APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008.

(1)

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK

BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

SKRIPSI

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1

Pendidikan Biologi

Oleh:

RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA


(2)

HALAMAN PERSETUJUAN

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK

BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Dipersiapkan dan disusun oleh :

RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035

Telah disetujui oleh konsultan untuk dipertahankan di hadapan Dewan Penguji Skripsi

Pembimbing I Pembimbing II


(3)

HALAMAN PENGESAHAN

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK

BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VIIE SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Yang dipersiapkan dan disusun oleh

RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035

Telah dipertahankan di Dewan Penguji Pada Tanggal, 09 Juli 2008 Dinyatakan telah memenuhi syarat

Susunan Dewan penguji

1. Dra. Djumadi, M.Kes (……….)

2. Drs. Sumanto (……….)

3. Drs. H. Sofyan Anif, M.Si. (……….)

Surakarta, ...Juli 2008

Universitas Muhammadiyah Surakarta Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Dekan

Drs. H. Sofyan Anif, M.Si NIK 547


(4)

PERNYATAAN

Dengan ini, saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah di ajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkannya dalam daftar pustaka.

Apabila ternyata kelak dikemudian hari terbukti ada ketidak benaran dalam pernyataan saya diatas, maka saya akan bertanggungjawab sepenuhnya.

Surakarta, 9 juli 2008

RINA NUR HIDAYATI A 420 030 035


(5)

M OTTO

Jadikan sabar dan sholat sebagai penolongmu,sesungguhnya Allah

besert a orang-orang yang sabar”

( Qs. Al-Baqarah : 153)

“Sesungguhnya sesudah kesulitan ada kemudahan, maka apabila kamu telah selesai (dari suatu urusan) kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang

lain dan hanya kepada Tuhanmu hendaknya kamu berharap”

( Qs.Al-I nsyirah : 6 - 8)

“Yakinlah dibalik kegagalan ada rahasia Allah yang amat indah”

(Penulis)

“Hidup adalah untuk mempersembahkan yang terbaik, bermakna bagi dunia dan berarti bagi akhirat nanti”


(6)

PERSEMBAHAN

Rasa syukur yang tiada terhingga kami curahkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan karunia yang telah diberikan-Nya. Engkaulah sang maha pencipta alam semesta dan

segala isinya. Engkaulah tempat memohon beraneka pinta, dan Engkau adalah tempat berlindung dari segala marabahaya..

Dengan segala kerendahan hati yang penuh rasa hormat dan sayang yang tulus kupersembahkan karya ini unt uk :

Pemilik cinta yang sejati I bu dan Bapak yang selalu memberikan segalanya unt uk kehidupan dan keberhasilan anak -anaknya.

Suamiku :

Arif Priyanto

Buah H atiku :

Z askhia Arfina Putri Priyanto

Saudara-Saudaraku :

Vera nurul Rachmawati Rully I ndah Setyowati

Keponakanku :

SAF. Reva Satria Nugraha


(7)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum wr,wb

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran allah Swt, yang telah melimpahkan berbagai kenikmatan terutama kenikmatan waktu dan kesempatan sehingga atas izin dan kuasa skripsi yang berjudul “APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII E SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008”. Dapat diselesaikan penyusun skripsi merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada jurusan Biologi, Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah surakarta.

Dalam penulisan skripsi ini penulis banyak mendapatkan bimbingan, bantuan, saran, dan perhatian dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih yang tulus kepada :

1. Drs. H Sofyan Anif, M.Si, selaku Dekan Fakultas Keguruan Dan Ilmu

Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah memberikan ijin kepada penulis untuk mengadakan penelitian.

2. Dra. Tuti Rahayu, M. Pd, selaku ketua Jurusan Biologi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta, yang telah menunjuk dosen pembimbing dalam penyusunan skripsi ini.


(8)

3. Drs.Djumadi, M.Kes, selaku pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, masukan, dan pengalaman yang sangat berarti.

4. Drs. Sumanto, selaku pembimbing II yang dengan kesabarannya dan

keikhlasan membimbing dan memberikan arahan hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Drs. H Sofyan Anif. M.Si, selaku penguji yang telah bersedia menguji dan memberikan saran serta masukan terhadap skripsi ini.

6. Bapak atau Ibu Dosen FKIP Jurusan Biologi yang selama ini telah

memberikan ilmu yang sangat bermanfaat.

7. Drs.Saifudin, selaku kepala sekolah SMP Muhammadiyah 5 Surakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk menggadakan penelitian.

8. Bapak Parwanto S.Pd, selaku guru kelas yang telah membimbing penulis dalam melaksanakan penelitian.

9. Teman seperjuanganku Lala, Rini, Septi, Ika, Hijrah, Sutopo dan seluruh kawan-kawan yang tak bisa saya sebutkan satu persatu, terima kasih banyak kawanku karena kaulah aku dapat tersenyum, sharring, debat, bertukar pengalaman, penyemangat dan membantu penulis beraktivitas.

10.Keluarga Rumah coklat;mbak yuki, Budhe, Vita, Upik, Irma, Iwul. Semoga semua budi baik itu di balas Allah Swt dengan karunia yang lebih besar, Amien..!


(9)

Akhir kata penulis berharap semoga penulisan skripsi ini dapat bermanfaat untuk berbagai pihak, baik itu para mahasiswa jurusan Biologi, khususnya kelas A.

Wassalamu’alaikum wr, wb……..

Surakarta, 9 Juli 2008

RINA NUR HIDAYATI


(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ………. iv

HALAMAN MOTTO ………... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ……… vi

KATA PENGANTAR... vii

DAFTAR ISI... x

DAFTAR TABEL... xiii

DAFTAR GAMBAR... xiv

DAFTAR LAMPIRAN... xv

ABSTRAK ... xvi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Pembatasan Masalah... 6

1.Subyek Penelitian ……… 6

2.Obyek Penelitian ………. 6

C. Perumusan Masalah ... 6

D. Tujuan Penelitian ... 7


(11)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif ... 8

B. Model Pembelajaran Biologi... 10

C. Model Problem Posing ... 11

D. Belajar ... 14

E. Hasil Belajar ... 16

F. Penelitian Tindakan Kelas ... 17

G. Kerangka Pemikiran ... 20

H. Hipotesis ... 21

BAB III METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 22

B. Variabel Penelitian... 22

C. Prosedur Penelitian... 22

D. Teknik Pengumpulan Data... 24

E. Teknik Analisis Data ... 27

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Profil Tempat Penelitian... 28

B. Pelaksanaan Eksperimentasi Pembelajaran dengan Problem Posing... 32

C. Hasil Penelitian ... 35


(12)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 46 B. Saran ... 46 DAFTAR PUSTAKA


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman 1. Penyebab Masalah... 31 2. Gambaran Hasil Belajar dengan Pembelajaran Problem Posing ... 36 3. Tabel Hasil Analisis Regresi... 37


(14)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman 1. Kerangka Pemikiran... 21 2. Langkah- langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus I ... 23 3. Langkah- langkah Penelitian Tindakan Kelas Siklus II... 24


(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Pengembangan Silabus 2. Rencana Pembelajaran 3. Soal Post tes dan Jawaban 4. Daftar Sampel Penelitian

5. Data Hasil Belajar Kognitif Siswa pada Tiap Siklus 6. Data Hasil Belajar Siswa pada Tiap Post Tes

7. Manual Perhitungan Stastistik 8. Analisis Regresi Empat Variabel 9. Perhitungan Persamaan Garis Regresi

10.Penilaian Ranah Afektif pada Pembelajaran dengan Metode Problem Posing

11.Tabulasi Penilaian Ranah Afektif 12.Catatan Lapangan


(16)

APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK

BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII E SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA

TAHUN AJARAN 2007/2008

Rina Nur Hidayati, A 420 030 035, Jurusan Pendidikan Biologi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Surakarta. 2008. 48 halaman.

ABSTRAK

Pembelajaran Biologi diarahkan pada kegiatan yang dapat mendorong siswa belajar secara aktif sehingga dapat memahami konsep dengan baik. Karena itu pembelajaran biologi hendaknya menggunakan metode yang dapat membuat siswa banyak beraktivitas. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dengan problem posing pada siswa kelas VIIE semester II SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008. Penelitian ini mengambil lokasi di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Data hasil belajar Biologi diambil dengan menggunakan tes, observasi baik dengan lembar penelitian maupun catatan lapangan dan dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan analisis deskriptif kuantitatif, karena menggunakan uji statistik yaitu regresi linier. Hasil analisis menunjukkan bahwa pembelajaran dengan strategi Problem Posing dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2007/2008. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar post test I (67,69) yang menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan nilai awal (55,90), kemudian rata-rata hasil belajar post test II (71,03) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan hasil post test I (67,69), dan hasil belajar post test III lebih meningkat dengan mencapai rata-rata sebesar 74,62. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode Problem Posing pokok bahasan ekosistem efektif dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa


(17)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pesat menuntut sumber daya manusia yang berkualitas. Peningkatan sumber daya manusia juga merupakan syarat untuk mencapai tujuan pembangunan. Salah satu wahana untuk meningkatkan sumber daya manusia tersebut adalah pendidikan yang berkualitas. Sebagai faktor penentu keberhasilan pembangunan, maka kualitas sumber daya manusia harus ditingkatkan melalui berbagai program pendidikan yang dilaksanakan secara sistematis dan terarah berdasarkan kepentingan yang mengacu pada kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Mutu dan relevansi pendidikan pada pendidikan tingkat menengah di Indonesia pada umumnya sangat memprihatinkan. Hal ini nampak pada rendahnya prestasi akademik, daya kreatifitas dan sikap kemandirian siswa. Di lain pihak kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan mutu sumber daya manusia yang siap menghadapi kemungkinan masa akan datang, dalam hal ini lembaga pendidikanlah yang memegang peranan utama. Tugas dan peranan guru sebagai pendidik profesional sesungguhnya sangat kompleks, tidak terbatas pada saat berlangsungnya interaksi edukatif di dalam kelas, yang lazim disebut pembelajaran.

Dalam pembelajaran biologi terdapat interaksi antara guru dengan murid, guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Biologi sebagai salah satu mata pelajaran yang dipelajari di sekolah sampai sekarang, prestasi


(18)

belajar yang dicapai untuk mata pelajaran biologi ini masih tergolong rendah. Padahal sudah banyak usaha yang dilakukan guru dan sekolah supaya prestasi belajar biologi dapat meningkat lebih baik.

