STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PELATIHAN OLAHRAGA RENANG PRESTASI PADA PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA DI SLB AZ-ZAKIYAH.

(1)

STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PELATIHAN OLAHRAGA RENANG PRESTASI PADA PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA

DI SLB AZ-ZAKIYAH

SKRIPSI

diajukan untuk memenuhi sebagian syarat memperoleh gelar Sarjana S1 Departemen Pendidikan Khusus

Oleh

Thasya Lutfia Hasinah Iramani 1001957

DEPARTEMEN PENDIDIKAN KHUSUS FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA


(2)

STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PELATIHAN OLAHRAGA RENANG PRESTASI DI SLB AZ-ZAKIYAH

Oleh

Thasya Lutfia Hasinah Iramani

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ilmu Pendidikan

© Thasya Lutfia Hasinah Iramani 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Agustus 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

Skripsi ini tidak boleh diperbanyak seluruhya atau sebagian, dengan dicetak ulang, difoto kopi, atau cara lainnya tanpa ijin dari penulis.


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Thasya Lutfia Hasinah Iramani

1001957

STUDI KASUS TENTANG PELAKSANAAN PELATIHAN OLAH RAGA RENANG PRESTASI DI SLB AZ-ZAKIYAH

Disetujui dan disahkan oleh : Pembimbing II

Dr. Zaenal Alimin, M. Ed NIP. 19590324 198403 1 002

Pembimbing II

Dra. Hj. Pudji Asri, M.Pd NIP. 19510326 197903 2 002

Ketua Jurusan

Departemen Pendidikan Khusus

Drs. Sunaryo, M.Pd NIP. 19560722 198503 1 001


(4)

(5)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

PERNYATAAN ... Error! Bookmark not defined.

ABSTRAK ... Error! Bookmark not defined.

KATA PENGANTAR ... Error! Bookmark not defined.

UCAPAN TERIMA KASIH ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

DAFTAR LAMPIRAN ... v BAB IPENDAHULUAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Latar Belakang Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Fokus Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

C. Pertanyaan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Tujuan Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Manfaat Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

E. Metode Penelitian... Error! Bookmark not defined.

BAB IISEKOLAH SEBAGAI SARANA UNTUK MENGEMBANGKAN

POTENSI OLAHRAGA RENANG PADA PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA ... Error! Bookmark not defined.

A. Peserta Didik Tunagrahita ... Error! Bookmark not defined.

B. Olahraga Renang ... Error! Bookmark not defined.

C. Pelatihan Olahraga Renang ... Error! Bookmark not defined.

BAB IIIMETODE PENELITIAN... Error! Bookmark not defined.

A. Prosedur Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Lokasi Penelitian ... Error! Bookmark not defined.


(6)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

D. Teknik Penelitian dan Instrumen Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

1. Teknik Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

2. Instrumen penelitian... Error! Bookmark not defined.

E. Teknik pengujian keabsahan data ... Error! Bookmark not defined.

F. Analisis Data Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

BAB IVHASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Hasil Penelitian ... Error! Bookmark not defined.

B. Analisis Data ... Error! Bookmark not defined.

C. Pembahasan ... Error! Bookmark not defined.

BAB VSIMPULAN DAN SARAN ... Error! Bookmark not defined.

A. Simpulan ... Error! Bookmark not defined.

B. Saran ... Error! Bookmark not defined.

DAFTAR PUSTAKA ... Error! Bookmark not defined.

LAMPIRAN ... Error! Bookmark not defined.


(7)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Klasifikasi Anak Tunagrahita...10

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara...30

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Observasi...32

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Studi Dokumentasi...33

Tabel 4.1 Analisis Data Silang Cara Sekolah Mengembangkan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tunagrahita di SLB Az-Zakiyah (Perencanaan Pelaksanaan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi I)...91

Tabel 4.2 Analisis Data Silang Cara Sekolah Mengembangkan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tunagrahita di SLB Az-Zakiyah (Perencanaan Pelaksanaan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi II)...94

Tabel 4.3 Analisis Data Silang Cara Sekolah Mengembangkan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tunagrahita di SLB Az-Zakiyah (Pelaksanaan Pelaksanaan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi I)...101

Tabel 4.4 Analisis Data Silang Cara Sekolah Mengembangkan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tunagrahita di SLB Az-Zakiyah (Pelaksanaan Pelaksanaan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi II)...104

Tabel 4.5 Analisis Data Silang Pencapaian dari Pelatihan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tungarahita di SLB Az-Zakiyah I...113

Tabel 4.6 Analisis Data Silang Pencapaian dari Pelatihan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tungarahita di SLB Az-Zakiyah II...116


(8)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR GAMBAR

Gambar 3.1 Proses Penelitian...26

Gambar 3.2 Triangulasi Data...34

Gambar 3.3 Analisis Data Reduksi...36


(9)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Studi Dokumentasi...134

Lampiran 2 Instrumen Penelitian...165

Lampiran 3 Hasil Penelitian...176

Lampiran 4 Transkrip Data...232

Lampiran 5 Analisis Data...267


(10)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH


(11)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul : “Studi Kasus Tentang Pelaksanaan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi pada Peserta Didik Tunagrahita di SLB Az-Zakiyah.” Permasalahan yang diteliti sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui gambaran deskriptif mengenai pelaksanaan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah. Penelitian ini bermula dari pola pendidikan di Sekolah Luar Biasa (SLB) yang lebih menekankan kepada akademis. SLB sampai saat ini masih menerapkan pendidikan yang monoton dan belum dapat menggali serta mengembangkan potensi yang ada pada peserta didik, salah satunya dalam olahraga berenang.

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang bersifat studi kasus eksploratif. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. SLB Az-Zakiyah membuktikan bahwa peserta didik tunagrahita dapat mengembangkan potensinya dalam bidang olahraga renang. Peserta didik dapat mengalami perkembangan yang optimal dalam olahraga renang bila dilatih secara berkelanjutan dan konsisten serta didukung oleh pengelolaan sekolah yang baik dan dukungan orang tua.

Saran yang penulis rumuskan adalah perubahan jadwal dalam frekuensi berlatih untuk perenang pemula dan menengah minimal empat kali dalam seminggu dan perenang tingkat lanjut minimal tiga kali dalam seminggu. sekolah menggunakan kolam renang yang memiliki panjang 50m dan kedalaman minimal 3m setiap berlatih untuk perenang prestasi tingkat mahir. Pihak sekolah harus memberikan laporan perkembangan pada orang tua setiap pelatihan renang dilaksanakan dalam bentuk narasi dan grafik.


(12)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRACT

Abstract : The problem that occurs in reality is education system in Special School which emphasizes the academic. Special School is still implementing education monotonous and yet can explore and develop the potential of learners, one of them in the swimming sports. This study used a qualitative approach that is both explorative case study. Data was collected through interviews, observation and documentation. Based on the findings of this study that Prestigeous swiming training to prepare intellectual disability students attended a swimming competition. SLB Az-Zakiyah proves that mentally retarded learners can develop their potential in swimming. Learners can experience optimal development in the sport of swimming when trained on an ongoing basis and is supported by a consistent, good school management and parental support.The recomendation is the change in frequency of practice schedules for beginners and intermediate swimmers at least four times a week and advanced swimmers at least three times a week. schools use the pool which has a length of 50m and a depth of at least 3m each practice for swimmers advanced level of achievement. The school must provide progress reports to parents every swimming training in the form of narrative and graph.


(13)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Manusia diciptakan dengan berbagai keberagaman dimana terdapat persamaan dan perbedaan serta kelebihan dan kekurangan yang ada pada diri setiap inividu. Setiap manusia pasti memiliki kekurangan yang berbeda dengan manusia lainnya dan kelebihan yang berbeda dengan manusia lainnya, tidak terkecuali anak berkebutuhan khusus dimana mereka memiliki kelebihan dibalik kekurangan yang mereka miliki. Dalam pendidikan, kelebihan merupakan potensi yang ada pada diri individu. Potensi pada diri individu tidak akan terlihat dan berkembang sendiri, melainkan berasal dari dukungan lingkungan yang akan mengembangkan atau menenggelamkan potensi individu itu sendiri. Hal yang menyebabkan lingkungan sangat berpengaruh adalah manusia termasuk pada makhluk sosial, dimana ia tidak dapat dapat hidup sendiri melainkan membutuhkan bantuan dari orang disekitarnya. Lingkungan yang akan mengembangkan kemampuan siswa untuk mempelajari, memahami dan menciptakan potensi yang telah diberikan pada dirinya. Sebuah pertanyaan besar adalah lingkungan seperti apakah yang akan mengembangkan kemampuan siswa dalam hal tersebut.

Pendidikan adalah hak setiap orang tanpa terkecuali bagi anak-anak yang secara lahiriah memiliki perbedaan (individual differences). Kenyataan menunjukkan, begitu banyak saudara kita yang berbeda karena keterbatasan baik secara fisik, emosional, intelektual, mental dan sosial ataupun karena keistimewaan talenta yang dimilikinya. Atas kesadaran ini, pendidikan khusus merupakan solusi alternatif bagi anak-anak yang berbeda tersebut.

