PEMBELAJARAN INKUIRI MENGGUNAKAN PROGRAM PLRG SIMULATOR UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI DAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA SMP PADA MATERI PEMBIASAN CAHAYA.
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
KATA PENGANTAR ... ii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... viii
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR LAMPIRAN ... xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 7
C. Tujuan Penelitian ... 7
D. Manfaat Penelitian ... 8
E. Asumsi Penelitian ... 8
F. Hipotesis Penelitian ... 9
G. Definisi Operasional ... 9
BAB II PEMBELAJARAN INKUIRI, COMPUTER ASSISTED INSTRUCTION (CAI), KETERAMPILAN BERKOMUNIKASI, DAN KEMAMPUAN KOGNITIF A. Pembelajaran Inkuiri ... 13
B. Computer Assisted Instruction (CAI) ... 16
C. Simulasi Pembelajaran Pembiasan Cahaya ... 18
D. Pembelajaran Menggunakan Program PLRG Simulator ... 20
(2)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
F. Keterampilan Berkomunikasi ... 26
G. Kemampuan Kognitif ... 28
H. Hubungan Tahapan-tahapan Pembelajaran Inkuiri, Keterampilan Berkomunikasi, dan Kemampuan Kognitif ... 33
I. Deskripsi Materi Pembiasan Cahaya ... 34
J. Penelitian yang Relevan ... 41
BAB III METODE DAN DESAIN PENELITIAN A. Metode Penelitian ... 47
B. Desain Penelitian ... 47
C. Subyek Penelitian ... 48
D. Instrumen Penelitian ... 49
E. Teknik Pengumpulan Data ... 51
F. Teknik Pengolahan Data ... 52
G. Prosedur dan Alur Penelitian ... 61
H. Hasil Uji Instrumen ... 65
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 71
1. Keterampilan Berkomunikasi ... 71
2. Kemampuan Kognitif ... 77
3. Keterlaksanaan Pembelajaran Inkuiri ... 83
4. Respon Siswa Terhadap Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program PLRG Simulator ... 84
(3)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
1. Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program PLRG Simulator ... 85 2. Peningkatan Keterampilan Berkomunikasi Siswa ... 87 3. Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa
pada Topik Pembiasan Cahaya ... 92 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan ... 98 B. Saran ... 99 DAFTAR PUSTAKA ... 101 LAMPIRAN-LAMPIRAN
(4)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Kurikulum dalam arti sempit adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Sejak tahun 2006 kurikulum yang berlaku di jenjang sekolah menengah adalah kurikulum tingkat satuan pendidikan atau KTSP. Dalam KTSP, kurikulum disusun dan dilaksanakan oleh masing-masing satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Berkaitan dengan mata pelajaran fisika yang tergabung dalam rumpun IPA, dinyatakan dalam KTSP bahwa :
“Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan.” (Depdiknas, 2006 : 377)
Berdasarkan kutipan tersebut diketahui bahwa KTSP mengharapkan siswa mengetahui fakta, konsep dan prinsip dari hasil penemuan mereka sendiri. Dalam proses penemuan itu siswa membutuhkan berbagai keterampilan khusus seperti yang dimiliki oleh para ilmuwan ketika memahami berbagai fenomena. Keterampilan khusus itu disebut keterampilan proses sains.
(5)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Rustaman (2005) membagi keterampilan proses sains ini kedalam beberapa aspek, yaitu melakukan pengamatan, menafsirkan pengamatan, mengelompokkan, meramalkan, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan/penyelidikan, menerapkan konsep, dan mengajukan pertanyaan.
Salah satu aspek dari keterampilan proses sains yang cukup penting adalah keterampilan berkomunikasi. Hal ini sesuai dengan salah satu tujuan pembelajaran IPA yang tercantum dalam KTSP, yaitu “…. Melakukan inkuiri ilmiah untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bersikap dan bertindak
ilmiah serta berkomunikasi.” (Depdiknas, 2006). Rustaman (2005)
selanjutnya menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi adalah kecakapan menyampaikan informasi pada orang lain melalui bahasa lisan atau simbol-simbol tertulis, charta, peta atau alat demonstrasi lainnya. Seseorang sering menemui kegagalan dan tidak dapat memecahkan masalah karena tidak dapat mengkomunikasikan gagasannya. Seseorang yang memiliki keterampilan berkomunikasi diharapkan dapat dengan mudah mengungkapkan gagasan ilmiahnya itu kepada orang lain. Oleh karena itu, dalam pendidikan IPA termasuk fisika siswa perlu dilatih untuk mengkomunikasikan hasil temuannya secara sistematis dan jelas baik secara lisan maupun tulisan.
Selain itu, salah satu tujuan pendidikan IPA yang tercantum dalam KTPS yaitu “Meningkatkan pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnya.”
(6)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
(Depdiknas, 2006 : 377). Disini jelas dinyatakan bahwa siswa harus dapat menguasai pengetahuan, konsep serta keterampilan IPA. Penguasaan siswa terhadap konsep dari suatu materi dikaitkan dengan kemampuan kognitif yang terdiri dari enam kategori mulai dari mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi, dan mencipta.
Berdasarkan studi lapangan yang dilakukan di salah satu SMP di Bandung, ternyata hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPA masih rendah. Hal ini diketahui berdasarkan hasil studi pendahuluan yang telah dilakukan, hasil ulangan harian siswa kelas VIII yang berjumlah 76 orang masih rendah. Dari 76 siswa ini, hanya 30 siswa atau sekitar 39% siswa yang memperoleh nilai diatas KKM, sisanya 46 siswa atau 61% memperoleh nilai dibawah KKM. Soal yang diberikan untuk menguji hasil belajar siswa sebagian besar menguji kemampuan kognitif siswa. Secara tidak langsung hasil ini menunjukkan bahwa kemampuan kognitif siswa masih rendah. Selain itu siswa banyak mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal yang berkaitan dengan gambar yang menunjukkan masih rendahnya keterampilan berkomunikasi siswa secara tulisan. Hal ini dimungkinkan terjadi karena siswa mengalami kesulitan dalam memvisualisasikan materi yang abstrak ketika karena guru tidak dapat menunjukkan fenomena yang sesungguhnya dalam proses pembelajaran. Keterampilan berkomunikasi siswa secara tidak langsung mempengaruhi kemampuan kognitif siswa.
(7)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Mengingat pentingnya keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif untuk dikuasai siswa, maka perlu dilakukan pembelajaran yang dapat memfasilitasi siswa untuk menguasai keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif tersebut. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi rendahnya keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif siswa adalah dengan menerapkan pembelajaran inkuiri. Melalui pembelajaran inkuiri siswa dibawa langsung ke dalam proses ilmiah melalui latihan-latihan yang menyederhanakan proses ilmiah ke dalam waktu yang lebih singkat. Dengan membawa siswa langsung ke dalam proses penelitian yang dilakukan para ilmuwan, siswa akan mendapat pengalaman belajar yang lebih bermakna sehingga siswa dapat memahami dan menguasai suatu konsep dengan lebih baik. Pratt & Hackett dalam McBride (2004) menyatakan bahwa dengan belajar IPA melalui inkuiri, siswa mengalami perkembangan pemahaman yang lebih mendalam tentang konsep sains serta perkembangan dalam keterampilan berpikir kritis. Sementara itu, Schlenker dalam Joyce (2004) menyatakan bahwa inkuiri dapat meningkatkan penguasaan konsep, keterampilan berpikir kritis, dan keterampilan memperoleh dan menganalisis informasi. Pembelajaran inkuiri ini sesuai dengan anjuran pelaksanaan pembelajaran IPA yang tercantum dalam KTSP, yaitu :
“… Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup….” (Depdiknas, 2006)
(8)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berkaitan dengan keterampilan berkomunikasi, Rustaman (2005) menyatakan bahwa keterampilan berkomunikasi dapat dilakukan melalui tulisan, gambar (grafik, bagan), membaca dan berbicara (diskusi, presentasi), oleh karena itu direncanakan agar dalam kegiatan belajar mengajar terdapat kesempatan untuk mengembangkan kemampuan tersebut. Salah satunya adalah dengan menggunakan bantuan komputer untuk menghadirkan informasi dalam bentuk gambar atau video, dari tayangan inilah siswa dilatih untuk mengkomunikasikannya.
