PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI PUASA RAMADHAN SISWA KELAS III MI BADRUSSALAM SURABAYA.
PENERAPAN METODE DISKUSI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH
MATERI PUASA RAMADHAN SISWA KELAS III
MI BADRUSSALAM SURABAYA
SKRIPSI
Oleh :
SITI MIFTACHUL KHASANAH
NIM. D37212075
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH
PEBRUARI 2016
(2)
PENERAPAN METODE DISKUSI
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI PUASA RAMADHAN SISWA KELAS III MI BADRUSSALAM
SURABAYA
SKRIPSI
Diajukan Kepada
Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Dalam Menyelesaikan Program Sarjana Strata 1
Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh :
SITI MIFTACHUL KHASANAH NIM. D37212075
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PRODI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH PEBRUARI 2016
(3)
(4)
(5)
(6)
ABSTRAK
Siti Miftachul Khasanah. 2016. Penerapan Metode Diskusi Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Materi Puasa Ramadhan Siswa Kelas III MI Badrussalam Surabaya
Latar belakang penelitian ini adalah hasil belajar siswa yang rendah pada mata pelajaran Fiqih. Hasil belajar yang rendah memberikan dampak sulitnya mencapai tujuan pembelajaran bagi pelaku pendidikan. Untuk meningkatkan hasil belajar Fiqih, diambil tindakan pembelajaran melalui Metode diskusi yang dilakukan dalam 2 siklus.
Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1) Bagaimana penerapan metode diskusi pada mata pelajaran Fiqih materi Puasa Ramadhan siswa kelas III MI Badrussalam Surabaya? 2) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih Materi Puasa Ramadhan kelas III MI Badrussalam Surabaya dengan menggunakan metode diskusi?
Untuk memperoleh hasil penelitian, penelitian dilakukan dengan Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Model PTK yang digunakan yaitu model Kurt Lewwin yang dalam satu siklus terdiri dari empat komponen, meliputi: Perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah 1) Wawancara, menggunakan instrumen format panduan wawancara 2) Observasi, instrumen pengumpulan datanya adalah lembar aktivitas guru dan siswa 3) Tes, instrument yang digunakan yaitu Kisi-kisi butir soal 4) Dokumentasi untuk mengumpulkan data arsip nilai pretest prasiklus.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Penerapan Metode diskusi pada siswa kelas III MI Badrussalam Surabaya telah dilaksanakan dengan baik, yakni sudah sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Dapat dilihat pada hasil skor observasi aktivitas guru meningkat dari siklus I sebesar 83 (baik) sedangkan siklus II menjadi 93 (sangat baik) dan hasil skor observasi aktivitas siswa meningkat dari siklus I sebesar 78 (cukup baik) sedangkan siklus II menjadi 94 (sangat baik). 2) Terdapat peningkatan hasil belajar pada materi Puasa Ramadhan mata pelajaran Fiqih kelas III MI Badrussalam Surabaya melalui Metode diskusi. Nilai rata-rata siswa meningkat dari prasiklus yaitu 35 (sangat tidak baik) meningkat menjadi 71 (cukup baik) pada siklus I dan 89 (baik) pada siklus II. Persentase ketuntasan penguasaan materi siswa dari prasiklus sebesar 5,7% (siswa tuntas 2 siswa dan tidak tuntas sebanyak 33 siswa), siklus I sebesar 48% (siswa tuntas 17 siswa dan tidak tuntas sebanyak 18 siswa), siklus II sebesar 97% siswa yang tuntas (siswa tuntas 34 siswa dan tidak tuntas sebanyak 1 siswa).
(7)
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL ... i
HALAMAN JUDUL ... ii
MOTTO ... iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI ... iv
LEMBAR PENGESAHAN TIM PENGUJI ... v
NOTA PEMBIMBING ... vi
PERSEMBAHAN ... vii
ABSTRAK ... viii
KATA PENGANTAR ... ix
DAFTAR ISI ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xv
DAFTAR TABEL ... xvi
DAFTAR GAMBAR ... xvii
DAFTAR RUMUS ... xviii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 6
C. Tindakan yang Dipilih ... 6
D. Tujuan Penelitian ... 7
E. Lingkup Penelitian ... 7
(8)
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar ... 10
1. Pengertian Hasil Belajar ... 10
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 19
B. Pembelajaran Fiqih... 22
1. Pengertian Pembelajaran ... 22
2. Pengertian Pembelajaran Fiqih ... 25
3. Tujuan Pembelajaran Fiqih ... 26
4. Ruang Lingkup Materi Fiqih ... 28
5. Materi Puasa Ramadhan ... 28
C. Metode Diskusi ... 34
1. Pengertian Metode Diskusi ... 34
2. Manfaat Metode Diskusi ... 37
3. Langkah-Langkah Metode Diskusi ... 38
4. Jenis-Jenis Metode Diskusi ... 39
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi ... 41
BAB III PROSEDUR PENELITIAN TINDAKAN KELAS A. Metode Penelitian Tindakan Kelas ... 43
B. Setting dan Subjek Penelitian ... 47
C. Variabel yang Diselidiki ... 47
D. Rencana Tindakan ... 47
(9)
F. Indikator Kinerja ... 66
G. Tim Peneliti dan Tugasnya ... 67
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Profil Madrasah ... 68
B. Hasil Penelitian ... 70
1. Hasil Penelitian tentang Penerapan Metode Diskusi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Materi Puasa Ramadhan Kelas
III MI Badrussalam Surabaya ... 70
2. Hasil Penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi
Puasa Ramadhan dengan Menggunakan Metode Diskusi pada
Siswa Kelas III MI Badrussalam Surabaya ... 79
C. Pembahasan
1. Hasil Penelitian tentang Penerapan Metode Diskusi untuk
Meningkatkan Hasil Belajar Fiqih Materi Puasa Ramadhan Siswa
Kelas III MI Badrussalam Surabaya ... 95
2. Pembahasan Hasil Penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar
Siswa dengan Menggunakan Metode Diskusi di Kelas III MI
Badrussalam Surabaya ... 96
BAB V PENUTUP
A. Simpulan ... 98
B. Saran ... 99
(10)
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... 102
RIWAYAT HIDUP ... 103
(11)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pembaharuan diperlukan bukan saja dalam bidang teknologi, tetapi
disegala bidang termasuk bidang pendidikan. Pembaharuan pendidikan
diterapkan di dalam berbagai jenjang pendidikan. Sebagai pendidik, kita harus
mengetahui dan dapat menerapkan pembaharuan pendidikan agar dapat
mengembangkan proses pembelajaran yang kondusif sehingga diperoleh hasil
yang maksimal.
Salah satu bentuk pembaharuan pembelajaran adalah dengan
memanfaatkan metode-metode pembelajaran yang efektif, menarik dan
bermakna bagi siswa dengan cara yang menarik sehingga rasa ingin tahu siswa
terhadap materi pelajaran meningkat.1 Bukan masanya lagi seorang guru
hanya mengandalkan ceramah dalam menyampaikan materi. Guru dituntut
untuk aktif dan kreatif membimbing siswa mencapai tujuan pembelajaran.
Mata pelajaran Fiqih adalah salah satu mata pelajaran wajib yang
memiliki arti strategis yang harus diikuti oleh seluruh siswa MI Badrussalam
Surabaya dan seluruh siswa MI di seluruh Indonesia. Karena sifatnya sebagai
mata pelajaran agama, sering terjadi salah persepsi terhadap tujuan mata
pelajaran ini khususnya di kalangan siswa MI Badrussalam Surabaya kelas III.
Siswa terkadang mengangap kurang penting terhadap mata pelajaran ini
1
Mujiono Dimyati, Belajar dan Pembelajaran (Jakarta: Rineka cipta, 2006), hlm. 82
(12)
2
karena materi-materi sudah diajarkan hampir sama ketika mereka mengaji di
luar madrasah. Contoh materi pelajaran fiqih di kelas III yaitu tentang puasa
Ramadhan. Siswa kelas III MI Badrussalam lebih sering berbicara sendiri
dengan temannya dari pada menguasai tujuan pembelajaran fiqih. Padahal
tujuan Pembelajaran Fiqih adalah mengetahui dan memahami cara-cara
pelaksanaan hukum islam baik yang menyangkut aspek ibadah maupun
mu’amalah untuk dijadikan pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan
sosial.2
Belajar aktif adalah salah satu cara untuk mengikat informasi yang
baru kemudian menyimpannya dalam otak.3 Siswa belajar secara aktif ketika
mereka secara terus menerus terlibat, baik secara mental maupun fisik.
Pembelajaran aktif itu penuh semangat, hidup, giat, berkesinambungan, kuat,
dan efektif. Pembelajaran aktif melibatkan pembelajaran yang terjadi ketika
siswa bersemangat, siap secara mental, dan bisa memahami pengalaman yang
dialami.4 Penerapan PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru
untuk memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam
konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program sekolah
secara keseluruhan.5 Dengan adanya pembelajaran yang berbasis PTK ini
diharapkan dapat memperbaiki kekurangan yang mempengaruhi proses
2Wardatul Jannah, Pembelajaran Fiqih MI, diakses darihttp://wardahweje.blogspot.co.id/2014/09/
makalah-pembelajaran-fiqih-mi-pengertian.html?m=1, tanggal 31 Oktober 2015
3
Zaini Hisyam, dkk, Strategi Pembelajaran Aktif (Yogyakarta: Pustaka Insan Madani, 2008),h. xvii.
4
Pat Hollingsworth dan Gina Lewis, Pembelajaran Aktif Meningkatkan Keasyikan Kegiatan di Kelas, terj. Dwi Wulandari, (Jakarta: Macanan Jaya Cemerlang, 2008), h. 8.
5
Aqib Zainal, Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru, (Bandung: Yrama
(13)
3
pembelajaran di dalam kelas, terutama dengan adanya penggunaan
strategi-strategi dan juga metode-metode yang dapat meningkatkan hasil belajar
peserta didik. Karena metode merupakan prinsip dasar sebuah cara kerja yang
secara teknis dapat dikembangkan untuk pelaksanaan pembelajaran di kelas.6
Metode juga sebagai teknik penyajian yang dikuasai guru untuk mengajar agar
pembelajaran itu dapat dipahami oleh siswa dengan baik dan menambah
efektif dalam pencapaian tujuan.
Hasil belajar salah satunya ditentukan oleh bagaimana kondisi belajar
yang berlangsung pada saat pembelajaran dilakukan oleh guru dan siswa.
Apabila siswa berpendapat bahwa belajar itu menyenangkan, serta secara
pribadi sangat bermakna dan relevan, ditambah lingkungan yang mendorong
siswa untuk mempunyai kendali terhadap proses dan hasil belajar, maka
motivasi belajar dan kecenderungan untuk mengatur sendiri proses belajar
akan muncul dengan sendirinya. Siswa yang termotivasi belajar dan senang
berada di sekolah menggambarkan sekolahnya sebagai tempat belajar yang
mendukung usaha siswa.
