PERILAKU AGRESIF ANAK-ANAK PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YAYASAN SOSIAL SOEGIJAPRANATA (PSP YSS) Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi

  PERILAKU AGRESIF ANAK-ANAK PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YAYASAN SOSIAL SOEGIJAPRANATA (PSP YSS) S k r i p s i Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi Program Studi Psikologi Disusun oleh : Ariska Kristianto 019114060 JURUSAN PSIKOLOGI PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

  Halaman Moto A d M aiorem D ei G loriam”

HALAMAN PERSEMBAHAN

  

Skripsi dengan Judul

PERILAKU AGRESIF ANAK-ANAK PERKAMPUNGAN SOSIAL

PINGIT

YAYASAN SOSIAL SOEGIJAPRANATA (PSP YSS)

  

dipersembahkan kepada

  

Bapak dan Ibu Tercinta:

FX. PURWANTO DAN YULIANA SRI HASTUTI

Kakakku:

OCTAVIANUS IRWAN KRISTIANTO

  

Aku dan Para Sahabatku

Serta semua TEMAN dan SAHABAT yang terlibat di Perkampungan

Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegijapranata

  

ABSTRACT

CHILDREN AGGRESSIVE BEHAVIOR IN

PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT YAYASAN SOSIAL SOEGIJAPRANATA

(PSP YSS)

  

Ariska Kristianto

Faculty of Psychology

Sanata Dharma University

Yogyakarta

  The aim of this research was to find out the level of aggressive behavior on

middle and late childhood in Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial

Soegijapranata . The types of aggressive behavior in this research are physical

aggression, objects attack, verbal or symbolic aggressions, and properties violation.

  The subjects of the research were twenty middle and late children of Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegijapranata , 10 – 12 years old. The instrument used in the data gathering was the aggressive behavior scale

which composed by the researcher. The scale was directly tested to the subject and

resulted in 0.940 reliability coefficient. The descriptive percentage was used to

describe the aggressive behaviors in Perkampungan Sosial Pingit.

  The research result indicated that children in Perkampungan Sosial Pingit have average aggressive behaviors in general. In aggressive behavior aspects; verbally or symbolically aggressions aspect

was in the highest empirical mean, 2.33. The second was the physical aggression,

  

2.125. Properties violation showed 2.059. Then, the lowest aggression was on objects

attack which showed 2.05.

  

Keywords: aggressive behavior, children, Perkampungan Sosial Pingit Yayasan

Sosial Soegijapranata (PSP YSS)

  

ABSTRAK

PERILAKU AGRESIF ANAK-ANAK PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT

YAYASAN SOSIAL SOEGIJAPRANATA

(PSP YSS)

  

Ariska Kristianto

Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

   Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat perilaku agresif pada anak-

anak usia pertengahan dan akhir di Perkampungan Sosial Pingit. Bentuk-bentuk

perilaku agresif dalam penelitian ini adalah: menyerang secara fisik, menyerang suatu

objek, menyerang secara verbal atau simbolis, melanggar hak milik atau menyerang

benda orang lain.

  Subjek penelitian ini adalah anak-anak Perkampungan Sosial Pingit Yayasan Sosial Soegijapranata (PSP YSS) berjumlah 20 anak berusia 10-12 tahun. Alat yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu dengan menggunakan

skala perilaku agresif yang disusun oleh peneliti sendiri. Skala tersebut di uji cobakan

langsung pada subyek dan menghasilkan koefisien reliabilitas sebesar 0,940. Untuk

menggambarkan perilaku agresif pada anak-anak Perkampungan Sosial Pingit

digunakan deskriptif persentase.

  Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum anak-anak Perkampungan Sosial Pingit memiliki perilaku agresif sedang. Pada aspek-aspek perilaku agresif, aspek perilaku agresif menyerang secara

verbal atau simbolis memiliki rerata mean emipirik yang tertinggi, yaitu 2,33. Pada

urutan ke dua yaitu menyerang secara fisik (2,125). Urutan ketiga terdapat pada aspek

melanggar hak milik atau menyerang benda orang lain (2,059). Bentuk agresi

terendah terdapat pada aspek menyerang suatu obyek yaitu memiliki rerata 2,05.

  

Kata kunci: perilaku agresif, anak-anak, Perkampungan Sosial Pingit Yayasan

Sosial Soegijapranata (PSP YSS).

KATA PENGANTAR

  Puji syukur penulis panjatkan kepada kekuatan yang membuat segala sesuatu

ada, Tuhan Yesus Kristus dan Bunda Maria dan semua orang kudus atas segala

penyertaan, perlindungan dan kekuatan yang telah diberikan sehingga penulis bisa

menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini disusun untuk memenuhi persyaratan

memperoleh gelar Sarjana Psikologi.

  Semuanya berawal dari ketidak sempurnaan, yang beriringan, berproses dan

saling bersinergi untuk terciptanya sesuatu. Begitu pula dengan skripsi ini, sebuah

karya yang tak pernah sempurna tanpa hadirnya dari pihak-pihak yang membantu

membuat skripsi ini menjadi sesuatu. Oleh karena itu dalam kesempatan ini penulis

mengucapkan banyak terima kasih kepada:

  

1. Bapak P. Eddy Suhartanto, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan ijin penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi ini.

