PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL DALAM MENINGKATKAN BAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU: Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunarungu Kelas VIII SLB-B Sukapura.

(1)

No.Daftar FIP: 013/Pendidikan Khusus-S1/Juni/2013

PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL DALAM MENINGKATKAN BAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU (Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak

Tunarungu Kelas VIII SLB-B Sukapura)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Khusus

Oleh : Intan Mara Mutiara

0906861

JURUSAN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL DALAM MENINGKATKAN BAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU (Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak

Tunarungu Kelas VIII SLB-B Sukapura)

Oleh : Intan Mara Mutiara

0906861

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Khusus

© Intan Mara Mutiara 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Juni 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

(4)

ABSTRAK

PENGGUNAAN MEDIA KOMUNIKASI VISUAL DALAM MENINGKATKAN BAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU (Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak

Tunarungu Kelas VIII SLB-B Sukapura)

Dampak dari ketunarunguan adalah terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara. Bahasa terdiri dari bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Kemampuan berbahasa diawali dari bahasa reseptif lalu ekspresif. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam memahami ide, pikiran atau pun perasaan yang terjadi disekitarnya. Salah satu masalah bahasa reseptif siswa tunarungu yaitu jika diberi perintah harus ada pengulangan di sertai dengan contoh perilakunya jika tidak, dia akan terdiam. Perolehan bahasa umumnya diperoleh melalui indera pendengaran berupa suara, sedangkan anak tunarungu mengandalkan indera visual dan pengalaman. Oleh karena itu, dibutuhkan media dalam menyampaikan pesan dengan cara pengamatan bukan berupa suara. Media komunikasi visual yaitu alat bantu untuk menyampaikan pesan melalui indera penglihatan yang berupa tulisan dan gambar. Hal ini agar anak memahami makna kata yang terdapat pada media komunikasi visual yang berupa tulisan diterjemahkan dalam bentuk gambar, lalu anak mencontoh gambar tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu dengan menggunakan media komunikasi visual. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka disusunlah rumusan masalah sebagai berikut: “apakah penggunaan media komunikasi visual dapat meningkatkan bahasa reseptif pada siswa tunarungu kelas VIII ? Untuk menjawab rumusan masalah tersebut maka penulis melaksanakan penelitian di SLB B Sukapura Bandung dengan subjek penelitian adalah seorang siswa kelas VIII SMPLB. Penelitian ini menggunakan metode eksperimen melalui pendekatan Single Subject Research dengan desain A-B-A. Hasil penelitian pada subjek “ND” menunjukan terjadi peningkatan persentase kemampuan bahasa reseptif sebelum dan sesudah diberikan intervensi. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil mean level pada baseline-1(A-1) diperoleh presentase 42,5% pada tahap intervensi (B) diperoleh presentase 83,43% dan pada baseline-2 (A-2) diperoleh presentase 100%. Oleh sebab itu, peneliti merekomendasikan media komunikasi visual banyak ditempel di lingkungan sekolah dan rumah agar dapat membantu meningkatkan bahasa reseptif.


(5)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GRAFIK ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Identifikasi Masalah ... 3

C. Batasan Masalah ... 4

D. Rumusan Masalah ... 4

E. Tujuan Penelitian ... 4

F. Manfaat Penelitian ... 5

G. Struktur Organisasi Skripsi ... 5

BAB II KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI MEDIA DALAM MENGEMBANGKAN BAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU A.DESKRIPSI TEORI ... 6

1. Konsep Media Pembelajaran ... 6

a. Definisi Media Pembelajaran ... 6

b. Manfaat Media ... 7

c. Klasifikasi Media ... 7

d. Jenis Media ... 8

2. Konsep Dasar Media Komunikasi Visual ... 9

a. Pengertian Media Komunikasi Visual ... 9

b. Poster sebagai Media Komunikasi Visual ... 10

c. Unsur Media Komunikasi Visual ... 12

d. Tanda dan Makna dalam Media Komunikasi Visual ... 15

3. Dampak Ketunarunguan terhadap Perkembangan Bahasa ... 16

a. Pemerolehan Bahasa Anak Tunarungu ... 19

4. Konsep Dasar Bahasa ... 22

a. Pengertian Bahasa ... 22

b. Ragam Bahasa ... 22

c. Bahasa Reseptif ... 23


(6)

e. Penggunaan Media Komunikasi Visual kaitannya dengan

Kemampuan Bahasa Reseptif Anak Tunarungu ... 25

B. Penelitian Terdahulu yang Relevan ... 25

C. Kerangka Berfikir ... 26

BAB III METODE PENELITIAN A.Variabel Penelitian ... 28

1. Definisi Konsep Variabel ... 28

2. Definisi Operasional Variabel ... 29

B. Desain Penelitian ... 31

C. Subjek dan Lokasi Penelitian ... 33

D. Prosedur Penelitian ... 33

1. Persiapan Penelitian ... 33

2. Pelaksanaan Penelitian ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 35

1. Membuat Kisi- kisi soal ... 36

2. Menyusun Butir soal ... 36

3. Kriteria Penilaian ... 37

F. Uji Coba Instrumen ... 38

1. Validitas ... 39

2. Realibilitas ... 40

G. Teknik Pengumpulan Data ... 41

H. Pengolahan dan Analisis Data ... 41

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 43

B. Analisis Data ... 48

C. Pembahasan ... 62

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan ... 66

B. Rekomendasi ... 66

DAFTAR PUSTAKA ... 68 LAMPIRAN – LAMPIRAN


(7)

DAFTAR TABEL Tabel

2.1 Penggolongan dan Ciri – ciri Ketunarunguan dari A Boothroyd (1982) ... 18

2.2 Keterampilan Berbahasa ... 22

3.1 Kisi – Kisi Instrumen Bahasa Reseptif ... 36

3.2 Kriteria Penilaian Tes Perbuatan ... 37

3.3 Kriteria Penilaian Tes Lisan ... 37

3.4 Kriteria Penilaian Tes Tertulis ... 37

4.1 Hasil Baseline -1 (A-1) ... 43

4.2 Hasil Intervensi (B) ... 45

4.3 Data Pengamatan Baseline-2 (A-2) ... 46

4.4 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Reseptif Anak Tunarun ... 47

4.5 Panjang Kondisi Penelitian ... 48

4.6 Kecenderungan Arah ... 50

4.7 Presentase Trend Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1) ... 51

4.8 Presentase Trend Stabilitas Fase Intervensi (B) ... 53

4.9 Presentase Trend Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2) ... 55

4.10 Kecenderungan Stabilitas dalam Kondisi Desain A-B-A ... 55

4.11 Jejak Data ... 56

4.12 Level Stabilitas dan Rentang... 56

4.13 Level Perubahan ... 57

4.14 Rangkuman Hasil Analisis dalam Kondisi ... 57

4.15 Jumlah Variabel yang diubah ... 58

4.16 Perubahan Kecenderungan Arah dan Efeknya... 58

4.17 Perubahan Kecenderungan Stabilitas ... 59

4.18 Perubahan Level Data ... 59

4.19 Data Presentase Overlap ... 61


(8)