Pendidikan khusus merupakan proses pendidikan yang dilaksanakan kepada peserta didik yang memiliki tingkat kesulitan dalam mengikuti proses pembelajaran karena kelainan fisik, emosional, mental, sosial, dan/atau memiliki potensi kecerdasan dan potensi istimewa. Melaksanakan pelayanan pendidikan khusus merupakan amanat undang-undang. Tercantum pada


(14)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

www.kemenag.go.id/file/dokumen/UU2003.pdf pasal 5 Undang- ndang nomor 4 tahun 1997 tentang Penyandang Cacat menegaskan, “Setiap penyandang cacat mempunyai hak dan kesempatan yang sama dalam segala aspek kehidupan dan penghidupan”. Sedangkan pasal 5 ayat (2) Undang Undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan, “Warga negara yang memiliki kelainan fisik, emosional, mental,

intelektual, dan/ atau sosial berhak memperoleh pendidikan khusus.”

Sekolah Luar Biasa (SLB) sebagai lembaga penyelenggara pendidikan khusus berperan penting dalam mengembangkan potensi peserta didik seoptimal mungkin dalam rangka mencapai tujuan pendidikan nasional. Sebuah fenomena menarik bahwa penyelenggaraan pendidikan khusus kini lebih banyak diprakarsai oleh masyarakat. Kondisi ini menunjukkan tingginya tingkat partisipasi masyarakat untuk berperan serta dalam pengelolaan pendidikan khusus. Hal yang disayangkan adalah tingginya tingkat partisipasi masyarakat saat ini belum sejalan dengan kualitas pendidikan khusus itu sendiri. Banyaknya sekolah tidak menyadari pentingnya pengembangan diri pada peserta didik, terutama anak berkebutuhan khusus yang memiliki kecerdasan di bawah rata-rata dimana sulit untuk memperoleh pembelajaran yang hanya fokus dalam akademis saja. Apabila ada pengembangan diri disekolah masing-masing namun pelaksanaannya tidak sesuai yang diharapkan, karena sekolah belum bisa mengelolanya dengan baik.

Tujuan dari pendidikan pada umumnya ialah menyediakan lingkungan yang memungkinkan untuk mengembangkan potensi dan kemampuannya secara optimal, sehingga ia dapat mewujudkan dirinya dan berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya dan kebutuhan masyarakat (Munandar, 2009, hal. 6). Oleh karena itu, sudah sebagai kewajiban sekolah sebagai lembaga formal untuk dapat mengembangkan sumber daya yang ada pada peserta didik, secara khusus untuk anak berkebutuhan khusus.

Bandung sebagai kota yang mempelopori pendidikan khusus untuk penyandang tunagrahita di Indonesia, namun masih diragukan kualitas pendidikan khusus di kota Bandung. Salah satu hal yang masih diragukan adalah


(15)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

proses pembelajaran peserta didik dalam pengembangan potensi pada peserta didik. Salah satu pengembangan potensi yang dapat dikembangkan oleh peserta didik adalah olahraga renang. Renang adalah salah satu kemampuan berharga yang dapat diajarkan pada peserta didik. Renang merupakan bentuk latihan serbaguna untuk peserta didik, karena dapat mencakup sebagai kegiatan bersifat terapi, bermain, prestasi dan menyenangkan. Sekolah dapat menjadikan kegiatan renang sebagai salah satu pengembangan diri pada peserta didik untuk menunjukan dirinya. Olahraga renang dapat melatih keberanian, emosional, sosial dan keterampilan. SLB Az-Zakiyah adalah salah satu sekolah yang menyelenggarakan berenang. Selain berenang sebagai rekreasi dan terapi, SLB Az-Zakiyah memiliki tujuan menciptakan atlet berenang di kota Bandung

Pelaksanaan proses pelatihan olahraga renang di Bandung belum sesuai dengan yang diharapkan, terutama sekolah sebagai lembaga yang dapat menyalurkan potensi pada peserta didik, sehingga SLB Az-Zakiyah mencoba memberikan kurikulum khusus untuk prestasi berenang. SLB Az-Zakiyah adalah sekolah yang telah berhasil mendidik peserta didik yang hingga saat ini peserta didik tersebut menjadi atlet renang sebagai perwakilan Kota Bandung dan Provinsi Jawa Barat.

B. Fokus Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada pelatihan olahraga renang prestasi untuk peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah, dengan tujuan menjawab pertanyaan bagaimana pelatihan olahraga renang prestasi untuk peserta didik tunagrahita di Sekolah Luar Biasa, dengan mencari informasi tentang pelatihan olahraga renang prestasi untuk peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah.

Alasan peneliti memilih fokus kajian di atas didasarkan pada pemikiran bahwa kurangnya Sekolah Luar Biasa yang memiliki pelatihan olahrahraga renang jalur prestasi mewakili kota Bandung sebagai salah satu pengembangan potensi pada peserta didik tunagrahita.


(16)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan fokus penelitian di atas, selanjutnya penulis mengembangkan beberapa masalah yang dirumuskan dalam pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimanakah konsep pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita dilaksanakan di SLB Az-Zakiyah?

2. Bagaimanakah cara sekolah mengembangkan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah?

3. Apakah yang dapat dicapai dari pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita dilaksanakan di SLB Az-Zakiyah?

D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran deskriptif mengenai pelaksanaan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah.

2. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

a. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian dalam pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita di sekolah luar biasa.

b. Manfaat Praktis

1) Bagi sekolah, sebagai bahan masukan mengenai cara mengelola pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita di sekolah

2) Bagi orangtua, sebagai pertimbangan untuk mengembangkan potensi dalam olahraga renang prestasi pada peserta tunagrahita di sekolah

3) Bagi peneliti, sebagai bahan pertimbangan dan pengetahuan mengenai pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita di sekolah.


(17)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

E. Metode Penelitian

Dalam mengetahui bagaimana proses berjalannya pendekatan penelitian tersebut dan hasil pendekatan tersebut secara menyeluruh, maka digunakan pendekatan penelitian kualitatif.

Nasution (Sugiyono, 2012, hal. 180) Penelitian kualitatif pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Dalam penelitian ini yang akan diamati adalah pelaksanaan pelatihan olahraga prestasi pada peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah.

Studi kasus menurut Yin (2013, hal. 8) adalah “suatu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak tegas dan dimana multisumber bukti dapat dimanfaatkan.” Kelebihan studi kasus adalah studi kasus mampu mengungkap hal-hal yang spesifik, unik dan hal-hal yang amat mendetail yang tidak dapat diungkap oleh studi yang lain. Studi kasus mampu mengungkap makna di balik fenomena dalam kondisi apa adanya atau natural. Studi kasus tidak sekedar memberi laporan faktual, tetapi juga memberi nuansa, suasana kebatinan dan pikiran-pikiran yang berkembang dalam kasus yang menjadi bahan studi yang tidak dapat ditangkap oleh penelitian kuantitatif yang sangat ketat

Melalui pendekatan kualitatif dan dengan metode studi kasus ini, maka data yang didapat akan lebih lengkap, lebih mendalam, kredibel dan bermakna sehingga tujuan penelitian dapat dicapai. Metode studi kasus merupakan metode yang tepat digunakan dalam penelitian ini, karena peneliti akan dapat melihat proses pelaksanaan pelatihan olahraga prestasi pada peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah. Penelitian ini menggunakan studi kasus karena pelatihan berenang merupakan salah satu program unggulan yang ada di SLB Az-Zakiyah ini. Pada penelitian ini yang dijadikan peneliti sebagai informan penelitian ialah kepala sekolah, pelatih berenang, guru, bendahara sekolah, peserta didik dan orang tua peserta didik yang berada di SLB Az-Zakiyah yang beralamat di Jalan Cijawura Hilir no 15.


(18)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH


(19)

6

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB II

SEKOLAH SEBAGAI SARANA UNTUK MENGEMBANGKAN POTENSI OLAHRAGA RENANG PADA PESERTA DIDIK TUNAGRAHITA

Individu menjalani kehidupan tidak hanya seorang diri, tetapi ada berbagai fakor yang dapat mempengaruhi perkembangan suatu individu. Tidak semua orang dapat mengoptimalkan perkembangannya dan menemukan potensi yang ada pada dirinya serta mengembangkan potensi tersebut. Menurut teori ekologi yang dikembangkan oleh Urie Bronfenbrenner (Santrock, 2010, hal. 84) bahwa lingkungan anak tinggal dan orang-orang disekitarnya akan mempengaruhi perkembangan anak. Menurutnya, terdapat lima sistem lingkungan yang mempengaruhi perkembangan anak, salah satu lingkungan tersebut adalah lingkungan mikrosistem.

Mikrosistem (Santrock, 2010, hal. 84) adalah setting dimana individu menghabiskan banyak waktu. Lingkungan dimana anak berinteraksi dalam keluarga, sekolah, teman sebaya dan tetangga. Sekolah adalah tempat yang mempengaruhi perkembangan anak, karena di sekolah adalah sarana untuk anak dapat bersosialisasi dengan orang lain selain dengan keluarganya dan tempat anak untuk dapat mempelajari hal yang baru dalam kehidupannya. Peranan sekolah dalam meningkatkan perkembangan menurut Hurlock (Hurlock, 1980, hal. 322) yang dialih bahasakan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo :

Sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak (siswa), baik dalam cara berfikir, bersikap maupun cara berprilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga, dan guru sebagai subtitusi orangtua. Ada beberapa alasan mengapa sekolah memainkan peranan yang berarti bagi perkembangan anak, yaitu (a) para siswa harus hadir di sekolah, (b) sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara dini seiring dengan perkembangan konsep dirinya, (c) anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah, (d) sekolah memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses, dan (e) sekolah memberikan kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya dan kemampuannya secara realistik.