Pada pembelajaran biologi seringkali siswa merasa kesulitan memahami pelajaran yang diberikan guru, siswa kurang antusias untuk mengikuti pelajaran biologi bahkan menjadikan biologi sebagai mata pelajaran yang paling menakutkan bagi mereka. Hal ini terjadi karena sampai saat ini masih banyak guru biologi menggunakan metode pembelajaran yang disebut metode konvensional, yaitu guru membacakan atau memberikan bahan yang disiapkannya sedangkan siswa mendengarkan, mencatat dengan teliti dan mencoba menyelesaikan soal sebagai mana yang dicontohkan oleh guru. Hal tersebut menjadikan siswa pasif. Dalam pembelajaran biologi seharusnya siswa haruslah aktif belajar sehingga mempunyai kemampuan untuk mengembangkan kreatifitasnya serta lebih dapat memahami pelajaran dan terampil dalam menyelesaikan permasalahan biologi. Oleh sebab itu guru hendaknya mampu memilih dan menerapkan model pembelajaran yang mampu merangsang siswa lebih aktif dalam belajar serta meningkatkan kemampuan siswa dalam memahami pelajaran. Kegiatan pembelajaran tidak lain ialah pelaksanaan proses menterjemahkan dan mentransformasikan nilai-nilai yang terdapat dalam kurikulum kepada para siswa melalui interaksi belajar mengajar (Nana Sudjana, 1995 : 13).

Penelitian tindakan kelas (PTK) merupakan suatu penelitian yang akar permasalahannya muncul di kelas, dan disarankan pemecahan masalahannya


(19)

langsung oleh guru yang bersangkutan sehingga sulit dibenarkan jika ada anggapan bahwa permasalahan dalam penelitian tindakan kelas muncul dari lamunan peneliti. Dalam PTK peneliti atau guru dapat melihat sendiri praktik pembelajaran atau bersama guru lain peneliti dapat melakukan penelitian terhadap siswa dilihat dari aspek interaksinya dalam proses pembelajaran. Dalam PTK, guru secara reflektif dapat menganalisis, mensintesis, terhadap apa yang telah dilakukan di kelas. Dalam hal ini berarti dengan melakukan PTK, pendidik dapat memperbaiki praktik-praktik pembelajaran sehingga menjadi lebih efektif (Supardi, 2006).

Dalam pemilihan dan penerapan model pembelajaran guru tidak boleh hanya menggunakan satu model saja. Salah satu model pembelajaran yang dikenal adalah pembelajaran kooperatif, yaitu pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar. Cara menerapkan pembelajaran kooperatif yaitu menggunakan; (1) Metode Student Teams Achievement Divisions (para guru menggunakan metode ini untuk mengajarkan informasi akademik baru kepada siswa setiap minggu baik melalui penyajian verbal maupun tertulis), (2) Metode jigsaw (melalui metode ini kelas dibagi menjadi beberapa tim yang anggotanya terdiri dari 5 atau 6 siswa dengan karakteristik yang heterogen), (3) Metode Group Investigation (metode ini menuntut siswa untuk memiliki kemampuan yang baik dalam berkomunikasi maupun keterampilan proses kelompok), (4) Metode Struktural (metode ini menekankan pada struktur-struktur khusus


(20)

yang dirancang untuk mempengaruhi pola-pola interaksi) (Nurhadi, 2004 : 112). Kelebihan dari pembelajaran kooperatif yaitu; (1) meningkatkan kemampuan siswa; (2) meningkatkan rasa percaya diri; (3) menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian; (4) memperbaiki hubungan antar kelompok. Adapun kekurangan pembelajaran kooperatif yaitu; (1) memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan; (2) bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya buruk; (3) bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya ; (4) adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam kelompok belajar

Dalam meningkatkan hasil belajar biologi sebaiknya diarahkan kepada kegiatan-kegiatan yang mendorong siswa belajar aktif baik secara fisik, sosial, maup un psikis dalam memahami konsep. Oleh karena itu dalam proses pembelajaran biologi hendaknya guru menggunakan metode yang membuat

siswa banyak beraktifitas yaitu dengan problem posing dimana pada

pembelajaran ini siswa diharapkan dapat merumuskan masalah melalui beberapa fakta sehingga siswa sadar akan adanya suatu masalah tersebut dengan cara mencari informasi baik dari guru, peserta didik, berita-berita dan lingkungan sekitar, maka siswa akan menjadi terangsang untuk memecahkan masalah. Dengan demikian banyaknya aktifitas yang dilakukan dapat menimbulkan antusias siswa dalam belajar sehingga pemahaman konsep biologi semakin baik dan hasil belajarnya akan meningkat. Penerapan model


(21)

pembelajaran problem posing ini akan mempengaruhi cara belajar siswa yang semula cenderung untuk pasif ke arah yang lebih aktif.

SMP Muhammadiyah 5 Surakarta, merupakan salah satu sekolah swasta yang mempunyai masukan siswa yang memiliki prestasi belajar yang bervariasi, karena prestasi belajar yang bervariasi inilah maka peran serta dan keaktifan siswa dalam kegiatan belajar mengajar beranekaragam. Menurut hasil pengamatan yang dilakukan peneliti melalui observasi kelas dan wawancara dengan guru mata pelajaran biologi pada tahun 2007/2008 menunjukkan bahwa hasil belajar biologi siswa kurang optimal. Asumsi dasar yang menyebabkan hasil belajar biologi siswa kurang optimal adalah pemilihan metode pembelajaran dan kurangnya peran serta keaktifan siswa dalam KMB.

Berdasarkan pertimbangan di atas, maka perlu dikembangkan suatu metode pembelajaran yang salah satunya dikenal dengan metode problem posing. Melalui pemilihan metode pembelajaran tersebut diharapkan sumber informasi yang diterima siswa dapat meningkatkan peran serta dan keaktifan siswa dalam mempelajari dan menelaah ilmu. Penerapan model pembelajaran problem posing untuk mata pelajaran biologi di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta diharapkan lebih efektif, karena siswa akan belajar lebih aktif dalam berpikir dan memahami materi secara berkelompok. Selain itu, siswa dapat lebih mudah menyerap materi pelajaran, serta kema tangan pemahaman terhadap materi pelajaran.


(22)

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka dirumuskan judul

penelitian sebagai berikut : “APLIKASI PEMBELAJARAN PROBLEM

POSING DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR BIOLOGI POKOK BAHASAN EKOSISTEM PADA SISWA KELAS VII E SMP MUHAMMADIYAH 5 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2007/2008”.

B. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah di atas ternyata permasalahan yang ada masih luas sehingga perlu diadakan pembatasan sebagai berikut :

1. Obyek penelitian

Semua siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.

2. Subyek penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah aplikasi pembelajaran Problem Posing dalam meningkatkan hasil belajar biologi.

3. Hasil belajar, merupakan hasil belajar akhir dari suatu proses belajar mengajar dapat ditunjukkan dengan dua aspek yaitu kognitif dan afektif .

C. Perumusan Masalah

Memperhatikan latar belakang tersebut maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut: Bagaimanakah aplikasi pembelajaran problem posing dalam meningkatkan hasil belajar biologi pokok bahasan ekosistem


(23)

pada siswa kelas VII E SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008?

D. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk : Mengetahui aplikasi pembelajaran problem posing dalam meningkatkan hasil belajar biologi pokok bahasan ekosistem pada siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.

E. Manfaat Penelitian

Setelah penelitian ini selesai diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut :

1. Bagi peneliti : penelitian ini dapat memberikan gambaran dan

pengetahuan dalam penerapan problem posing pada pelajaran biologi. 2. Bagi guru biologi, semoga penelitian ini dapat memberikan kontribusi

dalam inovasi pembelajaran untuk meningkatkan prestasi belajar siswa. 3. Bagi kepala sekolah, penelitian ini dapat digunakan untuk menyarankan

kepada guru-guru di sekolahnya bahwa model problem posing dapat digunakan sebagai alterna tif dalam upaya mengaktifkan siswa dalam belajar.

4. Bagi peneliti yang lain, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai acuan untuk pengembangan model pembelajaran dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembelajaran Kooperatif

Pembelajaran kooperatif (Cooperative learning) adalah pendekatan pembelajaran yang berfokus pada penggunaan kelompok kecil siswa untuk bekerja sama dalam memaksimalkan kondisi belajar untuk mencapai tujuan belajar ( Nurhadi,2004:112).

Model cooperative learning tidak sama dengan sekedar belajar dalam kelompok. Sistem pengajaran cooperative learning didefinisikan sebagai sistem kerja atau belajar kelompok yang berstruktur. Ada

unsur-unsur dasar cooperative learning yang membedakannya dengan

pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan. Pelaksanaan prosedur model cooperative learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif (Anita Lie, 2004 : 28).

Model pembelajaran kooperatif adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau perilaku bersama dalam bekerja atau membantu diantara sesama, struktur bekerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih (Hilda Karlin dan Margaretha, 2002 : 70).

Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran kooperatif di dorong dan dikehendaki untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk penyelesaian tugasnya. Dalam pencapaian pembelajaran kooperatif, dua atau lebih


(25)

individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu pemahaman bersama. Kebanyakan pembelajaran yang menggunakan model kooperatif dapat memiliki ciri-ciri sebagai berikut : (a) siswa bekerja dalam kelompok secara kooperatif untuk menuntaskan materi belajarnya, (b) kelompok dibentuk dari siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah, (c) bilamana mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku, jenis kelamin yang berbeda-beda, (d) penghargaan lebih berorientasi kelompok daripada individu (Muslimin Ibrahim, 2000).

Metode mengajar diartikan juga sebagai teknik guru untuk mengajar atau menyajikan bahan pelajaran kepada siswa di dalam kelas, agar pelajaran tersebut dapat ditangkap, dipahami, dan digunakan oleh siswa dengan baik (Roestiyah, 2001 : 1).

Pengalaman belajar secara kooperatif menghasilkan keyakinan yang lebih kuat bahwa seseorang merasa disukai, diterima oleh siswa lain, dan menaruh perhatian tentang bagaimana kawannya belajar, dan ingin membantu kawannya belajar. Siswa sebagai subjek yang belajar merupakan sumber belajar bagi siswa lainnya yang dapat diwujudkan dalam berbagai bentuk kegiatan, misalnya diskusi, pemberian umpan balik, atau bekerja sama dalam melatih keterampilan-keterampilan tertentu (A. Suhaenah Suparno, 2001 : 156).

Metode pembelajaran kooperatif mempunyai kelebihan-kelebihan dibanding metode lainnya diantaranya: (a) meningkatkan kemampuan


(26)

siswa, (b) meningkatkan rasa percaya diri, (c) menumbuhkan keinginan untuk menggunakan pengetahuan dan keahlian, (d) memperbaiki hubungan antar kelompok ( Anita Lie,2004:32).

Tetapi di samping keunggulan, metode pembelajaran kooperatif juga memiliki kelemahan yaitu: (a) memerlukan persiapan yang rumit untuk melaksanakan, (b) bila terjadi persaingan yang negatif maka hasilnya akan buruk, (c) bila ada siswa yang malas atau ada yang ingin berkuasa dalam kelompok mengakibatkan usaha kelompok tidak berjalan sebagaimana mestinya, (d) adanya siswa yang tidak memanfaatkan waktu sebaik-baiknya dalam belajar (Robet Slavin,1995).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif adalah proses pembelajaran yang dilakukan secara bersama-sama atau kelompok supaya memperoleh hasil belajar yang maksimal dan untuk memecahkan materi pembelajaran dengan membagi tugas pada masing- masing individu.