DAFTAR GRAFIK Grafik

2.1 Kerucut Pengalaman (the cone experience) Edger Dale ... 7

2.2 Perolehan Bahasa Anak Tunarungu ... 20

3.1 Tampilan Desain A – B - A ... 32

4.1 Hasil Baseline -1 (A-1) ... 44

4.2 Hasil Intervensi (B) ... 45

4.3 Hasil Baseline-2 (A-2) ... 46

4.4 Rekapitulasi Perkembangan Kemampuan Bahasa Reseptif Anak Tunarungu 47 4.5 Kecenderungan Arah Kondisi Baseline-1 (A-1), Intervensi (B), dan Baseline-2 (A-2) ... 49

4.6 Level Stabilitas Fase Baseline-1 (A-1) ... 51

4.7 Level Stabilitas Fase Intervensi (B) ... 53

4.8 Level Stabilitas Fase Baseline-2 (A-2) ... 55

4.9 Data Overlap Kondisi Baseline-1 (A-1) ke Intervensi (B) ... 60

4.10 Data Overlap Kondisi Intervensi (B) ke Baseline-2 (A-2) ... 60

4.11 Rata – rata Presetase Kemampuan Bahasa Reseptif pada fase Baseline-1, Intervensi dan Baseline-2 ... 63


(9)

DAFTAR LAMPIRAN

LAMPIRAN I IDENTITAS SUBJEK ... 72

Kartu Audiometri ... 73

Biodata Siswa ... 74

LAMPIRAN II UJI COBA INSTRUMEN ... 75

Perhitungan Validitas Instrumen ... 76

Pernyataan dan Penilaian Expert Judgement ... 78

Perhitungan Reliabilitas Test-Retest ... 85

Hasil Reliabilitas ... 86

LAMPIRAN III PERSIAPAN PENELITIAN ... 102

Rencana Program Penelitian ... 103

Media Komunikasi Visual ... 118

LAMPIRAN IV PELAKSANAAN PENELITIAN ... 121

Jadwal Penelitian ... 122

Hasil Baseline-1 (A-1) ... 123

Hasil Intervensi (B) ... 131

Hasil Baseline-2 (A-2), sesi 4 ... 147

Perkembangan Kemampuan Bahasa Reseptif Anak Tunarungu ... 155

LAMPIRAN V SURAT IZIN PENELITIAN ... 156

Surat rekomendasi dari Jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI ... 157

Surat rekomendasi dari Fakultas Ilmu Pendidikan UPI ... 158

Surat rekomendasi dari BAK UPI ... 159

Surat rekomenndasi dari Badan Kesatuan dan Perlindungan Masyarakat Prov. Jabar, Kota Bandung ... 160

Surat rekomendasi dari Dinas Pendidikan Luar Biasa Kota Bandung ... 161

Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian dari SLB B Sukapura, Bandung 162 Lembar Bimbingan Skripsi ... 163


(10)

LAMPIRAN VI FOTO-FOTO ... 165

Baseline-1 (A-1) ... 166

Intervensi (B) ... 167

Baseline-2 (A-2) ... 169

Lingkungan Sekolah ... 170

Media Komunikasi Visual yang ditempel di Lingkungan Sekolah ... 171 RIWAYAT HIDUP


(11)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Anak tunarungu merupakan anak yang mengalami kekurangan atau kehilangan pendengaran yang mengakibatkan hambatan dalam perkembangan bahasa dan bicara. Bahasa terdiri dari bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Pentingnya bahasa, maka setiap anak seharusnya memiliki kemampuan bahasa yang baik. Idealnya, perkembangan bahasa terus berkembang seiring dengan pertambahan usianya.

Perolehan bahasa anak tunarungu tidak diajarkan kata-kata kemudian artinya, melainkan melalui pengalamannya ia belajar menghubungkan antara pengalaman dan lambang bahasa yang diperoleh melalui apa yang dilihatnya. Setelah itu anak mulai memahami hubungan antara lambang bahasa dengan benda atau kejadian yang dialaminya, dan terbentuklah bahasa reseptif. Jadi, bahasa reseptif dapat berkembang melalui proses penglihatan dan pengalaman. Pengalaman langsung tidak memerlukan bentuk penjelasan bahasa yang panjang dibandingkan dengan pengalaman secara verbal. Kegiatan berbahasa diawali dari bahasa reseftip lalu ekspresif. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam memahami ide, pikiran atau pun perasaan yang terjadi disekitarnya.

Peranan bahasa, bicara dan indera pendengaran dalam konteks komunikasi merupakan hal yang saling berkaitan. Terganggunya indera pendengaran sangat berpengaruh terhadap penerimaan bahasa dalam bentuk suara. Maka dalam proses penerimaan bahasa anak tunarungu lebih mengedepankan fungsi indera visual. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Efendi (2008:73), yakni:

Para pakar umumnya mengakui, bahwa pendengaran dan penglihatan merupakan indra manusia yang amat penting, di samping indra lainnya. Anak yang kehilangan salah satu (khususnya kehilangan pendengaran) maka tidak bedanya ia seperti kehilangan sebagian kehidupan yang dimilikinya. Untuk menggantinya dapat dialihkan pada indra penglihatan sebagai kompensasinya. Itulah sebabnya, cukup beralasan jika para ahli berpendapat indra penglihatan bagi anak tunarungu memiliki urutan terdepan, karena memang memiliki


(12)

2

peranan yang sangat penting, baru kemudian disusul oleh indra – indra yang lain.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan, dari tiga orang siswa penulis menemukan satu orang siswa kelas VIII SMPLB yang sulit menerima atau memahami materi pelajaran, anak tersebut disetarakan dengan anak kelas VI SD. Sebagai contoh ketika kegiatan belajar mengajar, siswa tersebut diberi perintah melalui lisan untuk membuat lingkaran dari karton, tetapi anak tersebut hanya diam tidak melakukan apa-apa. Lalu teman sekelasnya yang duduk di kelas VI membuat lingkaran, dengan melihat contoh dari temannya dia bisa membuat lingkaran. Jadi siswa tersebut jika diberi perintah harus ada pengulangan di sertai dengan contoh perilakunya jika tidak, dia akan terdiam.

Peneliti beranggapan bahwa anak ini tidak memahami instruksi atau tidak memahami konsep kata. Guru sebaiknya memberikan pengalaman terkait dengan materi yang di ajarkan.

Diperlukan upaya untuk dapat meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu dan diperlukan media yang menunjuang proses keberhasilan anak dalam memahami bahasa. Media tersebut harus banyak melibatkan indera penglihatan dibandingkan dengan indera lain.

Media komunikasi visual melalui poster adalah salah satu alat bantu untuk menyampaikan pesan secara visual yang berupa gambar dan tulisan. Media komunikasi visual berupa poster di tempel pada dinding kelas atau lingkungan sekolah.