Deskripsi singkat tentang masalah siswa di MI Badrussalam Surabaya
diantaranya adalah dari 35 siswa, hanya 6 siswa yang memerhatikan
sedangkan siswa yang lain sering bermain sendiri di dalam kelas sewaktu
pembelajaran berlangsung. Faktor secara internal siswa sering berjalan-jalan
di dalam kelas, kurang berkonsentrasi sewaktu guru menerangkan suatu materi
pelajaran, kurang memiliki keberanian dalam bertanya maupun dalam
6
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 157.
(14)
4
mengutarakan pendapatnya baik kepada guru maupun kepada sesama teman
waktu proses pembelajaran berlangsung, berbicara di luar materi pelajaran
dengan teman sebelahnya saat guru menjelaskan dan saat ditanya siswa tidak
dapat menjawab pertanyaan guru. Siswa enggan mengerjakan tugas yang
diberikan oleh guru, tidak mementingkan tugas sehingga kurang belajar,
kurangnya umpan balik pertanyaan yang diberikan oleh guru, siswa kurang
serius dalam menerima informasi guru. Sedangkan secara eksternal adalah
faktor keluarga yang kebanyakan orang tua siswa bertempat tinggal di kost
dan sibuk bekerja sehingga waktu untuk memperhatikan waktu belajar anak
kurang. Karena itu anak dileskan/privat. Ketika les, siswa hanya dikerjakan
PRnya tanpa ada penyampaikan materi yang belum dipahami sehingga nilai
tugas PR mereka bagus akan tetapi ketika mengerjakan soal di kelas siswa
tidak bisa mengerjakan.7
Dari pihak guru, ditemukan antara lain guru pada saat mengajar fiqih
adalah guru lebih aktif dalam metode ceramah yang dominan selama
pembelajaran. Guru belum menciptakan suasana belajar yang menyenangkan
bagi siswa padahal anak sedang mengalami fase perkembangan siswa, dimana
dalam fase ini anak senang akan bermain. Karena hal-hal tesebut, maka dapat
diduga hasil belajar siswa kelas III MI Badrussalam mata pelajaran Fiqih
materi puasa ramadhan rendah. Faktanya, setelah dilakukan pre test banyak
siswa yang mendapat nilai kurang dari KKM yaitu 75.8 Hasil tes pelajaran
fiqih tentang materi puasa ramadhan dari 35 siswa, hanya 2 siswa yang
7
Agus Romsyah, Guru Fiqih Kelas III MI Badrussalam Surabaya, Wawancara Pribadi, Surabaya, 31 Oktober 2015
(15)
5
mendapatkan nilai 85, sedangkan 33 siswa yang lain dibawah standar
kelulusan KKM.9
Konsentrasi dalam belajar itu sangat penting agar berhasil dalam
pembelajaran, terutama pada pembelajaran fiqih materi puasa Ramadhan
dimana pada materi ini sebagai bimbingan untuk mengetahui syariat-syariat
Islam. Dalam materi ini, siswa selain diharapkan menjadi paham, juga harus
dapat mengamalkan syariat tersebut. Untuk itu guru harus memilih metode
yang tepat. Metode diskusi penting untuk diterapkan pada materi puasa
Ramadhan. Jika murid hanya diberikan ceramah, maka hasil belajar siswa
tentang itu kurang maksimal. Metode diskusi adalah suatu cara penyajian
bahan pelajaran dimana guru memberi kesempatan keada para siswa
(kelompok-kelompok siswa) untuk mengadakan perbincangan ilmiah guna
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, atau menyusun berbagai
alternatif pemecahan atas suatu masalah.10
Berdasarkan permasalahan pembelajaran diatas, maka perlu
diadakannya sebuah penelitian dengan judul “PENERAPAN METODE DISKUSI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FIQIH MATERI PUASA RAMADHAN SISWA KELAS III MI BADRUSSALAM SURABAYA.”
9
Dari hasil pre tes, 15 Desember 2015
10
JJ Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), h. 20
(16)
6
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah:
1) Bagaimana penerapan metode diskusi pada mata pelajaran Fiqih materi
Puasa Ramadhan siswa kelas III MI Badrussalam Surabaya?
2) Bagaimana peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih
Materi Puasa Ramadhan kelas III MI Badrussalam Surabaya dengan
menggunakan metode diskusi?
C. Tindakan yang Dipilih
Untuk mencapai standar yang telah ditentukan atau kriteria ketuntasan
minimal (KKM) pada hasil belajar Fiqih khususnya pada materi puasa
Ramadhan, peneliti menggunakan metode diskusi. Metode diskusi adalah
metode pembelajaran yang menghadapkan siswa pada suatu permasalahan
supaya menambah dan memahami pengetahuan siswa dan meningkatkan
hasil belajar. Diskusi lebih bersifat bertukar pengalaman untuk menentukan
keputusan tertentu secara bersama-sama.
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah:
1. Untuk mengetahui penerapan metode diskusi dalam meningkatkan hasil
belajar Fiqih materi puasa Ramadhan siswa kelas III MI Badrussalam
(17)
7
2. Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar Fiqih materi puasa
Ramadhan siswa kelas III MI Badrussalam Surabaya setelah
menggunakan metode diskusi.
E. Lingkup Penelitian
Agar penelitian ini tuntas dan fokus sehingga penelitiannya akurat, maka
peneliti membatasi permasalahan tersebut dengan hal-hal sebagai berikut:
1. Mata pelajaran fiqih materi puasa Ramadhan. SK 1 Mengenal puasa
Ramadhan. KD 1.1 Menjelaskan ketentuan puasa Ramadhan INDIKATOR 1. Menjelaskan pengertian puasa Ramadhan 2. Menjelaskan waktu pelaksanaan puasa Ramadhan 3. Menyebutkan syarat dan rukun puasa Ramadhan 4. Menyebutkan hal-hal yang membatalkan puasa Ramadhan.
2. Subjek pada penelitian ini adalah siswa kelas III A MI Badrussalam
Surabaya.
3. Penelitian ini menggunakan metode diskusi. Diskusi adalah metode
pembelajaran yang mendorong partisipasi serta berpikir siswa untuk
belajar lebih jauh.
4. Hasil belajar siswa, hasil belajar yang dimaksud disini adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki seorang siswa setelah ia menerima
perlakuan dari pengajar (guru). Hasil belajar adalah
(18)
8
belajarnya. Ada tiga macam hasil belajar mengajar: (1) keterampilan dan
kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengarahan, (3) sikap dan cita-cita.11
Dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan
keterampilan, sikap dan keterampilan yang diperoleh siswa setelah ia
menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat
mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari.
Hasil belajar siswa kelas III dalam materi puasa Ramadhan pada ranah
kognitif tingkat satu (mengingat), tingkat dua (memahami) dan tingkat
tiga (menerapkan).
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi peneliti
a. Penelitian ini diharapakan dapat membantu untuk mengadakan dan
mengembangkan penelitian lanjutan sehingga bisa mendapatkan
data-data yang lengkap dan relevan.
b. Penelitian ini diharapkan dapat menambah penglaman dan juga masukan
bagi peneliti sebagai calon pengajar, sehingga bisa lebih berhasil dalam
profesinya.
c. Menambah ilmu pengetahuan khususnya dalam metode diskusi yang
diterapkan pada peserta didik di MI Badrussalam Surabaya
(19)
9
2. Bagi guru
Hasil penelitian ini diharapakan dapat dijadikan masukan bagi guru dalam
memotivasi anak didik terhadap hasil pembelajaran yang telah dicapai
oleh siswa-siswinya khususnya melalui metode diskusi.
3. Bagi sekolah dan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan
Laporan hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai perbendaharaan
refrensi dalam metode diskusi pada siswa-siswi atau mahasiswa perlu
dikaji dan dikembangkan dalam penelitian lanjutan serta apabila terdapat
kritik dan saran yang konstruktif dapat dipertimbangkan untuk
(20)
BAB II KAJIAN TEORI
A. Hasil Belajar
1. Pengertian Hasil Belajar
Hasil belajar menurut Gagne & Briggs (1979) adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa sebagai akibat perbuatan belajar dan
dapat diamati melalui penampilan siswa (learner’s performance). Dalam
dunia pendidikan terdapat bermacam-macam tipe hasil belajar yang telah
dikemukakan oleh para ahli antara lain Gagne (1979) mengemukakan lima
tipe hasil belajar, yaitu Intellectual Skill, cognitive strategy, verbal
information, motor skill dan attitude.1
Reigeluth (1983) juga berpendapat bahwa hasil belajar atau
pembelajaran dapat juga dipakai sebagai pengaruh yang memberikan suatu
ukuran nilai. Ia juga mengatakan secara spesifik bahwa hasil belajar adalah
suatu kinerja (performance) yang diindikasikan sebagai suatu kapabilitas
(kemampuan) yang telah diperoleh. Hasil belajar selalu dinyatakan dalam
bentuk tujuan (khusus) atau perilaku (unjuk kerja).2
Hasil belajar sangat erat kaitannya dengan belajar atau proses belajar.
Hasil belajar pada sasarannya dikelompokkan dalam dua kelompok yaitu
pengetahuan dan keterampilan. Pengetahuan dibedakan menjadi empat
macam, yaitu pengetahuan tentang fakta-fakta, pengetahuan tentang
1
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2013), h. 37
(21)
11
prosedur, pengetahuan tentang konsep dan keterampilan untuk
berinteraksi.3
Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa kualitas hasil belajar
diduga dipengaruhi pula oleh tinggi rendahnya motivasi berprestasi yang
dapat dilihat dari nilai rapor. Untuk menunjukkan tinggi rendahnya atau
baik buruknya hasil belajar yang dicapai siswa ada beberapa cara. Satu
cara yang sudah lazim digunakan adalah memberikan skor terhadap
kemampuan atau keterampilan yang dimiliki siswa setelah mengikuti
proses belajar tersebut.4
Sadirman (2009) menyatakan dengan mengetahui hasil pekerjaan,
apalagi jika terjadi kemajuan, maka akan mendorong siswa untuk lebih
giat belajar. Semakin mengetahui bahwa grafik hasil belajar meningkat
maka ada motivasi pada diri siswa untuk terus belajar, dengan suatu
harapan hasilnya akan terus meningkat.5
Menurut Uno (2006) tujuan pembelajaran biasanya diarahkan pada
salah satu kawasan dari Taksonomi Pembelajaran. Krathwohl, Bloom, &
Masia (1973) memilah Taksonomi Pembelajaran dalam tiga kawasan,
yakni kawasan Kognitif, kawasan Afektif dan kawasan Psikomotorik.
