinya sama yakni mencoba memahami makna suatu karya dengan menyusun kembali makna-makna yang tersebar dengan suatu cara tertentu. (Kurniawan, 2001 : 89).

Hal pokok dalam semiologi adalah konsep Saussure tentang tanda. Tanda linguistic Saussure memuat penanda (sisi ekspresi) dan petanda (sisi isi). Menurut Bertens (2001) tanda adalah suatu kesatuan dari suatu bentuk penanda dan petanda. Penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek material dari bahasa : apa yang dikatakan, apa yang didengar, dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental pikiran dan konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa. Yang harus diperhatikan adalah bahwa dalam tanda bahasa yang konkret, kedua unsure tersebut tidak dapat dilepaskan. Tanda bahasa selalu mempunyai dua segi signifier (penanda) dan signified (petanda). Suatu penanda tanpa petanda tidak berarti apa-apa dan arena itu tidak merupakan tanda. Sebaliknya suatu petanda, tidak mungkin disampaikan atau ditangkap lepas dari penanda, petanda, atau yang


(49)

ditandakan itu termasuk tanda sendiri dan dengan demikian merupakan suatu factor linguistik. “penanda dan petanda merupakan kesatuan, seperti dua sisi sehelai kertas” (Sobur, 2004 : 46). Setiap tanda kebahasan, menurut Saussure pada dasarnya menyatukan sebuah konsep dan suatu citra suara (sound image), bukan menyatakan sesuatu sebagai nama. Suara yang muncul dari sebuah kata yang diucapkan merupakan penanda (signifier), sedang konsepnya adalah penanda (signified). Dua unsure ini tidak dapat dipisahkan, memisahkannya hanya berakibat menghancurkan ‘kata’ tersebut (Sobur, 2004 : 47).

Kode sebagai sistem makna yang lengkap sebagai acuan dari setiap tanda, menurut Barthes terdiri dari lima jenis. Lima kode yang ditinjau oleh Barthes adalah kode hermeneutika (kode teka-teki), kode proaretik, kode budaya, kode semik, dan kode simbolik. (Kurniawan, 2001 : 69).

Kode hermeneutika atau kode teka-teki berkisar kepada harapan pembaca untuk mendapatkan “kebenaran” bagi pertanyaan yang muncul dalam teks. Kode teka-teki merupakan unsure terstruktur utama dalam narasi tradisional. Didalam narasi ada suatu kesinambungan antara pemunculan suatu peristiwa teka-teki dan penyelesaian di dalam cerita. (Sobur, 2004 : 65). Dibawah kode ini, orang dapat mendaftar beragam istilah yang sebuah teka-teki dapat dibedakan, diduga, diformulasikan, dipertahankan, dan akhirnya disikapi. Kode ini disebut juga suara kebenaran (The Voice of Truth). (Kurniawan, 2001 : 69) kode ini berhubungan dengan teka-teki yang timbul dalam suatu wacana. (Tinaburko, 2008 : 19).


(50)

Kode proaretik atau kode tindakan/lakuan dianggapnya sebagai

perlengkapan utama teks yang dibaca orang; artinya, antara lain, semua teks yang bersifat naratif (Sobur, 2004 : 66). Kode proaretik yaitu kode yang mengandung cerita, urutan, narasi atau antinarasi. (Tinaburko, 2008 : 19). Kode budaya sebagai referensi kepada sebuah ilmu atau lembaga pengetahuan. Biasanya orang mengindikasikan tipe pengetahun mengacu pada, tanpa cukup jauh mengkonstruksikan (atau merekonstruksi), budaya yang mereka ekspresikan (Kurniawan, 2001 : 69). Gnomik atau kode cultural (budaya) banyak jumlahnya. Kode ini merupakan acuan teks ke benda-benda yang sudah diketahui dan dikodifikasi oleh budaya. Menurut Barthes, realisme tradisional didefinisi oleh acuan kea pa yang telah diketahui. (Sobur, 2004 : 66).