B. Model Pembelajaran Biologi

Berhasil atau tidaknya guru sangat ditunjang oleh metode dan model mengajar yang guru ambil karena pemilihan metode atau model pembelajaran ini menyangkut strategi dalam pembelajaran. Strategi pembelajaran adalah perencanaan dan tindakan yang tepat dan cermat mengenai kegiatan pembelajaran agar kompetensi dasar dan indikator pembelajaran dapat tercapai.


(27)

Joyce dan Well( J Mandalika dkk,1999 : 158) berpendapat bahwa model pengajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (suatu rencana pengajaran jangka panjang), merancang bahan-bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas atau yang lain.

Ad Rooijakkers (1991:1 ), mengemukakan bahwa mengajar berarti menyampaikan atau menularkan pengetahuan dan pandangan. Dalam hal itu baik murid maupun pengajar harus mengerti bahan yang akan dibicarakan.Dengan kata lain dalam kegiatan mengajar itu harus terjadi suatu proses,yaitu proses belajar.

Menurut Darsono dkk (2004:48) menyatakan pembelajaran secara umum adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa sehingga tingkah laku siswa berubah ke arah yang lebih baik.Pembelajaran yang baik menurut Gestalt yaitu usaha untuk memberikan materi pembelajaran sedemikian rupa sehingga siswa lebih mudah mengorganisasikan.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah suatu cara yang dipakai menyampaikan pelajaran kepada siswa dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran.

C. Model Problem Posing

Model pembelajaran ini lebih cenderung pada sekolah aktif yang artinya siswa mempunyai peran utama dalam proses pembelajaran. Model problem posing dikembangkan tahun 1997 oleh D. English. Pada


(28)

prinsipnya model pembelajaran problem posing (pengajuan soal atau penghadapan masalah) adalah model pembelajaran yang mewajibkan kepada siswa untuk mengajukan soal sendiri melalui belajar soal (berlatih soal) secara mandiri (Amin Suyitno, 2004 : 2).

Menurut J. Riberu dalam Ad Rooijokker (1991:xxvi- xxvii) dalam problem posing ini cara pendekatan yang dianjurkan adalah dari bermacam- macam segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan masalah melalui berbagai macam jalan. Garis besar cara pendekatan ini adalah sebagai berikut:

a. Penyadaran masalah

Pada awal pengajaran berusaha agar peserta didik sadar adanya suatu masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan: 1) Mengemukakan beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah, 2) Memanfaatkan berita-berita, dan 3) Pengumpulan pendapat peserta didik.

b. Analisa masalah

Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah maka peserta didik dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut, yang perlu diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.

c. Perumusan masalah

Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik mulai mendapat gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu


(29)

tentang suatu masalah. Oleh sebab itu ia lebih mampu merumuskan dengan singkat dan padat apa sebenarnya masalahnya.

d. Pemecahan masalah

Sesudah masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah peserta didik dirangsang untuk mencari pemecahan yang sebaik-baiknya. Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara yang mana yang paling tepat kekuatan,kelemahan serta kemungkinan penyelesaianya. e. Perumusan pemecaha n masalah

Sesudah alternatif pemecahan masalah dipilih, peserta didik dapat merumuskan secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu. Dengan demikian penerapan model pembelajaran problem posing di SMP sebagai berikut: 1) guru meminta siswa untuk membaca materi, 2) guru meminta siswa untuk menuliskan permasalahan dan siswa yang bersangkutan harus dapat menyelesainkannya, 3) guru mengklarifikasikan jawaban dari permasalahan, tugas ini dapat dilakukan secara kelompok, 4) guru memberikan tugas rumah secara individual (Amin Suyitno, 2004 : 2).

Pada tahap awal cukup memberikan tugas kepada siswa dalam model pembelajaran problem posing dengan memilih salah satu cara sebagai berikut : 1) siswa membuat pertanyaan berdasarkan pernyataan yang dibuat oleh guru (presolution posing), 2) siswa memecah pertanyaan tunggal dari guru menjadi sub-sub pertanyaan yang relevan dengan pertanyaan guru (Within Solution Posing), 3)


(30)

siswa membuat soal sejenis, seperti yang dibuat oleh guru (Post Solution Posing)

D. Belajar

Belajar merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan dengan serangkaian kegiatan, misalnya dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru, dan sebagainya. Dalam pengertian lain dapat diartikan sebagai kegiatan psiko-fisik menuju perkembangan pribadi seutuhnya (Sardiman, 2001).

Oemar Hamalik (2001:27), menjelaskan bahwa belajar adalah modifikasi atau memperteguh kelakuan melalui pengalaman. Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan, dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu yaitu mengamati.

Menurut Fudyartanto (2002:151), belajar adalah usaha sadar dari individu untuk memahami dan menguasai pengetahuan dan ketrampilan, sikap-sikap dan nilai-nilai, guna meningkatkan kualitas tingkah lakunya dalam rangka mengembangkan kepribadiannya.

Belajar merupakan serangkaian kegiatan jiwa dan raga untuk memperoleh perubahan tingkah laku sebagai hasil pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan menyangkut kognitif, afektif, dan psikomotorik (Syaiful Bahri Djamarah, 2000:13).

Belajar merupakan proses orang memperoleh kecakapan, ketrampilan, dan sikap. Belajar dimulai dari masa kecil sampai akhir


(31)

hayat seseorang. Rasullullah SAW, menyatakan dalam salah satu haditsnya bahwa manusia harus belajar sejak dari ayunan hingga liang lahat, para ahli jiwa pendidikan menekankan supaya pembentukan perilaku yang baik sudah dimulai pada masa kecil, seperti membiasakan tidur lebih cepat, belajar renang, lari, olahraga, membiasakan agar jangan meludah ditempat umum, jangan membelakangi dimana ada orang lain, jangan berdusta, jangan suka bersumpah, baik benar ataupun salah, menghormati kedua orang tua, menghormati orang yang lebih tua, menyayangi adik-adik yang berumur di bawahnya (Martinus Yamin, 2006).

Arief S. Sadiman (2002), berpendapat belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat nanti. Salah satu pertanda bahwa seseorang telah belajar sesuatu adalah adanya perubahan tingkah laku dala m dirinya. Perubahan tingkah laku tersebut menyangkut baik perubahan yang bersifat pengetahuan (kognitif), dan ketrampilan (psikomotor) maupun yang menyangkut nilai dan sikap (afektif).

Belajar adalah semata- mata mengumpulkan atau menghafalkan fakta- fakta yang tersaji dalam bentuk informasi atau materi pelajaran. Orang yang beranggapan demikian biasanya akan segera merasa bangga ketika anak-anaknya telah mampu menyebutkan kembali secara lisan (verbal) sebagian besar informasi yang terdapat dalam buku teks atau yang dianjurkan oleh guru (Muhibbin Syah, 2002 : 89).


(32)

Menurut Gregory A.Kimble adalah bahwa belajar sebagai perubahan yang relatif permanen dalam potensialitas tingkah laku yang terjadi sebagai suatu hasil latihan atau praktek yang diperkuat (diberi hadiah).

Berdasarkan berbagai pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa belajar merupakan kegiatan atau aktifitas yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang dilakukan karena suatu usaha sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku.

E. Hasil Belajar

Hasil belajar adalah hasil yang telah dicapai oleh siswa dalam belajar (Saifudin Azwar, 2000). Hasil belajar juga merupakan berbagai kapasitas yang diperoleh siswa sehubungan dengan keikutsertaannya dalam proses pembelajaran. Disatu sisi hasil belajar merupakan pencapaian tujuan pengajaran, disisi lain hasil belajar merupakan penggal dan puncak belajar siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).

Hasil belajar dipengaruhi oleh faktor intern dan faktor ekstern yang dialami dan dihayati siswa yang berpengaruh terhadap proses belajar adalah (1) sikap siswa terhadap belajar, (2) motivasi belajar, (3) konsentrasi belajar, (4) kemampuan mengolah bahan belajar, (5) kemampuan yang telah tersimpan, (6) kemampuan berprestasi atau unjuk hasil belajar, (7) rasa percaya diri siswa, intelegensia dan keberhasilan belajar dan kebiasaan belajar. Sedangkan faktor- faktor ekstern yang mempengaruhi hasil belajar antara lain : (1) guru sebagai pembimbing


(33)

belajar siswa, (2) sarana dan prasarana belajar, (3) kondisi pembelajaran, (4) kebijakan penilaian, (5) kurikulum yang diterapkan dan lingkungan sosial siswa (Dimyati dan Mudjiono, 1999).

Bloom dan kawan-kawan dalam Saifuddin Azwar (2000) mengembangkan 3 tujuan pendidikan yang berkenaan dengan hasil belajar yang mencakup ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Masing- masing ranah tersebut secara berturut-turut berkenaan dengan kemampuan intelektual keadaan psikis dan ketrampilan psikis dan ketrapilan motorik peserta didik.

F. Penelitian Tindakan Kelas

Menurut Kemmis and Mc Taggart (1994), penelitian tindakan merupakan sebuah inkuiri yang bersifat reflektif mandiri yang dilakukan oleh partisipan dalam situisi sosial termasuk kependidikan dengan maksud untuk meningkatkan kemantapan rasionalitas dari a. praktek-praktek sosial kependidikan, b. pemahaman terhadap praktek-praktek-praktek-praktek tersebut, c. situasi pelaksanaan praktek-praktek pembelajaran. Instrumen yang diperlukan dalam penelitian tindakan kelas sangat sejalan dengan prosedur dan langkah penelitian tindakan kelas itu sendiri. Ditinjau dari hal tersebut, maka instrument- instrumen ini dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu; instrument untuk mengobservasi guru (observing teacher), instrument untuk mengobservasi kelas (observing classroom), instrument untuk mengobservasi perilaku siswa (observing student).


(34)

Penelitian tindakan kelas atau istilah dalam bahasa Inggris adalah Classroom Action Research (CAR) sudah lebih dari sepuluh tahun yang lalu dikenal dan ramai dibicarakan dalam dunia pendidikan. Ada tiga kata pembentuk pengertian PTK yaitu: (a). penelitian, menunjuk pada suatu kegiatan mencermati suatu objek dengan menggunakan cara dan aturan metodologi tertentu untuk memperoleh data atau informasi yang bermanfaat dalam meningkatkan mutu suatu hasil yang menarik minat dan penting bagi peneliti. (b). tindakan, menunjuk pada suatu gerak kegiatan yang sengaja dilakukan dengan tujuan tertentu, dalam penelitian berbentuk rangkaian kegiatan siklus untuk siswa, (c) kelas, dalam hal ini tidak terikat pada pengertian ruang kelas, tetapi dalam pengertia n yang lebih spesifik yaitu sekelompok siswa yang dalam waktu yang sama dari guru yang sama pula. Dalam menggabungkan batasan pengertian tiga kata tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah kelas secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto, 2006).