Sesuai dengan Taksonomi Pembelajaran, Hasil belajar dibedakan dalam
tiga aspek, yaitu Hasil belajar Aspek Kognitif, Afektif, dan Psikomotorik.6
3
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, ... 37
4
Ibid., h. 38
5
Ibid.
6
Ibid.
(22)
12
Pengembangan tiga ranah tersebut sebagai berikut:7
a. Pengembangan ranah Kognitif meliputi:
1) Mengingat
a) Mengenal
b) Mengingat
2) Memahami
a) Menafsirkan
b) Memberikan contoh
c) Menggolongkan
d) Meringkas
e) Menyimpulkan
f) Membandingkan
g) Menjelaskan
3) Menerapkan
a) Melaksanakan
b) Menerapkan
4) Menganalisis
a) Membedakan
b) Menyempurnakan
c) Melengkapi
5) Mengevaluasi
a) Mengecek
7
Anderson, L. W., A Taxonomy for Learning, Teaching, and assessing (New York: Addison
(23)
13
b) Mengkritik
6) Mencipta
a) Menghasilkan
b) Merencanakan
c) Membuat
b. Pengembangan ranah Afektif meliputi:
1) Penerimaan
a) Menanyakan
b) Memilih
c) Mengikuti
d) Menjawab
e) Melanjutkan
f) Member
g) Menyatakan
h) Menempatkan
2) Partisipasi
a) Melaksanakan
b) Membantu
c) Menawarkan diri
d) Menyambut
e) Menolong
f) Mendatangi
(24)
14
h) Menyumbang
i) Menyesuaikan diri
j) Berlatih
k) Menampilkan
l) Membawakan
m) Mendiskusikan
n) Menyelesaikan
o) Menyatakan persetujuan
p) Mempraktekkan
3) Penilaian atau penentuan sikap
a) Menunjukkan
b) Melaksanakan
c) Menyatakan pendapat
d) Mengkuti
e) Mengambil prakarsa
f) Memilih
g) Ikut serta
h) Menggabungkan diri
i) Mengundang
j) Mengusulkan
k) Membela
l) Menuntut
(25)
15
n) Menolak
o) Mengajak
4) Organisasi
a) Merumuskan
b) Berpegang pada
c) Mengintegrasikan
d) Menghubungkan
e) Mengaitkan
f) Menyusun
g) Mengubah
h) Melengkapi
i) Menyempurnakan
j) Menyesuaikan
k) Menyamakan
l) Mengatur
m) Memperbandingkan
n) Mempertahankan
o) Memodifikasikan
5) Pembentukan pola hidup
a) Bertindak
b) Menyatakan
c) Memperlihatkan
(26)
16
e) Melayani
f) Mengundurkan diri
g) Membuktikan
h) Menunjukkan
i) Bertahan
j) Mempertimbangkan
k) Mempersoalkan
c. Pengembangan ranah Psikomotorik meliputi:
1) Persepsi
a) Memilih
b) Memperbedakan
c) Mempersiapkan
d) Menyisihkan
e) Menunjukkan
f) Mengidentifikasi
g) Menghubungkan
2) Kesiapan
a) Memulai
b) Mengawali
c) Bereaksi
d) Mempersiapkan
e) Memprakarsai
(27)
17
g) Mempertunjukkan
3) Gerakan terbimbing
a) Mempraktekkan
b) Memainkan
c) Mengikuti
d) Mengerjakan
e) Membuat
f) Mencoba
g) Memperlihatkan
h) Memasang
i) Membongkar
4) Gerakan terbiasa
a) Mengoprasikan
b) Membangun
c) Memasang
d) Membongkar
e) Memperbaiki
f) Melaksanakan
g) Mengerjakan
h) Menyusun
i) Menggunakan
j) Mengatur
(28)
18
l) Memainkan
m) Menangani
5) Gerakan kompleks
a) Mengoprasikan
b) Membangun
c) Memasang
d) Membongkar
e) Memperbaiki
f) Melaksanakan
g) Mengerjakan
h) Menyusun
i) Menggunakan
j) Mengatur
k) Mendemonstrasikan
l) Memainkan
m) Menangani
6) Penyesuaian pola gerakan
a) Mengubah
b) Mengadaptasi
c) Mengatur kembali
d) Membuat variasi
7) Kreatifitas
(29)
19
b) Menyusun
c) Menciptakan
d) Mendesain
e) Mengombinasikan
f) Mengatur
g) Merencanakan
2. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses hasil belajar
dibedakan atas dua kategori, yaitu:8
a. Faktor Internal
Faktor internal adalah fakto-faktor yang berasal dari dalam diri
individu dan dapat mempengaruhi hasil belajar individu.
1) Faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi fisik individu.
2) Faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
mempengaruhi proses belajar seperti kecerdasan siswa, motivasi,
minat, sikap dan bakat.
b. Faktor eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor endogen, faktor-faktor
eksternal juga dapat mempengaruhi proses belajar siswa. dalam hal ini,
faktor eksternal yang mempengaruhi belajar dapat digolongkan
8
Muhibbin Syah, Psikologi Belajar, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003), h. 147-148
(30)
20
menjadi dua golongan, yaitu lingkungan sosial dan lingkungan
nonsosial.
1) Lingkungan sosial
Yang termasuk lingkungan sosial adalah pergaulan dengan orang
lain disekitarnya. Sikap dan perilaku orang disekitar siswa dan
sebagainya. Lingkungan sosial yang banyak mempengaruhi
kegiatan belajar ialah orang tua dan keluarga siswa itu sendiri.
Sifat-sifat orang tua, praktek pengelolaan keluarga, keterangan
keluarga, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk
terhadap kegiatan belajar dan hasil belajar yang dicapai oleh siswa.
2) Lingkungan nonsosial
Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial adalah:
a. Lingkungan alamiah
Adalah lingkungan tempat tinggal anak didik, hidup, dan
berusaha didalamnya. Dalam hal ini keadaan suhu dan
kelembaban udara sangat berpengaruh dalam belajar anak
didik. Anak didik akan belajar lebih baik dalam keadaan udara
yang segar. Dari kenyataan tersebut orang cenderung akan
lebih nyaman belajar ketika pagi hari, selain karena daya serap
ketika itu tingi. Begitu pula di lingkungan kelas. Suhu dan
(31)
21
Karena belajar dalam keadaan suhu panas, tidak akan
maksimal.9
b. Faktor instrumental
Yaitu perangkat belajar yang dapat digunakan dua macam.
Pertama hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar,
fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua
software, seperti kurikulum sekolah, peraturan sekolah, buku
panduan dan silabus.
c. Faktor materi pelajaran
Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan
siswa begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan
kondisi perkembangan siswa.
Faktor-faktor yang telah dikemukakan tersebut akan
mempengaruhi proses belajar yang dilakukan siswa yang akan
berpengaruh pada hasil belajar yang diperoleh siswa. tinggi rendahnya
hasil belajar yang diperoleh siswa berkaitan dengan faktor yang
mempengaruhinya. Pada umumnya hasil belajar siswa yang rendah
bisa diakibatkan oleh beberapa faktor, diantaranya (1) semangat belajar
siswa yang kurang, (2) sarana belajar kurang, (3) penggunaan metode
mengajar yang tidak efektif, (4) guru kurang bersemangat dalam
mengajar.
9
Syaiful Bahri Djamarah, Psikologi Belajar, (Jakarta: CV Rineka Cipta, 2002), h. 3-144
(32)
22
B. Pembelajaran Fiqih
1. Pengertian Pembelajaran
Pembelajaran adalah serangkaian kegiatan yang melibatkan
informasi dan lingkungan yang disusun secara terencana untuk
memudahkan siswa dalam belajar. Lingkungan yang dimaksud tidak
hanya berupa tempat ketika pembelajaran berlangsung, tetapi juga metode,
media, dan peralatan yang diperlukan untuk menyampaikan informasi.
pembelajaran merupakan upaya yang dilakukan pendidik untuk membantu
siswa agar dapat menerima pengetahuan yang diberikan dan membantu
memudahkan pencapaian tujuan pembelajaran.10
Pada dasarnya ada lima prinsip yang menjadi landasan pengertian
pembelajaran yaitu:
1. Pembelajaran sebagain usaha memperoleh perubahan perilaku.
Prinsip ini mengandung makna bahwa cirri utama pembelajaran itu
adalah adanya perubahan perilaku dalam diri individu walaupun tidak
semua perubahan perilaku individu merupakan hasil pembelajaran.
2. Hasil pembelajaran ditandai dengan perubahan perilaku secara
keseluruhan, perubahan perilaku sebagai hasil pembelajaran adalah
meliputi semua aspek perilaku dan bukan hanya satu atau dua aspek
saja. Perubahan itu meliputi aspek kognitif, afektif, dan motorik.
3. Pembelajaran merupakan suatu proses.
(33)
23
Prinsip ketiga ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu
merupakan suatu aktivitas yang berkesinambungan didalam aktivitas
itu terjadi adanya tahapan-tahapan aktivitas yang sistematis dan
terarah.
4. Proses pembelajaran terjadi karena adanya sesuatu yang mendorong
dan adanya suatu tujuan yang akan dicapai.
Prinsip ini mengandung makna bahwa pembelajaran itu terjadi karena
adanya kebutuhan yang harus dipuaskan dan adanya tujuan yang ingin
dicapai. Belajar tidak akan efektif tanpa adanya dorongan dan tujuan.
5. Pembelajaran merupakan bentuk pengalaman
Pengalaman pada dasarnya adalah kehidupan melalui situasi yang
ternyata dengan tujuan tertentu, pembelajaran merupakan bentuk
interaksi individu dengan lingkungan sehingga banyak memberikan
pengalaman dari situasi nyata.
Kelima prinsip yang menjadi landasan pengertian pembelajaran
tersebut sebagai kondisi pembelajaran yang baik. agar terjadi interaksi
pembelajaran yang baik, ada beberapa komponen yang saling berkaitan
dan saling membantu, serta merupakan satu kesatuan yang dapat
menunjang proses pembelajaran tersebut. Komponen-komponen proses
pembelajaran tersebut antara lain kompetensi pembelajaran, materi
(34)
24
manajemen interaksi pembelajaran (pengelolaan kelas), penilaian
pembelajaran, pendidik, dan pengembangan proses pembelajaran.11
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses pembelajaran:
1. Siswa
Siswa sering diistilahkan sebagai peserta didik, murid, pelajar,
mahasiswa, anak didik, pembelajar. Pada hakikatnya, siswa adalah
manusia yang memerlukan bimbingan belajar dari orang lain yang
mempunyai suatu kelebihan. Oleh karena itu, tidak ada salahnya jika
siswa lebih tua (senior) dibandingkan pendidik.
2. Pendidik
Pendidik disebut juga pengajar, dosen, guru, pamong, pembimbing,
atau widyaiswara. Pada hakikatnya pendidik adalah seseorang yang
karena kemampuannya atau kelebihannya diberikan pada orang lain
melalui proses yag disebut pendidikan.