Kode semik atau semantic, yaitu kode yang mengandung konotasi pada level penanda. Kode semik menawarkan banyak sisi. Dalam proses pembacaan, pembaca menyusun tema suatu teks. Ia melihat bahwa konotasi kata atau frase yang mirip. Jika kita melihat kumpulan satuan konotasi melekat, kita menemukan suatu tema di dalam cerita. Perlu dicatat bahwa Barthes menganggap bahwa denotasi sebagai konotasi yang paling kuat dan paling “akhir”. (Sobur, 2004 : 66)

Kode simbolik (tema) yang bersifat tidak stabil dan dapat dimasuki melalui beragam sudut pendekatan. Kode simbolik merupakan aspek pengkodean fiksi yang paling khas bersifat structural, atau tepatnya menurut konsep Barthes, pasca structural. Hal ini didasarkan pada gagasan bahwa makna


(51)

berasal dari beberapa oposisi biner atau pembedaan baik dalam taraf bunyi menjadi fonem dalam proses produksi wicara, maupun taraf oposisi psikoseksual yang melalui proses. (Sobur, 2004 : 66).

Semiologi Barthes tersusun atas tingkatan-tingkatan sistem bahasa. Umumnya Barthes membuatnya dalam dua tingkatan bahasa, bahasa pada tingkat pertama adalah sebagai objek dan bahasa tingkat kedua disebut sebagai metabahasa. Bahasa ini merupakan suatu sistem tanda yang memuat penanda dan petanda. Sistem tanda kedua terbangun dengan menjadikan penanda dan petanda tingkat pertama sebagai petanda baru yang kemudian memiliki penanda baru sendiri dalam suatu sistem tanda baru pada taraf yang lebih tinggi. Sistem tanda pertama kadang disebut sebagai konotasi atau sistem retoris atau mitologi. Focus kajian Barthes terletak pada sistem tanda tingkat kedua atau metabahasa. (Kurniawan, 2001 : 115).

Tatanan pertandaan pertama adalah landasan kerja Saussure. Tatanan ini menggambarkan relasi antara penanda dan petanda di dalam tanda, dan antara tanda dengan referennya dalam realitas eksternal. Barthes menyebut tatanan ini sebagai denotasi. Hal ini mengacu pada anggapan umum, maka jelaslah tentang tanda. Sebuah contoh foto tentang keadaan jalan mendenotasi jalan tertentu; kata jalan mendenotasi jalan perkotaan yang membentang diantara bangunan (Fiske, 2006 : 118). Denotasi menurut Barthes merupakan sistem signifikasi tingkat pertama dan lebih diasosiasikan dengan ketertutupan makna. (Sobur, 2004 : 70).


(52)

Konotasi dan metabahasa adalah cerminan yang berlawanan satu sama lain. Metabahasa adalah operasi membentuk mayoritas bahasa-bahasa ilmiah yang berperan untuk menerapkan sistem riil dan dipahami sebagai petanda, diluar kesatuan penanda-penanda asli, diluar alam deskriptif. Sedangkan konotasi meliputi bahasa-bahasa yang sifat utamanya sosial dalam hal pesan literal memberi dukungan bagi makna kedua dari sebuah tatanan arifisial atau ideologis secara umum. (Kurniawan, 2001 : 68).

Untuk membuat ruang atensi yang lebih lapang bagi diserminasi makna dan teks, Barthes mencoba memilah-milah penanda-penanda pada wacana naratif ke dalam serangkaian fragmer ringkas dan berurutan yang disebutnya sebagai leksia-leksia (lexias) yaitu satuan-satuan bacaan (unit of reading) dengan panjang pendek bervariasi.