  2. Ibu Agnes Indar Etikawati, S.Psi., Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan banyak hal, bimbingan, arahan, masukan dan waktunya dari awal sampai akhir penulisan skripsi ini.

  

3. Ibu Sylvia Carolina M.Y.M.,S.Psi., M.Si selaku dosen pembimbing akademik

dan Kaprodi Psikologi untuk semua bantuan, bimbingan, kesabaran dan (tentu

  

4. Pak Siswa sebagai dosen pembimbing akademik lama, terima kasih atas

penyertaanmu dari awal masuk kuliah sampai kemudian digantikan Bu Sylvi.

  Matur nuwun sanget pak .

  

5. Fr. Eko dan Frater Jesuit lain, segenap Volunteer Perkampungan Sosial Pingit,

teman-teman PBM Pend. Akuntansi Sanata Dharma dan segenap Keluarga Besar Perkampungan Sosial Pingit yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu,. Terima kasih atas bantuan, kerjasama dan suasana hangat berada di antara kalian. Kalian adalah percikan yang telah menyulut kobaran.

  

6. Seluruh dosen Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta

untuk semua ilmu yang telah kalian ajarkan, serta seluruh staf Fakultas Psikologi, Pak Gie, mbak Nanik, mas Gandung, mas Muji, mas Doni atas segala bantuan selama penulis kuliah sampai selesai. matur nuwun.

  

7. Wakil Rektor III beserta staf, Pak Koeswandono, mbak Nova, mas Anton, mas

Martono. Terima kasih atas semua wejangan, dan suasana hangat yang kalian berikan.

  

8. Bapak Ibuku, atas semua kasih sayang, dukungannya. Matur nuwun wis kerep

diseneni mergo ra gek rampung kuliah . Aku Sayang Kalian.

  9. Mas Irwan, kakakku satu-satunya. Matur nuwun sakabehe.

  

10. Teman-teman Komunitas Suket dan segenap relasinya. Eko “Lemu”, mbak Ika, Paijo, Eko”Kodok”, Yudhis”Kuman”, Ibink, Jenthik, Simin, Japar, Hari, atas keluarga yang indah. Maafkan juga karna aku bukan penerus yang baik, tapi kalian akan tetap selalu ada di hatiku. Miss You All.

  

11. Keluarga Besar Kontrakan “Tumindak Ngiwo” dan antek-anteknya dahulu dan

sekarang, Kopet, Sigot, Ganyong, Barjo, Windra, Neri, Sapi, Kowok, Klowor, Itong, Suko, Dika, In Memoriam Chyntya dan semuanya. Miss you all.

  

12. Pak Surono (alm), mas Anom, mas Eko. Kalian adalah guru, bapak, kakak, dan

sahabat yang baik. Terima kasih atas setiap pembelajaran dan senyum yang kalian berikan.

  

13. Komunitas Sendang Jatiningsih, Pak Rebin, Bu Rebin (alm), mas Joko, Wiji,

Nino, Abu, Leo”kempok”, Tomi, Tono, Paijo, Ganung, kang Eri, dan

semuanya. Terima kasih atas keluarga dan persahabatan yang kalian berikan.

  

14. Setiap sudut kampus Sanata Dharma beserta manusia-manusianya. Pak Totok,

mas Yono, pak Pangat, pak dan mas penjaga parkiran kampus Mrican dan Paingan, pak dan mas karyawan, juga Satpam. Kantin Mrican beserta para penghuninya. UKM Sexen, Mapasadha, semua UKM yang ada di Sanata Dharma, teman-teman Sastra, dan semua penghuni kantin lainnya, kalian adalah teman-teman yang hebat. Thanks all.

  

15. Teman-teman Psikologi Angkatan 2001. Suatu kehormatan menjadi bagian

dari kalian.

  

16. Teman-teman Fakultas Psikologi semua angkatan, dan Komunitas Bawah

  17. Adikku Ucie dan bolo-bolo nya, Alma n Friends, terimakasih motivasinya.

  

18. Teman-teman Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Sanata Dharma, Sandi,

Nino, Antok, Sedik, Udjo, Boim, Andre, Puput, Nanda, Thomas, Titin, semua teman-teman PBI yang telah menemani, menyemangati dan memberikan sentuhan pada setiap petualanganku di Sanata Dharma serta semua kehidupan di Pendidikan Bahasa Inggris Sanata Dharma. PBI “sorry, I Love You”.

  

19. Wartadi’s House, Gedongkiwo MJ I/723 dan para penghuninya Sahabat-

sahabatku Kristiadi, Eko”landak”, Leo. Nuwun bro, atas rumah canda dan keluh kesahnya.

  

20. Para sahabat yang lain. Dedi (nuwun wis kerep nakokke perkembangan

skripsiku ), Oho (tengkyuh motivasine cui)Bayu (nuwun dolan-dolane), Siro (nuwun wis diajari) dan teman-teman seperjuangan penghabisan (Seto, Dion, Sius, Dion, Acong, Mira, Yayak, Sony, Jelly, Rani, Eta, Lasro, Silva, Anas, Roma, Ori, dll), terima kasih support dan motivasinya.