(20)

7 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Sekolah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk meraih sukses. Peserta didik dapat meraih sukses apabila dia telah menemukan potensi yang ada pada dirinya dan mengembangkan potensi dirinya, tidak terkecuali pada anak tunagrahita. Anak tunagrahita dapat menempuh pendidikan untuk dapat mengembangkan potensi nya di sarana pendidikan formal yaitu Sekolah. Anak tunagrahita yang sedang berusaha untuk mengembangkan potensi dirinya dalam proses pembelajaran di sekolah pada jenjang tertentu adalah peserta didik tunagrahita.

A. Peserta Didik Tunagrahita

Tunagrahita adalah istilah yang digunakan untuk menyebut anak yang mempunyai kemampuan intelektual di bawah rata-rata. Dalam kepustakaan bahasa digunakan istilah-istilah mental retardation, mentally retarded, mental deficiency, mental defective dan lain-lain. (Somantri, 2007, hal. 103). Pendapat lainnya berkenaan pengertian anak tunagrahita adalah pendapat dari AAID (American Association of Intellectual Disabilities) (2008) yang mengungkapkan bahwa

Intellectual disability is a disability characterized by significant limitations both in intellectual functioning and in adaptive behavior as expressed in conceptual, social and practical adaptive skills. This disability originated before the age of 18.

Tunagrahita adalah ketidakmampuan yang ditandai dengan keterbatasan yang serius pada fungsi intelektual dan perilaku adaptif yang ditunjukan dalam keterampilan konseptual, sosial dan adaptasi praktis. Ketidakmampuan ini dialami sebelum usia 18tahun.

Menurut Herbart J. Prehm (Alimin, 2006) perlu diyakini bahwa secara historis terdapat lima basis yang dapat dijadikan pijakan konseptual dalam memahami tunagrahita, yaitu;

a. tunagrahita merupakan kondisi,

b. kondisi tersebut ditandai oleh adanya kemampuan mental jauh di bawah rata-rata , memiliki hambatan dalam penyesuaian diri secara sosial,


(21)

8 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu d. tunagrahita tidak dapat disembuhkan.

Apabila kita simpulkan dari prinsip diatas bahwa tunagrahita adalah suatu kondisi seseorang yang memiliki kemampuan mental jauh dibawah rata sehingga memiliki hambatan dalam penyesuaian diri secara sosial yang diakibatkan oleh adanya kerusakan organik pada susunan syaraf pusat dan kondisi ini tidak dapat disembuhkan.

a. Keterbatasan Intelegensi

Secara luas, menurut Ormroad (2008, hal. 210) intelegensi yaitu

“kemampuan menerapkan pengetahuan dan pengalaman sebelumnya secara

fleksibel untuk menghadapi tugas-tugas baru yang menantang.” Intelegensi (Somantri, 2007, hal. 105) merupakan sekumpulan fungsi yang kompleks dimana kemampuan seseorang untuk mendapatkan dan mempelajari informasi serta keterampilan-keterampilan dalam menyesuaikan diri dengan berbagai masalah dan situasi-situasi dalam kehidupan, berfikir secara logis dan kritis, menghindari kesalahan, mengatasi kesulitan, berfikir secara holistik dan lain sebagainya. Anak tunagrahita memiliki hambatan dalam hal-hal tersebut, mereka sulit untuk mengenal konsep, mereka hanya dapat mengaplikasikan sesuatu pada satu kejadian dan tidak dapat diterapkan pada kejadian lainnya.

b. Keterbatasan Sosial

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan sosial akibat dari keterbatasan intelegensi yang ia miliki. Anak tunagrahita lebih senang bermain bersama dengan anak yang memilki usia kalender di bawahnya. Selain itu, anak tunagrahita sulit untuk memahami apa yang orang lain sampaikan dan apa yang disampaikan anak tunagrahita sulit untuk untuk dipahami oleh lingkungannya.

1. Klasifikasi Anak Tunagrahita

Beberapa ahli mengklasifikasikan tunagrahita berdasarkan intelegensi dan ada beberapa perbedaan dalam mengklasifikasikan pelatihan renang tersebut. Taraf intelegensi tungarahita apabila diukur dengan Skala Binet dan Skala


(22)

9 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Weschler (WISC). Hal ini selaras dengan pernyataan dari AAMD (Somantri, 2007, hal. 106)yaitu :

a. Tunagrahita Ringan

Tunagrahita ringan memiliki IQ antara 68-52 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 69-55. Dalam komunikasi verbal, anak dapat berbicara dengan lancar, tetapi perbendaharan katanya tidak banyak. Mereka mengalami kesulitan dalam berpikir abstrak, tetapi mereka masih mampu mengikuti pelajaran yang bersifat akademik atau tool subject, baik di sekolah biasa maupun di sekolah luar biasa (SLB). Umur kecerdasannya apabila sudah dewasa sama dengan anak normal yang berusia 12 tahun.

b. Tunagrahita Sedang

Anak tunagrahita sedang memiliki IQ antara 51-36 menurut Binet, sedangkan menurut Skala Weschler (WISC) memiliki IQ 54-40. Anak tunagrahita sedang tidak bisa mempelajari pelajaran-pelajaran yang bersifat akademik. Belajarnya secara membeo. Perkembangan bahasanya sangat terbatas karena perbendaharaan kata yang sangat kurang. Mereka memerlukan perlindungan orang lain, meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur kecerdasannya sama dengan anak pada umunya yang memiliki umur tujuh tahun.

c. Tunagrahita Berat

Anak ini sepanjang hidupnya memerlukan pertolongan dan bantuan orang lain, sehingga berpakaian, ke WC, dan sebagainya harus dibantu. Mereka tidak tahu bahaya atau tidak bahaya. Kata-kata dan ucapannya sangat sederhana. Kecerdasannya sampai setinggi anak pada umumnya yang berusia tiga tahun. Mereka memerlukan perlindungan orang lain, meskipun begitu masih mampu membedakan bahaya dan bukan bahaya. Umur kecerdasannya sama dengan anak pada umunya yang memiliki umur tiga tahun.


(23)

10 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Tabel 2.1 Klasifikasi Tunagrahita

(Sumber: Alimin, 2006)

Level Keterbelakangan IQ

Stanford Binet Skala Weschler

Ringan (mild) 68-52 69-55

Sedang (moderete) 51-36 54-40

Berat (severe) 35-19 39-25

Sangat Berat (profound) <19 <24

Peserta didik (Wikipedia, 2013) adalah “anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran pada jalur pendidikan baik pendidikan formal maupun pendidikan nonformal, pada jenjang pendidikan dan jenis pendidikan tertentu.” Peserta didik dapat mengembangkan

potensi tidak hanya dalam potensi akademik, melainkan dapat dengan non akademis, seperti keterampilan vokasional. Berdasarkan uraian tersebut peserta didik tunagrahita adalah anak tunagrahita yang sedang menjalani proses mengembangkan dirinya melalui proses pembelajaran yang diselenggarakan pada jalur pendidikan formal dan non formal.

Walaupun peserta didik tunagrahita memiliki keterbatasan dalam intelegensinya, sekolah harus bisa menemukan potensi yang masih bisa dikembangkan pada dirinya. Sekolah harus memberikan berbagai kegiatan pada peserta didik tunagrahita agar terlihat potensi yang ada pada diri mereka. salah satu kegiatan alternatif yang dapat diikuti oleh peserta didik tunagrahita untuk mengembangkan potensinya adalah olahraga berenang.

B. Olahraga Renang

Menurut Boyles & Contadino (Santrock, 2010, hal 227) yang telah dialih bahasakan oleh Tri Wibowo bahwa: selama masa sekolah, tujuan utamanya adalah mengajarkan keahlian pendidikan dasar kepada anak penderita retardasi mental, seperti keterampilan membaca dan matematika, dan keterampilan vokasional. Selain peserta didik diberikan kemampuan akademik, peserta didik harus mengikuti kegiatan keterampilan vokasional. Keterampilan vokasional pada peserta didik tunagrahita yang memiliki intelegensi dibawah rata-rata dapat


(24)

11 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

menjadi salah-satu kegiatan untuk mengembangkan potensinya dan potensinya dapat menjadikan ia peserta didik yang berprestasi. Salah satu keterampilan vokasional yang dapat diikuti oleh peserta didik adalah kegiatan olahraga renang

1. Pengertian Olahraga Renang

Menurut Pakar Cholik Mutohir (Hardianto, 2013) olahraga adalah proses sistematik yang berupa segala kegiatan atau usaha yang dapat mendorong, mengembangkan, dan membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang sebagai perorangan atau anggota masyarakat berupa permainan, pertandingan, dan prestasi puncak dalam pembentukan manusia yang memiliki Ideologi yang seutuhnya dan berkualitas berdasarkan Dasar Negara atau Pancasila.

Sesuai dengan pengertian tersebut olahraga dapat sebagai sarana untuk membina potensi-potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang. Seseorang dapat mencakup siapa pun yang memiliki potensi dan dapat dikembangkan potensi tersebut. Olahraga dapat berbentuk permainan dimana tujuannya untuk kegiatan rekreasi dan berbentuk pertandingan sebagai tujuan untuk pencapaian prestasi. Meredith (2009) mengungkapkan bahwa anak tunagrahita, salah satunya down syndrom seringkali sangat menikmati waktunya di air dan bisa berlanjut menjadi perenang handal.