Penelitian ini diharapkan memberikan keuntungan untuk anak tunarungu dalam proses memperoleh bahasa reseptif agar guru dan orang tua mengetahui bahwa proses pemerolehan bahasa pada anak tunarungu lebih efektif memakai media komunikasi visual disertai pengalaman langsung yang dalam penelitian ini menggunakan poster agar menarik perhatian siswa. Dan diharapkan guru selalu mempersiapkan media pembelajaran yang memanfaatkan indera visual. Jika permasalahan ini di biarkan maka perkembangan bahasa reseptif dan ekspresif anak tersebut tidak akan membaik serta tidak akan mengetahui bagaimana pengaruh penggunaan media komunikasi visual melalui poster dalam


(13)

3

meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu. Selain itu media ini lebih efektif dan efisien. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Tinarbuko (2012: 72-73) bahwa:

Sebagai media komunikasi visual, keberadaan poster menjadi media yang sangat efektif. Artinya, poster bisa membawa masyarakat untuk berkomunikasi dengan cara timbal balik, selanjutnya mengadakan suatu tindakan atas pengaruh komunikasi tersebut. Hal ini terjadi karena ditunjang oleh unsur – unsur poster yang menjadi faktor terpenting dalam mencapai keberhasilan poster tersebut sebagai media komunikasi visual.

Uraian di atas menjadi dasar peneliti untuk menggunakan media komunikasi visual dalam meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, masalah-masalah yang teridentifikasi dalam penelitian sebagai berikut:

1. Terhambatnya perkembangan bahasa dan bicara merupakan dampak dari ketunarunguan, baik bahasa reseptif maupun ekspresif

2. Pemanfaatan saran dan prasarana yang tidak maksimal dapat menyebabkan kelambatan dalam memperoleh informasi

3. Metode mengajar tidak disertai pengalaman menyebabkan kemampuan pemahaman siswa kurang berkembang

4. Perkembangan bahasa reseptif anak tersebut yaitu anak sulit memahami kalimat perintah dan kesulitan dalam menjawab pertanyaan, yaitu jika diberi perintah harus di ulang-ulang dan anak tidak melakukan perintah tersebut tanpa adanya contoh terlebih dahulu

5. Komunikasi anak tunarungu diperoleh melalui komunikasi visual, komunikasi oral dan komunikasi total

6. Pengunaan media komunikasi visual melalui poster merupakan media yang memanfaatkan gambar dan tulisan untuk menyampaikan pesan karena anak tunarungu memperoleh bahasa melalui proses penglihatan dan pengalaman.


(14)

4

C. Batasan Masalah

Permasalahan dalam penelitian ini dibatasi pada penggunaan media komunikasi visual berupa tulisan dan gambar untuk meningkatkan bahasa reseptif yang terdiri dari melakukan sesuai dengan kalimat perintah, menjawab pertanyaan dan mengetahui makna kata.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas rumusan utama yang perlu dijawab melalui penelitian ini adalah: apakah penggunaan media komunikasi visual dapat meningkatkan bahasa reseptif pada siswa tunarungu kelas VIII ?

E.Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum

Secara umum penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu dengan menggunakan media komunikasi visual melalui poster.

2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dari penelitian ini adalah :

a. Mengetahui kemampuan bahasa reseptif siswa tunarungu sebelum dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media komunikasi visual. b. Mengetahui kemampuan bahasa reseptif siswa tunarungu setelah

dilakukan pembelajaran dengan menggunakan media komunikasi visual. c. Memperoleh gambaran tentang penggunaan media komunikasi visual


(15)

5

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Menjadi sumbangan pemikiran pengembangan ilmu pendidikan khusus yang berkaitan dengan bahasa reseptif anak tunarungu

2. Mampu memberikan kontribusi terhadap pengembangan media pembelajaran bahasa bagi siswa tunarungu

3. Bagi siswa, membantu meningkatkan bahasa reseptif siswa dalam memahami kata dan kalimat yang nantinya berkembang menjadi bahasa ekspresif.

4. Bagi peneliti, mengetahui kemampuan anak tunarungu dalam pemerolehan bahasa reseptif melalui media komunikasi visual.

G. Struktur Organisasi Skripsi

Adapun sistematika penulisan hasil penelitian ini antara lain :

BAB I PENDAHULUAN, berisi Latar Belakang Masalah, Identifikasi Masalah, Batasan Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian dan Struktur Organisasi Skripsi.

BAB II KOMUNIKASI VISUAL SEBAGAI MEDIA DALAM

MENGEMBANGKAN BAHASA RESEPTIF ANAK

TUNARUNGU, berisi Deskripsi Teori, Penelitian Terdahulu yang Relevan dan Kerangka Berpikir.

BAB III METODE PENELITIAN, berisi Variabel Penelitian, Desain Penelitian, Subjek dan Lokasi Penelitian, Prosedur Penelitian, Instrumen Penelitian, Uji Coba Instrumen, Teknik Pengumpulan Data serta Pengolahan dan Analisis Data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN, berisi mengenai Hasil penelitian, Analisis Data dan Pembahasan.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, berisi mengenai Kesimpulan dan Rekomendasi.


(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Variabel Penelitian

1. Definisi Konsep Variabel a. Media Komunikasi Visual

Media adalah segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi. (Budiman, 2006:3). Menurut Eduard Depari, Ph.D yang dikutip oleh Widjaja (2010:8) komunikasi adalah proses dimana seseorang berusaha memberikan pengertian dengan cara pemindahan pesan. Visual adalah sesuatu yang dapat dilihat. Komunikasi visual adalah komunikasi menggunakan bahasa visual, dimana unsur bahasa visual (yang menjadi kekuatan utama dalam penyampaian pesan) adalah sesuatu yang dapat dilihat dan dapat dipakai untuk menyampaikan arti, makna atau pesan. (Kusrianto, 2009:10-12). Media komunikasi visual adalah segala sesuatu yang bertujuan untuk mempermudah menyampaikan arti, makna atau pesan melalui indera penglihatan.

Dalam penelitian ini media komunikasi visual yang digunakan berupa poster yang terdiri dari gambar dan tulisan. Tulisan pada media komunikasi visual berisi kalimat perintah dan diilustrasikan dengan gambar agar memudahkan anak dalam memaknai kalimat tersebut sehingga anak mampu melakukan dalam bentuk perbuatan. “Sebagai media komunikasi visual, keberadaan poster menjadi media yang sangat efektif. Artinya, poster bisa membawa masyarakat untuk berkomunikasi dengan cara timbal balik, selanjutnya mengadakan suatu tindakan atas pengaruh komunikasi tersebut.” (Tinarbuko, 2012:72).