  

21. Semua pihak yang sudah membantuku dalam pengerjaan skripsi yang tidak

bisa penulis sebutkan satu persatu.

  

22. ..dan.. semua kenangan tentang cinta, persahabatan, petualangan, keluh kesah

dan senyum para sahabat di seluruh sudut kampus Sanata Dharma.

  Yogyakarta, 24 Agustus 2009 Hormat saya

  

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………………………...….......………………………… i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ............................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN........................................................................... iii

MOTTO............................................................................................................... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN.......................................................................... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA............................................................. vi

ABSTRACT.......................................................................................................... vii

ABSTRAK…........................................................................................................ viii

KATA PENGANTAR.......................................................................................... x

DAFTAR ISI........................................................................................................ xiv

DAFTAR TABEL............................................................................................... xvii

DAFTAR SKEMA............................................................................................... xiii

DAFTAR LAMPIRAN........................................................................................ xix

  BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1 A. Latar Belakang............................................................................................ 1

B. Rumusan Masalah....................................................................................... 4

C. Tujuan Penelitian......................................................................................... 4

D. Manfaat Penelitian...................................................................................... 5

  1. Pengertian Perilaku Agresif.................................................................. 6

  2. Jenis-jenis Perilaku Agresif .................................................................. 7

  3. Bentuk-bentuk Perilaku Agresif…........................................................ 8

  4. Teori Perilaku Agresif........................................................................... 8

  5. Faktor-faktor yang Memunculkan Perilaku Agresif ............................ 14 B. ANAK-ANAK USIA PERTENGAHAN DAN AKHIR.........................

  17

  1. Pengertian Anak-Anak... ....................................................................... 17

  2. Karakteristik Anak Usia Pertengaha dan Akhir................................... 18

  

C. PERKAMPUNGAN SOSIAL PINGIT.................................................... 21

  1. Sejarah................................................................................................. 21

  2. Kegiatan……….................................................................................... 22

  3. Anak-Anak Perkampungan Sosial Pingit ........................................... 23

  

D. PERILAKU AGRESIF ANAK-ANAK PSP ........................................... 26

  E. PERTANYAAN PENELITIAN............................................................... 30

  

BAB III METODOLOGI PENELITIAN............................................................ 31

A. Jenis Penelitian........................................................................................... 31

B. Variabel Penelitian…………...................................................................... 31

C. Definis Operasional Variabel Penelitian.................................................. 32

D. Subyek Penelitian....................................................................................... 32

E. Metode Pengumpulan Data........................................................................ 33

F. Validitas dan Reliabilitas.......................................................................... 35

  

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN.................................... 40

A. Pelaksanaan Penelitian………….............................................................. 40 B. Analisis Data Hasil Penelitian.................................................................... 41

  1. Deskripsi Rerata Tingkat Perilaku Agresif........................................... 41

  2. Kategorisasi Perilaku Agresif............................................................... 42

  3. Deskripsi Rerata setiap Aspek Bentuk Perilaku Agresif...................... 43

  C. Pembahasan……………………….............................................................45

  

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN................................................................ 51

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 53

LAMPIRAN ......................................................................................................... 55

  DAFTAR TABEL Tabel 1. Skor Berdasarkan Kategori Jawaban………………………………

  34 Tabel 2. Distribusi Item……………………………………………………….

  35 Tabel 3. Hasil Analisis Item…………………………………………………

  37 Tabel 4. Distribusi Item Setelah Try Out……………………………………

  37 Tabel 5. Demografis Sampel Penelitian………………...…………………..… 40 Tabel 6. Deskripsi Data Penelitian………………………….………………..

  41 Tabel 7. Uji T………………………………………………………………….. 41

Tabel 8. Kategorisasi Perilaku Agresif…..……..………………………….….. 43

Tabel 11. Deskripsi Data Setiap Aspek Bentuk Perilaku Agresif…………….… 43

DAFTAR SKEMA

  

Skema 1 : Alur Penelitian…………………………………………………………. 29

DAFTAR LAMPIRAN

  

Skala Perilaku Agresif Uji coba Penelitian…………………………………….. 56

Data Uji Coba Penelitian ……………………………………………………… 61

Data Penelitian…………………………………………………………………. 69

Deskripsi Data Penelitian………………………………………………………. 77

Lembar Perijinan………………………………………………………………… 90

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap anak adalah seorang pribadi unik dengan pola dan waktu

  pertumbuhan yang bersifat individual, sebagaimana halnya untuk kepribadian, temperamen, gaya belajar, latar belakang dan pengalaman keluarga. Begitu juga perilaku mereka, hal-hal yang mendasari atau menjadi penyebab munculnya suatu perilaku pada mereka tentu saja juga sangat bermacam-macam. Perilaku agresif misalnya. Pada umumnya perilaku agresif pada anak-anak usia dini mungkin belum begitu terpengaruh oleh faktor lingkungan. Perilaku agresi yang muncul dari anak-anak biasanya lebih dikarenakan amarah, jengkel, iri, dengan tujuan untuk kemenangan, menuntut keadilan, membenarkan diri, dan pemuasan atas perasaan. Berbeda dengan anak-anak pada usia yang lebih besar dimana perilaku yang mereka dapatkan adalah hasil dari proses meniru perilaku di sekitar mereka atau hasil pembelajaran dari lingkungan sekitarnya.