Olahraga memiliki berbagai cabang yang dijadikan suatu program pelatihan dan kompetisi oleh SOIna atau Special Olympic Indonesia yang tercantum dalam websitenya (SOIna, 2014) yaitu sepak bola, basket, tenis meja, bulu tangkis, bocce, renang dan atletik. Dalam program tersebut tercantum olahraga renang sebagai salah satu cabang olahraga yang mendapatkan pelatihan dan terdapat pertandingan untuk olahraga tersebut.

Menurut Arma Abdullah,(Badruzaman, 2011, hal. 4) renang adalah „suatu jenis olahraga yang dilakukan di air, baik di air tawar maupun air laut,‟ sedangkan Badruzaman mengungkapkan dalam bahan ajar di Program Studi Ilmu Keolahragaan,


(25)

12 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

renang adalah suatu aktivitas manusia (binatang) yang dilakukan di air baik air kolam, sungai, danau maupun laut dengan berupaya untuk mengangkat tubuhnya untuk mengapung agar dapat bernafas dan bergerak baik maju maupun mundur.

Dapat disimpulkan bahwa renang adalah salah satu cabang olahraga yang dilakukan manusia untuk dapat bergerak dan bernafas di dalam air dengan cara mengapungkan dirinya.

2. Manfaat Olahraga Renang

Kegiatan berenang bukanlah kegiatan rekreasi atau prestasi saja, melainkan ada beberapa kelebihan yang dapat diperoleh pada peserta didik tunagrahita atau anak pada umumnya. Ada beberapa kelebihan yang dapat kita peroleh dari kegiatan berenang (Inforenang, 2013), yaitu:

a. Menghilangkan rasa takut air serta menumbuhkan rasa keberanian

Banyak anak tidak ingin mengikuti kegiatan renang dikarenakan takut air. Bila kegiatan renang diperkenalkan serta disosialisasikan sejak dini, rasa takut tersebut akan menghilang, dikarenakan mereka jadi akrab serta punya kebiasaan dengan kolam berair. sehingga dapat membentuk anak-anak untuk berlaku optimis serta tidak takut hadapi suatu masalah.

b. Merangsang refleks motorik serta perubahan fisik

Seluruh komponen tubuh dapat dilatih melewati renang untuk semua tubuh dari kaki, tangan, hingga kepala. Walau belum menggunakan teknik yang tepat, peserta didik jadi terlatih serta daya tahan tubuhnya lalu lebih terjaga.

c. Mengasah Kemandirian Serta Keyakinan Diri

Menurut hasil penelitian di jerman, anak-anak yang sudah berlatih sejak awal dapat lebih mudah untuk beradaptasi dengan menyesuaikan diri bersama anak-anak yang lain dan mudah beradaptasi dengan lingkungan baru. Hal tersebut adalah dampak dari seluruh kegiatan renang yang dijalani peserta didik untuk memperoleh pengalaman baru. Pengalaman-pengalaman yang menambah keyakinan diri serta kemandirian. Pengalaman ini juga merubah sikap anak


(26)

13 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dengan orang lain. Keyakinan diri serta kemandirian yang merubah prestasi. Kegiatan renang mendorong seseorang tumbuh jadi orang yang mandiri serta mempunyai keyakinan diri tinggi. Perihal ini tercermin saat peserta didik tidak lagi takut untuk mengeksplorasi dengan orang tua di kolam besar.

d. Kekuatan sosial

Berenang di kolam renang secara bersama-sama dapat menumbuhkan rasa kebersamaan serta menambah kemampuannya untuk beradaptasi serta bersosialisasi dengan orang lain. Peserta didik tunagrahita satu dengan yang lainnya dapat melakukan permainan di air, saling membantu untuk dapat bergerak di air dan sebagainya. Guru sebagai fasilitator dapat menjadi jembatan antar peserta didik agar bisa bermain bersama di kolam renang.

3. Tahap Melakukan Gerakan Olahraga Renang

Para ahli medis menyatakan bahwa bayi dapat pergi berenang sejak usia 4-5 bulan (Meredith, 2009), berenang dalam hal ini bukan hanya memakai gaya berenang, namun bayi diperkenalkan dengan permainan di dalam air baik kegiatan menahan nafas, mengapung maupun bergerak di dalam air. Berlandaskan hal tersebut, peserta didik harus terlebih dahulu diberikan kesempatan untuk beradaptasi dengan air, sebelum diajarkan gaya-gaya renang. Tidak semua peseta didik sudah terbiasa dengan air, bahkan ada yang belum sama sekali melakukan kegiatan berenang, sehingga ada rasa takut pada dirinya apabila melihat air pada kolam renang, jika hal tersebut terjadi maka guru akan kesulitan mengajarkan materi pembelaran dalam teknik-teknik berenang. Menurut Badzuraman (2011, hal. 35) dalam pengenalan air ada beberapa bentuk materi yang diberikan, yaitu: permainan air, belajar bernafas, belajar mengapung dan meluncur. Penjelasan dari keempat hal tersebut adalah sebagai berikut : a. Adaptasi melalui permainan

Adaptasi melalui permainan ini memiliki tujuan agar tumbuh rasa senang terhadap air. Permainan digunakan untuk medapatkan rasa senang, rasa bebas,


(27)

14 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

rasa senang seta kepuasan pada dirinya. Apabila rasa senang dengan air telah ada pada diri peserta didik, maka akan tumbuh minat dan motivasi untuk mempelajari keterampilan berenang. Selain hal tersebut, peserta didik akan merasakan langsung suhu air dan bergerak dalam air tanpa dia sadari. Dalam melakukan adaptasi renang, menurut Meredith (2009, hal. 8) bahwa mengajak berbicara, tersenyum dan bernyanyi saat bermain air akan membuat peserta didik tenang. b. Belajar bernafas

Cara bernafas di darat akan berbeda dengan saat kita di dalam air. Bagi peserta didik yang belum terbiasa berenang, ia akan mengalami kesulitan dalam bernafas. Dalam mempelajari cara bernafas, dapat dilakukan di luar air dengan mencoba untuk menghembuskan nafas dari hidung atau mulut secara perlahan-lahan dan menghirup udara dengan cara membuka mulut. Setelah peserta didik dapat melakukannya, mereka dapat memasukkan kepala ke dalam air dan bernafas seperti yang mereka pelajari di luar air secara berulang-ulang , apabila nafas sudah habis, kepala segera ke luar air dengan menutup mulut sebentar kemudian mulut dapat terbuka dan mengambil nafas. Saat mengangkat kepala keluar air, jangan langsung membuka mulut, karena dikhawatirkan akan kemasukan air yang mengalir dari kepala ke mulut dan jangan mengambil nafas dari hidung, karena air yang terdapat di wajah dapat terhisap. Apabila masih permulaan, peserta didik dapat menahan nafas di dalam air, apabila sudah tidak tahan dapat dikeluarkan sedikit demi sedikit dari mulut atau mengangkat kepala keluar air.

c. Belajar mengapung

Kemampuan mengapungkan tubuh pada air adalah kemampuan dasar dari berenang. Banyak peserta didik terutama pada peserta didik tunagrahita sulit untuk mengapungkan dirinya di dalam air, sehingga tubuh akan tertekan menuju ke dasar kolam renang. Kesulitan peserta didik dalam mengapung disebabkan oleh kondisi otot-otot yang tegang membuat kondisi tubuh menjadi keras, sehingga tubuh cenderung akan menjadi lebih berat sehingga daya apung akan tertekan ke bawah. Agar tubuh terapung, peserta didik harus melemaskan


(28)

15 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

tubuhnya dalam keadaan santai. Belajar mengapung dapat dilakukan dalam posisi jongkok dimana posisi kedua tangan memeluk kedua kaki ataupun tengkurap.

d. Belajar meluncur

Tujuan dari belajar meluncur adalah untuk mengetahui dan merasakan kondisi dan posisi tubuh dalam keadaan gerak maju ke depan serta untuk melatih keseimbangan tubuh pada saat sedang mengapung di permukaan air. Kemampuan dalam menjaga keseimbangan merupakan dasar untuk melakukan gerakan renang dengan baik. Saat akan meluncur, peserta didik dapat berdiri membelakangi dinding kolam renang sambil satu kaki ditekuk menginjak dinding kolam renang. Apabila sudah siap, kepala dimasukkan ke dalam air dengan ubuh menjulur ke depan, selanjutnya kedua kaki menolak pada dinding kolam renang dengan kuat, lalu badan meluncur ke depan dan biarkan badan melaju ke depan hingga berhenti sendirinya.

4. Pembelajaran Teknik Dasar Renang

Dalam berenang terdapat beberapa teknik dasar yang sering digunakan terutama dalam pertandingan, yaitu gaya dada, gaya bebas, gaya punggung dan gaya kupu-kupu. Penjelasan teknik dasar yang dikutip dari “Bahan Ajar Renang” oleh Badzuraman (Bahan Ajar Renang untuk Pemula, Lanjutan dan Penyempurnaan, 2011) adalah sebagai berikut:

a. Gaya Dada

Gaya dada atau sering disebut dengan gaya katak karena gerakannya mirip dengan katak saat berenang. Gaya dada adalah gaya yang paling banyak diminati oleh masyarakat karena gerakannya yang santai dan pengambilan nafas gaya dada relatif lebih mudah.