Menurut Suhardjono (2006), tujuan utama PTK adalah memecahkan permasalahan nyata yang terjadi di dalam kelas. Kegiatan penelitian ini tidak saja bertujuan untuk memecahkan masalah tetapi sekaligus mencari jawaban ilmiah mengapa hal tersebut dapat dipecahkan dengan tindakan yang dilakukan. Pada intinya PTK bertujuan untuk memperbaiki berbagai persoalan nyata dan praktis dalam


(35)

peningkatan mutu pembelajaran di kelas yang dialami langsung dalam interaksi antara guru dengan siswa yang sedang belajar.

Dalam pelaksanaan PTK terdapat tiga hal yang perlu diperhatikan yaitu, sebagai berikut:

1. PTK merupakan penelitian yang mengikutsertakan secara aktif peran guru dan siswa dalam berbagai tindakan.

2. Kegiatan refleksi (perenungan, pemikiran dan evaluasi) dilakukan berdasarkan pertimbangan rasional (menggunakan konsep teori) yang mantap dan valid guna melakukan perbaikan tindakan dalam upaya memecahkan masalah yang terjadi.

3. Tindakan perbaikan terhadap situasi dan kondisi pembelajaran dilakukan dengan segera dan dilakukan secara praktis (dapat dilakukan dalam praktek pembelajaran) (Suharjono,2006:72). Penelitian Tindakan Kelas (PTK) adalah suatu penelitian yang dilakukan secara sistematis terhadap berbagai tindakan yang dilakukan oleh guru sekaligus peneliti, sejak disusunnya suatu perencanaan sampai dengan penelitian tindakan secara bersama. Tindakan tersebut diberikan oleh guru dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa (Suharsimi Arikunto,2006:93).

Ada beberapa kelebihan dan kelemahan Penelitian Tindakan Kelas (PTK),yaitu:


(36)

1. Kelebihan

(a) Meningkatkan rasa percaya diri, (b) Menumbuhkan sikap profesio nal dalam diri guru karena PTK mampu membelajarkan guru untuk berfikir kritis dan sistematis,mampu membiasakan membelajarkan guru untuk menulis dan membuat catatan, (c) Dapat meningkatkan mutu pendidikan dan kualitas pembelajaran, (d) Dapat membantu guru dan tenaga kependidikan dalam memecahkan masalah pembelajaran dalam kelas.

2. Kekurangan

(a) Pemecahan masalah hanya dilakukan di dalam kelas, (b) Memerlukan waktu yang lama untuk guru melakukan penelitian, (c) Guru harus melakukan pengamatan diri secara obyektif.

G. Kerangka Pemikiran

Belajar merupakan sebuah aktivitas yang tidak bisa terlepas dari kehidupan sehari- hari, bahkan menjadi kebutuhan tiap orang dimana dalam proses belajar ini terjadi interaksi antara guru dengan siswa. Guru sebagai pengajar dan siswa sebagai peserta didik. Mutu pendidikan yang tinggi diperlukan untuk menciptakan kehidupan yang cerdas, damai, terbuka, berdemokrasi, dan mampu bersaing sehingga dapat meningkatkan kesejahteraan semua warga Negara Indonesia. Penyempurnaan kurikulum dilakukan secara responsive terhadap penerapan hak asasi manusia, kehidupan berdemokrasi, globalisasi dan otonomi daerah.


(37)

Hasil belajar siswa salah satunya sangat ditentukan oleh pemilihan model pembelajaran guru. Model pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan materi pelajaran sangat mendukung keberhasilan proses kegiatan belajar mengajar. Dalam penelitian ini dengan pembelajaran problem posing yang menekankan siswa untuk aktif dalam mencari, merumuskan hingga memecahkan masalah secara mandiri.

Secara sederhana kerangka pemikiran dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut

Gambar 1. Kerangka Pemikiran

H. Hipotesis

Berdasarkan kajian teori dan kerangka pemikiran di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

“Penggunaan pembelajaran problem posing efektif meningkatkan hasil belajar biologi pokok bahasan ekosistem pada siswa kelas VII E SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008”.


(38)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta kelas VII E Semester II Tahun Ajaran 2007/2008.

2. Waktu Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada bulan April 2008.

B Variabel Penelitian

Dalam penelitian ini terdiri atas dua variabel yaitu sebagai berikut: 1. Variabel Bebas (X) yaitu metode pembelajaran problem posing. 2. Variabel Terikat (Y) yaitu hasil belajar siswa yang meliputi dua

ranah kognitif dan afektif kelas VII E SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.

C. Prosedur Penelitian

Penelitian ini merupakan suatu penelitian yang bersifat praktis, situsional, dan kontekstual berdasarkan permasalahan yang muncul dalam pembelajaran sehari- hari di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Peneliti senantiasa berupaya memperoleh hasil yang optimal melalui cara dan prosedur yang efektif sehingga dimungkinkan adanya tindakan yang berulang-ulang dengan revisi untuk dapat meningkatkan hasil belajar. Berdasarkan perencanaan yang telah dibuat peneliti yang sekaligus


(39)

sebagai guru melaksanakan pembelajaran berdasarkan perencanaan yang telah dibuat.

Penelitian ini mengacu pada model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) dan dalam bahasa Inggris disebut Classroom Action Reaserch (CAR) yang secara singkat dapat didefinisikan sebagai salah satu bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan alasan melakukan tindakan tertentu agar dapat meningkatkan kualitas proses belajar di kelas dan meningkatkan hasil belajar siswa yang dapat dilihat dari nilai rata-rata harian siswa.

Langkah- langkah yang ditempuh dalam penelitian tindakan kelas ini yaitu: (1) observasi dan wawancara, (2) perencanaan tindakan, (3) pelaksanaan tindakan, (4) evaluasi, (5) refleksi, (6) penyimpulan hasil berupa pemahaman konsep.

Langkah- langkah penelitian dapat digambarkan dalam siklus sebagai berikut:


(40)

Gambar 2. Modifikasi dari Kemmis dan Mc Taggart (Sutama, 2006)

D.Teknik Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan bahan dan keterangan-keterangan sebagai data dalam penelitian ini menggunakan metode sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Metode dokumentasi dalam penelitian ini digunakan untuk memperoleh data nilai semester II digunakan untuk mengetahui kemampuan awal siswa dan nama siswa.

2. Observasi

Observasi adalah suatu teknik yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan secara teliti serta pencatatan secara sistematis. Pada penelitian ini metode observasi dilakukan dengan mengamati secara langsung dengan teliti dan cermat terhadap


(41)

fenomena dalam pembelajaran biologi kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta.

3. Metode Problem Posing

Informasi atau data yang hendak diperoleh melalui metode ini yaitu dari bermacam- macam segi, merumuskan masalah lalu mencari pemecahan masalah melalui berbagai macam jalan. Dalam pelaksanaannya melalui beberapa tahapan yaitu:

a. Penyadaran masalah

Pada awal pengajaran berusaha agar peserta didik sadar adanya suatu masalah. Hal ini ditempuh dengan jalan: mengemukakan beberapa fakta yang menonjol sebagai gejala dari suatu masalah, memanfaatkan berita-berita, dan pengumpulan pendapat peserta didik.

b. Analisa masalah

Kalau peserta didik sudah sadar akan adanya masalah maka ia dapat diajak untuk menelaah masalah itu lebih lanjut yang perlu, diperhatikan ialah aspek-aspek masalah, latar belakang sebab pelaku dan ruang serta waktu sekitar masalah.

c. Perumusan masalah

Sesudah masalah dianalisa umumnya peserta didik mulai mendapat gambaran yang lebih menyeluruh dan lebih terpadu tentang suatu masalah. Oleh sebab itu siswa lebih mampu


(42)

merumuskan dengan singkat dan padat apa sebenarnya masalahnya.

d. Pemecahan masalah

Sesudah masalah dianalisa dan dirumuskan mulailah peserta didik dirangsang untuk me ncari pemecahan yang sebaik-baiknya. Tiap pemecahan ini berlangsung akan muncul cara yang mana yang paling tepat, kekuatan, kelemahan, serta kemungkinan penyelesainya.

e. Perumusan pemecahan masalah

Sesudah pemecahan masalah, peserta didik dapat merumuskan secara singkat cara pemecahan yang dipilih itu. Dengan demikian penerapan model pembelajaran problem posing di SMP sebagai berikut: 1) guru meminta siswa untuk membaca materi, 2) guru meminta siswa untuk menuliskan permasalahan dan siswa yang bersangkutan harus dapat menyelesaikannya, 3) guru mengklarifikasikan jawaban dari permasalahan pelatihan soal, siswa diminta mengajukan permasalahan yang menantang dan siswa yang bersangkutan harus dapat menyelesaikannya, tugas ini dapat dilakukan secara kelompok, guru memberikan tugas rumah secara individual.


(43)

E. Teknik Analisis Data

Analisis data dari penelitian ini adalah dengan cara deskriptif kuantitatif, yaitu dengan cara menganalisis data perkembangan siswa dari siklus I sampai siklus III dilengkapi dengan regresi linier.


(44)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Profil Tempat Penelitian

Sekolah yang menjadi tempat penelitian adalah SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Lokasi penelitian terletak di JL.Slamet Riyadi 443 Surakarta, dengan status terakreditasi A. Lingkungan fisik sekolah terdiri dari ruang kepala sekolah, ruang guru, perpustakaan, musola, ruang tata usaha, ruang BP, ruang koperasi/gudang, ruang kelas, ruang penjaga sekolah/kantin, ruang laboratorium IPA, WC/KM guru, WC/KM siswa, ruang karawitan, ruang UKS, ruang OSIS/IRM, ruang ketrampilan menjahit, ruang kesenian, ruang lab komputer, ruang lab bahasa, ruang studio musik, ruang komite, ruang untuk parkir/halaman, lapangan volley ball, lompat jauh, basket dan taman dalam. Keadaan lingkungan fisik sudah tertata rapi dan bersih, pemanfaatan fasilitas sudah efektif dan optimal seperti laboratorium IPA, bahasa dan komputer.

Ditinjau dari kualitas gurunya, SMP Muhammadiyah 5 Surakarta memiliki 39 guru, 1 Kepala Sekolah, 6 orang bagian tata usaha, 1 orang penjaga sekolah, 1 orang satpam dan 1 orang pembersih. Ditinjau dari kualitas gurunya mayoritas merupakan lulusan dari sarjana pendidikan, PGSLTP/PGSLTA, Diploma DIII, SI. Dari 39 guru terdiri dari guru tidak tetap /GTT, guru kontrak atau guru bantu, guru PNS, guru yayasan, pegawai yayasan, pengampu ekstra kurikuler, pegawai honor.


(45)

Sedangkan jumlah siswa di SMP Muhammadiyah 5 Surakarta secara keseluruhan terdiri dari kelas VII-IX kurang lebih sebanyak 633 siswa. Secara kuantitas kelas VII terdapat 6 kelas,yaitu kelas VIIA-VIIF yang tiap kelasnya kurang lebih terdiri dari 40 siswa. Kelas VIII berjumlah 5 kelas yaitu kelas VIIIA-VIIIE dan kelas IX terdiri dari 6 kelas yaitu kelas IXA-IXF. Jumlah siswa setiap kelas tidak sama tetapi umumnya rata-ratr 40 siswa.