Dalam memaknai “teks” kita akan dihadapkan pada pilihan-pilihan pisau analisis mana yang bisa kita pakai dari sekian jumlah pendekatan yang begitu melimpah. Ketika kita sampai pada pilihan tertentu semestinya “setia” dengan satu pilihan, namun bisa juga mencampuradukan dengan beberapa pilihan tertentu, tergantung kepentingan dari tujuan “pembaca” dalam membedah pembacanya. Bisa pula benar-benar hanya memfokuskan pada teks dan “melupakan” sang pengarang, “pembaca” kemudian dapat melakukan interpretasi terhadap suatu karya.

Dalam hal ini “pembacalah” yang memberikan makna dan penafsiran “pembaca” mempunyai kekuasaan absolute untuk memaknai sebuah hasil karya (lirik lagu) yang dilihatnya, bahkan tidak harus sama dengan maksud


(53)

pengarang. Semakin cerdas pembaca itu menafsirkan, semakin cerdas pula karya lirik dalam lagu itu memberikan maknanya. Wilayah kajian “teks” yang dimaksud Barthes memang sangat luas, mulai bahasa verbal seperti karya satra hingga fashion atau cara berpakaian.

Dalam teori Barthes akrab dengan apa yang disebut dengan system pemaknaan tataran kedua, yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Satra merupakan contoh paling jelas sistem pemaknaan kedua yang dibangun diatas bahasa sebagai sistem pertama.

Sistem kedua ini disebut konotatif, yang didalam mitologisnya secara tegas ia bedakan dari makna denotative atau system pemaknaan tataran pertama Barthes menciptakan bagaimana tanda kerja.

Gambar 2.1 Peta Tanda Roland Barthes 1. Signifier (penanda) 2. Signified (petanda) 3. Denotative Sign

(tanda denotatif)

4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF)

5. CONNOTATIVE SIGNIFIER

(PETANDA KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF)

Sumber : Paul Cobley & Litza Jansz, 1999, dalam Alex Sobur, 2004 : 69.

Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotative (3) terdiri atas penand (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat yang bersamaan, tanda denotative adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain hal tersebut


(54)

merupakan unsure material; hanya jika anda mengenal tanda “singa”, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan dan keberanian menjadi mungkin. Jadi konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga menagndung kedua bagian tanda denotative yang melandasi keberadaannya. (Sobur, 2004 : 69).

2.10Kerangka Berpikir

Setiap individu memiliki latar belakang yang berbeda-beda dalam mempresentasikan suatu peristiwa atau objek. Hal ini dikarenakan latar belakang pengalaman (field of experience) dan pengetahuan (frame of reference) yang berbeda-beda dalam setiap individu tersebut. Begitu juga individu dalam menciptakan sebuah pesan komunikasi, dalam hal ini pesan disampaikan dalam sebuah lirik lagu, maka pencipta lagu tidak terlepas dari kedua hal tersebut.

Dalam penelitian ini, peneliti melakukan representasi terhadap tanda dan lambang berbentuk tulisan, lirik lagu “Do’a Untuk Ibu” yang dipopulerkan oleh kelompok musik Ungu band. Lirik lagu “Do’a Untuk Ibu” akan di analisis dengan menggunakan pendekatan semiologi dari Roland Barthes.

Dalam penelitian ini, peneliti tidak menggunakan metode semiotic Pierce. Karena dalam lirik lagu “Do’a Untuk Ibu” kata-kata yang digunakan adalah kata-kata lugas atau kalimat langsung sehingga peneliti tidak banyak menemukan adanya simbol-simbol yang bisa digunakan untuk memenuhi


(55)

48

kebutuhan analisis. Tetapi tidak berarti bahasa tidak langsung tidak ada sama sekali disini. Oleh Karena itu, peneliti menggunakan metode semiologi Roland Barthes dengan menitikberatkan pada tanda denotatif-konotatif. Roland Barthes menunjukkan aspek-aspek denotatif tanda-tanda dalam menyingkap konotasi yang pada dasarnya adalah mitos-mitos yang dibangkitkan oleh sistem tanda yang lebih luas yang membentuk masyarakat.