(17)

29

b. Bahasa Reseptif

“Bahasa adalah alat berfikir dan sarana utama seseorang untuk berkomunikasi, untuk saling menyampaikan ide, konsep dan perasaannya, serta termasuk didalamnya kemampuan untuk mengetahui makna kata serta aturan atau kaidah bahasa serta penerapannnya.” (Somad dan Heryati, 1995:36). Pada dasarnya bahasa dibedakan menjadi dua tipe, yaitu bahasa reseptif dan bahasa ekspresif. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam menerima dan memahami bahasa yang digunakan disekitarnya.

Anak-anak yang bermasalah bahasa reseptif mengalami kesulitan dalam memahami bahasa melalui lisan dan kadang-kadang juga melalui tulisan. Hal ini mungkin karena anak tersebut tidak mengetahui makna kata, sehingga mengalami kesulitan dalam menjalankan perintah dan menjawab pertanyaan sederhana.

2. Definisi Operasional Variabel a. Variabel Bebas (X)

Media komunikasi visual yang dimaksud dalam penelitian ini menggunakan poster yang terdiri dari gambar dan tulisan dalam menyampaikan pesan-pesan agar dapat menimbulkan daya tarik dan dapat menerjemahkan kata-kata abstrak ke dalam bentuk yang lebih nyata. Media komunikasi visual merupakan alat bantu yang bertujuan untuk mempermudah menyampaikan arti, makna atau pesan melalui indera visual.

Disini ada beberapa langkah kegiatan yang dilakukan, yaitu: 1) Siswa mengamati media komunikasi visual berupa poster

2) Siswa di minta untuk menjelaskan makna dari kata dan kalimat yang terdapat pada media komunikasi visual berupa poster. Hal ini untuk mengetahui kata apa saja yang belum dipahami siswa.


(18)

30

3) Jika siswa tidak mengetahuinya maka peneliti menjelaskan makna kata dan kalimat kepada siswa dengan cara memberi tahu arti kata tersebut, memberi tahu persamaan kata dan lawan kata tersebut.

4) Setelah itu siswa dan peneliti bersama – sama melakukan perbuatan yang terdapat pada media komunikasi visual berupa poster.

5) Kemudian media komunikasi visual berupa poster di tempel pada dinding dilingkungan sekolah.

b. Variabel Terikat (Y)

”Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas”. (Sugiyono, 2011:61). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah bahasa reseptif. Bahasa reseptif adalah kemampuan seseorang dalam memahami bahasa yang diterimanya. Adapun keterampilan bahasa reseptif yang diukur sebagai berikut :

1) Memperagakan sesuai dengan perintah tertulis contoh : “Buanglah sampah pada tempatnya !” 2) Menjawab pertanyaan secara lisan

contoh : Dimana kita harus membuang sampah ? 3) Menjawab pertanyaan secara tertulis

contoh : Dimana kita harus membuang sampah ?

4) Memilih ilustrasi gambar sesuai dengan kalimat yang dimaksud contoh :


(19)

31

5) Memilih kata yang sesuai dengan uraian maknanya contoh :

Barang atau benda yang dibuang karena tidak terpakai lagi, adalah …. 6) Memilih kata yang memiliki arti yang sama atau hampir sama dengan

suatu kata (sinonim) yang ada dalam media komunikasi visual.

7) Memilih kata yang memiliki arti yang berlawanan dengan suatu kata (antonim) yang ada dalam media komunikasi visual.

B. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode eksperimen. “Metode eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mencari pengaruh perlakuan tertentu terhadap yang lain dalam kondisi yang terkendalikan.” (Sugiyono, 2011: 107). Dimana dalam penelitian eksperimen ada perlakuan atau treatment.

Penelitian yang bersifat eksperimen ini memiliki subjek tunggal dengan pendekatan Single Subject Research (SSR), yaitu penelitian yang dilakukan pada satu subjek dengan tujuan untuk mengetahui besarnya pengaruh dari perlakuan pada satu subjek secara beruang – ulang dengan periode waktu tertentu” (Sunanto, 2005:41).

a. Jangan b. sampah c. tempat d. guru

Tempat Tidak boleh

Jangan Ramai

 

 

Buang

Diam


(20)

32

A-1 B A-2

Desain penelitian yang digunakan adalah desain A-B-A. Dalam desain ini terdapat tiga tahapan antara lain Baseline-1 (A-1), Intervensi (B), Beaseline-2 (A-2), yang dapat dilihat pada gambar sebagai berikut:

100

90

80

70

60

50

40

30

20

10

0

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Sesi

Grafik 3.1

Tampilan Desain A – B - A

Keterangan :

A-1 (baseline – 1) yaitu kondisi kemampuan awal/dasar, hal ini melihat sejauh mana kemampuan bahasa reseptif subjek sebelum diberikan intervensi. B (intervensi) yaitu kondisi subjek peneliti selama diberi perlakuan, dalam hal ini subjek intervensi menggunakan media komunikasi visual secara berulang. Perlakuan diberikan dengan menggunakan media komunikasi visual secara berulang.

A-2 (baseline-2) yaitu pengulangan kondisi baseline 1 sebagai evaluasi sejauh mana intervensi dapat berpengaruh kepada kemampuan bahasa reseptif


(21)

33

anak tunarungu. Sehingga memungkinkan untuk menarik kesimpulan adanya hubungan antara variabel bebas dan variabel terikat. Dilakukan sampai data stabil.

C. Subjek dan Lokasi Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seorang siswa tunarungu kelas VIII SMPLB SLB B Sukapura. Berikut adalah paparan mengenai identitas anak:

Nama : ND

Usia : 15 tahun

Jenis Kelamin: Perempuan Kriteria subjek :

1. Tunarungu sangat berat

2. Tidak mampu menjalankan perintah secara lisan maupun tulisan, kesulitan dalam menjawab pertanyaan sederhana.

3. Dalam berinterksi dengan teman – temannya dia lebih banyak diam, tidak banyak berbicara dan terkadang dia suka menyendiri.

D. Prosedur Penelitian 1. Persiapan Penelitian

Pengurusan administrasi perlu dilakukan demi kelancaran proses penelitian. Adapun tahapannya adalah dengan mengurus surat izin penelitian mulai dari tingkat jurusan Pendidikan Khusus FIP UPI, ke tingkat fakultas, ke tingkat BAK UPI, ke Badan Kesatuan dan Perlindungan Masyarakat Daerah Kota Bandung, ke Kepala Dinas Pendidikan Luar Biasa Kota Bandung, yang akhirnya memberikan surat rekomendasi kepada SLB B Sukapura, Bandung.


(22)

34

2. Pelaksanaan Penelitian a. Baseline 1 (A-1)

Untuk mengetahui kemampuan bahasa reseptif anak, maka peneliti melakukan asesmen awal dengan melakukan tes perbuatan, tes lisan dan tes tertulis. Jumlah tes yang diberikan sebanyak 27 soal. Dengan penjabaran sebagai berikut :

 Pertama, untuk mengukur kemampuan anak dalam melakukan sesuai dengan kalimat perintah. Pengukuran pada fase ini melalui tes perbuatan.  Kedua, untuk mengukur kemampuan anak dalam menjawab pertanyaan.

