Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat

(1)

PENGARUH MODEL EXPERIENTIAL LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI

(Quasi Eksperimen pada Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat)

Skripsi

Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

Oleh Ana Pratiwi Putri NIM 1111018300005

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN) SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA 2016


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

i ABSTRAK

Ana Pratiwi Putri (1111018300005). Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat, Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh model Experiential Learning terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan September 2015. Model penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuasi eksperimen dengan design Non-Randomized Control Group Prestest and

Posttest Design. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan teknik

purposive sampling. Sampel penelitian kelas A (kelas eksperimen) sejumlah 30

orang siswa dan kelas B (kelas kontrol) sejumlah 30 orang siswa. Berdasarkan uji –t pada data data posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol dengan taraf signifikansi 0,05%, nilai probabilitas lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000<0,05), dapat disimpulkan bahwa pada kelompok eksperimen terdapat perbedaan keterampilan menulis karangan deskripsi antara sebelum dan sesudah dilakukan perlakuan. Artinya, terdapat pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dan terdapat respon siswa yang baik yaitu 94,66 % terhadap penggunaan model experiential learning dalam pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Kata kunci : Keterampilan Menulis, Karangan Deskripsi, Model Experiential


(7)

ii ABSTRACT

Ana Pratiwi Putri (1111018300005). Influence of Experiential Learning Model to Writing Skill of Description Essay of V grade student in Cengkareng Timur 15 Pagi Elementary School, West Jakarta. Faculty of Tarbiya and sciences, Jakarta Islamic State University Syarif Hidayatullah, 2015.

This reseach purpose to find out the influence of writing skill of description essay of V grade student in Cengkareng Timur 15 Pagi Elementary School, West Jakarta. This reseach started from September 2015. The reseach model in this reseach is experimental quation with Non-Randomized Control Group Pretest Posttest design. Technique of sampling are purposive sampling. Sample of reseach in A class (experiment class) are 30 student and B class (control classs) are also 30 student. Based on t-test at post test data of experiment class and control class with signification standat at 0,05%, probability value are smaller than lebih signification standard (0,000<0,05). The conclusion, there are difference of writing skill of description essay between beforeand after threatment. It means, the is an influence of writing skill of description essay and

there is a good respond from student around more than 94,66 % toward use of

experiential learning model in essay writing learning.


(8)

iii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmaanirrrahiim

Segala puji dan syukur penulis hanturkan kepada Allah SWT, yang telah menganugerahkan segala nikmat beserta limpahan taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam tak lupa selalu tercurah kepada Baginda Nabi Muhammad Saw yang telah telah membimbing ummatNya menuju jalan yang diridhai Allah SWT.

Dalam penyusunan skripsi ini, penulis menyadari sepenuhnya tidak akan terwujud tanpa adanya bantuan dari banyak pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terimakasih yang tak terhingga atas segala bimbingan, dorongan dan motivasi dari berbagai pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi. Ucapan terima kasih khususnya penulis sampaikan kepada:

1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, M.A., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Dr. Fauzan, M.A., selaku wakil Dekan III Fakultas Ilmu Tarbiyah dan

Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan arahan, motivasi dan inspirasi.

3. Dr. Khalimi, M.Ag., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang senantiasa memberikan doa, dukungan, arahan, motivasi, inspirasi dan semangat.

4. Asep Ediana Latip, M.Pd., selaku sekretaris Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidayah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan doa, semangat, motivasi dan juga sabar meluangkan waktunya guna menjawab dan mengarahkan penulis khususnya dalam birokrasi yang berkaitan dengan jurusan.


(9)

iv

5. Rosida Erowati, M.Hum., selaku Dosen Pembimbing skripsi yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan, arahan, semangat, dukungan, memotivasi dengan tulus dan sabar sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan sebaik-baiknya.

6. Dr. Didi Suprijadi, M.M., selaku Dosen Penasehat Akademik Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan selama proses perkuliahan.

7. Seluruh DosenFakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK)UniversitasIslam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah memberikan ilmunya sehingga penulis mampu menyelesaikan studi di bangku perkuliahan dengan sebaik-baiknya.

8. H. Marzuki Alfatiri, S.Ag., selaku Kepala SDN CengkarengTimur 15 pagi Jakarta Barat, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukanpenelitian di sekolah tersebut.

9. Agus Sulaeman, S.Pd., dan Aris Setyoningsih, S.Pd., selaku guru kelas VA dan VB di SDN CengkarengTimur 15 Pagi Jakarta Barat, yang telah memberikan kesempatan kepada penulis pelaksanaan penelitian di kelas yang beliau ajar dan saran-saran yang membantu penulis dalam proses penelitian. 10.Seluruh siswa-siswi kelas VA dan VB, dewan guru dan karyawan SDN

Cengkareng Timur 15 pagi Jakarta Barat, yang selalu membantu dan memberikan arahan selama penulis melakukan penelitian.

11.Teristimewa untuk orangtuaku tercinta, Papah Sugeng Riadi dan Mamah Sri Winarti, yang tiada henti-hentinya mendoakan, memberikan limpahan kasih sayang, motivasi, moril maupun materil yang tidak mungkin terbalaskan pengobanannya.

12.Teruntuk orangtua keduaku terkasih, Papih Drs. Muhammad Yus Nursalam dan Mamih Mutia Purwanti, S.H., yang selalu mendoakan, memberikan kasih sayang, motivasi,dan inspirasi kepada penulis.

13.Kakak-Kakakku : Harwan Pandu Winata, Hery Prasetyo, S.ST., dan Adikku Muhammad Rifki dan juga kakak iparku Rosdiana, S.Pd., Yeni Fauziah dan


(10)

v

Muhammad Agha Nur, S.Pd., yang selalu memberikan semangat dan motivasi kepada penulis agar cepat menyelesaikan studi dan skripsinya dengan sebaik-baiknya.

14.Teruntuk teman hatiku Muhammad Andhika Nur, S.KH., terimakasih atas segala untaian doa, kasih sayang, kesabaran, kesetiaan, dukungan, semangat serta arahan yang senantiasa diberikan kepada penulis sedari dulu hingga kini dan nanti insya Allah.

15.Sahabat-sahabatku tersayang : Amalia Fauziah, Ade Suryani, Helda Mahdayani, Ratna Syarifah Mudaim, Shofa Widyani dan Sri Yulianingsih yang tiada henti-hentinya selalu memberikan doa, semangat dan dukungan semasa perkuliahan, awal penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini. Semoga persahabatan kita abadi yaa.

16.Sahabat-sahabat sepembimbinganku : Elis Robiatul Adawiyyah, Mona Sylviana Dewi, Fitri Ratnasari, dan Sharah Respati dan Muhammad Arif yang telah banyak membantu, memberi semangat dan memotivasi penulis.

17.Sahabat-sahabat terdekat sedari SMA “the sarrap family” : Lanny Karlina, Amd. Keb., Rida Farida, Amd. Keb., La Nova Ardiana, S. KM., Anes Astriani, Amd., Ira Maya Sari, S.Pd., Siti Mardianah, Amd. Keb., Mega Rizki Natiwi, S.E.Sy., dan Nurfi Laeli Az-Zahra, S.Pd. yang selalu memberi semangat, dukungan dan memotivasi penulis.

18.Teman-teman seperjuangan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah angkatan 2011. Terimakasih atas segala kenangan manis yang telah kalian ukir dalam ingatanku selama ini. Semoga kebersamaan dan tali silaturahiim kita akan terus berjalan dan tidak akan pernah terputus.

19.Staf perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, UNJ, UMJ, UHAMKA dan UT yang telah memberi kesempatan kepada penulis untuk mencari buku-buku sebagai bahan referensi penulisan skripsi ini.

20.Serta semua pihak yang terkait dan tidak dapat disebutkan satu-persatu. Atas segala bantuannya dalam menyelesaikan skripsi ini.


(11)

vi

Serta seluruh pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, semoga segala perhatian, doa, bimbingan, motivasi dan dukungannya dibalas oleh-Nya sebagai amalkebaikan. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, semua itu dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan pengalaman penulis. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran serta masukan yang membangun sebagai bahan perbaikandari berbagai pihak. Akhir kata,semoga skripsiini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca. Aamiin.

Jakarta, 17 Desember 2015


(12)

vii DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR LAMPIRAN ... xi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Pembatasan Masalah ... 6

D. Perumusan Masalah ... 6

E. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 6

BAB II KAJIAN TEORI A. DESKRIPSI TEORETIS…...8

1. Keterampilan Menulis a. Pengertian Pengertian Keterampilan Menulis ... 8

b. Tujuan Menulis ... 9

c. Tahap-tahap menulis ... 10

2. Karangan Deskripsi a. Pengertian Karangan ... 11

b. Macam-Macam Jenis Karangan ... 12

c. Karangan Deskripsi ... 13

d. Teknik Menulis Karangan Deskripsi ... 15

e. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi ... 16 3. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)


(13)

viii

(Experiential Learning) ... 16

b. Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 19

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 23

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 23

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) ... 24

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN ... 25

C. KERANGKA BERPIKIR ... 28

D. HIPOTESIS PENELITIAN ... 29

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian...30

B. Metode dan Desain Penelitian...31

C. Populasi, dan Teknik Pengambilan Sampel...32

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data...33

E. Instrumen Penelitian...35

F. Validitas...44

G. Variabel Penelitian...45

H. Teknik Analisis Data...45

I. Hipotesis Statistik...47

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum Tempat Penelitian...49

1. Profil SDN Cengkareng Timur 15 Pagi...49

2. Visi dan Misi SDN Cengkareng Timur 15 Pagi...50

B. Hasil Penelitian...50


(14)

ix

2. Deskripsi Data Posttest Kelompok Eksperimen dan Kontrol...58

3. Perbandingan Data Pretest dan Posttest Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...63

C. Hasil Analisis...65

1. Pengujian Prasyarat Analisis Data a. Uji Normalitas Pretest dan Posttest...65

b. Uji Homogenitas Pretest daan Posttest...67

2. Pengujian Hipotesis ...68

a. Uji-t Data Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...68

b. Uji-t Data Posttest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol...69

D. Pembahasan Hasil Penelitian ...71

1. Interpretasi Data ...71

2. Pembahasan ...72

a. Pertemuan Pertama Kelas Kontrol dan Eksperimen...73

b. Pertemuan Kedua Kelas Kontrol dan Eksperimen...75

c. Pertemuan Ketiga Kelas Kontrol dan Eksperimen...77

d. Pertemuan Keempat Kelas Kontrol dan Eksperimen ...79

E. Temuan Hasil Penelitian...83

F. Keterbatasan Penelitian ...83

BAB V SIMPULAN DAN SARAN A.Simpulan...85

B. Saran...85


(15)

x

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Waktu Penelitian ... 30

Tabel 3.2 : Desain Penelitian ... 32

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest kelas Eksperimen ... 36

Tabel 3.4 : Kisi-Kisi Soal Pretest dan Posttest kelas Kontrol ... 37

Tabel 3.5 : Aspek-Aspek yang dinilai dalam Menulis Karangan Deskripsi 39 Tabel 3.6 : Rubrik Penilaian Menulis Karangan Deskripsi ... 42

Tabel 3.7 : Kisi-Kisi Angket Respon ... 43 Tabel 4.1 : Daftar Nilai Pretest dan Posttest Keterampilan Menulis

Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...