Pembelajaran berbantuan komputer dikenal dengan istilah Computer
Assisted Instruction (CAI). Penerapan CAI di sekolah sudah dilakukan,
seperti penggunaan software atau program tertentu serta penggunaan simulasi komputer lainnya. Namun sejauh ini, penggunaannya hanya sebatas media pembelajaran saja, dimana peran guru sebagai penyampai informasi tetap dominan dalam pembelajaran dan siswa hanya berperan sebagai penerima informasi sehingga pemanfaatan media masih belum maksimal.
Dalam penelitian ini, pembelajaran yang akan dilakukan adalah dengan menggabungkan pembelajaran inkuiri dengan pembelajaran berbantuan komputer sehingga fungsi media dapat lebih maksimal. Secara garis besar, rancangan pembelajaran yang akan dilakukan adalah dengan cara mengintegrasikan simulasi komputer dalam tahapan-tahapan pembelajaran inkuiri. Media simulasi komputer yang digunakan adalah Physics Learning
(9)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
seleksi dari beberapa media, PLRG simulator ini yang paling mendekati praktikum nyata.
Beberapa penelitian tentang pembelajaran inkuiri berbantuan simulasi komputer telah dilakukan. Penelitian yang telah dilakukan oleh Cakir & Tirez’s dalam Abdullah (2008) menemukan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri dengan bantuan simulasi komputer dapat membantu para siswa untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan proses sains. Selain itu, terdapat penelitian lain yang menemukan bahwa pembelajaran simulasi komputer berbasis inkuiri dapat meningkatkan scientific reasoning dan pemahaman konsep siswa (Abdullah & Shariff, 2008). Penelitian terbaru yang dilakukan oleh Nugraha (2011) menemukan bahwa pembelajaran inkuiri berbantuan simulasi komputer dapat meningkatkan penguasaan konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa.
Materi yang dipilih dalam penelitian ini adalah materi pembiasan cahaya. Materi ini dipilih karena berdasarkan pengalaman peneliti, pelaksanaan praktikum nyata yang berkaitan dengan materi cahaya sering mengalami kegagalan, karena membutuhkan ruang cukup gelap agar bayangan yang terbentuk dapat terlihat dengan jelas. Selain itu, siswa sering kesulitan dalam menentukan posisi bayangan yang paling jelas, serta jika dilakukan secara real, proses jalannya sinar-sinar istimewa pada lensa tidak dapat terlihat. Oleh karena itu peneliti memilih materi ini karena fungsi penggunaan media simulasi dapat dimaksimalkan, sehingga diharapkan siswa
(10)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
mendapatkan pembelajaran yang lebih bermakna dan dapat lebih memahami materi yang disampaikan.
Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program PLRG
simulator untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi dan Kemampuan Kognitif Siswa pada Materi Pembiasan Cahaya”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “bagaimana peningkatan keterampilan berkomuniaksi dan kemampuan kognitif siswa setelah diterapkan pembelajaran inkuiri berbantuan program PLRG simulator?”. Agar masalah penelitian lebih terfokus, maka rumusan masalah ini dapat diuraikan menjadi beberapa pertanyaan penelitian sebagai berikut.
1. Bagaimana perbandingan peningkatan keterampilan berkomunikasi antara siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG
simulator dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional?
2. Bagaimana perbandingan peningkatan kemampuan kognitif antara siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG
(11)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3. Bagaimana respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator ?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut.
1. Mengetahui perbandingan peningkatan keterampilan berkomunikasi antara siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri menggunakan program
PLRG simulator dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
2. Mengetahui perbandingan peningkatan kemampuan kognitif antara siswa yang mendapat pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG
simulator dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.
3. Mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini dapat dijadikan bukti tentang potensi model pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator dalam meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif siswa yang nantinya dapat dimanfaatkan oleh berbagai pihak yang berkepentingan, seperti: guru, mahasiswa dan praktisi pendidikan.
(12)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Asumsi Penelitian
Kombinasi pembelajaran inkuiri dengan menggunakan program PLRG
simulator ini menuntut siswa untuk dapat menemukan sebuah konsep dari
hasil penemuan mereka sendiri sehingga siswa dapat lebih memahami dan menguasai konsep yang pelajari. Dengan menggunakan program PLRG
simulator, seluruh proses pembiasan cahaya yang terjadi pada lensa dapat
divisualisasikan. Selain itu dengan menggunakan simulator ini siswa dilatih untuk membaca gambar yang ditampilkan untuk memperoleh data percobaan yang juga membantu siswa dalam mengubah data yang diperoleh menjadi beberapa bentuk penyajian seperti tabel atau grafik.
F. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan asumsi yang dikemukakan di atas, maka hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
H11 : μ11> μ12
Pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator dapat lebih meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa daripada pembelajaran konvensional.
H12 : μ21 > μ22
Pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa daripada pembelajaran konvensional.
(13)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Ket :
μ11 : rata-rata skor keterampilan berkomunikasi untuk kelas eksperimen μ12 : rata-rata skor keterampilan berkomunikasi untuk kelas kontrol μ21 : rata-rata skor kemampuan kognitif untuk kelas eksperimen μ22 : rata-rata skor kemampuan kognitif untuk kelas kontrol
G. Definisi Operasional
1. Pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator
Yaitu pembelajaran menggunakan program PLRG simulator yang dalam pelaksanaannya mengikuti tahapan pembelajaran inkuiri dan bersifat
student center. Pembelajaran ini terdiri dari lima tahapan. Tahap pertama
yaitu merumuskan masalah, pada tahap ini dimunculkan sebuah masalah yang menjadi fokus pembelajaran melalui demonstrasi dan media. Tahap kedua yaitu pengumpulan dan verifikasi data, berdasarkan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya siswa diminta mengumpulkan data-data serta membuat hipotesis berkaitan dengan masalah yang dikemukakan. Tahap ketiga yaitu melakukan eksperimen, pada tahap ini siswa melakukan percobaan dengan menggunakan media yang disediakan. Tahap keempat yaitu merumuskan penjelasan, berdasarkan data yang diperoleh dari percobaan dan pertanyaan-pertanyaan yang ada dalam LKS, siswa merumuskan penlejasan untuk menjawab masalah yang dikemukakan.
(14)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tahap kelima yaitu analisis proses inkuiri, pada tahap ini diperoleh sebuah kesimpulan serta review seluruh kegiatan pembelajaran yang telah dilakukan. Pada tahap ini guru juga memberikan penguatan terhadap jawaban atas masalah yang dikemukakan di awal pembelajaran dengan menggunakan media. Untuk mengetahui apakah pelaksanaan pembelajaran oleh guru sudah sesuai dengan tahapan-tahapan inkuiri terbimbing, digunakan lembar observasi kegiatan guru berupa daftar
check list yang akan diisi oleh observer selama proses pembelajaran
berlangsung.
2. Pembelajaran konvensional
Yaitu pembelajaran yang dalam pelaksanaannya bersifat teacher center seperti pembelajaran konvensional biasanya dimana peran guru sangat dominan dalam penyampaian materi. Dalam pembelajaran ini juga digunakan media sebagai alat bantu guru dalam menjelaskan materi. Pembelajaran ini terdiri dari tiga tahapan. Tahap pertama yaitu tahap pendahuluan yang mencakup apersepsi dan penggalian konsepsi awal siswa. Tahap kedua yaitu kegiatan inti, pada tahap ini guru menjelaskan materi berkaitan dengan masalah yang dikemukakan di awal pembelajaran dengan bantuan media. Tahap ketiga yaitu penutup, pada tahap ini guru menyimpulkan dan melakukan tanya jawab dengan siswa berkaitan dengan pembelajaran yang telah dilaksanakan.