Pengukuran pada fase ini melalui tes tertulis dan tes lisan.

 Ketiga, untuk mengukur kemampuan anak dalam memaknai kata yang terdiri dari memilih kata sesuai dengan uraian maknanya, memilih ilustrasi gambar sesuai dengan kalimat, memilih sinonim, memilih antonim. Pengukuran pada fase ini melalui tes tertulis.

Pertama siswa diberikan 3 kalimat perintah berupa tulisan seperti “Buanglah sampah pada tempatnya”, lalu siswa diminta untuk memperagakannya. Setelah itu siswa diminta untuk menjawab pertanyaan singkat yang berkaitan dengan tulisan perintah yang tadi diberikan. Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam memaknai suatu kata, siswa diminta untuk memilih kata sesuai dengan uraian maknanya, memilih kata yang memiliki arti yang sama dan yang berlawanan dengan suatu kata. Kata-kata yang diteskan adalah kata yang terdapat pada kalimat yang diberikan sebelumnya.

b. Intervensi (B)

Pada tahap intervensi dilakukan selama 25 menit untuk kegiatan intervensi dan 15 menit untuk kegiatan evaluasi. Intervensi dilakukan dengan menggunakan media komunikasi visual yang berupa gambar dan tulisan. Perlakuan yang diberikan terhadap siswa adalah :

 Mengkondisikan subjek di dalam ruangan khusus, dimana tidak ada orang selain subjek dan peneliti. Hal ini untuk menghindari adanya gangguan.


(23)

35

 Tahap intervensi penggunaan media komunikasi visual melalui poster di awali dengan siswa di minta untuk menjelaskan makna dari kata dan kalimat yang terdapat pada media komunikasi visual berupa poster. Hal ini untuk mengetahui kata apa saja yang belum dipahami siswa.

 Jika siswa tidak mengetahuinya maka peneliti menjelaskan makna kata dan kalimat kepada siswa dengan cara memberi tahu arti kata tersebut atau memberi tahu persamaan kata atau lawan kata tersebut.

 Setelah itu peneliti dan siswa bersama – sama melakukan perbuatan yang terdapat pada media komunikasi visual berupa poster.

 Kemudian media komunikais visual tersebut di tempel pada dinding di kelas atau dilingkungan sekolah.

Setelah selesai intervensi peneliti siswa dipersilahkan untuk istirahat selama lima menit. Selanjutnya adalah kegiatan evaluasi. Pada kegiatan evaluasi ini peneliti melakukan pengukuran hasil dari kegiatan intervensi, dengan memberikan tes pada subjek penelitian.

c. Baseline 2 (A-2)

Pada tahap ini merupakan tahap pengulangan dari baseline satu (A-1). Dengan menggunakan format tes yang sama dan prosedur pelaksanaan yang sama pula, diharapkan dapat ditarik kesimpulan dari hasil keseluruhan penelitian yang telah dilakukan. Sehingga penelitian tersebut dapat menjawab sejauh mana penggunaan media komunikasi visual ini berpengaruh terhadap kemampuan bahasa reseftip pada subjek penelitian.

E. Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa tes, yang terdiri dari tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Tes tertulis dan tes lisan berupa rangkaian soal yang di ambil dari media komunikasi visual berupa poster yang di ajarkan. Tes perbuatan, yaitu bentuk tes yang dijawab oleh subyek dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku. Hal ini agar mengetahui sebelum dan sesudah diberikan media komunikasi visual apakah mengalami perubahan atau tidak.


(24)

36

Agar lebih terstruktur, penyusunan instrument penelitian dilakukan dengan langkah – langkah sebagai berikut:

1. Membuat Kisi – Kisi Instrumen

Tabel 3.1

Kisi – Kisi Instrumen Bahasa Reseptif Aspek

Kemampuan Indikator

Jml Soal

No Soal

Bahasa Reseptif

1. Memperagakan sesuai dengan

perintah tertulis 4 1 – 4

2. Menjawab pertanyaan secara lisan 3 5 – 7 3. Menjawab pertanyaan secara tertulis 3 8 – 10 4. Memilih ilustrasi gambar sesuai

dengan kalimat yang dimaksud 4 11 – 14 5. Memilih kata sesuai dengan uraian

maknanya 4 15 – 18

6. Memilih kata yang memiliki arti yang sama atau hampir sama dengan suatu kata (sinonim) yang ada dalam media komunikasi visual

5 19 – 23

7. Memilih kata yang memiliki arti yang berlawanan dengan suatu kata

(antonym) yang ada dalam media komunikasi visual

4 24 – 27

JUMLAH 27

2. Menyusun butir soal

Penyusunan butir soal yang dibuat, disesuaikan dengan tujuan yang telah ditentukan dalam kisi – kisi.


(25)

37

3. Kriteria Penilaian

Untuk mengolah hasil tes, kriteria penilaian sebagai berikut: Tabel 3.2

Kriteria Penilaian Tes Perbuatan

No Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah

soal 1 Memperagakan

sesuai dengan perintah tertulis

Apabila anak mampu menjalankan perintah tanpa bertanya

2

4 Apabila anak mampu menjalankan

perintah dengan bertanya

1

Apabila anak tidak mampu menjalankan perintah

0

Tabel 3.3

Kriteria Penilaian Tes Lisan

No Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah

soal 1 Menjawab

pertanyaan secara lisan

apabila jawaban benar 1

3

apabila jawaban salah 0

Pertanyaan no 3 : menyebutkan tiga jawaban, setiap jawaban skornya 1. Jadi 3 jawaban skornya 3.

Tabel 3.4

Kriteria PenilaianTes tertulis

No Aspek Penilaian Kriteria Bobot Jumlah

soal 1 Menjawab pertanyaan

secara tertulis

apabila jawaban dan penulisan lengkap

2


(26)

38

apabila jawaban benar penulisan tidak lengkap

1

apabila jawaban salah 0

2 Memilih ilustrasi gambar sesuai dengan kalimat yang dimaksud

apabila jawaban benar 1

4

apabila jawaban salah 0

3 Memilih kata sesuai dengan uraian maknanya

apabila jawaban benar 1

4

apabila jawaban salah 0

4 Memilih kata yang memiliki arti sama (sinonim)

apabila jawaban benar 1

5

apabila jawaban salah 0

5 Memilih kata yang memiliki arti

berlawanan (antonym)

apabila jawaban benar 1

4

apabila jawaban salah 0

Jumlah soal = 27 Skor maksimal = 40

Semua aspek di hitung dengan cara:

F. Uji Coba Instrumen

Uji coba instrumen bertujuan untuk mengetahui validitas dan reabilitas dari instrument yang nanti akan digunakan dalam penelitian. Sehingga akan diketahui apakah alat pengumpul data tersebut sudah layak untuk digunakan atau mesti diperbaiki.