Dalam pendekatan Roland Barthes terdapat signifikasi dua tahap, pertama terdapat komponen penanda dan petanda dan makna denotasi, tanda itu akan dikaitkan dengan reality eksternal (kenyataan yang ada diluar). Tahap kedua adalah penanda dan petanda itu mempunyai bentuk makna yang isinya mengandung mitos dan berkaitan dengan budaya sekitar.

Secara sistematis dapat di tunjukkan bagan kerangka sebagai berikut : Gambar 2.2 Bagan Kerangka Berpikir

Lirik lagu Do’a Untuk Ibu dari kelompok musik

Ungu band

Analisis Menggunakan Metode Semiologi

Roland Barthes

Hasil dari presentasi Feminisme


(56)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis kualitatif. Artinya data yang digunakan merupakan data kualitatif yaitu tidak menggunakan data atas angka-angka. Melainkan berupa pesan-pesan verbal (tulisan) yang terdapat pada lirik lagu “Do’a Untuk Ibu” oleh kelompok musik Ungu band dalam album “1000 Kisah Satu Hati”. Data-data kualitatif tersebut berusaha diinterpretasikan dengan rujukan, acuan, atau referensi-referensi secara ilmiah.

Penelitian kualitatif ini digunakan karena beberapa pertimbangan. Pertama, menyesuaikan metode kualitatif lebih mudah apabila berhadapan dengan kenyataan ganda. Kedua, metode ini menyajikan secara langsung hakikat penelitian yang diteliti. Dan yang ketiga, metode ini lebih peka dan lebih dapat menyesuaikan diri dengan banyak penajaman pengaruh bersama terhadap pola-pola yang dihadapi. (Moleong, 2005 : 5)

Pendekatan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan pendekatan semiotik untuk mengungkapkan secara rinci representasi feminisme dalam sebuah lagu Do’a Untuk Ibu yang di populerkan oleh kelompok musik Ungu band dalam abum 1000 Kisah Satu Hati. Data yang dikumpulkan berupa kata-kata dalam lirik lagu Do’a Untuk Ibu yang kemudian dikumpulkan sehingga menjadi kunci terhadap apa yang diteliti. Penelitian ini pada dasarnya merupakan upaya menemukan teori dan


(57)

hal tersebut dilakukan secara baik justru dengan pendekatan induktif. Data dikumpulkan, dianalisis, dan diabstraksikan sehingga muncul teori sebagai penemuan penelitian kualitatif.

Metode semiotika adalah sebuah metode yang memfokuskan pada ‘tanda’ dan ‘teks’ sebagai objek kajiannya, serta bagaimana peneliti menafsirkan dan memahami kode (decoding) dibalik tanda dan teks tersebut (Piliang, 2003 : 270). Penggunaan semiotika sebagai metode pembacaan dialam berbagai cabang keilmuan dimungkinkan, oleh karena ada kecenderungan dewasa ini untuk memandang berbagai diskursus sosial, politik, ekonomi, budaya, dan seni sebagai fenomena bahasa. Berdasarkan pandangan semiotika, bila seluruh praktek sosial dianggap sebagai fenomena bahasa, maka ia dapat pula dipandang sebagai tanda. (Piliang, 2003 : 257)

Dengan semiotika kita berurusan dengan tanda, dengan tanda-tanda kita mencoba mencari keteraturan ditengah dunia yang centang-perenang ini, setidaknya agar kita mempunyai pegangan. “Apa yang dkerjakan oleh semiotika adalah mengerjakan kita bagaimana menguraikan aturan-aturan tersebut dan membawa pada sebuah kesadaran”. (Sobur, 2003 : 16).

3.2 Unit Analisis dan Corpus Penelitian 3.2.1 Unit Analisis

Unit analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanda-tanda berupa tulisan, yaitu terdiri atas kata-kata yang membentuk kalimat yang ada


(58)

pada lirik lagu “Do’a Untuk Ibu” yang dipopulerkan oleh kelompok musik Ungu band dalam album 1000 Kisah Satu Hati.