(15)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Keterampilan berkomunikasi adalah kecakapan menyampaikan informasi pada orang lain melalui bahasa lisan atau simbol-simbol tertulis, charta, peta atau alat demonstrasi lainnya (Rustaman, 2005 : 95). Indikator keterampilan berkomunikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengubah bentuk penyajian, memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram, dan membaca grafik atau tabel atau diagram. Untuk mengukur keterampilan ini akan digunakan tes keterampilan berkomunikasi berupa tes tertulis yang diberikan saat pretest dan posttest.
4. Kemampuan kognitif
Kemampuan kognitif merupakan hasil belajar bermakna dimana didalam hasil belajar ini menghadirkan pengetahuan dan proses-proses kognitif untuk menyelesaikan masalah (Anderson & Krathwool , 2010: 97). Kategori-kategori dalam proses kognitif ini terdiri dari enam kategori yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan, menganalisis, mengevaluasi dan mencipta. Tetapi dalam penelitian ini, kemampuan kognitif yang diukur hanya meliputi empat kategori yaitu yaitu mengingat, memahami, mengaplikasikan dan menganalisis. Adanya peningkatan kemampuan kognitif ini diukur dengan menggunakan tes kemampuan kognitif, yang diberikan saat pretest dan posttest.
(16)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Respon atau tanggapan adalah penilaian siswa terhadap pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator. Respon ini diukur dengan cara mengisi angket setelah keseluruhan proses pembelajaran dilaksanakan. Di dalam angket ini berisi pernyataan yang harus dijawab oleh siswa dengan cara memberi tanda checklist () pada kolom jawaban ya atau tidak. Data yang dikumpulkan melalui angket diolah dengan cara mengklasifikasikan jawaban siswa yang terdiri dari ya dan tidak, kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase.
(17)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB III
METODE DAN DESAIN PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen semu (quasi experiment), yaitu penelitian yang secara khas meneliti mengenai keadaan praktis yang didalamnya tidak mungkin untuk mengontrol semua variabel yang relevan.
B. Desain Penelitian
Desain yang digunakan adalah “The randomized Pretest-Posttest
control group design” (Fraenkel dan Wallen, 2007:268). Dalam desain ini sample akan dibagi menjadi dua kelas, yaitu kelas eksperimen yang mendapat pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator dan kelas kontrol yang mendapat pembelajaran konvensional. Sebelum perlakuan, kedua kelas terlebih dahulu diberi tes awal (pretest) yang sama untuk mengetahui kemampuan awal siswa. Setelah pembelajaran, kedua kelas kembali diberi tes (posttest) untuk mengetahui kemampuan akhir siswa setelah pembelajaran. Desain penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3.1. Desain Penelitian
Kelompok Eksperimen O X1 O
(18)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Keterangan:
O : Pretest-posttest untuk mengukur keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif
X1 : Perlakuan berupa pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG
simulator
X2 : Perlakuan berupa pembelajaran konvensional
C. Subyek Penelitian
Populasi adalah totalitas semua nilai yang mungkin, baik hasil menghitung maupun pengukuran, kuantitatif maupun kualitatif dari karakteristik tertentu mengenai sekumpulan objek yang dibatasi oleh suatu kriteria atau pembatasan tertentu. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII di salah satu SMP di Bandung.
Sampel adalah sebagian dari populasi. Sampel harus representatif, dalam arti segala karakteristik populasi hendaknya tercerminkan pula dalam sampel yang diambil. Sampel dalam penelitian ini adalah dua kelas siswa kelas VIII di salah satu SMP di Bandung. Penelitian ini menggunakan dua kelas dimana penentuan kelas kontrol dilakukan dengan teknik cluster
random sampling (menetapkan kelas sampel secara acak tanpa mengacak
(19)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
D. Instrumen Penelitian
1. Tes
Tes, yaitu alat atau prosedur yang digunakan untuk mengetahui atau mengukur sesuatu dalam suasana, dengan cara dan aturan-aturan yang sudah ditentukan (Arikunto, Suharsimi, 2008:53). Jenis tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes tertulis (paper and pencil test) dengan soal berupa pilihan ganda dengan empat pilihan jawaban. Tes ini terbagi menjadi dua bagian, yaitu :
a. Tes Keterampilan Berkomunikasi
Tes keterampilan berkomunikasi yang diberikan mencakup tiga indikator yaitu mengubah bentuk penyajian, memerikan/ menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan grafik atau tabel atau diagram, dan membaca grafik atau tabel atau diagram. Tes dilaksanakan dua kali yaitu pada saat awal sebelum pembelajaran (pretest) dan pada akhir setelah pembelajaran (posttest). Soal yang diberikan pada saat pretest sama dengan soal yang diberikan ketika posttest.
b. Tes Kemampuan Kognitif
Tes kemampuan kognitif yang diberikan mencakup empat aspek kognitif berdasarkan taksonomi Bloom, yaitu pengetahuan (C1), pemahaman (C2), penerapan (C3), dan analisis (C4). Sama seperti tes keterampilan berkomunikasi, tes kemampuan kognitif juga dilaksanakan dua kali yaitu pada saat awal sebelum pembelajaran (pretest) dan pada
(20)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
akhir setelah pembelajaran (posttest). Soal yang diberikan pada saat
pretest sama dengan soal yang diberikan ketika posttest.
2. Lembar Observasi
Lembar observasi digunakan untuk mengetahui keterlaksanaan pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator sesuai dengan sintaks inkuiri yang telah dirancang dalam rencana pembelajaran. Lembar observasi terdiri dari kolom kegiartan guru yang berisi rangkaian kegiatan pembelajaran yang disesuaikan dengan sintaks pembelajaran inkuiri, serta kolom keterlaksanaan yang terdiri dari Ya dan Tidak. Lembar observasi ini diisi oleh tiga orang observer dengan cara memberikan tanda checklist () pada kolom keterlaksanaan sesuai dengan kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh guru.
3. Angket Respon Siswa
Angket ini bertujuan untuk mengungkap respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator. Di dalam angket ini berisi pernyataan yang harus dijawab oleh siswa dengan cara memberi tanda checklist () pada kolom jawaban ya atau tidak. Pernyataan yang diberikan berkaitan dengan 3 hal, yaitu pembelajaran inkuiri berbantuan program PLRG simulator yang digunakan (2 pernyataan), motivasi dan minat siswa (3 pernyataan), serta kaitan antara program PLRG simulator dengan materi pembiasan cahaya (2 pernyataan). Data yang dikumpulkan melalui angket diolah dengan cara mengklasifikasikan jawaban siswa yang terdiri dari ya dan tidak, kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase.
(21)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
E. Teknik Pengumpulan Data
Terdapat tiga jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini, masing-masing data dikumpulkan denga cara yang berbeda. Berikut ini penjelasan mengenai sumber data, jenis data, teknik pengumpulan, dan instrumen yang digunakan.