52

Tabel 4.2 : Rangkuman Data Statistik Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ...

54

Tabel 4.3 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ...

55 Tabel 4.4 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan

Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ... 56 Tabel 4.5 : Rangkuman Data Statistik Nilai Posttest Keterampilan

Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ...

59

Tabel 4.6 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ...

60 Tabel 4.7 : Distribusi Frekuensi Perolehan Nilai Pretest Keterampilan

Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ... .... 62 Tabel 4.8 : Perbandingan Data Kelompok Eksperimen dan Kelompok

Kontrol ... 64 Tabel 4.9 : Hasil Uji Normalitas Pretest Kelompok Eksperimen dan

Kontrol ... 66 Tabel 4.10 : Hasil Uji Normalitas Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kontrol... 66 Tabel 4.11 : Hasil Uji Homogenitas Pretest Kelompok Eksperimen dan

Kontrol ... 67 Tabel 4.12 : Hasil Uji Homogenitas Posttest Kelompok Eksperimen dan

Kontrol ... 68 Tabel 4.13 : Hasil Uji-t Data Pretest Keterampilan Menulis Karangan

Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 69 Tabel 4.14 : Hasil Uji-t Data Posttest Keterampilan Menulis Karangan

Deskripsi Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol ... 70 Tabel 4.15 : Data Hasil Angket Respon Siswa dalam Pembelajaran

Menulis Karangan Deskripsi dengan Menggunakan Model Experiential Learning ...


(16)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 4.1: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ... 46 Gambar 4.2: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Pretest Keterampilan Menulis

Karangan Deskripsi Kelompok Kontrol ... 48 Gambar 4.3: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis

Karangan Deskripsi Kelompok Eksperimen ... 50 Gambar 4.4: Grafik Distribusi Frekuensi Nilai Posttest Keterampilan Menulis


(17)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang Masalah

Pembelajaran Bahasa Indonesia yang diajarkan di sekolah pada hakikatnya adalah pengajaran keterampilan berbahasa, bukan tentang bahasa. Keterampilan bahasa diarahkan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar, di antaranya meliputi empat aspek keterampilan berbahasa seperti keterampilan berbicara, menyimak, membaca dan menulis.

Setiap keterampilan erat sekali berhubungan dengan proses-proses yang mendasari bahasa. Terlihat jelas bahwa dari bahasa seseorang dapat mencerminkan pikirannya, semakin terampil seseorang berbahasa, semakin cerah dan jelas pula jalan pemikirannya. Oleh sebab itu untuk dapat berkomunikasi dengan baik, seseorang perlu belajar cara berbahasa yang baik dan benar. Pembelajaran tersebut menjadi lebih baik apabila dipelajari sedari bangku sekolah dasar dan berkesinambungan.

Pembelajaran menulis mempunyai sifat yang berkelanjutan perlu dilakukan secara berkesinambungan sejak sekolah dasar didasarkan oleh pemikiran bahwa, menulis merupakan keterampilan dasar bagi siswa sebagai bekal belajar menulis di jenjang berikutnya. Oleh karena itu, pembelajaran di sekolah perlu mendapat perhatian yang lebih sehingga dapat memenuhi tujuan keterampilan menulis yang diharapkan.

Keterampilan menulis dapat diperoleh hanya dengan melalui proses belajar mengajar, karena dalam menulis harus terampil dalam menggunakan kosakata, diksi, dan lain sebagainya dalam rangka tujuan penulisan. Hal tersebut harus dipelajari dan dilatih dengan sungguh-sungguh, karena keterampilan menulis tidak dapat diperoleh secara alamiah.


(18)

Para ahli pengajaran bahasa menempatkan posisi keterampilan menulis pada tataran paling tinggi dalam proses pemerolehan bahasa. Hal ini disebabkan keterampilan menulis merupakan keterampilan produktif yang hanya dapat diperoleh setelah membaca, menyimak dan berbicara.

Berdasarkan hasil pengamatan penulis di sekolah pada saat melaksanakan kegiatan observasi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada materi menulis karangan masih terdapat kesulitan. Pada saat peneliti melaksakan kegiatan wawancara secara tidak tersruktur kepada wali kelas VA dan VB mendapatkan kesimpulan yakni terdapat kira-kira 50% siswa yang masih memiliki kesulitan dalam menulis.1

Kesulitan awal terlihat sekali pada saat guru memberikan arahan kepada murid untuk menulis karangan. Banyak siswa yang ragu untuk menulis karangan dikarenakan mereka malu untuk mengekspresikan perasaan lalu menceritakan kembali pengalamannya dalam bentuk karangan, karangan yang dihasilkan hanyalah sedikit, banyak pula yang beralasan tidak adanya inspirasi, menganggap tidak berbakat untuk menulis karangan, merasa sulit untuk menuangkan ide dalam bentuk tulisan dan juga banyak terdapat kesalahan penulisan huruf dan EYD yang digunakan tidak tepat.

Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan juga mengemukakan, bahwa keterampilan menulis khususnya pada pengajaran mengarang belum terlaksana dengan baik di sekolah. Kelemahannya terletak pada cara guru mengajar. Umumnya kurang dalam variasi, tidak merangsang dan kurang pula dalam frekuensi. Pembahasan karangan siswa kurang dilaksanakan oleh guru. Sehingga murid-murid menganggap pembelajaran mengarang itu tidak penting atau belum mengetahui peranan mengarang bagi kelanjutan studi mereka.2

1

Hasil wawancara terhadap guru kelas VA VB SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat, Agus Sulaeman dan Aris Setyoningsih, Senin 10 Agustus 2015 pukul 08.00 WIB

2

Djago Tarigan dan Henry Guntur Tarigan, Teknik Pengajaran Keterampilan Berbahasa, (Bandung : Angkasa, 1998), h.186


(19)

3

Abdul khaj mengatakan di dalam kolom harian kompas bahwa tradisi menulis di Indonesia jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan tradisi membaca, terlebih di kalangan generasi muda. Rendahnya tradisi menulis menurut Abdul akibat rendahnya minat membaca. Beliau mengatakan kedua kegiatan menulis dan membaca saling mempengaruhi.3 Permasalahan umum salah satu alasan anak-anak pada saat ini

untuk malas menulis diantaranya juga tak luput dari peranan “gadget”.

Gadget dapat menyebabkan penurunan konsentrasi saat belajar. Konsentrasinya menjadi lebih pendek dan tidak peduli dengan lingkungan sekitar. Anak lebih senang berimajinasi seperti dalam tokoh game yang sering ia mainkan dengan menggunakan gadgetnya.4

Masalah yang peneliti temukan dalam proses pembelajaran secara umum tersebut tidak terlepas kaitannya dengan peranan guru pada mata pelajaran Bahasa Indonesia itu sendiri. Ketika pembelajaran dengan materi membuat karangan terlihat guru masih menekankan pada materi yang terdapat hanya di dalam buku. Guru belum menggunakan model atau media pembelajaran yang kreatif. Penggunaan model pembelajaran yang digunakan di dalam kelas hanya model pembelajaran yang konvensional sehingga guru lebih banyak menjadikan siswa objek dalam pembelajaran dan menyebabkan hanya komunikasi berlangsung satu arah saja.

Siswa juga kurang dituntut untuk menemukan atau mengkonstruksi sendiri pengetahuannya tetapi langsung menerima ilmu pengetahuan yang sudah jadi dari buku atau dari gurunya. Hal itu menyebabkan siswa menjadi malas, kurang kreatif, dan kritis dalam menanggapi sesuatu. Selain itu, kurangnya penggunaan model dan media pun menyebabkan siswa menjadi kurang antusias dan semangat dalam memulai pembelajaran.

3

Abdul Khaj, “Tradisi Menulis Lebih Rendah daripada Minat Baca”, dalam kompas , 2012 diakses pada 13 Agustus 2015 (http://edukasi.kompas.com)

4

Utami Sri Rahayu,”Dampak Negatif Gadget Pada Prestasi Anak”, dalam Kompas, 2013 diakses pada 8 September 2015 (http://female.kompas.com)


(20)

Apabila dalam proses pembelajaran siswa lebih banyak berpartisipasi aktif, bahkan siswa yang menemukan dan mengkonstruksi sendiri pengetahuannya maka hasilnya pun akan lebih memuaskan. Sebab apa yang ditemukan sendiri oleh siswa akan lebih membekas di dalam benak dan ingatannya. Jadi, tanpa harus guru menuntut untuk menghafal, dengan sendirinya siswa akan hafal atau mengingat apa yang telah ia pelajari atau temukan dengan sendirinya.