3. Tenaga Nonpendidik
Tenaga nonpendidik meliputi tiga kelompok, yaitu pimpinan
(pengelola), staf administrasi, dan tenaga bantu.
4. Lingkungan
Lingkungan merupakan siyuasi dan kondisi tempat lembaga
pendidikan itu berada. Situasi akan berpengaruh terhadap proses
pembelajaran meliputi keadaan masyarakat, iklim, keadaan alam dan
sebagainya. Sementara kondisi berkaitan dengan tempat lembaga
(35)
25
pendidikan tersebut berada. Misalkan, ditengah kota, kota besar, kota
kecil, desa, dekat kota, terpencil, pelosok, dekat pasar, dekat
masjid/gereja, dekat perkampungan.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran adalah
suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu
perubahan yang baru melalui aspek kognitif (pengetahuan), afektif (sikap)
dan psikomotorik (keterampilan).
2. Pengertian Pembelajaran Fiqih
Fiqh (Fiqhu) artinya paham atau tahu. Menurut istilah yang
digunakan para ahli fiqh (fuqoha’) ialah ilmu yang menerangkan
hukum-hukum syari’at Islam yang diambil dari dalil-dalilnya yang terperinci.12
Definisi ilmu fiqih secara umum ialah suatu ilmu yang mempelajari
tentang macam-macam syariat atau hukum Islam dan berbagai macam
aturan hidup bagi manusia, baik yang bersifat individu maupun yang
bersifat masyarakat sosial.
Pembelajaran fiqih di MI menekankan pada kemampuan cara
melaksanakan ibadah dan muamalah yang benar dan baik.13 Mata
pelajaran Fiqih di MI merupakan salah satu bagian dari mata pelajaran
Pendidikan Agama Islam yang membahas tentang cara-cara manusia
melaksanakan Ibadah kepada Allah SWT, selain itu juga mengatur
kehidupan sesama manusia dan alam sekitarnya. Mata pelajaran fiqih di
MI diarahkan untuk mendorong, membimbing, mengembangkan dan
12
Darajat Zakiyah, Metode Khusus Pengajaran Agama Islam (Jakarta: Bumu Aksara,1995), h. 78.
13
SKL SK KD MI Fiqih h. 2
(36)
26
membina siswa untuk mengetahui, memahami dan menghayati Syariat
Islam untuk dapat diamalkan dan dijadikan pedoman dalam kehidupan
sehari-hari secara sederhana.
3. Tujuan Pembelajaran Fiqih
Tujuan artinya sesuatu yang dituju, yaitu yang ingin dicapai
dengan suatu kegiatan atau usaha. Dalam pendidikan tujuan pendidikan
dan pembelajaran merupakan faktor yang pertama dan utama. Tujuan akan
mengarahkan arah pendidikan dan pengajaran kearah yang hendak dituju.
Tanpa adanya tujuan maka pendidikan akan terombang-ambing. Sehingga
proses pendidikan tidak akan mencapai hasil yang optimal. Tujuan yang
jelas akan memudahkan penggunaan komponen-komponen yang lain,
yaitu materi, metode, dan media serta evaluasi yang akan digunakan dalam
proses pembelajaran, yang kesemua komponen tersebut diarahkan untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan. Dalam merumuskan tujuan dan
pembelajaran haruslah diperhatikan beberapa aspek, yakni aspek kognitif,
aspek afektif, dan aspek psikomotorik.14
Dalam dunia pendidikan di Indonesia terdapat rumusan tentang
tujuan pendidikan nasional dan rumusan tersebut tertuang dalam
Undang-undang RI. No. 20 Tahun 2003 Pasal 3 tentang SISDIKNAS, yang
berbunyi: “Pendidikan Nasional Bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
(37)
27
mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.”
Tujuan pendidikan Islam dicapai dengan pengajaran Islam, jadi
tujuan pengajaran Islam merupakan bentuk operasional pendidikan Islam.
Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT, dalam Surat Adz-dzariyat yang
artinya:15
“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka
mengabdi kepada-Ku”
Pembelajaran Fiqih merupakan bagian dari pendidikan agama Islam
yang bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan, melalui
pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta
pengalaman peserta didik dalam aspek hukum baik yang berupa ajaran
ibadah maupun muamalah sehingga menjadi manusia muslim yang terus
berkembang dalam hal keimanan, ketaqwaannya kepada Allah SWT serta
berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang
lebih tinggi.
Mata pelajaran fiqih di Madrasah Ibtidaiyah bertujuan untuk
membekali peserta didik agar dapat:
a. Mengetahui dan memahami cara-cara pelaksanaan hukum islam baik
yang menyangkut aspek ibadah maupun muamalah untuk dijadikan
pedoman hidup dalam kehidupan pribadi dan sosial.
15
Alqur’an Surat Adz-dzariyat
(38)
28
b. Melaksanakan dan mengamalkan ketentuan hukum islam dengan baik
dan benar. Sebagai perwujudan dari ketaatan sesame manusia dan
makhluk lainnya maupun hubungan dengan lingkungannya.16
4. Ruang Lingkup Materi Fiqih
Ruang lingkup mata pelajaran Fiqih di Madrasah Ibtidaiyah meliputi:
a. Fiqih Ibadah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman tentang
cara pelaksanaan rukun Islam yang benar dan baik. seperti: tata cara
thaharah, shalat, puasa, zakat, dan ibadah haji.
b. Fiqih Muamalah, yang menyangkut: pengenalan dan pemahaman
mengenai ketentuan terutama makanan dan minuman yang halal dan
haram, khitan, qurban, serta tata cara pelaksanaan jual beli dan pinjam
meminjam.17
5. Materi Puasa Ramadhan a. Pengertian Puasa
Arti puasa secara bahasa adalah menahan atau berhenti dari
sesuatu. Puasa menurut istilah fiqih adalah menahan diri dari makan,
minum, dan dari segala perbuatan yang membatalkannya mulai dari
terbit fajar (subuh) sampai terbenam matahari (maghrib) dengan syarat
dan rukun tertentu.18 Ramadhan seringkali disebut dengan bulan puasa,
karena setiap Ramadhan ummat Islam diwajibkan melakukan puasa
sebulan penuh.
16
SKL SK KD MI Fiqih, h. 3
17
Ibid, h. 3
(39)
29
b. Syarat Wajib dan Syarat Sah Puasa
-Pengertian syarat wajib puasa
Puasa Ramadhan hukumnya wajib bagi umat Islam yang sudah
memenuhi syarat-syarat wajib puasa. Adapun yang dimaksud syarat
wajib puasa adalah, apabila seseorang sudah memenuhi syarat-syarat
wajib yang sudah ditentukan, maka ia wajib melakukan puasa.
Adapun syarat-syarat wajib puasa adalah:
• Beragama Islam. Orang yang tidak beragama Islam, tidak wajib melakukan ibadah puasa Ramadhan.
• Sudah balig atau dewasa, anak yang belum dewasa tidak diwajibkan puasa, akan tetapi untuk mendidik anak sangat baik
bila anak disuruh melakukan puasa menurut kemampuannya.
• Berakal sehat. Orang gila tidak wajib melakukan puasa Ramadhan.
• Mampu mengerjakan puasa. Apabila tidak mampu mengerjakan puasa, karena sakit, atau lanjut usia, maka boleh tidak puasa, tetapi
wajib membayar fidyah atau denda atau mengqada’nya.
- Pengertian syarat sah puasa
Adapun yang dimaksud syarat sah puasa adalah apabila seseorang
sudah memenuhi syarat-syarat berikut ini, maka puasa yang dilakukan
adalah sah.
• Beragama Islam. Orang yang tidak beragama Islam, puasanya tidak sah.
(40)
30
• Tamyiz. Artinya mandiri dalam kebutuhan pribadi yang
sederhana, misalnya mampu membersihkan diri dan berpakaian
sendiri.
• Suci dari haid dan nifas khusus bagi orang wanita
• Dikerjakan dalam waktu yang diperbolehkan puasa
c. Rukun Puasa
1. Niat
Niat puasa Ramadhan harus dilakukan pada malam hari, tidak
boleh dilakukan pada pagi hari atau siang hari. Rasullah SAW
bersabda:
هاور) ﮫ مﺎ ﺮﺠ ا ﻗ مﺎ ا ﺠ : و ﮫ ﷲ ﻰ ﷲ ﻮ ر لﺎﻗ (ﺔ ﺨ ا Artinya:
Bersabda Rasullah SAW: “Barang siapa yang tidak menetapkan
niat puasa sebelum fajar, maka tidak sah puasanya. “ (HR. Imam
yang Lima)
2. Menahan diri
Menahan diri dari segala sesuatu yang membatalkan puasa, seperti
makan dan minum, mulai dari terbit fajar sampai terbenamnya
matahari (waktu maghrib).
d. Sunnah Puasa
Melakukan sunnah-sunnah puasa berarti menambah pahala orang yang
(41)
31
1. Makan sahur dan mengakhirkannya.
2. Memperbanyak amalan yang baik, seperti membaca Al-Quran,
berdzikir, berdoa, memperbanyak salat sunnah, menambah ilmu
pengetahuan, seperti mengaji kitab-kitab, kursus, majlis ta’lim dan
lain-lain.
3. Meninggalkan perkataan dan perbuatan yang kotor dan keji.
4. Member makanan dan minuman untuk berbuka kepada orang yang
sedang berpuasa.
5. Segera berbuka apabila sudah tiba saatnya waktu maghrib.
6. Berdoa ketika berbuka.
Doa yang dibaca yaitu:
ﺣاﺮ ا ﺣرا ﺎ ﻚ ﺣﺮ تﺮﻄ ا ﻚﻗزر ﻰ و ا ﻚ و ﻚ ﮭ ا
7. Berbuka dengan makanan yang manis seperti kurma atau yang lain
atau minum air putih.
8. Qiyamu Ramadhan yang dimaksud dengan qiyamu ramadhan
menurut arti bahasa yaitu berjaga-jaga tidak tidur pada malam
Bulan Ramadhan. Sedang yang dimaksud dengan qiyamu
ramadhan menurut istilah agama Islam yaitu memperbanyak salah
sunnah, dan dzkir, serta istigasah pada malam bulan Ramadhan.
Salah sunnah yang dimaksud adalah salat tarawih, salat Witir,
slaah Tahajut, salat Tasbih, dan salah Hajat. Hikmah dan pahalanya
(42)
32
9. Tadarus Al-Qur’an artinya memperbanyak membaca Al-Quran,
terutama pada bulan Ramadhan, baik dilakukan dengan sendiri-diri
maupun dengan berjamaah/bersama-sama.