Tabel 3.2 Teknik Pengumpulan Data
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik Pengumpulan
Data
Instrumen
1. Siswa Keterampilan
berkomunikasi sebelum dan sesudah pembelajaran Tes keterampilan berkomunikasi yang diberikan pada saat Pretest
dan posttest
Tes tertulis berupa pilihan ganda yang memuat soal-soal yang menguji keterampilan berkomunikasi siswa
2. Siswa Kemampuan kognitif siswa sebelum dan sesudah pembelajaran
Tes
kemampuan kognitif yang diberikan saat
Pretest dan
posttest
Tes tertulis berupa pilihan ganda yang memuat soal-soal yang menguji kemampuan
kognitif siswa 3. Guru Keterlaksanaan
pembelajaran inkuiri
Observasi selama
Lembar observasi keterlaksanaan
(22)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
No Sumber
Data Jenis Data
Teknik Pengumpulan
Data
Instrumen
berbantuan program
PLRG simulator
kegiatan pembelajaran
pembelajaran
4. Siswa Respon siswa Pengisian angket setelah kelseluruhan proses
pembelajaran dilaksanakan
Angket yang memuat
pernyataan-pertanyaan tentang respon siswa terhadap
pembelajaran inkuiri
menggunakan program PLRG simulator
F. Teknik Pengolahan Data
1. Uji Coba Instrumen a. Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukan sukar dan mudahnya sesuatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index), indeks kesukaran ini diberi
(23)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
simbol P. untuk menentukan indeks kesukaran soal ini digunakan rumus berikut :
� =
�� ... (3.1)
(Arikunto, 2007 : 208) Dengan : P = indeks kesukaran
B = banyaknya siswa yang menjawab soal itu dengan betul JS = jumlah seluruh siswa peserta tes
Indeks kesukaran diklasifikasikan sebagai berikut : Tabel 3.3. Kriteria Tingkat Kesukaran Soal
Indeks kesukaran (P) Kriteria kesukaran
0,00 < P < 0,30 Sukar
0,31 < P < 0,70 Sedang
0,71 < P < 1,00 Mudah
(Arikunto, 2007 : 210) b. Daya pembeda
Daya pembeda soal adalah kemampuan sesuatu soal untuk membedakan antara siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Angka yang menunjukan besarnya daya pembeda disebut indeks diskriminasi, D. untuk menentukan daya pembeda ini terlebih dahulu seluruh pengikut tes dikelompokkan menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok pandai atau kelompok atas (upper group) dan kelompok bodoh atau kelompok bawah (lower
(24)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
� =
� −� =� − � ... (3.2) (Arikunto, 2007 : 213) Dengan : J = jumlah peserta tes
JA = banyaknya peserta kelompok atas JB = banyaknya peserta kelompok bawah
BA= banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal itu dengan benar
BB= banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal itu dengan benar
PA = � = proporsi peserta kelompok atas yang menjawab benar
PB = � = proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda adalah sebagai berikut : Tabel 3.4. Kriteria Daya Pembeda
Daya Pembeda (D) Kriteria Daya Pembeda
< 0,00 Tidak baik (sebaiknya dibuang)
0,00 < D < 0,20 Jelek
0,20 < D < 0,40 Cukup
0,40 < D < 0,70 Baik
0,70 < D < 1,00 Baik sekali
(25)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu c. Validitas butir soal
Validitas didefinisikan sebagai kesahihan, kelayakan, kebermaknaan, dan kegunaan inferensi spesifik peneliti berdasarkan data yang diperolehnya. Pengujian validitas mencakup tiga jenis, yaitu validitas isi, validitas konstruk, dan validitas kriteria.
1) Validitas isi adalah pengujian validitas yang dilakukan pada isinya untuk memastikan apakah butir tes mengukur secara tepat keadaan yang ingin diukur (Purwanto, 2010:120). Prosedur yang dilakukan untuk menguji validitas isi ini adalah dengan mengkonsultasikan instrumen yang disusun kepada ahli (expert
judgement). Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam validasi isi
adalah format instrumen, yang meliputi kejelasan cetakan, ukuran huruf, ruang yang cukup untuk menjawab (bila diperlukan), dan keterbacaan soal. Untuk itu maka soal yang disusun berdasarkan kisi-kisi, perlu diuji coba kepada sejumlah sampel di luar sampel penelitian, kemudian dianalisis.
2) Validitas kriteria adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan membandingkan tes hasil belajar dengan kriteria tertentu diluar tes hasil belajar, seperti hasil tes ulangan harian (Purwanto, 2010:125).
3) Validitas konstruksi adalah pengujian validitas yang dilakukan dengan melihat kesesuaian konstruksi butir yang ditulis dengan kisi-kisinya (Purwanto, 2010:128). Metode validitas yang
(26)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
digunakan dalam penelitian ini adalah telaah butir. Metode ini dilakukan dengan mencermati kesesuaian penempatan butir-butir dalam faktornya dari sisi konstruksinya sesuai dengan kisi-kisi instrumen yang telah dibuat. Seperti halnya validitas isi, pengujian validitas konstruk juga dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen yang telah disusun kepada ahli (expert judgment).
d. Reliabilitas Tes
Reliabilitas berkaitan dengan keajegan atau konsistensi dari skor yang diperoleh, yaitu bagaimana konsistensinya antara setiap individu yang dites oleh instrumen tersebut. Bila sebuah tes dikatakan reliabel, maka dapat diharapkan bila siswa mendapat skor tinggi pada tes pertama, iapun akan mendapatkan skor tinggi pula pada kesempatan lain bila ia mengambil tes tersebut. Mungkin skornya tidak identik, tetapi hampir sama. Reliabilitas suatu tes ditunjukkan oleh koefisien reliabilitas.
Bila seseorang mengikuti tes yang sama dua kali, maka jarang mendapat skor yang tepat sama, artinya skor jawabannya tidak identik. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor misalnya perbedaan motivasi, energi, rasa cemas, perbedaan situasi dll. Faktor-faktor ini menyebabkan error dalam pengukuran. Oleh karena error dalam pengukuran selalu muncul, maka peneliti berharap ada variasi skor tes (jawaban atau rating). Suatu instrumen dapat diberikan kepada
(27)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
kelompok yang sama lebih dari satu kali dengan format yang berbeda, dapat pula digunakan dua bentuk instrumen yang berbeda seluruhnya atau berbeda sebagian. Koefisien reliabilitas juga mengungkapkan hubungan, antara skor dari individu yang sama dengan instrumen yang sama pada dua kesempatan yang berbeda. Salah satu cara memperoleh koefisien reliabilitas adalah dengan metode test-retest; metode bentuk ekivalen; dan metode konsistensi internal. Koefisien reliabilitas memiliki kisaran nilai 0,00 -1,00.
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode
test-retest. Dalam metode ini tes diberikan dua kali pada kelompok uji
setelah interval waktu tertentu. Setelah itu, koefisien reliabilitas dihitung untuk mengetahui hubungan antara dua perangkat skor yang diperoleh. Koefisien reliabilitas dihitung dengan mengkorelasikan skor kedua tes dengan menggunakan persamaan korelasi product momen Pearson :
2 2
2 2
) ( ) ( ) )( ( Y Y N X X N Y X XY N rxy
... (3.3)
Kriteria korelasinya adalah sebagai berikut : Tabel. 3.5 Kriteria koefisien korelasi
Koefisien korelasi reliabilitas
Kriteria
r11≤ 0,20 Sangat rendah 0,20 < r11 ≤ 0,40 Rendah 0,40 < r11 ≤ 0,60 Cukup (sedang)
(28)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
0,60 < r11 ≤ 0,80 Tinggi 0,80 < r11≤ 1,00 Sangat tinggi
2. Pengolahan data penelitian
a. Data Keterampilan Berkomunikasi dan Kemampuan Kognitif Siswa 1) Penskoran
Skor yang diberikan untuk jawaban benar adalah 1, sedangkan untuk jawaban salah adalah 0. Skor total dihitung dari banyaknya jawaban yang cocok dengan kunci jawaban.