Melihat permasalahan tersebut maka upaya yang akan dilakukan peneliti dalam meningkatkan kemampuan menulis karangan siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi adalah dengan penggunaan model pembelajaran berbasis pengalaman atau experiential learning. Salah satu hakikat experiential learning adalah menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif, karena pengalaman mempunyai peranan sentral dalam proses belajar.

Sebagai sebuah model pembelajaran yang mengedepankan pengalaman pembelajar, experiential learning bertujuan untuk menciptakan sebuah peluang terhadap kecenderungan pribadi yang berharga dan mengesankan. Melalui pembelajaran berbasis pengalaman, peserta didik akan menjalani aktivitas yang menstimulasi dan menantang untuk bersibuk ria dengan tugas-tugas mereka sendiri.

Indriana Dina dalam bukunya yang berjudul Mengenal Ragam

Gaya Pembelajaran Efektif menuturkan bahwa experiential learning

adalah sebuah cara yang terjadi tiba-tiba, dengan menggunakan praktik pelatihan dan pengajaran yang tersituasikan dan mendorong perkembangan seseorang di sekolah.5

Pembelajaran experiential yang dicapai melalui pengalaman dan keterlibatan yang ditentukan secara personal dibandingkan dengan pengajaran atau latihan yang diterima, yang secara tipikal adalah berada dalam kelompok dengan melakukan observasi, mendengarkan, studi teori

5

Indriana Dina, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, (Jogjakarta: DIVA Press, 2011), h. 89


(21)

5

atau hipotesis atau beberapa transfer keterampilan maupun pengetahuan yang lain.6

Peranan pokok dari model experiential learning dalam pembelajaran antara lain untuk membangun keterampilan menulis karangan deskripsi siswa melalui pengalaman secara langsung dan melibatkan langsung siswa secara aktif. Pengalaman tersebut akan menjadi katalisator untuk membantu siswa mengembangkan keterampilan siswa dalam proses pembelajaran menulis karangan deskripsi.

Berdasarkan gambaran dari permasalahan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa dalam pembelajaran menulis karangan perlu adanya sebuah inovasi dalam penggunaan model pembelajaran yang dapat meningkatkan keterampilan menulis karangan deskripsi dalam pembelajaran tersebut khususnya pada siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Oleh sebab itu, penulis terdorong untuk melakukan penelitian dengan judul Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka penulis dapat mengidentifikasi masalah sebagai berikut:

1. Keterampilan menulis karangan siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi masih rendah, rata-rata kemampuan mereka pada saat menulis karangan di bawah standar KKM yaitu masih di bawah nilai 70.7

2. Guru kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi masih belum dapat menggunakan model pembelajaran dengan baik dan kurang bervariasi dalam proses belajar-mengajar.

6 Ibid., h. 84

7

Hasil wawancara terhadap guru kelas VA VB SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat, Agus Sulaeman dan Aris Setyoningsih, Senin 10 Agustus 2015 pukul 08.50 WIB


(22)

3. Kurangnya perhatian guru kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi terhadap keterampilan menulis karangan siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi.

4. Partisipasi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi dalam pembelajaran menulis karangan masih sangat kurang.

C. Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti. Untuk itu penelitian ini difokuskan pada masalah keterampilan menulis karangan deskripsi siswa dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning.

D.Perumusan Masalah

Dari identifikasi dan pembatasan masalah diatas maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat tahun ajaran 2015/2016?” 2. Apakah terdapat pengaruh model experiential learning terhadap

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat tahun ajaran 2015/2016?”

E.Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka ada tujuan yang ingin diperoleh dalam penelitian ini, yaitu: untuk menjelaskan Pengaruh Model Experiential Learning Terhadap Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi Siswa Kelas V SDN

Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Sementara itu, hasil penelitian


(23)

7

Untuk lebih jelasnya mengenai kedua manfaat tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

1. Manfaat teoretis

Sebagai sumbangan keilmuan bahan referensi belajar bagi pihak sekolah yang terlibat dalam proses pembelajaran.

2. Manfaat praktis a. Bagi siswa

Dapat memberikan pengetahuan, pengalaman, semangat, dorongan serta solusi untuk belajar lebih aktif lagi dalam setiap pembelajaran yang disampaikan oleh guru dan juga untuk mempermudah siswa dalam menerima pelajaran dan meningkatkan hasil belajarnya

b. Bagi guru

Penggunaan model experiential learning ini dapat dijadikan bahan masukan dalam memilih salah satu metode yang tepat yang dapat dipergunakan dalam pembelajaran di kelas sehingga dapat meningkatkan keaktifan, kekreatifan lagi bagi peserta didik dan juga pemahaman peserta didik sehingga tercapainya proses kegiatan belajar mengajar yang kreatif, aktif, inovatif dan menyenangkan.

c. Bagi Peneliti

Menambah pengetahuan, wawasan dalam penggunaan model

experiential learning sehingga di kemudian hari nanti dapat dijadikan

sebagai bahan latihan dan pengembangan proses belajar mengajar lagi. d. Bagi Pihak Lembaga atau Sekolah

Memberikan masukan pada sekolah yang berkaitan dengan penggunaan model pembelajaran experiential learning untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan sebuah pengajaran yang lebih baik.


(24)

(25)

8

BAB II KAJIAN TEORI

A. DESKRIPSI TEORETIS 1. Keterampilan Menulis

a. Pengertian Keterampilan Menulis

Keterampilan menulis merupakan tuntutan segala jaman, karena dengan menulis umur manusia akan semakin panjang. Keterampilan menulis bukan monopoli orang berbakat dan menulis juga bukanlah keterampilan yang diwariskan dari leluhur.1 Keterampilan menulis juga bukan merupakan kemampuan yang otomatis dibawa sejak lahir. Kompetensi menulis yang handal hanya dapat dicapai dengan jalan banyak berlatih menulis.2

Dindin Ridwanudin dalam bukunya yang berjudul Bahasa

Indonesia menuturkan bahwa menulis adalah kegiatan menulis dalam

menghasilkan suatu tulisan. Kegiatan tersebut diawali dengan memilih, memilah dan menyusun apa saja yang akan dinyatakan dalam tulisan, menulis pesan dalam bahasa tulis, dan menyempurnakan tulisan sebelum disampaikan kepada pembaca.3

Sedangkan, menurut Zuleha H. M. Saleh juga mengartikan bahwa menulis adalah rangkaian kegiatan seseorang yang meliputi pengungkapan ide-ide, gagasan, buah pikiran, pendapat yang baru yang bersumber dari pengalaman nyata penulisnya, dengan menggunakan kata-kata yang baik, disusun secara kronologis dengan mengggunakan EYD yang benar, sehingga dapat dipahami oleh pembaca.4

1

Isah Cahyani dan Hodijah, Kemampuan Berbahasa Indonesia Di Sekolah Dasar, (Bandung: UPI PRESS, 2008), h. 126

2

Solchan, Yetty Mulyati, dkk, Pendidikan Bahasa Indonesia di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2011), h. 9.9.

3

Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015), h. 167. 4

Zuleha H. M. Saleh, Terampil Menulis di Sekolah Dasar, (Tangerang : Pustaka Mandiri, 2013) h. 31.


(26)

Tarigan dalam bukunya Menulis Sebagai Suatu Keterampilan

Berbahasa juga mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang digunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan ini penulis haruslah terampil menggunakan kosakata, diksi, grafologi, struktur bahasa dan lain sebagainya dalam rangka mencapai tujuan penulisan. Keterampilan menulis tidak datang secara otomatis, melainkan harus melalui proses latihan dan praktik yang teratur.5 Berdasarkan paparan para penulis diatas maka dapat dikatakan bahwa keterampilan menulis adalah salah satu keterampilan berbahasa yang di gunakan sebagai media untuk berkomunikasi secara tidak langsung dalam bentuk tulisan. Dengan menulis, secara tidak bertatap muka pun dapat berkomunikasi dengan orang lain. Keterampilan menulis bukan monopoli orang berbakat dan menulis juga bukanlah keterampilan yang diwariskan dari leluhur, juga bukan merupakan kemampuan yang otomatis dibawa sejak lahir. Semua orang akan mampu menulis jika berlatih secara benar, karena dengan menulis kita dapat mengungkapkan ide-ide, gagasan, buah pikiran, pendapat yang baru yang bersumber dari pengalaman nyata. Dalam kegiatan menulis janganlah lupa untuk menggunakan kata-kata yang baik, disusun secara kronologis dengan mengggunakan EYD yang benar, sehingga dapat dipahami oleh pembaca.

b. Tujuan Menulis

Kegiatan menulis dilakukan dengan berbagai tujuan. Tujuan merupakan langkah awal yang penting dalam menulis. Tujuan penulisan adalah gambaran atau perencanaan menyeluruh yang akan mengarahkan penulis dalam melakukan tindakan menyelesaikan tulisannya.6

Syafi‟i dalam Dindin Ridwanudin mengemukakan bahwa tujuan

menulis antara lain sebagai berikut :

5

Henry Guntur Tarigan, Menulis Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung; Angkasa, 2008), h.3.

6

Mahmudah Fitriyah dan Ramlan Abdul Gani, Pembinaan Bahasa Indonesia (Jakarta : UIN Jakarta Press, 2007 h. 174.