10.I’tikaf menurut bahasa berarti berdiam diri atau berhenti dengan
tenang. Sedangkan I’tikaf menurut istilah berarti ibadah dengan
cara berdiam diri di dalam masjid. I’tikaf harus dilaksanakan di
masjid. Tidak boleh di rumah. I’tikaf boleh dilaksanakan pada
siang hari, dan boleh pada malam hari. tetapi yang lebih utama
I’tikaf dilaksanakan pada malam bulan Ramadhan lebih utama lagi
pada 10 hari malam terakhir bulan Ramadhan yaitu malam 21
bulan Ramadhan, sampai malam tanggal 29 bulan Ramadhan.
11.Memperbanyak sadaqah kepada fakir miskin. Juga termasuk
sadaqah jariyah, untuk pembangunan masjid, langgar, madrasah,
pondok pesantren dan lain-lain. Member pertolongan kepada orang
yang lemah. membantu kepada siapa saja yang membutuhkan.
e. Hal-hal yang membatalkan puasa
Hal-hal yang membatalkan puasa antara lain:
1. Memasukkan sesuatu ke dalam lobang anggota rongga badan yang
menerus ke perut seperti makan, minum dan merokok dengan
sengaja. Akan tetapi bila dilakukan karena lupa maka puasanya
tidak batal
2. Muntah-muntah dengan sengaja. Orang yang muntah-muntah
(43)
33
3. Pingsan, tidak sadar.
4. Murtad, keluar dari agama Islam.
5. Bersetubuh atau bersenggama.
6. Haid (datang bulan) khusus wanita.
7. Melahirkan dan nifas (khusus bagi wanita)
8. Mengeluarkan air mani dengan disengaja (Istimna’)
f. Hal-hal yang membolehkan tidak berpuasa
Dalam melakukan puasa ada 3 golongan (kelompok) yang
diperbolehkan tidak berpuasa pada bulan Ramadhan antara lain:
1. Seseorang boleh tidak puasa pada bulan Ramadhan, tetapi wajib
mengqada’ puasanya pada hari-hari yang lain antara lain:
• Orang yang sedang berpergian jauh kurang lebih 81 km
• Orang yang sakit yang tidak mampu melakukan puasa
• Orang perempuan yang sedang hamil atau menyusui anaknya, apabila tidak puasanya karena khawatir kesehatan dirinya atau
khawatir dirinya dan anaknya
• Orang perempuan yang sedang haid atau nifas
• Karena ada sebab yang membatalkan puasa
2. Seseorang boleeh meninggalkan puasa tapi wajib membayar
fidiyah dan tidak wajib mengqada’ antara lain:
• Orang yang sakit yang tidak bisa diharapkan kesembuhannya
• Orang yang lemah karena sudah tua yang tidak mampu untuk melakukan puasa
(44)
34
3. Seseorang boleh meninggalkan puasa tapi wajib qada’ dan
membayar fidyah antara lain:
• Orang yang hamil meninggalkan puasa dengan alasan hanya mengkhawatirkan anaknya saja
• Orang perempuan yang menyusui anaknya dengan alasan mengkhawatirkan kesehatan anaknya saja
g. Niat Puasa Ramadhan
Untuk membentengi ibadah puasa kita, maka perlu dipelajari dan
dihafalkan lafadz niat puasa Ramadhan. Lafadz niat puasa Ramadhan
sebagai berikut:
ﻰ ﺎ ہ ﺎ ﺮ ﺔ ا هﺬھ نﺎ ر ﺮﮭﺷ ضﺮ ءادا ﺪﻏ مﻮ ﻮ Artinya:
“saya niat mengerjakan puasa besuk pagi untuk menunaikan kewajiban
di bulan Ramadhan fardhu karena Allah Ta’ala”19
C. Metode Diskusi
1. Pengertian Metode Diskusi
Kata metode berasal dari bahasa Latin methodos yang berarti jalan
yang harus dilalui. Dalam kamus bahasa Indonesia Kontemporer
disebutkan bahwa metode merupakan cara yang teratur dan ilmiah dalam
mencapai maksud untuk memperoleh ilmu atau juga merupakan cara
19
Achwan Salamun, Fiqih Madrasah Ibtidaiyah Kelas III, (Surabaya: Prima Media, 2012), h.
(45)
35
mendekati, mengamati, menganalisis, dan menjelaskan suatu fenomena
dengan menggunakan landasan teori.20
Pengetahuan tentang metode-metode mengajar sangat diperlukan
oleh para pendidik, sebab berhasil atau tidaknya siswa belajar sangat
bergantung pada tepat atau tidaknya metode mengajar yang digunakan
oleh guru. Metode belajar yang mampu membangkitkan motif, minat atau
gairah belajar murid dan menjamin perkembangan kegiatan kepribadian
murid dengan keterikatan pada suatu topik atau pokok pertanyaan atau
problem yang sedang dibahas dalam pelajaran.
Jadi metode dalam pembelajaran adalah cara yang digunakan untuk
mengimplementasikan rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan
nyata dan praktis untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Diskusi ialah suatu proses penglihatan dua atau lebih individu yang
berinteraksi secara verbal dan saling berhadapan muka mengenai tujuan
atau sasaran yang sudah tertentu melalui cara tukar-menukar informasi,
mempertahankan pendapat, atau pemecahan masalah.21
Ada dua istilah yang kadang-kadang kita sering merancukannya
meski memiliki kesamaan, yaitu diskusi dan diskursus. Memang dalam
makna kamus kedua istilah ini memiliki keidentikan, yaitu melibatkan
saling tukar pendapat secara lisan, teratur, dan untuk mengungkapkan
pikiran mengenai pokok pembicaraan tertentu. Tetapi di lapangan pada
guru lebih suka menggunakan istilah diskusi karena diskusi
20
Jamil Suprihatiningrum, Strategi Pembelajaran, … , h. 154.
21
JJ Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, ... , h. 20
(46)
36
menggambarkan prosedur yang digunakan guru untuk mendorong antara
siswa saling bertukar pendapat secara lisan. Sebaliknya, para ilmuan dan
peneliti lebih menyukai penggunaan istilah diskursus, karena istilah ini
mencerminkan perhatian para audiensi pada pola tukar pendapat dan
komunikasi lebih luas yang terdapat dalam forum.22
Arends (1997) mendefinisikan diskusi atau dirkusus sebagai
komunikasi seorang berbicara satu dengan yang lain, saling berbagi
gagasan dan pendapat. Kamus bahasa mendefinisikan diskursus dan
diskusi hampir identik, yaitu melibatkan saling tukar pendapat secara lisan,
teratur, dan untuk mengespresikan pikiran tentang pokok pembicaraan
tertentu. Sedangkan menurut Suryo Subroto (1997), diskusi adalah suatu
percakapan ilmiah oleh beberapa orang yang tergabung dalam satu
kelompok, untuk saling bertukar pendapat tentang suatu masalah atau
bersama-sama mencari pemecahan mendapatkan jawaban dan kebenaran
atas suatu masalah.23
Berdasarkan pengertian tersebut, pemanfaatan diskusi oleh guru
mempunyai arti untuk memahami apa yang ada di dalam pemikiran siswa
dan bagaimana memroses gagasan dan informasi yang diajarkan melalui
komunikasi yang terjadi selama pembelajaran berlangsung baik antarsiswa
maupun komunikasi guru dengan siswa. sehingga diskusi menyediakan
tatanan sosial dimana guru dapat membantu siswa menganalisis proses
berpikir mereka.
22
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, (Surabaya: Prenada Media Group, 2009), h. 122
(47)
37
2. Manfaat Metode Diskusi
Diskusi sebagai metode mengajar lebih cocok dan diperlukan apabila kita
(guru) hendak:24
a. Memanfaatkan berbagai kemampuan yanga ada pada siswa
b. Memberi kesempatan kepada siswa untuk menyalurkan
kemampuannya.
c. Mendapatkan balikan dari siswa, apakah tujuan telah tercapai.
d. Membantu siswa belajar berpikir kritis.
e. Membantu siswa belajar menilai kemampuan dan peranan diri sendiri
maupun teman-temannya.
f. Membantu siswa menyadari dan mampu merumuskan berbagai
masalah yang “dilihat”, baik pengalaman sendiri maupun dari
pelajaran sekolah.
g. Mengembangan motivasi untuk belajar lebih lanjut.
Diskusi secara umum digunakan untuk memperbaiki cara berpikir dan
keterampilan komunikasi siswa dan untuk menggalakkan keterlibatan
siswa di dalam pembelajaran. Namun secara khusus diskusi digunakan
untuk tujuan pembelajaran yang penting, yaitu: Pertama, meningkatkan
cara berpikir siswa dengan jalan membantu siswa membangkitkan
pemahaman isi pelajaran. Kedua, menumbuhkan keterlibatan dan
partisipasi siswa. Ketiga, membantu siswa mempelajari keterampilan
komunikasi dan proses berpikir.
24
JJ Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, ... , h. 22
(48)
38
3. Langkah-Langkah Metode Diskusi
a. Guru mengemukakan masalah yang akan didiskusikan dan
memberikan pengarahan seperlunya mengenai cara-cara
pemecahannya. Dapat pula pokok masalah yang akan didiskusikan itu
ditentukan bersama-sama oleh guru dan siswa. yang penting, judul
atau masalah yang akan didiskusikan harus dirumuskan
sejelaskan-jelasnya agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa.
b. Dengan pimpinan guru, para siswa membentuk kelompok-kelompok
diskusi, memilih pimpinan diskusi (ketua, sekretaris, pelapor),
mengatur tempat duduk, ruangan, sarana, dan sebagainya. Pimpinan
diskusi sebaiknya berada di tangan siswa yang:
1) Lebih memahami masalah yang akan didiskusikan
2) Berwibawa dan disenangi oleh teman-temannya
3) Lancar berbicara
4) Dapat bertindak tegas, adil, dan demokratis.
Tugas pemimpin diskusi antara lain:
1) Pengatur dan pengarah diskusi
2) Pengatur lalu lintas pembicaraan
3) Penengah dan penyimpul berbagai pendapat
c. Para siswa berdikusi dalam kelompoknya masing-masing, sedangkan
guru berkeliling dari kelompok yang satu ke kelompok yang lain,
menjaga ketertiban, serta memberikan dorongan dan bantuan agar
(49)
39
lancar. Setiap anggota hendaknya tahu persis apa yang akan
didiskusikan dan bagaimana caranya berdiskusi. Diskusi harus berjalan
dengan suasana bebas, setiap anggota tahu bahwa mereka mempunyai
hak bicara yang sama.
d. Kemudian tiap kelompok melaporkan hasil diskusinya. Hasil diskusi
tersebut ditanggapi oleh semua siswa, terutama dari kelompok lain.