(29)

16 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Gaya bebas adalah gaya yang gerakannya paling cepat diantara gerakan lainnya. Gaya bebas disebut juga dengan gaya merangkak. Gerakan pada gaya bebas, lengan mengayuh secara bergantian bersamaan dengan gerakan kaki melakukan cambukan secara terus-menerus, posisi badan sesekali memiring untuk mengambil nafas. Apabila dibandingkan gerakan kaki pada gaya dada, gerakan kaki pada gaya bebas lebih mudah dilakukan, karena gerakannya sama dengan saat berjalan. Gaya bebas memiliki kesulitan dalam pengambilan nafas karena harus mengambil nafas dari samping berlawanan dengan gerak laju.

b. Gaya punggung

Gaya punggung adalah gerakan gaya renang yang berbeda dengan gerakan gaya lainnya, karena posisi badannya yang terlentang. Gerakan kaki pada gaya punggung mirip dengan gaya bebas, demikian pula dengan gerakan lengan yang mengayuh secara bergantian. Pengambilan nafas pada gaya ini tidak megalami kesulitan karena posisi hidung atau mulut berada di atas permukaan air.

c. Gaya kupu-kupu

Gaya kupu-kupu adalah gaya yang baru ada di pertandingan. Gaya kupu-kupu memerlukan kekuatan yang besar terutama pada lengan dan kaki, serta kordinasi tubuh yang baik. Jika kita melihat dari segi estetika, gerakan ini adalah gerakan yang paling indah, karena gerkannya yang indah seperti lumba-lumba bergelombang. Walaupun gerakan indah dan masyarakat banyak yang menyukainya, tapi gaya ini adalah gerakan yang memiliki kompleksitas lebih tinggi jika dibandingkan dengan gerakan pada gaya lain.

Peserta didik tunagrahita tidak bisa mempelajari teknik berenang seorang diri. Mereka membutuhkan sekolah sebagai rumah kedua bagi mereka untuk memfasilitasi kebutuhan mereka dalam berenang, sehingga terjadi perkembangan yang optimal untuk mengembangkan potensi mereka dalam olahraga renang. Menurut Havighurst dalam (Yusuf, 2007, hal. 95) “sekolah mempunyai peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya.” Dalam membantu peserta didik, sekolah


(30)

17 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

harus menciptakan lingkungan yang kondusif untuk memfasilitasi pengembangan potensi yang ada pada dirinya. Sekolah harus memiliki sistem yang baik dalam mengelola kegiatan yang ada di sekolah dengan memanfaatkan sumber daya yang ada pada sekolah tersebut.

C. Pelatihan Olahraga Renang

Pelaksanaan pelatihan renang dapat berjalan dengan baik dan berjalan efisien apabila sekolah dapat mengelola pelatihan dengan baik. Dibutuhkannya pelatihan dengan pengelolaan yang tepat agar dapat mengembangkan dan membina potensi jasmaniah dan rohaniah seseorang. Menurut Susan Meredith dalam bukunya yang dialih bahasakan oleh Fransiska (2009, hal. 94) bahwa

“kelas berenang merupakan cara yang sangat baik untuk membantu anak-anak

lebih percaya diri berada di air dan mengembangkan kemampuan mereka.”

Sekolah sebagai tempat untuk mengembangkan kemampuan peserta didik dapat membuat jadwal khusus kelas renang agar terlihat perkembangan perserta didik dari waktu ke waku. Pelatihan berenang adalah suatu wadah untuk mengembangkan dan membina potensi berenang pada anak dengan menggunakan pengelolaan/manajemen tertentu untuk mencapai suatu tujuan.

Manajemen berasal dari kata to manage yang berarti mengatur/ mengelola. Dalam hal mengatur, pasti akan ada berbagai permasalahan dan pertanyaan tentang apa yang diatur, siapa yang mengatur dan apa tujuan pengaturan tersebut. Selain itu, manajemen juga menganalisa, menetapan tujuan, membagi tugas-tugas dan kewajiban secara tertur, efektif dan efisien. Terdapat beberapa pengertian manajemen dari beberapa ahli :

1. Hasibuan (1993, hal. 3)mengemukakan bahwa „Manajemen adalah ilmu dan

seni mengatur efisien untuk mencapai suatu tujuan tertentu.‟

2. Menurut G. R Terry (Terry, 2012, hal. 9) mengemukakan bahwa “manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upayanya yang terbaik melalui tindakan-tindakan yang telah ditetapkan sebelumnya”


(31)

18 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Bermacam-macam pandangan dari para ahli, namun pada dasarnya memiliki arti yang sama. Penulis berpendapat manajemen adalah perpaduan antara ilmu dan seni yang mempelajari cara melaukan dengan menggunakan unsur-unsur manajemen melalui fungsi manajemen untuk mencapai tujuan tertentu. Unsur-unsur manajemen terdiri dari : men (tenaga kerja manusia), money (uang yang dibutuhkan), methode (cara-cara yang dipergunakan), materials (bahan-bahan yang diperlukan), Machines (alat-alat yang akan digunakan) dan market (hasil yang akan dijual).

1. Fungsi Perencanaan (Planning)

Setiap aktivitas manajemen semua diawali oleh perencanaan terlebih dahulu. Kegiatan apa yang akan dilakukan, apa yang dibutuhkan dan bagaimana nanti kegiatan akan terlaksana semua dilakukan pada fungsi ini. Perencanaan merupakan strategi awal untuk mencapai tujuan sebelum tindakan atau program akan dilakukan. Ada beberapa langkah agar menghasilkan rencana ynag konsisten, realistis dan baik, menurut Achmad Patrusi (2012) yang dikemukakan

dalam buku “Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga, perencanaan perlu

memperhatikan :

a. Keadaan saat ini, sehingga dilihat dari sumber daya yang ada bukan dari nol b. Keberhasilan yang akan dicapai dan faktor-faktor kritis keberhasilan

c. Kegagalan yang telah terjadi di masa lampau

d. Hambatan, potensi serta tantangan yang akan ada saat program berlangsung e. Kemampuan merubah kelemahan menjadi kekuatan dan ancaman menjadi

peluang analisis (Strenghts, Weaknesses, Opportunities and Threats atau SWOT). (Paturusi, 2012, hal. 73)

f. Memperhatikan komitmen yang telah disepakati

g. Mempertimbangkan berbagai hal, seperti efektifitas, efisien, transparan, keputusan diambil secara demokratis, realistis dengan keadaan yang ada, legaslitis serta praktis.


(32)

19 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Fungsi perencanaan adalah fungsi yang sangat penting untuk memulai suatu program. Ada beberapa macam pertanyaan untuk membantu dalam perencanaan, menurut G. R Terry (2012) alat untuk membantunya adalah lima pertanyaan

yang diawali dengan “W” dan bagaimana (how), pertanyaan tersebut adalah sebagai berikut

a. Mengapa (why) harus dikerjakan? Pertanyaan ini mengungkapkan perntingnya suatu pekerjaan.

b. Apa (what) yang diperlukan? Jawabannya menunjukan jenis dan jumlah kegiatan berikut peralatan yang dibutuhkan.

c. Dimana (where) akan dikerjakan? Hal ini menekankan pada perimbangan tempat atau lokasi diadakannya kegiatan.

d. Kapan (when) akan dikerjakan? Lebih menekankan pada pertimbangan waktu.

e. Siapa (who) yang akan mengerjakannya. Pertanyaan tersebut untuk mengetahui jenis keterampilan dan pengalaman yang dibutuhkan untuk melaksanakan suatu perencanaan yang telah disusun.

f. Bagaimana (how) melaksanakannya? Pertanyaan tersebut untuk mengarahkan perhatian kepada cara menyelesaikan pekerjaan tersebut.

Kegiatan-kegiatan dalam melaksanakan fungsi perencanaan diantaranya adalah meliputi memperkirakan tuntutan dan kebutuhan, menentukan tujuan, menyusun silabus kegiatan pembelajaran, menentukan materi pembelajaran, mengalokasikan waktu pembelajaran, menentukan sumber belajar serta menentukan media pembelajaran yang dibutuhkan dalam pembelajaran.

Salah satu tahap perencanaan yang harus dilaksanakan adalah memanfaatkan sumber daya yang ada, yaitu sumber daya manusia yang mengarah pada pelaksana yang menjalankan program pelatihan renang. Pelaksana dalam hal ini adalah tenaga pendidik dan peserta didik. Agar program dapat berjalan dengan sesuai dengan tujuan yang akan dicapai, dibutuhkan tenaga pendidik yang profesional. Tenaga pendidik yang professional harus dapat merencanakan dan mengimplementasikan berbagai strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan


(33)

20 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

minat, bakat dan tahap perkembangan peserta didik termasuk dengan memanfaatkan berbagai sumber dan media pembelajaran untuk menjamin efetivitas pembelajaran.

Seorang tenaga pendidik, dalam hal ini guru perlu memiliki kemampuan khusus, yang belum tentu dimiliki oleh seseorang yang bukan guru. Ada beberapa syarat-syarat atau ciri pokok dari pekerjaan professional yang diungkapkan oleh Wina Sunjaya (Paturusi, 2012, hal. 88),

a. Pekerjaan profesional ditunjang oleh suatu ilmu tertentu secara mendalam yang hanya diperoleh dari lembaga pendidikan yang sesuai, sehingga guru melakukan pembelajaran sesuai dengan dasar keilmuan dan dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

b. Dikatakan profesional apabila profesi sesuai dengan keilmuan dan keahlian yang dimiliki, sehingga adanya perbedaan antara satu profesi dengan profesi lainnya.

c. Tingkat kemampuan dan keahlian suatu profesi didasarkan kepada latar belakang pendidikan yang telah diakui oleh masyarakat..

d. Suatu profesi selain dibutuhkan oleh masyarakat, namun memiliki dampak terhadap sosial kemasyarakatan.