Skor yang diperoleh


(27)

39

1. Validitas

Dalam penelitian ini, uji validitas yang digunakan untuk mengetahui validitas instrument yaitu dengan uji validitas isi berupa expert-judgment dengan teknik penilaian oleh para ahli.

Penilaian validitas instrument dilakukan oleh 1 orang dosen 2 orang guru di SLB B Sukapura. Adapun tiga ahli yang melakukan penilaian validitas adalah:

1. Penilai 1 : Dr.Hj. Tati Hernawati, M.Pd Dosen PKh 2. Penilai 2 : Drs. Adi Suryadi, M.M,Pd Guru

3. Penilai 3 : Yenni Suryani, S.Pd Wali Kelas

“Instrumen yang valid berarti instrument tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur.” Sugiyono (2011:121). Penilaian tersebut mencocokan indikator yang ada dalam kisi – kisi instrument dengan butir soal yang dibuat oleh penguji. Instrumen yang sudah di judgement oleh ahli kemudian di hitung dengan rumus, sebagai berikut:

P = F

N x 100 % Keterangan:

P = persentase

F = Frekuensi cocok menurut penilai N = Jumlah penilai

Kriteria butir validitas dibagi menjadi empat, yaitu: 1. Valid = 3

3 x 100 % = 100 % 2. Cukup Valid = 2

3 x 100 % = 66,6 % 3. Kurang Valid = 1

3 x 100 % = 33,3 % 4. Tidak Valid = 0


(28)

40

Berdasarkan hasil Judgement diperoleh hasil dengan presentase 100%. Dengan demikian instrument yang digunakan dapat dikatakan valid. Adapun penjelasan hasil uji validitas terlampir.

2. Realibilitas

Dalam penelitian ini pengujian reliabilitas instrumen dengan menggunakan reabilitas test-retest method dengan cara mengujicobakan suatu instrumen dua atau beberapa kali kepada siswa yang sama, instrument yang sama dalam waktu yang berbeda. Untuk mengetahui pencatatan data sudah reliabel atau belum, instrument di ujicobakan pada subjek yang memiliki karakteristik sama atau mendekati karakteristik subjek yang sebenarnya. Penilaian dilakukan oleh 2 orang untuk melihat kecocokan dan membandingkan adanya kesamaan.

Reliabilitas artinya memiliki sifat yang dapat dipercaya. Rumus yang digunakan untuk mengetahui tingkat reliabilitas instrument ini adalah rumus koefisien korelasi pearson product moment :

Keterangan:

rxy = koefisien reliabilitas instrument N = Banyaknya item

X = Skor uji instrument 1 (yang pertama kali) Y = skor uji instrument 2 (yang kedua kali) S = standar deviasi dari skor total

Perhitungan dan hasil reliabilitas terlampir.

rxy =

� − ( )


(29)

41

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan wawancara tidak terstruktur dan tes. Bentuk tes yang digunakan berupa tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Tes tertulis dan tes lisan berupa rangkaian soal yang di ambil dari media komunikasi visual berupa poster yang di ajarkan, hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam menjawab soal secara lisan dan tulisan. Tes perbuatan, yaitu bentuk tes yang dijawab oleh subyek dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku yang terdapat pada kalimat perintah.

Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan subjek, mulai dari kemampuan awal (pretest) dan kemampuan akhir (post test). Tes ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi yang telah diberikan.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu.

Pada penelitian ini menggunakan grafik. Grafik yang digunakan adalah grafik garis. Penggunaan grafik ini bertujuan untuk mempermudah peneliti menganalisis data yang diperoleh selama kegiatan penelitian.

Ada beberapa komponen penting yang perlu di pahami dalam membuat grafik (Sunanto, 2005: 30) antara lain:

1 Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal).

2 Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi dan durasi).

3 Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4 Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0 %, 25 %, 50 % dan 75 %).


(30)

42

5 Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.

6 Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus – putus.

7 Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.


(31)

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian, diketahui secara keseluruhan bahwa penggunaan media komunikasi visual yang bertujuan untuk meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu memiliki dampak yang positif terhadap peningkatan kemampuan target behavior yang diinginkan.

Setelah diberikan intervensi melalui media komunikasi visual dapat dilihat hasilnya bahwa kemampuan bahasa reseptif siswa tunarungu tersebut meningkat. Terlihat dari adanya perbedaan pada baseline-1 dan baseline-2. Perbedaan yang terjadi setelah siswa diberikan intervensi adalah anak mampu melakukan sesuai dengan perintah tertulis, anak mampu menjawab pertanyaan lisan maupun tulisan, dan anak mampu memaknai kata dengan cara memilih kata sesuai dengan uraian maknanya, memilih ilustrasi gambar sesuai dengan kalimat, memilih sinonim, serta memilih antonim. Jadi, efek dari belajar bahasa disini adalah kognitif, afektif dan behavioral. Dengan kemampuan bahasa reseptif yang baik, anak tersebut akan lebih baik pula dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media komunikasi visual dapat meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak tunarungu kelas VIII SMPLB di SLB-B Sukapura.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka peneliti mengajukan rekomendasi yaitu kepada:

1. Guru

Media komunikasi visual berupa gambar dan tulisan dapat diterapkan sebagai intervensi untuk meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu. Media komunikasi visual ditempel di lingkungan sekolah yang sering dilewati oleh siswa. Media yang dibuat harus memiliki daya tarik, kata-katanya harus singkat padat dan pesan yang disampaikan harus jelas. Kata-kata yang


(32)

67

terdapat pada media komunikasi visual harus dijelaskan terlebih dahulu dengan cara memberitahukan makna atau sinonim, lalu ajak anak untuk melakukan perbuatan dengan melihat gambar. Setelah itu, media komunikasi visual ditempel di lingkungan sekolah. Dengan cara demikian akan menambah bahasa anak secara masal. Media komunikasi visual dapat diganti secara berkala sesuai dengan pesan yang akan disampaikan.

2. Peneliti Selanjutnya

Diharapakan kepada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yaitu dapat melengkapi media komunikasi visual dengan gambar yang menunjukkan arti yang berlawanan dengan kata yang ada di media komunikasi visual, sehingga anak lebih cepat mengerti dan memahami maksud kalimat. Tidak terfokus pada satu subjek, tetapi dilakukan pada sekelompok subjek penelitian sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan.


(33)

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Anton, M.Moeliono, dkk. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.

Alwasilah, A Chaedar. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Budiman. (2006). Media Pembelajaran. Depdiknas: tidak diterbitkan.

Bunawan, L & Susila, C. (2000).Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama. Tidak diterbitkan.

Chaer, Abdul. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.Bandung : PT. Refika Aditama.

Dynamich, Speech (2011). Masalah Bahasa Reseptif. Tersedia [online] : http://Speech Therapy Centre for Kids, Singapore.html [6 Februari 2013].