Guru memberi ulasan atau penjelasan terhadap laporan tersebut.
e. Akhirnya siswa mencatat hasil diskusi, dan guru mengumpulkan
laporan hasil diskusi dari setiap kelompok.25
4. Jenis-Jenis Metode Diskusi
Ada beberapa jenis metode diskusi, antara lain:26
a. Whole group
Kelas merupakan satu kelompok diskusi. Whole group yanag ideal
apabila jumlah anggota tidak lebih dari 15 orang.
b. Buzz group
Satu kelompok besar menjadi beberapa kelompok kecil terdiri atas 4-5
orang. Tempat diatur agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar
pikiran dengan mudah. Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di
akhir pelajaran dengan maksud menajamkan kerangka bahan
pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan.
25
JJ Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, ... , h. 23-24
26
JJ Hasibuan, Proses Belajar Mengajar, ... , h. 20-22.
(50)
40
c. Panel
Suatu kelompok kecil, biasanya 3-6 orang, mendiskusikan satu subjek
tertentu, duduk dalam suatu susunan semi melingkar, dipimpin oleh
seorang moderator. Panel ini secara fisik dapat berhadpaan dengan
audience, dapat juga secara tidak langsung (misalnya panel di
televise). Pada suatu panel murni, audience tidak ikut serta dalam
diskusi.
d. Sandicate group
Suatu kelompok kelas dibagi menjadi beberapa kelompok kecil terdiri
dari 3-6 orang. Masing-masing kelompok kecil melaksanakan tugas
tertentu. Guru menjelaskan garis besarnya problema kepada kelas; ia
menggambarkan aspek-aspek masalah, kemudian tiap-tiap kelompok
diberi tugas untuk mempelajari suatu aspek tertentu. Guru
menyediakan refrensi atau sumber-sumber informasi lain.
e. Brain Storming Group
Kelompok menyumbangkan ide-ide baru tanpa dinilai segera. Setiap
anggota kelompok mengeluarkan pendapatnya.
f. Symposium
Beberapa orang membahas tentang berbagai aspek dari semua subjek
tertentu, dan membacakan di muka peserta simposium secara singkat
(5-20 menit). Kemudian diikuti dengan sanggahan dan pertanyaan dari
para penyanggah, dan juga dari pendengar. Bahasan dan sanggahan itu
(51)
41
g. Informal debate
Kelas dibagi menjadi dua tim yang agak sama besarnya, dan
mendiskusikan subjek yang cocok untuk diperdebatkan tanpa
memperhatikan peraturan perdebatan formal. Bahan yang cocok untuk
diperdebatkan ialah yang problematic, bukan yang bersifat faktual.
h. Colloquium
Seseorang atau beberapa orang manusia sumbe menjawab pertanyaan
dari audience. Dalam kegiatan belajar mengajar, siswa atau mahasiswa
menginterviu manusia sumber, selanjutnya mengundang pertanyaan
lain atau tambahan dari siswa atau mahasiswa lain.
5. Kelebihan dan Kekurangan Metode Diskusi
Metode diskusi adalah metode mengajar yang sangat erat hubungannya
dengan memecahkan masalah.
Kelebihan metode diskusi adalah:27
a. Menyadarkan anak didik bahwa masalah dapat dipecahkan dengan
berbagai jalan dan bukan satu jalan.
b. Menyadarkan anak didik bahwa dengan berdiskusi mereka saling
mengemukakan pendapat secara konstruktif sehingga dapat diperoleh
keputusan yang lebih baik.
c. Membiasakan anak didik untuk mendengarkan pendapat orang lain
sekalipun berbeda dengan pendapatnya sendiri dan membiasakan
bersikap toleransi.
27
Trianto, Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik, (Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya, 2010), h. 133
(52)
42
Kelemahan metode diskusi adalah:
a. Tidak dapat dipakai dalam kelompok besar
b. Peserta diskusi mendapat informasi yang terbatas
c. Dapat dikuasai oleh orang-orang yang suka berbicara
d. Biasanya orang menghendaki pendekatan yang lebih formal.
Ada beberapa kelebihan metode diskusi manakala diterapkan dalam
kegiatan belajar mengajar:28
a. Metode diskusi dapat merangsang siswa untuk lebih kreatif, khususnya
dalam memberikan gagasan dan ide-ide.
b. Dapat melatih untuk membiasakan diri bertukar pikiran dalam
mengatasi setiap permasalahan.
c. Dapat melatih siswa untuk dapat mengemukakan pendapat atau
gagasan secara verbal.
Selain beberapa kelebihan, diskusi juga memiliki beberapa kelemahan
seperti berikut ini:
a. Sering terjadi pembicaraan dalam diskusi dikuasai oleh 2 atau 3 orang
siswa yang memiliki keterampilan berbicara.
b. Kadang-kadang pembahasan dalam diskusi meluas sehingga
kesimpulan menjadi kabur
c. Memerlukan waktu cukup panjang, dan kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang direncanakan
(53)
43
d. Dalam diskusi sering terjadi perbedaan pendapat yang bersifat
emosional yang tidak terkontrol. Akibatnya, akdang-kadang ada pihak
yang merasa tersinggung sehingga dapat mengganggu iklim
(54)
BAB III
METODE PENELITIAN TINDAKAN KELAS
A. Metode Penelitian Tindakan Kelas
Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan kelas
(PTK). Karena penelitian ini dilakukan untuk memecahkan masalah
pembelajaran di kelas. PTK dalam istilah bahasa inggris adalah Classroom
Actions Research (CAR). Penelitian ini juga temasuk penelitian deskriptif,
karena menggambarkan bagaimana suatu strategi pembelajaran diterapkan
dan bagaimana hasil belajar yang diinginkan dapat tercapai. Dengan demikian
penelitian tindakan kelas adalah penelitian tindakan (action research) yang
dilaksanakan oleh guru di dalam kelas yang pada hakikatnya merupakan
rangkaian “riset-tindakan-riset-tindakan-riset-tindakan..dst” yang dilakukan
secara siklik dalam rangka memecahkan masalah, sampai masalah itu
terpecahkan.1
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan penelitian kolaboratif
dengan guru mata pelajaran dan di dalam proses belajar mengajar dikelas
yang bertindak sebagai pengajar adalah guru mata pelajaran sedangkan
peneliti bertindak sebagai pengamat, penanggung jawab penuh penelitian
tindakan kelas adalah peneliti. Penelitian ini bersifat kualitatif. Penelitian
kualitatif sendiri merupakan suatu pendekatan yang juga disebut pendekatan
investigasi karena peneliti mengumpulkan data dengan cara tatap muka
(55)
45
langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di lokasi penelitian yang tidak
diperoleh melalui prosedur statistik atau bentuk hitungan, akan tetapi tidak
menutup kemungkinan data yang dikumpulkan dari penelitian kualitatif
dianalisis melalui suatu penghitungan.
Tujuan utama dari penelitian ini adalah meningkatkan hasil belajar
Fiqih materi puasa Ramadhan dengan metode diskusi siswa kelas III MI
Badrussalam Surabaya, dimana peneliti secara penuh terlibat dalam penelitian
mulai dari perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi.
Dalam pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini menggunakan
model Kurt Lewin yang menyatakan bahwa satu siklus terdiri dari empat
langkah pokok yaitu :
1. Planning (perencanaan). Penyusunan perencanaan didasarkan pada hasil
penjajagan refleksi awal. Secara rinci perencanaan mencakup tindakan
yang akan dilakukan untuk memperbaiki, meningkatkan atau merubah
perilaku dan sikap yang diinginkan sebagai solusi dari
permasalahan-permasalahan. Perlu disadari bahwa perencanaan ini bersifat fleksibel
dalam arti sesuai dengan kondisi nyata yang ada.
2. Acting (pelaksanaan tindakan). Pelaksanaan menyangkut apa yang
dilakukan peneliti sebagai upaya perbaikan, peningkatan, atau perubahan
yang dilaksanakan berpedoman pada rencana tindakan. Jenis tindakan
yang dilakukan dalam PTK hendaknya selalu didasarkan pada
pertimbangan teoritik dan empirik agar hasil yang diperoleh berupa
(56)
46
3. Observing (observasi). Kegiatan observasi dalam PTK dapat disejajarkan
dengan kegiatan pengumpulan data dalam penelitian formal. Dalam
kegiatan ini peneliti mengamati hasil atau dampak dari tindakan yang
dilaksanakan atau dikenakan terhadap siswa. Istilah observasi digunakan
karena data yang dikumpulkan melalui teknik observasi.
4. Reflecting (refleksi). Pada dasarnya kegiatan refleksi mrupakan kegiatan
analisis sintesis, interpretasi terhadap semua informasi yang diperoleh saat
kegiatan tindakan. Dalam kegiatan ini peneliti mengkaji, melihat dan
mempertimbangkan hasil-hasil atau dampak dari tindakan.2
Secara keseluruhan, empat tahapan dalam PTK tersebut membentuk
suatu siklus PTK yang digambarkan dalam bentuk spiral. Seperti gambar
dibawah ini:3
Gambar 3.1 Model PTK Kurt Lewin B. Setting Penelitian dan Subjek Penelitian
2
Ekawarna, Penelitian Tindakan Kelas, ... , h. 21.
(57)
47
1. Setting Penelitian a. Tempat Penelitian
Penelitian tindakan kelas (PTK) ini dilaksanakan di MI Badrussalam
Surabaya.
b. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
2015-2016.
2. Subjek Penelitian
Subjek penelitian adalah siswa-siswi kelas III MI Badrussalam
Surabaya, yang berjumlah 35 siswa, siswa laki-laki 17 siswa dan
perempuan sebanyak 18 siswi.
C. Variabel yang Diselidiki
Variabel yang menjadi sasaran dalam penelitian tindakan kelas ini adalah:
1. Variabel input : Siswa kelas III MI Badrussalam Surabaya
2. Variabel proses : Metode Diskusi
3. Variabel output : Peningkatan Hasil Belajar Fiqih Materi Puasa
Ramadhan Melalui Penerapan Metode Diskusi Siswa Kelas III MI
Badrussalam Surabaya.
D. Rencana Tindakan
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, PTK ini memakai model
Kurt Lewin, yang dalam perencanaan Kurt Lewin yang artinya dalam satu
siklus terdiri dari empat langkah pokok, yaitu: perencanaan (Planning),
(58)
48
Model Kurt Lewin dipilih oleh penulis karena apabila pada awal
pelaksanaan terdapat kekuarangan, maka peneliti bisa mengulang kembali
sekaligus memperbaiki pada siklus-siklus selanjutnya sampai tujuan
pembelajaran tersebut tercapai. Jika sampai pada siklus pertama dan siklus
kedua belum berhasil, maka peneliti melanjutkan ke siklus berikutnya.