(27)

10

1) Mengubah keyakinan atau pandangan pembaca

2) Menanamkan pemahaman terhadap sesuatu kepada pembaca 3) Memicu proses berpikir pembaca

4) Memberikan perasaan senang atau menghibur pembaca

5) Memberikan suatu informasi atau memberitahukan sesuatu kepada pembaca

6) Memicu motivasi7

Sedangkan tujuan pembelajaran menulis di sekolah dasar kelas tinggi khususnya untuk kelas V antara lain sebagai berikut :

a) Menulis karangan berdasarkan gambar seri yang diacak b) Menulis karangan dengan bahan yang tersedia

c) Menyusun karangan dengan menggunakan kerangka karangan d) Menulis kartu pos dengan benar

e) Menulis surat pribadi untuk berbagai keperluan dan tujuan dengan kalimat yang efektif

f) Menyusun laporan melalui tahapan yang benar

g) Menulis secara ringkas isi buku pengetahuan dari cerita dalam beberapa kalimat dengan kata-kata sendiri

h) Menulis kejadian penting dalam buku harian dengan ragam bahasa yang sesuai

i) Menuangkan ide/gagasan dalam bentuk poster sederhana dengan bahasa yang komunikatif

j) Menulis pengalaman pribadi berdasarkan prosa sederhana k) Menuangkan gagasan dalam bentuk puisi8

c. Tahap-Tahap Menulis

Setiap orang memiliki peluang yang sama dalam proses menulis, selama ia dapat melaksanakan kegiatan yang terdapat dalam tahapan

7

Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Ciputat : UIN Press, 2015), h. 166. 8


(28)

menulis. Tahap-tahapan dalam menulis menurut Murray dalam Dindin Ridwanudin antara lain sebagai berikut :

1) Tahap Pramenulis

Tahap ini merupakan tahap awal dari proses menulis. Pramenulis adalah persiapan untuk tahap menulis selanjutnya. Tahap memulai menulis yaitu dengan mengksplorasi (memilih, memilah, dan menyusun) yang telah diketahui dan ditemui untuk dituangkan dalam bentuk tulisan. Tiga kegiatan utama dalam tahap pramenulis, yakni : pemilihan topik, penentuan tujuan, bentuk dan pembaca tulisan.

2) Tahap Penulis

Tahap penulisan adalah kegiatan menuangkan atau mengembangkan topik menjadi suatu tulisan. Dalam hal ini, topik yang dirumuskan dalam tahap pramenulis dikembangkan menjadi tulisan. Meskipun kegiatan ini sudah menggunakan bahasa tulis, namun penekanan kegiatannya lebih difokuskan pada aspek tulisan dan pertimbangan dari aspek pembaca.

3) Tahap Pascamenulis

Tahap pasca menulis adalah kegiatan menulis menyempurnakan

draft (buram) sampai dihasilkan suatu tulisan yang layak dikomunikasikan

kepada orang lain (pembaca). Inti kegiatan ini adalah membaca ulang dan merevisi hasil penulisan dari aspek mekanisme dan kebahasaan. Apabila penulis menemukan kesalahan, makan dapat merevisi terhadap hasil penelitian itu. Oleh karena itu, tahap ini merupakan tahap akhir proses menulis.9

2. Karangan Deskripsi

a. Pengertian Karangan

Karangan adalah sebentuk tulisan yang mengungkapkan pikiran dan perasaan pengarang dalam satu kesatuan tema yang utuh. Karangan diartikan pula dengan rangkaian hasil pemikiran atau ungkapan perasaan

9


(29)

12

yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Dengan demikian mengarang berarti menuangkan ide yang ada dalam pikiran atau mengeluarkan ungkapan perasaan yang terpendam ke dalam bentuk tulisan.10

Disamping itu, Sudarno dan Eman A. Rahman yang mengatakan bahwa mengarang ialah bagian dari ekspresi secara tertulis. Segala kesan batin, baik pikiran, perasaan, maupun kemauan dapat dinyatakan dengan bahasa tulis.11

Berdasarkan paparan para penulis di atas dapat di simpulkan bahwa sesungguhnya karangan merupakan rangkaian hasil ekspresi atau pemikiran secara tertulis. Segala kesan batin, baik pikiran, perasaan, maupun kemauan atau ungkapan perasaan yang dituangkan dalam bentuk tulisan dengan menggunakan kalimat yang efektif dan diksi yang tepat.

b. Macam-Macam Jenis Karangan

Jenis karangan dapat dilihat dari cara penyajiannya. Nadjua A.S memaparkan sebagai berikut : 12

1) Karangan Deskripsi

Karangan deskripsi adalah karangan yang menggambarkan suatu objek dengan tujuan agar pembaca merasa seolah-olah melihat sendiri obyek yang digambarkan tersebut. Contohnya apabila karangan dengan pemandangan alam sebagai objek.

2) Karangan Narasi

Karangan narasi adalah karangan yang menceritakan suatu peristiwa atau kejadian dengan tujuan agar pembaca seolah-olah mengalami kejadian yang diceritakan tersebut. Contohnya dengan menuliskan cerita peristiwa sejak bangun tidur hingga mau tidur apa saja yang ia alami.

10

Nadjua A.S, Inti Sari Kata Bahasa Indonesia, (Surabaya, Triana Media, 2013), h.133.

11

Sudarno dan Eman A. Rahman, Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi Negeri, (Jakarta : Hikmat Syahid Indah, 1986), cet. I, h. 96.

12


(30)

3) Karangan eksposisi

Karangan eksposisi adalah karangan yang memaparkan sejumlah pengetahuan atau informasi dengan tujuan agar pembaca mendapat informasi dan pengetahuan yang sejelas-jelasnya.

2) Karangan Argumentasi

Karangan argumentasi adalah karangan yang bertujuan untuk membuktikan suatu kebenaran sehingga pembaca benar-benar menerima sekaligus meyakini kebenaran tersebut.

3) Karangan persuasi

Karangan persuasi adalah karangan yang berusaha untuk mempengaruhi pembaca dengan cara membujuk atau mengajak pembaca agar melakukan sesuatu sesuai dengan keinginan penulis.

c. Karangan Deskripsi

Kata deskripsi berasal dari bahasa latin describere yang berarti menggambarkan atau memberikan suatu hal. Dari segi istilah deskripsi adalah ragam wacana yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman, dan perasaan penulisnya agar menciptakan daya khayal bagi pembaca sehingga seolah-olah melihat, mengalami, dan merasakan sendiri apa yang dalami oleh penulis.13

Jauharoti Alfin, Muhammad Thori dan Sri Wahyuni mengemukakan bahwa dalam deskripsi harus melibatkan perasaan, sehingga pembaca merasa mengalami langsung apa yang kita alami, dan harus melatih diri untuk mengamati segala sesuatu di sekeliling kita dan menggambarkannya sampai hal yang sekecil-kecilnya. Untuk membuat deskripsi yang hidup maka hal-hal yang kecil jangan sampai lepas dari pengamatan sehingga dapat dituliskan dengan sedetail-detailnya.14

13

Kundharu Saddhono dan Y. Slamet, Pembelajaran Keterampilan Berbahasa Indonesia : Teori dan Aplikasi, (Yogyakarta : Graha Ilmu, 2014) h. 159.

14

Jauharoti Alfin. Muhammad Thori dan Sri Wahyuni, Bahasa Indonesia 1, edisi pertama, (Jakarta: LAPIS PGMI) h. 2008) h. 11-8.


(31)

14

Menurut alwasilah dalam mudrajad kuncoro, karangan deskripsi adalah bentuk tulisan yang melukiskan objek yang sebenarnya dengan tujuan untuk memperluas pengalaman dan pengetahuan pembaca. Hal yang menonjol pada karangan deskripsi adalah aspek pelukis objek yang sebenarnya tentang ciri, sifat atau hakikat sehingga pembaca dapat mengenal objek yang dimaksud oleh penulis.15

Senada dengan pendapat Minto Rahayu dalam bukunya yang berjudul Bahasa Indonesia di perguruan tinggi bahwa karangan deskripsi merupakan bentuk tulisan yang berusaha memberikan perincian dari objek yang sedang dibicarakan, memindahkan kesan-kesan pengalaman karena perkenalan langsung dengan objek yang menggambarkan ciri, sifat dan watak objek, kemudian memindahkan hasil pengamatan dan perasaannya kepada pembaca melalui tulisan.16

Objek deskripsi tidak hanya terbatas pada apa yang dilihat, didengar, dicium, dirasa atau diraba. Penulis juga dapat mengadakan deskripsi tentang perasaan hati yang mungkin timbul dari rasa takut, cemas, enggan, jijik, cinta, baru benci, dan dendam. Oleh sebab itu menurut Gorys Keraf, menulis deskripsi yang baik ditutut dua hal, yaitu : 1) Kesanggupan bahasa seorang penulis yang kaya akan nuansa dan

bentuk

2) Kecermatan pengamatan dan ketelitian penyelidikan, dengan menggunakan pilihan kata yang tepat, pembaca seolah-olah melihat sendiri objek dengan hidup dan segar.17

Berdasarkan paparan para penulis di atas dapat di simpulkan bahwa karangan deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan atau menggambarkan sesuatu berdasarkan kesan-kesan dari pengamatan, pengalaman dan perasaan penulisnya. Sasarannya adalah menciptakan atau

15

Mudrajat Juncoro, Mahir Menulis : Kiat Jitu Menulis Artikel, Opini, Kolom dan Resensi Buku, (Jakarta : Erlangga, 2009) h. 72.

16

Minto Rahayu, Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi, (Jakarta : PT Grasindo, 2007) h. 158

17


(32)

memungkinkan terciptanya daya imajinasi (daya khayal) pembaca sehingga seolah-olah melihat, mengalami dan merasakan sendiri apa yang dialami penulisnya.

d. Teknik Menulis Karangan Deskripsi

Teknik menulis deskripsi harus melalui pendekatan yaitu bagaimana penulis melihat objek dan sikap yang diambil untuk menggambarkan objek secara tepat. Minto Rahayu menjabarkan teknik tersebut antara lain sebagai berikut18 :

1) Teknik pendekatan realistis; pendekatan yang berusaha menggambarkan objek dengan subjektif. Diibaratkan sebagai kerja seorang pelukis pendekatan ini lebih menonjolkan pikiran dan interpretasi penulis.