3.2.2 Corpus Penelitian

Corpus adalah sekumpulan bahan terbatas yang ditentukan pada perkembangannya oleh analisa dengan semacam kesemenaan, bersifat sehomogen mungkin. (Kurniawan, 2001 : 70). Corpus atau data yang dikumpulkan berwujud teks. Pada penelitian ini yang menjadi Corpus adalah lirik lagu yang berjudul “Do’a Untuk Ibu” oleh kelompok musik Ungu band dalam album “1000 Kisah Satu Hati”.

Adapun lirik lagu “Doa Untuk Ibu” adalah sebagai berikut :

“ DO’A UNTUK IBU” Kau memberikanku hidup

Kau memberikanku kasih sayang Tulusnya cintamu, putihnya kasihmu Takkan pernah terbalaskan

Hangat dalam dekapanmu Memberikan aku kedamaian

Eratnya pelukmu, nikmatnya belaimu Takkan pernah terlupakan

Reff :


(59)

Tulus cintamu, takkan mampu Untuk terbalaskan

Ohh Ibu semoga tuhan

Memberikan kedamaian dalam hidupmu Putih kasihmu, kan abadi

Dalam hidupku Repet reff :

Oohhh putih kasihmu kan abadi Dalam hidupku

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini berasal dari data primer dan data sekunder yang diperoleh dari :

1. Jenis Data : pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara mendengarkan secara langsung lagu “Do’a Untuk Ibu” dan membaca serta memahami kata-perkata dari lirik lagunya. Yang kemudian ditulis kembali oleh peneliti untuk dijadikan sebagai bahan penelitian.

2. Sumber Data : data yang berasal dari bahan-bahan referensi seperti buku artikel-artikel, dan data dari internet yang berhubungan dengan objek kajian yang diteliti.


(60)

3.4 Metode Analisis Data

Peneliti menginterpretasikan teks dalam lirik lagu “Do’a Untuk Ibu”, serta menyimpulkan berbagai makna mengenai bagaimana sosok Ibu digambarkan dalam lirik lagu tersebut. Dalam lirik lagu yang terdiri dari judul lagu, song, reff inilah yang kemudian akan dianalisis dalam penelitian ini dengan menggunakan pandangan dari Roland Barthes, yaitu metode signifikasi dua tahap (two order of signifikasi) yang akan dianalisis menggunakan lima macam kode pembacaan menurut Barthes, yaitu kode hermeunitik, kode semik, kode simbolik, kode proaretik, dan kode cultural untuk pemaknaan sebuah tanda, sehingga akan mengetahui tanda denotatif dan konotatifnya.

Dalam penelitian ini akan diinterpretasikan semua bentuk penandaan baik itu berupa tulisan dalam lirik lagu Do’a Untuk Ibu ciptaa Ungu band serta membentuk berbagai pemaknaan tentang lagu tersebut. Lagu tersebut akan diinterpretasikan denagn cara mengidentifikasi tanda-tanda yang terdapat dalam setiap kata-kata dalam lirik lagu Do’a Untuk Ibu secara keseluruhan. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui makna-makna yang dikonstruksikan dalam sebuah lagu baik makna denotatif maupun makna konotatifnya. Lagu tersebut akan dipisahkan terlebih dahulu tanda verbal dan non verbalnya, kemudian tanda-tanda tersebut diuraikan berdasarkan struktur yaitu penanda dan petanda agar dapat trbaca makna denotatifnya maupun konotatifnya. Selanjutnya akan dilihat keterkaitan antara tanda yang satu dengan tanda yang lain di dalam pemaknaan lagu


(61)

54

tersebut. Makna-makna apa yang dimunculkan dari hubungan tanda-tanda tersebut, atau apa makna tanda secara keseluruhan dari masing-masing tanda yang terdapat dalam lagu Do’a Untuk Ibu.