2) Menghitung rata-rata (mean) skor pretest dan posttest
Nilai rata-rata (mean) dari skor tes baik pretest maupun posttest dihitung dengan menggunakan rumus berikut :
�= ΣX
� ... (3.4) Dengan :
� = nilai rata-rata skor pretest maupun posttest
X = skor tes yang diperoleh setiap siswa N = banyaknya data
3) Menghitung N-Gain skor pretest dan posttest
Peningkatan yang terjadi sebelum dan sesudah pembelajaran dihitung dengan N-gain menggunakan rumus Hake:
Si Si Sf
g
% 100
% %
... (3.5)
(29)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu g : N-gain
% <Sf> : persentase rata-rata skor akhir (posttest) % <Si> : persentase rata-rata skor awal (pretest)
Tabel 3.6. Kategori Tingkat N-Gain
Batasan N-gain Kategori
g > 0,7 Tinggi
0,3 ≤ g ≤ 0,7 Sedang
g < 0,3 Rendah
4) Analisis Perbandingan
Proses analisis perbandingan dilakukan dengan bantuan program analisis statistik SPSSTM 16.0. Taraf kepercayaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 95% (α = 0.05).
a) Uji Normalitas
Uji Normalitas bertujuan untuk mengetahui sebaran distribusi data yang diperoleh. Hal ini berkaitan dengan sampel yang diambil. Melalui Uji Normalitas peneliti bisa mengetahui apakah sampel yang diambil mewakili populasi atau tidak. Jenis uji yang digunakan adalah uji Shapiro-Wilk. Dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), interpretasi hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Jika nilai sig. > 0,05 maka data berdistribusi normal - Jika nilai sig. < 0,05 maka data berdistribusi tidak normal
(30)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu b) Uji homogenitas
Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui asumsi homogen atau tidaknya suatu varians. Jenis uji homogenitas yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah uji Levene. Dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), interpretasi hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Jika nilai sig. > 0,05 maka data homogen - Jika nilai sig. < 0,05 maka data tidak homogen c) Pengujian hipotesis
Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda rerata pada kedua kelas. Untuk data-data yang normal dan homogen digunakan uji-t (two independent sample t-test). Dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), interpretasi hasil perhitungannya adalah sebagai berikut :
- Jika nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima - Jika nilai sig. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak
Untuk data yang tidak normal atau tidak homogen, atau tidak keduanya digunakan uji non parametrik dengan uji Mann Whitney-U. Dengan menggunakan taraf kepercayaan 95% (α = 0,05), interpretasi hasil perhitungannya adalah sebagai berikut : - Jika nilai sig. < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima - Jika nilai sig. > 0,05 maka H0 diterima dan H1 ditolak b. Keterlaksanaan Pembelajaran
(31)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Data keterlaksanaan pembelajaran diperoleh dari data hasil observasi selama kegiatan pembelajaran. Persentase keterlaksanaan pembelajaran ini dihitung dengan menggunakan rumus
% = ℎ � �
ℎ ℎ � × 100 % ...(3.6) c. Respon Siswa
Data yang dikumpulkan melalui angket diolah dengan cara mengklasifikasikan jawaban siswa yang terdiri dari ya dan tidak, kemudian jawaban tersebut dinyatakan dalam persentase. Perhitungan persentase menggunakan rumus :
% = ℎ � � � "� "
ℎ ℎ × 100 ... (3.7)
G. Prosedur dan Alur Penelitian
1. Prosedur Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa tahapan, secara garis besar penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu tahap persiapan, pelaksanaan, dan pengolahan data hasil penelitian. Berikut ini penlejasan lengkap mengenai tahapan-tahapan penelitian yang dilakukan.
a. Persiapan
Kegiatan-kegiatan yang dilakukan pada tahap persiapan adalah sebagai berikut :
1) Telaah kurikulum KTSP, dilakukan untuk mengetahui tujuan utama yang ingin dicapai melalui pembelajarn fisika.
(32)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
2) Studi pendahuluan, yaitu menganalisis data hasil belajar fisika siswa yang diperoleh dari salah satu sekolah.
3) Merumuskan masalah. Berdasarkan hasil studi pendahuluan, maka disusunlah suatu masalah yang dijadikan fokus penelitian.
4) Studi literatur, dilakukan untuk memperoleh teori yang kuat untuk mengatasi masalah yang akan dikaji, yaitu tentang CAI, pembelajaran inkuiri, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan kognitif. 5) Penyusunan RPP dan instrumen penelitian berupa soal tes
keterampilan berkomunikasi, soal tes kemampuan kognitif, dan lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran.
6) Melakukan judgment instrumen keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif kepada ahli. Proses judgment dilakukan untuk mengetahui validitas instrumen yang disusun atau kelayakan dan kesesuaian instrumen dalam mengukur indikator yang ingin dicapai. 7) Melakukan uji coba instrumen yang telah di-judgment. Uji coba
dilakukan pada siswa yang telah mendapatkan materi pembiasan cahaya. Pada penelitian ini proses uji coba dilakukan pada siswa kelas IX di salah satu SMP di Bandung.
8) Melakukan analisis hasil uji coba instrumen dengan rumus-rumus yang telah dijelaskan sebelumnya.
9) Menentukan soal-soal yang akan digunakan dalam penelitian berdasarkan hasil analisis uji coba instrumen.
(33)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Pada tahap pelaksanaan, ada tiga kegiatan yang dilakukan, yaitu :
1) Memberikan tes awa (pretest) kepada siswa untuk mengetahui kemampuan awal siswa dalam keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif pada materi pembiasan cahaya.
2) Pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran dilakukan sesuai dengan desain penelitian yang telah dirancang sebelumnya, yaitu pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator pada kelas eksperimen dan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Pembelajaran yang dilakukan mengacu pada RPP yang telah disusun sebelumnya. Pada saat proses pembelajaran berlangsung, kegiatan guru diamati oleh para observer untuk mengetahui apakah pembelajaran yang dilakukan sesuai dengan sintaks-sintaks pembelajaran inkuri yang telah dirancang.
3) Memberikan tes akhir (posttest) kepada siswa untuk mengetahui kemampuan siswa dalam keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif pada materi pembiasan cahaya setelah dilakukannya pembelajaran.
c. Pengolahan hasil penelitian
Setelah melakukan penelitian, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
1) Mengolah data hasil pretest dan posttest siswa untuk keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif.
(34)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
3) Menyusun hasil penelitian dalam sebuah laporan hasil penelitian. 2. Alur Penelitian
Langkah-langkah yang ditempuh dalam penelitian ini sebagaiman telah dijelaskan di atas, dapat digambarkan dalam bagan alur berikut :
(35)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Studi Pendahuluan
Merumuskan Masalah
Studi Literatur : pembelajaran inkuiri, PLRG simulator dan konsep tentang
pembiasan
Penyusunan instrumen penelitian Penyusunan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran
Uji Coba Instrumen
Pretest
Pembelajaran konvensional Pembelajaran inkuiri berbantuan
program PLRG simulator
Posttest
Angket respon siswa
Analisis Data
Penyusunan Laporan Penelitian
Judgement ahli
Revisi Instrumen Revisi Instrumen
(36)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Gambar 3.1. Alur Penelitian
H. Hasil Uji Instrumen
Instrumen disusun berdasarkan indikator keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif yang telah ditentukan. Sebelum digunakan, instrumen terlebih dahulu diuji validitas, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitasnya. Tabel 3.7 berikut ini menyajikan distribusi soal yang telah disusun sebelum dilakukan uji instrumen.
Tabel 3.7 Distribusi Soal Tes Keterampilan Berkomunikasi dan Kemampuan Kognitif Sebelum Judgment Ahli
Tes Indikator/ aspek
Jumlah soal pada label konsep Pembiasan pada kaca plan paralel Pembiasan pada lensa cembung Pembiasan pada lensa cekung Ke ter ampi lan be rkomunika si
Membaca grafik atau tabel
atau diagram 2 2 2
Mengubah bentuk penyajian 3 1 1
Memerikan/menggambarkan data empiris hasil percobaan atau pengamatan dengan tabel atau grafik atau diagram
3 1 1
Ke
mampua
n
Kogniti
f Pengetahuan (C1) 2 2 2
Pemahaman (C2) 2 2 2
Penerapan (C3) 2 2 2
Analisis (C4) 1 2 1
Jumlah soal 13 13 12
1) Uji Validitas
Pengujian validitas yang dilakukan pada penelitian ini adalah validitas isi dan validitas konstruk. Uji validitas dilakukan dengan mengkonsultasikan instrumen kepada ahli melalui proses judgment.
(37)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Judgment dilakukan untuk mengetahui apakan soal yang disusun sudah
sesuai dengan indikator pembelajaran, indikator keterampilan yang diteliti, serta dengan konsep pembiasan cahaya.