2. Fungsi Pengorganisasian

Pengorganisasian dapat diartikan sebagai proses pembagian tugas yang diberikan kepada anggota-anggotanya sesuai dengan tugasnya. Rencana yang telah direncanakan tidak akan bisa dijalankan seorang diri, namun harus dikerjakan secara bersama-sama, sehingga pengorganisasian dibutuhkan agar walaupun dilaksanakan dengan banyak orang namun memiliki keharmonisan dalam melaksanakan rencana. Pengorganisasian menurut G.Tery (Paturusi, 2012, hal. 76) adalah pembagian pekerjaan yang direncanakan untuk diselesaikan oleh anggota kelompok, penentu hubungan pekerjaan di antara mereka dan pemberian lingkungan pekerjaan yang sepatuhnya.


(34)

21 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Terdapat beberapa aspek kemampuan pengorganisasian dalam suatu organisasi, menurut Riduwan (Paturusi, 2012, hal. 78) indikator pengorganisasian yang dimaksud meliputi :

a. membuat job description sesuai dengan tugas, tanggung jawab dan wewenang b. menciptakan suasana harmonis

c. membina kerja sama yang efektif d. mampu berkomunikasi secara efektif

e. mengatur tugas, tanggung jawab dan wewenang guru untuk mencapai tujuan, dan

f. mengembangkan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan program Berdasarkan uraian tersebut, organisasi harus memiliki berbagai indikator pengorganisasian agar pengorganisasi dapat berjalan efektif. Penyusunan struktur organisasi harus sesuai dengan kebutuhan suatu program. Melalui struktur organisasi akan menghasilkan job description pada setiap individu berdasarkan tugas, tanggung jawab dan wewenang. Setiap guru akan melaksanakan tugasnya dan menjalin kerja sama daam suatu organisasi melalui komunikasi yang baik dan efektif antar anggota.

3. Fungsi Penggerakan (Actuating)

Penggerakan atau actuating menurut The Liang Gie (Paturusi, 2012, hal. 78) merupakan aktivitas seorang manajer dalam memerintah menugaskan, menjuruskan, mengarahkan dan menuntun pegawai atau personel organisasi untuk melaksanakan pekerjaan-pekerjaan dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan.

Actuating atau pergerakan ini sebagai usaha untuk menggerakan sumber yang ada sesuai dengan tujuan. Apabila kita melihat dalam lingkungan sekolah, kepala sekolah menjadi manajer. Prinsip utama dalam penggerakan ini adalah bahwa perilaku dapat diatur, dibentuk atau diubah dengan sistem imbalan yang positif yang dikendalikan dengan cermat. (Mangunsong, 2009)

Guru sebagai tenaga pendidik memiliki peranan penting dalam fungsi penggerakan, karena dalam fungsi ini guru harus bisa menyampaikan materi


(35)

22 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

pembelajaran renang dengan metode dan media yang telah direncanakan berdasarkan tahap perkembangan dan kemampuan peserta didik agar terjadinya perubahan perilaku pada peserta didik. Ada berbagai peranan guru saat proses pembelajaran yang diungkapkan oleh Achmad Paturusi (Manajemen Pendidikan Jasmani dan Olahraga, 2012) dalam bukunya, yaitu :

a. Guru sebagai sumber belajar dan fasilitator

Guru sebagai sumber belajar berkaitan dengan penguasaan materi seorang guru, dalam hal ini adalah penguasaan materi mengenai olahraga renang. Guru yang menguasai materi dengan baik, maka penyampaian materi tidak akan monoton dan dapat mengikuti situasi dan kondisi peserta didik yang memilik keunikan dalam kemampuan dan perilaku. Guru harus selalu menambah referensi untuk memperkaya ilmu yang telah dimilikinya. Namun, Meredith (2006) mengungkapkan orang dewasa atau dalam hal ini guru tidak harus bisa berenang untuk membawa anak berenang, apabila anak tersebut belum siap mempelajari gerakan pada renang.

Guru sebagai fasilitator adalah guru berperan dalam memberikan pelayanan untuk memudahkan siswa dalam proses pembelajaran. Sebagai fasilitator, guru mampu menyediakan jenis media dan sumber belajar yang dapat memudahkan peserta didik dan mengetahui serta memahami fungsi dari media dan sumber belajar. Selain dalam hal dan sumber permbelajaran, guru harus mempunyai kemampuan dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa.

b. Guru sebagai pengelola dan demonstrator

Guru sebagai pengelola adalah yang menciptakan dan mengatur berjalannya iklim dalam proses pembelajaran agar peserta didik dapat merasa nyaman. Ada dua macam kegiatan yang harus dilakukan dalam melaksanaan pengelolaan dalam pembelajaran yaitu dengan mengelola sumber belajar dan memainkan peran sebagai sumber belajar itu sendiri. Menurut Achmad Paturusi (2012, hal. 93),

Guru memiliki 4 fungsi umum dalam perannya sebagai manajer, yaitu : merencanakan tujuan belajar; mengorganisasikan berbagai sumber belajar untuk mewujudkan tujuan belajar; memimpin, yang meliputi memotivasi,


(36)

23 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

mendorong, dan menstimulasi siswa; serta mengawasi segala sesuatu, apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan.

Guru sebagai demonstrator adalah peran guru untuk menyampaikan materi pembelajaran dalam pelatihan kepada peserta didik dengan menggunakan metode-metode agar peserta didik dapat menerima pembelajaran, selain itu guru harus harus menunjukan sikap-sikap yang terpuji. Sebagai demonstrator, berkaitan dengan strategi guru dalam menggunakan metode yang sesuai dengan situasi, kondisi dan kemampuan peserta didik. Guru bukan hanya menyampaikan materi, namun sebagai seorang model dan teladan bagi peserta didik dalam bertingkah laku, sehingga seorang guru diwajibkan untuk memiliki perilaku terpuji.

Sangat penting bagi guru untuk menyesuaikan metode pembelajaran dalam pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita. Menurut Meredith (2009) dalam bukunya, sangat penting menjaga kontak mata pada peserta didik tunagrahita serta pengulangan dan ulasan akan memperkuat aktivitas dan kemampuan yang sudah dipelajari. Guru dapat mempertahankan kontak mata dengan peserta didik saat sedang melatih mereka berenang agar peserta didik dapat fokus dengan pembelajaran. Peserta didik tunagrahita memiliki kekurangan pada memori jangka pendeknya, sehingga dibutuhkan pengulangan secara terus menerus terhadap segala sesuatu, terutama pada kegiatan renang.

c. Guru sebagai pembimbing, motivator dan evaluator

Guru sebagai pembimbing menuntut seorang guru untuk membimbing peserta didik dalam menemukan potensi yang ada dalam dirinya, membimbing peserta didik agar dapat melaksanakan dan mencapai tugas perkembangan sehingga ia dapat tumbuh dan berkembang sesuai dengan harapannya, orang tua dan masyarakat. Peran guru sebagai pembimbing ini menjadi penting karena adanya keunikan pada peserta didik. Peserta didik memiliki perbedaan minat, bakat, kemampuan dan kecepatan perkembangan yang berbeda, sehingga dibutuhkannya bimbingan dari seorang guru.


(37)

24 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Menurut The Liang Gie (Paturusi, 2012, hal. 78) Fungsi Pengkoordinasian (Coordination) merupakan rangkaian aktivitas menghubungkan, menyatupadukan serta menyelaraskan orang-orang dan pekerjaannya. Sehingga semuanya berlangsung secara tertib dan seirama menuju kearah tercapainya tujuan tanpa terjadinya kekacauan dan kekosongan kerja.

Dalam buku yang ditulis oleh Achmad Paturusi bahwa kordinasi dapat diwujudkan dengan menggunakan cara-cara antara lain;

a. Konfrensi atau pertemuan lengkap yang mewakili unit kerja b. Pertemuan berkala untuk pejabat-pejabat tertentu

c. Pembentukan panitia gabungan jika diperlukan

d. Pembentukan badan koordinasi staf untuk mengkoordinir kegiatan

e. Mewawancarai bawahan untuk mengetahui hal yang penting berkaitan dengan tugas dan tanggung jawabnya

f. Memorandum atau instruksi berantai

g. Ada dan tersedianya buku pedoman organisasi dan tata kerja

5. Fungsi Pengarahan (Directing)

Pegawai atau personil organisasi telah mempunyai tugas dan fungsinya masing-masing sesuai ketentuan pada setiap organisasi, tidak terkecuali tenaga pendidik di sekolah, namun dalam operasionalnya mereka masih memerlukan arahan yang jelas dari pemimpin. Pengarahan merupakan pengarahan yang diberikan kepada anggota organisasi, sehingga mereka menjadi karyawan yang berpengetahuan dan akan bekerja efektif menuju sasaran yang telah ditetapkan organisasi.