  Agresi adalah suatu keadaan emosi yang merupakan campuran perasaan frustasi, benci atau marah dan didasari keadaan emosi secara mendalam dari setiap orang sebagai bagian penting dari keadaan emosional yang dapat diproyeksikan ke lingkungan, ke dalam diri, atau secara destruktif. Agresi

  Disadari maupun tidak perilaku agresif sangat dekat dengan kehidupan

anak. Sejak usia sangat dini anak-anak sudah dikenalkan pada bentuk-bentuk

kekerasan mulai dari verbal, fisik, bahkan seksual. Pengalaman anak-anak

berhadapan dengan kekerasan sangat beraneka ragam baik dari segi bentuk-

bentuk kekerasan yang dialami, pelaku kekerasan, tempat kejadian, dan sebab-

sebab terjadinya kekerasan. Melalui pergaulan atau hubungan sosial, baik dengan

orang tua, anggota keluarga, orang dewasa lainnya maupun teman bermainnya,

anak mulai mengembangkan bentuk-bentuk tingkah laku sosial. Anak-anak akan

lebih mudah mengingat dan menyimpan sebuah perilaku yang ia lihat dari orang

dewasa dan kemudian meniru perilaku tersebut.

  Agresi yang terjadi di dalam kehidupan masyarakat luas, yang

berdasarkan social learning theory merupakan bentuk yang dipelajari dari

perilaku sosial dimana individu mendapatkan respon agresif dan melakukan

tindakan kekerasan melalui pengalaman hidup di masa lalu dan dari situasi

lingkungan sosialnya.

  Dalam konteks pembentukan perilaku agresif pada anak anak, pertanyaan

yang muncul kemudian adalah bagaimana jika anak-anak tumbuh dan

berkembang dalam sebuah lingkungan keras yang memiliki banyak faktor

terhadap kemunculan perilaku agresif mereka dan bagaimana akibat yang akan

  

payung hukum oleh lembaga Yayasan Sosial Soegijapranata dari Komisi Sosial

Ekonomi Keuskupan Agung Semarang.

  Anak-anak Perkampungan Sosial Pingit adalah anak-anak dari keluarga

kelas bawah yang miskin. Orang tua mereka menghidupi keluarga mereka

dengan bekerja keras baik sebagai pemulung, tukang becak, pengemis, bahkan

pekerja seks. Tak jarang anak-anak harus ikut bekerja untuk mencukupi

kebutuhan keluarga mereka, baik dengan mengamen, atau menjual koran di

perempatan jalan. Tak dapat dipungkiri pula bahwa lingkungan tempat mereka

tinggal merupakan lingkungan yang kurang berpendidikan dan seringkali orang

tua mendidik anak-anaknya dengan keras, membentak-bentak penuh kemarahan

dan caci maki. Kekerasan, kekurangan dan kemiskinan adalah hal yang harus

mereka hadapi setiap harinya baik dalam keluarga, lingkungan masyarakat,

maupun hubungan dengan teman sebayanya atau teman sepermainannya. Kondisi

tersebut di atas sesuai dengan yang dikemukakan oleh McCandless bahwa salah

satu faktor yang mendukung kemunculan perilaku agresif adalah kemiskinan.

Bila seorang anak dibesarkan dalam lingkungan kemiskinan, maka perilaku

agresi mereka secara alami mengalami penguatan (dalam Mutadin, 2002).

  Kurangnya pengetahuan bagaimana mendidik anak yang baik juga terjadi

di Perkampungan Sosial Pingit. Agresifitas dianggap sebagai cara yang mudah

dalam mendidik anak. Agresifitas dianggap sebagai cara jitu untuk membuat dari ketakutan itu. Anak-anak merupakan korban agresifitas dan mereka belajar dalam kehidupan yang tidak lepas dari agresifitas. Perilaku agresifitas yang dipelajari anak-anak di dalam keluarga diimplementasikan dalam kehidupan dengan teman sebayanya.

  Ada bermacam-macam realitas agresifitas dalam kehidupan sebaya anak- anak, baik secara verbal atau secara fisik maupun aktif dan pasif. Dari observasi di awal penelitian, perilaku agresif pada anak-anak muncul terkadang hanya sekedar untuk mencari perhatian volunteers yang datang, sebagai cara bagaimana mendominasi teman-teman sebaya yang lain, dan juga sebagai bentuk ekspresi emosi karena tidak mengerti emosi apa yang harus ditampilkan. Oleh sebab itu penelitian ini dilakukan untuk melihat seberapa tingkat prilaku agresif yang terjadi pada anak-anak di Perkampungan Sosial Pingit.

  B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan dalam penelitian ini adalah seberapa

  perilaku agresif anak-anak di tingkat Perkampungan Sosial Pingit.