(62)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

Ungu terbentuk tahun 1996. Motor pembentuknya adalah Ekky (gitar), dan saat itu vokalisnya adalah Michael, sedangkan drum dipegang oleh Pasha Van derr Krabb. Tahun 1997, Ungu hendak manggung, Pasha van derr Krabb ‘menghilang’ dan posisinya digantikan oleh Rowman, Enda yang sebelumnya adalah roadies-nya Ekky juga bergabung dengan Ungu.

Tahun 2000, Ungu mulai mempersiapkan album pertama mereka, yang akhirnya dirilis 6 juli 2002 bertajuk laguku. Sebelumnya, Ungu ikut mengisi 2 lagu di album kompilasi. Klik bersama Lakuna, Borneo, Piknik, dan Energy, kedua lagu tersebut adalah “Hasrat” dan “Bunga”. Single pertama album ini, “Bayang Semu” menjadi ost, sinetron ABG (RCTI). Meski terbilang sukses, album ini baru mendapat Platinum Award setelah hampir 2 tahun album ini dirilis. Saat hendak masuk dapur rekaman untuk album kedua, Ekky memutuskan keluar. Oncy yang saat itu baru keluar dari funky kopral dipilih untuk menggantikan Ekky. Album kedua Ungu, Tempat Terindah dirilis Desember 2003. Album ini menjagokan “ Karena Dia Kamu “ sebagai single pertama dan “Suara Hati” dipilih sebagai single kedua. Baru empat bulan dirilis, penjualannya telah mencapai 80.000 (delapan puluh ribu) kopi. Jumlah yang cukup signifikan jka dibandingkan dengan album


(63)

pertama yang ‘telah’ mendapatkan platinum (150.000 kopi) dalam hitungan waktu satu setengah tahun.

Pada tahun 2005, Ungu menjadi salah satu artis yang berkolaborasi dengan Chrisye di album terbaru Chrisye, “Senyawa”. Album melayang dirilis Desember 2005. Di albumnya yang ketiga dengan single “Demi Waktu”, Ungu mendapat double platinum. Dengan hits Demi Waktu mengantarkan Ungu jadi MTV Exclusive Artis di bulan Desember 2005. Gaung “Demi Waktu” merambah negri Jiran, Malaysia. Empat perusahaan label berebut untuk mendapatkan hak edar disana. SRC, perusahaan yang menaungi Siti Nurhaliza akhirnya keluar sebagai pemenang. Ungu mengeluarkan sebuah mini album untuk menyambut Ramadhan 1427 H bertajuk SurgaMu yang dirilis September 2006. Hanya dalam tempo sepuluh hari sejak rilis mini album SurgaMu, telah terjual sebanyak 150 ribu keping. Bahkan Wakil Presiden Yusuf Kalla memberi penghargaan ‘Inspiring’ atas album religi SurgaMu. Sayangnya, saat hendak menerima penghargaan di Istana Wapres, Ungu yang mengenakan setelah jas yang dipadu celana jeans ditolak masuk ke dalam istana, dengan alasan pakaian yang tak sesuai dengan protokoler istana.

Dalam penghargaan MTV Indonesia 2006, Ungu masuk dalam 3 nominasi, yaitu Most Favorite Group/Band/Duo, Best Director “Demi Waktu” Abimael Gandy, dan Video of the Year “Demi Waktu”. Ungu dengan dukungan “A Mild Live Productions” dan “Trinity Optima Productions” membuat buku biografi. Buku yang diberi judul “A Mild Live


(1)

Gambar 4.15. Peta Roland Barthes dalam lirik : Putih kasihmu

1.Penanda : Putih kasihmu

2.Petanda :

Konsep tentang ketulusan sebuah kasih

3.Tanda Denotatif : Rasa yang mengharukan 4.Penanda Konotatif :

Harapan yang selalu dinanti - nantikan

5.Petanda konotatif:

Konsep tentang suatu kasih yang putih

6.Tanda Konotatif :

Menunjukkan bahwa kasih dan sayang yang benar – benar putih

Kalimat ketiga bait keempat ini termasuk dalam kode semik, karena menggunakan kata kiasan untuk menjelaskan maksud dari kalimat ‘Putih kasihmu”.