Adapun penerapan model diatas dilakukan dengan penelitian pra siklus
sebagai tolak ukur perbandingan penguasaan materi peserta didik sebelum ada
penelitian tindakan kelas dan sesudah ada penelitian tindakan kelas. Tiap
siklus terdiri dari satu pertemuan sebagai langkah atau tindakan, adalah
penelitian ini dijelaskan sebagai berikut:
Pra Siklus
Prasiklus dilakukan untuk bisa mendapatkan data dari hasil penguasaan
materi peserta didik, yang dijadikan sebagai tolak ukur perbandingan
penguasaan materi sebelum dan sesudah adanya penelitian tindakan kelas.
Pada tahap ini guru melakukan pembelajaran seperti biasa, dengan
menggunakan metode biasa seperti ceramah atau demonstrasi. Kemudian di
akhir pembelajaran diadakan evaluasi dengan memberi Lembar Kerja Siswa
atau pre test, yang kemudian dijadikan acuan untuk membuat perencanaan
tindakan pada siklus I.
Siklus I
(59)
49
Pada tahap ini, kegiatan yang harus dilakukan peneliti adalah:
1) Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) : dalam hal ini
peneliti membuat RPP yang akan dilaksanakan pada tahap kedua dari
siklus 1 yaitu tahap acting (pelaksanaan tindakan)
2) Mempersiapkan fasilitas dan sarana pendukung yang diperlukan
dikelas : dalam hal ini peneliti mempersiapkan media pembelajaran
atau sarana pendukung lainnya yang juga diperlukan saat pembelajaran
dilaksanakan.
3) Mempersiapkan instrumen untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses dan hasil tindakan : dalam hal ini peneliti membuat
instrumen yang diperlukan untuk merekam dan menganalisis data
mengenai proses belajar maupun hasil pembelajaran.
4) Peneliti menentukan kriteria keberhasilan
Ktiteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah:
a) Persentase ketuntasan siswa menguasai materi minimal 90%
b) Rata-rata skor dari siswa minimal 75
c) Skor aktivitas guru dan siswa sekurang-kurangnya 80
b. Tahap Pelaksanaan Tindakan (Acting)
Pada tahap ini peneliti melaksanakan tindakan yang telah dirumuskan
pada RPP dalam situasi yang aktual, yang meliputi kegiatan awal, kegiatan
inti dan kegiatan penutup. Langkah-langkah pembelajaran dalam tahap
pelaksanaan tindakan adalah sebagai berikut:
(60)
50
2) guru memberikan ice breaking
3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4) guru memberikan apersepsi mengenai materi pelajaran
5) guru menjelaskan materi pelajaran
6) siswa menyimak penjelasan dari guru
7) guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan masing-masing
kelompok beranggotakan 5 orang
8) siswa membentuk kelompok diskusi
9) guru membagikan lembar kerja kelompok
10)siswa berdiskusi, mencatat dan melaporkan hasil diskusi di depan kelas
11)guru memberikan masukan terhadap hasil diskusi
12)siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hasil diskusi yang
belum mereka mengerti.
13)guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.
14)guru membagikan soal tes dan siswa mengerjakannya
15)guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari hasil belajar
pada materi puasa Ramadhan.
16)guru melakukan refleksi, menutup pelajaran dengan hamdalah dan
(61)
51
c. Tahap Pengamatan (Observing)
Dalam tahap pengamatan ini ada tiga data yang dibutuhkan dalam
penelitian untuk mengetahui apakah kriteria keberhasilan sudah
tercapai atau belum. Ketiga data tersebut adalah:
1) Hasil tes siswa tentang puasa Ramadhan. Data ini diperoleh dengan
cara melakukan evaluasi menggunakan tes tulis yang
dikembangkan pada tahap rencana dan diselesaikan siswa setelah
akhir tindakan.
2) Data aktivitas guru selama pembelajaran. Data ini diperoleh dari
hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi aktivitas
guru.
3) Data aktivitas siswa selama pembelajaran. Data ini diperoleh dari
hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi siswa.
d. Tahap Refleksi (Reflecting)
Pada tahap ini yang harus dilakukan peneliti adalah :
1. Mencatat hasil observasi : mencatat kendala yang telah terjadi selama
penerapan metode diskusi
2. Mengevaluasi hasil observasi : mengevaluasi kendala yang telah terjadi
selama penerapan metode diskusi. Pada tahap ini peneliti bisa
melakukan diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi
tindakan yang telah dilakukan mencangkup: evaluasi, efisiensi dan
(62)
52
3. Menganalisis hasil pembelajaran : Pada tahap ini peneliti menganalisis
hasil pembelajaran apakah sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang telah ditetapkan dalam RPP.
4. Menentukan kelemahan-kelemahan yang telah terjadi selama
penerapan metode diskusi untuk dijadikan bahan penyusunan
rancangan siklus berikutnya.
5. Evaluasi tindakan pada siklus I
Siklus II
a. Perencanaan (Planning)
1. Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berdasarkan
refleksi pada siklus I dan penetapan alternatif pemecahan masalah.
2. Pengembangan program tindakan dari siklus I
b. Tindakan (Acting)
Melaksanakan pembelajaran fiqih materi puasa Ramadhan dengan
menggunakan metode diskusi sesuai Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) hasil refleksi siklus 1. Langkah-langkah
pembelajarannya sebagai berikut:
1) guru membuka pelajaran dengan salam dan menanyakan kabar
siswa
2) guru memberikan ice breaking
3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran
(63)
53
6) siswa menyimak penjelasan dari guru
7) guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan masing-masing
kelompok beranggotakan 5 orang
8) siswa membentuk kelompok diskusi
9) guru membagikan lembar kerja kelompok
10)siswa berdiskusi, mencatat dan melaporkan hasil diskusi di depan
kelas
11)guru memberikan masukan terhadap hasil diskusi
12)siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hasil diskusi yang
belum mereka mengerti.
13)guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah
dipelajari.
14)guru membagikan soal tes dan siswa mengerjakannya
15)guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan dari hasil
belajar pada materi puasa Ramadhan.
16)guru melakukan refleksi, menutup pelajaran dengan hamdalah dan
mengucapkan salam.
c. Pengamatan (Observing)
Dalam tahap pengamatan ini ada tiga data yang dibutuhkan dalam
penelitian untuk mengetahui apakah kriteria keberhasilan sudah
tercapai atau belum. Ketiga data tersebut adalah:
1) Hasil tes siswa tentang puasa Ramadhan. Data ini diperoleh
(64)
54
dikembangkan pada tahap rencana dan diselesaikan siswa setelah
akhir tindakan.
2) Data aktivitas guru selama pembelajaran. Data ini diperoleh dari
hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi aktivitas
guru.
3) Data aktivitas siswa selama pembelajaran. Data ini diperoleh dari
hasil pengamatan peneliti menggunakan lembar observasi siswa.
d. Refleksi (Reflecting)
Melakukan refleksi terhadap pelaksanaan siklus I dan siklus II serta
diskusi dengan guru kolaborator untuk mengevaluasi dan membuat
kesimpulan atas pelaksanaan pembelajaran fiqih melalui metode
diskusi dalam meningkatkan penguasaan materi puasa Ramadhan
setelah melaksanakan rangkaian kegiatan mulai dari siklus I sampai
siklus II.
E. Data dan Teknik Pengumpulan Data 1. Sumber Data
Data adalah semua keterangan seseorang yang dijadikan responden
maupun yang berasal dari dokumen-dokumen baik dalam bentuk statistik
atau dalam bentuk lainnya guna keperluan penelitian yanag dimaksud.4
Dalam penelitian ini, data yang diperlukan ada dua macam, yaitu:
a. Data Kualitatif
4
Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktek, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal.
(65)
55
Data kualitatif yang dimaksud adalah meliputi:
1) Materi yang disampaikan dalam Penelitian Tindakan Kelas
2) Metode yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas
3) Media Pembelajaran yang dipakai dalam Penelitian Tindakan Kelas
4) Aktivitas guru
5) Aktivitas siswa
b. Data Kuantitatif
Data kuatitatif yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi:
1) Data jumlah siswa kelas III
2) Data persentase ketuntasan siswa
3) Data nilai siswa
4) Data persentase aktivitas guru dan siswa
2. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara, observasi, tes,
dan dokumentasi. Dengan pengertian ini peneliti benar-benar diharapkan
mampu berinteraksi dengan subjek penelitian (peserta didik kelas III MI
Badrussalam Surabaya)
a. Wawancara
Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan
ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
suatu topik tertentu.5
5
Sugiyono, Memahami Penelitian Kualitatif, (Bandung: CV Alfabeta, 2008), hal. 72
(66)
56
Peneliti mengadakan wawancara yang dijadikan sebagai subyek
penelitian yaitu guru kelas III MI Badrussalam Surabaya yakni Bapak
Agus Romsyah, S.Sos.I. Teknik wawancara ini digunakan untuk
mengumpulkan data tentang bagaimana penguasaan materi siswa materi
puasa Ramadhan mata pelajaran fiqih siswa kelas III MI Badrussalam
Surabaya sebelum kegiatan PTK dilakukan.
b. Observasi
Pengamatan atau observasi adalah kegiatan pengamatan (pengambilan
data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.
Pengamatan partisipatif dilakukan oleh orang yang terlibat secara aktif
dalam proses pelaksanaan tindakan.6 Observasi pada penelitian ini
dilakukan untuk mengumpulkan data tentang aktivitas siswa dan guru pada
saat penerapan metode diskusi selama proses penelitian berlangsung.
c. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang
digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi,
kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu tau kelompok. Tes
digunakan untuk mengetahui hasil penguasaan materi siswa dalam
memahami materi pada prasiklus, siklus I dan siklus II untuk mengukur
tingkat keberhasilan penerapan metode diskusi sekaligus mengukur tingkat
keberhasilan penelitian itu sendiri.
6
Kunandar, Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada ,
(67)
57
d. Dokumentasi
Dokumentasi ialah laporan tertulis yang berupa gambar,
dokumen-dokumen resmi, foto mengenai peristiwa yang isinya memberikan
penjelasan atas gambaran terhadap suatu peristiwa. Dokumentasi dalam
penelitian ini digunakan untuk mengumpulkan data-data foto serta rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang ada pada proses pembelajaran kelas
III di Madrasah Ibtidaiyah Badrussalam Suarabaya dengan penerapan
metode diskusi yang bertujuan sebagai penunjang hasil penelitian.
3. Instrumen Pengumpulan Data a. Wawancara
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan
dengan teknik wawancara adalah dengan format wawancara terbuka
dengan berbagai pertanyaan sebagai berikut:
• Wawancara guru sebelum tindakan
1. Bagaimana pembelajaran Fiqih siswa kelas III selama ini?
2. Apa saja kendala Bapak guru dalam mengajar Fiqih di kelas III?
3. Apakah peserta didik kelas III merasa kesulitan dalam materi puasa
Ramadhan saat pelajaran fiqih?
4. Mengapa peserta didik mengalami kesulitan saat diberi pelajaran
fiqih terutama materi puasa Ramadhan? Apa karena mereka tidak
suka?