  C. Tujuan Penelitian

  perilaku agresif yang

  Penelitian ini bertujuan untuk mendiskripsikan tingkat

D. Manfaat Penelitian

  1. Teoritis Menambah pemahaman dan memberi sumbangan pada pengembangan ilmu psikologi, psikologi sosial dan psikologi perkembangan, tentang gambaran perilaku agresif anak-anak pada masyarakat sub urban.

2. Praktis

  a. Bagi masyarakat pada umumnya, penelitian ini dapat menjadi suatu kesempatan untuk memahami perilaku agresif anak-anak pada masyarakat sub urban, khususnya di Perkampungan Sosial Pingit.

  b.

  Penelitian ini dapat membantu dalam pembuatan program-program pendampingan di Perkampungan Sosial Pingit sebagai penanganan lebih lanjut terhadap anak-anak Perkampungan Sosial Pingit khususnya perilaku agresif yang ada.  

BAB II LANDASAN TEORI A. PERILAKU AGRESIF.

1. Pengertian perilaku agresif

  Banyak pengertian dari para ahli dengan pandangan dan perspektif mereka sendiri-sendiri mengenai agresi, yang pada dasarnya agresi mengarah pada perilaku agresif. Dalam Berkowitz (1995) agresi didefinisikan sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental.

  Widodo (2002) mengemukakan beberapa ciri perilaku agresif sebagai berikut: a. Bersifat menyakiti/merusak diri sendiri, orang lain atau obyek-obyek penggantinya.

  b. Tidak diinginkan oleh orang yang menjadi sasaran/korban.

  

c. Seringkali diartikan sebagai perilaku yang melanggar norma sosial.

  Dari beberapa hal yang dikemukakan di atas, secara umum perilaku agresif dapat didefinisikan sebagai segala bentuk perilaku yang dimaksudkan untuk menyakiti seseorang baik secara fisik maupun mental atau secara verbal dan merugikan atau menimbulkan korban pada pihak lain.

2. Jenis perilaku agresif

  Myers, 1966 dalam Wirawan (2002) membagi agresi ke dalam dua jenis berdasarkan tujuan yang mendasarinya yaitu: a. Agresi rasa benci atau agresi emosi (hostile aggression) yaitu merupakan ungkapan kemarahan yang ditandai dengan emosi yang tinggi dan perilaku agresif dalam agresi rasa benci atau agresi emosi ini adalah tujuan dari agresi itu sendiri.

b. Agresi sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain (instrumental

  aggression ) yaitu agresi yang hanya merupakan sarana untuk mencapai tujuan lain dan pada umumnya tidak dengan disertai emosi..

  Pembagian jenis perilaku agresif yang lain adalah dikemukakan oleh Sears (1991) yang membagi perilaku agresi berdasarkan norma yang ada

dalam masyarakat. Sears membagi perilaku agresi ke dalam tiga bentuk yaitu :

  a. Agresi antisosial yaitu tindakan agresi yang tidak sesuai dengan norma sosial yang ada seperti tindakan kriminal (perampokan, pembunuhan. pemukulan).

  b. Agsesi prososial yaitu tindakan agresi yang diatur oleh norma sosial seperti hukuman yang diberikan atas tindak kejahatan.

  c. Agresi yang disetujui (sanctioned aggression) yaitu agresi yang tidak diterima dalam norma sosial tapi masih dalam batas yang wajar. Tindakan

3. Bentuk-bentuk perilaku agresif.

  Medinus & Johnson (1976) mengelompokkan agresi menjadi empat bentuk sebagai berikut: a. menyerang secara fisik (memukul, mendorong, meludahi, menendang, menggigit, memarahi, dan merampas).

  b. menyerang suatu objek (menyerang benda mati atau binatang)

  c. menyerang secara verbal atau simbolis (mengancam secara verbal, menuntut) d. melanggar hak milik atau menyerang benda orang lain.

  Keempat bentuk perilaku tersebut di atas yang kemudian akan digunakan sebagai acuan dalam pembuatan skala penelitian.

4. Teori perilaku agresif

  Ada banyak teori atau penjelasan mengenai perilaku agresif dengan sudut pandang yang berbeda. Akan tetapi ada tiga garis besar atau tiga kategori yang membedakan agresi dan menjelaskan tentang agresi tersebut yaitu: a. Berpusat pada orang (instinctual),

  b. Berpusat pada situasi (behavioral, environmental), c. dan menggunakan interaksi (kognitif).

  Hal tersebut di atas selaras dengan yang dikemukakan oleh Wirawan

  

teori, yaitu teori bawaan atau bakat, teori environmentalis atau teori

lingkungan, dan teori kognitif .

a. Berpusat pada orang (instinctual).