6. Fungsi Pengawasan (Controlling)

Berjalanya suatu kegiatan dibutuhkan pengawasan atau pengendalian untuk mengetahui apakah sesuai dengan yang direncanakan atau tidak. Secara umum pengawasan dikaitkan dengan upaya untuk mengendalikan, membina dan meluruskan sesuatu dam kegiatan organiasi sebagai paya pengendalian mutu dalam arti luas. Pengawasan dapat menghasilkan suatu evaluasi suatu kegiatan,


(38)

25 Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

sehingga melalui evaluasi dapat diketahui hal apa yang harus diperbaiki dan diteruskan untuk pelaksanaan selanjutnya.


(39)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENELITIAN A. Prosedur Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Studi kasus menurut Yin yang telah diterjemahkan oleh Mudzakir (2013, hal. 18) adalah sutu inkuiri empiris yang menyelidiki fenomena di dalam konteks kehidupan nyata, bilamana batas-batas antara fenomena dan konteks tak tampak tegas dan dimana multisumber bukti dapat dimanfaatkan. Penelitian ini dapat digunakan saat objek yang akan diteliti memiliki keunikan tersendiri.

Pada penelitian kulitatif terdapat penelitian yang dapat mengungkapkan suatu objek penelitian tertentu yang memiki kekhususan atau keunikan yang

disebut dengan “kasus” , hal tersebut dilakukan untuk menggali dan mendapatkan substansi terperinci dan komprehensif pada suatu kasus. Penelitian ini membutuhkan metode yang dapat menjawab keterkaitan pada komponen-komponen yang ada pada suatu kasus. Metode tersebut harus mampu menggali informasi dari berbagai sumber, menganalisis dan menginterpretasikannya untuk mengungkapkan hal yang mendasar dari suatu kasus. Metode penelitian yang dapat mengungkapkan hal tersebut adalah metode penelitian studi kasus.

Studi kasus dapat digunakan untuk menjawab pertanyaan pada fokus masalah dalam penelitian ini. Metode penelitian ini dapat menjawab pertanyaan mengapa dan bagaimana pada suatu kasus. Kasus yang ada dalam penelitian ini adalah suatu program yang diselenggarakan oleh salah satu lembaga yang menyelenggarakan pendidikan khusus di Kota Bandung. Program yang diteliti adalah pelatihan olahraga renang prestasi untuk peserta didik peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah. Melalui studi kasus, peneliti dapat menggali berbagai komponen yang ada dalam pelaksanaan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah, dimulai


(40)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

dari latar belakang terbentuknya program tersebut, pengembangan hingga evaluasi dari pelaksanaannya.

Gambar 3.1 Proses Penelitian

B. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilaksanakan di SLB Az-Zakiyah yang beralamatkan jalan Cijawura Hilir no 15, Kecamatan Buah Batu, Bandung. Sekolah Luar Biasa (SLB) Az-Zakiyah merupakan lembaga penyelenggara pendidikan khusus di Kota Bandung. Didirikan pada 8 Januari 2005, SLB Az-Zakiyah mulai berkiprah pada tahun ajaran 2005/2006 dan mendapatkan pengesahan operasional berdasarkan Keputusan Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat No. 421.9/895-Disdik pada 20 Maret 2006. Dikepalai oleh Dra. Aufa Wilda, sosok pendidik yang telah menjalani dunia pendidikan khusus selama lebih dari 25 tahun, SLB Az-Zakiyah berusaha mengembangkan pola pendidikan yang berbasis pada upaya menggali potensi dan minat para peserta didik.

SLB Az-Zakiyah dipilih menjadi lokasi penelitian karena sekolah ini adalah lembaga pendidikan khusus yang menyelenggarakan berbagai program


(41)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

vokasional baik dalam bidang olahraga. Di SLB Az-Zakiyah, siswa/ siswi tak hanya dididik tentang berbagai pengetahuan, tetapi juga diperkenalkan dengan keterampilan hidup baik dalam kecakapan personal dan sosial maupun dalam kecakapan akademik dan vokasional untuk menjadikannya menjadi manusia yang berguna bagi agama, keluarga, bangsa dan negara.. Salah satu kegiatan olahraga yang sedang dikembangkan adalah pelatihan olahraga renang prestasi. Pelatihan olahraga renang prestasi Az-Zakiyah dimasukkan dalam program kurikulum sekolah tersebut, bukan hanya sebagai kegiatan ekstrakulikuler, melainkan pembelajaran olahraga yang dilakukan secara berkelanjutan.

SLB Az-Zakiyah menyelenggarakan pelatihan olahraga renang prestasi di kolam renang Jakapurwa yang memiliki lokasi strategis dekat dengan sekolah. Lokasi tersebut hanya memiliki jarak 500 m dari SLB Az-Zakiyah. Bila menggunakan kendaraan motor menempuh waktu kurang lebih 5 menit dan dengan sepeda dapat menempuh waktu kurang lebih 15 menit. Jakapurwa memiliki 2 kolam renang, yaitu 1 kolam renang dengan ukuran 3x6 m dan kedalaman 30-50 cm dan 1 kolam renang dengan ukuran 10x20 m dan kedalaman 80-150 cm . Suasana di kolam renang ini cukup aman dan memadai untuk belajar renang bagi peserta didik SLB Az-Zakiyah.

C. Informan Penelitian

Informan penelitian yang digunakan di penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu informan utama dan informan pendukung. Informan utama adalah informan kunci yang memahami, merancang dan melaksanakan pelaksananaan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita di SLB Az-Zakiyah. Informan pendukung adalah informan yang melaksanakan pelatihan olahraga renang prestasi dan dapat mendukung data yang telah di dapat dari informan utama.

Informan utama dalam penelitian ini adalah kepala sekolah, pelatih olahraga dan guru pendamping. Penentuan informan utama dilakukan secara purposive, yaitu berdasarkan pertimbangan dan tujuan tertentu. Kepala sekolah


(42)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

adalah informan yang akan menjawab mengenai konsep pelaksanaan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita. Hal ini didasari dengan tugas kepala sekolah yang membuat suatu konsep dari penjabaran visi dan misi. Pelatih renang dan guru pendamping sebagai informan yang mampu menjelaskan rancangan dan pelaksanaan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik peserta didik tunagrahita sebagai cara untuk mengambangkan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita.

Informan pendukung dalam penelitian ini adalah bendahara sekolah, peserta didik peserta didik tunagrahita dan orang tua atau wali siswa. Penentuan informan pendukung dilakukan secara purposive dan snowball. Bendahara sekolah adalah informan yang akan mendukung data mengenai pendanaan. Peserta didik tunagrahita adalah peserta pelatihan olahraga renang prestasi yang akan menjawab proses pelaksanaan dan pencapaian pelaksanaan pelatihan renang dan orang tua atau wali peserta didik adalah informan yang dapat mendukung dan melengkapi data tentang pelatihan renang terhadap peserta didik tunagrahita.

D. Teknik Penelitian dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Penelitian

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah : a. Teknik wawancara

Teknik pengumpulan data dengan teknik wawancara dilakukan berdasarkan pedoman wawancara yang telah disusun berdasarkan kisi-kisi pedoman wawancara dan disesuaikan dengan informan penelitian yang akan diwawancarai. Peneliti akan menggunakan perekam suara sebagai alat bantu untuk melakukan wawancara. Hasil wawancara akan dicatat dalam rekaman wawancara. Wawancara yang digunakan bersifat terstruktur dan terbuka, yaitu wawancara yang menggunakan seperangkat pertanyaan yang yang telah disusun dalam pedoman wawancara, namun dalam pelaksanaannya pertanyaannya dapat berkembang sesuai dengan situsi dan kondisi yang ada.


(43)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Teknik pengumpulan data dengan teknik observasi dilaksanakan berdasarkan pedoman observasi yang telah disusun. Observasi dilakukan untuk melihat situasi yang terjadi saat pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita sedang berlangsung. Dalam mempermudah pelaksanaan observasi, peneliti menggunakan rekaman dalam bentuk video yang pengambilannya disesuaikan dengan poin-poin pada pedoman observasi yang telah disusun. Setelah melakukan pengambilan data dengan video, peneliti memindahkan data tersebut menjadi data tertulis pada pedoman observasi. Observasi ini dilakukan saat pelaksanaan pelatihan renang di hari rabu dan hari sabtu sampai data yang dibutuhkan peneliti telah jenuh.

c. Studi Dokumentasi

Pengumpulan data dengan studi dokumentasi dilakukan berdasarkan pedoman studi dokumentasi. Dokumen yang akan diambil dalam penelitian ini berbentuk dokumen tertulis . Dokumen tertulis didapatkan dari pihak sekolah, seperti bahan ajar atau materi pembelajaran, data perkembangan peserta didik dan sebagainya yang tercantum dalam pedoman studi dokumentasi.

2. Instrumen penelitian

Dalam penelitian kualitatif, instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, namun selanjutnya setelah fokus penelitian menjadi jelas, maka akan dapat dikembangkan instrumen penelitian sederhana dimana instrumen penelitian yang dikembangkan dalam penelitian ini adalah :

a. Pedoman Wawancara

Pedoman wawancara yang digunakan dalam penelitian ini bersifat terstruktur dan terbuka. Pedoman wawancara menggunakan pertanyaan secara terstruktur namun dapat berkembang saat pelaksanaan berlangsung disesuaikan dengan keadaan saat itu. Pedoman wawancara ini dikembangkan dalam prosedur sebagai berikut :


(44)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

1) Pedoman wawancara dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian yang membutuhkan jawaban melalui teknik wawancara.