2) Teknik pendekatan sikap penulis; berarti sikap penulis yang bagaimana yang dipakai untuk melihat objek, masa bodoh, bersungguh-sungguh, cermat, sikap seenaknya, atau sikap ironis. Sikap tersebut bertalian dengan tujuan penulisan. Sikap ironis tergantung pada kemampuan penulis dan tingkat perasaan atau kepekaan yang dimiliki pembaca. 3) Teknik Diksi (pilihan kata); yang merupakan jawaban atas pertanyaan

“alat manakah yang paling baik untuk membuat deskripsi agar dapat menimbulkan kesan mendalam‟. Sasaran ini dapat dicapai dengan memperhatikan perpaduan yang harmonis antara metode, diksi, sikap, bahasa kiasan.

4) Teknik Kiasan (Gaya); pada umumnya dipakai adalah metafora

(pemindahan arti) misalnya “kaki meja. Metafora bertujuan

menghidupkan deskripsi. Contoh : dari ujung sana, serasa lagu dan ngitar perlahan. Gadis itu membuka mata dan berpaling melihat lagu yang datang menemui dirinya yang sedang sendiri. Suara lagu terasa

18


(33)

16

lemah memasuki belaian, dan tempat, berjingkrak perlahan agar tidak meminjak lagu. 19

5) Teknik Deskripsi Tempat, tempat adalah latar pengisahan, entah kisah tersebut merupakan peristiwa yang sesungguhnya atau hanya imajinasi. Untuk melukiskan suatu tempat dipengaruhi oleh suasana hati dan pikiran. Dalam penulisan yang bersifat ilmiah, penulisan tempat harus didasarkan pada fakta-fakta yang dilihat secara objektif oleh mata yang dapat diukur, jika perlu menampilkan angka-angka secara akurat.20

e. Langkah-Langkah Menulis Karangan Deskripsi

Dalam menulis karangan deskripsi baiknya mengetahui langkah-langkah menulis deskripsi diantaranya : Menentukan apa yang akan dideskripsikan; misalnya tempat atau orang.

1) Merumuskan tujuan; apakah deskripsi dilakukan sebagai alat bantu karangan narasi, eksposisi, argumentasi dan persuasi.

2) Menetapkan bagian yang akan dideskripsikan; misalnya ciri-ciri fisik, watak, gagasan atau benda-benda disekitar tokoh.

3) Merinci dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang kekuatan bagian yang akan dideskripsikan.21

Melihat paparan diatas bahwa langkah-langkah menulis deskripsi adalah menentukan sesuatu yang akan dideskripsikan, sebagai apa tujuan kita menulis, dapat menyebutkan ciri-ciri yang melekat pada objek dan mensistematiskan hal-hal yang menunjang bagian dideskripsikan tersebut

3. Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning)

a. Pengertian Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential

Learning)

Model Pembelajaran merupakan suatu rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran

19

Gorys Keraf, op cit, h. 98 20

Rahayu, op cit., h. 160 21


(34)

jangka panjang), merancang bahan-bahan belajar, dan membimbing pelajaran di kelas atau yang lain.22 Senada dengan pemikiran Rusman, Arends dalam Trianto juga mengatakan bahwa model pembelajaran dapat disebut sebagai bentuk suatu perencanaan atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.23

Iif Khoiru Ahmadi mengatakan bahwa model pembelajaran itu seperti kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan aktivitas belajar mengajar.24

Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pengajaran keterampilan berbahasa, terutama dalam keterampilan menulis adalah dengan menggunakan model pembelajaran berbasis pengalaman atau experiential learning. Experiential learning theory (ELT) yang kemudian menjadi dasar model pembelajaran experiential learning dikembangkan oleh David Kolb dalam bukunya yang berjudul

Experiential Learning : Experience as The Sourse of Learning and

Development sekitar awal tahun 1984. Model ini menekankan pada sebuah

model pembelajaran yang holistik dalam proses belajar. Dalam

experiential learning, pengalaman mempunyai peran utama dalam proses

belajar.25

Abdul Majid menjelaskan bahwa experiential learning adalah suatu model proses belajar mengajar yang mengaktifkan pembelajar untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui pengalamannya secara

22

Rusman, Model-Model Pembelajaran : Mengembangakn Profesionalisme Guru, (Jakarta : Rajawali Pers, 2012), h.133.

23

Trianto, Model Pembelajaran Terpadu Konsep, Strategi dan Implementasinya dalam KTSP, (Jakarta :Bumi Aksara, 2010), h.51.

24 Iif Khoiru Ahmadi dan dkk, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu : Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, (Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 14.

25


(35)

18

langsung. Dalam hal ini, experiential learning menggunakan pengalaman sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.26

Oemar Hamalik mengartikan bahwa dengan model experiential

learning dapat menunjukkan bahwa pengajaran berdasarkan pengalaman

akan menyediakan kesempatan kepada siswa untuk melakukan kegiatan-kegiatan belajar secara aktif, memberi para siswa seperangkat/serangkaian situasi-situasi belajar dalam bentuk keterlibatan pengalaman sesungguhnya yang dirancang oleh guru.27

Wisnubrata dalam Agus Taufik dan kawan-kawan menyatakan bahwa experiential learning merupakan suatu urutan peristiwa satu atau lebih peristiwa yang ditetapkan, yang mensyaratkan keterlibatan siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu. Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui keterlibatan siswa. Prinsip utama Experiential learning ini adalah seseorang belajar paling baik apabila ia melakukannya.28

Isah Cahyani dalam bukunya mengemukakan bahwa

Experiential learning merupakan suatu model yang mengaktifkan

siswa untuk membangun pengetahuan dan keterampilan serta nila-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Oleh karena itu, model pembelajaran ini akan bermakna ketika siswa berperan serta dalam melakukan kegiatan. Setelah itu, mereka memandang kritis kegiatan tersebut. Kemudian, mereka mendapatkan pemahaman serta menuangkannya ke dalam bentuk lisan/tulisan sesuai dengan tujuan pembelajaran.29

Berdasarkan paparan para penulis diatas maka terdapat kesimpulan bahwa experiential learning menekankan pembelajaran berdasarkan pengalaman, karena pengalaman mempunyai peran utama dalam proses belajar, karena pengalaman dapat digunakan sebagai katalisator untuk menolong pembelajar mengembangkan kapasitas dan kemampuannya dalam proses pembelajaran.

26

Ibid., h. 94. 27

Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta : Bumi Aksara, 2013), h. 212 28

Agus Taufik, dkk, Pendidikan Anak di SD, (Jakarta : Universitas Terbuka, 2009), h.7.21

29

Isah Cahyani, Pembelajaran Menulis Berbasis Karakter dengan Pendekatan Experiential learning, (Bandung : Pendidikan Dasar SPS UPI, 2012) h. 164.


(36)

b. Tahap-tahap Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential

Learning)

David Kolb dalam Isah Cahyani menjabarkan tahap-tahap pembelajaran Experiential Learning dengan sederhana, antara lain dimulai dengan melakukan (do), refleksikan (reflect), kemudian terapkan (apply). Jika dielaborasikan lagi maka akan terdisi dari 5 (lima) langkah. Berikut ini merupakan penjelasan dari lima tahap model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning).30

1) Experience (mengalami) yaitu dengan membiarkan peserta didik

mengalami dengan melakukan hal tertentu baik secara individu maupun kelompok (perform and do it). Pada tahap ini lebih mengutamakan interaksi dengan lingkungan, serta menghasilkan informasi yang melibatkan feeling atau perasaan. Siswa akan merasakan tahap ini seperti permainan yang menyenangkan. Berikut contoh kegiatan diantaranya : permainan (games), manipulasi objek simbolis, melakukan percobaan, membuat model, membuat seni, membuat produk, observasi lapangan, darmawisata, dan pengalaman kerja.

2) Share/Publishing (berbagi rasa/pengalaman) yaitu dengan melakukan

proses sharing atau berbagi rasa/cerita pengalaman. Pada tahap ini guru meminta siswa untuk mengingat apa yang telah dialami, mengemukakan/melaporkan segala sesuatu apa yang mereka lihat dan rasakan, semua hal tersebut diungkapkan secara terbuka, rileks, dengan gaya masing-masing.31 Hal ini dilakukan bersama dengan anggota kelompok atau di dalam kelas. Tujuannya anatara lain untuk menyediakan data untuk di analisis nanti. Pengamatan dan reaksi dapat direkam dalam beberapa cara, yaitu : laporan tertulis, posting di kertas atau papan tulis, laporan lisan, laporan email atau halaman web, sebuah diskusi bebas atau dengan wawancara.

30

Ibid., h. 173.

31


(37)

20

3) Process (analisis pengalaman/pengolahan data) yaitu dengan

menganalisis berbagai hal terkait dengan apa, mengapa, bagimana hal tersebut dilakukan termasuk bagaimana mengatasinya. Hal ini di dilakukan dengan cara berdiskusi terbuka dan demonstrasi. Bila perlu rekan yang satu dengan yang lain saling mengoreksi dan memberikan masukan, termasuk mendemonstrasikan cara yang menurutnya lebih baik. Pada tahap ini teknik yang dapat digunakan seperti : mencari tema-tema umum, mengelompokkan pola-pola peristiwa atau perilaku. Intinya bukan hasil yang dicari akan tetapi responnya yang dicari.

4) Generalize (kesimpulan/menghubungkan pengalaman dengan situasi

nyata) yaitu dengan menyimpulkan bersama hasil analisis yang telah dihasilkan secara teoretis dari hasil analisis pada tahap sebelumnya.

Menyimpulkan yang juga berarti dapat menjawab pertanyaan “jadi apa?”, langkah ini menimbulkan pertanyaan “apa yang telah saya pelajari?” atau “apa yang saya mulai pelajari?”. Setelah data dianalisis

dapat diambil kesimpulan tentang pentingnya apa yang telah dipelajari melalui pengalaman. Untuk menyimpulkan ada beberapa cara, yaitu : merekam kesimpulan siswa tentang bagaimana siswa belajar dan hasilnya dapa digunakan dalam konteks baru atau menulis kesimpulan siswa di kertas atau papan tulis.