1. Teori Psikoanalitik.

  Menurut pandangan psikoanalitik agresi merupakan perilaku kodrati atau bawaan manusia. Manusia secara genetik ditakdirkan untuk agresif. Agresi mengendalikan kekuatan insting (murtido), permusuhan juga berasal dari insting ini yang secara perlahan berkembang seiring dengan berjalannya waktu (akumulasi energi) dan jika energi tersebut tidak dilepaskan secara aman, akan mencapai tingkat yang membahayakan. Energi agresif harus dilepaskan, jika tidak akan meledak dan membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain oleh karena itu masyarakat adalah merupakan alat untuk mengatur atau mengontrol agresi atau energi agresif tersebut, akan tetapi menurut teori ini agresi tidak bisa benar-benar dikontrol atau dikurangi.

  2. Teori naluri atau insting William James meyakini bahwa naluri-naluri atau insting-insting mempunyai kemiripan dengan refleks-refleks, yaitu karena dibangkitkan oleh stimulus sensori dan kemunculan pertamanya buta. Buta dalam hal ini diartikan tingkah laku naluriah tersebut muncul secara otomatis di

  

naluri adalah merupakan impuls yang menjadi kekuatan yang bekerja

dalam diri organisme atau individu untuk menuntun tingkah laku, akan

tetapi di lain pihak James merasa bahwa naluri tersebut berinteraksi

dengan ingatan seseorang sehingga tingkah laku tersebut tidak lagi buta.

  Tingkah laku bisa berubah oleh pengalaman. Naluri adalah tendensi untuk bertindak dalam suatu cara tertentu (James dalam Koeswara, 1988).

  Teori insting lain tentang agresi adalah teori yang dikemukakan

oleh Freud yang berpendapat bahwa dalam setiap diri individu terdapat

dua jenis insting yaitu insting untuk mempertahankan hidup yang dikenal dengan eros dan insting untuk mati atau insting untuk

menghilangkan kehidupan yang dikenal dengan thanatos. Agresi dalam

pandangan Freud dapat dimasukkandalam jenis insting mati atau menghilangkan kehidupan (thanatos), yang merupakan ekspresi dari

hasrat kematian yang berada dalam taraf tak sadar. Ekspresi agresi ini

dihalangi oleh ego dan suprego seperti aturan, orang lain, dan budaya

yang akan menekan hasrat ini, selain hal tersebut ego juga akan

mengendalikan hasrat kematian ini dengan sublimasi, yaitu penyaluran

instink tersebut ke dalam aktivitas non agresif yang secara sosial dapat

diterima masyarakat.

3. Teori Biologi.

  Moyer (1976) berpendapat bahwa perilaku agresif ditentukan oleh proses tertentu yang terjadi di otak dan susunan syaraf pusat.

  Hormon juga dapat membawa sifat agresif. Perilaku agresif juga disebabkan oleh meningkatnya hormon testosteron. Peningkatan testosteron tidak langsung dapat memicu munculnya perilaku agresif, akan tetapi harus ada pemicu dari luar, dalam hal ini hormon testosteron bertindak sebagai enteseden.

  Konrad Lorenz lebih menekankan pada naluri agresif. Lorenz berpendapat bahwa tingkah laku naluriah tertentu ada atau bertahan pada organisme dikarenakan mempunyai nilai survival bagi organisme tersebut, hal ini memiliki implikasi yang penting dalam memahami fungsi dan peran agresi pada organisme berbagai species. Setiap tingkah laku naluriah memiliki sumber energi yang disebut sebagai energi tindakan spesifik (action specific energy) dan kemunculannya dikunci oleh mekanisme pelepasan bawaan (innate releasing mechanism) (Koeswara, 1988).

  b. Berpusat pada situasi atau keadaan Teori frustrasi agresi menjelaskan bahwa agresi muncul karena

adanya halangan pada sebuah tujuan. Sikap ini menyebabkan seseorang

  

(2002) mengemukakan bahwa agresi dipicu oleh frustrasi. Frustrasi adalah

hambatan terhadap pencapaian suatu tujuan.

  Berkowitz (1978,1989) menyebutkan bahwa frustrasi menimbulkan

kemarahan, dimana emosi marah itulah yang memicu agresi (Wirawan,

2002). Frustrasi bukan satu-satunya syarat kemunculan agresi, frustrasi

menurut Berkowitz hanyalah salah satu syarat dan akan aktual apabila ada

stimulus eksternal, yang dalam hal ini adalah senjata (Berkowitz, 1995).

Orang terdorong untuk menyerang orang lain ketika mereka frustrasi, gagal

dalam mencapai suatu tujuan, atau tidak mendapatkan imbalan yang

diharapkan.

  Berkowitz dalam Koeswara (1988) mengemukakan bahwa terdapat dua faktor yang menjadi syarat bagi kemunculan agresi, yaitu:

  1. Kesiapan untuk bertindak agresif yang biasanya terbentuk oleh pengalaman frustrasi.

  2. Adanya stimulus-stimulus eksternal yang memicu pengungkapan agresi.

c. Teori Interaksi.