Dari 38 soal yang telah disusun, sebagian soal sudah sesuai dengan indikator sementara yang lainnya masih ada yang kurang sesuai. Ketidaksesuaian ini bervariasi, baik terhadap indikator pembelajaran, indikator keterampilan berkomunikasi, maupun konten materi, sebagian besar terdapat ketidaksesuaian dengan konten materi. Namun untuk kesesuaian dengan aspek kognitiif, para ahli menyatakan semua instrumen sudah sesuai. Soal-soal yang dianggap tidak sesuai diperbaiki sesuai dengan saran yang diberikan oleh ahli. Setelah direvisi, soal kembali dikonsultasikan dan akhirnya semua soal dinyatakan valid. Data lengkap hasil judgment oleh ahli terdapat pada lampiran B.2.b. Tabel 3.8 berikut ini menyajikan distribusi soal tes keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif berdasarkan hasil judgment ahli.
Tabel 3.8 Distribusi Soal Tes Keterampilan Berkomunikasi dan Kemampuan Kognitif Setelah Judgment Ahli
Tes Indikator/ aspek
Nomor dan Jumlah soal pada label konsep Pembiasan pada kaca plan paralel Pembiasan pada lensa cembung Pembiasan pada lensa cekung Ke ter ampi lan be rkomunika si
Membaca grafik atau tabel atau diagram 1,3 (2 soal) 1,2,3 (3 soal) 1,2,3 (3 soal) Mengubah bentuk penyajian 2,4
(2 soal)
4 (1 soal)
4 (1 soal)
(38)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu Tes Indikator/ aspek
Nomor dan Jumlah soal pada label konsep Pembiasan pada kaca plan paralel Pembiasan pada lensa cembung Pembiasan pada lensa cekung data empiris hasil percobaan
atau pengamatan dengan tabel atau grafik atau diagram
(2 soal) (1 soal) (1 soal)
Ke
mampua
n Kogniti
f Pengetahuan (C1) 7,8
(2 soal)
6,7 (2 soal)
6,7 (2 soal)
Pemahaman (C2) 9,10
(2 soal)
8,9 (2 soal)
8,9 (2 soal)
Penerapan (C3) 11,12
(2 soal)
10,11 (2 soal)
10,11 (2 soal)
Analisis (C4) 13
(1 soal)
12,13 (2 soal)
12 (1 soal)
Jumlah soal 13 13 12
2) Uji tingkat kesukaran, daya pembeda, dan reliabilitas tes
Setelah melalui proses judgment, instrumen tidak langsung digunakan, namun harus dilakukan uji coba terlebih dahulu. Uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaran dan daya pembeda dari tiap butir soal, serta reliabilitas dari semua tes yang telah disusun. Uji coba diberikan kepada siswa kelas IX di sekolah dimana penelitian akan dilakukan. Tabel 3.9 berikut menyajikan data hasil uji coba instrumen yang telah dilakukan.
Tabel 3.9 Hasil Uji Coba Instrumen No Soal
Tingkat Kesukaran (P) Daya Pembeda (D)
Ket
tes 1 tes 2 tes 1 tes 2
nilai P kriteria nilai P kriteria nilai D kriteria nilai D kriteria
P em b ias an
1 0,75 mudah 0,85 mudah 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
2 0,55 sedang 0,55 sedang 0,50 cukup 0,30 cukup digunakan
(39)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu No Soal
Tingkat Kesukaran (P) Daya Pembeda (D)
Ket
tes 1 tes 2 tes 1 tes 2
nilai P kriteria nilai P kriteria nilai D kriteria nilai D kriteria
4 0,45 sedang 0,45 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
5 0,35 sedang 0,35 sedang 0,10 jelek 0,10 jelek
tidak digunakan
6 0,55 sedang 0,55 sedang 0,50 baik 0,50 baik digunakan
7 0,60 sedang 0,65 sedang 0,40 cukup 0,30 cukup digunakan
8 0,45 sedang 0,55 sedang 0,30 cukup 0,50 baik digunakan
9 0,55 sedang 0,75 mudah 0,50 baik 0,30 cukup digunakan
10 0,40 sedang 0,75 mudah 0,60 baik 0,50 baik digunakan
11 0,35 sedang 0,65 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
12 0,10 sukar 0,10 sukar 0,00 jelek 0,00 jelek
tidak digunakan
13 0,35 sedang 0,60 sedang 0,30 cukup 0,40 cukup digunakan
L en sa Ce m b u n g
1 0,25 sukar 0,45 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
2 0,45 sedang 0,70 sedang 0,50 baik 0,40 cukup digunakan
3 0,25 sukar 0,20 sukar -0,30
tidak
baik -0,20
tidak baik
tidak digunakan
4 0,25 sukar 0,65 sedang 0,30 cukup 0,50 baik digunakan
5 0,55 sukar 0,85 mudah 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
6 0,15 sukar 0,20 sukar -0,30
tidak
baik -0,20
tidak baik
tidak digunakan
7 0,45 sedang 0,75 mudah 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
8 0,60 sedang 0,55 sedang 0,40 cukup 0,50 baik digunakan
9 0,45 sedang 0,75 mudah 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
10 0,40 sedang 0,70 sedang 0,40 cukup 0,40 cukup digunakan
11 0,45 sedang 0,50 sedang 0,30 cukup 0,40 cukup digunakan
12 0,25 sukar 0,45 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
13 0,25 sukar 0,65 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
L en sa Ce k u n g
1 0,35 sedang 0,55 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
2 0,15 sukar 0,55 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
3 0,55 sedang 0,70 sedang 0,30 cukup 0,40 cukup digunakan
4 0,20 sukar 0,25 sukar 0,00 jelek -0,10
tidak baik
tidak digunakan
5 0,65 sedang 0,55 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
6 0,50 sedang 0,60 sedang 0,40 cukup 0,40 cukup digunakan
7 0,25 sukar 0,60 sedang 0,30 cukup 0,40 cukup digunakan
8 0,85 mudah 0,65 sedang 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
9 0,35 sedang 0,75 mudah 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
10 0,50 sedang 0,30 sukar 0,40 cukup 0,40 cukup digunakan
11 0,45 sedang 0,75 mudah 0,30 cukup 0,30 cukup digunakan
(40)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Berdasarkan hasil uji coba yang telah dilakukan, jika dikelompokkan berdasarkan tingkat kesukaran, daya pembeda, dan validitas butir soal, maka diperoleh hasil sebagai berikut :
1. Tingkat kesukaran soal
Berdasarkan hasil perhitungan dan kriteria tingkat kesukaran soal, dari 38 soal yang diberikan terdapat 1 soal dengan kriteria mudah, 30 soal dengan kriteria sedang, dan 7 soal dengan kriteria sukar.
2. Daya pembeda
Berdasarkan hasil perhitungan dan kriteria daya pembeda soal, dari 38 soal yang diberikan terdapat 5 soal dengan kriteria tidak baik, 10 soal dengan kriteria jelek, 14 soal dengan krteria cukup, dan 8 soal dengan kriteria baik. Soal-soal yang termasuk kriteria tidak baik dianalisis kembali hingga diputuskan 5 soal tersebut tidak digunakan.
3. Reliabilitas Tes
Instrumen diujikan pada dua kelas berbeda, kemudian dihitung korelasinya dengan menggunakan persamaan (3.5). Berdasarkan hasil perhitungan, tes yang disusun memiliki nilai reliabilitas 0,79 yang menunjukkan bahwa instrumen tersebut reliabel dan korelasinya termasuk pada kriteria tinggi. Perhitungan lengkap terdapat pada Lampiran C.5
Setelah melalui proses uji coba, maka ditentukan soal-soal yang digunakan dan yang tidak digunakan yang didasarkan pada daya pembeda soal. Berikut ini adalah distribusi soal yang digunakan di lapangan setelah melalui proses uji coba.