5) Apply (penerapan terhadap situasi yang serupa atau level lebih tinggi)

yaitu langkah terakhir yang menjadi bahan dasar menuju langkah

experiential learning yang dimulai dari langkah

experience-share-processing-generalize-apply dan kembali lagi ke siklus awal. Begitu

seterusnya. Tahap ini adalah alasan untuk tahap lainnya. Belajar dari pengalaman harus memiliki nilai yang optimal. Tahap ini menimbulkan

pertanyaan “apayang aku lakukan besok adalah...”

David Kolbs dalam Isah Cahyani menggambarkan model pembelajaran yang dinamakan experiential learning sebagai berikut. 32

32


(38)

Bagan 2.1 Model Experiential Learning yang di gambarkan oleh Kolb.

Dalam hal ini model experiential learning disebut sebagai sebuah model elegan yang menawarkan sebuah cara untuk memahami gaya pembelajaran yang berbeda pada seorang individu, dan sebuah penjelasan tentang siklus Experiential Learning yang diterapkan di dalam kelas.33

Masing-masing tujuan dari rangkaian-rangkaian tersebut kemudian muncullah langkah-langkah dalam proses pembelajaran, yaitu concrete experience, reflective observation, abstract conceptualization, active

experimentation34.

Adapun penjabaran dari langkah-langkah tersebut adalah sebagai berikut :

a) concrete experience (feeling) : belajar dari pengalaman-pengalaman

yang spesifik. Peka terhadap situasi. Individu mempunyai pengalaman langsung yang konkrit.

b) reflective observation (watching) : mengamati sebelum membuat suatu

keputusan dengan mengamati lingkungan dari perspektif-perspektif yang berbeda. Memandang dari berbagai hal untuk memperoleh suatu makna. Kemudian ia mengembangkan observasinya atau merefleksikanya.

33

Indriana Dina, Mengenal Ragam Gaya Pembelajaran Efektif, (Jogjakarta, DIVA Press, 2011), h. 108-108.

34


(39)

22

c) abstract conceptualization (thinking) : analisis logis dari

gagasan-gagasan dan bertindak sesuai pemahaman pada suatu situasi, dari itu bentuk generalisasi dan abstraksi.

d) active experimentation (doing) : Kemampuan untuk melaksanakan

berbagai hal dengan orang-orang dan melakukan tindakan berdasarkan peristiwa. Termasuk pengambilan resiko. Implikasi itu yang diambilnya dari konsep-konsep itu dijadikan sebagai pegangannya dalam menghadapi pengalaman-pengalaman baru. 35

Kemungkinan belajar melalui pengalaman-pengalaman nyata kemudian direfleksikan dengan mengkaji ulang apa yang telah dilakukannya tersebut. Pengalaman yang telah direfleksikan kemudian diatur kembali sehingga membentuk pengertian-pengertian baru atau konsep-konsep abstrak yang akan menjadi penunjuk bagi terciptanya pengalaman atau perilaku-perilaku baru. Proses pengalaman dan refleksi dikategorikan sebagai proses penemuan (finding out), sedangkan proses konseptualisasi dan implementasi dikategorikan dalam proses penerapan (taking action).

Kemampuan murid dalam proses belajar experietial learning:36

Kemampuan Uraian Pengutamaan

Concrete

Experience (CE)

Siswa melibatkan diri

sepenuhnya dalam

pengalaman baru.

Feeling (perasaan)

Reflection

Observation (RO)

Siswa mengobservsi dan merefleksikan atau memikirkan

pengalaman dari

berbagai segi.

Watching (mengamati)

Abstract Siswa menciptakan Thinking

35

S. Nasution, Berbagai Pendekatan Dalam Proses Belajar & Mengajar (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), cet. 14, h.111.

36


(40)

Conceptualization (AC)

konsep-konsep yang mengintegrasikan observasinya menjadi teori yang sehat.

(berpikir)

Active

Experimentation (AE)

Ss Siswa menggunakan

teori untuk

memecahkan

masalah-masalah dan

mengambil keputusan.

D Doing (berbuat)

Berdasarkan paparan para penulis diatas maka terdapat kesimpulan bahwa Experiential Learning merupakan suatu urutan peristiwa atau tahap-tahap dari tujuan yang telah ditetapkan, yang mensyaratkan keterlobatan siswa secara aktif pada salah satu hal yang dipelajari dalam urutan itu. Pelajaran disajikan, diilustrasikan, disoroti, dan didukung melalui keterlibatan siswa, karena experiential learning mempunyai prinsip utama yaitu belajar paling baik apabila ia melakukannya.

c. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential

Learning)

1) Keterlibatan siswa di mana siswa aktif melakukan sesuatu. 2) Terjadi relevansi terhadap topik pada experiential learning. 3) Tanggung jawab siswa dalam experiential learning ditingkatkan.

4) Penggunaan experiential learning bersifat luwes, baik settingan-nya, siswanya, maupun tipe pengalaman belajarnya (termasuk tujuannya)37

d. Manfaat Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential

Learning)

Beberapa manfaat yang akan didapat apabila model Experiential

Learning dilakukan dengan baik dan benar antara lain sebagai berikut:

37


(41)

24

1) Meningkatkan semangat dan gairah pembelajar 2) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif 3) Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar 4) Mendorong dan mengembangkan proses berfikir kreatif

5) Menolong pembelajar untuk dapat melihat dalam perspektif yang berbeda

6) Memunculkan kesadaran akan kebutuhan untuk berubah 7) Memperkuat kesadaran diri38

e. Kelebihan dan Kekurangan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman

(Experiential Learning)

Isah Cahyani menjabarkan kelebihan model experiential learning, diataranya :

1) Meningkatkan semangat pembelajar karena pembelajar aktif.

2) Membantu terciptanya suasana belajar yang kondusif, karena pembelajar berstandar pada penemuan individu.

3) Memunculkan kegembiraan dalam proses belajar mengajar karena pembelajar dinamis dan terbuka dari berbagai arah.

4) Mendorong serta mengembangkan proses berfikir kreatif karena pembelajar partisipatif untuk menemukan sesuatu.

Senada dengan pendapat dari Isah Cahyani, Iif Khoiru Ahmadi dan kawan-kawan juga menjabarkan kelebihan dari model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) antara lain sebagai berikut : a) Meningkatkan partisipasi peserta didik.

b) Meningkatkan sifat kritis peserta didik.

c) Meningkatkan analisis peserta didik, dapat menerapkan pembelajaran pada situasi lain.39

38

Cahyani, op cit., h. 165. 39

Iif Khoiru Ahmadi dan kawan-kawan, Strategi Pembelajaran Sekolah Terpadu Pengaruhnya Terhadap Konsep Pembelajaran Sekolah Swasta dan Negeri, (Jakarta : PT Prestasi Pustakaraya, 2011), h. 18.


(42)

Sedangkan kekurangan dari model pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) adalah penekanan hanya pada proses bukan pada hasil, keamanan siswa, biaya yang mahal dan memerlukan waktu yang panjang.40

Berdasarkan paparan para penulis diatas maka dapat disimpulkan bahwa model experiential learning tidak hanya memberikan pengetahuan konsep-konsep saja. Tetapi memberikan pengalaman kepada siswa, pengalaman tersebut merupakan suatu kenyataan hidup yang dapat menjadi renungan, bahan perbandingan, dan pengetahuan bagi orang lain apabila pengalaman tersebut dituliskan.

B. HASIL PENELITIAN YANG RELEVAN

Beberapa hasil penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah:

1. Penelitian yang dilakukan oleh Wita Dwi Payana (mahasiswi jurusan PBSI Universitas Muhammadiyah Medan tahun 2013) dalam skripsinya yang berjudul Pengaruh Model Pembelajaran Experiential Learning Terhadap Kemampuan Menyulis Karangan Narasi Siswa Kelas XI SMK Tarbiyah

Islamiyah Hamparan Perak. Pada penelitian ini menggunakan rancangan

penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group

Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis

dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung lebih besar daripada skor ttabel

(th = 3,27 > tt = 2,00) maka H0 ditolak H1 diterima. Hal ini menunjukkan

bahwa terdapat Pengaruh model pembelajaran experiential learning terhadap kemampuan menulis karangan narasi siswa kelas XI SMK tarbiyah Islamiyah Hamparan Perak.

Perbedaan dari penelitian Wita Dwi Payana dengan skripsi ini adalah dari segi aspek kefokusan penelitian. Wita Dwi Payana meneliti pada aspek kemampuan menulis karangan narasi di kelas XI SMK Tarbiyah Islamiyah

40


(43)

26

Hamparan Perak, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan

menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Wita Dwi Payana dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan model

experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan

penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Santi Dewi Farisma (mahasiswi jurusan PBSI Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2014) dalam skripsinya yang berjudul Keefektifan Model Pembelajaran Berbasis Pengalaman (Experiential Learning) dalam Meningkatkan Keterampilan Menulis

Karangan Argumentasi Siswa Kelas X MAN Yogyakarta III. Pada

penelitian ini menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung lebih besar daripada skor ttabel (th = 8,159 > tt = 2,045)

maka H0 ditolak H1 diterima. Hal ini berarti terdapat keefektifan model

pembelajaran berbasis pengalaman (experiential learning) dalam meningkatkan keterampilan menulis karangan argumentasi siswa kelas X MAN Yogyakarta III.

Perbedaan dari penelitian Santi Dewi Farisma dengan skripsi ini adalah dari segi aspek kefokusan penelitian. Santi Dewi Farisma meneliti pada aspek keterampilan menulis karangan argumentasi di kelas Kelas X MAN

Yogyakarta III, sedangkan penulis meneliti pada aspek keterampilan

menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Santi Dewi Farisma dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan model experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design.