Kiasan kalimat ini adalah putih kasihmu dapat diartikan sebuah ungkapan kepada Ibunya atas jasa – jasa selama ini, serta kasih sayang yang tulus diberikan kepada anak- anaknya. Kode proaretik, karena menceritakan betapa putihnya kasih seorang Ibu.


(2)

Ohh Ibu semoga tuhan

Memberikan kedamaian dalam hidupmu Putih kasihmu

Kan abadi dalam hidupku

Gambar 4.16. Peta Roland Barthes dalam lirik : Kan abadi dalam hidupku

1.Penanda : Kan abadi dalam hidupku

2.Petanda :

Konsep tentang kehidupan dalam keabadian

3.Tanda Denotatif : Rasa yang mengharukan 4.Penanda Konotatif :

Harapan yang selalu dinanti - nantikan

5.Petanda konotatif:

Konsep tentang kasih sayang yang abadi

6.Tanda Konotatif :

Menunjukkan bahwa kasih dan sayang Ibu kan abadi

Kalimat keempat bait keempat ini termasuk dala kode hermeneutik, karena didalamnya mengandung teka – teki atau sebuah pertanyaan Apanya yang abadi dalam hidupku? Kasih sayang Ibu tak akan pernah kita lupakan


(3)

90

dalam seumur hidup kita, semuanya akan teringat dan abadi dalam hidup seorang anak, karena dengan sayang yang tulus dari seorang Ibu hidup kita lebih berwarna dan bahagia selamanya. Kode semik, karena terdapat sebuah kiasan untuk mempertegas makna pada kalimat tersebut yaitu “ Kan abadi dalam hidupku “ yang memiliki arti sebuah kasih sayang seorang Ibu kan abadi dalam kehidupan seorang anak. Dalam kalimat ini juga terdapat

kode proaretik, karena makna ini maknanya sangat erat sekali berhubungan

dengan kalimat sebelumnya, dan kalimat ini menceritakan tentang harapan yang ingin Ibunya dalam lindungan Tuhan YME dari seorang anak agar kasih sayang dari seorang Ibu akan tetap abadi sepanjang masa.


(4)

5.1 Kesimpulan

Hasil dari pemaknaan Lirik Lagu “ Do’a Untuk Ibu “ yang diarasement oleh Band UNGU dengan menggunakan semiologi Roland Barthes, juga menggunakan peta tanda dan kode – kode pembacaan pada korpus pada penelitian ini.

Lirik lagu Do’a Untuk Ibu secara denotative adalah berbicara tentang ungkapan ingin mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya terhadap Ibu karena selama ini telah memberikan kebahagiaan, kedamaian, serta rasa tentram dalam hidup kita. Semua itu tidak akan pernah terbalaskan oleh kita. Hal ini masih banyak orang yang melalaikan perjuangan seorang Ibu selama ini terhadap anaknya, dan tidak ada sedikitpun balas budi yang diterima leh seorang Ibu.

Manusia juga banyak yang tidak mensyukuri atas nikmat yang diberikan oleh ALLAH SWT. Seperti pepatah Surga ada di telapak kaki Ibu. Jika kita durhaka kepada beliau, maka dosa besar lah yang kita dapat.


(5)

92

5.2 Saran

Adapun saran yang dapat peneliti ajukan adalah :

Supaya lebih terbuka lagi tentang adanya suatu kajian semiologi terhadap objek penelitiannya, tanda – tanda yang ada di dalam masyarakat sangat terwakili melalui suatu karya – karyanya yang kreatif.