  Perilaku agresif juga bisa diperoleh dari pembelajaran dari masyarakat. Agresi sebagai perilaku yang dipelajari atau hasil belajar,

melibatkan faktor-faktor (stimulus-stimulus) eksternal sebagai determinan-

  Bandura dengan teori belajar dari masyarakat atau social learning

theory mengatakan bahwa agresi dipelajari dari contoh-contoh perbuatan

agresif, tentu saja contoh-contoh yang dimaksudkan Bandura adalah

contoh-contoh perilaku agresif yang ada di masyarakat dan sering dijumpai

di lingkungan masyarakat. Bandura mengatakan orang menjadi agresif

dapat disebabkan orang belajar respon agresif pada pengalaman masa lalu

mereka, orang menjadi agresif juga dikarenakan mereka menerima atau

mengharapkan hadiah karena bertindak agresif dan karena didorong oleh

kondisi masyarakat yang bertindak agresif (dalam Aggression,2007).

  Orang belajar bagaimana menjadi agresif, dan sikap tersebut

ditunjukkan pada masyarakat baik oleh benda hidup ataupun simbol-

simbol. Manusia belajar karena adanya modelling (pemberian contoh) yaitu

proses dimana seseorang mengamati sikap orang lain dan pikiran yang

menyertainya, serta menggunakannya sendiri. Melalui pemberian contoh

(model) seseorang membentuk sikap baru (belajar karena mengamati).

  Dari uraian teori-teori tersebut di atas dapat diketahui bahwa

perilaku agresif terbentuk atau muncul dikarenakan oleh bermacam-macam

faktor. Perilaku agresif itu sendiri bisa muncul pada setiap individu oleh

faktor-faktor tersebut. Dari teori belajar dapat diketahui bahwa melalui

proses belajar dari orang lain maupun lingkungan.perilaku agresif

5. Faktor-faktor yang memunculkan perilaku agresi.

  Faktor-faktor penentu perilaku agresif yang utama adalah rasa marah, dan proses belajar respons agresif. Proses belajar tersebut dapat terjadi melalui langsung terhadap respons agresif atau melalui imitasi (Sears, 1991).

  Baron dan Byrne (2005) membagi faktor-faktor penyebab munculnya perilaku agresif ke dalam tiga bagian besar yang kemudian diperinci lagi ke

dalam beberapa bagian. Bagian tersebut dapat dijelasakan sebagai berikut :

a. Faktor sosial. i. Frustrasi – Termuat dalam hipotesis frustrasi agresi, yaitu tidak terpenuhinya sesuatu yang diharapkan atau yang diinginkan membuat frustasi dan terkadang mengarah pada perilaku agresi. Frustrasi dapat mengarahkan individu pada tindakan agresif karena frustrasi itu sendiri bagi individu merupakan situasi yang tidak menyenangkan dan individu tersebut ingin mengatasinya dengan berbagai cara termasuk cara agresif.

  Individu akan cenderung memilih tindakan agresif sebagai cara mengatasi frustrasinya apabila terdapat stimulus-stimulus yang mendukung ke arah tindakan agresif tersebut (Berkowitz dalam Koeswara, 1988).

ii. Provokasi – Tindakan dari orang lain yang cenderung memicu agresi

  iii. Agresi yang dipindahkan – Agresi pada seseorang yang bukan menjadi sumber provokasi. Agresi ini terjadi karena orang yang ingin melakukan agresi tidak ingin atau tidak dapat melakukan agresi terhadap sumber provokasi awal. iv. Pemaparan terhadap kekerasan di media – Agresi terpicu dengan melihat, mendengar dan membaca bentuk-bentuk kekerasan pada media baik elektronik maupun cetak. v. Keterangsangan yang meningkat – Keterangsangan dalam suatu situasi dapat tersisa dan dapat muncul kembali saat mengahadapi situasi berikutnya. Hal ini dapat membuat agresi tidak meningkat tetapi juga dapat meningkatkan agresi tergantung pada pemikiran individu.

b. Faktor pribadi.

  i. Kepribadian yang sudah ada pada tiap orang – ada orang yang mempunyai kepribadian yang memicu perilaku agresif mereka. Ini tergolong sebagai orang tipe A yang memiliki kepribadian yang kompetitif, selalu terburu-buru, mudah tersinggung sedangkan bertolak belakang dengan orang-orang yang bertipe B yang kepribadian mereka tidak memicu perilaku agresif yaitu tidak kompetitif, tidak selalu terburu-buru, tidak mudah kehilangan kendali.

ii. Bias atribusional hostile – saat individu memiliki kecenderungan untuk

c. Faktor situasional.

  i. Suhu udara yang tinggi Suhu udara yang tinggi akan cenderung meningkatkan agresi, tetapi hanya sampai titik tertentu. Di atas tingkat tertentu agresi menurun selagi suhu udara menigkat. Suhu udara yang panas memiliki dampak terhadap munculnya tingkah laku sosial berupa peningkatan agresivitas. ii. Konsumsi alkohol – Pengkonsumsian alkohol dapat meningkatkan agresi pada individu yang dalam keadaan normal menunjukkan tingkat agresi yang rendah.

  Selain itu faktor lain yang menyebabkan munculnya perilaku agresif adalah pembelajaran sosial, pengaruh kelompok dan pengaruh lingkungan fisik (Widodo, 2006).