2) Pertanyaan penelitian kemudian akan diuraikan pada kisi-kisi pedoman wawancara

3) Kisi-kisi pedoman wawancara akan menguraikan pertanyaan penelitian berdasarkan aspek yang akan diwawancara, ruang lingkup dan butir soal yang akan menjadi suatu pertanyaan wawancara.

4) Melalui kisi-kisi pedoman wawancara akan terbetuk pedoman wawancara yang berisi pertanyaan wawancara. Pedoman wawancara adalah hasil dari pengembangan kisi-kisi pedoman wawancara dalam bentuk pertanyaan wawancara.

Pedoman wawancara dibuat berdasarkan informan penelitian yang akan menjawab pertanyaan penelitian, kode A digunakan untuk melakukan wawancara pada kepala sekolah, kode B digunakan untuk melakukan wawancara pada pelatih dan guru pendamping serta kode C digunakan untuk melakukan wawancara pada bendahara sekolah dan kode D digunakan untuk melakukan wawancara pada orang tua. Berikut ini adalah tabel kisi-kisi pedoman wawancara yang dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian :

Tabel 3.1 Kisi-Kisi Pedoman Wawancara

NO Aspek yang akan diwawancara

Ruang Lingkup Butir 1 Konsep Pelatihan olahraga

renang prestasi

a. Latar Belakang Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

A1 b. Sejarah Pelatihan Olahraga

Renang Prestasi

A2 c. Tujuan dan Manfaat Pelatihan

Olahraga Renang Prestasi

A3 2 Perencanaan Pelatihan

olahraga renang prestasi

a. Perencanaan Awal Pelaksanaan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

A4

b. Strategi Pelaksanaan Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

A5, B1, D1 c. Penjadwalan Pelatihan

Olahraga Renang Prestasi


(45)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

d. Tenaga Pendidik Dalam Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

A7, B3

e. Penjaringan Peserta Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

A8, B4 f. Kurikulum Pelatihan Olahraga

Renang Prestasi

A9, B5, g. Pengelolaan Keuangan A10, B6,

C1,C2,C3 h. Sarana dan Prasarana Pelatihan

Olahraga Renang Prestasi

B7. B8, A11 3 Pelaksanaan Pelatihan

olahraga renang prestasi

a. Tahap Pelaksanaan Pembelajaran Renang

B9, B10 b. Materi Pelatihan Olahraga

Renang Prestasi

B11 c. Metode Pembelajaran dalam

Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

B12

d. Penggunaan Alat Penunjang Pembelajaran

B13 4 Evaluasi Pelatihan olahraga

renang prestasi

a. Evaluasi Perkembangan Peserta Didik dalam Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

A12, B14, B15,D2 b. Keberhasilan Pelatihan

Olahraga Renang Prestasi

B16, B17, B8,D3 c. Hambatan Pelatihan Olahraga

Renang Prestasi

A13, B19, C4.D4 d. Upaya Penanganan Masalah A 14, B20,

C5,D5

Keterangan : A = Wawancara untuk kepala sekolah

B = Wawancara untuk pelatih dan guru pendamping C = Wawancara untuk bendahara sekolah

D = Wawancara untuk orang tua/wali peserta didik

b. Pedoman Observasi

Pedoman observasi dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan peneliti untuk melakukan observasi lapangan secara langsung. Pedoman observasi ini dikembangkan dalam prosedur sebagai berikut :

1) Pedoman observasi dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian mengenai pengembangan pelaksanaan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta


(46)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

didik di SLB Az-Zakiyah dan akan digunakan saat kegiatan pelatihan olahraga renang prestasi pada peserta didik tunagrahita sedang berlangsung. 2) Pertanyaan penelitian kemudian akan diuraikan pada kisi-kisi pedoman

observasi.

3) Kisi-kisi pedoman observasi akan menguraikan pertanyaan penelitian berdasarkan kejadian yang akan terjadi di lapangan. Kisi –kisi pedoman observasi akan berisikan aspek yang akan diobservasi dan fokus observasi. 4) Melalui kisi-kisi pedoman observasi akan terbentuk pedoman observasi untuk

mencatat rekaman observasi yang telah dilakukan.

Kisi-kisi pedoman observasi dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Pedoman Observasi

No Aspek yang akan di observasi Fokus yang akan di observasi 1 Materi Pelatihan Pelatihan olahraga

renang prestasi

a. Materi Pemanasan Pelatihan olahraga renang prestasi

b. Materi Inti Pelatihan olahraga renang prestasi

c. Materi Pendinginan Pelatihan olahraga renang prestasi

2 Sarana dan Prasarana pada Pelatihan Pelatihan olahraga renang prestasi

a. Kondisi Lingkungan Kolam Renang dalam Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

b. Penggunaan alat penunjang dalam melatih peserta didik berenang

3 Tenaga pendidik a. Metode yang digunakan dalam melatih peserta didik tunagrahita berenang b. Teknik yang digunakan dalam melatih

peserta didik tunagrahita berenang 4 Peserta Didik Perkembanga peserta didik tunagrhita saat

sedang mendapatkan pembelajaran berenang. 5 Orang Tua / wali Peserta Didik

Tunagrahita

Sikap orang tua/wali saat Pelatihan olahraga renang prestasi

6 Interaksi Sosial a. Interaksi antar tenaga pendidik b. Interaksi antara tenaga pendidik dan

peserta didik tunagrahita c. Interaksi antar peserta didik

d. Interaksi antara tenaga pendidik dan orang tua/wali

e. Interaksi antara orang tua / wali dan peserta didik tunagrahita


(47)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu c. Pedoman Studi Dokumentasi

Pedoman studi dokumentasi dalam penelitian ini digunakan sebagai acuan dalam menghimpun dan menganalisis dokumen-dokumen, baik dokumen tertulis, gambar maupun elektronik. pedoman studi dokumentasi dikembangkan dalam prosedur sebagai berikut :

1) Pedoman studi dokumentasi dibuat berdasarkan pertanyaan penelitian yang membutuhkan jawaban melalui teknik studi dokumentasi.

2) Pertanyaan penelitian kemudian akan diuraikan pada kisi-kisi pedoman studi dokumentasi.

3) Kisi-kisi pedoman studi dokumentasi akan menguraikan pertanyaan penelitian sesuai data dokumentasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini. 4) Melalui kisi-kisi pedoman observasi akan terbentuk pedoman observasi untuk

mencatat keberadaan dokumen yang dibutuhkan dalam penelitian ini

Berikut ini adalah kisi-kisi pedoman studi dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini :

Tabel 3.3 Kisi-Kisi Pedoman Studi Dokumentasi

Aspek Sub Aspek Dokumen Yang Diperlukan

Perencanaan

Kurikulum Bahan Ajar/ Materi Penjadwalan Jadwal pelatihan Peserta Pelatihan Daftar peserta pelatihan

renang

Tenaga Pendidik Daftar pelatih dan guru pembimbing

Sarana dan prasarana Daftar sarana dan prasarana Pelaksanaan

Kehadiran Absensi peserta pelatihan olahraga renang prestasi

Pencapaian Pelatihan Olahraga Renang Prestasi

Cara melakukan evaluasi

Buku perkembangan peserta didik

Evaluasi Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tunagrahita

Keberhasilan Peserta Didik


(1)

[Type text]

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

LAMPIRAN 6

Foto, Surat Penelitian dan

Lembar Bimbingan


(2)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu FOTO PELAKSANAAN

Peserta didik saat melakukan pemanasan


(3)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perenang Prestasi tingkat lanjut sedang berlatih ketahanan tubuh


(4)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Perenang pretasi belajar berenang dengan menggunakan alat bantu


(5)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Surat Penelitian

Dan


(6)

Thasya Lutfia Hasinah Iramani, 2014

Studi Kasus Tenyang Pelaksanaan Pelathan Olahraga Renang Prestasi Pada Peserta Didik Tuna Grahita DI SLB AZ-ZAKIYAH

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Bandung, Provinsi Jawa Barat pada tanggal 12 November 1992 dari pasangan Bapak Drs. Deden Yogaswara dan Dra. Ibu Aufa Wilda. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Pada tahun 1997 penulis memasuki sekolah taman kanak-kanak di TK Dewi Sartika Bandung, kemudian pada tahun 1998 peserta didik melanjutkan ke tingkat Sekolah Dasar di SDN Karang Pawulang 2 dan menyelesaikannya pada tahun 2004. Pada tahun 2004 melanjutkan ke SMPN 34 Bandung sampai tahun 2007. Penulis melanjutkan pendidikan di SMAN 20 Bandung pada tahun 2007 hingga tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima sebagai mahasiswa program S-1 Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan , Universitas Pendidikan Indonesia sampai skripsi ini disahkan. Pengalaman organisasi yang pernah diikuti oleh penulis adalah bendahara 1 OSIS SMPN 34 Bandung periode 2005-2006 , anggota Paskibra SMPN 34, bendahara 2 OSIS SMAN 20 periode 2007-2008, sekretaris OSIS SMAN 20 periode 2009-2010, anggota Paskibra SMAN 20 Bandung tahun 2007-2008, anggota DKM Al-Hikmah SMAN 20 Bandung 2007-2009, anggota bidang Kesenian Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Khusus periode 2011-2012, anggota KABUMI UPI dan kepala bidang Kesenian Himpunan Mahasiswa Jurusan Pendidikan Khusus, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Pendidikan Indonesia periode 2012-2013.