(41)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Tabel 3.10 Distribusi Tes Keterampilan Berkomunikasi dan Kemampuan Kognitif yang Digunakan di Lapangan
Sub konsep
No Soal
Jumlah soal
Keterampilan berkomunikasi Kemampuan
Kognitif
Membaca Mengubah Memerikan C1 C2 C3 C4
Pembiasan pada kaca plan paralel
1,3 2,4 6 7,8 9,
10 11 13 11 Lensa
Cembung 1,2 4 5 7
8, 9
10, 11
12,
13 11 Lensa
Cekung 1,2,3 - 5
6, 7
8, 9
10,
(42)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis data yang telah dilakukan, maka kesimpulan yang diperoleh adalah pertama pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator dapat lebih meningkatkan keterampilan berkomunikasi siswa dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh nilai N-gain untuk kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator yaitu sebesar 0,68 dan untuk kelas kontrol yang menggunakan pmbelajaran konvensional sebesar 0,49. Kedua, pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator dapat lebih meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada materi pembiasan cahaya dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Hal ini ditunjukkan oleh nilai
N-gain untuk kelas eksperimen yang menerapkan pembelajaran inkuiri
menggunakan program PLRG simulator yaitu sebesar 0,50 dan untuk kelas kontrol yang menggunakan pmbelajaran konvensional sebesar 0,40. Ketiga, Respon siswa terhadap pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG
simulator secara umum positif, berkaitan dengan metode yang digunakan, 100%
siswa setuju bahwa pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator merupakan metode pembelajaran yang baru dan membuat pembelajaran lebih menarik. Berkaitan dengan motivasi dan minat belajar, sebanyak 93 % responden menyatakan pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator
(43)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
membuat mereka lebih semangat untuk belajar, 97 % responden menyatakan pembelajaran ini membuat mereka aktif dalam pembelajaran, dan 87 % responden menyatakan pembelajaran ini dapat membuat mereka bekerja sama dengan teman kelompoknya. Berkaitan dengan materi pembiasan, sebanyak 100% responden menyatakan program PLRG simulator membantu mereka dalam memvisualisasikan materi pembiasan yang abstrak, 93% responden menyatakan program PLRG simulator membantu mereka untuk lebih memahami konsep pembiasan cahaya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif siswa ini, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Ketika proses pembelajaran, pada pertemuan pertama dan kedua masih ada beberapa siswa yang kesulitan dalam mengoperasikan simulator. Sehingga, sebelum pelaksanaan pembelajaran, sebaiknya siswa diberikan pelatihan tentang cara penggunaan media telebih hingga siswa benar-benar mahir terlebih dahulu, sehingga pada saat proses pembelajaran tidak lagi terganggu dengan pertanyaan tentang bagaimana cara menggunakan media.
2. Pada pertemuan pertama dan kedua, ada kendala dalam hal waktu sehingga kegiatan presentasi dan tanya jawab tidak dapat terlaksana
(44)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
secara maksimal. Oleh karena itu, guru harus dapat mengefektifkan waktu dan mengelola presentasi siswa lebih optimal agar dapat memberikan penguatan konsep pada saat menanggapi persentasi kelompok dan pertanyaan siswa, sehingga seluruh pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3. Keterampilan membaca grafik atau tabel atau diagram mengalami peningkatan yang paling rendah. Agar pada penelitian selanjutnya keterampilan ini dapat meningkat lebih baik, penulis menyarankan agar dalam pembelajaran lebih banyak lagi ditampilkan gambar, grafik, tabel, mauoun diagram, dan siswa dilatih untuk mengungkapkan informasi yang diperoleh dari gambar yang ditampilkan.
(45)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S & Adilah, S. (2008). The Effects of Inquiry-Based Computer
Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Laws. Eurasia Journal of Mathematics,
Science & Technology Education. 4(4): 387-398.
Akour, Ahmed. ___ . The Effects of Computer-Assisted Instruction on Jordanian
College Students' Achievements in an Introductory Computer Science Course. Electronic Journal for the Integration of Technology in
Education, Vol. 5.
Al Husin, S. (2003). Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS.10 for Windows. Yogyakarta : Graha Ilmu
Anderson, Lorin W & David R Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (versi terjemahan dari “A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assessing: A Revision Of Bloom’s
Taxonomy Of Educational Objective”). Yogyakarta : Pustaka Pelajar Aravind, Vasudeva Rao and John W. Heard. (2010). Physics by Simulation:
Teaching Circular Motion using Applets. Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 4, No. 1, Jan. 2010
Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bakaç, Mustafa, Aslihan Kartal Taşoğlu, & Turgay Akbay. (2011). The Effect of
Computer Assisted Instruction with Simulation in Science and Physics Activities on the Success of Student: Electric Current. European Journal of
Physics and Chenistry Education, Jan (Special Issue):34-42 Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah
Pertama. Jakarta: Depdiknas.
Fraenkel, Jack R & Norman E. Wallen. (1993) . How to Design and Evaluate
(46)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gina Nugraha, Muhammad. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan
Simulasi Komputer Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Korelasinya Dengan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Xi Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Hake, Richard R.___ . Analyzing Change/Gain Scores. ___ . ___ ,
Ibrahim, Muslimin. Prof. Dr. 2007. Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia : http://kpicenter.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&It emid=41.
Joyce, Bruce & Marsha Weil. (2004). Models Of Teaching (seventh edition). United States of America : Pearson Education
Liao,Yuen-Kuang & Yu-Wen Chen. (2007). The Effect Of Computer Simulation
Instruction On Student Learning: A Meta-Analysis Of Studies In Taiwan.
Journal Of Information Technology And Applications, Vol. 2, no. 2, PP. 69-79, 2007.
Mahjardi. (2000). Analisis Kesulitan Siswa Kelas 1 MAN dalam Pemahaman
Konsep Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Tesis UPI Bandung: tidak
diterbitkan
McBride, dkk. (2004). Using An Inquiry Approach To Teach Science To
Secondary School Science Teachers. IOP Journal Volume (issue) 39 (5):
1-6
Purwanto. (2010). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan
dan Pemanfaatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme
Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Rustaman, Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Saepuzaman, Duden. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan
(47)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Arus Searah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak
diterbitkan.
Soenarto, Sunaryo.___. Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer Dan Cara
Berpikir Terhadap Hasil Belajar Fisika.
Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Surjono, H. (1995). Pengembangan Computer-Assisted Instruction (CAI) Untuk
Pelajaran Elektronika. Jurnal Kependidikan. No. 2 (xxv): 95-106.
Tapilow, Fransisca S. (2006). Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan Berbasis IPA. SPs UPI
Tekbiyik, Ahmet & Akdeniz, Ali Riza. (2010). A Meta-Analytical Investigation
Of The Influence Of Computer Assisted Instruction On Achievement In Science. Asia-Pacific Forum On Science Learning And Teaching, Volume
11, Issue 2, Article 12, p.1 (Dec., 2010).
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI.
Wahyudin, Sutikno & A. Isa. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan
Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika
Indonesia 6 (2010) 58-62
Wolf, Stephen J. & Barry J. Fraser. (2008). Learning Environment, Attitudes, and
Achievement among Midle-School Science Student Using Inquiry-based Laboratory Activities. Research Science Education
Yang, Kun-Yuan & Jia-Sheng Heh. (2007). The Impact of Internet Virtual Physics
Laboratory Instruction on the Achievement in Physics, Science Process Skills and Computer Attitudes of 10th-Grade Students. Journal of Science
Education and Technology, 16: PP 451–461.
Yesilyurt, Mustafa. (2011). Meta-analysis of the computer assisted studies in
physics: A sample of Turkey. Energy Education Science and Technology
(48)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
(1)
99
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
membuat mereka lebih semangat untuk belajar, 97 % responden menyatakan pembelajaran ini membuat mereka aktif dalam pembelajaran, dan 87 % responden menyatakan pembelajaran ini dapat membuat mereka bekerja sama dengan teman kelompoknya. Berkaitan dengan materi pembiasan, sebanyak 100% responden menyatakan program PLRG simulator membantu mereka dalam memvisualisasikan materi pembiasan yang abstrak, 93% responden menyatakan program PLRG simulator membantu mereka untuk lebih memahami konsep pembiasan cahaya.