B. ANAK-ANAK USIA PERTENGAHAN DAN AKHIR.

1. Pengertian anak-anak.

  Menurut Kamus Psikologi (Chaplin, 2005), anak atau kanak-kanak (child) adalah seorang anak yang belum mencapai tingkat kedewasaan, bisa diartikan juga seorang individu diantara kelahiran dan masa pubertas, atau seorang individu di antara kanak-kanak (masa pertumbuhan, masa kecil) dan masa pubertas.

  Sedangkan Santrock (2002) menyebutkan bahwa yang disebut sebagai anak-anak adalah usia antara 5/6 tahun sampai dengan 11/12 tahun, yaitu dari masa awal anak-anak (early childhood) sampai masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood) atau usia sekolah dasar.

  Santrock (2002) menyebutkan klasifikasi usia anak-anak dibagi menjadi beberapa periode, yaitu:

  1. Masa awal anak-anak (early childhood) - akhir masa bayi hingga usia kira-kira 5-6 tahun.

  2. Masa pertengahan dan akhir anak-anak (middle and late childhood) atau tahun-tahun sekolah dasar – usia 6 hingga 12 tahun.

  Dari pembagian usia anak-anak di atas, usia anak-anak yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah masa pertengahan dan akhir anak-anak atau tahun-tahun sekolah dasar yaitu usia 6 tahun sampai 12 tahun.

2. Karakteristik anak-anak usia pertengahan dan akhir.

  Masa anak-anak sebagai masa pertumbuhan yang khusus. Periode masa pertengahan dan akhir masa anak-anak meliputi pertumbuhan yang lambat dan konsisten. Santrock (2002) menyebutkan bahwa masa ini merupakan suatu periode tenang sebelum pertumbuhan yang cepat menjelang masa remaja.

a. Perkembangan Kognitif.

  Perkembangan kognitif anak-anak masa pertengahan dan akhir bertitik tolak dari teori Piaget tentang pemikiran operasional konkret.

  Pemikiran operasional konkret terdiri dari operasi-operasi atau tindakan- tindakan mental yang memungkinkan anak melakukan secara mental apa yang telah dilakukan sebelumnya secara fisik. Karakteristik pemikiran operasional konkret adalah sebagai berikut (Santrock, 2002):

  1. Dapat melakukan operasi-operasi, dengan mengubah tindakan secara

mental, memperlihatkan ketrampilan-ketrampilan konservasi.

  2. Penalaran secara logis menggantikan penalaran intuitif, tetapi hanya di dalam keadaan-keadaan konkret.

  3. Tidak abstrak (misalnya: tidak dapat membayangkan langkah-langkah persamaan aljabar).

  4. Memiliki ketrampilan-ketrampilan klasifikasi, dapat menggolongkan

  Memori jangka panjang (long term memory) anak-anak bertambah

selama masa pertengahan dan akhir masa anak-anak. Pengetahuan anak-

anak juga mempengaruhi memori mereka.

b. Perkembangan Sosial.

  Selama masa pertengahan dan akhir anak-anak, diri internal, diri sosial, dan diri komparatif secara sosial menjadi lebih sangat menonjol dalam pemahaman diri. Anak-anak usia sekolah dasar semakin

menggambarkan diri mereka dengan karakteristik-karakteristik internal dan

psikologis. Anak-anak di usia ini juga cenderung mengidentifikasikan diri

mereka berdasarkan karakteristik-karakteristik sosial dan perbandingan sosial.

  1. Keluarga.

  Anak-anak masa pertengahan dan akhir hanya memiliki waktu yang relatif sedikit dengan orang tuanya. Sedikit waktu untuk mendapat asuhan, bimbingan, pengajaran membaca, berbicara dan bermain. Anak-

anak lebih menghabiskan waktunya dengan teman-teman sebayanya.

  2. Perkembangan Relasi teman sebaya.

  Sepanjang masa pertengahan dan akhir anak-anak, anak-anak lebih banyak meluangkan banyak waktu untuk bersama dengan teman- teman sebayanya, bermain dan berinteraksi dengan teman sebayanya. masa pertengahan dan akhir masa kanak-kanak. Di sisi lain, teman sebaya, baik di lingkungan rumah maupun sekolah, juga merupakan pihak yang seringkali dikatakan memberikan pengaruh buruk pada perilaku anak. Bukan berarti pergaulan mereka kemudian harus dibatasi, karena anak tetap memerlukan teman untuk melatih kemampuannya bersosialisasi dan kematangan emosinya.

  Persahabatan anak-anak mengandung 6 fungsi yaitu: kawan, dorongan, semangat, dukungan fisik, dukungan ego, perbandingan sosial, keakraban dan afeksi.

3. Sekolah.

  Di samping keluarga dan teman-temannya sekolah juga mempunyai pengaruh yang sangat penting bagi perkembangan selama pertengahan dan akhir masa kanak-kanak. Interaksi dengan guru dan teman sebaya di sekolah, memberikan suatu peluang yang besar bagi anak-anak untuk mengembangkan kemampuan kognitif dan keterampilan sosial, memperoleh pengetahuan tentang dunia serta mengembangkan konsep diri sepanjang masa pertengahan dan akhir masa kanak-kanak (Santrock, 2002).

c. Perkembangan Moral.