Efendi, Mohammad. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkeainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Enaliya, Sudartama. (2012). Poster. Tersedia [online]: http:///desain_komunikasivisual.com [Kamis, Maret 2013].

Hernawati, Tati (2009). Intervensi Gangguan Bahasa (modul). Bandung: PLB FIP UPI.

Heryati, Euis. (2009). Ruang Lingkup Assessment Perkembangan (modul). Bandung: PLB FIP UPI.

Judarwanto. (2010). Perkembangan Bahasa Ekspresif dan Reseptif Menurut Myklebust. Tersedia [online] : http://speechclinic.wordpress.com [6 Februari 2013].

Khailullah. (2004). Media Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.


(34)

69

Kusrianto, Adi. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual.Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET.

Kuswarno, Engkus. (2008). Etnografi Komunikasi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Rohani. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA. Rusyani, Endang. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan (modul). Bandung: PLB

FIP UPI.

Salim, Mufti. (1984). Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi..Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Somad,P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : ALFABETA.

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran.Yogyakarta : PT. Pustaka Insan Madani.

Sunanto, J, Koji, Takeuchi, dkk (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. CRICEd University of Tsukuba.

Tarigan, Henry Guntur. (1994). Membaca sebagai sesuatu keterampilan berbahasa. Bandung : ANGKASA.

Tarigan, Henry Guntur. (1984). Pengajaran Kosakata. Bandung: ANGKASA. Tim penulis Proram Studi Desain Komunikasi Visual FSR ISI Yoryakarta dan

Studio Diskom. (2009). Irama Visual. Yogyakarta: Jalan Sutra.

Tinarbuko, Sumbo. (2012). Semiotika Komunikasi Visual.Yogyakarta : Jalansutra Widjaja, H.A.W. (2010). Komunikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


(1)

Intan Mara Mutiara, 2013

Penggunaan Media Komunikasi Visual Dalam Meningkatkan Bahasa Respektif Anak Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

G. Teknik Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan teknik pengumpulan data kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah menggunakan wawancara tidak terstruktur dan tes. Bentuk tes yang digunakan berupa tes tertulis, tes lisan dan tes perbuatan. Tes tertulis dan tes lisan berupa rangkaian soal yang di ambil dari media komunikasi visual berupa poster yang di ajarkan, hal ini dilakukan untuk melihat kemampuan siswa dalam menjawab soal secara lisan dan tulisan. Tes perbuatan, yaitu bentuk tes yang dijawab oleh subyek dalam bentuk perbuatan atau tingkah laku yang terdapat pada kalimat perintah.

Tujuan dari tes ini adalah untuk mengukur kemampuan subjek, mulai dari kemampuan awal (pretest) dan kemampuan akhir (post test). Tes ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh intervensi yang telah diberikan.

H. Pengolahan dan Analisis Data

Setelah semua data terkumpul kemudian data diolah dan dianalisis ke dalam statistik deskriptif. Tujuannya untuk memperoleh gambaran secara jelas mengenai hasil intervensi dalam jangka waktu tertentu.

Pada penelitian ini menggunakan grafik. Grafik yang digunakan adalah grafik garis. Penggunaan grafik ini bertujuan untuk mempermudah peneliti menganalisis data yang diperoleh selama kegiatan penelitian.

Ada beberapa komponen penting yang perlu di pahami dalam membuat grafik (Sunanto, 2005: 30) antara lain:

1 Absis adalah sumbu X yang merupakan sumbu mendatar yang menunjukkan

satuan untuk waktu (misalnya, sesi, hari dan tanggal).

2 Ordinat adalah sumbu Y merupakan sumbu vertical yang menunjukkan

satuan untuk variabel terikat atau perilaku sasaran (misalnya, persen, frekuensi dan durasi).

3 Titik awal merupakan pertemuan antara sumbu X dengan sumbu Y sebagai titik awal skala.

4 Skala garis-garis pendek pada sumbu X dan sumbu Y yang menunjukkan ukuran (misalnya, 0 %, 25 %, 50 % dan 75 %).


(2)

42

5 Label Kondisi, yaitu keterangan yang menggambarkan kondisi eksperimen, misalnya baseline atau intervensi.

6 Garis perubahan kondisi, yaitu garis vertical yang menunjukkan adanya perubahan dari kondisi ke kondisi lainnya, biasanya dalam bentuk garis putus – putus.

7 Judul grafik, judul yang mengarahkan perhatian pembaca agar segera diketahui hubungan antara variabel bebas dan terikat.


(3)

66 Intan Mara Mutiara, 2013

Penggunaan Media Komunikasi Visual Dalam Meningkatkan Bahasa Respektif Anak Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

BAB V KESIMPULAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis hasil penelitian, diketahui secara keseluruhan bahwa penggunaan media komunikasi visual yang bertujuan untuk meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu memiliki dampak yang positif terhadap peningkatan kemampuan target behavior yang diinginkan.

Setelah diberikan intervensi melalui media komunikasi visual dapat dilihat hasilnya bahwa kemampuan bahasa reseptif siswa tunarungu tersebut meningkat. Terlihat dari adanya perbedaan pada baseline-1 dan baseline-2. Perbedaan yang terjadi setelah siswa diberikan intervensi adalah anak mampu melakukan sesuai dengan perintah tertulis, anak mampu menjawab pertanyaan lisan maupun tulisan, dan anak mampu memaknai kata dengan cara memilih kata sesuai dengan uraian maknanya, memilih ilustrasi gambar sesuai dengan kalimat, memilih sinonim, serta memilih antonim. Jadi, efek dari belajar bahasa disini adalah kognitif, afektif dan behavioral. Dengan kemampuan bahasa reseptif yang baik, anak tersebut akan lebih baik pula dalam berkomunikasi dengan lingkungannya.

Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa penggunaan media komunikasi visual dapat meningkatkan kemampuan bahasa reseptif anak tunarungu kelas VIII SMPLB di SLB-B Sukapura.

B. Rekomendasi

Berdasarkan kesimpulan penelitian, maka peneliti mengajukan rekomendasi yaitu kepada:

1. Guru

Media komunikasi visual berupa gambar dan tulisan dapat diterapkan sebagai intervensi untuk meningkatkan bahasa reseptif anak tunarungu. Media komunikasi visual ditempel di lingkungan sekolah yang sering dilewati oleh siswa. Media yang dibuat harus memiliki daya tarik, kata-katanya harus singkat padat dan pesan yang disampaikan harus jelas. Kata-kata yang


(4)

67

terdapat pada media komunikasi visual harus dijelaskan terlebih dahulu dengan cara memberitahukan makna atau sinonim, lalu ajak anak untuk melakukan perbuatan dengan melihat gambar. Setelah itu, media komunikasi visual ditempel di lingkungan sekolah. Dengan cara demikian akan menambah bahasa anak secara masal. Media komunikasi visual dapat diganti secara berkala sesuai dengan pesan yang akan disampaikan.