Karakter siswa VIIE sendiri pada umumnya dalam pembelajaran Biologi yaitu siswa memiliki rasa kurang berminat terhadap pembelajaran sehingga cenderung pasif dalam pembelajaran, juga tingkat pemahaman siswa terhadap materi masih lemah. Hal ini terbukti dengan rendahnya hasil belajar yang dicapai siswa. Selain itu suasana kelas juga tidak mendukung karena kelas VIIE cenderung ramai dan kurang kondusif, ini menjadikan para siswa sulit untuk berkonsentrasi dalam menerima materi pelajaran. Sedangkan metode yang sering digunakan dalam proses pembelajaran adalah metode ceramah, dimana siswa hanya berperan sebagai obyek dalam pembelajaran. Berdasarkan kondisi tersebut maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar siswa biologi kelas VIIE dengan menggunakan pembelajaran problem posing.

2. Diolog Awal

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2008, diawali dengan dialog awal antara dosen, peneliti, kepala Sekolah dan guru iologi kelas VIIE. Dialog awal dilaksanakan pada hari selasa 1 April 2008 pukul


(46)

09.00-10.30 di ruang tamu Kepala Sekolah yang disediakan pihak SMP Muhammadiyah 5 Surakarta. Pertemuan tersebut sekaligus mengutarakan maksud dan tujuan dari penelitian yang akan dilaksanakan. Pada dialog tersebut digunakan untuk mengetahui keadaan awal pembelajaran sebelum dilaksanakan tindakan. Pada kesempatan ini Kepala Sekolah menyambut baik kehadiran peneliti yang akan mengadakan penelitian.

Dialog awal kedua dilaksanakan pada hari Kamis 3 April 2008 pukul 09.00-10.00 WIB di ruang guru. Berdasarkan pengalaman guru biologi kelas VIIE dan hasil observasi pendahuluan yang dilakukan peneliti disepakati bahwa masalah yang perlu untuk segera diatasi dalam penelitian ini, rendahnya tingkat pemahaman siswa kemampuan menguasai materi terhadap biologi, keberanian siswa dalam menjawab dan mengajukan pertanyaan belum ada, keaktifan siswa di dalam pembelajaran masih kurang, belum optimal. Hal ini berdasarkan pada hasil ulangan harian siswa sebelum penelitian, masih banyak siswa yang memperoleh nilai di bawah 6 sehingga hasil belajar yang dicapai belum optimal.

Setelah merumuskan masalah di atas, maka masalah-masalah tersebut perlu dipecahkan melalui penelitian tindakan kelas. Setelah mendapatkan masalah, selanjutnya diskusi dilakukan untuk mengidentifikasi faktor penyebab masalah. Hasil kerja kolaborasi antara guru kelas VIIE, Kepala Sekolah dan peneliti disepakati bahwa penyebab masalah (tabel 1) yaitu :


(47)

Tabel 1. Penyebab Masalah

Berbagai kemungkinan penyebab masalah yang dijelaskan di atas kemudian dianalisis melalui kerja kolaborasi antara peneliti dan guru biologi kelas VIIE berdasarkan observasi kelas. Dari hasil kolaborasi tersebut peneliti dan guru biologi sepakat bahwa penyebab masalah yang paling dominan adalah pembelajaran yang cenderung satu arah sehingga berpusat pada guru dalam proses pembelajaran sehingga keaktifan hanya pada guru tidak siswa.

No Faktor Penyebab Masalah

1 Siswa a. Ramai dalam proses belajar mengajar

b. Pasif dalam penerimaan informasi maupun dalam poses pembelajaran.

c. Sulit mengutarakan ide atau gagasan d. Takut untuk bertanya

e. Takut gagal dan takut berkomunikasi

f. Menganggap mata pelajaran biologi sebagai ilmu yang penuh hafalan.

2 Guru a. Kurang mendorong siswa untuk menyampaikan

pendapat atau untuk berperan aktif dalam pembelajaran.

b. Kurang memperhatikan siswa dalam

pembelajaran.

c. Penyampaian materi cendarung monoton (kurang

bervariasi) dengan metode ceramah. d. Tidak bisa menguasai kelas. 3 Proses

pembelajaran

a. Cenderung satu arah dan tidak demokratis. b. Pembelajaran masih terpusat pada guru. c. Keaktifan didominasi oleh guru.

4 Materi Ajar Nyata

5 Lain- lain a. Sarana dan Prasarana

b. Pengaruh siwa lain yang tidak belajar sangat kuat. c. Kurangnya perhatian orang tua terhadap kegiatan


(48)

Berdasarkan pada penyebab masalah yang telah disepakati oleh rekan kolaborasi, kegiatan dilanjutkan dengan dialog untuk membahas perencanaan solusi masalah yang dikembangkan berdasarkan akar penyebab masalah yaitu kualitas pembelajaran biologi. Tindakan solusi masalah yang disepakati oleh pembelajaran biologi yaitu strategi pembelajaran yang cenderung monoton dan membosankan dibenahi menjadi pembelajaran

problem posing. Tindakan pembelajaran problem posing akan diterapkan

pada siswa kelas VIIE yang akan dikembangkan pada setiap siklus tindakan melalui perencanaan yang terevisi. Dengan penerapan pembelajaran problem posing dalam pembelajaran diharapkan dapat mengubah pembelajaran yang semula siswa hanya pasif menjadi lebih aktif. Pembelajaran problem posing yang dimaksud dalam penelitian adalah cara mengajar dimana siswa yang diteliti untuk aktif dalam mengemukakan berbagai permasalahan dan guru aktif dalam membimbing siswa sehingga siswa dilibatkan dalam kegiatan belajar. Dengn pembelajaran problem posing diharapkan hasil belajar siswa meningkat.

B. Pelaksanaan Eksperimentasi Pembelajaran dengan Problem Posing

Pelaksanaan pembelajaran dengan strategi Problem Posing pada siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun pelajaran 2007/2008 dilaksanakan dengan langkah- langkah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi terhadap kondisi siswa untuk menemukan siswa yang aktif dan pasif dalam belajar melalui serangkaian kegiatan pengumpulan data. Tindakan yang dilakukan untuk mengidentifikasi siswa antara lain:


(49)

wawancara dengan guru bidang studi sebelum pelaksanaan tindakan kemudian melakukan observasi langsung pada siswa

2. Merencanakan solusi masalah, solusi yang peneliti tawarkan untuk

mengatasi masalah peningkatan hasil belajar siswa melalui penerapan pendekatan Problem Posing.

3. Melaksanakan tindakan. Pada tahap pelaksanaan tindakan, peneliti

melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan metode Problem Posing untuk kelas VII E. Suatu perencanaan bersifat fleksibel dan siap dilakukan perubahan sesuai apa yang terjadi dalam proses pelaksanaan di lapangan. Pada tahap ini dalam melaksanakan pembelajaran di kelas lebih mengarah pada subtansi yang menjadi permasalahan pokok untuk dapat meningkatkan ranah kognitif, dan afektif siswa yaitu penerapan metode Problem Posing. Pada setiap akhir tindakan dilaksanakan tes untuk mengetahui hasil belajar yang telah dicapai siswa.

4. Melakukan observasi dan monitoring. Pada tahap ini sebenarnya berjalan bersamaan dengan saat pelaksanaan pengamatan dilakukan pada waktu tindakan sedang berjalan, jadi keduanya berlangsung dalam waktu yang sama. Pada tahap ini, peneliti melakukan pengamatan dan mencatat semua hal yang diperlukan dan terjadi selama tindakan berlangsung. Pengumpulan data ini dilakukan dengan menggunakan format observasi atau penilaian yang telah disusun, termasuk juga pengamatan secara cermat pelaksanaan tindakan dari waktu ke waktu serta dampaknya terhadap proses hasil belajar siswa. Data yang dikumpulkan dapat berupa


(50)

data kuantitatif (hasil tes, kuis dan lain- lain) dan data kualitatif yang menggambarkan keaktifan siswa, antusias siswa dan lain- lain. Berdasarkan data yang terkumpul tersebut kemudian dilakukan analisis dan refleksi terhadap tindakan yang telah dilakukan.

5. Membuat refleksi. Pada tahap ini dimaksudkan untuk mengevaluasi secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan, berdasarkan data yang terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan tindakan berikutnya. Refleksi ini mencakup analisis, sintesis dan penilaian terhadap hasil pengamatan atas tindakan yang dilakukan. Jika terdapat masalah dan proses refleksi maka dilakukan proses pengkajian ulang melalui siklus berikutnya yang meliputi kegiatan: perencanaan ulang, tindakan ulang, dan pengamatan ulang sehingga permasalahan dapat teratasi.

6. Melaksanakan eva luasi. Tes digunakan untuk mengumpulkan data

kenaikan hasil belajar yang dilaksanakan sebelum tindakan dan sesudah tindakan. Kegiatan ini sebagai proses mengumpulkan, mengolah, dan menyajikan informasi sehingga bermanfaat untuk pengambilan keputusan tindakan. Diantara dialog, perencanaan, pengambilan keputusan tindakan, melakukan tindakan, pengamatan, refleksi, dan evaluasi merupakan proses yang terkait secara logis, sistematis, dan berkesinambungan. Evaluasi diarahkan pada penemuan bukti-bukti peningkatan ranah kognitif, afektif dan psikomotor siswa.


(51)

C. Hasil Penelitian

Pelaksanaan pembelajaran dengan strategi problem posing diperlukan untuk mendapatkan bukti empiris mengenai adanya peningkatan hasil belajar siswa setelah memperoleh pembelajaran. Penelitian dilaksanakan dengan cara melakukan pembelajaran dengan metode Problem Posing terhadap siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2007/2008 yang bertindak sebagai sampel penelitian. Pelaksanaan pembelajaran dilakukan selama satu bulan yaitu bulan April 2008.

Eksperimentasi pembelajaran pertama kali dilakukan dengan metode ceramah dan tanya jawab (siklus I) dan hasilnya diukur melalui pemberian post test I. Kemudian diberikan pembelajaran dengan strategi Problem Posing, yaitu menginstruksikan kepada siswa untuk membuat soal mengenai ekosistem yang dianggap sulit dan mengkondisikan agar siswa aktif mencari pemecahan masalah tersebut dan siswa dapat belajar secara mandiri. Metode pembelajaran ini dilakukan sebanyak dua kali yaitu siklus II dan siklus III. Melalui pembelajaran dengan strategi Problem Posing ini siswa dapat berperan aktif dalam mencari jawaban atas permasalahan yang dimunculkan.

Setelah pembelajaran dengan strategi Problem Posing siklus II selesai dilaksanakan, maka dilakukan post test II untuk mengetahui apakah ada peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pelajaran. Proses pembelajaran selanjutnya adalah melaksanaan pembelajaran dengan strategi

Problem Posing siklus III dilakukan dengan menyuruh siswa membuat


(52)

Problem Posing siklus III, kemudian dilakukan post test III untuk mengukur peningkatan penguasaan materi pelajaran.