(44)

3. Penelitian yang dilakukan oleh Yulis Nurrahmawati (mahasiswi jurusan PBSI Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2013) dalam skripsinya yang berjudul Keefektifan Pembelajaran Menulis Puisi Dengan Model Experiential Learning Pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Sentolo,

Kulon Progo. Pada penelitian ini menggunakan rancangan penelitian

Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group

Pretest-Posttest Design. Memiliki kesimpulan bahwa pengujian Hipotesis dengan

menggunakan uji-t diperoleh thitung sebesar 20,48, db = 27, dan nilai p

sebesar 0,000 pada taraf signifikansi 0,005 (5%). Nilai p lebih kecil dari taraf signifikansi (0,000 < 0,005). Hasil ini membuktikan bahwa terdapat keefektifan pembelajaran menulis puisi dengan model experiential learning pada siswa kelas VIII SMP negeri 3 Sentolo, Kulon Progo.

Perbedaan dari penelitian Yulis Nurrahmawati dengan skripsi ini adalah dari segi aspek kefokusan penelitian. Yulis Nurrahmawati meneliti pada aspek keterampilan menulis puisi di kelas Kelas VIII SMP Negeri 3

Sentolo, Kulon Progo, sedangkan penulis meneliti pada aspek

keterampilan menulis karangan deskripsi di kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat. Tetapi meskipun demikian pada dasarnya, penelitian Yulis Nurrahmawati dengan penelitian penulis sama-sama meneliti dengan model experiential learning dan juga sama-sama menggunakan rancangan penelitian Quasi Eksperimen dengan desain penelitian Control Group Pretest-Posttest Design.

Dari beberapa penelitian yang telah dijelaskan sebelumnya, dengan demikian dapat disimpukan bahwa penerapan model pembelajaran

experiential learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa khususnya


(45)

28

C.KERANGKA BERPIKIR

Model Experiential learning (pembelajaran berdasarkan pengalaman) dijadikan sebagai alternatif sebagai model pembelajaran yang di pakai dalam pembelajaran menulis karangan, model ini dapat yang membantu pendidik dalam mengaitkan isi materi pembelajaran dengan keadaan dunia nyata, sehingga dengan pengalaman nyata tersebut siswa dapat mengingat dan memahami informasi yang didapatkan dalam pendidikan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan.

Karena dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, kebanyakan guru menggunakan pembelajaran yang cenderung menekankan pada aktifitas guru dalam menyampaikan pembelajaran di kelas sedangkan siswa hanya pasif dalam kegiatan pembelajaran dan mengikuti apa saja yang disajikan guru. Selain itu, dalam pembelajaran guru kebanyakan menyampaikan materi dengan cepat dan menggunakan model pembelajaran yang kurang bervariasi.

Hal tersebut membuat siswa merasa kurang bersemangat sehingga proses pembelajaran menjadi membosankan. Melihat kondisi seperti itu, peneliti mencoba mencari jalan keluar untuk menyelesaikan masalah tersebut melalui penerapan model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik (student centered).

Dengan demikian diharapkan situasi pembelajaran akan berpengaruh menjadi lebih aktif, menarik, dan menyenangkan sehingga muncul semangat untuk belajar dan keterampilan menulis karangan siswa apabila menggunakan model pembelajaran Experiential learning meningkat.

Bagan Kerangka Berpikir

Kelas Kontrol

Kelas


(46)

D. HIPOTESIS PENELITIAN

Berdasarkan kerangka berfikir yang telah diuraikan maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

H0 : Tidak terdapat pengaruh model Experiential learning terhadap

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.

Ha : Terdapat pengaruh model Experiential learning terhadap

keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat.

Pembelajaran dengan model konvensional (ceramah)

Pembelajaran dengan

model Experiential

Learning

Posttest Posttest

Pengaruh model Experiential

Learning terhadap keterampilan

menulis karangan deskripsi kelas eksperimen dan kelas kontrol.


(47)

30

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Cengkareng Timur 15 Pagi yang berlokasi di Jalan Bangun Nusa Rt 9 Rw 9. Kecamatan Cengkareng-Jakarta Barat. Kode Pos 11730. Waktu Penelitian ini berlangsung pada saat pembelajaran semester ganjil di bulan September tahun ajaran 2015 – 2016. Adapun waktu penelitian yang berisi penjelasan kapan penelitian di lakukan dan lamanya penelitian sedari bulan Februari 2015 yang dilakukan dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 3.1 Waktu Penelitian Kegiatan

Penelitian

Feb Mar Apr Mei Juni Juli Agust Sept Okt Nov

Penyusunan dan Seminar Proposal Persiapan Perencanaan Observasi Kegiatan Penelitian Analisis Data Laporan Penelitian


(48)

B. Metode dan Desain Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Quasi eksperimen, dilakukan dengan membagi kelompok yang diteliti menjadi dua kelompok. Kelompok pertama adalah kelompok eksperimen yang diberikan perlakuan

(treatment) dengan model experiential learning, Sedangkan kelompok kedua

adalah kelompok yang tanpa diberikan perlakuan model experiential learning. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode Quasi eksperimen dikategorikan sebagai eksperimen semu. Hal ini dikarenakan eksperimen yang dilakukan tidak memenuhi salah satu kriteria yang dibutuhkan oleh eksperimen sesungguhnya, yaitu randomisasi subjek penelitian. Sebagaimana diketahui, penentuan sampel pada penelitian eksperimen harus dipilih secara random. Hal ini tidak mungkin dilakukan pada penelitian ini, karena subjek penelitian sudah terbentuk dalam kelas alami, sehingga tidak mungkin melakukan randomisasi. Untuk mengatasi dampak yang ditimbulkan dari tidak adanya randomisasi, maka kedua sampel yang dipilih harus memiliki karakteristik yang sama. Akan tetapi, dalam hal ini kelompok kontrol tidak berfungsi sepenuhnya dalam mengontrol hal-hal yang mempengauhi treatment terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi.

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu

Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design. Desain penelitian ini

melibatkan dua kelompok yang dibandingkan, yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Sebelum proses belajar dimulai dua kelompok tersebut mendapatkan tes awal yang sama. Setelah itu kelompok eksperimen mendapatkan perlakuan dengan menggunakan model experiential learning dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia, sedangkan kelompok kontrol menggunakan metode ceramah saja atau tidak menggunakan model pembelajaran experiential learning dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia. Setelah proses pembelajaran selesai masing-masing kelompok mendapatkan tes akhir yang sama. Adapun urutan desain penelitian terlihat jelas pada tabel di bawah ini :


(49)

32

Tabel 3.2

Nonrandomized Pretest-Posttest Control Group Design1

Kelompok Tes Awal Perlakuan (x) Tes Akhir

Eksperimen T1 X T2

Kontrol T3 - T4

Keterangan :

T1 : Tes awal yang sama pada kelompok eksperimen (pretest)

T2 : Tes akhir yang sama pada kelompok eksperimen (posttest)

T3 : Tes awal yang sama pada kelompok kontrol (pretest)

T4 : Tes akhir yang sama pada kelompok kontrol (posttest)

X : Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model Experiential Learning.

- : Pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan model pembelajaran konvensional/ceramah.

Metode ini digunakan untuk mengetahui kemampuan menulis karangan deskripsi pada siswa kelas 5 SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat dengan menggunakan model experiential learning. Dalam model pembelajaran di penelitian ini, peneliti ikut serta dalam penelitian yaitu dengan memberi perlakuan melalui model Experiential Learning di kelas 5. Perlakuan ini diberikan selama kegiatan pembelajaran berlangsung.

C. Populasi dan Teknik Pengambilan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.2 Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SDN Cengkareng Timur 15 Pagi

1

Sukardi, Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya, (Jakarta: Bumi Aksara, 2009), h. 186

2

Sugiyono, Metode Penelitian Pendidikan Kuantitatif, kualitatif, dan R&D, (Bandung : Alfabeta, 2009), cet. Ke-15, h. 117


(50)

Jakarta Barat tahun ajaran 2015/2016. Sedangkan yang menjadi sampel pada penelitian ini adalah kelas V sebanyak 2 kelas, yaitu 1 kelas eksperimen dan 1 kelas kontrol. Kelas A berjumlah 30 Anak dan kelas B berjumlah 30 anak.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.3 Sampel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 2 kelompok, yaitu :

a. Kelompok eksperimen, yaitu kelompok siswa yang mendapat pembelajaran menulis karangan deskripsi dengan menggunakan model Experiential Learning

b. Kelompok kontrol, yaitu kelompok siswa yang mendapatkan pembelajaran menulis karangan deskripsi tanpa menggunakan model experiential learning.

Teknik pengambilan sampel yang peneliti gunakan adalah purposive

sampling. Purposive Sampling adalah suatu cara pengambilan sampel yang

berdasarkan pada pertimbangan dan tujuan tertentu, serta berdasarkan ciri-ciri atau sifat-sifat tertentu yang sudah diketahui sebelumnya.4 Dalam penelitian ini peneliti mengambil sampel kelas V karena berdasarkan pertimbangan-pertimbangan, yaitu di antaranya menyesuaikan karakteristik perkembangan anak baik secara afektif, kognitif, dan psikomotorik, dan menyesuaikan SKKD yang ada dengan model yang akan diterapkan. Kelas V-A yang terdiri dari 30 siswa sebagai kelas eksperimen, yaitu kelas yang diajar dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning. Sedangkan kelas V-B yang terdiri dari 30 siswa sebagai kelas kontrol yang diajar dengan tidak menggunakan model pembelajaran Experiential Learning.

D. Teknik dan Alat Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data adalah cara memperoleh data. Dapat juga dikatakan dengan metode pengumpulan data. Teknik pengumpulan data digunakan untuk mengumpulkan data agar pekerjaan pengumpulan data lebih

3

Ibid, h. 118 4


(51)

34

mudah dan hasilnya lebih baik, dalam arti lebih cermat, lengkap, dan sistematis sehingga lebih mudah diolah.

Teknik pengumpulan data ini dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi, tes dan non tes.

1. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mengumpulkan informasi melalui tanya jawab antara peneliti dengan guru untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan menulis karangan siswa di kelas V. Jenis wawancara yang digunakan adalah wawancara tidak tersruktur, yaitu wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara pengumpulan datanya.5 Wawancara ini dilakukan secara tidak terstruktur pada pra penelitian.