B. Saran
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan tentang penerapan pembelajaran inkuiri menggunakan program PLRG simulator untuk meningkatkan keterampilan berkomunikasi dan kemampuan kognitif siswa ini, peneliti dapat memberikan beberapa saran sebagai berikut :
1. Ketika proses pembelajaran, pada pertemuan pertama dan kedua masih ada beberapa siswa yang kesulitan dalam mengoperasikan simulator. Sehingga, sebelum pelaksanaan pembelajaran, sebaiknya siswa diberikan pelatihan tentang cara penggunaan media telebih hingga siswa benar-benar mahir terlebih dahulu, sehingga pada saat proses pembelajaran tidak lagi terganggu dengan pertanyaan tentang bagaimana cara menggunakan media.
2. Pada pertemuan pertama dan kedua, ada kendala dalam hal waktu sehingga kegiatan presentasi dan tanya jawab tidak dapat terlaksana
(2)
100
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
secara maksimal. Oleh karena itu, guru harus dapat mengefektifkan waktu dan mengelola presentasi siswa lebih optimal agar dapat memberikan penguatan konsep pada saat menanggapi persentasi kelompok dan pertanyaan siswa, sehingga seluruh pembelajaran dapat terlaksana dengan baik.
3. Keterampilan membaca grafik atau tabel atau diagram mengalami peningkatan yang paling rendah. Agar pada penelitian selanjutnya keterampilan ini dapat meningkat lebih baik, penulis menyarankan agar dalam pembelajaran lebih banyak lagi ditampilkan gambar, grafik, tabel, mauoun diagram, dan siswa dilatih untuk mengungkapkan informasi yang diperoleh dari gambar yang ditampilkan.
(3)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, S & Adilah, S. (2008). The Effects of Inquiry-Based Computer Simulation with Cooperative Learning on Scientific Thinking and Conceptual Understanding of Gas Laws. Eurasia Journal of Mathematics, Science & Technology Education. 4(4): 387-398.
Akour, Ahmed. ___ . The Effects of Computer-Assisted Instruction on Jordanian College Students' Achievements in an Introductory Computer Science Course. Electronic Journal for the Integration of Technology in Education, Vol. 5.
Al Husin, S. (2003). Aplikasi Statistik Praktis Dengan SPSS.10 for Windows. Yogyakarta : Graha Ilmu
Anderson, Lorin W & David R Krathwohl. (2010). Kerangka Landasan untuk
Pembelajaran, Pengajaran, dan Asesmen (versi terjemahan dari “A
Taxonomy For Learning, Teaching, And Assessing: A Revision Of Bloom’s
Taxonomy Of Educational Objective”). Yogyakarta : Pustaka Pelajar Aravind, Vasudeva Rao and John W. Heard. (2010). Physics by Simulation:
Teaching Circular Motion using Applets.Lat. Am. J. Phys. Educ. Vol. 4,
No. 1, Jan. 2010
Arikunto, Suharsimi. (2007). Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Bakaç, Mustafa, Aslihan Kartal Taşoğlu, & Turgay Akbay. (2011). The Effect of Computer Assisted Instruction with Simulation in Science and Physics Activities on the Success of Student: Electric Current. European Journal of Physics and Chenistry Education, Jan (Special Issue):34-42
Dahar, R.W. (1996). Teori-Teori Belajar. Jakarta: Erlangga.
Depdiknas. (2006). Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Sekolah Menengah Pertama. Jakarta: Depdiknas.
Fraenkel, Jack R & Norman E. Wallen. (1993) . How to Design and Evaluate Research in Education. London : Mc Graw Hill
(4)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Gina Nugraha, Muhammad. (2011). Model Pembelajaran Inkuiri Berbantuan Simulasi Komputer Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep Dan Korelasinya Dengan Keterampilan Berpikir Kritis Siswa Kelas Xi Pada Pokok Bahasan Fluida Statis. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Hake, Richard R.___ . Analyzing Change/Gain Scores. ___ . ___ ,
Ibrahim, Muslimin. Prof. Dr. 2007. Pembelajaran Inkuiri. [Online]. Tersedia : http://kpicenter.org/index.php?option=com_content&task=view&id=37&It emid=41.
Joyce, Bruce & Marsha Weil. (2004). Models Of Teaching (seventh edition). United States of America : Pearson Education
Liao,Yuen-Kuang & Yu-Wen Chen. (2007). The Effect Of Computer Simulation Instruction On Student Learning: A Meta-Analysis Of Studies In Taiwan. Journal Of Information Technology And Applications, Vol. 2, no. 2, PP. 69-79, 2007.
Mahjardi. (2000). Analisis Kesulitan Siswa Kelas 1 MAN dalam Pemahaman Konsep Fisika Pokok Bahasan Suhu dan Kalor. Tesis UPI Bandung: tidak diterbitkan
McBride, dkk. (2004). Using An Inquiry Approach To Teach Science To Secondary School Science Teachers. IOP Journal Volume (issue) 39 (5): 1-6
Purwanto. (2010). Instrumen Penelitian Sosial dan Pendidikan, Pengembangan dan Pemanfaatan. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Rusman. (2010). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan Profesionalisme Guru. Jakarta : Rajawali Pers.
Rustaman, Nuryani. (2005). Strategi Belajar Mengajar Biologi. Malang: Universitas Negeri Malang.
Saepuzaman, Duden. (2011). Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Dengan Kombinasi Eksperimen Nyata-Virtual Pada Materi Rangkaian Listrik
(5)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya
Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu
Arus Searah Untuk Meningkatkan Penguasaan Konsep dan Keterampilan Proses Sains Siswa SMA. Tesis pada SPs UPI Bandung: Tidak diterbitkan.
Soenarto, Sunaryo.___. Pengaruh Pembelajaran Berbantuan Komputer Dan Cara Berpikir Terhadap Hasil Belajar Fisika.
Sugiono. (2010). Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta
Surjono, H. (1995). Pengembangan Computer-Assisted Instruction (CAI) Untuk Pelajaran Elektronika. Jurnal Kependidikan. No. 2 (xxv): 95-106.
Tapilow, Fransisca S. (2006). Mata Kuliah Metode Penelitian Pendidikan Berbasis IPA. SPs UPI
Tekbiyik, Ahmet & Akdeniz, Ali Riza. (2010). A Meta-Analytical Investigation Of The Influence Of Computer Assisted Instruction On Achievement In Science. Asia-Pacific Forum On Science Learning And Teaching, Volume 11, Issue 2, Article 12, p.1 (Dec., 2010).
Universitas Pendidikan Indonesia. (2010). Pedoman penulisan karya ilmiah. Bandung: UPI.
Wahyudin, Sutikno & A. Isa. (2010). Keefektifan Pembelajaran Berbantuan
Multimedia Menggunakan Metode Inkuiri Terbimbing Untuk
Meningkatkan Minat Dan Pemahaman Siswa. Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia 6 (2010) 58-62
Wolf, Stephen J. & Barry J. Fraser. (2008). Learning Environment, Attitudes, and Achievement among Midle-School Science Student Using Inquiry-based Laboratory Activities. Research Science Education
Yang, Kun-Yuan & Jia-Sheng Heh. (2007). The Impact of Internet Virtual Physics Laboratory Instruction on the Achievement in Physics, Science Process Skills and Computer Attitudes of 10th-Grade Students. Journal of Science Education and Technology, 16: PP 451–461.
Yesilyurt, Mustafa. (2011). Meta-analysis of the computer assisted studies in physics: A sample of Turkey. Energy Education Science and Technology Part B: Social and Educational Studies 2011 Volume (issue) 3(2): 173-182
(6)
Fita Fatimah, 2012
Pembelajaran Inkuiri Menggunakan Program Plrg Simulator Untuk Meningkatkan Keterampilan Berkomunikasi Dan Kemampuan Kognitif Siswa SMP Pada Materi Pembiasan Cahaya