Hasil pengukuran peningkatan hasil belajar pada post test I, II, dan III dapat dilihat sebagai berikut (hasil perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7).

Tabel 1. Gambaran Hasil Belajar Biologi dengan Pembelajaran Problem

Posing pada Siswa Kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta

Tahun Ajaran 2007/2008 Distribusi

Statistik Awal Post Test I Post Test II Post Test III

Rata-rata 55,90 67,69 71,03 74,62

Standart Deviasi 12,72 11,92 15,95 14,98

Minimal 30,00 43,33 43,33 43,33

Maksimal 80,00 90,00 96,67 96,67

Hasil dokumentasi nilai awal siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 80 dan nilai terendah 30,00, rata-rata (mean) sebesar 55,90, dan standar deviasi (SD) sebesar 12,72. Selanjutnya hasil penilaian pelaksanaan post test I terhadap siswa diperoleh nilai tertinggi sebesar 90 dan nilai terendah 43,33, rata-rata (mean) sebesar 67,69, dan standar deviasi (SD) sebesar 11,92. Selanjutnya hasil pelaksanaan post test II setelah siswa memperoleh pembelajaran dengan Problem Posing memperoleh nilai tertinggi sebesar 96,67 dan nilai terendah 43,33 dengan rata-rata (mean) sebesar 71,03 dan standar deviasi (SD) sebesar 15,95. Sedangkan hasil pelaksanaan post test III pada pembelajaran Problem Posing siswa memperoleh nilai tertinggi sebesar 96,67 dan nilai terendah 43,33 denganrata-rata (mean) sebesar 74,62 dan


(53)

standar deviasi (SD) sebesar 14,98 (perhitungan selengkapnya dapat dilihat pada Lampiran 7). Deskripsi hasil evaluasi tahap belajar post test I, II, dan III menunjukkan adanya peningkatan hasil belajar siswa dibandingkan nilai awal yang dimiliki siswa. Artinya pemahaman siswa mengalami peningkatan setelah dilaksanakan pembelajaran dengan Problem Posing.

Selanjutnya berdasarkan hasil analisis regresi diperoleh hasil yang dirangkum sebagai berikut:

Tabel IV.1

Tabel Hasil Analisis Regresi

Regresi a b Fhitung Ftabel 5% Keterangan

Awal – Post test I 46,889 0,908 2,102 4,08 signifikan

Awal – Post test II 59,241 0,216 4,879 4,08 Signifikan

Awal – Post test III 44,240 0,543 10,002 4,08 Signifikan

Dari hasil perhitungan pada post test I diperoleh Freg sebesar 2,102

sedangkan harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 4,08. Hasil

perbandingan menunjukkan bahwa Freg < Ftabel yaitu 2,102 < 4,08. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa tidak ada pengaruh proses hasil belajar dengan problem posing terhadap hasil belajar biologi.

Selanjutnya hasil analisis regresi pada post test II diperoleh Freg sebesar

4,879 sedangkan harga Ftabel pada taraf signifikansi 5% adalah 4,08. Hasil

perbandingan menunjukkan bahwa Freg > Ftabel yaitu 4,879 > 4,08. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses hasil belajar dengan problem posing berpengaruh terhadap hasil belajar biologi.

Hasil analisis regresi pada post test III diperoleh Freg sebesar 10,002


(54)

perbandingan menunjukkan bahwa Freg > Ftabel yaitu 10,002 > 4,08. Dari hasil

tersebut dapat disimpulkan bahwa proses hasil belajar dengan problem posing sangat berpengaruh terhadap hasil belajar biologi.

D. Pembahasan

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan terhadap hasil penilaian yang dilakukan pada post test siklus I, II, dan III, dapat diketahui adanya peningkatan hasil belajar biologi. Peningkatan hasil belajar menunjukkan rata-rata hasil belajar post test I (67,69) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan nilai awal (55,90), kemudian rata-rata hasil belajar post test II (71,03) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan hasil post test I (67,69), dan hasil belajar post test III lebih meningkat dengan mencapai rata-rata sebesar 74,62. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode Problem Posing efektif dalam meningkatkan pemahaman dan pengetahuan siswa, hal ini dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar siswa.

Adanya peningkatan hasil belajar dapat digambarkan sebagai berikut (hasil lebih lengkap dapat dilihat pada Lampiran 7).


(55)

Gambar 1. Peningkatan Hasil Belajar Biologi dengan Pembelajaran Problem Posing pada Siswa Kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta Tahun Ajaran 2007/2008.

74,62

55,90

67,69 71,03

0,00 10,00 20,00 30,00 40,00 50,00 60,00 70,00 80,00 90,00

Awal Post Test I Post Test

II

Post Test III

Hasil Belajar

Gambar 1 menunjukkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa pada akhir pembelajaran siklus I, II, dan III dibandingkan nilai awal. Hasil belajar setelah pembelajaran dengan metode Problem Posing pada siklus I lebih meningkat dibanding nilai awal, siklus II lebih meningkat dibandingkan siklus I, dan hasil belajar siklus III lebih meningkat dari siklus II. Peningkatan ini karena siswa dapat memahami secara lebih luas dan mendalam terhadap materi yang diajarkan. Pengetahuan dan pemahaman yang meningkat ini terjadi karena siswa mampu menemukan jawaban atas permasalahan dan pertanyaan dari diajukan guru ataupun yang diajukan siswa lainnya melalui pembelajaran Problem Posing, sehingga siswa akan lebih termotivasi untuk mengetahui jawaban yang benar atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan guru atau siswa.

Hasil penelitia n ini menunjukkan bahwa melalui Problem Posing pembelajaran akan lebih efektif karena pemahaman siswa terbukti lebih


(56)

meningkat (dengan rata-rata nilai akhir pada siklus III sebesar 74,62). Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran memerlukan variasi dalam metode penyampaiannya. Setiap metode pembelajaran memiliki kelebihan dan kekurangan. Kekurangan dari suatu metode dapat ditutup dengan metode lainnya. Oleh karena itu tidak ada metode mengajar yang paling baik dengan demikian guru tidak hanya menggunakan satu metode saja dalam proses mengajarnya, tetapi dapat menggunakan beberapa metode. Metode pembelajaran yang monoton yaitu dengan metode ceramah, terbukti tidak cukup membantu siswa memahami materi pelajaran sepenuhnya (terbukti dari hasil penilaian post test I hanya memperoleh rata-rata hasil belajar sebesar 67,69). Dalam praktiknya metode mengajar tidak bisa berdiri sendiri, oleh karena itu suatu metode harus dikombinasikan dengan metode yang lain. Kombinasi metode antara dua sampai tiga metode mengajar merupakan suatu keharusan dalam proses belajar mengajar, setiap metode bila digunakan dengan tepat akan menjadi metode yang baik (Sudjana, 2002).

Proses pembelajaran di SMP harus mulai lebih ditekankan pada penerapan prinsip-prinsip belajar kognitif. Implikasi teori belajar kognitif dalam pengajaran biologi adalah memusatkan kepada berpikir atau proses mental anak, dan tidak sekedar kepada hasilnya. Siswa secara aktif harus membangun pengetahuan sendiri. Salah satu bentuk pembelajaran yang berorientasi pada pemahaman yang lebih luas adalah pembelajaran dengan Problem Posing. Agar pembelajaran dapat berjalan dengan baik, maka siswa terlebih dahulu dilatih keterampilan-keterampilan sebelum pembelajaran itu


(57)

digunakan. Hal ini dilakukan agar siswa telah memiliki keterampilan yang diperlukan untuk strategi pembelajaran Problem Posing. Keterampilan yang dilatih seperti mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan atau menanggapi, mencari solusi permasalahan, menyampaikan ide atau pendapat, mendengarkan secara aktif, dan sebagainya.

Dalam rangka mengaktifkan siswa agar memperoleh pemahaman yang lebih baik dalam proses pembelajaran, maka guru harus menggunakan metode yang bervariasi. Sangat dianjurkan agar guru menggunakan kombinasi metode mengajar setiap kali mengajar (Sudjana, 2002). Sebab untuk dapat melakukan proses pembelajaran yang baik guru dapat memilih dan menggunakan beberapa metode mengajar. Metode mengajar banyak sekali jenisnya, masing-masing metode mempunyai kelebihan dan kekurangan. Kekurangan suatu metode dapat ditutup dengan metode mengajar yang lain sehingga guru dapat menggunakan beberapa metode mengajar dalam melakukan proses belajar mengajar. Pemilihan suatu metode perlu memperhatikan beberapa hal seperti materi yang akan disampaikan, tujuan pembelajaran, waktu yang tersedia dan siswa serta hal- hal yang berkaitan dengan proses belajar mengajar.

Belajar merupakan kegiatan aktif siswa dalam membangun makna atau pemahaman. Oleh karena itu, guru perlu memberikan motivasi kepada siswa untuk memanfaatkan segenap potensinya dalam membangun gagasan. Dalam konteks ini tanggung jawab belajar ada pada diri siswa. Sementara itu, guru bertanggung jawab menciptakan situasi yang mendorong terjadinya prakarsa, motivasi, dan tanggung jawab siswa untuk belajar sepanjang hayat. Untuk


(58)

dapat melakukan tugas ini, prinsip-prinsip kegiatan belajar mengajar dan pemberian motivasi dalam kurikulum berbasis kompetensi hendaknya dipahami dan dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab. Prinsip-prinsip tersebut meliputi (Pusat Kurikulum, 2006):

1. Kegiatan belajar berpusat pada siswa, kegiatan belajar yang memusatkan perhatian pada siswa diindikasikan oleh tingginya perhatian terhadap keragaman yang dimiliki siswa, baik keragaman kemampuan, bakat, minat, sikap, maupun latar belakang keluarga. Oleh karena itu KBM hendaknya memperhatikan keragaman siswa ini melalui program-programnya.

2. Belajar dengan melakukan, konsepsi learning by doing artinya para siswa tidak hanya dicekoki dengan sejumlah informasi melalui metode ceramah, akan tetapi mereka justru ditantang untuk lebih banyak mempraktekan konsep atau teori dalam kegiatan pembelajaran dan kehidupannya sehari-hari.

3. Mengembangkan kemampuan sosial, pemahaman siswa akan lebih mudah

jika mereka difasilitasi untuk mengemukakan berbagai gagasannya terhadap siswa lain dan guru. Melalui langkah seperti ini, interaksi antara siswa dengan lingkungan sosialnya akan semakin kuat. Oleh karena itu, metode diskusi, saling bertanya, dan saling menjelaskan akan memupuk kemampuan siswa mengkomunikasikan gagasannya. Melalui forum ini pula para siswa dilatih untuk menerima dan menghargai pendapat orang lain serta tidak memaksakan pendapatnya sendiri.


(59)

4. Mengembangkan keingintahuan, imajinasi, dan fitrah bertuhan, rasa ingin tahu dan imajinasi sebagai modal dasar untuk bersikap peka, kritis, mandiri, dan kreatif perlu dikembangkan secara optimal dalam kegiatan pembelajaran di sekolah. Sementara itu, fitrah bertuhan juga perlu dikembangkan sebagai bagian tak terpisahkan dari hakekat keberadaan manusia sebagai mahluk Tuhan.

5. Mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, ada pepatah yang

mengatakan bahwa orang berhasil bukanlah orang yang tidak punya masalah, akan tetapi orang yang dapat mengatasi masalah. Sejalan dengan pepatah di atas, keterampilan pemecahan masalah perlu dilatih sejak dini, sehingga para siswa akan termotivasi untuk secara aktif mencari jawaban atas permasalahannya dengan prosedur ilmiah. Dalam hal ini, KBM perlu dipilih dan dirancang agar mampu mendorong dan melatih siswa untuk mampu mengidentifikasi dan memecahkannya dengan menggunakan kemampuan kognitif dan meta kognitif.

6. Mengembangkan kreatifitas siswa, keharusan untuk mengembangkan

kreatifitas siswa, terutama karena memang para siswa memiliki potensi untuk berbeda. Perbedaan ini akan dapat dilihat dari pola pikir, daya imajinasi, fantasi, dan hasil karyanya. Akibatnya KBM perlu dipilih dan dirancang agar memberikan kesempatan dan kebebasan berkreasi secara berkesinambungan.

Menurut Slameto (1991), pemilihan metode pembelajaran yang cocok diterapkan pada siswa perlu memperhatikan beberapa hal. Pemilihan metode


(60)

mengajar perlu memperhatikan hal- hal sebagai berikut : 1) Tujuan pengajaran yaitu tingkah laku yang diharapkan dapat dinampakkan siswa setelah proses belajar mengajar, 2) Materi pengajaran yaitu bahan yang disajikan dalam pengajaran, 3) Besar kelas (jumlah siswa) yaitu banyaknya siswa yang mengikuti pelajaran dalam kelas yang bersangkutan, 4) Kemampuan siswa yaitu kemampuan siswa untuk menangkap dan mengembangkan bahan pelajaran yang disampaikan, 5) Kemampuan guru atau dosen atau instruktur yaitu kemampuan dalam menggunakan berbagai jenis metode pengajaran, 6) Fasilitas yang tersedia, 7) Waktu yang tersedia.

Pemilihan strategi pembelajaran Problem Posing lebih

menguntungkan karena strategi ini menuntut siswa untuk memiliki pemahaman yang lebih baik karena perannya untuk mencari pemecahan masalah, mencari jawaban atas pertanyaan, dan memberikan pertanyaan bagi siswa lain. Pembelajaran dengan metode Problem Posing dapat membantu siswa dalam memperkaya pengetahuannya dan dapat mengembangkan kreativitas belajar, sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan wawasan siswa. Hal ini terbukti dengan adanya peningkatan hasil belajar biologi siswa menjadi rata-rata sebesar 74,62 setelah pembelajaran metode Problem Posing. Hal ini menunjukkan bahwa metode pembelajaran Problem Posing memiliki efektifitas dalam meningkatkan hasil belajar. Secara teori beberapa manfaat model pembelajaran aktif dalam proses pembelajaran antara lain (Roger dan Johnson, 1994) adalah: 1) Dapat melibatkan siswa secara aktif dalam mengembangkan pengetahuan, sikap, dan ketrampilannya dalam suasana


(61)

belajar mengajar yang bersifat terbuka dan demokratis. 2) Dapat mengembangkan aktualisasi berbagai potensi diri yang telah dimiliki siswa. 3) Dapat mengembangkan dan melatih berbagai sikap. Nilai, dan ketrampilan-ketrampilan sosial untuk diterapkan dalam kehidupan di masyarakat. 4) Siswa tidak hanya sebagai obyek belajar melainkan juga sebagai subyek belajar karena siswa dapat menjadi tutur sebaya bagi siswa lainnya. 5) Siswa dilatih untuk bekerja sama, karena bukan materi saja yang dipelajari tetapi juga tuntutan untuk mengembangkan potensi dirinya secara optimal bagi kesuksesan kelompoknya. 6) Memberi kesempatan kepada siswa untuk belajar memperoleh dan memahami pengetahuan yang dibutuhkan secara langsung, sehingga apa yang dipelajarinya lebih bermakna bagi dirinya.

Pembelajaran dengan Problem Posing dimaksudkan untuk lebih

memotivasi siswa dalam belajar dan berperan aktif dalam mengikuti pelajaran. Antusias siswa dalam mengikuiti pelajaran ini tentu akan diikuti dengan perhatian yang lebih baik dari siswa, sehingga pemahaman siswa akan lebih meningkat.


(62)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data, maka diambil kesimpulan sebagai berikut:

Pembelajaran dengan strategi Problem Posing pokok bahasan

ekosistem dapat meningkatkan hasil belajar biologi pada siswa kelas VIIE SMP Muhammadiyah 5 Surakarta tahun ajaran 2007/2008. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar post test I (67,69) yang menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan nilai awal (55,90), kemudian rata-rata hasil belajar post test II (71,03) menunjukkan adanya peningkatan dibandingkan hasil post test I (67,69), dan hasil belajar post test III lebih meningkat dengan mencapai rata-rata sebesar 74,62. Peningkatan hasil belajar ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan metode Problem Posing efektif dalam meningkatkan hasil belajar biologi siswa.

B. Saran

1. Saran bagi guru

a. Guru disarankan untuk sering berlatih dalam memadukan beberapa metode mengajar, agar dapat meningkatkan kualitas pembelajaran, serta lebih kreatif dalam mengembangkan strategi pembelajarannya, khususnya dalam menggunakan metode Problem Posing.


(63)

b. Guru perlu melaksanakan penyususun program secara lebih tepat dan rinci untuk memperbaiki atau mengembangkan proses pembelajaran dengan metode yang lebih cocok bagi siswa

c. Guru diharapkan selalu melakukan evaluasi berkala yang terjadwal yang difokuskan pada evaluasi proses dan hasil. Evaluasi proses diarahkan pada tingkat keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran. d. Sebaiknya guru memiliki kemampuan mengendalikan kelas.

e. Guru harus bisa mengusai materi. 2. Saran bagi siswa

a. Selalu bersedia dan antusias dalam mengikuti pembelajaran dengan metode Problem Posing, karena dengan metode ini pemahaman siswa akan lebih meningkat.

b. Siswa harus selalu mengikuti petunjuk dan arahan yang diberikan guru.

3. Kepada institusi sekolah

a. Diharapkan selalu menyediakan sarana dan sarana pembelajaran,

perpustakaan, buku-buku paket, dan buku penunjang karena hal tersebut sangat penting bagi suksesnya pembelajaran dengan metode Problem Posing.

b. Diharapkan selalu mengikutsertakan para guru untuk mengikuti

pelatihan-pelatihan yang sering diadakan oleh Dinas Pendidikan Nasional setempat


(64)

4. Bagi penelitian berikutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi bagi penelitian lanjutan untuk melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang metode pembelajaran lain yang lebih cocok dengan tipe belajar siswa.


(65)

DAFTAR PUSTAKA

Ad. Rooijakkers. 1991. Mengajar dengan Sukses Petunjuk untuk Merencanakan dan Menyampaikan Pelajaran. Jakarta : PT. Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Amin Suyitno. 2004. Model Pembelajaran Matematika. Semarang : Depdiknas.

Anita Lie . 2004. Cooperatif Learning : Mempraktekkan Cooperatif Learning di Ruang-ruang Kelas. Jakarta : PT. Raja Widia Sarana Indonesia.

Arief S. Sadiman. 2002. Media Pendidikan. Jakarta : PT Raja Grafindo Persada.

A. Suhaenah Suparno. 2001. Membangun Kompetensi Belajar. Jakarta :

Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.

Darsono, Sugandhi, Martensi, Sutadi dan Nugroho. 2004. Belajar dan

Pembelajaran. Semarang : IKIP Semarang Press.

Dimyati dan Mudjiono.1999..Belajar dan Pembelajaran. Jakarta : Rineka Cipta. Fudyartanto. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Yogyakarta :

Global Pustaka Utama.

Hilda Karlin dan Margaretha. 2002. Implementasi Kurikulum Berbasis

Kompetensi II. Bandung : Bina Media Informasi.

Joyce dan Well J Mandalika. 1999. Belajar dan Pembelajaran I. Surabaya : University Press UNESA.

Kemmis and McTaggart. 1994. The Action Research Planner. Dekain University.

Martinus Yamin. 2006. Profesionalisme Guru dan Implementasi Kurikulum

Berbasis Kompetensi . Jakarta : Gaung Persada Press.

Muhibbin Syah. 2002. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung : Remadja Rosda Karya.

Muslimin Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Suarabaya : University. Nana Sudjana. 1995. Dasar-Dasar Proses Belajar. Bandung : Sinar Baru.

Nurhadi. 2004. Kurikulum 2004 (Pertanyaan dan Jawaban). Jakarta: PT. Grasindo.


(66)

Robert Slavin. 1995. Cooperatif Learning Theory Reaserch and Practice. Boston : Allyn and Bacon.

Roestiyah N.K. 2001. Strategi Belajar Mengajar (Salah Satu Unsur Pelaksanaan Strategi Belajar Mengajar, Teknik Penyajian). Jakarta : Rineka Cipta. Roger dan David Johnson. 2000. Learning Method. Jakarta : Gunung Agung. Sardiman. 2001. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Bandung : Raja

Grafindo Persada.

Slameto. 1991. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Surakarta : UNS Press.

Sudjana. 2002. Statistik Penelitian Pendidikan. Bandung : Tarsito.

Suharjono . 2006 . Penelitian Tindakan Kelas Sebagai Kegiatan Pengembangan Profesi Guru . Jakarta : Bumi Aksara.

Suharsimi Arikunto. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Sumadi, Suryabrata. 1995 . Psikologi Pendidikan. Jakarta : rajawali.

Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas Beserta Sistematika Proposal dan Laporannya. Jakarta : Bumi Aksara.

Syaiful Bahri Djamarah. 2000. Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif. Jakarta : Rineka Cipta.