2. Observasi

Observasi merupakan teknik pengumpulan data dengan melakukan pengamatan langsung atau tidak langsung di lapangan. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan observasi dengan cara datang langsung ke tempat yang akan diteliti dan melihat kegiatan belajar menulis karangan di kelas. Observasi ini dilakukan pada pra penelitian.

3. Tes

Tes yang digunakan adalah dengan menggunakan lembar penugasan. Lembar penugasan ini diberikan pada saat pretest (tes awal) dan posttest (tes akhir). Soal yang digunakan pada pretest (tes awal) sama dengan soal yang digunakan pada posttest (tes akhir). Hal ini dimaksudkan supaya tidak ada pengaruh perbedaan instrumen terhadap perubahan keterampilan menulis karangan deskripsi yang terjadi.

Pretest adalah tes yang dirancang untuk mengukur kemampuan

awal sebelum program pembelajaran dilakukan. Posttest adalah test yang dimaksudkan untuk mengukur hasil belajar setelah subjek dikenakan variabel eksperimental. Posttest juga dimaksudkan untuk

5


(52)

mengetahui perbedaan yang terjadi antara test yang dilakukan setelah suatu program pembelajaran dilakukan.6

Adapun hal-hal yang harus diperhatikan dalam pengumpulan data tersebut adalah sebagai berikut :

1. Variabel penelitian

Variabel yang terdapat pada penelitian ini adalah: a. Variabel bebas : model experiential learning

b. Variabel terikat : keterampilan menulis karangan deskripsi siswa

2. Sumber data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa kelas VA dan VB yang menjadi sampel penelitian.

3. Angket Respon

Dalam penelitian ini, angket digunakan untuk mengetahui respon siswa terhadap kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan peneliti. Penyebaran angket dilakukan diakhir pertemuan.

E.Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini ada dua jenis :

1. Instrumen Tes

Tes adalah serangkaian pertanyaan atau latihan yang digunakan untuk mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan, atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok.7 Tes juga merupakan cara yang (dipergunakan) atau prosedur (yang perlu ditempuh) dalam rangka pengukuran dan penilaian di bidang pendidikan, yang berbentuk pemberian tugas atau serangkaian tugas (baik berupa

6

Sumadi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2006), h. 102

7

Subana, Moersetyo Rahadi, Sudrajat, Statistik Pendidikan, (Bandung : Pustaka Setia, 2000), h. 28


(53)

36

pertanyaan yang harus di jawab) atau perintah-perintah (yang harus dikerjakan) oleh testee, sehingga (atas dasar data yang diperoleh dari hasil pengukurang tersebut) dapat dihasilkan nilai yang melambangkan tingkah laku atau presati testee.8

Tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis. Yaitu tes menulis karangan yang berbentuk essai. Tes ini diberikan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh model pembelajaran experiential

learning apabila diterapkan pada siswa dalam pembelajaran menulis

karangan deskripsi. dari tes tersebut akan dibandingkan untuk mengetahui perbedaan nilai atau keterampilan siswa dalam menyusun karangan deskripsi dengan menggunakan model pembelajaran experiential learning dan tidak menggunakan model pembelajaran experiential learning.

Adapun kisi-kisi soal pre-test dan post-test menulis karangan deskripsi sebagai berikut :

Tabel 3.3

Kisi-kisi soal pre-test dan post-test Kelas Eksperimen

Jenis Tes

Tujuan Pertanyaan

Materi Indikator Soal Bentuk Soal Pre-test Untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi Menulis karangan deskripsi Buatlah karangan deskripsi

dengan tema pengalaman

yang tema

tentang keluarga.

Uraian

Post-test Untuk mengetahui Menulis karangan Buatlah karangan Uraian 8

Anas Sudjono, Pengantar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2011), cet ke-11, h. 67


(54)

kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi berdasarkan pengamatan deskripsi berdasarkan pengalaman deskripsi berdasarkan pengamatanmu saat belajar melalui model pembelajaran experiential

learning yang

bertemakan tentang keluarga.

Tabel 3.4

Kisi-kisi soal pre-test dan post-test Kelas Kontrol

Jenis Tes

Tujuan Pertanyaan

Materi Indikator Soal Bentuk Soal Pre-test Untuk

mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan deskripsi. Menulis karangan deskripsi. Buatlah karangan deskripsi dengan tema tentang

keluarga.

Uraian

Post-test Untuk mengetahui kemampuan siswa dalam menulis karangan Menulis karangan deskripsi berdasarkan pengalaman. Buatlah karangan deskripsi berdasarkan pengamatanmu saat belajar


(55)

38

deskripsi berdasarkan pengamatan.

tanpa melalui model

pembelajaran experiential learning dengan bertemakan tentang keluarga.

Teknik penilaian karangan tersebut berdasarkan pada pedoman penilaian karangan yang digunakan pada program ESL (English as a

Second Language) yang lebih rinci dan teliti dalam memberi skor9

meliputi beberapa aspek di antaranya aspek isi, organisasi, kosakata, pengembangan bahasa, dan mekanik kemudian peneliti mengadaptasi penilaian dari ESL yang kemudian melakukan modifikasi kedalam kriteria penilaian menulis karangan deskripsi agar mempermudah penilaian.

Dalam penelitian ini lima aspek yang terdapat pada penilaian ESL dimodifikasi dengan menambahkan dua aspek yang berkaitan dengan karangan deskripsi, yaitu gaya dan deskripsi. Tabel 3.4 adalah model penilaian untuk karangan deskripsi yang telah mengadaptasi pengembangan pedoman penilaian berdasarkan pengembangan program ESL.10 Teori yang digunakan merupakan gabungan antara teori penilaian hasil karangan dalam buku Nurgiyantoro dan ciri-ciri karangan deskripsi dari Gorys Keraf.11

9

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta:BPFE, 2010) h.35

10

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa dan Sastra (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2001), hlm. 307-308.

11


(56)

Tabel 3.5

Aspek-aspek yang dinilai dalam Menulis Deskripsi12 PROFIL PENILAIAN KARANGAN

NAMA SISWA : JUDUL :

ASPEK SKOR KRITERIA

ISI

17-20 SANGAT BAIK -SEMPURNA:

Padat informasi, substansif, pengembangan tesis tuntas, relevan dengan permasalahan dan tuntas

12-16 CUKUP-BAIK:

Informasi cukup, substansi cukup, pengembangan tesis terbatas, relevan dengan masalah tetapi tidak lengkap

7-11 SEDANG-CUKUP:

Informasi terbatas, substansi kurang,

pengembangan tesis tidak cukup,

permasalahan tidak cukup

3-6 SANGAT-KURANG:

Tidak berisi, tidak ada substansi, tidak ada pengembangan tesis, tidak ada permasalahan

ORGANISASI

18-20 SANGAT BAIK-SEMPURNA:

Ekspresi lancar, gagasan diungkapkan dengan jelas, padat, tertata dengan baik, urutan logis dan kohesif

14-17 CUKUP-BAIK:

Kurang lancar, kurang terorganisir tetapi ide

utama terlihat, beban pendukung

terbatas,urutan logis tetapi tidak lengkap

12

Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BPFE Yogyakarta, 2010), hlm. 307-308.


(1)

(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

BIODATA PENULIS

Ana Pratiwi Putri, Penulis lahir di Jakarta, pada tanggal 13 Januari 1994. Penulis merupakan anak perempuan satu-satunya tepatnya yaitu anak ke-3 dari 4 bersaudara dari pasangan bapak Sugeng Riadi dan ibu Sri Winarti. Penulis mengenyam pendidikan Playgroup dan TK Nurul Islam pada tahun 1996-1998, lalu melanjutkan Sekolah Dasar pada tahun 1999-2005 di SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat, kemudian melanjutkan sekolah menengah pertama di SMPN 264 Jakarta pada tahun 2005-2008, selanjutnya melanjutkan di SMA Al-Huda Islamic Jakarta pada tahun 2008-2011. Pada tahun 2011 penulis melanjutkan pendidikan S1 dengan Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.


Dokumen yang terkait

Pengaruh model experiential learning terhadap keterampilan menulis karangan deskripsi siswa kelas V SDN Cengkareng Timur 15 Pagi Jakarta Barat

0 17 238

MENGATASI KESULITAN SISWA KELAS IV SDN RANCADADAP DALAM MENULIS KARANGAN DESKRIPSI DENGAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE CIRC.

0 3 27

(ABSTRAK) Peningkatan Keterampilan Menulis Karangan Deskripsi dengan Metode Experiential Learning melalui Teknik Melanjutkan Karangan pada Siswa Kelas V SD Negeri 02 Bantarbolang Kabupaten Pemalang Tahun Ajaran 2009/2010.

0 0 3

MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MELALUI PENDEKATAN CTL (CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING) PADA SISWA KELAS V SDN BANYUMENENG GIRIHARJO PANGGANG GUNUNGKIDUL.

0 1 224

PENINGKATAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI MENGGUNAKAN MEDIA DOKUMEN PRIBADI SISWA KELAS V SDN PELEMSARI BOKOHARJO PRAMBANAN SLEMAN.

0 1 100

PENGARUH METODE OUTDOOR LEARNING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI KELAS V SDN 09 PONTIANAK TENGGARA

0 4 13

IMPLEMENTASI MODEL EXPERIENTIAL LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN NARASI SISWA SEKOLAH DASAR

0 1 13

PENGARUH MENULIS TERBIMBING TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA DI KELAS IV SD

0 1 9

1 PENGARUH METODE OUTDOOR STUDY TERHADAP KETERAMPILAN MENULIS KARANGAN DESKRIPSI SISWA KELAS IV SDN 36 PONTIANAK

0 1 10

Penerapan Model Experiential Learning untuk Meningkatkan Keterampilan Menulis Karangan Narasi Siswa Kelas IV SDN 3 Selang Tahun Ajaran 2017/2018 - UNS Institutional Repository

0 0 19