2. Peneliti Selanjutnya

Diharapakan kepada peneliti selanjutnya agar lebih menyempurnakan kekurangan yaitu dapat melengkapi media komunikasi visual dengan gambar yang menunjukkan arti yang berlawanan dengan kata yang ada di media komunikasi visual, sehingga anak lebih cepat mengerti dan memahami maksud kalimat. Tidak terfokus pada satu subjek, tetapi dilakukan pada sekelompok subjek penelitian sehingga hasil penelitian dapat dibandingkan.


(5)

68

Intan Mara Mutiara, 2013

Penggunaan Media Komunikasi Visual Dalam Meningkatkan Bahasa Respektif Anak Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu

DAFTAR PUSTAKA

Anitah, Sri. (2010). Media Pembelajaran. Surakarta: Yuma Pustaka.

Anton, M.Moeliono, dkk. (2008). Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka.

Alwasilah, A Chaedar. (2008). Filsafat Bahasa dan Pendidikan. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA.

Arsyad, Azhar. (2011). Media Pembelajaran.Jakarta : PT.Raja Grafindo Persada. Budiman. (2006). Media Pembelajaran. Depdiknas: tidak diterbitkan.

Bunawan, L & Susila, C. (2000).Penguasaan Bahasa Anak Tunarungu. Jakarta : Yayasan Santi Rama. Tidak diterbitkan.

Chaer, Abdul. (2003). Linguistik Umum. Jakarta: RINEKA CIPTA.

Delphie, Bandi. (2006). Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus.Bandung : PT. Refika Aditama.

Dynamich, Speech (2011). Masalah Bahasa Reseptif. Tersedia [online] : http://Speech Therapy Centre for Kids, Singapore.html [6 Februari 2013].

Efendi, Mohammad. (2008). Pengantar Psikopedagogik Anak Berkeainan. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Enaliya, Sudartama. (2012). Poster. Tersedia [online]:

http:///desain_komunikasivisual.com [Kamis, Maret 2013].

Hernawati, Tati (2009). Intervensi Gangguan Bahasa (modul). Bandung: PLB FIP UPI.

Heryati, Euis. (2009). Ruang Lingkup Assessment Perkembangan (modul). Bandung: PLB FIP UPI.

Judarwanto. (2010). Perkembangan Bahasa Ekspresif dan Reseptif Menurut Myklebust. Tersedia [online] : http://speechclinic.wordpress.com [6 Februari 2013].

Khailullah. (2004). Media Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.


(6)

69

Kusrianto, Adi. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual.Yogyakarta : C.V ANDI OFFSET.

Kuswarno, Engkus. (2008). Etnografi Komunikasi. Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Rohani. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: PT. RINEKA CIPTA. Rusyani, Endang. (2004). Bahasa dan Ketunarunguan (modul). Bandung: PLB

FIP UPI.

Salim, Mufti. (1984). Pendidikan Anak Tunarungu. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Sobur, Alex. (2009). Semiotika Komunikasi..Bandung : PT. REMAJA ROSDAKARYA.

Somad,P. dan Hernawati, T. (1995). Ortopedagogik Anak Tunarungu. Jakarta: Depdikbud

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Pendidikan.Bandung : ALFABETA.

Sukiman. (2012). Pengembangan Media Pembelajaran.Yogyakarta : PT. Pustaka Insan Madani.

Sunanto, J, Koji, Takeuchi, dkk (2005). Pengantar Penelitian Dengan Subyek Tunggal. CRICEd University of Tsukuba.

Tarigan, Henry Guntur. (1994). Membaca sebagai sesuatu keterampilan berbahasa. Bandung : ANGKASA.

Tarigan, Henry Guntur. (1984). Pengajaran Kosakata. Bandung: ANGKASA. Tim penulis Proram Studi Desain Komunikasi Visual FSR ISI Yoryakarta dan

Studio Diskom. (2009). Irama Visual. Yogyakarta: Jalan Sutra.

Tinarbuko, Sumbo. (2012). Semiotika Komunikasi Visual.Yogyakarta : Jalansutra Widjaja, H.A.W. (2010). Komunikasi. Jakarta: PT. Bumi Aksara.


Dokumen yang terkait

PENINGKATAN KEMAMPUAN BAHASA RESEPTIF DAN BAHASA EKSPRESIF PADA ANAK TUNARUNGU MELALUI LIRIK LAGU HALO-HALO BANDUNG DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI: Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunarungu Kelas VI SLB-B Pri

0 0 48

PENGGUNAAN MEDIA FILM BERTEKS DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBAHASA RESEPTIF ANAK TUNARUNGU KELAS IX SMPLB-B SUKAPURA BANDUNG.

0 0 23

PENGGUNAAN MEDIA ADOBE FLASH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS STRUKTUR KALIMAT (SPOK) PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB BC PERMATA HATI SUMEDANG (Studi Eksperimen dengan Single Subject Research).

0 0 15

PENGARUH SENAM IRAMA TERHADAP KESEIMBANGAN TUBUH ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB SUKAPURA BANDUNG: Penelitian Single Subject research.

0 3 44

PENGGUNAAN TEKNIK PEMBELAJARAN MENGETAHUI (KNOW), INGIN MENGETAHUI (WANT), DAN BELAJAR (LEARNED) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN ANAK TUNARUNGU KELAS VII DI SLB PGRI KARYA WINAYA SUBANG : Penelitian Eksperimen Single Subject Research pada S

1 2 46

PENGARUH MEDIA KARTU KATA BERGAMBAR UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS KATA PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN: Penelitian Eksperimen dengan Desain Single Subject Research pada Anak Tunagrahita Ringan Kelas IV di SLB-B/C Bina Mandiri Bogor.

1 1 35

PENGGUNAAN MEDIA ADOBE FLASH DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENGINGAT HURUF HIJAIYAH PADA ANAK TUNARUNGU KELAS 4 SEKOLAH DASAR LUAR BIASA : Penelitian Eksperimen dengan Single Subject Research di SLB Negeri Cicendo Kota Bandung.

1 1 50

PENGGUNAAN METODE VAKT (VISUAL, AUDITORY, KINESTHETIC, TACTILE) DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA HURUF HIJAIYAH PADA ANAK TUNARUNGU :Penelitian Single Subject Research terhadap Siswa Kelas D4 di SLB-B Prima Bhakti Mulya Kota Cimahi.

4 29 29

PENGGUNAAN MEDIA PAPAN HABITAT FAUNA DALAM MENINGKATKAN PEMAHAMAN POKOK BAHASAN TEMPAT HIDUP HEWAN PADA ANAK TUNARUNGU DI SLB B SUKAPURA.

1 1 39

PENGGUNAAN MEDIA VIDEO UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENGARANG REPRODUKSI PADA ANAK TUNARUNGU :Penelitian Eksperimen dengan Single Subject Research pada anak tunarungu kelas 2 SMPN di SLB YP3ATR 1 Cicendo.

0 0 30