(67)


(1)

Lampiran 10

Penilaian Ranah Afektif pada Pembelajaran dengan

Problem

Posing

Siklus I Skor Siklus II Skor

No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total I 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total II

1 4 4 5 5 4 4 4 4 4 4 42 5 5 4 2 4 4 5 3 4 3 39

2 5 4 3 5 4 3 5 3 3 4 39 3 4 3 5 4 4 4 3 5 5 40

3 5 5 3 5 5 4 5 3 3 3 41 5 3 5 5 5 3 3 4 2 3 38

4 5 4 4 4 3 4 4 4 3 3 38 5 4 4 3 3 4 5 3 4 4 39

5 5 4 4 4 3 4 3 5 5 4 41 3 4 4 4 3 5 5 2 4 2 36

6 4 3 4 4 5 4 2 4 4 3 37 3 3 3 5 5 4 2 2 4 2 33

7 5 4 4 3 4 3 5 4 4 4 40 3 3 3 5 4 5 4 3 3 3 36

8 4 3 3 5 3 3 3 3 3 3 33 3 3 3 5 3 3 3 3 3 5 34

9 5 5 4 5 4 2 3 3 4 3 38 4 5 4 5 4 5 5 4 3 3 42

10 5 5 3 3 4 2 4 3 3 3 35 5 4 3 3 4 3 3 3 4 5 37

11 5 4 4 3 5 4 3 5 4 2 39 4 4 4 4 3 5 5 3 3 3 38

12 4 5 4 3 3 4 3 4 5 4 39 3 3 3 5 5 4 4 3 4 5 39

13 5 3 3 3 3 3 5 3 3 3 34 4 4 5 5 3 5 5 5 5 5 46

14 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 46 4 3 4 3 5 5 2 4 3 5 38

15 3 3 5 5 4 4 3 4 3 3 37 5 5 4 5 4 4 4 4 3 3 41

16 3 3 3 4 4 4 3 3 5 5 37 3 4 3 5 4 4 4 5 4 3 39

17 4 4 4 3 3 3 3 3 4 5 36 5 3 5 5 5 3 4 5 3 5 43

18 5 3 5 4 4 5 3 3 2 2 36 5 5 3 4 3 3 5 5 4 2 39

19 5 4 5 5 5 5 4 5 3 4 45 4 5 4 5 3 3 3 4 5 4 40

20 4 2 4 4 4 2 5 4 4 3 36 5 5 5 5 3 3 5 3 3 3 40

21 5 5 3 3 5 4 4 4 5 5 43 5 5 4 4 5 4 5 4 5 5 46

22 3 3 3 4 3 3 3 3 3 3 31 5 5 5 5 4 3 3 4 3 3 40

23 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 44 5 3 3 4 4 4 3 3 5 5 39

24 3 4 3 3 3 3 5 5 5 5 39 5 4 4 5 3 3 3 3 4 5 39

25 5 5 5 4 5 5 4 4 5 3 45 5 3 5 4 4 5 3 3 2 2 36

26 5 3 3 4 4 5 3 5 3 3 38 5 4 5 5 5 5 4 5 3 4 45

27 5 4 5 5 4 4 4 3 4 5 43 5 5 4 5 4 5 5 4 4 3 44

28 3 5 5 3 3 4 3 3 4 4 37 5 5 3 3 4 4 4 4 5 5 42

29 3 3 3 3 4 4 5 4 4 4 37 3 5 5 4 3 3 3 3 3 3 35

30 4 4 4 4 2 3 4 3 3 5 36 4 4 4 5 5 5 4 4 4 5 44

31 4 3 5 5 3 3 4 5 4 5 41 3 4 4 5 3 3 5 5 5 5 42

32 4 3 3 5 4 3 4 4 2 4 36 5 5 4 5 5 5 4 4 5 3 45

33 2 4 3 3 5 4 5 5 5 3 39 5 5 5 4 4 5 3 5 3 3 42

34 2 3 5 3 2 3 3 3 3 3 30 5 5 5 5 2 2 4 3 4 5 40

35 3 3 5 5 3 3 5 2 2 2 33 3 5 5 3 3 4 5 5 4 4 41

36 3 3 4 4 3 3 3 3 4 3 33 3 3 4 5 5 4 5 4 4 4 41

37 3 3 3 4 4 2 5 5 5 5 39 4 4 5 5 5 5 4 5 3 5 45

38 2 3 3 5 5 3 3 3 3 3 33 4 3 4 5 3 3 5 5 4 5 41

39 3 3 3 3 5 3 3 5 4 5 37 4 3 5 5 4 5 4 4 5 4 43

Keterangan 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

= Membawa buku = Membaca buku = Ketekunan membaca = Membuat permasalahan = Menjawab pertanyaan = Menghargai pendapat teman = Memperhatikan

= Tanggung jawab = Kerja sama = Kedisiplinan


(2)

Lanjutan Lampiran 10

Siklus III

Skor

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Total III

5 5 4 5 4 4 5 5 5

4

46

3 5 5 4 5 5 5 4 5

4

45

4 5 5 5 3 5 5 4 5

5

46

3 4 3 4 5 5 4 4 3

3

38

5 4 5 5 4 4 3 3 3

3

39

4 3 5 5 5 5 5 5 5

5

47

5 4 5 4 5 5 4 5 5

5

47

5 3 4 4 4 4 5 5 3

5

42

4 3 5 4 4 4 2 4 3

3

36

4 4 4 5 5 4 5 5 5

5

46

3 4 5 5 4 3 3 3 5

5

40

4 3 5 4 5 3 3 4 4

4

39

5 3 3 4 4 3 3 4 3

4

36

4 4 5 5 5 4 5 4 5

5

46

5 5 5 5 5 4 4 4 5

3

45

5 5 5 5 5 3 5 5 5

5

48

5 4 5 5 3 5 5 5 4

4

45

3 3 5 5 5 5 3 5 4

3

41

5 3 3 5 4 4 3 3 5

5

40

4 3 5 5 5 5 5 5 3

3

43

2 3 3 4 4 4 3 5 4

5

37

3 3 5 5 5 5 4 3 4

4

41

5 4 4 4 4 5 4 3 5

5

43

3 5 3 5 5 5 3 4 4

3

40

5 3 5 4 5 5 5 4 5

4

45

4 5 4 5 5 5 4 5 5

3

45

5 5 5 5 5 5 5 4 5

5

49

4 5 5 4 5 5 5 3 3

4

43

5 3 3 4 4 4 5 5 4

4

41

4 4 5 5 4 4 3 3 4

4

40

5 5 5 3 4 4 4 3 5

5

43

3 5 4 3 4 4 4 5 4

4

40

5 4 5 5 5 5 5 5 3

5

47

5 4 5 5 4 5 4 4 4

3

43

5 3 3 5 4 4 5 5 5

5

44

4 4 3 5 5 5 4 3 3

3

39

2 3 5 5 5 4 5 5 4

5

43

3 3 5 5 5 5 3 3 4

4

40


(3)

Lanjutan Lampiran 10

Tabulasi Penilaian Ranah Afektif

Siklus

No

I

II

III

Jumlah

Rata2

1

42

39

46

127

42.3

2

39

40

45

124

41.3

3

41

38

46

125

41.7

4

38

39

38

115

38.3

5

41

36

39

116

38.7

6

37

33

47

117

39.0

7

40

36

47

123

41.0

8

33

34

42

109

36.3

9

38

42

36

116

38.7

10

35

37

46

118

39.3

11

39

38

40

117

39.0

12

39

39

39

117

39.0

13

34

46

36

116

38.7

14

46

38

46

130

43.3

15

37

41

45

123

41.0

16

37

39

48

124

41.3

17

36

43

45

124

41.3

18

36

39

41

116

38.7

19

45

40

40

125

41.7

20

36

40

43

119

39.7

21

43

46

37

126

42.0

22

31

40

41

112

37.3

23

44

39

43

126

42.0

24

39

39

40

118

39.3

25

45

36

45

126

42.0

26

38

45

45

128

42.7

27

43

44

49

136

45.3

28

37

42

43

122

40.7

29

37

35

41

113

37.7

30

36

44

40

120

40.0

31

41

42

43

126

42.0

32

36

45

40

121

40.3

33

39

42

47

128

42.7

34

30

40

43

113

37.7

35

33

41

44

118

39.3

36

33

41

39

113

37.7

37

39

45

43

127

42.3

38

33

41

40

114

38.0

39

37

43

43

123

41.0

Jumlah

1483

1567

1661

4711

1570.3


(4)

Lampiran 11

CATATAN LAPANGAN

Rekapitulasi hasil catatan lapangan

Aktifitas siswa selama pembelajaran.

Pada siklus I masih banyak siswa yang ramai dalam proses

pembelajaran, siswa yang diam, dan siswa yang mengganggu teman serta siswa

yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, masih kesulitan dalam membuat

permasalahan dan sulit mengemukakan ide dan gagasannya, kelas masih

didominasi oleh siswa yang pandai sehingga dalam menjawab pertanyaan siswa

masih monoton. Hal ini dikarenakan siswa masih dalam proses adaptasi terhadap

metode pembelajaran yang dianggap baru bagi siswa. Pada siklus II siswa yang

ramai mulai berkurang dan mulai aktif mengikuti proses pembelajaran, siswa

sudah lebih baik dalam membuat permasalahan dari siklus sebelumnya, karena

pada siklus II para siswa sudah mulai memahami tahap-tahap dalam proses

pembelajaran. Pada siklus III hampir seluruh siswa sudah dapat mengikuti

kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pembelajaran

Problem Posing

.


(5)

Lampiran 12

FOTO PELAKSANAAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

Peneliti Menerangkan Pembelajaran

Problem Posing

Siswa Mencari Permasalahan


(6)

Membagikan Soal Post Tes

Mengerjakan Soal Post Tes


Dokumen yang terkait

PENERAPAN PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS ARTIKEL UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS DAN HASIL BELAJAR BIOLOGI PADA SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 6 KOTA MALANG

0 12 28

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING DENGAN MEDIA POWER POINT UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN BIOLOGI KELAS VII SMP NEGERI SATU ATAP MERJOSARI

0 5 22

PENERAPAN PEMBELAJARAN KOOPERATIF KONSTRUKTIVISTIK UNTUK MENINGKATKAN MOTIFASI DAN PRESATASI SISWA POKOK BAHASAN FOTOSINTESIS KELAS II BELAJAR SMP MUHAMMADIYAH 06 DAU BATU

0 5 2

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN AUDITORY INTELLECTUALLY REPETITION (AIR) UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA POKOK BAHASAN LOGIKA MATEMATIKA SISWA KELAS X API 1 SMK NEGERI 1 SUKORAMBI TAHUN AJARAN 2011/2012

0 6 16

ENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENGURANGI KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATEMATIKA POKOK BAHASAN SISTEM PERSAMAAN LINEAR KELAS X-2 SMA NEGERI GRUJUGAN SEMESTER GANJIL TAHUN AJARAN 2010/2011

0 13 19

ENERAPAN PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL PADA POKOK BAHASAN ARITMATIKA SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VII A SEMESTER GASAL SMP NEGERI 2 WULUHAN JEMBER TAHUN AJARAN 2011/2012

0 7 19

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN PEMECAHAN MASALAH BERBASIS PETA KONSEP PADA SUB POKOK BAHASAN KELILING DAN LUAS LINGKARAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIIIA SEMESTER GENAP SMP NEGERI 4 JEMBER TAHUN AJARAN 2008/2009

0 11 18

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN ROPES (REVIEW, OVERVIEW, PRESENTATION, EXERCISE, SUMMARY) PADA POKOK BAHASAN PERSAMAAN GARIS LURUS UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII G DI SMP N 1 KALIBARU TAHUN AJARAN 2012/2013

2 18 17

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA POKOK BAHASAN FAKTORISASI ALJABAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN TEAMS GAME TOURNAMEN (TGT) SISWA SMP MUHAMMADIYAH 1 TERNATE TAHUN PELAJARAN 2015/2016

0 0 18

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN FISIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING PADA SISWA KELAS X.3 SMAN 1 KINALI

0 0 10