5. Apakah ketuntasan belajar Fiqih siswa kelas III sudah mencapai
(68)
58
6. Bagaimana metode guru fiqih saat mengajar mata pelajaran fiqih?
7. Apakah pernah ada penerapan metode baru dalam mengajar
pelajaran fiqih?
8. Apakah anda mengetahui mengenaimetode diskusi?
• Wawancara guru setelah tindakan
1. Bagaimana menurut Bapak tentang metode diskusi?
2. Menurut Bapak apakah keuntungan menggunakan metode diskusi
dalam pembelajaran materi puasa Ramadhan?
3. Bagaimana kesannya terhadap metode diskusi?
4. Bagaimana aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan penerapan
metode diskusi?
• Wawancara siswa setelah tindakan
1. Apakah kalian merasa senang menerapkan metode diskusi pada
pembelajaran fiqih?
2. Apa saja kesulitan yang kalian hadapi saat melakukan metode
diskusi pada saat pembelajaran?
3. Bagaimana pendapat/kesan-kesan kalian saat menerapkan metode
diskusi pada pembelajaran fiqih?
4. Bagaimanakah pengetahuan kalian setelah menerapkan metode
(69)
59
b. Observasi
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan
dengan teknik observasi adalah dengan panduan lembar observasi
sebagai berikut:
AKTIVITAS GURU Persiapan mengajar
1) Kesiapan guru dan siswa selama mengikuti pelajaran
2) Guru menata tempat duduk siswa untuk memudahkan pelaksanaan
PBM
3) Persiapan media pembelajaran
Proses mengajar
1) Guru membuka pelajaran dengan salam dan menanyakan kabar siswa
2) guru memberikan ice breaking
3) guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4) guru memberikan apersepsi mengenai materi pelajaran
5) guru menjelaskan materi pelajaran
6) siswa menyimak penjelasan dari guru
7) guru membagi siswa menjadi 6 kelompok dan masing-masing
kelompok beranggotakan 5 orang
8) siswa membentuk kelompok diskusi
9) guru membagikan lembar kerja kelompok
10)siswa berdiskusi, mencatat dan melaporkan hasil diskusi di depan
(70)
60
11)guru memberikan masukan terhadap hasil diskusi
12)siswa diberi kesempatan untuk bertanya tentang hasil diskusi yang
belum mereka mengerti.
13)guru dan siswa bertanya jawab tentang materi yang telah dipelajari.
14)guru membagikan soal tes dan siswa mengerjakannya
15)guru membuat kesimpulan dan melakukan refleksi, menutup
pelajaran dengan hamdalah dan mengucapkan salam.
Pengelolaan waktu belajar
1) Ketepatan waktu belajar
2) Ketepatan memulai pembelajaran
3) Ketetapan menutup pembelajaran
4) Kesesuaian dengan RPP
5) Efektifitas waktu
Suasana kelas
1) Kelas kondusif
2) Kelas hidup
AKTIVITAS SISWA Persiapan Siswa
1) Persiapan fisik siswa dalam mengikuti pembelajaran
2) Persiapan alat kelengkapan belajar
(71)
61
Pelaksanaan
1) Siswa menjawab salam dan menjawab pertanyaan guru
2) Siswa berdoa
3) Siswa melakukan ice breaking
4) Siswa mendengarkan tujuan pembelajaran
5) Siswa menyimak penjelasan dari guru mengenai puasa Ramadhan
6) Siswa berkelompok menjadi 6 kelompok dan beranggotan 5 siswa
7) Siswa berdiskusi dan mencatat hasil diskusi di lembar kerja
kelompok
8) Perwakilan kelompok melaporkan hasil diskusi di depan kelas
9) Siswa bertanya tentang hasil diskusi
10)Siswa bertanya jawab dengan guru tentang materi yang telah
dipelajari
11)Siswa mengerjakan soal tes
12)Siswa menyimpulkan hasil belajar
13)Siswa menjawab salam dari guru
c. Evaluasi atau Tes
Instrument yang digunakan untuk mengumpulkan data yang dilakukan
dengan tes adalah kisi-kisi dan butir-butir soal tes. Adapun butir-butir
(72)
62
Tabel 3.1
Instrumen pengumpul data teknik tes Unsur yang diukur Indikator pencapaian kompetensi Teknik penilaian Bentuk penilaian Nomor soal
Mengingat - Menjelaskan
pengertian puasa
Ramadhan
Tes Tulis Soal
Uraian
1,2
Memahami - Menjelaskan waktu
pelaksanaan puasa
Ramadhan
Tes Tulis Soal
Uraian
3,4
- Menyebutkan
syarat sah dan
rukun puasa
ramadhan
Tes Tulis Soal
Uraian
5,6,7,8,
9
Menerapkan - Menyebutkan
hal-hal yang
membatalkan
puasa Ramadhan
Tes Tulis Soal
Uraian
10
d. Dokumentasi
Dalam penelitian ini, ada beberapa dokumen penting yang
dijadikan peneliti sebagai sumber data, diantaranya adalah profil
(1)
96
dapat dilihat dari keberhasilan siswa dalam menjawab soal pada lembar kerja siswa dan lembar evaluasi siklus II.
Pemaparan diatas menunjukkan bahwa metode diskusi dapat meningkatkan hasil belajar siswa, sehingga dapat mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) dalam mata pelajaran Fiqih materi puasa Ramadhan.
2. Pembahasan Hasil Penelitian tentang Peningkatan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Metode Diskusi di Kelas III MI Badrussalam Surabaya
Setelah penelitian selesai, pembahasan mata pelajaran Fiqih pada materi Puasa Ramadhan menggunakan Metode diskusi diteliti lebih efektif. Dapat dilihat dari perolehan nilai, dengan perbandingan data sebagai berikut:
Tabel 4.8
Perbandingan Perolehan Nilai Prasiklus, Siklus I dan Siklus II
SIKLUS Tes Akhir
Nilai rata-rata kelas Ketuntasan
Prasiklus 35 5,7%
I 71 48%
II 89 97%
Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat kenaikan rata-rata kelas dari prasiklus 35 menjadi 71 pada siklus I dan ke siklus II sebesar 89
(2)
97
tingkat ketuntasan dari prasiklus sebanyak 2 siswa atau sebesar 5,7% siswa yang tuntas, siklus I sebanyak 17 siswa atau sebesar 48% siswa yang tuntas, siklus II semakin meningkat menajdi 97% siswa yang tuntas yaitu 34 siswa.
(3)
BAB V PENUTUP A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian melalui dua siklus yang telah dideskripsikan sesuai dengan pembahasan serta analisis dan observasi yang telah dilakukan oleh peneliti, antara lain dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1) Penerapan Metode diskusi pada siswa kelas III MI Badrussalam Surabaya telah dilaksanakan dengan baik, yakni sudah sesuai dengan RPP yang telah dibuat. Dapat dilihat pada hasil skor observasi aktivitas guru meningkat dari siklus I sebesar 83 (baik) sedangkan siklus II menjadi 93 (sangat baik) dan hasil skor observasi aktivitas siswa meningkat dari siklus I sebesar 78 (cukup baik) sedangkan siklus II menjadi 94 (sangat baik).
2) Terdapat peningkatan hasil belajar pada materi Puasa Ramadhan mata pelajaran Fiqih kelas III MI Badrussalam Surabaya melalui Metode diskusi. Nilai rata-rata siswa meningkat dari prasiklus yaitu 35 (sangat tidak baik) meningkat menjadi 71 (cukup baik) pada siklus I dan 89 (baik) pada siklus II. Persentase ketuntasan penguasaan materi siswa dari prasiklus sebesar 5,7% (siswa tuntas 2 siswa dan tidak tuntas sebanyak 33 siswa), siklus I sebesar 48% (siswa tuntas 17 siswa dan tidak tuntas sebanyak 18 siswa), siklus II sebesar 97% siswa yang tuntas (siswa tuntas 34 siswa dan tidak tuntas sebanyak 1 siswa).
(4)
99
B. Saran
Berdasarkan pada hasil penelitian yang telah dilakukan, maka saran yang dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menerapkan Metode Diskusi pada mata pelajaran Fiqih materi Puasa Ramadhan, antara lain sebagai berikut: 1. Kegiatan pembelajaran melalui penerapan Metode Diskusi pada mata
pelajaran Fiqih hendkanya dapat dirancang dengan sistematis dan sesuai agar hasil yang didapat sesuai dengan tujuan yang diharapkan
2. Pencapaian ketuntasan belajar siswa dapat diketahui berdasarkan hasil belajarnya, hasil belajar dapat diketahui dari pemahaman siswa terhadap materi yang diajarkan. Dan ini dapat diukur dengan tes melalui soal-soal harus sesuai dengan standar ketuntasan materi, sehingga dapat tercapainya tujuan belajar.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Majid. 2013. Strategi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Alqur’an Surat Adz-dzariyat
Anderson, L. W., 2001. A Taxonomy for Learning, Teaching, and assessing. New York: Addison Wesley Longman, INC
Dimyati, Mujiono.2006. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Ekawarna. 2013. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Referensi GP Press Group Handbook. 2007. Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung: PT. IMTIMA Hasibuan. 2010. Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Jannah, Wardatul. 2015. Pembelajaran Fiqih MI, diakses dari http://wardahweje.blogspot.co.id/2014/09/ makalah-pembelajaran-fiqih-mi-pengertian.html?m=1, pada tanggal 31 Oktober 2015
Kunandar. 2010. Langkah Mudah Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada
Lapis PGMI, Penelitian Tindakan Kelas, Paket 5.
Muhaimin. 1996. Strategi Belajar Mengajar. Surabaya, Citra Media
Muhibbin Syah. 2003. Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada Mujtaba, Imam. 2010. Fiqih Kelas 3 Madrasah Ibtidaiyyah. Jakarta: Citra Media Pat Hollingsworth dan Gina Lewis. 2008. Pembelajaran Aktif Meningkatkan
Keasyikan Kegiatan di Kelas, terj. Dwi Wulandari. Jakarta: Macanan Jaya
Cemerlang.
Salamun, Achwan. 2012. Fiqih Madrasah Ibtidaiyah Kelas III. Surabaya: Prima Media
SKL SK KD MI Fiqih
Sudjana, Nana. 2011. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
(6)
Suprihatiningrum, Jamil. 2013. Strategi Pembelajaran. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media.
Syaiful Bahri Djamarah. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: CV Rineka Cipta
Trianto. 2010. Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif: Konsep,
Landasan dan Implementasinya pada KTSP. Jakarta : Kencana
Trianto. 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta: PT Prestasi Pustakaraya
Zainal, Aqib. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Bagi Pengembangan Profesi Guru. Bandung: Yrama Widya.
Zakiyah, Darajat. 1995. Metode Khusus Pengajaran Agama Islam . Jakarta: Bumu Aksara