1. Supaya lebih terbukanya kajian semiologi terhadap objek penelitian dibalik tanda –tanda yang ada di dalam masyarakat yang terwakili melalui karya – karyanya yang kreatif. Beragam tanda selalu menerpa manusia baik secara verbal maupun non verbal, oleh karena itu untuk mengetahui makna yang terpendam diperlakukan kajian yang lebih ilmiah untuk dikaji.

2. Himbauan kepada masyarakat terutama pada generasi muda untuk

menggunakan lagu ini sebagai contoh perilaku kita.

3. Penelitian yang dilakukan pada semiologi Lirik lagu Do’a Untuk Ibu tidak menutup kemungkinan untuk melakukan penelitian lanjut guna memperbaikki kekurangan yang mungkin ditemui agar dapat memberikan masukkan dan sumbangan pemikiran bagi perkembangan ilmu komunikasi pada umumnya.


(6)

daerah Riau. 1998, Edisi Pertama, Departemen P & K Proyek Inventarisasi

dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Fieske, John, 2006. Cultural dan Communication Studies, Sebuah Pengantar

Paling Komprehensif, Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Goode,J. William, 2004. Sosiologi Keluarga, cetakan ke enam, Penerbit Bumi Aksara.

Kurniawan, 2001. Sosiolagi Roland Barthes. Yogyakarta : Yayasan Indonesia. Liliweri, Alo, 1994. Komunikasi Verbal Dan Non Verbal, Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya.

Millia, Heppi, Pola Pengasuhan Anak Secara Tradisional Jambi, 1998, Edisi Pertama, Departemen P & K Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah.

Rahmad, 2003. The Spirit Of Music. Malang : Yayasan Indonesia.

Sobur Alex, 2004. Semiotika Komunikasi. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. Van Zoest, Aart, 1993. Semiotika Tentang Tanda, Cara Bekerjanya dan Apa Yang

Kita Lakukan Dengannya, Jakarta : Yayasan Sumber Agung.


Dokumen yang terkait

REPRESENTASI”SENSUALITAS”DALAM LIRIK LAGU ”BIBIR “ OLEH SAMANTHA BAND (Studi Semiologi Tentang Represenatasi ”Sensualitas”Pada Lirik Lagu”Bibir” Oleh Samantha Band).

1 15 66

REPRESENTASI KASIH SAYANG DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiotika tentang Representasi Kasih Sayang dalam Lirik Lagu “Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis).

1 6 124

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiologi Nasionalisme dalam Lirik Lagu Indonesiaku Oleh Kelompok Musik Ungu).

7 9 93

REPRESENTASI POSFEMINISME DALAM LIRIK LAGU “TOKEK RACUN” (Studi Semiotik Representasi Posfeminisme Dalam Lirik Lagu “Tokek Racun”).

3 16 88

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI).

0 5 64

REPRESENTASI CINTA DAMAI DALAM LIRIK LAGU ” PERDAMAIAN ’’ (Studi Semiologi Representasi Dalam Lirik Lagu ’’ Perdamaian ’’ Oleh Band GIGI)

0 0 15

REPRESENTASI NASIONALISME DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiologi Nasionalisme dalam Lirik Lagu Indonesiaku Oleh Kelompok Musik Ungu)

0 1 20

REPRESENTASI KASIH SAYANG DALAM LIRIK LAGU (Studi Semiotika tentang Representasi Kasih Sayang dalam Lirik Lagu “Ibu” yang dipopulerkan oleh Sulis)

0 0 21

REPRESENTASI POSFEMINISME DALAM LIRIK LAGU “TOKEK RACUN” ( Studi Semiotik Representasi Posfeminisme Dalam Lirik Lagu “Tokek Racun” ) SKRIPSI

0 0 20

REPRESENTASI KESALEHAN ANAK DALAM LIRIK LAGU ( Studi Semiotik Representasi Kesalehan Anak Terhadap Lirik Lagu “ Do’a Untuk Ibu ” Oleh Kelompok Musik Band Ungu )

0 0 18